unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya pembangunan desa desa yang ada di Bali sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata yang ada dan berkembang di daerahnya. Menyadari pentingnya kegiatan pariwisata bagi pembangunan desa, para pemangku kekuasaan di desa berlomba untuk memanfaatkan dan mengembangkan kegiatan pariwisata daerahnya agar dapat memberikan manfaat yang positif secara ekonomi dan sosial bagi masyarakatnya. Pemerintah sebagai regulator proses pembangunan, memberikan peranan yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan di bidang kepariwisataan ini. Perkembangan konsep kegiatan pariwisata telah mengalami perubahan baik aspek pelaku maupun aspek bentuk kegiatan pariwisata. Sejak terjadinya perubahan pola kegiatan pariwisata dari matahari, laut dan pasir pantai ( sun, sea and sand) mengarah ke pariwisata bentuk alami, terjadi pula perubahan pola kegiatan industri pariwisata dari kegiatan wisata massal (mass tourism) ke wisata minat (nice tourism). Salah satu kegiatan wisata minat khusus yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, bahkan telah menjadi isu global yaitu dengan berkembangnya ekowisata (ecotourism) sebagai kegiatan wisata alam yang berdampak ringan. Isu ekowisata yang sedang berkembang tersebut, dilandasi suatu rumusan definisi (Boo, 1990) yang berbunyi:

Upload: ellyta-sinaga

Post on 28-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya pembangunan desa – desa yang ada di Bali sebagian besar

dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata yang ada dan berkembang di daerahnya.

Menyadari pentingnya kegiatan pariwisata bagi pembangunan desa, para

pemangku kekuasaan di desa berlomba untuk memanfaatkan dan

mengembangkan kegiatan pariwisata daerahnya agar dapat memberikan manfaat

yang positif secara ekonomi dan sosial bagi masyarakatnya. Pemerintah sebagai

regulator proses pembangunan, memberikan peranan yang sangat penting bagi

terwujudnya pembangunan di bidang kepariwisataan ini.

Perkembangan konsep kegiatan pariwisata telah mengalami perubahan baik

aspek pelaku maupun aspek bentuk kegiatan pariwisata. Sejak terjadinya

perubahan pola kegiatan pariwisata dari matahari, laut dan pasir pantai (sun, sea

and sand) mengarah ke pariwisata bentuk alami, terjadi pula perubahan pola

kegiatan industri pariwisata dari kegiatan wisata massal (mass tourism) ke wisata

minat (nice tourism). Salah satu kegiatan wisata minat khusus yang banyak

dibicarakan akhir-akhir ini, bahkan telah menjadi isu global yaitu dengan

berkembangnya ekowisata (ecotourism) sebagai kegiatan wisata alam yang

berdampak ringan. Isu ekowisata yang sedang berkembang tersebut, dilandasi

suatu rumusan definisi (Boo, 1990) yang berbunyi:

Page 2: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

2

Nature of ecotourism is that consist in travelling to relatively understurb

of contaminated natural area with specific objective of studying,

admiring, enjoying and it plants, animal as well as any existing cultural

manifestation (both past and present) found these areas.

Sebagai kegiatan wisata alam yang mempunyai tujuan khusus dan

bertanggungjawab, ekowisata semakin banyak diminati masyarakat sebagai

kegiatan wisata yang menyenangkan. Kecenderungan ini ditandai dengan semakin

banyaknya masyarakat dunia termasuk masyarakat Indonesia yang melakukan

berbagai kegiatan wisata alam berupa lintas alam (hiking), panjat tebing

(climbing), arung jeram (rafting), berkemah (camping ground), naik sepeda

gunung (rising bycicle), menikmati keindahan alam, serta keaslian budaya lokal.

Konsepsi perencanaan pengembangan ekowisata memiliki tujuan kelestarian

alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Sementara pemanfaatan hanya

dilakukan terhadap aspek jasa estetika, pengetahuan (pendidikan dan penelitian)

terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati filosofi, pemanfaatan jalur untuk

tracking dan adventuring (Fandeli, C, 2000).

Kegiatan wisata telah berkembang sejak lama di daerah sekitar Desa Adat

Cau Belayu. Pada bagian timur terdapat daya tarik wisata Sangeh dan Tanah Wuk,

di bagian utara hingga bagian selatan dimanfaatkan sebagai jalur (tracking)

dengan pola sepeda dan pejalan kaki. Adanya sejumlah kegiatan wisata di sekitar,

hingga saat ini tidak memberikan manfaat terhadap kegiatan ekonomi masyarakat

di Desa Adat Cau Belayu. Desa Adat Cau Belayu memiliki karakteristik wilayah

(kondisi tebing, karakter lahan dan kegiatan sosial masyarakat) yang cenderung

sama dengan daya tarik wisata yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu perlu

dikembangkan kegiatan wisata di Desa Adat Cau Belayu dengan memanfaatkan

Page 3: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

3

karakter / potensi daerah yang ada. Konsep kegiatan wisata yang ditawarkan

adalah ekowisata, dimana, ekowisata menawarkan konsep low invest-high value

bagi sumberdaya dan lingkungan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh

bagi partisipasi masyarakat, karena seluruh aset produksi yang digunakan

merupakan milik masyarakat lokal. Dengan penerapan konsep ekowisata

diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap kegiatan

ekonomi masyarakat Desa Adat Cau Belayu. Dalam kaitan ini perlu dilakukan

penelitian Strategi Pengelolaan Potensi Ekowisata di Desa Adat Cau Belayu

Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan sehingga dihasilkan konsep dan rencana

teknis pemanfaatan potensi ekowisata yang ada, yang kelak dapat dijual kepada

konsumen (wisatawan / tour operator) sebagai paket wisata.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan sejumlah masalah yaitu:

1. Apa potensi ekowisata di Desa Adat Cau Belayu ?

2. Bagaimana pengelolaan potensi ekowisata di Desa Adat Cau Belayu pada

kondisi eksisting?

3. Bagaimana model strategi pengelolaan potensi untuk pengembangan

ekowisata di Desa Adat Cau Belayu di masa mendatang ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pelaksanaan penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi

pengelolaan potensi ekowisata yang ada di Desa Adat Cau Belayu sehingga dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat.

Page 4: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

4

1.3.2 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Seperti apa potensi ekowisata di Desa Adat Cau Belayu

2. Bagaimana gambaran pengelolaan potensi ekowisata pada kondisi

eksisting di Desa Adat Cau Belayu

3. Bagaimana rumusan strategi pengelolaan potensi untuk pengembangan

ekowisata di Desa Adat Cau Belayu di masa mendatang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Perumusan strategi pengelolaan potensi ekowisata yang ada di Desa Adat Cau

Belayu secara akademik memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Secara konseptual, tema ekowisata seringkali dibahas dalam konteks

identifikasi dan strategi pengembangan. Dalam studi ini tema ekowisata

dibahas dalam sisi yang sedikit berbeda yaitu dengan pola penyusunan

strategi pengelolaan potensi ekowisata. Dengan pola ini menjadi sebuah

wacana lain sehingga menambah referensi para peneliti untuk melakukan

hal di bidang yang sama.

2. Secara tema analitik dapat digambarkan bahwa manfaat penelitian lebih

cenderung memperkaya wacana aplikasi rencana pengelolaan ekowisata

yang dilakukan dan penyusunan strategi pengelolaan potensi ekowisata

sehingga lebih menegaskan hasil dari penelitian yang dilakukan.

Page 5: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

5

1.4.2 Manfaat Praktis

Pengembangan ekowisata merupakan hal umum yang sedang menjadi trend

untuk dilaksanakan dewasa ini. Terlepas dari tingginya animo para peneliti untuk

meneliti konsep ini, secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pemerintah, produk akhir dalam studi ini akan menjadi sebuah

produk perencanaan dan dasar pertimbangan bagi realisasi kegiatan

pengelolaan ekowisata di Desa Adat Cau Belayu

2. Bagi pelaku pariwisata, studi ini memudahkan dan mempersingkat pola

kerja dan penggalian potensi sehingga para pelaku pariwisata menjadi

lebih mudah untuk memanfaatkan konsep rencana dan menjalin kerjasama

pengelolaan ekowisata yang direkomendasikan

3. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Desa Adat Cau Belayu , hasil

studi ini disamping dapat memberikan wawasan yang lebih teknis

mengenai bagaimana mengelola potensi wisata yang ada, juga

mempermudah kerja stakeholder desa dalam menawarkan dan menjali

hubungan kerjasama pemanfaatan ekowisata pada daerah ini

Page 6: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi

2.1.1. Pengertian Strategi

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat dicapai (Marrus, 1984). Hamel dan Prahalad (1995), mendefinisikan

strategi yang terjemahannya seperti berikut ini:

"Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang

diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi

hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa

yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu

mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan."

2.1.2. Klasifikasi Strategi

Secara umum strategi dikelompokan ke dalam tiga kelombok / strata besar

yaitu strategi generic, strategi induk dan strategi fungsional. Strategi generik

(generic strategy) akan dijabarkan menjadi strategi utama/ induk (grand

strategy). Strategi induk ini selanjutnya dijabarkan menjadi strategi

fungsional perusahaan, yang sering disebut dengan strategi fungsional

(Umar, 2005).

Page 7: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

7

2.2. Pengelolaan

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang

dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam

mencapai tujan tertentu (Putra, 2011). Secara umum pengelolaan dapat juga

diartikan sebagai upaya strategis untuk pencapaian tujuan, rumusan mekanisme

kerja, rangkaian kebijakan yang perlu diambil / dilakukan untuk mengembangkan

organisasi. Menurut Wardoyo (Putra, 2011) memberikan definisi sebagai berikut

pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,

pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dari sejumlah definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan adalah rangkaian kebijakan yang teraplikasi dalam kegiatan teknis

yang memuat mekanisme perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang ada untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Griffin (2006) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya

untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa

tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa

tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal

(Griffin, 2006).

Page 8: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

8

2.3 Ekowisata

2.3.1 Definisi, Konsep dan Karakter Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya

yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari

wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu

berimplikasi pada kebutuhan perencanaan pengelolaan yang tipikal.

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata

yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata.

Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata

alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas

that conserves the environment and improves the well-being of local people) (The

International Ecotourism Society, 2000). Dari definisi ini ekowisata dapat di lihat

dari tiga perspektif, yakni : pertama, ekowisata sebagai produk : kedua, ekowisata

sebagai pasar : ketiga, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai

produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya

alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya

– upaya pelestarian lingkungan.

Menurut wikipedia (2009), ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata

yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam,

aspek pemberdayaan sosial budaya, ekonomi masyarakat lokal serta aspek

pembelajaran dan pendidikan.

Page 9: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

9

Simposium Ekowisata di Bogor pada 16-17 Januari 1996

(http://pipitkecilku.blogdrive.com, 2009), mengeluarkan rumusan mengenai

ekowisata sebagai “Penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di

tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah yang dibuat dengan kaidah alam,

yang mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Deklarasi Quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan

suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip – prinsip pariwisata berkelanjutan

yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. Di dalam praktik hal itu terlihat

dalam bentuk kegiatan wisata yang ; a) secara aktif menyumbang kegiatan

konservasi alam dan budaya ; b) melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan,

pengembangan, dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif

terhadap kesejahteraan mereka ; dan c) dilakukan dalam bentuk wisata

independent atau organisasi dalam bentuk kelompok kecil (UNEP, 2000). Dalam

penelitian ini konsepsi ekowisata mengacu kepada Deklarasi Quebec dimana pola

pengembangan potensi ekowisata yang ada diharapkan mengacu kepada bentuk

kegiatan ekowisata yang disarankan.

2.3.2 Karakteristik Pasar Ekowisata

Di tingkat global pertumbuhan pasar ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari

pasar wisata secara keseluruhan. Berdasarkan analisis The International

Ecotourism Society (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar antara 10-30

persen pertahun sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4

persen. Tahun 1998 WTO memperkirakan pertumbuhan ekowisata sekitar 20

Page 10: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

10

persen. Di Indonesia diperkirakan sekitar 25 persen wisman pada tahun 1996

merupakan ekowisatawan (ecotourist). Statistik ini menunjukkan bahwa

pergeseran perilaku pasar wisata sedang berlangsung saat ini dan ekowisata

diperkirakan akan menjadi pasar wisata yang sangat prospektif di masa depan

(The International Ecotourism Society, 2000).

Selain sisi permintaan dari sudut penawaran juga terlihat fenomena menarik

dalam pasar ekowisata. Sekitar empat tahun yang lalu telah tercatat tidak kurang

600 penyelenggara perjalanan ekowisata yang – ini sangat penting dalam kaitan

dengan karakteristik ekowisata – 85 persen di antaranya berskala kecil, yakni

mempekerjakan kurang dari 20 orang. Meskipun berskala kecil, namun bisnis

ekowisata ini mampu memutar omset sebesar US$ 250 juta (The International

Ecotourism Society, 2000).

Di samping itu ada beberapa kriteria lagi yang menjadi pertimbangan mereka

untuk memilih produk – produk ekowisata (The International Ecotourism

Socienty, 2000), yakni :

a. Aspek pendidikan dan informasi. Wisatawan biasanya mempelajari lebih

dahulu latar belakang sosial dan budaya masyarakat di daerah tujuan

sebelum mereka memilih daerah tujuan wisata itu. Lebih dari 50 persen

wisatawan Amerika dan Inggris mengaku menikmati pengalaman yang

lebih baik dalam perjalanan ketika mereka sebelumnya mempelajari

kebiasaan – kebiasaan, budaya, lingkungan, dan geografi masyarakat di

negara tujuan.

Page 11: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

11

b. Aspek sosial budaya daerah tujuan wisata. Wisatawan menaruh perhatian

besar pada budaya masyarakat di daerah tujuan wisata.

c. Aspek lingkungan. Seperti disebutkan di atas, aspek lingkungan yang

alamiah pada produk wisata menjadi incaran sebagian besar wisatawan

global, mulai dari Amerika Utara sampai Eropa.

d. Aspek estetika. Keindahan dan otensititas daya tarik wisata merupakan

kebutuhan yang elementer dalam berwisata. Konservasi DTW menjadi

penting dalam ekowisata.

e. Aspek etika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya dan daya tarik menjadi

kriteria pilihan berwisata, namun wisatawan sangat peduli pada etika

kebijakan dan pengelolaan lingkungan.

2.3.3. Potensi Ekowisata

Potensi ekowisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang

memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi

wisatawan (Damanik dan Weber, 2006). Setelah berlakunya Undang – undang

nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, istilah objek wisata diganti menjadi

daya tarik wisata yang mengandung pengertian segala sesuatu keunikan,

keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dari

pemahaman mengenai potensi ekowisata tersebut dapat disimpulkan bahwa

potensi ekowisata terkait dengan penawaran wisata. Elemen penawaran wisata

terdiri atas (Damanik dan Weber, 2006) :

Page 12: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

12

a. Atraksi. Atraksi dibedakan menjadi atraksi yang tangible dan intangible

yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan baik yang berupa

kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia.

b. Aksesbilitas. Cakupan aksesbilitas yaitu keseluruhan sarana dan prasarana

transportasi yang melayani wisatawan dari, ke, dan selama di daerah

tujuan wisata.

c. Amenitas. Fungsi Amenitas lebih kepada pemenuhan kebutuhan

wisatawan sehingga sering kali tidak berhubungan langsung terkait dengan

bidang pariwisata.

2.4. Pengelolaan Ekowisata

Suhandi (2001) menjabarkan bahwa pengelolaan ekowisata merupakan

penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggungjawab di tempat – tempat

alami dan atau daerah – daerah yang dibuat berdasarkan keindahan alam dan

secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya – upaya pelestarian

lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam

penelitian ini metode dasar dari manajemen / pengelolaan ekowisata yang

dikembangkan menggunakan mekanisme perencanaan pengelolaan ekowisata.

Rencana pengelolaan ekowisata harus mencakup (Drumm, dan Mooe, 2002) :

1. Rencana pengelolaan umum yang terdiri atas :

a. Penjabaran Tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan

khusus

b. Pewilayahan

c. Strategi

Page 13: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

13

d. Program

e. Aktivitas guna pencapaian tujuan

Pengelolaan umum lebih mengatur penanganan kawasan dalam lingkup

yang lebih luas (diluar daerah konservasi) yang menjadi penunjang /

pendukung keberadaan daerah konservasi nantinya. Pada kawasan ini

umumnya terdapat permukiman penduduk dan kegiatan sosial

kemasyarakatan sehingga pengelolaan kawasan secara umum diharapkan

juga memberikan manfaat bagi kondisi kawasan secara umum.

2. Rencana Daerah Konservasi

a. Tema pengelolaan

b. Alternatif strategi

Penanganan daerah konservasi lebih terfokus pada pengelolaan kawasan

untuk tetap menjaga keasrian, kelestarian dan kekhasan kawasan. Daerah

ini akan menjadi pusat perhatian dari pengembangan kegiatan ekowisata

yang akan dilakukan.

Untuk mewujudkan sejumlah cakupan dasar pengelolaan ekowisata pada

sebuah kawasan, langkah – langkah yang harus dilakukan untuk penyusunan

perencanaan pengelolaan ekowisata yaitu (Drumm, dan Mooe, 2002) :

1. Perencanaan wilayah konservasi dan evaluasi pendahuluan wilayah

Perencanaan Wilayah Konservasi

a. Tahap Pertama :

i. Mengidentifikasi sistem ekologi dan keragaman komunitas

ii. Mengidentifikasi integritas ekologi

Page 14: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

14

iii. Menguji status kesehatan keanekaragaman hayati

iv. Menyusun tujuan konservasi pada wilayah target

b. Tahap kedua :

i. Mengidentifikasi ancaman yang potensial mengganggu

tujuan konservasi

ii. Penyusunan strategi pengelolaan dan restorasi

iii. Penghilangan sumber ancaman

iv. Evaluasi dan rangking strategi

Evaluasi awal wilayah

a. Evaluasi Strategi pengelolaan

b. Evaluasi Pengembangan ekowisata

2. Diagnostik wilayah secara menyeluruh

a. Identifikasi ancaman strategis

b. Penentuan zonasi pelaksanaan ekowisata

c. Aktivitas yang dapat dilakukan

d. Penanggungjawab atas kegiatan ekowisata

e. Mekanisme monitoring yang akan dilakukan

3. Analisis data dan menyiapkan rencana

Analisis Data

a. Pengumpulan data

b. Analisis untuk penyusunan rencana

c. Rencana pengelolaan ekowisata

d. Penjabaran visi, tujuan, strategi

Page 15: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

15

e. Tujuan khusus

f. Aktivitas

g. Pewilayahan

h. Fasilitasi pelaksanaan

4. Implementasi rencana pengelolaan ekowisata

a. Implementasi personil

i. Kepemimpinan lembaga pengelola

ii. Staff pengelola

iii. Pelatihan

iv. Komite penasehat ekowisata

b. Implementasi program

i. Monitoring

ii. Evaluasi

iii. Rencana Kerja Tahunan

iv. Sistem pelaporan

5. Mengukur kesuksesan

a. Evaluasi ancaman konservasi

b. Evaluasi income generating untuk kegiatan konservasi

c. Evaluasi keuntungan bagi komunitas lokal

2.5. Strategi Pengelolaan Potensi Ekowisata

Pengelolaan potensi ekowisata merupakan upaya untuk memanfaatkan hingga

mendayagunakan potensi – potensi wisata khususnya potensi ekowisata untuk

kepentingan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep

Page 16: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

16

pengelolaan ekowisata secara umum serupa dengan konsep pengelolaan kegiatan

yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam. Sejumlah kawasan yang

memiliki daya tarik wisata alam yang umumnya merupakan daerah yang

ditetapkan sebagai pusat kegiatan pelestarian sumberdaya dan lingkungan. Untuk

itu dalam pemanfaatan nantinya perlu menerapkan prinsip pelestarian lingkungan.

Seringkali dalam upaya untuk memanfaatkan dan mengelola potensi ekowisata

yang ada pihak pengelola dihadapkan pada masalah klasik seperti lemahnya

dalam pemantauan kwalitas lingkungan, kondisi sarana dan prasarana dan

kurangnya kemampuan SDM dalam menjaga sumberdaya lingkungan yang ada

(Mardiastuti, 2000). Penggunaan istilah strategi pada penelitian ini mengacu

kepada istilah Strategi Generik dikemukakan oleh Porter (1980) yang

mengidentifikasikan bahwa strategi generik adalah suatu pendekatan strategi

perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam

prakteknya, setelah perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk

implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penentuan strategi yang

lebih operasional. Pada tahap akhir yang lebih detil, penjabaran yang lebih detail

dari strategi utama adalah strategi fungsional yang lebih menekankan pada bidang

– bidang fungsional. Berdasarkan penggambaran definisi strategi, ekowisata dan

pengelolaan ekowisata pada sub bab sebelumnya, ditetapkan pengertian strategi

pengelolaan potensi ekowisata yaitu : rangkaian upaya – upaya strategis yang

harus dilakukan untuk mengelola potensi ekowisata sehingga dapat memberikan

manfaat bagi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Page 17: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

17

2.6. Studi Terdahulu

2.6.1. Studi dan Analisis Ekowisata

A. Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Ciwidey di Perum

Perhutani Unit III – Bandung (Kurniadi, 2009)

Penelitian ini membahas pengembangan jasa layanan ekowisata Ciwidey

yang dengan optimalisasi kesatuan usaha wisata, usaha benih dan usaha lain.

Peneliti membandingkan potensi pengelolaan kawasan Perum Perhutani III untuk

pengembangan hutan dan pengembangan ekowisata. Metode digunakan dengan

metode survey melalui kegiatan wawancara dan FGD dengan berbagai pihak yang

terkait dengan tema kajian. Data yang digunakan meliputi data primer yang dikaji

melalui wawancara, diskusi (FGD), observasi, sedangkan data sekunder dilakukan

melalui review terhadap buku bahan bacaan, laporan, dan peraturan perundangan.

Kegiatan dalam penelitian ini antara lain: 1) melakukan identifikasi faktor, 2)

melakukan analisis faktor eksternal, 3) melakukan analisis faktor internal, 4)

melakukan analisis SWOT/TOWS, 4) melakukan analisis Portofolio dan

selanjutnya 5) mengkaji prioritas melalui analisis QSPM. Berdasarkan hasil

SWOT dan analisa prioritas melalui analisis QSPM dihasilkan beberapa alternatif

strategi.

Secara umum rencana tahapan kegiatan yang akan dilakukan peneliti di Desa

Adat Cau Belayu hampir sama dengan yang dilakukan di Ciwidey, hanya saja di

Cau Belayu belum terdapat pemanfaatan potensi ekowisata yang ada sehingga

peneliti akan terlebih dahulu memetakan potensi dan mengidentifikasi capaian

mekanisme pengelolaan eksisting yang telah dilakukan terlebih dahulu.

Page 18: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

18

B. Studi Pola Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Way Kambas Propinsi

Lampung (Ulum, 2009)

Lain halnya dengan pengembangan ekowisata di Ciwidey, di Taman Nasional

Way Kambas, pengembangan ekowisata dilakukan karena sangat minimnya minat

wisatawan untuk menikmati paket atau atraksi wisata yang disajikan. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekowisata, kendala yang dihadapi, serta

menemukan pola yang tepat dalam mengembangkan ekowisata Taman Nasional

Way Kambas Propinsi Lampung. Metode analisis data dilakukan dengan cara

analisis kualitatif menggunakan metode analisis SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, and Threat) dan analisis komparatif (analisis perbandingan). Hampir

sama dengan di Ciwidey, Pengembangan ekowisata Taman Nasional Way

Kambas merupakan kegiatan ekowisata yang telah berjalan hanya saja studi kali

ini lebih terfokus kepada mengembalikan masa kejayaan paket wisata di Way

Kambas.

Studi yang akan dilakukan di Cau Belayu lebih bersifat komprehensif di mana

peneliti akan mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada untuk dibuatkan

strategi pengelolaan potensi yang ada. Pada tahap selanjutnya adalah merumuskan

strategi operasional untuk pengembangan ekowisata yang akan ditawarkan.

2.6.2. Pengelolaan Ekowisata

A. Ekowisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Mai`ting Kabupaten Tana Toraja

(Dawi, 2008)

Untuk mewujudkan DAS Mai`ting sebagai model pengelolaan ekowisata

idaman sebagaimana dalam visi pembangunan pariwisata Tana Toraja sebagai

Page 19: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

19

daerah idaman yang paling indah dan tempat tinggal masyarakat yang beriman,

mandiri, kreatif, dinamis, sejahtera dan penuh kasih persahabatan serta dilandasi

berbagai nilai agama dan budaya tradisional, bernuansa berkelanjutan, maka perlu

dukungan berbagai faktor ketersediaan potensi daya tarik objek wisata, sarana

prasarana, peran lembaga terkait, dunia usaha, dan masyarakat. Pendukung Objek

Wisata DAS Mai`ting adalah sebagai Model Pengelolaan Ekowisata. Dukungan

terhadap pengelolaan potensi daya tarik objek wisata DAS Mai`ting adalah

ketersediaan prasarana jalan (jalan utama, jalan desa dan jalan setapak), sarana

transportasi, informasi dan komunikasi serta akomodasi seperti penginapan,

rumah makan, warung suvenir, sanggar budaya dan sebagainya. Dukungan

lainnya berkaitan dengan sikap dan perilaku masyarakat.

Untuk mengembangkan DAS Mai`ting sebagai model pengelolaan ekowisata,

maka selain didukung hasil analisis potensi daya tarik wisata, kondisi lingkungan,

ketersediaan prasarana jalan, fasilitas dan akomodasi, perlu pula didukung

partisipasi aparat terkait, dunia usaha dan masyarakat, serta dukungan berbagai

unsur lain. Unsur-unsur lain yang dimaksudkan adalah faktor kebijakan

pemerintah daerah yang berkaitan dengan peraturan daerah (PERDA), Undang-

Undang, program pembangunan daerah (PROPEDA), rencana strategis

pembangunana daerah (RENSTRA), rencana pembangunan jangka menengah

desa (RPJMD), norma dan nilai, serta istem pengelolaan potensi daya tarik

ekowisata. Pada penelitian di DAS Mai`ting ini dibahas bentuk kebijakan yang

akan diambil, hanya saja belum tergambarkan dengan jelas mengenai variabel

penawaran kegiatan ekosisata yang akan ada.

Page 20: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

20

Di dalam studi pengelolaan potensi ekowisata di Cau Belayu, peneliti akan

menjabarkan secara detail potensi dan kendala yang ada di lokasi, kemudian

dilanjutkan dengan penyusunan dan perumusan strategi pengelolaan pada bagian

akhir menggunakan SWOT dan QSPM.

B. Pengembangan Ekotourism pada Kawasan Suakamarga Satwa Mampie

Lampoko (Dirawan, 2003)

Lampoko Mampie adalah sebuah taman suaka marga satwa yang berada di

pulau Sulawesi dengan luasan hampir 2,000 ha. Suaka ini tepatnya berada di

bagian barat Provinsi Sulawesi Barat yang berlokasi pada Kabupaten Polewali

Mamasa. Kondisi lapangan dari Taman Suaka Margasatwa tersebut terdiri atas

daerah wet land yang terdiri dari daerah berawa- rawa dengan secondary forest

seluas 300 ha swamp forest dan beberapa daerah isolasi mangrove. Pengelolaan

kawasan kawasan suaka yang mulai ditangani daerah dan keinginan masyarakat

lokal untuk dapat membangun sebuah kawasan yang berasaskan lingkungan

hidup, sehingga timbulah keinginan masyarakat daerah tersebut untuk dapat

mengelola langsung kawasan suaka ini dengan tetap memperhatikan kelestarian

alam disamping mereka juga mendapatkan insentif secara ekonomis untuk

kelangsungan anak cucunya.

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Economic

Valuation yang berdasarkan Willingness to Pay bagi wisatawan yang akan

mengunjungi daerha tersebut atau dengan melakukan perhitungan Opportunity

Cost yang mungkin terjadi jika daerah tersebut dikonversi menjadi sumber

penghasilan lain bagi masyarakat sekitarnya. Ide dari Total Economic Valuation

Page 21: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

21

(TEV) yang telah lama di perkenalkan oleh para ahli adalah untuk menilai sumber

daya yang ada pada daerah tropis dan polusi yang terjadi pada daerah tersebut.

Skenario pembangunan kawasan tersebut diambil dengan melihat berbagai potensi

yang mungkin untuk mengubah kawasan tersebut dimasa depan dengan

memperhatikan aspirasi masyarakat yang ada di dalamnya.

Penggunaan metodologi lebih terfokus pada perumusan harga jasa produksi.

Dalam melakukan penelitian di Cau Belayu, peneliti tidak akan membahas secara

detail harga jasa ekowisata yang akan dikenakan tetapi lebih cenderung kepada

penetapan strategi pengelolaan potensi ekowisata.

2.7. Mekanisme Penentuan Strategi

Salah satu mekanisme penentuan strategi yang digunakan mengacu kepada

penentuan strategi utama berdasarkan konsep David (2000) yang membagi

tahapan penentuan strategi menjadi tiga bagian. Proses penyusunan strategis

dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap

analisis, dan tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2001). Tahap akhir analisis

kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya

didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif,

terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang

signifikan dengan kondisi yang ada.

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian

perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis

perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada

Page 22: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

22

saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk

analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2001). Untuk jelasnya, proses

penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis

seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini (Rangkuti, 2001):

Tabel 2.1

Tahapan Analisis SWOT

1. TAHAPAN MASUKAN

Matrik Evaluasi Faktor Eksternal

(EFAS)

Matrik Evaluasi Faktor Internal

(IFAS)

2. TAHAPAN ANALISIS

Matrik SWOT / IE

3. TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif / Kualitatif

Sumber : Rangkuti, 2001

1. Tahap Masukan

Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan

data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar institusi, seperti

kondisi sosial budaya masyarakat, kondisi biofisik kawasan, analisis pasar,

kebijakan regional, kompetitor dan lain-lain. Sedangkan data internal diperoleh di

dalam institusi itu sendiri seperti sumber daya manusia, anggaran, mekanisme

operasional, potensi dan lain-lain. Tindak lanjut dari identifikasi faktor internal

dan eksternal adalah penyusunan Matrik Faktor Strategis Eksternal dan Matrik

Faktor Strategi Internal. Mekanisme kerja dalam analisis ini adalah mengalikan

bobot faktor dengan persepsi rating terhadap tiap faktor yang telah diuraikan.

Setelah itu hasil perkalian ini kemudian dijumlahkan untuk mengetahui

bagaimana total nilai dari faktor internal dan eksternal. Setelah diketahui total

Page 23: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

23

nilai dari seluruh faktor kemudian diinterpretasikan dengan matrik internal

eksternal menggunakan mekanisme sebagai berikut : jika skor total adalah 4,0

mengindikasikan bahwa potensi ekowisata yang ada merespon dengan cara yang

luar biasa terhadap peluang – peluang yang ada dan menghindari ancaman –

ancaman di pasar produkwisatanya. Nilai rata – rata adalah 2,5. Jika total nilai

adalah 1,0 menunjukan bahwa potensi ekowisata yang ada tidak memanfaatkan

peluang – peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman – ancaman

eksternal. Keterangan lebih lengkap mengenai Internal Eksternal Matrik dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2

Internal Eksternal Matrik

Tinggi

3,0 - 4,0

Rata – rata

2,0 – 2,99

Lemah

1,0 – 1,99

Tinggi

3,0 – 4,0

I

GROWTH

Konsentrasi melalui

integrasi vertikal

II

GROWTH

Konsentrasi melalui

integrasi horisontal

III

RETRENCHMENT

Turnarround

Sedang

2,0 – 2,99

IV GROWTH

Hati – hati

V GROWTH

Konsentrasi melalui

integrasi horisontal

STABILITY

Tidak ada perubahan

profit strategi

VI RETRENCHMENT

Captive company atau

divestment

Rendah

1,0 – 1,99

VII

GROWTH

Diversifikasi

konsentrik

VIII

GROWTH

Diversifikasi

konglomerat

IX

RETRENCHMENT

Bangkrut atau

likuidasi

Sumber : Umar, 2005

Evaluasi faktor strategis yang digunakan pada tahap ini adalah model Matrik

Faktor Strategis Eksternal dan Matrik Faktor Strategi Internal. Manfaat dasar dari

matrik ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor – faktor

internal dan eksternal terhadap potensi ekowisata yang akan dikelola. Internal

Eksternal Matrik seperti yang digambarkan pada tabel 2.1. terdiri atas dua

Page 24: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

24

dimensi, yaitu IFE Matrix pada sumbu X dan total skor dari EFE matrix pada

sumbu Y. IE Matiks memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda yaitu (Umar,

2005) :

a. Produk ekowisata yang berada pada sel I, II dan IV dapat digambarkan

sebagai grow dan build. Strategi – strategi yang cocok bagi produk

ekowisata ini adalah strategi intensif seperti Market Penetration, Market

Development, atau Strategi Terintegrasi seperti Backward Integration,

Forward Integration, dan Horizontal Integration.

b. Produk ekowisata yang berada pada sel III, V, atau VII paling baik

dikendalikan dengan strategi – strategi Hold dan Maintain. Strategi –

strategi yang umum dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product

Development.

c. Produk ekowisata yang berada pada sel VI, VIII atau IX dapat

menggunakan strategi Harvest atau Divestiture.

2. Tahap Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap

kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Parameter

yang digunakan meliputi kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang ada.

Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi yang lebih detail.

Analisis SWOT adalah cara untuk mengidentifikas faktor secara sistematis dalam

rangka merumuskan strategi usaha (Rangkuti, 2001). Mekanisme dasar

penggunaan Analisis SWOT adalah dengan membandingkan dan

Page 25: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

25

menginterpretaikan variabel / faktor – faktor internal dan eksternal perusahaan

sehingga hasilnya dapat dirumuskan strategi pengembangan potensi ekowisata.

Tahapan penyusunan analisis ini merupakan tindaklanjut dari identifikasi faktor

internal dan eksternal yang telah diuraikan pada internal dan eksternal matiks.

Pada bagian ini, nantinya akan dikeluarkan 4 (empat) tipe strategi yaitu (Umar

2005) : Strategi SO (Strength – Oppurtunity), Strategi WO (Weakness-

Oppurtunity), Strategi ST (Strength – Threat), Strategi WT (Weakness – Threat).

Keempat strategi ini diperoleh dengan mengkombinasikan penanganan dan

pengelolaan terhadap silangan faktor – faktor internal dan eksternal.

Tabel 2.3.

Matrik Analisis SWOT

IFAS

EFAS

Strengths (S)

Menentukan faktor

kekuatan internal

Weaknesses (W)

Menentukan faktor

kelemahan internal

Oppurtunities (O)

Menentukan faktor

peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threats (T)

Menentukan faktor

ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2001

3. Tahap Pengambilan Keputusan

Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat dan dianalisis, maka tahap

selanjutnya disusunlah daftar prioritas yang harus diimplementasikan. Pada tahap

Page 26: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

26

ini akan diperoleh strategi yang akan dilaksanakan. Dengan menggunakan model-

model kuantitatif dalam perumusan strategi dapat dilihat peta kondisi institusi

dalam pembangunan.

Pada tahap pengambilan keputusan ini metode yang digunakan yaitu

Matrix Quantitative Strategies Planning (QSP). Teknik ini secara jelas

menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Matrik QSP

menggunakan input dari analisis pada tahap awal (identifikasi faktor internal dan

eksternal) dan analisis SWOT untuk analisis selanjutnya. Tujuan QSP matrik

adalah menetapkan kemenarikan relatif dari strategi – strategi yang bervariasi

yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang diangap paling baik

untuk diimplementasikan.

Secara umum mekanisme penggunaan analisis ini didasarkan atas

informasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari produk

ekowisata yang akan dikembangkan. Setelah itu diberikan bobot yang sama untuk

tiap faktor sesuai dengan yang ada pada analisis matrik internal – eksternal.

Sebagai bentuk besaran tingkat kekuatan kemenarikan tiap faktor, terlebih dahulu

ditentukan besaran nilai ketertarikan yang besarannya berkisar antara 1 = tidak

menarik dan 4 = sangat menarik. Pada bagian akhir kemudian dihitung berapa

jumlah total besaran nilai perkalian ketertarikan dengan bobot. Dari hasil

penjumlahan akhir dapat dibandingkan antara strategi yang satu dengan strategi

yang lain. Semakin besar total nilai yang ada, semakin menunjukan bahwa

alternatif tersebut menjadi pilihan yang utama.

Page 27: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

27

2.8 Kerangka Pemikiran

Pola pikir dari studi ini dimulai pada kondisi dan karakteristik lokasi yang

terdiri atas karakter lahan, karakter masyarakat dan kegiatan ekonomi masyarakat.

Karakter dasar ini kemudian dianalisa untuk memperoleh potensi dan kendala

yang ada. Potensi ini kemudian dianalisis untuk dikembangkan menjadi daya tarik

wisata. Dengan konsep ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kondisi

masyarakat baik secara sosial budaya, sosial masyarakat dan sosial ekonomi

masyarakat.

Page 28: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

28

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

DESA ADAT CAU

BELAYU

Kondisi

Fisik Kondisi

Sosial

Persepsi dan

Aspirasi

Peraturan /

Kebijakan

Potensi

Ekowisata

Pengelolaan

Ekowisata yang

Dilakukan

1. Perencanaan wilayah konservasi dan evaluasi pendahuluan

2. Diagnostik wilayah

3. Analisis data dan menyiapkan rencana

4. Implementasi rencana pengelolaan ekowisata

5. Mengukur kesuksesan

Strategi Pengelolaan

Ekowisata

Upaya

Pengelolaan

Formulasi Strategi :

Identifikasi fakor

Analisis EFAS

Analisis IFAS

Matrik SWOT

Analisis QSPM

Memberikan manfaat ekologis, manfaat

ekonomi, pendidikan dan sosial budaya

Analisis

Deskriptif

Analisis

Deskriptif

Page 29: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian terapan (applied research) bila dilihat dari

tujuannya dimana tujuan akhir dari penelitian ini adalah pemecahan masalah yang

dihadapi / yang ada di lokasi studi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Untuk lebih jelas masing pendekatan

ini akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Pendekatan kualitatif

Pendekatan ini lebih menekankan pada penggambaran variabel secara

deskripsi baik dalam bentuk definisi, penjelasan konsep, catatan atau

bentuk lainnya yang menggambarkan kondisi lapangan. Dengan pola ini

analisa yang digunakan lebih cenderung pemaknaan terhadap kondisi

variabel. Pendekatan ini digunakan terhadap proses penyerapan informasi,

identifikasi potensi wisata di lokasi studi hingga proses analisa tahapan

pengelolaan yang telah dilaksanakan. Pada bagian akhir pendekatan ini

digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan potensi ekowisata yang

ada yang dituangkan dalam strategi SO, strategi WO, strategi ST dan

strategi WT.

b. Pendekatan kuantitatif

Menekankan pada perhitungan data – data yang berupa angka, baik dari

proses pendataan sampai dengan proses analisa. Metode analisa data yang

Page 30: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

30

digunakan umumnya lebih memiliki ukuran / jawaban yang pasti dari

sebuah pertanyaan. Dalam tahap pengumpulan data, data – data kuantitatif

yang diambil adalah jumlah penduduk, dan lebar sungai. Pada tahap

perumusan strategi pengelolaan, pendekatan kuantitatif lebih ditekankan

pada penilaian attractive scoring pada metode perumusan strategi

pengelolaan potensi ekowisata.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Desa Adat Cau Belayu Kecamatan Marga

Kabupaten Tabanan. Wilayah ini secara administratif masuk dalam wilayah Desa

Cau Belayu Dusun Cau Belayu Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Lokasi

studi ini dipilih secara purposif (sengaja) dengan beberapa pertimbangan yaitu :

a. Lokasi studi merupakan jalur kegiatan ekowisata terutama eco-cycling

yang sedang berkembang.

b. Potensi lokasi yang cenderung masih alami dengan kerusakan alam

yang kecil merupakan daya tarik untuk dikembangkan

c. Adanya motivasi yang tinggi dari masyarakat untuk mengembangkan

daerahnya yang diperlihatkan dengan mudahnya proses pembebasan

lahan menuju Daya Tarik Wisata Sangeh pada daerah bagian timur

lokasi studi

d. Adanya keragaman potensi atraksi wisata mulai dari tracking jurang,

lokasi prosesi upacara masyarakat lokal, menyusuri sungai sampai

dengan panjat tebing dan potensi keindahan alam berupa gua alam

dengan ukuran yang sangat besar.

Page 31: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

31

Secara geografis lokasi studi merupakan kawasan pinggiran sungai dengan

keragaman karakteristik lingkungan, hewan dan tumbuhan yang ada.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Untuk menunjang kegiatan pengumpulan data, sebelumnya diupayakan

kegiatan identifikasi jenis dan sumber data dalam proses identifikasi lokasi.

3.3.1 Jenis Data

Dengan metode pendekatan yang memadukan konsep pendekatan kuantitatif

dan kualitatif pada studi ini, jenis data yang akan dicari harusnya terdiri atas data

kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata – kata atau kalimat,

antara lain : data kondisi fisik lokasi studi, kondisi sosial, sejumlah

gambaran kebijakan, data persepsi dan aspirasi baik stakeholder

maupun masyarakat. Data ini umumnya disajikan dalam bentuk uraian,

dan foto.

b. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau koding yang

dapat dikuantifikasi. Data kuantitatif yang digunakan antara lain data

mengenai kondisi fisik lokasi studi seperti lebar sungai, dan jumlah

KK. Data kuantitatif lainnya yang digunakan yaitu penilaian

ketertarikan (attractive score) narasumber yang terdiri atas Kelian

Pemaksan, konsultan yang mengenal baik Desa Cau Belayu, fasilitator

masyarakat, pengurus lembaga, dan tiga orang anggota masyarakat.

Bentuk data kuantitatif umumnya berupa angka pasti, angka dengan

satuan maupun data angka dalam bentuk ordinal.

Page 32: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

32

3.3.2 Sumber Data

Terdapat dua macam sumber data yang diambil / diperoleh yaitu sumber data

primer dan data sekunder.

1. Sumber data primer. Sumber data primer adalah data yang langsung

diperoleh dari objek. Secara umum sumber data primer yaitu responden,

narasumber, kondisi lapangan dan pihak lain yang dianggap relevan untuk

memberikan informasi terkait pelaksanaan studi. Nara sumber yang

digunakan pada studi ini yaitu :

a. Unsur Bappeda Kabupaten Tabanan yang diwakili oleh Kepala Bidang

Fisik dan Prasarana. Data yang diperoleh adalah data mengenai

kebijakan tata ruang dan kebijakan pemanfaatan lahan diwilayah

Kabupaten Tabanan khususnya diwilayah Desa Adat Cau Belayu.

b. Pengurus Desa Dinas Cau Belayu yang diwakili oleh Kelian Banjar

Dinas Cau Belayu. Diperoleh informasi mengenai kebijakan terkait

lokasi studi, penanganan yang pernah dilakukan, pencarian data

monografi desa hingga persepsi dan aspirasi dalam rencana

pengelolaan ekowisata.

c. Pengurus Desa Adat Cau Belayu yaitu Bendesa Adat Cau Belayu.

Sejumlah data yang diperoleh dari pengurus desa adat adalah informasi

potensi pengelolaan kelembagaan yang dikembangkan, mengetahui

sejarah yang terkait dengan lokasi, peristiwa terkait lokasi studi,

persepsi tentang lokasi studi dan aspirasi dalam pengelolaan potensi

wisata.

Page 33: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

33

d. Masyarakat Desa Adat Cau Belayu. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan yaitu teknik purposif sampling. Penentuan nara sumber

ditentukan dengan pembagian 2 kelompok masyarakat yaitu

masyarakat yang bekerja di wilayah desa Adat Cau Belayu dan

masyarakat yang bekerja di luar Desa Adat Cau Belayu. Jumlah nara

sumber masyarakat Cau Belayu yang menjadi nara sumber pada studi

ini ditentukan sejumlah 2 orang nara sumber tiap pemaksan yang ada,

sehingga terdapat 3 orang nara sumber mewakili masyarakat Cau

Belayu. Data / informasi yang dicari dari nara sumber yaitu persepsi

terhadap lokasi, persepsi terhadap rencana pengembangan, aspirasi

terkait rencana pengembangan ekowisata.

e. Tokoh masyarakat. Informasi dari tokoh masyarakat ditentukan

berdasarkan orang yang dituakan di desa yang diperkirakan

mengetahui banyak hal mengenai sejarah, kejadian – kejadian serta

keunikan religius terkait lokasi studi.

f. Sumber data sekunder. Sumber data ini berasal dari instansi/pihak

yang telah menerbitkan data/informasi yang berguna dalam proses

penelitian. Sumber data ini adalah kantor kepala desa, dan BAPPEDA

Kabupaten Tabanan.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Secara umum teknik pengumpulan data yang dilakukan pada studi ini

mengacu kepada :

Page 34: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

34

a. Observasi. Objek observasi yang digunakan yaitu tempat di mana

interaksi sedang berlangsung/akan berlangsung, identifikasi pelaku

atau orang yang sedang memainkan peran tertentu, serta observasi

kegiatan yang sedang dilakukan oleh aktor/pihak terkait. Secara umum

materi observasi yang dilakukan mencakup tiga hal yaitu observasi

terhadap potensi ekowisata, observasi terkait pengelolaan yang telah

dilakukan dan observasi terkait kondisi wilayah secara menyeluruh.

b. Wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap sejumlah

narasumber yang dianggap kompeten dalam suatu hal. Metode yang

digunakan merupakan wawancara terbuka dimana urutan pertanyaan

bersifat acak tergantung dari kesiapan nara sumber. Sejumlah hal yang

ditanyakan dalam wawancara yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan

pengalaman, pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat, pertanyaan

yang berkaitan dengan perasaan, pertanyaan yang berkaitan dengan

pengetahuan.

c. Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dalam rangka memperoleh data

langsung kondisi dilapangan dan pengumpulan data dari Dokumen

RTRW Kabupaten Tabanan.

Instrumen penelitian menggambarkan penggunaan alat bantu dalam proses

penelitian baik proses identifikasi, analisis ataupun proses pengambilan

keputusan. Sejumlah instrumen penelitian yang digunakan yaitu :

a. Checklist data. Instrumen ini terdiri atas daftar informasi yang akan

dicari mulai dari daftar informasi kondisi fisik dasar seperti topografi,

Page 35: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

35

hidrologi dan geologi, kondisi fisik binaan yang terdiri atas informasi

pola guna lahan, fasilitas, utilitas dan prasarana transportasi, kondisi

sosial budaya masyarakat yang terdiri atas kehidupan sosial dan

kegiatan berkesenian warga.

b. Pedoman Wawancara (Interview Guide). Serangkaian pertanyaan ini

lebih bersifat terbuka di mana hanya pokok – pokok materi pertanyaan

saja yang disajikan. Selanjutnya pertanyaan akan berkembang mulai

dari pertanyaan mengenai persepsi, karakteristik pasar wisatawan

eksisting dan sejumlah pertanyaan mengenai aspirasi. Pertanyaan ini

ditujukan kepada para stakeholder pengelolaan ekowisata yang terdiri

atas : perangkat desa, pelaku kebijakan, masyarakat dan sejumlah

tokoh masyarakat.

c. Tabel Attractive Score. Tabel isian ini akan diberikan kepada sejumlah

narasumber yang terdiri atas Kelian Pemaksan, konsultan yang

mengenal baik Desa Cau Belayu, fasilitator masyarakat, pengurus

lembaga, dan tiga orang masyarakat. Nantinya narasumber akan

memberikan nilai ketertarikan antara 1 sampai dengan 4 untuk tiap

strategi yang ada.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis ini lebih menekankan pada penyimpulan deduktif dan induktif serta

menganalisis dinamika antar fenomena yang ada dengan menggunakan logika

Page 36: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

36

ilmiah. Terdapat dua macam analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu analisis deskriptif eksploratif dan deskriptif komparatif.

a. Deskriptif eksploratif. Metode ini lebih menekankan pada ekplorasi /

penggalian informasi secara lebih mendalam dan terfokus pada tujuan

hasil analisis yang ingin dicapai. Metode ini digunakan untuk

mengidektifikasi potensi ekowisata yang ada di Desa Adat Cau Belayu

dari penggambaran mendalam terhadap karakteristik fisik lingkungan,

kondisi sosial, persepsi dan aspirasi serta kebijakan/peraturan yang

ada. Mekanisme kerja dalam penggunaan metode ini lebih kepada

proses mendeskripsikan tiap aspek kewilayahan (fisik, sosial, persepsi

dan aspirasi serta kebijakan) yang memiliki / memenuhi unsur

keunikan, keindahan dan nilai yang berharga sebagai sebuah daya tarik

wisata.

b. Deskriptif komparatif. Penggunaan analisis ini bertujuan untuk

membandingkan suatu deskripsi / penggambaran dengan variabel

penilai tertentu. Dalam penelitian ini analisis deskriptif komparatif

digunakan untuk melihat gambaran / karakteristik Desa Adat Cau

Belayu mana yang sesuai dengan kriteria penawaran kegiatan wisata.

Pada tahapan ini, hasil analisis deskriptif ekploratif terhadap aspek

kewilayahan akan dibandingkan dengan kriteria penawaran kegiatan

wisata yang terdiri atas aspek atraksi, aspek aksesbilitas dan aspek

amenitas. Pada tahapan selanjutnya, analisis deskriptif komparaktif ini

digunakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tahapan

Page 37: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

37

pengelolaan dan aspek pengelolaan ekowisata yang telah dilakukan di

Desa Adat Cau Belayu. Hasil analisis ini nantinya akan diperoleh

gambaran bagaimana pengelolaan ekowisata yang telah dilakukan pada

kondisi eksisting.

3.5.2 Analisis Strategi Pengelolaan Ekowisata

Secara umum formulasi strategi dilakukan dengan 4 tahap pekerjaan yaitu

identifikasi faktor internal dan eksternal, analisis matrik IFAS dan EFAS untuk

mengetahui posisi usaha dan kesesuaian strategi fungsional, analisis SWOT

dengan menggunakan matrik SWOT yang menghasilkan alternatif strategi induk,

analisis QSPM yang merumuskan strategi prioritas. Formulasi strategi ini

dilakukan untuk merumuskan strategi fungsional dari masing – masing bidang

sehingga dapat ditentukan bagaimana strategi pengelolaan ekowisata yang perlu

dilakukan.

A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Kegiatan ini merupakan awal dari proses perumusan strategi pengelolaan

ekowisata. Proses identifikasi faktor mengacu kepada tingkat kedalaman strategi

fungsional di Desa Adat Cau Belayu. Bidang strategi ini menjadi dasar proses

diidentifikasi faktor internal yang dijabarkan menjadi faktor kekuatan dan

kelemahan potensi ekowisata, faktor eksternal yang dijabarkan menjadi faktor

peluang dan ancaman potensi ekowisata. Hasil identifikasi kemudian dituangkan

dalam tabel identifikasi faktor.

B. Analisis Matrik IFAS dan EFAS

Page 38: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

38

Matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analisys Summary) dan EFAS

(Eksternal Strategic Factors Analisys Summary) merupakan alat bantu untuk

mengevaluasi faktor – faktor eksternal dan internal. Penggunaan alat ini juga

sekaligus untuk mengetahui besaran pengaruh tiap faktor terhadap kondisi potensi

ekowisata yang ditawarkan. Secara umum alat ini digunakan setelah diidentifikasi

faktor – faktor internal dan eksternal potensi ekowisata. Sebelum menyusun

Matrik IFAS dan EFAS, terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap tiap

elemen faktor internal dan eksternal. Alat yang digunakan yaitu Matrik

Perbandingan Berpasangan (Saaty, 1990). Pada metode ini akan diberikan nilai

pembandingan tiap faktor yang ada. Misalkan saja akan dilakukan pembandingan

secara berurut antara faktor internal aspek kekuatan. Tiap penggambaran kekuatan

akan dibandingkan mana yang lebih baik, sama atau lebih buruk. Tiap

penggambaran ini akan diberikan nilai 0 untuk nilai perbandingan yang lebih

buruk, nilai 1 untuk nilai perbandingan yang sama dan nilai 2 untuk nilai

perbandingan yang lebih baik. Setelah ditentukan total nilai pembandingan

kemudian ditentukan nilai bobot dengan perumusan indeks agregat. Hasil akhir

yang diperoleh akan berupa bobot tiap penggambaran aspek. Tahap selanjutnya

dapat dirumuskan / di susun Matrik IFAS dan EFAS.

Tahap penyusunan Matrik IFAS dan EFAS adalah :

a. Buat tabel analisis dengan 4 kolom yaitu kolom faktor-faktor, kolom

bobot, kolom rating dan kolom skor

Page 39: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

39

b. Tentukan faktor intenal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weaknesses), faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) pada kolom faktor

c. Masukan bobot dari masing – masing elemen faktor internal dan

eksternal sehingga total bobot pada faktor internal dan faktor eksternal

sama yaitu 1.

d. Berikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 terhadap setiap faktor

dengan dasar tingkat efektivitas strategi perusahaan. Mekanisme

pemberian rating yaitu nilai 4 untuk sangat bagus, nilai 3 jika

kondisinya di atas rata – rata, nilai 2 jika rata – rata dan nilai 1 jika

kondisi faktor dibawah rata – rata.

e. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor.

f. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi faktor yang

dinilai. Umumnya skor yang akan diperoleh berkisar antara 1 sampai

dengan 4.

g. Tentukan posisi potensi ekowisata berdasarkan tabel Matrik Internal

Eksternal untuk memperoleh status usaha dan konsep dasar strategi

yang perlu dilakukan

Page 40: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

40

Tabel 3.1

Matrik IFAS dan EFAS

Faktor - faktor Bobot Rating Skor

(1) (2) (3) (4= 2x 3)

Faktor Internal

1. Kekuatan

2. Kelemahan

Total 1,0

Faktor Eksternal

1. Peluang

2. Ancaman

Total 1,0

Sumber : Dimodifikasi dari Rangkuti (2001)

C. Analisis SWOT

Pola kerja analisis SWOT adalah membandingkan dan menginterpretasikan

hal yang harus dilakukan dalam penanganan faktor internal yang berupa kekuatan

dan kelemahan dan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Terdapat empat

tipe strategi yang ada dalam analisis SWOT yaitu strategi SO (Strength –

Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), Strategi ST (Strength-Threat)

dan Strategi WT (Weakness-Threat). Dengan analisis ini alternatif strategi

pengelolaan potensi ekowisata dapat ditentukan. Tahap penyusunan analisis

SWOT adalah :

a. Susun faktor internal dan eksternal hasil identifikasi dalam matrik

SWOT

b. Interpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan

peluang – peluang eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi SO

Page 41: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

41

c. Interpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal

dan peluang – peluang eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi

WO

d. Interpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan

ancaman - ancaman eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi ST

e. Interpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal

dan ancaman - ancaman eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi

WT

Hasil akhir dari analisis SWOT (lihat tabel 2.3) yang menjabarkan strategi –

strategi alternatif dalam pengelolaan ekowisata di lokasi studi. Strategi – strategi

ini yang kemudian akan dirumuskan kembali untuk memperoleh strategi unggulan

masing – masing bidang strategi fungsional.

3.5.3 Analisis QSPM

Setelah disusun analisis SWOT dan diperoleh alternatif strategi pilihan

terhadap pengelolaan ekowisata, kemudian dilakukan analisis QSPM. Penggunaan

analisis QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif dari strategi alternatif

yang telah dipilih untuk merumuskan strategi yang paling baik/prioritas untuk

diimplementasikan. Langkah – langkah penyusunan QSPM adalah :

a. Ambil informasi faktor – faktor internal dan eksternal perusahaan /

produk ekowisata pada matrik EFAS dan IFAS. Tuangkan informasi

ini pada kolom pertama tabel QSPM

Page 42: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

42

b. Ambil bobot faktor – faktor internal dan eksternal perusahaan / produk

ekowisata pada matrik EFAS dan IFAS. Tuangkan bobot faktor ini

pada kolom kedua tabel QSPM

c. Susun strategi alternatif yang merupakan hasil akhir dari Analisis

SWOT (seperti tabel 2.3.) pada baris pertama tabel QSPM

d. Tetapkan AS (Attractive Score) yang merupakan nilai yang

menunjukan ketertarikan relatif untuk masing – masing strategi yang

dipilih. Batasan nilai untuk AS adalah nilai 1 untuk strategi yang

dianggap tidak menarik, nilai 2 untuk strategi yang dianggap agak

menarik, nilai 3 untuk strategi yang dianggap menarik dan nilai 4

untuk strategi yang sangat menarik. Penilaian ini melibatkan nara

sumber yang terdiri atas Kelian Pemaksan, konsultan yang mengenal

baik Desa Cau Belayu, fasilitator masyarakat, pengurus lembaga, dan

tiga orang anggota masyarakat.

e. Tentukan TAS (Total Attractive Score) dengan cara mengalikan bobot

faktor dengan nilai AS dari masing – masing strategi alternatif.

Tuangkan nilai TAS dalam tabel QSPM.

f. Jumlahkan semua nilai TAS pada penilaian faktor internal dan

eksternal dalam tabel QSPM. Dari perbandingan nilai TAS antar

strategi dapat ditentukan strategi pilihan pertama jika jumlah TAS

tertinggi dan strategi pilihan terakhir untuk jumlah TAS terendah.

Page 43: unud-433-1144572845-bab 1 - 3-jan.pdf

43

Tabel 3.2

Analisis QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix)

Faktor – faktor Bobot

Strategi Alternatif

Strategi 1 Strategi 2 Strategi ...

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Internal

1. Kekuatan

2. Kelemahan

Total 1,0

Faktor Eksternal

1. Peluang

2. Ancaman

Total 1,0

Total nilai

Sumber : Umar, 2005