upaya belanda menyelesaikan kasus arctic...

145
UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC SUNRISE ANTARA GREENPEACE DENGAN RUSIA TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Aprilyana Nur Rafiani 1112113000068 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: dangcong

Post on 16-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS

ARCTIC SUNRISE ANTARA GREENPEACE DENGAN

RUSIA TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Aprilyana Nur Rafiani

1112113000068

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 3: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 4: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 5: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa upaya Belanda menyelesaikan kasus Arctic Sunriseantara Greenpeace dengan Rusia, dimana hubungan kedua negara tersebutsebelumnya tidak memiliki masalah, namun kemudian terganggu setelah adanyapenangkapan kapal Arctic Sunrise berserta awak kapal dan aktivis Greenpeaceoleh Rusia. Kapal Arctic Sunrise ini menggunakan bendera Belanda sehinggamengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukuminternasional. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk diplomasiyang digunakan dalam proses pembebasan kasus Arctic Sunrise yang dilakukanmelalui jalur hukum internasional, ITLOS. Metode penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang menghasilkan analisadeskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka. Kemudiankerangka teori yang digunakan adalah kepentingan nasional untuk menganalisakepentingan Belanda di kawasan Arktik dan diplomasi multi-track yangdigunakan untuk menganalisa bentuk diplomasi yang digunakan Belanda selamaproses penyelesaian kasus Arktik Sunrise. Penelitian ini menemukan bahwadiplomasi yang digunakan Belanda dalam penyelesaian kasus Arctic Sunrisedikategorikan sebagai diplomasi multi track yang dimana diplomasi yangdijalankan termasuk dalam Track 1, pemerintah dan Track 9, publik dan Media.Di samping itu, diplomasi Belanda di ITLOS juga berjalan dengan lancar atasdasar faktor tidak hadirnya Rusia selama proses penyelesaian hukum di ITLOSdan adanya dukungan publik dunia yang mendesak agar kasus ini dapatterselesaikan. Pada akhirnya, diplomasi Belanda menjadi berhasil dengan hasilpersidangan ITLOS yang menyatakan bahwa Rusia harus membebaskan kapal danseluruh pihak yang ditahan dan membayar denda kepada Belanda.

Kata Kunci: Belanda, Rusia, Arctic Sunrise, Greenpeace, KepentinganNasional, Diplomasi Multi-track

Page 6: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya yang sangat hebat kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam penulis

curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta sahabat dan

pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk ayahanda tercinta, Alm. Aries

Rafiadi yang telah tenang berada di sisi-Nya. Terima kasih ayah untuk segala

cinta, kasih sayang, pengertian, dan perhatian ayah yang tak tergantikan. Beliau

adalah sosok hebat yang berjuang demi keluarga, yang mengajarkan anak-

anaknya mandiri dan tidak lemah, beliau juga sosok panutan yang mengajarkan

apa itu artinya sabar dan ikhlas. Sungguh sedih beliau hanya dapat menemani

perjuangan penulis di bangku kuliah hanya sampai di semester 4, tetapi semangat

dan perjuangan beliau tidak akan hilang oleh waktu bahkan setiap detak jantung

ini beliau selalu hadir di sisi penulis. Terima kasih ayah, untuk segalanya.

Begitu juga dengan ibunda tercinta Neni Nureni yang telah mencurahkan

segalanya untuk penulis, lebih dari cinta dan kasih sayang. Beliau adalah sosok

yang sangat mengerti kondisi penulis semasa kuliah dan selalu mendukung

apapun aktivitas penulis. Beliau tidak hanya sosok ibu bagi penulis, tetapi juga

sahabat, kakak, serta ayah. Beliau adalah wanita pejuang yang tak kenal lelah

untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya, memberikan contoh

untuk tetap tabah dan berusaha di berbagai situasi kehidupan dan tak henti

memanjatkan doa agar anak-anaknya dapat berhasil di tanah rantauan. Sehingga

membuat penulis selalu tenang dan semangat dalam meraih cita-cita.

Kemudian untuk adik saya satu-satunya Alissya Rafiani yang saat ini juga

menempuh pendidikan di bangku perkuliahan. Skripsi ini dipersembahkan

untuknya, yang sudah menjadi pendengar, pemberi motivasi dan pengingat bagi

Page 7: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

vii

penulis. Dialah sosok yang membuat penulis menjadi tegar dan terus bersemangat

untuk mengejar cita-cita.

Selama masa perkuliahan hingga penyusunan dan penyelesaian skripsi,

penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak

memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil yang

telah diberikan secara tulus dan ikhlas kepada penulis. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis penulis menghaturkan rasa terima kasih sebesar-besarnya

dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA, Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Dr. Badrus Sholeh, MA dan Ibu Eva Mushoffa, MHSPS

sebagai Kepala dan Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kelancaran kepada

penulis dalam hal administrasi.

2. Bapak Robi Sugara, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya di tengah kesibukan beliau selama penulisan skripsi

ini. Beliau harus membagi waktu antara pekerjaan beliau, penulis dan

mahasiswa bimbingan beliau lainnya. Beliau juga telah memberikan

masukan dan dorongan yang sangat berharga bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Andar Nubowo, selaku dosen seminar proposal skripsi yang telah

memberikan masukan dan dorongan selama penulis menyusun proposal

skripsi.

4. Seluruh dosen Hubungan Internasional, FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sangat berjasa dalam memberikan ilmu dan arahan selama

penulis menjalankan studi di HI UIN Jakarta.

5. Keluarga besar kakek Raffe’i S dan nenek Rosyana Tarigan berserta om

dan tante (Tante Lendi, Tante Itha, Om Joddy, Om Raymond) yang sangat

berjasa bagi penulis dengan memberikan dukungan dari materil hingga

moril pada masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi kepada penulis.

Page 8: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

viii

6. Seluruh teman-teman HI UIN Jakarta yang telah memberikan pengalaman

dan membantu penulis selama masa perkuliahan hingga penyusunan

skripsi. Terutama kepada sahabat penulis, Mutiarani Zahara, Ratna Puspita

Ningrum, Virzah Syalvira, Nur Anggraini, Ratnawati Kusuma Jaya, Arini

Mardatika (sudah seperti saudara kembar penulis) dan Farah Putri Nabilah

yang telah bersedia menjadi teman diskusi dan selalu menyemangati

penulis baik selama masa perkuliahan maupun saat proses penyusunan

skripsi.

7. Kepada teteh Dwi Lestari yang sangat sabar, pengertian dan perhatian

kepada penulis. Terima kasih atas motivasi dan dukungannya kepada

penulis selama ini.

8. Kawan-kawan di HMI Komisariat FISIP, KOHATI Komisariat FISIP, dan

KOHATI Cabang Ciputat, maaf namanya tak bisa disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan pengalaman dan mewarnai aktivitas penulis

selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi. YAKUSA!

9. Kawan-kawan di KOMPAK (Komite Mahasiswa dan Pemuda Anti-

Kekerasan) ka uci, bang awe, bani, ifmil, torang dan lainnya. Terima kasih

telah memberikan pengalaman bagi penulis selama ini serta pertemanan

lintas daerah, dari Medan hingga Papua. Salam AHIMSA!

10. Kawan-kawan di HMB (Himpunan Mahasiswa Banten) Jakarta yang

sudah menjadi keluarga pertama penulis saat menginjakkan kakinya di

Ciputat. Terima kasih atas bimbingan dan motivasinya selama ini.

11. Pembina dan kawan-kawan di Djarum Beasiswa Plus dari Djarum

Foundation. Mas Nanda, Mas Sapto, geng cabe pamulang, geng arisan

beswan djarum, dan lainnya. Terima kasih atas kesempatan besar yang

diberikan kepada penulis hingga penulis mendapat pengalaman luar biasa

dari soft skill yang diberikan dan pertemanan hebat dari Aceh hingga

Papua. Terima kasih juga Mba Rosiana Silalahi atas buku yang diberikan

dan Pak James Gwee atas motivasi teori KFF. Salam Bersatu Seikat!

12. Sahabat semasa SMA, Syifa, Melly, Eva, Sendra yang telah mendukung

dan memberikan semangat bagi penulis. Tim Panahan Kab. Lebak,

Page 9: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ix

Banten, yang memberikan pengalaman hebat sepanjang penulis hidup.

Serta tak lupa sahabat-sahabatku di Kalimantan Timur yang sudah

memberikan semangat dari jauh, Lulu dan keluarga Terima kasih untuk

semuannya.

13. Teruntuk Ibu Beby dan Bapak R.M. Omar Yusuf yang bersedia

menjadikan penulis sebagai guru privat bagi ketiga anaknya, Azka, Belva

dan Axel. Terima kasih atas perhatian dan pengertian luar biasa dari Ibu

selama masa perkuliahan penulis. Tak lupa juga kepada murid-murid

penulis lainnya, Nikita, Karl, Razz, Rara, Lita, dan lain-lain yang telah

memberikan semangat, warna, canda dan cerita bagi penulis.

14. Segenap staf Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang telah

memberikan pelajaran dan pengalaman selama penulis magang. Serta

Bapak Arief Rachman, yang telah memberikan semangat bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi dan mendorong penulis agar dapat

melanjutkan studi di jenjang berikutnya.

15. Last but not least, teruntuk terkasih dan tercinta abang Dzulfikar Ka’in

yang telah menemani penulis di saat suka dan duka. Terima kasih atas

cinta, kasih sayang, pengertian dan perhatiaan yang luar biasa kepada

penulis. Terima kasih untuk segala motivasi dan dorongannya, materil

maupun moril, serta tak pernah bosan mendengarkan dan membimbing

penulis untuk menjadi sosok yang lebih tegar dan kuat.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas

bantuannya selama proses penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

serta masih banyak kekurangan. Unutk itu penulis mengharapkan masukan serta

kritikan, agar nantinya skripsi dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, 30 September 2016

Aprilyana Nur Rafiani

Page 10: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME......................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xiii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ..................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9

E. Kerangka Pemikiran................................................................................... 16

1. Kepentingan Nasional ............................................................................ 16

2. Diplomasi ............................................................................................... 18

F. Metodologi Penelitian ................................................................................ 21

G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 22

BAB II .................................................................................................................. 45

KAWASAN ARKTIK DAN AKTIVITAS GREENPEACE........................... 45

A. Kawasan Arktik Sebelum dan Sesudah Perang Dingin ............................. 45

B. Perubahan Iklim di Kawasan Arktik .......................................................... 49

C. Aktivitas Greenpeace ................................................................................. 52

BAB III................................................................................................................. 57

KASUS KAPAL ARCTIC SUNRISE DENGAN RUSIA TAHUN 2013 ........ 57

A. Penangkapan Kapal Arctic Sunrise oleh Rusia .......................................... 57

B. Aturan International Tribunal of the Law and the Sea (ITLOS) ............... 62

Page 11: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xi

1. Mekanisme Penyelesaian Sengketa di International Tribunal of the Lawand the Sea (ITLOS)...................................................................................... 65

2. Penyelesaian Kasus Arctic Sunrise di International Tribunal of the Lawand the Sea (ITLOS)...................................................................................... 67

BAB IV ................................................................................................................. 65

KEBERHASILAN BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTICSUNRISE TAHUN 2013 ..................................................................................... 65

A. Kondisi Belanda dan Hubungan antara Belanda dan Rusia....................... 65

B. Upaya Belanda dalam Kasus Arctic Sunrise antara Greenpeace denganRusia Tahun 2013.............................................................................................. 74

C. Implikasi Keberhasilan Belanda terhadap Hubungan Bilateral dengan Rusia80

BAB V................................................................................................................... 81

KESIMPULAN.................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... xiv

Page 12: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 4.1............................................................................................................66

Gambar 4.2............................................................................................................67

Gambar 4.3............................................................................................................70

Tabel 2.1................................................................................................................47

Tabel 2.2................................................................................................................50

Tabel 3.1................................................................................................................59

Tabel 3.2................................................................................................................54

Page 13: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AIV : Advisory Council on International Affairs

AS : Amerika Serikat

CLCS : Commission on the Limits of the Continental Shelf

FoEI : Friends of the Earth International

ITLOS : International Tribunal for the Law of the Sea

IUCN : International Union for Conservation Nature

KHL : Konvensi Hukum Laut

NGO : Non-Govenrmental Organization

NPP : Netherlands Polar Programe

NSR : Northeast Passage

NWP : Northwest Passage

SGI : Sustainable Governance Indicators

SSBN : Strategic Ballistic Missile Firing Submarines

UN : United Nations

UNCLOS : United Nations Convention on the Law of the Sea

US : Uni Soviet

USGS : US Geological Survey

WWF : World Wild Fund

ZEE : Zona Ekonomi Ekslusif

Page 14: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini mengkaji keberhasilan diplomasi Belanda dalam kasus Arctic

Sunrise antara Greenpeace dengan Rusia pada 2013. Kasus ini terjadi karena

adanya penangkapan 30 aktivis Greenpeace di kawasan Arktik oleh Rusia atas

aksi protes para aktivis terhadap perusahaan Rusia, Gazprom, dengan

menggunakan kapal Arctic Sunrise yang berbendera Belanda. Kasus ini

diselesaikan melalui proses persidangan laut internasional antara Belanda dan

Rusia.

Kawasan Arktik merupakan wilayah di Kutub Utara yang seluruh

wilayahnya tertutup oleh es. Kawasan ini terisolasi oleh samudera serta diapit oleh

daratan Eropa dan Amerika Utara (The Encyclopedia of Earth, 2010) dengan luas

wilayah sekitar 13,4 x 106 km2. Secara geografis kawasan Arktik meliputi

Samudera Artik yang termasuk negara di dalamnya adalah Kanada, Finlandia,

Greenland, Islandia, Norwegia, Rusia, Swedia dan Amerika Serikat (Geography

About). Kawasan ini terdiri atas tiga bentuk, yakni dataran tinggi yang tidak

merata, dataran yang tertutup oleh es yang tebal, endapan, dan tumpukan sisa

hasil laut. Lalu, adanya pegunungan yang menjulang dari puncak Canadian

Rockies menuju pegunungan Ural (The Encyclopedia of Earth, 2010).

Page 15: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

2

Pada masa Perang Dingin, kawasan Arktik merupakan kawasan yang

berperan sangat penting bagi Uni Soviet dan Amerika Serikat. Bagi Uni Soviet,

Pelabuhan di Semenanjung Kola merupakan akses besar terhadap Samudera

Atlantik serta tempat meningkatkan kemampuan kapal selamnya yang menjadi

ancaman bagi Amerika Serikat (Osterud dan Honneland, 2014, hal. 158). Begitu

juga bagi Amerika Serikat, perairan Arktik dan ruang udaranya merupakan

kawasan penting bagi Amerika Serikat dan sekutunya untuk menyimpan sistem

navigasi Loran-C dan sistem radar AWACS, pesawat supersonik, area patroli

kapal permukaaan dan kapal selam, serta adanya peningkatan militer di

semenanjung Skandinavia (Osterud dan Honneland, 2014, hal. 159).

Berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan pecahnya Uni Soviet dan

berganti Rusia. Konsentrasi geostratejik di kawasan Arktik pun memudar dan

tergantikan dengan agenda-agenda terkait perubahan iklim, kerjasama penelitian,

dan kepentingan ekonomi, seperti eksploitasi sumber daya alam. Isu yang paling

dominan di kawasan Arktik setelah Perang Dingin adalah perubahan iklim dengan

adanya reduksi es pada musim panas yang membuka jalur laut baru untuk

komunikasi di utara, Kanada dan Siberia Utara. Kemudian transportasi antara

Asia dan Eropa akan menjadi lebih singkat dan murah dibandingkan dengan rute

yang digunakan saat ini melewati Panama dan Terusan Suez (Osterud dan

Honneland, 2014, hal. 159-160).

Mencairnya es di kawasan Arktik membuka peluang perdagangan bisnis dan

lalu lintas perjalanan kapal. Seperti terbukanya rute Laut Utara di sepanjang

pantai Utara Rusia yang memberikan akses bagi Rusia untuk mendapatkan

Page 16: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

3

sumber daya alam hingga ke Siberia. Pada 21 Agustus 2009 jalur tersebut

diumumkan untuk menjadi jalur perdagangan global, dan untuk pertama kalinya

dua kapal dagang Jerman melewati rute laut utara dari Vladivistok menuju

Belanda (Ebinger dan Zambetaks, 2009, hal. 1216).

Peluang bisinis yang dapat menjadi prospek ke depan bagi negara-negara di

dunia yang paling utama adalah minyak dan gas. Berdasarkan US Geology

Survey, kawasan Arktik mengandung cadangan minyak lebih dari 90 milyar barel

yang terletak di wilayah pantai Rusia (Greenpeace International, 2013). Selain

memiliki cadangan minyak, kawasan Arktik juga memiliki cadangan gas alam

sebesar 1.699 triliun kaki kubik dan 44 milyar barel gas alam cair dengan 84%

potensi tersebut dapat ditemukan di daerah lepas pantai (Ebinger dan Zambetaks,

2009, hal. 1216). Potensi Arktik yang begitu besar akan sumber daya alamnya

menjadi ajang bagi negara di kawasan Arktik untuk mengeksploitasi sumber daya

minyak dan gas. Seperti negara Kanada, Denmark, Norwegia, Rusia dan Amerika

Serikat yang telah memberikan izin perusahan-perusahan minyak negara mereka

untuk beroperasi di Arktik (Elferink dan Jebsen, 2014, hal. 1).

Salah satu perusahaan yang beroperasi di kawasan Arktik ini adalah

Gazprom, salah satu perusahaan energi terbesar di Rusia (Greenpeace

International, 2013). Untuk dapat mengoptimalkan pengeboran minyak di

kawasan Arktik, Gazprom membangun Prirazlomnaya, yaitu sebuah platform

minyak raksasa yang dapat melakukan pengeboran minyak lepas pantai di

perairan beku sehingga dapat memproduksi minyak sebanyak 43 juta barel per

tahun dan dapat menyimpan selama seumur hidup. Ukuran dari peron

Page 17: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

4

Prirazlomnaya sebesar 126 m2 dan 117.000 ton yang menampung pekerja

sebanyak 200 orang dan memiliki alat pembor dengan mengandung 100.000 ton

baja dan 122.000 ton beton (Greenpeace International, 2013).

Beberapa aktivis lingkungan, terutama aktivis Greenpeace mengecam

tindakan Gazprom yang melakukan pengeboran minyak yang menggunakan

Prirazlomnaya. Para aktivis tersebut menyatakan perusahaan Gazprom adalah

perusahaan pertama yang menyedot minyak dari perairan es Arktik yang

kemungkinan besar sangat sulit menjamin keamanan pengeboran tersebut

(Environment News Service, 2013). Selain itu, posisi Prirazlomnaya yang terletak

dekat dengan margasatwa dan cagar alam Nenetsky dan Vaygach juga

mengancam kehidupan beruang laut. Serta potensi tumpahan minyak di air es

sangat sulit diselesaikan (The Global Call for Climate Action, 2013).

Dampak lain yang kemungkinan terjadi adalah volume tumpahan minyak

yang sangat besar dikarenakan kondisi ketika perusahaan beroperasi di kawasan

Arktik tidak dapat menahan dan menutup tumpahan minyak. Hal ini akan

menimbulkan polusi di sekitar Laut Pechora dan area-area yang terlindungi (The

Global Call for Climate Action, 2013).

Tumpahan-tumpahan minyak di Arktik dapat juga mengakibatkan suhu

udara yang rendah karena kondisi air yang sudah tidak layak. Beberapa pengamat

lingkungan dalam The Arctic Forum memaparkan bahwa tumpahan minyak

karena aktivitas perusahaan di Arktik dapat membahayakan bagi kesehatan bagi

manusia yang tinggal di sekitar Eropa Utara. Penyakit yang dapat ditimbulkan

Page 18: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

5

adalah penyebaran malaria, kutu beruang yang dapat menyebabkan radang otak,

serta wabah virus Siberia. Tidak hanya dampak bagi kesehatan, dampak bagi

lingkungan pun sudah pasti karena peningkatan emisi yang menutupi es akan

memudahkan es tersebut mencair (The Moscow Times, 2013).

Untuk merespon hal-hal tersebut, ada beragam organisasi internasional yang

melakukan aksi-aksi untuk dapat menghentikan kegiatan perusahaan minyak

mengeksploitasi isi bumi. Organisasi internasional yang berperan dalam kegiatan-

kegiatan tersebut, seperti World Wild Fund (WWF), Greenpeace, International

Union for Conservation Nature (IUCN), dan Friends of the Earth International

(FoEI) (Ramli, 2014, hal. 1-2).

Salah satu organisasi yang berperan dalam perlindungan kawasan arktik

adalah Greenpeace, yaitu organisasi kampanye global yang independen yang

bertindak untuk mengubah sikap dan perilaku untuk melestarikan dan

mempromosikan perdamaian yang telah berkampanye sejak tahun 1971. Mereka

melakukan aksinya dengan cara non-kekerasan dan lebih menekankan pada

penelitian, lobi dan diplomasi (Greenpeace International, 2013). Mereka juga

melaksanakan kampanye dan aksi untuk menghentikan kegiatan pengeboran

minyak lepas pantai di lautan es arktik agar dampak dari pengeboran minyak

tersebut dapat dihindari. Hal ini melihat dari berkurangnya jumlah es di kawasan

arktik yang akan berdampak pada pemanasan global berkepanjangan (Greenpeace

International, 2013).

Page 19: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

6

Untuk menghentikan kegiatan pengeboran minyak lepas pantai di kawasan

Arktik, Greenpeace menyebarkan kampanye berupa Save the Arctic. Kampanye

ini dilakukan agar dapat menghentikan kegiatan pengeboran minyak di kawasan

Arktik yang dapat berakibat pada kondisi lingkungan di masa depan. Dalam

melaksanakan kampanye tersebut, mereka melakukan aksi dengan cara damai,

peaceful protest. Biasanya Greenpeace tidak meminta izin terlebih dahulu kepada

pihak yang terkait ketika ingin melaksanakan aksinya. Namun berbeda ketika

ingin melaksanakan kampanye di kawasan Arktik, mereka terlebih dahulu

meminta izin kepada pihak Rusia untuk melaksanakan aksinya. Hal ini

dikarenakan Rusia memiliki navigasi yang ketat di area tersebut (Ramli, 2014,

hal. 53-56).

Pada 19 September 2013, 30 aktivis Greenpeace beserta kapalnya, Arctic

Sunrise, ditangkap oleh pihak Rusia setelah melakukan serangkaian aksi pada

bulan-bulan sebelumnya. Aksi pertama pada 24 Agustus 2013 enam orang aktivis

Greenpeace menaiki anjungan Prirazlomnaya dengan kapal bot dan bertahan

disana hingga tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Aksi ini dilakukan untuk

memprotes perusahaan gas Rusia, Gazprom (Ramli, 2014, hal. 5). Kemudian aksi

kedua pada 18 September 2013 aktivis Greenpeace yang menggunakan kapal

Arctic Sunrise mencoba untuk mengakses rig minyak Prirazlomnaya yang

beroperasi dalah ruang lingkup wilayah zona ekonomi ekslusif (ZEE) Rusia,

yakni di laut Pechora antara daratan Rusia dan Novaya Zemlya (Elferink dan

Jebsen, 2014, hal. 1).

Page 20: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

7

Penangkapan kapal Arctic Sunrise ini mendapat respon dari Belanda,

sebagai negara bendera kapal tersebut yang kemudian langsung memberitahu

kepada Federasi Rusia bahwa Rusia melanggar kewajiban terhadap Belanda

sebagai negara bendera dari kapal Arctic Sunrise (Elferink dan Jebsen, 2014,

hal.1). Perdana Menteri Belanda juga menyatakan bahwa pihak Rusia seharusnya

menghubungi Belanda terlebih dahulu sebelum menangkap kapal Greenpeace,

Arctic Sunrise. Dari pihak Greenpeace juga menyatakan bahwa kapal Arctic

Sunrise berlayar di perairan internasional bukan di wilayah Rusia (Ramli, 2014,

hal. 5-6).

Sedangkan dari pihak Rusia menyatakan bahwa aktivis Greenpeace yang

memanjat kapal minyak Gazprom, mereka tersebut berada di dalam wilayah

teritorial Rusia, yakni Laut Prechora. Rusia juga menyatakan bawa aktivis

Greenpeace tersebut melanggar Pasal 101 Konvensi Hukum Laut (KHL) Rusia

sehingga para aktivis tersebut secara resmi ditahan pada 24 September yang

disahkan oleh Pengadilan Wilayah Leninsky. Aktivis tersebut juga didakwa atas

dasar tuduhan pembajakan oleh pengadilan Rusia berdasarkan pasal 227 (3)

Criminal Code of the Russian Federation. Tuduhan dakwaan yang dilakukan oleh

Rusia ditolak oleh Greenpeace maupun Belanda. Mereka berupaya untuk

mengajukan banding kepada Pengadilan Murnmask tetapi Rusia mengumumkan

tidak akan menerima proses arbitrase internasional yang diajukan oleh

Greenpeace maupun Belanda (Ramli, 2014, hal. 6).

Keputusan Belanda untuk membawa kasus tersebut ke International

Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS) karena Rusia menolak arbitrase yang

Page 21: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

8

dilakukan oleh Belanda di pengadilan Murnmask pada 4 Oktober 2015 (Elferink

dan Jebsen, 2014, hal. 1-2). Pengajuan yang dilakukan Belanda sesuai dengan hak

Belanda sebagai kapal bendera Arctic Sunrise yang sesuai dengan artikel 58

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) terkait kebebasan

navigasi kapal yang memiliki yurisdiksi terhadap bendera kapal tersebut (Elferink

dan Jebsen, 2014, hal. 2). Pengajuan Belanda ke ITLOS ditolak oleh Rusia dan

Rusia tidak datang dalam persidangan. Persidangan tersebut berakhir pada 22

November 2013 dengan menghasilkan bahwa Arctic Sunrise beserta aktivisnya

dibebaskan dari penahanan Rusia.

B. Pertanyaan Penelitian

Skripsi ini berupaya untuk menjawab pertanyaan bagaimana upaya Belanda

dalam menyelesaikan kasus Arctic Sunrise antara Greenpeace dengan Rusia tahun

2013?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tentang diplomasi yang digunakan Belanda dalam

membebaskan aktivis Greenpeace dalam penangkapan kapal Arctic Sunrise

dengan Rusia tahun 2013 di International Tribunal for the Law of the Sea

(ITLOS).

2. Mengetahui teori dan konsep dalam studi Hubungan Internasional yang

relevan dan tepat dalam menganalisa skripsi ini.

Page 22: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

9

3. Menyampaikan kepada pembaca tentang berbagai proses yang terjadi dari

kasus Arctic Sunrise yang dihadapi oleh Belanda, Greenpeace dan Rusia di

tahun 2013.

Skripsi ini bermanfaat untuk:

1. Dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan studi Hubungan

Internasional di perguruan tinggi.

2. Memudahkan pembaca dalam memperluas pengetahuan terutama bagi

mereka yang memiliki minat dalam studi diplomasi dan kajian dan studi

kawasan terutama kawasan Eropa.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan

penelitian selanjutnya yang terkait dengan diplomasi Belanda dalam

menyelesaikan perselisihan antara Greenpeace dan Rusia.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti, baik

dalam jurnal, buku, skripsi dan penelitian ilmiah lainnya. Penelitian pertama

dilakukan oleh Alex G. Oude Elferink dari Netherlands Institute for Law of the

Sea yang berjudul The Arctic Sunrise Incident: A Multifaced Law of the Sea Case

with a Human Rights Dimension pada Januari 2014. Pemaparan dari Alex G.

Oude Elfrink ini berisi tentang banyaknya hukum internasional yang digunakan

dalam kasus Arctic Sunrise sehingga memunculkan perspektif. Baik dari

perspektif hukum internasional atau perspektif dari hukum hak asasi manusia.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alex, penolakan Rusiaa atas pengajuan

Page 23: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

10

Belanda ke ITLOS karena Rusia merasa otoritas yang berperan dalam kasus ini

adalah otoritas Rusia, dengan menggunakan hukum domestik dari Rusia.

Persamaan dalam penelitian dari Alex dengan penelitian yang akan

dilakukan, sama dalam menjelaskan kasus Arctic Sunrise dengan posisi Rusia dan

posisi Belanda. Selain itu, skripsi ini akan membahas ketidakpahaman hukum

internasional yang digunakan sehingga menyebabkan Rusia menolak untuk

melakukan arbitrase di ITLOS.

Adapun perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah proses

diplomasi Belanda di ITLOS yang akan dibahas dalam penelitian. Karena

penelitian Alex hanya memberikan gambaran bahwa Belanda mempunyai otoritas

untuk mengakui aktivis dan kapal Arctic Sunrise tersebut, tetapi kurang

memaparkan proses dan dinamika negosiasi di ITLOS yang dimana otoritas

Belanda tersebut dipertanyakan oleh Rusia.

Penelitian kedua, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maria Chiara Noto

di tahun 2016 dalam jurnal Maritime Safety and Security Law Journal, Februari

2016 dengan judul The Artcic Sunrise Arbitration and Acts Protest at Sea. Dalam

jurnal ini Maria lebih menjelaskan bahwa kasus Arctic Sunrise yang dituduhkan

oleh Rusia sebagai tindak kekerasan, pembajakan bahkan aksi terorisme tidak

terbukti. Maria juga menjelaskan bahwa aksi yang dilakukan oleh Greenpeace

merupakan aksi damai dan mendeskripsikan secara jelas perbedaan dari aksi

protes terhadap aktivitas laut dengan kegiatan-kegiatan pembajakan dan terorisme.

Menurut Maria, aktivitas Greenpeace juga memiliki hak sama seperti dengan

aktivitas Gazprom di perairan Arktik. Aktivitas Gazprom tersebut dilindungi oleh

Page 24: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

11

Rusia berdasarkan ZEE nya, tetapi jika dilihat dari pasal 56 UNCLOS, yang

berhak melakukan eksplorasi secara ekonomi tidak hanya Rusia saja dan juga

harus ada pemberian perlindungan bagi aktivis organisasi non-pemerintah.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

sama-sama membahas kasus Arctic Sunrise, hukum internasional dalam kasus ini

dan upaya yang dilakukan oleh hukum internasional untuk menyatakan bahwa

kasus Arctic Sunrise merupakan kasus internasional bukan kasus domestik.

Adapun perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah akan

menggunakan konsep dari kepentingan dan peran negara pemilik kapal. Selain itu

penelitian tersebut hanya berfokus terhadap penjelasan pembajakan dan terorisme

yang dituduhkan oleh Rusia, tanpa membahas dinamika persidangan antara

Belanda dan Rusia yang akan dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian ketiga, yakni penelitian yang dilakukan oleh Advisory Council on

International Affairs (AIV) dalam jurnal yang berjudul The Future of The Arctic

Region, Cooperation or Confrontation, No. 90, September 2014. Penelitian ini

membahas bagaimana masa depan dari kawasan Arktik dalam bidang keamanan

dan ekonomi. Banyak negara, terutama negara yang tergabung dalam Arctic

Council yang berupaya untuk melaksanakan kepentingannya di kawasan Arktik.

Potensi besar yang ada di kawasan inilah yang menjadi minat bagi negara-negara

yang tidak hanya tergabung dalam Arctic Council, tetapi juga negara-negara di

luar kawasan Arktik, seperti Tiongkok. Hal ini karena kawasan Arktik

menyimpan cadangan ekonomi yang besar. Mencairnya es di Arktik membuka

peluang aktivitas ekonomi di kawasan Arktik. Aktivitas ekonomi ini berupa

Page 25: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

12

pengeboran minyak, gas, dan logam, serta jalur perjalanan kapal dagang.

Penelitian ini menjelaskan keuntungan bagi Belanda akibat dinamika kawasan

Arktik serta konflik yang kemungkinan akan terjadi.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah sama-sama melihat bagaimana keuntungan Belanda dalam dinamika

kawasan Arktik. Hal ini untuk melihat sejauh mana kepentingan Belanda dalam

kawasan Arktik, baik untuk menjaga keamanan lingkungan ataupun kepentingan

ekonomi Belanda.

Perbedaan jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu skripsi ini

akan berfokus pada kepentingan nasional Belanda, keuntungan Belanda di

kawasan Arktik dan dinamika konflik yang akan berdampak bagi Belanda. Selain

itu, skripsi ini akan membahas bentuk diplomasi yang digunakan oleh Belanda

dalam konflik antara Greenpeace dengan Rusia yang terjadi di kawasan Arktik.

Penelitian keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Rafika Nurul

Hamdani Ramli pada 2014 yang menulis skripsi di Universitas Hasanudin

Makasar dengan judul “Tinjuan Hukum Internasional terhadap Penahanan Aktivis

Greenpeace oleh Pemerintah Rusia”. Rafika menggunakan konsep dari hukum

internasional dalam menganalisa tentang tinjauan hukum internasional terhadap

penahanan aktivis Greenpeace oleh pemerintah Rusia. Menurut Rafika,

Greenpeace bertindak dalam kapasitas hukum yang memiliki prinsip non-violent

direct action selama lebih 40 tahun dan tidak pernah menggunakan kekerasan

dalam setiap aksinya. Tuduhan pelanggaran hukum internasional maupun tuduhan

Page 26: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

13

piracy dan hooliganism yang dituduhkan oleh pemerintah Rusia tidak terbukti

sama sekali sehingga aktivis Greenpeace dapat dibebaskan pada 26 Desember

2015.

Persamaan penelitian yang dilakukan Rafika dengan penelitian ini sama-

sama melihat hukum internasional berpihak dalam kasus Arctic Sunrise dan

melihat posisi Greenpeace sebagai NGO dalam kasus ini dan tuduhan yang

dilakukan oleh pemerintah Rusia sesuai atau tidak dengan hukum internasional.

Penelitian yang akan dilakukan berbeda dalam hal konsep dan subjek

penelitian dengan penelitian Rafika. Dia hanya menjelaskan Greenpeace secara

hukum internasional dan poisis organisasi internasional tersebut sesuai dengan

hukum internasional. Maka dari itu, skiripsi ini lebih membahas posisi dan peran

Belanda sesuai dengan hukum internasional dalam kasus ini serta bentuk dari

diplomasi sebagai salah satu upaya Belanda dalam menyelesaikan kasus kapal

Arctic Sunrise.

Penelitian selanjutnya, yaitu penelitian dari Ashton Zylstra dalam laporan

Matters of Russian and International Law pada 9 Oktober 2013 yang berjudul

Piracy or Hooliganism: Detention of Arctic Sunrise. Laporan ini berisi tentang

kasus penangkapan aktivis Greenpeace oleh Rusia dengan dituduhkan sebagai

kejahatan pembajakan pada September 2013. Laporan ini lebih memaparkan

secara hukum internasional terkait ketidakjelasan tuduhan pembajakan oleh Rusia

yang hanya mengandalkan hukum domestik negaranya. Untuk menjelaskan

maksud pembajakan dalam kasus Greenpeace ini, Zylstra menggunakan term

Page 27: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

14

vessel dan private ends yang dimana sumber-sumbernya tidak hanya dari

domestik, tetapi juga hukum internasional. Term vessel dan private ends

digunakan untuk menganalisa oil platform Gazprom yang dipermasalahkan oleh

Greenpeace. Hukum-hukum yang digunakan secara internasional dalam kasus

Arctic Sunrise dapat dibuktikan dalam persidangan nantinya.

Persamaan laporan ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-

sama menganalisa tuduhan yang dilakukan oleh Rusia sesuai dengan hukum

internasional. Selain itu juga persamaan dari penelitian ini sumber-sumber dari

hukum internasional yang akan memperkuat analisa dalam pennelitian yang akan

dilakukan.

Adapun perbedaan dari penelitian ini yakni Zylstra sama sekali tidak

menjelaskan kasus Arctic Sunrise dalam kacamata hubungan internasional yang

dalam hal ini akan dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan dengan konsep

kepentingan nasional dan diplomasi.

Kemudian penelitian yang terakhir digunakan aadalah penelitian dari Roben

Van Genderen dan Fan Rood yang berujudul Water Diplomacy: a Niche for the

Netherlands? Dalam Netherlands Institute of International Relations pada

November 2011. Laporan ini tidak berisi terkait kasus Arctic Sunrise, namun

dalam laporan ini terdapat bentuk diplomasi Belanda dalam ruang lingkup

diplomasi air. Diplomasi air ini terjadi karena adanya konflik dari air dan

kepentingan-kepentingan negara lain akan akses air. Diplomasi air juga

dimaksudkan untuk menyelesaikan konflik didalamnya dengan cara negosiasi,

Page 28: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

15

mediasi, konsiliasi, arbitrase dan adjudikasi. Dalam hal ini, Belanda

mengupayakan diplomasinya terkait air yang disebut juga dengan niche

diplomacy. Niche diplomacy adalah aktivitas kebijakan luar negeri yang

khususnya bagi negara dengan kekuatan menengah, seperti Belanda, untuk

mendapatkan pengaruh, khusunya untuk mendapatkan kekuatan dalam hal

ekonomi. Upaya Belanda dalam diplomasi air adalah bergabung dengan WWF

untuk proses meratifikasi UN Watercourses Convention, berperan besar di Uni

Eropa untuk kampanye block ratification, menjadi chairman dalam

penandatangan drat negosiasi ratifikasi, dan melakukan lobi-lobi lainnya.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

sama-sama menggunakan konsep diplomasi untuk dapat menyelesaikan suatu

masalah. Dalam penelitian ini, ada suatu masalah berupa konflik air yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan niche diplomacy oleh Belanda. Konsep

diplomasi tersebut juga didukung dengan menggunakan konsep multi-track

diplomasi.

Namun, perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah berfokus

pada diplomasi Belanda dalam kasus Arctic Sunrise dengan Rusia yang

diselesaikan melalui jalur hukum internasional. Diplomasi Belanda yang

dilakukan lebih kepada konsep diplomasi multi-track yang dilihat dalam faktor-

faktor yang mendukung diplomasi Belanda dalam persidangan laut internasional.

Page 29: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

16

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisa diplomasi Belanda dalam menyelesaikan perselisihan

antara Greenpeace dan Rusia tahun 2013, penelitian ini akan memakai konsep

kepentingan nasional dan diplomasi sebagai alat analsia untuk menjawab

penelitian ini.

1. Kepentingan Nasional

Menurut James N. Rossenau dikutip dalam buku karangan Scott Burchill,

The National Interest in International Relations Theory, kepentingan nasional

adalah sebuah konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan

dan menilai dari kebijakan luar negeri suatu negara (Scott Burchill, 2005, hal. 32-

33). Rossenau juga menekankan kepada para scholars sebelumnya untuk

membawa konsen diplomatik sebagai objektivitas dengan membawa konsep

kepentingan nasional ini. Hal ini karena kepentingan sebuah bangsa sebenarnya

adalah realitas objektif yang dapat menggunakan konsep kepentingan nasional

sebagai dasarnya (Scott Burchill, 2005, hal. 32-33).

Selain itu, menurut Charles Beard, konsep kepentingan nasional yang ia

paparkan menggunakan pertimbangan-pertimbangan dari hal ekonomi. Beard

melihat adanya evolusi dari dynastic interest menjadi state interest, (Simon

Williams, 2012, hal. 18) yang berlaku pada abad ke-16 dan abad ke-17, yang

mulai menghilang dan tergantikan dengan istilah yang lebih akurat yang

mencerminkan bentuk kontemporer diplomasi politik. Bread menjelaskan

kepentingan nasional sebagai ide dan berkembangnya negara bangsa sebagai

Page 30: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

17

bentuk moderen dari asosiasi politik (Scott Burchill, 2005, p. 1). Menurut Beard

kepentingan nasional adalah sistem negara nasional dan peningkatan pengaruh

kontrol politik populer dan ekspansi besar hubungan ekonomi dengan garis

formula baru, yaitu kepentingan nasional (Simon Williams, 2012, hal. 18-19).

Peneliti lain yang menjelaskan kepentingan nasional adalah Joseph Frankel.

Menurut Frankel, kepentingan nasional adalah deskripsi komprehensif terkait nilai

dari kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional juga bisa menjadi konsep yang

sangat kurang jelas atau bahkan konsep yang sulit, tetapi ini memungkinkan para

peneliti untuk melihat disekeliling dari kepentingan nasional untuk dapat

memahami kebijakan luar negeri dan international behavior secara umum (Simon

Williams, 2012, hal. 27).

Sejalan dengan Frankel, salah satu pengikut dari Frankel, Donald

Nuechterlein memperkuat argumentasi dari Frankel dengan memaparkan konsep

kepentingan nasional sebagai konsep yang mampu digunakan untuk

menyeimbangkan perilaku self-regarding dan other regarding, konsep yang dapat

digunakan untuk analisa kebijakan dan perkembangan kebijakan, konsep yang

juga terdiri dari objektif dan subejektif. Konsep yang terkait dengan aktor-aktor

negara berdaulat, dan konsep yang terkait dengan upaya rasional dalam mencapai

kebijakan luar negeri (Simon Williams, 2012, hal. 32-33).

Nuechterlein juga mengidentifikasi adanya empat dasar motivasi yang

digunakan oleh negara untuk mencapai kepantingan nasionalnya, yaitu:

Page 31: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

18

a. Kepentingan pertahanan: untuk melindungi negara bangsa dan

masyarakatnya dari ancaman kekerasan fisik dari negara atau kelompok

lain.

b. Kepentingan ekonomi: untuk meningkatkan ekonomi negara dalam

hubungannya dengan negara lain.

c. Kepentingan tatanan dunia: untuk memelihara sistem politik dan

ekonomi internasional yang dimana negara bangsa dapat merasa aman,

dan masyarakatnya dapat berinteraksi secara damai diluar

perbatasannya.

d. Kepentingan ideologi: untuk melindungi dan kelanjutan dari seperangkat

nilai yang dapat dibagi oleh masyarakat dari suatu bangsa dan saling

percaya untuk menjadi universal yang baik (Simon Williams, 2012, hal.

32-33).

Konsep kepentingan nasional yang dipaparkan oleh beberapa scholar

tersebut akan digunakan dalam upaya untuk menganalisia permasalahan dalam

penelitian ini. Konsep kepentingan nasional digunakan untuk menjelaskan

kepentingan Belanda dan Rusia di kawasan Arktik dan juga kepentingannya

dalam kasus Arctic Sunrise.

2. Diplomasi

Sukawarsini Djelantik memaparkan diplomasi adalah sebagai mewakili

tekanan politik, ekonomi, dan militer kepada negara-negara yang terlibat dalam

aktivitas diplomasi, yang diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan

Page 32: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

19

konsesi antara para pelaku negosiasi (Sukawarsini Djelantik, 2008, hal. 3-4).

Selan itu, Kishan S. Rana mendefinisikan bahwa diplomasi juga merupakan

sistem dari sebuah komunikasi antar negara dan resolusi isu di ranah hubungan

antar negara, dan sesuai dengan peningkatan hubungan dunia saat ini, diplomasi

merupakan sebuah proses dialog dan akomodasi antar negara (Kishan S. Rana,

2011, hal. 16).

Sejalan dengan pernyataan oleh Kishan S. Rana, Louise Diamond dan John

McDonald mendefinisikan diplomasi sebagai proses politik yang damai antar

negara untuk melihat struktur, bentuk dan aturan sistem dari hubungan

internasional untuk mencapai sebuah kepentingan nasional (Diamond dan

McDonald, 1996, hal. 26). Teori dan konsep diplomasi saat ini terjadi

perkembangan sesuai dengan kondisi di ranah internasional. Profesor Mowat

membagi periode perkembangan diplomasi dengan tiga periode, yakni tahun 476-

1475 sebagai periode kegelapan ketika diplomasi belum terorganisir, tahun 1473-

1914 yang disebut sebagai periode diplomasi sistem negara Eropa, dan tahun 1918

yang dikenal sebagai periode diplomasi yang demokratis (Sukawarsini Djelantik,

2008, hal. 58).

Kishran S. Rana juga memaparkan bahwa diplomasi saat ini bersifat global,

dimana aktor selain negara berperan yang didukung dengan teknologi dan

informasi untuk menjalankan misi diplomatik suatu negara agar memenuhi

kepentingan nasionalnya. Diplomasi menurut Rana saat ini disebut dengan

globalized diplomacy, hal ini karena adanya perubahan fokus hubungan

Page 33: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

20

internasional yang dulunya lebih erat kaitannya dengan politik menjadi isu-isu

ekonomi dan isu kontemporer lainnya (Kishan S. Rana, 2011, hal. 13).

Perkembangan konsep diplomasi karena perubahan arah politik

internasional membuat para scholar mengembangkan berbagai bentuk diplomasi

yang sesuai dengan kondisi dan aktor saat ini. Seperti Louise Diamond dan John

McDonald yang memberikan konsep diplomasi dengan sistem diplomasi multi-

track. Sistem diplomasi multi-track merupakan sistem dari pembaharuan konsep

diplomasi yang digunakan untuk mencapai perdamaian dunia dengan dibagi

beberapa aktor diplomasi yang berperan sesuai dengan fungsi dan kepentingan

nasional yang dibawa oleh aktor tersebut (Diamond dan McDonald, 1996, hal.

11).

Louise Diamond dan John McDonald membagi diplomasi multi-track

dengan sembilan track yang sesuai dengan fungsi dan tujuan aktor tersebut

(Diamond dan McDonald, 1996, hal. 11). Diplomasi multi-track memiliki konsep

dan kerangka yang memudahkan untuk memahami sistem dari sebuah

peacemaking. Sembilan track yang dipaparkan oleh Diamond dan McDonal, yaitu

track satu government, track dua nongovernment/profesional, track tiga bussiness,

track empat private citizen, track lima research, training and education, track

enam activism, track tujuh religion, track delapan funding, dan track sembilang

media (Diamond dan McDonald, 1996, hal. 4-5).

Konsep diplomasi yang dipaparkan oleh beberapa scholar digunakan untuk

menganalisia permasalahan dalam penelitian ini. Konsep diplomasi digunakan

Page 34: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

21

untuk menjelaskan faktor-faktor keberhasilan Belanda dalam menyelesaikan

perselisihan antara Greenpeace dan Rusia tahun 2013. Konsep diplomasi juga

akan menganalisa praktik diplomasi yang digunakan oleh Belanda dalam

penyelesaian kasus kapal tersebut dengan Rusia.

F. Metodologi Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif untuk memahami masalah sosial

dan hukum berdasarkan pada gambaran deskriptif kata-kata yang lengkap dan

selanjutnya dilaporkan secara terperinci dengan disusun dalam sebuah latar ilmiah

(Ulber Silalahi, 2009, hal. 77). Menurut John W. Creswell, penelitian kualitatif

adalah suatu pendekatan untuk memahami makna dari suatu individu atau

kelompok berdasarkan pada masalah sosial yang ada. Proses penelitiannya

melibatkan pertanyaan-pertanyaan prosedural, pengumpulan dan analisis data,

serta menginterpretasikan makna dari data (John w. Creswell, 2014, hal. 4).

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ada beberapa inti

dan prinsip-prinsip ilmiahnya, yaitu membentuk kenyataan sosial dan makna

budaya yang berfokus pada proses dan peristiwa interaktif, faktor utama berupa

keontetikan, teori dan data bercampur, dibuat tergantung pada situasi dengan

analisis tematik dan peneliti terlibat dalam proses penelitian (W. Lawrence

Neuman, 2013, hal. 19). Penelitian kualitatif juga menekankan pengumpulan data

sebagai sumber datanya. Sumber data penelitian kualitatif berupa observasi,

wawancara, dokumen pribadi dan resmi, foto, rekaman dan percakapan informal

(Emzir, 2010, hal. 37).

Page 35: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

22

Skripsi ini juga menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang

berasal dari bacaan buku-buku, jurnal ilmiah dan dokumen yang berasal dari situs

internet terkait. Penulis melakukan studi pustaka untuk mendapatkan dokumen

penunjang penelitian dengan mengunjungi perpustakaan, yaitu Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Data yang telah penulis dapat selanjutnya akan dilakukan

proses verifikasi dengan tujuan untuk memperoleh keakuratan data dan kemudian

akan diklarifikasikan sesuai dengan fakta.

Selanjutnya penulis akan menganalisa hasil data untuk diterapkan dalam

penelitian agar dapat menjawab dari rumusan masalah penelitian dengan

menggunakan konsep kepentingan nasional dalam menganalisa kepentingan

Belanda di kasus Arctic Sunrise dan kepentingan Rusia di kawasan Arktik. Serta

menggunakan konsep diplomasi untuk menganalisa keberhasilan diplomasi

Belansa dalam kasus Arctic Sunrise antara Greenpeace dengan Rusia tahun 2013.

G. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Pertanyaan PenelitianC. Tujuan dan Manfaat PenelitianD. Tinjauan PustakaE. Kerangka Teori

1. Kepentingan Nasional2. Diplomasi

F. Metodologi PenelitianG. Sistematika Penulisan

BAB 2 KAWASAN ARKTIK DAN AKTIVITAS GREENPEACEA. Kawasan Arktik Sebelum dan Sesudah Perang DinginB. Perubahan Iklim di Kawasan Arktik

Page 36: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

23

C. Aktivitas Greenpeace

BAB 3 KASUS KAPAL ARCTIC SUNRISE GREENPEACE DENGANRUSIA TAHUN 2013

A. Isu Climate Change di Kawasan Arktik1. Latar Belakang Greenpeace di Kawasan Arktik2. Penangkapan Kapal Arctic Sunrise Oleh Rusia

B. Aturan di International Tribunal of the Law and the Sea (ITLOS)1. Mekanisme Penyelesaian Sengketa di International Tribunal of the

Law and the Sea (ITLOS)2. Penyelesaian Kasus Arctic Sunrise di International Tribunal of the

Law and the Sea (ITLOS)

BAB 4 KEBERHASILAN DIPLOMASI BELANDA DALAM KASUSARCTIC SUNRISE TAHUN 2013

A. Kondisi Belanda dan Hubungan Bilateral antara Belanda dan RusiaB. Upaya Belanda dalam Kasus Arctic Sunrise antara Greenpeace dengan

Rusia Tahun 2013C. Implikasi Keberhasilan Belanda terhadap Hubungan Bilateral dengan

Rusia

BAB 5 PENUTUP

Page 37: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

45

BAB II

KAWASAN ARKTIK DAN AKTIVITAS GREENPEACE

Bab ini menjelaskan mengenai kondisi geopolitik dan geoekonomi kawasan

Arktik sebelum dan setelah Perang Dingin, kemudian adanya isu baru setelah

perang dingin yang terjadi, yaitu perubahan iklim sehingga munculnya organisasi

lingkungan internasional yang berupanya untuk menghentikan aktivitas negara

yang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Salah satu organisasi

lingkungan internasional adalah Greenpeace yang melakukan aksinya di Arktik

dengan menggunakan kapal Arctic Sunrise.

A. Kawasan Arktik Sebelum dan Sesudah Perang Dingin

Berakhirnya Perang Dunia Kedua yang menimbulkan lima perkembangan

dalam sistem internasional, yaitu persaingan dua kekuatan besar Amerika Serikat

(AS) dan Uni Soviet (US), perubahan teknologi perang, konflik ideologi

transnasional, perbaikan dan pemulihan sistem kapitalis dunia, dan gerakan liberal

nasional. Tensi hubungan AS dan US saat itu disebut dengan Perang Dingin, yang

berupa perlombaan pembuatan senjata, polarisasi politik domestik dan

internasional, pemisahan dunia menjadi blok militer dan politik (Painter, 2005,

hal. 12).

Page 38: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

46

Selama Perang Dingin, kawasan Arktik adalah tempat yang paling strategis

untuk mengkontrol segala aktivitas di perairan dan di udara dari kedua belah

pihak. Seperti tempat perkembangan militer dan nuklir antara AS dan US. Hal ini

karena jarak kedua negara yang tidak begitu jauh, hanya kurang lebih 92 km dari

Selat Bering dan sama-sama memiliki akses yang besar terhadap wilayah Arktik.

(Georgescu, 2010, hal. 58).

Bagi AS, AS melihat bahwa kawasan Arktik merupakan tempat yang ideal

untuk patroli kapal selam dan angkatan laut Amerika (The Institute for Foreign

Policy Analysis, 2012). Fokus AS di Arktik adalah untuk menjadikan wilayah

Arktik sebagai pertahanan yang kuat. AS membangun pangkalan militer di

Norwegia, membentuk strategi pengkontrolan udara (Huitfeldt, Ries, & Oyna,

1992), mengembangkan sistem navigasi Loran-C dan sistem radar AWACS dan

pengadaan pesawat supersonik, satelit, kapal permukaan dan kapal selam

diperbanyak untuk melakukan patroli area (Osterud & Honneland, 2014).

Selain peran Arktik bagi AS, kawasan ini juga tidak kalah pentingnya bagi

US. Bagi Soviet, Arktik merupakan tempat untuk memperkuatkan strategi US,

yaitu strategic nuclear force, strategic air defense force dan naval general

purpose force (Huitfeldt, Ries, & Oyna, 1992, hal. 80). Soviet juga memiliki akses

ke Samudera Atlantik dan juga dapat menyembunyikan kapal selam selama

berada di bawah es (Osterud & Honneland, 2014, hal. 158)

Selama periode dari 1948 hingga 1960an, Soviet juga mengembangkan

pertahanan udaranya yang disebut dengan The Troops of the National Air Defence

Page 39: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

47

yang dibagi dalam lima komponen, yakni Figthter Aviation of Air Defence tahun

1948, Zenith Rocket Troops tahun 1954, Radion Technical Troops tahun 1955,

Antirocket Defence tahun 1958 dan Antispace Defence tahun 1960an. Hingga

tahun 1990an pertahanan udara oleh US ini masih menjadi elemen utama di

rencana strategis Soviet dan fokus utama Arktik dan Nordik (Huitfeldt, Ries, &

Oyna, 1992, hal. 139).

Tabel 2.1. Faktor Kekuatan Stratejik di Arktik

NATO AS Pakta

Warsawa

US

Aircraft Carriers 9 8 - 2

Cruisers 11 5 - 20

Destroyer/Frigates 200 200 8 150

Submarines 100 75 7 200

Strategic Bombers 45 500 - 700

Other Figther Planes 3.500 4.500 2.300 6.500

Long Range Missiles - 1.054 - 1.500

Medium Range Missiles 350 272 - 1.000

Sumber: A Strategic Perspective on the Arctic (Huitfeldt, 1974)

Berakhirnya Perang Dingin, maka aktivitas di Arktik tidak lagi didominasi

oleh aktivitas dari AS dan US. Kegiatan yang dilakukan oleh AS dan US selama

Perang Dingin menimbulkan ancaman baru ketika Perang Dingin tersebut

berakhir. Ancaman baru yang muncul pasca Perang Dingin di Arktik adalah

Page 40: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

48

ancaman lingkungan dari limbah radioaktif, nuklir dan kegiatan militer. Selain itu

juga adanya perubahan iklim yang terjadi sehingga terbukanya rute transportasi

maritim baru, bertumbuhnya kepentingan negara terkait dengan sumber daya

mineral di bawah laut, dan kompetisi terkait klaim wilayah antar negara di Arktik

(The Institute for Foreign Policy Analysis, 2012).

Ada tiga jalur baru yang terbuka pada 2008 yang kemudian menjadi

perdebatan akan status kepemilikan jalur ini. Jalur tersebut adalah Northern Sea

Route di Utara Rusia dan Northwest Passage yang berada di atas Amerika Utara

(The Institute for Foreign Policy Analysis, 2012), tepatnya melewati Greenland

sebelah barat dan Utara Kanada, dan jalur membentang kutub utara (Advisory

Council on International Affairs, 2009, hal. 15).

Terbukanya jalur-jalur baru ini juga membuka peluang akan peningkatan

ekonomi. Jalur perjalanan kapal yang baru terjadi karena berpindahnya es yang

diakibatkan pencairan es tersebut. Mencairnya es di Kutub Utara yang lebih

tepatnya di perairan Arktik semakin membuka peluang akan terbukanya sumber

daya mineral yang belum di eksploitasi oleh negara manapun. Berdasarkan The

US Geological Survey (USGS) di kawasan ini terdapat sebesar 90 milyar barel

minyak, 1.699 triliun kaki kubik gas alam dan 44 milyar barel gas alam cair yang

belum ditemukan di 33 provinsi di kawasan Arktik (The US Geological Survey,

2008).

Laporan dari USGS yang berhasil memberikan gambaran mengenai sumber

daya mineral berupa minyak dan gas alam yang ada di Arktik, memberikan

Page 41: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

49

peluang bagi negara untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam (Bishop,

Bremmer, Parno, & Utskot, 2011). Beberapa perusahaan yang melakukan

eksplorasi di Arktik adalah ARICO, Standard Oil Company of New Jersey,

Chevron, CoconoPhillips, Statoil, Lundin Petroleum, Royal Dutch Shell, Iona

Energy, Gazprom, dan lainnya (Holter, 2016) (Dlouhy, 2016). Kehadiran

perusahaan minyak milik AS, Rusia, Kanada, Norwegia dalam eksplorasi minyak

di Arktik menimbulkan dampak bagi lingkungan khusunya dan juga bagi tensi

hubungan antar negara.

B. Perubahan Iklim di Kawasan Arktik

Arktik adalah kawasan yang memiliki iklim dengan karakteristik jumlah

yang rendah atau tidak adanya sinar matahari pada musim dingin dan hari yang

sangat panjang selama musim panas. Iklim di Arktik memiliki sistem yang

kompleks dan memiliki pengaruh terhadap sistem iklim dunia (McBean, 2007,

hal. 23). Dalam beberapa periode ini, maraknya isu-isu terkait perubahan iklim

yang mengubah kondisi lingkungan, sosiologi hingga berdampak pada ekonomi

(Anisimov & Fitzharris, 2001). Perubahan iklim yang terjadi ini diakibatkan dari

adanya pengaruh manusia dengan aktvitas yang dilakukan oleh manusia yang

menghasilkan peningkatan emisi karbon dioksida dan efek gas rumah kaca

(Hassol, 2004).

Berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),

perubahan dalam iklim membuat kondisi di Arktik menjadi lebih menipis pada

laut es, pencairan permafrost, erosi pantai, perubahan lapisan es, perubahan

Page 42: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

50

distribusi dan kelimpahan spesies di area Kutub Utara (McBean, 2007) (Hassol,

2004). Di Arktik sendiri, permukaan es adalah bagian penting yang berhubungan

dengan kondisi iklim. Permukaan es berfungsi sebagai pantulan radiasi matahari,

kelembaban dan perubahan panas dan embun pada perumkaan samudera serta

arus lautan. Hampir 30 tahun terakhir ini es laut di Arktik menjadi lebih tipis dan

luasnya sudah tereduksi kurang lebih 8% (Eskeland & Flottorp, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susan Joy Hassol dalam Arctic

Climate Impact Assisment dari University of Cambridge, ada beberapa dampak

yang terjadi baik dalam sistem alam maupun dampak masyarakat dikarenakan

perubahan iklim di Arktik. Berikut ini tabel dampak yang terjadi karena

perubahan iklim di Arktik,

Tabel 2.2 Dampak Perubahan Iklim di Arktik

Dampak Perubahan Iklim di Arktik

Dampak pada Sistem Alam

1. Perubahan tanah yang subur

menjadi kering,

2. Perubahan tumbuh-tumbuhan,

3. Perpindahan spesies ke utara,

4. Spesies laut dalam bahaya

5. Spesies darat dalam bahaya

6. Dampak dari peningkatan UV

7. Matinya tumbuh-tumbuhan

8. Perputaran karbon yang tidak

menentu

Dampak pada masyarakat 1. Hilangnya kebiasaan berburu,

Page 43: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

51

2. Merosotnya keamanan makanan,

3. Masalah dalam kesehatan manusia,

4. Berkembangnya jalur kapal laut,

5. Meningkatnya akses terhadap

sumber daya alam,

6. Meningkatnya penangkapan ikan di

laut,

7. Terganggunya transportasi darat,

8. Merosotnya penangkapan ikan di air

bersih

9. Peningkatan dalam agrikultur dan

kehutanan

Sumber: Impacts of A Warming Arctic (Hassol, 2004)

Perubahan iklim yang berdampak pada keseimbangan ekosistem di Arktik

akan berpengaruh juga dengan keseimbangan ekosistem dunia. Meskipun

demikian, perubahan iklim di Akrtik selain berdampak secara negatif juga

memiliki dampat positifnya. Dampak positif perubahan iklim di Arktik

memberikan dampak ekonomi, seperti dengan peningkatan akses laut untuk

memperoleh sumber daya alam dan memperluar jalur perkapalan (Hassol, 2004).

Perubahan iklim di Arktik membuat beberapa kegiatan ekonomi menjadi

lebih untung dan ada juga kurang menguntungnya. Kegiatan ekonomi yang

menguntungkan yaitu banyaknya pertumbuhan iklan secara cepat karena beberapa

ikan bermigrasi ke arah utara sehingga biaya panen ikan yang murah pada suhu

yang tinggi. Namun, yang kurang menguntungkannya yaitu saat pendistribusian

ikan yang terganggu oleh kondisi darat di Arktik (Eskeland & Flottorp, 2006).

Page 44: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

52

Ada beberapa sektor ekonomi yang berubaha dalam perubahan iklim di

Arktik, sektor tersebut adalah perikanan, pertanian, hidroelektrik, pertambangan

minyak, pariwisata, dan transportasi laut. Dari beberapa sektor tersebut yang

paling menguntungkan secara ekonomi adalah sektor perikanan, hidroelekrtik,

pertambangan minyak dan transportasi maritim (Eskeland & Flottorp, 2006).

Namun, aktivitas ekonomi yang memberikan keuntungan tersebut juga

memberikan beberapa resiko. Seperti adanya pengeboran minyak lepas pantai

yang dilakukan oleh beberapa perusahaan minya mengakibatkan rusaknya habitat

laut dan dampak negatif dari kesehatan serta kehidupan penduduk asli Arktik

(Hassol, 2004).

C. Aktivitas Greenpeace

Untuk menanggapi perubahan iklim di Arktik, ada beberapa organisasi

internasional non-pemerintah yang bergerak dalam penyelamatan lingkungan.

Organisasi tersebut adalah International Union for Conservative Nature (IUCN),

Friends of the Earth International (FoEI), Greenpeace, World Wild Fund for

Nature (WWF) dan lainnya (Ramli, 2014). Mereka bergerak untuk menghentikan

aktivitas yang banyak dilakukan oleh perusahaan untuk mengambil sumber daya

alam tanpa memperdulikan dampak lingkungan bagi manusia.

Greenpeace adalah organisasi kampanye global yang bergerak untuk

merubah cara berpikir dan sikap terkait lingkungan, untuk melindungi dan

konservasi lingkungan serta mempromosikan perdamaian. Kegiatan Greenpeace

Greenpeace yang dilakukan adalah revolusi energi terkait perubahan iklim,

Page 45: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

53

perlindungan terhadap laut dari bahaya limbah dan perusakan saat penangkapan

ikan, perlindungan terhadap hutan, bekerja untuk pelucutan senjata dan

perdamaian dalam konflik, membuat bahan kimia alternatif yang aman dalam

produk dan manufaktur, kampanye untuk pertanian berkelanjutan

(www.greenpeace.org)

Greenpeace berdiri sejak tahun 1971 oleh Bill Darnell dan teman-temannya

ketika melakukan pelayaran dari Vancouver, Kanada menuju Pulau Amchitka,

Alaska untuk menjadi saksi mata uji coba nuklir bawah tanah milik AS. Sebelum

sampai di Amchitka, mereka sudah dicegat duluan oleh beberapa pasukan

pengamanan dari AS dan AS tetap berhasil meledakkan bom disana. Aktivitas

dari Bill Darnell dan teman-temannya kemudian mendapat perhatian publik

sehingga pulau tersebut dideklarasikan sebagai suaka marga satwa (Ramli, 2014).

Nama Greenpeace diciptakan oleh Bill Darnel ketika ia meneriakkan “let’s

make that a green peace!” saat melakukan pelayaran ke Amchitka. Bersama

temannya, Bob Hunter, Jim Bohlen, Paul Cote dan Irving Stone. Bob Hunter

berperan dalam membuat konsep Media Mind Bomb untuk mendapat perhatian

publik. Serta Jim Bohlen, Paul Cote dan Irving Stone berperan dalam menggagas

Don’t Make a Wave Committe yang mengatur aksi Greenpeace ke Pulau

Amchitka untuk menghentikan uji coba senjara nuklir AS (Ramli, 2014).

Sejak saat itu, Greenpeace kemudian melanjutkan misinya untuk

menyelamatkan lingkungan dan menyadarkan perusahan agar menggunakan

energi bersih, sehingga limbah yang dikeluarkan tidak merusak bumi. Dalam

Page 46: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

54

misinya greenpeace sangat mengedepankan keterbukaan dan menggunakan

penelitian, lobi, dan diplomasi untuk mengejar tujuannya. Dalam aksinya juga

Greenpeace tidak menggunakan kekerasan dan lebih kepada aksi protes yang

damai (www.greenpeace.org)

Greenpeace melakukan kampanye dalam beberapa wilayah di belahan dunia

sejak tahun 1970an hingga saat ini. Dalam melaksanakan kampanyenya,

Greenpeace menggunakan kapal sebagai alat pelayarannya. Kapal-kapal yang

masih digunakan Greenpeace saat ini seperti Rainbow Warrior dan Arctic Sunrise.

Salah satu wilayah yang menjadi perhatian Greenpeace adalah kawasan Arktik.

Greenpeace mulai berlayar ke Arktik pada tahun 2010 dengan tujuan untuk

menghentikan perusahaan Cairn Energy yang melakukan pengeboran minyak

tanpa henti selama bulan Juli dan November (Erwood, 2011).

Selain Cairn Energy, perusahaan lain yang melakukan pengeboran di Arktik

adalah Royal Dutch Shell, Exxon Mobil, Chevron, TOTAL, Gazprom, dan lain-lain

(McKinnon, 2015). Selain melakukan kampanye dengan cara berlayar ke peron

minyak-minyak di Arktik, Greenpeace juga melakukan kampanye yang lebih luas

lagi dengan membentuk petisi di internet yang dinamakan Save the Arctic (Hogue

& Castagner, 2013)

Kampanye Save the Arctic yang dilakukan oleh Greenpeace ini dengan

tujuan untuk membuat tempat perlindungan khusus di area Kutub Utara, melarang

penangkapan ikan dan pengeboran minyak lepas pantai dan mengundang

masyarakat untuk menandatangani petisi hingga mencapai target yang ditentukan.

Page 47: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

55

Kemudian petisi ini yang akan digunakan untuk mendesak perusahaan agar

menghentikan aksinya (Hogue & Castagner, 2013). Dalam kampanyenya,

Greenpeace berhadapan dengan perusahaan yang melakukan aktivitas pengeboran

minyak dan gas seperti Cairn Energy di Greenland Timur, Royal Dutch Shell di

Laut Beaufort dan Laut Chukchi, Rosneft di Laut Barents dan Laut Kara, serta

Gazprom terkait anjungan minyak tetap Prirazlomnaya di Laut Barents (Zylstra,

2013, hal. 10).

Kantor pusat Greenpeace sendiri berada di Belanda dengan bernama

Greenpeace Internasional. Saat ini, Greenpeace memiliki kantor perwakilan di 55

negara yang tersebar di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Pasifik

(www.greenpeace.org). Greenpeace mendapat kedudukan di Belanda sebagai

Non-Goverenmental Organization karena Belanda merupakan negara yang

pertama kalinya merespon resolusi PBB untuk meningkatkan peran dari bantuan

pembangunan luar negeri (Sanbeta, 2003).

Bantuan pembangunan yang diterapkan inilah berupa non-governmental

organization untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan

luar negari sebagai penggerak sosial, third way, third sector, dan civil society

(Sanbeta, 2003). Kemudian untuk merefleksikan mandat dari PBB, Belanda

membentuk National Commissie Voorlichting en Bewustwording Ontwikkelings-

samenwerkin/National Commission for Development Education pada tahun 1970

untuk meningkatkan peran dari bentuan pembangunan luar negeri (Sanbeta,

2003).

Page 48: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

56

Maka dari itu, Greenpeace yang merupakan non-governmental organization

yang bergerak dalam penyelamatan lingkungan guna meningkatan pembangunan

dunia yang bersih. Greenpeace sendiri mendirikan kantor pusatnya di Belanda

pada tahun 1978 (Erwood, 2011) sehingga Greenpeace mendapat pengawasan dan

pengaturan di bawah hukum Belanda (Internasional, Greenpeace, 2013).

Pada bab ini dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim di Arktik bermula

dari aktivitas AS dan US selama Perang Dingin. Kemudian setelah Perang Dingin

muncul ancaman baru yang memberikan dampak positif dan negatif dari

perubahan iklim di Arktik. Perubahan iklim tersebut memberikan peluang bagi

negara untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam di Arktik. Kegiatan

eksplorasi sumber daya alam tersebut yang membuat Greenpeace sebagai non-

governmental organization yang bergerak di bidang penyelematan lingkungan

melakukan aksinya untuk memperotes negara-negara yang mengeksploitasi

minyak secara berlebihan. Kegiatan Greenpeace ini mendapat otoritas dari

Belanda karena kedudukan Greenpeace Internasioal yang berada di Belanda.

Page 49: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

57

BAB III

KASUS KAPAL ARCTIC SUNRISE DENGAN RUSIA TAHUN

2013

Bab ini membahas mengenai kasus penangkapan kapal Arctic Sunrise oleh

Rusia yang dilakukan beberapa aktivis Greenpeace. Kegiatan aksi Greenpeace

terhadap Rusia bermula karena adanya perubahan iklim di kawasan Arktik

sehingga membuka jalur baru bagi perkapalan dan membuka akses terhadap

minyak dan gas di Arktik. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan peluang

tersebut adalah Gazprom, dengan melakukan pengeboran minyak lepas pantai

yang menggunakan prirazlomnaya. Hal tersebut mendapat perhatian bagi

Greenpeace dan mereka melakukan aksi kepada Gazprom untuk tidak

menggunakan prirazlomnaya dalam melakukan pengeboran. Namun, sayangnya

aksi tersebut mendapat intervensi dari Rusia sehingga kapal serta para aktivis

ditahan oleh Rusia. Dalam upaya membebaskan kapal tersebut, Belanda sebagai

negara bendera kapal melakukan penyelesain tindakan sementara secara hukum

internasional melalui The International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS).

A. Penangkapan Kapal Arctic Sunrise oleh Rusia

Dalam misi kampanye Save the Arctic yang dilakukan oleh Greenpeace

terhadap perusahaan Rusia, Gazprom, Greenpeace melakukan aksi protesnya yang

pertama, yaitu pada bulan Agustus 2012. Protes pertama dilakukan aktivis

Greenpeace berhasil dengan menaiki peron minyak dan berdiam diri selama 15

Page 50: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

58

jam. Aksi protes berakhir dengan damai dan para aktivis kembali ke kapal mereka

tanpa adanya ikut campur dari pihak keamanan Rusia. Pasca kejadian itu,

Gazprom mengumumkan bahwa perusahaannya mengalami keterlambatan

produksi. Kemudian Greenpeace merilis media bahwa aksi protesnya tidak sama

sekali menggangu produksi Gazprom, mereka hanya ingin menyadarkan

perusahaan Gazprom untuk meningkatkan keselamatan lingkungan dari

perusahaan mereka (Zylstra, 2013).

Setahun kemudian Greenpeace melakukan aksi protes kedua terhadap

Gazprom karena adanya alat untuk mengambil minyak yang lebih canggih dan

besar serta mampu memproduksi minyak dengan cepat, alat ini bernama

Prirazlomnaya. Prirazlomnaya letaknya di Laut Pechora di bagian tenggara Laut

Barent dan berada dalam ZEE Rusia. Prirazlomnaya mulai memproduksi minyak

hingga berakhirnya tahun 2013 dan merupakan rig minyak terbesar pertama yang

memproduksi di lepas pantai Arktik (Elferink & Jebsen, 2014).

Oleh karena itu, Greenpeace mencoba untuk melakukan protes terhadap

Rusia sejak Agustus 2013. Sebanyak enam aktivis Grennpeace menaiki anjungan

Prirazlomnaya dan bertahan disana (Ramli, 2014). Aksi yang dilakukan oleh

Greenpeace menggunakan kapal Arctic Sunrise dengan bendera Belanda pada

kapal tersebut. Berbeda dengan aksi Greenpeace sebelumnya pada 2012, aksi

kedua ini mendapat intervensi dari pihak Rusia (Drenan, 2014) (Zylstra, 2013).

Maka dari itu, pihak Rusia meminta kepada Belanda untuk menghentikan

kegiatan dari kapal Arctic Sunrise. Tetapi permintaan Rusia ini tidak ditanggaapi

Page 51: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

59

oleh Belanda dan aksi yang dilakukan oleh Greenpeace tetap berjalan (Elferink &

Jebsen, 2014).

Setelah melakukan aksi pada 24 Agustus 2013, para aktivis Greenpeace

kemudian mempersiapkan untuk melaksanakan aksi selanjutya pada September

2013. Ketika kapal tersebut berada di laut Kara, pihak berwenang Rusia kembali

menghubungi Belanda dan memberitahu jika kegiatan yang dilakukan oleh kapal

Arctic Sunrise tidak dihentikan, maka pihak Rusia akan mengirim pasukan untuk

menghentikan kapal dan meninggalkan daerah tersebut (Elferink & Jebsen, 2014).

Lalu pada 16 September 2013 pihak keamanan pantai Rusia menggunakan

kapal Ladoga melakukan kontak dengan kapal Arctic Sunrise via radio bahwa

kapal Arctic Sunrise melanggar ketentuan LOSC terkait perlindungan keselamatan

pelayaran di sekitar Prirazlomnaya. Esoknya, para aktivis tersebut tetap menuju

ke daerah Prirazlomnaya dan kembali diperingatkan bahwa kapal Arctic Sunrise

tidak diizinkan untuk memasuki area Prirazlomnaya karena radius tiga mil laut di

sekeliling peron minyak adalah area yang tidak aman (Elferink & Jebsen, 2014).

Pada 18 September 2013, aktivis Greenpeace meluncurkan lima buah kapal

kecil untuk menuju peron Prirazlomnaya. Dua dari kapal tersebut berhasil

mencapai peron Prirazlomnaya (Zylstra, 2013) kemudian dua aktivis memanjat

dasar peron untuk menuju puncak Prirazlomnaya (Drenan, 2014). Tujuan mereka

memanjat adalah untuk menggantung spanduk disana tetapi sebelum

menggantungkan spanduk, beberapa personil peron minyak memanfaatkan selang

kebakaran untuk mengusir para aktivis (Zylstra, 2013). Dua aktivis yang

Page 52: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

60

melakukan pemanjatan tersebut ditangkap oleh pihak keamanan pantai Rusia

(Elferink & Jebsen, 2014).

Kemudian pada 19 September 2013 kapal Arctic Sunrise dibawa oleh agen

dari Rusia dan memegang kontrol kapal tersebut sekitar pukul 18.35 waktu Rusia

(Internasional, Greenpeace, 2013). Perjalanan kapal Arctic Sunrise juga dikawal

oleh pasukan bersenjata khusus melalui helikopter hingga tiba di pelabuhan

Murmansk pada 20 September 2013 (Zylstra, 2013). Kapal Arctic Sunrise

kemudian disita oleh Pengadilan Distrik Leninsky (Drenan, 2014).

Para aktivis Greenpeace ditahan secara formal pada 24 September 2013

selama dua bulan dalam pra-pengadilan oleh Pengadilan Distrik Leninsky

(Internasional, Greenpeace, 2013) (Drenan, 2014). Lalu pada 2 dan 3 Oktober

2013 seluruh awak kapal kapal Arctic Sunrise diberikan hukuman pembajakan

berdasarkan pasal 227 (3) Undang-Undang Kriminal Federasi Rusia

(Internasional, Greenpeace, 2013). Pada 12 November 2013 dakwaan atas

pembajakan diubah menjadi dakwaan hooliganism dan para tahanan dipindahkan

ke Pusat Penahanan Kresty di St. Petersburg (Drenan, 2014). Adapun ke-30

aktivis yang ditahan tersebut adalah:

Tabel 3.1 Daftar Aktivis Greenpeace dalam Kapal Arctic Sunrise

Nama Usia Kewarganegaraan

Peter Henry Willcox 60 Amerika Serikat

Paul Douglas Ruycki 48 Kanada

Page 53: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

61

Miguel Herman Perz Orsi 40 Argentina

Anne Mie Roer Jensen 26 Denmark

Mannes Ubels 42 Belanda

Iain Christopher Rogers 37 Inggris

David John Haussman 49 Selandia Baru

Jonathan David Beauchamp 51 Selandia Baru

Colin Keith Russell 59 Australia

Rusian Yakushev 33 Ukraina

Alexandre Paul 36 Kanada

Francesco Pisanu 38 Perancis

Cristian D’Alessandro 32 Italia

Ana Paula Aminhana Maciel 31 Brazil

Ekaterina Zaspa 37 Rusia

Gizem Akhan 24 Turki

Camila Speziale 21 Argentina/Italia

Sini Saarela 31 Finlandia

Tomasz Dziemianczuk 36 Polandia

Marco Paolo Weber 38 Swiss

Philip Edward Ball 42 Inggris

Page 54: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

62

Anthony Parrett 32 Inggris

Faiza Oulahsen 26 Belanda/Moroko

Dmitri Litvinov 51 Swedia/Amerika Serikat

Alexandra Hazel Harris 27 Inggris

Frank Hewetson 45 Inggris

Denis Sinyakov 36 Rusia

Kieron Bryan 29 Inggris

Roman Dolgov 44 Rusia

Andery Allakhverdov 50 Rusia

Sumber: The Arctic Sunrise (Internasional, Greenpeace, 2013)

Menanggapi kasus ini, Belanda sebagai negara bendera dari kapal Arctic

Sunrise berupaya melakukan kontak dengan Rusia untuk membebaskan ke-30

aktivis Arctic Sunrise. Namun, upaya kontak antar dua negara tidak berhasil dan

Rusia menolak untuk membebaskan para aktivis tersebut (Elferink & Jebsen,

2014). Maka dari itu, Belanda mengajukan permohonan kepada ITLOS untuk

menyelesaikan kasus Arctic Sunrise ini secara hukum internasional.

B. Aturan International Tribunal of the Law and the Sea (ITLOS)

Laut merupakan wilayah yang sangat luas di bumi dengan 70% bagian dari

bumi adalah lautan dan sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup di

Page 55: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

63

bumi serta berperan dalam sistem kehidupan. Laut juga mempengaruhi sistem

ekonomi dan perdagangan, konflik dan keamanan dan budaya yang berdampak

pada sistem kehidupan manusia baik dari ekologi, ekonomi, politik dan sosial

(Chakraborty, 2006, p. 2). Setiap negara di dunia memiliki berbagai kepentingan

berupa politik, stratejik, ekonomi, dan sosial di laut. Karena laut memiliki jutaan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sehingga beberapa negara memiliki

aktivitas untuk mengakses laut, seperti dengan pengambilan ikan, pelayaran kapal,

penyulingan hidrokarbon dan mineral, misi angkatan laut, dan penilitian ilmiah

(Diouf, 2014, p. 1).

Oleh karena itu, perlu adanya payung hukum untuk mengatur aktivitas di

lautan. Maka dari itu, dibentuklah the United Nations Convention on the Law of

the Sea pada Desember 1982 yang memberikan kerangka hukum yang

komprehensif yang mengatur semua ruang laut, penggunaan dan eksploitasi

sumber daya alam. Selain itu, menyediakan prosedur untuk negara dalam

menyelesaikan perselisihan di laut (Diouf, 2014). UNCLOS membentuk

mekanisme penyelesaian sengketa laut berdasarkan pasal 287 yang dimana negara

dapat memilih satu atau lebih mekanisme penyelesaian sengketa. Adapun

mekanisme penyelesaian sengketa yang dibentuk oleh UNCLOS adalah The

International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS), The International Court of

Justice (ICJ), An Arbitral Tribunal Constituted in Accordance with Annex VII, dan

A Special Arbital Tribunal Constituted in Accordance with Annex VIII (Ravin,

2005).

Page 56: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

64

ITLOS adalah pengadilan internasional dibentuk untuk menyelesaikan

sengketa atas konvensi UNCLOS yang berlaku setelah UNCLOS berdiri tahun

1994. ITLOS didirikan pada 1 Oktober 1996 di Hamburg, Jerman dan dalam

ITLOS sudah mengadopsi tiga dokumen, yakni Aturan Pengadilan (the Rules of

Tribunal), Pedoman tentang Penyusunan dan Penyajian Kasus Seblum Pengadilan

(the Guidelines Concerning the Preapration and Presentation of Cases before the

Tribunal) dan Resolusi pada Yudisial Praktek Internal Kasus Sebelum Pengadilan

(the Resolution on the Internal Judicial Practice of Cases Before the Tribunal)

(Ravin, 2005).

ITLOS memiliki yurisdiksi yang unik dibandingkan dengan pengadilan

internasional lainnya karena tidak harus dengan perjanjian khusus atau kompori.

Pada umumnya ITLOS memiliki yurisdiksi atas perselisihan yang berhubungan

dengan hukum laut, termasuk sengketa batas maritime, pencurian ikan, polusi laut

atau penelitian ilmiah kelautan (Drenan, 2014, p. 118). Selama ITLOS berdiri,

ITLOS sudah menyelesaikan 25 kasus yang terdiri dari tindakan rilis cepat,

tindakan sementara dan kasus lainnya (www.itlos.org).

ITLOS terdiri dari 21 anggota yang dipilih oleh Negara anggota dari

Konvensi. Berdasarkan pasal 2 dari aturan ITLOS, setiap hakim mahkamah

diseleksi dengan ketat dan harus memiliki integritas yang tinggi dalam hukum

laut. Dari ke-21 anggota ITLOS akan dibagi menjadi beberapa hakim, yakni lima

hakim dari Afrika, lima hakim dari Asia, empat hakim dari Amerika Latin dan

Karibia empat hakim dari Eropa Barat dan tiga hakim dari Eropa Timur (Ravin,

2005).

Page 57: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

65

Dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di laut, ITLOS memiliki

beberapa kamar pengadilan, yaitu Kamar untuk Sengketa Dasar Laut (Seabed

Disputes Chamber) dan Kamar Spesial (Special Chamber) yang terdiri untuk

Ruang Prosedur Ringkasan (the chamber of Summary Procedure), Ruang untuk

Kategori Perselisihan Tertentu (Standing Chambers to deal with Particular

Category of Disputes) dan Ruang ad hoc (Chamber for dealing with particular

dispute at the request of the parties or ad hoc chambers) (Ravin, 2005).

1. Mekanisme Penyelesaian Sengketa di International Tribunal of the Law

and the Sea (ITLOS)

Untuk menyelesaikan masalah atas laut di ITLOS, ada beberapa prosedur

yang dapat dilakukan oleh negara untuk mengajukan permohanan kepada ITLOS.

ITLOS membuat aturan pengadilan sejak tahun 1997 yang berdasarkan pada

Lampiran VI dari Konvensi dimana pengadilan dapat memproses kasus yang

dibawa oleh pihak yang bersangkutan melalui tahapan prosedural. Tahap pertama

mulai proses lembaga (institution of proceeding) dengan melakukan permohonan

tertulis atau pemberitahuan dari perjanjian konvensi. Untuk kasus yang dibawa

oleh satu negara dapat menggunakan aplikasi dan kasus yang dibawa dalam

perjanjian antar dua negara menggunakan pemberitahuan. Setelah berkas

permohonan diterima oleh ITLOS, panitia akan mengirimkan edaran resmi kepada

negara pihak dan PBB. Setelah itu, negara pihak dapat memberikan nama agen

kepada ITLOS (Ravin, 2005).

Tahap kedua dengan proses tertulis (written of proceeding), setiap kasus

harus dibawa ke pengadilan dan akan diberikan batas waktu yang digunakan

Page 58: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

66

untuk pembelaan. Berkas pemohon terdiri dari pernyataan fakta-fakta yang

relevan, pernyataan hukum, dan penjuan. Untuk pihak kontra pengakuan atau

penolakan fakta yang dinyatakan dalam pemohon, fakta-fakta tambahan,

observasi mengenai pernyataan hukum pemohon, pernyataan hukum dalam

jawaban tersebut dan pengajuan. Selanjutnya akan masuk ke putaran kedua proses

tertulis yang terdiri dari pertukaran jawaban masing-masing pihak (Ravin, 2005).

Ketiga, setelah proses tertulis kemudian masuk dalam proses musyawarah

awal (initial deliberation after written proceeding) yang merupakan tugas dari

pengadilan untuk mempertimbangkan kasus dalam periode antara proses tertulis

dan proses lisan. Dalam peraturan pasal 68, setelah penutupan proses tertulis dan

sebelum pembukaan proses lisan majelis hakim harus bertemu secara pribadi

untuk bertukar pandangan mengenai permohonan tertulis tersebut (Ravin, 2005).

Setelah proses lembaga, tertulis dan musyawarah selanjutnya merupakan

proses lisan (oral proceeding) yang merupakan tahap persidangan kasus di

pengadilan. Dalam persidangan ini yang memimpin persidangan adalah Wakil

Presiden ITLOS atau hakim senior dengan Presiden ITLOS sebagai penanggung

jawab dan pemegang kontrol. Saat persidangan pihak yang bersengketa harus

hadir selama siding tetapi jika salah satu pihak tidak datang, maka pihak lainnya

dapat meminta pengadilan untuk melanjutkan proses persidangan dan membuat

keputusan (Ravin, 2005).

Tahap selanjutnya adalah judegment yang dilakukan setelah penutupan

persidangan lisan hakim akan mempelajari argumen yang disampaikan saat

Page 59: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

67

pengadilan dan bermusyawarah untuk memberi putusan pada kasus tersebut.

Dalam proses ini hakim akan membentuk komite yang terdiri dari lima hakim

yang disebut dengan Drafting Committee dengan membuat dua draft oleh hakim

yang akan dikaji saat pengadilan setelah proses dari pembuatan draft. Setalah

pengkajian draft, maka Presiden dan hakim akan memberikan suara terkait

keputusan dalam kasus yang disengketakan (Ravin, 2005).

2. Penyelesaian Kasus Arctic Sunrise di International Tribunal of the Lawand the Sea (ITLOS)

Untuk menyelesaikan kasus Arctic Sunrise, Belanda mengajukan

permohonan kepada the International Tribunal of the Law and the Sea (ITLOS).

Pengajuan permohonan yang diajukan oleh Belanda adalah permohonan Tindakan

Sementara (Provisional Measure) di bawah pasal 290 paragraf 5 dalam UNCLOS

dalam sengketa yang terkait pelayaran dan penahanan kapal Arctic Sunrise dan

awak kapalnya oleh pihak berwenang Rusia (ITLOS, 2013).

Penyelesaian kasus di ITLOS dengan mengajukan tindakan sementara atau

provisional measure dikarenakan ada situasi masalah yang sangat penting dan

harus diselesaikan. Pengadilan mengizinkan untuk penyelesaian secara tindakan

sementara karena terkait sengket Arctic Sunrise yang berdampak pada kerusakan

lingkungan laut (Press Release No. 201 ITLOS, 2013).

Dalam kasus Arctic Sunrise, tindakan sementara yang diajukan oleh

Belanda kepada ITLOS karena:

Page 60: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

68

1. Segera mungkin untuk mengaktifkan kembali kapal Arctic Sunrise dan

meninggalkan tempat penahanan di bawah yurisdiksi Federasi Rusia

utnuk melaksanakan kebebasan navigasi;

2. Segera melepaskan awak kapal Arctic Sunrise dan memungkinkan

mereka untuk meninggalkan wilayah dari mairitm di bawah yurisdiksi

Federasi Rusia;

3. Menunda semua proses peradilan dan administratif terhadap

penahanan Arctic Sunrise, baik para awak kapal, pemiliki kapal,

operator dan para anggota;

4. Memastikan bahwa tidak ada tindakan lain yang diambil yang

mungkin akan memperburuk atau memperpanjang sengketa antar

kedua belah pihak (Press Release No. 201 ITLOS, 2013).

Sebelum melakukan pengajuan ke ITLOS, Belanda mengupayakan

penyelesaian yang berdasarkan Lampiran VII Konvensi dengan melakukan

Institution of Arbital Proceeding pada 4 Oktober 2013. Dalam kasus Arctic

Sunrise proses arbitrasi institusi dengan Rusia di ajukan atas dasar lampiran VII

dari UNCLOS. Menurut Belanda, penangkapan dan penahanan kapal Arctic

Sunrise beserta krunya adalah bentuk kejahatan dalam ketetapan Konvensi

(ITLOS, 2013). Kemudian Belanda mengajukan kembali permohonan

penyelesaian kasus Arctic Sunrise melalui mekanis di ITLOS dengan mengajukan

penyelesaian secara provisional measure tersebut pada 18 Oktober yang diterima

oleh ITLOS pada 21 Oktober 2013 (ITLOS, 2013).

Page 61: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

69

Respon Rusia terhadap pengajuan Belanda adalah menolak proses arbitrasi

yang di ajukan dalam Lampiran VII Konvensi melalui surat dari Kedutaan

Federasi Rusia di Jerman pada tanggal 23 Oktober 2013. Dalam surat tersebut

Rusia menyatakan bahwa tidak menerima prosedur yang terkait dalam Bab 2 dari

bagian XV Konvensi, yang melibatkan keputusan yang mengikat sehubungan

dengan sengketa, hal ini berkaitan dengan kedaulatan dan yurisdiksi Rusia. Rusia

juga menolak proses aribtrasi yang berdasarkan lampiran VII Konvensi yang

dilakukan oleh Belanda dan menolak untuk berpartisipasi dalam proses

pengadilan (ITLOS, 2013). Rusia sendiri kemudian menekankan untuk

melanjutkan dan mencari solusi yang dapat diterima dalam situasi ini (ITLOS,

2013).

Belanda kemudian menyerahkan kepada ITLOS untuk melanjutkan proses

dan membuat keputusan terkait dengan permohonan tindakan sementara ini. Hal

ini sesuai dengan pasal 28 Statuta Pengadilan yang menyatakan bahwa:

When one of the parties does not appear before the Tribunal or failsto defend its case, the other party may request the tribunal to continue theproceeding and make its decision. Absence of a party or failure of a party todefend its case shall not constitute a bar to proceeding. Before making itsdecision, the tribunal must satisfy itself not only that it has jurisdiction overthe dispute, but also that the claim is well founded in fact and law. (ITLOSP. R., 2013)

Ketika salah satu pihak tidak muncul sebelum pengadilan atau gagaluntuk mempertahankan kasusnya, pihak lain dapat meminta pengadilanuntuk melanjutkan persidangan dan membuat keputusan. Ketidakhadiransatu pihak atau kegagalan pihak untuk mempertahankan kasusnya tidakboleh menghalangi proses persidangan. Sebelum membuat keputusan,pengadilan harus memiliki yurisdiksi atas sengketa dan juga klaim yangberdasarkan fakta dan hukum.

Page 62: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

70

Kemudian setelah persidangan tetap dilanjutkan oleh ITLOS, Rusia

memberikan tuduhan baru bagi aktivis dalam Arctic Sunrise dengan tuduhan

hooliganism berdasarkan Pasal 213 (2) Undang-undang Kriminal Federasi Rusia

(Zylstra, 2013). Atas dasar itu kemudian Belanda kemudian memohon kepada

pengadilan untuk melanjutkan proses dan membuat keputusan dalam permohonan

tindakan sementara ini. Permohonan Belanda dikabulkan oleh pengadilan dan

memasuki proses hearing pada 6 November 2013 (ITLOS, 2013).

Selama menunggu proses hearing pihak ITLOS mempersiapkan beberapa

dokumen yang terkait kasus dan mempersiapkan hal-hal lain untuk menambahkan

fakta-fakta dalam kasus ini. Ketua Greenpeace International, Daniel Simon, juga

dihadirkan sebagai saksi untuk persidangan nanti (ITLOS, 2013). Proses yang

dilakukan sebelum proses hearing selain pemeriksaan dokumen lanjutan juga

dilakukan beberapa pertemuan antara agen dari negara dan presiden ITLOS guna

melakukan konsultasi terkait saksi dan persiapan persidangan.

Dalam menyelesaikan kasus ini, Belanda menunjuk Liesbeth Lijnzaad,

Penasihat Hukum Kementerian Luar Negeri Belanda sebagai agen dari Belanda

dalam proses yang dilakukan oleh ITLOS. Liesbeth Lijnzaad dibantu oleh Rene

Lefeber, Wakil Hukum Kementrian Luar Negeri Belanda sebagai asisten agen

Belanda serta Thomas Henquet, Penasihat Kementerian Luar Negeri Belanda

sebagai penasihat dan pengacara (ITLOS, 2013).

Pada bab ini dapat disimpulkan bahwa aksi protes Greenpeace terhadap

Gazprom, perusahaan Rusia, mendapat respon dari pemerintah Rusia dengan

Page 63: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

71

menangkap dan menahan kapal berserta 30 aktivis Greenpeace. Penangkapan ini

juga mendapat respon dari Belanda sebagai negara yang memberikan kewenangan

Greenpeace dan sebagai pemiliki bendera dari kapal Arctic Sunrise yang

digunakan oleh Greenpeace. Respon Belanda adalah dengan melakukan upaya

penyelesaian, baik secara bilateral maupun secara multilateral yang dibantu oleh

pihak ketiga, yaitu ITLOS.

Page 64: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

65

BAB IV

KEBERHASILAN BELANDA MENYELESAIKAN KASUS

ARCTIC SUNRISE TAHUN 2013

Bab ini membahas mengenai keberhasilan diplomasi Belanda dalam kasus

Arctic Sunrise pada tahun 2013 dengan membahas Belanda secara geografis,

ekonomi dan politik terlebih dahulu. Lalu kemudian dengan dinamika hubungan

Belanda dengan negara-negara di Eropa dan Uni Eropa serta membahas

kepentingan Belanda di Akrtik. Setelah itu, bab ini membahasi diplomasi Belanda

dalam kasus Arctic Sunrise tahun 2013 dengan faktor pendukung dan

penghambat, serta bagaimana dampak dari keberhasilan Belanda dalam kasus ini

terhadap hubungan dengan Rusia.

A. Kondisi Belanda dan Hubungan antara Belanda dan Rusia

Belanda adalah salah satu dari empat Kerajaan Belanda, dengan tiga lainnya

berada di Kepulauan Karibia yakni Aruba, Curacao dan Sint Maarten

(Kolodziejski, 2015). Belanda merupakan negara di bagian Eropa Barat yang

dibatasi dengan North Sea yang diantara Jerman dan Belgia (www.cia.gov).

Negara Belanda dikenal juga dengan nama Holland yang berasal dari Houtland

atau Wooded Land (www.britannica.com). Negara ini memiliki luas wilayah

41.543 km2 dengan kondisi wilayah dataran rendah sebagian besar berupa

hamparan danau, sungai dan kanal yang kemudian dijadikan tanah reklamasi

Page 65: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

66

sekitar 6.500 km2 (www.britannica.com) (www.cia.gov). Sumber daya alam yang

terdapat di Belanda adalah gas alam, minyak bumi, gambut, kapur, garam, pasir

dan kerikil serta kondisi tanah yang subur. Masalah lingkungan yang kerap terjadi

di negara ini tidak jauh dengan masalah banjir dan polusi air. Hal ini dikarenakan

kondisi wilayah Belanda yang terdiri dari tanah reklamasi (www.cia.gov).

Gambar 4.1 Peta Negara Belanda

Sumber: Netherlands, Encyclopaedia Britannica (www.britannica.com)

Belanda merupakan negara dengan sistem pemerintahan konstitusi monarki

dan demokrasi parlementer yang dimana pemerintahannya terdiri atas Raja,

Perdana Menteri dan kementerian. Saat ini Belanda memiliki kepala negara Raja

Page 66: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

67

Willem-Alexander sejak tahun 2013 dan bersama dengan perdana menteri, Mark

Rutte untuk mengatur pemerintahan Belanda, termasuk memberikan formasi baru

dalam pemerintahan (Kolodziejski, 2015, pp. 7-8).

Belanda terbagi dalam 12 provinsi dengan masing-masing provinsi memiliki

pemerintah sendiri yang disebut dengan Provincial Councils yang dipilih melalui

pemilihan umum selama 4 tahun sekali. Dalam satu tahun, para Dewan Provinsi

mengadakan pertemuan sebanyak 10 kali dengan dipimpin oleh Komisioner Raja

untuk membahas kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan sesuai dengan area

masing-masing (Kolodziejski, 2015, p. 12).

Gambar 4.2. Pembagian Admisitrasi Belanda

Sumber: Association of Regional Water Authorities (Unie Van Waterchappen)

(Kolodziejski, 2015).

Dewan Provinsi berperan dalam posisi antara pemerintah pusat dengan

pemerintah lokal. Dalam pemerintahan provinsi terbagi menjadi dua, yaitu dewan

kota dan otoritas air daerah. Hal yang paling spesifik dalam adminitrasi Belanda

Page 67: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

68

adalah manajemen air yang dimana Belanda membuat khusus konsitusi dan

kewenangan terkait manajemen air, Water Board Act, pada tahun 2009. Hal ini

karena kondisi Belanda hampir 20% berada di bawah laut dan hampir 50%

wilayah Belanda terendam banjir. Maka dari itu Belanda membagi ke dalam 25

dewan air sejak abad ke-13 untuk dapat bertanggung jawab terhadap pemeliharaan

semua infrastruktur terkait dengan keamanan air, palang air, bendungan, pompa,

tanggul dank anal serta bertanggung jawab terhadap kualitas air dan pengolahan

limbah air perkotaan (Kolodziejski, 2015, p. 15).

Secara ekonomi, Belanda merupakan negara keenam terbesar di Uni Eropa

yang berperan penting sebagai pusat transportasi Eropa dan industri yang berfokus

dalam pengolahan makanan, bahan kimia, penyulingan minyak bumi dan mesin

listrik. Sektor keuangan Belanda pernah mengalami penurunan pada tahun 2012

karena dampak dari krisis keuangan global pada tahun 2008 (www.cia.gov).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heritage, perekonomian Belanda

menempati urutan ke-16 di dunia dari empat indikator yang dilihat, yakni

kestabilan keuangan, sistem hukum, bebas korupsi dan adanya perlindungan bagi

hak kekayaan intelektual (Heritage, 2016).

Keterpurukan ekonomi Belanda pada tahun 2012 membuat Mark Rutte

mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mengembalikan kondisi keuangan Belanda.

Tidak lama dengan kebijakan itu, Belanda akhirnya sukses meningkatkan

ekonominya hingga menduduki peringkat ke-7 di kawasan Eropa dengan nilai

kebebasan ekonomi sebesar 74,6. Hal ini karena Mark Rutte memfokuskan dalam

manajemen keuangan publik, penegakkan hukum, pasar bebas dan regulator yang

Page 68: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

69

efesiensi. Saat ini, Belanda berhasil sebagai salah satu pusat perdagangan

internasioal dengan sektor pentingnya di bidang pariwisata, manufaktur, teknologi

dan pertanian (Heritage, 2016).

Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Sustainable Governance Indicators

(SGI), sektor ekonomi dalam negeri Belanda pada tahun 2013 mengalami

penurunan yang terdapat dalam konsumsi barang-barang rumah tangga dan

investasi bisnis. Inflasi yang stabil tetapi dengan pertumbuhan perdangan ekspor

yang lamabat serta peningkatan penangguran dari 6,4% pada tahun 2012 menjadi

8,3% pada tahun 2013. Meskipun ekonomi dalam negeri Belanda mengalami

penurunan, tetapi tidak dengan situasi ekonomi internasional Belanda yang baik-

baik saja. SGI menyebutkan bahwa Belanda masuk dalam rangking ke10 diantara

negara-negara OECD dan rangking ke-5 dalam negara zona euro pada tahun 2013

(Hoppe, Woldendorp, & Bandelow, 2015).

Adanya perdagangan global dan investasi asing memberikan keuntungan

bagi perekonomian Belanda. Selain mengembangkan ekonomi, sosial dan poilitik

dalam negerinya, Belanda juga melakukan hubungan dengan beberapa negara,

baik di kawasan Eropa sendiri maupun di luar Eropa. Sejak akhir Perang Dingin,

pemerintah Belanda lebih menerapkan kerjasama dan membangun mitra dengan

negara-negara di Eropa. Belanda sendiri berupaya untuk merefleksikan kerjasama

mereka dengan menerapkan: to invest in depth rather than in width. Maksudnya

adalah Eropa merupakan arena yang penting bagi Belanda untuk dapat mengambil

beberapa inisiatif dan agenda. Agenda ini terkait dengan pendukungan integrasi

Eropa, kontrol demokrasi, menegakkan kriteria penerimaan dan membuat

Page 69: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

70

kebijakan eksternal yang lebih koheren (Knapen, Arts, Kleistra, Klem, & Rem,

2011, p. 59)

Dalam kegiatan ekonomi internasionalnya, Belanda adalah negara

pengekspor terbesar kedua di Uni Eropa (Kolodziejski, 2015). Belanda memiliki

hubungan yang baik dengan 15 negara dalam kerjasama perdagangan, investasi

dan pemberian bantuan (Schaik, Maas, Dinnissen, & Vos, 2015, p. 14).

Gambar 4.3 Peta Penyebaran Perdagangan, Investasi dan Penyebaran

Bantuan Belanda

Sumber: Beyond Scares and Tales: Climate-proofing Dutch Foerign Policy

(Schaik, Maas, Dinnissen, & Vos, 2015, p. 15)

Saat ini, banyak isu-isu baru yang muncul sehingga membuat Belanda

menyesuaikan dengan kondisi dunia untuk mengeluarkan kebijakan luar

Page 70: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

71

negerinya. Salah satunya adalah munculnya isu lingkungan, seperti perubahan

iklim dan pembangunan berkelanjutan sehingga membuat beberapa negara di

Eropa, salah satunya Belanda menerapkan kebijakan lingkungan yang didukung

dengan lebih dari setengah populasi Eropa (Hoppe, Woldendorp, & Bandelow,

2015, pp. 20-21).

Perubahan iklim yang saat ini sebagai menjadi masalah dunia adalah

peningkatan frekuensi dari cuaca ekstrim, seperti gelombang panas, badai dan

cyclones. Konsekuensi dari adanya perubahan iklim yang tidak menentu ini

adalah terjadinya bencana alam yang berdampak sangat besar pada kehidupan

manusia. Perubahan iklim juga dapat berdampak pada pencemaran udara, air,

kualitas pangan, dan menempatkan manusia pada resiko yang besar (Schaik,

Maas, Dinnissen, & Vos, 2015).

Salah satu kawasan yang berperan penting bagi iklim dunia adalah kawasan

Arktik dengan perubahan iklim yang terjadi disana menyebabkan es mencair

sehingga tidak hanya berdampak pada masalah ekologi tetapi juga menjadikan

kawasan ini mudah untuk diakses. Perubahan iklim yang terjadi di Arktik

membuat negara di sekitar kawasan Arktik mulai mengubah strategi baik di

keamanan maupun dalam ekonomi untuk dapat meningkatkan kepentingan

negaranya disana (Schaik, Maas, Dinnissen, & Vos, 2015, p. 43).

Peluang aktivitas ekonomi di Arktik karena es yang mencair diantaranya

adalah terbukanya rute perkapalan baru dan estimasi ketersediaan minyak bumi

dan gas yang belum ditemukan sebelumnya (Schaik, Maas, Dinnissen, & Vos,

Page 71: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

72

2015, p. 43). Jalur perkapalan baru yang ditemukan di Arktik ada tiga, yaitu the

northwest passage (NWP) dari timur Greenland menuju utara Kanada, the

northeast passage (NRS) sepanjang jalur pantai utara Rusia, dan jalur kapal

pertengahan Kutub Utara (AIV, 2014, p. 15). Jalur kapal ini tentunya akan

memotong jalur kapal sebelumnya, sehingga aktivitas ekonomi dapat lebih cepat

dan lebih hemat.

Bagi Belanda, terbukanya jalur perkapalan baru akan lebih menguntungkan,

hal ini karena Rotterdam yang merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia

akan menjadi sentral bagi persinggahan kapal. Jalur kapal dari Rotterdam ke Asia

atau sebaliknya akan lebih cepat dibandingkan jalur sebelumnya yang melalui

Terusan Suez (AIV, 2014, p. 15). Selain itu, hubungan Belanda dengan negara-

negara kawasan Arktik, terutama Rusia dan Norwegia akan semakin erat. Hal ini

karena Belanda memiliki pasar yang baik dan berperan penting dalam, reklamasi,

teknologi matirim, penyulingan minyak dan gas, laying pipelines, shipbuilding

dan perikanan (AIV, 2014, p. 17).

Maka dari itu, kawasan Arktik menjadi penting bagi Belanda berdasarkan

policy framework pemerintah Belanda, yaitu sebagai strategic significance,

kepentingan ekonomi, hubungan bilateral Belanda dengan negara di kawasan

Arktik, kontribusi Belanda untuk dapat melakukan penelitian terkait dampak

perubahan iklim dan berkomitmen dalam menegakkan hukum internasional (AIV,

2014, p. 57). Selain menguntungkan bagi perekonomian Belanda dan negara

lainnya, perubahan iklim juga menjadi masalah yang cukup serius. Dalam hal ini

Belanda membangun penelitian terhadap kawasan Arktik, yaitu the Netherlands

Page 72: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

73

Polar Program (NPP) yang berfokus dalam glasiologi, perubahan iklim dan

peningkatan level laut, serta samudera kutub. Belanda juga berupaya untuk

mengeluarkan program yang inovasi untuk dapat memperkuat hukum

internasional dalam melindungi lingkungan, kontribusi dalam manajemen global

public goods dan memperkuat ekonomi Belanda di kawasan (Schaik, Maas,

Dinnissen, & Vos, 2015, p. 45)

Belanda juga membangun hubungan dengan Rusia, sebagai salah satu

negara yang berada di kawasan Arktik. Belanda dan Rusia sudah lama menjalin

hubungan baik antar kedua negara di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya.

Rusia merupakan mitra perdagangan terbesar ketiga di luar negara Uni Eropa

setelah AS dan Cina bagi Belanda. Pada tahun 2012 impor Belanda dari Russia

sebesar 20,3 juta euro dengan 90% adalah impor minyak bumi (AIV, 2014) dan

ekspor ke Rusia sebesar 7,1 juta euro (The Moscow Times, 2013).

Bagi Rusia, pelabuhan Rotterdam di Belanda adalah pelabuhan yang sangat

penting karena dapat mendatangkan minyak mentah dari Rusia sebanyak 30% dan

45% minyak yang sudah diproduksi. Selain itu, Belanda dan Rusia juga menjalin

mitra stratejik dalam proyek Delta Group yang berfokus dalam ketersediaan

energi di semanjung Yamal (AIV, 2014).

Hubungan yang dilakukan Belanda dan Rusia dikarenakan Belanda

memiliki kepentingan ekonomi terhadap Rusia. Hal ini juga berdasarkan pendapat

Rossenau bahwa kepentingan nasional adalah menggambarkan dan menjelaskan

dari kebijakan luar negeri (Scott Burchill, 2005, hal. 32-33). Jika dilihat dari

Page 73: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

74

pemaparan di atas, maka kepentingan nasional Belanda terhadap Rusia juga

termasuk dalam kepentingan ekonomi menurut Nuechterlein yang dimana

kepentingan ekonomi ini untuk meningkatkan hubungan ekonomi negara dalam

hubungannya dengan negara lain (Simon Williams, 2012, hal. 32-33), dalam hal

ini Belanda dengan Rusia.

B. Upaya Belanda dalam Kasus Arctic Sunrise antara Greenpeace dengan

Rusia Tahun 2013

Pada tahun 2013, hubungan antara Rusia dengan Belanda menegang

dikarenakan kasus Arctic Sunrise. Upaya yang ditempuh Belanda untuk

menyelesaikan kasus Arktik Sunrise berakhir di persidangan ITLOS. Belanda

mengajukan Rusia ke ITLOS terkait dengan penahanan 30 aktivis Greenpeace

serta kapal Arctic Sunrise oleh Rusia. Sebelum mengajukan ke ITLOS, Belanda

terlebih dahulu melakukann kontak diplomasi bilateral dengan Rusia yang

berakhir tidak ada kesepakatan dan Rusia tetap tidak akan membebaskan kapal

Arktik Sunrise beserta para aktivis Greenpeace (Elferink, 2014). Namun,

pengajuan Belanda ke ITLOS ditolak oleh Rusia dan juga menolak untuk

menghadiri sidang ITLOS di Hamburg, Jerman (ITLOS, 2013).

Dalam menyelesaikan suatu permasalahan antar negara, negara dapat

menyelesaikannya secara damai atau perang (Nabil, 2014). Pada kasus Arctic

Sunrise, pihak Belanda telah berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan

cara yang damai, yaitu diplomasi. Diplomasi sendiri menurut Sukawarsini

Djelantik adalah sebagai mewakili tekanan politik, ekonomi dan militer kepada

Page 74: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

75

negara yang terlibat dalam aktivitas diplomasi yang diformasikan dalam

pertukaran dan konsesi antara para pelaku negosiasi (Djelantik, 2008).

Menurut Bandoro, ada dua elemen dasar yang menyebabkan negara-negara

melakukan diplomasi yaitu adanya kepentingan bersama dan adanya isu yang

dipersengketakan (Nabil, 2014). Sejalan dengan pendapat Bandoro, Belanda

menjalankan diplomasinya ke Rusia dikarenakan memiliki kasus yang

disengketakan kedua belah pihak, yakni kasus Arctic Sunrise. Dalam hal ini,

upaya yang dilakukan Belanda dikatakan berhasil karena beberapa faktor, yakni:

1. Diplomasi Multi-track

Diplomasi multi-track merupakan konsep yang dapat dijalankan untuk

melihat proses terbentuknya perdamaian internasional yang dimana setiap bagian

dari aktor internasional, baik aktivitas, individu, institusi dan komunitas

memainkan perannya untu mencapai tujuan tersebut (Diamond & McDonald,

1996, p. 1). Diplomasi multi-track merupakan perluasan dari diplomasi Track 1

dan Track 2 yang dimana para pelaku diplomasi tidak hanya dari aktor negara dan

non-negara dalam menyelesaikan sebuah konflik (Diamond & McDonald, 1996)

(McDonald, 2003).

Louise Diamond dan John W. McDonald menemukan bahwa ada sembilan

track yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan damai. Sembilan

track tersebut adalah, pemerintah, para professional di bidangnya, pelaku bisnis,

individu dari masyarakat, penelitian, pelatihan dan pendidikan, aktivis, pemuka

agama, yayasan serta opini publik atau media (Diamond & McDonald, 1996, pp.

4-5)

Page 75: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

76

Dalam diplomasi multi-track dimana penyelesaian masalah yang

menggunakan sembilan track tersebut dapat dijalankan dengan menggunakan

salah satu track atau keseluruhan track. Karena diplomasi multi-track tidak hanya

terlihat sebagai track-track yang melakukan diplomasi, tetapi juga dapat dilihat

sebagai satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain dalam menyelesaikan

sebuah konflik (Diamond & McDonald, 1996, p. 5).

Pada kasus Arctic Sunrise, diplomasi multi-track yang digunakan adalah

track 1, yaitu pemerintah dan track 9, yaitu opini publik. Adapun track 1

merupakan diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda dalam proses

penyelesaian kasus Arctic Sunrise di ITLOS. Track 9 yang berupa opini publik

dilakukan oleh pihak Greenpeace dalam menyebarkan dukungan terhadap

masyarakat dunia untuk mendesak pihak Rusia agar segera membebaskan kapal

Arctic Sunrise dan para tahanan. Diplomasi track 9 juga merupakan salah satu

faktor keberhasilan Belanda dalam menyelesaikan kasus Arctic Sunrise.

Diplomasi track 1 yang dilakukan oleh Belanda adalah adanya perwakilan

dari pemerintah Belanda dalam persidangan ITLOS yang menjalankan fungsinya

sebagai agen di persidangan. Adapun perwakilan Belanda dalam ITLOS adalah

Liesbeth Lijnzaad, Penasihat Hukum Kementerian Luar Negeri Belanda sebagai

agen, Rene Lefeber, Wakil Penasihat Hukum Kementerian Luar Negeri Belanda

sebagai asisten agen, dan Thomas Henquet, Penasihat Kementerian Luar Negeri

Belanda sebagai penasihat dan pengacara dalam persidangan (ITLOS, 2013).

Ketiga perwakilan dari Belanda merupakan ahli dalam bidang hukum

internasional. Hal ini diperkuat oleh Lisebeth Lijnzaad yang sudah tiga kali

Page 76: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

77

menjabat sebagai agen dalam persidangan internasional serta pernah menjabat

sebagai hakim ad-hoc PBB dan juga peneliti di Universitas Maastrict Belanda

(www.maastrichtuniversity.nl). Lijnzaad dibantu oleh asisten agen, yaitu Rene

Lefeber yang merupakan professor di bidang hukum lingkungan internasional dan

Thomas Hanquet.

2. Proses Peenyelesaian di ITLOS

Dalam surat yang dikirim oleh Rusia kapada ITLOS pada tanggal 22

Oktober 2013, Rusia menyatakan bahwa tidak menerima prosedur yang

berdasarkan Bab 2 bagian XV dalam konvensi terkait dengan proses yang

diajukan Belanda ke ITLOS. Dalam nota verbal yang disampaikan oleh Rusia,

Rusia juga tidak menerima prosedur arbitrasi di bawah lampiran VI konvensi yang

dilakukan Belanda dan Rusia tidak akan berpastisipasi dalam proses penyelesaian

di ITLOS (ITLOS, 2013).

Respon Belanda atas sikap tersebut adalah Belanda menyerahkan

sepenuhnya proses selanjutnya kepada ITLOS. Dalam surat yang diajukan oleh

Belanda, Belanda menyatakan;

In accordance with arcticle 28 of the Statute of the Tribunal, theKingdom of the Netherlands respectfully request the Tribunal to continuethe proceedings and make its decision on the Request for ProvisionalMeasures, even if, regrettably, these proceedings would be in default ofappearance by the Russian Federation (ITLOS, The "Arctic Sunrise Case"Kingdom of the Netherlands v. Russian Federation, 2013).

Berdasarkan pasal 28 statuta Pengadilan, Kerajaan Belanda denganhormat memohon kepada pengadilan untuk melanjutkan proses danmembuat keputusan dalam permohonan tindakan sementara, yang meskipunsangat disayangkan bahwa proses ini tanpa adanya kehadiran dari pihakRusia (terjemahan penulis).

Page 77: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

78

Ketidakhadiran Rusia di persidangan ITLOS, memberikan keuntungan bagi

Belanda, karena Belanda dapat mendesak ITLOS untuk menyatakan bahwa

pengadilan memiliki yurisdiksi di atas proses tindakan sementara yang disertai

fakta dan hukum. Selain itu juga berdasarkan International Court of Justice dalam

kasus Nicaragua vs Amerika Serikat, bahwa;

A state which decide not to appear must accept the consequences of itsdecision, the first of which is that the case will continue without itsparticipation; the state which has chosen not to appear remains a party tothe case, and is bound by the eventual judgement in accordance with article59 of the Statute (ITLOS, The "Arctic Sunrise Case" Kingdom of theNetherlands v. Russian Federation, 2013).

Sebuah negara yang memutuskan untuk tidak hadir dalam persidanganharus menerima konsekuensi dari keputusan, kasus yang dibawa juga akanterus dilakukan tanpat partisipasi dari negara tersebut, negara tersebut jugamasih dalam terikat hingga putusan akhir yang sesuai dengan pasal 59Statuta Pengadilan (Terjemahan Penulis).

Sejalan dengan hal tersebut, ITLOS sendiri menyampaikan bahwa Belanda tidak

perlu kecewa dengan keputusan yang dilakukan Rusia terkait ketidakhadiran

Rusia dalam proses ini. ITLOS juga akan mempertimbangkan untuk melanjutkan

pengadilan dengan mengidentifikasi dan menilai hak masing-masing pihak sesuai

dengan bukti yang tersedia (ITLOS, 2013).

3. Dukungan Publik

Dalam hal ini, tentunya tidak hanya menggunakan aktor negara sebagai

aktor utama dalam melakukan diplomasi, tetapi juga menggunakan aktor lainnya

agar terwujudnya diplomasi yang sejalan dengan kepentingan nasional suatu

negara. Menurut Kishran S. Rana, diplomasi yang dilakukan oleh aktor selain

Page 78: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

79

negara dapat diperkuat dengan adanya teknologi dan informasi sehingga

diplomasi saat ini bersifat global (Rana, 2011).

Diplomasi yang diperkuat dengan teknologi dan informasi berupa adanya

peran komunikasi media yang berbentuk tulisan maupun visual. Hal ini untuk

membantu jalannya perdamaian dalam proses diplomasi. Dalam diplomasi track

9, dimana diplomasi ini dijalankan atas adanya peran media yang memberikan

informasi kepada masyarakat dan menyediakan forum debat publik terkait

masalah yang terjadi di masyarakat (Diamond & McDonald, 1996, p. 120). Media

dalam diplomasi multi-track akan menyebarkan opini publik atas suatu masalah

untuk mendapat respon dari pemerintah agar menanggapi bahkan merubah suatu

keputusan dari pemerintah (Diamond & McDonald, 1996, p. 120).

Dalam Kasus Arctic Sunrise, selain diselesaikan dengan diplomasi multi-

track dalam track 1, juga berhasil diselesaikan berkat adanya dukungan media dan

opini publik yang dalam hal ini termasuk track 9 diplomasi multi-track. Setelah

aktivis Greenpeace didakwa sebagai kejahatan pembajakan dan hooliganism,

seluruh aktivis tersebut dijatuhkan hukuman kurungan penjara selama 15 tahun

oleh pengadilan Rusia. Keputusan tersebut kemudian mendapat respon dan

kecaman masyarakat dunia.

Maka dari itu, untuk membantu terselesaikan masalah ini Greenpeace

mengajak warga dunia untuk menyerukan aksi Free Arctic 30. Terlebih karena

aktivis yang ditangkap oleh Rusia tidak hanya warga negara Belanda tetapi juga

dari negara lainnya, seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Denmark,

Page 79: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

80

Inggris, Selandia Baru, Australia, Ukraina, Perancis, Italia, Brazil, Turki,

Finlandia, Polandia, Swiss, Swedia, bahkan Rusia (www.greenpeace.org).

Dalam hal ini Greenpeace menyebarluaskan aksi solidaritas terhadap kasus

Arctic Sunrise ke kantor negara perwakilan Greenpeace di seluruh dunia. Aksi

yang dilakukan Greenpeace ini disebut Free Arctic 30! dengan menggunakan

headline “Tell Russia: Release Greenpeace Activists” dan “Arctic Sunrise

Illegally Boarded” selain itu juga menyebarkan di media sosial dengan

#FreeTheArctic30 (Wachtler, 2013). Greenpeace memanfaatkan opini publik

masyarakat dunia untuk dapat mendesak Russia membebaskan kapal Arctic

Sunrise beserta aktivis sekaligus membantu Belanda dalam mengupayakan

penyelesaian kasus ini melalui jalur persidangan internasional.

C. Implikasi Keberhasilan Belanda terhadap Hubungan Bilateral dengan

Rusia

Persidangan ITLOS mengenai kasus Arctic Sunrise antara Belanda dengan

Rusia berkahir pada tanggal 22 November 2013. Hasil dari persidangan tersebut

adalah (ITLOS, 2013):

a. Federasi Rusia diharuskan untuk segera membebaskan kapal Arctic

Sunrise and seluruh awak yang ditahan setelah memberikan jaminan

keuangan kepada Belanda dalam jumlah 3.600.000 euro yang akan

diposting oleh Rusia dalam bentuk bank garansi.

b. Setelah Rusia memberikan uang jaminan, pihak Rusia harus memastikan

bahwa kapal Arktik Sunrise dan semua pihak yang ditahan

Page 80: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

81

diperbolehkan untuk meninggalkan wilayah dan maritim di bawah

yurisdiksi Rusia.

Dampak dari kasus Arctic Sunrise terhadap hubungan bilateral Belanda dan

Rusia adalah adanya ketegangan hubungan diplomatik antara Belanda dan Rusia.

Ketagangan ini terjadi karena penangkapan diplomat Rusia oleh Belanda, Dmitry

Borodin, orang nomor dua di Kedutaan Rusia di Belanda. Penangkapan ini

dilakukan oleh polisi Belanda di apartemen Borodin atas laporan dari tetangga

mereka bahwa Dorodin melakukan tindakan kekerasan kepada anak-anaknya.

Berdasarkan laporan dari polisi, Borodin ditemukan mabuk dan hampir tidak

dapat berdiri ketika polisi tiba di apartemennya (www.theguardian.com).

Sepuluh hari kemudian, diplomat senior Belanda, Onno Eldenrenbosch juga

mengalami penyerangan di Rusia oleh dua orang yang tak dikenal. Dua orang ini

memaksa masuk tanpa izin dan melakukan tindak kekerasan berupa pemukulan

dan mengikat dengan lakban. Atas kekerasan tersebut, Eldenrenbosch menderita

luka ringan (www.theguardian.com).

Peristiwa tersebut kemudian berdampak pada hubungan ekonomi Belanda

dan Rusia terutama dalam impor Belanda ke Rusia, yaitu bunga, keju dan produk

pertanian yang mengalami penurunan. Rusia melakukan pelarangan impor produk

susu dan bunga tulip dari Belanda dan Rusia. Hal ini membuat hubungan kedua

negara ini menjadi surut padahal Belanda dan Rusia akan menyelenggarkan

peringatan 400 tahun hubungan diplomasi Belanda dan Rusia pada bulan

November (www.theguardian.com).

Page 81: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

81

BAB V

KESIMPULAN

Ada tiga faktor yang melatarbelakangi upaya belanda dalam kasus Arctic

Sunrise antara greenpeace dengan rusia tahun 2013. Faktor pertama adalah

diplomasi multi-track yang digunakan oleh Belanda dalam proses persidangan di

ITLOS menggunakan track 1, yaitu government dan track 2 non-

government/professional. Hal ini dibuktikan dengan perwakilan Belanda dalam

persidangan ITLOS yang diwakili oleh Liesbeth Linjad dan Rene yang sebagai

penasihat hukum dari Kementerian Luar Negeri Belanda.

Kedua perwakilan dari Kementerian Luar Negeri tersebut dikategorikan

sebagai track 1 government yang dimana proses diplomasi yang dijalankan oleh

Belanda di persidangan ITLOS diwakili oleh pemerintah. Selain itu, Liesbeth dan

Rene dibantu oleh Thomas Henquet yang merupakan pengacara handal di

bidangnya untuk membantu penyelesaian kasus Arctic Sunrise. Thomas Henquet

ini dikategorikan sebagai track 2 non-government/professional yang dimana

diplomasi yang dijalankan selain dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga dilakukan

oleh seseorang professional yang ahli di bidangnya.

Selain faktor diplomasi multi-track, keberhasilan diplomasi Belanda juga

dilatar belakangi oleh ketidakhadiran Rusia sepanjang persidangan ITLOS.

ketidakhadiran Rusia ini karena Rusia menolak untuk menyelesaikan masalah ini

ke tingkat internasional. Tidak adanya Rusia dalam penyelesaian kasus di ITLOS

Page 82: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

82

tidak membuat kasus ini terhenti. Kasus Arctic Sunrise tetap dilanjutkan sesuai

dengan aturan Presiden ITLOS dan desakan Belanda untuk melakukan

persidangan dengan proses tindakan sementara (provisional measure). Tidak

hadirnya Rusia di persidangan ITLOS memberikan keuntungan sendiri bagi

Belanda dalam memperkuat argumen Belanda selama proses hearing. Selain itu,

Rusia juga harus mematuhi segala proses dan keputusan akhir dari persidangan

ini. Hal ini karena konsekuensi tidak hadirnya negara dalam proses penyelesaian

kasus di ITLOS.

Lalu faktor ketiga yang membuat diplomasi Belanda berjalan dengan lancar

adalah adanya dukungan dari luar, yaitu dukungan masyarakat yang tersebar di

seluruh dunia untuk membantu menyelesaikan kasus Arctic Sunrise. Opini publik

ini berupa aksi besar-besaran yang diprakarsai oleh Greenpeace Internasional

yang mengajak seluruh jaringan Greenpeace untuk beraksi terkait penahanan 30

aktivis Greenpeace. Aksi ini bernama Free Arctic 30 dan melakukan aksi berupa

protes di depan kantor Kedutaan Rusia di beberapa negara dan aksi di sosial

media untuk menarik simpati masyarakat sehingga Rusia dapat cepat

mengabulkan permohonan Belanda di Rusia.

Adanya opini publik memberikan kelancaran kepada Belanda, yang tidak

hanya berupaya untuk menyelesaikan kasus melalui jalur hukum, tetapi juga

dengan jalur lain. Dukungan media dan masyarakat dunia ini memberikan desakan

baik kepada pemerintah Belanda kepada ITLOS, maupun kepada pemerintah

Rusia agar dapat membebaskan kapal Arctic Sunrise berserta seluruh kru yang

ditangkap oleh Rusia.

Page 83: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

83

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan

Belanda dalam penyelesaian kasus Arctic Sunrise dilatar belakangi oleh tiga

faktor, yaitu diplomasi track 1 dan 2, tidak hadirnya Rusia selama proses

penyelesaian di ITLOS, dan adanya bantuan dari gerakan masyarakat dunia untuk

mendesak Rusia melepas para tahanan serta kapal Arctic Sunrise.

Page 84: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xiv

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Burchill, Scott. 2005 The National Interest in International Relations Theory.

New York: Palgrave Macmillan.

Creswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, Mixed

Methods Approaches. California: SAGA Publication.

Diamond, Louise dan John McDonald. 1996. Diplomasi multi-track, A Systems

Approach to Peace. USA: Kumarian Press.

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Erwood, Steve. 2011. The Greenpeace Chronicles, 40 Years of Protecting the

Planet. Amsterdam: Greenpeace.

Morgan, Patrick M. 2000. “Eisenhower and the Cold War: An Opportunity

Missed?” h. 44 di Re-viewing the Cold War. London: Praeger.

Neuman, W. Lawrance. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Indeks.

Painter, David S. dan Melvyn P. Leffer. 2005. Origins of the Cold War: An

International History. New York: Routledge.

Prof. Dr. Emzir, M.Pd. 2010 Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:

Grafindo, 2010.

Rana, Kishan S. 2011. 21st Century Diplomacy, A Practitioner’s Guide. New

York: Continuum.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Page 85: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xv

Smith, Joseph. 1998. The Cold War, Secon Edition 1945 – 1991. Oxford:

Blackwell.

The Institute for Foreign Policy Analysis. 2012. New Strategic Dynamics in the

Arctic Region; Implication for National Security and International

Collaboration. Cambridge: The Institute for Foreign Policy Analysis.

Williams, Simon. 2012. The Role of the National Interest in the National Security

Debate. United Kingdom: Royal Collage of Defense Studies.

SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI:

Chakraborty, Anshuman. 2006. Dispute Settlement Under the United Nations

Convention on the Law of the Sea and Its Role in Oceans Governance.

Wellington: Victoria University of Wellington.

Diouf, Ousmane. 2014. The International for the Law of the Sea (ITLOS):

Innovations and Prospect in the International Maritime Dispute Settlement

System After more than Fifteen Years of Effective Practice. Swedia: World

Maritime University.

Goergescu, Iona. 2010. Arctic-Geopolitics-Time For a New Regime. Nice: Institut

European Des Hautes Etudes Internationales.

Nabil, Muhammad. 2014. Diplomasi Multilateral Six Party Talks dalam Proses

Denuklirisasi Korea Utara Periode 2003-2009. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Nopens, Patrick. 2010. The Impact of Global Warming on the Geopolitics of the

Arctic: A Historical Opportunity for Russia? Brussels: The Royal Institute

for International Relations.

Ramli, Rafika Nurul Hamdani. 2014. Tinjauan Hukum Internasional terhadap

Penahanan Aktivis Greenpeace oleh Pemerintah Rusia. Makasar:

Universitas Hasanudin Makasar.

Page 86: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xvi

JURNAL:

Advisory Council on International Affairs. 2014. The Future of the Arctic;

Cooperation or Confrontation?. 90:7-59

Drenan, Mathew T. 2014. “Gone Overboard: Why the Arctic Sunrise Case Signlas

an Over=Expansion of the Ship-As-A-Unit Concept in the Diplomatic

Protections Context.” California Western International Law Journal.

45:109-167

Ebinger, Charles K. dan Evie Zambetaks. 2009. “The Geopolitics of Arctic Melt.”

International Affairs 85:6-1216.

Hough, Peter. 2012. “Worth the Energy? The Geopolitics of Arctic Oil and Gas.”

CEJIS 1:65-80

Huitelfedt, Tonne. 1974. “A Strategic Perspective on the Arctic.” Cooperation and

Conflict. Vol 9: 131-151. SAGE Journals.

Huitlefdt, Tonne, Tomas Ries, dan Gunvald Oyna. 1992. Strategic Interest in the

Arctic. Oslo: Forvarsstudier.

Jarashow, Mark, Michael B. Runnels dan Tait Svenson. 2006. “UNCLOS and the

Arctic: The Path of Least Resisstance.” Fordham International Law

Journal. 1587-1652.

Koivurova, Timo, Juha Kapyla, dan Harri Mikkola. 2015. Continental Shelf

Claims in the Arctic; Will Legal Procedure Survive the Growing

Uncertanty? Finlandia: The Finnish Institute of the International Affairs.

Knapen, B., Arts, G., Kleistra, Y., Klem, M., & Rem, M. 2011. Attached to the

Wolrd, On the Anchoring and Strategy of Dutch Foreign Policy.

Amsterdam: Amsterdam University Press.

Kolodziejski, M. 2015. Economic, Social and Territorial Situation of the

Netherlands. Brussel: European Parliament.

Page 87: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xvii

Notter, James dan Lousie Diamond. Oktober 1996. “Building Peace and

Transforming Conflict: Diplomasi multi-track in Practice.” The Institute for

Diplomasi multi-track Paper Number 7.

Osterud, Oyvind dan Geir Honneland. 2014. “Geopolitics and International

Governance in the Arctic.” Arctic Review on Law and Politics 5(2):156-176.

Schaik, L. v., Maas, E., Dinnissen, R., & Vos, J. 2015. Beyond Scares and Tales:

Climate-proofing Dutch Foerign Policy. Netherlands: Netherlands Institute

of International Relations Clingendael.

Tomja, Alida. 2014. “Polarity and International System Consequences.”

Interdisplinary Journal of Research and Development. Albania: Alexander

Moisiu University.

Welch, David A. 2013. East Asia-Arctic Relations: Boundary, Security and

International Politics. Canada: Center for International Governance

Innovation.

Wehrenfenning, Daniel, 2008. “Diplomasi multi-track and Human Security.”

Human Security Journal Voleme 7:81.

Zylstra, Ashton. 2013. “Piracy or Hooliganism: Detention of the Arctic Sunrise.”

Matters of Russian and International Law. 9-29.

JURNAL ONLINE:

“About Greenpeace.” Greenpeace International. Diunduh 11 November 2015

(http://www.Greenpeace.org/international/en/about/).

Bishop, Andrew, Chad Bremmer, Patrick Parno dan Geir Utskot. 2011. “Potrelum

Potential of the Arctic: Challenges and Solutions.” Oilfeld Review. Diunduh

pada 19 Juni 2016

(https://www.slb.com/~/media/Files/resources/oilfield_review/ors10/win10/

petroleum.pdf)

Page 88: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xviii

Briney, Amanda. “A Geography and Overview of Earth’S Arctic Region.”

Geography About. Diunduh pada 23 Maret 2016.

(http://geography.about.com/od/globalproblemsandissues/a/arcticregion.htm

).

Elferink, Alex Oude dan K.. G Jebsen. 2014. “The Arctic Sunrise Incident and the

International Law of Sea.” Diunduh 16 September 2015

(https://uit.no/Content/361427/The%20Arctic%20Sunrise%20Incident%20a

nd%20ITLOS_final.pdf).

The US Geological Survey. 2008. “Circum-Arctic Resource Apprasial: Estimate

of Undiscoverd Oil and Gas North of the Arctic Circle.” Diunduh pada 19

Juni 2016. (https://pubs.usgs.gov/fs/2008/3049/fs2008-3049.pdf)

LAPORAN:

Anisimov, Oleg dan Blair Fitzharris. 2001. “Polar Regions (Arctic and Antartic).”

Climate Change 2001: Impacts, Adaption, and Vulnerability. Diunduh pada

25 Juli 2016.

(https://www.ipcc.ch/ipccreports/tar/wg2/pdf/wg2TARchap16.pdf)

Eskeland, Gunnar S. dan Flottorp, Line Sunniva. 2006. “Climate Change in the

Arctic: A Discussion of the Impact on Economic Activity.” The Economy of

the North. Oslo: Statisitc Norway. Diunduh pada 3 Juli 2016

(http://www.ssb.no/a/english/publikasjoner/pdf/sa84_en/kap6.pdf)

Greenpeace International. 2013. The Arctic Sunrise, Amicus Curiae Submission.

Netherlands: Greenpeace International.

Hassol, Susan Joy. 2004. Impacts of A Warming Arctic. Arctic Climate Impact

Assessment. Cambridge: Cambridge University Press. Diunduh pada 3 Juli

2016. (http://www.amap.no/documents/download/1058)

Page 89: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xix

Houge, Simon dan Marc-Olivier Castagner. 2013. Save the Arctic,

Anthropotechnic Greenpeace and their Exercise in Defense of Mother

Nature. Canada: University of Ottawa

Hoppe, Robert, Jaap Woldendorp, dan Nils C. Bandelow. 2015. 2015 Netherlans

Report. Gutersloh: Sustainable Governance Indicators 2015. Diunduh pada

16 September 2016 (http://www.sgi-

network.org/docs/2015/country/SGI2015_Netherlands.pdf)

ITLOS. The Arctic Sunrise Case. Report Cases, ITLOS, 2013.

ITLOS. 2013. The Arctic Sunrise Case, Public Hearing on 6 November 2013.

Press Release, Hamburg: ITLOS.

ITLOS. 2013. “Press Release No. 201” Request for Provisional Measures

Submitted Today to the Tribunal in the Arctic Sunrise Case. Hamburg:

ITLOS

McBean, Gordon. 2007. "Arctic Climate: Past and Present." The Arctic Climate

Impact Assessment Scientific Report. Cambridge: Cambridge University

Press. Diunduh pada 3 Juli 2016.

(http://www.acia.uaf.edu/PDFs/ACIA_Science_Chapters_Final/ACIA_Ch0

2_Final.pdf)

McKinnon, Hannah. 2015. Untouchable: The Climate Case Againts Arctic

Drilling. Washington: Oil Exchange International.

Sanbeta, Abey Hailu. 2003. Non-Governmental Organizations and Develompent

with Reference to the Benelux Countries. Leuven: Université catholique de

Louvain.

ARTIKEL ONLINE:

Balmforth, Tom. 2013. “Attack on diplomat in Moscow Deepens Dutch-Russian

Rift.” The Guardian. Diunduh pada 30 September 2016

Page 90: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xx

(https://www.theguardian.com/world/2013/oct/16/moscow-assault-dutch-

diplomat)

Broad, William J. 18 Maret 2008. “Queenfish: A Cold War Tale.” The New York

Times. Diunduh pada 2 Juni 2016

(http://www.nytimes.com/2008/03/18/science/18arctic.html?_r=1)

Central Intelegence Agency. The World Factbook. Diunduh pada 15 September

2016. (https://www.cia.gov/library/publications/the-world-

factbook/geos/nl.html)

Dloughy, Jennifer A. 10 Mei 2016. “Big Oil Abandon $2.5 Billion in U.S. Arctic

Drilling Rights.” Bloomberg. Diunduh pada 22 Juni 2016

(http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-05-10/big-oil-abandons-2-

5-billion-in-u-s-arctic-drilling-rights)

Efferink, Leonhardt van. 5 Januari 2015. “Arctic Geopolitics-Russia’s Territorial

Claims, UNCLOS, the Lomonosov Ridge.” Exploring Geopolitics. Diunduh

pada 19 Juni 2016

(http://www.exploringgeopolitics.org/publication_efferink_van_leonhardt_a

rctic_geopolitics_russian_territorial_claims_unclos_lomonosov_ridge_exclu

sive_economic_zones_baselines_flag_planting_north_pole_navy/)

Greenpeace International. 2013. “Northern Exposure – Gazprom and Oil

Ezploration in the Russian Arctic.” Media Briefing September 2013.

Diunduh 17 September 2015

(http://www.Greenpeace.org/international/Global/international/briefings/cli

mate/Gazprom-Media-Brefing-Sep-2013-final.pdf).

Hartog, Eva. 2015. “MH17, Arctic Sunrise and Illict Edam-How it all Went

Wrong for one Dutch Diplomat.” The Guardian. Diunduh pada 30

September 2016. (https://www.theguardian.com/world/2015/nov/02/mh17-

russia-dutch-ambassador-arctic-sunrise)

Page 91: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xxi

Heritage. 2016 Index of Economic Freedom. Diunduh pada 20 September 2016.

(http://www.heritage.org/index/pdf/2016/countries/netherlands.pdf)

Heslinga, Marcus Willem, Han Meijer, Herbert H. Rowen, dan Michael J. Winlte.

“Netherlands”. Ensiclopedia Britannica. Diunduh pada 16 September 2016

(https://www.britannica.com/place/Netherlands)

Holter, Mikael. 18 Mei 2016. “Norway Opens Arctic Oil Exploration in Russian

Border Area.” Bloomberg. Diunduh pada 22 Juni 2016.

(http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-05-18/norway-awards-new-

oil-licenses-along-arctic-border-with-russia)

Kravtsova, Yekaterina. 2013. “Gazprom’s Bric-a-Brac Rig Called a Risk to the

Arctic.” The Moscow Times. Diunduh pada 23 Maret 2016.

(http://www.themoscowtimes.com/news/article/gazproms-bric-a-brac-rig-

called-a-risk-to-the-arctic/488385.html).

Maastricht Univeristy. About E Lijnzaad. Diunduh pada 28 Oktober 2016.

(https://www.maastrichtuniversity.nl/liesbeth.lijnzaad)

“Russia Grants Amnesty to Greenpeacers, Gazprom Arctic Oil Flows.” 2013.

Environment News Service. Diunduh pada 23 Maret 2016. (http://ens-

newswire.com/2013/12/20/russia-grants-amnesty-to-greenpeacers-gazprom-

arctic-oil-flows/).

Saari, Emily. 2013. “Behind the Arctic 30: Why Protest Gazprom’s Arctic Oil

Drilling?” The Global Call for Climate Action. Diunduh pada 23 Maret

2016. (http://tcktcktck.org/2013/10/behind-the-arctic-why-protest-gazprom-

arctic-drilling/).

Sauven, John. 24 Agustus 2012. “Saving the Artic is Environmentalism’s Biggest

Challenge Yet.” The Guardian. Diunduh pada 1 Agustus 2016.

(https://www.theguardian.com/environment/blog/2012/aug/24/saving-arctic-

environmentalism-challenge)

Page 92: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

xxii

Sonntag, Marc dan Felix Luth. 21 Desember 2011. “Who Owns the Arctic? A

Stocktaking Territorial Disputes.” The Global Journal. Diunduh pada 19

Juni 2016. (http://theglobaljournal.net/article/view/439/)

Taylor, Adam. 2013. “The Tense Backstory to Russia’s Proposed Ban on Dutch

Tulips.” Business Insider. Diunduh pada 30 September 2016.

(http://www.businessinsider.com/russias-proposed-ban-on-dutch-tulips-

2013-10?IR=T&r=US&IR=T)

“The Arctic.” Greenpeace International. Diunduh pada 18 September 2015

(http://www.Greenpeace.org/international/en/campaigns/climate-

change/arctic-impacts/#tab=4&gvs=false&page=11).

“The Arctic.” The Encyclopedia of Earth. Diunduh pada 23 Maret 2016

(http://www.eoearth.org/view/article/156501/).

The Moscow Times. 2013. “Nederland Ruslan 2013”. The Moscow Times.

Diunduh pada 24 September 2016.

(http://old.themoscowtimes.com/upload/RuNed_eng_20132.pdf)

United Nations Convention on the Law of the Sea. Diunduh pada 19 Juni 2016.

(http://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e.

pdf)

Wachtler, Mark. 25 September 2013. “Greenpeace tells Russia – Free the Arctic

30”. Whiteout Press. Diundur pada 8 Novermber 2016.

(http://www.whiteoutpress.com/articles/q32013/greenpeace-tells-russia-

free-the-arctic-30/)

Page 93: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 94: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 95: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

[Translation by the Registry from the French translation] No 11945

The Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation presents its compliments to the Embassy of the Kingdom of the Netherlands and, referring to the Note from the Ministry of Foreign Affairs of the Kingdom of the Netherlands No. MinBuza-2013.279583 of 4 October 2013, attached to which is a document entitled “Statement of the Claim and the Grounds on Which It Is Based”, and to Note No. MinBuza-2013.292796 of 21 October 2013, regarding the request for the prescription of provisional measures submitted to the International Tribunal for the Law of the Sea in relation to the case concerning the vessel “Arctic Sunrise”, has the honour to inform it of the following.

The actions of the Russian authorities in respect of the vessel “Arctic Sunrise” and its crew have been and continue to be carried out as the exercise of the jurisdiction, including criminal jurisdiction, of the Russian Federation in order to enforce laws and regulations of the Russian Federation as a coastal State in accordance with the relevant provisions of the 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea.

Upon ratification of the Convention on 26 February 1997 the Russian Federation made a declaration according to which, inter alia, “it does not accept the procedures, provided for in section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to disputes … concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction”.

Accordingly, the Russian Side does not accept the arbitration procedure under Annex VII to the Convention initiated by the Netherlands in regard to the case concerning the vessel “Arctic Sunrise” and does not intend to participate in the proceedings of the International Tribunal for the Law of the Sea in respect of the request of the Kingdom of the Netherlands for the prescription of provisional measures under article 290, paragraph 5, of the Convention.

While so acting, the Russian Federation stresses its readiness to continue to seek a mutually acceptable solution to this situation.

The Ministry avails itself of this opportunity to renew to the Embassy the assurances of its high consideration.

(stamp) Moscow, 22 October 2013

Embassy of the Kingdom

of the Netherlands in Moscow

Page 96: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 97: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 98: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 99: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 100: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 101: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 102: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 103: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 104: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 105: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 106: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 107: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 108: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional
Page 109: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW OF THE SEA

YEAR 2013

22 November 2013

THE “ARCTIC SUNRISE” CASE

(KINGDOM OF THE NETHERLANDS v. RUSSIAN FEDERATION)

Request for the prescription of provisional measures

ORDER Present: President YANAI; Vice-President HOFFMANN; Judges MAROTTA

RANGEL, NELSON, CHANDRASEKHARA RAO, AKL, WOLFRUM, NDIAYE, JESUS, COT, PAWLAK, TÜRK, KATEKA, GAO, BOUGUETAIA, GOLITSYN, PAIK, KELLY, ATTARD, KULYK; Judge ad hoc ANDERSON; Registrar GAUTIER.

THE TRIBUNAL,

composed as above,

after deliberation,

Having regard to article 290 of the United Nations Convention on the Law of

the Sea (hereinafter “the Convention”) and articles 21, 25 and 27 of the Statute of

the Tribunal (hereinafter “the Statute”),

List of Cases: No. 22

Page 110: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

2

Having regard to articles 89 and 90 of the Rules of the Tribunal (hereinafter

“the Rules”),

Having regard to the fact that the Kingdom of the Netherlands (hereinafter

“the Netherlands”) and the Russian Federation are States Parties to the Convention,

Having regard to the fact that the Netherlands and the Russian Federation

have not accepted the same procedure for the settlement of disputes in accordance

with article 287 of the Convention and are therefore deemed to have accepted

arbitration in accordance with Annex VII to the Convention,

Having regard to the Notification and the “Statement of the claim and the

grounds on which it is based” (hereinafter “the Statement of Claim”) submitted by the

Netherlands to the Russian Federation on 4 October 2013 instituting arbitral

proceedings under Annex VII to the Convention, in a dispute concerning the

boarding and detention of the vessel Arctic Sunrise in the exclusive economic zone

of the Russian Federation and the detention of the persons on board the vessel by

the authorities of the Russian Federation,

Having regard to the Request for provisional measures contained in the

Statement of Claim submitted by the Netherlands to the Russian Federation pending

the constitution of an arbitral tribunal under Annex VII to the Convention,

Makes the following Order:

1. Whereas, on 21 October 2013, the Netherlands filed with the Tribunal a

Request for the prescription of provisional measures (hereinafter “the Request”)

under article 290, paragraph 5, of the Convention in a dispute concerning the

boarding and detention of the vessel Arctic Sunrise in the exclusive economic zone

of the Russian Federation and the detention of the persons on board the vessel by

the authorities of the Russian Federation;

2. Whereas, in a letter dated 18 October 2013 addressed to the Registrar and

received in the Registry on 21 October 2013, the Minister of Foreign Affairs of the

Page 111: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

3

Netherlands notified the Tribunal of the appointment of Ms Liesbeth Lijnzaad, Legal

Adviser of the Ministry of Foreign Affairs, as Agent for the Netherlands, and Mr René

Lefeber, Deputy Legal Adviser of the Ministry of Foreign Affairs, as Co-Agent for the

Netherlands;

3. Whereas, on 21 October 2013, a certified copy of the Request was

transmitted by the Registrar to the Ambassador of the Russian Federation to the

Federal Republic of Germany, together with a letter addressed to the Minister of

Foreign Affairs of the Russian Federation;

4. Whereas the Tribunal does not include upon the bench a judge of the

nationality of the Netherlands and, pursuant to article 17, paragraph 3, of the Statute,

the Netherlands, in the Request, has chosen Mr David Anderson to sit as judge ad

hoc in this case;

5. Whereas, since no objection to the choice of Mr Anderson as judge ad hoc

was raised by the Russian Federation, and none appeared to the Tribunal itself,

Mr Anderson was admitted to participate in the proceedings as judge ad hoc after

having made the solemn declaration required under article 9 of the Rules at a public

sitting of the Tribunal held on 4 November 2013;

6. Whereas, pursuant to the Agreement on Cooperation and Relationship

between the United Nations and the International Tribunal for the Law of the Sea of

18 December 1997, the Secretary-General of the United Nations was notified of the

Request by a letter from the Registrar dated 22 October 2013;

7. Whereas States Parties to the Convention were notified of the Request, in

accordance with article 24, paragraph 3, of the Statute, by a note verbale from the

Registrar dated 22 October 2013;

8. Whereas, by letter dated 22 October 2013, the Registrar informed the Parties

that the President intended to seek their views on questions of procedure, in

accordance with articles 45 and 73 of the Rules;

Page 112: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

4

9. Whereas, in a note verbale dated 22 October 2013, received in the Registry

on 23 October 2013, the Embassy of the Russian Federation in the Federal Republic

of Germany stated: Upon the ratification of the Convention on the 26th February 1997 the Russian Federation made a statement, according to which, inter alia, “it does not accept procedures provided for in Section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to disputes […] concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction”. Acting on this basis, the Russian Side has accordingly notified the Kingdom of the Netherlands by note verbale (attached) that it does not accept the arbitration procedure under Annex VII to the Convention initiated by the Netherlands in regard to the case concerning the vessel “Arctic Sunrise” and that [it] does not intend to participate in the proceedings of the International Tribunal for the Law of the Sea in respect of the request of the Kingdom of the Netherlands for the prescription of provisional measures under Article 290, Paragraph 5, of the Convention. Meanwhile the Russian Federation has stressed its readiness to continue to seek a mutually acceptable solution to this situation;

10. Whereas, by letter dated 23 October 2013, the Registrar, while transmitting a

copy of this note verbale to the Agent of the Netherlands, drew her attention to

article 28 of the Statute and informed her that any comments that the Netherlands

might wish to make on the matter should be received by 24 October 2013;

11. Whereas, in a letter dated 24 October 2013, the Agent of the Netherlands

stated that, in accordance with Article 28 of the Statute of the Tribunal, the Kingdom of the Netherlands respectfully requests the Tribunal to continue the proceedings and make its decision on the Request for Provisional Measures, even if, regrettably, these proceedings would be in default of appearance by the Russian Federation;

12. Whereas, pursuant to article 90, paragraph 2, of the Rules, the President, by

Order dated 25 October 2013, fixed 6 November 2013 as the date for the opening of

the hearing, notice of which was communicated to the Parties on 25 October 2013;

13. Whereas, in the letter dated 25 October 2013 transmitting a copy of that Order

to the Russian Federation, the Registrar informed the Ambassador of the Russian

Page 113: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

5

Federation to the Federal Republic of Germany that, in accordance with article 90,

paragraph 3, of the Rules, the Tribunal was ready to take into account any

observations that may be presented to it by a party before the closure of the hearing;

14. Whereas, on 28 October 2013, the Registrar sent a letter to the Agent of the

Netherlands requesting further documentation and the Netherlands submitted the

requested documents on 29 October 2013, and whereas on the same day the

Registrar sent a copy of those documents to the Russian Federation;

15. Whereas, by letter dated 30 October 2013, Stichting Greenpeace Council

(hereinafter “Greenpeace International”) requested the Tribunal for permission to file

submissions as amicus curiae, and whereas a copy of the submissions was attached

to that letter;

16. Whereas, by letter dated 31 October 2013, the Registrar invited the Parties to

provide comments on the request submitted by Greenpeace International;

17. Whereas, by letter dated 1 November 2013, the Co-Agent of the Netherlands

informed the Tribunal that “[t]he Kingdom of the Netherlands has informally informed

Greenpeace International that it did not have any objection to such petition”;

18. Whereas, on 5 November 2013, the Tribunal decided that the request by

Greenpeace International should not be accepted and that its submissions would not

be included in the case file;

19. Whereas, by communication dated 6 November 2013, the Embassy of the

Russian Federation in the Federal Republic of Germany informed the Tribunal that

“[t]aking into account the non-governmental character of Greenpeace International

the Russian Side sees no reason for granting to this organisation the possibility to

furnish information to the Tribunal in the case concerning the vessel ‘Arctic Sunrise’”

and underlined “that this transmission of the Russian position to the tribunal can in

no way be interpreted as a form of participation of the Russian Side in the above

mentioned case”;

Page 114: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

6

20. Whereas, on 8 November 2013, notice of the decision of the Tribunal of

5 November 2013 was communicated by the Registrar to the Parties and to

Greenpeace International;

21. Whereas, on 31 October 2013, the Co-Agent of the Netherlands submitted

information on a witness to be called by it before the Tribunal pursuant to article 72

of the Rules;

22. Whereas, in accordance with article 68 of the Rules, the Tribunal held initial

deliberations on 4 and 5 November 2013 concerning the written pleadings and the

conduct of the case;

23. Whereas, on 5 November 2013, pursuant to paragraph 14 of the Guidelines

concerning the Preparation and Presentation of Cases before the Tribunal, materials

were submitted to the Tribunal by the Netherlands;

24. Whereas, on 5 November 2013, in accordance with article 45 of the Rules,

the President held consultations with the Agent of the Netherlands with regard to

questions of procedure;

25. Whereas, on 5 November 2013, the Tribunal decided to put questions to the

Parties pursuant to article 76, paragraph 1, of the Rules, which were transmitted to

them on the same date;

26. Whereas, pursuant to article 67, paragraph 2, of the Rules, copies of the

Request and documents annexed thereto were made accessible to the public on

6 November 2013;

27. Whereas oral statements were presented at a public sitting held on

6 November 2013 by the following:

On behalf of the Netherlands: Ms Liesbeth Lijnzaad, Legal Adviser, Ministry of Foreign Affairs,

as Agent,

Page 115: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

7

Mr René Lefeber, Deputy Legal Adviser, Ministry

of Foreign Affairs, as Co-Agent, Mr Thomas Henquet, Legal Counsel, Ministry of

Foreign Affairs, as Counsel and Advocate;

28. Whereas, during the hearing, Mr Daniel Simons, Legal Counsel, Greenpeace

International, was called as a witness by the Netherlands and examined by

Mr Henquet, and whereas in the course of his testimony, Mr Simons responded to

questions put to him by Judge Golitsyn, in accordance with article 76, paragraph 3,

of the Rules;

29. Whereas, during the hearing, Judges Wolfrum, Cot, Golitsyn, Akl and

Bouguetaia put questions to the Agent of the Netherlands and Judge ad hoc

Anderson put a question to the Counsel of the Netherlands, in accordance with

article 76, paragraph 3, of the Rules;

30. Whereas the Russian Federation was not represented at the public sitting

held on 6 November 2013;

31. Whereas, on 7 November 2013, the Netherlands submitted a written response

to the questions put by the Tribunal on 5 November 2013 and by Judges during the

hearing;

32. Whereas no response was received from the Russian Federation on the

questions put to it;

* * *

33. Whereas, in the Notification and the Statement of Claim dated 4 October 2013,

the Netherlands requests the arbitral tribunal to be constituted under Annex VII

(hereinafter “the Annex VII arbitral tribunal”) to adjudge and declare that:

Page 116: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

8

(1) The Russian Federation: a. In boarding, investigating, inspecting, arresting and detaining the

‘Arctic Sunrise’ without the prior consent of the Kingdom of the Netherlands, as described in this Statement, breached its obligations to the Kingdom of the Netherlands, in its own right and in the exercise of its right to protect a vessel flying its flag, in regard to the freedom of navigation as provided by Articles 58, paragraph 1, and 87, paragraph 1(a), of UNCLOS, and under customary international law;

b. In boarding, investigating, inspecting, arresting and detaining the

‘Arctic Sunrise’ without the prior consent of the Kingdom of the Netherlands, as described in this Statement, breached its obligations to the Kingdom of the Netherlands, in regard to the exercise of jurisdiction by a flag state as provided by Article 58 and Part VII of UNCLOS, and under customary international law;

c. In boarding the ‘Arctic Sunrise’ without the prior consent of the

Kingdom of the Netherlands to arrest and detain the crew members and initiating judicial proceedings against them, as described in this Statement, breached its obligations to the Kingdom of the Netherlands, in its own right, in the exercise of its right to diplomatic protection of its nationals, and its right to seek redress on behalf of crew members of a vessel flying the flag of the Kingdom of the Netherlands, irrespective of their nationality, in regard to the right to liberty and security of a vessel’s crew members and their right to leave the territory and maritime zones of a coastal state as provided by Articles 9 and 12, paragraph 2, of the 1966 International Covenant on Civil and Political Rights, and customary international law;

(2) The aforementioned violations constitute internationally wrongful acts entailing the international responsibility of the Russian Federation; (3) Said internationally wrongful acts involve legal consequences requiring the Russian Federation to: a. Cease, forthwith, the internationally wrongful acts continuing in

time;

b. Provide the Kingdom of the Netherlands with appropriate assurances and guarantees of non-repetition of all the internationally wrongful acts referred to in subparagraph (2) above;

c. Provide the Kingdom of the Netherlands full reparation for the

injury caused by all the internationally wrongful acts referred to in subparagraph (2) above;

34. Whereas, in paragraph 47 of the Request filed on 21 October 2013, the

Netherlands requests the Tribunal to prescribe the following provisional measures:

Page 117: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

9

For the reasons set out above, the Kingdom of the Netherlands requests that the Tribunal prescribe as provisional measures that the Russian Federation: (i) Immediately enable the ‘Arctic Sunrise’ to be resupplied, to leave

its place of detention and the maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation and to exercise the freedom of navigation;

(ii) Immediately release the crew members of the ‘Arctic Sunrise’, and allow them to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation;

(iii) Suspend all judicial and administrative proceedings, and refrain from initiating any further proceedings, in connection with the incidents leading to the boarding and detention of the ‘Arctic Sunrise’, and refrain from taking or enforcing any judicial or administrative measures against the ‘Arctic Sunrise’, its crew members, its owners and its operators; and

(iv) Ensure that no other action is taken which might aggravate or extend the dispute;

35. Whereas, at the public sitting held on 6 November 2013, the Agent of the

Netherlands made the following final submissions:

The Kingdom of the Netherlands requests the International Tribunal for the Law of the Sea with respect to the dispute concerning the ‘Arctic Sunrise’, to declare: a) that the Tribunal has jurisdiction over the request for provisional

measures; b) the arbitral tribunal to which the dispute is being submitted has

prima facie jurisdiction; c) the claim is supported by fact and law; to order, by means of provisional measures, the Russian Federation: d) to immediately enable the ‘Arctic Sunrise’ to be resupplied, to

leave its place of detention and the maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation and to exercise the freedom of navigation;

e) to immediately release the crew members of the ‘Arctic Sunrise’, and allow them to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation;

f) to suspend all judicial and administrative proceedings, and refrain from initiating any further proceedings, in connection with the incidents leading to the dispute concerning the ‘Arctic Sunrise’, and refrain from taking or enforcing any judicial or administrative measures against the ‘Arctic Sunrise’, its crew members, its owners and its operators; and

g) to ensure that no other action is taken which might aggravate or extend the dispute;

Page 118: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

10

* * *

36. Considering that, in accordance with article 287 of the Convention, the

Netherlands, on 4 October 2013, instituted proceedings under Annex VII to the

Convention against the Russian Federation in a dispute concerning the vessel Arctic

Sunrise;

37. Considering that the Netherlands sent the notification instituting proceedings

under Annex VII to the Convention to the Russian Federation on 4 October 2013,

together with a Request for provisional measures;

38. Considering that, on 21 October 2013, after the expiry of the time-limit of two

weeks provided for in article 290, paragraph 5, of the Convention, and pending the

constitution of the Annex VII arbitral tribunal, the Netherlands submitted to the

Tribunal a Request for the prescription of provisional measures;

39. Considering that article 298, paragraph 1, of the Convention in its relevant

part provides: 1. When signing, ratifying or acceding to this Convention or at any time thereafter, a State may, without prejudice to the obligations arising under section 1, declare in writing that it does not accept any one or more of the procedures provided for in section 2 with respect to one or more of the following categories of disputes: … (b) disputes concerning military activities, including military activities by government vessels and aircraft engaged in non-commercial service, and disputes concerning law enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction excluded from the jurisdiction of a court or tribunal under article 297, paragraph 2 or 3;

40. Considering that the Russian Federation, upon signing the Convention, on

10 December 1982 made the following declaration under article 298 of the

Convention:

The Union of Soviet Socialist Republics declares that, in accordance with article 298 of the Convention, it does not accept the compulsory procedures entailing binding decisions for the consideration of disputes relating to sea boundary delimitations, disputes concerning military activities, or disputes in respect of which the Security Council of the

Page 119: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

11

United Nations is exercising the functions assigned to it by the Charter of the United Nations;

41. Considering that the Russian Federation, in its instrument of ratification of

12 March 1997, made the following declaration under article 298 of the Convention:

The Russian Federation declares that, in accordance with article 298 of the United Nations Convention on the Law of the Sea, it does not accept the procedures, provided for in section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to disputes concerning the interpretation or application of articles 15, 74 and 83 of the Convention, relating to sea boundary delimitations, or those involving historic bays or titles; disputes concerning military activities, including military activities by government vessels and aircraft, and disputes concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction; and disputes in respect of which the Security Council of the United Nations is exercising the functions assigned to it by the Charter of the United Nations. The Russian Federation, bearing in mind articles 309 and 310 of the Convention, declares that it objects to any declarations and statements made in the past or which may be made in future when signing, ratifying or acceding to the Convention, or made for any other reason in connection with the Convention, that are not in keeping with the provisions of article 310 of the Convention. The Russian Federation believes that such declarations and statements, however phrased or named, cannot exclude or modify the legal effect of the provisions of the Convention in their application to the party to the Convention that made such declarations or statements, and for this reason they shall not be taken into account by the Russian Federation in its relations with that party to the Convention;

42. Considering that, relying upon its declaration of 12 March 1997, the Russian

Federation, in the note verbale dated 22 October 2013, states: Upon the ratification of the Convention on the 26th February 1997 the Russian Federation made a statement, according to which, inter alia, “it does not accept procedures provided for in Section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to disputes […] concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction”. Acting on this basis, the Russian Side has accordingly notified the Kingdom of the Netherlands by note verbale (attached) that it does not accept the arbitration procedure under Annex VII to the Convention initiated by the Netherlands in regard to the case concerning the vessel “Arctic Sunrise”;

Page 120: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

12

43. Considering that the Netherlands contends that: The jurisdiction of the arbitral tribunal is not affected by the declaration of the Russian Federation upon ratification that “in accordance with article 298 of the United Nations Convention on the Law of the Sea, it does not accept the procedures, provided for in section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to […] disputes concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction”. Under Article 298, paragraph 1(b), of the Convention, the optional exception in connection with disputes concerning law enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction to the applicability of Section 2 of Part XV of the Convention only applies with respect to “disputes […] excluded from the jurisdiction of a court or tribunal under article 297, paragraph 2 or 3”. Such disputes concern marine scientific research and fisheries, respectively, neither of which is at issue in the present case;

44. Considering that the Netherlands further contends that: Insofar as the Russian Federation intended the aforementioned declaration to apply to disputes other than those concerning marine scientific research and fisheries, this would be in contravention of Article 309 of the Convention, which provides: “No reservations or exceptions may be made to this Convention unless expressly permitted by other articles of this Convention”. Furthermore, the Kingdom of the Netherlands upon ratification declared that it “objects to any declaration or statement excluding or modifying the legal effect of the provisions of the United Nations Convention on the Law of the Sea”;

45. Considering that, in the view of the Tribunal, the declaration made by the

Russian Federation with respect to law enforcement activities under article 298,

paragraph 1(b), of the Convention prima facie applies only to disputes excluded from

the jurisdiction of a court or tribunal under article 297, paragraph 2 or 3, of the

Convention;

46. Considering that, in the note verbale dated 22 October 2013, the Russian

Federation informed the Tribunal that it did not intend to participate in the proceedings of the International Tribunal for the Law of the Sea in respect of the request of the Kingdom of the Netherlands for the prescription of provisional measures under Article 290, Paragraph 5, of the Convention;

Page 121: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

13

47. Considering that the Netherlands states that it “regrets the refusal of the

Russian Federation to participate in the proceedings before the Tribunal” and that

“[t]his has an impact on the sound administration of justice”;

48. Considering that the absence of a party or failure of a party to defend its case

does not constitute a bar to the proceedings and does not preclude the Tribunal from

prescribing provisional measures, provided that the parties have been given an

opportunity of presenting their observations on the subject (see Fisheries Jurisdiction

(United Kingdom v. Iceland), Interim Protection, Order of 17 August 1972, I.C.J.

Reports 1972, p. 12, at p. 15, para. 11; Fisheries Jurisdiction (Federal Republic of

Germany v. Iceland), Interim Protection, Order of 17 August 1972, I.C.J. Reports

1972, p. 30, at pp. 32-33, para. 11; Nuclear Tests (Australia v. France), Interim

Protection, Order of 22 June 1973, I.C.J. Reports 1973, p. 99, at p. 101, para. 11;

Nuclear Tests (New Zealand v. France), Interim Protection, Order of 22 June 1973,

I.C.J. Reports 1973, p. 135, at p. 137, para. 12; Aegean Sea Continental Shelf Case

(Greece v. Turkey), Interim Protection, Order of 11 September 1976, I.C.J. Reports

1976, p. 3, at p. 6, para. 13; United States Diplomatic and Consular Staff in Tehran

(United States of America v. Iran), Provisional Measures, Order of 15 December

1979, I.C.J. Reports 1979, p. 7, at pp. 11-12, para. 9, and at p. 13, para. 13);

49. Considering that all communications pertaining to the case were transmitted

by the Tribunal to the Russian Federation and that the Russian Federation was

informed that, pursuant to article 90, paragraph 3, of the Rules, the Tribunal was

ready to take into account any observations that might be presented to it by a party

before the closure of the hearing;

50. Considering that the Russian Federation was thus given ample opportunity to

present its observations, but declined to do so;

51. Considering that the non-appearing State is nevertheless a party to the

proceedings (see Nuclear Tests (Australia v. France), Interim Protection, Order of

22 June 1973, I.C.J. Reports 1973, p. 99, at pp. 103-104, para. 24), with the ensuing

rights and obligations;

Page 122: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

14

52. Considering that, as stated by the International Court of Justice,

[a] State which decides not to appear must accept the consequences of its decision, the first of which is that the case will continue without its participation; the State which has chosen not to appear remains a party to the case, and is bound by the eventual judgment in accordance with Article 59 of the Statute (Military and Paramilitary Activities in and against Nicaragua (Nicaragua v. United States of America), Merits, Judgment, I.C.J. Reports 1986, p. 14, at p. 24, para. 28);

53. Considering that the prescription of provisional measures must also take into

account the procedural rights of both parties and ensure full implementation of the

principle of equality of the parties in a situation where the absence of a party may

hinder the regular conduct of the proceedings and affect the good administration of

justice;

54. Considering that the Russian Federation could have facilitated the task of the

Tribunal by furnishing it with fuller information on questions of fact and of law;

55. Considering the difficulty for the Tribunal, in the circumstances of this case, to

evaluate the nature and scope of the respective rights of the Parties to be preserved

by provisional measures;

56. Considering that the Netherlands should not be put at a disadvantage

because of the non-appearance of the Russian Federation in the proceedings;

57. Considering that the Tribunal must therefore identify and assess the

respective rights of the Parties involved on the best available evidence;

58. Considering that, before prescribing provisional measures under article 290,

paragraph 5, of the Convention, the Tribunal must satisfy itself that prima facie the

Annex VII arbitral tribunal would have jurisdiction;

59. Considering that the Netherlands maintains that, on 19 September 2013, in

the exclusive economic zone of the Russian Federation, the vessel Arctic Sunrise,

flying the flag of the Netherlands, was boarded by Russian authorities who detained

Page 123: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

15

the vessel and the 30 persons on board and that the vessel was subsequently towed

to the port of Murmansk;

60. Considering that in the Statement of Claim the Netherlands argues that: The Russian Federation … [i]n boarding, investigating, inspecting, arresting and detaining the ‘Arctic Sunrise’ without the prior consent of the Kingdom of the Netherlands, as described in this Statement, breached its obligations to the Kingdom of the Netherlands, in its own right and in the exercise of its right to protect a vessel flying its flag, in regard to the freedom of navigation as provided by Articles 58, paragraph 1, and 87, paragraph 1(a), of UNCLOS, and under customary international law;

61. Considering that the Netherlands contends that: The sovereign rights of a coastal State in maritime areas beyond its territorial sea are resource-oriented and limited in scope. The exercise of jurisdiction to protect these sovereign rights is functional. The law of the sea restricts the right of a coastal State to exercise jurisdiction in these areas. A coastal State cannot unilaterally extend such a right;

62. Considering that the Netherlands further contends that: [J]urisdiction over the establishment and use of installations and structures is limited to the rules contained in article 56, paragraph 1, and is subject to the obligations contained in article 56, paragraph 2, article 58 and article 60 of the Convention;

63. Considering that the Netherlands argues that: [T]he Convention prohibits the boarding of foreign vessels on the high seas: article 110. This prohibition applies to the boarding of foreign vessels in the exclusive economic zone: article 58, paragraph 2. The right of visit and search is an exception to the freedom of navigation and flag State jurisdiction, and thus needs a specific justification in every instance. Indeed, in the case concerning the S.S. Lotus, the Permanent Court of International Justice held that,

“It is certainly true that – apart from certain special cases which are defined by international law – vessels on the high seas are subject to no authority except that of the State whose flag they fly.”

Any exceptions to the general prohibitive rule to exercise enforcement jurisdiction over foreign vessels are explicit and cannot be implied. The interpretation and application of any such exceptions must be narrowly construed;

Page 124: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

16

64. Considering that, in a note verbale dated 1 October 2013 from the Embassy

of the Russian Federation in the Netherlands addressed to the Ministry of Foreign

Affairs of the Netherlands, the Russian Federation states that: On 19 September … within the exclusive economic zone of the Russian Federation, on the basis of Articles 56, 60 and 80 of the United Nations Convention on the Law of the Sea, 1982, and in accordance with Article 36 (1(1)) of the Federal Law “On the Exclusive Economic Zone of the Russian Federation” a visit … to the vessel “Arctic Sunrise” was carried out. … In view of the authority that a coastal State possesses in accordance with the aforementioned rules of international law, in the situation in question requesting consent of the flag State to the visit by the inspection team on board the vessel was not required;

65. Considering that the Embassy of the Russian Federation in the Federal

Republic of Germany, in its note verbale of 22 October 2013 addressed to the

Tribunal, further stated that: The actions of the Russian authorities in respect of the vessel “Arctic Sunrise” and its crew have been and continue to be carried out as the exercise of its jurisdiction, including criminal jurisdiction, in order to enforce laws and regulations of the Russian Federation as a coastal state in accordance with the relevant provisions of the United Nations Convention on the Law of the Sea;

66. Considering that the Netherlands has invoked as the basis of jurisdiction of

the Annex VII arbitral tribunal article 288, paragraph 1, of the Convention, which

reads as follows:

A court or tribunal referred to in article 287 shall have jurisdiction over any dispute concerning the interpretation or application of this Convention which is submitted to it in accordance with this Part;

67. Considering that the Netherlands maintains that the dispute with the Russian

Federation concerns the interpretation and application of certain provisions of the

Convention, including, in particular, Part V and Part VII, notably article 56,

paragraph 2, article 58, article 87, paragraph 1(a), and article 110, paragraph 1;

68. Considering that, in the light of the positions of the Netherlands and the

Russian Federation, a difference of opinions exists as to the applicability of the

Page 125: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

17

provisions of the Convention in regard to the rights and obligations of a flag State

and a coastal State, notably, its articles 56, 58, 60, 87 and 110, and thus the Tribunal

is of the view that a dispute appears to exist between these two States concerning

the interpretation or application of the Convention;

69. Considering that, at this stage of the proceedings, the Tribunal is not called

upon to establish definitively the existence of the rights claimed by the Netherlands;

70. Considering that, in the view of the Tribunal, the provisions of the Convention

invoked by the Netherlands appear to afford a basis on which the jurisdiction of the

arbitral tribunal might be founded;

71. Considering that, for the above reasons, the Tribunal finds that the Annex VII

arbitral tribunal would prima facie have jurisdiction over the dispute;

72. Considering that article 283, paragraph 1, of the Convention reads as follows: When a dispute arises between States Parties concerning the interpretation or application of this Convention, the parties to the dispute shall proceed expeditiously to an exchange of views regarding its settlement by negotiation or other peaceful means;

73. Considering that the Netherlands and the Russian Federation have

exchanged views regarding the settlement of their dispute as reflected in the

exchange of diplomatic notes and other official correspondence between them since

18 September 2013, including the note verbale dated 3 October 2013 from the

Ministry of Foreign Affairs of the Netherlands to the Embassy of the Russian

Federation in the Netherlands;

74. Considering that, according to the Netherlands, the dispute was discussed on

a number of occasions between the respective Ministers of Foreign Affairs;

75. Considering that the Netherlands, in the Request, maintains that “[t]he

possibilities to settle the dispute by negotiation or otherwise have been exhausted”;

Page 126: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

18

76. Considering that the Tribunal has held that “a State Party is not obliged to

continue with an exchange of views when it concludes that the possibilities of

reaching agreement have been exhausted” (MOX Plant (Ireland v. United Kingdom),

Provisional Measures, Order of 3 December 2001, ITLOS Reports 2001, p. 95, at

p. 107, para. 60; see also “ARA Libertad” (Argentina v. Ghana), Provisional

Measures, Order of 15 December 2012, ITLOS Reports 2012, p. 332, at p. 345,

para. 71);

77. Considering that, in the circumstances of the present case, the Tribunal is of

the view that the requirements of article 283 are satisfied;

78. Considering that, according to article 290, paragraph 5, of the Convention,

provisional measures may be prescribed pending the constitution of the Annex VII

arbitral tribunal if the Tribunal considers that the urgency of the situation so requires;

79. Considering that article 290, paragraph 5, of the Convention provides that:

Pending the constitution of an arbitral tribunal to which a dispute is being submitted under this section, any court or tribunal agreed upon by the parties or, failing such agreement within two weeks from the date of the request for provisional measures, the International Tribunal for the Law of the Sea or, with respect to activities in the Area, the Seabed Disputes Chamber, may prescribe, modify or revoke provisional measures in accordance with this article if it considers that prima facie the tribunal which is to be constituted would have jurisdiction and that the urgency of the situation so requires. Once constituted, the tribunal to which the dispute has been submitted may modify, revoke or affirm those provisional measures, acting in conformity with paragraphs 1 to 4;

80. Considering that the Tribunal holds that article 290, paragraph 5, of the

Convention has to be read in conjunction with article 290, paragraph 1, of the

Convention;

81. Considering that article 290, paragraph 1, of the Convention provides that:

If a dispute has been duly submitted to a court or tribunal which considers that prima facie it has jurisdiction under this Part or Part XI, section 5, the court or tribunal may prescribe any provisional measures which it considers appropriate under the circumstances to preserve the respective rights of the parties to the dispute or to prevent serious harm to the marine environment, pending the final decision;

Page 127: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

19

82. Considering that, in accordance with article 290, paragraph 1, of the

Convention, the Tribunal may prescribe provisional measures to preserve the

respective rights of the parties to the dispute or to prevent serious harm to the

marine environment;

83. Considering that, in accordance with article 290, paragraph 5, of the

Convention, the Annex VII arbitral tribunal, once constituted, may modify, revoke or

affirm any provisional measures prescribed by the Tribunal;

84. Considering that there is nothing in article 290, paragraph 5, of the

Convention to suggest that the measures prescribed by the Tribunal must be

confined to the period prior to the constitution of the Annex VII arbitral tribunal (see

Case concerning Land Reclamation by Singapore in and around the Straits of Johor

(Malaysia v. Singapore), Provisional Measures, Order of 8 October 2003, ITLOS

Reports 2003, p. 10, at p. 22, para. 67);

85. Considering that the said period is not necessarily determinative for the assessment of the urgency of the situation or the period during which the prescribed measures are applicable and that the urgency of the situation must be assessed taking into account the period during which the Annex VII arbitral tribunal is not yet in a position to “modify, revoke or affirm those provisional measures” (Case concerning Land Reclamation by Singapore in and around the Straits of Johor (Malaysia v. Singapore), Provisional Measures, Order of 8 October 2003, ITLOS Reports 2003, p. 10, at p. 22, para. 68);

86. Considering that the Netherlands, in its final submissions, requests the

Tribunal to order the immediate release of the vessel Arctic Sunrise and the

members of its crew and maintains that the requested provisional measures are

appropriate to preserve the rights of the Netherlands;

87. Considering that the Netherlands states:

As a result of the continued detention of the ‘Arctic Sunrise’ in Kola Bay, Murmansk Oblast, its general condition is deteriorating. As the vessel is an aging icebreaker, it requires intensive maintenance in order to

Page 128: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

20

maintain its operability. The deterioration results from the impossibility to carry out the scheduled maintenance of its systems, which compromises the vessel’s safety and seaworthiness. This may, amongst others, create a risk for the environment, including the release of bunker oil. This reality is compounded by the prevailing harsh weather and ice conditions in the fragile Arctic region. As a consequence of the actions taken by the Russian Federation in connection with the boarding and detention of the ‘Arctic Sunrise’, the crew would continue to be deprived of their right to liberty and security as well as their right to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation. The settlement of such disputes between two states should not infringe upon the enjoyment of individual rights and freedoms of the crew of the vessels concerned. [T]he continuing detention of the vessel and its crew has irreversible consequences. As for the continuing detention of the crew, every day spent in detention is irreversible. To prolong the detention pending the constitution of the arbitral tribunal and the resolution of the dispute would further prejudice the rights of the Kingdom of the Netherlands;

88. Considering that the “Official Report on seizure of property”, issued by

Russian authorities on 15 October 2013, states that: From the time of the ship being moored at the berth until the conclusion of the custody agreement concerning the Dutch-flagged ship Arctic Sunrise, IMO number 7382902, the Coast Guard of the Federal Security Service of Russia for Murmansk Oblast will be responsible for compliance with security measures. P.V. Sarsakova, as representative of the Murmansk office of the Federal State Unitary Enterprise ‘Rosmorport’ and S.V. Fedorov, as representative of the Coast Guard Division of the Federal Security Service of the Russian Federation for Murmansk Oblast have been notified, in accordance with article 115, paragraph 6 CCP RF [Code of Criminal Procedure of the Russian Federation], of their liability for any loss, disposal of, concealment or illegal transfer of property that has been seized or confiscated;

89. Considering that, under the circumstances of the present case, pursuant to

article 290, paragraph 5, of the Convention, the urgency of the situation requires the

prescription by the Tribunal of provisional measures;

90. Considering that the order for the seizure of the vessel Arctic Sunrise, dated

7 October 2013, of the Leninsky district court, Murmansk, states

Page 129: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

21

that the seizure of the aforementioned property is necessary for the enforcement of the part of the judgment concerning the civil claim, other economic sanctions or a possible forfeiture order in respect of the property in accordance with article 104.1 CCRF [Criminal Code of the Russian Federation];

91. Considering that the Ministry of Foreign Affairs of the Netherlands requested,

in its note verbale of 26 September 2013, addressed to the Embassy of the Russian

Federation in the Netherlands, that “the Russian Federation immediately release the

vessel and its crew” and inquired “whether such release would be facilitated by the

posting of a bond or other financial security and, if so, what the Russian Federation

would consider to be a reasonable amount for such bond or other financial security”;

92. Considering that the Netherlands states that the Russian Federation did not

respond to this inquiry;

93. Considering that the Tribunal is of the view that, under article 290 of the

Convention, it may prescribe a bond or other financial security as a provisional

measure for the release of the vessel and the persons detained;

94. Considering that, in accordance with article 89, paragraph 5, of the Rules, the

Tribunal may prescribe measures different in whole or in part from those requested;

95. Considering that, pursuant to article 290, paragraph 5, of the Convention, the

Tribunal considers it appropriate to order that the vessel Arctic Sunrise and all

persons who have been detained in connection with the present dispute be released

upon the posting of a bond or other financial security by the Netherlands, and that

the vessel and the persons be allowed to leave the territory and maritime areas

under the jurisdiction of the Russian Federation;

96. Considering that the Tribunal determines, taking into account the respective

rights claimed by the Parties and the particular circumstances of the present case,

that the bond or other financial security should be in the amount of 3,600,000 euros,

to be posted by the Netherlands with the competent authority of the Russian

Federation, and that the bond or other financial security should be in the form of a

Page 130: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

22

bank guarantee, issued by a bank in the Russian Federation or a bank having

corresponding arrangements with a Russian bank;

97. Considering that the issuer of the bank guarantee undertakes and guarantees

to pay the Russian Federation such sum up to 3,600,000 euros as may be

determined by a decision of the Annex VII arbitral tribunal or by agreement of the

Parties, as the case may be, and that payment under the guarantee will be made

promptly after receipt by the issuer of a written demand by the competent authority of

the Russian Federation accompanied by a certified copy of the decision or

agreement;

98. Considering that the Netherlands and the Russian Federation shall each

ensure that no action is taken which might aggravate or extend the dispute submitted

to the Annex VII arbitral tribunal, or might prejudice the carrying out of any decision

on the merits which the Annex VII arbitral tribunal may render;

99. Considering that any action or abstention by either Party in order to avoid

aggravation or extension of the dispute should not in any way be construed as a

waiver of any of its claims or an admission of the claims of the other Party to the

dispute (see M/V “Louisa” (Saint Vincent and the Grenadines v. Kingdom of Spain),

Provisional Measures, Order of 23 December 2010, ITLOS Reports 2008-2010,

p. 58, at p. 70, para. 79);

100. Considering that the present Order in no way prejudges the question of the

jurisdiction of the Annex VII arbitral tribunal to deal with the merits of the case, or any

questions relating to the merits themselves, and leaves unaffected the rights of the

Netherlands and the Russian Federation to submit arguments in respect of those

questions (see “ARA Libertad” (Argentina v. Ghana), Provisional Measures, Order of

15 December 2012, ITLOS Reports 2012, p. 332, at p. 350, para. 106);

101. Considering the binding force of the measures prescribed and the

requirement under article 290, paragraph 6, of the Convention, that compliance with

such measures be prompt (see Southern Bluefin Tuna (New Zealand v. Japan;

Page 131: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

23

Australia v. Japan), Provisional Measures, Order of 27 August 1999, ITLOS Reports

1999, p. 280, at p. 297, para. 87);

102. Considering that pursuant to article 95, paragraph 1, of the Rules, each Party

is required to submit to the Tribunal a report and information on compliance with any

provisional measures prescribed;

103. Considering that it may be necessary for the Tribunal to request further

information from the Parties on the implementation of the provisional measures and

that it is appropriate that the President be authorized to request such information in

accordance with article 95, paragraph 2, of the Rules;

104. Considering that in the view of the Tribunal, it is consistent with the purpose of

proceedings under article 290, paragraph 5, of the Convention, that parties also

submit reports to the Annex VII arbitral tribunal, unless the arbitral tribunal decides

otherwise;

105. For these reasons,

THE TRIBUNAL,

(1) By 19 votes to 2,

Prescribes, pending a decision by the Annex VII arbitral tribunal, the following

provisional measures under article 290, paragraph 5, of the Convention:

(a) The Russian Federation shall immediately release the vessel Arctic Sunrise

and all persons who have been detained, upon the posting of a bond or other

financial security by the Netherlands which shall be in the amount of

3,600,000 euros, to be posted with the Russian Federation in the form of a

bank guarantee;

(b) Upon the posting of the bond or other financial security referred to above, the

Russian Federation shall ensure that the vessel Arctic Sunrise and all persons

Page 132: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

24

who have been detained are allowed to leave the territory and maritime areas

under the jurisdiction of the Russian Federation;

FOR: President YANAI; Vice-President HOFFMANN; Judges MAROTTA

RANGEL, NELSON, CHANDRASEKHARA RAO, AKL, WOLFRUM, NDIAYE, JESUS, COT, PAWLAK, TÜRK, KATEKA, GAO, BOUGUETAIA, PAIK, KELLY, ATTARD; Judge ad hoc ANDERSON;

AGAINST: Judges GOLITSYN, KULYK.

(2) By 19 votes to 2,

Decides that the Netherlands and the Russian Federation shall each submit the

initial report referred to in paragraph 102 not later than 2 December 2013 to the

Tribunal, and authorizes the President to request further reports and information as

he may consider appropriate after that report.

FOR: President YANAI; Vice-President HOFFMANN; Judges MAROTTA

RANGEL, NELSON, CHANDRASEKHARA RAO, AKL, WOLFRUM, NDIAYE, JESUS, COT, PAWLAK, TÜRK, KATEKA, GAO, BOUGUETAIA, PAIK, KELLY, ATTARD; Judge ad hoc ANDERSON;

AGAINST: Judges GOLITSYN, KULYK.

Done in English and in French, both texts being equally authoritative, in the

Free and Hanseatic City of Hamburg, this twenty-second day of November, two

thousand and thirteen, in three copies, one of which will be placed in the archives of

the Tribunal and the others transmitted to the Government of the Kingdom of the

Netherlands and the Government of the Russian Federation, respectively.

(signed)

Shunji YANAI

President

Page 133: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

25

(signed)

Philippe GAUTIER

Registrar

Judge ad hoc Anderson appends a declaration to the Order of the Tribunal.

Judges Wolfrum and Kelly append a joint separate opinion to the Order of the

Tribunal.

Judge Jesus appends a separate opinion to the Order of the Tribunal.

Judge Paik appends a separate opinion to the Order of the Tribunal.

Judge Golitsyn appends a dissenting opinion to the Order of the Tribunal.

Judge Kulyk appends a dissenting opinion to the Order of the Tribunal.

Page 134: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 201

21 October 2013

INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW OF THE SEA

TRIBUNAL INTERNATIONAL DU DROIT DE LA MER

Press Release

REQUEST FOR PROVISIONAL MEASURES SUBMITTED TODAY TO THE

TRIBUNAL IN THE ARCTIC SUNRISE CASE (KINGDOM OF THE NETHERLANDS v. RUSSIAN FEDERATION)

A request for the prescription of provisional measures pending the constitution of

an arbitral tribunal was submitted today to the International Tribunal for the Law of the Sea by the Kingdom of the Netherlands in a dispute with the Russian Federation. The dispute concerns the arrest and detention of the vessel Arctic Sunrise and its crew by authorities of the Russian Federation. The Arctic Sunrise, which flies the flag of the Netherlands, is an icebreaker operated by Greenpeace International.

According to the Netherlands, the Arctic Sunrise was boarded by coastguard

officials on 19 September 2013, brought to the port of Murmansk Oblast and detained. The Netherlands states that 30 members of crew, nationals of Argentina, Australia, Brazil, Canada, Denmark, Finland, France, Italy, Morocco, the Netherlands, New Zealand, Poland, the Russian Federation, Sweden, Switzerland, Turkey, Ukraine, the United Kingdom and the United States, were arrested and detained in Murmansk Oblast and that judicial proceedings have been initiated against them. The Arctic Sunrise was being used by Greenpeace International to stage a protest directed against the offshore ice-resistant fixed platform ‘Prirazlomnaya’ in the Barents Sea.

4 October 2013: Institution of arbitral proceedings

Further to the arrest of the vessel, on 4 October 2013 the Netherlands instituted arbitral proceedings against the Russian Federation under Annex VII of the United Nations Convention on the Law of the Sea (“the Convention”). The Netherlands claim that the arrest and detention of the Arctic Sunrise and its crew took place in violation of the provisions of the Convention.

The Convention provides for compulsory third-party settlement of disputes concerning the interpretation or application of the Convention. To this purpose, States Parties to the Convention may choose one or more of the mechanisms for the settlement of their disputes made available to them under article 287 of the Convention (International Tribunal for the Law of the Sea, International Court of Justice or arbitration). In cases where parties to a dispute have not made such a declaration or have selected different mechanisms, the Convention provides that arbitration under Annex VII is the mandatory settlement procedure for the parties to the dispute.

Page 135: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 201

21 October 2013 2

21 October 2013: Request for provisional measures submitted to the Tribunal pending the constitution of an arbitral tribunal

Pending the constitution of an arbitral tribunal, the circumstances of a particular

dispute may require the adoption of interim measures. In such a situation, any party to the dispute may request the International Tribunal for the Law of the Sea to prescribe provisional measures according to article 290, paragraph 5, of the Convention.

The Tribunal may prescribe provisional measures if it considers that, prima facie,

the arbitral tribunal to be constituted would have jurisdiction and that the urgency of the situation so requires. The Tribunal may prescribe any measure which it considers appropriate under the circumstances to preserve the respective rights of the parties to the dispute or to prevent serious harm to the marine environment. In the Request submitted to the Tribunal today, “the Kingdom of the Netherlands requests that the Tribunal prescribe as provisional measures that the Russian Federation:

(i) Immediately enable the ‘Arctic Sunrise’ to be resupplied, to leave its place of detention and the maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation and to exercise the freedom of navigation;

(ii) Immediately release the crew members of the ‘Arctic Sunrise’, and allow them to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation;

(iii) Suspend all judicial and administrative proceedings, and refrain from initiating any further proceedings, in connection with the incidents leading to the boarding and detention of the ‘Arctic Sunrise’, and refrain from taking or enforcing any judicial or administrative measures against the ‘Arctic Sunrise’, its crew members, its owners and its operators; and

(iv) Ensure that no other action is taken which might aggravate or extend the dispute.”

Dates for oral proceedings to be set shortly

Article 90, paragraph 2, of the Rules of the Tribunal provides that the Tribunal, or the President if the Tribunal is not sitting, shall fix the earliest possible date for the hearing. This will be announced in a further press release in the coming days.

Note: The press releases of the Tribunal do not constitute official documents and are issued for information purposes only.

The press releases of the Tribunal, documents and other information are available on the Tribunal’s websites (http://www.itlos.org and http://www.tidm.org) and from the Registry of the Tribunal. Please

contact Ms Julia Ritter at: Am Internationalen Seegerichtshof 1, 22609 Hamburg, Germany, Tel.: +49 (40) 35607-227; Fax: +49 (40) 35607-245; E-mail: [email protected]

Page 136: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 202

25 October 2013

INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW OF THE SEA

TRIBUNAL INTERNATIONAL DU DROIT DE LA MER

Press Release

THE “ARCTIC SUNRISE” CASE

(KINGDOM OF THE NETHERLANDS v. RUSSIAN FEDERATION)

PUBLIC HEARING ON 6 NOVEMBER 2013

By Order dated 25 October 2013, the President of the Tribunal fixed the date for the opening of the public hearing in the “Arctic Sunrise” Case on 6 November 2013 at 10 a.m. A copy of the Order of the President is available on the website of the Tribunal.

Judge Shunji Yanai, President of the Tribunal, will preside over the hearing.

The hearing is expected to be held on one day. A schedule will be announced on the website of the Tribunal at www.itlos.org. Background of the case

A request for the prescription of provisional measures pending the constitution of an arbitral tribunal was submitted to the Tribunal on 21 October 2013 (see ITLOS/Press 201) by the Kingdom of the Netherlands in a dispute with the Russian Federation concerning the arrest and detention of the vessel Arctic Sunrise and its crew by authorities of the Russian Federation. The Arctic Sunrise, which flies the flag of the Netherlands, is an icebreaker operated by Greenpeace International.

In the Request, “the Kingdom of the Netherlands requests that the Tribunal

prescribe as provisional measures that the Russian Federation: (i) Immediately enable the ‘Arctic Sunrise’ to be resupplied, to leave its

place of detention and the maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation and to exercise the freedom of navigation;

(ii) Immediately release the crew members of the ‘Arctic Sunrise’, and allow them to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation;

(iii) Suspend all judicial and administrative proceedings, and refrain from initiating any further proceedings, in connection with the incidents leading to the boarding and detention of the ‘Arctic Sunrise’, and refrain from taking or enforcing any judicial or administrative measures against the ‘Arctic Sunrise’, its crew members, its owners and its operators; and

Page 137: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 202

25 October 2013 2

(iv) Ensure that no other action is taken which might aggravate or extend the dispute.”

In a note verbale dated 22 October 2013, received by the Registry of the

Tribunal on 23 October 2013, the Embassy of the Russian Federation in Berlin informed the Tribunal that “[u]pon ratification of the Convention on the 26th February 1997 the Russian Federation made a statement, according to which, inter alia, it does not accept procedures provided for in Section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to disputes ... concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction.” By the same note, the Tribunal was informed that the Russian Federation had notified the Kingdom of the Netherlands “that it does not accept the arbitration procedure under Annex VII to the Convention initiated by the Netherlands in regard to the case concerning the vessel “Arctic Sunrise” and that it does not intend to participate in the proceedings of the International Tribunal for the Law of the Sea in respect of the request of the Kingdom of the Netherlands for the prescription of provisional measures under Article 290, Paragraph 5, of the Convention.”

On 24 October 2013, the Registry of the Tribunal received a communication

from the Kingdom of the Netherlands requesting “the Tribunal to continue the proceedings and make its decision on the Request for Provisional Measures”, in accordance with article 28 of the Statute of the Tribunal. Article 28 reads as follows:

When one of the parties does not appear before the Tribunal or fails to defend its case, the other party may request the Tribunal to continue the proceedings and make its decision. Absence of a party or failure of a party to defend its case shall not constitute a bar to the proceedings. Before making its decision, the Tribunal must satisfy itself not only that it has jurisdiction over the dispute, but also that the claim is well founded in fact and law.

Attending the hearing

The hearing will be held in the main courtroom of the Tribunal and is open to the public. Members of the diplomatic and consular corps wishing to attend the hearing are requested to contact the Tribunal’s Protocol Office. Members of the press are requested to register in advance with the Press Office by Monday, 4 November 2013 using the accreditation form. Owing to the limited number of seats available in the courtroom, members of the general public are requested to register with the Press Office by email by Monday, 4 November 2013.

Unobtrusive audio and video recording of the public sitting is permitted. Filming is subject to special authorization from the Press Office. Facilities are available for radio crews to connect recording equipment directly to the Tribunal’s audio system. Photographs (without flash) may be taken for a few minutes at the opening and at the end of the hearings.

Page 138: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 202

25 October 2013 3

Webcast

The hearing will be broadcast live on the website. A recorded webcast of the hearing will be made available under Webcast Archives after the close of each sitting. The verbatim records of the hearing will be published shortly thereafter on the website of the Tribunal.

Note: The press releases of the Tribunal do not constitute official documents and are issued for information purposes only.

The press releases of the Tribunal, documents and other information are available on the Tribunal’s websites (http://www.itlos.org and http://www.tidm.org) and from the Registry of the Tribunal. Please

contact Ms Julia Ritter at: Am Internationalen Seegerichtshof 1, 22609 Hamburg, Germany, Tel.: +49 (40) 35607-227; Fax: +49 (40) 35607-245; E-mail: [email protected]

Page 139: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 203 30 October 2013

INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW OF THE SEA TRIBUNAL INTERNATIONAL DU DROIT DE LA MER

Press Release

THE “ARCTIC SUNRISE” CASE (KINGDOM OF THE NETHERLANDS v. RUSSIAN FEDERATION)

SOLEMN DECLARATION BY JUDGE AD HOC

PUBLIC SITTING TO BE HELD ON MONDAY, 4 NOVEMBER

The Tribunal will hold a short public sitting in The “Arctic Sunrise” Case (Kingdom of the Netherlands v. Russian Federation) on Monday, 4 November 2013 at 3.00 p.m.

During the sitting, Mr David Anderson, Judge ad hoc chosen by the Kingdom

of the Netherlands will make the solemn declaration required under article 9 of the Rules of the Tribunal.

Attending the sitting

The sitting will be held in the main courtroom of the Tribunal and is open to the public. Members of the diplomatic and consular corps wishing to attend the hearing are requested to contact the Tribunal’s Protocol Office. Members of the general public are welcome to attend and are requested to register in advance with the Press Office. Members of the press are requested to register in advance with the Press Office using the accreditation form that is available on the website of the Tribunal. Webcast

The sitting will be broadcast live on the website. A recorded webcast of the

sitting will be available under Webcast Archives.

Note: The press releases of the Tribunal do not constitute official documents and are issued for information purposes only.

The press releases of the Tribunal, documents and other information are available on the Tribunal’s websites (http://www.itlos.org and http://www.tidm.org) and from the Registry of the Tribunal. Please

contact Ms Julia Ritter at: Am Internationalen Seegerichtshof 1, 22609 Hamburg, Germany, Tel.: +49 (40) 35607-227; Fax: +49 (40) 35607-245; E-mail: [email protected]

Page 140: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 204

19 November 2013

INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW OF THE SEA

TRIBUNAL INTERNATIONAL DU DROIT DE LA MER

Press Release

THE “ARCTIC SUNRISE” CASE (KINGDOM OF THE NETHERLANDS v. RUSSIAN FEDERATION)

TRIBUNAL TO DELIVER ITS ORDER

ON FRIDAY, 22 NOVEMBER 2013 AT 3 P.M.

The International Tribunal for the Law of the Sea will deliver its Order in The “Arctic Sunrise” Case (Kingdom of the Netherlands v. Russian Federation) on Friday, 22 November 2013. Judge Shunji Yanai, President of the Tribunal, will read the Order at a public sitting which will be held at 3 p.m.

The public hearing in The “Arctic Sunrise” Case, at which the Kingdom of the

Netherlands presented its case to the Tribunal was held on Wednesday, 6 November 2013. The Tribunal was informed by note verbale from the Embassy of the Russian Federation in Berlin, dated 22 October 2013, that the Russian Federation had notified the Kingdom of the Netherlands “that it does not intend to participate in the proceedings of the International Tribunal for the Law of the Sea in respect of the request of the Kingdom of the Netherlands for the prescription of provisional measures under Article 290, Paragraph 5, of the Convention.”

In its final submissions, the Kingdom of the Netherlands requested the

Tribunal to declare that:

a) the Tribunal has jurisdiction over the request for provisional measures;

b) the arbitral tribunal to which the dispute is being submitted has prima

facie jurisdiction; c) the claim is supported by fact and law;

and to order, by means of provisional measures, the Russian Federation: d) to immediately enable the Arctic Sunrise to be resupplied, to leave its

place of detention and the maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation and to exercise the freedom of navigation;

e) to immediately release the crew members of the Arctic Sunrise, and

allow them to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation;

Page 141: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 204

19 November 2013 2

f) to suspend all judicial and administrative proceedings, and refrain

from initiating any further proceedings, in connection with the incidents leading to the dispute concerning the Arctic Sunrise, and refrain from taking or enforcing any judicial or administrative measures against the Arctic Sunrise, its crew members, its owners and its operators; and

g) to ensure that no other action is taken which might aggravate or

extend the dispute.

Attending the reading of the Order The Order will be read in the main courtroom of the Tribunal and the sitting is

open to the public. Members of the diplomatic and consular corps wishing to attend the reading are requested to contact the Tribunal’s Protocol Office. Members of the general public are welcome to attend and are requested to register with the Press Office. Members of the press are requested to register with the Press Office using the accreditation form that is available on the website of the Tribunal.

The reading of the Order will be broadcast live on the website. The text of the

Order will be made available on the website of the Tribunal shortly after its delivery and a recorded webcast of the reading will be made available under Webcast Archives after the close of the sitting.

Note: The press releases of the Tribunal do not constitute official documents and are issued for information purposes only.

The press releases of the Tribunal, documents and other information are available on the Tribunal’s websites (http://www.itlos.org and http://www.tidm.org) and from the Registry of the Tribunal. Please

contact Ms Julia Ritter at: Am Internationalen Seegerichtshof 1, 22609 Hamburg, Germany, Tel.: +49 (40) 35607-227; Fax: +49 (40) 35607-245; E-mail: [email protected]

Page 142: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 205

22 November 2013

INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE LAW OF THE SEA

TRIBUNAL INTERNATIONAL DU DROIT DE LA MER

Press Release

THE “ARCTIC SUNRISE” CASE (KINGDOM OF THE NETHERLANDS v. RUSSIAN FEDERATION)

TRIBUNAL ORDERS THE RELEASE OF THE ARCTIC SUNRISE AND THE

DETAINED PERSONS UPON THE POSTING OF A BOND

The International Tribunal for the Law of the Sea delivered its Order today in The “Arctic Sunrise” Case (Kingdom of the Netherlands v. Russian Federation). It ordered that the vessel Arctic Sunrise and all persons detained in connection with the dispute be released and allowed to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation upon the posting of a bond in the amount of 3.6 million euros. THE DISPUTE

A request for the prescription of provisional measures under article 290, paragraph 5, of the United Nations Convention on the Law of the Sea was submitted to the Tribunal on 21 October 2013 by the Kingdom of the Netherlands in a dispute with the Russian Federation concerning the arrest and detention of the vessel Arctic Sunrise and its crew by authorities of the Russian Federation. The Arctic Sunrise, which flies the flag of the Netherlands, is an icebreaker operated by Greenpeace International. The public hearing in the case was held on Wednesday, 6 November 2013. The Russian Federation informed the Tribunal by note verbale from the Embassy of the Russian Federation in Berlin dated 22 October 2013 that it did not intend to participate in the proceedings before the Tribunal. THE ORDER OF 22 NOVEMBER 2013 Jurisdiction

In its Order, the Tribunal considers the declaration made by the Russian Federation upon ratifying the Convention, by which it “does not accept procedures provided for in Section 2 of Part XV of the Convention, entailing binding decisions with respect to disputes […] concerning law-enforcement activities in regard to the exercise of sovereign rights or jurisdiction”. In the note verbale of 22 October 2013, the Russian Federation informed the Tribunal that, on the basis of the said declaration, it had notified the Netherlands that “it does not accept the arbitration procedure under Annex VII to the Convention initiated by the Netherlands”. In the view of the Tribunal, the declaration made by the Russian Federation with respect to law enforcement activities under article 298, paragraph 1(b), of the Convention prima

Page 143: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 205

22 November 2013 2

facie applies only to disputes excluded from the jurisdiction of a court or tribunal under article 297, paragraphs 2 and 3, of the Convention, i.e. those relating to marine scientific research and fisheries.

Concerning the non-appearance of the Russian Federation, the Tribunal considers that the absence of a party or failure of a party to defend its case does not constitute a bar to the proceedings and does not preclude the Tribunal from prescribing provisional measures, provided that the parties have been given an opportunity of presenting their observations on the subject. The Tribunal notes that the Russian Federation was given ample opportunity to present its observations but declined to do so. The Tribunal considers that the Netherlands should not be put at a disadvantage because of the non-appearance of the Russian Federation in the proceedings and that the Tribunal must therefore identify and assess the respective rights of the Parties involved on the best available evidence. The Tribunal considers the arguments of the Netherlands that the dispute concerns the interpretation and application of certain provisions of the Convention, notably article 56, paragraph 2 (Rights, jurisdiction and duties of the coastal State in the exclusive economic zone), article 58 (Rights and duties of other States in the exclusive economic zone), article 60 (Artificial islands, installations and structures in the exclusive economic zone), article 87, paragraph 1(a) (Freedom of the high seas) and article 110, paragraph 1 (Right of visit). The Tribunal also considers the note verbale of the Russian Federation of 22 October 2013, in which it states that “[t]he actions of the Russian authorities in respect of the vessel ‘Arctic Sunrise’ and its crew have been and continue to be carried out as the exercise of its jurisdiction, including criminal jurisdiction, in order to enforce laws and regulations of the Russian Federation as a coastal state in accordance with the relevant provisions of the United Nations Convention on the Law of the Sea”. The Tribunal considers that a difference of opinions exists as to the applicability of the provisions of the Convention in regard to the rights and obligations of a flag State and a coastal State, and that the provisions invoked by the Netherlands appear to afford a basis on which the jurisdiction of the arbitral tribunal might be founded. The Tribunal therefore finds that the Annex VII arbitral tribunal would prima facie have jurisdiction over the dispute. Prescription of provisional measures

The Tribunal considers that “under the circumstances of the present case, pursuant to article 290, paragraph 5, of the Convention, the urgency of the situation requires the prescription by the Tribunal of provisional measures”, and considers it “appropriate to order that the vessel Arctic Sunrise and all persons detained in connection with the present dispute be released upon the posting of a bond or other financial security by the Netherlands, and that the vessel and the persons be allowed to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation”.

The Tribunal determines that the bond or other financial security should be in the amount of 3,600,000 euros, to be posted by the Netherlands with the competent authority of the Russian Federation, and that the bond or other financial security

Page 144: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 205

22 November 2013 3

should be in the form of a bank guarantee, issued by a bank in the Russian Federation or a bank having corresponding arrangements with a Russian bank. The Tribunal recalls that, under article 290, paragraph 6, of the Convention, the Parties must comply promptly with the provisional measures prescribed by the Tribunal. In accordance with article 95 of the Rules of the Tribunal, the Tribunal further decides that each Party shall submit by 2 December 2013 a report and information on compliance with any provisional measure prescribed. In its Order of 22 November 2013, the Tribunal:

“(1) By 19 votes to 2,

Prescribes, pending a decision by the Annex VII arbitral tribunal, the following provisional measures under article 290, paragraph 5, of the Convention:

(a) The Russian Federation shall immediately release the vessel Arctic Sunrise and all persons who have been detained, upon the posting of a bond or other financial security by the Netherlands which shall be in the amount of 3,600,000 euros, to be posted with the Russian Federation in the form of a bank guarantee;

(b) Upon the posting of the bond or other financial security referred to above, the Russian Federation shall ensure that the vessel Arctic Sunrise and all persons who have been detained are allowed to leave the territory and maritime areas under the jurisdiction of the Russian Federation;

FOR: President YANAI; Vice-President HOFFMANN; Judges MAROTTA RANGEL,

NELSON, CHANDRASEKHARA RAO, AKL, WOLFRUM, NDIAYE, JESUS, COT, PAWLAK, TÜRK, KATEKA, GAO, BOUGUETAIA, PAIK, KELLY, ATTARD; Judge ad hoc ANDERSON;

AGAINST: Judges GOLITSYN, KULYK.

(2) By 19 votes to 2,

Decides that the Netherlands and the Russian Federation shall each submit the initial report referred to in paragraph 102 not later than 2 December 2013 to the Tribunal, and authorizes the President to request further reports and information as he may consider appropriate after that report.

FOR: President YANAI; Vice-President HOFFMANN; Judges MAROTTA RANGEL,

NELSON, CHANDRASEKHARA RAO, AKL, WOLFRUM, NDIAYE, JESUS, COT, PAWLAK, TÜRK, KATEKA, GAO, BOUGUETAIA, PAIK, KELLY, ATTARD; Judge ad hoc ANDERSON;

AGAINST: Judges GOLITSYN, KULYK.”

Judge ad hoc Anderson appends a declaration to the Order, Judges Wolfrum

and Kelly append a joint separate opinion to the Order, Judge Jesus and Judge Paik append separate opinions to the Order, and Judge Golitsyn and Judge Kulyk append dissenting opinions to the Order.

Page 145: UPAYA BELANDA MENYELESAIKAN KASUS ARCTIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40960/1... · mengharuskan Belanda untuk membebaskan kasus ini melalui jalur hukum internasional

ITLOS/Press 205

22 November 2013 4

The text of the Order and a recorded webcast of the public sitting are available on the website of the Tribunal.

Note: The press releases of the Tribunal do not constitute official documents and are issued for information purposes only.

The press releases of the Tribunal, documents and other information are available on the Tribunal’s websites (http://www.itlos.org and http://www.tidm.org) and from the Registry of the Tribunal. Please

contact Ms Julia Ritter at: Am Internationalen Seegerichtshof 1, 22609 Hamburg, Germany, Tel.: +49 (40) 35607-227; Fax: +49 (40) 35607-245; E-mail: [email protected]