unikom_lucky gilang patria_bab i
DESCRIPTION
laporan kpTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan
ekonomi negara serta masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan,
perbaikan - perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi
alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa
penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (Kontra Prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Rochmat
Soemitro, 2011:1).
Perubahan sistem administrasi pajak dalam hal pengelolaan sangat penting dan
konstruktif untuk memenuhi tuntutan berbagai pihak sebagai pemangku kepentingan
terhadap pajak. Modernisasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan
dilakukan terhadap 3 bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan
yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pengawasan (Siti Kurnia
Rahayu, 2010). Sistem administrasi perpajakan modern di lingkungan DJP bertujuan
untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Good
Governance merupakan penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan
akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini.
2
Strategi yang ditempuh adalah memberian pelayanan prima sekaligus pengawasan
intensif pada para wajib pajak. Selain itu untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang
tinggi, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat
produktifitas pegawai pajak yang tinggi. Pengelolaan pajak mengalami perubahan
besar yang terus dikembangkan ke arah modernisasi. Dengan demikian optimalisasi
penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien (Siti Kurnia
Rahayu, 2010).
DJP senantiasa menerapkan prinsip-prinsip Good Governance atau tata kelola
yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya dan terimplementasikannya prinsip-
prinsip Good Governance yang mencakup berwawasan ke depan, terbuka, melibatkan
partisipasi masyarakat, akuntabel, profesional, dan didukung pegawai yang kompeten.
Prinsip berwawasan kedepan diwujudkan melalui penyusunan Visi dan Misi DJP. Visi
dan Misi DJP tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam rencana strategis untuk periode
lima tahunan. Rencana strategis ini menjadi acuan dalam penyusunan rencana kerja
tahunan di lingkungan DJP. Prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat
dilaksanakan DJP dengan membuka akses informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Penyebaran informasi diantaranya dilakukan dengan cara pemberian
penyuluhan, pembuatan iklan layanan masyarakat, dan pemanfaatan website.
Disamping keterbukaan informasi, DJP juga membuka diri terhadap masukan dan
kritik dari stakeholders, guna meningkatkan kualitas pelayanan dan perbaikan
administrasi perpajakan. Pada akhirnya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam memenuhi kewajiban sekaligus sebagai alat kontrol bagi DJP
3
dalam pelaksanaan tugasnya. Peningkatan kualitas pelayanan merupakan bentuk
kepedulian DJP terhadap Wajib Pajak dan diwujudkan dengan meluncurkan program
8 (delapan) layanan unggulan yang antara lain meliputi Pelayanan Permohonan
Pendaftaran NPWP, Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP), dan Pelayanan Penyelesaian Permohonan Restitusi Pajak
Pertambahan Nilai. Layanan unggulan memiliki arti bahwa Wajib Pajak akan
memperoleh pelayanan yang lebih baik dan terukur sesuai standar pelayanan yang
ditetapkan. Standar pelayanan tersebut mencakup adanya kepastian jangka waktu
penyelesaian, kejelasan persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi. Kepastian
jangka waktu serta kejelasan persyaratan dan prosedur diharapkan dapat
menghilangkan praktik pungli, suap dan KKN antara wajib pajak dan petugas. Khusus
untuk layanan unggulan, DJP akan memperluas jumlah layanan unggulan dengan jenis-
jenis layanan lain (Darmin Nasution, 2008).
Sistem administrasi perpajakan modern merupakan pelaksanaan dari berbagai
program dan kegiatan yang ditetapkan dalam reformasi administrasi perpajakan jangka
menengah. Dapat dikatakan bahwa penerapan sistem administrasi perpajakan modern
adalah penerapan sistem administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan
atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan.
Penerapan sistem ini diharapkan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat yang
merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan
jangka menengah yang menjadi prioritas reformasi perpajakan yang digulirkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 (Rahayu dan Lingga, 2009).
4
Mengingat besarnya skala perubahan yang akan dilakukan dalam program ini
dan adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki, termasuk di antaranya keuangan,
sumber daya manusia (SDM), dan infrastuktur, maka implementasi program
modernisasi pada kantor operasional pajak harus dilakukan secara bertahap. Tahap
pertama, membentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan 2 KPP WP Besar pada bulan Juli
2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Pajak Badan terbesar di seluruh Indonesia
sebagai pilot project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada KPP WP
Besar dianggap cukup berhasil, konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk
diterapkan pada KPP lain secara bertahap, dan sampai dengan akhir 2007, 22 Kanwil
dan 202 KPP (3 KPP WP Besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil
melaksanakan modernisasi. Pada akhir 2006, struktur organisasi KP DJP
disempurnakan bersamaan dengan penerapan sistem administrasi modern. Pada tahun
2008, seluruh kantor di luar Jawa dan Bali akan dimodernisasi dengan dibentuknya 128
KPP Pratama untuk menggantikan seluruh kantor pajak yang ada di daerah tersebut.
(Darmin Nasution, 2008)
Kantor Pelayanan Pajak merupakan salah satu sarana bagi warga negara
Indonesia yang akan melakukan proses administrasi perpajakan. Untuk lebih
mempermudah warganegara atau wajib pajak yang akan membayar pajak, negara atau
khususnya Kantor Pelayanan Pajak mempunyai beberapa staf yang berfungsi sebagai
pelayan bagi wajib pajak yang atau biasa disebut dengan Account Representative.
Peranan seorang Account Representative ini sangat bermanfaat bagi wajib pajak
dikarenakan pekerjaannya yaitu memberikan pelayan kepada para wajib pajak dalam
5
proses perhitungan ataupun dalam proses administrasi yang wajib dilakukan oleh wajib
pajak. Salah satu konsep nyata dari pelayanan prima adalah adanya Account
Representative. Account Representative adalah secara khusus petugas pajak dengan
sebutan AR lebih fokus pada pekerjaan berupa : a) Menganalisa dan memonitor
kepatuhan pembayaran pajak setiap Wajib Pajak yang diawasinya (semacam Taxpayer
profile/ company profile), b) Membantu mempercepat proses permohonan surat
keterangan yang diperlukan Wajib Pajak, c) Memonitor penyelesaian pemeriksaan
pajak dan proses keberatannya; dan d) Menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas
permasalahan perpajakan serta menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru
(Ricard Burton, 2008:239).
Pelayanan dan tugas Account Representative menjadi penting bagi kelanjutan
Citra DJP yang mulai diperbaiki sejak diadakan Reformasi Modernisasi Perpajakan.
Pentingnya meningkatkan kinerja Account Representative sehingga dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari terhadap Wajib Pajak yang telah dipercayakan
kepadanya untuk diawasi dan dibina tidak mendapati keadaan dimana Account
Representative tidak bisa menjawab dan atau salah menjawab apabila ditanyakan oleh
Wajib pajak. Jika hal ini berlanjut terjadi maka Wajib pajak akan kehilangan
kepercayaannya terhadap Account Representative nya dan hal ini akan berpengaruh
juga terhadap citra DJP di mata masyarakat. Penurunan kinerja Account Representative
akan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja Fungsional Pemeriksa dalam
melakukan kegiatan pemeriksaan yang menjadi sarana utama dalam pengujian
kepatuhan Wajib pajak. (Darmin Nasution: 2008)
6
Menurut (Sidik, 2014), dalam pelaksanaannya masih banyak hal yang menjadi
kendala atau kesulitan dalam pelaksanaan pengawasan wajib pajak seperti terjadinya
sistem error sehingga data sistem perlu divalidasi atau dianggap tidak valid yang
menyebabkan Account Representative harus bekerja keras untuk dapat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis dalam kerja praktek ini
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengawasan kewajiban perpajakan yang
dilakukan Account Representative dengan judul Laporan Tinjauan Atas Pelaksanaan
Pengawasan Wajib Pajak Oleh Account Representative di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Majalaya.
1.2 Maksud dan Tujuan Laporan Kerja Praktek
1.2.1 Maksud Laporan Kerja Praktek
Maksud dari penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah untuk membandingkan
pengetahuan yang sudah diperoleh dengan praktek di lapangan melalui pengumpulan
data dan guna mengetahui pelaksanaan, hambatan – hambatan dalam pelaksanaan
pengawasan serta upaya mengatasi hambatan dalam pengawasan kewajiban perpajakan
oleh Account Representative pada KPP Pratama Majalaya.
7
1.2.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui prosedur pengawasan wajib pajak oleh Account
Representative pada KPP Pratama Majalaya.
2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pengawasan Wajib Pajak oleh Account Representative pada KPP Pratama
Majalaya.
3) Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
pengawasan Wajib Pajak oleh Account Representative pada KPP Pratama
Majalaya.
1.3 Kegunaan Laporan Kerja Praktek
Hasil yang diharapkan dari Kerja Praktek ini dapat memberi manfaat bagi
penulis, KPP Pratama Majalaya maupun pihak lain yang membutuhkan. Adapun
manfaat yang diperoleh yaitu :
1) Bagi Penulis
Untuk mengetahui aplikasi (penerapan di lapangan) atas pengetahuan
tentang pelaksanaan pengawasan wajib pajak yang dilakukan oleh Account
Representative yang telah diperoleh sebelumnya di bangku kuliah.
Sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang akan muncul terkait
pelaksanaan pengawasan wajib pajak yang dilakukan oleh Account
Representative di KPP Pratama Majalaya.
8
2) Bagi Instansi
Diharapkan dapat memberikan saran atas hambatan yang terjadi terkait
pelaksanaan pengawasan wajib pajak yang dilakukan oleh Account
Representative di Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP Pratama
Majalaya.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004:1).
A. Penelitian Lapangan (Field Research)
“Penelitian Lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mendatangi langsung tempat yang menjadi objek penelitian” (Moh. Nazir,
2005:65).
Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Penelitian
Lapangan (Field Research) adalah penelitian yang dilakukan pengamatan
langsung sebagai cara pengumpulan data.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik:
1. Wawancara (Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara) (Moh. Nazir, 2005:65).
9
2. Pengamatan (Observation) adalah Cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut” (Moh. Nazir, 2005:67).
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
teknik pengumpulan data wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab langsung dan
teknik pengumpulan data pengamatan adalah suatu cara untuk
mendapatkan data dengan mengadakan dan pengamatan penelitian secara
langsung.
B. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari, mengkaji dan memahami sumber-sumber data yang ada pada
beberapa buku yang terkait dalam penelitian” (Moh. Nazir, 2005:65).
Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Penelitian
Kepustakaan (Library Research) adalah teknik pengumpulan data
mempelajari, mengkaji dan memahami terlebih dahulu dari sumber data
yang ada pada perusahaan
10
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Kerja praktek ini dilakukan di KPP Pratama Majalaya pada bagian Waskon I
yang bertempat di Jl. Peta No 7 Bandung.
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan kerja praktek selama satu bulan kerja terhitung dari tanggal
21 Juli 2014 s/d 05 September 2014. Waktu kerja praktek adalah hari Senin sampai
Jum’at 07.30 sampai dengan pukul 16.00.
Tabel 1.1
Aktivitas Kerja Praktek dan Aktivitas di Kantor
NO AKTIVITAS HARI WAKTU PENEMPATAN
1 Kerja Praktek Senin s/d Jum’at 07.30 – 16.00
WASKON I 2 Istirahat Senin s/d kamis 12.00 – 13.00
Jum’at 12.00 – 13.30
3 Libur Sabtu s/d Minggu
Tabel 1.2
Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Tahun Akademik 2014/2015
NO Waktu Kegiatan
Juli Agustus Sep Okt Nov Des
1. Mensurvey
Tempat Kerja
2. Melaksanakan
Kerja Praktek
3. Mencari Data
4. Membuat
Laporan
5. Bimbingan
Kerja Praktek
6. Ujian Kerja
Praktek