untuk menegakkan diagnosis dispepsia

6
Untuk menegakkan diagnosis dispepsia, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium sederhana dan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan radiologis dan endoskopi. Pada anamnesis, ada tiga kelompok besar pola dispepsia yang dikenal yaitu (Sujono, 2006) : a. Dispepsia tipe seperti ulkus (gejalanya seperti terbakar, nyeri di epigastrium terutama saat lapar/epigastric hunger pain yang reda dengan pemberian makanan, antasida dan obat antisekresi asam) b. Dispepsia tipe dismotilitas (dengan gejala yang menonjol yaitu mual, kembung dan anoreksia) c. Dispepsia non spesifik Tidak semua pasien dispepsia dilakukan pemeriksaan endoskopi dan banyak pasien yang dapat ditatalaksana dengan baik tanpa pengobatan sehingga diagnosis secara klinis agak terbatas kecuali bila ada alarm sign. Bila ada salah satu atau lebih pada tabel tersebut ada pada pasien, sebaiknya dilakukan pemeriksaan endoskopi. Sedangkan gambaran alarm sign untuk dispepsia adalah (Djojodiningrat, 2009) : a. Umur ≥ 45 tahun (onset baru) b. Perdarahan dari rektal atau melena c. Penurunan berat badan >10% d. Anoreksia e. Muntah yang persisten f. Anemia atau perdarahan g. Massa di abdomen atau limfadenopati h. Disfagia yang progresif atau odinofagia i. Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas j. Riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya k. Riwayat ulkus peptikum l. Kuning (Jaundice) Ulkus peptikum ditemukan pada hampir 5-15% pasien dengan dispepsia di Amerika Utara. Ulkus duodenum yang kronik biasanya disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori (hampir 90% pasien terinfeksi) dan ulkus gaster kronik juga umumnya disebabkan kuman yang sama (hampir 70%

Upload: re-aya-san

Post on 28-Dec-2015

101 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk Menegakkan Diagnosis Dispepsia

Untuk menegakkan diagnosis dispepsia, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium sederhana dan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan radiologis dan endoskopi. Pada anamnesis, ada tiga kelompok besar pola dispepsia yang dikenal yaitu (Sujono, 2006) :

a. Dispepsia tipe seperti ulkus (gejalanya seperti terbakar, nyeri di epigastrium terutama saat lapar/epigastric hunger pain yang reda dengan pemberian makanan, antasida dan obat antisekresi asam)

b. Dispepsia tipe dismotilitas (dengan gejala yang menonjol yaitu mual, kembung dan anoreksia)

c. Dispepsia non spesifikTidak semua pasien dispepsia dilakukan pemeriksaan endoskopi dan banyak

pasien yang dapat ditatalaksana dengan baik tanpa pengobatan sehingga diagnosis secara klinis agak terbatas kecuali bila ada alarm sign. Bila ada salah satu atau lebih pada tabel tersebut ada pada pasien, sebaiknya dilakukan pemeriksaan endoskopi. Sedangkan gambaran alarm sign untuk dispepsia adalah (Djojodiningrat, 2009) :

a. Umur ≥ 45 tahun (onset baru)b. Perdarahan dari rektal atau melenac. Penurunan berat badan >10%d. Anoreksiae. Muntah yang persistenf. Anemia atau perdarahang. Massa di abdomen atau limfadenopatih. Disfagia yang progresif atau odinofagiai. Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atasj. Riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnyak. Riwayat ulkus peptikuml. Kuning (Jaundice)

Ulkus peptikum ditemukan pada hampir 5-15% pasien dengan dispepsia di Amerika Utara. Ulkus duodenum yang kronik biasanya disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori (hampir 90% pasien terinfeksi) dan ulkus gaster kronik juga umumnya disebabkan kuman yang sama (hampir 70% kasus) atau penggunaan OAINS, termasuk juga aspirin dosis rendah (Yamada, 2005).

Dispepsia fungsional didefinisikan dengan adanya riwayat dispepsia paling tidak minimal 3 bulan dan tidak ada bukti kerusakan struktrural secara nyata yang dapat menjelaskan gejalanya. Kategori diagnostik ini mencakup hampir 60% pasien dispepsia (Yamada, 2005).

AnamnesisPada anamnesis, riwayat minum obat termasuk minuman yang

mengandung alkohol dan jamu yang dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau mungkin harus dihentikan. Hubungan dengan jenis makanan tertentu juga sangat perlu diperhatikan. Gejala (alarm symptom) adalah merupakan penyakit serius yang memerlukan pemeriksaan seperti endoskopi dan / atau "USG" atau "CT Scan" untuk mendeteksi struktur peptik, adenokarsinoma gaster atau esophagus, penyakit ulkus, pankreatitis kronis atau keganasan pankreas empedu (Davey, 2004).

Page 2: Untuk Menegakkan Diagnosis Dispepsia

Selain itu, perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial. Masalah-masalah tersebut misalnya masalah anak (meninggal, nakal, sakit, belum dikaruniai anak), hubungan antar manusia (orang tua, mertua, tetangga, adik ipar, kakak), hubungan suami-istri (istri sibuk, istri muda, dimadu, bertengkar, cerai), pekerjaan dan pendidikan (kegiatan rutin, penggusuran, PHK, pindah jabatan, tidak naik pangkat). Hal ini dapat mengakibatkan eksaserbasi gejala pada beberapa orang (Wibawa, 2006).

Harus diingat gambaran khas dari beberapa penyebab dispepsia. Pasien ulkus peptikum biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok dan nyeri berkurang dengan mencerna makanan tertentu atau antasid. Nyeri sering membangunkan pasien pada malam hari banyak ditemukan pada ulkus duodenum. Gejala esofagitis sering timbul pada saat berbaring dan membungkuk setelah makan kenyang yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri dada yang tidak spesifik (bedakan dengan pasien jantung koroner), regurgitasi dengan gejala perasaan asam pada mulut. Bila gejala dispepsia timbul segera setelah makan biasanya didapatkan pada penyakit esofagus, gastritis erosif dan karsinoma. Sebaliknya bila muncul setelah beberapa jam setelah makan sering terjadi pada ulkus duodenum. Pasien DNU lebih sering mengeluhkan gejala di luar GI, ada tanda kecemasan atau depresi, atau mempunyai riwayat pemakaian psikotropik (Djojodiningrat, 2009, Yamada, 2005). Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kelainan intra abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya tumor), organomegali, atau nyeri tekan yang sesuai dengan adanya rangsang peritoneal/peritonitis (Djojodiningrat, 2009).

Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan yang mungkin dikerjakan antara lain: darah lengkap dan

pemeriksaan darah dalam tinja serta urin, elektrolit, calcium dan amylase, fungsi hati, fungsi tyroid dan ECG. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diutamakan untuk pasien berumur lebih dari 45 tahun dan umur muda dengan gejala yang sering kambuh. Perlu keselektifan dalam pemeriksaan ini dengan mengingat indikasi klinik dan pertimbangan biaya dan efektifitas (Wibawa, 2006).

Pemeriksaan yang mungkin dikerjakan antara lain: darah lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja serta urin, elektrolit, calcium dan amylase, fungsi hati, fungsi tyroid dan ECG. Terutama untuk pasien berumur lebih dari 45 tahun dan umur muda dengan gejala yang sering kambuh. Kita harus selektif dalam pemeriksaan ini dengan mengingat indikasi klinik dan pertimbangan biaya dan efektifitas (Wibawa, 2006).

Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9 (Wibawa, 2006).

Page 3: Untuk Menegakkan Diagnosis Dispepsia

Pemeriksaan Penunjanga. Endoskopi segera dikerjakan jika memang ada alarm signs dan pasien

yang sangat kuatir tentang adanya penyakit serius yang mendasarinya. Hal ini disebabkan karena keaadan ini sangat mengarah pada gangguan organik, terutama keganasan, sehingga memerlukan eksplorasi diagnosis secepatnya. Untuk pasien lainnya, para klinisi harus memutuskan antara segera mengetahui diagnosa definitif dengan endoskopi dan mengetahui dulu hasil terapi percobaan medis empiris (therapi exjuvantivus) (Yamada, 2005).Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik (Djojodiningrat, 2009).

b. Foto seri sinar-X dengan Barium pada GI atas kurang akurat dibanding endoskopi untuk diagnosis ulkus peptikum dan refluks gastroesofageal (Wibawa, 2006).

c. Test non-invasif untuk mendeteksi infeksi HP dengan IgG serologik atau Urea Breath Test. Keduanya mempunyai tingkat sensitivitas dan spesifisitas > 90% untuk pemeriksaan cancer gaster (Wibawa, 2006).

d. Pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda. Pemeriksaan radiologis ini dapat mengidentifikasikan adanya kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau tumor. Pemeriksaan ini terutama bermanfaat pada kelainan yang bersifat penyempitan/stenotik/obstruktif di mana skop endoskopi tidak dapat melewatinya (Djojodinigrat, 2009).

e. USG dan CT Scan hanya dilakukan bila secara klinis atau laboratoris ada kecurigaan ke arah penyakit pankreas atau empedu (Wibawa, 2006).

f. Pengukuran PH Intraesophagus (monitor 24 jam) dilakukan terhadap pasien dengan Dispepsia Non Spesifik dan hasil endoskopi yang normal untuk mendiagnosa kemungkinan refluks gastroesofageal. Tapi bagaimanapun hal ini tidak praktis, untuk kasus yang dicurigai penyakit refluks gastroesofageal bisa langsung digunakan terapi imperik anti refluks (Yamada, 2005).

g. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Djojodiningrat, 2009).

Page 4: Untuk Menegakkan Diagnosis Dispepsia

KomplikasiPenderita dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya

komplikasi. Salah satu komplikasi dari dispepsia adalah luka di dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan adanya hematemesis. Selain hematemesis, penderita juga akan mengalami buang air besar berwarna hitam yang mengindikasikan adanya pendarahan awal. Tetapi, komplikasi yang paling berbahaya adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi (Wibawa, 2006).

Davey, Patrick. 2004. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Djojodiningrat. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing

Sujono, Hadi. 2006. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni

Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Usia Lanjut. Jakarta : EGC

Yamada, Tadataka. 205. Textbook of Gastroenterology. Philadelphia : Lippincott-Raven Publishers