up penelitian cica

25

Click here to load reader

Upload: riyan-puna-vitha

Post on 30-Jun-2015

341 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: uP pEneLitiAn CicA

JUDUL : PENGARUH PEMBERIAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMANS AYAM KEDU, AYAM ARAB DAN AYAM BURAS SUPER MARON

LATAR BELAKANG

Perkembangan usaha peternakan ayam di Indonesia sudah sangat baik.

Peternak di Indonesia banyak yang mulai membudidayakan ayam lokal. Kendala

pengembangan ayam lokal di Indonesia berupa rendahnya produktivitas, seperti

pertumbuhan yang lambat, efisiensi penggunaan pakan yang rendah dan produksi

telur yang rendah. Sehingga tidak memenuhi kebutuhan konsumen ayam lokal di

Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan standar kebutuhan protein yang tepat sesuai

dengan fase pertumbuhan ayam lokal dan biayanya murah. Sehingga diharapkan

akan dapat menggugah semangat masyarakat untuk membudidayakan ayam lokal.

Contoh ayam lokal di Indonesia antara lain ayam Kedu, Arab dan persilangan

ayam Kedu dan ayam Arab.

Ayam Kedu mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan, namun

memiliki kendala dalam pengembangannya berupa rendahnya produktivitas,

seperti pertumbuhan yang lambat, efisiensi penggunaan pakan yang rendah dan

produktivitas telur yan rendah. Maka dari itu, untuk meningkatkan performans

ayam Kedu dilakukan penyilangan dengan ayam lain yang mempunyai produksi

telur yang tinggi, seperti ayam Arab. Performans ayam dipengaruhi oleh kadar

protein ransum, dimana protein diperlukan ayam untuk pertumbuhan dan

produksi. Kadar protein ransum akan memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap masing-masing jenis ayam. Hal ini dikarenakan tiap masing-masing jenis

ayam mempunyai karakteristik yang berbeda. Jenis ayam juga berpengaruh

Page 2: uP pEneLitiAn CicA

terhadap performans. Jenis ayam tipe pedaging bobot badannya lebih besar

dibanding tipe petelur.

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui pemberian level protein

yang berbeda diharapkan akan memberikan pengaruh pada performans ayam

Kedu, ayam Arab dan persilangan keduanya. Protein merupakan zat organik yang

sangat vital dibutuhkan oleh tubuh. Kebutuhan protein pada unggas dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu umur pertumbuhan, reproduksi, suhu, tingkat energi

dalam ransum dan bangsa unggas. Pemberian level protein yang berbeda pada

jenis ayam yang berbeda akan dapat mempengaruhi performans ayam tersebut

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

pemberian level protein berbeda dalam ransum terhadap performans ayam Kedu,

Arab dan persilangan keduanya, meliputi pertambahan bobot badan per minggu,

konsumsi dan konversi ransum.

MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai

pengaruh pemberian level protein berbeda dalam ransum terhadap performans

ayam Kedu, Arab dan persilangannya, meliputi pertambahan bobot badan per

minggu, konsumsi dan konversi ransum.

Page 3: uP pEneLitiAn CicA

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah kadar protein ransum

akan berpengaruh terhadap masing-masing jenis ayam khususnya performans.

Dapat mengetahui pertambahan bobot badan optimal, konsumsi dan konversi

ransum ayam lokal karena adanya pemberian level protein yang berbeda pada

masing-masing jenis ayam.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Kedu

Ayam Kedu merupakan salah satu jenis ayam lokal yang terkenal di

Indonesia yang banyak dipelihara di Desa Kedu Kabupaten Temanggung

(Mugiyono et al., 1999). Suprijatna dan Kartasudjana (2006), ciri ayam Kedu

yaitu mempunyai badan besar, kompak dengan punggung lebar, kepala membulat

dan mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak, selain itu warna bulu

ayam Kedu bermacam-macam, ada yang berwarna hitam, putih dan lurik. Ayam

Kedu dibagi menjadi tiga tipe, yaitu : 1) ayam Kedu hitam adalah tipe pedaging;

2) ayam Kedu putih adalah tipe petelur, banyak dipelihara di Desa Trunuh,

Klaten, Jawa Tengah; 3) ayam Kedu lurik adalah tipe dwiguna.

Ayam Kedu mempunyai produksi daging dan telur yang cukup tinggi.

Konsumsi pakan ayam Kedu dewasa per hari dapat mencapai 93 g per ekor

Page 4: uP pEneLitiAn CicA

(Iskandar dan Saepudin, 2005). Produksi telur rata-rata 124 butir per tahun dengan

masa produktif 5-6 bulan (Poultry Indonesia, 2005).

Ayam Arab

Ayam Arab termasuk salah satu varietas ayam buras penghasil telur yang

potensial (Sarwono, 2004). Ayam Arab (Gallus turcicus) terdiri dari dua varietas

yaitu varietas Brakel Kriel Gold dan Brakel Kriel Silver (Kholis dan Sitanggang,

2002). Sarwono (2004) menyatakan bahwa Brakel Kriel Gold mempunyai ciri-ciri

bulu berwarna emas kemerahan (gold), sedangkan Brakel Kriel Silver mempunyai

ciri-ciri bulu dari kepala sampai leher berwarna putih dan bulu bagian punggung

dan sayap berwarna campuran antara lain hitam dan rintik-rintik putih.

Ayam Arab asli mempunyai ciri-ciri umum yaitu bertubuh ramping, warna

bulu kepala putih mengkilap, bulu badan hitam bertotol putih, garis mata hitam,

sifat agak liar, mempunyai gerakan lincah, tidak mempunyai sifat mengeram dan

mempunyai produksi telur tinggi (Sarwono, 2004). Kholis dan Sitanggang (2005)

menyatakan bahwa ayam Arab mulai berproduksi pada umur 4,5-5,5 bulan,

selama usia produktif antara 0,8-1,5 tahun, ayam Arab betina terus-menerus

bertelur.

Persilangan Ayam Kedu dan Ayam Arab

Persilangan merupakan perkawinan antar individu yang kurang dekat

hubungan kekerabatannya dalam populasi dan biasanya persilangan diikuti

dengan peningkatan daya hidup hasil persilangan tersebut (Minkema, 1993).

Page 5: uP pEneLitiAn CicA

Menurut Sarwono (2004), salah satu contoh ayam hasil persilangan antara ayam

Kedu (bulu hitam) dan ayam Arab. Kebanyakan keturunan silangan Arab dan

buras masih belum menguntungkan karena semakin besar sosok ayam petelur,

semakin banyak kebutuhan pakannya. Sifat genetisnya sebagai petelur unggul

diharapkan mampu memperbaiki mutu genetic ayam buras yang rata-rata lambat

tumbuh, belum seragam dan produksi telur yang rendah.

Tabel 1. Populasi Ayam Buras di Indonesia 2003-2006

Uraian 2003 2004 2005 2006Populasi (ekor) 275.291.573 277.357.037 276.989.054 298.431.917Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2006)

Ransum

Ransum adalah sejumlah bahan pakan yang diberikan pada seekor ternak

untuk periode 24 jam atau sehari yang dapat diberikan sekali atau beberapa kali

(Anggorodi, 1995). Ransum yang seimbang harus mengandung zat-zat yang

dibutuhkan ternak. Zat-zat makanan merupakan substansi yang diperoleh dari

bahan pakan yang dapat digunakan ternak bila tersedia dalam bentuk yang telah

siap digunakan oleh sel, organ dan jaringan (Suprijatna et al., 2005). Dijelaskan

lebih lanjut oleh Suprijatna (2005) bahwa zat-zat makanan dibagi menjadi enam

kelas, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan

pakan bagi ayam buras berbeda dengan ayam petelur maupun ayam ras pedaging

karena potensi genetiknya yang berbeda. Menurut Wahju (1997), ayam dengan

bobot badan besar akan mengkonsumsi ransum lebih banyak dibanding dengan

ayam berbobot ringan.

Page 6: uP pEneLitiAn CicA

Penyusunan ransum yang tepat harus sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap

periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan

makanan yang dipergunakan (Wahju, 1997). Dijelaskan lebih lanjut oleh

Anggorodi (1995) bahwa untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan

dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan

dalam bahan makanan tersebut. Ransum untuk ayam lokal pada dasarnya sama

dengan ransum unggas secara umum, hal yang membedakannya adalah

kemampuan genetisnya dalam produksi dan dalam memanfaatkan pakan untuk

produksi itu (Suprijatna, 2005).

Kebutuhan nutrisi ayam lokal berdasarkan fase umur hidupnya yaitu 0-10

minggu energi yang diperlukan sebesar 2800 kkal/kg; kebutuhan protein untuk

ayam umur 0-4 minggu sebesar 20%, 4-8 minggu sebesar 18% dan umur 8-10

minggu sebesar 16% (Iswanto, 2002). Wahju (1997) menyatakan bahwa ransum

unggas yang berkadar energi tinggi apabila diikuti dengan meningkatnya

kandungan protein dapat meningkatkan pertumbuhan.

Tabel 2. Kebutuhan Gizi Ayam Lokal pada Berbagai fase Umur

Gizi Pakan Umur 0-8 MG

Umur 8-12 MG

Umur 12-18 MG

Umur 18-70 MG

Energi (kkal/kg) 2900 2900 2900 2750Protein (%) 18-19 16-17 12-14 15Lemak kasar (%) 4-5 4-7 4-7 5-7Serat kasar (%) 4-5 4-5 7-9 7-9Kalsium (%) 0,90 1-1,2 1-1,2 2,75Phosphor (%) 0,40 0,35 0,30 0,25AA lysine (%) 0,85 0,60 0,45 0,70AA methionine (%) 0,30 0,25 0,20 0,30Sumber : Zainuddin, 2006

Page 7: uP pEneLitiAn CicA

Protein

Menurut Anggorodi (1995), protein adalah zat organik yang mengandung

unsur C, H, O, N, S dan P. Fungsi protein sangat vital diantaranya untuk

memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme, pertumbuhan jaringan baru, sumber-

sumber enzim essensial bagi tubuh serta sumber-sumber hormon tertentu. Protein

dari unggas dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber protein nabati misalnya

kacang-kacangan, bungkil kedelai, bungkil kelapa dan protein hewani misalnya

tepung ikan dan Meat Bone Meal (Tillman et al., 1991).

Bangsa ayam yang berat (tipe berat) mengkonsumsi pakan jauh lebih

banyak dibandingkan dengan bangsa ayam yang ringan (tipe ringan) karena ayam-

ayam yang besar membutuhkan lebih banyak protein per hari untuk hidup pokok

(Wahju, 1997). Kebutuhan protein per hari pada ayam yang sedang tumbuh dibagi

menjadi 3 yaitu : 1) protein untuk pertumbuhan jaringan; 2) protein untuk hidup

pokok dan 3) protein untuk pertumbuhan bulu (Tillman et al., 1991).

Menurut Mulyono (1999), kebutuhan protein untuk ayam lokal periode

pertumbuhan adalah 15-17%. Kartasudjana (2001), mendapatkan performans

terbaik ayam lokal dengan PK sebesar 17% yang mengandung 4% protein hewani

dan 13% protein nabati. Menurut Bertram (1996) dalam Wihandoyo (1997)

menyatakan bahwa konsumsi protein yang berlebih dari kebutuhan akan

mengakibatkan peningkatan katabolisme asam amino dan pengeluaran

(excretion) nitrogen dalam bentuk urea, akibatnya energi yang tersedia untuk

pertumbuhan berkurang sehingga pertumbuhan terhambat atau menurun.

Page 8: uP pEneLitiAn CicA

Konsumsi Ransum

Menurut Anggorodi (1995), konsumsi ransum adalah kemampuan seekor

ternak dalam memakan sejumlah ransum untuk keperluan hidupnya yang

diberikan secara ad libitum. Ransum yang dikonsumsi digunakan untuk

pertumbuhan jaringan tubuh, produksi, aktivitas fisik dan mempertahankan suhu

tubuh (Wahju, 1997).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Wahju (1997), bahwa konsumsi pakan

dipengaruhi oleh besar dan bangsa ayam, tahap produksi, aktivitas, temperatur

lingkungan serta kandungan energi dalam pakan. Konsumsi ransum meningkat

bila energi dalam tubuh menurun, sebaliknya konsumsi ransum akan menurun bila

energi dalam tubuh meningkat, oleh karena itu kandungan protein ransum dalam

hubungan terhadap kadar energi perlu disesuaikan (Anggorodi, 1995).

Tabel 3. Konsumsi Ayam Lokal pada Ransum dengan Rentang Kandungan Protein dan Energi

Umur Ayam (minggu)

Protein (%) Energi (kkal/kg) Konsumsi Ransum Harian

(g/ekor/hari)0-8 minggu 18-19 2900-3000 5-108-12 minggu 16-17 2900-3000 20-3012-18 minggu 12-14 2800-2900 40-60

Di atas 18 minggu 15-16 2750-2850 80-100Sumber : Zainuddin dkk, (2000)

Page 9: uP pEneLitiAn CicA

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Materi Penelitian

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 60 ekor DOC

ayam Kedu, ayam Arab dan ayam buras super Maroon yang kan diberi perlakuan

pada minggu ketiga. Peralatan yang digunakan yaitu kandang, tempat pakan,

tempat minum, timbangan elektrik untuk menimbang bobot badan ayam,

thermometer, ember dan alat ukur.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada akhir bulan Juni 2009 sampai akhir

September 2009 di kandang Ilmu Ternak Unggas Jurusan Produksi Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Parameter

Parameter yang diamati meliputi :

1, Konsumsi ransum, dilakukan dengan menghitung konsumsi selama satu

minggu. Data konsumsi ransum didapat dari penimbangan pemberian pakan

selama satu minggu kemudian dibagi jumlah ayam tiap flock.

2. Pertambahan bobot badan, dilakukan dengan mengurangi bobot badan akhir

dengan bobot badan sebelumnya setiap minggu. Penimbangan dilakukan setiap

seminggu sekali dengan menimbang seluruh ayam dalam flock.

3. Konversi ransum, dihitung dengan membandingkan jumlah konsumsi ransum

total dengan pertambahan bobot badan total.

Page 10: uP pEneLitiAn CicA

Konversi ransum = konsumsi ransum total PBBh total

Metode Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi persiapan kandang, perlengkapan pemeliharaan,

pengadaan bahan pakan, analisis bahan pakan, penyusunan ransum dan

pembuatan ransum, pembelian Ayam Arab, Kedu Dan Buras Super Maroon

(DOC) kemudian penimbangan. Persiapan kandang dimulai dengan pembersihan,

pembuatan kandang kemudian desinfeksi. Kandang yang digunakan sebanyak 28

kandang yang terbuat dari papan dengan ukuran 100 cm x 80 cm x 100 cm,

masing-masing kandang ditempati untuk 5 ekor. Ransum penelitian mengandung

PK 12%, PK 15% dan PK 18%.

2. Tahap Perlakuan

Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan metode Split plot dengan

Rancangan Acak Kelompok dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Kriteria

perlakuan adalah sebagai berikut :

T1 : Ransum dengan kandungan PK 12 %

T2 : Ransum dengan kandungan PK 15%

T3 : Ransum dengan kandungan PK 18%

Page 11: uP pEneLitiAn CicA

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan

Bahan EM* Air Abu LK SK PKJagung 2866,878 14,2931 1,3641 1,2842 9,7094 8,9084Bekatul 2840,642 12,8835 9,6378 9,1030 30,3075 11,9341Top Mix - 8,2199 24,6891 3,4619 8,8108 16,0085Konsentrat Jadi 1750 - - 3,000 8,000 31,000Keterangan : Energi metabolisme = Energi Bruto x 70% (Schaible, 1970)

Analisa Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, 2009

Tabel 5. Kandungan Nutrisi dan Energi Metabolisme Bahan Pakan Penyusun Ransum Penelitian (kg)

Bahan PerlakuanP1 P2 P3

Jagung 14,69 2,68 -Bekatul 2,33 14,09 13,63Top mix 0,2 - -Konsentrat jadi 2,77 3,22 6,36Keterangan : P1 : Ransum dengan kandungan energi metabolis 2750 kkal/kg dan CP : 12,4%P2 : Ransum dengan kandungan energi metabolis 2750 kkal/kg dan CP : 14,8%P3 : Ransum dengan kandungan energi metabolis 2654 kkal/kg dan CP : 18%

2. Tahap pengambilan data

Data yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan

(PBB) per minggu, dan konversi pakan.

Rancangan Percobaan

Model rancangan percobaan yang digunakan adalah split plot dengan

rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan empat ulangan untuk

tiap percobaan. Setiap unit perlakuan terdiri dari lima ekor ayam kedu, ayam arab

dan ayam buras super.

Page 12: uP pEneLitiAn CicA

Analisis Statistik

Penelitian menggunakan rancangan percobaan spilt plot dengan rancangan

acak kelompok. Model linier menurut Gaspersz (1991) adalah :

Yij1 = µ + Kk + Ai + δik + Bj + (AB)ij + εijk

i = 1, …, a

j = 1, …, b

k = 1, …, r

dimana :

Yijk = nilai pengamatan (performans) pada kelompok ke-k yang memperoleh

taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

µ = Nilai rata-rata yang sesungguhnya dari populasi

Kk = Pengaruh aditif dari kelompok ke-k

Ai = Pengaruh aditif dari taraf ke-i factor strain ayam

δik = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari faktor A dalam kelompok

ke-k, sering disebut galat petak utama (galat a)

Bj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j factor berbagai level protein

(AB)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i factor strain ayam dan taraf ke-j factor

berbagai level protein

εijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf

ke-I factor strain ayam, taraf ke-j factor berbagai level protein, sering

disebut sebagai galat antarpetak (galat b)

Hipotesis

Page 13: uP pEneLitiAn CicA

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 → (AB)ij = 0, Tidak terdapat perbedaan level protein terhadap performans

ayam kedu, ayam arab, dan ayam buras super.

H1 → minimal ada 1 (AB)ij ≠ 0, artinya ada pengaruh perbedaan level protein

terhadap performans ayam Kedu, ayam Arab dan ayam Buras Super.

H0 → Ai = 0 yang berarti ada pengaruh factor strain ayam terhadap performans.

H1 → minimal ada 1 Ai ≠ 0, artinya ada satu taraf factor strain ayam yang

berbeda dengan taraf strain ayam yang lainnya, sehingga berarti ada pengaruh

factor strain ayam terhadap performans.

H0 → Bj = 0 yang berarti ada pengaruh factor berbagai level protein terhadap

performans.

H1 → minimal ada 1 Bj ≠ 0, artinya ada pengaruh berbagai level protein terhadap

performans.

JADWAL KEGIATAN

Page 14: uP pEneLitiAn CicA

Jadwal kegiaan penelitian ini meliputi tahap persiapan, pelaksanaan

penelitian dan analisis data.

Kegiatan

Juni Juli Agustus September

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Persiapan √ √ √ √

Pelaksanaan √ √ √ √ √ √ √

Analisis data √ √ √ √

Konsultasi √ √

Ujian

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: uP pEneLitiAn CicA

Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan V, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan. Departemen Peternakan. Jakarta.

Iswanto, H. 2002. Ayam Kampung Pedaging. PT. Agromedia Pustaka, Tangerang.

Kartasujdana, R. 2001. Performan Ayam Buras Periode Pertumbuhan dengan Berbagai Tingkat Protein Hewani dan Nabati. J. Pengembangan Peternakan Tropis.

Kholis, S. dan M. Sitanggang. 2002. Ayam Arab dan Protein Petelur Unggul. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Mugiyono, S., Sukardi dan Adjisoedarmono, S. 1999. Prestasi Ayam Kedu Akibat Silang Dalam pada Generasi Pertama, Kedua dan Ketiga J. Pengembangan Peternakan Tropis.

Sarwono, B. 2004. Ayam Arab dan Petelur Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E dan Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wihandoyo. 1997. Uji Prestasi Ayam Kampung Strain AEE-17 dengan Protein Pakan yang Berbeda J. Pengembangan Peternakan Tropis

Zainuddin, D., 2006. Teknik Penyusunan Ransum dan Kebutuhan Gizi Ayam Lokal. Materi Pelatihan Teknologi Budidaya Ayam Lokal dan Itik. Kerjasama Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dengan Balai Penelitian Ternak.

Zainuddin, D., S. Iskandar dan B. Gunawan. 2000.Pemberian Tingkat Energi dan Asam Amino Esensial Sintetis dalam Penggunaan Bahan Pakan Lokal untuk Ransumayam Buras (Generasi III). Laporan Penelitian Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan, Bogor.

Page 16: uP pEneLitiAn CicA

PENGARUH PEMBERIAN LEVEL PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERFORMANS AYAM KEDU, AYAM ARAB DAN AYAM BURAS

SUPER MARON

Page 17: uP pEneLitiAn CicA

USULAN PENELITIAN

Oleh

TITA KUSUMA WARDHANIH2B 006 032

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2009