unggas sebagai komoditi pangan bernilai ekonomi strategis
TRANSCRIPT
UNGGAS SEBAGAI KOMODITI PANGAN BERNILAI EKONOMI STRATEGIS
Oleh:Reny Sukmawani
PENDAHULUANUnggas adalah hewan dari keluarga burung yang memiliki sayap, paruh,
berbulu, berkaki dua, berkembang biak dengan cara bertelur. Unggas juga merupakan nama yang diberikan pada sekelompok hewan kelas Aves yang didomestikasikan sehingga mempunyai nilai ekonomis baik dalam bentuk barang maupun jasa serta berkembang biak dibawah pengelolaan manusia.
Secara umum semua hewan yang termasuk ke dalam golongan unggas dapat dikonsumsi oleh manusia. Tetapi tidak semua unggas didomestikasi secara khusus oleh manusia. Beberapa unggas yang biasa dipelihara dan dimanfaatkan hasilnya oleh manusia diantaranya adalah ayam, bebek, itik, angsa, kalkun dan beberapa jenis burung seperti merpati, puyuh, serta masih banyak lagi. Dari berbagai jenis unggas tersebut yang paling populer dikonsumsi oleh manusia adalah ayam, bebek dan puyuh, sedangkan yang paling disukai adalah ayam.
Berdasarkan data dari Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementan, saat ini konsumsi daging ayam per kapita masyarakat Indonesia sebanyak 7 kg/tahun, lebih rendah dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 36 kg/kapita/tahun. Begitu pula konsumsi telur dalam negeri saat ini sebanyak 80 butir/kapita/tahun masih di bawah Malaysia yang sudah mencapai 311 butir/kapita/tahun (http://www.poultryindonesia.com). Rendahnya tingkat konsumsi ini disebabkan banyak faktor, diantaranya adalah selain karena daging di Indonesia masih termasuk bahan pangan yang dianggap mahal harganya juga karena kesadaran masyarakat secara umum yang masih kurang akan pentingnya mengkonsumsi dagig dan telur. Padahal nilai gizi yang terkandung dalam daging ayam dan telur cukup baik bagi kesehatan. Kandungan protein di dalam daging ayam dan telur sangat tinggi dan manfaatnya diperlukan untuk mengganti energi yang digunakan dalam aktifitas dan berfikir serta mengganti bagian organ yang hilang.
Menurut data sementara dari BPS, ketersediaan daging ayam dan telur per tahun rata-rata menunjukkan bahwa konsumsi daging ayang (ras dan kampung) hingga tahun 2010 mengalami fluktuasi naik turun. Meski demikian konsumsi daging ayam menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan daging dari jenis lainnya (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa daging ayam lebih disukai. Disamping itu dari segi harga, dibandingkan dengan jenis daging lainnya, daging ayam biasanya harganya tidak terlalu mahal. Banyaknya masyarakat yang menyukai daging ayam dan harganya yang relatif lebih murah dari daging jenis lainnya dan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia merupakan peluang bagi pelaku usaha ternak/peternak untuk mengembangkan usahaternak ayam.
Tabel 1. Konsumsi Daging Menurut Jenis Daging dan Telur Perkapita Meat Consumption per Capita by Type of Meat and Processed Meat, 2006 - 2010
(Kg/Kapita/Tahun)
No. Komoditi/Commodity Tahun/Year Pertumbuhan/
Growth 2010 over 2009
( % ) 2006 2007 2008 2009 2010
1 Sapi/Beef Cattle 2 Kerbau/Buffalo 3 Kambing/Goat 4 Babi/Pork 5 Ayam (ras dan
kampung)/Chicken 6 Unggas lainnya/Other Poultry 7 Daging lainnya/Other Meat 8 Telur/Egg
0,313 0,052 0,052 0,261 3,024
0,052 0,052
4,98
0,417 0,000 0,052 0,261 4,119
0,052 0,052 5,59
0,365 0,000 0,052 0,209 3,806
0,052 0,052 5,35
0,313 0,000 0,000 0,209 3,598
0,052 0,052 5,17
0,365 0,000 0,000 0,209 4,171
0,052 0,052 7,23
16 , 67 --
0 , 00 15 , 94
0 , 00 0 , 00 39 ,78
Sumber : Susenas Badan Pusat Statistik
Source : BPS - Statistics Indonesia
Sementara itu produksi daging dan telur nasional hingga tahun 2012 (Tabel 2) walaupun menunjukkan peningkatan setiap tahunnya tetapi peningkatannya masih kecil untuk memenuhi kecukupan kebutuhan apalagi bila dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Tabel 2. Produksi Daging Ayam dan Telur di Indonesia
Layer Chicken Meat Production in Indonesia, 2008 - 2012*) (Ton/Tons)
No. Komoditi/Commodity
Tahun/Year Pertumbuhan/
Growth
2012 over 2011
( % ) 2008 2009 2010 2011 2012*)
1 Ayam ras petelur 1.930.716 55.055 57.712 62.145 63.694 2 , 49
2 Ayam ras pedaging 942.784 1.018.734 1.101.765 1.214.338 1.270.438 4 , 62
3 Telur ayam ras 1.930.716 909.519 945.635 1.027.845 1.059.266 3 , 06
4 Telur ayam buras 1.930.716 160.921 175.528 172.216 205.269 19 , 19
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan
Source : Directorate General of Livestock
Keterangan : *) Angka Sementara
- ) Data tidak tersedia
Note : *) Preliminary figure
- ) Data not available
Data pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa produksi telur ayam ras lebih banyak dibandingkan telur ayam buras. Hal ini wajar saja demikian karena telur ayam ras penggunaannya paling luas, yakni sering digunakan terutama untuk dikonsumsi sebagai lauk, bahan dasar pembuatan kue, roti dan bahan makanan lainnya. Sehingga telur ayam ras ini dikenal sebagai penyedia utama komoditas telur di pasaran karena memiliki kontribusi terbesar dalam konsumsi telur.
Sebagai hewan peliharaan, maka unggas dapat dikatakan sebagai hewan dengan kontribusi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dan sebagai sumber protein dan energi. Manusia dapat mengambil manfaat banyak bila memelihara dan mengkonsumsi unggas, karena selain dapat dimanfaatkan dagingnya yang memang enak dimakan, tetapi juga dari telurnya yang bergizi tinggi, dari keindahan suaranya bahkan banyak yang memanfaatkan hingga bulu-bulunya untuk berbagai jenis kerajinan tangan. Dengan demikian wajar saja bila kemudian unggas dianggap sebagai komoditas yang bernilai ekonomi.
GAMBARAN UMUM UNGGAS DI INDONESIAIndonesia sebagai negara terbesar kedua di dunia setelah Brasil dalam bio-
diversiti, memiliki potensi yang tinggi dalam keanekaragaman unggas ini. Untuk unggas kelompok ayam saja, negara kita memiliki berbagai jenis, seperti ayam kampung, ayam buras, ayam ras dan masih banyak lagi jenis ayam lainnya. Bahkan untuk tiap daerah di Indonesia ayam ini banyak jenisnya. Dari berbagai jenis ayam tersebut masing-masing memiliki kekhasan. Walau demikian semua ayam tersebut juga masing-masing memiliki pangsa pasarnya sendiri tergantung dari minat dan hobi masyarakat.
Pada saat ini populasi unggas yang biasa dipelihara di Indonesia belum cukup tinggi, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang. Demikian pula halnya dengan populasi ayam sebagai unggas yang paling disukai sebagai bahan konsumsi masyarakat. Hal ini didukung pula oleh bukti masih dilakukannya import daging ayam dari negara lain seperi Brasil. Berdasarkan data dari direktorat jenderal peternakan, populasi ayam Indonesia yang dikelola/dibudidayakan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat masih kurang (Tabel 3, 4, 5 dan ).
Tabel 3. Populasi Ayam Ras Petelur Menurut Provinsi Layer Population by Province, 2008 - 2012*)
(Ekor/Head)
No. Provinsi/Province Tahun/Year Pertumbuhan/ Growth
2012 over 2011
( % )
2008 2009 2010 2011 2012*)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 D.K.I. Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 D.I. Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat
181.887 7.698.504
6.684.013 592.404 492.804
5.051.050 43.903
3.327.847 163.802 450.803
0 10.303.478 15.569.127 2.933.216
31.472.953 5.896.314 3.415.893
104.169 106.695
3.094.621 42.024
2.665.721 745.727 747.264 390.888
5.185.362 131.737 227.421 15.090 20.524 13.962 56.248
129.719
232.364 7.702.353 7.203.319
695.262 508.961
5.144.080 52.845
3.495.577 163.359 506.129
0 10.403.803 16.519.794 3.224.108
33.046.601 4.803.579 3.039.727
106.983 130.136
2.298.597 56.999
2.924.394 1.370.150
836.084 434.892
5.971.926 166.043 201.035
8.230 25.743 28.282 58.613 57.669
221.242 8.350.030 7.801.317
151.577 631.048
5.400.690 60.810
4. 419.062
76.953 548.792
0 11.252.390 17.712.776 2.799.182
21.959.505 5. 344
.080 3.671.118
164.439 131.601
2.024.982 64.417
2.765.257 1.228.666
895.822 394.741
6.458.425 188.083 202.971 53.860 27.440 28.910 64.086
115.790
267.741 8.994.445 7.816.396
141.258 613.872
5.872.442 63.130
4.526.690 64.401
558.890 0
11.930.515 18.395.051 3.160.697
37.035.251 5.373.215 4.357.838
149.410 179.641
2.334.026 15.574
2.631.075 1.342.572
973.395 470.416
6.754.136 182.171 132.950 78.727 33.499 32.331 64.238 89.801
286.215 9.070.899 7.847.933
217.132 621.873
6.275.232 71.495
6.016.408 67.620
559.527 0
12.079.206 19.069.964 3.298.223
37.974.058 5.937.403 4.396.623
160.181 181.437
2.451.767 33.719
2.709.092 1.369.423 1.022.065
522.292 7.443.585
275.133 287.075 78.318 35.707 17.311 64.879 97.643
6 , 90 0 , 85 0 , 40
53 , 71 1 , 30 6 , 86
13 , 25 32 , 91 5 , 00 0 , 11
0 1 , 25 3 , 67 4 , 35 2 , 53
10 , 50 0 , 89 7 , 21 1 , 00 5 , 04
116,51 2 , 97 2 , 00 5 , 00
11 , 03 10 , 21 51 , 03 115,93 -0 , 52
6 , 59 -46,46 1 , 00 8 , 73
Indonesia 107.955.170 111.417.637 105.210.062 124.635.794 130.539.437 4 , 74
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan
Source : Directorate General of Livestock
Keterangan : *) Angka Sementara
- ) Data tidak tersedia
Note : *) Preliminary figure
- ) Data not available
Tabel 4. Populasi Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi Broiler Population by Province, 2008 - 2012*)
(Ekor/Head)
No. Provinsi/Province
Tahun/Year Pertumbuhan/ Growth
2012 over 2011
( % ) 2008 2009 2010 2011 2012*)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 D.K.I. Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 D.I. Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua Barat 33 Papua
1.346.308 42.891.621 14.202.592 30.679.920
6.910.116 13.747.390 5.423.379
15.879.617 5.213.835 6.878.886
68.000 417.373.596 54.643.212 5.128.488
140.005.968 40.011.606 4.975.477 1.339.495
244.101 18.917.875 3.976.233
19.860.813 26.941.660 1.623.420 4.213.929
14.575.840 957.715
1.347.640 67.105
119.887 129.352 891.610
1.465.732
1.836.413 43.063.188 13.495.318 29.710.959 10.655.107 11.751.130 5.874.583
24.087.464 5.309.164 6.437.755
137.100 455.258.895 58.350.965 5.276.897
147.006.266 80.023.212 5.263.645 1.787.163
105.635 16.041.090 4.240.068
28.659.441 39.485.000 2.654.090 5.784.910
16.373.046 996.406
1.347.640 1.258.854 127.787 925.933 529.296
2.524.160
2.028.221 45.154.980 14.946.984 41.501.411 11.226.605 20.397.910 6.449.002
24.203.461 7.145.828 6.600.275
132.200 497.814.154 64.332.799 5.435.521
56.993.631 41.146.851 5.404.657 3.044.243
105.913 17.634.089 4.669.198
39.947.496 38.993.063 1.218.390 5.172.902
17.928.549 1.185.021 1.226.142
423.743 136.208 952.878 557.884
2.761.502
3.085.271 40.167.721 15.117.321 38.043.692 11.237.263 20.160.062 6.189.874
25.788.858 7.418.210 6.675.518
136.200 583.263.441 66.239.700 5.770.832
149.552.720 52.272.333 6.206.641 3.279.246
578.810 21.262.386 4.921.209
43.647.767 36.510.354 1.556.974 5.136.202
18.497.399 1.045.428
240.600 867.008 145.684 79.458
648.876 2.247.811
3.301.240 40.770.237 15.247.418 39.761.110 12.090.000 27.653.715 6.790.292
28.348.571 7.789.117 6.720.644
139.827 664.210.459
55.621.113 5.898.485
148.520.806 57.813.200 6.252.569 3.538.158
582.688 12.215.350 5.160.336
44.191.064 38.446.552 1.634.823 5.906.633
22.476.920 1.208.804
526.135 902.097 130.490 251.186 441.971
2.360.708
7 , 00 1 , 50 0 , 86 4 , 51 7 , 59
37 , 17 9 , 70 9 , 93 5 , 00 0 , 68 2 , 66
13 , 88 -16,03 2 , 21
-0 , 69 10 , 60 0 , 74 7 , 90 0 , 67
-42,55 4 , 86 1 , 24 5 , 30 5 , 00
15 , 00 21 , 51 15 , 63 118,68 4 , 05
-10,43 216,12 -31,89 5 , 02
donesia 902.052.418 1.026.378.580 986.871.712 1.177.990.869 1.266.902.718 7 , 55
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Source : Directorate General of Livestock Keterangan : *) Angka Sementara
- ) Data tidak tersedia
Note : *) Preliminary figure
- ) Data not available
Tabel 5. Populasi Ayam Buras Menurut Provinsi Native Chicken Population by Province, 2008 - 2012*)
(Ekor/Head )
No. Provinsi/Province
Tahun/Year Pertumbuhan/ Growth
2012 over 2011 ( % )2008 2009 2010 2011 2012*)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 D.K.I. Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 D.I. Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua Barat 33 Papua
8.904.869 11.349.742 4.638.908 3.466.760 4.447.888 7.240.000
902.006 11.234.890 3.859.105
745.723 1.319
27.761.015 35.824.735 3.925.958
23.261.021 10.121.412
4.411.641 4.306.881 9.936.923 6.298.765 7.562.054
12.643.202 3.335.829 2.058.074 2.789.887
14.487.129 8.602.823 1.093.422 2.337.582 2.526.013 1.285.139
725.107 1.337.567
7.999.580 11.417.842 5.873.480 2.819.901 4.893.873 7.229.810 1.568.925
11.590.517 4.862.762
901.251 -
28.028.034 35.636.726 3.916.636
23.596.465 9.669.410 4.577.895 4.335.130
10.064.577 8.147.036 4.905.518
12.911.052 4.312.760 2.077.337
3.18 5.774 13.047.576 9.101.089 1.060.620 6.656.377 2.805.390
586.461 789.768
1.393.927
8.189.872 11.486.351 6.160.670 2.960.896 5.665.803 7.715.300 1.647.371
13.899.301 5.020.802
930.542 0
29.022.875 36.741.465 3.944.813
23.964.085 10.061.376 4.582.335 4.465.184
10.185.127 8.554.388 4.954.573
13.556.605 4.528.398 2.160.430 3.417.037
13.551.043 9.628.042 1.071.227 7.053.533 3.115.667
604.055 895.136
1.439.229
8.486.097 11.929.543 5.130.660 2.545.130 7.092.717 6.326.820 3.014.003
10.554.350 4.834.071 1.005.862
0 27.394.516 36.908.672 3.861.676
24.006.814 9.784.326 4.644.548 4.488.751 7.986.623 5.857.609 5.556.987
13.702.575 5.292.348 2.156.106 3.748.952
14.765.458 10.716.956 1.104.696 8.260.741 3.115.667
604.055 895.136
1.771.639
6.010.575 11.963.682 5.023.666 2.848.075
11.576.940 6.265.183 3.225.187 9.341.358 4.321.678 1.032.618
0 27.396.416 38.296.383 4.019.960
29.310.251 10.026.124 4.396.174 4.358.440
10.528.966 5.885.553 2.496.845
13.651.778 5.684.150 2.169.328 3.883.331
17.833.769 9.844.728
964.004 5.278.590 3.464.213
488.797 1.021.581 1.731.291
(29,17) 0 , 29 (2,09)
11 , 90 63 , 22 (0,97) 7 , 01
(11,49) (10,60)
2 , 66 0 , 00 0 , 01 3 , 76 4 , 10
22 , 09 2 , 47 (5,35) (2,90)
31 , 83 0 , 48
(55,07) (0,37) 7 , 40 0 , 61 3 , 58
20 , 78 (8,14)
(12,74) (36,10) 11 , 19 (19,08) 14 , 13 (2,28)
Indonesia 243.423.389 249.963.499 261.173.531 257.544.104 264.339.634 2 , 64
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Source : Directorate General of Livestock Keterangan : *) Angka Sementara
- ) Data tidak tersedia
Note : *) Preliminary figure
- ) Data not available
Berdasarkan data pada ketiga tabel di atas terlihat bahwa populasi tertinggi ayam di Indonesia dikuasai oleh di pulau jawa yang meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan berdasarkan jenisnya, dari ketiga jenis ayam tersebut populasi tertinggi di Indonesia adalah ayam ras pedaging dengan tingkat pertumbuhan 7,55%.
UNGGAS SEBAGAI KOMODITI EKONOMI
Unggas merupakan hewan yang bisa diternak untuk diambil manfaatnya. Manfaat yang dapat diperoleh dar unggas cukup banyak, diantaranya adalah berupa kelezatan daging dan telurnya untuk konsumsi atau bahan hasil olahan industri lainnya, keindahan bulunya yang dapat dimanfaatkan untuk aneka kerajinan tangan dan keindahan suaraya (kicaunya). Bahkan dari kotorannya sekalipun dari unggas ini masih bisa diambil manfaatnya sebagai pupuk organik. Berikut ini adalah beberapa contoh unggas yang populer di masyarakat dan manfaat serta perannannya dalam hajat hidup manusia, seperti yang diuraikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Manfaat Unggas Berdasarkan Aspek Ekonomi
No Bagian yang Dimanfaatkan
Manfaat
1 Daging - Sebagai sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Harganya lebih murah dibandingkan dengan daging dari jenis hewan lainnya seperti sapi atau kambing
- Untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan baik yang langsung dimasak dan dimakan maupun yang diawetkan seperti dalam bentuk abon.
- Sebagai sumber kaldu untuk penyedap makanan - Sebagai sumber pakan
2 Telur - Sebagai sumber protein hewani yang cukup terjangkau bagi semua kalangan Dapat dikonsumsi langsung setelah dimasak terlebih dahulu.
- Sebagai sumber energi. Bahkan untuk ayam kampung banyak yang mengkonsumsi secara langsung hanya dengan campuran madu, telur itik biasa diasinkan atau sebagai dasar pembuatan penganan lainnya
- Telur puyuh dipercaya memberi kekuatan sehingga sering digunakan sebagai obat kuat dan campuran untuk minum jamu seperti halnya ayam kampung dan sangat baik untuk orang-orang yang sedang diet kolesterol
- Telur puyuh berdasarkan berdasarkan kandungan protein dan lemaknya lebih baik dari telur unggas lainnya
- Telur juga dapat ditujukan untuk perbanyakan sebagai telur tetas
3 Suara - Beberapa unggas memiliki kelebihan dalam hal suaranya, seperti ayam pelung yang jika berkokok, suaranya merdu mengalun, seperti sedang mendendangkan sebuah lagu atau beberapa jenis burung hias
4 Bulu - Bulu ayam banyak dimanfaatkan untuk kerajinan tangan seperti kemoceng, dan bulu angsa juga sering digunakan sebagai bahan isi bantal, guling dan kasur, aneka hiasan dan masih banyak lagi
- Bulu itik khususnya yang berpbulu putih dapat digunakan untuk pembuatan shuttle cock, untuk bahan isi bantal, mainan anak, jok mobil juga boneka-boneka, disamping juga sebagai pengisi pelampung (life jacket).
- Bulu puyuh Jenis tertentu terutama bagian dada dan punggungnya setelah melalui proses penjeuran sering digunakan sebagai bahan pembuat lukisan bulu
- Bulu itik lainnya dan bulu puyuh bisa dijadikan bahan pakan ternak dengan cara ditepungkan terlebih dahulu untuk dicampur dengan ransom
- Bulu unggas juga dapat pula dijadikan pupuk organik
5 Bentuk tubuhnya
- Beberapa unggas menjadi bernilai ekonomi tinggi berdasarkan bentuk dan keunikan tubuhnya. Banyak masyarakat yang memiliki hobi memelihara unggas karena keindahannya. Seperti ayam kate, burung kakatua, merak dan berbagai jenis burung lainnya
6 Kotoran - Untuk pupuk dan pakan ikan - Kotoran ayam sebagai bahan organik lebih baik
dari pada kotoran hewan lainnyaSumber: Elly dan Kinanti (2004), Koko (2007), Hariadi
Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka unggas dapat dikatakan bukan hanya
sebagai komoditi pangan yang bernilai strategis saja tetapi juga merupakan
komoditi ekonomi yang strategis untuk hal lainnya. Karena ternyata unggas dapat
dimanfaatkan untuk hal-hal diluar pemenuhan kebutuhan pangan. Bahkan hingga
kotorannya pun ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang dan
memiliki nilai ekonomi sehingga bila dapat dikembangkan akan menjadi suatu
peluang usaha yang prospektif. Karena pupuk kandang memiliki sifat-sifat
yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk buatan. Pupuk kandang bila
ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan kesuburan tanah karena
mengandung banyak mikroorganisme dan dapat menjaga stabilitas agregat tanah
sehingga tidak mudah erosi.
Pupuk kandang dari kotoran ayam mengandung unsur hara N P K yang lebih
tingga dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran hewan lainnya (Tabel 7).
Selain itu, dalam pupuk kandang kotoran ayam juga mengandung unsur mikro
seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), molybdenum (Mo). Pupuk kandang
kotoran ayam lebih cepat matangnya dari pada pupuk kandang jenis lainnya
(Nurul Fidiyati, 2011).
Tabel 7. Kandungan Unsur Hara pada Kotoran Hewan
Unsur (%) Kotoran ayam
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Babi
Kotoran Domba
Nitrogen (N) 1,70 0,29 0,44 0.60 0,55
Phospor (P2O5)
1,90 0,17 0,17 0,41 0,31
Kalium (K2O)
1,50 0,35 0,35 0,13 0,15
Sumber: Hardjowigeno,1995 dalam Nurul Fidiyati, 2011
Sebagai komoditi pangan strategis, daging unggas memang cukup digemari
bukan saja karena kelezatan daging dan telurnya serta kandungan proteinnya yang
tinggi, tetapi juga karena harganya yang relatif murah dibandingkan dengan
daging sapi atau daging kambing. Sebagai gambaran, berikut ini adalah nilai gizi
dari daging ayam dan puyuh (Tabel 8).
Tabel 8. Nilai Gizi Daging AyamNo Zat Gizi/100 gr Daging ayam Daging puyuh
1 Kalori (Kkal) 404 -2 Protein (gr) 18,2 21,103 Lemak (gr) 25 7,705 Kolesterol (gr) 60 -6 Vitamin A (mcg) 243 16369 Vitamin B (mg) 0,8 -11 Riboflavin (mg) 0,16 0,2712 Asam Nicotenat (mg) 0,12 -13 Abu (gr) - 114 Air (gr) - 70,50
MINERAL18 Ca (mg) 14 12919 P (mg) 200 18920 Fe (mg) 1,5 1,5
Sumber : Anggorodi, Ilmu makan ternak umum, 1987 Siregar dan Samosir, 1981 dalam Elly dan Kinanti (2004)
Sementara nilai gizi dari produk lain unggas berupa telur itik, telur ayam, telur puyuh dan telur bebek disajikan pada tabel 9 dan 10.
Table 9. Komposisi Gizi Telur Itik dan Ayam
Telur Itik Telur Ayam
Zat Gizi SatuanPer 100
gZat Gizi Satuan
Per 100 g
Analisis Proksimat
Air g 70.83 Air g 75.33
Energi kkal 185 Energi kkal 149
Energi kj 776 Energi kj 623
Protein g 12.81 Protein g 12.49
Total lipid (lemak) g 13.77 Total lipid (lemak) g 10.02Abu g 1.14 Abu g 0.94
Karbohidrat g 1.45 Karbohidrat g 1.22
Serat kasar g 0.0 Serat kasar g 0.0
Mineral
Kalsium, Ca mg 64 Kalsium, Ca mg 49
Besi, Fe mg 3.85 Besi, Fe mg 1.44
Magnesium, Mg mg 17 Magnesium, Mg mg 10
Phosphorus, P mg 220 Phosphorus, P mg 178
Potassium, K mg 222 Potassium, K mg 121
Sodium, Na mg 146 Sodium, Na mg 126
Seng, Zn mg 1.41 Seng, Zn mg 1.10
Copper, Cu mg 0.062 Copper, Cu mg 0.014
Manganese, Mn mg 0.038 Manganese, Mn mg 0.024
Selenium, Se mcg 36.4 Selenium, Se mcg 30.8
Vitamin
Vitamin C mg 0.0 Vitamin C mg 0.0
Thiamin mg 0.156 Thiamin mg 0.062
Riboflavin mg 0.404 Riboflavin mg 0.508
Niasin mg 0.200 Niasin mg 0.073
Asam pantotenat mg 1.862 Asam pantotenat mg 1.255
Vitamin B-6 mg 0.250 Vitamin B-6 mg 0.139
Folate, total mcg 80 Folate, total mcg 47
Folic acid mcg 0 Folic acid mcg 0
Folate, food mcg 80 Folate, food mcg 47
Folate, DFE mcg_DFE 80 Folate, DFE mcg_DFE 47
Vitamin B-12 mcg 5.40 Vitamin B-12 mcg 1.00
Vitamin A, IU IU 1328 Vitamin A, IU IU 635
Retinol mcg 399 Retinol mcg 191
Vitamin A, RAE mcg_RAE 399 Vitamin A, RAE mcg_RAE 191
Vitamin D nl* nl* Vitamin D IU 52.000
Vitamin E mg_ATE 0.740 Vitamin E mg_ATE 1.050
Lipid
Asam lemak, total saturated g 3.681Asam lemak, total saturated
g 3.100
4:0 g 0.000 4:0 g 0.000
6:0 g 0.000 6:0 g 0.000
8:0 g 0.000 8:0 g 0.003
10:0 g 0.000 10:0 g 0.003
12:0 g 0.000 12:0 g 0.003
14:0 g 0.000 14:0 g 0.034
15:0 nl* nl* 15:0 g 0.004
16:0 g 2.996 16:0 g 2.226
17:0 nl* nl* 17:0 g 0.017
18:0 g 0.632 18:0 g 0.784
20:0 nl* nl* 20:0 g 0.010
22:0 nl* nl* 22:0 g 0.012
24:0 nl* nl* 24:0 g 0.003
Asam folat,, total monounsaturated
g 6.525Asam folat, total monounsaturated
g 3.809
14:1 nl* nl* 14:1 g 0.008
16:1 undifferentiated g 0.441 16:1 undifferentiated g 0.298
18:1 undifferentiated g 6.084 18:1 undifferentiated g 3.473
20:1 g 0.000 20:1 g 0.028
22:1 undifferentiated g 0.000 22:1 undifferentiated g 0.003
Fatty acids, total polyunsaturated
g 1.223Fatty acids, total polyunsaturated
g 1.364
18:2 undifferentiated g 0.558 18:2 undifferentiated g 1.148
18:3 undifferentiated g 0.102 18:3 undifferentiated g 0.033
18:4 g 0.000 18:4 g 0.000
20:4 undifferentiated g 0.319 20:4 undifferentiated g 0.142
20:5 n-3 g 0.000 20:5 n-3 g 0.004
22:5 n-3 g 0.000 22:5 n-3 g 0.000
22:6 n-3 g 0.000 22:6 n-3 g 0.037
Cholesterol mg 884 Cholesterol mg 425
Asam Amino
Tryptophan g 0.260 Tryptophan g 0.152
Threonine g 0.736 Threonine g 0.600
Isoleucine g 0.598 Isoleucine g 0.682
Leucine g 1.097 Leucine g 1.067
Lysine g 0.951 Lysine g 0.897
Methionine g 0.576 Methionine g 0.390
Cystine g 0.285 Cystine g 0.290
Phenylalanine g 0.840 Phenylalanine g 0.664
Tyrosine g 0.613 Tyrosine g 0.510
Valine g 0.885 Valine g 0.761
Arginine g 0.765 Arginine g 0.749
Histidine g 0.320 Histidine g 0.296
Alanine g 0.631 Alanine g 0.696
Aspartic acid g 0.777 Aspartic acid g 1.255
Glutamic acid g 1.789 Glutamic acid g 1.633
Glycine g 0.422 Glycine g 0.420
Proline g 0.480 Proline g 0.498
Serine g 0.963 Serine g 0.929
Lainnya
Caffeine nl* nl* Tryptophan mg 0
Theobromine nl* nl* Threonine mg 0
USDA Nutrient Database for Standard Reference, Release 15 (August 2002) *nl = was not listed
Tabel 10. Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam, dan telur bebekZat gizi Telur puyuh Telur ayam Telur bebek
Energi (kkal) 158 143 185Protein (g) 13,05 12,58 12,81Total lemak (g) 11,09 9,94 13,77Karbohidrat (g) 0,41 0,77 1,45Kalsium/Ca (mg) 64 53 64Besi/Fe (mg) 3,65 1,83 3,85Magnesium/Mg (mg) 13 12 17Fosfor/P (mg) 226 191 220Kalium/K (mg) 132 134 222Natrium/Na (mg) 141 140 146Seng/Zn (mg) 1,47 1,11 1,41Tembaga/Cu (mg) 0,062 0,102 0,062Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038 0,038Selenium/Se (mkg) 32,0 31,7 36,4Thiamin (mg) 0,069 0,069 0,156Riboflavin (mg) 0,478 0,478 0,404Niasin (mg) 0,070 0,070 0,200Asam Panthothenat (mg) 1,438 1,438 1,862Vitamin B6 (mg) 0,143 0,143 0,250Kolin (mg) 263,4 251,1 263,4Vitamin B12 (mkg) 1,58 1,29 5,40Vitamin A (IU) 543 487 674Vitamin E (mg) 1,08 0,97 1,34Vitamin K (mkg) 0,3 0,3 0,4Kolesterol (mg) 844 423 884Lutein+zeaksantin (mkg) 369 331 459Sumber: USDA (2007)
Berdasarkan kandungan gizi unggas baik berupa daging maupun telurnya, wajar saja bila hampir semua orang menyukainya. Preferensi ini dapat dijadikan salah satu alasan pentingnya pengembangan usaha ternak unggas dewasa ini karena dimasa depan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hasil penelitian Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga menunjukkan bahwa Produksi dan daging ayam adalah lebih besar dipengaruhi harga domestiknya dari pada faktor-faktor lainnya. Dalam jangka panjang, harga daging ayam dunia akan menjadi kuat dipengaruhi baik dari sisi penawaran dan permintaan. Saat ini pun kita sudah merasakan, karena permintaan yang terus meningkat sementara persediaan kurang, harga daging
ayam dan telur cukup tinggi. Fluktuasi daftar harga daging ayam dan telur dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Perkembangan Harga Daging Ayam 2005-2011
Gambar 2. Perkembangan Harga Telur 2005 - 2011
PELUANG USAHA UNGGAS
Salah satu indikator tercapainya pembangunan pertanian adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat petani, termasuk di dalamnya adalah
Sumber : Dit Pasdom, Ditjen PPHP dan BPS
Sumber : Dit Pasdom, Ditjen PPHP dan BPS
nelayan dan peternak. Pembangunan pertanian diera global hendaknya diarahkan kepada pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis. Peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kinerja agribisnis. Oleh sebab itu usaha ternak sebaiknya dilaksanakan pula dengan basis agribisnis yang meliputi kinerja antar subsistem, yaitu: subsistem sarana prasarana, produksi, pemasaran, pengolahan, dan kelembagaan penunjang.
Dalam rangka mengembangkan agribisnis berbasis peternakan, komoditi unggas sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani memiliki prospek yang baik. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki unggas seperti yang sudah diuraikan sebelumnya merupakan dayatarik tersendiri bagi masyarakat baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen. Sebagai konsumen masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan gizinya dengan harga yang relatif murah, sedangkan bagi produsen mereka akan mendapatkan keuntungan sekaligus dari daging, telur dan bahkan kotorannya.
Namun demikian, dalam menjalankan usaha ternak unggas ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Dari banyaknya aspek yang ada, aspek produksi, pasar dan pemasaran serta aspek kelestarian lingkungan termasuk ke dalam 3 aspek penting yang paling harus diperhatikan.
1. Aspek Produksi
Produksi pada dasarnya adalah bagaimana mengelola faktor-faktor produksi secara efisien untuk mendapatkan pendapatan maksimal. Aspek produksi pada pemeliharaan unggas pada umumnya adalah bagaimana cara budidaya ternak yang baik. Dengan demikian diperlukan pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung tercapainya produktifitas yang tinggi. Sarana dan prasarana yang lengkap tidak dapat dijadikan jaminan produksi akan baik. Oleh sebab itu harus didukung dengan sumberdaya manusia yang terampil. Secara umum aspek produksi pada ternak unggas meliputi: persiapan kandang, pembesaran, pemeliharaan, pemberian pakan, pemberian obat, sanitasi kandang, pembibitan, pemanenan.
2. Pasar Dan Pemasaran
Salah satu kunci keberhasilan usaha adalah adanya pasar. Produk sebagus apapun kualitasnya dan sebanyak apapun kuantitasnya bila tidak ada pasar yang membeli maka akan percuma. Pasar untuk unggas cukup terbuka luas karena memang hampir semua orang menyukai daging dan telurnya. Apalagi pada musim-musim tertentu seperti hari raya (hari-hari besar) daging dan telur sangat dibutuhkan sehingga pada musim-musim tersebut harga bisa melambung tinggi. Demikian juga pasar untuk unggas hias yang dipelihara karena hobi cukup luas. Restorn, hotel, rumah sakit dan lain-lain senantiasa membuthkan daging dengan kualitas terbaik. Ini adalah pasar potensial bagi unggas.
3. Aspek Kelestarian Lingkungan
Usaha ternak harus pula diimbangi dengan dengan kelestarian lingkungan sekitar usaha ternak itu dilaksanakan. Hal ini penting dilakukan karena salah satu keunikan usaha ternak adalah bahwa ternak yang dipelihara akan mengeluarkan kotoran dan menghasilkan limbah yang bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan polusi udara serta air. Oleh sebab itu bila akan membuka peternakan, lokasi kandang harus agak jauh dari pemukiman penduduk atau sumber air. Aspek kelestarian lingkungan ini hendaknya tidak dianggap sepele dan jangan hanya berupa slogan saja
Peluang usaha ternak dengan kondisi permintaan yang semakin meningkat cukup baik (Tabel 11). Pengembangan usaha ternak dalam rangka meningkatkan populasi ternak unggas merupakan hal yang baik untuk dilakukan guna mencukupi kebutuhan akan pangan yang bergizi terutama dalam pemenuhan protein hewani, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan dengan catatan harus memperhatikan ketiga aspek tersebut di atas. Berikut ini adalah salah satu contoh analisa usaha ternak untuk jenis ayam kampung dalam skala kecil, sebagai gambaran bahwa usaha ternak ayam dapat dijadikan andalan dalam kehidupan.
Tabel 11. Contoh Analisa Usaha Ternak Ayam KampungJenis Biaya Jumlah (Rp)
1). Input a). Biaya Investasi
- Pembuatan kandang tahun 1 - Pembuatan kandang dan Box tahun 11- Pembuatan pagar keliling Total biaya investasi (1)
35.00040.000
125.000200.000
b). Biaya Operasi - Pembelian 155 ekor ayam=155xRp900- Pembelian untuk 155 ekor ayam=13.578xRp120- Pembelian pakan untuk 189 DOC sampai umur 3 bln =1.154xRp.120- Pembelian pakan untuk 183 ekor ayam=Rp.10.266x120 Total pembelian pakan - Biaya vaksin & obat cacing ayam muda & dewasa - Biaya vaksin dan obat cacing/DOC Total biaya operasi =Rp.139.500 + Rp.2.999.872 + Rp 4000
139.5001.29.360
138.5561.231.956 2.999.872
3.0001.000
3.143.372c). Penyusutan dan Perbaikan - Penyusutan kandang 1 tahun - Penyusutan pagar 1 tahun - Perbaikan kandang 1 tahun - Perbaikan kandang 1 tahun Total
2.5003.0004.0005.000
14.500002). Output
- Penjualan telur selama pemeliharaan= 49.300xRp850 41 905.000
- Penjualan ayam afkir @Rp40.000- Penjualan dari telur yang dikomsumsi =3060x500Total
6.200.0001.530.000
49.635.0003). Keuntungan Yang Diperoleh per bulan
Rp 49.635.000 – Rp25.034.099 = 24.600.001Rp 24.600.001 : 20bln
1.230.000
Sumber: http://www.sentrakukm.com
PENUTUP
Tingkat konsumsi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani saat ini memang masih rendah, tapi bukan berarti pengembangan pembangunan sektor peternakan berhenti begitu saja, melainkan harus tetap ditingkatkan seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi sumber protein hewani dan bertambahnya jumlah penduduk. Peluang usaha unggas menjadi terbuka karenanya, sebab unggas dengan segala manfaatnya menunjukkan nilai ekonomis yang tinggi.
LITERATURAnggorodi. 1987. Ilmu Makan Ternak Umum
BPS. 2012. Statistik Indonesia
Dirjen Peternakan. 2012. Data Populasi Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan
Elly Listiyowati dan Kinanti Roospitasari. 2004. Puyuh. Tata laksana Budidaya Secara Komersial. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Bogor.
http://perhepi.org/images/stories/publikasi/konpernas/husein.pdf, diakses 7 Februari 2013, 14:54
http://www.ternakpuyuh.com/. Diakses 7 Februari 2013, 15:15
http://www.poultryindonesia.com
Hariadi Prasetya. Melatih Siap Kontes Merpati Balap & Merpati Hias. Seri Peternakan Modern. Penerbit Pustaka Baru Press.
http://www.sentrakukm.com
Ketut Kariyasa dan Bonar M. Sinaga. Analisis perilaku pasar pakan dan daging ayam ras di indonesia: Pendekatan model ekonomerika simultan. Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Faperta IPB . (Feed and Chicken Meat Markets Behavior Analysis in Indonesia: Simultaneous Econometric Model Approach)
Koko Makbullah RH. 2007. Cara Praktis Memeliha Itik. PT. Panca Anugerah Sakti. Jakarta.
RIWAYAT SINGKAT PENULISRENY SUKMAWANI. Penulis adalah Dosen di Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) yang saat ini diberi amanah sebagai Wakil Rektor I UMMI. Penulis juga aktif sebagai pengurus dan anggota Pimpinan daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Sukabumi dan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI). Penulis menyelesaikan Sarjana Pertanian di UNPAD, Magister Pertanian di UNWIM dan saat ini penulis sedang menyelesaikan program Doktor di UNPAD. Penulis telah menerbitkan 5 buku sebelumnya yang berjudul: Bertanam Tanpa Tanah (Hidroponik), Mengenal Tumbuhan, Tanah: Fungsi dan Kegunaannya, Mengelola Sampah di Sekitar Kita, Penanganan & Pengolahan Tanaman Pangan dan Hortikultura dan ini adalah bunga rampai pertama dimana penulis terlibat di dalamnya. Disamping menulis, penulis juga aktif sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan pelatihan, penataran ataupun seminar. Makalah yang pernah dipresentasikan dalam seminar nasional dan internasional diantaranya adalah berjudul : (1) The Roles of Productive Economical Acceleration Field School (Sl-AEP) to Increase Farmer Income in Sukabumi Regency, West Java, Indonesia; (2) Teaching Model of Student Center Learning (SCL) in Agricultural Extension Ativity and Its Influence Upon Farmer Behavior Change; (3) Marketing Strategy of Organic Rice (a Case at Gapoktan Mekartani, Subdistrict of Kebonpedes Sukabumi Regency, West Java, Indonesia); (4) Penguatan Kelembagaan Nelayan dalam Mewujudkan Minapolitan dan Industrialisasi Perikanan di Kabupaten Sukabumi; dan (5) Kebijakan Pembangunan Pedesaan di Indonesia.