ujian tengah semester konseling komunitas

45
UJIAN TENGAH SEMESTER KOMUNITAS YATIM PIATU DI PANTI ASUHAN AN-NUUR Tugas ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Komunitas yang dibina oleh Dr. Tamsil Muis dan Ari Khusumadewi, S.Pd, M.Pd Oleh : Dwi Bhakti Indri Mulyadi 38 091014206 BK 2009 B UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Upload: indri-lagi-blajar

Post on 25-Jun-2015

890 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ujian tengah semester konseling komunitas

UJIAN TENGAH SEMESTER

KOMUNITAS YATIM PIATU DI PANTI ASUHAN AN-NUUR

Tugas ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Komunitas

yang dibina oleh Dr. Tamsil Muis dan Ari Khusumadewi, S.Pd, M.Pd

Oleh :

Dwi Bhakti Indri Mulyadi

38

091014206

BK 2009 B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

2012

Page 2: Ujian tengah semester konseling komunitas

KONSELING KOMUNITAS

ANAK DAN REMAJA PANTI ASUHAN AN-NUUR, SURABAYA

Latar Belakang :

Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan mulus.

Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu harus berpisah

dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim-piatu bahkan

mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan adanya

ketidaklengkapan di dalam suatu keluarga. Ketidaklengkapan ini pada

kenyataanya secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan tetapi secara

psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan dan

hadirnya tokoh-tokoh yang dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua.

Namun, peran pengganti orang tua tidak dapat serta merta mampu

menggantikan peran yang kosong secara komprehensif. Mereka memerlukan

keterampilan untuk mengoptimalkan berbagai aspek dalam diri anak. Sehingga,

peneliti berminat untuk melakukan kajian literatur dan penelitian konseling

komunitas pada anak dan remaja di Panti Asuhan.

Gambaran Umum Panti Asuhan An-Nuur :

Latar belakang terbentuknya Panti Asuhan An-Nur adalah adanya

inisiatif dari seorang petani yang bernama Mukawan, tepatnya pada tahun 1985

dimana pembentukan panti asuhan ini telah disepakati oleh tokoh masyarakat di

desa Bangkingan. Beliau terinisiatif membentuk panti asuhan karena keadaan

ekonomi warga sekitar yang dikategorikan miskin. Selain itu, inisiatif itu didasari

Page 3: Ujian tengah semester konseling komunitas

keinginan beliau untuk menjadikan kehidupannya lebih bermanfaat untuk

berbagai pihak.

Dana yang digunakan untuk membentuk panti asuhan ini berasal dari

berbagai sumber, antara lain : Bapak Mukawan, masyarakat sekitar dan donatur.

Karena keterbatasan dana yang terkumpul, Panti Asuhan An-Nur berdiri di sebuah

petak rumah kayu yang dahulu adalah pasar bahkan rumah kayu tersebut bukan

hak resmi untuk panti melainkan tempat tinggal yang berstatus kontrak dengan 15

anak panti asuhan yang berasal dari beberapa daerah. Dengan dibentuknya Panti

Asuhan An-Nur, berikut adalah susunan kepengurusan panti asuhan :

Susunan Kepengurusan Panti Asuhan An-Nur

Ketua : Mukawan

Sekretaris : Supartin

Bendahara : Mujaroh

Seksi-seksi : Nuri Anwar

             Agus Purnomo

dimana hingga kini, menjadi pengurus tetap dalam kepengurusan di

panti asuhan yang terletak di dukuh Karangpoh.

Sejak dibentuknya Panti Asuhan An-Nur pada tahun 1985, dana yang

terkumpul dari para donatur terus mengalir hingga pada tahun 1987, Bapak

Mukawan selaku Ketua Panti Asuhan An-Nur membeli sebidang tanah dan mulai

membangun gedung Panti Asuhan An-Nur pada tahun 1999, yang hingga kini

belum selesai.

Secara Resmi Panti Asuhan An-Nur didirikan pada tahun 2000.

Memang hingga kini, bangunan Panti Asuhan An-Nur belum terselesaikan tetapi

Page 4: Ujian tengah semester konseling komunitas

bantuan dari berbagai pihak terus mengalir. Bahkan dari keterangan pengurus

panti asuhan, tiap harinya pasti ada saja yang memberikan bantuan. Bantuan ini,

dialokasikan untuk kebutuhan primer anak panti, seperti: makanan, mainan,

makanan ringan, pakaian dan lain-lain. Selain itu, dana itu juga teralokasikan pada

pendidikan anak panti sehingga tak khayal jika anak panti dapat mengambil

berbagai les di luar panti menurut keinginan anak tersebut. Menelaah jumlah anak

Panti Asuhan An-Nur yakni 83 anak, kurang lebih 40 anak berasal dari daerah

sekitar dimana anak itu berasal dari keluarga miskin dan 40 lainnya berasal dari

berbagai daerah yang memang benar-benar tidak ada sanak saudara.

Hambatan yang dialami oleh pengurus Panti Asuhan An-Nuur, antara

lain : biaya pembangunan gedung Panti Asuhan An-Nuur itu sendiri dan ada yang

memang beberapa anak yang kurang dapat bersikap patuh terhadap pengurus

panti, terutama bagi anak laki-laki. Namun, hal itu tetap disadari oleh pengurus

panti bahwa sikap yang seperti itu adalah sikap yang wajar. Hal ini juga disepakati

oleh peneliti bahwa perilaku yang seperti itu adalah hal yang wajar menelaah

umur yang mereka miliki, masa transisi dari operasional konkret (anak-anak)

menjadi operasional formal (remaja).

Teknik Pengumpulan Data :

1. Wawancara Berstruktur

Peneliti menggunakan wawancara berstruktur dalam mewawancarai ketua

yayasan dan pengurus Panti Asuhan An-Nuur untuk mendapatkan data

identitas pribadi anak dan remaja Panti Asuhan An-Nuur, mengetahui kegiatan

Page 5: Ujian tengah semester konseling komunitas

anak dan remaja Panti Asuhan An-Nuur, sistem Panti Asuhan An-Nuur, dan

persepsi pengurus Panti Asuhan An-Nuur.

2. Wawancara Tidak Berstruktur

Wawancara tak berstruktur dilakukan oleh peneliti jika situasi dan kondisi

memungkinkan bagi peneliti untuk mendapatkan informasi terkait Panti

Asuhan An-Nuur dan remaja panti asuhan tersebut. Misalnya, secara tidak

sengaja, penulis memanfaatkan waktu bersama dengan anak Panti Asuhan An-

Nuur (pengurus panti Asuhan memberikan waktu khusus untuk penulis dalam

mengumpulkan data) untuk menanyakan beberapa hal terkait RESPECFUL.

3. Observasi Partisipasi

Penulis menggunakan jenis observasi partisipasi karena penulis mengharapkan

untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam pengamatan menggunakan

kegiatan observasi partisipasi dimana penulis turut berpartisipasi aktif dalam

pengamatan anak dan remaja di Panti Asuhan An-Nuur.

4. Observasi Non-Partisipasi

Penulis juga menggunakan teknik observasi non-partisipatif karena ada

beberapa aspek yang ingin diketahui penulis yang dimungkinkan tidak akan

didapatkan secara mendalam ketika penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan observasi partisipatif.

5. Dokumentasi

Peneliti mendokumentasikan berbagai kegiatan yang peneliti lakukan dengan

memanfaatkan camera handphone.

Page 6: Ujian tengah semester konseling komunitas

6. Catatan Anekdot

Peneliti menggunakan pedoman observasi yakni catatan anekdot deskriptif

dimana peneliti melakukan pencatatan secara langsung, objektif, singkat, jelas

terhadap berbagai perilaku remaja yang dianggap penting.

7. ITP

Inventori Tugas Perkembangan digunakan oleh peneliti karena pengumpulan

data melalui ITP melingkupi beberapa data yang dibutuhkan dalam

pengumpulan data dengan kerangka berpikir RESPECTFUL. Peneliti

menyebar ITP pada 7 siswa SMP di Panti Asuhan An-Nuur.

Hasil Analisis Need Assessment :

1. Anak di Panti Asuhan An-Nuur

a. R – religious / spiritual identity

Tingkat religius anak Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan cukup

tinggi. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain :

(1) Ketua yayasan Panti Asuhan An-Nuur memiliki tingkat spiritual

yang cukup tinggi.

(2) Kegiatan di Panti Asuhan An-Nuur tidak terlepas dengan kegiatan

keagamaan, seperti mengaji, sholat berjama’ah dan sebagainya.

(3) Logo dan bangunan Panti Asuhan An-Nuur didominasi dengan

Lafadz “Allah” dan kaligrafi.

(4) Sikap dan perilaku anak Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan

sopan dan santun terhadap orang baru.

Page 7: Ujian tengah semester konseling komunitas

b. E – economic class background

Anak Panti Asuhan An-Nuur berasal dari keluarga dengan tingkat

ekonomi rendah. Hal ini disebabkan, Panti Asuhan An-Nuur

diperuntukkan kepada anak yang tidak memiliki orang tua, dan anak

yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.

c. S – sexual identity

Anak Panti Asuhan An-Nuur mampu memahami peran perempuan dan

laki-laki, sesuai dengan perkembangannya.

d. P – level of psychological maturity

Kematangan emosi yang dimiliki oleh anak Panti Asuhan An-Nuur

belum pada tingkat kestabilan. Hal ini merupakan hal yang wajar

karena perkembangan emosi anak memang belum pada kematangan

emosi maupun intelektual.

e. E – ethnic / racial identity

Keseluruhan anak Panti Asuhan An-Nuur berasal dari etnis jawa.

Sehingga, budaya yang dibawa oleh masing-masing anggota Panti

Asuhan An-Nuur memiliki karakteristik yang kurang lebih sama antara

satu dengan yang lainnya. Anak Panti Asuhan An-Nuur berasal dari

ras ekonomi menengah ke bawah.

f. C – chronological/ developmental challenges

Perkembangan fisik, kognitif dan skill psikologis anak Panti Asuhan

An-Nuur terlalui dengan baik di mana perkembangan mereka tidak

berbeda dengan anak yang diasuh oleh orang tua mereka sendiri.

Page 8: Ujian tengah semester konseling komunitas

g. T – various forms of trauma and other threats to one’s sense of well

being

Beberapa anak Panti Asuhan An-Nuur merasakan tekanan sosial,

tekanan yang dimaksud adalah lebih pada pendapat negatif tentang

kehidupan mereka. Tekanan tersebut telah mempengaruhi kapasitas

personal mereka (seperti kepercayaan diri, di mana mereka tumbuh

menjadi seseorang yang rendah diri).

h. F – family backgroung and history

Anak Panti Asuhan An-Nuur memiliki latar belakang dan sejarah

keluarga yang normal. Meskipun, ada beberapa anak Panti Asuhan An-

Nuur memiliki keluarga yang bersifat single parents.

i. U – unique physical characteristics

Anak Panti Asuhan An-Nuur memiliki karakteristik tubuh dan anggota

tubuh yang lengkap. Peneliti tidak menemukan anak yang

berkebutuhan khusus.

j. L – location of residence and language differences

Anak Panti Asuhan An-Nuur memiliki lokasi atau tempat tinggal yang

tidak berjauhan. Hanya ada dua anak yang berasal dari luar Surabaya

dan sisanya berasal dari Surabaya. Mereka dijadikan anggota Panti

Asuhan An-Nuur berdasarkan hasil keluarga yan tingkat ekonomi

rendah dan beberpa anak yang berstatus anak yatim, anak piatu

maupun anak yatim piatu.

Page 9: Ujian tengah semester konseling komunitas

Simpulan :

Permasalahan yang memerlukan penanganan lebih lanjut adalah di bidang pribadi-

sosial. Hal ini terkait dengan faktor economic class background, ethnic / racial

identity dan family backgroung and history. Peneliti menemukan bahwa mayoritas

anak di Panti Asuhan An-Nuur memiliki kecenderungan rendah diri.

2. Remaja di Panti Asuhan An-Nuur

Setiap anak memiliki sifat dan ciri-ciri yang khas sehingga mereka

memiliki pilihan-pilihan alternatif sendiri dalam pengembangan potensinya.

Hal ini didasarkan umur, minat dan kemampuan yang mereka miliki.

Mayoritas diantara mereka memiliki kesadaran yang baik dimana mereka

menyadari kelebihan dan kekurangan mereka dan hal itu semakin membuat

mereka lebih mandiri dan peka terhadap setiap kejadian.

Hubungan mereka dengan petugas panti asuhan tergolong baik,

maka merekapun dapat mengungkapkan hampir semua unek-unek yang

mereka miliki sehingga mereka juga dapat berkembang selayaknya remaja

pada umumnya.

a. R – religious / spiritual identity

Tingkat religius anak Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan cukup

tinggi. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain :

1) Ketua yayasan Panti Asuhan An-Nuur memiliki tingkat spiritual yang

cukup tinggi.

2) Kegiatan di Panti Asuhan An-Nuur tidak terlepas dengan kegiatan

keagamaan, seperti mengaji, sholat berjama’ah dan sebagainya.

Page 10: Ujian tengah semester konseling komunitas

3) Logo dan bangunan Panti Asuhan An-Nuur didominasi dengan Lafadz

“Allah” dan kaligrafi.

4) Sikap dan perilaku remaja Panti Asuhan An-Nuur dapat digolongkan

sopan dan santun terhadap orang baru.

5) Beberapa remaja di Panti Asuhan An-Nuur merupakan anggota

Pondok Pesentren Tebu Ireng, Jombang.

Namun, berdasarkan hasil ITP, remaja di Panti Asuhan An-Nuur memiliki

landasan hidup religius yang cukup rendah.

b. E – economic class background

Remaja Panti Asuhan An-Nuur berasal dari keluarga dengan tingkat

ekonomi rendah. Hal ini disebabkan, Panti Asuhan An-Nuur

diperuntukkan kepada remaja yang tidak memiliki orang tua, dan remaja

yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.

c. S – sexual identity

Remaja Panti Asuhan An-Nuur mampu memahami peran wanita dan

lelaki. Mereka juga mulai memiliki perhatian yang lebih pada lain jenis.

Peneliti tidak menemukan adanya penyimpangan seksual, seperti gay,

lesbi atau yang lainnya.

d. P – level of psychological maturity

Kematangan emosi yang dimiliki oleh remaja Panti Asuhan An-Nuur

memang berada pada masa badai dan tekanan. Mereka memiliki emosi

yang labil, melebihi anak Panti Asuhan An-Nuur. Meskipun ada beberapa

anak yang dapat dikatakan memiliki emosi yang cukup stabil jika ditelaah

Page 11: Ujian tengah semester konseling komunitas

berdasarkan perkembangannya. Jenis emosi yang paling tidak stabil pada

remaja adalah emosi marah.

e. E – ethnic / racial identity

Keseluruhan remaja Panti Asuhan An-Nuur berasal dari etnis jawa.

Sehingga, budaya yang dibawa oleh masing-masing anggota Panti Asuhan

An-Nuur memiliki karakteristik yang kurang lebih sama antara satu

dengan yang lainnya. Sehingga, penyesuaian diri antara remaja satu

dengan remaja yang lain dapat dikatakan “mudah”. Hal ini ditunjukkan

dengan sikap akrab mereka dalam beberapa situasi.

f. C – chronological/ developmental challenges

Perkembangan fisik, kognitif dan skill psikologis remaja Panti Asuhan An-

Nuur terlalui dengan baik di mana perkembangan mereka tidak berbeda

dengan remaja pada umumnya.

g. T – various forms of trauma and other threats to one’s sense of well being

Minoritas Remaja Panti Asuhan An-Nuur merasakan tekanan sosial,

tekanan yang dimaksud adalah lebih pada pendapat negatif tentang

kehidupan mereka. Tekanan tersebut telah mempengaruhi kapasitas

personal mereka (seperti kepercayaan diri, di mana mereka tumbuh

menjadi seseorang yang rendah diri).

h. F – family backgroung and history

Remaja Panti Asuhan An-Nuur memiliki latar belakang dan sejarah

keluarga yang normal. Meskipun, ada beberapa remaja Panti Asuhan An-

Nuur memiliki keluarga yang bersifat single parents.

Page 12: Ujian tengah semester konseling komunitas

i. U – unique physical characteristics

Remaja Panti Asuhan An-Nuur memiliki karakteristik tubuh dan anggota

tubuh yang lengkap. Peneliti tidak menemukan remja yang berkebutuhan

khusus. Selain itu, tingkat pemahaman diri remaja di Panti Asuhan An-

Nuur dapat dikategorikan “cukup matang”. Hal ini ditunjukkan bahwa

mayoritas mereka telah memahami kelebihan dan kekurangan mereka.

Bahkan, ada beberapa diantara mereka telah memberikan pernyataan

bahwa “setiap orang memiliki kelebihannya sendiri-sendiri, bersyukur,

nanti Tuhan juga peduli sama kita”.

j. L – location of residence and language differences

Remaja Panti Asuhan An-Nuur memiliki lokasi atau tempat tinggal yang

tidak berjauhan. Mereka dijadikan anggota Panti Asuhan An-Nuur

didasarkan pada tingkat ekonomi rendah dan beberapa remaja yang

berstatus yatim, piatu maupun yatim piatu.

HASIL ITP PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN AN-NUUR

Page 13: Ujian tengah semester konseling komunitas

Simpulan :

Kematangan psikologis remaja di Panti Asuhan An-Nuur yang masih labil. Hal ini

didasakan pada hasil observasi, wawancara dan tes ITP pada komunitas. Setelah

mengkaji semakin dalam tentang kematangan emosi psikologis, peneliti

menemukan pengerucutan pada kematangan emosi remaja, tepatnya pada emosi

marah.

RANCANGAN PROGRAM KONSELING KOMUNITAS

DENGAN RESPECTFUL

Bagi Anak Panti Asuhan An-Nuur

Konseling Komunitas dengan Teknik Permainan untuk Mereduksi Rasa

Rendah Diri

JumlahPeserta : 9 orang

Pertemuan Ke- : 1 (Pertama)

Tanggal : Desember 2012

Tempat : -

Pukul : -

Bentuk Layanan : Konseling dengan Teknik Permainan

Sasaran (Anggota) : Anak Panti Asuhan An-Nuur, Surabaya

(siswa SD di Panti Asuhan An-Nuur, Surabaya)

Tujuan Kegiatan :

1. Meminimalisir rasa rendah diri

Page 14: Ujian tengah semester konseling komunitas

2. Memberikan pemahaman bahwa dalam keadaan yang serba kekurangan,

anggota kelompok tetap harus saling percaya dan saling menguatkan

Tahapan Pelaksanaan Konseling Komunitas :

1. TahapPembentukan

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses bimbingan kelompok.

Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada perkenalan, pelibatan diri dari tiap-

tiap anggota kelompok, atau bisa disebut sebagai proses memasukkan diri ke

dalam kelompok. Untuk hal ini, maka tempat duduk peserta harus diatur

sedemikian rupa agar proses pengenalan bisa berjalan baik dan memudahkan

interaksi antar anggota kelompok. Bentuk tempat duduk yang biasa digunakan

adalah berbentuk lingkaran, agar setiap anggota kelompok dapat melihat satu

sama lain secara langsung serta terlibat secara penuh.

Pimpinan kelompok memulai kegiatan dengan mengucapkan salam

dan berdoa bersama. Selanjutnya pimpinan kelompok mengucapkan terima

kasih atas kehadiran para peserta yang mau memenuhi undangan untuk

melakukan kegiatan bimbingan kelompok. Kemudian, pimpinan kelompok

meminta kesanggupan bagi salah satu anggota kegiatan bimbingan kelompok

untuk memimpin do’a. Pimpinan kelompok menjelaskan alasan mereka

diundang untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

Lalu, pimpinan kelompok menjelaskan tentang definisi, tujuan,

cara pelaksanaan, dan asas-asas yang diperlukan dalam kegiatan konseling

komunitas dengan teknik permainan. Secara lebih rinci, pimpinan kelompok

menjelaskan bahwa konseling komunitas dengan teknik permainan adalah

suatu bentuk dalam layanan bimbingan dan konseling yang diikuti oleh

Page 15: Ujian tengah semester konseling komunitas

sejumlah siswa untuk melakukan permainan secara bersama-sama untuk

mendapatkan pemahaman baru. Penyampaian informasi disesuaikan dengan

tugas perkembangan anak Panti Asuhan An-Nuur (siswa SD) di mana masih

didominasi dengan penjelasan yang bersifat ajakan.

Sedangkan tujuan dari konseling komunitas dengan teknik

permainan adalah agar peserta mampu memahami urgensi peminimalisiran

rasa rendah diri menjadi rasa percaya diri. Pemahaman yang diperoleh

peserta / anggota konseling komunitas melalui suatu permainan yang memiliki

peserta sendiri bagi anggota kelompok. Adapun cara pelaksanaan bimbingan

kelompok dengan teknik permainan kelompok, antara lain :

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok

Masing-masing peserta diminta secara bebas dan sukarela berbicara,

bertanya, mengeluarkan pendapat, ide, sikap, saran, serta perasaan yang

dirasakannya pada saat itu

Mendengarkan dengan baik bila peserta lain sedang berbicara

Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh kelompok

Kemudian pembimbing menjelaskan tentang asas-asas yang diperlukan dalam

konseling komunitas dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak Panti

Asuhan An-Nuur (siswa SD), yakni asas kerahasiaan dan keterbukaan. Setelah

itu, pimpinan kelompok mengarahkan untuk “ice breaking” dengan permainan

“rangkaian nama”.

2. Tahap Peralihan

Dalam tahap ini pimpinan kelompok bertugas mengarahkan

anggota kelompok untuk memasuki tahap selanjutnya yaitu tahap kegiatan.

Page 16: Ujian tengah semester konseling komunitas

Pimpinan kelompok memantapkan kembali asas-asas yang diperlukan dalam

kegiatan bimbingan kelompok, seperti yang sudah dijelaskan di tahap

pembukaan tadi. Kemudian, pemimpin kelompok menjelaskan bahwa dalam

kegiatan ini, kita akan segera melakukan permainan. Kemudian pimpinan

kelompok menanyakan tentang kesiapan anggota kelompok untuk

melanjutkan ke tahap selanjutnya. Jika semua anggota kelompok sudah siap,

kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok akan

dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Namun, jika anggota kelompok belum siap,

misalnya terdapat indikasi seperti masih kurang bersemangat, tidak

memperhatikan, atau bicara dengan temannya yang mendiskusikan topik lain,

pimpinan kelompok sebaiknya tidak melanjutkan ke tahap selanjutnya dan

kembali lagi ke tahap pembentukan, misalnya melakukan permainan lagi dan

lain sebagainya. Hal ini dilakukan demi kelancaran kegiatan bimbingan

kelompok.

3. TahapKegiatan

Tahap ini merupakan tahap yang paling inti dari seluruh kegiatan

bimbingan kelompok. Dalam tahap ini siswa berperan aktif dan terbuka dalam

mengemukakan pendapatnya. Selain itu, pimpinan kelompok mengharapkan

adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok. Berikut adalah kegiatan

kelompok yang akan dilakukan oleh peserta bimbingan kelompok :

a) Anggota kelompok dibagi menjadi tiga kelompok sehingga tiap kelompok

beranggotakan empat anggota kelompok

b) Pimpinan mendeskripsikan tentang permainan yang akan dilakukan oleh

tiap kelompok

Page 17: Ujian tengah semester konseling komunitas

SERBA KEKURANGAN

1) Deskripsi Permainan Serba Kekurangan

Permainan serba kekurangan adalah permainan untuk membangun

kepercayaan yang melibatkan dinamika kelompok.

2) Tujuan

1. Meminimalisir rasa rendah diri

2. Meningkatkan kepercayaan pada anggota kelompok dalam situasi

serba kekurangan

3) ProsedurPermainan

1. Pemimpin permainan menunjuk peserta berperan sebagai si Buta, si

Tuli dan si Lumpuh

2. Pemimpin permaiann menetapkan garis START dan FINISH yang

berjarak sekitar 5 meter

3. Tugas mereka adalah bekerja sama agar ketiganya dapat sampai di

garis FINISH

4. Keberhasilan peserta ditentukan oleh sejaug mana kreativitas mereka

berkomunikasi dan bisa sampai ke tujuan dengan lancar

5. Jika peserta gagal, maka bisa diganti peserta lainnya.

Sebelum memulai permainan pimpinan kelompok memberi contoh terlebih

dahulu. Dengan kata lain, pimpinan kelompok akan melakukan testing.

Setelah itu, pimpinan kelompok menegaskan tentang komitmen dari para

anggota berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dalam tahap kegiatan ini.

Hal ini terkait, tentang keputusan yang akan dilakukan berkenaan dengan

Page 18: Ujian tengah semester konseling komunitas

kemudahan dalam berpendapat di depan umum dan tanggung jawab tentang

pencapaian situasi yang diharapkan sebagai siswa.

4. TahapPengakhiran

Pada kegiatan ini perhatian semua anggota kelompok tertuju pada

pesan atau makna permainan. Untuk itu, pimpinan kelompok meminta

beberapa anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil yang diperoleh dari

kegiatan konseling komunitas ini. Selain itu, anggota kelompok juga diminta

mengutarakan kesan-kesan tentang kegiatan ini. Mengingat waktu yang tidak

memungkinkan lagi, maka kegiatan ini pun harus diakhiri. Sebelum ditutup,

pimpinan kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua anggota

kelompok atas keikutsertaannya dalam kegiatan ini. Selanjutnya pimpinan

kelompok senantiasa terbuka untuk membantu dan menyediakan waktu jika

suatu saat nanti kelompok ini akan membutuhkan atau mengadakan kegiatan

seperti ini lagi. Kegiatan pun ditutup dengan berdoa dan bersalaman dengan

penuh keakraban.

Bagi Remaja Panti Asuhan An-Nuur

Konseling Komunitas Analisis Traksaksional dengan Teknik Permainan

Peran

Hari / Tanggal : Desember 2012

Tempat : Lantai 1, Panti Asuhan An-Nuur

Pukul : 19.00 WIB – 20.00 WIB

Jumlah Peserta : 6 orang (lihat daftar hadir)

Konselor : Dwi Bhakti Indri Mulyadi

Page 19: Ujian tengah semester konseling komunitas

Pertemuan : Pertama

Langkah-langkah :

1. Pembentukan

Pimpinan kelompok (konselor) mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME

dan berterima kasih kepada anggota kelompok. Setelah itu, kegiatan konseling

kelompok dilanjutkan dengan berdo’a bersama yang dipimpin oleh salah satu

anggota kelompok sebagai langkah awal konselor untuk menstimulus

keaktifan anggota kelompok. Kemudian, pimpinan kelompok (konselor)

memberikan gambaran secara umum mengenai konseling kelompok, yang

meliputi pengertian, tujuan, cara pelaksanaan dan asas dalam konseling

kelompok. Gambaran umum mengenai konseling komunitas disampaikan

pemimpin kelompok dengan mengupayakan bahasa yang dapat diterima oleh

siswa SMP. Setelah itu, pimpinan kelompok (konselor) mengarahkan anggota

kelompok untuk melakukan suatu permainan secara bersama-sama dengan

tujuan mencairkan suasana. Permainan yang dimaksud adalah permainan

“SPOK”. Konselor membagikan 7 lembar kertas untuk melakukan permainan

“SPOK” untuk kertas itu ditulis nama masing-masing, kata kerja, kata benda

dan keterangan di mana penulisan itu dilakukan dengan memberikan kertas itu

pada teman sebelah kanannya. Begitu seterusnya.

2. Peralihan

Pimpinan kelompok menjelaskan kegiatan konseling komunitas kembali dan

memastikan kesiapan anggota kelompok untuk melanjutkan kegiatan secara

verbal maupun non-verbal. Kemudian, pimpinan kelompok mengarahkan

kegiatan pada tahapan selanjutnya.

Page 20: Ujian tengah semester konseling komunitas

3. Kegiatan

Pimpinan kelompok menstimulus anggota kelompok terkait alasan mereka

dikumpulkan untuk mengikuti kegiatan kelompok (jika ditelaah dari

penjelasan konselor pada tahap pembentukan). Kemudian, konselor

“memancing” anggota kelompok untuk terbuka tentang permasalahan yang

terjadi antara anggota kelompok. Setelah itu, pimpinan kelompok (konselor)

memberikan alternatif bantuan berupa “permainan peran” sebagai

penyelesaian permasalahan anggota kelompok dan anggota kelompok

menerima alternatif bantuan tersebut. Sesudah itu, anggota kelompok

melaksanakan permainan peran di mana terdapat 4 anggota kelompok yang

memerankan “sepenggal drama”, 1 anggota kelompok sebagai narator dan 2

anggota kelompok yang mengamati. Setelah “permainan peran” telah

dilakukan. Konselor mengarahkan anggota kelompok (baik yang

memerankan, mengamati dan sebagai narator) untuk memberikan

tanggapannya terkait permainan peran tersebut. Pemahaman yang

terinternalisasi tersebut meliputi Understanding, Comfortable dan Action.

Setelah itu, konselor memberikan kesimpulan dari tahap kegitan yang telah

dilakukan.

4. Pengakhiran

Pimpinan kelompok (konselor) memberikan penjelasan bahwa kegiatan akan

diakhiri. Namun, sebelum kegiatan konseling kelompok diakhiri. Pimpinan

kelompok memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk

mengemukakan kesan, manfaat dan pesan dari kegiatan yang baru saja

dilakukan. Selanjutnya, pimpinan kelompok memberikan penjelasan bahwa

Page 21: Ujian tengah semester konseling komunitas

kegiatan konseling kelompok dapat dilakukan kembali berdasarkan situasi dan

kondisi yang bersifat fleksibel. Kemudian, konselor mengarahkan anggota

kelompok untuk saling memaafkan yang disimbolkan dengan “saling

bersalaman”. Kemudian, pimpinan kelompok mengucapkan terima kasih

kepada anggota kelompok. Setelah itu, pimpinan kelompok (konselor)

mengarahkan salah satu anggota kelompok untuk memimpin do’a sebagai

upaya dalam kebermanfaatan kegiatan konseling kelompok. Setelah itu,

konselor menutup kegiatan konseling kelompok dengan mengucapkan “salam

sejahtera dan wassalamu’alaikum wr.wb.”

Masalah yang dibahas : Kestabilan Emosi Marah

Konselor telah mengidentifikasi bahwa ada beberapa remaja yang memiliki

kecenderungan mudah marah.

Permasalahan yang dibahas adalah penyebab dan dampak suatu permasalahan

serta alasan seseorang untuk berubah.

Suasana kegiatan :

Awalnya, suasana kegiatan konseling kelompok cukup panas karena memang

permasalahan sedang terjadi diantara anggota kelompok. Namun, suasana

kegiatan konseling kelompok menunjukkan situasi yang kondusif pada

permainan “SPOK” dan semakin ditunjukkan pada awal memulai kegiatan

“permainan peran”.

Hal ini diwujudkan dengan anggota kelompok yang ikut terlibat secara aktif

dalam mengungkapkan pemahaman, pendapat dan saran dengan adanya

tingkat toleransi yang lebih tinggi satu sama lain.

Page 22: Ujian tengah semester konseling komunitas

Catatan Khusus :

Pimpinan kelompok masih memerlukan adanya latihan dalam melaksanakan

konseling kelompok agar konselor mampu melaksanakan peranan sebagai

pimpinan kelompok.

LAMPIRAN

PERMAINAN PERAN

Topik Layanan Konseling Kelompok : Logika Kemarahan

Tujuan :

1) Mengembangkan kemampuan dalam menstabilkan emosi dalam keadaan yang

berubah-ubah

2) Menjadikan anggota kelompok lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan

lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Sehingga, mampu menghayati

makna dari kehidupan bersama di mana mengandung tuntutan menerima

orang lain dan harapan akan diterima oleh orang lain.

Pembagian Peran :

1) X As Narator

[Ego orang tua]

2) Y As Diana (Ketua Kelas)

Pribadi Ketua Kelas :

Tegas, kurang bijaksana, ambisius, suka mengkritik dan keras

[Ego dewasa]

3) Z As Venny (Anggota Kelas I)

Page 23: Ujian tengah semester konseling komunitas

Pribadi Anggota Kelas I :

Berpikiran terbuka (tidak emosional dan menghakimi) dan sabar

[Ego anak]

4) XX As Ditha (Anggota Kelas II)

Pribadi Anggota Kelas II :

Impulsif, spontan (tidak sabar) dan ekspresif

5) YY As Maya (Anggota Kelas III)

Pribadi Anggota Kelas III :

Menuntut dan memiliki pengalaman traumatik

[Anggota kelompok yang lain menjadi pengamat]

Latar Belakang Situasi :

SMPN 1 Bina Jaya adalah Sekolah Menengah Pertama terfavorit yang berada di

Yogyakarta, kota pendidikan. Suatu hal yang sangat biasa bagi siswa di sekolah

tersebut jika mereka hampir tidak memiliki waktu untuk sekadar pergi jalan-jalan,

atau bahkan menelaah mengapa Spongbob ditokohkan dengan warna kuning.

Bagaimana tidak? 75% waktu yang mereka miliki tersita untuk sekolah, dari

kefokusan pada akademik hingga berbagai kegiatan sekolah.

ILUSTRASI KASUS

Suatu kegiatan yang dilakukan setiap awal tahun ajaran baru bagi siswa kelas VIII

akan dilangsungkan, yakni lomba menghias kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk

meningkatkan kreativitas siswa sekaligus membina ke-solid-an antar siswa.

Namun, berdasarkan monitoring panitia penyelenggara, ada indikasi bahwa tujuan

kegiatan tersebut tidak akan tercapai di salah satu kelas (sebut saja, kelas VIII-B).

Page 24: Ujian tengah semester konseling komunitas

Perbedaan pendapat yang cukup sengit terjadi antara anggota kelas tersebut.

Pertahanan ego masing-masing-pun semakin memanaskan suasana.

- Part 1 –

[Pada jam istirahat, ketua kelas berjalan ke depan kelas dengan langkah cepat

untuk memberikan informasi]

Diana : “Mohon perhatian kepada teman-teman. Saya ingin menginformasikan

bahwa sekolah akan mengadakan lomba menghias kelas untuk siswa

kelas X. Perlombaan tersebut akan dilaksanakan minggu depan, tanggal

27 Agustus 2012. Mengingat pihak sekolah memberikan waktu yang

relatif sempit untuk mempersiapkan semuanya. Saya berharap, kita perlu

mengadakan diskusi tentang tema menghias kelas dan apa-apa yang

perlu kita siapkan dalam menghias kelas nanti, sepulang sekolah”.

Ditha : “Hm?? Sepulang sekolah? Ndadak banget! Aku punya acara lain. Kenapa

nggak dua atau tiga hari lagi aja, pulang sekolah gitu? Enggak bisa mikir

kalo dadakan gini, tiga hari lagi aja lhooo!”

Maya : “Yak!! Aku setuju ..ngapa sih ndadak banget?? Ndak tau situasi apa?!”

Diana : “Bukan masalah aku ndak tahu situasi. Kalian tahu kan, sekolah

memberikan waktu –hanya satu minggu- untuk mempersiapkan

semuanya. Konsekuensinya, kita harus mengoptimalkan waktu yang ada”

Ditha : “Okeh-okeh!! Aku tahu itu. Tapi, apa benar? Aku udah punya rencana

buat nyelesaein tugas Ekonomi, udah bikin janji sama orang buat

ditanyain. Seenaknya aja jadi orang!”

Diana : “Kapan tugas itu dikumpulkan?”

Ditha : “10 hari lagi lhaaaa”

Page 25: Ujian tengah semester konseling komunitas

Diana : “Lebih urgen mana diliat dari waktunya? 7 hari lagi sama 10 hari lagi?

Hm??”

Ditha : “Ahh ..apa sih? Kalo aku sih lebih penting tugas pribadiku lhaa!”

Diana : “Oh ..gitu! kamu punya kelas gag? Jangan sok bener gitu jadi orang!”

Maya : “Ehh ..siapa yang sok bener? Loe kali seenaknya aja! Bikin acara ndadak

banget!”

Diana : “Dengerin!! Aku ndak maksud bikin acara ndadak! Tapi, tahu sendiri kan,

waktunya cuma tujuh hari. Cuma tujuh hari!!”

Maya : “trus, kenapa?”

Diana : “Huuhh ..Kita itu ikut lomba tujuannya apa sii?? Menang kan? Ngapain

ikut lomba, kalo enggak menang? Sia-sia waktu dan tenaga kita! Rasional

dikit kenapa?”

Ditha : “Ah ..malas kalo ceritanya begini!!!”

Diana : “Ditha ..! Aku tanya ke kamu. Tugas Ekonomi itu dikasi sama Pak Arifin

sejak kapan? Kenapa kamu baaarrruuuu mauuuu wawancara ke pedagang?

Kamu itu harusnya bisa mengatur waktu doongg! Kamu itu sudah SMA,

harusnya enggak ngulur-ngulur waktu gitu! Sekarang ada acara gini, kamu

yang protes! Aku nggak bisa terima kalo alasan kayak gitu!”

Ditha : “Eh ..kamu enggak tahu banyak tentang aku yaa!! Jadi jangan sok

nyeramahin aku!”

Diana : “Hmm?? Whatever! Sekarang aku tanya ke kamu, sepulang sekolah kamu

ikut diskusi apa enggak? Kalo kamu enggak mau, ya sudah. Jangan

salahkan aku kalo aku kasih laporan sama wali kelas! Itu aja!”

Page 26: Ujian tengah semester konseling komunitas

Ditha : “Ehhh …” (sambil pukul-pukul meja pertanda sangat marah kepada

Diana)

Venny : “Emm ..maaf ..boleh menyela sebentar?”

Diana : “Apa, Venny?”

Venny : “Begini, lomba menghias kelas itu lomba yang melibatkan seluruh

anggota kelas ….”

Diana : “Tuch, dengerin! “

Ditha dan Maya : (sorot matanya semakin tajam)

Venny : “Ehh …sebentar ..”

Diana : “Yakk, teruss!”

Venny : “Berarti disitu juga perlu mempertimbangkan kepentingan-kepentingan

anggota kelas. Maksud aku, anggota kelas yang berjumlah banyak,

tentunya memiliki kepentingan sekaligus prioritas kebutuhan yang

berbeda-beda. Memang ada benarnya, ketika kita diberikan waktu yang

sempit oleh pihak sekolah, kita juga harus bertindak dengan cepat.

Namun, ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan, seperti anggota kelas

yang sudah membuat janji. Kita di sini perlu kerja sama. Tidak ada yang

lebih dan tidak ada yang kurang. Jadi, kalo menurut aku, bagaimana kalau

besok, sepulang sekolah? Sehingga, semua anggota bisa memikirkan

sepulang sekolah tentang ide masing-masing sekaligus kita juga

mempertimbangkan kepentingan anggota lain. Aku rasa, tindakan kita

sudah cukup cepat. Bagaimana, teman-teman?

Diana : “Hmm ..bisa juga ..tapi, kalo alasan Ditha dan pedukungnya itu, aku

enggak bisa terima. Ndak logis gitu! Mereka mau menangnya sendiri”

Page 27: Ujian tengah semester konseling komunitas

Maya : “Diana? Kamu selalu menuntut kami, trus apa kami pernah menuntut lebih

dari kamu? Venny, ada benarnya. Tetapi, aku tetap setuju sama Ditha.

Kenapa ndak 3 hari lagi?! Sok bener tau gag si loe! ”

[Tiba-tiba bel masuk kelas berbunyi, pertanda PBM akan dilangsungkan kembali]

Diana : “Sekarang begini, kalo yang ndak ikut diskusi, silahkan. Tetapi, jangan

salahkan aku, kalo aku bikin laporan ke wali kelas. Kalian harusnya tahu

tanggung jawab yang punya kelas!”

- Part 2 –

[Dengan terpaksa, Ditha dan Maya mengikuti diskusi untuk perlombaan

menghias kelas. Diskusi tersebut dilaksanakan di ruang kelas sepulang sekolah]

Diana : “Baik, terima kasih atas kehadiran teman-teman dalam diskusi yang

membahas tentang tema dan perangkat-perangkat yang diperlukan.

Sebelumnya, saya ingin memberikan informasi tentang dana yang

diberikan sekolah, yakni Rp 100.000,00. Apabila kurang, kita bisa

menggunakan uang kas kita yang mungkin masih terkumpul sedikit yaa.

Ehem ..pertama-tama, sepertinya kita perlu menentukan tema kelas. Okeh,

siapa yang ingin berpendapat?”

[Ditha dan Maya mengabaikan pembahasan diskusi dengan mengobrol tentang

topik yang lain]

Venny : (Mengacungkan tangan) “Saya punya usul, bagaimana kalau kita

mengambil tema “Semangat dalam Hitam Putih Kemerdekaan”.

Diana : “Iya, kamu boleh menjelaskan alasan dan arah tema itu untuk kelas kita”.

Page 28: Ujian tengah semester konseling komunitas

Venny : “Begini, teman-teman. Mengapa ada kata “kemerdekaan”? hal itu karena

kita baru saja melewati tanggal 17 agustus. Tanggal kemerdekaan bangsa

Indonesia. Lalu, mengapa ada kata “hitam putih”?

Ditha dan Maya : “Karena aku suka liat acara Hitam Putih di Trans TV …

hahahhaha”

Venny : (menanggapi dengan ikut tertawa)

Diana : “Ditha? Bisa diam nggak?? Waktu kita terbatas tauu!”

Maya : “Byuuhh, galak amat jadi orang!” (dengan nada rendah, berkata kepada

Ditha)

Ditha : “Iyah, manusia kayak gitu masih hidup ya??!!”

(Maya dan Ditha tertawa dengan tidak bebas nilai)

Diana : “Ditha! Maya! Hargain Venny bicara dong! Lanjutkan Venny”

Venny : “Sabar, Diana ..mereka hanya bercanda ..tidak ada maksud lain ..”

Diana : “Tapi ..” (Belum selesai bicara)

Maya : “Ah, kalau gini critanya, aku mau pindah kelas aja ..harus nurutin apa kata

ketua kelas! Harusnya ..semestinya ..hampir tiap hari aku denger itu!”

Ditha : “Aku juga, memang kog ..emang dia siapa? Belagu banget jadi ketua

kelas!”

Ketika amarah menjadi debu kebisingan dalam dada

Keakuan menjadi sosok yang menyatu dalam jiwa

Hanya kasih sayang tulus yang mampu menjawabnya

Page 29: Ujian tengah semester konseling komunitas

Foto-Foto

Page 30: Ujian tengah semester konseling komunitas

Format Catatan Anekdot

Catatan Anekdot dalam 3 kali observasi

Anak / Remaja Panti : ………………………………………… (L/P)

Umur : …………………………………………

No. Tanggal Tempat Kejadian Komentar/

Interpretasi

Saran

1. 18/11/2012 Panti

Asuhan 1

………… ……………… ………..

2. 20/11/2012 Lt. dasar

Panti

Asuhan 2

a. Pukul 14.00

WIB – 17.00

WIB

b. Pukul 18.00

WIB -19.30

WIB

……………… ………...

3. 25/11/2012 Panti

Asuhan 1

………… ……………… ………...

Pengamat : Observe

Page 31: Ujian tengah semester konseling komunitas

Daftar Pustaka

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).

Jakarta: Ghalia Indonesia

Purwoko, Budi dan Titin Indah Pratiwi. 2007. Pemahaman Individu melalui

Teknik Non Tes. Surabaya: UNESA University Press