uji coba an desain pembelajaran

Upload: ahmad-wahyudin-rockn-roll

Post on 09-Jul-2015

160 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Uji Coba Pengembangan Desain Pembelajaran(oleh: Tri Bekti, Retno Haryani Hadi, dan Jamaluddin Adiwijaya) 1. Pendahuluan Pada pembahasan yang telah lalu, dipaparkan tentang penyusunan desain pembelajaran yang diawali dari identifikasi kebutuhan pembelajaran sampai dengan pengembangan bahan pembelajaran. Kemudian dengan adanya pengembangan untuk sebuah bahan pembelajaran yang akan diproduksi, tentunya diperlukan sebuah uji coba yang bisa membuktikan bahwa hasil desain pembelajaran yang akan dipakai benar-benar efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Mendengar kata uji coba tentunya akan mengingatkan pada sesuatu yang akan dites tingkat kemampuan atau daya gunanya. Tetapi jika diruntut menurut arti katanya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) tertulis bahwa kata uji diartikan sebagai percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu. Sedangkan kata coba adalah pengujian sesuatu sebelum dipakai atau dilakukan. Sehingga uji coba bisa diartikan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui mutu sesuatu, sebelum ia digunakan atau dipakai dalam aplikasi senyatanya. Jika hal tersebut dikaitkan dengan desain pembelajaran tadi, maka uji coba merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui mutu dari hasil desain pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sehingga pertanyaan tentang efektifitas untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan desain pembelajaran yang dimaksud bisa terbukti dan dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah. Uji coba yang digunakan membuktikan keefektifan itu disebut dengan evaluasi formatif. Kita sering mendengar istilah formatif. Secara umum, kata formatif sama maknanya dengan pengembangan. Bila dimaknai secara singkat, maka evaluasi formatif adalah evaluasi untuk pengembangan. Tetapi dalam situs http://fakultasluarkampus.net, melansir definisi dari Scriven (1991) yang mengatakan bahwa evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program pembelajaran tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan suatu perbaikan. Selain itu, dalam situs http://fakultasluarkampus.net juga melansir uraian Weston, McAlpine dan Bordonaro (1995) dan juga Worthen dan Sanders (1997) yang menambahkan bahwa evaluasi formatif dgunakan untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan (improvement) suatu produk atau program pembelajaran. Menurut Atwi Suparman (1997: 211) definisi dari evaluasi formatif adalah proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program pembelajaran. Dalam hal ini bertujuan untuk menentukan apa yang harus ditingkatkan atau direvisi agar produk tersebut lebih efektif dan efesien ketika diterapkan pada lapangan atau keadaan sesungguhnya.

Selain itu, dalam http://blogs.unpad.ac.id melansir definisi evaluasi formatif dari Tessmer yang menyatakan bahwa formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Maksud dari definisi tersebut, bahwa evaluasi formatif adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah pembelajaran yang dilakukan dengan bertahap dan digunakan meningkatkan efektifitas dan daya tarik dari sebuah pembelajaran. Dari sedikit gambaran definisi yang ada, maka dapat diketahui dengan jelas bahwa uji coba yang berupa evaluasi formatif adalah evaluasi yang yang dilaksanakan untuk memperbaiki suatu pembelajaran dan meningkatan proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif dan efesian. Sehingga evaluasi ini sangat diperlukan dalam suatu pengembangan desain pembelajaran. Seperti apa yang dikemukan Tessmer dalam definisi di atas, bahwa pengembangan suatu desain pembelajaran dilakukan dengan tahap tahap tertentu. Maka dari itu yang menjadi point utama dari pembahasan kali ini adalah tahap-tahap atau prosedur yang digunakan untuk menguji coba hasil desain pembelajaran yang akan diaplikasikan. Sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar, dan bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya makalah ini, diharapkan bisa membuka jalan pikiran kita dalam mengetahui dan memahami tahapan dalam uji coba hasil desain pembelajaran. 2. Pembahasan Tujuan dari evaluasi formatif adalah menemukan kelemahan-kelemahan dalam sebuah desain pembelajaran. Dan dengan adanya kekurangan itu nantinya bisa direvisi dan akhirnya bisa mendapatkan suatu bentuk pembelajaran yang efektif dan efesian. Untuk mengetahui kelemahankelemahan atau bahkan kelebihannya, diperlukan suatu tahapan atau prosedur yang bisa dipakai dalam pelaksanaannya. Ada beberapa model tahapan dalam evaluasi formatif yang dapat digunakan, menurut Atwi Suparman (1997: 211-217) dan Martin Tessmer (1996) dalam buku berjudul Planning and Conducting Formative Evaluation yang dilansir dalam http://www.teknologipendidikan.net menyebutkan sedikitnya ada empat bentuk evaluasi formatif, yaitu: Review Ahli (Experts Review), Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation), Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation), Uji Lapangan (Field Test). Sementara menurut Dick & Carey (2001: 286-295), model evaluasi formatif terdiri dari tiga bentuk sebagai berikut: Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation), Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation), Uji Lapangan (Field Evaluation). Hal tersebut juga didukung oleh Morrison, Ross & Kemp (2001: 275-276) yang menyebutkan bahwa model evaluasi formatif terdiri dari tiga bentuk sebagai berikut: Percobaan Satu-Satu (One-to-One Trials), Percobaan Kelompok Kecil (Small Group Trials), Percobaan Lapangan (Field Trials). Dari sedikit uraian di atas, memang ada sedikit perbedaan istilah. Namun pada dasarnya model atau bentuk tahapan uji coba adalah sama. Adapun uraian singkat dari tahap-tahap tersebut secara umum adalah sebagai berikut:

2.1 Review ahli Review ahli adalah proses di mana seorang atau beberapa ahli melakukan review terhadap bentuk media pembelajaran yang masih dalam rancangan, seperti yang masih berupa naskah atau storyboard. Diharapkan dengan adanya review ahli ini dapat memberi masukan yang dapat meningkatkan kualitas desain pembelajaran yang ingin dihasilkan. Selain itu, dalam tahap ini informasi didapatkan dengan kuesioner, wawancara ataupun dengan diskusi terbuka tentang kualitas desain pembelajaran. Informasi penting yang digali dalam review ahli ini tergantung dari pembelajaran apa yang akan direview. Namun demikian, beberapa hal sebagai berikut dapat dijadikan sebagai panduan. Menurut Tessmer (1996) yang lansir dalam http://www.teknologipendidikan.net, informasi itu yang berkaitan dengan materi (content) seperti; kelengkapan, akurasi, dan kedalaman materi. Kemudian informasi yang berkaitan dengan desain pembelajaran (instructional design), seperti kesesuaian dengan karakteristik siswa, kesesuaian antara tujuan-materi-evaluasi/test, ketepatan pemilihan media, dan kemenarikan bagi siswa. Informasi yang berkaitan dengan implementasi (implementation), seperti kemudahan penggunaan dan kesesuaian dengan lingkungan belajar sebenarnya. Dan yang terakhir adalah informasi kualitas teknis (technical quality), seperti kualitas audio, gambar, video, animasi, layout, warna, sound effect, dan grafis. Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang diuraikan Atwi Suparman (1997: 212). Selain informasi yang penting untuk digali, yang tidak kalah penting adalah pemilihan ahli (reviewer) yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada seperti kondisi waktu, biaya, dan tenaga. Menurut Atwi Suparman (1997: 212), tim ahli yang diundang untuk mereview terdiri dari ahli bidang studi, ahli pengembangan pembelajaran, dan ahli produksi media. Ahli-ahli ini mempunyai peranan tersendiri untuk setiap bagian. Ahli bidang studi fokus pada materi (content), ahli pengembangan pembelajaran dan ahli produksi media bisa fokus pada desain pembelajaran (instructional design), implementasi (implementation), dan kualitas teknis (technical quality). Dengan lebih detail, Tessmer (1996) dalam situs http://www.teknologipendidikan.net, mengelompokkan beberapa ahli yang dapat kita pilih sebagai reviewer kedalam beberapa kategori; Pertama, Subject Matter Expert (Ahli Materi), adalah orang yang telah memperoleh pengetahuan penuh tentang topik pembelajaran. Orang ahli tersebut misalnya profesor atau dosen yang mengampu disiplin ilmu terkait. Kedua, Teaching/Training Expert (Guru), adalah guru yang dapat memberikan bukti ekstra apakah materi dalam media pembelajaran yang akan dikembangkan telah sesuai dan dapat diimplementasikan. Mereka diminta untuk memberikan masukan tentang permasalahan yang mungkin dihadapi sebelum diberikan kepada siswa. Mereka juga dapat mengevaluasi kemungkinan kemudahan implementasinya ketika pembelajaran tersebut digunakan oleh guru. Ketiga, Instructional Disain Expert (Ahli Desain Pembelajaran), adalah ahli desain pembelajaran diperlukan untuk mereview aspek-aspek yang terkait dengan rancangan pembelajaran, meliputi kapasitas analisis tugas, kejelasan dan kelengkapan tujuan pembelajaran, serta kesesuaian strategi dan media yang digunakan. Keempat, Production Expert (Ahli Produksi), untuk memberikan review ketika media pembelajaran yang dikembangkan menggunakan tekhnologi yang tidak familiar bagi tim pengembang. Ahli ini mengetahui secara detail hal-hal yang berkaitan dengan aspek teknis dari media yang sedang dikembangkan.

Contoh ahli produksi adalah produser video, sutradara, programmer, ahli animasi, perekayasa perangkat lunak, dan termasuk disini adalah ahli media (media experts). Selain itu, juga ada Ahli Lain. Ahli lain ini bisa meliputi ahli hukum, ahli bahasa, dan ahli manajemen. Tentunya dalam pemilihan ahli-ahli lain ini disesuaikan dengan kebutuhan dari desain pembelajaran yang dikemangkan. 2.2 Evaluasi Satu-Satu Evaluasi satu-satu adalah evaluasi yang melibatkan seorang siswa untuk mereview hasil desain pembelajaran yang sedang dikembangkan dengan didampingi oleh seorang evaluator. Evaluator duduk bersama siswa ketika siswa menggunakan/mereview media pembelajaran, mengamati bagaimana siswa tersebut menggunakan media pembelajaran, mencatat komentar siswa, bertanya kepada siswa selama dan setelah penggunaan desain pembelajaran oleh siswa. Siswa juga diminta untuk menyelesaikan pre dan post test untuk mengukur efektifitas hasil belajar dengan menggunakan hasil pengembangan desain pembelajaran tersebut. Menurut Atwi Suparman (1997: 213-214), evaluasi yang dimaksudkan untuk mendapatkan komentar siswa ini digunakan untuk mengindentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang secara nyata terdapat dalam hasil desain pembelajaran. Kemudian dengan adanya hasil evaluasi ini langsung digunakan untuk merevisi hasil desain pembelajaran yang sedang dikembangkan. Morrison, Ross & Kemp (2001: 275-276) menambahkan, bahwa tahap ini bersifat try-out impression yang mana tujuannya adalah untuk memperoleh kejelasan informasi mengenai kesan dan pengaruh, serta kemungkinan yang terjadi dalam pembelajaran. Hal senada juga diungkapkan Dick & Carey (2001: 286). Kemungkinan kesalahan (error) yang terjadi adalah seperti tata bahasa yang lemah, salah pengejaan, salah tanda baca, petunjuk yang tidak jelas. Selain itu juga berfokus pada kriteria yang lebih instrinsik, seperti kesesuaian contoh, sistematika materi dan kemudahan penggunaan, kemenarikan, dan bahkan kepuasan siswa. Jumlah siswa yang dapat kita gunakan dalam evaluasi satu-satu tidak ada patokan. Dick & Carey (2001: 286) menyatakan bahwa dua atau tiga orang siswa cukup memadai. Begitu juga dengan uraian Atwi Suparman (1997: 213) yang menyatakan bahwa evaluasi ini dilakukan dengan dua atau tiga orang siswa secara individual. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dua atau tiga orang siswa dianggap cukup untuk memperoleh informasi revisi, dan evaluasi satu-satu ini, dilakukan secara bergantian. Pokok masalah yang perlu diperhatikan sebenarnya bukan terkait dengan jumlah siswa, tetapi karakteristik siswa seperti apa yang dapat kita pilih untuk evaluasi satu-satu ini. Menurut Atwi Suparman (1997: 213) dan Dick & Carey (2001: 286), siswa yang diambil bukan secara acak atau diambil yang paling pandai, tetapi siswa yang dapat mewakili ciri-ciri populasi sasaran. Pemilihan siswa itu diambil satu yang berkemampuan sedang (rata-rata), satu di atas sedang, dan satu lagi berkemampuan di bawah sedang. Selain itu, menurut Tessmer (1996) dalam http://www.teknologipendidikan.net, untuk memilih subyek dalam evaluasi satu-satu, ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan patokan, yaitu:

Pengetahuan siswa, meliputi seberapa jauh mereka dapat mengetahui tentang materi yang akan dipelajari. Hal ini dapat diperoleh dari hasil tes karakteristik atau kemampuan awal, pre tes atau penilaian guru. Kemampuan siswa, apakah siswa mempunyai kemampuan intelektual dan strategi belajar yang menunjukkan bahwa dirinya sebagai siswa yang dapat belajar cepat atau lambat. Informasi ini dapat diperoleh dari skor tes. Minat siswa, meliputi apakah mereka akan menunjukkan motivasi yang kuat untuk mempelajari dan mereview media pembelajaran yang sedang dikembangkan. Keterwakilan (Representativensess) siswa, seberapa banyak jumlah siswa dari populasi yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan motivasi. Kepribadian siswa, apakah cukup percaya diri dan terbuka untuk mengekspresikan kritiknya selama evaluasi.

2.3 Evaluasi Kelompok Kecil Evaluasi kelompok kecil adalah evaluasi yang dilakukan terhadap sekelompok siswa yang mengevaluasi pengembangan desain pembelajaran yang belum selesai. Evaluasi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk evaluasi formatif yang paling populer dan biasanya dilakukan setelah review ahli dan evaluasi satu-satu. Evaluasi ini bertujuan untuk menghasilkan saran revisi lebih lanjut. Menurut Morrison, Ross & Kemp (2001: 275-276), evaluasi ini digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari desain pembelajaran yang sedang dikembangkan untuk memperoleh hasil yang baik sebelum masuk pada tahap final. Sedangkan Dick & Carey (2001: 286) mengungkapkan bahwa evaluasi ini mengukur efektifitas desain pembelajaran setelah direvisi dari tahap pertama. Selain itu juga untuk identifikasi masalahmasalah pembelajaran yang yang kembali terjadi. Evaluasi kelompok kecil berbedakan dengan evaluasi satu-satu, walaupun keduanya menggunakan siswa sebagai sumber data utama. Berbeda dengan evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil berfokus pada data-data tentang performa siswa guna menegaskan revisi sebelumnya serta menghasilkan rekomendasi revisi yang baru sebelum uji lapangan. Dalam evaluasi kelompok kecil, guru memberikan pembelajaran sebagaimana mestinya kepada sekelompok kecil siswa. Pembelajaran diberikan dalam suatu lingkungan yang sama dimana pembelajaran tersebut akan digunakan dalam situasi nyatanya atau dalam kondisi yang sebenarnya. Dalam evaluasi kelompok kecil, evaluator akan mencatat bagaimana siswa dan instruktur melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan desain pembelajaran yang sedang dikembangkan. Alat-alat pengukuran yang bisa digunakan dalam evaluasi ini, menurut Atwi Suparman (1997: 215) dapat berupa dokumentasi hasil review tahap pertama dan kedua, test, wawancara, dan kuesioner. Morrison, Ross & Kemp (2001: 276) menambahkan dengan observasi, survey, ataupun checklist dan rating scale. Kemudian untuk fokus pertanyaan untuk evaluasi kelompok kecil secara umum menurut Tessmer (1996) dalam http://www.teknologipendidikan.net, meliputi aspek seperti:

Efektifitas dan efisiensi; seberapa besar siswa yang lulus post-test dibandingkan dengan pre-test? Dapatkah siswa menyelesaikan pembelajaran dengan waktu yang secara

rasional cukup efisien? Bagian mana saja yang memberikan potensi ketidak berhasilan siswa?, dan lain-lain. Aspek implementasi; dapatkah guru dan siswa menggunakannya dengan mudah?, Apakah ada potensi guru dan siswa tidak memanfaatkannya diwaktu yang akan datang? Hal-hal apa saja yang memungkinkan guru dan siswa tidak mau menggunakan atau sebaliknya? Dan lain-lain Aspek materi; memastikan apakah materi menarik, tidak terlalu dalam atau sebaliknya tidak terlalu rendah, dan lain-lain. Asek desain pembelajaran; apakah startegi atau pendekatan yang digunakan tidak menarik?, Unsur-unsur apa saja yang membuat guru dan atau siswa tidak tertarik atau sebaliknya?, dan lain-lain.

Terkait dengan jumlah siswa yang diperlukan dalam evaluasi ini, baik Atwi Suparman (1997: 214) dan Dick & Carey (2001: 291) setuju bahwa jumlah yang diperlukan hanya terdiri dari 8-20 orang. Jumlah ini juga termasuk untuk siswa yang ikut dalam tahap kedua, yaitu evaluasi satusatu. Sedangkan untuk karakteristik siswa sama dengan karakteristik yang ada pada evaluasi satu-satu. 2.4 Uji Lapangan Uji lapangan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap suatu media pembelajaran yang sudah selesai dikembangkan tapi masih membutuhkan atau memungkinkan untuk direvisi akhir. Uji lapangan yang merupakan tahap akhir dalam evaluasi formatif ini dilakukan dengan tujuan untuk mengindentifikasi kekurangan desain pembelajaran yang akan digunakan pada kondisi sebenarnya. Menurut Atwi Suparman (1997: 216), perbedaan yang mendasar dari uji lapangan ini dengan evaluasi sebelumnya adalah produk, lingkungan pelaksanaan, dan pelaksanaan uji coba dibuat semirip mungkin dengan keadaan pada populasi sasaran. Pernyataan tersebut juga sama dengan pendapat Morrison, Ross & Kemp (2001: 275). Tessmer (1996) dalam http://www.teknologipendidikan.net, menambahkan bahwa uji lapangan dapat dikatakan sebagai uji realitas (reality check), karena memang uji lapangan dilakukan diakhir menjelang suatu produk atau hasil desain pembelajaran disebarluaskan atau dipasarkan untuk digunakan oleh penggunanya. Istilah lain dari uji lapangan adalah beta test atau sering disebut jugafield trial. Jumlah siswa dalam uji coba ini menurut Atwi Suparman (1997: 216) sekitar 15-30 orang. Sedangkan menurut Dick & Carey (2001: 291) jumlahnya 30 orang, karena dengan jumlah ini akan representatif dengan target populasi dan materi yang diuji-cobakan. Adapun karakteristik siawa dan alat pengukurannya bisa disesuikan dengan yang digunakan dalam evaluasi kelompok kecil. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah informasi yang perlu digali dalam uji lapangan. Tentunya hal ini akan lebih banyak menekankan pada masalah implementasi. Menurut Tessmer (1996) dalam http://www.teknologipendidikan.net, ada beberapa fokus pertanyaan yang perlu dijadikan patokan dalam uji lapangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

Kemampuan untuk dapat dilaksanakan (Implementability); seperti dapatkah hasil desain pembelajaran tersebut digunakan sesuai dengan apa yang diharapkan?, Apakah penggunaanya memerlukan pelatihan khusus?, Apakah diperlukan perangkat pendukung

lain?, Kendala apa saja yang dihadapi pengguna dalam menggunakan hasil desain pembelajaran tersebut?. Kesinambungan (Sustainability); seperti faktor-faktor apa saja yang memungkinkan hasil desain pembelajaran tidak digunakan atau sebaliknya oleh pengguna (guru/siswa)?, Akankah materi (content) suatu ketika nanti akan kedaluarsa (out of date)?, Apakah hasil desain pembelajaran tersebut memungkinkan diadaptasi atau disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan oleh pengguna, khususnya guru?, Apakah teknologi pendukung, dalam periode waktu yang relatif pendek kedepan akan kedaluarsa?. Efektifitas; masalah efektifitas dan efisiensi masih penting dalam evaluasi formatif. Seperti apakah dengan hasil desain pembelajaran tersebut yang digunakan dalam situasi senyatanya dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik?, Apakah revisi yang telah dilakukan sebelumnya dapat meningkatkan pencapaian terhadap tujuan pembelajaran yang diharapkan?, Apakah siswa (peserta pelatihan) dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan setelah belajar dengan memanfaatkan hasil desain pembelajaran tersebut?. Kecocokan dengan lingkungan (appropriateness); seperti apakah hasil desain pembelajaran tersebut dapat digunakan dalam beberapa variasi lingkungan seperti di rumah, di dalam kelas, untuk belajar sendiri, untuk belajar klasikal, dan lain-lain?, Apakah faktor yang mendukung dan menghambat ketika digunakan dalam berbagai variasi lingkungan yang berbeda-beda tersebut?, Apakah hasil desain pembelajaran tersebut dapat digunakan dengan kondisi fasilitas yang paling minimal?. Penerimaan dan kemenarikan (acceptance & attractiveness); seperti pada bagian-bagian manakah yang membosankan atau sebaliknya?, Hal-hal apa saja yang menyebabkan hasil desain pembelajaran tersebut membosankan atau sebaliknya?, Apakah pengguna (guru, dan siswa) menunjukkan kepuasan terhadap hasil desain pembelajaran tersebut?, Apakah pengguna menyatakan bahwa hasil desain pembelajaran tersebut dapat memenuhi atau sesuai dengan kebutuhan mereka?.

3. Penutup Akhirnya, dapat diketahui bahwa dalam uji coba desain pembelajaran ada empat tahap. Seperti yang telah diuraikan di atas, ada Review Ahli (Experts Review), Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation), Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation), dan terakhir adalah Uji Lapangan (Field Test). Selain itu, dapat diketahui tujuan, syarat atau prosedur pelaksanaannya baik dari reviewer maupun siswa yang berkaitan dengan pelaksanaan tahap demi tahap evaluasi formaratif ini. Demikian yang dapat kami uraikan dalam makalah ini. Semoga dengan sedikit uraian singkat ini dapat membantu dalam menguji coba hasil desain pembelajaran yang ingin diaplikasikan dalam kelas. Semoga berhasil!. DAFTAR PUSTAKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. 2001. THE SYSTEMATIC DESIGN OF INTROCTION (FIFTH EDITION). New York: Longman

Suparman, Atwi. 1997. DESAIN INSTRUKSIONAL. Jakarta: PAU-PPAI DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Morrison, G.R., Ross, S.M., & Kemp, J.E. 2001. DESIGNING EFFECTIVE INSTRUCTION (Third Edition). New York: JOHN & SONS, INC Internet: Chaeruman, Uwes A. 2009. Evaluasi Formatif. http://fakultasluarkampus.net (diakses tanggal 05 Desember 2009 pukul 19:35) Tessmer, Martin. 1996. Planning and Conducting Formative Evaluation http://www.teknologipendidikan.net (diakses tanggal 05 Desenber 2009 pukul 19:33) Unpad. 2009. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. http://blogs.unpad.ac.id