universitas udayana - · pdf fileanalisis konsumsi bbm mengunakan pedoman bina marga pd. ......
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
JUDUL PENELITIAN
KAJIAN MEMINIMALKAN PEMBOROSAN ENERGI
BBM SEMASA PROYEK PEMELIHARAAN JALAN
PENGUSUL Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT
NIDN. 0005026308
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS UDAYANA Nopember 2015
Dibiayai oleh: DIPA PNBP Universitas Udayana
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 2018/UN14.1.31/PN.00.00.00/2015, tanggal 25 Mei 2015
Bidang Unggulan: Energi, Transportasi dan Lingkungan
Kode/Nama Bidang ilmu: 421/Teknik Sipil
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
RINGKASAN ............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................... ....................................... 1
1.3 Manfaat dan Kontribusi Penelitian ......................................... 2
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Zona Kerja (Work Zone) ........................................................... 4
2.2 Kinerja Lalu Lintas...................................................................... 5
2.3 Biaya Pengguna Jalan Akibat Zona Kerja ................................. 8
2.4 Konsumsi bahan bakar minyak (BBM ……………………….. 8
BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………………. 9
3.1 Tahapan Penelitian …………………………………………… 9
3.2 Pengumpulan Data ..................................................................... 9
3.3 Analisis Data ............................................................................... 10
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 11
4.1 Penanganan Peningkatan Jalan Nasional Di Provinsi Bali
Tahun 2015…………………………………………………… 11
4.2 Rumusan Pemborosan Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).. 12
4.3 Faktor Penyesuaian Volume, Kecepatan Kendaraan,
Derajat Kejenuhan …………………………………………….. 14
4.4 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pra Konstruksi ……………… 15
4.5 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Semasa Konstruksi ………….. 18
4.6 Analisis Pemborosan BBM (Kasus Studi) ………………………. 18
4.7 Hubungan Pemborosan BBM dengan Waktu (Jam) …………….. 20
4.8 Meminimalkan Pemborosan BBM Pada Zona Kerja…………….` 21
Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….. 23
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 23
5.2 Saran ……………………………………………………………… 23
ii
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 24
LAMPIRAN ………………………………………………………..…………… 26
Lampiran -1 Surat Ijin Survey dari Jurusan ke Kepala Bali
BPJN VIII Bali …………………………..…………… 26
Lampiran- 2 Peta Penanganan Peningkatan Jalan Balai VIII Bali
Tahun Anggaran 2015 ……………………..…………… 27.
Lampiran -3 Peralalatan ATC tipe GR M400 …………..…………… 27
Lampiran -4 Foto Penelitian ……………………..……………………. 28
Lampiran -5 Luaran Penelitian ……………………..……………………. 29
iii
RINGKASAN
Pelaksanaan penanganan pemeliharaan jalan selalu menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya. Dampak ini terjadi akibat zona kerja (work zone) yang dipergunakan sebagai ruang kerja dan pelaksanaan peningkatan/rekonstruksi jalan. Zona kerja ini mengakibatkan para pengemudi mengalami stress, terganggunya lalu-lintas seperti tertundanya perjalanan, kemacetan dan juga terjadinya kecelakaan. Dampak negatif dalam satuan moneter dapat berupa kerugian biaya operasi kendaraan dan nilai waktu. Dampak negatif pada sumber daya alam adalah terjadi pemborosan energi BBM. Di Indonesia upaya meminimalkan dampak negatif berupa meminimalkan pemborosan energi BBM semasa pemeliharaan jalan belum diteliti secara mendalam. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji upaya meminimalkan pemborosan energi BBM semasa proyek pemeliharaan jalan. Sebagai kasus studi adalah 7 paket ruas jalan Nasional yang mendapat penanganan peningkatan jalan tahun anggaran 2015, dengan tipe jalan adalah dua lajur dua arah, perkotaan dan semi perkotaan yang berada dibawah wewenang Balai Peningkatan Jalan Nasional wilayah VIII di provinsi Bali. Survey lalu lintas menggunakan peralatan secara otomatis (Automatic Traffic Counting=ATC). Jenis perlatan yang digunakan adalah merek dagang Golden River (GR) tipe Marksman 400 (M400). Metode deskriptip digunakan menjelaskan karakteristik lalu lintas pada ruas jalan mendapatkan peningkatan jalan. Analisis konsumsi BBM mengunakan pedoman Bina Marga Pd. T-15-2005-B. Metode statistic digunakan mendapatkan rentang waktu dari jam kerja yang berdampak pada pemborosan energi BBM minimum. Hasil analisis mendapatkan rata-rata pemborosan BBM adalah 176 lt/hari/km. Fluktuasi pemborosan BBM perjam dalam sehari model kurvanya berbentuk polynomial pangkat tiga. Dalam sehari fluktuasi pemborosan tertinggi terjadi paada siang hari anatara jam 11.00-12.00 siang hari dengan rerata pemborosan BBM adalah 17,4 lt/jam/km, sedangkan pemborosan minimal terjadi pada jam kerja malam hari yaitu antara jam 02.00-03.00 dinihari dengan pemborosan BBM yang terjadi adalah 0.3 lt/jam/km. Rentang jam kerja untuk pelaksanaan peningkatan jalan yang menimbulkan pemborosan BBM minimal adalah antara jam 22.00 malam sampai jam 06.00 pagi Kata-kata kunci: energi BBM, pemeliharaan jalan, meminimumkan pemborosan.
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya agar kondisi ruas-ruas jalan kondisinya relatif tetap baik dan stabil (laik
fungsi) diperlukan penanganan pemeliharaan (maintenance). Jenis penanganan
pemeliharaan jalan tergantung dari tingkat kerusakan jalan. Selama masa pelaksanaan
penanganan pemeliharaan timbul dampak negatif bagi masyarakat pengguna jalan
dan lingkungan sekitarnya. Dampak ini terjadi akibat zona kerja (work zone) yang
dipergunakan sebagai ruang kerja dan pelaksanaan rekonstruksi jalan (Jiang et al,
2010). Zona kerja ini mengakibatkan para pengemudi mengalami stress,
terganggunya lalu-lintas seperti tertundanya perjalanan, kemacetan dan juga
terjadinya kecelakaan (Sudarsana et al, 2013a, Sudarsana et al, 2014b).
Penelitian tentang kerugian terkait adanya zona kerja oleh Allouche et al
(2004), Huen et al (2006), Choi et al (2010), Jiang et al (2010), Yang, (2010)
memperhitungkan kerugian biaya pengguna jalan (user cost) dan kerugian akibat
kecelakaan lalu-lintas. Kerugian pengguna jalan yang selalu diperhitungkan adalah
kerugian akibat bertambahnya biaya operasi kendaraan (BOK) dan bertambahnya
kerugian nilai waktu (Sudarsana, 1997; Sudarsana et al, 2014a; Sudarsana et al,
2014b).
Bertambahnya BOK yang berhubungan dengan sumber energi alam semasa
proyek pemeliharaan jalan adalah pemborosan penggunaan energi bahan bakar
minyak (BBM) oleh pengguna jalan dengan kendaraan bermotor. Pada pelaksanaan
proyek pemelihraan rekonstruksi jalan Nasional dua lajur dua arah di provinsi Bali
tahun 2013, pemborosan energi BBM mencapai 145 liter/hari/ruas jalan proyek
(Sudarsana et al, 2014c). Upaya meminimalkan pemborosan energi BBM semasa
pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan di Indonesia belum diteliti secara mendalam
sehingga pelu dikaji.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang teridentifikasi diatas,
maka permasalahan penelitian disertasi yang bisa diangkat adalah:
1
Bagaimanakah meminimalkan pemborosan energi BBM semasa proyek
pemeliharaan jalan?
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat praktis dan manfaat teoritis.
1) Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan gambaran bagi pengampu
keputusan pada pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan tentang timbulnya
pemborosan energi BBM selama masa proyek pemeliharaan jalan.
2) Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan utamanya dalam manajemen mitigasi
selama pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zona Kerja (Work Zone)
Kegiatan/proyek peningkatan jalan dilaksanakan dalam rangka memenuhi
prasarana jalan memenuhi syarat teknis laik fungsi jalan. Laik Fungsi Jalan adalah
kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan untuk
memberikan keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan administratif. Dalam
pelaksanaan proyek pemeliharaan memerlukan ruang zona kerja (work zone). Zona
kerja (work zone) adalah suatu area atau segmen jalan dimana satu atau lebih lajur
jalan ditutup untuk pelaksanaan konstruksi jalan yang mengakibatkan berkurangnya
pergerakan lalu lintas dan menurunannya kapasitas jalan (Jiang et al, 2010; FHWA,
2011; MTI, 2012)
Risiko dominan adanya zona kerja adalah kemacetan (congestion) lalu lintas.
Startegi mitigasi kemacetan pada zona kerja dapat dikategorikan dalam 5 kelompok
(MTI, 2012):
a. Strategi managemen lalu lintas
b. Strategi managemen kebutuhan (demand)
c. Strategi alternatif disain untuk meminimalkan biaya kemacetan
d. Strategi alternatif penjadualan dan tahapan proyek
e. Strategi sistem kontrak dan startegi percepatan penyelesaian proyek.
Variansi dari strategi manajemen zona kerja dikelompokkan dalam tiga kategori
sebagai berikut (FHWA, 2005; OKTC, 2010):
1) Pengendalian lalu lintas sementara (TTC=Temporary Traffic Control)
2) Oprasional trasportasi (TO= Traffic Operation)
3) Informasi publik (PI= Public Information).
Strategi pengendalian lalu lintas sementara (TTC) terdiri dari 3 komponen yaitu : (1)
strategi pengendalian; (2) perlengkapan pengendalian lalu lintas dan (3) koordinasi
proyek, strategi kontrak dan inovatif konstruksi. Unsur strategi kontrak satu
diantaranya adalah klausal Insentif/Disinsentif (I/D). Besaran I/D dihitung dari
kerugian biaya pengguna jalan.
Penutupan lajur jalan pada pelaksananan pemeliharaan jalan sering tidak dapat
dihindari. Berbagai metode penutupan lajur pada zona kerja direncanakan dengan
3
tujuan meminimalkan kerugian akibat dampak penutupan lajur ini (Jiang et al,2010).
Alternatif penutupan lajur jalan pada zona kerja disajikan pada Gambar 2.1dan
Gambar 2.2
Gambar 2.1 Penutupan lajur parsial pada zona kerja (Partial closure work zone)
(Sumber: Jiang et al, 2010:293)
Gambar 2.2 Pengalihan lajur pada zona kerja (Crossover work zone) (Sumber: Jiang et al, 2010:294)
Merujuk tentang pengaturan lalu lintas pada zona kerja (DJBM,2010), tipikal
pengaturan lalu lintas zona kerja disajikan pada Gambar 2.3. Secara umum zona
kerja dibagi kedalam 4 zona terdiri dari zona pendekat, zona peralihan (taper), zona
pekerjaan dan zona penjauh.
Gambar 2.3 Gambar Pembagian Zona Kerja (Sumber: DJBM, 2010:16)
4
2.2 Kinerja Lalu-lintas
Untuk menghitung tingkat kinerja lalu-lintas pada suatu segmen jalan diperlukan
perhitungan variabel-variabel (DJBM,1997) seperti:
1) Arus dan Komposisi Lalu Lintas
Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan
menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas
(per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan
menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang diturunkan secara empiris
untuk tipe kendaraan.
Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan
tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam
kendaraan/jam (kend/jam). Untuk Kendaraan Ringan (LV), nilai emp selalu 1,0.
Dalam perencanaan dipergunakan arus jam rencana (QDH) dapat dihitung dari
LHRT (Lalu-lintas harian Rata-rata Tahunan dalam satuan kendaraan per hari
kend/hari) dan faktor k yaitu:
QDH = LHRT x k ………………………………………………. …….(2.1)
dimana :
QDH = Arus jam rencana (kend/jam)
LHRT = Lalu -lintas Harian Rata-rata Tahunan ( kend/hari)
k = rasio antara arus jam rencana dengan LHRT. Nilai normal k untuk
segmen jalan perkotaan k = 0.09, sedangkan untuk segmen jalan
luar kota k=0,11
2) Kapasitas
Kapasitas (Capacity=C) didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu
titik dijalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Nilai
kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan. Secara teoritis dengan
mengasumsikan hubungan matematik antara kerapatan, kecepatan dan arus maka
kapasitas (C) dapat dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan
persamaan (DJBM, 1997):
- untuk segmen jalan perkotaan:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs ……………………………… (2.2)
- untuk segmen jalan luar kota :
5
C = Co x FCw x FCsp x FCsf…………………………………………… (2.3)
dimana:
C = Kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (ideal) untuk kondisi (ideal) tertentu (smp/jam),
FCw = Faktor penyesuain lebar jalan,
FCsp = Faktor penyesuaian arah
FCSF = Faktor penyesuain untuk hambatan samping dan bahu jalan/kereb
FCcs = Faktor penyesuain ukuran kota
3) Derajat kejenuhan (DS).
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,
digunakan sebagai faktor utama tingkat kinerja apakah segmen jalan tersebut
mempunyai masalah terhadap kapasitas atau tidak. Nilai DS dapat dihitung sebagai
berikut:
DS = Q/C……………………………………………………….. (2.4)
dimana :
DS = Derajat kejenuhan
Q = Nilai arus lalu-lintas
C = Kapasitas.
4) Kecepatan tempuh sesungguhnya (Vlv).
Kecepatan tempuh sesungguhnya (Vlv) pada suatu segmen jalan dapat
ditentukan berdasarkan hubungan kecepatan arus bebas (FV) dengan kerapatan atau
derajat kejenuhan (DS). Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai
kecepatan rata-rata ruang dari kendaraaan ringan (Light Vehicle = LV) sepanjang
segmen jalan
5) Waktu tempuh
Waktu tempuh (TT) dapat dihitung dengan persamaan:
TT = L / Vlv ……………………………………………………… (2.5)
dimana:
Vlv = kecepatan tempuh sesungguhnya (LV) (km/jam)
L = panjang segmen (km)
TT = waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam)
6
6) Hubungan Kecepatan dengan Arus lalu lintas
Hubungan ini telah ditentukan secara kuantitatif untuk kondisi 'standar',
untuk setiap tipe jalan. Setiap kondisi standar mempunyai geometrik standar dan
karakteristik lingkungan tertentu. Jika karakteristik jalan "lebih baik" dari kondisi
standar (misalnya lebih lehar dari lebar jalur lalu-lintas normal), kapasitas menjadi
lebih tinggi dan kurva bergeser ke sebelah kanan, dengan kecepatan lebih tinggi pada
arus tertentu, lihat Gambar 2.4
Gambar 2.4 Bentuk umum hubungan Kecepatan-Arus (Sumber: DJBM,1997:5-20)
Jika karakteristik jalan "lebih buruk" dari kondisi standar (misalnya hambatan
samping tinggi) kurva bergeser ke kiri kapasitas menjadi berkurang dan kecepatan
pada arus tertentu lebih rendah seperti terlihat pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Hubungan Kecepatan-Arus untuk Kondisi Standar dan Bukan Standar (Sumber: DJBM, 1997:5-20)
7
2.3 Biaya Pengguna Jalan Akibat Zona Kerja
Biaya Pengguna Jalan Zona Kerja (BPJZK) (work zone road user cost)
didefinisikan sebagai penambahan biaya yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor
dan kerugian masyarakat luas akibat dari aktivitas zona kerja (FHWA, 2011). BPJZK
dirujuk dalam satuan moneter dari dampak zona kerja seperti biaya tundaan
pengguna jalan, biaya operasi kendaraan, biaya tabrakan dan biaya emisi. Komponen
dari BPJZK diilustrasikan seperti Gambar-2.6
Gambar 2.6 Komponen biaya pengguna jalan
(Sumber: FHWA, 2011:5)
2.4 Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Konsumsi bahan bakar minyak untuk masing-masing kendaraan (KBMMi) dapat dihitung dengan rumus persamaan berikut, yaitu (DPU, 2005): KBBMi = (+ 1/VR + 2 x VR
2 + 3 x RR + 4 x FR + 5 x FR2
+ 6 x DTR + 7 x AR + 8 xSA + 9 x BK + 10 x BK x AR + 11 x BK x SA)/100 …………………. (2.6) Dimana,
= Konstanta 1 ... 12 = Koefisien-koefisien parameter VR = Kecepatan rata-rata RR = Tanjakan rata-rata FR = Turunan rata-rata DTR = Derajat tikungan rata-rata AR = Percepatan rata-rata SA = Simpangan baku percepatan
BK = Berat Kendaraan i = jenis kendaraan
Biaya Pengguna Jalan Zona Kerja (BPJZK)
Dampak-dampak moneter 1) Biaya tundaan perjalanan (nilai waktu) 2) Biaya Operasi Kendaraan (BOK) 3) Biaya tabrakan 4) Biaya emisi 5) Dampak-dampak pada proyek
disekitarnya
Dampak-dampak lain 1) Kebisingan 2) Dampak-dampak
pelaku usaha 3) Ketidaknyaman
terhadap masyarakat lokal
8
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian disertasi secara diagramatis disajikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Bagan Diagram Alir Penelitian
3.2 Pengumpulan Data
Penelitian ini mengambil kasus pada pelaksanaan pemeliharaan jalan
khususnya peningkatan jalan Nasional dua lajur dua arah di provinsi Bali tahun
Tujuan Penelitian
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan dan Rekomendasi
Permasalahan
Hasil dan Pembahasan
9
anggaran 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan survei langsung berupa data
primer dan tidak langsung berupa data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui
instansi pemerintah, dan swasta seperti data jumlah penduduk dan dokumen
pelaksanaan fisik pemeliharaan jalan. Data primer dilakukan dengan survey langsung
seperti:
1) Survey tentang pola pengaturan lalu lintas pada zona kerja pemeliharaan
jalan.
2) Survey dimensi geometrik jalan meliputi lebar lajur, lebar bahu dan panjang
segmen pelaksanaan pemeliharaan.
3) Survey lingkungan disekitar zona kerja pemeliharaan jalan.
4) Survey lalu lintas interval satu jam meliputi volume lalu lintas dan kecepatan
kendaraan. Survey ini menggunakan peralatan perhitungan lalau lintas secara
otomatis (Automatic Traffic Counting=ATC). Jenis perlatan yang digunakan
adalah merek dagang Golden River (GR) tipe Marksman 400 (M400) atau
disingkat GR M400. Untuk kebutuhan data temporary traffic alat ini diinsatal
merekam volume, klas dan kecepatan kendaraan selama 65 jam. Gambar
ATC GR M400 ini dapat dilihat pada Gambar 2 di Lampiran 3.
3.3 Analisis Data
Metode deskripstif digunakan untuk menjelaskan karaktristik lalu lintas dan pola
pengaturan lalu lintas semasa pelaksanaan pemeliharaan jalan (Nazir, 2003).
Metode analitis digunakan untuk menghitung kinerja lalu-lintas seperti: parameter
kapasitas jalan dan parameter arus lalu lintas. Analisis juga digunakan untuk
mendapatakan kapasitas jalan (C), volume lalu lintas (Q), derajat kejenuhan (DS) dan
kecepatan kendaraan (Vm) dakam interval satuan jam selama 24 jam (DJBM, 1997)
Metode optimasi dipergunakan untuk meminumkan fungsi tujuan studi yaitu
meminimumkan pemborosan dampak negatif masa pemeliharaan jalan khususnya
pemborosan energi BBM (Yang, 2010).
10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penanganan Peningkatan Jalan Nasional Di Provinsi Bali Tahun 2015
Paket-paket ruas jalan Nasional di Provinsi Bali dibawah wewenang Balai
Pelaksana Jalan Nasional wilayah VIII (BPJN VIII) tahun anggaran 2015, dibedakan
atas 4 satuan kerja (Satker) yaitu Satker wilayah I Bali, Satker wilayah II Bali, Satker
Metro Denpasar dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Pada tahun anggaran
2015 terdapat 20 paket ruas jalan yang mendapat penanganan fisik pemeliharaan.
Jenis pemeliharaan ini meliputi peningkatan struktur dan kapasitas jalan,
pemeliharaan berkala jalan, berkala jembatan. Peta paket-paket penanganan
pemeliharaan jalan di wilayah BPJN VIII tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada
Gambar 1 pada Lampiran-2.
Paket-paket penangnan peningkatan dan rekonstruksi jalan pada tahun
anggaran 2015 dibawah wewenang BPJN adalah sebanyak 8 paket ruas jalan. Nama
paket/ruas jalan ini disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Paket/ruas jalan Peningkatan Jalan Tahun Anggaran 2015 di BPJN VIII Bali No Kasus Nama paket/ruas jalan Panjang
(km) 1 B1 Cekik-Seririt 4,00 2 B2 Cekik-Batas Kota Negara 1,80 3 B3 Batas Kota Amlapura-Angentelu 2,30 4 B4 Jalan Sutomo, Stiabudi, Wahidin, Thamrin, 6,78 5 B5 Simpang Kuta-Banjar Taman 1,70 6 B6 Simpang Pesanggaran-Sesetan 5,32 7 B7 Cekik-Batas Kota Singaraja 3,80
Sumber: BPJN VIII Bali, 2015
11
4.2 Rumusan Pemborosan Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM)
Model konsumsi bahan bakar minyak (BBM) adalah :
BiBBMj = KBBMi x HBBMj
Dimana,
BiBBMi = Biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan i,
dalam rupiah/km
KBBMi = Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan i, dalam
liter/km
HBBMj = Harga bahan bakar untuk jenis BBM j, dalam rupiah/liter
i = Jenis kendaraan sedan (SD), utiliti (UT), bus kecil (BL), bus besar
(BR), truk ringan (TR), truk sedang (TS) atau truk berat (TB)
j = Jenis bahan bakar minyak solar (SLR) atau premium (PRM)
KBBMi untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan rumus yaitu (DPU,
2005):
KBBMi = (+ 1/VR + 2 x VR2 + 3 x RR + 4 x FR + 5 x FR2 + 6 x DTR + 7 x AR
+ 8 xSA + 9 x BK + 10 x BK x AR + 11 x BK x SA)/1000 ………………… (4.1)
Dimana,
= Konstanta
1 ... 12 = Koefisien-koefisien parameter
VR = Kecepatan rata-rata
RR = Tanjakan rata-rata
FR = Turunan rata-rata
DTR = Derajat tikungan rata-rata
AR = Percepatan rata-rata
SA = Simpangan baku percepatan
BK = Berat Kendaraan
Variabel AR dan SA mengandung variabel rasio arus dengan kapasitas (Q/C)
atau sama dengan DS
12
Percepatan rata-rata AR pada kondisi pra konstruksi dan masa konstruksi dapat
dijabarkan sebagai berikut (DPU, 2005):
AR = 0.0128 (V/C) = 0.0128*DS
Kondisi Pra konstruksi
ApR = 0.0128 DSp ………………………………. (4.2)
Kondisi masa konstruksi:
AmR = 0.0128 DSm
AmR = 0.0128 .Fds . DSp …………………….. (4.3)
Simpangan baku percepatan SA pada kondisi pra rekonstruksi dan masa rekonstruksi
dapat ditentukan sebagai berikut (DPU, 2005):
SA = SA max (1,04/(1+e(a0 + a1)* DS)
Dimana,
SA = Simpangan baku percepatan (m/s2)
SA max = Simpangan baku percepatan maksimum (m/s2) (default = 0,75)
a0, a1 = koefisien parameter (tipikal/default a0 = 5,140 ; a1 = - 8,264)
DS = rasio volume lalu lintas (smp/jam) dengan kapasitas jalan (smp/jam)
Dengan memasukkan nilai tipikal/default SA max =0.75, a0= 5.1400 dan a1= -8.2640
(DPU, 2005), maka didapat:
SA = 0.75* (1,04/(1+e(- 3.1540)* DS)
Simpangan baku percepatan (m/s2) pada pra rekonstruksi (SAp) adalah:
SAp = 0.75* (1,04/(1+e(- 3.1540)* DSp) ……………………….. (4.4)
Simpangan baku percepatan SA pada masa rekonstruksi (SAm) adalah:
SAm = 0.75* (1,04/(1+e(- 3.1540)* DSm)
SAm = 0.75* (1,04/(1+e(- 3.1540)* Fds*DSp) ………………………… (4.5)
Komponen biaya bahan bakar akibat zona kerja (KBBMzki) adalah selisih kondisi
masa konstruksi (KBBMmi) dengan kondisi pra konstruksi (KBBMpi), dapat
dirumuskan sebagai berikut:
KBBMzki = KBBMmi-KBBMpi
= {(+ 1/VmR + 2 x VmR2 + 3 x RR + 4 x FR + 5 x FR2 + 6 x DTR + 7 x AmR
13
+ 8 xSAm + 9 x BK + 10 x BK x AmR + 11 x BK x SAm)/1000) – ((+ 1/VpR + 2
x VpR2 + 3 x RR + 4 x FR + 5 x FR2 + 6 x DTR + 7 x ApR + 8 xSAp + 9 x BK + 10 x
BK x ApR + 11 x BK x SAp)}/1000
= { 1(1/ VmR – 1/VpR) + 2 x(VmR2
– VpR2
)+ 7 x (AmR – ApR)+ 8 x(SAm –SAp) +
10 x BK x (AmR – ApR)+ 11 x BK x (SAm – SAp)}/1000 …………………(4.6)
Dengan memasukkan:
VmR = Vm; (kecepatan masa rekonstruksi)
VpR = Vp; (kecepatan pra rekonstruksi)
ARp = 0.0128 DSp;
ARm= 0.0128 x Fds x DSp
SAp = 0.75* (1,04/(1+e(- 3.1540)* DSp);
SAm = 0.75* (1,04/(1+e(- 3.1540)* Fds*DSp);
Qm = Fq*Qp
Maka didapat (Sudarsana DK, 2014)
KBBMzki =
{ 1(Vm) – 1/Vp) + 2 x(Vm2
– Vp2 )+ (7 + 10 x BK)x (0.0128 Fds x DSp –
0.0128 DSp)+ (8 + 11 x BK) x (0.75*(1,04/(1+e(- 3.1540)* FdsxDSp)) –
(0.75*(1,04/(1+e(- 3.1540)* DSp))}/1000 …………………………………….. (4.7)
4.3 Faktor Penyesuaian Volume, Kecepatan Kendaraan, Derajat Kejenuhan
Variabel kinerja lalu lintas untuk kondisi masa konstruksi yang meliputi
volume lalu lintas Qm, kecepatan kendaraan Vm dan derajan kejenuhan Fdsm,
dihitung dari variabel kinerja lalu lintas kondisi pra konstruksi (Qp, Vp dan DSp)
dengan mengalikan faktor penyesuaian Fq untuk volume lalu lintas, faktor
penyesuaian Fv untuk kecepatan kendaraan dan faktor Fds untuk faktor penyesuaian
derajat kejenuhan jalan (Sudarsana DK, 2014). Besaran parameter Fq, Fv dan Fds
disajikan pada Tabel 4.2.
14
Tabel 4.2 Besaran Parameter Faktor Penyesuaian Volume Fq, Kecepatan Fv dan Derajat Kejenuhan Fds
Jam Fq Fv Fds
06 - 07 0.80 0.89 1.04
07 - 08 0.84 0.89 1.08
08 - 09 0.90 0.90 1.16
09 - 10 0.92 0.87 1.16
10 - 11 0.92 0.85 1.12
11 - 12 0.91 0.84 1.12
12 - 13 0.92 0.86 1.18
13 - 14 0.88 0.85 1.11
14 - 15 0.90 0.87 1.15
15 - 16 0.86 0.86 1.12
16 - 17 0.85 0.93 1.11
17 - 18 0.83 0.94 1.09
18 - 19 0.85 0.95 1.11
19 - 20 0.82 0.90 1.08
20 - 21 0.89 0.89 1.15
21 - 22 0.94 0.86 1.22
22 - 23 0.94 0.90 1.23
23 - 00 0.92 0.88 1.19
00 - 01 0.88 0.85 1.25
01 - 02 0.92 0.87 1.25
02 - 03 0.92 0.87 1.25
03 - 04 0.89 0.85 1.27
04 - 05 0.95 0.85 1.29
05 - 06 0.87 0.89 1.08
Sumber: Sudarsana, 2014
4.4 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Pra Konstruksi
Hasil pengolahan data lalu lintas yang disurvey dengan ATC berupa
kecepatan kendaraan dan volume masing-masing jenis kendaraan selama 60 jam,
selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan volume harian dalam interval jam Qp
(kend/jam dan kecepatan kendaraan Vp (km/jam). Hasil analisis ini disajikan pada
Tabel 4.3.1 untuk kasus ruas jalan B1, B2 dan B3. Volume Qp dan kecepatan Vp
kasus B4, B5, B6 disajikan pada Tabel 4.3.2, sedangkan kasus B7 disajikan pada
Tabel 4.3.3
Analisis kinerja jalan para kondisi konstruksi yang juga terkait perhitungan konsumsi
BBM adalah derajat kejenuhan DSp. Hasil analisis fluktuasi DSp untuk masing-
masing ruas jalan disajikan pada Tabel 4.3.1 untuk kasus ruas jalan B1, B2 dan B3,
Tabel 4.3.2 untuk kasus B4, B5, B6 dan pada Tabel 4.3.3 kasus B7.
15
Tabel 4.3.1 Kinerja lalu lintas pra konstruksi kasus B1, B2 dan B3
B1 B2 B3
Jam V1p Q1p D1p DS1p V2p Q2p D2p DS2p V3p Q3p D3p DS3p
06 - 07 40.07 567 14 0.25 44.15 903 20 0.40 49.00 524 11 0.23
07 - 08 40.38 708 18 0.32 43.46 1,110 26 0.49 48.41 833 17 0.37
08 - 09 41.05 728 18 0.32 41.99 1,194 28 0.53 42.25 916 22 0.41
09 - 10 40.89 839 21 0.37 42.47 1,079 25 0.48 41.41 1,037 25 0.46
10 - 11 40.67 901 22 0.40 39.68 1,194 30 0.53 40.01 1,022 26 0.46
11 - 12 42.33 867 20 0.39 40.85 1,198 29 0.53 42.04 933 22 0.42
12 - 13 40.59 857 21 0.38 42.43 1,187 28 0.53 41.40 934 23 0.42
13 - 14 42.08 827 20 0.37 43.51 1,149 26 0.51 40.30 913 23 0.41
14 - 15 41.05 793 19 0.35 40.46 1,199 30 0.53 41.96 1,001 24 0.45
15 - 16 42.33 776 18 0.35 42.12 1,137 27 0.51 41.38 1,131 27 0.50
16 - 17 41.32 818 20 0.36 40.35 1,300 32 0.58 40.80 1,190 29 0.53
17 - 18 41.01 820 20 0.37 40.65 1,309 32 0.58 40.45 1,086 27 0.48
18 - 19 41.33 667 16 0.30 38.90 1,114 29 0.50 40.48 848 21 0.38
19 - 20 41.81 512 12 0.23 36.64 1,114 30 0.50 42.80 622 15 0.28
20 - 21 42.81 361 8 0.16 39.33 897 23 0.40 45.42 413 9 0.18
21 - 22 44.65 254 6 0.11 42.15 733 17 0.33 47.07 298 6 0.13
22 - 23 45.14 186 4 0.08 46.57 559 12 0.25 49.50 238 5 0.11
23 - 00 44.21 127 3 0.06 45.94 505 11 0.23 56.63 165 3 0.07
00 - 01 44.84 90 2 0.04 49.92 375 8 0.17 56.77 86 2 0.04
01 - 02 42.84 93 2 0.04 52.58 374 7 0.17 52.15 62 1 0.03
02 - 03 44.45 81 2 0.04 54.66 348 6 0.15 55.09 78 1 0.03
03 - 04 42.34 121 3 0.05 52.72 303 6 0.13 48.91 101 2 0.05
04 - 05 43.99 167 4 0.07 51.55 347 7 0.15 48.96 166 3 0.07
05 - 06 43.87 246 6 0.11 51.00 358 7 0.16 51.66 261 5 0.12
16
Tabel 4.3.2 Kinerja lalu lintas pra konstruksi kasus B4, B5 dan B6
B4 B5 B6
Jam V4p Q4p D4p DS4p V5p Q5p D5p DS5p V6p Q6p D6p DS6p
06 - 07 17.27 2,202 127 0.98 40.89 2,682 66 1.19 21.78 1,469 67 0.65
07 - 08 15.24 4,482 294 2.00 29.34 5,853 199 2.61 18.76 2,897 154 1.29
08 - 09 15.70 4,224 269 1.88 24.40 6,967 285 3.10 18.27 3,029 166 1.35
09 - 10 13.95 4,207 302 1.87 23.40 6,401 274 2.85 20.12 2,591 129 1.15
10 - 11 12.46 4,425 355 1.97 23.45 6,015 257 2.68 20.51 2,421 118 1.08
11 - 12 13.14 4,339 330 1.93 23.12 5,995 259 2.67 20.15 2,305 114 1.03
12 - 13 14.21 3,861 272 1.72 24.27 5,856 241 2.61 20.04 2,345 117 1.04
13 - 14 13.32 3,902 293 1.74 23.98 5,972 249 2.66 19.96 2,426 122 1.08
14 - 15 13.94 4,156 298 1.85 24.54 6,336 258 2.82 19.97 2,606 130 1.16
15 - 16 13.85 4,394 317 1.96 24.07 6,450 268 2.87 20.22 2,715 134 1.21
16 - 17 13.08 4,973 380 2.22 22.76 6,669 293 2.97 20.31 2,654 131 1.18
17 - 18 13.21 5,623 426 2.51 22.28 7,049 316 3.14 19.54 2,728 140 1.22
18 - 19 13.32 4,715 354 2.10 22.31 6,616 296 2.95 19.21 2,538 132 1.13
19 - 20 15.25 4,237 278 1.89 23.17 6,236 269 2.78 23.16 2,260 98 1.01
20 - 21 15.37 3,716 242 1.66 25.57 5,414 212 2.41 25.95 1,932 74 0.86
21 - 22 16.49 2,971 180 1.32 27.20 4,998 184 2.23 26.49 1,679 63 0.75
22 - 23 18.86 2,050 109 0.91 30.99 4,099 132 1.83 26.46 1,497 57 0.67
23 - 00 21.51 1,116 52 0.50 37.91 2,920 77 1.30 31.45 1,104 35 0.49
00 - 01 23.77 567 24 0.25 47.39 1,640 35 0.73 38.57 633 16 0.28
01 - 02 23.88 368 15 0.16 53.92 886 16 0.39 49.31 371 8 0.17
02 - 03 24.18 287 12 0.13 55.36 726 13 0.32 52.69 278 5 0.12
03 - 04 22.55 325 14 0.14 56.39 545 10 0.24 54.47 202 4 0.09
04 - 05 21.67 446 21 0.20 57.20 604 11 0.27 44.78 252 6 0.11
05 - 06 20.75 670 32 0.30 51.92 1,087 21 0.48 30.84 532 17 0.24
17
Tabel 4.3.3 Kinerja lalu lintas pra konstruksi kasus B7
B7
Jam V7p Q7p D7p DS7p
06 - 07 48.44 752 16 0.34
07 - 08 42.71 1,403 33 0.63
08 - 09 46.84 1,211 26 0.54
09 - 10 44.44 1,246 28 0.56
10 - 11 43.75 1,288 29 0.57
11 - 12 43.64 1,324 30 0.59
12 - 13 43.91 1,301 30 0.58
13 - 14 45.44 1,334 29 0.59
14 - 15 44.08 1,239 28 0.55
15 - 16 44.36 1,170 26 0.52
16 - 17 42.84 1,277 30 0.57
17 - 18 40.82 1,345 33 0.60
18 - 19 40.52 1,237 31 0.55
19 - 20 42.22 1,088 26 0.48
20 - 21 45.01 794 18 0.35
21 - 22 46.41 628 14 0.28
22 - 23 48.55 512 11 0.23
23 - 00 50.75 328 6 0.15
00 - 01 51.13 220 4 0.10
01 - 02 53.98 177 3 0.08
02 - 03 55.27 131 2 0.06
03 - 04 53.73 134 2 0.06
04 - 05 53.51 216 4 0.10
05 - 06 48.19 357 7 0.16
Sumber: Analsis 2015
4.5 Kinerja Lalu Lintas Pada Kondisi Semasa Konstruksi
Kinerja lalu lintas jalan untuk semasa konstruksi yang terkait estimasi
konsumsi BBM yang meliputi Volume lalu lintas Qm (kend/jam), Kecepatan
kendaraan Vm (km/jam) dan derajat kejenuhan DSm diprediksi dari kinerja lalu lintas
pra konstruksi Qp,Vp dan DSp dengan mengalikan factor penyesuain volume Fq,
factor penyesuaian kecepatan Fp dan factor penyesuaian derajat kejenuhan Fds yang
nilai parameternya telah disajikan pada Tabel 4.2.
4.6 Analisis Pemborosan Energi BBM
Pemborosan energy BBM KBBMizk dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(4.7). Dengan memasukkan kinerja lalu lintas pada kondisi pra konstruksi dan masa
konstruksi dan parameter terkait analisis running cost maka didapat pemborosan
18
energi BBM masing-masing ruas jalan B1, B2, B3, B4, B5, b dan B7 yang disajikan
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Pemborosan Energi BBM masing-masing Ruas Jalan (Lt/km)
Ruas Jalan
Jam Jam ke B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 Rerata
06 - 07 1 1.7 3.0 1.6 4.9 1.5 3.9 2.5 2.7
07 - 08 2 3.5 6.6 4.6 16.3 7.9 13.2 8.8 8.708 - 09 3 4.7 8.4 6.7 20.7 13.3 17.9 9.3 11.6
09 - 10 4 5.5 7.1 7.2 27.4 16.6 19.3 9.4 13.2
10 - 11 5 7.1 9.1 8.2 38.7 20.6 23.7 11.0 16.9
11 - 12 6 6.1 8.8 7.1 40.2 22.6 26.2 10.7 17.4
12 - 13 7 6.0 8.8 7.1 28.2 16.4 20.1 10.9 13.9
13 - 14 8 6.5 9.1 7.4 30.1 16.9 20.4 12.0 14.6
14 - 15 9 5.9 9.0 8.1 20.5 11.8 14.5 10.6 11.5
15 - 16 10 5.5 8.1 8.8 23.0 13.3 15.9 9.5 12.0
16 - 17 11 6.0 9.7 9.1 16.9 9.8 11.0 10.2 10.4
17 - 18 12 5.8 9.4 7.9 16.4 9.7 11.1 10.3 10.1
18 - 19 13 3.0 4.7 3.9 17.4 10.7 12.4 6.2 8.3
19 - 20 14 2.1 3.5 2.6 15.6 10.3 10.3 5.0 7.1
20 - 21 15 1.4 3.1 1.7 18.7 11.4 11.2 3.6 7.3
21 - 22 16 1.0 2.4 1.1 12.7 7.5 7.7 2.6 5.0
22 - 23 17 0.7 2.0 0.8 4.0 2.3 2.8 2.0 2.1
23 - 00 18 0.3 1.5 0.4 1.7 0.8 1.1 1.0 1.0
00 - 01 19 0.2 0.9 0.2 0.9 0.2 0.4 0.5 0.5
01 - 02 20 0.2 0.8 0.1 0.4 0.1 0.1 0.4 0.3
02 - 03 21 0.1 0.7 0.2 0.5 0.0 0.1 0.3 0.3
03 - 04 22 0.2 0.5 0.2 0.7 0.0 0.1 0.2 0.3
04 - 05 23 0.4 0.6 0.3 0.4 0.0 0.1 0.5 0.3
05 - 06 24 0.5 0.7 0.5 0.6 0.1 0.4 0.9 0.5
Jumlah 74.3 118.5 95.6 356.8 203.9 244.1 138.5 176.0
Sumber: Analsis 2015
Dari Tabel 4.4 dapat dijelaskan fluktuasi pemborosan BBM pada jam-jam malam
hari cendrung lebih kecil dibandingkan pada jam-jam siang hari. Hal ini akibat
kegiatan mobilitas social masyarakat lebih tinggi dibandingkan malam hari.
Pemborosan energy BBM harian terendah ditemukan pada kasus ruas jalan B1 (ruas
Cekik-Seririt), sedangkan tertinggi pada kasus B4 (ruas Setiabudi-Cokroaminoto). Hal
ini sejalan dengan tipe jalan perkotaan B4 (ruas Setiabudi-Cokroaminoto) dan semi
perkotaan B1 (ruas Cekik-Seririt).
Rata-rata pemborosan energy BBM selama masa konstruksi peningkatan jalan
diprediksi sebanyak 176 ltr/hari/km.
19
4.7 Hubungan Pemborosan Energi BBM dengan Waktu (Jam)
Hubungan fluktuasi prediksi pemborosan BBM untuk ruas jalan B1 sampai
dengan B7 terhadap waktu perjam dalam sehari dapat dilihat juga pada Gambar 4.1.
Pada Gambar 4.1 juga digambarkan rerata perjam dari pemborosan BBM dari 7 ruas
jalan yang distudi. Rerata prediksi pemborosan BBM tertinggi ditemukan pada jam
ke-6 (jam 11.00-12.00 siang hari) dengan rerata pemborosan BBM adalah 17,4
ltr/jam/km, sedangkan pemborosan terendah ditemukan pada jam ke-21 (Jam 02.00-
03.00 malam dinihari) dengan rerata 0,3 lt/jam/km.
Hubungan antara fluktuasi BBM dengan waktu perjam harian, model kurva yang
didapat adalah berbentuk kuva polynomial berderajat tiga, dengan rumusan seperti
pada persamaan (4.1) dan dapat juga dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Adapun rumusan hubungan fluktuasi pemborosan BBM (Y) terhadap waktu dalam
jam harian (X) adalah sebagai berikut:
Y = 0.010 x3 - 0.449 x2 + 4.652 x + 0.744 ………………………………… (4.1)
Koefisien determinasi R2 yang didapat adalah R2 = 0.52, yang dapat dinyatakan model
hubungan yang didapat dipengaruhi factor lain selain waktu kerja adalah sebesar 48%.
Gambar 4.1 Hubungan pemborosan BBM terhadap waktu perjam sehari.
20
Gambar 4.2 Rentang Pemborosan BBM minmal
4.8 Meminimalkan Pemborosan BBM Pada Zona Kerja
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 kecendrungan pemborosan energy masa
konstruksi proyek peningkatan jalan ditinjau dari segi waktu dapat dinyatakan bahwa
pemborosan BBM pada jam-jam malam hari jauh lebih kecil dibandingkan pada siang
hari. Hal ini selaras dengan kegiatan/aktivitas sosil ekonomi masyarakat. Untuk
meminimalkan pemborosan BBM dalam masa peningkatan jalan terutama
peningkatan perkerasan jalan, waktu pengerjaan proyek yang berdampak rendah
terhadap pemborosan BBM yaitu pada malam hari.
Pemborosan energy terendah ditemukan adalah 0,3 lt/jam/km pada jam ke-21 atau
jam 02.00-03.00 atau pada titik m seperti terlihat pada Gambar 4.2. Untuk
menentukan rentang pemborosan minimal diperlukan nilai standar deviasi (S). Pada
pembahasan ini dilakukan pendekatan pembagian jamkerja/aktivitas dalam sehari (24
jam), menjadi 2 kelompok jam kerja/aktifitas yaitu siang hari (jam 06.00-17.00)
dan jam kerja malam (18.00-05.00). Standar deviasi pada jam kerja malam yang
didapat adalah sebesar S= 3,2 lt/jam. Sehinga rentang pemborosan energy BBM
minimal yang didapat berkisar antara (0.3 +- 3.2). Rentang pemborosan energy
minimal yang didapat adalah antara 3.5 lt/jam sampai -2.9 lt/jam. Pemborosan BBM
3.5 lt/jam terjadi pada jam mendekati jam ke 17 (jam 22.00 -23.00) malam, hal ini
a b m
21
dapat dilihat pada titik a Gambar 4.2, sedang rentang lebih kecil (-2,9) adalah berada
jam ke 24 ( jam 05.00-06.00) yang dapat dilihat pada titik b pada Gambar 4.2.
Rentang pelaksanaan peningkatan jalan yang menimbulkan dampak pemborosan
energy BBM minimal adalan dengan jam kerja antara jam 22.00 – 06.00 malam. Hal
ini selaras dengan rendahnya volume lalu lintas dan kecepatan kendaraan lebih tinggi
akibat dari rendahnya aktivitas sosial ekoomi masyarakat pada rentang jam tersebut.
22
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis meminimalkan pemborosan energy BBM semasa pemeliharaan
jalan Nasional khususnya proyek peningkatan/rekonstruksi jalan untuk tipe jalan 2
lajur 2 arah, perkotaan dan semi perkotaan dapat disimpulakan sebagai berikut:
1) Pemborosan energy BBM semasa pelaksanaan peningkatan jalan rata-rata
adalah 176 lt/hari/km.
2) Fluktuasi pemborosan BBM perjam harian, memiliki model kurva bebentuk
polynomial berderajat tiga. Pada jam kerja siang hari pemborosan BBM lebih
tinngi dibanding pada jam kerja malam hari. Pemborosan BBM maksimum
terjadi pada siang hari antara jam 11.00-12.00 dengan rerata pemborosan
BBM adalah 17,4 lt/jam/km. Sedangkan pemborosan BBM minimal terjadi
pada malam hari antara jam 02.00-03.00 dinihari dengan pemborosan BBM
adalah 0.3 lt/jam/km
3) Rentang jam kerja yang dapat memminimalkan pemborosan BBM adalah
mulai dari jam 22.00 malam sampai dengan jam 06.00 pagi.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah:
1) Perlu menambah jumlah kasus studi untuk ruas jalan yang sejenis.
2) Perlu dikembangkan model optimasi lain untuk meminimalkan pemborosan
BBM semasa pelaksanaan proyek peningkatan jalan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Allouche E. N., Gilcrist A. 2004. Quantifying Construction Realated Social Costs,
North American Society for Trenchless Technology (NASTT), New Orleans,Lusiana
Borchartdt D W., Pesti G, Sun D, Ding L. 2009. Capacity and Road User Cost Analysis of Selected Freeway Work Zones in Texas. Report 0-5619-1,Texas Trasportation Institute.
Choi K, Kwak Y. H, Yu B. 2010. Quantitative Model for Determining
Incentive/Disincentive Amounts through Schedule Simulation, Proceedings of the 2010 Winter Simulation Conference.
DJBM (Direktorat Jendral Bina Marga) & Sweroad. 1997. Manual Kapsitas Jalan di
Indonesia (MKJI). DJBM (Direktorat Jendral Bina Marga). 2010. Petunjuk Praktis Keselamatan Jalan
Pada Zona Kerja Di Jalan. DPU (Departemen Pekerjaan Umum) Balitbang. 2005. SNI Pd.T-15-2005-B,
Perhitungan Biaya Oerasi Kendaraan untuk Biaya Tak Langsung (Running Cost).
Ferdinan A. 2011. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, Edisi 3,Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang
FHWA (Federal Highway Adminitration). 2005. Developing and Implementing
Transportation Management Plans for Work Zones. FHWA (Federal Highway Adminitration). 2011, Work Zone Road Use Cost Concepts
and Applications, Report FHWA-HOP-12-005 Jiang Y, Chen H, Li S. 2010. Determination of Contarct Time and Incentive and
Disincentive Value of Highway Contruction Project, International Journal of Construction Education and Research, [6],285-302, Routledge Taylor & Francis Group.
Matthews J.C, Allouche E.N. 2010. A Social Cost Calculator for Utility Construction
Project, Proceeding Paper F-4-03, NASTT-No-Dog Show 2010, Chicago Illinois.
MTI (Mineta Trasportation Institute). 2010. Improving Trasportation Construction
Project Performance: Development of Model to Support the Decision-Making Process for Incentive/Disincentive Construction Projects, MTI Report 09-07
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta
24
OKTC (Oklahoma Trasportation Center). 2010. Evaluation of Construction Strategies
for PCC Pavement Rehabilitation Projects, Report OTCREOS7.1-23-F,Oklahama.
Ortuzar J de D, Willemsen L.G. 1997. Modelling Transport. Second edition, March
1997. John Wiley and Sons. Sudarsana, D.K. 1998. Studi Penyertaan Perhitungan Faktor Nilai Waktu dalam
Kontrak Proyek Konstruksi Jalan (Kasus: Proyek Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan Propinsi Bali), Tesis, Program Pasca Sarjana,Program Studi Teknik Sipil, Istitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Sudarsana D.K, Sulistio H, Wicaksono A dan Djakfar L. 2013a. Analisis Kerugian
Biaya Pengguna Jalan akibat Zona Kerja (Work Zone). Prosiding Kolokium Jalan Jembatan 2013, ISBN : 978-602-264-032-5, III:119 – 133, Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Pengembangan dan Penelitian Balibang Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Bandung
Sudarsana D.K, Sulistio H, Wicaksono A dan Djakfar L . 2013b . Kajian Kinerja
Jalan Akibat Adanya Zona Kerja (Work Zone). Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke 16, ISBN 9786021855522, 716-725, Surakarta
Sudarsana D.K, Sulistio H, Wicaksono A and Djakfar L. 2014a. The Analysis Of
Work Zone Road User Costs Due To The Delay Completion Of The Road Maintenance Project. Adv. in Nat. Appl. Sci., 8(3): 103-108
Sudarsana D.K, Sulistio H, Wicaksono A dan Djakfar L. 2014b. Prediksi Kinerja
Jalan Terkait Estimasi Kerugian Pengguna Jalan Selama Masa Rekonstruksi Jalan. Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke 17, ISSN 2356-0509, 2(1): 751-761. Jember.
Sudarsana D.K, Sulistio H, Wicaksono A dan Djakfar L. 2014c. Kerugian Energi BBM
Selama Masa Proyek Rekonstruksi Jalan. Prosiding Senastek LPPM Unud, ISBN 978-602-294-018-0: 473-477. Denpasar
Sudarsana D.K. 2014. Model Kerugian Pengguna Jalan Pada Masa Pelaksanaan
Proyek Rekonstruksi Jalan. Disertasi, Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang.
Yang N. 2010. Optimization of Highway Work Zone Decision Considering Short-
Term and Long-Term Impacts. Disertation degree of Doctor Philosophy, Faculty of the graduate school of the University of Maryland, College Park
25
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Survey dari Jurusan ke Kepala Bali BPJN VIII Bali
26
Lampiran 2. Peta Penanganan Peningkatan Jalan Balai VIII Bali Tahun
Anggaran 2015
Gambar 1. Peta Penanganan Peningkatan Jalan Balai VIII Bali
Tahun Anggaran 2015 Lampiran-3. Peralalatan ATC tipe GR M400
Gambar 2. Peralatan ATC tipe GR M400
27
Lampiran 4. FOTO PENELITIAN
28
Lampiran 5. LUARAN PENELITIAN
5.1 PUBLIKASI TINGKAT NASIONAL:
PEMBOROSAN ENERGI BBM HARIAN AKIBAT ZONA KERJA SEMASA
PROYEK PENINGKATAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI BALI
Dewa Ketut Sudarsana1,
1Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana-Bali e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Dampak negatif dominan akibat adanya zona kerja pada peningkatan jalan adalah penurunan kinerja lalu lintas. Ekses dari penurunan kinerja lalu lintas ini adalah terjadi pemborosan konsumsi BBM pada kendaraan bermotor. Pemborosan BBM ini berfluktuasi dalam satuan jam perhari. Kajian pemborosan BBM harian semasa eksekusi proyek peningkatan jalan di Indonesia perlu dilakukan. Kasus studi adalah pelaksanaan peningkatan jalan Nasional tipe dua lajur dua arah, perkotaan dan semi perkotaan di Provinsi Bali tahun anggaran 2015. Analisis kinerja lalu lintas menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Analisis konsumsi BBM menggunakan pedoman Pd.T-15-2005-B. Analisis statistik digunakan mencari hubungan pemborosan BBM terhadap waktu perjam harian. Hasil penelitian menemukan model kurva polinomial berderajat tiga, dengan variabel generator waktu dalam jam harian, dan variabel respon adalah pemborosan BBM. Rata-rata pemborosan energi BBM harian yang ditemukan adalah 94 liter/ruas jalan. Pemborosan energi BBM maksimum ditemukan terjadi pada jam 12 sampai dengan jam 1 siang hari, sedangkan minimum terjadi pada jam 1 sampai dengan jam 2 pagi dini hari. Kata-kata kunci: peningkatan jalan, zona kerja, pemborosan BBM.
ABSTRACT
Dominant negative impacts due to work zone in the road improvement project are the reduction of traffic performance. The excesses of the decline of traffic performance is loss of fuel consumption in motor vehicles. The loss of this fuel fluctuates in hours in a daytime.Study of daily fuel losses during the execution of a road improvement projectin Indonesia needs to be done. Case study is the execution of the National road improvement of two-lane two-way, urban and interurban road type in Bali province fiscal year 2015. Analysis of the traffic performance is using the Indonesian Highway Capacity Manual 1997. Analysis of fuel consumption using guidelines Pd.T-15-2005-B. Statistical analysis is used to find the loss of fuel per hour daily relationship. The study found the cubic curve model, with generator variable is time in hourly, daily and the response variable is loss of fuel. The average daily fuel loss found was 94 liters/link road. Maximum loss of fuel was found to occur in 12 until 1p.m., while the minimum occurred from 1until 2 a.m.ona day. Key words: roads improved, work zones, loss of fuel.
29
30
5.2 PUBLIKASI TINGKAT INTERNASIONAL
31
AUTHOR
32
Technical session
Publication http://civil.utm.my/apsec2015/publication/
Selected paper will be published in the following journal:
Jurnal Teknologi (Sciences and Engineering)
Jurnal Teknologi is indexed by:
Malaysian Journal of Civil Engineering (MJCE)
MJCE is indexed by:
ASEAN Engineering Journal (AEJ)
AEJ is a publication by AUN/SEED-Net
33