upaya meningkatkan aktivitas belajar ipa melalui .../upaya... · teknik analisis data yang...
TRANSCRIPT
i
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)
PADA KELAS V SD NEGERI 3 NGRAJI
PURWODADI GROBOGAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
CATUR PUTRA INDRA SEPTIAWAN
K7106012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)
PADA KELAS V SD NEGERI 3 NGRAJI
PURWODADI GROBOGAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
CATUR PUTRA INDRA SEPTIAWAN
K7106012
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
iv
v
ABSTRAK
Catur Putra Indra Septiawan. K7106012. UPAYA
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA
KELAS V SD NEGERI 3 NGRAJI PURWODADI GROBOGAN TAHUN
AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA
siswa di kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan dalam pembelajaran
IPA dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Prosedur
penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010
berjumlah 43 siswa yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi,
dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Uji validitas data yang digunakan adalah
triangulasi data dan triangulasi metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhana.
Peningkatan aktivitas belajar IPA siswa dapat dibuktikan dengan meningkatnya
skor angket aktivitas belajar IPA siswa yaitu: sebelum tindakan rata-rata aktivitas
belajar IPA siswa adalah 64,57 atau kategori kurang, kemudian pada siklus I rata-
rata aktivitas belajar IPA siswa menjadi 71,08 atau kategori sedang, dan pada
siklus II rata-rata aktivitas belajar IPA siswa meningkat menjadi 81,08 atau
kategori baik. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa terlihat juga adanya
peningkatan aktivitas belajar IPA siswa. Pada kondsisi awal, rata-rata aktivitas
belajar IPA siswa adalah 56,88 atau kategori kurang sekali, kemudian pada siklus
I menjadi 73,75 atau kategori sedang, dan pada siklus II meningkat menjadi 84,38
atau kategori baik. Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kondisi
awal adalah 61,84, pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa menjadi
68,19, dan nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa pada siklus II
meningkat menjadi 83,98. Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang
memperoleh nilai KKM > 65 sebanyak 14 siswa (32,56 %), pada siklus I
meningkat menjadi 31 siswa (72,09 %), dan pada siklus II meningkat menjadi 41
siswa (95,35 %). Dengan demikian, penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010.
vi
ABSTRACT
Catur Putra Indra Septiawan. K7106012. EFFORTS ON IMPROVEMENT
OF IPA LEARNING ACTIVITY BY USING SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT (STM) APPROACH AMONG THE FIFTH GRADE
STUDENTS OF SD NEGERI 3 NGRAJI PURWODADI GROBOGAN OF
2009/2010 ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, July 2010.
Purpose of the research is to know improvement of IPA learning activity
among the fifth grade students of SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan in
study IPA by using Sains Teknologi Masyarakat (STM) approach.
The research uses a qualitative method with a research type of classroom
action research (CAR) consisting of two cycles. The research procedure consists
of four phases, that are planning, action implementation, observation, and
reflection. Subject of the research is the fifth grade students of SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi Grobogan of 2009/2010 academic year amounting to 43 students that
consist of 22 male students and 21 female students. Data is collected by using
questionnaire, observation, documentation, and test. The data is analyzed by
using an interactive analysis model consisting of three components, that are data
reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification. Data
validity is examined by using data triangulation and method triangulation.
Based on result of the research, it can be concluded that IPA learning by
using Sains Teknologi Masyarakat (STM) approach is able to improve students
IPA learning activity of simple device learning material. Improvement of the
students IPA learning activity could be seen in the increased questionnaire scores
of IPA learning activity among the students, that are before the action an average
score of IPA learning activity among the students was 64,57 or in poor category.
Then, the average score increased to 71,08 or in moderate category in first cycle
and increased to 81,08 or in good category in second cycle. Based on result of
observation on students learning activity, an improvement of IPA learning could
be seen too. In beginning condition, average learning activity on IPA among
students was 56,88 or in very poor category. The average learning activity
increased to 73,75 or in moderate activity in first cycle, and it increased to 84,38
or in good category in second cycle. In addition, average grade of evaluation test
on IPA learning among students in beginning condition was 61,84. In first cycle,
the average grade increased to 68,19. In second cycle, the average grade
increased to 83,98. Before implementation of the research, students who acquired
KKM grade > 65 were 14 students (32,56 %). In first cycle, the number of
students with KKM grade > 65 increased to 31 students (72,09 %) and the
number of the students increased again in second cycle became 41 students (95,35
%). Thereby, applications of Sains Teknologi Masyarakat (STM) approach can be
used to improve IPA learning activity among the fifth grade students of SD
Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan of 2009/2010 Academic Year.
vii
MOTTO
“Suatu ilmu dapat bermanfaat bukan karena kehebatan ilmu ataupun penemunya,
melainkan manfaat ilmu tersebut bagi masyarakat umum dan penerapannya yang
sesuai.”
(Einstein)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q. S. Al Insyirah: 6)
“Barang siapa takut menghadapi kesukaran selamanya dia tidak akan maju.”
(Horne)
“Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan
menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain
yang telah terbuka.“
(Alexander Graham Bell)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Almarhum Ayahku (Marlan) yang telah memberiku semangat hidup dan
memberiku motivasi menjadi orang yang lebih baik.
Ibuku tercinta (Sudarmi) yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan doa
serta pengorbanan yang tak terbatas demi kebahagiaan yang diberikan
kepadaku.
Kakakku (Mbak Sri, Mbak Dwi, Mas Hendri, Mbak Jenny, dan Mas Herry),
keponakanku (Leo, Bintang dan Danty), serta keluargaku yang selalu
memberikan dukungan serta keceriaan.
Tata yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, serta menjadi
semangatku.
Teman-temanku S1 PGSD Angkatan 2006, Agus, Anton, Adit, Fajar, Supri,
Jumanto, Gatot, Ari, Bambang, Ehsan, Vany, Anisa, Yosi, Astri, Cicik, Desi,
Diah, Ester, Eva, Amah, Feria, Fitri, Lilis, Imel, Mevia, Nita, Muna, Nisa,
Pipit, Retno, Rika P, Rika W, Rina, Yani, Rida, Tetra, Tyas, Umi, Yezika,
Risma, Yuli, Firda, dan Eny, terima kasih atas semangat persahabatan kalian
yang mewarnai hidupku.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret, dan almamaterku tercinta
yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku yang cerah.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA melalui Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) pada Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi
Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010” guna memenuhi persyaratan mendapat
gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih, antara lain kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penulisan skripsi.
2. Drs. R. Indianto, M. Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan persetujuan skripsi.
3. Drs. Kartono, M. Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
4. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd, Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
5. Drs. Sarmino, M. Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
saran, serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
6. Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd, Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
7. Dra. Rukayah, M. Pd, Pembimbing Akademik yang telah memberikan
saran, arahan, serta bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
x
8. Sriyati, S. Pd. SD, Kepala SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan yang
telah memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas.
9. Evyani S., S. Pd, Guru Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan
yang telah memberikan bantuan serta saran kepada penulis selama
melakukan penelitian tindakan kelas.
10. Teman-temanku S1 PGSD Angkatan 2006 yang telah memberikan
dukungan, semangat, dan kerjasama selama ini.
11. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya
terhadap penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan penulis di
kemudian hari akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat
memberi manfaat kepada para pembaca.
Surakarta, 5 Juli 2010
Catur Putra Indra Septiawan
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka........................................................................... 6
1. Hakikat Aktivitas Belajar IPA ................................................. 6
2. Hakikat Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ................... 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 33
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 35
D. Hipotesis ....................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 37
xii
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 38
C. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................... 39
D. Sumber Data .................................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 43
G. Uji Validitas Data .......................................................................... 45
H. Indikator Ketercapaian Tujuan ...................................................... 46
I. Prosedur Penelitian ........................................................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 57
B. Deskripsi Awal Tindakan .............................................................. 60
C. Deskripsi Tindakan Penelitian ...................................................... 63
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 94
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................ 100
B. Implikasi ........................................................................................ 101
C. Saran .............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
LAMPIRAN .................................................................................................... 106
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa ........................... 46
Tabel 2. Daftar Guru dan Karyawan SD Negeri 3 Ngraji ............................ 59
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ..... 60
Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
3 Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ........................... 61
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ......... 62
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Ngraji Setelah Siklus I ......................................... 73
Tabel 7. Tabel Perbandingan Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan
Sikus I ............................................................................................ 74
Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
3 Ngraji pada Siklus I ................................................................... 75
Tabel 9. Tabel Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan
Siklus I ..........................................................................................75
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Siklus I ................................................. 76
Tabel 11. Tabel Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I .............. 77
Tabel 12. Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran IPA dengan
Pendekatan STM pada Siklus I ...................................................... 78
Tabel 13. Tabel Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Setelah Siklus II ............................... 88
xiv
Tabel 14. Perbandingan Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan
Siklus II ......................................................................................... 89
Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji Setelah Siklus II ................................................... 90
Tabel 16. Tabel Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan
Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 91
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Siklus II ................................................ 91
Tabel 18. Tabel Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan
Siklus II .......................................................................................... 92
Tabel 19. Hasil Observasi Guru dalam pembelajaran IPA dengan
Pendekatan STM pada Siklus II ..................................................... 93
Tabel 20. Rekapitulasi Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Ngraji Di Atas Baik pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ..................................................................... 95
Tabel 21. Rekapitulasi Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Di Atas Baik pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ..................................................................... 96
Tabel 22. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .......................... 97
Tabel 23. Tabel Hasil Observasi Guru dalam pembelajaran IPA dengan
Pendekatan STM pada Siklus I dan Siklus II ................................ 98
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Contoh Tuas Golongan Pertama .................................................... 21
Gambar 2. Contoh Tuas Golongan Kedua ....................................................... 22
Gambar 3. Contoh Tuas Golongan Ketiga ...................................................... 22
Gambar 4. Contoh Bidang Miring ................................................................... 23
Gambar 5. Contoh Katrol Tetap ...................................................................... 23
Gambar 6. Contoh Katrol Bebas ...................................................................... 23
Gambar 7. Contoh Katrol Campuran ............................................................... 24
Gambar 8. Contoh Penggunaan Roda .............................................................. 24
Gambar 9. Gambar Skema Science, Technology, and Society ........................ 28
Gambar 10. Skema Langkah-langkah Pembelajaran STM ................................ 31
Gambar 11. Alur Kerangka Berpikir ................................................................. 36
Gambar 12. Alur Penelitian Tindakan Kelas ..................................................... 39
Gambar 13. Model Analisis Interaktif ............................................................... 45
Gambar 14. Lokasi Penelitian SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan ........ 58
Gambar 15. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Membuka Tutup Botol
dengan Pengungkit pada Siklus I ................................................... 66
Gambar 16. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Katrol Tetap dan Katrol
Bebas pada Siklus I ........................................................................ 68
Gambar 17. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Bidang Miring pada
Siklus I ........................................................................................... 68
Gambar 18. Foto aktivitas Siswa Saat Percobaan Pembuatan Roda pada
Porosnya dan Tidak pada Porosnya di Siklus I .............................. 70
Gambar 19. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Mengelompokkan Tuas
Sesuai Golongannya pada Siklus II ............................................... 82
Gambar 20. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Merangkai Karol Ganda
dan Majemuk pada Siklus II .......................................................... 84
Gambar 21. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Merangkai Bidang Miring
pada Siklus II ................................................................................. 84
xvi
Gambar 22. Foto Aktivitas Siswa Saat Memperagakan Roda pada Porosnya
pada Siklus II ................................................................................. 86
Gambar 23. Aktivitas Siswa Masih Kurang Maksimal Saat Siklus I ................ 140
Gambar 24. Aktivitas Siswa pada Percobaan Membuka Tutup Botol
dengan Tangan di Siklus I .............................................................. 140
Gambar 25. Aktivitas Siswa pada Percobaan Membuka Tutup Botol dengan
Tuas di Siklus I ............................................................................. 140
Gambar 26. Aktivitas Siswa pada Percobaan Bidang Miring yaitu
Menghitung Berat Beban ............................................................... 140
Gambar 27. Aktivitas Siswa pada Percobaan Menyusun Katrol Tetap ............. 141
Gambar 28. Aktivitas Siswa pada Percobaan Menyusun Katrol Bebas ............ 141
Gambar 29. Aktivitas Siswa pada Percobaan Menyusun Bidang Miring .......... 141
Gambar 30. Guru Membimbing Saat Percobaan Berlangsung .......................... 141
Gambar 31. Guru Memantapkan Materi yang Telah Dipelajari ........................ 142
Gambar 32. Aktivitas Siswa pada Percobaan Roda Berporos ........................... 142
Gambar 33. Aktivitas Siswa Menyampaikan Hasil Diskusi Percobaan ............ 142
Gambar 34. Pelaksanaan Evaluasi pada Siklus I Masih Ada Siswa yang
Bertanya kepada Temannya ........................................................... 142
Gambar 35. Pembagian Angket Aktivitas Belajar Siswa .................................. 143
Gambar 36. Pengumpulan Lembar Evaluasi dan Angket .................................. 143
Gambar 37. Tuas Berbagai Golongan yang Akan Dikelompokkan................... 168
Gambar 38. Aktivitas Siswa pada Saat Percobaan Mengelompokkan
Tuas Berdasarkan Golongannya .................................................... 168
Gambar 39. Siswa Sedang Berdiskusi Mengelompokkan Tuas Berdasarkan
Golongannya .................................................................................. 168
Gambar 40. Guru Memberikan Contoh Penyusunan Katrol Majemuk ............. 168
Gambar 41. Aktivitas Siswa Melakukan Percobaan Merangkai Katrol
Majemuk dari Katrol Tunggal ........................................................ 169
Gambar 42. Aktivitas Siswa Melakukan Percobaan Merangkai Katrol
Majemuk dari Katrol Ganda........................................................... 169
xvii
Gambar 43. Aktivitas Siswa Mengukur Berat Beban yang Akan Digunakan
pada Percobaan Bidang Miring ...................................................... 169
Gambar 44. Aktivitas Siswa Melakukan Percobaan Bidang Miring ................. 169
Gambar 45. Aktivitas Siswa Melakukan Percobaan Roda Berporos ................. 170
Gambar 46. Siswa Terlihat Antusias Saat Guru Mengajukan Pertanyaan ......... 170
Gambar 47. Guru Membagikan Soal Evaluasi................................................... 170
Gambar 48. Siswa Terlihat Lebih Serius Saat Mengerjakan Evaluasi .............. 170
xviii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ................................. 61
Grafik 2. Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada
Kondisi Awal Sebelum Tindakan ................................................... 62
Grafik 3. Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji Setelah Siklus I...................................................................... 73
Grafik 4. Grafik Perbandingan Skor Angket Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I ................. 74
Grafik 5. Grafik Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
pada Sikus I ..................................................................................... 76
Grafik 6. Grafik Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I .................. 77
Grafik 7. Grafik Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji Setelah Siklus II ..................................................... 89
Grafik 8. Grafik Perbandingan Skor Angket Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I,
dan Siklus II ..................................................................................... 90
Grafik 9. Grafik Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji pada Sikus II.......................................................................... 92
Grafik 10. Grafik Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Siklus I dan
Siklus II.. ......................................................................................... 93
Grafik 11. Grafik Peningkatan Rata-rata Skor Angket Aktivitas Belajar
IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Sikus II ......................................................................... 95
Grafik 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal, Siklus I,
dan Sikus II....................................................................................... 97
xix
Grafik 13. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II ...................................... 98
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .............................106
Lampiran 2. Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Siswa ...................................107
Lampiran 3. Angket Aktivitas Belajar Siswa...................................................108
Lampiran 4. Lembar Jawab Angket Aktivitas Belajar Siswa ..........................111
Lampiran 5. Pedoman Penilaian Angket Aktivitas Belajar .............................112
Lampiran 6. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Kondisi
Awal Sebelum Tindakan .............................................................113
Lampiran 7. Nilai Angket Aktivitas Belajar IPA dan Nilai Tes
Pesawat Sederhana pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ......115
Lampiran 8. Perhitungan Perubahan Data Tunggal Nilai Menjadi Data
Kelompok Pada Kondisi Awal ....................................................117
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ....................118
Lampiran 10. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Siklus I........131
Lampiran 11. Nilai Angket Aktivitas Belajar IPA dan Nilai Tes
Pesawat Sederhana pada Siklus I ................................................133
Lampiran 12. Perhitungan Perubahan Data Tunggal Nilai Menjadi Data
Kelompok Pada Siklus I ..............................................................135
Lampiran 13. Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran IPA
dengan Pendekatan STM pada Siklus I ......................................136
Lampiran 14. Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran IPA
dengan Pendekatan STM pada Siklus I .......................................139
Lampiran 15. Foto Pelaksanaan Siklus I ............................................................140
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ..................144
Lampiran 17. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Siklus II ......157
Lampiran 18. Daftar Nilai Angket Aktivitas Belajar IPA dan Nilai Tes
Pesawat Sederhana pada Siklus II ...............................................159
Lampiran 19. Perhitungan Perubahan Data Tunggal Nilai Menjadi Data
Kelompok Pada Siklus II .............................................................161
xxi
Lampiran 20. Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran IPA
dengan Pendekatan STM pada Siklus II ......................................162
Lampiran 21. Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran IPA dengan
Pendekatan STM pada Siklus II ..................................................165
Lampiran 22. Rekapitulasi Skor Angket Aktivitas Belajar Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan ...............................166
Lampiran 23. Rekapitulasi Nilai Tes Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi Grobogan ...................................................................167
Lampiran 24. Foto Pelaksanaan Siklus II ..........................................................168
Lampiran 25. Surat Perijinan .............................................................................171
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penguasaan dan penggunaan IPTEK merupakan kunci penting dalam
kehidupan abad ini. Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk
mengenal, memahami, dan menguasai IPTEK dalam rangka meningkatkan
kualitas hidupnya. Upaya untuk mempersiapkan hal tersebut dilakukan melalui
pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari
pendidikan umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu
pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas,
yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam
menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu
pengetahuan/sains dan teknologi (IPTEK).
Namun, pembelajaran IPA masa sekarang ini kurang dikaitkan dengan
isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan
perkembangan teknologi dan kehadiran produk-produk teknologi di masyarakat,
serta akibat yang ditimbulkannya. Pengajaran IPA di sekolah semata-mata hanya
berorientasi pada tuntutan kurikulum yang telah dituangkan di dalam buku teks.
Pembelajaran di kelas pun masih didominasi oleh ceramah dari guru. Aktivitas
siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal
yang dianggap penting. Guru hanya menjelaskan sebatas produk dan sedikit
proses.
Seorang guru tidaklah mudah menciptakan kondisi yang kondusif bagi
semua siswa. Ada siswa yang proaktif, ada siswa yang tidak banyak bicara
(pendiam) tetapi memiliki kemampuan akademik di atas temannya, dan terdapat
pula siswa yang banyak bicara tetapi memiliki kemampuan rendah. Bahkan, ada
siswa dengan kemampuan akademik menengah ke bawah merasa tertekan dengan
materi IPA yang penuh dengan teori, konsep, rumus-rumus, dan praktikum yang
rumit bahkan sulit dipahami.
2
Hal tersebutlah yang dapat menyebabkan kurang bermaknanya pelajaran
IPA saat ini, sehingga menyebabkan aktivitas belajar siswa menjadi rendah dan
pembelajaran cenderung pasif. Padahal, dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), pendekatan pengajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran seharusnya siswa diposisikan sebagai pusat perhatian atau dengan
kata lain siswa yang aktif.
Padahal menurut Paul B. Diedrich aktivitas belajar siswa dapat
diklasifikasikan dalam 8 aktivitas, yakni: (1) Visual activities, seperti membaca,
memperhatikan gambar, percobaan, dan demonstrasi, (2) Oral activities, seperti
bertanya dan menyatakan pendapat, (3) Listening activities seperti mendengarkan,
(4) Writing activities, seperti mencatat dan meringkas, (5) Drawing activities,
seperti membuat tabel, diagram, dan bagan, (6) Motor activities seperti praktek,
(7) Mental activities, seperti mengingat, berpikir, dan (8) Emotional activities,
seperti menaruh minat dan bosan (Paul B. Diedrich dalam Sardiman A. M., 2000:
101).
Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri 3
Ngraji, rata-rata aktivitas belajar siswa hanya 56,88. Sedangkan aktivitas belajar
siswa menurut Paul B. Diedrich dapat dikatakan baik jika rata-rata aktivitasnya 70
(Paul B. Diedrich dalam Sardiman A. M., 2000: 101). Dalam pembelajaran, guru
dalam menjelaskan materi didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan
tanya jawab. Selain itu, kegiatan lebih berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat
dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap
penting saja, dan menjawab pertanyaan jika ditunjuk, ada pula beberapa siswa
yang mengantuk, bermalas-malasan, dan melakukan kegiatan yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran. Selain itu, berdasarkan daftar nilai ulangan harian
IPA khususnya pada materi pesawat sederhana di kelas V SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi Grobogan, menunjukkan rata-rata kelas yang masih rendah, yaitu
hanya 61,84. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri 3
Ngraji Purwodadi Grobogan untuk pelajaran IPA > 65.
Selain itu, menurut Sardiman A. M., aktivitas siswa tidak hanya
mendengarkan dan mencatat saja tetapi lebih menitikberatkan pada aktivitas atau
3
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode ceramah
lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi
anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak
didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan
dan anak didik dirugikan. Akibatnya, masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh belum memuaskan
dan terbilang masih rendah (Sardiman, A. M., 2003: 95).
Dalam upaya meningkatkan penguasaan materi siswa terhadap konsep-
konsep dan prinsip-prinsip IPA serta meningkatkan literasi sains dan teknologi
siswa, seharusnya penyajian materi ajar IPA di sekolah selalu dikaitkan dan
disepadankan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat. Dalam hal
ini, pendekatan yang sesuai dengan perkembangan IPTEK adalah pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM), karena pendekatan ini memungkinkan siswa
berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan
teknologi di dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan sains dengan menggunakan
pendekatan STM adalah suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan
pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran
sains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan
rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di
masyarakat (Prayekti, 2002: 777). Melalui pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dapat dikembangkan 6 ranah sains yaitu ranah konsep, proses,
kreativitas, sikap, aplikasi, dan keterkaitan (Anna Poedjiadi, 2005: 131-132).
Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
pembelajaran sains dengan pendekatan STM memberikan hasil yang positif bagi
siswa. Rasa bosan dan kurangnya minat siswa berkurang setelah dilakukan
pembelajaran sains dengan pendekatan STM dan terjadi peningkatan minat dan
rasa ingin tahu. Hasil penelitian Myers dan Varrella menyatakan bahwa
pembelajaran sains dengan pendekatan STM sangat efektif untuk meningkatkan
penguasaan konsep, dan siswa lebih mampu menerapkan konsep-konsep sains
yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Myers dan Varrella dalam
Rusmansyah & Yudha Irhasyuana, 2003: 101).
4
Dengan dasar latar belakang tersebut akan diadakan penelitian tentang
“Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA melalui Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun
Ajaran 2009/2010”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian: “Apakah dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa pada kelas V
SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai
tujuan: “Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa di kelas V SD Negeri 3
Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010 dengan penerapan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang cara
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa.
b. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan bagi penelitian yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan model pembelajaran
yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yang
kurang dalam pembelajaran IPA.
2) Meningkatnya kepekaan guru terhadap teknologi dalam konsep sains dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
5
b. Bagi Siswa
1) Meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep sains dan teknologi
serta keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari khususnya IPA.
2) Meningkatnya kualitas pembelajaran IPA.
3) Meningkatnya aktivitas belajar IPA siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan acuan dalam perencanaan pembelajaran sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Aktivitas Belajar IPA
a. Pengertian Aktivitas
Leont'ev menyatakan human activity is also socially mediated. Too often
though, focus is placed on human action. Kalimat tersebut menyatakan bahwa
aktivitas manusia merupakan perantara sosial. Sosial ini lebih ditekankan pada
tindakan manusia (Leont'ev dalam Mlitwa, 2007: 110).
Martinis Yamin menyebutkan bahwa dalam diri siswa terdapat prinsip
aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip inilah yang dapat
mengendalikan siswa. Dengan kata lain, untuk dapat mengendalikan
(mengarahkan) siswa, dibutuhkan suatu aktivitas (Martinis Yamin, 2007: 77).
Dimyati juga menambahkan bahwa aktivitas pembelajaran siswa dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan
dapat memecahkan masalah (Dimyati dalam Martinis Yamin, 2007: 77). Sehingga
aktivitas siswa sangat berperan dalam pembelajaran.
Aktivitas adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas
menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu (Haditono dalam http://uin-suka.info/ejurnal/index.php?Option
=com, 2000). Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya kegiatan atau
keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi
baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas (Anton M. Mulyono
dalam http://id.shvoong. com/social-sciences/1961162-aktivitas-belajar/, 2010).
Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas
siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar
mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas,
7
dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta
tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Sriyono dalam
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/ prestasi-belajar/, 2008).
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang secara aktif
baik secara fisik maupun mental.
b. Pengertian Belajar
Hampir semua kegiatan manusia yang meliputi kecakapan, keterampilan,
kegemaran, kebiasaan, pengetahuan, dan sikap manusia terbentuk dan
berkembang karena adanya belajar. Belajar bisa terjadi di mana-mana, baik itu di
rumah, masyarakat, kantor, pabrik, bahkan bisa terjadi di jalan dan tentu saja di
lembaga pendidikan formal dan non formal.
Makna belajar menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Sardiman A. M.
yaitu:
1) Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
2) Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to
listen, to follow direction.
3) Geoch
Learning is a change in performance as a result of practice (Sardiman A. M.,
2000: 20).
Menurut Sardiman A. M., belajar dalam arti luas yaitu kegiatan psiko-
fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya, sedangkan dalam arti sempit
belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman A. M.,
2000: 20).
Sedangkan pengertian belajar yang lain ialah proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
8
lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya (Moh. Uzer Usman,
1995: 5).
Menurut Burton dalam bukunya Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa
“learning is a change in the individual due to instruction of that individual, and
his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing
adequately with his environment” (Burton dalam Moh. Uzer Usman, 1995: 5).
Dalam pengertian ini terdapat kata change atau perubahan yang berarti bahwa
seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah
laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
Misalnya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari
ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dan lain sebagainya.
Barlow berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini
diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah “...a process of
progressive behaviour adaptation” (Barlow dalam Muhibbin Syah, 2005: 64).
Sedangkan B. F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi yang disampikan Barlow
tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (Skinner
dalam Muhibbin Syah, 2005: 64).
Selain itu, Chaplin membatasi belajar dengan dua macam rumusan.
Rumusan pertama berbunyi: “...acquisition of any relatively permanent change in
behavior as a result of practice and experience” (Belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman). Rumusan keduanya adalah “process of acquiring responses as a
result of special practice” yang mempunyai arti belajar ialah proses memperoleh
respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus (Chaplin dalam Muhibbin
Syah, 2005: 65).
9
Definisi belajar menurut beberapa pakar pendidikan yang dikutip oleh
Agus Suprijono yaitu:
1) Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai sesorang
melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari
proses pertumbuhan seseoarang secara alamiah.
2) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3) Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of
past experience. Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman (Agus Suprijono, 2009: 2-3).
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik, 2003:
154).
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
1) Perubahan terjadi secara sadar.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003: 3-5).
Selain itu, belajar merupakan suatu proses dimana suatu
organisma/individu berubah perilakunya akibat suatu pengalaman (Ali Nugraha,
2005: 60). Relevan dengan pengertian di atas, Ali Nugraha mengemukakan bahwa
belajar adalah berubah, artinya suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,
tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, dan penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya (Ali Nugraha,
2005: 60).
Dari definisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu perjalanan yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk memperoleh
10
sesuatu hal di mana terjadi perubahan tingkah laku yang disebabkan karena
adanya pengalaman. Ada beberapa ciri-ciri dari pengertian belajar, yaitu:
1) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya karena di dalam interaksi inilah terjadi
serangkaian pengalaman belajar.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan karena pertumbuhan dan
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
3) Perubahan yang disebabkan oleh belajar harus relatif lama, dalam arti
perubahan tersebut tidak hanya bersifat sementara tetapi dalam jangka waktu
yang lama.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis.
c. Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran
yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Dengan bekerja,
siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku
lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, sebetulnya sudah banyak
melibatkan akivitas siswa di dalam kelas. Siswa sudah banyak dituntut
aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan, dan mencerna pelajaran yang
diberikan oleh guru. Serta dimungkinkan siswa aktif bertanya kepada guru tentang
hal-hal yang belum jelas.
Aktivitas pembelajaran adalah aktivitas jasmani maupun aktivitas mental
yang dapat digolongkan menjadi 5 macam aktivitas, yaitu: (1) aktivitas visual, (2)
aktivitas lisan, (3) aktivitas mendengarkan, (4) aktivitas gerak, dan (5) aktivitas
menulis (Moh. Uzer Usman, 2005: 22).
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas
11
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti
yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya belajar aktif adalah “Suatu sistem
belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor” (Rochman Natawijaya dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktivitas-belajar/2010).
Kadar aktivitas belajar secara efektif menurut Tabrani Rusyan dapat
dinyatakan dalam bentuk:
1) Hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat penggunaan.
Siswa biasanya belajar dengan menghafal saja, apabila telah hafal siswa
merasa cukup. Padahal dalam belajar, hasil belajar tidak hanya dinyatakan
dalam penguasaan saja, tetapi juga perlu adanya penggunaan dan penilaian.
2) Sumber belajar yang digunakan umumnya terbatas pada guru dan satu dua
buku bacaan. Hal ini perlu dipertanyakan apakah siswa mencatat penjelasan
dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku itu dikuasainya dengan
baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang optimal karena miskinnya
sumber belajar.
3) Guru dalam pembelajaran kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara
optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Jarang sekali diadakan diskusi dan
diberikan tugas-tugas yang memadai. Hal inipun tidak jarang kurang ditunjang
oleh penugasan dan keterampilan guru dalam menggunakan metode-metode
tersebut (Tabrani Rusyan, 1989: 128-129).
Rosseau menyatakan bahwa dalam belajar segala pengetahuan harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis
(Rosseau dalam Sardiman A. M., 2000: 96). Hal ini menunjukkan bahwa setiap
orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar
tidak mungkin terjadi. Lebih lanjut Montessori menegaskan bahwa anak-anak itu
memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri, dan
12
pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana
perkembangan anak didiknya (Montessori dalam Sardiman A. M., 2000: 96).
Aktivitas pembelajaran siswa dapat memberikan banyak manfaat. Oemar Hamalik
menyatakan adanya 8 manfaat aktivitas pembelajaran yaitu:
1) Siswa mencari dan mendapatkan pengalaman sendiri
2) Dapat mengembangkan seluruh aspek diri siswa
3) Dapat meningkatkan kerjasama dengan siswa lain
4) Dapat mengatasi perbedaan individual karena siswa belajar dan bekerja sesuai
dengan minat dan kemampuannya
5) Menumbuhkan sikap-sikap positif seperti disiplin belajar dan musyawarah
6) Dapat memupuk kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa yang
bermanfaat dalam pendidikan siswa
7) Dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis sehingga pembelajaran
dilaksanakan secara realistik dan konkrit
8) Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup (Oemar Hamalik, 2003: 91)
Menurut T. Raka Joni, indikator yang menunjukkan tingginya aktivitas
siswa dalam pembelajaran dapat diketahui dari :
1) Adanya prakarsa siswa dalam kegiatan belajar. Peran serta siswa ini dapat
ditunjukkan melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa diminta.
Urunan tersebut misalnya dalam diskusi, kesediaan mencari alat/ sumber, dan
cara kerja kegiatan belajar.
2) Keterlibatan mental siswa baik secara intelektual maupun emosional dalam
kegiatan-kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Keterlibatan ini dapat
ditunjukkan dengan pengikatan diri kepada tugas kegiatan yang dapat diamati
dalam bentuk terpusatnya perhatian dan pikiran siswa kepada tugasnya.
Selain itu, siswa juga berkomitmen menyelesaikan tugas tersebut dengan
sebaik-baiknya.
3) Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Aspek ini penting karena sekarang
masih banyak guru yang cenderung bersikap dan berbuat serba mau
menentukan, mengarahkan yang dapat menjadikan guru otoriter.
13
4) Siswa belajar dengan pengalaman langsung. Dalam pelaksanaannya
memperkenalkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep melalui penghayatan
(merasakan, meraba, mengoperasikan, dan mengalami sendiri) disamping
secara verbal baik secara induktif maupun deduktif.
5) Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar sesuai tujuan
yang hendak dicapai. Variasi tersebut berupa multi method dan multi media
approach.
6) Kualitas interaksi belajar antar siswa baik intelektual maupun sosioemosional
yang dapat meningkatkan peluang pembentukan kepribadian seutuhnya (T.
Raka Joni dalam Tabrani Rusyan, 1989: 131-132).
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yang dapat membawa perubahan
kearah yang lebih baik dalam hal kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang
bersifat konstan dan berbekas.
d. Macam-macam Aktivitas Belajar
Jika kegiatan belajar mengajar bagi siswa diorientasikan pada
keterlibatan intelektual, emosional, fisik, dan mental maka Paul B. Diedrich
menggolongkan aktivitas belajar siswa sebagai berikut:
1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, dan sebagainya.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola, dan sebagainya.
14
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7) Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan
soal,menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8) Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup, dan sebagainya (Paul B. Diedrich dalam Sardiman A. M.,
2000: 101).
Aktivitas belajar seperti di atas dapat dialami seorang siswa di sekolah
maupun pada waktu belajar di rumah. Bentuk aktivitas belajar yang lain adalah
diskusi di antara teman, mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru,
dan lain sebagainya di mana semua aktivitas itu bertujuan untuk memberikan
peran aktif kepada siswa dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, besar
harapannya seorang siswa yang benar-benar aktif akan memperoleh hasil belajar
yang baik.
Sependapat dengan hal itu, Moh. Uzer Usman mengelompokkan aktivitas
pembelajaran menjadi 5 macam, yaitu:
1) Visual activity
Aktivitas visual ini misalnya membaca, melakukan percobaan, dan
demonstrasi.
2) Oral activity
Aktivitas lisan ini misalnya bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi,
dan menyanyi.
3) Listening activity
Aktivitas mendengarkan ini misalnya mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan pengarahan guru.
4) Motor activity
Aktivitas gerak ini misalnya senam, menggambar, melukis, dan mewarnai.
5) Writing activity
Aktivitas menulis ini seperti mengarang, membuat surat, dan membuat
makalah (Moh. Uzer Usman, 1995: 22).
15
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, macam-macam keaktifan belajar
yang dapat dilakukan oleh siswa dalam beberapa situasi adalah sebagai berikut:
1) Mendengarkan
2) Memandang
3) Meraba, mencium, dan mencicipi
4) Menulis atau mencatat
5) Membaca
6) Membuat ringkasan
7) Mengamati tabel, diagram, dan bagan
8) Menyusun kertas kerja
9) Mengingat
10) Berpikir
11) Latihan atau praktek mereparasi (Wasty Soemanto, 2003: 107)
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti mengambil salah satu pendapat
yang dijadikan acuan, yakni pendapat Paul B. Diedrich yang mengelompokkan
aktivitas pembelajaran manjadi 8 macam, yakni: Visual activities, Oral activities,
Listening activities, Writing activities, Drawing activities, Motor activities,
Mental activities, dan Emosional activities supaya siswa mendapat prestasi yang
gemilang. Pembagian aktivitas belajar ini dipilih karena pembagiannya lebih rinci
dan lebih mudah diamati.
e. Aktivitas Belajar IPA
Aktivitas belajar IPA tidak sekedar menghafalkan konsep-konsep, teori-
teori atau menghafal gejala-gejala. Belajar IPA harus melibatkan unsur proses
atau aktivitas baik mental dan fisik agar siswa memperoleh pengalaman-
pengalaman nyata (Suyitno Al, 1995:113).
Dari pengertian aktivitas belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar IPA adalah kegiatan belajar IPA yang melibatkan kemampuan
intelektual, emosional, fisik dan mental, baik melalui kegiatan mengalami,
menganalisis, berbuat, maupun pembentukan sikap secara terpadu supaya tercapai
prestasi belajar IPA yang baik.
16
f. Pengertian IPA
Sains merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena
memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh.
Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk mencari
penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam semesta.
Kata sains berasal dari kata bahasa Inggris science yang diambil dari kata
bahasa latin sciencia yang berarti pengetahuan. Menurut filsafat ilmu,
pengetahuan yang terkoordinasi, terstruktur dan sistematik disebut ilmu.
Pengertian sains dibatasi hanya pada pengetahuan yang positif, artinya hanya
dijangkau melalui indera kita (Anna Poedjiadi, 2007:1).
Einstein mengatakan, “science is the attempt to make the chaotic
diversity of our sense experience correspond to a logreally uniform system of
thought”. Makna kalimat tersebut adalah bahwa IPA merupakan suatu bentuk
upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir
yang logis tertentu (Hendro dan Kaligis, 1992: 3).
For example, consider the image of Dr. Faustus: in this narrative, scientists
willingly – too willingly – sell their souls to acquire youth and
knowledge(1). Science seems to involve magical ability. Another image is
Dr. Strangelove: in this blackhumor caricature, scientists and engineers
sign up – too readily – to create and buttress a military–industrial complex
(2). Science seems to be motivated by unlimited curiosity and raw power,
unrestrained by moral considerations. In the public mind today, the „„two
cultures‟‟ contrast the responsible engineer, physician, or citizen with a
largely imaginary „„mad scientist.‟‟ Such distorting images remain vivid in
the public‟s mind, and they persist in the visions of writers and flacks in
Hollywood, on Madison Avenue, and among the literati criticized by Snow.
(Rodney W. Nichols, 2010: 18)
Rodney W. Nichols mengemukakan bahwa contoh dari Dr. Faustu: di
cerita ini, ilmuwan dengan sepenuh hati menjual jiwa-jiwa mereka untuk
memperoleh kemudahan dan pengetahuan (1). Ilmu pengetahuan sepertinya
meliputi kemampuan gaib. Pendapat lainnya yaitu Dr. Strangelove: di dalam
karikatur humornya, ilmuwan dan insinyur menandatangani kontrak kesediaannya
membuat dalam kekuatan militer atau industri gabungan (2). Ilmu pengetahuan
sepertinya adalah motivasi dengan kecurigaan tidak terbatas dan kekuatan mentah,
tak dikendalikan dengan ganjaran moral. Orang-orang berpikiran hari ini, two
17
cultures atau dua kultur kontras yang bertanggung jawab antara insinyur, dokter,
atau penduduk kota dengan sebagian besar khayal mad ilmuwan. Demikian
pendapat dari masyarakat, dan mereka tetap pada tuntutannya visi penulis di
Hollywood, di Madison Avenue, dan di antara kritikan literatur oleh Snow.
Sumaji menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) terdiri dari physical sciences dan life sciences. Termasuk physical
sciences adalah ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorologi, dan
fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi, dan fisiologi (Sumaji
dalam Ali Nugraha, 2005: 4). Sedangkan Ernest Hagel memandang sains dari tiga
aspek; (1) aspek tujuan, sains sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk
memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia, (2) sains sebagai suatu
pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau
kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa, (3) sains sebagai metode, yaitu
merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah, mengetahui
penyebab suatu kejadian dan untuk mendapatkan teori dari objek yang diamati
(Ernest Hagel dalam Ali Nugraha, 2005: 4).
Selain itu, Menurut Carin dan Sund, IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, di mana dalam penerapannya secara
umum terbatas pada gejala alam. Secara utuh, IPA sebagai keilmuan terdiri dari 3
dimensi meliputi IPA sebagai produk (fakta, konsep, prinsip, dan lain-lain), proses
(metode/cara kerja ilmiah), dan sikap (sikap yang mendasari cara
bertindak/berproses). Ketiga dimensi tersebut sama pentingnya dan sebagai
kebulatan yang dibutuhkan dalam pengembangan pendidikan IPA (Carin dan
Sund dalam Suyitno Al, 1995: 110).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
upaya untuk mencari pengetahuan untuk memahami fenomena alam atau mencoba
menerangkan fenomena alam dan merupakan pengetahuan sistematis tentang
interaksi sebab dan akibat.
18
g. Pembelajaran IPA
Menurut Mackinnu pengajaran sains selama ini masih memiliki banyak
kelemahan antara lain:
1) Kurikulum dan pengajaran sains yang diterapkan saat ini merupakan
pengajaran yang berorientasi pada disiplin ilmu. Implikasinya materi yang
diajarkan kepada siswa sifatnya seringkali menjadi lebih abstrak dan jauh dari
pengalaman siswa.
2) Materi yang diajarkan siswa pada dasarnya merupakan materi yang
dipersiapkan untuk mengikuti pelajaran pada tahap berikutnya. Konsekuensi
dari hal ini adalah timbulnya kerugian bagi para siswa yang tidak mengikuti
salah satu tahap tersebut (dalam arti tidak meneruskan ke jenjang yang lebih
tinggi lagi).
3) Metode pengajaran pada umumnya menggunakan ceramah dan kadangkala
disertai dengan percobaan verifikasi laboratorium yang sudah jadi. Akibatnya,
siswa menjadi pasif dan sulit untuk berkembang apalagi sampai pada tingkat
mental dan emosionalnya.
4) Minimnya keterkaitan antara konsep dan teori dengan aplikasi dan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kurikulum dan pengajaran yang ada sangat terkotak-kotak dan tersekat satu
sama lainnya. Hal ini menyebabkan cara berpikir siswa menjadi terkotak-
kotak pula (Mackinnu dalam Rusmansyah dan Irhasyuarna, 2003: 98).
Sedangkan John S. Richardson dari Universitas Ohio dalam bukunya
Science Teaching in Secondary Schools, menyarankan digunakannya 7 prinsip
dalam pembelajaran IPA. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Keterlibatan siswa secara aktif
2) Belajar berkesinambungan
3) Motivasi
4) Multi saluran
5) Penemuan
6) Prinsip Totalitas
19
7) Perbedaan Individu (John S. Richardson dalam Hendro Darmodjo, 1993: 12-
15)
Sains dan pengajaran sains di Indonesia dapat dikatakan merupakan
transplantasi dari pendidikan barat. Karena merupakan transplantasi, proses
pertumbuhannya sering menemui kendala yang bertautan dengan budaya dan
kebiasaan setempat, lokal dan regional. Sikap yang seharusnya berkembang
bersama dengan bertumbuhnya pertanyaan mengenai kegunaan sains bagi
kehidupan dan sosial belum sepenuhnya terimbas.
Sebenarnya, pembelajaran IPA bagi siswa adalah mengajak siswa belajar
mengungkap gejala-gejala dan persoalan alam dengan mengikuti kaidah-kaidah
ilmiah seperti yang dilakukan oleh para peneliti, dan tidak sekedar mentransfer
pengetahuan secara informatif (Suyitno Al, 1995: 111-112). Pada prinsipnya, ada
tiga aspek pokok yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajaran IPA,
yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan aspek kognitif,
antara lain menyangkut peningkatan pengetahuan, kemampuan berpikir kritis,
logik dan kreatif, keterampilan mengungkap fenomena dan memecahkan masalah
dengan kaidah ilmiah. Aspek afektif terkait dengan pengembangan sikap dan
nilai-nilai. Aspek psikomotorik menyangkut pengembangan keterampilan fisik
yang mendukung untuk melakukan proses pengungkapan fenomena dan masalah
alam (Suyitno Al, 1995: 112).
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989
menyatakan bahwa secara umum, SD diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah (Hendro
Darmodjo, 1993: 6).
Tujuan di atas dapat dicapai dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya
dari pembelajaran IPA di SD yang diharapkan dapat membantu siswa dalam:
1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia
serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
2) Memiliki ketrampilan untuk mendapatkan ilmu.
20
3) Memiliki sikap ilmiah dalam mengenal alam sekitar dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapi.
4) Menyadari akan kebesaran Tuhan.
5) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Hendro Darmodjo, 1993: 6).
Pakar-pakar UNESCO tahun 1983 dalam konferensinya menyatakan
tentang manfaat pembelajaran IPA dan menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA
dapat:
1) Menolong siswa untuk berpikir logis terhadap kejadian sehari-hari dan
memecahkan masalah sederhana-sederhana yang dihadapi.
2) Menolong dan meningkatkan kualitas hidup manusia (aplikasinya dalam
teknologi) yakni menghasilkan teknologi yang sangat bermanfaat dalam
kehidupan masyarakat.
3) Membekali siswa sebagai calon penduduk di masa datang yang berorientasi
pada keilmuan dan teknologi.
4) Memberikan pola pikir yang baik dari suatu pembelajaran IPA yang baik.
5) Membantu siswa untuk memahami mata pelajaran lain karena adanya kaitan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
6) Memberi kesempatan mengenal lingkungan secara logis dan sistematis.
7) Menyenangkan siswa karena permasalahan yang dipecahkan adalah masalah
dari alam sekitar siswa baik buatan maupun kenyataan alam (Hendro
Darmodjo, 1993: 6-7).
Pada pengajaran sains saat ini mempunyai tujuan menciptakan warga
negara yang dapat mengerti sains dalam multidimensi dan multidisiplin.
Penguasaan ini akan membuat mereka dapat berprestasi mengimbangkan
intelegensi siswa dengan berpikir kritis, berusaha memecahkan masalah dan
membuat keputusan tentang bagaimana sains dan teknologi digunakan untuk
mengubah masyarakat. Pengajaran yang lengkap hendaknya melibatkan
pengajaran sains, teknologi, dan kultur masyarakat. Pengajaran yang merangkum
komponen-komponen tersebut telah berkembang pada tahun 1980-an dalam suatu
21
pendekatan yang disebut Science Technology Society/STS atau dikenal pula
sebagai Sains Teknologi Masyarakat/STM (Anna Poedjiadi, 2007: 111).
h. Pesawat Sederhana
Menurut Suwarno dan Hotimah, pesawat adalah semua alat yang berguna
untuk memudahkan pekerjaan rumah. Pesawat sederhana dibagi menjadi dua jenis
yaitu pesawat sederhana dan pesawat yang rumit (Suwarno dan Hotimah, 2009:
69). Pesawat sederhana menggunakan lintasan yang lebih jauh, namun
memudahkan menyelesaikan pekerjaan, contohnya tuas, katrol, bidang miring,
dan roda. Sedangkan pesawat rumit merupakan pesawat yang terbentuk dari
pesawat sederhana, contohnya mesin cuci, mixer, vacum cleaner.
Menurut Suwarno dan Hotimah (2009: 69), pesawat sederhana
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1) Tuas (Pengungkit)
Tuas memiliki tiga bagian yaitu titik tumpu, titik kuasa, dan titik beban. Titik
tumpu adalah tempat tuas ditumpu dan tempat tuas diputar. Titik kuasa adalah
tempat gaya bekerja pada tuas. Sedangkan titik beban adalah tempat di mana
gaya bekerjanya berat benda. Tuas digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
a) Tuas golongan pertama
Merupakan tuas dengan posisi titik tumpu berada di antara beban dan
kuasa. Contohnya adalah palu, gunting, pemotong kuku, tang, dan jungkat-
jungkit yang ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh Tuas Golongan Pertama (Choiril Asmiyawati, 2008:
99)
b) Tuas golongan kedua
Merupakan tuas dengan posisi beban berada di antara beban dan kuasa.
22
Contohnya adalah gerobak roda satu, pembuka kaleng, pemotong kertas,
dan pembuka tutup botol yang ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Contoh Tuas Golongan Kedua (Choiril Asmiyawati, 2008:
100)
c) Tuas golongan ketiga
Merupakan tuas dengan posisi kuasa berada di antara titik tumpu dan
beban. Contohnya adalah pinset, staples, dan menyapu yang ditampilkan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Contoh Tuas Golongan Ketiga (Choiril Asmiyawati, 2008:
100)
2) Bidang Miring
Bidang miring adalah permukaan datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi
dari ujung yang lain. Bidang miring bermanfaat dalam mempermudah
memindahkan barang yang berat. Contohnya dapat digunakan saat
memindahkan barang ke tempat tinggi, tangga, jalan di pegunungan, paku,
tatah, kapak, dan pisau yang ditampilkan pada Gambar 4.
23
Gambar 4. Contoh Bidang Miring (Choiril Asmiyawati, 2008: 101-102)
3) Katrol
Katol adalah suatu roda yang berputar pada porosnya. Digunakan untuk
mengangkat benda yang sangat berat dan digunakan bersama-sama dengan
rantai atau tali. Berdasarkan penggunaannya, katrol dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a) Katrol tetap
Merupakan katrol yang posisinya tidak berubah karena dipasang pada suatu
tempat yang tetap. Kuasa yang dibutuhkan sama dengan berat benda itu
sendiri. Contohnya katrol pada sumur timba dan katrol pada kerekan
bendera yang ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Contoh Katrol Tetap (Choiril Asmiyawati, 2008:103)
b) Katrol bebas
Merupakan katrol yang posisinya bisa berubah karena tidak dipasang pada
suatu tempat tertentu. Katrol ditempatkan di atas tali dan beban dikaitkan
dengan katrol kemudian salah satu ujung tali diikat pada tempat yang tetap
dan ujung yang lain ditarik keatas sehingga katrol dan beban terangkat.
Kuasa yang diperlukan lebih kecil daipada kuasa pada katrol tetap. Contoh
katrol bebas ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Contoh Katrol Bebas (Choiril Asmiyawati, 2008:103)
24
c) Katrol campuran
Merupakan perpaduan antara katrol tetap dan katrol bebas yang
dihubungkan dengan tali. Beban dikaitkan pada katrol yang bebas kemudian
salah satu ujung tali diikat pada penopang katrol tetap sedangkan ujung tali
yang lain ditarik sehingga beban dan katrol bebas terangkat. Contoh katrol
campuran ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Contoh Katrol Campuran (Heri Sulistyanto, 2008:118)
4) Roda
Roda digunakan untuk mempermudah memindahkan beban. Bentuk roda
yang bundar membuatnya mudah bergerak (Suwarno dan Hotimah, 2009: 69).
Penggunaan roda untuk memindahkan barang dengan memperkecil gaya
gesekan antara benda dan bidang gesek. Roda berporos terdiri dari sebuah
roda yang dihubungkan dengan sebuah poros sehingga dapat berputar
bersama-sama. Contohnya kursi roda, roda sepeda, roda motor, roda mobil,
dan troli yang ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Contoh Penggunaan Roda (Choiril Asmiyawati, 2008:103)
2. Hakikat Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
a. Pengertian Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pengajaran IPA di SD selalu mengalami kemajuan sesuai dengan
perkembangan jaman. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan
kualitas IPA secara optimal. Perkembangan IPA terutama dari segi metode yang
25
diterapkan pada proses pengajaran IPA telah mengalami beberapa perkembangan
sesuai dengan perkembangan jaman dan disesuaikan dengan lingkungan
kehidupan sehari-hari serta keterampilan maupun kemampuan siswa.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan istilah yang
diterjemahkan dari bahasa Inggris “science technology society”, yang pada
awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning
about Science and Society. Pembelajaran science technology society berarti
menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat (John
Ziman dalam Anna Poedjiadi, 2007: 99). Iskandar juga menyampaikan bahwa
STM merupakan pendekatanterpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di
masyarakat (Iskandar dalam Hidayati, Mujinem dan Anwar Senen, 2008: 6-29).
Science and technology studies (STS) is the study of how social, political,
and cultural values affect scientific research and technological innovation, and
how these in turn affect society, politics, and culture. STS scholars are interested
in a variety of problems including the relationships between scientific and
technological innovations and society, and the directions and risks of science and
technology. More than two dozen universities worldwide offer baccalaureate
degrees in STS; about half of these also offer doctoral or master's programs
(Wikipedia dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Science_and_technology_studies,
2010). Menurut Wikipedia ini, ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri dari aspek
sosial, politis, nilai kebudayaan yang mempengaruhi riset ilmiah dan penemuan
teknologi, dan pada gilirannya, STS mempengaruhi masyarakat, politik, dan
budaya. STS tertarik akan berbagai masalah termasuk hubungan antara ilmiah dan
penemuan teknologi dan masyarakat, arah dan resiko ilmu pengetahuan dan
teknologi. Lebih dari dua lusin universitas seluruh dunia membuka jurusan STS,
tentang setengah dari ini juga doktoral atau master program.
Menurut Rusmansyah & Yudha Irhasyuarna, STM adalah suatu
pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, masalah yang
akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan guru. Pendekatan
ini melibatkan siswa dalam menentukan prosedur pelaksanaan, pencarian
informasi, dan dalam evaluasi (Rusmansyah & Yudha Irhasyuarna, 2003: 99).
26
Tujuan utama pendekatan STM ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang
cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah dalam masyarakat (NSTA Report dalam Rusmansyah &
Yudha Irhasyuarna, 2003: 99).
Apabila ditinjau dari tuntutan kurikulum 2004, penerapan STM dalam
pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Adapun keenam ranah yang terlibat dalam model
pembelajaran STM dapat dirinci sebagai berikut: (a) Konsep, fakta,
generalisasi diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan
masing-masing bidang ilmu. (b) Proses diartikan dengan bagaimana proses
memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu. (c) Kreatifitas mencakup 5
perilaku individu yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi,
sensitivitas. (d) Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi ini
merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan transfer belajar adalah
apabila ia dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam
situasi lalu. (e) Sikap yang dalam hal ini mencakup menyadari kebesaran
Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan. (f) Cenderung untuk
melakukan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang
memerlukan peran sertanya (Anna Poedjiadi, 2007: 131-132).
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh Penn State bahwa STM
merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread
realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society,
education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran
dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di
antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita
terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana
pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi
bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini (Penn
State dalam http://idahariyanti.student.fkip.uns.ac.id/files/2009/.../SBM-TGL-
7.docx.doc, 2008).
Jadi, pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan yang tidak memisahkan antara ilmu pengetahuan, teknologi yang
digunakan dan penerapan keduanya dalam masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, terutama dalam proses pembelajaran IPA.
27
b. Karakteristik Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Menurut Srini M. Iskandar, pendekatan STM ini memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah oleh murid di dalam masyarakat yang memilki dampak
negatif.
2) Mempergunakan masalah yang ada di masyarakat yang ditemukan murid yang
ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk
menyampaikan pokok bahasan.
3) Menggunakan sumber daya yang ada di dalam masyarakat baik materi
maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun
informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata
dari kehidupan sehari-hari.
4) Meningkatkan pengajaran IPA melampaui jam pelajaran dalam kelas, ruang
kelas, dan gedung sekolah.
5) Meningkatkan kesadaran murid akan dampak ilmu pengetahuan alam dan
teknologi.
6) Memperluas wawasan murid mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari
sesuatu yang dikuasi untuk lulus ujian.
7) Mengikutsertakan murid untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi
teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari.
8) Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam suatu institusi dari
dalam masyarakat.
9) Memfokuskan pada karir yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan
alam.
10) Meningkatkan kesadaran murid akan tanggung jawabnya sebagai warga
negara dalam memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat
terutama masalah-masalah yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
11) Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi
murid.
28
12) Ilmu pengetahuan alam yang mengacu pada masa depan (Srini M. Iskandar
dalam Rusmansyah & Irhasyuarna, 2003: 99).
Skema pendekatan Science, Technology, and Society ditampilkan pada
Gambar 9.
Gambar 9. Skema Pendekatan Science, Technology, and Society
Religious dogmas and political and social ideologies as well as different
philosophies have in various periods exerted a determining influence on the
course of science and technology all the way to today‟s stem cell
controversy. Clearly, the polarization between science and religion weakens
societies and continues to be unresolved (George Bugliarelo, 2008: 104-
105).
George Bugliarelo menjelaskan bahwa kepercayaan agama dan politis
dan sosial ideologi berbeda dengan filosofi yang mempunyai masa dan
menggunakannya dalam mempengaruhi ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua
jalan ke masa kini menahan kontroversi sel dengan jelas, polarisasi di antara ilmu
pengetahuan dan agama melemahkan sosial dan lanjutan yang belum terpecahkan.
Tiga landasan penting dari pendekatan STM, yaitu: adanya keterkaitan
yang erat antara sains, teknologi, dan masyarakat, proses belajar mengajar,
pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa si
pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungan, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains,
ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi (Hadiat dalam Rusmansyah &
Irhasyuarna, 2003: 100).
29
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat
Pendekatan STM ini mempunyai berbagai kelebihan, tetapi juga
memiliki kekurangan. Beberapa kelebihan dalam penerapan pendekatan STM:
1) Relevan untuk masyarakat mendatang, karena siswa sekarang akan hidup di
dunia yang didominasi oleh manifestasi dari ilmu dan teknologi.
2) Relevan terhadap tenaga kerja masa yang akan datang. Siswa akan memasuki
dunia kerja yang berdasarkan pada sains dan teknologi.
3) Relevan terhadap kehidupan sehari-hari. Bagaimanapun, ilmu pengetahuan
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari akan menarik dan memotivasi
siswa untuk lebih aktif lagi.
4) Relevan dengan dunia global. Kita hidup di dunia dengan berbagai macam
budaya dan hal itu berpengaruh penting terhadap pembuatan kurikulum sains
yang berbeda-beda.
Setiap pendekatan pengajaran selain memiliki kelebihan juga mempunyai
kelemahan, begitu pula dengan pendekatan STM. Namun, kelemahan tersebut
tidak dijadikan suatu penghalang untuk pengembangan dengan penggunaannya.
Adapun kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
1) Kurangnya pengetahuan materi dan wawasan guru, sehingga proses belajar
dan diskusi secara keseluruhan kurang lancar.
2) Membutuhkan waktu yang cukup banyak, sehingga guru harus merinci alokasi
waktu dengan baik sesuai dengan kurikulum.
3) Penguasaan konsep, karena pengajaran dengan pendekatan STM berawal dari
isu yang ada di masyarakat yang mungkin membutuhkan pembahasan dengan
multi konsep.
d. Pelaksanaan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah suatu
bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep
sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam
berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
30
terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat (Prayekti, 2002:
777). Dalam hal ini, Hidayat dan Poedjiadi berpendapat sama, bahwa belajar IPA
melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan teknologi
dirasakan lebih dekat, dan lebih punya arti dibandingkan dengan konsep-konsep
dan teori IPA itu sendiri (Hidayat dan Poedjiadi dalam Prayekti, 2002: 777).
Selanjutnya, Poedjiadi menyatakan bahwa pendekatan STM
menitikberatkan pada penyelesaian masalah dan proses berpikir yang melibatkan
transfer jarak jauh. Artinya, menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah
pada situasi di luar sekolah yang ada di masyarakat, misalnya pesawat sederhana,
merupakan alat bantu yang dapat memudahkan manusia dalam melaksanakan
kegiatannya sehari-hari di masyarakat (Poedjiadi dalam Prayekti, 2002: 777).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki ciri yang
paling utama, yang dilakukan dengan memunculkan isu sosial di awal
pembelajaran dan guru sebelumnya sudah memiliki isu yang sesuai dengan
konsep yang akan diajarkan. Pembelajaran IPA bukan hanya mentransfer apa saja
yang disebutkan dalam buku teks, tetapi IPA diperoleh melalui penelitian dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu yang disebut metode ilmiah (Prayekti,
2002: 777).
Berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 3 menyatakan bahwa “Pengantar IPA (sains)
dan teknologi merupakan bahan yang harus dikaji sejak siswa belajar pada tingkat
pendidikan dasar”. Yang diperbaharui pada Undang-undang Tahun 2003 pasal 36
dinyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dengan
memperhatikan antara lain perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Selanjutnya pasal 37 (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat antara ilmu pengetahuan alam. Intinya adalah dalam
pembelajaran sains perlu dihubungkan antara konsep dan teknologi yang terkait.
Sebagai contoh, dalam menjelaskan konsep bunyi dapat dikaitkan dengan
penggunaan pesawat telepon serta manfaatnya bagi masyarakat (Anna Poedjiadi,
2007: 112).
31
Menurut Anna Poedjiadi, langkah-langkah dalam pendekatan
pembelajaran STM dapat dilihat dari bagan pada Gambar 10:
Gambar 10. Skema Langkah-langkah Pembelajaran STM (Anna Poedjiadi, 2007:
126)
Berdasarkan skema tersebut dapat dirinci menjadi: Tahap 1, kekhasan
model ini adalah dikemukakannya isu-isu yang ada di masyarakat yang dapat
digali dari siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari
siswa dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri. Isu yang dikemukakan dapat
bermasah atau tidak bermasalah, isu ini dapat merupakan pernyataan yang
mengundang pro dan kontra sehingga mengharuskan siswa berpikir untuk
menganalisis isu tersebut. Tahap 2, proses pembentukan konsep dapat dilakukan
dengan berbagai macam metode, misalnya ceramah, demonstrasi atau diskusi
kelompok. Pada akhir tahap ini diharapkan konstruksi dan rekonstruksi siswa
menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Pendahuluan:
Inisiasi/invitasi/apersepsi/
eksplorasi thd siswa
Pembentukan/
pengembangan konsep
Analisis konsep dalam
kehidupan: penyelesaian
masalah atau analisis isu
Penilaian
Pemantapan konsep
Pemantapan konsep
Pemantapan konsep
Isu/masalah
32
ilmuan. Tahap 3, berbekal pemahaman konsep siswa melakukan analisis terhadap
isu tersebut yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan. Pada tahap ini anak
harus mengambil contoh tindakan atas isu atau masalah yang dikemukakan di
awal tetapi harus bisa menjelaskan alasan mengapa tindakan tersebut diambil.
Tahap 4. Pada pemantapan konsep ini guru perlu meluruskan jika ada miskonsepsi
yang dialami siswa pada saat pembelajaran. Bila tidak ada miskonsepsi pada saat
siswa melakukan pembelajaran guru cukup memberi penekanan pada konsep-
konsep yang harus siswa pahami. Tahap 5. Kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran (Anna Poedjiadi,
2007: 126).
Sedangkan menurut Hidayati, Mujinem dan Anwar Senen, tahap-tahap
pembelajaran dengan pendekatan STM di bagi menjadi lima yaitu:
1) Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan
isu/masalah aktual yang ada di masyarakat.
2) Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkontruksi
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
3) Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis
isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan
konsep yang telah dipahami siswa.
4) Tahap pemantapan konsep, guru memberikan pemahaman konsep agar tidak
terjadi kesalahan konsep pada siswa.
5) Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil (Hidayati,
Mujinem dan Anwar Senen, 2008: 6-34).
Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah
yang disampaikan Anna Poedjiadi, karena langkah yang disampaikan lebih rinci
sehingga mmudah dipahami dan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
peneliti menggunakan bahan percobaan yang berupa teknologi yang sudah ada
dalam masyarakat mengenai pesawat sederhana yaitu tuas, bidang miring, katrol,
dan roda. Pembelajarannya menggunakan metode diskusi kelompok dengan
pembagian tugas yang rata bagi setiap anggota kemudian melakukan percobaan
33
menggunakan pesawat sederhana sesuai dengan petunjuk yang benar. Hal ini
dilakukan agar setiap siswa dapat aktif menerima pembelajaran.
Siswa yang mengalami pembelajaran IPA dengan pendekatan STM akan
tampak berbeda dari siswa yang mengalami pengajaran IPA secara tradisional.
Pada pengajaran dengan pendekatan STM, siswa melihat proses sains sebagai
keterampilan yang dapat mereka gunakan, menjadi lebih ingin tahu tentang segala
sesuatu yang ada di dunia ini, memandang guru sebagai fasilitator, dan lebih
banyak bertanya, terampil dalam mengajukan sebab akibat dari hasil pengamatan
dan penuh dengan ide murni (Eddy Hidayat dalam Prayekti, 2002: 778). Hal ini
semua, akan meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPA di kelas.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Uswatun Khasanah tahun 2007 Mahasiswa FKIP Biologi UNS
dalam skripsinya yang berjudul: “Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”
(Tidak dipublikasikan). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa
dengan penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan
hasil belajar biologi, dengan F hitung untuk ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik yaitu 5,482; 14.443 dan 6.550 > 3.97/F tabel. Simpulan kedua,
minat belajar terhadap hasil belajar, dengan F hitung untuk ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik yaitu 6.024; 7.991; dan 12.595 > 3.97/F tabel. Simpulan ketiga,
pendekatan STM efektif digunakan dalam pembelajaran Biologi materi pokok
Perubahan dan Pencemaran Lingkungan siswa kelas X Tahun Ajaran 2006/2007.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-
sama mengkaji pembelajaran yang menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat. Perbedaannya terletak pada hasil tindakan yang diharapkan.
Karlina Noor Idain (2008) Mahasiswa FKIP Fisika UNS dalam
skripsinya yang berjudul: “Pengajaran Fisika dengan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) melalui Metode Demonstrasi di SMP Negeri 2 Kartasura
34
Tahun Ajaran 2007/2008”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada pengajaran Fisika di SMP
Negeri 2 Kartasura lebih efektif daripada pendekatan induktif (thitung = 2,5014 >
ttabel = 1,67). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan
adalah sama-sama mengkaji pembelajaran yang menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat. Perbedaannya terletak pada hasil tindakan yang
diharapkan.
Syarifuddin dalam penelitiannya yang berjudul: “Upaya Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa dengan Cooperative Learning Tipe Jigsaw” yang
diterbitkan pada Jurnal Wawasan Pendidikan dan Pembelajaran yang diterbitkan
oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat volume 3,
No. 2 Bulan Juli 2008 halaman 93-107. Berdasarkan hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe
Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran Fisika pada siswa dan
penggunaan model Cooperatve Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan
kebersamaan dan solidaritas siswa di kelas X-6 SMA Negeri 3 Padang tahun
pelajaran 2007/2008. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah sama-sama mengkaji upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang diterapkan.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nita Andara dan Gugus S Guru SMAN 10 Padang yang berjudul
“Peningkatan Aktivitas Siswa Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Metode Tutor Sebaya” dalam Jurnal Wawasan Pendidikan dan
Pembelajaran yang diterbitkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) Sumatera Barat volume 3, No. 2 Bulan Juli 2008 halaman 133-146.
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X3 SMA Negeri 10 Padang Sumatera
Barat. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif melalui tutor sebaya maka akan terjadi
peningkatan aktivitas siswa belajar fisika dan sebagai dampaknya nilai hasil
belajar pun meningkat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti
35
lakukan adalah sama-sama mengkaji upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang diterapkan.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat proses pembelajaran
diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3
Ngraji Purwodadi Grobogan dinilai masih rendah. Rata-rata aktivitas belajar IPA
siswa hanya 56,88. Hal ini juga berakibat rendahnya nilai IPA siswa, karena dari
43 siswa, ada 14 siswa atau 67,44 % yang belum memenuhi KKM > 65. Selain
itu, model pembelajaran yang digunakan guru selama ini masih konvensional
karena didominasi ceramah dan tanya jawab sehingga belum bisa
mengoptimalkan aktivitas belajar IPA siswa. Akibatnya hasil belajar IPA siswa
menjadi rendah pula. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan model
pembelajaran yang tepat agar aktivitas belajar IPA siswa meningkat, salah satunya
yaitu dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
Peneliti memilih pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA karena dengan pendekatan ini dapat
memungkinkan siswa berperan aktif dan dapat menarik perhatian siswa sehingga
aktivitas belajar IPA siswa meningkat. Selain itu, siswa dapat mengetahui
benda/teknologi nyata yang ada di masyarakat sehingga siswa mudah
menghubungkannya dengan materi pesawat sederhana yang akan dipelajari.
Tujuan utama pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ini adalah menghasilkan
siswa yang cukup mempunyai bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil
keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat. Indikator
ketercapaian tujuan yang ingin diraih dalam penelitian adalah 70 % pada siklus I
dan 75 % pada siklus II.
Pada kondisi akhir setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat ini dalam pelaksanaan pembelajaran IPA diharapkan aktivitas belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji meningkat. Pada akhirnya, hasil belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji dapat meningkat pula. Untuk mengetahui
rencana jalannya penelitian, perlu digambarkan sebuah alur kerangka berpikir
36
yang mempunyai gambaran jelas dalam melakukan penelitian yang ditunjukkan
pada Gambar 10:
Gambar 11 . Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti
membuat rumusan hipotesis yaitu “Dengan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010”.
Tindakan
Keadaan
Akhir
Keadaan
Awal
1. Rata-rata aktivitas belajar
IPA siswa kelas V SD
Negeri 3 Ngraji masih
rendah yaitu 56,88
2. Pada mata pelajaran IPA,
ada 29 siswa kelas V SD
Negeri 3 Ngraji atau 67,5 %
belum mencapai KKM > 65
Dalam pembelajaran Pesawat
Sederhana guru menggunakan
pendekatan STM
Siklus I
Indikator ketercapaian
tujuan sebesar 70 %
Siklus II Indikator ketercapaian
tujuan sebesar 75 %
Melalui pendekatan STM dapat
meningkatkan aktivitas belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri 3
Ngraji
1. Guru belum
menggunakan
pendekatan STM
2. Metode yang
digunakan guru dalam
pembelajaran
didominasi ceramah,
tanya jawab, dan
konvensional
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi
Grobogan yang dipimpin oleh Sriyati, S.Pd. SD. Tempat ini dipilih karena waktu
dan keberadaan tempat untuk memudahkan peneliti memperoleh data. Alasan lain
adalah peneliti sudah mengenal kondisi dan lingkungan sekolah ini dengan baik.
Sekolah ini terdiri dari 6 kelas mulai dari kelas I sampai kelas VI, dengan jumlah
siswa tiap kelas berkisar 40 sampai 50 siswa. Lokasinya dekat dengan jalan raya
sehingga sarana transportasi cukup mudah. Sarana dan prasarana yang
mendukung pembelajaran antara lain blackboard, alat peraga, perpustakaan, dan
yang lainnya. Ruang kelas V berada di antara kelas VI dan kelas IV. Berdasarkan
pengamatan peneliti ruangannya cukup bersih, nyaman, dan penerangannya pun
cukup bagus. Namun, ruang kelas V masih kurang luas untuk jumlah siswa yang
mencapai 43 orang.
Siswa yang bersekolah di sini adalah anak-anak yang orang tuanya
kebanyakan bekerja sebagai petani. Siswa yang orangtuanya pegawai cukup
sedikit jumlahnya dibandingkan dengan petani. Kreativitas dan kemampuan
berpikir siswa-siswa di SD Negeri 3 Ngraji dapat dikatakan rata-rata sedang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010,
selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2010 sampai Juni 2010. Tahap
perencanaan dan persiapan dilaksananakan pada bulan Januari 2010 sampai Maret
2010 (pada lampiran 1). Pembelajaran IPA dilaksananakan pada bulan April 2010
dan Mei 2010 dengan perincian siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan
selama satu minggu yaitu pada minggu kelima. Siklus II dilakukan sebanyak tiga
kali pertemuan selama dua minggu yaitu pada minggu pertama bulan Mei 2010.
Pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pelajaran IPA di kelas V.
38
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Data yang diperoleh serta dikumpulkan berupa data yang langsung
tercatat dari kegiatan peneliti di lapangan sehingga bentuk model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan pendekatan yang
dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research
(CAR). Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan PTK adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah kelas secara bersamaan (Suharsimi
Arikunto dalam Iskandar, 2009: 20).
PTK menggunakan strategi tindakan dari identifikasi masalah,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan
refleksi. Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana tindakan
sampai dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam
pelaksanaan tindakan ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu
tercapainya tujuan PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut
pada tindakan selanjutnya.
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian tindakan kelas, langkah-langkah yang diambil
adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti
hanya satu sekolah. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK meliputi: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis
dan refleksi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 12:
39
Gambar 12. Alur Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 43 siswa, terdiri
dari 22 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan serta guru kelas V. Sedangkan
guru kelas V adalah FR. Evyani S., S. Pd. Peneliti memilih kelas ini karena
berdasarkan pengamatan dan survei awal, siswa kelas ini mempunyai kekurangan
dalam aktivitas belajar khususnya IPA. Selain siswa, guru juga menjadi subjek
penelitian berkaitan dengan kegiatan guru saat mengajar. Objek penelitiannya
adalah aktivitas belajar siswa mata pelajaran IPA.
D. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yang dapat digali untuk
mendapatkan berbagai informasi guna memperlancar penelitian, yaitu pertama
informan, yakni guru kelas V SD Negeri 3 Ngraji yaitu ibu FR. Evyani, S.Pd.
Kedua, peristiwa yaitu proses belajar mengajar IPA yang terjadi serta sikap guru
dan siswa dalam aktivitas pembelajaran tersebut. Sumber yang terakhir yaitu data
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Aksi
Observasi
Refleksi
Observasi
Refleksi Aksi
Perencanaan Ulang
40
dan dokumen yang berupa nilai belajar IPA awal, tes siklus I dan II, angket, dan
lembar observasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, angket,
tes, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas). Observasi
dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan pengamat
melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian
yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Dalam hal ini, observasi dilakukan di
kelas V SD Negeri 3 Ngraji. Observasi yang dilakukan meliputi observasi
aktivitas belajar IPA siswa dan observasi guru.
Tujuan dilakukan observasi pada siswa adalah untuk mengetahui
aktivitas belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhana. Observasi dilakukan
melalui dua tahap yaitu:
a. Observasi pada saat proses belajar mengajar pada pokok bahasan pesawat
sederhana.
b. Observasi pada saat siswa mengerjakan soal tes, hal ini dilakukan untuk
mengetahui hasil pembelajaran siswa setelah dilakukan tindakan.
Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari
pancainderanya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif
jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku
dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi
mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau
persepsi dari subyek yang diteliti.
Observasi yang dilakukan pada aktivitas belajar IPA siswa yang
disampaikan oleh Paul B. Diedrich, aktivitas belajar di sini dibagi menjadi 8
komponen yang meliputi: Visual activities, Oral activities, Listening activities,
Writing activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities,
Emosional activities. Kategori rata-rata skor aktivitas belajar siswa adalah: ≤ 60
41
atau kurang sekali, 61-70 atau kurang, 71-80 atau sedang, 81-90 atau baik, dan 91-
100 atau baik sekali (Paul B. Diedrich dalam Sardiman A. M., 2000: 101).
Kriteria penyekoran dalam observasi aktivitas siswa yaitu:
a. Skor 10: Jika tidak ada siswa yang melaksanakan indikator
b. Skor 20: Jika 1-5 siswa melaksanakan indikator
c. Skor 30: Jika 6-10 siswa melaksanakan indikator
d. Skor 40: Jika 11-15 siswa melaksanakan indikator
e. Skor 50: Jika 16-20 siswa melaksanakan indikator
f. Skor 60: Jika 21-25 siswa melaksanakan indikator
g. Skor 70: Jika 26-30 siswa melaksanakan indikator
h. Skor 80: Jika 31-35 siswa melaksanakan indikator
i. Skor 90: Jika 36-40 siswa melaksanakan indikator
j. Skor 100: Jika 41-43 siswa melaksanakan indikator
Selain observasi aktivitas siswa, dalam pelaksanaan siklus dilakukan
observasi aktivitas guru dalam pembelajaran dengan pendekatan STM di kelas V
SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan oleh guru kolaborator yaitu ibu F.R.
Evyani, S. Pd. Aktivitas guru yang diamati meliputi: persiapan guru memulai
kegiatan pembelajaran, kemampuan guru mengelola kelas, kemampuan mengelola
waktu pembelajaran, kemampuan memberikan apersepsi, kemampuan
menyampaikan materi, kemampuan guru memberikan pertanyaan, kemampuan
membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep, perhatian guru terhadap
siswa, kemampuan mengembangkan aplikasi, dan kemampuan menutup pelajaran,
2. Angket
Angket berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa. Tujuan
pemberian angket ini adalah siswa bersedia memberi respon terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan jawaban sebenarnya. Melalui
angket dapat mengetahui pula aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama
kegiatan pembelajaran. Pada pembuatan angket ini menggunakan angket pilihan
ganda yang mempunyai pilihan jawaban relatif berbeda untuk setiap siswa dan
tidak ada jawaban kategori benar atau salah. Namun, dalam setiap pilihan jawaban
mempunyai bobot skor yang berbeda. Dalam pembuatan pertanyaan angket
42
terdapat dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.
Pedoman penilaian angket ini (indikator angket diambil dari Sanapiah Faisal,
1981: 44-48) dapat dirinci sebagai berikut:
Untuk butir soal positif:
a. Pilihan jawaban (a) selalu mempunyai skor 5
b. Pilihan jawaban (b) sering, mempunyai skor 4
c. Pilihan jawaban (c) kadang-kadang, mempunyai skor 3
d. Pilihan jawaban (d) pernah, mempunyai skor 2
e. Pilihan jawaban (e) tidak pernah, mempunyai skor 1
Untuk butir soal negatif:
a. Pilihan jawaban (a) selalu, mempunyai skor 1
b. Pilihan jawaban (b) sering, mempunyai skor 2
c. Pilihan jawaban (c) kadang-kadang, mempunyai skor 3
d. Pilihan jawaban (d) pernah, mempunyai skor 4
e. Pilihan jawaban (e) tidak pernah, mempunyai skor 5
Total skor maksimal= 100
Kategori Penilaian:
a. Skor > 85 = sangat baik
b. Skor 75-90 = baik
c. Skor 60-75 = cukup
d. Skor 50-60 = kurang
e. Skor < 50 = sangat kurang
3. Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan tindakan sehingga
peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki
proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui dua siklus dan
evaluasi dilakukan diakhir siklus pertama agar dapat digunakan sebagai
pertimbangan pelaksanaan siklus selanjutnya.
43
Dalam pengumpulan data melalui tes ini, peneliti menggunakan pedoman
nilai KKM di SD Negeri 3 Ngraji yaitu nilai ≤ 65 termasuk di bawah KKM/dapat
dikatakan belum tuntas dan nilai > 65 termasuk di atas KKM/dapat dikatakan
tuntas. Tes diberikan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Ngarji yang meliputi tes
pemahaman siswa tentang materi pesawat sederhana. Tes dilakukan di ruang kelas
V SD Negeri 3 Ngraji.
4. Dokumentasi
Dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen dan catatan
sekolah mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa.
Digunakan untuk memperoleh data berupa nama siswa kelas V, data nilai siswa
kelas V, dan sejarah perkembangan SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan.
Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang
berupa foto dan video.
F. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisa ada tiga komponen yang harus disadari oleh
peneliti. Tiga komponen tersebut adalah (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan
(3) penarikan simpulan (verifikasi) dan refleksi.
1. Reduksi Data
H. B. Sutopo menjelaskan reduksi data merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Dalam reduksi
data yang diperoleh dari hasil observasi yang ditulis dalam bentuk data,
dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari
polanya. Jadi, data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih sistematis,
ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan
dalan penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data
yang diperoleh bila diperlukan (H. B. Sutopo, 2002: 91).
Dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 3 Ngraji,
peneliti memperoleh beberapa data berupa nilai tes IPA siswa kelas V, skor
angket aktivitas, observasi kegiatan guru, observasi aktivitas siswa, dan nilai hasil
percobaan siswa dalam kelompok. Semua data tersebut digunakan dalam hasil
44
penelitian, tetapi data yang berasal dari nilai hasil percobaan dalam kelompok
tidak diolah dan tidak disajikan dalam penyusunan laporan.
2. Penyajian Data
Menurut H. B. Sutopo, sajian data merupakan suatu rakitan organisasi
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Pada tahap ini data yang telah direduksi dan dikelompokkan
dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk
melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis
dalam paparan data (H.B. Sutopo, 2002: 92).
Dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 3 Ngraji, data
yang disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes IPA siswa kelas V, skor
angket aktivitas, observasi kegiatan guru, dan observasi aktivitas siswa.
3. Penarikan simpulan atau verifikasi, dan refleksi
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data
agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis yang
terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan.
Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara
bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus I,
dan simpulan terakhir yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai
dengan yang terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Setelah semua data disajikan dalam laporan, peneliti menarik simpulan
yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian.
Menurut H. B. Sutopo proses analisis tersebut dapat ditunjukkan pada
Gambar 13:
45
Gambar 13. Model Analisis Interaktif (H. B. Sutopo, 2002: 96)
G. Uji Validitas Data
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan dua macam yaitu:
1. Triangulasi Data
Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Informasi
dari narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber
lainnya. Dalam melaksanakan penelitian di kelas V SD Negeri 3 Ngraji, peneliti
melakukan pendekatan dengan guru kelas V dan siswa kelas V untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data yang diperlukan dalam
penelitian yaitu data aktivitas belajar IPA siswa yang berasal dari skor angket
aktivitas siswa dan hasil observasi aktivitas siswa. Sedangkan nilai hasil belajar
IPA siswa berasal dari tes yang dilakukan pada pembelajaran IPA materi pesawat
sederhana.
2. Triangulasi Metode
Mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya angket dan observasi.
Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini diusahakan mengarah
pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Dalam
melaksanakan penelitian di kelas V SD Negeri 3 Ngraji, peneliti menggunakan
angket aktivitas dan observasi aktivitas untuk mengetahui peningkatan aktivitas
siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji.
pengumpulan
data
sajian data reduksi data
penarikan
simpulan/verifikasi
46
H. Indikator Ketercapaian
Penelitian ini dikatakan berhasil jika penggunaan pendekatan STM dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji yang
meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing activities,
Drawing activities, Motor activities, Mental activities, dan Emosional activities
hingga mencapai 70 % pada siklus I, dan akhirnya mencapai 75 % pada siklus II.
Lembar observasi aktivitas belajar IPA siswa dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa
No Komponen Aktivitas Siswa Skor Rata-
rata Keterangan
1
Visual activities
a. Membaca
b. Memperhatikan gambar
c. Demonstrasi
d. Percobaan
Kriteria Penyekoran:
a. Skor 10: Jika tidak ada siswa
yang melaksanakan indikator
b. Skor 20: Jika 1-5 siswa
melaksanakan indikator
c. Skor 30: Jika 6-10 siswa
melaksanakan indikator
d. Skor 40: Jika 11-15 siswa
melaksanakan indikator
e. Skor 50: Jika 16-20 siswa
melaksanakan indikator
f. Skor 60: Jika 21-25 siswa
melaksanakan indikator
g. Skor 70: Jika 26-30 siswa
melaksanakan indikator
h. Skor 80: Jika 31-35 siswa
melaksanakan indikator
i. Skor 90: Jika 36-40 siswa
melaksanakan indikator
j. Skor 100: Jika 41-43 siswa
melaksanakan indikator
Kategori Skor:
≤60 :(Kurang Sekali)
61-70 :(Kurang )
71-80 :(Sedang)
81-90 :(Baik)
91-100 :(Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich dalam
Sardiman A. M., 2000: 101)
2 Oral activities
a. Menyatakan
b. Merumuskan
c. Bertanya
d. Mengeluarkan pendapat
e. Diskusi
3 Listening activities
a. Mendengarkan uraian
b. Percakapan
4 Writing activities
a. Menulis laporan
b. Menyalin dan mencatat
materi penting
5 Drawing activities
a. Menggambar
b. Membuat tabel/grafik
47
6 Motor activities
a. Melakukan percobaan
b. Membuat konstruksi model
7 Mental activities
a. Menanggapi
b. Mengingat
c. Memecahkan soal
d. Menganalisis
e. Melihat hubungan
8 Emosional activities
a. Menaruh minat
b. Gembira
c. Berani
d. Tenang
Jumlah
Rata-rata
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pengenalan Masalah
a. Mengidentifikasi masalah aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3
Ngraji. Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi dan pendekatan
terhadap siswa serta guru berkaitan dengan aktivitas belajar IPA siswa.
Berdasarkan observasi dan pendekatan itu peneliti melakukan pengamatan
untuk mengetahui permasalahan yang sedang terjadi pada aktivitas belajar
IPA siswa sebelum tindakan dilakukan.
b. Menganalisis masalah secara mendalam yang berkaitan dengan aktivitas
belajar siswa yang berpedoman pada teori yang relevan.
2. Tahap Persiapan Tindakan
a. Penyusunan jadwal penelitian tindakan pertama.
48
b. Penyusunan rencana pembelajaran menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (lampiran 9).
c. Penyusunan evaluasi berupa instrumen angket (lampiran 2, 3, 4, dan 5),
lembar observasi aktivitas belajar IPA siswa dan tes/evaluasi.
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini rencana tindakan disusun dalam dua siklus, setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Peneliti melakukan hipotesis tindakan yaitu untuk meningkatkan aktivitas
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM). Tindakan dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Kedua siklus tersebut dapat dirinci menjadi:
a. Siklus I
1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus 1
Skenario pembelajarannya meliputi:
Pertemuan I
a) Kegiatan Awal
(1) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara tanya jawab tentang alat yang dapat
membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari (Tahap
pertama STM: pendahuluan).
(2) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu tentang pesawat sederhana dengan memberikan contoh
dari lingkungan sekitar anak.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara sekilas pada
siswa.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menjelaskan peta konsep pesawat sederhana.
(2) Siswa berdiskusi tentang macam-macam pesawat sederhana.
49
(3) Guru memberikan contoh tuas kepada siswa dan menunjukkan
contoh nyata tuas yang merupakan penerapan STM.
(4) Melalui percobaan, guru mengajak siswa mengenal tuas dan
macam-macam tuas serta cara penggunaan tuas yang merupakan
penerapan STM (Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
(5) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan membuat
kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM: analisis
konsep).
(6) Guru meminta setiap kelompok presentasi hasil pengamatan
percobaan.
(7) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang penggolongan
tuas dan bagian dari tuas.
(8) Guru tanya jawab dengan siswa tentang tujuan penggunaan
pesawat sederhana.
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan kegunaan pesawat
sederhana, macam-macam pesawat sederhana, dan penggunaan
tuas (Tahap keempat STM: pemantapan konsep).
(2) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
Pertemuan II
a) Kegiatan Awal
(1) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai tuas (Tahap pertama STM:
pendahuluan).
(2) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu bidang miring dan katrol dengan memberikan contoh dari
lingkungan sekitar anak yang merupakan penerapan STM
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara sekilas pada
siswa.
50
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menjelaskan pengertian bidang miring dan katrol.
(2) Siswa melakukan percobaan mengenai bidang miring secara
nyata yang meupakan penerapan STM (Tahap kedua STM:
pengembangan konsep).
(3) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan membuat
kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM: analisis
konsep).
(4) Guru meminta setiap kelompok presentasi hasil pengamatan
percobaan.
(5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang keuntungan
menggunakan bidang miring dan contoh bidang miring.
(6) Siswa dan guru tanya jawab tentang contoh bidang miring.
(7) Siswa dan guru tanya jawab tentang jenis katrol berdasarkan
kedudukannya
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan keuntungan bidang miring,
contoh bidang miring dan penggunaan bidang miring (Tahap
keempat STM: pemantapan konsep).
(2) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
Pertemuan III
a) Kegiatan Awal
(1) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai tuas, bidang miring, dan katrol
(Tahap pertama STM: pendahuluan).
(2) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu roda dengan memberikan contoh dari lingkungan sekitar
anak yang merupakan penerapan STM.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara sekilas pada
siswa.
51
b) Kegiatan Inti.
(1) Guru mengulang pengertian roda.
(2) Siswa melakukan percobaan mengenai roda berporos dalam
bentuk mini yang merupakan penerapan STM (Tahap kedua
STM: pengembangan konsep).
(3) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan membuat
kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM: analisis
konsep).
(4) Guru meminta setiap kelompok menyampaikan hasil
pengamatan percobaan.
(5) Siswa dan guru tanya jawab tentang penggunaan roda.
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi roda dan pesawat
sederhana (Tahap keempat STM: pemantapan konsep).
(2) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
(3) Guru membagikan lembar angket aktivitas belajar siswa dan
guru mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa.
(4) Guru melakukan refleksi pada siswa bahwa pembelajaran IPA
dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat membuat siswa
lebih mudah memahami materi dan dapat meningkatkan
aktivitas siswa.
2) Melaksanakan perencanaan siklus 1
Guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan pada pembelajaran pesawat sederhana. Siklus 1
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada tahap ini juga
dilaksanakan kegiatan observasi terhadap dampak dan tindakan yang
telah dilakukan.
3) Melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus 1
Guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah
52
direncanakan. Pengamatan tertuju pada aktivitas siswa selama proses
pembelajaran, kegiatan guru saat mengajar, dan skenario pembelajaran
yang diterapkan untuk memperoleh data mengenai kekurangan dan
kelebihan skenario yang diterapkan.
4) Membuat refleksi pada siklus 1
Dilakukan analisis dan refleksi serta interpretasi oleh peneliti
dan guru dari hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan.
Apabila terdapat kekurangan maka dilakukan perbaikan dan apabila
terdapat tujuan yang sudah tercapai maka dilakukan peningkatan lagi.
b. Siklus II
Pada siklus II dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti siklus I tetapi
didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus
I (refleksi). Sehingga kelemahan pada siklus I tidak terjadi pada siklus II.
1) Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II
a) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
b) Menentukan pokok bahasan yang kurang dimengerti siswa.
c) Penyusunan rencana pembelajaran menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat pada siklus II (lampiran 16).
d) Penyusunan evaluasi berupa instrumen angket (lampiran 2, 3, 4, dan 5),
lembar observasi aktivitas belajar IPA siswa dan tes/evaluasi.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a) Memperbaiki tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Guru menerapkan pembelajaran dengan metode STM.
c) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan STM.
d) Memantau perkembangan aktivitas belajar IPA siswa.
53
Pertemuan I
a) Kegiatan Awal
(1) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara tanya jawab mengenai pesawat sederhana
yang telah dipelajari (Tahap pertama STM: pendahuluan).
(2) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu tentang pesawat sederhana dengan memberikan contoh
dari lingkungan sekitar anak yang merupakan penerapan STM.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara sekilas pada
siswa.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru mengulang peta konsep pesawat sederhana.
(2) Guru mengulang tujuan penggunaan pesawat sederhana.
(3) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai macam-
macam pesawat sederhana
(4) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai contoh
tuas.
(5) Siswa melakukan percobaan mengklasifikasikan contoh tuas
secara nyata berdasarkan golongan tuas yang merupakan
penerapan STM (Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
(6) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan membuat
kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM: analisis
konsep).
(7) Guru meminta setiap kelompok presentasi hasil pengamatan
percobaan.
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan kegunaan pesawat
sederhana, macam-macam pesawat sederhana dan penggunaan
tuas (Tahap keempat STM: pemantapan konsep).
(2) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
54
Pertemuan II
a) Kegiatan Awal
(1) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai tuas (Tahap pertama STM:
pendahuluan).
(2) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu mengulang bidang miring dan katrol dengan memberikan
contoh dari lingkungan sekitar anak yang merupakan penerapan
STM.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara sekilas pada
siswa.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang pengertian
bidang miring dan katrol.
(2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
keuntungan menggunakan bidang miring dan contoh bidang
miring.
(3) Siswa melakukan percobaan mengenai bidang miring dengan
berbagai kemiringan secara nyata yang merupakan penerapan
STM (Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
(4) Siswa melakukan percobaan mengenai katrol campuran yang
merupakan penerapan STM (Tahap kedua STM: pengembangan
konsep).
(5) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan membuat
kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM: analisis
konsep).
(6) Guru meminta setiap kelompok menyampaikan hasil
pengamatan percobaan.
55
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru bersama siswa menyimpulkan keuntungan bidang miring,
contoh bidang miring, dan penggunaan bidang miring (Tahap
keempat STM: pemantapan konsep).
(2) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
Pertemuan III
a) Kegiatan Awal
(1) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengulang materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai tuas, bidang miring, dan katrol
(Tahap pertama STM: pendahuluan).
(2) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu roda dengan memberikan contoh dari lingkungan sekitar
anak yang merupakan penerapan STM.
(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara sekilas pada
siswa.
b) Kegiatan Inti.
(1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pengertian
roda berporos.
(2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai macam-
macam roda.
(3) Siswa melakukan percobaan mengenai roda pada mobil-mobilan
yang merupakan penerapan STM sesuai dengan kehidupan nyata
(Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
(4) Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan membuat
kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM: analisis
konsep).
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru membagikan lembar angket aktivitas belajar siswa dan
guru mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa.
56
(2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi roda dan pesawat
sederhana secara umum (Tahap keempat STM: pemantapan
konsep).
(3) Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM: penilaian).
(4) Guru melakukan refleksi pada siswa bahwa pembelajaran IPA
dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat membuat siswa
lebih mudah memahami materi dan dapat meningkatkan
aktivitas siswa.
3) Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas siswa dan kegiatan guru). Observasi diarahkan pada poin-poin
dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh
data yang akurat, peneliti juga menggunakan angket untuk siswa mengenai
poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk
mendapatkan data yang lebih lengkap.
4) Tahap Refleksi
Hasil observasi yang telah diinterpretasikan dianalisis, direfleksi, dan
dievaluasi.
5. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus
I dan siklus II. Peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa saat
pembelajaran menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Setelah semua kegiatan penelitian selesai, tahap terakhir yang dilakukan
peneliti adalah menyusun laporan. Laporan tersebut merupakan uraian tentang
semua kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses penelitian, meliputi kondisi
awal, pelaksanaan tindakan siklus I, dan siklus II.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tinjauan Historis SD Negeri 3 Ngraji
SD Negeri 3 Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1976 dan mempunyai Nomor Statistik
Sekolah (NSS) 101031513046. Saat ini SD Negeri 3 Ngraji merupakan salah satu
SD di Dabin VI Kementerian Pendidikan Cabang Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan.
Sejak awal berdirinya SD ini yakni tahun 1955 sampai sekarang telah
mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang menjabat saat ini
adalah Ibu Sriyati, S. Pd. SD. Pergantian Kepala Sekolah dilakukan melalui
prosedur yang benar sesuai dengan peraturan yang ada. SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi Grobogan telah terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak
sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang telah diharapkan.
2. Tinjauan Geografis SD Negeri 3 Ngraji
Secara geografis, letak SD Negeri 3 Ngraji berada di Dukuh Ngablak
Desa Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Letaknya sangat
strategis, yaitu jalan Kuwu Raya tepatnya di perempatan jalan masuk Dukuh
Ngablak Desa Ngraji, kurang lebih tujuh kilometer dari pusat kota kecamatan dan
kabupaten, sehingga transportasinya sangat mudah. Lokasinya sangat strategis
sehingga memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah
memberikan kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan dan
tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk
proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar. Lokasi
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 14:
58
Gambar 14. Lokasi Penelitian SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan
3. Keadaan Personil SD Negeri 3 Ngraji
SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan pada Tahun Ajaran 2009/2010
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 5 guru yang telah berstatus
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang tenaga pengajar yang masih Wiyata
Bakti. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik
sesuai dengan tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai, maka
proses belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran
proses pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SD Negeri 3 Ngraji dapat
meraih prestasi yang cukup, baik secara akademik maupun non akademik. Bukan
hanya guru dan Kepala Sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing
siswa, namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah
diwujudkan di SD Negeri 3 Ngraji dalam Komite Sekolah. Keberhasilan
pendidikan siswa merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada
kerjasama yang baik dari semua pihak. Personel guru dan karyawan SD Negeri 3
Ngraji dapat ditunjukkan pada Tabel 2:
59
Tabel 2. Daftar Guru dan Karyawan SD Negeri 3 Ngraji
No Nama Jabatan
1. Sriyati, S. Pd. SD Kepala Sekolah
2. Nur Badriyah, S. Pd Guru Kelas I
3. Kartika Dwi J, A. Ma. Pd Guru Kelas II
4. Ahmad Tohir, A. Ma. Pd Guru Kelas III
5. Supar, A. Ma. Pd Guru Kelas IV
6. FR. Evyani, S. Pd Guru Kelas V, dan G. B. Inggris
7. M. Tasim, A. Ma. Pd Guru Kelas VI
8. Yusmini Guru Agama Islam
9. Indri W. Guru Olahraga
10. Harjoko Penjaga Sekolah
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri 3 Ngraji
Bangunan gedung SD Negeri 3 Ngraji berdiri di atas tanah seluas 1200
meter persegi, dan luas bangunan 625 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6
ruang kelas, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah, 1 gudang, 2 rumah dinas, 1 kantin
sekolah, UKS, perpustakaan, dan 4 kamar mandi. Penjaga sekolah tinggal di
rumah dinas SD Negeri 3 Ngraji, tepatnya di sebelah timur ruang kelas III
sehingga keamanan dan kebersihan SD terjaga dengan baik. Sedangkan rumah
dinas yang satu lagi, terletak di tepi jalan raya dan ditinggali oleh guru kelas IV.
Selain mempunyai beberapa ruangan, SD Negeri 3 Ngraji juga mempunyai
halaman yang cukup luas yang biasanya digunakan untuk pembelajaran olahraga,
upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta
tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat. Taman sekolah juga tertata
secara rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam
mengikuti pembelajaran ketika di luar ruangan.
60
B. Deskripsi Awal Tindakan
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan survei
awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan
menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah mengenai aktivitas belajar
IPA siswa dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut khususnya di kelas V.
Setelah peneliti melakukan pendekatan dengan guru kelas V dan mengamati
keadaan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti mendapatkan
bahwa pembelajaran IPA masih dirasa sulit oleh siswa. Hal ini menyebabkan
aktivitas belajar siswa menjadi kurang dan nilai pelajaran IPA masih belum
memuaskan.
Dari seluruh siswa kelas V yang berjumlah 43, baru 14 siswa atau
sekitar 32,56 % siswa yang nilainya lebih dari 65 (di atas KKM). Rendahnya nilai
siswa khususnya pada materi pesawat sederhana menunjukkan ada kelemahan
yang dihadapi siswa dalam belajar IPA. Selain itu, berdasarkan angket yang
peneliti berikan kepada siswa terlihat aktivitas belajar siswa dalam mengikuti
pelajaran IPA masih kurang. Siswa cenderung diam, dan kurang tertarik dengan
pelajaran.
Agar lebih jelas maka kondisi awal hasil belajar IPA dapat dilihat dari
Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan
No Skor Frekuensi Xi FiXi Prosentase
(%) Keterangan
1 51-60 15 55,5 832,5 34,88 ≤ 60 :Kurang
Sekali
61-70 :Kurang
71-80 :Sedang
81-90 :Baik
91-100 :Baik Sekali
2 61-70 18 65,5 1179 41,86
3 71-80 9 75,5 679,5 20,93
4 81-90 1 85,5 85,5 2,33
5 91-100 0 95,5 0 0
Jumlah 43 2776,5 100
Rata-rata 64,57 (Kurang)
Nilai pada Tabel 3 diolah dari daftar nilai angket pada lampiran 7. Dari
Tabel 3 tersebut, skor aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji
sebelum diadakan tindakan melalui penerapan pendekatan STM dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 1:
61
Grafik 1. Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan
Berdasarkan data pada Tabel 3 dan Grafik 1, dapat terlihat bahwa
aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji tergolong kurang sekali.
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, rata-rata aktivitas belajar IPA siswa hanya 64,57
atau dalam kategori kurang. Selain itu, hanya 9 siswa yang mempunyai aktivitas
sedang dan 1 siswa yang aktivitasnya baik. Sedangkan sisanya yaitu 33 siswa
mempunyai kategori aktivitas yang kurang bahkan kurang sekali. Fakta tersebut
menunjukkan aktivitas siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji masih kurang sekali.
Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan
No Indikator Skor Kategori Keterangan
1 Visual Activities 75 Sedang ≤ 60 (Kurang Sekali)
61-70 (Kurang)
71-80 (Sedang)
81-90 (Baik)
91-100 (Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich
dalam Sardiman A. M,
2000: 101)
2 Oral Activities 50 Kurang Sekali
3 Listening Activities 65 Kurang
4 Writing Activities 65 Kurang
5 Drawing Activities 50 Kurang Sekali
6 Motor Activities 50 Kurang Sekali
7 Mental Activities 50 Kurang Sekali
8 Emotional Activities 50 Kurang Sekali
Jumlah 455
Rata-rata 56,88 Kurang Sekali
Hasil observasi aktivitas belajar IPA siswa ini diperoleh dari lembar
observasi pada lampiran 6. Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat terlihat bahwa
62
rata-rata aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada mata pelajaran
IPA yaitu 56,88 atau tergolong kurang sekali.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) Fixi
Prosentase
(%) Keterangan
1 38-44 1 41 41 2,33 Di bawah KKM
2 45-51 4 48 192 9,3 Di bawah KKM
3 52-58 7 55 385 16,28 Di bawah KKM
4 59-65 17 62 1054 39,53 Di bawah KKM
5 66-72 11 69 759 25,58 Di atas KKM
6 73-79 3 76 228 6,98 Di atas KKM
7 80-86 0 83 0 0 Di atas KKM
8 87-93 0 90 0 0 Di atas KKM
9 94-100 0 97 0 0 Di atas KKM
Jumlah 43 2659 100
Nilai rata-rata = 2659 : 43 = 61,84
Ketuntasan klasikal = 14 : 43 X 100 % = 32,56 %
Data pada tabel 5 diperoleh dari data pada lampiran 7. Dari Tabel 5, nilai
IPA pada siswa kelas V SD Nageri 3 Ngraji sebelum diadakan tindakan melalui
penerapan pendekatan STM dapat disajikan dalam bentuk Grafik 2:
Grafik 2. Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada
Kondisi Awal Sebelum Tindakan
Berdasarkan Tabel 5 dan Grafik 2, nilai hasil belajar IPA di atas
menunjukkan dari 43 siswa hanya 14 siswa atau 32,56 % yang mencapai
ketuntasan belajar (KKM > 65). Sedangkan siswanya yaitu 29 siswa atau 67,44 %
63
belum mencapai ketuntasan belajar (dibawah KKM ≤ 65) dan rata-rata yang
diperoleh hanya 61,84.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa dan nilai IPA khususnya pada materi
pesawat sederhana dengan mengadakan penelitian di kelas V yang menerapkan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa yang masih rendah sehingga hasil pembelajarannya pun
lebih memuaskan.
C. Deskripsi Tindakan Penelitian
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali petemuan. Tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 × 35 menit). Siklus I dilaksananakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal 24 April 2010, 27 April 2010 dan 30 April
2010. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai
berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan survei awal yang dilakukan, diketahui ada permasalahan
yang menyebabkan sebagian siswa tidak mencapai batas minimal ketuntasan
belajar (KKM > 65), permasalahan tersebut adalah aktivitas belajar siswa dan
nilai IPA siswa yang masih rendah. Bertolak dari hasil analisis itulah, peneliti
menarik kesimpulan bahwa tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Tahap pertama dari siklus I adalah tahap perencanaan
tindakan.
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan observasi
terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung, penggunaan
metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Peneliti juga mencatat hasil belajar yang diperoleh oleh masing-masing siswa
khususnya nilai IPA.
64
Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap pembelajaran serta
hasil belajar tersebut diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil pencatatan
tersebut menunjukkan bahwa dari 43 siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji, hanya 14
siswa atau 32,56 % yang mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai 65 ke atas).
Sedangkan sebanyak yaitu 29 siswa atau 67,44 % belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM > 65). Bertolak dari kenyataan tersebut, diadakan
konsultasi dengan guru kelas mengenai alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan
perolehan nilai IPA di kelas V SD Negeri 3 Ngraji. Akhirnya, alternatif
pemecahan masalah yang digunakan yaitu pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat.
Langkah yang dilakukan peneliti yaitu:
1) Memilih SK, KD, dan indikator.
2) Menyusun RPP yang dikonsultasikan dengan guru kelas (lampiran 9).
3) Mempersiapkan alat dan bahan percobaan.
4) Mempersiapkan LKS, dan evaluasi pembelajaran.
5) Mempersiapkan lembar observasi dan angket aktivitas belajar siswa (lampiran
2, 3, 4, dan 5).
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan dalam
tiga kali pertemuan yaitu Sabtu, 24 April 2010, Selasa, 27 April 2010 dan Jumat,
30 April 2010 di ruang kelas V SD Negeri 3 Ngraji. Pertemuan pertama, kedua,
dan ketiga selama 2 x 45 menit. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
praktikan, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer. Dalam pembelajaran
guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Sabtu, tanggal 24 April 2010
pada jam pelajaran pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 WIB. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah pesawat sederhana secara umum,
65
dan tuas. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada pertemuan pertama
dalam pelaksanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru memeriksa kesiapan siswa dan
mengkondisikan kelas, kemudian guru memberi salam dan melakukan presensi
kehadiran siswa, pada hari tersebut tidak ada siswa yang absen. Guru meminta
siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibagi sebelumnya.
Selanjutnya, guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab tentang alat-alat yang
dapat membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Guru bertanya “Siapa
yang pernah bermain jungkat-jungkit?”, “Bagaimana rasanya?”, “Alat apa lagi
yang kalian ketahui selain jungkat-jungkit?”. Kegiatan dilanjutkan dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengidentifikasi berbagai jenis
pesawat sederhana. Supaya lebih bersemangat guru memberi motivasi kepada
siswa dan mengajak siswa tepuk “Semangat”.
Pada kegiatan inti dimulai dengan guru mengantarkan siswa pada
materi yang akan dipelajari yaitu tentang pesawat sederhana dengan
memberikan contoh di sekitar anak. Kemudian guru melakukan tanya jawab
tentang jenis-jenis pesawat sederhana. Jenis pertama yang akan dipelajari hari
ini adalah tuas atau pengungkit. Setelah itu, guru membagikan alat dan bahan
percobaan tuas yaitu pembuka tutup botol dan teh botol yang merupakan
penerapan sains dan teknologi yang ada di masyarakat (STM). Guru meminta
siswa melakukan percobaan selama 15 menit yaitu membuka tutup botol
dengan dua cara yaitu dengan tangan/jari dan dengan pembuka tutup botol.
Dalam hal ini, siswa dituntut aktivitasnya dan kerjasama dalam kelompok.
66
Gambar 15. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Membuka Tutup Botol
dengan Pengungkit pada Siklus I
Setelah melakukan percobaan, beberapa kelompok maju
menyampaikan hasil percobaan, sedangkan kelompok lain memperhatikan.
Guru memberikan “Smile” kepada kelompok yang berhasil melakukan
percobaan dengan benar. Guru memberikan tambahan materi mengenai
pembagian jenis tuas bahwa tuas ada 3 yaitu golongan pertama, kedua dan
ketiga. Perbedaan di antara ketiganya terdapat pada letak titik beban, titik
kuasa, dan titik tumpu.
Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan
pembelajaran yang terjadi dan guru melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut
guru memberikan pesan supaya rajin belajar.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 27 April 2010 pada
jam pelajaran keempat dan kelima yaitu pada pukul 09.00-10.10 WIB. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi yang
telah lalu, yaitu katrol dan bidang miring.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama halnya dengan pertemuan
pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal
dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan
67
guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan
apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi yang
lalu. Guru bertanya tentang “Siapa yang pernah menimba di sumur dengan
kerekan?”, “Bagaimana jika dibandingkan dengan menimba tanpa kerekan?”.
Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu identifikasi jenis-
jenis pesawat sederhana dan demonstrasi cara penggunaannya. Guru memberi
motivasi agar siswa selalu rajin belajar dan mengajak siswa menyanyi
“Balonku” supaya perhatian siswa menjadi lebih fokus dalam pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan 2 macam alat dan
bahan percobaan. Dua percobaan tersebut adalah katrol dan bidang miring.
Pada percobaan katrol siswa melakukan percobaan tentang katrol bebas dan
katrol tetap. Alat dan bahan percobaan katrol yang dibagi untuk setiap
kelompok adalah 2 buah katrol, 2 buah tali, beban, dan neraca pegas.
Sedangkan untuk percobaan bidang miring, siswa melakukan percobaan
pengaruh perbedaan kemiringan bidang terhadap gaya yang dibutuhkan. Alat
dan bahan bidang miring yaitu troli, tali, neraca pegas, dan papan yang dibawa
oleh siswa dari rumah. Kesemua alat ini merupakan penerapan sains dan
teknologi yang ada di masyarakat (STM).
Setelah itu, siswa berdiskusi dan melakukan percobaan selama 20
menit. Percobaan yang dilakukan adalah membuat rangkaian katrol bebas dan
tetap. Kemudian percobaan yang kedua adalah membuat bidang miring dengan
berbagai tingkat kemiringan. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut aktivitasnya
dan kerjasama antar anggota kelompok.
68
Gambar 16. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Katrol Tetap dan Katrol
Bebas pada Siklus I
Gambar 17. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Bidang Miring pada Siklus I
Selesai melakukan percobaan, beberapa kelompok maju
mendemonstrasikan hasil percobaannya. Guru memberikan “Smile” kepada
kelompok yang berhasil melakukan percobaan dengan benar. Guru
memberikan tambahan materi mengenai pembagian katrol ada 2 yaitu
berdasarkan kedudukan dan jumlahnya. Katrol berdasarkan kedudukan ada 2
yaitu katrol tetap dan bebas. Sedangkan berdasarkan jumlahnya, katrol ada 3
yaitu katrol tunggal, ganda, dan majemuk.
69
Pada kegiatan akhir, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan
guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. Guru
melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan
mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas dalam
belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 30 April 2010 pada
jam pelajaran keempat dan kelima yaitu pada pukul 09.00-10.10 WIB. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi yang
telah lalu, yaitu roda.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
ketiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal
dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan
guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan
apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi yang
lalu. Guru bertanya tentang “Siapa yang pernah bermain mobil-mobilan?”,
“Bagaimana laju mobil?”, “Apakah lancar?”. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu identifikasi jenis-jenis pesawat sederhana dan
demonstrasi cara penggunaannya. Guru memberi motivasi agar siswa selalu
rajin belajar dan mengajak siswa menyanyi “Balonku” supaya perhatian siswa
menjadi lebih fokus dalam pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan alat dan bahan
percobaan roda. Alat dan bahan percobaan roda yang dibagi untuk setiap
kelompok adalah balok troli, roda, as roda, dan roda dari kardus yang
lubangnya tidak pada porosnya. Semua alat ini merupakan penerapan sains dan
teknologi yang ada di masyarakat (STM). Setelah itu, siswa berdiskusi dan
melakukan percobaan membuat troli dengan roda pada porosnya dan roda tidak
pada porosnya selama 10 menit. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut aktivitasnya
dan kerjasama antar anggota. Selesai melakukan percobaan, beberapa
kelompok maju mendemonstrasikan hasil percobaannya. Guru memberikan
“Smile” kepada kelompok yang berhasil melakukan percobaan dengan benar.
70
Guru memberikan tambahan materi mengenai roda pada porosnya. Maksudnya,
jenis pesawat sederhana yang berbentuk bulat dan lubang rodanya terletak di
tengah/pada porosnya.
Gambar 18. Foto aktivitas Siswa Saat Percobaan Pembuatan Roda pada
Porosnya dan Tidak pada Porosnya di Siklus I
Guru melakukan evaluasi pembelajaran pesawat sederhana dengan
membagikan soal dan lembar jawab kepada siswa. Siswa diberi waktu selama
20 menit untuk mengerjakan. Pada kegiatan akhir, guru mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa, dan guru memberikan angket untuk diisi oleh siswa serta guru
mengisi lembar observasi berdasarkan aktivitas siswa selama pembelajaran
pada siklus I. Guru melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut
dengan mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas
dalam belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Pertemuan pertama berlangsung pada
hari Sabtu, 25 April 2010 pukul 07.00-08.10 WIB. Pada jam pelajaran pertama
dan kedua. Pertemuan kedua berlangsung pada hari Selasa, 27 April 2010 pukul
09.00-10.10 WIB. Pada jam pelajaran keempat dan kelima. Sedangklan pertemuan
ketiga, pada hari Jumat 30 April 2010 pukul 09.00-10.10 pada jam pelajaran
keempat dan kelima. Peneliti dan observer bekerja sama melakukan observasi
71
terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Mayarakat. Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan
guru kelas dalam melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi dan foto selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan pada situasi pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa
siswa yang masih di luar kelas meskipun jam pelajaran sudah mulai. Pada saat
percobaan melalui penerapan pendekatan STM berlangsung, pembagian tugas
masih kurang, ada siswa yang melakukan percobaan, siswa yang mengamati
percobaan, tapi belum ada siswa yang menulis hasilnya, masih ada beberapa
anggota yang sibuk sendiri. Hal ini dicermati oleh guru, sehingga guru
memberikan pengumuman bahwa hasil percobaannya ditulis dan perlunya
kerjasma antar kelompok. Pada saat guru meminta beberapa kelompok
menyampaikan hasil diskusinya di depan, siswa masih cenderung malu sehingga
guru perlu menunjuk kelompok yang akan maju. Kemudian saat kelompok
pertama menyampaikan hasil diskusi, tampak beberapa anggota kelompok yang
lain tidak memperhatikan. Mereka malah asyik berbicara sendiri. Hal ini
menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh. Melihat hal tersebut, guru memberi
tahu siswa tentang pentingnya pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
Pada pertemuan kedua ini, suasana kelas belum tertib karena ada
beberapa siswa yang masih di luar kelas meskipun jam istirahat sudah selesai.
Guru meminta siswa tersebut segera masuk kelas. Saat guru memulai pelajaran
dengan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah lalu, beberapa
siswa tunjuk jari menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini membuktikan bahwa
siswa masih ingat dengan pembelajaran sebelumnya. Pada saat percobaan melalui
penerapan pendekatan STM berlangsung, aktivitas siswa meningkat dari
sebelumnya, pembagian tugas oleh ketua kelompok sudah mulai terlihat, ada
72
siswa yang melakukan percobaan, siswa yang mengamati percobaan, dan ada
siswa yang menulis hasilnya. Walaupun masih ada pula beberapa anggota yang
sibuk sendiri. Kemudian, saat guru meminta beberapa kelompok menyampaikan
hasil diskusinya di depan, beberapa kelompok sudah mulai bersemangat maju
menyampaikan hasil percobaan. Sedangkan kelompok yang lain lebih
memperhatikan, walaupun masih ada beberapa siswa yang masih bingung dengan
apa yang disampaikan sehingga guru meminta siswa yang lain memperhatikan.
Pada pertemuan ketiga, suasana kelas sudah lebih tertib karena semua
siswa sudah masuk ke dalam kelas. Saat guru memulai pelajaran dengan tanya
jawab tentang pembelajaran yang telah lalu dan aktivitas siswa sudah terlihat
dengan berebut menjawab pertanyaan guru dengan tunjuk jari. Hal ini
membuktikan bahwa siswa masih ingat dengan pembelajaran sebelumnya dan
aktivitas mereka pun sudah lebih baik Pada saat percobaan melalui penerapan
pendekatan STM berlangsung, aktivitas siswa meningkat dari sebelumnya,
pembagian tugas oleh ketua kelompok lebih jelas, ada siswa yang melakukan
percobaan, siswa yang mengamati percobaan dan ada siswa yang menulis hasilnya
serta menggambar alat percobaan. Langkah berikutnya, guru meminta beberapa
kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan. Beberapa kelompok sudah
mulai bersemangat maju menyampaikan hasil percobaan seperti pertemuan
sebelumnya. Sedangkan kelompok yang lain memperhatikan, walaupun masih ada
juga beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan ramai sendiri. Pada akhir
kegiatan, siswa mengerjakan tes dalam waktu 15 menit. Pada saat mengerjakan
tes, terlihat siswa masih bingung dan melihat pekerjaan temannya. Melihat
keadaan itu, guru menegur siswa yang bersangkutan dan memberi nasehat
perlunya belajar sebelum pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, guru
membagikan angket dan guru mengisi lembar observasi pada siklus II.
Berdasarkan angket aktivitas belajar siswa dan hasil tes pada siklus I,
didapatkan data yang dapat dilihat pada Tabel 6:
73
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji Setelah Siklus I
N
o Skor
Frekuensi
(Fi) Xi FiXi
Prosentase
(%) Keterangan
1 51-60 5 55,5 277,5 11,63 ≤ 60 :Kurang
Sekali
61-70 :Kurang
71-80 :Sedang
81-90 :Baik
91-100 :Baik Sekali
2 61-70 18 65,5 1179 41,86
3 71-80 11 75,5 830,5 25,58
4 81-90 9 85,5 769,5 20,93
5 91-100 0 95,5 0 0
Jumlah 43 3056,5 100
Rata-rata 71,08 (Sedang)
Distribusi Frekuensi pada Tabel 6, diolah dari data nilai angket aktivitas
pada lampiran 11. Dari Tabel 6, skor aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD
Negeri 3 Ngraji sebelum diadakan tindakan melalui penerapan pendekatan STM
dapat disajikan dalam bentuk Grafik 3:
Grafik 3. Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
Setelah Siklus I
Berdasarkan Tabel 6 dan Grafik 3, terlihat adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa. Rata-rata aktivitas IPA siswa sebelum siklus hanya 64,57 atau
kategori kurang kemudian meningkat menjadi 71,08 atau kategori sedang. Dari
yang semula hanya 10 siswa yang berkategori sedang dan baik menjadi 11 siswa
yang berkategori sedang dan 9 siswa yang berkategori baik. Peningkatan skor
angket aktivitas siswa tampak jelas pada Tabel 7:
74
Tabel 7. Tabel Perbandingan Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I
No Interval Nilai Jumlah Siswa
Keterangan Kondisi Awal Siklus I
1 51-60 15 5 ≤60 :Kurang
Sekali
61-70 :Kurang
71-80 :Sedang
81-90 :Baik
91-100 :Baik
Sekali
2 61-70 18 18
3 71-80 9 11
4 81-90 1 9
5 91-100 0 0
Jumlah 43 43
Rata-rata 64,57(Kurang) 71,08(Sedang)
Dari Tabel 7 dapat disajikan dalam Grafik 4 yaitu grafik perbandingan
skor angket aktivitas pada kondisi awal dengan siklus I:
Grafik 4. Grafik Perbandingan Skor Angket Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I
Berdasarkan Grafik 4, data yang diperoleh dari angket aktivitas, dapat
dilihat dengan jelas bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar IPA siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana.
75
Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
pada Siklus I
No Indikator Skor Kategori Keterangan
1 Visual Activities 85 Baik ≤ 60 (Kurang Sekali)
61-70 (Kurang)
71-80 (Sedang)
81-90 (Baik)
91-100 (Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich
dalam Sardiman A. M.,
2000: 101)
2 Oral Activities 65 Kurang
3 Listening Activities 75 Sedang
4 Writing Activities 75 Sedang
5 Drawing Activities 75 Sedang
6 Motor Activities 75 Sedang
7 Mental Activities 75 Sedang
8 Emotional Activities 65 Kurang
Jumlah 590
Rata-rata 73,75 Sedang
Hasil observasi aktivitas belajar ini, diperoleh dari mengolah lembar
observasi aktivitas belajar IPA siswa pada lampiran 10. Berdasarkan data pada
Tabel 8, terlihat bahwa rata-rata aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3
Ngraji meningkat dari 56,88 atau tergolong kurang sekali menjadi 73,75 atau
tergolong sedang. Berdasarkan fakta dari angket dan observasi, terlihat bahwa
aktivitas belajar IPA siswa mengalami peningkatan yang baik dan sesuai dengan
target awal pada siklus I yaitu rata-rata 70.
Tabel 9. Tabel Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Siklus I
No Indikator Keadaan
Awal Siklus I Keterangan
1 Visual Activities 75 85 ≤ 60 (Kurang Sekali)
61-70 (Kurang)
71-80 (Sedang)
81-90 (Baik)
91-100 (Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich
dalam Sardiman A. M,
2000: 101)
2 Oral Activities 50 65
3 Listening Activities 65 75
4 Writing Activities 65 75
5 Drawing Activities 50 75
6 Motor Activities 50 75
7 Mental Activities 50 75
8 Emotional Activities 50 65
Jumlah 455 590
Rata-rata 56,88 73,75
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat dengan jelas bahwa terjadi
peningkatan aktivitas belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA pada materi
pesawat sederhana yaitu dari rata-rata 56,88 atau kategori kurang sekali pada
kondisi awal menjadi 73,75 atau kategori sedang pada siklus I.
76
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji pada Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) Fixi
Prosentase
(%) Keterangan
1 38-44 0 41 0 0 Di bawah KKM
2 45-51 2 48 96 4,65 Di bawah KKM
3 52-58 4 55 220 9,3 Di bawah KKM
4 59-65 6 62 372 13,95 Di bawah KKM
5 66-72 19 69 1311 44,19 Di atas KKM
6 73-79 9 76 684 20,93 Di atas KKM
7 80-86 3 83 249 6,98 Di atas KKM
8 87-93 0 90 0 0 Di atas KKM
9 94-100 0 97 0 0 Di atas KKM
Jumlah 43 2932 100 KKM = nilai >65)
Nilai rata-rata = 2932 : 43 = 68,19
Ketuntasan klasikal = 31 : 43 X 100 % = 72,09 %
Nilai pada Tabel 10 diolah dari nilai tes siklus I pada lampiran 11. Dari
Tabel 10, nilai pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Nageri 3 Ngraji setelah
diadakan tindakan siklus I melalui penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat, dapat disajikan dalam bentuk Grafik 5:
Grafik 5. Grafik Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada
Sikus I
Pada Tabel 10 dan Grafik 5 di atas, terlihat nilai rata-rata kelas adalah
68,19. Dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal sebelum tindakan, nilai rata-
rata kelas pada siklus I meningkat dari 61,84 menjadi 68,19. Jumlah siswa yang
77
memperoleh nilai di atas KKM (nilai > 65) juga mengalami peningkatan yaitu
dari 14 siswa atau 32,56 % menjadi 31 siswa atau 72,09 %.
Tabel 11. Tabel Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I
No Interval Nilai Jumlah Siswa
Keterangan Kondisi Awal Siklus I
1 38-44 1 0 Di bawah KKM
2 45-51 4 2 Di bawah KKM
3 52-58 7 4 Di bawah KKM
4 59-65 17 6 Di bawah KKM
5 66-72 11 19 Di atas KKM
6 73-79 3 9 Di atas KKM
7 80-86 0 3 Di atas KKM
8 87-93 0 0 Di atas KKM
9 94-100 0 0 Di atas KKM
Jumlah 43 43 KKM (nilai >65)
Rata-rata 61,84 68,19
Data dari Tabel 11 dapat disajikan dalam Grafik 6 yaitu grafik
perbandingan nilai hasil tes pesawat sederhana siswa kelas V pada kondisi awal
dengan siklus I:
Grafik 6. Grafik Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I
78
Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 tersebut, dapat dilihat dengan jelas
bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar yang pada akhirnya menyebabkan nilai
tes IPA siswa meningkat pula.
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran IPA dengan
pendekatn Sains Teknologi Masyarakat pada siklus I berdasarkan lampiran 13
dapat ditunjukkan Tabel 12:
Tabel 12. Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran IPA dengan Pendekatan
STM pada Siklus I
No Variabel Kriteria
1. Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Baik
2. Kemampuan guru mengelola kelas Baik
3. Kemampuan mengelola waktu pembelajaran Cukup
4. Kemampuan memberikan apersepsi Cukup
5. Kemampuan menyampaikan materi Baik
6. Kemampuan guru memberikan pertanyaan Baik
7. Kemampuan membimbing diskusi dan pelaksanaan
percobaan Baik
8. Perhatian guru terhadap siswa Baik
9. Kemampuan mengembangkan aplikasi Baik
10. Kemampuan menutup pelajaran Baik
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan hasil observasi guru pada
pembelajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada siklus I
adalah baik, tetapi kemampuan mengelola waktu pembelajaran dan memberikan
apersepsi masih dalam kriteria cukup.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus I melalui pengamatan dan
penilaian hasil pemahaman materi pesawat sederhana melalui tes yang
dikumpulkan kemudian dianalisis. Hal ini digunakan sebagai langkah yang
dilakukan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan
selama proses pelaksanaan tindakan siklus I maka dapat dikatakan proses
pembelajaran telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas belajar siswa
maupun pada pencapaian hasil belajar IPA yang mengalami peningkatan.
Peningkatan kemampuan pemahaman materi siswa pada siklus I ini
meliputi aspek: (1) memahami materi (2) mampu melakukan percobaan, dan (3)
79
mampu menjawab soal/pertanyaan. Jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan
belajar yaitu KKM (nilai > 65) meningkat dari 14 siswa menjadi 31 siswa.
Meskipun terjadi peningkatan dalam aktivitas belajar IPA siswa, akan
tetapi terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari
solusinya. Permasalahan tersebut antara lain: (1) keseriusan dalam aktivitas yang
dilakukan siswa masih kurang, hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ramai
sendiri, (2) pembagian tugas dalam kelompok yang masih kurang rapi, (3)
aktivitas siswa dalam kelompok masih kurang karena beberapa siswa yang sibuk
dengan kegiatannya sendiri, (4) pada saat kelompok melakukan presentasi,
kelompok lain ada yang ramai dan tidak memperhatikan.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi faktor penyebab dari
permasalahan tersebut, antara lain: (1) percobaan yang kurang menarik perhatian,
(2) pembagian tugas dalam kelompok yang kurang, (3) kesediaan bekerja sama
dalam anggota kelompok masih kurang, (4) penyampaian hasil diskusi oleh
kelompok lain kurang dapat menarik perhatian siswa.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru memberikan
percobaan yang lebih menarik lagi, (2) pembagian tugas kelompok ditentukan
dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua kelompok agar mau
bekerja sama dengan anggota lain sehingga hasil yang diperoleh pun lebih
maksimal, (4) sebaiknya guru meminta setiap kelompok yang lain untuk
memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan kelas.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan
pada siklus I dikatakan berhasil. Namun, hasil yang diperoleh belum mencapai
hasil yang maksimal karena masih kurang dari indikator ketercapaian yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan
dalam proses pembelajaran pada siklus I.
2. Tindakan Siklus II
Pada siklus I hasil pembelajaran IPA dengan indikator mengidentifikasi
berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol, dan
80
roda, menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang
miring, katrol, dan roda, mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat
sederhana, serta mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana belum
menunjukkan aktivitas belajar dan hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu,
kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada
siklus II dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses
pembelajaran pada siklus I sehingga tujuan meningkatkan aktivitas belajar IPA
siswa dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat
terwujud.
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan. Alokasi waktu yang digunakan tiap pertemuan yaitu dua jam pelajaran
(2 x 35 menit). Siklus II dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 4
Mei 2010, 7 Mei 2010 dan 8 Mei 2010. Kegiatan dari siklus II ini adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pembelajaran pesawat sederhana di siklus II ini rencananya akan
dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan pada tindakan siklus I, yaitu: (1)
guru memberikan percobaan yang lebih menarik lagi, (2) pembagian tugas
kelompok ditentukan dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua
kelompok agar mau bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lain
sehingga hasil yang diperoleh pun lebih maksimal, (4) sebaiknya guru meminta
setiap kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang
sedang presentasi di depan kelas.
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah
sebagai berikut: (1) menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar
serta indikator yang sesuai dengan pesawat sederhana di kelas V, (2) menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II dengan langkah
perbaikan pada siklus I (lampiran 16), (3) menyiapkan alat dan bahan percobaan
yang diperlukan saat pelaksanaan tindakan, (4) menyiapkan sumber pelajaran
yang diperlukan, (5) membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi
belajar mengajar di kelas yang meliputi kegiatan guru dan aktivitas siswa ketika
81
belajar dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat, (6) membuat lembar
penilaian aktivitas siswa yaitu instrumen observasi dan angket aktivitas belajar
siswa (lampiran 2, 3, 4, dan 5), serta (7) membuat alat evaluasi untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi pesawat sederhana setelah guru menggunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam materi pesawat sederhana.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pesawat sederhana dengan
menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Pembelajaran yang telah
disusun pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Mei 2010 pada
jam pelajaran pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 WIB. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah pesawat sederhana secara umum,
dan tuas. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada pertemuan pertama
dalam pelaksanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru memeriksa kesiapan siswa dan
mengkondisikan kelas, kemudian guru memberi salam dan melakukan presensi
kehadiran siswa, pada hari tersebut tidak ada siswa yang absen, serta meminta
siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibagi sebelumnya.
Selanjutnya, guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab tentang alat-alat yang
dapat membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Guru bertanya
“Apakah kalian masih ingat tentang pesawat sederhana?”, “Jungkat-jungkit
tergolong pesawat sederhana jenis apa?”. Kegiatan dilanjutkan dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengidentifikasi berbagai jenis
pesawat sederhana. Supaya lebih bersemangat guru memberi motivasi kepada
siswa dan mengajak siswa tepuk “Semangat”.
Pada kegiatan inti dimulai dengan guru mengantarkan siswa pada
materi yang akan dipelajari yaitu tentang pesawat sederhana yaitu mengulang
memberikan contoh di sekitar anak. Kemudian guru melakukan tanya jawab
tentang jenis-jenis pesawat sederhana. Jenis pertama yang akan dipelajari hari
ini adalah tuas/pengungkit. Setelah itu, guru membagikan alat dan bahan
82
percobaan tuas yaitu contoh-contoh tuas dalam kehidupan nyata yaitu palu,
pisau, pmbuka tutup botol, sapu, tang, pinset, dan staples yang merupakan
penerapan sains dan teknologi yang ada di masyarakat (STM). Guru meminta
siswa melakukan percobaan selama 15 menit yaitu mengelompokkan alat-alat
tersebut sesuai dengan golongan tuasnya. Dalam hal ini, siswa dituntut
aktivitasnya dan kerjasama dalam kelompok.
Gambar 19. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Mengelompokkan Tuas
Sesuai Golongannya pada Siklus II
Setelah melakukan percobaan, beberapa kelompok maju
menyampaikan hasil percobaan, sedangkan kelompok lain memperhatikan.
Guru memberikan “Smile” kepada kelompok yang berhasil melakukan
percobaan dengan benar.
Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan
pembelajaran yang terjadi dan guru melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut
guru memberikan pesan supaya rajin belajar.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Mei 2010 pada jam
pelajaran keempat dan kelima yaitu pada pukul 09.00-10.10 WIB. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi yang
telah lalu, yaitu katrol dan bidang miring.
83
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama halnya dengan pertemuan
pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal
dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan
guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan
apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi yang
lalu. Guru bertanya tentang “Apakah contoh katrol dalam kehidupan sehari-
hari?”, “Apakah contoh bidang miring?”. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu identifikasi jenis-jenis pesawat sederhana dan
demonstrasi cara penggunaannya. Guru memberi motivasi agar siswa selalu
rajin belajar dan mengajak siswa menyanyi “Balonku” supaya perhatian siswa
menjadi lebih fokus dalam pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan alat dan bahan untuk
2 percobaan. Dua percobaan tersebut adalah katrol dan bidang miring. Pada
percobaan katrol siswa melakukan percobaan tentang katrol tunggal, ganda dan
majemuk. Alat dan bahan percobaan katrol yang dibagi untuk setiap kelompok
adalah 2 buah katrol ganda, 2 buah katrol tetap, 2 buah tali, beban, dan neraca
pegas. Sedangkan untuk percobaan bidang miring, siswa melakukan percobaan
pengaruh perbedaan kemiringan bidang terhadap gaya yang dibutuhkan. Alat
dan bahan bidang miring yaitu troli, tali, neraca pegas, dan papan yang dibawa
oleh siswa dari rumah. Semua alat ini merupakan penerapan sains dan
teknologi yang ada di masyarakat (STM).
Setelah itu, siswa berdiskusi dan melakukan percobaan selama 20
menit. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut aktivitasnya dan kerjasama antar
anggota. Selesai melakukan percobaan, beberapa kelompok maju
mendemonstrasikan hasil percobaannya. Guru memberikan “Smile” kepada
kelompok yang berhasil melakukan percobaan dengan benar. Guru
memberikan tambahan materi mengenai pembagian katrol ada 2 yaitu
berdasarkan kedudukan dan jumlahnya. Katrol berdasarkan kedudukan ada 2
yaitu katrol tetap dan bebas. Sedangkan berdasarkan jumlahnya, katrol ada 3
yaitu katrol tunggal, ganda, dan majemuk.
84
Gambar 20. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Merangkai Karol Ganda dan
Majemuk pada Siklus II
Gambar 21. Foto Aktivitas Siswa Saat Percobaan Merangkai Bidang Miring
pada Siklus II
Pada kegiatan akhir, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan
guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. Guru
melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan
mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas dalam
belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
85
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Mei 2010 pada jam
pelajaran pertama dan kedua yaitu pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi yang
telah lalu, yaitu roda.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
ketiga dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama halnya dengan pertemuan
pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal
dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan
guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan
apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi yang
lalu. Guru bertanya tentang “Apakah roda itu?”. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu identifikasi jenis-jenis pesawat
sederhana dan demonstrasi cara penggunaannya. Guru memberi motivasi agar
siswa selalu rajin belajar dan mengajak siswa menyanyi “Balonku” supaya
perhatian siswa menjadi lebih fokus dalam pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan alat dan bahan
percobaan roda. Alat dan bahan percobaan roda yang dibagi untuk setiap
kelompok adalah mobil-mobilan dan motor-motoran. Semua alat ini
merupakan penerapan sains dan teknologi yang ada di masyarakat (STM).
Setelah itu, siswa berdiskusi dan melakukan percobaan menjalankan mobil-
mobilan maju dan mundur. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut aktivitasnya dan
kerjasama antar anggota. Selesai melakukan percobaan, beberapa kelompok
maju mendemonstrasikan hasil percobaannya. Guru memberikan “Smile”
kepada kelompok yang berhasil melakukan percobaan dengan benar. Guru
memberikan tambahan materi mengenai roda pada porosnya. Maksudnya, jenis
pesawat sederhana yang berbentuk bulat dan lubang rodanya terletak di
tengah/pada porosnya.
86
Gambar 22. Foto Aktivitas Siswa Saat Memperagakan Roda pada Porosnya
pada Siklus II
Guru melakukan evaluasi pembelajaran pesawat sederhana dengan
membagikan soal dan lembar jawab kepada siswa. Siswa diberi waktu selama
20 menit untuk mengerjakan. Pada kegiatan akhir, guru mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa dan guru memberikan angket kepada siswa serta guru mengisi
lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II. Guru melakukan
refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan mengingatkan siswa
supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas dalam belajar. Guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Pertemuan pertama berlangsung pada
hari Selasa, 4 Mei 2010 pukul 07.00-08.10 WIB. Pada jam pelajaran pertama dan
kedua. Pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat, 7 Mei 2010 pukul 09.00-
10.10 WIB. Pada jam pelajaran keempat dan kelima. Sedangkan pertemuan
ketiga, pada hari Sabtu, 8 Mei 2010 pukul 07.00-08.10 WIB pada jam pelajaran
pertama dan kedua. Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Mayarakat. Dalam tahap ini peneliti
87
mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan observasi
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi dan foto selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi
dilaksanakan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan
guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, siswa sudah menempatkan diri di tempat duduk
masing-masing. Namun, masih ada beberapa siswa yang masih di luar kelas.
Sambil menunggu, guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa.
Saat guru membuka pelajaran dengan melakukan tanya jawab yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari, siswa sudah berebut menjawab. Hal ini
menunjukkan siswa masih ingat materi yang lalu. Pada saat percobaan melalui
penerapan pendekatan STM berlangsung, aktivitas siswa lebih baik di bandingkan
siklus I, pembagian tugas dalam kelompok oleh ketua terlihat jelas, ada siswa
yang melakukan percobaan, siswa yang mengamati percobaan dan ada siswa yang
menulis hasilnya. Walaupun masih ada satu, dua siswa yang sibuk sendiri. Pada
waktu guru meminta beberapa kelompok menyampaikan hasil diskusinya di
depan, beberapa kelompok sudah berebut maju ke depan untuk menyampaikan
hasil percobaan. Kemudian saat kelompok pertama menyampaikan hasil diskusi,
hampir semua siswa memperhatikan. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi
lebih kondusif dari sebelumnya.
Pada pertemuan kedua ini, suasana kelas sudah tertib karena ada semua
siswa sudah masuk kelas dan mempersiapkan bukunya saat jam istirahat sudah
selesai. Kemudian saat guru memulai pelajaran dengan melakukan tanya jawab
tentang pembelajaran yang telah lalu, terlihat lebih banyak siswa berebut tunjuk
jari menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini membuktikan bahwa siswa selalu
mengingat pembelajaran sebelumnya. Kemudian siswa memulai percobaan
dengan penerapan pendekatan STM. Pada saat percobaan berlangsung, aktivitas
siswa meningkat dari sebelumnya, pembagian tugas oleh ketua kelompok jelas,
ada siswa yang melakukan percobaan, siswa yang mengamati percobaan dan ada
siswa yang menulis hasilnya serta menggambar alat dan bahan tanpa diminta oleh
guru. Guru meminta beberapa kelompok menyampaikan hasil diskusinya di
88
depan, semua kelompok bersemangat maju menyampaikan hasil percobaan. Pada
saat penyampaian hasil percobaan kelompok yang lain lebih memperhatikan.
Pada pertemuan ketiga ini, suasana kelas sudah lebih tertib karena semua
siswa sudah masuk ke dalam kelas. Kemudian guru mulai pelajaran dengan
dengan tanya jawab tentang pembelajaran yang telah lalu, hampir semua siswa
berebut menjawab pertanyaan guru dengan tunjuk jari. Hal ini membuktikan
bahwa siswa masih ingat dengan pembelajaran sebelumnya dan siswa belajar
sebelumnya. Pada saat percobaan dengan pendekatan STM berlangsung, aktivitas
siswa lebih baik lagi, pembagian tugas oleh ketua kelompok jelas, ada siswa yang
melakukan percobaan, siswa yang mengamati percobaan, ada siswa yang menulis
hasilnya, menggambar alat dan bahan yang digunakan, mengamati jalannya
percobaan dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang percobaan yang
dilaksanakan. Saat guru meminta beberapa kelompok menyampaikan hasil
diskusinya di depan, semua ketua kelompok tunjuk jari. Kemudian ketika
penyampaian hasil diskusi kelompok yang lain memperhatikan penyampaian
kelompok yang maju. Kemudian siswa mengerjakan tes dalam waktu 15 menit.
Pada saat mengerjakan tes, siswa tampak serius. Siswa mengerjakan sendiri soal-
soal tersebut karena sudah memahami materi pesawat sederhana. Sebelum
menutup pelajaran, guru membagikan angket dan guru mengisi lembar observasi
pada siklus II.
Berdasarkan angket aktivitas belajar siswa dan hasil tes pada siklus II,
didapatkan data yang dapat dilihat pada Tabel 13:
Tabel 13. Tabel Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji Setelah Siklus II
No Skor Frekuensi
(Fi) Xi FiXi
Prosentase
(%) Keterangan
1 51-60 0 55,5 0 0 ≤ 60 :Kurang
Sekali
61-70 :Kurang
71-80 :Sedang
81-90 :Baik
91-100:Baik
Sekali
2 61-70 4 65,5 262 18,6
3 71-80 19 75,5 1434,5 46,51
4 81-90 12 85,5 1026 20,93
5 91-100 8 95,5 764 13,95
Jumlah 43 3486,5 100
Rata-rata 81,08 (Baik)
89
Data skor angket aktivitas diolah dari daftar skor angket pada lampiran
18. Dari Tabel 13, skor aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji
sebelum diadakan tindakan melalui penerapan pendekatan STM dapat disajikan
dalam bentuk Grafik 7:
Grafik 7 Grafik Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji Setelah Siklus II
Berdasarkan Tabel 13, aktivitas belajar IPA pada siklus II ini terlihat
adanya peningkatan. Peningkatan tersebut yaitu dari 20 siswa yang tergolong
sedang dan baik pada siklus I menjadi 39 siswa yang tergolong dalam kategori
aktivitas sedang, baik, dan baik sekali pada siklus II. Peningkatan skor angket
aktivitas belajar IPA ini tampak jelas pada Tabel 14 dan Grafik 8:
Tabel 14. Tabel Perbandingan Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan Siklus II
No Interval Nilai Jumlah Siswa
Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 51-60 15 5 0 ≤60 :Kurang
Sekali
61-70 :Kurang
71-80 :Sedang
81-90 :Baik
91-100:Baik Sekali
2 61-70 18 18 4
3 71-80 9 11 19
4 81-90 1 9 12
5 91-100 0 0 8
Jumlah 43 43 43
Rata-rata 64,57 71,08 81,08
90
Grafik 8. Grafik Perbandingan Skor Angket Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 8 di atas, dapat dilihat dengan jelas
bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar IPA siswa. Peningkatan itu yaitu dari
rata-rata 64,59 atau kriteria kurang pada kondisi awal, menjadi 71,08 atau kriteria
sedang pada siklus I, dan menjadi 81,08 atau kriteria baik pada siklus II.
Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji Setelah Siklus II
No Indikator Skor Kategori Keterangan
1 Visual Activities 95 Baik Sekali ≤ 60 (Kurang Sekali)
61-70 (Kurang)
71-80 (Sedang)
81-90 (Baik)
91-100 (Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich dalam
Sardiman A. M., 2000:
101)
2 Oral Activities 85 Baik
3 Listening Activities 85 Baik
4 Writing Activities 85 Baik
5 Drawing Activities 85 Baik
6 Motor Activities 85 Baik
7 Mental Activities 80 Sedang
8 Emotional Activities 75 Sedang
Jumlah 675
Rata-rata 84,38 Baik
Data pada Tabel 15 diperoleh dari pengolahan data pada Lampiran 17.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Tabel 15, terlihat
peningkatan aktivitas yang signifikan dari sebelumnya. Peningkatan rata-rata dari
73,75 atau kategori sedang pada siklus I menjadi 84,38 atau kategori baik.
91
Tabel 16. Tabel Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II
No Indikator Keadaan
Awal Siklus I Siklus II Keterangan
1 Visual Activities 75 85 95 ≤60 (Kurang
Sekali)
61-70(Kurang)
71-80(Sedang)
81-90(Baik)
91-100(Baik
Sekali)
(Paul B. Diedrich
dalam Sardiman
A. M., 2000: 101)
2 Oral Activities 50 65 85
3 Listening Activities 65 75 85
4 Writing Activities 65 75 85
5 Drawing Activities 50 75 85
6 Motor Activities 50 75 85
7 Mental Activities 50 75 80
8 Emotional Activities 50 65 75
Jumlah 455 590 675
Rata-rata 56,88 73,75 84,38
Berdasarkan Tabel 16, aktivitas siswa dapat dilihat dengan jelas bahwa
terjadi peningkatan aktivitas belajar IPA berdasarkan observasi yaitu dari rata-rata
56,88 atau kategori kurang sekali pada kondisi awal menjadi 73,75 atau kategori
sedang pada siklus I, dan menjadi 84,38 atau kategori baik pada siklus II.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji pada Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) Fixi
Prosentase
(%) Keterangan
1 38-44 0 41 0 0 Di bawah KKM
2 45-51 0 48 0 0 Di bawah KKM
3 52-58 0 55 0 0 Di bawah KKM
4 59-65 2 62 124 4,65 Di bawah KKM
5 66-72 4 69 276 9,3 Di atas KKM
6 73-79 5 76 380 11,63 Di atas KKM
7 80-86 14 83 1162 32,56 Di atas KKM
8 87-93 11 90 990 25,58 Di atas KKM
9 94-100 7 97 679 16,28 Di atas KKM
Jumlah 43 3611 100 KKM (nilai >65)
Nilai rata-rata = 3611 : 43 = 83,98
Ketuntasan klasikal = 41 : 43 X 100 % = 95,35 %
Data nilai hasil belajar diolah dari daftar nilai pada lampiran 18. Dari
Tabel 17, nilai pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji setelah
diadakan tindakan siklus II melalui penerapan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat, dapat disajikan dalam bentuk Grafik 9:
92
Grafik 9. Grafik Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada
Sikus II
Pada Tabel 17 dan Grafik 9 di atas, terlihat nilai rata-rata kelas adalah
83,98. Dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal sebelum tindakan dan setelah
siklus I, nilai rata-rata kelas pada siklus II meningkat dari 68,19 menjadi 83,98.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (nilai > 65) juga mengalami
peningkatan yaitu dari 31 siswa atau 72,09 % menjadi 41 siswa atau 95,35 %.
Tabel 18. Tabel Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan Siklus II
No Interval
Nilai
Jumlah Siswa Keterangan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 38-44 1 0 0 Di bawah KKM
2 45-51 4 2 0 Di bawah KKM
3 52-58 7 4 0 Di bawah KKM
4 59-65 17 6 2 Di bawah KKM
5 66-72 11 19 4 Di atas KKM
6 73-79 3 9 5 Di atas KKM
7 80-86 0 3 14 Di atas KKM
8 87-93 0 0 11 Di atas KKM
9 94-100 0 0 7 Di atas KKM
Jumlah 43 43 43
Rata-rata 61,84 68,19 83,98
93
Data dari Tabel 18 dapat disajikan dalam Grafik 10 yaitu grafik
perbandingan nilai hasil tes pesawat sederhana siswa kelas V pada kondisi awal
dengan siklus I:
Grafik 10. Grafik Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
3 Ngraji pada Kondisi Awal dengan Sikus I dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 18 dan Grafik 10 tersebut, dapat dilihat dengan jelas
bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar yang pada akhirnya menyebabkan nilai
tes IPA siswa meningkat pula.
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran IPA dengan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada siklus II yang ditunjukkan Tabel19:
Tabel 19. Hasil Observasi Guru dalam pembelajaran IPA dengan Pendekatan
STM pada Siklus II
No Variabel Kriteria
1. Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Baik
2. Kemampuan guru mengelola kelas Sangat Baik
3. Kemampuan mengelola waktu pembelajaran Baik
4. Kemampuan memberikan apersepsi Baik
5. Kemampuan menyampaikan materi Sangat Baik
6. Kemampuan guru memberikan pertanyaan Baik
7. Kemampuan membimbing diskusi dan pelaksanaan
percobaan Sangat Baik
8. Perhatian guru terhadap siswa Sangat Baik
9. Kemampuan mengembangkan aplikasi Sangat Baik
10. Kemampuan menutup pelajaran Sangat Baik
94
Hasil observasi guru pada Tabel 19 diperoleh dari pengolahan observasi
pada Lampiran 20.Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan hasil observasi guru pada
pembelajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada siklus II
menunjukkan peningkatan pada kegiatan guru, kemampuan mengelola waktu
pembelajaran dan memberikan apersepsi sudah dalam kriteria baik.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pengamatan dan
penilaian aktivitas belajar IPA siswa dan hasil pemahaman materi pesawat
sederhana melalui tes yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan perbaikan pada
siklus II maka dapat dikatakan proses pembelajaran menunjukkan peningkatan
sesuai dengan target awal, peningkatan tersebut baik pada aktivitas belajar siswa
maupun pada pencapaian hasil belajar IPA yang mengalami peningkatan.
Peningkatan kemampuan pemahaman materi siswa pada siklus II ini
meliputi aspek: (1) aktivitas belajar IPA siswa, (2) pemahaman materi, (3) mampu
melakukan percobaan, (4) dan mampu menjawab soal/pertanyaan dengan baik.
Jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar yaitu KKM > 65 meningkat
dari 14 siswa pada kondisi awal menjadi 31 siswa pada siklus I dan menjadi
41siswa pada siklus II.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat diketahui adanya
peningkatan proses pembelajaran terutama aktivitas belajar IPA siswa setelah
penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Peningkatan terlihat dari
perhitungan angket aktivitas belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan
silkus II yang masing-masimg siklusnya dilaksanakan tiga kali pertemuan. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 20:
95
Tabel 20. Rekapitulasi Skor Angket Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri 3 Ngraji Di Atas Baik pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus
II
No Pelaksanaan
Tindakan
Rata-rata Skor Aktivitas
Belajar IPA Siswa Keterangan
1 Kondisi Awal 64,57 ≤ 60 :Kurang
Sekali
61-70 :Kurang
71-80 :Sedang
81-90 :Baik
91-100:Baik Sekali
2 Siklus I 71,08
3 Siklus II 81,08
Berdasarkan Tabel 20 di atas, dapat diketahui aktivitas siswa mengalami
peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata aktivitas belajar IPA berdasarkan
angket aktivitas pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 64,57 atau kategori
kurang, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata
aktivitas belajar IPA siswa menjadi 71,08 atau kategori sedang. Sedangkan pada
akhir pelaksanaan siklus II, nilai rata-rata aktivitas belajar IPA siswa adalah 81,08
atau kategori baik. Peningkatan rata-rata aktivitas belajar IPA siswa dapat
disajikan dalam Grafik 9:
Grafik 11. Grafik Peningkatan Rata-rata Skor Angket Aktivitas Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal, Siklus I dan
Sikus II
96
Selain data dari angket aktivitas, peningkatan aktivitas belajar IPA siswa
juga dapat dilihat dari hasil observasi. Hal ini dapat ditunjukkan oleh rekapitulasi
data pada Tabel 21:
Tabel 21. Rekapitulasi Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Di Atas Baik pada Kondisi Awal, Siklus
I, dan Siklus II
Indikator aktivitas
Rata-rata yang Dicapai Keterangan
Kondisi
Awal Siklus I Siklus II
1. Visual Activities
2. Oral Activities
3. Listening Activities
4. Writing Activities
5. Drawing Activities
6. Motor Activities
7. Mental Activities
8. Emotional Activities
56,88 73,75 84,38
≤60(Kurang Sekali)
61-70(Kurang)
71-80(Sedang)
81-90(Baik)
91-100(Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich
dalam Sardiman
A.M, 2000: 101)
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui aktivitas siswa mengalami
peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata aktivitas belajar IPA siswa pada
kondisi awal sebelum tindakan adalah 56,88 atau kategori kurang sekali kemudian
pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata aktivitas belajar IPA
siswa menjadi 73,75 atau kategori sedang. Sedangkan pada akhir pelaksanaan
siklus II, nilai rata-rata aktivitas belajar IPA siswa adalah 84,38 atau kategori baik.
Peningkatan rata-rata aktivitas belajar IPA siswa dapat disajikan dalam Grafik 12:
97
Grafik 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada Kondisi Awal, Siklus I dan
Sikus II
Secara garis besar perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar IPA pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II
ditunjukkan pada tabel:
Tabel 22. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji
pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas(KKM > 65) 14 32,56 31 72,09 41 95,35
2. Tidak Tuntas( ≤ 65) 29 67,44 12 27,91 2 4,65
Berdasarkan Tabel 19 di atas, terlihat adanya peningkatan aktivitas
belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhana. Sedangkan yang dimaksudkan
tuntas yaitu nilai siswa di atas KKM (nilai > 65), sedangkan tidak tuntas yaitu
nilai di bawah KKM (nilai ≤ 65). Peningkatan tersebut yaitu pada kondisi awal
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa, kemudian pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 31 siswa, dan pada siklus II menjadi 41 siswa. Data dari
tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 13:
98
Grafik 13. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Sikus II
Selain itu, dalam pelaksanaan siklus dilakukan observasi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Berikut ini tabel hasil observasi guru pada
pembelajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada siklus II
yang ditunjukkan Tabel 23:
Tabel 23. Tabel Hasil Observasi Guru dalam pembelajaran IPA dengan
Pendekatan STM pada Siklus I dan Siklus II
No Variabel Kriteria
Siklus I Siklus II
1. Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Baik Baik
2. Kemampuan guru mengelola kelas Baik Sangat Baik
3. Kemampuan mengelola waktu pembelajaran Cukup Baik
4. Kemampuan memberikan apersepsi Cukup Baik
5. Kemampuan menyampaikan materi Baik Sangat Baik
6. Kemampuan guru memberikan pertanyaan Baik Baik
7. Kemampuan membimbing diskusi dan
pelaksanaan percobaan Baik Sangat Baik
8. Perhatian guru terhadap siswa Baik Sangat Baik
9. Kemampuan mengembangkan aplikasi Baik Sangat Baik
10. Kemampuan menutup pelajaran Baik Sangat Baik
99
Berdasarkan Tabel 23, menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru
dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada
siklus I dan siklus II.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji yaitu
dengan menerapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Hal ini terjadi
karena pembelajaran dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dapat
membuat siswa memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapatnya, dan
aktivitas belajar yang baik dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya, hasil
belajar IPA siswa menjadi lebih baik pula.
100
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam pembelajaran dua siklus ini, dapat ditarik simpulan bahwa dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi
Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010. Peningkatan aktivitas belajar IPA siswa
dapat dibuktikan dengan meningkatnya skor angket aktivitas belajar IPA siswa
yaitu: sebelum tindakan rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 64,57 atau kategori
kurang, kemudian pada siklus I rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 71,08 atau
kategori sedang, dan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 81,08 atau
kategori baik.
Selain itu, berdasarkan data hasil observasi aktivitas belajar IPA siswa
juga menunjukkan hal yang serupa. Rata-rata aktivitas belajar IPA siswa dari hasil
observasi pada kondisi awal yaitu 56,88 atau kategori kurang sekali, kemudian
pada siklus I rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 73,75 atau kategori sedang, dan
pada siklus II rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 84,38 atau kategori baik.
Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, pada kondisi awal
yaitu 14 siswa atau 32,56 % siswa yang tuntas (KKM > 65) dengan rata-rata
61,84, kemudian pada siklus I sebanyak 31 siswa atau 72,09 % siswa yang tuntas
(KKM > 65) dengan rata-rata 68,19. Sedangkan pada siklus II sebanyak 41 siswa
atau 95,35 % siswa yang tuntas (KKM > 65) dengan rata-rata 83,98. Dengan
demikian, penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana dapat meningkatkan aktivitas belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran
2009/2010.
101
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa, pada siswa kelas
V Sekolah Dasar.
Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Pemanfaatan dan penggunaan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
diteruskan dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan IPA pada siswa
kelas V Sekolah Dasar.
2. Adanya pembelajaran dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya siswa merasa senang
dalam mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas belajar IPA siswa
meningkat.
3. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada dalam pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan aktivitas
belajar IPA siswa pada mata pelajaran IPA, maka dapat disampaikan saran-saran:
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran IPA untuk menerapkan pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan hasil belajar
menjadi meningkat.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) agar siswa merasa
lebih dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu
mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang
102
sedang dipelajarinya. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai
fasilitator dan motifator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses belajar.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran atau
meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi Orang Tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari pada di
sekolah bersama guru. Melalui bimbingan orang tua di rumah, masukan,
informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut, sangatlah diperlukan
guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan
jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina.
103
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, Teori & Implikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ali Nugraha. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas
Anna Poedjiadi. 2007. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Anton M. Mulyono. 2010. Aktivitas Belajar. http://id.shvoong.com/social-
sciences/1961162-aktifitas-belajar/ diakses tanggal 26 Februari 2010
Choiril Asmiyawati, 2008. IPA Salingtemas 5. Jakarta: Depdiknas
George Bugliarelo. 2008. International Workshop Proceedings: Science and
Technology and the Future Development of Societies. Washington: The
National Academies Press. http://www.nap.edu/openbook.php?record_id
=12185&page=125 diakses tanggal 14 Mei 2010
Haditono. 2000. Minat dan Aktivitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga
Tahun Ajaran 2000/2001. http://uin-
suka.info/ejurnal/index.php?option=com diakses 12 Januari 2010
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Hendro Darmodjo. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: DIKTI.
Hendro & Kaligis. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta: DIKTI.
Heri Sulistyanto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta:
Depdiknas
Hidayati, Mujinem dan Anwar Senen. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press
Karlina Noor Idain. 2008. Pengajaran Fisika dengan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) melalui Metode Demonstrasi di SMP Negeri 2
Kartasura Tahun Ajaran 2007/2008. Surakarta: UNS (Skripsi Tidak
Dipublikasikan)
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
Mlitwa. 2007. International Education Journal: Technology for teaching and
learning in higher education contexts: Activity theory and actor network
theory analytical perspectives. Afrika Selatan: Cape Peninsula University
of Technology (CPUT).
Moh. Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakartya
104
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nita Andara dan Gugus S. 2008. Jurnal Wawasan Pendidikan dan Pembelajaran:
Peningkatan Aktivitas Siswa Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Metode Tutor Sebaya. Sumatera Barat: Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) volume 3, No. 2 bulan Juli 2008
halaman 133-146.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Penn State. 2008. Macam-macam Pendekatan. http://idahariyanti.student.
fkip.uns.ac.id/files/2009/.../SBM-TGL-7.docx diakses tanggal 26 Februari
2010
Prayekti. 2002. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA
di Kelas 5 Sekolah Dasar. 039, 773-783. Jakarta: Badan Penelitian dan
Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rodney W. Nichols. 2010. Journal Technology in Society: Ethical currents in a
career in science and technology “A case study”.
http://www.sciencedirect.com diakses tanggal 14 Mei 2010
Rochman Natawijaya. 2010. Aktivitas Belajar. http://id.shvoong.com/social-
sciences/1961162-aktifitas-belajar/ diakses tanggal 26 Februari 2010
Rusmansyah & Irhasyuryana. 2003. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan:
Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
Pembelajaran Kimia di SMU Negeri Kota Banjarmasi. 040, 95-109.
Jakarta: Badan Penelitian dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan
Nasional.
Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha
Nasional
Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sriyono. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. http://ipotes.wordpress.com/2008/
05/24/prestasi-belajar/ diakses 12 Januari 2010
Suyitno Al. 1995. Cakrawala Pendidikan: Karakteristik IPA dan Konsekuensi
Pembelajarannya Bagi Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Suwarno dan Hotimah 2009. Serba Tahu Tentang Sains Ilmu Pengetahuan Alam.
Yogyakarta: Tugu
Syarifuddin. 2008. Jurnal Wawasan Pendidikan dan Pembelajaran: Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dengan Cooperative Learning Tipe
Jigsaw. volume 03, 93-107. Sumatera Barat: Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat
105
Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Uswatun Khasanah. 2007. Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Surakarta:
UNS (Skripsi Tidak Dipublikasikan)
Wasty Soemanto. 1990. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wikipedia. 2010. Science Technology and Society. http://en.wikipedia.org/wiki/
Science_and_technology_studies diakses 26 Februari 2010
106
Lampiran 1
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Januari
2010
Februari
2010
Maret
2010
April
2010
Mei
2010
Juni
2010
Juli
2010
1 Persiapan Penelitian
a. Persiapan survei awal
b. Penyusunan proposal
c. Mengurus perizinan
d. Koordinasi dengan Guru
e. Menyediakan peralatan
f. Memberi pelatihan
g. Mendiskusikan masalah
teknik pelaksanaan
tindakan
2 Pelaksanaan tindakan
a. Penyiapan RPP dan media
pembelajaran
b. Pelaksanaan siklus I – II
c. Penganalisisan data
d. Diskusi hasil data
e. Revisi hasil analisis
3 Penyusunan laporan
4 Seminar untuk validasi hasil
5 Penggandaan, penjilidan dan
pengiriman laporan
107
Lampiran 2
Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Siswa
No Aspek Indikator No. Item
Jumlah (+) (-)
1 Persiapan
belajar
- Persiapan siswa dalam
menghadapi pelajaran IPA
1 1
2 Sikap dan
partisipasi siswa
dalam
mengikuti
pelajaran IPA
- Perhatian terhadap pelajaran
- Keberanian siswa menjawab
- Keberanian mengajukan
pertanyaan pada saat pelajaran
berlangsung
2, 3
5
6
4
7
5
3 Mencatat - Mencatat materi pelajaran dan
soal-soal latihan yang
diberikan
- Membuat ringkasan pelajaran
8
10
9 3
4 Mengerjakan
soal
- Kemauan siswa mengerjakan
soal di kelas
- Kemauan siswa mengerjakan
PR dan soal latihan di rumah
11
13
12
14
4
5 Melakukan
Percobaan
- Pembagian tugas 20 1
6 Mempelajari
materi yang
diterima
- Mempelajari kembali catatan
IPA
- Mengerjakan soal-soal latihan
16
17
15 3
7 Usaha
mengatasi
kesulitan belajar
IPA
- Kemauan siswa untuk
mendiskusikan kesulitan yang
dihadapi dengan belajar
kelompok
- Keaktifan siswa untuk
bertanya kepada orang lain,
selain guru
18
19
2
Jumlah 13 7 20
108
Lampiran 3
Angket Aktivitas Belajar Siswa
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Tulislah nama, kelas dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Bacalah baik-baik setiap butir angket dan seluruh pilihan jawabannya.
3. Pilihlah salah satu jawabannya yang paling sesuai menurut anda dengan
memberi tanda silang (x) pada lembar jawab.
4. Jangan ragu-ragu dalam memilih jawaban, dan jawablah dengan sujujur-
jujurnya karena angket ini tidak mempengaruhi nilai anda dalam mata
pelajaran apapun.
5. Tidak diperkenankan membuat coretan dalam bentuk apapun pada lembar
angket.
6. Isilah semua butir angket tanpa ada yang terlewatkan. Setelah selesai,
kumpulkan angket ini beserta lembar jawabnya.
7. Waktu mengerjakan 30 menit.
1. Saya mempersiapkan diri untuk menghadapi pelajaran IPA besok pagi.
a. Selalu d. Pernah
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
2. Pada saat pelajaran IPA berlangsung, apakah Anda mendengarkan dan
memperhatikan materi yang disampaikan guru dengan seksama?
a. Selalu d. Pernah
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
3. Ketika teman Anda mengajak ngobrol pada saat guru menerangkan
pelajaran IPA, apakah anda kemudian mengobrol dengan teman Anda?
a. Selalu d. Pernah
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
4. Pada saat guru sedang memberikan jawaban atas pertanyaan dari salah
satu teman Anda tentang materi yang baru diterangkan, apakah Anda
mengabaikan penjelasan guru tersebut?
a. Selalu d. Pernah
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
109
5. Pada saat pelajaran IPA, ketika ada teman Anda yang tidak menjawab
pertanyaan guru, kemudian guru menawarkan kepada siswa lain, apakah
Anda akan menjawab pertanyaan tersebut?
a. Selalu d. Pernah
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
6. Ketika ada hal yang belum Anda pahami sewaktu guru menerangkan
pelajaran IPA, apakah pada saat itu juga Anda berusaha menanyakan pada
guru Anda?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
7. Setelah guru menjelaskan materi dan guru memberikan kesimpulan.
Apakah Anda diam saja atau pura-pura mengerti?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
8. Apakah Anda soal latihan dan menyelesaikannya setelah dibahas bersama-
sama?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
9. Apakah Anda menulis materi yang dijelaskan guru hanya jika disuruh?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
10. Saat akan ulangan IPA apakah Anda membuat rangkuman di rumah agar
mudah mempelajarinya?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
11. Pada saat pelajaran IPA berlangsung, guru menawarkan kepada siswa
untuk mengerjakan di depan kelas, apakah Anda maju mengerjakannya?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
110
12. Saat pelajaran IPA kosong, guru memberikan tugas untuk dikumpulkan.
Apakah Anda mengabaikannya/merasa tidak penting?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
13. Setiap mendapat PR IPA apakah Anda mengerjakan dengan sungguh-
sungguh?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
14. Setelah selesai materi, guru memberikan soal yang tidak dibahas dikelas,
apakah Anda membiarkan saja/tidak mengerjakan di rumah?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
15. Apakah Anda belajar IPA hanya pada waktu ada ujian?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
16. Apakah Anda mempelajari kembali soal-soal latihan dari kelas?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
17. Apakah Anda belajar dengan mengerjakan soal-soal latihan?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
18. Selain belajar IPA sendiri apakah Anda juga belajar kelompok?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
19. Apabila Anda kesulitan dalam belajar IPA, apakah Anda minta bantuan?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
20. Apabila ada percobaan/praktek, apakah Anda mebiarkan tugas yang telah
diberikan?
a. Selalu d.Pernah
b. Sering e.Tidak pernah
c. Kadang-kadang
111
Lampiran 4
Lembar Jawab
Angket Aktivitas Belajar Siswa
1. a b c d e 11. a b c d e
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
Nama : ..........................................
Kelas : ..........................................
No. Absen : ..........................................
112
Lampiran 5
Pedoman Penilaian Angket Aktivitas Belajar
Untuk butir soal positif:
a. Pilihan jawaban (a) selalu, mempunyai skor 5
b. Pilihan jawaban (b) sering, mempunyai skor 4
c. Pilihan jawaban (c) kadang-kadang, mempunyai skor 3
d. Pilihan jawaban (d) pernah, mempunyai skor 2
e. Pilihan jawaban (e) tidak pernah, mempunyai skor 1
Untuk butir soal negatif:
a. Pilihan jawaban (a) selalu, mempunyai skor 1
b. Pilihan jawaban (b) sering, mempunyai skor 2
c. Pilihan jawaban (c) kadang-kadang, mempunyai skor 3
d. Pilihan jawaban (d) pernah, mempunyai skor 4
e. Pilihan jawaban (e) tidak pernah, mempunyai skor 5
Total skor maksimal= 100
Kriteria Penilaian:
a. Skor >85= sangat baik
b. Skor 75-90= baik
c. Skor 60-75= cukup
d. Skor 50-60= kurang
e. Skor <50= sangat kurang
Indikator angket diambil dari Sanapiah Faisal (1981: 44-48)
113
Lampiran 6
Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Pada Kondisi Awal Sebelum
Tindakan
No Komponen Aktivitas Siswa Skor Rata-
rata Keterangan
1
Visual activities
a. Membaca
b. Memperhatikan gambar
c. Demonstrasi
d. Percobaan
80
70
70
80
75
Kriteria Penyekoran:
a. Skor 10: Jika tidak ada siswa
yang melaksanakan indikator
b. Skor 20: Jika 1-5 siswa
melaksanakan indikator
c. Skor 30: Jika 6-10 siswa
melaksanakan indikator
d. Skor 40: Jika 11-15 siswa
melaksanakan indikator
e. Skor 50: Jika 16-20 siswa
melaksanakan indikator
f. Skor 60: Jika 21-25 siswa
melaksanakan indikator
g. Skor 70: Jika 26-30 siswa
melaksanakan indikator
h. Skor 80: Jika 31-35 siswa
melaksanakan indikator
i. Skor 90: Jika 36-40 siswa
melaksanakan indikator
j. Skor 100: Jika 41-43 siswa
melaksanakan indikator
Kategori Skor:
≤60 :(Kurang Sekali)
61-70 :(Kurang )
71-80 :(Sedang)
81-90 :(Baik)
91-100 :(Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich dalam Sardiman
A. M., 2000: 101)
2
Oral activities
a. Menyatakan
b. Merumuskan
c. Bertanya
d. Mengeluarkan pendapat
e. Diskusi
40
40
60
50
60
50
3 Listening activities
a. Mendengarkan uraian
b. Percakapan
60
70
65
4 Writing activities
a. Menulis laporan
b. Menyalin dan Mencatat
materi penting
60
70
65
5 Drawing activities
a. Menggambar
b. Membuat tabel/grafik
50
50
50
6 Motor activities
a. Melakukan percobaan
b. Membuat konstruksi
model
50
50
50
114
7 Mental activities
a. Menanggapi
b. Mengingat
c. Memecahkan soal
d. Menganalisis
e. Melihat hubungan
60
60
50
40
40
50
8 Emosional activities
a. Menaruh minat
b. Gembira
c. Berani
d. Tenang
50
50
50
50
50
Jumlah 455
Rata-rata 56,88 Termasuk kriteria kurang sekali
Purwodadi, 17 April 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
115
Lampiran 7
Nilai Angket Aktivitas Belajar IPA dan Nilai Tes Pesawat Sederhana pada
Kondisi Awal Sebelum Tindakan No.
Absen Nama Siswa
Skor Angket
Aktivitas Belajar Kriteria
Nilai
Tes Keterangan
1. Amirul Muslikin 59 KS 37 Di bawah KKM
2. Yuris Wahyu Adi A 58 KS 62 Di bawah KKM
3. Kumaidi 55 KS 63 Di bawah KKM
4. Muhamad Yuliyanto 59 KS 47 Di bawah KKM
5. Kiki Soviana 63 K 59 Di bawah KKM
6. Wiji Pranoto 66 K 55 Di bawah KKM
7. Mochamad Qoirul A 62 K 63 Di bawah KKM
8. Dedi Kurniawan 56 KS 55 Di bawah KKM
9. Ady Wahyu Setiyo S 62 K 46 Di bawah KKM
10. Budi Pranata Putra 58 KS 58 Di bawah KKM
11. Umiramandayanti 56 KS 64 Di bawah KKM
12. Siti Uswatun Chasanah 80 S 64 Di bawah KKM
13. Muhamat Basit M 77 S 65 Di bawah KKM
14. Mila Safitri 67 K 73 Di atas KKM
15. Nonita Dela Prasiska 59 KS 66 Di atas KKM
16. Ahmat Sodikin 65 K 67 Di atas KKM
17. Abdul Ghofur 58 KS 64 Di bawah KKM
18. Ririn Dwi Andriyani 79 S 79 Di atas KKM
19. Suci Nurkhasanah 62 K 69 Di atas KKM
20. Nova Yuniawati 64 K 51 Di bawah KKM
21. Sri Lestari 68 K 63 Di bawah KKM
22. Linda Rahayu 59 KS 69 Di atas KKM
23. Diki Riyan Hidayat 59 KS 49 Di bawah KKM
24. Setiani 68 K 70 Di atas KKM
25. Siti Apriliya 68 K 64 Di bawah KKM
26. Ayuk Wulandari 76 S 65 Di bawah KKM
27. Suwarningsih 59 KS 68 Di atas KKM
28. Putri Nilawati 74 S 75 Di atas KKM
29. Novita Sari 73 S 60 Di bawah KKM
30. Al Hidayah 71 S 65 Di bawah KKM
31. Ilham Bagaskoro 58 KS 72 Di atas KKM
32. Kristina Yuliyanti 78 S 62 Di bawah KKM
33. Renata Ditya W 81 B 71 Di atas KKM
34. Al Fiyan 58 KS 62 Di bawah KKM
35. Abdul Wakhid 59 KS 55 Di bawah KKM
36. A.Umar Ali Syaifudin 68 K 62 Di bawah KKM
37. A.Umar Ali Setyawan 63 K 63 Di bawah KKM
38. Ainul Mardliyah 67 K 64 Di bawah KKM
39. Wahyu 73 S 70 Di atas KKM
40. Septi Fajar Arum M 63 K 68 Di atas KKM
41. Qosradatus Yaja’ah 63 K 65 Di bawah KKM
42. Khomariyah 65 K 69 Di atas KKM
43. Deni Agus Setyawan 62 K 58 Di bawah KKM
116
Kriteria:
≤60 : KS( Kurang Sekali)
61-70 : K( Kurang)
71-80 : S( Sedang)
81-90 : B( Baik)
91-100 : BS( Baik Sekali)
Indikator angket diambil dari Drs. Sanapiah Faisal (1981: 44-48)
Jumlah siswa yang skor angketnya KS (Kurang Sekali) sebanyak 15 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya K (Kurang) sebanyak 18 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya S (Sedang) sebanyak 9 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya B (Baik) sebanyak 1 siswa
Keterangan:
Di bawah KKM : Nilai ≤ 65
Di atas KKM : Nilai > 65
Jumlah siswa yang nilai tesnya di bawah KKM (≤ 65) sebanyak 14 siswa
Jumlah siswa yang nilai tesnya di atas KKM (> 65) sebanyak 29 siswa
Indikator nilai KKM diambil dari KKM SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi, 17 April 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
117
Lampiran 8
Perhitungan Perubahan Data Tunggal Nilai Menjadi Data Kelompok
Pada Kondisi Awal
1. Rentang = 79 - 38 = 41
2. Banyak Kelas
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 43
= 1 + 5,379
= 6,379
k = 6
3. Panjang Kelas= 41 : 6 = 6,83 = 7
4. Tabel Data Kelompok
No Interval Nilai Frekuensi
(Fi)
Nilai Tengah
(Xi)
1 38-44 1 41
2 45-51 4 48
3 52-58 7 55
4 59-65 17 62
5 66-72 11 69
6 73-79 3 76
118
Lampiran 9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Siklus I
Sekolah : SD Negeri Ngraji 3 Purwodadi
Kelas/Semester : V (lima) / II(dua)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi Pokok : Pesawat Sederhana
Alokasi waktu : 6 x 35 menit (3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak, gaya magnet).
B. Kompetensi Dasar
5.1 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat
C. Indikator
5.1.1 Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misalnya
pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
5.1.2 Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit,
bidang miring, katrol, dan roda.
5.1.3 Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.
5.1.4 Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan 4 jenis pesawat sederhana
dengan benar.
2. Melalui diskusi, siswa dapat menggolongkan 4 alat rumah tangga dengan
benar.
3. Melalui diskusi, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan
pesawat sederhana dengan benar.
4. Melalui demonstrasi, siswa dapat mempraktekkan cara menggunakan
pesawat sederhana dengan benar.
119
E. Materi
Pesawat Sederhana
1. Kegunaan pesawat sederhana
a. Melipatgandakan gaya atau kemampuan kita
b. Mengubah arah gaya yang kita lakukan
c. Menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan
d. Memudahkan dan meringankan pekerjaan
2. Jenis-jenis pesawat sederhana
a. Tuas
1) Tuas golongan 1: titik tumpu di tengah
Contoh: palu, gunting, jungkat-jungkit, tang
2) Tuas golongan 2: titik beban di tengah
Contoh: gerobak roda satu, pembuka kaleng, pemotong kertas
3) Tuas golongan 3: titik kuasa di tengah
Contoh: staples, pinset, menyapu
b. Bidang miring
Contoh: tangga, kapak, pisau, jalan di pegunungan
c. Katrol
Katrol berdasarkan jumlahnya:
1) Katrol Tunggal
2) Katrol Ganda
120
Katrol berdasarkan kedudukannya
1) Katrol tetap
2) Katrol bebas
3) Katrol majemuk/campuran
d. Roda pada porosnya
Contoh: roda mobil, roda motor, roda sepeda
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempresensi siswa dan mengkondisikan kelas.
b. Guru melakukan apersepsi, menanyakan kepada siswa
tentang alat yang bisa membantu manusia yang ada
dalam kehidupan sehari-hari (Tahap pertama STM:
pendahuluan)
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan
pada pertemuan ini tentang pesawat sederhana.
(10
menit)
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan peta konsep tentang pesawat
sederhana.
b. Siswa berdikusi dalam kelompok tentang jenis pesawat
sederhana.
1) Tuas (pengungkit)
2) Bidang miring
3) Katrol
4) Roda
c. Siswa melakukan percobaan menggunakan tuas dari
teknologi di masyarakat yaitu pembuka tutup botol.
(Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
d. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan
membuat kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga
STM: analisis konsep).
e. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang
(50
menit)
121
penggolongan tuas dan bagian dari tuas.
f. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai
tujuan penggunaan pesawat sederhana.
1) melipatgandakan gaya atau kemampuan kita
2) mengubah arah gaya yang kita lakukan
3) menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar
kecepatan
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan siswa kesempatan bertanya.
b. Siswa dan guru menyimpulkan materi (Tahap keempat
STM: pemantapan konsep).
c. Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM:
penilaian).
d. Pengisian lembar observasi aktivitas siswa.
(10
menit)
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempresensi siswa dan mengkondisikan kelas
b. Guru melakukan apersepsi, menanyakan kepada siswa
tentang bidang miring yang ada dalam kehidupan
sehari hari (Tahap pertama STM: pendahuluan).
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
diharapkan pada pertemuan ini tentang bidang miring.
(10
menit)
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang
pengertian bidang miring dan katrol.
b. Siswa melakukan percobaan menggunakan bidang
miring, katrol tetap, dan katrol bebas dalam kelompok.
(Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
c. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan
membuat kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga
STM: analisis konsep).
d. Siswa diskusi tentang keuntungan menggunakan
benda miring dan katrol.
e. Siswa dan guru tanya jawab tentang contoh bidang
miring, diantaranya:
f. Siswa dan guru tanya jawab tentang jenis katrol
1) Kapak
2) Pisau
3) Linggis
4) Obeng
5) Paku ulir
6) Sekrup
(50
menit)
122
berdasarkan kedudukannya.
1) Katrol tetap
2) Katrol bebas
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru menyimpulkan materi (Tahap
keempat STM: pemantapan konsep).
b. Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM:
penilaian).
c. Pengisian lembar observasi aktivitas siswa.
(10
menit)
Pertemuan III
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempresensi siswa dan mengkondisikan kelas.
b. Guru melakukan apersepsi, menanyakan kepada
siswa tentang contoh roda yang ada dalam kehidupan
sehari-hari (Tahap pertama STM: pendahuluan).
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan
hari ini yaitu tentang katrol.
(10
menit)
2. Kegiatan Inti
a. Guru mengulang pengertian roda.
b. Siswa melakukan percobaan tentang roda pada
porosnya. Percobaan ini menggunakan alat yang
merupakan penerapan STM (Tahap kedua STM:
pengembangan konsep).
c. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan
membuat kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga
STM: analisis konsep).
d. Siswa dan guru tanya jawab tentang penggunaan
roda.
(50
menit)
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa menyimpulkan materi(Tahap keempat
STM: pemantapan konsep).
b. Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM:
penilaian).
c. Pengisian angket dan lembar observasi aktivitas siswa.
d. Guru melakukan refleksi
(10
menit)
123
G. Metode, Media, dan Sumber Belajar
1. Pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat
2. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, percobaan, dan praktek
3. Media
a. Gambar pesawat sederhana (tuas, bidang miring, katrol, dan roda)
b. Tuas
c. Katrol
d. Bidang miring
e. Kereta/troli
f. Roda
4. Sumber
a. Silabus KTSP IPA kelas V semester II
b. Buku SAINS SD Haryanto Erlangga Kelas V
c. Pengalaman guru
d. Pengalaman siswa
H. Penilaian
Prosedur : tes proses, tes akhir
Jenis : tes tertulis, angket
Bentuk : uraian
Instrumen : soal, kunci jawaban, dan kriteria penilaian
Soal
Kerjakan soal di bawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan pesawat sederhana? Berikan contohnya!
2. Sebutkan dua contoh alat yang cara kerjanya menerapkan prinsip
pengungkit!
3. Kedua alat seperti di atas sekilas tampak sama.
Namun, kedua alat tersebut dimasukkan dalam
jenis pengungkit yang berbeda. Mengapa
demikian? Jelaskan! a b
124
4. Bedakan 3 golongan pengungkit berdasarkan kedudukan bebannya!
5. Sebuah rumah sedang dipugar menjadi rumah bertingkat. Tukang
bangunan yang melakukan renovasi tersebut mengalami kesulitan untuk
mengangkut bahan bangunan dari lantai bawah ke lantai atas. Pesawat
sederhana apakah yang paling tepat untuk mengatasi kesulitan tersebut?
6. Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-
kelok?
7. Perhatikan gambar di samping! Termasuk pesawat
sederhana jenis apakah alat tersebut?
8. Sebutkan 3 macam katrol! Manakah yang paling menguntungkan?
9. Buatlah gambar penerapan katrol majemuk!
10. Apa keuntungan penggunaan roda berporos?
Kunci Jawaban
1. Pesawat sederhana adalah semua alat yang berguna untuk memudahkan
pekerjaan rumah. Contoh: Pengungkit, roda, bidang miring, katrol.
2. Contoh pengungkit: gunting, pembuka kaleng, stapler
3. Gambar a: termasuk pengungkit golongan 2 karena kedudukan beban
terletak di antara titik tumpu dan kuasa
Gambar b: termasuk pengungkit golongan 1 karena kedudukan titik
tumpu terletak di antara beban dan kuasa
4. Perbedaan 3 golongan pengungkit:
a. Pengungkit golongan 1: kedudukan titik tumpu terletak di antara
beban dan kuasa
b. Pengungkit golongan 2: kedudukan beban terletak di antara titik
tumpu dan kuasa
125
c. Pengungkit golongan 3: kedudukan kuasa terletak di antara titik
tumpu dan beban
5. Jenis bidang miring yaitu tangga.
6. Mobil tidak cukup bertenaga untuk mendaki lereng yang curam. Oleh
karena itu, jalan tanjakan di gunung yang curam dibuat berkelok-kelok.
Jalan yang demikian akan mengurangi tenaga yang dibutuhkan untuk
mencapai ketinggian yang sama. Kemiringan tanjakan akan lebih landai
dengan adanya kelokan sehingga lebih mudah didaki.
7. Termasuk pesawat sederhana jenis katrol tunggal tetap.
8. Jenis katrol yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol
campuran/majemuk.
9. Yang paling menguntungkan katrol campuran/majemuk.
10. Adanya roda memungkinkan manusia untuk bergerak lebih cepat dan
mudah.
Kriteria Penilaian
Setiap soal benar skornya 10
Nilai= 10 x 10 =100
126
127
Percobaan I
Pengungkit
A. Tujuan:
Mengetahui keuntungan tuas jenis pertama untuk melakukan suatu usaha.
B. Alat dan bahan:
1. botol air minum
2. pembuka tutup botol
C. Langkah kerja:
1. Ajaklah salah satu temanmu membuka botol air minum dengan jarinya!
2. Temanmu yang lain membuka botol air minum tersebut dengan pembuka
tutup botol!
A B
D. Pertanyaan
1. Bandingkanlah siapa yang terlebih dahulu dapat membuka tutup botol air
minum? Apakah temanmu mengalami kesulitan?
2. Sekarang tukarlah pekerjaan kedua temanmu itu! Siapakah yang lebih
dahulu menyelesaikannya? Diskusikanlah pengalaman kalian! Apa
sebabnya?
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
128
Percobaan II
Bidang Miring
A. Tujuan:
Mengetahui prinsip kerja bidang miring.
B. Alat dan bahan
1. Balok kayu
2. Benang
3. Papan
4. Batu bata/balok kayu/batu
5. Neraca pegas
C. Langkah Kerja
Langkah pertama:
1. Ikatlah balok kayu dengan benang!
2. Benang ditarik ke atas sehingga balok dalam keadaan tergantung
Langkah kedua:
1. Tumpuklah dua buah batu bata! Kemudian,
letakkan papan pada batu bata seperti pada gambar!
Sekarang kamu telah membuat bidang miring!
2. Letakkan balok kayu yang terikat benang di atas
bidang miring ini. Tariklah benang ke atas dengan
neraca sehingga balok bergeser sepanjang papan!
D. Pertanyaan
1. Apa yang kamu rasakan pada saat melakukan langkah kerja pertama?
Bagaimana jika dibandingkan dengan langkah kerja kedua?
2. Ulangilah kegiatan di atas dengan kemiringan papan yang berbeda-beda!
Bandingkanlah dengan hasil percobaan sebelumnya!
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
129
Percobaan III
Katrol
A. Tujuan:
Membandingkan keuntungan katrol tunggal dan katrol ganda
B. Alat dan bahan:
1. Katrol tunggal 2 buah
2. Neraca pegas
3. Beban
4. Benang
C. Langkah kerja
1. Ukurlah beban dengan neraca pegas.
2. Lakukan percobaan sesuai gambar!
3. Ukurlah beban setelah memakai katrol!
A. Katrol
tunggal tetap
B. Katrol
tunggal bebas
D. Pertanyaan
Mana susunan katrol yang paling menguntungkan?
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
130
Percobaan IV
Roda
A. Tujuan:
Mengetahui prinsip kerja roda
B. Alat dan bahan:
1. Balok kayu
2. Roda kardus
3. Roda katrol
4. As
5. Cutter
6. Gunting
C. Langkah kerja
1. Pasanglah dua roda pada balok dengan mencobloskan masing-masing As
pada poros roda!
2. Dorong balok agar dapat berjalan!
3. Buat dua roda dari kardus!
4. Tusukkan As menembus roda kardus tapi tidak pada porosnya!
5. Pasangkan dua roda kardus pada balok pada lubang roda!
6. Dorong balok agar dapat berjalan!
D. Pertanyaan
1. Bagaimana jalan balok yang rodanya dicoblos pada porosnya?
2. Bagaimana jalan balok yang rodanya dicoblos pada tepi roda?
3. Manakah yang lebih nyaman jalannya?
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
Balok
kayu
Roda pada
poros
Roda tidak pada
poros
131
Lampiran 10
Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Pada Siklus I
No Komponen Aktivitas Siswa Skor Rata-
rata Keterangan
1
Visual activities
a. Membaca
b. Memperhatikan gambar
c. Demonstrasi
d. Percobaan
80
80
90
90
85 Kriteria Penyekoran:
a. Skor 10: Jika tidak ada siswa
yang melaksanakan indikator
b. Skor 20: Jika 1-5 siswa
melaksanakan indikator
c. Skor 30: Jika 6-10 siswa
melaksanakan indikator
d. Skor 40: Jika 11-15 siswa
melaksanakan indikator
e. Skor 50: Jika 16-20 siswa
melaksanakan indikator
f. Skor 60: Jika 21-25 siswa
melaksanakan indikator
g. Skor 70: Jika 26-30 siswa
melaksanakan indikator
h. Skor 80: Jika 31-35 siswa
melaksanakan indikator
i. Skor 90: Jika 36-40 siswa
melaksanakan indikator
j. Skor 100: Jika 41-43 siswa
melaksanakan indikator
Kategori Skor:
≤60 :(Kurang Sekali)
61-70 :(Kurang )
71-80 :(Sedang)
81-90 :(Baik)
91-100 :(Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.
M., 2000: 101)
2
Oral activities
a. Menyatakan
b. Merumuskan
c. Bertanya
d. Mengeluarkan pendapat
e. Diskusi
60
60
70
70
70
65
3 Listening activities
a. Mendengarkan uraian
b. Percakapan
80
70
75
4 Writing activities
a. Menulis laporan
b. Menyalin dan mencatat
materi penting
80
70
75
5 Drawing activities
a. Menggambar
b. Membuat tabel/grafik
80
70
75
6 Motor activities
a. Melakukan percobaan
b. Membuat konstruksi model
80
70
75
7 Mental activities
a. Menanggapi
80
75
132
b. Mengingat
c. Memecahkan soal
d. Menganalisis
e. Melihat hubungan
80
70
70
70
8 Emosional activities
a. Menaruh minat
b. Gembira
c. Berani
d. Tenang
70
70
60
60
65
Jumlah 590
Rata-rata 73,75 Termasuk kategori Sedang
Purwodadi, 17 April 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
133
Lampiran 11
Nilai Angket Aktivitas Belajar IPA dan Nilai Tes Pesawat Sederhana pada
Siklus I No.
Absen Nama Siswa
Skor Angket
Aktivitas Belajar Kriteria
Nilai
Tes Keterangan
1. Amirul Muslikin 65 K 45 Di bawah KKM
2. Yuris Wahyu Adi A 67 K 72 Di atas KKM
3. Kumaidi 59 KS 66 Di atas KKM
4. Muhamad Yuliyanto 75 S 52 Di bawah KKM
5. Kiki Soviana 75 S 60 Di bawah KKM
6. Wiji Pranoto 70 K 59 Di bawah KKM
7. Mochamad Qoirul A 68 K 82 Di atas KKM
8. Dedi Kurniawan 57 KS 59 Di bawah KKM
9. Ady Wahyu Setiyo S 59 KS 48 Di bawah KKM
10. Budi Pranata Putra 59 KS 60 Di bawah KKM
11. Umiramandayanti 64 K 68 Di atas KKM
12. Siti Uswatun Chasanah 82 B 66 Di bawah KKM
13. Muhamat Basit M 84 B 81 Di atas KKM
14. Mila Safitri 69 K 74 Di atas KKM
15. Nonita Dela Prasiska 69 K 73 Di atas KKM
16. Ahmat Sodikin 69 K 70 Di atas KKM
17. Abdul Ghofur 69 K 67 Di atas KKM
18. Ririn Dwi Andriyani 82 B 86 Di atas KKM
19. Suci Nurkhasanah 69 S 70 Di atas KKM
20. Nova Yuniawati 70 K 53 Di bawah KKM
21. Sri Lestari 81 B 67 Di atas KKM
22. Linda Rahayu 77 S 70 Di atas KKM
23. Diki Riyan Hidayat 73 S 52 Di bawah KKM
24. Setiani 79 S 73 Di atas KKM
25. Siti Apriliya 77 S 66 Di atas KKM
26. Ayuk Wulandari 81 B 67 Di atas KKM
27. Suwarningsih 70 K 73 Di atas KKM
28. Putri Nilawati 77 S 76 Di atas KKM
29. Novita Sari 75 S 62 Di bawah KKM
30. Al Hidayah 81 B 66 Di atas KKM
31. Ilham Bagaskoro 76 S 71 Di atas KKM
32. Kristina Yuliyanti 82 B 68 Di atas KKM
33. Renata Ditya W 81 B 77 Di atas KKM
34. Al Fiyan 64 K 66 Di atas KKM
35. Abdul Wakhid 59 KS 56 Di bawah KKM
36. A.Umar Ali Syaifudin 82 B 66 Di atas KKM
37. A.Umar Ali Setyawan 68 K 67 Di atas KKM
38. Ainul Mardliyah 68 K 67 Di atas KKM
39. Wahyu 80 S 74 Di atas KKM
40. Septi Fajar Arum M 66 K 75 Di atas KKM
41. Qosradatus Yaja’ah 72 S 67 Di atas KKM
42. Khomariyah 66 K 75 Di atas KKM
43. Deni Agus Setyawan 69 K 59 Di bawah KKM
134
Kriteria:
≤60 : KS( Kurang Sekali)
61-70 : K( Kurang)
71-80 : S( Sedang)
81-90 : B( Baik)
91-100 : BS( Baik Sekali)
Indikator angket diambil dari Drs. Sanapiah Faisal (1981: 44-48)
Jumlah siswa yang skor angketnya KS (Kurang Sekali) sebanyak 15 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya K (Kurang) sebanyak 18 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya S (Sedang) sebanyak 9 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya B (Baik) sebanyak 1 siswa
Keterangan:
Di bawah KKM : Nilai ≤ 65
Di atas KKM : Nilai > 65
Jumlah siswa yang nilai tesnya di bawah KKM (≤ 65) sebanyak 14 siswa
Jumlah siswa yang nilai tesnya di atas KKM (> 65) sebanyak 29 siswa
Indikator nilai KKM diambil dari KKM SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi, 1 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
135
Lampiran 12
Perhitungan Perubahan Data Tunggal Nilai Menjadi Data Kelompok
Pada Siklus I
1. Rentang = 86 - 45 = 41
2. Banyak Kelas
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 43
= 1 + 5,379
= 6,379
k = 6
3. Panjang Kelas= 41 : 6 = 6,83 = 7
4. Tabel Data Kelompok
No Interval Nilai Frekuensi
(Fi)
Nilai Tengah
(Xi)
1 45-51 2 48
2 52-58 4 55
3 59-65 6 62
4 66-72 19 69
5 73-79 9 76
6 80-86 3 83
136
Lampiran 13
Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran IPA dengan Pendekatan STM
pada Siklus I
Nama Praktikan : Catur Putra I. S
Kriteria : Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat baik (SB) bila semua indikator tampak
No Variabel Indikator Pelaksanaan
Kriteria Ya Tidak
1 Persiapan guru
memulai
kegiatan
pembelajaran
1. Guru menyiapkan rencana
pembelajaran
2. Guru menyampaikan garis
besar materi pelajaran
3. Guru menyampaikan ruang
lingkup materi
4. Guru menyampaikan lama
pembelajaran
B
2 Kemampuan
guru
mengelola
kelas
1. Guru mengelompokkan siswa
untuk melakukan diskusi
2. Guru mengatur tempat duduk
3. Guru membimbing siswa
berdiskusi
4. Guru mengawasi siswa selama
diskusi berlangsung
B
3 Kemampuan
mengelola
waktu
pelajaran
1. Guru memulai pelajaran tepat
waktu
2. Guru memberikan batas waktu
dalam melakukan diskusi
3. Guru menggunakan waktu
secara efisien
4. Guru melakukan pembelajaran
sesuai rencana
C
4 Kemampuan
memberikan
apersepsi
1. Guru mendorong siswa untuk
mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang
akan dibahas
C
137
2. Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan
dengan konsep (tahap pertama
STM: pendahuluan)
3. Guru mendorong siswa untuk
mengkomunikasikan
4. Guru mengilustrasikan
pemahaman tentang konsep
yang akan dibahas
5 Menyampaikan
materi
1. Guru menjelaskan materi
2. Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi
3. Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang materi
dan mengamati (tahap kedua
STM: pengembangan konsep)
4. Guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam
pembelajaran
B
6 Keterampilan
guru
mengajukan
pertanyaan
1. Guru berusaha memancing
siswa untuk bertanya
2. Guru berusaha memancing
siswa untuk menjawab
pertanyaan
3. Pertanyaan siswa sesuai
dengan materi yang diajarkan
4. Pertanyaan siswa urut dan
jelas
B
7 Diskusi dan
Pelaksanaan
percobaan
1. Guru memusatkan perhatian
siswa untuk diskusi dan
melakukan percobaan (tahap
ketiga STM: analisis konsep)
2. Guru menjelaskan materi
yang akan didiskusikan
3. Guru memberi kesempatan
siswa berpartisipasi
4. Guru menyuruh siswa
menyampaikan hasil
diskusinya
B
8 Perhatian guru
terhadap siswa
1. Guru memusatkan perhatian
pada siswa secara menyeluruh
B
138
2. Guru menghargai perbedaan
pendapat siswa
3. Guru memberi penjelasan
4. Guru menumbuhkan motivasi
siswa untuk bekerja sama
dalam diskusi
9 Pengembangan
aplikasi
1. Guru membimbing siswa
dalam mengerjakan soal
2. Guru memberikan penguatan
pemahaman konsep (tahap
keempat STM: pemantapan
konsep)
3. Guru memberi motivasi pada
siswa untuk giat belajar
4. Guru memberikan soal post
test pada setiap siswa (tahap
kelima STM: penilaian)
B
10
Kemampuan
menutup
pelajaran
1. Guru bersama siswa membuat
kesimpulan
2. Guru bersama siswa membuat
rangkuman
3. Guru memberikan motivasi
siswa untuk belajar
4. Guru berpesan pada siswa
untuk mengulang pelajaran
dirumah yang telah
disampaikan di kelas
B
Purwodadi, 1 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
139
Lampiran 14
Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran IPA dengan Pendekatan
STM pada Siklus I
No. Variabel Kriteria
1. Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Baik
2. Kemampuan guru mengelola kelas Baik
3. Kemampuan mengelola waktu pelajaran Cukup
4. Kemampuan memberikan apersepsi Cukup
5. Kemampuan menyampaikan materi Baik
6. Kemampuan guru memberikan pertanyaan Baik
7. Kemampuan membimbing diskusi dan pelaksanaan
percobaan
Baik
8. Perhatian guru terhadap siswa Baik
9. Kemampuan mengembangkan aplikasi Baik
10. Kemampuan menutup pelajaran Baik
Kriteria:
Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat baik (SB) bila semua indikator tampak
Purwodadi, 1 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
140
Lampiran 15
Foto Pelaksanaan Siklus I
Gambar 23 Aktivitas Siswa Masih
Kurang Maksimal Saat
Siklus I
Gambar 24 Aktivitas Siswa pada
Percobaan Membuka
Tutup botol dengan
Tangan di Siklus I
Gambar 25 Aktivitas Siswa pada
Percobaan Membuka
Tutup botol dengan Tuas
di Siklus I
Gambar 26 Aktivitas Siswa pada
Percobaan Bidang
miring yaitu
Menghitung Berat
Beban
141
Gambar 27 Aktivitas Siswa pada
Percobaan Menyusun
Katrol Tetap
Gambar 28 Aktivitas Siswa pada
Percobaan Menyusun
Katrol Bebas
Gambar 29 Aktivitas Siswa pada
Percobaan Menyusun
Bidang Miring
Gambar 30 Guru Membimbing Saat
Percobaan Berlangsung
142
Gambar 33 Aktivitas Siswa
Menyampaikan
Hasil Diskusi
Percobaan
Gambar 34 Pelaksanaan Evaluasi
pada Siklus I Masih
Ada Siswa yang
Bertanya kepada
Temannya
Gambar 31 Guru Memantapkan Materi
yang Telah Dipelajari
Gambar 32 Aktivitas Siswa pada Percobaan
Roda Berporos
143
Gambar 35 Pembagian Angket
Aktivitas Belajar
Siswa
Gambar 36 Pengumpulan Lembar Evaluasi
dan Angket
144
Lampiran 16
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Siklus II
Sekolah : SD Negeri Ngraji 3 Purwodadi
Kelas/Semester : V (lima) /II(dua)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi Pokok : Energi dan Perubahannya
Alokasi waktu : 6 x 35 menit (3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak, gaya magnet).
B. Kompetensi Dasar
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat
C. Indikator
5.1.5 Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misalnya
pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
5.1.6 Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit,
bidang miring, katrol, dan roda.
5.1.7 Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.
5.1.8 Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan 4 jenis pesawat sederhana
dengan benar.
2. Melalui diskusi, siswa dapat menggolongkan 4 alat rumah tangga dengan
benar.
3. Melalui diskusi, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan
pesawat sederhana dengan benar.
4. Melalui demonstrasi, siswa dapat mempraktekkan cara menggunakan
pesawat sederhana dengan benar.
145
E. Materi
Pesawat Sederhana
1. Kegunaan pesawat sederhana
a. Melipatgandakan gaya atau kemampuan kita
b. Mengubah arah gaya yang kita lakukan
c. Menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan
d. Memudahkan dan meringankan pekerjaan
2. Jenis-jenis pesawat sederhana
a. Tuas
1) Tuas golongan 1: titik tumpu di tengah
Contoh: palu, gunting, jungkat-jungkit, tang
2) Tuas golongan 2: titik beban di tengah
Contoh: gerobak roda satu, pembuka kaleng, pemotong kertas
3) Tuas golongan 3: titik kuasa di tengah
Contoh: staples, pinset, menyapu
b. Bidang miring
Contoh: tangga, kapak, pisau, jalan di pegunungan
c. Katrol
Katrol berdasarkan jumlahnya:
1) Katrol Tunggal
2) Katrol Ganda
146
Katrol berdasarkan kedudukannya
1) Katrol tetap
2) Katrol bebas
3) Katrol majemuk/campuran
d. Roda pada porosnya
Contoh: roda mobil, roda motor, roda sepeda
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempresensi siswa dan mengkondisikan kelas.
b. Guru melakukan apersepsi, menanyakan kepada siswa
tentang alat pengungkit yang sudah dipelajari sebelumnya
(Tahap pertama STM: pendahuluan).
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan pada
pertemuan ini tentang pesawat sederhana.
(10
menit)
2. Kegiatan Inti
a. Guru mengulang peta konsep tentang pesawat sederhana.
a. Siswa melakukan percobaan mengelompokkan alat/tuas
sesuai dengan golongan (Tahap kedua STM:
pengembangan konsep).
b. Siswa mengulang diskusi dalam kelompok tentang jenis
pesawat sederhana yang merupakan alat penerapan STM.
1) Tuas (pengungkit)
2) Bidang miring
3) Katrol
4) Roda
c. Siswa dan guru tanya jawab mengenai tujuan penggunaan
pesawat sederhana.
1) melipatgandakan gaya atau kemampuan kita
2) mengubah arah gaya yang kita lakukan
3) menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar
kecepatan
d. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang bagian dari
(50
menit)
147
tuas dan pembagian tuas berdasarkan golongan (Tahap
kedua STM: pengembangan konsep).
e. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan
membuat kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM:
analisis konsep).
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan siswa kesempatan bertanya.
b. Siswa dan guru memberikan simpulan (Tahap keempat
STM: pemantapan konsep)
c. Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM:
penilaian).
d. Pengisian lembar observasi aktivitas siswa
(10
menit)
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempresensi siswa dan mengkondisikan kelas
b. Guru melakukan apersepsi, menanyakan kepada siswa
tentang bidang miring yang telah dipelajari (Tahap
pertama STM: pendahuluan).
c. Menyampaikan indikator dan kompetensi yang diharapkan
pada pertemuan ini tentang bidang miring.
d. Guru mengulas sedikit materi pertemuan sebelumnya dan
membahas PR.
(10
menit)
2. Kegiatan Inti
b. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
pengertian bidang miring dan katrol.
c. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
keuntungan menggunakan bidang miring dan contoh
bidang miring.
d. Siswa melakukan percobaan menggunakan bidang miring
dan katrol tunggal, ganda, dan majemuk (Tahap kedua
STM: pengembangan konsep)
e. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan
membuat kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM:
analisis konsep).
f. Siswa dan guru tanya jawab tentang contoh bidang miring
yang merupakan penerapan STM, diantaranya:
1) Kapak
2) Pisau
3) Linggis
4) Obeng
5) Paku ulir
6) Sekrup
(50
menit)
148
g. Siswa dan guru tanya jawab tentang jenis katrol.
1) Katrol tetap
2) Katrol bebas
3) Katrol majemuk
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru menyimpulkan materi (Tahap keempat
STM: pemantapan konsep).
b. Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM:
penilaian).
c. Pengisian lembar observasi aktivitas siswa
(10
menit)
Pertemuan III
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempresensi siswa dan mengkondisikan kelas.
b. Guru melakukan apersepsi, menanyakan kepada siswa
tentang katrol yang telah dipelajari sebelumnya (Tahap
pertama STM: pendahuluan )
c. Menyampaikan indikator dan kompetensi yang
diharapkan hari ini yaitu tentang roda.
d. Guru mengulas sedikit materi pertemuan sebelumnya dan
membahas PR.
(10
menit)
2. Kegiatan Inti
a. Guru mengulang pengertian roda berporos.
b. Siswa melakukan percobaan tentang roda pada porosnya
(Tahap kedua STM: pengembangan konsep).
c. Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dan
membuat kesimpulan dari percobaan (Tahap ketiga STM:
analisis konsep).
d. Siswa dan guru tanya jawab tentang penggunaan roda di
masyarakat yang merupakan penerapan STM
(50
menit)
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru menyimpulkan materi (Tahap keempat
STM: pemantapan konsep)
b. Guru memberikan evaluasi (Tahap kelima STM:
penilaian).
c. Pengisian angket II dan lembar observasi aktivitas siswa
(10
menit)
G. Metode, Media, dan Sumber Belajar
1. Pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat
149
2. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, percobaan, dan praktek
3. Media
a. Gambar pesawat sederhana (tuas,
bidang miring, katrol, dan roda)
b. Tuas
c. Katrol
d. Bidang miring
e. Kereta/troli
f. Roda
4. Sumber
a. Silabus KTSP IPA kelas V semester II
b. Buku SAINS SD Haryanto Erlangga Kelas V
c. Pengalaman guru
d. Pengalaman siswa
H. Penilaian
Prosedur : tes proses, tes akhir
Jenis : tes tertulis, angket
Bentuk : uraian
Instrumen : soal, kunci jawaban, dan kriteria penilaian
Soal
Kerjakan soal di bawah ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan pesawat sederhana?
2. Sebutkan 4 jenis pesawat sederhana!
3. Sebutkan 3 manfaat menggunakan pesawat sederhana!
4. Jelaskan 3 jenis tuas!
5. Sebutkan 3 jenis katrol berdasarkan jumlahnya?
6. Berikan 2 contoh penerapan penggunaan katrol!
7. Buatlah gambar penerapan katrol bebas!
8. Berikan 2 contoh penggunaan bidang miring?
9. Apakah yang dimaksud dengan roda berporos?
10. Berikan 2 contoh penggunaan roda!
Kunci jawaban
1. Pesawat sederhana adalah semua alat yang berguna untuk memudahkan
pekerjaan rumah.
150
2. Jenis pesawat sederhana: tuas, bidang miring, katrol dan roda
3. Manfaat pesawat sederhana:
a. Melipatgandakan gaya atau kemampuan kita
b. Mengubah arah gaya yang kita lakukan
c. Menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan
d. Memudahkan dan meringankan pekerjaan.
4. Jenis tuas
a. Pengungkit golongan 1: kedudukan titik tumpu terletak di antara
beban dan kuasa
b. Pengungkit golongan 2: kedudukan beban terletak di antara titik
tumpu dan kuasa
c. Pengungkit golongan 3: kedudukan kuasa terletak di antara titik
tumpu dan beban
5. Jenis katrol yaitu katrol tunggal, katrol ganda dan katrol majemuk.
6. Contoh penerapan katrol yaitu pada timba sumur, pada katrol barang
digudang, pengerek tiang bendera dan katrol pada kapal barang.
7. Gambar katrol bebas.
8. Contoh penggunaan bidang miring yaitu pada tangga, jalan gunung yang
berkelak-kelok, dan pada saat memindahkan barang ke truk.
9. Roda adalah benda yang berputar pada porosnya
10. Contoh penggunaan roda yaitu setir mobil, roda gerobak, roda motor,
roda mobil.
Kriteria Penilaian
Setiap soal benar skornya 10
Nilai= 10 x 10 =100
151
152
Percobaan I
Pengungkit
A. Tujuan:
Mengetahui keuntungan tuas jenis pertama untuk melakukan suatu usaha.
B. Alat dan bahan:
1. Gunting
2. Pemotong kuku
3. Tang
4. Pembuka kaleng/botol
5. Stapler
6. Pinset
7. Sapu
8. Pencabut paku/ catut
9. Jungkat-jungkit
10. Palu
C. Langkah kerja:
Tunjukkanlah dengan anak panah mana yang dimaksud dengan titik
tumpu, beban, dan kuasa. Kemudian golongankan pengungkit tersebut!
No Alat Tuas golongan ke…
1
2
3
4
153
5
6.
7.
8.
9.
10.
D. Simpulan
Apa simpulanmu?
154
Percobaan II
Bidang Miring
A. Tujuan:
Mengetahui prinsip kerja bidang miring.
B. Alat dan bahan
1. Troli
2. Benang
3. Papan
4. Batu bata/balok kayu/batu
5. Neraca pegas
C. Langkah Kerja
Langkah pertama:
1. Ikatlah balok kayu dengan benang!
2. Benang ditarik ke atas sehingga balok dalam keadaan tergantung
Langkah kedua:
1. Buatlah ikatan tali pada troli seperti gambar!
2. Ukurlah beratnya dengan neraca pegas!
3. Tumpuklah dua buah batu bata! Kemudian, letakkan
papan pada batu bata seperti pada gambar! Sekarang
kamu telah membuat bidang miring!
4. Letakkan troli yang terikat benang di atas bidang miring
ini. Tariklah benang ke atas dengan neraca sehingga
balok bergeser sepanjang papan!
5. Buatlah kemiringan papan yang berbeda-beda!
6. Ulangi langkah 4!
D. Pertanyaan
1. Apa yang kamu rasakan pada saat menimbang troli?
2. Ulangilah kegiatan di atas dengan kemiringan papan yang berbeda-beda!
Bandingkanlah dengan hasil percobaan sebelumnya!
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
155
Percobaan III
Katrol
A. Tujuan:
Membandingkan keuntungan katrol tunggal dan katrol ganda
B. Alat dan bahan:
1. Katrol tunggal 2 buah
2. Katrol ganda 2 buah
3. Neraca pegas
4. beban
5. benang
C. Langkah kerja
1. Ukurlah beban dengan neraca pegas.
2. Lakukan percobaan sesuai gambar!
3. Tulis hasil pengukuran pada tabel!
a. Katrol majemuk
tunggal
b. Katol majemuk
ganda
D. Pertanyaan
Mana susunan katrol yang paling menguntungkan?
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
156
Percobaan IV
Roda
A. Tujuan:
Mengetahui prinsip kerja roda
B. Alat dan bahan:
1. Mobil-mobilan/motor-motoran
C. Langkah kerja
1. Tarik/dorong mobil-mobilan.
2. Amati laju mobil.
D. Pertanyaan
Bagaimana laju mobil/motor tersebut?
E. Simpulan
Apa simpulanmu?
157
Lampiran 17
Hasil Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Siklus II
No Komponen Aktivitas Siswa Skor Rata-
rata Keterangan
1
Visual activities
a. Membaca
b. Memperhatikan gambar
c. Demonstrasi
d. Percobaan
100
100
90
90
95 Kriteria Penyekoran:
a. Skor 10: Jika tidak ada siswa yang
melaksanakan indikator
b. Skor 20: Jika 1-5 siswa
melaksanakan indikator
c. Skor 30: Jika 6-10 siswa
melaksanakan indikator
d. Skor 40: Jika 11-15 siswa
melaksanakan indikator
e. Skor 50: Jika 16-20 siswa
melaksanakan indikator
f. Skor 60: Jika 21-25 siswa
melaksanakan indikator
g. Skor 70: Jika 26-30 siswa
melaksanakan indikator
h. Skor 80: Jika 31-35 siswa
melaksanakan indikator
i. Skor 90: Jika 36-40 siswa
melaksanakan indikator
j. Skor 100: Jika 41-43 siswa
melaksanakan indikator
Kategori Skor:
≤60 :(Kurang Sekali)
61-70 :(Kurang )
71-80 :(Sedang)
81-90 :(Baik)
91-100 :(Baik Sekali)
(Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.
M., 2000: 101)
2
Oral activities
a. Menyatakan
b. Merumuskan
c. Bertanya
d. Mengeluarkan pendapat
e. Diskusi
90
90
80
80
80
85
3 Listening activities
a. Mendengarkan uraian
b. Percakapan
90
80
85
4 Writing activities
a. Menulis laporan
b. Menyalin dan mencatat materi
penting
90
80
85
5 Drawing activities
a. Menggambar
b. Membuat tabel/grafik
90
80
85
6 Motor activities
a. Melakukan percobaan
b. Membuat konstruksi model
90
80
85
7 Mental activities
a. Menanggapi
90
85
158
b. Mengingat
c. Memecahkan soal
d. Menganalisis
e. Melihat hubungan
90
80
80
80
8 Emosional activities
a. Menaruh minat
b. Gembira
c. Berani
d. Tenang
80
80
70
70
75
Jumlah 675
Rata-rata 84,38 Termasuk kriteria baik
Purwodadi, 10 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
159
Lampiran 18
Daftar Nilai Angket Aktivitas Belajar IPA dan Nilai Tes Pesawat Sederhana
pada Siklus II
No.
Absen Nama Siswa
Skor Angket
Aktivitas Belajar Kriteria Nilai Tes Keterangan
1. Amirul Muslikin 68 K 59 Di bawah KKM
2. Yuris Wahyu Adi A 72 S 77 Di atas KKM
3. Kumaidi 72 S 86 Di atas KKM
4. Muhamad Yuliyanto 82 B 69 Di atas KKM
5. Kiki Soviana 81 B 84 Di atas KKM
6. Wiji Pranoto 75 S 84 Di atas KKM
7. Mochamad Qoirul A 73 S 90 Di atas KKM
8. Dedi Kurniawan 71 S 60 Di bawah KKM
9. Ady Wahyu Setiyo S 64 K 74 Di atas KKM
10. Budi Pranata Putra 64 K 83 Di atas KKM
11. Umiramandayanti 72 S 70 Di atas KKM
12. Siti Uswatun Chasanah 95 BS 93 Di atas KKM
13. Muhamat Basit M 92 BS 100 Di atas KKM
14. Mila Safitri 74 S 89 Di atas KKM
15. Nonita Dela Prasiska 76 S 91 Di atas KKM
16. Ahmat Sodikin 77 S 92 Di atas KKM
17. Abdul Ghofur 74 S 85 Di atas KKM
18. Ririn Dwi Andriyani 92 BS 97 Di atas KKM
19. Suci Nurkhasanah 74 S 91 Di atas KKM
20. Nova Yuniawati 75 S 85 Di atas KKM
21. Sri Lestari 93 BS 88 Di atas KKM
22. Linda Rahayu 82 B 85 Di atas KKM
23. Diki Riyan Hidayat 82 B 84 Di atas KKM
24. Setiani 84 B 97 Di atas KKM
25. Siti Apriliya 82 B 70 Di atas KKM
26. Ayuk Wulandari 93 BS 91 Di atas KKM
27. Suwarningsih 75 S 90 Di atas KKM
28. Putri Nilawati 82 B 100 Di atas KKM
29. Novita Sari 83 B 82 Di atas KKM
30. Al Hidayah 92 BS 100 Di atas KKM
31. Ilham Bagaskoro 81 B 84 Di atas KKM
32. Kristina Yuliyanti 92 BS 85 Di atas KKM
33. Renata Ditya W 93 BS 78 Di atas KKM
34. Al Fiyan 72 S 68 Di atas KKM
35. Abdul Wakhid 64 K 81 Di atas KKM
36. A.Umar Ali Syaifudin 87 B 79 Di atas KKM
37. A.Umar Ali Setyawan 73 S 90 Di atas KKM
38. Ainul Mardliyah 73 S 78 Di atas KKM
39. Wahyu 85 B 100 Di atas KKM
40. Septi Fajar Arum M 71 S 80 Di atas KKM
41. Qosradatus Yaja’ah 83 B 100 Di atas KKM
42. Khomariyah 71 S 93 Di atas KKM
43. Deni Agus Setyawan 74 S 86 Di atas KKM
160
Kriteria:
≤60 : KS( Kurang Sekali)
61-70 : K( Kurang)
71-80 : S( Sedang)
81-90 : B( Baik)
91-100 : BS( Baik Sekali)
Indikator angket diambil dari Drs. Sanapiah Faisal (1981: 44-48)
Jumlah siswa yang skor angketnya KS (Kurang Sekali) sebanyak 15 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya K (Kurang) sebanyak 18 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya S (Sedang) sebanyak 9 siswa
Jumlah siswa yang skor angketnya B (Baik) sebanyak 1 siswa
Keterangan:
Di bawah KKM : Nilai ≤ 65
Di atas KKM : Nilai > 65
Jumlah siswa yang nilai tesnya di bawah KKM (≤ 65) sebanyak 14 siswa
Jumlah siswa yang nilai tesnya di atas KKM (> 65) sebanyak 29 siswa
Indikator nilai KKM diambil dari KKM SD Negeri 3 Ngraji
Purwodadi, 10 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
161
Lampiran 19
Perhitungan Perubahan Data Tunggal Nilai Menjadi Data Kelompok
Pada Siklus II
1. Rentang = 100 - 59 = 41
2. Banyak Kelas
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 43
= 1 + 5,379
= 6,379
k = 6
3. Panjang Kelas= 41 : 6 = 6,83 = 7
4. Tabel Data Kelompok
No Interval Nilai Frekuensi
(Fi)
Nilai Tengah
(Xi)
1 59-65 2 62
2 66-72 4 69
3 73-79 5 76
4 80-86 14 83
5 87-93 11 90
6 94-100 7 97
162
Lampiran 20
Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran IPA dengan Pendekatan STM
pada Siklus II
Nama Praktikan : Catur Putra I. S.
Kriteria : Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat baik (SB) bila semua indikator tampak
No Variabel Indikator Pelaksanaan
Kriteria Ya Tidak
1 Persiapan guru
memulai
kegiatan
pembelajaran
1. Guru menyiapkan rencana
pembelajaran
2. Guru menyampaikan garis
besar materi pelajaran
3. Guru menyampaikan ruang
lingkup materi
4. Guru menyampaikan lama
pembelajaran
B
2 Kemampuan
guru
mengelola
kelas
1. Guru mengelompokkan siswa
untuk melakukan diskusi
2. Guru mengatur tempat duduk
3. Guru membimbing siswa
berdiskusi
4. Guru mengawasi siswa selama
diskusi berlangsung
B
3 Kemampuan
mengelola
waktu
pelajaran
1. Guru memulai pelajaran tepat
waktu
2. Guru memberikan batas waktu
dalam melakukan diskusi
3. Guru menggunakan waktu
secara efisien
4. Guru melakukan pembelajaran
sesuai rencana
B
4 Kemampuan
memberikan
apersepsi
1. Guru mendorong siswa untuk
mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang
akan dibahas
B
163
1. Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan
dengan konsep (tahap pertama
STM: pendahuluan)
2. Guru mendorong siswa untuk
mengkomunikasikan
3. Guru mengilustrasikan
pemahaman tentang konsep
yang akan dibahas
5 Menyampaikan
materi
1. Guru menjelaskan materi
2. Guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi
3. Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang materi
dan mengamati (tahap kedua
STM: pengembangan konsep)
4. Guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam
pembelajaran
SB
6 Keterampilan
guru
mengajukan
pertanyaan
1. Guru berusaha memancing
siswa untuk bertanya
2. Guru berusaha memancing
siswa untuk menjawab
pertanyaan
3. Pertanyaan siswa sesuai
dengan materi yang diajarkan
4. Pertanyaan siswa urut dan
jelas
B
7 Diskusi dan
Pelaksanaan
percobaan
1. Guru memusatkan perhatian
siswa untuk diskusi dan
melakukan percobaan (tahap
ketiga STM: analisis konsep)
2. Guru menjelaskan materi
yang akan didiskusikan
3. Guru memberi kesempatan
siswa berpartisipasi
4. Guru menyuruh siswa
menyampaikan hasil
diskusinya
SB
8 Perhatian guru
terhadap siswa
1. Guru memusatkan perhatian
pada siswa secara menyeluruh
SB
164
2. Guru menghargai perbedaan
pendapat siswa
3. Guru memberi penjelasan
4. Guru menumbuhkan motivasi
siswa untuk bekerja sama
dalam diskusi
9 Pengembangan
aplikasi
1. Guru membimbing siswa
dalam mengerjakan soal
2. Guru memberikan penguatan
pemahaman konsep (tahap
keempat STM: pemantapan
konsep)
3. Guru memberi motivasi pada
siswa untuk giat belajar
4. Guru memberikan soal post
test pada setiap siswa (tahap
kelima STM: penilaian)
SB
10
Kemampuan
menutup
pelajaran
1. Guru bersama siswa membuat
kesimpulan
2. Guru bersama siswa membuat
rangkuman
3. Guru memberikan motivasi
siswa untuk belajar
4. Guru berpesan pada siswa
untuk mengulang pelajaran
dirumah yang telah
disampaikan di kelas
SB
Purwodadi, 10 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
165
Lampiran 21
Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran IPA dengan Pendekatan
STM pada Siklus II
No. Variabel Kriteria
1. Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Baik
2. Kemampuan guru mengelola kelas Sangat Baik
3. Kemampuan mengelola waktu pelajaran Baik
4. Kemampuan memberikan apersepsi Baik
5. Kemampuan menyampaikan materi Sangat Baik
6. Kemampuan guru memberikan pertanyaan Baik
7. Kemampuan membimbing diskusi dan
pelaksanaan percobaan
Sangat Baik
8. Perhatian guru terhadap siswa Sangat Baik
9. Kemampuan pengembangan aplikasi Sangat Baik
10. Kemampuan menutup pelajaran Sangat Baik
Kriteria:
Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat baik (SB) bila semua indikator tampak
Purwodadi, 10 Mei 2010
Mengetahui
Observer/Guru Kolaborator
Evyani S, S. Pd
NIP 19720423 200701 2 006
Peneliti
Catur Putra I. S
NIM. K7106012
166
Lampiran 22
Rekapitulasi Skor Angket Aktivitas Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 3
Ngraji Purwodadi Grobogan No.
Absen Nama Siswa
Kondisi
Awal Siklus I Siklus II Keterangan
1. Amirul Muslikin 59 65 68 Meningkat
2. Yuris Wahyu Adi A 58 67 72 Meningkat
3. Kumaidi 55 59 72 Meningkat
4. Muhamad Yuliyanto 59 75 82 Meningkat
5. Kiki Soviana 63 75 81 Meningkat
6. Wiji Pranoto 66 70 75 Meningkat
7. Mochamad Qoirul A 62 68 73 Meningkat
8. Dedi Kurniawan 56 57 71 Meningkat
9. Ady Wahyu Setiyo S 62 59 64 Meningkat
10. Budi Pranata Putra 58 59 64 Meningkat
11. Umiramandayanti 56 64 72 Meningkat
12. Siti Uswatun Chasanah 80 82 95 Meningkat
13. Muhamat Basit M 77 84 92 Meningkat
14. Mila Safitri 67 69 74 Meningkat
15. Nonita Dela Prasiska 59 69 76 Meningkat
16. Ahmat Sodikin 65 69 77 Meningkat
17. Abdul Ghofur 58 69 74 Meningkat
18. Ririn Dwi Andriyani 79 82 92 Meningkat
19. Suci Nurkhasanah 62 69 74 Meningkat
20. Nova Yuniawati 64 70 75 Meningkat
21. Sri Lestari 68 81 93 Meningkat
22. Linda Rahayu 59 77 82 Meningkat
23. Diki Riyan Hidayat 59 73 82 Meningkat
24. Setiani 68 79 84 Meningkat
25. Siti Apriliya 68 77 82 Meningkat
26. Ayuk Wulandari 76 81 93 Meningkat
27. Suwarningsih 59 70 75 Meningkat
28. Putri Nilawati 74 77 82 Meningkat
29. Novita Sari 73 75 83 Meningkat
30. Al Hidayah 71 81 92 Meningkat
31. Ilham Bagaskoro 58 76 81 Meningkat
32. Kristina Yuliyanti 78 82 92 Meningkat
33. Renata Ditya W 81 81 93 Meningkat
34. Al Fiyan 58 64 72 Meningkat
35. Abdul Wakhid 59 59 64 Meningkat
36. A.Umar Ali Syaifudin 68 82 87 Meningkat
37. A.Umar Ali Setyawan 63 68 73 Meningkat
38. Ainul Mardliyah 67 68 73 Meningkat
39. Wahyu 73 80 85 Meningkat
40. Septi Fajar Arum M 63 66 71 Meningkat
41. Qosradatus Yaja’ah 63 72 83 Meningkat
42. Khomariyah 65 66 71 Meningkat
43. Deni Agus Setyawan 62 69 74 Meningkat
167
Lampiran 23
Rekapitulasi Nilai Tes Siswa Kelas V SD Negeri 3 Ngraji Purwodadi
Grobogan No.
Absen Nama Siswa
Kondisi
Awal Siklus I Siklus II Keterangan
1. Amirul Muslikin 37 45 59 Meningkat
2. Yuris Wahyu Adi A 62 72 77 Meningkat
3. Kumaidi 63 66 86 Meningkat
4. Muhamad Yuliyanto 47 52 69 Meningkat
5. Kiki Soviana 59 60 84 Meningkat
6. Wiji Pranoto 55 59 84 Meningkat
7. Mochamad Qoirul A 63 82 90 Meningkat
8. Dedi Kurniawan 55 59 60 Meningkat
9. Ady Wahyu Setiyo S 46 48 74 Meningkat
10. Budi Pranata Putra 58 60 83 Meningkat
11. Umiramandayanti 64 68 70 Meningkat
12. Siti Uswatun Chasanah 64 66 93 Meningkat
13. Muhamat Basit M 65 81 100 Meningkat
14. Mila Safitri 73 74 89 Meningkat
15. Nonita Dela Prasiska 66 73 91 Meningkat
16. Ahmat Sodikin 67 70 92 Meningkat
17. Abdul Ghofur 64 67 85 Meningkat
18. Ririn Dwi Andriyani 79 86 97 Meningkat
19. Suci Nurkhasanah 69 70 91 Meningkat
20. Nova Yuniawati 51 53 85 Meningkat
21. Sri Lestari 63 67 88 Meningkat
22. Linda Rahayu 69 70 85 Meningkat
23. Diki Riyan Hidayat 49 52 84 Meningkat
24. Setiani 70 73 97 Meningkat
25. Siti Apriliya 64 66 70 Meningkat
26. Ayuk Wulandari 65 67 91 Meningkat
27. Suwarningsih 68 73 90 Meningkat
28. Putri Nilawati 75 76 100 Meningkat
29. Novita Sari 60 62 82 Meningkat
30. Al Hidayah 65 66 100 Meningkat
31. Ilham Bagaskoro 72 71 84 Meningkat
32. Kristina Yuliyanti 62 68 85 Meningkat
33. Renata Ditya W 71 77 78 Meningkat
34. Al Fiyan 62 66 68 Meningkat
35. Abdul Wakhid 55 56 81 Meningkat
36. A.Umar Ali Syaifudin 62 66 79 Meningkat
37. A.Umar Ali Setyawan 63 67 90 Meningkat
38. Ainul Mardliyah 64 67 78 Meningkat
39. Wahyu 70 74 100 Meningkat
40. Septi Fajar Arum M 68 75 80 Meningkat
41. Qosradatus Yaja’ah 65 67 100 Meningkat
42. Khomariyah 69 75 93 Meningkat
43. Deni Agus Setyawan 58 59 86 Meningkat
168