universitas muhammadiyah sumatera utara tahun …

59
LAPORAN AKHIR PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL Institusi/Konsorsium STRATEGI KEBIJAKAN BUMDES : BOTTOM-UP of ECONOMIC DEVELOPMENT MODEL (STUDI KASUS KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA) Tahun 1 dari Rencana 2 Tahun Dibiayai Oleh : Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian No. 331/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018 TIM PENELITI : Dr. PRAWIDYA HARIANI, SE, M.Si (NIDN. 0124037107) Dra. LAILAN SAFINA HASIBUAN, M.Si (NIDN. 0012026606) ELIZAR SINAMBELA, SE, M.Si (NIDN. 0104037401) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2018 1 Kode / Nama Rumpun : 561/Ekonomi Pembangunan Bidang Fokus : X- Sosial Humaniora, Seni Budaya

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

Institusi/Konsorsium

STRATEGI KEBIJAKAN BUMDES :

BOTTOM-UP of ECONOMIC DEVELOPMENT MODEL

(STUDI KASUS KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG

PROVINSI SUMATERA UTARA)

Tahun 1 dari Rencana 2 Tahun

Dibiayai Oleh :

Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Sesuai dengan Kontrak Penelitian

No. 331/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018TIM PENELITI :

Dr. PRAWIDYA HARIANI, SE, M.Si (NIDN. 0124037107)

Dra. LAILAN SAFINA HASIBUAN, M.Si (NIDN. 0012026606)

ELIZAR SINAMBELA, SE, M.Si (NIDN. 0104037401)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

TAHUN 2018

1

Kode / Nama Rumpun : 561/Ekonomi Pembangunan

Bidang Fokus : X- Sosial Humaniora, Seni Budaya

Page 2: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2

Page 3: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

RINGKASAN

Pembangunan Ekonomi dari daerah pinggiran merupakan implmentasi dari konseppemerataan pembangunan yang didukung oleh kebijakan Pembangunan Ekonomi dari daerahpedesaan (rural region). Melalui Permendagri No 39 tahun 2010 tentang Pemerintah daerahdalam hal ini Pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) diIndonesia. Kebijakan ini menjadi fokus pemerintahan Jokowi-JK untuk memanfaatkannya agarprogram pemerintah pusat dapat didukung oleh pemerintah daerah dengan mendirikn BUMDESyang dapat menggerakkan ekonomi pedesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatdesa.

Kabupaten Deli Serdang sebagai lumbung pangan Provinsi Sumatera Utara danpenggerak Ekonomi pedesaan khususnya untuk tanaman pangan, holtikultura dan perikananmenjadi potensi ekonomi yang luar biasa dapat dikembangkan sebagai mesin penggerakpertumbuhan ekonomi di kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara. Sektor pertanian diwilayah ini bahkan sudah memiliki keterkaitan dengan sektor industry manufaktur yangkntribusinya cukup besar juga dalam PDRB Kabupaten Deli Serdang. Salah satu wilayahkecamatan yang cukup banyak perubahan adalah Kecamatan Beringin yang tidak jauh lokasinyamenuju Bandara Internasional Kualanamu, tapi sektor pertaniannya masih cukup memiliki dayasaing (competitiveness) di Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kondisi existing BUMDes di Desa se-Kecamatan Beringin, 2) Kontribusi BUMDes terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes) dan 3)Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kontribusi BUMDes terhadap PADes. Penelitimenggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan Metode LQ(location Quotient) dan AHP (Analysis Hirarchi Process). Sedangkan Fokus Utama penelitianini berupa Pembuatan Kajian Akademik tentang Potensi pendirian BUMDes pada wilayah desadi Kecamatan Beringin. Kemudian dilanjutkan dengan bagaimana pengelolaan BUMDessehingga memiliki prospek kesinambungan dalam pembangunan ekonomi (suistanabilitydevelopment) di wilayah tersebut.

Waktu penelitian ini direncanakan selama 2 tahun dari 2018-2019, dimana aktivitas yangdilakukan pada awal tahun penelitian ini akan mengumpulan data sekunder baik untukKabupaten Deli Serdang bahkan Kecamatan Beringin yang telah dipublikasikan. Kemudian akanmelakukan wawancara terstruktur dengan pelaku ekonomi di pedesaan termasuk kelompok tanisehingga dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya dilapangan. Maka kehadiran BUMDesdapat menjadi motor penggerak ekonomi desa pada jangka panjang.

Key words : Kebijakan BUMDES, Economic Development, Rural region

3

Page 4: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi kesempatan pada

kami Tim Peneliti untuk bisa menyelesaikan Penelitian Strategis Nasional dengan segemntasi

institusi pada tahun pertama yakni 2018. Penelitian ini diajukan untuk mencoba melakukan

implemetasi dan evaluasi dalam bentuk pengajuan proposal untuk Skema Kompetitif Nasional

dari Penelitian Strategis Nasional (PSN) untuk skala institusi pada tahun 2017. Kemudian

seiring dengan perubahan kebijakan dengan menerbitkan Buku XII tentang Pedoman Penelitian

dan Pengabdian yang diterbitkan oleh Kemenristek Dikti Tahun 2018, maka peneltian ini yakni

PPT berubah menjadi Penelitian Kompettitif Nasional. Penelitian ini didanai oleh Direktorat

Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor :

331/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018

Banyak kesulitan yang kami lakukan ketika mengumpulkan data di lapangan dengan

mewawancarai penduduk baik yang menjadi petani maupun pedagang ataupun profesi yang lain,

tapi banyak yang belum mengetahui tentang adanya BUMDes dan dapat mendukung produksi

pertanian yang masyarakat hasilkan, khususnya penduduk yang berada di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Keterbatasan waktu dan biaya serta kondisi cuaaca

dimana perjalanan untuk pengambilan data di lapangan bulan Juli dan Agustus 2018 agak

terhambat. Jadwal untuk turun kelapangan menjadi banyak tertunda, termasuk penerimaan dana

yang cukup lambat kami terima pada tahun 2018, yakni pada saat seminggu menjelang Hari

Raya Idhul Fitri tahun 2018 , sehingga untuk membuat Laporan kemajuan menjadi sangat

singkat sampai dengan melakukan tabulasi data. Kondisi ini masih didorong juga oleh

SIMLITABMAS yang banyak mengalami perubahan dan gangguan dalam koneksi. Namun

kesulitan-kesulitan baru sedikit dapat diatasi dengan melibatkan mahasiswa sebagai surveyor

sekaligus melakukan implementasi penelitian dalam kegiatan yang lebih nyata. Tapi Kegiatan

FGD dengan Pemerintahan Kecamatan Beringin baru dapat dilaksanakan pada Oktober 2018.

Dengan kesungguhan dan ketekunan yang tinggi baik Tim Peneliti bersama dengan mahasiswa

sebagai surveyor, maka kami dapat menyelesaikan aktivitas dengan porsi 70% pada tahun

pertama sekaligus membuat laporan kemajuan dari penelitian ini. Semoga pada tahun-tahun

4

Page 5: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

berikutnya kami dapat mengerjakannya sesuai dengan skedul dan memiliki hasil yang lebih

opimal.

Semoga apa yang telah kami lakukan dapat memberi kontribusi bagi ilmu pengetahuan

dan dunia riset akademik, walaupun apa yang telah saya lakukan hanyalah sebutir pasir ditengah

lautan. Terimaksih juga kepada Direktorat Jendral Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementrian

Riset dan Pendidikan Tinggi yang telah mendukung Tim peneliti secara finansial dalam bentuk

pemberian berupa pemenang Kompetitif Nasional untuk Penelitian Strategis Nasional (PSN)

tahun 2018. Akhirnya kami ucapkan banyak terimakasih atas dukungan semua pihak dalam

penyelesaiannya. Semoga Allah SWT dapat melancarkan semua usaha yang kita lalukan di

dunia. Amiin ya rabbal’alamiin.

Medan, 15 Nopember 2018

Tim Peneliti

DAFTAR ISI

5

Page 6: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. 3

DAFTAR TABEL………………………………………………………….5

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… 6

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… 7

RINGKASAN PENELITIAN..................................................................... vi

PRAKATA……………………………………………………………….... 1

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 8

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………...... 8

1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. . 12

1.3 Tujuan Umum dan Luaran Peneltian....................................... 12

1.3.1. Tujuan Umum Penelitian……………………………... 12

1.3.2. Luaran Penelitian…………………………………….. 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5

2.1 Basic Theory of Economic Development………………………12.2 Konsep Otonomi Daerah……………………………………….2.3 Otonomi Desa D(OTDes)………………………………………. 42.4 Kelembagaan Ekonomi………………………………………..2.4.1. Definisi kelembagaan........................................................… 52.4.2. Kelembagaan Desa…………………………………………2.5 Indikator Kemajuan Ekonomi Masyarakat………………….2.6 Pengertian BUMDes……………………………………………2.6.1. Perbedaan BUMDes dengan Kelembagaan Ekonomi…….2.6.2. Maksud dan Tujuan pendirian BUMDes…………………..2.7 Jenis-jenis Usaha BUMDes…………………………………..2.8 Penelitian Terdahulu…………………………………………..2.9 Fishbone Penelitian……………………………………………2.10 Roadmap Penelitian…………………………………………

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………. . 24

3.1. Tujuan Khusus Penelitian……………................................... 24

3.2. Manfaat/Urgensi Penelitian………………………………… 24

6

Page 7: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................... 11

4.1.................................................................................................. Pendekatan danFokus Penelitian………………………….

4.2.................................................................................................. Lokasi danwaktu…………………………………………….

4.3..................................................................................................Jenis dan SumberData……………………………………….

4.4..................................................................................................Tehnik PengumpulanData........................................................................................... 12

4.5..................................................................................................Prosedur Analisis................................................................................................. 13

4.6..................................................................................................Bagan Penelitian................................................................................................. 13

BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI................................. 30

5.1. Pemetaan Sebelum Erupsi Sinabung……………………….. 30

5.1.1. Gambaran Geografis Kabupaten Karo………………… 30

5.1.2. Sungai…………………………………………………. 31

5.1.3. Gunung………………………………………………… 32

5.1.4. Danau………………………………………………….. 32

5.2. Pemetaan Pasca Erupsi Sinabung……………………………. 33

5.2.1. Perkembangan Demografi (Penduduk) Kabupaten Karo 33

5.2.2. Distribusi Penduduk per Kecamatan Sebelum dan setelah

Erupsi Sinabung……………………………………….. 34

5.3. Kondisi Makro Ekonomi Kabupaten Karo…………………. 36

5.3.1. Nilai PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha………….. 36

5.3.2. Pertumbuhan PDRB berdasarkan Lapangan Usaha….. 37

5.3.3. Kontribusi Sektoral dari PDRB………………………. 39

5.4. Kondisi Fisik Pasca Erupsi Gunung Sinabung………………. 40

5.4.1. Kondisi Gunung Sinabung Masa Erupsi………………. 40

5.4.2. Pemetaan Wilayah Kecamatan dan Desa yang

terkena Erupsi Sinabung………………......................... 44

5.5. Relokasi Pemukiman Penduduk yang telah Mengungsi

Karena Erupsi Sinabung …………........................................ 45

7

Page 8: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................. 49

6.1. Tahapan Pengembangan Ekonomi Pariwisata...................... 49

6.2. Bagan tahapan tahun ke-2 .................................................... 50

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………... 52

7.1. Kesimpulan ............................................................................ 52

7.2. Saran ...................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. . 55

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 56

8

Page 9: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi yang dijalankan daerah saat ini masih

belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Hal tersebut

disebabkan karena pola pengembangan ekonomi daerah yang sedang dan telah dilaksanakan oleh

daerah terkesan kurang sistematik dan tidk sesuai dengan potensi ekonomi yang dimilikinya.

Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya potensi ekonomi daerah

dan berakibat rendahnya daya saing (competitiveness) ekonomi di daerah tersebut. Rendahnya

daya saing ekonomi daerah pada akhirnya menyebabkan timbulnya ketimpangan dalam kativitas

ekonomi dan ketidakmerataan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Konsekuensi dari implementasi otonomi daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk

mampu menggali dan mengembangkan potensi ekonominya secara mandiri. Pengembangan

potensi ekonomi ini diharapkan dapat memperkecil rentang ketimpangan pembangunan antar

daerah secara bertahap. Oleh karena itu, salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan

daerah adalah kemampuan masing-masing daerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan

potensi ekonomi yang ada secara optimal.

Dalam rangka peningkatan roda perekonomian daerah agar berhasil dan berdaya guna,

maka perlu diupayakan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui pengembangan sektor

ekonomi unggulan daerah. Dimana proses ini dilakukan melalui identifikasi dan pemetaan

potensi sektor ekonomi unggulan yang ada di daerah sebagai proses pemanfaatan dan

pengembangan sumberdaya lokal serta optimalisasi potensi ekonomi yang ada di daerah. Pola

peningkatan dan pemerataan pembangunan ekonomi harus dilakukan dari pinggiran, dengan kata

lain pembangunan dari wilayah pedesaan menjadi target utama dalam mencapai pemerataan

pembangunan ekonomi di seluruh Indonesia.

Sebagai suatu strategi pembangunan daerah, pengembangan potensi ekonomi melalui

sektor ekonomi unggulan dinilai mempunyai kelebihan karena daerah yang menerapkan pola

pembangunan ini relatif lebih mandiri dalam pengembangan ekonominya. Sektor ekonomi

unggulan tersebut merupakan sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif

9

Page 10: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

dengan produk sektor sejenis dari daerah lain dan memberi nilai manfaat yang besar, memiliki

multiplier effect terhadap perekonomian serta memiliki permintaan yang tinggi pada pasar lokal

maupun ekspor.

Selain mengolah potensi ekonomi yang potensial tersebut menjadi ekonomi riil maka

harus dikembangkan pendirian Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut BUMDes) yang

menjadi penggerak ekonomi di wilayah desa. Kebijakan BUMDes ini sebagai implementasi dari

Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah pusat. Strategi pembangunan ekonomi

(economic development strategic) yang dijalankan oleh pemerintah Jokowi-JK adalah dengan

motto “Pembangunan dari Pinggiran dengan melakukan implementasi one billion one

village selama kurun waktu 2016-2017. Maka pencapaian dari pemerataan pembangunan

ekonomi dapat terealisasi dalam kurun waktu 5 tahun. Dengan adanya BUMDes diharapkan

produk barang yang dihasilkan dapat memenuhi pasar lokal di wilayah Deli Serdang dan

Provinsi Sumatera Utara, bahkan dapat menembus pasar internasional alias berorientasi ekspor.

Secara administratif Kabupaten Deli Serdang yang ber-ibukotakan Lubuk Pakam

memiliki 22 kecamatan yang terdiri dari 380 desa dan 14 kelurahan. Pada umumnya wilayah

kecamatannya didominasi wilayah pedesaan (rural), dan sebahagian kecil lainnya, seperti

kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah kota Medan cenderung menjadi wilayah

perkotaan (urban) ataupun sub-perkotaan (sub-urban). Masing-masing kecamatan memiliki 3

karakteristik topografi daerah yakni kecamatan yang berada di wilayah pesisir pantai terdapat 4

kecamatan (Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan,dan Pantai Labu), sedangkan

untuk wilayah dataran rendah terdapat 11 kecamatan (Sunggal, Pancur Batu, Namorambe,

Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar

Merbau,dan Galang), dan wilayah dataran tinggi ada 7 kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit,

Biru-biru, STM Hilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun Purba). Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Lumbung Pangan Nasional di

wilayah barat Indonesia dan luar pulau Jawa. Kemudian Pemerintah provinsi Sumatera Utara

menetapkan Kabupaten Deli Serdang sebagai Lumbung Pangan Daerah SUMUT. Maka

keunggulan sektor pertanian menjadi fokus utama yang harus dikembangkan di wilayah ini.

Kecamatan Beringin masuk pada kategori wilayah dataran rendah dengan keunggulan di sektor

10

Page 11: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

pertanian tanaman pangan, perkebunan besar, perkebunan rakyat, peternakan, industri,

perdagangan dan perikanan darat.

Wilayah Kabupaten Deli Serdang umumnya merupakan dataran rendah yang sebagian

besar merupakan wilayah yang subur, suhu udara relatif tinggi. Kegiatan di wilayah Mebidangro

umumnya heterogen, dengan kawasan perkotaan dengan proporsi relatif besar dibanding

kawasan lain di Sumatera Utara dan dengan prasarana wilayah yang memadai. Wilayah ini sesuai

untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, terutama perkebunan dan tanaman

pangan. Potensi sumber daya alam kawasan Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo)

cukup melimpah, diantaranya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan

pariwisata. Potensi Pertanian di Kawasan Mebidangro bagian Selatan diantaranya adalah sayuran

dan buah-buahan yang sebagian besar telah dipasarkan dengan baik dan sudah di ekspor keluar

negeri maupun provinsi lain. Di bagian Tengah kawasan, luas areal perkebunan relatif luas

dengan jenis komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa. Potensi

perikanan laut Selat Malaka (bagian Utara dan Timur Laut kawasan) sebagian besar sudah

dimanfaatkan. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1-1Jumlah Desa dan Kelurahan tiap Kecamatan serta Nama Ibukota Kecamatan

dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam

11

Page 12: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2015.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan permasalahan yang

ditentukan sebagai berikut :1. Bagaimana perkembangan dan efektivitas penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD)

dalam perkembangan Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang pada umumnya dan

Kecamatan Beringin pada khususnya.2. Bagaimana perkembangan sektor ekonomi unggulan pedesaan yang menjadi penggerak

ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.3. Kurang efektifnya perencanaan, penggunaan, pertanggungjawaban dan akuntabilitas

keuangan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.4. Bagaimana Rule Model yang Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan

BUMDes di Kecamatan Beringin1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut :

12

Page 13: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

1) Melakukan analisis dan evaluasi dari penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) selama

2 tahun terakhir baik untuk Kabupaten Deli Serdang secara sampling, khususnya di

Kecamatan Beringin.2) Melakukan kajian dan pemetaan dari sektor Ekonomi Unggulan Pedesaan sebagai

penggerak ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.3) Membuat pelatihan Manajemen dan Laporan Keuangan E-budgeting pada

Pemerintahan Desa se-Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.4) Membuat Rule Model yang Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan

BUMDes di Kecamatan Beringin yang menjadi Daerah Percontohan di Propinsi

Sumatera Utara.1.3.2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan yang telah dikemukakan maka manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini sebagai berikut :1) Bagi Pemerintah Kecamatan; Membuat Kajian Akademis dalam menentukan

strategi perkembangan pembangunan ekonomi pada wilayah kecamatan Beringin

khususnya sebagai wilayah pinggiran untuk mendorong pemerataan ekonomi.2) Bagi Pemerintah Kabupaten; Membuat Rule Model yang efisien dan efektif dalam

implementasi kebijakan ADD dalam membantu pendirian BUMDes bagi

Pemerintahan Desa se-Kecamatan Beringin serta Kabupaten Deli Serdang3) Bagi Akademisi; Mengembangkan ilmu Ekonomi dan Perencanaan pembangunan

yang mengutamakan konsep Bottom-up Development Model dan membantu target

pemerintah pusat ari Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut

1.4. Urgensi PenelitianUrgensi atau keutamaan dari penelitian ini adalah membuat rule model dalam mengatasi

masalah Model Kebijakan Pembangunan yang difokuskan pada daerah pinggiran dengan

Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dianggarkan pada APBN dengan kategori

Transfer Dana ke Daerah yang pada tahun 2017 telah mencapai Rp 60 Trilyun untuk seluruh

Indonesia. Sedangkan Kabupaten Deli Serdang memperoleh Rp 4 Trilyun dengan rincian

setiap desa memperoleh dana sebesar Rp 720 Milyar (www.kemenkeu.go.id/apbn2017).

Indikator Capaian Penelitian

NO

JENIS LUARAN Indikator CapaianKategori Sub Kategori Waji Tambah TS TS+1

13

Page 14: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

b an

1Artikel ilmiah dimuat

di jurnal 2)Internasional Bereputasi draft accept

Nasional Terakreditasi draft accept

2Artikel ilmiah dimuat

di prosiding 3)

Internasional Terindeks tidak ada terdaftar

Nasional terdaftar

Sudah dilaksanakan

3

Invited speaker dalamtemu ilmiah 4) Internasional

tidak ada Tidak ada

Nasional draft

4 Visiting Lecturer 5) Internasional tidak ada

5Hak KekayaanIntelektual 6)

Paten tidak ada

Paten Sederhana tidak ada

Hak Cipta tidak ada

Merk Dagang tidak ada

Rahasia Dagang tidak ada

Desain Produk Industri tidak ada

Indikasi Geografis tidak ada

Perlindungan varietas Tanaman

tidak ada

Perlindungan TopografiSirkuit terpadu

tidak ada

6 Teknologi Tepat Guna7) tidak ada

7Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa

Sosial8) tidak ada

8 Bahan Ajar9) draft 9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 5

14

Page 15: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Basic Theory of Economic Development

Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya

spesialisasi atau pembagian kerja. Pembagian kerja didasari oleh akumulasi capital yang berasal

dari dana tabungan dan luas pasar. Luas pasar berfungsi untuk menampung hasil produksi

sehingga dapat menembus perdagangan internasional. Pertumbuhan ekonomi mengalami

kenaikan dalam suatu periode maka akan bersifat komulatif. Artinya di pasar akan terjadi

akumulasi kapital, sehingga pembagian kerja akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja.

Smith mengungkapkan dalam Todarao (2011), bahwa spesialisasi yang semakin besar

membutuhkan pasar yang semakin luas dan mendorong membuat alat-alat baru makin

bertambah. Jika sumberdaya Alam (natural resources) terbatas adanya, maka keuntungan justru

akan menurun karena berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang (law of

diminishing return). Pada tingkat inilah perkembangan ekonomi dapat mengalami penurunan.

Menurut Ricardo pada Todaro (2011); di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan

masyarakat yaitu golongan capital, golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Golongan kapital

adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka

selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk

akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Golongan buruh

merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat, namun sangat tergantung pada capital.

Golongan tuan tanah merupakan golongan yang memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas

areal tanah yang disewakan.

Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus-menerus dan akumulasi

kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin

langka adanya. Akibatnya berlaku pula hukum tambahan hasil yang semakin berkurang.

Disamping itu juga ada persaingan diantara kapitalis-kapitalis itu sendiri dalam mengolah tanah

yang semakin kurang kesuburannya sehingga keuntungan mereka semakin menurun hingga pada

tingkat keuntungan yang normal saja.

2.2. Konsep Otonomi Daerah (OTDA)

Otonomi daerah merupakan bagian sistem politik yang diharapkan memberi peluang bagi

warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreatifitas-nya. Dengan demikian,

15

Page 16: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

otonomi daerah merupakan kebutuhan dalam era globalisasi dan reformasi. Tanpa otonomi

daerah, masyarakat akan mengalami kesulitan menempatkan diri sejajar dengan manusia-

manusia lain di berbagai Negara pada saat perdagangan bebas mulai berlaku, Soenyono dalam

Malarangeng (2001;05).

Selanjutnya, menurut Widjaja (2002;76) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri ber-dasarkan aspirasi masyarakat, yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-

undangan. Sedangkan daerah otonom, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI.

Otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Oleh karena itu, Widjaja (2002;.07) menjelaskan bahwa pembangunan daerah sebagai

bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah.

Implementasi dari kebijakan ini dapat dilihat dari perkembangan kenaikan anggaran dana APBN

Indonesia untuk 10 tahun terakhir pada bahagian pengeluaran Negara yakni Transfer dana ke

daerah, melalui DAU, DAK, DBH dan ADD.

2.3. Otonomi Desa (OTDes)

Dalam UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disinggung pula perihal

pemerintahan desa, yang kemudian secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)

No.72 tahun 2005 tentang Desa sebagai salah satu aturan pelaksana dari UU No.32 tahun 2004.

Jadi, sebenarnya kini telah ada regulasi yang khusus mengatur desa, regulasi itu ada di tingkat

PP dan bukan UU. Definisi desa menurut PP No 72 tahun 2005 adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI. PP itu juga memberikan kewenangan yang

cukup besar bagi kepala desa (Kades) dalam melaksanakan tugas sebagai Kepala Pemerintahan

Desa. Kewenangan-kewenangan bagi kepala desa tersebut adalah:

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan

bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

16

Page 17: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2) Mengajukan rancangan Peraturan Desa (Perdes).3) Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.4) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDesa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD5) Membina kehidupan masyarakat desa.6) Membina perekonomian desa.7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.8) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum

untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang undangan.9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945, bahwa dasar pemikiran

dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi

asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan, baik UU No.32

tahun 2004 maupun PP No. 72 tahun 2005 itu memang mengamanatkan adanya desentralisasi

kekuasaan bagi pemerintahan desa.

2.4. Kelembagaan Ekonomi

2.4.1. Definisi Kelembagaan

Menurut Erani, (2008; 33), kelembagaan diberi predikat sebagai kerangka hukum atau

hak-hak alamiah (natural rights) yang mengatur tindakan individu. Pada saat yang lain,

kelembagaan dimengerti sebagai apapun yang bernilai tambahan atau kritik terhadap ilmu

ekonomi klasik atau hedonik (hedonic economics). Bahkan, kelembagaan juga dimaknai sebagai

apapun yang berhubungan dengan “perilaku ekonomi” (economic behavior). Secara definitif,

kelembagaan bisa pula dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh

anggota-anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang

bisa diawasi sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar (external authority) Rutherford (1994)

dalam Erani (2008, h. 33).

2.4.2. Kelembagaan Desa

Kelembagaan desa yang dimaksud adalah lembaga, pihak, atau institusi yang berada di

desa yang berasal dari unsur eksekutif, legislatif, dan masyarakat yang terlibat dalam

penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes).

17

Page 18: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Kelembagaan desa yang dimaksud dalam penulisan ini adalah mengenai kelembagaan Ekonomi

dan Keuangan.

2.5. Indikator Kemajuan Ekonomi Masyarakat

Menurut Farida (2011:56-63) daerah dikatakan maju atau tidak ditinjau dari keadaan

ekonomi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kondisi perkembangan dan Kemajuan suatu

Daerah dapat dilihat dari beberapa indikator berikut seperti : Pendapatan Per Kapita, Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi, Kegiatan Perekonomian Utama, Ketersediaan Modal, Pemanfaatan

SDA, Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk, Tingkat Pengangguran, Keadaan Sosial

Budaya, dan Kemajuan Teknologi. Jadi terdapat 10 indikator yang menjadi standar dalam

menetapkan suatu daerah maju atau tidak.

2.6. Pengertian BUMDes

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif

masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus

bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat

mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain,

bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk

mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan

pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

Definisi BUMDes menurut Maryunani (2008:35), adalah lembaga usaha desa yang

dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa

dan membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi

desa. Jadi BUMDes adalah suatu lembaga usaha yang artinya memiliki fungsi untuk melakukan

usaha dalam rangka mendapatkan suatu hasil seperti keuntungan atau laba.

2.6.1. Perbedaan BUMDes Dengan Lembaga Ekonomi Komersial

Menurut Maryunani (2008:51) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga

ekonomi komersial adalah sebagai berikut :

1) Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan

modal (saham atau andil);

18

Page 19: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2) Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama-sama;3) Dijalankan dengan berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan serta berakar

dari tata nilai yang berkembang dan hidup dimasyarakat (local wisdom);4) Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada pengembangan potensi desa secara umum

dan hasil informasi pasar yang menopang kehidupan ekonomi masyarakat;5) Tenaga kerja yang diberdayakan dalam BUMDes merupakan tenaga kerja potensial yang

ada di desa;6) Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

desa dan atau penyertaan modal;7) Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dilakukan melalui musyawarah desa8) Peraturan-peraturan BUMDes dijalankan sebagai kebijakan desa (village policy)9) Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;10) Pelaksanaan kegiatan BUMDes diawasi secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).

2.6.2. Maksud dan Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Menurut Purnomo (2004:17-18), maksud dan tujuan dari pembentukan BUMDes sebagai

berikut:

2.6.2.1 Maksud Pembentukan BUMDes antara lain:

1) Menumbuhkembangkan potensi perekonomian desa.2) Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Desa.3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi peruntukan hajat

hidup masyarakat desa, sepeti lapangan pekerjaan.4) Sebagai perintis bagi kegiatan usaha di desa (wirausaha).

2.6.2.2. Tujuan Pembentukan BUMDes

1) Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola sumber-sumber pendapatan

lain yang sah;2) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dalam unit-unit usaha desa;3) Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk dapat menyerap tenaga kerja

masyarakat di desa;4) Meningkatkan kreatifitas berwirausaha bagi masyarakat desa yang berpenghasilan

rendah, sehingga dapat menurunkan arus urbanisasi ke perkotaan.

2.6.3. Peran BUMDes Terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat

Menurut Seyadi (2003:16) peranan BUMDes adalah sebagai berikut:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi masyarakat Desa,

pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

19

Page 20: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan

masyarakat.3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan BUMDes sebagai pondasinya.4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa5) Membantu para masyarakat untuk meningkatkan penghasilannya sehingga dapat

meningkatkan pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

2.7. Jenis-jenis Usaha BUMDes

Adapun jenis usaha dari BUMDes di Indonesia sebagai berikut :

1) Bisnis Sosial; yakni dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat.

Dengan kata lain memberi keuntungan sosial kepada warga, meskipun tidak

mendapatkan keuntunggan yang besar.

2) Bisnis Uang; yakni menjalankan bisnis uang yang memenuhi kebutuhan

keuangan masyarakat desa dengan bunga yang lebih rendah daripada bunga

uang yang didapatkan masyarakat desa dari para rentenir desa atau bank-bank

konvensional.

3) Bisnis Penyewaan; yakni menjalankan bisnis penyewaan untuk melayani

kebutuhan masyarakat setempat dan sekaligus untuk memperoleh pendapatan

bagi pemerintah desa tersebut.

4) Lembaga Perantara; yakni “lembaga perantara” yang menghubungkan

komoditas pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak kesulitan

menjual produk mereka ke pasar. Biasanya BUM Des menjual jasa pelayanan

kepada warga dan usaha-usaha masyarakat.

5) Trading/perdagangan; yakni menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau

berdagang barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

maupun dipasarkan pada sekala pasar yang lebih luas.

6) Usaha Bersama; yakni sebagai ”usaha bersama”, atau sebagai induk dari

unit-unit usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang berdiri

20

Page 21: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

sendiri-sendiri ini, diatur dan ditata sinerginya oleh BUM Des agar tumbuh

usaha bersama.

Meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkan persaingan itu sendiri. Ini berarti

perlakuan-perlakukan khusus harus ditinggalkan. Proteksi perlu ditiadakan segera ataupun

bertahap. Pengembangan produk yang sukses adalah yang berorientasi pasar, ini berarti

pemerintah daerah perlu mendorong pengusaha untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan

efisiensi teknis dan ekonomis. Peraturan perdagangan internasional harus diperkenalkan dan

diterapkan. Perlu ada upaya terencana agar setiap pejabat pemerinah daerah mengerti peraturan-

peraturan perdagangan internasional ini, untuk dapat mendorong pengusaha-pengusaha daerah

menjadi pemain-pemain yang tangguh dalam perdagangan bebas, baik pada lingkup daerah,

nasional maupun internasional.

2.8. Penelitian Terdahulu

Anggraini (2016); Dampak BUMDes terhadap kesejahteraan masyarakt desa di

Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan

BUMDes tidak membawa perubahan di bidang ekonomi dan social, dan kurang signifikan bagi

peningkatan kesejahteraan warga secara langsung, Permasalahan yang muncul terkait BUMDes

adalah akses masyarakat terhadap air dan akses masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan di

BUMDes.

Ramadana, Ribawanto, Suwondo (2016); Keberadaan BUMDES sebagai Penguatan

Ekonomi Desa (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Hasil

penelitian bahwa keberadaan BUMDes sudah sesuai dengan PERDA Kabupaten Malang yang

diatur oleh desa dengan peraturan desa mengenai BUMDes. Akan tetapi semua bidang usaha

BUMDes yang ada tidak berjalan dan tidak dapat menyokong pendapatan desa. Sehingga

eksistensi dari BUMDes hanya sebatas papan nama saja.

Samadi, Rahman, Afrizal (2016); Peranan BUMDes dalam Peningkatan Ekonomi

Masyarakat, khususnya masyarakat pengguna dana BUMDes di Desa Pekan Tebih Kecamatan

Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu. Hasil penelitian, diperoleh peningkatan perekonomian

hanya terjadi pada pengguna dana BUMDes dibidang perdagangan gorengan, perdagangan

barang pecah belah, perdagangan kelontong, perkebunan kelapa sawit dan bidang jasa lain.

Namun pada perkebunan karet belum terjadi peningkatan perekonomiannya.

21

Page 22: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Agus Subroto (2009); Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa kasus pada desa di Wilayah

Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung tahun 2008. Penelitian fokus pada penerapan

prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan ADD dengan tujuan mendeskripsikan akuntabilitas

pengelolaan ADD. Penelitian ini dilakukan karena Tim Pelaksana ADD dalam

menyelenggarakan administrasi keuangannya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil

penelitian menemukan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD, sudah

menampakkan adanya pengelolaan yang akuntabel dan transparan seperti dalam

pertanggungjawaban dilihat secara fisik. Namun dari sisi administrasi masih diperlukan adanya

pembinaan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Kendala utamanya

adalah belum efektifnya pembinaan aparat pemerintahan desa dan kompetensi sumberdaya

manusia, sehingga masih memerlukan pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah secara

berkelanjutan.

Kurniawan (2014); Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Di Desa

Sukowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Penelitian fokus pada penerapan

akuntabilitas pengelolaan ADD tahun 2014. Informan terpilih yakni sekretaris desa dan ketua

Karang Taruna Desa Sukowilangun dianggap mewakili unit penelitian dalam pengelolaan ADD.

Hasil penelitian bahwa perencanaan ADD di desa Sukowilangun secara bertahap sudah

melaksanakan konsep pembangunan partisipatif masyarakat desa dibuktikan dengan penerapan

prinsip partisipatif, transparasi dalam rangka mewujudkan pemberdayaan masyarakat desa

melalui forum Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). Masalah utama

pertanggungjawaban adalah belum efektifnya pembinaan aparat pemerintahan desa dan

kompetensi SDM yang ada, sehingga masih memerlukan pendampingan dari luar (eksternal)

aparat Pemerintah Daerah secara berkelanjutan.

2.8. Fishbone Research

22

Page 23: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2.8. Road Map Penelitian

23

Page 24: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang telah ditetapkan dari penelitian ini, maka akan

diformulasikan lebih jauh tentang tujuan baik secara umum mapuun secara khusus dari penelitian

ini beserta bahagian dari manfaat dan urgensi yang dapat dikemukakan dari penelitian dengan

basis bencana alam. Adapaun tujuan dan manfaat yang akan diuraikan lebih mendalam pada

bahagian ini, sehingga penelitian memberikani manfaat bagi daerah dan masyarakatnya.

3.1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

24

Page 25: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

3.1.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut :1) Melakukan analisis dan evaluasi dari penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) selama 2

tahun terakhir baik untuk Kabupaten Deli Serdang secara sampling, khususnya di

Kecamatan Beringin.2) Melakukan kajian dan pemetaan dari sektor Ekonomi Unggulan Pedesaan sebagai

penggerak ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.3) Membuat pelatihan Manajemen dan Laporan Keuangan E-budgeting pada Pemerintahan

Desa se-Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.4) Membuat Rule Model yang Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan BUMDes

di Kecamatan Beringin yang menjadi Daerah Percontohan di Propinsi Sumatera Utara.

3.1.2. Manfaat PenelitianBerdasarkan dari tujuan yang telah dikemukakan diatas, maka manfaat yang akan

diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :1) Bagi Pemerintah Kecamatan; Membuat Kajian Akademis dalam menentukan

strategi perkembangan pembangunan ekonomi pada wilayah kecamatan Beringin

khususnya sebagai wilayah pinggiran untuk mendorong pemerataan ekonomi.2) Bagi Pemerintah Kabupaten; Membuat Rule Model yang efisien dan efektif dalam

implementasi kebijakan ADD dalam membantu pendirian BUMDes bagi

Pemerintahan Desa se-Kecamatan Beringin serta Kabupaten Deli Serdang3) Bagi Akademisi; Mengembangkan ilmu Ekonomi dan Perencanaan pembangunan

yang mengutamakan konsep Bottom-up Development Model dan membantu target

pemerintah pusat ari Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut

3.2. Urgensi PenelitianAdapun urgensi atau keutamaan dari penelitian ini adalah membuat rule model dalam

mengatasi masalah Model Kebijakan Pembangunan yang difokuskan pada daerah pinggiran

dengan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dianggarkan pada APBN dengan

kategori Transfer Dana ke Daerah yang pada tahun 2017 telah mencapai Rp 60 Trilyun

untuk seluruh Indonesia. Sedangkan Kabupaten Deli Serdang memperoleh Rp 4 Trilyun

dengan rincian setiap desa memperoleh dana sebesar Rp 720 juta dalam

(www.kemenkeu.go.id/apbn2017).

25

Page 26: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Pendekatan dan Fokus Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Sebagai landasan teori dalam memahami pendekatan metode

kualitatif berdasarkan pendapat Bog dan dan Moleong (2002;03) mendefinisikan metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-rang dan perilaku yang dapat diamati. Deskriptif merupakan laporan yang

berisi kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari

naskah atau publikasi, wawancara, dan dokumen resmi lainnya. Jadi data awal akan digunakan

data yang berasal dari institusi pemerintah.

Fokus dalam penelitian ini adalah: (1) Evaluasi Penggunaan ADD di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang; (2) Analisis sektor ekonomi unggulan pedesaan yang menjadi

penggerak ekonomi di wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang; (3) Menganalisis

Efektivitas perencanaan, penggunaan, pertanggungjawaban dan akuntabilitas keuangan ADD di

26

Page 27: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

wilayah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang; dan (4) Membuat Rule Model yang

Efektif dalam Penggunaan ADD untuk mendirikan BUMDes di Kecamatan Beringin sebagai

Penguatan Ekonomi Desa.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa yang ada di wilyah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian yang dilakukan pada 2 tahapan : Tahun I 2018 dan Tahun ke-II 2019

4.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data Kwantitatif dan Kwalitatif Sumber data yang digunakan data primer yang berasal dari masyarakat dan

pemerintahan desa, sedangkan data sekunder akan menggunakan data yang diterbitkan

institusi pemerintahan seperti BPS Kabupaten Deli Serdang, SKPD Pertanian dan

Kelautan Kabupaten, Kementrian Desa Tertinggal (www.kemedesa.go.id) dan

Kementrian Keuangan (www.kemenkeu.go.id.)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi; metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung

pada objek yang diteliti. 2. Wawancara; yaitu metode untuk mendapatkan data dengan cara melakukan tanya jawab

secara lansung dengan pihak Pemerintah Desa se-Kecamatan Beringin pengguna ADD

Kabupaten Deli Serdang guna untuk mendapatkan data dan keterangan yang menunjang

analisis dalam penelitian.3. Study literature; metode pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan pustaka

dari berbagai literatur karya ilmiah, majalah dan buku-buku yang menyangkut teori-teori

yang relevan dengan masalah yang diteliti.4. Dokumentasi; dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui dokumen baik yang

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang, dan menyalin,

melihat, serta mengevaluasi laporan dan dokumen-dokumen yang terkait dengan objek

penelitian.

27

Page 28: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

4.5. Prosedur Analisis Penelitian

Karena penelitian ini ingin menjawab dari rumusan masalah yang telah ditentukan

sebelumnya, maka prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif tentang Dana Desa di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli

Serdang

Untuk melihat pola perkembangan penggunaan Alokasi Dana Desa di wilayah

kecamatan Beringin dengan menggunakan metode root case analyses, untuk membandingkan

permasalahan dan fakta yang terjadi kemudian melakukan analisis efektivitas yang

seharusnya dilaksanakan.

2. Metode Location Quotient Index (LQ) untuk menganalisis Sektor Ekonomi

Unggulan dan di wilayah tersebut, dan membuat Typologi Klassen untuk

Pemetaann.

Karena penelitian ini bersifat kualitatif tapi banyak juga menggunakan data

kwantitatif, maka untuk mementukan sektor ekonomi unggulan di Kecamatan ini harus

menghitung Index LQ dengan menggunakan data sektor ekonomi produksi yang

dibandingkan dengan sektor ekonomi produksi di Kabupaten Deli Serdang.

Selanjutnya membuat pemetaannya dari Typolgy Klassen dengan data produksi

yang ada di setiap Desa se-Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Misalnya

membandingkan Total produksi dengan Banyaknya usaha atau yang bekerja.

3. Melakukan pengumpulan data sekunder tentang kondisi ekonomi Kecamatan

Beringin, analisis bentang alam desa dan konsep penentuan pendirian BUMDes

dari penggunaan Dana Desa di wilayah Kecamatan Beringin. Aktivitas ini akan

mengukur BUMDEs yang telah berdiri dan tingkat efisiensi dan efektifitas sesuai dengan

konsep yang diatur oleh kementrian Desa dan Keuangan dengan kebiijakan E-Budgeting.

Sehingga akan dapat disimpulkan sudah efektif dan transparankah aktivitas yang

dilakukan.

28

Page 29: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

4.6. Bagan Penelitian

29

Page 30: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

30

Page 31: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

31

Page 32: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

ambaran umum kondisi daerah akan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi

serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Deli Serdang.

Adapun indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi 3 (tiga) aspek

utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing

daerah.

5.1.1. Letak Geografis

1. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2057” LU, 3016” LS dan

98033” BT sampai 99027” BT dengan ketinggian wilayah 0 – 1.000 m dpl. Kabupaten ini secara

administratif terbagi atas 22 kecamatan, 394desa/kelurahan (Tabel 2.1). Kabupaten Deli Serdang

memiliki luas wilayah 2.497,72 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Sumatera

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat

2. Morfologi dan Topografi

Kabupaten Deli Serdang sebagian besar terletak di daerah Pantai Timur Sumatera Utara

dan secara umum terletak pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Pembagian

wilayah Kabupaten Deli Serdang berdasarkan elevasi (ketinggian) dapat dibedakan sebagai

berikut :

a. Ketinggian 0 – 500 m dpl seluas 260.789 ha (90,64%), terdapat di seluruh kecamatan

kecuali Kecamatan Gunung Meriah

32

Page 33: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

b. Ketinggian 500 – 1.000 m dpl seluas 25.428 ha (8,84%), terdapat di Kecamatan Gunung

Meriah, STM Hulu, Sibolangit, dan STM Hilir.

c. Ketinggian diatas 1.000 m dpl seluas 1.508 ha (0,52%) terdapat di Kecamatan Gunung

Meriah, STM Hulu, dan Sibolangit.

Dari perincian tersebut di atas dapat dilihat bahwa ± 90% wilayah Kabupaten Deli Serdang

berada pada ketinggian 0 – 500 m dpl, yaitu daerah yang dikategorikan sebagai daerah pantai

atau dataran rendah. Penyebaran wilayah menurut ketinggian tempat diuraikan pada Tabel 2.1.

Tabel 5.1Luas dan Penyebaran Ketinggian Lahan di Kabupaten Deli Serdang

No KecamatanKetinggian (m dpl) Total

Luas (ha)0-500 500-1.000 > 1.000

1 Gunung Meriah - 6.195 250 6.4452 STM Hulu 9.279 9.128 375 18.7823 Sibolangit 5.000 8.824 883 14.7074 Kutalimbaru 15.131 - - 15.1315 Pancur Batu 10.302 - - 10.3026 Namorambe 5.238 - - 5.2387 Biru-biru 7.541 - - 7.541

`8 STM Hilir 14.736 1.281 - 16.0179 Bangun Purba 15.521 - - 15.52110 Galang 15.746 - - 15.74611 Tanjung Morawa 11.078 - - 11.07812 Patumbak 3.934 - - 3.93413 Deli Tua 787 - - 78714 Sunggal 77.795 - - 77.79515 Hamparan Perak 19.351 - - 19.35116 Labuhan Deli 10.698 - - 10.69817 Percut Sei Tuan 16.042 - - 16.04218 Batang Kuis 3.388 - - 3.38819 Pantai Labu 6.882 - - 6.88220 Beringin 4.430 - - 4.43021 Lubuk Pakam 2.622 - - 2.62222 Pagar Merbau 5.288 - - 5.288Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2016.

Keadaan topografi Kabupaten Deli Serdang bervariasi mulai dari datar, berombak,

bergelombang, berbukit, bergunung dan terjal. Jika diperinci menurut kemiringan dapat

dibedakan atas:

33

Page 34: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

a. Dataran hingga berombak (kemiringan 0-2%) seluas 118.825 ha atau 45,89%

b. Berombak hingga bergelombang (kemiringan 2-15%) seluas 51.182 ha atau 19,77%

c. Bergelombang hingga berbukit (kemiringan 15-40%) seluas 62.773 ha atau 24,24%

d. Berbukit, pegunungan dan terjal (kemiringan di atas 40%) seluas 26.245 ha atau 10,14%

3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Deli Serdang sangat bervariasi yaitu terdiri atas

penggunaan untuk Permukiman, Persawahan, Tegalan/Kebun campuran, Perkebunan besar,

Perkebunan Rakyat, Hutan, Semak/Alang-alang, Kolam/Tambak, Rawa-rawa, Peternakan dan

lain-lain.

Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat tahun 2004 tutupan lahan wilayah Kabupaten Deli

Serdang tahun 2005 didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan. Penggunaan lahan

untuk kegiatan pertanian terbesar berada di bagian tengah kawasan.

Adanya perkembangan penduduk dan kegiatannya, kemajuan perekonomian masyarakat dan

pengaruh kemajuan teknologi dan informasi serta perubahan nasional dan global mendorong

terjadinya perubahan pemilihan lokasi permukiman dan kegiatan, perkembangan kegiatan dan

fungsi suatu lokasi dan wilayah yang akhirnya akan merubah pemanfaatan ruang. Perubahan

pemanfaatan ruang permukiman untuk kebutuhan rumah, bangunan perdagangan dan jasa, dan

perlengkapan permukiman lainnya terjadi sejalan dengan penyebaran penduduk dari kondisi

yang ada sehingga pemanfaatan ruang permukiman semakin ekpansif dari lokasi yang sudah ada.

Desentralisasi keuangan dan pembangunan ke daerah kabupaten dan kota yang diikuti dengan

peningkatan fungsi dan kegiatan pemerintahan juga pendorong peningkatan perluasan lahan

pemukiman.

Pemanfaatan ruang untuk kegiatan non pertanian, seperti industri dan transportasi dan

pertambangan cukup cepat dan mengubah pola pemanfaatan ruang yang ada. Kegiatan

pemanfaatan ruang tersebut bertambah luas namun bersifat lebih terkonsentrasi dan tidak

tersebar.

34

Page 35: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Dalam distribusi ruang, wilayah yang pada saat ini masih memiliki kawasan hutan yang

juga berfungsi untuk perlindungan daerah bawahannya ataupun fungsi ekologis lainnya, perlu

menyiapkan pengendalian terhadap alih fungsi hutan, baik oleh perambahan maupun

pemanfaatan untuk usaha ekonomi formal terutama dalam rangka perolehan PAD. Konflik

kepentingan dalam kondisi keterbatasan lahan budidaya perlu diatasi melalui kesepakatan yang

mengikat dalam pelestarian kawasan hutan yang berfungsi lindung. Untuk itu, salah satu dasar

pengendalian adalah menyesuaikan pengembangan kegiatan pada lahan dengan kemampuan

yang memadai.

wilayah Kabupaten Deli Serdang umumnya merupakan dataran rendah yang sebagian

besar merupakan wilayah yang subur, suhu udara relatif tinggi. Kegiatan di wilayah Mebidangro

umumnya heterogen, dengan kawasan perkotaan dengan proporsi relatif besar dibanding

kawasan lain di Sumatera Utara dan dengan prasarana wilayah yang memadai. Wilayah ini sesuai

untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, terutama perkebunan dan tanaman

pangan.

Potensi sumber daya alam Mebidangro cukup melimpah, diantaranya tanaman pangan dan

hortikultura, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Potensi Pertanian di Kawasan Mebidangro

bagian Selatan diantaranya adalah sayuran dan buah-buahan yang sebagian besar telah

dipasarkan dengan baik dan sudah di ekspor keluar negeri maupun provinsi lain. Di bagian

Tengah kawasan, luas areal perkebunan relatif luas dengan jenis komoditi diantaranya sawit,

karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa. Potensi perikanan laut Selat Malaka (bagian Utara dan

Timur Laut kawasan) sebagian besar sudah dimanfaatkan.

Perkebunan rakyat dan kebun campuran serta pertanian lahan kering/tegalan terlihat

menurun dari waktu ke waktu sementara perkebunan besar meningkat luasannya. Hal ini

memperlihatkan bahwa pergeseran peruntukan lahan pertanian dan perkebunan, dimana yang

paling menonjol perubahannya adalah penurunan luas lahan tegalan dan kebun campuran yakni

menurun dari 49.507 Ha pada tahun 1995 menjadi 40.048 Ha pada tahun 2004 atau berkurang

seluas 9.459 ha dalam pada 9 tahun atau dengan perkataan lain berkurang rata-rata 1.051 Ha per

tahun. Lahan perkebunan besar ditambah dengan lahan perkebunan rakyat pada tahun 1995

tercatat seluas 83.784 Ha dan tahun 2004 seluas 91.805 Ha atau naik sebesar 7.021 ha dalam

waktu 9 tahun atau meningkat rata-rata 780 Ha per tahun.

35

Page 36: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Tabel 5.2Pola Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang

No. Jenis Penggunaan

1995 2004

Luas (ha)Proporsi

(%)Luas (ha)

Proporsi(%)

1.2.3.4.5.6.7.8.

Perkampungan/permukimanPersawahan Non IrigasiPersawahan IrigasiTegalan/Kebun campuranPerkebunan BesarPerkebunan RakyatHutanSemak/Tambak/Rawa dll

12.13523.29826.20944.98949.54934.23629.26230.094

4,869,3310,4918,0119,8413,7111,7212,04

16.32126.03724,47840.04863.65228.15329.26221.821

6,5310,429,8016,0325,4811,2711,728,75

Total 249.772 100,00 249.772 100,00

Sumber : RTRW Kabupaten Deli Serdang

Penggunaan lahan untuk permukiman meningkat dari waktu ke waktu dimana pada tahun

1995 tercatat seluas 12.315 Ha dan pada tahun 2004 menjadi 16.321 Ha atau meningkat sebesar

4.186 Ha dalam 9 tahun atau bertambah rata-rata 465 Ha per tahun. Peningkatan luas lahan

permukiman ini diimbangi oleh luas lahan sawah irigasi yang cenderung berkurang yakni dari

26.209 Ha pada tahun 1995 menjadi 24.478 ha pada tahun 2004 atau berkurang sebesar 1.731 Ha

dalam 9 tahun dengan kata lain berkurang rata-rata 192 Ha per tahun.

4. Administrasi dan Pemerintahan

Secara administratif Kabupaten Deli Serdang yang ber-ibukota kan Lubuk Pakam memiliki

22 kecamatan yang terdiri dari 394 desa/kelurahan. Pada umumnya wilayah kecamatannya

didominasi wilayah pedesaan (rural), dan sebahagian kecil lainnya, seperti kecamatan yang

berbatasan langsung dengan wilayah kota Medan cenderung menjadi wilayah perkotaan (urban)

ataupun sub-perkotaan (sub-urban). Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah

ini:

36

Page 37: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Tabel 5.3Jumlah Desa dan Kelurahan tiap Kecamatan serta Nama Ibukota Kecamatan

dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Lubuk Pakam

No Kecamatan Ibukota

Jumlah Desa Definitif JarakIbukota Kec.

Ke LubukPakam

Desa Kelurahan

12345678910111213141516171819202122

Gunung MeriahSTM. HuluSibolangitKutalimbaruPancur BatuNamo RambeBiru – BiruSTM. HilirBangun PurbaGalang Tj. MorawaPatumbakDeli TuaSunggal Hamparan PerakLabuhan DeliPercut Sei TuanBatang KuisPantai LabuBeringinLubuk PakamPagar Merbau

Gunung MeriahTiga JuharBandar BaruKutalimbaruPancur BatuNamo RambeBiru – BiruTalun KenasBangun PurbaGalang Tj. MorawaPatumbakDeli TuaSunggal Hamparan PerakHelvetiaTembungBatang KuisPantai LabuBeringinLubuk PakamPagar Merbau

1220301425361715242825831720518111911616

---------11-3---2---7-

657171544848553725181246424056524212116-4

Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, 2016.

5.2. Aspek Demografis (Kependudukan dan Ketenagakerjaan)5.2.1. Kondisi Penduduk

Data kependudukan merupakan salah satu informasi yang sangat strategis dalam proses

pembangunan ekonomi, khususnya untuk melihat indikator pembangunan secara internasional

yakni dengan konsep Indeks Pembangunan Manusia (human development index/HDI). Indikator

HDI ini salah satu yang akan diukur adalah aspek kesehatan, selain dari pendapatan dan

pendidikan. Pembangunan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan barang/jasa publik menjadi

sangat penting sebagai basis dalam melihat kemajuan ekonomi yang berasal dari produktifitas

tenaga kerja dan kualitas sumberdaya manusia sebagai agen pembangunan ekonomi kemarin,

37

Page 38: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

saat ini dan masa yang datang. Jadi peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan dilihat dari

sisi pendidikan dan juga dari sisi kesehatan. Karena aspek pendidikan serta kesehatan yang baik,

secara langsung dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam berproduksi maupun

beraktifitas baik secara ekonomi maupun sehari-hari. Agar lebih mudah dalam melihat jumlah

dan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Deli Serdang dan

perbandingannya dengan penduduk provinsi sumatera Utara dari tahun 2010-2012 dapat dilihat

pada Tabel berikut ini :

Tabel 5-4:Tabel Jumlah Penduduk Deli Serdang Tahun 2011-2012 dan Persentasenya terhadap

Penduduk Propinsi Sumatera UtaraSumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)

Berdasarkan Tabel 2-4 diatas, bahwa jumlah penduduk Deli Serdang pada 3 (tiga) tahun

terakhir menunjukkan angka yang relatif meningkat yakni pada tahun 2010 telah mencapai

1.791.332 jiwa dan pada tahun 2012 telah mencapai 1.845.615 jiwa, dengan komposisi yang

hampir seimbang antara penduduk perempuan dengan laki-laki. Rata-rata komposisinya yaitu

laki-laki mencapai 50,352% dan perempuan mencapai 49,648%, dengan sex ratio sebesar

101,51. Artinya Terdapat 101 s/d 102 laki-laki diantara 100 perempuan. Baik secara nasional

maupun Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh penduduk berusia produktif (15-64 tahun)

yang mencapai 65,09% tahun 2010, kemudian sedikit meningkat menjadi 65,57% pada tahun

2012. Sisanya 34,90% usia non-produktif. Jadi potensi untuk beraktifitas secara ekonomi sangat

besar dan gilirannya dapat meningkatkan output aggregate daerah. Namun usia produktif ini juga

berpotensi negatif yakni tingginya angka pengangguran jika sedikitnya lapangan kerja yang

tersedia dalam ekonomi. Jika dilihat dari distribusi penduduk per-kecamatan berdasarkan pada

jenis kelamin, maka distribusinya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini;

38

Page 39: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

5.2.2. Penduduk berdasarkan Golongan Usia

Bila dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0 – 14 tahun sebesar 31,21

persen, 15 – 64 tahun sebesar 65,57 persen dan usia 65 tahun ke atas sebesar 3,22 persen yang

berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif.

Tabel 5-5Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamindi Kabupaten Deli Serdang

No. UmurTahun

2008 2009 2010 2011 20121. 0 – 4 186.439 199.449 194.642 191.188 201.3212. 5 – 9 185.704 197.248 192.024 192.285 185.5753. 10 – 14 174.782 208.227 181.100 180.606 182.6454. 15 – 19 163.028 215.339 168.278 169.103 178.5005. 20 – 24 158.126 176.168 161.256 165.981 166.4136. 25 – 29 157.889 159.022 165.357 161.388 161.5647. 30 – 34 145.589 141.062 148.745 152.547 154.8008. 35 – 39 132.763 125.026 136.615 138.134 140.8909. 40 – 44 118.115 106.813 121.388 123.047 126.396

10. 45 – 49 96.716 77.990 98.750 101.400 104.41411. 50 – 54 77.697 50.105 79.472 81.319 84.82612. 55 – 59 54.583 38.996 54.728 58.230 62.97513. 60 – 64 31.259 33.808 30.855 33.834 36.64614. 65 – 69 22.362 22.593 23.281 22.997 23.95115. 70 – 74 16.819 18.114 15.942 18.864 16.82416. 75 + 16.549 18.391 17.998 16.250 17.875

Jumlah 1.738.431 1.788.351 1.790.431 1.807.173 1.845.615Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013.

Berdasarkan tabeldiatas struktur penduduk Deli Serdangmenunjukkan bahwa penduduk

usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2008adalah sebesar 1.135.765 jiwa dan penduduk usia

non produktif (usia anak-anak <15 tahun dan lansia >64 tahun) adalah 602.655 jiwa. Sementara

itu pada tahun 2012, struktur penduduk Deli Serdangmenunjukkan bahwa usia produktif (15-64

tahun) adalah sebesar 1.217.424 jiwa dan 664.837 jiwausia non produktif.

5.2.3. Distribusi Penduduk Per Kecamatan

Distribusi penduduk berperan penting dalam melihat keseimbangan jumlah penduduk dari

setiap kecamatan yang ada di Deli Serdang, sekaligus dapat membuat perencanaan pembangunan

agar menjadi lebih merata kesetiap wilayah dan tidak terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu

dalam jangka panjang. Semakin padat penduduk di suatu wilayah maka semakin banyak

permasalahan yang timbul seperti penyediaan fasilitas publik, lingkungan pemukiman yang

39

Page 40: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

kurang sehat dengan tingkat penyebaran virus penyakit menular yang relatif sangat cepat

dibanding dengan wilayah yang kurang padat. Komposisi dari penyebaran penduduk di

Kabupaten Deli Serdang per kecamatan dari tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 2-5

berikut ini:

Tabel 5-6Data penduduk Deli Serdang per- Kecamatan Tahun 2009-2012

Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)

Berdasarkan tabel 5-6 diatas, terlihat ada 3 kecamatan yang sangat terkonsentrasi

penduduknya yakni kecamatan Percut Sei Tuan rata-rata mencapai 20% dari 22 kecamatan yang

ada, pada urutan kedua adalah kecamatan Sunggal sebesar 13,57% dan urutan ke-3 yakni

kecamatan Tanjung Morawa rata-rata sebesar 10,7%. Terakhir adalah Kecamatan Hamparan

Perak dengan rata-rata penduduknya sebesar 8,4% dari total penduduk Deli serdang. Keempat

wilayah utama dengan jumlah penduduk paling besar di Deli Serdang ini merupakan kecamatan

yang wilayahnya merupakan kawasan pinggiran kota Medan dan juga merupakan kawasan

Mebidang Metropolitan Area (MMA), atau Medan-Binjai-Deli Serdang Metropolitan Area. Jadi

wilayah ini merupakan wilayah sub-urban yang perkembangannya saat ini cenderung lebih

40

Page 41: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

bercorak urban. Wilayah ini merupakan daerah penyangga kota Medan dan menjadi wilayah

pemukiman penduduk.

5.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per-Kecamatan

Jika dilihat dari sisi komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin untuk per Kecamatan

di Kabupaten Deli Serdang maka rata-ratanya dari tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar

grafik 2-1 dibawah ini:

Gambar 5-1Grafik Rata-rata Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan per Kecamatan di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2012

Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)

5.2.5. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk menunjukkan besarnya jumlah penduduk jika dilihat dari luas wilayah,

semakin kecil wilayah maka akan semakin padat pula penduduk yang bermukim diwilayah

tersebut atau sebaliknya.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat bahwa semakin wilayah

kecamatannya mendekati kota Medan, maka tingkat kepadatan penduduk akan semakin tinggi.

Hal ini menggambarkan wilayah sub-urban yang juga menjadi wilayah pilihan warga Medan

untuk membeli dan tinggal di daerah tersebut. Fakta menunjukkan, bahwa banyak penduduk

Medan secara fisik memiliki rumah di wilayah Kabupaten Deli Serdang tetapi secara

41

Page 42: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

administrasi tetap tercatat sebagai penduduk di kota Medan. Permasalahan seperti ini pada

kenyataannya bahwa penduduk yang berada di kecamatan terdekat dengan Medan bahwa tingkat

kepadatan penduduknya lebih besar lagi.

Agar lebih mudah melihat tingkat kepadatan penduduk menurut per kecamatan di Kabupaten

Deli Serdang dapat dilihat pada gambar 2-2 berikut ini:

Gambar 5-2Gambar Grafik Kepadatan Penduduk Deli Serdang per- Kecamatan

Tahun 2009-2012

Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang (berbagai tahun)

Dengan luas wilayah kabupaten Deli Serdang sebesar 2.497,72 Km2 dan dengan jumlah

penduduk pada tahun 2012 mencapai 1.845.615 jiwa, maka rata-rata kepadatan penduduk

tertinggi terdapat di Kecamatan Deli Tua yakni sebesar 6.678 orang/Km2, diikuti dengan

kecamatan Sunggal yang mencapai 2.719 orang/Km2, kemudian kecamatan Lubuk Pakam 2.678

orang/Km2, kecamatan Percut Sei Tuan sebesar 2079 orang/Km2, kecamatan Patumbak sebesar

1957 orang/Km2. Sedangkan untuk wilayah dengan kepadatan penduduk paling kecil rata-

ratanya dari tahun 2009-2012 adalah kecamatan yang berada di wilayah dataran yang lebih tinggi

seperti kecamatan Gunung Meriah sebesar 32 orang/Km2, STM Hulu 57 orang/Km2,

Sibolangit114 orang/Km2,STM Hilir 164 orang/Km2, dan Kutalimbaru 211 orang/Km2.

42

Page 43: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Kecamatan yang paling padat penduduknya (termasuk 3 besar kecamatan), merupakan

wilayah yang termasuk kawasan MEBIDANG METROPOLITAN AREA, yang mobilitas

penduduk dan aktivitas ekonominya terintegrasi dengan aktivitas di kota Medan, sehingga

wilayah ini menjadi alternative daerah pemukiman bagi penduduk yang beraktivitas di inti kota

Medan, tapi memiliki rumah di ke-3 kecamatan tersebut.Maka wilayah kecamatan seperti ini dari

waktu waktu dan sesuai dengan perkembangan kota akan semakin padat jumlah penduduknya.

Namun konsep kota Metropolitan di MEBIDANG telah diperluas oleh kementrian Pekerjaan

Umum sejak tahun 2010 menjadi kawasan MEBIDANGRO atau meliputi wilayah Medan-

Binjai-Deli Serdang-Tanah Karo. Sehingga wilayah kecamatan Deli Serdang yang berdekatan

dengan Tanah Karo, yakni 4 kecamatan paling kecil tingkat kepadatannya tersebut, maka

kemungkinan besar pertambahan penduduknya akan menjadi lebih tinggi, karena aktivitas

ekonomi dan sosialnya akan semakin terintegrasi dengan kota Medan sebagai kota inti.

5.3. Ketenaga Kerjaan

Penduduk merupakan salah satu faktor yang menjadi sumber tersedianya tenaga kerja dalam

melakukan produksi. Jika pemerintah kabupaten atau kota dapat menggunakan dengan baik data

ketenagakerjaan tersebut, baik untuk yang sedang bekerja maupun yang tidak bekerja, maka

pemerintah dapat membuat kebijakan publik yang optimal guna mencapai target ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat.

5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarakan pada 9 Sektor Lapangan Usaha

Banyaknya penduduk yang bekerja berdasarkan sector lapangan usaha, juga dapat

menggambarkan besarnya daya serap dari sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Artinya data ini sekaligus dapat menunjukkan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan karena

besarnya daya serap tenaga kerja yang bekerja disektor-sektor tersebut.

43

Page 44: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Tabel 5-7Tabel Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja menurut Sektor Ekonomi

Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010

Sumber: BPS Deli Serdang (dalam berbagai tahun)

Berdasarkan pada tabel 2-6 diatas, dapat terlihat bahwa penduduk di Kabupaten Deli

Serdang pada umumnya banyak yang bekerja pada sektor pertanian dengan kontribusi

pekerjanya mencapai 24% pada tahun 2009 dan naik menjadi 34% pada tahun 2012. Selanjutnya

pada urutan ke-2 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 23,4% di tahun

2009 dan naik juga pada tahun 2012 menjadi 30,4%. Sedangkan sektor industri pengolahan

menjadi urutan ketiga dengan kontribusi tenaga kerja pada tahun 2009 sebesar 19% kemudian

kecenderungannya menurun tajam tahun 2012 menjadi 1,9%.

SSektor industry manufaktur propinsi Sumatera Utara berada di kota Medan, tetapi

karena keterbatasan lahan dan tingginya harga tanah di Medan, maka industry manufaktur

menempatkan pabriknya di wilayah Deli Serdang yang berdekatan dengan kota Medan. Jadi

sektor industri pengolahan menjadi 3 besar dalam berkontribusi untuk tenaga kerja sector formal

di Kabupaten Deli Serdang.

Wilayah yang dekat dengan aktivitas ekonomi industri manufaktur biasanya merupakan

wilayah dengan kepadatan pemukiman penduduk yang tinggi, karena banyak penduduk yang

bekerja sebagai buruh di pabrik serta aktivitas lain yang mendukung sekitar pabrik. Jadi jumlah

penduduk dan tingkat kepadatan di sekitarnya juga cukup tinggi. Biasanya banyak ditemukan

rumah kontrakan yang kecil-kecil dengan jarak yang relatif sangat berdekatan sehingga terkesan

menjadi lebih kumuh dan lingkungan yang kotor. Tingkat penularan bibit penyakit dalam

keadaan seperti ini juga lebih cepat terjadi.

44

Page 45: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Selain itu, Deli Serdang juga merupakan wilayah basis produksi dari sektor pertanian

untuk Propinsi Sumatera Utara, khususnya tanaman pangan, holtikultura dan tanaman keras

perkebunan dari zaman dahulu sampai sekarang. Maka kontribusi tenaga kerja yang bekerja

disektor ini termasuk yang paling tinggi yakni pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 24%.

Mengalami penurunan yang cukup besar untuk tenaga kerja pada tahun 2011 menjadi 17,7% dan

naik lagi pada tahun 2012 menjadi 34%. Tertinggi kedua setelah sektor pertanian adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang rata-ratanya dalam tahun 2009-2012 mencapai 24,4%.

Kemudian pada urutan ke-3 adalah sektor pertanian dengan rata-rata 24,9%.

Sebaliknya untuk sektor ekonomi yang memiliki rata-rata kontribusi tenaga kerja paling

rendah selama 4 tahun terakhir adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,18%, sedangkan

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,25%. Untuk sektor listrik, gas dan air bersih, sangat

rendahnya kontribusi karena produksinya dilakukan oleh pemerintah pusat melalui BUMN dan

pemerintah daerah melalui BUMD, jadi tenaga kerjanya cukup kecil dibanding dengan sector

lainnya. Selanjutnya yang terakhir adalah sektor keuangan, asuransi, usaha persewan bangunan

dan jasa perusahaan sebesar 1,43%. Perekonomian kabupaten Deli Serdang bukan didorong oleh

kegiatan pertambangan dan jasa keuangan serta perusahaan, melainkan didominasi oleh sector

industry yang berkembang pada wilayah perbatasan dengan kota Medan, kemudian sector

perdagangan serta sector pertanian. Maka kontribusi tenaga kerja, juga sama dengan kontribusi

sektoral dari sektor-sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB nya.

5.3.2. Penduduk berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan

Sedangkan untuk melihat kondisi kependudukan berdasrkan pada pendidikan, dapat

melihat seberapa besar kwalitas sumberdaya manusia yang tersedia sebagai sumber dari tenaga

kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja, terutama sektor formal. Pendidikan juga menunjukkan

kwalitas sumberdaya manusia.

Jika dilihat pada table dibawah ini maka jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang

masih sangat didominasi oleh penduduk yang hanya memiliki pendidikan SMP kebawah, atau

lebih dari 50 %. Jika dilihat dari setiap tahunnya maka komposisi ini dalam kurun waktu 4 tahun

terakhir tidak mengalami perubahan. Misalnya pada tahun 2009 golongan penduduk yang

memiliki pendidikan SMP kebawah mencapai 70,6%, lulusan SMA hanya 26%, dan yang

terkahir lulusan Pendidikan Tinggi (D-I, D-II, D-III dan S-1) hanya 3,5%. Sedangkan pada tahun

45

Page 46: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2012 ada perubahan yakni lulusan SMP kebawah turun menjadi 56,8%. Selanjutnya lulusan

SMA/SMK menjadi 36,7% dan yang memiliki pendidikan tinggi naik menjadi 6,5%. Dengan

kata lain ada peningkatan kwalitas SDM di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan indicator

pendidikan. Untuk lebih mudah dilihat komposisi persentase penduduk berdasrkan pendidikan

dapat dilihat pada table 2-8 berikut ini:

Tabel 5-8Penduduk Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Kabupaten Deli Serdang

Pendidikan ygditamatkan

Thn 2009 Thn 2010 Thn 2011 Thn 2012Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Belum pernah sekolah 18095 1.3 18252 1.3 23597 1.3

241432 30.3Belum tamat SD 249412 17.9 251583 17.9 171435 9.5SD 376471 27.1 379747 27.1 459913 25.4SMTP 338509 24.3 341455 24.3 441400 24.4 211163 26.5SMTA Umum 277073 19.9 279484 19.9 544865 30.2 164470 20.7SMTA kejuruan 84231 6.1 84964 6.1 65745 3.6 127501 16.0Diploma I dan II 8093 0.6 8164 0.6 10818 0.6 18105 2.3Diploma III 9203 0.7 9282 0.7 23360 1.3

33170 4.2D IV/S1 30567 2.2 30833 2.2 66040 3.7Total 1391654 100.0 1403764 100.00000 1807173 100.0 795841 100.0Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013

5.4. Aspek Perkembangan Ekonomi Daerah

5.4.1. Nilai PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB per Kapita

Pada bagian ini akan dipaparkan lebih mendalam aspek ekonomi makro yang mencakup:

perkembangan PDRB sektoral, struktur perekonomian (distribusi sektor ekonomi dari

PDRB,masalah pertumbuhan ekonomi,tingkat inflasi, perkembangan PDRB per kapita;

produktifitas tenaga kerja, dan gambaran singkat sektor.

Pertumbuhan ekonomi regional sangat erat hubungannya dengan masing-masing sektor

yang membentuknya. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang

berpotensi besar maupun sektor-sektor yang masih perlu mendapat perhatian lebih untuk

46

Page 47: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

dijadikan prioritas pengembangan sehingga diharapkan dapat menjadi sektor yang mempunyai

peranan lebih besar dimasa yang akan datang.

Nilai tambah dari PDRB per sektor diharapkan berkesinambungan sehingga dapat

meningkatkan pertumb uhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian

pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi serta transformasi kegiatan ekonomi

dari dominasi sektor primer berubah menjadi ke sektor skunder dan tersier.

Disisi lain, Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan mampu memberikan dan

meningkatkan perhatian pada pembangunan kesejahteraan sosial. Upaya dan perhatian

peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat secara berimbang nampak makin diwujudkan

dengan dicanangkannya program pemerataan pembangunan yang intinya adalah menitikberatkan

pembangunan kesejahteraan sosial secara merata. Dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan pendapatan berarti akan dapat mengurangi jumlah penduduk yang berada di bawah

garis kemiskinan.

Tabel 5.9PDRB dan PDRB/Kapita Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Milyar)

No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 3.258,45 3.621,21 4.499,46 5.284,41 5.964,70

2Pertambangan dan Penggalian

278,60 309,09 371,67 427,35 484,91

3 Industri Pengolahan 14.802,10 17.002,10 19.667,61 22.158,78 24.575,21

4Listrik Gas dan Air Minum

65,49 70,52 79,54 91,44 103,46

5 Bangunan 638,98 740,20 884,18 1.061,23 1.255,72

6Perdagangan, Hotel dan Restoran

6.524,48 7.227,21 8.370,30 9.334,04 10.677,59

7Pengangkutan dan Komunikasi

481,11 538,84 603,28 682,00 768,86

8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

701,40 820,42 949,85 1.093,66 1.255,63

9 Jasa-Jasa 3.366,19 3.842,47 4.378,40 4.992,92 5.581,45

PDRB 30.116,83 34.172,48 39.804,28 45.125,83 50.667,52

PDRB/kapita (Rp) 17.559.157 19.108.374 22.231.672 24.970.398 27.452.922,09

Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013.

47

Page 48: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Tabel 5.10PDRB dan PDRB/Kapita Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Milyar)

No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 2.164,63 2.273,24 2.386,45 2.499,58 2.621,78

2 Pertambangan dan Penggalian

175,12 179.96 192,73 205,76 219,37

3 Industri Pengolahan 5.166,53 5.412,76 5.682,18 5.932,29 6.196,54

4 Listrik Gas dan Air Minum

28,01 29,42 31,72 34,53 37,54

5 Bangunan 341,49 388,01 408,63 455,64 500,55

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.732,84 2.879,75 3.037,77 3.226,10 3.431,95

7 Pengangkutan dan Komunikasi

266,90 282,23 302,37 326,49 350,99

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

393,47 434,81 484,33 540,82 595,52

9 Jasa-Jasa 1.708,92 1.837,88 1.990,55 2.167,80 2.367,79

PDRB 12,977,94 13.698,06 14.516,73 15.389,01 16.322,03

Laju Pertumbuhan Per Tahun 5,82 5,55 5,98 6,08 6,06

Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2013.

Dari tabel diatas,kondisi perekonomian Kabupaten Deli Serdang kurun waktu 2008-2012

menunjukkan keadaan yang semakin membaik. Hal ini terlihat dari setiap lapangan usaha terjadi

peningkatan dengan pembentukan PDRB yang didominasi pada sektor industri pengelohan,

perdagangan, jasa, dan pertanian. Sektor-sektor ini tumbuh terkait dengan potensi dan wilayah

Kabupaten Deli Serdang yang dinilai strategis dalam skala regional maupun nasional.

Wilayah Kabupaten Deli Serdang yang strategis ini berdampak pada transfomasi

pembangunan yang semakin pesat menjadi aktivitas ekonomi perkotaan, namun demikian pada

sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang besar dalam kegiatan perekonomian di

Kabupaten Deli Serdang. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang dari kurun waktu

2008-2012 memperlihatkan perekonomian yang tumbuh rata-rata 5,86 % dengan capaian

tertinggi pada tahun 2011 sebesar 6,08 %. Pada tahun 2008adalah 5,82%, pada tahun 2009adalah

5,55%, pada tahun 2010 adalah 5,98%, dan tahun 2011 adalah 6,08% dan pada tahun 2012

adalah 6,06 %.

48

Page 49: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

5.4.2. Struktur Perekonomian Kabupaten Deli Serdang

Struktur ekonomi adalah kontribusi dari masing-masing sektor yang menunjukkan

kemampuannya untuk menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan kemampuan suatu

daerah dalam memproduksi barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi. Pergeseran struktur

adalah sebagai indikasi adanya suatu proses pembangunan di suatu daerah. Guna mengetahui

gambaran struktur perekonomian Deli Serdang dapat dilihat dari tabel distribusi PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 menurut lapangan usaha/sektor ekonomi.

Angka ini nampaknya terus mengalami perubahan sejalan dengan semakin membaiknya sektor

riil. Kondisi tersebut diperkirakan akan mendorong perbaikan sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran, Industri Pengolahan, Jasa dan Pengangkutan serta Komunikasi.

Tabel 5.11Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang

menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 20121. Pertanian 10,82 10,60 11,30 11,71 11,772. Pertambangan dan Penggalian 0,93 0,90 0,93 0,95 0,963. Industri Pengolahan 49,15 49,74 49,41 49,10 48,504. Listrik Gas dan Air Minum 0,22 0,21 0,20 0,20 0,205. Bangunan 2,12 2,17 2,22 2,35 2,486. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,66 21,15 21,03 20,68 21,077. Pengangkutan dan Komunikasi 1,60 1,58 1,52 1,51 1,528. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,33 2,40 2,39 2,42 2,489. Jasa-Jasa 11,18 11,24 11,00 11,06 11,02

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016.

49

Page 50: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Tabel 5.12Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 20121. Pertanian 16,68 16,60 16,44 16,24 16,062. Pertambangan dan Penggalian 1,35 1,31 1,33 1,34 1,343. Industri Pengolahan 39,81 39,51 39,14 38,55 37,964. Listrik Gas dan Air Minum 0,22 0,21 0,22 0,22 0,235. Bangunan 2,63 2,69 2,31 2,96 3,076. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,06 21,01 20,93 20,96 21,037. Pengangkutan dan Komunikasi 2,06 2,06 2,06 2,12 2,158. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan3,03 3,17 3,34 3,51 3,65

9. Jasa-Jasa 13,17 13,42 13,71 14,09 14,51PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang, 2016.

Meskipun pada uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa pada tahun 2008 angkatan

kerja yang bekerja di sektor pertanian masih dominan namun ternyata peran sektor pertanian

dalam perekonomian wilayah tidak lagi dominan. Pada tahun 2008 ternyata sektor industri

pengolahan merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Deli

Serdang, selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, pertanian dan jasa kemasyarakatan. Pola

dan urutan kontributor tertinggi tersebut tidak berubah hingga tahun 2012, meskipun kontribusi

sektor industri pengolahan cenderung semakin menurun dan sektor jasa kemasyarakatan semakin

meningkat.

Perubahan dari struktur ekonomi menunjukkan bahwa telah terjadi transformasi ekonomi

di Kabupaten Deli serdang, dimana sektor petanianyang paling besar membentuk PDRB,

berubah menjadi sektor industri manufaktur. Pembentukan dari sektor industri ini mencapai

39,81% sedangkan pertanian hanya 16,68%. Pada tahun 2008 urutannya juga tidak berubah

yakni sektor industri sedikit turun mencapai 37,98% sedangkan pertanian stagnan di 16,06%.

Pada urutan kedua ternyata sektor perdagangan mencapai 21,06% pada tahun 2008 dan stagnan

nuga pada tahun 2012 di angka 21,03%.

5.4.3. Laju Inflasi

Fluktuasi harga barang-barang kebutuhan pokok tercermin dari perkembangan laju

inflasi suatu daerah.Inflasi Kabupaten Deli Serdang yang diwakili Kota Lubuk Pakam tahun

50

Page 51: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2012 sebesar 3,53 persen. Inflasi ini terjadi akibat kenaikan indeks empat kelompok pengeluaran,

yakni : bahan makanan (9,22 persen), transport, komunikasi dan Jasa Keuangan (7,65 persen),

sandang (5,68 persen) dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (4,10 persen).

Sementara untuk kelompok bahan makanan, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, Kota

Lubuk Pakam besarannya (2,0 persen).

Gambar 5-3

Grafik Inflasi Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008–2012

2008; 12.85

2009; 3.9

2010*; 6.3 2011*; 6.3

2012*; 3.53

Tahun

Inflasi / %

5.5. Aspek Kesejahteraan Masyarakat/Kualitas SDM5.5.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Kualitas sumber daya manusia Deli Serdang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). Pembangunan manusia pada hakekatnya merupakan suatu proses investasi.

Upaya pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi agar

dapat berjalan seiring dengan pembangunan manusia telah diupayakan melalui berbagai program

pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas penduduk.

Pada tahun 2011, IPM Kabupaten Deli Serdang mencapai 75,78, lebih tinggi dibanding IPM

rata-rata Sumatera Utara sebesar 75. Capaian IPM ini tidak terlepas dari kontribusi komponen

51

Page 52: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

utama IPM, yaituangka harapan hidup 70,88 tahun, angka melek huruf 98,8, rata-rata lama

sekolah 9,56 tahun, danrata-rata pengeluaran Rp 636.390 per kapita.

Tabel 5.13Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Deli Serdang

IndikatorTahun

2008 2009 2010 2011 2012- Indek Pembangunan Manusia

(IPM)74,36 74,67 75,28 75,78 76,17

- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,11 9,11 9,50 9,50 9,56

- Angka Harapan Hidup (tahun) 70,07 70,36 70,65 71,11 71,11

5.2. Gambaran Umum Kecamatan Beringin

Keamatan Beringin merupakan kecamatan yang luas wilayahnya cukup besar juga dan

sangat berdekatan dengan ibukota Kabupaten Deli Serdang yakni Lubuk Pakam dan juga dengan

Bandara Internasional KUALANAMU yang menjadi pintu gerbang utama wilayah Sumatera

Utara. Selain itu, wilayah ini masuk kategori wilayah urban village karena sanagat berdekatan

dengan Kota Medan. Jika dilihat dari luas wilayahnya maka terdapat 11 desa dimana mata

pencaharian penduduk pada umumnya mengandalkan sektor pertanian. Kondisi ii dapat dilihat

pada table berikut ini :

Tabel 5.12. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan

Beringin, 2016

Desa/Kelurahan

Luas(km2) Persentase

(1) (2) (3)

1 Tumpatan 3,07 5,83

2 Emplasmen Kuala Namu 7,01 13,30

52

Page 53: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

3 Sidodadi Ramunia 7,79 14,79

4 Pasar V Kebun Kelapa 2,82 5,35

5

http://deliserdangkab

3,93 7,46Aras Kabu

6 Serdang 2,75 5,22

7 Sidourip 1,63 3,09

8 P sar VI Kuala Namu 8,90 16,89

9 Karang Anyar 4,63 8,79

10 Beringin 4,31 8,18

11 Sidoarjo Dua Ramunia 5,85 11,10

Beringin 52,69 100,00

Sumber:

Kantor Desa/Kelurahan KecamatanBeringin

Bedasarkan pada table diatas, bahwa Wilayah yang paling luas adalah Desa Pasar 6 Kualanamu

(16,89%) kemudian diikuti oleh Desa Sidodadi Ramunia (14,79%) dan Emplasmen Kualanamu

(13,30%) dimana wilayah ini sangat didominasioleh sektor pertanian padi dan palawija.

PENDUDUK Kecamatan Beringin

Tabel

3.1.1 Jumlah Penduduk dan Laju PertumbuhanPenduduk di

Kecamatan Beringin, 2010, 2015, dan2016

JumlahPenduduk(jiwa)

LajuPertumbuhan

Penduduk/Tahun(%)

Desa/Kelurahan

53

Page 54: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

2010 2015 2016

2010- 2015-

2016 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Tumpatan 6.4587.30

4 7.459 2,43 2,12

2Emplasmen Kuala Namu 2.063

2.355 2.409 2,62 2,29

3 Sidodadi Ramunia 12.50314

21.014.52

2,53 2,20

http://deliserdangkab

3

4Pasar V Kebun Kelapa 5.737

6.515 6.658 2,51 2,19

5 Aras Kabu 2.8623.24

3 3.305 2,43 1,91

6 Serdang 2.4082.73

1 2.787 2,47 2,05

7 Sidourip 2.2432.54

0 2.594 2,45 2,13

8P sar VI Kuala Namu 375 447 457 3,35 2,24

9 Karang Anyar 7.7498.79

7 8.994 2,51 2,24

10 Beringin 7.4078.40

8 8.597 2,51 2,25

11Sidoarjo Dua Ramunia 2.610

2.986 3.097 2,89 3,72

Beringin 52.41

559.53

7

60.84

2,52 2,19

0

Sumber:Proyeksi Penduduk Indonesia

2010–2035

54

Page 55: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1. Tahapan Pengembangan Potensi Desa dengan Kebijakan Dana Desa

Idealnya sebuah penelitian harus dapat dikembangkan baik diawali dari pembuktian teoritis

sampai dengan penelitian implikasi kebijakan yang dapat diterapkan dalam bentuk regulasi yang

akan dilakukan oleh pemerintah. Regulasi dapat berupa bantuan kemudahan dalam akses

pembiayaan usaha maupun dalam proses produksi dan produk yang dihasilkan. Tujuannya adalah

untuk memberi peluang bagi pengusaha untuk lebih berkembang sehingga dapat meningkatkan

level usaha yang dijalani selama ini. Adapun bentuk rencana tahapan penelitian berikutnya yakni

pada tahun ke-2 adalah :

1. Melakukan FGD kepada Pemerintahan Desa, sehingga konsep pendirian BUMDes

dapat dievaluasi mengapa pemerintahan Desa memilih bentuk BUMDes yang telah ada di

desanya. Pendirian ini apakah diawali dari prosedur musyawarah dusun kemudian

dilanjutkan ke desa dan masuk dalam peogram pemerintahan desa yang tercatat biayanya

di APBDes setiap desa.2. Melakukan kunjungan pada masyarakat desa, sebagai Implikasi bagaimana

sosialisasi pendirian BUMDes yang dilakukan oleh aparatur Pemerintahan Desa dan

pembuatan rule model ini melibatkan masyarakat dan aparatur pemerintahan, sehingga

masyarakat dan pemerintah dapat bersinergi dalam memajukan ekonomi desa mereka di

wilayah Keamatan Beringin yang secara fisik berbatasan langsung dengan Bandara

55

Page 56: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

Internasional KUALANAMU sebagai pintu gerbang internasional dan domestic untuk

provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan sebagai ibukota provinsi.3. Mengikuti Pelatihan Training of Trainer (ToT) sebagai PENDAMPING BUMDes;

Peneliti akan mengikuti pelatihan tersebut agar dalam membuat rule model pendiriannya

telah melalui proses yang efisien dan efektif baik secara ekonomi, birokrasi, akuntabilitas

dan aspek hokum serta sosial agara BUMDes ini menjadi investasi jangka panjang dalam

melakukan peningktan ekonomi pedesaan. 4. Merumuskan rule model Pendirian BUMDes, setelah diberlaukan kebijakan Dana Desa

dari APBN untuk meningkatkan ekonomi pedesaan dan kualitas hidup dari warga desa

yang ditambah juga dengan kebojakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan

pada APBD seluruh Kabupaten di Indonesia dengan tujuan yangsama dengan kebijakan

Dana desa.

6.2. Bagan Tahapan Kerja Pada Tahun Ke-2

Agar menjadi lebih mudah dalam melihat tahapan yang akan dilakukan pada tahun ke-2 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5-7

Tahapan Kerja pada Tahun ke-2

56

Page 57: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Masih sulit untuk turun kelapangan dan banyak aktivitas pangan yang belum bisa

dijalankan karena waktu, kucuran dana yang belum maksimal digunakan untuk

pengembangan BUMDes sampai akhir 2017 kemarin.2. Tim baru mengunjungi kelapangan untuk semua desa yang ada di Kecamatan Beringin

dan sudah melakukan wawancara dan diskusi sederhana dengan kelompok Tani maupun

individual untuk melihat kondisi di lapangan.3. Fakta menujukkan bahwa ada sebahagian penduduk yang bermukim belum tahu tentang

penggunaan dan kebijakan untuk Dana Desa (DD) yang berasal dari APBN dan ADD

(alokasi dana desa) yang b ersumber dari APBD Kabupaten sebagai sumber pendapatan

di APBDes sehingga mereka harus terlibat apa itu BUMDes yang dipilih dan akan

mendukung ekonomi wilayah desa mereka dan mengapa itu didirikan oleh Pemerintah

Desa.4. Peluang secara geografi yang berdekatan langsung dengan sarana Bandara internasional

telah memberikan peluang yang cukup besar untuk megembangkan usaha yang tidak

merusak sektor pertanian sebagai sektor yang utama dalam menggerakkan roda ekonomi

pedesaan di wilayah Kecamatan Beringin, tetapi dapat dikembangkan juga sebagai lokasi

untuk rekerasi sambil mengaggambarkan dunia pendidikan.

57

Page 58: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

4.2. SARAN

Adapun saran yang akan dikemkakan pada hasil penelitian tahun 1 dari 2 tahun sebagai berikut :

1. Akibat kurangnya sosialisasi dan akuntabilitas dari pemerintahan desa kepada masyarakat

ssehingga masyarakat banyak yang tidak tahu apa itu BUMDes dan mengapa jenis seperti

itu yang dipilih. Maka perlu dibuat sosialisasi pada masyarakat dengan bantuan

pendampin BUMDes yang berasal dari Perguruan Tinggi.2. Pengenalan secara social dan hukum juga arus diutamakan, karena kondisi ini

melibatkan prosedur yang telah ditentukan oleh pemerintah, jika melanggarnya maka

akan terjebak fenomena korupsi yang sudah menjadi iklim rutinitas sering ditemukan

dalam pemerintahan di Indonesia.3. Pendirina BUMDes harus diawali dari feasibility study yang dapat dipertanggngjawabkan

secara transparan dan bekerjasama dengan komunitas penggerak ekonomi pedesaan atau

dari Perguruan Tinggi yang melakukan implementasi kebijakan KKN dalam penyelesaian

studi di kampusnya.

58

Page 59: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN …

DAFTAR PUSTAKA

Ai Siti Farida. 2011. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Jhingan. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Maryunani. 2008. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa. Bandung: CVPustaka Setia.

Pratama Raharja. 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Purnomo. 2004. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Masyarakat Desa, Makalah, BPMPD,Lombok Timur.

Seyadi. 2003. Bumdes sebagai Alternatif Lembaga Keuangan Desa. Yogyakarta: UPP STMYKPN.

Straus dan Corbin. 1997. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sudjana. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:

Todaro MP. (2014) . Ekonomi Pembangunan. (terjemahan) Edisi 10, Jilid I Erlangga Jakarta.

59