universitas islam negeri syarif...
TRANSCRIPT
DINAMIKA KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN TERHADAP
HUBUNGAN BILATERAL DENGAN SENEGAL PADA MASA
KEPEMIMPINAN AHMADINEJAD
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhammad Farhan
1110114000007
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
DINAMIKA KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN TERHADAP HUBUNGAN
BILATERAL DENGAN SENEGAL PADA MASA KEPEMIMPINAN
AHMADINEJAD
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhammad Farhan
1110114000007
Pembimbing Skripsi
Eva Mushoffa M.HSPs
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
DINAMIKA KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN TERHADAP HUBUNGAN
BILATERAL DENGAN SENEGAL PADA MASA KEPEMIMPINAN
AHMADINEJAD
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Mei 2016
Muhammad Farhan
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Muhammad FarhanNIM :1110114000007Program Studi : Hubungan Internasionai
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
"Dinamika Kebijakan Luar Negeri Iran Terhadap Hubungan Bilateral DenganSenegal Pada Masa Kepemimpinan Ahmadinejad"
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 20 Mei 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pembimbing Sklipsi
Badrus Sholeh. Ph.DNiP. l 97 l 02t 1199903 t002
Mushoffa M.HSPs
ilr
iii
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi dinamika
kebijakan luar negeri Iran terhadap Senegal. Tujuan dari skripsi ini menganalisa apa
yang melatar-belakangi hubungan bilateral Iran-Senegal di masa kepemimpinan
Ahmadinejad.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait hubungan bilateral diantara
kedua negara tersebut, skripsi ini menggunakan tiga kerangka pemikiran utama.
Pertama, konsep kepentingan nasional dan hubungannya dengan kebijakan luar
negeri. Kedua, konsep analisa kebijakan luar negeri berdasarkan faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari kepentingan ekonomi dan filosofi pemerintahan,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari tekanan sistem internasional dan peran aktor
non-negara. Dan terakhir, skripsi ini menggunakan pendekatan konsep geopolitik
yang memadukan analisa geopolitik klasik dan geopolitik kritis.
Dengan menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka, skripsi ini
berargumen bahwa kebijakan luar negeri Iran yang dilandasi dengan sikap pragmatis
mendorong Iran menjalin hubungan dengan Senegal. Kebijakan ini diutamakan di
masa Ahmadinejad yang ingin meningkatkan independensi Iran dari tekanan sistemik
negara-negara Barat dan sekutunya di tingkat regional maupun internasional. Kondisi
tekanan sistemik ini menyebabkan kemampuan Iran terbatasi secara ekonomi dan
politik. Oleh sebab itu, dengan menekankan kedekatan agama dan budaya,
Ahmadinejad membangun hubungan bilateral dengan Senegal dengan tujuan untuk
memulihkan kondisi ekonomi Iran terutama dalam menghadapi sanksi internasional
yang diberlakukan oleh Barat dan sekutunya.
Kata Kunci: Iran, Senegal, kebijakan luar negeri, Third World Policy, Kawasan
Afrika.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirrahim, Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Dinamika Kebijakan Luar Negeri Iran Terhadap
Hubungan Bilateral Dengan Senegal Pada Masa Kepemimpinan Ahmadinejad”
sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata 1 jurusan Hubungan
Internasional (S.Sos) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Faisal Abdillah Shatry dan Ibunda Sri
Aen Nurhayati, terima kasih atas nasehat, motivasi, keikhlasan, serta
kesabaran Papa dan Mama selama ini. Dukungan moril dan materil Papa dan
Mama yang tidak dapat dibalas dengan dunia seisinya. Skripsi ini ananda
persembahkan untuk kalian.
2. Dosen pembimbing skripsi penulis Ibu Eva Mushoffa MHSPs. Terima kasih
atas saran, arahan, waktu, nasehat, dan kesabaran Ibu dalam membimbing
penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Meski penuh dengan aktivitas
yang sangat padat, Ibu Eva masih meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dengan sabar. Terima kasih Ibu Eva atas segala bantuan dan ilmunya.
vi
3. Bapak Badrus Sholeh, Ph.D selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta.
4. Ibu Debbie Affianty, M.Si, Bapak Nazarudin Nasution, MA, Bapak Ali
Munhanif, PhD, Bapak Ahmad Al-Fajri, MA, Ibu Mutiara Pertiwi, Bapak
Philips Vermonte, PhD, Bapak Teguh Santosa, Bapak Taufiqurrahman, Bapak
Kiki Rizky, Bapak Andar Nubowo dan juga seluruh staf Dosen di jurusan
Hubungan Internasional yang telah mengajarkan dan berbagi ilmu kepada
penulis selama masa studi di UIN.
5. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis; Fahmi Imam Fauzy, Handi Rizky
Wijaya, Fikri Fahrul Faiz, Bayu Aji Bagus Prasetiyo, Trivantiko Rezki
Budiyono, Andre Abdurrahiem, Wibisono Adi Nugroho dan kawan-kawan
Hubungan Internasional Kelas Internasional 2010. Terima kasih atas
dukungan dan doanya.
6. Teman-teman seperjuangan di HI 2010: Aulia Rahman, Andriean Akbar
Pratama, Yuri Handayani, Rammy Akram, La Ode Aljabar, Reza Ratnasari,
Clara Safitri, Aburizal Navis, Mulyana Ahmad Fikri, Ricardo Taufano dan
kawan-kawan lainnya yang selalu memberi inspirasi dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kawan-kawan Fisip 2010: Hilman Hidayat, Ferdian Ramadhani dan kawan-
kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas saran dan
motivasinya.
vii
8. Kawan-Kawan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat Komisariat
Fisip; Fahreza Rizki, Rifqi Syahrizal, M. Ruhul, Angga, Sofi, Hatta, Rizky
Abdurrahman Devi, Ihsan. Dan tidak lupa kawan-kawan Pengurus Cabang
IMM Ciputat 2010: Abidin Ghozali, Una Tsanaya, Tsani Ariant, Tsalis
Syawaludin, Umar Azhari, Imam Febrian, Epin Kurniasih, dan lainnya yang
selalu memberi dukungan selama pengerjaan skripsi ini.
9. Teman-teman Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB): Asnawi,
Helmi Suhaimi, Hilman Hidayat, Risqi Zulfikar, Atiek Af’idata, Aida,
Hisyam Rafsanjani, dan lainnya yang sudah memberi semangat bagi penulis.
10. Dan tidak lupa sahabat terbaik penulis, Ali Akbar, atas segala bantuan dan
kesediaan waktunya untuk mengkoreksi dan memberi saran untuk skripsi ini.
Maaf jikalau selalu merepotkan, penulis menghaturkan banyak terima kasih.
Jakarta, Mei 2016
Muhammad Farhan
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8
E. Kerangka Teoretis ................................................................................................. 13
1. Kepentingan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri ....................................... 13
2. Analisa Faktor Internal dan Eksternal Dalam Pembuatan Kebijakan Luar
Negeri ............................................................................................................ 16
3. Geopolitik ...................................................................................................... 18
F. Metode Penelitian.................................................................................................. 21
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 22
BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DAN THIRD WORLD
POLICY TERHADAP SENEGAL
A. Orientasi Kebijakan Luar Negeri Iran ................................................................... 25
B. Kebijakan Luar Negeri Iran di Afrika ................................................................... 35
C. Hubungan Iran-Senegal Pasca Revolusi Hingga Masa Presiden
Khatami…………………………………………………………………………38
BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DI MASA AHMADINEJAD
TERHADAP SENEGAL
A. Nilai Geostrategis Senegal di Afrika Barat ........................................................... 44
ix
1. Potensi Politik Senegal……………………………………………………….44
2. Potensi Ekonomi Senegal…………………………………………………….50
B. Hubungan Bilateral Iran-Senegal di Masa Ahmadinejad (2006-2013)................. 53
1. Hubungan Bilateral Iran-Senegal di Masa Ahmadinejad…………………....54
2. Dinamika Hubungan Bilateral Iran-Senegal di Masa Ahmadinejad………...57
3. Tujuan-Tujuan Iran terhadap Senegal di Masa Ahmadinejad……………….61
BAB IV ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
LUAR NEGERI IRAN TERHADAP SENEGAL DI MASA KEPEMIMPINAN
AHMADINEJAD (2006-2013)
A. Faktor Internal ....................................................................................................... 65
1. Faktor Ekonomi……………………………………………………...............65
2. Kebijakan Third World Iran di Masa Ahmadinejad…………………............74
3. Kepentingan Geopolitik Iran di Masa Ahmadinejad………………………...79
B. Faktor Eksternal………………………………………………………………….83
1. Pengaruh Tekanan Sistem Internasional Terhadap Iran………………..........83
2. Eksistensi Hizbullah dan Kelompok Syiah di Afrika Barat………………….89
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 98
Lampiran
x
DAFTAR SINGKATAN
AMAL : Afwaj Al-Muqawamma Al-Lubnaniya
BBM : Bahan Bakar Minyak
CFA Franc : colonies françaises d'Afrique
CISADA : Comprehensive Iran Sanctions, Accountability, and Divestment Act
FIS : Front Islamic Salvation
GDP : Gross Domestic Products
IAEA : International Atomic Energy Agency
IKCO : Iran Khodro Company
IMF : International Monetary Fund
IRGC : The Islamic Revolutionary Guard Corps
MNF : Multi-National Forces
MoU : Memorandum of Understanding
NATO : North Atlantic Treaty Organization
NEPAD : New Partnership for Africa’s Development
OKI : Organisasi Kerjasama Islam
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
SNSC : Supreme National Security Council
WAEMU : The West African Economic and Monetary Union (Union
Economique et Monétaire Ouest Africaine, UEMOA)
xi
DAFTAR GAMBAR
Tabel IV. A. 1. 1 Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak Dunia Terhadap Ekspor Minyak
Iran……………………………………………………………………………..67
Grafik IV. A. 1. 2 Tingkat Ekspor Minyak Iran per Barrel Tahun 2011-2013 .......... 71
Grafik IV. 1. B. 1 Grafik Ekspor Iran ke Afrika 2000-2009 ...................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini mengkaji tentang hubungan bilateral Iran dan Senegal
selama pemerintahan Ahmadinejad. Kepemimpinan Mahmoud
Ahmadinejad sebagai Presiden Iran yang ke-3 dimulai pada tahun 2005
merupakan era yang menghidupkan kembali idealisme Ayatullah Khomeini,
pemimpin politik sekaligus spritual tertinggi Iran di masa pasca revolusi
Islam 1979. Selama dalam pemerintahannya, Ahmadinejad mengutamakan
kepentingan sosial ekonomi secara domestik. Sedangkan dalam kebijakan
luar negerinya memperlihatkan permusuhan kepada Barat terutama Amerika
Serikat dan Israel. Dengan menekankan kebijakan luar negerinya pada
persoalan ―Keadilan atau Tirani‖,1 Ahmadinejad meyakini semangat Iran
akan ditiru oleh negara-negara lainnya. Beberapa negara di luar kawasan
Timur Tengah; termasuk negara di kawasan Afrika dan Amerika Latin
memang memberi simpati atas sikap berani Ahmadinejad yang menentang
dominasi Barat. 2
Maka Iran di bawah kepemimpinan Ahmadinejad terlihat antusias
memilih untuk menjalin hubungan dengan negara dunia ketiga seperti
negara-negara di Afrika dan Amerika Latin. Pada konteks ini Afrika
1Jahangir Amuzegar, ―Iran‘s Third Development Plan: An Appraisal‖, Middle East
Policy Vol 12 No. 3 (Fall, 2005), h. 47. 2Jahangir Amuzegar, “The Ahmadinejad Era: Preparing for the
Apocalypse,”(Journal of International Affairs:Spring/Summer 2007), h. 36.
2
memiliki posisi khusus dalam kebijakan luar negeri Iran. Pada tahun 2008,
dalam pertemuan tingkat tinggi Uni Afrika (African Union) menteri luar
negeri Iran Manuchehr Mottaki menyatakan bahwa Iran akan meningkatkan
hubungan baik dengan negara negara Afrika. Mottaki juga menyebut tahun
itu (2008) sebagai ―Tahun perluasan hubungan Iran dan Afrika‖.3
Hubungan Iran dan Afrika sudah terjalin sejak 10 tahun pertama pasca
revolusi Iran.4 Sejak tahun 1980 Iran menjalin kerjasama dengan beberapa
negara di kawasan Afrika yang salah satunya Sudan. Hubungan Iran-Sudan
ini bahkan diklaim oleh Barat dan media massa Timur Tengah telah
mencapai kerjasama di bidang Militer. Hubungan ini dan bahkan membawa
ideologi ekstrim Syiah Iran berkembang di Sudan sejak 1990.5
Selain Sudan, Iran telah lama memiliki hubungan yang dekat dengan
Senegal. Pada tahun 2004, menteri luar negeri Iran Kharrazi
mengungkapkan bahwa Senegal mempunyai porsi penting bagi kebijakan
luar negeri Iran.6 Senegal adalah negara yang memiliki pengaruh signifikan
di Afrika terutama di kawasan Afrika Barat. Pemerintah Iran telah
memberikan dukungan pada Senegal saat menjadi tuan rumah pertemuan
tingkat tinggi Organisasi Konferensi Islam di Dakar, di tahun 2008. Sikap
3Ian Taylor, “The International Relations of Sub-Saharan Africa”, (New York: The
Continuum International Publishing, 2010), h. 22. 4Shireen T. Hunter,“ Iran and the World: Continuity in a Revolutionary Decade”,(
Bloomington: Indiana University Press, 1990), h. 166. 5 Youssef Ibrahim, ―Cutting Back in Lebanon, Iran Is Shifting to Sudan,‖ New
YorkTimes,13 Desember, 1991, dikutip dari Shireen T. Hunter,‖Iran and the World:
Continuity in a Revolutionary Decade‖. 6―Iran Foreign Minister Opens Iran – Senegal Economic Seminar‖, (Tehran IRNA,
March 29, 2004.)
3
dukungan telah memberikan citra positif bagi Iran sebagai pemimpin dunia
Islam7. Akan tetapi dalam proses pendekatan diplomatiknya, Iran juga
mengalami masalah dengan negara-negara Muslim di Afrika. Masalah
tersebut terutama dikarenakan sikap Iran yang kerap melakukan intervensi,
terutama untuk menyebarkan Ideologi Syiah di Afrika.8
Permasalahan diplomatik ini juga pernah terjadi dalam hubungan Iran-
Senegal. Pada tahun 1984, Senegal memutuskan hubungan diplomatik
dengan Iran. Sikap ini terjadi dikarenakan adanya tindakan yang dicurigai
oleh pemerintah Senegal sebagai intervensi urusan dalam negeri yang
dilakukan oleh anggota kedubes Iran di Dakar.9 Akan tetapi Iran tetap
mempertahankan posisi Senegal sebagai negara penting di Afrika Barat,
usaha ini dimulai sejak masa Presiden Khatami.10
Di masa pemerintahan Ahmadinejad, Senegal tercatat sebagai partner
dagang terbesar Iran di Afrika Barat. Nilai ekspor Iran ke Senegal pada
tahun 2009 mencapai 16 juta dollar dan meningkat hingga 3.6 %
dibandingkan ekspor sebelumnya pada tahun 2000.11
Senegal juga
memberikan dukungan yang besar melalui hubungan diplomatiknya dengan
Iran. Menteri Luar Negeri Senegal, Madicke Niang mengatakan:
7Charlie Szrom, “Ahmadinejad in West Africa: What Iranian Outreach to the
Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy”, (Critical Threats Project of American
Enterprise Institute, 2010), h. 9. 8Shireen T. Hunter, “Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era,” (Greenwood
Publishing Group, 2010), h. 227. 9―Senegal-Iran: Dakar Embassy Closed,‖ Africa Research Bulletin 21, no. 2 (
February, 1984). 10
Shireen T. Hunter, “Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era,”h. 227. 11
International Monetary Fund, ―Iran‘s Export in West Africa,‖ Direction of Trade
Statistic, www.imfstatistics.org/DOT, (Diakses pada July 19, 2014)
4
“Given the political resolve of the two countries‟ presidents,
Senegal always sides with Iran. . . . We would never back down
on our support for Iran and we would never backtrack on the
path that we have opted for.”12
[Mengingat tekad politik
Presiden dari kedua Negara, Senegal selalu berada di sisi Iran . .
. Kami tidak akan pernah menarik mundur dukungan kami pada
Iran dan tidak akan pernah kembali dari jalan yang telah kami
pilih.]
Meskipun hubungan Iran dan Senegal harmonis, persahabatan diantara
kedua negara tersebut sempat mengalami kerenggangan. Kondisi renggang
ini terjadi dikarenakan Iran membantu kelompok separatis Casamance
Movement of Democratic Forces di selatan Senegal pada tahun 2010, Iran
diketahui mengirimkan suplai senjata kepada pasukan pemberontak
tersebut.13
Mengkaji fenomena kebijakan luar negeri Iran sebagai salah satu
negara emerging power memiliki daya tarik tersendiri. R.K Ramazani14
menyebut Iran sebagai negara Caleidoscophic dengan ciri kebijakan luar
negeri yang bersifat tidak tunggal baik dari faktor pembentukan
kebijakannya hingga bentuk kebijakan di kancah internasional. Faktor
pembentuk kebijakan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor domestik, regional, dan Internasional. Oleh sebab itu, dari kacamata
12
Senegalese Minister Underlines Expansion of Tehran-Dakar Ties,‖ Fars News
Agency, July 09, 2010, dapat dilihat di
http://english.farsnews.com/newstext.php?nn=8902251632 (diakses pada Juni 20, 2014). 13
Brandon Fite, ―US and Iranian Strategic Competition:Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa‖, CSIS Report (12 Maret, 2012), h. 21 14
R.K Ramazani, ―Iran‘s Foreign Policy: Contending Orientations‖, Middle East
Institute, Middle East Journal Vol. 43, No. 2 (Spring , 1989) h. 202 – 217.
5
para scholar Kebijakan Luar Negeri Iran ialah negara yang mampu
memainkan peran sebagai aktor idealis dan juga pragmatis.15
Struktur pengambilan kebijakan Iran dipengaruhi oleh kerumitan
susunan pembuat kebijakannya. Ada semacam hierarki superioritas
pemegang kekuasaan dalam sistem negara yang bersifat Republik
Teokratis16
. Kekuasaan tertinggi Iran dipegang seorang ulama yang disebut
Supreme Leader atau Vali al-faqih yang dibentuk oleh Ayatoullah Khomeini
agar memiliki otoritas tertinggi dalam bidang hukum, politik, dan
keagamaan17
. Konsep kepemimpinan Supreme Leader ini dianut sebagai
pengganti konsep Vilayatul al faqih,18
yang dipercayai oleh Aliran Syiah
Iran sebagai pengganti kepemimpinan Sayyidina Ali bin Abi Thalib hingga
sekarang. Posisi Supreme Leader baru dipegang oleh dua orang, Ayatoullah
Khomeini dan penerusnya, Ali Khamenei.
Kekuasaan Supreme Leader juga memberikan pengaruh yang sangat
besar dalan pembuatan kebijakan luar negeri, meskipun Iran mengenal
15
R.K Ramazani, ―Iran‘s Foreign Policy: Contending Orientations‖. h. 202 16
Alan Salehzadeh, ―Iran‟s Domestic and Foreign Policies‖, (National Defence
University of Helsinki, 2013), Department of Strategic and Defence StudiesSeries 4:
Working Papers No 49. h. 02 17
Neil Shevlin, ―Velayat-E Faqih In The Constitution of Iran: The Implementation of
Theocracy‖, Journal of Constitutional Law Vol. 1, No. 2 ( Fall, 1998), h. 365- 366. 18
12 Imam kepercayaan Islam Syi‘ah yang terdiri dari: Imam Ali ibn Thalib, Imam
Hassan dan Imam Hussein, Imam Ali Assajad, Imam Muhammad Al-Bagir, Imam Ja‘far
Shadiq, Imam Musa Al-Kazim, Imam Ali Arriza, Imam Muhammad Attaqi, Imam
Muhammad Annaqi, Imam Hasan Al-Askari, dan Imam Muhammad Al-Mahdi. Kedua
Belas Imam tersebut diyakini oleh Syi‘ah sebagai penerus kepemimpinan pasca era
Muhammad SAW. Khomeini menciptakan Supreme Leader (Val al-faqih) sebagai
pemimpin tunggal penerus kepemimpinan Islam Islam karena ketiadaan 12 Imam tersebut.
Dapat dilihat di http://www.alislam.org/shia-political-thought-dapat dilihat di
http://www.alislam.org/shia-political-thought-ahmed-vaezi/what-wilayat-al-faqih dan
http://www.jafariyanews.com/sep2k2/13_bookbaqirsadr.htm (Diakses 11 Februari 2015).
6
birokrasi susunan pembentuk kebijakan luar negeri yang dimulai dari:
Menteri luar negeri, Presiden beserta SNSC (Supreme National Security
Council). Dalam konteks ini persetujuan oleh Supreme Leader selaku
pemegang otoritas dari keseluruhan kebijakan Iran menjadi mata rantai
terakhir dalam pembuatan kebijakan luar negeri.19
Tidak dapat dipungkiri, sistem pembuat kebijakan Iran yang dikenal
hingga saat ini dibentuk secara garis besar oleh Ayatullah Khomeini, tokoh
utama penggerak revolusi Iran 1979 yang merubah secara fundamental
ideologi negara menjadi lebih teokratis dan fokus pada kebijakan anti-
Imperialisme negara-negara Barat.
Selain itu, Khomeini juga berkeinginan untuk menyebarkan ideologi
Islam Iran, yaitu aliran Islam Syiah, sebagai dasar acuan bernegara di level
regional maupun internasional. Semangat Khomeini ini bahkan terlihat
dalam korespondensinya kepada Gorbachev pada 1 Januari 1989. Dalam
suratnya, Khomeini meyakini bahwa pasca perang dingin, ketika sistem
bipolar antara blok Barat dan blok Timur runtuh, ideologi Islam menjadi
alternatif bagi semua bangsa karena diyakini mampu menjadi pelopor
kesejahteraan dan keamanan.20
Pada era kepemimpinan pasca Khomeini,
karakterisktik kebijakan Iran mengalami modifikasi seiring dengan
perubahan kepemimpinannya. Namun demikian, flatform dasar
19
Eva Patricia Rakel, ―The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and
Foreign Relations Since The Islamic Relations‖, (Amsterdam: University of Amsterdam,
2008), h. 146. 20
R.K Ramazani, ―Ideology and Pragmatism in Iran‘s Foreign Policy,‖ Middle East
Journal (2004) h. 15.
7
pengambilan kebijakan tetap mengacu kepada landasan Teokratis yang telah
dibangun oleh Khomeini.
Berdasarkan latar belakang di atas, skripsi ini akan menganalisa
dinamika kebijakan luar negeri Iran terhadap negara dunia ketiga di Afrika
pada masa Ahmadinejad dengan fokus utama pada hubungan bilateral Iran
dengan Senegal. Hubungan ini didasari oleh Iran yang mencari partner baru
di luar kawasan yang notabene tidak memiliki hubungan dekat dengan
Amerika Serikat.
B. Pertanyaan Penelitian
Skripsi ini mengkaji dinamika hubungan bilateral yang dibangun oleh
Iran terhadap Senegal pada pemerintahan Presiden Ahmadinejad. Untuk itu,
skripsi ini akan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana
dinamika hubungan bilateral Iran-Senegal pada masa pemerintahan
Ahmadinejad? Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
dinamika hubungan Iran-Senegal pada masa pemerintahan Ahmadinejad?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditulis sebagai prasyarat kelulusan jenjang pendidikan
Strata-1 di Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut: (1) Mengkaji dan menjelaskan proses dalam
pembentukan kebijakan luar negeri Iran, (2) menganalisa kondisi-kondisi
serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam kebijakan luar negeri Iran, (3)
8
mengetahui hubungan bilateral yang dibangun oleh Iran di luar wilayah
Timur Tengah, (4) dan memahami karakter hubungan bilateral antara Iran
dan Senegal di masa pemerintahan Ahmadinejad.
Adapun manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah untuk
membantu pemetaan keilmuan dalam analisa hubungan internasional
terutama dalam kajian analisa kebijakan luar negeri di Timur Tengah dan
Afrika. Dengan demikian, skripsi ini bisa menjadi salah satu rujukan dalam
kajian Hubungan Internasional di Timur Tengah dan Afrika.
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa literatur yang mengkaji kebijakan luar negeri Iran
secara spesifik. Namun skripsi ini memfokuskan pada dua jenis literatur
berdasarkan periode kepemimpinan dan dinamika dalam pembentukan
kebijakan luar negeri Iran.
R.K Ramazani21
menganalisa kebijakan luar negeri Iran pasca revolusi
Iran 1979 yang memfokuskan pada semangat Freedom, Independence, and
Islam Ideology yang diterapkan oleh setiap Presidennya. Ramazani dalam
artikelnya berjudul Iran‟s Foreign Policy: Both North and South22
,
berpandangan bahwa kebijakan luar negeri Iran di masa Khomeini pasca
perang dingin yang tidak lagi mengutamakan Barat atau Timur (Neither
21
R.K. Ramazani,―Iran‘s foreign Policy: Independence, Freedom and The Islamic
Republic,‖ dalam Iran‟s Foreign Policy: From Khatami to Ahmadinejad, eds Anoushiravan
Ehteszami and Mahjoob Zweiri (Reading: Ithaca Press, 2008), h. 8-10. 22
R.K Ramazani,‖Iran‘s Foreign Policy: Both North and South‖, Middle East
Journal, Vol. 46, No.3 (Summer, 1992). h. 393.
9
West or East) tetapi juga melihat pada Utara serta Selatan. Sementara pada
masa Rafsanjani lebih memfokuskan wilayah Utara dengan mendekati
Azerbaijan dan Armenia, dengan menekankan persamaan budaya dan
agama. Selain itu wilayah Selatan yakni negara Teluk yang strategis juga
mejadi fokus hubungan luar negeri Iran, terutama dalam meredam pengaruh
Amerika Serikat di Timur Tengah23
. Namun demikian Ramazani
berargumen bahwa meski ada beberapa perbedaan fokus kebijakan luar
negeri dalam era kepemimpinan yang berbeda, para Presiden Iran tetap
melanjutkan beberapa kebijakan terdahulu.
Sementara itu Arshad24
menyakini bahwa kebijakan luar negeri Iran
bergantung dengan kondisi Internalnya. Senada dengan argumen yang
dibangun oleh Ramazani bahwa dalam interpretasi kebijakan, faktor-faktor
seperti Independence, Freedom and Islamic ideology mendapat porsi yang
lebih dominan namun dalam merealisasikan kepentingan nasional, faktor-
faktor tersebut banyak mengalami benturan baik dari segi politik atau
ekonomi. Ketidaksesuaian antara prinsip-prinsip ideologi negara Iran dan
kepentingan nasionalnya mulai diterjemahkan berbeda oleh setiap Presiden
Iran..
Sejak revolusi Islam Iran, perubahan kebijakan domestik serta luar
negeri berdampak signifikan baik di tingkat regional dan Internasional.
23
R.K Ramazani,”Iran‘s Foreign Policy: Both North and South”, h. 397. 24
Lubna Arshad, ―Internal Dynamics of Iran's Foreign Policy‖, Pakistan Institute of
International Affairs, Pakistan Horizon Vol. 57 No. 1, (January, 2004), dapat dilihat di
http://www.jstor.org/stable/41394036, (diakses 22 Juni, 2014, 20:22). h. 49.
10
Namun demikian, Anoushiravan Ehteszami menyimpulkan kebijakan luar
negeri Iran di masa pasca-Khomeini mengalami perubahan orientasi dan
implementasi pada periode Presiden berikutnya. Pada masa Rafsanjani dan
Khatami, Iran lebih mengutamakan pembangunan ekonomi secara yang
disebut sebagai Khod Kafaye atau swasembada ekonomi Iran.25
Hal ini terjadi karena adanya perubahan yang dinamis di dalam
urusan domestik Iran. Tetapi Ehteshami menambahkan bahwa perubahan
tersebut dapat dipengaruhi oleh kalkulasi kepentingan berdasarkan
perubahan sistem Internasional yang terjadi pasca perang dingin. Akan
tetapi kebijakan luar negeri Iran tetap tegas dengan perluasan pengaruhnya
di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Sanam Vakil26
berargumen bahwa Iran memfokuskan kebijakan luar
negeri yang mengggabungkan tujuan politik dan ekonomi. Ahmadinejad
juga mengutamakan negara-negara yang mendukung posisi Iran dalam
pengembangan nuklirnya seperti Russia, Tiongkok, dan India. Tetapi, dalam
menghadapi hegemoni Amerika Serikat dan Israel Ahmadinejad bersikap
radikal dikarenakan keinginannya untuk melakukan perubahan besar dalam
sistem tatanan dunia internasional.27
25
Anoushiravan Ehteshami, ―The Foreign Policy of Iran‖, dalam The Foreign Policy
of Middle East States, eds. Raymond Hinnebusch, Anoushiravan Ehteshami
(Boulder,Colorado: Lynne Rienner Publishers, 2002), h. 283. 26
Sanam Vakil, “Iran Balancing East against West”, The Washington Quartely,
Vol. 29, No.4 (2006): h. 51-65. 27
Fakhreddin Soltani and Reza Ekhtiari Amiri, “Foreign Policy of Iran after Islamic
Revolution”, www.ccsenet.org/jpl, Canadian Center of Sciences and Education, Journal of
Politics and Law Vol. 3, No.2, (Canada: September, 2010), h. 199.
11
Farid Mirbaghari28
secara spesifik memandang bahwa ideologi Syiah
yang sangat kuat dalam sistem politik Iran terlihat dalam: (1) Asas
kenegaraan yang dilandasi Ketuhanan, (2) Peran ulama sebagai yudikatif,
(3) Syiah sebagai dasar ideologi negara, dan Penafsiran kepentingan
nasional (National Interest). Hal ini mempengaruhi kebijakan luar negeri
Iran yang juga memiliki muatan kepentingan doktrin ideologi Syiah Iran. .
Fred Halliday29
berpendapat bahwa ideologi Iran tidak mempengaruhi
sebagian bahkan kecil kemungkinannya dalam kebijakan luar negerinya.
Masyarakat Iran menginginkan kepentingan ekonomi Iran diutamakan
dengan cara apapun. Halliday menyimpulkan kebijakan luar negeri Iran di
masa pasca Khomeini wafat, menjadi reaktif karena mengutamakan
kepentingan nasional dibandingkan ideologinya.
Ketidakjelasan orientasi kebijakan luar negeri Iran diperkuat oleh
argumentasi Volker Perthes30
yang menemukan bahwa tujuan kebijakan luar
negeri Iran lebih bersifat short-term. Kemudian negara-negara yang
menjalin kerjasama dengan Iran diarahkan untuk bersikap pasif dalam
menentukan kepentingan kerjasamanya. Gasiorowski menekankan khusus
28
Farid Mirbaghari, “Shi‘ism and Iran‘s Foreign Policy”, The Muslim World, Vol.
94, No.4 (October: 2004), h. 555. 29
Fred Halliday, ―Iran and the Middle East: Foreign Policy and Domestic Change‖,
Middle East Research and Information Project (MERIP), Middle East Report No. 220
(Autumn , 2001) http://www.jstor.org/stable/1559410, (Diakses 7 Januari, 2015, 03:50),h.
42-47. 30
Volker Perthes, ―Ambition and Fear: Irans Foreign Policy and Nuclear
Programme‖, Stiftung Wissenschaft und Politik, Vol. 52 no. 3. (Juni – Juli, 2010), h. 102.
12
pada pemerintahan era Ahmadinejad bahwa kebijakan luar negerinya lebih
bersifat agresif terutama untuk tujuan pengembangan nuklirnya31
.
Pada masa kepemimpinan Ahmadinejad, Iran mendekati negara dunia
ketiga untuk mengkampanyekan pengembangan nuklir sebagai energi
alternatif. Penelitian Brandon Fite memperlihatkan bahwa Iran
mengutamakan negara dunia ketiga yang dapat diajak menjadi aliansi untuk
melawan negara negara Barat32
. Pada umumnya negara dunia ketiga33
yang
berpotensi menjadi aliansi Iran berada di kawasan Afrika dan Amerika
Latin. Kebijakan luar negeri Iran di era Ahmadinejad menekankan
kesamaan ideologi dan agama sebagai landasan kerjasama, diantaranya
dengan Senegal.
Berdasarkan literatur di atas, skripsi ini menganalisa hubungan
bilateral antara Iran dan Senegal. Analisa skripsi ini berdasarkan dinamika
kebijakan luar negeri Iran di masa Presiden Ahmadinejad terhadap Senegal
serta faktor-faktor yang melatar-belakanginya. Skripsi ini fokus pada dua
31
Mark Gasiorowski, ―The New Aggressivenes in Iran‘s Foreign Policy‖, Middle
East Policy Council, Middle East Policy Vol. 14 No. 2 (Summer, 2007) dilihat di
http://search.proquest.com/docview/203666736?accountid=25704, (Diakses 6 Desember,
2014 09:19). h. 130. 32
Brandon Fite, ―US and Iranian Strategic Competition:Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa‖, h. 4 33
Definisi Third World atau negara dunia ketiga ialah Negara-negara yang beraliansi
di era perang dingin dengan tidak memihak pada blok-blok yang bertikai. Aktor yang
bertikai yakni blok barat dengan paham demokrasi liberal dan blok timur dengan paham
komunis Uni Soviet. Negara-negara tersebut umumnya berada di kawasan Amerika Latin,
Seluruh Asia kecuali Tiongkok dan Jepang, Afrika, dan Negara-negara di kepulauan Pasifik
Selatan. Sedangkan melalui kacamata ekonomi, negara-negara Third World merupakan
Negara yang mengalami keterpisahan dari jaringan ekonomi global yang umumnya
dikuasai oleh negara adidaya ekonomi seperti Eropa dan Amerika Utara. Dapat dilihat di
Christopher Clapham, Third World Politics: An Introduction (Lancaster: Taylor & Francis
E-Library, 2004), h.2.
13
faktor utama yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Iran, yaitu faktor
domestik dan faktor internasional.
E. Kerangka Teoretis
Seperti disebutkan di atas, skripsi ini akan menganalisa dinamika
hubungan bilateral antara Iran dan Senegal di masa Pemerintahan Presiden
Ahmadinejad serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu,
skripsi ini menggunakan konsep-konsep penting dalam teori Hubungan
Internasional, yaitu: (1) konsep National Interest (Kepentingan Nasional)
dan Kebijakan Luar Negeri, (2) konsep faktor-faktor internal dan eksternal
dalam pembuatan kebijakan luar negeri (Foreign Policy Analysis) dan (3)
konsep Geopolitik secara spesifik sebagai alat analisis untuk mengkaji nilai
strategis kerjasama bilateral tersebut.
1. Kepentingan Nasional (National Interest) dan Kebijakan Luar
Negeri
Dalam pemahaman konvensional, Kepentingan Nasional versi
Morghentau dilihat berdasarkan kondisi alamiah sebuah negara yang
menyesuaikan dunia internasional seperti dahulu kala.34
Morghentau
meyakini bahwa kepentingan nasional memiliki hubungan dengan Power
sebuah negara. Dengan demikian, kepentingan nasional tidak akan
terpengaruhi oleh waktu dan tempat.
34
Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, (New
York: Palgrave Macmillan, 2005), h. 35.
14
Kenneth Waltz35 mengungkapkan bahwa kepentingan nasional
dibentuk berdasarkan produk struktur sistem dan disandingkan dengan
akumulasi power yang akan bergantung kepada perubahan sistem
internasional. Karena itu identitas suatu negara dan sikap pemimpin negara
yang berkuasa bukan merupakan faktor penting dalam mengkaji
kepentingan nasional. Menurut Scott Burchill36, kepentingan nasional yang
demikian harus memperhatikan 3 poin utama: (1) Negara dapat memberikan
pengaruh pada sistem internasional namun tidak mampu mengontrolnya, (2)
Kebijakan ekonomi harus didahulukan kepentingannya dan (3) Kemampuan
negara dalam menjaga keamanan tidak absolut, namun relatif berubah
tergantung kondisi sistem.
Kepentingan nasional dalam hubungan internasional merupakan
pokok penting yang harus dianalisa untuk mengetahui pola dasar sebuah
tindakan atau kebijakan negara. Menurut Aleksius Jemadu, terdapat tiga
kriteria utama dalam kepentingan nasional yang dijadikan sebagai asumsi
dasar dalam pengertiannya. Tiga kriteria tersebut dijelaskan menurut
Miroslav Nincic.37
Pertama, Kepentingan nasional harus memiliki urgensi
yang utama sehingga elemen pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk
mengusahakannya. Kedua, Kepentingan nasional tercipta dikarenakan
adanya situasi atau kondisi yang hadir atas pengaruh lingkungan
35
Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, h. 42. 36
Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, h. 44 37
Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008), h. 67.
15
internasional. Dan terakhir, Kepentingan nasional merupakan representasi
kepentingan besar seluruh golongan, bukan bersifat partikularistik.
Kepentingan nasional dalam praktiknya akan menghasilkan sebuah
kebijakan, dalam hal ini disebut sebagai kebijakan luar negeri. Menurut
Marijke Breuning38
, kebijakan luar negeri adalah sebuah tindakan
pemerintah terhadap negara lain dalam proses interaksi di luar teritori
masing-masing negara tersebut. Breuning berargumen bahwa kebijakan luar
negeri dilaksanakan jika menyangkut kepentingan nasional secara kolektif
seperti issue-issue pangan, lingkungan, hak asasi manusia, dan keamanan
energi.
Joseph Frankel39
beranggapan bahwa kebijakan luar negeri dapat
dinyatakan sebagai usaha negara dalam memenuhi semua kepentingan
nasionalnya berdasarkan kebutuhan dalam negeri atau pengaruh situasi
internasional. Frankel menekankan kepentingan nasional yang utama bagi
sebuah negara, tidak ada kepentingan bersama yang dibuat antar negara
dalam membentuk kebijakan luar negeri dari masing-masing pemerintahnya.
Menurut K. J Holsti40
kebijakan luar negeri ialah pemikiran atau
tindakan yang diciptakan oleh pembuat kebijakan dalam memecahkan
masalah luar negeri dan menciptakan perubahan dalam menghadapi
38
Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction, (New
York: Palgrave Macmillan, 2007), h. 5. 39
Joseph Frankel, International Relations in a Changing World, 4th
ed. (New York:
Oxford University Press, 1988), h. 93. 40
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, (New Jersey:
Prentice-Hall, 1992), h. 223.
16
kebijakan, tindakan, atau sikap dari negara atau beberapa negara. Holsti
menilai sebuah kepentingan nasional sebagai bentuk pola interaksi antara
ekonomi global dan kondisi tatanan dunia yang mempengaruhi kepentingan
sebuah negara. Maka skripsi ini menggunakan konsep kepentingan nasional
yang dilihat berdasarkan kebijakan luar negeri yang telah dijalankan sebuah
negara.
2. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal dalam Pembuatan
Kebijakan Luar Negeri
Penelitian ini memfokuskan pada kajian analisa kebijakan luar negeri
berdasarkan faktor internal dan eksternal. Dalam kajian faktor internal,
penulis menggunakan beberapa faktor yang diajukan oleh K.J Holsti, yakni
Socio-Economic Welfare, dan Government and Philosophy yang akan
dijelaskan dibawah ini.41
Dalam pendekatan Socio-economic Welfare, sebuah negara
memerlukan negara lainnya untuk memberikan kesejahteraan bagi
penduduk dalam negerinya. Kesejahteraan tersebut itu dapat terlihat dari
dukungan sosial serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan.42
Maka sebuah negara perlu mengeluarkan kebijakan luar negeri untuk
menjalin kerjasama dengan negara lain sebagai bentuk tanggung jawab
pemerintah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rakyatnya.
4141
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, (New
Jersey: Prentice-Hall, 1992), h. 275. 42
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, h. 98.
17
Faktor Government and Philosophy juga memberi pengaruh yang
sangat besar dalam pembentukan kebijakan luar negeri. Sebuah substansi
kebijakan dapat disepakati berdasarkan konstitusi atau pengaruh yang
dimiliki oleh kelompok yang berkuasa dalam suatu negara tersebut43
.
Rezim pemerintahan yang berkuasa dalam sebuah negara juga dibentuk
tidak hanya oleh kelompok elit yang berkuasa namun juga oleh filosofi dan
program politik yang direncanakan, pengaruh filosofis ini dapat menjadi
determinasi substansi kebijakan yang disepakati oleh pemerintah44
.
Secara Eksternal, Holsti45
menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri
dipengaruhi secara kuat oleh kondisi fenomena yang terjadi di dunia
Internasional, dengan kata lain tindakan-tindakan aktor lain yang secara
langsung atau tidak langsung menjadi faktor determinan kuat dalam
membentuk suatu kebijakan luar negeri.
Faktor Struktur sistem Internasional (Structure of the System)
menurut Holsti adalah faktor yang dilihat berdasarkan struktur power sistem
Internasional yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya pengaruh
kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara-negara lainnya46
.
Kemudian faktor Purposes and Action of Other Actors merupakan faktor
yang menggunakan pendekatan analisa kebijakan terhadap aktor-aktor
lainnya yang bukan merupakan negara atau non-state actors. Holsti
43
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, h. 274. 44
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, h. 278. 45
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, h. 271. 46
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, h. 272.
18
berargumen bahwa aktor non-negara dapat memberikan pengaruh terhadap
kepentingan nasional negara lainnya melalui pembentukan issue
internasional baik dari segi keamanan, ekonomi dan bahkan krisis sosial.47
Berdasarkan hal diatas maka dalam menganalisa hubungan Iran–
Senegal, skripsi ini akan melihat dua proses interaksi di tingkat domestik
dan Internasional, karena kondisi dari kedua negara tersebut dipengaruhi
oleh kepentingan internal serta eksternal masing-masing.
3. Geopolitik
Kajian Geopolitik menggunakan analisa faktor kontur daerah, iklim
atau cuaca, ketersediaan sumber daya air dan tanah yang dijadikan sebagai
atribut utama dalam menganalisa sikap atau kebijakan dalam studi ilmu
politik. Karena itu para penulis, peneliti, dan praktisi Politik Internasional
menggunakan kajian geografis sebagai alat untuk menjelaskan,
menjabarkan, bahkan menganalisa isu kebijakan luar negeri serta
kompleksitasnya.48
Kajian-kajian geopolitik berkembang di akhir abad ke 19 dengan
populernya terminologi geopolitik yang diperkenalkan oleh Rudolf Kjellen,
seorang peneliti politik dari Swedia. Pada tahun 1905, Kjellen
menerjemahkan terminologi tersebut ke dalam bahasa Jerman yaitu
Geopolitik pada artikelnya yang dipublikasikan oleh jurnal Geographische
47
K.J Holsti, International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition, h. 274. 48
Francis P. Sempa, Geopolitics: From the Cold War to the 21st Century, (New
Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers, 2002), h. 3.
19
Zeitschrift49
. Menurut Kjellen, geopolitik adalah bentuk analisa yang
menggunakan peran geografis dalam memutuskan gambaran sebuah
kebijakan negara.50
Geopolitik di Amerika Serikat dipopulerkan oleh Alfred Thayer Mahan
seorang admiral angkatan laut Amerika Serikat melalui dua bukunya,
Influence of Seapower upon History (1890) dan The Interest of America in
Seapower (1897), Mahan dapat menjelaskan perbedaan kekuatan daratan
dan lautan sebagai potensi yang digunakan dalam strategi geopolitik di masa
Perang Dingin51
. Kemudian di Inggirs, Sir Halford Mackinder yang dikenal
sebagai pemikir geopolitik paling berpengaruh di akhir abad ke 19
menekankan adanya kebijakan yang saling terkoneksi antar negara, tetapi
poros dari persinggungan kebijakan tersebut berada di antara daratan dan
lautan52
.
Selain pakar geopolitik dari AS dan Inggris, di masa perang dunia
kedua hingga perang dingin juga melahirkan pakar-pakar geopolitik yang
notabene merupakan oposisi dari sekutu Barat yaitu Jerman. Karl
Haushoffer (1869-1946) dan Friedrich Ratzel (1844–1904) merupakan
pionir geopolitik terkenal dari negeri tembok Berlin. Haushoffer
menjelaskan geopolitik dengan menekankan pada hubungan geografis dan
49
Sven Holdar, ―The Ideal State and the Power of Geography: The LifeWork of
Rudolf Kjellén,‖Political Geography, 11 (3) (May 1992): h. 308. Dapat dilihat di Bert
Chapman, Geopolitics: A Guide to the Issues, (Santa Barbara, California: Praeger, 2011), h.
7. 50
Bert Chapman, Geopolitics: A Guide to the Issues, h. 8. 51
Colin Flint, Introduction to Geopolitics, h. 20. 52
Colin Flint, Introduction to Geopolitics, h. 20.
20
hubungan antar ruang/wilayah serta berargumen tentang perlunya
pembentukan pan-regions, yaitu kawasan yang dibentuk oleh kesepakatan
beberapa negara dan dipimpin oleh sekelompok kecil negara kuat secara
politik dan ekonomi53
.
Sedangkan Ratzel, melihat geopolitik sebagai cara-cara perluasan
kekuasaan dan pengaruh negara. Ratzel menyebutnya sebagai tujuan
Lebensraum, yaitu superioritas negara yang dinamis harus ditunjang dengan
power. Dalam hal ini, Ratzel menekankan power negara diukur berdasarkan
budayanya. Semakin maju dan hebatnya budaya dari sebuah negara, maka
negara tersebut pantas menguasai territori negara lain yang memiliki budaya
lemah.54
Geopolitik di abad 21 dibagi menjadi dua yaitu Classical Geopolitics
dan Critical Geopolitics. Classical Geopolitics menekankan pada aspek
kekuatan nasional ekonomi, politik luar negeri, militer yang efektif
digunakan untuk melindungi kepentingan nasional dan lainnya. Framework
analisa Classical geopolitics mengutamakan analisa power secara wilayah,
namun analisanya melibatkan interaksi terhadap geografis di satu sisi serta
melibatkan peran kemajuan ekonomi dan teknologi di sisi lainnya55
.
Konsep Geopolitik yang berkembang lainnya adalah Critical
Geopolitics, konsep ini berkembang sebagai pendekatan interdisipliner yang
53
Colin Flint, Introduction to Geopolitics, h. 20. 54
Colin Flint, Introduction to Geopolitics, h. 20. 55
Bert Chapman, Geopolitics: A Guide to the Issues, h. 3.
21
muncul pada tahun 1980. Pakar teori ini yang dikenal adalah Simon Dalby
dan Gerard Toal yang menonjolkan ideologi sayap kiri, yakni mengkritisi
pendekatan Hubungan Internasional klasik yang mengutamakan negara
sebagai aktor utama56
.
Dalam pendekatan geopolitik klasik, pengaruh yang dilihat seperti
kekuatan ekonomi, keutamaan penguasaan maritim, atau usaha aliansi untuk
melindung keamanan nasional dijadikan sebagai acuan pendekatannya.57
Namun dalam perspektif Critical Geopolitics, faktor sejarah, sosial budaya,
hubungan antara urusan domestik dengan luar negeri, dan peran aktor non-
negara juga dilibatkan.58
Hal ini menjadikan analisa geopolitik lebih meluas.
Pada skripsi ini, kedua pendekatan dalam konsep geopolitik digunakan
untuk memperdalam analisa faktor geopolitik yang melatarbelakangi
dinamika hubungan Iran-Senegal.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Carmines dan
Zeller59
metode kualitatif adalah metodologi penelitian yang hasil penelitian
tersebut tidak dihasilkan melalui prosedur statistik atau bentuk numerik
lainnya. Sedangkan menurut Alan Bryman, qualitatif merupakan pendekatan
yang digunakan dalam studi ilmu sosial dalam menjelaskan dan
56
Bert Chapman, Geopolitics: A Guide to the Issues, h. 8. 57
Bert Chapman, Geopolitics: A Guide to the Issues, h. 4. 58
Colin Flint, Introduction to Geopolitics, h. 23. 59
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis
dalam Penelitian, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010), h. 26.
22
menganalisa budaya atau perilaku manusia beserta kelompoknya melalui
kacamata subjek yang diteliti tersebut.60
Tujuan dari metode kualitatif
berusaha untuk menggambarkan secara sistematis fakta dari objek atau
subjek yang diteliti secara tepat.
Metode kualitatif yang digunakan dalam skripsi ini mengambil bentuk
data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi
pustaka atau sumber yang datang dari pihak kedua. Data yang digunakan
dalam skripsi ini seperti: buku-buku, tesis, jurnal online, jurnal cetak,
majalah, publikasi pemerintah, media elektronik, website resmi dan surat
kabar yang diperoleh dari koleksi pribadi maupun koleksi perpustakaan
seperti di Perpustakaan utama UIN Jakarta serta Fakultas FISIP UIN
Jakarta, Perpustakaan utama Universitas Indonesia, dan Perpustakaan
Nasional. Sedangkan untuk jurnal online, skripsi ini banyak menggunakan
jurnal Jstor, Proquest, Cambridge Journal Online.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang skripsi melalui
beberapa penjelasan seperti: pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, manfaat dan tujuan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
60
Alan Bryman, Quantity and Quality in Social Research, (New York: Routledge, 2004), h.
46.
23
BAB II Dinamika Kebijakan Luar Negeri Iran dan Third
World Policy
Pada bab ini dijelaskan perubahan-perubahan
kebijakan luar negeri Iran dari masa sebelum revolusi
Iran 1979 hingga berakhirnya kepimpinan Presiden
Ahmadinejad pada tahun 2013. Bab ini kemudian
menjelaskan dasar dari instrumen Third World dalam
kebijakan luar negeri Iran. Bab ini juga membahas
peran Iran di Afrika dan hubungan bilateral Iran dan
Senegal sebelum masa Ahmadinejad.
BAB III Kebijakan Luar Negeri Iran di Masa
Ahmadinejad Terhadap Senegal
Bab tiga memaparkan bentuk hubungan bilateral Iran-
Senegal di masa Ahmadinejad yang diawali dengan
pemaparan nilai Geostrategis Senegal di kawasan
Afrika Barat di bidang politik dan ekonomi. Setelah
itu, bab ini memaparkan hubungan bilateral Iran-
Senegal di masa Ahmadinejad yang ditandai dengan
adanya intensifikasi hubungan. Namun demikian, bab
ini juga menjelaskan, dinamika kebijakan pada
hubungan bilateral tersebut serta tujuan yang ingin
dicapai oleh Iran terhadap hubungannya dengan
Senegal.
24
BAB IV Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Luar Negeri Iran Terhadap Senegal di
Masa Kepemimpinan Ahmadinejad (2006-2013)
Bab ini menjelaskan analisa faktor kebijakan luar
negeri Iran dengan menggunakan kerangka analisa
faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal yang
analisanya difokuskan pada nilai ekonomi, kebijakan
Third World dan kepentingan Geopolitik Iran di masa
Ahmadinejad. Sedangkan pada faktor eksternal, bab
ini memfokuskan analisa tekanan sistem internasional
terhadap Iran, peran eksistensi kelompok Hizbullah di
Senegal dan kelompok Syiah di Afrika Barat.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan berisi pemaparan dan analisa di bab-bab
sebelumnya. Bab ini menjadi kesimpulan skripsi yang
menjelaskan dinamika hubungan bilateral Iran-
Senegal pada masa kepemimpinan Ahmadinejad. Bab
ini diakhiri dengan saran sebagai masukkan bagi
penelitian-penelitian di masa yang akan datang .
25
BAB II
DINAMIKA KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DAN THIRD
WORLD POLICY
Bab ini akan menjelaskan gambaran orientasi kebijakan luar negeri Iran
dan elemen Third World Policy sebagai acuan dalam meningkatkan
hubungan dengan negara dunia ketiga. Dengan merujuk pada elemen third
world policy bab ini juga akan membahas hubungan Iran-Senegal secara
umum.
A. Orientasi Kebijakan Luar Negeri Iran
Dalam perjalanan sejarah modern Iran, revolusi Islam Iran tahun 1979
menandakan berubahnya haluan politik serta sistem pemerintahan yang
dianut oleh Iran, meski sebelumnya Iran merupakan sekutu barat di Timur
Tengah. Orientasi kebijakan luar negeri Iran mengalami dinamika
perubahan dari masa ke masa. Hal ini kemudian membuat Iran menjadi
aktor yang unik di timur tengah.
Sebelum revolusi Islam Iran 1979, Kebijakan luar negeri Iran dibentuk
oleh sistem dinasti yang berkuasa yakni rezim dinasti Pahlevi. Iran yang
memiliki hubungan baik dengan dunia barat terutama Inggris dan Amerika
Serikat. Pada saat perang dunia kedua, Iran memberi dukungan pada sekutu
dalam konferensi Teheran, yang dihadiri oleh Presiden AS F. D. Roosevelt,
26
Perdana Menteri Inggris W. Churchill dan juga dihadiri J. Stalin dari Uni
Soviet. Tujuan konferensi ini adalah menciptakan perdamaian dunia. Namun
dari sekian banyak kebijakan luar negeri dinasti Shah Pahlevi, tidak ada
kebijakan Iran yang mencerminkan pemerintahan secara demokratis.
Pemerintahan dinasti Shah Pahlevi lebih condong mempertahankan sistem
dinasti yang berorientasi pada legitimasi Barat sehingga Khomeini
menjuluki pemerintahan Iran saat itu sebagai American Shahs.61
Kemudian pasca revolusi Islam Iran tahun 1979, tampuk kepemimpinan
Iran dipegang oleh Khomeini selaku Supreme Leader. Sejak saat itu Iran
mengalami perubahan sistem dan kebijakan pemerintahan secara
keseluruhan. Dalam kebijakan luar negerinya, Khomeini secara spesifik
menekankan sikap anti-Barat. Seperti tertuang dalam konstitusi Iran tahun
1979, Iran memiliki 4 prinsip utama yang membentuk konsep kebijakan luar
negerinya hingga sekarang: (1) Menolak segala bentuk dominasi dari pihak
asing, (2) Mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan teritorial Iran, (3)
Membela hak-hak seluruh umat muslim tanpa bersekutu dengan penguasa
adidaya (Hegemonic Powers) dan (4) Menjalin hubungan baik dengan
negara - negara yang menjaga perdamaian62
. Prinsip-prinsip konstitusi
tentang kebijakan luar negeri Iran tersebut berpengaruh secara garis besar
pada kebijakan luar negeri Iran hingga hari ini.
61
R.K. Ramazani,‖Iran‘s foreign Policy: Independence, Freedom and The Islamic
Republic,‖ dalam Iran‟s Foreign Policy: From Khatami to Ahmadinejad, eds Anoushiravan
Ehteszami and Mahjoob Zweiri, h. 8. 62
Shireen T. Hunter, “Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era,” h. 226
27
Maka slogan Esteqlal, Azadi: Joumhouri Eslami63
(kemerdekaan,
kebebasan dengan republik Islam) yang digunakan oleh Rakyat Iran ketika
revolusi Islam Iran pada tahun 1979 menjadi sangat populer. Istilah ini
dimaksudkan untuk membangun kemerdekaan Iran yang terbebas dari
pengaruh asing, baik dalam politik dan ekonomi. Tujuan semangat revolusi
tersebut dijadikan prioritas dalam kebijakan luar negerinya hingga saat ini.
Selain itu di bidang ekonomi, Iran bergerak dengan asas Khod Kafaye
(Self Sufficiency)64
yang memiliki arti bahwa jika Iran ingin bergerak
mandiri dalam bidang politik maka wajib bagi Iran untuk menciptakan
kemandirian ekonomi secara berkala. Slogan ini dilatarbelakangi oleh
pengalaman di masa rezim Shah Pahlevi dengan kebijakannya yang
menjadikan Iran sebagai negara yang bergantung pada negara adidaya
secara ekonomi. Tetapi kebijakan tersebut hanya mennguntungkan Shah
Pahlevi beserta keluarganya yang hidup dalam kemewahan ketika krisis
terjadi di Iran.65
Kebijakan luar negeri Iran di masa Khomeini memiliki dua tujuan
utama, yaitu menjadikan Iran sebagai negara yang tidak memihak barat atau
timur (Neither West nor East but Islamic Republic) dan serta kebijakan
63
Anoushiravan Ehteshami, ‖The Foreign Policy of Iran,‖ dalam The Foreign
Policies of Middle East States, eds Raymond Hinnebush dan Anoushiravan Ehteshami
(Boulder, Colorado: Lynne Rienner Publishers, 2002), h. 285. 64
Anoushiravan Ehteshami, ‖The Foreign Policy of Iran,‖ dalam The Foreign
Policies of Middle East States, eds Raymond Hinnebush dan Anoushiravan Ehteshami, h.
286 65
Anoushiravan Ehteshami, ‖The Foreign Policy of Iran,‖ dalam The Foreign
Policies of Middle East States, eds Raymond Hinnebush dan Anoushiravan Ehteshami, h.
286
28
ekspor revolusi Iran (Export the Revolution).66
Tujuan ini juga menjadi
dasar sikap politik luar negeri Iran di masa perang dingin, meskipun tidak
jelas negara – negara apa yang dimaksudkan Iran dalam definisi barat atau
timur. Menurut beberapa pengamat kebijakan luar negeri Iran, kebijakan
Neither West Nor East but Islamic Republic ini dianggap sebagai usaha Iran
menjembatani hubungan luar negerinya dengan seluruh negara, baik di barat
atau timur67
. Sehingga ketika Iran tidak berhasil membangun hubungan
secara strategis dengan timur maka Iran akan berusaha menciptakan
hubungan dengan barat dan begitu pula sebaliknya.
Tujuan Iran dalam kebijakan ekspor revolusinya untuk menyebarkan
tujuan revolusinya yang terlihat dari usahanya di tingkat regional dan
Internasional dengan mempropagandakan semangat Revolusi Islam Iran di
seluruh dunia terutama bagi seluruh umat Islam. Kebangkitan Iran ini juga
dianggap sebagai ancaman bagi Irak yang dipimpin oleh Saddam Husein.
Maka pada tahun 1980 Saddam Husein menginvasi daerah-daerah di
perbatasan Iran dan Irak68
. Khomeini merespon invasi ini dengan
menyuarakan perang yang memiliki fondasi agama, yaitu bahwa perang
Iran–Irak sebagai perjuangan melawan kejahatan (War between Good and
Evil). Perang Iran – Irak ini berlangsung selama 8 tahun dan sangat
66
Eva Patricia Rakel, ―The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and
Foreign Relations Since The Islamic Relations‖, h. 148 67
Eva Patricia Rakel, ―The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and
Foreign Relations Since The Islamic Relations‖, h. 148 68
Barbara Ann Rieffer-Flanagan, ―Two level of Iranian Foreign policy‖,
International Journal on World Peace, Vol. 26, No. 4 (DECEMBER, 2009), h. 12.
29
merugikan bagi Iran, karena Iran berjuang sendirian melawan Irak yang
didukung oleh negara-negara Arab dan bantuan persenjataan negara Barat.69
Selain itu kebijakan ekspor revolusi diimplementasikan oleh Khomeini
dalam tingkat internasional melalui dukungannya terhadap bentuk–bentuk
perlawanan atas nama Islam di negara – negara dunia ketiga. Sikap ini
didasari atas semangat Iran melawan pengaruh Barat di seluruh dunia. Iran
beranggapan bahwa segala bentuk sistem yang diberlakukan Barat termasuk
istilah status quo sudah tidak relevan70
. Namun argumentasi Iran tentang
dominasi Barat ini ditentang oleh beberapa negara Arab yang pro-Barat. Hal
ini dikarenakan kekhawatiran negara – negara Arab berpaham Islam Sunni
terhadap usaha Iran menyebarluaskan paham Islam Syiah ke seluruh
dunia71
. Dengan tujuan untuk memproyeksikan kekuatannya di kancah
internasional, Iran sekaligus memperkuat posisinya vis a vis Amerika
Serikat dan Israel.72
Pada masa Rafsanjani, sistem pemerintahan Iran tidak lagi dipegang
penuh oleh Supreme Leader, pemerintahan dijalankan oleh presiden. Sikap
dan tujuan kebijakan luar negeri Iran diatur berdasarkan kesepakatan
Presiden meski Supreme Leader masih memiliki pengaruh yang lebih
69
Alidad Mafinezam and Aria Mehrabi, Iran and Its Place Among Nations,
(Westport, USA: Praeger Publishers, 2008), h. 36. 70
Jamsheed K. Choksy, ―Iran takes on the world‖, Current Trends in Islamic
Ideology, Vol. 11, h.67. 71
Jamsheed Choksy, ―Iran‘s New World Order‖, Wall Street Journal (1 Maret
2010), dikutip dari Iran takes on the World, 66. 72
R.K. Ramazani,―Iran‘s foreign Policy: Independence, Freedom and The Islamic
Republic,‖ dalam Iran‟s Foreign Policy: From Khatami to Ahmadinejad, eds
Anoushiravan Ehteszami and Mahjoob Zweiri, h. 11.
30
kuat73
. Setelah Khomeini wafat, pemerintahan selanjutnya difokuskan pada
kebijakan pembangunan ekonomi negara serta memulihkan dampak
kerugian yang ditimbulkan oleh kebijakan perang Iran-Irak. Selaku presiden
pertama Iran, Rafsanjani berusaha meningkatkan kembali perekonomian
yang sempat jatuh dikarenakan kerugian Perang Iran – Irak. Kebijakan luar
negerinya mengutamakan kebangkitan ekonomi berkelanjutan sehingga
membuka diri dengan negara – negara industri serta negara – negara di
Teluk Persia74
.
Rafsanjani menjalankan kebijakan Integrationist Foreign Policy yakni
suatu kebijakan untuk menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok
Islam di dunia Arab. Sikap ini sekaligus menunjukkan Survival Iran dalam
melawan pengaruh Irak di kawasan Timur tengah. Kelompok Islam yang
didukung pergerakannya seperti: the Islamic Salvation Front (FIS) di
Aljazair, rezim Turabi di Sudan, HAMAS dan kelompok Jihad Islam di
Palestina, Ikhwanul Muslimin di Jordania, Partai al-Nahda di Tunisia, dan
beberapa kelompok Jihad di Mesir. Mereka adalah kelompok Islam Sunni
yang tidak memihak pada Irak.75
Dari pendekatan yang dilakukan Iran
terhadap kelompok-kelompok di atas, dapat terlihat bahwa kebijakan luar
73
Lionel Beehner, ―Iran‘s Multifaceted Foreign Policy‖, Council on Foreign
Relations (2006), h. 5. 74
Eva Patricia Rakel, The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and
Foreign Relations Since The Islamic Relations, h. 158.
75
Anoushiravan Ehteshami, ‖The Foreign Policy of Iran,‖ dalam The Foreign
Policies of Middle East States, eds Raymond Hinnebush dan Anoushiravan Ehteshami, h.
287.
31
negeri Iran sesungguhnya berorientasi pada kepentingan nasional, bukan
karena kesamaan ideologi.
Rafsanjani mengutamakan hubungan luar negeri Iran yang lebih pro-aktif
dan tidak lagi Isolationist seperti di masa Khomeini. Namun tetap
mengutamakan kebijakan luar negeri Iran yang berorientasi ekspor revolusi,
dengan anggapan bahwa tanpa semangat ekspor revolusi, Iran hanya
menjadi sebuah negara biasa.76
Dalam konteks ini Rafsanjani tetap
menjadikan doktrin Khomeini sebagai landasan tindakan Iran di dunia
politik global. Meskipun implementasi kebijakannya lebih terbuka terutama
dengan Barat dan negara-negara teluk.
Setelah dua periode masa jabatan Rafsanjani, pada tahun 1997 Khatami
terpilih sebagai presiden kedua Iran. Khatami mengutamakan stabilitas
politik dalam negeri sehingga orientasi kebijakan luar negeri Iran tidak
memiliki pesan propaganda seperti pendahulunya. Tetapi saat itu Iran
cenderung mengedepankan pemerintahan Islam yang demokratis77
. Khatami
mengakui bahwa Islam dan demokrasi dapat berjalan secara harmonis
namun demokrasi yang diusungnya mengedepankan aspek spiritual dan
moralitas, bukan sebagai tujuan seperti yang diterapkan oleh negara Barat.
Dalam hal ini Khatami berusaha mengakomodir politik domestik melalui
76
Rafsanjani dalam pidatonya di TV Iran, 23 Agustus 1994. Dikutip dari Shmuel
Bar, ―Iranian Terrorist Policy and Export of Revolution‖, Interdisciplinary Center
Herzliya, Ninth Annual Herzliya Conference (2009), h. 10. 77
Eva Patricia Rakel, The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and
Foreign Relations Since The Islamic Relations, h. 167.
32
pendekatan demokratis dan juga berusaha untuk lebih terlibat dalam
hubungan luar negeri di tingkat internasional.
Fokus orientasi kebijakan luar negeri Iran di era Khatami ialah
mempromosikan Dialogue among Civilizations, seperti adanya kebijakan
menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia Barat dan negara-negara
di kawasan teluk. Dalam hal ini terdapat beberapa tujuan dari kebijakan
Khatami yakni: memperluas hubungan dagang Iran; meningkatkan
kerjasama keamanan di tingkat regional serta internasional; dan
meningkatkan dialog secara diplomatik untuk mengembalikan Iran sebagai
negara yang aktif dalam hubungan Internasional78
. Berdasarkan hal tersebut,
Iran dinilai sukses mengembalikan citra baik di mata dunia internasional
melalui hubungan yang harmonis dengan beberapa negara seperti Rusia,
Tiongkok, Uni Eropa, dan beberapa negara di kawasan Teluk Persia.
Di masa kepemimpinan Ahmadinejad, Iran melakukan perubahan
kembali dalam kebijakan luar negerinya, yang mengutamakan kebangkitan
ideologi nasionalisme dan Islam. Ahmadinejad memberi prioritas yang lebih
besar dalam kebijakan luar negeri ke negara dunia ketiga di masa
pemerintahannya79
. Hal ini dikarenakan kondisi politik global yang berubah
setelah serangan teroris 11 September 2001 di New York, Amerika Serikat.
78
Shahram Chubin, Whither Iran-Reform?: Domestic Politics and National
Security, the International Institute for Strategic Studies, (Oxford, New York: Oxford
University Press, 2002). Dikutip dari Eva Patricia Reckel, The Iranian Political elite, state
and society relations, and foreign relations since The Islamic revolution, (Amsterdam:
University of Amsterdam, 2008), h. 167. 79
Eva Patricia Reckel, The Iranian Political elite, state and society relations, and
foreign relations since The Islamic revolution, h. 167.
33
Kampanye Global melawan terrorisme yang dipimpin oleh Presiden AS,
George W. Bush Jr. menuding Iran sebagai poros kejahatan utama (Axis of
Evil) atau sebagai negara teroris80
. Karena itu Ahmadinejad melakukan
kembali perlawanan terhadap Barat yang didukung oleh pejabat
pemerintahan dengan latarbelakang riwayat sebagai veteran perang Iran-
Irak. Dengan dukungan ini, Ahmadinejad terlihat yakin untuk
menggelorakan slogan ―Keadilan atau Tirani‖81
dengan tujuan
menghidupkan kembali perlawanan terhadap dominasi negara-negara Barat.
Selain itu, Ahmadinejad juga menjalankan kebijakan ―Look to the East‖
dan pengembangan energy Nuklir. Hal ini juga dilakukan untuk mencapai
independensi dari dominasi AS. Lebih jauh lagi, kondisi Timur Tengah
yang menyaksikan dua invasi ke Afghanistan dan Irak yang dilakukan oleh
AS, menjadikan Iran merasa terancam secara keamanan sehingga Iran perlu
mengamankan kepentingan nasionalnya. Sikap ini didasari atas argumentasi
Ahmadinejad yang menyakini bahwa Barat tidak pernah sepaham dengan
Iran82
. Karena hal itu, Ahmadinejad menyakini hubungan luar negeri dengan
negara-negara non-Barat yang notabene bisa menerima semangat revolusi
Iran akan menjadi alternatif lain untuk mengimbangi Barat83
.
80
Amir M. Haji-Yousefi, ―Iran's Foreign Policy during Ahmadinejad: From
Confrontation to Accommodation‖, the Annual Conference of the Canadian Political
Science Association, Concordia University (Juni, 2010): 6. 81
Jahangir Amuzegar, ―Iran‘s Third Development Plan: An Appraisal,‖ Middle East
Policy Vol 12 No. 3, (Fall 2005): h. 47. 82
Amir M. Haji-Yousefi, ―Iran's Foreign Policy during Ahmadinejad: From
Confrontation to Accommodation‖, h. 8. 83
Jahangir Amuzegar, ―Iran‘s Third Development Plan: An Appraisal,‖ Middle East
Policy Vol 12 No. 3, (Fall 2005): h. 49.
34
Berdasarkan prinsip ini pula kebijakan luar negeri Iran mulai
mengutamakan hubungan dengan Negara dunia ketiga, dengan fokus untuk
menstabilkan pengaruh Barat di beberapa kawasan terutama Afrika dan
Amerika Latin84
. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk mempertahankan
proyek strategis Iran dan mencari dukungan politik luar negeri85
. Hal ini
juga didasari oleh ketetapan konstitusi yang mengutamakan kebijakan Third
World. Kebijakan ini juga dianggap sebagai bagian dari usaha menyatukan
umat Islam dalam kesatuan negara atau disebut dengan Umma86
. Kebijakan
Third World dicantumkan dalam artikel 154 konstitusi Iran yakni:
"The Islamic republic of Iran…while scrupulously refraining from
all forms of interference in the internal affairs of other nations,
supports the just struggles of the freedom fighters against the
oppressors in every corner of the globe." [Republik Islam Iran
dengan cermat menolak segala bentuk campur tangan negara lain
terhadap urusan dalam negeri, mendukung perjuangan yang adil
dari pejuang kemerdekaan dalam melawan kaum tirani di seluruh
dunia] 87
Menurut Arghavani, selain konstitusi negara masih terdapat dua faktor
lain yang menjadikan kebijakan Third World diutamakan dalam setiap
program kebijakan luar negeri Iran.88
Pertama adalah sikap Iran sebagai
Negara revolusioner. Setelah revolusi Iran berhasil, segala hal yang
berkaitan dengan rezim Pahlevi ditiadakan bahkan sisa-sisa kerjasama
84
Sanam Vakil,“Iran Balancing East against West”, The Washington Quartely,
Vol. 29, No.4 (2006): 57. 85
Amir M. Haji-Yousefi, ―Iran's Foreign Policy during Ahmadinejad: From
Confrontation to Accommodation‖, h. 10. 86
Seyed Hamzeh Safavi. ―Anatomy of the I.R.I's Foreign Policy‖, dalam Faribors
Arghavani, Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy, h. 88. 87
Terjemahan oleh Seyed Hamzeh Safavi. ―Anatomy of the I.R.I's Foreign Policy‖,
dalam Faribors Arghavani, Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy, h. 88 88
Faribors Arghavani, ―Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy‖, h. 87.
35
dengan Negara adidaya yang sudah dijalin oleh Pahlevi tidak dilanjutkan.
Prinsip penolakan terhadap status quo tersebut ditiru oleh setiap kepala
pemerintahan Iran pasca revolusi. Kedua, Manifestasi ideology Iran yang
merupakan bagian dari sikap nasionalisme, yang menentang segala bentuk
penindasan terhadap negara atau masyarakat. Kebijakan Third World juga
menyertakan sikap membela hak-hak Muslim dan negara yang ditindas oleh
Negara adidaya.89
Tetapi dalam implementasinya kebijakan ini juga mengalami naik turun
di setiap masa pemerintahannya. Dinamika kebijakan Third World Iran ini
dilatarbelakangi oleh situasi Iran yang menyesuaikan kepentingan
nasionalnya90
sehingga orientasi Third World merupakan bagian dari
alternatif instrumen kebijakan luar negeri Iran semata.
B. Kebijakan Luar Negeri Iran di Afrika
Pada masa Ahmadinejad, kondisi hubungan Iran dengan Barat
mengalami ketegangan disebabkan sikap konfrontasi Iran terhadap Barat
dalam kebijakan luar negerinya91
. Di sisi lain, Iran lebih berusaha mendekati
Negara-negara dunia ketiga seperti Afrika yang notabene bukan merupakan
prioritas bagi Barat.
89
Seyed Hamzeh Safavi. ―Anatomy of the I.R.I's Foreign Policy‖, dalam Faribors
Arghavani, Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy, h. 87. 90
Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 225. 91
Ali Ansari, ―Iran under Ahmadinejad: Populism and Its Malcontents‖,
International Affairs (Royal Institute of International Affairs, 1944), Vol.84, No.4
(Juli., 2008), h. 687.
36
Di masa pasca revolusi Islam Iran, hubungan Iran dengan Afrika
meningkat selama satu dekade. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh kebijakan
Export the Revolution ke seluruh penjuru dunia terutama negara-negara
Islam di Afrika. Menurut Shireen T. Hunter92
, ada tiga faktor yang
menjadikan Iran dekat dengan Afrika di awal pasca revolusi: (1) Adanya
ketegangan hubungan Iran dengan partner dagang dan ekonomi sebelumnya,
seperti Eropa dan Asia, (2) Meningkatkan hubungan dengan Negara dunia
ketiga, seperti yang tertuang dalam konstitusi Iran. (3) Memperluas
pengaruh ideology Islam Iran terhadap negara-negara Muslim di Afrika.
Selama masa Khomeini, terlihat peningkatan jumlah kedutaan besar Iran
di Afrika, peningkatan kunjungan diplomatik Iran serta pemberian bantuan
ke sejumlah negara-negara Afrika. Menjelang akhir tahun 1980-an, Iran
berusaha untuk memasarkan beberapa barang produksi dalam negerinya
terutama peralatan militer ke Afrika.93
Pada masa pemerintahan Rafsanjani di tahun 1990 aktifitas Iran di Afrika
mengalami penurunan, dikarenakan terdapat perubahan orientasi kebijakan
luar negeri yang fokusnya beralih ke negara-negara Industri maju seperti
Rusia dan beberapa negara di Asia tengah. Hal ini disebabkan oleh
tanggapan pemerintah Iran saat itu mengenai Third World Policy yang tidak
92
Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 227. 93
Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 228.
37
efektif94
. Akan tetapi Iran masih mejalin hubungan yang sukses dengan
salah satu Negara Afrika, yaitu Sudan.
Hubungan Iran-Sudan ini merupakan bentuk harmonisasi orientasi kedua
pemerintahan yang Islami. Selain itu, secara strategis Iran juga mendukung
terhadap kudeta yang dilakukan oleh Jenderal Omar Al-Bashir di Sudan.
Karena itu selama tahun 1990-an, Sudan menjadi tempat berkumpulnya
sejumlah kelompok pejuang Islam yang beberapa di antaranya memiliki
afiliasi terhadap Iran95
. Sejak saat itu Barat dan Negara-negara Arab telah
mengklaim bahwa Iran memberikan pelatihan militer kepada tentara Sudan
dan menggunakan kehadirannya di sana untuk mengumpulkan intelijen serta
menyebarkan ideologi Syiah Iran96
.
Di masa Khatami, hubungan Iran dengan Negara-negara Afrika dibina
melalui kerjasama yang spesifik, yakni kerjasama dalam aspek
pengembangan industri dan pembangunan ekonomi97
. Khatami berhasil
mengadakan kerjasama dalam bidang ekonomi dengan Afrika Selatan
melalui kerjasama Joint Economic Commission. Menurut menteri Luar
Negeri Afrika Selatan, Nkosazana Dlamini Zuma, jumlah Investasi Afrika
Selatan di Iran telah mencapai 1,5 milyar dollar AS sedangkan investasi Iran
di Afrika Selatan berada di 150 juta dollar AS dengan tambahan impor
94
Faribors Arghavani, ―Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy‖, h. 90. 95
Youssef M. Ibrahim, ―Cutting Back in Lebanon, Iran Is Shifting to Sudan,‖ New
York Times, December 13, 1991, dapat dilihat di Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in
the Post-Soviet Era, h. 228. 96
Youssef M. Ibrahim, ―Cutting Back in Lebanon, Iran Is Shifting to Sudan,‖ New
York Times, December 13, 1991, dapat dilihat di Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in
the Post-Soviet Era, h. 228. 97
Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 228.
38
minyak Iran98
. Hubungan Iran-Afrika kembali mengalami peningkatan
ketika Khatami melakukan tur ke tujuh negara Afrika yaitu Nigeria,
Senegal, Mali, Benin, Sierra Leone, Zimbabwe, dan Uganda pada Januari
2005. Khatami ingin meningkatkan jumlah kerjasama ekonomi dan
berupaya agar sektor swasta Iran bisa ikut terlibat dalam pembangunan di
Afrika99
.
Pada masa Ahmadinejad, tujuan kebijakan Iran diutamakan untuk
mengembalikan nilai dan prinsip seperti di masa awal revolusi Islam Iran100
.
Dalam kebijakan luar negerinya, Ahmadinejad menghendaki hubungan
dengan negara berkembang di dunia ketiga, seperti Afrika101
. Selain itu,
manuver Iran di Afrika juga terjadi dikarenakan aktifitas Amerika Serikat
dan Eropa tidak terlalu dominan di Afrika. Kondisi ini dijadikan kesempatan
oleh Ahmadinejad untuk memperbesar pengaruh global Iran di Afrika102
.
C. Hubungan Iran-Senegal Pasca Revolusi Hingga Masa Presiden
Khatami
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, orientasi kebijakan luar negeri Iran
berubah sesuai dengan interpretasi dari setiap kepala pemerintahan yang
98
Shona Kohler, ―Dlamini Zuma: 8th Joint Commission Between SA-Islamic
Republic of Iran,‖ Polity org.za, 14 December, 2004, dapat dilihat di Shireen T. Hunter,
Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 229. 99
―Iranian President Terms His 7-Nation African Tour as Fruitful,‖ IRNA News, 22
Januari, 2005. Dapat dilihat di Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet
Era, h. 229. 100
Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 229. 101
Brandon Fite, ―US and Iranian Strategic Competition: Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa‖, CSIS Report (12 Maret, 2012). h. 4. 102
Shireen T. Hunter, Iran and the World: Continuity in a Revolutionary Decade (
Bloomington: Indiana University Press, 1990), h. 166.
39
menjabat. Posisi Senegal sebagai negara dunia ketiga juga mengalami
pasang surut. Namun hubungan Iran dan Senegal sudah terjalin bahkan
sejak sebelum revolusi Islam Iran.
Pada masa rezim Shah Pahlevi, hubungan bilateral kedua negara tersebut
tercipta atas dasar kerjasama energi. Hal ini didorong oleh kebutuhan target
pasar minyak tambahan bagi Iran. Sedangkan Senegal diuntungkan dalam
memenuhi kebutuhan energinya dari segi pengembangan teknologi energy
dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah yang ditawarkan oleh
Iran103
. Kerjasama ini juga terjadi dikarenakan kondisi geopolitik dunia
yang terpengaruh oleh konflik perang dingin ketika Iran dan Senegal di
masa perang dingin merupakan sekutu baik bagi AS dan Barat104
.
Di sisi lain hubungan Iran dan Senegal sudah terjalin melalui kedekatan
aspek di luar politik dan ekonomi. Pada masa sebelum revolusi Islam Iran,
pengaruh Syiah sudah menyebar ke seluruh pelosok Senegal melalui peran
ulama yang datang dari Lebanon. Bahkan salah satu ulama Syiah dari
Senegal, Abdel Monem El-Zein mendapatkan didikan secara langsung dari
Ayatoullah Khomeini105
.
El-Zein bertemu dengan Khomeini di kota Najaf, Irak, saat Khomeini
diasingkan oleh rezim Shah Pahlevi yang menuding Khomeini sebagai
103
Graham E. Fuller, The Center of the Universe: the Geopolitics of Iran (the
University of Michigan: Westview, 1991), 98. 104
Michael Rubin, ―Africa: Iran‘s Final Frontier‖, American Enterprise Institute for
Public Policy Research, No. 2 (April, 2013): 3. 105
Charlie Szrom, “Ahmadinejad in West Africa: What Iranian Outreach to the
Region Reveals about Tehran‘s Foreign Policy,” 10.
40
ancaman terhadap dominasi rezim Shah Pahlevi di Iran.106
Pada tahun 1978,
El-Zein mendirikan Institut pendidikan Islam Syiah pertama di Dakar, yang
mengembangkan pola dakwah secara sistematis melalui pendidikan. 107
Tak dapat dipungkiri banyak dari kalangan Muslim di seluruh dunia
tertarik dengan fenomena Revolusi Islam Iran 1979. Senegal merupakan
negara yang terinspirasi dengan konsep revolusi Islam di Iran, walaupun
90% penduduk Senegal merupakan penganut Islam Sunni tetapi umat
Muslim Senegal tertarik dengan ajaran-ajaran yang dipopulerkan oleh
Khomeini terutama konsep revolusinya108
. Dengan semangat revolusi Islam
Iran ini maka lahirlah tokoh yang disebut sebagai ―Ayatoullah dari Kolack‖
yang secara terang-terangan mengajak rakyat Senegal untuk menumbangkan
Presiden pertamanya, Léopold Sédar Senghor, seorang sarjana Katolik
Roma yang menciptakan sistem sekuler Senegal pada tahun 1980109
.
Ajaran-ajaran Khomeini tidak hanya masuk melalui El-Zein dengan
peran dakwahnya tetapi berkembang dengan peran surat kabar dan media
lainnya. Sebuah surat kabar bernama Wal Fadjri merupakan surat kabar
terpopuler di Senegal sampai hari ini. Dalam sejarahnya merupakan surat
kabar mingguan yang berisikan pemikiran-pemikiran Khomeini,
106
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa‖,
FamilySecurityMatters.org (Februari, 2010): 3
http://www.familysecuritymatters.org/publications/id.5541/pub_detail.asp#ixzz3Ed3hMwA
5 (Diakses pada 12 Maret 2015). 107
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa‖, 3. 108
Mara A. Leicthman, ―Revolution, Modernity and (Trans)National Shi‗i
Islam: Rethinking Religious Conversion in Senegal‖, Journal of Religion in Africa 39
(2009): 320. 109
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa‖, 4.
41
propaganda terhadap Saddam Hussein pada perang Iran-Irak dan segala
bentuk kritik terhadap Saudi Arabia beserta Organisasi Kerjasama Islam
(OKI)110
.
Karena besarnya pengaruh Iran di Senegal, Presiden Senegal Abdou-
Diouf menutup kedutaan besar Iran di Dakar pada tahun 1984 dengan alasan
propaganda Revolusi Islam Iran yang telah melanggar norma Internasional
terhadap negaranya111
. Abdou-Diouf mengkhawatirkan pengaruh Iran yang
telah menginspirasi masyarakat Senegal untuk menumbangkan Presiden
sebelumnya, bahkan Abdou Diouf menyakini bahwa Iran telah memberikan
dana terhadap banyak media di Senegal dalam usahanya untuk mengawasi
urusan internal Senegal112
. Namun kedutaan besar Iran di Senegal kembali
dibuka terutama setelah berakhirnya rezim Abdou Diouf113
.
Sikap Iran setelah dibukanya kembali hubungan diplomatik menjadi
sedikit berbeda. Konsentrasi hubungan yang awalnya dijalin melalui
kedekatan budaya dan dakwah agama beralih menjadi hubungan yang
menekankan kerjasama ekonomi semata114
. Sikap presiden Rafsanjani juga
tidak lagi memberi prioritas terhadap semangat revolusi Islam Iran, tetapi
110
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa‖, 4. 111
―Senegal-Iran: Dakar Embassy Closed,‖ Africa Research Bulletin 21, no. 2 (
February 1984). Dapat dilihat di Shireen T. Hunter, Iran‟s Foreign Policy in Post-Soviet
Era, h. 227. 112
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa‖, 5. 113
Charlie Szrom, “Ahmadinejad in West Africa: What Iranian Outreach to the
Region Reveals about Tehran‘s Foreign Policy,” h. 10. 114
Mara A. leicthman, ―Revolution, Modernity and (Trans)National Shi‗i
Islam: Rethinking Religious Conversion in Senegal‖ , h. 330.
42
mengutamakan pengembangan ekonomi115
. Namun demikian kedutaan
besar Iran masih membuka diri dan mendukung antusiasme masyarakat
Senegal yang ingin mempelajari Syiah atau tertarik dengan pesan-pesan
Khomeini dalam revolusi Islam Iran. Salah satunya melalui kerjasama
dengan masyarakat Senegal dalam mengadakan Hari Peringatan Revolusi
Islam Iran di Dakar116
.
Kemudian hubungan Iran dan Senegal di masa ini juga berfokus pada
dialog people to people, diantaranya dengan mensponsori dana finansial
bagi kaum intelektual Senegal untuk hadir dalam konferensi Islam OKI di
Teheran117
. Oleh karena itu, kehadiran Presiden Rafsanjani di Dakar dalam
acara pertemuan tingkat tinggi Organisasi Konferensi Islam sempat menjadi
berita utama di Senegal118
. Hubungan bilateral yang dilakukan oleh Senegal
dan Iran ini mengalami peningkatan pada masa setelah pergantian Presiden
Senegal Abdou Diouf tahun 2000 dan lebih erat lagi setelah terpilihnya
Ahmadinejad di Iran pada tahun 2005.
Abdoulaye Wade yang merupakan pengganti Abdou Diouf, menjalin
komunikasi efektif terhadap Iran dengan mengunjungi Iran. Wade telah
melakukan kunjungan pada tahun 2003, 2006, 2008, bahkan 2009.
115
Rafsanjani dalam pidatonya di TV Iran, 23 Agustus 1994. Dikutip dari Shmuel
Bar, ―Iranian Terrorist Policy and Export of Revolution‖, Interdisciplinary Center
Herzliya, Ninth Annual Herzliya Conference (2009), h. 10 116
Mara A. Leicthman, ―Revolution, Modernity and (Trans)National Shi‗i
Islam: Rethinking Religious Conversion in Senegal‖, h. 330. 117
Mara A. Leicthman, ―Revolution, Modernity and (Trans)National Shi‗i
Islam: Rethinking Religious Conversion in Senegal‖, h. 327. 118
Mara A. Leicthman, ―Revolution, Modernity and (Trans)National Shi‗i
Islam: Rethinking Religious Conversion in Senegal‖, h. 331.
43
Kunjungan Wade merupakan sikap menghormati tawaran kerjasama
investasi ekonomi yang ditawarkan oleh Presiden Iran sebelumnya,
Muhammad Khatami119
. Adanya usaha mengembalikan hubungan bilateral
yang harmonis ini disinyalir sebagai bentuk usaha Iran untuk mencairkan
suasana setelah adanya hubungan dingin antara kedua negara sebelumnya.
Ekspansi Iran menuju Senegal ini dapat dikatakan sebagai bentuk
hubungan diplomatik yang diawali dengan kedekatan dialog antar budaya
serta agama. Kondisi adanya ketertarikan oleh masyarakat Senegal terhadap
Ayatoullah Khomeini dan fenomena revolusi Islam Iran, dimanfaatkan
dengan baik oleh pemerintahan Iran untuk memperluas pengaruhnya di
kawasan Afrika Barat. Kemudian pada masa Ahmadinejad, hubungan Iran-
Senegal ini juga dijadikan prioritas bagi Iran untuk membangun dukungan
secara diplomatis terhadap proyek pengembangan Nuklir dan juga dukungan
strategis secara Ekonomi. Karena itu skripsi ini akan difokuskan pada
dinamika hubungan Iran-Senegal sejak awal pemerintahan Ahmadinejad.
119
Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 228.
44
BAB III
KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN DI MASA AHMADINEJAD
TERHADAP SENEGAL
Bab ini menjelaskan gambaran utama kebijakan luar negeri Iran terhadap
Senegal selama kepemimpinan Ahmadinejad. Bagian pertama bab ini akan
menganalisa nilai geostrategis yang dimiliki Senegal. Selanjutnya bab ini
menjelaskan dinamika hubungan bilateral antara Iran dan Senegal selama
kepemimpinan Ahmadinejad, serta Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
hubungan tersebut.
A. Nilai Geostrategis Senegal di Afrika Barat
Sub-bab ini menjabarkan secara empiris potensi geostrategis Senegal di
kawasan Afrika Barat. Pembahasan dibagi ke dalam 2 cakupan potensi
yakni dari sisi politik dan ekonomi.
1. Potensi Politik Senegal
Situasi politik di Senegal berbeda dengan situasi politik yang umumnya
terjadi di beberapa negara-negara Afrika. Meski menjadi negara anggota
zona CFA Franc (colonies françaises d'Afrique) atau persemakmuran
Perancis, Senegal mampu menjadi negara yang relatif stabil sejak
kemerdekaannya pada tahun 1960120
. Tidak ada praktik kudeta atau rezim
otoriter yang berkuasa di Senegal. Pemerintahan yang berkuasa di Senegal
120
Alexis Arieff, ―Senegal Background and U.S Relations‖, Congressional
Research Service (2011):1.
45
menerapkan prinsip pluralisme sejak awal tahun 1980-an sehingga stabilitas
politik Negara yang mayoritas Muslim Sunni tersebut berjalan baik
dibandingkan negara-negara Afrika Barat lainnya121
.
Senegal memiliki karakteristik penduduk yang beragam namun
didominasi oleh mayoritas penduduk yang beragama Islam, hanya sekitar
5% minoritas penduduknya yang non-muslim yaitu Kristen122
.
Meningkatnya jumlah penduduk Muslim Senegal dimulai sejak migrasi
penduduk Lebanon dan Eropa pada abad 17 hingga 18. Penyebaran Islam
ini juga diikuti dengan berkembangnya kelompok Sufi yang menekankan
karakter tarekat, sehingga gerakan sosial dan politiknya dipengaruhi oleh
kelompok-kelompok Tarekat tersebut.123
Selain itu, penduduk Islam Senegal
masih berpaham ortodoks dalam mengaplikasikan agama pada kehidupan
sehingga pengaruh Tarekat Islam di Senegal juga menjangkau aspek
pemerintahan124
.
Kelompok Tarekat yang dominan di Senegal terbagi menjadi tiga:
Tarekat Muridiyyah, Tijaniyyah dan Qadiriyyah,125
kelompok Tarekat
terbesar ialah Tijaniyyah. Namun hanya kelompok Murridiyyah yang
memilki pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan politik di Senegal.126
121
Africa Development Bank, ―Republic of Senegal: Country Strategty Paper 2010-
2015‖, Country Operations Department West Region (2010): 3 122
Tizir Senegal Profile, www.tizir.co.uk/wp-content/uploads/2012/02/Tizir-
Senegal-Brochure..pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id (Diakses Oktober 27, 2015), h. 6. 123
Tizir Senegal Profile, h. 6. 124
Sulayman S. Nyang, ―Islam and Politics in West Africa‖, Africa Studies
Association, A Journal of Opinion, Vol. 13 (1984), h. 23. 125
Gaimini Nonyane, Senegal Country Risk, D&B Country report: 2009, h. 12. 126
Tizir Senegal Profile, h. 6.
46
Tarekat Murridiyyah memiliki posisi penting dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah, dikarenakan penganut tarekat ini mendominasi
pengelolaan produksi kacang tanah di Senegal. Kacang tanah memberikan
kontribusi 20% dari total keseluruhan produksi agrikultur Senegal dan
penganut tarekat Muridiyyah mengontrol 50% produksi kacang tanah
Senegal127
.
Dalam hal sistem politik, Senegal mengikuti model sistem politik negara
kolonialisnya yaitu Perancis. Namun titik sentral kekuasaan dipegang penuh
oleh Presiden.128
Sistem politik Presidensial yang memberikan kuasa penuh
kepada Presiden ini terlihat dari tidak adanya kemampuan veto pada
institusi eksekutif lainnya. Dalam konteks ini pihak militer bersifat
apolitical sehingga loyalitas militer terhadap kaum sipil dianggap kuat129
.
Oleh sebab itu militer Senegal cukup aktif dalam kegiatan International
Peacekeeping Mission.
Senegal merupakan negara yang sangat bergantung dengan negara
Barat130
. Hubungan baik telah dijalin dengan Barat khususnya dengan
Amerika Serikat dan Uni-Eropa. Senegal memiliki hubungan khusus dengan
Uni Eropa terutama Perancis131
. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang
ditimbulkan oleh Perancis dalam pembentukan sistem pembuat kebijakan di
127
Gaimini Nonyane, Senegal Country Risk, h. 12. 128
Bertelsmann Stiftung, ―BTI 2012 — Senegal Country Report‖, Bertelsmann
Stiftung (2012), http://bti2012.bertelsmann-transformation-index.de/82.0.html?L=1
(Diakses 12 Oktober, 2015) h. 9. 129
Bertelsmann Stiftung, ―BTI 2012 — Senegal Country Report‖, h. 9. 130
Alexis Arieff, Senegal Background and U.S Relations, h. 13. 131
Gaimini Nonyane, Senegal Country Risk, D&B Country report: 2009, h. 4.
47
Senegal, baik secara domestik atau internasional132
. Selain sistem, pengaruh
Perancis dapat dirasakan pada aspek budaya. Bahasa yang digunakan di
Senegal secara resmi adalah bahasa Perancis (La Francophonie) walaupun
terdapat bahasa lokal sehari-hari yaitu bahasa Wolof yang digunakan oleh
70% dari total keseluruhan penduduk Senegal133
. Oleh sebab itu kaum elit di
Senegal memiliki komitmen yang kuat terhadap Perancis; dan ini juga yang
mempengaruhi kedekatan pemerintah Senegal dengan negara-negara Barat
lainnya.
Setelah Senegal merdeka dari penjajahan Perancis, hubungan Senegal-
Perancis tidak menjadi renggang namun tetap saling menguatkan.134
Presiden pertama Senegal, Senghor bahkan mengajukan pembentukan
organisasi perkumpulan negara-negara Afrika yang dijajah oleh Perancis
dengan nama Haut Conseil de la Francophonie pada tahun 1986. Dengan
beranggotakan 26 negara anggota, Senegal ditempatkan secara khusus
sekaligus sebagai pemimpin dari organisasi tersebut oleh Perancis135
.
Setelah mendapatkan posisi khusus dari Perancis, Senegal menjadi tokoh
utama dalam setiap organisasi atau perkumpulan yang digagas baik di
Afrika Barat atau di kawasan Afrika.
132
Peter J Schraeder and Nefertiti Gaye, ―Senegal's Foreign Policy: Challenges of
Democratization and Marginalization‖, African Affairs, Vol. 96, No. 385 (Oktober, 1997),
h. 487. 133
Peter J Schraeder and Nefertiti Gaye, Senegal's Foreign Policy: Challenges of
Democratization and Marginalization, h. 488. 134
Tony Chafer, ―France and Senegal: The end of the affair?‖, SAIS Review ; a
Journal of International Affairs, Vol. 23, No. 2 (Summer, 2003), h. 159. 135
Tony Chafer, France and Senegal: The end of the affair?, h. 160.
48
Kemampuan Senegal sebagai kekuatan penggerak regional yang
mempengaruhi negara lain di kawasan, juga bisa dilihat dari pengaruh
kuatnya di Uni-Afrika. Senegal merupakan negara yang mendukung
lahirnya program NEPAD (New Partnership for Africa‟s Development) 136
di
Uni Afrika yang didukung oleh negara kuat Afrika seperti Mesir, Nigeria,
Afrika Selatan, dan Aljazair.137
Selain menggerakkan kemajuan di Afrika,
Senegal juga memiliki keinginan kuat untuk menjadi aktor regional power
di kawasan. Partisipasi aktif Senegal di WAEMU138
(West African
Economic and Monetary Union) mendekatkan hubungan Senegal dengan
negara-negara anggotanya seperti Benin, Burkina Faso, Cote d‘Ivoire
(Pantai Gading), Guinea-Bissau, Mali, Niger dan Togo.
Senegal juga aktif dalam kerjasama keamanan di kawasan. Selain
memiliki dukungan langsung dari Perancis melalui penempatan pasukan
berjumlah 1000 personel di Dakar hingga tahun 2010139
, Senegal
memainkan peran aktif sebagai peacekeepers di Afrika dengan mengirimkan
136
NEPAD atau New Partnership for Africa‟s Development merupakan solusi
alternative dari kegagalan program yang dijalankan oleh Uni-Afrika. NEPAD diajukan
sebagai program kebangkitan Afrika di abad 21. NEPAD diinisiasi melalui dua program
pengembangan oleh Afrika Selatan dan Senegal. Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki
mengajukan Millenium Africa Recovery Plan pada Januari, 2001. Kemudian Senegal,
dipimpin oleh Presiden Abdoulaye Wade, mengajukan Omega Plan dan berinisiatif untuk
mengangkatnya menjadi wacana program pengembangan Uni-Afrika. Maka pada tahun
2002, NEPAD lahir melalui persetujuan beberapa negara Afrika seperti Senegal, Afrika
Selatan, Nigeria, Aljazair, dan Mesir. Dapat dilihat di History of NEPAD.
http://www.nepad.org/history (Diakses November 10, 2015). 137
Bertelsmann Stiftung, BTI 2006 — Senegal Country Report, h. 10. 138
WAEMU merupakan singkatan dari The West African Economic and Monetary
Union (Union Economique et Monétaire Ouest Africaine, UEMOA). Organisasi ini
dibentuk oleh kesamaan mata uang yang digunakan (CFA Franc), kebijakan moneter yang
seragam dan penggunaan bahasa resmi Perancis di setiap negaranya. Dapat dilihat di
www.housingfinanceafrica.org/wpcontent/uploads/2012/10/WAEMU.pdf+&cd=2&hl=en&
ct=clnk&gl=id 139
Alexis Arieff, Senegal Background and U.S Relations, h. 13.
49
personel militernya dalam menangani masalah keamanan di negara-negara
lain yang berada di kawasan. Senegal mengirim 1.500 personel Militer dan
770 Polisi dalam misi perdamaian PBB di beberapa negara seperti Republik
Demokratik Kongo, Pantai Gading, wilayah Darfur di Sudan dan Liberia.140
Keterlibatan peacekeeping mission Senegal yang terbesar adalah dalam
menangani kasus Darfur di Sudan, dengan mengirimkan 1.300 pasukan
militer dan polisi.141
Ketika Abdoulaye Wade terpilih sebagai Presiden ketiga Senegal,
Wade mengutamakan hubungan luar negeri yang diperluas baik di tingkat
regional hingga internasional.142
Dalam periode ini, Senegal juga mulai
menciptakan hubungan dengan negara-negara Barat lain seperti Amerika
Serikat dan negara-negara Uni-Eropa Lainnya. Kemudian Dakar juga
mencoba menjalin hubungan dengan beberapa negara yang pesat dalam
pembangunan ekonominya, seperti Tiongkok dan India. Selain itu yang
menarik adalah sikap Wade yang terbuka dengan beberapa negara yang
memiliki sikap oposisi kepada Barat, terutama di Timur Tengah seperti
Republik Islam Iran di masa Ahmadinejad.143
140
United Nations, U.N. Mission‟s Summary Detailed by Country,
http://www.un.org/en/peacekeeping/contributors/2011/feb11_3.pdf. (February 28, 2015) 141
Alexis Arieff, Senegal Background and U.S Relations, h. 13. 142
Tony Chafer, France and Senegal: The end of the affair?, h. 163. 143
Tony Chafer, France and Senegal: The end of the affair?, h. 163.
50
2. Potensi Ekonomi Senegal
Senegal belum dapat menopang roda perekonomiannya secara mandiri
namun kondisi ekonominya termasuk stabil bila diukur dengan standar
regional Afrika144
. Peningkatan ekonomi secara signifikan mulai terlihat
setelah lima tahun kemerdekaanya. Pada tahun 1970 hingga 1980-an,
kondisi ekonomi Senegal mengalami stagnansi.145
Tetapi kemajuan
ekonomi secara positif dengan tingkat pertumbuhan mencapai 5% mulai
tampak sejak pertengahan 1990-an hingga tahun 2005146
.
Kemajuan ekonomi di masa tersebut disebabkan kegiatan ekonomi
masyarakat yang kembali kepada tradisi ekonomi sebelumnya yakni
bercocok tanam; berternak dan perikanan147
. Pertumbuhan ekonomi Senegal
terbantu dengan bantuan luar negeri melalui institusi internasional yang
memberikan sumbangsih 32%, sedangkan kiriman dana dari diaspora
Senegal yang menjadi imigran di Eropa dan AS mampu memberikan sekitar
3-4% terhadap pendapatan nasional.148
Sektor ekspor menyumbang
sepertiga pendapatan negara149
.
Senegal memiliki beberapa sumber daya energi seperti energi biomass
(kayu bakar dan arang), minyak bumi, gas alam, Phosphat, tanah peat (tanah
humus yang mampu menghasilkan pembakaran), hydro-electricity, tenaga
144
Tizir Senegal Profile Brochure, h. 3. 145
Janet H. Grietzner, Modern World Nations: Senegal. h. 72 146
Papa Demba Fall, María Hernández Carretero dan Mame Yassine Sarr, h. 8. 147
Papa Demba Fall, María Hernández Carretero dan Mame Yassine Sarr, ―Senegal
Country and Research Areas Report‖, h. 9. 148
Janet H. Grietzner, Modern World Nations: Senegal. h. 75 149
Janet H. Grietzner, Modern World Nations: Senegal. h. 75
51
surya, dan energi tekanan udara.150
. Dari keseluruhan sumber daya alam
Senegal, minyak bumi merupakan nilai utama yang menjadi tumpuan
ekonomi khususnya sektor ekspor dan impor151
. Produksi Minyak bumi
Senegal terdapat di wilayah selatan yakni daerah Casamance dengan jumlah
sekitar 100 juta meter kubik, namun dari keseluruhan total minyak yang
diperkirakan hanya 30% yang dapat diambil. Kondisi ini disebabkan
kurangnya perangkat pengeboran di setiap titik-titik perminyakan
Senegal152
.
Pemerintahan Dakar masih membutuhkan pasokan energi minyak dari
luar negeri. Kondisi ini disebabkan oleh kebutuhan Senegal dalam
membangun infrastruktur dan pengembangan ekonomi masih berbenturan
dengan kondisi ketahanan energinya. Sekitar 50% pendapatan ekspor
Senegal digunakan untuk membeli suplai minyak153
dan kebutuhan ini
masih bergantung dengan negara Perancis.
Kondisi Senegal yang berada di pesisir pantai Afrika Barat menambah
keuntungan strategis bagi negara-negara besar untuk hadir menjalin
hubungan bilateral dengan Dakar. Meski dahulu Perancis menjajah Senegal,
tetapi warisan-warisan Perancis dalam membangun Infrastruktur
menciptakan kondisi strategis bagi Senegal hingga saat ini154
. Penelitian
yang dilakukan oleh IMF pada tahun 2010 menunjukkan kemampuan
150
Touria Dafrallah, ―Energy Security in West Africa: The Case of Senegal‖, Enda
Energy, Environment and Development Program, Final Report (Desember 2009): 25. 151
Touria Dafrallah, ―Energy Security in West Africa: The Case of Senegal‖, h. 2. 152
Touria Dafrallah, ―Energy Security in West Africa: The Case of Senegal‖, h. 25. 153
Tizir Senegal Profile brochure, h. 4. 154
Tizir Senegal Profile brochure, h. 4.
52
Senegal dalam membangun teknologi komunikasi dan informasi yang
menjadi percontohan bagi negara-negara Afrika lainnya, hal ini
menunjukkan potensi Senegal dalam mendorong promosi dan implementasi
kemajuan di Afrika155
.
Pelabuhan yang dimiliki oleh Senegal dapat memberikan keuntungan
lebih bagi investor-investor yang berdatangan. Selain dikarenakan kebijakan
Presiden Abdoulaye Wade yang mengutamakan investasi dan diversifikasi
hubungan bilateral dengan negara lain156
, posisi Senegal juga penting
sebagai pintu gerbang jalur kerjasama dengan negara-negara tetangga di
Afrika Barat seperti Guinea-Bissau, Mali, Mauritania, Guinea-Conakry, dan
Gambia157
. Iklim investasi di Senegal juga diperkuat oleh kebijakan
Abdoulaye Wade yang mengutamakan terbukanya sistem pasar untuk
menekan laju kemiskinan, peningkatan investasi serta mempromosikan
usaha-usaha kecil dan menengah di Senegal158
. Dengan potensi-potensi
yang dimilikinya, Senegal memiliki pengaruh penting sebagai percontohan
kekuatan ekonomi yang stabil di Afrika Barat seperti kemampuan menekan
inflasi agar tetap rendah dan acuan manajemen moneter yang bijak.159
155
International Monetary Fund (IMF), Senegal: Poverty reduction strategy paper
annual progress report., IMF Country Report No. 10/368. (Washington, DC, 2010). Diakses
di :http://www.imf.org/external/pubs/ft/scr/2010/cr10368.pdf. (13 September 2015).
Dikutip melalui Tizir Senegal Profile brochure, h. 4. 156
Gaimini Nonyane, Senegal Country Risk, D&B Country report: 2009, h. 3. 157
Consulting Group for Senegal, Senegal Attractiveness Markers, diakses
di http://www.gcsenegal.gouv.sn/docs/GC2014-064%20-%20Note%20-
%20Attractivite%20du%20Senegal-Reperes%20Englishn.pdf. (20 Oktober 2015), h. 1. 158
Gaimini Nonyane, Senegal Country Risk, D&B Country report: 2009, h. 3. 159
Gaimini Nonyane, Senegal Country Risk, D&B Country report: 2009, h. 3.
53
Dalam konteks hubungan Iran dan Senegal, meski potensi militer dan
ekonomi yang dimiliki Senegal tergolong lemah, Iran tetap menggolongkan
Senegal sebagai negara yang penting demi tujuannya dalam membangun
aliansi kesatuan melawan dominasi Barat.160
Demikian juga halnya Senegal,
walaupun memiliki riwayat dekat dengan Perancis sebagai bekas jajahan,
namun Senegal memiliki kehendak lain terutama memperluas hubungan
luar negerinya untuk meraih investasi pembangunan ekonomi161
.
B. Hubungan Bilateral Iran-Senegal di Masa Ahmadinejad (2004-
2013)
Secara umum, kebijakan luar negeri Iran di masa Ahmadinejad
didasari atas resistensi terhadap AS yang memberikan pengaruh terhadap
Iran, terutama sikap AS yang mengecam proyek pengembangan Nuklir oleh
Iran. Ketegangan hubungan dengan AS ini juga berpengaruh terhadap sikap
aliansi AS di Timur Tengah seperti Saudi Arabia dan Israel yang
menampakkan permusuhan kepada Iran. Dalam hal ini, dominasi pengaruh
sunni di kawasan telah membatasi gerak manuver politik Iran terhadap
negara-negara di Kawasan. Karena itu posisi negara dunia ketiga di luar
kawasan diharapkan oleh Iran untuk membantu mengurangi sanksi
internasional dan menjadi aliansi untuk melawan dominasi Barat.162
160
Brandon Fite, U.S. and Iranian Strategic Competition: Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa, h. 2. 161
Tony Chafer, France and Senegal: The end of the affair?, h. 165. 162
Brandon Fite, U.S. and Iranian Strategic Competition: Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa, h. 2.
54
1. Intensifikasi Hubungan Bilateral Iran-Senegal di Masa
Ahmadinejad.
Iran tidak menjalin hubungan khusus dengan Senegal dalam bentuk
aliansi. Namun demikian, Iran tetap menyakini bahwa Senegal memiliki
posisi penting. Pada tahun 2004, Kharrazi selaku menteri luar negeri Iran di
masa Presiden Khatami menyatakan bahwa Senegal merupakan sahabat
yang memiliki arti penting dalam setiap kebijakan luar negeri Iran di benua
Afrika163
. Senegal di masa perang dingin merupakan aliansi kuat dari blok
Barat, namun di masa Ahmadinejad menjadi Venezuela-nya kawasan Afrika
Barat164
.
Iran di masa Ahmadinejad menciptakan hubungan bilateral berbasis
kebudayaan dengan Senegal yang memiliki dua tujuan. Pertama ialah
mengamankan pasar untuk produksi dalam negeri Iran dan tujuan kedua
yaitu agar membuka akses secara khusus untuk produksi pertambangan
Senegal.165
Senegal memandang Iran sebagai mitra baik dalam memberikan
bantuan luar negeri dan investasi untuk perkembangan ekonomi di Afrika.
166
163
―Iranian Foreign Minister Opens Iran-Senegal Economic Seminar,‖ Tehran
IRNA, March 29, 2004. Dikutip dari Charlie Szrom, Ahmadinejad in West Africa, What
Iranian Outreach to The Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy, h. 9. 164
Michael Rubin, ―Iran Global Ambitions‖, American Enterprise Institute for
Public Policy Research, No. 3, March (2008): h. 4. 165
Charlie Szrom, Ahmadinejad in West Africa, What Iranian Outreach to The
Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy, h. 9 166
―Chaharomin e Safar e Rais Jomhour e Senegal beh Tehran‖ [ The fourth trip of
Senegal‘s president to Tehran], Mehr News Agency, October 15, 2009.
55
Perkembangan budaya Iran di Senegal dibangun melalui beberapa
pendirian institusi/lembaga yang menaungi masalah pertukaran budaya dan
bahasa. Pada tahun 2003, Presiden Wade mengijinkan berdirinya sekolah
bahasa Persia dan sekolah agama Syiah Iran di kawasan komplek
Universitas ternama di Dakar167
. Pendirian sekolah agama ini dikehendaki
dengan serius oleh pemerintahan Senegal seperti yang diungkapkan oleh
Sheikh Tidiane Gadio, Menteri Luar Negeri Senegal, bahwa Senegal
menginginkan pemuka-pemuka agama Islam asal Iran untuk mengajar di
Hawza ul Rasul Akram lembaga pendidikan agama di Universitas Dakar168
.
Pengaruh budaya Iran ini juga bersambut positif dengan kebijakan
Presiden Senegal yang terbuka terhadap segala jenis investasi. Karena itu,
kondisi tersebut menjadi titik terang bagi kehadiran Iran di Afrika Barat169
.
Iran menganggap jika hubungan bilateral antara Teheran dan Dakar dapat
berjalan dengan baik, maka pintu gerbang kerjasama dengan negara Afrika
Barat lainnya menjadi terbuka lebar170
. Iran menjawab keharmonisan ini
167
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa,‖ World
Defense Review, February 18, 2010, http://worlddefensereview.com/pham021810.shtml
(diakses 22 Juli, 2015). 168
―Senegal Keen to Expand Economic Links with Iran,‖ Tehran IRNA, September
6, 2003, available at World News Connection. Dikutip di Charlie Szrom, Ahmadinejad in
West Africa: What Iranian Outreach to The Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy. 169
Wade: Doors of Senegal's Market Open to Iran, dapat diakses di
http://en.iccima.ir/news/iran-economy-news/item/235-wade-doors-of-senegals-market-
open-to-iran.html (diakses pada 8 April 2015) 170
Mottaki: Iran, Senegal Enjoy Strategic Ties." FARS News Agency 10 Mar.
2010.Global Issues In Context.
http://find.galegroup.com.vlib.interchange.at/gic/infomark.do?&source=gale&idigest=69d7
446ecafbc8ba4f4899bab50b2f52&prodId=GIC&userGroupName=wash89460&tabID=T00
4&docId=CJ220995422&type=retrieve&contentSet=IAC-Documents&version=1.0
(Diakses via Web pada 7 Mei 2015).
56
dengan membantu pembiayaan pembangunan rel kereta api dan pendirian
pabrik traktor di Dakar171
.
Iran juga mengamankan investasi dalam bentuk perjanjian kerjasama
berbasis agrikultur mandiri yang disepakati oleh Senegal172
. Penanaman
modal untuk pengembangan riset terhadap teknologi pangan juga dilakukan
untuk menyiasati kondisi iklim Senegal yang tidak stabil bagi usaha
pertaniannya173
.
Melalui perusahaan otomotif nasional Iran, Khodro Company, Iran
juga melakukan kerjasama investasi dalam bidang otomotif di Dakar.
Direktur Managing Iran Khodro Company (IKCO) Manouchehr Manteghi,
mengatakan bahwa Khodro berencana memproduksi 10.000 unit mobil per
tahun di Senegal. Investasi senilai 60 juta dollar AS tersebut dijalankan
dengan pembiayaan 60 persen oleh Khodro, dan 20 persen oleh
pemerintahan Senegal sedangkan sisanya oleh pihak swasta di Senegal174
.
Sekitar 5000 unit mobil telah dirakit melalui pabrik tersebut, Total
171
―Vazir Niroo: Eradeh siassi Iran bara ye towseh eye ravabat ba Senegal ast‖ [
Ministerof energy: Iran‟s political will is to expand relations with Senegal ], IRNA,
December 3, 2008. 172
Iran, Senegal Broadening Ties, Iran Daily, 8 Februari 2011.
http://old.irandaily.com/1389/11/19/MainPaper/3889/Page/5/MainPaper_3889_5.pdf
(Diakses pada 3 November 2015) 173
Iran, Senegal Broadening Ties, Iran Daily. 174
Wade: Doors of Senegal's Market Open to Iran, dapat diakses di
http://en.iccima.ir/news/iran-economy-news/item/235-wade-doors-of-senegals-market-
open-to-iran.html (diakses pada 8 April 2015)
57
keuntungan yang diperoleh dari pabrik tersebut telah mencapai 150 juta
hingga 315 juta dollar AS pada tahun 2005 dan 2006.175
Kerjasama berbasis ekonomi bahkan sudah mencapai tahap
penandatangan MoU (Memorandum of Understanding) antara kedua negara,
penandatanganan kerjasama ini dibentuk dalam kerangka bilateral berbasis
Industri yang diutamakan pada pembangunan pertambangan dan mineral.176
Pertemuan Menteri Pertambangan dan Industri Iran, Ali Akbar Mehrabian
dan Menteri Pertambangan dan Industri Senegal Ousmane Ngom
menyetujui kesepakatan di dalam MoU tersebut. Kerjasama ini
mensyaratkan Iran untuk memberikan Senegal alih teknologi dalam hal
produksi mesin auto-diesel, membantu eksplorasi penambangan di Senegal,
memproduksi gerbong-gerbong kereta dan konstruksi power-plant di
Senegal.177
2. Dinamika Hubungan Bilateral Iran-Senegal Di Masa
Ahmadinejad
Kondisi kerjasama bilateral Iran dan Senegal sempat mengalami
keretakkan pada akhir tahun 2010. Namun, Iran masih mengusahakan untuk
tetap mempertahankan hubungan tersebut, terutama untuk mempertahankan
175
―Iran-Khodro Starts Samand Assembly in Senegal‖, Fars News Agency, April 10,
2008, www.payvand.com/news/08/apr/1101.html (Diakses Juni 20, 2013). 176
"Iran, Senegal ink two industrial MoUs." Xinhua News Agency 16 Apr. 2009.
Global Reference on the Environment, Energy, and Natural Resources. http://find.galegroup.com/grnr/infomark.do?&source=gale&idigest=8385c831cb3cfa75f12
0d1b5b193c1b5&prodId=GRNR&userGroupName=wash89460&tabID=A003&docId=A1
97850034&type=retrieve&contentSet=IAC-Documents&version=1.0 (Diakses via Web
pada 30 Sept. 2015) 177
Iran, Senegal ink two industrial MoUs." Xinhua News Agency 16 Apr. 2009.
Global Reference on the Environment, Energy, and Natural Resources.
58
kerjasama perdagangan meski hubungan diplomatik dihentikan oleh
pemerintah Senegal178
.
Kondisi kerenggangan hubungan ini terjadi dikarenakan Senegal
menyakini bahwa Iran membantu kelompok separatis Casamance
Movement of Democratic Forces di selatan Senegal pada November 2010,
ada indikasi bahwa Iran mengirimkan suplai senjata kepada pasukan
pemberontak tersebut179
. Presiden Abdoulaye Wade menjadi marah terhadap
Iran ketika terbukti adanya pembunuhan tiga pasukan Senegal oleh pasukan
Separatis Casamance menggunakan senjata produksi Iran pada 20 Februari
2011.180
Selanjutnya pada 22 Februari 2011, dengan resmi Senegal memutuskan
hubungan diplomatiknya dengan Iran melalui penarikan duta besarnya dari
Teheran. Menteri Komunikasi Senegal, Moustapha Guirassy
mengungkapkan bahwa Senegal terguncang dengan adanya penembakan
tentara mereka dengan menggunakan peluru dan senjata produksi Iran.181
Moustapha menambahkan bahwa Iran telah menambah eskalasi konflik
178
Senegal Politics: Diplomatic Ties Cut. (New York: The Economist Intelligence
Unit, 2011), http://search.proquest.com/docview/857922842?accountid=25704. (Diakses
via Proquest November 20, 2014) 179
Brandon Fite, ―US and Iranian Strategic Competition:Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa‖, h. 21 180
Brandon Fite, ―US and Iranian Strategic Competition:Peripheral Competition
Involving Latin America and Africa‖, h. 21. 181
Senegal explains cut in diplomatic ties with Iran, Panapress,
www.panapress.com/Senegal-explains-cut-in-diplomatic-ties-with-iran---13-760772-17-
lang1-index.html (Diakses pada 16 April 2016)
59
internal Senegal dengan kelompok separatis Casamance yang sudah
berlangsung sejak tahun 1982.182
Dalam beberapa tahun kemudian, Iran masih berusaha untuk menjalin
kembali hubungan dengan Senegal terutama dalam normalisasi hubungan
diplomatik secara resmi. Usaha Iran ini membuahkan hasil dalam pertemuan
ke-12 Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Kairo pada 6 Februari 2013.183
Hal ini dibuktikan dengan adanya penandatanganan kembali hubungan
diplomatik yang dilakukan oleh kedua Menteri Luar Negeri dari masing-
masing negara, Ali Akbar Salehi dari Iran dan Mankeur Ndiaye dari
Senegal, penandatanganan kerjasama tersebut dilakukan di Hotel Fairmont
Kairo. Setelah penandatangan tersebut, Deputi Kementerian Luar Negeri
Iran yakni Mohammad Mahdi Akhondzadeh menyatakan:
“Senegal is an important member of both the OIC and NAM. Iran
is currently the chair of NAM…we have to work together and cooperate
in building a safer, secure and more prosperous world. We have to work
with countries like Senegal and Egypt on many issues including
combating extremism.” [Senegal merupakan anggota penting baik di OKI
dan Gerakan Non-Blok. Iran saat ini mengemban amanah sebagai ketua
organisasi gerakan Non-Blok… Kami perlu bekerja sama dalam
membangun dunia yang lebih aman, terlindungi dan sejahtera. Kami
perlu bekerjasama dengan negara seperti Senegal dan Mesir dalam isu-
isu termasuk melawan gerakan ekstremis.]184
182
Senegal severs ties with Iran over rebel weapons, Reuters,
http://www.reuters.com/article/ozatp-senegal-iran-idAFJOE71M01A20110223 (Diakses
pada 16 April 2016) 183
Joseph Hammond, ―The Dakar Dance: Tumultuous Iran-Senegal Relationship
Enters New Chapter‖, diplomaticourier.com, www.diplomaticourier.com/the-dakar-dance-
tumultuous-iran-senegal-relationship-enters-new-chapter/ (Diakses pada 15 Desember,
2015) 184
Joseph Hammond, The Dakar Dance: Tumultuous Iran-Senegal Relationship
Enters New Chapter.
60
Senegal merespon baik tawaran normalisasi hubungan dengan
Iran dikarenakan adanya pergantian rezim pada pemerintahannya.
Terpilihnya Macky Sall pada April 2012 sebagai Presiden Senegal
mengakibatkan adanya perubahan orientasi kebijakan terhadap Iran
terutama menimbang jumlah investasi Iran yang besar seperti di masa
Presiden Wade.185
Usaha nomalisasi hubungan ini mengindikasikan
bahwa Iran masih memberi prioritas atas hubungannya dengan Senegal
yang memiliki posisi penting di kawasan Afrika Barat dan Afrika secara
lebih luas.186
Satu hal yang penting untuk diperhatikan bahwa kerjasama ekonomi
yang sudah ditandangani oleh kedua belah pihak terus berlangsung walau
dalam kondisi terputusnya hubungan diplomatik, dan nilainya mencapai
200 Juta dolar AS187
. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kepeningan ekonomi menjadi faktor kuat yang mendorong intensifikasi
hubungan yang dilakukan Iran terhadap Senegal, selain tujuan perluasan
jangkauan politik Iran di kawasan Afrika Barat seperti yang akan dijelaskan
di bawah ini.
185
Joseph Hammond, The Dakar Dance: Tumultuous Iran-Senegal Relationship
Enters New Chapter. 186
"Minister Describes Senegal as Iran's Gate to Africa." FARS News Agency 20
June 2010. Global Issues In Context.
http://find.galegroup.com.vlib.interchange.at/gic/infomark.do?&source=gale&idigest=69d7
446ecafbc8ba4f4899bab50b2f52&prodId=GIC&userGroupName=wash89460&tabID=T00
4&docId=CJ229493692&type=retrieve&contentSet=IAC-Documents&version=1.0
(Diakses via Web pada 7 Mei,2015) 187
Joseph Hammond. The Dakar Dance: Tumultuous Iran-Senegal Relationship
Enters New Chapter.
61
3. Tujuan-tujuan Iran yang ingin dicapai dalam Hubungan
Bilateral Terhadap Senegal di Masa Ahmadinejad
Iran di masa Ahmadinejad menghendaki hubungan dengan Afrika untuk
tiga tujuan utama seperti yang diungkapkan oleh Michael Rubin188
.
Faktor pertama, Teheran dapat memperoleh dukungan negara Afrika
yang memiliki pengaruh di organisasi internasional penting seperti PBB,
Dewan Energi Atom Internasional (IAEA), Gerakan Non-Blok, Uni Afrika
dan bahkan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Senegal adalah anggota
Organisasi Konferensi Islam yang aktif, sudah dua kali Dakar menjadi tuan
rumah pertemuan tingkat tinggi OKI yakni tahun 1969 dan 2008189
.
Pengaruh Senegal dalam perkumpulan negara Francophone termasuk
menonjol dibandingkan negara Afrika lainnya juga menjadi nilai tambah
bagi hubungan Iran-Senegal190
.
Dalam konteks dukungan politis yang diharapkan oleh Iran,
dukungan Senegal terhadap Iran terlihat dari pernyataan Pape Diop191
,
seorang juru bicara Parlemen Senegal yang memuji Iran pada Mei 2008 atas
perannya sebagai pemimpin bagi dunia Islam. Senegal juga memberikan
dukungan secara politik terhadap Iran, dengan cara memberi kritik atas
sanksi internasional yang dikenakan terhadap Iran. Senegal juga memberi
pujian atas suksesnya kerjasama uranium yang dijalankan Iran-Turki-Brazil
188
Michael Rubin, ―Africa: Iran‘s Final Frontier‖, h. 1. 189
Alexis Arieff, Senegal Background and U.S Relations, h. 14. 190
J. Peter Pham, Shi‟a in Senegal: Iran‟s Growing Reach into Africa‖, h. 2. 191
―Haddad-Adel, Senegal Senate Speaker Discuss Issues of Mutual Interest,‖
IRNA, May 17, 2008, available at World News Connection.
62
pada Mei 2010 dan mendukung pengayaan Nuklir Iran yang bertujuan
damai192
.
Faktor kedua, Iran ingin menjangkau Negara-negara Afrika yang
memiliki produksi uranium. Hal ini dilatar-belakangi oleh cadangan
uranium Iran yang semakin menipis setiap harinya dan kualitas uranium
yang dimiliki oleh Iran merupakan kualitas yang buruk dan terbatas
jumlahnya193
. Usaha Iran dalam mengembangkan energi nuklir ini juga
diperkirakan akan menghabiskan seluruh cadangan uraniumnya dalam
kurun waktu 10 tahun194
. Selain itu, Iran mengalami kesulitan dalam
melakukan impor uranium dikarenakan adanya sanksi internasional oleh
dewan keamanan PBB yang melarang negara anggota PBB melakukan
transaksi perdagangan uranium dengan Iran.195
Iran mencoba menggunakan cara alternatif dalam usahanya
memperoleh uranium. Maka Iran membeli produksi phosphat yang dapat
diubah menjadi uranium seperti halnya pasokan uranium yang dimiliki
192
―Iran, Senegal Discuss Expansion of Ties on International Scene,‖ IRNA, June
27, 2006, World News Connection. dan ―Senegal Says Illogical Pressure on Iran Will Not
Work,‖ Mehr News Agency, June 20, 2010, dilihat di
www.tehrantimes.com/index_View.asp?code=221732 (diakses Juli 12, 2015). 193
George Jahn, ―Iran Hunts for Uranium Supplies, Finds Scrutiny,‖ Salon.com,
February 24, 2011,
http://www.salon.com/news/feature/2011/02/24/iran_nuclear_capacity_zimbabwe. (Diakses
pada 30 Oktober 2015) 194
Pacific Northwest Center for Global Security, ―Alternative Energy Economics for
Iran: Options, Definitions and Evaluation,‖ dalam Uranium 2003 Resources, Production
and Demand (Nuclear Energy Agency No. 5291, Organization for Economic Cooperation
and Development, 2004). 195
Zachary Laub, ―International Sanctions on Iran‖, Council of Foreign
Relations,http://www.cfr.org/iran/international-sanctions-iran/p20258 (Diakses pada 7
Februari 2016)
63
Suriah.196
Senegal dalam hal ini merupakan produsen Phosphat dengan nilai
produksi mulai dari 500 juta hingga 1 milyar ton.197
Dengan demikian,
secara tidak langsung, Senegal memberikan kontribusi aktif kepada Iran
dalam proliferasi Nuklir dan energi uraniumnya.
Faktor ketiga, para pejabat senior Iran memiliki harapan untuk
memperkuat kerjasama dengan Negara-negara Afrika yang memiliki garis
pesisir pantai, terutama yang memiliki akses langsung menuju samudera
Atlantik. Tujuannya agar dapat memberikan akses kepada angkatan laut Iran
di beberapa wilayah strategis Afrika.198
Hal ini menjadi penting untuk
memperkuat kerjasama berbasis strategis dan pertahanan (Lihat Lampiran
1)199
.
Pada tanggal 27 Januari 2008, Menteri Luar Negeri Senegal Cheikh
Tidiane Gadio bersama Menteri Pertahanan Senegal Bécaye Diop,
mengumumkan kunjungannya ke Teheran. Pertemuan ini bertujuan untuk
membahas peningkatan hubungan pertahanan bilateral antara kedua
negara.200
Dalam kerjasama ini, Iran dapat memaksimalkan jangkauannya di
laut Atlantik seperti yang dikatakan Kepala Angkatan Laut Iran Habibollah
Sayyari201
. Kondisi strategis yang dimiliki Senegal ini mendukung proyeksi
196
World Nuclear Association, ―Uranium from Phosphates‖, www.world-
nuclear.org/information-library/nuclear-fuel-cycle/uranium-resources/uranium-from-
phosphates.aspx#.UhoprBtg9po (Diakses pada 6 April 2016) 197
Senegal Resources, http://simsenegal.com/industry-info/senegal-resources/
(Diakses 6 April 2016) 198
Michael Rubin, ―Iran Africa Final Frontier‖, American Enterprise Institute for
Public Policy Research No. 2, April (2013), h.2. 199
Michael Rubin, “Iran Africa Final Frontier”, h. 4. 200
Michael Rubin, “Iran Africa Final Frontier”, h. 4. 201
Michael Rubin, “Iran Africa Final Frontier”, h. 5.
64
Ahmadinejad untuk menantang hegemoni AS di samudera Atlantik dengan
mendapat akses dari lepas pantai Senegal yang terhubung dengan Samudera
Atlantik.202
Maka, dengan melihat ketiga tujuan yang dicapai Iran terhadap Senegal,
potensi yang dimiliki Senegal dibandingkan negara-negara Afrika Barat
lainnya memiliki nilai strategis yang lebih menguntungkan bagi Iran. Oleh
sebab itu, dapat disimpulkan bahwa usaha Iran dalam mempertahankan
hubungannya dengan Senegal merupakan bagian dari misi penting dalam
perluasan pengaruhnya di Afrika.
202
Michael Rubin, ―Africa: Iran‘s Final Frontier, h. 5.
65
BAB IV
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN TERHADAP SENEGAL DI
MASA KEPEMIMPINAN AHMADINEJAD (2006-2013)
Bab ini menganalisa faktor-faktor yang dijadikan landasan dalam
pembentukan kebijakan luar negeri Iran pada masa kepemimpinan
Ahmadinejad. Secara Internal, faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi
tiga yakni berdasarkan faktor kepentingan ekonomi, kebijakan luar negeri
Iran terhadap negara dunia ketiga dan kepentingan geopolitik Iran.
Sedangkan dari segi eksternal dibagi menjadi dua yaitu faktor tekanan
sistem Internasional dan eksistensi Hizbullah dan kelompok Syiah di
Senegal.
A. Faktor Internal
1. Faktor Ekonomi
Ahmadinejad memiliki banyak terobosan dalam menjalankan
kebijakannya. Kebijakan-kebijakan Ahmadinejad dalam bidang ekonomi
dibentuk berdasarkan sikap politiknya yang menurut para pengkaji Iran,
melihat kembali kepada sikap politik Khomeini sehingga dapat dikatakan
sebagai bentuk revolusi Islam Iran jilid 2.
Dalam bidang ekonomi, Presiden Mahmoud Ahmadinejad
menjalankan kebijakan ekonominya dengan karakteristik kepemimpinan
66
populis yaitu mendukung kaum miskin dan kelas pekerja di Iran203
.
Ahmadinejad mengutamakan kebangkitan ekonomi nasional dan
kesejahteraan penduduk Iran dengan cara menentang bentuk-bentuk
dominasi internasional oleh Barat, oleh sebab itu kebijakan Ahmadinejad
dianggap sebagai bagian dari kebijakan ekonomi yang cenderung skeptis
dengan segala bentuk globalisasi ekonomi atau ketergantungan dengan
perdagangan asing204
.
Pandangan Ahmadinejad dalam politik luar negerinya diaplikasikan
terhadap kebijakan ekonominya, terutama terhadap kerjasama ekonomi
dengan negara lain. Ahmadinejad pernah berujar dalam pidatonya terkait
kebijakan investasi asing yang telah dilakukan oleh pemerintahan
sebelumnya yaitu:
“Because of the passivity of foreign policy,the public have been
made to think that if we want to attract foreign investment, we must
give concessions” [Karena kebijakan luar negeri (Iran) yang pasif,
masyarakat Iran sudah berpikir bahwa jika kita ingin menarik
investasi asing, kita harus membuat kelonggaran (terhadap investor
asing)].205
Statement ini adalah bentuk kritik Ahmadinejad yang beranggapan
bahwa revolusi Iran yang telah dilaksanakan 16 tahun yang lalu menjadi sia-
sia, oleh karena itu Ahmadinejad menginginkan adanya Conditions atau
203
Prof. Nader Habibi, ―The Economic Legacy of Ahmadinejad‖, Middle East Brief,
Crown Center of Middle East Studies (2013): 4 204
Evalaila Pesaran, Iran‟s Struggle for Economic Independence: Reform and
Counter-reform in The Post-revolutionary era (London: Routledge, 2011), 168. 205
Majalah Mardomsalari, 19 Juni, 2006. Dikutip dari Evalaila Pesaran, Iran‟s
Struggle for Economic Independence: Reform and Counter-reform in The Post-
revolutionary era, h. 169.
67
persyaratan dalam kontrak terkait kerjasama dengan Investor asing. Secara
tegas, Ahmadinejad melihat kebijakan Iran harus dikembalikan kepada
nilai-nilai revolusi Islam Iran terutama dengan adanya keinginan untuk
mengurangi intervensi asing terhadap ekonomi, namun selama investor
asing yang menawarkan kerjasama dengan Iran berjanji untuk memberikan
manfaat terhadap kaum miskin dan masyarakat kelas bawah maka
Ahmadinejad membolehkan kerjasama tetap berjalan206
.
Di periode awal pemerintahan Ahmadinejad di tahun 2005 Iran
mengalami kenaikan cadangan devisa domestik dikarenakan naiknya harga
minyak dunia per barrel. Sumber daya minyak Iran merupakan terbesar
kelima di dunia dengan jumlah rata-rata 4,13 juta barrel per hari207
. Dengan
kapasitas minyak bumi yang banyak dan memberikan subsidi kepada
produk domestic bruto (Gross domestic Products/ GDP) sekitar 12%208
,
maka kepercayaan diri Ahmadinejad terhadap ekonomi pada
pemerintahannya meningkat.
206
Evalaila Pesaran, 171. 207
Top 10 Oil Producing Countries In The World: Where‘s The Greatest Petroleum
Dominion?, FinancesOnline.com, http://financesonline.com/top-10-oil-producing-
countries-in-the-world-wheres-the-greatest-petroleum-dominion/ (Diakses pada 22 Januari,
2016) 208
Shayerah Ilias, ―Iran‘s Economic Conditions: U.S. Policy Issues‖, Congressional
Research Service (22 April 2010), h. 6.
68
Tabel IV. A. 1. 1 Pengaruh Fluktuasi Harga Minyak Dunia
Terhadap Ekspor Minyak Iran
Sumber: Evalaila Pesaran, Iran‟s Struggle for Economic
Independence: Reform and Counter-reform in The Post-revolutionary era,
Routledge, 2011.
Ahmadinejad merasa kebutuhan Iran terhadap pinjaman dana dan
investasi asing tidak menjadi pilihan utama. Pendapat menteri ekonomi dan
keuangan Iran di masa Ahmadinejad, Danesh Ja‘fari, menguatkan kebijakan
Ahmadinejad dengan menyatakan bahwa meminjam dana dari luar negeri
dengan tingkat bunga peminjaman yang tinggi itu adalah pilihan yang tidak
rasional jika cadangan devisa domestik tersedia secara cukup209
. Maka
keputusan kuat Iran dalam mengurangi pinjaman dana kepada pihak asing
menjadi lebih ketat dibandingkan dengan kondisi di masa Presiden Khatami
yang fleksible dengan kebijakan pinjaman dana dan investasi dari pihak
asing.
Di masa Ahmadinejad keuntungan kenaikan harga minyak dunia
dialokasikan untuk biaya impor dan program bantuan luar negeri karena
209
Evalaila Pesaran, h. 171
69
disetujui oleh Supreme Leader210
, Ayatoullah Khamenei, sebagai alat untuk
memproyeksikan pengaruh Iran di kancah global terutama kepada negara-
negara dunia ketiga seperti yang diharapkan Ahmadinejad. Selain bertujuan
untuk meningkatkan pengaruh Iran terhadap negara dunia ketiga,
Ahmadinejad menggunakan keuntungan naiknya harga minyak dunia ini
untuk memenuhi bagian janji kampanye Ahmadinejad yang ingin
memberikan uang keuntungan penjualan minyak Iran langsung kepada
seluruh lini masyarakat Iran.211
Pada masa awal pemerintahan Ahmadinejad, Iran selaku negara
produsen minyak mendapatkan keuntungan harga minyak hingga 36 juta
dollar AS. Karena itu, Teheran mampu menunjukkan supremasi
kebijakannya terhadap wilayah domestik dan internasional. Keuntungan
tersebut digunakan untuk memperkuat keamanan negara baik di tingkat
domestik atau internasional melalui alokasi dana terhadap penguatan militer
seperti pembelian senjata dan operasi intelijen. Bahkan dana ini juga
digunakan untuk membangun proliferasi nuklir.212
Selain itu, seperti yang dilakukan Ayatoullah Khomeini, Ahmadinejad
memberikan posisi penting kepada lembaga seperti IRGC, The Islamic
Revolutionary Guard Corps.213
Lembaga tersebut memiliki pengaruh besar
dalam pengambilan kebijakan terutama untuk pengelolaan keuntungan dari
210
Prof. Nader Habibi, The Economic Legacy of Ahmadinejad, h. 7. 211
Prof. Nader Habibi, h. 7. 212
Thomas L. Friedman, ―The First Law of Petropolitics‖, Foreign Policy, No. 154
(May - Jun, 2006), h. 33. 213
Shayerah Ilias, Iran‟s Economic Conditions: U.S. Policy Issues
70
ekspor minyak negara. Dalam konteks ini Ahmadinejad mendistribusikan
asset dan kontrol saham melalui lembaga IRGC. Lembaga ini lebih banyak
dilibatkan dalam kegiatan komersil di bidang sektor kontruksi, minyak, gas
dan perusahaan telekomunikasi214
. IRGC juga diberi wewenang untuk
mengawasi perbatasan negara dan bandara-bandara di Iran. Selain itu
lembaga ini juga mendistribusikan bahan-bahan untuk proliferasi nuklir ke
dalam negeri dan mengekspor senjata produksi Iran kepada kelompok
teroris dan separatis di beberapa negara lain215
.
Amerika Serikat melihat pengayaan uranium dan penjualan senjata
yang dilakukan Iran dan aliran dana untuk pasukan Hizbullah di Lebanon
yang mencapai angka sekitar 100 hingga 200 Juta Dollar AS per tahun serta
dukungan pada perang Israel-Lebanon pada tahun 2006216
menjadi ancaman
bagi stabilitas politik di Timur Tengah dan Internasional. Hal ini membuat
AS mengeluarkan sanksi terhadap Iran pada tahun 2007 hingga 2010.
Sanksi yang dikeluarkan terdiri dari pelarangan transaksi oleh individu atau
perusahaan dari AS terhadap IRGC serta pembekuan aset yang berada di
AS217
. Sanksi ini merupakan sanksi pertama yang dikeluarkan AS terhadap
badan militer asing.
Sanksi yang dikeluarkan AS pada tahap selanjutnya tidak hanya
kepada IRGC tetapi juga sanksi kepada ekonomi Iran. Sanksi tersebut
214
Shayerah Ilias, h. 10 215
Shayerah Ilias, h. 13 216
Volker Perthes, Ambition and Fear: Iran Foreign Policy and Nuclear
Programme, h. 94 217
Shayerah Ilias, h. 18.
71
dibentuk dalam kebijakan CISADA218
, (Comprehensive Iran Sanctions,
Accountability, and Divestment Act) yaitu larangan transaksi keuangan
dengan Iran dalam skala Internasional yang juga mendapat persetujuan dari
PBB dan Uni Eropa.
Selain itu, PBB melarang segala bentuk pengiriman bantuan keuangan
non-humaniter menuju Iran pada tahun 2007 dan 2008, dengan alasan untuk
mencegah pengiriman kargo yang dicurigai membawa material-material
terlarang terkait proliferasi nuklir219
. PBB juga memberlakukan sanksi
internasional pada tahun 2010 dengan mengikuti sanksi yang dikeluarkan
AS yakni melarang segala bentuk transaksi baik keuntungan perdagangan
minyak atau lalu lintas keuangan Iran di tingkat internasional, untuk
pencegahan pendanaan proyek proliferasi nuklir di Iran220
.
Negara-negara di Uni Eropa memperbesar sanksi kepada Iran dengan
cara membekukan aset-aset individu dan lembaga yang memiliki keterkaitan
dengan pengembangan senjata dan proliferasi nuklir Iran. Sanksi itu mulai
diterapkan pada tahun 2010, yang membuat Iran kehilangan pasar penjualan
minyaknya yang dahulu mencapai 60.000 barrel/hari terhadap negara-negara
Uni Eropa221
.
218
Zachary Laub, ―International Sanctions on Iran‖, Council of Foreign
Relations,http://www.cfr.org/iran/international-sanctions-iran/p20258(Diakses pada 7
Februari 2016) 219
Zachary Laub, International Sanctions on Iran. 220
Zachary Laub, International Sanctions on Iran. 221
Kenneth Katzman, ―Iran Sanctions‖, Congressional Research Service (2016), h.
35.
72
Grafik IV. A. 1. 2 Tingkat Ekspor Minyak Iran per Barrel Tahun
2011-2013
Sumber: Zachary Laub, ―International Sanctions on Iran‖, Council of
Foreign Relations http://www.cfr.org/iran/international-sanctions-
iran/p20258(Diakses pada 7 Februari 2016)
Sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada Iran membuat perekonomian
negara itu mengalami penurunan. Negara-negara yang awalnya menjadi
partner dagang Iran menjadi khawatir untuk melanjutkan hubungan
perdagangannya dengan negara tersebut. Pengaruh Barat yang strategis
dalam perdagangan internasional merupakan salah satu faktor yang
melatarbelakangi kekhwatiran mereka. Penurunan drastis nilai perdagangan
internasional Iran terjadi pada tahun 2009 yang hanya mencapai 17 milliar
dollar AS. Pada tahun sebelumnya nilai perdagangan internasional Iran
mencapai surplus, 32 milliar dollar AS222
. Keterpurukan perekonomian Iran
terjadi dimulai pertengahan 2009 hingga awal 2012 setelah jatuhnya harga
222
Kenneth Katzman, Iran Sanctions, h. 38
73
pasar minyak dunia yang berdampak pada inflasi ekonomi dan
meningkatnya angka pengangguran di negara itu.223
Secara singkat, efek yang ditimbulkan oleh sanksi ekonomi
internasional terhadap Iran berdampak pada beberapa sektor. Sektor
perbankan Iran mengalami hambatan untuk melakukan transaksi dana secara
internasional, hal ini juga mempengaruhi tingkat kredit dalam negeri yang
berimbas pada pinjaman dana untuk proyek pengembangan industri.224
Inflasi Iran mengalami kondisi terparah sejak tahun 1990 yang telah
mencapai 37,2% pada akhir Januari 2013, sehingga mempengaruhi
rendahnya nilai tukar Rial (mata uang Iran) terhadap dollar.225
Kemudian
meningkatnya angka pengangguran dikalangan pemuda dimulai dari tahun
2011 yang mencapai 27%, hal ini juga dikarenakan hilangnya 500-700 ribu
pekerjaan di sektor agrikultur yang mengandalkan dana keuntungan
penjualan minyak negara.226
Karena itu untuk mengatasi krisis ekonomi dan embargo dari AS,
PBB dan Uni Eropa, Iran mencari alternatif dengan cara meningkatkan
volume perdagangannya dengan negara dunia ketiga seperti Senegal. Hal ini
dikarenakan meningkatnya nilai tukar mata uang asing terhadap Rial Iran
sehingga menambah 5-10% biaya transportasi dan asuransi barang
223
Lionel Behneer, Iran‟s Multifaceted Foreign Policy, h. 4 224
Shayerah Ilias, h. 18 225
Bijan Khajehpour, "Iran‘s economic suffering", The Aspen Institute Analysis,
https://www. aspeninstitute. it/en/system/files/private_files/2013-07/doc/023-029-
khajehpour-59-60% 20ingl. pdf. (Diakses pada 17 April 2016) 226
Bijan Khajehpour, Iran‟s economic suffering.
74
impor.227
Selain itu, tidak adanya hubungan dekat dengan negara Barat
terutama AS, menjadikan Senegal mitra yang strategis bagi Iran karena
tidak adanya intervensi AS dalam hubungan bilateral tersebut.228
Iran
mengandalkan ekspor produksi non-minyak seperti agrikultur, pupuk urea,
dan otomotif dalam kerja sama ekonomi yang dijalin dengan Senegal. Selain
itu Iran juga mengekspor teknologi agrikulturnya sebagai bantuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan Senegal, terutama dengan traktor dan pupuk
tanaman. Hampir semua taksi yang ada di Dakar, ibukota Senegal, berlabel
Khodro Company,229
yang merupakan produksi industry otomotif terbesar di
Iran.
2. Kebijakan Third World Iran di masa Ahmadinejad
Kebijakan luar negeri Ahmadinejad lebih mengutamakan negara-
negara Third World di luar kawasan regionalnya230
. Kepentingan yang
dibangun Iran dengan negara-negara dunia ketiga secara umum dijalankan
untuk meningkatkan pengaruh Iran di level Internasional. Namun, sejak
sanksi internasional diberlakukan, 3rd
world policy ini juga digunakan untuk
menangkal efek negatif dari sanksi Internasional dan embargo oleh Barat
terhadap ekonomi Iran.
227
Bijan Khajehpour, Iran‟s economic suffering 228
Bijan Khajehpour, Iran‟s economic suffering 229
―A search for allies in a hostile world; Iran and Israel in Africa." The Economist,
6 Februari 2010:49(US),InfoTrac Journal & Magazines. Web, URL:
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA218212259&v=2.1&u=iduinjkt&it=r&p=
SPJ.SP00&sw=w&asid=18dfc835b4cfe47e09961b7dad5a5fb8 (Diakses pada 7 May 2015) 230
Shireen T. Hunter, Iran Foreign Policy in the Post Soviet Era, h. 170.
75
Usaha Iran yang ingin mengurangi sanksi Negara negara Barat
cenderung lebih mudah dilakukan melalui hubungan dengan Negara Third
World yang memiliki pandangan politik berbeda dengan Barat. Jika
menggunakan pendekatan Geopolitical Vision231
, pendekatan yang
memperhatikan legitimasi kebijakan luar negeri berdasarkan asumsi yang
dibentuk oleh pemerintah tentang Negara lain. Asumsi yang diyakini oleh
Iran terhadap Negara-negara dunia ketiga adalah bentuk interpretasi mereka
terhadap keamanan Negara, terrorisme dan pandangan beragama yang
berbeda dengan Negara-negara Barat.232
Konsep ini memudahkan Iran
dalam membina hubungan bilateral terutama dengan adanya kesamaan
agama atau visi masing-masing yang anti-Barat.
Kebijakan luar negeri Iran terhadap negara-negara Amerika Latin
misalnya dibentuk melalui kesamaan sentimen anti-AS. Iran memanfaatkan
sentimen itu untuk mendapatkan dukungan politik terkait pengembangan
nuklirnya. Hubungan bilateral Iran semakin meningkat dengan beberapa
negara Amerika Latin terutama dengan Venezuela233
.
Kedekatan Iran dengan Venezuela diawali dengan adanya kedekatan
hubungan personal antara Hugo Chavez dengan Ahmadinejad, hal ini juga
melatarbelakangi kedekatan Iran dengan beberapa negara Amerika Latin
231
P.J Taylor, ―Geopolitical World Orders,‖ dalam P.J. Taylor (ed.), The Political
Geography ofthe Twentieth-Century: A Global Analysis, (London, UK: Belhaven Press,
1993), Dapat dilihat di Eva Patricia Reckel, The Iranian Political Elite, State and Society
Relations, and foreign relations since The Islamic Revolution. h. 42. 232
Faribors Arghavani, ―Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy‖, h. 93 233
Douglas Farah, ―Iran in Latin America: An Overview‖, dalam Iran in Latin
America: Threat or „Axis of Annoyance‟?,eds. Cynthia Arnson, Haleh Esfandiari dan Adam
Stubits (Pensylvania: Woodrow Wilson International Center for Scholars, 2007), 13.
76
lainnya seperti Ekuador, Bolivia, dan Nikaragua karena pengaruh Chavez
yang mampu menjembatani Iran dengan pemimpin-pemimpin negara
tersebut234
. Hubungan Iran dengan Amerika Latin ini bukan dibentuk
dengan dasar institusi atau perjanjian bilateral, tetapi berdasarkan kedekatan
personal antar pemimpin negara tersebut235
. Melalui hubungan informal itu,
Iran mendapatkan dukungan politik terhadap program nuklirnya seperti
Venezuela yang tegas mendukung program tersebut. Hal ini juga
dkarenakan Chavez sedang mengiatkan pengembangan teknologi nuklirnya
sejak tahun 2003236
.
Di Afrika, Iran menjalin hubungan luar negerinya dengan beberapa
negara dunia ketiga melalui pendekatan nilai-nilai budaya atau agama,
khususnya dengan Senegal. Menurut para peneliti kebijakan luar negeri
Iran, pendekatan yang digunakan Iran ini sebagai bentuk kamuflase dari
kepentingan nasional Iran237
. Seperti halnya hubungan yang dibina dengan
Amerika Latin, kepentingan Iran di Afrika dapat disimpulkan berdasarkan
kebutuhan politik dan ekonomi. Namun dibandingkan dengan Amerika
Latin, Afrika lebih tertarik dengan kerjasama ekonomi yang ditawarkan oleh
Iran.
234
Douglas Farah, ―Iran in Latin America: An Overview‖, dalam Iran in Latin
America: Threat or „Axis of Annoyance‟?,eds. Cynthia Arnson, Haleh Esfandiari dan Adam
Stubits (Pensylvania: Woodrow Wilson International Center for Scholars, 2007), 13. 235
Douglas Farah, et al., 13. 236
Douglas Farah, et al., 14. 237
Daniel L. Byman, Iran‟s Security Policy in the Post Revolutionary Era, eds.
Shahram Chubin, Anoushiravan Ehteshami dan Jerrold Green (Pittsburgh: RAND National
Defense Research Institute, 2001), 100.
77
Kebutuhan Afrika terhadap investasi asing dan pasar eksport inilah
yang kemudian membuat Iran disambut dengan ramah seperti dalam kasus
hubungan bilateral yang dibangun Iran dengan Senegal.238
Kerjasama antara
Iran dan Afrika ini dapat disebut sebagai hubungan bilateral South-South
yakni kerjasama yang saling membutuhkan dikarenakan kurangnya
teknologi dan modal dari masing-masing negara.239
Intensifikasi hubungan bilateral dengan Negara-negara ketiga di
Afrika yang menekankan kejasama ekonomi juga merupakan langkah yang
diambil untuk merestorasi kndisi ekonomi domestik dalam rangka
membendung kekhawatiran terhadap kemajuan ekonomi Negara-negara
tetangga Iran di kawasan Timur Tengah. Peningkatan kemampuan ekonomi
yang stabil dapat dialami beberapa Negara tetangga Iran di kawasan Timur
Tengah terutama Negara-negara Teluk yang selama ini lebih menunjukkan
sikap tidak bersahabat dengan Iran, dapat mempengaruhi power negara-
negara tersebut yang pada gilirannya akan mengancam posisi strategis Iran
di kawasan.240
Berdasarkan kepentingan diatas, perhatian Iran terhadap Senegal begitu
besar terutama dengan posisinya yang dianggap sebagai “Special Partner”
di Afrika. Sebaliknya, Senegal juga menyebut Iran sebagai ―Teman baik
238
Shireen T. Hunter, Iran Foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 71 239
Shireen T. Hunter, Iran Foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 72 240
Haji Yousefi, Amir Mohammad, ―I.R.I's Foreign Policy in Light of Regional
Developments‖, International and Political studies Institute, Tehran (2005) dalam Faribors
Arghavani Pirsalami, Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy, h. 98.
78
Afrika‖241
. Oleh sebab itu, ekspor Iran terhadap Senegal pada tahun 2009
menjadi meningkat hingga 3600 % dari ekspor yang telah dilakukan pada
masa Khatami sejak tahun 2000242
.
Grafik IV. 1. B. 1 Grafik Ekspor Iran ke Afrika 2000-2009
Sumber: International Monetary Fund, ―Direction of Trade Statistics,‖
available at www.imfstatistics.org/DOT (diakses pada Juli 19, 2015).
Dikutip dari Charlie Szrom, Ahmadinejad in West Africa: What Iranian
Outreach to The Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy, h.15
Seperti Khomeini, Ahmadinejad juga menggunakan Third World
Policy untuk meningkatkan pengaruh strategis Iran di tingkat global. Third
World Policy juga merupakan bentuk alternative kebijakan yang diambil
oleh pemerintahan Ahmadinejad untuk menyiasati persoalan ekonomi Iran
di tengah situasi sanksi Internasional. Dalam konteks ini, Senegal
merupakan salah satu tujuan strategis dalam menciptakan pasar ekonomi
241
Le Monde, ―Sénégal: La Tentation Iranienne,‖ April 16, 2010; IHS Global
Insight, ―Senegal Pushes for Renewed Relations with Iran During President‘s Visit,‖
October 20, 2009; FARS, ―Senegal FM Describes Iran as ‗Friend of Africa,‘‖ December
13, 2010. Dikutip dari Alexis Arieff, Senegal Background and U.S Relations, h. 14. 242
Charlie Szrom, Ahmadinejad in West Africa: What Iranian Outreach to The
Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy, h.14
79
baru Iran serta aliansi yang berguna untuk mendukung sikap Iran di tingkat
Internasional.
3. Kepentingan Geopolitik Iran di masa Ahmadinejad
Seperti yang diungkapkan oleh Agnew dan Corbridge243
, gambaran
Kebijakan Luar Negeri sebuah negara tercipta berdasarkan tindakan
geopolitik, yakni pemahaman mengenai identifikasi wilayah serta
menyesuaikan dengan kondisi dan tantangan yang dimiliki oleh wilayah
tersebut. Proyeksi global Iran sejak masa Khomeini dibentuk dalam
kerangka tujuan menjadikan Iran pelopor negara Islam di dunia, baik di
kawasan Timur Tengah dan Internasional. Selain itu, sejak revolusi Islam
Iran di tahun 1979, Iran mengarahkan kebijakan-kebijakan yang besifat
menantang hegemoni Barat. Tujuan ini kembali ditegaskan dalam kebijakan
luar negeri Iran di masa Ahmadinejad.
Dalam pelaksanaannya, proyeksi kepemimpinan dunia Islam ini
diletakkan secara berhadapan dengan Barat. Pandangan geopolitik ini
dibentuk berdasarkan pengalaman Iran menghadapi pengaruh internasional
terutama dengan intervensi asing. Revolusi dengan bentuk perlawanan
terhadap pengaruh asing di Iran sudah terjadi sejak abad 19 hingga
puncaknya pada masa Khomeini yakni Revolusi Islam Iran 1979.244
243
Agnew, J. & S. Corbridge, Mastering Space-Hegemony, Territory, and
InternationalPolitical Economy,dalam Eva Patricia Reckel, The Iranian Political Elite,
State and Society Relations, and foreign relations since The Islamic Revolution, h. 43. 244
Eva Patricia Reckel, h. 46.
80
Revolusi ini menggambarkan bentuk perlawanan Iran terhadap eksploitasi
sumber daya dan cadangan energinya oleh asing, terutama pihak Barat.
Iran di masa Ahmadinejad juga menunjukkan keinginan untuk
menjadikan Teheran sebagai pemain utama politik regional maupun global.
Kondisi perekonomian yang stabil di awal pemerintahannya dan
pemahaman Nasionalisme Ahmadinejad terhadap nilai-nilai revolusi Islam
membuat Ahmadinejad menyakini bahwa Republik Islam Iran dengan
landasan Islam Syiah mampu menjadi negara yang bisa mengimbangi
hegemoni Barat di kawasan.245
Konsep negara yang diyakini Ahmadinejad
ini mengikuti pandangan politik global Khomeini yang mengutamakan
identitas Revolusi Islam. Dalam konteks ini, ada kecenderungan Iran
bersikap pragmatis untuk menguatkan posisi strategisnya dengan
memanfaatkan pengaruh global peran Syiah.
Ahmadinejad mengkampanyekan Iran sebagai negara Islam yang
sebenar-benarnya. Asumsi ini didasari oleh identitas nasional Iran yang
terdiri dari tiga unsur utama: Islam, Revolusi dan Iran246
. Ketiga unsur
tersebut mendorong Ahmadinejad menggunakan kebijakan luar negeri Iran
untuk mendukung negara-negara Islam dan mendukung gerakan atau
bentuk-bentuk revolusi penindasan di dunia. Ahmadinejad melihat bahwa
ideologi Revolusi Islam ini tidak hanya dimiliki oleh Iran semata namun
245
Faribors Arghavani Pirsalami, Third Worldism and Ahmadinejad Foreign Policy,
h. 95. 246
Faribors Arghavani Pirsalami, h. 96.
81
juga bersifat ekspansif dan ekstra-territorial, yakni menyakininya sebagai
paham relijius yang universal.247
Dalam merealisasikan tujuan tersebut instrumen yang digunakan
menyesuaikan kondisi regional dan internasional. Di tingkat regional, Iran
merupakan salah satu negara yang cukup berpengaruh dikarenakan posisi
Iran yang berbatasan dengan beberapa negara, bahkan secara geografis Iran
memiliki perbatasan negara terbanyak dengan negara-negara tetangganya248
.
Sedangkan di tingkat Internasional, orientasi kebijakan luar negeri Iran yang
dibentuk berdasarkan Ekspor revolusi ini mengutamakan hubungan dengan
negara-negara Islam atau mendukung gerakan populasi Muslim yang
ditindas oleh pemerintahan negaranya.
Meski orientasi kebijakan luar negeri seperti ini pertama kali
dipopulerkan oleh Khomeini namun efek dan kekhawatiran yang diciptakan
bagi negara-negara lain di timur tengah masih bisa dirasakan hingga
sekarang. Selain dikarenakan sikap Iran yang cenderung mendukung kaum
pemberontak seperti Hamas dan Hezbullah, Iran juga menggunakan
ideology Syiah untuk memperkuat posisi globalnya.249
Hal ini pada
gilirannya menimbulkan ancaman bagi Saudi Arabia, Mesir dan Turki yang
247
Haji Youseffi, Iran's Foreign Policy during Ahmadinejad: From Confrontation to
Accommodation, h. 6. 248
Eva Patricia Reckel, h. 46. 249
Shireen T. Hunter, h. 80.
82
notabene berpaham Sunni250
. Sebagai akibatnya, konflik antar sekte yakni
Sunni-Syiah cenderung menguat.
Selain itu posisi strategis Iran juga bertambah karena memiliki akses
langsung terhadap distribusi minyak dunia.251
Secara geografis, posisi Iran
yang berada di tengah kawasan Eurasia memiliki keuntungan dalam
mengontrol jalur minyak dunia. Jalur distribusi minyak baik dari negara-
negara Teluk Arab dan negara-negara di laut Kaspia harus melewati jalur
yang dimiliki Iran yakni Selat Hormuz, maka posisi strategis ini menambah
pengaruh Iran secara global252
. Namun demikian posisi ini juga yang tyelah
membuat Iran berkonflik dengan sebagian negaa di Timur Tengah dan
kekuatan eksternal yang memiliki kepentingan di kawasan.
Oleh sebab itu, menjalin hubungan dengan negara-negara di luar
kawasan, terutama koalisi strategis dengan negara-negara dunia ketiga
terutama berafiliasi Islam akan mendukung kepentingan geopolitik
Iran.253
Dengan fokusnya Barat terhadap kestabilan Timur Tengah, Iran
mengambil keuntungan untuk menjalin hubungan dengan negara-negara
Dunia Ketiga seperti Afrika yang tidak menjadi prioritas kebijakan Barat.
250
Walter Posch, ―The Third World, Global Islam and Pragmatism: The Making of
Iranian Foreign Policy‖, Stiftung Wissenschaft und Politik, German Institute for
International Affairs (2013): 8 251
Hani Ahmed Al-Shboul dan Mohammad Salim Al-Rawashdeh, ―Iran‘s Foreign
Policy and the Balance of Power in the Region‖,Canadian Center of Science and
Education, Journal of Politics and Law; Vol. 6, No. 4;(2013): 203. 252
Hani Ahmed Al-Shboul dan Mohammad Salim Al-Rawashdeh, Iran‟s Foreign
Policy and the Balance of Power in the Region, h. 203. 253
Kayhan Barzegar, ―The Geopolitical Factor in Iran's Foreign Policy", Journal Article,
Viewpoints, The Iranian Revolution at 30 Special Edition, (29 Januari, 2009): 134-135.
http://belfercenter.hks.harvard.edu/publication/18953/geopolitical_factor_in_irans_foreign_pol
icy.html (Diakses pada 18 Januari 2016)
83
Dalam konteks ini, Senegal yang merupakan negara mayoritas Sunni bisa
dikomparasikan dengan Venezuela, dikarenakan posisinya yang mulai
membuat jarak dengan Barat, terutama Perancis.254
Dalam konteks ini
Presiden Senegal, Abdoulaye Wade menyatakan bahwa pembinaan
kedekatan negara-negara Islam seperti Iran dan Senegal dapat melemahkan
negara adidaya terutama Amerika Serikat.255
Hal ini juga mempengaruhi
hubungan ekonomi diantara keduanya, Iran mensuplai minyak selama
setahun dan memberikan bantuan 34% dari total biaya untuk pembangunan
kilang minyak di Senegal.256
B. Faktor Eksternal
1. Pengaruh Tekanan Sistem Internasional Terhadap Iran
Seperti yang telah dibahas diatas, kebijakan luar negeri Iran menjadi
perhatian besar bagi Barat terutama di level internasional. Beberapa
kebijakan yang diambil Iran dianggap mengancam kepentingan AS dan
sekutunya di Timur Tengah.
Namun demikian, sikap dan kebijakan Iran juga dipengaruhi oleh
posisinya dalam sistem internasional. Di dalam sistem internasional, adanya
interaksi antar negara dapat membentuk karakteristik masing-masing
kebijakan luar negeri yang merupakan efek langsung dari peristiwa politik
yang terjadi di masa lampau hingga sekarang diantara negara tersebut257
.
254
Michael Rubin, Iran‟s Global Ambitions, h. 4. 255
Michael Rubin, Iran‟s Global Ambitions, h. 4. 256
Michael Rubin, Iran‟s Global Ambitions, h. 4. 257
Scott Burchill, National Interest, h. 47.
84
Hubungan AS dengan Iran sudah berlangsung sejak perang dingin, di masa
keharmonisan dengan rezim Shah Pahlevi. Karena khawatir atas posisi Iran
yang berbatasan langsung dengan Soviet, AS berusah mengawasi dan
bahkan cenderung mengintervensi semua urusan internal Iran.258
Namun
sejak adanya kerjasama AS dan Inggris menumbangkan Perdana Menteri
Mossadeg pada tahun 1953, kemudian rezim Shah Pahlevi yang didukung
Barat menjadi korup dan otoriter, hal ini menyebabkan masyarakat Iran
menjalankan revolusi Islam 1979 untuk menumbangkan segala bentuk
antek-antek AS serta Barat yang berada di Iran.259
Selain itu, kondisi pasca perang dingin yang menyebabkan runtuhnya
Soviet menimbulkan dominasi AS semakin besar di tingkat global. Hal ini
juga melatarbelakangi posisi Iran yang dianggap sebagai sekutu Soviet
semakin tertekan dengan kedigdayaan AS baik di kawasan maupun
Internasional.260
Kemudian posisi Iran yang bersebrangan dengan negara-
negara Arab aliansi AS dan pengaruh hubungan yang harmonis AS-Israel,
menjadikan kurang objektifnya AS menghadapi Iran sehingga menyebabkan
hubungan diantara keduanya kurang harmonis selama tiga dekade
terakhir.261
Seperti diketahui, Iran memproyeksikan dirinya sebagai Great Power
di kawasan Timur Tengah. Iran merasa memiliki kapabilitas yang sama
258
Jalil Roshandel dan Nathan Chapman Lean, Iran, Israel and The United States:
Regime Security vs. Political Legitimacy, (California: Praeger Press, 2011), h. 122. 259
Jalil Roshandel dan Nathan Chapman Lean, Iran, Israel and The United States:
Regime Security vs. Political Legitimacy, h. 122. 260
Shireen T. Hunter, h. 33. 261
Shireen T. Hunter, h. 33.
85
dengan sekutu Barat di kawasan Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Mesir
dan bahkan Israel, dalam memberikan pengaruh di negara-negara yang tidak
stabil seperti Irak, Afghanistan, Palestina dan Lebanon262
. Apalagi pasca
runtuhnya rezim Saddam Hussein di Irak, kapabilitas Iran untuk memantau
pengaruh AS dan Israel di Irak juga meningkat. Selain itu, kehadiran Iran
dalam mendukung Hizbullah di Lebanon dalam perang melawan Israel di
tahun 2006 dan pengaruhnya terhadap Hamas semakin membuat Iran
berhadapan secara langsung dengan kepentingan nasional AS dan sekutunya
Israel.263
. Konfrontasi antara Iran dan AS secara langsung di kawasan Timur
Tengah semakin memasuki babak yang menegangkan dengan hadirnya
penempatan kamp militer AS di Irak dan Afghanistan, dukungan AS
terhadap Turki karena keikutsertaannya menjadi anggota NATO, bantuan
dana terhadap pengembangan nuklir Pakistan, kerjasama militer dengan
Azerbaijan dan bantuan secara total terhadap peningkatan keamanan
Israel.264
Kondisi ini juga diperparah dengan dukungan AS kepada negara
yang memiliki mazhab Islam Sunni, yang secara ideologis berhadapan
dengan ideologi Syiah yang diusung dalam revolusi Iran.265
Pada masa Ahmadinejad, permusuhan dengan AS dan sekutunya
ditunjukan dengan sejumlah retorika kebijakan luar negeri yang
262
Volker Perthes, Ambition and Fear: Iran‟s Foreign Policy and Nuclear
Programme, h. 96. 263
Volker Perthes, h. 96. 264
Volker Perthes, h. 97. 265
Volker Perthes, h. 97.
86
menunjukkan perlaawanan dengan sekutu AS terkuat di kawasan, yaitu
Israel. Misalnya pernyataan Ahamdinejad yang ingin menghapuskan Israel
dari peta dunia dan parade militer di Teheran yang menuliskan di setiap
rudal balistiknya berslogan ‗Tujuan ledakan: Tel Aviv‘.266
Akibat
konfrontasi Iran dengan Barat, Iran mengalami kesulitan dalam
pengembangan hubungan dengan negara-negara Timur Tengah267
.
Kemampuan AS sebagai negara adidaya menjadikan AS penting bagi
negara-negara Timur Tengah lainnya268
. Hal ini dikarenakan AS
memberikan bantuan ekonomi, dukungan militer bahkan kecenderungan
proteksi diplomatik dan bantuan ketika perang.269
Kondisi dukungan AS ini
lebih spesial bila dikaitkan dengan Israel.
Untuk menyiasati tekanan asimetris dari sistem internasional dan
regional yang dikuasai Barat tersebut, maka Iran mengambil langkah
mendekati negara-negara dunia ketiga seperti Afrika dan Amerika Latin.
Dalam pelaksanaanya, jika melihat tujuan hubungan yang dibina Iran
dengan Amerika Latin maka Iran menekankan kesamaan visi sebagai
kebangkitan era modern sayap kiri yang menentang Barat270
, pendekatan
Iran ke Afrika sedikit berbeda. Selain kebutuhan Afrika terhadap
kepentingan secara ekonomi, pendekatan Iran ke Afrika semakin kondusif
266
Gerald M. Steinberg, ―Iran in the Israeli Threat Perception‖, ed. Amin Tarzi, The
Iranian Puzzle Piece: Understanding Iran in the Global Context, (Virginia: Marine Corps
University Press, 2009), h. 72. 267
Fariborz Arghavani, h. 99. 268
Faribors Arghavani, h. 99. 269
John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, The Israel Lobby and U.S Foreign
Policy, (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2007) h. 27. 270
Fariborz Arghavani, h. 100.
87
dengan latarbelakang negara-negara Afrika yang sedang dalam usaha
melepas ketergantungannya terhadap bantuan negara bekas penjajahnya271
.
Seperti Senegal yang ingin mencoba melepas pengaruh Perancis dalam
sistem perekonomian nasionalnya yang disinyalir hanya menguntungkan
elit-elit di dalam negerinya saja.272
Namun demikian, usaha Iran di Afrika ini
tetap dipantau oleh Israel yang akhirnya menyebabkan kompetisi pengaruh
di Afrika terutama Senegal.
Resiko terbesar Iran dalam usahanya mengembangkan kerjasama di
benua Afrika adalah membangun kepercayaan dengan negara-negara Afrika
di tengah-tengah hadirnya aktor lain seperti Israel. Dalam konteks hubungan
yang dibangun Iran dengan Senegal, Iran mampu berkompetisi dengan
Israel dalam beberapa kasus. Misalnya Israel memberikan bantuan dana
infrastruktur untuk pembangunan saluran air bersih sekaligus saluran
pembuangan limbah di Touba, kota di Senegal yang memiliki basis pengikut
tasawuf terbesar273
, akan tetapi kerjasama tersebut dibatalkan oleh Senegal
dikarenakan tawaran Iran yang tanpa syarat bahkan ditambah dengan
membangun pompa air dengan gratis.
Selain itu, Israel memiliki hubungan diplomatik dengan Senegal sejak
merdeka dari jajahan Perancis.274
Kehadiran Israel di Senegal juga dalam
rangka membantu sektor agrikultur Senegal seperti memberikan pelatihan
271
Fariborz Arghavani, h. 100 272
Tony Chafer, France and Senegal: The End of the Affair?, h. 164. 273
Joseph Peter Pham, Shi‟a in Senegal: Iran‟s Growing Reach into Africa, h. 6. 274
―Senegal‘s Islam Is Not Influenced by Iran and Saudi Arabia, Says Babacar Ba‖,
Diplomatic Dialogs, Exclusive Interview , 2 Februari, 2016,
avadiplomatic.com/en/archive/8082 (Diakses pada 18 April 2016)
88
kepada ratusan petani dan membangun pusat bantuan perlengkapan
agrikultur dan penanganan hama.275
Begitupun, Iran yang juga
menggalakkan tawaran pengembangan teknologi agrikultur dan traktor
kepada Senegal agar menekan pengaruh Israel.
Namun demikian, tanggapan masyarakat Senegal terhadap Israel tidak
terlalu baik, seperti pembakaran bendera Israel pada tahun 2009 terkait
protes invasi Israel di Gaza dan juga beredarnya buku anti-Semitism secara
massif yang berjudul ―Hitler, Si boneka Zionis‖.276
Sedangkan Iran
mendapat sambutan positif dari masyarakat Senegal, hal ini dibuktikan oleh
Global Polling yang menyatakan 31% masyarakat Senegal melihat
pengaruh Iran di Afrika sebagai hal yang positif.277
Kompetisi pengaruh antara Iran dan Israrel meningkat dengan
kekhawatiran Israel terkait kehadiran Iran yang tidak hanya sebatas
pengaruh secara politik, juga dipicu tindakan Iran yang kembali menjalin
hubungan dengan Sudan dan Eritrea, hal ini mengancam kepentingan Israel
secara geostrategis (dapat dilihat di lampiran II). Eritrea memiliki posisi
dekat dengan laut merah yang merupakan jalur laut utama kapal-kapal
275
Cnaan Liphshiz, ―Senegal story: For one Muslim nation, Israel‘s friendship
preferred to Islamic militancy‖, Jewish Telegraphic Agency, 7 May, 2013,
http://www.jta.org/2013/05/07/news-opinion/israel-middle-east/senegal-story-for-one-
muslim-nation-israels-friendship-preferred-to-islamic-militancy (Diakses pada 18 April
2016) 276
Cnaan Liphshiz, Senegal story: For one Muslim nation, Israel‟s friendship
preferred to Islamic militancy. 277
―Global Poll: Iran Seen Playing Negative Role‖, GlobeScan Incorporated, The
Program on International Policy Attitudes (PIPA), Januari, 2006,
http://www.globescan.com/news_archives/bbc06-3/index.html (Diakses pada 19 April 2016)
89
logistik Israel278
, melalui Eritrea ini Iran mensuplai senjata kepada pasukan
anti-Israel yang berada di Somalia, seiring dengan jalur persenjataan yang
sudah dibentuk melalui Sudan. Jalur persenjataan yang hadir di Sudan
hingga Eritrea dianggap sebagai jalur utama dukungan senjata kepada
Hamas di jalur Gaza dan Hizbullah di Lebanon.279
2.
3. Eksistensi Hizbullah dan Kelompok Syiah di Afrika Barat
Ahmadinejad mengutamakan pendekatan berbasis budaya dan agama
di beberapa negara yang mayoritas berpenduduk Islam, seperti Senegal.
Dalam hal ini keberhasilan Iran menjalin hubungan dengan Senegal dapat
membantu untuk melebarkan pengaruh Iran di Afrika. Selain menggunakan
kedekatan budaya dan agama, Iran di bawah kepemimpinan Ahmadinejad
juga berkeinginan untuk membantu berkembangnya Hizbullah di Afrika.
Hizbullah dan Iran memiliki hubungan kekerabatan yang panjang.
Pendiri Hizbullah yakni Imam Musa Sadr280
merupakan ulama Iran yang
mendirikan gerakan social di Lebanon untuk membantu kaum miskin dan
buruh. Namun gerakan social yang diinisiasi Sadr menjadi berubah sebagai
gerakan perlawanan bersenjata dikarenakan adanya serangan Israel pada
tahun 1982 ke Lebanon. Gerakan ini awalnya disebut sebagai Amal (Afwaj
278
―A search for allies in a hostile world; Iran and Israel in Africa." The Economist,
6 Februari 2010:49(US). 279
―A search for allies in a hostile world; Iran and Israel in Africa." The Economist,
6 Februari 2010:49(US). 280
Abbas William Samii, ‖ A Stable Structure on Shifting Sands: Assessing the
Hizbullah-Iran-Syria Relationship‖, Middle East Journal, Vol. 62, No. 1 (Winter, 2008), h.
33.
90
Al-Muqawamma Al-Lubnaniya) namun berubah menjadi MNF, Multi-
National Forces, karena melibatkan peran Iran dan Suriah dalam
memperkuat kekuatan militernya terutama menghadapi invasi Israel yang
meluas kepada desa Biqa yang berada diantara perbatasan Lebanon dan
Suriah.281
Iran memberikan dukungan militer kepada gerakan MNF tersebut
dengan mengirim 1.500 pasukan militer IRGC282
karena permintaan Suriah
dan juga simpati Khomeini atas hubungannya dengan Sadr. Gerakan MNF
inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya Hizbullah dengan
menyertakan hubungan aliansi tiga negara Timur Tengah yaitu Iran, Suriah
dan Lebanon.
Dalam usaha meningkatkan pengaruhnya, Hizbullah mengembangkan
jaringannya di negara-negara Afrika dan Amerika Latin. Di kawasan
Amerika Latin, Hizbullah menjalankan operasinya yang terdiri dari
pencucian uang, mendirikan usaha-usaha lokal di negara lain,
penyelundupan narkotika dan penjualan senjata melalui pasar gelap yang
bertujuan untuk membiayai gerakan Hizbullah di tingkat Internasional283
. Di
Afrika, Hizbullah lebih mudah diterima kehadirannya dikarenakan
281
A. Nizar Hamzeh,‖ Lebanon's Hizbullah: From Islamic Revolution to
Parliamentary Accommodation‖, Third World Quarterly, Vol. 14, No. 2 (1993), h. 322. 282
A. Nizar Hamzeh, Lebanon's Hizbullah: From Islamic Revolution to
Parliamentary Accommodation, h. 322. 283
Ely Karmon, ―Iran and Its Proxy Hezbollah: Strategic Penetration in Latin
America‖, Elcano Royal Institute of Madrid, International Terrorism Working Paper
(2009), h. 19.
91
banyaknya imigran Lebanon yang menetap di Afrika terutama di kawasan
Afrika Barat284
.
Masyarakat Lebanon yang menjadi immigran di Afrika Barat
mayoritas beragama Islam Syiah dengan jumlah sekitar 10.000 hingga lebih
sedangkan sisanya beragama Kristen285
. Meski menjadi minoritas, posisi
masyarakat imigran Lebanon diperhitungkan karena menguasai sektor
ekonomi286
seperti di Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Liberia dan
Republik Demokratik Kongo. Kaum imigran Lebanon tersebut juga
memiliki koneksi politik yang kuat terhadap pemerintahan di negara yang
mereka tempati seperti di Senegal, Pantai Gading dan Sierra Leone. Oleh
sebab itu Hizbullah dengan percaya diri mengembangkan jaringannya di
Afrika Barat karena dukungan masyarakat diaspora Lebanon yang kaya dan
berpengaruh secara politik disana287
.
Dalam konteks populasi Syiah di Senegal, kehadiran pengaruh Syiah
Iran mulai dirasakan sejak hadirnya imigran Lebanon di Senegal tahun
1980-an yang membangun pusat studi agama Islam Syiah terbesar di
Senegal yakni Hawza Rasoul Al-Akram dan dipimpin oleh Syaikh Abdul
Monem El-Zein.288
Abdul Monem El-Zein merupakan ulama Syiah
284
Ely Karmon, ―The Iran/Hezbollah Strategic and Terrorist Threat to Africa‖,
Diakses via Web, https://www.ict.org.il/Article.aspx?ID=1088 (Diakses pada 23 Agustus,
2015) 285
Charlie Szrom, h. 11. 286
Ely Karmon, The Iran/Hezbollah Strategic and Terrorist Threat to Africa. 287
―A search for allies in a hostile world; Iran and Israel in Africa." The Economist,
6 Februari 2010: 49 (US) 288
Mara A. Leichtman, ―Defying Sufism? Senegalese Converts to Shiite Islam‖,
ISIM Review, Reformist Movement (Spring, 2006), h. 40.
92
Lebanon dan murid dari Ayatoullah Rouhoullah Khomeini289
, pusat studi
Islam tersebut merupakan hibah bantuan dana dari Iran.
Presiden Senegal, Abdoulaye Wade menyambut dengan baik
kehadiran Iran di Senegal. Hal ini terlihat dari dukungannya terhadap
pendirian pusat bahasa Persia di Universitas Dakar pada tahun 2003290
,
kemudian mengizinkan berdirinya saluran televisi skala nasional Senegal
yang disponsori oleh Hizbullah yakni Al-Manar.291
Saluran televisi tersebut
menyiarkan berita-berita politik yang terjadi di Timur Tengah. Selanjutnya,
Senegal juga kerap menunjukkan sikap yang mendukung posisi Hizbullah di
level internasional, seperti adanya protes damai terhadap Invasi Israel di
Lebanon tahun 2006. Protes yang dilakukan penduduk lokal Senegal dan
keturunan imigran Lebanon ini bahkan mengibarkan bendera Hizbullah dan
dihadiri oleh Karim Wade, putra presiden Senegal, Moustafa Niasse, mantan
perdana menteri Senegal serta Syaikh El-Zein selaku ulama Syiah yang
berpengaruh di Senegal292
. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan pengaruh Iran di Senegal juga didukung oleh adanya kedekatan
secara budaya dan pengaruh kelompok Hizbullah di Senegal.
289
Mara A. Leichtman, Defying Sufism? Senegalese Converts to Shiite Islam,h. 40. 290
Charlie Szrom, h. 10. 291
Mara A. Leicthman, ―Migration, War, and The Making of a Transnational
Lebanese Shi‘I Community in Senegal‖, Int.J, Middle East Studies, 42, Cambridge Journal
(2010) h. 281. 292
Mara A. Leicthman, Migration, War, and The Making of a Transnational
Lebanese Shi‟I Community in Senegal, h. 269.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skripsi ini menjelaskan dinamika kebijakan luar negeri Iran terhadap
Senegal di masa Ahmadinejad. Skripsi ini membuat pertanyaan Bagaimana
dinamika hubungan bilateral Iran-Senegal pada masa pemerintahan
Ahmadinejad? Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
dinamika hubungan Iran-Senegal pada masa pemerintahan Ahmadinejad?
Dinamika kebijakan luar negeri Iran menyesuaikan tujuan
kepentingan nasional berdasarkan kondisi yang dialami setiap pemerintahan.
Meski terdapat kecenderungan dalam setiap periode presiden Iran yang
ingin melepaskan pengaruh dari kebijakan sebelumnya, namun dalam hal
instrumen tetap menyesuaikan pola yang sudah dibentuk oleh pemimpin
revolusi Islam Iran, yakni Ayatoullah Khomeini. Oleh sebab itu kebijakan
luar negeri Iran tetap mengedepankan ideologi revolusi islam Iran 1979.
Seperti yang sudah diungkapkan oleh Ramazani bahwa kebijakan luar
negeri Iran bersifat pragmatis, hal tersebut kembali diperlihatkan dalam
kebijakan luar negeri Ahmadinejad. Kepercayaan diri Ahmadinejad dalam
mencitrakan Iran sebagai aktor utama politik global didasari oleh kondisi
kenaikan harga minyak di awal pemerintahannya, yang menyebabkan
94
tersedianya dana untuk fokus kembali terhadap pengembangan proliferasi
Nuklir sebagai daya tawar Iran di kawasan dan internasional.
Skripsi ini menyimpulkan beberapa poin berdasarkan analisa-analisa
pada bab sebelumnya. Pertama, Kondisi perekonomian Iran yang ditopang
oleh keuntungan penjualan minyak mengalami kenaikan signifikan
berdasarkan harga jual minyak dunia. Kenaikan harga minyak ini
dimanfaatkan oleh Ahmadinejad untuk meningkatkan independesi Iran
melalui peningkatan kapasitas keamanan baik secara power politik maupun
daya tawarnya. Dalam pengaruh politik, Ahmadinejad menggunakan dana
keuntungan minyak tersebut sebagai modal kerjasama terhadap negara-
negara dunia ketiga. Sedangkan secara daya tawar, Ahmadinejad
membangun kembali proliferasi nuklirnya yang mengancam kepentingan
Barat, notabene AS di kawasan.
Akan tetapi sikap Ahmadinejad yang radikal ini direspon oleh Barat
melalui sanksi dan embargo secara internasional. Kondisi sanksi ini
melemahkan Iran secara ekonomi dikarenakan pasar minyak Iran datang
dari negara-negara yang bersekutu dengan Barat. Hal ini mendorong
Ahmadinejad untuk mencari alternatif dalam menyiasati tekanan sanksi
yang bersifat sistemik di tingkat kawasan dan internasional. Oleh sebab itu
Iran meningkatkan kembali hubungannya dengan negara dunia ketiga, yang
merupakan visi awal dari semangat revolusi Islam Iran 1979.
95
Secara spesifik hubungan dengan negara-negara Islam dan beberapa
negara di belahan dunia ketiga mendapat perhatian yang lebih besar dari
pemerintahan Ahmadinejad. Kebijakan luar negeri Iran dalam membina
relasi terhadap negara-negara Islam ini dianggap Ahmadinejad sebagai
bentuk fungsi alamiah dan tanggung jawab umat Islam, yang berkaitan erat
dengan bentuk nasionalisme dasar bagi Republik Islam Iran. Dalam
pelaksanannya terlihat Iran ingin menciptakan blok khusus, baik secara
regional maupun internasional yang tergabung atas negara-negara yang
memiliki identitas Islam. Hal ini juga merupakan respon terhadap ancaman
hegemoni AS di tingkat global.
Konstelasi politik global antara Iran dan Barat melahirkan bentuk-
bentuk persinggungan kepentingan antara keduanya baik di tingkat kawasan
maupun Internasional. Manuver politik dan ekonomi Iran terhambat dengan
adanya sanksi dan embargo yang membatasi transaksi perdagangan Iran
terhadap Barat atau negara-negara yang bersekutu dengan Barat. Oleh sebab
itu, negara dunia ketiga digunakan Iran sebagai alternatif menghindari
tekanan Barat terutama untuk mendapat dukungan politik atau kerjasama
ekonomi. Usaha mendekat terhadap negara dunia ketiga ini diarahkan pada
negara-negara di benua Afrika dan Amerika Latin, yang dalam hal ini
merupakan negara-negara yang bukan menjadi prioritas hubungan
diplomatik bagi Barat. Ahmadinejad untuk itu membina hubungan dengan
beberapa negara di Amerika Latin dengan berlandaskan kesamaan ideology
politik anti-AS. Sedangkan di benua Afrika, Ahmadinejad menggunakan
96
kerangka kerjasama ekonomi dan pendekatan budaya atau agama dalam
memuluskan kepentingan nasionalnya, termasuk di Senegal.
Selanjutnya peningkatan hubungan Iran ke Senegal juga didukung
oleh kedekatan budaya dan orientasi agama. Kondisi masyarakat Senegal
yang memiliki keterbukaan dengan ajaran Islam Syiah dikarenakan
kekaguman masyarakatnya terhadap revolusi Iran 1979. Sejumlah ulama-
ulama Syiah asal Lebanon yang memiliki pengaruh di Senegal membantu
usaha pencitraan Syiah di Senegal. Peran diaspora Syiah ini juga
menghubungkan elit-elit politik Senegal dengan Iran terutama jaringan
Hizbullah di Afrika Barat. Pengaruh Hizbullah secara politik dan ekonomi
di Senegal termasuk signifikan terutama dengan banyaknya imigran
Lebanon yang memiliki pengaruh secara politik dan ekonomi di Senegal.
Kondisi tersebut dimanfaatkan Iran dalam menjembatani hubungan bilateral
diantara keduanya.
Skripsi ini menyimpulkan hubungan yang dibangun Iran dengan
Senegal bertujuan untuk memenuhi kepentingan nasional Iran yang ingin
independen dari tekanan-tekanan yang dihadapi di level regional maupun
internasional. Manuver ini sekaligus bertujuan untuk melawan tekanan
sistemik negara adidaya yang dibantu dukungan negara-negara Barat dan
aliansinya di Timur Tengah, yang telah menjadikan Iran terisolasi baik
secara ekonomi dan politik. Untuk itu, Iran mengutamakan kembali
kebijakan Third World di masa Ahmadinejad untuk menghadapi situasi
ekonomi domestik yang mengalami krisis akibat sikap politiknya yang
97
menantang hegemoni Barat dan status quo di Timr Tengah. Senegal menjadi
target utama Iran dikarenakan adanya kesamaan orientasi agama serta
kedekatan budaya. Selain itu, Senegal secara infrastruktur dan teknologi
memiliki perkembangan yang jauh dibandingkan Iran, sehingga tawaran
kerjasama ekonomi Iran merupakan nilai yang strategis bagi Senegal.
Kemudian, Iran juga memperoleh manfaat strategis dengan adanya usaha
pembinaan hubungan bilateral yang progresif tersebut. Senegal memberikan
dukungan secara politik terhadap sikap independensi Iran. Sementara itu,
Iran juga memanfaatkan kedekatan tersebut untuk memperluas pengaruhnya
di Afrika dan menekan pengaruh-pengaruh negara Barat di Afrika. .
B. Saran
Skripsi ini masih mengalami kekurangan dalam menjelaskan data-data
hubungan bilateral Iran dengan Senegal. Kurangnya data-data seperti
pengaruh ulama Syiah Senegal, seberapa jauh peran diaspora Lebanon di
Senegal, dan fakta mendalam terkait kepentingan Senegal terhadap Iran.
Maka skripsi ini merekomendasikan penelitian-penelitian berikutnya terkait
Kebijakan luar negeri Iran yang menggunakan instrument budaya atau
agama dapat ditelaah lebih dalam terutama hubungannya dengan negara-
negara dunia ketiga.
Skripsi ini masih menggunakan data sekunder terutama buku-buku,
jurnal online maupun cetak, dan beberapa situs resmi di internet. Karena itu,
skripsi ini juga merekomendasikan penelitian yang menggunakan data
98
primer seperti wawancara langsung dengan pejabat-pejabat kementerian luar
negeri Iran dan negara Afrika atau pengamat politik Timur Tengah dan
Afrika.
99
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Breuning , Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative
Introduction. New York: Palgrave Macmillan, 2007.
Bryman, Alan. Quantity and Quality in Social Research. New York:
Routledge, 2004.
Burchill , Scott. The National Interest in International Relations Theory.
New York: Palgrave Macmillan, 2005.
Byman, Daniel L., Shahram Chubin, Anoushiravan Ehteshami dan
Jerrold Green. Iran‟s Security Policy in the Post Revolutionary Era.
Pittsburgh: RAND National Defense Research Institute, 2001
Chapman, Bert. Geopolitics: A Guide to the Issues. Santa Barbara,
California: Praeger Publishing, 2011.
Chubin, Shahram. Whither Iran-Reform?: Domestic Politics and
National Security. The International Institute for Strategic Studies. Oxford,
New York: Oxford University Press, 2002.
Clapham , Christopher. Third World Politics: An Introduction. Lancaster:
Taylor & Francis E-Library, 2004.
Ehteszami , Anoushiravan, dan Mahjoob Zweiri, eds. Iran‟s Foreign
Policy: From Khatami to Ahmadinejad. Reading: Ithaca Press, 2008.
Farah, Douglas.―Iran in Latin America: An Overview.‖ Dalam Iran in
Latin America: Threat or „Axis of Annoyance‟?. Diedit oleh Cynthia
Arnson, Haleh Esfandiari dan Adam Stubits, 13-24. Pensylvania: Woodrow
Wilson International Center for Scholars, 2007.
Flint, Colin. Introduction to Geopolitics. Abingdon, Oxon: Routledge,
2006.
Frankel , Joseph. International Relations in a Changing World, 4th
ed.
New York: Oxford University Press, 1988.
Fuller, Graham E,. The Center of the Universe: the Geopolitics of Iran.
The University of Michigan: Westview, 1991.
100
Grietzner, Janet H,. Modern World Nations: Senegal. Philadelphia:
Chelsea House Publishers, 2005.
Hinnebusch , Raymond, dan Anoushiravan Ehteshami, eds. The Foreign
Policy of Middle East States. Boulder, Colorado: Lynne Rienner Publishers,
2002.
Holsti, K.J. International Politics: A Framework Analysis, 6th
edition.
New Jersey: Prentice-Hall, 1992.
Hunter, Shireen T,. Iran and the World: Continuity in a Revolutionary
Decade. Bloomington: Indiana University Press, 1990.
Hunter, Shireen, T. Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era.
Greenwood Publishing Group, 2010.
Jemadu, Aleksius. Politik Global dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008.
Mafinezam, Alidad, dan Aria Mehrabi. Iran and Its Place Among
Nations. Westport, USA: Praeger Publishers, 2008.
Mearsheimer, John J., dan Stephen M. Walt. The Israel Lobby and U.S
Foreign Policy. New York: Farrar, Straus and Giroux, 2007.
Pesaran, Evalaila, Iran‟s Struggle for Economic Independence: Reform
and Counter-reform in The Post-revolutionary era. London: Routledge,
2011.
Rakel, Eva Patricia. The Iranian Political Elite, State and Society
Relations, and Foreign Relations Since The Islamic Relations. Amsterdam:
University of Amsterdam, 2008.
Roshandel, Jalil, dan Nathan Chapman Lean. Iran, Israel and The United
States: Regime Security vs. Political Legitimacy. California: Praeger Press,
2011.
Sangadji, Etta Mamang, dan Sopiah. Metodologi Penelitian: Pendekatan
Praktis dalam Penelitian.Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010.
Sempa, Francis P,. Geopolitics: From the Cold War to the 21st Century.
New Brunswick, New Jersey: Transaction Publishers, 2002.
101
Steinberg, Gerald M., ―Iran in the Israeli Threat Perception.‖ Dalam The
Iranian Puzzle Piece: Understanding Iran in the Global Context, diedit oleh
Amin Tarzi, Virginia: Marine Corps University Press, 2009.
Taylor, Ian. The International Relations of Sub-Saharan Africa.New
York: The Continuum International Publishing, 2010.
II. Jurnal, Artikel, Report, Working Papers.
―Chaharomin e Safar e Rais Jomhour e Senegal beh Tehran‖ [ The fourth
trip of Senegal‘s president to Tehran], Mehr News Agency, October 15,
2009.
―Iran Foreign Minister Opens Iran – Senegal Economic Seminar.‖
Tehran IRNA, March 29, 2004.
―Iranian Foreign Minister Opens Iran-Senegal Economic Seminar,‖
Tehran IRNA, March 29, 2004. Dikutip dari Charlie Szrom, Ahmadinejad in
West Africa, What Iranian Outreach to The Region Reveals about Tehran‟s
Foreign Policy.
―Iranian President Terms His 7-Nation African Tour as Fruitful,‖ IRNA
News ( 22 Januari, 2005) Dapat dilihat di Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign
Policy in the Post-Soviet Era, h. 229.
―Senegal Keen to Expand Economic Links with Iran.‖ Tehran IRNA,
September 6, 2003, available at World News Connection. Dikutip di Charlie
Szrom, Ahmadinejad in West Africa: What Iranian Outreach to The Region
Reveals about Tehran‟s Foreign Policy.
―Senegal-Iran: Dakar Embassy Closed,‖ Africa Research Bulletin 21, no.
2 ( February, 1984).
―Senegal-Iran: Dakar Embassy Closed,‖ Africa Research Bulletin 21, no.
2 ( February 1984). Dapat dilihat di Shireen T. Hunter, Iran‟s Foreign
Policy in Post-Soviet Era, h. 227.
―Vazir Niroo: Eradeh siassi Iran bara ye towseh eye ravabat ba Senegal
ast‖ [ Minister of energy: Iran‘s political will is to expand relations with
Senegal ], IRNA, December 3, 2008.
102
Adel, Haddad. ―Senegal Senate Speaker Discuss Issues of Mutual
Interest,‖ IRNA, May 17, 2008, available at World News Connection.com.
Dikutip di Charlie Szrom, Ahmadinejad in West Africa: What Iranian
Outreach to The Region Reveals about Tehran‟s Foreign Policy.
Africa Development Bank, ―Republic of Senegal: Country Strategy Paper
2010-2015‖, Country Operations Department West Region (2010).
Al-Shboul , Hani Ahmed, dan Mohammad Salim Al-Rawashdeh. ―Iran‘s
Foreign Policy and the Balance of Power in the Region‖,Canadian Center
of Science and Education, Journal of Politics and Law; Vol. 6, No.
4;(2013): 203-229.
Amuzegar, Jahangir. ―Iran‘s Third Development Plan: An Appraisal,‖
Middle East Policy, Vol 12 No. 3 (Fall, 2005).
Amuzegar, Jahangir. ―Iran‘s Third Development Plan: An Appraisal‖,
Middle East Policy Vol 12 No. 3 (Fall, 2005): 47.
Amuzegar, Jahangir. “The Ahmadinejad Era: Preparing for the
Apocalypse.”Journal of International Affairs:Spring/Summer (2007): 36.
Ann Rieffer-Flanagan, Barbara. ―Two level of Iranian Foreign policy‖,
International Journal on World Peace, Vol. 26, No. 4 (December, 2009).
Ansari, Ali. ―Iran under Ahmadinejad: Populism and Its Malcontents.‖
Royal Institute of International Affairs, International Affairs Vol.84 No.4
(Juli, 2008).
Arieff, Alexis. ―Senegal Background and U.S Relations‖, Congressional
Research Service (2011).
Arshad, Lubna. ―Internal Dynamics of Iran's Foreign Policy‖, Pakistan
Institute of International Affairs, Pakistan Horizon Vol. 57 No. 1, (January,
2004) dapat dilihat di http://www.jstor.org/stable/41394036, (diakses 22
Juni, 2014): 49.
Bar, Shmuel. ―Iranian Terrorist Policy and Export of Revolution‖,
Interdisciplinary Center Herzliya, Ninth Annual Herzliya Conference
(2009).
Beehner, Lionel.―Iran‘s Multifaceted Foreign Policy‖, Council on
Foreign Relations (2006).
103
Chafer, Tony. ―France and Senegal: The end of the affair?.‖ SAIS Review
; a Journal of International Affairs, Vol. 23, No. 2 (Summer, 2003).
Choksy, Jamsheed K.―Iran takes on the world‖, Current Trends in
Islamic Ideology, Vol. 11(2012).
Choksy, Jamsheed. ―Iran‘s New World Order‖, Wall Street Journal (1
Maret 2010), dikutip dari Iran takes on the World, 66.
Dafrallah, Touria. ―Energy Security in West Africa: The Case of
Senegal‖, Enda Energy, Environment and Development Program, Final
Report. Desember, 2009.
Fall, Papa Demba, María Hernández Carretero, dan Mame Yassine Sarr,
―Senegal Country and Research Areas Report.‖Université Cheikh Anta Diop
de Dakar (UCAD) Peace Research Institute Oslo (PRIO). EUMAGINE,
2010.
Fite, Brandon. ―US and Iranian Strategic Competition:Peripheral
Competition Involving Latin America and Africa‖, CSIS Report (12 Maret,
2012).
Friedman, Thomas L,. ―The First Law of Petropolitics‖, Foreign Policy,
No. 154 (May - Jun, 2006): 28-36.
Gasiorowski, Mark. ―The New Aggressivenes in Iran‘s Foreign Policy‖,
Middle East Policy Council, Middle East Policy, Vol. 14 No. 2 (Summer,
2007) dilihat di
http://search.proquest.com/docview/203666736?accountid=25704, (Diakses
6 Desember, 2014): 130.
Habibi, Prof. Nader. ―The Economic Legacy of Ahmadinejad.‖ Middle
East Brief, Crown Center of Middle East Studies,2013.
Haji Yousefi, Amir Mohammad. ―I.R.I's Foreign Policy in Light of
Regional Developments‖, International and Political studies Institute,
Tehran (2005) dalam Faribors Arghavani Pirsalami, Third Worldism and
Ahmadinejad Foreign Policy, h. 98.
Haji-Yousefi, Amir M. ―Iran's Foreign Policy during Ahmadinejad: From
Confrontation to Accommodation.‖ The Annual Conference of the Canadian
Political Science Association, Concordia University (Juni, 2010).
104
Halliday, Fred. ―Iran and the Middle East: Foreign Policy and Domestic
Change‖, Middle East Research and Information Project (MERIP), Middle
East Report, No. 220 (Autumn , 2001)
http://www.jstor.org/stable/1559410, (Diakses 7 Januari, 2015): 42-47.
Hamzeh, A. Nizar. ‖Lebanon's Hizbullah: From Islamic Revolution to
Parliamentary Accommodation‖, Third World Quarterly, Vol. 14, No. 2
(1993): 322-348.
Holdar, Sven. ―The Ideal State and the Power of Geography: The
LifeWork of Rudolf Kjellén,‖Political Geography, 11 (3) (May 1992): 308.
Dapat dilihat di Bert Chapman, Geopolitics: A Guide to the Issues, (Santa
Barbara, California: Praeger, 2011): 7.
Ibrahim, Youssef M. ―Cutting Back in Lebanon, Iran Is Shifting to
Sudan,‖ New York Times (December 13, 1991).
Ibrahim, Youssef. ―Cutting Back in Lebanon, Iran Is Shifting to Sudan,‖
New York Times, 13 Desember, 1991. dikutip dari Shireen T. Hunter,‖Iran
and the World: Continuity in a Revolutionary Decade‖.
Ilias, Shayerah. ―Iran‘s Economic Conditions: U.S. Policy Issues.‖
Congressional Research Service, 22 April, 2010.
Karmon, Ely. ―Iran and Its Proxy Hezbollah: Strategic Penetration in
Latin America‖, Elcano Royal Institute of Madrid, International Terrorism
Working Paper (2009).
Katzman, Kenneth. ―Iran Sanctions‖, Congressional Research Service
(2016).
Kohler, Shona. ―Dlamini Zuma: 8th Joint Commission Between SA-
Islamic Republic of Iran,‖ Polity org.za (14 December, 2004) dapat dilihat
di Shireen T. Hunter, Iran‟s foreign Policy in the Post-Soviet Era, h. 229.
Le Monde, ―Sénégal: La Tentation Iranienne,‖ IHS Global Insight, April
16, 2010; ―Senegal Pushes for Renewed Relations with Iran During
President‘s Visit,‖ FARS, October 20, 2009; ―Senegal FM Describes Iran as
‗Friend of Africa,‘‖ December 13, 2010. Dikutip dari Alexis Arieff, Senegal
Background and U.S Relations, h. 14
Leichtman, Mara A,. ―Defying Sufism? Senegalese Converts to Shiite
Islam‖, ISIM Review, Reformist Movement (Spring, 2006): 38-43.
105
Leicthman, Mara A,. ―Migration, War, and The Making of a
Transnational Lebanese Shi‘I Community in Senegal‖, Int.J, Middle East
Studies, 42, Cambridge Journal (2010): 275-293.
Leicthman, Mara A. ―Revolution, Modernity and (Trans)National Shi‗i
Islam: Rethinking Religious Conversion in Senegal‖, Journal of Religion in
Africa 39 (2009).
Mirbaghari, Farid. “Shi‘ism and Iran‘s Foreign Policy”, The Muslim
World, Vol. 94, No.4 (October: 2004): 555.
Nonyane, Gaimini. ―Senegal Country Risk.‖ D&B Country report (2009)
Nyang, Sulayman S. ―Islam and Politics in West Africa‖, Africa Studies
Association, A Journal of Opinion, Vol. 13 (1984).
Pacific Northwest Center for Global Security, ―Alternative Energy
Economics for Iran: Options, Definitions and Evaluation.‖ dalam Uranium
2003 Resources, Production and Demand. Nuclear Energy Agency No.
5291, Organization for Economic Cooperation and Development, 2004.
Perthes, Volker. ―Ambition and Fear: Irans Foreign Policy and Nuclear
Programme‖, Stiftung Wissenschaft und Politik, Vol. 52 no. 3. (Juni – Juli,
2010): 102.
Pirsalami, Faribors Arghavani. ―Third Worldism and Ahmadinejad
Foreign Policy,‖ Iranian Review of Foreign Affairs, Vol. 4, No. 2, (Summer,
2013): 81-109.
Posch, Walter. ―The Third World, Global Islam and Pragmatism: The
Making of Iranian Foreign Policy‖, Stiftung Wissenschaft und Politik,
German Institute for International Affairs (2013).
Ramazani, R.K. ―Ideology and Pragmatism in Iran‘s Foreign Policy,‖
Middle East Journal (2004):15.
Ramazani, R.K. ―Iran‘s Foreign Policy: Contending Orientations.‖
Middle East Institute, Middle East Journal Vol. 43, No. 2 (Spring , 1989):
202 – 217.
Ramazani, R.K.‖Iran‘s Foreign Policy: Both North and South‖, Middle
East Journal, Vol. 46, No.3 (Summer, 1992): 393.
Rubin, Michael. ―Africa: Iran‘s Final Frontier‖, American Enterprise
Institute for Public Policy Research, No. 2 (April, 2013).
106
Rubin, Michael. ―Iran Global Ambitions‖, American Enterprise Institute
for Public Policy Research, No. 3. March, 2008.
Salehzadeh, Alan. ―Iran‘s Domestic and Foreign Policies.‖ National
Defence University of Helsinki, Department of Strategic and Defence
StudiesSeries 4: Working Papers, No 49 (2013).
Samii, Abbas William. ‖ A Stable Structure on Shifting Sands: Assessing
the Hizbullah-Iran-Syria Relationship‖, Middle East Journal, Vol. 62, No. 1
(Winter, 2008): 33-56.
Schraeder, Peter J., dan Nefertiti Gaye. ―Senegal's Foreign Policy:
Challenges of Democratization and Marginalization‖, African Affairs, Vol.
96, No. 385 (Oktober, 1997).
Shevlin, Neil. ―Velayat-E Faqih In The Constitution of Iran: The
Implementation of Theocracy.‖ Journal of Constitutional Law Vol. 1, No. 2
( Fall, 1998): 365- 366.
Soltani, Fakhreddin, dan Reza Ekhtiari Amiri.“Foreign Policy of Iran
after Islamic Revolution”, www.ccsenet.org/jpl, Canadian Center of
Sciences and Education, Journal of Politics and Law Vol. 3, No.2, (Canada:
September, 2010): 184-203.
Szrom, Charlie. “Ahmadinejad in West Africa: What Iranian Outreach to
the Region Reveals about Tehran‘s Foreign Policy.” Critical Threats
Project of American Enterprise Institute (2010).
Taylor, P.J. ―Geopolitical World Orders,‖ dalam P.J. Taylor (ed.), The
Political Geography ofthe Twentieth-Century: A Global Analysis, (London,
UK: Belhaven Press, 1993) Dapat dilihat di Eva Patricia Reckel, The
Iranian Political Elite, State and Society Relations, and foreign relations
since The Islamic Revolution. h. 42.
Vakil, Sanam.“Iran Balancing East against West”, The Washington
Quartely, Vol. 29, No.4 (2006): 51-65.
III. Website
"Iran, Senegal ink two industrial MoUs." Xinhua News Agency 16 Apr.
2009. Global Reference on the Environment, Energy, and Natural
Resources.
107
http://find.galegroup.com/grnr/infomark.do?&source=gale&idigest=8385c8
31cb3cfa75f120d1b5b193c1b5&prodId=GRNR&userGroupName=wash89
460&tabID=A003&docId=A197850034&type=retrieve&contentSet=IAC-
Documents&version=1.0 (Diakses via Web pada 30 Sept. 2015)
"Minister Describes Senegal as Iran's Gate to Africa." FARS News
Agency 20 June 2010. Global Issues In Context.
http://find.galegroup.com.vlib.interchange.at/gic/infomark.do?&source=gale
&idigest=69d7446ecafbc8ba4f4899bab50b2f52&prodId=GIC&userGroupN
ame=wash89460&tabID=T004&docId=CJ229493692&type=retrieve&cont
entSet=IAC-Documents&version=1.0 (Diakses via Web pada 7 Mei,2015).
――Iran, Senegal Discuss Expansion of Ties on International Scene,‖
IRNA, June 27, 2006, World News Connection. dan ―Senegal Says Illogical
Pressure on Iran Will Not Work,‖ Mehr News Agency, June 20, 2010, dilihat
di www.tehrantimes.com/index_View.asp?code=221732 (diakses Juli 12,
2015).
―A search for allies in a hostile world; Iran and Israel in Africa." The
Economist, 6 Februari 2010:49(US),InfoTrac Journal & Magazines. Web,
URL:
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA218212259&v=2.1&u=idu
injkt&it=r&p=SPJ.SP00&sw=w&asid=18dfc835b4cfe47e09961b7dad5a5fb
8 (Diakses pada 7 May 2015)
―Global Poll: Iran Seen Playing Negative Role‖, GlobeScan
Incorporated, The Program on International Policy Attitudes (PIPA),
Januari, 2006, http://www.globescan.com/news_archives/bbc06-
3/index.html (Diakses pada 19 April 2016)
“History of NEPAD”. http://www.nepad.org/history (Diakses November
10, 2015).
―Iran, Senegal Broadening Ties,‖ Iran Daily, 8 Februari 2011.
http://old.irandaily.com/1389/11/19/MainPaper/3889/Page/5/MainPaper_38
89_5.pdf (Diakses pada 3 November 2015)
―Iran-Khodro Starts Samand Assembly in Senegal‖, Fars News Agency,
April 10, 2008, www.payvand.com/news/08/apr/1101.html (Diakses Juni
20, 2013).
―Mottaki: Iran, Senegal Enjoy Strategic Ties." FARS News Agency 10
Mar. 2010. Global Issues In Context.
108
http://find.galegroup.com.vlib.interchange.at/gic/infomark.do?&source=gale
&idigest=69d7446ecafbc8ba4f4899bab50b2f52&prodId=GIC&userGroupN
ame=wash89460&tabID=T004&docId=CJ220995422&type=retrieve&cont
entSet=IAC-Documents&version=1.0 (Diakses via Web pada 7 Mei 2015).
―Senegal explains cut in diplomatic ties with Iran,‖ Panapress,
www.panapress.com/Senegal-explains-cut-in-diplomatic-ties-with-iran---
13-760772-17-lang1-index.html (Diakses pada 16 April 2016)
―Senegal Politics: Diplomatic Ties Cut.‖ (New York: The Economist
Intelligence Unit, 2011),
http://search.proquest.com/docview/857922842?accountid=25704. (Diakses
via Proquest November 20, 2014)
―Senegal‘s Islam Is Not Influenced by Iran and Saudi Arabia, Says
Babacar Ba‖, Diplomatic Dialogs, Exclusive Interview , 2 Februari, 2016,
avadiplomatic.com/en/archive/8082 (Diakses pada 18 April 2016)
―Senegalese Minister Underlines Expansion of Tehran-Dakar Ties,‖ Fars
News Agency, July 09, 2010, dapat dilihat di
http://english.farsnews.com/newstext.php?nn=8902251632 (diakses pada 20
Juni, 2014).
―Top 10 Oil Producing Countries In The World: Where‘s The Greatest
Petroleum Dominion?,‖ FinancesOnline.com, http://financesonline.com/top-
10-oil-producing-countries-in-the-world-wheres-the-greatest-petroleum-
dominion/ (Diakses pada 22 Januari, 2016)
―Vilayatul el-Faqih‖, dilihat di http://www.alislam.org/shia-political-
thought-dapat dilihat di http://www.alislam.org/shia-political-thought-
ahmed-vaezi/what-wilayat-al-faqih, dan
http://www.jafariyanews.com/sep2k2/13_bookbaqirsadr.htm (Diakses 11
Februari 2015).
―Wade: Doors of Senegal's Market Open to Iran,‖ dapat diakses di
http://en.iccima.ir/news/iran-economy-news/item/235-wade-doors-of-
senegals-market-open-to-iran.html (diakses pada 8 April 2015)
―WAEMU Organization History‖,
www.housingfinanceafrica.org/wpcontent/uploads/2012/10/WAEMU.pdf+
&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id (Diakses 13 Desember, 2015)
109
Bertelsmann Stiftung, “BTI 2006 — Senegal Country Report‖,
Bertelsmann Stiftung (2006), http://bti2006.bertelsmann-transformation-
index.de/82.0.html?L=1 (Diakses 8 Oktober, 2015).
Bertelsmann Stiftung, ―BTI 2012 — Senegal Country Report‖,
Bertelsmann Stiftung (2012), http://bti2012.bertelsmann-transformation-
index.de/82.0.html?L=1 (Diakses 12 Oktober, 2015) h. 9.
Bijan Khajehpour, "Iran‘s economic suffering", The Aspen Institute
Analysis, https://www. aspeninstitute. it/en/system/files/private_files/2013-
07/doc/023-029-khajehpour-59-60% 20ingl. pdf. (Diakses pada 17 April
2016)
Cnaan Liphshiz, ―Senegal story: For one Muslim nation, Israel‘s
friendship preferred to Islamic militancy‖, Jewish Telegraphic Agency, 7
May, 2013, http://www.jta.org/2013/05/07/news-opinion/israel-middle-
east/senegal-story-for-one-muslim-nation-israels-friendship-preferred-to-
islamic-militancy (Diakses pada 18 April 2016)
Consulting Group for Senegal, ―Senegal Attractiveness Markers,‖
diakses di http://www.gcsenegal.gouv.sn/docs/GC2014-064%20-
%20Note%20-%20Attractivite%20du%20Senegal-
Reperes%20Englishn.pdf. (20 Oktober 2015).
Ely Karmon, ―The Iran/Hezbollah Strategic and Terrorist Threat to
Africa‖, Diakses via Web, https://www.ict.org.il/Article.aspx?ID=1088
(Diakses pada 23 Agustus, 2015)
George Jahn, ―Iran Hunts for Uranium Supplies, Finds Scrutiny,‖
Salon.com, February 24, 2011,
http://www.salon.com/news/feature/2011/02/24/iran_nuclear_capacity_zim
babwe. (Diakses pada 30 Oktober 2015)
International Monetary Fund (IMF), ―Senegal: Poverty reduction strategy
paper annual progress report‖, IMF Country Report No. 10/368.
(Washington, DC, 2010). Diakses di
:http://www.imf.org/external/pubs/ft/scr/2010/cr10368.pdf. (13 September
2015).
International Monetary Fund, www.imfstatistics.org/DOT, (Diakses pada
July 19, 2014)
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa‖,
FamilySecurityMatters.org (Februari, 2010): 3
110
http://www.familysecuritymatters.org/publications/id.5541/pub_detail.asp#i
xzz3Ed3hMwA5. (Diakses pada 12 Maret 2015).
J. Peter Pham, ―Shi‘a in Senegal: Iran‘s Growing Reach into Africa,‖
World Defense Review, February 18, 2010,
http://worlddefensereview.com/pham021810.shtml (diakses 22 Juli, 2015).
Joseph Hammond, ―The Dakar Dance: Tumultuous Iran-Senegal
Relationship Enters New Chapter‖, diplomaticourier.com,
www.diplomaticourier.com/the-dakar-dance-tumultuous-iran-senegal-
relationship-enters-new-chapter/ (Diakses pada 15 Desember, 2015)
Kayhan Barzegar, ―The Geopolitical Factor in Iran's Foreign Policy",
Journal Article, Viewpoints, The Iranian Revolution at 30 Special Edition,
(29 Januari, 2009):134-135.
http://belfercenter.hks.harvard.edu/publication/18953/geopolitical_factor_in
_irans_foreign_policy.html (Diakses pada 18 Januari 2016)
―Senegal Resources,‖ http://simsenegal.com/industry-info/senegal-
resources/ (Diakses 6 April 2016)
―Senegal severs ties with Iran over rebel weapons,‖ Reuters,
http://www.reuters.com/article/ozatp-senegal-iran-
idAFJOE71M01A20110223 (Diakses pada 16 April 2016)
Tizir, ―Senegal Profile‖, www.tizir.co.uk/wp-
content/uploads/2012/02/Tizir-Senegal-
Brochure..pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id (Diakses Oktober 27, 2015),
h. 6.
United Nations, ―U.N. Mission‘s Summary Detailed by Country‖,
http://www.un.org/en/peacekeeping/contributors/2011/feb11_3.pdf.
(February 28, 2015)
World Nuclear Association, ―Uranium from Phosphates‖, www.world-
nuclear.org/information-library/nuclear-fuel-cycle/uranium-
resources/uranium-from-phosphates.aspx#.UhoprBtg9po (Diakses pada 6
April 2016)
Zachary Laub, ―International Sanctions on Iran‖, Council of Foreign
Relations, http://www.cfr.org/iran/international-sanctions-iran/p20258 .
(Diakses pada 7 Februari 2016)
111
LAMPIRAN
Lampiran I
Gambar III.1. Peta Posisi Senegal
Sumber: Janet H. Grietzner, Modern World Nations: Senegal
(Philadelphia: Chelsea House Publishers, 2005), h. 9.
112
Lampiran II
Gambar IV.B.1 Peta Hubungan Bilateral Iran dan Israel di Afrika
Sumber: Brandon Fite, ―U.S and Iranian Strategic Competition: Peripheral
Competition Involving Latin America and Africa‖, CSIS Report Burke
Strategy (Maret 2012): 20.