ujian kasus rina.docx
TRANSCRIPT
UJIAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
Oleh:
Rina Nur Anisa
112011101078
Dokter Penguji:
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Psikiatri di RSD dr.Soebandi Jember
LAB/SMF PSIKIATRI RSD DR. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
UJIAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD DR.SOEBANDI JEMBER
Nama : Rina Nur Anisa
NIM : 112011101078
Penguji : dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 66 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Tidak bekerja
e. Pendidikan : SMP
f. Agama : Islam
g. Suku / Bangsa : Jawa
h. Alamat : Desa Kebonsari Barat, Kecamatan Yoso
Wilangun, RT 4/ RW 2
i. Status marital : Sudah Menikah
j. Tanggal pemeriksaan : 30 Juli 2015
II. Anamnesa
Keluhan Utama
Tidak bisa tidur
Riwayat Penyakit Sekarang
a. Autoanamnesis (Kamis, 30 Juli 2015 di Poli Psikiatri RSD dr.
Soebandi)
Saat datang ke Poli Jiwa RSD dr Soebandi dengan menggunakan pakaian
sesuai dengan usia, bersih namun tidak rapi, rambut sedikit berantakan.
Pasien datang bersama dengan anak kedua dan ketiganya. Saat ditanya
nama, pasien menjawab pertanyaan dengan benar, saat ditanya tentang alamat
dan tinggal bersama siapa, pasien menjawab dengan benar, “Iya, saya tinggal
di lumajang sama anak saya yang pertama”. Saat ditanya tentang umur,
sekolah dan pekerjaan, pasien menjawab, “Sekarang umur saya 66 tahun, dulu
sekolah SMP, sekarang nggak bekerja soalnya sudah tua dan sakit”.
Pasien setelah itu ditanya mengenai keluhannya, saat itu pasien
mengeluhkan sudah beberapa minggu ini tidak bisa tidur karena kepikiran
tentang penyakitnya. Saat ditanya apa yang dipikirkan pasien menjawab,
“Saya kok nggak sembuh-sembuh dari sakit ini nak”. Pemeriksa bertanya,
“Sejak kapan sakitnya mbah?” Pasien menjawab, “sudah 7 bulan saya sakit
seperti ini”. Pemeriksa bertanya lagi, “mbah sakit apa?” pasien menjawab,
“saya dulu operasi batu empedu 6 bulan yang lalu di RSD dr Soebandi sini
terus belum sembuh lalu dibawa ke Surabaya”.
Lalu pasien cerita tentang penyakitnya. “Saya sakit sudah 7 bulan, sudah
operasi tapi nggak sembuh-sembuh, pulang dari surabaya malah dapat selang
kayak gini, kapan selang ini dicopot”. Pasien sering mengeluh tentang
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh. Lalu pemeriksa menanyakan
perasaan pasien sekarang bagaimana? “Saya nggak enak sama anak-anak saya
karena sudah membebani mereka dengan merawat saya yang sakit seperti ini”.
Pasien melanjutkan, “Saya kasian sama anak-anak saya, karena merawat saya
yang sakit-sakitan seperti ini.
Beberapa minggu ini pasien sulit tidur, ketika tidur siang sering terbangun
secara tiba-tiba (gelagapan) dan ketika malam hari pasien tidak bisa tidur
sama sekali. Pemeriksa bertanya “Biasanya tidur jam berapa mbah?”.
“Biasanya bisa tidur tapi akhir-akhir ini sering nggak bisa tidur, kalau merem
itu rasanya saya mimpi”. Pemeriksa bertanya lagi, “Mimpi tentang apa
mbah?”. “Itu saya seperti melihat orang-orang yang sudah meninggal seperti
almarhum ibu saya itu mengampiri saya, kayak ada di depan gitu”. Pemeriksa
kemudian bertanya “Sejak kapan itu mbah? “Sudah ada beberapa minggu ini,
tapi saya kayak gitu waktu mikir atau sedang lagi bingung”. Pemeriksa
bertanya lagi “Takut mbah waktu mimpi kayak gitu?”. “Enggak, saya enggak
takut kok”. Pemeriksa bertanya lagi “Apa yang dipikir mbah?” Ya ini, kapan
selang yang ada di perut saya ini dicopot, sudah hampir 7 bulan saya sakit”.
Pasien terus mengeluh tentang penyakitnya yang tak kunjung sembuh.
Pasien masih mau maka tapi sedikit. Pemeriksa bertanya “Makannnya
enak mbah?”. “Ya gitu, sedikit-sedikit soalnya perut saya ini perih, terus kalau
dbuat makan sedikit aja itu rasanya mual, pengen muntah”. Pemeriksa
bertanya lagi “tapi masih makan kan mbah? Sehari berapa kali?”. Iya, masih
tetep makan, soalnya sama anak-anak saya pasti disuruh makan biar nggak
perih katanya”, Ya kalau lagi lapar langsung minta anak saya, nggak tentu
biasanya sekitar 4x sehari.
Pasien juga takut ketika ditinggal anaknya bekerja. “Kenapa mbah kok
takut ditinggal sendirian?”. “Ya enggak takut, cuma kok saya sendirian wong
lagi sakit gini”. Pemeriksa bertanya lagi? “Apa mbah yang ditakutkan?”. “Ya
itu tentang penyakit ini, saya sakit kok nggak sembuh-sembuh padahal sudah
berobat juga”. Pasien melanjutkan “Saya merasa kasian sama anak-anak saya
karena membebani mereka, saya nggak enak sama meraka”. “Tiap hari
ngurusi saya yang sakit ini”.
b. Heteroanamnesa (Kamis, 30 Juli 2015 di Poli Psikiatri RSD dr.
Soebandi)
Anak pasien bercerita jika pasien semenjak sakit menjadi susah tidur dan
susah makan. Pasien post operasi batu empedu 6 bulan yang lalu di RSD dr.
Sobandi, setelah operasi keluhan masih belum reda lalu oleh RSD dr. Soebadi
dikirim ke Surabaya dan di Surabaya diberi selang untuk membuang
cairannya. Selangnya bisa dicopot ketika produksi cairannya sudah sedikit.
Ketika malam, tidurnya hanya sebentar. Jadi pasien tidur sebentar lalu
kebangun. Begitu juga pada waktu siang hari, pasien tidur sebentar lalu tiba-
tiba terbangun (gelagapan). Selain itu pasien sering mimpi tentang orang-
orang yang sudah meninggal. Sempat bermimpi tentang ibu dan ayahnya
yang sudah meninggal berdiri didepannya.
Nafsu makan pasien baik, namun pasien sering mengeluh perih, mual dan
ingin muntah sehabis makan karena pasien mempunyai riwayat penyakit
gastritis kronis. Namun pasien masih tetap makan sedikit-sedikit.
Pasien juga mengeluh takut jika ditinggal sendirian. Jadi semua anak
pasien harus menunggu disebelahnya, jika tidak semua anak pasien yang
menunggu maka pasien akan menjadi rewel. Ketika sudah ditunggu oleh
semua anaknya lengkap disampingnya, pasien akan mengeluh akan
penyakitnya dan terus berkata “kapan aku sembuh”. Selain itu pasien juga
bilang kalau kasian karena sudah merepoti anaknya.
Setiap harinya pasien hanya diseko saja, tidak mandi sendiri. Karena tidak
kuat untuk jalan.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Gastritis kronis
Suspect diventrikel duodenum
Post operasi batu empedu 7 bulan yang lalu
IV. Riwayat Pengobatan
Lanzoprazole 1x1
Amoxicilin 3x1
Ursodeoxycholic acid 3x1
Orixal 3x1
V. Riwayat Penyakit Keluaga
Tidak ada keluarga yang memiliki gejala yang sama
VI. Riwayat Sosial
a. Pendidikan : SMP
b. Status : Sudah Menikah
c. Faktor premorbid : Pasien sosok yang ceria
d. Faktor pencetus : Karena penyakitnya
e. Faktor organik : Empedu, Lambung
f. Faktor keturunan : Disangkal
g. Faktor psikososial : Hubungan dengan keluarganya baik
VII. Status Interna Singkat
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Tensi : 110/80 mmHg
d. Nadi : 84x/menit
e. Pernafasan : 20x/menit
f. Suhu : 36,2 o C
Pemeriksaan Fisik
Kepala-leher : Anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea : -/-/-/-
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, iktus cordis tidak nampak,
iktus kordis tidak teraba, perkusi redup,
ekstrasistol/gallop/murmur : -/-/-
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Flat, bising usus normal, timpani, soepel
Ekstremitas : Keempat ekstremitas akral hangat, tidak ada oedema
pada keempat ekstremitas
VIII. Status Psikiatri
Kesan Umum : Pasien berpakaian bersih dan tidak rapi, sesuai usia,
dan rambut sedikit berantakan
Kontak : Mata (+), verbal (+) lancar, relevan
Kesadaran : Kualitatif : Tidak berubah
Kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek/Emosi : Depresi
Proses/Berpikir :
• Bentuk : Realistik
• Arus : Koheren
• Isi : Hopeless (+)
Persepsi : Halusinasi auditori (-), visual (+), ilusi (-),
depersonalisasi (-), derealisasi (-)
Intelegensia : Dalam batas normal
Kemauan : Menurun
• Pekerjaan : Menurun
• Sosial : Menurun
• Perawatan diri : Menurun
Psikomotor : Menurun
Tilikan : 6 (keasadaran emosional sejati dari perasaan dalam
diri pasien dan orang-orang penting dalam diri pasien
dimana apat mengubah perilaku pasien).
IX. Diagnosa Multiaxial
a. Aksis I : Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
b. Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
c. Aksis III : E00-G90 Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik
d. Aksis IV : Tidak ada
e. Aksis V : GAF Scale 30-21 disabilitas berat dalam komuniksi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.
X. Diagnosis Banding
Gangguan Suasana Perasaan karena Penyakit Umum
Gangguan Psikotik Akibat Penyakit Umum
Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik (F 32.3)
XI. Terapi
a. Farmakoterapi
P/O Sandepril 50 mg (1-0-0)
P/O Olanzapine 20 mg (0-0-1)
b. Psikoterapi Suportif
Psikoterapi yang dianjurkan bagi pasien adalah terapi ventilasi atau
katarsis. Tujuan dari terapi ventilasi atau katarsis adalah supaya pasien bisa
mengeluarkan semua isi hati sesukanya. Sesudah itu biasanya pasien bisa
lega dan kecemasannya yang tentang penyakitnya akan berkurang, karena
pasien lalu akan dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya.
Terapi konseling juga diperlukan bagi pasien. Karena bisa membantu pasien
mengerti dirinya sendiri menjadi lebih baik dan agar pasien dapat mengatasi
suatu masalah atau dapat menyesuaikan diri.
XII. Edukasi
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang sakit yang dialami pasien
supaya keluarga pasien dapat memahami dan menerima keadaan pasien
serta memperhatikan kepatuhan minum obat.
b. Meminta keluarga pasien supaya mempertahankan perasaan aman dan
tenang. Mencukupi kebutuhan kasih sayang, merawat dengan tulus.
c. Meminta supaya keluarga pasien memberi dukungan mental kepada
pasien.
XIII. Prognosa
Dubia ad bonam, karena:
O Umur permulaan sakit (66 th) : buruk
O Perjalanan penyakit (kronik) : buruk
O Kepribadian premorbid (suka bergaul) : baik
O Faktor keturunan (tidak ada) : baik
O Faktor pencetus (diketahui) : baik
O Perhatian keluarga (baik) : baik
O Ekonomi (cukup) : baik
O Pengobatan (cepat) : baik
XIV. Follow Up
a. Autoanamnesis (Sabtu, 7 Agustus 2015, di rumah pasien)
Saat dikunjungi ke rumahnya, pasien sedang sedang tidur-
tiduran di ruang tengah depan televisi mengenakan bawahan jarik
(kain batik) dan atasan kaos oblong. Pasien lupa dengan
pemeriksa namun pasien mampu berjabat tangan dan
berkenalan dengan pemeriksa. Lalu saat ditanya-tanya pasien
mengaku saat ini sudah enakan dan lebih baik. Ketika ditanya tentang
keluarga dan alamat rumahnya pasien menjawab dengan benar. Lalu
pemeriksa bertanya “Waktu dirumah kegiatan sehari-harinya apa?”. Pasien
menjawab “Saya hanya tiduran saja tiap harinya karena saya kan lagi sakit
sakit”. Sekarang pasien sudah bisa tidur, tidurnya sudah tidak gelagapan lagi,
namun pasien masih mimpi tentang orang-orang yang meninggal. Kemarin
mimpi tentang almarhum ibunya. Pemeriksa kemudian
bertanya,”Kemarin mimpi siapa mbah?”. Pasien menjawab,”
Saya melihat ibu saya yang sudah meninggal itu berdiri di
depan ruang tengah”.
Pemeriksa melanjutkan anamnesis dengan bertanya
mengenai nafsu makannya bagaimana. Lalu pasien
menjawab sudah lumayan mau makan, namun masih mengeluh perutnya
perih. Pemeriksa bertanya lagi “Sekarang masih suka takut
kalau ditinggal sendirian?”. Lalu pasien menjawab “ya sudah
enggak, kan saya berteriak soalnya biasanya pengen kebelet
pipis, mau ke kamar mandi sendiri nggak kuat”. Pasien
bilang kalau sudah tidak rewel lagi ketika sedang ditinggal
anaknya keluar. Namun pasien masih mengeluh tentang
selang yang dipasang di perut sebelah kanannya kapan
dicopot. Pasien juga bercerita kalau tinggal di rumah anak
pertamanya, mempunyai 4 orang anak dan 8 cucu.
Mandinya, pasien hanya diseko saja setiap harinya. Setiap
hari pasien diseko oleh anak-anaknya. Ketika ditanya
tentang keptuhan minum obat, pasien bilang kalau pasien
rutin minum obat supaya bisa sembuh.
b. Heteroanamnesis (Selasa, 9 Juni 2015, di rumah pasien)
Anak pasien mengatakan mengatakan, kondisi pasien sudah lebih
membaik, sudah lebih tenang dari sebelum dibawa berobat ke Poli Jiwa.
Pasien sudah bisa tidur enak. Tidurnya sekarang sudah tidak gelagapan
seperti kemarin, namun kemarin pasien sempat mimpi melihat tentang
ibunya yang sudah meninggal berdiri di ruang tengah. Menurut anak pasien,
pasien sudah tidak cemas lagi ketika ditinggal anaknya bekerja, dulu
sebelum ke Poli Jiwa semua anak pasien harus ada di sampingnya jadi ketika
ada dua anak yang menunggu pasien masih menelpon anak yang lain untuk
menunggu disampingnya. Sekarang meskipun tidak ditunggu semua anaknya
dan anaknya hanya terlihat sekilas saja pasien tidak berteriak-teriak lagi
minta ditunggui terus. Pasien lebih tenang dari sebelumnya. Nafsu makannya
sedikit tapi lumayan sering. Namun kata anaknya semua permintaan pasien
harus dituruti, jika tidak pasien akan marah-marah. Pasien sudah jarang
mengeluhkan tentang penyakitnya dan selang yang ada di perutnya, namun
keluhan perih pada perutnya masih ada. Kata anak pasien, pasien juga rutin
minum obat.
c. Status Interna Singkat
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Tensi : 110/70 mmHg
4. Nadi : 82 x/menit
5. Pernafasan : 20 x/menit
6. Suhu : 36,1 o C
Pemeriksaan Fisik
• Kepala-leher : a/i/c/d: -/-/-/-
• Thorax : Cor : S1S2 tunggal
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
• Abdomen : Flat, bising usus normal, timpani, soepel
• Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas dan tidak
ada oedema pada keempat ekstremitas
d. Status Psikiatri
Kesan Umum : Pasien berpakaian sesuai usia, tidak rapi namun
terlihat bersih
Kontak : Mata (+), verbal (+) lancar , relevan
Kesadaran : Kualitatif : Tidak berubah
Kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek/emosi : Adekuat
Proses/Berpikir :
Bentuk : Realistik
Arus : Koheren
Isi : Waham (-)
Persepsi : Halusinasi auditorik (-), visual (+), ilusi (-),
depersonalisasi (-), derealisasi (-)
Intelegensia : Dalam batas normal
Kemauan :
Pekerjaan : Menurun
Sosial : Menurun
Perawatan diri : Menurun
Psikomotor : Menurun
Tilikan : 6 (keasadaran emosional sejati dari perasaan dalam
diri pasien dan orang-orang penting dalam diri pasien
dimana apat mengubah perilaku pasien).