underground coal gasification with ccs
DESCRIPTION
Makalah tentang pemanfaatan batubara dengan gasifikasi bawah tanah dan penangkapan karbon.TRANSCRIPT
![Page 1: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cadangan batubara dunia diperkirakan berjumlah puluhan miliar ton
berdasarkan penilaian dari sumber daya batubara yang dinilai ekonomis untuk
ditambang. Dengan populasi dunia yang diperkirakan akan meningkat dari
lebih dari 6 miliar orang saat ini menjadi 9 miliar orang pada tahun 2050 dan
seiring negara-negara berkembang yang mulai bergerak meningkatkan
penggunaan energi per kapita, permintaan energi akan meningkat tajam,
dengan beberapa sumber memprediksi dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat
pada tahun 2050 dari jumlah permintaan energi primer terhadap saat ini.
Dengan perkiraan produksi minyak bumi memuncak pada tahun 2017 dan
tahun 2040 untuk gas bumi, sumber minyak akan habis pada tahun 2050 dan
gas akan habis pada tahun 2070.
Cadangan batubara jauh melebihi dari minyak dan gas jika dihitung
cadangan batubara total termasuk batu bara yang tidak ekonomis untuk
ditambang. Sayangnya, hal itu juga merupakan sumber CO2 yang besar bila
digunakan untuk pembangkit listrik konvensional. Jika gasifikasi batubara
dilakukan secara in situ di bawah tanah, gas sintesis yang dihasilkan dapat
digunakan untuk pembangkit listrik dan juga untuk sintesis kimia. Menerapkan
teknologi penangkap karbon dan teknologi penyimpanan ke fasilitas
pembangkit listrik memungkinkan dampak gas rumah kaca dapat
diminimalkan. Selain itu, industri petrokimia juga mencari pilihan untuk
mendapatkan CO2 terjangkau . Banyak pekerjaan telah dilakukan pada solusi
penyimpanan yang sesuai untuk CO2. Makalah ini membahas solusi
penyimpanan CO2 yang berbeda, menggunakan rongga yang terbentuk pada
gasifikasi batubara bawah tanah. Secara keseluruhan, gagasan ini dapat
1
![Page 2: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/2.jpg)
menambah sumber energi untuk pembangkit listrik dan industri petrokimia,
mempermudah penanganan dan penyimpanan CO2, dan menyediakan solusi
untuk energi terbarukan dalam jangka panjang.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari teknologi
gasifikasi batubara bawah tanah dengan CCS berdasarkan jurnal internasional.
Teknologi gasifikasi batubara bawah tanah dengan CCS ini bertujuan untuk
memberikan solusi penyimpanan CO2 yang berbeda menggunakan ruang yang
terbentuk pada gasifikasi batubara bawah tanah, dapat menambah sumber
energi untuk pembangkit listrik dan industri petrokimia, mempermudah
penanganan dan penyimpanan CO2, dan menyediakan solusi untuk energi
terbarukan dalam jangka panjang.
1.3. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun hanya membahas mengenai teknologi
gasifikasi batubara bawah tanah dan penanganan dan penyimpanan CO2 yang
didapat dari gasifikasi batubara bawah tanah.
1.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini, yaitu studi
literatur dengan mencari data-data yang diperlukan dari jurnal internasional
yang diperoleh secara online.
2
![Page 3: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dasar Teknologi
2.1.1. Teknologi UCG (Underground Coal Gasification)
Ide dasarnya adalah bahwa energi dapat diperoleh dari lapisan
batubara yang terkubur dengan gasifikasi batubara in situ. Hal ini
dapat dilakukan dengan memasukkan uap panas dan oksigen atau
udara ke batubara melalui lubang bor injeksi. UCG dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan
terowongan di bawah tanah yang menghubungkan sumur injeksi dan
sumur produksi. Cara ini disebut dengan Long and Large Gasification
Method (LLT). Cara lainnya dengan menhubungkan sumur secara
vertikal atau Linked Vertical Well (LVW). Dengan menggunakan cara
ini, titik injeksi perlu dipindahkan ketika batubara sudah habis. Cara
ini digunakan di Afrika Selatan. Cara lain yang lebih popular,
terutama di Eropa dan Amerika Serikat, adalah teknologi Controlled
Retractable Injection Point (CRIP).
Sistem CRIP menggunakan pembakar yang melekat di sisi
tabung yang digunakan untuk menyalakan batubara. Sistem ini
beroperasi dengan memindahkan sistem injeksi ke dalam lokasi
lapisan batubara target yang dekat dengan sumur produksi dan
memicu batubara untuk memulai reaksi gasifikasi. Titik injeksi
kemudian secara bertahap ditarik dari produksi ketika tingkat produksi
gas mulai menurun.
3
![Page 4: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/4.jpg)
2.1.2. Carbon Capture Technology
Pilihan teknologi yang banyak tersedia untuk menangkap CO2,
mulai dari absorbsi fisika, absorbsi kimia, pemisahan dengan membran
dan pemisahan secara cryogenic. Dalam proses absorbsi fisika, CO2
dilarutkan dalam pelarut seperti metanol cair atau glikol. Dengan
absorbsi kimia, CO2 dapat diambil dengan mereaksikannya dengan
pelarut kimia seperti metil dietanolamina. Proses ini biasanya menyerap
85-90% dari CO2 dalam proses pra-pembakaran dimana tekanan parsial
CO2 relatif tinggi.
Pemisahan dengan membran kurang dikembangkan dengan baik
dibandingkan absorbsi fisika dan absorbsi kimia, dan belum siap untuk
digunakan dalam CCS pada skala komersial. Salah satu contoh dari
membran yang permeabel terhadap CO2 adalah polyvinylamine.
Membran polimer tersedia secara komersial tetapi bermasalah dengan
suhu, stabilitas, permeabilitas dan selektivitas. Membran anorganik
menawarkan beberapa keuntungan dalam pabrik penangkap CO2 pra-
pembakaran karena fleksibilitas dan energi yang rendah, tetapi harganya
sangat mahal. Pemisahan cryogenic didasarkan pada mencairkan CO2
untuk memisahkannya dari gas lainnya, tetapi kebutuhan energi untuk
pendinginan ini sangat besar.
2.1.3. Penyimpanan CO2 dalam Rongga UCG
Kembali ke mekanisme penyimpanan, proses UCG menciptakan
rongga dalam tanah setelah proses gasifikasi batubara. Rongga ini pasti
akan runtuh, seperti rongga yang dihasilkan oleh pertambangan batubara
longwall, meninggalkan zona permeabilitas tinggi buatan berupa breksi-
yang dikenal sebagai goaf' (dari kata ogof, Bahasa Wales, yang berarti
gua) - yang hampir selalu terisolasi dari permukaan dengan permeabilitas
4
![Page 5: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/5.jpg)
rendah yang terletak di atas strata. Dimana UCG telah terjadi pada
kedalaman lebih dari sekitar 700-800 m, penyimpanan CO2 di zona
permeabilitas tinggi buatan ini adalah gagasan yang sangat menarik.
Sebuah proyek gabungan UCG-CCS kemudian dapat menawarkan
pemulihan energi terintegrasi dari batubara dan penyimpanan CO2 di
lokasi yang sama.
Dalam panel longwall, semua batubara secara progresif diambil
dari area berbentuk persegi, dan atap dibiarkan hancur membentuk goaf.
Panel longwall pada umumnya memiliki panjang sekitar 1 km, lebar 150
hingga 250 m dan tinggi 1-3 m. Meskipun ada kemungkinan lay-out yang
berbeda untuk operasi UCG, konfigurasi ruang dengan panjang 500-600
m, 30-40 m dan lebar dengan ketinggian sama dengan ketebalan lapisan
batubara. Sebuah pilar membujur akan memisahkan ruang gasifikasi.
Sebuah ruang gasifikasi dari dimensi di atas sesuai dengan ‘shortwall'
varian pertambangan batubara berbasis runtuh, konfigurasi yang
dipahami dengan baik, seperti yang banyak digunakan di pertambangan
konvensional untuk mencapai gerakan yang cepat dengan gangguan yang
minimal terhadap air tanah di atasnya.
Sebuah perhitungan kasar menunjukkan bahwa volume yang
dibutuhkan pada kedalaman 800 meter untuk menyimpan CO2 yang
dihasilkan dari syngas bisa 4 atau 5 kali volume yang ditempati oleh
batubara yang diambil. Volume penyimpanan sebenarnya tersedia lebih
besar dari volume yang ditempati oleh batubara yang diambil sebagai
akibat dari peningkatan permeabilitas sebagian lapisan runtuh di atasnya.
Seperti halnya ladang hidrokarbon yang habis dan air tanah garam dalam,
kapasitas penyimpanan yang sebenarnya akan tergantung pada
kompresibilitas lapisan tanpa melebihi batas patahan batu, dan akan perlu
ditentukan secara eksperimental atau melalui pemodelan yang lebih rinci.
5
![Page 6: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/6.jpg)
2.2. Prospek Teknologi UCG-CCS
Untuk alasan yang diberikan di bagian di atas masih ada pertanyaan atas
volume tepat dari CO2 yang dapat disimpan dalam rongga UCG. Misalkan,
bahwa 50% dari CO2 yang timbul dapat disimpan kembali di rongga UCG. Jika
target (katakanlah) 4 triliun ton batubara untuk operasi UCG, yang akan
dikonversikan menjadi 12 triliun ton CO2, dengan (katakanlah) 10 triliun ton
CO2 ditangkap (jika CCS diterapkan universal), dan 5 triliun ton disimpan di
rongga UCG. Dibandingkan dengan saat ini, tingkat emisi CO2 di seluruh dunia
sekitar 27 miliar ton per tahun. Oleh karena itu kami melihat sekitar 200 tahun
kapasitas penyimpanan CO2 pada saat tingkat emisi, yang semakin dekat
dengan angka biasanya dikutip untuk kapasitas penyimpanan CO2 di dalam
akuifer garam. Dari global perspektif, oleh karena itu, konsep UCG-CCS
pantas dipertimbangan lebih serius bersama pengelolaan karbon yang lain.
Pembangkitan listrik menjadi sektor yang sangat prospektif dari
pengembangan teknologi CCS. Laporan APGTF menyebutkan bahwa
setidaknya dibutuhkan 80 pabrik CCS baru pada 2020. Tujuannya adalah untuk
mengurangi karbon hasil bahan bakar fosil dari pembangkit listrik. Jika syngas
dari UCG melewati proses water gas shift (untuk mengubah karbon monoksida
dan hidrogen menjadi CO2 dan hidrogen) diikuti langkah penangkapan karbon
sebelum memasok gas kaya hidrogen ke pembangkit listrik, maka itu menjadi
varian pada teknologi pre-combustion. Jika syngas UCG dipasok langsung ke
pembangkit listrik untuk pembakaran dan CO2 itu kemudian ditangkap dari gas
buang, maka itu menjadi varian pada teknologi penangkapan post-combustion.
Seluruh masalah menggunakan batubara (dengan beberapa jenis rencana
pengelolaan karbon) sebagai bahan baku untuk beberapa industry proses
menerima lebih banyak perhatian sebagai negara menjadi prihatin tentang
keamanan pasokan minyak dan gas. Melihat data 2008, terhadap harga gas
alam (di Amerika Serikat) sebesar $ 9 per juta Btu syngas baku dapat
dihasilkan melalui UCG di Amerika Serikat untuk $ 1,8 per juta Btu
6
![Page 7: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/7.jpg)
berdasarkan gasifikasi udara. Dengan menggunakan oksigen, UCG di Eropa
biaya syngas menjadi $ 3,8 per juta Btu. Angka-angka ini cukup rendah untuk
UCG untuk terlihat menarik secara komersial ketika harga minyak dan gas
yang cukup tinggi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa proposisi
yang paling menarik secara finansial untuk penggunaan batubara terletak di
luar sektor pembangkit listrik, tapi proyek terus mengarah ke pembangkit
listrik karena ke struktur harga yang lebih jelas.
2.3. Manajemen Resiko Lingkungan
Resiko utama yang dipertimbangkan dalam UCG adalah pengurangan air
tanah, kontaminasi air tanah, dan kebocoran gas. Di samping itu, manfaat untuk
lingkungan yang luar biasa adalah pengurangan stock pile batu bara dan
transportasi batubara dan banyak gangguan di permukaan, Tingkat debu
kebisingan rendah dan, tidak adanya gangguan kesehatan dan keselamatan
terkait dengan pekerja bawah tanah, menghindari penanganan abu pada
pembangkit listrik, dan penghapusan emisi SO2 dan NOx. Sebagian besar
kontaminan yang dihasilkan dalam gasifikasi batubara termasuk dalam Daftar I
Kerangka Air Directive (2000/60/EC), yang melarang rilis ke badan air.
Akibatnya, untuk operasi UCG akan diizinkan di Uni Eropa, setiap potensi
pencemaran air akan hampir pasti harus terbatas pada air yang sebelumnya
telah diklasifikasikan sebagai permanen tidak dapat digunakan.
Untuk penyimpanan CO2, resiko utama dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
kebocoran, kelarutan dalam air, dan pergeseran. Pada skala lokal, kebocoran ke
atmosfer atau permukaan dapat menyebabkan sesak napas pada hewan atau
manusia, atau mempengaruhi tanaman dan ekosistem bawah tanah. Jika
kebocoran terjadi di laut, dapat mempengaruhi kehidupan organisme di laut.
7
![Page 8: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cadangan batubara di dunia melebihi dari minyak dan gas jika dihitung
cadangan batubara total termasuk batu bara yang tidak ekonomis untuk ditambang.
Tetapi penggunaan sumber energi batubara belum dimanfaatkan secara optimal.
Teknologi UCG memberikan solusi pemanfaatan sumber daya batubara dengan tidak
perlu menambang batubara. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan uap panas
dan oksigen atau udara ke batubara melalui lubang bor injeksi. UCG dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan terowongan di bawah
tanah yang menghubungkan sumur injeksi dan sumur produksi. Cara ini disebut
dengan Long and Large Gasification Method (LLT). Cara lainnya dengan
menhubungkan sumur secara vertikal atau Linked Vertical Well (LVW). Dengan
menggunakan cara ini, titik injeksi perlu dipindahkan ketika batubara sudah habis.
Cara ini digunakan di Afrika Selatan. Cara lain yang lebih popular, terutama di Eropa
dan Amerika Serikat, adalah teknologi Controlled Retractable Injection Point
(CRIP). Pembangkitan listrik menjadi sektor yang sangat prospektif dari
pengembangan teknologi CCS. Laporan APGTF menyebutkan bahwa setidaknya
dibutuhkan 80 pabrik CCS baru pada 2020. Tujuannya adalah untuk mengurangi
karbon hasil bahan bakar fosil dari pembangkit listrik. Jika syngas dari UCG
melewati proses water gas shift (untuk mengubah karbon monoksida dan hidrogen
menjadi CO2 dan hidrogen) diikuti langkah penangkapan karbon sebelum memasok
8
![Page 9: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/9.jpg)
gas kaya hidrogen ke pembangkit listrik, maka itu menjadi varian pada teknologi
pre-combustion. Jika syngas UCG dipasok langsung ke pembangkit listrik untuk
pembakaran dan CO2 itu kemudian ditangkap dari gas buang, maka itu menjadi
varian pada teknologi penangkapan post-combustion. Resiko utama yang
dipertimbangkan dalam UCG adalah pengurangan air tanah, kontaminasi air tanah,
dan kebocoran gas. Untuk penyimpanan CO2, resiko utama dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kebocoran, kelarutan dalam air, dan pergeseran.
3.2. SARAN
Teknologi pemanfaatan batubara dengan teknologi UCG dan CCS ini sangat
berpotensi sebagai sumber energi alternatif dan solusi untuk mengurangi emisi
karbon di udara. Teknologi ini juga penggunaannya mudah karena gasifikasi
dilakukan langsung di bawah tanah, di sumber batubara berada sehingga tidak
memerlukan biaya untuk menambang batubara keluar. Sebaiknya pemanfaatan
teknologi batubara ini lebih banyak dikembangkan di dunia untuk kebutuhan energi
dan pengurangan emisi karbon di dunia.
9
![Page 10: Underground Coal Gasification With CCS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022080912/55cf9a82550346d033a2148d/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Roddy, Dermot J. dan Paul L. Yonger. 2010. Underground Coal Gasification with
CCS: A Pathway to Decarbonising Industry. Online. (http://www.rsc.org/ees)
diakses pada tanggal 9 November 2013.
10