untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah … · 1.4 biaya proyek biaya yang dibutuhkan...
TRANSCRIPT
PROPOSAL
Penjagaan Keberlangsungan Populasi Hijau Kapubaten Blitar untuk
Pencegahan Banjir Tahun 2017
Untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Manajemen
Proyek Pembangunan
Dosen Pengampu: Joko Purnomo, SI.IP.,MA.
Disusun Oleh:
Galang Rahmadhani
145120400111019
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
BAB I BASIC DATA SHEET ....................................................................................... 3
1.1 NAMA PROYEK .................................................................................. 3
1.2 NAMA ORGANISASI .......................................................................... 3
1.3 KEMITRAAN DENGAN STAKEHOLDERS ..................................... 3
1.4 BIAYA PROYEK .................................................................................. 3
1.5 LOKASI DAN DURASI ....................................................................... 4
BAB II ANALISA KONSEPTUAL .............................................................................. 5
2.1 SPESIFIKASI MASALAH .................................................................... 5
BAB III DESKRIPSI PROYEK .................................................................................... 8
3.1 RATIONAL FOR INTERVENING ....................................................... 8
3.2 DESCRIPTION OF ACTIVITIES ....................................................... 10
3.3 BENEFICIARY SELECTION AND PARTICIPATION .................... 11
3.4 SUSTAINABILITY .............................................................................. 12
BAB IV MANAGEMENT AND ARRANGEMENT ................................................. 14
4.1 KAPASITAS ORGANISASI DAN STAFF ......................................... 14
4.2 MONITORING, EVALUASI, DAN AKUNTABILITAS ................... 14
APPENDIX
LOGICAL FRAMEWORK ......................................................................................... 16
ORGANIZATIONAL BACKGROUND..................................................................... 21
BUDGET ..................................................................................................................... 23
3
BAB I
BASIC DATA SHEET
1.1 Nama Proyek
“Penjagaan Keberlangsungan Populasi Hijau Kapubaten Blitar untuk
Pencegahan Banjir Tahun 2017”
Proyek ini merupakan proyek tahap pertama yang dilakukan oleh organisasi Blitar
Hijau dengan melakukan kerjasama bersama pemerintah, masyarakat, dan perusahaan
di Kabupaten Blitar yang dilaksanakan pada 2017.
1.2 Nama Organisasi
Blitar Hijau merupakan NGO (Non-Governmental Organization) yang bersifat
non-profit, yang baru terbentuk pada tahun 2017 dan memiliki fokus terhadap
permasalahan lingkungan khususnya di Blitar. Blitar Hijau memiliki fokus terhadap isu
lingkungan dikarenakan permasalahan lingkungan yang muncul dari tahun ke tahun,
baik dalam level global atau lokal, khususnya di Blitar. Blitar Hijau diisi oleh pemuda-
pemuda usia produktif antara usia 17-30 tahun. Dalam pelaksanaan aktifitas atau aksi
Blitar Hijau membuka kesempatan bagi seluruh warga Blitar tanpa terbatas usia untuk
ikut bergabung. Blitar Hijau memiliki kantor komando di rumah ketua yaitu Galang
Rahmadhani yang berlokasi di Dusun Ngandengan, RT 05 RW 02, Desa Tegalrejo,
Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar.
1.3 Kemitraan Dengan Stakeholders
Blitar Hijau merupakan organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, dimana Blitar
Hijau tidak bergerak sendiri dalam upayanya untuk menjaga lingkungan di wilayah
Kabupaten Blitar. Blitar Hijau memiliki pemangku kepentingan yang membangun
kerjasama dengan Blitar Hijau. Pemangku kepentingan itu berasal dari organisasi
sejenis di Kabupaten Blitar, pemerintah, dan perusahaan yang akan menjadi sponsor.
1.4 Biaya Proyek
Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek tahap pertama ini adalah sekitar
40-70 juta rupiah.
1.5 Lokasi dan Durasi
4
Lokasi proyek akan dilakukan di wilayah paling rusak di Kabupaten Blitar di wilayah
Kawulon dan Alas Panggungrejo yang mengalami kerusakan hutan karena pembalakan
liar. Pelaksanaan proyek penjagaan populasi hijau akan dilaksanakan dalam kurun
waktu 2 bulan, dengan harapan masyarakat sekitar dapat turut aktif dalam kegiatan
tersebut.
BAB II
5
ANALISA KONSEPTUAL
2.1 Spesifikasi Masalah
Permasalahana lingkungan yang ada di Kabupaten Blitar adalah permasalahan
mengenai tidak terbendungnya aliran air hujan dari dataran-dataran tinggi di kabupaten
Blitar yang mengakibatkan daerah-daerah dataran rendah dalam hal ini adalah
Kecamatan Sutojayan dan sekitarnya selalu mengalami banjir ketika terjadi hujan
dalam kurun waktu yang cukup lama. Tidak terbendungnya air hujan tersebut diindikasi
dari gundulnya hutan di Alas Pangggungrejo dan Hutan di daerah Kawulon yang
semenjak dibukanya jalur lalu lintas di wilayah tersebut hutan yang dahulunya rindang
sekarang mulai dibuka untuk keperluan wisata hutan, dan beberapa ditebangi. Hal
tersebut secara tidak langsung membawa masalah ke daerah dataran rendah di
bawahnya. Karena itu Blitar Hijau ingin menaikkan kembali populasi hijau di 2 wilayah
utama tersebut.
Permasalahan banjir yang terjadi di Kabupaten Blitar merupakan masalah klasik
yang ada setiap tahun, namun dibiarkan saja oleh pemerintah dikarenakan anggapan
“sudah hal yang wajar” karena Kecamatan Sutojayan berada di dataran rendah yang
merupakan tempat atau tujuan akhir dari aliran air hujan. Namun ketika diturut kembali
ke sejarah, banjir bandang tersbesar pernah terjadi pada masa pemerintahan Presiden
Gus Dur, pada masa tersebut masyarakat banyak melakukan penebangan di Alas
Panggungrejo dikarenakan kurang ketatnya penjagaan, yang kemudian berdampak pada
banjir-banjir pada tahun-tahun berikutnya.1 Hingga saat ini ketika melewati Alas
Panggungrejo yang terliat hanyalah pohon-pohon kecil dan lahan-lahan pertanian
berhektar-hektar yang jika dibandingkan dengan kondisi pada akhir 1990an sangatlah
berbeda, dan tentu hal tersebut akan merubah fungsi hutan sebagai daerah resapan air.
Permasalahan yang terjadi di wilayah Alas Panggungrejo bukan hanya amsalah
penebangannya saja namun juga penanaman, penebangan dilakukan semenjak tahun
1990an dan sudah dilakukan reboisasi namun tidak berjalan efektif karena jenis pohon
yang ditanam adalah pohon panen atau pohon yang dipanen kayunya. Selanjutnya pada
tahun 2014 lahan justru banyak dibuka untuk pertanian tanaman perkebunan, dengan
komositas seperti cabai, dan tomat ketimbang menanam pohon untuk daerah resapan
air.
1 Hasil percakapan dengan Bapak Sumarno, warga Blitar.
6
Permasalahan banjir di wilayah Kecamatan Sutojayan dan sekitarnya selain
datang dari gundulnya hutan di Alas Panggungrejo, juga disebabkan oleh mulai
gundulnya hutan di wilayah Kawulon yang secara geografis posisinya juga berada di
atas Kecamatan Sutojayan. Pada sekitar tahun 2010an dibuka jembatan diatas Sungai
Brantas di wilayah Kawulon dimana jembatan tersebut menghubungkan lalu lintas dari
Kecamatan Selopuro dan Kecamatan Wlingi ke Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan
Panggungrejo menjadi lebih cepat, yang pada awalnya harus sedikit memutar melalui
daerah Kanigoro di barat. Dampak dari pembukaan jembatan tersebut adalah
meningkatnya arus lalu lintas di wilayah Kawulon yang secara tidak langsung membuat
warga melihat akan adanya kesempatan bisnis dengan membuka lahan di hutan di
Kawulon untuk rest area di pinggiran Sungai Brantas. Dampak langsung adalah ketika
terjadi hujan deras sekitar 2 jam terjadi banjir setinggi 30cm di wilayah Jegu dan
Kecamatan Sutojayan juga secara tidak langsung akan menerima lebih banyak
limpahan air yang datang dari 2 arah.
Permasalahan di kedua wilayah hutan tersebut jika kita lihat secara lebih
mendalam adalah terjadi karena pengaruh permasalahan ekonomi. Permasalahan
ekonomi menjadi akar penyebab permasalahan banjir di Kecamatan Sutojayan.
Permasalahan ekonomi mengakibatkan warga memilih melakukan trade off dengan
memilih menebang hutan ketimbang mereka kelaparan. Selanjutnya jika dilihat lebih
jauh secara teknis permasalahan yang terjadi adalah dikarenakan jenis pohon yang
hidup di dua hutan tersebut. Pohon-pohon yang mendiami di dua hutan tersebut adalah
jenis-jenis pohon mahal yang sangat bagus untuk keperluan mebel. Pohon-pohon yang
ada adalah jenis Jati dan Mahoni yang peminatnya sangat banyak sehingga warga tentu
dengan sukarela melakukan illegal logging mengingat harganya yang menggiurkan
untuk memperbaiki perekonomian mereka. selain melakukan penebangan untuk
menjual kayunya secara langsung beberapa warga juga memilih untuk membuka lahan
untuk menggunakannya sebagai lahan perkebunan mereka, dimana hal tersebut juga
secara tidak langsung akan mengurangi kemampuan daya resap air oleh hujan.
Selain permasalahan terkait pemabalakan liar dan pembukaan lahan, ada juga
permasalahan lain yaitu terkait meningkatnya penggunaan barang industry di Blitar
namun wrga tidak memperhatikan pembuangan sampah. Jika ke Blitar maka dapat
ditemui dengan mudah adanya popok bayi mengapung di sungai-sungai Blitar. Selain
itu masalah lain juga muncul dari mata pencaharian penduduk Blitar yang masih
7
mayoritas petani dimana mereka membuat latar atau menutup tanah dengan semen,
dengan maksus untuk menjemur hasil panen mereka dan memudahkan proses bongkar
muat komoditas. Hal ini tentu dapat mengurangi luas area resapan air hujan dan
mengakibatkan air semakin mengalir dengan bebas.
Pemerintah Kabupaten Blitar dirasa kurang aktif untuk memperhatikan
keberlangsungan populasi hijau di wilayah Alas Panggungrejo dan wilayah Kawulon.
Padahal ada banyak cara untuk memperhatikan populasi hijau sambil mendapatkan
keuntungan tanpa harus merusak hutan di Kabupaten Blitar. Menurut Blitar Hijau, jenis
pohon akan sangat berpengaruh terhadap terjadi atau tidaknya illegal logging di wilayah
hutan.
Blitar Hijau melihat bahwa permasalahan penebangan liar karena permasalahan
ekonomi dapat terhenti ketika warga mampu mendapatkan keuntungan dari hutan tanpa
harus melakukan penebangan hutan. Maka dari itu penggunaan jenis pohon buah
diarasa bisa menjadi solusi untuk permasalahan penebangan hutan dan banjir serta
permasalahan ekonomi warga sekitar hutan. Hal ini sudah dipraktekan di wilayah Blitar
Kota dengan menggiatkan penanaman pohon belimbing di wilayah Karangsari yang
sekarang terkenal sebagai Kampung Belimbing. Juga berhasil dilakukan oleh
perusahaan lokal di wilayah Kademangan dengan Kampung Coklatnya. Hal tersebut
bisa menjadi win-win solution untuk semua pihak baik dari pemerintah, warga sekitar,
dan paling utama adalah wilayah Kecamatan Sutojayan dan sekitarnya terkait
permaslahan banjir yang menjadi momok setiap tahunnya.
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
8
3.1 Rational for Intervening
Perumusan proyek ini telah dilakukan dengan detail dengan melakukan riset,
pengamatan lokasi, wawancara, dan tinjauan sejarah di wilayah-wilayah dimana proyek
akan berjalan. Dalam melakukan perumusan proyek ini Blitar Hijau melihat
permasalahan yang ada dan dikatikan dengan factor-faktor penyebab dengan
melakukan assessment dengan melakukan pengamatan dan melakukan perbincangan
santai dengan warga sekitar wilayah Alas Panggungrejo dan Kawulon terkait
penebangan hutan atau pembukaan lahan di dua wilayah tersebut. Selain itu Blitar Hijau
yang diisi dari kalangan muda Kabupaten Blitar secara tidak langsung juga memiliki
informasi dari sejarah yang diketahui dari banjir di Sutojayan, dan hal tersebut
merupakan salah satu informasi penting sebelum menjalankan proyek penjagaan
populasi hijau di Kabupaten Blitar.
Dalam sejarahnya, pemerintah dirasa kurang aktif dalam usaha menjaga
populasi hijau di Kabupaten Blitar, dilihat dari semakin berkurangnya populasi hijau
dan tidak adanya perbaikan secara signifikan jika dilihat melalui pengamatan secara
langsung dan juga pendapat warga. Namun kita tidak selamanya bisa menyalahkan
pemerintah, Karena warga juga memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dengan
pemerintah untuk ikut melestasrikan populasi hijau di Kabupaten Blitar khususnya pada
proyek tahun 2017 ini adalah kawasan Alas Panggungrejo dan hutan di wilayah
Kawulon. Karenanya Blitar Hijau akan berusaha melakukan lobi ke instansi terkait
dengan proyek ini seperti PERHUTANI dan Pemerintah Kabupaten Blitar serta
pemerintah lokal seperti RT RW atau Kepala Desa. Pelibatan pemerintahan level desa
sangat perlu mengingat pola interaksi warga Blitar yang masih dekat dengan pemimpin
daerahnya maka perlu komunikasi dengan pemerintah desa agar keaktifan warga dapat
dimaksimalkan dalam mendukung berjalannya proyek ini. Pelibatan masyarakat ini
adalah juga memiliki tujuan agar masyarakat merasa memiliki hutan yang mereka
mulai, jadi mereka akan memiliki sense of belonging terhadap hutan baru. Hal tersebut
dirasa akan membawa banyak manfaat untuk keberlangsungan proyek kedepannya.
Namun, tidak ada jaminan bahwa proyek ini akan mampu berjalan 100% tanpa
hambatan. Resiko kegaga;an proyek ini tentu ada, dan itu adalah konsekuensi yang
wajar dari berjalannya sebuah proyek. Adapun konsekuensi dari ridak berjalannya
proyek ini adalah sebagai berikut:
9
- Kondisi lingkungan di Blitar secara umum akan menurun setiap tahunnya.
- Banjir akan terus terjadi, dimana hal ini selalu membawa kerugian baik
ekonomi, sosial, hingga nyawa.
- Meningkatkan resiko kemiskinan ketika hutan benar-benar sudah habis.
- Menghambat perekonomian Kecamatan Sutojayan dimana disana terdapat pasar
yang menjadi temat tujuan utama penduduk desa sekitar memasarkan
dagangannya dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Konsekuensi-konsekuensi tersebut anya beberapa dari benyak konekuensi lain yang
bisa saja muncul yang sifatnya tidak bisa diprediksi. Karenanya proyek ini harus
diupayakan agar dapat terlaksanan karena akan membawa manfaat bukan hanya bagi
warga Kecamatan Sutojayan terkait dengan banjir tahunannya, namun juga manfaat
untuk warga sekitar hutan dengan hasil hutannya kelak.
Adapun beberapa tujuan yang diharapkan tercapai dan menjadi kepentingan
utama dari proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan banjir tahunan di Kecamatan Sutojayan dan sekitarnya.
2. Memberi mata pencaharian tambahan bagi warga sekitar hutan dengan
sosialisasi atau pelatihan usaha yang memanfaatkan hutan tanpa harus merusak
hutan. Semisal peternakan lebah.
3. Menambah pemasukan bagi masyarakat miskin dengan dapat memanen hasil
hutan berupa buah-buahan yang ditanam pada proyek ini.
Proyek ini akan memberi kebermanfaatan bagi masyarakat setempat hutan
berada dan khususnya masyarakat di Kecamatan Sutojayan dan sekitarnya. Manfaat-
manfaat yang akan didapat dari berjalannya proyek ini adalah meningkatnya taraf hidup
masyarakat tanpa terjadinya kerusakan hutan di wilayah Alas Panggungrejo dan
Kawulon. Selain itu banjir tahunan akan teratasi sedikit demi sedikit bersama dengan
tumbuhnya hutan.
Outcomes yang diharapkan terjadi adalah masyarakat memiliki kesadaran
lingkungan dengan tidak merusak hutan kedepannya, karena sudah diberi pelatihan dan
wahana untuk membantu pendapatan mereka tanpa harus merusak hutan.
3.2 Description of Activities
10
Proyek penjagaan populasi hijau di Kabupaten Blitar ini akan dilaksanakan
melalui beberapa proses atau tahapan dalam pelaksanaannya. Aktifitas tersebut meliputi
aktifitas assessment, lobbying politik, pendanaan, membuka kerjasma, riset dan
implementasi atau ekseskusi proyek di lokasi. Aktifitas assessment adalah aktifitas
untuk melihat kebutuhan masyarakat dengan melakukan pendekatan melalui media
biacara langsung atau melakukan pengamatan langsung di lapangan. Selanjutnya adalah
aktifitas politis, pada aktifitas ini dilakukan lobbying ke pemerintah di tingkat
kabupaten oleh anggota Blitar Hijau yang memiliki relasi dengan pemerintah
Kabupaten Blitar. Upaya ini bertujuan untuk membuat pemerintah membuat
perundangan terkait hutan agar lebih ketat, sehingga pengawasan hokum akan menjadi
lebih ketat dan hal tersebut diharapkan dapat mencegah pembalakan liar di Alas
Panggungrejo dan Hutan di wilayah Kawulon. Pendekatan politits selanjutnya juga
dilakukan hingga level perangkat desa yaitu kelurahan, RW, hingga RT. Hal tersebut
diupayakan agar masyarakat dapat diajak langsung oleh perangkat desanya yang secara
emosional lebih dekat dengan mereka.
Selanjutnya aktifitas ketiga adalah pendanaan. Aktifitas ini adalah aktifitas
untuk menghimpun dana untuk mendukung jalannya proyek penjagaan populasi hijau
ini. Untuk pendanaan Blitar Hijau ingin mendapatkan dana dari bantuan luar negeri dari
organisasi non pemerintah atau lembaga bantuan luar negeri negara-negara yang
memiliki concern terhadap permasalahan lingkungan, seperti WWF dan untuk bantuan
dari lembaga donor negara seperti JICA dan DAAD. Hal ini perlu dilakukan karena di
Blitar sendiri masih minim adanya bantuan luar negeri, dan bantuan dari luar negeri
biasanya bersifat massif jika dikurskan ke rupiah. Tidak hanya terbatas dari bantuan
donor luar negeri, Blitar Hijau juga membuka pintu kerjasama untuk perusahan-
perusahaan lokal yang mau membantu menjaga lingkungan di Blitar.
Aktifitas selanjutnya, membuka atau mengusahakan menjalin kerjasama dengan
orgnasisasi sejenis atau ekspertis sesuai bidang yang mampu mendukung jalannya
proses riset dan implementasi dari proyek penjagaan populasi ini. Blitar Hijau akan
mengupayakan menjalin kerjasama dengan pihak Univerisitas dalam upayanya untuk
melakukan riset. Selain Unversitas Blitar Hijau juga ingin melakukan kerjsasama
dengan organisasi hijau seperti Green Peace agar terjadi sharing value dimana hal
tersebut akan mendukung keberhasilan proyek. Selain itu Blitar Hijau ingin menjalin
11
hubungan dengan pihak media, untuk meliput kegiatan kami sehingga penjagaan
lingkungan di Blitar menjadi inspirasi untuk daerah lain menjaga lingkungannya juga.
Aktifitas selanjutnya adalah melakukan riset atau penelitian terkait
permaslaahan-permasalahan teknis dalam menjalankan penanaman di Alas
Panggungrejo dan Hutan Kawulon. Riset tersebut berupa penelitian sejarah dua hutan
tersebut terkait masalah-masalah yang harus diantisipasi, dan meneliti terkait kondisi
tanah, air, suhu, dan sinar matahari dimana hal ini akan menentukan dalam pemilihan
bibit dan jenis pohon buah yang akan ditanam di dua hutan tersebut.
Aktifitas terakhir adalah implementasi proyek. Implementasi proyek ini akan
dilakukan oleh anggota Blitar Hijau bersama dengan masyarakat sekitar dan juga mitra-
mitra Blitar Hijau. Pelibatan masyarakat dalam proses implementasi adalah upaya dari
Blitar Hijau untuk menumbuhkan sense of belonging akan hutan, sehingga diharpakna
masyarakat ikut merasa memiliki dan ikut melindungi serta tidak merusak hutan
tersebut kedepannya.
3.3 Beneficiary Selection and Participation
Kuntungan atau manfaat dari proyek ini merupakan hal yang menjadi target dari
proyek ini. Keuntungan yang jelas merupakan hal yang lazim bagi stakeholders untuk
dapatkan karena proyek ini merupakan salah satu bagian dari bentuk investasi mereka.
adapun pihak-pihak yang akan diuntungkan dari berjalannya dari proyek ini adalah:
1. Masyarakat di Kecamatan Sutojayan, dan daerah sekitar Alas Panggungrejo
dan Hutan di wilayah Kawulon
2. Pemerintah Kabupaten Blitar dan Perangkat Desa setempat
3. Pihak Universitas
4. Pihak Media
Aktifitas M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
Assessment
Lobbying Politik
Pendanaan
Membuka Kerjasama
Riset
Implementasi Proyek
12
5. Pihak Donor
Keuntungan yang didapat oleh beberapa pihak tersebut dapat diperoleh dengan
kontribusi yang nyata dalam menjalankan proyek penjagaan populasi Blitar ini. Namun
hal ini berlaku bagi stakeholders dalam proyek ini. Untuk masyarakat entah mereka
aktif atau tidak mereka akan tetap mendapatkan manfaat dari berjalannya proyek
berikut. Manfaat bagi pihak donor adalah nama mereka akan semakin dikenal
khususnya oleh masayarakat Kabupaten Blitar, mengingat belum banyaknya pihak
donor yang masuk ke Kabupaten Blitar. Bagi pihak medua, mereka akan mendapat
manfaat dengan mendapat sumber berita dan turut menyebarkan informasi yang
mungkin dapat mengisnpirasi daerah lain. Bagi pihak Universitas mereka akan
mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, dan
memiliki kesempatan bagi mahasiswanya untuk melakukan penelitian. Bagi pemerintah
Kabupaten Blitar adalah terbantunya pengenalan citra Kabupaten Blitar dan
pembangunan ekonomi di Kabupaten Blitar.
Dalam memilih mitra kerja Blitar Hijau tidak membatasi dengan kriteria-kriteria
yang sulit, yang terpenting adalah mitra kerja memiliki visi yang sama dalam proyek
ini dan mau terlibat baik dari sisi materil maupun non materil. Mitra kerja akan
mendapat manfaat atau keuntungan sesuai dengan keaktifan mereka dalam proyek ini.
Mitra kerja dalam proyek ini akan dilibatkan sesuai dengan porsi dan kemampuan
mereka, sebagai contoh pihak Universitas akan dilibatkan dalam proses penelitian dan
implementasinya saja, berbeda dengan pihak donor yang akan dilibatkan lebih banyak
dalam kegiatan-kegiatan kami.
3.4 Sustainability
Setelah proyek berhasil dijalankan perlu adanya keberlangsungan dari proyek
ini atau sustainability, karenanya dari awal kami melibatkan masyarakat agar ada rasa
memiliki dari masyarakat akan hutan yang ditanami bersama dengan mereka sehingga
diharapkan mereka akan sukarela menjaga hutan yang mereka tanami. Selain
mengaharpkan sukarela masyarakat kami juga akan membentuk tim pengawas yang
akan melihat kondisi hutan setiap satu bulan sekali untuk memastikan kondisi hutan
berjalan sesuai dengan proyeksi Blitar Hijau.
Namun sustainability dari proyek tersebut tidak hanya terbatas disitu, karena
proyek ini adalah proyek pertama maka akan ada proyek-proyek berikutnya dari Blitar
13
Hijau di lokasi tersebut, jadi sustainability akan berasal dari kegiatan Blitar Hijau
selanjutnya pula.
14
BAB IV
MANAGEMENT AND ARRANGEMENT
4.1 Kapasitas Organisasi dan Staf
Blitar Hijau merupakan organisasi peduli lingkugnan yang terdiri dari pemuda-
pemuda aktif yang masih memliki idealisme dan mau berjuang untuk perbaikan
lingkungan di Blitar. Meskipun Blitar Hijau tidak sebesar organisasi lingkungan lain
seperti Green Peace atau organisasi lingkungan nasional atau internasional lainnya,
namun justru sifatnya yang masih lokal memberi Blitar Hijau kesempatan untuk lebih
memahami secara mendalam permsalahan di Kabupaten Blitar. Blitar Hijau yang berisi
oleh anak-anak muda akan memiliki jaringan yang luas dikarenakan background yang
berbeda-beda dari setiap anggotanya dimana hal ini akan menambah relasi Blitar Hijau.
Anggota Blitar Hijau berisi anak-anak muda usia 17-30 tahun dimana mereka
adalah pemuda-pemuda akademisi atau pemuda-pemuda yang memiliki background
pendidikan yang cukup baik, sehingga dapat dilihat dari hal tersebut bahwa pengelolaan
dan manajemen proyek dari Blitar Hijau memiliki skil dan kemampuan yang baik dalam
menjalankan tugasnya.
4.2 Monitoring, Evaluasi, dan Akuntabilitas
Untuk memastikan berjalannya proyek dengan baik maka diperlukan adanya
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas dari pihak manajemen Blitar Hijau bersama
dengan stakeholders yang melakukan kemitraan dengan Blitar Hijau. Manajemen akan
dilakukan oleh anggota Blitar Hijau dengan rajin melaporkan perkembangan ke Ketua
Blitar Hijau, Pembina, dan stakeholders. Untuk monitoring atau pengawasan dilakukan
oleh anggota di lapnagan dan dilaporkan kepada ketua dan pembina untuk memantau
perkembangan proyek dan membantu dalam mengambil kebijakan.
Evaluasi akan dilakukan setiap akhir pekan selama proyek berjalan selama 8
minggu. Untuk memantau perkembangan proyek dan memantau kekurangan yang bisa
diperbaiki selama proyek berjalan. Sehingga selama proyek berjalan proyek bisa selalu
diarahkan agar selalu sesuai dengan track yang diharapkan oleh Blitar Hijau.
Untuk akuntabilitas metode yang transparan akan digunakan Blitar Hijau agar
terjadi transaparansi dalam setipa kegaitan dalam prpyek ini. Transparansi berguna agar
15
semua pihak yang menjadi mitra bisa mempercayai proyek yang sedang dijalankan oleh
Blitar Hijau dan mau turut aktif membantu berjalannya proyek ini.
16
APPENDIX
LOGICAL
FRAMEWORK
Design Project Indikator Verifikasi Asumsi
Goal
Purpose
Penjagaan
Keberlangsungan
Populasi Hijau
Kabupaten Blitar
untuk
Pencegahan
Banjir 2017
Mengupayakan
pengentasan
kemiskinan untuk
mencegah
pembalakan liar
dan pembukaan
lahan
Dokumentasi
kegiatan
sosialisasi.
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
terkait masalah
sampah dan
penutupan
tanah
Output
Upaya
pengentasan
kemiskinan
untuk
mencegah
pembalakan
liar dan
pembukaan
lahan
Melakukan
upaya
perbaikan
hutan dari
dampak
pembalakan
liar dan
membuat
hutan yang
tidak layak
tebang
Dokumentasi
lapangan, data
luas hutan, data
pekerjaan
penduduk
sekitar.
Upaya memindahkan
pekerjaan atau diversifikasi
pekerjaan untuk petani atau
pedagang yang melakukan
pembukaan lahan akan
mendpat hambatan karena
harus merubah budaya
mereka.
Mengupayak
an
pengurangan
pembukaan
lahan dengan
mengalihkan
pekerjaan
pembuka
lahan
17
Peningkatan
kesadaran
masyarakat
terkait
masalah
sampah dan
penutupan
tanah
Adanya upaya
untuk
membantu
warga untuk
meningkatkan
kesadaran
mereka terkait
dampak
sampah yang
mereka buang
Dokumentasi,
Laporan Kegiatan
Sosialisasi
Sosialisasi akan sangat sulit
diaplikasikan karena akan
berbenturan dengan
kebiasaan dan kegaitan usaha
warga karenanya akan
dibutuhkan waktu cukup
lama untuk menyadarkan
wrga masyarakat.
Upaya
untuk
membuat
warga
sadar akan
dampak
dari
penutupan
tanah.
Activities
Perbaikan
hutan dari
dampak
pembalakan
dengan
memperhatika
n pengentasan
kemiskinan
Melakukan
penanaman
jenis pohon
buah. Hal ini
untuk
memotong
arus demand
pohon dan
masyarakat
dapat
memanen
buah tanpa
harus
menebang
pohon untuk
mendapat
keuntungan.
Grafik jumlah
Pohon buah di
Alas Panggungrejo
dan Hutan
Kawulon
Hambatan akan terjadi dari
kondisi musim yang cocok
untuk tanaman baru yang
akan ditanam
18
Pengajuan
pembuatan
peraturan yag
lebih ketat terkait
illegal logging di
wilayah hutan di
Blitar
Adanya revisi
perundang-
undangan terkait
kehutanan Blitar.
Hambatan akan terjadi di level pembuatan kebijakan. Karena keputusan ada di pihak pemerintah dan Blitar Hijau hanya mampu mengupayakan untuk pembuatan peraturan baru dan tidak memiliki wewenang untuk hal tersebut.
Mengupaya
kan
penguranga
n
pembukaan
lahan
dengan
mengalihka
n pekerjaan
pembuka
lahan
Memberi
pekerjaan lain
bagi pembuka
lahan dengan
melakukan
perkebunan
tanpa membuka
lahan. Sebagai
contoh dengan
melakukan
perkebunan buah
naga yang bisa
ditumpangkan ke
pohon yang
sudah ada
sebagai
penopang.
Dokumentasi,
laporan
pelaksanaan
kegiatan, data
hasil panen
perkebnunan.
Hal tersebut akan mendapat
hambatan ketika warga sulit
memahami cara atau teknik
baru yang selama ini belum
mereka kenal.
Memberi
sosialisasi cara
tetap membuka
rest area tanpa
harus
melakukan
pembukaan
lahan. Dapat
disiasati dengan
pembuatan rest
area ramah
lingkungan
dengan
memanfaatkan
hutan yang
sudah ada
Dokumentasi
dan laporan
kegiatan yang
sudah ada,
serta adanya
rest area yang
ramah
lingkungan.
Hambatannya adalah
stigma masyarakat yang
menganggap hal yang
modern adalah lebih baik
daripada hal-hal yang
bersifat ramah
lingkungan.
19
Upaya
peningkatan
kesadaran
masyarakat
Blitar terkait
masalah
sampah
Melakukan
sosialisasi kepada
warga terkait
dampak dari
kebiasaan lama
mereka
membuang
sampah
sembarangan ke
sungai.
Laporan
kegiatan dan
dokumentasi
kegiatan
sosialisasi
Merubah kebiasaan lama
akan cukup sulit dilakukan
karena merubah kebiasaan
seperti merubah cara hidup
masyarakat.
Melakukan
sosialisasi
kepada warga
terkait
pentingnya
sungai
terhadap
kehidupan
manusia dan
dampaknya
jika mereka
tidak
memperhatik
an sungai
Laporan
Kegiatan,
Dokumentas
i sosialisasi.
Memasukkan pemahaman
baru akan cukup sulit,
terlebih ke masyarakat yang
pada awalnya tidak memiliki
kepedulian ke sungai.
Terlebih ke warga yang tidak
terdampak banjir secara
langsung.
Upaya
peningkatan
kesadaran
masyarakat untuk
tidak menambah
penutupan lahan
untuk keperluan
menjemur hasil
panen dan
efisiensi bongkar
muat barang
Melakukan
sosialisasi
untuk tidak
lagi
melakukan
penutupan
lahan dengan
semen.
Karena hal
tersebut akan
menutup
resapan
tanah, dan
menggunaka
n kembali
sistem
gotong
royong atau
menumpang
Dokumentasi dan laporan kegiatan sosialisasi.
Cukup sulit dilakukan karena
aktifitas ini akan menutup
upaya mereka dalam
melakukan kegiatan
ekonomi.
20
Melakukan
sosialisasi
terkait sistem
bongkar
pasang yang
efisien tanpa
harus
menggunaka
n latar atau
lahan tertutup
semen.
Dokumentasi Kegiatan dan Laporan Kegiatan Sosialiasi
Akan terhalangi oleh
kebiasaan yang selama ini
sudah berjalan di masyarakat.
21
Organizational Background
Blitar Hijau merupakan NGO (Non-Governmental Organization) yang bersifat non-profit
dan berfokus terhadap permasalahan lingkungan khususnya di Blitar. Blitar Hijau
memiliki fokus terhadap isu lingkungan dikarenakan permasalahan lingkungan yang
muncul dari tahun ke tahun, baik dalam level global atau lokal, khususnya di Blitar. Blitar
Hijau diisi oleh pemuda-pemuda usia produktif antara usia 17-30 tahun. Dalam
pelaksanaan aktifitas atau aksi Blitar Hijau membuka kesempatan bagi seluruh warga
Blitar tanpa terbatas usia untuk ikut bergabung. Kegiatan-kegiatan Blitar Hijau ditujukan
untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang terjadi di Blitar, organisasi ini memiliki
tujuan besar utama untuk mengakhiri banjir tahunan yang terjadi di salah satu wilayah di
Blitar yaitu Kecamatan Sutojayan, selanjutnya secara umum Blitar Hijau ingin
menciptakan lingkungan Blitar sebagai lingkungan yang aman dan nyaman untuk tinggal
bagi seluruh warganya.
Visi : Blitar Hijau sebagai organisasi pecinta lingkungan terdepan di Blitar yang
mampu memperbaiki dan menjaga lingkungan hidup di Blitar agar tetap menjadi rumah
yang nyaman untuk hidup bagi warganya.
Misi :
1. Melakukan upaya pencegahan dan perbaikan, kerusakan lingkungan hidup
di Blitar.
2. Menumbuhkan perasaan cinta lingkungan untuk warga Blitar.
3. Meningkatkan partisipasi warga Blitar khususnya pemuda, dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup di Blitar.
4. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pemuda dan warga Blitar
terkait pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan hidup di Blitar.
5. Menggandeng pihak luar dengan kapabilitas kuat untuk bekerja sama
mengatasi isu lingkungan di Blitar.
Nilai-nilai:
Nilai yang menjadi orientasi utama Blitar Hijau adalah sikap cinta lingkungan hidup, dan
sikap peduli untuk terus melakukan perbaikan dan pembangunan lingkungan hidup yang
baik untuk seluruh warga Blitar.
22
Kapasitas
Kapasitas internal Blitar Hijau terletak pada kemampuan pengurus dan anggotanya yang
berada pada renta usia 17-30 tahun. Usia pada rentang itu dinilai merupakan rentang usia
yang masih sangat produktif. Sedang dalam kegiatannya Blitar Hijau menerima semua
anggota masyarakat dari segala usia untuk bergabung menjaga lingkungan Blitar.
Kegiatan
Dalam upayanya mencapai tujun organisasi, Blitar Hijau mekakukan beberapa aktivitas,
diantaranya sharing value, seminar, sosialisasi, pelatihan, dan penanaman pohon di
wilayah-wilayah yang sudah ditentukan oleh Blitar Hijau.
Kerjasama
Blitar Hijau tidak akan bekerja sendirian. Blitar Hijau melakukan kegiatannya dengan
melakukan kegiatannya bersama NGO sejenis, Badan Pemerintah, Lembaga Donor,
Universitas, korporasi, dan tentu saja msyarakat Kabupaten Blitar.
23
BUDGET
(Dalam Rupiah)
No Budget Line Item Unit Cost Number of
Limit
Total
1 Rapat Konsumsi 300.000 4 1.200.000
Logistic 500.000 4 2.000.000
2 Sosialisasi Transportasi 300.000 8 2.400.000
Logistic 500.000 8 4.000.000
Publikasi 200.000 8 1.600.000
3 Asistensi Bayaran
asisten
1000.000 8 8.000.000
Konsumsi 300.000 8 2.400.000
Teknis 300.000 8 2.400.000
4 Penanaman Bibit pohon
Manga
20.000 100 2.000.000
Bibit
manggis
11.000 100 1.100.000
Bibit
Alpukat
15.000 100 1.500.000
Bibit
Belimbing
50.000 100 5.000.000
5 Gaji Pembicara 1.000.000 8 8.000.000
Teknisi 2.000.000 8 16.000.000
Staff 500.000 20 10.000.000
Total 67.600.000