uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum (polygonum minus huds) terhadap larva artemia salina...

13
http://hadikurniawanapt.blogspot.com/2012/11/skripsi-uji-toksisitas-akut-daun- kesum.html SKRIPSI UJI TOKSISITAS AKUT DAUN KESUM UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN KESUM ( Polygonum minus Huds) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) ACUTE TOXICITY TEST OF METHANOL EXTRACT OF KESUM LEAVES (Polygonum minus Huds) AGAINST Artemia salina Leach LARVAE USING BRINE SHRIMP LETHALITY TEST METHOD (BSLT) Hadi Kurniawan * *) Mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura, Pontianak ABSTRAK Daun Kesum (Polygonum minus Huds) merupakan salah satu kekayaan hayati Kalimantan Barat. Tanaman ini lazim digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, namun belum ada penelitian untuk meneliti potensi toksisitas akut daun kesum. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang ditunjukkan dengan nilai LC 50. Penelitian eksperimental ini menggunakan 300 ekor larva udang (Artemia salina Leach) yang dibagi menjadi 5 kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok seri konsentrasi ekstrak, masing-masing terdiri dari 10 ekor larva dengan replikasi 3 kali untuk tiap kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan I (P1) diberi suspensi sediaan uji ekstrak metanol daun kesum dengan konsentrasi 100 ppm. Kelompok perlakuan II (P2), diberi suspensi sediaan uji dengan konsentrasi 250 ppm. Kelompok perlakuan III (P3) diberi suspensi sediaan uji dengan konsentrasi 500 ppm. Kelompok perlakuan IV (P4) diberi suspensi sediaan uji dengan konsentrasi 750 ppm, sedangkan untuk kelompok perlakuan V (P5) diberikan konsentrasi 1000 ppm. Data kematian Artemia salina Leach dianalisis dengan analisis probit untuk mengetahui nilai LC 50 . Hasil penelitian ini menunjukkan harga LC 50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 137,465 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach menurut metode BSLT yang ditunjukkan dengan harga LC 50 < 1000 ppm. Kata kunci: Uji Toksisitas Akut, Polygonum minus Huds, Artemia salina Leach, BSLT, LC 50 ABSTRACT

Upload: hizki-ervando

Post on 08-Jul-2016

29 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

dad

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

httphadikurniawanaptblogspotcom201211skripsi-uji-toksisitas-akut-daun-

kesumhtml

SKRIPSI UJI TOKSISITAS AKUT DAUN KESUM

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN KESUM (Polygonum minus

Huds) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP

LETHALITY TEST (BSLT)

ACUTE TOXICITY TEST OF METHANOL EXTRACT OF KESUM LEAVES

(Polygonum minus Huds) AGAINST Artemia salina Leach LARVAE USING BRINE

SHRIMP LETHALITY TEST METHOD (BSLT)

Hadi Kurniawan

)

Mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Tanjungpura Pontianak

ABSTRAK

Daun Kesum (Polygonum minus Huds) merupakan salah satu kekayaan hayati

Kalimantan Barat Tanaman ini lazim digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional

namun belum ada penelitian untuk meneliti potensi toksisitas akut daun kesum Tanaman ini

mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang

ditunjukkan dengan nilai LC50 Penelitian eksperimental ini menggunakan 300 ekor larva udang

(Artemia salina Leach) yang dibagi menjadi 5 kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok seri

konsentrasi ekstrak masing-masing terdiri dari 10 ekor larva dengan replikasi 3 kali untuk tiap

kelompok perlakuan Kelompok perlakuan I (P1) diberi suspensi sediaan uji ekstrak metanol

daun kesum dengan konsentrasi 100 ppm Kelompok perlakuan II (P2) diberi suspensi sediaan

uji dengan konsentrasi 250 ppm Kelompok perlakuan III (P3) diberi suspensi sediaan uji dengan

konsentrasi 500 ppm Kelompok perlakuan IV (P4) diberi suspensi sediaan uji dengan

konsentrasi 750 ppm sedangkan untuk kelompok perlakuan V (P5) diberikan konsentrasi 1000

ppm Data kematian Artemia salina Leach dianalisis dengan analisis probit untuk mengetahui

nilai LC50 Hasil penelitian ini menunjukkan harga LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah

137465 ppm Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi

toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach menurut metode BSLT yang ditunjukkan

dengan harga LC50 lt 1000 ppm

Kata kunci Uji Toksisitas Akut Polygonum minus Huds Artemia salina Leach BSLT LC50

ABSTRACT

Kesum leaf is one of biodiversities in West Kalimantan It has been commonly used by

community as traditional herb unfortunately there hasnrsquot been any research yet to measure its

acute toxicity potency This plant contains alkaloid and flavonoid compounds The purpose of

this research is to determine the potency of acute toxicity of methanol extract of kesum leaves

against Artemia salina Leach larvae using Brine Shrimp Lethality Test method (BSLT) which is

shown by LC50 value This research was done by using 300 brine shrimps (Artemia salina Leach)

were divided into 5 negative control groups and 5 treatment groups which contained 10 larvaes

for each group with 3 times replication group Treatment group I (P1) is a suspension which

contained 100 ppm of methanol extract of kesum leaves P2 group had 250 ppm consentration

and P3 group had 500 ppm P4 group had 750 ppm and P5 group had 1000 ppm consentration

The mortality of Artemia salina Leach was analyzed using probit analysis to know LC50 value

The result shows that LC50 value of methanol extract of kesum leaves is 137465 ppm It means

that methanol extract of kesum leaves had acute toxicity potency against Artemia salina Leach

larva according to BSLT method It is indicated by LC50 value lt 1000 ppm

Key words Acute Toxicity Test Polygonum minus Huds Artemia salina Leach BSLT LC50

PENDAHULUAN

Dewasa ini walaupun obat-obat modern telah mendominasi pelayanan kesehatan

formal penggunaan obat tradisional tetap mendapat tempat yang penting bahkan terus

berkembang Obat tradisional tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita karena sudah lekat

dengan budaya bangsa dan digunakan oleh segenap lapisan masyarakat Sesuai standar mutu dari

WHO obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas keamanan dan

khasiat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2002) untuk memenuhi persyaratan

tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji praklinik yang meliputi uji

ketoksikan dan aktivitas yang jika syaratnya terpenuhi maka dapat berlanjut ketahap uji klinik

(Setyawati amp Suyatna et al 2007)

Kalimantan Barat memiliki kekayaan sumber daya alam diantaranya memiliki tanaman

khas yang biasa digunakan oleh masyarakat Kalimantan Barat baik untuk bahan masakan

maupun obat tradisional Salah satu kekayaan hayati Kalimantan Barat yang potensial adalah

tanaman kesum (Polygonum minus Huds) Tanaman ini tersebar di Kalimantan Barat serta

dikenal luas oleh masyarakat Daun kesum dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau penyedap

rasa pada makanan bubur pedas Pemanfaatan ini karena kesum memberikan aroma yang sedap

rasa yang khas dan nikmat Tanaman ini dapat juga dimakan sebagai lalap Secara tradisional

air rebusan daun kesum digunakan untuk mengobati masalah pencernaan menghilangkan

ketombe di kepala dan sebagai minuman setelah bersalin (Wibowo 2007 Azuan 2010 amp

Globinmed 2010) Mengingat pemanfaatan daun kesum berdasarkan pengalaman secara turun-

temurun maka perlu didukung oleh informasi ilmiah mengenai potensi toksisitas akut

Penelitian uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum terhadap larva Artemia salina

Leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji toksisitas akut ekstrak

metanol daun kesum ini dipilih mengingat masih kurangnya informasi ilmiah mengenai potensi

toksisitas daun kesum Metode BSLT dipilih karena metode ini sering digunakan untuk

praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana

cepat murah mudah dapat dipercaya dan hasilnya representatif (Meyer et al 1982) Uji

User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight

toksisitas dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina

Leach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam Hasil uji dinyatakan sebagai LC50

dinyatakan bersifat toksikaktif terhadap Artemia salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut

memiliki LC50 lt 1000 microgmL dan berpotensi sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai

antikanker (Meyer et al 1982) Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan

bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Jika hasil uji BSLT

menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke

penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-khasiat lain dari ekstrak tersebut

Skrining fitokimia terhadap fraksi metanol daun kesum menunjukkan adanya senyawa-

senyawa golongan flavonoid dan alkaloid Adanya kandungan golongan senyawa flavonoid

ditunjukkan dengan hasil uji positif dengan pereaksi shinoda test dan H2SO4 sedangkan adanya

senyawa golongan alkaloid ditunjukkan dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi Wagner

Dragendorf dan Mayer Hasil penelitian uji antimikroba fraksi metanol dan dietil-eter daun

kesum menunjukkan bahwa kedua fraksi bersifat aktif terhadap mikroba Bacilus subtilis dan

Escherichia coli Berdasarkan data uji antimikroba terhadap ekstrak yang diperoleh terhadap

bakteri E coli dan Basillus subtilis menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar mampu menghambat

pertumbuhan kedua bakteri dengan zona hambat masing-masing 140 cm dan 185 cm

sedangkan ekstrak polar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat masing-

masing 210 cm dan 16 cm Kedua fraksi bersifat bakteriostatik (Wibowo 2007)

Penggunaan pelarut metanol pada penelitian ini dikarenakan pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2007) bahwa sebanyak 2 kg daun kesum segar yang

telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam

Terhadap maserat yang didapat kemudian dilakukan fraksinansi dengan dietil-eter sehingga

diperoleh fraksi dietil-eter dan metanol Selanjutnya kedua fraksi dievaporasi hingga diperoleh

ekstrak kental masing-masing sebanyak 04283 gram fraksi dietil-eter dan 104764 gram fraksi

metanol Dalam hal ini senyawa yang ditarik lebih banyak pada fraksi metanol yang

mengandung senyawa-senyawa polar daripada fraksi dietil eter yang mengandung senyawa-

senyawa non-polar Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pelarut yang polar khususnya

metanol

Berdasarkan latar belakang di atas dan karena belum adanya penelitian untuk meneliti

potensi toksisitas akut daun kesum maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk

mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang

ditunjukkan dengan nilai LC50

METODOLOGI

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kesum (Polygonum minus

Huds) telur udang Artemia salina Leach metanol teknis (E Merckreg

) metanol pa (E Merckreg

)

kloroform pa (E Merckreg

) amoniak pa H2SO4 2 M reagen mayer reagen dragendorff (E

Merckreg

) HCl pekat pa (E Merckreg

) serbuk logam Mg (Reidel de Haenreg

) DMSO 1 NaCl

pa heksan pa etil asetat pa akuades dan ragi (Fermipanreg

)

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca analitik (Precisa XB 4200

Creg

Precisa XT 220 Areg

) alat stainless alat-alat gelas (Pyrexreg) pipet mikro (Rainin pipet lite SL-

100reg

dan SL-1000reg

) rotary evaporator (Heidolphreg

) oven (memmertreg

) hot plate (Schott

User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight

Instrumentsreg

) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg

)

mikroskop (Zeiss Primo Starreg

dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH

termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg

)

chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm

CARA KERJA

Determinasi Tanaman

Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri

morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap

kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan

Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor

Preparasi Sampel

Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan

Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini

dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-

sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan

yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak

langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah

tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak

Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara

Maserasi

Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang

cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan

direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan

selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol

kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan

pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas

disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih

bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada

hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator

berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen

yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia

dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT

berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji

toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach

Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)

Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp

Radji 2008)

Penyiapan Kontrol

Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina

Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk

masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10

ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian

ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL

Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Penetasan Telur Artemia salina Leach

Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan

telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang

kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan

dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar

suhu penetasan 25oC-31

oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang

sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban

hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu

dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan

sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah

berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan

selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan

dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah

menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva

yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius

dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan

Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji

Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam

air laut buatan

Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing

disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok

(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok

1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250

microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji

dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam

desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan

menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian

ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel

kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa

2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan

divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach

yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam

setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan

sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa

memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah

penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung

dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang

adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti

2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan

bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang

mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah

nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop

Analisis Toksisitas

Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva

Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap

vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100

yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu

dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50

Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et

al 1982 Harmita amp Radji2008)

Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel

menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus

hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log

konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X

didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau

LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit

dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi

LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)

Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit

Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan

mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel

dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian

sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk

memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis

selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis

probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak

berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di

jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 2: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

Kesum leaf is one of biodiversities in West Kalimantan It has been commonly used by

community as traditional herb unfortunately there hasnrsquot been any research yet to measure its

acute toxicity potency This plant contains alkaloid and flavonoid compounds The purpose of

this research is to determine the potency of acute toxicity of methanol extract of kesum leaves

against Artemia salina Leach larvae using Brine Shrimp Lethality Test method (BSLT) which is

shown by LC50 value This research was done by using 300 brine shrimps (Artemia salina Leach)

were divided into 5 negative control groups and 5 treatment groups which contained 10 larvaes

for each group with 3 times replication group Treatment group I (P1) is a suspension which

contained 100 ppm of methanol extract of kesum leaves P2 group had 250 ppm consentration

and P3 group had 500 ppm P4 group had 750 ppm and P5 group had 1000 ppm consentration

The mortality of Artemia salina Leach was analyzed using probit analysis to know LC50 value

The result shows that LC50 value of methanol extract of kesum leaves is 137465 ppm It means

that methanol extract of kesum leaves had acute toxicity potency against Artemia salina Leach

larva according to BSLT method It is indicated by LC50 value lt 1000 ppm

Key words Acute Toxicity Test Polygonum minus Huds Artemia salina Leach BSLT LC50

PENDAHULUAN

Dewasa ini walaupun obat-obat modern telah mendominasi pelayanan kesehatan

formal penggunaan obat tradisional tetap mendapat tempat yang penting bahkan terus

berkembang Obat tradisional tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita karena sudah lekat

dengan budaya bangsa dan digunakan oleh segenap lapisan masyarakat Sesuai standar mutu dari

WHO obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas keamanan dan

khasiat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2002) untuk memenuhi persyaratan

tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji praklinik yang meliputi uji

ketoksikan dan aktivitas yang jika syaratnya terpenuhi maka dapat berlanjut ketahap uji klinik

(Setyawati amp Suyatna et al 2007)

Kalimantan Barat memiliki kekayaan sumber daya alam diantaranya memiliki tanaman

khas yang biasa digunakan oleh masyarakat Kalimantan Barat baik untuk bahan masakan

maupun obat tradisional Salah satu kekayaan hayati Kalimantan Barat yang potensial adalah

tanaman kesum (Polygonum minus Huds) Tanaman ini tersebar di Kalimantan Barat serta

dikenal luas oleh masyarakat Daun kesum dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau penyedap

rasa pada makanan bubur pedas Pemanfaatan ini karena kesum memberikan aroma yang sedap

rasa yang khas dan nikmat Tanaman ini dapat juga dimakan sebagai lalap Secara tradisional

air rebusan daun kesum digunakan untuk mengobati masalah pencernaan menghilangkan

ketombe di kepala dan sebagai minuman setelah bersalin (Wibowo 2007 Azuan 2010 amp

Globinmed 2010) Mengingat pemanfaatan daun kesum berdasarkan pengalaman secara turun-

temurun maka perlu didukung oleh informasi ilmiah mengenai potensi toksisitas akut

Penelitian uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum terhadap larva Artemia salina

Leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji toksisitas akut ekstrak

metanol daun kesum ini dipilih mengingat masih kurangnya informasi ilmiah mengenai potensi

toksisitas daun kesum Metode BSLT dipilih karena metode ini sering digunakan untuk

praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana

cepat murah mudah dapat dipercaya dan hasilnya representatif (Meyer et al 1982) Uji

User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight

toksisitas dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina

Leach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam Hasil uji dinyatakan sebagai LC50

dinyatakan bersifat toksikaktif terhadap Artemia salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut

memiliki LC50 lt 1000 microgmL dan berpotensi sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai

antikanker (Meyer et al 1982) Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan

bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Jika hasil uji BSLT

menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke

penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-khasiat lain dari ekstrak tersebut

Skrining fitokimia terhadap fraksi metanol daun kesum menunjukkan adanya senyawa-

senyawa golongan flavonoid dan alkaloid Adanya kandungan golongan senyawa flavonoid

ditunjukkan dengan hasil uji positif dengan pereaksi shinoda test dan H2SO4 sedangkan adanya

senyawa golongan alkaloid ditunjukkan dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi Wagner

Dragendorf dan Mayer Hasil penelitian uji antimikroba fraksi metanol dan dietil-eter daun

kesum menunjukkan bahwa kedua fraksi bersifat aktif terhadap mikroba Bacilus subtilis dan

Escherichia coli Berdasarkan data uji antimikroba terhadap ekstrak yang diperoleh terhadap

bakteri E coli dan Basillus subtilis menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar mampu menghambat

pertumbuhan kedua bakteri dengan zona hambat masing-masing 140 cm dan 185 cm

sedangkan ekstrak polar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat masing-

masing 210 cm dan 16 cm Kedua fraksi bersifat bakteriostatik (Wibowo 2007)

Penggunaan pelarut metanol pada penelitian ini dikarenakan pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2007) bahwa sebanyak 2 kg daun kesum segar yang

telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam

Terhadap maserat yang didapat kemudian dilakukan fraksinansi dengan dietil-eter sehingga

diperoleh fraksi dietil-eter dan metanol Selanjutnya kedua fraksi dievaporasi hingga diperoleh

ekstrak kental masing-masing sebanyak 04283 gram fraksi dietil-eter dan 104764 gram fraksi

metanol Dalam hal ini senyawa yang ditarik lebih banyak pada fraksi metanol yang

mengandung senyawa-senyawa polar daripada fraksi dietil eter yang mengandung senyawa-

senyawa non-polar Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pelarut yang polar khususnya

metanol

Berdasarkan latar belakang di atas dan karena belum adanya penelitian untuk meneliti

potensi toksisitas akut daun kesum maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk

mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang

ditunjukkan dengan nilai LC50

METODOLOGI

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kesum (Polygonum minus

Huds) telur udang Artemia salina Leach metanol teknis (E Merckreg

) metanol pa (E Merckreg

)

kloroform pa (E Merckreg

) amoniak pa H2SO4 2 M reagen mayer reagen dragendorff (E

Merckreg

) HCl pekat pa (E Merckreg

) serbuk logam Mg (Reidel de Haenreg

) DMSO 1 NaCl

pa heksan pa etil asetat pa akuades dan ragi (Fermipanreg

)

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca analitik (Precisa XB 4200

Creg

Precisa XT 220 Areg

) alat stainless alat-alat gelas (Pyrexreg) pipet mikro (Rainin pipet lite SL-

100reg

dan SL-1000reg

) rotary evaporator (Heidolphreg

) oven (memmertreg

) hot plate (Schott

User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight

Instrumentsreg

) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg

)

mikroskop (Zeiss Primo Starreg

dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH

termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg

)

chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm

CARA KERJA

Determinasi Tanaman

Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri

morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap

kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan

Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor

Preparasi Sampel

Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan

Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini

dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-

sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan

yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak

langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah

tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak

Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara

Maserasi

Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang

cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan

direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan

selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol

kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan

pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas

disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih

bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada

hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator

berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen

yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia

dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT

berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji

toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach

Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)

Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp

Radji 2008)

Penyiapan Kontrol

Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina

Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk

masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10

ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian

ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL

Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Penetasan Telur Artemia salina Leach

Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan

telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang

kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan

dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar

suhu penetasan 25oC-31

oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang

sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban

hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu

dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan

sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah

berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan

selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan

dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah

menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva

yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius

dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan

Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji

Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam

air laut buatan

Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing

disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok

(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok

1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250

microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji

dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam

desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan

menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian

ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel

kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa

2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan

divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach

yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam

setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan

sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa

memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah

penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung

dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang

adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti

2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan

bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang

mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah

nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop

Analisis Toksisitas

Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva

Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap

vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100

yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu

dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50

Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et

al 1982 Harmita amp Radji2008)

Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel

menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus

hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log

konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X

didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau

LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit

dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi

LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)

Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit

Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan

mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel

dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian

sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk

memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis

selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis

probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak

berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di

jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 3: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

toksisitas dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina

Leach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam Hasil uji dinyatakan sebagai LC50

dinyatakan bersifat toksikaktif terhadap Artemia salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut

memiliki LC50 lt 1000 microgmL dan berpotensi sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai

antikanker (Meyer et al 1982) Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan

bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Jika hasil uji BSLT

menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke

penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-khasiat lain dari ekstrak tersebut

Skrining fitokimia terhadap fraksi metanol daun kesum menunjukkan adanya senyawa-

senyawa golongan flavonoid dan alkaloid Adanya kandungan golongan senyawa flavonoid

ditunjukkan dengan hasil uji positif dengan pereaksi shinoda test dan H2SO4 sedangkan adanya

senyawa golongan alkaloid ditunjukkan dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi Wagner

Dragendorf dan Mayer Hasil penelitian uji antimikroba fraksi metanol dan dietil-eter daun

kesum menunjukkan bahwa kedua fraksi bersifat aktif terhadap mikroba Bacilus subtilis dan

Escherichia coli Berdasarkan data uji antimikroba terhadap ekstrak yang diperoleh terhadap

bakteri E coli dan Basillus subtilis menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar mampu menghambat

pertumbuhan kedua bakteri dengan zona hambat masing-masing 140 cm dan 185 cm

sedangkan ekstrak polar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat masing-

masing 210 cm dan 16 cm Kedua fraksi bersifat bakteriostatik (Wibowo 2007)

Penggunaan pelarut metanol pada penelitian ini dikarenakan pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2007) bahwa sebanyak 2 kg daun kesum segar yang

telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam

Terhadap maserat yang didapat kemudian dilakukan fraksinansi dengan dietil-eter sehingga

diperoleh fraksi dietil-eter dan metanol Selanjutnya kedua fraksi dievaporasi hingga diperoleh

ekstrak kental masing-masing sebanyak 04283 gram fraksi dietil-eter dan 104764 gram fraksi

metanol Dalam hal ini senyawa yang ditarik lebih banyak pada fraksi metanol yang

mengandung senyawa-senyawa polar daripada fraksi dietil eter yang mengandung senyawa-

senyawa non-polar Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pelarut yang polar khususnya

metanol

Berdasarkan latar belakang di atas dan karena belum adanya penelitian untuk meneliti

potensi toksisitas akut daun kesum maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk

mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang

ditunjukkan dengan nilai LC50

METODOLOGI

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kesum (Polygonum minus

Huds) telur udang Artemia salina Leach metanol teknis (E Merckreg

) metanol pa (E Merckreg

)

kloroform pa (E Merckreg

) amoniak pa H2SO4 2 M reagen mayer reagen dragendorff (E

Merckreg

) HCl pekat pa (E Merckreg

) serbuk logam Mg (Reidel de Haenreg

) DMSO 1 NaCl

pa heksan pa etil asetat pa akuades dan ragi (Fermipanreg

)

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca analitik (Precisa XB 4200

Creg

Precisa XT 220 Areg

) alat stainless alat-alat gelas (Pyrexreg) pipet mikro (Rainin pipet lite SL-

100reg

dan SL-1000reg

) rotary evaporator (Heidolphreg

) oven (memmertreg

) hot plate (Schott

User
Highlight
User
Highlight
User
Highlight

Instrumentsreg

) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg

)

mikroskop (Zeiss Primo Starreg

dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH

termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg

)

chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm

CARA KERJA

Determinasi Tanaman

Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri

morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap

kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan

Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor

Preparasi Sampel

Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan

Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini

dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-

sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan

yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak

langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah

tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak

Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara

Maserasi

Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang

cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan

direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan

selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol

kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan

pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas

disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih

bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada

hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator

berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen

yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia

dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT

berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji

toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach

Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)

Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp

Radji 2008)

Penyiapan Kontrol

Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina

Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk

masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10

ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian

ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL

Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Penetasan Telur Artemia salina Leach

Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan

telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang

kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan

dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar

suhu penetasan 25oC-31

oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang

sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban

hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu

dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan

sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah

berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan

selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan

dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah

menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva

yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius

dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan

Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji

Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam

air laut buatan

Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing

disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok

(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok

1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250

microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji

dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam

desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan

menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian

ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel

kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa

2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan

divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach

yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam

setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan

sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa

memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah

penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung

dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang

adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti

2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan

bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang

mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah

nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop

Analisis Toksisitas

Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva

Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap

vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100

yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu

dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50

Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et

al 1982 Harmita amp Radji2008)

Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel

menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus

hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log

konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X

didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau

LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit

dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi

LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)

Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit

Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan

mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel

dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian

sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk

memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis

selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis

probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak

berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di

jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 4: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

Instrumentsreg

) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg

)

mikroskop (Zeiss Primo Starreg

dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH

termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg

)

chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm

CARA KERJA

Determinasi Tanaman

Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri

morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap

kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan

Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor

Preparasi Sampel

Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan

Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini

dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-

sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan

yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak

langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah

tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak

Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara

Maserasi

Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang

cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan

direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan

selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol

kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan

pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas

disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih

bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada

hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator

berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen

yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang

diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia

dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT

berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji

toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach

Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)

Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp

Radji 2008)

Penyiapan Kontrol

Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina

Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk

masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10

ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian

ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL

Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Penetasan Telur Artemia salina Leach

Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan

telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang

kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan

dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar

suhu penetasan 25oC-31

oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang

sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban

hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu

dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan

sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah

berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan

selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan

dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah

menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva

yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius

dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan

Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji

Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam

air laut buatan

Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing

disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok

(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok

1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250

microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji

dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam

desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan

menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian

ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel

kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa

2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan

divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach

yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam

setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan

sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa

memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah

penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung

dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang

adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti

2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan

bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang

mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah

nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop

Analisis Toksisitas

Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva

Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap

vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100

yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu

dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50

Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et

al 1982 Harmita amp Radji2008)

Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel

menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus

hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log

konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X

didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau

LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit

dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi

LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)

Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit

Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan

mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel

dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian

sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk

memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis

selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis

probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak

berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di

jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 5: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina

Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk

masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10

ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian

ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL

Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Penetasan Telur Artemia salina Leach

Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan

telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang

kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan

dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar

suhu penetasan 25oC-31

oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang

sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban

hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu

dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan

sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah

berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan

selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan

dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah

menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva

yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius

dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan

Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji

Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam

air laut buatan

Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing

disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok

(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok

1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250

microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji

dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam

desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan

menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian

ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel

kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa

2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan

divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach

yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam

setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan

sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa

memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah

penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung

dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang

adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti

2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan

bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang

mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah

nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop

Analisis Toksisitas

Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva

Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap

vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100

yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu

dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50

Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et

al 1982 Harmita amp Radji2008)

Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel

menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus

hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log

konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X

didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau

LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit

dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi

LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)

Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit

Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan

mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel

dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian

sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk

memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis

selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis

probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak

berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di

jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 6: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung

dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang

adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti

2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan

bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang

mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah

nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop

Analisis Toksisitas

Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva

Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap

vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100

yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu

dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50

Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et

al 1982 Harmita amp Radji2008)

Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel

menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus

hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log

konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X

didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau

LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit

dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi

LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)

Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit

Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan

mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel

dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian

sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk

memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis

selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis

probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak

berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di

jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 7: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium

Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang

digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian

bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari

Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011

menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit

memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung

secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender

sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering

daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan

pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut

disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau

perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat

Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam

sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat

yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi

dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga

permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat

perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan

atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih

cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan

aktif

Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian

dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air

yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang

diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57

(bb) dari berat sampel segarnya

Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu

flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia

menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif

berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum

menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas

biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut

dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap

larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji

pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas

sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas

terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)

Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa

User
Highlight

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 8: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian

senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai

hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp

(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii

Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)

menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak

memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum

hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit

sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)

Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500

ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya

tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar

ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan

pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada

yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini

murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina

Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak

Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk

mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara

statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak

ada data lain yang dapat dipakai

Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125

μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan

uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu

kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses

pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva

tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan

membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air

laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)

larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap

konsentrasi dihitung dan dicatat

Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan

tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk

membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut

dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik

sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan

permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu

kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus

(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar

Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media

uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak

terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat

cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan

cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram

garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 9: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang

baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH

Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-

masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap

kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi

Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian

Larva Artemia salina Leach

Kelompok

Perlakuan

Konsentrasi

ekstrak

metanol

daun

kesum

(ppm)

Jumlah Kematian Larva

Artemia salina Leach pada

setiap replikasi (Ekor)

Kematian

RI RII RIII Rata-rata

P1 100 4 5 4 433 433

P2 250 7 8 7 733 733

P3 500 9 9 8 867 867

P4 750 9 10 8 9 90

P5 1000 10 10 9 967 967

K 0 0 0 0 0 0

Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi

ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada

Gambar 1

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 10: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)

terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach

Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan

rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-

rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva

Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada

larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut

sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga

konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga

LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi

zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia

salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)

menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang

diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada

percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi

toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia

salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan

aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji

pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari

1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat

dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina

Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan

pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)

Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil

perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for

windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga

LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan

antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan

uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 11: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian

statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual

dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit

menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm

dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat

disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan

Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai

potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun

kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian

larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun

kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara

kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau

racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat

pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada

daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga

tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008

Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)

Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu

Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel

kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering

digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik

adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit

Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat

sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan

kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum

diketahui secara pasti

Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian

larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 12: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa

sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian

terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau

ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki

aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut

metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai

antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak

tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut

dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan

penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang

berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji

kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia

atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun

kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun

perlu dilakukan uji lebih lanjut

KESIMPULAN

1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm

2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut

terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm

3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah

SARAN

1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan

(menyimpang)

2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan

ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan

pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini

3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi

toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam

tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji

aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka

sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker

DAFTAR PUSTAKA

Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46

Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber

Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi

Alam VI (1) 39

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6

Page 13: Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds) Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)

(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15

Februari 2011])

Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)

Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17

Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_

contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])

Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J

(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78

Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu

terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)

82

Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam

Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi

Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant

Constituents Planta Medica 45 32-33

Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam

Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157

Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada

Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana

Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2

Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi

V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24

Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum

(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-

ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6