uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum (polygonum minus huds) terhadap larva artemia salina...
DESCRIPTION
dadTRANSCRIPT
httphadikurniawanaptblogspotcom201211skripsi-uji-toksisitas-akut-daun-
kesumhtml
SKRIPSI UJI TOKSISITAS AKUT DAUN KESUM
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK METANOL DAUN KESUM (Polygonum minus
Huds) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP
LETHALITY TEST (BSLT)
ACUTE TOXICITY TEST OF METHANOL EXTRACT OF KESUM LEAVES
(Polygonum minus Huds) AGAINST Artemia salina Leach LARVAE USING BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST METHOD (BSLT)
Hadi Kurniawan
)
Mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tanjungpura Pontianak
ABSTRAK
Daun Kesum (Polygonum minus Huds) merupakan salah satu kekayaan hayati
Kalimantan Barat Tanaman ini lazim digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional
namun belum ada penelitian untuk meneliti potensi toksisitas akut daun kesum Tanaman ini
mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang
ditunjukkan dengan nilai LC50 Penelitian eksperimental ini menggunakan 300 ekor larva udang
(Artemia salina Leach) yang dibagi menjadi 5 kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok seri
konsentrasi ekstrak masing-masing terdiri dari 10 ekor larva dengan replikasi 3 kali untuk tiap
kelompok perlakuan Kelompok perlakuan I (P1) diberi suspensi sediaan uji ekstrak metanol
daun kesum dengan konsentrasi 100 ppm Kelompok perlakuan II (P2) diberi suspensi sediaan
uji dengan konsentrasi 250 ppm Kelompok perlakuan III (P3) diberi suspensi sediaan uji dengan
konsentrasi 500 ppm Kelompok perlakuan IV (P4) diberi suspensi sediaan uji dengan
konsentrasi 750 ppm sedangkan untuk kelompok perlakuan V (P5) diberikan konsentrasi 1000
ppm Data kematian Artemia salina Leach dianalisis dengan analisis probit untuk mengetahui
nilai LC50 Hasil penelitian ini menunjukkan harga LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah
137465 ppm Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi
toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach menurut metode BSLT yang ditunjukkan
dengan harga LC50 lt 1000 ppm
Kata kunci Uji Toksisitas Akut Polygonum minus Huds Artemia salina Leach BSLT LC50
ABSTRACT
Kesum leaf is one of biodiversities in West Kalimantan It has been commonly used by
community as traditional herb unfortunately there hasnrsquot been any research yet to measure its
acute toxicity potency This plant contains alkaloid and flavonoid compounds The purpose of
this research is to determine the potency of acute toxicity of methanol extract of kesum leaves
against Artemia salina Leach larvae using Brine Shrimp Lethality Test method (BSLT) which is
shown by LC50 value This research was done by using 300 brine shrimps (Artemia salina Leach)
were divided into 5 negative control groups and 5 treatment groups which contained 10 larvaes
for each group with 3 times replication group Treatment group I (P1) is a suspension which
contained 100 ppm of methanol extract of kesum leaves P2 group had 250 ppm consentration
and P3 group had 500 ppm P4 group had 750 ppm and P5 group had 1000 ppm consentration
The mortality of Artemia salina Leach was analyzed using probit analysis to know LC50 value
The result shows that LC50 value of methanol extract of kesum leaves is 137465 ppm It means
that methanol extract of kesum leaves had acute toxicity potency against Artemia salina Leach
larva according to BSLT method It is indicated by LC50 value lt 1000 ppm
Key words Acute Toxicity Test Polygonum minus Huds Artemia salina Leach BSLT LC50
PENDAHULUAN
Dewasa ini walaupun obat-obat modern telah mendominasi pelayanan kesehatan
formal penggunaan obat tradisional tetap mendapat tempat yang penting bahkan terus
berkembang Obat tradisional tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita karena sudah lekat
dengan budaya bangsa dan digunakan oleh segenap lapisan masyarakat Sesuai standar mutu dari
WHO obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas keamanan dan
khasiat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2002) untuk memenuhi persyaratan
tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji praklinik yang meliputi uji
ketoksikan dan aktivitas yang jika syaratnya terpenuhi maka dapat berlanjut ketahap uji klinik
(Setyawati amp Suyatna et al 2007)
Kalimantan Barat memiliki kekayaan sumber daya alam diantaranya memiliki tanaman
khas yang biasa digunakan oleh masyarakat Kalimantan Barat baik untuk bahan masakan
maupun obat tradisional Salah satu kekayaan hayati Kalimantan Barat yang potensial adalah
tanaman kesum (Polygonum minus Huds) Tanaman ini tersebar di Kalimantan Barat serta
dikenal luas oleh masyarakat Daun kesum dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau penyedap
rasa pada makanan bubur pedas Pemanfaatan ini karena kesum memberikan aroma yang sedap
rasa yang khas dan nikmat Tanaman ini dapat juga dimakan sebagai lalap Secara tradisional
air rebusan daun kesum digunakan untuk mengobati masalah pencernaan menghilangkan
ketombe di kepala dan sebagai minuman setelah bersalin (Wibowo 2007 Azuan 2010 amp
Globinmed 2010) Mengingat pemanfaatan daun kesum berdasarkan pengalaman secara turun-
temurun maka perlu didukung oleh informasi ilmiah mengenai potensi toksisitas akut
Penelitian uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum terhadap larva Artemia salina
Leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji toksisitas akut ekstrak
metanol daun kesum ini dipilih mengingat masih kurangnya informasi ilmiah mengenai potensi
toksisitas daun kesum Metode BSLT dipilih karena metode ini sering digunakan untuk
praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana
cepat murah mudah dapat dipercaya dan hasilnya representatif (Meyer et al 1982) Uji
toksisitas dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina
Leach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam Hasil uji dinyatakan sebagai LC50
dinyatakan bersifat toksikaktif terhadap Artemia salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut
memiliki LC50 lt 1000 microgmL dan berpotensi sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai
antikanker (Meyer et al 1982) Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan
bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Jika hasil uji BSLT
menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke
penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-khasiat lain dari ekstrak tersebut
Skrining fitokimia terhadap fraksi metanol daun kesum menunjukkan adanya senyawa-
senyawa golongan flavonoid dan alkaloid Adanya kandungan golongan senyawa flavonoid
ditunjukkan dengan hasil uji positif dengan pereaksi shinoda test dan H2SO4 sedangkan adanya
senyawa golongan alkaloid ditunjukkan dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi Wagner
Dragendorf dan Mayer Hasil penelitian uji antimikroba fraksi metanol dan dietil-eter daun
kesum menunjukkan bahwa kedua fraksi bersifat aktif terhadap mikroba Bacilus subtilis dan
Escherichia coli Berdasarkan data uji antimikroba terhadap ekstrak yang diperoleh terhadap
bakteri E coli dan Basillus subtilis menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar mampu menghambat
pertumbuhan kedua bakteri dengan zona hambat masing-masing 140 cm dan 185 cm
sedangkan ekstrak polar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat masing-
masing 210 cm dan 16 cm Kedua fraksi bersifat bakteriostatik (Wibowo 2007)
Penggunaan pelarut metanol pada penelitian ini dikarenakan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2007) bahwa sebanyak 2 kg daun kesum segar yang
telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam
Terhadap maserat yang didapat kemudian dilakukan fraksinansi dengan dietil-eter sehingga
diperoleh fraksi dietil-eter dan metanol Selanjutnya kedua fraksi dievaporasi hingga diperoleh
ekstrak kental masing-masing sebanyak 04283 gram fraksi dietil-eter dan 104764 gram fraksi
metanol Dalam hal ini senyawa yang ditarik lebih banyak pada fraksi metanol yang
mengandung senyawa-senyawa polar daripada fraksi dietil eter yang mengandung senyawa-
senyawa non-polar Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pelarut yang polar khususnya
metanol
Berdasarkan latar belakang di atas dan karena belum adanya penelitian untuk meneliti
potensi toksisitas akut daun kesum maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk
mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang
ditunjukkan dengan nilai LC50
METODOLOGI
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kesum (Polygonum minus
Huds) telur udang Artemia salina Leach metanol teknis (E Merckreg
) metanol pa (E Merckreg
)
kloroform pa (E Merckreg
) amoniak pa H2SO4 2 M reagen mayer reagen dragendorff (E
Merckreg
) HCl pekat pa (E Merckreg
) serbuk logam Mg (Reidel de Haenreg
) DMSO 1 NaCl
pa heksan pa etil asetat pa akuades dan ragi (Fermipanreg
)
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca analitik (Precisa XB 4200
Creg
Precisa XT 220 Areg
) alat stainless alat-alat gelas (Pyrexreg) pipet mikro (Rainin pipet lite SL-
100reg
dan SL-1000reg
) rotary evaporator (Heidolphreg
) oven (memmertreg
) hot plate (Schott
Instrumentsreg
) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg
)
mikroskop (Zeiss Primo Starreg
dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH
termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg
)
chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm
CARA KERJA
Determinasi Tanaman
Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri
morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap
kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan
Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor
Preparasi Sampel
Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan
Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini
dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-
sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan
yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak
langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah
tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara
Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang
cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan
direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan
selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol
kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan
pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas
disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih
bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada
hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator
berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen
yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia
dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT
berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji
toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach
Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)
Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp
Radji 2008)
Penyiapan Kontrol
Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina
Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk
masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10
ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian
ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL
Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penetasan Telur Artemia salina Leach
Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan
telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang
kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan
dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar
suhu penetasan 25oC-31
oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang
sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban
hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu
dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan
sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah
berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan
selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan
dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah
menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva
yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius
dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan
Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji
Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam
air laut buatan
Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing
disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok
(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok
1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250
microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji
dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam
desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan
menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian
ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel
kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa
2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan
divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach
yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam
setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan
sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa
memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah
penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung
dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang
adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti
2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan
bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang
mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah
nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop
Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva
Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100
yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu
dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50
Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et
al 1982 Harmita amp Radji2008)
Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus
hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log
konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X
didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau
LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit
dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi
LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)
Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit
Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian
sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk
memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis
selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis
probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak
berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di
jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
Kesum leaf is one of biodiversities in West Kalimantan It has been commonly used by
community as traditional herb unfortunately there hasnrsquot been any research yet to measure its
acute toxicity potency This plant contains alkaloid and flavonoid compounds The purpose of
this research is to determine the potency of acute toxicity of methanol extract of kesum leaves
against Artemia salina Leach larvae using Brine Shrimp Lethality Test method (BSLT) which is
shown by LC50 value This research was done by using 300 brine shrimps (Artemia salina Leach)
were divided into 5 negative control groups and 5 treatment groups which contained 10 larvaes
for each group with 3 times replication group Treatment group I (P1) is a suspension which
contained 100 ppm of methanol extract of kesum leaves P2 group had 250 ppm consentration
and P3 group had 500 ppm P4 group had 750 ppm and P5 group had 1000 ppm consentration
The mortality of Artemia salina Leach was analyzed using probit analysis to know LC50 value
The result shows that LC50 value of methanol extract of kesum leaves is 137465 ppm It means
that methanol extract of kesum leaves had acute toxicity potency against Artemia salina Leach
larva according to BSLT method It is indicated by LC50 value lt 1000 ppm
Key words Acute Toxicity Test Polygonum minus Huds Artemia salina Leach BSLT LC50
PENDAHULUAN
Dewasa ini walaupun obat-obat modern telah mendominasi pelayanan kesehatan
formal penggunaan obat tradisional tetap mendapat tempat yang penting bahkan terus
berkembang Obat tradisional tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita karena sudah lekat
dengan budaya bangsa dan digunakan oleh segenap lapisan masyarakat Sesuai standar mutu dari
WHO obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas keamanan dan
khasiat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2002) untuk memenuhi persyaratan
tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji praklinik yang meliputi uji
ketoksikan dan aktivitas yang jika syaratnya terpenuhi maka dapat berlanjut ketahap uji klinik
(Setyawati amp Suyatna et al 2007)
Kalimantan Barat memiliki kekayaan sumber daya alam diantaranya memiliki tanaman
khas yang biasa digunakan oleh masyarakat Kalimantan Barat baik untuk bahan masakan
maupun obat tradisional Salah satu kekayaan hayati Kalimantan Barat yang potensial adalah
tanaman kesum (Polygonum minus Huds) Tanaman ini tersebar di Kalimantan Barat serta
dikenal luas oleh masyarakat Daun kesum dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau penyedap
rasa pada makanan bubur pedas Pemanfaatan ini karena kesum memberikan aroma yang sedap
rasa yang khas dan nikmat Tanaman ini dapat juga dimakan sebagai lalap Secara tradisional
air rebusan daun kesum digunakan untuk mengobati masalah pencernaan menghilangkan
ketombe di kepala dan sebagai minuman setelah bersalin (Wibowo 2007 Azuan 2010 amp
Globinmed 2010) Mengingat pemanfaatan daun kesum berdasarkan pengalaman secara turun-
temurun maka perlu didukung oleh informasi ilmiah mengenai potensi toksisitas akut
Penelitian uji toksisitas akut ekstrak metanol daun kesum terhadap larva Artemia salina
Leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji toksisitas akut ekstrak
metanol daun kesum ini dipilih mengingat masih kurangnya informasi ilmiah mengenai potensi
toksisitas daun kesum Metode BSLT dipilih karena metode ini sering digunakan untuk
praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan karena sederhana
cepat murah mudah dapat dipercaya dan hasilnya representatif (Meyer et al 1982) Uji
toksisitas dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina
Leach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam Hasil uji dinyatakan sebagai LC50
dinyatakan bersifat toksikaktif terhadap Artemia salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut
memiliki LC50 lt 1000 microgmL dan berpotensi sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai
antikanker (Meyer et al 1982) Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan
bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Jika hasil uji BSLT
menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke
penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-khasiat lain dari ekstrak tersebut
Skrining fitokimia terhadap fraksi metanol daun kesum menunjukkan adanya senyawa-
senyawa golongan flavonoid dan alkaloid Adanya kandungan golongan senyawa flavonoid
ditunjukkan dengan hasil uji positif dengan pereaksi shinoda test dan H2SO4 sedangkan adanya
senyawa golongan alkaloid ditunjukkan dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi Wagner
Dragendorf dan Mayer Hasil penelitian uji antimikroba fraksi metanol dan dietil-eter daun
kesum menunjukkan bahwa kedua fraksi bersifat aktif terhadap mikroba Bacilus subtilis dan
Escherichia coli Berdasarkan data uji antimikroba terhadap ekstrak yang diperoleh terhadap
bakteri E coli dan Basillus subtilis menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar mampu menghambat
pertumbuhan kedua bakteri dengan zona hambat masing-masing 140 cm dan 185 cm
sedangkan ekstrak polar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat masing-
masing 210 cm dan 16 cm Kedua fraksi bersifat bakteriostatik (Wibowo 2007)
Penggunaan pelarut metanol pada penelitian ini dikarenakan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2007) bahwa sebanyak 2 kg daun kesum segar yang
telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam
Terhadap maserat yang didapat kemudian dilakukan fraksinansi dengan dietil-eter sehingga
diperoleh fraksi dietil-eter dan metanol Selanjutnya kedua fraksi dievaporasi hingga diperoleh
ekstrak kental masing-masing sebanyak 04283 gram fraksi dietil-eter dan 104764 gram fraksi
metanol Dalam hal ini senyawa yang ditarik lebih banyak pada fraksi metanol yang
mengandung senyawa-senyawa polar daripada fraksi dietil eter yang mengandung senyawa-
senyawa non-polar Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pelarut yang polar khususnya
metanol
Berdasarkan latar belakang di atas dan karena belum adanya penelitian untuk meneliti
potensi toksisitas akut daun kesum maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk
mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang
ditunjukkan dengan nilai LC50
METODOLOGI
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kesum (Polygonum minus
Huds) telur udang Artemia salina Leach metanol teknis (E Merckreg
) metanol pa (E Merckreg
)
kloroform pa (E Merckreg
) amoniak pa H2SO4 2 M reagen mayer reagen dragendorff (E
Merckreg
) HCl pekat pa (E Merckreg
) serbuk logam Mg (Reidel de Haenreg
) DMSO 1 NaCl
pa heksan pa etil asetat pa akuades dan ragi (Fermipanreg
)
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca analitik (Precisa XB 4200
Creg
Precisa XT 220 Areg
) alat stainless alat-alat gelas (Pyrexreg) pipet mikro (Rainin pipet lite SL-
100reg
dan SL-1000reg
) rotary evaporator (Heidolphreg
) oven (memmertreg
) hot plate (Schott
Instrumentsreg
) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg
)
mikroskop (Zeiss Primo Starreg
dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH
termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg
)
chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm
CARA KERJA
Determinasi Tanaman
Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri
morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap
kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan
Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor
Preparasi Sampel
Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan
Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini
dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-
sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan
yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak
langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah
tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara
Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang
cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan
direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan
selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol
kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan
pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas
disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih
bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada
hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator
berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen
yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia
dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT
berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji
toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach
Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)
Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp
Radji 2008)
Penyiapan Kontrol
Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina
Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk
masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10
ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian
ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL
Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penetasan Telur Artemia salina Leach
Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan
telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang
kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan
dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar
suhu penetasan 25oC-31
oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang
sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban
hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu
dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan
sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah
berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan
selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan
dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah
menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva
yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius
dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan
Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji
Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam
air laut buatan
Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing
disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok
(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok
1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250
microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji
dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam
desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan
menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian
ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel
kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa
2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan
divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach
yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam
setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan
sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa
memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah
penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung
dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang
adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti
2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan
bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang
mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah
nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop
Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva
Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100
yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu
dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50
Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et
al 1982 Harmita amp Radji2008)
Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus
hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log
konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X
didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau
LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit
dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi
LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)
Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit
Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian
sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk
memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis
selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis
probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak
berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di
jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
toksisitas dengan menggunakan BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematian Artemia salina
Leach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam Hasil uji dinyatakan sebagai LC50
dinyatakan bersifat toksikaktif terhadap Artemia salina Leach bila ekstrak tumbuhan tersebut
memiliki LC50 lt 1000 microgmL dan berpotensi sitotoksik serta dapat dikembangkan sebagai
antikanker (Meyer et al 1982) Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan
bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Jika hasil uji BSLT
menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan tidak bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke
penelitian lebih lanjut untuk meneliti khasiat-khasiat lain dari ekstrak tersebut
Skrining fitokimia terhadap fraksi metanol daun kesum menunjukkan adanya senyawa-
senyawa golongan flavonoid dan alkaloid Adanya kandungan golongan senyawa flavonoid
ditunjukkan dengan hasil uji positif dengan pereaksi shinoda test dan H2SO4 sedangkan adanya
senyawa golongan alkaloid ditunjukkan dengan positifnya hasil uji dengan pereaksi Wagner
Dragendorf dan Mayer Hasil penelitian uji antimikroba fraksi metanol dan dietil-eter daun
kesum menunjukkan bahwa kedua fraksi bersifat aktif terhadap mikroba Bacilus subtilis dan
Escherichia coli Berdasarkan data uji antimikroba terhadap ekstrak yang diperoleh terhadap
bakteri E coli dan Basillus subtilis menunjukkan bahwa ekstrak nonpolar mampu menghambat
pertumbuhan kedua bakteri dengan zona hambat masing-masing 140 cm dan 185 cm
sedangkan ekstrak polar mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat masing-
masing 210 cm dan 16 cm Kedua fraksi bersifat bakteriostatik (Wibowo 2007)
Penggunaan pelarut metanol pada penelitian ini dikarenakan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2007) bahwa sebanyak 2 kg daun kesum segar yang
telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2 x 24 jam
Terhadap maserat yang didapat kemudian dilakukan fraksinansi dengan dietil-eter sehingga
diperoleh fraksi dietil-eter dan metanol Selanjutnya kedua fraksi dievaporasi hingga diperoleh
ekstrak kental masing-masing sebanyak 04283 gram fraksi dietil-eter dan 104764 gram fraksi
metanol Dalam hal ini senyawa yang ditarik lebih banyak pada fraksi metanol yang
mengandung senyawa-senyawa polar daripada fraksi dietil eter yang mengandung senyawa-
senyawa non-polar Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pelarut yang polar khususnya
metanol
Berdasarkan latar belakang di atas dan karena belum adanya penelitian untuk meneliti
potensi toksisitas akut daun kesum maka penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk
mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yang
ditunjukkan dengan nilai LC50
METODOLOGI
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun kesum (Polygonum minus
Huds) telur udang Artemia salina Leach metanol teknis (E Merckreg
) metanol pa (E Merckreg
)
kloroform pa (E Merckreg
) amoniak pa H2SO4 2 M reagen mayer reagen dragendorff (E
Merckreg
) HCl pekat pa (E Merckreg
) serbuk logam Mg (Reidel de Haenreg
) DMSO 1 NaCl
pa heksan pa etil asetat pa akuades dan ragi (Fermipanreg
)
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah neraca analitik (Precisa XB 4200
Creg
Precisa XT 220 Areg
) alat stainless alat-alat gelas (Pyrexreg) pipet mikro (Rainin pipet lite SL-
100reg
dan SL-1000reg
) rotary evaporator (Heidolphreg
) oven (memmertreg
) hot plate (Schott
Instrumentsreg
) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg
)
mikroskop (Zeiss Primo Starreg
dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH
termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg
)
chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm
CARA KERJA
Determinasi Tanaman
Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri
morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap
kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan
Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor
Preparasi Sampel
Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan
Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini
dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-
sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan
yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak
langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah
tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara
Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang
cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan
direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan
selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol
kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan
pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas
disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih
bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada
hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator
berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen
yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia
dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT
berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji
toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach
Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)
Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp
Radji 2008)
Penyiapan Kontrol
Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina
Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk
masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10
ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian
ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL
Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penetasan Telur Artemia salina Leach
Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan
telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang
kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan
dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar
suhu penetasan 25oC-31
oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang
sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban
hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu
dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan
sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah
berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan
selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan
dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah
menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva
yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius
dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan
Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji
Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam
air laut buatan
Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing
disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok
(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok
1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250
microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji
dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam
desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan
menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian
ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel
kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa
2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan
divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach
yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam
setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan
sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa
memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah
penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung
dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang
adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti
2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan
bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang
mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah
nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop
Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva
Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100
yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu
dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50
Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et
al 1982 Harmita amp Radji2008)
Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus
hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log
konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X
didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau
LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit
dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi
LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)
Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit
Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian
sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk
memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis
selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis
probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak
berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di
jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
Instrumentsreg
) desikator vortex (Maxi Mix II Barnstead Thermolyne Type 37600 Mixerreg
)
mikroskop (Zeiss Primo Starreg
dilengkapi kamera dan program Axio Cam) indikator pH
termometer lampu pijarneon 40-60 watt plat KLTlempeng silika gel 60 GF254 (E Merckreg
)
chamber pipa kapiler alat semprot dan lampu UV 254 dan 366 nm
CARA KERJA
Determinasi Tanaman
Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri
morfologi secara makroskopis tanaman daun kesum (Polygonum minus Huds) terhadap
kepustakaan Identifikasi determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Balai Penelitian dan
Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI Bogor
Preparasi Sampel
Daun kesum diambil di jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan
Singkawang Utara Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Penyiapan bahan ini
dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkainya batang dan akar lalu dibersihkan dari sisa-
sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir Bagian tumbuhan
yang diambil adalah daun Kemudian dikeringanginkan di bawah sinar matahari secara tidak
langsung yaitu dengan ditutupi kain hitam lalu diblender kemudian disimpan dalam wadah
tertutup Serbuk daun kering akan digunakan untuk membuat ekstrak
Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) dengan Cara
Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi Simplisia daun kesum dengan derajat halus yang
cocok sebanyak 600 gram dimasukkan ke dalam bejana kacatoples kemudian dituangi dan
direndam dengan 14-18 L penyari metanol teknis kemudian ditutup dan dibiarkandidiamkan
selama 24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama maserat ditampung pada botol
kaca kemudian dimaserasi kembali hingga 5 hari terlindung dari cahaya dan tetap dilakukan
pengadukan beberapa kali sehari Setelah 5 hari sari diserkai maserat dikumpul ampas diperas
disaring dengan corong Buchner dan diambil filtratnya Selanjutnya maserat yang masih
bercampur dengan pelarut dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak
kental daun kesum Filtrat dituang dalam cawan penguap kemudian diuapkan lebih lanjut pada
hot plate Untuk menghilangkan sisa pelarut metanol sisa residu diletakkan 24 jam di desikator
berisi silikapengering Ekstrak kering kemudian ditimbang dan dihitung kadar dalam persen
yang larut dalam metanoldihitung rendemennya yakni perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh terhadap simplisia awal Ekstrak kering yang diperoleh selanjutnya diuji fitokimia
dengan uji reagen (skrining fitokimia) dilanjutkan dengan uji pemisahan dengan KLT
berdasarkan kandungan golongan senyawa yang positif dari hasil uji reagen kemudian diuji
toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina Leach
Pembuatan Air Laut Buatan (ALB)
Siapkan air laut buatan dengan melarutkan 15 gram NaCl dalam 1 liter aquareg (Harmita amp
Radji 2008)
Penyiapan Kontrol
Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina
Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk
masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10
ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian
ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL
Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penetasan Telur Artemia salina Leach
Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan
telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang
kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan
dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar
suhu penetasan 25oC-31
oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang
sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban
hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu
dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan
sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah
berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan
selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan
dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah
menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva
yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius
dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan
Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji
Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam
air laut buatan
Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing
disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok
(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok
1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250
microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji
dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam
desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan
menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian
ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel
kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa
2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan
divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach
yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam
setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan
sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa
memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah
penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung
dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang
adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti
2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan
bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang
mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah
nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop
Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva
Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100
yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu
dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50
Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et
al 1982 Harmita amp Radji2008)
Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus
hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log
konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X
didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau
LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit
dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi
LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)
Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit
Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian
sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk
memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis
selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis
probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak
berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di
jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
Kontrol negatif yang digunakan untuk uji toksisitas pada larva udang Artemia salina
Leach yaitu dibuat dengan dimasukkan pelarut (metanol pa) dan dikeringkan lalu untuk
masing-masing vial ditambahkan 1 mL air laut 50 microL dimetil sulfoksida (DMSO) 1 50 microL 10
ekor larva udang Artemia salina Leach dan 1 tetes (50 microL) larutan ragi ke dalam vial kemudian
ditambahkan air laut buatan sampai volumenya menjadi 5 mL
Uji Ketoksikan dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Penetasan Telur Artemia salina Leach
Telur udang ditetaskan 2 hari sebelum dilakukan uji Disiapkan bejana untuk penetasan
telur udang Wadah yang digunakan dibagi menjadi dua bagian bagian gelap dan terang
kemudian ditambahkan air laut buatan Satu ruang dalam bejana tersebut diberi penerangan
dengan cahaya lampu pijarneon 40-60 watt untuk menghangatkan suhu dalam penetasan agar
suhu penetasan 25oC-31
oC tetap terjaga dan merangsang proses penetasan sedangkan di ruang
sebelahnya diberi air laut buatan tanpa penyinaran ditutup dengan aluminium foil atau lakban
hitam Sebelum ditetaskan telur Artemia salina Leach sebanyak 50-150 mg terlebih dahulu
dicuci yakni ditaburkan dan direndam pada wadah berisi akuades selama 1 jam lalu ditiriskan
sampai airnya tuntas kemudian telur ditempatkan direndam pada bagian gelap dari wadah
berisi air laut buatan sekitar 300 mL Telur udang yang terendam air laut buatan dibiarkan
selama 2 x 24 jam sampai menetas menjadi benur (nauplius) yang matang dan siap digunakan
dalam percobaan Telur akan menetas dalam waktu 18-48 jam dan akan bergerak secara alamiah
menuju daerah terang sehingga larva udang terpisahkan dari bagian telur atau kulit telur Larva
yang sehat bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah berumur 48 jam Nauplius
dipisahkan dari telurnya dengan dipipet ke dalam bekervial yang berisi air laut buatan
Persiapan Larutan Sampel yang Akan Diuji
Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 0 100 250 500 750 1000 ppm dalam
air laut buatan
Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Vial disediakan untuk tiap kelompok sesuai peringkat konsentrasi dengan masing-masing
disediakan 5 vial dan direplikasi sebanyak 3 kali Pada uji toksisitas ini dibuat larutan stok
(induk) sebesar 1 yaitu sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 5 mL metanol pa Dari stok
1 diambil volume tertentu untuk membuat seri konsentrasi sampel sebesar 100 microgmL 250
microgmL 500 microgmL 750 microgmL dan 1000 microgmL kemudian vial yang berisi larutan uji
dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari pada suhu kamar dalam
desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses pengeringan
menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap (Adfa 2005) kemudian
ditambahkan DMSO 1 1-3 tetes (50-150 microL) termasuk vial kontrol untuk melarutkan sampel
kembali jika diperlukan (Kadarisman 2000 Sutisna 2000 cit Atmoko amp Marsquoruf 2009 Adfa
2007) Selanjutnya vial yang telah diisi sampel kemudian ditambah air laut buatan 1 mL dan
divortex sekitar 30 menit (Indiastuti 2008) kemudian 10 ekor larva udang Artemia salina Leach
yang berumur 48 jam dimasukan dalam vial Satu tetes ragi (06 mgmL) dimasukkan ke dalam
setiap vial sebagai makanan Artemia (Harmita amp Radji 2008) lalu ditambahkan air laut buatan
sampai tanda batas volume 5 mL Kontrol negatif (blanko) dilakukan cara kerja yang sama tanpa
memasukan ekstrak daun kesum ke dalam vial Vial-vial tersebut diletakkan di bawah
penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung
dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang
adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti
2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan
bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang
mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah
nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop
Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva
Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100
yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu
dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50
Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et
al 1982 Harmita amp Radji2008)
Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus
hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log
konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X
didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau
LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit
dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi
LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)
Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit
Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian
sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk
memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis
selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis
probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak
berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di
jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
penerangan Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap vial selama 24 jam dihitung
dengan cara manual dan mikroskopik Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang
adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi (Astuti
2006 cit Cahyadi 2009) Cara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam vial dengan
bantuan lup kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya Jumlah nauplii yang
mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total nauplii pada tiap konsentrasi dengan jumlah
nauplii yang masih hidup Sedangkan cara mikroskopik adalah dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop
Analisis Toksisitas
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung kematian (mortalitas) larva
Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi Jumlah Artemia salina Leach yang mati dalam tiap
vial selama 24 jam dihitung Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100
yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap replikasi Lalu
dibandingkan dengan kontrol dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh harga LC50
Apabila pada kontrol ada yang mati persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et
al 1982 Harmita amp Radji2008)
Dari persen kematian dicari angkanilai probit tiap kelompok hewan uji melalui tabel
menentukan log dosis tiap-tiap kelompok kemudian dibuat grafik dengan persamaan garis lurus
hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a Dimana y angka probit dan x log
konsentrasi kemudian ditarik garis dari harga probit 5 (= 50 kematian) menuju sumbu X
didapatkan log konsentrasi Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LC50 atau
LC50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit
dari 50 kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi
LC50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x tersebut (Priyanto 2009)
Metode analisis dilakukan dengan metode manual dan metode program analisis probit
Metode analisis probit manual menggunakan tabel probit untuk menaksir nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian nauplii pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel
dengan mata lalu regresi dihitung dengan cara manual menggunakan kalkulator kemudian
sebagai pembanding nilai LC50 dihitung menggunakan program analisis probit untuk
memperkiraan regresi linear dan mengkonversi persen respon kematian keprobit secara otomatis
selanjutnya rata-rata nilai LC50 yang diperoleh melalui metode manual dan program analisis
probit dibandingkan apakah berbeda signifikan atau tidak menggunakan uji dua sampel tidak
berhubunganuji t (Independent Samples T Test) program statistik SPSS 16 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tanaman kesum (Polygonum minus Huds) yang diambil di
jalan Mahad Usman Kelurahan Setapuk Besar Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
Singkawang Kalimantan Barat Sampel tanaman terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
Bogoriense Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi LIPI Bogor Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang
digunakan sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman dapat dihindari dan kemurnian
bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain dapat terjaga Berdasarkan surat keterangan dari
Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor nomor 1069IPH102If8VII2011 tanggal 21 Juli 2011
menyatakan bahwa hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun kesum jenis Polygonum minus Huds
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun Daun kesum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit
memudahkan cairan pengekstrak masuk ke dalam sel dan menarik zat aktif yang terkandung
secara sempurna Simplisia kering yang berwarna hijau ini dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk Pembuatan serbuk dapat mempermudah proses ekstraksi
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan ekstraksi maserasi Serbuk kasar simplisia kering
daun kesum sebanyak 600 gram diekstraksi dengan teknik maserasi selama 5 hari menggunakan
pelarutpenyari metanol teknis dengan total pelarut 7 liter Selanjutnya rendaman tersebut
disimpan terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau
perubahan warna Ekstraksi dilakukan selama 5 hari sampai diperoleh filtrat berwarna pucat
Setelah waktu tersebut artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam
sel dengan yang masuk kedalam cairan telah tercapai dan diharapkan dengan diperolehnya filtrat
yang warnanya pucat senyawa-senyawa terekstrak secara maksimal Pada proses maserasi
dilakukan pengadukan berulang atau sesekali diaduk untuk memaksimalkan penyarian sehingga
permukaan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel Pengocokan
atau pengadukan dilakukan dengan harapan agar keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih
cepat dalam cairan Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif
Setelah melalui proses maserasi didapat hasil dari maserasi atau maserat yang kemudian
dilakukan pemekatanevaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air
yang masih tersisa sehingga didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan Ekstrak kering yang
diperoleh sebanyak 3418 gram yang berwarna hijau tua sehingga diperoleh rendemen 57
(bb) dari berat sampel segarnya
Ekstrak daun kesum mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder yaitu
flavonoid dan alkaloid Kandungan flavonoid dan alkaloid ini diuji dengan skrining fitokimia
menggunakan reagen dan uji fitokimia dengan KLT Hasil identifikasi kandungan senyawa aktif
berdasarkan uji skrining fitokimia dengan reagen dan KLT pada ekstrak metanol daun kesum
menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan flavonoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji pendahuluan praskrining aktivitas
biologis yang sederhana untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut
dengan menggunakan hewan coba larva udang (Artemia salina nauplii) Uji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach dengan metode BSLT ini dapat digunakan sebagai uji
pendahuluanpraskrining pada penelitian senyawa-senyawa yang mengarah pada uji aktivitas
sitotoksik Korelasi antara uji toksisitas akut ini dengan uji sitotoksik adalah jika mortalitas
terhadap Artemia salina Leach yang ditimbulkan memiliki harga LC50 lt 1000 μgmL (ppm)
Parameter yang ditunjukkan untuk menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
pada Artemia salina Leach adalah jumlah kematian larva udang karena pengaruh pemberian
senyawa dengan dosis yang telah ditentukan Salah satu organisme yang sangat sesuai sebagai
hewan uji untuk mengetahui bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine shrimp
(udang laut) dari jenis Artemia salina Leach Uji ini menggunakan larva udang laut atau nauplii
Beberapa kelebihan dari uji bioaktivitas dengan brine shrimp lethallity test (BSLT)
menggunakan larva udang Artemia salina Leach adalah cepat waktu ujinya mudah tidak
memerlukan peralatan khusus sederhana (tanpa teknik aseptik) murah (tidak perlu serum
hewan) jumlah organisme banyak memenuhi kebutuhan validasi statistik dengan sedikit
sampel hasilnya representatif dan dapat dipercaya (Meyer et al 1982)
Larutan ekstrak metanol daun kesum dibuat dengan konsentrasi 100 ppm 250 ppm 500
ppm 750 ppm dan 1000 ppm serta sebagai pengontrolnya yaitu 0 ppm yaitu hanya pelarutnya
tanpa penambahan ekstrak Larutan kontrol berfungsi untuk menghilangkan pengaruh lain diluar
ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian nauplius Pada kontrol negatif hanya digunakan
pelarut metanol untuk melihat pengaruh pelarut terhadap larva udang Larva udang tidak ada
yang mati disebabkan pelarut metanol telah diuapkan seluruhnya sehingga dalam penelitian ini
murni pengaruh dari ekstrak tanpa dipengaruhi oleh pelarut Sepuluh larva udang Artemia salina
Leach digunakan sebagai hewan uji toksisitas dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak
Perlakuan uji toksisitas ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan replikasi (triplo) untuk
mendapatkan keakuratan data dan data yang didapat baik sehingga dapat dihitung secara
statistik dari data yang diperoleh Jika dilakukan simplo mungkin bisa terjadi kesalahan dan tidak
ada data lain yang dapat dipakai
Larutan uji dibuat dari larutan indukstok 1 (10000 ppm) dengan memipet 50 μL 125
μL 250 μL 375 μL dan 500 μL ekstrak ke dalam botol vial Selanjutnya vial yang berisi larutan
uji dikeringkan sampai semua pelarutnya menguap selama beberapa hari (1 pekan) pada suhu
kamar dalam desikator sehingga tidak berbau pelarut dan dapat ditunjukkan dengan proses
pengeringan menghasilkan penimbangan yang konstan dengan bobot tetap agar kematian larva
tidak dipengaruhi oleh pelarutnya Kontrol negatif dibuat dengan cara yang sama yaitu dengan
membuat larutan yang sama kecuali penambahan ekstrak Larutan kontrol terdiri atas 5 mL air
laut yang berisi pelarut metanol DMSO 1 50 microL 10 ekor larva udang laut dan 1 tetes (50 microL)
larutan ragi ke dalam vial Setelah 24 jam jumlah larva udang yang mati untuk tiap-tiap
konsentrasi dihitung dan dicatat
Pelarutan ekstrak dengan air laut sering menimbulkan masalah karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran ekstrak sukar larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk
membantu melarutkannya DMSO digunakan sebagai surfaktan karena ekstrak tidak dapat larut
dalam air laut Surfaktan merupakan senyawa yang memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik
sehingga dapat melarutkan ekstrak dengan air laut dengan cara menurunkan tegangan
permukaan Penggunaan DMSO 1 sebanyak 1 tetes (50 μL) berfungsi untuk membantu
kelarutan Dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan cairan tak berwarna yang memiliki rumus
(CH3)2SO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non polar
Pada prosedur uji toksisitas pada penelitian ini digunakan air laut buatan sebagai media
uji Penggunaan air laut buatan ini untuk mengkondisikan bahwa air laut yang digunakan tidak
terkontaminasi atau tercemar karena jika menggunakan air laut asli dikhawatirkan terdapat
cemaran atau kontaminasi Air laut yang digunakan adalah air laut buatan yang dibuat dengan
cara melarutkan garam ke dalam air mineral Air laut buatan dibuat dengan melarutkan 15 gram
garam tiap 1 L air Air yang digunakan untuk melarutkan garam adalah air mineral Aquareg Air
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
mineral digunakan karena setelah dilakukan pra-pengujian pH air laut buatan mendekati pH yang
baik untuk pertumbuhan yakni sekitar pH 6-7 menggunakan indikator pH
Pada penelitian ini digunakan 300 ekor larva uji Rata-rata kematian larva untuk masing-
masing kelompok perlakuan diperoleh dengan menghitung total jumlah kematian setiap
kelompok perlakuan sebanyak 3 replikasi dan kemudian membaginya dengan jumlah replikasi
Tabel 1 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Hudz) terhadap Kematian
Larva Artemia salina Leach
Kelompok
Perlakuan
Konsentrasi
ekstrak
metanol
daun
kesum
(ppm)
Jumlah Kematian Larva
Artemia salina Leach pada
setiap replikasi (Ekor)
Kematian
RI RII RIII Rata-rata
P1 100 4 5 4 433 433
P2 250 7 8 7 733 733
P3 500 9 9 8 867 867
P4 750 9 10 8 9 90
P5 1000 10 10 9 967 967
K 0 0 0 0 0 0
Kemudian untuk mempermudah pengamatan tentang pengaruh berbagai konsentrasi
ekstrak metanol daun kesum terhadap kematian larva Artemia salina Leach dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
Gambar 1 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds)
terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach
Berdasarkan grafik di atas didapatkan bahwa konsentrasi 1000 ppm menyebabkan
rata-rata kematian larva tertinggi Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm menyebabkan rata-
rata kematian larva terendah Pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi jumlah kematian larva
Metode BSLT dilakukan dengan cara pemaparan larutan ekstrak senyawa yang diuji kepada
larva Artemia salina Leach Dengan kata lain larutan ekstrak senyawa tersebut harus larut
sempurna dalam media hidup larva Artemia salina Leach yaitu air laut buatan sehingga
konsentrasi sampel yang diperoleh menggambarkan konsentrasi sampel yang sebenarnya
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas akut jika mempunyai harga
LC50 kurang dari 1000 μgmL (ppm) LC50 (Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi
zat yang menyebabkan terjadinya kematian pada 50 hewan percobaan yaitu larva Artemia
salina Leach Pengujian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau ppm Berdasarkan nilai LC50 yang
diperoleh dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) pada
percobaan ini bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach sehingga memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia
salina Leach Penelitian Meyer (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji
pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari
1000 ppm menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai potensi sitotoksik yang dapat
dikembangkan sebagai sebagai antikanker Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Leach atau Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan
pada penelitian yang mengarah pada uji sitotoksik (Meyer et al 1982)
Selain menentukan nilai LC50 dengan metode manual sebagai pembanding hasil
perhitungan maka LC50 juga ditentukan menggunakan program analisis probit SPSS 16 for
windows Hasil dari analisis probit dengan menggunakan program probit menunjukkan harga
LC50 dari ekstrak metanol daun kesum adalah 125012 ppm Untuk mengetahui hubungan
antara nilai LC50 dengan metode manual dan metode program analisis probit maka dilakukan
uji statistik Uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk disimpulkan bahwa populasi data
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
nilai LC50 metode manual dan nilai LC50 metode program analisis probit terdistribusi normal
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian selanjutnya dilakukan pengujian
statistik parametrik uji dua sampel tidak berhubungan uji t (Independent Samples T Test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok
sampel yang tidak berhubungan yaitu apakah ada perbedaan nilai LC50 antara metode manual
dan program analisis probit Dari uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata nilai LC50 metode manual dengan rata-rata nilai LC50 metode program analisis probit
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode manual dan metode program analisis probit
menunjukkan hasil nilai LC50 rata-rata yang tidak berbeda signifikan yakni 137465 ppm
dengan metode manual dan 125012 ppm dengan program analisis probit sehingga dapat
disimpulkan nilai LC50 yang diperoleh benar setelah dihitung dengan 2 metode penghitungan
Gambar 2 Grafik Konsentrasi vs Probit Tiap Replikasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak metanol daun kesum mempunyai
potensi toksisitas akut Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam daun
kesum yaitu alkaloid dan flavonoid dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina Leach Mekanisme kematian
larva diperkirakan berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid dan flavonoid dalam daun
kesum yang dapat menghambat daya makan larva (antifeedantpengelak makanan) Cara
kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau
racun perut Oleh karena itu bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva alat
pencernaannya akan terganggu Selain itu senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan (Rita dkk 2008
Nguyen amp Widodo 1999 cit Cahyadi 2009)
Fase yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase nauplius karena pada saat itu
Artemia berada pada fase yang paling aktif membelah secara mitosis yang identik dengan sel
kanker yang juga membelah secara mitosis Hal ini menyebabkan uji BSLT ini sering
digunakan sebagai penelitian pendahuluan dari aktivitas antikanker Aktivitas sitotoksik
adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel (Rang etal 2003 cit
Kresnamurti Tanpa tahun) Salah satu mekanisme kerja obat antikanker juga bersifat
sitotoksik yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan sel yang akhirnya menyebabkan
kematian pada sel sedangkan mekanisme aktivitas sitotoksik pada Artemia salina belum
diketahui secara pasti
Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian
larva Artemia salina dengan parameter lethal concentration 50 (LC50) Suatu ekstrak
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000
microgmL (Meyer et al 1982) Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa
sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker Pengujian
terhadap ekstrak metanol daun kesum menunjukkan harga LC50 sebesar 137465 microgmL atau
ppm sehingga dapat dikatakan ekstrak metanol daun kesum dalam penelitian ini memiliki
aktivitas sitotoksik atau memliki potensi toksisitas terhadap Artemia salina Leach menurut
metode BSLT karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm dan berkolerasi positif sebagai
antikanker Sesuai penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak
tanaman bersifat toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT maka tanaman tersebut
dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun kesum dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat antikanker di masa yang akan datang Kandungan senyawa yang
berpotensi dalam ektrak tanaman ini dapat diketahui berdasarkan hasil uji fitokimiauji
kandungan senyawa ekstrak Hasil uji kandungan senyawa ekstrak dengan skrining fitokimia
atau dengan reagen dan uji fitokimia dengan KLT menunjukkan pada ekstrak metanol daun
kesum terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid yang diduga berpotensi sitotoksik namun
perlu dilakukan uji lebih lanjut
KESIMPULAN
1 LC50 ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) adalah 137465 ppm
2 Ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus Huds) memiliki potensi toksisitas akut
terhadap Artemia salina Leach dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) karena dihasilkan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm
3 LC50 ekstrak metanol daun kesum 137465 ppm setara dengan 427 gram daun kesum basah
SARAN
1 Replikasi sebaiknya dilakukan 5 kali sebagai antisipasi jika terdapat data pencilan
(menyimpang)
2 Hasil uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak metanol daun kesum memiliki potensi toksisitas akut sehingga perlu dilakukan
pengujian bioaktivitas lebih lanjut terhadap tanaman ini
3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder yang berpotensi
toksik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa sitotoksik yang terdapat dalam
tanaman kesum sampai menentukan struktur molekulsenyawa aktif kemudian dilakukan uji
aktivitas antikanker serta dilakukan standarisasi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai usaha pengembangan obat alternatif antikanker
DAFTAR PUSTAKA
Adfa M 2005 Survey Etnobotani Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa
Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu Gradien 1 (1) 43 45-46
Atmoko T amp A Marsquoruf 2009 Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak Tumbuhan Sumber
Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam VI (1) 39
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6
Azuan 2010 Kesum Polygonum minus Huds (Online)
(httpherbaberita1comdaunkesum-polygonum-minus-huds dikunjungi [15
Februari 2011])
Cahyadi R 2009 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia l)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST) [Skripsi] Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan hal 1 9-11 13-17
Globinmed 2010 Kesum (Online) (http wwwglobinmedcom indexphpoption = com_
contentampview =article amp id=79360kesumampcatid=798k) dikunjungi [9 Maret 2011])
Harmita amp M Radji 2008 Buku Ajar Analisis Hayati (Edisi III Cetakan I) Dalam Manurung J
(Editor) Jakarta EGC hal 42-43 48 76-78
Indiastuti DN et al 2008 Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 6 (2)
82
Kresnamurti A amp T Budiati Tanpa Tahun Perbandingan Uji Sitotoksik CNSL Asam
Anakardat dan Kardol dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Fakultas Farmasi
Universitas Arilangga Surabaya dan Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya
Meyer BN et al 1982 Brine Shrimp A Convenient General Bioassay for Active Plant
Constituents Planta Medica 45 32-33
Priyanto 2009 Toksikologi mekanisme terapi antidotum dan penilaian resiko (Cetakan I) Dalam
Sunaryo H (Editor) Jakarta Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi hal 151-152 157
Rita WS dkk 2008 Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada
Daging Buah Pare (Momordica charantia L) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana
Bukit Jimbaran Jurnal Kimia Vol 2
Setyawati A FD Suyatna et al 2007 Pengantar Farmakologi farmakologi dan terapi (Edisi
V) Dalam Ganiswara SG Setiabudi R Elysabeth (Editor) Jakarta Gaya Baru hal 1-24
Wibowo MA 2007 lsquoUji Antimikroba Fraksi Metanol dan Dietil-eter Daun Tanaman Kesum
(Polygonum cf minus huds)rsquo (Online) (httpfisikaubacidbss-
ubPDF20FILESBSS_292_1pdf dikunjungi [26 Februari 2011]) hal 1-6