uji efektivitas ekstrak metanol umbi tanaman ...iii skripsi uji efektivitas ekstrak metanol umbi...

106
i UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL UMBI TANAMAN GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodotera littura) TANAMAN TOMAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: Rosalia Tantirawati NIM : 141434017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL UMBI TANAMAN GADUNG

    (Dioscorea hispida Dennst.) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP

    MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodotera littura) TANAMAN TOMAT

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Oleh:

    Rosalia Tantirawati

    NIM : 141434017

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    SKRIPSI

    UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL UMBI TANAMAN GADUNG

    (Dioscorea hispida Dennst.) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP

    MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera littura) TANAMAN TOMAT

    Oleh:

    Rosalia Tantirawati

    NIM : 141434017

    Telah disetujui oleh:

    Dosen Pembimbing

    Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc Yogyakarta, 24 Juli

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    SKRIPSI

    UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL UMBI TANAMAN GADUNG

    (Dioscorea hispida Dennst.) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP

    MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera littura) TANAMAN TOMAT

    Yang diajukan oleh:

    Rosalia Tantirawati

    141434017

    Telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi

    Program Studi Pendidikan Biologi

    JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma

    Pada tanggal: 27 Juli 2018

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji Skripsi

    Nama Lengkap Tanda Tangan

    Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. ........................

    Sekretaris : Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For.Sc. ........................

    Anggota : Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For.Sc. ........................

    Anggota : Ig. Yulius Kristio Budiasmoro, S.Si., M.Si ........................

    Anggota : Puspita Ratna Susilawati, M.Sc. ........................

    Yogyakarta, 27 Juli 2018

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sanata Dharma,

    Dekan,

    (Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMABAHAN

    Serahkan segala kekuatiranmu kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kamu.

    (I Petrus 5 :7)

    Karya ini kupersembahankan untuk:

    Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberkati

    Kedua orangtuaku, Ignatius Nyoman Suarta dan Agustina Suparti Ningsih

    Kakakku, Fransiska Wayan Meila Chandra Ningsih

    Sahabat-sahabatku yang memberikan dukungan dan semangat

    Almamaterku Universitas Sanata Dharma

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

    disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana baiknya karya

    ilmiah.

    Yogyakarta, 27 Juli 2018

    Penulis

    Rosalia Tantirawati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta :

    Nama : Rosalia Tantirawati

    NIM : 141434017

    Demi kepentngan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan

    kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang

    berjudul:

    “UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK UMBI TANAMAN GADUNG (D. hispida

    Dennst.) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS

    ULAT GRAYAK (S. littura) TANAMAN TOMAT”

    Demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas

    dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

    akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

    selama tetapmencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Yogyakarta

    Pada tanggal : 27 Juli 2018

    Yang menyatakan,

    Rosalia Tantirawati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Pertama – tama, penulis menghaturkan puji dan syukur kehadirat Tuhan

    Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaanNya, penulis dapat

    melaksanakan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI EFEKTIVITAS

    EKSTRAK UMBI TANAMAN GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.) SEBAGAI

    PESTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (S. littura)

    TANAMAN TOMAT”. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana program Pendidikan Biologi.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan

    dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo SP.d, M.Si, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan selaku dosen Pembimbing yang telah membimbing

    penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan dan pengarahan serta

    perbaikan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

    3. Segenap dosen-dosen penguji yang telah memberikan masukan serta pengetahuan baru kepada penulis.

    4. Orang tua, kakak penulis, keluarga yang dengan caranya masing-masing selalu menyemangati, mendoakan, memberikan dorongan serta motivasi

    kepada penulis terhadap setiap usaha yang dilakukan.

    5. Reskyaningsih Parintak, Catarina Mandroh, Marni Pappang, Fransiska Agri Martiana yang selalu membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

    6. Ignasia Margi Wahyuni, Fransiska Yulia, Feronica Diana Maturbong yang selalu menemani penulis ketika mencari ulat di Magelang dan selalu

    memberikan semangatnya kepada penulis.

    7. Bapak Slamet yang membantu penulis dalam menyiapkan bahan-bahan penelitian.

    8. Bapak Sumarno dan Bapak Bin yang telah membantu penulis dalam mencari ulat.

    9. Berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, bantuan serta motivasi pada penulis agar selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan dan masih memiliki kekurangan serta keterbatasan. Oleh

    karena itu kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun

    sangat penulis perlukan demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

    Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

    dan semua pihak.

    Yogyakarta, 27 Juli 2018

    Penulis

    Rosalia Tantirawati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    “UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK UMBI TANAMAN GADUNG (Dioscorea

    hispida Dennst.) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP

    MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera littura) TANAMAN

    TOMAT”

    Rosalia Tantirawati

    141434017

    Universitas Sanata Dharma

    2018

    ABSTRAK

    Gadung merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai

    pestisida nabati terutama pada bagian umbinya sehingga dapat dimanfaatkan

    sebagai salah satu cara alternatif pengganti pestisida kimiawi karena dalam umbi

    gadung tersebut mengandung senyawa HCN. Tujuan penelitian ini adalah guna

    mengetahui pengaruh ekstrak dari umbi gadung terhadap mortalitas ulat grayak

    (Spodoptera litura) sebagai pestisida nabati dan untuk mengetahui nilai LC50 setelah 24 jam pengaplikasian.

    Penelitian ini terdiri dari 1 kontrol dan 4 perlakuan (5%, 10%, 15%, 20%)

    dan dilakukan 3 kali pengulangan. Setiap pengulangan menggunakan 10 ulat

    grayak (S.littura) sebagai serangga uji yang telah mencapai instar III. Pembuatan

    ekstrak umbi gadung ini menggunakan metode maserasi dengan menambahkan

    pelarut metanol. Data yang diambil merupakan tingkat mortalitas ulat grayak

    setelah 24 jam pengaplikasian.

    Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan

    bahwa ekstrak umbi gadung terbukti memberi pengaruh terhadap mortalitas ulat

    grayak (Spodoptera litura). Nilai LC50 yang diperoleh setelah 24 jam

    pengaplikasian sebesar 2,89%.

    Kata Kunci: Ulat grayak (Spodoptera littura), pestisida nabati, umbi gadung, LC50.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    “ EFECTIVENESS TEST OF GADUNG TUBERS (Dioscorea hispida

    Dennst.) EXTRACT AS VEGETABLE PESTICIDE TO GRAYAK

    CATERPILLAR (Spodoptera littura) MORTALITY IN TOMATO PLANTS”

    Rosalia Tantirawati

    141434017

    Sanata Dharma University

    2018

    ABSTRACT

    Gadung is a kind of plant that used as vegetal peticide especially from

    the tuber part so it can used as an alternative pesticide to replace chemical

    pesticide. The intention of this reserch were to know the influence of gadung

    extract for grayak ceterpillar’s (Spodoptera littura) mortality as vegetal

    pesticide to know value of LC50 after 24 hours from aplicating the pesticide.

    This reeserch contain of one control and for treatment 5%, 10%, 15%,

    20% with 3 repletition. Every treatment use to grayak caterpillar specimen tht

    reached the 3’rd instar. Gadung extract mode with maceration method with

    methanol addition. The date that have been taken was the mortality rate of

    grayak ceterpillar after 24 hour of aplication.

    mortality of grayak ceterpillar based on the result of observation and

    data analysis it can be cloncuded that the extract of gadung tuber effect to

    mortality of grayak ceterpillar (S.littura).value for LC50 after 24 hour of

    aplication is 2,89%.

    Keyword: grayak caterpillar (Spodoptera littura), vegetable-pesticide, gadung

    tubera,, LC50.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... .i

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

    HALAMAN PERSEMABAHAN ............................................................................ iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... .v

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................... vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

    ABSTRACT ............................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    A.LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................. 1

    B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5

    C. TUJUAN PENELITIAN .............................................................................. 5

    D.MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7

    A.Teori Terkait................................................................................................. 7

    B. Pestisida Nabati .......................................................................................... 13

    C. Tanaman Gadung ....................................................................................... 19

    D.Letal Concentration LC50 ........................................................................... 23

    E. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 23

    F. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 25

    G.Hipotesisis .................................................................................................. 26

    BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 27

    A.JENIS PENELITIAN ................................................................................. 27

    B. VARIABEL ............................................................................................... 28

    C. BATASAN PENELITIAN......................................................................... 27

    D.ALAT DAN BAHAN ................................................................................ 29

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 42

    A.HASIL ........................................................................................................ 42

    B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 45

    C. HAMBATAN, KENDALA DAN KETERBATASAN PENELITIAN..... 51

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    BAB V ..................................................................................................................... 53

    APLIKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN .. 53

    BAB VI .................................................................................................................... 57

    KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 57

    A.KESIMPULAN .......................................................................................... 57

    B. SARAN ...................................................................................................... 57

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Penelitian yang relevan ................................................................... 23

    Tabel 3.1 Analisa Probit .................................................................................. 39

    Tabel 4.1. Analisa HCN umbi gadung (D. hispida Dennst.) .......................... 42

    Tabel 4.2 .Mortalitas Ulat Gryak Setelah 24 Jam Pengaplikasian .................. 43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.2 D. hispida Dennst.. ................................................................. 21

    Gambar 3.1 Umbi Gadung yang digunakan (A), umbi gadung dalam

    bentuk simplisia tepung (B), Ekstrak Umbi Gadung (C) ........................... 31

    Gambar 3.2 Ulat grayak diambil di persawahan tomat, Magelang (A),

    toples yang digunakan untuk memperbanyak larva S. litura (B). .............. 31

    Gambar 3.3 Larva Instar 3 Ulat Grayak .................................................... 32

    Gambar 4.2. Ulat yang telah mati akibat senyawa Flavonoid dan

    mengeluarkan cairan putih....................................................................50

    Gambar 4.3. Ulat yang telah mati akibat senyawa

    HCN...........................51

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Silabus

    pembelajaran............................................................................63

    Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................... 69

    Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Cabang dan Manfaat Ilmu Biologi ..................... 76

    Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Metode Ilmiah .................................................... 79

    Lampiran 5 Media Pembelajaran ............................................................................. 77

    Lampiran 6 Instrumen Penilaian ............................................................................. 84

    Lampiran: 7 Soal Evaluasi....................................................................................... 85

    Lampiran 8 Panduan Skoring .................................................................................. 87

    Lampiran 9 Perhitungan Analisa Probit .................................................................. 93

    Lampiran 10 Hasil Uji Ekstrak Umbi Gadung ........................................................ 90

    Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 91

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tanaman tomat merupakan tanaman budidaya yang keberadaannya

    penting sebagai komoditas pertanian. Tanaman tomat merupakan jenis

    tanaman yang dapat ditanam sepanjang tahun (Prabowo, 2002). Tanaman

    tomat merupakan tanaman hortikultura yang keberadaannya sering

    dimanfaatkan sebagai sayuran dan buah. Tomat juga sering dijadikan sebagai

    pelengkap bumbu masak, minuman segar, serta bahan pewarna alami. Bahkan

    tomat juga dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan.

    Tanaman tomat merupakan sumber alternatif pendapatan bagi para petani

    yang mudah untuk dibudidayakan (Purwati dan Khairunisa, 2007).

    Permasalahan dalam budidaya tanaman tomat yang ditemui oleh para

    petani yaitu masalah penyakit yang dapat menyerang tanaman tomat dan juga

    adanya organisme penggangu tanaman (OPT) atau yang sering disebut dengan

    hama pada tanaman. OPT dapat mengakibatkan tanaman menjadi rusak

    sehingga gagal untuk diproduksi. Berbagai macam organisme pengganggu

    tanaman (OPT) diantaranya yaitu walang sangit, thrips, tungau, ngengat yang

    merugikan bagi para petani serta mempengaruhi pertumbuhan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Salah satu organisme pengganggu tanaman yang cukup sulit untuk

    dikendalikan dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat yaitu jenis

    hama ulat grayak (S. littura). Ulat grayak dikatakan merugikan karena dapat

    memakan semua bagian daun dengan sangat cepat. Ulat grayak yang

    memakan daun tanaman mengakibatkan daun berlubang-lubang sehingga

    menjadi robek atau terpotong-potong. Serangan hama ulat grayak ini pernah

    terjadi di daerah Probolinggo pada tahun 2009 yang menyebabkan rusaknya

    tanaman yang ada di kebun, juga pernah terjadi di daerah Bantul yang

    mengakibatkan penurunan produktivitas hasil panen tanaman cabai yang

    menyebabkan sekitar 30-40% tanaman cabai menjadi rusak dan mengering.

    Hal ini menjadikan suatu bentuk kekhawatiran para petani karena

    menjadikannya mengalami kerugian materi yang besar (Linangkung, 2015).

    Ulat grayak (S. littura) merupakan hama perusak daun yang bersifat

    polifag (memakan semua jenis daun). Keberadaan ulat grayak tidak mudah

    untuk diidentifikasi pada suatu tanaman karena ulat grayak tersebut hanya

    aktif pada saat malam hari dan ketika siang hari ulat grayak akan bersembunyi

    di bagian bawah daun agar tidak terkena oleh sinar matahari, sehingga pada

    waktu siang hari ulat grayak tersebut tidak tampak keberadaannya dan

    biasanya ulat grayak yang menyerang suatu tanaman tersebut bergerombol.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Berbagai upaya dilakukan oleh para petani untuk mencegah kerusakan

    yang lebih parah. Salah satu cara yang dilakukan oleh para petani dengan

    menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama. Ternyata,

    penggunaan pestisida kimia yang dilakukan tidak sepenuhnya memberi hasil

    yang baik sehingga masih terjadi kegagalan. Kegagalan tersebut kemungkinan

    justru akan menyebabkan terjadinya mutasi yang dapat memunculkan

    organisme pengganggu tanaman yang lebih ganas dan akan lebih sulit untuk

    dikendalikan (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

    Lingkungan, 2012).

    Salah satu alternatif dalam pengendalian ulat grayak ini yaitu dengan

    menggunakan pestisida nabati. Pestisida yang dapat dimanfaatkan untuk

    menanggulangi hama ulat grayak ini salah satunya dengan memanfaatkan

    berbagai macam tanaman lokal yang ada di alam sekitar. Biasanya, tanaman

    yang dapat diolah menjadi pestisida yaitu jenis tanaman yang memiliki rasa

    pahit. Selain menggunakan tanaman lokal yang ada di sekitar, pemanfaatan

    dengan menggunakan pestisida nabati lebih mudah didapatkan dan juga ramah

    lingkungan sehingga menjadi lebih aman dan tidak menyebabkan lingkungan

    menjadi tercemar, dalam hal ini belum banyak para petani yang memanfaatkan

    penggunaan pestisida yang berasal dari tanaman sebagai pengendali hama

    (Direktorat Jenderal Pengendali Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012)

    Salah satu tanaman yang berpotensi untuk digunakan adalah gadung.

    Tanaman gadung (D. hispida) merupakan salah satu tanaman yang tergolong

    dalam familia Dioscoreaceae. Tanaman gadung mengandung zat gizi dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    senyawa racun yang berbahaya. Senyawa racun yang terkandung di dalam

    umbi gadung tersebut bersifat toksik.

    Gadung (D. hispida) merupakan jenis tumbuhan yang termasuk ke

    dalam umbi-umbian. Umbi gadung memiliki kandungan berupa asam sianida

    (HCN) atau yang lebih dikenal dengan racun dioscorin. Adanya kandungan

    racun asam sianida yang dimiliki umbi gadung, maka umbi gadung ini dapat

    dimanfaatkan sebagai racun untuk menanggulangi hama ulat grayak karena

    mengandung senyawa toksik yang dapat menyebabkan gangguan syaraf

    (Rukmana, 2001). Umbi gadung dapat digunakan sebagai alternatif pengganti

    pestisida sintetik yang lebih ramah lingkungan serta menekan angka kerugian

    yang dialami petani akibat serangan hama terutama pada tanaman pangan

    (Rukmana, 2001).

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Telaumbanua, dkk; (2017)

    mengenai bioinsektisida dari sari pati gadung terhadap hama walang sangit

    menunjukkan bahwa sari pati umbi gadung menunjukkan pengaruh yang

    sangat signifikan sebagai bioinsektisida hama walang sangit. Mekanisme

    proses masuknya racun ke dalam walang sangit melalui saluran pernafasan

    dan organ pencernaan walang sangit. Setelah itu terserap oleh dinding-

    dinding alat pencernaan dan kemudian menyebar hingga ke pusat syaraf

    sehingga berpotensi memberikan tekanan serta menurunkan metabolisme

    organ dalam dan menghambat aktifitas walang sangit sehingga mengalami

    kematian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Pada penelitian ini digunakan umbi gadung sebagai pestisida nabati

    untuk mengetahui pengaruh ekstrak umbi gadung terhadap mortalitas ulat

    grayak. Keberadaan umbi gadung belum dimanfaatkan sebagai pestisida

    dalam menanggulangi hama ulat grayak. Oleh sebab itu, peneliti membuat

    ekstrak yang berasal dari umbi gadung sebagai pestisida yang digunakan

    khusus untuk mengendalikan hama ulat grayak.

    Pengamatan mortalitas dilakukan setelah 24 jam supaya pestisida dapat

    benar-benar memberikan pengaruh mortalitas terhadap ulat grayak, kemudian

    data yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan Letal Concentration

    50 atau LC50. Arti dari Letal Concentration 50 adalah pada konsentrasi

    tertentu ekstrak umbi gadung dapat mematikan 50% ulat grayak.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang

    mendasari penelitian ini adalah:

    1. Apakah ekstrak metanol umbi gadung (D. hispida Dennst.) dapat

    mempengaruhi mortalitas ulat grayak (S. littura)?

    2. Berapakah nilai LC50 untuk mortalitas ulat grayak (S. ltitura) pada 24 jam

    setelah diaplikasikan?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui pengaruh ekstrak metanol umbi gadung (D. hispida Dennst.)

    terhadap mortalitas ulat grayak (S. littura)

    2. Mengetahui nilai LC50 untuk mortalitas ulat grayak (S. littura) pada 24 jam

    setelah pengaplikasian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Menambah pengetahuan tentang pestisida nabati umbi gadung (D. hispida )

    sebagai pengganti pestisida kimiawi.

    2. Bagi Masyarakat

    Menambah pengetahuan bagi masyarakat untuk memanfaatkan tanaman lokal

    seperti umbi gadung sebagai pestisida nabati dalam menanggulangi hama ulat

    grayak pada tanaman tomat.

    3. Bagi Pendidikan

    Dijadikan bahan referensi mata pelajaran di sekolah SMA kelas X yaitu pada

    materi Ruang Lingkup Biologi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori Terkait

    1. Ulat Grayak (S. littura)

    S. littura merupakan hama yang penting pada tanaman pangan maupun

    pada tanaman perkebunan karena larva hama ini bersifat polifag. Larva hama

    ini sering menyebabkan kerusakan daun pada tanaman kacang-kacangan,

    sawi, tomat, bawang, selada, terong dan jagung. Tingkat kerusakan akibat ulat

    ini cukup tinggi, bahkan S. littura mampu menghabiskan tanaman hanya

    dalam waktu satu malam. Ulat grayak tergolong jenis hama malam dimana

    menyerang tanaman terutama pada malam hari. Hama ulat grayak yang

    mudah untuk dijumpai pada tanaman tersebut, sangat mengkhawatirkan bagi

    para petani dikarenakan dapat memberikan dampak kerugian yang cukup

    besar dimana dapat menyebabkan terjadinya gagal panen akibat kerusakan

    tanaman yang dialami (Erwin, 2000).

    2. Sistematika Klasifikasi

    Menurut Nugroho (2013) S. littura dapat diklasifikasi sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insekta

    Ordo : Lepidoptera

    Family : Noctuidae

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Genus : Spodoptera

    Species :Spodoptera littura

    Gambar 2.1 S. littura

    Sumber : Dokumentasi Pribadi.

    3. Perkembangbiakan Ulat grayak (S. litura )

    Ulat grayak (S. litura) mengalami perkembangbiakan metamorfosis

    sempurna yang dimulai dari tahap bertelur. Menurut Sudarmo (2009)

    perkembangbiakan pada ulat grayak ini dimulai dari 4 tahap yaitu : telur,

    larva, pupa dan terakhir menjadi imago dalam rupa ngengat.

    a. Telur

    Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur tersebut

    diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun tanaman dan telur

    tersebut berbentuk oval. Kelompok telur ditutupi oleh rambut-rambut yang

    halus dan berwarna putih. Telur tersebut kemudian akan berubah menjadi

    kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam hari

    secara berkelompok, dalam satu kelompok terdapat lebih dari 80 butir telur.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Telur- telur dapat menetas dalam waktu 2-5 hari dan umumnya akan menetas

    di pagi hari (Rahayu, 2004). Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru

    yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina. Ulat yang

    telah menjadi kepompong tersebut akan membentuk pupa tanpa rumah

    (kokon) yang memiliki warna cokelat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6

    cm.

    b. Larva

    Larva terdiri sampai 5 instar. Instar pertama ditandai dengan tubuh

    berwarna kuning kehijau-hijauan dengan bulu-bulu halus, kepala hitam

    dengan lebar 0,2-0,3 mm. Larva ditandai dengan adanya bulu, muncul instar

    kedua tubuhnya berwarna hijau dengan panjang 3,75-10 mm tidak terlihat

    garis hitam pada ruas pertama abdomen dan pada toraks terdapat garis putih

    memanjang. Pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua.

    Larva instar tiga memiliki garis zig-zag berwarna putih pada bagian abdomen

    dan bulatan hitam di sepanjang tubuhnya, larva instar tiga memiliki panjang

    tubuh 8-15 mm dengan lebar kepala 0,5-0,6 mm. Larva instar ke-4 memiliki

    warna tubuh yang bervariasi yaitu hijau keputihan, hijau kekuningan dan hijau

    keunguan. Instar terakhir pertumbuhannya sudah sempurna yang memiliki

    warna hijau gelap dengan garis punggung berwarna gelap memanjang dan ulat

    sudah hidup terpencar. Total keseluruhan stadium larva terjadi selama 20-26

    hari yang kemudian akan bermetamorfosis menjadi pupa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    c. Pupa

    Pupa S.littura pertama berwarna cokelat muda kemudian pada saat

    menjadi imago berubah warna menjadi cokelat kehitam-hitaman. Panjang

    pupa berkisar antar 9 sampai 12 mm. Pupa berkisar antara 8 sampai 12 hari.

    d. Imago/ Ngengat

    Imago S. littura memiliki panjang tubuh antara 10-14 mm dengan jarak

    rentang sayap berkisar anatar 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna

    putih keabu-abuan. Bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-

    bintik perak. Bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi

    sayap berwarna cokelat kehitam-hitaman. Sayap ngengat S. littura berwarna

    cokelat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan

    dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh lima

    kilometer.

    4. Ekologi dan Penyebaran Larva S. littura

    S. littura ditemukan di Eropa, Asia, Afrika, Australia, Amerika dan

    biasanya banyak terdapat pada daerah yang beriklim panas. Di daerah tropis

    yang ditemukan di negara- negara seperti Indonesia, India, Arab bagian

    selatan Yaman, Somalia, Ethiopia, Sudan, Nigeria, Mali Kamerun.

    Larva S. littura mulai ditemukan pada saat tanaman berumur dua

    minggu setelah ditanam. Populasi S. littura mulai meningkat pada umur

    tanaman 3 minggu setelah tanam. Musim kemarau populasi S. littura sangat

    tinggi dan kemampuan imagonya atau ngengat meletakkan telur sangat tinggi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    artinya bahwa pada musim kemarau tersebut ngengat akan lebih aktif dan

    lebih mudah ketika akan meletakkan telur-telurnya sehingga saat musim

    kemarau populasi ulat grayak lebih banyak ditemukan. Periode tersebut rata-

    rata populasi larva adalah 11,52 ekor per-rumpun tanaman dengan intensitas

    serangga 63% pada umur tanaman 7 minggu setelah tanam (Hera, 2007).

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ulat grayak

    diantaranya ialah :

    a. Asupan makanan

    Asupan makanan yang didapat ulat grayak dapat menentukan cepat

    lambatnya perkembangan. Seperti yang dikemukakan oleh Almatsier (2001)

    Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi yang didapat, apabila

    asuapan makanan yang diperoleh ulat grayak kurang baik atau kurang disukai

    maka akan mengganggu pertumbuhan yang dapat mengakibatkan

    pertumbuhannya lambat, berat larva rendah, bentuk kepompong yang kecil

    dan ringan dan siklus hidupnya yang akan semakin lama untuk itu harus

    disediakan cadangan makanan yang lebih banyak agar perkembangannya tidak

    menjadi lambat serta ulat tidak menjadi lemas sehingga mati.

    b. Pengaruh iklim

    Kondisi iklim mempengaruhi perkembangan telur, larva, dan imago

    ulat grayak. Musim kemarau merupakan musim dimana ulat grayak dapat

    berkembang dengan pesat dibandingkan pada musim hujan. Hal tersebut

    karena pada musim hujan, telur-telur ulat grayak akan terbawa air hujan dan

    akan mengalami pembusukan sehingga tidak bisa menetas sedangkan pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    musim kemarau, suhu cukup mendukung untuk perkembangan telur menjadi

    larva dan kelembaban umumnya rendah pada musim, kemarau. Jika suhu dan

    kelembaban tidak mendukung, maka larva tidak akan berkembang.

    c. Temperatur

    Temperatur yang tinggi akan memperpendek stadium larva, pupa dan

    imago, dengan demikian daur hidup ulat ini memerlukan waktu yang relatif

    lama. Suhu optimum yang dibutuhkan ulat grayak dalam perkembangannya

    adalah 28C.

    d. Pengaruh Cahaya

    Cahaya merupakan salah satu faktor ekologi yang besar pengaruhnya

    terhadap kehidupan hama tanaman. Terdapat beberapa hama yang aktif pada

    saat tidak ada cahaya atau malam hari (nokturnal), seperti ulat grayak. Apabila

    keadaan intensitas cahaya meredup, maka ulat grayak ini akan aktif

    menyerang inang tanamannya (Sinaga, 2009).

    6. Tanaman Inang Larva S. litura

    Tanaman inang adalah tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan

    serangga baik yang berhubungan dengan perilaku maupun dengan kebutuhan

    gizi serangga. Hubungan antara tanaman inang dan serangga merupakan

    serangkaian proses interaksi antara lain mekanisme pemilihan tanaman inang.

    Pemanfaatan tanaman tersebut sebagai sumber makanan serta tempat

    berlindung dan tempat bertelur. Ulat berkembang biak lebih cepat pada

    tanaman inang yang sesuai dan sebaliknya perkembangan serangga menjadi

    lambat pada tanaman inang yang kurang sesuai (Widianingsih, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    B. Pestisida Nabati

    1. Pengertian Pestisida

    Pestisida (Inggris : peticide) secara harafiah memiliki arti

    pembunuh hama (Pest : hama ; cida : pembunuh). Pestisida adalah

    substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan

    berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu). Menurut Nirwana

    (2012) menyatakan bahwa pestisida nabati merupakan pestisida yang

    bahan dasarnya didapat dari tanaman yang bergetah sedangkan menurut

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 tahun 1973 definisi

    pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

    yang dipergunakan untuk :

    a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak

    tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian,

    b. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan dan

    ternak,

    c. Mengatur atau merangsang tumbuhan yang tidak diinginkan,

    d. Memberantas atau mencegah hama air,

    e. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan

    penyakit pada binatang yang perlu dilindungi.

    Berdasarkan data pencatatan dari badan proteksi lingkungan

    Amerika Serikat pada tahun 1986 telah lebih dari 2600 bahan aktif

    pestisida yang telah diedarkan di pasaran yang terdiri dari 575 herbisida,

    610 insektisida, 670 fungisida dan nematisida, 125 rodentisida. Di seluruh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    dunia telah di pasarkan lebih dari 35.000 formulasi. Di Indonesia untuk

    keperluan perlindungan tanaman khususnya pertanian, perkebunan pada

    tahun 1986 telah tercatat 371 (Sudarmo, 2005).

    Syarat dari pestisida yang ideal yang dapat digunakan sebagai

    pestisida nabati yang diaplikasikan ke lingkungan adalah :

    a. Memiliki toksisitas oral yang rendah,

    b. Tidak meninggalkan residu,

    c. Memiliki toksisitas dermal yang rendah,

    d. Efektif terhadap organisme sasaran,

    e. Tidak mematikan organisme sasaran,

    f. Tidak fitotoksis

    g. Tidak menimbulkan resisten pada organisme sasaran,

    h. Mudah didapat,

    i. Murah,

    j. Tidak mudah terbakar.

    2. Pestisida Nabati

    Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

    tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktikan 3 abad yang lalu pada tahun

    1690, petani di Perancis telah menggunakan perasan daun tembakau untuk

    mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Tahun 1800 bubuk

    tanaman Pyrethrum digunakaan untuk mengendalikan kutu pada tanaman.

    Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan

    pestisida kimia (Sudarmo, 2005).

    Menurut Kardinan (2000), karena terbuat dari bahan alami maka

    jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat.

    Apabila diaplikasikan untuk membunuh hama maka pada waktu itu

    residunya akan cepat menghilang di alam setelah hama terbunuh sehingga

    tanaman aman untuk dikonsumsi.

    Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak bahan kimia yang

    merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan

    sebagai alat pertahanan dari OPT. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang

    termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida.

    Oleh karena itu jika dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida

    maka dapat mengendalikan hama dengan bahan yang ramah lingkungan

    (Kardinan, 2002).

    Menurut Syakir (2011), ada beberapa jenis tanaman yang

    berpotensi menjadi bahan pestisida diantaranya :

    a. Kelompok tumbuhan insektisida nabati

    Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida

    pengendali hama insekta. Misalnya : bengkoang, serai, sirsak dan

    srikaya diyakini dapat menanggulangi hama jenis serangga.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    b. Kelompok tumbuhan fungisida nabati

    Merupakan kelompok tumbuhan yang digunakan untuk

    mengendalikan jamur patogenik antara lain cengkeh, daun sirih, sereh,

    pinang, dan tembakau.

    c. Kelompok tumbuhan pestisida serbaguna

    Kelebihan kelompok ini tidak hanya berfungsi untuk satu jenis

    misalnya insektisida saja tetapi juga berfungsi sebagai fungisida,

    bakterisida, moluskasida, dan nematisida. Tumbuhan yang dapat

    digunakan dari kelompok ini misalnya jambu mete, sirih, tembakau,

    umbi gadung dan nimba.

    Syakir (2011) menjelaskan bahwa pestisida nabati memiliki

    beberapa fungsi diantaranya :

    a. Repellant, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal : dengan bau yang

    menyengat,

    b. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang sudah

    disemprot,

    c. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa,

    d. Menghambat reproduksi serangga betina,

    e. Racun syaraf,

    f. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga,

    g. Antraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada

    perangkap serangga,

    h. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    3. Cara Masuk Pestisida ke dalam Tubuh Serangga

    a. Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison)

    Racun lambung (Racun Perut, Stomach Poison) adalah pestisida-

    pestisida yang membunuh serangga sasaran bila pestisida tersebut masuk

    ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran

    pencernaan. Selanjutnya pestisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh

    serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya susunan syaraf

    serangga). Oleh karena itu ulat harus terlebih dahulu memakan tanaman

    yang sudah disemprot dengan pestisida dalam jumlah yang cukup untuk

    membunuhnya (Panut, 2004).

    b. Racun Kontak

    Racun kontak adalah pestisida yang masuk ke dalam tubuh

    serangga lewat kulit (bersinggungan langsung). Hama akan mati bila

    bersinggungan (kontak langsung) dengan pestisida tersebut, kebanyakan

    racun kontak juga berperan sebagai racun perut (Panut, 2004).

    c. Racun Pernafasan

    Racun pernafasan adalah pestisida yang bekerja lewat saluran

    pernafasan. Hama akan mati bila menghirup pestisida dalam jumlah yang

    cukup. Kebanyakan racun nafas berupa gas atau bila wujud asalnya padat

    atau cair yang segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan

    sebagai fumigansia, misalnya bromida, alumunium fosfida (Panut, 2004).

    Menurut Haryono (2011), pemanfaatan pestisida nabati memiliki beberapa

    kelebihan diantaranya :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    i. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat,

    ii. Lebih mudah terurai di alam,

    iii. Lebih aman bagi manusia dan lingkungan,

    iv. Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendali OPT, selain sebagai

    pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan juga dapat berperan

    dalam meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan efisiensi

    usaha dan image produk perkebunan ramah lingkungan.

    v. Pemanfaatan pestisida nabati secara luas akan langsung berpengaruh

    terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan berdampak

    positif terhadap kualitas produk tanaman terutama dengan semakin

    terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida

    kimiawi.

    Pemanfaatan pestisida nabati selain memiliki kelebihan juga memiliki

    beberapa kelemahan. Berbagai kelemahan pestisida nabati diantaranya:

    i. Kandungan bahan aktif pada tanaman yang sangat bergantung pada

    varietas dan lokasi penanaman,

    ii. Pemanfaatan berupa formulasi sederhana yang mudah ditiru,

    iii. Tidak tahan terhadap sinar matahari,

    iv. Tidak tahan disimpan,

    v. Terkadang harus diaplikasikan atau disemprotkan secara berulang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    C. Tanaman Gadung

    1. Deskripsi Tanaman Gadung (D. hispida Dennst.)

    Gadung (D. hispida) suku gadung-gadungan atau (dioscoreaceae)

    tergolong tanaman umbi-umbian. Tanaman gadung bermula ditemukan di

    negara India bagian barat yang kemudian menyebar luas ke Asia Tenggara

    termasuk Indonesia, Malaysia, Kepulauan Pasifik dan Karabia. Tanaman

    gadung tumbuh dan berkembang secara luas di daerah tropis, hutan hujan

    tropis dan juga savana. Suhu yang dibutuhkan untuk gadung dapat tumbuh

    yaitu diantara 20-30C (Widodo, 2005)

    Gadung merupakan tanaman liar yang tanpa dibudidayakan dapat

    tumbuh di semak-semak belukar, hutan dan juga pekarangan rumah.

    Menurut Harijono (2008), tanaman gadung dapat menghasilkan umbi 9-10

    ton/ha yang tergantung pada keadaan lokasi serta jenis varietas yang

    ditanam. Tanaman gadung tidak pernah dijadikan tanaman pokok bagi

    masyarakat, hanya sekedar tanaman tumpang sari. Gadung merupakan

    tanaman perdu memanjat yang tingginya dapat mencapi 5-10 m.

    Batangnya bulat, berbulu dan berduri yang tersebar di sepanjang batang

    dan juga tangkai daun. Umbi pada gadung berbentuk bulat yang diliputi

    rambut akar yang besar dan kaku, kulit umbi berwarna cokelat muda,

    daging umbi berwarna putih gading atau kuning. Umbi gadung muncul di

    dekat permukaan tanah. Daun yang dimiliki merupakan daun majemuk

    terdiri dari 3 helai daun, ukuran daunnya lebar dan bisa mencapai 30 x 28

    cm. Bunga tersusun dalam ketiak daun, berbulu dan jarang sekali

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    dijumpai. Tanda-tanda gadung telah siap dipanen apabila daun yang

    menempel pada batang mulai rontok, pangkal batang lapuk dan terlepas

    dari umbinya (Suharto, 2007).

    Gadung (D. hispida) merupakan tanaman yang mempunyai

    kandungan karbohidrat yang tinggi, sehingga umbi gadung sangat potensi

    sebagai sumber karbohidrat non beras. Meski kandungan karbohidratnya

    tinggi umbi gadung juga mengandung beberapa senyawa racun yang

    berupa senyawa glikosida sianogenik. Glikosida sianogenik merupakan

    prekursor sianida pada gadung (Svasty, 1999). Senyawa HCN (asam

    sianida) merupakan senyawa yang berbahaya bagi organisme yang

    mengkonsumsinya. Kandungan racun sianida yang terdapat pada umbi

    gadung dapat mengganggu metabolisme, menyebabkan anti fertilitas dan

    menyebabkan gangguan syaraf (Telaumbanua, 2017).

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Telaumbanua, dkk; 2017

    mengenai bioinsektisida dari sari pati gadung terhadap hama walang sangit

    menunjukkan bahwa sari pati umbi gadung menunjukkan pengaruh yang

    sangat signifikan sebagai bioinsektisida hama walang sangit. Mekanisme

    proses masuknya racun ke dalam walang sangit melalui saluran pernafasan

    dan organ pencernaan walang sangit. Setelah itu terserap oleh dinding-

    dinding alat pencernaan dan kemudian meyebar hingga ke pusat syaraf

    sehingga berpotensi memberikan tekanan serta menurunkan metabolisme

    organ dalam dan menghambat aktifitas walang sangit sehingga mengalami

    kematian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    2. Klasifikasi umbi gadung Menurut (Pambayun, 2007) sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivision : Spermatophyta

    Division : Magnoliophyta

    Class : Liliopsida

    Subclass : Liliidae

    Order : Dioscoreales

    Family : Dioscoreaceae

    Genus : Dioscorea L.

    Species : Dioscorea hispida Dennst.

    Gambar 2.2 Umbi gadung (D. hispida)

    Sumber : Dokumentasi Pribadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    3. Kandungan Asam Sianida (HCN) dalam Umbi Gadung.

    Gadung merupakan umbi yang mengandung asam sianida (HCN)

    dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk terikat yang berupa glikosida

    sianogenik. Ketika konsentrasi tinggi, sianida terutama dalam bentuk bebas

    sebagai HCN dapat mematikan. Umbi gadung segar bisa dihasilkan sekitar

    469, 5 mg/kg sianida bebas.

    Apabila umbi gadung mengalami perusakan jaringan karena proses

    pengirisan atau penghancuran maka akan terjadi kontak antara substrat

    dengan enzim endogenus yang menyebabkan substrat mengalami

    perombakan sebagian menjadi senyawa sianida bebas yang mudah

    menguap dan larut dalam air. Salah satu alternatif pengolahan umbi agar

    HCN tidak sepenuhnya menguap adalah dengan mengolahnya menjadi

    tepung (simplisia) gadung sehingga dengan pengolahan menjadi tepung

    maka kadar sianida yang ada tidak sepenuhnya menguap bebas dan masih

    meninggalkan sisa. Guna memperoleh sianida yang berasal dari umbi

    gadung maka dilakukanlah proses pengekstrakkan dengan menggunakan

    pelarut metanol sebagai pelarut organik. Penggunaan pelarut metanol

    tersebut bertujuan untuk merendam sampel yang telah dihasilkan yaitu

    (simplisia) karena metanol tersebut dapat menjadi pelarut polar dan non

    polar (Dianty, dkk; 2015). Meskipun umbi gadung dikenal mempunyai

    senyawa toksik, justru memiliki manfaat yang dapat digunakan sebagai

    bahan racun bagi hewan yang dapat digunakan sebagai pestisida atau

    insektisida (Wijayakusuma dalam Adil, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    D. Letal Concentration LC50

    Letal concentration 50 atau LC50 merupakan konsentrasi yang

    menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang diestimasi

    dengan grafik dan perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu

    misalnya LC50 setelah 24 jam pengaplikasian. Analisis Probit merupakan

    hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai probit dari

    persentase mortalitas hewan uji yang merupakan fungsi linier Y = a + bx

    (Warsito dkk, 2016).

    E. Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang hampir serupa

    dengan penelitian yang dilakukan. Di bawah ini merupakan beberapa

    penelitian yang relevan diantaranya:

    Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang relevan

    No Referensi Penelitian Hasil Penelitian

    1 Hasnah, dkk.

    (2012)

    Penelitian ekstrak

    rimpang jeringau

    terhadap mortalitas

    ulat grayak dan

    siklus hidup ulat

    grayak

    Aplikasi ekstrak rimpang jeringau berpengaruh

    terhadap mortalitas larva,

    pupa yang terbentuk, imago

    yang muncul dan lama hidup

    imago ulat.

    Pada konsentrasi 2% ekstrak rimpang jeringau dapat

    mematikan 50% larva S.

    littura.

    Konsentrasi 3 % merupakan konsentrasi yang sudah

    efektif untuk mengendalikan

    hama ulat grayak.

    2 Tangkas, dkk

    (2012)

    Daya insektisida

    alami kombinasi

    Jumlah mortalitas tertinggi kombinasi ekstrak tembakau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    perasan gadung

    dan ekstrak

    tembakau.

    menurunkan daya insektisida

    alami sedangkan dari umbi

    gadung menghasilkan

    senyawa dioscorin yang

    mengakibatkan kejang.

    Kombinasi tanaman tembakau dan gadung yang

    paling efektif terhadap

    mortalitas terdapat pada

    perlakuan 0 ml umbi gadung

    : 100 ml tembakau dan 100

    ml umbi gadung : 0 ml

    tembakau.

    3 Telaumbanua,

    2017

    Uji potensi sari

    pati gadung (D.

    hispida Denst.)

    sebagai

    bioinsektisida

    hama walang

    sangit

    (Leptocorisa

    acuta) tanaman

    padi (Oryza

    sativa)

    Kemampuan ekstrak sari pati umbi gadung sebagai

    bioinsektisida.

    Konsentrasi yang paling efektif ialah 40 gram.

    Pada penelitian Hasanah (2012) ekstrak yang digunakan adalah rimpang

    jeringau dengan hewan uji S. littura. Metode ekstraksi yang digunakan dengan

    maserasi menggunakan pelarut metanol selama 3 hari kemudian hewan uji yang

    digunakan S. littura instar 2. Pengaplikasian ekstrak dilakukan dengan teknik

    pencelupan daun.

    Penelitian Tangkas (2012) menggunakan ekstrak kombinasi perasan

    gadung dan tembakau. Metode yang digunakan dengan mengambil sari hasil

    perasan dari umbi gadung dan air hasil rendaman pada daun kering tembakau

    selama 1 malam. Metode pengaplikasian dilakukan dengan menyemprotkan

    pada hewan uji. Hewan uji yang digunakan yaitu walang sangit. Penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    ketiga menggunakan umbi sari pati gadung dengan menggunakan serangga

    walang sangit sebagai serangga uji. Metode analisis data yang digunakan yaitu

    BNJ.

    F. Kerangka Berpikir

    Hama ulat grayak merupakan hama tanaman yang menyerang

    tanaman tomat dan menyebabkan kerusakan pada bagian daun dan juga

    dapat menimbulkan lubang pada buah tomat tersebut. Akibat serangan

    tersebut, petani mengalami gagal panen dan produksi menjadi menurun

    akibat ulat grayak. Dalam pengendaliannya, petani lebih cenderung

    menggunakan pestisida kimiawi yang memiliki tingkat keampuhan tinggi

    namun memiliki bahaya bagi lengkungan sekitar dan juga kesehatan tubuh.

    Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik guna

    melakukan penelitian mengenai pestisida nabati dari ektrak umbi gadung

    yang mengandung senyawan metabolit sekunder dan bersifat sebagai

    insektisida karena memiliki kandungan HCN yang dapat mengakibatkan

    kematian pada ulat grayak. Dengan bahan baku berupa umbi gadung yang

    dapat dijadikan pestisida nabati, maka memberikan alternatif bagi para

    petani dalam pengendalian hama dan kualitas tanaman pun tidak berkurang

    sehingga produksi tidak menurun.

    Data yang diperoleh dari hasil mortalitas ulat grayak tersebut

    kemudian akan dioleh dengan menggunakan LC50 (Lethal concentration).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Bagan kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan, ditampilkan

    pada gambar bagan 2.3

    Gambar 2.3: Diagram Kerangka Berpikir

    G. Hipotesis

    1. Ekstrak metanol umbi gadung (D. hispida Dennst.) dapat berpengaruh

    terhadap mortalitas hama ulat grayak (S. littura) yang dapat dilihat pada

    masing-masing konsentrasi.

    2. Hasil LC50 yang diperoleh setelah 24 jam pengaplikasian adalah 3,1%.

    Umbi gadung

    Hama ulat grayak

    (S. littura)

    Alternatif pengendalian

    hama

    Mortalitas ulat

    grayak LC50

    Ekstrak umbi gadung

    LC50

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan

    menggunakan analisis probit. Penelitian dilakukan dengan menguji bahan

    pestisida nabati dari umbi gadung. Penelitian ini bersifat kuantitatif.

    Variabel merupakan faktor yang ikut menentukan perubahan.

    Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang meliputi variabel bebas,

    variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini

    adalah konsentrasi ekstrak umbi gadung. Variabel terikat dalam penelitian

    ini adalah mortalitas S. littura pada instar 3. Variabel kontrol dalam

    penelitian ini adalah jenis pakan dan jumlah pakan yang diberikan S.

    littura, suhu ruang, wadah S. littura.

    B. Batasan Penelitian

    Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

    1. Penelitian ini menggunakan daun tanaman tomat sebagai pakan dengan

    merendamkan daun tomat ke dalam ekstrak pada masing-masing

    konsentrasi.

    2. Penelitian ini menggunakan bagian umbi gadung sebagai pestisida nabati.

    Tanaman gadung diperoleh di kebun percobaan Universitas Sanata

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Dharma, Yogyakarta. Kriteria umbi gadung yang digunakan yaitu umbi

    gadung dengan warna putih kekuningan dengan ukuran yang besar.

    3. Penelitian menggunakan ekstrak umbi gadung yang telah dibersihkan

    kemudian dikupas bersih dan dipotong-potong 5 cm, selanjutnya dijemur

    di bawah sinar matahari selama 2 hari. Umbi yang sudah kering umbi

    gadung dihaluskan menggunakan blender selama 5 menit hingga

    memperoleh simplisia. Simplisia kemudian direndam menggunakan

    metanol selama 24 jam. Hasil rendaman disaring menggunakan corong

    yang dilapisi kertas saring sehingga diperoleh filtrat. Filtrat tersebut

    kemudian diuapkan dengan menggunakan kipas angin untuk memperoleh

    ekstrak.

    4. Penelitian menggunakan ulat grayak sebagai serangga uji yang diperoleh

    di daerah Kragilan, Magelang, Jawa Tengah. Ulat grayak yang digunakan

    adalah ulat grayak yang telah mencapai instar 3 dengan kriteria instar 3

    ulat grayak memiliki ciri pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat

    garis zig-zag berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh, terlihat

    lebih aktif makan dibandingkan dengan jenis instar lainnya. Mortalitas

    merupakan tingkat kematian pada populasi tertentu yang akan dihitung

    pada saat pemberian ekstrak uji umbi gadung dengan merendam daun

    tomat sebagai pakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker 500

    ml, gelas ukur 150 ml, erlenmeyer 1000 ml, timbangan analitik, blender,

    kipas angin, kotak pemeliharaan serangga, toples, corong, pinset, gunting,

    spidol, kuas.

    2. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi pada

    tanaman gadung, ulat grayak, daun tanaman tomat, metanol, madu,

    alumunium foil, akuades, kain kassa, kertas saring, kapas, karet gelang,

    sarung tangan, masker.

    D. Cara Kerja Penelitian

    1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2018 bertempat di kebun

    percobaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; Laboratorium

    pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; Kos Putri

    Chintia; Laboratorium Che-Mix Pratama yang terletak di Kretek, Jambidan

    Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

    2. Ekstraksi Tanaman Umbi Gadung

    Awal pembuatan ekstrak, terlebih dahulu diambil umbi sebanyak 5

    kg dari kebun percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma,

    Yogyakarta. Tahap selanjutnya umbi tersebut langsung dicuci bersih dan

    dicacah-cacah yang kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering di

    bawah sinar matahari selama 2 hari. Jika umbi sudah kering maka

    dihaluskan dengan menggunakan blender selama 5 menit sampai menjadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    simplisia. Simplisia tersebut diayak untuk memperoleh hasil simplisia yang

    sama dan memisahkan antara butiran kasar dengan butiran halus, simplisia

    yang telah diayak dan telah menghasilkan butiran halus kemudian

    dimaserasi dengan cara merendam tepung tersebut menggunakan pelarut

    metanol selama 24 jam dengan menggunakan perbandingan 1:10 (w/v).

    Simplisia halus yang telah diayak diperoleh hasil sebanyak 67 gram. Hasil

    simplisia yang telah diperoleh kemudian direndaman yang selanjutnya

    disaring menggunakan corong yang telah dilapisi menggunakan kertas

    saring. Hasil saringan atau filtrat diletakkan di dalam gelas bekker.

    Selanjutnya hasil yang diperoleh diletakkan di dalam kardus. Kipas angin

    yang telah disiapkan dinyalakan dan diletakkan dekat dengan kardus untuk

    membantu memperoleh ekstrak dari umbi gadung (Ningrum, 2012).

    Gambar 3.1 Umbi Gadung yang digunakan (A), simplisia umbi

    gadung (B), Ekstrak Umbi Gadung (C)

    Sumber : Dokumentasi Pribadi

    A B

    C

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    3. Perbanyakan dan Pemeliharaan Larva S. littura

    Perbanyakan hewan uji dilakukan dengan mengumpulkan larva S.

    littura dari persawahan para petani kebun sayur, yang diambil dari daerah

    Magelang kemudian dilakukan pemeliharaan. Jumlah larva yang diperoleh

    dari kebun persawahan berjumlah 150 ulat grayak. Toples yang telah terisi

    pakan daun tomat disiapkan kemudian larva S. littura dimasukkan ke dalam

    toples yang diletakkan tepat di atas pakan daun tomat pakan daun tomat

    yang diberikan setiap harinya sebanyak 12 gram, kemudian toples ditutup

    menggunakan kain kasa. Pemeliharaan serangga uji dilakukan dengan

    mengganti pakannya setiap hari dan membersihkan kotoran ulat

    menggunakan tissue.

    Gambar 3.2 Ulat grayak diambil di persawahan tomat, Magelang (A),

    toples yang digunakan untuk memperbanyak larva S. litura (B).

    Sumber: Dokumentasi Pribadi

    Saat S. littura sudah menjadi pupa, pupa diletakkan dalam wadah

    toples yang lebih besar yang telah diberi alas kertas saring. Kurang lebih

    11 hari pupa yang telah jadi imago (ngengat) tersebut diberi pakan madu

    A B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    yang diserapkan menggunakan kapas dengan mencampurkan madu dan 2

    ml akuades yang akan digunakan sebagai pakan imago. Setiap saatnya

    dilakukan pengamatan terhadap perkembangan S. littura. Jika imago telah

    menghasilkan telur maka selanjutnya telur akan diletakkan pada bagian

    atas dari kertas saring dan jika sudah diletakkan dengan posisi yang benar

    maka wadah tersebut harus ditutup dengan menggunakan kain kasa.

    Proses perkembangan dari larva tersebut diamati setiap saatnya dan

    jika sebagian larva yang sudah siap ganti kulit menjadi instar kedua harus

    diletakkan terpisah dari larva-larva lain dan ditempatkan pada wadah yang

    baru. Tahap selanjutnya, larva instar ke-2 akan menjadi larva instar ke-3

    dan pada tahap larva intisar ke-3 inilah akan digunakan dalam pengujian

    dikarenakan larva instar 3 merupakan larva yang paling aktif menyerang

    tanaman tomat dan lebih banyak merusak tanaman tomat (Asmaliyah dan

    Musyafa, 2010).

    Gambar 3.3 Larva Instar 3 Ulat Grayak

    Sumber : Dokumentasi Pribadi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    4. Pembuatan Konsentrasi Uji

    Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan ulat grayak sebagai

    hama uji. Konsentrasi yang digunakan untuk menguji yaitu 0%, 5%, 10%,

    15% dan 20% dengan jumlah air sebanyak 20 ml pada masing-masing

    konsentrasi. Jumlah air yang akan digunakan ini mula-mula telah

    ditentukan dengan memperhitungkan jumlah ulat yang digunakan dalam

    tiap perlakuan. Alasan digunakannya 20 ml air dikarenakan dengan jumlah

    air sebanyak 20 ml tersebut sudah mampu mengenai keseluruhan

    permukaan bagian pakan daun tomat yang akan diaplikasikan pada ulat

    grayak dimana hal ini sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti pada tahap

    pra penelitian yang kini digunakan sebagai acuan peneliti dalam

    menentukan jumlah air yang digunakan. Uraian persentase umbi gadung

    dalam setiap perlakuan adalah sebagai berikut:

    a. konsentrasi 0% (0 gram ekstrak umbi gadung dalam 20 ml air, sebagai

    kontrol).

    b. konsentrasi 5% (1 gram ekstrak umbi gadung dilarutkan dalam 20 ml

    air).

    c. konsentrasi 10% ( 2 gram ekstrak umbi gadung dilarutkan dalam 20 ml

    air).

    d. Konsentrasi 15% ( 3 gram ekstrak umbi gadung dilarutkan dalam 20

    ml air).

    e. konsentrasi 20% (4 gram ekstrak umbi gadung dilarutkan dalam 20 ml

    air).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Berikut merupakan langkah dalam penentuan konversi persentase

    ke dalam bentuk gram umbi gadung yang digunakan sebagai pestisida.

    Diketahui:

    massa jenis air 1 gram/ml diperoleh dari hasil konversi 1 gram sama

    dengan 1 ml.

    Total keseluruhan air yang digunakan pada masing-masing konsentrasi 20

    ml atau sama dengan 20 gram. Jadi langkah untuk menentukan massa umbi

    gadung dalam setiap persentase dilakukan perhitungan sebagai berikut:

    a. Konsentrasi 5% = 20 x

    =

    = 1 g

    b. Konsentrasi 10% = 20 x

    =

    = 2 g

    c. Konsentrasi 15% = 20 x

    =

    = 3 g

    d. Konsentrasi 20% = 20 x

    = =

    = 4 g.

    5. Pengaplikasian Ekstrak Umbi Gadung Pada Ulat Grayak

    Daun tomat sebanyak 12 g direndam ke dalam ekstrak umbi

    gadung selama 5 menit supaya ekstrak umbi gadung dapat menempel pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    permukaan daun dengan sempurna. Larva ulat grayak yang disiapakan

    merupakan larva yang sehat dan sudah mencapai instar ke-3. Larva tersebut

    diletakkan dalam wadah toples plastik yang kemudian diaklimatisasi agar

    dapat beradaptasi selama 2-3 jam supaya dengan diaklimatisasi selama 2-3

    jam tersebut larva menjadi benar-benar lapar sehingga pada saat larva

    menjadi lapar maka dengan sangat cepat larva akan memakan daun tomat

    yang telah diberi ekstrak umbi gadung. Daun tomat yang telah direndam

    tersebut diperoleh dari desa Kragilan, Magelang. Daun tomat tersebut

    diambil secara random. Daun yang digunakan sebagai pakan ulat

    merupakan daun yang tidak terkontaminasi oleh pestisida lain yang dan

    tidak ada batasan usia daun. Tidak adanya batasan usia daun dikarenakan

    ulat grayak memakan semua jenis daun yang pada tanaman tomat. Proses

    pengaplikasian ini menggunakan 5 konsentrasi yang telah dibuat dari

    ekstrak umbi gadung dengan konsentrasi yatu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%

    Larutan konsentrasi dari ekstrak tersebut dikeringanginkan dalam keadaan

    suhu ruang selama 3 menit. Daun yang sudah direndam dan akan

    digunakan sebagai pakan ulat grayak tersebut diletakkan dalam toples

    dengan ukuran kecil, pada tiap toples akan diletakkan 12 g daun tomat serta

    10 larva S. littura instar 3 dengan melakukan pengulangan sebanyak tiga

    kali untuk tiap konsentrasinya. Tiap larva yang sudah disiapkan diberi

    pakan dengan daun tomat yang sudah direndam selama 30 menit

    menggunakan ekstrak umbi gadung. Jumlah larva S. littura yang telah mati

    dihitung. Proses pengamatan dilakukan pada waktu yang sama setiap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    harinya selama 3 hari. Keefektifitasan konsentrasi ekstrak umbi gadung

    yang memberikan toksik mortalitas pada ulat grayak diamati setelah 24 jam

    diaplikasikan (Fadila, 2012).

    6. Pengamatan Parameter

    Pengambilan data akan dilakukan setiap 24 jam setelah dilakukan

    pengaplikasian ekstrak umbi gadung pada pakan daun tomat. Pengamatan

    tersebut hanya meliputi siklus hidup ulat, jumlah larva yang mati di tiap

    konsentrasi, aktivitas ulat setelah diberikan ekstrak umbi gadung. Data

    yang diambil berupa data kematian ulat grayak dan mortalitas ulat grayak

    dinyatakan dalam bentuk persentase. Perhitungan untuk persentase

    mortalitas ulat grayak pada tiap-tiap pengulangan menggunakan rumus

    sebagai berikut (Hidayati, dkk. 2013).

    P =

    X 100%

    Keterangan

    P = Persentase mortalitas ulat grayak

    a = Jumlah total ulat grayak yang mati setiap perlakuan

    b = Jumlah total ulat grayak di setiap perlakuan.

    7. Metode Analisis Data

    Data hasil penelitian ini dianalisis dengan analisis probit yang

    bertujuan untuk memperoleh nilai LC50. Lethal Concentration 50 merupakan

    suatu perhitungan dimana konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak

    50% sedangkan analisis regresi linier sederhana merupakan hubungan secara

    linier atau satu variabel independen (X) dengan variabel independen (Y).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara satu variabel dependen

    dan satu variabel independen. Secara matematis model analisis regresi linier

    sederhana sebagai berikut :

    Y= A+bX

    Keterangan :

    Y = variabel dependen persentase mortalitas S. littura (nilai probit)

    X = Variabel independen konsentrasi ekstrak umbi gadung (Log10)

    A = konstanta (nilai Y apabila X=0)

    b = koefisien regresi.

    Selain itu, untuk menentukan nilai LC50 ulat uji (S. littura) dari

    beberapa konsentrasi ekstrak umbi gadung dianalisis menggunakan analisis

    probit dengan melihat tabel probit menurut Finney (1971) dan mencari

    kurva grafik regresi linier dengan Microsoft Office Exel 2010. Berikut tabel

    yang digunakan dengan penelitian LC50 pada uji efektivitas ekstrak umbi

    gadung sebagai pestisida nabati terhadap mortalitas ulat grayak tanaman

    tomat (Fadhillah, 2013).

    Berikut langkah-langkahnya :

    1. Buatlah tabel seperti berikut kemudian masukkan nilai konsentrasi yang

    dilakukan, Log10 konsentrasi dan jumlah larva yang digunakan.

    2. Jika sudah melakukannya, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap

    kolom jumlah larva mati sesuai dengan konsentrasinya.

    3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = (jumlah yang mati / jumlah total

    larva)x100

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol.

    Jika terdapat larva yang mati maka dipergunakan sebagai koreksi untuk hitung mortalitas terkoreksi sesuai ulangan.

    Konsentrasi

    (%)

    Log10

    Konsentrasi

    Ulangan Total

    Larva

    Jumlah

    Larva

    Mati

    %

    Mortalitas

    %

    Terkoreksi

    Rata-rata

    %Mortalitas

    Terkoreksi

    Nilai

    Probit

    0 - 1

    2

    3

    10

    10

    10

    5 1

    2

    3

    10

    10

    10

    10 1

    2

    3

    10

    10

    10

    15 1

    2

    3

    10

    10

    10

    20 1

    2

    3

    10

    10

    10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    %Mortalitas Terkoreksi =

    5. Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap perlakuan

    maka rata-ratakan dengan membagi total mortalitas terkoreksi dengan

    jumlah ulangan yang dilakukan. Masukkan hasil rata-rata tersebut ke

    kolom rata-rata % mortalitas terkoreksi.

    6. Carilah nilai probit (Probabillity unit) dari rerata mortalitas terkoreksi

    yang didapatkan dan memasukkan kekolom probit. Mencari nilai probit

    tinggal mencocokkan dengan tabel probit menurut Finney (1971).

    Tabel 3.1 Analisa Probit

    7. Jika nilai probit sudah ada, dibuat grafik hubungan anatara nilai probit

    mortalitas (sb.y) dan Log10 konsentrasi (sb x) di Microsoft Office Excel.

    Pilih insert kemudian pilih chart dan pilih model XY scatter yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    pertama. Masukkan nilai probit disumbu Y dan nilai Log10 konsentrasi

    disumbu X. Kemudian klik kanan pada titik birunya. Pilih add

    treandline. Setelah itu klik Display Equator on Chart untuk

    memunculkan persamaan y.

    8. Jika persamaannya sudah ada, maka masukan LC50 yang memiliki nilai

    5 karena nilai 5 mewakili 50% nilai probit atau 50% kematian larva.

    Nilai x dicari dengan memasukan nilai 5 ke persamaan yang didapatkan

    kemudian tentukan LC50 dengan antilog(x) atau 10x. Untuk mengetahui

    hubungan korelasi regresi linier antara variabel bebas dan terikatnya

    adalah dengan melihat nilai koefisien diterminasi R square (R2).

    Menurut Raharjo (2017) besarnya nilai koefisien determinasi R Square

    (R2) hanya antara 0-1. Sementara jika dijumpai R Square bernilai minus

    (-), maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel

    bebas (X) terhadap variabel terikatnya (Y). Semakin kecil nilai

    koefisiens determinasi R Square maka artinya pengaruh variabel bebas

    terhadap variabel terikatnya semakin lemah. Sebaliknya jika nila R

    Square mendekati 1 maka pengaruh tersebut semakin kuat, untuk

    memudahkan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua

    variabel, Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai R Square sebagai

    berikut :

    0 : tidak ada korelasi antar dua variable

    >0-0,25 : korelasi sangat lemah

    >0,25-0,5 : korelasi cukup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    >0,5-0,75 : korelasi kuat

    >0,75-0,99 : korelasi sangat kuat

    1 : korelasi sempurna

    E. Rancangan Pemanfatan Hasil Penelitian dalam Pembelajran

    Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

    pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X pada semester

    ganjil yakni mengenai materi pembelajaran Ruang Lingkup Biologi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Uji Senyawa Fitokimia HCN Pada Umbi Gadung

    Berikut merupakan hasil dari analisa kandungan senyawa HCN

    ekstrak umbi gadung (D. hispida Dennst.) yang telah dilakukan pengujian

    di Laboratorium Che-mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan,

    Bantul, Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam menentukan

    kandungan senyawa HCN menggunakan metode pikrat basa

    spectrofotometry dengan langkah kerja yang dapat dilihat pada lampiran

    12.

    Tabel 4.1. Hasil Analisa Kandungan HCN umbi gadung (D. hispida

    Dennst.)

    No Kode Sampel Analisa Ulangan

    1

    Ulangan

    2

    Rata

    Rata

    Umbi Gadung

    (D. hispida

    Dennst.)

    HCN

    1 g 7,239 6,7222 6,981

    2 g 6,439 7,297 6,868

    3 g 13,150 13,588 13,687

    4 g 27,465 28,380 27,923

    Berdasarkan hasil analisa uji yang terdapat pada tabel 4.1

    menunjukkan bahwa ekstrak umbi gadung memang mengandung sianida

    (HCN). Hasil uji yang telah dilakukan menunjukan bahwa 1 gram ekstrak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    umbi gadung memiliki rata-rata 6,981 kemudian 2 gram ekstrak umbi

    gadung memiliki rata-rata 6,868, selanjutnya ektrask 3 gram umbi gadung

    memiliki rata-rata 13,678 dan hasil uji terakhir yaitu 4 gram ekstrak umbi

    gadung memiliki rata-rata 27,923.

    Jika dilihat pada tabel 4.1, hasil uji menunjukkan bahwa pada 4

    gram ekstrak umbi gadung memiliki tingkat rata-rata lebih tinggi

    dibanding dengan hasil uji yang lainnya. Hasil uji yang terendah terdapat

    pada rata-rata 6,68.

    2. Pengamatan Mortalitas Ulat Grayak Setelah 24 Jam Pengaplikasian

    Tabel 4.2 .Hasil Pengamatan Mortalitas Ulat Gryak Setelah 24 Jam

    Pengaplikasian

    Konsentrasi

    (%)

    Log10 Rata-Rata %

    Mortalitas

    Terkoreksi

    Nilai Probit Nilai

    LC50

    0 - - - -

    5 0 47 4,92

    2,897 10 0,301 57 5,18

    15 0,477 87 6,04

    20 0,602 83 5,95

    Hasil data pengamatan setelah 24 jam pengaplikasian diperoleh data

    seperti pada tabel 4.2. Pada tabel 4.2 tersebut rata-rata mortalitas tertinggi

    terdapat pada konsentrasi 15% dengan hasil rata-rata berjumlah 87%.

    Sedangkan untuk hasil rata-rata mortalitas terendah terdapat pada

    konsentrasi 5%. Jika dilihat pada tabel pengamatan tersebut, terdapat

    penurunan hasil rata-rata mortalitas antara konsentrasi 15% dengan

    konsentrasi 20% dimana konsentrasi 15% memiliki rerata mortalitas yang

    lebih tinggi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    3. Hubungan antara konsentrasi ekstrak umbi gadung

    Hubungan antara konsentrasi ekstrak umbi gadung dengan presentase

    kematian ulat grayak ditampilkan dalam grafik berikut ini.

    Gambar 4.1 Hubungan Antara Konsentrasi dan Presentasi Kematian Ulat

    Grayak Pada 24 Jam Setelah Pengaplikasian untuk Memperoleh Nilai

    LC50.

    Hasil dari hubungan antara log10 konsentrasi (sumbu x) dengan

    nilai probit (sumbu y) pada grafik 4.1 didapatkan persamaan y-0,0914 +

    1,5905 dan didapatkan nilai R2 yaitu = 0,84552. Nilai R terletak antara 0-

    1 dan nilai R akan lebih baik jika semakin mendekati 1 dikarenakan

    adanya korelasi hal ini sesuai yang telah dikemukakan oleh Sarwono

    (2006) sehingga nilai R pada gambar 4.1 ini memiliki korelasi yang sangat

    kuat. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan

    microsoft exel 2010 dapat disimpulkan bahwa hasil dari nilai R yang telah

    diperoleh lebih baik karena mendekati nilai 1.

    y = 0,091x + 1,5905

    R2 = 0,846

    1,65

    1,7

    1,75

    1,8

    1,85

    1,9

    1,95

    2

    0 1 2 3 4 5

    Pro

    bit

    Log10 Konsentrasi

    Linier (Probit of Mortality)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Perhitungan nilai LC50 dengan menggunakan Microsoft Office Exel

    2010 diperoleh hasil sebagai berikut:

    y=ax+c

    5=0,091x+1,591

    x-

    x=37,462

    Antilog dari x = 10^37,462

    LC50 = 2,897

    Hasil analisa probit yang telah dilakukan mendapatkan nilai LC50

    sebesar 2,897. Hasil tersebut menunjukan bahwa dengan konsentrasi ekstrak

    umbi gadung sebesar nilai dari LC50 tersebut memiliki potensi sebagai

    pestisida nabati untuk membunuh hama ulat grayak karena telah membunuh

    sekitar 50% ulat uji. Adanya hasil yang telah didapatkan menunjukan bahwa

    pestisida yang berasal dari umbi gadung tersebut memiliki potensi dalam

    menanggulangi hama ulat grayak. Sebuah prodak yang dihasilkan seperti

    pestisida dapat dikatakan memiliki efek jika telah mampu mematikan sekitar

    50% hama uji. Hasil tersebut telah diperoleh dengan perhitungan LC50.

    B. Pembahasan

    1. Analisis hubungan antara kandungan HCN dengan mortalitas ulat

    grayak

    Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah 24 jam

    pengaplikasian membuktikan bahwa saat ekstrak umbi gadung tersebut

    diberikan kepada larva S. littura perlahan-lahan ulat tersebut mengalami

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    penurunan nafsu makan, jika ulat mengalami penurunan nafsu makan maka

    hal ini menunjukkan bahwa pestisida tersebut memberikan efek terhadap ulat

    grayak yang dalam beberapa waktu akan mengakibatkan kematian karena

    mengalami kelaparan. Ekstrak pestisida tersebut telah memberikan pengaruh

    terhadap ulat grayak maka hal ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur bahwa

    ekstrak yang berasal dari umbi gadung tersebut memang berfungsi sebagai

    pestisida nabati dalam menanggulangi hama ulat grayak.

    Menurut hasil pengamatan setelah 24 jam pengaplikasian yang dapat

    dilihat berdasarkan tabel 4.2 pemberian ekstrak umbi gadung pada

    konsentrasi 5%, 10% dan 15% mengalami peningkatan jumlah mortalitas

    yang terjadi pada ulat grayak. Hal ini terjadi karena kandungan senyawa

    HCN dari umbi gadung tersebut telah bekerja secara efektif sehingga

    memberikan pengaruh besar terhadap mortalitas ulat grayak. Namun, pada

    konsentrasi 20% terjadi penurunan jumlah mortalitas dibandingkan dengan

    konsentrasi 15% sehingga pada konsentrasi 20% meski terdapat kandungan

    HCN yang lebih banyak belum memberikan keefektifitasan pada hama ulat

    grayak dikarenakan pada saat diberikan perlakuan ada beberapa ulat yang

    tidak memakan daun tersebut atau menolak daun yang telah diberi ekstrak

    umbi gadung. Selain itu, beberapa konsentrasi yang mengalami penurunan

    persentase mortalitas pada ulat grayak tersebut disebabkan karena pestisida

    yang telah diaplikasikan tidak langsung menyerang organ vital seperti sistem

    saraf dan sistem sirkulasi terutama jantung, sehingga hal ini menjadi

    penyebab dimana pada konsentrasi tersebut kondisi S. littura masih mampu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    bertahan dari senyawa racun yang terdapat pada ekstrak umbi gadung.

    Selanjutnya faktor dari metanol yang digunakan untuk membuat ekstrak

    mempengaruhi kadar HCN yang menyebabkan mortalitas ulat grayak dimana

    metanol tersebut tidak sepenuhnya melarutkan HCN dikarenakan tahap awal

    kerja metanol yaitu merusak membran sel sehingga menyebabkan isi dalam

    sel seperti HCN tersebut keluar namun dalam hal ini ketika metanol merusak

    membran sel, metanol terlebih dahulu menguap sebelum isi dalam sel keluar

    sehingga HCN yang terdapat pada vakuola dan sitoplasma masih terjaga

    didalam sel dan tidak ikut menguap bersama metanol, selain itu sifat yang

    terdapat pada metanol sebagai pelarut polar dan non polar. Karena adanya

    non polar inilah menjadi salah satu bahwa HCN masih terdapat pada umbi

    gadung sehingga pengapliakasian ekstrak sebagai pestisida kadar HCN masih

    dapat diidentifikasi dan memiliki pengaruh terhadap mortalitas ulat grayak

    dan hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan di

    laboratorium chemix.

    Konsentrasi kontrol 0% tidak mengalami perubahan atau tidak

    terdapat mortalitas pada ulat grayak sehingga dikatakan tidak berpengaruh

    terhadap larva ulat grayak. Konsentrasi 0% tersebut tidak memiliki pengaruh

    apapun terhadap kematian pada ulat grayak dikarenakan pada konsentrasi

    tersebut tidak terdapat kandungan HCN yang dapat menyebabkan ulat

    tersebut mati sehingga pada konsentrasi kontrol tidak terdapat gangguan pola

    makannya sehingga tidak dapat merusak sistem syaraf dan pencernaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    2. Faktor-faktor penyebab mortalitas pada ulat grayak (S. littura)

    Ulat grayak merupakan hama yang mampu menghabiskan daun dalam

    waktu satu malam saja. Pengamatan pola makan ulat grayak ini dilakukan

    pada saat mengamati siklus hidup ulat grayak dimana pemberian makan ulat

    grayak ini dilakukan dengan mengontrol pakannya setiap saat. Pemberian

    makan ulat grayak dilakukan menjelang sore hari karena pada saat sore hari

    atau ketika sinar matahri mulai redup maka ulat grayak akan lebih aktif.

    Ulat grayak yang aktif memakan daun tomat mengakibatkan daun

    tomat yang dimakannya menjadi berlubang dan robek sehingga yang tersisa

    hanya tulang daunnya saja. Ulat grayak yang memakan daun tomat awalnya

    akan merobek atau memotong daun pada bagian tengah terlebih dahulu,

    setelah menghabiskan bagian tengah maka dilanjutkan pada bagian tepi

    daunnya. Lubang yang dihasilkan dari robekan ulat grayak ini cukup besar

    dan larva instar 1 umumnya memiliki kebiasaan makan dengan cara

    bergerombol.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas dalam penelitian ini

    merupakan hasil dari pemberian pestisida yang berasal dari ekstrak umbi

    gadung. Mekanisme terjadinya mortalitas jika daun yang telah diberi ekstrak

    umbi gadung dimakan oleh ulat dan masuk ke dalam tubuh ulat maka dapat

    menyebabkan kematian pada ulat tersebut dikarenakan semakin banyak

    pestisida yang termakan oleh ulat maka racun tersebut akan mengganggu

    metabolisme dari ulat sehingga ulat kehabisan tenaga karena berusaha untuk

    menetralisir racun tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Menurut Yu ( 2015) senyawa yang berperan sebagai pengahambat

    yang lebih tinggi secara umum yaitu senyawa flavonoid yang sebagian besar

    merupakan allelokimia yang terdapat pada tanaman. Dalam penelitian yang

    telah dilakukan, ulat grayak yang digunakan sebagai serangga uji mengalami

    kematian sehingga dalam penelitian ini diperoleh bentuk tubuh ulat yang

    sudah lembek dan mengeluarkan cairan berwarna putih. Tubuh ulat yang

    mengeluarkan cairan berwarna putih tersebut dapat disebabkan karena adanya

    kandungan flavonoid yang terdapat pada umbi gadung sehingga tubuh ulat

    tersebut mengeluarkan cairan berwarna putih.

    Cairan yang dikeluarkan oleh tubuh ulat grayak tersebut

    dikarenakan ulat grayak memakan daun yang telah diberi ekstrak umbi

    gadung. Daun yang termakan oleh ulat grayak akan masuk kedalam sistem

    pencernaan ulat yang mengakibatkan ulat tersebut mengalami gangguan

    metabolisme. Adanya gangguan metabolise pada organ pencernaan ulat

    akan menyebabkan terjadinya kerusakan organ.

    Berikut merupakan bentuk tubuh ulat yang mengalami kerusakan

    akibat dari senyawa flavonoid.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    Gambar 4.2. Ulat yang telah mati akibat senyawa Flavonoid dan

    mengeluarkan cairan putih

    Dokumentasi Pribadi

    Paparan sianida yang melalui pernapasan atau kulit, diserap sehingga

    memasuki aliran darah dan didistribusikan dengan cepat keseluruh organ dan

    jaringan tubuh. Didalam sel, sianida menempelkan metaloenzim dimana-

    mana yang membuat sel tidak aktif. Hal ini merupakan toksisitas dari

    inaktivasi sitokrom oksidase, sehingga menghambat fosforilasi oksidatif

    mitokondria dan menghambat respirasi seluler. Pergeseran metabolisme dari

    aerobik ke anaerobik akan memproduksi asam laktat. Akibatnya, jaringan

    tubuh yang membutuhkan oksigen tertinggi akan sangat dipengaruhi oleh

    keracunan sianida, yang akan berefek kejang hingga terhentinya pernapasan

    Menurut pernyataan Hayuningtyas, dkk (2014:80) senyawa sianida

    dapat menghambat pernapasan dan menyebabkan perkembangan sel yang

    tidak sempurna. Sianida juga menghambat kerja enzim ferisitokrom oksidase

    dalam proses pengambilan oksigen untuk pernapasan. Sehingga serangga

    mengalami kesulitan untuk bernapas sampai serangga mengalami kematian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    Berikut merupakan bentuk tubuh ulat yang mengalami kematian

    akibat dari senyawa HCN.

    Gambar 4.3. Ulat yang telah mati akibat senyawa Senyawa HCN

    Dokumentasi Pribadi

    C. Hambatan, kendala dan Keterbatasan Penelitian

    Penelitian yang telah dilaksanakan ini tentunya terdapat berbagai

    hambatan, kendala dan juga keterbatasan diantaranya sebagai berikut:

    1. Pengembangan ulat grayak untuk mendapatakan instar 3 mengalami

    kesulitan dikarenakan ulat seringkali mati sebelum ulat tersebut berubah

    menjadi instar 3, sehingga cara yang dapat dilakukan guna memperoleh

    instar 3 yaitu dengan memasukan ulat sedikit demi sedikit dengan jumlah

    5 ulat ke dalam masing-masing wadah yang sudah ada.

    2. Pada saat pencarian ulat peneliti tidak mengetahui daerah lokasi yang

    pasti untuk memperoleh ulat tersebut, sehingga cara yang dilakukan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    mendapatkan ulat yaitu bertanya pada teman mengenai daerah lokasi

    dimana ulat grayak dapat ditemukan.

    3. Pada saat pencarian ulat harus menempuh jarak yang cukup jauh yaitu di

    daerah persawahan sayur tepatnya di Magelang yang mengakibatkan

    ketika pulang dan sampai di Jogja sering kali kemalaman. Usaha dalam

    mengatasi masalah tersebut dengan menginap di rumah pemilik kebun

    sayur. Penulis memutuskan untuk menginap apabila ulat yang diperoleh

    masih sedikit dan waktu pencarian ulat terlalu sore.

    4. Pada saat pendokumentasian, tidak semua gambar dapat peneliti

    dokumentasikan dikarenakan peneliti kurang berfokus pada hasil

    dokumentasi melainkan peneliti lebih fokus pada cara kerja. Guna

    mengatasinya, maka pada saat melakukan langkah kerja selanjutnya

    peneliti meminta bantuan teman untuk mendokumentasikan hasilnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    BAB V

    APLIKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN

    Hasil penelitian mengenai ekstrak umbi gadung sebagai pestisida nabati

    memberikan manfaat sebagai suatu ilmu pengetahuan serta wawasan baru bagi

    siswa dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan umbi gadung sebagai pestisida

    nabati merupakan bentuk wawasan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar

    bagi siswa untuk dapat memanfaatkan bahan alami dari tanaman yang ada di

    sekitar sebagai bahan pestisida alami. Dalam sisi lain siswa juga diajarkan proses

    pembelajaran metamorfosis sempurna dengan mengamati siklus h