uji efek antiinflamasi fraksi ekstrak etanol 95% daun

56
LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI) UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN KERSEN (Muntingia Calabura L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN Tim Pengusul Maifitrianti, M.Farm., Apt. NIDN 03.040588.02 (Ketua) Landyyun Rahmawan S, M.Sc., Apt NIDN 0304068604 (anggota) Nomor Surat Kontrak Penelitian : 309/F.03.07/2018 Nilai Kontrak : Rp. 15.000.000,- PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA TAHUN 2018

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

LAPORAN PENELITIAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL

95% DAUN KERSEN (Muntingia Calabura L.) PADA TIKUS

PUTIH JANTAN

Tim Pengusul

Maifitrianti, M.Farm., Apt. NIDN 03.040588.02 (Ketua)

Landyyun Rahmawan S, M.Sc., Apt NIDN 0304068604 (anggota)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 309/F.03.07/2018

Nilai Kontrak : Rp. 15.000.000,-

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

TAHUN 2018

Page 2: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Page 3: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN
Page 4: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Page 5: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

iv

ABSTRAK

Ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) telah lama digunakan sebagai tanaman obat.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui fraksi dari ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.)

yang memiliki efek antiinflamasi melalui parameter penurunan volume eksudat, penurunan jumlah

leukosit, monosit, neutrofil, dan limfosit eksudat pada tikus putih jantan udem yang diinduksi karagenin.

Hewan percobaan dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif diberi NaCMC 0,5%), kelompok II (kontrol positif diberi Na Dikofenak 50 mg/kgBB), kelompok III, IV dan V

diberikan fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air masing-masing dengan dosis 5,15 mg/KgBB.

Metode yang digunakan adalah metode kantung granuloma (granuloma pouch). Udem pada tikus

diinduksi dengan menyuntikkan karagenin 2% secara subkutan. Suspensi fraksi diberikan secara oral

satu jam sebelum induksi udem. Volume eksudat, jumlah leukosit, monosit, neutrofil, dan limfosit

eksudat diukur setelah 24 jam. Data yang didapat diuji secara statistik dengan one-way ANOVA yang

dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dengan dosis 5,15

mg/kgBB tikus dapat menurunkan volume eksudat dan jumlah leukosit eksudat secara signifikan

(p<0,05). Efek antiinflamasi fraksi ini juga sebanding dengan kontrol positif yaitu Na diklofenak dengan

dosis 10,28 mg/KgBB tikus.

Kata kunci:Kersen (Muntingia calabura L), fraksi, udem, antiinflamasi

Page 6: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…............................................................................…. i

HALAMAN PENESAHAN………………………………………………….. ii

SURAT KONTRAK PENELITIAN…………………………………………. iii

ABSTRAK…………………………………………………………………… iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL……………………. ........................................................... vi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… vii

BAB 1. PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................

1.4 Manfaat Penelitian.. .......................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………...........................................….

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….………..

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN…………………………………………………………………..

1

1

2

3

3

4

10

17

26

27

28

32

Page 7: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penapisan Fitokimia Ekstrak Dan Fraksi Daun Kersen dengan

Metode KLT …...................……………………………………….

13

Tabel 2. Hasil Ekstraksi Daun Kersen ……………………………………… 17

Tabel 3. Hasil Fraksinasi dan Pemeriksaan Karakteristik Mutu Fraksi ……. 17

Tabel 4. Hasil Penapisan Fitokimia dengan Metode KLT………………….. 18

Tabel 5. Rerata Volume Eksudat dan Persentase Penghambatan

Pembentukan Eksudat……………………………………………...

19

Page 8: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Fishbond Penelitian …....................................…………. 16

Gambar 2. Rerata Jumlah Leukosit Total Setelah Perlakuan ………………... 21

Gambar 3. Rerata Persentase Monosit Setelah Perlakuan......………………... 22

Gambar 4. Rerata persentase neutrofil…………. ....................……………… 23

Gambar 5. Rerata persentase limfosit………………………………………... 24

Page 9: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang

disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologi.

Inflamasi biasanya terbagi dalam tiga fase yaitu inflamasi akut, respon imun, dan

inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan

melalui rilisnya autacoid yang terlibat antara lain histamin, serotonin, bradikinin,

prostaglandin dan leukotrien. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu

menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi

antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat

respon imun bagi tuan rumah mungkin menguntungkan, misalnya menyebabkan

organisme penyerang difagositosis atau dinetralisir. Sebaliknya akibat tersebut juga

dapat bersifat merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari

proses cedera yang mendasarinya. Inflamasi kronis menyebabkan keluarnya sejumlah

mediator yang tidak menonjol dalam respon akut. Salah satu kondisi yang paling

penting yang melibatkan mediator ini adalah artritis rheumatoid. Penyakit inflamasi

kronis seperti artritis rhematoid ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan

utama bagi masyarakat di seluruh dunia (Katzung, 2013).

Obat golongan NSAID (Non Steroid Antiinflammatory drug) dan kortikosteroid

merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi inflamasi. Namun penggunaan

NSAID jangka panjang dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti tukak dan

perdarahan saluran cerna, nefrotoksik, serta hepatotoksik. Steroid dapat menekan

sistem kekebalan tubuh dan memicu disfungsi ereksi, manic depression, hipertensi,

kram dan pusing, munculnya diabetes aktif, atrofi kulit, penurunan kepadatan tulang,

sakit maag dengan kemungkinan perforasi dinding lambung, menstruasi tidak teratur,

penglihatan dan masalah alergi, dan mengurangi penyembuhan luka (Katzung, 2013).

Page 10: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

2

Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai penelitian untuk mengembangkan obat anti-

inflamasi baru dengan efek samping minimum.

Muntingia calabura L atau dikenal dengan nama kersen merupakan tanaman

berbunga yang termasuk kerluarga Elaocarpaceae. Tanaman ini merupakan pohon

berbuah yang bahkan dapat tumbuh baik ditanah yang kurang subur dan mampu

mentolerir kondisi asam, basa serta kekeringan. Daun kersen memiliki efek sebagai

kardioprotektif, antipiretik, antioksidan, antiinflamasi, antidiabetes, antibakteri dan

antiulcer (Mahmood, 2014). Selain itu kersen juga memiliki efek farmakologi

sebagai antiinflamasi, anti platelet, dan aktifitas sitotoksik. Kersen memiliki

kandungan flavonoid, saponin, dan tanin. Flavonoid yang terkandung didalam kersen

adalah flavon, flavanon, flavan dan biflavan. Flavonoid banyak mendapat perhatian

karena kelompok senyawa ini memiliki aktivitas seperti antibakteri, antiinflamasi dan

antioksidan (Lung, 2014).

Sarimanah et al (2015) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol 95% daun kersen

pada dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB menunjukkan efek antiinflamasi dengan

persentase hambatan inflamasi sebesar 58,33% dan 52,78%. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Nurdin dkk (2016) menyimpulkan bahwa ekstrak daun kersen

dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% memiliki aktivitas inflamasi topikal.

Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi

dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu dari non polar,

semi polar, dan polar (Harborne, 1987). Fraksinasi dilakukan untuk mengetahui

apakah fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air daun kersen memiliki efek

antiinflamasi seperti ekstrak etanol 95% daun kersen.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan pengujian aktivitas

antiinflamasi fraksi dari ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) melalui

parameter volume eksudat, penurunan jumlah leukosit, monosit, neutrofil, dan

limfosit eksudat pada tikus putih jantan udem yang diinduksi karagenin.

Page 11: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

3

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek antiinflamasi fraksi dari ekstrak etanol daun kersen

(Muntingia calabura L.) melalui parameter volume eksudat, penurunan jumlah

leukosit, persentase monosit, neutrofil, dan limfosit eksudat pada tikus putih jantan

udem yang diinduksi karagenin.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi kelompok senyawa

spesifik pada fraksi efektif dari ekstrak etanol daun kersen yang dapat dijadikan

kandidat obat antiinflamasi. Informasi ini selanjutnya akan dipublikasi dalam bentuk

jurnal ilmiah.

Page 12: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kersen (Muntingia calabura L.)

Kersen mengandung flavonoid. Jenis flavonoid yang terkandung adalah flavon,

flavanon, flavan, biflavan (Lung, 2014). Daun kersen memiliki efek sebagai

kardioprotektif, anti piretik, antioksidan, antiinflamasi, anti-diabetes, antibakteri dan

antiulcer (Mahmood, 2014). Selain itu kersen juga memiliki efek farmakologi

sebagai antiinflamasi, anti platelet, dan aktifitas sitotoksik (Lung, 2014). Sarimanah

et al (2015) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol 95% daun kersen (Muntingia

calabura L.) dengan dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB menunjukkan efek

antiinflamasi dengan persentase hambatan inflamasi sebesar 58,33% dan 52,78%.

Selain daun kersen, buah kersen dengan dosis 300 mg/kg dapat menunjukkan

persentase penghambatan udem sebesar 62,43% (Preethi et al. 2012).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat yang

bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman obat

tersebut. Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari

komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang

digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk

ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut

dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke

dalam pelaru. Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat

aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang diakukan hanya dengan cara

merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada

temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair.

Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu dari

non polar, semi polar, dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut

Page 13: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

5

dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi polar, dan

yang bersifat polar akan larut kedalam pelarut polar (Harborne, 1987).

2.3 Inflamasi

Inflamasi adalah respon perlindungan normal terhadap cidera jaringan yang

disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya, atau agen mikrobiologi.

Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifkan atau menghancurkan organisme

penginvasi, menghilangkan iritan, dan persiapan tahapan untuk perbaikan jaringan.

Bila penyembuhan telah sempurna, proses inflamasi biasanya mereda (Harvey dan

Champe, 2013). Respon inflamasi terjadi dalam 3 fase dan diperantarai mekanisme

yang berbeda: (1) fase akut, dengan ciri vasodilatasi lokal dan peningkatan

permeabilitas kapiler; (2) reaksi lambat, tahap subakut dengan ciri infiltrasi sel

leukosit dan fagosit; dan (3) fase proliferatif kronik, dimana terjadi degenerasi dan

fibrosis (Wilmana, 2016).

Inflamasi akut menunjukan tanda-tanda utama sebagai berikut

1) Rubor (merah), disebabkan karena adanya hiperemia aktif karena bertambah

banyaknya vaskularisasi di daerah cidera tersebut.

2) Kalor (panas), disebabkan karena adanya hiperemia aktif.

3) Tumor (bengkak), disebabkan karena adanya hiperemia aktif dan sebagian lagi

disebabkan oleh edema setempat serta statis darah.

4) Dolor (sakit), disebabkan karena terangsangnya serabut saraf pada daerah radang.

Belum jelas apakah karena adanya edema ataukah karena iritasi zat kimia yang

terlepas, misalnya asetilkolin dan histamin. Tetapi sesungguhnya rasa nyeri ini

mendahului proses radang. Hal ini mungkin kerena terbentuknya suatu zat oleh sel

mast. Zat ini berguna untuk meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.

Bahan lain yang berperan penting adalah bradikinin, dimana jika seseorang

disuntik bradikinin murni, zat ini akan menyebabkan rasa nyeri pada permukaan

kulit sebelum terjadi migrasi sel darah putih.

5) Kemudian oleh Galen, ditambahkan fungtio laesa, yaitu berkurangnya fungsi

karena adanya rasa sakit akibat saraf yang terangsang sehingga bagian organ tubuh

Page 14: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

6

tidak berfungsi. Penyebab lain penurunan fungsi tubuh adalah edema (Sudiono

dkk, 2003).

Ketika mengalami proses peradangan, protein besar akan lepas keluar dari aliran

darah. akibatnya tekanan koloid osmotik dalam pembuluh darah menurun, karena

hilangnya protein tadi sehingga tekanan hidrostatiknya menjadi tambah tinggi.

Menurunnya tekanan osmotik koloid menyebabkan permeabilitas kapiler bertambah

besar sehingga cairan eksudat akan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul

didalam jaringan sekitar pembuluh darah, menimbulkan edema yang disebut edema

inflamatoir. Protein yang terlepas ini sebagian akan hancur dan mengakibatkan

tekanan osmotik jaringan bertambah besar sehingga cairan plasma tidak dapat

mengalir masuk ke dalam pembuluh darah. akibatnya tekanan osmotik dalam darah

makin menurun, sedangkan tekanan hidrostatiknya bertambah tinggi selama

berlangsungnya radang. Jika cidera tahap berat (kronis), bahan molekul protein besar

pun akan ikut keluar dan masuk ke jaringan, misalnya fibrinogen dapat keluar dan

masuk ke jaringan dan dapat membentuk suatu massa karena ada penggumpalan.

Eksudasi cairan ini biasanya segera terjadi setelah ada proses radang dan berlanjut

terus menjadi lebih nyata setelah 24 jam berikutnya. Adanya penggumpalan

fibrinogen ini dapaat menyumbat saluran limfe dan sela-sela jaringan sehingga

dengan demikian dapat mencegah penyebaran infeksi atau radang (Sudiono dkk,

2003).

Berdasarkan waktu jenis inflamasi dikelompokan sebagai berikut:

1) Inflamasi akut

Pada fase inflamasi akut, dikaratkeristik dengan vasodilatasi lokal dan

meningkatnya permeabilitas kapiler (Patel, 2012). Proses penyembuhan inflamasi

akut berlangsung dalam waktu 3 hari sampai 3 minggu dan biasanya tidak

meninggalkan bekas kerusakan. Neutrofil adalah jenis sel yang mendominasi area

radang (Susanti, 2013).

2) Inflamasi sub akut

Page 15: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

7

Pada fase inflamasi sub akut, dikarakteristik dengan infiltrasi sel leukosit dan

fagosit (Patel, 2012). Pada fase ini inflamasi biasanya berlangsung selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan (Susanti, 2013).

3) Inflamasi kronik

Pada fase inflamasi kronik, dikarakteristik dengan ciri degenerasi dan fibrosis

jaringan (Patel, 2012). Pada fase inflamasi dapat berlangsung dalam hitungan

minggu, bulan, atau bahkan tahun. Agen penyebab luka tetap melukai atau terus

melukai jaringan. Proses inflamasi kronis dapat bersifat melemahkan dan juga

mematikan (Susanti, 2013).

2.4 Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.

Rata-rata jumlah leukosit per mikroliter darah pada orang dewasa normal adalah

5.000- 9000/mm3. Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan

granular. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan

intinya berbentuk bulat atau berbentuk ginjal (monosit dan limfosit). Leukosit

granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan

setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan

banyak variasi dalam bentuknya (neutrofil, basofil, dan eosinofil). Leukosit

mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-

zat asingan. (Sudiono dkk, 2003). Berikut akan dijelaskan jenis-jenis leukosit

berdasarkan bentuk intinya:

1) Neutrofil biasanya dimaksud dengan polimorfonuklear. Walaupun basofil dan

eosinofil juga termasuk dalam sel polimorfonuklear. Ketiga sel polimorfonuklear

leukosit dibedakan satu sama lain karena adanya granula yang dijumpai dalam

sitoplasmanya. Sel neutrofil yang masih muda, tidak bersegmen dan jumlahnya

hanya sedikit 3-6% dari seluruh sel leukosit dewasa. Maka dari itu leukosit yang

paling dipercayain pada proses peradangan yaitu neutrofil. Umur sel neutrofil

dalam keadaan normal hanya kira-kira 4 hari, dan pada pH kira-kira 6,8 sel ini

akan mati (Sudiono dkk, 2003).

Page 16: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

8

2) Eosinofil mempunyai sitoplasma yang berbentuk granula kasar dan berwarna

terang. Bentuk dan besarnya mirip dengan neutrofil, tetapi intinya lebih sederhana,

sering hanya berlobus dua. Sel ini dapat terlihat dalam sirkulasi darah hanya

beberapa jam dan cepat sekali tertarik untuk bermigrasi ke jaringan dengan

meningkatnya konsentrasi histamin yang terlepas. Sel ini dibentuk didalam

sumsum tulang dan dilepaskan dalam aliran darah jika diperlukan. Peningkatan

jumlah sel ini dalam darah dapat disebabkan karena infeksi parasit. Eosinofil yang

terjadi didalam jaringan maupun didalam pembuluh darah sering berhubungan

dengan adanya reaksi alergi. Jika sel ini pecah, akan melepaskan histamin yang

menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga banyak antibodi yang

keluar dan berguna untuk menetralisir antigen (Sudiono dkk, 2003)

3) Basofil dengan pewarnaan jaringan terlihat bergranula kasar dan berwarna biru

kehitaman, karena itu disebut basofil. Mirip neutrofil dan jarang dijumpai pada

sirkulasi darah, dapat berasal dari sel mast disekitar pembuluh darah merupakan

sumber utama dari histaman dan heparin. Kedua mediator kimia ini dilepaskan

jika sel mast dan basofil hancur, dan kedua zat ini memegang peranan dalam

pengontrolan radang (Sudiono dkk, 2003).

4) Limfosit lebih kecil dari sel polimorfonuklear, tetapi lebih besar dari sel darah

merah. Besarnya sekitar 8-10 mikron. Didominasi oleh nukleus yang besar dan

bulat yang mengandung kromatin padat, sedangkan sitoplasmanya hanya sedikit.

Nukleusnya pucat dan tidak bergranul. Didalam jaringan, sel ini nampak pada

radang menahun dalam jumlah yang meningkat. Gerakannya jauh lebih lambat

sehingga baru terlihat jelas pada radang kronis. Umurnya 4-5 hari. Jumlah juga

meningkat pada penyakit tertentu yang berhubungan dengan reaksi radang

misalnya tuberkulosis (Sudiono dkk, 2003).

5) Monosit darah dapat berubah menjadi makrofag. Dengan pulasan darah kering,

nukleusnya nampak seperti biji kacang, disekitarnya ada granula kecil, sedangkan

sitoplasmanya berwarna abu-abu. Besarnya monosit 17-20 mikron. Monosit

memiliki fungsi yaitu fagositosis. Monosit atau makrofag munculnya lebih lambat

Page 17: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

9

dari neutrofil leukosit. Sel-sel ini masih dapat aktif pada pH 6,8 yaitu pada pH ini

polimorfonuklear sudah mati karena keasaman bertambah (Sudiono dkk, 2003).

2.5 Roadmap Penelitian

Penelitian

terdahulu (2015-

2016)

Penelitian yang akan dilakukan

(2018)

Penelitian tindak

lanjut (2019)

Tahap

Hilir

(tahap

lanjut)

Tahap

Pengem

bangan

Tahap

inisisasi

Uji toksisitas dan isolasi

senyawa aktif

1. Aktivitas antiinflamasi ekstrak daun dan buah

Muntingia calabura L pada tikus putih wistar

(Sarimanah dkk, 2015)

2. Antiinflamasi topikal ekstrak daun kersen (Muntingia

calabura L) dengan parameter penurunan jumlah

leukosit dan monosit pada tikus putih jantan (Nurdin

dkk, 2016)

Uji Efek Antiinflamasi Fraksi

Ekstrak Etanol 70% Daun Kersen

(Muntingia calabura L) pada

Tikus Putih Jantan

Page 18: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

10

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Langkah Penelitian

a. Determinasi tanaman

b. Pembuatan simplisia daun Kersen

c. Pembuatan ekstrak etanol 95% daun Kersen

d. Pembuatan fraksi dari ekstrak etanol 95% daun kersen

e. Pemeriksaan karakteristik mutu ekstrak dan fraksi

f. Penapisan fitokimia dengan metode KLT

g. Perhitungan dan penetapan dosis

h. Pembuatan sediaan uji

i. Persiapan hewan uji

j. Pengujian efek antiinflamasi dengan metode granuloma pouch

k. Analisa data

3.2 Lokasi Penelitian

Daun kersen diperoleh dari BALITRO, Bogor. Determinasi dilakukan di

Herbarium Bogoriensi, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

Pembuatan ekstrak, fraksi, penapisan fitokimia, pemeriksaan karakteristik mutu dan

uji efek antiinflamasi dilakukan di Laboratorium terpadu Fakultas Farmasi dan Sains

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

3.3 Alat dan Bahan

Timbangan analitik (Ohaus), timbangan hewan (Scale), alat-alat gelas (Pyrex),

waterbath (Memmert), syringe filter steril (Nylon), corong pisah (Duran), corong

kaca (Pyrex), spuit (Terumo), vacuum rotary evaporator (Eyela), oven (Memmert),

UV Box (Camag), mikroskop (Novel), krus, tanur, sonde, spatel, cawan uap, lumpang

dan alu, syringe (Terumo) 20 ml, 10 ml, 5 ml, needle (Terumo) 23 G, 20 G, 18 G,

batang pengaduk, chamber, kertas saring, alumunium foil, tissue, object glass, cover

Page 19: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

11

gelas, gunting, mikropor (Nexcare), pipet tetes, toples kaca, kandang tikus, dan botol

minum tikus.

Daun kersen (Muntingia calabura) diperoleh dari Badan Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (Balitro) dan dideterminasi di Herbarium Bogoriensi LIPI

Cibinong, Bogor. Pelarut untuk ekstraksi dan fraksinasi yang digunakan antara lain

etanol 95%, aquadest, n-Heksan, dan Etil Aseta. kKragenin (Sigma) sebagai

peginduksi. Na diklofenak (Kimia Farma) sebagai pembanding. NaCl fisiologis

(Widatra Bhakti) sebagai pelarut. Pewarna giemsa (Himedia) untuk pewarnaan.

Ketamin (Combiphar) sebagai agen anestesi. Krim pencukur bulu (Veet) untuk

menghilangkan bulu pada punggung tikus. Fase diam yang digunakan adalah Silika

Gel GF254 (Merck). Eluen yang digunakan adalah n Heksan, etil asetat, kloroform,

dan metanol, Pereaksi yang digunakan untuk penapisan fitokimia terdiri dari perekasi

semprot vanilin-asam sulfat, Dragendorff, Sitroborat, Ferri Klorida, Liebermann-

Bouchard. Natrium Carboxymethy Cellulose Sodium (Na CMC) sebagai pensuspensi

fraksi. Larutan Phospat Buffered Saline (PBS) sebagai larutan buffer.

3.4 Pembuatan Simplisia Daun Kersen

Pembuatan simplisia daun menggunakan daun kersen yang sudah tua. Sebanyak

1,5 Kg daun kersen dipotong-potong dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

tanpa sinar matahari langsung. Daun kersen yang sudah kering kemudian diblender

dan diayak dengan no mesh 40 dan ditimbang.

3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol 95% Daun Kersen

Serbuk daun kersen dimaserasi dengan pelarut etanol 95% sampai serbuk

terendam. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian

didiamkan selama 24 jam. Maserat pertama disaring, kemudian dilakukan remaserasi

berulang kali hingga bening. Maserat yang terkumpul kemudiaan diuapkan dengan

vacum rotary evaporator pada suhu 50º C kemudian diuapkan kembali dengan

menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI 2008).

3.6 Pembuatan Fraksi dari Ekstrak Etanol 95% Daun Kersen

Page 20: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

12

Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 750 gram. Sebanyak 25 gram dilarutkan

dalam 50 ml etanol, 200 ml air dan 250 ml n-heksana. Dilakukan fraksinasi lalu

digojok sehingga terbentuk 2 lapis cairan yaitu fraksi n-heksana di bagian atas dan

fraksi air di bagian bawah. Fraksi heksan yang didapat kemudian diuapkan sampai

kental. Fraksi air difraksinasi kembali dalam corong pisah dengan etil asetat lalu di

gojok sehingga terbentuk 2 lapis cairan yaitu etil asetat pada bagian atas dan fraksi air

pada bagian bawah. Fraksi etil asetat dan air yang didapat kemudian diuapkan sampai

kental. Fraksinasi dilakukan hingga bening (Sarimanah et al, 2017)

3.7 Pemeriksaan Karakteristik Mutu

Pemeriksaan karakteristik mutu meliputi organoleptis yang berupa pemeriksaan

dalam bentuk, warna, bau dan rasa terhadap ekstrak (Sarimanah et al. 2015).

Selanjutnya dilakukan penetapan kadar abu yaitu ekstrak ditimbang sebanyak 2 gram

dan dimasukan ke dalam krus sikat yang telah dipijar dan ditara, pijar secara

perlahan hingga arang habis setelah itu didinginkan. Lalu menggunakan tanur untuk

proses pembuatan abu pada suhu 675ºC selama 3 jam, kemudian ditimbang tiap

krusibel. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar air menggunakan metode destilasi

serta perhitungan rendemen ekstrak kental dapat dilakukan dengan cara menghitung

berat ekstrak kental yang diperoleh terhadap berat serbuk simplisia yang diekstraksi

kemudian dikalikan 100% dan dilakukan perhitungan rendemen fraksi kental dapat

dilakukan dengan cara menghitung berat fraksi kental yang diperoleh terhadap berat

ekstrak kental yang didapat kemudian dikalikan 100% (Depkes 2011)

3.8 Penapisan Fitokimia

Larutan fraksi yang telah dilarutkan, ditotolkan dengan plat silika gel GF254

sebagai fase diam. Sistem fase gerak dan pereaksi semprot disesuaikan dengan

masing-masing senyawa kimia yang akan diidentifikasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 21: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

13

Tabel 1. Penapisan Fitokimia Ekstrak Dan Fraksi Daun Kersen dengan

Metode KLT (Mauliandani dkk 2014, Harborne 1987, Yanti dkk 2014)

3.9 Penentuan dosis

a. Dosis Fraksi

Dosis ekstrak daun kersen 50 mg/kgBB yang digunakan pada penelitian

sebelumnya dapat menghambat inflamasi sebesar 58,33% pada tikus putih jantan

(Sarimanah et al 2015). Maka pada penelitian ini, dosis fraksi yang akan digunakan

didasarkan pada dosis ekstrak sebelumnya dengan menggunakan rendemen terkecil

dari fraksi. Perhitungan dosis fraksi seperti pada persamaan 3 dibawah ini.

b. Natrium Diklofenak

Sediaan Na.Diklofenak dengan dosis manusia 100-150 mg/kgBB sehari terbagi

dua atau 3 dosis (Sulistia dan Freedy 2016). Perhitungan dosis yang akan

Senyawa Fase diam Fase gerak Pereaksi Hasil Positif

Flavonoid

Silika Gel GF254

Heksan:Etil (5:5)

Sitroborat

Kuning-kehijauan dan merah-

kecoklatan

Saponin

Silika Gel

GF254

Kloroform:Metanol

(10:1)

Vanilin-Asam

Sulfat

Biru hingga ungu

biru dan kekuningan

Alkaloid

Silika Gel

GF254

Kloroform :

Metanol (9 : 1)

Dragendorff Jingga-Coklat

Tanin

Silika Gel

GF254

n-Heksana:

Etil Asetat (3 : 7)

Ferri Klorida Biru

Terpenoid

Silika Gel

GF254

Kloroform:Metanol

(10:1)

Liebermann-

Bouchard

Hijau-Coklat

Page 22: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

14

dikonversikan dari manusia ke tikus berdasarkan rumus Food and Drug

Administration (FDA) adalah sebagai berikut (Reagan et al 2007):

100 mg/ 60 kg = Dosis tikus (mg/kg)x

3.10 Pembuatan Sediaan Uji

a. Pembuatan Sediaan Uji Fraksi Daun kersen

Fraksi daun kersen ditimbang, kemudian ditambahkan Na CMC secukupnya dan

digerus sampai homogen hingga terbentuk suspensi.

b. Pembuatan Sediaan Na.Diklofenak sebagai Pembanding

Na Diklofenak ditimbang sebanyak 0,01 gram lalu dilarutkan dalam suspensi Na

CMC sebanyak 5 ml.

c. Pembuatan Larutan PBS pH 7,4

NaH2PO4 sebanyak 6,9 gram dilarutkan dalam 250 ml aqua bebas CO2, Na2HPO4

sebanyak 7 gram dilarutkan dalam 250 ml aqua bebas CO2, 19 ml NaH2PO4 diambil

dan Na2HPO4 sebanyak 80 ml kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass lalu ad

200 ml aqua bebas CO2 (Depkes 1995).

d. Pembuatan larutan karagenin 2 %

Sebanyak 500 mg karagenin dimasukkan kedalam mortir, dilarutkan sedikit demi

sedikit dengan NaCl 0,9% hangat sekitar 90ºC kemudian dicukupkan dalam 25 ml

untuk satu kelompok tikus (Duarte et al 2016).

3.10 Persiapan Hewan Uji

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dengan nomor 02/18.05/011

oleh Komisi etik penelitian kesehatan universitas muhammadiyah Prof. DR. Hamka

(KEPK-UHAMKA).

Page 23: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

15

Tahap awal yang dilakukan adalah aklimatisasi hewan percobaan. Aklimatisasi

bertujuan untuk menyeragamkan cara hidup dan makanan hewan uji yang digunakan

dalam penelitian. Hewan uji di aklimatisasi selama 7 hari. Selama masa aklimatisasi

hewan uji diberikan makan dan minum sesuai standar serta dilakukan pemeriksaan

kesehatan fisik berupa penimbangan berat badan. Setelah 7 hari, masing-masing tikus

dibagi dalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus.

3.11 Pengujian Efek Antiinflamasi dengan Metode Granuloma Pouch

Hari pertama bulu tengkuk (diantara scapula) tikus dicukur dan dioleskan krim

pencukur rambut. Tikus dianestesi menggunakan ketamin. Selanjutnya daerah

tengkuk yang sudah dicukur diusap dengan etanol 70% dan diinjeksikan udara ±20

ml, needle 23 G dengan menggunakan filter steril. Tiga hari kemudian anastesi

kembali hewan, kemudian punggung tikus diusap dengan etanol 70% dan injeksikan

10 mL udara secara subkutan untuk membuat kantung udara. Hari keenam setelah

penyuntikan udara, kelompok hewan percobaan masing-masing diberikan zat uji

sebagai berikut kelompok kontrol negatif diberikan Na CMC 0,5% peroral,

Kelompok kontrol positif diberikan Na. Diklofenak peroral, Kelompok fraksi n-

heksan diberikan fraksi n-heksan peroral, Kelompok fraksi etil asetat diberikan fraksi

etil asetat peroral dan Kelompok fraksi air diberikan fraksi air secara peroral. Satu

jam kemudian semua hewan dianastesi kembali dan diinduksi inflamasi dengan cara

menyuntikan 5 mL larutan karagenin 2% kedalam kantung udara menggunakan

syringe 5 mL. Eksudat dalam kantung diambil 24 jam setelah induksi inflamasi.

Pengambilan eksudat dilakukan dengan cara menggunting kantung secara vertical (±

2 cm). Eksudat dikumpulkan dengan menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam

tube steril dan dilakukan pengamatan parameter aktifitas antiinflamasi antara lain

pengukuran volume eksudat, penurunan jumlah leukosit, persentase monosit,

neutrofil, dan limfosit eksudat (Duarte et al, 2016).

3.13 Analisis Data

Data volume eksudat, jumlah leukosit, persentase monosit, neutrophil dan

limfosit di uji normalitas dan homogenitas. Analisa data dilanjukan dengan uji

Page 24: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

16

Analysis of Variance (ANOVA) satu arah dengan taraf signifikansi 95% (α=0,05),

jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dapat dilanjutkan dengan uji Tukey

HSD.

3.14 Fisbond Penelitian

Gambar 1. Diagram Fishbond Penelitian

Page 25: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

17

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Determinasi Tanaman

Tanaman kersen yang diperoleh dari BALITTRO (Balai Penelitian Rempah dan

Tanaman Obat) dilakukan determinasi oleh pihak LIPI di Cibinong. Determinasi

dilakukan untuk mengetahui kebenaran jenis tanaman yang akan diteliti. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini

adalah benar tanaman kersen (Muntingia calabura L.) yang berasal dari keluarga

Muntingiaceae.

4.2 Hasil Ekstraksi Daun Kersen

Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan pemeriksaan karakteristik mutu ekstrak

yang bertujuan untuk menjamin keseragaman mutu dari simplisia dan ekstrak

meliputi organoleptis, kadar air dan kadar abu yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Ekstraksi Daun Kersen

No Jenis Rende

men

Bentuk Aroma Warna Kadar

air

Kadar

abu

1 Serbuk - Serbuk

halus

Khas Hijau - -

2 Ekstrak 27,84% Kental Khas Coklat

Kehijauan

13,08% 1,8%

4.3 Hasil Fraksinasi Ekstrak Kental Daun Kersen

Hasil bobot dan rendemen fraksi n-heksana, etil asetat dan air dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Fraksinasi dan Pemeriksaan Karakteristik Mutu Fraksi

No Jenis uji Fraksi n-

heksana

Fraksi etil

asetat

Fraksi air

1 Bobot Fraksi 46,9 g 26 g 71,2 g

2 Aroma Khas Khas Gulali

3 Bentuk Kental Kental Kental

4 Warna Hijau tua Coklat Tua Coklat

kemerahan

5 Rendemen 18,50% 10,26% 28,09%

Page 26: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

18

4.4 Hasil Penapisan Fitokimia Menggunakan Metode KLT

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa

yang terkandung didalam ekstrak dan fraksi. Senyawa yang diidentifikasi meliputi

flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, alkaloid. Penapisan fitokimia dilakukan dengan

metode Kromatografi Lapis Tipis menggunakan fase diam silika gel GF254 dan

berbagai macam fase gerak. Pemisahan yang terjadi pada KLT berdasarkan pada

mekanisme adsorpsi dan partisi. Tujuan dilakukan uji penapisan fitokimia dengan

metode KLT adalah untuk memastikan bahwa senyawa aktif benar berada didalam

ekstrak dan fraksi Pada umumnya, KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan

pemisahan, namun juga dapat digunakan untuk tujuan identifikasi karena metode ini

relatif mudah, sederhana, dan memberikan pilihan fase gerak yang lebih beragam

(Hanani,2016).

Hasil pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi dapat dilihat pada

table 4. Berdasarkan hasil yang diperoleh, flavonoid, saponin dan terpenoid

terkandung didalam ekstrak, fraksi n-Heksan dan fraksi etil asetat. Alkaloid

terkandung di dalam ekstrak dan semua jenis fraksi daun kersen. Sedangkan tannin

terkandung di dalam ekstrak, fraksi etil asetat, dan fraksi air.

Tabel 4. Hasil Penapisan Fitokimia dengan Metode KLT

Senyawa Ekstrak

Etanol

Fraksi

n-Heksana

Fraksi

Etil Asetat

Fraksi Air

Flavonoid (+) (+) (+) (-)

Saponin (+) (+) (+) (-)

Alkaloid (+) (+) (+) (+)

Tanin (+) (-) (+) (+)

Terpenoid (+) (+) (+) (-)

Keterangan:

(+) : Ada

(-) : Tidak ada

Page 27: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

19

4.5 Hasil Pengukuran Volume Eksudat dan Perhitungan Persentase

Penghambatan Radang

Hasil rata-rata volume eksudat setiap kelompok dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 5. Rerata Volume Eksudat dan Persentase Penghambatan

Pembentukan Eksudat

Kelompok Rerata Volume

Eksudat (mL)

Persentase Penghambatan

Pembentukan Eksudat(%)

Kontrol Negatif 2,48

Kontrol Positif 0,88 64,52

Fraksi n-Heksan 1,68 32,26

Fraksi etil asetat 1,2 51,61

Fraksi Air 1,72 30,65

Rata-rata volume eksudat yang didapat setiap kelompok yaitu, kelompok kontrol

negatif sebanyak 2,48 ml; kelompok kontrol positif sebanyak 0,88 ml; kelompok

fraksi n-heksana sebanyak 1,68 ml; kelompok fraksi etil asetat sebanyak 1,20 ml; dan

kelompok fraksi air sebanyak 1,72 ml. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

penurunan volume eksudat pada masing-masing kelompok yang diberikan fraksi

daun kersen dibandingkan kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan Na CMC

saja.

Persentase penghambatan radang kelompok kontrol positif sebesar 64,52%;

fraksi n-heksana sebesar 32,26%; fraksi etil asetat 51,61%; dan fraksi air sebesar

30,65%. Suatu bahan dikatakan memiliki daya antiinlfamasi jika hewan uji yang

diinduksi karagenin mengalami pengurangan pembekakan (persentase penghambatan

radang) sebesar 50% atau lebih (Mansjoer, 1997). Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa masing-masing fraksi memiliki potensi sebagai antiinflamasi

namun hanya fraksi etil asetat yang memiliki persentase penghamabatan radang lebih

dari 50%.

Page 28: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

20

Data volume eksudat yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik.

Analisis statistik dimulai dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji statistik ini bertujuan

untuk mengetahui normalitas dari keseluruhan data. Hasil analisis data volume

eksudat menyatakan bahwa data terdistribusi normal ( = 0,195). Selanjutnya

dilanjutkan dengan uji homogenitas. Tujuan dilakukannya uji homogenitas adalah

untuk mengetahui homogenitas dari keseluruhan data. Hasil analisis data volume

eksudat diperoleh data homogen ( = 0,960).

Data volume eksudat yang diperoleh dianalisa secara statistika menggunakan

ANOVA satu arah. Hasil uji data volume eksudat masing-masing menunjukkan nilai

ρ=0,000. Setelah didapatkan perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok, analisa

dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Hasil Uji Tukey HSD menunjukkan bahwa

kelompok fraksi air, n-heksana dan fraksi etil asetat berbeda bermakna dengan

kelompok kontrol negatif (p<0,05). Akan tetapi hanya fraksi etil asetat yang

sebanding dengan kontrol positif (p=0,284). Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga

fraksi daun kersen memiliki efek antinflamasi karena berbeda bermakna dengan

kelompok kontrol negatif. Namun yang lebih efektif adalah kelompok fraksi etil

asetat karena volume eksudat yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan kelompok

fraksi lain dan secara statistik sebanding dengan kontrol positif.

4.6 Hasil Perhitungan Leukosit Total , Persentase Monosit, Neutrofil dan

Limfosit Eksudat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, fraksi

air, dan Na Diklofenak yang diberikan secara oral mampu menurunkan jumlah

leukosit total eksudat tikus putih jantan lebih besar dibandingkan dengan kontrol

negatif yang diberikan Na CMC. Berikut hasil data rata-rata leukosit total eksudat

tikus putih jantan seteleh diberikan sediaan uji dapat dilihat pada gambar 3.

Jumlah leukosit total paling tinggi ditemukan pada kelompok kontrol negatif

yaitu sebesar 43.000/µl eksudat. Hasil ini menunjukan bahwa Na CMC tidak

memiliki efek antiinflamasi terhadap penurunan jumlah leukosit total. Jumlah

Page 29: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

21

leukosit total kelompok kontrol positif (Na Diklofenak) sebesar 19.780/µl eksudat,

sedankan kelompok fraksi n-heksana sebesar 29.150/µl eksudat, fraksi etil asetat

sebesar 22.880/µl eksudat, dan fraksi air sebesar 30.430/µl eksudat.

Gambar 2. Rerata Jumlah Leukosit Total Setelah Perlakuan

Data jumlah leukosit total yang diperoleh dianalisis secara statistik. Analisis

statistik dimulai dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis data menunjukkan

bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p = 0,200. Setelah dilakukan uji statistik

dengan uji distribusi normal Kolmogorov-Smirnov, selanjutnya dilanjutkan dengan uji

homogenitas. Hasil analisis data menunjukkan bahwa data homogen dengan nilai p =

0,215. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA (Analyse Of Variance) satu arah. Hasil uji

menunjukkan nilai p = 0,000. Hasil ini menunjukan adanya perbedaan bermakna,

sehingga analisa data dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD. Hasil dari uji Tukey HSD

menunjunkan bahwa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air memiliki efek

antiinflamasi akan tetapi yang paling baik efek antiinflamasinya ialah fraksi etil asetat

karena fraksi etil asetat memiliki efek yang sebanding dengan kontrol positif dalam

menurunkan jumlah leukosit total.

Page 30: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

22

Setelah didapatkan data jumlah leukosit total dilanjutkan dengan perhitungan

persentase monosit dalam 100 sel leukosit eksudat pada tikus putih jantan setelah

diberikan sediaan uji yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rerata Persentase Monosit Setelah Perlakuan

Data persentase monosit yang diperoleh diolah secara statistik. Analisis statistik

dimulai dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

data terdistribusi normal p = 0,200. Setelah dilakukan uji statistik dengan uji

distribusi normal Kolmogorov-Smirnov, selanjutnya dilanjutkan uji homogenitas.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa data homogen p = 0,211. Setelah data yang

diperoleh terdistribusi normal dan homogen kemudian diuji secara statistika

menggunakan ANOVA (Analyse Of Variance) satu arah. Hasil uji data persentase

monosit menunjukkan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukan adanya perbedaan

bermakna. Kemudian analisa data dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD. Hasil dari uji

Tukey HSD menunjunkan bahwa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air

memiliki efek antiinflamasi tetapi yang paling baik efek antiinflamasinya ialah fraksi

Page 31: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

23

etil asetat karena pada fraksi etil asetat memiliki efek yang sebanding dengan kontrol

positif dalam menurunkan persentase monosit.

Hasil persentase neutrofil dari kelompok kontrol negatif, positif, fraksi n-

heksana, etil asetat, air terlihat pada gambar 4. Kelompok negatif memiliki persentase

jumlah neutrofil sebesar 74%, kelompok positif memperoleh persentase sebesar

42,40%, kelompok fraksi n-heksana, etil asetat, dan air memiliki persentase masing-

masing sebesar 55,8%; 47,40%; 58,8%.

Gambar 4. Rerata persentase neutrofil

Data rata-rata persentase neutrofil terdistribusi normal (p= 0,200) dan homogen

(p=0,274). Analisa data dilanjutkan dengan uji ANOVA dan uji Tukey HSD. Hasil

analisa dengan uji Tukey menunjukkan bahwa semua kelompok memiliki perbedaan

bermakna dengan kontrol negatif yang artinya dapat memberikan efek antiinflamasi

dengan adanya penurunan persentase neutrofil. Kelompok n-heksana, dan air mampu

menurunkan persentase neutrofil namun tidak sebanding dengan kontrol positif.

Fraksi etil asetat memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol negatif,

fraksi n-heksana, dan air namun tidak berbeda bermakna efek antiinflamasinya

dengan kontrol positif.

Page 32: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

24

Diagram rata-rata persentase limfosit setelah diberikan sediaan uji dapat dilihat

pada gambar 5. Kelompok kontrol negatif memiliki rata-rata persentase neutrofil

sebesar 76,4%. Sedangkan kontrol positif yaitu natrium diklofenak mengalami

penurunan menjadi 45,6%. Kemudian ketiga fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan

fraksi air memiliki persentase neutrofil sebesar 57,6%; 49,4%; 59,2%. Fraksi etil

asetat memiliki persentase mendekati kontrol positif yang artinya dari ketiga fraksi,

fraksi etil asetat yang memiliki efek antiinflamasi sebanding dengan kontrol positif.

Gambar 5. Rerata Persentase Limfosit

Data rata-rata persentase limfosit terdistribusi normal (p= 0,175) dan homogen

(p= 0,894). Analisa data dilanjutkan dengan Uji ANOVA dan uji Tukey HSD. Hasil

analisa uji Tukey menunjukkan bahwa semua kelompok memiliki perbedaan

bermakna dengan kontrol negatif yang artinya dapat memberikan efek antiinflamasi

dengan adanya penurunan persentase limfosit. Akan tetapi dari ketiga kelompok

fraksi, fraksi etil asetat yang memiliki efek antiinflamasi tidak berbeda bermakna efek

antiinflamasinya dengan kontrol positif dilihat dari penurunan persentase limfositnya.

Hasil penelitian efek antiinflamasi dengan parameter penurunan volume eksudat

dan sel leukosit eksudat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa efek antiinflamasi

fraksi etil asetat lebih baik dibandingkan fraksi lain. Hasil penapisan fitokimia daun

Page 33: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

25

kersen dengan metode KLT pada penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat

mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, terpenoid. Penelitian

Yusof et al (2013) menyimpulkan bahwa daun kersen mengandung senyawa seperti

flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, terpenoid dan steroid yang berefek sebagai

antiinflamasi. Mekanisme senyawa flavonoid sebagai senyawa antinflamasi yaitu

bekerja melalui beberapa jalur seperti dengan penghambatan degranulasi neutrofil,

penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase (COX) dan lipooksigenase sehingga

tidak terbentuk prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi (Khotimah dan

Muhtadi 2015). Senyawa saponin mampu berinteraksi dengan banyak membran lipid

seperti fosfolipid yang merupakan prekursor prostaglandin dan mediator-mediator

inflamasi lainnya (Hidayati et al. 2008). Senyawa alkaloid dapat memiliki efek

antiinflamasi dengan menekan pelepasan histamin oleh sel mast, mengurangi sekresi

interleukin-1 oleh monosit dan PAF pada platelet (Luliana dkk. 2017). Terpenoid

secara umum bekerja melalui penghambatan enzim fosfolipase melalui jalur asam

arakhidonat. Terhambatnya enzim fosfolifase menyebabkan pembentukan asam

arakhidonat dari fosfolipid juga terhambat (Zaini dkk. 2016). Tanin berperan sebagai

antiinflamasi dengan berbagai cara yaitu menghambat produksi oksidan oleh

neutrofil, monosit dan makrofag (Sukmawati dkk. 2015).

Page 34: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

26

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengujian yan telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fraksi

ekstrak etanol 95% daun kersen memiliki efek antiinflamasi dengan parameter

volume eksudat dan jumlah leukosit total. Hanya Fraksi etil asetat yang memiliki

persentase penghambatan eksudat lebih dari 50% dan jumlah volume eksudat serta

jumlah leukosit total sebanding dengan kontrol positif.

5.2 Saran

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis fraksi etil asetat yang paling

efektif sebagai antiinflamasi. Selain itu perlu pula dilakukan pengujian toksisitasnya

terhadap fraksi etil asetat sebagau fraksi yang aktif sebagai antiinflamasi.

Page 35: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

27

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Pharmacy: Jurnal Farmasi Indonesia

2 Website Jurnal http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PHARM

ACY/index

3 Status Makalah Submitted

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi

4 Tanggal Submit 13 Januari 2018

5 Bukti Screenshot submit Lampiran 1

Page 36: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

28

DAFTAR PUSTAKA

Aria M., Verawati A. A., dan Monika. 2015. Uji Efek Antiinflamasi Fraksi Daun

Piladang (Solenostemonscutellaroides (L.) Codd) terhadap Mencit Putih

Betina. Skripsi. 2015. Dalam: Jurnal Scientie Hlm. 85-86

Badan POM, 2011. Acuan Sediaan Herbal. Vol 6 Ed 1. Badan Pengawasan Obat dan

Makanan RI. Jakarta. Hlm. 12

Badan POM, 2013. Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak. Vol 2.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Jakarta. Hlm. 3

Bain BJ, Lewis SM, Bates I. 2006. Basic haematological techniques. In : Dacie and

Lewis Practical Haematology10th Ed. Churchill Livingstone. Philadelphia.

Hlm. 25,78

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2000. Buku Panduan Teknologi

Ekstrak. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hlm

17, 39.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hlm. 1144.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 174-175.

Departemen Kesehatan RI, 2011. Suplemen II farmakope herbal Indonesia Edisi I.

Depkes RI: Jakarta 104-105.

Duarte DB, Vasko MR, dan Fehrenbacher JC. 2016. Models of inflammation:

Carrageenan Air Pouch. In: Current Protocols in Pharmacology. Vol 72. No

5. Hlm. 1-5

Dutta S, Das S. 2010. A study of the anti-inflammatory effect of the leaves of

psidium guajava Linn. On experimentak animal models. In: National Center

for Biotechnology Information Journal. Hlm. 3

Fauziyah, Syifa. 2011. Uji Efektivitas Antiinflamasi Fraksi Etil Asetat Dari Ektsrak

Etanol 96% Daun Tempuyung (Sonchus Arvensis L.)

TerhadapPenghambatan Udema Pada Kaki Tikus Putih Jantan yang

Diinduksi Karagenan. Skripsi. FFS Uhamka, Jakarta.

Hamidu L, Ahmad AR, Najib A. 2018. Qualitative and Quantitative Test of Total

Flavonoid Buni Fruit (Antidesma bunius (L.) Spreng) with UV-Vis

Spectrophotometry Method. Pharmacognosy Journal. Hal 61

Page 37: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

29

Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Edisi ke-2. ITB. Bandung. Hlm. 7-8

Harvey, RA, Champe, PC. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4. EGC,

Jakarta. Hlm. 595-598

Hidayati NA, Listyawati S, dan Setyawan AD. 2008. Kandungan Kimia dan Uji

Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus

norvegicus L.) Jantan. In: Jurnal Bioteknologi. Vol 5. No 1. Hlm. 15-16.

Katzung, B.G. Editors. 2013. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 12 Vol. 2: 718-719.

Jakarta: EGC.

Khotimah SN dan Muhtadi A. 2015. Beberapa Tumbuhan yang Mengandung

Senyawa Aktif Antiinflamasi. In: Jurnal Farmaka. Vol 14. No 2. Hlm. 33

Luliana S, Susanti R, dan Agustina E. 2017. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Air

Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap Tikus Putih (Rattus

norvegicus L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karagenan. In:

Traditional Medicine Journal. Vol 22. No 3. Hlm. 204

Lung, K.W., Ruei, L.H., Jung, C.J. 2014. Biflavans, Flavonoids and

ADihydrochalcone from the Stem Wood of Muntingia calabura and

TheirInhibitory Activities on Neutrophil Pro-Inflammatory Responses.

Molecules.Hlm 20529 – 20533

Mahmood, N.D., Nasir, N.L.M, Rofiee, M.S, Tohid, S.F.M., Ching, S.M., The L.K.,

Saleh, M.Z., Zakaria, Z.A. 2014. Muntingia calabura: A Review Of

ItsTraditional Uses, Chemical Properties, And Pharmacological

Observations.Pharmaceutical Biology, Malaysia. Hlm 1606 – 1608

Mansjoer, S. 1997. Efek Antiradang Minyak Atsiri Temu putih (Curcuma zeddoria

Rosc) Terhadap Udem Buatan Pada Tikus utih Betina Jaur Wistar. Majalah

Farmasi Indonesia. 8:35-41.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Terjemahan: Kosasih

Padmawinata. Bandung: ITB. Hlm. 15, 19, 23, 34

Marjoni, M. R. 2016. Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. TIM.

Jakarta. Hlm. 15-23

Page 38: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

30

Mauliandani, N. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid yang Berpotensi

Sebagai Antioksidan dari Herba Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)

Prosiding Farmasi. 3(2):299.

Nurdin, A, Priyanto, & Rini, P. 2016. Antiinflamasi Topikal Ekstrak Daun Kersen

(Muntingia calabura L) Dengan Parameter Penurunan Jumlah Leukosit dan

Monosit pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Prof.

Dr. Hamka, Jakarta.

Panche A. N, Diwan A. D, Chandra S. R. 2016. Flavonoid: an overview. Journal of

Nutritional Science, vol. 5, ed 47. Hlm 1-15.

Patel M., Murugananthan., P., Shivalinge G.K. 2012. In Vivo Animal Model

InPreclinical Evaluation of Inflammatory Activity-A Review.

International Journal of Pharmaceutical Research & Allied Sciences.

India. Vol 1. Hlm 1

Preethi, Kathirvel, Premasudha, Paramasivam, Keerthana, Kittusamy. 2012. Anti-

inflammatory Activity of Muntingia calabura Fruits. Pharmacognosy

Journal, 4 (30). Hlm. 51-56

Reagan S, Shannon, Minakshi N and Nihal A. 2007. Dose Translation From Animal

to Human Studies Revisited. In: The FASEB Journal Vol 22. Hlm. 660

Rivai H, Sari DP dan Rizal Z. 2012. Isolasi dan Karakteristik Flavonoid Antioksidan

Dari Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Jurnal Farmasi Higea. Vol 4

No 2. Padang. Hlm. 88

Sarimanah J, Adnyana K, Yulinah E, Kurniati NF. 2015. Anti Inflammatory

Activities Of Unripe, Ripe Muntingia calabura L Fruits And Muntingia

calabura L Leaves In Wistar White Rat. University Research Colloquium.

Institute Of Technology Bandung, Bandung.

Sarimanah J, Adnyana K, Yulinah ES, dan Kurniati NF. 2017. The Antirheumatic

Activity of Muntingia calabura L. Leaves Ethanol Extract and Its Fraction.

In: Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. Vol 10. No 1.

Hlm. 85

Soenarto. Inflamasi. Dalam: Setiati, Seti. Ilmu Penyakit Dalam. 2014. Edisi 6.

InternaPublishing. Jakarta. Hlm. 93.

Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A, Djimantoro B. 2003. Ilmu Patologi. EGC.

Jakarta. Hlm. 81-95

Page 39: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

31

Sukmawati, Yuliete, dan Hardani R. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol

Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Tikus Putih (Rattus

norvegicus L.) yang Diinduksi Karagenan. In: GALENIKA Journal

Pharmacy. Vol 1. No 2. Hlm. 131

Sulistia G dan Freedy WP. 2016. Analgesik-Antipiretik Analgesik Antiinflamasi

Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Gan SG.

Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. FKUI. Jakarta. Hlm. 244.

Susanti E. 2013. Dasar-dasar Patofisiologi. Imperium. Yogyakarta. Hlm. 31-32

Wilmana PF, Sulistia G. 2016. Analgesik-Antipiretik Analgesik Antiinflamasi

Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Gunawan SG.

Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. FKUI. Jakarta. Hlm. 237, 244

Yanti, M. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun

Sirsak Hutan (Annoa glabra). Skripsi. Bogor: Fakultas MIPA Institut

Pertanian Bogor.

Yusof MIM, Salleh MZ, Kek TL, Ahmat N, Azmin NFN, Zakaria ZA. 2013. Activity

Guided Isolation of Bioactive Constituents with Antinociceptive Activity

from Muntingia calabura L. Leaves Using the Formalin Test. In: National

Center for Biotechnology Information. Vol 1. No 1. Hlm. 5

Zaini M, Biworo A, dan Anwar K. 2016. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol

Herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan

Yang Diinduksi Karagenin-Λ. In: Jurnal Pharmascience. Vol 3. No 2. Hlm.

128.

Page 40: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

32

LAMPIRAN

Page 41: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

1

AKTIVITAS ANTIINFLAMASI FRAKSI DARI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN KERSEN (Muntingia Calabura L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

ANTIINFLAMATORY ACTIVITY OF 95% ETHANOL EXTRACT FRACTION OF KERSEN LEAVES (Muntingia Calabura L.) IN THE MALE WHITE RAT

Maifitrianti1, Landyyun Rahmawan Sjahid1, Nuroh1, Rizqa Ayutri Muyus Acepa1, Widya

Dwi Murti1

1Faculty of Pharmacy, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Islamic Center, Jl.

Delima II/IV, Klender, Jakarta Timur, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK

Ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) telah lama digunakan sebagai tanaman obat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui fraksi dari ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) yang memiliki efek antiinflamasi melalui parameter penurunan volume eksudat, penurunan jumlah leukosit, monosit, neutrofil, dan limfosit eksudat pada tikus putih jantan udem yang diinduksi karagenin. Hewan percobaan dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif diberi NaCMC 0,5%), kelompok II (kontrol positif diberi Na Dikofenak 50 mg/kgBB), kelompok III, IV dan V diberikan fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air masing-masing dengan dosis 5,15 mg/KgBB. Metode yang digunakan adalah metode kantung granuloma (granuloma pouch). Udem pada tikus diinduksi dengan menyuntikkan karagenin 2% secara subkutan. Suspensi fraksi diberikan secara oral satu jam sebelum induksi udem. Volume eksudat, jumlah leukosit, monosit, neutrofil, dan limfosit eksudat diukur setelah 24 jam. Data yang didapat diuji secara statistik dengan one-way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dengan dosis 5,15 mg/kgBB tikus dapat menurunkan volume eksudat dan jumlah leukosit eksudat secara signifikan (p<0,05). Efek antiinflamasi fraksi ini juga sebanding dengan kontrol positif yaitu Na diklofenak dengan dosis 10,28 mg/KgBB tikus. Kata kunci:Kersen (Muntingia calabura L), fraksi, udem, antiinflamasi

ABSTRACT

Ethanol extract of kersen leaf (Muntingia calabura L.) has long been used as a medicinal plant. This study aimed to determine the fraction of ethanol extract of kersen leaves (Muntingia calabura L.) which had an anti-inflammatory effect through parameters of decreasing volume of exudates, decreasing the number of leukocytes, monocytes, neutrophils and exudate lymphocytes in male white mice induced by caragenine. The experimental animals were divided into five groups, namely group I (negative control given 0.5% NaCMC), group II (positive control given Sodium Diclofenac 10,28 mg/rat

Page 42: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

2

body weight), group III, IV and V given n-hexane fraction, ethyl acetate and water fraction with a dose of 5.13 mg/KgBB. The method used was granuloma pouch. edema in rat was induced by injecting carrageen 2% subcutaneously. The fraction was given orally one hour before induction of edema. The volume of exudates, the number of leukocytes, monocytes, neutrophils, and lymphocytes on exudates were measured after 24 hours. The data were tested statistically by one-way ANOVA followed by the Tukey test. The results showed that ethyl acetate fraction with a dose of 5.13 mg / body weight of rat could reduce the volume of exudate and the number of leukocytes on exudates significantly (p <0.05). The anti-inflammatory effect of this fraction was also comparable to the positive control, namely diclofenac Na with a dose of 10.28 mg / body weight of rat.

Key words: Kersen (Muntingia calabura L), fraction, edema, anti-inflammatory

Page 43: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

3

Pendahuluan

Inflamasi merupakan suatu respon

protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, zat

kimia yang merusak, atau zat

mikrobiologi. Inflamasi biasanya terbagi

dalam tiga fase yaitu inflamasi akut,

respon imun, dan inflamasi kronis.

Inflamasi akut merupakan respon awal

terhadap cedera jaringan melalui rilisnya

autacoid yang terlibat antara lain

histamin, serotonin, bradikinin,

prostaglandin dan leukotrien. Respon

imun terjadi bila sejumlah sel yang

mampu menimbulkan kekebalan

diaktifkan untuk merespon organisme

asing atau substansi antigenik yang

terlepas selama respon terhadap

inflamasi akut serta kronis. Akibat

respon imun bagi tuan rumah mungkin

menguntungkan, misalnya menyebabkan

organisme penyerang difagositosis atau

dinetralisir. Sebaliknya akibat tersebut

juga dapat bersifat merusak bila

menjurus pada inflamasi kronis tanpa

penguraian dari proses cedera yang

mendasarinya. Inflamasi kronis

menyebabkan keluarnya sejumlah

mediator yang tidak menonjol dalam

respon akut. Salah satu kondisi yang

paling penting yang melibatkan mediator

ini adalah artritis rheumatoid. Penyakit

inflamasi kronis seperti artritis

rhematoid ini masih merupakan salah

satu masalah kesehatan utama bagi

masyarakat di seluruh dunia (Furst,

2013).

Obat golongan NSAID (Non Steroid

Antiinflammatory drug) dan

kortikosteroid merupakan obat yang

digunakan untuk mengatasi inflamasi.

Namun penggunaan NSAID jangka

panjang dapat menyebabkan berbagai

efek samping seperti tukak dan

perdarahan saluran cerna, nefrotoksik,

serta hepatotoksik. Steroid dapat

menekan sistem kekebalan tubuh dan

memicu disfungsi ereksi, manic

depression, hipertensi, kram dan pusing,

munculnya diabetes aktif, atrofi kulit,

penurunan kepadatan tulang, sakit maag

dengan kemungkinan perforasi dinding

lambung, menstruasi tidak teratur,

penglihatan dan masalah alergi, dan

mengurangi penyembuhan luka (Furst,

2013). Oleh karena itu perlu dilakukan

berbagai penelitian untuk

mengembangkan obat anti-inflamasi

baru dengan efek samping minimum.

Muntingia calabura L atau dikenal

dengan nama kersen merupakan

tanaman berbunga yang termasuk

Page 44: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

4

kerluarga Elaocarpaceae. Tanaman ini

merupakan pohon berbuah yang bahkan

dapat tumbuh baik ditanah yang kurang

subur dan mampu mentolerir kondisi

asam, basa serta kekeringan. Daun

kersen memiliki efek sebagai

kardioprotektif, antipiretik, antioksidan,

antiinflamasi, antidiabetes, antibakteri

dan antiulcer (Mahmood, 2014). Selain

itu kersen juga memiliki efek farmakologi

sebagai antiinflamasi, anti platelet, dan

aktifitas sitotoksik. Kersen memiliki

kandungan flavonoid, saponin, dan

tanin. Flavonoid yang terkandung

didalam kersen adalah flavon, flavanon,

flavan dan biflavan. Flavonoid banyak

mendapat perhatian karena kelompok

senyawa ini memiliki aktivitas seperti

antibakteri, antiinflamasi dan

antioksidan (Lung, 2014).

Sarimanah et al (2015)

menyimpulkan bahwa ekstrak etanol

95% daun kersen pada dosis 50 mg/kgBB

dan 100 mg/kgBB menunjukkan efek

antiinflamasi dengan persentase

hambatan inflamasi sebesar 58,33% dan

52,78%. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Nurdin dkk (2016)

menyimpulkan bahwa ekstrak daun

kersen dengan konsentrasi 2,5%, 5%,

dan 10% memiliki aktivitas inflamasi

topikal.

Berdasarkan latar belakang

tersebut perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut untuk memperoleh kelompok

senyawa yang lebih spesifik dan

diharapkan dapat mengarahkan pada

informasi fraksi dengan kelompok

senyawa yang diduga aktif sebagai

antiinflamasi. Oleh karena itu, pada

penelitian ini dilakukan uji aktivitas

antiinflamasi fraksi dari ekstrak etanol

95% daun kersen pada tikus putih jantan

melalui parameter penurunan volume

eksudat dan penurunan jumlah leukosit

eksudat pada tikus putih jantan udem

yang diinduksi karagenin. Fraksinasi

bertujuan untuk memisahkan kelompok

senyawa aktif secara spesifik

berdasarkan tingkat kepolarannya

(kurang polar, semi polar dan polar).

Metode Penelitian

Alat dan Bahan

Timbangan analitik (Ohaus), syringe

filter steril (Nylon), corong pisah (Duran),

corong kaca (Pyrex), spuit (Terumo),

vacuum rotary evaporator (Eyela), oven

(Memmert), UV Box (Camag), mikroskop

(Novel), krus, sarung tangan, kamar

hitung leukosit (Improved neubeur),

tanur, sonde, syringe (Terumo) 20 ml,

10 ml, 5 ml, needle (Terumo) 23 G, 20 G,

18 G, object glass, cover gelas, mikropor

Page 45: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

5

(Nexcare), tempat makan dan minum

tikus serta alat-alat gelas yang umum

digunakan di laboratorium.

Daun kersen (Muntingia calabura

L.) diperoleh dari Badan Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) dan

dideterminasi di Herbarium Bogoriensi

LIPI Cibinong, Bogor. Pelarut untuk

ekstraksi dan fraksinasi yang digunakan

antara lain etanol 95%, aquadest, n-

Heksan, dan Etil Aseta. Kragenin (Sigma)

sebagai peginduksi. Na diklofenak (Kimia

Farma) sebagai pembanding. NaCl

fisiologis (Widatra Bhakti) sebagai

pelarut. Pewarna giemsa (Himedia)

untuk pewarnaan. Ketamin (Combiphar)

sebagai agen anestesi. Krim pencukur

bulu (Veet) untuk menghilangkan bulu

pada punggung tikus. Fase diam yang

digunakan adalah Silika Gel GF254

(Merck). Eluen yang digunakan adalah n

Heksan, etil asetat, kloroform, dan

metanol, Pereaksi yang digunakan untuk

penapisan fitokimia terdiri dari perekasi

semprot vanilin-asam sulfat,

Dragendorff, Sitroborat, Ferri Klorida,

Liebermann-Bouchard. Natrium

Carboxymethy Cellulose Sodium (Na

CMC) sebagai pensuspensi fraksi.

Larutan Phospat Buffered Saline (PBS)

sebagai larutan buffer.

Pembuatan serbuk simplisia daun kersen

Pembuatan simplisia daun

menggunakan daun kersen yang sudah

tua. Sebanyak 1,5 Kg daun kersen

dipotong-potong dan dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan tanpa

sinar matahari langsung. Daun kersen

yang sudah kering kemudian diblender

dan diayak dengan no mesh 40 dan

ditimbang.

Pembuatan Ekstrak Etanol 95% Daun Kersen

Serbuk daun kersen dimaserasi

dengan pelarut etanol 95% sampai

serbuk terendam. Rendam selama 6 jam

pertama sambil sekali-sekali diaduk,

kemudian didiamkan selama 24 jam.

Maserat pertama disaring, kemudian

dilakukan remaserasi berulang kali

hingga bening. Maserat yang terkumpul

kemudiaan diuapkan dengan vacum

rotary evaporator pada suhu 50º C

kemudian diuapkan kembali dengan

menggunakan waterbath hingga

diperoleh ekstrak kental (Depkes RI

2008).

Pembuatan Fraksi dari Ekstrak Etanol 95%

Daun Kersen

Ekstrak kental yang diperoleh

sebanyak 750 gram. Sebanyak 25 gram

dilarutkan dalam 50 ml etanol, 200 ml air

dan 250 ml n-heksana. Dilakukan

fraksinasi lalu digojok sehingga

Page 46: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

6

terbentuk 2 lapis cairan yaitu fraksi n-

heksana di bagian atas dan fraksi air di

bagian bawah. Fraksi heksan yang

didapat kemudian diuapkan sampai

kental. Fraksi air difraksinasi kembali

dalam corong pisah dengan etil asetat

lalu di gojok sehingga terbentuk 2 lapis

cairan yaitu etil asetat pada bagian atas

dan fraksi air pada bagian bawah. Fraksi

etil asetat dan air yang didapat

kemudian diuapkan sampai kental.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

kadar air menggunakan metode destilasi

serta perhitungan rendemen ekstrak

kental dan perhitungan rendemen fraksi

kental.

Penapisan Fitokimia

Larutan fraksi yang telah dilarutkan,

ditotolkan dengan plat silika gel GF254

sebagai fase diam. Sistem fase gerak dan

pereaksi semprot disesuaikan dengan

masing-masing senyawa kimia yang akan

diidentifikasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Penentuan dosis

Penentuan Dosis Fraksi

Dosis ekstrak daun kersen 50

mg/kgBB dapat menghambat inflamasi

sebesar 58,33% pada tikus putih jantan

(Sarimanah et al 2015). Maka pada

penelitian ini, dosis fraksi yang akan

digunakan didasarkan pada dosis ekstrak

sebelumnya dengan menggunakan

rendemen terkecil dari fraksi. Dengan

demikian dosis fraksi yang digunakan

pada penelitian ini adalah 5,13 mg/kgBB

tikus.

Penentuan Dosis Na Diklofenak

Dosis Na Diklofenak pada

manusia adalah 100-150 mg/kgBB sehari

terbagi dua atau 3 dosis (Sulistia dan

Freedy 2016). Perhitungan dosis

dikonversikan dari manusia ke tikus

berdasarkan rumus Food and Drug

Administration (FDA) sehingga diperoleh

dosis Natrium Diklofenak 10,278

mg/kgBB.

Pembuatan Sediaan Uji

Pembuatan Sediaan Uji Fraksi Daun kersen

Fraksi daun kersen ditimbang,

kemudian ditambahkan Na CMC

secukupnya dan digerus sampai

homogen hingga terbentuk suspensi.

Pembuatan Sediaan Suspensi Na Diklofenak

sebagai Pembanding

Na Diklofenak ditimbang sebanyak

0,01 gram lalu dilarutkan dalam suspensi

Na CMC sebanyak 5 ml.

Pembuatan Larutan PBS pH 7,4

NaH2PO4 sebanyak 6,9 gram

dilarutkan dalam 250 ml aqua bebas CO2,

Na2HPO4 sebanyak 7 gram dilarutkan

dalam 250 ml aqua bebas CO2, 19 ml

NaH2PO4 diambil dan Na2HPO4 sebanyak

80 ml kemudian dimasukkan ke dalam

Page 47: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

7

beaker glass lalu ad 200 ml aqua bebas

CO2 (Depkes 1995).

Pembuatan larutan karagenin 2 %

Sebanyak 500 mg karagenin

dimasukkan kedalam mortir, dilarutkan

sedikit demi sedikit dengan NaCl 0,9%

hangat sekitar 90ºC kemudian

dicukupkan dalam 25 ml untuk satu

kelompok tikus (Duarte et al 2016).

Persiapan Hewan Uji

Penelitian ini telah mendapatkan

persetujuan etik dengan nomor

02/18.05/011 oleh Komisi etik penelitian

kesehatan universitas muhammadiyah

Prof. DR. Hamka (KEPK-UHAMKA).

Tahap awal persiapan hewan uji

adalah aklimatisasi. Aklimatisasi

bertujuan untuk menyeragamkan cara

hidup dan makanan hewan uji yang

digunakan dalam penelitian. Hewan uji

di aklimatisasi selama 7 hari. Selama

masa aklimatisasi hewan uji diberikan

makan dan minum sesuai standar serta

dilakukan pemeriksaan kesehatan fisik

berupa penimbangan berat badan.

Setelah 7 hari, masing-masing tikus

dibagi dalam 5 kelompok dan masing-

masing kelompok terdiri dari 4 ekor

tikus.

Pengujian Efek Antiinflamasi dengan Metode

Granuloma Pouch

Hari pertama bulu tengkuk

(diantara scapula) tikus dicukur dan

dioleskan krim pencukur rambut. Tikus

dianestesi menggunakan ketamin secara

intramuscular (im). Selanjutnya daerah

tengkuk yang sudah dicukur diusap

dengan etanol 70% dan diinjeksikan

udara ±20 ml, needle 23 G dengan

menggunakan filter steril. Tiga hari

kemudian hewan dianestesi kembali

dengan ketamine secara im, kemudian

punggung tikus diusap dengan etanol

70% dan injeksikan 10 mL udara secara

subkutan untuk membuat kantung

udara. Hari keenam setelah penyuntikan

udara kelompok hewan percobaan

masing-masing diberikan zat uji sebagai

berikut : kelompok kontrol negatif

diberikan Na CMC 0,5% peroral,

Kelompok kontrol positif diberikan Na.

Diklofenak 10,278 mg/kgBB peroral, dan

Kelompok uji masing-masing diberikan

fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, serta

fraksi air secara peroral dengan dosis

5,13 mg/kgBB tikus. Satu jam kemudian

semua hewan dianastesi kembali denan

ketamin secara im dan diinduksi

inflamasi dengan cara menyuntikan 5 mL

larutan karagenin 2% kedalam kantung

udara menggunakan syringe 5 mL.

Eksudat dalam kantung diambil 24 jam

setelah induksi inflamasi. Pengambilan

Page 48: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

8

eksudat dilakukan dengan cara

menggunting kantung secara vertikal (±

2 cm). Eksudat dikumpulkan dengan

menggunakan pipet dan dimasukkan

kedalam tube steril (Duarte et al, 2016).

Volume eksudat diukur dan dihitung

persentase penghambatan

pembentukan eksudat (Duarte et al.

2016). Selanjutnya eksudat diisap

dengan pipet thoma leukosit sampai

tanda 0,5 pada pipet, kemudian diisap

larutan pengencer (NaCl 0,9%) sampai

tanda 11 (pengencer 1:20) pada pipet

thoma. Pipet thoma leukosit tersebut

dipegang sedemikian rupa sehingga

kedua ujung pipet terletak diantara ibu

jari dan telunjuk tangan kanan kemudian

dihomogenkan selama 3 menit. Sebelum

pengisian kamar hitung dibuang 4 tetes

pertama eksudat dan ujung pipet

diletakan pada kamar hitung (improved

neubeur) tepat batas kaca penutup

(cover glass). Eksudat diisikan kedalam

kamar hitung tersebut pada tetesan

yang ke 5. Kamar hitung setelah diisi

eksudat dibiarkan selama 3 menit lalu

dihitung jumlah leukosit total pada

mikroskop dengan perbesaran 40 x 10

(Gandasobrata 2010). Jumlah leukosit

total ditentukan dengan rumus berikut:

Ket: N = Jumlah leukosit dalam ke-4 bidang besar

20 = Faktor pengenceran 0,4 = Volume yang dihitung

Analisis Data

Data volume eksudat dan jumlah

leukosit total dianalisis secara statistik.

Data-data tersebut diuji normalitas dan

homogenitasnya. Jika data terdistribusi

normal dan homogeny maka analisa data

dilanjukan dengan uji Analysis of

Variance (ANOVA) satu arah dengan

taraf signifikansi 95% (α=0,05). Jika

terdapat perbedaan yang bermakna

maka dilanjutkan dengan uji Tukey HSD.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Pembuatan Ekstrak dan Fraksi Daun Kersen

Hasil ektrasi dan fraksinasi daun

kersen dapat dilihat pada tabel 2. Proses

ekstraksi daun kersen menghasilkan

ekstrak etanol 95% dengan persentase

rendemen terhadap simplisia yang

diekstraksi sebesar 27,84%. Sedangkan

rendemen hasil fraksi n-heksana, etil

asetat dan air secara berturut –turut

sebesar 18,50%, 10,26% dan 28,09%.

Hasil Pemeriksaan Kandunan Kimia Ekstrak

dan Fraksi Daun Kersen Dengan Metode KLT

Penapisan fitokimia dilakukan

untuk mengetahui kandungan senyawa

yang terkandung didalam ekstrak dan

fraksi. Senyawa yang diidentifikasi

Page 49: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

9

meliputi flavonoid, saponin, terpenoid,

tanin, alkaloid. Penapisan fitokimia

dilakukan dengan metode Kromatografi

Lapis Tipis menggunakan fase diam silika

gel GF254 dan berbagai macam fase

gerak. Pemisahan yang terjadi pada KLT

berdasarkan pada mekanisme adsorpsi

dan partisi. Tujuan dilakukan uji

penapisan fitokimia dengan metode KLT

adalah untuk memastikan bahwa

senyawa aktif benar berada didalam

ekstrak dan fraksi Pada umumnya, KLT

lebih banyak digunakan untuk tujuan

pemisahan, namun juga dapat digunakan

untuk tujuan identifikasi karena metode

ini relatif mudah, sederhana, dan

memberikan pilihan fase gerak yang

lebih beragam (Hanani,2016).

Hasil pemeriksaan kandungan

kimia ekstrak dan fraksi dapat dilihat

pada table 3. Berdasarkan hasil yang

diperoleh, flavonoid, saponin dan

terpenoid terkandung didalam ekstrak,

fraksi n-Heksan dan fraksi etil asetat.

Alkaloid terkandung di dalam ekstrak

dan semua jenis fraksi daun kersen.

Sedangkan tannin terkandung di dalam

ekstrak, fraksi etil asetat, dan fraksi air.

Hasil Pengukuran Volume Eksudat dan

Perhitungan Persentase Penghambatan

Pembentukan Eksudat

Eksudat pada kantung

granuloma masing-masing tikus diambil

menggunkan spuit dan diukur

volumenya. Volume eksudat masing-

masing kelompok dirata-rata dan

dilanjutkan dengan menghitung

persentase penghambatan

pembentukan eksudat. Data rerata

volume eksudat dan persentase

penghambatan pembentukan eksudat

dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar 1.

Rerata Volume eksudat kelompok

kontrol negatif adalah 2,48 mL,

kelompok kontrol positif sebesar 0,88

mL sedangkan kelompok fraksi n-heksan,

etil asetat dan air masing –masing

sebesar 1,68 mL, 1,20 mL, dan 1,72 mL.

Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

penurunan volume eksudat pada

masing-masing kelompok yang diberikan

fraksi daun kersen dibandingkan

kelompok kontrol negatif yang hanya

diberikan Na CMC saja.

Persentase penghambatan

pembentukan eksudat kelompok kontrol

positif diperoleh sebesar 64,52%; fraksi

n-heksana sebesar 32,26%; fraksi etil

asetat 51,61%; dan fraksi air sebesar

30,65%. Suatu bahan dikatakan memiliki

daya antiinlfamasi jika hewan uji yang

diinduksi karagenin mengalami

pengurangan pembekakan (persentase

Page 50: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

10

penghambatan radang) sebesar 50%

atau lebih (Mansjoer, 1997). Hasil

penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa masing-masing fraksi memiliki

potensi sebagai antiinflamasi namun

hanya fraksi etil asetat yang memiliki

persentase penghamabatan

pembentukan eksudat lebih dari 50%.

Data volume eksudat yang diperoleh

selanjutnya dianalisis secara statistik.

Hasil analisis data volume eksudat

menyatakan bahwa data terdistribusi

normal ( = 0,195) dan homogen ( =

0,960). Data selanjutnya dianalisa secara

statistika menggunakan ANOVA satu

arah. Hasil uji data volume eksudat

menunjukkan nilai ρ=0,000 yang berarti

bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antar kelompok. Hasil Uji

Tukey HSD menunjukkan bahwa

kelompok fraksi air, n-heksana dan fraksi

etil asetat berbeda bermakna dengan

kelompok kontrol negatif (p<0,05). Akan

tetapi hanya fraksi etil asetat yang

sebanding dengan kontrol positif

(p=0,284). Hasil ini menunjukkan bahwa

ketiga fraksi daun kersen memiliki efe

antinflamasi karena berbeda bermakna

dengan kelompok kontrol negatif.

Namun yang lebih efektif adalah

kelompok fraksi etil asetat karena

volume eksudat yang terbentuk lebih

sedikit dibandingkan kelompok fraksi lain

dan secara statistik sebanding dengan

kontrol positif.

Hasil Perhitungan Jumlah Leukosit Total

Hasil perhitungan jumlah leukosit

total dapat dilihat pada table 5 dan

gambar 2. Rerata jumlah leukosit total

pada kelompok kontrol negatif sebesar

43.000/µL eksudat, kontrol positif

sebesar 19.780/ µL eksudat, fraksi n-

heksan sebesar 29.150/ µL eksudat, etil

asetat sebesar 22.880/ µL eksudat

sedangkan fraksi air 30.430/ µL eksudat.

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian

fraksi daun kersen mampu menurunkan

jumlah sel leukosit. Penurunan jumlah

sel leukosit pada eksudat merupakan

salah satu tanda pemulihan inflamasi.

Data jumlah leukosit total yang

diperoleh dianalisis secara statistik.

Analisis statistik dimulai dengan uji

Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis data

yang diperoleh jumlah leukosit total

menyatakan bahwa data terdistribusi

normal dengan nilai p = 0,200 dan

homogen dengan nilai p = 0,215. Setelah

data yang diperoleh terdistribusi normal

dan homogen kemudian diuji secara

statistika menggunakan ANOVA (Analyse

Of Variance) satu arah. Hasil uji data

jumlah leukosit total menunjukkan nilai

p = 0,000. Hasil ini menunjukan adanya

Page 51: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

11

perbedaan bermakna. Hasil dari uji

Tukey HSD menunjunkan bahwa fraksi n-

heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air

memiliki perbedaan bermakan denan

kontrol negative (p<0,05). Akan tetapi

yang paling baik efek antiinflamasinya

ialah fraksi etil asetat karena fraksi etil

asetat memiliki efek yang sebanding

dengan kontrol positif dalam

menurunkan jumlah leukosit total.

Hasil penelitian efek antiinflamasi

dengan parameter penurunan volume

eksudat dan sel leukosit eksudat yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa

efek antiinflamasi fraksi etil asetat lebih

baik dibandingkan fraksi lain. Hasil

penapisan fitokimia daun kersen dengan

metode KLT pada penelitian ini

menunjukkan bahwa fraksi etil asetat

mengandung senyawa flavonoid, tanin,

saponin, alkaloid, terpenoid. Penelitian

Yusof et al (2013) menyimpulkan bahwa

daun kersen mengandung senyawa

seperti flavonoid, tanin, alkaloid,

saponin, terpenoid dan steroid yang

berefek sebagai antiinflamasi.

Mekanisme senyawa flavonoid sebagai

senyawa antinflamasi yaitu bekerja

melalui beberapa jalur seperti dengan

penghambatan degranulasi neutrofil,

penghambatan aktivitas enzim

siklooksigenase (COX) dan

lipooksigenase sehingga tidak terbentuk

prostaglandin yang merupakan mediator

inflamasi (Khotimah dan Muhtadi 2015).

Senyawa saponin mampu berinteraksi

dengan banyak membran lipid seperti

fosfolipid yang merupakan prekursor

prostaglandin dan mediator-mediator

inflamasi lainnya (Hidayati et al, 2008).

Senyawa alkaloid dapat memiliki efek

antiinflamasi dengan menekan

pelepasan histamin oleh sel mast,

mengurangi sekresi interleukin-1 oleh

monosit dan PAF pada platelet (Luliana

dkk, 2017). Terpenoid secara umum

bekerja melalui penghambatan enzim

fosfolipase melalui jalur asam

arakhidonat. Terhambatnya enzim

fosfolifase menyebabkan pembentukan

asam arakhidonat dari fosfolipid juga

terhambat (Zaini dkk. 2016). Tanin

berperan sebagai antiinflamasi dengan

berbagai cara yaitu menghambat

produksi oksidan oleh neutrofil, monosit

dan makrofag (Sukmawati dkk, 2015).

Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yan telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa

fraksi ekstrak etanol 95% daun kersen

memiliki efek antiinflamasi dengan

parameter volume eksudat dan jumlah

leukosit total. Hanya Fraksi etil asetat

yang memiliki persentase penghambatan

Page 52: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

12

eksudat lebih dari 50% dan jumlah

volume eksudat serta jumlah leukosit

total sebanding dengan kontrol positif.

Referensi

Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Duarte, D.B., Vasko, M.R., and Fehrenbacher, J.C. 2016. Models of inflammation: Carrageenan Air Pouch. Current Protocols in Pharmacology. 72(5):1-5.

Katzung, B.G. Editors. 2013. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 12 Vol. 2: 718-719. Jakarta: EGC.

Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi ke-2. Bandung: ITB.

Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A.D. 2008. Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Jurnal Bioteknologi. 5 (1): 15-16.

Khotimah, S.N dan Muhtadi, A. 2015. Beberapa Tumbuhan yang Mengandung Senyawa Aktif Antiinflamasi. Jurnal Farmaka. 14(2): 33

Luliana, S., Susanti, R., dan Agustina, E. 2017. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Air Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karagenan.

Traditional Medicine Journal. 22(3): 204

Lung, K.W., Ruei, L.H., and Jung, C.J. 2014. Biflavans, Flavonoids and ADihydrochalcone from the Stem Wood of Muntingia calabura and Their Inhibitory Activities on Neutrophil Pro-Inflammatory Responses. Molecules. 20529 – 20533

Mahmood, N.D., Nasir, N.L.M., Rofiee, M.S., Tohid, S.F.M., Ching, S.M., The L.K., Saleh, M.Z., and Zakaria, Z.A. 2014. Muntingia calabura: A Review Of ItsTraditional Uses, Chemical Properties, And Pharmacological Observations.Pharmaceutical Biology, Malaysia. 1606 – 1608

Mansjoer, S. 1997. Efek Antiradang Minyak Atsiri Temu putih (Curcuma zeddoria Rosc) Terhadap Udem Buatan Pada Tikus utih Betina Jaur Wistar. Majalah Farmasi Indonesia. 8:35-41.

Mauliandani, N. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid yang Berpotensi Sebagai Antioksidan dari Herba Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Prosiding Farmasi. 3(2):299.

Nurdin, A, Priyanto, dan Rini, P. 2016. Antiinflamasi Topikal Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L) Dengan Parameter Penurunan Jumlah Leukosit dan Monosit pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Sarimanah, J., Adnyana, K., Yulinah, E., dan Kurniati, N.F. 2015. Anti Inflammatory Activities Of Unripe, Ripe Muntingia calabura L Fruits And

Page 53: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

13

Muntingia calabura L Leaves In Wistar White Rat. University Research Colloquium. Bandung: Institute Of Technology Bandung.

Sukmawati, Yuliete, dan Hardani R. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi Karagenan. GALENIKA Journal Pharmacy. 1(2): 131.

Sulistia, G dan Freedy, W.P. 2016. Analgesik-Antipiretik Analgesik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Gan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: FKUI.

Yanti, M. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun Sirsak Hutan (Annoa glabra). Skripsi. Bogor: Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor.

Yusof, M.I.M., Salleh, M.Z., Kek, T.L., Ahmat, N., Azmin, N.F.N., and Zakaria, Z.A. 2013. Activity Guided Isolation of Bioactive Constituents with Antinociceptive Activity from Muntingia calabura L. Leaves Using the Formalin Test. In: National Center for Biotechnology Information. 1(1): 5

Zaini, M., Biworo, A., dan Anwar, K. 2016. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan Yang

Diinduksi Karagenin-Λ. Jurnal Pharmascience. 3(2): 128.

Page 54: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X

Tabel 1. Penapisan Fitokimia Ekstrak Dan Fraksi Daun Kersen dengan Metode

KLT (Mauliandani dkk, 2014; Harborne, 1987; Yanti dkk, 2014)

Tabel 2. Hasil Esktraksi dan Fraksinasi Daun Kersen

No Jenis Hasil

1 Ekstrak 2 Fraksi n-Heksan 46,9 g 3 Fraksi Etil Asetat 26 g 4 Warna 71,2 g 5 Rendemen 18,50%

Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia dengan Metode KLT Senyawa Ekstrak

Etanol Fraksi

n-Heksana Fraksi

Etil Asetat Fraksi Air

Flavonoid (+) (+) (+) (-)

Saponin (+) (+) (+) (-)

Alkaloid (+) (+) (+) (+)

Tanin (+) (-) (+) (+)

Terpenoid (+) (+) (+) (-)

Keterangan: (+) : mengandung senyawa yang dideteksi (-) : tidak mengandung senyawa yang dideteksi

Senyawa Fase diam Fase gerak Pereaksi Hasil Positif

Flavonoid

Silika Gel GF254

Heksan:Etil (5:5) Sitroborat Kuning-kehijauan dan merah-kecoklatan

Saponin

Silika Gel GF254

Kloroform:Metanol (10:1)

Vanilin-Asam Sulfat Biru hingga ungu biru dan kekuningan

Alkaloid

Silika Gel GF254

Kloroform : Metanol (9 : 1)

Dragendorff Jingga-Coklat

Tanin

Silika Gel GF254

n-Heksana: Etil Asetat (3 : 7)

Ferri Klorida Biru

Terpenoid

Silika Gel GF254

Kloroform:Metanol (10:1)

Liebermann-Bouchard

Hijau-Coklat

Page 55: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

15

Tabel 4. Rerata Volume Eksudat dan Persentase Penghambatan

Pembentukan Eksudat

Kelompok Rerata Volume Eksudat

(mL) Persentase Penghambatan Pembentukan Eksudat(%)

Kontrol Negatif 2,48

Kontrol Positif 0,88 64,52

Fraksi n-Heksan 1,68 32,26

Fraksi etil asetat 1,2 51,61

Fraksi Air 1,72 30,65

Gambar 1. Rerata Volume Eksudat (mL)

Tabel 5. Rerata Jumlah Leukosit Total Eksudat

Kelompok Rerata Jumlah Leukosit Total/µL eksudat

Kontrol Negatif 43.000

Kontrol Positif 19.780

Fraksi n-Heksan 29.150

Fraksi etil asetat 22.800

Fraksi Air 30.430

Page 56: UJI EFEK ANTIINFLAMASI FRAKSI EKSTRAK ETANOL 95% DAUN

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591 (Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X Vol.14 No. 01 Juli 2017

16

Gambar 2. Rerata Jumlah Leukosit Eksudat