ujian tengah semester konseling komunitas
TRANSCRIPT
UJIAN TENGAH SEMESTER
KOMUNITAS YATIM PIATU DI PANTI ASUHAN AN-NUUR
Tugas ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Komunitas
yang dibina oleh Dr. Tamsil Muis dan Ari Khusumadewi, S.Pd, M.Pd
Oleh :
Dwi Bhakti Indri Mulyadi
38
091014206
BK 2009 B
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2012
KONSELING KOMUNITAS
ANAK DAN REMAJA PANTI ASUHAN AN-NUUR, SURABAYA
Latar Belakang :
Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan mulus.
Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu harus berpisah
dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim-piatu bahkan
mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan adanya
ketidaklengkapan di dalam suatu keluarga. Ketidaklengkapan ini pada
kenyataanya secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan tetapi secara
psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan dan
hadirnya tokoh-tokoh yang dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua.
Namun, peran pengganti orang tua tidak dapat serta merta mampu
menggantikan peran yang kosong secara komprehensif. Mereka memerlukan
keterampilan untuk mengoptimalkan berbagai aspek dalam diri anak. Sehingga,
peneliti berminat untuk melakukan kajian literatur dan penelitian konseling
komunitas pada anak dan remaja di Panti Asuhan.
Gambaran Umum Panti Asuhan An-Nuur :
Latar belakang terbentuknya Panti Asuhan An-Nur adalah adanya
inisiatif dari seorang petani yang bernama Mukawan, tepatnya pada tahun 1985
dimana pembentukan panti asuhan ini telah disepakati oleh tokoh masyarakat di
desa Bangkingan. Beliau terinisiatif membentuk panti asuhan karena keadaan
ekonomi warga sekitar yang dikategorikan miskin. Selain itu, inisiatif itu didasari
keinginan beliau untuk menjadikan kehidupannya lebih bermanfaat untuk
berbagai pihak.
Dana yang digunakan untuk membentuk panti asuhan ini berasal dari
berbagai sumber, antara lain : Bapak Mukawan, masyarakat sekitar dan donatur.
Karena keterbatasan dana yang terkumpul, Panti Asuhan An-Nur berdiri di sebuah
petak rumah kayu yang dahulu adalah pasar bahkan rumah kayu tersebut bukan
hak resmi untuk panti melainkan tempat tinggal yang berstatus kontrak dengan 15
anak panti asuhan yang berasal dari beberapa daerah. Dengan dibentuknya Panti
Asuhan An-Nur, berikut adalah susunan kepengurusan panti asuhan :
Susunan Kepengurusan Panti Asuhan An-Nur
Ketua : Mukawan
Sekretaris : Supartin
Bendahara : Mujaroh
Seksi-seksi : Nuri Anwar
Agus Purnomo
dimana hingga kini, menjadi pengurus tetap dalam kepengurusan di
panti asuhan yang terletak di dukuh Karangpoh.
Sejak dibentuknya Panti Asuhan An-Nur pada tahun 1985, dana yang
terkumpul dari para donatur terus mengalir hingga pada tahun 1987, Bapak
Mukawan selaku Ketua Panti Asuhan An-Nur membeli sebidang tanah dan mulai
membangun gedung Panti Asuhan An-Nur pada tahun 1999, yang hingga kini
belum selesai.
Secara Resmi Panti Asuhan An-Nur didirikan pada tahun 2000.
Memang hingga kini, bangunan Panti Asuhan An-Nur belum terselesaikan tetapi
bantuan dari berbagai pihak terus mengalir. Bahkan dari keterangan pengurus
panti asuhan, tiap harinya pasti ada saja yang memberikan bantuan. Bantuan ini,
dialokasikan untuk kebutuhan primer anak panti, seperti: makanan, mainan,
makanan ringan, pakaian dan lain-lain. Selain itu, dana itu juga teralokasikan pada
pendidikan anak panti sehingga tak khayal jika anak panti dapat mengambil
berbagai les di luar panti menurut keinginan anak tersebut. Menelaah jumlah anak
Panti Asuhan An-Nur yakni 83 anak, kurang lebih 40 anak berasal dari daerah
sekitar dimana anak itu berasal dari keluarga miskin dan 40 lainnya berasal dari
berbagai daerah yang memang benar-benar tidak ada sanak saudara.
Hambatan yang dialami oleh pengurus Panti Asuhan An-Nuur, antara
lain : biaya pembangunan gedung Panti Asuhan An-Nuur itu sendiri dan ada yang
memang beberapa anak yang kurang dapat bersikap patuh terhadap pengurus
panti, terutama bagi anak laki-laki. Namun, hal itu tetap disadari oleh pengurus
panti bahwa sikap yang seperti itu adalah sikap yang wajar. Hal ini juga disepakati
oleh peneliti bahwa perilaku yang seperti itu adalah hal yang wajar menelaah
umur yang mereka miliki, masa transisi dari operasional konkret (anak-anak)
menjadi operasional formal (remaja).
Teknik Pengumpulan Data :
1. Wawancara Berstruktur
Peneliti menggunakan wawancara berstruktur dalam mewawancarai ketua
yayasan dan pengurus Panti Asuhan An-Nuur untuk mendapatkan data
identitas pribadi anak dan remaja Panti Asuhan An-Nuur, mengetahui kegiatan
anak dan remaja Panti Asuhan An-Nuur, sistem Panti Asuhan An-Nuur, dan
persepsi pengurus Panti Asuhan An-Nuur.
2. Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara tak berstruktur dilakukan oleh peneliti jika situasi dan kondisi
memungkinkan bagi peneliti untuk mendapatkan informasi terkait Panti
Asuhan An-Nuur dan remaja panti asuhan tersebut. Misalnya, secara tidak
sengaja, penulis memanfaatkan waktu bersama dengan anak Panti Asuhan An-
Nuur (pengurus panti Asuhan memberikan waktu khusus untuk penulis dalam
mengumpulkan data) untuk menanyakan beberapa hal terkait RESPECFUL.
3. Observasi Partisipasi
Penulis menggunakan jenis observasi partisipasi karena penulis mengharapkan
untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam pengamatan menggunakan
kegiatan observasi partisipasi dimana penulis turut berpartisipasi aktif dalam
pengamatan anak dan remaja di Panti Asuhan An-Nuur.
4. Observasi Non-Partisipasi
Penulis juga menggunakan teknik observasi non-partisipatif karena ada
beberapa aspek yang ingin diketahui penulis yang dimungkinkan tidak akan
didapatkan secara mendalam ketika penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dengan observasi partisipatif.
5. Dokumentasi
Peneliti mendokumentasikan berbagai kegiatan yang peneliti lakukan dengan
memanfaatkan camera handphone.
6. Catatan Anekdot
Peneliti menggunakan pedoman observasi yakni catatan anekdot deskriptif
dimana peneliti melakukan pencatatan secara langsung, objektif, singkat, jelas
terhadap berbagai perilaku remaja yang dianggap penting.
7. ITP
Inventori Tugas Perkembangan digunakan oleh peneliti karena pengumpulan
data melalui ITP melingkupi beberapa data yang dibutuhkan dalam
pengumpulan data dengan kerangka berpikir RESPECTFUL. Peneliti
menyebar ITP pada 7 siswa SMP di Panti Asuhan An-Nuur.
Hasil Analisis Need Assessment :
1. Anak di Panti Asuhan An-Nuur
a. R – religious / spiritual identity
Tingkat religius anak Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan cukup
tinggi. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain :
(1) Ketua yayasan Panti Asuhan An-Nuur memiliki tingkat spiritual
yang cukup tinggi.
(2) Kegiatan di Panti Asuhan An-Nuur tidak terlepas dengan kegiatan
keagamaan, seperti mengaji, sholat berjama’ah dan sebagainya.
(3) Logo dan bangunan Panti Asuhan An-Nuur didominasi dengan
Lafadz “Allah” dan kaligrafi.
(4) Sikap dan perilaku anak Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan
sopan dan santun terhadap orang baru.
b. E – economic class background
Anak Panti Asuhan An-Nuur berasal dari keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan, Panti Asuhan An-Nuur
diperuntukkan kepada anak yang tidak memiliki orang tua, dan anak
yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
c. S – sexual identity
Anak Panti Asuhan An-Nuur mampu memahami peran perempuan dan
laki-laki, sesuai dengan perkembangannya.
d. P – level of psychological maturity
Kematangan emosi yang dimiliki oleh anak Panti Asuhan An-Nuur
belum pada tingkat kestabilan. Hal ini merupakan hal yang wajar
karena perkembangan emosi anak memang belum pada kematangan
emosi maupun intelektual.
e. E – ethnic / racial identity
Keseluruhan anak Panti Asuhan An-Nuur berasal dari etnis jawa.
Sehingga, budaya yang dibawa oleh masing-masing anggota Panti
Asuhan An-Nuur memiliki karakteristik yang kurang lebih sama antara
satu dengan yang lainnya. Anak Panti Asuhan An-Nuur berasal dari
ras ekonomi menengah ke bawah.
f. C – chronological/ developmental challenges
Perkembangan fisik, kognitif dan skill psikologis anak Panti Asuhan
An-Nuur terlalui dengan baik di mana perkembangan mereka tidak
berbeda dengan anak yang diasuh oleh orang tua mereka sendiri.
g. T – various forms of trauma and other threats to one’s sense of well
being
Beberapa anak Panti Asuhan An-Nuur merasakan tekanan sosial,
tekanan yang dimaksud adalah lebih pada pendapat negatif tentang
kehidupan mereka. Tekanan tersebut telah mempengaruhi kapasitas
personal mereka (seperti kepercayaan diri, di mana mereka tumbuh
menjadi seseorang yang rendah diri).
h. F – family backgroung and history
Anak Panti Asuhan An-Nuur memiliki latar belakang dan sejarah
keluarga yang normal. Meskipun, ada beberapa anak Panti Asuhan An-
Nuur memiliki keluarga yang bersifat single parents.
i. U – unique physical characteristics
Anak Panti Asuhan An-Nuur memiliki karakteristik tubuh dan anggota
tubuh yang lengkap. Peneliti tidak menemukan anak yang
berkebutuhan khusus.
j. L – location of residence and language differences
Anak Panti Asuhan An-Nuur memiliki lokasi atau tempat tinggal yang
tidak berjauhan. Hanya ada dua anak yang berasal dari luar Surabaya
dan sisanya berasal dari Surabaya. Mereka dijadikan anggota Panti
Asuhan An-Nuur berdasarkan hasil keluarga yan tingkat ekonomi
rendah dan beberpa anak yang berstatus anak yatim, anak piatu
maupun anak yatim piatu.
Simpulan :
Permasalahan yang memerlukan penanganan lebih lanjut adalah di bidang pribadi-
sosial. Hal ini terkait dengan faktor economic class background, ethnic / racial
identity dan family backgroung and history. Peneliti menemukan bahwa mayoritas
anak di Panti Asuhan An-Nuur memiliki kecenderungan rendah diri.
2. Remaja di Panti Asuhan An-Nuur
Setiap anak memiliki sifat dan ciri-ciri yang khas sehingga mereka
memiliki pilihan-pilihan alternatif sendiri dalam pengembangan potensinya.
Hal ini didasarkan umur, minat dan kemampuan yang mereka miliki.
Mayoritas diantara mereka memiliki kesadaran yang baik dimana mereka
menyadari kelebihan dan kekurangan mereka dan hal itu semakin membuat
mereka lebih mandiri dan peka terhadap setiap kejadian.
Hubungan mereka dengan petugas panti asuhan tergolong baik,
maka merekapun dapat mengungkapkan hampir semua unek-unek yang
mereka miliki sehingga mereka juga dapat berkembang selayaknya remaja
pada umumnya.
a. R – religious / spiritual identity
Tingkat religius anak Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan cukup
tinggi. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain :
1) Ketua yayasan Panti Asuhan An-Nuur memiliki tingkat spiritual yang
cukup tinggi.
2) Kegiatan di Panti Asuhan An-Nuur tidak terlepas dengan kegiatan
keagamaan, seperti mengaji, sholat berjama’ah dan sebagainya.
3) Logo dan bangunan Panti Asuhan An-Nuur didominasi dengan Lafadz
“Allah” dan kaligrafi.
4) Sikap dan perilaku remaja Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan
sopan dan santun terhadap orang baru.
5) Beberapa remaja di Panti Asuhan An-Nuur merupakan anggota
Pondok Pesentren Tebu Ireng, Jombang.
Namun, berdasarkan hasil ITP, remaja di Panti Asuhan An-Nuur memiliki
landasan hidup religius yang cukup rendah.
b. E – economic class background
Remaja Panti Asuhan An-Nuur berasal dari keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan, Panti Asuhan An-Nuur
diperuntukkan kepada remaja yang tidak memiliki orang tua, dan remaja
yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
c. S – sexual identity
Remaja Panti Asuhan An-Nuur mampu memahami peran wanita dan
lelaki. Mereka juga mulai memiliki perhatian yang lebih pada lain jenis.
Peneliti tidak menemukan adanya penyimpangan seksual, seperti gay,
lesbi atau yang lainnya.
d. P – level of psychological maturity
Kematangan emosi yang dimiliki oleh remaja Panti Asuhan An-Nuur
memang berada pada masa badai dan tekanan. Mereka memiliki emosi
yang labil, melebihi anak Panti Asuhan An-Nuur. Meskipun ada beberapa
anak yang dapat dikatakan memiliki emosi yang cukup stabil jika ditelaah
berdasarkan perkembangannya. Jenis emosi yang paling tidak stabil pada
remaja adalah emosi marah.
e. E – ethnic / racial identity
Keseluruhan remaja Panti Asuhan An-Nuur berasal dari etnis jawa.
Sehingga, budaya yang dibawa oleh masing-masing anggota Panti Asuhan
An-Nuur memiliki karakteristik yang kurang lebih sama antara satu
dengan yang lainnya. Sehingga, penyesuaian diri antara remaja satu
dengan remaja yang lain dapat dikatakan “mudah”. Hal ini ditunjukkan
dengan sikap akrab mereka dalam beberapa situasi.
f. C – chronological/ developmental challenges
Perkembangan fisik, kognitif dan skill psikologis remaja Panti Asuhan An-
Nuur terlalui dengan baik di mana perkembangan mereka tidak berbeda
dengan remaja pada umumnya.
g. T – various forms of trauma and other threats to one’s sense of well being
Minoritas Remaja Panti Asuhan An-Nuur merasakan tekanan sosial,
tekanan yang dimaksud adalah lebih pada pendapat negatif tentang
kehidupan mereka. Tekanan tersebut telah mempengaruhi kapasitas
personal mereka (seperti kepercayaan diri, di mana mereka tumbuh
menjadi seseorang yang rendah diri).
h. F – family backgroung and history
Remaja Panti Asuhan An-Nuur memiliki latar belakang dan sejarah
keluarga yang normal. Meskipun, ada beberapa remaja Panti Asuhan An-
Nuur memiliki keluarga yang bersifat single parents.
i. U – unique physical characteristics
Remaja Panti Asuhan An-Nuur memiliki karakteristik tubuh dan anggota
tubuh yang lengkap. Peneliti tidak menemukan remja yang berkebutuhan
khusus. Selain itu, tingkat pemahaman diri remaja di Panti Asuhan An-
Nuur dapat dikategorikan “cukup matang”. Hal ini ditunjukkan bahwa
mayoritas mereka telah memahami kelebihan dan kekurangan mereka.
Bahkan, ada beberapa diantara mereka telah memberikan pernyataan
bahwa “setiap orang memiliki kelebihannya sendiri-sendiri, bersyukur,
nanti Tuhan juga peduli sama kita”.
j. L – location of residence and language differences
Remaja Panti Asuhan An-Nuur memiliki lokasi atau tempat tinggal yang
tidak berjauhan. Mereka dijadikan anggota Panti Asuhan An-Nuur
didasarkan pada tingkat ekonomi rendah dan beberapa remaja yang
berstatus yatim, piatu maupun yatim piatu.
HASIL ITP PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN AN-NUUR
Simpulan :
Kematangan psikologis remaja di Panti Asuhan An-Nuur yang masih labil. Hal ini
didasakan pada hasil observasi, wawancara dan tes ITP pada komunitas. Setelah
mengkaji semakin dalam tentang kematangan emosi psikologis, peneliti
menemukan pengerucutan pada kematangan emosi remaja, tepatnya pada emosi
marah.
RANCANGAN PROGRAM KONSELING KOMUNITAS
DENGAN RESPECTFUL
Bagi Anak Panti Asuhan An-Nuur
Konseling Komunitas dengan Teknik Permainan untuk Mereduksi Rasa
Rendah Diri
JumlahPeserta : 9 orang
Pertemuan Ke- : 1 (Pertama)
Tanggal : Desember 2012
Tempat : -
Pukul : -
Bentuk Layanan : Konseling dengan Teknik Permainan
Sasaran (Anggota) : Anak Panti Asuhan An-Nuur, Surabaya
(siswa SD di Panti Asuhan An-Nuur, Surabaya)
Tujuan Kegiatan :
1. Meminimalisir rasa rendah diri
2. Memberikan pemahaman bahwa dalam keadaan yang serba kekurangan,
anggota kelompok tetap harus saling percaya dan saling menguatkan
Tahapan Pelaksanaan Konseling Komunitas :
1. TahapPembentukan
Tahap ini merupakan tahap awal dari proses bimbingan kelompok.
Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada perkenalan, pelibatan diri dari tiap-
tiap anggota kelompok, atau bisa disebut sebagai proses memasukkan diri ke
dalam kelompok. Untuk hal ini, maka tempat duduk peserta harus diatur
sedemikian rupa agar proses pengenalan bisa berjalan baik dan memudahkan
interaksi antar anggota kelompok. Bentuk tempat duduk yang biasa digunakan
adalah berbentuk lingkaran, agar setiap anggota kelompok dapat melihat satu
sama lain secara langsung serta terlibat secara penuh.
Pimpinan kelompok memulai kegiatan dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama. Selanjutnya pimpinan kelompok mengucapkan terima
kasih atas kehadiran para peserta yang mau memenuhi undangan untuk
melakukan kegiatan bimbingan kelompok. Kemudian, pimpinan kelompok
meminta kesanggupan bagi salah satu anggota kegiatan bimbingan kelompok
untuk memimpin do’a. Pimpinan kelompok menjelaskan alasan mereka
diundang untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Lalu, pimpinan kelompok menjelaskan tentang definisi, tujuan,
cara pelaksanaan, dan asas-asas yang diperlukan dalam kegiatan konseling
komunitas dengan teknik permainan. Secara lebih rinci, pimpinan kelompok
menjelaskan bahwa konseling komunitas dengan teknik permainan adalah
suatu bentuk dalam layanan bimbingan dan konseling yang diikuti oleh
sejumlah siswa untuk melakukan permainan secara bersama-sama untuk
mendapatkan pemahaman baru. Penyampaian informasi disesuaikan dengan
tugas perkembangan anak Panti Asuhan An-Nuur (siswa SD) di mana masih
didominasi dengan penjelasan yang bersifat ajakan.
Sedangkan tujuan dari konseling komunitas dengan teknik
permainan adalah agar peserta mampu memahami urgensi peminimalisiran
rasa rendah diri menjadi rasa percaya diri. Pemahaman yang diperoleh
peserta / anggota konseling komunitas melalui suatu permainan yang memiliki
peserta sendiri bagi anggota kelompok. Adapun cara pelaksanaan bimbingan
kelompok dengan teknik permainan kelompok, antara lain :
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok
Masing-masing peserta diminta secara bebas dan sukarela berbicara,
bertanya, mengeluarkan pendapat, ide, sikap, saran, serta perasaan yang
dirasakannya pada saat itu
Mendengarkan dengan baik bila peserta lain sedang berbicara
Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh kelompok
Kemudian pembimbing menjelaskan tentang asas-asas yang diperlukan dalam
konseling komunitas dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak Panti
Asuhan An-Nuur (siswa SD), yakni asas kerahasiaan dan keterbukaan. Setelah
itu, pimpinan kelompok mengarahkan untuk “ice breaking” dengan permainan
“rangkaian nama”.
2. Tahap Peralihan
Dalam tahap ini pimpinan kelompok bertugas mengarahkan
anggota kelompok untuk memasuki tahap selanjutnya yaitu tahap kegiatan.
Pimpinan kelompok memantapkan kembali asas-asas yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan kelompok, seperti yang sudah dijelaskan di tahap
pembukaan tadi. Kemudian, pemimpin kelompok menjelaskan bahwa dalam
kegiatan ini, kita akan segera melakukan permainan. Kemudian pimpinan
kelompok menanyakan tentang kesiapan anggota kelompok untuk
melanjutkan ke tahap selanjutnya. Jika semua anggota kelompok sudah siap,
kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok akan
dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Namun, jika anggota kelompok belum siap,
misalnya terdapat indikasi seperti masih kurang bersemangat, tidak
memperhatikan, atau bicara dengan temannya yang mendiskusikan topik lain,
pimpinan kelompok sebaiknya tidak melanjutkan ke tahap selanjutnya dan
kembali lagi ke tahap pembentukan, misalnya melakukan permainan lagi dan
lain sebagainya. Hal ini dilakukan demi kelancaran kegiatan bimbingan
kelompok.
3. TahapKegiatan
Tahap ini merupakan tahap yang paling inti dari seluruh kegiatan
bimbingan kelompok. Dalam tahap ini siswa berperan aktif dan terbuka dalam
mengemukakan pendapatnya. Selain itu, pimpinan kelompok mengharapkan
adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok. Berikut adalah kegiatan
kelompok yang akan dilakukan oleh peserta bimbingan kelompok :
a) Anggota kelompok dibagi menjadi tiga kelompok sehingga tiap kelompok
beranggotakan empat anggota kelompok
b) Pimpinan mendeskripsikan tentang permainan yang akan dilakukan oleh
tiap kelompok
SERBA KEKURANGAN
1) Deskripsi Permainan Serba Kekurangan
Permainan serba kekurangan adalah permainan untuk membangun
kepercayaan yang melibatkan dinamika kelompok.
2) Tujuan
1. Meminimalisir rasa rendah diri
2. Meningkatkan kepercayaan pada anggota kelompok dalam situasi
serba kekurangan
3) ProsedurPermainan
1. Pemimpin permainan menunjuk peserta berperan sebagai si Buta, si
Tuli dan si Lumpuh
2. Pemimpin permaiann menetapkan garis START dan FINISH yang
berjarak sekitar 5 meter
3. Tugas mereka adalah bekerja sama agar ketiganya dapat sampai di
garis FINISH
4. Keberhasilan peserta ditentukan oleh sejaug mana kreativitas mereka
berkomunikasi dan bisa sampai ke tujuan dengan lancar
5. Jika peserta gagal, maka bisa diganti peserta lainnya.
Sebelum memulai permainan pimpinan kelompok memberi contoh terlebih
dahulu. Dengan kata lain, pimpinan kelompok akan melakukan testing.
Setelah itu, pimpinan kelompok menegaskan tentang komitmen dari para
anggota berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dalam tahap kegiatan ini.
Hal ini terkait, tentang keputusan yang akan dilakukan berkenaan dengan
kemudahan dalam berpendapat di depan umum dan tanggung jawab tentang
pencapaian situasi yang diharapkan sebagai siswa.
4. TahapPengakhiran
Pada kegiatan ini perhatian semua anggota kelompok tertuju pada
pesan atau makna permainan. Untuk itu, pimpinan kelompok meminta
beberapa anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil yang diperoleh dari
kegiatan konseling komunitas ini. Selain itu, anggota kelompok juga diminta
mengutarakan kesan-kesan tentang kegiatan ini. Mengingat waktu yang tidak
memungkinkan lagi, maka kegiatan ini pun harus diakhiri. Sebelum ditutup,
pimpinan kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua anggota
kelompok atas keikutsertaannya dalam kegiatan ini. Selanjutnya pimpinan
kelompok senantiasa terbuka untuk membantu dan menyediakan waktu jika
suatu saat nanti kelompok ini akan membutuhkan atau mengadakan kegiatan
seperti ini lagi. Kegiatan pun ditutup dengan berdoa dan bersalaman dengan
penuh keakraban.
Bagi Remaja Panti Asuhan An-Nuur
Konseling Komunitas Analisis Traksaksional dengan Teknik Permainan
Peran
Hari / Tanggal : Desember 2012
Tempat : Lantai 1, Panti Asuhan An-Nuur
Pukul : 19.00 WIB – 20.00 WIB
Jumlah Peserta : 6 orang (lihat daftar hadir)
Konselor : Dwi Bhakti Indri Mulyadi
Pertemuan : Pertama
Langkah-langkah :
1. Pembentukan
Pimpinan kelompok (konselor) mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME
dan berterima kasih kepada anggota kelompok. Setelah itu, kegiatan konseling
kelompok dilanjutkan dengan berdo’a bersama yang dipimpin oleh salah satu
anggota kelompok sebagai langkah awal konselor untuk menstimulus
keaktifan anggota kelompok. Kemudian, pimpinan kelompok (konselor)
memberikan gambaran secara umum mengenai konseling kelompok, yang
meliputi pengertian, tujuan, cara pelaksanaan dan asas dalam konseling
kelompok. Gambaran umum mengenai konseling komunitas disampaikan
pemimpin kelompok dengan mengupayakan bahasa yang dapat diterima oleh
siswa SMP. Setelah itu, pimpinan kelompok (konselor) mengarahkan anggota
kelompok untuk melakukan suatu permainan secara bersama-sama dengan
tujuan mencairkan suasana. Permainan yang dimaksud adalah permainan
“SPOK”. Konselor membagikan 7 lembar kertas untuk melakukan permainan
“SPOK” untuk kertas itu ditulis nama masing-masing, kata kerja, kata benda
dan keterangan di mana penulisan itu dilakukan dengan memberikan kertas itu
pada teman sebelah kanannya. Begitu seterusnya.
2. Peralihan
Pimpinan kelompok menjelaskan kegiatan konseling komunitas kembali dan
memastikan kesiapan anggota kelompok untuk melanjutkan kegiatan secara
verbal maupun non-verbal. Kemudian, pimpinan kelompok mengarahkan
kegiatan pada tahapan selanjutnya.
3. Kegiatan
Pimpinan kelompok menstimulus anggota kelompok terkait alasan mereka
dikumpulkan untuk mengikuti kegiatan kelompok (jika ditelaah dari
penjelasan konselor pada tahap pembentukan). Kemudian, konselor
“memancing” anggota kelompok untuk terbuka tentang permasalahan yang
terjadi antara anggota kelompok. Setelah itu, pimpinan kelompok (konselor)
memberikan alternatif bantuan berupa “permainan peran” sebagai
penyelesaian permasalahan anggota kelompok dan anggota kelompok
menerima alternatif bantuan tersebut. Sesudah itu, anggota kelompok
melaksanakan permainan peran di mana terdapat 4 anggota kelompok yang
memerankan “sepenggal drama”, 1 anggota kelompok sebagai narator dan 2
anggota kelompok yang mengamati. Setelah “permainan peran” telah
dilakukan. Konselor mengarahkan anggota kelompok (baik yang
memerankan, mengamati dan sebagai narator) untuk memberikan
tanggapannya terkait permainan peran tersebut. Pemahaman yang
terinternalisasi tersebut meliputi Understanding, Comfortable dan Action.
Setelah itu, konselor memberikan kesimpulan dari tahap kegitan yang telah
dilakukan.
4. Pengakhiran
Pimpinan kelompok (konselor) memberikan penjelasan bahwa kegiatan akan
diakhiri. Namun, sebelum kegiatan konseling kelompok diakhiri. Pimpinan
kelompok memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk
mengemukakan kesan, manfaat dan pesan dari kegiatan yang baru saja
dilakukan. Selanjutnya, pimpinan kelompok memberikan penjelasan bahwa
kegiatan konseling kelompok dapat dilakukan kembali berdasarkan situasi dan
kondisi yang bersifat fleksibel. Kemudian, konselor mengarahkan anggota
kelompok untuk saling memaafkan yang disimbolkan dengan “saling
bersalaman”. Kemudian, pimpinan kelompok mengucapkan terima kasih
kepada anggota kelompok. Setelah itu, pimpinan kelompok (konselor)
mengarahkan salah satu anggota kelompok untuk memimpin do’a sebagai
upaya dalam kebermanfaatan kegiatan konseling kelompok. Setelah itu,
konselor menutup kegiatan konseling kelompok dengan mengucapkan “salam
sejahtera dan wassalamu’alaikum wr.wb.”
Masalah yang dibahas : Kestabilan Emosi Marah
Konselor telah mengidentifikasi bahwa ada beberapa remaja yang memiliki
kecenderungan mudah marah.
Permasalahan yang dibahas adalah penyebab dan dampak suatu permasalahan
serta alasan seseorang untuk berubah.
Suasana kegiatan :
Awalnya, suasana kegiatan konseling kelompok cukup panas karena memang
permasalahan sedang terjadi diantara anggota kelompok. Namun, suasana
kegiatan konseling kelompok menunjukkan situasi yang kondusif pada
permainan “SPOK” dan semakin ditunjukkan pada awal memulai kegiatan
“permainan peran”.
Hal ini diwujudkan dengan anggota kelompok yang ikut terlibat secara aktif
dalam mengungkapkan pemahaman, pendapat dan saran dengan adanya
tingkat toleransi yang lebih tinggi satu sama lain.
Catatan Khusus :
Pimpinan kelompok masih memerlukan adanya latihan dalam melaksanakan
konseling kelompok agar konselor mampu melaksanakan peranan sebagai
pimpinan kelompok.
LAMPIRAN
PERMAINAN PERAN
Topik Layanan Konseling Kelompok : Logika Kemarahan
Tujuan :
1) Mengembangkan kemampuan dalam menstabilkan emosi dalam keadaan yang
berubah-ubah
2) Menjadikan anggota kelompok lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan
lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Sehingga, mampu menghayati
makna dari kehidupan bersama di mana mengandung tuntutan menerima
orang lain dan harapan akan diterima oleh orang lain.
Pembagian Peran :
1) X As Narator
[Ego orang tua]
2) Y As Diana (Ketua Kelas)
Pribadi Ketua Kelas :
Tegas, kurang bijaksana, ambisius, suka mengkritik dan keras
[Ego dewasa]
3) Z As Venny (Anggota Kelas I)
Pribadi Anggota Kelas I :
Berpikiran terbuka (tidak emosional dan menghakimi) dan sabar
[Ego anak]
4) XX As Ditha (Anggota Kelas II)
Pribadi Anggota Kelas II :
Impulsif, spontan (tidak sabar) dan ekspresif
5) YY As Maya (Anggota Kelas III)
Pribadi Anggota Kelas III :
Menuntut dan memiliki pengalaman traumatik
[Anggota kelompok yang lain menjadi pengamat]
Latar Belakang Situasi :
SMPN 1 Bina Jaya adalah Sekolah Menengah Pertama terfavorit yang berada di
Yogyakarta, kota pendidikan. Suatu hal yang sangat biasa bagi siswa di sekolah
tersebut jika mereka hampir tidak memiliki waktu untuk sekadar pergi jalan-jalan,
atau bahkan menelaah mengapa Spongbob ditokohkan dengan warna kuning.
Bagaimana tidak? 75% waktu yang mereka miliki tersita untuk sekolah, dari
kefokusan pada akademik hingga berbagai kegiatan sekolah.
ILUSTRASI KASUS
Suatu kegiatan yang dilakukan setiap awal tahun ajaran baru bagi siswa kelas VIII
akan dilangsungkan, yakni lomba menghias kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas siswa sekaligus membina ke-solid-an antar siswa.
Namun, berdasarkan monitoring panitia penyelenggara, ada indikasi bahwa tujuan
kegiatan tersebut tidak akan tercapai di salah satu kelas (sebut saja, kelas VIII-B).
Perbedaan pendapat yang cukup sengit terjadi antara anggota kelas tersebut.
Pertahanan ego masing-masing-pun semakin memanaskan suasana.
- Part 1 –
[Pada jam istirahat, ketua kelas berjalan ke depan kelas dengan langkah cepat
untuk memberikan informasi]
Diana : “Mohon perhatian kepada teman-teman. Saya ingin menginformasikan
bahwa sekolah akan mengadakan lomba menghias kelas untuk siswa
kelas X. Perlombaan tersebut akan dilaksanakan minggu depan, tanggal
27 Agustus 2012. Mengingat pihak sekolah memberikan waktu yang
relatif sempit untuk mempersiapkan semuanya. Saya berharap, kita perlu
mengadakan diskusi tentang tema menghias kelas dan apa-apa yang
perlu kita siapkan dalam menghias kelas nanti, sepulang sekolah”.
Ditha : “Hm?? Sepulang sekolah? Ndadak banget! Aku punya acara lain. Kenapa
nggak dua atau tiga hari lagi aja, pulang sekolah gitu? Enggak bisa mikir
kalo dadakan gini, tiga hari lagi aja lhooo!”
Maya : “Yak!! Aku setuju ..ngapa sih ndadak banget?? Ndak tau situasi apa?!”
Diana : “Bukan masalah aku ndak tahu situasi. Kalian tahu kan, sekolah
memberikan waktu –hanya satu minggu- untuk mempersiapkan
semuanya. Konsekuensinya, kita harus mengoptimalkan waktu yang ada”
Ditha : “Okeh-okeh!! Aku tahu itu. Tapi, apa benar? Aku udah punya rencana
buat nyelesaein tugas Ekonomi, udah bikin janji sama orang buat
ditanyain. Seenaknya aja jadi orang!”
Diana : “Kapan tugas itu dikumpulkan?”
Ditha : “10 hari lagi lhaaaa”
Diana : “Lebih urgen mana diliat dari waktunya? 7 hari lagi sama 10 hari lagi?
Hm??”
Ditha : “Ahh ..apa sih? Kalo aku sih lebih penting tugas pribadiku lhaa!”
Diana : “Oh ..gitu! kamu punya kelas gag? Jangan sok bener gitu jadi orang!”
Maya : “Ehh ..siapa yang sok bener? Loe kali seenaknya aja! Bikin acara ndadak
banget!”
Diana : “Dengerin!! Aku ndak maksud bikin acara ndadak! Tapi, tahu sendiri kan,
waktunya cuma tujuh hari. Cuma tujuh hari!!”
Maya : “trus, kenapa?”
Diana : “Huuhh ..Kita itu ikut lomba tujuannya apa sii?? Menang kan? Ngapain
ikut lomba, kalo enggak menang? Sia-sia waktu dan tenaga kita! Rasional
dikit kenapa?”
Ditha : “Ah ..malas kalo ceritanya begini!!!”
Diana : “Ditha ..! Aku tanya ke kamu. Tugas Ekonomi itu dikasi sama Pak Arifin
sejak kapan? Kenapa kamu baaarrruuuu mauuuu wawancara ke pedagang?
Kamu itu harusnya bisa mengatur waktu doongg! Kamu itu sudah SMA,
harusnya enggak ngulur-ngulur waktu gitu! Sekarang ada acara gini, kamu
yang protes! Aku nggak bisa terima kalo alasan kayak gitu!”
Ditha : “Eh ..kamu enggak tahu banyak tentang aku yaa!! Jadi jangan sok
nyeramahin aku!”
Diana : “Hmm?? Whatever! Sekarang aku tanya ke kamu, sepulang sekolah kamu
ikut diskusi apa enggak? Kalo kamu enggak mau, ya sudah. Jangan
salahkan aku kalo aku kasih laporan sama wali kelas! Itu aja!”
Ditha : “Ehhh …” (sambil pukul-pukul meja pertanda sangat marah kepada
Diana)
Venny : “Emm ..maaf ..boleh menyela sebentar?”
Diana : “Apa, Venny?”
Venny : “Begini, lomba menghias kelas itu lomba yang melibatkan seluruh
anggota kelas ….”
Diana : “Tuch, dengerin! “
Ditha dan Maya : (sorot matanya semakin tajam)
Venny : “Ehh …sebentar ..”
Diana : “Yakk, teruss!”
Venny : “Berarti disitu juga perlu mempertimbangkan kepentingan-kepentingan
anggota kelas. Maksud aku, anggota kelas yang berjumlah banyak,
tentunya memiliki kepentingan sekaligus prioritas kebutuhan yang
berbeda-beda. Memang ada benarnya, ketika kita diberikan waktu yang
sempit oleh pihak sekolah, kita juga harus bertindak dengan cepat.
Namun, ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan, seperti anggota kelas
yang sudah membuat janji. Kita di sini perlu kerja sama. Tidak ada yang
lebih dan tidak ada yang kurang. Jadi, kalo menurut aku, bagaimana kalau
besok, sepulang sekolah? Sehingga, semua anggota bisa memikirkan
sepulang sekolah tentang ide masing-masing sekaligus kita juga
mempertimbangkan kepentingan anggota lain. Aku rasa, tindakan kita
sudah cukup cepat. Bagaimana, teman-teman?
Diana : “Hmm ..bisa juga ..tapi, kalo alasan Ditha dan pedukungnya itu, aku
enggak bisa terima. Ndak logis gitu! Mereka mau menangnya sendiri”
Maya : “Diana? Kamu selalu menuntut kami, trus apa kami pernah menuntut lebih
dari kamu? Venny, ada benarnya. Tetapi, aku tetap setuju sama Ditha.
Kenapa ndak 3 hari lagi?! Sok bener tau gag si loe! ”
[Tiba-tiba bel masuk kelas berbunyi, pertanda PBM akan dilangsungkan kembali]
Diana : “Sekarang begini, kalo yang ndak ikut diskusi, silahkan. Tetapi, jangan
salahkan aku, kalo aku bikin laporan ke wali kelas. Kalian harusnya tahu
tanggung jawab yang punya kelas!”
- Part 2 –
[Dengan terpaksa, Ditha dan Maya mengikuti diskusi untuk perlombaan
menghias kelas. Diskusi tersebut dilaksanakan di ruang kelas sepulang sekolah]
Diana : “Baik, terima kasih atas kehadiran teman-teman dalam diskusi yang
membahas tentang tema dan perangkat-perangkat yang diperlukan.
Sebelumnya, saya ingin memberikan informasi tentang dana yang
diberikan sekolah, yakni Rp 100.000,00. Apabila kurang, kita bisa
menggunakan uang kas kita yang mungkin masih terkumpul sedikit yaa.
Ehem ..pertama-tama, sepertinya kita perlu menentukan tema kelas. Okeh,
siapa yang ingin berpendapat?”
[Ditha dan Maya mengabaikan pembahasan diskusi dengan mengobrol tentang
topik yang lain]
Venny : (Mengacungkan tangan) “Saya punya usul, bagaimana kalau kita
mengambil tema “Semangat dalam Hitam Putih Kemerdekaan”.
Diana : “Iya, kamu boleh menjelaskan alasan dan arah tema itu untuk kelas kita”.
Venny : “Begini, teman-teman. Mengapa ada kata “kemerdekaan”? hal itu karena
kita baru saja melewati tanggal 17 agustus. Tanggal kemerdekaan bangsa
Indonesia. Lalu, mengapa ada kata “hitam putih”?
Ditha dan Maya : “Karena aku suka liat acara Hitam Putih di Trans TV …
hahahhaha”
Venny : (menanggapi dengan ikut tertawa)
Diana : “Ditha? Bisa diam nggak?? Waktu kita terbatas tauu!”
Maya : “Byuuhh, galak amat jadi orang!” (dengan nada rendah, berkata kepada
Ditha)
Ditha : “Iyah, manusia kayak gitu masih hidup ya??!!”
(Maya dan Ditha tertawa dengan tidak bebas nilai)
Diana : “Ditha! Maya! Hargain Venny bicara dong! Lanjutkan Venny”
Venny : “Sabar, Diana ..mereka hanya bercanda ..tidak ada maksud lain ..”
Diana : “Tapi ..” (Belum selesai bicara)
Maya : “Ah, kalau gini critanya, aku mau pindah kelas aja ..harus nurutin apa kata
ketua kelas! Harusnya ..semestinya ..hampir tiap hari aku denger itu!”
Ditha : “Aku juga, memang kog ..emang dia siapa? Belagu banget jadi ketua
kelas!”
Ketika amarah menjadi debu kebisingan dalam dada
Keakuan menjadi sosok yang menyatu dalam jiwa
Hanya kasih sayang tulus yang mampu menjawabnya
Foto-Foto
Format Catatan Anekdot
Catatan Anekdot dalam 3 kali observasi
Anak / Remaja Panti : ………………………………………… (L/P)
Umur : …………………………………………
No. Tanggal Tempat Kejadian Komentar/
Interpretasi
Saran
1. 18/11/2012 Panti
Asuhan 1
………… ……………… ………..
2. 20/11/2012 Lt. dasar
Panti
Asuhan 2
a. Pukul 14.00
WIB – 17.00
WIB
b. Pukul 18.00
WIB -19.30
WIB
……………… ………...
3. 25/11/2012 Panti
Asuhan 1
………… ……………… ………...
Pengamat : Observe
Daftar Pustaka
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).
Jakarta: Ghalia Indonesia
Purwoko, Budi dan Titin Indah Pratiwi. 2007. Pemahaman Individu melalui
Teknik Non Tes. Surabaya: UNESA University Press