uji fitokimia dan efektivitas angiopteris evecta

10
Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pangkal Batang Paku Gajah (Angiopteris evecta) Terhadap Bakteri Salmonella thypi Sebagai Agen Penyebab Demam Tifoid Secara In Vitro Fanny Pratami Kinasih 1 , Drs. Welly Darwis, M.S 2 , Dr. Morina Adfa, M.Si 3 1.Pendidikan Dokter, Universitas Bengkulu 2. Dosen Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Bengkulu 3. Dosen Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Bengkulu ABSTRAK Latar Belakang: Tumbuhan Paku gajah (Angiopteris evecta) merupakan salah satu spesies Pteridophyta yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit. Bagian pangkal batang dari tumbuhan paku gajah ini telah lama digunakan untuk mengobati penyakit demam tifoid di Desa Tanjung Ganti I, Kaur, Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ekstrak pangkal batang paku gajah dan aktivitasnya dalam menghambat Salmonella thypi sebagai agen penyebab demam tifoid. Metode: Ekstraksi pangkal batang paku gajah menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil dari ekstraksi selanjutnya dilakukan pengujian fitokimia dan uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Hasil uji MIC diambil daya hambat terbaik 70-80%, kemudian dilanjutkan dengan uji efektivitas menggunakan 5 konsentrasi berbeda dari hasil uji MIC tersebut. Larutan antibiotik kloramfenikol 50 μg/ml digunakan sebagai pembanding (kontrol +). Hasil: Hasil uji fitokimia ekstrak pangkal batang paku gajah mengandung beberapa senyawa antibakteri, yaitu tanin, flavonoid, dan triterpenoid. Hasil uji MIC pangkal batang paku gajah terhadap S. thypi didapatkan daya hambat terbaik 70-80% pada konsentrasi 40%. Hasil uji efektivitas diketahui daya hambat terbesar pada konsentrasi 47,5% dengan diameter daya hambat 9,2 mm. Analisis statistik pada uji Anova menunjukkan setiap konsentrasi pangkal batang paku gajah memiliki perbedaan yang nyata dalam menghambat S.thypi dengan nilai p=0,00 (< 0,05). Hasil uji Duncan didapatkan konsentrasi ekstrak 40% yang paling efektif menghambat pertumbuhan S. thypi. Simpulan: Pangkal batang paku gajah memiliki kandungan senyawa antibakteri yaitu tanin, flavonoid, dan triterpenoid yang memiliki aktivitas daya hambat terhadap bakteri S. thypi. Kata Kunci: Angiopteris evecta, Salmonella thypi, fitokimia, metode difusi cakram, daya hambat, demam tifoid Pendahuluan Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Demam tifoid ini dapat terjadi karena mengkonsusi makanan atau minuman yang terkontaminasi dari urin atau feses orang carrier yang mengeksresi bakteri S. thypi. Hal ini dapat terjadi karena buruknya hyngiene habits dan sanitasi lingkungan masyarakat yang tidak baik (Parry dkk., 2002). Demam tifoid menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 41.081 (Departemen Kesehatan RI, 2011). Hal ini menunjukan bahwa insidensi demam tifoid di Indonesia masih cukup tinggi dan perlu untuk diperhatikan penatalaksanaannya.

Upload: fannykinasih

Post on 19-Jan-2016

172 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Uji Fitokimia dan Efektivitas Ekstrak Pangkal Batang Paku Gajah (Angiopteris evecta) Terhadap Bakteri Salmonella thypi Sebagai Agen Penyebab Demam Tifoid Secara In Vitro

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pangkal Batang Paku

Gajah (Angiopteris evecta) Terhadap Bakteri Salmonella thypi Sebagai Agen

Penyebab Demam Tifoid Secara In Vitro

Fanny Pratami Kinasih1, Drs. Welly Darwis, M.S

2, Dr. Morina Adfa, M.Si

3

1.Pendidikan Dokter, Universitas Bengkulu

2. Dosen Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Bengkulu

3. Dosen Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Bengkulu

ABSTRAK

Latar Belakang: Tumbuhan Paku gajah (Angiopteris evecta) merupakan salah satu

spesies Pteridophyta yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit. Bagian

pangkal batang dari tumbuhan paku gajah ini telah lama digunakan untuk mengobati

penyakit demam tifoid di Desa Tanjung Ganti I, Kaur, Bengkulu. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kandungan ekstrak pangkal batang paku gajah dan aktivitasnya dalam

menghambat Salmonella thypi sebagai agen penyebab demam tifoid. Metode: Ekstraksi

pangkal batang paku gajah menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil dari ekstraksi

selanjutnya dilakukan pengujian fitokimia dan uji Minimum Inhibitory Concentration

(MIC). Hasil uji MIC diambil daya hambat terbaik 70-80%, kemudian dilanjutkan

dengan uji efektivitas menggunakan 5 konsentrasi berbeda dari hasil uji MIC tersebut.

Larutan antibiotik kloramfenikol 50 µg/ml digunakan sebagai pembanding (kontrol +).

Hasil: Hasil uji fitokimia ekstrak pangkal batang paku gajah mengandung beberapa

senyawa antibakteri, yaitu tanin, flavonoid, dan triterpenoid. Hasil uji MIC pangkal

batang paku gajah terhadap S. thypi didapatkan daya hambat terbaik 70-80% pada

konsentrasi 40%. Hasil uji efektivitas diketahui daya hambat terbesar pada konsentrasi

47,5% dengan diameter daya hambat 9,2 mm. Analisis statistik pada uji Anova

menunjukkan setiap konsentrasi pangkal batang paku gajah memiliki perbedaan yang

nyata dalam menghambat S.thypi dengan nilai p=0,00 (< 0,05). Hasil uji Duncan

didapatkan konsentrasi ekstrak 40% yang paling efektif menghambat pertumbuhan S.

thypi. Simpulan: Pangkal batang paku gajah memiliki kandungan senyawa antibakteri

yaitu tanin, flavonoid, dan triterpenoid yang memiliki aktivitas daya hambat terhadap

bakteri S. thypi.

Kata Kunci: Angiopteris evecta, Salmonella thypi, fitokimia, metode difusi cakram, daya

hambat, demam tifoid

Pendahuluan

Demam tifoid merupakan infeksi

sistemik yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella thypi. Demam tifoid ini

dapat terjadi karena mengkonsusi

makanan atau minuman yang

terkontaminasi dari urin atau feses

orang carrier yang mengeksresi

bakteri S. thypi. Hal ini dapat terjadi

karena buruknya hyngiene habits dan

sanitasi lingkungan masyarakat yang

tidak baik (Parry dkk., 2002). Demam

tifoid menempati urutan ketiga dari

10 penyakit terbanyak pasien rawat

inap di rumah sakit di Indonesia

dengan jumlah kasus 41.081

(Departemen Kesehatan RI, 2011).

Hal ini menunjukan bahwa insidensi

demam tifoid di Indonesia masih

cukup tinggi dan perlu untuk

diperhatikan penatalaksanaannya.

Page 2: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

Pilihan utama untuk mengobati

demam tifoid di Indonesia adalah

kloramfenikol (Sudoyo dkk.,2009).

Kloramfenikol yang biasa digunakan

untuk mengobati demam tifoid ini

memiliki efek samping yang cukup

serius bagi tubuh kita yaitu kelainan

hematologik berupa Anemia Aplastik

dan Gray Baby syndrome (Gunawan

dkk., 2007). Sehingga banyak

masyarakat lebih memilih untuk

menggunakan pengobatan herbal

untuk mengobati penyakit demam

tifoid ini.

Pengobatan demam tifoid

menggunakan obat- obatan tradisional

sudah banyak digunakan, salah satu

nya menggunakan rebusan air

pangkal batang paku gajah

(Angiopteris evecta) yang sudah lama

digunakan untuk mengobati demam

tifoid oleh masyarakat di Desa

Tanjung Ganti I, Kecamatan Kelam

Tengah, Kabupaten Kaur, Provinsi

Bengkulu.

Paku Gajah termasuk dalam

divisi Pteridophyta (Paku-pakuan)

yang paling sering digunakan untuk

mengobati penyakit (Nilanthi dkk.,

2012). Ekstrak metanol daun

Angiopteris evecta menunjukkan

aktivitas antibakteri yang maksimal

pada bakteri Pseudomonas

aeruginosa dan Staphylococcus

aureus, sedangkan pada bakteri

Escherichia coli dan Serratia

marcescens juga terdapat efek

antibakteri tetapi tidak semaksimal

Pseudomonas aeruginosa dan

Staphylococcus aureus (Thomas,

2011). Penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan

antara bagian akar, daun, dan rhizome

Angiopteris evecta dalam

menghambat pertumbuhan bakteri.

Ekstraksi daun Angiopteris evecta ini

menggunakan dichloromethane,

aseton, metanol dan etanol

mempunyai efek hambatan yang

tinggi terhadap pertumbuhan bakteri

Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus (Nilanthi dkk., 2012). Melihat

dari berbagai hasil penelitian

mengenai paku gajah yang

menunjukkan adanya efek

penghambatan pertumbuhan beberapa

bakteri, tidak menutup kemungkinan

bahwa pangkal batang paku gajah

mengandung senyawa aktif yang

dapat menghambat pertumbuhan

bakteri S. thypi sebagai bakteri

penyebab demam tifoid.

Diketahui bahwa daun

Angiopteris evecta yang di ekstraksi

dengan menggunakan aseton dan

metanol menunjukkan adanya

senyawa antibakteri flavonoid,

terpenes, dan fenolik. Ekstraksi

menggunakan petroleum eter

didapatkan senyawa flavonoid dan

terpenes (Thomas, 2011). Pada uji

fitokimia ekstrak daun Angiopteris

evecta yang diekstrak menggunakan

etanol mengandung senyawa

flavonoid, terpen, dan fenol (Thomas,

2013). Namun, belum diketahui

senyawa antibakteri apa saja yang

terkandung dalam pangkal batang

paku gajah yang dapat menghambat

pertumbuhan S. thypi sebagai agen

Page 3: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

penyebab dema tifoid. Maka dari itu

penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi senyawa kimia yang

terdapat pada ekstrak pangkal batang

paku gajah (Angiopteris evecta) dan

aktivitasnya dalam menghambat

pertumbuhan Salmonella typhi.

Metodologi

Jenis penelitian ini adalah studi

analitik eksperimental laboratorium,

dilakukan pengujian fitokimia ekstrak

pangkal batang paku gajah dan

pengujian aktivitas antibakteri dari

ekstrak pangkal batang paku gajah

dengan menggunakan uji difusi

cakram (disk diffusion test). Metode

ini merupakan metode untuk uji

antibakteri dengan mengukur

pertumbuhan bakteri dan melihat

adanya zona bening atau zona hambat

yang timbul disekitar kertas cakram

yang sudah diteteskan dengan ekstrak

pangkal batang paku gajah, dan

selanjutnya diukur berapa besar

diameter zona hambatan terhadap S.

typhi.

Sampel ekstrak pangkal batang

paku gajah yang digunakan diperoleh

dari tumbuhan paku gajah yang ada di

Desa Tanjung Ganti I Kelam Tengah,

Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.

Pangkal batang paku gajah sebanyak

6 kg dicuci bersih dan dikering

anginkan, kemudian dimaserasi

dengan menggunakan pelarut etanol

96% selama 4x24 jam pada suhu

kamar. Filtrat hasil maserasi diuapkan

pelarutnya menggunakan rotary

evaporator dan dikentalkan dengan

menggunakan water bath.

Setelah didapatkan ekstrak kental,

dilakukan pengujian fitokimia ekstrak

pangkal batang paku gajah yaitu uji

alkaloid (menggunakan 3 pereaksi

yaitu pereaksi Wagner, Mayer, dan

Dragendroff), uji flavonoid

menggunakan metode Wilstater, uji

saponin menggunakan metode Forth,

uji steroid dan terpenoid

menggunakan pereaksi Liebermann-

Burchard, serta uji tanin

menggunakan pereaksi FeCl3 1%.

Pengujian aktivitas antibakteri

ekstrak pangkal batang paku gajah

terhadap bakteri S. thypi

menggunakan metode difusi cakram

pada media agar padat. Media yang

digunakan adalah media SSA

menggunakan metode double layer,

yaitu terdiri dari 2 lapis media SSA,

lapisan bawah berisi media SSA padat

dan lapisan atas berisi media ½ padat

yang sudah mengandung bakteri uji.

Uji awal yang dilakukan uji Minimum

Inhibitory Concentration (MIC) ini

menggunakan variasi konsentrasi

mulai dari 10% hingga konsetrasi

100%, kemudian cari konsentrasi

dengan daya hambat minimum pada

kategori kuat, jika tidak ada kategori

kuat maka diambil 70-80% dari daya

hambat terbaik. Hasil dari uji MIC ini

digunakan sebagai titik tengah dan

dibuat dibuat variasi konsentrasi lebih

besar dan lebih kecil dari P4 ( P4 )

dengan jarak 7,5% yang dikodekan

sebagai larutan P2, P3 < P4 > P5, P6.

Kelima jenis konsentrasi ini

digunakan untuk uji efektivitas

ekstrak pangkal batang paku gajah.

Page 4: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

Uji efektivitas menggunakan metode

blind test, dilakukan pengacakan oleh

orang lain terhadap variabel bebas

yaitu konsetrasi ekstrak yang diuji.

Kertas cakram yang sebelumnya telah

diteteskan ekstrak, kemudian

diinkubasi pada suhu 37o C selama 24

jam dan diamati zona bening atau

zona hambat yang terbentuk. Untuk

kontrol positif yang digunakan yaitu

larutan kloramfenikol dengan

konsentrasi 50 µg/ml. Uji efektivitas

ini dilakukan pengulangan sebanyak 6

kali. Besarnya zona hambat diukur

dengan menggunakan penggaris skala

milimeter dan dikategorikan zona

hambat yang terbentuk menurut

kriteria Davis dan Stout.

Hasil dan Pembahasan

Pangkal batang paku gajah

didapatkan dari Desa Tanjung Ganti I,

Kecamatan Kelam Tengah,

Kabupaten Kaur melalui Bapak

Yarsana sebanyak 6 kg. Setelah

dikering anginkan beratnya menyusut

menjadi 3,5 kg, dan kemudian

dimaserasi dengan pelarut etanol 96%

sebanyak 5 liter. Hasil penguapan

filtrat dengan rotary evaporator

didapatkan berat ekstrak kental

pangkal batang paku gajah sebanyak

38,8 gram.

1. Pengujian Fitokimia

Dari hasil uji fitokimia ekstrak

pangkal batang paku gajah didapatkan

sebagai

berikut :

Tabel1. Hasil Fitokimia Ekstrak

Pangkal Batang Paku Gajah

No Uji Fitokimia Warna Hasil

1. Uji Alkaloid :

- Dragendrof

- Wagner

- Meyer

(Tidak ada

endapan)

Kuning

kecoklatan

Coklat muda

Coklat muda

-

-

-

2. Flavonoid Merah

kehitaman

(+ Mg

berbusa)

+

3. Triterpenoid Merah

kehitaman

+

4. Steroid Merah

kehitaman

-

5. Saponin Coklat muda

tidak berbusa

-

6. Tanin Hitam pekat +

Penelitian (Thomas, 2011) hasil

fitokimia ekstrak metanol daun paku

gajah positif mengandung flavonoid,

terpen dan fenolik, tanpa adanya

senyawa alkaloid. Serupa juga dengan

penelitian (Thomas, 2013) yang

menggunakan ekstrak etanol pada uji

fitokimia daun paku gajah didapatkan

adanya kandungan flavonoid, terpen

dan fenolik. Hal ini menunjukkan

bahwa kandungan senyawa aktif

tumbuhan yang bersifat sebagai

antibakteri pada daun dan pangkal

batang paku gajah adalah sama,

namun kemungkinan terdapat

perbedaan pada jumlah kadar

senyawa aktif tersebut pada bagian

daun dan pangkal batangnya

2. Pengujian Antibakteri

Uji MIC ini dilakukan karena

belum adanya standar konsentrasi

ekstrak pangkal batang paku gajah

yang dapat digunakan untuk uji

Keterangan : + ada , - tidak ada

Page 5: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

efektivitas. Dari hasil uji MIC

menggunakan 10 macam konsentrasi

yaitu kosentrasi yaitu 10%, 20%,

30%, 40%, 50%, 60%, 70% , 80%,

90% dan 100%, didapatkan grafik

hasil perhitungan zona hambat pada

uji MIC ekstrak pangkal batang paku

gajah terhadap S. thypi pada Gambar

1. Pada Gambar 1 didapatkan bahwa

daya hambat terbaik berada pada

konsentrasi 50% yaitu 11,88 mm,

sehingga 70-80% dari daya hambat

terbaik berada pada konsentrasi 40%

yaitu 8,33 mm yang diberi kode (P4).

Selanjutnya hasil uji MIC pada

konsenrasi 40% (P4) digunakan

sebagai titik tengah dan dibuat variasi

konsentrasi lebih besar dan lebih kecil

dari P4 ( P4 ) dengan jarak 7,5%,

maka 5 konsentrasi baru yang

digunakan untuk uji efektivitas adalah

25% (P2), 32,5% (P3), 40% (P4),

47,5% (P5), dan 50% (P6). Adapun

hasil uji efektivitas ekstrak pangkal

batang paku gajah terhadap S. thypi

dapat dilihat pada Tabel 2. Data hasil

zona hambat ekstrak pangkal batang

paku gajah terhadap S. typhi termasuk

ke dalam kategori daya hambat yang

sedang menurut Davis Stout (1971).

Dari hasil pengukuran zona

hambat menunjukkan bahwa diameter

paku gajah terhadap S. thypi terbesar

berada pada konsentrasi ekstrak

47,5% yaitu sebesar 9,2 mm dan daya

hambat terkecil berada pada

konsentrasi 25% yaitu sebesar 5,5

mm. Sedangkan zona hambat

kloramfenikol sebagai larutan

pembanding masuk ke dalam kategori

kuat yaitu sebesar 12,9 mm. Adapun

gambar zona hambat yang terbentuk

dari ekstrak pangkal batang paku

gajah dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S. thypi dapat

dilihat pada Gambar 2.

Selanjutnya hasil zona hambat

pada Tabel 2 dianalisis dengan

menggunakan perhitungan RAL

(Rancangan Acak Lengkap) sehingga

didapatkan data pada Tabel 3.

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Zona

Bening dengan Konsentrasi

Ekstrak Pangkal Batang Paku

Gajah Dalam Menghambat

Pertumbuhan S. typhi

Tabel 2. Rata-rata Diameter Daya Hambat

Ekstrak Pangkal Batang Paku Gajah

Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Salmonella typhi

0

10

20

10% 30% 50% 70% 90%Rer

ata

Day

a H

am

bat

(mm

)

Konsentrasi Ekstrak Pangkal Batang

Paku Gajah

Page 6: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

Tabel 3. Hasil Uji ANOVA dari data

pengukuran diameter daya hambat

ekstrak pangkal batang paku gajah

(Angiopteris evecta) menggunakan

program SPSS 16.0

SK JK D

B

KT Fhitu

ng

Ftabel Signif

ikan

(p)

5

%

1

%

Perla

kuan

209,

974

5 41,

995

24,0

04S

2,

53

3,

7

0,00

Galat 52,4

84

3

0

1,7

49

Total 262,

458

3

5

Keterangan :

S

= Signifikan

H0 = Pemberian variasi konsentrasi tidak

berbeda nyata antar perlakuan terhadap

pertumbuhan bakteri S. typhi

H1 = Pemberian variasi konsentrasi berbeda

sangat nyata antar perlakuan terhadap

pertumbuhan bakteri S. thypi

Nilai F hitung pada Tabel .5

adalah 24,004, sedangkan F tabel 1%

(0,01) bernilai 3,7. Didapatkan bahwa

nilai F hitung lebih besar daripada F

tabel (63,292 > 3,37), maka H0

ditolak dan H1 diterima dengan taraf

99% yang berarti kesalahan tidak

lebih dari 1%. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap pemberian variasi

konsentrasi ekstrak pangkal batang

paku gajah memiliki perbedaan yang

sangat nyata antar perlakuan dalam

menghambat bakteri S. typhi,

sehingga perlu adanya uji lanjutan

yaitu post hoc test untuk mengetahui

pada perlakuan manakah terdapat

perbedaan daya hambat yang

bermakna secara statistik. Pos hoc

test yang dipilih adalah uji Duncan.

Tabel 4. Analisis Uji Lanjut Duncan

Daya Hambat Ekstrak Pangkal

Batang Paku Gajah Terhadap

Pertumbuhan Salmonella typhi

menggunakan program SPSS 16.0

Data hasil uji Duncan (Tabel 4.6)

menunjukan bahwa konsentrasi 25%

dan 32,5% bernotasi (a), dengan

artian konsentrasi 25% tidak memiliki

perbedaan yang signifikan terhadap

konsentrasi 32,5%, namun

konsentrasi 25% dan 32,5% memiliki

perbedaan yang signifikan dengan

konsentrasi 40%, 47,5%, 55% dan

111 (kloramfenikol). Konsentrasi

40%, 47,5%, dan 55% bernotasi (b),

dengan artian konsentrasi 40% tidak

memiliki perbedaan yang signifikan

terhadap konsentrasi 47,5% dan 55%,

namun konsentrasi 40%, 47,5%, dan

55% memiliki perbedaan yang

signifikan terhadap perlakuan 111

(kloramfenikol). Perlakuan 111

Gambar 2. Hasil Uji efektivitas daya

hambat pada konsentrasi 47,5%

Page 7: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

(kloramfenikol) ini memiliki

perbedaan yang signifikan terhadap

konsentrasi 25%, 32,5%, 40%,

47,5%, dan 55%. Maka secara

statistik konsentrasi ekstrak pangkal

batang paku gajah yang efektif dalam

menghambat pertumbuhan S.typhi

adalah pada konsentrasi 40%.

Adapun grafik hubungan zona

bening dengan ekstrak pangkal

batang paku gajah dalam

menghambat S. thypi pada uji

efektivitas dapat dilihat pada Gambar

3.

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Zona

Bening dengan Konsentrasi

Ekstrak Pada Uji Efektivitas

Pada Gambar 3 terlihat

bahwa pada grafik terjadi peningkatan

besarnya daya hambat mulai dari

konsentrasi 25% sampai 47,5%,

namun terjadi penurunan daya hambat

pada konsentrasi 55%. Hal serupa

juga terjadi pada penelitian aktivitas

antibakteri daun benalu terhadap

pertumbuhan S. typhi, dimana

besarnya zona hambat yang

dihasilkan tidak berbanding lurus

dengan peningkatan konsentrasi

ekstrak (Pebriana dkk., 2013).

Besarnya zona hambat yang terbentuk

pada metode difusi cakram dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah kecepatan difusi

ekstrak antimikroba di medium agar,

tingkat kerentanan organisme

terhadap ekstrak antimikroba, jumlah

dari organisme yang diinokulasi ke

dalam petri, dan kecepatan tumbuh

bakteri (WKU, 2005).

Mekanisme ekstrak pangkal

batang paku gajah dalam

menghambat pertumbuhan bakteri S.

typhi dikarenakan adanya senyawa

flavonoid, tanin dan triterpenoid yang

terkandung di dalamnya. Penelitian

mengenai jenis tanaman paku

Hemionitis arifolia yang diekstraksi

degan mengggunakan 8 pelarut

(aseton, etanol, kloroform, etil asetat,

petroleumeter, methanol, hexan, dan

diklorometan), menunjukkan adanya

daya hambat terhadap pertumbuhan S.

typhi pada semua pelarut yang

digunakan untuk eksraksi. Bakteri

gram negatif seperti S. typhi lebih

rentan terhadap ekstrak kasar

antimikroba dibandingkan dengan

bakteri gram positif. Beberapa

flavonoid yang bersifat polar masuk

yang kemudian mengikat struktur

protein membran bakteri (porin)

sehingga sifat hidrofilik porin

mengalami perubahan konformasi

tridimensional, hal ini memudahkan

senyawa bioaktif polar lainnya untuk

masuk menembus sel melalui difusi

(Bindu dkk., 2011). Penelitian ekstrak

daun kayu manis sebagai antimikroba

S. typhi mengandung flavonoid yang

bersifat disinfektan dan

mendenaturasi protein sehingga

menyebabkan berhentinya aktivitas

Page 8: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

metabolisme sel bakteri. Flavonoid

menghambat enzim topoisomerase II

pada DNA gyrase berfungsi untuk

memilin untai DNA, sehingga DNA

akan terurai dan strukturnya rusak,

hal ini akan menyebabkan kematian

sel bakteri (Wardhani, 2010).

Senyawa aktif daun senggani

dipisahkan menggunakan

kromatografi kolom dengan pelarut n-

heksan : kloroform : Asam Asetat =

7: 2: 2 sebagai Fraksi A. Hasil uji

golongan untuk fraksi A

menunjukkan bahwa senyawa aktif

yang mempunyai daya hambat

terhadap pertumbuhan S. typhi adalah

golongan flavonoid (Mulyani dkk.,

2010).

Senyawa lain yang terkandung

dalam ekstrak pangkal paku gajah

adalah senyawa tanin. Mekanisme

penghambatan pertumbuhan S.

typhimurium oleh daun jambu biji

(Psidium guajava) diduga karena

adanya kandungan senyawa tanin

yang cukup banyak di dalamnya.

Senyawa tanin membentuk ikatan

kompleks dengan polisakarida

membran sel, mendekstruksi fungsi

materi genetik, dan menginaktivasi

enzim (Ajizah, 2004).

Triterpenoid cukup banyak

terkandung pada ekstrak pangkal

batang paku gajah. Sifat lipofilik pada

triterpenoid ini yang kemudian

merusak membran sel bakteri (Cowan

dalam Fitrial dkk., 2008). Penelitian

ekstrak lumut hati mengandung

triterpenoid yang tinggi sehingga

dapat menghambat pertumbuhan S.

typhimurium dengan nilai MBC pada

konsentrasi 10 mg/ml (Fadhilla,

2010). Ekstrak biji teratai juga

mengandung senyawa triterpenoid

dan memiliki daya hambat terhadap S.

typhimurium (Fitrial dkk., 2008).

Hasil uji efektivitas larutan

pembanding kloramfenikol pada tabel

4.1 menunjukkan daya hambat yang

kuat menurut kriteria Stout (1971)

dengan rata- rata diameter zona

bening 12,9 mm. Diameter zona

hambat kloramfenikol ini lebih besar

dibandingkan dengan diameter zona

hambat ekstrak pangkal batang paku

gajah. Hal ini dikarenakan

kloramfenikol merupakan senyawa

antibakteri yang sangat stabil dan

berdifusi dengan baik dalam

pembenihan agar. Mekanisme

penghambatan kloramfenikol ini

dengan cara mengganggu pelekatan

asam amino pada rantai peptida yang

baru pada subunit 50S ribosom,

dengan mengganggu daya kerja

peptidil transferase. Hal ini

mengakibatkan proses perbanyakan

dan pembelahan sel terganggu

(Brooks dkk., 2008).

Kesimpulan dan Saran

Pangkal batang paku gajah

memiliki kandungan senyawa kimia

yaitu flavonoid, tanin, dan

triterpenoid yang cukup tinggi,

sehingga ketiga senyawa ini bersifat

sebagai antibakteri dan berperan

penting dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S. thypi. Ekstrak

pangkal batang paku gajah memiliki

efek antibakteri terhadap S. thypi

Page 9: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

dengan kemampuan daya hambat

terbaik pada konsentrasi 47,5% yaitu

sebesar 9,2 mm. Daya hambat

pangkal batang paku gajah ini masih

lebih kecil dibandingkan dengan daya

hambat kloramfenikol terhadap

Salmonella typhi (9,2 mm < 12,9),

sehingga kloramfenikol lebih efektif

dibandingkan dengan pangkal batang

paku gajah dalam menghambat

bakteri Salmonella typhi.

Hasil penelitian ini merupakan

langkah awal dalam pemanfaatan

pangkal batang paku gajah sebagai

salah satu obat fitofarmaka yang

dapat digunakan sebagai alternatif

pengobatan penyakit demam tifoid.

Oleh karena itu masih diperlukan

serangkai uji lainnya yaitu uji

fitokimia secara kuantitatif, uji

antibakteri ekstrak pangkal batang

paku gajah terhadap S. thypi secara in

vivo menggunakan hewan coba dan

uji toksisitas ekstrak pangkal batang

paku gajah.

Daftar Pustaka :

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas

Salmonella Typhimurium

Terhadap Ekstrak Daun

Psidium Guajava L.

http://www.webng.com/biosci

entiae/v1n1/v1n1_ajizah.PDF.

Bindu H, Devi S, dan Rukimini K.

2011. Phytochemical

screening and antibacterial

activity of Hemionitis arifolia

(Burm.) Moore. Indian Journal

of Natural Products and

Resources Vol. 3(1), March

2012, pp. 9-13.

Brooks, Butel and Morse. 2008.

Mikrobiologi Kedokteran

Jawetz, Melnick & Adelberg

Edisi 23. Jakarta : EGC. 260-

264

Departemen Kesehatan RI. 2011.

Profil Kesehatan Indonesia

Tahun 2011. Departemen

Kesehatan Republik

Indonesia.

Fadhilla, R. 2010. Aktivitas

antimikroba ekstrak tumbuhan

Lumut Hati (Marchantia

paleacea) terhadap bakteri

patogen dan pembusuk

makanan.

http://repository.ipb.ac.id/bitst

ream/handle/123456789/4120

0/Bab%204%202010rfa2.pdf?

sequence=5.

Fitrial Y, Astawan M, Soekarto,

Wiryawan, dan Tutik. 2008.

Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Biji Teratai (Nymphaea

pubescens Willd) Terhadap

Bakteri Patogen Penyebab

Diare.

http://202.124.205.111/index.p

hp/jtip/article/viewArticle/350

Gunawan S, Setyabudi R, dan

Nafrialdi. 2007. Farmakologi

klinik dan terapi. Edisi 5.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mulyani S, Sofiatun, dan Estu R.

2010. Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Metanoldan Fraksin-

Heksan:Kloroform:Asam

Asetat (7:2:2) Dari Daun

Melastoma candidum D.Don

Terhadap Pertumbuhan

Salmonella Typhi.

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/inde

x.php/prosbio/article/viewFile/

1254/847

Page 10: Uji Fitokimia dan Efektivitas Angiopteris evecta

Nilanthi S, Wijarathna C, dan

Hettiarachchi. 2012.

Angiopteris evecta (Forst.)

Hoffm: A Potential Source for

Antibacterial Activity. Faculty

of Science University of

Colombo.

Parry C, Hien T, Dougan G, dan

Nicholas. 2002. Thypoid fever.

England Journal of

Medicine.347:1770-1782.

Pebriana N, Rodesia R dan

Fitmawati. 2013. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Daun

Benalu (Scurulla sp) yang

Tumbuh Pada Beberapa Inang

Terhadap Pertumbuhan

Salmonella typhi.

Sudoyo A, Setiyohadi, Alwi, dan

Marcellus S. 2009. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

Edisi V. Interna Publishing :

Jakarta. 2797-2805

Thomas, T. 2013. Isolation,

purification and

characterization of

antibacterial principle from

Drynaria quercifolia. Jurnal

Herbarium Calicut University

Kerala-673635, India.

Thomas. 2011. Antibacterial

Evaluation Of Angiopteris

evecta (G. Forst.) Hoffm.

Towards Bacteria Involved In

Cutis Diseases. International

Journal of Universal

Pharmacy and Life Sciences

1(3).

WKU. 2005. Microbiology, General

microbiology Lab Biology

208. Biology- Western

Kentucky University.

http://bioweb.wku.edu/courses

/Biol208/Lab_Manual/208%2

0week%205-5.pdf