ukm-ptm

22
FOGGING SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SAMAPUIN Disusun oleh : dr. Rizka Nurul Firdaus Pendamping : dr. Lita Feradila Rosa KOMITE DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

Upload: rizka-nurul-firdaus

Post on 20-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: UKM-PTM

FOGGING SEBAGAI SALAH SATU CARA

PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE DI KELURAHAN SAMAPUIN

Disusun oleh :

dr. Rizka Nurul Firdaus

Pendamping :

dr. Lita Feradila Rosa

KOMITE DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

PUSKESMAS SEKETENG

KABUPATEN SUMBAWA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Page 2: UKM-PTM

BAB I

PENDAHULUAN

Nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) memiliki karakteristik

tersebar luas baik di rumah atau di tempat – tempat umum dan obat untuk memberantas

virusnya belum ada maka pencegahan atau pemberantasan penyakit ini adalah dengan

memberantas nyamuk penularnya (WHO,SEARO,2000). Cara yang paling efektif dalam

menanggulangi DBD adalah dengan pemberantasan vektor DBD atau dengan cara

memberantas jentik nyamuk di tempat berkembang biaknya (Depkes RI,1992).

Fogging merupakan penanggulangan seperlunya sebagai upaya membatasi penularan

penyakit DBD di rumah penderita / tersangka penyakit DBD dan lokasi sekitarnya serta di

tempat umum yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan penyakit DBD yang

dilakukan sesudah ada kasus, sebelum musim penularan penyakit dan dilakukan berdasar

hasil penyelidikan epidemiologi (PE), dan ABJ < 95 % sedangkan rekomendasi terbaru dari

WHO adalah penyemprotan insektisida sebaiknya tidak digunakan kecuali dalam keadaan

genting selama terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah DBD (WHO,SEARO,2000).

 Pencegahan yang  lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

yang melibatkan para Jumantik mandiri dan pemerintah dan masyarakat.  Dalam hal ini

peran masyarakat sangat diharapkan agar tidak terjadi kasus yang lebih besar. Kalau sejak

dini bisa dideteksi maka kasus yang lebih besar bisa dicegah. Disamping itu masyarakat

diharapkan berpola hidup bersih dan sehat dengan  3 M plusnya yaitu Mengubur, menutup

dan menguras, sementara plusnya adalah dengan memberikan ikan/ikanisasi pada bak

penampungan air, juga dengan penaburan bubuk Larvasida dan memberikan krim/losian

pengusir Nyamuk.

Persepsi masyarakat bahwa fogging merupakan tindakan yang paling tepat untuk

menanggulangi DBD dan pemahaman masyarakat yang masih kurang tentang manfaat PSN

DBD diasumsikan masih kurangnya pengetahuan dan adanya persepsi yang salah oleh

masyarakat tentang pencegahan dan pemberantasan DBD, sehingga dalam pelaksanaannya

belum menjadikan PSN sebagai pilihan untuk penanggulangan DBD.

Page 3: UKM-PTM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam akut dengan ciri-ciri demam

manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan lenjatan yang dapat

menyebabkan kematian. Dengue merupakan suatu infeksi arbovirus (arthopot-borne

virus) akut, di tularkan oleh nyamuk spesies aedes.

2. Etiologi

Virus Dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang di tularkan oleh vector Aedes aegypti,

nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain yang

merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan

menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotype lain.

3. Patofisiologi

Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus sebagai vektor ke

tubuh manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Namun tidak semua orang yang

terkena gigitan nyamuk tersebut dapat terserang penyakit DBD. Apabila terdapat

kekebalan yang cukup dalam tubuh manusia tersebut maka tidak akan terserang sakit,

meskipun dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sebaliknya pada orang yang tidak

mempunyai kekeblan akan mengalami demam yang ringan bahkan sakit berat, yaitu

demam tinggi yang disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan

yang dimilikinya. Infeksi yang pertama kali mungkin memberikan gejala sebagai

Demam Dengue dan menimbulkan antibodi terhadap serotipe tersebut tetapi tidak

untuk serotipe yang lain. Apabila orang itu mendapat infeksi ulang oleh tipe virus yang

berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda dan lebih berat.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik virus Dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan

virulensi itu sendiri. Mulai dari tanpa gejala (asimptomatik), demam ringan tidak

Page 4: UKM-PTM

spesifik (undifferential fever), demam dengue, demam berdarah dengue dan sindrom

syok dengue (SSD).

Demam denue (DD) dapat dijumpai keadaan berikut :

Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat bifasik.

Muka kemerahan (flushing face)

Nyeri seluruh tubuh : nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakan,

nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut.

Mual, muntah, tidak nafsu makan.

Timbul ruam merah halus samapi petektae.

Labolatorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia.

Namun demam dengue yang disertai pendarahan harus dibedakan dengan DBD. Pada

penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma.

Demam ini hanya berlangsung sekitar lima hari. Pada saat demamnya

berakhir, sering kali dalam bentuk turun mendadak (lysis), dan disertai dengan

berkeringat banyak. Saat itu anak tampak agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah

demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun

di tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita

sembuh (gambaran kurva panas sebagai punggung unta).

Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul dengan

timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan adalah

nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola mata yang semakin

meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini, di kalangan masyarakat

awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita gejala-gejala nyeri pada

seluruh tubuh ini juga akan hilang.

Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat awal

panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher, dan

dada.Ruam timbul 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, yaitu pada hari ketiga

sampai hari kelima dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari. Ruam bersifat

mukopululer dan menghilang pada tekanan. Ruam mula-mula dilihat di dada, tubuh

serta abdomen, dan menyebar ke anggota gerak dan muka.

Kasus DHF ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi,

perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan peredaran darah.

Page 5: UKM-PTM

Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, dimana pada

DBD terdapat kelainan homeostatis dan pembesaran plasma yang dibuktikan dengan

adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.

Kriteria diagnosa DBD menurut WHO :

a. Klinis

Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab jelas

Terdapat manifestasi pendarahan berupa : uji tourniquet +, petekiae, ekimosis,

purpura, pendarahan mukosa, epitaksis, pendarahan gusi, hematemesis dan atau

melena.

Pembesaran hati (hepatomegali)

Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun

(menjadi 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah menurun (tekanan sistole

menurun sampai 80 mmHg atau kurang ) disertai kulit yang teraba dingin dan

lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita menjadi gelisah,

timbul sianosis sekitar mulut.

b. Laboratoris

trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3

hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit > 20 %

Manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada DHF ialah

perdarahan kulit, uji torniquet positif, memar dan perdarahan pada tempat pengambilan

darah vena. Petekie halus yang tersebar di anggota gerak, muka, aksila sering

ditemukan pada masa dini demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang

dijumpai sedangkan perdarahan saluran pencernaan lebih jarang lagi. Hati yang

membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati

ini tidak sejajar dengan permulaan penyakit. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa

adanya ikterus. Fase penyembuhan ditandai dengan suhu yang menurun dan hilangnya

gejala klinis.

5. Nyamuk Aedes Aegypti

Page 6: UKM-PTM

Nyamuk Aedes Aegypti termasuk hewan dalam hidupnya mengalami metamorfosis

sempurna, yaitu perubahanbentuk pertumbuhan dan perkembangan melalui empat

stadium yaitu : telur, larva, pupa,dan dewasa.

Selama masa bertelur seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir

telur. Telur-telur tersebut diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air.

Telur menetas menjadi larva (jentik) setelah waktu 1 sampai 2 hari apabila di lakukan

di laboratorium, sedangkan telur menetas di alam bebas untukpenetas telur diperlukan

waktu yang kurang lebih sama atau dapatlebih lama bergantung pada keadaan yang

mempengaruhi air di wabah/perindukan.

Larva nyamuk aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-

bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini tubuhnya langsing

danbergerak sangat licin, bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat membentuk

sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.

Pupa merupakan stadium akhir calon nyamuk demam berdarah yang ada di

dalam air, dan pada stadium dewasa nyamuk aedes aegypti mempunyai tipe mulut

penusuk-penghisap, dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada

bagian badan dan kaki.

6. Fogging

Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang

dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal Fogger).

Target dari cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada diluar gedung.

Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area (tempat sampah),

drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got (drainage) yang tertutup

treatment dengan insektisida khusus termal fogger.

Penyemprotan Nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh

operator pest control yang sistem pekrjaannya adalah dengan melakukan Fogging

(pengasapan) disekitar lingkungan yang sudah ada manusia yang terkena gigitan

nyamuk demam berdarah dan mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk

menghindari agar nyamuk demam berdarah tidah bersarang dilingkungan anda

diutamakan kebersihan daripada lingkungan dan disarankan dilakukan Fogging

(pengasapan) yang dikerjakan oleh badan usaha yang profesional.

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan

dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan

Page 7: UKM-PTM

sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah

terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan

penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD

secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan

alat yang diberi nama swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar

vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan.

Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu

yang cukup  sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk

fogging terdiri dari portable thermal fog machine  dan ultra low volume ground sprayer

mounted.

Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai

dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari

nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu

panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia-sia saja

melakukan pengasapan.

Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk

dewasa yang mengandung virus . namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain

itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk

menghindari resistensi dari nyamuk.

Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi

nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena resistensi

terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain: malathion, temephos,

tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion. Cara itu sangat lazim digunakan pada

saat outbreak terutama pada bulam-bulan kritis seranga DBD. Walaupun bahan aktif

yang digunakan itu tidak selalu efektif mengendalikan vektor karena dibeberapa

tempat, Aedes sudah menunjukkan resistensi terhadap beberapa insektisida yang

digunakan. Hampir semua populasi aedes aegypti menunjukkan ketahanan terhadap

insektisida pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih

digunakan hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh naymuk dewasa tetapi

tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan malathion 4 persen dengan pearut solar,

yang dinilai masih efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius 100-

200 meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai dua. Dalam

kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga

berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan.

Page 8: UKM-PTM

Bahaya Fogging:

a.    Dapat mengganggu saluran pernapasan

b.   Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.

c.    Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang  terkena asap fogging.

Cara-cara Pelaksanaan Fogging:

Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan

penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui mengenai

fogging  antara ain sebagai berikut:

a.    Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti 

dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlalu efekif untuk menekan

laju penularan DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakukan fogging

sia-sia.

b.   Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.

c.    Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik untuk

menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)

Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk

mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:

a.    Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion, konsentrasi larutan

adalah 4-5%.

b.   Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit

keluaraan yang diinginkan.

c.    Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.

d.   Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih 500 m2 atau

2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.

e.    Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk, yaitu

06.00 sampai 10.00.

BAB III

PERMASALAHAN

Page 9: UKM-PTM

A. GAMBARAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN

SAMAPUIN

Angka kejadian kasus Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Samapuin dari

Bulan Januari – Maret 2015 didapatkan 3 kasus, dan ketiganya adalah anak-anak.

1. An. L, 13 tahun

2. An. H, 2 tahun

3. An. F, 4 tahun

Sebelum dilakukan fogging daerah tersebut harus memenuhi syarat sebagai

berikut ;

Hasil analisa (PE) Penyelidikan Epidemiologi diantaranya sebagai berikut :

1. Ada tambahan satu atau lebih kasus DBD dalam 3 minggu yang lalu

2. Adanya tambahan penderita kasus DBD yang meninggal dalam periode 3 minggu

yang lalu

3. Adanya tambahan kasus DBD 1 orang dan ada 3 penderita panas tanpa sebab yang

jelas dalam periode 3 minggu serta adanya jentik dengan House Index lebih dari 5%

4. Adanya tambahan kasus DBD 1 orang dengan dengan Index kasus meninggal

5. Index kasus meninggal tetapi tidak ada tambahan kasus

6. Ada tambahan 1 kasus DBD dan ada jentik dengan House index kurang dari 5%

Bila terpenuhi kriteria 1,2 dan 3/4 dilakukan fogging fokus seluas 1 RW/Dukuh/300

rumah seluas 16 Ha, sebanyak 2 siklus dengan interval 7-10 hari dan PSN diluar dan di

dalam rumah.

Bila Hanya terpenuhi no 5/6, maka diharapkan menggerakkan masyarakat utk

melaksanakan PSN, selanjutnya dilakukan pengamatan ke II, 3 minggu yang akan datang

sejak tanggal sakit Index kasus.

Bila pada PE yang ke II ditemukan tambahan 1 kasus DBD dilakukan fogging seluas

300 rumah atau 1 RW/Dukuh sebanyak 2 siklus dengan interval 7-10 hari.

B. PELAKSANAAN KEGIATAN FOGGING

Pada hari Kamis, tanggal 12 Maret 2015 dilakukan fogging di Kelurahan

Samapuin di RT 01/RW 02 (ABJ 66%) dan RT 02/RW 02 (ABJ 76%) dengan nama-

Page 10: UKM-PTM

nama kepala keluarga yang rumahnya termasuk dalam cakupan fogging antara lain

sebagai berikut :

Kelurahan Samapuin

RT 01/RW02 RT02/RW02

Bapak JND Bapak AP

Bapak JML Bapak S

Bapak H Bapak ABD

Bapak AM Bapak ANT

Bapak R Bapak M

Bapak N Bapak H

Bapak NSR Bapak KR

Bapak IH Bapak S

Bapak KBR Bapak Z

Bapak MJ

Bapak S

Bapak MZ

Bapak S

Bapak E

Bapak N

Bapak AMA

Bapak AM

C. PERMASALAHAN

Permasalahan yang di dapatkan di lapangan :

1. Kesadaran warga untuk mempersiapkan diri sebelum fogging dilakukan masih belum

baik, padahal pemberitahuan akan dilaksanakannya fogging sudah dilakukan kurang

lebih dua hari sebelumnya. Beberapa warga masih ada yang di dalam rumah, bahkan

ada bayi yang belum dibawa keluar rumah pada saat petugas fogging sudah mulai

menyalakan mesin fogging.

2. Masih ada beberapa warga yang beranggapan mengapa yang di fogging hanya

sebagian area saja (hanya 2 RT), tidak sekalian seluruhnya, hal ini menunjukkan

Page 11: UKM-PTM

bahwa persepsi masyarakat masih menganggap bahwa fogging adalah cara terbaik

untuk membasmi nyamuk aedes aegypti.

BAB IV

PROBLEM SOLVING

Page 12: UKM-PTM

Untuk mengubah persepsi masyarakat tentang cara pemberantasan sarang nyamuk yang

benar, sebaiknya kepada masyarakat disampaikan hal-hal berikut ini :

Pembatasan Fogging dilakukan karena :

1. Banyak polutan (zat pencemar) yang dihasilkan oleh mesin fogging akibat insektisida

yang disemprotkan dan pembakaran yang tidak sempurna.

2. Polutan yang mencemari makanan, air minum dan lingkungan rumah setelah

pelaksanaan fogging dapat mengganggu kesehatan warga baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada saat akan dilakukan fogging warga

dihimbau untuk menutup rapat-rapat makanan, air minum, air mandi, piring, gelas,

sendok dsb. Dalam hal ini belum semua warga melaksanakannya, bahkan pada saat

fogging masih banyak warga yang tidak mau keluar rumah, ada anak-anak yang

mengikuti penyemprot dan ada warga memasuki rumah sebelum asap fogging di

dalam rumah habis.

3. Fogging memerlukan biaya cukup besar (± Rp. 1.900.000 untuk fogging radius 200

meter) dan tenaga yang cukup banyak dan terlatih (tidak efisien). Sedangkan daya

bunuhnya hanya 1 – 2 hari, setelah itu nyamuk akan menjadi banyak lagi dan akan

mudah menularkan DBD.

4. Bila fogging dilaksanakan sesuai dengan aturan kesehatan maka dampak positif yang

ditimbulkan akan lebih besar dibandingkan dampak negatifnya. Aturan yang paling

utama adalah fogging hanya dilaksanakan pada lokasi yang sedang terjadi penularan

DBD dan harus didahului dan diikuti gerakan PSN serentak.

5. Fogging bukan merupakan langkah pencegahan munculnya penderita DBD melainkan

untuk memutus rantai bila telah terjadi penularan DBD. Salah satu ciri khas terjadinya

penularan DBD adalah terdapatnya lebih dari satu penderita DBD di dalam radius 200

meter dalam waktu seminggu. Dalam hal ini warga sering menganggap bahwa

fogging dilaksanakan setelah menunggu korban lebih banyak.

6. Penularan DBD tidak selalu terjadi di sekitar  rumah penderita, tetapi dapat terjadi

dimanapun, terutama tempat-tempat beraktivitas pada jam-jam dimana nyamuk suka

menggigit, yaitu antara jam 08.00 – 11.00 dan jam 13.15 – 18.00.Waspadai tempat-

tempat aktivitas  tersebut dengan memberantas sarang nyamuk yang masih ada.

Sekolah, perkantoran, pasar, terminal dsb juga merupakan tempat potensial penularan

DBD.

Page 13: UKM-PTM

7. Pada umumnya warga masyarakat Sumbawa sudah mengetahui cara PSN yang benar,

yaitu dengan  3 M Plus (menguras, menutup dan mengubur, plus ikanisasi), dan

hanya perlu melaksanakannya secara rutin.

Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya nyamuk demam

berdarah, sebaiknya dibagikan booklet/poster atau buku panduan yang dibuat secara menarik

berisi tentang bagaimana perjalanan penyakit Demam Berdarah Dengue beserta siklus hidup

nyamuk aedes aegypti sebagai vektornya dan bagaimana cara mencegahnya. Media booklet

diharapkan dapat memberi informasi lebih apabila penyuluhan dirasakan kurang efektif,

sehingga kesadaran dan kepedulian serta kewaspadaan masyarakat tentang penyakit demam

berdarah semakin meningkat.

BAB V

KESIMPULAN

Page 14: UKM-PTM

1. Fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti  dewasa saja

karena itu upaya fogging saja tidaklah terlalu efekif untuk menekan laju penularan

DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakukan fogging sia-sia.

2. Pelaksanaan fogging pada umumnya memberikan kepuasan semu pada warga,

sehingga merasa aman dan tidak melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)

lagi. Tidak jarang lokasi yang baru saja dilakukan fogging terdapat penderita DBD

baru dan nyamuknya banyak lagi.

3. Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah dengan cara menghilangkan

sarang nyamuk sehingga tidak terdapat lagi jentik (uget-uget) yang tersisa. Warga

masyarakat tidak perlu menunggu korban untuk malaksanakan PSN secara serentak

dan rutin agar tidak muncul penderita DBD.

4. Perlunya penyampaian informasi ke masyarakat tentang gejala demam berdarah,

siklus hidup nyamuk dan cara pencegahannya dengan media yang lebih informatif dan

menarik agar kewaspadaan masyarakat tentang penyakit DBD semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: UKM-PTM

Depkes RI. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue. Jakarta, 1992

Depkes RI. Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penanggulangan seperlunya dan penyemprotan massal dalam pemberantasan penyakit DBD. Jakarta, 1992

WHO SEARO. Terjemahan Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagie

Fever. Jakarta, 2000