undang-undang ikatan keluarga mahasiswa...

50
UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI KEMAHASISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa diperlukan ketentuan mengenai hak dan kewajiban Unit Kegiatan Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom, dan Badan Otonom dalam lingkungan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia; b. bahwa diperlukan ketentuan yang mengatur mengenai pembentukan Unit Kegiatan Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom, dan Badan Otonom dalam lingkungan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia; c. bahwa diperlukan aturan yang mengatur mengenai status keanggotaan yang dibutuhkan Anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia untuk dapat mengikuti Unit Kegiatan Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom, dan/atau Badan Otonom; d. bahwa Unit Kegiatan Fakultas berhak untuk mengubah statusnya menjadi Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, atau Badan Semi Otonom, sehingga diperlukan suatu mekanisme tertentu;

Upload: ngoquynh

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UNDANG-UNDANG

IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG

ORGANISASI KEMAHASISWAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA,

Menimbang:

a. Bahwa diperlukan ketentuan mengenai hak dan kewajiban Unit Kegiatan

Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom,

dan Badan Otonom dalam lingkungan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;

b. bahwa diperlukan ketentuan yang mengatur mengenai pembentukan Unit

Kegiatan Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi

Otonom, dan Badan Otonom dalam lingkungan Ikatan Keluarga Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;

c. bahwa diperlukan aturan yang mengatur mengenai status keanggotaan yang

dibutuhkan Anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Indonesia untuk dapat mengikuti Unit Kegiatan Fakultas,

Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom, dan/atau

Badan Otonom;

d. bahwa Unit Kegiatan Fakultas berhak untuk mengubah statusnya menjadi

Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, atau Badan Semi Otonom,

sehingga diperlukan suatu mekanisme tertentu;

e. bahwa Badan Semi Otonom berhak untuk mengubah statusnya menjadi

Badan Otonom maupun sebaliknya, sehingga diperlukan suatu mekanisme

tertentu;

f. bahwa diperlukan ketentuan yang jelas tentang lembaga yang berwenang

dalam pendirian dan/atau perubahan status Organisasi Kemahasiswaan;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, huruf c, huruf d, hurf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-

Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia tentang Organisasi Kemahasiswaan;

Mengingat:

a. Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal

31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, dan

Pasal 39 Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;

b. Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Dana Block Grant;

c. Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Badan Perwakilan

Mahasiswa;

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

TENTANG ORGANISASI KEMAHASISWAAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam undang-undang ini, yang dimaksud dengan:

1. Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Indonesia yang selanjutnya disingkat IKM FEB UI adalah wadah

kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang selanjutnya

disingkat FEB UI adalah fakultas yang berada di lingkungan Universitas

Indonesia.

3. Anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia yang selanjutnya disingkat Anggota IKM FEB UI

adalah mahasiswa FEB UI yang terdaftar pada bagian pendidikan FEB UI

program S1 Reguler, Paralel, dan Kelas Khusus Internasional yang terdiri

dari anggota aktif dan anggota biasa.

4. Anggota biasa adalah adalah setiap mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia yang terdaftar aktif secara akademis.

5. Anggota aktif adalah anggota biasa yang telah mengikuti prosedur

penerimaan anggota aktif dan dinyatakan lulus.

6. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat

norma hukum yang mengikat Anggota IKM FEB UI dan dibentuk atau

ditetapkan oleh lembaga kemahasiswaan atau pejabat yang berwenang

melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

7. Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Indonesia yang selanjutnya disingkat UUD IKM FEB UI

adalah suatu hukum dasar tertulis (konstitusi) yang menjadi dasar dan

sumber bagi peraturan perundang-undangan lain atau peraturan-peraturan

lain yang berlaku di IKM FEB UI.

8. Musyawarah Mahasiswa yang selanjutnya disingkat Musma adalah

musyawarah yang terbuka untuk seluruh Anggota IKM FEB UI.

9. Economic Executive Forum yang selanjutnya disebut EEF merupakan forum

pertemuan seluruh ketua lembaga kemahasiswaan dan/atau perwakilan

yang ditunjuk oleh ketua Lembaga Kemahasiswaan FEB UI.

10. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Indonesia yang selanjutnya disingkat BPM adalah Lembaga Kemahasiswaan

FEB UI tertinggi dalam IKM FEB UI yang memiliki kekuasaan legislatif dan

yudikatif.

11. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Indonesia yang selanjutnya disingkat BEM adalah Lembaga Kemahasiswaan

FEB UI yang memegang kekuasaan eksekutif dan koordinator eksekutif

tingkat fakultas.

12. Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Indonesia, yang selanjutnya disingkat BAK, adalah lembaga yang bertugas

untuk memeriksa dan mengawasi pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan Lembaga Kemahasiswaan FEB UI.

13. Badan Otonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang

selanjutnya disingkat BO merupakan lembaga otonom di dalam struktur

kelembagaan mahasiswa FEB UI dan bertanggung jawab secara komando

terhadap IKM FEB UI dan koordinasi dengan BPM.

14. Badan Semi Otonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

yang selanjutnya disingkat BSO merupakan lembaga semi otonom di dalam

struktur kelembagaan mahasiswa FEB yang kedudukannya berada di bawah

BPM.

15. Himpunan adalah Lembaga Kemahasiswaan FEB UI yang memiliki fungsi

eksekutif di tingkat program studi FEB UI.

16. Badan Keagamaan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Indonesia yang selanjutnya disingkat BKM adalah wadah kegiatan

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang diakui

secara formal oleh Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia dalam pelayanan keagamaan di tingkat fakultas.

17. Unit Kegiatan Fakultas yang selanjutnya disingkat UKF merupakan lembaga

kreasi dan peminatan mahasiswa di dalam struktur kelembagaan BEM yang

berada di bawah departemen yang bersangkutan.

18. Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia yang selanjutnya disingkat Undang-Undang adalah

peraturan tertulis yang memuat norma hukum, yang mengikat secara umum

dan dibentuk atau ditetapkan oleh BPM, melalui prosedur yang ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

19. Ketetapan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Ketetapan BPM

adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh BPM untuk

menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

20. Keputusan Badan Perwakilan Mahasiswa yang selanjutnya disebut

Keputusan BPM adalah Keputusan yang ditetapkan oleh BPM untuk

menjalankan Undang-Undang dan/atau fungsi BPM sebagaimana mestinya.

21. Peraturan Badan Perwakilan Mahasiswa yang selanjutnya disebut Peraturan

BPM adalah Peraturan yang ditetapkan oleh BPM untuk menjalankan

ketentuan lebih lanjut yang diperintahkan oleh Undang-Undang.

22. Organisasi Kemahasiswaan merupakan lembaga dan wadah kegiatan

mahasiswa yang terdiri dari UKF, BKM, Himpunan, BSO, dan BO.

23. Pemilihan Raya IKM FEB UI yang selanjutnya disingkat Pemira

diselenggarakan untuk memilih Anggota BPM, Ketua dan Wakil Ketua BEM

secara berpasangan, dan Ketua Himpunan.

24. Program Orientasi Mahasiswa Baru yang selanjutnya disingkat POMB

adalah proses pembinaan anggota IKM FEB UI dari Anggota Biasa menjadi

Anggota Aktif yang dilakukan di tingkat fakultas.

25. Dana Block Grant adalah bantuan sejumlah besar dana yang berasal dari

pihak ketiga, baik oleh institusi fakultas, universitas, maupun sumber lain

yang sah dan halal kepada Lembaga Kemahasiswaan FEB UI.

26. Dana Block Grant rutin, yaitu Dana Block Grant Dekanat FEB UI.

27. Dana Block Grant tidak rutin, yaitu Dana Block Grant Ikatan Alumni FEB

UI, Persatuan Orang Tua Mahasiswa FEB UI, dan lainnya.

28. Hari adalah hari kerja.

BAB II

KEDUDUKAN DAN KEANGGOTAAN

Bagian Kesatu

Kedudukan

Pasal 2

Organisasi Kemahasiswaan terdiri atas:

a. UKF;

b. BKM;

c. Himpunan;

d. BSO; dan

e. BO.

Pasal 3

UKF berada di dalam struktur kelembagaan BEM di bawah departemen yang

bersangkutan.

Pasal 4

BKM bertanggung jawab secara komando kepada BPM.

Pasal 5

Himpunan bertanggung jawab secara komando kepada BPM dan berkoordinasi

dengan BEM.

Pasal 6

BSO bertanggung jawab secara komando kepada BPM.

Pasal 7

BO bertanggung jawab secara komando kepada IKM FEB UI dan berkoordinasi

dengan BPM.

Bagian Kedua

Keanggotaan

Pasal 8

Anggota UKF terdiri dari Anggota IKM FEB UI yang terdaftar sebagai anggota

UKF.

Pasal 9

(1) Anggota BKM adalah seluruh Anggota IKM FEB UI sesuai agamanya masing-

masing.

(2) Pengurus BKM wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI sesuai agamanya.

Pasal 10

(1) Anggota Himpunan terdiri dari seluruh Anggota IKM FEB UI di tingkat

program studi.

(2) Pengurus Himpunan wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI program

studi Himpunan.

Pasal 11

(1) Anggota BSO terdiri dari Anggota IKM FEB UI yang terdaftar sebagai

pengurus BSO.

(2) Anggota BSO wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI.

Pasal 12

(1) Anggota BO terdiri dari Anggota IKM FEB UI yang terdaftar sebagai pengurus

BO.

(2) Anggota BO wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban UKF

Pasal 13

UKF memiliki hak:

a. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga UKF;

b. menentukan Program Kerja UKF;

c. menentukan Anggaran Belanja UKF;

d. memperoleh bantuan anggaran dari BEM; dan

e. mengajukan diri menjadi BSO, Himpunan, atau BKM sesuai dengan

peraturan yang berlaku di IKM FEB UI.

Pasal 14

UKF memiliki kewajiban:

a. memperoleh persetujuan BEM dalam menjalankan kegiatannya;

b. memberikan laporan kegiatan secara terbuka setiap 6 (enam) bulan sekali

pada BEM atau jika diminta; dan

c. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan

Garis Besar Haluan Kerja BEM.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban BKM

Pasal 15

BKM memiliki hak:

a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan BKM;

b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama

BKM serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan panitia

pelaksana kegiatan BKM;

c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Garis

Besar Haluan BKM sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan

peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;

d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja BKM;

e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang

berlaku di IKM FEB UI kepada BPM;

f. memperoleh bantuan Dana Block Grant rutin dan Dana Block Grant tidak

rutin yang difasilitasi oleh BPM; dan

g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.

Pasal 16

BKM memiliki kewajiban:

a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;

b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;

c. memberikan layanan keagamaan kepada anggota BKM terkait;

d. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1

(satu) periode berjalan pada BPM dan jika diminta oleh BPM;

e. meminta pengesahan kepada BPM atas Program Kerja dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja BKM; dan

f. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan

UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI.

Bagian Ketiga

Hak dan Kewajiban Himpunan

Pasal 17

Himpunan memiliki hak:

a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan Himpunan;

b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama

Himpunan serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan

panitia pelaksana kegiatan Himpunan;

c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Garis Besar

Haluan Himpunan sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan

peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;

d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja Himpunan;

e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang

berlaku di IKM FEB UI kepada BPM;

f. memperoleh bantuan Dana Block Grant rutin dan Dana Block Grant tidak

rutin yang difasilitasi oleh BPM; dan

g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.

Pasal 18

Himpunan memiliki kewajiban:

a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;

b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;

c. memberikan layanan kesejahteraan kepada anggota Himpunan terkait;

d. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1

(satu) periode berjalan pada BPM dan jika diminta oleh BPM;

e. memberikan laporan kegiatan setiap 1 (satu) periode berjalan pada program

studi terkait;

f. meminta pengesahan kepada BPM atas Program Kerja serta Anggaran

Pendapatan dan Belanja Himpunan;

g. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan

UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI; dan

h. mengirimkan anggotanya untuk menjadi Anggota Perwakilan BPM melalui

Pemira atau Mekanisme Himpunan.

Bagian Keempat

Hak dan Kewajiban BSO

Pasal 19

BSO memiliki hak:

a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan BSO;

b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama

BSO serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan panitia

pelaksana kegiatan BSO;

c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Garis

Besar Haluan BSO sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan

peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;

d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja BSO;

e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang

berlaku dalam IKM FEB UI kepada BPM;

f. memperoleh bantuan Dana Block Grant rutin dan Dana Block Grant tidak

rutin yang difasilitasi oleh BPM; dan

g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.

Pasal 20

BSO memiliki kewajiban:

a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;

b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;

c. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1

(satu) periode berjalan pada BPM;

d. mengajukan pengesahan rencana program kerja dan anggaran belanja pada

awal masa kepengurusan kepada BPM;

e. mengajukan pengesahan setiap proposal kegiatan yang melibatkan pihak

eksternal FEB UI kepada BPM; dan

f. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan

UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI.

Bagian Kelima

Hak dan Kewajiban BO

Pasal 21

BO memiliki hak:

a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan BO;

b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama

BO serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan panitia

pelaksana kegiatan BO;

c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Garis Besar

Haluan BO sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan

peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;

d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja BO;

e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang

berlaku dalam IKM FEB UI kepada BPM;

f. memperoleh bantuan Dana Block Grant tidak rutin yang difasilitasi oleh

BPM; dan

g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.

Pasal 22

BO memiliki kewajiban:

a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;

b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;

c. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1

(satu) periode berjalan pada publik; dan

d. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan

UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI.

BAB IV

LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM PENDIRIAN ATAU

PERUBAHAN STATUS

Pasal 23

BPM berwenang menyetujui dan/atau mengesahkan perubahan status

Organisasi Kemahasiswaan.

Pasal 24

Kewenangan perubahan status Organisasi Kemahasiswaan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 23 meliputi:

a. UKF menjadi BSO;

b. UKF menjadi Himpunan;

c. UKF menjadi BKM;

d. BSO menjadi BO; dan

e. BO menjadi BSO.

Pasal 25

(1) BEM berwenang menyetujui pendirian UKF.

(2) UKF yang telah mendapatkan persetujuan BEM disahkan oleh BPM.

BAB V

SYARAT DAN ALUR PENDIRIAN UKF

Pasal 26

UKF yang akan didirikan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. mendapatkan dukungan paling sedikit dari 100 (seratus) orang Anggota IKM

FEB UI;

b. memiliki rancangan kerja yang minimal memuat tujuan, struktur, dan

program kerja;

c. tidak memiliki bidang peminatan yang sama dengan Organisasi

Kemahasiswaan lain di IKM FEB UI; dan

d. mendapat persetujuan dari BEM dan disahkan oleh BPM.

Pasal 27

Alur pendirian UKF terdiri atas:

a. pendaftaran;

b. verifikasi;

c. studi kelayakan;

d. persetujuan; dan

e. pengesahan.

Pasal 28

(1) Pendaftaran pendirian UKF ditujukan kepada BEM dengan tembusan

kepada BPM.

(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BEM.

Pasal 29

(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah Calon

UKF melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam

pasal 28 ayat (2).

(2) Verifikasi dilakukan oleh BEM terkait keabsahan dan keaslian berkas

pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (2) serta

kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 26.

(3) Hasil verifikasi dari BEM dilaporkan kepada BPM dalam bentuk tertulis

paling lambat 3 (tiga) hari setelah proses verifikasi selesai.

Pasal 30

(1) Studi kelayakan terhadap Calon UKF dilakukan oleh BEM paling lambat 30

(tiga puluh) hari setelah proses proses verifikasi selesai.

(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran

lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon UKF yang

bersangkutan.

(3) Hasil dari masa studi kelayakan dilaporkan kepada BPM dalam bentuk

tertulis paling lambat 3 (tiga) hari setelah proses studi kelayakan selesai.

Pasal 31

(1) Proses persetujuan pendirian UKF diatur melalui peraturan BEM.

(2) Gugatan atas hasil persetujuan pendirian UKF diatur lebih lanjut melalui

peraturan BEM.

(3) Persetujuan yang dikeluarkan BEM wajib dikomunikasikan kepada BPM

paling lambat 2 (dua) hari setelah proses persetujuan selesai.

(4) BPM dapat mengadakan rapat dengar pendapat dengan BEM terkait hasil

persetujuan yang dikeluarkan oleh BEM.

Pasal 32

(1) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon UKF yang telah disetujui

pendiriannya oleh BEM dengan catatan tidak ada pelanggaran terhadap

UUD IKM FEB UI dan peraturan lainnya yang berlaku di lingkungan IKM

FEB UI.

(2) BPM berwenang tidak mengesahkan pendirian UKF jika ditemukan

pelanggaran terhadap IKM FEB UI dan peraturan lainnya dalam IKM FEB

UI.

(3) BPM berkewajiban menyampaikan kepada publik atas hasil pengesahan

UKF paling lambat 5 (lima) hari setelah pengesahan.

(4) Gugatan atas hasil pengesahan UKF dapat dilakukan paling sedikit oleh 20

(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak

penyampaian hasil pengesahan UKF oleh BPM kepada IKM FEB UI.

(5) Gugatan atas hasil pengesahan pendirian UKF diatur lebih lanjut melalui

Ketetapan BPM.

BAB VI

SYARAT DAN ALUR PERUBAHAN STATUS UKF MENJADI BKM, HIMPUNAN,

ATAU, BSO

Bagian Kesatu

Perubahan Status UKF Menjadi BKM

Pasal 33

UKF yang akan berubah status menjadi BKM harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. mendapat persetujuan paling sedikit 50% (lima puluh persen) ditambah satu

dari jumlah Anggota IKM FEB UI pemeluk agama terkait;

b. mendapat dukungan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

seluruh Anggota Aktif IKM FEB UI non agama terkait;

c. mendapat rekomendasi dari lembaga keagamaan tingkat universitas;

d. mendapat rekomendasi dari BEM atas permohonan perubahan status yang

diminta oleh Calon BKM;

e. telah menjadi UKF paling singkat selama 1 (satu) tahun;

f. tidak memiliki lingkup agama yang sama dengan BKM lain yang sudah ada

di lingkungan IKM FEB UI;

g. mempunyai rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang

tidak bertentangan dengan UUD IKM FEB UI serta peraturan lain yang

berlaku di lingkungan IKM FEB UI; dan

h. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.

Pasal 34

Alur perubahan status UKF menjadi BKM terdiri dari:

a. pendaftaran;

b. verifikasi;

c. studi kelayakan;

d. penetapan;

e. pengesahan; dan

f. masa uji coba.

Pasal 35

(1) Pendaftaran perubahan status UKF menjadi BKM ditujukan kepada BPM.

(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.

Pasal 36

(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Calon BKM

melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal

35 ayat (2).

(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh

berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (2) dan

kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 33.

(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait

verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.

(4) Bila Calon BKM yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon BKM

tersebut dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan jangka waktu

7 (tujuh) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM sebagaimana

dimaksud dalam pasal 50 huruf a.

(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi

dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.

Pasal 37

(1) Masa studi kelayakan terhadap Calon BKM yang sudah lulus verifikasi

dilakukan oleh BPM paling lama selama 45 (empat puluh lima) hari setelah

proses verifikasi selesai.

(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran

lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon BKM yang

bersangkutan.

(3) Dalam masa studi kelayakan, BPM berhak dan wajib mengadakan paling

sedikit 1 (satu) kali dengar pendapat terhadap Calon BKM terkait penilaian

pada masa studi kelayakan.

Pasal 38

(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.

(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon BKM

yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan hasil dari

masa studi kelayakan.

(3) Calon BKM yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat meminta

pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu) kali dalam

periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu 7 (tujuh)

hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon BKM

dalam masa studi kelayakan.

Pasal 39

(1) Pengesahan UKF menjadi BKM ditetapkan melalui Ketetapan BPM.

(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BKM yang lulus proses

verifikasi dan masa studi kelayakan.

(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan BKM paling lambat 5

(lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.

(4) Gugatan atas hasil pengesahan BKM dapat dilakukan paling sedikit oleh 20

(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

penyampaian pengesahan BKM oleh BPM kepada IKM FEB UI.

(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

Pasal 40

(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal

pengesahan atas perubahan status UKF menjadi BKM.

(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BKM yang

bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BKM

tersebut akan dikembalikan menjadi UKF.

(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

Bagian Kedua

Perubahan Status UKF Menjadi Himpunan

Pasal 41

UKF yang akan berubah status menjadi Himpunan harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. mendapat persetujuan paling sedikit 50% (lima puluh persen) ditambah satu

dari jumlah Anggota IKM FEB UI sesuai jurusan terkait;

b. mendapat dukungan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

seluruh Anggota IKM FEB UI non jurusan terkait;

c. mendapat rekomendasi dari BEM atas permohonan perubahan status yang

diminta oleh Calon Himpunan;

d. telah menjadi UKF paling singkat selama 1 (satu) tahun berturut-turut;

e. tidak memiliki lingkup jurusan yang sama dengan Himpunan lain yang

sudah ada di lingkungan IKM FEB UI;

f. mempunyai rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang

tidak bertentangan dengan UUD IKM FEB UI serta peraturan lain yang

berlaku di lingkungan IKM FEB UI; dan

g. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.

Pasal 42

Alur perubahan status UKF menjadi Himpunan terdiri dari:

a. pendaftaran;

b. verifikasi;

c. studi kelayakan;

d. penetapan;

e. pengesahan; dan

f. masa uji coba.

Pasal 43

(1) Pendaftaran perubahan status UKF menjadi Himpunan ditujukan kepada

BPM.

(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.

Pasal 44

(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Calon Himpunan

melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal

43 ayat (2).

(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh

berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (2) dan

kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 41.

(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait

verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.

(4) Bila Calon Himpunan yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon

Himpunan tersebut dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan

jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari

BPM.

(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi

dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.

Pasal 45

(1) Masa studi kelayakan terhadap Calon Himpunan yang sudah lulus verifikasi

dilakukan oleh BPM paling lama selama 45 (empat puluh lima) hari setelah

proses verifikasi selesai.

(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran

lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon Himpunan yang

bersangkutan.

(3) Dalam masa studi kelayakan, BPM berhak dan wajib mengadakan paling

sedikit 1 (satu) kali dengar pendapat terhadap Calon Himpunan terkait

penilaian pada masa studi kelayakan.

Pasal 46

(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.

(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon

Himpunan yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan

hasil dari masa studi kelayakan.

(3) Calon Himpunan yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat

meminta pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu)

kali dalam periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu

7 (tujuh) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon

Himpunan dalam masa studi kelayakan.

Pasal 47

(1) Pengesahan UKF menjadi Himpunan ditetapkan melalui Ketetapan BPM.

(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon Himpunan yang lulus proses

verifikasi dan masa studi kelayakan.

(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan Himpunan paling

lambat 5 (lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.

(4) Gugatan atas hasil pengesahan Himpunan dapat dilakukan paling sedikit

oleh 20 (dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari

sejak penyampaian pengesahan Himpunan oleh BPM kepada IKM FEB UI.

(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

Pasal 48

(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal

pengesahan atas perubahan status UKF menjadi Himpunan.

(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BSO yang

bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status UKF

tersebut akan dikembalikan menjadi Himpunan.

(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

Bagian Ketiga

Perubahan Status UKF Menjadi BSO

Pasal 49

UKF yang akan berubah status menjadi BSO harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. mendapat dukungan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah

seluruh Anggota IKM FEB UI;

b. mendapat rekomendasi dari BEM atas permohonan perubahan status yang

diminta oleh Calon BSO;

c. beranggotakan paling sedikit 15 Anggota Aktif IKM FEB UI;

d. telah menjadi UKF paling singkat selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;

e. tidak memiliki bidang peminatan yang sama dengan Organisasi

Kemahasiswaan lain di lingkungan IKM FEB UI;

f. mempunyai rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang

tidak bertentangan dengan UUD IKM FEB UI serta peraturan lain yang

berlaku di lingkungan IKM FEB UI; dan

g. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.

Pasal 50

Alur perubahan status UKF menjadi BSO terdiri dari:

a. pendaftaran;

b. verifikasi;

c. studi kelayakan;

d. penetapan;

e. pengesahan; dan

f. masa uji coba.

Pasal 51

(1) Pendaftaran perubahan status UKF menjadi BKM ditujukan kepada BPM.

(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.

Pasal 52

(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Calon BSO

melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal

51 ayat (2).

(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh

berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (2) dan

kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 50.

(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait

verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.

(4) Bila Calon BSO yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon BSO tersebut

dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan jangka waktu 7 (tujuh)

hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi

dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.

Pasal 53

(1) Masa studi kelayakan terhadap Calon BSO yang sudah lulus verifikasi

dilakukan oleh BPM paling lama 45 (empat puluh lima) hari setelah proses

verifikasi selesai.

(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran

lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon BSO yang

bersangkutan.

(3) Dalam masa studi kelayakan, BPM berhak dan wajib mengadakan paling

sedikit 1 (satu) kali dengar pendapat terhadap Calon BSO terkait penilaian

pada masa studi kelayakan.

Pasal 54

(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.

(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon BSO

yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan hasil dari

masa studi kelayakan.

(3) Calon BSO yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat meminta

pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu) kali dalam

periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu 7 (tujuh)

hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon BSO

dalam masa studi kelayakan.

Pasal 55

(1) Pengesahan UKF menjadi BSO ditetapkan melalui Ketetapan BPM.

(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BSO yang lulus proses

verifikasi dan masa studi kelayakan.

(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan BSO paling lambat 5

(lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.

(4) Gugatan atas hasil pengesahan BSO dapat dilakukan paling sedikit oleh 20

(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

penyampaian pengesahan BSO oleh BPM kepada IKM FEB UI.

(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

Pasal 56

(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal

pengesahan atas perubahan status UKF menjadi BSO.

(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BSO yang

bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BSO

tersebut akan dikembalikan menjadi UKF.

(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

BAB VII

SYARAT DAN ALUR PERUBAHAN STATUS BSO MENJADI BO

Pasal 57

BSO yang akan berubah status menjadi BO harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. mendapat dukungan paling sedikit dari 100 (seratus) orang Anggota IKM

FEB UI;

b. telah menjadi BSO paling singkat selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

c. mampu mandiri dalam hal pendanaan organisasi dalam arti tidak akan lagi

memperoleh Dana Block Grant rutin;

d. memiliki dana cadangan minimal Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

dengan menyerahkan laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan

e. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.

Pasal 58

Alur perubahan status BSO menjadi BO terdiri atas:

a. pendaftaran;

b. verifikasi;

c. penetapan;

d. pengesahan; dan

e. masa uji coba.

Pasal 59

(1) Pendaftaran perubahan status BSO menjadi BO ditujukan kepada BPM

(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM

Pasal 60

(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Calon BO

melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal

59 ayat (2).

(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh

berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) dan

kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 57.

(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait

verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.

(4) Bila hingga lebih dari 15 (lima belas) hari masa verifikasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) Calon BSO yang bersangkutan tidak juga lulus

verifikasi, Calon BSO tersebut dapat mengulang kembali proses pengajuan

dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari termasuk hari libur sejak

keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi

dengan melandaskan alasannya pada Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku di lingkungan IKM FEB UI.

Pasal 61

Penetapan BSO menjadi BO ditetapkan oleh BPM dengan memerhatikan

pertimbangan EEF.

Pasal 62

(1) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BSO yang lulus proses

verifikasi.

(2) BPM berkewajiban menyampaikan kepada Anggota IKM FEB UI atas hasil

pengesahan BSO paling lambat 5 (lima) hari setelah pengesahan.

(3) Gugatan atas hasil pengesahan BSO dapat dilakukan oleh individu atau

kelompok yang berasal dari Anggota IKM FEB UI paling lambat 10 (sepuluh)

hari sejak penyampaian pengesahan BSO oleh BPM kepada IKM FEB UI.

(4) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur melalui ketetapan BPM.

Pasal 63

(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal

pengesahan atas perubahan status BSO menjadi BO.

(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BO yang

bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BO

tersebut akan dikembalikan menjadi BSO.

(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan

BPM.

BAB VIII

SYARAT DAN ALUR PERUBAHAN STATUS BO MENJADI BSO

Pasal 64

BO yang ingin mengubah statusnya menjadi BSO, harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. mendapat dukungan paling sedikit dari 100 (seratus) orang Anggota IKM

FEB UI;

b. memberikan surat permohonan penurunan status beserta alasan

penurunanya

c. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.

Pasal 65

Alur perubahan status BO menjadi BSO terdiri dari:

a. pendaftaran;

b. masa verifikasi;

c. rapat dengar pendapat;

d. penetapan; dan

e. pengesahan.

Pasal 66

(1) Pendaftaran perubahan status BO menjadi BSO ditujukan kepada BPM.

(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.

Pasal 67

(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Calon BSO

melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal

66 ayat (2).

(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh

berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) dan

kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 64.

(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait

verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.

(4) Bila Calon BSO yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon BSO tersebut

dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan jangka waktu 15 (lima

belas) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi

dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.

Pasal 68

Rapat dengar pendapat terhadap Calon BSO yang sudah lulus verifikasi

dilakukan oleh BPM paling lambat selama 30 (tiga puluh) hari setelah proses

verifikasi selesai.

Pasal 69

(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.

(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon BSO

yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan hasil dari

masa studi kelayakan.

(3) Calon BSO yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat meminta

pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu) kali dalam

periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu 7 (tujuh)

hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.

(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon BSO

dalam masa studi kelayakan.

Pasal 70

(1) Pengesahan BO menjadi BSO ditetapkan melalui Ketetapan BPM.

(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BSO yang lulus proses

verifikasi dan masa studi kelayakan.

(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan BSO paling lambat 5

(lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.

(4) Gugatan atas hasil pengesahan BSO dapat dilakukan paling sedikit oleh 20

(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

penyampaian pengesahan BSO oleh BPM kepada IKM FEB UI.

(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur melalui Ketetapan BPM.

Pasal 71

(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal

pengesahan atas perubahan status BO menjadi BSO.

(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BSO yang

bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BSO

tersebut akan dikembalikan menjadi BO.

BAB X

PEMISAHAN BO DARI IKM FEB UI

Pasal 72

(1) BO dapat dipisahkan dari IKM FEB UI atas permintaan BO yang

bersangkutan.

(2) Pemisahan BO dari IKM FEB UI ditetapkan oleh BPM dengan memerhatikan

pertimbangan EEF.

(3) Terkait putusan pemisahan yang ditetapkan BPM, BO yang bersangkutan

dapat mengajukan gugatan melalui BPM sesuai prosedur aturan gugatan

yang berlaku dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) setelah

keluar ketetapan BPM.

(4) BO yang dinyatakan berpisah dari IKM FEB UI tetap dapat

menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan FEB UI, tetapi tidak

berhak dan tidak berkewajiban mengikuti segala kegiatan dan peraturan

yang berada di IKM FEB UI.

(5) BO yang dinyatakan berpisah dari IKM FEB UI tidak berhak memosisikan

dirinya sebagai perwakilan FEB UI di dalam dan/atau di luar lingkungan

FEB UI.

(6) BO yang telah dinyatakan berpisah dapat bergabung kembali dalam IKM

FEB UI dengan syarat dan ketentuan yang diatur lebih lanjut dalam

ketetapan BPM.

BAB XI

SANKSI

Pasal 73

UKF yang tidak melaksanakan kewajibannya akan mendapatkan sanksi yang

ditetapkan oleh BEM.

Pasal 74

(1) BKM yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 16 huruf c, d, e, dan f

akan mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM;

(2) BKM yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan

kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) atau pemotongan Dana Block Grant rutin paling banyak

20% (dua puluh persen).

(3) BKM yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan

ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau

pemotongan Dana Block Grant paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan

paling banyak 50% (lima puluh persen).

(4) BKM yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa

kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun

berjalan.

Pasal 75

BKM yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun

berturut-turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh

persen) ditambah satu dari anggota BKM terkait , dapat dibubarkan melalui

Musyawarah Mahasiswa.

Pasal 76

(1) Himpunan yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 18 huruf c, d, e,

f, g, dan h akan mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM.

(2) Himpunan yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan

kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) atau pemotongan Dana Block Grant rutin paling banyak

20% (dua puluh persen).

(3) Himpunan yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan

ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau

pemotongan Dana Block Grant paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan

paling banyak 50% (lima puluh persen).

(4) Himpunan yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa

kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun

berjalan.

Pasal 77

Himpunan yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun

berturut-turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh

persen) ditambah satu dari anggota Himpunan terkait, dapat dibubarkan

melalui Musyawarah Mahasiswa.

Pasal 78

(1) BSO yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 20 huruf c, d, e, dan f

akan mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM.

(2) BSO yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan

kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) atau pemotongan Dana Block Grant rutin paling banyak

20% (dua puluh persen).

(3) BSO yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan

ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau

pemotongan Dana Block Grant paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan

paling banyak 50% (lima puluh persen).

(4) BSO yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa

kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun

berjalan.

Pasal 79

BSO yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun

berturut-turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh

persen) ditambah satu dari jumlah Anggota IKM FEB UI, dapat dibubarkan

melalui Musyawarah Mahasiswa.

Pasal 80

(1) BO yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 22 huruf c, dan d akan

mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM;

(2) BO yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan

kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah).

(3) BO yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan

ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta

kehilangan hak Dana Block Grant non rutin.

(4) BO yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa

kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun

berjalan.

Pasal 81

BO yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun berturut-

turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh persen)

ditambah satu dari jumlah Anggota IKM FEB UI, dapat dibubarkan melalui

Musyawarah Mahasiswa.

BAB XII

PENUTUP

Pasal 82

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang Organisasi Kemahasiswaan dinyatakan

masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam

Undang-Undang ini.

Pasal 83

Dengan berlakunya Undang-Undang ini maka Undang-Undang Badan

Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Nomor 5 Tahun

2014 tentang Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 84

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018.

Disahkan di Depok

pada tanggal 5 September 2017

KETUA

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA,

IVAN DEVARA

NPM. 1406535313

Diundangkan di Depok

pada tanggal 5 September 2017

KEPALA KOMISI LEGISLASI DAN YUDIKASI

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA,

FITRA FIRMA KURNIAWAN

NPM. 1506678341

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG

IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG

ORGANISASI KEMAHASISWAAN

I. UMUM

Pada dasarnya Organisasi Kemahasiswaan merupakan organisasi

kemahasiswaan yang berada di IKM FEB UI. Keberadaan organisasi

kemahasiswaan sangat penting sebagai wadah untuk menampung minat dan

bakat seluruh Anggota IKM FEB UI. Pembuatan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2017 bertujuan untuk mewujudkan Organisasi Kemahasiswaan yang

lebih sistematis dan terstruktur. Selain itu, pembuatan Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2017 bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan mengenai Badan

Otonom, Badan Semi otonom, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan dan

Unit Kegiatan Fakultas dengan UUD IKM FEB UI.

Sebelumnya, pada UU No 5 tahun 2014 tentang UKM FEUI, status BPM

dan Himpunan termasuk dalam kategori Badan Semi Otonom. Padahal, secara

struktural dan fundamental, BPM dan Himpunan memiliki ciri-ciri khusus yang

berbeda dari Badan Semi Otonom. BPM secara struktural dan fundamental

memiliki fungsi Legislatif dan Yudikatif kemahasiswaan IKM FEB UI. Sedangkan

Himpunan secara struktural dan fundamental memiliki fungsi Eksekutif

kemahasiswaan terhadap jurusannya masing-masing. Sehingga, haruslah

dibuat suatu Undang-Undang baru yang dapat memperjelas dan merangkup

permasalahan struktural dan fundamental BPM serta Himpunan secara baik

dan benar.

Selain itu, pada UU No 5 tahun 2014 tentang UKM FEUI, keanggotaan

dari BPM, BEM, Himpunan, BKM, dan UKF hanya dapat dimiliki oleh

mahasiswa dengan status IKM Aktif. Akan tetapi, secara organisasi UKF

merupakan unit yang menghimpun minat dan tidak berkaitan secara langsung

dengan kemahasiswaan. Tidak lah benar jika hanya mahasiswa dengan IKM

Aktif saja yang dapat mengikuti UKF.

Berdasarkan dua hal tersebut dan untuk menyesuaikan organisasi

kemahasiswaan FEB UI dengan perkembangan ketatanegaraan IKM FEB UI

Serta untuk mewujudkan organisasi mahasiswa yang lebih demokratis, adil,

dan terpercaya, pembuatan Undang-Undang baru sangatlah penting. Selain

untuk mengatur semua permasalahan diatas, Undang-undang ini juga

mengatur tentang syarat, alur pendirian dan perubahan status BO, Himpunan,

BKM, BSO, dan UKF. Dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan:

(1) tidak terjadi kesewenang-wenangan dan adanya kepastian hukum;

(2) terciptanya ketertiban dalam Organisasi Kemahasiswaan IKM FEB UI; dan

(3) sebagai pengaturan Organisasi Kemahasiswaan FEB UI untuk menjalankan

fungsi sebagaimana mestinya.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang

dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang

keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,

yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana

(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap

suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap

dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 16

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Program Kerja yang dimaksud ialah Program Kerja yang melibatkan

publik IKM FEB UI diluar anggota pengurus organisasi.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 17

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang

dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang

keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,

yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana

(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap

suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap

dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 18

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Program Kerja yang dimaksud ialah Program Kerja yang melibatkan

publik IKM FEB UI diluar anggota pengurus organisasi.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Pasal 19

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang

dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang

keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,

yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana

(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap

suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap

dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang

dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang

keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,

yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana

(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap

suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap

dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Ayat 1

Cukup jelas.

Ayat 2

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 3

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 4

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Ayat 1

Cukup jelas.

Ayat 2

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 3

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 4

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Ayat 1

Cukup jelas.

Ayat 2

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 3

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 4

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Ayat 1

Cukup jelas.

Ayat 2

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 3

Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.

Ayat 4

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84

Cukup jelas.