ulkus kornea referat

24
ULKUS KORNEA I. DEFINISI 2,4 Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. II. EPIDEMIOLOGI Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di

Upload: danez-cha

Post on 22-Jun-2015

93 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

ulkus kornea

TRANSCRIPT

Page 1: ULKUS KORNEA REFERAT

ULKUS KORNEA

I. DEFINISI 2,4

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea

bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai

stroma.

II. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus

kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi

terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan

kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah

dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan.

Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan

penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak.

Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi

jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti

parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan

di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini

mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga

meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.3

III. PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan

seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di

permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera

mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan

Page 2: ULKUS KORNEA REFERAT

sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama

bila letaknya di daerah pupil. 5

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera

datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan

kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja

sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat

dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari

sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan

timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-

batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan

timbullah ulkus kornea.6

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea

dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang

dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea

merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh

iris. 1

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat

sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua

arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka

akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi

sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat

baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5

IV. ETIOLOGI 1,4,5,6

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella

merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral.

Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat

mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Page 3: ULKUS KORNEA REFERAT

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang

bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk

disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya

varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air

yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi

kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada

pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam

buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa

kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik

dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi

pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi

maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat

superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih

yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan

terjadi penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan

merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca

yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan

defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan

Page 4: ULKUS KORNEA REFERAT

palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik

kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada

kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan

vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan

ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,

IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

V. KLASIFIKASI 1,6

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral

Page 5: ULKUS KORNEA REFERAT

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah

kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi

ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi

kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara

adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.

Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.

ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam

dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang

berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang

bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang

banyak.

Gambar 3.a Ulkus Kornea Bakterialis Gambar 3.b Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.

Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran

karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh

dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat

ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di

temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang

terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

Page 6: ULKUS KORNEA REFERAT

b.. Ulkus Kornea Fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa

minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak

kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian

epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga

terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang

disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.

Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai

hipopion.

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan

perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata

ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat

terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang

bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-

abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan

yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes

simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda

injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea

disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea

secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk

Page 7: ULKUS KORNEA REFERAT

dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan

diujungnya

Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik

d. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan

dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat

perineural.

Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus

superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau

alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa,

dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada

penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

Gambar 7. Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren

Page 8: ULKUS KORNEA REFERAT

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus

mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum

diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas

tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit

sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu

pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

Gambar 8. Mooren's Ulcer

c. Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang

berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-

kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu

menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan

konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.

VI. MANIFESTASI KLINIS 4

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Page 9: ULKUS KORNEA REFERAT

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada

perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion

VII. DIAGNOSIS 1,3,5

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya

riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat,

misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya

pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang

merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes

simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes,

AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,

kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat

terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp

Keratometri (pengukuran kornea)

Respon reflek pupil

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Page 10: ULKUS KORNEA REFERAT

Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari

dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram

atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai

dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar

sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea

herpes simplex herpes zoster

Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram ulkus kornea

bakteri akantamoeba

Page 11: ULKUS KORNEA REFERAT

VIII. PENATALAKSANAAN 4,6,7

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis

mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus

kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik,

anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.

Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak

terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

4. Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang

kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan

yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang

mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus

yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan

biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan

intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan

naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini

diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi

kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada

hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,

Page 12: ULKUS KORNEA REFERAT

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi

sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor

pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat

dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Skopolamin sebagai midriatika.

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau

tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang

berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva.

Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat

memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea

kembali.

Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat

komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa

dibagi :

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya :

topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin

> 10 mg/ml, golongan Imidazole

2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal,

Natamicin, Imidazol

3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa,

berbagai jenis anti biotik

Page 13: ULKUS KORNEA REFERAT

Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid

lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk

infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.

Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,

interferon inducer.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat

menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik

terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus

yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni

trikloralasetat

b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau

termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas

disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan

perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang

banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus

dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang

kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada

ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat

dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas

atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan

gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka

dapat dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Page 14: ULKUS KORNEA REFERAT

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati

seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi

leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak

berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,

kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi

beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 14. Keratoplasti

IX. PENCEGAHAN 7

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada

ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea

dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

Page 15: ULKUS KORNEA REFERAT

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah

- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat

lensa tersebut.

X. KOMPLIKASI 7

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

XI. PROGNOSIS 3,8

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi

yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama,

karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan

lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya

menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan

penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada

penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi

sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh

darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui

metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar

leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: ULKUS KORNEA REFERAT

1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000

2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.

3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai

Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.

4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004

5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit

Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung

Seto, Jakarta,2002

6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989

7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

8. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org