universitas gunadarma jakarta 1999s_waluyo.staff.gunadarma.ac.id/publications/files/2455/... ·...

15
1 ANALISIS KREDIT USAHA KECIL MELALUI POLAKEMITRAAN TERPADU PADA BANKNUSA INTERNASIONAL Oleh SRI WALUYO UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS KREDIT USAHA KECIL MELALUI POLAKEMITRAAN TERPADU PADA BANKNUSA INTERNASIONAL

    Oleh

    SRI WALUYO

    UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999

  • 2

    ABSTRAKSI

    Memberi kredit kepada usaha kecil, pada umumnya bank umum masih memandang

    kurang menguntungkan. Sebab pada kenyataannya kondisi usaha kecil masih begitu banyak memiliki kekurangan dan kelemahan, baik dari aspek maajemen, keuangan. Hukum, pemasaran maupun kelangsungan usahanya. Jumlah pengusaha kecil secara nasional menempati 99,85%. Pengusaha kecil ini bila diberdayakan akan bagi memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional.

    Perhatian pemerintah dalam rangka mengembangkan usaha kecil ini cukup serius, dan salah satunya adalah melalui perbankan, yaitu bank umum diwajibkan memberikan kredit kepada usaha kecil sekurang-kurangnya sebersar 20% daru total kredit yang diberikan.

    Namun belum semua bank umum memenuhi ketentuan tersebut. BankNusa Internasional termasuk salah satu bank yang baru memberikan kredit usaha kecil sebesar 13,443% pada tahun 1996. Namun demikian bankNusa Internasional melihat bahwa pengusaha kecil merupakan mitra yang potensial pada masa yang akan datang. Kelemahanyang ada pada pengusaha kecil di atas dapat diatasi dengan cara memberikan kredit melalui pola kemitraan terpadu. Dimana dalam penyaluran kredit BankNusa melibatkan usaha besar sebagai mitra BankNusa baik sebagai chaneling maupun executing. Dengan kemitraan ini usaha besar sebagai penjamin kredit sehingga BankNusa merasa lebih aman dalam menyalurkan kreditnya.

    Sejak tahun 1994 BankNusa telah memulai menyalurkan kredeti dengan pola kemitraan ini yang disebut dengan pola Paket Nusa dan Pola Paket KLBI.

    Dengan pola kemitraan ini, kini BankNusa yakin bahwa memberikan kredit kepada usaha kecil cukuo menguntungkan. Dan bila dihitung melalui Costumer Profilability ternyata keuntungan yang diraih oleh BankNusa masih diatas Standard Return on Asdet (Rora) yang telah ditetapkan oleh BankNusa sebesar 3%. Dari total kredit yang diberikan kepada pengusaha kecil sebesar Rp. 52,148 miliar pada tahun 1995 dan Rp. 85,029 miliar pada tahun 1996 BankNusa dapat meraih keuntungan sebesar Rp. 3,903 miliar dan Rp. 4,125 miliar untuk tahun 1995 dan tahun 1996, atau 5,93% dan 4,85%. Dengan demikian pemberian kredit kepada usaha kecil ini layak dikembangkan baik volume kreditnya maupun sektor lapangan usahanya.

  • 3

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah Bila dilihat dari skala usaha, maka usaha dikelompokkan menjadi usaha kecil dan usaha

    menengah/besar. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) secara nasional bila dilihat dari segi jumlahnya, pengusaha kecil berjumlah 38.902.300 atau 99,85% sedangkan pengusaha menengah/besar hanya berjumlah 60.200 pengusaha atau 0,15%.

    Dilihat dari segi ekonomi makro, usaha kecil akan sangat berpotensi memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional yang sangat berarti dimasa mendatang apabila usaha kecil ini diberdayakan dengan sebaik-baiknya.

    Nampaknya pemerintah telah menyadari hal ini, terbukti terutama sejak tahun 1990 pemerintah telah berupaya untuk memberdayakan usaha kecildengan sebaik-baiknya agar pada masa mendatang usaha kecil dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional yang lebih besar. Perhatian pemerintah dalam rangka pemberdayaan usaha kecil ini dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain; Aspek perundang-undangan. Dari aspek perundang-undangan telah diberlakukannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

    Aspek kelembagaan. Dari aspek kelembagaan ini pemerintah telah membentuk departemen teknis yang menangani dan membina usaha kecil yaitu Departemen Koperasi dan PPK (Pembinaan Pengusaha Kecil).

    Aspek perbankan. Untuk mendorong dan mengembangkan pengusaha kecil, dikeluarkan berbagai peraturan perbankan yang intinya untuk memajukan usaha kecil melalui dukungan perbankan dengan melalui pemberian dana/pemberian kredit kepada usaha kecil. Peraturan-peraturan tersebut antara lain : a. Dikeluarkannya paket kebijakan 29 Januari 1990 yang kemudian dikenal dengan pakjan

    yang berisikan antara lain; bahwa dalam rangka mendorong pengembangan usaha kecil maka sebagian kredit-kredit yang diberikan oleh setiap bank disediakan bagi usaha kecil yang disebut dengan Kredit Usaha Kecil (KUK) yaitu sebesar 20% dari total kredit yang diberikan oleh bank yang bersangkutan.

    b. Kemudian kebijakan ini disempurnakan dengan paket kebijakan 29 Mei 1993 yang dikenal dengan pakmei 93. Pakmei 93 ini antara lain berisi ketentuan bahwa bank umum nasional diwajibkan memberi Kredit Usaha Kecil (KUK) minimal 20% dari posisi total kredit dalam rupiah.

    c. Pakmei ini kemudian disempurnakan lagi dengan ketentuan baru yaitu paket kebijakan 4 April 1997 yang berisikan antara lain; bahwa bagi bank umum yang telah menyalurkan kredit usaha kecil (KUK) mencapai rasio 20% ke atas harus menyalurkan KUK minimal 22,5% dari ekspansi kredit neto. Sedangkan bagi bank yang penyaluran kredit usaha kecil (KUK)-nya baru mencapai rasio kurang dari 20% maka diwajibkan menyalurkan kredit usaha kecil (KUK) minimal 25% dari ekspansi kredit neto. Dari segi kriteria dan ketentuan plafon kredit usaha kecil juga terus disempurnakan yaitu

    menurut pakjan 90 bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 200,- juta tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati, dan maksimum kredit yang diberikan oleh perbankan adalah Rp. 200,- juta untuk usaha produktif. Menurut ketentuan pakmei 93, maksimum kredit yang diberikan adalah Rp. 250,- juta dengan perubahan kriteria usaha kecil yaitu yang memiliki total asset maksimum sebesar Rp. 600,- juta tidak termasuk nilai rumah dan tanah yang ditempati. Kemudian dengan paket kebijakan April 1997 kriteria usaha diperbaiki kembali yaitu (disesuaikan

  • 4

    dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995) antara lain yang dimaksud dengan usaha kecil yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih maksimum Rp. 200,- juta di luar tanah dan bangunan tempat usaha, yaitu hasil penjualan/omset tahunan maksimum Rp. 1 miliar rupiah. Dan plafon kredit yang diberikan oleh perbankan maksimal Rp. 350,- juta.

    Dari berbagai upaya-upaya pemerintah di atas baik dari aspek perundang-undangan, aspek kelembagaan dan aspek peraturan perbankan menunjukkan bahwa usaha kecil seharusnya mendapat perhatian pula dari dunia perbankan. Namun demikian sesuai data Bank Indonesia, bank umum mula-mula dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam memenuhi rasio pemberian KUK (Kredit Usaha Kecil) yaitu sebesar 20%, akan tetapi kecendrungan rasio KUK yang diberikan oleh perbankan terus menurun yaitu mencapai 26% pada tahun 1993 hingga 6,8% pada bulan Juli 1998.

    Menurut data Bank Indonesia per-Juli 1998 KUK yang disalurkan oleh pihan bank umum sebesar Rp. 45.740 miliar dari total kredit yang disalurkan sebesar Rp. 713.717 miliar atau hanya mencapai 6,8%.

    Menurut dugaan penulis hal ini disebabkan oleh karena pihak bank umum belum memiliki komitmen yang memadai untuk membantu dan mendorong usaha kecil, disamping itu besar kemungkinan pihak bank masih melihat bahwa pemberian KUK bagi bank masih belum atau tidak menguntungkan. Oleh karena itu pemberian KUK bagi bank masih dilematis, di satu sisi bank harus memperoleh keuntungan, dan di sisi lain bank harus memenuhi ketentuan Pemerintah.

    Keenggananan bank untuk memenuhi KUK ini cukup beralasan, berdasarkan atas : - Dari segi analisa kredit, usaha kecil kurang layak di biayai, hal itu disebabkan oleh

    karena kenyataan bahwa dilihat dari aspek manajemen, keuangan, hukum dan kelangsungan usaha tidak layak dibiayai.

    - Lokasi pengusaha kecil tersebar di berbagai daerah yang kadang-kadang sulit dijangkau oleh pihak perbankan.

    - Jumlah pengusaha kecil begitu besarnya, sehingga untuk penanganannya memerlukan tenaga yang besar pula, dengan demikian berarti juga memerlukan biaya yang tinggi dan akan berpengaruh pada risiko yang tinggi pula (high cost higt risk) bagi bak. Dari sinilah maka pihak bank masih memandang bahwa pemberian KUK kepada usaha kecil tidak/kurang menguntungkan. Bertitik tolak dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan mengambil judul “ANALISIS KREDIT USAHA KECIL MELALUI POLA KEMITRAAN TERPADU PADA BANKNUSA INTERNASIONAL”. 2. Rumusan Dan Pembatasan Masalah

    Untuk mengembangkan usahanya, usaha kecil pada umumnya mengadapi banyak kendala, terutama dari segi permodalan, selain faktor manajemen, teknologi, dan pemasaran. Sementara pihak bank dalam menyalurkan kreditnya menganut asa prudensial dengan menetapkan persyaratan yang cukup sulit untuk dipenuhi oleh pihak usaha kecil. Dari sinilah terjadi kesenjangan yang menyebabkan kurangnya perhatian terhadap usaha kecil.

    Agar usaha kecil dapat mengembangkan usahanya, perlu dicarikan solusinya melalui fasilitas kredit perbankan, pihak bank dalam menyalurkan kredit kepada usaha kecil merasa cukup aman dan juga mendapat keuntungan. Dalam penelitian ini, yang menjadi petanyaan penulis adalah :

    1. Apakah benar pemberian kredit usaha kecil itu tidak menguntungkan. 2. Jika tidak menguntungkan, seberapa besar keuntungan yang di dapatkan 3. Jika tidak menguntungkan, seberapa besar keuntungan yang diperoleh.

  • 5

    Sedangkan masalah yang akan dianalisis dibatasipada; konsep kemitraan dalam menyalurkan kredit, penerapan konsep kemitraan dan keuntungan dari sisi pihak bank. 3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana kredit usaha kecil yang bertumpu pada konsep pola kemitraan terpadu memberikan keuntungan bagi BankNusa Internasional, baik keuntungan finansial maupun nonfinansial, sehingga bank tidak lagi memandang bahwa memberikan kredit kepada usaha kecil tidak menguntungkan, selain itu usaha kecil mendapat masukan dari penelitian ini bagaiman supaya dapat mengembangkan usahanya. 4. Tinjauan Pustaka 4.1 Pengertian Kredit

    Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian kredit ini dirumuskan sebagai berikut : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. 4.2 Fungsi Kredit

    Adapun fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan modern sebagaimana disebutkan oleh Suyanto Dkk (1993:16) adalah sebagai berikut :

    1. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dalam lalu-lintas uang. 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang. 4. Kredit sebagai salah satu stabilitas ekonomi. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. 7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan Hubungan Internasional.

    4.3 Analisa Kelayakan Kredit

    Dalam melakukan evaluasi permintaan kredit, seorang analis kredit akan meneliti berbagai macam faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan dan kesediaan calon debitur memenuhi kewajiban mereka kepada bank nantinya. Kemampuan dan kesediaan (calon) debitur dalam memenuhi isi perjanjian kredit diperngaruhi oleh 6 (enam) macam faktor, yang dalam dunia perbankan keenam faktor tersecut ditandai dengan label huruf C, sehingga sering kali disebut sebagai six the C’s of Credit (Sutoyo: 1995:44). Adapun keenam faktor itu adalah :

    1. Competence to borrow. 2. Character. 3. Capacity to create sources of funding. 4. Capital. 5. Collateral. 6. Condition of economy and sector of bussiness.

  • 6

    Atas dasar 6 (enam) prinsip di atas, maka bank dalam memberikan kredit kepada

    calon/nasabahnya bank menganut prinsip prudential atau prinsip kehati-hatian dan oleh karena itu pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan merumuskan bahwa “dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanikan”.

    Apabila suatu permohonan kredit dinilai layak oleh Account Officer (A/O), maka selanjutnya A/O membuat laporan yang akan disampaikan kepada komite kredit. Selanjutnya komite kreditlah yang akan memutuskan apakah kredit yang diajukan oleh calon debitur tersebut ditolakatau diluluskan.

    4.4 Menentukan Suku Bunga Kredit Di dalam teori Ruddy Tri Santoso (1995:75), unsur-unsur penentu tingkat suku bunga pinjaman tersebut meliputi :

    1. Tingkat suku bunga sumber dana (cost of fund) 2. Net Margin atau spread keuntungan 3. overhead cost, dan 4. Risk Allowance terhadap kredit macet.

    4.5 Pengertian Usaha Kecil

    Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, maka yang dimaksud dengan usaha kecil yaitu apabila telah memenuhi kriteria di bawah ini :

    a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),

    tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha., atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar (satu miliar rupiah); c. Milik Warga Negara Indonesia (WNI) d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

    berafiliasi baik langsung mautpun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

    e. Berbentuk usaha orang-perorangan, badan usaha yang berbadan hukum tidak termasuk koperasi.

    4.6 Ketentuan KUK (Kredit Usaha Kecil)

    Menurut Paket Kebijakan 29 April 1997 yang dimaksud dengan Kredit Usaha Kecil (KUK) yaitu kredit yang diberikan bank umum kepada pengusaha kecil sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dengan kriteria sebagai berikut :

    a. Kekayaan (total asset) bersih maksimum Rp. 200,- juta, tidak termasuk nilai tanah

    dan bangunan tempat usaha, atau b. Hasil penjualan tahunan maksimum Rp. 1 miliar.

    5. Pola Penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) pada BankNusa

    Kredit Usaha Kecil (KUK) diberikan oleh perbankan sebagai realisasi pelaksanaan

    program Pemerintah dalam pengembangan usaha kecil guna peningkatan kesejahteraan

  • 7

    dan pemerataan pendapatan serta kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil. Selain itu KUK ini diberikan oleh perbankan dalam rangka memanfaatkan peluang bisnis segmen usaha kecil, untuk penyebaran risiko dan untuk memenuhi ketentuan Penguasa Moneter (dalam hal ini Bank Indonesia). Pemberian KUK ini sesuai dengan ketentuan yang telah dikerluarkan oleh Bank Indonesia. Dan oleh BankNusa diberikan kepada usaha kecil dengan memprioritaskan kepada usaha kecil yang bergerak pada sektor produksi dan bersifat massal serta yang berpotensi untuk dikembangkan oada masa yang akan datang terlebih lagi yang berorientasi ekspor, yaitu dengan pemberian fasilitas kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI).

    Sedangkan pola penyaluran KUK pada BankNusa memilih pola kemitraan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Pihak yang terlibat langsung yaitu BankNusa – Usaha Besar – Usaha Kecil 2. BankNusa memberikan satu paket kredit untuk banyak usaha kecil 3. Pihak Uaha Besar (UB) selain menjadi mitra Usaha Kecil juga dalam penyaluran

    KUK ini dapat bertindak sebagai avalist (penjamin) bagi debitur yang bergabung dalam paket kredit tersebut.

    Adapun fasilitas KUK paket yang ada di BankNusa dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Pola Paket Nusa, dan 2. Pola Paket KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia)

    5.1 Pola Paket Nusa

    Paket Nusa adalah suatu pola pembiayaan kredit usaha kecil (KUK) di mana dana untuk pemberian kredit ini berasal dari dana pihak ketiga (giro, deposito dan tabungan) BankNusa tau juga disebut dana non KLBI.

    Paket kredit BankNusa ini untuk membiayai kebutuhan modal kerja dan investasi bagi pengusaha kecil, baik pembiayaan untuk anjak piutang dan bahan persediaan maupun kombinasi keduanya. Adapun ketentuan paket Nusa ini adalah sebagai berikut :

    a. Pengusaha kecil mempunyai keterkaitan bisnis dengan Usaha Besar (Inti) di mana UB telah sepakat dan melakukan kerjasama dengan BankNusa seperti misalnya sebagai distributor atau suplier.

    b. Memiliki total asset maksimal Rp. 600,- juta (ketentuan lama) atau Rp. 200,- juta (ketentuan baru).

    c. Memiliki pengalaman usaha minimal 3 (tiga) tahun. d. Memiliki sistem administrasi yang cukup baik. e. Adanya jaminan dari pihak UB (Usaha Besar) berupa jaminan pembayaran/tagihan

    pengusaha kecil tersebut dari pengusaha besar. f. Jumlah pencairan kredit maksimum 90% dari tagihan pengusaha kecil kepada

    pengusaha besar, dimana jumlah ini sudah termasuk pembebanan bunga kredit selama penarikan dilakukan (semi discounted).

    Plafon kredit untuk masing-masing pengusaha kecil maksimum Rp. 250,- juta (ketentuan lama) atau Rp. 350,- juta (ketentuan baru) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 5.2 Pola Paket KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia)

    Pola paket KLBI adalah skim pemmbiayaan kredit usaha kecil dimana sumber dana untuk pembiayaannya berasal dari gabungan antara KLBI dan BankNusa dengan porsi masing-masing 65% dari Bank Indonesia dan 35% dari BankNusa. Paket KLBI yang dikembangkan oleh BankNusa merupakan realisasi dari Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No. 27/II/KEP/DIR/ tanggal 15 April 1994 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuk anggotanya (KKPA).

  • 8

    Penggunaan KKPA ini dimaksudkan untuk membiayai modal kerja atau untuk investasi kepada pengusaha kecil melalui Koperasi Primer, dimana pengusaha kecil sebagai anggota dari koperasi primer tersebut.

    6 Perkembangan dan Pertumbuhan KUK BankNusa

    Pada mulanya penyaluran KUK ini, BankNusa menggunakan pola pemberian kredit

    secara langsung kepada pengusaha kecil secara individual (satu persatu). Hal ini dirasa kurang efektive, mengingat selain memerlukan biaya dan tenaga yang cukup besar, juga hal ini disebabkan karena jumlah pengusaha kecil yang tersebar di berbagai wilayah daerah dan pada umumnya berada di luar jangkauan wilayah kerja BankNusa. Sedangkan jaringan BankNusa masih terbatas.

    Untuk mengatasi kendala tersebut, sejak tahun 1994 BankNusa telah memilih strategi pembiayaan dengan pola paket, yaitu memberikan skim pembiayaan dengan cara mengorganisir pengusaha kecil dengan melibatkan pengusaha besar sebagai bapak angkat, inti plasma ataupun paket nusa.

    Sejak tahun 1994 hingga kini (Mei 1998) BankNusa telah membiayai berbagai proyek melalui paket Nusa dan paket KLBI.

    Sektor-sektor yang telah dibiayai melalui dua paket ini adalah meliputi sektor perkebunan kelapa sawit, peternakan, distributor, suplier, peternakan ikan, perajutan, sektor perdagangan hingga sektor jasa.

    Adapun pertumbuhan KUK BankNusa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    6.1 Pertumbuhan KUK BankNusa tahun 1995-1996 (dalam KUK jutaan Rupiah)

    KUK 1995 1996 Pertumbuhan Pertumbuhan (%)

    *PAKET KLBI 15.021 32.831 17.810 118,57

    *PAKET NUSA 37.127 52.198 15.071 40,60

    *NON PAKET 8.509 16.060 7.551 88,47

    TOTAL KUK 60.657 101.089 40.432 66,65

    Sumber : Retail Bankin Group Pertumbuhan KUK BankNusa 1996-1997

    Sumber : Retail Banking Group 6.2 Pertumbuhan KUK BankNusa 1997-1998 s.d Mei (Dalam jutaan Rupiah)

    KUK 1996 1997 Pertumbuhan Pertumbuhan (%)

    *PAKET KLBI 32.831 74.851 42.020 128,00

    *PAKET NUSA 52.198 54.406 2.208 4,32

    *NON PAKET 16.060 20.101 4.041 25,16

    TOTAL KUK 101.098 149.358 48.269 47,75

  • 9

    KUK 1997 1998 Pertumbuhan Pertumbuhan (%)

    *PAKET KLBI 74.851 61.729 -13.122 -17,53

    *PAKET NUSA 54.406 20.168 -28.638 -62,93

    *NON PAKET 20.101 5.600 -14.50 -71,13

    JUMLAH 149.358 87.497 -61.68 -41,41

    Sumber : Retail Banking Group

    Dari data di atas, bisa dilihat bahwa KUK BankNusa dari tahun 1995 hingga tahun 1998 mengalami pertumbuhan yang cukup baik yakni dari tahun 1995-1996 mengalami pertumbuhan sebesar 66,65% yaitu dari Rp. 60,657 juta pada tahun 1995 menjadi Rp. 101.089 juta pada tahun 1996. Sedangkan pada tahun 1997 mengalami kenaikan/pertumbuhan sebesar 47,75% yaitu dari Rp. 101.089 juta pada tahun 1996 menjadi Rp. 149.358 juta, secara absolut mengalami pertumbuhan sebesar Rp. 48.269 juta. Sedangkan pada tahun 1998 (hingga bulan Mei) nampak mengalami penurunan (sekalipun hal ini belum dapat dikatakan menurun karena masih berada pada semester pertama) sebesar Rp. 41.759,- juta atau menurun sebesar -41,41%.

    Bila dihitung dengan rumus rasio KUK yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan rumus berikut :

    KUK (Rp. )

    x 100% Total Kredit (Rp. ) – KLBI non KUK – Dana Kelolaan

    Maka akan dapat diketahui rasio KUK BankNusa sebagai berikut : Tahun 1995 :

    Rp. 60.657,- juta x 100% = 9.51%

    Rp. 658.712 – Rp. 11.492 – Rp. 9.425,5 (Juta)

    Tahun 1996 :

    Rp. 101.089,- juta x 100% = 13,43%

    Rp. 748.647,3 – Rp. 25.000,0 juta – Rp. 7.462,5

    Sedangkan untuk tahun 1997 dan tahun 1998 tidak dapat dihitung rasio KUK BankNusa disebabkan data untuk itu tidak didapatkan. Dengan demikian rasio KUK pada BankNusa mengalami pertumbuhan yang cukup berarti yaitu sebear 41,21% pada tahun 1996. Rasio sebesar 13,43% di atas menunjukkan bahwa KUK BankNusa masih dibawah standard minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 20%.

    Dan sektor-sektor yang dibiayai melalui KUK ini mengalami perluasan, dimana pada tahun 1996 sektor yang dibiayai meliputi sektor perkebunan kelapa sawit, peternakan ayam,

  • 10

    perajutan, suplier dan distributor jamu, maka pada tahun 1998 mencakup pula sektor perikanan, industri, jasa dan perdagangan.

    7 Analisis Kredit Usaha Kecil terhadap profitabilitas BankNusa

    Untuk dapat mengetahui seberapa kontribusi KUK terhadap profitabilitas BankNusa

    terlebih dahulu akan dianalissi BIAYA DANA (COST OF FUND) dari komposisi dana yang ada pada data tahun 1995-1996, sehingga akan didapatkan biaya dana yang sangat berguna sebagai dasar perhitungan profit KUK pada tabel berikut :

    Biaya dana BankNusa pada tahun 1995

    DANA Jumlah Presentase Suku Bunga % Kontribusi

    Giro 148.264,2 12,61 5,50 0,71*

    Tabungan 46.271,3 3,93 14,00 0,56

    Deposito 519.104,1 44,16 16,00 7,28

    CD 187.309,4 15,9 16,39 2,68

    Obiligasi 35.000,0 2,97 18,00 0,55

    Pinjaman 193.098,1 16,42 7,13 1,10

    Hutang Pajak 1.976,8 0,16 0,00 0,00

    Hutang sewa guna usaha

    2.891,7 0,24 0,00 0,00

    Kewajiban lainnya 16.300,4 1,38 0,00 0,00

    Pinjaman Subordinasi 25.000,0 2,12 0,00 0,00

    JUMLAH 1.175.289,5 COST OF FUND = 12,98%

    (Dalam Jutaan Rupiah)

    Biaya dana BankNusa pada tahun 1996

    DANA Jumlah Presentase Suku Bunga %

    RR Kontribusi

    Giro 81.862,1 8,61 4,00 3 0,35*

    Tabungan 29.048,2 3,05 14,00 3 0,44

    Deposito 411.46,3 43,29 15,75 3 7,02

    CD 88.763,5 9,33 17,00 3 1,63

    Obiligasi 35.000,0 3,68 18,00 3 0,68

    Pinjaman 237.440,6 24,98 14,93 3 3,84

    Hutang Pajak 3.904,1 0,41 0,00 0,00

    Hutang sewa guna usaha

    4.400,5 0,46 0,00 0,00

    Kewajiban lainnya 28.387,6 2,98 0,00 0,00

    Pinjaman Subordinasi

    30.000,0 3,15 0,00 0,00

    JUMLAH 950.268,4 COST OF FUND = 13.96%

    *Presentase x Suku Bunga (Dalam Jutaan Rupiah) (100%-RR) Dari laporan keuangan pada halaman terdahulu dan data di atas dapatlah diperoleh data yang lain sebagai berikut :

  • 11

    Tahun 1996 Tahun 1995 a. Cost Of Fund 13,96% 12,98% b. Suku bunga kredit

    -Cost of fund 13,96% 12,98% - Spread 1,00% 1,00% - Cadangan Risiko 0,50% 0,50% - Overhead Cost 3,20%* 2,50%** - Risk Allowance 1,80%*** 1,80%*** 20,46% 18,28%

    c. Tax (35%) 7,16% 6,40%

    27,62% 24,67%

    *) Diperoleh dari : Total biaya x 100% = Rp. 38.876,0 juta x 100% = 3,20% Aktiva Produktif Rp. 1.214.441,6 juta **) Diperoleh dari : Rp. 29.143,94 juta x 100% = 2,5% Rp. 1.028.423,1 juta ***) Diperoleh dari : Bad Debts x 100% = Rp. 11.550,0 juta x 100% = 1,8% Total Loan Rp. 784.426,0 juta ****) Diperoleh dari : Rp. 11.393,0 juta x 100% = 1,8% Rp. 628.712,0 juta

    Selanjutnya perlu diketahui pula biaya dana (cost of fund) KUK, dimana salah satu yang membedakan KUK Paket Nusa dan KUK Paket KLBI adalah sumber dana yang dipakai dalam membiayai Kredit Usaha Kecil yaitu KUK Paket Nusa bersumber dana dari dana yang dihimpun oleh BankNusa dari masyarakat. Sedangkan paket KLBI dibiayai dengan dana yang bersumber dari BankNusa dan dari Bank Indonesia dengan komposisi masing-masing 65% dari Bank Indonesia dan 35% dari BankNusa.

    Untuk dana dari Bank Indonesia dengan tingat suku bunga 4% p.a. Sedangkan untuk dana dari BankNusa dengan biaya dana sebesar 12,98% untuk tahun 1995 dan 13,96% untuk tahun 1996.

    Efective Cost of Fund BankNusa Tahun 1995 12,98% dan tahun 1996 13,96%. Dengan demikian melalui pendekatan Costumer Profitibility analisis KUK BankNusa dapat

    dihitung sebagai berikut :

    PROFIT KUK PAKET NUSA TAHUN 1995

    A. Revenue From Fund Used Rp. 9.096.115.000.000,00

    B. Interest Cost of Fund Used Rp. 3.842.080.000,00

    -Fee Usaha Besar/Koperasi 3% Rp. 1.113.810.000,0

    Total Interest Cost of Fund Used and Fee Rp. 4.955.890.000,00

    INTEREST DIFERENTIAL Rp. 4.140.225.000,00

    C. Fee From Services

    -Komisi dan Provisi rata-rata 0.9% Rp. 334.143.000,00

    -Biaya transfer rata-rata 0.5% Rp. 185.635.000

    Total Fee From Services Rp. 519.778.000,00

    NET REVENUE BEFOR OPERATING Rp. 4.660.003,00

  • 12

    EXPENSES

    D. Operating Expenses

    -Staff Payment and Other Expenses Rp. 97.200.000,00

    -Fixed Cost Rp. 542.054.200,00

    Total Operating Expenses Rp. 639.254.200,00

    EARNING BEFORE TAX Rp. 4.020.748.800,00

    E. Income Tax Rp. 1.1.407.262.000,00

    COSTUMER PROFIT Rp.2.613.486.800,00

    F. Return on Risk Asset 7,03%

    G. Standard of Return on Risk Asset 3%

    H. COSTUMER PROFITABILITY : STANDARD OF RORA

    7,03% : 3% = POSITIF

    PROFIT KUK PAKET KLBI TAHUN 1995

    A. Revenue From Fund Used Rp. 2.102.940.000,00

    B. Interest Cost of Fund Used Rp. 905.299.500,00

    -Fee Usaha Besar/Koperasi 3% Rp. 300.420.000,00

    Total Interest Cost of Fund Used and Fee Rp. 1.205.791.500,00

    INTEREST DIFERENTIAL Rp. 897.220.500,00

    C. Fee From Services

    -Komisi dan Provisi rata-rata 0.9% Rp. 135.189.000,00

    -Biaya transfer rata-rata 0.5% Rp. 175.105.000,00

    Total Fee From Services Rp. 210.296.000,00

    NET REVENUE BEFOR OPERATING EXPENSES

    Rp. 1.107.541.500,00

    D. Operating Expenses

    -Staff Payment and Other Expenses Rp. 150.200.000,00

    -Fixed Cost Rp. 219.306.600,00

    Total Operating Expenses Rp. 639.506.600,00

    EARNING BEFORE TAX Rp. 738.007.900,00

    E. Income Tax Rp. 258.302.760,00

    COSTUMER PROFIT Rp.479.705.140,00

    F. Return on Risk Asset 3,19%

    G. Standard of Return on Risk Asset 3%

    H. COSTUMER PROFITABILITY : STANDARD OF RORA

    3,19% - 3,00 % = POSITIF

    PROFIT KUK PAKET NUSA TAHUN 1996

    A. Revenue From Fund Used Rp. 13.049.500.000,00

    B. Interest Cost of Fund Used Rp. 6.459.431.600,00

    -Fee Usaha Besar/Koperasi 3% Rp. 1.565.940.000,00

    Total Interest Cost of Fund Used and Fee Rp. 7.696.595.100,00

    INTEREST DIFERENTIAL Rp. 5.024.149.200,00

    C. Fee From Services

    -Komisi dan Provisi rata-rata 0.9% Rp. 521.980.000,00

    -Biaya transfer rata-rata 0.5% Rp. 391.485.000,00

    Total Fee From Services Rp. 913.465.000,00

    NET REVENUE BEFOR OPERATING EXPENSES

    Rp. 5.937.585.400,00

    D. Operating Expenses

  • 13

    -Staff Payment and Other Expenses Rp. 260.850.000,00

    -Fixed Cost Rp. 955.223.400,00

    Total Operating Expenses Rp. 1.216.037.400,00

    EARNING BEFORE TAX Rp. 4.721.521.800,00

    E. Income Tax Rp. 1.625.529.200,00

    COSTUMER PROFIT Rp. 3.068.983.600,00

    F. Return on Risk Asset 5.87%

    G. Standard of Return on Risk Asset 3%

    H. COSTUMER PROFITABILITY : STANDARD OF RORA

    5,87% : 3% = POSITIF

    PROFIT KUK PAKET KLBI TAHUN 1996

    A. Revenue From Fund Used Rp. 4.596.340.000,00

    B. Interest Cost of Fund Used Rp. 1.954.099.500,00

    -Fee Usaha Besar/Koperasi 3% Rp. 656.620.000,00

    Total Interest Cost of Fund Used and Fee Rp. 2.610.719.500,00

    INTEREST DIFERENTIAL Rp. 1.985.620.500,00

    C. Fee From Services

    -Komisi dan Provisi rata-rata 0.9% Rp. 328.310.000,00

    -Biaya transfer rata-rata 0.5% Rp. 246.232.500,00

    Total Fee From Services Rp. 574.542.500,00

    NET REVENUE BEFOR OPERATING EXPENSES

    Rp. 2.560.163.000,00

    D. Operating Expenses

    -Staff Payment and Other Expenses Rp. 333.550.000,00

    -Fixed Cost Rp. 600.807.300,00

    Total Operating Expenses Rp. 934.357.300,00

    EARNING BEFORE TAX Rp. 1.625.805.700,00

    E. Income Tax Rp. 569.031.900,00

    COSTUMER PROFIT Rp. 1.056.773.800,00

    F. Return on Risk Asset 3,21%

    G. Standard of Return on Risk Asset 3%

    H. COSTUMER PROFITABILITY : STANDARD OF RORA

    3,21% : 3% = POSITIF

    Berdasarkan perhitungan pada tabel 14-17 di atas, secara komulatif dapat dihitung profit total KUK (baik KUK Paket KLBI maupun KUK Paket Nusa) BankNusa Internasional sebagai berikut : 1. KUK BankNusa tahun 1995

    Jumlah Kredit Profit

    Paket KLBI Rp. 15.021.000.000,00 Rp. 479.705.140,00 Paket Nusa Rp. 37.127.000.000,00 Rp. 2.613.486.800,00 Jumlah Rp. 52.148.000.000,00 Rp. 3.093.191.940,00 Rp. 3.093.191.940,00 x 100% = 5,93% Rp. 52.148.000.000,00

  • 14

    2. KUK BankNusa tahun 1996

    Jumlah Kredit Profit

    Paket KLBI Rp. 32.831.000.000,00 Rp. 1.056.773.800,00 Paket Nusa Rp. 52.198.000.000,00 Rp. 3.068.983.600,00 Jumlah Rp. 850.029.000.000,00 Rp. 4.125.757.400,00 Rp. 4.125.757.400,00 x 100% = 4,85% Rp. 850.029.000.000,00 Sedangkan Standard RORA (Return On Risk Asset) yang ditetapkan oleh BankNusa 3% dengan demikian Kredit Usaha Kecil melalui Pola Kemitraan Terpadu adalah Profitable bagi BankNusa Internasional, oleh karena itu pemberian kredit dengan pola ini hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan pada masa yang akan datang. 7. Penutup

    7.1 Kesimpulan a. BankNusa Internasional adalah Bank Devisa yang masih mengandalkan corporate

    banking sebagai bisnis intinya mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama kurun waktu tahun 1995-1996 yang mana salah satu indikasinya ditunjukkan oleh meningkatnya laba bersih BankNusa sebesar Rp. 4,7 miliar dari Rp. 14,3 miliar pada tahun 1995 menjadi Rp. 19 miliar pada tahun 1996 atau meningkat hampir 33%.

    b. Porsi KUK sebagaimana telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 20% rasionya baru mencapai 9,51% pada tahun 1995 dan 13,43% pada tahun 1996. Dan untuk tahun 1997 serta 1998 tidak dapat dihitung rasio KUK nya karena tidak didapatkannya data untuk keperluan itu, hanya saja KUK yang diberikan oleh BankNusa mengalami pertumbuhan sebesar 52% pada tahun 1997 dan pada tahun 1998 hingga bulan Mei KUK BankNusa mengalami penurunan yang cukup yaitu sebesar -32,3%.

    c. Pembelian/penyaluran kredit kepada Usaha Kecil BankNusa dengan pola kemitraan terpadu yang disebut dengan pola paket, baik paket Nusa maupun paket KLBI, ternyata cukup menguntungkan bagi BankNusa. Hal ini disebabkan oleh karena satu paket kredit melibatkan debitur dengan jumlah yang cukup besar, bahkan dapat mencapai ribuan nasabah debitur. Sehingga lebih efisien dalam biaya.

    d. Dari segi keuntungan bagi Bank, bila dihitung melalui Costumer Profitability Analisis, KUK dengan pola paket memberikan keuntungan yang cukup tinggi bagi BankNusa, dari total kredit sebesar Rp. 52.148.000.000,00 menghasilkan profit riel sebesar Rp. 3.095.191.940,00 atau 5.93% pada tahun 1995, sedangkan pada tahun 1996 total kredit yang diberikan sebesar Rp. 85.029.000.000,00 menghasilkan profit riel sebesar Rp. 4.125.757.000.000,00 atau 4,85%. Atau 2,93% dan 1,85% masing-masing tahun 1995 dan 1996 diatas standard RORA (Return On Risk Asset) yang telah ditetapkan BankNusa sebesar 3%.

    e. Oleh karena itu RORA KUK pola paket bila dibandingkan dengan standard RORA yang telah ditetapkan oleh BankNusa adalah positive maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil (KUK) adalah Profitable atau Favorable oleh karena itu perlu dipertahankan dan dikembangkan.

  • 15

    7.2 Saran

    a. Oleh karena pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil dengan pola kemitraan terpadu (Pola Paket, baik Paket Nusa maupun KLBI) cukup memberikan keuntungan bagi BankNusa, maka hendaklah dipertahankan dan dikembangkan baik dari segi pola, manajemen, volume kredit maupun sektor usaha, sehingga lebih dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi di masa yang akan datang.

    b. Dalam memberikan kredit korporasi yang berskala besar hendaklah BankNusa selalu menyertakan kredit usaha kecil (KUK) dimana hampir setiap proyek yang besar selalu memiliki mitra kerja yang berskala kecil, baik sebagai distributor, splier, pengecer, sub kontraktor dan lain-lainnya, sehingga tidak hanya pengusaha besar saja yang mendapat fasilitas kredit untuk memperlancar ataupun memperbesar usahanya, dengan demikian akan terjadi pemerataan dan kesempatan lagi usaha kecil untuk hidup dan mengembangkan diri, yang pada gilirannya kelak akan menjadi nasabah yang loyal bagi BankNusa sekaligus sebagai market di masa-masa yang akan datang.

    c. Bagi usaha kecil hendaknya berusaha untuk dapat mengembangkan diri dengan cara memperbaiki manajemen dan bagi yang belum berbadan hukum hendaknya berusaha meningkatkan usahanya agar berbadan hukum sehingga pihak perbankan tidak lagi ragu dengan usaha kecil, atau kalau belum memungkinkan untuk itu, maka hendaknya pengusaha kecil membentuk kelompok-kelompok usaha sehingga apabila memerpukan dana dari perbankan untuk mendorong usahanya memperoleh kepercayaan dari bank.