universitas indonesia perancangan inovasi...

211
PERAN DA Diajukan sebagai studi sesuai dengan PR UNIVERSITAS INDONESIA NCANGAN INOVASI MEJA SETRI ALAM VIRTUAL ENVIRONMENT SKRIPSI i salah satu syarat dalam memenuhi persya kurikulum yang berlaku di Departemen T FTUI YUNITA 0706275170 FAKULTAS TEKNIK ROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI DEPOK JUNI 2011 IKA aratan beban Teknik Industri Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Upload: danghanh

Post on 13-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

PERANCANGAN INOVASI MEJA SETRIKA

DALAM

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi persyaratan beban

studi sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Departemen Teknik Industri

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS INDONESIA

PERANCANGAN INOVASI MEJA SETRIKA

DALAM VIRTUAL ENVIRONMENT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi persyaratan beban

studi sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Departemen Teknik Industri

FTUI

YUNITA

0706275170

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

DEPOK

JUNI 2011

PERANCANGAN INOVASI MEJA SETRIKA

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi persyaratan beban

studi sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Departemen Teknik Industri

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

PERANCANGAN INOVASI MEJA SETRIKA

DALAM

Diajukan sebagai salah satu

PROGRAM STUDI TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

PERANCANGAN INOVASI MEJA SETRIKA

DALAM VIRTUAL ENVIRONMENT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana T

YUNITA

0706275170

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

DEPOK

JUNI 2011

PERANCANGAN INOVASI MEJA SETRIKA

syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Yunita

NPM : 0706275170

Tanda tangan :

Tanggal : 21 Juni 2011

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena hanya dengan kasih karunia-Nya yang berlimpah, penulis dapat

menyelesaikan penelitian hingga sampai pada tahap penyusunan skripsi ini.

Adapun penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri Fakultas

Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dukungan selama proses penelitian dan penyusunan

skripsi ini, terutama kepada:

(1) Bapak Dr. Ir. T. Yuri M. Zagloel, M.Eng.Sc, selaku kepala Departemen

Teknik Industri FTUI;

(2) Ibu Dr. -Ing. Amalia Suzianti, selaku dosen pembimbing skripsi penulis,

yang telah memberikan banyak dukungan berupa saran dan pengarahan

selama proses pengerjaan skripsi;

(3) Bapak Ir. Boy Nurtjahyo Moch., MSIE dan Ibu Ir. Erlinda Muslim, MEE.,

selaku dosen pembimbing ergonomi, atas bimbingan, pengarahan, dan

motivasi yang sangat berguna bagi penulis;

(4) seluruh staf pengajar Departemen Teknik Industri FTUI, atas ilmu selama 4

tahun kehidupan perkuliahan penulis, yang sangat berguna dalam

penyelesaian skripsi ini.

(5) seluruh karyawan Departemen Teknik Industri, atas kesediaannya

membantu dan memfasilitasi penulis dan teman-teman Teknik Industri

2007.

(6) seluruh responden penelitian, atas waktu dan kerja sama selama proses

pengumpulan data;

(7) Christian Susanto, Dimas Adityamurthi, Edward, Gregorius Edwin

Handoko, Kenfery, Rio Ricardi, dan Yanuarius Alvian Reza, yang telah

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

v

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam proses pengembangan

konsep dan pembuatan desain meja setrika;

(8) Andrea Coudillo, Anggraini Oktavianingrum, Anisha Puti, Astriana Gita,

Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki,

Ferdinandus, Fitri Yanthi, Handoyo Handoko, Heny Nopiyanti, Ivan

Gunawan, Junita Rosalina, Komara Jaya, Landra Bakri, Malouna Felissa,

Melissa Kartika, Muhammad Farouk, Raden Yoga, Radita Tanaya, Regina

Prisilia, Satria Utama, Sherly Juanita, dan Valentina Cynthia, sesama rekan

penulis dalam penelitian terkait ergonomi.

(9) seluruh anggota Keluarga Umat Katolik Teknik (KUKTEK), atas rajutan

doa, pengertian, dan perhatian yang tidak pernah putus;

(10) keluarga penulis, atas semangat, doa, dan dukungan yang terus mengalir

selama proses pengerjaan skripsi;

(11) sahabat-sahabat penulis, yang selalu siap dengan untaian kata motivasi

penuh pengharapan, solusi, saran, dan masukan berarti saat penulis

membutuhkannya;

(12) teman-teman penulis pada Departemen Teknik Industri FTUI, atas

semangat saling mendukung selama penyusunan skripsi dan atas

kebersamaan tak tergantikan selama 4 tahun masa perkuliahan; serta

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang baik secara langsung

maupun tidak langsung, telah membantu penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak yang

membacanya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang berkenaan dengan isi

skripsi ini, penulis akan dengan senang hati membuka diri untuk penyempurnaan

lebih lanjut.

Depok, 21 Juni 2011

Penulis

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Yunita

NPM : 0706275170

Program Studi : Teknik Industri

Departemen : Teknik Industri

Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Perancangan Inovasi Meja Setrika dalam Virtual Environment

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 21 Juni 2011

Yang menyatakan

(Yunita)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

vii

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Yunita

Program Studi : Teknik Industri

Judul : Perancangan Inovasi Meja Setrika dalam Virtual

Environment

Kebutuhan konsumen merupakan aspek penting dalam perancangan produk.

Namun, terkadang hal ini dikorbankan oleh produsen karena tuntutan untuk

menghasilkan produk dengan harga murah. Penelitian ini dilakukan untuk

mengidentifikasi suara konsumen terkait desain meja setrika saat ini sehingga

dapat diketahui keluhan-keluhan yang ada untuk diolah menghasilkan desain

inovasi meja setrika yang memenuhi tingkat kepuasan yang diharapkan

konsumen. Hasil penelitian berupa meja setrika yang dilengkapi kursi dan tempat

meletakkan pengharum pakaian, dengan tampilan yang compact dan memiliki

dimensi tinggi meja 80,65 cm, tinggi rak 77,15 cm, dan tinggi kursi 53,85 cm

disesuaikan dengan hasil studi ergonomi menggunakan Posture Evaluation Index

(PEI).

Kata kunci:

Kebutuhan konsumen, perancangan produk, meja setrika, ergonomi, Posture

Evaluation Index (PEI)

ABSTRACT

Name : Yunita

Study Program : Industrial Engineering

Title : Ironing Board Innovation Design in Virtual Environment

Customer needs are important in product development. However, this is often

compromised by producers due to the demand of producing low-price goods. This

research identifies the voice of customer about the design of existing ironing

board in pursue of finding of complaints that are to process so that preferred

ironing board innovation design can be achieved. The result is the compact design

of ironing board equipped with chair and place to put cloth fragrances, which has

dimensions of 80,65 cm table height, 77,15 cm shelf height, and 53,85 cm chair

height that are in accordance with the result of ergonomic analysis using Posture

Evaluation Index (PEI).

Key words:

Customer needs, product development, ironing board, ergonomic, Posture

Evaluation Index (PEI)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

viii

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Diagram Keterkaitan Masalah ....................................................................... 6

1.3 Rumusan Permasalahan ................................................................................. 6

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7

1.6 Metodologi Penelitian ................................................................................... 7

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 11

2. LANDASAN TEORI ....................................................................................... 13

2.1 Ergonomi ..................................................................................................... 13

2.2 Antropometri ............................................................................................... 15

2.2.1 Definisi Antropometri ........................................................................... 15

2.2.2 Data Antropometri ................................................................................ 15

2.2.3 Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Fasilitas Kerja ......... 17

2.3 Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMSD) ................................... 18

2.4 Pendekatan Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun Kerja .......................... 19

2.4.1 Sikap dan Posisi Kerja .......................................................................... 19

2.4.2 Antropometri dan Dimensi Ruang ........................................................ 20

2.4.3 Kondisi Lingkungan Kerja.................................................................... 21

2.4.4 Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja ................ 21

2.4.5 Energi Kerja yang Dikonsumsi ............................................................. 21

2.5 Perancangan Stasiun Kerja yang Ergonomis ............................................... 22

2.5.1 Desain Meja Kerja ................................................................................ 22

2.5.2 Desain Kursi ......................................................................................... 23

2.6 Virtual Environment .................................................................................... 25

2.7 Software Jack 6.1 ......................................................................................... 25

2.7.1 Static Strength Prediction (SSP)........................................................... 27

2.7.2 Low Back Analysis (LBA) .................................................................... 29

2.7.3 Ovako Working Posture Analysis (OWAS) .......................................... 30

2.7.4 Rapid Upper Limb Assessment (RULA) ............................................... 32

2.7.5 Posture Evaluation Index (PEI) ............................................................ 34

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

ix

Universitas Indonesia

2.8 Pengembangan Produk ................................................................................ 38

2.8.1 Quality Function Deployment (QFD) ................................................... 38

2.8.1.1 Definisi QFD ................................................................................. 38

2.8.1.2 Perkembangan QFD ...................................................................... 39

2.8.1.3 Manfaat QFD ................................................................................ 39

2.8.1.4 Proses QFD ................................................................................... 40

2.8.1.5 House of Quality (HOQ) ............................................................... 41

2.8.2 Tahap-tahap Pengembangan Konsep Produk ....................................... 47

2.9 Pengumpulan Data ...................................................................................... 50

2.9.1 Pembuatan Kuesioner ........................................................................... 50

2.9.2 Sampling ............................................................................................... 51

2.9.3 Validitas Data ....................................................................................... 52

2.9.4 Reliabilitas Data .................................................................................... 53

3. PENGUMPULAN DATA ............................................................................... 55

3.1 Interview untuk Mendapatkan Voice of Customer ...................................... 55

3.2 Penyusunan Kuesioner ................................................................................ 56

3.2.1 Kuesioner Bagian I ............................................................................... 56

3.2.2 Kuesioner Bagian II .............................................................................. 57

3.3 Penentuan Jumlah Sampel Minimum dan Penyebaran Kuesioner .............. 58

3.4 Hasil Pengumpulan Data Frekuensi Menyetrika ......................................... 58

3.5 Hasil Pengumpulan Data Terkait Analisis Ergonomi ................................. 59

3.5.1 Data Keluhan Penyetrika ...................................................................... 59

3.5.2 Data Dimensi Meja Setrika Aktual ....................................................... 60

3.5.3 Data Antropometri ................................................................................ 61

3.5.4 Data Aktivitas dan Postur Penyetrika ................................................... 62

3.6 Hasil Pengumpulan Data Terkait Pengembangan Produk Baru .................. 63

3.6.1 Data Tingkat Kepentingan Konsumen terhadap Kebutuhan ................ 63

3.6.2 Data Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Produk yang Sudah

Ada........................................................................................................ 64

4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS .................................................... 65

4.1 Studi Ergonomi Kondisi Aktual .................................................................. 65

4.1.1 Membuat Virtual Environment ............................................................. 66

4.1.2 Membuat Virtual Human ...................................................................... 66

4.1.3 Menempatkan Virtual Human pada Virtual Environment .................... 69

4.1.4 Memberikan Tugas pada Virtual Human.............................................. 69

4.1.5 Melakukan Verifikasi dan Validasi Model ........................................... 72

4.1.5.1 Uji Validitas Model Persentil 5 ..................................................... 72

4.1.5.2 Uji Validitas Model Persentil 95 ................................................... 75

4.1.6 Menganalisis Hasil Simulasi dengan Jack Task Analysis Toolkit ....... 77

4.2 Pengembangan Produk dengan Penerapan QFD ......................................... 86

4.2.1 Mengidentifikasi Kebutuhan Konsumen .............................................. 87

4.2.1.1 Menginterpretasi dan Membuat Daftar Kebutuhan Konsumen .... 87

4.2.1.2 Menyusun Kebutuhan ke dalam Hierarki Kebutuhan Konsumen. 88

4.2.1.3 Mengidentifikasi Tingkat Kepentingan Konsumen untuk Tiap

Kebutuhan ..................................................................................... 90

4.2.1.4 Mengidentifikasi Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Produk

yang Sudah Ada ............................................................................ 91

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

x

Universitas Indonesia

4.2.1.5 Menentukan Target untuk Tiap Kebutuhan .................................. 92

4.2.1.6 Menentukan Rasio Perbaikan ........................................................ 94

4.2.1.7 Menentukan Titik Jual (Sales Point) ............................................. 95

4.2.1.8 Menghitung Raw Weight ............................................................... 96

4.2.1.9 Menormalisasi Raw Weight........................................................... 97

4.2.2 Menentukan Spesifikasi Target ............................................................ 99

4.2.2.1 Mengidentifikasi Respon Teknis untuk Memenuhi Kebutuhan.... 99

4.2.2.2 Menentukan Hubungan antara Respon Teknis dengan

Kebutuhan ................................................................................... 104

4.2.2.3 Menghitung Prioritas Respon Teknis .......................................... 107

4.2.2.4 Menentukan Arah Pengembangan Respon Teknis ..................... 111

4.2.2.5 Menentukan Hubungan Antarrespon Teknis .............................. 112

4.2.2.6 Mengumpulkan Informasi Benchmarking yang Kompetitif ....... 113

4.2.2.7 Menetapkan Target Awal untuk Tiap Respon Teknis................. 114

4.2.2.8 Membuat dan Menganalisis HOQ ............................................... 115

4.2.3 Menggenerasi dan Memilih Konsep ................................................... 118

4.2.3.1 Menggenerasi dan Memilih Konsep Lokasi Rak Pakaian .......... 123

4.2.3.2 Menggenerasi dan Memilih Konsep Dimensi Meja Setrika ....... 125

4.2.3.3 Menggenerasi dan Memilih Konsep Material yang Digunakan . 168

5. KESIMPULAN .............................................................................................. 174

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 174

5.2 Saran .......................................................................................................... 176

DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 177

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

xi

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Postur Kerja yang Diusulkan untuk Beberapa Jenis Pekerjaan ......... 19

Tabel 2.2. Rekomendasi Tinggi Meja Kerja Untuk Pekerja dengan Posisi

Berdiri ................................................................................................ 23

Tabel 2.3. Pembobotan Nilai pada OWAS ......................................................... 30

Tabel 2.4. Pembobotan Nilai pada RULA .......................................................... 32

Tabel 3.1. Kebutuhan Konsumen ....................................................................... 56

Tabel 3.2. Rekapitulasi Data Antropometri berdasarkan Persentil ..................... 62

Tabel 4.1. Rincian Hasil Analisis Kapabilitas Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Kondisi Aktual ........................ 78

Tabel 4.2. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Kondisi Aktual ........................ 82

Tabel 4.3. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Kondisi Aktual ......................... 83

Tabel 4.4. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Kondisi Aktual ...................... 84

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan PEI Kondisi Aktual .............................................. 84

Tabel 4.6. Pernyataan Misi Produk..................................................................... 86

Tabel 4.7. Rincian Identifikasi Kebutuhan Konsumen ....................................... 88

Tabel 4.8. Hierarki Kebutuhan Konsumen ......................................................... 88

Tabel 4.9. Tingkat Kepentingan Tiap Kebutuhan .............................................. 90

Tabel 4.10. Tingkat Kepuasan terhadap Produk yang Sudah Ada ....................... 91

Tabel 4.11. Target Tiap Kebutuhan ...................................................................... 93

Tabel 4.12. Rasio Perbaikan Tiap Kebutuhan ...................................................... 94

Tabel 4.13. Titik Jual Tiap Kebutuhan ................................................................. 95

Tabel 4.14. Raw Weight Tiap Kebutuhan ............................................................. 97

Tabel 4.15. Normalized Raw Weight Tiap Kebutuhan ......................................... 98

Tabel 4.16. Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan................................. 105

Tabel 4.17. Prioritas Respon Teknis ................................................................... 108

Tabel 4.18. Arah Pengembangan Respon Teknis ............................................... 111

Tabel 4.19. Hubungan Antarrespon Teknis ........................................................ 112

Tabel 4.20. Informasi Benchmarking ................................................................. 113

Tabel 4.21. Target Respon Teknis ...................................................................... 114

Tabel 4.22. Kelebihan dan Kekurangan Tiap Konsep Lokasi Rak Pakaian ....... 123

Tabel 4.23. Rincian Hasil Analisis Kapabilitas Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Ketinggian Meja .................... 133

Tabel 4.24. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Ketinggian Meja .................... 136

Tabel 4.25. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Ketinggian Meja..................... 137

Tabel 4.26. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Simulasi Ketinggian Meja .. 139

Tabel 4.27. Hasil Perhitungan PEI Simulasi Ketinggian Meja .......................... 139

Tabel 4.28. Dimensi Konsep 1 ........................................................................... 144

Tabel 4.29. Rincian Hasil Analisis Kapabilitas Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 1 ................................ 149

Tabel 4.30. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Konsep 1 ............................... 153

Tabel 4.31. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Konsep 1 ................................ 154

Tabel 4.32. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Simulasi Konsep 1 .............. 155

Tabel 4.33. Hasil Perhitungan PEI Simulasi Konsep 1 ...................................... 155

Tabel 4.34. Dimensi Konsep 2 ........................................................................... 155

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

xii

Universitas Indonesia

Tabel 4.35. Rincian Hasil Analisis Kapabilitas Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 2 ................................ 160

Tabel 4.36. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Konsep 2 ............................... 163

Tabel 4.37. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Konsep 2 ................................ 164

Tabel 4.38. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Simulasi Konsep 2 .............. 165

Tabel 4.39. Hasil Perhitungan PEI Simulasi Konsep 2 ...................................... 165

Tabel 4.40. Kelebihan dan Kekurangan Tiap Konsep Material ......................... 169

Tabel 4.41. Concept Scoring Pemilihan Material Penyangga ............................ 170

Tabel 4.42. Spesifikasi Akhir Produk ................................................................. 172

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

xiii

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Meja Setrika .................................................................................... 2

Gambar 1.2. Tanggapan Responden mengenai Kelelahan dalam Menyetrika .... 3

Gambar 1.3. Tanggapan Kelelahan mengenai Penyebab Kelelahan dalam

Menyetrika ...................................................................................... 4

Gambar 1.4. Diagram Keterkaitan Masalah......................................................... 6

Gambar 1.5. Diagram Alir Metodologi Penelitian ............................................. 10

Gambar 2.1. Antropometri Tubuh Manusia ....................................................... 16

Gambar 2.2. Ketinggian dan Lebar Ideal Bagian Bawah Meja Kerja dalam

Kaitannya dengan Penentuan Tinggi Kursi................................... 23

Gambar 2.3. Contoh Hasil Analisis SSP ............................................................ 29

Gambar 2.4. Contoh Hasil Analisis Metode LBA ............................................. 30

Gambar 2.5. Kode Digit dalam OWAS ............................................................. 31

Gambar 2.6. Contoh Hasil Analisis Metode OWAS ......................................... 32

Gambar 2.7. Pengelompokan Penilaian Metode RULA .................................... 33

Gambar 2.8. Contoh Hasil Analisis Metode RULA .......................................... 34

Gambar 2.9. Diagram Alir Penggunaan Metode PEI ........................................ 35

Gambar 2.10. HOQ .............................................................................................. 42

Gambar 2.11. Tahapan dalam Pengembangan Konsep Produk ........................... 48

Gambar 3.1. Frekuensi Menyetrika Ibu Rumah Tangga .................................... 59

Gambar 3.2. Bagian Tubuh yang Dirasa Lelah .................................................. 60

Gambar 4.1. Tahap Pembuatan Model Simulasi Jack ....................................... 65

Gambar 4.2. Virtual Environment Simulasi Kondisi Aktual ............................. 66

Gambar 4.3. Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan) .......... 68

Gambar 4.4. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

pada Virtual Environment Simulasi Kondisi Aktual ..................... 69

Gambar 4.5. Animation Window Simulasi Kondisi Aktual Model Persentil 5 .. 70

Gambar 4.6. Animasi Gerakan Simulasi Kondisi Aktual Model Persentil 5 ..... 70

Gambar 4.7. Animation Window Simulasi Kondisi Aktual Model Persentil 95 71

Gambar 4.8. Animasi Gerakan Simulasi Kondisi Aktual Model Persentil 95 ... 71

Gambar 4.9. Penambahan Beban Ekstrem pada Model Persentil 5 ................... 72

Gambar 4.10. Perbandingan Nilai SSP Model Persentil 5 Sebelum (Kiri) dan

Setelah (Kanan) Penambahan Beban ............................................ 73

Gambar 4.11. Perbandingan Nilai LBA Model Persentil 5 Sebelum (Atas) dan

Setelah (Bawah) Penambahan Beban............................................ 74

Gambar 4.12. Penambahan Beban Ekstrem pada Model Persentil 95 ................. 75

Gambar 4.13. Perbandingan Nilai SSP Model Persentil 95 Sebelum (Kiri) dan

Setelah (Kanan) Penambahan Beban ............................................ 75

Gambar 4.14. Perbandingan Nilai LBA Model Persentil 95 Sebelum (Atas)

dan Setelah (Bawah) Penambahan Beban ..................................... 76

Gambar 4.15. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Kondisi Aktual ........................................ 78

Gambar 4.16. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Kondisi Aktual .................... 79

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

xiv

Universitas Indonesia

Gambar 4.17. Postur Penyetrika Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

Saat LBA Maksimum pada Simulasi Kondisi Aktual................... 80

Gambar 4.18. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Kondisi Aktual .................... 81

Gambar 4.19. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan

Persentil 95 (Kanan) pada Simulasi Kondisi Aktual..................... 83

Gambar 4.20. Posisi Tahap Identifikasi Kebutuhan Konsumen pada Langkah-

langkah Pengembangan Konsep Produk ....................................... 87

Gambar 4.21. Posisi Tahap Penentuan Spesifikasi Target pada Langkah-

langkah Pengembangan Konsep Produk ....................................... 99

Gambar 4.22. Posisi Tahap Penggenerasian dan Pemilihan Konsep pada

Langkah-langkah Pengembangan Konsep Produk...................... 118

Gambar 4.23. Diagram Fungsi Permasalahan .................................................... 119

Gambar 4.24. Diagram Subfungsi Permasalahan .............................................. 120

Gambar 4.25. Alur Proses Penggenerasian dan Pemilihan Konsep ................... 121

Gambar 4.26. Pohon Klasifikasi Konsep ........................................................... 122

Gambar 4.27. Desain Meja Setrika Baru (Belum Dilengkapi Kursi) ................ 126

Gambar 4.28. Ilustrasi Kemiringan Tangan Orang Persentil 95 Saat

Meletakkan Pakaian pada Rak .................................................... 127

Gambar 4.29. Virtual Environment Simulasi Ketinggian Meja ......................... 128

Gambar 4.30. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Virtual Environment Simulasi Ketinggian Meja .. 129

Gambar 4.31. Animation Window Simulasi Ketinggian Meja Model Persentil

5 ................................................................................................... 129

Gambar 4.32. Animasi Gerakan Simulasi Ketinggian Meja Model Persentil

5 ................................................................................................... 130

Gambar 4.33. Animation Window Simulasi Ketinggian Meja Model Persentil

95 ................................................................................................. 131

Gambar 4.34. Animasi Gerakan Simulasi Ketinggian Meja Model Persentil

95 ................................................................................................. 132

Gambar 4.35. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Ketinggian Meja .................................... 133

Gambar 4.36. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Ketinggian Meja ............... 134

Gambar 4.37. Postur Penyetrika Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

Saat LBA Maksimum pada Simulasi Ketinggian Meja .............. 135

Gambar 4.38. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Ketinggian Meja ............... 135

Gambar 4.39. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil

95 (Kanan) pada Simulasi Ketinggian Meja ............................... 137

Gambar 4.40. Pertimbangan dalam Penentuan Tinggi Kursi............................. 141

Gambar 4.41. Posisi Paha Penyetrika Persentil 5 Jika Ketinggian Kursi 67,95

cm ................................................................................................ 142

Gambar 4.42. Posisi Paha Penyetrika Persentil 50 Jika Ketinggian Kursi

67,95 cm ...................................................................................... 142

Gambar 4.43. Posisi Paha Penyetrika Persentil 95 Jika Ketinggian Kursi

67,95 cm ...................................................................................... 143

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

xv

Universitas Indonesia

Gambar 4.44. Desain Konsep 1 ......................................................................... 145

Gambar 4.45. Virtual Environment Simulasi Konsep 1..................................... 145

Gambar 4.46. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Virtual Environment Simulasi Konsep 1 .............. 146

Gambar 4.47. Animation Window Simulasi Konsep 1 Model Persentil 5 ......... 146

Gambar 4.48. Animasi Gerakan Simulasi Konsep 1 Model Persentil 5 ............ 147

Gambar 4.49. Animation Window Simulasi Konsep 1 Model Persentil 95 ....... 147

Gambar 4.50. Animasi Gerakan Simulasi Konsep 1 Model Persentil 95 .......... 148

Gambar 4.51. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Konsep 1 ................................................ 149

Gambar 4.52. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 1 ........................... 150

Gambar 4.53. Model Persentil 5 saat Meletakkan Setrika pada Simulasi

Konsep 1 ..................................................................................... 151

Gambar 4.54. Model Persentil 95 saat Meletakkan Pakaian pada Rak 1 pada

Simulasi Konsep 1 ...................................................................... 151

Gambar 4.55. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 1 ........................... 152

Gambar 4.56. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan

Persentil 95 (Kanan) pada Simulasi Konsep 1 ............................ 153

Gambar 4.57. Desain Konsep 2 ......................................................................... 156

Gambar 4.58. Virtual Environment Simulasi Konsep 2..................................... 157

Gambar 4.59. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Virtual Environment Simulasi Konsep 2 .............. 157

Gambar 4.60. Animation Window Simulasi Konsep 2 Model Persentil 5 ......... 158

Gambar 4.61. Animasi Gerakan Simulasi Konsep 2 Model Persentil 5 ............ 158

Gambar 4.62. Animation Window Simulasi Konsep 2 Model Persentil 95 ....... 159

Gambar 4.63. Animasi Gerakan Simulasi Konsep 2 Model Persentil 95 .......... 159

Gambar 4.64. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Konsep 2 ................................................ 160

Gambar 4.65. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 2 ........................... 161

Gambar 4.66. Postur Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan) Saat

Meletakkan Setrika...................................................................... 162

Gambar 4.67. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan

Persentil 95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 2 ........................... 162

Gambar 4.68. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan

Persentil 95 (Kanan) pada Simulasi Kondisi Aktual................... 164

Gambar 4.69. Rekapitulasi Nilai PEI ................................................................. 166

Gambar 4.70. Mekanisme Pelipatan Desain Akhir Meja Setrika ....................... 173

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

xvi

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Data Meja Setrika

Lampiran 3. Dimensi Meja Setrika Aktual

Lampiran 4. Data Antropometri

Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Data Antropometri

Lampiran 6. Data Tingkat Kepentingan

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepentingan

Lampiran 8. Data Tingkat Kepuasan

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepuasan

Lampiran 10. House of Quality

Lampiran 11. Desain Akhir Produk

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tampil rapi dan menarik di depan orang saat beraktivitas menjadi

kebutuhan mutlak sejak dulu, khususnya bagi orang-orang yang dinamis dengan

banyak aktivitas. Kebutuhan untuk selalu menjaga penampilan tersebut tentu

mengharuskan seseorang untuk senantiasa menjaga kerapian busana yang

dikenakannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini, diciptakanlah suatu alat

yang dengan energi panas yang dihasilkannya mampu merapikan permukaan

bahan yang dilaluinya. Alat tersebut yang dikenal luas selama ini dengan sebutan

setrika.

Setrika menjadi suatu alat bantu yang eksistensinya telah menjadi

kebutuhan mutlak dalam menunjang kebutuhan orang akan pakaian yang rapi.

Sejak diciptakan pada abad ke-17, bentuk dan teknologi yang menyertai

penggunaan alat ini telah mengalami banyak perubahan, mulai dari yang paling

tradisional yang masih menggunakan besi yang dipanaskan (dikenal dengan

sadiron), setrika listrik, setrika uap, hingga yang canggih seperti standing steam

iron dan mesin press. Di Indonesia, penggunaan jenis setrika yang canggih seperti

standing steam iron dan mesin press sendiri masih dapat dikatakan jarang.

Segmen pasar Indonesia yang dituju oleh produsen setrika canggih ini adalah

lebih kepada laundry kelas menengah ke atas dengan jumlah pelanggan yang

besar. Hal ini disebabkan karena harganya yang relatif mahal, terlebih jika

dibandingkan dengan setrika listrik.

Karena harganya yang relatif lebih murah, setrika listrik merajai segmen

pasar setrika di Indonesia dengan menjangkau rumah tangga dan laundry kelas

menengah ke bawah yang frekuensi menyetrikanya lebih jarang dibanding

laundry kelas menengah ke atas yang melayani banyak permintaan jasa pencucian

pakaian dalam waktu singkat. Dalam menunjang kegiatan menyetrika, setrika

listrik membutuhkan meja setrika sebagai alas menyetrika yang secara umum

terdiri dari 3 komponen utama (badan, kaki, dan tempat meletakkan setrika) serta

1 komponen tambahan (rak pakaian). Sebagai ilustrasi, pada gambar 1.1

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

2

Universitas Indonesia

ditampilkan meja setrika standar yang biasa ditemukan dan digunakan sebagai

papan menyetrika.

Gambar 1.1. Meja Setrika

Sumber: LDSFabric.com, n.d.

Penggunaan setrika listrik dan meja setrika ini secara ekonomi masih lebih

murah dibanding penggunaan setrika lain yang lebih canggih. Tuntutan untuk

menghasilkan produk dengan harga yang relatif murah untuk dijangkau terkadang

menyebabkan produsen mengorbankan beberapa aspek dalam perancangan dan

pembuatan produknya. Tidak jarang hal ini mengakibatkan terlontarnya keluhan

dari konsumen akan desain produk yang tidak sesuai dengan harapan. Hal ini juga

berlaku pada meja setrika standar yang ada di pasar saat ini.

Dari hasil penelitian awal melalui interview dengan 30 responden yang

terdiri atas karyawan laundry, ibu rumah tangga, dan pembantu rumah tangga

yang biasa melakukan kegiatan menyetrika, diketahui banyaknya ketidakpuasan

akan desain meja setrika saat ini. Beberapa voice of customer yang berhasil

dikumpulkan adalah sebagai berikut:

• Saya tidak memiliki tempat yang luas untuk menyimpan meja setrika saya.

• Saya ingin menyetrika dalam posisi duduk dan berdiri secara bergantian

sehingga tidak mudah pegal.

• Rak pakaian saya kadangkala tidak saya gunakan karena sempit dan malas

membungkuk.

• Saya merasa lelah karena harus berdiri selama menyetrika.

• Meja setrika saya tidak nyaman; mengharuskan saya membungkuk ketika

menyetrika.

• Meja setrika saya berat sehingga sulit dipindahkan.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

• Saya ingin meja setrika yang tahan lama sehingga tidak perlu membelinya lagi

dalam jangka waktu beberapa tahun.

• Saya seringkali susah menjangkau pengharum pakaian saya yang s

letakkan di tempat lain.

• Harga meja setrika harus sesuai dengan kualitasnya. Murah tetapi tidak kuat

juga tidak akan saya beli.

• Penyangga meja setrika saya mudah berkarat walaupun baru beberapa tahun

dibeli.

Dari seluruh

ketidaknyamanan yang dirasakan selama menyetrika dengan memanfaatkan meja

setrika saat ini sebagai papan setrika merupakan keluhan yang paling sering

diungkapkan oleh responden.

meja setrika seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.1 menyebabkan penyetrika

cepat merasa lelah dalam menyetrika. Dapat dilihat pada gambar 1.2 bahwa 97%

atau sekitar 29 responden mengaku cepat merasa lelah saat menyetrika, sementara

hanya 3% atau sejumlah

Gambar 1.2. Tanggapan Responden mengenai Kelelahan dalam Menyetrika

Dari 29 responden yang merasa cepat lelah,

mengidentifikasi penyebab kelelahan yang biasa dikeluhkan oleh penyet

Dapat dilihat pada gambar 1.3, semua responden yang merasa cepat mengalami

kelelahan dalam menyetrika menyebutkan keluhan berdiri terlalu lama sebagai

penyebab kelelahan dalam menyetrika. Beb

penelitian juga menyebutkan bahwa terkadang waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan proses menyetrika semua pakaian mencapai 3

menyetrika. Padahal, menurut

Universitas Indonesia

Saya ingin meja setrika yang tahan lama sehingga tidak perlu membelinya lagi

dalam jangka waktu beberapa tahun.

Saya seringkali susah menjangkau pengharum pakaian saya yang s

letakkan di tempat lain.

Harga meja setrika harus sesuai dengan kualitasnya. Murah tetapi tidak kuat

juga tidak akan saya beli.

Penyangga meja setrika saya mudah berkarat walaupun baru beberapa tahun

Dari seluruh voice of customer yang ada, keluhan akan kelelahan dan

ketidaknyamanan yang dirasakan selama menyetrika dengan memanfaatkan meja

setrika saat ini sebagai papan setrika merupakan keluhan yang paling sering

diungkapkan oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian awal

a setrika seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.1 menyebabkan penyetrika

dalam menyetrika. Dapat dilihat pada gambar 1.2 bahwa 97%

atau sekitar 29 responden mengaku cepat merasa lelah saat menyetrika, sementara

hanya 3% atau sejumlah 1 orang yang merasa tidak cepat lelah saat menyetrika.

Tanggapan Responden mengenai Kelelahan dalam Menyetrika

Dari 29 responden yang merasa cepat lelah, peneliti

mengidentifikasi penyebab kelelahan yang biasa dikeluhkan oleh penyet

Dapat dilihat pada gambar 1.3, semua responden yang merasa cepat mengalami

kelelahan dalam menyetrika menyebutkan keluhan berdiri terlalu lama sebagai

penyebab kelelahan dalam menyetrika. Beberapa responden yang menjadi ob

penelitian juga menyebutkan bahwa terkadang waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan proses menyetrika semua pakaian mencapai 3-4 jam per kejadian

menyetrika. Padahal, menurut Lafond, Champagne, Descarreaux, Dubois, Prado,

97%

3%

Apakah Anda merasa cepat

lelah dalam menyetrika?

Ya

Tidak

3

Universitas Indonesia

Saya ingin meja setrika yang tahan lama sehingga tidak perlu membelinya lagi

Saya seringkali susah menjangkau pengharum pakaian saya yang saya

Harga meja setrika harus sesuai dengan kualitasnya. Murah tetapi tidak kuat

Penyangga meja setrika saya mudah berkarat walaupun baru beberapa tahun

uhan akan kelelahan dan

ketidaknyamanan yang dirasakan selama menyetrika dengan memanfaatkan meja

setrika saat ini sebagai papan setrika merupakan keluhan yang paling sering

Berdasarkan hasil penelitian awal tersebut, desain

a setrika seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.1 menyebabkan penyetrika

dalam menyetrika. Dapat dilihat pada gambar 1.2 bahwa 97%

atau sekitar 29 responden mengaku cepat merasa lelah saat menyetrika, sementara

1 orang yang merasa tidak cepat lelah saat menyetrika.

Tanggapan Responden mengenai Kelelahan dalam Menyetrika

peneliti kemudian

mengidentifikasi penyebab kelelahan yang biasa dikeluhkan oleh penyetrika.

Dapat dilihat pada gambar 1.3, semua responden yang merasa cepat mengalami

kelelahan dalam menyetrika menyebutkan keluhan berdiri terlalu lama sebagai

erapa responden yang menjadi obyek

penelitian juga menyebutkan bahwa terkadang waktu yang dibutuhkan untuk

4 jam per kejadian

Lafond, Champagne, Descarreaux, Dubois, Prado,

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

4

Universitas Indonesia

& Duarte (2008), Gregory dan Callaghan dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa sekitar 50% orang dalam kondisi sehat akan merasakan ketidaknyamanan

pada area pinggang setelah 2 jam berdiri.

Gambar 1.3. Tanggapan Kelelahan mengenai Penyebab Kelelahan dalam

Menyetrika

Selain itu, dapat dilihat pada gambar 1.3 bahwa penyebab kelelahan lain

yang juga dipilih oleh 26 responden adalah terkait dengan keharusan

membungkuk selama menyetrika karena desain dan dimensi meja setrika yang

tidak sesuai dengan antropometri penyetrika. Keharusan untuk berdiri lama

ditambah dengan postur tubuh yang demikian akan membuat penyetrika merasa

tidak nyaman dan cepat lelah. Demikian pula dengan keluhan akan keharusan

membungkuk untuk meletakkan pakaian hasil setrika pada rak pakaian yang

dipilih oleh 9 responden memberikan implikasi yang sama pada kondisi kesehatan

penyetrika.

Sementara itu, 18 responden mengeluhkan postur tubuh yang statis dalam

menyetrika. Apalagi, kegiatan menyetrika adalah kegiatan yang bersifat repetitif,

di mana penyetrika harus memajumundurkan setrika secara berulang-ulang untuk

menjangkau seluruh bagian pakaian yang disetrika. Postur tubuh yang statis dalam

waktu lama dengan pekerjaan yang repetitif dapat menyebabkan musculoskeletal

disorder pada seseorang (Anghel, Argesanu, Niculescu, & Lungeanu, 2007).

05

101520253035

Berdiri lama Harus

membungkuk

selama

menyetrika

Postur tubuh

statis

Harus

membungkuk

saat

meletakkan

pakaian

Lain-lain

Jum

lah

Pe

mil

ih

Penyebab Kelelahan

Penyebab Kelelahan saat Menyetrika

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

5

Universitas Indonesia

Keluhan-keluhan kecil dapat mengakibatkan efek dengan skala luas.

Gangguan kesehatan berupa ketidaknyamanan pada bagian tubuh seseorang akan

berpengaruh terhadap performa kerjanya. Beberapa produsen mungkin

menganggap hal ini sebagai aspek yang kurang penting dan dapat dikorbankan

sebagai trade-off agar dapat menghasilkan produk dengan harga murah. Terlebih

dengan adanya persepsi bahwa kegiatan menyetrika adalah kegiatan yang

mungkin terlihat sederhana dan sepele. Namun demikian, aspek-aspek yang

diharapkan oleh konsumen, salah satunya terkait aspek kenyamanan dalam

kegiatan ini, juga hendaknya diperhatikan, mengingat kegiatan menyetrika

merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat dekat dengan kebutuhan sandang

manusia. Apalagi, kegiatan menyetrika, walaupun sepele, seringkali dilakukan

dalam jangka waktu yang lama dan repetitif. Berangkat dari latar belakang di atas,

maka penulis bermaksud mengangkat topik inovasi meja setrika pada penelitian

kali ini. Adapun inovasi yang dilakukan akan diarahkan pada pemenuhan

kebutuhan konsumen sesuai dengan voice of customer yang ada.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

6

Universitas Indonesia

1.2 Diagram Keterkaitan Masalah

Perlunya rancangan meja

setrika yang disesuaikan

dengan kebutuhan

konsumen

Meningkatkan

produktivitas kerja

Penyetrika tidak cepat

lelahPerforma yang

ditunjukkan penyetrika

lebih baik

Penyetrika dapat

menyetrika lebih

banyak pakaian

Ketidakpuasan

konsumen akan desain

meja setrika saat ini

Postur tubuh tidak

nyaman saat menyetrika

Proses menyetrika

mengharuskan

penyetrika berdiri

Lokasi penempatan baju

hasil setrika mengharuskan

penyetrika membungkuk

Penyetrika harus

menundukkan kepala

atau membungkuk

Postur penyetrika statis

saat menyetrika

Rak pakaian sempitSulit dipindahkanButuh banyak space

ketika disimpan

Berat

Meningkatkan

kepercayaan konsumen

Desain meja setrika

yang tidak nyaman bagi

penyetrika

Gambar 1.4. Diagram Keterkaitan Masalah

1.3 Rumusan Permasalahan

Dari diagram keterkaitan masalah yang ditampilkan pada gambar 1.4,

dapat dilihat bahwa terdapat ketidakpuasan konsumen terhadap desain meja

setrika yang ada saat ini. Oleh karena itu, pokok permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah mengenai desain meja setrika yang tidak sesuai

dengan harapan konsumen sehingga perlu dilakukan perancangan meja setrika

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

7

Universitas Indonesia

baru yang inovatif dengan mengutamakan aspek pemenuhan kebutuhan

konsumen.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan usulan rancangan meja

setrika yang inovatif dengan didasarkan pada kebutuhan konsumen. Tujuan

penelitian ini juga diarahkan untuk menghasilkan usulan rancangan yang lebih

ergonomis, tidak hanya nyaman melainkan juga sehat, berdasarkan penilaian

postur dan disesuaikan dengan antropometri penyetrika.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada

poin-poin berikut:

• Penelitian dilakukan terhadap ibu rumah tangga di wilayah DKI Jakarta yang

menggunakan meja setrika standar seperti yang ditampilkan pada gambar 1.1.

• Penelitian terkait studi ergonomi dilakukan terhadap responden dengan jenis

kelamin wanita.

• Pemecahan masalah terkait ergonomi dilakukan dengan memanfaatkan

ergonomic tools yang terdapat pada software Jack 6.1.

• Pengembangan konsep produk dibatasi hanya sampai pada tahap pemilihan

konsep.

• Benchmarking hanya dilakukan untuk menganalisis respon teknis 3 jenis meja

setrika yang telah ada.

• Analisis biaya hanya meliputi analisis terhadap biaya material yang

digunakan.

• Pemecahan masalah dibatasi hanya sampai pada tahap usulan rancangan 3D

meja setrika dengan memanfaatkan software Autodesk Inventor 2011.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan penelitian

a. Menentukan topik penelitian.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

8

Universitas Indonesia

b. Mencari dan mempelajari referensi terkait topik penelitian.

c. Melakukan penelitian awal dengan menyebarkan kuesioner kepada

karyawan laundry, ibu rumah tangga, dan pembantu rumah tangga sebagai

objek penelitian untuk mengetahui keluhan awal dalam menyetrika

menggunakan meja setrika biasa.

d. Merumuskan permasalahan.

e. Merumuskan tujuan penelitian dan membatasi permasalahan dalam

lingkup yang disesuaikan tujuan penelitian.

f. Menentukan tools yang akan digunakan dalam pemecahan masalah.

g. Mengidentifikasi data dan variabel yang dibutuhkan untuk melakukan

pengolahan data.

h. Melakukan brainstorming mengenai cara pengumpulan data.

2. Pengumpulan data kondisi meja setrika saat ini

a. Mengukur dimensi meja setrika.

b. Mendata aktivitas yang dilakukan penyetrika dalam kaitannya dengan

kegiatan menyetrika.

c. Mendokumentasikan postur penyetrika dalam setiap elemen kegiatan yang

berhubungan dengan kegiatan menyetrika.

d. Mengumpulkan data antropometri penyetrika.

3. Pengolahan dan analisis data meja setrika saat ini

a. Membuat model meja setrika menggunakan software Autodesk Inventor

2011.

b. Membuat virtual environment meja setrika saat ini pada software Jack.

c. Memasukkan data antropometri dan postur tubuh penyetrika pada software

Jack dan mensimulasikan aktivitas kerjanya.

d. Melakukan perhitungan nilai Posture Evaluation Index (PEI) meja setrika

saat ini.

e. Menganalisis hasil simulasi meja setrika saat ini.

4. Pembuatan rancangan desain meja setrika baru yang ergonomis dan inovatif

a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen akan meja setrika.

b. Menyusun hierarki kebutuhan konsumen.

c. Membuat matriks perencanaan.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

9

Universitas Indonesia

d. Membuat matriks informasi teknis.

e. Membuat dan menganalisis House of Quality (HOQ).

f. Menggenerasikan konsep yang akan dikembangkan.

g. Melakukan pemilihan konsep.

h. Menetapkan spesifikasi meja setrika baru.

5. Pengolahan dan analisis data meja setrika yang baru

a. Membuat virtual environment meja setrika baru pada software Jack 6.1.

b. Mensimulasikan aktivitas kerja menggunakan meja setrika baru.

c. Melakukan perhitungan nilai PEI meja setrika baru.

d. Menganalisis hasil simulasi meja setrika baru.

6. Penarikan kesimpulan

Adapun diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.5.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

10

Universitas Indonesia

Gambar 1.5. Diagram Alir Metodologi Penelitian

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

11

Universitas Indonesia

Gambar 1.5. Diagram Alir Metodologi Penelitian (Sambungan)

1.7 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 bab

dengan pendahuluan pada bab 1; landasan teori pada bab 2; pengumpulan data

pada bab 3; pengolahan data dan analisis pada bab 4; serta kesimpulan pada bab 5.

Bab 1 merupakan bab yang berisi pendahuluan atau pengantar dari seluruh

rangkaian penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dijelaskan mengenai ringkasan

singkat dari proses yang dilakukan dalam penelitian. Adapun isi dari bab

pendahuluan adalah mengenai latar belakang pemilihan topik, diagram keterkaitan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

12

Universitas Indonesia

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 menjelaskan landasan teori yang digunakan terkait dengan

penelitian yang dilakukan, yaitu dalam kaitannya dengan studi ergonomi dan

tahap-tahap yang dilalui dalam pengembangan konsep produk.

Bab 3 berisi data-data yang didapat melalui proses pengumpulan data yang

nantinya akan melalui proses pengolahan data menggunakan software Jack 6.1

dan QFD untuk kemudian menjadi acuan dalam mempertimbangkan usulan

perbaikan meja setrika. Data-data yang diambil mencakup dimensi meja setrika

yang telah ada sebelumnya, aktivitas penyetrika, antropometri penyetrika, postur

tubuh penyetrika, voice of customer, tingkat kepentingan terhadap kebutuhan

konsumen, dan tingkat kepuasan terhadap meja setrika yang sudah ada.

Bab 4 menampilkan hasil pengolahan data menggunakan software Jack 6.1

dan analisis hasil pengolahan data tersebut. Hasil pengolahan data ini digunakan

untuk membuktikan secara kuantitatif, asumsi awal mengenai adanya masalah

ketidaknyamanan dalam desain meja setrika. Selain itu, pada bab ini juga dibahas

mengenai proses pengembangan produk meja setrika baru, mulai dari tahap

identifikasi kebutuhan konsumen hingga pemilihan konsep produk yang kemudian

akan diuji kembali menggunakan software Jack 6.1 untuk menguji keergonomisan

meja setrika baru. Hasil yang didapatkan akan menjadi usulan perbaikan bagi

masalah ketidaknyamanan desain meja setrika baru.

Bab 5 menjelaskan kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian yang

dilakukan, serta saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

13

Universitas Indonesia

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang merupakan penggabungan dua

kata, yaitu “ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti hukum. Ergonomi

merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji interaksi antara manusia dengan

elemen-elemen lain dalam suatu sistem dengan mengaplikasikan teori, prinsip,

data, dan metode dalam perancangan dalam rangka mengoptimasi manusia dan

performa sistem secara keseluruhan.

Dalam ergonomi, kecelakaan, rendahnya kualitas, tingginya human error,

dan hal-hal lain terkait permasalahan dipandang sebagai permasalahan pada

sistem, bukan pada manusia yang melakukan pekerjaan dalam sistem. Jadi, fokus

perbaikan akan diarahkan pada menciptakan sistem yang fit untuk manusia.

Dalam kaitannya dengan upaya menciptakan sistem yang fit bagi manusia ini,

banyak hal yang perlu diperhatikan dan memegang peranan penting (Dull &

Weerdmeester, 2008), yaitu:

• postur tubuh beserta pergerakannya (duduk, berdiri, mendorong, menarik,

menahan, dan lain-lain);

• faktor lingkungan (kebisingan, vibrasi, iluminasi, iklim, dan lain-lain);

• informasi dan operasi; serta

• organisasi kerja (poin-poin kerja yang cocok, pekerjaan yang menarik, dan

lain-lain).

Implementasi ergonomi pada perancangan suatu sistem akan membuat

sistem bekerja lebih baik dengan mengeliminasi aspek-aspek yang tidak

diharapkan dalam suatu sistem, seperti:

• inefisiensi;

• kelelahan;

• kecelakaan dan kesalahan;

• kesulitan yang dialami manusia dalam melakukan pekerjaannya; serta

• moral yang rendah.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

14

Universitas Indonesia

Sementara itu, secara umum ada 3 faktor terkait manusia yang menjadi

fokus penelitian ergonomi, yaitu:

• anatomi, fisiologi, dan antropometri tubuh manusia;

• psikologi manusia yang berperan penting dalam menentukan tingkah laku

manusia; serta

• kondisi lingkungan kerja.

Ergonomi sering dikaitkan dengan human factors. Namun, pada beberapa

literatur disebutkan bahwa faktor manusia dan ergonomi merupakan satu kesatuan

yang dikenal dengan human factors and ergonomics. McCormick (1993), dalam

bukunya, menggunakan istilah human factors untuk mengistilahkan ergonomi,

dan mengatakan bahwa ergonomi dapat didefinisikan berdasarkan hal-hal di

bawah ini:

• Fokus dari human factors adalah pada interaksi manusia dengan produk,

perlengkapan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan yang digunakannya dalam

bekerja dan dalam kehidupan sehari-hari.

• Tujuan dari human factors ada dua, yaitu meningkatkan efektivitas dan

efisiensi di tempat bekerja dan aktivitas lain yang dilakukan, sedangkan tujuan

yang lain adalah meningkatkan keselamatan kerja, kepuasan kerja, serta

kualitas hidup manusia.

• Pendekatan dari human factors adalah pendekatan aplikasi sistematik dari

informasi yang berhubungan dengan kapasitas manusia, batasan, karakteristik,

perilaku, motivasi untuk mendesain benda dan lingkungan yang digunakan

oleh manusia. Hal ini termasuk penelitian investigasi untuk melihat informasi

antara manusia dengan lingkungan dan benda-benda di sekitarnya.

Menurut The International Ergonomics Association (IEA), ergonomi

dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu:

• ergonomi fisik, yaitu jenis ergonomi yang berhubungan dengan respon tubuh

manusia terhadap beban fisik dan psikologis;

• ergonomi kognitif, yaitu jenis ergonomi yang melibatkan proses mental,

seperti persepsi, atensi, kognisi, pengendalian motorik, dan ingatan yang

mempengaruhi interaksi antara manusia dan elemen-elemen sistem; serta

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

15

Universitas Indonesia

• ergonomi organisasi, yaitu jenis ergonomi yang berhubungan dengan optimasi

dari sistem-sistem sosioteknik, meliputi struktur organisasi, kebijakan, dan

proses.

2.2 Antropometri

2.2.1 Definisi Antropometri

Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2000) mengemukakan bahwa istilah

antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang

berarti ukuran. Secara umum definisi antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu

studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Data

antropometri ini akan digunakan dalam ergonomi untuk menspesifikkan dimensi

fisik dari tempat kerja, peralatan, pakaian, dan lain-lain.

Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang

tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan

mengoperasikan/ menggunakan produk tersebut. Mengingat banyaknya variasi

ukuran dan proporsi tubuh manusia, menjadi tantangan tersendiri dalam suatu

perancangan produk/ fasilitas kerja untuk dapat menyesuaikan dengan

antropometri pekerjanya. Suatu perancangan harus mampu mengakomodasi

dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil

rancangan tersebut. Secara umum, sekurang-kurangnya 90-95% dari populasi

yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu

menggunakannya dengan selayaknya.

2.2.2 Data Antropometri

Data antropometri yang digunakan sebagai landasan dalam perancangan

suatu sistem kerja umumnya dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:

• Data struktural, yaitu suatu ukuran dimensi tubuh dari subyek yang sedang

berada dalam posisi statis. Pengukuran dibuat dari satu poin yang jelas ke poin

yang lain, misalnya pengukuran tinggi badan dari lantai hingga ujung kepala,

pengukuran jarak dari lutut ke lantai, dan lain-lain. Data ini dikenal juga

dengan “static anthropometry”.

• Data fungsional, yaitu data antropometri yang dikumpulkan untuk

menjelaskan pergerakan dari bagian tubuh dari suatu titik yang telah

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

16

Universitas Indonesia

ditetapkan. Data jangkauan maksimum tangan ke depan dari posisi berdiri

subjek yang diukur merupakan salah satu contoh data antropometri fungsional.

Data ini dikenal juga dengan “dynamic anthropometry”.

Pada gambar 2.1 akan ditampilkan data antropometri yang dibutuhkan

dalam perancangan suatu sistem kerja.

Gambar 2.1. Antropometri Tubuh Manusia

Sumber: Chuan, T.K., Hartono, M., & Kumar, N. (2010). Anthropometry of the Singaporean and

Indonesian Populations. International Journal of Industrial Ergonomics, 40, 757-766. Telah diolah

kembali

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

17

Universitas Indonesia

2.2.3 Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam perancangan fasilitas kerja

berbasis ergonomi dengan menggunakan data antropometri, yaitu:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrem

Pada prinsip ini, rancangan produk dibuat agar dapat mengakomodasi individu

dengan ukuran tubuh yang ekstrem, baik terlalu kecil maupun terlalu besar.

Namun demikian, rancangan juga diarahkan untuk dapat mengakomodasi

individu dengan ukuran tubuh lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Adapun agar sasaran yang ada dapat terpenuhi, maka perlu diperhatikan hal-

hal di bawah ini dalam kaitannya dengan penentuan dimensi:

• Untuk penentuan dimensi minimum dari suatu produk, acuan yang

digunakan didasarkan pada antropometri persentil terbesar, yaitu persentil

90, 95, atau 99. Contoh penerapannya adalah pada penentuan ukuran

minimum dari tinggi pintu.

• Untuk penentuan dimensi maksimum dari suatu produk, acuan yang

digunakan didasarkan pada antropometri persentil terkecil, yaitu persentil

1, 5, atau 10. Contoh penerapannya adalah pada penentuan jangkauan

maksimum pekerja.

2. Prinsip perancangan produk bagi individu yang berada dalam rentang ukuran

tertentu

Pada prinsip ini, rancangan dapat diubah-ubah ukurannya sehingga fleksibel

dioperasikan oleh individu dengan berbagai variasi ukuran tubuh. Contoh

penerapannya adalah pada perancangan kursi mobil yang dapat

dimajumundurkan dengan sudut sandaran yang juga dapat disesuaikan dengan

keinginan pengemudi. Data antropometri yang umum digunakan dalam

perancangan menggunakan prinsip ini berada pada rentang nilai persentil 5

hingga 95.

3. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran rata-rata

Pada prinsip ini, rancangan produk diarahkan untuk mengakomodasi individu

dengan ukuran rata-rata, sedangkan bagi individu dengan ukuran ekstrem,

akan ada rancangan tersendiri menyesuaikan dengan antropometri individu-

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

18

Universitas Indonesia

individu tersebut. Namun demikian, permasalahan yang sering terjadi adalah

sedikitnya jumlah individu yang diklasifikasikan ke dalam ukuran rata-rata.

2.3 Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMSD)

WMSD merupakan gangguan pada sistem muskuloskeletal tubuh manusia

yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan. Penyebab terjadinya WMSD

adalah keharusan untuk melakukan kegiatan berulang secara manual dalam posisi

tubuh yang statis dengan pembebanan yang terus-menerus. Secara garis besar,

keluhan pada otot muskuloskeletal dikelompokkan menjadi dua (Bakri, Solichul,

Sudiajeng, & Lilik, 2004), yaitu:

• Keluhan sementara, yaitu keluhan otot yang terjadi saat otot menerima beban

statis yang akan segera hilang jika pembebanan dihentikan.

• Keluhan menetap, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, di mana rasa sakit

pada otot masih terus berlanjut walaupun pemberian beban kerja telah

dihentikan.

WMSD terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian

beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Keluhan

otot terjadi apabila kontraksi otot melebihi 20% kekuatan otot maksimum

sehingga menyebabkan berkurangnya peredaran darah ke otot. Suplai oksigen

yang menurun menyebabkan proses metabolisme karbohidrat terhambat. Sebagai

akibatnya, terjadi penimbunan asam laktat yang akan menyebabkan timbulnya

rasa nyeri pada otot (Suma’mur, 1982).

Secara umum, penyebab WMSD dapat diklasifikasikan ke dalam 3 faktor,

yaitu:

• Faktor primer, seperti peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang,

dan sikap kerja yang tidak alami.

• Faktor sekunder, seperti tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak,

paparan udara panas dan dingin yang tidak sesuai, serta getaran yang

dilakukan dengan frekuensi tinggi.

• Faktor kombinasi, seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, tingkat

kesegaran jasmani manusia yang berbeda-beda, kekuatan fisik yang

diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan, serta antropometri manusia.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

19

Universitas Indonesia

2.4 Pendekatan Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun Kerja

Dengan mengacu pada prinsip ergonomi, perancangan stasiun kerja harus

disesuaikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja

yang terlibat, yaitu meliputi manusia, mesin/ peralatan, dan lingkungan fisik kerja.

Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan

keterbatasannya, terutama yang berkaitan dengan aspek pengamatan, kognitif,

fisik, ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan atau fungsi mesin/ peralatan

seharusnya ikut menunjang manusia dalam melaksanakan tugasnya. Mesin/

peralatan berfungsi menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress

tambahan akibat beban kerja, dan membantu melaksanakan kerja tertentu yang

dibutuhkan dengan tetap berada di atas kapasitas manusia. Sementara itu, peranan

dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan berkaitan dengan usaha untuk

menciptakan kondisi kerja yang akan menjamin manusia dan mesin agar dapat

berfungsi pada kapasitas maksimalnya.

Berkaitan dengan perancangan area/ stasiun kerja dalam industri, terdapat

beberapa aspek ergonomi yang harus dipertimbangkan. Adapun aspek-aspek

tersebut akan dibahas secara lebih mendalam pada subbab-subbab di bawah ini.

2.4.1 Sikap dan Posisi Kerja

Postur kerja penting untuk diperhatikan dalam perancangan stasiun kerja

karena postur kerja sering kali menjadi penyebab utama timbulnya sakit atau

keluhan pada beberapa bagian tubuh manusia. Penentuan postur kerja yang paling

baik adalah didasarkan pada pertimbangan mengenai jenis pekerjaan yang

dilakukan. Secara umum, terdapat tiga jenis postur dasar, yaitu duduk, berdiri, dan

duduk berdiri. Dari ketiga postur dasar tersebut, postur kerja yang diusulkan untuk

beberapa tipe pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Postur Kerja yang Diusulkan untuk Beberapa Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Postur Kerja yang Diusulkan

Mengangkat beban lebih dari 5 kg Berdiri

Bekerja di bawah tinggi siku Berdiri

Menjangkau horizontal Berdiri

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

20

Universitas Indonesia

Tabel 2.1. Postur Kerja yang Diusulkan untuk Beberapa Jenis Pekerjaan

(Sambungan)

Perakitan ringan dan repetitif Duduk

Pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian dan detail

Duduk

Inspeksi visual dan monitoring Duduk

Bergerak secara rutin Duduk - berdiri

Sumber: Helander, M. (2006). A Guide to Human Factors and Ergonomics. (2nd

ed.). New York:

Taylor and Francis Group

Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang nyaman, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan stasiun kerja, yaitu:

• Meminimalisasi kemungkinan operator untuk bekerja dalam sikap posisi

membungkuk dengan frekuensi kegiatan sering atau jangka waktu lama.

Untuk mengatasi permasalahan ini, maka stasiun kerja harus dirancang dengan

memperhatikan fasilitas kerja seperti meja kerja, kursi, dan lain-lain yang

sesuai dengan data antropometri agar operator dapat menjaga sikap dan posisi

kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama ditekankan jika

pekerjaan harus dilaksanakan pada posisi berdiri.

• Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang

bisa dilakukan.

• Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu

yang lama dengan kepala, leher, dada, atau kaki berada pada posisi miring.

• Operator tidak seharusnya bekerja dalam frekuensi dan periode waktu yang

lama dengan tangan berada dalam posisi di atas level siku yang normal.

2.4.2 Antropometri dan Dimensi Ruang

Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi

dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat volume, ruang gerak, dan

lainnya. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat dalam perencanaan

peralatan kerja atau fasilitas kerja. Persyaratan ergonomi mensyaratkan agar

peralatan dan fasilitas kerja disesuaikan dengan penggunanya khususnya yang

menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau

minimum biasanya digunakan data antropometri antara persentil 5% dan 95%.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

21

Universitas Indonesia

Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh dua hal pokok, yaitu situasi

lingkungan dan situasi kerja yang ada. Dalam menentukan dimensi ruang kerja,

perlu diperhatikan antara lain jarak jangkauan yang bisa dilakukan oleh operator,

batasan-batasan ruang yang cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan

kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

2.4.3 Kondisi Lingkungan Kerja

Meskipun operator yang sehat telah diseleksi secara ketat dan diharapkan

dapat beradaptasi dengan situasi dan lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam

hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lainnya, akan tetapi stress

akibat kondisi lingkungan kerja akan terus berakumulasi dan secara tiba-tiba dapat

menyebabkan hal yang fatal. Adanya lingkungan fisik kerja yang bising, panas,

atau atmosfer yang tercemar menyebabkan performa kerja operator menurun.

Adalah satu hal yang sangat penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek

lingkungan fisik kerja yang memiliki potensi bahaya pada saat proses

perancangan stasiun kerja dan sistem pengendaliannya. Dengan demikian,

kondisi-kondisi bahaya tersebut bisa diantisipasi dan diberi tindakan-tindakan

preventif sebelumnya.

2.4.4 Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja

Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur

untuk tercapainya prinsip ekonomis pada gerakan kerja sehingga dapat

memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai

prinsip-prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja

dari suatu industri.

2.4.5 Energi Kerja yang Dikonsumsi

Energi kerja yang dikonsumsi saat seseorang melaksanakan kegiatan

merupakan faktor yang kurang begitu diperhatikan karena dianggap tidak penting

jika dikaitkan dengan performa kerja yang ditunjukkan. Namun demikian, tujuan

pokok dari perancangan kerja hendaknya dapat menghemat energi yang harus

dikonsumsi untuk penyelesaian suatu kegiatan. Aplikasi prinsip-prinsip ergonomi

dan ekonomi gerakan dalam tahap perancangan dan pengembangan sistem kerja

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

22

Universitas Indonesia

secara umum akan dapat meminimalkan energi yang harus dikonsumsikan dan

meningkatkan efisiensi output kerja itu sendiri.

2.5 Perancangan Stasiun Kerja yang Ergonomis

Rancangan suatu stasiun kerja mempunyai kaitan yang erat dengan

kesehatan, kenyamanan dan performa kerja pada suatu industri manufaktur.

Stasiun kerja yang ergonomis (workplace ergonomic) harus dapat

mengakomodasi karakteristik dari pekerja dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh pekerja tersebut, baik dalam posisi duduk maupun berdiri.

2.5.1 Desain Meja Kerja

Faktor yang mempengaruhi kenyamanan dalam melakukan pekerjaan di

atas meja adalah ketinggian meja. Ketinggian permukaan meja kerja harus

disesuaikan dengan antropometri penggunanya, di mana dalam hal ini, posisi

tangan bagian atas tergantung natural dan siku terletak pada posisi 90° sehingga

tangan bagian bawah paralel dengan tanah. Apabila ketinggian permukaan meja

kerja terlalu tinggi, bahu dan lengan atas akan terangkat sehingga menyebabkan

kelelahan dan nyeri otot akibat posisi yang tidak nyaman. Sementara itu, apabila

ketinggian permukaan meja kerja terlalu rendah, leher dan kepala akan tertunduk

sehingga dapat mengakibatkan tulang belakang dan otot menegang.

Beberapa rekomendasi ketinggian meja kerja yang ideal sesuai jenis

pekerjaan untuk standing workstation adalah (Pheasant, 2003):

• 50-100 mm di bawah tinggi siku untuk pekerjaan manipulatif yang melibatkan

gaya dan membutuhkan ketelitian pada tingkat moderat;

• 50-100 mm di atas tinggi siku untuk pekerjaan manipulatif ringan (termasuk

menulis);

• 100-250 mm di bawah tinggi siku untuk pekerjaan manipulatif berat, terutama

jika melibatkan tekanan pada benda kerja;

• antara tinggi buku jari dan tinggi siku untuk pekerjaan menangani dan

memindahkan barang; serta

• di bawah tinggi siku dan tinggi bahu untuk pekerjaan yang dioperasikan

dengan tangan (misalnya switch, tuas, dan lain-lain).

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

23

Universitas Indonesia

Adapun rekomendasi untuk ketinggian meja kerja yang ergonomis bagi

pekerja dalam posisi berdiri dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rekomendasi Tinggi Meja Kerja Untuk Pekerja dengan Posisi Berdiri

Jenis Pekerjaan Pria Wanita

Precision Work 109 – 119 103 - 113

Light Assembly work 99 – 109 87 - 98

Heavy Work 85 - 101 78 - 94

Sumber: Bridger, R.S. (2003). Introduction to Ergonomics. London: Taylor & Francis.

2.5.2 Desain Kursi

Untuk pekerjaan yang dilakukan dalam posisi duduk, maka selain tinggi

meja perlu diperhatikan juga tinggi kursi kerja. Ketinggian kursi kerja biasanya

disesuaikan dengan ketinggian meja kerja. Perhitungan kursi kerja yang ideal

dengan tinggi meja kerja biasanya dilakukan dengan mengurangi tinggi meja kerja

yang didapat dengan tinggi siku saat duduk. Namun demikian, perlu diperhatikan

adanya faktor tinggi benda kerja sehingga siku dalam posisi duduk juga tetap

dapat membentuk sudut 90°. Selain itu, ketinggian kursi juga hendaknya

mempertimbangkan adanya ruang untuk meletakkan kaki dan lutut secara

nyaman.

Gambar 2.2. Ketinggian dan Lebar Ideal Bagian Bawah Meja Kerja dalam

Kaitannya dengan Penentuan Tinggi Kursi

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

24

Universitas Indonesia

Selain ketinggian, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam

membuat desain kursi (Gouvali, M.K., & Boudolos, K., 2005), yaitu:

• Kedalaman kursi

Kedalaman kursi hendaknya dirancang dengan mengacu pada ukuran jarak

pantat dan sisi belakang betis orang persentil 5. Untuk menghitung kedalaman

kursi yang ideal, dapat digunakan formula (2.1).

0,8 PB ≤ SD ≤ 0,99 PB (2.1)

dengan:

PB = popliteal-buttock length (jarak pantat dan sisi belakang betis)

SD = seat depth (kedalaman kursi)

• Lebar kursi

Kursi harus cukup lebar untuk dapat mendukung ischial tuberosities dalam

rangka mencapai stabilitas dan mengizinkan adanya ruang untuk perpindahan

lateral. Untuk itu, lebar kursi harus cukup lebar untuk dapat mengakomodasi

orang dengan lebar pantat terbesar sekalipun. Untuk menghitung lebar kursi

yang ideal, dapat digunakan formula (2.2).

1,1 H ≤ SW ≤ 1,3 H (2.2)

dengan:

H = hip breadth (lebar pantat)

SW = seat width (lebar kursi)

• Tinggi sandaran

Tinggi sandaran dikatakan sesuai jika berada di bawah tulang belikat untuk

memfasilitasi mobilisasi batang tubuh dan lengan. Untuk menghitung tinggi

sandaran yang ideal, dapat digunakan formula (2.3).

0,6 S ≤ B ≤ 0,8 S (2.3)

dengan:

S = shoulder height (tinggi bahu)

B = backrest height (tinggi sandaran)

Untuk pekerjaan dengan dimensi kursi yang tinggi, diperlukan adanya

footrest. Adapun acuan yang digunakan dalam penentuan tinggi footrest adalah

popliteal orang persentil 5.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

25

Universitas Indonesia

2.6 Virtual Environment

Virtual environment merupakan suatu representasi dari sistem fisik yang

dihasilkan oleh komputer yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi

dengan lingkungan sintetis yang memiliki kemiripan dengan lingkungan nyata.

Simulasi dalam lingkungan virtual harus dapat mensimulasikan bagaimana model

manusia berada pada lokasi yang baru, berinteraksi dengan obyek dan lingkungan,

serta mendapat respon balik yang tepat dari obyek yang dimanipulasi.

Virtual environment dapat didefinisikan sebagai simulasi tiga dimensi,

yaitu multisensor, realtime, dan interaktif, yang dapat dibuat oleh user melalui

peralatan input atau output tiga dimensi. Definisi lain menyebutkan virtual

environment sebagai representasi komputer tiga dimensi dari sebuah ruang, di

mana user dapat memindahkan titik pandang dengan bebas secara realtime.

2.7 Software Jack 6.1

Pembuatan lingkungan virtual membutuhkan penggunaan software dan

hardware sehingga lingkungan virtual bergantung pada perkembangan teknologi

informasi. Software Jack 6.1, merupakan salah satu software yang dapat

digunakan dalam pembuatan virtual environment.

Menurut Gironimo, Martorelli, Monacelli, dan Vaudo (2001), Jack adalah

produk ergonomi dan faktor manusia yang memungkinkan penggunanya untuk

memosisikan model biomekanikal manusia secara akurat dalam virtual

environment, memberikan model tersebut sebuah set tugas yang akan dikerjakan,

dan menganalisis kinerja dari pelaksanaan tugas tersebut.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh software Jack 6.1 dalam

penggunaannya sebagai alat simulasi virtual environment antara lain:

• mengimpor gambar CAD sehingga pengguna dapat mendesain virtual

environment sesuai dengan layout dan kompenen lokasi yang diinginkan;

• membuat model pria dan wanita digital dengan berbagai ukuran

antropometri;

• memosisikan manusia digital dan membuat postur tubuh sesuai dengan

aktivitas dan stasiun kerja yang terlibat;

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

26

Universitas Indonesia

• mengevaluasi apa saja yang dapat dilihat seorang manusia dari sudut pandang

mereka dengan memanfaatkan tampilan dari feature view cone;

• mengevaluasi kemampuan menjangkau dan mengankat maksimum dari

manusia digital; serta

• menganalisis pengaruh postur kerja pada bagian-bagian tubuh manusia

digital.

Untuk melakukan simulasi pada software Jack 6.1, ada beberapa langkah

yang harus dilakukan, yaitu:

1. membuat virtual environment, di mana pembuatan virtual environment

dilakukan dengan mengimpor obyek yang telah dibuat pada software

Autodesk Inventor 2011 ke software Jack 6.1 dan mengatur posisinya sesuai

dengan kondisi aktual;

2. membuat virtual human, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas Advanced

Human Scaling pada software Jack 6.1 sehingga dapat dibuat virtual human

dengan ukuran antropometri yang diinginkan;

3. memosisikan virtual human pada virtual environment, di mana virtual human

dimasukkan ke dalam virtual environment dan diposisikan pada virtual

environment sesuai dengan kondisi aktual;

4. memberi tugas pada virtual human, di mana dilakukan pemberian animasi

yang menunjukkan mekanisme gerakan suatu operasi pekerjaan; serta

5. menganalisis hasil simulasi dengan Task Analysis Toolkit (TAT) pada

software Jack 6.1.

Jack TAT merupakan sebuah alat analisis ergonomi yang membantu

penggunanya mendesain area kerja yang lebih baik dan memperbaiki eksekusi

dari suatu operasi pekerjaan. Jack TAT ini mempunyai fungsi utama untuk

memperkirakan risiko cidera yang mungkin terjadi berdasarkan penilaian postur,

penggunaan otot, beban yang diterima, durasi kerja, dan frekuensi.

Ada sembilan alat analisis pada Jack TAT yang dapat digunakan untuk

menganalisis pekerjaan, yaitu:

• Fatigue and Recovery Analysis; digunakan untuk memperkirakan waktu

pemulihan yang diberikan untuk mencegah pekerja mengalami kelelahan.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

27

Universitas Indonesia

• Low Back Compression Analysis (LBA); digunakan untuk mengevaluasi

tekanan pada tulang belakang dalam kualitas postur dan kondisi beban

tertentu.

• Manual Material Handling Limits; digunakan untuk mengevaluasi dan

merancang kegiatan kerja yang berkaitan dengan proses material handling

sehingga tingkat risiko cidera dapat dikurangi.

• Metabolic Energy Expenditure; digunakan untuk memprediksi energi yang

dibutuhkan pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan berdasarkan

karakteristik ekerja dan rangkaian kegiatan yang dilakukan.

• National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Lifting

Analysis; digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan mengangkat benda dengan

mengacu pada standar NIOSH.

• Ovako Working Posture Analysis (OWAS); digunakan untuk menguji tingkat

kenyamanan suatu operasi kerja.

• Predetermined Time Analysis; digunakan untuk memprediksi waktu yang

dibutuhkan seseorang ketika mengerjakan suatu pekerjaan berdasarkan

method time measurement.

• Rapid Upper Limb Assessment (RULA); digunakan untuk mengevaluasi risiko

yang menyebabkan gangguan pada tubuh bagian atas.

• Static Strength Prediction (SSP); digunakan untuk mengevaluasi persentase

dari suatu populasi pekerja yang memiliki kekuatan untuk melakukan suatu

pekerjaan berdasarkan postur tubuh, jumlah energi yang dibutuhkan, dan

antropometri.

2.7.1 Static Strength Prediction (SSP)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, SSP merupakan salah satu alat

analisis ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi persentase dari populasi

pekerja yang memiliki kekuatan untuk melaksanakan suatu operasi kerja. Analisis

kapabilitas yang dilakukan SSP didasarkan pada pertimbangan postur, tenaga

yang dibutuhkan, dan antropometri. Prinsip dasar SSP adalah (Chaffin, Lawton, &

Johnson, 2003):

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

28

Universitas Indonesia

Perhitungan nilai SSP menggunakan suatu konsep yang disebut dengan

konsep biomekanika. Cara kerja konsep biomekanika tersebut adalah dengan

melihat sistem muskuloskeletal yang memungkinkan tubuh untuk mengungkit

(fungsi tulang) dan bergerak (fungsi otot). Pergerakan otot akan membuat tulang

untuk cenderung berotasi pada setiap persendian yang ada. Besarnya

kecenderungan berotasi ini disebut dengan momen rotasi pada suatu sendi.

Selama terjadi pergerakan, maka akan terjadi usaha saling menyeimbangkan

antara gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot dengan gaya yang dihasilkan oleh

beban pada segmen tubuh dan faktor eksternal lainnya. Secara matematis hal ini

dituliskan dalam persamaan:

Mj = Sj (2.4)

dengan:

Mj = gaya eksternal pada setiap persendian

Sj = gaya maksimum otot pada setiap persendian

Nilai Mj diperngaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

• beban yang dialami tangan (misalnya beban mengangkat, gaya dorong, dan

lain-lain);

• postur kerja ketika seseorang mengeluarkan usaha terbesarnya; dan

• antropometri seseorang.

Analisis terhadap SSP dapat digunakan untuk membantu:

• menganalisis pekerjaan yang berhubungan dengan pengoperasian material

yang meliputi pengangkatan barang, penurunan barang, mendorong, dan

menarik, yang membutuhkan pergerakan pada pinggang, serta gerakan tangan

dan gaya yang kompleks;

• memprediksi persentase pekerja wanita dan pria yang memiliki kekuatan

untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan; serta

• mengidentifikasi postur-postur kerja tertentu yang membutuhkan karakteristik

kekuatan yang melebihi batas beban ideal, maupun melebihi batas

kemampuan pekerja.

Dalam merancang suatu stasiun kerja, sebuah kegiatan kerja hanya dapat

diterima jika persentase pekerja yang mampu melakukannya mencapai 100%.

Dalam praktiknya, hal ini mustahil dilakukan sehingga ditetapkan batas 90%

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

29

Universitas Indonesia

untuk validasi kegiatan. Adapun contoh output hasil analisis SSP dapat dilihat

pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Contoh Hasil Analisis SSP

2.7.2 Low Back Analysis (LBA)

LBA adalah alat analisis untuk mengevaluasi gaya yang diterima oleh

tulang belakang manusia. Metode LBA bertujuan untuk:

• menentukan apabila posisi kerja yang ada telah sesuai dengan batasan beban

yang ideal ataupun menyebabkan pekerja rentan terkena cidera pada tulang

belakang; serta

• mengevaluasi posisi kerja tertentu yang membutuhkan perhatian maupun

perbaikan dari segi ergonomi.

Output dari hasil analisis LBA adalah informasi berupa:

• kompresi dan pergeseran pada L4 dan L5 bagian lumbar tulang belakang dan

perbandingannya dengan standar NIOSH;

• torsi yang terjadi pada bidang axial, sagittal, dan lateral L4 dan L5 bagian

lumbar tulang belakang sebagai hasil representasi efek yang diterima oleh

tubuh bagian atas terhadap berat yang ditopangnya; serta

• aktivitas yang terjadi pada otot tubuh ketika mencoba menyeimbangkan

momen pada tulang belakang.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

30

Universitas Indonesia

Gambar 2.4. Contoh Hasil Analisis Metode LBA

Tekanan yang diizinkan mengacu pada standar NIOSH, yaitu berada di

bawah 3.400 N. Selama masih berada di bawah nilai tersebut, kompresi terhadap

tulang belakang masih dapat dikatakan rendah.

2.7.3 Ovako Working Posture Analysis (OWAS)

OWAS merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat

kenyamanan yang dirasakan oleh manuasia akibat postur kerja dilakukan pada

saat melakukan suatu operasi kerja. Pada metode OWAS, sejumlah observasi dari

berbagai kode postur akan dihitung untuk kemudian digambarkan distribusi

relatifnya. Hasil OWAS menunjukkan persentase distribusi berdasarkan kriteria

observasi yang dikelompokkan ke dalam 4 faktor postur, yaitu punggung (back),

tangan (arm), kaki (leg), dan beban (load/ effort). Nilai dari keempat faktor

tersebut kemuadian diintegrasikan menjadi nilai tunggal yang menunjukkan

tingkat kenyamanan total yang ditimbulkan oleh postur kerja yang dilakukan.

Nilai tunggal yang dihasilkan memiliki jangkauan nilai 1 hingga 4 seperti yang

ditunjukkan oleh tabel 2.3.

Tabel 2.3. Pembobotan Nilai pada OWAS

Skor Keterangan Penjelasan

1 Normal posture Tindakan perbaikan tidak diperlukan

2 Slightly harmful Tindakan perbaikan diperlukan di masa datang

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

31

Universitas Indonesia

Tabel 2.3. Pembobotan Nilai pada OWAS (Sambungan)

3 Distinctly harmful Tindakan perbaikan diperlukan segera

4 Extremely harmful Tindakan perbaikan diperlukan sesegera

mungkin

Sumber: Benchmarking of the Manual Handling Assessment Charts, 2002.

Gambar 2.5. Kode Digit dalam OWAS

Sumber: Helander, M. (2006). A Guide to Human Factors and Ergonomics. (2nd

ed.). New York:

Taylor and Francis Group

Metode OWAS dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

mendesain manual kerja dan sebagai pedoman dalam merancang ulang

lingkungan kerja. Metode OWAS juga berfungsi untuk mengidentifikasi skala

prioritas dari postur kerja yang paling membutuhkan modifikasi secara ergonomi.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

32

Universitas Indonesia

Adapun tampilan output analisis OWAS pada software Jack 6.1 dapat dilihat pada

gambar 2.6.

Gambar 2.6. Contoh Hasil Analisis Metode OWAS

2.7.4 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA merupakan metode untuk mengevaluasi tekanan beban kerja

terhadap risiko cidera pada tubuh bagian atas pekerja. Analisis RULA terbagi ke

dalam 2 bagian besar, yaitu:

• kelompok A yang terdiri dari lengan bagian atas dan bawah serta tangan yang

terdiri dari pergelangan tangan dan putaran yang terjadi pada pergelangan

tangan; dan

• kelompok B yang terdiri dari batang tubuh dan leher.

Pendekatan yang dilakukan biasanya menggunakan pembobotan, di mana

semakin tinggi bobot, akan semakin besar risiko pekerjaan tersebut terhadap

kesehatan (Lueder, 1996). Nilai ini mampu mengindikasikan derajat intervensi

yang disyaratkan untuk mengurangi risiko cidera seperti yang ditunjukkan pada

tabel 2.4.

Tabel 2.4. Pembobotan Nilai pada RULA

Skor Keterangan

1 dan 2 Postur diterima

3 dan 4 Investigasi perlu dilanjutkan dan perubahan mungkin diperlukan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

33

Universitas Indonesia

Tabel 2.4. Pembobotan Nilai pada RULA (Sambungan)

5 dan 6 Investigasi dan perubahan perlu dilakukan segera

7 Investigasi dan perubahan perlu dilakukan secepat mungkin

Sumber: Siemens PLM Software Inc., 2008

Gambar 2.7. Pengelompokan Penilaian Metode RULA

Sumber: Helander, M. (2006). A Guide to Human Factors and Ergonomics. (2nd

ed.). New York:

Taylor and Francis Group

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

34

Universitas Indonesia

Metode RULA dapat digunakan untuk empat tujuan, yaitu sebagai sarana

pengidentifikasian secara cepat potensi dari beban kerja yang memungkinkan

terjadinya cidera pada tubuh bagian atas, sebagai panduan desain untuk manual

kerja yang baru atau sebagai pedoman perancangan ulang manual kerja yang telah

ada, serta sebagai bahan identifikasi skala prioritas postur kerja yang paling

membutuhkan perubahan secara ergonomi.

Gambar 2.8. Contoh Hasil Analisis Metode RULA

2.7.5 Posture Evaluation Index (PEI)

Untuk mendapatkan suatu tingkat kenyamanan yang optimal, harus

diminimalisasi terbentuknya critical prosture selama operasi kerja berlangsung.

Critical posture dari setiap rangkaian operasi kerja merupakan postur kerja yang

paling berpotensi menimbulkan WMSD. Sering kali critical posture sulit untuk

dideteksi dengan tepat. Untuk mengatasi hal ini, dikembangkan sebuah tool yang

disebut dengan PEI. PEI adalah tool untuk menilai kualitas dari suatu postur

tunggal dengan mengandalkan TAT pada software Jack 6.1. Dengan

menggunakan metode PEI, kualitas dari suatu postur tunggal dengan

mengandalkan TAT ini dapat dinilai sehingga critical posture juga dapat

dideteksi. Gambar 2.9 menunjukkan alur penggunaan metode PEI.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

35

Universitas Indonesia

Gambar 2.9. Diagram Alir Penggunaan Metode PEI

Sumber: Caputo, F., Girinimo, G.D., & Marzano, A. (2006) Ergonomi Optimization of Work Cell

of Manufacturing Systems in Virtual Environment.

Secara garis besar, terdapat 7 fase yang harus dilalui dalam perhitungan

nilai PEI, yaitu:

1. Analisis lingkungan kerja

Fase ini merupakan tahap menganalisis kondisi lingkungan kerja dan

mempertimbangkan kemungkinan alternatif gerakan kerja operator (seperti

alternatif rute, postur, dan kecepatan kerja). Dalam simulasi model

lingkungan virtual, perlu dilakukan simulasi operasi-operasi kerja dengan

berbagai alternatif gerakan untuk memverifikasi kelayakan tugas yang

dilakukan operator. Parameter lain yang dapat dimodifikasi adalah jarak

dimensi objek-objek kerja yang mempengaruhi postur kerja virtual human.

2. Analisis jangkauan dan aksesibilitas

Perancangan tempat kerja memerlukan studi pendahuluan mengenai

aksesibilitas dari titik-titik kritis (critical points). Permasalahan yang muncul

adalah apakah seluruh metode gerakan yang telah dirancang memungkinkan

untuk dimasukan ke sebuah operasi dan apakah semua titik kritis dapat

dijangkau oleh pekerja. Untuk itu perlu dipastikan bahwa titik kritis jangkauan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

36

Universitas Indonesia

benda-benda kerja dapat terjangkau oleh operator. Konfigurasi tata letak yang

di luar kemampuan kerja dan jangkauan operator pada fase ini tidak akan

dilanjutkan ke fase berikutnya. Jika analisis lingkungan kerja, serta

keterjangkauan dan aksesibilitas konfigurasi telah menunjukkan kondisi-

kondisi yang sesuai dengan kondisi dan limitasi manusia, maka fase

berikutnya dari tahapan PEI baru dapat dilanjutkan.

3. SSP

SSP adalah tools untuk memprediksi persentase populasi pekerja yang dapat

melakukan rangkaian kegiatan yang disimulasikan. Operasi pekerjaan yang

memiliki nilai skor SSP di bawah 90% tidak akan dianalisis lebih lanjut.

4. LBA

LBA merupakan tools yang digunakan untuk mengevaluasi gaya dan tekanan

yang terjadi pada tulang belakang manusia berdasarkan postur dan beban yang

dikenakan saat melakukan suatu operasi kerja. Nilai tekanan yang dihasilkan

kemudian dibandingkan dengan batasan tekanan yang ada pada standar

NIOSH, yaitu sebesar 3.400 N.

5. OWAS

OWAS merupakan metode sederhana untuk mengetahui tingkat kenyamanan

dari suatu postur kerja serta untuk memberikan informasi mengenai tingkat

kepentingan perlunya dilakukan kegiatan perbaikan. Tingkat penilaian ini

didasarkan pada postur dan observasi rangkaian kerja operator yang

disimulasikan. Nilai OWAS yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan

indeks kenyamanan maksimum yang ada pada OWAS, yaitu 4.

6. RULA

RULA adalah tools untuk mengevaluasi postur tubuh bagian atas dan

mengidentifikasi risiko cidera atau gangguan pada tubuh bagian atas. Nilai

RULA yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan indeks maksimum

RULA, yaitu 7.

7. Perhitungan nilai PEI

PEI mengintegrasikan nilai LBA, OWAS, dan RULA yang dihasilkan oleh

software Jack 6.1. PEI mengintegrasikan ketiga nilai ini dengan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

37

Universitas Indonesia

menjumlahkan tiga variabel dimensional I1, I2, dan I3, dengan keterangan

sebagai berikut:

• Variabel I1 merupakan perbandingan antara skor LBA dengan batas aman

kekuatan kompresi yang dapat diterima manusia, yaitu sebesar 3.400 N.

Nilai I1 dapat dihitung menggunakan formula (2.5). Adapun sebelum

dilanjutkan ke perhitungan berikutnya, perlu diyakini bahwa nilai I1 harus

lebih kecil dari 1. I1 > 1 menunjukkan kegiatan kerja dalam simulasi tidak

valid.

I1 � LBA

3.400 (2.5)

• Variabel I2 merupakan perbandingan nilai OWAS dengan nilai

maksimumnya, yaitu 4. Nilai I2 dapat dihitung menggunakan formula

(2.6).

I2 � OWAS

4 (2.6)

• Variabel I3 merupakan perbandingan nilai RULA dengan indeks batas

maksimum tingkat kenyamanan RULA, yaitu 7. Nilai I3 dapat dihitung

menggunakan formula (2.7).

I3 � RULA

7 (2.7)

Setelah didapatkan nilai dari tiap variabel, dapat dihitung nilai PEI dengan

menggunakan formula (2.8).

PEI � I1 � I2 � �I3.mr� (2.8)

dengan:

mr = amplification factor yang bernilai 1,42.

Semakin kecil nilai PEI, semakin tinggi tingkat kenyamanan dan semakin

rendah resiko keluhan kesehatan yang dapat diderita oleh manuasia yang

melakukan postur tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi nilai PEI, semakin

rendah tingkat kenyamanan dan semakin tinggi resiko keluhan kesehatan yang

dapat didertita oleh manusia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suatu

postur kerja dikatakan optimal jika memiliki nilai PEI paling rendah.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

38

Universitas Indonesia

2.8 Pengembangan Produk

Pengembangan produk (product development) pada dasarnya adalah upaya

perusahaan untuk senantiasa bertahan di pasar dengan menciptakan produk baru,

memperbaiki produk lama atau memodifikasi produk lama, agar selalu dapat

memenuhi tuntutan pasar dan selera konsumen. Fokus pada pengembangan

produk sangat penting dilakukan dan dapat dijadikan sebagai salah satu strategi

bersaing perusahaan.

2.8.1 Quality Function Deployment (QFD)

2.8.1.1 Definisi QFD

Kesesuaian antara spesifikasi produk dengan keinginan konsumen

merupakan pertimbangan penting dalam melakukan pengembangan produk.

Namun, di sisi lain, kemampuan desain dan proses produksi menjadi pembatas

bagi perusahaan untuk menyesuaikan spesifikasi produk yang dibuat dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen. QFD muncul sebagai solusi atas

permasalahan tersebut.

QFD adalah metode terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan

dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan

keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). QFD merupakan salah satu

teknik yang digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam

karakteristik produk serta mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhinya. Dengan QFD, perusahaan dimungkinkan untuk memprioritaskan

kebutuhan konsumen, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan

tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. Karena

bersifat “customer-driven planning process”, proses-proses yang terjadi dalam

penerapan QFD menyebabkan perusahaan tidak lagi mengembangkan produk atau

jasa yang hanya didasari pada pemahamannya sendiri mengenai apa yang

dibutuhkan oleh konsumen, melainkan benar-benar berdasarkan atas pemahaman

terhadap apa yang dibutuhkan oleh konsumen dari sudut pandang konsumen.

Keinginan konsumen (voice of customer) adalah input dari proses QFD,

sedangkan output-nya adalah berupa serangkaian hal yang menjadi prioritas kunci

dalam rangka memuaskan keinginan konsumen.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

39

Universitas Indonesia

2.8.1.2 Perkembangan QFD

QFD pertama kali diperkenalkan oleh Yoji Akao, seorang Professor of

Management Engineering dari Tagawa University, pada akhir tahun 1960-an.

Namun demikian, penggunaannya mulai dikenal luas sejak pengaplikasiannya

pada tahun 1972 oleh Mitsubishi Heavy Industries di galangan kapal Kobe. Pada

tahun 1986, suatu penelitian yang dilakukan oleh Japanese Union of Scientists

and Engineers (JUSE) menunjukkan bahwa 54% dari 148 perusahaan Jepang

yang diteliti telah menggunakan konsep QFD. Sektor industri yang banyak

menggunakan QFD dalam pengembangan produknya adalah sektor transportasi

(86%), konstruksi (82%), dan elektronik (63%). Penelitian tersebut juga

mengungkapkan bahwa 32% dari seluruh perusahaan jasa yang diteliti telah

menggunakan konsep QFD.

Penggunaan QFD terus menyebar ke negara-negara lain. QFD terus

memberikan inspirasi dan daya tarik yang kuat di seluruh dunia; menciptakan

penggunaan pada bidang yang baru oleh praktisi dan peneliti setiap tahunnya.

Dewasa ini, QFD telah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan manufaktur

serta perusahaan jasa, baik yang berorientasi laba, maupun nirlaba.

2.8.1.3 Manfaat QFD

Menurut Cohen (1995), ada beberapa manfaat utama yang diperoleh dari

penerapan QFD, yaitu:

• rancangan produk dan jasa yang baru fokus pada kebutuhan pelanggan karena

kebutuhan pelanggan tersebut sudah lebih dipahami;

• memudahkan perusahaan dalam merancang produk yang fokus pada

konsumen;

• dapat menganalisis kinerja produk/ jasa perusahaan terhadap pesaing

utama dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen;

• lebih fokus dalam mendesain produk untuk memuaskan pelanggan sehingga

dapat mengakselerasi waktu pemasaran produk baru;

• dapat mengurangi frekuensi perubahan suatu desain setelah dikeluarkan

dengan berfokus pada tahap perencanaan sehingga akan mengurangi biaya

untuk memperkenalkan desain baru;

• mendorong terciptanya kerja sama antara departemen; serta

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

40

Universitas Indonesia

• dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar

yang kuat untuk pengambilan keputusan.

Suatu penelitian tentang penggunaan QFD dalam kegiatan industri di

Jepang menghasilkan kesimpulan yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa

keuntungan yang didapatkan dari penerapan QFD, yaitu memberi kemungkinan

bagi perusahaan untuk:

• menerjemahkan keinginan konsumen menjadi persyaratan teknikal yang

berarti untuk masing-masing tahapan proses pengembangan dan produksi; dan

• menawarkan metode yang terstruktur dalam proses pengembangan produk

baru dan memfasilitasi kegiatan pengaturan dan pengontrolan.

Keuntungan lain yang dilaporkan oleh perusahaan manufaktur Jepang

antara lain:

• berkurangnya jumlah pergantian teknis;

• terakselerasinya siklus perancangan;

• meningkatnya kepuasan konsumen; dan

• berkurangnya komplain.

Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan dari penerapan QFD

adalah peningkatan kualitas produk/ jasa, pengurangan biaya, efisiensi waktu, dan

beberapa keuntungan pemasaran yang substansial.

2.8.1.4 Proses QFD

Aplikasi penuh dari metode QFD terdiri dari beberapa langkah sebagai

berikut:

1. membangun pemahaman dan prioritas dari tujuan strategis dan segmen pasar

yang akan menghasilkan keuntungan;

2. mengetahui keinginan konsumen, yaitu dengan mendengar voice of customer

dan menyaring serta mengatur data mengenai keinginan konsumen tersebut,

serta menentukan tindakan sampai sejauh mana kebutuhan tersebut telah

terpenuhi;

3. membuat persyaratan teknis, yaitu dengan menerjemahkan keinginan

konsumen ke persyaratan teknis dari produk/ jasa;

4. menentukan desain, yaitu menspesifikasikan bagian-bagian dari produk dan

karakteristik dari bagian yang penting;

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

41

Universitas Indonesia

5. mengidentifikasi proses produksi, yaitu menspesifikasikan proses-proses yang

dibutuhkan untuk menghasilkan bagian-bagian dari produk; serta

6. membuat persyaratan kontrol produksi, yaitu dengan menspesifikasikan

ukuran yang akan digunakan untuk menjaga agar proses tetap dalam batasan

yang ditentukan.

Keenam langkah di atas membentuk model 4 fase dari QFD, dengan

rincian:

1. Fase pertama, yaitu perencanaan konsep produk (product concept planning),

dimulai dengan penelitian terhadap pasar dan pengambilan data-data yang

berasal dari konsumen dan akan menghasilkan rencana produk, baik berupa

ide, sketsa, konsep model, ataupun perencanaan pemasaran.

2. Fase kedua, yaitu perencanaan desain (design planning), dimulai dengan

keberadaan konsep produk yang kemudian dikembangkan menjadi spesifikasi

produk dan komponennya. Pada tahap ini, prototype dari produk dibuat dan

diuji.

3. Fase ketiga, yaitu perencanaan proses (process planning), di mana proses

manufaktur dan peralatan produksi dirancang berdasarkan spesifikasi produk

dan komponennya.

4. Fase keempat, yaitu perencanaan produksi (production planning), bertujuan

untuk menghasilkan perencanaan mengenai pengontrolan proses manufaktur

dan peralatan produksi yang digunakan dalam pembuatan produk.

2.8.1.5 House of Quality (HOQ)

QFD merupakan matriks komprehensif untuk mendokumentasikan

informasi, persepsi, dan keputusan. Matriks ini dikenal dengan nama HOQ dan

sering dianggap sebagai keseluruhan proses dari QFD. HOQ digunakan untuk

menerjemahkan serangkaian customer requirement yang didapat dari penelitian

pasar dan data yang berasal dari proses benchmarking menjadi sejumlah prioritas

target teknis yang dibutuhkan untuk memuaskan customer requirement tersebut.

Terdapat berbagai macam versi HOQ yang tidak jauh berbeda satu sama lainnya.

Kemampuannya untuk diadaptasi berdasarkan kebutuhan dari jenis masalah

tertentu adalah salah satu kelebihan yang dimilikinya. Format umum dari HOQ

terdiri dari 6 komponen utama, yaitu:

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

42

Universitas Indonesia

1. Customer requirements (matriks kebutuhan konsumen) – merupakan

serangkaian atribut dari produk yang dibutuhkan dan diinginkan

keberadaannya oleh konsumen.

2. Planning matrix (matriks perencanaan) – mengilustrasikan persepsi konsumen

terhadap kondisi pasar yang diteliti.

3. Technical responses (matriks karakteristik/ respon teknis) – berisikan daftar

terstruktur mengenai hal-hal teknis yang dapat digunakan untuk memuaskan

keinginan konsumen.

4. Technical priorities, benchmarks, and targets (matriks teknis) – berisikan

informasi deskriptif yang berhubungan dengan respon teknis yang digunakan

untuk mendata prioritas dari respon teknis, mengukur kinerja teknis yang

dihasilkan oleh pesaing, dan mengukur tingkat kesulitan dalam

mengembangkan respon teknis.

5. Interrelationship matrix (matriks hubungan) – mengilustrasikan persepsi

perusahaan terhadap korelasi antara keinginan konsumen dengan respon teknis

yang telah ditetapkan; dilambangkan dengan 3 simbol yang masing-masing

mewakili tingkat hubungan kuat, sedang, dan lemah.

6. Technical correlation matrix (matriks korelasi karakteristik/ respon teknis) –

digunakan untuk mengidentifikasi korelasi antarrespon teknis.

Gambar 2.10. HOQ

Sumber: Tapke, J., Muller, A., Johnson, G., & Sieck, J. (n.d.). Steps in Understanding the House

of Quality.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

43

Universitas Indonesia

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat HOQ adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi suara konsumen (voice of customer)

Voice of customer merupakan masukan utama bagi proses pembuatan HOQ.

Melalui proses identifikasi suara konsumen ini, didapatkan informasi

mengenai kebutuhan yang diinginkan keberadaannya oleh konsumen dalam

suatu produk/ jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Langkah-langkah

mendapatkan voice of customer adalah sebagai berikut:

a. memperoleh suara konsumen melalui wawancara, kuesioner terbuka,

komplain pelanggan, dan lain-lain;

b. menyortir voice of customer ke dalam beberapa kategori (need/ benefit,

dimensi kualitas, dan lain-lain); serta

c. memasukkan hasil interpretasi kebutuhan konsumen ke dalam matriks

kebutuhan konsumen.

2. Membuat matriks perencanaan

Matriks perencanaan adalah bagian horizontal dari matriks HOQ. Matriks

tersebut dapat diselesaikan dengan menyelesaikan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

a. Mengidentifikasi tingkat kepentingan konsumen untuk tiap kebutuhan.

Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui

sejauh mana konsumen memberikan penilaian terhadap pentingnya suatu

kebutuhan konsumen. Tingkat kepentingan konsumen yang didapat

melalui penyebaran kuesioner dapat dihitung menggunakan formula (2.9)

Tingkat kepentingan � #�$ %&'()*+ ,-($)$+ ./*)* $�

&'()*+ 0-.,123-2 (2.9)

b. Mengidentifikasi tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang sudah

ada.

Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan

untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah

pemakaian produk yang akan dianalisis. Tingkat kepuasan konsumen

dihitung menggunakan formula (2.10)

Tingkat kepuasan � #�$ %&'()*+ ,-($)$+ ./*)* $�

&'()*+ 0-.,123-2 (2.10)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

44

Universitas Indonesia

c. Menentukan target untuk tiap kebutuhan

Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan untuk mewujudkan

tingkat kepuasan yang diinginkan oleh konsumen.

d. Menentukan rasio perbaikan

Rasio perbaikan merupakan perbandingan antara nilai yang diharapkan

pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu

produk. Perhitungan rasio perbaikan menggunakan formula (2.11)

Rasio perbaikan � 8*09-:

8$29/*: /-,'*.*2 (2.11)

e. Menentukan titik jual (sales point)

Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual

produk. Penilaian terhadap titik jual terdiri dari:

• 1 = titik jual tidak ada atau rendah

• 1,2 = titik jual menengah

• 1,5 = titik jual kuat

f. Menghitung raw weight

Raw weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan

dalam matriks perencanaan tiap kebutuhan konsumen untuk proses

perbaikan selanjutnya dalam upaya pengembangan produk. Perhitungan

raw weight dilakukan dengan memanfaatkan formula (2.12)

;<= =>?@AB � tingkat kepentingan % rasio perbaikan % titik jual (2.12)

g. Menormalisasi raw weight

Normalized raw weight merupakan nilai dari raw weight yang dibuat

dalam skala antara 0 – 1 atau dibuat dalam bentuk persentase. Normalized

raw weight dihitung menggunakan formula (2.13)

EFGH<I?J>K G<= =>?@AB � LMN NOPQRS

T LMN NOPQRS (2.13)

3. Membuat matriks informasi teknis

Matriks ini memuat informasi teknis yang merupakan bagian di mana

perusahaan melakukan penerapan metode yang mungkin untuk

direalisasikan dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Dalam hal ini, perusahaan mentranslasikan kebutuhan konsumen menjadi

respon teknis, mengolahnya hingga membentuk matriks karakteristik/ respon

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

45

Universitas Indonesia

teknis, matriks hubungan, matriks teknis, dan matriks korelasi antarrespon

teknis. Matriks informasi teknis dibuat dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi respon teknis untuk memenuhi kebutuhan

Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi kebutuhan teknis yang sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga dihasilkan respon

teknis untuk setiap keinginan dan kebutuhan konsumen. Keadaan ini

menunjukkan bagaimana perusahaan akan memberikan respon terhadap

apa yang diinginkan konsumen.

b. Menentukan hubungan antara respon teknis dengan kebutuhan

Hubungan ini ditentukan oleh perusahaan karena aspek-aspek yang dinilai

tidak dapat dimengerti oleh orang awam. Jenis hubungan yang terdapat

dalam matriks ini adalah:

• Hubungan kuat (●), yaitu hubungan yang terjadi bila respon teknis,

sebagai hal-hal yang dilakukan perusahaan, berhubungan sangat erat

atau sangat mempengaruhi terpenuhinya keinginan konsumen. Dalam

perhitungan bobot, hubungan kuat diberi nilai 9.

• Hubungan sedang (○), yaitu hubungan yang terjadi bila respon teknis

berhubungan erat atau mempengaruhi terpenuhinya keinginan

konsumen. Dalam perhitungan bobot, hubungan sedang diberi nilai 3.

• Hubungan lemah (▲), yaitu hubungan yang terjadi bila respon teknis

tidak begitu mempengaruhi terpenuhinya keinginan konsumen. Dalam

perhitungan bobot, hubungan lemah diberi nilai 1.

c. Menghitung prioritas respon teknis

Penentuan ini menunjukkan prioritas yang akan dikembangkan lebih dulu

berdasarkan kepentingan teknis. Sebelumnya, ditentukan terlebih dahulu

nilai kontribusi tiap respon teknis untuk kemudian diurutkan sehingga

didapatkan urutan prioritas respon teknis yang akan dikembangkan.

Perhitungan nilai kontribusi dilakukan dengan menggunakan formula

(2.14)

Kontribusi � Σ �Bobot keterhubungan % XFGH<I?J>K G<= =>?@AB� (2.14)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

46

Universitas Indonesia

d. Menentukan arah pengembangan respon teknis

Arah pengembangan respon teknis merupakan arah perubahan yang harus

dilakukan perusahaan terhadap respon teknis untuk dapat meningkatkan

kepuasan konsumen. Simbol-simbol yang digunakan pada ruang arah

pengembangan adalah sebagai berikut:

• ↑, di mana pemenuhan kepuasan konsumen akan tercapai jika respon

teknis mencapai nilai yang lebih besar, lebih berat, dan lebih tinggi;

• ↓, di mana pemenuhan kepuasan konsumen akan tercapai jika respon

teknis mencapai nilai yang lebih kecil, lebih ringan, dan lebih pendek;

dan

• O, di mana pemenuhan kepuasan konsumen akan tercapai jika respon

teknis dapat memenuhi target tertentu.

e. Menentukan hubungan antarrespon teknis

Hubungan antarrespon teknis merupakan hubungan dan saling keterkaitan

antar masing-masing aspek respon teknis. Hubungan yang terbentuk

adalah sebagai berikut:

• Hubungan kuat positif (●), yaitu hubungan di mana bila salah satu item

respon teknis mengalami peningkatan atau penurunan, hal tersebut

akan berdampak kuat pada peningkatan atau penurunan item yang

terkait. Hubungan ini merupakan hubungan yang searah, yaitu apabila

salah satu item mengalami peningkatan, maka item lain yang terkait

akan mengalami peningkatan juga.

• Hubungan positif (○), yaitu hubungan searah di mana bila salah satu

item respon teknis mengalami peningkatan atau penurunan, hal

tersebut akan menyebabkan peningkatan atau penurunan pada item lain

yang terkait.

• Hubungan negatif (×), yaitu hubungan yang berlawanan arah di mana

bila salah satu item respon teknis mengalami peningkatan, hal tersebut

akan menyebabkan penurunan pada item lain yang terkait.

• Hubungan kuat negatif (X), yaitu hubungan berlawanan arah yang kuat

dengan dampak akibat peningkatan salah satu item pada respon teknis

sangat kuat pada penurunan item lain yang terkait.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

47

Universitas Indonesia

Tidak seluruh item dari respon teknis akan memiliki keterkaitan atau

memiliki pengaruh terhadap item lainnya sehingga ada kemungkinan

adanya kolom yang kosong. Penentuan hubungan antarrespon teknis ini

juga dilakukan untuk mengidentifikasi adanya trade-off yang mungkin

perlu dilakukan.

f. Mengumpulkan informasi benchmarking yang kompetitif

Pada tahap ini, diuraikan mengenai informasi akan keunggulan

karakteristik pesaing yang dilakukan dengan membandingkan masing-

masing nilai respon teknis yang ada.

g. Menetapkan target awal untuk tiap respon teknis

Dari respon teknis dan evaluasinya, perusahaan selanjutnya menentukan

target yang ingin dicapai, yaitu penentuan sampai sejauh mana respon

teknis dapat memenuhi keinginan konsumen. Target diekspresikan sebagai

ukuran performansi fungsi dari respon teknis, yang selanjutnya akan

menjadi target aktivitas pengembangan. Target ini ditentukan dapat

berdasarkan skala nilai yang sama dengan evaluasi respon teknis, dapat

juga dengan keterangan tindakan yang akan diambil.

h. Membuat dan menganalisis HOQ

2.8.2 Tahap-tahap Pengembangan Konsep Produk

Pembuatan HOQ merupakan langkah awal dalam pengembangan konsep

produk, di mana perusahaan mengumpulkan data dari konsumen,

menerjemahkannya ke dalam kebutuhan konsumen, mengidentifikasi respon

teknis dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen, dan menentukan prioritas

respon teknis yang akan dikembangkan sesuai dengan target pengembangan

produk yang ditetapkan. Pengembangan konsep produk sendiri melalui suatu

rangkaian proses yang panjang, seperti yang ditampilkan pada gambar 2.11

(Ulrich & Eppinger, 2000).

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

48

Universitas Indonesia

Identifikasi

kebutuhan

konsumen

Menentukan

spesifikasi

target

Menggene-

rasikan

konsep

Memilih

konsep

Menguji

konsep

Menetapkan

spesifikasi

akhir

Merencana-

kan alur

pengemba-

ngan

Melakukan analisis ekonomi

Benchmark produk kompetitif

Membuat dan menguji model dan prototype

Pernyataan

misi

Rencana

pengembangan

Gambar 2.11. Tahapan dalam Pengembangan Konsep Produk

Sumber: Ulrich, K.T., & Eppinger, S.D. (2000). Product Design and Development (2nd

ed.). USA:

McGraw-Hill Higher Education.

Penjelasan untuk masing-masing langkah dalam pengembangan konsep

produk yang divisualisasikan pada gambar 2.11 adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen

Tujuan pelaksanaan tahap ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen

dan secara efektif mengkomunikasikannya dengan tim pengembangan produk.

Output dari tahap ini adalah berupa matriks kebutuhan konsumen, hierarki

kebutuhan konsumen, dan matriks perencanaan yang terkait dengan tiap

kebutuhan konsumen yang ada.

2. Menentukan spesifikasi target

Spesifikasi produk merupakan translasi dari kebutuhan konsumen ke dalam

informasi teknis. Penentuan spesifikasi target dilakukan di awal dengan

membuat matriks informasi teknis, yang kemudian akan dijadikan sebagai

acuan dalam pengembangan konsep produk oleh perusahaan. Output dari

tahap ini adalah berupa daftar spesifikasi target beserta prioritas respon teknis

yang akan dikembangkan oleh perusahaan.

3. Menggenerasikan konsep

Tujuan dari tahap penggenerasian konsep adalah untuk mengeksplorasi

konsep produk yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Output

dari tahap ini adalah berupa sejumlah konsep dengan deskripsi singkat untuk

masing-masing konsep yang dikembangkan.

4. Memilih konsep

Pemilihan konsep merupakan tahap di mana konsep-konsep yang telah

digenerasikan pada tahap sebelumnya dianalisis dan dieliminasi untuk

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

49

Universitas Indonesia

menentukan satu konsep yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan

konsumen. Tahap ini biasanya membutuhkan beberapa kali iterasi dan

mungkin melibatkan penggenerasian konsep tambahan di dalamnya.

5. Menguji konsep

Satu atau lebih konsep diuji untuk memverifikasi terpenuhinya kebutuhan

konsumen, menilai potensi pasar terhadap produk yang dikembangkan, dan

mengidentifikasi beberapa hal yang harus diperbaiki pada pengembangan

lebih lanjut. Jika respon dari konsumen tidak bagus, proyek pengembangan

produk mungkin harus diakhiri atau beberapa aktivitas awal dapat diulang jika

dibutuhkan.

6. Menetapkan spesifikasi akhir

Spesifikasi target yang telah ditetapkan di awal kemudian dilihat kembali

setelah konsep dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim pengembangan produk

harus berkomitmen untuk menspesifikasikan nilai dari respon teknis yang ada

setelah sebelumnya merefleksikan hambatan-hambatan, batasan-batasan, dan

trade-off yang harus dilakukan.

7. Merencanakan alur pengembangan

Pada aktivitas final dalam pengembangan konsep produk ini, dilakukan

pembuatan jadwal pengembangan secara terperinci, perencanaan strategi

untuk meminimalisasi jangka waktu pengembangan produk, dan

pengidentifikasian sumber daya yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan

penyelesaian proyek.

Setiap tahap pengembangan konsep produk didukung dengan pelaksanaan

aktivitas di bawah ini:

1. Melakukan analisis ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menjustifikasi kelanjutan program

pengembangan secara keseluruhan dan memecahkan masalah trade-off terkait

biaya.

2. Melakukan benchmark produk kompetitif

Pemahaman mengenai produk kompetitif sangat penting dalam mewujudkan

positioning produk baru yang sukses. Selain itu, benchmark terhadap produk

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

50

Universitas Indonesia

yang kompetitif juga memungkinkan tersedianya banyak ide untuk

perancangan produk.

3. Membuat dan menguji model dan prototype

Tiap tahap dalam pengembangan konsep produk melibatkan banyak variasi

model dan prototype. Hal ini melibatkan semacam model yang “proof-of

concept” pada awal pengembangan yang dapat membantu tim pengembangan

produk dalam mendemonstrasikan feasibility dari pengembangan produk.

2.9 Pengumpulan Data

2.9.1 Pembuatan Kuesioner

Kuesioner adalah alat yang efektif untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dari konsumen. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sering

dilakukan, mengingat pengumpulan data dengan cara ini tidak membutuhkan

waktu yang lama dan dana yang besar. Selain itu, jumlah informasi yang

didapatkan dalam sekali penyebaran kuesioner juga banyak dan hasilnya dapat

diolah dengan berbagai cara. Namun demikian, kelemahan dari teknik

pengumpulan data ini adalah tingkat pengembaliannya yang rendah.

Dalam pembuatan kuesioner, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan,

yaitu:

• Kuesioner harus dibuat sedemikian rupa sehingga meminimalisasi kesalahan

tanggapan responden.

• Kuesioner harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi

responden untuk mau bekerja sama memberikan jawaban yang sesuai atas

pertanyaan yang diajukan.

Agar kuesioner yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian dan

memberikan hasil yang sesuai dengan harapan, dilakukan langkah-langkah

berikut:

1. Menentukan jenis informasi yang dibutuhkan.

2. Menentukan isi pertanyaan, pertanyaan yang diperlukan, dan jumlah

pertanyaan yang akan dibuat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3. Merancang pertanyaan yang mudah dimengerti oleh responden.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

51

Universitas Indonesia

4. Menentukan struktur kuesioner, yang dalam hal ini terdiri atas pertanyaan

terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka memberi kebebasan pada

responden untuk menyatakan jawaban dengan kata-kata sendiri. Sementara

itu, pertanyaan tertutup mengharuskan responden memilih satu atau beberapa

pernyataan yang disediakan. Ada 3 jenis pertanyaan tertutup, yaitu:

• pilihan ganda;

• dichtomous question (pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, misalnya ya/

tidak atau setuju/ tidak setuju); dan

• skala Likert (pertanyaan dengan pilihan jawaban berskala), seperti yang

ditampilkan di bawah ini:

(1) (2) (3) (4) (5)

Tidak Kurang Cukup

Penting

Sangat

Penting Penting Penting Penting

5. Menyusun kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti.

6. Menyusun pertanyaan dalam urutan yang terstruktur.

7. Menentukan bentuk dan layout kuesioner.

8. Reproduksi dari kuesioner dengan kualitas yang baik.

9. Melakukan pengujian awal kuesioner terhadap sejumlah sampel.

2.9.2 Sampling

Dalam pengumpulan data, perlu dilakukan perencanaan terkait sampling

sebagai berikut:

1. Menentukan target populasi yang akan menjadi responden penelitian.

2. Menentukan ukuran sampel yang akan diteliti. Adapun langkah-langkah

dalam penentuan sampel minimum adalah sebagai berikut:

• Menentukan tingkat kesalahan dari interval estimasi.

• Menentukan tingkat keyakinan (confidence level) terhadap kebenaran

interval estimasi.

• Melakukan perhitungan jumlah sampel minimum. Salah satu formula

perhitungan yang dapat digunakan adalah formula yang dinyatakan oleh

Taro Yamane (1967), seperti yang dinyatakan pada formula (2.15)

n � Y

Z[Y�-�\ (2.15)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

52

Universitas Indonesia

dengan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = level of precision

• Memilih teknik sampling. Dalam hal ini, ada 2 teknik sampling, yaitu:

� Sampling dengan probabilitas (probability sampling), yaitu prosedur

pengambilan sampel di mana setiap elemen populasi memiliki

kemungkinan probabilistik yang tetap untuk menjadi sampel. Jenis

teknik sampel dengan probabilitas ini antara lain simple random

sampling, systematic sampling, stratified sampling, dan cluster

sampling.

� Sampling tanpa probabilitas (nonprobability sampling), yaitu prosedur

pengambilan sampel dengan menggunakan pendapat individu dari

peneliti. Jenis teknik sampel tanpa probabilitas antara lain convenience

sampling, judgement sampling, dan quota sampling.

2.9.3 Validitas Data

Suatu instrumen dianggap valid jika mampu mengukur apa yang ingin

diukur dan pada tingkat tertentu mampu memberikan nilai yang memungkinkan

diambilnya kesimpulan mengenai sekelompok orang dan tujuan tertentu. Suatu

instrumen penelitian yang valid untuk suatu populasi belum tentu valid untuk

populasi lain. Untuk itu, perlu dilakukan uji validitas terhadap instrumen yang

menjadi alat ukur. Terdapat 3 kategori umum dari validitas instrumen, yaitu:

1. Content-related evidence (face validity), di mana ahli dari bidang yang akan

diukur oleh instrumen diminta untuk menilai kelayakan dari item yang

terdapat dalam instrumen.

2. Criterion-related evidence, di mana validitas ditentukan dengan

membandingkan instrumen terhadap kriteria; terdiri atas:

• Predictive validity, dilakukan apabila suatu instrumen digunakan untuk

mengukur performa di masa yang akan datang. Perbandingan harus

dilakukan antara instrumen dengan performa yang terjadi di masa yang

akan datang yang diprediksi oleh instrumen tersebut.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

53

Universitas Indonesia

• Concurrent validity, dilakukan untuk membandingkan nilai yang terukur

oleh suatu instrumen dengan nilai yang didapat dari hasil pengukuran

instrumen lain untuk pengujian pada saat yang akan datang.

3. Construct-related evidence, berhubungan dengan kelogisan konstruksi yang

berhubungan dengan konsep sosial.

2.9.4 Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu instrumen dipakai dua kali

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten, maka instrumen tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas

menunjukkan konsistensi suatu instrumen di dalam mengukur gejala yang sama.

Terdapat 3 kategori umum reliabilitas, yaitu:

1. Test-retest method, yaitu metode yang mengukur konsistensi pengukuran dari

satu waktu ke waktu lain. Instrumen yang sama diberikan kepada sekelompok

orang yang sama sebanyak 2 kali untuk kemudian dicari nilai korelasinya.

Apabila nilai yang dihasilkan pada kedua tes tidak jauh berbeda, maka

instrumen tersebut dapat dikatakan konsisten.

2. Equivalent-form (parallel or alternate-form) method, yaitu metode yang

mengukur konsistensi 2 versi suatu instrumen. Sebagai langkah awal, dibuat 2

versi instrumen yang diasumsikan mengukur obyek yang sama. Subyek yang

sama diminta untuk mengisi instrumen pada waktu yang bersamaan untuk

kemudian dinilai dan dikorelasikan dalam rangka mengetahui konsistensi

antara 2 versi instrumen yang berbeda.

3. Internal-consistency method, yaitu metode yang mengukur konsistensi

antarpertanyaan pada suatu instrumen. Ada 3 metode perhitungan internal

consistency, yaitu:

• Split-Half; digunakan untuk melihat konsistensi serangkaian pertanyaan

yang memberi 2 kemungkinan jawaban.

• Kuder-Richardson Formula 20 (K-R 20) dan Kuder-Richardson Formula

21 (K-R 21); juga digunakan untuk melihat konsistensi serangkaian

pertanyaan yang memberi 2 kemungkinan jawaban.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

54

Universitas Indonesia

• Cronbach’s Alpha; digunakan untuk melihat konsistensi serangkaian

pertanyaan dalam suatu instrumen yang pertanyaannya bukan berupa

dichtomous question. Metode ini biasanya digunakan untuk kuesioner

yang menggunakan skala Likert.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

55

Universitas Indonesia

BAB 3

PENGUMPULAN DATA

Pada bagian ini, akan dibahas mengenai metodologi pengumpulan data

hingga penjabaran mengenai keseluruhan data yang didapat. Data yang

dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini dibagi ke dalam 2 kelompok besar,

yaitu data terkait analisis ergonomi dan data terkait pengembangan produk. Hal

ini terkait dengan metodologi penelitian yang mengintegrasikan aspek ergonomi

dalam pengembangan produk menggunakan metode QFD. Untuk mendapatkan

kedua kelompok data tersebut, digunakan teknik pengumpulan data primer dengan

melakukan langkah-langkah seperti yang ditampilkan pada bagian pengumpulan

data gambar 1.5. Pada subbab-subbab berikut akan dijelaskan mengenai tahapan-

tahapan utama pada bagian pengumpulan data gambar 1.5 tersebut.

3.1 Interview untuk Mendapatkan Voice of Customer

Sebagai input dari metode QFD, dibutuhkan data voice of customer yang

kemudian akan dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan produk. Hal ini

mengacu pada prinsip dasar QFD yang adalah menangkap apa yang diinginkan

oleh konsumen dan menerjemahkannya menjadi sesuatu yang dihasilkan oleh

perusahaan. Untuk mendapatkan data voice of customer yang akan menjadi input

dalam proses identifikasi kebutuhan konsumen, dilakukan interview secara lisan

kepada 30 orang yang menjadi obyek penelitian awal. Dari hasil interview dengan

30 responden tersebut, didapatkan data voice of customer seperti yang telah

dijabarkan pada subbab 1.1.

Voice of customer ini kemudian diterjemahkan ke dalam kebutuhan

konsumen seperti yang ditampilkan pada tabel 3.1.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

56

Universitas Indonesia

Tabel 3.1. Kebutuhan Konsumen

3.2 Penyusunan Kuesioner

Menyesuaikan dengan output data yang terbagi dalam 2 kelompok besar,

secara umum kuesioner yang disusun untuk kepentingan penelitian ini juga terdiri

atas 2 bagian. Bagian pertama diarahkan untuk mendapatkan informasi mengenai

kondisi umum penyetrika dan keluhan-keluhan yang dirasakan selama

menyetrika, sementara bagian kedua diarahkan untuk mendapat informasi

mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh

konsumen mengenai masing-masing kebutuhan yang diterjemahkan dari voice of

customer pada subbab 3.1. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden.

3.2.1 Kuesioner Bagian I

Kuesioner bagian pertama diawali dengan pertanyaan terkait frekuensi

menyetrika oleh responden. Pertanyaan ini dijawab dengan memilih hanya 1

pilihan jawaban, yaitu < 3 hari seminggu, 3-5 hari seminggu, dan > 5 hari

seminggu. Adapun tujuan akhir pertanyaan ini diarahkan sebagai pembuktian

bahwa pemilihan populasi ibu rumah tangga sebagai responden cukup

representatif dalam mewakili populasi lain yang juga menggunakan meja setrika

yang menjadi sasaran penelitian ini.

Pada bagian ini juga, responden diberi pertanyaan mengenai keluhan

kelelahan selama menyetrika, bagian tubuh yang dirasa cepat lelah, kenyamanan

meja setrika, dan spesifikasi meja setrika yang dirasa menjadi penyebab kelelahan

dalam menyetrika. Untuk pertanyaan mengenai bagian tubuh yang dirasa cepat

lelah, responden dimungkinkan untuk memilih lebih dari 1 pilihan, yaitu meliputi:

• kaki,

Harga

Meja setrika yang tahan lama

Meja setrika yang tahan karat

Meja setrika dengan harga yang reasonable

Meja setrika yang mudah disimpan

Meja setrika dengan desain yang mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan berdiri

Meja setrika dengan desain yang nyaman digunakan

Meja setrika dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau

Meja setrika yang ringan

Meja setrika yang kuat

Meja setrika dilengkapi dengan fasilitas tambahan

Meja setrika yang mudah dipindahkan

Fasilitas

Desain

Karakteristik

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

57

Universitas Indonesia

• punggung,

• pinggang,

• lengan,

• pundak,

• leher,

• pergelangan tangan,

• telapak kaki,

• paha, dan

• lutut.

3.2.2 Kuesioner Bagian II

Kuesioner bagian kedua meliputi pernyataan kebutuhan konsumen yang

akan ditanggapi oleh responden dengan memberikan penilaian bobot kepentingan

dan kepuasan tiap kebutuhan konsumen. Penjelasan lebih lanjut mengenai bentuk

kuesioner bagian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kepentingan konsumen terhadap kebutuhan yang

diterjemahkan dari voice of customer yang ada, responden diharapkan memilih

1 nilai dari skala Likert berikut yang paling sesuai dengan kondisi responden.

Keterangan untuk masing-masing skala adalah sebagai berikut:

(1) (2) (3) (4) (5)

Tidak Kurang Cukup Penting

Sangat

Penting Penting Penting Penting

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap kemampuan meja

setrika saat ini dalam memenuhi kebutuhan konsumen, responden juga

diharapkan memilih 1 nilai dari skala Likert berikut yang paling sesuai dengan

kondisi responden. Keterangan untuk masing-masing skala adalah sebagai

berikut:

(1) (2) (3) (4) (5)

Tidak Kurang Biasa Memuaskan

Sangat

Memuaskan Memuaskan Memuaskan

Contoh kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat dilihat pada lampiran

1.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

58

Universitas Indonesia

3.3 Penentuan Jumlah Sampel Minimum dan Penyebaran Kuesioner

Karena ada beberapa data yang membutuhkan interaksi dengan responden,

baik yang terkait dengan analisis ergonomi, maupun pengembangan produk,

sebagai langkah awal, peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah sampel

minimum yang dibutuhkan sebagai representasi dari populasi yang ada. Penentuan

jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan formula Taro Yamane seperti

yang dinyatakan pada formula (2.15). Level presisi yang digunakan adalah

sebesar 7%, sementara jumlah populasi dalam penelitian ini mengacu pada jumlah

ibu rumah tangga di DKI Jakarta pada tahun 2009, yaitu sejumlah 1.407.887

orang (Badan Pusat Statistik, 2009). Adapun perhitungan jumlah sampel

minimum penelitian ini adalah sebagai berikut:

n = Z.]^_.``_

Z[Z.]^_.``_�^,^_\�

= 204,05

≈ 204 responden

Dengan demikian, agar hasil kuesioner dapat digunakan, diperlukan paling

sedikit 204 sampel yang berasal dari populasi ibu rumah tangga di DKI Jakarta.

Pada penelitian ini, berhasil dikumpulkan kuesioner sebanyak 210 buah. Jumlah

tersebut lebih besar dibanding jumlah perhitungan sampel minimum sehingga

dapat dikatakan bahwa sampel telah memenuhi persyaratan penelitian.

3.4 Hasil Pengumpulan Data Frekuensi Menyetrika

Data yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner pada 210 responden

divisualisasikan pada gambar 3.1. Dapat dilihat pada gambar 3.1 bahwa dari 210

responden yang menjadi obyek penelitian, 57% di antaranya tergolong memiliki

frekuensi cukup sering menyetrika (3-5 hari seminggu). Dengan demikian,

diharapkan bahwa populasi ibu rumah tangga yang dipilih dapat mewakili

populasi lain pengguna meja setrika saat ini untuk dijadikan responden penelitian.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Gambar

3.5 Hasil Pengumpulan Data Terkait Analisis Ergonomi

Untuk menjalankan simulasi kegiatan menyetrika pada

dibutuhkan input data berupa dimensi meja setrika aktual, antropometri

penyetrika, serta aktivitas dan postur penyetrika. Namun, sebelum membahas

mengenai data yang akan digunakan sebag

dikumpulkan terlebih dahulu data keluhan penyetrika mengenai bagian tubuh

yang dirasa lelah selama menyetrika. Adapun detail data yang didapatkan akan

dijabarkan pada subbab

3.5.1 Data Keluhan Penyetrika

Data keluhan penyetrika yang didapat melalui kuesioner ditampilkan pada

gambar 3.2. Dari gambar

dirasakan oleh penyetrika selama menyetrika terletak pada bagian kaki. Hal ini

mendukung pernyataan pada pe

mana keluhan utama yang menjadi penyebab kelelahan dalam menyetrika adalah

karena keharusan untuk berdiri dalam jangka waktu lama. Demikian pula, keluhan

pada leher, pundak, dan punggung yang menempati posisi 2

mendukung penyebab kelelahan akibat keharusan untuk membungkuk dan

menundukkan kepala saat menyetrika karena desain tinggi meja setrika yang tidak

sesuai dengan antropometri penyetrika.

Universitas Indonesia

Gambar 3.1. Frekuensi Menyetrika Ibu Rumah Tangga

3.5 Hasil Pengumpulan Data Terkait Analisis Ergonomi

Untuk menjalankan simulasi kegiatan menyetrika pada software

data berupa dimensi meja setrika aktual, antropometri

penyetrika, serta aktivitas dan postur penyetrika. Namun, sebelum membahas

mengenai data yang akan digunakan sebagai input software

dikumpulkan terlebih dahulu data keluhan penyetrika mengenai bagian tubuh

yang dirasa lelah selama menyetrika. Adapun detail data yang didapatkan akan

subbab-subbab berikut.

3.5.1 Data Keluhan Penyetrika

Data keluhan penyetrika yang didapat melalui kuesioner ditampilkan pada

Dari gambar 3.2 tersebut, dapat dilihat bahwa keluhan utama yang

oleh penyetrika selama menyetrika terletak pada bagian kaki. Hal ini

mendukung pernyataan pada penelitian awal yang ditampilkan pada bab 1, di

mana keluhan utama yang menjadi penyebab kelelahan dalam menyetrika adalah

karena keharusan untuk berdiri dalam jangka waktu lama. Demikian pula, keluhan

pada leher, pundak, dan punggung yang menempati posisi 2, 3, dan 4 juga

mendukung penyebab kelelahan akibat keharusan untuk membungkuk dan

menundukkan kepala saat menyetrika karena desain tinggi meja setrika yang tidak

sesuai dengan antropometri penyetrika.

21%

57%

22%

Frekuensi Menyetrika

Ibu Rumah Tangga

< 3 hari seminggu

3-5 hari seminggu

> 5 hari seminggu

59

Universitas Indonesia

Frekuensi Menyetrika Ibu Rumah Tangga

software Jack 6.1,

data berupa dimensi meja setrika aktual, antropometri

penyetrika, serta aktivitas dan postur penyetrika. Namun, sebelum membahas

Jack 6.1, perlu

dikumpulkan terlebih dahulu data keluhan penyetrika mengenai bagian tubuh

yang dirasa lelah selama menyetrika. Adapun detail data yang didapatkan akan

Data keluhan penyetrika yang didapat melalui kuesioner ditampilkan pada

tersebut, dapat dilihat bahwa keluhan utama yang

oleh penyetrika selama menyetrika terletak pada bagian kaki. Hal ini

nelitian awal yang ditampilkan pada bab 1, di

mana keluhan utama yang menjadi penyebab kelelahan dalam menyetrika adalah

karena keharusan untuk berdiri dalam jangka waktu lama. Demikian pula, keluhan

, 3, dan 4 juga

mendukung penyebab kelelahan akibat keharusan untuk membungkuk dan

menundukkan kepala saat menyetrika karena desain tinggi meja setrika yang tidak

< 3 hari seminggu

5 hari seminggu

> 5 hari seminggu

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

60

Universitas Indonesia

Gambar 3.2. Bagian Tubuh yang Dirasa Lelah

Data keluhan ini kemudian akan dipertimbangkan sebagai salah satu acuan

dalam perancangan desain meja setrika yang lebih ergonomis.

3.5.2 Data Dimensi Meja Setrika Aktual

Secara garis besar, komponen penyusun meja setrika terbagi menjadi 3

elemen, yaitu board tempat menyetrika, rak pakaian, dan tempat meletakkan

setrika. Dari 3 elemen tersebut, kemudian ditentukan variabel-variabel utama

yang akan menjadi obyek pengukuran awal. Adapun variabel-variabel utama yang

diukur adalah berupa panjang, lebar, dan tinggi meja setrika; panjang, lebar, dan

tinggi rak pakaian; tebal board; serta panjang dan lebar tempat setrika. Variabel-

variabel tersebut dipilih untuk menjadi obyek pengukuran dengan pertimbangan

bahwa variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel yang paling

berpengaruh terhadap dimensi keseluruhan meja setrika. Tidak semua variabel

diukur oleh penyetrika pada pengukuran awal mengingat meja setrika memiliki

sangat banyak variasi ukuran.

Pada penelitian ini, berhasil dikumpulkan 31 data dimensi meja setrika

dalam berbagai variasi ukuran dengan melakukan pengukuran langsung

menggunakan alat pengukur berupa meteran. Spesifikasi untuk ke-31 data yang

diambil peneliti dapat dilihat pada lampiran 2 (dinyatakan dalam satuan cm).

163

117

63

42

112120

4936

3

34

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Bagian Tubuh yang Dirasa Lelah

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

61

Universitas Indonesia

Dapat dilihat pada lampiran 2 bahwa terdapat sangat banyak kombinasi

ukuran variabel meja setrika. Namun, dalam penelitian ini digunakan spesifikasi

meja setrika yang ditunjukkan pada nomor 24 lampiran 2 dengan pertimbangan

bahwa variabel yang paling berpengaruh bagi kenyamanan penyetrika adalah

variabel tinggi meja setrika, di mana salah satu keluhan yang dinyatakan oleh

penyetrika adalah berupa keharusan untuk membungkuk selama menyetrika.

Dalam hal ini, dipilih meja setrika dengan variabel tinggi yang paling tinggi, yaitu

94 cm, dengan asumsi bahwa jika meja setrika yang tinggi saja tidak dapat

mengakomodasi sisi ergonomi penyetrika selama menyetrika, apalagi meja setrika

dengan tinggi yang lebih rendah yang mengharuskan penyetrika untuk lebih

membungkuk. Adapun variabel-variabel lain nantinya akan digunakan sebagai

pembanding dalam menentukan dimensi yang tidak dikonfigurasikan untuk meja

setrika baru.

3.5.3 Data Antropometri

Data antropometri yang digunakan adalah data antropometri ibu rumah

tangga DKI Jakarta yang diambil dengan melakukan pengukuran langsung

menggunakan antropometer dan timbangan terhadap sampel sebanyak 210

responden. Dimensi tubuh yang diukur untuk kepentingan penelitian ini meliputi:

• berat badan (weight),

• tinggi badan (stature),

• panjang dari pantat hingga lutut (buttock-knee length),

• panjang dari pantat hingga sisi belakang betis (buttock-popliteal length),

• tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai hingga paha (popliteal

height),

• lebar pantat (hip breadth),

• lebar perut (abdominal depth),

• jarak dari siku hingga ujung jari (elbow-fingertip length),

• tinggi siku dalam posisi berdiri (elbow height),

• tinggi siku dalam posisi duduk (sitting elbow height),

• panjang kaki (foot length), dan

• lebar kaki (foot breadth).

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

62

Universitas Indonesia

Rekapitulasi data antropometri ibu rumah tangga berdasarkan persentilnya

dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Rekapitulasi Data Antropometri berdasarkan Persentil

DIMENSI PERSENTIL

5% 50% 95%

Weight 41.59 50.40 66.87

Stature 142.45 153.30 163.36

Buttock-knee length 44.99 49.70 55.56

Buttock-popliteal length 36.20 40.10 46.36

Popliteal height 34.85 38.90 43.01

Hip breadth 30.30 34.40 39.81

Abdominal depth 15.09 18.80 25.83

Elbow-fingertip length 34.85 37.80 41.51

Elbow height 80.94 90.65 101.67

Sitting elbow height 16.28 22.70 29.22

Foot length 20.60 24.30 26.80

Foot breadth 7.85 10.40 11.80

3.5.4 Data Aktivitas dan Postur Penyetrika

Secara umum, aktivitas penyetrika dalam menyetrika dibagi ke dalam 3

elemen utama, yaitu:

1. Penyetrika mengambil pakaian yang akan disetrika. Postur tubuh penyetrika

disesuaikan dengan posisi pakaian yang akan disetrika. Mengingat lokasi

penempatan pakaian yang akan disetrika berbeda-beda untuk setiap

penyetrika, maka pada analisis ergonomi yang dilakukan pada penelitian ini,

peneliti tidak mengikutsertakan faktor ini.

2. Penyetrika melakukan gerakan memaju-mundurkan tangan yang memegang

setrika sambil melipat pakaian. Postur tubuh penyetrika agak membungkuk

dengan kepala menunduk.

3. Penyetrika mengambil pakaian yang telah disetrika dari atas meja setrika dan

meletakkannya pada rak pakaian di bawah meja setrika. Postur tubuh

membungkuk untuk menjangkau rak pakaian.

Seluruh aktivitas dilakukan dalam posisi berdiri dengan frekuensi aktivitas

yang bersifat repetitif.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

63

Universitas Indonesia

3.6 Hasil Pengumpulan Data Terkait Pengembangan Produk Baru

Dalam pengembangan produk menggunakan metode QFD, dibutuhkan

informasi dari konsumen mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap suatu

jenis kebutuhan. Demikian pula dibutuhkan tingkat kepuasan konsumen terhadap

produk yang telah ada sebelumnya. Melalui pengumpulan data menggunakan

kuesioner, didapatkan 163 data yang dapat diproses ke tahap berikutnya.

Penyusutan jumlah data dari 210 menjadi 163 disebabkan karena pada

pertanyaan-pertanyaan awal, ada 12 responden yang tidak mengeluhkan kelelahan

selama menyetrika, 10 responden yang merasa bahwa meja setrika yang

digunakan telah cukup nyaman untuk menunjang kegiatan menyetrika, serta 25

responden yang memang tidak tertarik dengan ide pengembangan produk meja

setrika yang dilengkapi dengan kursi. Pada subbab di bawah ini akan dijabarkan

mengenai data tingkat kepentingan dan kepuasan yang berhasil dikumpulkan.

3.6.1 Data Tingkat Kepentingan Konsumen terhadap Kebutuhan

Hasil pendataan jawaban responden untuk tingkat kepentingan masing-

masing kebutuhan ditampilkan pada lampiran 3 Setelah mendata semua jawaban

responden, dilakukan uji reliabilitas terhadap data tersebut. Uji reliabilitas yang

digunakan adalah uji reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan menggunakan

software SPSS 16.0. Dari hasil uji reliabilitas data tingkat kepentingan yang

ditampilkan pada lampiran 4, dengan mengacu pada nilai Cronbach’s Alpha yang

≥ 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut reliabel. Nilai pada kolom

corrected item – total correlation juga telah bernilai ≥ 0,3 sehingga data tingkat

kepentingan ini dapat dikatakan valid dan dapat diolah lebih lanjut.

3.6.2 Data Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Produk yang Sudah Ada

Hasil pendataan jawaban responden untuk tingkat kepuasan terhadap

produk yang sudah ada ditampilkan pada lampiran 5 Sama halnya dengan yang

dilakukan pada data tingkat kepentingan, karena data tingkat kepuasan akan

diolah lebih lanjut seturut proses yang dilakukan pada QFD, maka perlu dilakukan

uji reliabilitas dan validitas terlebih dahulu terhadap hasil pengumpulan data

tingkat kepuasan. Adapun hasil uji reliabilitas dan validitas menggunakan

software SPSS 16.0 ditampilkan pada lampiran 6 Karena nilai Cronbach’s Alpha

yang didapatkan bernilai ≥ 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa data tingkat

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

64

Universitas Indonesia

kepuasan yang didapatkan telah reliabel. Demikian pula karena keseluruhan nilai

pada kolom corrected item – total correlation telah bernilai ≥ 0,3, maka dapat

disimpulkan bahwa data tingkat kepuasan yang didapatkan telah valid dan dapat

diproses pada tahap pengolahan data berikutnya.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

65

Universitas Indonesia

BAB 4

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

4.1 Studi Ergonomi Kondisi Aktual

Setelah didapatkan data kondisi aktual berupa dimensi meja setrika aktual,

antropometri, serta aktivitas dan postur penyetrika, dibuat model simulasi Jack

dengan mengikuti tahap-tahap seperti yang ditampilkan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Tahap Pembuatan Model Simulasi Jack

Pembahasan mengenai tahap-tahap yang pembuatan model simulasi Jack

yang dilakukan pada penelitian ini akan dibahas pada subbagian berikut.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

66

Universitas Indonesia

4.1.1 Membuat Virtual Environment

Pembuatan virtual environment adalah langkah awal dalam melakukan

simulasi pada software Jack 6.1, di mana lingkungan aktual akan ditampilkan

dalam bentuk virtual pada interface software Jack 6.1. Untuk membuat virtual

environment ini, sebelumnya harus dibuat terlebih dahulu desain benda kerja yang

diharapkan ada pada virtual environment, yang dalam penelitian ini dilakukan

dengan memanfaatkan software Autodesk Inventor 2011. Desain meja setrika dan

pakaian yang telah dibuat kemudian diimpor ke software Jack 6.1 dan diatur

posisinya dengan penyesuaian dimensi jarak dan posisi aktual. Sementara itu,

pembuatan desain setrika hanya memanfaatkan fitur pembuatan obyek berupa

rectangular solid pada software Jack 6.1. Adapun tampilan virtual environment

kondisi aktual yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Virtual Environment Simulasi Kondisi Aktual

4.1.2 Membuat Virtual Human

Ada 2 model manusia yang dibuat pada penelitian ini, yaitu model wanita

persentil 5 dan persentil 95 dengan memasukkan data-data antropometri yang

didapat melalui pengukuran langsung. Sementara itu, data antropometri yang

tidak dikumpulkan akan mengikuti penyesuaian yang dilakukan oleh software

Jack 6.1. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi menggunakan model persentil 5

dan 95 untuk melihat apakah desain meja setrika ini telah dapat mengakomodasi

sisi ergonomi orang bertubuh ekstrem. Pembuatan model manusia dengan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

67

Universitas Indonesia

karakteristik data antropometri menggunakan fitur Advance Scalling pada menu

pembuatan model manusia di dalam software Jack 6.1. Tampilan virtual human

untuk orang persentil 5 dan 95 dapat dilihat pada gambar 4.3.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Gambar 4.3. Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

Universitas Indonesia 68

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

69

Universitas Indonesia

4.1.3 Menempatkan Virtual Human pada Virtual Environment

Sesuai dengan kondisi aktual, di mana posisi penyetrika adalah berada di

belakang meja setrika, maka dilakukan penempatan virtual human pada virtual

environment seturut kondisi tersebut dengan penyesuaian jarak. Adapun posisi

awal virtual human pada virtual environment pada kondisi aktual dapat dilihat

pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

pada Virtual Environment Simulasi Kondisi Aktual

4.1.4 Memberikan Tugas pada Virtual Human

Pemberian tugas pada virtual human dilakukan dengan membuat animasi

gerakan berdasarkan urutan kerja yang dilakukan oleh penyetrika selama

menyetrika. Pembuatan animasi gerakan ini dilakukan dengan memanfaatkan fitur

animation system pada software Jack 6.1. Tiap gerakan yang dibuat

terdokumentasi dalam kotak dialog Animation Window. Tampilan animation

window untuk simulasi pada model persentil 5 masing-masing dapat dilihat pada

gambar 4.5, sementara tampilan animation window untuk simulasi pada orang

persentil 95 dapat dilihat pada gambar 4.6.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

70

Universitas Indonesia

Gambar 4.5. Animation Window Simulasi Kondisi Aktual Model Persentil 5

Gambar 4.6. Animation Window Simulasi Kondisi Aktual Model Persentil 95

Secara umum, gerakan yang dilakukan oleh orang dengan persentil 5 dan

95 adalah sama. Hanya saja, karena adanya perbedaan antropometri keduanya

yang cukup ekstrem, kadangkala diperlukan tambahan gerakan (seperti misalnya

persentil 95 harus lebih membungkuk) yang menyebabkan adanya perbedaan

tampilan pada animation window simulasi pada kedua persentil tersebut.

4.1.5 Melakukan Verifikasi dan Validasi Model

Suatu model dikatakan telah lolos verifikasi jika model tersebut telah

dijalankan secara independen. Uji verifikasi model pada penelitian ini dilakukan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

71

Universitas Indonesia

dengan melakukan uji analisis unit. Dapat dilihat pada sisi kanan atas kotak dialog

Build Human gambar 4.3 bahwa data antropometri yang digunakan, baik oleh

model persentil 5 maupun 95, telah mengikuti satuan standar ukuran tubuh

manusia, yaitu centimeter. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kedua

model simulasi yang dibuat pada penelitian kali ini dapat dipercaya karena telah

menggambarkan keadaan riil dari penyetrika.

Setelah melakukan uji verifikasi model, maka tahapan selanjutnya dalam

pengujian model adalah proses validasi model. Pada penelitian ini, uji validitas

model dilakukan dengan melakukan uji kondisi ekstrem dengan memberikan

beban ekstrem pada kedua model. Penambahan beban ekstrem dilakukan pada jari

tangan kanan yang digunakan untuk menggenggam setrika dari yang pada

awalnya sebesar 1,5 kg menjadi sebesar 50 kg. Dari pengubahan beban tersebut,

kemudian dianalisis perubahan SSP dan LBA yang terjadi.

4.1.5.1 Uji Validitas Model Persentil 5

Gambar 4.7. Penambahan Beban Ekstrem pada Model Persentil 5

Sebelum mendapat penambahan beban, dapat dilihat pada gambar 4.8

bahwa kapabilitas pekerjaan menunjukkan nilai hampir 100% pada semua bagian

tubuh. Namun, setelah adanya penambahan beban ekstrem, kapabilitas berkurang

secara signifikan, khususnya pada bagian siku dan bahu, di mana kapabilitas

mendekati 0%.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

72

Universitas Indonesia

Gambar 4.8. Perbandingan Nilai SSP Model Persentil 5 Sebelum (Kiri) dan

Setelah (Kanan) Penambahan Beban

Demikian pula nilai LBA yang ditampilkan pada gambar 4.9 menunjukkan

angka 778 N sebelum dilakukan penambahan beban, berada jauh di bawah batas

maksimum 3.400 N yang diizinkan. Sementara itu, setelah penambahan beban,

terjadi peningkatan nilai LBA yang cukup ekstrem menjadi 5.965 N.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

73

Universitas Indonesia

Gambar 4.9. Perbandingan Nilai LBA Model Persentil 5 Sebelum (Atas) dan

Setelah (Bawah) Penambahan Beban

Dengan mengacu pada perubahan nilai SSP dan LBA yang terjadi, dapat

disimpulkan bahwa penambahan beban kerja ekstrem pada model persentil 5

menyebabkan perubahan signifikan yang logis pada performa yang dihasilkan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

74

Universitas Indonesia

sehingga dapat dikatakan bahwa model persentil 5 yang digunakan sebagai virtual

human pada penelitian ini telah valid.

4.1.5.2 Uji Validitas Model Persentil 95

Sama halnya dengan yang dilakukan pada model persentil 5, uji validitas

model persentil 95 juga dilakukan dengan melakukan penambahan beban ekstrem

pada jari tangan kanan dari 1,5 kg menjadi 50 kg.

Gambar 4.10. Penambahan Beban Ekstrem pada Model Persentil 95

Nilai SSP yang dihasilkan sebelum dan sesudah penambahan beban juga

ekstrem seperti halnya pada model persentil 5, di mana kapabilitas semua bagian

tubuh berkurang sangat signifikan, ditunjukkan oleh bagian yang berwarna merah

pada gambar 4.11 sebelah kanan.

Gambar 4.11. Perbandingan Nilai SSP Model Persentil 95 Sebelum (Kiri) dan

Setelah (Kanan) Penambahan Beban

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

75

Universitas Indonesia

Sementara itu, dapat dilihat pada gambar 4.12 bahwa nilai LBA model

persentil 95 sebelum dan setelah penambahan beban juga mengalami peningkatan

yang sangat signifikan dari 1.248 N menjadi 5.978 N.

Gambar 4.12. Perbandingan Nilai LBA Model Persentil 95 Sebelum (Atas) dan

Setelah (Bawah) Penambahan Beban

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

76

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil perbandingan nilai SSP dan LBA sebelum dan setelah

penambahan beban ekstrem, sama halnya dengan model persentil 5, model

persentil 95 juga telah dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk

melakukan studi ergonomi pada penelitian ini.

4.1.6 Menganalisis Hasil Simulasi dengan Jack Task Analysis Toolkit

Setelah melakukan uji verifikasi dan validasi model, simulasi dapat

dijalankan untuk menganalisis ergonomi kondisi meja setrika aktual. Setelah

semua gerakan selesai dibuat, dilakukan analisis terhadap nilai SSP, LBA,

OWAS, dan RULA untuk kemudian dijadikan input dalam perhitungan nilai PEI.

Sebelum melakukan analisis, virtual human diberi beban sesuai dengan kondisi

aktual dengan memasukkan nilai beban pada modul Load and Weight pada

software Jack 6.1. Adapun nilai beban yang dimasukkan adalah sebesar 1,5 kg

yang merepresentasikan berat setrika yang digunakan. Sementara itu, ketika

setrika diletakkan dan virtual human mulai mengambil pakaian yang sudah

disetrika untuk kemudian diletakkan pada rak pakaian, nilai beban diubah menjadi

sebesar 0,5 kg dengan asumsi bahwa nilai beban tersebut mewakili berat jeans

yang diasumsikan merupakan jenis pakaian paling berat.

Sebagai langkah awal, dilakukan analisis terhadap nilai SSP kedua model

dengan melakukan pengecekan nilai kapabilitas yang ditimbulkan oleh postur

kerja terhadap model manusia yang digunakan. Sesuai dengan ketentuan, nilai

SSP harus lebih dari 90% untuk memastikan bahwa kegiatan yang dipraktikkan

pada simulasi dapat dilakukan oleh populasi yang ada. Tampilan dan hasil analisis

SSP yang diproses oleh software Jack 6.1 dapat dilihat pada gambar 4.13.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

77

Universitas Indonesia

Gambar 4.13. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Kondisi Aktual

Dari gambar 4.13, dapat dilihat bahwa seluruh bagian tubuh memiliki

persentase kapabilitas lebih dari 90%; memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke

tahap analisis berikutnya, yaitu analisis terhadap nilai LBA, OWAS, dan RULA.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

78

Universitas Indonesia

Gambar 4.14. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil 95

(Bawah) pada Simulasi Kondisi Aktual

Dari gambar 4.14, dapat dilihat bahwa kompresi yang diterima oleh tulang

belakang model persentil 5 adalah sebesar 1.076 N, sementara kompresi yang

diterima oleh model persentil 95 adalah sebesar 1.701 N. Hal ini disebabkan

karena penyetrika harus membungkuk dalam saat meletakkan pakaian yang telah

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

79

Universitas Indonesia

disetrika pada rak pakaian di bawah meja setrika seperti yang diperlihatkan pada

gambar 4.15.

Gambar 4.15. Postur Penyetrika Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan) Saat

LBA Maksimum pada Simulasi Kondisi Aktual

Nilai LBA kondisi aktual untuk kedua model ini berada di bawah nilai

3.400 N yang menjadi standar NIOSH Back Compression Action Limit sehingga

dapat disimpulkan bahwa gangguan tulang belakang masih dapat dikatakan

rendah.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

80

Universitas Indonesia

Gambar 4.16. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil

95 (Bawah) pada Simulasi Kondisi Aktual

Dari hasil analisis OWAS, kedua model menunjukkan nilai evaluasi yang

sama, yaitu pada skala 3 yang mengharuskan tindakan perbaikan segera

dilakukan. Adapun nilai OWAS maksimum ini didapat saat postur penyetrika

sama seperti saat LBA maksimum yang ditampilkan pada gambar 4.15. Dari

gambar 4.16, dapat dilihat elemen-elemen nilai OWAS, yaitu seperti yang

ditampilkan pada tabel 4.1.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

81

Universitas Indonesia

Tabel 4.1. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Kondisi Aktual

Persentil Punggung Tangan Kaki Beban Total

5 2 1 4 1 3

95 2 1 4 1 2

Kedua model menunjukkan elemen nilai OWAS yang sama, di mana

elemen OWAS di atas menunjukkan:

1. punggung penyetrika berada dalam kategori 2, yaitu melakukan kegiatan

sambil membungkuk;

2. tangan penyetrika berada dalam kategori 1, di mana kedua tangan berada di

bawah tinggi bahu;

3. kaki penyetrika berada dalam kategori 4, dengan tumpuan pada kedua kaki

dengan kedua lutut menekuk ke depan; serta

4. beban berada dalam kategori 1 yang berarti bahwa berat beban masih di

bawah 10 kg (dalam hal ini berat beban mengacu pada berat pakaian sebesar

0,5 kg karena nilai OWAS maksimum dicapai pada saat penyetrika memegang

pakaian untuk meletakkannya pada rak seperti ditampilkan pada gambar 4.17).

Setelah melakukan analisis nilai LBA dan OWAS, dilakukan analisis nilai

RULA yang dihasilkan. Nilai RULA menunjukkan tingkat kenyamanan dan risiko

fatigue yang dapat dialami oleh secara khusus tubuh bagian atas. Output RULA

terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A (bagian tangan dan lengan) dan

kelompok B (bagian leher dan batang tubuh). Hasil analisis RULA beserta rincian

elemen-elemen penyusunnya dapat dilihat pada gambar 4.17 dan tabel 4.2.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

82

Universitas Indonesia

Gambar 4.17. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil

95 (Kanan) pada Simulasi Kondisi Aktual

Tabel 4.2. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Kondisi Aktual

Kelompok A B

Total Anggota

Tubuh

Upper

Arm

Lower

Arm Wrist

Wrist

Twist Neck Trunk

Nilai

%5 4 3 2 2 1 4 6

%95 5 3 3 2 1 4 7

Nilai RULA model persentil 5 berada pada skala 6, sementara nilai RULA

model persentil 95 berada pada skala 7, yang berarti bahwa tindakan perbaikan

harus dilakukan sesegera mungkin. Hal ini mengacu pada elemen-elemen nilai

RULA yang akan dibahas secara detail sebagai berikut:

1. Lengan atas model persentil 5 berada dalam kategori 4, sementara lengan atas

model persentil 95 berada dalam kategori 5, di mana lengan atas menyimpang

membentuk sudut lebih dari 90°. Perbedaan nilai ini disebabkan karena model

persentil 95 harus lebih membungkuk dibanding model persentil 5 untuk

menjangkau rak di bawah meja setrika.

2. Lengan bawah model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 3, di mana

lengan bawah bekerja melewati garis tengah tubuh atau melakukan

penyimpangan ke arah kiri melewati diameter tubuh.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

83

Universitas Indonesia

3. Pergelangan tangan model persentil 5 berada dalam kategori 2, di mana

pergelangan tangan melakukan gerakan menekuk ke atas atau ke bawah sejauh

15°. Sementara itu, pergelangan tangan model persentil 95 berada dalam

kategori 3, di mana sudut yang terbentuk dari gerakan pergelangan tangan

menekuk lebih dari 15°.

4. Perputaran pergelangan tangan kedua model berada dalam kategori 2, artinya

perputaran yang terjadi sudah berada atau berada dekat dengan rentang

perputaran yang dapat dilakukan oleh pergelangan tangan.

5. Leher model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 1, di mana leher

menunduk sejauh lebih dari 0-10°.

6. Batang tubuh kedua model berada dalam kategori 4, di mana batang tubuh

membungkuk dalam jangkauan lebih dari 60°.

Nilai RULA maksimum ini didapat saat postur penyetrika sama seperti

yang ditampilkan pada gambar 4.15 sebelumnya.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Kondisi Aktual

Persentil LBA OWAS RULA

5 1.076 3 6

95 1.701 3 7

Tabel 4.3 menunjukkan rekapitulasi nilai LBA, OWAS, dan RULA

kondisi aktual. Ketiga nilai yang telah didapatkan kemudian diolah untuk

menghasilkan PEI dengan menggunakan formula (2.8). Adapun hasil perhitungan

PEI kondisi aktual ini dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan PEI Kondisi Aktual

Persentil I1 I2 I3 mr PEI

5 0,316 0,75 0,857 1,42 2,284

95 0,500 0,75 1 1,42 2,67

Dari hasil simulasi pada model persentil 5 dan 95, dapat dilihat bahwa

terdapat nilai PEI yang cukup besar, yaitu 2,284 untuk model persentil 5 dan 2,67

untuk model persentil 95. Hal ini berarti bahwa desain meja setrika saat ini tidak

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

84

Universitas Indonesia

cukup ergonomis untuk menunjang kegiatan menyetrika; terbukti dari nilai

OWAS dan RULA untuk kedua model yang sama-sama menganjurkan segera

dilakukannya tindakan perbaikan.

Untuk kedua model, tidak terdapat perbedaan nilai OWAS dan RULA.

Namun, terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada nilai LBA keduanya. Hal

ini disebabkan karena perbedaan antropometri tinggi yang cukup signifikan antara

model persentil 5 dengan model persentil 95. Dilihat dari tingginya, meja setrika

aktual ini sebenarnya lebih ergonomis jika digunakan oleh model persentil 95

dibanding model persentil 5. Hal ini disebabkan karena tinggi meja setrika yang

digunakan dalam studi ergonomi kondisi aktual ini adalah sebesar 94 cm; berada

cukup jauh di atas tinggi siku persentil 5 yang adalah sebesar 80,94 cm. Namun

demikian, karena analisis ketiga metode, baik LBA, OWAS, maupun RULA

dilakukan saat ketiga nilai tersebut mencapai nilai maksimum, maka variabel yang

lebih berpengaruh adalah tinggi rak pakaian karena berimplikasi pada sejauh

mana model, baik persentil 5 maupun 95, harus membungkuk untuk meletakkan

pakaian pada rak. Dalam hal ini, model persentil 95 harus lebih membungkuk

ketika meletakkan pakaian pada rak sehingga tekanan pada bagian punggung akan

menjadi semakin besar. Hal ini berimplikasi pada semakin besarnya nilai LBA

yang dihasilkan.

Penggunaan rak pakaian saat ini memang kadang diabaikan oleh

penyetrika. Selain karena faktor luas yang tidak memadai (terbukti dari voice of

customer yang berhasil dikumpulkan), faktor lokasi penempatan rak yang

mengharuskan penyetrika membungkuk ini juga menjadi pemicu tidak

digunakannya fasilitas yang telah disediakan oleh produsen ini. Oleh karena itu,

perlu dilakukan relokasi rak pakaian dengan mempertimbangkan ketinggian yang

tepat sehingga fasilitas yang disediakan oleh produsen ini dapat dioptimalkan

penggunaannya.

Adapun nilai PEI yang didapat akan dijadikan sebagai acuan batas atas

dalam memutuskan tindakan perbaikan. Nilai PEI konfigurasi usulan yang

didapatkan nantinya diharapkan dapat bernilai lebih kecil dibanding nilai PEI

kondisi aktual sehingga tindakan perbaikan dapat sampai pada kesimpulan bahwa

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

85

Universitas Indonesia

meja setrika baru yang dirancang nantinya memiliki aspek ergonomi yang lebih

baik dibanding meja setrika aktual saat ini.

4.2 Pengembangan Produk dengan Penerapan QFD

Sebagai langkah awal dalam pengembangan meja setrika yang dimaksud

pada penelitian ini, dilakukan idea generation dengan mengidentifikasi peluang

yang ada. Dari hasil penelitian awal, terlihat adanya keluhan dari responden

terkait desain meja setrika yang tidak nyaman sehingga berakibat pada kelelahan

selama menyetrika. Menanggapi hal tersebut, peneliti mengidentifikasi adanya

peluang pengembangan meja setrika yang ergonomis, dengan harapan bahwa

meja setrika yang dikembangkan nantinya tidak hanya memberikan aspek

kenyamanan, tetapi juga aspek kesehatan bagi penyetrika. Sebagai jawaban atas

permasalahan utama yang dikemukakan, yaitu mengenai kelelahan akibat berdiri

lama selama menyetrika, maka meja setrika yang akan dikembangkan ini akan

dilengkapi dengan kursi yang terangkai satu kesatuan dengan meja setrika

tersebut. Adapun pernyataan misi produk yang akan dikembangkan ini

ditampilkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Pernyataan Misi Produk

Pengembangan meja setrika ini mengacu pada preferensi dan kebutuhan

konsumen dengan melalui tahap-tahap pengembangan produk seperti yang terlihat

Uraian Produk

Meja setrika yang dilengkapi dengan kursi, dengan tampilan yang compact

dan memiliki dimensi yang disesuaikan dengan antropometri wanita

Indonesia, serta dilengkapi dengan tools yang disesuaikan dengan

kebutuhan pengguna.

Sasaran Bisnis Utama 25% pangsa pasar dengan meja setrika standar yang sudah ada.

Pasar Utama Rumah tangga kelas menengah ke atas

Pasar KeduaLaundry kelas menengah ke bawah yang masih menggunakan meja setrika

standar.

- Kuat

- Mudah dipindahkan dan digunakan

- Material berkualitas

- Proses produksi mudah

- Rumah tangga

- Bagian produksi

- Distributor

Asumsi-asumsi

Pernyataan Misi:

IRONING BOARD

Penyangga Usaha

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

86

Universitas Indonesia

pada skema gambar 2.11, namun dibatasi hanya sampai pada tahap pemilihan

konsep. Benchmarking hanya dilakukan untuk mengidentifikasi respon teknis 3

jenis meja setrika yang ada di pasar, sementara analisis biaya hanya mencakup

biaya material, tanpa melibatkan biaya perancangan proses dan manajemen

proyek pengembangan produk. Adapun langkah-langkah pengembangan meja

setrika ini secara terperinci akan dibahas pada subbab di bawah ini.

4.2.1 Mengidentifikasi Kebutuhan Konsumen

Gambar 4.18. Posisi Tahap Identifikasi Kebutuhan Konsumen pada Langkah-

langkah Pengembangan Konsep Produk

Identifikasi kebutuhan konsumen merupakan bagian yang paling penting

dalam fase pengembangan konsep produk, khususnya dalam penerapan metode

QFD. Tahap ini diawali dengan upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi

voice of customer. Voice of customer ini kemudian akan diterjemahkan ke dalam

kebutuhan konsumen pada tahap berikutnya untuk kemudian diolah membentuk

matriks informasi pelanggan. Pada subbab di bawah ini akan dibahas mengenai

pengolahan data kuesioner dalam kaitannya dengan pembentukan matriks

perencanaan, mulai dari tahap interpretasi voice of customer menjadi kebutuhan

konsumen hingga normalisasi raw weight tiap kebutuhan.

4.2.1.1 Menginterpretasi dan Membuat Daftar Kebutuhan Konsumen

Voice of customer yang ada diinterpretasikan ke dalam daftar kebutuhan

konsumen seperti yang telah ditampilkan sebelumnya pada tabel 3.1. Adapun

rincian interpretasi tiap voice of customer ke dalam kebutuhan konsumen

divisualisasikan pada tabel 4.6.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

87

Universitas Indonesia

Tabel 4.6. Rincian Identifikasi Kebutuhan Konsumen

Kebutuhan yang telah diidentifikasi diklasifikasikan ke dalam 4 bagian

besar seperti yang diperlihatkan sebelumnya pada tabel 3.1.

4.2.1.2 Menyusun Kebutuhan ke dalam Hierarki Kebutuhan Konsumen

Kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya kemudian

diorganisasikan membentuk hierarki kebutuhan yang terdiri atas kebutuhan primer

dan kebutuhan sekunder dari produk yang akan dikembangkan. Hierarki

kebutuhan konsumen untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hierarki Kebutuhan Konsumen

LEVEL 1 LEVEL 2

Meja setrika yang mudah

disimpan

Dapat dilipat membentuk benda compact

dengan ukuran yang tidak memakan banyak

tempat

Voice of Customer Kebutuhan Konsumen

Saya tidak memiliki tempat yang luas

untuk menyimpan meja setrika saya.Meja setrika mudah disimpan.

Saya ingin menyetrika dalam posisi

duduk dan berdiri secara bergantian

sehingga tidak mudah pegal.

Desain meja setrika mendukung

fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan

berdiri.

Rak pakaian saya kadangkala tidak saya

gunakan karena sempit dan malas

membungkuk.

Rak pakaian pada meja setrika luas dan

letaknya mudah dijangkau.

Meja setrika saya tidak nyaman;

mengharuskan saya membungkuk ketika

menyetrika.

Meja setrika memiliki spesifikasi desain

yang memfasilitasi penyetrika dengan

kenyamanan selama menyetrika

Meja setrika ringan.

Meja setrika mudah dipindahkan.

Saya ingin meja setrika yang tahan lama

sehingga tidak perlu membelinya lagi

dalam jangka waktu beberapa tahun.

Meja setrika tahan lama.

Saya seringkali susah menjangkau

pengharum pakaian saya yang saya

letakkan di tempat lain.

Meja setrika dilengkapi dengan fasilitas

tambahan.

Harga meja setrika reasonable .

Meja setrika kuat.

Penyangga meja setrika saya mudah

berkarat walaupun baru beberapa tahun

dibeli.

Meja setrika tahan karat.

Harga meja setrika harus sesuai dengan

kualitasnya. Murah tetapi tidak kuat

juga tidak akan saya beli.

Meja setrika saya berat sehingga sulit

dipindahkan.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

88

Universitas Indonesia

Tabel 4.7. Hierarki Kebutuhan Konsumen (Sambungan)

Meja setrika yang mudah

dipindahkan

Memiliki roda untuk mempermudah

pemindahan meja setrika (dengan

mekanisme pengunci jika sedang

digunakan)

Meja setrika dengan desain yang

mendukung fleksibilitas

penyetrika untuk duduk dan

berdiri

Kursi dapat digeser dengan mudah

Meja setrika dengan desain yang

nyaman digunakan

Memberikan kenyamanan bagi pengguna

(pengguna tidak cepat lelah atau pegal)

Meminimalkan tingkat cidera pengguna

Meja setrika dilengkapi dengan

rak pakaian yang luas dan mudah

dijangkau

Rak pakaian dapat memuat pakaian dengan

kapasitas cukup

Penempatan rak di area yang dapat

dijangkau dengan mudah oleh pengguna

Meja setrika dilengkapi dengan

fasilitas tambahan

Dilengkapi dengan tempat meletakkan

pelengkap kegiatan menyetrika (pengharum

pakaian dan hanger)

Meja setrika yang ringan Memiliki berat kurang dari 10 kg

Meja setrika yang kuat

Penyangga terbuat dari bahan yang kokoh

dan tidak mudah patah

Meja setrika tidak mudah goyah ketika

kegiatan menyetrika berlangsung

Meja setrika yang tahan lama

Terbuat dari bahan berkualitas

Dapat digunakan dalam jangka waktu lebih

dari 15 tahun

Meja setrika yang tahan karat Penyangga terbuat dari material tahan karat

Meja setrika dengan harga yang

reasonable

Dibuat dengan bahan dan proses produksi

yang sesuai ekspektasi konsumen

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

89

Universitas Indonesia

4.2.1.3 Mengidentifikasi Tingkat Kepentingan Konsumen untuk Tiap Kebutuhan

Setelah menyusun hierarki kebutuhan konsumen, perlu ditentukan tingkat

kepentingan konsumen untuk masing-masing kebutuhan. Pendekatan yang

digunakan dalam menentukan kepentingan relatif dari kebutuhan ini adalah

berdasarkan nilai kepentingan yang didapat dari survei terhadap responden.

Perhitungan nilai kepentingan relatif ini didasarkan pada jumlah respon dari

responden untuk setiap kebutuhan. Dengan menggunakan formula (2.9),

didapatkan nilai tingkat kepentingan untuk masing-masing kebutuhan. Contoh

perhitungan tingkat kepentingan untuk kebutuhan akan meja setrika yang mudah

disimpan adalah sebagai berikut:

Tingkat kepentingan � Σ�i % Jumlah pemilih skala i�

Jumlah responden

� �1 % 2� � �2 % 26� � �3 % 92� � �4 % 36� � �5 % 7�

2 � 26 � 92 � 36 � 7

� 3,123

Hasil perhitungan tingkat kepentingan untuk setiap kebutuhan secara

lengkap dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Tingkat Kepentingan Tiap Kebutuhan

Kebutuhan

Jumlah Pemilih Skala

Kepentingan ke- Tingkat

Kepentingan 1 2 3 4 5

Mudah disimpan 2 26 92 36 7 3,123

Mudah dipindahkan 1 10 87 57 8 3,374

Mendukung fleksibilitas

penyetrika untuk duduk dan

berdiri

0 6 77 60 20 3,577

Nyaman digunakan 0 0 4 62 97 4,571

Dilengkapi dengan rak pakaian

yang luas dan mudah

dijangkau

5 9 77 67 5 3,356

Dilengkapi dengan fasilitas

tambahan

7 7 77 61 11 3,380

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

90

Universitas Indonesia

Tabel 4.8. Tingkat Kepentingan Tiap Kebutuhan (Sambungan)

Ringan 5 25 74 51 8 3,196

Kuat 0 0 9 90 64 4,337

Tahan lama 0 0 12 88 63 4,313

Tahan karat 3 28 90 38 4 3,074

Harga reasonable 0 0 6 61 96 4,552

Dari tabel 4.8, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup

signifikan pada tingkat kepentingan tiap kebutuhan. Sebagian besar kebutuhan

dianggap cukup penting oleh konsumen, sementara kebutuhan yang dirasa sangat

penting meliputi kebutuhan akan kenyamanan saat digunakan dan harga yang

reasonable untuk meja setrika yang diproduksi.

4.2.1.4 Mengidentifikasi Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Produk yang

Sudah Ada

Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang sudah ada juga

diidentifikasi menggunakan kuesioner. Formula (2.10) yang pada dasarnya sama

dengan formula perhitungan tingkat kepentingan digunakan pada perhitungan

tingkat kepuasan ini. Sebagai contoh, perhitungan tingkat kepuasan untuk

kebutuhan akan meja setrika yang mudah disimpan adalah sebagai berikut:

Tingkat kepuasan � Σ�i % Jumlah pemilih skala i�

Jumlah responden

� �1 % 1� � �2 % 35� � �3 % 73� � �4 % 51� � �5 % 3�

1 � 35 � 73 � 51 � 3

� 3,123

Hasil perhitungan tingkat kepuasan untuk setiap kebutuhan secara lengkap

dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Tingkat Kepuasan terhadap Produk yang Sudah Ada

Kebutuhan

Jumlah Pemilih Skala

Kepuasan ke- Tingkat

Kepuasan 1 2 3 4 5

Mudah disimpan 1 35 73 51 3 3,123

Mudah dipindahkan 1 8 82 54 18 3,491

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

91

Universitas Indonesia

Tabel 4.9. Tingkat Kepuasan terhadap Produk yang Sudah Ada (Sambungan)

Mendukung fleksibilitas

penyetrika untuk duduk dan

berdiri

98 61 4 0 0 1,423

Nyaman digunakan 53 71 37 2 0 1,926

Dilengkapi dengan rak pakaian

yang luas dan mudah

dijangkau

8 89 61 5 0 2,387

Dilengkapi dengan fasilitas

tambahan

84 71 8 0 0 1,534

Ringan 2 28 55 58 20 3,405

Kuat 1 20 50 72 20 3,552

Tahan lama 3 22 54 53 31 3,534

Tahan karat 1 26 48 55 33 3,571

Harga reasonable 2 40 57 38 26 3,282

Dari tabel 4.9, dapat disimpulkan bahwa secara umum, tingkat kepuasan

konsumen akan meja setrika yang sudah ada saat ini belum dapat dikatakan

memuaskan. Banyak kebutuhan yang dirasa penting oleh konsumen belum

terpenuhi secara memuaskan oleh meja setrika yang sudah ada saat ini. Kebutuhan

dengan tingkat kepuasan paling baik sekalipun hanya sampai pada taraf

memuaskan dengan skala 4 (setelah pembulatan), yaitu kebutuhan akan meja

setrika yang kuat, tahan lama, dan tahan karat. Sementara itu, kebutuhan yang

sangat perlu mendapat perhatian adalah kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk

dan berdiri, di mana tingkat kepuasan konsumen akan kebutuhan tersebut hanya

berada pada skala tidak memuaskan. Terlebih lagi, kebutuhan akan fleksibilitas

untuk duduk dan berdiri ini secara kualitatif akan mempengaruhi kebutuhan akan

kenyamanan meja setrika saat digunakan.

4.2.1.5 Menentukan Target untuk Tiap Kebutuhan

Target yang ditetapkan untuk tiap kebutuhan konsumen pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 4.10. Adapun target dinyatakan dalam skala 1 hingga 5,

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

92

Universitas Indonesia

dengan skala 1 merepresentasikan target yang paling rendah, sementara skala 5

merepresentasikan target yang paling tinggi.

Tabel 4.10. Target Tiap Kebutuhan

No. Kebutuhan Target

1 Mudah disimpan 4

2 Mudah dipindahkan 4

3 Mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan berdiri 5

4 Nyaman digunakan 5

5 Dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau 4

6 Dilengkapi dengan fasilitas tambahan 5

7 Ringan 4

8 Kuat 4

9 Tahan lama 4

10 Tahan karat 4

11 Harga reasonable 4

Dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa ada 2 kebutuhan dengan target yang

paling tinggi, yaitu kebutuhan akan kenyamanan dalam penggunaan dan

kebutuhan akan adanya fasilitas tambahan. Kebutuhan akan kenyamanan

mendapat poin 5 karena dilihat dari tingkat kepentingannya, kebutuhan akan

kenyamanan merupakan kebutuhan yang dirasa paling penting oleh konsumen,

dengan nilai 4,571, sedangkan tingkat kepuasan yang didapat untuk kebutuhan ini

relatif kecil; hanya berada pada nilai 1,926. Hal ini yang mendasari ditetapkannya

target yang tinggi untuk kebutuhan akan kenyamanan dalam penggunaan.

Sementara itu, kebutuhan akan adanya meja setrika yang mendukung fleksibilitas

untuk duduk dan berdiri serta dilengkapi dengan fasilitas tambahan juga mendapat

poin paling tinggi dengan pertimbangan bahwa kebutuhan tersebut memang tidak

terpenuhi oleh meja setrika saat ini sehingga target yang akan dicapai pada

pengembangan produk meja setrika baru nantinya adalah untuk menjadikannya

ada dari yang pada awalnya tidak ada. Penambahan tools ini dirasa cukup mudah

sehingga target yang ditetapkan juga tinggi.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

93

Universitas Indonesia

4.2.1.6 Menentukan Rasio Perbaikan

Dari tingkat kepuasan dan target yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat

dihitung nilai rasio perbaikan yang membandingkan antara target yang ingin

dicapai dengan tingkat kepuasan konsumen saat ini. Dengan perhitungan

menggunakan formula (2.11), didapatkan rasio perbaikan untuk tiap kebutuhan.

Sebagai contoh, perhitungan rasio perbaikan untuk kebutuhan akan meja setrika

yang mudah disimpan adalah sebagai berikut:

Rasio perbaikan � Target

Tingkat kepuasan

Rasio perbaikan � 4

3,123

Rasio perbaikan � 1,281

Hasil perhitungan rasio perbaikan secara lengkap divisualisasikan pada

tabel 4.11.

Tabel 4.11. Rasio Perbaikan Tiap Kebutuhan

No. Kebutuhan Rasio

Perbaikan

1 Mudah disimpan 1,281

2 Mudah dipindahkan 1,146

3 Mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan berdiri 3,513

4 Nyaman digunakan 2,596

5

Dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah

dijangkau

1,676

6 Dilengkapi dengan fasilitas tambahan 3,260

7 Ringan 1,175

8 Kuat 1,126

9 Tahan lama 1,132

10 Tahan karat 1,120

11 Harga reasonable 1,219

Berdasarkan perhitungan, ada 3 kebutuhan yang memiliki rasio perbaikan

paling tinggi (lebih dari 2), yaitu kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

94

Universitas Indonesia

berdiri, kebutuhan akan kenyamanan dalam penggunaan, dan kebutuhan akan

adanya fasilitas tambahan. Hal ini mengacu pada besarnya target dibanding

tingkat kepuasan yang relatif kecil sehingga rasio perbaikan yang ditimbulkan

juga semakin besar.

4.2.1.7 Menentukan Titik Jual (Sales Point)

Seperti yang dijelaskan pada subbab 2.8.1.5, ada 3 nilai titik jual, yaitu:

• 1 = titik jual tidak ada atau rendah

• 1,2 = titik jual menengah

• 1,5 = titik jual kuat

Penilaian titik jual masing-masing kebutuhan pada penelitian ini

ditampilkan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Titik Jual Tiap Kebutuhan

No. Kebutuhan Titik

Jual

1 Mudah disimpan 1,2

2 Mudah dipindahkan 1,2

3 Mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan berdiri 1,5

4 Nyaman digunakan 1,5

5 Dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau 1,2

6 Dilengkapi dengan fasilitas tambahan 1,2

7 Ringan 1,2

8 Kuat 1,2

9 Tahan lama 1,5

10 Tahan karat 1

11 Harga reasonable 1,2

Ada 3 kebutuhan yang memiliki titik jual kuat, yaitu kebutuhan akan

fleksibilitas untuk duduk dan berdiri, kebutuhan akan kenyamanan dalam

penggunaan, serta kebutuhan akan meja setrika yang tahan lama. Kebutuhan akan

fleksibilitas untuk duduk dan berdiri berimplikasi pada adanya kursi yang dapat

digeser dengan mudah sehingga dapat mengurangi kemungkinan cepat lelah atau

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

95

Universitas Indonesia

pegalnya penyetrika selama menyetrika. Kebutuhan akan meja setrika yang tahan

lama akan terkait dengan investasi yang ditanamkan sehingga tidak perlu

mengeluarkan uang untuk membeli meja setrika baru dalam jangka waktu

beberapa tahun ke depan. Kedua kebutuhan tersebut memiliki kontribusi paling

besar terhadap daya jual meja setrika, khususnya karena berimplikasi pada

beberapa kebutuhan lain yang juga dirasa penting oleh responden dari hasil

pengumpulan data tingkat kepentingan. Sementara itu, kebutuhan akan

kenyamanan merupakan kebutuhan yang paling penting dilihat dari tingkat

kepentingan yang didapat dari responden sehingga titik jual yang ditetapkan untuk

kebutuhan ini juga paling besar mengingat tujuan penelitian yang juga diarahkan

untuk menciptakan desain meja setrika yang nyaman dan sehat dari sisi ergonomi.

Kebutuhan akan meja setrika yang mudah disimpan, mudah dipindahkan,

dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau, dilengkapi dengan

fasilitas tambahan, ringan, kuat, serta dijual dengan harga reasonable mendapat

penilaian titik jual sebesar 1,2. Hal ini mengacu pada tingkat kepuasan akan meja

setrika saat ini yang sebagian besar telah memenuhi kebutuhan konsumen hingga

taraf biasa dan memuaskan sehingga dalam pengembangan meja setrika baru ini,

kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dianggap sebagai peluang yang besar dalam

pemasaran produk nantinya. Kebutuhan akan fasilitas tambahan dalam hal ini

memang memiliki tingkat kepuasan pada skala kurang memuaskan. Namun,

kebutuhan ini juga dianggap memiliki titik jual menengah karena pemenuhannya

dirasa kurang signifikan dalam mempengaruhi daya jual meja setrika baru ini

karena penambahannya yang bersifat minor.

Kebutuhan akan meja setrika yang tahan karat mendapat penilaian titik

jual sebesar 1. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa meja setrika yang

berkarat tidak berpengaruh besar terhadap efektivitas kerja dan kenyamanan

penyetrika. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kepentingannya yang paling

rendah dibanding tingkat kepentingan kebutuhan-kebutuhan lain.

4.2.1.8 Menghitung Raw Weight

Keseluruhan data yang ada kemudian diolah untuk menghasilkan raw

weight tiap kebutuhan dengan menggunakan formula (2.12). Sebagai contoh,

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

96

Universitas Indonesia

perhitungan raw weight untuk kebutuhan akan meja setrika yang mudah disimpan

adalah sebagai berikut:

;<= =>?@AB � tingkat kepentingan % rasio perbaikan % titik jual

;<= =>?@AB � 3,123 % 1,281 % 1,2

;<= =>?@AB � 4,611

Hasil perhitungan raw weight penelitian ini ditampilkan pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Raw Weight Tiap Kebutuhan

No. Kebutuhan Raw

Weight

1 Mudah disimpan 4,611

2 Mudah dipindahkan 4,125

3 Mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan berdiri 21,078

4 Nyaman digunakan 19,467

5 Dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau 6,034

6 Dilengkapi dengan fasilitas tambahan 11,736

7 Ringan 4,229

8 Kuat 5,405

9 Tahan lama 6,792

10 Tahan karat 3,361

11 Harga reasonable 7,312

Kebutuhan yang memiliki nilai raw weight terbesar dan harus ditingkatkan

kualitasnya adalah kebutuhan akan adanya fleksibilitas penyetrika untuk duduk

dan berdiri. Nilai raw weight untuk kebutuhan tersebut berada jauh di atas nilai

raw weight kebutuhan-kebutuhan lain.

4.2.1.9 Menormalisasi Raw Weight

Raw weight yang telah didapat pada perhitungan sebelumnya

dinormalisasi dengan menggunakan formula (2.13). Hasil normalisasi ini nantinya

juga akan berguna dalam penentuan prioritas respon teknis pada tahap-tahap

berikutnya. Sebagai contoh, perhitungan normalized raw weight untuk kebutuhan

akan meja setrika yang mudah disimpan adalah sebagai berikut:

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

97

Universitas Indonesia

EFGH<I?J>K G<= =>?@AB � ;<= =>?@AB

h ;<= =>?@AB

EFGH<I?J>K G<= =>?@AB � 4,611

94,15

EFGH<I?J>K G<= =>?@AB � 0,049

Adapun hasil normalisasi raw weight untuk tiap kebutuhan pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Normalized Raw Weight Tiap Kebutuhan

No. Kebutuhan Normalized

Raw Weight

1 Mudah disimpan 0,049

2 Mudah dipindahkan 0,044

3

Mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan

berdiri

0,224

4 Nyaman digunakan 0,207

5

Dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah

dijangkau

0,064

6 Dilengkapi dengan fasilitas tambahan 0,125

7 Ringan 0,045

8 Kuat 0,057

9 Tahan lama 0,072

10 Tahan karat 0,036

11 Harga reasonable 0,078

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

98

Universitas Indonesia

4.2.2 Menentukan Spesifikasi Target

Gambar 4.19. Posisi Tahap Penentuan Spesifikasi Target pada Langkah-langkah

Pengembangan Konsep Produk

Langkah berikutnya setelah melakukan identifikasi kebutuhan konsumen

adalah menentukan spesifikasi target. Spesifikasi target ini akan dijadikan sebagai

acuan awal dalam pengembangan produk dan hanya bersifat sebagai initial

specification sebelum menentukan final specification pada tahap-tahap

berikutnya. Penentuan spesifikasi target dilakukan dengan melalui langkah-

langkah pembuatan matriks informasi teknis. Pada bagian ini, akan dibahas

mengenai langkah-langkah dalam pembuatan matriks informasi teknis untuk meja

setrika yang akan dikembangkan dalam kaitannya dengan penentuan spesifikasi

target, mulai dari tahap identifikasi respon teknis dan diakhiri dengan pembuatan

dan analisis HOQ.

4.2.2.1 Mengidentifikasi Respon Teknis untuk Memenuhi Kebutuhan

Langkah pertama dalam pembuatan matriks informasi teknis adalah

mengidentifikasi dan merumuskan respon teknis sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan konsumen. Daftar respon teknis yang dirumuskan dalam kaitannya

dengan pengembangan meja setrika pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Panjang meja setrika

Penentuan panjang yang tepat untuk meja setrika sangat penting diperhatikan

untuk mengakomodasi pakaian yang panjang sehingga proses menyetrika

dapat dilakukan lebih cepat karena penyetrika tidak harus berulang kali

mengatur posisi pakaian di atas meja setrika sebagai implikasi dari panjang

yang tidak sesuai. Namun demikian, penentuan panjang meja juga harus

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

99

Universitas Indonesia

dipikirkan sedemikian rupa sehingga tetap berada dalam area yang dapat

dijangkau oleh penyetrika, khususnya karena panjang meja setrika ini juga

akan mempengaruhi posisi peletakan setrika yang secara repetitif harus

dijangkau oleh penyetrika selama menyetrika. Penentuan panjang yang tepat

ini juga akan mempengaruhi bentuk meja setrika secara keseluruhan,

khususnya saat dibentuk menjadi compact sehingga akan menentukan mudah

atau tidaknya penyimpanan meja setrika.

2. Lebar meja setrika

Sama halnya dengan dimensi panjang, lebar meja setrika juga penting diatur

secara tepat terkait efisiensi proses menyetrika dan kemudahan penyimpanan.

Dimensi lebar meja setrika yang terlalu kecil akan menurunkan efisiensi.

Namun, di sisi lain, dimensi lebar meja setrika yang terlalu besar akan lebih

sulit untuk disimpan.

3. Tinggi meja setrika

Saat ini, ada berbagai variasi tinggi meja setrika yang diproduksi dengan

tujuan mengakomodasi penyetrika dengan dimensi tinggi badan yang berbeda.

Namun demikian, masih sering terjadi keluhan akan ketinggian meja yang

tidak sesuai sehingga produsen perlu lebih memfokuskan diri pada penentuan

tinggi meja yang dapat mengakomodasi seluruh penyetrika dengan berbagai

variasi tinggi, dengan tetap mempertimbangkan aspek kemudahan

penyimpanan yang diharapkan oleh konsumen.

4. Lebar kursi

Selama ini, belum ada meja setrika yang dilengkapi kursi sehingga atribut ini

tidak menjadi salah satu concern produsen. Namun, dengan adanya

penambahan kursi, perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai lebar kursi yang

sesuai sehingga penyetrika merasa nyaman saat duduk. Karena tidak dapat

dilepas dari meja, lebar kursi juga akan mempengaruhi kemudahan

penyimpanan keseluruhan meja setrika.

5. Kedalaman kursi

Kedalaman kursi juga menjadi salah satu aspek dalam pembuatan kursi yang

perlu diperhatikan demi kenyamanan penyetrika saat bekerja dalam posisi

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

100

Universitas Indonesia

duduk. Sama halnya dengan lebar kursi, kedalaman kursi juga akan

mempengaruhi kemudahan penyimpanan meja setrika.

6. Tinggi kursi

Meja setrika yang akan dikembangkan adalah meja setrika yang dilengkapi

dengan kursi yang unattachable sehingga dalam pemenuhan kebutuhan

konsumen, tinggi kursi menjadi aspek kritis yang dimensinya dipengaruhi oleh

aspek-aspek lain, seperti tinggi meja dan antropometri penyetrika karena

secara keseluruhan akan mempengaruhi kenyamanan penyetrika selama

bekerja.

7. Panjang rak

Keluhan akan rak yang sempit menyebabkan tidak optimalnya penggunaan

rak oleh penyetrika. Panjang rak yang ada saat ini seringkali tidak dapat

mengakomodasi seluruh pakaian yang disetrika pada 1 kali proses

penyetrikaan. Sebagai akibatnya, seringkali dibutuhkan space tambahan untuk

meletakkan pakaian yang telah disetrika.

8. Lebar rak

Sama halnya dengan atribut dimensi panjang rak, lebar rak juga

mempengaruhi penggunaan rak oleh penyetrika. Pengaturan lebar rak yang

sesuai menjadi hal yang penting sebagai salah satu respon teknis sehingga

fasilitas berupa rak yang disediakan oleh kebanyakan produsen dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin.

9. Tinggi rak

Selama ini, posisi rak berada pada bagian bawah meja setrika. Namun, seperti

yang ditampilkan pada studi ergonomi kondisi aktual, posisi demikian tidak

ergonomis dan tentunya mempengaruhi kenyamanan penyetrika saat

memanfaatkan fasilitas rak yang disediakan. Pengaturan tinggi rak yang sesuai

sebagai respon dari kebutuhan akan kenyamanan yang ada menjadi salah satu

aspek yang vital dalam pengembangan meja setrika baru ini.

10. Tinggi footrest

Penyetrika dengan dimensi tubuh yang termasuk dalam kategori persentil 5

tentu berbeda dengan penyetrika dengan dimensi tubuh yang termasuk dalam

kategori persentil 95. Kursi dengan ketinggian tertentu yang dirasa nyaman

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

101

Universitas Indonesia

oleh penyetrika dengan persentil 95 akan memiliki tingkat kenyamanan yang

berbeda jika diduduki oleh penyetrika dengan persentil 5, khususnya terkait

dengan kemampuan untuk menapakkan kaki pada lantai. Oleh karena itu,

diperlukan tinggi footrest yang sesuai untuk mengakomodasi perbedaan

antropometri tiap penyetrika.

11. Massa total

Massa total merupakan respon teknis yang dirumuskan untuk menjawab

kebutuhan konsumen akan meja setrika yang ringan. Hal tersebut kemudian

akan berimplikasi pada kebutuhan meja setrika lain, di mana meja setrika yang

ringan akan mempermudah pemindahan meja ke lokasi lain.

12. Kekuatan menahan beban

Beban yang diterima oleh meja setrika selama proses penyetrikaan

berlangsung adalah beban pakaian, setrika, dan tekanan yang diberikan oleh

penyetrika selama menyetrika. Kekuatan menahan beban ini akan

mempengaruhi kekuatan dan ketahanan meja setrika secara keseluruhan

sehingga perlu diperhitungkan, khususnya dalam menganalisis beban

maksimum yang masih dapat diterima oleh meja setrika.

13. Biaya produksi/ unit

Biaya produksi akan mempengaruhi harga jual yang ditawarkan pada pembeli

sehingga harus ditekan seoptimal mungkin tanpa mengorbankan kualitas

produk yang dihasilkan.

14. Lifetime

Lifetime merupakan respon teknis untuk menjawab kebutuhan konsumen akan

meja setrika yang tahan lama. Meja setrika yang tahan lama tentu akan lebih

diminati karena pembeli tidak perlu mengeluarkan uang lagi dalam jangka

waktu singkat setelah pembelian pertama.

15. Diameter kaki meja setrika

Diameter kaki meja setrika merupakan salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan dan direncanakan sebaik mungkin mengingat kaki meja akan

menjadi tumpuan utama meja yang menentukan kokoh atau tidaknya meja.

Material penyangga yang kokoh harus disertai dengan perencanaan diameter

yang baik.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

102

Universitas Indonesia

16. Diameter kaki rak

Sama halnya dengan diameter kaki meja setrika, diameter kaki rak juga harus

direncanakan sebaik mungkin dengan adanya perhitungan beban maksimum

pakaian yang dapat diterima.

17. Material penyangga

Material penyangga menjadi respon atas banyak kebutuhan konsumen,

meliputi kebutuhan akan meja setrika yang ringan, kuat, tahan lama, dan tahan

karat. Beberapa kebutuhan memiliki kepentingan yang berbeda sehingga perlu

dilakukan trade-off dalam penentuan material.

18. Fasilitas tambahan

Seperti yang telah dijelaskan pada hierarki kebutuhan konsumen pada tabel

4.8, fasilitas tambahan yang dimaksud dalam hal ini adalah fasilitas berupa

tempat meletakkan pelengkap kegiatan menyetrika, seperti pengharum

pakaian dan hanger. Meja setrika yang ada saat ini tidak memenuhi kebutuhan

laten konsumen akan hal tersebut.

19. Baut dan mur yang kuat

Kekuatan meja setrika dipengaruhi oleh kekuatan material dan sambungan-

sambungan yang menjadi penghubung antarkomponen, seperti board dengan

kaki meja misalnya. Untuk itu, dibutuhkan baut dan mur yang juga kuat untuk

memastikan kekuatan sambungan-sambungan yang ada sehingga menjamin

ketahanan meja setrika terhadap beban yang diberikan, khususnya pada area-

area di sekitar sambungan-sambungan tersebut.

20. Kursi yang mudah digeser

Salah satu kebutuhan yang dinyatakan oleh konsumen adalah kebutuhan akan

adanya fleksibilitas untuk duduk dan berdiri. Untuk itu, perlu dirancang suatu

sistem yang memudahkan pemindahan kursi sehingga dapat dengan mudah

tersedia ketika dibutuhkan dan disingkirkan ketika tidak dibutuhkan. Kursi

yang mudah digeser menjadi jawaban atas permasalahan tersebut.

21. Meja yang mudah digeser

Kemudahan pemindahan meja setrika tidak hanya dipengaruhi oleh massa

total dari meja setrika. Ada trade-off yang mungkin perlu dilakukan dalam

pemilihan material yang mungkin akan berimplikasi pada massa total yang

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

103

Universitas Indonesia

cukup berat untuk diangkat oleh orang-orang tertentu sehingga diperlukan

meja yang mudah digeser sehingga mempermudah pemindahan.

4.2.2.2 Menentukan Hubungan antara Respon Teknis dengan Kebutuhan

Setelah menentukan respon teknis untuk tiap kebutuhan, langkah

berikutnya adalah menentukan hubungan antara respon teknis tersebut dengan

kebutuhan yang ada, dengan mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut ke

dalam 3 golongan, yaitu kuat, sedang, dan lemah. Adapun hasil penilaian bobot

hubungan respon teknis dengan kebutuhan ini dapat dilihat pada tabel 4.15.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Tabel 4.16. Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan

No. Kebutuhan Hubungan

Kuat (●) Sedang (○) Lemah (▲)

1 Mudah disimpan

Panjang meja setrika Lebar kursi

Lebar meja setrika Kedalaman kursi

Tinggi meja setrika

2 Mudah dipindahkan Meja yang mudah digeser Massa total

3

Mendukung fleksibilitas

penyetrika untuk duduk

dan berdiri

Kursi yang mudah digeser

4 Nyaman digunakan

Tinggi meja setrika Tinggi footrest Lebar kursi

Tinggi kursi Panjang meja setrika Kedalaman kursi

Tinggi rak Lebar meja setrika

5

Dilengkapi dengan rak

pakaian yang luas dan

mudah dijangkau

Panjang rak

Lebar rak

Tinggi rak

6

Dilengkapi dengan fasilitas

tambahan

Fasilitas tambahan

Universitas Indonesia

104

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Tabel 4.16. Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan (Sambungan)

7 Ringan Material penyangga Massa total

8 Kuat

Kekuatan menahan beban Diameter kaki meja setrika

Material penyangga Diameter kaki rak

Baut dan mur yang kuat

9 Tahan lama Lifetime

Kekuatan menahan beban

Material penyangga

Baut dan mur yang kuat

10 Tahan karat Material penyangga Lifetime

11 Harga reasonable Biaya produksi/ unit

Universitas Indonesia

105

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

106

Universitas Indonesia

4.2.2.3 Menghitung Prioritas Respon Teknis

Penentuan prioritas ini penting dilakukan untuk menentukan respon teknis

yang akan dikembangkan terlebih dahulu; menyesuaikan dengan kontribusinya

dalam pemenuhan kebutuhan. Adapun perhitungan kontribusi dilakukan

menggunakan formula (2.14). Sebagai contoh, perhitungan kontribusi untuk

respon teknis panjang meja setrika adalah sebagai berikut:

Kontribusi � Σ �Bobot keterhubungan % XFGH<I?J>K G<= =>?@AB�

Kontribusi � �9 % 0,049� � �3 % 0,207�

Kontribusi � 1,061

Kontribusi dari tiap respon teknis kemudian diurutkan untuk menghasilkan

prioritas respon teknis. Pada tabel 4.16 akan diperlihatkan nilai kontribusi seluruh

respon teknis, dilengkapi dengan prioritasnya setelah diurutkan.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Tabel 4.17. Prioritas Respon Teknis

No. Respon Teknis Kebutuhan Hubungan Bobot Normalized

Raw Weight Contributions Ranking

1 Panjang meja setrika

Mudah disimpan Kuat 9 0,049 1,061 7

Nyaman digunakan Sedang 3 0,207

2 Lebar meja setrika

Mudah disimpan Kuat 9 0,049 1,061 8

Nyaman digunakan Sedang 3 0,207

3 Tinggi meja setrika

Mudah disimpan Kuat 9 0,049 2,302 2

Nyaman digunakan Kuat 9 0,207

4 Lebar kursi

Mudah disimpan Sedang 3 0,049 0,354 18

Nyaman digunakan Lemah 1 0,207

5 Kedalaman kursi

Mudah disimpan Sedang 3 0,049 0,354 19

Nyaman digunakan Lemah 1 0,207

6 Tinggi kursi Nyaman digunakan Kuat 9 0,207 1,861 4

7 Panjang rak

Dilengkapi dengan rak pakaian

yang luas dan mudah dijangkau

Kuat 9 0,064 0,577 14

8 Lebar rak

Dilengkapi dengan rak pakaian

yang luas dan mudah dijangkau

Kuat 9 0,064 0,577 15

Universitas Indonesia

107

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Tabel 4.17. Prioritas Respon Teknis (Sambungan)

9 Tinggi rak

Nyaman digunakan Kuat 9 0,207

2,438 1 Dilengkapi dengan rak pakaian

yang luas dan mudah dijangkau

Kuat 9 0,064

10 Tinggi footrest Nyaman digunakan Sedang 3 0,207 0,620 13

11 Massa total

Mudah dipindahkan Sedang 3 0,044 0,536 16

Ringan Kuat 9 0,045

12

Kekuatan menahan

beban

Kuat Kuat 9 0,057 0,733 9

Tahan lama Sedang 3 0,072

13 Biaya produksi/ unit Harga reasonable Kuat 9 0,078 0,699 11

14 Lifetime Tahan lama Kuat 9 0,072

0,685 12

Tahan karat Lemah 1 0,036

15

Diameter kaki meja

setrika

Kuat Sedang 3 0,057 0,172 20

16 Diameter kaki rak Kuat Sedang 3 0,057 0,172 21

17 Material penyangga

Ringan Kuat 9 0,045 1,459 5

Kuat Kuat 9 0,057

Universitas Indonesia

108

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Tabel 4.17. Prioritas Respon Teknis (Sambungan)

Tahan lama Sedang 3 0,072

Tahan karat Kuat 9 0,036

18 Fasilitas tambahan

Dilengkapi dengan fasilitas

tambahan

Kuat 9 0,125 1,122 6

19

Baut dan mur yang

kuat

Kuat Kuat 9 0,057

0,733 10

Tahan lama Sedang 3 0,072

20

Kursi yang mudah

digeser

Mendukung fleksibilitas

penyetrika untuk duduk dan

berdiri

Kuat 9 0,224 2,015 3

21

Meja yang mudah

digeser

Mudah dipindahkan Kuat 9 0,044 0,394 17

Universitas Indonesia

109

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

110

Universitas Indonesia

4.2.2.4 Menentukan Arah Pengembangan Respon Teknis

Setelah menentukan prioritas respon teknis, ditentukan arah

pengembangan respon teknis yang akan memberikan peningkatan terhadap

kepuasan konsumen. Arah pengembangan respon teknis pada pengembangan

produk meja setrika ini dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.17. Arah Pengembangan Respon Teknis

No. Respon Teknis Arah

Pengembangan

1 Panjang meja setrika O

2 Lebar meja setrika O

3 Tinggi meja setrika O

4 Lebar kursi O

5 Kedalaman kursi O

6 Tinggi kursi O

7 Panjang rak O

8 Lebar rak O

9 Tinggi rak O

10 Tinggi footrest O

11 Massa total ↑

12 Kekuatan menahan beban ↑

13 Biaya produksi/ unit ↑

14 Lifetime ↑

15 Diameter kaki meja setrika O

16 Diameter kaki rak O

17 Material penyangga O

18 Fasilitas tambahan O

19 Baut dan mur yang kuat ↑

20 Kursi yang mudah digeser O

21 Meja yang mudah digeser O

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

111

Universitas Indonesia

4.2.2.5 Menentukan Hubungan Antarrespon Teknis

Untuk mengidentifikasi adanya trade-off yang mungkin perlu dilakukan,

ditentukan hubungan antarrespon teknis. Hubungan yang terbentuk

diklasifikasikan ke dalam 4 golongan, yaitu kuat positif, positif, negatif, dan kuat

negatif. Hasil identifikasi hubungan antarrespon teknis dapat dilihat pada tabel

4.18.

Tabel 4.18. Hubungan Antarrespon Teknis

Respon Teknis Respon Teknis Lain Korelasi

Tinggi meja setrika

Tinggi kursi Kuat Positif

Tinggi rak Positif

Tinggi footrest Positif

Tinggi footrest Tinggi kursi Kuat Positif

Lifetime Baut dan mur yang kuat Positif

Kekuatan menahan beban

Diameter kaki meja setrika Positif

Diameter kaki rak Positif

Material penyangga Kuat Positif

Baut dan mur yang kuat Kuat Positif

Lifetime Positif

Material penyangga

Massa total Negatif

Biaya produksi/ unit Negatif

Lifetime Positif

Massa total Meja yang mudah digeser Positif

Dari tabel 4.18, dapat dilihat adanya korelasi yang negatif antara material

penyangga dan massa total dan biaya produksi/ unit. Semakin baik material

penyangga yang digunakan, yang dalam hal ini diasumsikan berupa besi, maka

akan semakin berat massa meja setrika secara keseluruhan. Demikian pula, biaya

produksi/ unit akan meningkat mengingat kualitas material yang memang bagus.

Untuk itu, dalam praktiknya nanti, mungkin perlu dilakukan trade-off.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

112

Universitas Indonesia

4.2.2.6 Mengumpulkan Informasi Benchmarking yang Kompetitif

Informasi benchmarking yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah

informasi terkait respon teknis 3 merek meja setrika, yaitu Waikiki, Silka, dan S

Gold. Adapun data yang berhasil dikumpulkan untuk ketiga merek meja setrika

ini ditampilkan pada tabel 4.19.

Tabel 4.19. Informasi Benchmarking

Respon Teknis Merek Meja Setrika

Satuan Waikiki Silka S Gold

Panjang meja setrika 123 110 123 cm

Lebar meja setrika 36 39 40 cm

Tinggi meja setrika 75 80 76 cm

Lebar kursi - - - cm

Kedalaman kursi - - - cm

Tinggi kursi - - - cm

Panjang rak 44 35 45 cm

Lebar rak 31 33 34 cm

Tinggi rak 35 35 40 cm

Tinggi footrest - - - cm

Massa total 11 6 10 kg

Kekuatan menahan beban ≥ 12 ≥ 11 ≥ 12 N

Biaya produksi/ unit 200000 180000 180000 Rupiah

Lifetime ≥ 15 ≥ 15 ≥ 15 Tahun

Diameter kaki meja setrika 3 2 2 cm

Diameter kaki rak - - - cm

Material penyangga Kayu Oak Kayu Mahoni Aluminium Subj.

Fasilitas tambahan - - - Subj.

Baut dan mur yang kuat ≥ 5 ≥ 5 ≥ 5 N

Kursi yang mudah digeser - - - Subj.

Meja yang mudah digeser Tidak Tidak Tidak Subj.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

113

Universitas Indonesia

4.2.2.7 Menetapkan Target Awal untuk Tiap Respon Teknis

Setelah langkah-langkah pada subbab sebelumnya diselesaikan, langkah

berikutnya adalah menetapkan spesifikasi target awal untuk tiap respon teknis.

Penetapan spesifikasi target awal ini dilakukan melalui proses brainstorming

awal.

Khusus untuk dimensi terkait ergonomi, dibuat asumsi bahwa tinggi meja

setrika yang digunakan menyesuaikan dengan tinggi siku orang persentil 50

dikurangi dengan tinggi setrika. Pemilihan orang persentil 50 sebagai acuan ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa tinggi meja rata-rata juga akan dapat

mengakomodasi kenyamanan orang dengan persentil 5 dan 95. Sementara itu,

tinggi kursi dan tinggi footrest juga menyesuaikan dengan tinggi meja setrika

yang didapat dengan perhitungan secara berantai, di mana tinggi kursi didapat

dengan mengurangkan dimensi tinggi meja dengan tinggi siku orang persentil 50

saat duduk setelah sebelumnya ditambahkan dengan tinggi setrika, sementara

tinggi footrest didapat dengan mengurangkan dimensi tinggi kursi dengan tinggi

popliteal orang persentil 5. Lebar dan kedalaman kursi ditetapkan dengan

mengacu pada batas atas formula (2.1) dan (2.2). Hasil penetapan target awal

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.20. Target Respon Teknis

No. Respon Teknis Spesifikasi Satuan

1 Panjang meja setrika 110 cm

2 Lebar meja setrika 40 cm

3 Tinggi meja setrika 80,65 cm

4 Lebar kursi 43,79 cm

5 Kedalaman kursi 35,84 cm

6 Tinggi kursi 67,95 cm

7 Panjang rak 80 cm

8 Lebar rak 33 cm

9 Tinggi rak 77,15 cm

10 Tinggi footrest 19 cm

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

114

Universitas Indonesia

Tabel 4.20. Target Respon Teknis (Sambungan)

11 Massa total 10 Gr

12 Kekuatan menahan beban > 13 N

13 Biaya produksi/ unit 380.000 Rupiah

14 Lifetime > 15 Tahun

15 Diameter kaki meja setrika 6 Cm

16 Diameter kaki rak 4 Cm

17 Material penyangga Aluminium Subj.

18 Fasilitas tambahan

Ada tempat meletakkan

pelengkap menyetrika

Subj.

19 Baut dan mur yang kuat > 5 N

20 Kursi yang mudah digeser Ya Subj.

21 Meja yang mudah digeser Ya Subj.

4.2.2.8 Membuat dan Menganalisis HOQ

Seluruh hasil pengolahan data yang menghasilkan matriks-matriks

kemudian disatukan dalam HOQ. Adapun HOQ dalam perancangan meja setrika

ini dapat dilihat pada lampiran 7.

Setelah membuat HOQ, dilakukan analisis terhadap matriks perencanaan

dan matriks informasi teknis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan

respon teknis yang menjadi prioritas dalam pengembangan meja setrika baru.

Dengan demikian, pengembangan meja setrika tersebut dapat diarahkan pada

upaya yang tepat sasaran dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan konsumen.

Dari matriks perencanaan yang diperlihatkan pada HOQ, dapat dilihat pada kolom

tingkat kepentingan bahwa kebutuhan akan kenyamanan dalam penggunaan

merupakan kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang paling tinggi dengan nilai

tingkat kepentingan sebesar 4,571. Hal ini berarti bahwa kebutuhan akan

kenyamanan dalam penggunaan merupakan kebutuhan yang paling penting

menurut konsumen.

Setelah menentukan kebutuhan yang paling penting, analisis dilanjutkan

untuk menentukan kekuatan dan kelemahan meja setrika yang telah ada untuk

menemukan peluang yang mungkin diraih pada perancangan meja setrika yang

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

115

Universitas Indonesia

dilengkapi kursi ini. Untuk itu, dilakukan analisis terhadap kolom tingkat

kepuasan pada HOQ. Dari kolom tingkat kepuasan tersebut, dapat dilihat bahwa

ada 4 kebutuhan yang tingkat kepuasannya berada pada kategori kurang

memuaskan dan tidak memuaskan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi:

• kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan berdiri;

• kebutuhan akan kenyamanan dalam penggunaan;

• kebutuhan akan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau; serta

• kebutuhan akan fasilitas tambahan.

Karena berada pada skala kurang dan tidak memuaskan, dalam

perancangan meja setrika baru ini keempat kebutuhan tersebut diupayakan untuk

memiliki rasio perbaikan yang paling besar dengan penetapan target yang jauh di

atas tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen. Namun, karena adanya

perbedaan pada penilaian titik jual keempat kebutuhan tersebut, kebutuhan

menurut nilai keseluruhan data (raw weight) yang dihasilkan mengalami

pergeseran urutan prioritas pengembangan. Dari hasil perhitungan raw weight,

dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang mempunyai prioritas tertinggi untuk

dikembangkan adalah kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan berdiri

dengan nilai raw weight sebesar 21,078. Adapun urutan kebutuhan mulai dari

prioritas tertinggi hingga terendah adalah sebagai berikut:

1. meja setrika dengan desain yang mendukung fleksibilitas penyetrika untuk

duduk dan berdiri;

2. meja setrika dengan desain yang nyaman digunakan;

3. meja setrika dilengkapi dengan fasilitas tambahan;

4. meja setrika dengan harga yang reasonable;

5. meja setrika yang tahan lama;

6. meja setrika dilengkapi dengan rak pakaian yang luas dan mudah dijangkau;

7. meja setrika yang kuat;

8. meja setrika yang mudah disimpan;

9. meja setrika yang ringan;

10. meja setrika yang mudah dipindahkan; dan

11. meja setrika yang tahan karat.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

116

Universitas Indonesia

Setelah menganalisis matriks perencanaan, langkah berikutnya adalah

melakukan analisis terhadap matriks informasi teknis. Seperti yang telah

dijelaskan pada pembahasan sebelumnya pada subbab 4.2.2.3, dari normalized

raw weight yang didapatkan, dapat dihitung nilai kontribusi tiap respon teknis

terhadap pemenuhan kebutuhan untuk kemudian diurutkan menghasilkan urutan

prioritas respon teknis yang perlu dikembangkan.

Berdasarkan hasil analisis matriks perencanaan pada pembahasan

sebelumnya, diketahui bahwa kebutuhan yang merupakan prioritas utama dalam

perancangan meja setrika ini adalah kebutuhan akan desain meja setrika yang

mendukung fleksibilitas penyetrika untuk duduk dan berdiri. Namun, dari hasil

perhitungan prioritas respon teknis, ternyata respon teknis yang paling penting

untuk dikembangkan adalah tinggi rak yang tidak berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan berdiri. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan berdiri hanya memiliki hubungan

kuat dengan respon teknis cara memindahkan kursi. Sementara itu, beberapa

kebutuhan lain memiliki hubungan dengan banyak respon teknis yang ada. Oleh

karena itu, dengan mengacu pada hubungan yang terbentuk antara respon teknis

dengan normalized raw weight tiap kebutuhan, diketahui bahwa tinggi rak

menempati urutan pertama dalam prioritas pengembangan meja setrika ini dengan

nilai kontribusi sebesar 2,438. Adapun urutan respon teknis mulai dari prioritas

tertinggi hingga terendah adalah sebagai berikut:

1. tinggi rak;

2. tinggi meja setrika;

3. kursi yang mudah digeser;

4. tinggi kursi;

5. material penyangga;

6. fasilitas tambahan;

7. panjang meja setrika;

8. lebar meja setrika;

9. kekuatan menahan beban;

10. baut dan mur yang kuat;

11. biaya produksi/ unit;

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

117

Universitas Indonesia

12. lifetime;

13. tinggi footrest;

14. panjang rak;

15. lebar rak;

16. massa total;

17. meja yang mudah digeser;

18. lebar kursi;

19. kedalaman kursi;

20. diameter kaki meja setrika; dan

21. diameter kaki rak.

Pada matriks informasi teknis yang ditampilkan, dapat dilihat adanya

target yang ditetapkan untuk masing-masing respon teknis. Nilai yang tertera

merupakan target awal yang ditetapkan berdasarkan benchmarking dan asumsi

awal terkait dimensi yang ergonomis bagi penyetrika. Pada pembahasan

berikutnya, akan dilihat apakah nilai target awal ini telah cocok ditetapkan sebagai

spesifikasi akhir meja setrika yang akan dikembangkan melalui proses

penggenerasian dan pemilihan konsep untuk kemudian dilakukan penetapan

spesifikasi akhir secara keseluruhan.

4.2.3 Menggenerasi dan Memilih Konsep

Gambar 4.20. Posisi Tahap Penggenerasian dan Pemilihan Konsep pada

Langkah-langkah Pengembangan Konsep Produk

Dengan mengacu pada tingkat kepentingan yang dinyatakan oleh

konsumen terhadap masing-masing kebutuhan, dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa

3 kebutuhan yang dirasa paling penting oleh konsumen adalah kebutuhan akan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

118

Universitas Indonesia

kenyamanan dalam penggunaan, kebutuhan akan harga yang reasonable, dan

kebutuhan akan meja setrika yang kuat. Kebutuhan akan harga yang reasonable

bergantung pada penggunaan material, proses produksi, serta nilai keseluruhan

produk yang dihasilkan sehingga penggenerasian konsep akan lebih difokuskan

pada kebutuhan akan kenyamanan dalam penggunaan dan kebutuhan akan meja

setrika yang kuat sebagai 2 aspek yang turut mempengaruhi harga jual meja

setrika nantinya.

Sebelum konsep digenerasi, masalah yang ada didekomposisi ke dalam

submasalah yang lebih sederhana. Untuk itu, dibuat suatu diagram fungsi yang

merepresentasikan fungsi meja setrika yang akan dikembangkan. Diagram fungsi

penelitian ini ditampilkan pada gambar 4.21.

Gambar 4.21. Diagram Fungsi Permasalahan

Langkah berikutnya adalah membentuk diagram subfungsi dari diagram

fungsi yang ada untuk memetakan permasalahan secara lebih detail dengan

menyertakan deskripsi yang spesifik dari elemen-elemen yang dapat dilakukan

oleh meja setrika yang akan dikembangkan dalam rangka implementasi fungsi

keseluruhan meja setrika tersebut. Adapun diagram subfungsi yang dikembangkan

pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.22.

Input Output

Penyetrika

nyaman saat

Meja setrika

Material yang baik Kekuatan meja

Fleksibilitas Fleksibilitas

DIAGRAM FUNGSI

IRONING

BOARD

menyetrika

Penyetrika merasa

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

119

Universitas Indonesia

Gambar 4.22. Diagram Subfungsi Permasalahan

Konsep yang akan digenerasi terkait pengembangan meja setrika ini ada 3,

yaitu konsep lokasi rak pakaian dan konsep dimensi meja setrika terkait ergonomi

yang akan berpengaruh terhadap kenyamanan, serta konsep material pembentuk

meja setrika yang akan berpengaruh terhadap kekuatan meja setrika. Ketiga

konsep ini, jika diperhatikan lebih lanjut, sebenarnya tidak hanya berhenti pada

aspek kenyamanan penyetrika dan kekuatan meja setrika, tetapi juga berpengaruh

pada kebutuhan-kebutuhan lain yang terkadang membutuhkan trade-off dalam

pemilihannya. Proses penggenerasian dan pemilihan konsep ini berlangsung

secara simultan di mana output dari pemilihan konsep lokasi rak pakaian akan

menjadi input bagi penggenerasian dimensi meja setrika. Demikian pula output

dari pemilihan konsep dimensi meja setrika akan menjadi input bagi

penggenerasian konsep material yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, alur dalam

penggenerasian dan pemilihan konsep terkait pengembangan meja setrika ini

dapat dilihat pada gambar 4.23.

Input Output

Penyetrika merasa

Meja setrikaMenarik kursi dari

bawah meja

Mengatur posisi kursi

terhadap meja

nyaman saat

menyetrika

Rak pakaian Memposisikan rak

Material

yang baik

Menggunakan material

yang dapat menahan

banyak beban

Kekuatan meja

Fleksibilitas

Menggeser jika akan/

tidak menggunakan

kursi

Fleksibilitas

DIAGRAM SUBFUNGSI

Menyetrika pakaianPenyetrikaMeletakkan pakaian

pada rak

Fungsi

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Memperjelas

permasalahanMulai

Melakukan

dekomposisi

masalah

Menyiapkan

daftar konsep

yang akan

digenerasikan

Menggali

konsep yang

mungkin

Mendata

kelebihan

tiap konsep

Mendata

kekurangan

tiap konsep

Memilih

konsep

Menentukan

tinggi meja

dan rak

Membuat

desain meja

Studi ergonomi

ketinggian meja

Memfiksasi

dimensi tinggi

meja dan rak

Menentukan

dimensi variabel

kursi yang akan

disimulasikan

PEI lebih kecil

dari aktual?

Membuat

desain kursi

Studi ergonomi

desain meja

dilengkapi kursi

PEI lebih kecil

dari aktual?

Memfiksasi

dimensi

keseluruhan meja

Menggali

konsep yang

mungkin

Mendata

kelebihan

tiap konsep

Mendata

kekurangan

tiap konsep

Melakukan

concept

scoring

Memfiksasi

keseluruhan

konsep

Selesai

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Gambar 4.25. Alur Proses Penggenerasian dan Pemilihan Konsep

Universitas Indonesia

120

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

121

Universitas Indonesia

Langkah persiapan telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya

sehingga pada subbab di bawah ini, pembahasan akan diarahkan pada detail hasil

penggenerasian dan pemilihan masing-masing konsep. Adapun garis besar konsep

yang akan dibahas dapat dilihat pada pohon klasifikasi konsep yang

divisualisasikan pada gambar 4.24.

Gambar 4.24. Pohon Klasifikasi Konsep

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

122

Universitas Indonesia

4.2.3.1 Menggenerasi dan Memilih Konsep Lokasi Rak Pakaian

Ada 4 alternatif konsep lokasi rak pakaian yang dipertimbangkan dalam

penelitian ini, yaitu pada sisi kiri, kanan, depan, dan bawah meja setrika.

Kelebihan dan kekurangan untuk tiap konsep dijabarkan pada tabel 4.21. Khusus

untuk konsep lokasi rak di sisi kiri, kanan, dan depan meja setrika, diasumsikan

bahwa tinggi rak sejajar dengan tinggi siku penyetrika.

Tabel 4.21. Kelebihan dan Kekurangan Tiap Konsep Lokasi Rak Pakaian

Lokasi Kelebihan Kekurangan

Kiri

Mudah dijangkau

Analisis beban harus dilakukan secara matang

mengingat akan tidak seimbangnya sisi kiri dan

kanan meja setrika

Mudah dibentuk

menjadi compact

Jarak tidak boleh terlalu dekat mengingat tangan

kiri akan aktif bergerak memindahkan pakaian

Kanan Mudah dijangkau

Analisis beban harus dilakukan secara matang

mengingat akan tidak seimbangnya sisi kiri dan

kanan meja setrika

Terlalu banyak fitur di sisi kanan (di sisi kanan

telah ada tempat penempatan setrika dan

pelengkap menyetrika)

Pakaian berisiko jatuh jika bersinggungan

dengan tangan kanan yang sedang menyetrika

Depan Mudah dijangkau

Sulit membentuk desain yang compact jika tetap

ingin mempertahankan ukuran rak yang luas

Tidak ada space di depan meja bagi penyetrika

untuk menggeser pakaian ke depan

(kecenderungan penyetrika sebagai implikasi

dari lebar meja yang lebih sempit dibanding

lebar pakaian)

Bawah

Meja setrika lebih

stabil

Tidak ergonomis

Ukuran terbatas

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

123

Universitas Indonesia

Tabel 4.21. Kelebihan dan Kekurangan Tiap Konsep Lokasi Rak Pakaian

(Sambungan)

Sulit dibentuk menjadi compact mengingat akan

ada kursi di bagian bawah meja

Kelebihan dan kekurangan yang ada kemudian dianalisis untuk melihat

kemungkinan eliminasi konsep. Karena kelebihan yang dimiliki oleh 3 konsep

yang ada relatif sama, dilakukan analisis pada kekurangan konsep untuk melihat

peluang untuk mengatasi kekurangan yang ada sehingga konsep yang dipilih

adalah benar-benar konsep yang terbaik.

Eliminasi konsep pertama kali dilakukan pada konsep lokasi rak di bawah

meja setrika. Hal ini mengacu pada tujuan perancangan meja setrika yang adalah

untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan meja setrika yang lebih nyaman

dalam penggunaannya. Telah dibuktikan melalui studi ergonomi kondisi aktual

bahwa lokasi rak di bawah meja setrika seperti yang telah dikembangkan saat ini

tidak cukup ergonomis untuk menunjang kegiatan menyetrika.

Eliminasi berikutnya diarahkan pada konsep lokasi rak di depan meja

setrika. Hal ini mengacu pada kekurangan konsep yang menyatakan bahwa

dengan ditempatkannya rak pada sisi depan meja setrika, tidak akan ada space

bagi penyetrika untuk menggeser pakaian ke sisi depan sehingga penyetrika tidak

dapat menyetrika pakaian pada sisi yang lebih dekat dengannya tanpa membuat

kusut sisi lainnya. Akibatnya, hasil menyetrika menjadi tidak optimal.

Dari dua konsep yang tersisa, dipilih konsep peletakan rak di sisi kiri meja

setrika. Pada dasarnya, baik sisi kiri maupun kanan akan sama-sama mudah

dijangkau oleh penyetrika. Namun, risiko pakaian jatuh akibat bersinggungan

dengan tangan lebih besar jika rak ditempatkan pada sisi kanan meja setrika

mengingat tangan kanan akan terus bergerak ketika menyetrika. Selain itu, dari

sisi kemudahan dalam perancangan, rak di sisi kiri meja setrika lebih mudah

dipikirkan konsepnya. Hal ini disebabkan karena pada sisi kanan telah banyak

fitur yang ditempatkan sehingga kemungkinan akan bertabrakannya rak dengan

fitur-fitur yang ada ketika membuatnya secara compact akan lebih besar.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

124

Universitas Indonesia

4.2.3.2 Menggenerasi dan Memilih Konsep Dimensi Meja Setrika

Konsep dimensi yang akan digenerasi pada penelitian ini hanya dimensi

kursi yang akan dipilih setelah melalui pengujian pada software Jack 6.1. Dalam

menggenerasi konsep dimensi kursi yang terkait ergonomi, perlu ditentukan

terlebih dahulu tinggi meja setrika yang akan digunakan sebagai acuan dalam

penentuan tinggi kursi. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam proses

penggenerasian konsep dimensi kursi ini, akan dibahas terlebih dahulu mengenai

tinggi meja setrika dan tinggi rak pakaian yang ergonomis untuk digunakan dalam

posisi berdiri.

Ketinggian meja setrika pada penelitian ini tidak dikonfigurasikan,

melainkan langsung ditentukan dari tinggi siku orang persentil 50 dikurangi

dengan tinggi setrika yang diasumsikan adalah setinggi 10. Hal ini mengacu pada

teori yang menyatakan bahwa prinsip utama dalam perancangan ketinggian meja

kerja sebaiknya disesuaikan dengan tinggi siku orang saat melakukan pekerjaan

tersebut. Namun demikian, ketinggian meja kerja juga harus mempertimbangkan

tinggi benda kerja yang dalam hal ini, ketinggian meja harus dikurangi sebesar

tinggi dari benda kerja tersebut. Di sisi lain, seperti yang dijelaskan pada subbab

2.5.1, Pheasant (2003) dalam bukunya yang berjudul “Bodyspace Anthropometry,

Ergonomics and the Design of Work” menyatakan bahwa untuk kegiatan-kegiatan

manipulatif berat yang melibatkan tekanan ke bawah pada benda kerja, tinggi

meja kerja yang direkomendasikan adalah sebesar 10-25 cm di bawah tinggi siku.

Dengan pertimbangan bahwa ketinggian meja 25 cm di bawah tinggi siku akan

berakibat pada terlalu membungkuknya orang dengan persentil 95, maka dipilih

tinggi meja sebesar 10 cm di bawah tinggi siku, di mana 10 cm yang ditetapkan

akan menjadi ruang bagi setrika dengan asumsi tinggi yang sama sehingga dapat

disimpulkan bahwa meja setrika yang digunakan pada penelitian ini memiliki

dimensi tinggi sebesar 90,65 cm dikurangi 10 cm tinggi setrika menjadi 80,65 cm.

Adapun tinggi siku yang digunakan adalah tinggi siku orang dengan persentil 50

dengan maksud untuk mengakomodasi orang dengan persentil 5 dan 95 dengan

kenyamanan selama menyetrika. Jika digunakan tinggi siku orang persentil 5

sebagai acuan, maka orang dengan persentil 95 akan membungkuk lebih dalam,

sementara jika digunakan tinggi siku orang persentil 95, maka orang dengan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

125

Universitas Indonesia

persentil 5 harus mengangkat tangannya untuk mencapai setrika sehingga akan

menyebabkan tangan menjadi lebih cepat pegal.

Variabel lain yang juga diubah namun tidak dikonfigurasikan adalah

variabel tinggi rak. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya,

perlu dilakukan relokasi rak karena lokasi rak saat ini tidak ergonomis bagi

penyetrika karena harus membungkuk cukup dalam untuk mencapainya. Jika

dikaitkan dengan teori yang ada, perancangan tinggi rak juga seharusnya sama

dengan perancangan tinggi meja, yaitu setinggi siku saat berdiri dikurangi dengan

tinggi setrika. Namun demikian, karena adanya penyesuaian dengan desain, di

mana desain meja setrika memungkinkan dapat disimpannya rak pakaian persis di

bagian bawah meja, maka dimensi tinggi rak akan dipengaruhi oleh tebal meja

dan tebal rak itu sendiri.

Gambar 4.25. Desain Meja Setrika Baru (Belum Dilengkapi Kursi)

Gambar 4.25 menampilkan desain meja setrika sebelum dilengkapi kursi. Dapat

dilihat pada gambar di sisi kiri bawah, ada 3 bagian utama pada meja, yaitu:

1. meja utama, yang akan digunakan sebagai alas menyetrika;

1 2

3

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

126

Universitas Indonesia

2. rak pakaian 1, yang dapat diputar ke bagian bawah meja saat disimpan; serta

3. rak pakaian 2, yang mekanismenya seperti laci; dapat ditarik dari bawah rak

pakaian 1.

Dengan desain rak sedemikian rupa, maka tinggi rak pakaian 1 adalah

sebesar 80,65 cm tinggi meja setrika dikurangi dengan 2,5 cm tebal meja setrika

menjadi 78,15 cm. Sementara itu, tinggi rak pakaian 2 adalah sebesar 78,15 cm

tinggi rak pakaian 1 dikurangi dengan 1 cm tebal rak pakaian 1 menjadi 77,15 cm.

Untuk memeriksa apakah nilai ini masih dapat ditoleransi oleh orang khususnya

persentil 95 yang memiliki tinggi siku paling tinggi, dihitung besar sudut yang

terbentuk antara lengan bawah dengan garis horizontal.

lengan

θ

θ

41,51 cm 14 cm

Gambar 4.26. Ilustrasi Kemiringan Tangan Orang Persentil 95 Saat Meletakkan

Pakaian pada Rak

Dari hasil perhitungan, didapat nilai:

i � <Gj sinZ]

]Z,kZ

= 19,71°

Besar sudut 19,71° belum melebihi batas maksimum kenyamanan sebesar 30°

sehingga dapat disimpulkan bahwa tinggi rak pakaian 77,15 cm masih memenuhi

kriteria kenyamanan yang diharapkan.

Untuk membuktikan bahwa desain meja baru yang direkomendasikan

lebih baik dibanding desain meja setrika aktual, maka dilakukan simulasi dengan

software Jack 6.1 untuk mendapatkan nilai PEI. Secara keseluruhan konsep,

desain meja setrika yang akan dikembangkan ini memang dilengkapi dengan

kursi. Namun, karena salah satu kebutuhan yang diminta oleh konsumen adalah

kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan berdiri, simulasi pada software Jack

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

127

Universitas Indonesia

6.1 harus dilakukan, baik pada posisi berdiri maupun duduk. Dengan demikian,

diharapkan bahwa meja setrika yang akan dikembangkan ini dapat dikatakan lebih

ergonomis bagi penyetrika, baik saat penyetrika melakukan pekerjaannya sambil

berdiri maupun duduk.

Simulasi menggunakan software Jack 6.1 mengikuti langkah-langkah yang

sama seperti yang dijabarkan pada subbab 4.1. Sebagai langkah awal, dibuat

virtual environment pada software Jack 6.1 seperti yang ditampilkan pada gambar

4.27. Pembuatan virtual environment kemudian dilanjutkan dengan pembuatan

virtual human yang sama seperti yang ditampilkan pada gambar 4.3 sebelumnya.

Virtual human kemudian ditempatkan pada virtual environment seperti yang dapat

dilihat pada gambar 4.28.

Gambar 4.27. Virtual Environment Simulasi Ketinggian Meja

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

128

Universitas Indonesia

Gambar 4.28. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

pada Virtual Environment Simulasi Ketinggian Meja

Virtual human kemudian diberikan tugas seperti yang diperlihatkan pada

gambar 4.29 dan 4.30.

Gambar 4.29. Animation Window Simulasi Ketinggian Meja Model Persentil 5

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

129

Universitas Indonesia

Gambar 4.30. Animation Window Simulasi Ketinggian Meja Model Persentil 95

Setelah pembuatan animasi selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah

melakukan analisis terhadap hasil simulasi kedua model. Analisis yang pertama

kali dilakukan adalah analisis SSP yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.31.

Gambar 4.31. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Ketinggian Meja

Hasil pengecekan SSP menunjukkan bahwa kapabilitas untuk semua

bagian tubuh pada simulasi semua model usulan bernilai lebih dari 90%. Oleh

karena itu, dapat diyakini bahwa aktivitas dan postur kerja yang dilakukan

feasible untuk dilakukan oleh model manusia digital ukuran antropometri 5% dan

95% dari populasi ibu rumah tangga yang digunakan sebagai model.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

130

Universitas Indonesia

Gambar 4.32. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil 95

(Bawah) pada Simulasi Ketinggian Meja

Dari gambar 4.32, dapat dilihat bahwa kompresi yang diterima oleh tulang

belakang model persentil 5 adalah sebesar 880 N, sementara kompresi yang

diterima oleh model persentil 95 adalah sebesar 1.215 N. Nilai LBA maksimum

untuk kedua model ini dicapai saat penyetrika meletakkan pakaian pada rak

pakaian 1 seperti yang ditampilkan pada gambar 4.33.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

131

Universitas Indonesia

Gambar 4.33. Postur Penyetrika Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan) Saat

LBA Maksimum pada Simulasi Ketinggian Meja

Nilai LBA untuk ketinggian meja yang diusulkan ini lebih rendah

dibandingkan dengan nilai LBA kondisi aktual, baik pada model persentil 5

maupun model persentil 95. Penurunan nilai yang dialami oleh model persentil 5

lebih sedikit dibanding penurunan nilai model persentil 95. Hal ini disebabkan

karena pada kondisi aktual, model persentil 95 memang dituntut untuk

membungkuk lebih dalam dibanding model persentil 5.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

132

Universitas Indonesia

Gambar 4.34. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil

95 (Bawah) pada Simulasi Ketinggian Meja

Dari hasil analisis OWAS, kedua model menunjukkan nilai evaluasi yang

sama, yaitu 2. Nilai evaluasi ini ditunjukkan pada setiap aktivitas dan postur

penyetrika selama simulasi berjalan. Nilai ini menunjukkan bahwa desain meja

setrika yang diusulkan telah cukup ergonomis, namun perubahan dan investigasi

lebih lanjut terkait desain yang ada masih perlu dilakukan di masa yang akan

datang mengingat kegiatan menyetrika adalah kegiatan yang dilakukan secara

repetitif. Dari gambar 4.34, dapat dilihat elemen-elemen nilai OWAS, yaitu

seperti yang ditampilkan pada tabel 4.22.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

133

Universitas Indonesia

Tabel 4.22. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Ketinggian Meja

Persentil Punggung Tangan Kaki Beban Total

5 2 1 2 1 2

95 2 1 2 1 2

Masing-masing elemen OWAS di atas menunjukkan:

1. punggung penyetrika berada dalam kategori 2, yaitu melakukan kegiatan

sambil membungkuk;

2. tangan penyetrika berada dalam kategori 1, di mana kedua tangan berada di

bawah tinggi bahu;

3. kaki penyetrika berada dalam kategori 2, dengan tumpuan pada kedua kaki;

serta

4. beban berada dalam kategori 1 yang berarti bahwa berat beban masih di

bawah 10 kg.

Setelah melakukan analisis nilai LBA dan OWAS, dilakukan analisis nilai

RULA yang dihasilkan. Hasil analisis RULA beserta rincian elemen-elemen

penyusunnya dapat dilihat pada gambar 4.35 dan tabel 4.23.

Gambar 4.35. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil

95 (Kanan) pada Simulasi Ketinggian Meja

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

134

Universitas Indonesia

Tabel 4.23. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Ketinggian Meja

Kelompok A B

Total Anggota

Tubuh

Upper

Arm

Lower

Arm Wrist

Wrist

Twist Neck Trunk

Nilai

%5 4 3 2 2 2 3 6

%95 3 3 3 2 2 3 6

Nilai RULA berada pada skala 6 yang berarti bahwa tindakan perbaikan

harus segera dilakukan. Hal ini mengacu pada elemen-elemen nilai RULA yang

akan dibahas secara detail sebagai berikut:

1. Lengan atas model persentil 5 berada dalam kategori 4, di mana lengan atas

menyimpang membentuk sudut lebih dari 90°. Sementara itu, lengan atas

model persentil 95 berada dalam kategori 3, di mana lengan atas menyimpang

membentuk sudut 45°-90°. Perbedaan nilai ini disebabkan karena pada model

persentil 5, jarak jangkauan yang dapat dicapai oleh tangan lebih pendek

dibanding model persentil 95 sehingga sudut yang terbentuk juga lebih besar

dibanding model persentil 95.

2. Lengan bawah model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 3, di mana

lengan bawah bekerja melewati garis tengah tubuh atau melakukan

penyimpangan ke arah kiri melewati diameter tubuh.

3. Pergelangan tangan model persentil 5 berada dalam kategori 2, di mana

pergelangan tangan melakukan gerakan menekuk ke atas atau ke bawah sejauh

15°. Sementara itu, pergelangan tangan model persentil 95 berada dalam

kategori 3, di mana sudut yang terbentuk dari gerakan pergelangan tangan

menekuk lebih dari 15°.

4. Perputaran pergelangan tangan kedua model berada dalam kategori 2, artinya

perputaran yang terjadi sudah berada atau berada dekat dengan rentang

perputaran yang dapat dilakukan oleh pergelangan tangan.

5. Leher model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 2, di mana leher

menunduk sejauh 10-20°. Sudut ini bertambah dibanding kondisi aktual

karena nilai RULA maksimum pada kondisi aktual dicapai saat penyetrika

membungkuk dalam saat meletakkan pakaian, sementara pada kondisi usulan

ini penyetrika tidak membungkuk terlalu dalam karena tangan penyetrika

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

135

Universitas Indonesia

dapat mencapai rak pakaian dengan mudah. Sebagai implikasi dari tinggi rak

pakaian yang berada di bawah tinggi siku, penyetrika harus menundukkan

kepala lebih dalam untuk memastikan pakaian diletakkan pada posisi yang

sesuai.

6. Batang tubuh kedua model berada dalam kategori 3, di mana batang tubuh

membungkuk dalam jangkauan 20°-60°.

Nilai RULA maksimum ini didapat saat postur penyetrika sama seperti yang

ditampilkan pada gambar 4.33 sebelumnya.

Tabel 4.24. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Simulasi Ketinggian Meja

Persentil LBA OWAS RULA

5 880 2 6

95 1.215 2 6

Tabel 4.24 menunjukkan rekapitulasi nilai LBA, OWAS, dan RULA

simulasi ketinggian meja. Ketiga nilai yang telah didapatkan kemudian diolah

untuk menghasilkan PEI dengan menggunakan formula (2.8). Adapun hasil

perhitungan PEI simulasi ketinggian meja ini dapat dilihat pada tabel 4.25.

Tabel 4.25. Hasil Perhitungan PEI Simulasi Ketinggian Meja

Persentil I1 I2 I3 Mr PEI

5 0,259 0,5 0,857 1,42 1,976

95 0,357 0,5 0,857 1,42 2,074

Sama halnya dengan yang terjadi pada kondisi aktual, analisis ergonomi

pada simulasi ketinggian meja ini juga paling dipengaruhi oleh posisi rak pakaian.

Dilihat dari nilai PEI yang dihasilkan, penurunan yang ditunjukkan memang tidak

terlalu signifikan. Hal ini disebabkan karena relokasi rak pakaian memang

menjadi hal yang sulit dengan adanya pertimbangan kebutuhan yang saling

bertentangan dan memerlukan trade-off. Lokasi rak pakaian yang telah ditetapkan

melalui penggenerasian dan pemilihan konsep telah didasarkan atas pertimbangan

untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen yang mungkin dipenuhi, walaupun

nilai yang dapat dipenuhi untuk tiap kebutuhan tidak seluruhnya terpenuhi karena

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

136

Universitas Indonesia

harus memperhatikan kebutuhan lain. Dengan pertimbangan demikian, peneliti

memutuskan untuk tetap mempertahankan desain usulan yang ada, terlebih

mengacu pada tujuan awal penelitian, di mana penelitian diarahkan untuk

menghasilkan rancangan meja setrika yang lebih nyaman; bukan meja setrika

yang paling nyaman bagi penyetrika. Terlebih lagi, perancangan juga akan

diarahkan untuk memfasilitasi penyetrika dengan kursi yang mudah dipindahkan

sehingga secara langsung akan meningkatkan kenyamanan penyetrika.

Setelah didapatkan tinggi meja yang sesuai, dapat dicari tinggi kursi

dengan mengurangkan tinggi meja denga tinggi siku saat duduk setelah

sebelumnya ditambahkan dengan tinggi setrika. Adapun perhitungan tinggi kursi

adalah sebagai berikut:

Tinggi kursi = 80,65 + 10 – 22,7

= 67,95 cm

di mana tinggi siku yang digunakan adalah tinggi siku orang persentil 50 saat

duduk. Pemilihan penggunaan tinggi siku orang persentil 50 didasarkan pada

pertimbangan yang sama dengan pertimbangan saat menentukan tinggi meja,

yaitu bahwa pemilihan persentil 50 ini diharapkan dapat juga mengakomodasi

orang persentil 5 dan 95 sehingga sudut yang terbentuk antara lengan bawah

dengan sumbu horizontal, baik orang persentil 5 maupun 95 tidak terlalu besar.

Namun, setelah melalui perhitungan lebih lanjut, ketinggian kursi sebesar

67,95 cm tersebut ternyata tidak dapat begitu saja diterapkan. Hal ini disebabkan

karena dengan ketinggian kursi yang demikian, tidak memungkinkan, baik bagi

orang persentil 5, 50, maupun 95 untuk duduk di kursi karena tidak ada ruang

antara paha dan sisi bawah meja. Berdasarkan hasil perhitungan, ruang yang

terbentuk antara sisi bawah meja dan sisi atas kursi hanya sebesar 10,2 cm; tidak

dapat mengakomodasi lebar paha ketiga persentil. Ilustrasi mengenai hal ini

ditampilkan pada gambar 4.36.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

137

Universitas Indonesia

Paha

Meja

Kursi

SikuLengan

Tinggi siku saat

duduk

Lebar paha

Jarak paha dan sisi bawah meja

Tebal meja

Tinggi setrika

Gambar 4.36. Pertimbangan dalam Penentuan Tinggi Kursi

Untuk lebih memperjelas permasalahan yang ada, pada gambar 4.37

hingga gambar 4.39 ditampilkan ilustrasi posisi paha untuk ketiga persentil

dengan detail ukurannya. Ukuran lebar paha yang digunakan disesuaikan dengan

penyesuaian yang dilakukan oleh software Jack 6.1 saat input semua data

antropometri yang didapat selesai dilakukan. Semua ukuran yang tertera

dinyatakan dalam satuan cm. Adapun ketiga gambar yang ada tidak menggunakan

skala yang sesuai sehingga beberapa ukuran mungkin terlihat tidak proporsional.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

138

Universitas Indonesia

Gambar 4.37. Posisi Paha Penyetrika Persentil 5 Jika Ketinggian Kursi 67,95 cm

Gambar 4.38. Posisi Paha Penyetrika Persentil 50 Jika Ketinggian Kursi 67,95

cm

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

139

Universitas Indonesia

Gambar 4.39. Posisi Paha Penyetrika Persentil 95 Jika Ketinggian Kursi 67,95

cm

Dari ketiga gambar di atas, dapat dilihat bahwa dengan ketinggian kursi

67,95 cm, ruang yang tersedia antara sisi bawah meja dan sisi atas kursi tidak

cukup bagi paha persentil 5, 50, dan 95. Sebagai alternatif solusi, dikembangkan

dua konsep terkait dimensi tinggi kursi. Kedua konsep ini akan mempengaruhi

dimensi lain serta desain kursi secara keseluruhan. Untuk menentukan konsep

yang akan dipilih, dilakukan simulasi pada software Jack 6.1 sehingga dapat

diketahui satu dari dua konsep yang memberikan nilai PEI terkecil.

Konsep pertama adalah menurunkan tinggi kursi menjadi 53,85 cm dengan

asumsi bahwa jarak antara paha dengan meja yang diinginkan adalah sejauh 8 cm.

Rincian dimensi-dimensi penting pada konsep ini beserta persentil acuan dan

formula perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.26.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

140

Universitas Indonesia

Tabel 4.26. Dimensi Konsep 1

Dimensi Formula Perhitungan Persentil

Acuan Nilai Satuan

Jarak paha-meja langsung ditentukan 5, 50, 95 8 Cm

Tinggi kursi

tinggi meja – (tebal meja +

jarak paha dan meja + lebar

paha)

50 53,85 Cm

Lebar kursi 1,1 × hip breadth 95 43,79 Cm

Kedalaman

kursi

0,99 × buttock-popliteal 5 35,84 Cm

Panjang footrest 1,32 × 2 × lebar kaki 95 31,15 Cm

Lebar footrest 1,32 × panjang kaki 95 35,38 Cm

Tinggi footrest tinggi kursi - popliteal 5 19 Cm

Kemiringan

footrest

langsung ditentukan (kaki

membentuk sudut 90°

terhadap sumbu horizontal)

5, 50, 95 0 °

Dari data-data tersebut, dibuat desain kursi untuk kemudian dimasukkan

ke dalam software Jack 6.1 membentuk virtual environment. Desain yang dibuat

dapat dilihat pada gambar 4.40 sementara virtual environment yang terbentuk

dapat dilihat pada gambar 4.41.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

141

Universitas Indonesia

Gambar 4.40. Desain Konsep 1

Gambar 4.41. Virtual Environment Simulasi Konsep 1

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

142

Universitas Indonesia

Virtual human kemudian ditempatkan pada virtual environment yang ada

seperti ditampilkan pada gambar 4.42.

Gambar 4.42. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

pada Virtual Environment Simulasi Konsep 1

Virtual human kemudian diberikan tugas seperti yang diperlihatkan pada

gambar 4.43 dan 4.44.

Gambar 4.43. Animation Window Simulasi Konsep 1 Model Persentil 5

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

143

Universitas Indonesia

Gambar 4.44. Animation Window Simulasi Konsep 1 Model Persentil 95

Analisis SSP kemudian dilakukan untuk menguji kapabilitas model. Hasil

analisis SSP dapat dilihat pada gambar 4.45.

Gambar 4.45. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Konsep 1

Kedua model memiliki nilai kapabilitas lebih dari 90% sehingga analisis

dapat dilanjutkan untuk mengevaluasi nilai LBA, OWAS, dan RULA.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

144

Universitas Indonesia

Gambar 4.46. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil 95

(Bawah) pada Simulasi Konsep 1

Dapat dilihat pada gambar 4.46 bahwa nilai LBA maksimum untuk model

persentil 5 adalah sebesar 1.000 N. Nilai LBA maksimum ini dicapai pada saat

model meletakkan setrika pada tempat setrika, seperti yang diperlihatkan pada

gambar 4.47.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

145

Universitas Indonesia

Gambar 4.47. Model Persentil 5 saat Meletakkan Setrika pada Simulasi Konsep 1

Sementara itu, nilai LBA maksimum yang dicapai oleh model persentil 95

yang adalah sebesar 1.246 N dicapai saat model meletakkan pakaian pada rak

pakaian 1 seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.48.

Gambar 4.48. Model Persentil 95 saat Meletakkan Pakaian pada Rak 1 pada

Simulasi Konsep 1

Nilai LBA maksimum kedua model dicapai pada postur yang berbeda.

Pada saat meletakkan setrika, postur tubuh model persentil 5 lebih berbahaya

karena antropometri model persentil 5 yang memang lebih kecil sehingga

jangkauan tangan juga lebih terbatas dibanding model persentil 95. Terlebih lagi,

dilihat dari jaraknya, jangkauan ke kanan (ke arah tempat setrika) memang lebih

jauh dibanding jangkauan ke kiri (ke arah rak). Desain ini dibuat dengan

pertimbangan bahwa jika penyetrika diposisikan berada di tengah-tengah meja

setrika dengan area jangkauan yang sama, baik ke kiri maupun ke kanan, kaki

penyetrika akan menabrak kaki meja.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

146

Universitas Indonesia

Gambar 4.49. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil

95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 1

Sama halnya dengan nilai LBA maksimum, nilai OWAS maksimum

model persentil 5 dan 95 juga dicapai pada postur tubuh yang berbeda, yaitu

postur saat meletakkan setrika pada model persentil 5 dan postur saat meletakkan

pakaian di rak pada model persentil 95 seperti yang diperlihatkan pada gambar

4.47 dan 4.48.

Dari gambar 4.49, dapat dilihat elemen-elemen nilai OWAS, yaitu seperti

yang ditampilkan pada tabel 4.27.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

147

Universitas Indonesia

Tabel 4.27. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Konsep 1

Persentil Punggung Tangan Kaki Beban Total

5 4 1 1 1 2

95 2 1 1 1 2

Masing-masing elemen OWAS di atas menunjukkan:

1. punggung model persentil 5 berada dalam kategori 4, di mana model

melakukan kegiatan membungkuk dan memutar secara bersamaan. Sementara

itu, punggung model persentil 95 berada dalam kategori 2, yaitu melakukan

kegiatan sambil membungkuk;

2. tangan kedua model berada dalam kategori 1, di mana kedua tangan berada di

bawah tinggi bahu;

3. kaki kedua model berada dalam kategori 1, di mana kegiatan dilakukan sambil

duduk; serta

4. beban berada dalam kategori 1 yang berarti bahwa berat beban masih di

bawah 10 kg.

Gambar 4.50. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil

95 (Kanan) pada Simulasi Konsep 1

Analisis RULA kedua model seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.50

sama-sama menunjukkan skala 6. Nilai RULA maksimum kedua model ini

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

148

Universitas Indonesia

didapat saat postur penyetrika sedang meletakkan pakaian pada rak. Adapun

elemen-elemen RULA untuk kedua model disimpulkan pada tabel 4.28.

Tabel 4.28. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Konsep 1

Kelompok A B

Total Anggota

Tubuh

Upper

Arm

Lower

Arm Wrist

Wrist

Twist Neck Trunk

Nilai

%5 5 2 3 2 3 1 6

%95 3 3 3 2 3 3 6

Elemen-elemen RULA yang ditampilkan pada tabel 4.28 mengacu pada

hal-hal berikut:

1. Lengan atas model persentil 5 berada dalam kategori 5, di mana lengan atas

menyimpang membentuk sudut lebih dari 90°. Sementara itu, lengan atas

model persentil 95 berada dalam kategori 3, di mana lengan atas menyimpang

membentuk sudut 45°-90°.

2. Lengan bawah model persentil 5 berada dalam kategori 2, di mana lengan

bawah melakukan penyimpangan membentuk sudut lebih dari 100°.

Sementara itu, lengan bawah model persentil 95 berada dalam kategori 3, di

mana lengan bawah bekerja melewati garis tengah tubuh atau melakukan

penyimpangan ke arah kiri melewati diameter tubuh.

3. Pergelangan tangan model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 3, di mana

sudut yang terbentuk dari gerakan pergelangan tangan menekuk lebih dari 15°.

4. Perputaran pergelangan tangan kedua model berada dalam kategori 2, artinya

perputaran yang terjadi sudah berada atau berada dekat dengan rentang

perputaran yang dapat dilakukan oleh pergelangan tangan.

5. Leher model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 3, di mana leher

menunduk sejauh lebih dari 20°.

6. Batang tubuh model persentil 5 berada dalam kategori 1, di mana batang tubuh

berada dalam posisi tegak, sementara batang tubuh model persentil 95 berada

dalam kategori 3, di mana batang tubuh membungkuk dalam jangkauan 20°-

60°.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

149

Universitas Indonesia

Tabel 4.29. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Simulasi Konsep 1

Persentil LBA OWAS RULA

5 1.000 2 6

95 1.246 2 6

Tabel 4.29 menunjukkan rekapitulasi nilai LBA, OWAS, dan RULA

simulasi konsep 1. Adapun hasil perhitungan PEI simulasi konsep 1 ini dapat

dilihat pada tabel 4.30.

Tabel 4.30. Hasil Perhitungan PEI Simulasi Konsep 1

Persentil I1 I2 I3 Mr PEI

5 0,294 0,5 0,857 1,42 2,011

95 0,366 0,5 0,857 1,42 2,084

Perhitungan PEI konsep 1 menghasilkan nilai di bawah nilai PEI kondisi

aktual. Hal ini berarti bahwa konsep 1 telah lebih ergonomis dibanding kondisi

aktual, walaupun perbedaan nilai PEI-nya tidak mengalami penurunan yang

signifikan. Dalam rangka mempertimbangkan desain lain yang mungkin lebih

ergonomis, maka dibuat konsep kedua dari desain meja setrika yang ada.

Konsep kedua adalah mempertahankan tinggi kursi pada level 67,95 cm.

Konsekuensinya, agar paha penyetrika tidak menabrak meja, dilakukan perubahan

dimensi kedalaman kursi menjadi 1/3 dari kedalaman kursi pada konsep pertama.

Dengan pengurangan dimensi kedalaman kursi ini, diharapkan paha akan

membentuk kemiringan tertentu, yang dalam hal ini ditentukan sebesar 30°,

karena tidak ditopang oleh kursi sehingga tetap akan ada ruang yang terbentuk

antara paha dan meja. Rincian dimensi-dimensi penting pada konsep ini beserta

persentil acuan dan formula perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.31.

Tabel 4.31. Dimensi Konsep 2

Dimensi Formula Perhitungan Persentil

Acuan Nilai Satuan

Tinggi kursi

tinggi meja + tinggi setrika –

tinggi siku saat duduk

50 67,95 cm

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

150

Universitas Indonesia

Tabel 4.31. Dimensi Konsep 2 (Sambungan)

Lebar kursi 1,1 × hip breadth 95 43,79 cm

Kedalaman

kursi

1/3 × buttock knee 50 16,57 cm

Kemiringan sisi

depan kursi

langsung ditentukan 5, 50, 95 30 °

Panjang footrest 1,32 × 2 × lebar kaki 95 31,15 cm

Lebar footrest 1,32 × panjang kaki 95 35,38 cm

Kemiringan

footrest langsung ditentukan 5, 50, 95 20 °

Desain kursi untuk konsep 2 dapat dilihat pada gambar 4.51. Desain

tersebut kemudian diimpor pada software Jack sehingga membentuk virtual

environment seperti yang divisualisasikan pada gambar 4.52.

Gambar 4.51. Desain Konsep 2

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

151

Universitas Indonesia

Gambar 4.52. Virtual Environment Simulasi Konsep 2

Penempatan virtual human pada virtual environment simulasi konsep 2 ini

dapat dilihat pada gambar 4.53.

Gambar 4.53. Posisi Virtual Human Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan)

pada Virtual Environment Simulasi Konsep 2

Virtual human kemudian diberikan tugas seperti yang diperlihatkan pada

gambar 4.54 dan 4.55.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

152

Universitas Indonesia

Gambar 4.54. Animation Window Simulasi Konsep 2 Model Persentil 5

Gambar 4.55. Animation Window Simulasi Konsep 2 Model Persentil 95

Seperti yang telah dilakukan pada proses-proses sebelumnya, untuk

mengawali analisis ergonomi konsep 2 ini dilakukan analisis SSP model. Hasil

analisis SSP pada software Jack 6.1 dapat dilihat pada gambar 4.56.

Gambar 4.56. Grafik Kapabilitas Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95

(Kanan) pada Simulasi Konsep 2

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

153

Universitas Indonesia

Hasil analisis SSP menunjukkan bahwa kapabilitas untuk semua bagian

tubuh pada simulasi konsep 2 bernilai lebih dari 90%. Oleh karena itu, dapat

diyakini bahwa aktivitas dan postur kerja yang dilakukan feasible untuk dilakukan

oleh model manusia dari populasi ibu rumah tangga.

Gambar 4.57. Hasil Analisis Nilai LBA Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil 95

(Bawah) pada Simulasi Konsep 2

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 171: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

154

Universitas Indonesia

Dari gambar 4.57, dapat dilihat bahwa kompresi yang diterima oleh tulang

belakang model persentil 5 adalah sebesar 1.157 N, sementara kompresi yang

diterima oleh model persentil 95 adalah sebesar 1.275 N. Nilai LBA maksimum

untuk kedua model ini dicapai saat penyetrika meletakkan setrika seperti yang

ditampilkan pada gambar 4.58.

Gambar 4.58. Postur Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil 95 (Kanan) Saat

Meletakkan Setrika

Gambar 4.59. Hasil Analisis Nilai OWAS Model Persentil 5 (Atas) dan Persentil

95 (Bawah) pada Simulasi Konsep 2

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 172: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

155

Universitas Indonesia

Kedua model, baik model persentil 5 maupun 95, menunjukkan nilai

evaluasi yang sama, yaitu 2. Nilai evaluasi ini ditunjukkan pada setiap aktivitas

dan postur penyetrika selama simulasi berjalan. Nilai ini berarti bahwa usulan

perbaikan dapat dikatakan telah cukup ergonomis, namun tindakan perbaikan di

masa mendatang masih perlu dilakukan. Dari gambar 4.59, dapat dilihat elemen-

elemen nilai OWAS, yaitu seperti yang ditampilkan pada tabel 4.32.

Tabel 4.32. Elemen Nilai OWAS pada Simulasi Konsep 2

Persentil Punggung Tangan Kaki Beban Total

5 4 1 1 1 2

95 2 1 1 1 2

Masing-masing elemen OWAS di atas menunjukkan:

1. punggung model persentil 5 berada dalam kategori 4, yaitu melakukan

gerakan membungkuk dan memutar secara bersamaan, sementara punggung

model persentil 95 berada dalam kategori 2, yaitu melakukan kegiatan sambil

membungkuk;

2. tangan model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 1, di mana kedua

tangan berada di bawah tinggi bahu;

3. kaki kedua model berada dalam kategori 1, di mana kegiatan dilakukan dalam

posisi duduk; serta

4. beban berada dalam kategori 1 yang berarti bahwa berat beban masih di

bawah 10 kg.

Setelah melakukan analisis nilai LBA dan OWAS, dilakukan analisis nilai

RULA yang dihasilkan. Hasil analisis RULA beserta rincian elemen-elemen

penyusunnya dapat dilihat pada gambar 4.60 dan tabel 4.33.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 173: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

156

Universitas Indonesia

Gambar 4.60. Hasil Analisis Nilai RULA Model Persentil 5 (Kiri) dan Persentil

95 (Kanan) pada Simulasi Kondisi Aktual

Tabel 4.33. Elemen Nilai RULA pada Simulasi Konsep 2

Kelompok A B

Total Anggota

Tubuh

Upper

Arm

Lower

Arm Wrist

Wrist

Twist Neck Trunk

Nilai

%5 4 3 2 1 1 5 7

%95 4 3 3 2 1 4 6

Penjelasan dari elemen-elemen RULA yang ditampilkan pada tabel 4.33

adalah sebagai berikut:

1. Lengan atas model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 4, di mana lengan

atas menyimpang membentuk sudut lebih dari 90°.

2. Lengan bawah model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 3, di mana

lengan bawah bekerja melewati garis tengah tubuh atau melakukan

penyimpangan ke arah kiri melewati diameter tubuh.

3. Pergelangan tangan model persentil 5 berada dalam kategori 2, di mana

pergelangan tangan melakukan gerakan menekuk ke atas atau ke bawah sejauh

15°. Sementara itu, pergelangan tangan model persentil 95 berada dalam

kategori 3, di mana sudut yang terbentuk dari gerakan pergelangan tangan

menekuk lebih dari 15°.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 174: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

157

Universitas Indonesia

4. Perputaran pergelangan tangan model persentil 5 berada dalam kategori 1, di

mana perputaran berada pada jarak menengah dari rentang perputaran yang

dapat dilakukan pergelangan tangan, sementara perputaran pergelangan tangan

model persentil 95 berada dalam kategori 2, di mana perputaran yang terjadi

sudah berada atau berada dekat dengan rentang perputaran yang dapat

dilakukan oleh pergelangan tangan.

5. Leher model persentil 5 dan 95 berada dalam kategori 1, di mana leher

menunduk sejauh 0-10°.

6. Batang tubuh model persentil 5 berada dalam kategori 5 sementara batang

tubuh model persentil 95 berada dalam kategori 4, di mana batang tubuh

membungkuk dalam sejauh lebih dari 60°.

Nilai RULA maksimum pada model persentil 5 terjadi saat model

meletakkan setrika, seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.58 sebelah kiri.

Sementara itu, nilai RULA maksimum pada model persentil 95 terjadi selama

animasi berjalan secara realtime. Artinya, setiap aktivitas dan postur penyetrika

memiliki risiko cedera pada tubuh bagian atas yang sama.

Tabel 4.34. Rekapitulasi Nilai Analisis Ergonomi Simulasi Konsep 2

Persentil LBA OWAS RULA

5 1.157 2 7

95 1.275 2 6

Tabel 4.34 menunjukkan rekapitulasi nilai LBA, OWAS, dan RULA

simulasi konsep 2. Nilai-nilai tersebut kemudian diolah menghasilkan PEI seperti

yang dapat dilihat pada tabel 4.35.

Tabel 4.35. Hasil Perhitungan PEI Simulasi Konsep 2

Persentil I1 I2 I3 Mr PEI

5 0,34 0,5 1 1,42 2,26

95 0,375 0,5 0,857 1,42 2,092

Dari hasil simulasi, dapat dilihat perbandingan nilai PEI yang diperoleh

pada gambar 4.61.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 175: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

158

Universitas Indonesia

Gambar 4.61. Rekapitulasi Nilai PEI

Dapat dilihat pada gambar 4.61 bahwa kedua konsep usulan memberikan

nilai PEI yang lebih rendah dibanding kondisi aktual. Hal ini berarti bahwa kedua

desain yang menjadi usulan perbaikan sudah lebih ergonomis dibanding desain

meja setrika yang ada saat ini. Namun demikian, dapat dilihat bahwa penurunan

nilai PEI yang terjadi tidak cukup signifikan. Pada kedua konsep, nilai ergonomi

yang mengalami penurunan hanya LBA dan OWAS, sementara nilai RULA

cenderung tetap, baik pada konsep 1 maupun konsep 2. Perbedaan kedua konsep

ini terletak pada tinggi dan kedalaman kursi yang diatur sebagai tindakan reaktif

terhadap kondisi tidak adanya ruang antara paha dan sisi bawah meja. Namun

demikian, perbedaan variabel ini ternyata tidak memberikan perbedaan pengaruh

yang signifikan. Jika dievaluasi lebih lanjut, tidak berubahnya nilai RULA

mengacu pada desain meja setrika yang memang sulit untuk diubah karena

banyaknya trade-off yang harus dilakukan.

Di satu sisi, konsumen menginginkan adanya fleksibilitas untuk duduk dan

berdiri yang dalam hal ini mengharuskan adanya kursi sebagai tambahan fasilitas

bagi konsumen. Namun, di sisi lain, ketinggian kursi tidak dapat diatur

sedemikian rupa sehingga siku penyetrika sesuai dengan standar ergonomi yang

ada, di mana siku penyetrika saat duduk harus membentuk sudut 90° terhadap

sumbu horizontal, karena adanya batasan ruang antara paha dan meja yang harus

dipenuhi.

Aktual Konsep 1 Konsep 2

Persentil 5 2.284 2.011 2.26

Persentil 95 2.67 2.084 2.092

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Nil

ai

Perbandingan Nilai PEI

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 176: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

159

Universitas Indonesia

Selain itu, dalam kaitannya dengan area jangkauan penyetrika, dapat

dilihat bahwa model persentil 5, khususnya, mengalami kesulitan dalam

menjangkau setrika pada tempat setrika. Penempatan kursi ini telah diusahakan

berada di tengah-tengah meja. Namun, karena adanya kaki meja pada sisi yang

agak lebih kanan meja, maka posisi kursi digeser sedikit lebih ke kiri agar kaki

penyetrika tidak membentur kaki meja selama menyetrika. Hal ini juga

sebenarnya mengacu pada trade-off yang dilakukan untuk memilih antara

meletakkan kursi pada posisi yang lebih dekat dengan rak pakaian atau lebih dekat

dengan setrika. Jika dilihat dari tingkat kesulitannya, rak pakaian akan lebih sulit

dijangkau mengingat kedua tangan harus ikut bergerak saat meletakkan pakaian

dan menjangkau rak. Terlebih lagi, pakaian akan semakin menumpuk ke atas

seiring dengan semakin banyaknya pakaian yang disetrika. Dengan demikian,

tentu akan lebih menyulitkan jika kursi diletakkan pada posisi yang lebih jauh dari

rak pakaian.

Alternatif yang mungkin untuk menyelesaikan permasalahan penyetrika

dalam menjangkau setrika adalah dengan memperkecil dimensi panjang dan lebar

meja setrika. Namun, hal ini juga membutuhkan trade-off karena memperkecil

dimensi berarti mengharuskan penyetrika menggeser pakaian berkali-kali

sehingga memperpanjang waktu menyetrika.

Trade-off lain yang dilakukan adalah terkait dengan lokasi rak pakaian

yang juga mempengaruhi jangkauan penyetrika. Penjelasan terkait hal ini telah

dijelaskan sebelumnya pada subbab 4.2.3.1.

Hal-hal di atas berpengaruh terhadap postur lengan penyetrika yang dalam

hal ini mempengaruhi nilai RULA. Dari analisis ergonomi yang telah dijabarkan

sebelumnya, khususnya dengan mengacu pada nilai RULA yang dihasilkan, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan menyetrika, dari segi postur saat menyetrika,

memang lebih baik dilakukan dalam posisi berdiri. Hal ini mengurangi

kemungkinan untuk cidera, mengingat bahwa permasalahan yang terjadi saat

simulasi dilakukan dalam posisi duduk adalah pada berkurangnya area jangkauan

sehingga menyebabkan postur saat berusaha menjangkau area-area tertentu

menimbulkan risiko cidera bagi penyetrika. Namun, dalam penelitian ini, tetap

dipertahankan adanya inovasi berupa penambahan kursi pada meja setrika karena

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 177: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

160

Universitas Indonesia

kebutuhan akan fleksibilitas untuk duduk dan berdiri merupakan salah satu

kebutuhan yang disuarakan oleh konsumen dan bahkan menempati urutan pertama

dalam prioritas kebutuhan menurut konsumen. Selain itu, pada bab 1 sebelumnya

telah dijelaskan bahwa dari hasil penelitian awal, keluhan utama yang muncul

adalah keluhan akan lama berdiri selama menyetrika yang menyebabkan kaki

menjadi cepat pegal. Keluhan ini memang tidak dapat ter-capture sepenuhnya

pada software Jack 6.1 sehingga tidak diikutsertakan dalam analisis ergonomi.

Namun, keluhan ini perlu mendapat perhatian mengingat persentase keluhan ini

adalah sebesar 97% dari total 30 responden yang diteliti. Terlebih lagi, gerakan

menyetrika dilakukan secara repetitif. Sesuai dengan teori, kegiatan yang

dilakukan secara repetitif sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri

secara bergantian untuk mencegah terjadinya musculoskeletal disorders.

Dengan adanya pertimbangan untuk tetap mempertahankan adanya kursi,

maka dipilih satu konsep terbaik yang dinyatakan dengan nilai PEI yang lebih

kecil. Dalam hal ini, dipilih konsep 1 sebagai konsep yang akan

diimplementasikan pada perancangan meja setrika baru ini. Secara keseluruhan,

dapat disimpulkan bahwa dimensi tinggi yang cukup ergonomis

diimplementasikan pada meja setrika adalah 80,65 cm untuk tinggi meja dan

53,85 cm untuk tinggi kursi. Adapun dimensi-dimensi lain akan ditetapkan pada

penentuan spesifikasi produk setelah melalui proses pemilihan material yang akan

dibahas pada subbab berikutnya.

4.2.3.3 Menggenerasi dan Memilih Konsep Material yang Digunakan

Pemilihan material menjadi hal yang penting dalam pengembangan meja

setrika ini mengingat jenis material akan menentukan karakteristik dari meja

setrika, seperti misalnya kekuatan, ketahanan, massa total, dan lain-lain.

Pemilihan material ini meliputi penentuan material papan setrika, rak pakaian,

kursi, dan kaki penyangga. Namun demikian, tidak semuanya akan digenerasikan

pada tahap penggenerasian konsep material ini. Konsep material yang

dikembangkan hanya berupa konsep material penyangga meja setrika, sementara

material-material untuk bagian meja setrika lain langsung ditentukan dengan

pertimbangan bahwa material yang dipilih adalah material yang lazim digunakan

pada meja setrika yang telah ada sebelumnya. Dalam hal ini, material yang

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 178: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

161

Universitas Indonesia

digunakan untuk papan setrika dan rak ditentukan terbuat dari kayu balsa.

Sementara itu, kursi terbuat dari kayu meranti dengan kaki penyangga terbuat dari

aluminium. Baik kursi maupun papan setrika akan dilapisi dengan busa.

Dalam kaitannya dengan pemilihan material penyangga, ada 3 jenis

material yang digenerasikan, yaitu aluminium, kayu, dan besi. Pemilihan ketiga

jenis material ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiga jenis material ini

memang sering digunakan sebagai material penyangga meja setrika saat ini. Pada

tabel 4.36 akan dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan tiap jenis material.

Tabel 4.36. Kelebihan dan Kekurangan Tiap Konsep Material

Material Kelebihan Kekurangan

Aluminium

Relatif ringan, antirayap,

tahan karat, kuat

Agak mahal

Kayu Tidak berkarat, kuat, ringan Rentan terhadap rayap

Besi Kuat, tahan lama Berat, mahal, mudah berkarat

Konsep tersebut kemudian dipilih melalui tahap concept scoring seperti

yang ditampilkan pada tabel 4.37. Adapun perhitungan bobot pada concept

scoring tersebut dilakukan dengan menormalisasi nilai tingkat kepentingan tiap

kebutuhan konsumen.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 179: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Tabel 4.41. Concept Scoring Pemilihan Material Penyangga

Kriteria Seleksi Bobot Aluminium Kayu Besi

Rating Nilai Bobot Rating Nilai Bobot Rating Nilai Bobot

Mudah disimpan 7,64% 4 0,31 4 0,31 4 0,31

Mudah dipindahkan 8,26% 4 0,33 4 0,33 3 0,25

Mendukung fleksibilitas penyetrika untuk

duduk dan berdiri

8,76% 4 0,35 4 0,35 4 0,35

Nyaman digunakan 11,19% 4 0,45 4 0,45 4 0,45

Dilengkapi rak pakaian yang luas dan mudah

dijangkau

8,21% 4 0,33 4 0,33 4 0,33

Dilengkapi dengan fasilitas tambahan 8,27% 4 0,33 4 0,33 4 0,33

Ringan 7,82% 3 0,23 4 0,31 2 0,16

Kuat 10,62% 4 0,42 3 0,32 5 0,53

Tahan lama 10,56% 4 0,42 3 0,32 4 0,42

Tahan karat 7,52% 4 0,30 5 0,38 1 0,08

Harga reasonable 11,14% 4 0,45 4 0,45 3 0,33

Total Nilai 3,92 3,86 3,53

Peringkat 1 2 3

Lanjutkan? Ya Tidak Tidak

Universitas Indonesia

162

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 180: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

163

Universitas Indonesia

Dari tabel 4.37, dapat dilihat bahwa jenis material yang paling baik

digunakan sebagai penyangga dalam pengembangan meja setrika baru ini adalah

aluminium.

Setelah material ditentukan, maka dilakukan analisis ekonomi terkait

pengembangan produk, yang dalam hal ini dibatasi hanya sampai pada tahap

analisis biaya material. Adapun biaya material yang dikeluarkan untuk

pengembangan meja setrika ini adalah sebagai berikut:

1. Papan setrika (1.100 × 400 × 25) mm

• Kayu balsa (1 × Rp 23.000,00/ ton) Rp 23.000,00

• Busa (1 × Rp 10.000,00/ buah) Rp 10.000,00

• Fabric (1,1 × Rp 20.000,00/m2) Rp 22.000,00

• Total Rp 57.000,00

2. Rak (776,9 × 330 × 15)

• Kayu balsa (1 × Rp 23.000,00/ ton) Rp 23.000,00

• Busa (1 × Rp 10.000,00/ buah) Rp 10.000,00

• Fabric (0,7769 × Rp 20.000,00/m2) Rp 15.538,00

• Total Rp 48.530,00

3. Kursi (437,9 × 358,4 × 25) mm

• Kayu meranti (�]l_,m %lk`,] %nk�

�Z.^^^ %Z.^^^ %Z.^^^� × Rp 2.300.000,00/ m

3) Rp 9.024,00

• Busa (1 × Rp 5.000,00/ buah) Rp 5.000,00

• Fabric (0,4379 × Rp 20.000,00/ m2) Rp 8.758,00

• Total Rp 22.782,00

4. Batang aluminium

(794,5 + 751,5 + 400 + 400 + 400 + 400 + 506,61 +

350,76 + 662,1 + 280,8 + 380)/1.000 × Rp 45.000,00 Rp239.682,00

5. Baut dan mur Rp 10.000,00

Dengan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya material yang

dikeluarkan untuk pengembangan meja setrika baru ini adalah sebesar Rp

57.000,00 + Rp 48.530,00 + Rp 22.782,00 + Rp 239.682 + Rp 10.000,00 = Rp

377.994,00.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 181: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

164

Universitas Indonesia

Hasil penggenerasian konsep-konsep yang ada kemudian dijadikan

sebagai acuan dalam penentuan spesifikasi akhir. Adapun spesifikasi akhir produk

yang akan dikembangkan ini dapat dilihat pada tabel 4.38.

Tabel 4.38. Spesifikasi Akhir Produk

No. Respon Teknis Spesifikasi Satuan

1 Panjang meja setrika 110 cm

2 Lebar meja setrika 40 cm

3 Tinggi meja setrika 80,65 cm

4 Lebar kursi 43,79 cm

5 Kedalaman kursi 35,84 cm

6 Tinggi kursi 53,85 cm

7 Panjang rak 77,76 cm

8 Lebar rak 33 cm

9 Tinggi rak 76,15 cm

10 Tinggi footrest 19 cm

11 Massa total 10 kg

12 Kekuatan menahan beban > 13 N

13 Biaya produksi/ unit 377.994 Rupiah

14 Lifetime > 15 Tahun

15 Diameter kaki meja setrika 6 cm

16 Diameter kaki rak 4 cm

17 Material penyangga Aluminium Subj.

18 Fasilitas tambahan

Ada tempat meletakkan

pelengkap menyetrika

Subj.

19 Baut dan mur yang kuat > 5 N

20 Kursi yang mudah digeser Ya Subj.

21 Meja yang mudah digeser Ya Subj.

Tampilan akhir meja setrika yang dikembangkan dapat dilihat pada

gambar 4.62.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 182: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

165

Universitas Indonesia

Gambar 4.70. Desain Akhir Meja Setrika

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 183: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

166

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terkait pengembangan desain meja setrika

baru ini, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari interpretasi voice of customer, didapat daftar kebutuhan konsumen akan

meja setrika. Urutan kebutuhan berdasarkan prioritas pengembangannya

adalah kebutuhan akan meja setrika desain yang mendukung fleksibilitas

penyetrika untuk duduk dan berdiri, nyaman digunakan, dilengkapi dengan

fasilitas tambahan, harga yang reasonable, tahan lama, dilengkapi dengan rak

pakaian yang luas dan mudah dijangkau, kuat, mudah disimpan, ringan,

mudah dipindahkan, dan tahan karat.

2. Kebutuhan yang ada ditranslasikan ke dalam respon teknis sebagai upaya

untuk memfokuskan diri pada pemenuhan kebutuhan konsumen. Urutan

respon teknis sesuai dengan prioritas pengembangannya adalah tinggi rak,

tinggi meja setrika, kursi yang mudah digeser, tinggi kursi, material

penyangga, fasilitas tambahan, panjang meja setrika, lebar meja setrika,

kekuatan menahan beban, baut dan mur yang kuat, biaya produksi/ unit,

lifetime, tinggi footrest, panjang rak, lebar rak, massa total, meja yang mudah

digeser, lebar kursi, kedalaman kursi, diameter kaki meja setrika, dan diameter

kaki rak.

3. Ada 3 konsep yang digenerasikan terkait pengembangan meja setrika ini, yaitu

konsep lokasi rak pakaian, konsep dimensi terkait ergonomi, dan konsep

material yang digunakan.

4. Studi ergonomi dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu studi ergonomi kondisi awal,

studi ergonomi ketinggian meja, studi ergonomi konsep dimensi 1, dan studi

ergonomi konsep dimensi 2; masing-masing diujikan pada model persentil 5

dan 95.

5. Pada studi ergonomi kondisi aktual, dihasilkan nilai PEI sebesar 2,24 untuk

model persentil 5 dan 2,67 untuk model persentil 95. Postur yang cukup

berbahaya yang menyebabkan besarnya nilai PEI dicapai saat penyetrika

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 184: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

167

Universitas Indonesia

melakukan gerakan meletakkan pakaian yang telah disetrika pada rak pakaian

di sisi bawah meja. Posisi rak mengharuskan penyetrika membungkuk dalam

sehingga pada penelitian ini, relokasi rak menjadi salah satu poin perbaikan

yang diusulkan.

6. Pada studi ergonomi ketinggian meja, dihasilkan nilai PEI sebesar 1,975 untuk

model persentil 5 dan 2,074 untuk model persentil 95. Nilai PEI berkurang

dibanding kondisi awal dengan adanya penyesuaian lokasi rak dan ketinggian

meja.

7. Ada 2 konsep dimensi yang digenerasikan terkait dimensi yang cocok dan

ergonomis, yaitu konsep kursi dengan ketinggian 53,85 cm dan 67,95 cm.

Untuk konsep kursi dengan ketinggian 67,95 cm, dilakukan penyesuaian

kedalaman kursi yang berimplikasi pada miringnya kaki selama menyetrika

sehingga diharapkan tetap ada ruang antara paha dan meja selama menyetrika.

8. Pada studi ergonomi konsep kursi dengan ketinggian 53,85 cm, didapat nilai

PEI sebesar 2,011 untuk model persentil 5 dan 2,083 untuk model persentil

95. Nilai ini lebih kecil dibandingkan kondisi aktual, namun lebih besar

dibanding studi ergonomi ketinggian meja, di mana penyetrika berada dalam

posisi berdiri.

9. Pada studi ergonomi konsep kursi dengan ketinggian 67,95 cm, didapat nilai

PEI sebesar 2,26 untuk model persentil 5 dan 2,092 untuk model persentil 95.

Konsep ini lebih ekstrem dibanding konsep pertama, di mana nilai PEI untuk

model persentil 5 bahkan telah melebihi nilai PEI kondisi aktualnya.

10. Dari hasil studi ergonomi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyetrika lebih

baik dilakukan dalam posisi berdiri. Hal ini mengacu pada postur penyetrika,

di mana lengan atas dan lengan bawah penyetrika tidak dapat membentuk

sudut 90° seperti yang dipersyaratkan dalam teori ergonomi. Selain itu, dalam

posisi duduk, area jangkauan penyetrika akan menyempit sehingga

menyulitkan penyetrika dalam menjangkau lokasi-lokasi tertentu.

11. Sebagai usulan perbaikan, direkomendasikan untuk mengubah ketinggian

meja menjadi 80,65 cm dengan penambahan kursi setinggi 53,85 cm. Untuk

mencegah ketidaknyamanan, maka penyetrika dapat melakukan kegiatannya

secara bergantian dalam posisi duduk dan berdiri. Adapun desain meja setrika

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 185: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

168

Universitas Indonesia

yang diusulkan saat ini telah memfasilitasi penyetrika dengan kemudahan

akses tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang didapat sebagai hasil akhir dari

penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran, antara lain terkait proses

pengerjaan skripsi:

1. Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam terhadap software Jack 6.1 untuk

memastikan terstandarisasinya gerakan-gerakan yang dibuat sehingga hasil

simulasi dapat benar-benar merepresentasikan kondisi aktual.

2. Perlu dipikirkan konsep yang lebih matang dengan mengerahkan daya

kreativitas untuk mendapatkan desain produk yang paling sesuai dengan

kriteria yang diharapkan konsumen.

Sementara itu, terkait dengan hasil penelitian, disarankan bagi penyetrika

untuk melakukan kegiatannya dalam posisi duduk dan berdiri secara bergantian

sehingga terhindar dari prolonged static posture yang akan berimplikasi pada

terjadinya musculoskeletal disorders.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 186: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

169

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Anghel, M. et al. (2007). Musculoskeletal disorders (MSDS) consequences of

prolonged static postures. Journal of Experimental Medical & Surgical

Research, 4, 167-172.

Bartlett, J.E., Kotrlik, J.W., & Higgins, C.C. (2001). Organizational research:

determining appropriate sample size in survey research. Information

Technology, Learning, and Performance Journal, 19, 1.

Bridger, R.S. (2003). Introduction to ergonomics (2nd

ed.). New York: Taylor &

Francis.

Chuan, T.K., Hartono, M., & Kumar, N. (2010). Anthropometry of the

Singaporean and Indonesian populations. International Journal of Industrial

Ergonomics, 40, 757-766.

Gouvali, M.K., & Boudolos, K. (2006). Match between school furniture

dimensions and children’s anthropometry. Applied Ergonomics, 37, 765-773.

Helander, M. (2006). A guide to human factors and ergonomics (2nd

ed.). London:

Taylor & Francis e-Library.

Kleef, E.V., Trijp, H.C.M., & Luning P. (2004). Consumer research in the early

stages of new product development: a critical review of methods and

techniques.

Messing, K., Tissot, F., & Stock, S.R. (n.d.). Liwer limb pain, standing, sitting

and walking: the importance of freedom to adjust one’s posture.

Pheasant, S. (2003). Bodyspace: anthropometry, ergonomics, and the design of

work. London: Taylor & Francis e-Library.

Sanders, M. & McCormick, E.J. (1993). Human factor in engineering and design.

Singapore: MCGraw-Hill Inc.

Ulrich, K.T., & Eppinger, S.D. (2000). Product design and development (2nd

ed.).

USA: McGraw-Hill Higher Education.

Varmazyar, S. et al. (2009). Evaluation working posture and musculoskeletal

disorders prevalence in pharmacy packaging worker. European Journal of

Scientific Research, 29, 82-88.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 187: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

----------------------------------------------------------------------------------

Saya mahasiswa Teknik Industri Universitas Indonesia berencana membuat

inovasi desain meja setrika yang dilengkapi dengan kursi demi kenyamanan

penyetrika dalam melakukan pekerjaannya dalam jangka waktu lama. Oleh karena

itu, saya mengharapkan kesediaan

pengembangan produk lebih lanjut.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

BAGIAN 1

Isilah poin di bawah ini dengan keterangan yang paling sesuai dengan Anda.

Usia : _____ tahun

Pilih HANYA SATU jawaban yang paling sesuai

memberi tanda centang (

1. Seberapa sering Anda menyetrika?

� < 3 kali seminggu

� 3-5 kali seminggu

� > 5 kali seminggu

2. Apakah Anda seringkali merasa

menyetrika?

� Ya, setelah berapa

� Tidak (selesai)

Pilih BEBERAPA jawaban yang sesuai dengan Anda dengan memberi tanda

centang (√√√√) pada kotak yang tersedia.

3. Bagian tubuh mana yang Anda rasakan cepat pegal ketika menyetrika?

� Kaki

� Punggung

� Pinggang

� Lengan

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

POLLING PERANCANGAN INOVASI

MEJA SETRIKA

----------------------------------------------------------------------------------

Saya mahasiswa Teknik Industri Universitas Indonesia berencana membuat

si desain meja setrika yang dilengkapi dengan kursi demi kenyamanan

penyetrika dalam melakukan pekerjaannya dalam jangka waktu lama. Oleh karena

itu, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini demi

pengembangan produk lebih lanjut. Terima kasih.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

di bawah ini dengan keterangan yang paling sesuai dengan Anda.

: _____ tahun

Pilih HANYA SATU jawaban yang paling sesuai dengan Anda dengan

memberi tanda centang (√√√√) pada kotak yang tersedia.

Seberapa sering Anda menyetrika?

kali seminggu

kali seminggu

kali seminggu

Apakah Anda seringkali merasa tidak nyaman atau cepat lelah ketika

Ya, setelah berapa lama (lanjut ke no. 3)

Tidak (selesai)

Pilih BEBERAPA jawaban yang sesuai dengan Anda dengan memberi tanda

) pada kotak yang tersedia.

Bagian tubuh mana yang Anda rasakan cepat pegal ketika menyetrika?

Punggung

Pinggang

Lengan

Kuesioner Penelitian

POLLING PERANCANGAN INOVASI

MEJA SETRIKA

----------------------------------------------------------------------------------------

Saya mahasiswa Teknik Industri Universitas Indonesia berencana membuat

si desain meja setrika yang dilengkapi dengan kursi demi kenyamanan

penyetrika dalam melakukan pekerjaannya dalam jangka waktu lama. Oleh karena

untuk mengisi kuesioner ini demi

---------------------------------------------------------------------------------------------------

di bawah ini dengan keterangan yang paling sesuai dengan Anda.

dengan Anda dengan

cepat lelah ketika

Pilih BEBERAPA jawaban yang sesuai dengan Anda dengan memberi tanda

Bagian tubuh mana yang Anda rasakan cepat pegal ketika menyetrika?

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 188: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

� Pundak

� Leher

� Pergelangan tangan

� Telapak kaki

� Paha

� Lutut

Pilih HANYA SATU jawaban yang paling sesuai dengan Anda dengan

memberi tanda centang (√√√√) pada kotak yang tersedia.

4. Apakah desain meja setrika yang Anda gunakan saat ini cukup nyaman

untuk menunjang kegiatan Anda menyetrika dalam waktu lama?

� Ya (selesai)

� Tidak (lanjut ke no. 7)

Urutkan pernyataan di bawah ini (1 untuk paling tidak sesuai dan 3 untuk

paling sesuai)

5. Menurut Anda, bagaimana spesifikasi desain meja setrika yang membuat

Anda cepat merasa lelah ketika menyetrika?

� Desain meja setrika saya mengharuskan saya berada dalam posisi

berdiri dalam waktu lama.

� Tinggi meja setrika saya tidak sesuai sehingga saya harus sering

membungkuk/ menundukkan kepala selama menyetrika.

� Rak pakaian pada meja setrika berada di bawah meja setrika

sehingga saya harus sering membungkuk untuk meletakkan

pakaian yang telah disetrika pada rak tersebut.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

BAGIAN 2

Pilih HANYA SATU jawaban yang paling sesuai dengan Anda dengan

memberi tanda centang (√√√√) pada kotak yang tersedia.

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 189: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

6. Apakah Anda tertarik dengan ide pengembangan meja setrika yang

dilengkapi dengan kursi?

� Ya (lanjut ke pertanyaan berikutnya)

� Tidak (selesai)

11 pernyataan di bawah ini merupakan pernyataan yang berhubungan dengan

kebutuhan akan meja setrika. Anda diharapkan mengisi dua kolom penilaian

yang tersedia, yaitu kolom tingkat kepentingan dan kolom tingkat kepuasan.

• Kolom tingkat kepentingan berkenaan dengan harapan dan tuntutan

Anda terhadap atribut-atribut yang disediakan oleh meja setrika.

Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan mengacu

pada ketentuan sebagai berikut:

1 = Tidak Penting

2 = Kurang Penting

3 = Cukup Penting

4 = Penting

5 = Sangat Penting

• Kolom tingkat kepuasan berkenaan dengan penilaian Anda terhadap

meja setrika saat ini yang Anda rasakan berdasarkan pengalaman Anda

menggunakan meja setrika. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang

sesuai dengan mengacu pada ketentuan sebagai berikut:

1 = Tidak Memuaskan

2 = Kurang Memuaskan

3 = Biasa

4 = Memuaskan

5 = Sangat Memuaskan

Kebutuhan Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Mudah disimpan

Mudah dipindahkan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 190: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian (Lanjutan)

Kebutuhan Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Mendukung fleksibilitas

untuk duduk dan berdiri

Nyaman digunakan

Dilengkapi dengan rak

pakaian yang luas dan

mudah dijangkau

Dilengkapi dengan fasilitas

tambahan

Ringan

Kuat

Tahan lama

Tahan karat

Harga reasonable

≈≈ TERIMA KASIH ≈≈

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 191: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 2. Data Meja Setrika

No. Panjang Lebar TinggiTinggi

Rak

Panjang

Rak

Lebar

Rak

Tebal

Board

Panjang

Tempat

Setrika

Lebar

Tempat

Setrika

1 90 30 75 35 39 26 3 25 19

2 123 36 75 35 44 31 4 30 23

3 115 37 74 35 43 33 4 31 19

4 123 36 75 35 44 32 4 31 23

5 115 37 74 36 42 33 4 32 23

6 102 36 75 38 40 32 4 30 19

7 123 40 76 40 44 36 4 35 22

8 114 48 91 46 40 43 4 42 20

9 101 34 83 46 40 29 4 26 19

10 125 33 84 47 43 29 4 27 22

11 107 35 75 35 40 31 4 30 21

12 121 38 90 48 43 34 4 33 23

13 118 33 83 44 43 28 4 28 20

14 96 30 76 38 40 25 3 25 20

15 120 35 89 48 42 30 4 30 19

16 120 37 80 47 43 32 4 31 23

17 126 40 78 36 42 36 4 35 22

18 112 38 75 35 40 34 4 33 20

19 101 38 77 38 41 33 4 33 22

20 88 29 75 35 39 25 3 23 19

21 120 38 90 47 42 33 4 33 23

22 92 31 78 36 39 27 3 26 20

23 127 43 85 45 44 38 4 38 23

24 122 38 94 48 42 33 4 32 23

25 106 31 75 35 41 26 4 25 20

26 95 35 88 46 39 30 3 29 19

27 122 36 88 47 44 32 4 30 22

28 100 30 75 35 42 28 4 25 20

29 96 33 78 38 40 28 3 28 20

30 121 38 91 48 44 33 4 33 20

31 97 33 75 36 39 28 3 28 20

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 192: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

No. Mudah

disimpan

Mudah

dipindah Fleksibel Nyaman

Rak luas;

terjangkau

Fasilitas

tambahan Ringan Kuat

Tahan

lama

Tahan

karat

Harga

reasonable

1 1 3 3 4 3 3 4 5 5 4 4

2 2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 5

3 2 3 4 5 4 3 4 5 5 3 5

4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4

5 4 4 3 5 4 5 3 5 4 5 5

6 3 3 4 3 5 5 3 4 3 2 5

7 5 5 5 5 2 2 3 5 4 4 4

8 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4

9 2 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5

10 5 5 4 5 5 4 3 4 3 3 5

11 2 3 3 5 4 4 3 5 4 3 5

12 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5

13 4 4 3 5 4 5 4 5 3 2 5

14 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4

15 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 5

16 3 4 3 4 4 5 3 5 4 3 5

17 3 4 2 4 4 4 3 4 5 2 4

18 2 3 3 5 3 4 5 5 5 3 5

19 2 3 3 4 4 4 3 4 4 3 5

20 3 4 3 5 4 3 4 5 4 4 5

21 3 3 4 5 4 5 1 4 3 1 5

22 3 4 3 5 3 4 4 4 5 4 4

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 193: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

23 3 3 3 5 4 4 2 5 5 2 4

24 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 5

25 3 3 3 5 4 4 3 4 4 3 4

26 3 3 3 5 4 4 3 5 3 3 4

27 2 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5

28 4 3 3 5 4 4 3 4 4 4 5

29 2 3 3 5 5 4 1 4 4 1 4

30 3 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4

31 4 4 4 5 4 4 3 4 5 3 5

32 3 3 5 5 4 4 4 4 4 3 5

33 2 3 3 5 5 4 3 4 5 3 5

34 3 3 3 5 4 4 2 5 4 3 5

35 2 3 4 5 4 4 3 4 4 3 4

36 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4

37 3 3 4 5 4 3 3 5 5 3 4

38 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 5

39 3 4 4 5 4 4 4 5 5 3 4

40 3 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5

41 3 3 4 5 4 3 3 4 5 3 4

42 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 5

43 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 5

44 5 5 5 5 1 1 5 5 5 4 5

45 5 5 5 5 1 1 5 5 5 4 4

46 5 2 4 4 3 3 3 4 4 3 4

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 194: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

47 3 2 3 5 1 1 2 3 3 3 4

48 3 3 3 5 3 3 3 4 5 3 5

49 4 4 4 5 3 3 4 4 4 2 5

50 2 3 5 5 4 4 3 5 5 4 5

51 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5

52 3 4 3 5 4 3 3 5 5 3 5

53 3 4 3 5 3 4 3 5 5 3 5

54 3 3 4 5 4 3 3 4 4 4 4

55 3 4 4 5 4 4 2 4 4 3 5

56 3 3 4 5 4 4 4 5 5 3 4

57 2 3 3 4 3 3 2 4 4 3 5

58 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 5

59 3 4 3 4 3 3 3 4 5 3 4

60 2 3 4 4 3 2 3 5 4 3 5

61 3 3 3 4 4 3 4 4 5 4 5

62 3 3 4 5 4 4 4 4 4 2 5

63 2 5 4 5 4 3 2 4 4 3 4

64 3 4 4 5 4 3 3 4 4 3 4

65 3 4 4 5 4 3 4 4 5 3 4

66 4 4 4 5 3 4 3 4 4 3 3

67 4 3 4 5 4 4 3 4 4 2 5

68 3 3 3 4 3 3 4 5 4 3 4

69 2 3 3 4 3 3 2 5 5 3 5

70 4 3 3 4 4 3 3 5 4 3 4

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 195: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

71 4 3 5 5 3 2 3 4 4 3 4

72 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4 5

73 4 4 4 4 2 2 3 4 5 3 4

74 2 3 3 4 3 3 4 4 5 3 5

75 4 4 4 5 3 3 3 4 4 3 5

76 3 3 4 5 4 4 1 4 4 3 5

77 1 3 3 4 4 4 3 4 4 3 5

78 2 3 3 4 2 1 3 5 5 4 5

79 3 3 3 4 3 3 4 5 5 3 5

80 3 3 3 5 3 4 3 3 4 3 5

81 4 3 4 5 3 4 3 3 5 3 4

82 4 3 4 5 3 4 2 4 3 2 5

83 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 5

84 3 2 3 5 3 3 3 4 3 3 5

85 2 4 3 5 4 4 3 5 5 3 4

86 3 4 4 5 3 4 3 4 4 3 4

87 3 4 5 5 4 4 3 4 4 3 3

88 4 3 4 4 3 4 3 5 5 4 5

89 3 3 4 5 3 4 4 5 5 4 5

90 2 3 3 4 2 2 3 4 5 4 5

91 2 3 2 5 3 3 5 5 5 4 4

92 3 4 3 5 3 3 4 4 4 3 5

93 3 4 2 5 3 4 3 5 5 3 5

94 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 5

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 196: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

95 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 5

96 4 4 5 5 3 3 3 3 4 2 5

97 3 4 3 4 4 3 2 5 4 4 5

98 2 3 3 4 3 3 3 5 4 4 4

99 4 5 4 5 3 1 4 5 5 4 4

100 4 5 4 5 3 3 2 5 5 5 5

101 4 4 4 4 4 5 3 5 5 3 5

102 4 2 4 5 2 3 2 4 3 2 4

103 4 4 5 5 1 4 2 5 5 3 5

104 4 4 5 5 3 4 3 4 4 3 5

105 4 4 4 4 3 4 1 4 4 1 5

106 3 3 4 5 4 3 3 4 4 3 5

107 4 4 4 5 4 3 4 5 5 3 5

108 3 3 5 5 3 3 4 5 5 3 4

109 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 5

110 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 5

111 3 3 4 5 3 2 2 4 4 3 5

112 4 4 5 4 3 3 3 4 4 3 5

113 3 4 4 5 3 3 2 3 4 2 5

114 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4

115 3 3 3 4 3 3 3 4 5 2 5

116 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3

117 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4

118 3 1 2 4 3 3 2 4 4 2 5

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 197: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

119 3 2 3 4 3 3 2 4 4 3 4

120 3 3 3 4 3 3 4 5 5 3 5

121 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3

122 5 4 5 5 3 3 4 5 5 4 4

123 4 4 4 5 3 3 3 4 4 2 4

124 3 3 5 5 4 4 3 5 5 4 5

125 3 2 3 4 3 4 2 5 5 4 5

126 3 2 3 4 4 4 2 4 4 3 5

127 4 4 4 5 3 3 3 4 4 2 5

128 2 3 4 5 4 4 3 4 4 3 4

129 3 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4

130 3 3 4 5 4 3 4 5 5 3 4

131 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 5

132 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 5

133 3 3 4 5 2 3 4 4 5 3 4

134 3 3 3 5 3 3 3 3 4 2 4

135 3 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3

136 4 4 4 5 3 3 2 4 4 2 4

137 3 2 3 4 3 3 4 5 5 3 5

138 3 2 3 4 3 3 2 4 4 2 5

139 4 3 5 5 4 4 5 5 5 3 4

140 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2 5

141 3 4 5 5 4 4 3 4 4 3 5

142 2 3 3 4 2 1 3 5 5 4 5

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 198: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

143 3 3 4 5 4 5 3 4 5 4 5

144 3 4 3 3 3 4 4 4 5 2 4

145 3 3 3 4 4 4 4 5 5 3 4

146 3 3 3 3 1 1 2 3 3 2 5

147 3 3 3 4 3 3 3 4 5 4 4

148 4 4 4 5 3 3 3 4 4 2 5

149 3 3 3 4 3 3 4 5 4 3 4

150 2 3 4 4 3 3 4 5 5 3 5

151 4 4 4 5 3 3 4 3 4 2 5

152 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4

153 3 3 3 4 3 3 3 4 5 4 4

154 4 4 5 5 3 3 1 4 4 2 3

155 3 3 4 5 4 4 4 5 4 3 4

156 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 5

157 4 4 5 5 4 5 4 5 4 3 4

158 3 4 5 5 3 4 4 5 5 4 5

159 3 3 4 5 4 3 3 4 5 2 5

160 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4

161 3 3 3 4 2 2 3 4 5 4 5

162 3 3 2 3 3 3 5 5 5 4 4

163 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 199: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepentingan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 200: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepentingan

(Lanjutan)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 201: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepentingan

(Lanjutan)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 202: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

No. Mudah

disimpan

Mudah

dipindah Fleksibel Nyaman

Rak luas;

terjangkau

Fasilitas

tambahan Ringan Kuat

Tahan

lama

Tahan

karat

Harga

reasonable

1 3 3 1 2 3 2 4 3 4 3 3

2 3 3 2 3 2 1 4 5 4 4 4

3 4 4 1 2 2 1 4 3 4 4 3

4 3 3 2 3 2 2 4 3 3 5 3

5 2 3 1 2 2 2 3 3 4 3 3

6 3 4 1 1 3 3 4 4 4 4 2

7 3 3 1 1 2 2 2 3 2 2 3

8 4 4 2 2 2 1 3 3 3 4 5

9 3 3 2 3 1 1 3 3 2 3 4

10 4 4 2 2 4 3 3 4 4 3 2

11 3 3 1 1 3 2 3 4 5 3 2

12 4 4 1 2 1 1 5 5 4 5 5

13 3 3 1 1 1 1 5 4 5 5 3

14 3 4 1 1 2 1 3 4 5 3 3

15 3 4 2 3 2 1 2 5 5 3 3

16 4 3 1 2 2 1 4 4 4 4 5

17 3 3 1 1 2 1 3 4 4 4 5

18 5 5 2 2 2 1 5 2 3 5 2

19 3 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3

20 3 3 1 2 2 2 4 4 3 4 5

21 3 4 2 2 2 1 2 3 3 4 4

22 2 3 1 1 2 2 2 4 2 3 4

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 203: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

23 4 4 2 2 4 3 5 5 3 5 4

24 3 3 1 1 2 1 4 2 4 4 4

25 3 3 1 1 3 3 4 4 3 4 3

26 4 5 1 3 3 2 5 4 5 5 3

27 3 3 2 2 2 1 2 3 2 5 4

28 3 2 1 2 3 3 2 4 3 2 3

29 4 4 2 2 2 1 4 4 3 4 2

30 3 4 1 1 2 1 5 4 4 5 4

31 4 3 2 3 3 2 2 3 4 2 3

32 4 4 1 2 2 1 5 4 5 5 3

33 3 2 1 1 2 1 3 4 5 4 5

34 3 3 1 2 3 3 4 3 4 4 5

35 4 4 2 2 2 1 4 3 2 4 4

36 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 2

37 2 3 1 2 3 2 3 4 4 4 4

38 3 4 1 2 2 1 2 4 4 3 5

39 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4

40 3 2 1 1 3 2 2 2 3 1 4

41 2 2 1 1 2 1 2 3 3 3 5

42 2 1 1 1 3 2 1 3 3 2 4

43 2 2 1 1 3 2 3 4 5 4 3

44 4 3 1 2 3 2 3 1 1 2 3

45 3 3 1 2 3 2 5 4 5 5 3

46 4 5 2 3 3 1 4 4 4 3 3

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 204: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

47 4 5 3 3 2 2 4 3 3 5 3

48 4 4 1 2 2 1 3 2 2 2 3

49 3 4 2 2 2 2 4 2 2 3 1

50 2 3 1 2 3 1 3 3 3 2 5

51 4 5 2 2 2 2 4 4 4 3 4

52 4 5 1 1 3 2 4 4 5 3 2

53 3 3 1 1 3 2 2 2 2 3 4

54 3 3 1 2 3 2 2 5 3 3 5

55 3 4 1 1 2 2 4 4 3 5 5

56 2 3 1 1 3 2 4 4 4 4 4

57 2 3 1 2 3 2 3 3 4 3 3

58 4 4 3 3 2 1 3 3 2 4 3

59 1 2 1 1 1 1 2 3 2 4 3

60 2 3 1 2 2 2 3 2 2 4 5

61 4 4 1 1 2 2 5 3 4 4 3

62 3 3 1 1 2 2 3 2 2 3 2

63 4 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2

64 3 3 1 1 3 2 3 2 3 4 3

65 4 4 1 1 2 1 3 5 5 4 3

66 4 5 2 2 2 1 2 3 3 3 4

67 4 5 2 2 2 1 3 5 5 4 3

68 5 4 1 1 2 1 5 4 4 4 4

69 2 3 2 2 3 1 2 4 4 2 3

70 4 4 1 2 2 1 3 2 1 4 2

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 205: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

71 2 4 2 3 2 1 5 4 5 5 2

72 3 3 2 2 2 2 3 5 5 4 3

73 2 4 1 1 2 1 2 4 5 3 4

74 3 3 2 3 3 2 1 3 4 3 3

75 2 3 2 2 2 1 3 4 3 3 3

76 3 3 2 2 3 2 3 4 4 3 2

77 3 3 1 2 3 2 4 4 4 5 5

78 3 3 1 2 2 1 3 3 4 4 2

79 4 4 3 3 2 1 4 4 4 4 3

80 4 5 2 3 2 1 2 3 4 2 3

81 4 5 1 2 2 1 3 3 4 3 2

82 4 4 1 2 3 1 4 4 3 5 2

83 3 3 2 3 2 2 5 4 5 5 2

84 4 5 1 3 3 1 5 4 3 5 3

85 2 3 1 1 3 2 4 5 5 3 3

86 4 4 1 1 2 1 5 3 4 5 3

87 4 5 1 2 3 2 4 5 5 4 5

88 3 3 1 2 3 2 5 4 5 5 4

89 2 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3

90 4 5 2 3 2 1 4 4 4 4 2

91 2 3 1 2 2 1 3 4 5 3 2

92 3 4 1 2 4 2 5 4 5 5 3

93 3 3 2 3 3 1 3 4 3 3 2

94 5 5 1 1 2 1 4 3 4 5 5

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 206: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

95 3 3 2 2 3 1 3 4 4 4 3

96 3 4 1 2 3 1 2 3 3 3 3

97 3 4 1 2 2 1 4 5 3 4 2

98 4 4 1 2 2 1 3 4 4 4 3

99 3 3 1 1 2 1 4 4 5 5 4

100 3 4 1 2 3 2 3 2 2 2 3

101 3 4 2 3 2 1 3 2 4 2 3

102 2 3 1 2 2 1 3 3 4 4 3

103 3 4 2 3 2 2 4 3 2 5 2

104 3 3 1 2 4 3 4 2 2 3 5

105 3 4 1 1 3 1 2 4 5 2 4

106 4 4 1 3 3 1 3 3 2 3 2

107 3 3 1 2 2 1 4 3 3 3 3

108 2 2 1 1 2 1 2 4 3 2 3

109 2 3 1 1 3 2 2 4 3 3 2

110 4 5 2 3 2 1 2 4 3 2 4

111 4 5 1 2 2 1 5 3 3 4 4

112 2 3 1 2 2 1 4 3 4 5 3

113 3 3 2 4 3 1 3 4 3 2 5

114 3 3 1 2 2 1 3 4 5 2 4

115 4 4 1 2 3 2 4 4 5 5 4

116 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2

117 4 4 1 2 2 1 5 4 4 4 2

118 3 3 2 3 2 1 4 2 2 3 2

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 207: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

119 3 3 1 1 2 2 2 3 3 3 2

120 2 3 1 1 3 1 2 3 1 2 4

121 4 4 2 3 2 1 2 4 4 3 5

122 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 4

123 2 3 1 2 3 2 4 5 4 5 4

124 4 4 1 1 3 2 3 3 3 3 4

125 3 3 1 1 2 1 4 5 5 5 2

126 3 3 1 1 2 1 3 4 3 3 3

127 3 3 1 2 3 2 4 4 4 4 2

128 3 3 1 1 3 2 5 5 5 5 4

129 4 4 2 2 2 1 4 4 4 5 2

130 4 4 2 2 3 1 3 3 3 3 4

131 3 3 1 1 4 3 4 4 2 4 3

132 2 3 2 2 3 1 4 4 3 3 3

133 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3

134 3 3 2 4 3 2 4 4 5 5 3

135 3 3 2 3 2 1 4 4 3 4 4

136 4 4 2 3 3 2 3 4 5 4 2

137 2 3 3 2 2 1 4 2 3 4 2

138 4 5 2 3 2 2 4 4 3 4 4

139 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 5

140 3 3 1 1 3 2 3 4 2 2 2

141 2 3 1 1 3 2 4 5 4 5 3

142 2 4 2 3 2 2 4 3 4 5 3

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 208: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

143 4 4 2 2 2 2 4 5 5 3 3

144 2 3 1 1 2 2 4 3 4 3 5

145 3 4 2 3 3 2 3 4 5 4 3

146 2 3 1 1 2 2 3 2 3 2 5

147 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2

148 4 4 2 3 3 2 4 5 4 4 2

149 3 3 2 2 2 1 4 3 4 5 5

150 4 4 2 3 2 1 4 4 4 4 2

151 2 3 1 1 2 2 3 4 3 4 1

152 4 4 2 3 2 2 3 4 2 2 2

153 2 3 1 2 2 2 4 2 3 4 4

154 4 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2

155 4 5 1 1 1 1 4 5 4 4 5

156 3 4 1 1 3 2 4 5 4 3 2

157 2 3 2 2 1 1 4 4 3 3 4

158 3 3 1 1 3 2 3 3 3 2 5

159 3 4 1 1 1 1 5 3 3 4 4

160 2 3 1 1 2 1 4 4 3 4 3

161 3 3 1 1 3 2 3 2 3 4 5

162 4 4 2 2 2 1 3 3 3 2 2

163 3 3 1 1 1 1 4 5 4 4 4

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 209: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepuasan

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 210: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepuasan

(Lanjutan)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011

Page 211: UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN INOVASI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289112-S876-Yunita.pdf · Bayu Pramudyo, Chandra Satria Muda, Dela Agung, Evariyani Rizki, Ferdinandus,

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Tingkat Kepuasan

(lanjutan)

Perancangan inovasi ..., Yunita, FT UI, 2011