universitas diponegoro_arfieno jefry krisnanda_diversifikasi pepaya sebagai.pdf
DESCRIPTION
Diversifikasi Pepaya dalam BiskuitTRANSCRIPT
DIVERSIFIKASI PEPAYA SEBAGAI INOVASI
PRODUK CAMILAN SEHAT ANTI DIABETES
(BISPAYA)
Diusulkan oleh :
Arfieno Jefry Krisnanda 21030113120037
Louis Claudia Marpaung 21030113130201
Maria Agustin Taolin 21030113140191
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Tulisan : DIVERSIFIKASI PEPAYA SEBAGAI
INOVASI PRODUK CAMILAN SEHAT
ANTI DIABETES (BISPAYA)
2. Anggota
Nama : Arfieno Jefry Krisnanda
NIM : 21030113120037
Nama : Louis Claudia Marpaung
NIM : 21030113130201
Nama : Maria Agustin Taolin
NIM : 21030113140191
3. Dosen Pembimbing
Nama : Noer Abyor Handayani, S.T, M.T
NIDN : 0015018601
Semarang,
30 September 2014
Noer A Handayani Arfieno Jefry Krisnanda
0015018601 21030113120037
iii
ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah.
Kini diabetes melitus menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Pada
tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM
adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%),
dan Kalimantan Timur (2,3%). Tahun 2013, Indonesia masuk 10 besar negara
terbesar penderita diabetes di dunia. Di era modern ini semakin sulit untuk
mengonsumsi makanan sehat, ditambah dengan gaya hidup yang serba praktis
tentu dikhawatirkan kondisi gizi di Indonesia semakin buruk. Hadirnya
“BISPAYA” (Biskuit sehat berbahan dasar pepaya) merupakan salah satu
alternatif makanan yang sehat. Pepaya mengandung polisakarida, vitamin,
mineral, enzim, protein, alkaloid, glikosida, saponin dan flavonoid. Kandungan
antioksidan flavonoid dan beta karoten pada pepaya yang besar berfungsi
sebagai antioksidan diketahui dapat berperan sebagai antidiabetes. Pepaya juga
mengandung serat tinggi yang berfungsi sebagai antikolesterol. Karya tulis ini
bertujuan untuk mengkaji kondisi operasi optimal yang dapat dicapai demi
terjaganya kandungan antioksidan pada BISPAYA. Proses dalam mengolah
pepaya menjadi biskuit pepaya tersebut dengan tiga metode yaitu persiapan buah
pepaya, proses ekstraksi serbuk pepaya dan proses pembuatan biskuit pepaya.
Kondisi ekstraksi optimal pada suhu 100-125oC dengan pelarut heksana-etanol
dapat menjaga karakteristik zat antioksidan tersebut menjadi tahan terhadap
suhu tinggi. Jenis emulsifier yang baik adalah dengan menggunakan NaCas dan
metode penyimpanan tidak mempengaruhi lama waktu penyimpanan.
Kata Kunci: Diabetes mellitus, BISPAYA, antioksidan, ekstraksi, heksana-etanol
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya karya
ilmiah yang berjudul DIVERSIFIKASI PEPAYA SEBAGAI INOVASI
PRODUK CAMILAN SEHAT ANTI DIABETES (BISPAYA) ini dapat
terselesaikan. Terimakasih juga dihaturkan kepada dosen pembimbing, Bu Noer
Abyor atas bimbingannya dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Tidak lupa juga
ucapan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang sudah memberikan
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah
ini. Karya tulis ini disusun sebagai solusi perbaikan kualitas gizi dan pencegahan
penyakit degeneratif mengingat pentingnya gizi seimbang di kalangan masyarakat
modern yang mempunyai gaya hidup serba instant.
Pepatah mengatakan: “Tak ada gading yang tidak retak.” Oleh karena
karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan karya tulis ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Semarang, 30 September 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Bagian awal
Halaman judul i
Lembar pengesahan ii
Abstrak iii
Kata pengantar iv
Daftar isi v
Daftar tabel vi
Daftar gambar vii
Bagian isi
Pendahuluan 1
Tinjauan pustaka 2
Metodologi 7
Isi dan pembahasan 8
Kesimpulan dan saran 15
Bagian Akhir
Daftar pustaka 16
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak..Hal ini terjadi karena kadar glukosa (gula sederhana) dalam
darah yang tinggi. Kadar glukosa normal pada manusia tidak melebihi 120 mg/dl
(WHO, 1985). Dengan meningkatnya kadar glukosa tersebut maka insulin dalam
tubuh tidak dapat bekerja dengan maksimal sehingga menyebabkan penyakit
diabetes mellitus. Hal ini kemudian menjadi salah satu masalah kesehatan yang
besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes
Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF,
2011).Tahun 2013, Indonesia masuk 10 besar negara terbesar penderita diabetes
di dunia menduduki urutan ketujuh dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta
orang (Mike Doutsdar, 2013). Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk
Diabetes Mellitus telah mencapai 465 miliar USD (IDF, 2011). Diabetes Melitus
juga sering kali mendatangkan penyakit lain. Penyakit yang akan ditimbulkan
antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,
luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah
menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes, 2005).
Mengingat dampak yang disebabkan penyakit diabetes melitus begitu besar, maka
masyarakat wajib mengendalikan pola makan dan menerapkan hidup sehat dengan
mengonsumsi produk olahan dari pepaya. Kandungan buah pepaya yang diketahui
mengandung zat antidiabetes dan antikolesterol, diteliti mampu mencegah naiknya
gula darah dan kolesterol.Meski semakin banyak jenis dan ragam buah impor,
pepaya tetap populer di Indonesia. Selain murah, zat gizi yang dikandungnya pun
lengkap. Biji, daun, batang, dan akarnya sangat bermanafaat sebagai obat dan juga
mudah didapatkan. Hal inilah yang menjadi pendorong gagasan diversifikasi
pemanfaatan buah pepaya sebagai salah satu alternatif camilan sehat anti diabetes
(BISPAYA). Oleh karena itu lewat penulisan ini penulis bertujuan mengkaji
kondisi operasi optimal yang harus didapat demi terjaganya kandungan
antioksidan yang maksimal pada produk biskuit pepaya (BISPAYA)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pepaya
Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m.
Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun.
Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m-1.000m dari permukaan laut dan pada
suhu udara 22°C-26°C (Santoso, 1991). Pada umumnya semua bagian dari
tanaman baik akar, batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan (Warisno,
2003). Menurut Tjitrosoepomo (2004), sistematika tumbuhan pepaya (Carica
papaya L.) berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papayaL.
Nama lokal : Pepaya Gambar 2.1 Buah Pepaya
Tanaman pepaya dapat ditanam di semua daerah di Indonesia dan tumbuh
subur menyebar dari dataran rendah sampai tinggi, yaitu sampai 1000 m dpl.
Produksi buah pepaya di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun
hingga mencapai 643.451 ton pada tahun 2006 (Departemen Pertanian, 2008).
Meski semakin banyak jenis dan ragam buah impor, pepaya tetap populer
di Indonesia. Selain murah, zat gizi yang dikandungnya pun lengkap. Biji, daun,
batang, dan akarnya sangat bermanafaat sebagai obat. Pepaya juga dikenal sebagai
buah yang murah harganya dan enak rasanya. Varietas yang beragam dan
ketersediaannya sepanjang tahun turut memperkokoh posisi pepaya sebagai buah
idola (Anonim,2010).
Disamping gizinya yang tinggi, pepaya juga memiliki kandungan
antioksidan yang tinggi. Kandungan ini termasuk vitamin C, beta karoten,
flavonoid, folat, vitamin A, mineral, magnesium, vitamin E, kalium, serat dan
3
vitamin B. Antioksidan memerangi radikal bebas dalam tubuh dan menjaga
kesehatan sistem kardiovaskular dan memberikan perlindungan terhadap kanker
usus besar (Superkunam,2010).
Karena pepaya merupakan sumber antioksidan yang sangat baik, buah
pepaya membantu mencegah oksidasi kolesterol dalam hati. Kolesterol tinggi
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Ini dapat dicegah dengan
mengkonsumsi buah pepaya secara teratur. Selain itu pepaya juga sarat akan serat
yang kemudian dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam hati. Asam
folat yang ditemukan dalam pepaya menghilangkan zat-zat berbahaya yang dapat
merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan serangan jantung. Salah satu
manfaat buah pepaya lainnya yaitu sebagai pencegahan penyakit jantung, dan
diabetes.
Tabel 2.1. Komposisi gizi buah pepaya masak, pepaya muda, dan daun pepaya per
100gram. (Anonim, 2010)
Zat gizi Buah pepaya
masak
Buah pepaya
muda
Daun pepaya
Energi (kkal) 46 26 79
Protein (g) 0,5 2,1 8,0
Lemak (g) 0 0,1 2
Karbohidrat (g) 12,2 4,9 11,9
Kalsium (mg) 23 50 353
Fosfor (mg) 12 16 63
Besi (mg) 1,7 0,4 0,8
Vitamin A (SI) 365 50 18.250
Vitamin B1 (mg) 0,04 0,02 0,15
Vitamin C (mg) 78 19 140
Air (g) 86,7 92,3 75,4
2.1.1 Protein
Kadar Protein dalam buah pepaya memang tidak terlalu tinggi, hanya 4-6
gram per kilogram berat buah. Tapi jumlah yang sedikit ini hampir seluruhnya
dapat dicerna dan diserap tubuh. Hal ini disebabkan enzim papain dalam buah
pepaya yang mampu mencerna zat sebanyak 35 kali lebih besar dari ukurannya
sendiri. Selain itu buah pepaya juga rendah gula sehingga baik untuk dikonsumsi
oleh penderita diabetes
2.1.2 Lemak
4
Satu buah pepaya dengan ukuran sedang mengandung 119 kalori atau 6
persen dari angka kecukupan gizi. Dari kalori tersebut, kandungan karbohidratnya
mencapai 109, sedangkan protein membentuk 6,2 kalori. Kandungan lemak pada
buah pepaya antara 0,3 gram yang merata antara lemak jenuh dan lemak tak
jenuh.
2.1.3 Karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada satu buah pepaya berukuran sedang yaitu
antara 29,8 gram karbohidrat. Kandungan karbohidratnya ini berasal dari gula
alami yaitu antara 17,9 gram. Kandungan serat pangan pada buah pepaya
berukuran sedang mencapai 5,5 gram.
2.1.4 Mineral
Buah pepaya memiliki kandungan potasium yang sangat tinggi, yaitu
mencapai 781 miligram. Bukan hanya itu, buah pepaya juga mengandung zat besi
lainnya seperti 73 miligram kalsium dan 30 miligram magnesium.
2.1.5 Vitamin A
Buah pepaya banyak mengandung vitamin A yang diperlukan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan mengkonsumsi buah pepaya
diyakini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah beberapa
penyakit yang terjadi sebagai hasil menurunkan kekebalan, seperti pilek dan
batuk, infeksi dan flu. Pepaya juga mengandung enzim papain dan enzim
chymopapain yang dapat mengurangi peradangan sehingga membantu tubuh
dalam penyembuhan luka bakar dan luka lainnya. Beberapa penyakit tertentu
menjadi lebih buruk ketika tubuh meradang. Karena itu disarankan bahwa orang-
orang yang menderita kondisi ini harus mengkonsumsi buah pepaya
(Superkunam, 2010).
2.2 Gizi Pepaya Untuk Penderita Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
5
normal. Insullin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang mengandung antioksidan
(vitamin C dan β-karoten) dapat mencegah penyakit diabetes mellitus (Arifin,
dkk., 2007 dan Widowati, 2008), dan asupan makanan yang mengandung β-
karoten dapat mencegah penyakit rabun senja, berbagai penyakit kanker
(Englberger, dkk., 2008), terutama kanker paru-paru (Mayne, 1996). Sedangkan
asupan makanan yang mengandung vitamin C berdasarkan penelitian Walingo
(2005) juga dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit kanker. Selain itu
vitamin C juga dapat mencegah terjadinya skorbut dan atherosclerosis (Poedjiadi,
2005).
Karotenoid merupakan pigmen alami tumbuhan yang menghasilkan warna
merah, kuning, orange, dan hijau tua pada buah dan sayuran. Warna-warna terlihat
pada buah dan sayuran disebabkan oleh adanya ikatan rangkap duaterkonjugasi
dari karotenoid yang menyerap cahaya (Hock-Eng, dkk., 2011). Semakin banyak
ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang
mengarah ke warna merah (Heriyanto, 2009).
β-karoten merupakan salah satu bentuk sederhana dari karotenoid, yang
memiliki rumus molekul C40H56. β-karoten memiliki 11 ikatan rangkap, dimana
merupakan pigmen warna orangeyang dapat ditemukan dalam buah dan sayuran.
β-karoten bisa berikatan dengan klorofil maupun xantofil pada buah dan sayuran
yang akan menyerap cahaya dalam spektrum cahaya orange atau merah dan akan
menimbulkan warna hijau, ungu ataubiru (Hock-Eng, dkk., 2011). Buah dan
sayuran yang berwarna orange memiliki kandungan β-karoten yang tinggi (Hock-
Eng, dkk., 2011).
Zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah di dalam
tumbuh-tumbuhan.Zat warna tersebut terdiri dari α dan β karoten, xantofil,
klorofil dan anthosianin. Zat warna tersebut menyebabkan tumbuhan masing-
masing berwarna merah jingga atau kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan
dan kemerah-merahan. Pigmen berwarna merah jingga disebabkan oleh
karotenoid yang bersifat larut dalam minyak. Karotein bersifat tidak stabil pada
6
suhu tinggi dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna merah jingga itu akan
hilang.
Disamping itu senyawa karoten mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Larut dalam minyak dan tidak larut dalam air
2. Sedikit larut dalam alkohol dam metil alkohol
3. Larut dalam kloroform, benzene, dan petroleum eter
4. Tidak stabil pada suhu tinggi atau stereo isomer yang telah berubah
5. Sensitif terhadap oksidasi, auto-oksidasi dan cahaya
6. Mempunyai karakteristik adsorbsi cahaya
7. Mudah dioksidasi oleh enzim lipoksidase
(Sudarmadji. 1989).
Beta karoten merupakan komponen yang paling penting dalam makanan
yang berwarna jingga. Beta karoten yang kita konsumsi terdiri atas 2 grup retinil,
yang di dalam usus kecil akan dipecah oleh enzim betakaroten dioksigenase
menjadi retinol, yaitu sebuah bentuk aktif dari vitamin A. Karoten dapat disimpan
di hati dalam bentuk provitamin A dan akan diubah menjadi vitamin A sesuai
dengan kebutuhan tubuh (Astawan, 2008).
Menurut Penelitian dari Marelli dkk (2008) buah pepaya memiliki
kandungan vitamin C dan beta karoten yang bermanfaat sebagai antioksidan. Di
dalam buah pepaya terkandung vitamin C sebesar 70,2 mg/100 gram berat pepaya
dan kandungan beta karoten sebanyak 20,722 µg/ 100 gram berat pepaya. Selain
itu, total fenolik dan flavonoid dalam pepaya dilaporkan sebesar 1945,48 ± 45,55
dan 117,48 ± 15,54 mg/ berat kering.
Cukup banyak manfaat beta karoten yang diketahui, namun dalam salah
satu artikel yang dimuat dalam Journal of Laboratory and Clinical Medicine,
David A. Hughes, Ph.D., dan kolega-koleganya menerangkan bahwa zat ini bisa
meningkatkan daya kekebalan/ imunitas tubuh.
Buah pepaya menawarkan banyak manfaat bagi penderita diabetes,
termasuk pilihan makanan rendah gula dan sumber antioksidan. Orang yang hidup
dengan diabetes harus selalu memperhatikan jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi sepanjang hari, memastikan bahwa tingkat gula darah tubuh tingkat
tetap untuk fungsi tubuh yang tepat.
7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Pepaya dipersiapkan untuk proses ekstraksi dengan pelarut etanol sehingga
diperoleh ekstrak yang mengandung senyawa flavonoid dan pemanis alami.
Metode pembuatan dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Persiapan buah pepaya, 2.
Proses ekstraksi serbuk pepaya, 3. Pembuatan biskuit pepaya.
Berikut diuraikan tahap pembuatan biskuit pepaya.
1. Persiapan bahan baku pepaya
Pada tahap pertama pepaya dikupas kulitnya dan dibuang bijinya setelah
itu dihaluskan dengan cara diblender.
2. Ekstraksi pepaya
Tahap kedua adalah ekstraksi pepaya dengan pelarut etanol 75% teknis
karena etanol bersifat polar sehingga mampu mengekstrak beta karoten
dan flavonoid yang terdapat dalam pepaya yang bersifat polar.
3. Pembuatan bispaya
Bahan:
200 gram mentega
50 gram ekstrak pepaya
1 butir telur
200 gram tepung terigu
berprotein rendah
2 sendok makan tepung maizena
1 sendok makan oatmeal
¼ sendok teh baking Power
Zat aditif (NaCas + HPKO)
Cara membuat:
1. Kocok mentega, telur dan ekstrak pepaya sampai lembut
2. Masukkan tepung terigu yang sudah dicampur dengan maizena dan baking
powder, aduk rata
3. Masukkan oatmeal dan zat aditif, kemudian aduk rata
4. Panaskan oven
5. Bentuk adonan dengan cetakan
6. Panggang sekitar 10 menit hingga matang di kedua sisi
7. Diamkan di suhu ruang hingga biskuit mengeras
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Mayoritas masyarakat jarang mengonsumsi buah, terutama anak-anak.
Padahal di dalam buah banyak kandungan yang dapat berguna bagi tubuh kita.
Secara alami buah pepaya memliki antioksidan, yaitu betakaroten. Antioksidan ini
berguna menangkal radikal bebas dalam tubuh agar dapat mencegah penyakit,
seperti Diabetes Melitus. Supaya semua orang dapat mengonsumsi buah pepaya,
baik yang menyukainya maupun yang tidak, penulis mempunyai gagasan inovasi
produk untuk memindahkan zat antioksidan tersebut ke dalam makanan kecil
yang disukai banyak orang, yaitu biskuit (BISPAYA).
Dalam pembuatan produk BISPAYA ini, yang perlu diperhatikan yaitu
penyiapan bahan buah pepaya itu sendiri dan kondisi operasi optimal yang dapat
dilakukan, agar kadar antioksidan tetap terjaga atau tidak banyak penurunan.
4.1 Upaya mempertahankan kadar zat antioksidan dalam proses pembuatan
BISPAYA
Bahan utama yang akan dicampur dalam adonan biskuit adalah
antioksidan (betakaroten) dari pepaya. Yang perlu diperhatikan adalah proses
pengambilan zat antioksidan, kondisi operasi pembuatannya, lama penyimpanan,
dan zat lain yang perlu ditambahkan.
a) Proses penyiapan bahan
Untuk mengambil zat antioksidan dapat dilakukan 2 metode, yaitu
mengambil sari buah pepaya (antioksidan tercampur di dalam sari buah) atau
dengan mengekstrak antioksidan dari sari buah pepaya tersebut.
1. Sari Buah Pepaya
Dengan mengambil sari buah pepaya ini, kadar antioksidan
(betakaroten) yang terkandung di dalamnya masih terjaga. Hal ini
disebabkan karena tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menurunkan kadar
mikronutrien tersebut. Jadi, pada metode ini hanya melibatkan proses
mekanis saja. Untuk penyimpanan sari buah dilakukan dengan proses
9
pendinginan di refrigerator sehingga meski disimpan dalam beberapa hari
kandungan sari buah tetap terjaga dengan baik.
2. Ekstrak Antioksidan
Untuk mengambil mikronutrien (antioksidan) dalam suatu buah
dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Merujuk pada penelitian tentang
ekstraksi antioksidan, Tensiska (2003) menyatakan bahwa karakteristik
fisik terbaik diperoleh dari ekstrak yang bersifat polar (ekstrak heksana-
etanol). Jika dibandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol,
ekstrak heksana, dengan ekstrak heksana-etanol, ekstrak dengan heksana-
etanol lebih mengandung antioksidan. Untuk menjaga kondisi
mikronutrien ini dengan baik, dibutuhkan treatment yang baik pula, tidak
hanya dengan pendinginan, tetapi juga menggunakan suatu alat.
b) Kondisi Operasi Optimal
Yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan biskuit ini adalah
menjaga agar kandungan betakaroten dalam biskuit tidak mengalami degradasi
yang signifikan. Oleh karena itu faktor utama yang diperhatikan dalam proses
ini adalah suhu. Karena mikronutrien ini sensitif terhadap kenaikan suhu.
Ramdani (2013) menyatakan bahwa pemanasan 500C, 600C, 700C dan 800C
memiliki persen aktivitas antioksidan masing-masing 94.6253%, 88.9730%,
84.4309%, 77.3656%, 75.5236%. Sehingga dapat dikatakan kandungan
antioksidan pada biskuit mengalami degradasi seiring dengan kenaikan suhu
pada oven. Degradasi paling besar adalah saat suhu pemanasan mencapai 800C
dengan penurunan aktivitas antioksidan sebesar 24.4764%, seperti yang terlihat
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram % Aktivasi Antioksidan pada suhu 500C, 600C, 700C, dan
800C (Ramdani et al, 2013)
10
Menurut Tensiska et al (2003), metode ekstraksi etanol atau etanol-
heksana dapat meningkatkan ketahanan panas terhadap aktivitas antioksidan.
Gambar 4.2 Diagram Hasil Uji Ketahanan Panas Ekstrak Etanol (Tensiska et
al, 2003)
Gambar 4.3 Diagram Hasil Uji Ketahanan Panas Ekstrak Heksana-Etanol
(Tensiska et al, 2003)
Gambar 4.2 dan 4.3 menunjukkan penurunan faktor protektif rata-rata antara
tanpa pemanasan dengan pemanasan 120 menit pada suhu 1750C relatif tidak
begitu besar yaitu kira-kira 17 persen. Pemanasan pada suhu 1000C dan 1250C
menghasilkan laju penurunan faktor protektif relatif kecil. Namun laju
penurunan faktor protektif paling besar terjadi pada suhu 1500C diikuti oleh
suhu 1750C. Ketahanan panas ekstrak etanol dan heksana-etanol dapat
disimpulkan bahwa jenis antioksidan tersebut relatif tahan terhadap pemanasan.
Menurut Tensiska et al (2003), pemanasan pada suhu 1750C selama 2 jam
hanya menurunkan faktor protektif di bawah 20 persen.
11
c) Lama Penyimpanan Zat Antioksidan dalam Biskuit
Lama penyimpanan merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan karena menentukan lamanya waktu konsumsi BISPAYA. Dengan
hilangnya kandungan zat antioksidan pada waktu tertentu menyebabkan produk
BISPAYA mengalami penurunan manfaat bagi kesehatan para penderita
diabetes mellitus.
Menurut Hussein et al (2000), tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam kadar vitamin C antara jenis sayuran atau metode kemasan yang
diselidiki. Penurunan signifikan secara statistik dalam vitamin C diamati
selama penyimpanan 10 hari pada semua kombinasi sayuran kemasan. Bagi
kebanyakan kombinasi (kecuali brokoli diproses), tidak ada perubahan dalam
betakaroten selama penyimpanan atau antara sistem kemasan. Perubahan
konsentrasi nutrisi yang diamati selama penyimpanan tidak akan berdampak
signifikan pada kualitas gizi sayuran.
Tabel 4.1 Perbedaan dan standar deviasi kadar b-karoten diamati pada sampel
brokoli dan paprika hijau, antara pengolahan dan kemasan yang berbeda
kelompok (Hussein et al, 2000)
Sample Fresh Pillow packed Partial vacuum Total vacuum
Day
1
Da
y
10
Day
1
Day
10
Day
1
Day
10
Da
y 1
Day
10
Brocoli
Mean +
S.D.
(n=12)
950
+
473
858
+
408
842
+
360
844
+
419
ND ND ND ND
Mean
differenc
e
-92 2 ND ND ND ND
S.D. of
differenc
e
11
9
15
7
Green Paper
12
Mean +
S.D.
(n=12)
185
+ 63
187
+
50
192
+ 53
193
+ 53
193
+ 57
203
+ 63
200
+
58
203
+ 63
Mean
differenc
e
2 1 -3 9
S.D. of
differenc
e
39 38 5
4
5
8
*ND =Not Determined
Pada tabel di atas diterangkan bahwa metode penyimpanan yang berbeda
selama 10 hari pada kedua sampel, tidak menunjukkan penurunan kandungan
betakaroten yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode
penyimpanan tidak mempengaruhi lama waktu penyimpanan.
d) Zat Aditif yang membuat Kandungan Antioksidan Terjaga
Pembuatan BISPAYA memerlukan kondisi operasi pada suhu tinggi.
Karakteristik zat antioksidan yang sensitif dengan suhu tinggi dapat
menyebabkan degradasi kandungan zat antioksidan tersebut. Oleh karena itu
diperlukan suatu zat yang dapat menjaga kandungan zat antioksidan. Menurut
Leonardo (2008), dispersi protein yang distabilkan dapat digunakan untuk
meningkatkan bahan makanan dan makanan yang mengandung senyawa
bioaktif liposoluble, seperti karotenoid dan vitamin. Dalam penelitian
Leonardo (2008), keadaan fisik lipid carrier(Hydrogenated Palm Kernel Oil,
HPKO and Sunflower Oil, SO)memiliki peran utama dalam keberhasilan
perlindungan bioaktif dari sistem pengiriman. Solid Lipid secara signifikan
meningkatkan stabilitas dengan mengurangi laju degradasi beta-karoten. Jenis
emulsifier juga mempengaruhi keberhasilan perlindungan. Sodium
Caseinate(NaCas) menunjukkan sifat penghalang yang unggul dibandingkan
dengan Whey Protein Isolate (WPI) karena struktur dan profil asam amino
yang berbeda.
13
Tabel 4.2 Perbedaan degradasi Betakaroten antara penggunaan lipid carrier
padatan (HPKO) dengan cairan (SO) dan jenis emulsifier NaCas dengan WPI
(Cornacchia, 2008)
Protein(%w/w) NaCas+HPKO NaCas+SO WPI+HPKO WPI+SO
0.1 -0.8162 -0.8761 -0.6854 -1.0821
0.2 -0.4479 -0.7275 -0.6750 -0.9249
0.4 -0.2440 -0.6961 -0.4541 -0.7777
0.8 -0.1791 -0.5136 -0.4489 -0.7299
1.2 -0.2480 -0.4815 -0.5478 -0.7068
1.6 -0.2211 -0.4290 -0.5538 -0.7148
2.0 -0.2190 -0.4931 -0.5471 -0.6981
Dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa penurunan signifikan betakaroten terjadi
pada Protein dengan <0.4 %w/w. Bila membandingkan antar lipid carrier,laju
penurunan betakaroten yang terendah terjadi pada penggunaan solid lipid.
Oleh karena itu jenis emulsifier yang baik adalah dengan menggunakan
NaCas.
4.2 Proses Pengendalian Kondisi Operasi Pembuatan Biskuit
Keterangan masa simpan suatu produk pangan merupakan salah satu
informasi yang penting untuk dicantumkan. Pencantuman tanggal kadaluarsa itu
menjadi penting karena terkait dengan keamanan konsumen produk tersebut.
Salah satu produk pangan yang memiliki umur simpan cukup lama adalah biskuit.
Biskuit memiliki kadar air dan aktivitas air (aw) yang rendah sehingga teksturnya
menjadi renyah. Kerenyahan biskuit akanmenurun dengan meningkatnya kadar air
dan awproduk. Apabila awmencapai 0.35-0.50, maka kerenyahan produk akan
hilang. Salah satu model untuk menduga umur simpan suatu produk makanan
adalah pendekatan kadar air kritis.
Kadar air awal biskuit merupakan informasi awal yang penting untuk
diketahui dalam pendugaan umur simpan model kadar air kritis. Kadar air kritis
juga perlu diketahui sebagai batas penerimaan produk. Tabel berikut berturut-turut
menyajikan data perubahan kadar air, nilai kerenyahan biskuit dan skor kesukaan
panelis selama periode pengamatan untuk biskuit adonan keras dan biskuit adonan
lunak.
14
Tabel 4.3 Biskuit adonan lunak (Kusnandar, 2010)
Waktu (jam) Kadar air (g
H2O/g padatan) Kerenyahan (gf)
Skor
Kerenyahan
0 0.018 496.78 6.3
1 0.033 452.88 6.0
2 0.043 333.85 5.3
3 0.064 194.93 3.2
4 0.075 94.73 1.7
5 0.083 75.90 1.3
Tabel 4.4 Biskuit adonan keras (Kusnandar, 2010)
Waktu (jam) Kadar air (g
H2O/g padatan) Kerenyahan (gf)
Skor
Kerenyahan
0 0.025 698.25 6.3
1 0.042 563.23 5.2
2 0.049 481.55 4.3
3 0.067 338.20 2.7
4 0.071 311.25 2.6
5 0.083 213.20 1.8
6 0.102 161.78 1.1
Kadar air kesetimbangan untuk biskuit adonan lunak tercapai setelah
disimpan 6-8 hari, sedangkan biskuit adonan keras mencapai kesetimbangan
setelah disimpan 4-8 hari. Umur simpan biskuit lunak dan adonan keras yang
dikemas dengan metallized plastic diprediksi secara berturut-turut adalah 15 bulan
dan 18 bulan pada kondisi penyimpanan kelembaban relatif di Indonesia (75%)
pada suhu penyimpanan 300C (Feri Kusnandar, 2010).
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biskuit pepaya (BISPAYA) merupakan alternatif camilan yang sehat. Di
tengah gaya hidup yang semakin instan, camilan kini menjadi salah satu pilihan
pangan masyarakat. Kandungan antioksidan pada pepaya merupakan penangkal
radikal bebas yang dapat meminimalisir resiko penyakit diabetes mellitus. Untuk
membuat biskuit mengandung antioksidan yang baik terhadap tubuh, maka
diperlukan treatment khusus yang dapat menjaga kandungan biskuit yang sehat.
Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu penyiapan bahan, kondisi
operasi, lama penyimpanan, dan zat aditif yang dapat menjaga kandungan
antioksidan. Karakteristik zat antioksidan yang sensitif terhadap suhu tinggi
menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan, oleh karena itu dilakukan ekstraksi
antioksidan dengan heksana-etanol yang dapat menjaga karakteristik zat
antioksidan tersebut menjadi tahan terhadap suhu tinggi. Penambahan zat aditif
(HPKO+NaCas) juga mampu menjaga kandungan antioksidan agar tidak
mengalami degradasi yang signifikan.
Zaman sekarang banyak orang memiliki pola makan yang tidak sehat atau
instan. Diversifikasi pemanfaatan buah pepaya sebagai salah satu cemilan yang
sehat (BISPAYA) diharapkan menjadi salah satu inovasi produk yang nantinya
mampu membantu meminimalisir penderita diabetes melitus.
5.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai zat yang dapat ditambahkan
untuk menjaga kandungan antioksidan
2. Pada pembuatan biskuit sebaiknya ada kondisi operasi yang optimal dalam
penentuan kerenyahan produknya
3. Sebaiknya ada variasi suhu yang lebih banyak dalam penentuan degradasi kadar
antioksidan untuk mengetahui persen penurunannya lebih lanjut
16
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H, V Delvita, and Almadhy. 2007. “Pengaruh Pemberian Vitamin C
Terhadap Fetus Mencit Diabetes.” Sains dan Teknologi Farmasi 12(1): 32–
40.
Cornacchia, Leonardo, and Yrjö H Roos. 2008. “Beta-Carotene Delivery Systems
Stabilised by Dairy Proteins.”
“Daftar Komposisi Bahan Makanan.” 2000.
Englberger, L, J Schierle, G. C Marks, and M. H Fitzgerald. 2003. “Micronesian
Banana, Taro, And Other Foods: Newly Recognized Sources Of Provitamin
A And Other Carotenoids.” 3–19.
Heriyanto. 2009. “Karotenoid (Beta-Karoten).” http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/20091/4/karotenoid(beta-karoten.
Hock-Eng, K et al. 2011. “Carotenoids and Their Isomers: Color Pigments in
Fruits and Vegetables.” 1710–38.
Hussein, A et al. 2000. “Effects of Processing and Packaging on Vitamin C and B
-Carotene Content of Ready-to-Use ( RTU ) Vegetables.” 33: 131–36.
Kalie, M.B. 2000. “Bertanam Pepaya.”
Kusnandar, Feri, Dede R Adawiyah, and Mona Fitria. 2010. “Pendugaan Umur
Simpan Produk Biskuit Dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan
Kadar Air Praktis.” XXI(2): 1–6.
Poedjadi, A, and T. F. M Supriyanti. 2005. “Dasar-Dasar Biokimia.”
“Produksi Tanaman Buah-Buahan Di Indonesia 2003-2008.” 2008. Departemen
Pertanian.
Ramdani, Fitri Apriliani, Gebi Dwiyanti, and Wiwi Siswaningsih. 2013.
“Penentuan Aktivitas Antioksidan Buah Pepaya (Carica Papaya.L) Dan
Produk Olahannya Berupa Manisan Pepaya.” 4(2).
Santoso, H. 1991. “Tanaman Obat Keluarga.”
Sari, Dianing. 2013. “Indonesia Masuk 10 Besar Negara Dengan Pengidap
Diabetes.”
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/14/060529766/Indonesia-Masuk-
10-Besar-Negara-dengan-Pengidap-Diabetes (September 20, 2014).
17
Superkunam. 2010. “Manfaat Konsumsi Buah Pepaya.” www.google.co.id
(September 20, 2010).
Tensiska, C. Hanny Wijaya, and Nuri Andarwulan. 2003. “Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC) Dalam
Beberapa Sistem Pangan Dan Kestabilan Aktivitasnya Terhadap Kondisi
Suhu Dan pH.” XIV.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). 8th ed. UGM
Press.
Trisnawati, Shara Kurnia, and Soedijono Setyorogo. 2013. “Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Jakarta Barat Tahun 2012.” 5(1): 6–11.
Walingo, M. 2005. “Role of Vitamin C (Ascorbic Acid) on Human Health.” 5: 1–
14.
Warisno. 2003. Budidaya Pepaya. Yogyakarta: Kanisius.
Widowati, W. 2008. “Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes.” Kesehatan
Masyarakat 7: 193–202.