upaya dan saran pencegahan terhadap risiko pekerjaan di perusahaan
DESCRIPTION
Pencegahan Risiko PekerjaanTRANSCRIPT
1. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Perusahaan/Industri
Upaya dan saran pencegahan yang bisa dilakukan sesuai dengan dua belas item yang
dijelaskan oleh suma’mur dan empat item yang dijelaskan oleh olishifki (1985), yaitu:
a. Membuat peraturan-peraturan tentang keselamatan kerja untuk dipatuhi oleh setiap
kontraktor, subkontraktor, tamu pelanggan, tamu rela eperti adanya peraturan yang
mewajibkan menggunakan APD yang ditetapkan selama berada dilingkungan produksi di
tiap unit; adanya rambu – rambu keselamatan yang harus si, tamu instansi atau tamu
pengunjung lainnya yang mengunjungi lokasi kerja tertentu, s dipatuhi; dan adanya jalur
khusus pejalan kaki yang merupakan jalur aman untuk dilewati. Pencegahan tersebut sesuai
dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu
Peraturan perundangan dan item keduabelas yang dijelaskan oleh suma’mur yaitu
usaha keselamatan pada tingkat perusahaan. Di Indonesia peraturan perundangan yang
dimaksud oleh suma’mur terdapat pada UU no 1 tahun 1970 yaitu dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja diantaranya adalah: memperoleh
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya;
memberikan pertolongan pada kecelakaan, memberikan pemeriksaan kesehatan secara
berkala; mencegah dan mengurangi kebakaran; memberikan alat pelindung diri pada
pekerja; mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; dan pengurus diwajibkan
menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru mengenai kondisi-kondisi
dan bahaya- bahaya yang dapat timbul ditempat kerjanya, juga cara – cara yang aman
dalam melaksanakan pekerjanya.
b. Perusahaan membuat working instuction / instruksi kerja (WI) yang harus diikuti oleh
pekerja selama melaksanakan pekerjaannya dan mereview kembali WI, sebaiknya
pelaksanaan peninjauan kembali seluruh WI yang ada di setiap departemen harus
dilaksanakan secara berkala dan konsisten sehingga dengan melakukan review terhadap
WI diharapkan WI selalu up to date. Pencegahan tersebut sesuai dengan item pertama
dari pencegahan yang dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu pencegahan kecelakaan
dilakukan dengan memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari cara kerja.
Tujuan dari adanya instruksi ini adalah untuk mengingatkan para pekerja agar mengikuti
prosedur kerja yang aman ( Lehto & Miller, 1992).
c. Adanya MSDS (Material Safety Data Sheet) pada bahan- bahan kimia berbahaya
yang digunakan oleh perusahaan. Dalam MSDS dapat diketahui cara kerja dari bahan
yang digunakan, juga mengetahui dosis yang tepat, dan apa saja yang dilakukan jika
terjadi kontak berlebih yang diakibatkan oleh bahan – bahan kimia yang berbahaya
tersebut (Annisa, 2008). Dengan adanya MSDS pekerja dapat bekerja sesuai dengan
prosedur penggunaan bahan kimia berbahaya dan untuk mengurangi kejadian yang
berbahaya (Lehto & Miller, 1992). Pencegahan tersebut sesuai dengan item
keempat dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu penelitian
bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri –ciri dari bahan – bahan berbahaya. Selain itu
pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan
olishifki (1985) yaitu pencegahan dilakukan dengan memperkecil kejadian berbahaya dari
material.
d. Adanya pelatihan yang diberikan kepada semua karyawan baik karyawan lama
maupun karyawan baru, pekerja yang naik jabatan, termasuk karyawan yang dipindahkan
mengenai prosedur keadaan darurat sesuai dengan tingkat resiko pekerjaanya dengan
jelas dan terperinci agar mereka melaksanakan tugasnya secara aman. Training ada
dua yaitu external training ( dengan melakukan training keluar ), khususnya materi yang
tidak ada di internal atau hanya instansi tertentu yang boleh memberikan; dan
internal training (training di dalam). Training safety dilaksanakan secara berkala
misalnya training pemadaman kebakaran, sedangkan untuk training yang terkait dengan
alat tergantung pada setiap departemennya untuk dilakukan secara berkala atau tidak.
Sebaiknya setiap departemen melaksanakan training yang terkait dengan alat secara
berkala, hal ini dilakukan untuk mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan. Pencegahan
ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996)
yaitu peraturan perundangan mengenai adanya pelatihan dan juga sesuai dengan
item kedelapan dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu
pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah
perniagaan atau kursus pertukangan. Selain itu pencegahan ini sesuai dengan item
kesembilan dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu latihan
praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga kerja baru dalam keselamatan kerja; dan juga
sesuai dengan item ketiga dari pencegahan yang dipaparkan oleh Olishifki (1985) yaitu
memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang
kecelakaan dan keselamatan kerja. Pemberian latihan pada pekerja dapat mengurangi
jumlah kecelakaan karena meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pekerja.
(Suma’mur, 1976).
e. Mengadakan perbaikan, perawatan, dan perubahan terhadap sarana produksi yang
dilakukan oleh bagian maintanance atau yang ditunjuk harus mempertimbangkan
syarat–syarat K3. Pencegahan ini sesuai dengan item pertama yang dipaparkan oleh
Olishifki (1985) yaitu kegiatan untuk memperkecil kejadian yang membahayakan dari
mesin.
f. Menyediakan alat-alat pengaman mesin dan alat pengaman diri
- Memberikan alat–alat pengaman untuk mesin–mesin berputar. Pencegahan ini sesuai
dengan item kedua dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu
standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai
misalnya syarat – syarat keselamatan sesuai konstruksi peralatan industri. Selain
itu pencegahan ini juga sesuai dengan item kedua dari pencegahan yang
dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu memberikan alat pengaman agar tidak
membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut. Mesin dilengkapi
dengan alat pelindung agar tidak membahayakan manusia, misalnya mesin
berputar diberikan alat pelindung ”garding” untuk menghindari baju atau rambut
pekerja tertarik oleh mesin yang berputar pada saat bekerja (Suma’mur, 1976).
- Memberikan alat pengaman diri (APD) yang sesuai dengan kondisi bahaya yang
dihadapi. Pencegahan ini sesuai dengan item kedua yang dipaparkan oleh
suma’mur (1996) yaitu standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi,
atau tidak resmi mengenai alat pelindung diri (APD). Selain itu pencegahan ini juga
sesuai dengan item keempat dari pencegahan yang dipaparkan oleh olishifki (1985)
yaitu memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada
area yang membahayakan.
g. Peningkatan disiplin, sensitivitas dan kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja,
merupakan salah satu cara untuk menimbulkan sikap selamat. Pencegahan ini sesuai
dengan item kesepuluh dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu
Penggairahan yang merupakan penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap selamat.
h. Adanya poster keselamatan. Terdapat poster keselamatan di perusahaan yang dipasang di
tempat–tempat yang telah ditentukan. Poster–poster keselamatan digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja dan kemampuan juga untuk mengurangi pelanggaran
yang disengaja terhadap peraturan keselamatan (Lehto & Miller, 1998). Pencegahan ini
sesuai dengan item kesepuluh dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996)
yaitu Penggairahan yang merupakan penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap selamat.
i. Pengawasan K3.
Masing–masing manager dan/atau Ka. Unit kerja harus melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan dan lingkungan dengan mengikuti prosedur dan petunjuk yang telah
ditetapkan serta mengawasi, menyeleksi setiap orang yang melakukan pekerjaan sesuai
dengan kemampuan dan resiko kerjanya. Selain itu, departemen manager adiministrasi
melalui anggota satpam berkewajiban melaksanakan pengawasan terhadap tamu
pengunjung dan kontraktor tentang kepatuhan terhadap tata tertib dan peraturan K3. Di
perusahaan terdapat pengawasan yang ketat terhadap standar pemakaian api;
pengawasan terhadap kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD pada saat bekerja, jika
ditemukan pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja maka distop
aktivitas kerjanya kemudian disuruh menggunakan APD; dan pengawasan terhadap
penggunaan rambu – rambu K3. Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah
satu faktor pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh
pekerja bawahannya. (Riswanto,2008). Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan
disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam
menyelesaikan tugas secara bertanggung jawab (Riswanto,2008). Pencegahan ini
sesuai dengan item ketiga dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur
(1996) yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan – ketentuan perundang –
undangan yang diwajibkan.
j. Pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan sarana.
Upaya pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan sarana merupakan tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan. Upaya–upaya yang dilakukan adalah pemeriksaan dan
pemeliharaan sarana produksi dilakukan sesuai jadwal; terdapat suatu sistem penandaan
bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan atau yang sudah digunakan atau yang
telah dinyatakan rusak; kewajiban setiap pekerja untuk memelihara dan merawat rambu –
rambu K3 yang sudah dipasang; supervisor secara berkala memeriksa kondisi rambu –
rambu K3; dilakukan pemeriksaan APD; pemeriksaan peralatan proteksi kebakaran
secara rutin. Upaya pemeliharaan, perawatan terhadap sarana dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana yang besar, misalnya peledakan mesin diesel (suma’mur, 1976).
Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana merupakan pencegahan yang sesuai dengan item
pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu peraturan
perundangan mengenai adanya ketentuan–ketentuan yang diwajibkan mengenai perawatan,
dan pemeliharaan.
k. Pemeriksaan Kesehatan
Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di perusahaan (misalnya dilaksanakan
satu tahun sekali), dengan adanya pemeriksaan kesehatan ini maka kondisi fisik
pekerja dapat terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (mulya, 2008).
Pemeriksaan kesehatan sebelum dan pada waktu kerja akan berguna dalam menemukan
faktor manusia yang mendatangkan kecelakaan (suma’mur, 1976). Pencegahan ini sesuai
dengan item kelima dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Riset
medis, terutama penyelidikan dampak fisiologis dan patologis, dari keadaan yang
mengakibatkan kecelakaan.
l. Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan
sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi
(UU No 3 Tahun 1992). Misalnya, perusahaan mendaftarkan keikutsertaan tenaga kerja
dalam program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan perusahaan
membayar iuran kecelakaan kerja pada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.
Menurut UU No 3 tahun 1992 bahwa perlu adanya peningkatan perlindungan tenaga kerja
dalam program jaminan sosial tenaga kerja yang bertujuan untuk memberikan
ketenangan bekerja dan jaminan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.
Pencegahan ini sesuai dengan item kesebelas dari pencegahan yang dipaparkan oleh
suma’mur (1996) yaitu asuransi merupakan insentif finansial untuk meningkatkan
pencegahan kecelakaan.
m. Program 5S
Sasaran 5S adalah terciptanya tempat kerja yang bersih, cerah dan menyenangkan,
terawatnya peralatan dan perlengkapan serta bangunan selama proses kerja, terwujudnya
disiplin kerja yang dibutuhkan untuk mencapai standar kerja, terjaganya keselamatan dan
kestabilan kerja selama operasi berlangsung, tercapainya perbaikan mutu kerja dengan
mengurangi keragaman hasil kerja, terselenggaranya perbaikan efisien masing-
masing bagian, terbinanya suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan, disiplin dan
saling menghargai antar karyawan. Pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari
pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Peraturan perundangan
mengenai kondisi kerja pada umumnya. Yang dimaksud dengan program 5S yakni:
a. Seiri (Pemilihan), yaitu pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna,
jika berguna disimpan dan jika tidak berguna maka dibuang
b. Seiton (Penataan), yaitu penataan barang yang berguna agar mudah dicari dan aman,
serta diberi indikasi
c. Seiso (Pembersihan), yaitu pembersihan barang dan ruangan yang sudah ditata
dengan rapi agar tidak kotor
d. Seiketsu (Penjagaan), yaitu penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih
menjadi suatu standar kerja
e. Shitsuke (penyadaran), yaitu penyadaran diri akan etika kerja yang terdiri dari
disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan
senang melakukan perbaikan
n. Melakukan statistik terhadap kejadian kecelakaan kerja
Setiap kecelakaan yang terjadi, dilakukan penyelidikan untuk mempelajari bagaimana
kecelakaan tersebut terjadi (kronologis kecelakaan) untuk mengetahui penyebab–
penyebab kecelakaan, kemudian bagaimana usaha penanggulangannya, sehingga
kecelakaan serupa tidak terulang kembali, hal tersebut dibuat laporan tertulis sesuai dengan
form laporan kecelakaan atau form laporan kebakaran. Kemudian membuat laporan
kecelakaan kerja secara statistik, yang dilaporkan dalam bentuk tabel, grafik,
diagram. Penyajian statistik tersebut merupakan informasi dan peringatan kepada setiap
orang agar mengetahui situasi kecelakaan kerja dalam rangka mendorong dan memotivasi
untuk lebih meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (Budiono& Pusparini,
2003). Pencegahan ini sesuai dengan item ketujuh dari pencegahan yang dipaparkan oleh
suma’mur (1996) yaitu Penelitian secara statistik, untuk menetepkan jenis – jenis
kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa
sebab – sebabnya. Item keenam dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur
(1996) yaitu penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kejiwaan yang
mengakibatkan kecelakaan. Dalam hal ini, jika terjadi kecelakaan perusahaan akan
melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan yang terjadi untuk mengetahui
penyebabnya. Pada tahun 2008 terdapat kejadian fire accident setelah diselidiki
diketahui penyebabnya yaitu seseorang menyalakan api untuk membakar, setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter ternyata yang bersangkutan mengalami mental disorder lalu
perusahaan mengeluarkan pekerja tersebut.
2. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Laboraturium
Faktor kimia
Bahan kimia adalah bahan yang berbahaya dapat menyebabkan kebakaran, peledakan.
Oleh karena itu kepada pekerja laboratorium diharuskan mengenal bahaya dari bahan kimia
yang digunakan dan mengikuti prodosedur kerja yang benar. Untuk menghindari bahaya
bahaya tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah:
o Untuk menghindari Kebakaran
Di setiap laboratorium seharusnya tersedia air. Jangan dekatkan atau jangan
meletakkan bahan yang mudah terbakar dekat dengan api seperti bensin dan spiritus.
Hindari penempatan uap eter, aseton, benzene pada tabung elemeyer yang terbuka
karena uap tersebut akan keluar dan bila ada api atau percikan dapat menimbulkan
kebakaran
o Untuk menghindari Ledakan
Pada pekerjaan yang mengeluarkan panas jangan menggunakan system tertutup pada
saat penyulingan atau melakukan reaksi kimia. Gunakan tata cara yang telah
ditentukan oleh Standar Operasi Prosedur untuk menghindari terjadinya ledakan/
pecah pada tabung reaksi yang dapat menyebabkan bahaya pada pekerja.
o Thermal burn / luka bakar
Bahan kimia organic seperti asam basa, asam halide, feno, bersifat korosif pada mata
dan beracun. Bila tertumpah di atas meja harus segera di bersihkan. Hati hati dengan
penggunaan hot plate atau alat-alat yang dalam keadaan sangat panas karena dapat
menyebabkan luka bakar bila tersentuh kulit.
o Penyerapan bahan kimia
Jauhkan bahan kimia dari kulit, karena penyerapan bahan kimia melalui kulit dapat
menyebabkan paparan reaksi alergi serius. Paparan yang berulang dapat berlanjut
menjadi dermatitis berat. Saat bekerja di laboratorium disarankan tangan tidak
menyentuh wajah atau mata. Selalu gunakan sarung tangan pada saat bekerja di
laboratorium. Namun, ada beberapa bahan kimia yang permeable oleh karena itu
pastikan anda mencuci tangan kembali setelah sarung tangan di buka.
o Inhalasi bahan kimia
Jauhkan hidung dari bahan kimia. Senyawa seperti asetil chloride akan mengganggu
selaput mata, hidung, tenggorokan dan paru-paru. Sedangkan benzyl chloride dapat
menyebabkan iritasi mata yang parah. Gunakan MSDS ( Material safety data sheets)
yang tersedia pada DICIS untuk mencari informasi tentang keamanan zat yang
digunakan. Gunakan masker penutup hidung selama bekerja.
o Penelanan bahan kimia
Yang sering terjadi yaitu tidak sengaja menelan bahan kimia berbahaya dengan
menggunakan pipet, makanan yan dimakan tercemar bahan kimia berbahaya. Untuk
menghindarinya : pipet yang digunakan di laboratorium harus menggunakan lampu
isap untuk mentransfer bahan kimia. Jangan gunakan mulut untuk menghisap bahan
kimia. Cucilah tangan sebelum makan atau minum. Janagna makan atau minum di
laboratorium. Jangan menggunakan garam, gula, alcohol, bikarbonat yang ada di
dilaboratorium untuk dimakan/diminum karena kemungkinan telah terkontaminasi.
Peralatan laboratorium jangan digunakan untuk wadah makan. Jangan menyimpan
makanan atau minuman bersamaan dengan dengan bahan kimia di dalam satu lemari
es.
Faktor Biologi
Faktor Fisik
3. Upaya dan Saran Pencegahan Terhadap Risiko Pekerjaan di Rumah Sakit
Dibagi dalam 2 bidang, yaitu kesehatan kerja dan keselamatan kerja, yang dilaksanakan
dalam waktu bersamaan:
Kesehatan Kerja
o Pelayanan: Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
o Tujuan: Mendapatkan tenaga kerja berstatus kesehatan optimal dengan gizi baik,
semangat kerja tinggi sehingga efisien dan produktif.
o Kegiatan :
- Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada tenaga kerja tertentu.
- Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering berhubungan dengan
cairan tubuh, seperti perawat yang memasang infus, transfusi darah.
- Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk menghentikan perjalanan
penyakit dan komplikasinya.
Keselamatan Kerja
o Tujuan: Menghindari atau memperkecil kecelakaan kerja di tempat kerja karena
ketidaktahuan atau kurang mengerti penggunaan alat kerja serta risiko bahaya
yang menyertainya.
o Kegiatan:
- Latihan kerja yang aman, latihan penggunaan alat kerja dan alat pelindung
diri (APD).
- Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat sebelum bekerja (safety talk),
pemasangan poster mengenai keselamatan kerja.
- Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan berbahaya secara
berkala ruangan kerja dan lingkungan kerja yang dibandingkan dengan
Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku.
- Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit, dengan
merencanakan pintu keluar darurat, sistem peringatan bahaya (alarm
system), sumber air terdekat, perawatan alat pemadam kebakaran.