ujian tengah semester

5
UJIAN TENGAH SEMESTER PENGELOLAAN PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA 2010 Masalah: Tawuran di tingkat pendidikan menengah Kerangka pikir pemecahan masalah: Ujian Tengah Semester---Utami Widyaiswari (0900413)--- Pengelolaan Pendidikan

Upload: widyaiswari

Post on 01-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kerangka pemecahan masalah tawuran di dekolah menengah

TRANSCRIPT

UJIAN TENGAH SEMESTERPENGELOLAAN PENDIDIKANJURUSAN PENDIDIKAN FISIKA2010Masalah: Tawuran di tingkat pendidikan menengahKerangka pikir pemecahan masalah:

Masalah tawuran antarsiswa di tingkat pendidikan menengah merupakan hal yang sering terjadi di masyarakat. Hal ini meresahkan semua pihak baik sekolah, keluarga, ataupun masyarakat setempat. Tawuran yang tidak diharapkan ini dapat terjadi karena beberapa faktor dan alasan. Diantaranya adalah sebagai berikut:1. Kurangnya pendidikan mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang disampaikan oleh sekolah, sehingga para pelajar kurang memiliki rasa toleransi dan tenggang rasa pada lingkungannya. 2. Kurangnya perhatian keluarga dan masyarakat kepada siswa sehingga siswa yang merasa tidak dilihat berusaha menunjukkan bahwa dirinya ada melalui tindakan yang tidak dibenarkan.3. Emosi siswa yang masih labil dan mudah terpancing dengan masalah sepele yang sering terjadi antarsiswa atau sekolah yang dapat memancing tawuran.Setelah mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya masalah tawuran, maka dapat dicari penyelesaian dari permasalahan tersebut. Beberapa langkah penyelesaian atau pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan atau setidaknya mengurangi masalah tawuran di kalangan siswa sekolah menengah adalah sebagai berikut:Kita tahu bahwa pendidikan ada tiga jalur, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, contohnya sekolah. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, contohnya kursus-kursus. Dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Dari ketiga jalur pendidikan tersebut, dapat kita masukkan nilai dan norma dalam masyarakat dan lingkungan sebagai bahan belajar. Di sekolah, kita dapat memasukkan pelajaran nilai dan norma dalam kurikulum sebagai bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Namun, harus benar-benar ditekankan akan pentingnya nilai dan norma, karena selama ini pelajaran PKn lebih sering diabaikan dan dianggap remeh oleh siswa. Guru pun harus dapat memberikan contoh riil dalam kehidupan sehari-hari agar makna dari nilai, norma, dan kehidupan sosial yang disampaikan dapat diterima siswa. Selain itu, sekolah juga dapat mengajarkan masalah nilai, norma, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan lingkungan sosial melalui pendidikan agama. Pendidikan agama jangan hanya dijadikan sebagai pelajaran membaca dan menulis Al-Quran saja, tetapi juga harus membahas hal-hal yang bersifat sosial. Sekolah juga dapat mengajak guru-guru mata pelajaran lainnya untuk ikut serta menanamkan nilai dalam setiap pengajarannya. Karena di setiap kegiatan pembelajaran, siswa bisa dan akan mengambil nilai-nilai yang tersirat dalam pembelajaran. Selain dari sekolah, pelajaran nilai dan norma juga bisa ditanamkan dari lingkngan masyarakat dan keluarga. Karena bagaimanapun juga siswa hidup dalam lingkungan tersebut. Dan sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab IV Pasal 7 Ayat 2, bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya, dalam hal ini termasuk nilai dan norma; serta Pasal 8 yang menyatakan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Penyampaiannya tentu tidak seperti di sekolah, tapi lebih pada penyampaian yang tersirat melalui pergaulan, interaksi dalam masyarakat, pemberian nasihat oleh orang tua, membentuk suasana rumah dan masyarakat yang menyenangkan sehingga siswa tidak mencari komunitas lain yang mungkin dapat membuat pemikirannya keras, kaku, dan sulit mengendalikan diri. Selain itu, yang harus dilakukan keluarga dan masyarakat adalah memberikan contoh dan teladan yang baik. Siswa sekolah menengah adalah anak yang masih mencari jati diri dan membutuhkan sosok-sosok yang dapat dijadikan idola serta panutan. Untuk itu, keluarga dan masyarakat sepatutnya memenuhi kebutuhan anak akan figur idola yang baik.Jika nilai dan norma telah dapat diterima oleh siswa, maka siswa dapat menanamkan nilai dan norma itu di kehidupannya. Mereka akan lebih bertanggung jawab pada apa yang dilakukan, lebih bertenggang rasa, dan toleransi terhadap lingkungannya. Siswa tidak akan mudah terpancing emosinya karena pelajaran pengendalian diri yang didapat saat di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Baik berupa pelajaran agama, PKn, pengalaman yang siswa alami di lingkungannya, dan sebagainya. Mereka akan lebih nyaman bersosialisasi dalam hal positif daripada bersosialisasi negatif seperti tawuran. Antarsiswa pun akan lebih saling menghargai dan menghormati. Dampak lainnya adalah akan terbentuk warga Negara yang baik, bertanggung jawab, dan patuh hukum.

Ujian Tengah Semester---Utami Widyaiswari (0900413)---Pengelolaan PendidikanPendidikan

Formal

Informal

Sekolah

Keluarga

Masyarakat

Kurikulum

Menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab serta memiliki toleransi dan tenggang rasa yang tinggi

Nilai dan Norma

Siswa

Nonformal

Tidak lagi terjadi baku hantam atau tawuran antarsiswa