untuk geologi indonesia _ geotrek indonesia
DESCRIPTION
Ilmu AlamTRANSCRIPT
-
Geotrek Indonesia
MEMANDANG ALAM DENGAN PENGERTIAN, JAUH LEBIH
BERARTI DAN MENYUKAKAN HATI DARIPADA HANYA
MENYAKSIKAN KEELOKANNYA. (ALBERT HEIM, 1878)
Oleh: Awang Harun Satyana
Dari Maret 2013 sampai Februari 2014 akhirnya saya dan rekan-rekan
geologist dari beberapa oil companies dan perguruan tinggi selesai
mengunjungi tempat-tempat yang secara tektonik pada Zaman Kapur
(145-66 juta tahun yang lalu) ini penting di Indonesia.
Minggu lalu saya juga baru menyerahkan paper 40 halaman yang
menuliskan pandangan baru masalah tektonik ini untuk dipublikasikan
dan dipresentasikan di pertemuan tahunan IPA (Indonesian Petroleum
Association) pada Mei 2014. Paper tersebut juga memuat pandangan-
pandangan para ahli geologi dari 1896-2013 untuk area-area kunci
yang pada setahun terakhir saya kunjungi: Pegunungan Meratus,
Bantimala, Ciletuh, Luk Ulo, dan Perbukitan Jiwo/Bayat.
Walaupun sudah lebih dari 90 full paper saya tulis untuk berbagai
pertemuan ilmiah yang secara konsisten saya ikuti di dua puluh tahun
terakhir (sejak 1994), dan sekitar 240 publikasi lainnya saya tulis;
paper yang satu ini tak mudah menuliskannya karena harus membaca
satu per satu secara cermat lebih dari 100 publikasi dari akhir abad-19
(Verbeek dan Fennema, 1896 tentang geologi Jawa) sampai yang baru
saja saya terima Februari 2014 kemarin (Adi Maulana dkk., 2013
Untuk Geologi IndonesiaMar
25
-
tentang eklogit Bantimala).
Tetapi pengalaman saya menulis paper selama 20 tahun terakhir itu
menunjukkan bahwa proses menulis paper adalah cara belajar yang
terbaik buat saya, yang meliputi proses: pergi ke lapangan,
menganalisis sampel, memelajari banyak publikasi, berdiskusi dengan
rekan-rekan geologist, menginterpretasi semua data, dan melakukan
sintesis atasnya sehingga menjadi satu cerita utuh yang terintegrasi
dan dengan kuat disusun oleh data dan argumen yang kokoh. Saya
harus melakukannya dengan sabar dan terus, jangan berhenti. Slow
but sure. Perhatikan prosesnya, bukan hasilnya. Jangan dibalik.
Proses yang baik pasti akan berakhir dengan hasil yang baik.
Seorang rekan di kantor berkomentar bahwa paper saya mungkin tak
akan diperlukan oleh pihak manajemen SKK Migas. Saya tahu, dan
saya tak menulis paper buat mereka. Menulis paper tentang Geologi
Indonesia buat saya adalah sebuah kewajiban sebagai geologist
Indonesia. Yang mengurusi manajemen itu lebih dari cukup, dan
banyak sekali yang berminat, tetapi yang memikirkan dan mau
berdedikasi tanpa pamrih untuk Geologi Indonesia langka, langka
sekali Sehingga kalau banyak peneliti dan penulis asing menulis
tentang Geologi Indonesia, janganlah gusar sebab kita sendiri yang
memungkinnya begitu (!).
Meskipun saya memelajari banyak publikasi dan berdiskusi dengan para
ahlinya, proses menganalisis, menginterpretasi, dan melakukan sintesis
atasnya semuanya terpulang kepada diri pribadi. Berikut ini adalah
kesimpulan-kesimpulan saya atas tektonik zaman Kapur di bagian
tengah Indonesia yang teka-tekinya ditunjukkan sebagian jawabannya
oleh: Pegunungan Meratus, Bantimala-Barru, Ciletuh, Luk Ulo, dan
Bayat.
Kesimpulan saya tentu saja bisa salah, namun juga bisa benar. Tak
akan menjadi masalah buat saya soal ini sebab itu bisa selalu
didiskusikan kapan pun. Yang terpenting buat saya adalah: saya telah
belajar banyak setahun terakhir ini soal tersebut, dan saya
menyumbangkan sesuatu pemikiran bagi Geologi Indonesia dan para
ahlinya. Dan tak akan berhenti di sebatas pengetahuan, sebab saya
mengaplikasikannya untuk eksplorasi minyak dan gas bumi di area yang
lain daripada yang lain.
Meskipun sedikit saja yang bisa kau lakukan untuk Indonesia,
lakukanlah!***
INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION (IPA), 38TH ANNUAL
CONVENTION, MAY 2014
-
NEW CONSIDERATION ON THE CRETACEOUS SUBDUCTION ZONE OF
CILETUH-LUK ULO-BAYAT-MERATUS-BANTIMALA: IMPLICATIONS FOR
SOUTHEAST SUNDALAND PETROLEUM GEOLOGY
Awang Harun Satyana (SKK Migas)
ABSTRACT
The history of plate convergence in southern and southeastern
Sundaland recorded subduction of oceanic plate during Jurassic to
Late Cretaceous started from Meratus, Bantimala, Luk Ulo, to Ciletuh.
The geochronology of subduction is based on subduction-related high
pressure to ultra/very high pressure glaucophane schists and
eclogites. Subduction chased in Bantimala and Meratus trenches in
mid-Cretaceous due to docking of West Sulawesi and Paternoster-
Kangean microcontinents, respectively. During the Late Cretaceous,
subduction migrated to Paternoster trench resulting in volcanic and
magmatic rocks as well as forearc sediments in Meratus and
Bantimala. In Paleogene time, Meratus and Bantimala separated by
the opening of the Makassar Straits, sitting on Paternoster and West
Sulawesi microcontinents.
Subduction in Ciletuh and Luk Ulo continued into the Late Cretaceous,
but possibly with different characters of subduction compared to that
of Early Cretaceous due to the absence of Late Cretaceous
subduction-related metamorphic rocks. Jiwo Hills, Bayat which has
been considered as the continuation of Luk Ulo, is considered not to
compose the subduction zone due to the absence of subduction-
related rock assemblage. The mid-Cretaceous glaucophane schist of
Bayat may relate with docking of SE Java microcontinent in this area.
Eocene shallow marine Wungkal-Gamping carbonate shows that Bayat
is different with Luk Ulo and Ciletuh which in Eocene were
characterized by slope trench olistostromal deposits of
Karangsambung and Ciletuh Formations, respectively.
Configuration of plate convergence during the Cretaceous implies
petroleum possibilities of southeastern Sundaland related to the
presence of some Australian-origin microcontinents. Newly acquired
deep seismic data in south offshore East Java, eastern East Java Sea,
and South Makassar Straits show the presence of Mesozoic-Paleozoic
bedded horizons typical NW Shelf of Australia which are proven to be
productive or other proven prolific Australoid microcontinents like
Bintuni, Seram, or Buton. Pre-Tertiary petroleum system may develop
in southeastern Sundaland.***
Posted in Geo-Histori, Geologi, Geotrek Indonesia, Gunung Api, Ilmu Alam,
Indonesia
Edit
-
Biomarker: Data Renik yang
Berimplikasi Luas
Leave a Reply
Enter your comment here...
Search Search
REC ENT POSTS
Untuk Geologi Indonesia
Biomarker: Data Renik yang Berimplikasi Luas
Memberikan Status Geologi Baru untuk Perbukitan Jiwo (Bayat)
Jasmerah Geologi Merekonstruksi Petroleum System
Petrologi: Harusnya di Urutan Nomor (1)
Rijang Radiolaria: Dari Kedalaman Samudera ke Atas Daratan
Towering Tonasa Massifs: South Sulawesi
Mengajar Adalah Melayani
Sekolah
Abu Volkanik Letusan Kelud 2014 Turun di Bogor
Kelud: Catatan Erupsi dari Zaman Majapahit Sampai Hari Ini
Anatomi Kerak-Mantel Litosfer Benua: Aplikasi untuk Eksplorasi Intan
dan Hidrokarbon Anorganik
Semburan Lumpur di Purworejo, Ini Sebabnya.
Bencana Geologi dalam Sandhykla Jenggala dan Majapahit
Memahami Gempa Laut Baratdaya Kebumen 6,5 SR (25 Januari 2014;
12:14 WIB)
Delta Mahakam, Kalimantan Timur: Sukses Tak Pernah Instan
Jamu
Buku Harian: Belajar untuk Tekun
Gunung Ungaran Telomoyo Merbabu Merapi
Geo-Histori Plato Dieng
ARC HIVES
Select Month
TOPIC S
Buku
Geo-Histori
Geologi
Geotrek Indonesia
Gunung Api
Ilmu Alam
Indonesia
Poster
Sejarah
-
Blog at WordPress.com. | The Reddle Theme.
Tokoh
REC ENT COMMENTS
Ridwan Hutagalung on Lagi tentang Junghuhn: Pecinta
Devina on Lagi tentang Junghuhn: Pecinta
jantungbermasalah on Geo-Histori Plato Dieng
jantungbermasalah on Buku Harian: Belajar untuk
Ridwan Hutagalung on Mengeluarkan Meratus dan Bayat
META
Site Admin
Log out
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com