universitas indonesia perbandingan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351047-ta-sendy...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN PERLAKUAN AKUNTANSI ANTARA
PEDOMAN AKUNTANSI UNIT PKBL REVISI 2012 DENGAN
SAK ETAP DAN PSAK 45
LAPORAN MAGANG
SENDY SUWITO
0906638894
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN PERLAKUAN AKUNTANSI ANTARA
PEDOMAN AKUNTANSI UNIT PKBL REVISI 2012 DENGAN
SAK ETAP DAN PSAK 45
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
SENDY SUWITO
0906638894
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK JULI 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Sendy Suwito
NPM : 0906638894
Tanda Tangan :
Tanggal : 15 Juli 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Laporan Magang ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Laporan Magang
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia
Pembimbing : Desti Fitriani
Ketua Penguji: Tb. M.
Penguji : Nurul Husnah S.E., M.S.Ak
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 15 Jul
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Magang ini diajukan oleh :
: Sendy Suwito
: 0906638894
: S1 Reguler - Akuntansi
Judul Laporan Magang : Perbandingan Perlakuan Akuntansi antara Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, tas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Desti Fitriani S.E., Ak., M.A., CPMA (
Tb. M. Yusuf Khudri S.E., M.T.I. (
Nurul Husnah S.E., M.S.Ak (
: Depok, Jawa Barat
15 Juli 2013
Perlakuan Akuntansi antara Unit PKBL Revisi 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
da Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
)
)
)
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
rahmat, dan cinta kasih yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan laporan magang ini. Laporan magang ini dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa laporan
magang ini akan sulit untuk terealisasi tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua penulis, Tjhin Andry Suwito dan Mellyta Susanty, untuk
segala bentuk doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan pengorbanan
dari kecil sampai saat ini hingga penulis bisa seperti sekarang. Semoga
penulis bisa membuat bangga dan membahagiakan kalian. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua adik kembar
tersayang, Shella dan Shelly, untuk setiap canda tawa yang selalu
dihadirkan di rumah, penulis selalu mendoakan yang terbaik buat kalian.
2. Ibu Desti Fitriani S.E., Ak., M.A., CPMA selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
serta memberikan nasihat, masukan, dan revisi walaupun sedang dalam
proses kehamilan. Terima kasih bu atas kesabarannya menghadapi saya.
Maaf jika saya pernah terlambat 1 jam saat pertemuan pertama. Semoga
sampai tulisan ini diturunkan, proses persalinan ibu telah berjalan lancar
dan anak ibu menjadi anak yang berbakti.
3. Ibu Dr. Sylvia Veronica NPS. S.E., Ak., Bapak Tb. M. Yusuf Khudri S.E.,
M.T.I., dan Ibu Nurul Husnah S.E., M.S.Ak selaku dosen penguji yang
telah meluangkan waktunya untuk menguji laporan magang dan
meluluskan penulis. Terima kasih telah memberikan saran-saran yang
sangat membangun dalam proses perbaikan laporan magang penulis.
4. KAP XYZ dan PT N yang telah banyak membantu penulis dan
memberikan pelajaran serta pengalaman yang sangat berharga.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
v
5. Manajer dan Senior di KAP XYZ dan Kabid-Kabid PT N (Clarence, Mba
Ami, Mba Retty, Mba Cocom, Mas Herru, Mas Iwe, Bu Resmin dan Pak
Ian) untuk setiap pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
6. Teman-teman KAP XYZ (Febri, Maria, Duma, Greg, Hanny, Dicky, Cilla,
Ozzy, Becca, Indra, Sisca) yang sudah bersama-sama penulis selama 4
bulan melakukan proses audit. Terima kasih untuk berbagi suka dan duka.
7. Kak Samitra Rismadani, yang bersedia meluangkan waktunya untuk
berdiskusi terkait topik laporan magang melalui penulis lewat e-mail
8. Teman-teman SMA sekaligus sahabat penulis (Gerald, Loise, Irma, Raisa,
Marcell, Willy, Malvin, Uka, Felix, Surya, Melda, Egan, Grace) untuk
persahabatan yang bagaikan kepompong.
9. Teman-teman KUKSA FEUI (Rika, Sely, Aan, Eca, Bhekti) serta teman-
teman KUKSA yang lainnya yang selalu membantu, mendoakan dan
menyemangati penulis, baik saat jatuh maupun bangun.
10. Seluruh keluarga besar KaFE (Andrew, Adam, Adityo, Aldi Nowansyah,
Aldi Andika, Afif, Arza, Bambang, Bedug, Bima, Cewan, Denis, Daniel,
Dodo, Farmar, Fuad, Fabio, Gerald, Ican, Kaban, Kuskus, Maes, Mike-
Jun, Mike-Sur, Mufqi, Ony, Pagan, Remon, Reza Aryanto, Tata, Yoga)
serta keluarga sepermainan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per
satu untuk senda gurau, canda, dan hiburan yang selalu hadir dan tidak
pernah absen sehingga memberikan warna dan tidak lagi hitam putih.
11. Felicia Primadita yang selalu memberi semangat dari Jerman, Danke.
12. Nissava Kinjie yang sering menyemangati, mengingatkan, dan mendoakan
penulis. Terima kasih banyak ya buat segala bentuk kebaikannya.
13. Indra Lesmana, Sandy Winarta, LLW, Bowie, Dewa 19, J.A.M, Rayendra
Sunito yang selalu menemani penulis dalam penulisan laporan magang
lewat lantunan melodi dan ketukan yang menghasilkan harmoni indah.
14. Francesco Totti, Daniele De Rossi, Mario Balotelli, Gianfranco Zola,
Frank Lampard, John Terry, Hulk yang menjadi inspirasi penulis.
15. ASUS N43SM yang menjadi partner penulis menulis laporan magang.
16. Honda Beat B6451BWK yang selalu mengantar penulis kemana-mana.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
vi
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam proses penulisan laporan magang ini. Semoga Tuhan
berkenan membalas kebaikan kalian.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan
yang ada dalam laporan magang ini dan menerima dengan sangat terbuka
segala kritik dan masukan yang dapat membangun serta meningkatkan
kualitas laporan magang ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang membutuhkan dan insan pendidikan ke depannya.
Jakarta, 15 Juli 2013
Penulis
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Sendy Suwito
NPM : 0906638894
Program Studi : S1 Reguler
Departemen : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Jenis Karya : Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia
Royalty-Free Right)
Perbandingan Perlakuan Akuntansi antara Pedoman Akuntansi Unit PKBL
Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
mempublikasikan tugas akhir saya sel
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
Sendy Suwito
0906638894
S1 Reguler
: Akuntansi
: Ekonomi
: Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (N
ree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Perbandingan Perlakuan Akuntansi antara Pedoman Akuntansi Unit PKBL
Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 15 Juli 2013
Yang menyatakan
(Sendy Suwito)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Perbandingan Perlakuan Akuntansi antara Pedoman Akuntansi Unit PKBL
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
, merawat, dan
ama tetap mencantumkan nama saya
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Sendy Suwito Program Studi : Akuntansi Judul : Perbandingan Perlakuan Akuntansi antara Pedoman Akuntansi
Unit PKBL Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 Laporan magang ini membahas perbandingan perlakuan akuntansi antara pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012 dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan PSAK 45. Berdasarkan Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan SE-01/D5/MBU/2012, pedoman akuntansi unit PKBL menggunakan acuan akuntansi SAK ETAP dan PSAK 45 dalam penyusunan laporan keuangannya. Perubahan pedoman tersebut didasari perkembangan standar akuntansi dan regulasi di Indonesia. Untuk mengetahui sejauh mana pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012 mendekati SAK ETAP dan PSAK 45, dilakukan perbandingan perlakuan akuntansi dari sisi pengakuan, pengukuran dan penyajian pedoman akuntasi PKBL revisi 2012 dengan perlakuan akuntansi dari sisi pengakuan, pengukuran dan penyajian SAK ETAP dan PSAK 45. Pada akhirnya, disimpulkan bahwa perlakuan akuntansi pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012 sudah sesuai dan mengacu pada SAK ETAP dan PSAK 45, walaupun terdapat beberapa akun pada unit PKBL yang tidak diatur secara spesifik dalam SAK ETAP. Kata kunci : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, PKBL, Pedoman Akuntansi PKBL Revisi 2012, SAK ETAP, PSAK 45, Perbandingan Perlakuan Akuntansi
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Sendy Suwito Study Program : Accounting Title : Comparison Accounting Treatment between the Revised
Accounting Guidelines of PKBL 2012 with SAK ETAP and SFAS 45
This internship report discusses comparison accounting treatment between the revised accounting guidelines of PKBL 2012 with the Financial Accounting Standards for Non-Publicly Accountable Entities (SAK ETAP) and SFAS 45. Based on Circular Letter of Minister SOE Number SE-02/MBU/Wk/2012 and SE-01/D5/MBU/2012, the revised accounting guidelines of PKBL 2012 used an accounting referral SAK ETAP and SFAS 45 for their financial report drafting. The change in PKBL’s guidelines is based on the development of accounting standards and regulation in Indonesia. To find out how far the revised accounting guidelines of PKBL 2012 approach their accounting referral, this study compare accounting treatment from recognition, measurement, and presentation side on the revised accounting guidelines of PKBL 2012 with accounting treatment from recognition, measurement, and presentation side on SAK ETAP and SFAS 45. In the end, the author concluded that accounting treatment on the revised accounting guidelines of PKBL 2012 have complied and referred to SAK ETAP and SFAS 45, although there are some account in PKBL that not specifically administered on SAK ETAP. Key words : Partnership and Community Development, PKBL, The Revised Accounting Guidelines of PKBL 2012, SAK ETAP, SFAS 45, Accounting Treatment Comparison
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Tujuan Pelaksanaan dan Penulisan Laporan Magang ........................ 1 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang .......................................... 2 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang .......................................................... 2 1.4.1 PT K ....................................................................................... 2 1.4.2 PT N ....................................................................................... 3 1.5 Ruang Lingkup Laporan Magang ...................................................... 3 1.6 Tujuan Penulisan Laporan Magang ................................................... 4 1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................ 4 2. LANDASAN TEORI ................................................................................. 6 2.1 Landasan Hukum ............................................................................... 6 2.1.1 Peraturan Menteri Negara BUMN PER NO: 05/MBU/2007 ........................................................ 6 2.1.2 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-04/MBU.S/2007 ............................................................... 7 2.1.3 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-04/S.MBU/2011 ............................................................... 7 2.1.4 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-02/MBU/Wk/2012 ........................................................... 7 2.1.5 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-01/D5.MBU/2012 ............................................................ 8 2.1.6 Peraturan Menteri Negara BUMN PER NO: 20/MBU/2012 ........................................................ 8 2.2 Acuan Pedoman Akuntansi PKBL .................................................... 8 2.2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik .................................................... 9 2.2.1.1 Perlakuan Akuntansi yang Diatur secara Spesifik di SAK ETAP untuk Pos-Pos di Laporan Keuangan dalam Pedoman Akuntansi unit PKBL Revisi 2012.......................................... 15
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
xi Universitas Indonesia
2.2.2 PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Organisasi Nirlaba .................................................................. 19 2.3 Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dari Kementerian BUMN .......................................................................... 23 2.3.1 Laporan Posisi Keuangan ....................................................... 23 2.3.1.1 Aset ........................................................................ 23 2.3.1.2 Liabilitas ................................................................ 29 2.3.1.3 Aset Neto ............................................................... 31 2.3.2 Laporan Aktivitas ................................................................... 32 2.3.3 Laporan Arus Kas .................................................................. 38 2.4 Buletin Teknis 6 tentang Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas Nirlaba ................................................. 39 3. PROFIL PERUSAHAAN ......................................................................... 40 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik KAP XYZ .......................................... 40 3.1.1 Gambaran Umum ................................................................... 40 3.1.2 Jasa Yang Ditawarkan ............................................................ 40 3.1.3 Struktur Organisasi ................................................................ 41 3.2 Profil PT N ......................................................................................... 43 3.2.1 Gambaran Umum ................................................................... 43 3.2.2 Proses Bisnis .......................................................................... 43 3.2.3 Struktur Organisasi ................................................................ 44 3.2.4 Profil Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT N ............................................ 47 3.2.5 Contoh Jurnal Standar untuk Aktivitas Unit PKBL PT N ..... 50 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 54 4.1 Latar Belakang Perubahan Pedoman Akuntansi PKBL..................... 54 4.1.1 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia ..................... 54 4.1.1.1 Analisis SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai Dasar Acuan Penyusunan Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 ......................................... 55 4.1.2 Regulasi di Indonesia ............................................................. 59 4.2 Perbandingan Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan Standar Akuntansi di Indoensia ............................................. 60
4.2.1 Perbandingan Penyusunan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) .......................................................... 60
4.2.2 Perbandingan Penyajian Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) .......................................................... 91
4.2.2.1 Penyajian Aset ....................................................... 91 4.2.2.2 Penyajian Liabilitas dan Aset Neto ....................... 92 4.2.2.3 Penyajian Laporan Aktivitas ................................. 94 4.2.2.4 Penyajian Laporan Arus Kas ................................. 96 4.3 Analisis Kesesuaian Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) ......... 98
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
xii Universitas Indonesia
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 100 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 100 5.2 Saran .................................................................................................. 101 5.2.1 Saran Kepada KAP XYZ ....................................................... 101 5.2.2 Saran Kepada Kementerian Negara BUMN .......................... 101 DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 103 LAMPIRAN .................................................................................................... 105
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ikhtisar Perbedaan PSAK 45 (Revisi 2011) dan
PSAK 45 (1997) ....................................................................... 23
Tabel 4.1 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman
Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP
pada Kelompok Aset ................................................................ 61
Tabel 4.2 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman
Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP
pada Kelompok Liabilitas ........................................................ 72
Tabel 4.3 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi
Unit PKBL Revisi 2012 dengan Perlakuan Akuntansi
berdasarkan PSAK 45 (Revisi 2011) pada Kelompok
Aset Neto .................................................................................. 79
Tabel 4.4 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman
Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP
pada Kelompok Pendapatan ..................................................... 80
Tabel 4.5 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman
Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP
pada Kelompok Beban Pengeluaran dan Penyaluran ............... 86
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KAP RSM AAJ Associates ...................... 42
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT N ......................................................... 46
Gambar 3.3 Mekanisme Penyaluran Dana Program Kemitraan PT N ......... 49
Gambar 3.4 Mekanisme Penyaluran Dana Program
Bina Lingkungan PT N ............................................................. 50
Gambar 4.1 Perbandingan Penyajian Aset pada Laporan
Posisi Keuangan ....................................................................... 92
Gambar 4.2 Perbandingan Penyajian Liabilitas dan Aset Neto
pada Laporan Posisi Keuangan ................................................ 93
Gambar 4.3 Perbandingan Penyajian Laporan Aktivitas ............................. 95
Gambar 4.4 Perbandingan Penyajian Laporan Arus Kas ............................. 97
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Contoh Estimasi Perhitungan Penyisihan Piutang PKBL ..............105
Lampiran 2: Peraturan Menteri Negara BUMN
PER NO: 05/MBU/2007 ................................................................107
Lampiran 3: Surat Edaran Kementerian BUMN No. SE-04/S.MBU/2011
tentang Tanggapan atas Surat IAPI
No. 347/III/Int-IAPI/2011 terkait Adanya Dua Opini
Auditor atas Laporan Keuangan Unit PKBL .................................121
Lampiran 4: Surat Edaran Kementrian BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012
tentang Penetapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan......................................................................123
Lampiran 5: Peraturan Menteri Negara BUMN PER NO: 20/MBU/2012
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN
PER NO: 05/MBU/2007 ................................................................124
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN merupakan
perwujudan pelaksanaan pasal 2 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara dimana salah satu maksud dan tujuan pendirian
BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN
diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mendorong
tumbuhnya kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil. Setiap BUMN yang
melaksanakan PKBL wajib membentuk organisasi yang khusus mengelola PKBL
yang disebut unit PKBL. Disamping membentuk unit khusus yang menangani
PKBL, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan
program tersebut. Sesuai dengan tuntutan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), maka
diperlukan suatu pedoman yang mengatur penyusunan dan penyajian laporan
keuangan PKBL BUMN. Pada tahun 2012, Kementerian BUMN mengeluarkan
peraturan baru yang mengatur pedoman akuntansi yang baru bagi setiap unit
PKBL BUMN. Pedoman tersebut mengacu kepada SAK ETAP dan PSAK 45.
Dilatarbelakangi hal tersebut, penulis memilih untuk membuat laporan
magang dengan topik yang membahas peraturan baru tentang pedoman akuntansi
unit PKBL revisi 2012 yang dibandingkan dengan SAK ETAP dan PSAK 45 serta
penyebab perubahan pedoman akuntansi untuk PKBL
1.2 Tujuan Pelaksanaan dan Penulisan Laporan Magang
Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
merupakan pedoman bagi unit PKBL dalam rangka menyelenggarakan pencatatan
atas transaksi unit PKBL. Penyusunan dan Penyajian laporan keuangan menurut
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
2
Universitas Indonesia
pedoman tersebut yang sesuai dengan SAK ETAP dan Standar Akuntansi
Keuangan Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, yaitu PSAK 45, diharapkan dapat
menyajikan informasi keuangan PKBL yang wajar dan dapat diandalkan.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Penulis melakukan kegiatan magang di KAP XYZ, yang merupakan
afiliasi dari kantor akuntan publik internasional. Selama melaksanakan kegiatan
magang, penulis ditempatkan di divisi Red yang menjalankan fungsi Audit and
Assurance. Waktu pelaksanaan kegiatan magang dilakukan dari periode 7 Januari
2013 sampai 7 Mei 2013.
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang
Selama melaksanakan kegiatan magang, posisi yang diberikan kepada
penulis adalah Junior Auditor. Minggu pertama magang, para peserta magang
diwajibkan untuk mengikuti training selama satu minggu. Di dalam training
tersebut, peserta magang diajarkan tentang dasar audit, peraturan KAP XYZ, serta
penggunaan software audit yang digunakan oleh KAP XYZ. Penulis dialokasikan
ke dalam beberapa tim dan mengerjakan klien yang berbeda dalam setiap tim.
1.4.1 PT K
Klien pertama yang ditangani penulis adalah PT K, sebuah perusahaan
anggota Group PT P, sebuah grup perusahaan swasta nasional yang didirikan
sejak 30 tahun lalu, yang merupakan hasil kerja sama Pemerintah Daerah DKI
Jakarta dengan beberapa pengusaha swasta nasional. PT K mempunyai core-
business dalam bidang kontraktor mekanik dan elektrik dan juga sebagai
distributor dari brand dunia.
Disini penulis mendapatkan tugas untuk melakukan Stock Opname pada gudang
PT K yang berada di Thamrin dan Cikupa, dengan menghitung jumlah persediaan
yang ada secara fisik dan membandingkannya dengan jumlah persediaan yang
dicatat oleh klien, baik itu catatan dari divisi Akuntansi maupun divisi Gudang.
Penulis juga melakukan pemeriksaan atas kondisi persediaan apakah berada
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
3
Universitas Indonesia
dalam kondisi baik atau tidak. Setelah itu, penulis menuliskan berita acara terkait
Stock Opname tersebut.
1.4.2 PT N
Klien kedua yang ditangani penulis adalah PT N, sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang asuransi berskala nasional. Disini penulis melakukan
beberapa proses audit, baik itu di kantor pusat maupun beberapa cabang yang
dipilih menjadi sampel antara lain:
a. Melakukan Test of Detail terhadap akun pendapatan iuran
b. Melakukan Test of Detail terhadap akun beban klaim jaminan
c. Melakukan Vouching dokumen pendukung pajak dengan memeriksa tanggal
setor dan tanggal lapor untuk PPh 21, PPh 21 final, PPh 23, PPh 4 ayat 2 dan
PPN. Selain itu, penulis juga mengecek apakah jumlah yang tertera di dalam
SPT sudah sesuai dengan SSP
d. Melakukan Vouching dokumen pendukung untuk Pinjaman Uang Muka
Perusahaan Kerjasama Bank (PUMP-KB), baik itu kelengkapan dokumen yang
menjadi syarat maupun besarnya jumlah angsuran
e. Melakukan kalkulasi untuk besarnya rasio saldo Iuran Belum Rinci per 31
Desember 2012 untuk cabang-cabang yang dijadikan sampel
f. Melakukan pencocokkan saldo per listing aset tetap konsolidasi dengan Trial
Balance per 31 Desember 2012
g. Melakukan aktivitas Reporting unit PKBL pada PT N
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang
Dalam laporan magang ini, penulis akan membahas mengenai sejauh mana
prinsip akuntansi pada pedoman akuntansi PKBL revisi tahun 2012 yang
dikeluarkan oleh Kementerian BUMN mendekati standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Pembahasan dilakukan dengan menganalisis latar belakang perubahan kebijakan
akuntansi unit PKBL dan menganalisis perbandingan dan keterbatasan perbedaan
antara standar akuntansi yang disusun oleh Kementerian BUMN dalam bentuk
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
4
Universitas Indonesia
pedoman akuntansi unit PKBL revisi tahun 2012 dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, jika terdapat perlakuan akuntansi yang berbeda.
1.6 Tujuan Penulisan Laporan Magang
Tujuan penulisan laporan magang adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis latar belakang dan penyebab perubahan kebijakan dari
pemerintah untuk akuntansi unit PKBL
2. Menganalisis perbandingan antara standar akuntansi yang disusun oleh
Kementerian BUMN dalam bentuk pedoman akuntansi unit PKBL revisi tahun
2012 dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
3. Menganalisis keterbatasan jika terdapat perbedaan standar akuntansi yang
disusun oleh Kementerian BUMN dalam bentuk pedoman akuntansi unit
PKBL revisi tahun 2012 dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau kesesuaian jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara
prinsip akuntansi
1.7 Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri atas lima bab. Berikut ini deskripsi singkat mengenai
setiap bab:
1. Bab 1 Pendahuluan
Bab ini memberikan gambaran umum mengenai isi laporan magang,
meliputi latar belakang, tujuan pelaksanaan, tempat dan waktu
pelaksanaan magang, pelaksanaan kegiatan magang, ruang lingkup
penulisan laporan, tujuan penulisan laporan magang, dan sistematika
penulisan laporan magang.
2. Bab 2 Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang menjadi landasan pembahasan dan analisis
pada bab selanjutnya, meliputi landasan hukum PKBL, peraturan PSAK
yang terkait, dan perlakuan akuntansi menurut Pedoman Akuntansi unit
PKBL.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
5
Universitas Indonesia
3. Bab 3 Profil Perusahaan
Bab ini berisi profil singkat KAP RSM AAJ Associates sebagai tempat
pelaksanaan magang, PT N, dan unit PKBL PT N sebagai unit yang
dijadikan objek penulisan laporan magang.
4. Bab 4 Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang analisis dan pembahasan latar belakang
perubahan pedoman akuntansi untuk unit PKBL, perbandingan antara
pedoman akuntansi unit PKBL revisi tahun 2012 dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, dan keterbatasan dari perbedaan standar
tersebut jika terdapat perbedaan antara kedua standar tersebut atau
analisis kesesuaian jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan laporan magang dan saran yang
dapat diberikan terkait pembahasan.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
6 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Hukum
2.1.1 Peraturan Menteri Negara BUMN PER NO: 05/MBU/2007
Peraturan Menteri Negara BUMN PER NO: 05/MBU/2007 tanggal 7 April
2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan, merupakan revisi dari Keputusan Menteri BUMN
KEP-236/MBU/2003.
Dalam peraturan tersebut, Kementerian Negara BUMN menjabarkan peran
dan partisipasi BUMN kedalam dua program, yaitu Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan. Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut
menegaskan bahwa Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang
diatur. Program Kemitraan dengan usaha kecil adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Adapun yang dimaksud dengan usaha
kecil adalah pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
pengusaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp. 1.000.000.000. Selain itu, pengusaha yang masuk kategori usaha kecil harus
memenuhi syarat, yaitu :
- Pengusaha tersebut berkewarganegaraan Indonesia
- Berusaha secara mandiri (berdiri sendiri), yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki/dikuasai/berafiliasi baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau
usaha besar
- Usaha tersebut memiliki potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan
serta telah berjalan minimal satu tahun
- Belum memenuhi persyaratan perbankan (Non Bankable)
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
7
Universitas Indonesia
2.1.2 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-04/MBU.S/2007
Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor: SE-04/MBU.S/2007
tanggal 17 Juli 2007 berisi tentang petunjuk teknis pedoman akuntansi yang
diterapkan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Pedoman
akuntansi ini disusun untuk memastikan bahwa laporan keuangan unit PKBL
yang dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
2.1.3 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-04/S.MBU/2011
Surat Edaran Kementerian BUMN Nomor SE-04/S.MBU/2011
merupakan bentuk tanggapan sehubungan dengan surat dari IAPI (Ikatan
Akuntan Publik Indonesia) Nomor: 347/III/Int-IAPI/2011 tanggal 11 Maret
2011 kepada seluruh anggota IAPI yang mengatur bahwa opini yang akan
diterbitkan oleh auditor Kantor Akuntan Publik atas laporan keuangan PKBL
terbagi kedalam dua laporan, yaitu Laporan khusus yang disampaikan kepada
Menteri Negara BUMN dengan standar akuntansi yang disusun oleh
Kementerian BUMN dan Laporan bentuk baku yang disampaikan kepada
pemangku kepentingan lainnya dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Menurut SE-04/S.MBU/2011, hal itu bisa terjadi dikarenakan adanya
PSAK 55 (revisi 2006) mengenai Pengakuan dan Pengukuran Instrumen
Keuangan dimana karakteristik piutang PKBL termasuk dalam lingkup yang
diatur dalam PSAK 55 (revisi 2006) tersebut. Mengingat pengukuran piutang
pada PSAK 55 (revisi 2006) tersebut harus menggunakan pendekatan present
value dengan tingkat diskonto effective interest rate, maka hal tersebut tidak
dapat dipenuhi oleh pengelola PKBL karena keterbatasan SDM, sistem informasi
pengelolaan keuangan yang belum mendukung, dan biaya yang relatif besar.
2.1.4 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-02/MBU/Wk/2012
Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-02/MBU/Wk/2012
tanggal 23 Februari 2012 merupakan surat penetapan perubahan pedoman
akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN yang ditetapkan
dalam Surat Edaran Kementerian BUMN Nomor: SE-04/MBU.S/2007, dengan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Pedoman Akuntansi Program Kemitraan Kemitraan dan Bina Lingkungan revisi
tahun 2012. Penerapan pedoman ini ditetapkan berlaku mulai tahun buku 2012
dengan penerapan dini diperkenankan.
2.1.5 Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-01/D5.MBU/2012
Surat Menteri Negara BUMN Nomor: SE-01/D5.MBU/2012 tanggal 27
Maret 2012 berisi tentang petunjuk teknis penerapan Pedoman Akuntansi
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Revisi 2012 dengan penyusunan
mengacu pada SAK ETAP dan penyajian mengacu pada PSAK 45 (revisi 2011)
tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba dan Buletin Teknis 6 tentang
Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas Nirlaba.
2.1.6 Peraturan Menteri Negara BUMN PER NO: 20/MBU/2012
Peraturan Menteri BUMN NO: PER-20/MBU/2012 yang dikeluarkan
tanggal 27 Desember 2012 merupakan revisi perubahan yang menyempurnakan
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dimana dalam peraturan
tersebut, Program Bina Lingkungan BUMN Pembina dan Program Bina
Lingkungan BUMN Peduli selanjutnya disebut Program Bina Lingkungan dan
mulai berlaku sejak tahun 2013. Semua pasal yang mengatur tentang BUMN
Peduli pada PER-05/MBU/2007 dihapuskan dalam PER-20/MBU/2012.
2.2 Acuan Pedoman Akuntansi PKBL
Penyusunan dan Penyajian laporan keuangan unit PKBL dibuat dengan
dasar-dasar dan prinsip yang mengacu pada suatu pedoman akuntansi yang telah
ditetapkan pemerintah. Pada awal tahun 2012, Kementerian Negara BUMN
menetapkan Pedoman Akuntansi PKBL revisi tahun 2012 yang mulai berlaku
untuk tahun buku 2012, namun penerapan dini pada tahun buku 2011 juga sudah
diperkenankan. Pedoman tersebut ditetapkan berdasarkan SE-02/MBU/Wk/2012.
Pedoman baru tersebut dibuat sesuai dengan standar SAK ETAP dan PSAK 45
(revisi 2011). Untuk unit PKBL yang melakukan transaksi syariah, pencatatan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
9
Universitas Indonesia
dan pembukuan PKBL mengacu kepada Standar Akuntansi Syariah yang berlaku
secara umum karena tidak diatur secara spesifik dalam pedoman akuntansi ini.
2.2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 dan berlaku efektif pada 1 Januari 2011.
Standar ini dibuat dengan mengacu pada IFRS untuk Small Medium Enterprises
(SME) yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia dan dibuat secara
lebih sederhana.
Menurut SAK ETAP, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas
yang memiliki dua kriteria yang menentukan apakah suatu entitas tergolong
entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) yaitu:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal misalnya adalah pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, lembaga
pemeringkat kredit
Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal, atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebaga fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau
pedagang efek, dana pensiun, reksadana, dan bank investasi
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang yang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
Tujuan laporan keuangan menurut SAK ETAP adalah menyediakan
informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
10
Universitas Indonesia
khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi
tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan meliputi:
a. dapat dipahami
b. relevan
c. materialitas
d. keandalan
e. substansi mengungguli bentuk
f. pertimbangan sehat
g. kelengkapan
h. dapat dibandingkan
i. tepat waktu
j. keseimbangan antara biaya dan manfaat
Menurut SAK ETAP, Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan
proses pembentukan suatu pos dalam Posisi Keuangan atau Laporan Laba Rugi
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
Aset dan kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan mengandung manfaat
ekonomi dan mempunyai jumlah/nilai/biaya yang dapat diukur dengan andal.
Penghasilan diakui dalam Laporan Laba Rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di
masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Beban diakui dalam Laporan Laba
Rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan
penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara
andal.
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh SAK ETAP
seperti berikut:
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
11
Universitas Indonesia
1. Pengukuran nilai aset secara neto dari penilaian penyisihan bukan
merupakan saling hapus, misalnya penyisihan atas piutang tak tertagih
2. Jika aktivitas entitas yang biasa tidak termasuk membeli dan menjual aset
tidak lancar, maka entitas melaporkan keuntungan dan kerugian atas
pelepasan aset dengan mengurangi hasil penjualan dengan jumlah tercatat
aset dengan beban penjualannya
Dasar Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan yang umum menurut
SAK ETAP adalah berdasarkan biaya historis dan nilai wajar.
1. Biaya historis, yaitu menggunakan harga perolehan yang dibayarkan atau
diterima
2. Nilai wajar, yaitu menggunakan jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu aset, atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban
SAK ETAP mensyaratkan penyajian wajar untuk laporan keuangan entitas yang
menggunakan SAK ETAP. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK
ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh atas
kepatuhan tersebut dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pada saat
menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usaha, kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau
menghentikan operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis. Entitas
menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif
dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama) minimal satu kali
dalam setahun. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan juga
harus konsisten, kecuali terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi
entitas atau perubahan tersebut menghasilkan penyajian yang lebih andal dan
relevan. Penyajian laporan keuangan entitas yang lengkap berdasarkan SAK
ETAP meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas yang juga menunjukkan seluruh perubahan
dalam ekuitas dan perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari
transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
12
Universitas Indonesia
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya
Secara normal, urutan penyajian catatan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
SAK ETAP
2. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
3. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan
urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian
pos-pos tersebut
4. Pengungkapan lain
Peristiwa setelah akhir periode pelaporan bertujuan untuk menjelaskan
peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan prinsip-prinsip
Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan peristiwa tersebut. Peristiwa setelah
akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik menguntungkan maupun
tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan
tanggal penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir
periode pelaporan, yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi
pada akhir periode pelaporan sehingga memerlukan penyesuaian
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir
periode pelaporan sehingga tidak memerlukan penyesuaian
Posisi Keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas
pada suatu waktu tertentu. Posisi Keuangan minimal mencakup pos–pos berikut:
kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan, properti
investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, hutang usaha dan hutang lainnya, aset
dan utang pajak, kewajiban diestimasi, serta ekuitas. Entitas menyajikan pos,
judul, dan sub jumlah lainnya dalam Posisi Keuangan jika penyajian seperti itu
relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas.
1. Aset Lancar
Jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka
siklus operasi diasumsikan 12 bulan. Selain yang disebutkan di bawah ini,
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
13
Universitas Indonesia
dianggap sebagai aset tidak lancar. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset
lancar jika:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas
b. Dimiliki untuk diperdagangkan
c. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan
d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannyadari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12
bulan setelah akhir periode pelaporan
2. Kewajiban Jangka Pendek
Selain yang disebutkan di bawah ini, dianggap sebagai kewajiban jangka panjang.
Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
entitas
b. Dimiliki untuk diperdagangkan
c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan
Jika terjadi penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang, kerugian
penurunan nilainya dinilai sebesar estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih.
Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan pengalaman, prospek industri,
prospek usaha, dan kondisi keuangan.
Untuk aset lainnya, entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan
apakah terdapat indikasi bahwa ada aset yang turun nilainya. Jika indikasi tersebut
ada, entitas harus mengestimasi nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual
aset tersebut.
Untuk melakukan pemulihan kerugian penurunan nilai, kerugian
penurunan nilai yang telah diakui pada periode sebelumnya harus dinilai setiap
tanggal pelaporan apakah masih ada atau sudah berkurang. Jika ada indikasi
tersebut, entitas harus mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
14
Universitas Indonesia
aset tersebut.
Kinerja Keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari
entitas yang disajikan dalam Laporan Aktivitas. Entitas harus menyajikan pos,
judul, dan sub jumlah lainnya pada Laporan Aktivitas jika penyajian tersebut
relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan
pos pendapatan dan beban sebagai pos luar biasa, baik dalam Laporan Aktivitas
maupun dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Aktivitas minimal
mencakup pos – pos berikut ini:
1. Pendapatan
2. Beban keuangan
3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas
4. Beban pajak
5. Laba atau rugi neto
Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi
berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang memberikan
informasi yang lebih andal dan relevan.
1. Analisis menggunakan sifat beban. Berdasarkan metode ini, beban
dikumpulkan dalam Laporan Aktivitas berdasarkan sifatnya (contoh:
penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan imbalan kerja)
serta tidak dialokasikan kembali antara antara berbagai fungsi dalam
entitas.
2. Analisis menggunakan fungsi beban. Berdasarkan metode ini, beban
dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau,
sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi atau aktivitas administrasi.
Sekurang-kurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya
sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya.
Laporan Arus Kas menyajikan informasi arus kas dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi hanya dapat
disajikan dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method). Bunga
dan dividen harus diungkapkan secara terpisah dan secara konsisten sebagai
aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan. Pajak penghasilan diungkapkan
secara terpisah sebagai aktivitas operasi, kecuali jika secara spesifik dapat
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
15
Universitas Indonesia
diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan atau investasi. Transaksi non kas
tidak dapat disajikan dalam Laporan Arus Kas karena transaksi tersebut tidak
mempengaruhi arus kas dalam periode berjalan.
2.2.1.1 Perlakuan Akuntansi yang Diatur secara Spesifik di SAK ETAP
untuk Pos-Pos di Laporan Keuangan dalam Pedoman Akuntansi
unit PKBL Revisi 2012
Pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012 menggunakan acuan SAK
ETAP dalam penyusunan laporan keuangan. Akun-akun dan perlakuan akuntansi
yang diatur secara spesifik di SAK ETAP untuk pos-pos di laporan keuangan
dalam pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012 terdiri dari:
1. Aset Tetap
Entitas harus mengakui aset tetap pada biaya perolehan sesuai dengan kriteria
Pengakuan secara umum, yaitu kemungkinan bahwa manfaat ekonomi terkait
dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan pos tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Untuk tanah dan
bangunan yang diperoleh secara bersamaan, pengakuannya harus dibuat dan
dicatat secara terpisah. Aset tetap juga harus diukur sebesar biaya perolehan yang
meliputi:
a. Harga beli;
b. Biaya-biaya yang diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi
agar siap digunakan; dan
c. Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya
restorasi lokasi
Jika pembayaran atas perolehan aset ditangguhkan, maka diakui setara nilai
tunainya dan diakui sebagai beban keuangan. Aset tetap yang diperoleh melalui
pertukaran dengan aset non moneter atau kombinasi aset moneter dan aset non
moneter, biaya perolehannya harus diukur pada nilai wajar. Pengeluaran setelah
pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang umur manfaat atau yang
kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam
bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja,
harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut. Selanjutnya, setelah
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
16
Universitas Indonesia
pengakuan awal, seluruh aset tetap harus diukur pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Biaya
pemeliharaan dan reparasi sehari-hari dari aset tetap diakui sebagai beban dalam
Laporan Laba Rugi pada periode terjadinya. Penilaian kembali atau revaluasi aset
tetap tidak diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset
berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Namun jika ketentuan
revaluasi aset tetap sesuai dengan ketentuan pemerintah, maka hal itu bisa
menjadi pengecualian dari ketentuan SAK ETAP.
Beban penyusutan aset tetap harus diakui dalam Laporan Laba Rugi,
kecuali biaya tersebut merupakan bagian biaya perolehan suatu aset. Beban
penyusutan tersebut dihitung berdasarkan alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan selama umur manfaat. Metode penyusutan yang dipilih oleh entitas
harus mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa
depan aset. Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan.
Penyusutan diberhentikan ketika aset dihentikan pengakuannya. Metode yang
dapat digunakan untuk penyusutan adalah metode garis lurus (straight line
method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode
jumlah unit produksi (sum of the unit of production method). Penurunan nilai aset
tetap diakui pada saat terjadinya. Aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat
dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomi di masa depan yang diekspektasikan
dari penggunaan atau pelepasannya.
2. Sewa
Klasifikasi sewa tergantung pada substansi transaksi dan bukan bentuk
kontraknya. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa
tersebut mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan
aset kepada lessee. Jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh
manfaat dan risiko kepemilikan aset, maka diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
Klasifikasi sewa dilakukan pada awal masa sewa dan tidak berubah selama masa
sewa, kecuali lessee dan lessor sepakat untuk mengubah persyaratan sewa
sehingga klasifikasi sewa harus dievaluasi ulang.
Pada sewa pembiayaan untuk laporan keuangan lessee, terdapat beberapa
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
17
Universitas Indonesia
ketentuan yang diatur dalam SAK ETAP. Pada awal masa sewa, lessee harus
mengakui aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai tunai pembayaran sewa
ditambah nilai residu. Lessee harus mencatat depresiasi selama umur manfaat aset
atau masa sewa. Jika tidak ada pengalihan hak kepemilikan, maka aset sewaan
harus disusutkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek antara
masa sewa dengan umur manfaatnya. Pembelian aset sewaan sebelum berakhirnya
masa sewa, akan menimbulkan perbedaan antara pembayaran yang dilakukan
dengan sisa kewajiban, dan itu diakui sebagai keuntungan dan kerugian pada
periode terjadinya. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai
tunai dari pembayaran sewa adalah tingkat bunga yang dibebankan lessor atau
tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa. Selama masa sewa, setiap
pembayaran sewa dialokasikan sebagai angsuran pokok kewajiban dan beban
bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban
lessee.
Sedangkan pada sewa operasi, pembayaran sewa selama tahun berjalan
dari lessee harus diakui sebagai pendapatan sewa yang diukur berdasarkan metode
garis lurus (straight line method) selama masa sewa.
Jika terdapat transaksi jual dan sewa-balik (sales and lease back), maka
transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu
transaksi penjualan dan transaksi sewa. Selisih antara harga jual dan nilai tercatat
aset yang dijual harus diakui sebagai keuntungan dan kerugian yang
ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus
dilakukan secara proporsional dengan beban penyusutan aset sewaan jika sewa-
balik merupakan sewa pembiayaan atau dengan beban sewa jika sewa-balik
merupakan sewa operasi.
3. Pendapatan
Pendapatan yang diatur dalam SAK ETAP meliputi penjualan barang, penyediaan
jasa, kontrak konstruksi, dan penggunaan aset oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen. Pendapatan diukur berdasarkan nilai wajar atas
pembayaran yang diterima atau masih harus diterima setelah diskon penjualan dan
potongan volume. Entitas harus mengakui perbedaan antara nilai kini dari seluruh
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
18
Universitas Indonesia
penerimaan masa depan dengan nilai nominal pembayaran sebagai pendapatan
bunga. Pertukaran barang atau jasa yang sejenis dan bernilai sama tidak diakui
sebagai pendapatan.
Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua
kondisi di bawah ini terpenuhi:
a. Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari
kepemilikan barang kepada pembeli
b. Entitas tidak mempertahankan, dari keterlibatan manajerial sampai pada
tingkat dimana biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun
kontrol efektif atas barang yang terjual
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
transaksi yang akan mengalir masuk ke dalam entitas
e. Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat
diukur secara andal
Untuk penyediaan jasa, entitas harus mengakui pendapatan yang
berhubungan dengan transaksi sesuai dengan metode persentase penyelesaian
pada akhir periode pelaporan jika hasil transaksi penyediaan jasa dapat diestimasi
secara andal. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi
kondisi berikut:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
b. Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan
dengan transaksi akan mengalir kepada entitas
c. Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal
d. Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat
diukur secara andal
Perlakuan yang sama juga diatur untuk kontrak konstruksi. Jika hasil
kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui
pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak
konstruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan
dengan metode persentase penyelesaian pada akhir periode pelaporan.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aset
oleh entitas yang lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen pada saat
syarat pengakuan terpenuhi, yaitu kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir
kepada entitas dan jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
Ketentuan pengakuan pendapatan harus dilakukan atas dasar berikut:
a. Bunga harus diakui secara akrual;
b. Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan
substansi dari perjanjian yang relevan; dan
c. Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran telah terjadi
2.2.2 PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Organisasi Nirlaba
Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan
utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Laporan
keuangan nirlaba memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan dan
menyajikan aset terikat dan tidak terikat secara terpisah. Pertanggungjawaban
manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang
diterima dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali, disajikan melalui Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas. PSAK 45
(revisi 2011) bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba
sehingga diharapkan laporan keuangan dapat lebih mudah dipahami, memiliki
relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Menurut PSAK 45 (revisi 2011), laporan keuangan disajikan oleh
organisasi nirlaba yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
jika entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan
kepada pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut
3. Tidak ada kepemilikan seperti umunya pada entitas bisnis, dalam arti
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
20
Universitas Indonesia
bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau
ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau
pembubaran entitas nirlaba
Tujuan utama pembuatan laporan keuangan bagi entitas nirlaba adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para pemberi
sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota entitas
nirlaba, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas
nirlaba. Informasi yang disajikan secara rinci dalam laporan keuangan, termasuk
Catatan Atas Laporan Keuangan, adalah mengenai:
1. Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba
2. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat aset
neto
3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya
4. Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh
terhadap likuidasinya
5. Usaha jasa entitas nirlaba
Laporan Posisi Keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan
menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto. Informasi likuiditas dalam Laporan
Posisi Keuangan diberikan dengan cara sebagai berikut:
1. Menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas dan liabilitas berdasarkan
tanggal jatuh tempo
2. Mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan liabilitas ke
dalam jangka pendek dan jangka panjang
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh tempo
liabilitas, termasuk pembatasan penggunaan aset, dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan
Laporan Posisi Keuangan juga menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset
neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya
yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, yaitu: terikat secara permanen,
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
21
Universitas Indonesia
terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah
dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan
jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
Laporan Aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan
menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset neto
dalam Laporan Aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam posisi
keuangan. Klasifikasi penyajian dalam Laporan Aktivitas adalah sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan aset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak
terikat dalam suatu periode
2. Pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aset neto tidak terikat
3. Sumber daya disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya
pembatasan. Dalam hal sumber daya terikat yang pembatasannya tidak
berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumber
daya tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan
sebagai kebijakan akuntansi
4. Keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau
liabilitas) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali
jika penggunannya dibatasi
5. Jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali diatur berbeda oleh
SAK lain atau SAK ETAP
Menurut PSAK 45 (revisi 2011), terdapat tiga bentuk Laporan Aktivitas yang bisa
dipilih oleh setiap entitas yang termasuk dalam klasifikasi entitas nirlaba untuk
menyajikan Laporan Aktivitas mereka:
1. Bentuk A menyajikan informasi dalam kolom tunggal. Bentuk A ini
memudahkan penyusunan Laporan Aktivitas komparatif.
2. Bentuk B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto, satu
kolom untuk setiap klasifikasi dengan tambahan satu kolom untuk jumlah.
Bentuk B menyajikan pembuktian dampak berakhirnya pembatasan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
22
Universitas Indonesia
pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali aset
tertentu terhadap reklasifikasi aset neto. Bentuk B ini memungkinkan
penyajian informasi agregat mengenai sumbangan dan penghasilan dari
investasi.
3. Bentuk C menyajikan informasi dalam dua laporan dengan jumlah
ringkasan dari laporan pendapatan, beban, dan perubahan terhadap aset
neto tidak terikat disajikan dalam Laporan Perubahan Aset Neto.
Pendekatan bentuk C ini menitikberatkan perhatian pada perubahan aset
neto yang tidak terikat. Bentuk ini sesuai untuk entitas nirlaba yang
memandang aktivitas operasi sebagai aktivitas yang terpisah dari
penerimaan pendapatan terikat dari sumbangan dan investasi.
Laporan Arus Kas bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan Arus Kas pada
entitas nirlaba disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan
tambahan berikut ini:
1. Aktivitas pendanaan:
a. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali yang penggunannya dibatasi dalam jangka
panjang
b. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan investasi
yang penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan, dan
pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi
c. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaanya untuk jangka
panjang
2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non
kas, misalnya sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Ikhtisar Perbedaan PSAK 45 (Revisi 2011) dan PSAK 45 (1997)
Perihal PSAK 45 (revisi 2011) PSAK 45 (1997) Ruang Lingkup Dapat diterapkan oleh
lembaga pemerintah dan unit-unit sejenis lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Tidak berlaku bagi lembaga pemerintah, departemen, dan unit-unit sejenis lainnya
Acuan untuk pengaturan yang tidak diatur dalam PSAK 45
SAK atau SAK ETAP untuk entitas yang tidak mempunyai akuntabilitas publik signifikan
SAK yang berlaku umum
Sumber: PSAK 45 (revisi 2011)
2.3 Pedoman Akuntansi unit PKBL Revisi 2012 dari Kementerian BUMN
2.3.1 Laporan Posisi Keuangan
Laporan Posisi Keuangan PKBL terdiri dari aset, liabilitas dan aset neto.
Aset dan liabilitas diklasifikasikan berdasarkan likuiditas, fleksibilitas keuangan,
dan karakteristik yang serupa.
2.3.1.1 Aset
Aset dalam penyajiannya diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset
Tidak Lancar, dimana aset lain-lain termasuk ke dalam kelompok Aset Tidak
Lancar. Menurut pedoman akuntansi PKBL, suatu aset dikatakan lancar jika:
1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk
menjual atau menggunakannya dalam siklus operasi normal;
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
3. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
4. Kas atau setara kas kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau
penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12
bulan setelah periode pelaporan
Sesuai dengan SAK ETAP, ketentuan tambahan untuk pedoman PKBL Revisi
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
24
Universitas Indonesia
2012, pada siklus operasi normal entitas yang tidak dapat diidentifikasi dengan
jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan.
Berdasarkan klasifikasi di atas, pos-pos yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok Aset Lancar adalah sebagai berikut:
1. Kas dan Setara Kas
Pos ini merupakan pos yang paling likuid pada Laporan Posisi Keuangan
yang terdiri dari cash on hand, rekening kas di bank, dan deposito yang
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang. Oleh karena Kas dan
setara kas merupakan pos yang paling likuid, akun ini disajikan pada
urutan pertama aset. Kas dan setara kas diakui pada saat kas dan setara kas
tersebut diterima, baik secara tunai, berupa cek, giro yang sudah jatuh
tempo maupun melalui transfer ke dalam rekening bank. Pengukuran kas
dan setara kas ditetapkan menurut nilai nominalnya, sedangkan saldo bank
ditetapkan menurut nilai nominal saldo rekening di bank. Saldo kas di
bank pada akhir tahun dicatat berdasarkan hasil rekonsiliasi bank.
2. Kas/Bank Yang Dibatasi Penggunaannya
Pos ini berupa kas atau bank Program Bina Lingkungan yang disisihkan
untuk Program Bina Lingkungan BUMN Peduli, yang penggunaannya
tergantung keputusan Menteri Negara BUMN. Kas/bank yang dibatasi
penggunaannya diakui pada saat terjadinya transaksi penyisihan kas/bank
untuk Program Bina Lingkungan BUMN Peduli dan diukur sebesar nilai
yang disisihkan tersebut. Kas/bank yang dibatasi penggunaannya disajikan
dalam kelompok Aset Lancar karena siklus operasi yang tidak menentu
dan dapat dicairkan sewaktu-waktu tersebut sehingga diasumsikan selama
12 bulan, sesuai dengan yang diatur dalam SAK ETAP.
3. Deposito Berjangka
Pos ini merupakan penempatan dana PKBL berupa deposito yang
pencairannya memiliki waktu jatuh tempo lebih dari 3 (tiga) bulan, atau
pada saat reklasifikasi deposito yang jatuh temponya menjadi 3 (tiga)
bulan atau kurang dari 3 (tiga) bulan. Investasi dalam bentuk deposito
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
25
Universitas Indonesia
diukur sebesar nilai nominalnya dan disajikan dalam kelompok Aset di
Laporan Posisi Keuangan.
4. Piutang
Piutang dalam Laporan Posisi Keuangan PKBL merupakan total saldo
piutang yang terdiri dari Piutang Penyisihan Laba Kepada BUMN
Pembina, Piutang Penyaluran Kepada BUMN Pembina Lain/Lembaga
Penyalur, Piutang Pinjaman Khusus dan Piutang Pinjaman Mitra Binaan,
yang masing-masing kelompok piutang tersebut disajikan dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan. Piutang tersebut nantinya dikurangi dengan
penyisihan penurunan nilai piutang dimana penyisihan tersebut dihitung
berdasarkan kualitas pinjaman Mitra Binaan.
a. Piutang Penyisihan Laba Kepada BUMN Pembina
Piutang kepada BUMN Pembina diakui pada saat RUPS/RPB telah
menetapkan besarnya persentase alokasi laba BUMN Pembina untuk
PKBL.
b. Piutang Kepada Unit PKBL BUMN Pembina lain/Lembaga Penyalur
Piutang Kepada Unit PKBL BUMN Pembina lain/Lembaga Penyalur
diakui pada saat terjadi penyerahan dana kepada unit PKBL BUMN
Pembina lain/Lembaga penyalur dan diukur serta dicatat sebesar
jumlah dana yang diserahkan kepada unit PKBL BUMN Pembina
lain/Lembaga penyalur, setelah dikurangi dengan pengembalian
yang telah diterima.
c. Piutang Pinjaman Khusus
Piutang Pinjaman Khusus Mitra Binaan dilakukan pada saat
pinjaman khusus tersebut disalurkan kepada Mitra Binaan melalui
transfer maupun diserahkan secara tunai kepada Mitra Binaan dan
diukur serta dicatat sebesar jumlah bersih atau pokok yang
diharapkan dapat ditagih dari Mitra Binaan.
d. Piutang Pinjaman Mitra Binaan
Piutang Pinjaman Khusus Mitra Binaan dilakukan pada saat
pinjaman khusus tersebut disalurkan kepada Mitra Binaan melalui
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
26
Universitas Indonesia
transfer maupun diserahkan secara tunai kepada Mitra Binaan dan
diukur serta dicatat sebesar jumlah bersih atau pokok yang
diharapkan dapat ditagih dari Mitra Binaan. Piutang jasa administrasi
pinjaman Mitra Binaan dicatat secara akrual mengikuti piutang
pokok Mitra Binaan tersebut ketika kualitas pinjaman tersebut lancar
dan kurang lancar. Bila kualitas pinjaman sudah diragukan, maka
tidak dilakukan akrualisasi piutang jasa administrasi pinjaman Mitra
Binaan.
e. Piutang Lain-Lain
Merupakan piutang yang tidak dapat dikelompokkan pada kategori
piutang di atas, seperti Pendapatan Bunga. Piutang Lain-Lain diakui
pada saat telah diperoleh bukti yang cukup bahwa telah terjadi klaim
atas piutang dan diukur sebesar perkiraan yang bisa tertagih
Kualitas pinjaman Mitra Binaan yang digunakan sebagai dasar penghitungan
penyisihan penurunan nilai piutang dikelompokkan berdasarkan ketepatan waktu
dalam pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman kepada BUMN
Pembina. Penggolongan kualitas pinjaman Mitra Binaan sesuai dengan Keputusan
Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007, dikategorikan menjadi 4 (empat)
kategori sebagai berikut:
a. Lancar
Penerimaan angsuran pinjaman dari Mitra Binaan belum melampaui 30
(tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran
b. Kurang Lancar
Penerimaan angsuran pinjaman dari Mitra Binaan telah melampaui 30
(tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari
dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran
c. Diragukan
Penerimaan angsuran pinjaman dari Mitra Binaan telah melampaui 180
(seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh
puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran
d. Macet
Penerimaan angsuran pinjaman dari Mitra Binaan telah melampaui 270
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
27
Universitas Indonesia
(dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran
5. Penyisihan Penurunan Nilai Piutang Pinjaman
Alokasi penyisihan dari penurunan nilai piutang pinjaman diakui pada saat
akhir periode akuntansi dan diukur sebesar estimasi kerugian yang tidak
dapat ditagih. Dengan mempertimbangkan karakteristik PKBL, maka
metode perhitungan yang dipilih adalah secara kolektif berdasarkan
persentase tingkat ketertagihan (collection) data historis yang ada
(minimal 2 tahun)1.
6. Beban Dibayar Di Muka
Pos ini merupakan pembayaran kepada pihak lain terhadap jasa yang
belum menjadi beban untuk periode berjalan. Beban Dibayar Di Muka
diakui dan diukur pada saat dilakukan pembayaran atas nilai jasa yang
belum dikonsumsi selama tahun berjalan. Pada akhir periode, dilakukan
jurnal pencatatan realisasi beban dengan mengkredit beban dibayar di
muka. Pos beban dibayar di muka disajikan dalam Laporan Posisi
Keuangan pada kelompok Aset.
7. Aset Tetap
Aset Tetap diukur sebesar biaya perolehannya yang diperoleh dari harga
beli ditambah semua biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut
siap untuk digunakan. Untuk aset tetap yang dibangun sendiri, nilai
perolehannya didasarkan atas seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan aset tersebut. Untuk aset tetap yang diperoleh melalui
transaksi sewa beli (purchase leasing), nilai perolehannya dicatat
berdasarkan seluruh nilai tunai biaya yang dibebankan dalam kontrak sewa
beli, sedangkan untuk aset tetap yang diperoleh melui hibah atau transaksi
pertukaran non moneter lainnya dicatat berdasarkan nilai wajar dari aset
yang diperoleh atau aset yang diserahkan, tergantung mana yang lebih
andal. Pengeluaran-pengeluaran untuk perbaikan aset tetap yang
1 Lampiran 1
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
28
Universitas Indonesia
menambah masa manfaat, kapasitas, dan mutu pelayanan aset tetap yang
bersangkutan untuk beberapa tahun pada prinsipnya harus dikapitalisasi.
Aset tetap yang tidak dipergunakan, dikeluarkan dari pos aset tetap dan
dikelompokkan sebagai aset lain-lain atau aset tidak lancar yang dimiliki
untuk dijual.
8. Aset Lain-Lain
Aset Lain-Lain dalam Laporan Posisi Keuangan merupakan total saldo
yang terdiri dari Aset Tetap Tidak Berfungsi, Dana Penjaminan KUM-
LTA dan Piutang Bermasalah.
a. Aset Tetap Tidak Berfungsi
Aset Tetap Tidak Berfungsi diakui pada saat aset tetap direklasifikasi
menjadi aset lain-lain. Aset tetap yang direklasifikasi menjadi aset
tetap tidak berfungsi disusutkan sampai dengan nilai sisa (residu) Rp
1,00 (satu rupiah). Apabila aset tidak dapat digunakan sebelum umur
ekonomisnya berakhir, maka nilai aset tersebut harus diturunkan
nilainya.
b. Dana Penjaminan KUM-LTA (Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa
Agunan tambahan)
Merupakan program pemerintah yang bertujuan memberikan
kemudahan bagi usaha kecil dalam memperoleh pinjaman perbankan
dengan memberikan deposit sebagai jaminan Program Kemitraan di
bank pemerintah yang ditetapkan berdasarkan Surat Menteri BUMN
No: S-290/MBU/2004 tanggal 4 Juni 2004 tentang Penjaminan Dana
Program Kemitraan untuk Kredit Usaha Mikro. Pengakuan Dana
Penjaminan KUM-LTA pada saat terjadi transfer dana sebagai
jaminan KUM-LTA. Penyaluran Dana Penjaminan KUM-LTA
diukur dan dicatat sebesar jumlah dana yang ditransfer kepada bank
sebagai jaminan KUM-LTA.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
29
Universitas Indonesia
c. Piutang Bermasalah
Merupakan piutang pinjaman macet yang telah diupayakan
pemulihannya (rescheduling dan reconditioning), namun tetap tidak
dapat dipulihkan. Piutang bermasalah diakui pada saat piutang
pinjaman yang dikategorikan macet dan telah diupayakan
pemulihannya namun tidak terpulihkan. Piutang bermasalah diukur
dan dicatat sebesar jumlah pokok pinjaman sedangkan
penyisihannya diukur sebesar 100%.
2.3.1.2 Liabilitas
Sama halnya seperti kelompok Aset, Liabilitas disajikan berdasarkan
tingkat likuiditasnya, yaitu Liabilitas Jangka Pendek dan Liabilitas Jangka
Panjang. Untuk Liabilitas Jangka Pendek, dikelompokkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan;
2. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca;
3. Dimiliki untuk diperdagangkan; atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan
Selain dari ketentuan di atas, liabilitas dimasukkan ke dalam kelompok Liabilitas
Jangka Panjang.
Pos-pos yang tergolong dalam kelompok Liabilitas, yaitu:
1. Utang
Utang pada unit PKBL diakui pada saat terjadinya transaksi atau saat
perjanjian kontrak. Utang jangka pendek diukur dan dicatat sebesar nilai
transaksi atau perjanjian kontrak yang telah disepakati. Utang jangka
panjang diakui sebesar nilai wajarnya. Pada akhir periode akuntansi, utang
diukur dan dicatat sebesar nilai nominalnya. Utang dalam mata uang asing
harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah.
Utang jangka pendek disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan pada
urutan pertama pos Liabilitas.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
30
Universitas Indonesia
2. Beban Yang Masih Harus Dibayar
Beban yang masih harus dibayar diakui pada saat diterimanya jasa atau
prestasi (beban yang sudah terjadi) selama tahun berjalan tetapi belum
dilakukan pembayarannya. Beban yang masih harus dibayar diukur dan
dicatat sebesar jumlah biaya tahun berjalan yang belum dibayar.
Biaya yang masih harus dibayar disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
pada kelompok Liabilitas Jangka Pendek.
3. Utang Pajak
Utang pajak diakui pada saat transaksi terjadi, sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku dan diukur serta dicatat sebesar jumlah pajak
terutang berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Utang pajak disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan pada kelompok
Liabilitas.
4. Kelebihan Pembayaran Angsuran
Kelebihan pembayaran angsuran diakui sebagai Liabilitas pada saat
setoran tersebut diterima oleh unit PKBL dan diukur serta dicatat sebesar
nilai nominal kelebihan pembayaran angsuran.
Kelebihan pembayaran angsuran disajikan dalam Laporan Posisi
Keuangan pada kelompok Liabilitas.
5. Angsuran Belum Teridentifikasi
Angsuran belum teridentifikasi diakui pada saat angsuran tersebut diterima
oleh unit PKBL. Besarnya angsuran belum teridentifikasi diukur dan
dicatat sebesar nilai nominal yang diterima. Saldo pos Angsuran Belum
Teridentifikasi akan berkurang pada saat diketahui identitas Mitra Binaan
yang melakukan pembayaran dan jumlah yang teridentifikasi tersebut akan
mengurangi saldo piutang Mitra Binaan.
Angsuran belum teridentifikasi disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
sebagai Liabilitas Jangka Pendek.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
31
Universitas Indonesia
6. Utang Sewa Pembiayaan
Utang sewa pembiayaan diakui pada saat terjadinya perjanjian sewa dan
telah terjadi serah terima barang yang disewa. Utang sewa pembiayaan
diukur dan dicatat sebagai liabilitas pada awal masa sewa sebesar nilai
tunai dari seluruh pembayaran sewa ditambah nilai sisa (harga opsi) yang
harus dibayar oleh penyewa pada akhir masa sewa.
Utang Sewa Pembiayaan disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan pada
kelompok Liabilitas Jangka Pendek atau Panjang sesuai dengan saat jatuh
temponya.
7. Utang Kepada BUMN Pembina Lain
Utang kepada BUMN Pembina lain diakui pada saat penerimaan dana dari
unit PKBL BUMN Pembina lain. Utang kepada BUMN Pembina lain
diukur dan dicatat sebesar jumlah yang diterima unit PKBL BUMN
Pembina lain, setelah dikurangi dengan jumlah pengembalian yang telah
dibayarkan kepada BUMN Pembina lain.
Utang kepada BUMN Pembina lain disajikan dalam Laporan posisi
Keuangan dalam kelompok Liabilitas.
8. Utang Lain-lain
Utang jangka pendek lainnya diukur dan dicatat sebesar nilai nominalnya
serta disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan dalam kelompok
Liabilitas.
2.3.1.3 Aset Neto
Nilai aset neto diperoleh setelah nilai aset dikurangi oleh nilai liabilitas.
Penyajian Aset Neto di Laporan Posisi Keuangan didasarkan pada ada atau
tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan
tidak terikat.
Pembatasan permanen terhadap aset, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
32
Universitas Indonesia
aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara
permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang
penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari
hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).
Pembatasan temporer terhadap sumbangan berupa aktivitas operasi
tertentu, investasi untuk jangka waktu tertentu, penggunaan selama periode
tertentu di masa depan, atau perolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur
terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi secara temporer
atau disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pembatasan temporer oleh
pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali dapat
berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya. Dalam
pembatasan temporer ini termasuk penyisihan BUMN Peduli yaitu dana Program
Bina Lingkungan yang disisihkan Unit PKBL untuk Program Bina Lingkungan
BUMN Peduli yang berasal dari saldo awal kas dana Bina Lingkungan,
pendapatan Program Bina Lingkungan, dan alokasi laba BUMN Pembina untuk
Program Bina Lingkungan.
Aset neto tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan
barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak
terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan
organisasi yang tercantum dalam akta pendirian, dan dari perjanjian kontraktual
dengan pemasok, kreditor, dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan.
2.3.2 Laporan Aktivitas
Laporan Aktivitas PKBL memberikan informasi mengenai perubahan
jumlah aset neto baik terikat maupun tidak terikat pada suatu periode tertentu.
Kenaikan dan penurunan aset neto terikat tergantung dari selisih pendapatan dan
pengeluaran dari dana terikat seperti dana penyisihan BUMN Peduli yang
dikurangi dengan dana BUMN Peduli yang sudah terpakai dan aset neto terikat
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
33
Universitas Indonesia
tahun sebelumnya yang sudah habis masa keterikatannya. Pada aset neto tidak
terikat, pendapatan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan beban disajikan sebagai pengurang
aset neto tidak terikat. Pos-pos penambah aset neto tidak terikat terdiri dari:
1. Alokasi Bagian Laba Dari BUMN Pembina
Alokasi bagian laba dari BUMN Pembina diakui pada saat RUPS/RPB
telah menyetujui laporan keuangan BUMN Pembina dan menetapkan
besarnya alokasi laba untuk unit PKBL. Alokasi Bagian Laba dari BUMN
Pembina diukur dan dicatat sebesar jumlah dana yang dialokasikan untuk
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, sesuai dengan
keputusan RUPS/RPB.
Alokasi Bagian Laba Dari BUMN Pembina disajikan dalam Laporan
Aktivitas pada urutan pertama kelompok Penerimaan.
2. Penerimaan Pelimpahan Dana Dari PKBL Lain
Penerimaan pelimpahan dana dari PKBL lain diakui pada saat diterimanya
dana dari unit PKBL lain dan diukur serta dicatat sebesar jumlah dana
diterimanya tersebut.
Penerimaan pelimpahan dana dari PKBL lain disajikan dalam Laporan
Aktivitas pada kelompok Penerimaan.
3. Penggantian Beban Operasional
Pos Penggantian Beban Operasional diakui pada saat diterima penggantian
beban operasional dari BUMN Pembina atas beban operasional unit PKBL
yang melebihi batas pagu yang telah ditetapkan dan diukur serta dicatat
sebesar realisasi penggantian beban operasional tersebut. Beban
operasional disini adalah beban pelaksanaan operasi unit Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan diluar beban pegawai yang
dananya berasal dari dana hasil jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi
hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dana Program Kemitraan selama
tahun berjalan.
Penggantian beban operasional disajikan dalam Laporan Aktivitas pada
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
34
Universitas Indonesia
kelompok Penerimaan.
4. Sumbangan
Sumbangan diakui pada saat dana atau barang diterima oleh unit PKBL
dan diukur serta dicatat sebesar nilai sumbangan atau nilai wajar barang
yang diterima.
Sumbangan disajikan dalam Laporan Aktivitas pada kelompok
Penerimaan.
5. Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman
Pendapatan jasa administrasi pinjaman adalah pendapatan jasa yang
dipungut atas pinjaman dana Program Kemitraan yang disalurkan kepada
Mitra Binaan, termasuk pinjaman khusus dan pendapatan atas penyaluran
dana Program Kemitraan melalui mekanisme syariah.
Pendapatan jasa administrasi pinjaman diakui secara akrual. Pendapatan
jasa administrasi pinjaman diukur dan dicatat berdasarkan sebesar nilai
yang telah jatuh tempo sesuai dengan kontrak. Pendapatan jasa adminitrasi
pinjaman diakui secara akrual hanya pada piutang dengan status lancar dan
kurang lancar.
Pendapatan jasa administrasi pinjaman disajikan dalam Laporan Aktivitas
pada kelompok Pendapatan.
6. Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga diakui secara akrual dan diukur serta dicatat sebesar
nilai yang telah ditentukan dalam ketentuan.
Pendapatan bunga disajikan dalam Laporan Aktivitas pada kelompok
Pendapatan.
7. Pendapatan Lain-Lain
Pendapatan lain-lain diakui pada saat diterima dan diukur serta dicatat
sebesar nilai yang telah diterima unit PKBL.
Pendapatan lain-lain disajikan dalam Laporan Aktivitas pada urutan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
35
Universitas Indonesia
terakhir dalam kelompok Pendapatan.
Sedangkan pos-pos pengurang aset neto tidak terikat terdiri dari:
1. Dana Pembinaan Kemitraan
Dana pembinaan Kemitraan diakui pada saat terjadinya penyaluran dana
pembinaan Kemitraan. Dana pembinaan Kemitraan diukur dan dicatat
sebesar jumlah dana yang dibayarkan dalam rangka pelaksanaan
pembinaan Kemitraan.
Dana pembinaan Kemitraan disajikan dalam Laporan Aktivitas pada
kelompok Beban.
2. Penyaluran Bina Lingkungan
Penyaluran Bina Lingkungan diakui pada saat penyaluran dana Program
Bina Lingkungan. Penyaluran Bina Lingkungan diukur dan dicatat sebesar
jumlah dana yang disalurkan untuk pelaksanaan Program Bina
Lingkungan.
Penyaluran Bina Lingkungan disajikan dalam Laporan Aktivitas pada
kelompok Beban.
3. Pelimpahan Dana Ke Unit PKBL Lain
Pelimpahan dana ke unit PKBL lain diukur dan dicatat sebesar jumlah
dana yang diserahkan ke unit PKBL lain.
Pelimpahan dana ke unit PKBL lain disajikan dalam Laporan Aktivitas
pada kelompok Beban.
4. Beban Pembinaan
Beban pembinaan adalah beban yang dikeluarkan unit PKBL berkaitan
dengan penyaluran pinjaman kepada Mitra Binaan yang terdiri atas:
a. Beban Survei
Beban survei adalah beban yang dikeluarkan oleh Unit PKBL untuk
melakukan penelitian dan uji kelayakan calon Mitra Binaan yang
telah mengajukan proposal pengajuan pinjaman.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
36
Universitas Indonesia
b. Beban Monitoring
Beban monitoring adalah beban yang dikeluarkan oleh Unit PKBL
untuk melakukan pengawasan terhadap saldo pinjaman Mitra
Binaan.
c. Beban Penagihan Pinjaman
Beban penagihan pinjaman adalah beban yang dikeluarkan oleh Unit
PKBL untuk melakukan penagihan piutang kepada Mitra Binaan.
Beban pembinaan diakui pada saat beban tersebut telah menjadi liabilitas
sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit PKBL. Beban
pembinaan diukur dan dicatat sebesar beban yang telah menjadi liabilitas
sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit PKBL.
Beban pembinaan disajikan pada kelompok Beban dalam Laporan
Aktivitas.
5. Beban Upah Tenaga Harian
Beban upah tenaga harian diakui pada saat beban tersebut telah menjadi
liabilitas sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit PKBL.
Beban upah tenaga harian diukur dan dicatat sebesar beban yang telah
menjadi liabilitas sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit
PKBL.
Beban upah tenaga harian disajikan pada kelompok Beban dalam Laporan
Aktivitas.
6. Beban Administrasi Dan Umum
Beban administrasi dan umum diakui pada saat beban tersebut telah menjadi
liabilitas sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit PKBL.
Beban administrasi dan umum diukur dan dicatat sebesar beban yang telah
menjadi liabilitas sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit
PKBL.
Beban administrasi dan umum disajikan pada kelompok Beban dalam
Laporan Aktivitas.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
37
Universitas Indonesia
7. Beban Pemeliharaan
Beban pemeliharaan diakui pada saat beban tersebut telah menjadi liabilitas
sebagai akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit PKBL. Beban
pemeliharaan diukur dan dicatat sebesar jumlah beban yang telah menjadi
liabilitas.
Beban pemeliharaan disajikan pada kelompok Beban dalam Laporan
Aktivitas.
8. Beban Sewa
Beban sewa diakui pada saat beban tersebut telah menjadi liabilitas sebagai
akibat transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit PKBL. Beban sewa
diukur dan dicatat sebesar jumlah beban yang telah menjadi liabilitas.
Beban sewa disajikan pada kelompok Beban dalam Laporan Aktivitas.
9. Beban Penyusutan Aset Tetap
Beban penyusutan aset tetap diakui pada akhir periode akuntansi. Beban
penyusutan diukur dan dicatat sebesar jumlah beban penyusutan dari masing-
masing aset yang dimiliki berdasarkan metode penyusutan yang digunakan.
Metode yang digunakan adalah Metode Garis Lurus (Straight Line Method).
Beban penyusutan disajikan pada kelompok Beban dalam Laporan Aktivitas.
10. Beban Penyisihan Penurunan Nilai Piutang Pinjaman
Beban penyisihan penurunan nilai piutang pinjaman diakui pada akhir
periode akuntansi dan diukur serta dicatat sebesar selisih jumlah penyisihan
penurunan nilai piutang pinjaman tahun berjalan dengan jumlah penyisihan
penurunan nilai piutang pinjaman pada tahun sebelumnya.
Beban penyisihan penurunan nilai piutang pinjaman disajikan pada kelompok
Beban dalam Laporan Aktivitas.
11. Beban Pajak
Beban pajak diakui pada saat transaksi terjadi, berdasarkan peraturan
perpajakan yang berlaku. Beban pajak diukur dan dicatat sebesar jumlah
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
38
Universitas Indonesia
pajak terutang, berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
Beban pajak disajikan pada kelompok Beban dalam Laporan Aktivitas.
12. Beban Dan Pengeluaran Lainnya
Beban dan pengeluaran lainnya diakui pada saat telah menjadi liabilitas dan
diukur serta dicatat sebesar beban atau pengeluaran yang telah menjadi
liabilitas.
Beban dan pengeluaran lainnya disajikan pada kelompok Beban dalam
Laporan Aktivitas.
2.3.3 Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas dibuat untuk menyajikan informasi mengenai
perubahan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas dalam suatu periode.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama bersumber dari aktivitas penghasil
utama pendapatan PKBL. Informasi didalamnya berguna untuk memprediksi arus
kas operasi masa depan. Berdasarkan PSAK 45 (revisi 2011), Laporan Arus Kas
ini disajikan sesuai PSAK 2 (revisi 2009), yaitu dengan menggunakan metode
langsung atau tidak langsung.
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu disajikan secara
terpisah sebab arus kas ini mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan seperti sumbangan berupa bangunan atau aset investasi,
pembayaran dan penerimaan kas untuk memperoleh aset tetap, aset tidak
berwujud dan aset lainnya.
Arus kas dari aktivitas pendanaan disajikan secara terpisah untuk
memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok dana seperti
penerimaan kas dari BUMN Pembina yang penggunaannya dibatasi dalam jangka
panjang, penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan investasi
yang penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan, dan pemeliharaan
aset tetap, atau peningkatan dana abadi.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
39
Universitas Indonesia
2.4 Buletin Teknis 6 tentang Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas
Koperasi dan Entitas Nirlaba
Dalam SAK ETAP Bab 1 tentang ruang lingkup, mengatur bahwa entitas
yang dapat menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement). Entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan adalah jika bukan entitas yang telah mengajukan
pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran,
pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di
pasar modal; atau bukan entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai
fidusia untuk sekelompok besar masyarakat.2
Dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan
kesalahan, dinyatakan bahwa entitas yang menerapkan SAK ETAP dapat
mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam SAK non ETAP yang
berhubungan dengan isu serupa dan terkait.3
Berdasarkan pengaturan di atas, jika ada entitas koperasi dan entitas
nirlaba yang memenuhi syarat untuk menerapkan SAK ETAP, maka entitas
tersebut dapat menerapkan SAK ETAP. Untuk hal-hal yang tidak diatur secara
spesifik dalam SAK ETAP, entitas dapat mengacu pada SAK non ETAP.
2 SAK ETAP paragraf 1.1 dan 1.2
3 SAK ETAP paragraf 9.6
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
40 Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) XYZ
3.1.1 Gambaran Umum
KAP XYZ berdiri tanggal 4 Maret 1985 dan merupakan afiliasi dari kantor
akuntan publik internasional yang memiliki kantor pusat di London, yang juga
merupakan salah satu KAP terbesar di dunia dengan jaringan di 76 negara dan
memiliki 32.000 pekerja profesional serta 776 kantor. KAP XYZ memiliki dua
cabang yang terletak di Jakarta dan Surabaya.
Dalam mencapai tujuannya, KAP XYZ memiliki visi dan misi yang diterapkan.
Visi dari KAP XYZ adalah “Mencapai partner terbaik kepada para stakeholder”.
Misi KAP XYZ adalah:
1. Mendukung tercapainya keunggulan klien dengan melakukan pelayanan
yang profesional dan berkelas internasional
2. Memberikan kontribusi kepada profesi dan perekonomian Indonesia
3. Memberikan penghargaan dan pembelajaran dan pekerjaan yang
menyenangkan
3.1.2 Jasa Yang Ditawarkan
KAP XYZ secara garis besar menawarkan lima jenis jasa kepada kliennya:
1. Audit Assurance
Pelayanan ini merupakan pelayanan audit pada umumnya, yaitu untuk
menghasilkan laporan audit terhadap laporan keuangan klien yang berguna
bagi para investor dan stakeholder untuk pengambilan keputusan. Hal
yang dilakukan dalam Audit Assurance ini antara lain General Audit baik
audit tahunan maupun audit interim, Special Audit, Review and
Compilation, Attestation Engagement, dan Financial Due Dilligence.
2. Risk and Internal Audit Advisory
Pelayanan ini melakukan review atas risiko dan kontrol internal
perusahaan terhadap regulasi yang ada. Risk and Internal Audit Advisory
berperan dalam memberikan konsultasi serta saran-saran bagi perusahaan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
41
Universitas Indonesia
klien terkait dengan Corporate Governance Advisory, Internal Audit
Advisory and Outsourcing, Risk Management Advisory, Internal Control
and Sarbanes-Oxley Advisory, IT Assurance and Advisory, Performance
Improvement/Operational Audit, dan System and Procedures
Development.
3. Transaction Support and Capital Market
Jasa ini memberikan pelayanan berupa konsultasi kepada klien terkait
dengan transaksi-transaksi bisnis yang akan dilakukan oleh klien. KAP
XYZ akan menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi dan
memberikan rekomendasi terkait transaksi yang akan dilakukan, serta
membantu klien ketika akan melakukan divestasi, merger maupun
akuisisi. Lini jasa ini juga mencakup Business Turnaround serta Fund
Arranger and Valuation
4. Tax and Corporate Service
Jasa ini melayani kebutuhan klien tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pajak serta membantu perusahaan terkait dengan corporate services. Lini
jasa ini mencakup konsultasi pajak, kepatuhan pajak, jasa akuntansi,
Payroll and Administration Services, Business Establishment Services, dan
Corporate Secretarial.
5. IFRS (International Financial Reporting Standard)
Jasa ini mencakup IFRS conversion project, due diligence in IFRS
environment, valuation relating to purchase price allocation process,
shared-based payments, dan audit atas laporan keuangan yang
menggunakan IFRS.
3.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi KAP XYZ bisa dilihat pada gambar 3.1.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
42
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KAP XYZ
Sumber: Employee Handbook KAP XYZ, Januari 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
43
Universitas Indonesia
3.2 Profil PT N
3.2.1 Gambaran Umum
PT N adalah perusahaan asuransi jiwa dan pengelolaan dana pensiun
berskala nasional untuk tenaga kerja. PT N didirikan pada tanggal 5 Desember
1977 di Jakarta. Sebelumnya, PT N dirintis oleh PT M yang menyelenggarakan
program asuransi sosial sejak tahun 1977. Dalam menjalankan aktivitasnya, PT N
berkantor pusat di Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Sementara itu, untuk
melaksanakan kegiatan jasa, PT N memiliki 121 kantor cabang yang tersebar di
seluruh Indonesia, terdiri dari 28 Kantor Cabang Kelas I, 47 Kantor Cabang Kelas
II, dan 46 Kantor Cabang Kelas III.
PT N memiliki satu anak perusahaan yang bernama PT AA dengan
kepemilikan saham sebesar 99,8%. PT AA bergerak dalam bidang jasa
penyediaan dan penempatan tenaga kerja (outsourcing) dalam bidang administrasi
dan pengelolaan kantor. PT AA sebelumnya juga beroperasi untuk menyalurkan
tenaga kerja ke luar negeri, namun setelah adanya peraturan pemerintah tentang
penyaluran tenaga kerja ke luar negeri hanya dapat dijalankan pada perusahaan
tertentu, maka anak perusahaan PT N tidak lagi menjalankan operasi tersebut.
3.2.2 Proses Bisnis
Secara umum, proses bisnis PT N terbagi menjadi 4 proses utama, yaitu
registration, collection, law enforcement, dan service.
1. Registration merupakan proses pendaftaran peserta perusahaan dan tenaga
kerja termasuk didalamnya perubahan profil peserta (gaji, alamat, upah,
tenaga kerja baru, pensiun, PHK, dan lain-lain).
2. Collection merupakan proses penarikan iuran dari perusahaan dan tenaga
kerja yang pelaksanaannya melibatkan industri perbankan dalam hal
memudahkan perusahaan melakukan pembayaran iuran.
3. Law Enforcement merupakan proses penegakan hukum terhadap
perusahaan dan tenaga kerja yang tidak sesuai aturan.
4. Service merupakan proses memberikan layanan kepada peserta program.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
44
Universitas Indonesia
3.2.3 Struktur Organisasi
PT N memiliki 3.269 karyawan yang lokasinya tersebar di 121 cabang
yang dimiliki oleh PT N. Jumlah karyawan tersebut termasuk yang ada di PT AA.
Divisi operasi mengelola kegiatan operasi yang ada di PT N dan tersebar
secara nasional serta dikepalai oleh satu orang.
Biro keuangan bertugas untuk mengelola keuangan terutama masalah
pengadaan dan pengeluaran. Biro akuntansi bertugas untuk melakukan pencatatan
dan pembukuan atas segala transaksi yang terjadi baik dalam lingkup cabang
maupun dalam lingkup konsolidasi. Biro pengendalian keuangan bertugas untuk
menganalisa keadaan PT N dari sudut pandang keuangan misalnya mengenai
likuidasi, rasio-rasio keuangan, dan sebagainya.
Divisi pasar uang dan pasar modal bertugas untuk memantau keadaan
ekonomi PT N dalam hal analisa produk pasar uang serta pasar modal untuk
kegiatan investasi. Divisi analisa portofolio bertugas untuk menganalisa portofolio
terutama dalam mengurangi risiko yang bisa didapatkan oleh PT N. Divisi
investasi langsung bertugas untuk mencari dan melakukan investasi dalam hal
penyertaan langsung.
Biro renbang bertugas untuk merencanakan pengembangan PT N di masa
mendatang untuk bekerja lebih efisien serta dapat berkembang secara terus-
menerus. Biro teknologi dan informasi bertugas untuk menganalisa keadaan
teknologi dan informasi PT N serta memantau kebutuhan teknologi dan informasi
PT N. Biro manajemen risiko bertugas untuk menganalisa risiko PT N dan
membuat solusi bagaimana cara menanggulangi risiko tersebut.
Biro SDM bertugas untuk menangani masalah personil termasuk
penggajian serta karir dan penugasan-penugasannya. Biro pendidikan dan
pelatihan bertugas untuk menangani masalah beasiswa serta pelaksanaan diklat
untuk meningkatkan kompetensi para karyawan PT N. Biro pengadaan bertugas
untuk menangani masalah pengadaan yang ada di PT N baik pengadaan
kapitalisasi maupun non kapitalisasi. Biro sarana dan prasarana bertugas untuk
memfasilitasi para karyawan PT N serta perizinan penggunaan fasilitas yang
dimiliki oleh PT N.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Divisi teknis dan pelayanan bertugas untuk menjaga kualitas pelayanan
yang diberikan oleh PT N serta pengelolaan dana pensiun. Divisi pelayanan
produk bertugas untuk memasarkan produk pelayanannya kepada masyarakat.
Biro Pengawasan Intern (BPI) didirikan dengan tujuan turut mengamankan
misi PT N dengan berperan sebagai unit yang melayani secara efektif dan efisien
semua tingkatan manajemen PT N sedemikian rupa sehingga pelaksanaan
kegiatan setiap tingkatan manajemen dalam mencapai visi, misi, dan tujuan PT N
senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan
objektifitas. BPI dipimpin oleh seorang Kepala Biro yang diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur Utama dengan persetujuan Komisaris, BPI
bertanggung jawab secara struktural langsung kepada Direktur Utama, namun
dapat berkomunikasi langsung dengan Dewan Komisaris dan Komite Audit untuk
menginformasikan berbagai hal yang berhubungan dengan audit. Agar dapat
melaksanakan tugasnya secara independen dan obyektif tanpa pengaruh atau
tekanan dari semua tingkatan manajemen, BPI dibekali dengan Piagam Audit
Internal (Internal Audit Charter) yang mengatur kewenangan dan tanggung jawab
BPI, Direksi, dan Dewan Komisaris sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan
fungsi BPI.
Secara garis besar, struktur organisasi PT N bisa dilihat pada gambar 3.2.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
46
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Struktur organisasi PT N Sumber: Website PT N
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
47
Universitas Indonesia
3.2.4 Profil Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT N
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), BUMN mempunyai kewajiban melakukan
penyisihan dan penggunaan laba perusahaan untuk mendorong kegiatan dan
pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan menciptakan pemerataan pembangunan
melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan pemberdayaan
masyarakat. PT N sebagai BUMN Pembina mempunyai kewajiban untuk
melakukan pembinaan terhadap Usaha Kecil dan Koperasi serta memberdayakan
kondisi sosial masyarakat, melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) dengan pemanfaatan dana dari pembagian laba perusahaan.
Peraturan yang menjadi landasan hukum untuk PKBL adalah:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan Perjan, Perum, dan Persero
2. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Pasal 2 tentang Badan Usaha
Milik Negara
3. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
KEP-236/MBU/2003
4. Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
SE-433/MBU/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan
5. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan.
Peraturan-peraturan di atas mengalamai beberapa perubahan dengan
perubahan terakhir adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-20/MBU/2012 yang merupakan
revisi dari Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan.
Pelaksana dari kedua program tersebut adalah Biro Kemitraan dan Bina
Lingkungan (KBL) yang merupakan bagian dari organisasi PT N yang berada di
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
48
Universitas Indonesia
bawah pengawasan seorang Direksi. Sumber dana yang dapat dipergunakan oleh
PT N untuk melaksanakan kedua program tersebut di atas berasal dari :
1. Penyisihan laba setelah pajak (maksimal sebesar 2%)
2. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa
giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional
3. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain
Program Kemitraan yang dilakukan oleh PT N diberikan dalam bentuk :
1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan
2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan
usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka
pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan
3. Beban Pembinaan :
a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan
produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian atau penelitian
yang berkaitan dengan Program Kemitraan
b. Beban Pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua
puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada
tahun berjalan yang hanya dapat diberikan untuk kepentingan Mitra
Binaan
Program Bina Lingkungan bertujuan memberikan manfaat kepada masyarakat di
wilayah usaha PT N. Program Bina Lingkungan diberikan dalam bentuk bantuan-
bantuan untuk korban bencana alam, pendidikan dan/atau pelatihan, peningkatan
kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sarana ibadah, dan
pelestarian alam.
Mekanisme penyaluran dana Program Kemitraan PT N dapat dilihat
melalui gambar 3.3.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Mekanisme Penyaluran Dana Program Kemitraan PT N
1. Calon Mitra Binaan menyampaikan proposal rencana penggunaan dana
yang mencakup informasi mengenai data Mitra Binaan, perkembangan
kinerja usaha/laporan keuangan, rencana usaha dan kebutuhan dana
2. Unit Program Kemitraan PT N melakukan evaluasi dan seleksi atas
permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan
3. Calon Mitra Binaan yang layak bina, menyelesaikan proses administrasi
pinjaman dengan BUMN Pembina yang bersangkutan
4. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat
perjanjian/kontrak
Sedangkan, mekanisme untuk penyaluran dana Program Bina Lingkungan PT N
dapat dilihat pada gambar 3.4.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Gambar 3.4 Mekanisme Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan PT N
1. Pembuatan proposal untuk kegiatan penyaluran yang akan dilakukan,
setelah itu proposal tersebut harus mendapat persetujuan Direksi
2. BUMN Pembina melakukan survei dan identifikasi sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan di wilayah usaha pembina setempat
3. Penerimaan dana untuk kegiatan Program Bina Lingkungan yang akan
dilakukan
4. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan dilaksanakan langsung oleh
BUMN Pembina yang bersangkutan
5. Pembuatan bukti pendukung sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban
3.2.5 Contoh Jurnal Standar untuk Aktivitas Unit PKBL PT N
Piutang atas Bagian Laba PT N sebagai BUMN Pembina
- Jurnal alokasi laba dari PT N pada saat RUPS menetapkan besarnya
alokasi laba untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Piutang Atas Bagian Laba BUMN Pembina - xxx
Kemitraan
Piutang Atas Bagian Laba BUMN Pembina - xxx
Bina Lingkungan
Alokasi Pembagian Laba dari BUMN Pembina - xxx
Kemitraan
Alokasi Pembagian Laba dari BUMN Pembina - xxx
Bina Lingkungan
- Jurnal pada saat unit PKBL menerima dana dari PT N
Bank xxx
Piutang Atas Bagian Laba BUMN Pembina – xxx
Kemitraan
Piutang Atas Bagian Laba BUMN Pembina – xxx
Bina Lingkungan
Piutang Pinjaman Mitra Binaan
- Jurnal pada saat penyaluran pinjaman kepada Mitra Binaan
Piutang Pinjaman Mitra Binaan xxx
Bank xxx
- Jurnal pada saat penerimaan angsuran dari Mitra Binaan
Bank xxx
Piutang Pinjaman Mitra Binaan xxx
- Jurnal jika terdapat reklasifikasi piutang pinjaman menjadi piutang
bermasalah
Piutang Bermasalah xxx
Piutang Pinjaman Mitra Binaan xxx
Penyisihan Piutang Pinjaman Mitra Binaan xxx
Penyisihan Piutang Bermasalah xxx
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
52
Universitas Indonesia
- Jurnal penyisihan piutang pinjaman Mitra Binaan
Beban Penyisihan Piutang xxx
Penyisihan Piutang Pinjaman Mitra Binaan xxx
Dana Penjaminan KUM-LTA
- Jurnal pada saat unit PKBL melakukan pembayaran dana jaminan pada
bank yang ditentukan pihak yang berwenang
Dana Penjaminan KUM-LTA xxx
Bank xxx
- Jurnal pada saat dana jaminan diperoleh kembali
Bank xxx
Dana Penjaminan KUM-LTA xxx
Aset Neto Terikat Temporer (ANTT) – Penyisihan BUMN Peduli
- Jurnal pada saat mencatat penyisihan dana untuk Program BUMN Peduli
Alokasi Dana – BUMN Peduli xxx
ANTT – Penyisihan BUMN Peduli xxx
Kas/Bank yang Dibatasi Penggunaannya xxx
Bank xxx
Aset Neto Terikat Temporer (ANTT) Terbebaskan
- Jurnal pada saat mencatat penyisihan dana BUMN Peduli yang digunakan
dalam pelaksanaan BUMN Peduli
ANTT Terbebaskan xxx
ANTT - Berakhir Pemenuhan Program xxx
Kas/Bank xxx
Kas/Bank Yang Dibatasi Penggunaannya xxx
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
53
Universitas Indonesia
Penyaluran Bina Lingkungan BUMN Peduli xxx
Bank xxx
- Jurnal pada saat mencatat penyisihan BUMN Peduli yang dikembalikan
pada tanggal 1 Januari
ANTT Terbebaskan xxx
ANTT Berakhir Waktu xxx
Bank xxx
Kas/Bank Yang Dibatasi Penggunaannya xxx
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman
- Jurnal untuk mencatat pendapatan jasa administrasi pinjaman dari
penyaluran pinjaman dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan
Piutang Mitra Binaan xxx
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman xxx
Penyaluran Bina Lingkungan
- Jurnal untuk mencatat penyaluran Program Bina Lingkungan
Penyaluran Bina Lingkungan BUMN Pembina xxx
Bank xxx
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
54 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Latar Belakang Perubahan Pedoman Akuntansi PKBL
Penetapan Pedoman Akuntansi untuk unit PKBL tahun 2012, ditetapkan
melalui Surat Edaran dari Kementerian BUMN SE-02/MBU/Wk/2012, dimana
dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa Pedoman Akuntansi PKBL tahun
2007 yang digunakan sudah tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan,
khususnya PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 55 (revisi 2011), sehingga
dikeluarkanlah pedoman yang baru. Dalam Surat Edaran tersebut, juga ditetapkan
bahwa Penerapan Pedoman Akuntansi PKBL Revisi berlaku mulai tahun buku
2012 dengan penerapan dini diperkenankan.
Selain itu, terdapat Surat Edaran dari Kementerian BUMN
SE-01/D5.MBU/2012, yang didalamnya menetapkan bahwa Laporan Keuangan
untuk unit PKBL harus disusun sesuai dengan SAK ETAP dan bentuk penyajian
mengacu pada PSAK 45 (revisi 2011) tentang Organisasi Nirlaba dan Buletin
Teknis 6 tentang Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas
Nirlaba.
Oleh karena itu, dengan adanya perubahan Pedoman Akuntansi Revisi
untuk unit PKBL, mengakibatkan pengaruh yang cukup signifikan pada kebijakan
akuntansi dalam Laporan Keuangan unit PKBL BUMN yang menerapkan
Pedoman Akuntansi uni PKBL 2012 pada tahun buku 2012. Terdapat beberapa
hal yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab perubahan pedoman akuntansi
untuk unit PKBL.
4.1.1 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Perkembangan standar akuntansi di Indonesia menjadi salah satu hal yang
melatarbelakangi perubahan Pedoman Akuntansi untuk unit PKBL. Adanya
konvergensi PSAK – IFRS mengakibatkan salah satunya, dikeluarkannya
PSAK 50 dan 55 yang diterapkan secara efektif per 1 Januari 2010. Hal ini
menyebabkan ketidaksesuaian antara pedoman akuntansi yang dikeluarkan
pemerintah dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
55
Universitas Indonesia
Bentuk ketidaksesuaian itu tercermin dari dikeluarkannya dua opini terkait
dengan laporan keuangan unit PKBL tahun 2011. Salah satu hal yang menjadi
penyebab ketidaksesuaian PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 55 (revisi 2011)
dengan pedoman akuntansi PKBL adalah dalam hal Pengukuran instrumen
keuangan. Di dalam PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 55 (revisi 2011),
dinyatakan bahwa pengukuran instrumen keuangan menggunakan nilai wajar.
Kegiatan penyaluran pinjaman yang dilakukan melalui Program Kemitraan unit
PKBL termasuk ke dalam cakupan instrumen keuangan, yaitu Loans and
Receivables, yang pengukurannya diatur dalam PSAK 55 (revisi 2011). Padahal
menurut pedoman akuntansi unit PKBL yang dibuat oleh Kementerian BUMN,
pengukuran untuk pinjaman mempunyai perhitungan tersendiri sesuai dengan
PER-05/MBU/2007. Hal ini membuat Peraturan Menteri Negara BUMN
PER-05/MBU/2007 dan Surat Edaran Menteri Negara BUMN SE-04/MBU/2007
yang mengatur tentang PKBL dan Pedoman Akuntansinya menjadi tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi di Indonesia.
Atas dasar pertimbangan tersebut, terdapat dua opini yang dikeluarkan
oleh auditor independen untuk Laporan Keuangan unit PKBL tahun 2011. Opini
yang pertama dikeluarkan berdasarkan standar yang berlaku umum di Indonesia,
sedangkan opini kedua dikeluarkan dalam bentuk Laporan Khusus untuk
Kementerian BUMN yang disusun berdasarkan pedoman akuntansi Kementerian
BUMN. Karena terdapat tuntutan untuk menyelaraskan pedoman akuntansi unit
PKBL dengan standar akuntansi di Indonesia, dikeluarkanlah Pedoman Akuntansi
unit PKBL revisi 2012 yang disusun secara bersama oleh Kementerian BUMN
dan IAPI, dimana dalam pedoman tersebut sudah mengacu pada SAK ETAP dan
PSAK 45 (revisi 2011), sehingga PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 55
(revisi 2011) tidak berlaku lagi dan auditor independen hanya mengeluarkan satu
opini terhadap Laporan Keuangan unit PKBL tahun 2012.
4.1.1.1 Analisis SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai Dasar Acuan
Penyusunan Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012
Dari isi Buletin Teknis 6 tentang Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas
Koperasi dan Entitas Nirlaba yang telah dibahas penulis pada Bab 2 sebelumnya,
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
56
Universitas Indonesia
telah dijelaskan bahwa setiap entitas yang memenuhi ketentuan entitas tanpa
akuntabilitas publik dapat menggunakan SAK ETAP sebagai acuan penyusunan
laporan keuangan entitas tersebut. Contoh entitas yang menggunakan SAK ETAP
adalah koperasi dan yayasan. Dalam bagian ini, penulis akan menganalisis unit
PKBL yang juga termasuk dalam ruang lingkup entitas nirlaba atas beberapa
pertimbangan karakteristik yang menjadi dasar persyaratan bagi suatu entitas
untuk menentukan entitas tersebut dapat menerapkan SAK ETAP atau tidak.
Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011) sebagai dasar untuk
menyusun pedoman akuntansi unit PKBL dilatarbelakangi oleh karakteristik
bentuk operasional unit PKBL itu sendiri. Terdapat dua karakteristik utama yang
membuat unit PKBL termasuk dalam cakupan kedua PSAK tersebut.
Karakteristik pertama adalah keberadaan unit PKBL sebagai entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik secara signifikan dengan tujuan umum penerbitan
laporan keuangan. Karakteristik kedua adalah keberadaan unit PKBL sebagai
organisasi nirlaba. Unit PKBL harus menerapkan SAK ETAP maupun PSAK 45
(revisi 2011) secara konsisten untuk laporan keuangan periode selanjutnya.
Pada karakteristik pertama, unit PKBL dinyatakan sebagai entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan karena unit PKBL tidak
mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain yang berhubungan
dengan tujuan penerbitan efek di pasar modal sebagai perusahaan yang terdaftar di
dalamnya. Selain itu, unit PKBL juga tidak menguasai aset dalam kapasitas
sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat. Oleh karena unit PKBL
termasuk ke dalam entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang
signifikan, maka unit PKBL diperkenankan menggunakan SAK ETAP sebagai
dasar laporan keuangan mereka.
Unit PKBL menjadi satu unit yang terpisah dalam laporan keuangan
secara umum meskipun unit PKBL merupakan unit khusus dan menjadi bagian
dari organisasi BUMN Pembina, yang dalam pengelolaannya berada dalam
pengawasan seorang Direksi. Selain tidak memiliki akuntabilitas publik yang
signifikan, unit PKBL juga termasuk dalam kriteria kedua dalam penentuan suatu
entitas yang tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP), yaitu unit PKBL
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
57
Universitas Indonesia
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal,
dimana unit PKBL menerbitkan laporan keuangan untuk kepentingan:
1. Menteri negara BUMN atau pemegang saham, yang merupakan pihak
yang memiliki modal di BUMN, pihak yang mengesahkan Rencana Kerja
dan Anggaran unit PKBL, dan pihak yang mengesahkan laporan keuangan
unit PKBL
2. BUMN Pembina, yang merupakan pihak yang bertanggungjawab atas
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran unit PKBL dan penyusunan
laporan keuangan unit PKBL
Pada karakteristik kedua, keberadaan unit PKBL sebagai organisasi nirlaba
dapat dilihat dari tujuan utama pendirian unit PKBL. Tujuan yang pertama adalah
untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil melalui pemberian pelayanan
pinjaman dan pembinaan. Tujuan yang kedua adalah pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat melalui penyaluran bantuan. Kriteria-kriteria unit PKBL yang sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK 45 (revisi 2011) tentang karakteristik
organisasi nirlaba adalah:
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atas sumber daya yang
disumbangkan. Sumber dana untuk unit PKBL terbagi untuk Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Sumber dana program
Kemitraan berasal dari penyisihan laba setelah pajak (maksimal sebesar
2%), jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau
jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban
operasional, dan pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain.
Sumber dana Program Bina Lingkungan berasal dari penyisihan laba
BUMN Pembina dan hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana
Bina Lingkungan. Dalam hal ini, BUMN Pembina sebagai penyokong
utama untuk dana yang digunakan sebagai operasional unit PKBL tidak
memperoleh manfaat ekonomi dari penyisihan laba yang dilakukan untuk
unit PKBL. Oleh karena itu, unit PKBL sesuai dengan keriteria pertama
karakteristik organisasi nirlaba.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
58
Universitas Indonesia
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan untuk memupuk laba.
Unit PKBL memberikan jasa kepada Mitra Binaaan dan penerima bantuan
melalui penyaluran dana pinjaman, pelaksanaan pembinaan, dan
penyaluran dana Bina Lingkungan. Namun demikian, tujuan pemberian
jasa yang dilakukan unit PKBL tidak dimaksudkan untuk memupuk laba,
melainkan ditujukan untuk pengembangan Mitra Binaan dan
pemberdayaan sosial untuk masyarakat.
3. Apabila entitas nirlaba menghasilkan laba, maka laba tersebut tidak
dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas nirlaba. Dalam hal ini,
kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh unit PKBL sangat
memungkinkan unit PKBL memperoleh laba dari jasa administrasi
pinjaman yang diberikan dan hasil bunga deposito dan/atau jasa giro, akan
tetapi perolehan laba tersebut tidak dimaksudkan untuk para pendiri dan
pemilik unit PKBL, melainkan disimpan sebagai tambahan modal
pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di periode
selanjutnya.
Kesesuaian unit PKBL dengan karakteristik organisasi nirlaba menjadikan dasar
penggunaan PSAK 45 (revisi 2011) sebagai pedoman standar akuntansi dalam
penyajian laporan keuangan. Hal ini dipertegas dengan adanya ketentuan bahwa
PSAK 45 (revisi 2011) diperbolehkan untuk diterapkan oleh lembaga pemerintah
dan unit-unit sejenis lain sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku4. Selain itu, penggunaan SAK ETAP dan
PSAK 45 (revisi 2011) sebagai pedoman standar akuntansi unit PKBL tidak
bertentangan satu dengan yang lain. PSAK 45 (revisi 2011) menyatakan bahwa
pengaturan yang tidak terdapat dalam PSAK 45 (revisi 2011), harus mengacu
pada SAK umum atau SAK ETAP untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan5. Pada saat yang sama, SAK ETAP menyatakan bahwa PSAK
non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan pertimbangan berhubungan
dengan isu-isu yang terkait sepanjang tidak bertentangan dengan SAK ETAP.
4 PSAK 45 paragraf 2
5 PSAK 45 paragraf 4
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
59
Universitas Indonesia
4.1.2 Regulasi di Indonesia
Ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan perubahan pedoman
akuntansi unit PKBL. Peraturan pertama adalah Keputusan Menteri BUMN No.
KEP-117/M.MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance
pada Badan Usaha Milik Negara yang digantikan oleh PER-01/MBU/2011
tentang Penerapan Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance) pada
BUMN, dimana dalam Keputusan Menteri BUMN tersebut dijelaskan bahwa
BUMN, termasuk unit PKBL, diwajibkan menerapkan Good Corporate
Governance secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada
PER-01/MBU/2011 yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Dua prinsip tata kelola perusahaan
yang penting adalah transparansi dan akuntabilitas. Transparansi diartikan sebagai
keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang
material dan relevan mengenai perusahaan. Akuntabilitas diartikan sebagai
kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga
pengelolaan perusahaan dapat dilakukan secara efektif. Atas dasar tuntutan
tersebut, dibuatlah suatu pedoman yang mengatur penyusunan dan penyajian
laporan keuangan PKBL BUMN dengan harapan laporan keuangan unit PKBL
dapat menyajikan informasi keuangan PKBL yang accountable (wajar dan dapat
diandalkan) dan auditable.
Hingga saat ini, terdapat dua landasan hukum yang melandasi pedoman
akuntansi unit PKBL. Kedua landasan tersebut adalah Surat Edaran Menteri
Negara BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007 dan Surat Menteri Negara BUMN
Nomor SE-01/D5.MBU/2012. Surat edaran yang pertama merupakan landasan
untuk penerapan pedoman akuntansi sesuai dengan standar akuntansi umum di
Indonesia, sedangkan surat edaran yang kedua, menggantikan surat edaran yang
pertama, merupakan landasan pedoman akuntansi yang sudah sesuai dengan SAK
ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011) dan wajib diterapkan oleh seluruh PKBL
BUMN untuk laporan keuangan unit PKBL tahun 2012.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
60
Universitas Indonesia
4.2 Perbandingan Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Standar Akuntansi di Indonesia
4.2.1 Perbandingan Penyusunan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit
PKBL Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011)
Setelah mengetahui perlakuan akuntansi untuk masing-masing standar
pada Bab Landasan Teori, dalam bagian ini, penulis membandingkan perlakuan
akuntansi yang diatur dalam Pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012 dengan
perlakuan akuntansi yang terdapat di dalam SAK ETAP, khususnya terkait prinsip
Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan pengklasifikasian aset neto dengan prinsip
yang diatur dalam PSAK 45 (revisi 2011). Perbandingan dilakukan dengan
melihat perlakuan akuntansi untuk masing-masing pos-pos akun PKBL yang
diatur dalam Pedoman Akuntansi unit PKBL revisi 2012 apakah sudah sesuai
dengan prinsip perlakuan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP dan PSAK 45
(revisi 2011).
Di bagian latar belakang dalam bab pembahasan ini telah dijelaskan bahwa
menurut SE-02/MBU/Wk/2012, acuan penyusunan pedoman akuntansi unit
PKBL revisi 2012 adalah SAK ETAP untuk pedoman penyusunan dan PSAK 45
(revisi 2011) untuk pedoman penyajian. Penulis ingin mengetahui sejauh mana
pedoman PKBL mendekati standar akuntansi di Indonesia, dengan cara
membandingkan pedoman akuntansi PKBL dengan acuannya dari sisi prinsip
akuntansi, untuk seluruh komponen yang ada dalam laporan keuangan PKBL,
khususnya Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Aktivitas.
Jika terdapat perbedaan atau ketentuan yang tidak diatur secara spesifik
dalam SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011), akan diberikan penjelasan pada
kolom bagian kesesuaian.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
61
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada Kelompok Aset
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
Aset
1 Kas dan Setara Kas - Kas dan setara kas diakui pada
saat diterima
- Pengukuran kas dan setara kas
ditetapkan menurut nilai
nominalnya
- Kas dan setara kas disajikan pada
urutan pertama kelompok aset di
Laporan Posisi Keuangan karena
merupakan pos yang paling
likuid (lancar)
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok Aset
secara umum, yaitu diakui jika
kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal6
- Kas dan Setara Kas
diklasifikasikan sebagai aset
lancar dalam SAK ETAP7
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk kas dan setara
kas yang diatur dalam pedoman
akuntansi PKBL telah sesuai
dengan
SAK ETAP, termasuk
pengklasifikasian ke dalam
kelompok Aset Lancar
6 SAK ETAP paragraf 2.34
7 SAK ETAP paragraf 4.6
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
62
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
2 Kas/Bank Yang Dibatasi
Penggunaannya
- Kas/bank yang dibatasi
penggunaannya diakui pada saat
terjadinya transaksi penyisihan
kas/bank untuk Program Bina
Lingkungan BUMN Peduli
- Kas/bank yang dibatasi
penggunaannya diukur sebesar
nilai yang disisihkan tersebut
- Kas/bank yang dibatasi
penggunaannya disajikan pada
kelompok Aset Lancar karena
dapat dicaikan sewaktu-waktu
tergantung permintaan
Kementerian BUMN
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok Aset
secara umum, yaitu diakui jika
kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
- Kas/bank yang dibatasi
penggunaannya diklasifikasikan
sebagai aset lancar dalam SAK
ETAP apabila siklus operasinya
diasumsikan 12 bulan8
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk kas/bank yang
dibatasi penggunaannya yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP, termasuk
pengklasifikasian dalam
kelompok aset lancar
8 SAK ETAP paragraf 4.7
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
63
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
3 Deposito Berjangka - Investasi dalam bentuk deposito
diukur sebesar nilai nominal dari
deposito berjangka
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok Aset
secara umum, yaitu diakui jika
kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
- SAK ETAP tidak mengatur
secara spesifik tentang deposito
berjangka, namun secara
prinsip, perlakuan akuntansi
untuk deposito berjangka yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
4 Piutang - Piutang PKBL terdiri dari
Piutang Penyisihan Laba Kepada
BUMN Pembina, Piutang
Penyaluran Kepada BUMN
Pembina Lain/Lembaga
Penyalur, Piutang Pinjaman
Khusus dan Piutang Pinjaman
Mitra Binaan
- Piutang pinjaman khusus Mitra
- Piutang diakui pada saat
terjadinya transaksi dan diukur
pada nilai nominal atau nilai saat
jatuh tempo piutang tersebut
- SAK ETAP tidak mengatur
secara spesifik tentang piutang,
namun secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk piutang yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
64
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
Binaan diakui pada saat pinjaman
khusus tersebut disalurkan
kepada Mitra Binaan
- Piutang diukur serta dicatat
sebesar jumlah bersih/pokok
yang diharapkan dapat ditagih
- Piutang disajikan dalam Laporan
Posisi Keuangan secara bersih,
setelah dikurangi penyisihan
penurunan nilai piutang, pada
kelompok Aset Lancar
5 Penyisihan Penurunan
Nilai Piutang Pinjaman
- Alokasi penyisihan penurunan
nilai piutang pinjaman diakui
saat akhir periode akuntansi
- Alokasi penyisihan penurunan
nilai piutang pinjaman diukur
sebesar estimasi kerugian yang
- Penurunan nilai pinjaman yang
diberikan dan piutang dibentuk
sebesar estimasi kerugian yang
tidak dapat ditagih9
- Penurunan nilai ditentukan
dengan memperhatikan antara
- Secara prinsip, Pengakuan dan
Pengukuran penyisihan
penurunan nilai piutang
pinjaman Pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP, hanya saja di dalam
9 SAK ETAP paragraf 22.2
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
65
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
tidak dapat ditagih
- Dengan mempertimbangkan
karakteristik PKBL, maka
metode perhitungan yang dipilih
adalah secara kolektif
berdasarkan persentase tertentu
tingkat ketertagihan (collection)
data historis yang ada (minimal 2
tahun)
- Disajikan sebagai pengurang
nilai piutang dalam Laporan
Posisi Keuangan sehingga
didapat nilai piutang bersih, yang
disajikan dalam kelompok Aset
Lancar
lain pengalaman prospek industri,
prospek usaha, kondisi keuangan
dengan penekanan pada arus kas,
kemampuan membayar debitor,
dan agunan yang dikuasai10
Pedoman Akuntansi PKBL
tidak diatur ketentuan kondisi
lain pada saat penurunan nilai.
- SAK ETAP tidak mengatur
secara rinci penyajian
penyisihan penurunan nilai
piutang pinjaman
10
SAK ETAP paragraf 22.3
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
66
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
6 Beban Dibayar Di Muka - Beban dibayar di muka diakui
dan diukur pada saat dilakukan
pembayaran atas nilai jasa yang
belum dikonsumsi selama tahun
berjalan
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok Aset
secara umum, yaitu diakui jika
kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
- Secara prinsip, pengakuan dan
pengukuran untuk beban
dibayar di muka yang diatur
dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
7 Aset Tetap - Unit PKBL harus mengakui
biaya perolehan aset tetap jika
kemungkinan bahwa manfaat
ekonomi yang terkait dengan
biaya tersebut akan mengalir dan
atau ke dalam unit PKBL dan
biaya perolehan dapat diukur
secara andal
- Aset tetap diukur sebesar biaya
- SAK ETAP mewajibkan bahwa
entitas harus mengakui biaya
perolehan aset tetap sebagai aset
tetap jika kemungkinan bahwa
manfaat ekonomi yang terkait
dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam
entitas dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk aset tetap yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
- SAK ETAP tidak mengatur
pengklasifikasian aset tetap
yang tidak dipergunakan ke
dalam aset lain-lain atau aset
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
67
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
perolehannya yang diperoleh dari
harga beli ditambah semua biaya
yang dikeluarkan sampai aset
tetap tersebut siap untuk
digunakan
- Aset tetap yang dibangun sendiri,
nilai perolehannya didasarkan
atas seluruh biaya yang terjadi
berhubungan dengan
pembangunan aset yang
bersangkutan
- Aset tetap yang diperoleh melalui
transaksi sewa beli (purchase
leasing), nilai perolehannya
dicatat berdasarkan seluruh nilai
tunai biaya yang dibebankan
andal11
- Seluruh komponen aset tetap
yang dibangun sendiri harus
diakui sebagai beban selama
umur manfaat aset tersebut
- Aset tetap yang merupakan aset
sewaan dalam transaksi sewa beli
harus disusutkan dan diamortisasi
- Melalui pertukaran dengan aset
non moneter atau kombinasi aset
moneter dan aset non moneter,
biaya perolehannya diukur pada
nilai wajar12
- Pengeluaran setelah pengakuan
awal suatu aset tetap yang
memperpanjang umur manfaat
tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual
11
SAK ETAP paragraf 15.4 12
SAK ETAP paragraf 15.11
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
68
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
dalam kontrak sewa beli
- Aset tetap yang diperoleh melalui
hibah atau transaksi pertukaran
non moneter lainnya dicatat
berdasarkan nilai wajar dari aset
yang diperoleh atau aset yang
diserahkan, tergantung
pengukuran mana yang lebih
andal
- Pengeluaran–pengeluaran untuk
perbaikan aset tetap yang
menambah masa manfaat,
kapasitas, dan mutu pelayanan
aset tetap yang bersangkutan
untuk beberapa tahun pada
prinsipnya harus dikapitalisasi
atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomi di
masa yang akan datang dalam
bentuk peningkatan kapasitas,
mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja, harus
ditambahkan pada jumlah tercatat
aset tetap tersebut13
- SAK ETAP mewajibkan entitas
mengukur aset tetap setelah
pengakuan awal pada biaya
perolehan dikurang akumulasi
penyusutan dan akumulasi
kerugian penurunan nilai14
13
SAK ETAP paragraf 15.12 14
SAK ETAP paragraf 15.14
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
69
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
- Aset tetap yang tidak
dipergunakan dikeluarkan dari
pos aset tetap dan
dikelompokkan sebagai Aset
Lain-Lain atau aset tidak lancar
yang dimilliki untuk dijual
- Penyajian aset tetap dalam
Laporan Posisi Keuangan
dinyatakan sebesar nilai buku,
yaitu harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan
8 Aset Lain-Lain - Aset Tetap Tidak Berfungsi
diakui pada saat Aset Tetap
direklasifikasi menjadi Aset
Lain-Lain dan diukur dengan
cara disusutkan sampai dengan
nilai sisa (residu) Rp 1,00 (satu
rupiah). Apabila tidak dapat
- SAK ETAP mengatur bahwa
semua aset lainnya
diklasifikasikan sebagai Aset
Tidak Lancar
- SAK ETAP mewajibkan entitas
menilai pada setiap tanggal
pelaporan apakah terdapat
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk aset lain-lain
yang diatur dalam pedoman
akuntansi PKBL telah sesuai
dengan SAK ETAP, khususnya
tentang penurunan nilai pada
aset lainnya dan penyajian pada
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
70
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
digunakan sebelum umur
ekonomisnya berakhir, maka
nilai aset tersebut harus
diturunkan nilainya
- Pengakuan Dana Penjaminan
KUM-LTA pada saat terjadi
transfer dana. Penyaluran Dana
Penjaminan KUM-LTA diukur
dan dicatat sebesar jumlah dana
yang ditransfer kepada bank.
- Piutang bermasalah diakui pada
saat piutang pinjaman yang
dikategorikan macet dan telah
diupayakan pemulihannya,
namun tidak terpulihkan, serta
diukur dan dicatat sebesar jumlah
pokok pinjaman sedangkan
penyisihannya diukur sebesar
indikasi bahwa ada aset yang
turun nilainya. Jika ada, entitas
harus mengestimasi nilai wajar
dikurangi dengan biaya untuk
menjual aset tersebut
- Pinjaman bermasalah harus
diestimasi sebesar nilai kerugian
yang tidak dapat ditagih
Aset Tidak Lancar
- SAK ETAP tidak mengatur
tentang ketentuan perlakuan
untuk aset tetap tidak berfungsi
dan dana penjaminan KUM-
LTA
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
71
Universitas Indonesia
No Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
100%
- Aset lain-lain disajikan dalam
kelompok Aset Tidak Lancar
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
72
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada Kelompok Liabilitas
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
Liabilitas
1 Utang - Utang pada unit PKBL diakui
pada saat terjadinya transaksi atau
saat perjanjian kontrak
- Utang jangka pendek diukur dan
dicatat sebesar nilai transaksi atau
perjanjian kontrak yang telah
disepakati
- Utang jangka panjang diakui
sebesar nilai wajarnya
- Liabilitas jangka pendek,
dikelompokkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Kewajiban secara umum, yaitu
diakui jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal15
- Entitas mengklasifikasikan
kewajiban sebagai kewajiban
jangka pendek jika:16
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk utang yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP, termasuk ketentuan
pengklasifikasian utang ke
dalam kelompok liabilitas
jangka pendek dan jangka
panjang
15
SAK ETAP paragraf 2.35 16
SAK ETAP paragraf 4.8
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
73
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
a. Diperkirakan akan
diselesaikan dalam jangka
waktu siklus normal operasi
perusahaan;
b. Jatuh tempo dalam jangka
waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca;
c. Dimiliki untuk
diperdagangkan; atau
d. Entitas tidak memiliki hak
tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian kewajiban
setidaknya 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan
- Selain dari ketentuan di atas,
liabilitas dimasukkan ke dalam
kelompok liabilitas jangka
panjang
a. Diperkirakan akan
diselesaikan dalam jangka
waktu siklus normal operasi
entitas
b. Dimiliki untuk
diperdagangkan
c. Kewajiban akan diselesaikan
dalam jangka waktu 12 bulan
setelah akhir periode
pelaporan
d. Entitas tidak memiliki hak
tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian kewajiban
setidaknya 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan
- SAK ETAP mengatur bahwa
entitas mengklasifikasikan semua
kewajiban lainnya sebagai
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
74
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
- Utang jangka pendek disajikan
dalam Laporan Posisi Keuangan
pada urutan pertama Liabilitas
kewajiban jangka panjang17
2 Beban Yang Masih
Harus Dibayar
- Beban yang masih harus dibayar
diakui pada saat diterimanya
jasa/prestasi tetapi belum
dilakukan pembayarannya
- Biaya yang masih harus dibayar
diukur dan dicatat sebesar jumlah
biaya tahun berjalan yang belum
dibayar
- Beban yang masih harus dibayar
disajikan dalam Laporan Posisi
Keuangan pada kelompok
Liabilitas jangka pendek
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Kewajiban secara umum, yaitu
diakui jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip Penyajian Kewajiban
secara umum pada Neraca
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk beban yang
masih harus dibayar yang diatur
dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
17
SAK ETAP paragraf 4.9
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
75
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
3 Utang Pajak - Utang pajak diakui pada saat
transaksi terjadi
- Utang pajak diukur serta dicatat
sebesar jumlah pajak terutang
- Entitas harus mengakui
kewajiban atas seluruh pajak
penghasilan periode berjalan dan
periode sebelumnya yang belum
dibayar
- Jika jumlah yang telah dibayar
untuk periode berjalan dan
periode sebelumnya melebihi
jumlah yang terutang untuk
periode tersebut, entitas harus
mengakui kelebihan tersebut
sebagai aset
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk utang pajak
yang diatur dalam pedoman
akuntansi PKBL telah sesuai
dengan SAK ETAP
4 Kelebihan Pembayaran
Angsuran
- Kelebihan pembayaran angsuran
diakui sebagai liabilitas pada saat
setoran tersebut diterima oleh unit
PKBL
- Kelebihan pembayaran angsuran
diukur serta dicatat sebesar nilai
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Kewajiban secara umum, yaitu
diakui jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk kelebihan
pembayaran angsuran yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
76
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
nominal kelebihan pembayaran
angsuran
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
5 Angsuran Belum
Teridentifikasi
- Angsuran belum teridentifikasi
diakui pada saat angsuran
tersebut diterima oleh unit PKBL
- Besarnya angsuran belum
teridentifikasi diukur dan dicatat
sebesar nilai nominal yang
diterima, saldonya diukur dengan
mengurangi jumlah angsuran
masuk dengan jumlah yang
teridentifikasi
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Kewajiban secara umum, yaitu
diakui jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk angsuran belum
teridentifikasi yang diatur dalam
pedoman akuntansi PKBL telah
sesuai dengan SAK ETAP
6 Utang Sewa
Pembiayaan
- Utang sewa diakui pada saat
terjadinya perjanjian sewa dan
telah terjadi serah terima barang
yang disewa
- Pada awal masa sewa, lessee
harus mengakui aset dan
kewajiban dalam neraca sebesar
nilai tunai pembayaran sewa
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk utang sewa
pembiayaan yang diatur dalam
pedoman akuntansi PKBL telah
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
77
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
- Utang sewa pembiayaan diukur
dan dicatat sebagai liabilitas pada
awal masa sewa sebesar nilai
tunai dari seluruh pembayaran
sewa ditambah nilai sisa yang
harus dibayar oleh penyewa pada
akhir masa sewa
- Utang sewa disajikan dalam
Laporan Posisi Keuangan pada
kelompok Liabilitas Jangka
Pendek atau Panjang sesuai
dengan saat jatuh temponya
ditambah nilai residu18
- Lessee harus mencatat depresiasi
selama umur manfaat aset atau
masa sewa. Jika tidak ada
pengalihan hak kepemilikan,
maka aset sewaan harus
disusutkan secara penuh selama
jangka waktu yang lebih pendek
antara masa sewa dengan umur
manfaatnya19
sesuai dengan SAK ETAP
7 Utang Kepada BUMN
Pembina Lain
- Utang kepada BUMN Pembina
lain diakui pada saat penerimaan
dana dari unit PKBL BUMN
Pembina lain
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Kewajiban secara umum, yaitu
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk utang kepada
BUMN Pembina lain yang
diatur dalam pedoman akuntansi
18
SAK ETAP paragraf 17.6 19
SAK ETAP paragraf 17.9
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
78
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
- Utang kepada BUMN Pembina
lain diukur dan dicatat sebesar
jumlah yang diterima unit PKBL
BUMN Pembina lain, setelah
dikurangi dengan jumlah
pengembalian yang telah
dibayarkan
diakui jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
8 Utang Lain-Lain - Utang jangka pendek lainnya
diukur dan dicatat sebesar nilai
nominalnya
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Kewajiban secara umum, yaitu
diakui jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai yang
dapat diukur dengan andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk utang lain-lain
yang diatur dalam pedoman
akuntansi PKBL telah sesuai
dengan SAK ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
79
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan PSAK 45 (Revisi 2011) pada Kelompok Aset Neto
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
PSAK 45 (Revisi 2011) Kesesuaian
Aset Neto
1 Aset Neto - Nilai aset neto diperoleh dari nilai
aset dikurangi oleh nilai liabilitas
- Penyajiannya dibedakan menjadi
tiga, yaitu Terikat Secara
Permanen, Terikat Secara
Temporer, dan Tidak Terikat
- Aset neto dibedakan berdasarkan
pada ada atau tidaknya
pembatasan oleh pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali, yaitu
Terikat Secara Permanen, Terikat
Secara Temporer, dan Tidak
Terikat
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk aset neto yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan
PSAK 45 (revisi 2011)
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada Kelompok Pendapatan
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP/PSAK 45
(Revisi 2011)
Kesesuaian
Pendapatan
1 Alokasi Bagian Laba
Dari BUMN Pembina
- Alokasi bagian laba dari BUMN
Pembina diakui pada saat
RUPS/RPB telah menyetujui
laporan keuangan BUMN
Pembina dan menetapkan
besarnya alokasi laba untuk unit
PKBL
- Alokasi bagian laba dari BUMN
Pembina diukur dan dicatat
sebesar jumlah dana yang
dialokasikan untuk Program
Kemitraan dan Program Bina
- Pendapatan diakui jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal20
- SAK ETAP mewajibkan bahwa
entitas harus mengukur
pendapatan berdasarkan nilai
wajar atas pembayaran yang
diterima atau yang masih harus
diterima 21
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk alokasi bagian
laba dari BUMN Pembina yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP, namun penyajiannya
tidak diatur di SAK ETAP
20
SAK ETAP paragraf 2.36 21
SAK ETAP paragraf 20.3
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
81
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP/PSAK 45
(Revisi 2011)
Kesesuaian
Lingkungan
- Alokasi bagian laba dari BUMN
Pembina disajikan dalam Laporan
Aktivitas pada urutan pertama
kelompok Penerimaan
2 Penerimaan Pelimpahan
Dana Dari PKBL Lain
- Penerimaan pelimpahan dana dari
PKBL lain diakui pada saat
diterimanya dana dari unit PKBL
lain
- Penerimaan pelimpahan dana dari
PKBL lain diukur serta dicatat
sebesar jumlah dana diterimanya
tersebut
- Pendapatan diakui jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal
- SAK ETAP mewajibkan bahwa
entitas harus mengukur
pendapatan berdasarkan nilai
wajar atas pembayaran yang
diterima atau yang masih harus
diterima
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk penerimaan
pelimpahan dana dari PKBL
lain yang diatur dalam
pedoman akuntansi PKBL telah
sesuai dengan SAK ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
82
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP/PSAK 45
(Revisi 2011)
Kesesuaian
3 Penggantian Beban
Operasional
- Penggantian beban operasional
diakui pada saat diterima
penggantian beban operasional
dari BUMN Pembina
- Penggantian beban operasional
diukur serta dicatat sebesar
realisasi penggantian beban
operasional tersebut
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Pendapatan secara umum, yang
terdiri dari penjualan barang,
pemberian jasa, kontrak
konstruksi, penggunaan aset oleh
pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen
- Pendapatan secara umum diakui
jika kenaikan manfaat ekonomi di
masa depan yang berkaitan
dengan peningkatan aset atau
penurunan kewajiban telah terjadi
dan dapat diukur dengan andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk penggantian
beban operasional yang diatur
dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
- Penggantian beban operasional
tidak termasuk dalam lingkup
pendapatan yang diatur dalam
SAK ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
83
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP/PSAK 45
(Revisi 2011)
Kesesuaian
4 Sumbangan - Sumbangan diakui pada saat dana
atau barang diterima oleh unit
PKBL
- Sumbangan diukur serta dicatat
sebesar nilai sumbangan atau
nilai wajar barang yang diterima
- Pendapatan diakui jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan
peningkatan aset telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal
- PSAK 45 (revisi 2011) mengatur
bahwa sumbangan disajikan
sebagai penambah aset neto
- Penyajian sumbangan diatur
dalam PSAK 45 (revisi 2011),
yaitu sebagai penambah aset
neto tidak terikat, terikat
permanen atau terikat temporer,
bergantung ada tidaknya
pembatasan
5 Pendapatan Jasa
Administrasi Pinjaman
- Pendapatan jasa adminitrasi
pinjaman diukur dan dicatat
sebesar nilai yang telah jatuh
tempo sesuai dengan kontrak.
- Pendapatan jasa administrasi
pinjaman diakui secara akrual
hanya pada piutang dengan status
lancar dan kurang lancar
- Menurut SAK ETAP, Pengakuan
pendapatan secara umum diakui
jika kenaikan manfaat ekonomi di
masa depan yang berkaitan
dengan peningkatan aset atau
penurunan kewajiban telah terjadi
dan dapat diukur dengan andal
- SAK ETAP mewajibkan bahwa
entitas harus mengukur
pendapatan berdasarkan nilai
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk pendapatan jasa
administrasi pinjaman yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
84
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP/PSAK 45
(Revisi 2011)
Kesesuaian
wajar atas pembayaran yang
diterima atau yang masih harus
diterima
- Nilai wajar tersebut tidak
termasuk jumlah diskon
penjualan dan potongan volume
6 Pendapatan Bunga - Pendapatan bunga diukur dan
dicatat sebesar nilai yang telah
ditentukan
- SAK ETAP mewajibkan entitas
untuk mengakui pendapatan yang
muncul dari penggunaan aset oleh
entitas yang menghasilkan bunga
ketika ada kemungkinan bahwa
manfaat ekonomis yang
berhubungan dengan transaksi
akan mengalir kepada entitas dan
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk pendapatan
bunga yang diatur dalam
pedoman akuntansi PKBL telah
sesuai dengan SAK ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
85
Universitas Indonesia
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP/PSAK 45
(Revisi 2011)
Kesesuaian
jumlah pendapatan tersebut dapat
diukur secara andal22
- Bunga diakui secara akrual23
7 Pendapatan Lain-Lain - Pendapatan lain-lain diakui pada
saat diterima dan diukur serta
dicatat sebesar nilai yang telah
diterima oleh unit PKBL
- Pendapatan lain–lain disajikan
dalam Laporan Aktivitas pada
urutan terakhir kelompok
Pendapatan
- Pendapatan diakui jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk Pendapatan
lain-lain yang diatur dalam
pedoman akuntansi PKBL telah
sesuai dengan SAK ETAP,
namun penyajiannya tidak
diatur di SAK ETAP
22
SAK ETAP paragraf 20.26 23
SAK ETAP paragraf 20.27
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
86
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Pedoman Akuntansi Unit PKBL Revisi 2012 dengan
Perlakuan Akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada Kelompok Beban Pengeluaran dan Penyaluran
No Perlakuan
Akuntansi
Pedoman Akuntansi PKBL
SE-02/2012
SAK ETAP Kesesuaian
Beban Pengeluaran dan Penyaluran
1 Dana Pembinaan
Kemitraan
- Dana pembinaan kemitraan
diakui pada saat terjadinya
penyaluran Dana Pembinaan
Kemitraan
- Dana Pembinaan Kemitraan
diukur dan dicatat sebesar jumlah
dana yang dibayarkan dalam
rangka pelaksanaan Pembinaan
Kemitraan
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Beban secara umum, yaitu jika
penurunan manfaat ekonomis
masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan
andal24
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk dana
pembinaan Kemitraan yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
24
SAK ETAP paragraf 2.37
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
87
Universitas Indonesia
2 Penyaluran Bina
Lingkungan
- Penyaluran Bina Lingkungan
diakui pada saat penyaluran dana
Program Bina Lingkungan
- Penyaluran Bina Lingkungan
diukur dan dicatat sebesar jumlah
dana yang disalurkan
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Beban secara umum, yaitu jika
penurunan manfaat ekonomis
masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan
andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk penyaluran
Bina Lingkungan yang diatur
dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
3 Pelimpahan Dana Ke
Unit PKBL Lain
- Pelimpahan dana ke unit PKBL
lain diukur dan dicatat sebesar
jumlah dana yang diserahkan
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Beban secara umum, yaitu jika
penurunan manfaat ekonomis
masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk pelimpahan
dana ke unit PKBL lain yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
88
Universitas Indonesia
andal
4 Beban Pembinaan,
Beban Upah Tenaga
Harian, Beban
Administrasi Umum,
Beban Pemeliharaan,
Beban Sewa, dan Beban
Pengeluaran lainnya
- Beban pembinaan, beban upah
tenaga harian, beban administrasi
umum, beban pemeliharaan,
beban sewa, dan beban
pengeluaran lainnya diakui pada
saat beban tersebut telah menjadi
liabilitas
- Beban pembinaan, beban upah
tenaga harian, beban administrasi
umum, beban pemeliharaan,
beban sewa, dan beban
pengeluaran lainnya diukur
sebesar beban yang telah menjadi
liabilitas
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Beban secara umum, yaitu jika
penurunan manfaat ekonomis
masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan
andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk beban
pembinaan, beban upah tenaga
harian, beban administrasi
umum, beban pemeliharaan,
beban sewa, dan beban
pengeluaran lainnya yang diatur
dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
5 Beban Penyusutan Aset
Tetap
- Beban penyusutan diukur dan
dicatat sebesar jumlah beban
penyusutan
- Beban penyusutan aset tetap
harus diakui dalam pada saat
terjadinya
- Beban penyusutan dihitung
berdasarkan alokasi sistematis
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk beban
penyusutan aset tetap yang
diatur dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
89
Universitas Indonesia
jumlah yang dapat disusutkan
selama umur manfaat
ETAP
6 Beban Penyisihan
Penurunan Nilai Piutang
Pinjaman
- Beban penyisihan penurunan nilai
piutang pinjaman diukur serta
dicatat sebesar selisih jumlah
penyisihan penurunan nilai
piutang pinjaman tahun berjalan
dengan jumlah penyisihan
penurunan nilai piutang pinjaman
pada tahun sebelumnya
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Beban secara umum, yaitu jika
penurunan manfaat ekonomis
masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan
andal
- Beban penyisihan penurunan nilai
piutang pinjaman diukur serta
dicatat sebesar selisih jumlah
penyisihan penurunan nilai
piutang pinjaman tahun berjalan
dengan jumlah penyisihan
penurunan nilai piutang pinjaman
pada tahun sebelumnya
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk beban
penyisihan penurunan nilai
piutang pinjaman yang diatur
dalam pedoman akuntansi
PKBL telah sesuai dengan SAK
ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
90
Universitas Indonesia
7 Beban Pajak - Beban pajak diakui pada saat
transaksi terjadi
- Beban pajak diukur dan dicatat
sebesar jumlah pajak terutang
- Beban Pajak disajikan pada
kelompok Beban dalam Laporan
Aktivitas
- SAK ETAP hanya mengatur
prinsip pengakuan dan
pengukuran untuk kelompok
Beban secara umum, yaitu jika
penurunan manfaat ekonomis
masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan
andal
- Secara prinsip, perlakuan
akuntansi untuk beban pajak
yang diatur dalam pedoman
akuntansi PKBL telah sesuai
dengan SAK ETAP
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
91
Universitas Indonesia
4.2.2 Perbandingan Penyajian Pedoman Akuntansi Unit PKBL
Revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011)
Pada bagian ini, akan dibandingkan prinsip Penyajian laporan keuangan pada unit
PKBL dengan prinsip Penyajian Laporan Keuangan PSAK 45 (revisi 2011) yang
mengatur tentang organisasi nirlaba. Selanjutnya apabila terdapat perbedaan dari
hasil kedua perbandingan tersebut, akan dianalisis keterbatasan yang membuat
entitas PKBL tidak bisa menerapkan SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011)
secara penuh.
4.2.2.1 Penyajian Aset
Menurut pedoman akuntansi unit PKBL revisi 2012, pos Aset disajikan dalam
Laporan Posisi Keuangan berdasarkan klasifikasi aset lancar dan tidak lancar dan
diurutkan berdasarkan tingkat likuiditasnya. Prinsip Penyajian ini sudah sesuai
dengan yang diatur pada SAK ETAP. Pedoman penyajian aset yang ada dalam
pedoman akuntansi PKBL ini juga sudah sesuai dengan PSAK 45 (revisi 2011),
karena klasifikasi aset menurut PSAK 45 (revisi 2011) disajikan menurut urutan
likuiditasnya, yaitu lancar dan tidak lancar25. Pada pedoman akuntansi PKBL,
Aset Lain-Lain masuk ke dalam kelompok Aset Tidak Lancar karena berdasarkan
SAK ETAP, aset yang tidak memenuhi kategori lancar, baik berwujud maupun
lain-lain masuk ke dalam kelompok Aset Tidak Lancar.
Menurut pedoman akuntansi PKBL, kas/bank yang dibatasi
penggunaannya masuk ke dalam Aset Lancar. Kas/bank yang dibatasi
penggunaannya masuk ke dalam Aset Lancar karena sesuai dengan yang diatur
dalam SAK ETAP yang menyebutkan bahwa siklus operasi normal suatu entitas
yang tidak dapat diidentifikasi jelas diasumsikan selama 12 bulan.
Piutang pinjaman Mitra Binaan dan piutang bermasalah disajikan secara
bersih setelah dikurangi oleh alokasi penyisihan penurunan piutangnya. Piutang
disajikan secara bersih setelah dikurangi oleh alokasi penyisihan penurunan
piutangnya. Piutang tersebut meliputi Piutang Penyisihan Laba kepada BUMN,
25
PSAK 45 (revisi 2011) paragraf 13
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
92
Universitas Indonesia
Piutang unit PKBL BUMN Pembina Lain/Lembaga Penyalur, Piutang Pinjaman
Khusus, Piutang Pinjaman Mitra Binaan, dan Piutang Lain-Lain.
Gambar 4.1 Perbandingan Penyajian Aset pada Laporan Posisi Keuangan
Pedoman Akuntansi PKBL PSAK 45 Revisi 2011
20XB 20XA
ASET ASET
Aset Lancar Aset Lancar
Kas dan Setara Kas xxx xxx Kas dan Setara Kas
Kas/Bank Yang Dibatasi Penggunaannya xxx xxx Piutang Bunga
Piutang Penyisihan Laba kepada BUMN Pembina xxx xxx
Piutang Kepada BUMN Pembina Lain/Lembaga Penyalur xxx xxx
Piutang Pinjaman Mitra Binaan-Bersih xxx xxx
(Setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai
piutang sebesar Rp xxx Di tahun 20XB dan
sebesar Rp xxx di tahun 20XA)
Piutang Lain-lain bersih xxx xxx Piutang Lain-Lain
(Setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai
piutang sebesar Rp xxx Di tahun 20XB dan
sebesar Rp xxx di tahun 20XA)
Deposito Berjangka xxx xxx Investasi Jangka Pendek
Beban Dibayar Dimuka xxx xxx Biaya Dibayar Di Muka
Aset Tidak Lancar Aset Tidak Lancar
Aset Tetap Bersih xxx xxx Aset Tetap
(Setelah dikurangi penyusutan sebesar Rp xxx
Di tahun 20XB dan sebesar Rp xxx di tahun 20XA)
Aset Lain-Lain xxx xxx
JUMLAH ASET xxx xxx JUMLAH ASET Sumber: Pedoman Akuntansi PKBL 2012 dan PSAK 45 (revisi 2011) – diolah kembali
4.2.2.2 Penyajian Liabilitas dan Aset Neto
Menurut pedoman akuntansi PKBL, pos Liabilitas disajikan berdasarkan tingkat
likuiditasnya menjadi liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini sudah
sesuai dengan yang diatur pada SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011). Pos
Angsuran Belum Teridentifikasi masuk ke dalam kelompok Liabilitas Jangka
Pendek karena berdasarkan SAK ETAP yang mengatur bahwa kewajiban yang
tidak dapat ditentukan jangka waktu pemenuhannya diasumsikan selama 12 bulan.
Angsuran belum teridentifikasi bisa terjadi karena Mitra Binaan sudah melakukan
pembayaran angsuran pinjaman melalui transfer, namun belum melakukan
konfirmasi kepada unit PKBL sehingga angsuran tersebut tidak dapat diketahui
dari siapa.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
93
Universitas Indonesia
Penamaan Liabilitas dan Aset Neto menggantikan Kewajiban dan Aset
Bersih sendiri didasari oleh PSAK 45 (revisi 2011) yang menggunakan istilah
tersebut untuk laporan keuangan nirlaba dimana unit PKBL termasuk ke dalam
entitas nirlaba.
Kelompok Aset Neto disajikan di Laporan Posisi Keuangan berdasarkan
ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen,
terikat secara temporer, dan tidak terikat. Besarnya nilai aset neto baik yang
terikat maupun tidak terikat berasal dari pengukuran saldo awal masing-masing
aset neto yang dijumlahkan atau dikurangi dengan kenaikan atau penurunan aset
neto selama tahun buku. Besar kenaikan atau penurunan aset neto baik terikat
maupun tidak terikat dapat dilihat dari Laporan Aktivitas unit PKBL. Nilai dari
total aset neto terikat dan tidak terikat kemudian dijumlahkan untuk mengetahui
total aset neto secara keseluruhan.
Gambar 4.2 Perbandingan Penyajian Liabilitas dan Aset Neto
pada Laporan Posisi Keuangan
Pedoman Akuntansi PKBL PSAK 45 Revisi 2011
20XB 20XA
LIABILITAS DAN ASET NETO LIABILITAS DAN ASET NETO
LIABILITAS LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Pendek
Utang Jangka Pendek xxx xxx Utang dagang
Beban Yang Masih Harus Dibayar xxx xxx Pendapatan diterima di muka
Utang Pajak xxx xxx Utang lain-lain
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang kepada xxx xxx Utang wesel
BUMN Pembina Lain
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
Kelebihan Pembayaran Angsuran xxx xxx
Angsuran Belum Teridentifikasi xxx xxx
Liabilitas Jangka Panjang Liabilitas Jangka Panjang
Utang Sewa Pembiayaan xxx xxx Kewajiban Tahunan
Utang Jangka Panjang kepada BUMN xxx xxx Utang Jangka Panjang
Pembina Lain xxx xxx
Utang Lain-Lain xxx xxx
Jumlah Liabilitas xxx xxx Jumlah Liabilitas
ASET NETO ASET NETO
Aset Neto Tidak Terikat xxx xxx Tidak Terikat
Aset Neto Terikat xxx xxx Terikat Temporer
JUMLAH ASET NETO xxx xxx JUMLAH ASET NETO
JUMLAH LIABILITAS DAN ASET NETO xxx xxx JUMLAH LIABILITAS DAN ASET NETO
Sumber: Pedoman Akuntansi PKBL 2012 dan PSAK 45 (revisi 2011) – diolah kembali
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
94
Universitas Indonesia
4.2.2.3 Penyajian Laporan Aktivitas
Menurut pedoman akuntansi PKBL, pada Laporan Aktivitas, pos Pendapatan dan
Penerimaan tidak dibedakan karena keduanya merupakan penambah aset neto
tidak terikat. Sama halnya dengan Beban dan Penyaluran, keduanya tidak
dibedakan karena sama-sama mengurangi jumlah aset neto tidak terikat. Hal ini
sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 45 (revisi 2011), bahwa Laporan
Aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali, dan menyajikan beban sebagai pengurang
aset neto tidak terikat26.
Kenaikan atau penurunan aset neto terikat merupakan selisih dari Aset
Neto Terikat dengan Aset Neto Terikat Temporer yang terbebaskan. Setelah
jumlah semua pendapatan dan penyisihan dihitung, kemudian jumlah kenaikan
atau penurunan aset neto terikat tersebut dikurangi dengan jumlah seluruh
penyaluran dan beban yang dilakukan selama tahun berjalan sehingga didapatkan
kenaikan atau penurunan aset neto tidak terikat. Kenaikan atau penurunan aset
neto tidak terikat kemudian dijumlahkan dengan kenaikan atau penurunan aset
neto terikat temporer dan kenaikan atau penurunan aset neto terikat permanen
sehingga didapat kenaikan atau penurunan aset neto secara keseluruhan. Kenaikan
atau penurunan aset neto ini nantinya dijumlahkan dengan aset neto awal tahun
untuk mendapatkan jumlah aset neto akhir tahun.
Penerimaan dan Pengeluaran disajikan berdasarkan urutan penerimaan
yang disajikan di atas pengeluaran pada Laporan Aktivitas. Seperti yang sudah
dijelaskan di subbab 2.2.2 halaman 21-22, terdapat 3 bentuk Penyajian Laporan
Aktivitas yang bisa dipilih oleh setiap entitas nirlaba, disesuaikan dengan
karakteristik dan ketentuan yang mengatur. Dari karakteristik unit PKBL, Laporan
Aktivitas yang digunakan adalah Bentuk A, dimana dalam bentuk Laporan
Aktivitas ini, informasi disajikan dalam kolom tunggal. Penggunaan Bentuk A
tersebut cocok untuk entitas yang menyediakan informasi komparatif dalam
laporan aktivitasnya, dibanding Bentuk B atau Bentuk C.
26
PSAK 45 (revisi 2011) paragraf 23
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
95
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Perbandingan Penyajian Laporan Aktivitas
Pedoman Akuntansi PKBL PSAK 45 Revisi 2011
20XB 20XA
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT
PENDAPATAN PENDAPATAN
Alokasi Bagian laba dari BUMN Pembina xxx xxx Sumbangan
Penerimaan Pelimpahan Dana dari Unit PKBL Lain xxx xxx Jasa Layanan
Penggantian Beban Operasional xxx xxx Penghasilan Investasi Jangka Panjang
Sumbangan xxx xxx Penghasilan investasi lain-lain
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman xxx xxx Penghasilan neto investasi jangka
Pendapatan Bunga xxx xxx panjang belum direalisasi
Pendapatan Lain-lain xxx xxx
JUMLAH xxx xxx JUMLAH
ALOKASI BUMN PEDULI DAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER ASET NETO YANG BERAKHIR
YANG BERAKHIR PEMBATASANNYA PEMBATASANNYA
Alokasi Dana BUMN Peduli (xxx) (xxx)
ANTT-Berakhir Pemenuhan Program xxx xxx Pemenuhan program pembatasan
ANTT-Berakhir Waktu xxx xxx Berakhirnya pembatasan waktu
JUMLAH xxx xxx JUMLAH
JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN BEBAN
Dana Pembinaan Kemitraan xxx xxx Program A
Penyaluran- Bina Lingkungan xxx xxx Program B
Penyaluran Bina Lingkungan BUMN Peduli xxx xxx Program C
Pelimpahan Dana ke Unit PKBL Lain xxx xxx Manajemen dan umum
Beban Pembinaan xxx xxx Pencairan dana
Beban Upah Tenaga Harian xxx xxx Jumlah beban
Beban Administrasi dan Umum xxx xxx Kerugian akibat kebakaran
Beban Pemeliharaan xxx xxx
Beban Sewa xxx xxx
Beban Penyusutan Aktiva Tetap xxx xxx
Beban Penyisihan Penurunan Nilai Piutang Pinjaman xxx xxx
Beban dan Pengeluaran Lainnya xxx xxx
JUMLAH BEBAN xxx xxx JUMLAH BEBAN
KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO TIDAK TERIKAT xxx xxx KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO TIDAK TERIKAT
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER
ANTT - Penyisihan BUMN Peduli xxx xxx Sumbangan
ANTT - Terbebaskan (xxx) (xxx) Aset neto terbebaskan dari pembatasan
xxx xxx Penghasilan investasi jangka panjang
Penghasilan neto terealisasikan dan belum
xxx xxx terealisasikan dari investasi jangka panjang
(xxx) (xxx) Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan
KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO TEMPORER xxx xxx KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO TEMPORER
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT PERMANEN PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT PERMANEN
Sumbangan Terikat xxx xxx Sumbangan
xxx xxx Penghasilan investasi jangka panjang
Penghasilan neto terealisasikan dan belum
xxx xxx terealisasikan dari investasi jangka panjang
KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO PERMANEN xxx xxx KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO PERMANEN
KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO xxx xxx KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO
ASET NETO AWAL TAHUN xxx xxx ASET NETO AWAL TAHUN
ASET NETO AKHIR TAHUN xxx xxx ASET NETO AKHIR TAHUN
Sumber: Pedoman Akuntansi PKBL 2012 dan PSAK 45 (revisi 2011) – diolah kembali
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
96
Universitas Indonesia
4.2.2.4 Penyajian Laporan Arus Kas
Menurut pedoman akuntansi PKBL, Laporan Arus Kas PKBL menyajikan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode, serta
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan
Arus Kas menggunakan metode tidak langsung (indirect method) pada pelaporan
arus kas dari aktivitas operasi. Arus kas dari aktivitas operasi ini terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran unit PKBL yang dilakukan untuk mendukung
kegiatan utamanya dalam hal melakukan pembinaan kepada Mitra Binaan dan
penyaluran dana bantuan untuk Bina Lingkungan. Pedoman penyusunan untuk
Laporan Arus Kas pada pedoman sesuai dengan yang diatur pada SAK ETAP,
yaitu mengklasifikasikan laporan arus kas pada suatu periode menurut aktivitas
operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan27, dengan tambahan
klasifikasi menurut PSAK 45 (revisi 2011), pada aktivitas pendanaan yang terdiri
dari28:
a. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali yang penggunaannya dibatasi dalam jangka panjang
b. Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi
c. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya dalam jangka panjang
Berikut akan disajikan perbandingan penyajian Laporan Arus Kas menurut
Pedoman Akuntansi PKBL 2012 dan PSAK 45 revisi 2011.
27
SAK ETAP paragraf 7.3 28
PSAK 45 (revisi 2011) paragraf 34
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
97
Universitas Indonesia
Gambar 4.4 Perbandingan Penyajian
Laporan Arus Kas Pedoman Akuntansi PKBL PSAK 45 Revisi 2011
20XB 20XA
AKTIVITAS OPERASI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan Kas dari: Penerimaan Kas dari:
Penerimaan Dana BUMN Pembina xxx xxx Pendapatan Jasa
Pengembalian Pinjaman Mitra Binaan xxx xxx Penyumbang
Pengembalian Pinjaman Khusus xxx xxx Piutang Lain-lain
Penggantian Beban Operasional xxx xxx Bunga dan Dividen yang diterima
Kelebihan Pembayaran Angsuran xxx xxx Penerimaan Lain-lain
Angsuran Belum Teridentifikasi xxx xxx
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman xxx xxx
Pendapatan Bunga xxx xxx
Pendapatan Lain-lain xxx xxx
Pengembalian (Pembayaran) Dana Penjamin KUM - LTA xxx xxx
Penerimaan Sumbangan xxx xxx
Penyaluran Pinjaman Kemitraan (xxx) (xxx)
Penyaluran Pinjaman Khusus (xxx) (xxx)
Dana Pembinaan Kemitraan (xxx) (xxx)
Penyaluran Bina Lingkungan (xxx) (xxx)
Pembayaran Beban Dibayar Di Muka (xxx) (xxx)
Beban Pembinaan (xxx) (xxx)
Beban Upah Tenaga Harian (xxx) (xxx)
Beban Administrasi dan Umum (xxx) (xxx)
Pembayaran Beban Pemeliharaan (xxx) (xxx)
Pembayaran Beban Sewa (xxx) (xxx) Bunga yang Dibayarkan
Pembayaran Pajak (xxx) (xxx) Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier
Pembayaran beban dan pengeluaran lainnya (xxx) (xxx) Hutang lain-lain yang dilunasi
KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK
AKTIVITAS OPERASI xxx xxx AKTIVITAS OPERASI
AKTIVITAS INVESTASI AKTIVITAS OPERASI
Pengembalian Dana Bagi Hasil xxx xxx Ganti rugi dari Asuransi Kebakaran
Penjualan Aktiva Tetap xxx xxx
Penerimaan Kembali Investasi xxx xxx
Penyaluran Dana Bagi Hasil (xxx) (xxx) Pembelian Peralatan
Pembelian Aktiva Tetap (xxx) (xxx) Penerimaan dan Penjualan investasi
Penempatan Investasi (xxx) (xxx) Pembelian investasi
KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK
AKTIVITAS INVESTASI xxx xxx AKTIVITAS INVESTASI
AKTIVITAS PENDANAAN AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan dari konttribusi berbatas dari:
Pengembalian Pinjaman xxx xxx Investasi dalam endownment
Penerimaan Utang xxx xxx Investasi dalam endownment berjangka
Pelimpahan Dana dari Unit PKBL Lain xxx xxx Investasi bangunan
Aset Bersih Terikat Berakhir Pembatasannya xxx xxx Investasi perjanjian tahunan
Aktivitas Pendanaan lain:
xxx xxx Bunga dan Dividen berbatas untuk reinvestasi
Pemberian Pinjaman (xxx) (xxx) Pembayaran kewajiban tahunan
Penyisihan Program BUMN Peduli (xxx) (xxx) Pembayaran hutang wesel
Penyaluran Program BUMN Peduli (xxx) (xxx) Pembayaran kewajiban jangka panjang
Pembayaran Utang (xxx) (xxx)
Pelimpahan Dana kepada Unit PKBL Lain (xxx) (xxx)
KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK
AKTIVITAS PENDANAAN xxx xxx AKTIVITAS PENDANAAN
KENAIKAN (PENURUNAN) NETO DALAM KAS DAN KENAIKAN (PENURUNAN) NETO DALAM KAS DAN
SETARA KAS xxx xxx SETARA KAS
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN xxx xxx KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN
KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN xxx xxx KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN Sumber: Pedoman Akuntansi PKBL 2012 dan PSAK 45 (revisi 2011) – diolah kembali
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
98
Universitas Indonesia
4.3 Analisis Kesesuaian Pedoman Akuntasi Unit PKBL Revisi 2012
dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011)
Dalam ketentuan acuan penyusunan laporan keuangan unit PKBL paragraf 1.3
disebutkan bahwa acuan yang digunakan dalam penyusunan adalah:
1. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 (revisi 2011): Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba
Dari uraian hasil perbandingan penulis antara Pedoman Akuntansi unit
PKBL revisi 2012 dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, kebijakan
akuntansi yang terdapat dalam Pedoman Akuntansi unit PKBL revisi 2012 sudah
sesuai dan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan SAK ETAP untuk prinsip
Pengakuan dan Pengukuran instrumen keuangan serta PSAK 45 (revisi 2011)
untuk prinsip Penyajian instrumen keuangan.
Hal ini didasari pada hasil analisis terhadap perbandingan ikhtisar
kebijakan akuntansi yang signifikan sebelum dan sesudah mengacu pada SAK
ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011), yang terdiri dari:
1. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam Pedoman Akuntansi unit PKBL
revisi 2012 yang sudah menggunakan basis akrual untuk prinsip
Pengukuran kelompok-kelompok akun dalam laporan keuangan unit
PKBL, kecuali Laporan Arus Kas. Hal ini sudah sesuai dengan yang diatur
dalam SAK ETAP29.
2. Alokasi Penyisihan Piutang
Besarnya alokasi penyisihan penurunan nilai piutang pinjaman diukur
berdasarkan estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih, yaitu secara
kolektif berdasarkan persentase tertentu tingkat ketertagihan data historis
piutang pinjaman selama minimal 2 tahun. Ilustrasi perhitungan
penyisihan piutang PKBL dapat dilihat pada Lampiran 1. Penggunaan
estimasi kerugian ini sesuai dengan yang diatur dalam SAK ETAP,
ditambahkan dengan ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam
29
SAK ETAP paragraf 2.33
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
99
Universitas Indonesia
penurunan nilai, seperti pengalaman, prospek industri, prospek usaha,
kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan
membayar debitur, dan agunan yang dikuasai.
Sehingga dapat ditarik benang merah dari penjelasan di atas bahwa secara prinsip,
Pedoman Akuntansi unit PKBL revisi 2012 sudah sesuai dengan SAK ETAP dan
PSAK 45 (revisi 2011).
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
100 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Peraturan baru yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN untuk menetapkan
Pedoman Akuntasi unit PKBL revisi 2012 melalui Surat Edaran Menteri Negara
BUMN SE-02/MBU/Wk/2012 dan Surat Edaran Menteri Negara BUMN
SE-01/D5.MBU/2012 sebagai pedoman akuntansi yang baru bagi setiap unit
PKBL semua BUMN menggantikan pedoman sebelumnya, menarik minat penulis
untuk meneliti lebih lanjut tentang hal yang melatarbelakangi perubahan tersebut.
Apalagi penulis mendapat kesempatan untuk magang dan melakukan audit
terhadap unit PKBL PT N pada tahun 2012, tahun dimana pedoman baru tersebut
pertama kali diterapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis tentang perbandingan Pedoman
Akuntansi unit PKBL revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011)
yang menjadi acuannya, maka dapat dihasilkan beberapa kesimpulan:
1. Pedoman akuntansi PKBL berubah dan direvisi karena dilatarbelakangi
oleh perkembangan standar akuntansi dan regulasi di Indonesia, dimana
pedoman akuntansi PKBL yang lama sudah tidak relevan lagi untuk
digunakan. Oleh karena itu, Kementerian BUMN menetapkan pedoman
baru yang sudah mengacu pada SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011).
Alasan penetapan SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011) itu sendiri
adalah karakteristik bentuk operasional PKBL sesuai dengan entitas yang
diperkenankan menggunakan kedua standar akuntansi tersebut. Selain itu,
unit PKBL sebagai bagian yang melekat pada entitas BUMN, juga belum
mempunyai sumber daya akuntansi yang memadai untuk menerapkan
SAK non ETAP. Jadi, penetapan SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011)
sebagai acuan penyusunan untuk pedoman akuntansi PKBL cukup tepat
untuk entitas unit PKBL, mengingat materinya yang lebih sederhana
dibandingkan PSAK yang mengacu pada IFRS.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Pedoman Akuntansi unit
PKBL revisi 2012 dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011).
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
101
Universitas Indonesia
Sebagian besar pos-pos yang masih belum mengacu pada SAK ETAP dan
PSAK 45 (revisi 2011) pada pedoman akuntansi PKBL yang lama telah
disesuaikan dalam pedoman yang baru, baik itu dari sisi Pengakuan,
Pengukuran, maupun Penyajiannya.
3. Kesimpulan terhadap kesesuaian pedoman akuntansi PKBL dengan SAK
ETAP dan PSAK 45 (revisi 2011) didasari analisis dengan
membandingkan perubahan kebijakan akuntansi yang signifikan, yaitu
basis akuntansi akrual untuk semua laporan keuangan unit PKBL, kecuali
untuk Laporan Arus Kas dan alokasi penyisihan penurunan nilai piutang
pinjaman yang diukur berdasarkan estimasi kerugian tidak tertagih
menggunakan persentase tertentu tingkat ketertagihan data historis piutang
pinjaman selama minimal 2 tahun.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Kementerian Negara BUMN
1. Kementerian BUMN sebaiknya selalu berkoordinasi dalam membuat
suatu pedoman akuntansi dengan organisasi yang terkait, dalam hal ini
adalah IAPI, agar dapat dibuat suatu pedoman baku yang telah
memenuhi standar, baik itu dengan standar yang telah ditetapkan
Kementerian BUMN maupun standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Kementerian BUMN sebaiknya membuat penjelasan, khususnya untuk
akun-akun atau transaksi yang unik dalam unit PKBL agar pihak-pihak
yang berkepentingan maupun terkait dapat mudah memahami alur dari
transaksi PKBL.
5.2.2 Saran Kepada KAP XYZ
Adapun saran yang dapat penulis ajukan untuk KAP XYZ adalah:
1. Dalam setiap penugasan audit, sebaiknya di dalam satu tim terdapat
beberapa orang yang sudah pernah terlibat dalam pelaksanaan audit
periode sebelumnya di klien tersebut. Apabila terdapat auditor yang
telah mengenal perusahaan, itu akan menjadi faktor yang sangat
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
102
Universitas Indonesia
membantu dalam pelaksanaan audit, khususnya dalam memahami
bisnis klien.
2. Patrner, manager, senior, serta staff yang bekerja bersama penulis
selama masa audit sangat membantu proses pembelajaran penulis
sebagai peserta magang. Pengawasan dan bimbingan tersebut
hendaknya dipertahankan karena merupakan salah satu faktor penting
untuk kelancaran selama masa audit.
3. Peserta magang hendaknya diberikan pelatihan terkait dengan
penugasan sebelum ditugaskan ke klien. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman serta keahlian peserta magang dalam
menghadapi penugasan audit yang sesungguhnya.
4. KAP XYZ juga hendaknya melakukan komunikasi dengan klien,
terutama jika terdapat peraturan baru terkait kebijakan akuntansi yang
menjadi ruang lingkup penugasan audit. Hal ini untuk menciptakan
pemahaman yang sama antara auditor independen dengan klien audit.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
103 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 45 Revisi 2011: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Jakarta: IAI.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. Jakarta: IAI.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Buletin Teknis 6 tentang Keterterapan SAK
ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas Nirlaba.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2012). Surat Edaran Nomor
562/IV/Int-IAPI/2012 tentang Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang Disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2002). Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2003). Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. KEP-236/MBU/2003 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2003). Surat Edaran Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. SE-433/MBU/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha
Kecil dan Bina Lingkungan.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2007). Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2007). Surat Edaran Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. SE-04/MBU.S/2007 tentang Pedoman
Akuntansi Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2011). Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik Negara.
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
104
Universitas Indonesia
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2011). Surat Kementerian
Badan Usaha Milik Negara No. SE-04/S.MBU/2011 tentang Tanggapan atas
Surat IAPI No. 347/Int-IAPI/2011 Terkait dengan Penerbitan Dua Opini
Auditor.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2012). Surat Edaran Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara No. SE-02/MBU/Wk/2012 tentang
Penetapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2012). Pedoman Akuntansi
Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Revisi Tahun 2012. Jakarta:
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2012). Surat Edaran Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara No. SE-01/D5.MBU/2012 tentang Petunjuk
Teknis Penerapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Revisi 2012.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. (2012). Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-20/MBU/2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, & Terry D. Warfield. (2011). Intermediate
Accounting volume 1 (IFRS Edition). New Jersey: John Wiley & Sons.
Republik Indonesia. (1983). Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang
Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan, Perusahaan
Umum, dan Perusahaan Perseorangan.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara
KAP XYZ. (2012). Employee Handbook. Jakarta: KAP XYZ.
KAP XYZ. (2012). Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan Unit
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tahun 2012 dan 2011 PT N. Jakarta:
KAP XYZ.
Website KAP XYZ, 21 Mei 2013
Website PT N, 21 Mei 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
105
Universitas Indonesia
Lampiran 1 : Contoh Estimasi Perhitungan Penyisihan Piutang PKBL
STEP 1 Isi Angka Kualitas Piutang Pinjaman dari bulan Januari 2010 – Desember 2011 (24 bulan)
Umur Tunggakan
Kualitas Piutang
Jan'10 Feb'10 Mar'10 Apr'10 ... Dst Dec'11
0-30 Lancar31-180 Kurang Lancar181-270 Diragukan>270 Macet
Jumlah
STEP 2 Hitung Persentase Pergerakan Piutang Pinjaman berdasarkan Umur Tunggakan
Kualitas Piutang
Feb'10 Mar'10 Apr'10 ... Dst Dec'11 Rata-rata
Lancar � Kurang LancarKurang Lancar � Diragukan Diragukan �
Macet
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
106
Universitas Indonesia
STEP 3 Hitung Tarif Penyisihan menggunakan Rata-Rata Persentase Pergerakan Piutang Pinjaman berdasarkan Umur Tunggakan
Kualitas Piutang
Rata-rataProbability
Default (PD)Loss Given
Default (LGD)Tarif
Penyisihan (%)LancarKurang LancarDiragukanMacet
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG
PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, ketentuan mengenai penyisihan dan penggunaan laba BUMN untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi dan pembinaan masyarakat sekitar BUMN, diatur dengan keputusan menteri.
b. bahwa dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/MBU/2003, telah ditetapkan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;
c. bahwa Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/MBU/2003 dipandang belum cukup memberikan landasan operasional bagi peningkatan pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, oleh karena itu perlu ditinjau kembali;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c di atas, maka perlu menetapkan kembali Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4305);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 117; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4556);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN …../-2-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 2 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
3. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
4. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
5. Menteri adalah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara. 6. Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program
Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
7. Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
8. Program BL BUMN Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan.
9. Program BL BUMN Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama antar BUMN dan pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh Menteri.
10. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini.
11. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.
12. BUMN...../-3-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 3 -
12. BUMN Pembina adalah BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL.
13. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina di dalam suatu provinsi tertentu.
14. BUMN Penyalur adalah BUMN Pembina yang menyalurkan Dana Program Kemitraan milik BUMN Pembina lain berdasarkan Perjanjian Kerjasama Penyaluran.
15. Lembaga Penyalur adalah badan usaha selain BUMN atau lembaga bukan badan usaha yang melakukan kerjasama dengan BUMN Pembina dalam menyalurkan pinjaman Dana Program Kemitraan berdasarkan Perjanjian Kerjasama Penyaluran.
16. Unit Program Kemitraan dan Program BL adalah unit organisasi khusus yang mengelola Program Kemitraan dan Program BL yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.
17. Beban Operasional adalah beban pelaksanaan operasi unit Program Kemitraan dan Program BL diluar beban pegawai yang dananya berasal dari dana Program Kemitraan dan Program BL.
18. Beban Pembinaan adalah beban kegiatan bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan mitra binaan menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
19. Kualitas pinjaman adalah status kondisi pinjaman yang terdiri dari pinjaman lancar, pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet.
20. Pemulihan pinjaman adalah usaha untuk memperbaiki kualitas pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet agar menjadi lebih baik kategorinya.
BAB II
PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL
Pasal 2
(1) Perum dan Persero wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.
(2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL dengan berpedoman pada Peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pasal 3
(1) Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);
b. Milik Warga Negara Indonesia;
c. Berdiri …../-4-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 4 -
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;
e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun; g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, tidak berlaku bagi usaha kecil yang dibentuk atau berdiri sebagai pelaksanaan program BUMN Pembina.
Pasal 4
Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut : (1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN
Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur; (2) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati; (3) Menyampaikan laporan perkembangan usaha secara periodik kepada BUMN Pembina.
Pasal 5
BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Membentuk unit Program Kemitraan dan Program BL; b. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan Program Kemitraan dan
Program BL yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi; c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan Program BL; d. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan; e. Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan dan dana
Program BL kepada masyarakat; f. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan; g. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan; h. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program BL; i. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL yang meliputi
laporan berkala baik triwulanan maupun tahunan kepada Menteri dengan tembusan kepada Koordinator BUMN Pembina di wilayah masing-masing.
Pasal 6
Koordinator BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi atas perencanaan dan pengalokasian dana Program Kemitraan dan
Program BL yang dilakukan oleh BUMN Pembina; b. Memberikan informasi kepada BUMN Pembina mengenai calon Mitra Binaan untuk
menghindari duplikasi pemberian pinjaman dana Program Kemitraan;
c. Menyampaikan …../-5-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 5 -
c. Menyampaikan laporan triwulanan dan tahunan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL di wilayah koordinasinya kepada Menteri dengan tembusan kepada BUMN Pembina di wilayahnya.
Pasal 7
BUMN Pembina yang memiliki kantor cabang/perwakilan di daerah dapat menyalurkan dana Program Kemitraan dan Program BL BUMN Pembina di wilayah kantor cabang/perwakilannya dengan mempertimbangkan dana yang tersedia dan kondisi wilayahnya.
Pasal 8
(1) Untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan Program Kemitraan, BUMN Pembina dapat melakukan kerjasama dengan BUMN Penyalur dan/atau dengan Lembaga Penyalur.
(2) Lembaga Penyalur adalah lembaga keuangan mikro yang pendiriannya memiliki landasan hukum.
(3) Kerjasama antara BUMN Pembina dengan BUMN Penyalur dan/atau Lembaga Penyalur dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang sekurang-kurangnya memuat : - Para pihak yang melakukan kerjasama; - Maksud dan tujuan kerjasama; - Jumlah Dana Program Kemitraan yang dikerjasamakan; - Hak dan kewajiban masing-masing pihak; - Jangka waktu kerjasama; - Sanksi; - Keadaan memaksa (Force Majeure); dan - Penyelesaian perselisihan.
(4) Dengan pertimbangan tertentu, Menteri dapat mengalih kelolakan dana Program Kemitraan dari BUMN Pembina ke BUMN Pembina lainnya.
BAB III
PENETAPAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL
Pasal 9
(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari : a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana
Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional; c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
(2) Dana Program BL bersumber dari : a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.
(3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh :
a. Menteri …../-6-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 6 -
a. Menteri untuk Perum; b. RUPS untuk Persero;
(4) Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Kemitraan dan dana Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri/RUPS.
(5) Dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), disetorkan ke rekening dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(6) Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.
Pasal 10
(1) Menteri setiap tahun menetapkan : a. BUMN Pembina dan Koordinator BUMN Pembina pada masing-masing Provinsi; b. Rencana penyaluran dana Program Kemitraan setiap BUMN Pembina pada masing-
masing Provinsi berdasarkan usulan masing-masing BUMN Pembina.
(2) Apabila Kordinator BUMN Pembina sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a untuk tahun berjalan belum ditetapkan, maka yang berlaku adalah ketetapan Menteri tentang penetapan Koordinator BUMN Pembina tahun sebelumnya.
Pasal 11
(1) Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk : a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka
meningkatkan produksi dan penjualan;
b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan;
c. Beban Pembinaan : 1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-
hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;
2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;
3) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binan.
(2) Dana Program BL :
a. Dana Program BL yang tersedia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, penerimaan dari alokasi laba yang terealisir, pendapatan bunga jasa giro dan/atau deposito yang terealisir serta pendapatan lainnya.
b. Setiap …../-7-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 7 -
b. Setiap tahun berjalan sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia dapat disalurkan melalui Program BL BUMN Pembina.
c. Setiap tahun berjalan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia diperuntukkan bagi Program BL BUMN Peduli.
d. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program BL BUMN Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program BL tahun berikutnya.
e. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Pembina : 1) Bantuan korban bencana alam; 2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; 3) Bantuan peningkatan kesehatan; 4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; 5) Bantuan sarana ibadah; 6) Bantuan pelestarian alam;
f. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri.
BAB IV
MEKANISME PENYALURAN DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL
Pasal 12
(1) Tata cara pemberian pinjaman dana Program Kemitraan :
a. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur, dengan memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut : 1) Nama dan alamat unit usaha; 2) Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; 3) Bukti identitas diri pemilik/pengurus; 4) Bidang usaha; 5) Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang; 6) Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca
atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan 7) Rencana usaha dan kebutuhan dana.
b. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan;
c. Calon Mitra Binaan yang layak bina, menyelesaikan proses administrasi pinjaman dengan BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur bersangkutan;
d. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat : 1) Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur
dan Mitra Binaan;
2) Hak ...../-8-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 8 -
2) Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan;
3) Jumlah pinjaman dan peruntukannya; 4) Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadual angsuran pokok dan jasa
administrasi pinjaman).
e. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur lain.
(2) Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan lain oleh Menteri.
(3) Apabila pinjaman/pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan dengan marjin sebesar 6% (enam persen) atau sesuai dengan penetapan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas.
(4) Apabila pinjaman/pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil maka rasio bagi hasilnya untuk BUMN Pembina adalah mulai dari 10% (10 : 90) sampai dengan maksimal 50% (50 : 50).
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku juga terhadap rasio bagi hasil untuk BUMN Penyalur dan Lembaga Penyalur.
Pasal 13
(1) Tata cara penyaluran bantuan dana Program BL BUMN Pembina : a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survai dan identifikasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN Pembina setempat; b. Pelaksanaan Program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang bersangkutan.
(2) Tata cara penyaluran bantuan dana Program BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri.
BAB V
BEBAN OPERASIONAL PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL
Pasal 14
(1) Beban Operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dana Program Kemitraan .
(2) Besarnya Beban Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimal sebesar jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dana Program Kemitraan selama tahun berjalan.
(3) Dalam hal dana untuk Beban Operasional tidak mencukupi, maka kekurangannya dibebankan pada anggaran biaya BUMN Pembina yang bersangkutan.
(4) Apabila …../-9-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 9 -
(4) Apabila pada akhir tahun terdapat sisa dana untuk Beban Operasional maka sisa dana
tersebut dapat digunakan untuk membiayai beban operasional tahun berikutnya dan/atau sebagai tambahan sumber dana Program Kemitraan.
(5) Dalam hal Beban Operasional Program Kemitraan bagi BUMN Pembina yang menerima pelimpahan dari BUMN Pembina lain tidak mencukupi, maka kekurangan tersebut menjadi beban BUMN Pembina yang menerima pelimpahan.
Pasal 15
(1) Beban Operasional Program BL BUMN Pembina dibiayai dari dana Program BL.
(2) Besarnya Beban Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimal 5% (lima persen) dari dana Program BL BUMN Pembina yang disalurkan pada tahun berjalan.
Pasal 16
Beban Operasional Program Kemitraan dan Program BL BUMN Pembina dituangkan dalam RKA Program Kemitraan dan Program BL.
Pasal 17
BUMN Pembina, BUMN Penyalur dan Lembaga Penyalur dilarang menggunakan dana Program Kemitraan dan Program BL untuk hal-hal diluar ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.
BAB VI
PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
Pasal 18
(1) RKA Program Kemitraan dan Program BL sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c terpisah dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) BUMN Pembina.
(2) RKA Program Kemitraan dan Program BL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang kurangnya memuat : a. Rencana kerja Program Kemitraan dan Program BL, dirinci menurut wilayah binaan; b. Anggaran Program Kemitraan dan Program BL, terdiri atas sumber dana, dana yang
tersedia dan rencana penggunaan dana sesuai dengan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. Proyeksi Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Arus Kas Program Kemitraan dan Program BL;
d. Masalah yang dihadapi dan langkah-langkah penyelesaiannya.
Pasal 19...../-10-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 10 -
Pasal 19
RKA Program Kemitraan dan Program BL yang telah disetujui RUPS/Menteri langsung dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu penetapan rencana penyaluran dana per provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) huruf b.
Pasal 20
(1) Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan RKA Program Kemitraan dan Program BL kepada Menteri/Pemegang Saham dengan tembusan kepada Komisaris/Dewan Pengawas paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran.
(2) Menteri/RUPS mengesahkan RKA Program Kemitraan dan Program BL paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan.
(3) Dalam hal RKA Program Kemitraan dan Program BL belum memperoleh pengesahan sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka RKA Program Kemitraan dan Program BL tersebut dianggap telah disahkan dan dapat dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan Pasal 18 dan ayat (1) pasal ini.
(4) Direksi BUMN Pembina bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencapaian sasaran dalam RKA Program Kemitraan dan Program BL.
(5) Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Pembina bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL.
BAB VII
PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN LAPORAN
Pasal 21
(1) Setiap BUMN Pembina wajib menyusun laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL.
(2) Laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL terdiri dari Laporan Triwulanan dan Laporan Tahunan.
(3) Laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara terpisah dari Laporan Berkala dan Laporan Tahunan BUMN Pembina.
Pasal 22
(1) Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL kepada Menteri/Pemegang Saham dengan tembusan kepada Komisaris/Dewan Pengawas, sebagai berikut : a. Laporan Triwulanan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya triwulan
yang bersangkutan; b. Laporan Tahunan termasuk laporan keuangan (audited) paling lambat 5 (lima) bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. (2) Menteri/RUPS...../-11-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 11 -
(2) Menteri/RUPS mengesahkan Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Program BL paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.
(3) Pengesahan Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Program BL sekaligus memberikan pelunasan dan pembebasan tanggungjawab (acquite at de charge) kepada Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan Program Kemitraan dan Program BL sejauh tindakan tersebut ternyata dalam Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Program BL yang telah di audit oleh Auditor.
Pasal 23
Auditor yang memeriksa Laporan Keuangan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL ditetapkan oleh : a. Menteri untuk Perum; b. RUPS untuk Persero;
BAB VIII
KUALITAS PINJAMAN DANA PROGRAM KEMITRAAN
Pasal 24
Kualitas pinjaman dana Program Kemitraan dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra Binaan.
Pasal 25
Dalam hal Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran jasa administrasi pinjaman dan sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman.
Pasal 26
Penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut :
a. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
b. Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
c. Diragukan...../-12-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 12 -
c. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;
d. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
Pasal 27
(1) Terhadap kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila memenuhi kriteria : a. Mitra Binaan beritikad baik atau kooperatif terhadap upaya penyelamatan yang akan
dilakukan; b. Usaha Mitra Binaan masih berjalan dan mempunyai prospek usaha; c. Mitra Binaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran.
(2) Dalam hal dilakukan tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning), tunggakan jasa administrasi pinjaman dapat dihapuskan dan/atau beban jasa administrasi pinjaman selanjutnya yang belum jatuh tempo;
(3) Tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan setelah adanya tindakan penjadwalan kembali (rescheduling).
Pasal 28
(1) Pinjaman macet yang telah diupayakan pemulihannya namun tidak terpulihkan, dikelompokkan dalam aktiva lain-lain dengan pos Pinjaman Bermasalah;
(2) Tata cara penghapusbukuan pinjaman bermasalah akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri;
(3) Terhadap pinjaman bermasalah yang telah dihapusbukukan tetap diupayakan penagihannya dan hasilnya dicatat dalam pos Pinjaman Bermasalah yang Diterima Kembali.
(4) Jumlah dan mutasi rekening Pinjaman Bermasalah dan Pinjaman Bermasalah yang Diterima Kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), dilaporkan secara periodik dalam laporan triwulanan.
Pasal 29
Dikecualikan dari pasal 27 ayat (1) diatas, piutang macet yang terjadi karena keadaan memaksa (Force Majeure) seperti : mitra binaan meninggal dunia dan tidak ada ahli waris yang bersedia menanggung hutang dan/atau gagal usaha akibat bencana alam/kerusuhan, pemindahbukuan piutang macet tersebut kedalam pos pinjaman bermasalah dapat dilaksanakan tanpa melalui proses pemulihan pinjaman.
BAB IX …../-13-
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 13 -
BAB IX KINERJA PROGRAM KEMITRAAN
Pasal 30
(1) Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina.
(2) Perhitungan kinerja Program Kemitraan akan diatur kemudian oleh Menteri.
BAB X PEDOMAN AKUNTANSI PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL
Pasal 31
(1) Penerapan pedoman akuntansi Program Kemitraan dan Program BL bertujuan untuk terciptanya informasi keuangan Program Kemitraan dan Program BL yang accountable (wajar dan dapat diandalkan) serta auditable.
(2) Laporan keuangan Program Kemitraan dan Program BL terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas, serta Catatan Atas Laporan Keuangan.
(3) Laporan Arus Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dengan menggunakan metode langsung (direct methode).
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 32
Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini berlaku pula bagi anak perusahaan BUMN dan perusahaan patungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah atau dengan pihak lainnya, dengan ketentuan pemberlakuan Peraturan ini dikukuhkan dalam RUPS masing-masing perusahaan dimaksud.
Pasal 33
Memberi kewenangan kepada Sekretaris Kementerian Negara BUMN untuk membuat petunjuk teknis lebih lanjut atas Peraturan ini.
BAB XII ......./14
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
- 14 -
BAB XII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka : 1. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni
2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;
2. Ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan ini,
dinyatakan tidak berlaku bagi BUMN.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Peraturan ini mulai berlaku untuk tahun buku 2007.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
SALINAN peraturan ini disampaikan kepada Yth. ; 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Koordinator Perekonomian; 3. Menteri Keuangan; 4. Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara.
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Negara BUMN ttd. Herman Hidayat NIP 060056141
Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 27 April 2007
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
ttd.
SUGIHARTO
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013
Perbandingan perlakuan..., Sendy Suwito, FE UI, 2013