universitas indonesia tinjauan yuridis...

116
UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BADAN LAYANAN UMUM (STUDI KASUS PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM TRANSJAKARTA BUSWAY) TESIS GLADYS RADITYA SARTIKA 1006828256 FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN SALEMBA JANUARI 2013 Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Upload: trinhdan

Post on 16-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

UNIVERSITAS INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BADAN LAYANAN UMUM

(STUDI KASUS PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN

BADAN LAYANAN UMUM TRANSJAKARTA BUSWAY)

TESIS

GLADYS RADITYA SARTIKA

1006828256

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA

JANUARI 2013

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

i

UNIVERSITAS INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BADAN LAYANAN UMUM

(STUDI KASUS PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN

BADAN LAYANAN UMUM TRANSJAKARTA BUSWAY)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister kenotariatan

GLADYS RADITYA SARTIKA

1006828256

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA

JANUARI 2013

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

pertolongan, penyertaan dan kasih setia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan

tesis ini. Penulis merasa sungguh diberkati atas segala karunia dan kemudahan

yang Tuhan berikan selama ini, khususnya selama penulis menyelesaikan tesis

yang berjudul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BADAN LAYANAN

UMUM (STUDI KASUS PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN BADAN

LAYANAN UMUM TRANSJAKARTA BUSWAY).

Dalam melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis memperoleh banyak

bantuan, dorongan, bimbingan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk

itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh

pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan tesis ini:

1. Bapak Dr. Miftahul Huda, S.H., LL.M., sebagai Pembimbing penulis

yang selalu memberikan dorongan, kritik, dan saran kepada penulis

mengenai materi pembahasan tesis ini, yang mau meluangkan waktu

di tengah kesibukan beliau untuk membantu penulis dalam penulisan

tesis ini.

2. Bapak Akhmad Budi Cahyono, S.H., M.H. dan Ibu Wenny Setiawati

S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji

sidang tesis saya.

3. Orangtua penulis, Bambang Soesatyo dan Rachmiwati Nazar serta

Lenny dan Dewi Puspa yang telah memberikan cinta dan kasih

sayangnya. Terimakasih untuk semua dukungan, doa, moral, dan

materialnya, serta tidak henti-hentinya memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis untuk selalu merasa optimis dan tidak putus

asa dalam mengejar cita-cita.

4. Ketujuh adik penulis, Dimaz Raditya Nazar Soesatyo, Yudhistira

Raditya Priyono Soesatyo, Laras Shintya Putri Soesatyo, Saras

Shintya Putri Soesatyo, Belliza Shintya Putri Soesatyo, Debby

Pramestya Putri Soesatyo, dan Bedirgha Pramestya Putra Soesatyo,

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

v

terimakasih untuk canda tawa dan berantemnya serta dorongan dan

motivasinya.

5. Saudara-saudara penulis Rita Sariwati, Marisa Mifta Huda, dan Fifi

Mifta Huda, terimaksih untuk dukungan dan motivasinya untuk

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Suami penulis, Wisnu Muhammad Daya, terimaksih untuk cinta dan

kasih sayangnya serta dukungan dan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

7. Siti Fathya, Faris Rachman, Diani Julyanti, Maya Angelina, Karina

Dinanty, dan Ibram Putra selaku sahabat-sahabat penulis. Terimakasih

atas persahabatan, canda tawa, suka-duka, humor-humor sarkas,

motivasi, dukungan, bantuan, dan mimpi-mimpi ajaibnya.

8. Rinanti Ayuningtias, Paramitha Sudja, Liza Sitompul, Sheila Nurul

Afina, Ardita Rizani, dan Maya Safira, selaku sahabat-sahabat

perkoreaan dan peroppars-an penulis. Terimakasih atas dukungan,

serta motivasi.

9. Selasih J. Rusma, Tika Amelia, Mutmainah Sarah, Karina Nadia,

Rahmania, Muftia Ramadhani, dan Egi Anggiawati, selaku sahabat-

sahabat penulis selama berkuliah di MKnUI Salemba. Terimakasih

atas untuk semua motivasi, suka-duka, bantuan, informasi, kegalauan,

kekhawatiran, berantem-berantem ga jelasnya, serta asam manisnya

perjuangan bagi kita bersama. Bersama kita galau, bersama kita

LULUS! Together we can through this race!.

10. Atas Rihajeng, teman satu bimbingan penulis. Terimakasih buat bbm

setiap harinya, makin hari makin kaya orang pacaran, semoga nilai

sidang tesis kita memuaskan ya, jeng!, serta dorongan dan

motivasinya.

11. Keluarga Besar MKnUI, khususnya angkatan 2011/2013 yang telah

memberikan banyak kenangan, cerita, pengalaman serta pembelajaran

selama 2 tahun ini. Terimakasih atas kekompakannya dalam kuliah.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

proses penulisan tesis, namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

vi

Terimaksih untuk semuanya, tanpa bantuan, doa, dan dukungan kalian

penulis tidak akan dapat menyelsaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

viii

ABSTRAK

Nama : Gladys Raditya Sartika

Program Studi : Magister Kenotariatan

Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Badan Layanan Umum (Studi

Kasus Pendirian dan Penyelenggaraan Badan Layanan

Umum Transjakarta Busway)

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum. Contoh dari Badan Layanan Umum yang telah berdiri dan yang menjadi fokus analisis tesis ini adalah Badan Layanan Umum Transjakarta Busway yang diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway. Bagaimanakah dengan permasalahan pokok tersebut, tesis ini juga menganalisis prosedur dan mekanisme pendirian kewenangan, tugas dan kewajiban dari Badan Layanan Umum dan Badan Layanan Umum Transjakarta Busway. Penelitian tesis ini menemukan bahwa hal tersebut diatur Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway, sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kata-kata Kunci : Badan Layanan Umum, BLU Transjakarta Busway, Badan Hukum, dan Peraturan Pemerintah Badan Layanan Umum.

Universitas Indonesia Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

ix

ABSTRACT

Name : Gladys Raditya Sartika

Program : Master of Notary

Title : Legal Analysis of the Public Service Entities (Case Study of the

Establisment and Management of Public Service Entity of

Transjakarta Busway)

By the enactment of Law Number 1 Years of 2004 Regarding the Treasuries, Public Service Entities was established for improving the level of service to the public and to educate the public society. The example of the Public Service Entities is Transjakarta Busway which based on Governed of the regional province of Jakarta and based on Number 48 Years of 2006 regarding the Establishing, Organization, and Operation of Public Service of Trans Jakarta (Busway). Because of these Law Statement, the standard procedures, the Authority, which have been established among others of Transjakarta Busway. From this research, the writer mentioned about the Government Law Number 23 Years of 2005 about the management of financial Public Service Legal Entities and the Law from Governor of Jakarta Number 48 Years 2006 about Creating, Organization, and Working Scheme of Public Service Entities of Trans Jakarta (Busway). As the practical administration of Law Number 1 Years of 2004 Regarding the Treasuries. Keyword : Public Service Legal Entity, BLU Transjakarta Busway, Legal Entity, and the Government Regulation on the Public Service Legal Entity.

Universitas Indonesia Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………….............................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………….ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………….iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………...vii

ABSTRAK……………...…………………………………………………..viii

ABSTRACT………………………………………………………………….ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………….x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………….……………xiii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………1

1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………...13

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………...14

1.4 Metode Penelitian……………………………………………………..14

1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………………18

BAB II Tinjauan Yuridis Terhadap Badan Layanan Umum

2.1. Subyek Hukum……………..…………………………………………19

2.2. Badan Hukum…………………………………….……………….......27

2.3. Badan Layanan Umum………………………………………………..41

2.4. Analisis Terhadap BLU Transjakarta-Busway………………………..49

2.4.1. Pembahasan Analisis Terhadap BLU Transjakarta-

Busway……………………………………………………….49

2.4.2. BLU Transjakarta-Busway……….………………………….49

2.4.2.1. Profil BLU Transjakarta-Busway…………………...49

2.4.2.2. Sejarah Perusahaan BLU Transjakarta-Busway…….49

2.4.2.3. Visi dan Misi BLU Transjakarta-Busway…………..53

2.5. Prosedur dan Mekanisme Pendirian BLU………..…………………...54

2.6. Kewenangan, Tugas, dan Kewajiban dalam BLU…………………….63

Universitas Indonesia Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

xi

2.7. Prosedur dan Mekanisme Pendirian BLU Transjakarta-Busway sehingga

Badan Layanan Umum Transjakarta Busway dibuat berdasarkan Keputusan

Gubernur……………………………………..66

2.8. Kewenangan, Tugas, dan Kewajiban BLU Transjakarta-Busway…….68

BAB III Penutup

Kesimpulan………………………………………………………………….82

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….87

Universitas Indonesia Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan susunan organ-organ dalam Badan Layanan Umum

Transjakarta-Busway……………………………………...…79

Universitas Indonesia Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum No. 23 Tahun 2005 (PP RI No. 23 Tahun 2005

Tentang Keuangan Badan Layanan Umum)

2. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 48

Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan

Layanan Umum Transjakarta-Busway (PerGub No. 48 Tahun 2006

Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum

Transjakarta-Busway)

Universitas Indonesia Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu hukum dikenal adanya subyek hukum. Subyek hukum adalah segala

sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat memiliki) hak dan

kewajiban. Subyek hukum ini, dalam kamus Ilmu hukum disebut juga “orang”

atau “pendukung hak dan kewajiban”. Dengan demikian, subyek hukum memiliki

kewenangan untuk bertindak menurut tata cara yang ditentukan atau dibenarkan

hukum. 1

Subyek hukum dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Manusia

Manusia atau dalam bahasa Belanda disebut naturlijke persoon,

merupakan subyek hukum. Manusia baik warganegara ataupun orang

asing dengan tak memandang agama atau kebudayaannya adalah

subyek hukum. Sebagai subyek hukum, sebagai pembawa hak,

manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk

melakukan sesuatu tindakan hukum, manusia dapat mengadakan

persetujuan-persetujuan, menikah, membuat wasiat, dan sebagainya. 2

2. Badan Hukum

Dalam bahasa asing, istilah badan hukum selain merupakan istilah

rechtpersoon yang merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, juga

merupakan terjemahan peristilahan persona moralis (dalam

bahasa Latin), dan disebut juga legal persons (dalam bahasa Inggris).

Di samping orang (manusia), telah nampak pula di dalam hukum ikut

sertanya badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan yang dapat

juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum

1 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : PT. Ghalia Indonesia, 2004), hal 25.

2 C. S. T. Kansil.& Christinne S. T. Kansil , Pengantar Ilmu Hukum, Cet 12, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hal 85.

1

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

2

seperti seorang manusia. Badan hukum, misalnya : suatu wakaf, suatu

stichting, suatu perkumpulan dagang yang berbentuk Perseroan

Terbatas, dan lain sebagainya. 3

Penulis akan membahas lebih lanjut tentang badan hukum. Badan hukum lahir

karena perjanjian dan undang-undang. Mengenai definisinya, badan hukum atau

legal entity atau legal person dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan

sebagai“a body, other than a natural person, that confuction legally, sue or be

sued, and make decisions throught agents”. 4

Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat di dalam Pasal 1654 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :

“Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang swasta berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acaraacara tertentu” 5

Sementara itu yang merupakan peraturan umum dari badan hukum adalah Pasal

1653 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa :

“Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan itu ditiadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik” 6

Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk menetukan ciri-ciri suatu badan

hukum adalah apabila perusahaan itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Adanya harta kekayaan yang terpisah;

b. Ada hak-hak dan kewajiban;

3 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet 31, (Jakarta : PT. Intermasa, 2003), hal 21. 4 Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, (St. Paul

Minn : West Publishing Co, 2000), hal. 726. 5Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh

R.Tjitrosudibio, Cet 37, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2006), Pasal 1654. 6Ibid, Pasal 1653.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

3

c. Mempunyai tujuan tertentu, mempuyai kepentingan sendiri; dan

d. Adanya organisasi yang teratur. 7

Badan hukum dapat dibedakan menurut bentuknya, peraturan yang mengaturnya,

dan sifatnya, yaitu :

1) Badan Hukum Privat.

2) Badan Hukum Publik, seperti Negara (mulai dari pemerintah pusat,

sampai pemerintah desa), dan instansi pemertintah. Contohnya seperti:

a) Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang terdiri dari :

I. Universitas Airlangga (UNAIR);

II. Universitas Gadjah Mada (UGM);

III. Universitas Indonesia (UI);

IV. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI);

V. Universitas Sumatera Utara (USU);

VI. Institut Pertanian Bogor (IPB);

VII. Institut Teknologi Bandung (ITB);

VIII. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi (BP MIGAS).

Pada tahun 2009, bentuk Badan Hukum Milik Negara

digantikan dengan badan hukum pendidikan pemerintah

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009

tentang Badan Hukum Pendidikan. Undang-Undang

tersebut kemudian dibatalkan oleh Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009

tanggal 31 Maret 2010, yang membuat pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan yang mengembalikan status perguruan tinggi

Badan Hukum Milik Negara menjadi perguruan tinggi yang

7 Ridho Ali, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, (Bandung : Citra

Aditya Bakti, 2004), hal 9.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

4

diselenggarakan oleh pemerintah.

b) Lembaga Sensor Film (LSF), dasar hukumnya Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

1994 tentang Lembaga Sensor Film;

c) Komisi Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dasar

hukumnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

43 Tahun 1984 tentang Komite Olahraga Nasional

Indonesia dan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Departemen;

d) Komisi Perlindungan Anak Nasional (KPAI), dasar

hukumnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

77 Tahun 2003 tentang Komisi Pelindungan Anak

Indonesia;

e) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dasar hukumnya

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan dan Peraturan Pemerinta Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal Awal

Lembaga Penjamin Simpanan;

f) Badan Layanan Umum, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini penulis akan membahas dan menganalisa aspek hukum badan

hukum publik yang disebut Badan Layanan Umum (BLU). Pelayanan publik

cenderung menjadi konsep yang sering digunakan oleh banyak pihak, baik dari

kalangan praktisi maupun ilmuwan, dengan makna yang berbeda-beda. Dalam

sejarah perjalanan administrasi publik, pelayanan publik dipahami secara

sederhana sebagai pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Menurut

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, definisi pelayanan Publik adalah :

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

5

“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrarif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik”. 8

Literatur klasik umumnya menjelaskan bahwa “whatever government does is

public service”. Pendapat seperti itu dahulu dimaklumi karena pemerintah pada

masa orde baru hanya peduli untuk menyelenggarakan pelayanan yang menjadi

barang publik atau pelayanan yang menurut kesepakatan politik dan pertimbangan

moral dinilai penting bagi kehidupan warganya. Namun ketika telah terjadi

transformasi atau perubahan peran pemerintah dan non pemerintah dalam

penyelenggaraan layanan yang menjadi hajat hidup orang banyak definisi

pelayanan publik di atas kiranya sudah menjadi tidak relevan lagi.9

Salah satu tranformasi yang terjadi adalah transformasi dalam ranah korporasi.

Korporasi menjadi tidak hanya memproduksi barang privat tetapi juga barang dan

jasa semi publik serta barang dan jasa yang sebelumnya menjadi domain

pemerintah untuk memproduksi dan menyediakannya. 10

Di negara-negara maju, keterlibatan korporasi dan lembaga nirlaba dalam

penyelenggaraan layanan publik dengan mudah dapat dipahami karena adanya

insentif pajak yang diberikan kepada perseorangan dan korporasi agar

mendonasikan sebagian dari hartanya untuk kegiatan sosial. 11

Di Indonesia, transformasi peran korporasi dan lembaga non pemerintah dalam

pelayanan publik dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga tersebut yang

bergerak dalam penyelenggaraan barang dan jasa yang dahulunya merupakan

8 Indonesia (d), Undang-Undang tentang Pelayanan Publik, UU No. 25 Tahun 2009,

Pasal 1 angka (1). 9 Agus Dwiyanto, Manajemen Pelayanan Publik : Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif,

(Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011), hal 14. 10Ibid. 11Ibid.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

6

domain pemerintah, seperti pelayanan pendidikan dasar, kesehatan, penyantunan

terhadap yatim piatu, pembinaan terhadap anak jalanan, dan sebagainya.12

Pelayanan publik merupakan isu yang sangat penting dan strategis sebagai sarana

interaksi antara pemerintah dan rakyatnya. Rakyat dengan sukarela membayar

pajak dan memberikan mandat kepada pemerintah untuk menggunakan pajak

tersebut guna melayani kebutuhan barang dan jasa dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Selain itu pelayanan publik sering disebut juga sebagai

pelayanan konstitusional. Pernyataan ini disebabkan oleh klausul-klausul

konstitusi semua negara yang menyebutkan bahwa negara harus memberikan

fasilitas kepada warga negara. Dari konstitusi 165 (seratus enam puluh lima)

negara yang ada di dunia, ditemukan bahwa 116 (seratus enam belas) mengatur

hak warga negara untuk memperoleh pendidikan, 73 (tujuh puluh tiga)

diantaranya hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, 95 (sembilan puluh

lima) konstitusi mengatur hak warga negara untuk memperoleh pendidikan gratis,

dan 29 (dua puluh sembilan) konstitusi yang mengatur hak warga negara untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.13

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi

kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa, dan

pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggaraan pelayanan

publik. Terkait dengan pelayanan publik dimaksud, Undang-Undang Dasar 1945

mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga

negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas penyelenggaraan suatu

pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan

publik.

Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih

dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta

12Ibid. 13 Achmad Nurmandi, Manajemen Pelayanan Publik, (Yogyakarta : PT. Sinergi Visi

Utama, 2010) , hal 34.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

7

kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari

masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung

maupun melalui media massa, terkait dengan prosedur yang berbelit-belit, tidak

ada kepastian jangka waktu, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak

transparan, petugas yang tidak professional, sehingga menimbulkan citra yang

kurang baik terhadap pemerintah.

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan

pemerintah. Dengan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang tersebut, instansi

pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada

masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan

menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip pokok yang

tertuang dalam kedua undang-undang tersebut menjadi dasar penetapan instansi

pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan BLU.

BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen

keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

khususnya Pasal 68 dan Pasal 69. Pasal 68 ayat (1) menyatakan bahwa :

“Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. 14

Selanjutnya Pasal 69 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa :

1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;

2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak

14 Indonesia (e), Undang-Undang Tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 68 ayat (1).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

8

terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementrian. 15

Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah telah menetapkan

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengeloaan Keuangan

Badan Layanan Umum, yang secara khusus mengatur mengenai tujuan, asas,

persyaratan, penetapan dan pencabutan Pengelolaan Keuangan BLU, penetuan

standar dan tarif layanan, pengelolaan kepegawaian serta pengaturan mengenai

remunerasi bagi pengelola Badan Layanan Umum.

Terkait dengan pembentukan Badan Layanan Umum, sebagai kebijakan teknis

operasional Menteri Keuangan telah mengeluarkan 4 (empat) Peraturan Menteri

Keuangan, yaitu :

1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan

Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menetapkan

PPK-BLU (“PMK No 7/2006”);

2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang atau Jasa Pada BLU

(“PMK No 8/2006”);

3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada BLU (“PMK No

9/2006”); dan

4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola

Dewan Pengawas dan Pegawai BLU (“PMK No 10/2006”).

Pengertian BLU menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :

“BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau

15Ibid, Pasal 69 ayat (1) dan (2).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

9

jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.” 16

Pengertian BLU ini kemudian diadopsi kembali dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, yaitu :

“BLU adalah suatu badan usaha pemerintah yang tidak bertujuan mencari laba, meningkatkan kualitas layanan publik dan memberikan otonomi, baik milik Pemerintah pusat maupun daerah.” 17

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan BLU, tujuan BLU yaitu :

“BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat”. 18

Secara umum asas BLU adalah pelayanan umum yang pengelolaannya

berdasarkan kewenangan yang didelegasikan dan tidak terpisah secara umum dari

instansi induknya. Adapun asas-asas BLU menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, yaitu :

1) “BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan;

2) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk;

3) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan;

16Ibid, Pasal 1 angka 23. 17 Indonesia (f), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum, PP RI No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, Pasal 1 angka 1.

18 Ibid, Pasal 2.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

10

4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/ walikota;

5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan;

6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/pemerintah daerah;

7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat”. 19

Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan

kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang

bermutu dan berkesinambungan. Bentuk praktek bisnis yang sehat adalah

merencanakan dan menetapkan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan,

pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan

antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, pengelolaan kas

BLU, utang BLU, pengadaan barang atau jasa, dan sistem informasi manajemen

keuangan.

Contoh Badan Layanan Umum di Indonesia yang sudah didirikan misalnya BLU

Transjakarta Busway, Rumah Sakit Pemerintah Daerah (RSPD), contohnya di

Kota Sumatera Utara RSPD Pirngadi-Medan, RSPD Djasamen Saragih, P.Siantar,

RSPD Lubuk Pakam, RSUD Rantauprapat, RSPD Sidikalang, RSPD dr

Djoelham, Binjai, RSUD dr.FL.Tobing, Sibolga, serta RSPD Kabanjahe, dan

Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan, contohnya seperti Hutan Tanaman

Rakyat di Kota Sumatera Utara, dan Maluku Utara, serta Hutan Tanaman Industri

di Kota Sumatera Selatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dan pengkajian tentang BLU dengan mengambil studi kasus pendirian dan

penyelenggaraan BLU Transjakarta Busway dengan judul : “TINJAUAN

YURIDIS TERHADAP BADAN LAYANAN UMUM (STUDI KASUS

19 Ibid, Pasal 3.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

11

PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN BLU TRANSJAKARTA

BUSWAY)”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah penulis berikan pada latar belakang di atas dan

judul tesis ini, terdapat beberapa pokok permasalahan yang hendak dikaji secara

lebih lanjut dan mendalam, yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur dan mekanisme pendirian Badan Layanan Umum?

2. Bagaimana kewenangan, tugas, dan kewajiban organ-organ Badan Layanan

Umum?

3. Bagaimana prosedur dan mekanisme pendirian Badan Layanan Umum

Transjakarta Busways sehingga Badan Layanan Umum Transjakarta

Busway dibuat berdasarkan Keputusan Gubernur?

4. Bagaimana kewenangan, tugas, dan kewajiban organ-organ Badan Layanan

Umum Transjakarta Busway sebelum dan sesudah dikeluarkannya Peraturan

Gubernur Nomor 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan

Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta-Busway?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis prosedur dan mekanisme pendirian Badan Layanan

Umum;

2. Menganalisis kewenangan, tugas dan kewajiban organ-organ Badan

Layanan Umum;

3. Menganalisis prosedur dan mekanisme pendirian Badan Layanan

Umum Transjakarta-Buswaysehingga Badan Layanan Umum

Transjakarta Busway dibuat berdasarkan Keputusan Gubernur;

4. Menganalisis kewenangan, tugas dan kewajiban organ-organ Badan

Layanan Umum Transjakarta-Buswaysebelum dan sesudah

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

12

dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2006 Tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum

Transjakarta-Busway.

1.4 METODE PENELITIAN

Dalam menyusun tesis ini, penulis akan melakukan penelitian yuridis normatif

karena dalam penelitian ini penulis akan melakukan studi dokumen serta tinjauan

terhadap norma hukum tertulis yang mencakup penelitian terhadap asas-asas

hukum. 20

Bahan hukum primer yang akan penulis gunakan dalam menganalisi

permasalahan-permasalahan tersebut diatas adalah KUH Perdata,21Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,22 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbedaharaan Negara,23 Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2005 tentang PPK-BLU,24 Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka

Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menetapkan

PPK-BLU (“PMK No 7/2006”),25 Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang atau Jasa

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta : UI-Press, 2008),

hal. 51. 21Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek),Op. Cit. 22 Indonesia (g), Undang-Undang tentang Keuangan Negara, UU No. 17 Tahun 2003. 23 Indonesia (e), Op. Cit. 24 Indonesia (f), Op. Cit. 25 Indonesia (h), Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006

tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menetapkan Pola Pengeloaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 7 Tahun 2006.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

13

Pada BLU (“PMK No 8/2006”),26 Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada

BLU (“PMK No 9/2006”),27 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat

Pengelola Dewan Pengawas dan Pegawai BLU (“PMK No 10/2006”), 28 serta

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun

2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola

Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 29, dan Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan,

Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway. 30

Untuk menunjang bahan hukum primer yang tersebut diatas, penulis juga

menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku utama yakni “Hukum Perdata

Tertulis” karangan Salim HS,31 yang menguraikan tentang syarat-syarat

didirikannya suatu badan hukum dan karakteristik badan hukum, “Badan Hukum :

Rechtpersoon” karangan Chidir Ali, 32 yang menguraikan mengenai pengertian

tentang badan hukum, asas-asas badan hukum dan tujuan badan hukum, dan buku

“Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi” karangan

26 Indonesia (i), Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006

tentang Kewenangan Pengadaan Barang atau Jasa Pada Badan Layanan Umum, PMK No. 8 Tahun 2006.

27 Indonesia (j), Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006

tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum, PMK No. 9 Tahun 2006. 28 Indonesia (k), Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum, PMK No. 10 Tahun 2006.

29 Indonesia (l), Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, SK GUB DKI No. 110 Tahun 2003.

30Indonesia (m), Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006

tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway, SK GUB No. 48 Tahun 2006.

31 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta : Sinar Grafika, 2008). 32 Chidir Ali, Badan Hukum : Rechtpersoon, (Bandung : Alumni, 1991).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

14

Jimly Asshiddiqie, 33 yang menguraikan mengenai perkembangan lembaga negara

pada zaman reformasi.

Adapun bahan hukum tersier berupa jurnal-jurnal hukum nasional maupun

internasional, dan sumber-sumber elektronik lainnya yang terkait dengan latar

belakang di dirikannya BLU.

Data sekunder di atas diperoleh melalui studi dokumen atau library research. 34

Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui

data tertulis dengan mempergunakan analisis konten. 35Analisis konten adalah

sebuah teknik untuk menarik sebuah kesimpulan dengan mengidentifikasikan

secara spesifik, obyektif dan sistematis terhadap isi yang ada dalam sebuah data. 36

Untuk mendukung data sekunder tersebut, penulis akan melakukan research di

salah satu BLU yang telah didirikan di Jakarta, yaitu Transjakarta Busway.

Research ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dari BLU mengenai

pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum terkait dengan didirikannya Transjakarta

Busway.

33 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Cet 2, (Jakarta : Setjen dan Kepaniteraan MKRI, 2006). 34 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hal 21. 35Ibid. 36 Ibid, hal 22.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

15

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah penganalisaan dan mempermudah pemahaman dalam

penulisan penelitian dan hasil penelitian, maka dalam tesis ini dibagi ke dalam 3

(tiga) bab sebagai berikut:

BAB I

Pada bab I penulis memaparkan latar belakang dilakukannya penelitian ini serta

alasan mengapa penulis mengangkat topik ini menjadi bahasan dalam penelitian

ini. Dalam bab ini penulis juga memaparkan apa yang menjadi topik

permasalahan, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II

Bab ini menguraikan definisi subyek hukum, definisi badan hukum, asas-asas

dalam badan hukum, teori-teori badan hukum, unsur-unsur badan hukum, jenis-

jenis badan hukum, definisi BLU, serta syarat-syarat di dirikannya suatu BLU.

Bab ini juga menguraikan salah satu contoh BLU yang telah berdiri di Indonesia

yaitu Transjakarta Busway, serta bab ini juga menganalisa tentang prosedur dan

mekanisme pendirian BLU, tentang kewenangan, tugas, dan kewajiban organ-

organ BLU, tentang prosedur dan mekanisme pendirian BLU Transjakarta

Busway dan tentang kewenangan, tugas, dan kewajiban organ-organ dalam BLU

Transjakarta Busway.

BAB III

Bab ini menyimpulkan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang telah

dirumuskan pada bab I dan telah dianalisis serta diuraikan dalam bab II secara

komprehensif serta saran-saran untuk memberikan masukan dalam pengelolaan

BLU secara umum dan BLU Transjakarta Buswaysecara khusus.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

16

BAB II

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BADAN LAYANAN UMUM

2.1. Subyek Hukum

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan lepas dari masalah hukum, karena

hukum selalu mempengaruhi kehidupan masyarakat yang aman, damai, dan

sejahtera. Hukum itu adalah untuk manusia kaedah-kaedahnya yang berisi

perintah dan larangan itu ditunjukkan kepada anggota-anggota masyarakat atau

subyek hukum. Subyek hukum merupakan bagian pokok yang terdapat di dalam

ilmu hukum. 37

Subyek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam

bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subyek hukum tersebut

yang dapat mempunyai wewenang hukum. Istilah subyek hukum berasal dari

terjemahan bahasa Belanda yaitu rechtsubject atau law of subject (Inggris). 38

Subyek hukum adalah ialah segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak dan

kewajiban dalam lalu lintas hukum. Yang termasuk dalam pengertian subyek

hukum ialah manusia (naturlijke persoon) dan badan hukum (rechtpersoon),

misalnya Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Negara (PN), Yayasan, Badan-

badan Pemerintahan, dan sebagainya. 39

Adapun subyek hukum (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum, yaitu :

1. Manusia

37 Dudu M Duswara, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2003), hal 16.

38 Titik Triwulan, Hukum Perdata dan Sistem Hukum Nasional, (Jakarta : Prenada Media Group, 2008), hal 40.

39 A. Ridwan Halim, Hukum Perdata Dalam Tanya Jawab, Cet 2, (Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1985), hal 29.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

17

Manusia atau dalam bahasa Belanda disebut naturlijke persoon,

merupakan subyek hukum. Menurut hukum manusia adalah setiap

orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak

dan kewajiban. Pada prinsipnya, orang sebagai subyek hukum dimulai

sejak ia lahir dan berakhir setelah meninggal dunia. Namun ada

pengecualian menurut Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(untuk selanjutnya disebut KUHPerdata), yaitu :

“Anak yang masih ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bila mana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tak pernah telah ada”. 40

Akan tetapi, ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap

bertindak atau melakukan perbuatan hukum, disebut personae

miserabile yang mengakibatkan mereka tidak dapat melaksanakan

sendiri hak-hak dan kewajibannya, harus diwakili oleh orang tertentu

yang ditunjuk, yaitu oleh walinya atau pengampunya (kuratornya).

Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subyek hukum (personae

miserabile) tersebut, dalam arti tidak dapat melakukan perbuatan

hukum di bidang keperdataan atau harta benda, adalah sebagai berikut

:

a. Anak yang masih di bawah umur atau belum dewasa

(belum berusia 21 tahun), dan belum kawin/nikah;

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, terdapat

berbagai ketentuan usia minimal seseorang untuk

melakukan suatu perbuatan hukum atau memperoleh hak,

yaitu sebagai berikut :

1) Pasal 330 KUHPerdata, yaitu :

“Untuk dapat melakukan perbuatan hukum di bidang harta benda, usia 21 (dua puluh satu)

40Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek),Op. Cit, Pasal 2.

16

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

18

tahun atau telah nikah (kawin) atau pernah kawin/nikah”; 41

2) Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan (untuk selanjutnya disebut

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)

menetapkan bahwa :

“Untuk dapat melangsungkan perkawinan, usia 19 (sembilan belas) tahun bagi pria dan usia 16 (enam belas) tahun bagi wanita”. 42

Namun menurut Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan :

“Yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin dari orangtua atau walinya untuk melakukan perkawinan”; 43

3) Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(untuk selanjutnya disebut KUHPidana), yaitu :

“Belum dapat dipidana seseorang yang belum berusia 16 (enam belas) tahun”. 44

4) Pasal 28 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999

tentang Pemilihan Umum (Pemilu), yaitu :

“Hak seseorang untuk memilih adalah usia 17 tahun atau sudah/pernah kawin pada waktu pendaftaran pemilih”; 45

5) Pasal 2 ayat (1) butir Peraturan Pemerintah Nomor

44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi,

bahwa usia untuk memperoleh Surat Izin

Mengemudi (SIM), adalah sebagai berikut :

a) “Surat Izin Mengemudi (SIM) C dan SIM D , usia 16 (enam belas) tahun;

41Ibid, Pasal 330. 42 Indonesia (n), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 7 ayat (1). 43Ibid, Pasal 6 ayat (1). 44Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Prof. Moeljatno, S.H., Cet 26, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), Pasal 45. 45 Indonesia (o), Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, UU.

No. 3 Tahun 1999, Pasal 28.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

19

b) SIM A, usia 17 (tujuh belas) tahun; c) SIM B1 dan SIM B2, usia 20 (dua puluh)

tahun; d) Pasal 33 Keputusan Presiden Nomor 52

Tahun 1977 tentang Kependudukan, usia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah nikah atau kawin, wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk”. 46

b. Orang dewasa yang berada di bawah pengampuan

(curatele), disebabkan oleh sebagai berikut :

1) Sakit ingatan, yaitu gila, orang dungu,

penyakit suka mencuri (kleptomania),

khususnya penyakitnya;

2) Pemabuk dan pemboros (ketidakcakapannya

khusus dalam peralihan hak dalam harta

kekayaan);

3) Isteri yang tunduk pada Pasal 110 KUH

Perdata. Namun berdasarkan Surat Edaran

Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun

1963, setiap isteri sudah dianggap cakap

melakukan perbuatan hukum. Isteri yang

ditempatkan di bawah pengampuan

berdasarkan penetapan hakim yang disebut

“kurandus”. 47

2. Badan Hukum

Dalam bahasa asing, istilah badan hukum selain merupakan istilah

rechtpersoon yang merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, juga

merupakan terjemahan peristilahan persona moralis (dalam bahasa

Latin), dan disebut juga legal persons (dalam bahasa Inggris). Di

samping orang (manusia), telah nampak pula di dalam hukum ikut

sertanya badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan yang dapat

46 Indonesia (p), Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, PP No. 44 Tahun 1993, Pasal 2 ayat (1).

47 Marwan Mas, Op. Cit, hal 28-30.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

20

juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum

seperti seorang manusia. Badan hukum, misalnya : suatu wakaf, suatu

stichting, suatu perkumpulan dagang yang berbentuk Perseroan

Terbatas, dan lain sebagainya. 48

Selain manusia alami, badan hukum juga dipandang sebagai subyek

hukum. Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro, badan hukum adalah

suatu badan yang di samping manusia perorangan juga dianggap dapat

bertindak dalam hukum dan yang mempunyai kewajiban-kewajiban

dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. 49

Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan kepada Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia (MenHumKam) sebagai badan

hukum dengan cara :

1) Didirikan dengan akta notaris;

2) Didaftarkan di Kantor Panitera Pengadilan Negara

setempat;

3) Dimintakan pengesahan Anggaran Dasar kepada

MenHumKam sedangkan khusus untuk badan hukum

dana pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1992 tentang Dana Pensiun pengesahan anggaran

dasarnya dilakukan Menteri Keuangan;

4) Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. 50

Sebagaimana halnya subyek hukum manusia, badan hukum memliki

hak dan kewajiban serta dapat pula mengadakan hubungan-hubungan

hukum (rechtbetrekking/rechtsverhouding) baik antara badan hukum

48Subekti, Op. Cit,hal 21. 49 P. N. H. Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta : Djambatan,

2009), hal 28-29. 50Galuh Wardhani, “Subyek Hukum dan Obyek Hukum”,

http://galuhwardhani.wordpress.com/2010/03/08/makalah-bab-ii-materi-subyek-dan-obyek-hukum/, diakses pada 5 Desember 2012, pukul 23.15 WIB.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

21

yang satu dengan badan hukum lain maupun antara badan hukum

dengan orang manusia (naturlijke persoon). Karena itu badan hukum

dapat mengadakan perjanjian-perjanjian jual beli, tukar-menukar,

sewa-menyewa dan segala macam perbuatan di lapangan harta

kekayaan. 51

Yang membedakan antara subyek hukum manusia dengan subyek hukum badan

hukum adalah bahwa manusia pengertian secara yuridisnya ada dua alasan yang

menyebutkan alasan manusia sebagai subyek hukum yaitu:

1) Manusia mempunyai hak-hak subyektif, dan;

2) Kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum berarti,

kecakapan untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai pendukung

hak dan kewajiban.

Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam kandungan disebut juga teori

fiksi, namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk

melakukan perbuatan hukum, orang yang dapat melakukan perbuatan hukum

adalah orang yang sudah dewasa.

Sedangkan orang-orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah

orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampuan, seorang

wanita yang bersuami. Hal tersebut diatur didalam Pasal 1330 KUH Perdata, yaitu

:

“Yang tak cakap untuk membuat perjanjian adalah: 1) Anak yang belum dewasa; 2) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan; 3) Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan

undang-undang, dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat perjanjian tertentu”.52

51 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung : Alumni,

1985), hal 54. 52Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek),Op. Cit, Pasal 1330.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

22

Namun ketentuan Pasal 1330 ayat (3) KUH Perdata telah dihapus dengan

keluarnya SEMA Nomor 3 Tahun 1963, yang menyatakan bahwa perempuan

bersuami cakap untuk melakukan perbuatan hukum.

Sedangkan pada badan hukum, tidak serta merta memperoleh status sebagai

subyek hukum, namun melalui proses pendaftaran kepada Kantor Panitera

Pengadilan Negara setempat hingga pengesahan oleh MenHumKam.Hal tersebut

didukung oleh pendapat dari Salim Hs, SH, Ms, bahwa teori yang berpengaruh

dalam hukum positif berkaitan keberadaan badan hukum sebagai subyek hukum

adalah teori konsensi yang artinya adalah bahwa badan hukum dalam negara tidak

dapat memiliki kepribadian hukum (hak dan kewajiban dan harta kekayaan)

kecuali diperkenankan oleh hukum dalam hal ini berarti negara sendiri.

Kalimat “diperkenankan” diartikan sebagai pengesahan oleh negara melalui

Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Pengadilan Negeri.Berdasarkan

teori fiksi menurut pendapat Karl von Savigny, bahwa setiap bayi yang belum

dilahirkan telah memiliki hak. Artinya bahwa seluruh manusia pada prinsipnya

telah menjadi subyek hukum, namun yang kemudian dikecualikan oleh Undang-

Undang adalah yang dianggap tidak cakap atau tidak mampu.

Sehingga yang membedakan antara subyek hukum yang cakap dan subyek hukum

yang tidak cakap melakukan tindakan hukum adalah berkaitan dengan pemenuhan

tanggung jawab. Bahwa menurut Pasal 2 KUH Perdata yaitu :

“Anak yang masih ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bila mana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tak pernah telah ada”. 53

Dilihat dari Pasal 2 KUH Perdata diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang

masih di dalam kandungan seorang wanita juga sudah dianggap sebagai subyek

hukum atau pembawa hak dan kewajiban apabila kepentingan si anak

53 Ibid, Pasal 2.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

23

menghendakinya. Subyek hukum yang tidak cakap tidak dapat dikenakan

tanggung jawab secara langsung namun melalui pengampu atau curatele nya.

Manusia sebagai Subyek Hukum berakhir apabila:

1) Telah meninggal dunia;

Pasal 1 KUH Perdata menyatakan bahwa :

“Menikmati hak kewarganegaraan tidak teergantung pada hak-hak kenegaraan”. 54

Seorang manusia sebagai pembawa hak dimulai sejak ia dilahirkan

dan berakhir pada saat ia meninggal;

2) Telah dinyatakan oleh Undang-Undang bahwa tidak mampu

bertanggung jawab baik secara pidana maupun perdata;

Menurut Pasal 1330 KUH Perdata manusia yang dinyatakan tidak

mampu bertanggung jawab menurut Undang-Undang adalah orang

yang belum dewasa dan orang-orang yang ditaruh dibawah

pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan jiwa, pemabuk

atau pemboros.

Subyek Hukum yang berbentuk Badan Hukum, berakhir apabila:

1) Membubarkan dirinya, atau;

2) Telah dinyatakan berakhir dalam putusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap (inkracht).55

2.2. Badan Hukum

Istilah badan hukum merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu

rechpersoon. Selain diterjemahkan dalam sebagai badan hukum, beberapa sarjana

menerjemahkan istilah rechtpersoon menjadi pribadi hukum. 56 Namun istilah

54 Ibid, Pasal 1. 55Bahestie Koesnadi, “Subjek Hukum”, http://bahesti.wordpress.com/2012/05/02/tugas-

bab-2-subjek-hukum/, diakses pada 5 Desember 2012, pukul 00.51 WIB. 56 Chidir Ali, Op. Cit, hal 14.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

24

yang resmi digunakan dalan berbagai peraturan perundang-undangan di Indinesia

adalah badan hukum. 57

Badan hukum lahir karena perjanjian dan undang-undang. Mengenai definisinya,

badan hukum atau legal entity atau legal person dalam Black’s Law Dictionary

dinyatakan sebagai a body, other than a natural person, that confuction legally,

sue or be sued, and make decisions throught agents. 58

Badan hukum adalah badan usaha yang berbadan hukum. Menurut Pasal 1654

KUH Perdata pengertian badan hukum, yaitu :

“Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu”. 59

Sementara itu yang merupakan peraturan umum dari badan hukum adalah Pasal

1653 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa badan hukum adalah :

“Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan itu ditiadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik”. 60

Menurut Maijers, badan hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi pendukung

hak dan kewajiban. 61

57Ibid, hal 17. 58 Black, Henry Campbell, Op. Cit, hal. 726. 59Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek),Op. Cit, Pasal 1654. 60Ibid, Pasal 1653. 61 Chidir Ali, Op. Cit, hal 17.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

25

Menurut Logemann, badan hukum adalah suatu personifikasi, yaitu suatu

perwujudan hak dan kewajiban, hukum organisasi menentukan struktur intern dari

personifikasi itu. 62

Menurut R. Subekti, badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan hukum atau

perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti

seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat

di depan hakim. 63

Menurut Rochmat Soemitro, badan hukum ialah suatu badan yang dapat

mempunyai harta, hak serta kewajiban sepeti orang pribadi. 64

Menurut Sri Soedewi Maschun Sofwan, manusia adalah badan pribadi merupakan

manusia tunggal. Selain dari manusia tunggal, dapat juga oleh hukum diberikan

kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain disebut badan hukum yaitu

kumpulan dari orang-orang bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan)

dan kumpulan harta kekayaan, yang ditersendirikan untuk tujuan tertentu

(yayasan). Kedua-duanya merupakan badan hukum. 65

Menurut Purnadi Perbacaraka dan Agus Brotosusilo, pribadi hukum ialah suatu

badan yang memiliki harta kekayaan terlepas dari anggota-anggotanya, dianggap

sebagai subyek hukum mempunyai kemampuan untuk melakukan perbuatan

hukum, mempunyai tanggung jawab dan memiliki hak-hak serta kewajiban-

kewajiban seperti yang dimiliki oleh seseorang. Pribadi hukum ini memiliki

kekayaan tersendiri mempunyai pengurus atau pengelola dan dapat bertindak

sendiri sebagai pihak di dalam suatu perjanjian. 66

62Ibid. 63 Ibid, hal 19. 64Ibid. 65Ibid. 66Ibid, hal 20.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

26

Menurut Wirjono Prodjodikoro, badan yang di samping manusia perseorangan

juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban-

kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. 67

Menurut J.J. Dormeier, bahwa :

a. Persekutuan orang-orang, yang di dalam pergaulan hukum bertindak

selaku seorang saja;

b. Yayasan, yaitu suatu harta kekayaan, yang dipergunakan untuk suatu

maksud yang tertentu, yayasan itu diperlukan sebagai oknum. 68

Menurut E. Utrecht, badan hukum (rechtpersoon) yaitu badan yang menurut

hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, yang tidak berjiwa, atau

lebih tepat yang bukan manusia. Badan hukum sebagai gejala kemasyarakatan

adalah suatu gejala yang riil, merupakan fakta yang benar-benar dalam pergaulan

hukum biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi, kayu,

dan sebagainya. 69

Menurut Molengraaff, badan hukum pada hakikatnya merupakan hak dan

kewajiban dari para anggotanya secara bersama-sama, dan di dalamnya terdapat

harta kekayaan bersama yang tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota tidak hanya

menjadi pemilik bersama untuk keseluruhan harta kekayaan, sehingga setiap

pribadi anggota adalah juga pemilik harta kekayaan yang terorganisasikan dalam

badan hukum itu. 70

67Ibid. 68Ibid, hal 21. 69 Neni Sri Imayati, Hukum Bisnis : Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hal 124. 70 Jimly Asshiddiqie, Op. Cit, hal 69.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

27

Menurut Oetarid Sadino yang menterjemahkan buku L.J Van Apeldoorn yang

berjudul Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht(Pengantar Ilmu

Hukum) yang berkenaan dengan masalah subyek hukum itu menyalin dalam

bahasa Indonesia sebagai berikut :

“Walau demikian, ajaran hukum, dan kini juga undang-undang mengakui adanya purusa atau subyek hukum yang lain daripada manusia. Untuk membedakannya, manusia disebut purusa kodrat (natuurlijke person) yang lain purusa hukum. Akan tetapi ini tidak berarti, bahwa purusa yang demikian itu juga benar-benar hanya berarti, bahwa sesuatu yang bukan purusa atau tak dapat merupakan purusa, diperlakukan seolah-olah ia adalah sesuatu purusa”.71

Istilah purusa kodrat atau purusa hukum (istilah resminya ialah badan hukum)

bersandar pada pandangan (yang berasal dari ajaran hukum kodrat) bahwa

menurut kodratnya manusia adalah subyek hukum dan yang lain-lainnya

memperoleh kewenangan hukumnya dari hukum positif.

Selanjutnya Salim HS berpendapat bahwa badan hukum adalah kumpulan orang-

orang yang mempunyai tujuan (arah yang ingin dicapai) tertentu, harta kekayaan,

serta hak dan kewajiban.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur badan

hukum, antara lain :

1) Mempunyai perkumpulan;

2) Mempunyai tujuan tertentu;

3) Mempunyai harta kekayaan;

4) Mempunyai hak dan kewajiban; dan

5) Mempunyai hak untuk menggugat dan digugat. 72

Keberadaan suatu badan hukum, menurut teori ilmu hukum ditentukan oleh 4

(empat) teori yang menjadi syarat suatu badan hukum agar tergolong sebagai

subyek hukum, yaitu sebagai berikut :

71 Chidir Ali, Op. Cit, hal 16. 72 Salim HS, Op. Cit, hal 26.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

28

a. Teori fiksi (Fictie Theorie)

Menurut Von Safigny, meskipun syarat-syarat dalam peraturan hukum

yang melekat pada manusia tidak ada pada badan hukum, namun

badan hukum boleh dianggap seolah-olah manusia. Dalam pandangan

penganut teori fiksi, badan hukum disamakan dengan manusia hanya

sebagai perumpamaan (fiksi) saja. Sehingga perbuatan hukum yang

dalam pelaksanaannya memerlukan jiwa manusia, seperti ketakutan

dalam suatu paksaan tidak berlaku bagi badan hukum.

Kelemahan teori fiksi adalah teori ini tidak mampu menjawab

permasalahan mengenai siapa yang akan digugat apabila seseorang

mengalami kerugian akibat dari tindakan badan hukum atau siapa

yang akan menggugat apabila perbuatan seseorang merugikan badan

hukum;

b. Teori Organ (Orgaan Theorie)

Otto Von Gierke mengemukakan bahwa badan hukum adalah sesuatu

yang sungguh-sungguh ada di dalam pergaulan hukum yang

mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat-alat (organ-organ)

yang ada padanya (pengurus). Menurut teori ini, peraturan-peraturan

hukum yang tidak berlaku dalam pandangan teori fiksi tetap berlaku

karena badan hukum memiliki organ yang dipandang sebagai jiwa

dari badan hukum tersebut;

c. Teori Kekayaan Tujuan

A Brinz berpendapat bahwa badan hukum bukanlah kekayaan dari

seseorang, melainkan kekayaan itu terikat pada tujuannya. Setiap hak

tidak ditentukan oleh suatu subyek, tetapi ditentukan oleh suatu

tujuan. Kelemahan teori ini adalah teori kekayaan hanya sesuai untuk

badan hukum berbentuk yayasan;

d. Teori Milik Kolektif

Menurut Planiol dan Molengraaf, hak dan kewajiban badan hukum

pada dasarnya juga menjadi hak dan kewajiban anggota secara

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

29

bersama-sama. Sehingga badan hukum hanyalah konstitusi yuridis

yang pada hakekatnya adalah abstrak. 73

H. M. N Purwosutjipto 74 mengemukakan beberapa syarat agar suatu badan dapat

dikategorikan sebagai badan hukum. Persyaratan agar suatu badan dapat

dikatakan berstatus badan hukum meliputi keharusan :

1) Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu yang

terpisah dengan kekayaan pribadi para sekutu atau pendiri badan itu.

Tegasnya ada pemisahan kekayaan perusahaan dengan adanya

kekayaan pribadi para sekutu;

2) Kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama;

3) Adanya beberapa orang sebagai pengurus badan tersebut. 75

Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk menetukan ciri-ciri suatu badan

hukum adalah apabila perusahaan itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Adanya harta kekayaan yang terpisah;

b. Ada hak-hak dan kewajiban;

c. Mempunyai tujuan tertentu, mempuyai kepentingan sendiri, dan;

d. Adanya organisasi yang teratur. 76

Dengan demikian di dalam hukum modern dewasa ini, suatu badan, perkumpulan,

atau suatu perikatan hukum untuk dapat disebut sebagai badan hukum haruslah

memenuhi 5 (lima) unsur persyaratan sekaligus. Ke 5 (lima) unsur persyaratan itu

adalah :

1) Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek hukum yang lain;

73 Komariah, Hukum Perdata, (Malang : UMM Press, 2002), hal 23-24. 74H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Jakarta :

Djambatan, 1982) hal 63 dalam Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan, dan Yurisprudensi, Cetakan Kedua, (Yogyakarta : Total Media, 2009), hal 10.

75Ibid. 76 Ridho Ali,Op. Cit, hal 9.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

30

2) Unsur tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan;

3) Kepentingan subyek hukum dalam lalu lintas hukum;

4) Organisasi kepengurusannya bersifat teratur menurut peraturan

perundang-undangan yang erlaku dan peraturan interalnya sendiri;

5) Terdaftar sebagai badan hukum sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. 77

Konsekuensi pemisahan antara harta kekayaan badan hukum dengan harta pribadi

para pengurus atau anggotanya, adalah sebagai berikut :

a. Perorangan dengan harta pribadi terhadap anggota badan hukum, tidak

berhak menuntut harta badan hukum;

b. Para pengurus/anggota tidak boleh secara pribadi menagih piutang

badan hukum terhadap pihak ketiga;

c. Tidak dibenarkan kompensasi (ganti kerugian) utang pribadi dari

pengurus atau anggota dengan utang badan hukum;

d. Hubungan hukum berupa perjanjian antara pengurus/anggota dengan

badan hukum, disamakan hubungan hukum dengan pihak ketiga;

e. Jika badan hukum pailit, hanya para kreditor saja yang dapat menuntut

harta kekayaan badan hukum. 78

Badan hukum dapat dibedakan menurut bentuknya, peraturan yang mengaturnya,

dan sifatnya, yaitu :

1) Badan hukum menurut bentuknya adalah pembagian badan hukum

berdasarkan pendiriannya, yaitu :

1) Badan Hukum Privat;

2) Badan Hukum Publik, seperti Negara (mulai dari

pemerintah pusat, sampai pemerintah desa), dan instansi

pemertintah. Contohnya seperti:

77 Jimmy Asshidiqie, Op. Cit, hal 77. 78Marwan Mas, Op. Cit, hal 30.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

31

a) Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang

terdiri dari :

I. Universitas Airlangga (UNAIR);

II. Universitas Gadjah Mada (UGM);

III. Universitas Indonesia (UI);

IV. Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI);

V. Universitas Sumatera Utara

(USU);

VI. Institut Pertanian Bogor (IPB);

VII. Institut Teknologi Bandung (ITB);

VIII. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP

MIGAS).

Pada tahun 2009, bentuk Badan Hukum Milik

Negara digantikan dengan badan hukum

pendidikan pemerintah sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan

Hukum Pendidikan. Undang-Undang tersebut

kemudian dibatalkan oleh Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 11-14-21-126-136/PUU-

VII/2009 tanggal 31 Maret 2010, yang

membuat pemerintah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan yang

mengembalikan status perguruan tinggi Badan

Hukum Milik Negara menjadi perguruan

tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.

b) Lembaga Sensor Film (LSF), dasar hukumnya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

32

Perfilman dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 1994 tentang

Lembaga Sensor Film;

c) Komisi Olahraga Nasional Indonesia (KONI),

dasar hukumnya Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 43 Tahun 1984 tentang

Komite Olahraga Nasional Indonesia dan

Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, dan Tata Kerja Departemen;

d) Komisi Perlindungan Anak Nasional (KPAI),

dasar hukumnya Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 77 Tahun 2003 tentang

Komisi Pelindungan Anak Indonesia;

e) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dasar

hukumnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal Awal

Lembaga Penjamin Simpanan;

f) Badan Layanan Umum, dan lain sebagainya.

3) Badan hukum menurut peraturan yang mengaturnya adalah

suatu pembagian badan hukum yang didasarkan atas

ketentuan yang mengatur badan hukum tersebut. Ada 2

(dua) macam badan hukum, yaitu :

a. Badan hukum yang terletak dalam lapangan

hukum perdata BW (Burgelijk Wetboek);

b. Badan hukum yang terletak dalam lapangan

hukum perdata adat;

c. Badan hukum menurut sifatnya.79

79 Salim HS, Op. Cit, hal 26.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

33

Chidir Ali mengemukakan macam badan hukum publik dan badan hukum privat

(badan hukum perdata), sebagai berikut :

1) Badan hukum publik dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu :

a. Badan hukum yang mempunyai teritorial

Suatu badan hukum itu pada umumnya harus

memperhatikan atau menyelenggarakan kepentingan

mereka yang tinggal di dalam daerah atau wilayahnya,

misalnya Negara Republik Indondesia itu mempunyai

wilayah dari Sabang sampai Merauke. Propinsi Jawa Barat,

kotapraja-kotapraja masing-masing mempunyai wilayah

selain itu ada juga badan hukum yang hanya

menyelenggarakan kepentingan beberapa orang saja seperti

subak di Bali merupakan organisasi kemasyrakatan yang

khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan

dalam cocok tanam padi di Bali;

b. Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial

Suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib

hanya untuk tujuan tertentu saja, contohnya Bank Indonesia

adalah badan hukum yang dibentuk yang berwajib hanya

untuk tujuan yang tertentu saja, yang dalam bahasa Belanda

disebut publicekrechtelijke doel corporatie dan oleh

Soenawar Soekawati disebut badan hukum kepentingan dan

Perusahaan Negara yang bergerak di bidang tertentu.Badan

hukum tersebut dianggap tidak mempunyai tertiorial, atau

teritorialnya sama dengan teritorialnya negara.

2) Badan hukum privat

Dalam badan hukum privat yang penting ialah badan-badan hukum

yang terjadi atau didirikan atas pernyataan kehendak dari orang-

perorangan. Di samping ini badan hukum publik pun dapat juga

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

34

mendirikan suatu badan hukum keperdataan. Contoh badan hukum

privat, antara lain, yaitu perkumpulan (vereniging) diatur dalam Pasal

1653 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, juga Staatsblad 1870-64

dan Staatsblad 1939-570;80

Perbedaan antara badan hukum publik dengan badan hukum perdata, terletak pada

bagaimana carapendiriannya badan hukum tersebut, seperti yang diatur di dalam

Pasal 1653 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu ada tiga macam, yakni :

1) Badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum (Pemerintah atau

Negara), misalnya Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II atau Kotamadya,

Bank-bank yang didirikan oleh negara, dan sebagainya;

2) Badan hukum yang diakui oleh pemerintah atau kekuasaan umum, misalnya

perkumpulan-perkumpulan, gereja dan organisasi-organisasi keagamaan,

dan sebagainya;

3) Badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan suatu maksud

tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan

(badan hukum dengan konstruksi keperdataan). 81

Untuk menentukan sesuatu badan hukum termasuk badan hukum publik atau

termasuk badan hukum privat, dalam stelsel hukum Indonesia dapat digunakan

kriteria sebagai berikut :

a. Dilihat dari cara pendiriannya atau terjadinya, artinya badan hukum

itu diadakan dengan konstruksi hukum publik yaitu didirikan oleh

penguasa (negara) dengan undang-undang atau peraturan-peraturan

lainnya;

b. Lingkungan kerjanya, yaitu apakah dalam melaksanakan tugasnya

badan hukum itu pada umumnya dengan publik atau umum

melakukan perbuatan-perbuatan hukum perdata, artinya bertindak

80 Chidir Ali, Op. Cit, hal 62-63. 81 Riduan Syahrani, Op. Cit, hal 57.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

35

dengan kedudukan yang sama dengan publik atau umum atau tidak.

Jika tidak, maka badan hukum itu merupakan badan hukum publik;

c. Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan

oleh penguasa (negara) itu diberi wewenang untuk membuat

keputusan, ketetapan atau peraturan yang mengikat umum. Jika ada

wewenang publik, maka badan hukum tersebut adalah badan hukum

publik. 82

Demikianlah, jika ke 3 (tiga) kriteria (unsur) itu terdapat pada suatu badan atau

badan hukum, maka dapat disebut badan hukum publik. Dalam hal ini penulis

akan membahas badan hukum publik yang berkaitan dengan Badan Layanan

Umum (BLU).

2.3 Badan Layanan Umum

Pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering digunakan oleh banyak

pihak, baik dari kalangan praktisi maupun ilmuwan, dengan makna yang berbeda-

beda. Dalam sejarah perjalanan administrasi publik, pelayanan publik dipahami

secara sederhana sebagai pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Semua barang dan jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah kemudian disebut

sebagai pelayanan publik. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, definisi Pelayanan Publik adalah :

“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik”. 83

Literatur umumnya menjelaskan bahwa “whatever government does is public

service”. Pendapat seperti itu dahulu dimaklumi karena pemerintah pada masa itu

hanya peduli untuk menyelenggarakan pelayanan yang menjadi barang publik

82Chidir Ali, Op. Cit, hal 62. 83 Indonesia (d), Op. Cit, UU No, 25 Tahun 2009, Pasal 1 angka (1).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

36

atau pelayanan yang menurut kesepakatan politik dan pertimbangan moral dinilai

penting bagi kehidupan warganya.

Namun ketika telah terjadi transformasi atau perubahan peran pemerintah dan non

pemerintah dalam penyelenggaraan layanan yang menjadi hajat hidup orang

banyak definisi pelayanan publik di atas kiranya sudah menjadi tidak relevan lagi.

Salah satu tranformasi yang terjadi adalah transformasi dalam ranah korporasi.

Korporasi menjadi tidak hanya memproduksi barang privat tetapi juga barang dan

jasa semi publik serta barang dan jasa yang sebelumnya menjadi domain

pemerintah untuk memproduksi dan menyediakannya.

Di negara-negara maju, keterlibatan korporasi dan lembaga nirlaba dalam

penyelenggaraan layanan publik dengan mudah dapat dipahami karena adanya

insentif pajak yang diberikan kepada perseorangan dan korporasi agar

mendonasikan sebagian dari hartanya untuk kegiatan sosial.

Di Indonesia, transformasi peran korporasi dan lembaga non pemerintah dalam

pelayanan publik dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga tersebut yang

bergerak dalam penyelenggaraan barang dan jasa yang dahulunya merupakan

domain pemerintah, seperti pelayanan pendidikan dasar, kesehatan, penyantunan

terhadap yatim piatu, pembinaan terhadap anak jalanan, dan sebagainya.84

Pelayanan publik merupakan isu yang sangat penting dan strategis sebagai sarana

interaksi antara pemerintah dan rakyatnya. Rakyat dengan sukarela membayar

pajak dan memberikan mandat kepada pemerintah untuk menggunakan pajak

tersebut guna melayani kebutuhan barang dan jasa dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Selain itu pelayanan publik sering disebut juga sebagai

pelayanan konstitusional. Pernyataan ini disebabkan oleh klausul-klausul atau

ketentuan-ketentuan dalam konstitusi semua negara yang menyebutkan bahwa

negara harus memberikan fasilitas kepada warga negara. Dari konstitusi 165

84 Agus Dwiyanto, Op. Cit, hal 14.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

37

(seratus enam puluh lima) negara yang ada di dunia, ditemukan bahwa 116

(seratus enam belas) mengatur hak warga negara untuk memperoleh pendidikan,

73 (tujuh puluh tiga) diantaranya hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, 95

(sembilan puluh lima) konstitusi mengatur hak warga negara untuk memperoleh

pendidikan gratis, dan 29 (dua puluh sembilan) konstitusi yang mengatur hak

warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.85

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi

kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa, dan

pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggaraan pelayanan

publik. Terkait dengan pelayanan publik dimaksud, Undang-Undang Dasar 1945

mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga

negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas penyelenggaraan suatu

pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan

publik.

Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih

dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta

kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari

masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung

maupun melalui media massa, terkait dengan prosedur yang berbelit-belit, tidak

ada kepastian jangka waktu, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak

transparan, petugas yang tidak professional, sehingga menimbulkan citra yang

kurang baik terhadap pemerintah.

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan

pemerintah. Dengan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang tersebut, instansi

pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada

masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan

menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip pokok yang

85 Ibid, hal 34.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

38

tertuang dalam kedua undang-undang tersebut seperti prinsip prokdutivitas,

efisiensi, dan efektivitas menjadi dasar penetapan instansi pemerintah untuk

menerapkan pengelolaan keuangan BLU. BLU ini diharapkan dapat menjadi

langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi

meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

khususnya Pasal 68 dan Pasal 69. Pasal 68 ayat (1) menyatakan bahwa :

“Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. 86

Selanjutnya Pasal 69 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa :

3) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;

4) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementrian. 87

Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah telah menerbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengeloaan Keuangan

Badan Layanan Umum, yang secara khusus mengatur mengenai tujuan, asas,

persyaratan, penetapan dan pencabutan Pola Pengeloaan Keuangan Badan

Layanan Umum (PPK-BLU), penetuan standar dan tarif layanan, pengelolaan

kepegawaian serta pengaturan mengenai remunerasi bagi pengelola Badan

Layanan Umum.

Terkait dengan pembentukan Badan Layanan Umum, sebagai kebijakan teknis

operasional Menteri Keuangan telah mengeluarkan 4 (empat) Peraturan Menteri

Keuangan, yaitu :

86 Indonesia (e), Op. Cit, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 68 ayat (1).

87Ibid, Pasal 69 ayat (1) dan (2).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

39

1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan

Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menetapkan

Pola Pengeloaan Keuangan Badan Layanan Umum;

2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang atau Jasa Pada Badan

Layanan Umum;

3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan Layanan

Umum, dan;

4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola

Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum.

Pengertian BLU menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :

“Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.” 88

Pengertian BLU ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya

yaitu dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yaitu :

“Badan Layanan Umum adalah suatu badan usaha pemerintah yang tidak bertujuan mencari laba, meningkatkan kualitas layanan publik dan memberikan otonomi, baik milik Pemerintah pusat maupun daerah.” 89

BLU terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

a. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah

88Ibid, Pasal 1 angka 23. 89 Indonesia (f), Op. Cit, PP RI No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan BLU,

Pasal 1 angka 1.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

40

sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;

b. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi

otorita pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu, dan;

c. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola

dana bergulir, dana Usaha Kecil Menengah, penerusan pinjaman dan

tabungan pegawai.90

Penjelasan tersebut secara spesifik menunjukkan karakteriktik entitas BLU, yaitu:

a. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang kekayaannya tidak

dipisahkan dari kekayaan negara;

b. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;

c. Tidak bertujuan untuk mencarai laba;

d. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala

korporasi;

e. Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya

dikonsolidasikan pada instansi induk yang membawahinya;

f. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan

secara langsung;

g. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai

negeri sipil;

h. BLU bukan subyek pajak. 91

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU yaitu :

“BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan

90 Joko Supriyanto dan Suparjo, “Badan Layanan Umum : Sebuah Pola Pemikiran Baru

atas Unit Pelayanan Masyarakat”, http://vgsiahaya.wordpress.com/artikel/badan-layanan-umum-sebuah-pola-pemikiran-baru-atas-unit-pelayanan-masyarakat/, diakses pada 6 Desember 2012, pukul 00.19 WIB.

91Ibid.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

41

berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat”. 92

Adapun asas-asas BLU menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, adalah :

1) “BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan;

2) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk;

3) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan;

4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/ walikota;

5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan;

6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah;

7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat”. 93

Contoh Badan Layanan Umum di Indonesia yang sudah didirikan berdasarkan

kebutuhannya misalnya BLU Transjakarta Busway, Rumah Sakit Pemerintah

Daerah, contohnya di Kota Sumatera Utara RSUD Pirngadi-Medan, RSUD

Djasamen Saragih, P.Siantar, RSUD Lubuk Pakam, RSUD Rantauprapat, RSUD

Sidikalang, RSUD dr Djoelham, Binjai, RSUD dr.FL.Tobing, Sibolga, serta

RSUD Kabanjahe, dan Pusat Pembiayaan Pembagunan Hutan, contohnya seperti

Hutan Tanaman Rakyat di Kota Sumatera Utara, dan Maluku Utara, serta Hutan

Tanaman Industri di Kota Sumatera Selatan.

92Indonesia (f), Op. Cit, PP RI No. 23 Tahun 2005 Tentang BLU Pengelolaan Keuangan,

Pasal 2. 93 Ibid, Pasal 3.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

42

2.4 Analisis terhadap BLU Transjakarta-Busway

2.4.1 Pembahasan Analisis Terhadap BLU Transjakarta-Busway

Dalam tulisan ini Penulis akan membahas contoh Badan Layanan Umum di

Indonesia yang sudah berjalan di Indonesia, salah satu contohnya ialah

Transjakarta.

2.4.2 BLU Transjakarta-Busway

2.4.2.1 Profil BLU Transjakarta-Busway

Ini adalah gambaran secara keseluruhan mengenai perusahaan Bus

Transjakarta atau yang disebut Badan Layanan Umum Transjakarta

Busway.

2.4.2.2 Sejarah Perusahaan BLU Transjakarta-Busway

BLU Transjakarta Busway merupakan lembaga non struktural

Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (untuk

selanjutnya disebut Pemprov DKI Jakarta) yaitu Badan Pengelola

Transjakarta Busway yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur

Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003

tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola

Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. oleh

karena adanya perubahan mekanisme pengelola keuangan, maka

Badan Pengelola Transjakarta Busway diubah menjadi lembaga

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

43

struktural dan menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas Perhubungan

Pemprov DKI Jakarta yang akan menerapkan PPK BLU sesuai

dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun

2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan

Layanan Umum Transjakarta Busway.

BLU Transjakarta Busway merupakan lembaga yang berada di bawah

Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. Sebagaimana lembaga

lainnya, BLU Transjakarta Busway memiliki visi dan misi lembaga

untuk mengatur jalannya BLU Transjakarta Busway. Kesesuaian

antara visi dan misi yang diuraikan dalam sub bab 2.4.2.3 BLU

Transjakarta Busway dengan dampak dari pembangunan modal

transportasi massa ini menjadi menarik untuk dilihat karena banyak

hal terjadi, baik yang bersifat positif maupun negatif, setelah

kemunculan BLU Transjakarta Busway di jalanan ibukota.

Latar belakang didirikannya BLU Transjakarta Busway, yaitu :

1) Jumlah kendaraan di DKI Jakarta 6,3 (enam koma tiga)

juta (rata-rata meningkat 11% (sebelas persen) tahun);

2) Penambahan kendaraan sebanyak 296 (dua ratus sembilan

puluh enam) unit kendaraan roda empat per hari;

3) Setiap hari 600.000 (enam ratus ribu) kendaraan dari

Botabek masuk ke Jakarta (mengangkut 1,2 (satu koma

dua) juta orang) per hari;

4) Rasio kendaraan pribadi dengan kendaraan umum adalah

92 : 8 (Sembilan puluh dua berbanding delapan);

5) Dari total 17 (tujuh belas) juta perjalanan per hari, 47%

(empat puluh tujuh persen) ditempuh dengan kendaraan

pribadi, 53% (lima puluh tiga persen) dengan kendaraan

umum;

6) Kondisi angkutan umum sangat memprihatinkan dan

setiap tahun jumlahnya berkurang;

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

44

7) Kerugian akibat kemacetan lalu lintas Rp. 12,8 (dua belas

koma delapan) triliun per tahun (nilai waktu, biaya, bahan

bakar, biaya kesehatan). 94

Selain itu, tujuan dari pembangunan sistem Transjakarta Busway.

adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan

menggunakan suatu sistem transportasi yang aman.

nyaman, dan handal;

2) Menciptakan sistem transportasi dengan jalur yang

terpisah dari lalu lintas umum untuk kemudahan

aksesibilitas;

3) Menciptakan sistem transportasi dengan pelayanan yang

terjadwal dengan baik;

4) Meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

penumpang bus umum;

5) Meningkatkan pelayanan angkutan umum yang

terintegrasi;

6) Menciptakan sistem transportasi yang dapat meningkatkan

efisiensi operator bus;

7) Meningkatkan sistem pengumpulan pendapatan tiket yang

efektif. 95

BLU TransjakartaBusway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat

atau Bus Rapid Transit di Jakarta, Indonesia. Sistem ini dimodelkan

berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia.

Meskipun Busway di Jakarta meniru negara lain (seperti Kolombia,

Jepang, dan Australia), namun Jakarta memiliki jalur yang terpanjang

dan terbanyak. Sistem transportasi umum Transjakarta Busway, mulai

94 Transjakarta Busway, Company Profile Transjakarta Busway, (Jakarta: 2007),hal 8. 95Ibid.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

45

dioperasikan pada tanggal 15 Januari 2004 Koridor 1 jurusan Blok M

menuju Kota.

Dalam pengoperasian Transjakarta Busway memiliki 186 halte yang

terdapat di 10 koridor dimana pada setiap halte terdapat akses untuk

pejalan kaki yang terhubung dengan jembatan penyeberangan

sehingga mempermudah pengguna layanan Trasjakarta Busway.

Selain itu, di halte juga terdapat fasilitas informasi rute, pintu

otomatis, loket pembelian tiket, serta pintu barrier sebagai jalan

masuk dan jalan keluar bagi pengguna jasa layanan.

Saat ini tahun 2012 jumlah armada bis single 472 (empat ratus tujuh

puluh dua) unit, bis gandeng 52 (lima puluh dua) unit, dimana bis-bis

tersebut dioperasikan berdasarkan rencana operasi yang terjadwal di

10 (sepuluh) koridor. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam

operasional Transjakarta Busway sekitar 3.500 (tiga ribu lima ratus)

orang, terdiri dari pramudi, petugas pengamanan, petugas tiket, dan

petugas kebersihan. Sebagai salah satu upaya mendekatkan dengan

konsumen guna memberikan pelayanan terbaik, maka pihak

Transjakarta Busway membuka sistem informasi online yang dapat

diakses oleh masyarakat melakui situs resmi Transjakarta Busway,

dimana dengan mengakses situs tersebut masyarakat dapat

menyampaikan kritik maupun saran guna memberikan evaluasi dan

pengawasan kinerja dari pihak Transjakarta Busway.

2.4.2.3 Visi dan Misi BLU Transjakarta-Busway

Visi BLU Transjakarta Busway, yaitu busway sebagai angkutan umum

yang mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, aman,

nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya, dan bertaraf internasional. 96

96Ibid, hal 9.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

46

Misi Transjakarta Busway, yaitu :

1) Melaksanakan reformasi sistem angkutan umum dan

budaya penggunaan angkutan umum;

2) Menyediakan pelayanan yang lebih dapat diandalkan,

berkualitas tinggi, berkeadilan dan berkesinambungan di

DKI Jakarta;

3) Memberikan solusi jangka menengah dan jangka panjang

terhadap permasalahan di sektor angkutan umum;

4) Menerapkan mekanisme pendekatan dan sosialisasi

terhadap stakeholder, dan sistem transportasi terintegrasi;

5) Mempercepat implementasi sistem jaringan Busway di

Jakarta sesuai aspek kepraktisan, kemampuan masyarakat

untuk menerima sistem tersebut, dan kemudahan

pelasanaan;

6) Mengembangkan struktur institusi yang berkesinambungan;

7) Mengembangkan lembaga pelayanan masyarakat dengan

pengelolaan keuangan yang berlandaskan good corporate

governance, akuntabilitas, dan transparansi. 97

2.5 Prosedur dan Mekanisme Pendirian BLU

Pendirian BLU didasarkan pada Pasal 68 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara, yang menyatakan bahwa:

“BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. 98

Selanjutnya Pasal 69 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa :

1) “Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;

97Ibid. 98 Indonesia (f), Op. Cit, PP RI No. 23 Tahun 2005 Tentang BLU Pengelolaan Keuangan,

Pasal 68 ayat (1).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

47

2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementrian”. 99

Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undang-undang tersebut

menjadi dasar penetapan instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan

keuangan BLU. BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam

pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan

pemerintah kepada masyarakat.

Pasal 68 dan 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan

Negara memungkinkan instansi pemerintah membentuk BLU. Peluang ini secara

khusus disediakan kesempatannya bagi satuan-satuan kerja pemerintah yang

melaksanakan tugas operasional pelayanan publik (seperti layanan kesehatan,

pendidikan, pengelolaan kawasan, dan lisensi), untuk membedakannya dari fungsi

pemerintah sebagai regulator dan penentu kebijakan.

Prosedur dan mekanisme pendirian BLU menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan BLU, yaitu :

1) Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan Pengelolaan Keuangan BLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif;

2) Persyaratan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan: a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum; b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan

meningkatkan perekonomian masyarakat ataulayanan umum; dan/atau

c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

3) Persyaratanteknissebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatas terpenuhi apabila: a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak

dikelola dan ditingkatkanpencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepalaSKPD sesuai dengan kewenangannya; dan

99Ibid, Pasal 69 ayat (1) dan (2).

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

48

b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkandalam dokumen usulan penetapan BLU.

4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut : a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,

keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; b. pola tata kelola; c. rencana strategis bisnis; d. laporan keuangan pokok; e. standar pelayanan minimum; dan f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit

secara independen. 5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya;

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya”.100

Dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Persyaratan substantif, yaitu :

a. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang

berhubungan dengan:

a) Penyediaan barang atau jasalayanan umum,

seperti pelayanan di bidang kesehatan,

penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan

jasa penelitian dan pengembangan ;

b) Pengelolaan wilayah atau kawasan tertentu

untuk tujuan meningkatkan perekonomian

masyarakat atau layanan umum seperti otorita

dan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu, atau;

c) Pengelolaan dana khusus dalam rangka

meningkatkan ekonomi atau pelayanan kepada

100 Indonesia (f), Op. Cit, PP RI No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan BLU, Pasal 4.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

49

masyarakat, seperti pengelola dana bergulir

untuk usaha kecil dan menengah.

d) Bidang layanan umum yang diselenggarakan

bersifat operasional yang menghasilkan semi

barang atau jasa publik (quasi public goods).

e) Dalam kegiatannya tidak mengutamakan

keuntungan.

2) Persyaratan teknis, yaitu :

a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya

layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui

BLU sebagaimana direkomendasikan oleh Menteri

Keuangan atau pimpinan lembaga atau kepala SKPD

sesuai dengan kewenangannya, dan;

b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan

sehat sebagaimana ditunjukan dalam dokumen usulan

penetapan BLU.

3) Persyaratan administratif, yaitu :

a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja

pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat.

Pernyataan kesanggupan tersebut disusun sesuai dengan

format yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 dan bermaterai,

ditandatangani oleh pimpinan satuan kerja Instansi

Pemerintah yang mengajukan usulan untuk menerapkan

PPK-BLU dan disetujui oleh menteri atau pimpinan

lembaga terkait;

b. Pola tata kelola merupakan peraturan internal satuan kerja

Instansi Pemerintah yang menetapkan:

a) Organisasi dan tata laksana, yang memuat

antara lain struktur organisasi, prosedur kerja,

pengelompokan fungsi yang logis,

ketersediaan dan pengembangan sumber daya

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

50

manusia;

b) Akuntabilitas,yaitu:mempertanggungjawabkan

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada satuan

kerja Instansi Pemerintah bersangkutan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

periodik, meliputi akuntabilitasprogram,

kegiatan, dan keuangan;

c) Transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan

kewenangan, dan ketersediaan informasi

kepada publik.

c. Rencana strategis bisnis, mencakup:

a) Visi, yaitu suatu gambaran yang menantang

tentang keadaan masa depan yang berisikan

cita dan citra yang ingin diwujudkan;

b) Misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau

dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar

tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil

dengan baik;

c) Program strategis, yaitu program yang berisi

proses kegiatan yang berorientasi pada hasil

yang ingin dicapai selama kurun waktu 1

(satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan

memperhitungkan potensi, peluang, dan

kendala yang ada atau mungkin timbul; dan

d) Kesesuaian visi, misi, program, kegiatan, dan

pengukuran pencapaian kinerja;

e) Indikator kinerja lima tahunan berupa

indikator pelayanan, keuangan, administrasi,

dan sumber daya manusia;

f) Pengukuran pencapaian kinerja, yaitu

pengukuran yang dilakukan dengan

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

51

menggambarkan apakah hasil kegiatan tahun

berjalan dapat tercapai dengan disertai analisis

atas faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi tercapainya kinerja tahun

berjalan.

d. Laporan keuangan pokok, terdiri atas:

a) Kelengkapan laporan:

i. Laporan Realisasi Anggaran atau

Laporan Operasional Keuangan,

yaitu laporan yang menyajikan

ikhtisar sumber, alokasi, dan

pemakaian sumber daya ekonomi

yang dikelola, serta

menggambarkan perbandingan

antara anggaran dan realisasinya

dalam suatu periode pelaporan

yang terdiri atas unsur pendapatan

dan belanja;

ii. Neraca atau Prognosa Neraca,

yaitu dokumen yang

menggambarkan posisi keuangan

mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas pada tanggal tertentu;

iii. Laporan Arus Kas, yaitu dokumen

yang menyajikan informasi kas

sehubungan dengan aktivitas

operasional, investasi, dan

transaksi nonanggaran yang

menggambarkan saldo awal,

penerimaan, pengeluaran, dan

saldo akhir kas selama periode

tertentu;

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

52

iv. Catatan atas Laporan Keuangan,

yaitu dokumen yang berisi

penjelasan naratif atau rincian dari

angka yang tertera dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca atau

Prognosa Neraca, dan Laporan

Arus Kas disertai laporan

mengenai kinerja keuangan.

b) Kesesuaian dengan standar akuntansi;

c) Hubungan antara laporan keuangan;

d) Kesesuaian antara keuangan dan indikator

kinerja yang ada di rencana strategis;

e) Analisis laporan keuangan.

e. Standar Pelayanan Minimum (SPM) merupakan ukuran

pelayanan yang harus dipenuhi oleh satuan kerja instansi

pemerintah untuk menerapkan program kerjaBLU. SPM

ditetapkan oleh Menteri Keuangan atau pimpinan lembaga

dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada

masyarakat yang harus mempertimbangkan kualitas

layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya serta

kemudahan memperoleh layanan. SPM sekurang-

kurangnya mengandung unsur:

a) Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan

oleh Satuan Kerja (SatKer). Jenis kegiatan

merupakan pelayanan yang diberikan oleh

SatKer baik pelayanan ke dalam (SatKer itu

sendiri) maupun pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat. Jenis kegiatan ini

merupakan tugas dan fungsi dari SatKer yang

bersangkutan;

b) Rencana pencapaian SPM. SatKer menyusun

rencana pencapaian SPM yang memuat target

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

53

tahunan pencapaian SPM dengan mengacu

pada batas waktu pencapaian SPM sesuai

dengan peraturan yang ada;

c) Indikator pelayanan. SPM menetapkan jenis

pelayanan dasar, indikator SPM dan batas

waktu pencapaian SPM;

d) Adanya tanda tangan pimpinan satuan kerja

yang bersangkutan dan menteri/pimpinan

lembaga.

f. Laporan audit terakhir, merupakan laporan auditor tahun

terakhir sebelum SatKer instansi pemerintah yang

bersangkutan diusulkan untuk menerapkan program kerja

BLU. Dalam hal SatKer instansi pemerintah tersebut

belum pernah diaudit, SatKer instansi pemerintah

dimaksud harus membuat pernyataan bersedia untuk

diaudit secara independen yang disusun dengan mengacu

pada formulir yang telah ditetapkan.101

Setelah prosedur dan mekanisme dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

BLU tersebut diatas yang terdiri dari 3 (tiga) persyaratan yaitu persyaratan

substantif, teknis, dan administratif terpenuhi dan dipatuhi maka BLU dapat

dijlankan.

2..6 Kewenangan, Tugas, dan Kewajiban Organ-Organ Badan Layanan

Umum

101 Dwijayanto, “Aspek Legal Badan Layanan Hukum (BLU)”,

http://sdwijayanto.blogspot.com/2008/11/aspek-legal-badan-layanan-umum-blu.html, diakses pada 6 Desember 2012, Pukul 02.38 WIB.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

54

Di lingkungan pemerintahan di Indonesia, terdapat banyak satuan kegiatan yang

berpotensi untuk dikelola secara lebih efisien dan efektif melalui pola Badan

Layanan Umum. Ada yang mendapatkan imbalan dari masyarakat dalam proporsi

yang signifikan terkait dengan pelayanan yang diberikan, dan ada pula yang

bergantung sebagian besar pada dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

SatKer yang memperoleh pendapatan dari layanannya dalam porsi signifikan,

dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola sumber daya untuk meningkatkan

pelayanan yang diberikan.

Kewenangan BLU adalah mengelola keuangan negara. Hal ini diatur dalam Pasal

1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum, yaitu :

“PPK-BLU adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek- praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya”.102

PPK-BLU merupakan konsep baru dalam pengeloaan keuangan Negara. PPK-

BLU memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-

praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan pada umumnya.

Sebuah SatKer atau unit kerja dapat ditingkatkan statusnya sebagai BLU.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan BLU, BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan

kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh Menteri Keuangan. Demikian pula

dalam pertanggungjawabannya, BLU harus mampu menghitung dan menyajikan

102 Indonesia (f), Op. Cit, PP RI No. 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

BLU, Pasal 1 angka 2.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

55

anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah

direalisasikan.

Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan BLU, BLU bertugas sebagai unit kerja kementrian

Negara lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang

pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk

yang bersangkutan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan BLU, BLU berkewajiban menghitung harga pokok dari layanannya

dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh Menteri Keuangan.

Demikian pula dalam pertanggungjawabannya, BLU harus mampu menghitung

dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan

yang telah direalisasikan.

Dengan demikian, BLU diharapkan tidak sekedar sebagai format baru bagi

pengelolaan keuangan, tetapi BLU diharapkan untuk menyuburkan pewadahan

baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan

pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Kewenangan, tugas dan kewajiban organ-organ dalam BLU dijelaskan dalam

Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan BLU, yaitu :

(1) “Pejabat pengelola BLU terdiri atas: a. Pemimpin; b. Pejabat keuangan; dan c. Pejabat teknis.

(2) Pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan BLU yang berkewajiban:

a. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU; b. menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran(RBA)

tahunan; c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis

sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan d. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional

dan keuangan BLU.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

56

(3) Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang berkewajiban: a. mengkoordinasikan penyusunan RBA; b. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU; c. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja; d. menyelenggarakan pengelolaan kas; e. melakukan pengelolaan utang-piutang; f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan

investasi BLU; g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

(4) Pejabat teknis BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang masing-masing yang berkewajiban: a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya; b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya”.103

2..7 Prosedur dan Mekanisme Pendirian BLU Transjakarta-

Buswaysehingga Badan Layanan Umum Transjakarta Busway dibuat

berdasarkan Keputusan Gubernur

Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Mobilitas yang

sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota

membutuhkan alat-alat transportasi untuk membantu dalam kelangsungan hidup

mereka. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi,

dinas perhubungan menyediakan berbagai macam fasilitas transportasi baik jalur

darat, jalur laut, maupun jalur udara.

Namun seiring berjalannya waktu dan semakin kompleksnya kebutuhan

masyarakat, alat transportasi publik ini mulai menimbulkan permasalahan baik

bagi masyarakat sendiri maupun bagi pemerintah. Kondisi angkutan umum sudah

banyak yang tidak layak lagi untuk beroperasi dan juga kenyamanan dan

keamanan masyarakat sebagai pengguna angkutan umum sudah mulai diragukan

dan dipertanyakan. Banyaknya armada angkutan umum dan kendaraan pribadi

103Ibid, Pasal 32.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

57

yang beroperasi di jalan-jalan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (selanjutnya disebut

DKI Jakarta), membuat tingkat kemacetan di DKI Jakarta semakin tinggi

sedangkan infrastrukturnya tidak memadai.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi

semakin tingginya tingkat kemacetan dan semakin buruknya kondisi alat

transportasi publik yang beroperasi di DKI Jakarta adalah dengan menggagas

untuk membuat sarana transportasi makro bagi penduduk Jakarta guna

mengurangi kemacetan yang ada.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta adalah dengan mendirikan

Busway atau BLU Transjakarta Busway didukung dengan dikeluarkannya

Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang

Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway

Propinsi DKI Jakarta yang telah diperbaharui dengan Peraturan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata

Kerja BLU Transjakarta-Busway.

Menurut Pasal 2 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006

tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway,

pembetukan Transjakarta Busway adalah :

“Dengan peraturan Gubernur ini dibentuk BLU Transjakarta Busway”. 104

Transjakarta Busway ini merupakan sistem transportasi bus cepat di DKI Jakarta,

sistem ini dimodelkan berdasarkan sistem Transmilenio yang sukses di Bogota,

Kolombia. Agar terjangkau oleh masyarakat harga tiket Trasnjakarta Busway ini

disubsidi oleh pemerintah.

Pembentukan BLU Transjakarta tidak berbeda dengan BLU-BLU lainnya harus

memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah

104 Indonesia (m), Op. Cit, PerGub No. 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway, Pasal 2.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

58

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan BLU seperti yang

telah dijelaskan dalam prosedur dan mekanisme BLU pada sub bab 2.6 diatas.

BLU Transjakarta Busway dibuat berdasarkan Keputusan Gubernur karena

menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

Tentang Pengelolaan Keuangan, BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian

negara/lembaga/pemerintah daerah yang artinya merupakan bagian perangkat dari

pemerintah daerah. Pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta dipimpin oleh

Gubernur, Gubernur merupakan pejabat yang ditunjuk sebagai wakil dari Menteri

untuk mengelola BLU yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan

penyelenggaraan pelayanan umum, oleh karenanya setiap BLU yang dibuat harus

berdasarkan oleh Keputusan Gubernur atau Kepala Pemerintahan Daerah

setempat.

2..8 Kewenangan, Tugas, dan Kewajiban Organ-Organ Badan Layanan

Umum TransjakartaBuswaysebelum dan sesudah dikeluarkannya

Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan,

Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta-

Busway

BLU Transjakarta Busway semula merupakan lembaga nonstruktural dari

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola (BP) Transjakarta

Busway, sebagaimana diatur dalam Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta

Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi DKI Jakarta BLU Transjakarta

Buswayyang telah diperbaharui dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU

Transjakarta-Busway.

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006

tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta-Busway,

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

59

BLU Transjakarta Busway diubah menjadi lembaga struktural dan menjadi Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perhubungan yang memiliki kewenangan dalam

pengelolaan keuangan berbasis Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK-BLUD), dan memberikan pelayanan kepada masyarakat

pengguna busway.

Menurut Pasal 4 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, tugas

BLU Transjakarta Busway, yaitu :

1. “Menyelenggarakan pengelolaan system angkutan umum busway; 2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatas, Badan Pengelola mempunyai fungsi : a. PerencanaandanpemrogramansistemBusway; b. Pengoperasian Busway yang terdiri dari jaringan utama

(trunk) dan jaringan pengumpan (feeder); c. Pemilihan dan penetapan pemilihan dan penetapan

operator dalam sistem Busway; d. Penyusunandanpengendalianstandarpelayananoperasional; e. Pengawasan dan pengendalian seluruh sistem

pengoperasian Busway; f. Pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana yang

menjadi tanggung jawabnya; g. Koordinasi pembangunan dan perawatan sarana dan

prasarana yang menjadi kewenangan unit/instansi lain; h. Pengelolaandanpengendalian sistemtiket; i. Pengaturan, penghitungan, dan pengawasan distribusi

aliran dana pendapatan operasional. 105

Menurut Pasal 5 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, organ-

organ BLU Transjakarta Busway, yaitu :

“Badan Pengelola terdiri dari ;

a. BadanPembina; b. Kepala; c. Bagian Tata Usaha;

105 Indonesia (l), Op. Cit, SK GUB DKI No. 110 Tahun 2003, Pasal 4.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

60

d. Bidang Tata Operasional; e. Bidang Pengendalian Operasi; f. Bidang Sarana dan Prasarana; g. Bidang Tiket; h. Bidang Dana”.106

Penjelasan tentang kewajiban organ-organ BLU Transjakarta Busway terdapat

dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 13 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bagian

Badan Pembina terdapat dalam Pasal 6 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Badan Pembina mempunyai tugas : a. Mengarahkan serta mendorong usaha pengembangan

kegiatan Badan Pengelola; b. Memberikan petunjuk atas penyelesaian masalah yang

bersifat prinsip yang diajukan Badan Pengelola; c. Meminta keterangan mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan kegiatan Badan Pengelola; d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan Badan Pengelola.

2. Susunan keanggotaan Badan Pembina terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan para Anggota yang ditetapkan kemudian oleh gubernur;

3. Anggota Badan Pembina diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur; 4. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pembina bertanggung jawab

kepada Gubernur. 107

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bagian

Kepala terdapat dalam Pasal 7 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan

106Ibid, Pasal 5. 107Ibid, Pasal 6.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

61

Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, yaitu:

“Kepala mempunyai tugas : a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 diatas; b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Bagian

Tata Usaha dan Bidang”.108 Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bagian

Tata Usaha terdapat dalam Pasal 8 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan

Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Bagian Tata Usaha mempunyai tugas ; a. Menyusun program dan rencana kegiatan operasional; b. Melaksanakan urusan surat menyurat dan kearsipan; c. Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian; d. Melaksanakan urusan perlengkapan dan ke rumah

tanggaan; e. Melakukan pengelolaan administrasi keuangan anggaran; f. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan menyusun

laporan kegiatan operasional; g. Pelaksanaan kegiatan kehumasan.

2. Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala”.109

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bidang

Tata Operasional terdapat dalam Pasal 9 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Bidang Tata Operasional mempunyai tugas : a. Merencanakan dan menetapkan standar operasional

pelayanan; b. Memilih dan menetapkan operator bus; c. Menyiapkan sistem tarif busway; d. Menyusun dan menetapkan standar perawatan kendaraan;

108Ibid, Pasal 7. 109Ibid, Pasal 8.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

62

e. Menyusun formulasi dan perhitungan sanksi atau denda. 2. Bidang Tata Operasional dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala”.110

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bidang

Pengendalian Operasi terdapat dalam Pasal 10 Keputusan Gubernur Propinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan,

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Bidang Pengendalian Operasi mempunyai tugas ; a. Mengawasi penerapan standar operasional pelayanan; b. Memantau dan mengevaluasi kinerja operator; c. Menentukan dan menghitung sanksi/denda; d. Menghitung hasil kerja dan pendapatan operator.

2. Bidang Pengendalian Oparasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala”. 111

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bidang

Sarana dan Prasarana terdapat dalam Pasal 11 Keputusan Gubernur Propinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan,

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas : a. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan sarana dan

prasarana; b. Melakukan koordinasi pembangunan, dan perawatan

sarana dan prasarana; c. Mengawasi berfungsinya sarana dan prasarana.

2. Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala”.112

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway Bidang

Tiket terdapat dalam Pasal 12 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan

110Ibid, Pasal 9. 111Ibid, Pasal 10. 112Ibid, Pasal 11.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

63

Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Bidang Tiket mempunyai tugas a. Merencanakan pengaturan sistem pengelolaan tiket; b. Memilih dan menetapkan operator tiket; c. Mengawasi penerapan sistem pengelolaan tiket; d. Merencanakan dan menentukan standar tiket.

2. Bidang Tiket dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala”.113

Penjelasan tentang kewajiban badan pengelola BLU Transjakarta Busway bidang

Dana terdapat dalam Pasal 13 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan

Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, yaitu:

1. “Bidang Dana mempunyai tugas : a. Merencanakan standar pengumpulan dan distribusi hasil

pendapatan operasional; b. Mengawasi pelaksanaan penjualan, pengumpulan hasil

penjualan dan penyetoran hasil penjualan tiket; c. Menghitungdan menetapkan pembayaran kepada operator

berdasarkan hasil pehitungan; d. Memilih dan menetapkan trustee dalam penjualan dan

penyetoran hasil penjualan tiket. 2. Bidang Dana dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala”.114 Kemudian Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakartadirubah

menjadi Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta

Buswaysehingga tugas dari BLU Transjakarta Busway menurut Pasal 4 Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan,

Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Buswaymenjadi :

1. “BLU Transjakarta Busway mempunyai tugas mengelola angkutan umum Busway;

113Ibid, Pasal 12. 114Ibid, Pasal 13.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

64

2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, BLU Transjakarta Buswaymempunyai fungsi :

a. Penyusun rencana dan program kerja BLU Transjakarta Busway;

b. Pengoperasian angkutan umum Busway yang terdiri dari jaringan utama (trunk line) dan jaringan pengumpan (feeder services);

c. Pemilihan dan penetapan pemilihan dan penetapan operator dalam operasional angkutan umum Busway;

d. Penyusunandanpengendalianstandarpelayananoperasional/standar minimal angkutan umum Busway;

e. Pengawasan dan pengendalian seluruh sistem pengoperasian angkutan umum Busway;

f. Pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana yang menjadi kewenangannya;

g. Pengelolaan dan pengendalian sistem tiket; h. Pengelolaan keuangan; i. Penyusunan perhitungan biaya Rupiah per Kilometer

operator angkutan umum Busway; j. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan

Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, instansi pemerintah dan pihak terkait;

k. Penyiapan rencana kerja strategis; l. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan”. 115

Kemudian tentang susunan organisasi yang terdapat pada Pasal 5 Keputusan

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun 2003

tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-

Busway Provinsi DKI Jakartaberubah menjadi Pasal 5 Peraturan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi,

dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway, yang menjadi seperti :

1. “Susunan organisasi BLU Transjakarta Busway terdiri dari : a. Kepala; b. Subbagian Tata Usaha dan Keuangan.

2. Subbagian Tata Usaha dan Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan yang dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Kepala BLU Tranjakarta Busway”. 116

Bagan susunan organisasi organ-organ dalam BLU Transjakarta Busway, yaitu :

115 Indonesia (m), Op. Cit, PerGub No. 48 Tahun 2006tentang Pembentukan, Organisasi,

dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway, Pasal 4. 116 Ibid, Pasal 5.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

65

1.1 Bagan susunan organ-organ dalam BLU Transjakarta-Busway

Pada Pasal 6 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakartaberisi

tentang kewajiban dan tugas Badan Pembina akan tetapi dalam Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan,

Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway , susunan

organisasi hanya terdiri dari Kepala dan Subbagian Tata Usaha dan Keuangan.

Sehingga Pasal 6 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berisi

tentang kewajiban dan tugas Badan Pembina, akan tetapi dalam Pasal 6 Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan,

Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Buswayberubah

menjadi kewajiban dan tugas Kepala, yaitu :

“Kepala BLU Transjakarta Busway mempunyai tugas : a. Memimpin penyelenggaraan tugas dan fungsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4; b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian dan Pelaksana;

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

66

c. Melaksanakan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Instansi terkait lainnya”. 117

Pasal 7 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110

Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola

Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang mengatur

tentang kewajiban dan tugas Kepala, akan tetapi dalam Pasal 7 Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan,

Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Buswayberubah

menjadi kewajiban dan tugas Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan, yaitu :

“Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan mempunya tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja tata usaha dan keuangan; b. Melaksanakan urusan surat menyurat dan kearsipan; c. Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian; d. Melaksanakan urusan kerumahtanggaan; e. Melaksanakan kegiatan kehumasan; f. Melaksanakan pemeliharaan kebersihan kantor dan halte; g. Menyiapkan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK); h. Melakukan pengelola keuangan; i. Menyelenggarakan pengelolaan kas; j. Melakukan pengelolaan utang-pitang; k. Melaksanakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi; l. Menyelenggarakan sistem informal manajemen keuangan; m. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan

keuangan; n. Menerima, menyimpan, dan membukukan penerimaan

pendapatan Transjakarta Busway; o. Melaksanakan verikasi dan menetapkan denda; p. Melakukan pembayaran pengeluaran BLU Transjakarta Busway; q. Melaksanakan penyusunan perhitungan biaya rupiah per

kilometer; r. Menyusun perhitungan tarif angkutan umum Busway; s. Menyusun formula remunerasi; t. Melaporkan pelaksanan tugas”. 118

Pasal 8 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110

Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola

Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang mengatur

117 Ibid, Pasal 6. 118Ibid, Pasal 7.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

67

tentang kewajiban dan tugas Bagian Tata Usaha, akan tetapi dalam Pasal 8

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta

Buswayberubah menjadi kewajiban dan tugas Pelaksana, yaitu :

1. “Untuk memperlancar kegiatan operasional dapat diangkat pelaksana dengan sebutan manajer untuk tugas yang terdiri dari :

a. Sarana dan prasarana; b. Operasional; c. Pengendalian.

2. Manajer merupakan pejabat non struktural yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala BLU Transjakarta Busway dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan;

3. Manajer dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab kepada Kepala BLU Transjakarta Busway;

4. Jumlah pelaksana dengan sebutan manajer sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)”. 119

Pasal 9 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110

Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola

Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang mengatur

tentang kewajiban dan tugas Bidang Tata Operasional, akan tetapi dalam Pasal 9

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48 Tahun 2006 tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta

Buswayberubah menjadi kewajiban dan tugas Manajer Sarana dan Prasarana,

Manajer Operasional, dan Manajer Pengendalian, yaitu:

1. “Manajer Sarana dan Prasarana mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program pemeliharaan dan

perawatan sarana dan prasarana; b. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan sarana dan

prasarana; c. Melaksanakan monitoring, pemantauan dan evaluasi

kelayakan sarana dan prasarana; d. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan

Kerja Perangkat Daerah terkait; e. Melaporkan pelaksanaan tugas.

2. Manajer Operasional mempunyai tugas : a. Menyusun program dan rencana kegiatan operasional; b. Menyusun standar prosedur operasional dan standar

pelayanan minimal bus; c. Mengusulkan calon operator bus;

119Ibid, Pasal 8.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

68

d. Menyusun dan mengajukan sistem tarif bus; e. Menyusun standar prosedur operasional dan standar

perawatan minimal perawatan bus; f. Menyusun formulasi dan perhitungan sanksi dan denda; g. Mengusulkan calon operator sistem tiket ini; h. Melaporkan pelaksanaan tugas.

3. Manajer Pengendalian mempunyai tugas : a. Menyusun program dan rencana kegiatan pengendalian; b. Mengendalikan penerapan standar prosedur

operasional/standar pelayanan minimal kendaraan, sistem tiket dan satuan tugas pengamanan;

c. Melaksanakan monitoring, pemantauan dan evaluasi kinerja operator bus, operator sistem tiket dan satuan tugas pengamanan;

d. Mengusulkan calon satuan tugas keamanan; e. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan

Kerja Perangkat Daerah terkait; f. Melaksanakan monitoring pemantauan dan evaluasi ikatan

kerjasama dengan pihak ketiga; g. Melaporkan pelaksanaan tugas”. 120

Seiring dengan perubahan Peraturan Gubernur yang ada berubah pula dalam

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 110 Tahun

2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola

Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakartasusunan organisasi

terdiri dari Badan Pembina, Kepala, Bagian Tata Usaha, Bidang Tata Operasional,

Bidang Pengendalian Operasi, Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Tiket serta

Bidang Dana, sedangkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48

Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan

Umum Transjakarta Busway susunan organisasi terdiri dari Kepala BLU

Transjakarta Busway yang membawahi Kepala Subbagian Tata Usaha dan

Keuangan, Manajer Sarana dan Prasarana, Manajer Operasional dan Manager

Pengendalian.

Kewenangan, tugas, dan kewajiban organ-organ BLU Transjakarta Busway

sebelum dan sesudah dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun 2006 Tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway, sebelum

dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi,

120Ibid, Pasal 9.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

69

dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway, Transjakarta Busway merupakan

Badan Pengelola karena sebagai lembaga non struktural Pemerintah Daerah, serta

organ-organ BLU Transjakarta Busway terdiri dari Badan Pembina, Kepala,

Bagian Tata Usaha, Bidang Tata Operasional, Bidang Pengendalian Operasi,

Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Tiket, serta Bdang Dana, sedangkan setelah

dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi,

dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway, Transjakarta Busway merupakan BLU

karena sebagai lembaga struktural yang bekerja sebagai Unit Pelaksana Teknis

Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, serta organ-organ BLU terdiri dari

Kepala, Subbagian Tata Usaha dan Keuangan, Sarana dan Prasarana, Operasional,

dan Pengendalian.

Perbedaan signifikan sebelum dan sesudah dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun

2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta

Busway terlihat dari organ-organ yang terdapat pada BLU Transjakarta Busway

itu sendiri. Setelah dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun 2006 Tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway Bidang Tiket

dan Bidang Dana dihilangkan dari organ-organ BLU Transjakarta Busway.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

70

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dengan

pokok-pokok permasalahan yang ada terkait dengan tinjauan yuridis terhadap

BLU (Studi Kasus Pendirian dan Penyelenggaraan BLU Transjakarta Busway,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur dan mekanisme pendirian BLU didasarkan pada Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan BLU. BLU dibentuk untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dalam prosedur dan mekanisme pendirian BLU harus

memenuhi syarat-syarat substantif, teknis, dan administratif. Syarat-

syarat prosedur dan mekanisme pendirian BLU tersebut diatur dalam

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU.

2. Kewenangan BLU adalah untuk mengatur PPK-BLU, hal tersebut

diatur dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU. Kewenangan, tugas dan

kewajiban organ-organ dalam BLU dijelaskan dalam Pasal 32

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan BLU, Pejabat Pengelola BLU terdiri dari :

a) Pemimpin

Kewenangan Pemimpin BLU adalah mengepalai BLU

yang bertugas sebagai penanggung jawab umum

operasional dan keuangan BLU yang

70

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

71

berkewajibanmenyiapkan rencana strategis bisnis BLU,

menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)

tahunan, mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat

teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan

menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional

dan keuangan BLU.

b) Pejabat keuangan BLU

Kewenangan dan tugas pejabat keuangan BLU sebagai

penanggung jawab keuangan yang berkewajiban

mengkoordinasikan penyusunan RBA, menyiapkan

dokumen pelaksanaan anggaran BLU, melakukan

pengelolaan pendapatan dan belanja, menyelenggarakan

pengelolaan kas, melakukan pengelolaan utang-piutang,

menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan

investasi BLU, menyelenggarakan sistem informasi

manajemen keuangan, dan menyelenggarakan akuntansi

dan penyusunan laporan keuangan.

c) Pejabat teknis BLU

Kewenangan dan tugas pejabat teknis BLU sebagai

penanggung jawab teknis di bidang masing-masing yang

berkewajibanmenyusun perencanaan kegiatan teknis di

bidangnya, melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut

RBA danmempertanggungjawabkan kinerja operasional di

bidangnya.

3. Menurut Pasal 2 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 48

Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU

Transjakarta Busway, pembetukan Transjakarta Busway adalah :

“Dengan peraturan Gubernur ini dibentuk BLU Transjakarta Busway”. 121

121 Indonesia (r), Op. Cit, PerGub No. 48 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU Transjakarta Busway, Pasal 2.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

72

Prosedur dan mekanisme pendirian BLU Transjakarta Busway itu

sendiri tidak jauh berbeda dengan prosedur dan mekanisme pendirian

BLU, karena BLU Transjakarta Busway merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari BLU. Dalam prosedur dan mekanisme pendirian

BLU Transjakarta Busway harus memenuhi syarat-syarat substantif,

teknis, dan administratif. Syarat-syarat prosedur dan mekanisme

pendirian Badan Layanan Umum tersebut diatur dalam Pasal 4

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan BLU.BLU Transjakarta Busway dibuat

berdasarkan Keputusan Gubernur karena menurut Pasal 3 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan, BLU beroperasi sebagai unit kerja

kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah yang artinya

merupakan bagian perangkat dari pemerintah daerah. Pemerintah

daerah Provinsi DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur, Gubernur

merupakan pejabat yang ditunjuk sebagai wakil dari Menteri untuk

mengelola BLU yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan

penyelenggaraan pelayanan umum, oleh karenanya setiap BLU yang

dibuat harus berdasarkan oleh Keputusan Gubernur atau Kepala

Pemerintahan Daerah setempat.

4. Kewenangan, tugas, dan kewajiban organ-organ BLU Transjakarta

Busway sebelum dan sesudah dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun

2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU

Transjakarta Busway, sebelum dikeluarkannya PerGub No. 48 Tahun

2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU

Transjakarta Busway, Transjakarta Busway merupakan Badan

Pengelola karena sebagai lembaga non struktural Pemerintah Daerah,

serta organ-organ BLU Transjakarta Busway terdiri dari Badan

Pembina, Kepala, Bagian Tata Usaha, Bidang Tata Operasional,

Bidang Pengendalian Operasi, Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang

Tiket, serta Bidang Dana, sedangkan setelah dikeluarkannya PerGub

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

73

No. 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja

BLU Transjakarta Busway, Transjakarta Busway merupakan BLU

karena sebagai lembaga struktural yang bekerja sebagai Unit

Pelaksana Teknis Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, serta

organ-organ BLU terdiri dari Kepala, Subbagian Tata Usaha dan

Keuangan, Sarana dan Prasarana, Operasional, dan Pengendalian.

Perbedaan signifikan sebelum dan sesudah dikeluarkannya PerGub

No. 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja

BLU Transjakarta Busway terlihat dari organ-organ yang terdapat

pada BLU Transjakarta Busway itu sendiri. Setelah dikeluarkannya

PerGub No. 48 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan

Tata Kerja BLU Transjakarta Busway Bidang Tiket dan Bidang Dana

dihilangkan dari organ-organ BLU Transjakarta Busway. Sehingga

organ-organ BLU Transjakarta Busway menurut PerGub No. 48

Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja BLU

Transjakarta Busway adalah Kepala, Subbagian Tata Usaha Dan

Keuangan, Subbagian Sarana dan Prasarana, Subbagian Operasional

dan Subbagian Pengendalian.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

74

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Achmad, Nurmandi. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta : PT. Sinergi Visi Utama, 2010.

Ali,Chidir. Badan Hukum : Rechtpersoon. Bandung : Alumni, 1991.

Ali, Ridho. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan. Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004.

A, Ridwan, Halim. Hukum Perdata Dalam Tanya Jawab, Cet 2. Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1985. Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi. Cet 2. Jakarta : Setjen dan Kepaniteraan MKRI, 2006. Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition. St.

Paul Minn : West Publishing Co, 2000. C. S. T. Kansil dan Christinne S. T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum. Cet 12.

Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Dwiyanto, Agus. Manajemen Pelayanan Publik : Peduli, Inklusif, dan

Kolaboratif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011. HS, Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta : Sinar Grafika,

2008. Komariah. Hukum Perdata. Malang : UMM Press, 2002. Mas, Marwan. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia, 2004.

M, Duswara, Dudu. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: PT. Refika Aditama, 2003.

Neni, Sri, Imayati. Hukum Bisnis : Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009.

Purwosutjipto, H, M, N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jilid 2.

Jakarta : Djambatan, 1982. Simanjuntak, P, N, H. Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta :

Djambatan, 2009. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cet 3. Jakarta : UI-Press,

2008. Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Cet 31. Jakarta : PT. Intermasa, 2003.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

75

Syahrani, Riduan. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung : Alumni, 1985.

Titik, Triwulan. Hukum Perdata dan Sistem Hukum Nasional. Jakarta : Prenada

Media Group, 2008. Transjakarta Busway. Company Profile Transjakarta Busway. Jakarta : 2007. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 110 Tahun 2003.

Indonesia. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway No. 48 Tahun 2006.

Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Kewenangan

Pengadaan Barang atau Jasa Pada Badan Layanan Umum No. 8 Tahun 2006.

Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Pedoman

Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum No. 10 Tahun 2006.

Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Pembentukan

Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum No. 9 Tahun 2006. Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Republik tentang Persyaratan

Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menetapkan Pola Pengeloaan Keuangan Badan Layanan Umum No. 7 Tahun 2006.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Kendaraan dan Pengemudi No. 44 Tahun

1993. Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum No. 23 Tahun 2005. Indonesia. Undang-Undang tentang Pelayanan Publik No. 25 Tahun 2009.

Indonesia. Undang-Undang tentang Pemilihan Umum No. 3 Tahun 1999.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Perbendaharaan Negara No. 1 Tahun 2004. Indonesia. Undang-Undang Nomor tentang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Indonesia. Undang-Undang tentang Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Universitas Indonesia

76

Indonesia. Undang-Undang tentang Perkoperasian No. 17 Tahun 2012.

Indonesia. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.

Indonesia. Undang-Undang tentang Yayasan No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

SUMBER ELEKTRONIK Bahestie Koesnadi, “Subjek Hukum”,

http://bahesti.wordpress.com/2012/05/02/tugas-bab-2-subjek-hukum/, diakses pada 5 Desember 2012, pukul 00.51 WIB.

Dwijayanto, “Aspek Legal Badan Layanan Hukum (BLU)”, http://sdwijayanto.blogspot.com/2008/11/aspek-legal-badan-layanan-umum-blu.html, diakses pada 6 Desember 2012, Pukul 02.38 WIB.

Galuh Wardhani, “Subyek Hukum dan Obyek Hukum”, http://galuhwardhani.wordpress.com/2010/03/08/makalah-bab-ii-materi-subyek-dan-obyek-hukum/, diakses pada 5 Desember 2012, pukul 23.15 WIB.

Joko Supriyanto dan Suparjo, “Badan Layanan Umum : Sebuah Pola Pemikiran

Baru atas Unit Pelayanan Masyarakat”, http://vgsiahaya.wordpress.com/artikel/badan-layanan-umum-sebuah-pola-pemikiran-baru-atas-unit-pelayanan-masyarakat/, diakses pada 6 Desember 2012, pukul 00.19 WIB.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005

TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69 ayat (7) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di

lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

2. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

3. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau daerah. 4. Instansi pemerintah adalah setiap kantor atau satuan kerja yang berkedudukan

sebagai pengguna anggaran/barang atau kuasa pengguna anggaran/barang.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

5. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga pemerintah yang dipimpin oleh menteri/pimpinan lembaga yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban oleh suatu BLU.

6. Menteri/pimpinan lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawab atas bidang tugas BLU yang bersangkutan.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD, adalah instansi pemerintah daerah yang merupakan bagian dari pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban oleh suatu BLU.

8. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang selanjutnya disebut PPKD, adalah kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang memiliki tugas melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.

9. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut RKA-KL, adalah rencana dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

10. Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA, adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu BLU.

11. Standar Pelayanan Minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat.

12. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

BAB II

TUJUAN DAN ASAS

Bagian Pertama Tujuan

Pasal 2

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.

Bagian Kedua Asas

Pasal 3

(1) BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.

(2) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak- terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.

(3) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.

(5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. (6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan

disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

(7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.

BAB III

PERSYARATAN, PENETAPAN, DAN PENCABUTAN

Bagian Pertama Persyaratan

Pasal 4

(1) Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.

(2) Persyaratan substantif 'sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan: a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum; b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan

perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau

pelayanan kepada masyarakat. (3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila:

a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan

b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.

(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut: a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,

dan manfaat bagi masyarakat; b. pola tata kelola; c. rencana strategis bisnis; d. laporan keuangan pokok; e. standar pelayanan minimum; dan f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara

independen. (5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Kedua

Penetapan dan Pencabutan

Pasal 5 (1) Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah yang

memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PPK-BLU kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.

(2) Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota menetapkan instansi pemerintah yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menerapkan PPK-BLU.

(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa pemberian status BLU secara penuh atau status BLU bertahap.

(4) Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dipenuhi dengan memuaskan.

(5) Status BLU-Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif dan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) telah terpenuhi, namun persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) belum terpenuhi secara memuaskan.

(6) Status BLU-Bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.

(7) Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterima dari menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD.

Pasal 6

(1) Penerapan PPK-BLU berakhir apabila: a. dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya; b. dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota berdasarkan usul

dari menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya; atau

c. berubah statusnya menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan.

(2) Pencabutan penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan/atau administratif sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4.

(3) Pencabutan status sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan berdasarkan penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, membuat penetapan pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal usul pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diterima.

(5) Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terlampaui, usul pencabutan dianggap ditolak.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(6) Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat diusulkan kembali untuk menerapkan PPK-BLU sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4.

Pasal 7

Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, menunjuk suatu tim penilai.

BAB IV STANDAR DAN TARIF LAYANAN

Bagian Pertama Standar Layanan

Pasal 8

(1) Instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan oleh instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU.

(3) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.

Bagian Kedua Tarif Layanan

Pasal 9

(1) BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan.

(2) Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.

(3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh BLU kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya.

(4) Usul tarif layanan dari menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.

(5) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus mempertimbangkan: a. kontinuitas dan pengembangan layanan; b. daya beli masyarakat; c. asas keadilan dan kepatutan; dan d. kompetisi yang sehat.

BAB V

PENGELOLAAN KEUANGAN BLU

Bagian Pertama

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 10 (1) BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada

Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

(2) BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya.

(4) RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.

Pasal 11

(1) BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD.

(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang, akan dihasilkan.

(3) RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD diajukan kepada Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, sebagai bagian RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD.

(4) Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengkaji kembali standar biaya dan anggaran BLU. dalam rangka pemrosesan RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN/APBD.

(5) BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif.

Bagian Kedua

Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Pasal 12 (1) RBA BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) digunakan sebagai

acuan dalam menyusun dokumen pelaksanaan anggaran BLU untuk diajukan kepada Menteri Keuangan/PPKD sesuai dengan kewenangannya.

(2) Dokumen pelaksanaan anggaran BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mencakup seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi. arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa dan/atau barang yang akan dihasilkan oleh BLU.

(3) Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU paling lambat tanggal 31 Desember menjelang awal tahun anggaran.

(4) Dalam hal dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, BLU dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran tahun lalu.

(5) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi lampiran dari perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, dengan pimpinan BLU yang bersangkutan.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(6) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi dasar bagi penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD oleh BLU.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan RBA dan dokumen pelaksanaan anggaran BLU diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Ketiga Pendapatan dan Belanja

Pasal 14

(1) Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai pendapatan BLU.

(2) Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional BLU.

(3) Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.

(4) Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan pendapatan bagi BLU.

(5) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilaporkan sebagai pendapatan negara bukan pajak kementerian/lembaga atau pendapatan bukan pajak pemerintah daerah.

Pasal 15

(1) Belanja BLU terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan dalam RBA definitif.

(2) Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek bisnis yang sehat.

(3) Fleksibilitas pengelolaan belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA.

(4) Belanja BLU yang melampaui ambang batas fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/walikota atas usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.

(5) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya.

(6) Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

Bagian Keempat Pengelolaan Kas

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

Pasal 16 (1) Dalam rangka pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:

a. merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas; b. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan; c. menyimpan kas dan mengelola rekening bank; d. melakukan pembayaran; e. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan f. memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan

tambahan. (2) Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. (3) Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan menerbitkan

Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Rekening bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dibuka oleh pimpinan BLU pada bank umum.

(5) Pemanfaatan surplus kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dilakukan sebagai investasi jangka pendek pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.

Bagian Kelima

Pengelolaan Piutang dan Utang

Pasal 17 (1) BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa,

dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLU.

(2) Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.

(4) Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.

(2) Utang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.

(3) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya untuk belanja operasional.

(4) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya untuk belanja modal.

(5) Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan nilai pinjaman.

(6) Kewenangan peminjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(7) Pembayaran kembali utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung jawab BLU.

(8) Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.

Bagian Keenam

Investasi

Pasal 19 (1) BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan

Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan pendapatan

BLU.

Bagian Ketujuh Pengelolaan Barang

Pasal 20

(1) Pengadaan barang/jasa oleh BLU dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.

(2) Kewenangan pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota.

Pasal 21

(1) Barang inventaris milik BLU dapat dialihkan kepada pihak lain dan/atau dihapuskan berdasarkan pertimbangan ekonomis.

(2) Pengalihan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan.

(3) Penerimaan hasil penjualan barang inventaris sebagai akibat dari pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pendapatan BLU.

(4) Pengalihan dan/atau penghapusan barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaporkan kepada menteri/ pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.

Pasal 22

(1) BLU. tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap, kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.

(2) Kewenangan pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penerimaan hasil penjualan aset tetap sebagai akibat dari pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pendapatan BLU.

(4) Pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.

(5) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi BLU harus mendapat persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(1) Tanah dan bangunan BLU disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(2) Tanah dan bangunan yang tidak digunakan BLU untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya dapat dialihgunakan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait dengan persetujuan Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Kedelapan

Penyelesaian Kerugian

Pasal 24 Setiap kerugian negara/daerah pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah.

Bagian Kesembilan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan

Pasal 25

BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.

Pasal 26 (1) Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen

pendukungnya dikelola secara tertib. (2) Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. (3) Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(4) BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 27

(1) Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja.

(2) Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU dikonsolidasikan dalam laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat sebagai lampiran laporan keuangan BLU.

(4) Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala kepada, menteri/pimpinan lembaga/gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

(5) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat . (1) disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD serta kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

(6) Laporan keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan kementerian negara/lembaga/ SKPD/ pemerintah daerah.

(7) Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan keuangan kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. ,

(8) Laporan pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kesepuluh

Akuntabilitas Kinerja

Pasal 28 (1) Pimpinan BLU bertanggung jawab terhadap kinerja operasional BLU sesuai

dengan tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA. (2) Pimpinan BLU mengihktisarkan dan melaporkan kinerja operasional BLU secara

terintegrasi dengan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1).

Bagian Kesebelas Surplus dan Defisit

Pasal 29

Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas perintah Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum Negara/Daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.

Pasal 30 (1) Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran

berikutnya kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.

(2) Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBN/APBD tahun anggaran berikutnya.

BAB VI

TATA KELOLA

Bagian Pertama Kelembagaan, Pejabat Pengelola, dan Kepegawaian

Pasal 31

Dalam hal instansi pemerintah perlu mengubah status kelembagaannya untuk menerapkan PPK-BLU, perubahan struktur kelembagaan dari instansi pemerintah tersebut berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Pasal 32 (1) Pejabat pengelola BLU terdiri atas:

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

a. Pemimpin; b. Pejabat keuangan; dan c. Pejabat teknis.

(2) Pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan BLU yang berkewajiban: a. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU; b. menyiapkan RBA tahunan; c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan

ketentuan yang berlaku; dan d. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan

BLU. (3) Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi

sebagai penanggung jawab keuangan yang berkewajiban: a. mengkoordinasikan penyusunan RBA; b. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU; c. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja; d. menyelenggarakan pengelolaan kas; e. melakukan pengelolaan utang-piutang; f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU; g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

(4) Pejabat teknis BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang masing-masing yang berkewajiban: a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya; b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Pasal 33

(1) Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.

(2) Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

Bagian Kedua

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 34 (1) Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD

terkait. (2) Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan/PPKD sesuai

dengan kewenangannya. (3) Dalam pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dapat dibentuk dewan pengawas. (4) Pembentukan dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku

hanya pada BLU yang memiliki realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

realisasi anggaran atau nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(5) Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan keputusan menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.

(6) Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah daerah dibentuk dengan keputusan gubernur/bupati/ walikota atas usulan kepala SKPD.

Pasal 35

(1) Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh satuan pemeriksaan intern yang merupakan unit kerja yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU.

(2) Pemeriksaan ekstern terhadap BLU dilaksanakan oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Remunerasi

Pasal 36

(1) Pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota atas usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.

BAB VII

KETENTUAN LAIN

Pasal 37 (1) Investasi yang telah dimiliki atau dilakukan oleh instansi pemerintah pada badan

usaha dan/atau badan hukum sebelum ditetapkan menjadi PPK-BLU dianggap telah mendapat persetujuan investasi dari Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) pada saat instansi pemerintah dimaksud ditetapkan menjadi PPKBLU.

(2) Dengan Peraturan Pemerintah ini, status Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perusahaan jawatan (Perjan) beralih menjadi instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38 Perguruan tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara dengan kekayaan negara yang belum dipisahkan dapat menerapkan PPK BLU setelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5.

Pasal 39 Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perusahaan jawatan (Perjan) yang statusnya beralih menjadi PPK-BLU

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

L -1

Universitas Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), wajib melakukan penyesuaian dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 31 Desember 2005.

BAB IX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 41 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 13 Juni 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd.

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan Di Jakarta, Pada Tanggal 13 Juni 2005

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ttd.

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 48

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334132-T32550-Glady...S.H, M.LI., atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menguji sidang tesis saya. 3

Tinjauan yuridis..., Gladys Raditya Sartika, FH UI, 2013