upaya kepala sekolah dalam menciptakan budaya...

173
i UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA RELIGIUS ISLAMI DI SMP NEGERI 2 BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Fauzi NIM: 11114312 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

i

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN

BUDAYA RELIGIUS ISLAMI DI SMP NEGERI 2 BANYUBIRU

KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Fauzi

NIM: 11114312

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

Page 2: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

ii

Page 3: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

iii

Page 4: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

iv

Page 5: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

v

Page 6: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

vi

MOTTO

وا شيئا وهو شر لكم وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحب

يعلم وأنتم ل تعلمون والله

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,

sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah: 216)

Page 7: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persebahkan teruntuk :

1. Ayah serta Ibu yang peneliti hormati sekaligus peneliti cintai Bp Arofi‟i dan

Ibu Lasminah beserta keluarga semoga do‟a dan keselamatan selalu

menyertaimu, juga darimu bimbingan, motivasi dan do‟a yang kalian berikan

selama ini, terimakasih atas kasihmu tanpa bisa terbalas sampai kapanpun.

2. Kepada Gus M Hanif, M.Hum, pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro serta

keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang dari beliau. Semoga

kesuksesan selalu diberikan kepada kami, dari beliau berbagi pengalaman serta

ilmu dan contoh positif yang bermanfaat kami peroleh semoga Allah SWT,

selalu melindungi serta keselamatan selalu menyertaimu Amin.

3. Keluarga besar PP Edi Mancoro gedangan Tuntang Kab.Semarang terimakasih

atas parti sipasi dan kerjasamanya.

4. Teman-teman peneliti, M. Misbahul munier, M imam akhyarudin, Amirudin

Wafa, Akhmad zabid, Lukman R, Imam Walid N, M Ulin Nuha, Achmad

Amrullah, M Syukri Abadi, M Zacy Pamungkas dan Abdul rouf yang peneliti

sayangi.

5. Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga angkatan 2014 yang telah

mau bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.

Page 8: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

viii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt. Atas segala

limpahan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasullulah Saw, keluarga,

sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat guna untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK).

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Isalam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

4. Bapak Supardi, S, Ag., M.A., Selaku pembimbing akademik.

5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag., Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran dan tenaganya membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Harapan penulis semoga amal baik dari beliau mendapat balasan yang

setimpal dan mendapat ridho Allah Swt. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa

bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Penulis

Page 9: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

LEMBAR BERLOGO .......................................................................ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv

DEKLARASI ...................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................. vi

PERSEMBAHAN .............................................................................vii

KATA PENGANTAR ....................................................................... ix

DAFTAR ISI .....................................................................................xii

DAFTAR TABEL ............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xvi

ABSTRAK ......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

E. Penegasan Istilah .......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasn Teori ............................................................................. 17

1. Pengertian Upaya Kepala Sekolah ........................................ 17

2. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah .......................................... 21

3. Menciptakan Budaya Religius Islami ..................................... 28

Page 10: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

x

4. Konsep Menciptakan Budaya Religius Islami ....................... 46

5. Proses Menciptakan Budaya Religius Islami .......................... 49

B. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 60

B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 62

C. Sumber Data ............................................................................... 62

D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 64

1. Metode Pengumpulan Data ................................................. 64

a. Metode Intervew ( Wawancara) ...................................... 64

b. Metode Observasi ............................................................. 65

c. Metode Dokumentasi ........................................................ 65

2. Subjek Penelitian .................................................................. 67

a. Subjek Penelitian .............................................................. 67

E. Analisis Data ............................................................................... 68

1. Reduksi Data ............................................................................ 68

2. Penyajian Data ......................................................................... 69

3. Penyimpulan dan Verifikasi .................................................... 69

F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 69

1. Perpanjangan Pengamatan ....................................................... 69

2. Menigkatkan Ketekunan .......................................................... 70

3. Tringgulasi ............................................................................... 70

a. Tringgulasi Data .................................................................. 71

b. Tringgulasi Metode ............................................................. 70

Page 11: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

xi

c. Tringgulasi Sumber ............................................................ 70

G. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................... 71

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang ...... 73

B. Paparan Data ................................................................................. 82

C. Analisis ......................................................................................... 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 119

B. Saran ............................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar konsultasi

Lampiran 2 : Form penelitian

Lampiran 3 : Form keterangan sudah melakukan penelitian

Lampiran 4 : Lembar observasi penelitian

Lampiran 5 : Lembar wawancara penelitian

Lampiran 6 : Foto-foto penelitian

Lampiran 7 : Daftar SKK

Lampiran 8 : Riwayat hidup penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Profil SMP Negeri 2 Banyubiru ......................................... 73

Tabel 4.2 Keadaan Guru ................................................................... 77

Tabel 4.3 Keadaan Siswa .................................................................. 78

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ........................................................ 79

Tabel 4.5 Koleksi buku perpustakaan ............................................... 80

Tabel 4,6 Extrakurikuler ................................................................... 81

DAFATAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Banyubiru .............. 82

Page 13: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

xiii

ABSTRAK

Fauzi. 2018. Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya Religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.

Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Institut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin,

M.Ag.

Kata kunci: Kepala Sekolah Menciptakan Budaya Religius

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru kab. Semarang

Tahun ajaran 2018/2019?, Faktor apa saja yang mendukung upaya kepala sekolah

dalam menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru?, Faktor

apa saja yang menghambat upaya kepala sekolah dalam menciptakan budaya

religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru?.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tehnik

pengumpulan data menggunakan 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi.

Subyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru pendidikan agama Islam dan

siswa. Sedangkan analisis data menggunakan analisisis deskriptif kualitatif

dengan tiga tahap analisis yaitu (1) Reduksi data, (2) penyajian data, (3)

Penarikan kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data penulis menggunakan

triaggulasi.

Budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru merupakan praktik

budaya yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah yang

tidak lepas dari upaya yang dilakukan Kepala Sekolah sebagai figur utama di

sekolah, penciptaan budaya religius Islami yang dilakukan Kepala Sekolah; a)

Membuat program kegiatan religius Islami. b) Pemberian saran untuk semua guru

tentang penerapan religius di semua aspek, baik ketika di kelas maupun di luar

kelas. c) Pemberian contoh (teladan). d) Pengawasan dan pengontrolan. e)

Evaluasi setiap semesternya terhadap kegiatan yang sudah berjalan. Strategi

penciptaan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru menggunakan

kekuasan melalui peopele’s power. Metode yang digunakan adalah metode

struktural yang disemangati adanya peraturan, pembangunan kesan metode ini

bersifat top-down karena adanya prakarsa serta instruksi pimpinan atasan dan

metode mekanik bahwa pendidikan sebagai penanaman dan pengembangan

seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak menurut fungsinya

masing-masing. Faktor yang mendukung upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami, kerja sama antara Kepala Sekolah dan guru

yang terjun langsung dalam kegiatan keagamaan, sarana dan prasarana yang

memadai seperti fasilitas audio visual, tempat ibadah, referensi buku keagamaan,

dan SDM yang baik. Faktor yang meghambat upaya kepala sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami adalah watak dan karakter siswa hal demikian

terjadi karena kurangnya pendidikan dan dukungan keagamaan di rumahnya.

Page 14: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman abadi dari

penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik

dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan

dalam alam sekitar, intelektual, emosioanl serta kemauan dari manusia.

Aulia dalam bukunya Sudarto (2018: 42), mengatakan pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Derasnya arus informasi di era globalisasi ini membawa implikasi

yang sanggat besar. Salah satunya adalah hancurnya sekat-sekat nilai dan

tradisi. Dimensi tabu dan sakral menjadi hilang. Banyak contoh kasus-

kasus yang terjadi karena penyalahgunaan tehnologi dan sampai

melupakan jati dirinya bahwa dia manusia yang mempunyai hati nurani

dan akhlakul karimah sehingga hal ini menjadikan sebagai akibat

penyelewangan nilai.

Penyelewengan nilai yang terjadi di sekolah kerap di anggap biasa

tanpa ada solusi yang dilakukan contoh kasus yang terjadi di sekolah saat

ini seperti, merusak fasilitas sekolah, bulliying, mencuri, perkelahian antar

pelajar, tidak patuh terhadap tataterbib sekolah, membolos pada jam

Page 15: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

2

sekolah, berbohong, berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai

aturan sekolah, berkata kotor, mennyontek, kurang menghormati satu

sama lain, merokok, dan bertindak asusila.

Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan untuk

meningkatkan pengetahuan, apalagi mendapat dorongan dan keperdulian

dari masyararat banyak, maka akan semakin berkembang pula mutu

pendidikan nantinya, terutama dalam mencapai visi dan misi sekolah,

menigkatkan sumber daya manusia, terbentuknya sikap moral yang

agamis untuk meraih cita-cita dalam mewujudkan perubahan zaman yang

semakin modern dan juga peran tenaga pendidik di sekolah dalam

membimbing peserta didiknya agar memperoleh pendidikan sesuai yang

diharapkan.

Pendidikan formal yang dipercaya masyarakat sebagai wadah

untuk membentuk manusia yang berwawasan luas dan berpendidikan

adalah sekolah. Menurut Wahyu Sumidjo, bahwa sekolah adalah lembaga

yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah

sebagaimana organisasi didalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu

dengan yang lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan sifat

unik menunjukan bahwa sekolah sebagi organisasi mempunyai ciri-ciri

tertentu yang tidak dimiliki oleh oragnisasi lain. Ciri-ciri yang

menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri di mana terjadi proses

belajar mengajar tempat terselengaranya kehiduapn manusia (Sumidjo,

2002:81).

Page 16: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

3

Pendidikan dapat diartikan segala proses usaha dan tekad yang

dilakukan seseorang untuk mencapai perkembangan yang sangat pesat

bagi dirinya maupun lingkungan sekitar karena pendidikan itu perlu

diterapkan kepada anak mulai sejak dini. Salah satu keberhasilan dalam

pendidikan itu pasti ada campur tangan dari lembaga formal sekolah yang

merupakan sarana yang paling penting untuk menunjang proses belajar

mengajar bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan, dan uapaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan pasti ada peran Kepala Sekolah

demi mewujudkan pendidikan.

Pendidikan yang dalam pelaksanannya melahirkan suatu konsep

pemindahan pengalaman kepada anak didik, serta mengembangkannya

kemudian menempati tempat khusus dalam proses beajar-mengajar.

Berdasarkan fungsi dan tanggung jawab tersebut, maka sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-undanag Sistem Pendidikan Nasional pasal 3

UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang

menyatakan banwa: “Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya

potensi peserta didik agar bisa menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab (Undang-Undang RI No 20 tahun 2003:7).

Untuk mewujudkan dari tujuan pendidikan di atas diserahkan oleh

masing-masing sekolah. Jadi sekolah berkewajiban mengatur dan

membentuk siswanya agar menjadi orang seperti yang tertuang di dalam

undang-undang tersebut. Salah satu upaya sekolah untuk membentuk

Page 17: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

4

siswanya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berakhlak mulia adalah dengan menciptakan budaya religius Islami di

lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Sekolah memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk

peradaban suatu bagsa, maka dari itu sekolah merupakan kemajuan

pendidikan dan berdampak terhadap kemajuan peradaban manusia. Untuk

menjadikan sekolah mempunyai daya saing yang diperhitungkan maka,

sekolah membutuhkan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan

sekolah adalah keberhasilan Kepala Sekolah juga. Kepala Sekolah yang

berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang

kompleks dan unik serta mampu melakukan peranan Kepala Sekolah

sebagi seorang yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk memimpin

sekolah.

Tanggung jawab Kepala Sekolah akan meningkatkan secara

kualitas dan kuantitas, hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut.

1. Suasana kerja guru-guru berbeda. bagi mereka yang biasa bekerja

dalam iklim yang otoriter sagatlah sukar untuk menyesuaikan diri

dengan alam demokrasi. Hal ini berbeda dengan guru-guru yang

memang biasa bekerja dan dibina secara demokratis. Karena Kepala

Sekolah harus bijaksana dalam memilih cara mana yang paling baik

untuk mempersatukan guru-guru dalam pendekatan proses klompok.

2. Agar Kepala Sekolah dapat menjalankan fungsinya dengan baik

sebagai pemimpin kelompok, ia harus memiliki kecakapan dalam

memimpin diskusi disekolah.

Page 18: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

5

3. Sebagai pribadi, Kepala Sekolah akan banyak sekali membantu

kelompok. Statusnya akan menimbulkan kecendrungan pada anggota-

anggota yang lain untuk mengikutinya. Karena itu, sikap dan tingkah

lakunya ikut menentukan. Kesan orang terhadap Kepala Sekolah

sebagai pribadi dan sebagai pemimmpin kelompok harus baik

(Indrafachuri, 1993:73).

Kepala Sekolah adalah sebagai pemimpin di lingkungan

sekolahnya, tidak hanya wajib melaksanakan tugas-tugas administratif

tetapi menyangkut tugas-tugas bagaimana mengatur seluruh program

sekolah. Dia harus mampu memimpin dan mengarahkan aspek-aspek baik

administratif maupun proses pendidikan di sekolahnya, sehingga sekolah

yang dipimpin menjadi dinamis dan dialektis dalam usaha inovasi. Peran

kepemimpinannya di sekolah harus digerakkan sedemikian rupa sehingga

pengaruhnya dapat dirasakan dikalangan staf dan guru-guru langsung atau

tidak langsung. Oleh karena itu perilakunya seseorang yang memegang

kunci dalam perbaikan administrasi dan pengajaran harus mampu

menggerakan kegiatan-kegiatan dalam rangka inovasi dibidang metode

pengajaran, tehnik mengajar, dalam mencobakan ide-ide baru dan

mencobakan praktek baru, serta dalam bentuk managemen kelas yang

lebih efektif dan sebagainya ( Arifin, 1993: 156).

Budaya religius Islami dapat dikatakan sebagai upaya Kepala

Sekolah untuk menciptakan generasi yang beretika, berakhlak mulia

sesuai dengan Alqur‟an dan hadist. Budaya religius Islami dapat diketahui

dari adanya keberaturan berperilaku seperti kegiatan keagamaan yang

Page 19: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

6

diselenggarakan sekolah, bahasa yang digunakan yang mengandung nilai-

nilai budaya religius Islami, norma-norma yang berisi standar perilaku

warga sekolah, terbentuknya keperibadian siswa yang berkualitas baik

secara ilmu pengetahuan dan moral. Budaya religius Islami di sekolah

juga dapat di ketahui dari aturan-aturan sekolah yang dibuat oleh Kepala

Sekolah, yang kemudian dari budaya religius Islami tersebut akan tercipta

iklim sekolah yang agamis.

Dapat di artikan bahwa untuk menciptakan budaya religius Islami

di suatu lembaga pendidikan membutuhkan figur yang berpengaruh

sehingga dapat menstimulasi dan memotivator dalam menciptakan aturan

yang berlaku agar dapat di pahami, dipatuhi oleh warga sekolah. Figur

yang dimaksut adalah Kepala Sekolah dibantu wakil Kepala Sekolah

selaku motivator serta administator dalam mengerakan warga sekolah

untuk menentukan tercapai atau tidaknya budaya religius Islami di

sekolah.

Dalam realita yang ada, khususnya sekolah umum banyak di

temukan akan pengelolaaan atau penciptaan budaya religius Islami di

sekolah masih jauh dari apa yang diharapkan. Pemahaman tentang

pembelajaran agama Islami dipahami secara parsial hanya dilihat dari

aspek luar dan simbolnya saja. Misalnya keadaan materi dan alokasi waktu

pendidikan agama Islami yang lebih sedikit dibandingkan sekolah

madrasah, pemahaman dan pengelolaan juga terbatas pada aspek eksternal.

Jika dibedakan dengan madrasah maka perbedaan itu dapat dilihat dari

cara berpakaian sragamnya juga ucapan salamnya. Jika perbedaan

Page 20: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

7

madrasah dan sekolah umum hanya dipahami sebagaimana di atas, maka

akan mengarah pada sisi luar atau lahiriyah yang bersifat simbolik yang

nantinya akan merusak nama baik sekolah.

Dalam tataran nilai, budaya religius Islami berupa semangat

berkorban, semanagat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi

mulia lainya. Sedangkan dalam tataran prilaku, budaya religius Islami

berupa tradisi shalat berjamaah, gemar bershodaqoh rajin belajar dan

perilaku yang mulia lainnya.

Oleh karena itu, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan

(religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui

kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di

kelas, kegiatan ekstrakulikuler di luar kelas serta tradisi dan prilaku warga

sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta religius culture

dalam lingkungan sekolah.

Religius cultur yang menjadi arah tujuan dalam memupuk

kesadaran keberagamaan seseorang ini akan membawa kepada insan yang

mulia. Sehingga dalam jenjang kehidupan sesuai berkembangnya tingkat

umur setiap manusia akan selalu dibawa dan diimplementasikan ke dalam

setiap aktifitas di lingkungan keluarga maupun dimasyarakat.

SMP Negeri 2 Banyubiru sebagai sekolah umum yang masyarakat

sekolah lebih heterogen, tentu memiliki banyak perbedaan dengan

madrasah baik dari materi pembelajaran, cara bicaranya maupun dalam

progran-program keagamaan, namun ditunjang dengan sarana dan

prasarana yang memadai SMP Negeri 2 Banyubiru mempunyai keinginan

Page 21: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

8

kuat dalam membentuk keperibadian religius sesuai dengan niatan yang

sudah dicita-citakan dalam visinya yaitu “utama dalam iman dan taqwa,

maju dalam ilmu dan trampil dalam karya”, sehingga bukan hanya baik

dalam intelektualnya saja tetapi juga akhlak mulia.

Maka dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji

masalah tersebut dengan judul “UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM

MENCIPTAKAN BUDAYA RELIGIUS ISLAMI DI SMP NEGERI 2

BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka fokus penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya religius

Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun Ajaran

2018/2019?

2. Faktor apa saja yang mendukung upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun Ajaran 2018/2019?

3. Faktor apa saja yang menghambat upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun Ajaran 2018/2019?

Page 22: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

9

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya

religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun

Ajaran 2018/2019.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.

3. Mendeskripsikan faktor penghambat upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian berjudul upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun Ajaran 2018/2019 ini, akan memberikan beberapa

kegunaan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoretis.

Penelitian ini akan menjadi paradigma baru bagi para pendidik

khususnya Kepala Sekolah agar menjadikakan pentingnya

membudayakan religius ditengah aktifitas sekolah sebagai tempat

proses belajar-mengajar yang mengembangkan dan menyebarluaskan

ilmu pengetahuan. Budaya religius Islami sekolah merupakan cara

Page 23: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

10

berpikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-

nilai religius (Keberagamaan).

2. Secara Praksis.

Temuan penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan

sumber masukan khususnya:

a. Bagi sekolah yang diteliti

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan rujukan dan

pertimbangan bagi sekolahan yang menjadi tempat penelitian

untuk melaksanakan pemberian pendidikan agama Islami

b. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan

bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam atau

dengan tujuan Verifikasi sehingga dapat memperkaya temuan-

temuan penelitian baru.

c. Bagi penulis

Sebagai upaya experimen yang dapat dijadikan salah satu

acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Juga untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya religius Islami.

Page 24: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

11

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul

penelitian di atas maka penegasan istilahnya adalah sebagai berikut:

1. Upaya Kepala Sekolah

Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah usaha, ikhtiar

untuk mencapai suatu maksut, memecahkan persoalan mencari jalan

keluar (Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,

1988:1250).

Kepala Sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kepala Sekolah yang terdiri dari dua kata yaitu “kepala” dan

“sekolah”, kata “kepala” dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin”

dalam suatu organisasi atau lembaga dimana menjadi tempat

menerima dan memberi pelajaran (Departemen pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 1988: 420 & 796).

Thoha (1995: 3), mengemukakan bahwa istilah pemimpin dalam

bahasa inggris leader adalah subyek atau pelaku dari ungsur-ungsur

yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu kekuasaan, pengaruh,

kekuatan, penaggung jawab utama bagi semua kegiatan yang

dilakukan bawahannya.

Sedangkan kepemimpinan adalah perilaku untuk memenagkan

hati, pikiran, emosi dan prilaku orang lain untuk berkontribusi

terhadap terwujudnya visi (Karim, 2010: 13).

Page 25: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

12

Beberapa ahli dalam megemukakan gagasanya mengenai

kepemimpinan, pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli

tersebut adalah:

a. Northouse, kepemimpinan adalah suatu proses individu dalam

mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum.

b. Dubrin, kepemimpinan adalah kemampuan untuk menanamkan

keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Prajudi Atmosudirdjo, kepemimpinan adalah suatu keperibadian

(personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada

kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya,

atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu, sesuatu kekuatan

atau wibawa yang sedemikian rupa, sehingga membuat

sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya

(Farikhah, 2018: 165).

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa Kepala Sekolah

adalah subjek atau orang yang menjadi pemimpin dan bertanggug

jawab atas apa yang dipimpinya dimana Kepala Sekolah adalah figur

utama yang sangat berpengaruh dalam sebuah organisasi

disekolahnya.

2. Menciptakan Budaya Religius

Budaya religius bukan sekedar suasana religius. Suasana religius

adalah suasana yang bernuansa religius, seperti adanya sistem absensi

dalam jamaah shahalat dzuhur, perintah untuk membaca kitab suci

Page 26: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

13

setiap akan memulai pelajaran, dan sebaginya, yang biasa diciptakan

untuk menginternalisasikan nilai-nilai religius kedalam diri setiap

pesrta didik. Namun, budaya religius Islami adalah suasana religius

yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Jadi budaya religius Islami

harus didasari tumbuhnya kesadaran dalam diri civitas akademika di

lokasi penelitian, tidak hanya berdasarkan perintah atau ajakan sesaat

saja (Fatthurrohaman, 2015: 11).

Budaya religius sekolah merupakan cara berpikir dan cara

bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius

(Keberagamaan), religius menurut Islami adalah menjalankan agama

secara menyeluruh ( Sahlan, 2009: 74).

Sahlan (2010: 77), mengatakan budaya religius lembaga

pendidikan adalah upaya terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai

tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh

seluruh warga di lembaga pendidikan tersebut.

Budaya religius lembaga pendidikan merupakan budaya yang

tercipta dari pembiasaan suasana religius yang berlangsung lama dan

terus menerus bahkan sampai muncul kesadaran dari semua anggota

lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu (Fathurrahman,

2015:104).

Dalam penelitian kali ini peneliti akan meneliti tentang upaya

seorang Kepala Sekolah yang menjadi figur utama di sekolah dan

mempunyai kebijakan suatu program kegiatan untuk menigkatkan

mutu pendidikan di sekolahnya dalam upaya Kepala Sekolah

Page 27: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

14

menciptakan budaya religius Islami di SMP N 2 Banyubiruk Kab.

Semarang tahun ajaran 2018/2019.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat melakukan pembahasan yang sistematis, maka peneliti

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bagian awal berisi sampul, halaman judul, halaman persetujuan,

halaman pengesahan, pernyataan keaslian, motto, persembahan, kata

pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan abstrak yang memuat tentang

uraian singkat yang dibahas dalam skripsi.

Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab pertama berisi

pendahuluan. Pada bab pendahuluan, pertama-tama dipaparkan konteks

penelitian yang mengungkapkan berbagai permasalahan yang diteliti

sehingga diketahui hal-hal yang melandasi munculnya fokus penelitian

yang akan dikaji dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang membantu

proses penelitian. Dalam bab ini, tujuan merupakan arah yang akan dituju

dalam penelitian kemudian dilanjutkan manfaat penelitian yang

menjelaskan kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai penelitian

baik secara teoritis maupun praktis, penegasan istilah dan sistematika

penulisan.

Bab kedua berisi tentang kajian teori yang berkenaan pembahasan

teori teori yang digunakan untuk mengkaji “upaya Kepala Sekolah

dalamm menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru

Kab. Semarang Tahun ajaran 2018/2019”, serta memuat keterkaitan antara

pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan atau teori

Page 28: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

15

yang ditemukan terhadap teori-teori temuan sebelumnya, dan kajian

penelitian terdahulu.

Bab ketiga berisi metode yang akan digunakan dalam penelitian

dimana pembahasannya meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber

data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

Bab keempat berisi tentang paparan data dan analisis hasil laporan

penelitian yang mendeskrepsikan bagaimana upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun ajaran 2018/2019.

Bab kelima berisi penutup pertama berisi kesimpulan yang

disarikan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan

kebenaran temuan atau hipotesis serta merupakan jawaban dari konteks

penelitian, yang kedua berisikan saran yang harus sesuai dengan

kegunakan penelitian dan harus jelas ditunjukkan kepada siapa pekerjaan

atau tanggung jawabnya terkait dengan permaslahan yang diteliti dan

bagaimana penerapannya. Saran juga dapat ditunjukkan kepada peneliti

selanjutnya jika peneliti menemukan masalah baru yang perlu diteliti lebih

lanjut. Bisa juga ditunjukkan kepada instansi atau profesi.

Bagian akhir memuat daftar rujukan yang merupakan daftar buku

yang menjadi referensi oleh peneliti. Kemudian, diberikan juga lampiran-

lampiran yang memuat dokumen-dokumen terkait penelitian. Pada bagian

paling akhir ditutup dengan biodata penulis yang menjelaskan biografi

peneliti secara lengkap.

Page 29: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Upaya Kepala Sekolah

Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah usaha,

ikhtiar untuk mencapai suatu maksut, memecahkan persoalan mencari

jalan keluar (Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 1988:1250).

Sedangkan pengertian Kepala Sekolah menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) Kepala Sekolah yang terdiri dari dua kata

yaitu “kepala” dan “sekolah”, kata “kepala” dapat diartikan “ketua”

atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atau lembaga dimana menjadi

tempat menerima dan memberi pelajaran (Departemen pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 1988: 420 & 796).

Thoha (1995: 3), mengemukakan bahwa istilah pemimpin dalam

bahasa inggris leader adalah subyek atau pelaku dari ungsur-ungsur

yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu kekuasaan, pengaruh,

kekuatan, penaggung jawab utama bagi semua kegiatan yang

dilakukan bawahannya.

Dengan tanggung jawab yang dimilikinya maka seorang

pemimpin harus mempunyai sifat yang sangat penting. Sifat tersebut

diantaranya:

a. Memiliki kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik.

b. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai.

Page 30: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

17

c. Bersemangat.

d. Jujur.

e. Cakap dalam memberi bimbingan.

f. Cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan.

g. Cerdas.

h. Cakap dalam hal mengajar dalam menaruh kepercayaan kepada

yang baik dan berusaha mencapainya (Indrafachuri, 2006: 22).

Pembahasan pemimpin dalam Al-Qur‟an telah disebutkan dalam

surat As-Sajdah ayat 24 sebagai berikut:

ا صب روا وكانوا بآياتنا يوقنون ﴿ ة ي هدون بأمرنا لم هم أئم ﴾وجعلنا من

Artinya: “Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin

yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan

adalah mereka menyakini ayat-ayat kami” (Q.S As-Sajdah: 24).

Jadi yang dinamakan pemimpin adalah subyek orang yang diberi

tanggug jawab dan mempunyai wewenang dalam mengorganisasikan

suatu kelompok tertentu, dengan melalui bebrapa ungsur yang menjadi

dasar kepemimpinanya.

sedangkan beberapa ahli dalam megemukakan gagasanya

mengenai kepemimpinan, pengertian yang dikemukakan oleh beberapa

ahli tersebut adalah:

d. Northouse, kepemimpinan adalah suatu proses individu dalam

mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum.

e. Dubrin, kepemimpinan adalah kemampuan untuk menanamkan

keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi.

Page 31: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

18

f. Prajudi Atmosudirdjo, kepemimpinan adalah suatu keperibadian

(personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada

kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya,

atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu, sesuatu kekuatan

atau wibawa yang sedemikian rupa, sehingga membuat

sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya

(Farikhah, 2018: 165).

Kimbal Willes dan Tead dalam buku yang ditulis Soekarto

Indrafachuri yang berjudul “ Bagaimana memimpin sekolah yang

efektif” (2006: 1), keduannya mengatakan bahawa kepemimpinan

sebagi berikut:

Berkenaan kepemimpinan Kimbal Willes mengatakan

kepemimpinan adalah.

“Leadership is the process by which people are induced to move

forwad toward some goal or purpose”.

Sedangkan Tead mengatakan.

“Leadership is the process of helping the group to achive goals which

seem desirable to the group”

Menurut karim (2010: 13), kepemimpinan adalah perilaku untuk

memenagkan hati, pikiran, emosi dan prilaku orang lain untuk

berkontribusi terhadap terwujudnya visi.

Thisihiko Izutsu dalam Karim (2010: 14), mendefinisan

kepemimpinan adalah proses di mana seseorang atau sekelompok

orang (tim) memainkan pengaruh atas orang lain (tim) lain,

Page 32: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

19

mengispirasi, memotivasi, dan mengarahkan aktivitas mereka untuk

mencapai sasaran.

Selanjutnya, disebut suatu kepemimpinan apabila di dalamnya

terdapat ungsur-ungsur sebagai berikut: a) Ada orang yang memimpin,

memengaruhi dan memberikan bimbingan, b) Ada orang yang

dipengaruhi yaitu pegawai/bawahan baik individu maupun kelompok,

c). Adanya kegiatan/kerja dalam menggerakkan bawahan, d) Adanya

tujuan yang diperjuangkan melalui serangakaian tindakan/aktivitas

(Burhanuddin, 1994: 91).

Secara mendasar dapat didefinisikan kepemimpinan pendidikan

sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, megkoordinir

dan mengerakkan orang-orang lain yang ada hubungannya dengan

pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan

pembelajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih

efisien dan efektif di dalam pencapain-pencapaian tujuan-tujuan

pendidikan dan pembelajaran (Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010:

170).

Seorang pemimpin yang efektif menurut Maimun dan Agus

Zainul Fitri (2010: 167), adalah seorang yang sangat responsif. Artinya

dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan

impian dari mereka yang dipimpinya. Sealain itu selalu aktif dan

produktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun

tantangan yang dihadapi organisasinya.

Page 33: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

20

Masih menurut Maimun dan Agus Zainul fitri (2010: 168-168),

seorang pemimpin harus memiliki lima fungsi utama. Pertama,

bertanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan dan perkembangan

murid-murid yang ada dilingkungan sekolah. Kedua, bertanggung

jawab atas kesejahteraan dan keberhasilan profesional guru. Ketiga,

berkewajiban memberikan layanan sepenuhnya yang berharga bagi

murid-murid dan guru-guru yang memungkinkan dilakukan melalui

pengawasan resmi. Keempat, bertanggung jawab jika mendapat

bantuan maksimal dari semua istitusi pembantu. Kelima, bertanggung

jawab untuk mempromosikan murid-murid terbaik melalui berbagai

cara.

Di dalam al-Qur‟an, tanggung jawab seorang pemimpin

ditegaskan dalam surat An-Nisaa: 58:

إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إل أهلها وإذا حكمتم ب ي الناس أن تكموا

ا يعظكم به إن يعا بصيرا ﴿ بالعدل إن الله نعم ﴾الله كان س

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)

apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran

yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. An-Nisaa: 58).

Ayat ini memerintahkan agar menyampaikan “amanat” kepada

yang berhak. Pengertian “amanat” dalam ayat ini, adalah sesuatu yang

dipercayakan kepada sesseorang untuk dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Kata “amanat” dengan pengertian ini sangat luas, meliputi

Page 34: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

21

“amanat” Allah SWT kepada hamba-Nya, amanat seseorang kepada

sesamanya dan terhadap dirinya sendiri.

Amanat Allah SWT terhadap hamba-Nya yang harus

dilaksanakan antara lain ; melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya

dan menjauhi larangan-Nya. Semua nikmat Allah SWT berupa apa

saja hendaklah kita manfaatkan untuk taqarrub (mendekatkan diri)

kepada-Nya.

Maka tanggung jawab (accountability) dari setiap amanah yang

dipikul seseorang pada hakekatnya tertuju pada tiga pihak. Pertama,

tanggung jawab kepada Allah sebagi pencipta dan pemberi amnah

kepada manusia sebagi kholifah di bumi. Kedua, pada masyarakat atau

kelompok yang memberinya amanah, ketiga, pada dirinya sendiri

(Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010: 87).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya Kepala

Sekolah adalah orang atau subjek pemimpin dalam kepemimpinannya

untuk proses interaksi sosial guna mempengaruhi serta bentuk dari

usaha perilaku seseorang yang mempunyai tanggung jawab dan

wewenang lebih untuk menjadikan terwujudnya visi di dalam lembaga

pendidikan formal.

2. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah

Sejarah pertumbuhan peradapan manusia banyak menunjukan

bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan

keberlangsungan organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan.

Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh

Page 35: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

22

pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan penentu arah

yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan yang akan

dicapai (Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010:180).

Telah diketahui bahwa kepemimpinan ialah membimbing suatu

kelompok sedemikian rupa, sehingga tujuan kelompok dapat dicapai

dengan fungsi dan peran yang dimiliki oleh seorang pemimpin.

Pada umumnya, fugsi pemimpin dalam satu lembaga atau

organisasi adalah sebagi berikut:

a. Kepala Sekolah Sebagai Manager Organisasi

yaitu, pengelola utama dari perencanaan sampai dengan

pertanggung jawaban kegiatan organisasi. sehingga seorang

pemimpin harus mempunyai 3 keterampilan yaitu

1) Tehnical skill

2) Human skill

3) Conceptual skill (Farikhah, 2018:183).

Menurut A.F Stoner mengemukakan bahwa keberadaan

manager pada suatu organisasi sangat diperlukan. Menurut Stoner

ada delapan fungsi seorang manager yang perlu dilaksanakan

dalam suatu organisasi yaitu:

1) Bekerja dan dengan melalui orang lain.

2) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi

berbagai persoalan.

3) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan.

4) Berpikir secara realistik dan konseptual.

Page 36: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

23

5) Adalah juru penengah.

6) Adalah seorang politis.

7) Adalah seorang diplomat

8) Mengambil keputusan yang sulit (Maimun dan Agus Zainul

Fitri, 2010:183).

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

manager, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat,

untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama

atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong

keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan

yang menunjang program sekolah (E. Mulyasa, 2007: 103)

b. Kepala Sekolah Sebagai Pengambilan Keputusan (Decision

Making)

Pengambilan keputusan merupakan kegiatan setiap orang,

terutama suatu lembaga. setiap pemimpin organisasi atau lembaga

pasti menghadapi persoalan dan persoalan itu harus dipecahkan

(Indrafachuri, 2006: 103).

Dalam tahnik pengambilan keputusan oleh seorang

pemimpin, ada dua kategori pengambilan keputusan yang dapat

dilakukan yaitu.

1. keterampilan analisis.

2. keterampilan oprasional (Farikhah, 2018: 172).

a) Keterampilan analisis

Page 37: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

24

Penganalisisan dan penilaian oleh kelompok akan

sangat bermanfaat. Rumusan masalah yang telah

didefinisikan dengan baik itu harus dianalisis lebih lanjut

dan dinilai dengan teliti, karena bilamana perumusan itu

kurang tepat, maka akan menghasilkan keputusan yang

salah (Indrafachuri, 2006: 105).

b) Keterampilan oprasional

Keterampilan oprasional meliputi hal-hal sebagai

berikut:

1) Penugasan bawahan secara jelas.

2) Pendelegasian wewenang.

3) penentuan sumber-sumber informasi supaya mudah

dalam pemecahanya.

4) menyediakan media komunikasi yang cukup.

5) mengendalikan disipli.

6) Penciptaan iklim kerja yang baik.

7) Menyediakan kegiatan-kegiatan penunjang yang

mempercepat kepentingan keputusan.

8) Memelihara ketertiban oprasional sehingga terdapat

suasana saling menghargai dan menghormati antara

ungsur-ungsur pelaksanaan di dalam organisasi.

9) Kesadaran tentang pentingnya pelaksanaan kegiatan,

termasuk pengambilan keputusan secara institusional.

10) Kemampuan mengorganisasikan diri sendiri.

Page 38: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

25

11) Kemampuan mengetahui alat apa yang diperlukan untuk

suatu kegiatan.

12) Kemampuan dalam berkomunikasi baik tulis maupun

lisan, karena melalui media komunikasilah ide, perintah,

keputusan disampaikan oleh orang lain.

13) Membina keperibadian yang antion-orientid dan kurang

kepada legal orientation.

14) Kemampuan bersifat tentang dalam hal menghadapi

kesulitan operasional.

15) Kemampuan tentang mendisiplinkan oprasional

(Farikhan, 2018: 174-175).

c. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi

yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga

kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalaui pengatahuan lingkungan

fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan

secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui

Pengembangan Pusat Belajar (PSB) (E. Mulyasa, 2007: 120).

Pada dasarnya motivasi merupakan proses psikologis yang

mengambarkan interaksi sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan

yang berasal dari faktor dalam diri sendiri dan faktor dari luar

dirinya (Farikhah, 2018: 176)

Page 39: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

26

Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan Kepala

Sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan

meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Para tenaga kependidikan akan bekeraja lebih giat apabila

kegiatan yang dilakukan menarik, dan menyenangkan.

2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan

kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetatui

tujuan dia bekerja. para tenaga kependidikan juga dapat

dilibatakn dalam penyusunan tujuan tersebut.

3) para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil

dari setiap pekerjaanya.

4) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun

sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.

5) Usaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan

jalan memperhatiakn kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,

menunjukan bahwa Kepala Sekolah memperhatiakn mereka,

mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai

pernah memperoleh kepuasan dan pengharagaan (E. Mulyasa,

2007:121-122).

d. Kepala Sekolah Sebagai Evaluator

Pemimpin memiliki fungsi sebagai evaluator atau penilaian

yaitu menilai kinerja anggotanya dan memberikan penghargaan

bagi prestasi kerjanya serta sekaligus memperbaiki kinerja yang

tidak sesui program, prosedur maupun tujuan organisasi. Penilaian

Page 40: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

27

yang kontinyu adalah penting, karena menjadi landasan usaha

perbaikan dan penyesuaian kembali pada semua sub sistem

lembaga atau organisasi sesuai keputusan perbaikan yang

dibutuhkan (Farikhah, 2028:177).

e. Kepala Sekolah Sebagai Dinamisator

Maksudnya pemimpin berfungsi sebagai orang yang

mampu memajukan organisasinya secara kreatif dan inovatif.

Pemimpin yang dinamis, sangat mengharagi perubahan secara

kreatif dan inovatif. Hal ini memberikan makna bahwa seorang

pemimpin yang selalu berupaya untuk maju mampu menciptakan

sesuatu yang baru dari hal-hal yang sudah ada dan mampu

merubah gagasan atau ide menjadi sesuatu (barang atu jasa)

(Farikhah, 2018: 177).

f. Kepala Sekolah Sebagai Stabilisator

Artinaya seseorang pemimpin harus mempunyai kapabilitas

terkuat dalam mempertahankan exsistensi organisasi. Di samping

itu juga perlu dilandasi oleh filsafat keoptimisan, bahwa segala

problema pasti dapat diselesaikan (Farikhah, 2018: 178)

g. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Yaitu orang yang membantu, membina, membimbing,

melatih, mendidik, mengawasi, menilai dan turut serta dalam

usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu (Farikhah, 2018:

128).

Page 41: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

28

Dalam berbagi aktifitasnya supervisor turut berbagai

partisipan, pimpinan (leadership) dan menstimulir kerjasama

anggota. Di samping itu juga mempunyai fungsi sebagi penilai

(evaluator) dengan cara penelitian (research) dan merupakan

usaha perbaikan (improvement).

Dalam pelaksanaanya, Kepala Sekolah sebagai supervisor

harus memperhatikan prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif,

kolegial dan bukan hirarkis, (2) dilaksanakan secara

demokararis, (3) berpusat kepada tenaga kependidikan (guru),

(4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan

(guru), (5) Merupakan bantuan profesional (Mulyasa, 2007:

113).

3. Menciptakan Budaya Religius Islami

Budaya religius bukan sekedar suasana religius. Suasana religius

adalah suasana yang bernuansa religius, seperti adanya sistem absensi

dalam jamaah shahalat dzuhur, perintah untuk membaca kitab suci

setiap akan memulai pelajaran, dan sebaginya, yang biasa diciptakan

untuk menginternalisasikan nilai-nilai religius kedalam diri setiap

pesrta didik. Namun, budaya religius Islami adalah suasana religius

yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Jadi budaya religius Islami

harus didasari tumbuhnya kesadaran dalam diri civitas akademika di

lokasi penelitian, tidak hanya berdasarkan perintah atau ajakan sesaat

saja (Fatthurrohaman, 2015: 11).

Page 42: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

29

Budaya religius Islami sekolah merupakan cara berpikir dan

cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius

(Keberagamaan), religius menurut Islami adalah menjalankan agama

secara menyeluruh ( Sahlan, 2009: 74).

Sahlan (2010: 77), mengatakan budaya religius lembaga

pendidikan adalah upaya terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai

tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh

seluruh warga di lembaga pendidikan tersebut.

Budaya religius di lembaga pendidikan merupakan budaya yang

tercipta dari pembiasaan suasana religius yang berlangsung lama dan

terus menerus bahkan sampai muncul kesadaran dari semua anggota

lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu. Pijakan awal

dari budaya religius adalah adanya religiuitas atau keberagamaan.

Keberagamaan adalah menjalankan agama secara menyeluruh. Dengan

melaksanakan agama secara menyeluruh maka seseorang pasti telah

terinternalisasi nilai-nilai religius (Fathurrahman, 2015:104).

Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam lembaga

pendidikan maka secara sadar maupun tidak ketika warga lembaga

mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga

lembaga pendidikan sudah melakukan ajaran agama (Fathurrahman,

2015:52).

Budaya religius merupakan hal yang urgen dan harus diciptakan

di lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan merupakan salah

satu lembaga yang mentrasformasikan nilai atau melakukan

Page 43: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

30

pendidikan nilai. Sedang budaya religius merupakan salah satu wahana

untuk mentransfer nilai kepada peserta didik. Tanpa adanya budaya

religius, maka pendidik akan kesulitan melakukan transfer nilai kepada

anak didik dan transfer nilai tersebut tidak cukup hanya mengandalkan

pembelajaran di dalam kelas. Karena pembelajaran di kelas rata-rata

hanya mengembleng aspek koknitif saja (Fathurrahman, 2015: 104).

Budaya religius Islami yang ada di lembaga pendidikan

biasanya bermula dari penciptaan suasana religius yang disertai

penanaman nilai-nilai religius secara istiqomah. Penciptaan suasana

religius dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan keagamaan di

lingkungan lembaga pendidikan. Karena apabila tidak diciptakan dan

dibiasakan, maka budaya religius Islami tidak akan terwujud

(Fathurrahman, 2015:108).

Oleh karenanya, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan

(religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui:

Kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

kelas, kegiatan extrakulikuler di luar kelas, serta tradisi dan prilaku

warga sekolah secara kontinyu dan konsisiten, sehingga tercipta

religius culture tersebut dalam lingkungan sekolah (Sahlan, 2009: 77).

Budaya religius Islami yang merupakan bagian dari budaya

organisasi sangat menekankan peran nilai. Bahkan nilai merupkan

pondasi dalam mewujudkan budaya religius. Tanpa adanya nilai yang

kokoh, maka tidak akan terbentuk budaya religius. Menurut Gordon

Alport sebagaimana dikutip dalam bukunya Mulyana (2004: 9), nilai

Page 44: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

31

adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar

pilihnaya.

Secara hakiki sebenarnya nilai agama ini merupakan nilai yang

memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-

nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang

datangnya dari Tuhan dan ruang lingkup nilai ini sanggat luas dan

mengatur seluruh aspek dalam kehidupan manusia (Fathurrahman,

2015:58).

Nurcholish Madjid dalam bukunya Atang dkk (2012:34),

menjelaskan hubungan agama dan budaya. Menurutnya, agama dan

budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tidak dapat

dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan

waktu dan tempat. sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama,

dapat berubah dari waktu kewaktu dan dari tempat ke tempat.

Sebagian besar budaya didasarkan pada agama; tidak pernah terjadi

sebaliknya. Oleh karena itu, agama adalah primer, dan budaya adalah

sekunder. Budaya bisa merupakan expresi hidup keagamaan, karena ia

subordinat terhadap agama, dan tidak pernah sebaliknya.

Sebenarnya budaya atau culture merupakan istilah yang datang

dari disiplin antropologi sosial. Dalam dunia pendidikan budaya dapat

digunakan sebagai salah satu transmisi pengetahuan, karena

sebenarnya yang tercakup dalam budaya sangat luas. Budaya laksana

software yang berada dalam otak manusia, yang menuntun persepsi,

Page 45: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

32

mengidentifikasi apa yang dilihat, mengarahkan fokus pada suatu hal,

serta menghindar dari yang lain (Fathurrahohman, 2015:43).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya

diartikan sebagai: pikiran; adat istiadat; sesuatu yang sudah

berkembang; sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991:149).

Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan

pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini, tradisi

diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dalam kebiasaan dari

masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang menjadi

kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut (Indrafachrudi,

1994: 20). Budaya dan tradisi tentunya berbeda, jika tradisi tidak

memasukan ilmu pengetahuan maka sebaliknya budaya dapat

memasukan ilmu kedalamnya.

Tylor, sebagimana dikutip Budinigsih, mengartikan budaya

sebagai “that complex whole which includes knowledge, belief, art,

morals, laws, customs and other capabilities and habits acquired by

man as a member of society”. Budaya merupakan suatu kesatuan yang

unik dan bukan jumlah dari bagian-bagian suatu kemampuan kreasi

manusia yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti

ilmu pengetahuan, tekhnologi, kepercayaan, keyakinan, seni dan

sebaginya (Budinigsih, 2004: 18).

Dari definisi di atas, Fathurrohman (2015: 45) memahami

budaya sebagai hal berikut:

Page 46: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

33

a. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks, hal ini

berarti bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan dan bukan

jumlah dari bagian keseluruhannya mempunyai pola atau desain

tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang

spsifik.

b. Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia immaterial

artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti ilmu

pengetshusn, kepercayaan, seni dan sebagainya.

c. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni,

terbentuknya kelompok keluarga.

d. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni,

terbentuknya kelompok keluarga.

e. Kebudayaan dapat berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah

seperti hukum, adat istiadat, yang berkesinambungan.

f. Kebudayaan merupakan suatu realitas yang opjektif, yang dapat

dilihat.

g. Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.

h. Kebudayaan tidak terwujut dalam kehidupan manusia yang soliter

atau terasing tetapi yang hidup di dalam suatu masyarakat tertentu.

Koentjaraningrat dalam bukunya Sahlan (2010: 71)

Mengelompokan aspek-aspek budaya berdasarkan dimensi wujudnya,

yaitu: 1) Kompleks gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan,

nilai, keyakinan, norma dan sikap. 2) Kompleks aktifis seperti, pola

Page 47: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

34

komunikasi, tari-tarian, upacara adat. 3) Material hasil benda seperti,

seni peralatan dan lain sebagainya.

Jadi yang dinamakan budaya adalah totalitas pola kehidupan

manusia yang lahir dari pemikiran dan pembiasaan yang mencirikan

suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama

(Fathurrohman, 2015: 48). Budaya merupakan hasil cipta, karya dan

karsa manusia yang lahir atau terwujud setelah diterima oleh

masyarakat atau komunitas tertentu serta dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran tanpa pemaksaan dan

ditransmisikan pada generasi selanjutnya secara bersama.

Agar budaya tersebut menjadi nilai-nilai yang tahan lama, maka

harus ada proses internalisai budaya. Dalam bahasa inggris,

internalized berarti to incorporate in oneslef. jadi, internalisasi adalah

proses menanamkan dan menumbuh kembangkan suatu nilai atau

budaya menjadi bagian diri (self) orang yang bersangkutan.

Penanaman dan menumbuh kembangkan nilai tersebut dilakukan

melalui berbagai didatik metodik pendidikan pengajaran. seperti

pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain washing dan lain

sebaginya (Ndraha:1997: 82).

Sedangkan religiusitas lebih mengarah kepada kualitas

penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai

keagamaan yang diyakininya (Atang dkk, 2012: 4).

Kata religius tidak identik dengan kata agama, namun lebih

kepada keberagamaan. Muhaimin dkk (2008: 287-288) mengatakan

Page 48: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

35

Agama lebih merujuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan

atau kepada dunia atas dalam aspeknya yang resmi, yuridis, perturan-

peraturan dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi-

organisasi sosial keagamaan dan sebagainya yang melingkupi segi-segi

kemasyarakatan.

Lebih lanjut Muhaimin dkk (2008: 288) juga mengatakan

religius (keberagamaan) lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati

nurani pribadi, sikap personal, yang sedikit banyak misteri bagi orang

lain, karena menafaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mancangkup

totalitas kecerdasan emosional dalam pribadi manusia.

Sedangkan keberagamaan menurut Madyo Ekosusilo dalam

Sahlan (2009: 66), merupakan suatu sikap atau kesadaran yang muncul

yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap

suatu agama.

Nilai religius merupakan dasar dari pembentuakan budaya

religius, karena tanpa ada penanaman nilai religius, maka budaya

religius Islami tidak akan terbentuk (Fathurrahman, 2015: 52)

Pembentukan nilai religius adalah hal yang paling penting bagi

perkembangan manusia dalam kehidupanaya. Nilai-nilai religius

tersebut diantaranya:

a. Nilai Ibadah

Secara etimologi ibadah artinya adalah mengabdi

(menghamba) (Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010: 83). Dalam

Page 49: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

36

al-Qur‟an dapat di temukan dalam surat al-Zariyat: 56 sebagai

berikut:

نس إل لي عبدون ﴿ ﴾وما خلقت الن وال

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Pengabdian diri kepada Allah merupakan inti dari ajaran

Islami. Konsep penghambaan ini, maka manusia tidak

mempertuhankan sesuatu yang lain selain Allah, sehingga

manusia tidak terbelenggu dengan urusan materi dan dunia

semata.

Pengabdian diri kepada Allah bertujuan untuk mendapatkan

ridlo-Nya semata. sikap ini didasari adanya perintah Allah untuk

senantiasa memperhatikan kehidupan akhirat dan tidak

melupakan kehidupan dunia. dalam Islami terdapat dua bentuk

nilai ibadah yaitu: pertama, ibadah mahdoh (hubungan langsung

kepada Allah). Kedua, ibadah ghoiru mahdoh yang berkaitan

dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain.

kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan mencari ridhlo Allah

Swt.

Suatu nilai ibadah terletak pada dua hal yaitu: sikap batin

(yang mengakui dirinya sebagi hamba Allah) dan perwujudannya

dalam bentuk ucapan dan tindakan. Nilai ibadah bukan hanya

nilai moral etik, tetapi sekalaigus didalamnya terdapat ungsur-

ungsur benar tidak benar dari sudut pandang theologis. Artinya

Page 50: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

37

beribadah kepada Tuhan adalah baik sekaligus benar (Maimun,

dan Agus Zainul Fitri, 2010: 84).

b. Nilai Jihat (Ruhul Jihad)

Ruhul jihad artinya adalah jiwa yang mendorong manusia

untuk bekerja atau berjuang dengan sunguh-sunguh. Ruhul

jihad ini didasari adanya tujuan hidup manusia yaitu hablum

minallah (hubungan manusia dengan Allah), hablum minannas

(hubungan manusia dengan manusia) dan hablum mainal alam

(hubungan manusia dengan alam) (Maimun, dan Agus Zainul

Fitri, 2010: 85).

c. Nilai Amanah dan Ikhlas

Secara etimologi kata amanah memiliki akar kata yang

sama dengan iman, yaitu artinya percaya. Kata amanah berarti

“dapat dipercaya”. Dalam ajaran Islam, seorang nabi atau rasul

yang diutus oleh Allah pastilah memiliki sifat-sifat yang

utama, yaitu shidiq (benar), amanah (dapat dipercaya),

fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan, tidak

meneyembunyikan) (Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010:

86).

Dalam konteks pendidikan, Maimun, dan Agus Zainul Fitri

(2010:87) mengatakan nilai amanah harus dipegang oleh para

pengelola sekolah dan guru-guru. Cakupan amanah yang

mereka harus pegang adalah sebagai berikut:

Page 51: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

38

1) Kesanggupan mereka untuk mendirikan dan mengelola

lembaga pendidikan, harus dipertanggungjawabkan

kepada Allah, peseta didik dan orang tuannya, serta

masyarakat, mengenai kualitas yang mereka kelola.

2) Amanah dari pada orang tua, berupa:anak yang dititipkan

untuk dididik, serta uang yang dibayarkan.

3) Amanah harus berupa ilmu (khususnya bagi guru), apakah

disampaikan secara baik kepada siswa atau tidak.

4) Amanah dalam menjalankan tugas profesionalnya.

Sebagai mana diketahui, profesi guru sampai saat ini

masih merupakan profesi yang tidak terjamah oleh orang

lain. Ketika guru mengajar dikelas, jarang sekali

mendapatkan pengamatan atau pengawasan langsung dari

atasan. Dengan demikian tanggung jawab profesi guru

sanggat menentukan, apakah ia mengajar dengan penuh

kesungguhan (komitmen pada keberhasilan siswa), atau

sekedar menyelesaikan target waktu dan materi yang telah

ditetapkan.

d. Akhlak dan Kedisiplinan

Akhlak secara bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku

(Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010: 88). Dalam dunia

pendidikan tingkah laku memiliki keterkaitan dengan disiplin.

Perilaku dan kedisiplinan yang ada dilembaga pendidikan

memiliki nilai theologis. Agama Islami sangat kental sekali

Page 52: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

39

mengatur prilaku manusia dan kedisiplinannya. Sebagi mana

Rasullullah Bersabda: “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah

untuk menyempurnkan akhlak”. Sedangkan ibadah yang telah

ditentukan oleh Allah seperti sholat yang telah ditentukan

waktunya memungkinkan manusia untuk berperilaku disiplin.

e. Keteladanan

Nilai keteladanan tercermin dari perilaku para guru.

Keteladanan merupakan hal yang sanggat penting dalam

pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam penananman

nilai-nilai.

Dalam dunia pendidikan nilai keteladanan adalah sesuatu

yang bersifat universal. Bahkan dalam sisitem pendidikan yang

dirancang oleh Ki Hajar Dewantara juga menegakan perlunya

keteladanan dengan istilah yang sangat terkenal yaitu:

“inggarso sung tuladha, ing madyo mangun karso, tutwuri

handayani”.

Pada hakekatnya keteladanan pada pandangan normatif

yang didasarkan pada nilai Islami memiliki tiga aspek.

Pertama, persiapan untuk dinilai, baik oleh pihak lain maupun

dirinya sendiri. Maksudnya orang yang akan dijadikan teladan,

segenap perilakunya (terutama sesui dengan status dan

profesinya) hendaknya tidak tercela, sehingga dinilai oleh

siapapun dia siap. Kedua, memiliki kompetensi yang cukup

dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang guru

Page 53: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

40

yang akhlaknya baik, sopan santun agamanya mendalam, akan

tetapi tidak berkompeten dalam mengajar, maka tidak akan

dapat dijadikan teladan oleh sisiwanya. Ketiga, sikap sikap

istiqomah, artinya ia melaksanakan kebaikan secara konsisten,

dimana saja dan kapan saja ia berbuat baik. Nilai keteladanan

merupakan nilai yang melekat dalam pendidikan. Terlebih lagi

bila dikaitkan dengan hakikat pendidikan sebagai “humanizing

of human being” maka keteladanan merupakan nilai dasar yang

universal Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010: 89-90).

Istilah nilai religius merupakan istilah yang tidak mudah untuk

diberikan batasan secara pasti. Ini disebabkan karena nilai merupakan

sebuah realiatas yang abstrak. Secara etimologi nilai keberagamaan

berasal dari dua kata nilai dan keberagamaan. Menurut Gordon Alport,

sebagaimana dikutip Mulyana (2004: 9), nilai adalah keyakinan yang

membuat seseorang bertindak atas dasar pilihanya.

Fathurrahman (2004: 54), menyimpulkan bahwa nilai

merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi

seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakanya atau

menilai sesuatu yang bermakna atau tidak bermakana bagi

kehidupannya.

Aktivitas atas nilai-nilai religius, Muhaimin dalam Sahlan

(2009:32), merealisasikan tiga nilai kehidupan yang saling terkait satu

sama lainya, Yaitu:

Page 54: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

41

a. Creative value (nilai-nilai kreatif), dalam hal ini berbuat

kebajikan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi

lingkungan termasuk usaha merealisasikan nilai-nilai kreatif.

b. Experimental value (nilai-niali penghayatan), menyakini dan

mengahayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan

nilai-nilai yang dianggap berharaga.

c. Attitudinal value (nilai-niali bersikap), menerima dengan tabah

dan mengambil sikap yang teapat terahadap penderaitaan yang tak

dapat dihidari lagi setelah melakukan upaya secara optimal, tetapi

tidak berhasil mengatasinya.

Menurut tinggi rendahnya nilai, Ekosusilo dalam bukunya

Sahlan (2009:58-58), mengelompokkan menjadi 4 tingkatan sebagai

berikut

a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-

nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang

menyebabkan orang senang atau menderita.

b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini tercakup nilai-nilai yang

lebih penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran

badan, kesejahteraan umum.

c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkatan ini terdapat nilai-niali yang

sama sekali tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun

lingkungan, seperti misalnya kehidupan, kebenaran, dan

pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

Page 55: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

42

d. Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkatan ini terdapat modalitas

nilai dari suci dan tak suci. nilai-nilai semacam ini terutama

terdiri dari nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai ketuhanan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai religius adalah nilai-nilai

kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan yang

terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang

menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan-aturan Illahi untuk

mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan mempunyai fitrah

(potensi). Fitrah adalah sifat dasar atau potensi pembawaan yang

diciptakan oleh Allah sebagai dasar dari suatu proses penciptaan

(Fathurrahman, 2015:81).

Dalam al-Qur,an kata fitrah diisyaratkan dalam firman Allah

SWT, sebagai berikut: Rum/30:30)

ها ل ت بديل للق الله ين حنيفا فطرة الله الت فطر الناس علي فأقم وجهك للد

ين القيم ولكن أكث ر الناس ل ﴾ ي علمون ﴿ذلك الد

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)

agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dari keterangan ayat di atas dapat dipahami bahwa fitrah

manusia dikaitkan dengan agama, hal itu karena manusia pernah

mengadakan perjanjian dengan Allah, bahwa manusia menerima Allah

Page 56: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

43

sebagi Tuhan yang patut untuk disembah. Sebagimana keterangan di

dalam al-Qur‟an: (Al-A‟raf/7:172):

وإذ أخذ ربك من بن آدم من ظهورهم ذري ت هم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم

﴾عن هذا غافلي ﴿ قالوا ب لى شهدنا أن ت قولوا ي وم القيامة إنا كنا

Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi

(tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),

"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau

Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar

di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu

kami lengah terhadap ini".

Dengan demikian, telah jelas bahwa fitrah manusia adalah

mempercayai Allah sebagi Tuhan. Fitrah tersebut memberikan arti

bahwa manusia mempunyai pontensi aktualisasi sifat-sifat Allah

kecerdasan emosional dalam diri manusia.

Dalam agama Islami terkandung suatu potensi yang mengacu

kepada dua fenomena perkembangan yaitu:

a. Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia

untuk menjadi sosok pribadi yang berkualitas bajik dan

menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluklainya.

b. potensi pengembangan kehidupan manusia sebgai “kholifah”

dimuka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap

lingkungan sekitarnaya baik yang alamiah maupun yang

ijtima‟iah di mana Tuhan menjadi potensi sentral

perkembanganya (Arifin, 1993:2).

Page 57: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

44

Zakiyah Derajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Jiwa

Agama” (1993: 110), mengemukakan perkembangan anak yaitu

dimulai ketika anak dalam lingkungan keluarga dengan tahap: Si anak

mulai mengenal Tuhan dan agama melalui orang di lingkungan di

mana mereka tinggal dan dibesarkan dalam lingkungan yang beragama

mereka akan mendapat pengalaman agama itu melalui ucapan,

tindakan dan prilaku yang mereka dengar, nama Tuhan disebut orang

lain dalam keluarganya. Kata Tuhan yang mulanya mungkin tidak

menjadi perhatian lama-lama akan menjadi perhatiannya dan ia akan

ikut mengucapkannya setelah ia mendengar kata Tuhan itu berulang

kali maka lama-kelamaan akan menimbulkan pertanyaan dalam

hatinya siapa Tuhan itu?.

Dalam hal ini selanjutnya akan berkembang menjadi suatu

keyakinan, dan keyakinan itu akan dipercaya oleh anak tergantung apa

yang diajarkan oleh orang tuanya sendiri dalam keluarga. Keyakinan

itu akan bertambah selaras dengan pendidikan yang diterimanya.

Makin besar si anak maka makin bertambah fungsi moral dan

sosial bagi anak, ia mulai dapat menerima bahwa nilai agama adalah

penting ia akan sadar dan mulai mengerti bahwa agama adalah suatu

keyakinan dan kepercayaan bagi dirinya sebagai seseorang yang

mempunyai tanggug jawab dari Tuhannya untuk dirinya.

Dengan demikian dapat dikatan bahwa pertumbuhan agama

pada anak telah mulai sejak anak lahir, yang kemudian dipupuk

dengan pendidikan yang ada di keluarga, di mana jiwa agamanya

Page 58: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

45

sudah tumbuh dalam keluarga dan akan terus berkembang selaras

dengan apa pendidikan yang dilaluinya serta diterima setelah dari

keluarga.

Budaya yang bermoralkan agama adalah budaya yang berisi

nilai-nilai agama. Allport menyebutkan, sebagaimana dikutip

Kadarusmadi dalam bukunya Maimun dan Agus Zainul Fitri (2010:

177). Menyatakan bahwa nilai merupakan: “a belief upon which man

acts by preference . it is this acognitive, a motor, and above all, a

deeply propriate disposition”. Artinya bahwa nilai merupakan

kepercayaan yang dijadikan preferensi manusia dalam tindakannya.

Manusia menyeleksi atau memilih aktivitas berdasarkan nilai yang

dipercayainya.

Pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi

religius dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak

mulia. Akhlak mulia mencangkup etika, budi pekerti, dan moral

sebagai perwujudan dari pendidikan agama. peningkatan potensi

religius mencagkup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-

nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan

potensi religius tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi

berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya

mencerminkan dan martabat sebagai makhluk Tuhan (Sahlan,

2010:29-30).

Page 59: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

46

Orientasi pancasila menghendaki pemantapan pola sikap dan

pola pikir warga negara kepada tiga orientasi yaitu orientasi kepada

hubungan degan kekuasaan mutlak Tuhan Yang Maha Esa, Orientasi

hubungan kepada masyarakat serta orientasi kepada hubungan dengan

alam sekitar yang harus digali dan dikelola serta dimanfaatkan

semaksimal mungkin bagi kepentingan kesejahteraan rakyat, namun

tidak lupa diri dari menjaga kelestarian lebih lanjut (Arifin, 1993: 90).

4. Konsep Menciptakan Budaya Religius Islami

Konsep Islami tentang budaya agama dapat dipahami dari doktrin

keagamaan. Dalam Islami seseorang diperintah untuk beragama secara

kaffah, hal ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Al baqarah ayat 208:

لم كافة ول يطان يا أي ها الذين آمنوا ادخلوا ف الس إنه لكم ت تبعوا خطوات ال

بي ﴿٨٠٢﴾ عدو م

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam

Islami keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah

syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-

Baqarah: 208).

Allah Ta‟ala memerintahkan kepada hamba-hambaNya yang

beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya, agar berpegang

kepada seluruh tali Islami dan syari‟atnya, mengerjakan perintah-Nya,

serta menjauhi semua larangan-Nya sekuat tenaga.

Menurut Nurcholis Madjid, agama bukanlah sekedar tindakan-

tindakan ritual seperti sholat dan membaca do‟a. Agama lebih dari itu,

yaitu keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan

Page 60: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

47

demi memperoleh ridhla atau perkenaan Allah. Agama dengan

demikian meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini,

yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur atas

dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di

hari kemudian (Madjid, 1997: 124).

Ancok mengatakan dalam bukunya Sahlan (2009: 69),

keberagamaan atau religiuitas seseorang diwujudkan dalam berbagai

sisi kehidupan. Aktifitas beragama bukan hanya terjadi ketika

seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga

melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.

Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat

dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam

hati seseorang.

Dengan demikian keberagamaan seseorang akan mengalami sisi

atau dimensi religiuitas. Dimensi religiuitas seseorang tersebut

menurut Glok dan Strak dalam Almu‟tasim (2016: 110), terdapat lima

dimensi religiuitas yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Religious practice (the ritualistic dimension). Tingkatan sejauh

mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agamanya,

seperti sholat, zakat, puasa, dan sebaginya.

b. Religious belief (the idiological dimension). Sejauh mana orang

menerima hal-hal dogmatik di dalam ajaran agamanya. Misalnya

kepercayaan tentang kepercayaan dengan Tuhan, malaikat, kitab-

Page 61: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

48

kitab, nabi dan rosul, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain yang

bersifat dogmatik.

c. Religious knowledge (the intelectualdimenssion). Sejauh mana

seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, hal ini

berhubungan aktifitas seseorang untuk mengetahui ajaran-ajaran

dalam agamanya.

d. Religious feeling (the experiental dimension). Dimensi yang terdiri

dari perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman keagamman

yang pernah dirasakan dan dialami. Misalnya seseorang merasa

dekat dengan Tuhan, seseorang merasa takut berbuat dosa,

seseorang merasa doanya dikabulakn Tuhan, dan sebagainya.

e. Religious effec (the consenquential dimension). Dimensi yang

mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasikan oleh

ajaran agamanya di dalam kehidupan. Misalnya mengikuti kegiatan

konversasi lingkungan alam dan lain-lain

Adapun strategi untuk pembudayakan religius di sekolah dapat

terwujut melalui:

Pertama, power strategi, yakni strategi pembudayaan agama di

sekolah dengan cara menggunakan kekuasaaan atas melalui people’s

power, dalam hal ini peran Kepala Sekolah dengan segala

kekuasannya sangat dominan dalam melakukan perubahan. Kedua,

persuasive strategi, yang dijalankan lewat pembentukan opini dan

pandangan masyarakat atau warga sekolah. Ketiga normative re-

educative. Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Norma

Page 62: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

49

termasyarakatkan lewat education (pendidikan). Normative

digandegkan dengan re-educative (pendidikan ulang) untuk

menanamkan dan mengganti paradikma berpikir warga sekolah yang

lama dengan yang baru (Sahlan, 2009: 86).

Pada strategi pertama dilaksanakan melalui pendekatan perintah

dan larangan atau reward and panishment. Sedangkan pada strategi

kedua dan ketiga dilaksankan melalui pembiasaan, keteladanan,

kemitraan, internalisasi dan pendekatan persuasive atau mengajak

kepada warganya dengan cara halus, dengan memberikan alasan dan

prospek baik yang bisa menyakinkan mereka

5. Proses Menciptakan Budaya Religius Islami di Sekolah

Secara umum budaya religius Islami dapat terbentuk secara

prescriptive dan dapat juga secara terprogram sebagai learning

process atau solusi terhadap suatu masalah. Yang pertama adalah

pembentukan atau terbentuknya budaya religius Islami di sekolah

melalui penurutan, peniruan, penganutan, dan penataan suatu

sekenario (tradisi, printah) dari atas atau dari luar pelaku budaya yang

bersangkutan. Pola ini disebut pola pelakonan, Yanag kedua adalah

pembentukan budaya secara terprogram melalui learnig process. Pola

ini bermula dari dalam diri pelaku budaya, dan suara kebenaran,

keyakinan anggapan dasar atau dasar yang dipegang teguh sebagai

pendirian, dan diaktualisasikan menjadi kenyataan melalui sikap dan

prilaku. Kebenaran itu diperoleh melalui pengalaman atau pengkajian

trial and error dan pembuktiannya adalah peragaan pendirian

Page 63: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

50

tersebut. itulah sebabnya pola aktualisasinya ini disebut pola peragaan

(Sahlan, 2009: 82-83).

Muhaimin dalam bukunya Fathurrohman (2015: 105-107)

mengatakan, pada dasarnya model penciptaan budaya religius Islami

sama dengan model penciptaan suasana religius. Karena budaya

religius Islami pada mulanya selalu didahului oleh suasana religius.

Model penciptaan budaya religius Islami di lembaga pendidikan dapat

dipilih menjadi empat macam, antara lain:

a. Model struktural, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang

disemangati oleh adanya peraturan-praturan, pembangunan kesan,

baik dari dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan suatu

lembaga pendidikan atau suatu organisasi. Model ini biasanya

bersifat “top-down”, yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas

prakarsa atau intruksi dari penjabat atau pimpinan atasan.

b. Model formal, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang

didasari pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya

manusia untuk mengajarkan maslah-maslah kehidupan akhirat saja

atau kehiduapan ruhai saja, sehingga pendidikan agama

dihadapkan dengan pendidikan non-keagamaan, pendidikan ke-

Islami-an dengan non ke-Islami-an, pendidikan kristen dengan

non-kristen, damikian seterusnya. Model penciptaan budaya

religius Islami tersebut berimplikasi terhadap pengembangan

pendidikan agama yang lebih berorientasi pada keakhiratan,

sedangkan masalah dunia dianggap tidak penting. Model ini

Page 64: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

51

biasanya menggunakan cara pendekatan yang bersifat keagamaan

normatif, doktriner dan absolutis. Peserta didik diarahkan untuk

menjadi pelaku agama yang loyal, memiliki sikap commitmen dan

dedikasi.

c. Model mekanik, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang

didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai

aspek; dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan

pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing

bergerak dan berjalan menurut fungsinya. maing-masing gerak

bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau

elemen-elemen, yang masing-masing menjalankan fungsinya

sendiri-sendiri, dan atara satu dan lainya bisa saling berkonsultasi

atau tidak dapat berkonsultasi. Model tersebut berimplikasi

terhadap pengembangan pendidikan agama yang lebih

menonjolakan fungsi moral dan spiritual atau dimensi afektif

daripada kognitif dan psikomotorik. Artinya dimensi kognitif dan

psikomotorik diarahkan untuk pembinaan afektf (moral dan

spiritual), yang berbeda dengan mata pelajaran lainya (kegiatan

dan kajian-kajian keagamaan hanya untuk pendalaman agama dan

kegiatan spiritual).

d. Model organik, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang

disemangati oleh adanya pandangan bahwa pendidikan agama

adalah kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas komponen-

komponen yang rumit) yang berusaha mengembangakan

Page 65: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

52

pandangan/semangat hidup dan keterampilan hidup yang religius.

Model penciptaan budaya religius Islami ini berimpiliaksi terhadap

pengembangan pendidikan agama yang di bangun dari

fundamental doctrins dan fundamental values yang tertuang dan

terkandung dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah shahihah sebagi

sumber pokok. Kemudian bersedia dan mau menerima konstribusi

pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan konteks

historisitasnya. Karena itu, nilai-nilai Illahi/agama/wahyu

didudukan sebagai sumber konsultsi yang bijak, sementara aspek-

aspek kehidupan lainya didudukkan sebagai nilai-nilai insani yang

mempunyai relasi horizontal-lateral atau lateral-sekuensial, tetapi

harus berhubungan vertikal-linier dengan nilai Ilahi/agama.

Menciptakan budaya religius Islami di sekolah sejatinya sangat

membantu dalam mewujudkan peserta didik yang beriman dan

bertaqwa serta berahalak mulia. Adapun kegitan-kegiatan yang dapat

menumbukan budaya religius Islami di lingkungan lembaga

pendidikan antara lain:

Pertama menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang

mendukung dan dapat menjadi laboratorium bagi penyampaian

pendidikan agama. Lingkungan dalam konteks pendidikan memang

memiliki peranan yang signifikan dalam pemahaman dan penanaman

nilai. Lingkungan dan proses kehidupan semacam itu bisa

memberikan pendidikan tentang cara belajar beragama. Suasana

lingkungan lembaga pendidikan dapat menumbuhkan budaya religius

Page 66: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

53

Islami (religious culture). Lembaga pendidikan mampu menanamkan

sosialisasi dan nilai yang dapat menciptakan generasi-generasi yang

berkualitas dan berkarakter kuat. Suasana lingkungan lembaga yang

ideal semacam ini dapat membimbing peserta didik agar mempunyai

akhlak mulia, perilaku jujur, disiplin, dan semanggat sehingga

akhirnya menjadi dasar untuk menigkatkan kualitas dirinya

(Fathurrohman, 2015: 109).

Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal dalam

pembelajaran dengan materi pelajaran agama. Namun, dapat pula

dilakukan di luar proses pembelajaran. Guru bisa memberikan

pendidikan agama secara spontan ketika menghadapi sikap atau

perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Manfaat

pendidikan secara sepontan ini menjadikan peserta didik langsung

mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukan dan langsung

pula memperbaikinya. Manfaat lainya adalah dapat dijadikan sebagi

pelajaran atau hikmah oleh peserta didiknya; jika perbuatan salah

jangan ditiru, sebaliknya jika ada perbuatan yang baik harus ditiru

(Fathurrohman, 2015: 109).

Kedua menciptakan situasi atau keadaan religius. Tujuannya

adalah untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian

dan tatacara pelaksanaan agamadalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu, juga untuk menunjukan pengembangan kehidupan religius di

lembaga pendidikan yang tergambar dari perilaku sehari-hari dari

berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Oleh

Page 67: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

54

karena itu, keadaan atau siuasi keagamaan di sekolah dapat diciptakan

antara lain dengan pengadaan peralatan peribaatan, seperti tempat

untuk sholat (masjid/mushola); alat-alat sholat seperti sarung, peci,

mukena, sajadah, atau pengadaan al-Qur‟an. Di ruangan kelas, bisa

pula ditempelkan kaligrafi sehingga peserta didik dibiasakan melihat

sesuatu yang baik. Cara lainya adalah dengan menciptakan suasana

kehidupan keagamaan di sekolah antar sesama guru, guru dengan

peserta didik, atau peserta didik dengan peserta didik lainya.

Misalnya, dengan mengucapkan kata-kata yang baik ketika bertemu

atau berpisah, mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, mengajukan

pendapat atau pertanyaan dengan cara yang bai, sopan santun, tidak

merendahkan peserta didik lainya, dan sebagainya (Fathurrohman,

2015:110).

Ketiga menyelengarakan berbagai macam perlombaan seperti

cerdas cermat untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecapatan,

dan ketepatan menyampaikan pengetahuan dan memperaktekan materi

pendidikan agama Islami. Mengadakan perlombaan adalah sesuatu

yang sangat menyenagkan bagi peserta didik, membantu peserta didik

dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, menambah

wawasan dan membantu mengembangkan kecerdasan serta

menambahkan rasa kecintaan. Perlombaan bermanfaat sngat besar

bagi peserta didik berupa pendalaman pelajaran yang akan membantu

mereka untuk mendapatkan hasil belajar secara maksimal. Perlombaan

dapat membantu para pendidik dalam mengisi waktu kekosongan

Page 68: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

55

waktu peserta didik dengan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka dan

perkelahiran pelajar dapat dihindarkan. Dari perlombaan ini

memberikan kreativitas kepada peserta didik dengan menanamkan

rasa percaya diri agar mempermudah bagi peserta didik untuk

mengembangkan kreativitasnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam

perlombaan itu antara lain adanya nilai pendidikan dimana peserta

didik mendapat pengetahuan, nilai sosial, yaitu peserta didik

bersosialisasi atau bergaul dengan yang lainnya, nilai akhalak yaitu

dapat membedakan mana yang benar dan salah, seperti adil, jujur,

amanah, jiwa sportif, mandiri. Selain itu ada nilai kreatifitas dapat

mengekspresikan kemampuan kreativitasnya dengan cara mencoba

sesuatu yang ada dalam pikirannya (Fathurrohman, 2015: 112).

Salah satu contoh adalah perlombaan berpidato. peserta didik

diberikan kesempatan berpidato untuk melatih dan mengembangakan

keberanian berkomunikasi secara lisan dengan menggunakn teks atau

tanpa teks menyampaikan pesan-pesan Islami. Menjadi ahli pidato

yang efektif menuntut para peserta didik mengembangakan

kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dan penuh dengan

percaya diri, serta mampu merumuskan dan mengkomunikasikan

pendapat dan gagasan di dalam berbagai kesempatan dan keadaan.

Peserta didik diharapkan mampu mendakwahkan ajaran agama yang

benar sesuai hukum-hukum agama, tidak sebaliknya berpidato atau

berkomunikasi yang merendahkan agma (Fathurrohman, 2015:128).

Page 69: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

56

Keempat diselenggarakan aktivitas seni, seperti seni suara, seni

musik, seni tari, atau seni akrya. Seni adalah sesuatu yang berarti dan

relevan dalam kehidupan. Seni menentuan kepekaan peserta didik

dalam memberikan expresi dan tanggapan dalam kehidupan. seni

memberikan dalam kesempatan kepada peserta didik untuk

mengetahui atau menilai kemampuan akademis, sosial, emosional,

budaya, moral dan kemampuan pribadi lainnya untuk

mengemabngakn spritual rokhaniyahnya. Untuk itu pendidikan

seninperlu direncanakan dengan baik agar menjadi pengalaman kreatif

yang jelas tujuannya. Melalui pendidikan dan seni, peserta didik

memperoleh pengalaman berharga bagi dirinya, mengekspresikan

sesuatu tentang dirinya dengan jujur dan tidak dibuat-buat. Unuk itu,

guru harus harus mampu menyadarkan peserta didik untuk

menemukan exspresi dirinya. Melalui pendidikan seni peserta deidik

dilatih untuk mengembangakn bakat, kreatifitas, kemampuan, dan

keterampilan yang dapat ditransfer pada kehidupan (Fathurrohman,

2015: 129).

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran peneliti tentang fokus penelitian yang

akan dilakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian yang masih

memeiliki keterkaitan dengan judul” upaya menciptakan budaya religius

Islami Di Sekolah”, baik yang bersifat lapangan (filed research) maupun

yang bersifat kuantitatif yang membahas mengenai penciptaan Budaya

religius Islami di sekolah, baik berasal dari jurnal pendidikan dan tesis.

Page 70: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

57

Rizal Sholihuddin pernah melakukan penelitian dalam judul

strategi guru PAI dalam menerapkan budaya religius pada tahun 2015.

Penelitian ini berhasil memperoleh temuan bahwa strategi guru

pendidikan agama Islami dalam menerapkan budaya religius Islami

melalui sholat fardhu dan shalat sunnah dapat terwujud dengan baik

dengan cara mengembangkan strategi pembiasaan. Sedangkan

menerapkan budaya religius Islami melalui dzikir dapat terlaksana

dengan baik dengan cara mengembangkan strategi demonstrasi

(praktek), strategi mauidzah (nasehat), strategi motivasi, strategi

disiplin.

Penelitian di atas berfokus hanya pada strategi yang dilakukan

guru pendidikan agama Islam saja budaya yang dilakukan adalah

kegiatan yang dilakukan guru pendidikan agama Isalam sedangkan

peneliti berfokus terhadap upaya Kepala Sekolah sebagai menegar

utama dalam menciptakan budaya religus Isalami.

Rizki Anis Sholikhah pernah juga melakukan penelitian dalam

judul strategi penciptaan budaya religius melalui pelaksanaan kegiatan

keagamaan oleh Ma’had al-Fikri MAN Wlingi Blitar pada tahun 2016.

Dalam penelitian ini menemukan temuan bahwa macam-macam budaya

religius Islami di ma‟had Al-Fikri MAN Wlingi yaitu berupa aspek

keagamaan seperti qiyamul lail berjamaah, sholat 5 waktu berjamaah,

dan aspek sosial seperti budaya bersalaman. Strategi yang digunakan

adalah instructive sequential strategi (keteladanan, pembiasaan,

Page 71: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

58

internalisasi nilai) dan constructive sequential strategi (pemahaman dan

kesadaran, sikap serta perilaku.

Penelitan yang di lakukan Sholihah juga berfokus terhadap

kegiatan keagamaannya dalam menciptakan budaya religius penelitian

diatas dilakukan di Sekolah yang memang notabene adalah aliyah yang

banyak materi dan kegiatan-kegiatan agama sedangkan peneliti berfokus

hanya pada upaya Kepala Sekolah dalalam menciptakan budaya religius

dan juga Sekolah yang dipandang sebagai sekolah umum, sedikit

pembelajar agama dan heterogen disetiap sisi karakter masing-masing

masyarakat sekolah.

Naila Azizah MR dalam penelitiannya yang berjudul strategi

guru pendidikan agama Islam dalam menciptakan budaya religius di

Madrasah Aliyah Negri 2 Tulung Agung pada tahun 2017, penelitian ini

menemukan bahwa terciptanya budaya religius Islami di madrasah

aliyah Negri 2 Tulung agung menggunakan model Structural melalui

kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpin madrasah untuk melakukan

berbagi upaya sistematis melalui proses internalisasi nilai, keteladanan,

pembiasaan, budaya religius Islami dan pada akhirnya tercipta suasan

religius.

Penelitian yang dilakukan Azizah di atas berfokus terhadap

strategi guru pendidikan agama Islam tempat yang diteliti juga

mengambarkan akan suasana religius yang sudah kental akan

keberagamaanya, sedangkan fokus peneliti yang dilakukan di SMP

Negeri 2 Banyubiru, dan berfokus kepada pemimpin yang bertanggug

Page 72: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

59

jawab atas segala kepemimpinannya terhadap segala sesuatu yang

berkaitan dengan managemen segala kegiatan, aturan yang ada di dalam

Sekolah.

Dari penelitian yang peneliti sebutkan diatas belum ada

penelitian yang membahas mengenai upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami di sekolah. Dalam penelitian di atas

hanya berfokus terhadap kegiatan religius saja, belum ada yang

membahas upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya religius

Islami di SMP N 2 Banyubiru Kab. Semarang yang notabene adalah

sekolah umum dan berbeda dengan madrassah ataupun ma‟had, Kepala

Sekolah sebagai manager dan pengelola utama di lembaga pendidikan.

Dalam kesempatan ini, peneliti akan meneliti secara spesifik mengenai

upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya religius Islami di

SMP N 2 Banyubiru Kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019. Yang

didalamnya akan di kaji tentang upaya, faktor pendukung serta

penghambatnya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya religius

Islami di sekolah.

Page 73: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

60

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi yang

bertujuan untuk mengubah kesimpulan yang telah diterima ataupun

mengubah teori-teori dengan adanya aplikasi baru dari teori-teori baru dari

aplikasi tersebut. Penelitian merupakan suatu pencarian pengetahuan yang

terus-menerus terhadap suatu fenomena secara kritis dan teliti (Hariwijaya

dan Bisri M. Djaelani, 2004: 33).

Penelitian ini untuk mengetahui upaya Kepala Sekolah Dalam

Menciptakan Budaya religius Islami. Penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar,

dan bukan angka-anagka. Hal itu disebabakan oleh adanya penerapan

metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan

menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2008: 11).

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif sering disebut metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena

pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiono, 2014: 14).

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu

pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode penelitian ini

Page 74: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

61

digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, penyesuaian metode

kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak.

Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara

peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2008: 9-10).

Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan dan

menganalisisi secara intensif tentang segala fenomena sosial yang diteliti,

yaitu mengenai maslah-maslah yang berkaitan dengan managemen sarana

dan prasarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diperoleh

secara kualitatif. Penelitian ini bukan bersifat kualitatif yang berbentuk

angka-angka. Penelitian ini dapat dideskripsikan sebagi peneliti kualitatif

berdasrkan ciri-cirinya yang meliputi:

1. Dilakukan berlatar ilmiah

2. Manusia sebagi alat atau instrumen penelitian

3. Analisis data secara induktif

4. Penelitian yang bersifat deskriptif

5. Lebih mementingkan proses daripada hasil (Meleong, 2008: 8).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Banyubiru, Jl Brantas, Ds.

Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang, Provinsi Jawa tengah. Telp.

(0298)6072428. KodePos. 50664. Email:[email protected]

Webside: WWW.smp2banyubiru.sch.id, pada tanggal 10 agustus 2018

sampai dengan selesai.

Page 75: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

62

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Banyubiru karena beberapa

pertimbangan yang mendorong peneliti memilih sekolah tersebut. Di lihat

dari sekolah yang notabene sekolah umum kondisi masyarakat sekolah

yang heterogen, materi pelajaran agama yang lebih sedikit dibanding

madrasah, namun didukung sarana dan prasarana yanag ada serta

mempunyai keinginan kuat dalam visinya yaitu utama dalam iman dan

taqwa, maju dalam ilmu dan terampil dalam karya, sehingga peneliti

tertarik mengkaji dan meneliti masalah yang berkaitan dengan upaya

Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya religius di Sekolah tersebut.

C. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,

2002: 107). Untuk melengkapi data penelitian ini maka peneliti

menyiapkan sumber data sebagai data pendukung dalam penelitian.

Data kualitatif merupakan data yang menunjukan kualitas atau

mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses, pristiwa/kejadian dan lain

yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata

(Widoyoko, 2012: 18).

Berdasarkan sumbernya, Widoyoko (2012: 22) dalam bukunya

yang berjudul Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, juga

menyebutkan bahwa data dapat dikelompokan menjadi dua yaitu data

internal dan data external.

1. Data internal merupakan data yang dikumpulkan atau diperoleh dari

lembaga atau organisasi di mana penelitian di lakukan.

Page 76: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

63

2. Data external merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

lembaga atau organisasi lain dimana penelitian dilakukan.

Untuk melegkapi data penelitian ini maka peneliti mempersiapkan

data primer dan data sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian

ini.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama,

atau dengan kata lain data yang mengumpulkanya dilakukan sendiri

oleh peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan hasil

pengisian angket (kuesioner) (Widoyoko, 2012: 22-23). Data dalam

penelitian ini diperoleh atu bersumber dari informasi Kepala Sekolah ,

Guru PAI dan Siswa sebagai informanya.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih

lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel-

tabel ataupun dalam bentuk diagram-diagram (Hariwijaya & Bisri M.

Djaelani, 2004: 50).

Berdasarkan Sumbernya, yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini adalah:

1. Kepala SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang

2. Guru Pendidikan Agama Islami SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang

3. Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang

Page 77: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

64

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan data

Metode Pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting

dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi atau cara yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penelitiannya. Pengumpulan data yang dimaksud untuk

memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan

informasi yang dapat dipercya (Widoyoko, 2012: 33)

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam memperoleh dan

mengumpulkan data yang akurat maka penelitian ini menggunakan

metode sebagai berikut:

a. Metode Interview (wawancara)

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau

dialog secara lisan antara pewancara (intetviewer) dengan

responden atau orang yang diinterview (interviewee) dengan tujuan

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti

(Widoyoko, 2012: 40).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui dari hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiono, 2014:

194).

Page 78: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

65

Dalam penelitian ini peneliti penggunakan metode

wawancara dalam bentuk wawancara tidak terstruktur. Wawancara

tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiono, 2014: 197).

Dalam metode ini peneliti menyiapkan pedoman

wawancara secara garis besarnya saja dan memfokuskan terhadap

permasalahan yang berkaitan dengan upaya Kepala Sekolah

Dalam Menciptakan Budaya religius Islami di Sekolah, faktor

pendukung dan penghambat upaya Kepala Sekolah di SMP Negeri

2 Banyubiru. Responden yang diwawancarai telah di tentukan

orangnya yaitu Kepala Sekolah , guru PAI, dan siwa sehingga

dengan cara ini informasi akan diperoleh peneliti secara mendalam.

b. Metode Observsi

Sebagi metode pengumpulan data, observasi biasa diartikan

sebagi pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

ungsur-ungsur pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap ungsur-ungsur yang dalam suatu gejala pada objek

penelitian (Widoyoko, 2012: 46).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non

partisipan yang peneli lakukan di SMP N 2 Banyubiru terhadap

gejala permasalahan yang berkaitan dengan upaya Kepala Sekolah

Page 79: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

66

dalam menciptakan budaya religius. Menurut Sugiono (2014: 204),

kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan

aktifitas orang-orang yang diamati, maka dalam observasi non

partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat

independen.

Suatu observasi disebut observasi non partisipan jika orang

yang melakukan observasi tidak turut ambil bagian dalam kegiatan

atau tidak terlibat sacara langsung dalam aktivitas orang-orang

yang sedang diobservasi. Observasi hanya bertindak sebagai

pengamat independen (Widoyoko, 2012: 48).

Mentode opservasi yang dilakukan peneliti adalah

mengamati segala gejala yang berkaitan dengan masalah upaya

Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya religius, faktor

pendukung dan faktor penghambatnya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius di Sekolah.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan

data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam arti sempit

dokumen berarti barang-barang atau benda-benda tertulis, sedang

dalam arti yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud

tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peniggalan seperti

prasasti dan simbol-simbol lainnya (Widoyoko, 2012: 50).

Page 80: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

67

Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini

diharapkan dapat membantu dalam mendukung keakuratan dalam

memperoleh informasi sehingga akan menambah kevalidan data

dari hasil penelitian seperti:

a. Mencatat visi dan misi SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang

Mencatat jumlah siswa.

b. Mencatat sarana dan prasarana SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang,

c. Mencatat kegiatan penunjang SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang

Dalam metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan

data-data yang dimiliki oleh lembaga yang diteliti yaitu SMP

Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang. Setelah itu peneliti

menyusunya dalam bentuk laporan sesui kebutuhan yang

diperlukan yang didapatkan dari informasi yang diperoleh dari

lembaga.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber atau tempat di mana peneliti

memperoleh keterangan yang ada hubunganya terhadap penelitian

(Amirin, 1995: 49).

Dalam hubungannya dengan penelitian ini yang dijadikan subjek

penelitian dan sudah ditatapkan adalah :

a. Kepala Sekolah SMP N 2 Banyubiru Kab. Semarang

Page 81: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

68

b. Guru Pendidikan Agama Islami dan

c. Siswa SMP N 2 Banyubiru Kab. Semarang

E. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogam & Biklen dalam bukunya

Moleong (2008: 248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensistensiskanya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajri, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Miles dan Faisal (dalam Sujarweni 2014: 34-35), analisis

data dilakukan selama pengumpulan data dilapangan dan setelah semua

data terkumpul dengan tehnik analisis model interaktif. Analisis data

berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data

dengan alur tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-

hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilih-milih

berdasrkan suatu konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan

atas sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

Page 82: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

69

2. Penyajian Data

Data yang dipilih dikategorisasikan menurut pokok permasalahan

dan dibuat dalm bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk

melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainya.

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari

kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan

disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan

yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada

tahap tahap selanjutanya akan semakin jelas dan memiliki dasar yang

kuat. Kesimpulan sementara perlu di verivikasi.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data digunakan agar memperoleh data yang

valid setelah melakukan analisis data dilakukan.

1. Perpanjangan Pengamatan

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih

dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang

diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak

yang dirahsiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti

mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini merupakan

data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini

setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain

ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang

Page 83: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

70

lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti

kebenaranya (Sugiono, 2014: 369).

2. Menigkatkan Ketekunan

Menigkatkan ketekunan bararti melakukan pengamatan lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis (Sugiono, 2014: 370).

3. Tringgulasi

Tringgulasi adalah tehkik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Tehnik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainya (Moleong, 2008: 330)

Tringgulasi yang diguanakan penelitian ini ada 3 yaitu:

a. Tringgulasi Data

Yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan

dengan hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil

pengamatan dengan dokumentasi hasil perbandingan ini

diharapkan akan menyamakan pencapaian atas data yang

diperoleh.

b. Tringgulasi Metode

Yaitu pencarian data yang dilakukan peneliti untuk mencari

fenomena yang sudah diperoleh dengan menggunakan metode

wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh

Page 84: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

71

dengan metode ini kemudian dibandingkan sehingga diperoleh data

yang dipercaya.

c. Tringgulasi Sumber

Yaitu dilakukan dengan cara membandingkan kebenaran

suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh peneliti baik yang

dilihat dari dimensi waktu maupun sumber lain. Selain

menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar

memperoleh data yang valid. Untuk menetapkan keabsahan data

tersebut maka dengan itu diperlukan tehnik pemeriksaan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan langkah-

langakah penyusunan sekaligus pencapaian pengadaan penelitian untuk

mencari data. Langkah tersebut adalah sebagi berikut:

1. Tahap pra Lapangan

a. Memilih lapangan penelitian

b. Menyusun perencanaan

c. Menyusun prizinan

d. Menjajaki dan menilai lapangan

e. Memilih dan memanfaatkan informasi

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

g. Persoalan etika penelitian

2. Tahap Pekerjaan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b. Memasuki lapangan

Page 85: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

72

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

3. Tahap Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola

hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiono, 2014: 334).

Lebih lanjut Sugiono (2014: 335), mengemukakan bahwa analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.

Dalam prosesnya analisis data yang dilakukan adalah:

a. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,

atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus

penelitian

b. Analisis Selama Pengumpulan Data

c. Analisis Setelah Pengumpulan Data

Page 86: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

73

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Banyubiru

1. Profil SMP Negeri 2 Banyubiru

Tabel 4.1 Profil SMP Negeri 2 Banyubiru

Nama Sekolah SMP N 2 Banyubiru

N.I.S/NPSN 20320285

N.S.S 201.03.22.07.106

Propinsi Jawa Tengah

Otonomi Kabupaten Semarang

Kecamatan Banyubiru

Desa/Kelurahan Kebumen

Jalan dan Nomor Jl. Brantas

Kode Pos 50664

Telepon Kode Wilayah (0298) 5992994

Faksimile -

Daerah Pedesaan

Status Skolah Negeri

Kelompok Sekolah Inti

Akreditasi A

Surat Keputusan/SK Nomor: 107/0/1997

Penerbit SK (ditandatangani oleh) Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Berdiri 1995/1996

Tahun Perubahan -

Kegiatan Belajar Mengajar Pagi

Bangunan Sekolah Milik Sendiri

Luas Bangunan L: 177 dan P: 344

Lokasi Sekolah -

Jarak Kepusat Kecamatan Km: 5 Km

Jarak Kepusat Kota Km: 30 Km

Terletak Pada Lintasan Desa

Jumlah Keanggotaan Rayon -

Organisasi Penyelenggara Pemerintah

Perjalanan/Perubahan Sekolah -

Page 87: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

74

2. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Banyubiru

a. Visi SMP N 2 Banyubiru

“UTAMA DALAM IMAN DAN TAQWA, MAJU DALAM ILMU

DAN TRAMPIL DALAM KARYA”

Indikator Visi

1) Menjadikan peserta didik memiliki keyakinan akan keberadaan

Tuhan sebagai Sang Maha Kuasa dan Sang Pencipta yang

mempunyai kekuasaan mutlak terhadap kehidupan ini

2) Menjadikan peserta didik untuk selalu beribadah dengan

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya menurut

agama dan keyakinan masing-masing.

3) Menjadikan peserta didik untuk memiliki semangat yang tinggi

dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. dan lebih

maju, untuk meningkatkan kalitas diri, dalam meraih berprestasi

akademik.

4) Menjadikan peserta didik yang terampil dalam bidang non baik

ditingkat kecamatan, kabupaten, provinsi maupun nasional.

5) Menjadikan peserta didik siap menghadapi dunia kerja melalui

pembelajaran muatan lokal

b. Misi

1) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang beriman,

berprestasi akademik non akademik, dan terampil dalam karya

2) Mewujudkan kurikulum yang berkualitas, yaitu holistik, sesuai

dengan potensi dan kebutuhan siswa, dan konteks sekolah

Page 88: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

75

3) Mewujudkan proses pembelajaran yang dinamis, inovatif, dan

menyenagkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

4) Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dari

segi kuantitas dan kualitas

5) Mewujudkan sumber daya manusia, pendidikan dan tenaga

pendidik, yang profesional, bertanggung jawab, dan berdedikasi

tinggi

6) Mewujudkan pengelolaan sekolah berdasarkan konsep managemen

berbasis sekolah, dengan mengembangkan komunikasi

kekeluargaan, kemitraan, dan kedinasan secara terpadu

7) Mewujudkan pembiyayaan pendidikan yang memadai dengan

memberdayakan semua pihak terkait

8) Mewujudkan sistem penilaian yang menyeluruh, otentik, objektif,

dan berkelanjutan, yang mampu mengukur kompetensi siswa

secara utuh

9) Mewujudkan Budaya dan lingkungan sekolah yang sehat, serta

bersih indah dan nyaman (beriman).

c. Tujuan Sekolah

1) Menghasilkan lulusan yang berakhlak dan berkepribadian baik

berdasarkan nilai agama dan nilai sosial budaya bangsa.

2) Menghasilkan lulusan yang mempunyai prestasi Ujian Nasional dan

Ujian Sekolah dengan predikat baik serta kelulusan 100 %

3) Meningkatkan berprestasi peserta didik dalam bidang akademik dan

non akademik.

Page 89: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

76

4) Menghasilkan perangkat KTSP yang lengkap, utuh, dan relevan

dengan kebutuhan siswa dan konteks sekolah.

5) Menghasilkan perangkat pendukung KTSP diantaranya buku

pedoman dan petunjuk khusus yang melengkapi kurikulum.

6) Menghasilkan proses pembelajaran yang dinamis, kreatif, inovatif,

dan menyenangkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

yang sesuai.

7) Menghasilkan berbagai perangkat pembelajaran yang mendukung

proses belajar mengajar

8) Menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan berbudi pekerti

luhur.

9) Mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan yang memenuhi

standar pendidikan nasional.

10) Mewujudkan pemfungsian sarana dan prasarana pendidikan secara

optimal dalam proses belajar mengajar.

11) Menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi

standar kualifikasi pendidikan.

12) Menghasilkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang

profesional menurut bidang tugasnya masing-masing.

13) Menghasilkan standar pengelolaan pendidikan dalam berbagai

bidang kegiatan berdasarkan konsep Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS).

14) Menghasilkan administrasi pengelolaan pendidikan yang lengkap,

utuh, tertib, dan akurat.

Page 90: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

77

15) Menghasilkan peran serta aktif dari Komite Sekolah, alumni,

masyarakat, dan sebagainya dalam mendukung proses pendidikan.

16) Menghasilkan suasana kerja kondusif yang memadukan model

komunikasi kekeluargaan, kemitraan, dan kedinasan.

17) Menghasilkan sejumlah dana dari berbagai sumber: pemerintah,

masyarakat, dunia usaha, unit usaha, dan sebagainya.

18) Menghasilkan pengelolaan yang tertib dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

19) Menghasilkan sistem penilaian yang menyeluruh, otentik, objektif,

dan berkelanjutan.

20) Menghasilkan berbagai dokumen administrasi penilaian yang

lengkap, utuh,

21) Menghasilkan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat

22) Menghasilkan lingkungan sekolah yang rindang, indah dan

nyaman.

Analisis dari visi dan misi di atas bahwa SMP Negeri 2 Banyubiru

lebih mengutamakan pada bidang prestasi akademik lingkungan yang

bernuansa keagamaan, hal ini dapat dilihat dari budaya keIslamian yang

dianut oleh warga masyarakat sekolah, serta prestasi-prestasi yang telah

di capai oleh SMP N 2 Banyubiru.

3. Keadaan Guru SMP Negeri 2 Banyubiru

Tabel 4.2 Keadaan Guru SMP Negeri 2 Banyubiru

No Nama NIP Mapel

1. Sri Mulyati, S.Pd 19770225 200012 2 001 Matematika

2. Mardiyono, M.Pd 19591229 198303 1 017 Matematika

3. Fajar Suryono, S.Pd 19600418 198601 2 001 BK

4. Asih luthfiati, S.Pd 19650120 196601 2 001 Matematika

Page 91: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

78

5. Budianti, S.Pd 19620712 198403 2 009 B.

Indonesia

6. Yohanes Sularso, S.Pd 19601228 198903 1 009 Sejarah

7. Ita Mulyati, S.Pd 10651231 198903 2 069 PPKN

8. Nanik Aryanti, S.Pd 19680724 199003 2 005 BK

9. Nur Mualifah, S.Pd 19670101 1997203 2 015 Biologi

10. Muh. Mawardi, S.Pd 19650322 199403 1 005 BK

11. Drs. FX. Harianto 19630101 199702 1 001 Fisika

12. Arina Rakhmandasari,

S.Pd

19720613 199702 2 002 Kesenian

13. Tri Hartinigsih, S.Pd 19640403 199702 2 003 BK

14. Rahmat Dhoni

Wiryatmo, S.Pd

19691116 1997 02 1 002 Olah Raga

15. Ismangil, S.Pd 19681219 199903 1 003 TIK

16. Miskiyatun Nafijah,

S.Pd

19671223 200501 2 005 B.

Indonesia

17. Dra. Antonia Sri Noor

SS

19640529 200604 2 003 Sejarah

18. Sri Widodo, S.Pd 19630603 200701 1 006 Geografi

19. Sumiyati, S.Pd 19710819 200604 2 003 B. Inggris

20. Dyah Harjanti

Susilowati, S.Pd

19740105 200604 2 010 B. Inggris

21. Rubinah, S.Pd 19640311 200801 2 002 PPKN

23. Drs. Edy Umar 19620120 201406 1 001 PAI

24. Ali Nugroho, S.Ag 19750516 201406 1 001 PAI

25. Rr. Boedi Irawati 19650114 198811 2 001 IPA

26. Sugiyanto, S.Kom 19710528 199702 1001 TIK

4. Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru

Tabel 4.3 Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. VII

A 14 18 52

B 14 18 52

C 16 16 52

D 14 10 52

E 16 16 52

Page 92: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

79

Jumlah 74 86 160

2. VIII

Al Ashriyyah

Nurul Iman

12 19 31

Belajar 12 20 52

C 11 20 31

D 12 19 31

E 12 18 50

Jumlah 59 96 155

3. IX

A 19 13 32

Belajar 14 16 30

C 12 18 30

D 15 15 30

Empati 16 14 30

Jumlah 76 76 152

Jumlah Total 209 258 467

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Banyubiru

Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Banyubiru Dalam upaya

menyukseskan program yang telah disusun, setiap sekolah tentu

membutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk

mencapai tujuan tersebut SMP Negeri 2 Banyubiru telah menyediakan

sarana yang mendukung, antara lain tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Banyubiru

No Sarana dan Prasarana Total Ukuran (m²) Kondisi

1. Ruang Kelas 15 209 Baik

2. Ruang Perpustakaan 1 7 x 12 Baik

3. Laboratorium IPA

Fisika

1 8 x 12 Baik

4. Laboratorium IPA

Biologi

1 8 x 12 Kurang

Baik

5. Ruang Pengembangan 1 9 x 7 Baik

6. Ruang Multimedia 1 8 x 12 Baik

7. Ruang Menggambar 1 9 x 7 Baik

8. Laboratorium Bahasa 1 7 x 10 Baik

9. Laboratorium

Komputer

1 7 x 10 Baik

Page 93: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

80

10. PTD - - -

11. Aula - - -

12. Ruang Kegiatan 1 9 x 7 Baik

13. Ruang Kepala Sekolah 1 3 x 7 Baik

14. Ruang Wakil Kepala

Sekolah

1 3,5 x 3

15. Ruang Guru 1 11 x 3 Baik

16. Ruang TU 1 12 x 4 Baik

17. Ruang Tamu 1 4 x 7 Baik

18. Ruang Komite Sekolah 1 7 x 11 Baik

19. Gudang 1 5 x 7 Baik

20. Dapur 1 3 x 4 Baik

21. WC Guru 2 5 x 2 Baik

22. WC Siswa 17 2 x1,5 Baik

23. Masjid 1 13 x 18 Baik

24. Ruang Ganti - - -

25. Ruang Produksi 1 3 x 3 Kurang

Bagus

6. Koleksi Buku Perpustakaan SMP Negeri 2 Banyubiru

Tabel 4.5 Koleksi Buku Perpustakaan SMP Negeri 2 Banyubiru

No

Jenis Buku

Jumlah

Kondisi

Kurang Baik

1. Semua buku pelajaran 8.602 - 8.602

2. Buku bacaan 308 - 308

3. Buku refrensi (Kamus,

ensiklopedi, dll)

92 32 60

4. Jurnal - - -

5. Majalah 600 - 600

6. Koran 2 - 2

Total 9.604 32 9.572

7. Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu alat pengenalan siswa

pada hubungan sosial. Didalamnya terdapat pendidikan pengenalan diri

dan pengembangan kemampuan selain pemahaman materi pelajaran.

Page 94: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

81

Berikut kegiatan ektrakurikuler di SMP Negeri 2 Banyubiru

diantaranya:

Tabel 4.6 Kegiatan Extra Kurikuler

1. Pramuka Jumat pukul 13.00 - 15.00 WIB

2 Bola Volley Selasa Pukul 14.00 - 16.00 WIB

3 OSN Biologi Jumat Pukul 11.00 - 13.00 WIB

4 OSN Fisika Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

5 OSN Matematika Selasa Pukul 14.00 - 16.00 WIB

6 OSN IPS Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

7 Seni Baca Al-Quran Senin Pukul 14.00 - 16.00 WIB

8 Seni Sastra Rabua Pukul 14.00 - 16.00 WIB

9 Menjahit Senin Pukul 14.00 - 16.00 WIB

10 Membatik Selasa Pukul 14.00 - 16.00 WIB

11 Seni Kriya Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

12 Palang Merah Remaja (PMR) Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

8. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Banyubiru

Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Banyubiru terdiri dari Kepala

Sekolah yang menduduki jabatan sebagai pemimpin. Kepala Sekolah

berkoordinasi dengan komite sekolah. Selain itu, dalam menjalankan tugas

akademiknya, Kepala Sekolah dibantu oleh wakil Kepala Sekolah dan

beberapa seksi, yaitu urusan pengajaran (kurikulum), kesiswaan, sarana

dan prasarana, dan humas. Sedangkan untuk tugas administrasi, Kepala

Sekolah dibantu oleh Tata Usaha. Rincian struktur organisasi ini sebagai

berikut;

Page 95: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

82

4.1 Gambar Strukrur Organisasi SMP Negeri 2 Banyubiru

B. Paparan Data

1. Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya Religius Islami di

SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.

Sebelum memaparkan faktor pendukung dan penghambat

penciptakan budaya religius Islami perlu diketahui tentang upaya Kepala

Sekolah dalam menciptakan budaya religius. Budaya religius Islami yang

terdapat di SMP Negeri 2 Banyubiru merupakan perilaku dan kebiasaan

yang mengandung nilai-nilai religius yang berbentuk kegiatan keagamaan

dan perilaku sehari-hari. Terdapat beberapa upaya Kepala Sekolah Dalam

Menciptakan Budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru di

Page 96: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

83

antaranya; Program kegiatan yang di buat mulai dari skedul harian,

mingguan, bulanan bahkan tahunan dan juga kegiatan isidentil yang tidak

terprogram. Ibu Sri Mulyati, S.Pd selaku kepala SMP Negeri 2 Banyubiru

yang di wawancarai pada hari kamis tanggal 16 agustus 2018, pukul

09:15-09:54 bertempat di ruang Kepala Sekolah , beliau menjelakan

terkait masalah kegiataan religius adalah sebagai berikut:

”Kalau nilai religius kan tidak terbatas kita menjalankan shalat

tidak kan, terus dihari setiap jumat amal itu juga ada terus kegiatan

peduli dengan sesama teman misalnya ketika ada teman yang

kesulitan itu ada anak-anak memberikan infaq kepada temannya

kemudian ini kan mau idhul adha, juga anak-anak diminta untuk

latihan qurban nanti dilaksankan di sekolah kemudian ada bantuan

ke panti asuhan pernah kami lakukan untuk menigkatkan motivasi

anak untuk bisa peduli terhadap sesama yang kekurangan”

Beliau melanjutkan:

“misalnya sholat berjamaah jum‟at amal terus kegiatan hari besar

keagamaan itu kan sudah terprogaram. Misalnya isidental ada

orang tuanya yang meniggal, ada juga pernah anak sini yang

rumahnya kebakaran juga anak-anak membantu dalam bentuk

makanan seperti itu. Terus terjadi bencana alam itu juga anak-anak

juga ikut serta dalam membantu. Ya kita tidak memaksa tetapi kita

menanamkan nilai-nilai religius disitu. Jadi anak-anak itu biyar

belajar. Sekarang istilahnya pendidikan karakter sangat diperlukan

tidak hanya terbatas dalam pembelajaran tapi aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari baik di lingkugan sekolah maupun luar

sekolah itu anak-anak ya peduli terhadap teman lingkunganya

maupun diluar sekolah.

Di SMP Negeri 2 Banyubiru juga mempunyai program yang

diperuntuhkan bagi semua guru yaitu GNOTA dimana program ini

membantu dalam bentuk biyaya sebagai transport bagi siswa yang tidak

mampu dan sekaligus penanaman 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan

satun dimana program ini sebagai pemberian contoh bagi siswa untuk

penanaman nilai religius. Ibu Sri Mulyati, S.Pd pada tanggal 16 agustus

Page 97: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

84

2018, pukul 09:15-09:54 di ruang Kepala Sekolah dengan menjelakan hal

sebagai berikut:

“Kalau bagi guru gini mas kalau ditempat kita kan ada istilahnya

GNOTA ya, itu kita membatu memberikan uang transpot kepada

anak-anak yang membutuhkan dan anak dari pegawai kita yang

membutuhkan kemudian setiap setahun sekali itu ada bantuan

pendidikan itu tidak terbatas untuk anak yang pegawai sini tetapi

anak lulusan sini juga dibantu walaupun lulus ndaftar SMA itu kita

bantu karena ada anak yang tidak mampu terus kekurangan biyaya

kita bantu masuk membayarkan biyayanya kalu di SMA kan ada

uang gedung semacam itu kan, jadi kita tidak hanya memberikan

menyuruh anak untuk melakukan kegiatan seperti itu tapi kita juga

memberi contoh kepada anak-anak kalau kita juga peduli. Juga

setiap pagi itu kan ada bapak ibu guru yang piket didepan

digerbang itu kita membudayakan senyum, salam, sapa seperti itu

5S ya kalo senyum, salam, sapa, sopan dan santun kan disini”.

Beliau menambahkan:

“terus waktu bulan puasa juga kita mengadakan pesantren kilat

terus kita membaca asmaul khusna, terus extra kulikuler juga ada

baca tulis al-Qur‟an setiap senin pukul 14.00 - 16.00 WIB sehabis

pembelajaran karena anak-anak di lingkungan sini itu pendidikan

agamanya kurang dia mau sholat itu kadang disini mas ya, tapi

paling tidak kita sudah mengenalkan sholat itu seperti ini kan

begitu paling tidak mengenalkan Tuhan kepada anak menanamkan

nilai-nilai itu ya paling enggak cakupanya tidak secara keseluruhan

paling tidak memberikan pembelajaran dimata pelajaran tetapi kita

juga mengajak anak-anak untuk melakukan secara langsung. Jadi

tidak terbatas kita menyuruh tetapi bapak ibu guru disini juga

memberikan contoh”.

Hampir sama penuturan beliau Bapak Ali Nugroho, SAg. selaku

guru PAI dengan Ibu Sri Mulyati, S.Pd yang diwawancarai peneliti pada

hari senin tanggal 13 agustus 2018, pukul 10:09-11:30, bertempat di ruang

perpustakaan beliau menuturkan hal terkait kegiatan keagamaan SMP

Negeri 2 Banyubiru berikut penjelasannya:

”Saya bicaranya berdasarkan sekema skedjul Itu berarti,

terprogram. Terprogram ini berarti tidak asal-asalan sehingga

mengacu kepada sebuah kalender entah itu harian, mingguan

maupun terkait isidentil bulanan maupun tahunan itu pijakannya.

Sehingga karena ini sebuah lembaga ranahnya kalau yang skedul

Page 98: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

85

harian jelas kalo pendidikan berbasis karakter itu kan kembali

keranah gurunya masing-masing. Tapi sebagai ta‟abudnya

keseharian ada program sholat dzuhur bersama”.

Beliau melanjutkan:

“Skedjul mingguan anak-anak supaya mempunyai rasa empati

dengan orang lain maka dengan adanya infaq. Alhamdullilah infaq

itu aplikasinya macam-macam segala bentuk kebutuhan terkait

dengan siswa yang notabenya disitu tidak semua anggaran BOS itu

di kafer oleh infaq. Contoh: kemarin ada gerak jalan, BOS dalam

anggaran RKS hanya sekian ribu karena masih ada kurang

diambilkan dari infaq, ada lagi kegiatan mapsi dibecup oleh kotak

infaq ini, pyur anak itu ternyata punya kesadaran ketika dia diajak

beramal itu tidak sendirian. Kaleng keliling itu minimal 500 atau

1000 anak pasti keluarkan tapi ketika kita sendiri, ketemu anak dek

beramal 1000 oh belum tentu tetapi ketika kita itu keliling kayak

orang jumatan itu lho, itu orang akan banyak yang ngisi juga

termasuk kegiatan umum (Amm). Karena disitu kegiatanya berbasis

pembiasaan kembali kepada anak ini pakek infaq. Masjid itu suplay

salah satunya dari infaq ini bahkan untuk pengembangan

kebersihanya ini kami punya tenaga istilahnya bisyaroh di

ambilkan dari infaq. Jadi sianak ini lho kita enaknya berbagi

ternyata bermanfaat untuk orang lain.”.

Selanjutnya Bapak Ali Nugroho, SAg. Menjelaskan terkait

kegiatan bulanan dan tahunan. Ini akan berdampak pada rasa kepedulian

disetiap individu siswa kepada orang lain, menjauhi sifat egois, takabur,

sombong dan sebagainya seperti yang dituturkan Bapak Ali Nugroho,

SAg. Pada hari senin tanggal 13 agustus 2018, pukul 10:09-11:30 beliau

menuturkan:

“Nah bulanan yang isidentil itu ada juga kegiatan yatiman kemarin

yatiman itu kalau ga salah 48 anak setiap anak kalo ga salah

terkasih 50 per anak. sehingga minimal ada rasa pembelajaran

kepedulian disetiap individu siswa kepada orang lain, menjauhi

sifat egois, takabur, sombong dan sebagainya”.

Beliau melanjutkan:

“Yang sifatnya tahunan idul adha nanti biasanya penyembelihnya

kambing kemarin kalo tidak salah 4 atau 5 kambing itu

dikonfreknsi antara yang dari anak dapat berapa dari guru dapat

berapa kambing. Panasarupanya, kalau itu di tasarupkan kepada

semua siswa itu kan ga jalan bakal ga dapet semua, dari masing-

Page 99: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

86

masing kelas itu diambil 5 atau 6 anak yang kurang mampu, itu

baru mereka yang mendapatkan bagian daging hewan

“pembelajaran qurban” bukan “qurban lho ya” tetapi latihan

qurban, terus tetangga itu mendapatkan penasarupannya juga. Lagi

ini mengacu kepada KALDIK Provinsi kalendernya. Untuk puasa,

kalo rekomendasi dari dinas tiga hari ya kita tiga hari klo

kegiatannya 2 hari ya kita buat 2 hari. Pembinanya itu tidak hanya

guru agama yang sekiranya itu notabennya penguatan di

keimannya, ini mereka menjadi tim pemateri khusus kegiatan

Ramadhan itu terus halal bihalal itu jg ada baik diisi anak maupun

orang tua. Ada lagi kegiatan dimana kegiatan ini berada di iven-

iven tertentu kami mengadakan kegiatan yang bernuansa Islami ada

lomba busana muslim, lomba pidato. dan lain sebagainya”.

Beliau melanjutkan:

“Kalau bicara soal agama itu tidak ada ungsur pemaksaan,

pemaksaan itu tidak ada dalam ranah agama, pake filosofi itu kalo

saya. Lagian salah satu pemberian uswah juga kan. Saya ga pernah

ajak-ajak mereka ayo sholat dzhur tidak! saya tidak ajak wong itu

urusan pribadi. Tapi, tatkala anak-anak sudah terpolakan sesuai

kegiatannya tadi, itu nanti pengaruh kesadaran entah berapa persen

akan terbentuk dari teman-teman. Saya ga pernah logikanya, la

anak sholat kan ketika bapak ibunya yang sadar akan dampingi

walupun itu tidak bisa langsung menelurkan hasil yang maksimal.

Karena bicara agama sekali lagi tidak ada ungsur paksaan”.

Ibu Sri Mulyati, S.Pd menyarankan dalam upaya penerapan budaya

religius Islami kepada guru mata pelajaran karena penanaman religius itu

bukan hanya terbatas mata pelajaran agama tetapi semua mata pelajaran.

Berikut beliau menjelaskan;

”Tapi kalau penanaman religius itu saya sarankan kepada bapak ibu

guru bukan hanya terbatas mata pelajaran agama dan PKN tapi

semua mata pelajaran, diselipi kan bisa pendidikan karakter

bagaimana berkata yang baik itu kan juga, juga bagaimana

menyampaikan pendapat dengan kata-kata yang baik, bagaimana

bertingkah laku kepada orang tua itu contoh kecil bagaimana kita

menanamkan pendidikan karakter ya kaitanya dengan religius

tadi”.

Beliau menambahkan:

“Setiap pagi itu menyarankan memberikan arahan kepada bapak

ibu guru yang disini sebelum kita mulai pembelajaran kita awali

dengan do‟a biasanya menyayikan lagu wajib, dan setelah itu kita

memberikan motivasi karena dalam pembelajaran, kemudian kita

Page 100: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

87

memberikan nilai-nilai sosila ke anak mengenalkan anak itu

memberikan biar anak itu bisa dikontrol”.

Pengontrolan dan pengawasan kegiatan religius menurut Ibu Sri

Mulyati, S.Pd yang diwawancarai peneliti adalah dengan melakukan

sosialisasi dengan orang tua untuk keberlangsungan pendidikanya di

rumah, kerjasama dengan para guru untuk mengontrol sekaligus sebagi

pengawasan dan penilian kegiatan yang berlangsung, sebagaimana

penuturan beliau:

“Kegiatan selama ini yang kami lakukan gini mas; sebagai usaha

kami untuk mendidik dan merubah karakter serta memberi arahan

supaya anak itu bisa baik budi pekerti maupun tingkah lakunnya,

dengan program dan pengawasan yang kami buat yaitu yang

berkaitan dengan religiuits ya mas itu kami dan para guru selalu

memberi contoh untuk anak-anak, memberi motivasi saat di kelas,

menanamkan pendidikan karakter di saat jam pelajaran itu to mas,

terus jika ada anak yang melakukan pelanggaran pasti masalahnya

masuk kesiswaan nah ini kami melakukan bimbingan dan ketika

ada pertemuan dengan orang tua kan kami juga bersosialisasi agar

peran orang tua di rumah itu juga perlu dalam mendidik”.

Beliau melanjutkan:

“Kalau dalam mengontrol dalam religiuitas saya serahkan guru

wali kelas atau tidak ya guru yang mengajar bagaimana tingkah

laku siswa, cara bicara siswa setiap harinya baik di kelas maupun di

lingkungan sekolah sini terutama dalam hal shalat jamaah itu

pokoknya anak-anak itu ikut semua kan ada jatahnya to itu kan ada

absen juga mas jadi tau oh ini yang ikut ini yang tidak ikut, dan

juga mas ini kami juga mengadakan evaluasi atas kegiatan yang

sudah di lakukan baik kegiatan yang terprogram dan isidental itu

kan evaluasi juga penting juga to mas”.

Mengevaluasi terhadap program-progaram yang telah berjalan

sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan yang

sudah berjalan. Dengan melakukan evaluasi maka akan memperoleh

penilaian hasil akhir atas program yang direncanakan, begitu pula yang

Page 101: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

88

dilakukan di lembaga sekolah SMP Negeri 2 banyubiru Kab. Semarang.

Oleh Ibu Sri Mulyati, S.Pd yang mengatakan demikian:

“kalau kita satu semester pasti ada evaluasi ada rapat evaluasi

terutama kalau masalah ini kan masuknya di kesiswaan kalau

masalah anak kan kesiswaan apa to kendala anak yang menjadi

penyakit anak itu apa to? yang lagi trennya apa? nah begitu

biasanya terus kita mau obati cara apa? mau langkah kedepanya

bagaimana? kita selalu seperti itu karena kan anak masalahnya

berbeda-beda nah itu antisipasinya seperti apa kan seperti itu”.

2. Faktor Yang Mendukung Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan

Budaya Religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang

Tahun Ajaran 2018

Keberhasilan dalam pendidikan itu dapat dilihat dari program yang

dibuat sebagai tolak ukur terselengaranya pembelajaran yang efektif serta

kreatif. Di SMP Negeri 2 Banyubiru mempunyai keistimewaan dalam

mencerminkan dan menanamkan karakter pembelajaran sesuai mata

pelajaran di kelasnya. Ibu Sri Mulyati, S.Pd pada tanggal 16 agustus 2018,

pukul 09:15-09:54 di ruang Kepala Sekolah mengatakan:

“Kalau dilihat dari prestasi sekolah ini dari tahun ke tahun itu

peringkatnya naik mas walaupun kita didaerah ndeso pinggiran to,

tapi kita kan njenengan lihat ndak anak setiap jam pelajaran jalan-

jalan, ini kan sekolah disini kan tidak pake kelas tapi moving kelas

kalau disini bukan ruang kelas tapi ruang pembelajaran itulah

istimewanya di sini. jadi setiap ruang itu mencerminkan karakter

pembelajarannya mata pelajarannya mislanya mata pelajaran PKN

berkaitan pembelajaran PKN kalau matematika ya matematika

seperti itu ya disini begitu”.

Hal ini peneliti saksikan sendiri pada hari yang sama setelah peneliti

melakukan wawancara dengan Ibu Sri Mulyati, S.Pd ketika melakukan

penelitian di SMP Negeri 2 Banyubiru memang ketika jam pelajaran siswa

jarang ada yang keluar masuk kelas dan jalan-jalan diluar kelas, peneliti

Page 102: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

89

sempat masuk di ruang kelas b. Inggris kebetulan jam pelajaran b. Inggris

sedang berlangsung. Peneliti menyasikan sendiri iklim yang berada

diruang kelas tersebut banyak kosakata yang tertempel di dinding banyak

hiasan yang bertulisan menggunakan b. Inggris sekaligus dari itu

keefektifan pembelajaran itu dapat terlihat ketika jam pmbelajaran

berlangsung.

SMP Negeri 2 Banyubiru boleh dikatakan SDMnya cukup baik.

Baik itu dari siswa sendiri maupun dari luar sekolah seperti yang di

ungkapkan Bapak Ali Nugroho, SAg. Yang diwawancarai pada hari senin

tanggal 13 agustus 2018, pukul 10:09-11:30, bertempat di ruang

perpustakaan beliau menuturkan:

“kalau pendukungnya banyak sekali jelas kita punya SDM baik

dari peserta didik maupun SDM dari luar juga, karena kita

mendatangkan pemateri untuk guru qiro‟ah misalnya kalo interen,

dibawah naungan pembinaan guru agama, sarana juga kita reddy,

fasilitas audio visual ok, terus fasilitas tempat ibadah juga ok,

refrensi buku keagamaan juga ada”.

Selain itu juga yang menjadi faktor pendukung bagi jalanya

kegiatan keagamaan adalah dukungan dari Kepala Sekolah . Bapak Ali

Nugroho, SAg. Yang diwawancarai pada hari senin tanggal 13 agustus

2018, pukul 10:09-11:30, bertempat di ruang perpustakaan menuturkan

sebagi berikut:

“Alhamdulillah selama ini sepanjang progaram yang kami torehkan

dan kami usulkan sepanjang program kegiatanya itu berkaitan

dengan harian, maupun exsidentil untuk mingguan, bulanan dan

tahunan beliau ACC, sepanjang sesuai dengan kekuatan entah itu

suadana maupun suadaya SDM itu memadai”.

Nur Dila Eka Wati memberi alasan yang diwawancarai pada hari

senin tanggal 13 agustus 2018, pukul 9:24-9:45 bahwa salah satu

Page 103: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

90

pendukug upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya religius

Islami adalah sebagai berikut:

”Faktor pendukung ya karena adanya semangat siswa dalam

praktek religius”

3. Faktor Yang Menghambat Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan

Budaya Religius Islami di SMP N 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun

Ajaran 2018/2019.

Mengenai faktor penghambat penciptaan budaya religius Islami di

sekolah tentu dan sudah pasti bahwa di setiap program pasti ada kendala.

Kendala yang dihadapi di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang salah

satunya adalah masalah perbedaan watak dan karakter siswa masing-

masing, Ibu Sri Mulyati, S.Pd mengatan sebagai berikut:

“Ya kalau kendala itu pasti ada pasti setiap program itu kan pasti

ada kendala. Anak itu kan ada yang gampang ada yang susah

diajak, kadang kalau sholat jamaah itu tidak semua bisa ikut kalau

tidak harus dioyak-oyak ayo bareng-bareng, emang harus di kontrol

seperti itu di sini untuk mengantisipasi anak yang malas untuk

melakukan sholat jamaah kita mengaktifkan wali kelas atau guru

jam terakhir yang mengajar disitu”.

Ibu Sri Mulyati, S.Pd menambahkan:

“Makanya ya gimana caranya paling tidak waktu jam sholat kita

ajak sholat, kita ajari sholat yang benar seperti apa mengenalkan

seperti itu jadi tidak polosan. Entah berapa anaknya yang ikut

paling tidak kita sudah mengajak kebaikan kepada anak itu, tidak

hanya diajari oh bacaan sholat seperti ini, tapi kita praktekkan.

apalagi anak-anak di lingkunagan orang tuanya tidak sholat tambah

kasian mungkin ya namanya hidayah itu kan datang bisa kapan saja

kan begitu, makanya dengan cara itu kita bisa mengambil hati anak

kalau bisa terbuka fikiranya hatinya kan walaupun tanpa kita

kontrol anak-anak itu bisa sholat sendiri terus bisa berbuat baik

terhadap temanya orang lain tanpa harus kita suruh kan seperti itu

mas”.

Page 104: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

91

Begitu pula dengan apa yang disampaikan Nur Dila Eka Wati,

salah satu siswa SMP Negeri 2 Banyubiru yang diwawancarai pada hari

senin tanggal 13 agustus 2018/2019, pukul 9:24-9:45. bahwa salah satu

faktor penghambatnya adalah sering adanya anak yang nakal tidak mau

mengikuti kegiatan keagamaan dengan mengatakan kepada peneliti bahwa

sebagai berikut.

” faktor penghambatnya karena sering ada anak yang nakal dan

tidak mau mengikuti kegiatan tersebut”.

Faktor penghambat lainya ialah kurangnya penanaman nilai

pendidikan agama oleh orang tua bagi anak, karena tanggung jawab tidak

terbatas dari sekolah saja tetapi juga tanggug jawab orang tua di rumah,

seperti penuturan Ibu Sri Mulyati, S.Pd sebagi berikut:

“Sebenarnya saya juga sering mengajak orang tua siswa

menanamkan nilai religius tadi, contohnya peduli pendidikan kalau

ada kegiatan di sekolah itu misalnya orang tua memberikan

partisipasinya entah itu bentuk infaq, atau entah itu bentuk tenaga.

Jadi karena kalau sekolah itu kan tidak boleh menarik uang ya kita

cuman mengajak orang tua juga peduli dengan itu, karena tanggung

jawab pendidikan itu tidak terbatas tanggug jawab sekolah tapi

waktu yang lama itu justru kan dirumah. Sering kita memberikan

waktu pertemuan wali siswa itu contoh-contoh kenakalan, contoh-

contoh pelangaran anak disini jadi bisa diantisipasi lebih awal

orang tua juga diminta pro aktif untuk komunikasinya kepada

sekolah. Dan kita juga sering meminta kepada orang tua kalau

disekolah diajari sholat ya dirumah diajak sholat kadang itu kan

yang menjadi masalah orang tuanya dirumah juga tidak sholat mas,

pendidikan agamanya kan kurang”

Hampir sama dengan Ibu Sri Mulyati, S.Pd bahwa Bapak Ali

Nugroho SAg. Yang diwawancarai pada hari senin tanggal 13 agustus

2018/2019, pukul 10:09-11:30, bertempat di ruang perpustakaan bahwa

beliau mengatakan:

Page 105: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

92

“kalau saya menilai, selaku guru memandang urusan agama kan

yang paling domain bukan karakter mereka disekolahan. Urusan

karakter itu, dipasrahkan kepada sekolahan umumnya orang tua

sudah menyekolahkan piginya pulangnya baik. Nah kan

disekolahan belajar hanya berapa jam ketemu materi seminggu

hanya berapa jam, hanya 3. Kalau dirumah itu tidak dibentuk juga

ilmu pendidikanya ya kan akan menjadi bias, ya merubah

paradikma mainsaide menurut saya menghambat ya PR yang cukup

mengigit ya itu”.

Beliau melanjutkan:

“hasil pengamatan saya mereka kadang-kadang ta’abudnya untuk

sholat itu ada banyak yang kurang. Itu karena pendidikan

dirumahnya ga jalan, orang tuanya kadang-kadang tidak ngopeni

sholatnya atau mungkin tidak memberi contoh tentang sholatnya.

Nah saya selaku guru entah tuhan memberikan hasil ikhtiar saya

adanya program sholat itu kan kalau ibarat guru paling tidak sudah

gugur kewajibannya, jangan sampai dalam pendidikan itu tidak di

ajari sholat. Memang pelajaran materi sholat ada tetapi tidak

sampai keaplikasi sholatnya kan kasian juga”.

C. Analisis

Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh

melalui wawancara, observasi dan data dokumentasi maka selanjutnya peneliti

akan melakukan analisa data sebagai menindak lanjuti penelitian ini.Untuk

menganalisis data dari hasil penelitian ini, peneliti akan menghubungkan

dengan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang di dapat di lapangan

yaitu SMP Negeri 2 Banyubiru kabupaten semarang pada tahun ajaran

2018/2019 ini, sehingga dapat di ketahui seperti apa budaya religius Islami di

SMP Negeri 2 Banyubiru dan bagaimana upaya Kepala Sekolah Dalam

Menciptakan Budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru kabupaten

semarang pada tahun ajaran 2018/2019 ini.

Data yang telah diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti di atas akan

dianalisa oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian. Di bawah ini peneliti

akan memaparkan analisis temuan peneliti tentang implementasi dari upaya

Page 106: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

93

Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya religius Islami di SMP Negeri 2

Banyubiru Kab. Semarang tahun ajaran 2018/2019. Analisa ini akan

memfokuskan penelitian yang berkenaan dengan upaya yang dilakukan Kepala

Sekolah Dalam Menciptakan Budaya religius Islami di SMP Negeri 2

Banyubiru Kab. Semarang tahun ajaran 2018.

1. Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya Religius Islami di

SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.

Penciptaan budaya religius Islami yang dilakukan di sekolah

semata-mata karena merupakan pengembangan dari potensi manusia yang

ada sejak lahir atau fitrah (Fathurrahman, 2015:81). Berkaitan dengan hal

tersebut, budaya religius Islami sekolah merupakan cara berpikir dan cara

bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius

(keberagamaan) (Sahlan, 2009: 75).

Berdasarkan sifatnya budaya religus dapat diwujudkan kedalam

dua bentuk yaitu bersifat vertikal dan horizontal. Muhaimin dalam

bukunya Sahlan (2009: 47), ia menyebutkan: Pertama, penciptaaan

budaya religius Islami yang bersifat vertikal dapat diwujudakan dalam

bentuk menigkatkan hubungan dengan Allah SWT melalui penigkatan

secara kuantitas maupun kualitas kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah

yang bersifat ubudiyah, seperti: shalat jama‟ah, puasa senin kamis, Khatm

al-Quar‟an, do‟a bersama dan lain-lain. Kedua, penciptaan budaya religius

Islami yang bersifat horizontal yaitul lebih mendudukkan sekolah sebagai

institusi sosial religius, yang jika dilihat dari struktur hubungan antara

manusianya, dapat diklasifikasikan kedalam tiga hubungan yaitu: (1)

Page 107: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

94

hubungan atasan-bawahan, (2) hubungan profesional, (3) hubungan

sederajat atau sukarela yang didasarkan pada nilai-nilai religius, seperti:

persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, saling menghormati dan

sebagainya.

Setelah peneliti melakukan penelitian dan memperoleh data

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi peneliti mencatat bahwa

SMP Negeri 2 Banyubiru memiliki beberapa kegiatan yang berkaitan

dengan penciptaan budaya religius.

Menurut Ibu Sri Mulyati, S.Pd sebagai Kepala Sekolah ketika

diwawancarai peneliti yang sudah terekam di atas bawa dalam penanaman

religius di SMP Negeri 2 Banyubiru itu beliau sarankan kepada bapak ibu

guru bukan hanya terbatas mata pelajaran agama dan PKN tetapi semua

mata pelajaran, diselipi kan bisa pendidikan karakter bagaimana berkata

yang baik itu kan juga, juga bagaimana menyampaikan pendapat dengan

kata-kata yang baik, bagaimana bertingkah laku kepada orang tua itu

contoh kecil bagaimana kita menanamkan pendidikan karakter ya kaitanya

dengan religius (Mulyati, Sri: 16-08-2018).

Selanjutnya menurut Ibu Sri Mulyati pengawasan yang dilakukan

adalah dengan memberi contoh untuk anak-anak, memberi motivasi saat di

kelas, menanamkan pendidikan karakter di saat jam pelajaran, dan ketika

ada anak yang melakukan pelanggaran beliau melakukan bimbingan dan

ketika ada pertemuan dengan orang tua beliau juga bersosialisasi agar

peran orang tua di rumah itu perlu dalam mendidik (Mulyati, Sri: 16-08-

2018).

Page 108: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

95

Untuk mengontrol kegiatan religius Ibu Sri Mulyati mengatakan

bersama peneliti yang terekam di atas bahwa dalam mengontrol dalam

religiuitas beliau serahkan guru wali kelas atau semua guru bagaimana

tingkah laku siswa, cara bicara siswa setiap harinya baik di kelas maupun

di lingkungan sekolah terutama dalam hal shalat jamaah itu pokoknya

anak-anak itu ikut semua kan ada jatahnya to itu kan ada absen juga mas

jadi tau oh ini yang ikut ini yang tidak ikut, dan juga mas ini kami juga

mengadakan evaluasi atas kegiatan yang sudah di lakukan baik kegiatan

yang terprogram dan isidental itu kan evaluasi juga penting juga to mas

(Mulyati, Sri: 16-08-2018).

Keterlibatan pemimpin dan anggota dalam sebuah organisasi

adalah suatu hal yang sanggat penting sehingga tujuan dalam sebuah

program dapat berjalan. Sebagai sosok pemimpin yang sangat berpengaruh

dan menentukan tentunya dalam upaya penciptaan budaya religius Islami

dapat di lakukan.

Berdasarkan salah satu fugsinya Kepala Sekolah berfungsi sebagi

manager. Menurut A.F Stoner mengemukakan bahwa keberadaan manager

pada suatu organisasi sangat diperlukan. Menurut Stoner ada delapan

fungsi seorang manager yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi

yaitu:

1) Bekerja dan dengan melalui orang lain.

2) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai

persoalan.

3) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan.

Page 109: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

96

4) Berpikir secara realistik dan konseptual.

5) Adalah juru penengah.

6) Adalah seorang politis.

7) Adalah seorang diplomat

8) Mengambil keputusan yang sulit (Maimun dan Agus Zainul Fitri,

2010:183).

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manager,

Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat, untuk memberdayakan

tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi

kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan

dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (E. Mulyasa,

2007: 103).

Upaya Kepala Sekolah dalam kaitanya dengan pendidikan yaitu

terciptanya nilai-nilai religius di dalam diri siswa hal ini di pertegas oleh

suatu tujuan pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan Nasional dalam UU

disebutkan, Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 UU No.20 Tahun 2003

tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang menyatakan banwa: “Tujuan

Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar

bisa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-

Undang RI No 20 tahun 2003: 7)

Page 110: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

97

Budaya religius Islami dilembaga pendidikan merupakan budaya

yang tercipta dari pembiasaan suasana religius yang berlangsung lama dan

terus menerus bahkan sampai muncul kesadaran dari semua anggota

lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu (Fathurrahman,

2015: 104).

Budaya religius Islami lembaga pendidikan adalah upaya

terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan

budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga di lembaga pendidikan

tersebut (Sahlan, 2010: 77).

Aktivitas atas nilai-nilai religius, Muhaimin dalam Sahlan

(2009:32), merealisasikan tiga nilai kehidupan yang saling terkait satu

sama lainya, Yaitu:

1) Creative value (nilai-nilai kreatif), dalam hal ini berbuat kebajikan dan

melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan termasuk usaha

merealisasikan nilai-nilai kreatif.

2) Experimental value (nilai-niali penghayatan), menyakini dan

mengahayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan nilai-

nilai yang dianggap berharaga.

3) Attitudinal value (nilai-niali bersikap), menerima dengan tabah dan

mengambil sikap yang tepat terahadap penderaitaan yang tak dapat

dihidari lagi setelah melakukan upaya secara optimal, tetapi tidak

berhasil mengatasinya.

Koentjaraningrat dalam bukunya Sahlan (2010: 71)

Mengelompokan aspek-aspek budaya berdasarkan dimensi wujudnya,

Page 111: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

98

yaitu: 1) Kompleks gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan, nilai,

keyakinan, norma dan sikap. 2) Kompleks aktifis seperti, pola komunikasi,

tari-tarian, upacara adat. 3) Material hasil benda seperti, seni peralatan dan

lain sebagainya.

Wujud budaya religius Islami yang terdapat di SMP Negeri 2

Banyubiru merupakan perilaku dan kebiasaan yang mengandung nilai-

nilai religius yang berbentuk kegiatan keagamaan dan perilaku sehari-hari.

Tradisi religius di SMP N 2 Banyubiru berkaitan dengan kegiatanya,

adalah kegiatan yang sifatnya terprogram dan isidental yang akan

diuraiakan sebagai berikut:

a. Kegiatan Terprogram

Kegiatan terprogram ini ialah kegiatan yang dalam pelaksanaanya

terlebih dahulu diawali dengan adanya perencanaan keberagamaan

yang menjadi pokok kegiatan wajib dilakukan di SMP Negeri 2

Banyubiru yang sudah terjadwal kegiatanya. Program kegiatan ini

meliputi kegiatan skedul dan pelaksanaanya dimulai dari kegiatan

harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

1) Kegiaatan Harian

Bentuk kegiatan ini yaitu kegitan yang sudah di tradisikan

dan sudah menjadi kegiatan wajib bagi siswa SMP Negeri 2

Banyubiru kab. Semarang. Kegiatan ini berbentuk sholat dzuhur

berjamaah yang di lakukan di masjid SMP Negeri 2 Banyubiru

Kab. Semarang, pelaksanaanya dimulai waktu masuk shalat

dzuhur dan di ikuti oleh seluruh siswa SMP Negeri 2 Banyubiru.

Page 112: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

99

Tetapi untuk mengefektifkan tempat ketika kegiataan shalat

dzuhur berjamaah di laksanakan, sekaligus untuk meminimalisir

kekurangan tempat, maka kegiatan ini di laksanakan sesuai

jadwal masing-masing kelas.

Jadwal tersebut dibuat berdasarkan harian, mulai dari hari

senin, selasa, rabo, kamis, dan sabtu. Tekhnisnya untuk hari senin

yang mendapat jatah sholat dzuhur berjamaah adalah kelas VII A,

VIII A, dan kelas IX A, untuk hari selasa adalah kelas VII A, VIII

A, dan kelas IX A begitu seterusnya sampai hari sabtu untuk yang

mendapat jatah sampai kelas E.

Untuk mengantisipasi dan mengontrol kegiatan tersebut

maka Ibu Sri Mulyati, S.Pd yang sudah terekam dalam wawacara

bersama peneliti di atas bahwa untuk melakukan sholat jamaah itu

mengaktifkan wali kelas atau guru jam terakhir yang mengajar

disitu (Mulyati, Sri: 16-08-2018).

Tujuan dari terselengaranya kegiatan ini adalah sebgai

penanaman dan pembiasaan kepada siswa terhadap tanggug

jawab siswa yang dimilikinya sebagai umat beragama Islami,

seperti yang sudah terekam di atas percakapan peneliti bersama

guru PAI SMP Negeri 2 Banyubiru Bapak Ali Nugroho, S.Ag,

bahwa sholat berjamaah sebagai ta‟abud masing-masing siswa

(Nugroho, Ali: 13-08-2018).

Bentuk penghambaan ini adalah kewajibah bagi setiap

muslim baik laiki-laki maupun perempuan dan sebagai bentuk

Page 113: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

100

nilai ibadah kepada Allah SWT. Nilai ibadah sendiri secara

etimologi ibadah artinya adalah mengabdi (menghamba)

(Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010: 83). Dalam al-Qur‟an

surat al-Zariyat: 56 di jelaskan

نس إل لي عبدون ﴾٦٥﴿وما خلقت الن وال

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Pengabdian diri kepada Allah merupakan inti dari ajaran

Islami. Konsep penghambaan ini, maka manusia tidak

mempertuhankan sesuatu yang lain selain Allah, sehingga

manusia tidak terbelenggu dengan urusan materi dan dunia

semata.

Yang selanjutnya sebagai nilai keteladanan tercermin dari

perilaku para guru. Keteladanan merupakan hal yang sangat

penting dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam

penananman nilai-nilai. Bahkan dalam sisitem pendidikan yang

dirancang oleh Ki Hajar Dewantara juga menegakan perlunya

keteladanan dengan istilah yang sangat terkenal yaitu: “ing

ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karso, tut wuri

handayani”.

Nilai keteladanan merupakan nilai yang melekat dalam

pendidikan. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan hakikat

pendidikan sebagai “humanizing of human being” maka

Page 114: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

101

keteladanan merupakan nilai dasar yang universal Maimun, dan

Agus Zainul Fitri, 2010: 89-90).

Dalam memberikan teladan sebagai implementasi nilai

keberagamaan di SMP N 2 Bnyubiru Ibu sri Mulyati, S.Pd ketika

bersama peneliti yang terekam di atas mengatakan bahwa kalo

bagi guru menerapkan program GNOTA, itu untuk membatu

memberikan uang transpot pada anak-anak yang membutuhkan

dan juga piket harian bagi guru pada pagi hari yang fungsinya

berjaga di gerbang sekolah guna membudayakan 5S yaitu

senyum, salam, sapa, sopan dan santun (Mulyati, Sri: 16-08-

2018).

Dapat diketahui bahwa kegiatan religius di SMP Negeri 2

Banyubiru terimplikasi kedalam budayanya yang terbentuk serta

di mulai dari kegitan-kegiatan setiap harinya yaitu kegiatan sholat

dzuhur berjamaah, kegiatan 5S senyum, salam, sapa, sopan dan

santun serta usaha anggota dewan guru dalam partisipasinya

pembentukan budaya religius Islami yang berperan dalam

memberikan ketadanan bagi anak didiknya di sekolah seperti

adanya kegiatan GNOTA bagi guru.

2) Kegiatan Mingguan

Kegiatan mingguan ini berbentuk Infaq jum‟at dalam

prakteknya, kegiatan ini menurut penuturan bapak Ali Nugroho,

S.Ag, yang sudah terekam dalam wawancara di atas bersama

peneliti bahwa sebetulnya sebagai sarana menumbuh

Page 115: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

102

kembangakan anak-anak supaya mempunyai rasa empati dengan

orang lain maka dengan adanya infaq (Nugroho, Ali: 13-08-

2018).

Tekhnisnya ialah ketika pada hari jum‟at sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai, guru membawa kotak amal jum‟at keliling

kelas mendatangi anak satu persatu maka dengan itu siswa akan

merasa ketika infaq itu ia tidak sendiri tapi bersama-sama.

Extra kulikuler di SMP Negeri 2 Banyubiru yang sifatnya

Islami adalah baca tulis al-Qur‟an, kegiatan ini diadakan

mengingat kondisi keadaan siswa maupun orang tua siswa karena

anak-anak dilingkungan sekolah pendidikan agamanya kurang.

Kegiatan ini di laksanakan pada hari senin jam 14:00-16:00.

Tujuan adanya extra ini tentunya mengenalkan siswa serta

membiasakan siswa membaca dan menulis kepada kitab sucinya

sendiri.

Bentuk kegiatan ini harapan bagi guru serta usaha guru

untuk mempertanggug jawabkan amanahnya profesinya di

sekolah sebagai guru yang profesional. Maimun, dan Agus Zainul

Fitri (2010:87) mengatakan nilai amanah harus dipegang oleh

para pengelola sekolah dan guru-guru. Cakupan amnah yang

mereka harus pegang adalah sebagai berikut:

(1) Kesanggupan mereka untuk mendirikan dan mengelola

lembaga pendidikan, harus dipertanggungjawabkan kepada

Page 116: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

103

Allah, peseta didik dan orang tuannya, serta masyarakat,

mengenai kualitas yang mereka kelola.

(2) Amanah dari pada orang tua, berupa: anak yang dititipkan

untuk dididik, serta uang yang dibayarkan.

(3) Amanah harus berupa ilmu (khususnya bagi guru), apakah

disampaikan secara baik kepada siswa atau tidak.

(4) Amanah dalam menjalankan tugas profesionalnya. Sebagai

mana diketahui, profesi guru sampai saat ini masih merupakan

profesi yang tidak terjamah oleh orang lain. Ketika guru

mengajar dikelas, jarang sekali mendapatkan pengamatan atau

pengawasan langsung dari atasan.

Dengan demikian tanggung jawab profesi guru sanggat

menentukan, apakah ia mengajar dengan penuh kesungguhan

(komitmen pada keberhasilan siswa), atau sekedar menyelesaikan

target waktu dan materi yang telah ditetapkan.

3) Kegiatan Bulanan

Penanaman dalam bentuk sosial juga diterapkan di SMP

Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang yaitu kegiatan yatiman atau

memberi hasil infaq jumat kepada panti asuhan, biasanya panti

asuhan yang diberikan infaq adalah panti asuhan yang berada di

sekitar Banyubiru dan salatiga.

Pelaksanaanya dalam kegiatan ini adalah bentuk uang yang

di dapatkan dari hasil kegiatan mingguan yaitu infaq setiap jum‟at

di ambil kemudian di berikan ke panti asuhan yang sudah

Page 117: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

104

ditentuakan oleh pihak sekolah. Bapak Ali Nugroho, S.Ag lewat

wawancara bersama peneliti menjelaskan akan manfaat

kegiatannya, bahwa dengan infaq sehingga minimal ada rasa

pembelajaran kepedulian disetiap individu siswa kepada orang

lain, menjauhi sifat egois, takabur, sombong dan sebagainya

(Nugroho, Ali: 13-08-2018).

Dalam hal ini Islami sangat konsisten dalam pembentukan

akhlak manusia. Akhlak secara bahasa berarti budi pekerti,

tingkah laku (Maimun, dan Agus Zainul Fitri, 2010: 88). Dalam

dunia pendidikan tingkah laku memiliki keterkaitan dengan

disiplin.

Perilaku dan kedisiplinan yang ada dilembaga pendidikan

memiliki nilai theologis. Agama Islami sangat kental sekali

mengatur prilaku manusia dan kedisiplinannya. Sebagi mana

Rasullullah Bersabda: “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah

untuk menyempurnkan akhlak”. Sedangkan ibadah yang telah

ditentukan oleh Allah seperti sholat yang telah ditentukan

waktunya memungkinkan manusia untuk berperilaku disiplin.

Suatu nilai ibadah terletak pada dua hal yaitu: sikap batin

(yang mengakui dirinya sebagi hamba Allah) dan perwujudannya

dalam bentuk ucapan dan tindakan. Nilai ibadah bukan hanya

nilai moral etik, tetapi sekalaigus didalamnya terdapat ungsur-

ungsur benar tidak benar dari sudut pandang theologis. Artinya

Page 118: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

105

beribadah kepada Tuhan adalah baik sekaligus benar (Maimun,

dan Agus Zainul Fitri, 2010: 84).

Pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan

potensi religius dan membentuk peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencangkup etika, budi

pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

peningkatan potensi religius mencagkup pengenalan, pemahaman,

dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-

nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif

kemasyarakatan. Peningkatan potensi religius tersebut pada

akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang

dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan dan martabat

sebagai makhluk Tuhan (Sahlan, 2010:29-30).

4) Kegiatan Tahunan

Perayaan hari besar seperti idul adha dan hari besar

ramadhan. Ketika bulan qurban biasanya sekolah megadakan

pembelajaran qurban tekhnisnya seperti yang di katakan Bapak

Ali Nugroho, S.Ag kepada peneliti, untuk penyembelihnya

kambing kemarin kalo tidak salah 4 atau 5 kambing itu

dikonfreknsi antara yang dari anak dapat berapa dari guru dapat

berapa kambing. Panasarupanya, kalo itu di tasarupkan kepada

semua siswa itu kan ga jalan bakal ga dapet semua, dari masing-

masing kelas itu diambil 5 atau 6 anak yang kurang mampu itu

Page 119: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

106

baru mereka yang mendapatkan bagian daging hewan

pembelajaran qurban bukan qurban tetapi latihan qurban terus

tetangga itu mendapatkan penasarupannya juga (Nugroho, Ali:

13-08-2018).

Pada bulan ramadhan SMP Negeri 2 Banybiru juga

mengadakan kegiatan keIslamian tahunan yaitu pesantren kilat

biasanya kegiatan ini di sesuaikan dengan kalender dinas provinsi

dan di ikuti seluruh warga masyarakat sekolah, dan kegiatan

lainya seperti yang di tuturkan Bapak Ali Nugroho, S.Ag terus

kegiatan halal bihalal itu juga ada baik diisi anak maupun orang

tua. Ada lagi kegiatan dimana kegiatan ini berada di iven-even

tertentu kami mengadakan kegiatan yang bernuansa Islami ada

lomba busana muslim, lomba pidato, dan lain sebagainya

(Nugroho, Ali: 13-08-2018).

b. Kegiatan Isidental

Kegiatan isidental atau kegitan yang tidak terprogram berarti

dalam prakteknya kegiatan ini tidak ada jadwal yang dibuat khusus

atau direncanakan tetapi ketika ada kegiatan religius yang sifatnya

mendesak. Ini bertujuan sebagai sarana tambahan penciptaan budaya

religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru untuk mengubah pandagan

peserta didik bahwa nilai-nilai religius itu bukan hanya diterapkan

dilingkungan sekolah tetapi di luar sekolah guna menumbuhkan sifat

empati siswa kepada orang lain, sifat kedermawaan, dan sifat peduli

terhdap sesama.

Page 120: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

107

Ancok mengatakan dalam bukunya Sahlan (2009: 69),

keberagamaan atau religiuitas seseorang diwujudkan dalam berbagai

sisi kehidupan. Aktifitas beragama bukan hanya terjadi ketika

seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga

melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.

Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat

dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam

hati seseorang.

Ketika peneliti melakukan wawancara bersama Ibu Sri Mulyati,

S.Pd yang terekam di atas beliau memberikan contoh praktek nilai

religius yang sifatnya isidental diantaranya ketika ada orang tuanya

yang meniggal, ada juga pernah anak sini yang rumahnya kebakaran

juga anak-anak membantu dalam bentuk makanan seperti itu. Terus

ketika terjadi bencana alam itu juga anak-anak juga ikut serta dalam

membantu. Ya kita tidak memaksa tetapi kita menanamkan nilai-nilai

religius disitu. Jadi anak-anak itu biyar belajar kan sekarang istilahnya

pendidikan karakter sangat diperlukan tidak hanya terbatas dalam

pembelajaran tapi aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari baik di

lingkugan sekolah maupun luar sekolah itu anak-anak peduli terhadap

teman lingkunganya maupun diluar sekolah (Mulyati, Sri: 16-08-

2018).

Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam lembaga

pendidikan maka secara sadar maupun tidak ketika warga lembaga

mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga

Page 121: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

108

lembaga pendidikan sudah melakukan ajaran agama (Fathurrahman,

2015:52).

Agar budaya tersebut menjadi nilai-nilai yang tahan lama, maka

harus ada proses internalisai budaya. Dalam bahasa inggris,

internalized berarti to incorporate in oneslef. jadi, internalisasi adalah

proses menanamkan dan menumbuh kembangkan suatu nilai atau

budaya menjadi bagian diri (self) orang yang bersangkutan.

Penanaman dan menumbuh kembangkan nilai tersebut dilakukan

melalui berbagai didatik metodik pendidikan pengajaran. seperti

pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain washing dan lain

sebaginya (Ndraha:1997: 82).

Disamping memberi saran kepada semua guru terhadap

keberlangsungan kegiatan pendidikan di sekolah upaya yang

dilakukan Ibu Sri Mulyati S.Pd adalah dengan pengawasan serta

mengontrol kegitan religius sesuai paparan data yang terekam di atas.

Ia mengatakan, dalam hal tersebut bekerja sama dengan semua guru

untuk menilai dalam kegiatan religius di sekolah, membimbing

kepada siswa yang bermasalah, melakukan sosialisasi kepada orang

tua siswa karena menurut beliau pendidikan itu bukan hanya

kewajiban sekolah tetapi orang tua di rumah dan juga melakukan

evaluasi di setiap semesternya untuk mengetahui kekurangan serta

memperbaiki kekurangan tersebut.

Pemimpin memiliki fungsi sebagai evaluator atau penilaian

yaitu menilai kinerja anggotanya dan memberikan penghargaan bagi

Page 122: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

109

prestasi kerjanya serta sekaligus memperbaiki kinerja yang tidak sesui

program, prosedur maupun tujuan organisasi. Penilaian yang kontinyu

adalah penting, karena menjadi landasan usaha perbaikan dan

penyesuaian kembali pada semua sub sistem lembaga atau organisasi

sesuai keputusan perbaikan yang dibutuhkan (Farikhah, 2028:177).

Dengan demikian dapat di ketahui bahwa upaya yang di lakukan

Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Budaya religius Islami di SMP

Negeri 2 Banyubiru di antaranya adalah dengan mewujudkan kegiatan

yang mengandung nilai religius yang bersifat terprogram dan isidental

baik yang terprogram harian, mingguan, bulanan, tahunan serta yang

tidak terprogram.

Upaya lainya adalah dengan memberi saran untuk semua guru dan

guru juga harus memberi contoh serta menanamkan nilai religius

kepada siswa bukan hanya terbatas mata pelajaran agama, dalam

mengontrol dan mengawasi kegiatan religus, Kepala Sekolah SMP

Negeri 2 Banyubiru menyerahkan kepada semua guru untuk menilai

dan mengawasi seluruh kegiatan siswa dalam aspek kegiatan religius,

Kepala Sekolah juga mengadakan rapat untuk evaluasi setiap

semesternya guna mengetahui kekurangan kegiatan yang sudah

berjalan dan mencari solusi atas kekurangan itu, hal demikian

dilakukan untuk memperbaiki pola kegiatan dan kebijakan sekolah

yang sudah dibuat.

Page 123: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

110

2. Faktor Yang Mendukung Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan

Budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang

Tahun Ajaran 2018/2019

Faktor pendukung atas terselengaranya kegiatan religius di

ataranya adalah dukungan dari pihak guru yang terjun langsung dalam

kegiatan keagamaan seperti wawancara yang terekam antara peneliti dan

Kepala Sekolah di atas, beliau menuturkan bahwa kalo penanaman

religius itu saya sarankan kepada bapak ibu guru bukan hanya terbatas

mata pelajaran agama dan PKN tetapi semua mata pelajaran (Mulyati, Sri:

16-08-2018).

Dalam wawancara di atas dapat di pahami bahwa kegiatan religius

SMP Negeri 2 Banyubiru mencangkup ke semua masyarakat sekolah hal

demikian dari Kepala Sekolah sendiri, guru serta siswa saling mendukung

dan mendorong terhadap jalanya kegiatan religius tersebut.

Kerjasama dari Kepala Sekolah dan guru menjadi kunci

keberhasilan dalam praktek religius karena kerjasama antara pimpinan dan

bawahan itu sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Program yang

dibuat bersama dan disetujui bersama akan menghasilkan tujuan yang

maksimal begitu juga penuturan Bapak Ali Nugroho, S.Ag selaku guru

PAI ketika diwawancarai oleh peneliti terkait dukungan oleh Kepala

Sekolah Alhamdulillah selama ini sepanjang progaram yang kami

torehkan dan kami usulkan sepanjang program kegiatanya itu berkaitan

dengan harian, maupun exsidentil untuk mingguan, bulanan dan tahunan

Page 124: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

111

beliau ACC, sepanjang sesuai dengan kekuatan entah itu suadana maupun

suadaya SDM itu memadai (Nugroho, Ali: 13-08-2018).

Dalam fungsinya Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor yaitu

orang yang membantu, membina, membimbing, melatih, mendidik,

mengawasi, menilai dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan

peningkatan mutu (Farikhah, 2018: 128).

Dalam pelaksanaanya, Kepala Sekolah sebagai supervisor harus

memperhatikan prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan

bukan hirarkis, (2) dilaksanakan secara demokararis, (3) berpusat kepada

tenaga kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga

kependidikan (guru), (5) Merupakan bantuan profesional (E. Mulyasa,

2007: 113).

Selanjutnya, disebut suatu kepemimpinan apabila di dalamnya

terdapat ungsur-ungsur sebagai berikut: a) Ada orang yang memimpin,

memengaruhi dan memberikan bimbingan, b) Ada orang yang dipengaruhi

yaitu pegawai/bawahan baik individu maupun kelompok, c). Adanya

kegiatan/kerja dalam menggerakkan bawahan, d) Adanya tujuan yang

diperjuangkan melalui serangakaian tindakan/aktivitas (Burhanuddin,

1994: 91).

Sarana dan prasarana yang memadai tentu menjadi pokok

terpenting dalam terselengaranya semua kegiatan bahkan tanpa adanya

sarana dan prasarana sebuah organisasi tentu tidak akan berjalan. SMP N 2

Banyubiru terlihat sangat baik jika dalam segi sarana maupun prasaranya

seperti yang tertuang percakapan peneliti dengan guru PAI SMP N 2

Page 125: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

112

Banyubiru beliau menuturkan kalo pendukungnya banyak sekali jelas kita

punya SDM baik dari peserta didik maupun SDM dari luar juga, karena

kita mendatangkan pemateri untuk guru qiro‟ah misalnya kalo interen,

dibawah naungan pembinaan guru agama, sarana juga kita reddy, fasilitas

audio visual ok, terus fasilitas tempat ibadah juga ok, refrensi buku

keagamaan juga ada (Nugroho, Ali: 13-08-2018).

3. Faktor Yang Penghambat Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan

Budaya Religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang

Tahun Ajaran 2018/2019

Tentu di dalam setiap organisasi itu pasti ada kendala dan kendala

yang menjadi problem di SMP Negeri 2 Banyubiru menurut Kepala

Sekolah Ibu Sri Mulyati, S.Pd setiap Anak itu ada yang gampang ada

yang susah diajak (Mulyati, Sri: 16-08-2018).

Menurut Bapak Ali Nugroho, S.Ag, bersama Peneliti menuturkan

urusan karakter itu, dipasrahkan kepada sekolahan umumnya orang tua

sudah menyekolahkan piginya pulangnya baik. Nah di sekolahan belajar

hanya berapa jam ketemu materi seminggu hanya berapa jam, hanya 3.

Kalo dirumah itu tidak dibentuk juga ilmu pendidikanya maka akan

menjadi bias, merubah paradikma mainsaide menurut saya menghambat

ya PR yang cukup mengigit ya itu (Nugroho, Ali: 13-08-2018).

Jadi watak dan karakter siswa menjadi problem tersendiri dalam

kegiatan. Hal demikian karena kurangnya pendidikan oleh orang tua ketika

dirumah serta dukungan pendidikan keagamaan dirumahnya, karenannya

hal ini menjadi buntut masalah terhadap keberlangsungan kegiatan religius

Page 126: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

113

di sekolah. Orang tua yang juga mempunyai andil penting dalam

pembentukan keperibadian anak diharuskan mampu mengendalikan dan

megelola pendidikan di rumah tidak hanya pendidikan itu didapatkan anak

ketika sekolah.

Mengingat tugas Kepala Sekolah sangat berat sehingga dalam

prakteknya harus mengedepankan kerja sama antar kelompok organisasi,

pimpinan SMP Negeri 2 Banyubiru menuturkan dengan peneliti bahwa

setiap semesternya melakukan evalusi merapatkan terhadap program yang

sudah dibuat dan sudah berjalan kalo kita satu semester pasti ada evaluasi

ada rapat evaluasi terutama kalo masalah ini kan masuknya di kesiswaan

kalo masalah anak kan kesiswaan apa to kendala anak yang menjadi

penyakit anak itu apa to? yang lagi trennya apa? nah begitu biasanya terus

kita mau obati cara apa? mau langkah kedepanya bagaimana? kita selalu

seperti itu karena kan anak masalahnya berbeda-beda nah itu antisipasinya

seperti apa kan seperti itu (Mulyati, Sri: 16-08-2018).

Pemimpin memiliki fungsi sebagai evaluator atau penilaian yaitu

menilai kinerja anggotanya dan memberikan penghargaan bagi prestasi

kerjanya serta sekaligus memperbaiki kinerja yang tidak sesui program,

prosedur maupun tujuan organisasi. Penilaian yang kontinyu adalah

penting, karena menjadi landasan usaha perbaikan dan penyesuaian

kembali pada semua sub sistem lembaga atau organisasi sesuai keputusan

perbaikan yang dibutuhkan (Farikhah, 2028: 177).

Page 127: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

114

4. Proses Penciptaan Budaya Religius

Keberhasilan upaya dalam menciptakan budaya religius Islami

tidak terlepas dari komitmen sesama warga sekolah. Dalam mewujudkan

budaya religius Islami perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama

yang disepakati dan perlu dikembangkan di sekolah, untuk selanjutnya

membangun komitmen dan loyalitas bersama di antara semua warga

sekolah terhadap nilai yang telah disepakati. Ada 3 langkah Dalam

Menciptakan Budaya religius Islami di sekolah, yaitu: commitment,

competence dan consistency. Sedangkan nilai-nilai yang disepakati

tersebut bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berwujut hubungan

manusia dengan warga sekolah dengan sesamanya, dan hubungan mereka

dengan alam sekitar (Sahlan, 2009: 127-128).

Secara umum budaya religius Islami dapat terbentuk secara

prescriptive dan dapat juga secara terprogram sebagai learning process

atau solusi terhadap suatu masalah. Yang pertama adalah pembentukan

atau terbentuknya budaya religius Islami di sekolah melalui penurutan,

peniruan, penganutan, dan penataan suatu sekenario (tradisi, printah) dari

atas atau dari luar pelaku budaya yang bersangkutan. Pola ini disebut pola

pelakonan, Yanag kedua adalah pembentukan budaya secara terprogram

melalui learnig process. Pola ini bermula dari dalam diri pelaku budaya,

dan suara kebenaran, keyakinan anggapan dasar atau dasar yang dipegang

teguh sebagai pendirian, dan diaktualisasikan menjadi kenyataan melalui

sikap dan prilaku. Kebenaran itu diperoleh melalui pengalaman atau

pengkajian trial and error dan pembuktiannya adalah peragaan pendirian

Page 128: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

115

tersebut. itulah sebabnya pola aktualisasinya ini disebut pola peragaan

(Sahlan, 2009: 82-83).

Muhaimin dalam bukunya Fathurrohman (2015: 105-107)

mengatakan, pada dasarnya model penciptaan budaya religius Islami sama

dengan model penciptaan suasana religius. Karena budaya religius Islami

pada mulanya selalu didahului oleh suasana religius. Model penciptaan

budaya religius Islami di lembaga pendidikan dapat dipilih menjadi empat

macam, antara lain:

a. Model struktural, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang

disemangati oleh adanya peraturan-praturan, pembangunan kesan, baik

dari dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan suatu lembaga

pendidikan atau suatu organisasi. Model ini biasanya bersifat “top-

down”, yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau

intruksi dari penjabat atau pimpinan atasan.

b. Model formal, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang didasari

pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya manusia untuk

mengajarkan maslah-maslah kehidupan akhirat saja atau kehiduapan

ruhai saja, sehingga pendidikan agama dihadapkan dengan pendidikan

non-keagamaan, pendidikan ke-Islami-an dengan non ke-Islami-an,

pendidikan kristen dengan non-kristen, damikian seterusnya. Model

penciptaan budaya religius Islami tersebut berimplikasi terhadap

pengembangan pendidikan agama yang lebih berorientasi pada

keakhiratan, sedangkan masalah dunia dianggap tidak penting. Model

ini biasanya menggunakan cara pendekatan yang bersifat keagamaan

Page 129: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

116

normatif, doktriner dan absolutis. Peserta didik diarahkan untuk

menjadi pelaku agama yang loyal, memiliki sikap commitmen dan

dedikasi.

c. Model mekanik, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang didasari

oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek; dan

pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan

seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan

berjalan menurut fungsinya. maing-masing gerak bagaikan sebuah

mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen, yang

masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan atara satu

dan lainya bisa saling berkonsultasi atau tidak dapat berkonsultasi.

Model tersebut berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan

agama yang lebih menonjolakan fungsi moral dan spiritual atau

dimensi afektif daripada kognitif dan psikomotorik. Artinya dimensi

kognitif dan psikomotorik diarahkan untuk pembinaan afektf (moral

dan spiritual), yang berbeda dengan mata pelajaran lainya (kegiatan

dan kajian-kajian keagamaan hanya untuk pendalaman agama dan

kegiatan spiritual).

d. Model organik, yaitu penciptaan budaya religius Islami yang

disemangati oleh adanya pandangan bahwa pendidikan agama adalah

kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas komponen-komponen

yang rumit) yang berusaha mengembangakan pandangan/semangat

hidup dan keterampilan hidup yang religius. Model penciptaan budaya

religius Islami ini berimpiliaksi terhadap pengembangan pendidikan

Page 130: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

117

agama yang di bangun dari fundamental doctrins dan fundamental

values yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah

shahihah sebagi sumber pokok. Kemudian bersedia dan mau menerima

konstribusi pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan konteks

historisitasnya. Karena itu, nilai-nilai Illahi/agama/wahyu didudukan

sebagai sumber konsultsi yang bijak, sementara aspek-aspek

kehidupan lainya didudukkan sebagai nilai-nilai insani yang

mempunyai relasi horizontal-lateral atau lateral-sekuensial, tetapi

harus berhubungan vertikal-linier dengan nilai Ilahi/agama.

Dengan demikian, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan

(religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui:

Kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

kelas, kegiatan extrakulikuler di luar kelas, serta tradisi dan prilaku warga

sekolah secara kontinyu dan konsisiten, sehingga tercipta religius culture

tersebut dalam lingkungan sekolah (Sahlan, 2009: 77).

Berdasarkan temuan peneliti dan pemaparan analisis di atas bahwa

SMP Negeri 2 Banyubiru melakukan dua model yaitu secara struktural dan

mekanik. Model pertama secara struktural karena penciptaan budaya

religius Islami yang disemangati oleh adanya peraturan-praturan,

pembangunan kesan, baik dari dunia luar atas kepemimpinan atau

kebijakan suatu lembaga pendidikan atau suatu organisasi. Model ini

biasanya bersifat “top-down”, yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas

prakarsa atau intruksi dari penjabat atau pimpinan atasan (Fathurrahman,

2015:105).

Page 131: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

118

Model kedua secara mekanik bahwa penciptaan budaya religius

Islami yang didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas

berbagai aspek; dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan

pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing

bergerak dan berjalan menurut fungsinya. maing-masing gerak bagaikan

sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen,

yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan atara satu

dan lainya bisa saling berkonsultasi atau tidak dapat berkonsultasi. Model

tersebut berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan agama yang

lebih menonjolakan fungsi moral dan spiritual atau dimensi afektif

daripada kognitif dan psikomotorik. Artinya dimensi kognitif dan

psikomotorik diarahkan untuk pembinaan afektf (moral dan spiritual),

yang berbeda dengan mata pelajaran lainya (kegiatan dan kajian-kajian

keagamaan hanya untuk pendalaman agama dan kegiatan spiritual)

(Fathurrahman, 2015: 106).

Strategi yang digunakan dalam penciptaan budaya religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah power strategi, yakni strategi

pembudayaan agama di sekolah dengan cara menggunakan kekuasaaan

atau melalui people’s power, dalam hal ini peran Kepala Sekolah dengan

segala kekuasannya sangat dominan dalam melakukan perubahan (Sahlan,

2009: 86).

Page 132: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan budaya Religius Islami di

SMP Negeri 2 Banyubiru

Budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru merupakan

praktik budaya yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh

warga sekolah yang tidak lepas dari upaya yang dilakukan Kepala

Sekolah sebagai figur utama di sekolah, penciptaan budaya religius

Islami yang dilakukan Kepala Sekolah adalah;

a. Membuat program kegiatan religius Islami

Program kegiatannya bersifat terprogram dan isidental yang

terprogram seperti program kegiatan harian, mingguan, bulanan

dan tahunan sedang yang isidental seperti pemberian sumbangan

kepada orang yang tertimpa musibah dan koraban bencana alam.

b. Pemberian saran untuk semua guru tentang penerapan religius di

semua aspek baik ketika di kelas maupun di luar kelas.

c. Pemberian contoh (teladan) seperti adanya program GNOTA untuk

semua guru, penerapan 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan

santun).

d. Pengawasan dan pengontrolan di setiap kegiatan religius Islami.

e. Evaluasi setiap semesternya terhadap kegiatan yang sudah berjalan.

Page 133: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

120

Strategi penciptaan budaya religius Islami di SMP N 2 Banyubiru

menggunakan kekuasan (power strategi) melalui peopele’spower.

Metode yang digunakan adalah metode struktural yang disemangati

adanya peraturan, pembangunan kesan, metode ini bersifat top-down

karena adanya prakarsa serta instruksi pimpinan atasan dan metode

mekanik bahwa pendidikan sebagai penanaman dan pengembangan

seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak menurut

fungsinya masing-masing.

2. Faktor Yang Mendukung Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan

Budaya Religius Islami Di SMP Negeri 2 Banyubiru

Kerja sama antara Kepala Sekolah dan guru yang terjun langsung

dalam kegiatan keagamaan, sarana dan prasarana yang memadai

seperti fasilitas audio visual, tempat ibadah, referensi buku keagamaan,

dan SDM yang baik.

3. Faktor Yang Meghambat Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan

Budaya Religius Islami Di SMP N 2 Banyubiru

Faktor yang meghambat upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius Islami Di SMP Negeri 2 Banyubiru

adalah watak dan karakter siswa hal demikian terjadi karena kurangnya

pendidikan dan dukungan keagamaan oleh orang tua ketika di rumah

dengan alasan jika di rumah itu tidak dibentuk juga ilmu pendidikanya

maka akan menjadi bias.

Page 134: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

121

B. Saran

1. Bagi Kepala Sekolah sebagai manager utama dalam memobilisasi

keseimbangan kegiatan di lingkungan sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan terutama yang terkait masalah pembudayaan religius

islami di Sekolah, tentunya juga harus mendapat dukungan dari orang

tua siswa di rumah. Maka dari itu bukan hanya perlunya sosialisai

yang dilakukan pihak sekolah tetapi pengontrolan secara menyeluruh,

merekatkan hubungan kerjasama, serta ketegasan dari pihak Kepala

Sekolah dalam pengontrolan kegiatan keagamaan baik di sekolah

maupun rumah masing-masing siswa seperti pengadaan kartu absesnsi

kegiatan keagamaan di rumah yang di cek oleh wali kelas setiap

minggunya.

2. Untuk penulis, dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat

memberikan informasi untuk peneliti beriutnya, meskipun dalam

kenyataannya masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu

permohonan ma‟af atas segala kekurangan dan kesalahan dari penulis.

Page 135: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Daftar Pustaka

Almu‟tasim, Amru. 2016. Penciptaan Budaya Religius Perguruan Tinggi

Islam (Berkaca Nilai Religius UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).

J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3 (1): 110.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik

Siswa dan Budaya. Jakarta: Rineka Cipta.

Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Managemen dan Kepemimpinan

Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Derajat, Zakiyah. 1993. Ilmu Jiwa Agma. Jakarta: Bulan Bintanag.

E. Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Farikhah, Siti. 2018. Manajemen Lembaga Pendidikan. Cet II. Aswaja

Pressindo: Sleman Yogyakarta.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Budaya Religius Dalam Penigkatan Mutu

Pendidikan: Tinjauan Teoritik dan Praktik Kontekstualisasi

Pendidikan Agama di Sekolah Cet 1. Yogyakarta: Kalimedia.

Idrus, Ali. 2009. Managemen Pendidikan Global (Fiksi. Aksi dan Adaptasi).

Cet 1. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).

Indrafachrudi, Soekarto. 1993. Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif.

Cet 1. Bogor : Ghalia Indonesia.

Indrafachrudi, Soekarto. 1994. Bagaimana Mengakarabkan Sekolah Dengan

Orangtua Murid dan Masyarakat. Malang: IKIP Malang.

J. Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Cet 26. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Karim, Mohammad. 2010. Pemimpin Transformasional Di Lembaga

Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI).

M. Amirin, Tatang. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Madjid, Nurcholis. 1997. Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadiana.

Page 136: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Muhaimin, dkk. 2008. Paradikma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung:

Alfabeta.

Ndraha, Taliziduhu. 1997. Budaya Organisasi. Jakrta: Rineka Cipta.

Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah Upaya

Mengembangakn PAI dari Teori kecerdasan emosional Aksi Cet 1.

Malang: UIN-Maliki Press.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Cet Ke-19. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, Wiratno. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:

Pustakabarupress.

Sumidjo, Wahyu. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tujuan teoritik dan

permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.

Thoha, Miftah. 1995 Kepemimpinan Dalam Managemen: Suatu pendekatan

Prilaku. PT Raja Grapindo Persada. Jakarta.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Tehnik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 137: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 138: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang
Page 139: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang
Page 140: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang
Page 141: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Pedoman Observasi

Dalam pengamatan (opservasi) yang diamati adalah partisipasi warga

sekolah dalam upaya Kepala Sekolah dalam menciptaan budaya religius Islami di

SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.Semarang tahun ajaran 2018 meliputi:

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi dan data baik kondisi fisik maupun non fisik

upaya kepala sekolah dalam menciptakan budaya religius Islami di SMP

Negeri 2 Banyubiru Kab.Semarang tahun ajaran 2018.

B. Aspek yang diamati:

1. Alamat/lokasi sekolah.

2. Lingkungan fisik Sekolah pada umumnya.

3. Suasana/iklim kehidupan sehari-hari secara akadamik maupun social yang

mendukung atau menghambat upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan

budaya religius Islami .

4. Sarana dan prasarana yang mendukung upaya kepala dalam menciptakan

budaya religius Islami .

5. Siapa saja yang berperan dalam upaya Kepala Sekolah menciptakan budaya

religius Islami .

Page 142: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Pedoman Wawancara

A. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Banyubiru

a. Identitas Diri

Nama :

Jabatan :

Agama :

Alamat :

Pendidikan Terakhir :

b. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana upaya Ibu dalam menciptakan budaya religius Islami di

SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun ajaran 2018 ini?

2. Apa faktor pendukung dalam menciptakan budaya religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun ajaran 2018?

3. Apa faktor penghambat dari upaya menciptakan budaya religius

Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun ajaran

2018?

4. Langkah-Langkah apa saja yang di lakukan ibu dalam menciptakan

budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru?

5. Menurut ibu, apa pentinganya menciptakan budaya religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun ajaran 2018?

6. Fasilitas sarana dan prasarana apa saja yang diberikan sehingga

mendukung terciptanya budaya religiua di SMP Negeri 2

Banyubiru Kab. Semarang Tahun ajaran 2018?

7. Sejauh mana budaya religius Islami di terapkan di SMP Negeri 2

Banyubiru Kab. Semarang?

8. Apakah ada pengaruhnya dalam menciptakan budaya religius

Islami bagi guru, karyawan serta siswa terhadap aktifitas sehari-

hari di SMP Negeri 2 Banyubiru?

Page 143: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

B. Guru PAI SMP Negeri 2 Banyubiru

a. Identitas Diri

Nama :

Jabatan :

Agama :

Alamat :

Pendidikan Terakhir :

b. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana upaya bapak dalam menciptakan budaya religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang Tahun ajaran 2018?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan budaya

religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru?

3. Apa saja contoh kegiatan yang dilakukan dalam menciptakan

budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang Tahun ajaran 2018 ini?

4. Adakah usaha yang dilakukan kepala sekolah sebagai leader

dalam menciptakan budaya Religius Islami ?

5. Adakah pengaruhnya bagi bapak atau bagi masyarakat sekolah

baik guru, karyawan, serta siswa dalam menciptakan budaya

Religius Islami ?

Page 144: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

C. Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru

a. Identitas Diri

Nama :

Jabatan :

Agama :

Alamat :

b. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana upaya anda dalam menciptakan budaya religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang?

2. Apa saja fakror pendukung dan penghambat dalam menciptakan

budaya religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang?

3. Apa saja contoh kegiatan dalam menciptakan budaya religius

Islami ?

4. Apakah pengaruhnya bagi diri anda atau bahkan bagi teman, guru

serta karyawan di SMP Negeri 2 Banyubiru dalam menciptakan

Budaya religius Islami ?

5. Bagaimana tanggapan anda terhadap upaya penciptaan budaya

religius Islami di SMP Negeri 2 Banyubiru Kab. Semarang ini?

Page 145: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Hasil Observasi

Dalam pengamatan (opservasi) yang diamati adalah partisipasi warga

Sekolah dalam upaya Kepala Sekolah dalam menciptaan budaya religius di SMP

N 2 Banyubiru Kab.Semarang tahun ajaran 2018 meliputi:

C. Tujuan

Untuk memperoleh informasi dan data baik kondisi fisik maupun non fisik

upaya kepala sekolah dalam menciptakan budaya religius di SMP Negeri 2

Banyubiru Kab.Semarang tahun ajaran 2018.

D. Aspek yang diamati:

1. Alamat/lokasi Sekolah.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Banyubiru, Jl Brantas,

Ds. Kebumen, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang, Provinsi Jawa tengah.

Telp. (0298)6072428. Kode Pos. 50664. Email:

[email protected] Webside: WWW.smp2banyubiru.sch.id

2. Lingkungan fisik Sekolah pada umumnya.

Bisa dikatakan lingkungan fisik SMP Negeri 2 Banyubiru cukup

baik mulai dari struktur bangunan, keadaan lokasi sekolah yang

mempunyai akses jalan yang baik, lingkungan sekolah yang bersih baik

dilihat dari dalam maupun luar sekolah.

3. Suasana/iklim kehidupan sehari-hari secara akadamik maupun social yang

mendukung atau menghambat upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan

budaya religius Islami.

Suasana religius di SMP 2 Negeri Banyubiru dapat dilihat dari

kegiatan yang menjadi rutinitas warga masyarakat sekolah dimulai dari

berjabat tangan siswa kepada guru saat siswa datang ke sekolah, memulai

maupun mengakhiri kegiatan KBM dengan doa dan asmaul khusna, sholat

dzuhur berjamaah, masyarakat sekolah yang ramah serta mengedepankan

akhlak yang baik antar sesama.

4. Sarana dan prasarana yang mendukung upaya kepala dalam menciptakan

budaya religius Islami.

Sarana yang mendukung kegiatan religius diantaranya ada masjid

yang menjadi sentral keagamaan sekolah, buku refrensi keagamaan di

perpustakaan yang cukup memadai, serta semua ruangan yang menjadi

fasilitas kegiatan pembelajaran yang disediakan lembaga sekolah cukup

baik.

5. Siapa saja yang berperan dalam upaya Kepala Sekolah menciptakan budaya

religius.

Semua masyarakat sekolah khususnya siswa dan guru. Hal ini juga

di dukung dari masyarakat luar dan dalam sekolah karena penanaman

religius tidak hanya di dapat dari dalam sekolah saja tetapi luar sekolah

juga. SMP Negeri 2 Banyubiru sebagai langkah kongkrit dalam kegiatan

keagamaan yaitu kegiatan yatiman untuk memupuk kesadaran peserta didik

akan makna berbagi

Page 146: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Hasil Wawancara

D. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Banyubiru

c. Identitas Diri

Nama Sri Mulyati, S. Pd

Jabatan Kepala Sekolah

Agama Islam

Alamat Kota Baru

Pendidikan terakhir S1 IKIP/Matematika tahun 1999

Ruang Kepala sekolah

Hari/Tanggal Seni 16 Agustus 2018, 09:15-09:54 WIB

d. Pertanyaan penelitian

Hasil Wawancara

1. Upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius

Isalami di SMP Negeri

Banyubiru Kab.Semarang

Kesimpulan

Kalau penanaman religius itu

saya sarankan kepada bapak ibu guru

bukan hanya terbatas mata pelajaran

agama dan PKN tapi semua mata

pelajaran, diselipi kan bisa pendidikan

karakter bagaimana berkata yang baik

itu juga, juga bagaimana

menyampaikan pendapat dengan kata-

kata yang baik, bagaimana bertingkah

laku kepada orang tua itu contoh kecil

bagaimana kita menanamkan

pendidikan karakter kaitanya dengan

religius tadi

usaha kami untuk mendidik dan

merubah karakter serta memberi

arahan supaya anak itu bisa baik budi

pekerti maupun tingkah lakunnya,

dengan program dan pengawasan

yang kami buat yaitu yang berkaitan

dengan religiuitas ya mas itu kami dan

para guru selalu memberi contoh

untuk anak-anak, memberi motivasi

saat di kelas, menanamkan pendidikan

Upaya yang dilakukan

kepala sekolah dalam

menciptakan budaya religius di

mulai dari saran yang diberikan

Kepala Sekolah untuk semua

guru dalam menanamkan nilai

religius, kegiatan reeligius itu

sendiri yang sifatnya terprogram

karena ada jadwal kegiatannya

dan isidental tanpa terjadwal,

melalui contoh teladan yang baik

melalaui sikap dan ucapan,

pengontrolan setiap kegiatan

religius islami dan evalusai

terhadap kegiatan keagamaan

yang sudah berjalan sebelumnya.

Page 147: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

karakter di saat jam pelajaran

Dalam mengontrol dalam

religiuitas saya serahkan guru wali

kelas atau tidak ya guru yang

mengajar bagaimana tingkah laku

siswa, cara bicara siswa setiap harinya

baik di kelas maupun di lingkungan

sekolah sini terutama dalam hal shalat

jamaah itu pokoknya anak-anak itu

iku,t semua kan ada jatahnya itu ada

absen juga mas jadi tau oh ini yang

ikut ini yang tidak ikut, dan juga mas

ini kami juga mengadakan evaluasi

atas kegiatan yang sudah di lakukan

baik kegiatan yang terprogram dan

isidental itu kan evaluasi juga penting.

kita satu semester pasti ada

evaluasi ada rapat evaluasi terutama

kalau masalah ini kan masuknya di

kesiswaan masalah anak kan

kesiswaan apa to kendala anak yang

menjadi penyakit anak itu apa to?

yang lagi trennya apa? nah begitu

biasanya terus kita mau obati cara

apa? mau langkah kedepanya

bagaimana? kita selalu seperti itu

karena kan anak maslahnya berbeda-

beda nah itu antisipasinya seperti apa

kan seperti itu. Sholat berjamaahkan

kok gini kurang terus bagaimana cara

mengantisipasinya nah seperti itu kita

bahas bersama bagaimana untuk

menigkatkan motivasi anak tetap mau

melaksanakan kegiatan sholat

berjamaah kan itu diluar jam

pembelajaran.

Pengaruhnya kalau kegiatan

religius anak–anak itu ada jiwanya

religius baik tingkah lakunya bisa

terkontrol, kalau anak itu bisa

terkontrol menjadi anak yang baik itu

kan juga mendukung tidak terjadi

masalah kan msayarakat sekitar juga senang prestasi sekolah juga bagus

kan gitu, kalau anak itu tidak

bermasalah motifasi belajarnya tinggi

kan paling tidak untuk pencapaian

prestasinya bisa lebih mudah dari

Page 148: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

pada anak banyak bermasalah. Kita

untuk menagani anak bermasalah

setiap waktu itu pasti ada anak yang

bermasalah ga mungkin sekian anak

baik semua kan ga mungkin pasti ada

anak yang aneh-aneh itu pasti ada. la

itu biasanya kitapendekatan secara

hati-kehati kita betul-betul istilahnya

kita benerke lah dalane.

2. Faktor pendukung upaya

Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius di

SMP Negeri 2 Banyubiru Kab.

Semarang

Kesimpulan

Salah satunya masjid itu ,

kemudian kalau sholat idhul adha

semua warga sekolah ikut

berpartisipasi bersama komite. Dilihat

dari prestasi sekolah ini dari tahun ke

tahun itu peringkatnya naik mas

walaupun kita didaerah ndeso

pinggiran to tapi kita kan jenengan

lihat ndak anak setiap jam pelajaran

jalan-jalan sekolah disini kan tidak

pake kelas tapi ruang pembelajaran.

jadi setiap ruang itu mencerminkan

karakter pembelajarannya mata

pelajarannya mislanya mata pelajaran

PKN berkaitan pembelajaran PKN

kalao matematika ya matematika

seperti itu ya disini begitu.

Dengan jiwa religius kan

msayarakat sekitar juga senang

prestasi sekolah juga bagus kan gitu,

kalau anak itu tidak bermasalah

motifasi belajarnya tinggi kan paling

tidak untuk pencapaian prestasinya

bisa lebih mudah dari pada anak

banyak bermasalah.

Salah satu faktor yang

mendungkung adalah masjid

yang ada di SMP Negeri 2

Banyubiru karena sebagai

sentral keagammaan sekolalah,

sumber daya manusia yang baik

sebagai sekolah yang

mendapatkan prestasi setiap

tahunnya, ruang kelas yang

menggunakan ruang

pembelajaran (moving class)

sehingga setiap kelas

mencerminkan setiap mata

pelajaran di Saekolah.

Page 149: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

3. Faktor penghambat upaya

kepala sekolah dalam

menciptakan budaya religius

Kesimpulan

Kalau kendala itu pasti ada pasti

setiap program itu kan pasti ada

kendala. anak itu kan ada yang

gampang ada yang susah diajak,

kadang kalo sholat jamaah itu tidak

semua bisa ikut klau tidak harus

dioyak-oyak ayo bareng-bareng

emang harus di kontrol seperti itu di

sini untuk mengantisipasi anak yang

malas untuk melakukan sholat jamaah

itu kita mengaktifkan wali kelas atau

guru jam terakhir yang mengajar

disitu. Kalo tidak seperti itu anak-

anak bubar ya sudah pengontrolan

yang kedua adalah absen itu kan bisa

dilihat anak yang tidak ikut siapa saja.

tanggung jawab pendidikan itu

tidak terbatas tanggug jawab sekolah

tapi waktu yang lama itu justru itu kan

dirumah sering kita memberikan

waktu pertemuan siswa contoh-contoh

kenakalan, contoh-contoh pelangaran

anak disini jadi bisa diantisipasi lebih

awal orang tua juga diminta pro aktif

untuk komunikasinya kepada sekolah

. Dan kita juga sering meminta kepada

orang tua kalau di sekolah diajari

sholat ya dirumah diajak sholat

kadang itu kan yang menjadi masalah

orang tuanya dirumah juga tidak

sholat mas pendidikan agamanya kan

kurang makanya disini akhirnya kan

kalau diajak sholat berjamaah satu hal

yang berat dan terpaksa anak itu

makanya ya gimana caranya paling

tidak waktu jam sholat kita ajak

sholat, kita ajari sholat yang benar

seperti apa mengenalkan seperti itu

jadi tidak polosan.

Entah berapa anaknya yang ikut

paling tidak kita sudah mengajak

kebaikan kepada anak itu, tidak hanya

diajari oh bacaan sholat seperti ini,

tapi kita tidak pernah praktekkan.

apalagi anak-anak dilingkunagan

Karakter dari setiap individu

pasti berbeda-beda sehingga

kendala yang dihadapi oleh

sekolah menegah pertama 2

seperti adanya siswa yang susah

di ajak ikit dalam kegiatan

keagamaan dan pemahaman

siswa terhadap praktik

keagamaan kurang, aspek yang

menjadi problem adalah

pendidikan yang seharusnya

mendasari penaman keagamaan

sebelum dia berada dilingkungan

sekolah. Pendidikan harusnya

berkaitan antara pendidikan di

rumah dan sekolah keduannya

harung saling mendukung.

Page 150: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

orang tuanya tidak sholat tambah

kasian mungkin ya namnya hidayah

itu kan datang bisa kapan saja kan

begitu, makanya dengan cara itu kita

bisa mengambil hati anak kalau bisa

terbuka fikiranya hatinya walaupun

tanpa kita kontrol anak-anak itu bisa

sholat sendiri terus bisa berbuat baik

terhadap temanya, orang lain tanpa

harus kita suruh kan seperti itu mas.

E. Guru PAI SMP Negeri 2 Banyubiru

a. Identitas Diri

Nama Ali Nugroho, S. Ag

Jabatan Guru PAI

Agama Islam

Alamat RT.002 RW.001, Dsn. Gedangan

Pendidikan terakhir S1 Akta IV/PAI tahun 1997 Des.Bandungan

Kecamatan Tuntang Kab. Semarang.

Ruang Perpustakaan

Hari/Tanggal Seni 13 Agustus 2018

Pukul 10:09-11:30 WIB

b. Pertanyaan penelitian

Hasil Wawancara

1. Upaya Kepala Sekolah dalam

mnciptakan budaya religius Islami

di SMP Negeri 2 Banyubiru

Kesimpulan

Page 151: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Saya bicaranya berdasarakan skema

skedjul sehingga terprogram tidak asal-

asalan mengacu kalender entah itu harian,

mingguan, ada bulanan maupun tahunan

itu pijakannya. karena ini sehingga karena

ini sebuah lembaga ranahnya kalau yang

skedjul harian jelas kalau pendidikan

berbasis karakter itu kan kembali keranah

gurunya masing-masing. Tapi sebagai

ta’abudnya keseharian ada program sholat

dzuhur berjamaah, mengacu tempat kan

terbatas maka pakek sekema. Sekema

disini itu di bagi antara kelas satu, dua dan

tiga dengan menggunakan hari dalam satu

minggu yaitu senin untuk kelas A dari

kelas A satu dua dan tiga. begitu

seterusnya.

Skedjul Mingguan Anak-anak supaya

mempunyai rasa empati dengan orang lain

dengan adanya infaq. Alhamdullilah infaq

itu aplikasinya macem-macem segala

bentuk kebutuhan terkait dengan siswa

yang notabenya disitu tidak semua

anggaran BOS itu di kafer oleh infaq

contoh: kemarin ada grak jalan, BOS

dalam anggaran RKS hanya sekian ribu

karena masih ada kurang diambilkan dari

BOS, ada lagi kegiatan mapsi dibecup

oleh kotak infaq ini pyur anak itu ternyata

punya kesadaran ketika dia diajak beramal

itu tidak sendirian, kaleng keliling itu

minimal 500 atau 1000 anak pasti

keluarkan tapi ketika kita sendiri, ketemu

anak dek beramal 1000 oh belum tentu

tetapi ketika kita itu keliling kayak orang

jumatan itu lho itu orang akan banyak

yang ngisi juga termasuk kegiatan umum

(Am). Karena disitu kegiatanya berbasis

pembiasaan, kembali kepada anak ini

pakek infaq. Masjid itu suplay salah

satunya dari infaq ini bahkan untuk

pengembangan kebersihanya ini kami

punya tenaga istilahnya bisyaroh di ambilkan dari infaq. Jadi sianak ini lho

kita enaknya berbagi ternyata bermanfaat

untuk orang lain.

Nah bulanan yang isidentil itu ada

juga kegiatan yatiman kemarin yatiman

Upaya kepala Sekolah

dalam menciptaka budaya

religius yaitu dengan

mengadakan program-

program yang sifatnya

terprogram baik harian,

mingguan, bulanan dan

tahunan seperti adanya

sholat dzuhur berjamaah,

infak jum‟at, yatiman,

penyembelihan hewan

qurban dan lomba-lomba

islami ketika ada iven-iven

tertentu. Hal ini di lakukan

sebagi pembiasaan

pengalaman keagamaan di

Sekolah.

Page 152: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

itu kalo ga salah 48 anak setiap anak kalo

ga salah terkasih 50 per anak. sehingga

minimal ada rasa pembelajaran

kepedulian disetiap individu siswa kepada

orang lain, menjauhi sifat egois, takabur,

sombong dan sebagainya.

Yang sifatnya tahunan idul adha nanti

biasanya penyembelihnya kambing

kemarin kalau tidak salah 4/5 kambing itu

dikonfreknsi antara yang dari anak dapat

berapa dari guru dapat berapa kambing.

panasarupanya kalau itu ditasarupkan

kepada semua siswa itu kan ga jalan bakal

ga dapet semua, dari masing-masing kelas

itu diambil 5/6 anak-anak yang kurang

mampu itu baru mereka yang

mendapatkan bagian daging heawan

pembelajaran quraban bukan quraban lho

ya tetapi latihan qurban terus tetangga itu

mendapatkan penasarupannya juga. Lagi

ini mengacu kepada KALDIK Provinsi

kalendernya. Untuk puasa, kalau

rekomendasi dari dinas tiga hari ya kita

tiga hari klau kegiatannya 2 hari ya kita

buat 2 hari. Pembinanya itu tidak hanya

guru agama yang sekiranya itu

notabennya penguatan di keimannya, ini

mereka menjadi tim pemateri khusus

kegiatan Romadhzon itu terus halal

bihalal itu jg ada baik diisi anak maupun

orang tua. Ada lagi kegiatan dimana

kegiatan ini berada diiven-even tertentu

kami mengadakan kegiatan yang

bernuansa islami ada lomba busana

muslim, lomba pidato. dan lain

sebagainya

Kalau bicara soal agama itu tidak ada

ungsur pemaksaan, pemaksaan itu tidak

ada dalam ranah agama pake filosofi itu

kalau saya salah satu pemberian uswah

kan. Saya ga pernah ajak-ajak mereka ayo

sholat dzhur tidak saya tidak ajak itu

urusan pribadi. Tapi, tatkala anak-anak sudah terpolakan sesuai kegiatannya tadi,

itu nanti pengaruh kesadaran entah berapa

persen akan terbentuk dari teman-teman.

Saya ga pernah logikanya, la anak sholat

kan ketika bapak ibunya yang sadar akan

Page 153: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

dampingi walupun itu tidak bisa langsung

menelurkan hasil yang maksimal. karena

bicara agama sekali lagi tidak ada ungsur

paksaan

2. Faktor pendukung upaya Kepala

Sekolah dalam menciptakan

budaya religius Isalam di SMP

Negeri Banyubiru

Kesimpulan

Kalau pendukungnya banyak sekali

jelas kita punya SDM baik dari peserta

didik SDM dari luar juga, karena kita

mendatangkan pemateri untuk guru

qirokah misalnya jika interen dibawah

naungan pembinaan guru agama, sarana

juga kita reddy, fasilitas audio visual ok,

terus fasilitas tempat ibadah juga ok,

refrensi buku keagamaan juga ada.

Alhamdulillah selama ini sepanjang

progaram yang kami torehkan dan kami

usulkan sepanjang program kegiatanya itu

berkaitan dengan harian, maupun

exsidentil untuk mingguan, bulanan dan

tahunan beliau ACC, sepanjang sesuai

dengan kekuatan entah itu suadna maupun

sudaya SDM itu memadai

Faktor pendukung upaya

Kepala Sekolah dalam

memciptakan budaya

religius diantarannya

fasilitas audio visual, terus

fasilitas tempat ibadah juga,

refrensi buku keagamaan,

dukungan dari kepala

sekolah selama program

kegiatan sesuai dengan

sumber daya maupun

sumber dana memenuhi.

3. Faktor penghambat upaya Kepala

Sekolah dalam menciptakan

budaya religius Islami di SMP

Negeri 2 Banyubiru

Kesimpulan

Hasil pengamatan saya mereka

kadang-kadang ta’abudnya untuk sholat

itu ada banyak yang kurang itu karena

pendidikan dirumahnya ga jalan, orang

tuanya kadang tidak ngopeni sholatnya

atau mungkin tidak memberi contoh

tentang sholatnya. Nah saya selaku guru

ta’abudnya banyak yang

kurang hal ini di dasari

adanya karakteristik siswa

itu sendiri lingkungan yang

kurang mendukung dalam

kemajuan dan pemahaman

ilmu agamannya setelah dari

Page 154: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

entah tuhan memberikan hasil ikhtiar saya

adanya program sholat itu kan klau ibarat

guru kan paling tidak sudah gugur

kewajibannya, jangan sampai dalam

pendidikan itu tidak di ajari sholat.

Pelajaran materi sholat ada tetapi tidak

sampai keaplikasi sholatnya kan kasian

juga nah itu sebagi program harian.

Kalau saya menilai ini, saya selaku

guru memandang urusan agama kan yang

paling domain bukan karakter mereka di

sekolahan. urusan karakter itu dipasrahkan

kepada sekolahan, umumnya orang tua

sudah disekolahakan pyur piginya

pulangnya baik kan, disekolahan belajar

hanya berapa jam ketemu materi

seminggu hanya berapa jam 3 kalau

dirumah itu tidak dibentuk juga ilmu

pendidikanya ya kan akan menjadi bias,

ya merubah paradikma mainsaide menurut

saya menghambat ya PR yang cukup

mengigit ya itu.

Sekolah.

F. Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru

a. Identitas Diri

Nama Nur Dila Ekawati

Jabatan Siswa

Agama Islam

Alamat Kemacan 07/05, Pringapus, Karang

Jati, Ungaran, Kab. Semarang

Hari/Tanggal 13 Juli 2018

Pukul 9:24-9:45 WIB

Ruang perpustakaan SMP N 2 Banyubiru

Page 155: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

b. Pertanyaan penelitian

Hasil wawancara

1. Upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius di SMP

Negeri 2 Banyubiru

Kesimpulan

Melaksanakan kegiatan yang di

adakan dengan hikmat dan mencari

hikmahnya. Dengan adanya nilai religius

menjadikan siswa tentu saya sendiri

tidak hanya mengenal wawasan

pendidikan tetapi wawasan agama juga

kegiatannya seperti sholat idul adha,

pemberian infak kepada panti asuhan,

pesantren kilat, sholat jamaah.

Dengan adanya kegiatan religius

menjadi lebih baik sehingga

mendapatkan kayak mendapatkan

pencerahan.

Hikamah yang di dapat

dari adannya kegiatan religius

berdampak baik terhadap

terselengaranya kegiatan

agamis sebagai iklim sekolah

yang Islami

2. Upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius di SMP

Negeri 2 Banyubiru

Kesimpulan

Faktor pendukung ya karena adanya

semangat siswa dalam praktek religius

dan

Semanagt dalam

menjalankan kegiatan relgius

berimplikasi terhadap

terslenggaranya iklim religius

Islami.

3. Upaya Kepala Sekolah dalam

menciptakan budaya religius di SMP

Negeri 2 Banyubiru

Kesimpulan

faktor penghambatnya karena sering

ada anak yang nakal dan tidak mau

mengikuti kegiatan tersebut.

Setiap kegiatan yang

dilakukan pasti ada pasang

surutnya, seringnya sikap

yang tidak terpuji anak akan

berpengaruh terhadap

pembentukan budaya religius

Islami.

1. Profil Skolah SMP Negeri 2 Banyubiru

Nama Sekolah SMP N 2 Banyubiru

N.I.S/NPSN 20320285

N.S.S 201.03.22.07.106

Propinsi Jawa Tengah

Otonomi Kabupaten Semarang

Kecamatan Banyubiru

Desa/Kelurahan Kebumen

Page 156: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Jalan dan Nomor Jl. Brantas

Kode Pos 50664

Telepon Kode Wilayah (0298) 5992994

Faksimile -

Daerah Pedesaan

Status Skolah Negeri

Kelompok Sekolah Inti

Akreditasi A

Surat Keputusan/SK Nomor: 107/0/1997

Penerbit SK (ditandatangani

oleh)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Berdiri 1995/1996

Tahun Perubahan -

Kegiatan Belajar Mengajar Pagi

Bangunan Sekolah Milik Sendiri

Luas Bangunan L: 177 dan P: 344

Lokasi Sekolah -

Jarak Kepusat Kecamatan Km: 5 Km

Jarak Kepusat Kota Km: 30 Km

Terletak Pada Lintasan

Desa

Jumlah Keanggotaan Rayon -

Organisasi Penyelenggara Pemerintah

Perjalanan/Perubahan

Sekolah

-

2. Visi SMP Negeri 2 Banyubiru

“UTAMA DALAM IMAN DAN TAQWA, MAJU DALAM ILMU DAN

TRAMPIL DALAM KARYA”

3. Keadaan Guru SMP Negeri 2 Banyubiru

No Nama NIP Mapel

1. Sri Mulyati, S.Pd 19770225 200012 2 001 Matematika

2. Mardiyono, M.Pd 19591229 198303 1 017 Matematika

3. Fajar Suryono, S.Pd 19600418 198601 2 001 BK

4. Asih luthfiati, S.Pd 19650120 196601 2 001 Matematika

5. Budianti, S.Pd 19620712 198403 2 009 B.

Indonesia

6. Yohanes Sularso, S.Pd 19601228 198903 1 009 Sejarah

7. Ita Mulyati, S.Pd 10651231 198903 2 069 PPKN

8. Nanik Aryanti, S.Pd 19680724 199003 2 005 BK

9. Nur Mualifah, S.Pd 19670101 1997203 2 015 Biologi

10. Muh. Mawardi, S.Pd 19650322 199403 1 005 BK

Page 157: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

11. Drs. FX. Harianto 19630101 199702 1 001 Fisika

12. Arina Rakhmandasari,

S.Pd

19720613 199702 2 002 Kesenian

13. Tri Hartinigsih, S.Pd 19640403 199702 2 003 BK

14. Rahmat Dhoni Wiryatmo,

S.Pd

19691116 1997 02 1 002 Olah Raga

15. Ismangil, S.Pd 19681219 199903 1 003 TIK

16. Miskiyatun Nafijah, S.Pd 19671223 200501 2 005 B.

Indonesia

17. Dra. Antonia Sri Noor SS 19640529 200604 2 003 Sejarah

18. Sri Widodo, S.Pd 19630603 200701 1 006 Geografi

19. Sumiyati, S.Pd 19710819 200604 2 003 B. Inggris

20. Dyah Harjanti Susilowati,

S.Pd

19740105 200604 2 010 B. Inggris

21. Rubinah, S.Pd 19640311 200801 2 002 PPKN

23. Drs. Edy Umar 19620120 201406 1 001 PAI

24. Ali Nugroho, S.Ag 19750516 201406 1 001 PAI

25. Rr. Boedi Irawati 19650114 198811 2 001 IPA

26. Sugiyanto, S.Kom 19710528 199702 1001 TIK

4. Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Banyubiru

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. VII

A 14 18 52

B 14 18 52

C 16 16 52

D 14 10 52

E 16 16 52

Jumlah 74 86 160

2. VIII

Al Ashriyyah

Nurul Iman

12 19 31

Belajar 12 20 52

C 11 20 31

D 12 19 31

E 12 18 50

Jumlah 59 96 155

3. IX

A 19 13 32

Belajar 14 16 30

Page 158: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

C 12 18 30

D 15 15 30

Empati 16 14 30

Jumlah 76 76 152

Jumlah Total 209 258 467

5. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Banyubiru

No Sarana dan Prasarana Total Ukuran (m²) Kondisi

1. Ruang Kelas 15 209 Baik

2. Ruang Perpustakaan 1 7 x 12 Baik

3. Laboratorium IPA Fisika 1 8 x 12 Baik

4. Laboratorium IPA Biologi 1 8 x 12 Kurang

Baik

5. Ruang Pengembangan 1 9 x 7 Baik

6. Ruang Multimedia 1 8 x 12 Baik

7. Ruang Menggambar 1 9 x 7 Baik

8. Laboratorium Bahasa 1 7 x 10 Baik

9. Laboratorium Komputer 1 7 x 10 Baik

10. PTD - - -

11. Aula - - -

12. Ruang Kegiatan 1 9 x 7 Baik

13. Ruang Kepala Sekolah 1 3 x 7 Baik

14. Ruang Wakil Kepala

Sekolah

1 3,5 x 3

15. Ruang Guru 1 11 x 3 Baik

16. Ruang TU 1 12 x 4 Baik

17. Ruang Tamu 1 4 x 7 Baik

18. Ruang Komite Sekolah 1 7 x 11 Baik

19. Gudang 1 5 x 7 Baik

20. Dapur 1 3 x 4 Baik

21. WC Guru 2 5 x 2 Baik

22. WC Siswa 17 2 x1,5 Baik

23. Masjid 1 13 x 18 Baik

24. Ruang Ganti - - -

25. Ruang Produksi 1 3 x 3 Kurang

Bagus

6. Koleksi Buku Perpustakaan SMP Negeri 2 Banyubiru

No

Jenis Buku

Jumlah

Kondisi

Kurang Baik

1. Semua buku pelajaran 8.602 - 8.602

2. Buku bacaan 308 - 308

Page 159: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

3. Buku refrensi (Kamus,

ensiklopedi, dll)

92 32 60

4. Jurnal - - -

5. Majalah 600 - 600

6. Koran 2 - 2

Total 9.604 32 9.572

7. Ekstrakurikuler

1. Pramuka Jumat pukul 13.00 - 15.00 WIB

2 Bola Volley Selasa Pukul 14.00 - 16.00 WIB

3 OSN Biologi Jumat Pukul 11.00 - 13.00 WIB

4 OSN Fisika Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

5 OSN Matematika Selasa Pukul 14.00 - 16.00 WIB

6 OSN IPS Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

7 Seni Baca Al-Quran Senin Pukul 14.00 - 16.00 WIB

8 Seni Sastra Rabua Pukul 14.00 - 16.00 WIB

9 Menjahit Senin Pukul 14.00 - 16.00 WIB

10 Membatik Selasa Pukul 14.00 - 16.00 WIB

11 Seni Kriya Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

12 Palang Merah Remaja (PMR) Rabu Pukul 14.00 - 16.00 WIB

Page 160: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Data dokumentasi

SMP N 2 Banyubiru tampak dari luar

Provil SMP N 2 Banyubiru

Page 161: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Struktur organisasi SMP N 2 Banyubiru

Visi Misi SMP N 2 Banyubiru

Page 162: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Masjid SMP N 2 Banyubiru

Ruang Perpustakaan SMP N 2 Banyubiru

Page 163: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Wawancara Bersama Kepala Sekolah di Ruang Kepala Sekolah

Wawancara Bersama Bapak Ali Nugraha, S.Ag di Perpustakaan

Page 164: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Wawancara Bersama Siswa di Perpustakaan SMP N 2 Banyubiru

Kegiatan Sholat Dzuhur Berjamaah

Page 165: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Istighosah dan Doa Bersama

Kegiatan Berbagi Ke SLB Muhammadiyah Kebumen dan Adik PP Huffadz

Kebumen

Page 166: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Kegiatan Hari Idul Adha Qurban di SMP N 2 Banyubiru

Kegiatan Yatiman Siswa SMP N 2 Banyubiru Untuk Yatim Piatu

Page 167: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Bersih-Bersih Bersama Tempat Ibadah

Page 168: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Fauzi Jurusan : PAI

NIM : 111-14-312 Dosen PA : Dr. Miftahuddin M.Ag

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Skor

1 OPAK STAIN SALATIGA 2014

dengan tema dengan tema

“Aktualisasi Gerakan Mahasiswa

yang Beretika, Disiplin dan Berfikir

Terbuka”

18-19 Agustus

2014

Peserta

3

2 ORIENTASI DASAR

KEISLAMAN (ODK) dengan tema

“Pemahaman Islam Rahmatal Lil

„alamin Sebagai Langkah Awal

Menjadi Mahasiswa Berkarakter”

oleh LDK dan ITTAQO STAIN

Salatiga

21 Agustus 2014 Peserta

2

3 ACHIEVEMENT MOTIVATION

TRAINING (AMT) dengan tema

“Dengan AMT Semangat

Menyongsong Prestasi” oleh CEC

dan JQH STAIN SALATIGA

23 Agustus 2014 Peserta

2

4 “ LIBRARY USER EDUCATION

(Pendidikan Pemustaka) oleh UPT

PERPUSTAKAAN STAIN

SALATIGA”

28 Agustus 2014 Peserta

2

Page 169: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

5 Seminar regional wawasan

Magelang “ Rekonstruksi Karakter

Mahasiswa Dalam Upaya

Pembangunan Menuju Magelang

Yang Beretika Dan Berpendidikan”

13-14 September

2014

Panitia

4

6 SEMINAR REGIONAL dengan

tema:” Menggali Ilmu Islam Dalam

Kesenian Tradisional Kobro Siswo”

yang telah dilaksanakan di Dusun,

Desa Japunan, Kec. Dukun, Kab.

Magelang

Magelang, 20

Maret 2015

Panitia

4

7 SEMINAR NASIONAL

ANJANGSANA AHWAL AL-

SYAKHSHIYYAH (AS) #12

INSTITUT AGAMA ISLAM

NEGRERI SALATIGA, dengan

tema “ Menncegah Generasi Pemuda

Islam dari Pengaruh Radikalisme

ISIS”.

Salatiga, 06 Mei

2015

Peserta

8

8 SEMINAR NASIONAL Bertema “

Pemuda Islam, dan Kemandirian” di

Auditorium Kampus 1 IAIN Salatiga

Salatiga, 2

September 2015

Peserta

8

9 Sarasehan dengan tema: “

Meneguhkan Peran Santri Sebagai

Generasi Penerus Bangsa”

18 Oktober 2015 Peserta

2

10 Bedah Buku Ulama-Ulama Aswaja

Nusantara yang Berpengaruh di

Negri Hijaz Oleh: Amirul Ulum,

yang diselengarakan Oleh UPT

Perpustakaan di Pondok Pesantren

Edi Mancoro

21 Februari 2016 Peserta

2

Page 170: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

11 “Akhirussanah dan Khotmin Qur‟an

V” di Pondok Pesantren Edi

Mancoro

14 Mei 2016 Panitia

4

12 ASRAMANISASI RAMADHAN

1437 H dengan tema “ Meningkatkan

Kreatifitas, Intelektualitas, dan

Spiritualitas di Bulan Berkualitas”

yang diselengarakan oleh Panitia

Asramanisasi.

6-27 Juni 2016 Panitia

4

13 Praktikum Mata Kuliah

Kewirausahaan (Mahasiswa Jurusan

PAI, PGMI dan PGRA)” Keren Itu

Mahasiwa Kreatif, Inovatif, Mandiri

dan Berani Berwirausaha”

14 Desember

2016

Peserta

2

14 SEMINAR NASIONAL

EDUPRENEURSHIP “Strategi

Marketing Kunci Sukses Wirausaha”

Di Aula Kampus 1 Institus Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatig

13 November

2016

Peserta

8

15 PERINGATAN HARI LAHIR

PONDOK PESANTREN EDI

MANCORO dengan tema:

“Mewujudkan Peran Santri yang

Berkarakter Khodimmul Ummah”

27 Desembar

2016

Panitia

4

16 Pelatihan Perawatan Jenazah untuk

Menyiapkan Kader-Kader khodimul

Ummah Diselengarakan Oleh Biro

Pendidikan OSPPEM

30 Januari 2017 Peserta

2

17 Piagam Penghargaan, dalam rangka 02 April 2017 Panitia

Page 171: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

Festival Anak Sholeh dengan tema “

Santri Cilik yang Berakhlaq Mulia,

Cerdas, dan Kreatif” UPT Tarbiyatul

Banin wa Al Banat Pondok

Pesantren Edi Mancosro

4

18 SEMINAR NASIONAL KOPRI

PMII Kota Salatiga dengan tema:

“Semangat Kartini dalam

Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Bagi

Perempuan Masa Kini”

21 April 2017 Peserta

8

19 SEMINAR INTERNASIONAL

Dengan tema: “Menjadi

Mobilepreuneur dalam Era E-

commerce di gedung Graha KORPRI

Kota Salatiga

25 April 2017 Peserta

8

20 SEMINAR NASIONAL dengan

tema: “ Menakar Untung Rugi

Pemilu Serentak Tahun 2019 Untuk

Kehidupan Demokrasi Indonesia di

Masa Depan” yang di selengarakan

Oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan

Hukum Tata Negara IAIN Salatiga

12 Oktober 2017 Peserta

8

21 Seminar Edukasi Zakat dalam

Rangka Tasyakuran LAZISKAF Edi

Mancoro

16 November

2017

Peserta

2

22 SEMINAR NASIONAL,

“Meningkatkan Skill dan Jiwa

Enterpreneurship dalam Menghadapi

Ekonomi Global”

Salatiga , 05 Mei

2018

Peserta

8

23 SEMINAR NASIONAL yang di

selengarakan oleh UKM ITTAQO

dengan tema: “Tantangan & Prospek

Salatiga, 12 Mei

2018

Peserta

8

Page 172: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang
Page 173: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5334/1/skripsi don wisuda.pdf · keluarga, terimakasih atas segala do‟a dan kasih sayang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Fauzi lahir di Magelang pada tanggal 02

November 1995 dari pasangan suami istri Bapak

Arofi‟i dan Ibu Lasminah. Peneliti adalah anak ke

dua dari 2 bersaudara. Peneliti sekarang bertempat

tinggal di Jl. Imam Bonjol Km. 04, RT.002 RW.001,

Pondok Pesantren Edi Mancoro Dsn. Gedangan

Des.Bandungan Kecamatan Tuntang Kab. Semarang.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu melalui pendidikan

dalam bentuk lembaga formal dan non formal. Pendidikn formal yang di tempuh

oleh peneliti yaitu dari mulai MI Negri 1 Windusari yang lulus pada Tahun 2009,

SMP Negeri 1 Windusari dari Tahun 2009 dan lulus tahun 2011, MA GUPPI

Windusari dari Tahun 2012 dan lulus Tahun 2014. Mengikuti program S1

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ( IAIN) Salatiga

pada Tahun 2014 sampai dengan sekarang sampai dengan penulisan skripsi ini

peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Kampus Salatiga.