upaya dan saran pencegahan terhadap risiko pekerjaan di perusahaan

16
1. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Perusahaan/Industri Upaya dan saran pencegahan yang bisa dilakukan sesuai dengan dua belas item yang dijelaskan oleh suma’mur dan empat item yang dijelaskan oleh olishifki (1985), yaitu: a. Membuat peraturan-peraturan tentang keselamatan kerja untuk dipatuhi oleh setiap kontraktor, subkontraktor, tamu pelanggan, tamu rela eperti adanya peraturan yang mewajibkan menggunakan APD yang ditetapkan selama berada dilingkungan produksi di tiap unit; adanya rambu – rambu keselamatan yang harus si, tamu instansi atau tamu pengunjung lainnya yang mengunjungi lokasi kerja tertentu, s dipatuhi; dan adanya jalur khusus pejalan kaki yang merupakan jalur aman untuk dilewati. Pencegahan tersebut sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu Peraturan perundangan dan item keduabelas yang dijelaskan oleh suma’mur yaitu usaha keselamatan pada tingkat perusahaan. Di Indonesia peraturan perundangan yang dimaksud oleh suma’mur terdapat pada UU no 1 tahun 1970 yaitu dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja diantaranya adalah: memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya; memberikan pertolongan pada kecelakaan, memberikan pemeriksaan kesehatan secara berkala; mencegah dan mengurangi

Upload: reisa-maulidya-tazami

Post on 05-Dec-2014

112 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pencegahan Risiko Pekerjaan

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

1. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Perusahaan/Industri

Upaya dan saran pencegahan yang bisa dilakukan sesuai dengan dua belas item yang

dijelaskan oleh suma’mur dan empat item yang dijelaskan oleh olishifki (1985), yaitu:

a. Membuat peraturan-peraturan tentang keselamatan kerja untuk dipatuhi oleh setiap

kontraktor, subkontraktor, tamu pelanggan, tamu rela eperti adanya peraturan yang

mewajibkan menggunakan APD yang ditetapkan selama berada dilingkungan produksi di

tiap unit; adanya rambu – rambu keselamatan yang harus si, tamu instansi atau tamu

pengunjung lainnya yang mengunjungi lokasi kerja tertentu, s dipatuhi; dan adanya jalur

khusus pejalan kaki yang merupakan jalur aman untuk dilewati. Pencegahan tersebut sesuai

dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu

Peraturan perundangan dan item keduabelas yang dijelaskan oleh suma’mur yaitu

usaha keselamatan pada tingkat perusahaan. Di Indonesia peraturan perundangan yang

dimaksud oleh suma’mur terdapat pada UU no 1 tahun 1970 yaitu dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja diantaranya adalah: memperoleh

keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya;

memberikan pertolongan pada kecelakaan, memberikan pemeriksaan kesehatan secara

berkala; mencegah dan mengurangi kebakaran; memberikan alat pelindung diri pada

pekerja; mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; dan pengurus diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru mengenai kondisi-kondisi

dan bahaya- bahaya yang dapat timbul ditempat kerjanya, juga cara – cara yang aman

dalam melaksanakan pekerjanya.

b. Perusahaan membuat working instuction / instruksi kerja (WI) yang harus diikuti oleh

pekerja selama melaksanakan pekerjaannya dan mereview kembali WI, sebaiknya

pelaksanaan peninjauan kembali seluruh WI yang ada di setiap departemen harus

dilaksanakan secara berkala dan konsisten sehingga dengan melakukan review terhadap

WI diharapkan WI selalu up to date. Pencegahan tersebut sesuai dengan item pertama

dari pencegahan yang dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu pencegahan kecelakaan

dilakukan dengan memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari cara kerja.

Page 2: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

Tujuan dari adanya instruksi ini adalah untuk mengingatkan para pekerja agar mengikuti

prosedur kerja yang aman ( Lehto & Miller, 1992).

c. Adanya MSDS (Material Safety Data Sheet) pada bahan- bahan kimia berbahaya

yang digunakan oleh perusahaan. Dalam MSDS dapat diketahui cara kerja dari bahan

yang digunakan, juga mengetahui dosis yang tepat, dan apa saja yang dilakukan jika

terjadi kontak berlebih yang diakibatkan oleh bahan – bahan kimia yang berbahaya

tersebut (Annisa, 2008). Dengan adanya MSDS pekerja dapat bekerja sesuai dengan

prosedur penggunaan bahan kimia berbahaya dan untuk mengurangi kejadian yang

berbahaya (Lehto & Miller, 1992). Pencegahan tersebut sesuai dengan item

keempat dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu penelitian

bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri –ciri dari bahan – bahan berbahaya. Selain itu

pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan

olishifki (1985) yaitu pencegahan dilakukan dengan memperkecil kejadian berbahaya dari

material.

d. Adanya pelatihan yang diberikan kepada semua karyawan baik karyawan lama

maupun karyawan baru, pekerja yang naik jabatan, termasuk karyawan yang dipindahkan

mengenai prosedur keadaan darurat sesuai dengan tingkat resiko pekerjaanya dengan

jelas dan terperinci agar mereka melaksanakan tugasnya secara aman. Training ada

dua yaitu external training ( dengan melakukan training keluar ), khususnya materi yang

tidak ada di internal atau hanya instansi tertentu yang boleh memberikan; dan

internal training (training di dalam). Training safety dilaksanakan secara berkala

misalnya training pemadaman kebakaran, sedangkan untuk training yang terkait dengan

alat tergantung pada setiap departemennya untuk dilakukan secara berkala atau tidak.

Sebaiknya setiap departemen melaksanakan training yang terkait dengan alat secara

berkala, hal ini dilakukan untuk mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan. Pencegahan

ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996)

yaitu peraturan perundangan mengenai adanya pelatihan dan juga sesuai dengan

item kedelapan dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu

pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah

Page 3: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

perniagaan atau kursus pertukangan. Selain itu pencegahan ini sesuai dengan item

kesembilan dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu latihan

praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga kerja baru dalam keselamatan kerja; dan juga

sesuai dengan item ketiga dari pencegahan yang dipaparkan oleh Olishifki (1985) yaitu

memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang

kecelakaan dan keselamatan kerja. Pemberian latihan pada pekerja dapat mengurangi

jumlah kecelakaan karena meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pekerja.

(Suma’mur, 1976).

e. Mengadakan perbaikan, perawatan, dan perubahan terhadap sarana produksi yang

dilakukan oleh bagian maintanance atau yang ditunjuk harus mempertimbangkan

syarat–syarat K3. Pencegahan ini sesuai dengan item pertama yang dipaparkan oleh

Olishifki (1985) yaitu kegiatan untuk memperkecil kejadian yang membahayakan dari

mesin.

f. Menyediakan alat-alat pengaman mesin dan alat pengaman diri

- Memberikan alat–alat pengaman untuk mesin–mesin berputar. Pencegahan ini sesuai

dengan item kedua dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu

standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai

misalnya syarat – syarat keselamatan sesuai konstruksi peralatan industri. Selain

itu pencegahan ini juga sesuai dengan item kedua dari pencegahan yang

dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu memberikan alat pengaman agar tidak

membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut. Mesin dilengkapi

dengan alat pelindung agar tidak membahayakan manusia, misalnya mesin

berputar diberikan alat pelindung ”garding” untuk menghindari baju atau rambut

pekerja tertarik oleh mesin yang berputar pada saat bekerja (Suma’mur, 1976).

- Memberikan alat pengaman diri (APD) yang sesuai dengan kondisi bahaya yang

dihadapi. Pencegahan ini sesuai dengan item kedua yang dipaparkan oleh

suma’mur (1996) yaitu standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi,

atau tidak resmi mengenai alat pelindung diri (APD). Selain itu pencegahan ini juga

sesuai dengan item keempat dari pencegahan yang dipaparkan oleh olishifki (1985)

Page 4: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

yaitu memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada

area yang membahayakan.

g. Peningkatan disiplin, sensitivitas dan kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja,

merupakan salah satu cara untuk menimbulkan sikap selamat. Pencegahan ini sesuai

dengan item kesepuluh dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu

Penggairahan yang merupakan penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menimbulkan sikap selamat.

h. Adanya poster keselamatan. Terdapat poster keselamatan di perusahaan yang dipasang di

tempat–tempat yang telah ditentukan. Poster–poster keselamatan digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan pekerja dan kemampuan juga untuk mengurangi pelanggaran

yang disengaja terhadap peraturan keselamatan (Lehto & Miller, 1998). Pencegahan ini

sesuai dengan item kesepuluh dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996)

yaitu Penggairahan yang merupakan penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menimbulkan sikap selamat.

i. Pengawasan K3.

Masing–masing manager dan/atau Ka. Unit kerja harus melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan pekerjaan dan lingkungan dengan mengikuti prosedur dan petunjuk yang telah

ditetapkan serta mengawasi, menyeleksi setiap orang yang melakukan pekerjaan sesuai

dengan kemampuan dan resiko kerjanya. Selain itu, departemen manager adiministrasi

melalui anggota satpam berkewajiban melaksanakan pengawasan terhadap tamu

pengunjung dan kontraktor tentang kepatuhan terhadap tata tertib dan peraturan K3. Di

perusahaan terdapat pengawasan yang ketat terhadap standar pemakaian api;

pengawasan terhadap kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD pada saat bekerja, jika

ditemukan pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja maka distop

aktivitas kerjanya kemudian disuruh menggunakan APD; dan pengawasan terhadap

penggunaan rambu – rambu K3. Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah

satu faktor pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh

pekerja bawahannya. (Riswanto,2008). Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan

Page 5: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam

menyelesaikan tugas secara bertanggung jawab (Riswanto,2008). Pencegahan ini

sesuai dengan item ketiga dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur

(1996) yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan – ketentuan perundang –

undangan yang diwajibkan.

j. Pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan sarana.

Upaya pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan sarana merupakan tindakan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan. Upaya–upaya yang dilakukan adalah pemeriksaan dan

pemeliharaan sarana produksi dilakukan sesuai jadwal; terdapat suatu sistem penandaan

bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan atau yang sudah digunakan atau yang

telah dinyatakan rusak; kewajiban setiap pekerja untuk memelihara dan merawat rambu –

rambu K3 yang sudah dipasang; supervisor secara berkala memeriksa kondisi rambu –

rambu K3; dilakukan pemeriksaan APD; pemeriksaan peralatan proteksi kebakaran

secara rutin. Upaya pemeliharaan, perawatan terhadap sarana dilakukan untuk mencegah

terjadinya bencana yang besar, misalnya peledakan mesin diesel (suma’mur, 1976).

Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana merupakan pencegahan yang sesuai dengan item

pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu peraturan

perundangan mengenai adanya ketentuan–ketentuan yang diwajibkan mengenai perawatan,

dan pemeliharaan.

k. Pemeriksaan Kesehatan

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di perusahaan (misalnya dilaksanakan

satu tahun sekali), dengan adanya pemeriksaan kesehatan ini maka kondisi fisik

pekerja dapat terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (mulya, 2008).

Pemeriksaan kesehatan sebelum dan pada waktu kerja akan berguna dalam menemukan

faktor manusia yang mendatangkan kecelakaan (suma’mur, 1976). Pencegahan ini sesuai

dengan item kelima dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Riset

medis, terutama penyelidikan dampak fisiologis dan patologis, dari keadaan yang

mengakibatkan kecelakaan.

Page 6: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

l. Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan

sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi

(UU No 3 Tahun 1992). Misalnya, perusahaan mendaftarkan keikutsertaan tenaga kerja

dalam program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan perusahaan

membayar iuran kecelakaan kerja pada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

Menurut UU No 3 tahun 1992 bahwa perlu adanya peningkatan perlindungan tenaga kerja

dalam program jaminan sosial tenaga kerja yang bertujuan untuk memberikan

ketenangan bekerja dan jaminan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.

Pencegahan ini sesuai dengan item kesebelas dari pencegahan yang dipaparkan oleh

suma’mur (1996) yaitu asuransi merupakan insentif finansial untuk meningkatkan

pencegahan kecelakaan.

m. Program 5S

Sasaran 5S adalah terciptanya tempat kerja yang bersih, cerah dan menyenangkan,

terawatnya peralatan dan perlengkapan serta bangunan selama proses kerja, terwujudnya

disiplin kerja yang dibutuhkan untuk mencapai standar kerja, terjaganya keselamatan dan

kestabilan kerja selama operasi berlangsung, tercapainya perbaikan mutu kerja dengan

mengurangi keragaman hasil kerja, terselenggaranya perbaikan efisien masing-

masing bagian, terbinanya suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan, disiplin dan

saling menghargai antar karyawan. Pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari

pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Peraturan perundangan

mengenai kondisi kerja pada umumnya. Yang dimaksud dengan program 5S yakni:

a. Seiri (Pemilihan), yaitu pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna,

jika berguna disimpan dan jika tidak berguna maka dibuang

b. Seiton (Penataan), yaitu penataan barang yang berguna agar mudah dicari dan aman,

serta diberi indikasi

c. Seiso (Pembersihan), yaitu pembersihan barang dan ruangan yang sudah ditata

dengan rapi agar tidak kotor

d. Seiketsu (Penjagaan), yaitu penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih

menjadi suatu standar kerja

e. Shitsuke (penyadaran), yaitu penyadaran diri akan etika kerja yang terdiri dari

Page 7: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan

senang melakukan perbaikan

n. Melakukan statistik terhadap kejadian kecelakaan kerja

Setiap kecelakaan yang terjadi, dilakukan penyelidikan untuk mempelajari bagaimana

kecelakaan tersebut terjadi (kronologis kecelakaan) untuk mengetahui penyebab–

penyebab kecelakaan, kemudian bagaimana usaha penanggulangannya, sehingga

kecelakaan serupa tidak terulang kembali, hal tersebut dibuat laporan tertulis sesuai dengan

form laporan kecelakaan atau form laporan kebakaran. Kemudian membuat laporan

kecelakaan kerja secara statistik, yang dilaporkan dalam bentuk tabel, grafik,

diagram. Penyajian statistik tersebut merupakan informasi dan peringatan kepada setiap

orang agar mengetahui situasi kecelakaan kerja dalam rangka mendorong dan memotivasi

untuk lebih meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (Budiono& Pusparini,

2003). Pencegahan ini sesuai dengan item ketujuh dari pencegahan yang dipaparkan oleh

suma’mur (1996) yaitu Penelitian secara statistik, untuk menetepkan jenis – jenis

kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa

sebab – sebabnya. Item keenam dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur

(1996) yaitu penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kejiwaan yang

mengakibatkan kecelakaan. Dalam hal ini, jika terjadi kecelakaan perusahaan akan

melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan yang terjadi untuk mengetahui

penyebabnya. Pada tahun 2008 terdapat kejadian fire accident setelah diselidiki

diketahui penyebabnya yaitu seseorang menyalakan api untuk membakar, setelah dilakukan

pemeriksaan oleh dokter ternyata yang bersangkutan mengalami mental disorder lalu

perusahaan mengeluarkan pekerja tersebut.

2. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Laboraturium

Faktor kimia

Bahan kimia adalah bahan yang berbahaya dapat menyebabkan kebakaran, peledakan.

Oleh karena itu kepada pekerja laboratorium diharuskan mengenal bahaya dari bahan kimia

Page 8: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

yang digunakan dan mengikuti prodosedur kerja yang benar. Untuk menghindari bahaya

bahaya tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah:

o Untuk menghindari Kebakaran

Di setiap laboratorium seharusnya tersedia air. Jangan dekatkan atau jangan

meletakkan bahan yang mudah terbakar dekat dengan api seperti bensin dan spiritus.

Hindari penempatan uap eter, aseton, benzene pada tabung elemeyer yang terbuka

karena uap tersebut akan keluar dan bila ada api atau percikan dapat menimbulkan

kebakaran

o Untuk menghindari Ledakan

Pada pekerjaan yang mengeluarkan panas jangan menggunakan system tertutup pada

saat penyulingan atau melakukan reaksi kimia. Gunakan tata cara yang telah

ditentukan oleh Standar Operasi Prosedur untuk menghindari terjadinya ledakan/

pecah pada tabung reaksi yang dapat menyebabkan bahaya pada pekerja.

o Thermal burn / luka bakar

Bahan kimia organic seperti asam basa, asam halide, feno,  bersifat korosif pada mata

dan beracun. Bila tertumpah di atas meja harus segera di bersihkan. Hati hati dengan

penggunaan hot plate atau alat-alat yang dalam keadaan sangat panas karena dapat

menyebabkan luka bakar bila tersentuh kulit.

o Penyerapan bahan kimia

Jauhkan bahan kimia dari kulit, karena penyerapan bahan kimia melalui kulit dapat

menyebabkan paparan reaksi alergi serius. Paparan yang berulang dapat berlanjut

menjadi dermatitis berat. Saat bekerja di laboratorium disarankan tangan tidak

menyentuh wajah atau mata. Selalu gunakan sarung tangan pada saat bekerja di

laboratorium. Namun, ada beberapa bahan kimia yang permeable oleh karena itu

pastikan anda mencuci tangan kembali setelah sarung tangan di buka.

o Inhalasi bahan kimia

Jauhkan hidung dari bahan kimia. Senyawa seperti asetil chloride akan mengganggu

selaput mata, hidung, tenggorokan dan paru-paru. Sedangkan benzyl chloride dapat

menyebabkan iritasi mata yang parah. Gunakan MSDS ( Material safety data sheets)

yang tersedia pada DICIS untuk mencari informasi tentang keamanan zat yang

digunakan. Gunakan masker penutup hidung selama bekerja.

Page 9: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

o Penelanan bahan kimia

Yang sering terjadi yaitu tidak sengaja menelan bahan kimia berbahaya dengan

menggunakan pipet, makanan yan dimakan tercemar bahan kimia berbahaya. Untuk

menghindarinya : pipet yang digunakan di laboratorium harus menggunakan lampu

isap untuk mentransfer bahan kimia. Jangan gunakan mulut untuk menghisap bahan

kimia. Cucilah tangan sebelum makan atau minum. Janagna makan atau minum di

laboratorium. Jangan menggunakan garam, gula, alcohol, bikarbonat yang ada di

dilaboratorium untuk dimakan/diminum karena kemungkinan telah terkontaminasi.

Peralatan laboratorium jangan digunakan untuk wadah makan. Jangan menyimpan

makanan atau minuman bersamaan dengan dengan bahan kimia di dalam satu lemari

es. 

Faktor Biologi

Faktor Fisik

3. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Rumah Sakit

Dibagi dalam 2 bidang, yaitu kesehatan kerja dan keselamatan kerja, yang dilaksanakan

dalam waktu bersamaan:

Kesehatan Kerja

o Pelayanan: Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

o Tujuan: Mendapatkan tenaga kerja berstatus kesehatan optimal dengan gizi baik,

semangat kerja tinggi sehingga efisien dan produktif.

o Kegiatan :

- Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada tenaga kerja tertentu.

- Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering berhubungan dengan

cairan tubuh, seperti perawat yang memasang infus, transfusi darah.

- Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk menghentikan perjalanan

penyakit dan komplikasinya.

Keselamatan Kerja

Page 10: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan

o Tujuan: Menghindari atau memperkecil kecelakaan kerja di tempat kerja karena

ketidaktahuan atau kurang mengerti penggunaan alat kerja serta risiko bahaya

yang menyertainya.

o Kegiatan:

- Latihan kerja yang aman, latihan penggunaan alat kerja dan alat pelindung

diri (APD).

- Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat sebelum bekerja (safety talk),

pemasangan poster mengenai keselamatan kerja.

- Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan berbahaya secara

berkala ruangan kerja dan lingkungan kerja yang dibandingkan dengan

Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku.

- Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit, dengan

merencanakan pintu keluar darurat, sistem peringatan bahaya (alarm

system), sumber air terdekat, perawatan alat pemadam kebakaran.

Page 11: Upaya Dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan Di Perusahaan