uin syarif hidayatullah jakarta uji...

104
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA PADA MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS SKRIPSI DEISY INDAYANTI NIM. 1110102000080 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2014/1434 H

Upload: buikhanh

Post on 17-Sep-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA

PADA MINYAK BIJI JINTEN HITAM

(Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE

MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS

SKRIPSI

DEISY INDAYANTI

NIM. 1110102000080

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2014/1434 H

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

ii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA

PADA MINYAK BIJI JINTEN HITAM

(Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE

MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DEISY INDAYANTI

NIM. 1110102000080

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2014/1434 H

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Tanda Tangan :

Tanggal : September 2014

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

iv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe

Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

Disetujui oleh:

Mengetahui,

Kepala Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Drs. Umar Mansur, M.Sc.

Pembimbing I

Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt.

NIP. 197501042009122001

Pembimbing II

Ismiarni Komala, M. Sc., Ph.D. Apt.

NIP. 197806302006042001

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

v

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe

Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. ( )

Pembimbing II : Ismiarni Komala, M. Sc., Ph.D., Apt. ( )

Penguji I : Nelly Suryani, M.Si., Ph.D., Apt. ( )

Penguji II : Eka Putri, M.Si., Apt. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : September 2014

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Deisy Indayanti

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe

Minyak Dalam Air Menggunakan GCMS

Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

hal dasar yang perlu diperhatikan. Suatu sediaan obat yang diformulasi harus

cukup stabil ketika penyimpanan, yaitu obat tidak berubah menjadi tidak memiliki

efek atau menjadi racun/toksik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas

emulsi berdasarkan sifat fisik dan kimia emulsi melalui perubahan komponen

penyusun minyak atsiri yang terkandung di dalam emulsi minyak biji jinten hitam

(MBJH) dengan emulgator tragakan 1,5%. Sifat fisik meliputi pengamatan

organoleptis, pengukuran nilai pH, viskositas, diameter rata-rata globul, dan uji

sentrifugasi. Sifat kimia meliputi perubahan komponen penyusun minyak atsiri

emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari pada suhu ruang

(25oC). Sifat kimia diuji menggunakan GCMS. Hasil pengujian sifat fisik

menunjukkan bahwa pada formulasi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan

emulsi tetap berwarna krem kekuningan, bau khas minyak, dan tidak terjadi

pemisahan, mengalami penurunan nilai pH sebesar 0,6, penurunan viskositas

sebesar 125 cps, kenaikan ukuran diameter rata-rata globul emulsi sebesar 10,72

µm, dan terjadi pemisahan setelah dilakukan uji sentrifugasi. Hasil pengujian

komponen penyusun minyak atsiri emulsi MBJH sebelum dan setelah

penyimpanan menunjukkan bahwa terjadi penurunan persen area pada

thymoquinone sebesar 40,40%, 4-terpineol sebesar 4,7%, carvone sebesar 0,52%,

terbentuk senyawa baru p-cymene, γ-terpinene, dan α-terpinene, adanya senyawa

yang hilang yaitu limonene dan citronella, dan senyawa yang persen areanya tetap

pada senyawa isopulegol. Thymoquinone tidak stabil dalam formulasi emulsi

MBJH dengan emulgator tragakan 1,5%. Dari penelitian ini diketahui bahwa telah

terjadi perubahan komposisi kimia pada emulsi MBJH selama penyimpanan 21

hari.

Kata kunci: Stabilitas, MBJH, minyak atsiri, emulsi, dan thymoquinone

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Deisy Indayanti

Program Study : Pharmacy

Title : Physical Stability Assessment and Chemical Components In

Black Cumin Seed Oil (Nigella sativa L.) Emulsion O/W

Using GCMS

Decomposition and stability drug is one of the basic things that need to be

considered. A formulary drug dosage should be stable when the storage, the drug

does not turn into a substance has no effect or even into substances that are toxic.

This study aims to This study aims to test the stability of emulsion based on

physical and chemical properties through changed in the composition of volatile

oil contained in the black cumin seed oil emulsion (MBJH) with 1.5% tragacanth

as an emulsifier. Physical properties include organoleptic, measurement of pH

value, viscosity, average diameter of globules, and centrifugation test. Chemical

properties include changed in the composition of volatile oil emulsion MBJH

before and after storage for 21 days at room temperature (25oC). Chemical

properties were tested using GCMS. The test results showed that the physical

properties of the formulation before and after storage MBJH emulsion still creamy

yellowish, aromatic smell of oil, and there is no separation, decreased pH value by

0,6, decreased viscosity by 125 cps, increased in the average diameter of globules

emulsion by 10.72 µm, and there was separation after centrifugation test. Results

of testing components volatile oil emulsion MBJH before and after storage

showed that a decreased percent area thymoquinone by 40.40%, 4-terpineol by

4.7%, carvone by 0.52%, new compounds are formed p-cymene, γ -terpinene, and

α-terpinene, missing the presence of compounds limonene and citronella, and

compounds that percent area fixed on isopulegol compounds. Thymoquinone

unstable in formulation MBJH emulsion with 1.5% tragacanth emulsifier.

Furthermore, the results of this study confirmed that there is a change in the

chemical composition of the MBJH emulsion during 21 days of storage.

Keywords: Stability, MBJH, minyak atsiri, emulsion, and thymoquinine

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi berjudul “Uji Stabilitas

Fisik Dan Komponen Kimia Pada Minyak Biji Jinten Hitam

(Nigella Sativa L.) Dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak Dalam Air

Menggunakan GCMS” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi

Farmasi. Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta para pengikut di jalan yang

diridhoi-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini

tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. dan Ibu Ismiarni Komala, M. Sc., Ph.D.,

Apt. selaku pembimbing saya, yang dengan sabar memberikan bimbingan,

masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kedua orang tua tercinta Ibu Oktariyah dan Bapak Muhammad Sukri yang

senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil,

serta doa tanpa henti yang menyertai setiap langkah penulis.

4. Eyang akung tercinta Bapak Drs. Soewito, MM. yang senantiasa memberikan

kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil, serta doa tanpa henti

yang menyertai setiap langkah penulis.

5. Putra Nugroho yang selalu ada untuk memberikan semangat dan nasihat

tanpa henti dalam suka dan duka sejak awal penelitian hingga akhir

penyelesian skripsi ini.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga

penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Teman seperjuangan penelitian penulis Hanny Narulita dan Liana Puspita

Cahyaningrum atas kebersamaan, bantuan serta motivasinya sejak awal

penelitian hingga akhir penyelesian skripsi ini.

8. Temanku Iklis, Khalida, dan Farah yang telah memberi dukungan, motivasi,

serta masukan kepada penulis selama pengerjaan skripsi dan selama di

bangku perkuliahan.

9. Teman-teman Farmasi 2010 “Andalusia” atas persaudaraan dan kebersamaan

yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis baik selama pengerjaan

skripsi ini maupun selama di bangku perkuliahan.

10. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Rahmadi, Kak Eris,

Kak Liken, Kak Tiwi, dan Kak Lisna, dan Kak Rani yang dengan sabar

membantu penulis mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan, dan dukungan yang diberikan. Akhir kata dengan segala kerendahan hati,

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan

banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal’alamin.

Jakarta, September 2014

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

x

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Deisy Indayanti

NIM : 1110102000080

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul :

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA PADA MINYAK BIJI

JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) DALAM BENTUK EMULSI TIPE

MINYAK DALAM AIR MENGGUNAKAN GCMS

untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : September 2014

Yang menyatakan,

(Deisy Indayanti)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING .................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ...................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Perumusan Masalah ...................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

2.1 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) .................................. 4

2.1.1 Morfologi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ............. 4

2.1.2 Bagian Tanaman yang Digunakan ........................................... 5

2.1.3 Kandungan Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ......... 5

2.1.4 Aktivitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam ................... 6

2.2 Minyak atsiri ............................................................................... 7

2.3 Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat ................................. 8

2.3.1 Reaksi Hidrolisis .................................................................... 9

2.3.2 Reaksi Oksidasi ...................................................................... 9

2.3.3 Reaksi Isomerisasi .................................................................. 10

2.4 Emulsi ........................................................................................... 10

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.1 Pengertian Emulsi .................................................................... 10

2.4.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi .............................................. 11

2.4.3 Komponen Pembentuk Emulsi ................................................ 11

2.4.4 Evaluasi Sediaan Emulsi .......................................................... 15

2.4.5 Stabilitas Sediaan Emulsi ......................................................... 15

2.5 Demulsifikasi .................................................................................. 17

2.5.1 Pengertian Demulsifikasi ......................................................... 17

2.5.2 Metode Demulsifikasi .............................................................. 17

2.6 Ekstraksi Cair-cair ....................................................................... 19

2.7 Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS) .................... 20

2.7.1 Kromatografi Gas ..................................................................... 20

2.7.2 Spektroskopi Massa ................................................................. 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 21

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................. 21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 21

3.3 Prosedur Penelitian ....................................................................... 21

3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH) ............ 21

3.3.2 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH) .......... 22

3.3.2 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan ............................................................................ 23

3.3.3 Analisis Komponen Kimia Emulsi MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan .............................................................. 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 26

4.1 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH ................................................. 26

4.1.1 Formula Emulsi MBJH .......................................................... 26

4.1.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer .... 26

4.1.3 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH Dengan Kondisi Optimasi .. 27

4.2 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan ................................................................................ 27

4.2.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan ............................................................. 27

4.2.2 Hasil Pengukuran Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ........................................ 28

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.3 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ..................................... 29

4.2.4 Hasil Pengukuran Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi

MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ......................... 30

4.2.5 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH .................................... 32

4.3 Hasil Analisis Komponen Kimia MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan............................................................................... 33

4.3.1 Hasil Kondisi Optimasi GCMS MBJH .................................. 33

4.3.2 Hasil Analisis Stabilitas Komponen Kimia MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan ...................................................... 33

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 44

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 44

5.2 Saran ............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45

LAMPIRAN .................................................................................................... 51

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kerangka Penelitian .............................................................. 51

Lampiran 2 Perhitungan Penimbangan Bahan ......................................... 52

Lampiran 3 Perhitungan Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ................................ 54

Lampiran 4 Perhitungan Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ...................................... 64

Lampiran 5 Perhitungan Konsentrasi Minyak Hasil Ekstraksi

Emulsi MBJH ........................................................................ 69

Lampiran 6 Hasil Kromatogram GCMS MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan ..................................................... 70

Lampiran 7 Dokumentasi Alat, Bahan, dan Kegiatan Penelitian ............. 82

Lampiran 8 Sertifikat Analisis Minyak Biji Jinten Hitam ........................ 83

Lampiran 9 Sertifikat Analisis Tragakan.................................................. 86

Lampiran 10 Sertifikat Analisis Natrium Benzoat ..................................... 87

Lampiran 11 Sertifikat Analisis Sukrosa .................................................... 88

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) .................. 4

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ........................................... 29

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai VIskositas Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ........................................... 30

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Diameter Rata-rata Globul

Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ................... 31

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak

Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan ................... 34

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Kandungan Kimia MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan .......................................................... 37

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Kandungan Kimia Emulsi MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan .......................................................... 37

Gambar 4.7 Reaksi Isomerisasi Limonene ................................................... 41

Gambar 4.8 Reaksi Hidrolisis Limonene Menjadi α-terpineol ..................... 41

Gambar 4.9 Reaksi Isomerisasi Carvone Menjadi Carvacrol ....................... 42

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

xvi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.) .................................................................... 5

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Statis Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.) .................................................................... 6

Tabel 2.3 Jenis-jenis Zat Pengemulsi dan Penstabil Untuk

Sistem Farmasi ........................................................................ 13

Tabel 3.1 Komposisi Emulsi MBJH ........................................................ 22

Tabel 4.1 Formula Emulsi MBJH ............................................................ 26

Tabel 4.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer ...... 26

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH ....................... 28

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ......................................... 28

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ........................................ ̀ 29

Tabel 4.6 Hasil Pengukuraan Diameter Rata-rata Globul

Emulsi MBJH ........................................................................... 31

Tabel 4.7 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH ....................................... 32

Tabel 4.8 Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan ........................................................ 34

Tabel 4.9 Kandungan Kimia Senyawa Antioksidan Di dalam MBJH ..... 37

Tabel 4.10 Perubahan Komponen Kimia Minyak Atsiri MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan ........................................................ 38

Tabel 4.11 Perubahan Komponen Kimia Minyak Atsiri Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan ......................................... 38

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jinten hitam merupakan tanaman herbal berbunga tahunan yang

banyak ditanam di negara Mediterania, Timur Tengah, Eropa Timur, dan

Asia Barat. Di Timur Tengah, Afrika Utara, dan India biji jinten hitam

telah lama digunakan secara tradisional selama berabad-abad untuk

pengobatan asma, batuk, bronkitis, sakit kepala, rematik, demam,

influenza dan eksim serta sebagai antihistamin, antidiabetes, antiinflamasi,

antioksidan, dan meningkatkan sistem imun (Burits and Bucar, 2000;

Padmaa, 2010).

Minyak biji jinten hitam yang berada di pasaran pada umumnya

berupa sediaan minyak yang dikemas dalam botol, dalam bentuk soft

kapsul, dan dalam bentuk serbuk yang dicampur dengan minyak zaitun,

sari kurma, serta madu. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan

formulasi minyak biji jinten hitam yang dikombinasi dengan olive oil

dalam bentuk sediaan mukoadhesif untuk pengobatan infeksi pada vagina,

dan juga formulasi dalam bentuk solid lipid nanopartikel untuk kulit

sebagai kosmetik (Sree Harsha, et al., 2011; Nagi, et al., 2010).

Formulasi emulsi dari berbagai jenis bahan alami telah dibuat dan

digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Ada berbagai

bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan nilai gizi maupun sifat

fisikokimia dari sediaan yang dibuat. Bahan tambahan ini terkadang

mengalami degradasi secara perlahan dan bahkan bisa sampai

menghilangkan aktivitasnya karena mengalami oksidasi, bereaksi dengan

komponen yang ada dalam sistem sehingga dapat membatasi

bioavailibilitas, atau mengubah warna dan rasa produk, dimana hal ini

akan mempengaruhi keamanan dan efektivitas dari sediaan yang dibuat

(Achouri, Zamani, and Boye, 2012).

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berbagai kondisi lingkungan, seperti cahaya, suhu, kelembaban,

dan siklus freeze/thaw, secara signifikan dapat mempengaruhi stabilitas

kimia dari zat aktif selama penyimpanan dan distribusi

(Lopez, et al., 2012). Ketidakstabilan secara kimia dapat dilihat

berdasarkan adanya degradasi zat aktif, perubahan pH, perubahan ukuran

globul, dan penurunan viskositas (Ali, et al., 2013).

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji stabilitas komponen

senyawa pada minyak biji jinten hitam ketika diformulasi menjadi emulsi

berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia emulsi melalui perubahan

komponen penyusun minyak atsiri yang terkandung di dalamnya.

Kestabilan ini merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas dari

suatu produk obat (Lopez, et al., 2012).

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian uji stabilitas fisik dan komponen senyawa pada

minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dalam bentuk emulsi tipe

minyak dalam air menggunakan GCMS ini masalah dibatasi pada

evaluasi stabilitas fisik dan komponen senyawa pada minyak biji jinten

hitam setelah diformulasi menjadi emulsi sebelum dan setelah

penyimpanan pada suhu ruang (25oC).

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana stabilitas fisik emulsi minyak biji jinten hitam tipe minyak

dalam air dengan emulgator tragakan 1,5% selama penyimpanan 21

hari?

2. Bagaimana stabilitas kimia komponen penyusun minyak atsiri biji

jinten hitam dalam formulasi emulsi tipe minyak dalam air dengan

emulgator tragakan 1,5% dalam penyimpanan selama 21 hari?

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji stabilitas fisik emulsi minyak biji jinten hitam tipe

minyak dalam air dengan emulgator tragakan 1,5% selama

penyimpanan 21 hari.

2. Untuk menguji stabilitas kimia komponen penyusun minyak atsiri biji

jinten hitam dalam formulasi emulsi tipe minyak dalam air dengan

emulgator tragakan 1,5 % dalam penyimpanan selama 21 hari.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui stabilitas

senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak biji jinten hitam sebelum

dan setelah penyimpanan pada suhu ruang (25oC) selama 21 hari.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

2.1.1 Morfologi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Berdasarkan Materia Medika Jilid III, 1979 jinten hitam

merupakan jenis tanaman terna setahun berbatang tegak. Memiliki batang

berusuk dan berbulu tegak, rapat atau jarang-jarang dengan disertai adanya

bulu-bulu berkelenjar. Bentuk daun lanset, berbentuk garis dengan panjang

1,5-2 cm. Ujung runcing dan memiliki 3 tulang daun berbulu. Memiliki

daun tunggal atau majemuk yang posisinya tersebar atau berhadapan.

Daun pembalut bunga kecil. Tanaman jinten hitam ini memiliki jumlah

kelopak bunga 5 dengan bentuk bundar telur yang ujungnya agak

meruncing sampai agak tumpul. Pangkal mengecil membentuk sudut yang

pendek dan besar. Memiliki bulu pada mahkota bunga yang jarang dan

pendek dengan jumlah mahkota bunga pada umumnya 8 dan bentuk agak

memanjang namun lebih kecil dari kelopak bunga. Bibir bunga 2, bibir

bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk benang dan bibir

bagian bawah memiliki ujung tumpul. Benang sari banyak dan gundul,

kepala sari jorong, berwarna kuning, dan sedikit tajam. Memiliki buah

dengan bentuk bulat telur atau agak bulat. Biji jorong bersudut 3 tidak

beraturan yang sedikit membentuk kerucut, panjang 3 mm, berkelenjar,

dan berwarna hitam.

Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

[Sumber: Rajshekar, et al., 2011, telah diolah kembali]

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Bagian Tanaman yang Digunakan

Biji jinten hitam telah banyak digunakan untuk pengobatan dan

dalam makanan, terutama di negara-negara islam. Selain itu minyak biji

jinten hitam ini juga banyak mengandung nutrisi yang baik untuk

kesehatan. Komposisi dari minyak biji jinten hitam berbeda-beda pada

setiap wilayah, bergantung pada lokasi tumbuhnya (Gharby, et al., 2013).

2.1.3 Kandungan Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Berdasarkan historisnya, investigasi senyawa kimia pada biji

Nigella sativa L. pertama kali dimulai pada tahun 1880 dengan kandungan

minyak 37% dan abu 4,1% (El-Din, et al., 2006). Pada minyak biji jinten

hitam mengandung minyak statis dan minyak atsiri. Komposisi senyawa

kimia minyak atsiri dan minyak statis biji jinten hitam secara umum dapat

diliihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.)

Senyawa Kandungan (%) Senyawa Kandungan (%)

α- thujene 2,4 Fenchone 1,1

α- pinene 1,2 Dihydrocarvone 0,3

Sabinene 1,4 Carvone 4,0

β- pinene 1,3 Thymoquinone 0,6

Myrcene 0,4 Terpinen-4-ol 0,7

α- phellandrene 0,6 p-cymene-8-ol 0,4

p-cymene 14,8 carvacrol 1,6

Limonene 4,3 α- longipinene 0,3

γ- terpinene 0,5 Longifolene 0,7

[Sumber: Nickavar, et al., 2003, dengan pengolahan kembali]

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Statis Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.)

Senyawa Kandungan (%)

Asam linoleat 55,6

Asam oleat 23,4

Asam palmitat 12,5

Asam linolenat 0,4

Asam stearat 3,4

Asam laurat 0,6

Asam miristat 0,5

Asam eicosadienoat 3,1

Total asam lemak 99,5

[Sumber: Nickavar, et al., 2003, dengan pengolahan kembali]

2.1.4 Aktivitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam

a. Antibakteri

Minyak atsiri biji jinten hitam memiliki banyak aktivitas

farmakologi, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Bessedik dan Allem, 2013 menggunakan

sampel yang berasal dari rumah sakit di Ibukota Aljazair, melalui

medium agar pada cawan petri yang diberi minyak biji jinten hitam

pada konsentrasi minimal penghambatan dengan berbagai pengenceran

dan beberapa bakteri patogen seperti Escherechia coli, Enterococcus

faecalis, Salmonella typhi, Proteus mirabilis, Pseudomonas

aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumonia. Pada

konsentrasi 0,4% aktivitas penghambatan terjadi pada E. coli, S.

Aureus, dan P. mirabilis. Untuk E. faecalis SV, S. thermophilus, dan P.

aeruginosa, aktivitas penghambatan terjadi pada konsentrasi 2%. Dari

penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa minyak biji jinten hitam

ini memiliki aktivitas antibakteri spectrum luas berdasarkan efek

antibakteri yang didapatkan pada rantai bakteri patogen yang diujikan.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Antioksidan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhamma Raza, et al.,

2006 senyawa thymoquinone yang terdapat dalam minyak atsiri biji

jinten hitam dalam bentuk minuman untuk pencegahan yang diberikan

selama 5 hari (8 mg/kg/day p.o.) terbukti dapat melindungi mencit dari

hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl4. Efek hepatoprotektif dari

TQ terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl4 ditunjukkan

oleh pencegahan yang signifikan untuk peningkatan serum ALT, AST

dan LDH yang terkait dengan penghambatan yang signifikan dalam

produksi peroksida oleh lipid di hati.

c. Antikanker

Pada jurnal Hassan, et al., 2008, telah dilakukan penelitian efek

thymoquinone sebagai antikanker pada sel karsinoma hepatoseluler

(HepG2). Studi ini dilakukan dengan memberikan pengobatan pada sel

karsinoma hepatoseluler (HepG2) dengan TQ konsentrasi bertingkat

(25-400 µM) selama 12-24 jam. Kemudian kelangsungan hidup dan

proliferasi dari sel uji dimonitor. Hasil dari studi ini dapat dilihat

berdasarkan data yang menunjukkan bahwa pengobatan sel dengan

konsentrasi < 200 µM menghasilkan penghambatan yang signifikan

dari kelangsungan hidup sel pada 12-24 jam dibandingkan dengan

kontrol.

2.2 Minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan kelompok besar minyak nabati yang

berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga

memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap

karena titik uapnya rendah. Minyak atsiri memiliki bagian utama berupa

senyawa terpenoid yang merupakan penyebab wangi, harum, atau bau

yang khas pada banyak tumbuhan. Semua terpenoid berasal dari molekul

isoprena CH2=C(CH3)–CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini. Terpenoid terdiri atas

beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu

monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap (C10 dan C15),

diterpena yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang tidak

menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid

(C40). Golongan senyawa lainnya mungkin terdapat bersama-sama dengan

terpena di dalam minyak atsiri seperti fenilpropanoid, dll

(harborne, 1987).

Secara kimia, terpena minyak atsiri terdiri dari dua golongan yaitu

monoterpena dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C10 dan C15 dengan

masing-masing memiliki titik didih yang berbeda, yaitu monoterpena 140-

180o C dan seskuiterpena > 200oC (harborne, 1987).

Berdasarkan struktur kimianya, senyawa monoterpena terdiri dari

tiga golongan, yaitu asiklik (misalnya geraniol), monosiklik (misalnya

limonene), atau bisiklik (misalnya α- dan β- pinene). Dalam setiap

golongan, monoterpena dapat berupa hidrokarbon tak jenuh (misalnya

limonene) atau dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa alkohol

(misalnya mentol), aldehida, atau keton (misalnya menton, carvone)

(harborne, 1987).

2.3 Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat

Kebanyakan penguraian bahan farmasi dapat digolongkan sebagai

hidrolisis atau oksidasi. Kebanyakan obat mengandung lebih dari satu

gugus fungsional, dan obat ini mungkin bisa terhidrolisis dan teroksidasi

bersama-sama. Reaksi lain seperti isomerisasi, epimerasi, dan fotolisis

juga dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam berbagai produk cairan,

padatan, dan semisolid (Martin, et al., 1993).

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.1 Reaksi Hidrolisis

Obat dengan gugus fungsi seperti eter, amine, keton, ester, amida,

lakton atau laktam secara umum dapat mengalami degradasi yang

disebabkan hidrolisis. Air memiliki peran penting dalam terjadinya reaksi

hidrolisis. Hal ini disebabkan karena air berperan sebagai media terjadinya

interaksi (Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007).

Reaksi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau

reaksi ion-ion garam dengan air. Garam-garam yang berasal dari asam

lemah atau basa lemah atau keduanya akan terurai dalam air membentuk

asam bebas dan basa bebas. Reaksi salah satu atau kedua ion larutan

garam dengan air menyebabkan perubahan konsentrasi ion H+ maupun ion

OH- dalam larutan. Akibatnya, larutan garam dapat bersifat asam, basa,

maupun netral. Dalam penguraian garam dapat terjadi beberapa

kemungkinan: (Hardjono, 2005)

1. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga

menyebabkan [H+] dalam air bertambah mengakibatkan [H+] > [OH-]

dan larutan bersifat asam.

2. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion OH-, sehingga

menyebabkan [H+] < [OH-] dan larutan bersifat basa.

3. Ion garam tidak dengan air sehingga [H+] dalam air akan tetap sama

dengan [OH-] dan air akan tetap netral (pH=7).

Contoh:

HCl + NH4OH NH4+ + Cl- + H2O

2.3.2 Reaksi Oksidasi

Reaksi dekomposisi pada larutan obat yang umum terjadi pada

senyawa selain hidrolisis adalah oksidasi. Reduksi merupakan

penambahan elektron pada molekul dan oksidasi merupakan pelepasan

elektron dari molekul. Dalam kimia organik, oksidasi sering dianggap

sinonim dengan lepasnya hidrogen (dehidrogenasi). Bila suatu reaksi

melibatkan molekul oksigen biasanya disebut autooksidasi karena

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

biasanya terjadi secara spontan dalam keadaan normal. Oksidasi sering

melibatkan radikal bebas dan yang diikuti reaksi-reaksi berantai. Radikal

bebas adalah molekul/atom yang mengandung satu atau lebih elektron

tidak berpasangan seperti R, hidroksil bebas OH, dan molekul oksigen O-

O. Radikal ini cenderung untuk menarik elektron dari zat lain sehingga

terjadi oksidasi. Dalam kebanyakan reaksi oksidasi, laju reaksi berbanding

lurus dengan konsentrasi dari molekul pengoksidasi tetapi mungkin tidak

bergantung pada konsentrasi oksigen. Reaksi ini biasanya dikatalisis oleh

oksigen, logam berat, dan peroksida organik. Obat dengan gugus fungsi

aldehid, alkohol, fenol, alkaloid, atau yang mengandung minyak dan

lemak tak jenuh mudah mengalami reaksi oksidasi ini

(Martin, et al., 1993; Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007).

2.3.3 Reaksi Isomerisasi

Reaksi isomerisasi merupakan proses kimia dari suatu senyawa

yang berubah menjadi bentuk senyawa isomer lainnya namun tetap

memiliki komposisi kimia yang sama dengan senyawa asalnya hanya

memiliki perbedaan pada struktur atau konfigurasi sehingga memiliki sifat

fisika dan kimia yang berbeda juga dengan senyawa asalnya. Senyawa

isomer yang terbentuk ini mungkin juga memiliki sifat farmakologi atau

toksikologi yang berbeda (Fathima, et al., 2011).

2.4 Emulsi

2.4.1 Pengertian Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang

merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa,

sistem ini disebut emulsi minyak dalam air (o/w). Sebaliknya, jika air atau

larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti

minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam

minyak (w/o) (FI IV). Sistem emulsi berkisar dari cairan (lotio) yang

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki viskositas relatif rendah sampai salep atau krim, yang merupakan

semisolid. Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari

0,1-50 µm (James, 2007).

Pada dasarnya suatu sistem emulsi tidak stabil karena masing-

masing partikel memiliki kecenderungan untuk bergabung dengan partikel

sesama lainnya. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu

fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi yaitu zat pengemulsi

(emulsifying agent) (Ansel, 1989). Bahan pengemulsi umumnya dibedakan

menjadi tiga golongan besar, yaitu surfaktan, hidrokoloid, dan zat padat

terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan

stabilitas shelf-life yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginkan, dan

biaya zat pengemulsi (Lachman, et al., 1994).

2.4.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi

Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam

air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut memiliki

rasa yang lebih enak walaupun sebenarnya minyak yang diberikan tidak

enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada

pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke

lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat

mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih

mudah diabsorpsi (Ansel, 1989).

2.4.3 Komponen Pembentuk Emulsi

Komponen pembentuk emulsi secara umum yaitu:

a. Fase Minyak

Secara umum fase minyak dari emulsi merupakan suatu zat

aktif yang memiliki aktivitas farmakologi. Parafin cair, minyak castor,

minyak ikan, minyak wijen merupakan contoh minyak yang biasa

diformulasi menjadi emulsi untuk sediaan oral. Minyak biji kapas,

minyak kacang kedelai, dan minyak safflower biasa digunakan sebagai

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

emulsi untuk penggunaan infus. Minyak turpentine dan benzyl

benzoate biasa diformulasi emulsi untuk penggunaan eksternal

(Aulton and Taylor, 2001).

b. Fase Air

Fase air atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan emulsi

adalah aquademineralisata. Aqua demineralisata ini diperoleh dengan

cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau cara lain yang

sesuai. Air yang digunakan harus bebas mineral, partikel, dan mikroba

(Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).

c. Emulsifying Agent (Emulgator)

Dalam membentuk emulsi yang stabil bahan pembentuk emulsi

ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan antara fase

minyak dan air atau merusak lapisan yang mengelilingi globul emulsi

(Silva, et al., 2011).

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tragakan. Tragakan 1,5% dipilih karena merupakan emulgator

alam dan berdasarkan penelitian sebelumnya dihasilkan emulsi dengan

viskositas yang paling baik (Warda, 2013). Tragakan tidak larut dalam

air, etanol 95%, dan pelarut organik lain. Meskipun tidak larut dalam

air namun tragakan dapat mengembang 10 atau 20 kali dari beratnya

baik di dalam air panas ataupun air dingin

(Rowey, Sheskey dan Owen, 2006; Anief, 2006). Data praformulasi

dari tragakan yaitu: (HOPE, 6th Edition)

Sinonim : gum tragacanth, tragacantha

Organoleptis : serbuk, berwarna putih hingga

kekuningan, tidak berbau, membantuk

lapisan transparan

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, ethanol

(95%), dan pelarut organik lain. Bisa

mengembang dengan cepat dengan

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sepuluh kali beratnya dalam air baik air

panas atau dingin

Keasaman-kebasaan : pH 5-6 pada larutan terdispersi 1% w/v

Nilai keasaman : 2-5

Kandungan air : < 15% w/w

Manfaat penggunaan : agen pensuspensi, agen peningkat

viskositas

Stabilitas dan penyimpanan : stabil pada pH 4-8 dan pada wadah

tertutup rapat dengan kondisi sejuk dan

kering

Inkompatibilitas : menurunkan efek sebagai pengawet pada

benzalkonium klorida, klorbutanol, dan

methylparaben

Selain tragakan, zat pengemulsi dan penstabil untuk sistem

farmasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jenis-jenis Zat Pengemulsi dan Penstabil Untuk Sistem Farmasi

[sumber: Ansel, 1989]

d. Pengawet

Pengawet yang digunakan disini adalah Na benzoat dengan

konsentrasi 0,1%. Na benzoat dipilih sebagai pengawet karena

kompatibel dengan tragakan. Na benzoat larut dalam etanol 95%

(1:75), etanol 90% (1:50), dan air (pada suhu 20o 1:1,8 dan pada suhu

100o 1:1,4). Na benzoat memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik dan

anti jamur yang optimal pada pH 2-5 serta pada kondisi basa hampir

1. Bahan-bahan karbohidrat Akasia (gom), tragakan, agar, kondrus

2. Zat-zat protein Gelatin, kuning telur, dan kasein

3. Alkohol dengan bobot molekul

tinggi

Stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril

monostearat

4. Zat-zat pembasah, yang bisa bersifat

kationik, anionik, dan nonionik.

Kationik: benzalkonium klorida

Nonionik: ester-ester sorbitan dan turunan

polietilen

5. Zat padat yang terbagi halus

Tanah liat koloid termasuk bentonit,

magnesium hidroksida, dan aluminium

hidroksida

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak memiliki efek (Rowey, Sheskey and Owen, 2006). Data

praformulasi dari natrium benzoat yaitu:

Sinonim : sodium benzoic acid, benzoic acid

sodium salt

Organoleptis : berupa serbuk, granul, atau kristal yang

sedikit higroskopis, berwarna putih,

tidak berbau

Kelarutan : ethanol 95% (1 in 75), ethanol 90%

(1 in 50), air (1 in 1,8; 1 in 1,4 at

100oC)

Keasaman-kebasaan : pH 8

Densitas : 1,497-1,527 g/cm3 at 24oC

Manfaat penggunaan : pengawet, lubrikan tablet dan kapsul

Stabilitas dan penyimpanan : penyimpanan pada wadah tertutup rapat

dengan kondisi sejuk dan kering

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa

kuartener, gelatin, garam Fe, garam

kalsium, logam berat seperti merkuri,

perak

e. Pemanis

Pemanis yang digunakan yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan

pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan oral.

Sukrosa disini berfungsi untuk menutupi rasa dari sediaan yang kurang

enak. Konsentrasi sukrosa sebagai pemanis pada sediaan oral yaitu 50-

67%. Sukrosa praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol

(1:400), etanol 95% (1:170), propan-2-ol (1:400), dan air (pada suhu

20oC 1:0,5 dan pada suhu 100oC 1:0,2)

(Rowey, Sheskey and Owen, 2006).

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.4 Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan

dari suatu sediaan emulsi dalam jangka waktu penyimpanan tertentu.

Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan melalui pengamatan organoleptis

(bau, warna), pengamatan secara fisik (viskositas, diameter globul rata-

rata, pH, dan volume creaming), serta pengamatan secara kimia (degradasi

zat aktif) (Martin, et al., 1993; Ansel, 1989; Lachman, et al., 1994).

2.4.5 Stabilitas Sediaan Emulsi

Stabilitas merupakan suatu kemampuan produk obat atau kosmetik

agar dapat mempertahankan spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

kualitas, dan kemurnian produk (Djajadisastra, 2004). Kestabilan dari

emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak

adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau, warna, dan sifat-sifat

fisik lainnya yang baik (Martin, et al., 1993).

Beberapa fenomena yang menjadi parameter dalam menentukan

ketidakstabilan fisik dalam emulsi yaitu:

a. Creaming

Creaming merupakan peristiwa pembentukan agregat dari bulatan

fase dalam yang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk naik

ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada

partikel-partikelnya sendiri (Martin, et al., 1993).

b. Koalesen

Koalesen merupakan proses penipisan atau terganggunya lapisan

film antardroplet sehingga menyebabkan adanya fusi dari dua atau

lebih droplet yang ukurannya menjadi lebih besar dari ukuran semula

(Wiley, et al., 2013).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Cracking

Kerusakan yang paling besar dari emulsi adalah cracking. Pada

fenomena ini emulsi terpisah menjadi dua fase yaitu fase minyak dan

fase air dan tidak dapat bercampur meskipun dilakukan pengocokan

(Ansel, 1989).

Selain uji stabilitas fisik, ada juga uji stabilitas kimia pada emulsi.

Uji stabilitas kimia pada emulsi salah satunya adalah dengan cara

menganalisis perolehan kembali zat aktif yang terkandung dalam emulsi.

Stabilitas kimia dari molekul sediaan merupakan hal yang sangat penting

karena berhubungan dengan efek dan keamanan dari suatu produk obat.

Pedoman dari FDA dan ICH menyebutkan berbagai persyaratan untuk uji

stabilitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan obat dan produk

obat seiring dengan perubahan waktu dibawah pengaruh berbagai kondisi

lingkungan. Studi tentang stabilitas molekul membantu untuk memilih

formula yang tepat dan pengemasan yang baik sekaligus untuk mengetahui

kondisi penyimpanan serta umur simpan. Studi stabilitas ini mencakup

studi stabilitas jangka panjang, studi stabilitas dipercepat. Studi jangka

panjang dilakukan selama 12 bulan dan studi dipercepat dilakukan dalam

waktu 6 bulan. Selain itu, ada juga forced degradation studies yang

dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, yaitu dalam hitungan minggu.

Hasil dari forced degradation studies ini dapat digunakan untuk

pengembangan indikasi dari metode yang digunakan dalam studi jangka

panjang dan dipercepat (M. Blessy, et al., 2013).

Menurut Zhang, 2014 uji stabilitas komponen kimia minyak

biologi dilakukan dengan penyimpanan selama 21 hari kemudian

dianalisis perubahan komponen kimia penyusun minyak tersebut.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Demulsifikasi

2.5.1 Pengertian Demulsifikasi

Demulsifikasi adalah pemecahan emulsi sehingga sediaan terpisah

menjadi 2 fase yaitu minyak dan air dengan menurunkan stabilitas seperti

menghancurkan film interface dengan cara menaikkan suhu, pengadukan,

atau menggunakan zat lain yang dapat mengganggu kestabilan

(Wasirnuri, 2008).

2.5.2 Metode Demulsifikasi

Menurut Anil, Syed, and Ana, 2008, metode demulsifikasi dibagi

menjadi dua, yaitu metode fisika dan metode kimia dimana metode fisika

dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu melalui pemanasan, mekanik,

dan elektrik.

a. Metode Kimia

Pada metode ini dilakukan penambahan demulsifier pada emulsi.

Misalnya yaitu aseton, n-butanol, dan 2-propanol yang telah terbukti

berfungsi sebagai demulsifier yang efektif pada aplikasi tertentu

(Anil, Syed, and Ana, 2008), juga HCl pekat untuk memecah krim

kosmetik (Rohman and Che man, 2009).

b. Metode Fisika

Beberapa metode fisika untuk demulsifikasi yaitu dengan

pemanasan, sentrifugasi, high shear, ultrasonik, disolusi pelarut, dan

medan elektrostatik bertegangan tinggi. Metode non konvensional

lainnya yang telah banyak diteliti yaitu dengan menggunakan

microwave dan membran kaca berpori (Anil, Syed, and Ana, 2008).

1. Pemanasan

Prinsip dari metode pemanasan ini adalah terjadi penurunan

viskositas serta peningkatan kelarutan dari surfaktan. Hal ini akan

mengakibatkan melemahkan lapisan film pada sediaan

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Anil, Syed, and Ana, 2008). Pada jurnal Abdurahman dan Rosli,

2011 yang membandingkan antara metode pemanasan untuk

demulsifikasi antara modern yang menggunakan microwave

dengan konvensional dan didapatkan hasil bahwa metode modern

dengan microwave lebih efisien dalam pemisahan emulsi air dalam

minyak.

2. High Shear

Metode demulsifikasi ini menggunakan alat High Shear.

Prinsip kerja dari alat ini yaitu akan merusak membran atau lapisan

dari globul emulsi (Anil, Syed, and Ana, 2008).

3. Medan Elektrostatik Bertegangan Tinggi

Mekanisme demulsifikasi dengan metode ini belum dapat

diketahui secara keseluruhan. Secara umum dengan adanya medan

listrik akan membuat droplet mengalami polarisasi dan elongasi,

begitu juga dengan droplet yang berada di dekatnya, sehingga

mereka akan menarik satu sama lain dan membentuk droplet yang

lebih besar. Metode ini merupakan metode demulsifikasi yang

paling efisien dan ekonomis dilihat dari peralatan yang digunakan

dan parameter pengoperasiannya (Anil, Syed, and Ana, 2008).

4. Sentrifugasi

Metode pemisahan emulsi ini menggunakan alat

sentrifugasi. Prinsipnya menggunakan gaya sentrifugal yang

dipercepat untuk memisahkan dua atau lebih substansi yang

memiliki perbedaan densitas antara cairan atau antara cairan

dengan solid (El-Sayed and Mohammad, 2014). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Abdurahman, et al., 2009 yang telah

melakukan studi pemisahan emulsi minyak dalam air Virgin

Coconut oil dengan menggunakan sentrifugasi yang

memvariasikan kecepatan sentrifugasi yaitu antara 6000-12000

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rpm dengan waktu yang divariasikan juga yaitu antara 30-105

menit didapatkan hasil paling baik adalah dengan menggunakan

kecepatan 12000 rpm selama 105 menit.

2.6 Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi merupakan proses pemisahan dari suatu bahan berupa

padatan atau cairan. Ekstraksi merupakan salah satu teknik yang sangat

penting untuk isolasi dan pemurnian dari suatu bahan organik. Ekstraksi

dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan

berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian

bahan terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut organik yang biasa

digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak seperti

alkohol dan aseton (Harborne, 1987).

Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi

dua cara yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat

cair digunakan untuk sampel yang berupa padatan dengan pelarutnya

berupa cairan. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat

cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut yang dapat

melarutkan salah satu zat. Metode ekstraksi pelarut menggunakan pelarut

yang dapat bercampur dengan sampel untuk menarik senyawa target yang

berada pada sampel. Idealnya, pelarut yang dipilih memiliki polaritas yang

dekat dengan senyawa target. Pelarut mudah menguap seperti heksan,

benzen, ether, etil asetat, dan dikloro metan biasanya digunakan untuk

ekstraksi senyawa mudah menguap. Heksan cocok untuk ekstraksi

senyawa non polar seperti hidrokarbon alifatik, benzen cocok untuk

senyawa aromatik, eter dan etil asetat cocok untuk senyawa yang relatif

polar mengandung oksigen. Ekstraksi umumnya dilakukan dengan

mengocok sampel dan pelarut di dalam corong pisah. Metode ekstraksi ini

merupakan metode yang efisien namun waktu ekstraksi dengan metode ini

panjang (Handbook of Analytical Method, hal: 45-46).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada jurnal Gudipati, Mette, Anne, dan Charlotte, 2004 disebutkan

untuk mengisolasi senyawa yang mudah menguap dapat digunakan

beberapa teknik, yaitu melalui destilasi vakum, ekstraksi dengan pelarut,

static and dynamic headspace sampling (DHS), dan solid phase

microextraction (SPME).

2.7 Gas Chromatography - Mass Spectrometry (GCMS)

GCMS merupakan instrumen yang digunakan untuk pemisahan

dan identifikasi. Instrumen ini merupakan gabungan antara kromatografi

gas dan spektroskopi massa. Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk

mendapatkan komponen kimianya, sedangkan bila dilengkapi MS akan

dapat mengidentifikasi komponen tersebut, karena bisa membaca

spektrum bobot molekul pada suatu komponen, dan sekaligus dilengkapi

dengan library (reference) yang ada pada software

(Day and Underwood., 1999).

2.7.1 Kromatografi Gas

Kromatografi gas digunakan untuk pemisahan suatu senyawa

sehingga sampel terpisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul

yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram)

(Khopkar, 1990). Komponen kromatografi gas terdiri dari kontrol dan

penyedia gas pembawa, ruang suntik sampel, kolom, dan oven (Day and

Underwood., 1999).

2.7.2 Spektroskopi Massa

Spektroskopi massa adalah metode analisis untuk identifikasi

senyawa. Setelah sampel mengalami pemisahan pada GC kemudian akan

diubah menjadi ion-ion, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur

berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa (Khopkar, 1990).

Komponen spektroskopi massa terdiri dari sumber ion, filter, pengumpul

ion, dan detektor (Day and Underwood., 1999).

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GCMS

(Shimadzu), stirer homogenizer (STIRER IKA), timbangan analitik (AND

GH-202), corong pisah (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), beacker glass (Pyrex),

Erlenmeyer (Pyrex), vial, cawan, kaca arloji, pipet tetes, batang pengaduk,

dan spatula. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L. seed oil) (CV Cipta Anugrah),

Tragakan (Brataco), Sukrosa (CV Cipta Anugrah), Na benzoat (CV Cipta

Anugrah), aquades. Untuk pereaksi kimianya yang digunakan adalah

heksan pro analisis (Merck) dan HCl pekat (Merck).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu,

Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal, Penelitian II, dan

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Program Studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Mulai dari bulan Januari sampai Agustus 2014.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH)

Sampel MBJH didapatkan dari CV.Cipta Anugrah. Dibeli

sebanyak satu kg pada tanggal 26 Januari 2014. Sampel MBJH yang dibeli

memiliki certificate of analysis (COA). Pada COA MBJH terdapat data

karakterisasi dari MBJH yang meliputi:

Organoleptis : cairan berminyak, berwarna kuning pucat sampai

kuning dan kuning kehijauan, berbau khas.

Berat jenis : 0.9152-0.9260

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nilai asam : maksimal 10

Nilai peroksida : maksimal 45 ml oksigen dalam setiap kg sampel

Titik nyala : 148oC

Komponen utama : asam stearat 2-3%, asam oleat 20-30%, asam linoleat

50-65%

3.3.2 Pembuatan Emulsi (MBJH)

A. Formula Emulsi MBJH

Formula dari emulsi MBJH dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Komposisi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Bahan

Konsentrasi

Minyak Biji Jinten Hitam 10%

Tragakan 1,5%

Sukrosa 25%

Na Benzoat 0,10%

Aquades Ad 100%

[sumber: Warda, 2013, dengan pengolahan kembali]

B. Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer

Optimasi dilakukan dengan menimbang sejumlah bahan-bahan

yang akan digunakan (tabel 3.1). Kemudian tragakan didispersikan

dengan sejumlah air di dalam beacker glass. Setelah tragakan

terdispersi sempurna kemudian dihomogenkan dengan homogenizer

dengan berbagai kecepatan, yaitu: 200, 500, dan 950 rpm. Setelah

tragakan homogen kemudian ditambahkan MBJH sedikit demi sedikit

sambil terus dihomogenkan hingga terbentuk korpus emulsi. Lalu

ditambahkan ke dalamnya larutan sukrosa dan larutan natrium benzoat

sambil terus dihomogenkan. Setelah itu menambahkan sisa aquades

sampai tanda batas. Kemudian emulsi yang telah dibuat diamati.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Pembuatan Emulsi MBJH Dengan Hasil Optimasi Kecepatan Spindel

Homogenizer

Setelah didapatkan kondisi optimasi kemudian emulsi dibuat

dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Alat dan bahan disiapkan, kemudian ditimbang bahan–bahan yang

digunakan yang terdapat pada tabel 3.1.

2. Tragakan 1,5% didispersikan dengan aquades di dalam beacker

glass kemudian dihomogenkan dengan homogenizer kecepatan 950

rpm selama 30 menit.

3. Setelah homogen kemudian ditambahkan minyak sedikit demi

sedikit sambil terus dihomogenkan hingga terbentuk korpus

emulsi.

4. Kemudian ditambahkan ke dalamnya larutan sukrosa dan larutan

natrium benzoat sambil terus dihomogenkan selama 35 menit

dengan kecepatan 1911 rpm.

5. Emulsi yang dihasilkan kemudian ditempatkan dalam wadah yang

tertutup rapat dan disimpan pada suhu ruang (25oC) selama 21 hari.

3.3.3 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Parameter untuk uji kestabilan yaitu (Baby, et al., 2007):

a. Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Pengamatan organoleptis emulsi dilakukan dengan mengamati

warna, bau, dan pemisahan dari sediaan emulsi pada hari ke 0, 2, 7, 14,

dan 21 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

b. Pengukuran Nilai pH Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Pengukuran pH emulsi dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Pengukuran Nilai Viskositas Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Pengukuran viskositas emulsi dilakukan dengan menggunakan

viskometer HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan ditempatkan dalam

beacker glass 100 ml kemudian dipilih nomer spindel yang sesuai.

Pengukuran viskositas ini dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14 dan 21

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

d. Pengukuran Nilai Diameter Globul Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

Diameter globul rata-rata diukur dengan menggunakan mikroskop

optik dengan cara emulsi diletakkan pada kaca objek, kemudian

diamati dengan mikroskop perbesaran 10 x 10. Pengukuran diameter

partikel rata-rata dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

e. Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH

Sediaan emulsi sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam tabung

sentrifugasi, kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3800

rpm selama 10 menit. Hasil sentrifugasi dapat diamati dengan adanya

pemisahan atau tidak (Smaoui, et al., 2012 ).

3.3.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

A. Pemilihan Kondisi Optimasi GCMS MBJH

Optimasi GCMS dilakukan dengan sampel MBJH sebanyak 1 µl

disuntikkan ke GCMS. Pengaturan kondisi alat GCMS dilakukan

berdasarkan jurnal Kostadinovic, et al., 2011 yang telah dimodifikasi.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Analisis Komponen Kimia Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

1. Preparasi Sampel

a. Demulsifikasi Emulsi MBJH

Berdasarkan jurnal Rohman and Che Man, 2011 untuk

memecah emulsi sehingga fase minyak dan fase airnya

terpisah dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak

20 g lalu ditempatkan di erlenmeyer dan ditambahkan 5 ml

HCl pekat dan 9 ml aquades kemudian dikocok.

b. Ekstraksi Cair-cair Minyak Emulsi MBJH

Setelah dikocok kemudian sampel dipindah ke corong pisah

dan ditambahkan 15 ml heksan lalu diekstraksi. Ekstraksi

dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu fase heksan yang didapat

digabung dan dievaporasi sampai didapatkan minyak pekat

(Rohman and Che Man, 2011).

2. Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

Minyak pekat hasil pemecahan emulsi kemudian dianalisis

sebelum dan setelah penyimpanan. Analisis dilakukan pada hari ke

0, 2, 7, 14, dan 21. Kestabilan dilihat berdasarkan pola

kromatogram dari emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan

berdasarkan persen area dari beberapa komponen senyawa aktif

yang terkandung di dalam MBJH (Zhang and Liu, 2014;

Achouri, Zamani, and Boye, 2012).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH

4.1.1 Formula Emulsi MBJH

Komposisi emulsi MBJH dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Formula Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Bahan Konsentrasi

Minyak Biji Jinten Hitam 10%

Tragakan 1,5%

Sukrosa 25%

Na Benzoat 0,10%

Aquades Ad 100%

[Sumber: Warda, 2013]

4.1.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer

Optimasi dilakukan dengan cara memilih kecepatan spindel dari

homogenizer yang dapat menghasilkan emulsi yang homogen. Hasil dari

optimasi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Kondisi Optimasi Kecepatan Spindel Homogenizer

Kecepatan (rpm) Hasil Emulsi

200 Emulsi tidak homogen

500 Emulsi tidak homogen

950 Emulsi homogen

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada spindel dengan

kecepatan 200, 500 rpm menghasilkan emulsi yang tidak homogen dan

pada spindel dengan kecepatan 950 rpm menghasilkan emulsi yang

homogen. Hal ini terjadi karena proses pengembangan tragakan tidak

sempurna pada spindel dengan kecepatan 200 dan 500 rpm yang

mengakibatkan terjadi penggumpalan pada tragakan sehingga

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghasilkan emulsi yang tidak homogen. Sedangkan pada spindel

dengan kecepatan 950 rpm proses pengembangan tragakan sempurna

sehingga menghasilkan emulsi yang homogen. Oleh karena itu dalam

pembuatan emulsi MBJH digunakan spindel dengan kecepatan 950 rpm.

4.1.3 Hasil Pembuatan Emulsi MBJH Dengan Kondisi Optimasi

Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh warda, 2013

didapatkan bahwa formula emulsi yang baik adalah dengan menggunakan

emulgator tragakan dengan konsentrasi 1,5%. Pembuatan emulsi ini

diawali dengan mendispersikan tragakan dalam beacker glass berisi

aquades sejumlah 20 kali dari berat tragakan. Pendispersian ini dilakukan

hingga seluruh tragakan terdispersi sempurna. Kemudian dihomogenkan

dengan homogenizer dengan kecepatan 950 rpm. Setelah tragakan

homogen yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi putih

kemudian ditambahkan ke dalamnya minyak biji jinten hitam sedikit demi

sedikit dan sambil terus dihomogenkan hingga terbentuk korpus emulsi.

Setelah terbentuk korpus emulsi setelah itu dilakukan pengenceran dengan

menambahkan sedikit demi sedikit larutan sukrosa dan larutan natrium

benzoat hingga emulsi homogen yaitu dengan kecepatan 1911 rpm selama

35 menit. Setelah terbentuk emulsi yang homogen kemudian ditempatkan

dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan pada suhu ruang (25oC).

4.2 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

4.2.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Hasil dari pengamatan organoleptis emulsi MBJH sebelum dan

setelah penyimpanan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi MBJH

Hari Ke- Hasil Pengamatan Emulsi A

Warna Bau Pemisahan

0 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

2 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

7 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

14 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

21 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

Hari Ke- Hasil Pengamatan Emulsi B

Warna Bau Pemisahan

0 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

2 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

7 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

14 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

21 Krem kekuningan Khas minyak Tidak terjadi pemisahan

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil organoleptis dari

emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan tidak menunjukkan

perubahan. Warnanya tetap krem kekuningan sejak sebelum dan setelah

penyimpanan. Baunya pun tidak berubah, yaitu tetap berbau khas minyak

dan tidak tengik, serta tidak menunjukkan adanya pemisahan antara fase

minyak dan fase air.

4.2.2 Hasil Pengukuran Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

Pengukuran nilai pH emulsi dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.1 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

Hari Ke- Nilai pH Emulsi MBJH

Emulsi A Emulsi B Rata-rata

0 6,212 6,028 6,120

2 6,091 5,993 6,042

7 6,037 5,795 5,916

14 6,005 5,052 5,529

21 5,962 5,001 5,482

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai pH Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan

nilai pH emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari.

Dari grafik terlihat bahwa nilai pH emulsi MBJH semakin menurun

dengan lamanya waktu penyimpanan. Penurunan nilai pH emulsi MBJH

dari hari ke- 0 sampai hari ke- 21 sebesar 0,6.

4.2.3 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

Pengukuran nilai viskositas emulsi MBJH dilakukan dengan

menggunakan viskometer. Pengukuran viskositas dengan viskometer ini

menggunakan spindel nomer 3. Hasil dari pengukuran nilai viskositas

emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan dapat dilihat pada tabel

4.5 dan gambar 4.2 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Hari ke- Nilai Viskositas Emulsi MBJH (cps)

Emulsi A Emulsi B Rata-rata

0 390 400 395

2 340 350 345

7 300 300 300

14 290 290 290

21 270 270 270

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Viskositas Rata-rata Emulsi

MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 dapat dilihat perbandingan

nilai viskositas emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan selama 21

hari. Dari grafik terlihat bahwa nilai viskositas emulsi MBJH semakin

menurun dengan lamanya waktu penyimpanan. Penurunan nilai viskositas

rata-rata emulsi MBJH dari hari ke- 0 sampai hari ke- 21 sebesar 125 cps.

Penurunan viskositas ini diikuti oleh penurunan stabilitas dari sediaan

emulsi MBJH. Hal ini karena viskositas yang menurun berarti sediaan

semakin encer yang artinya juga fase terdispersi (globul) akan mudah

bergerak dalam medium pendispersi sehingga peluang terjadinya tabrakan

antar sesama globul semakin tinggi dan globul akan cenderung bergabung

menjadi partikel yang lebih besar (Intan, dkk, 2012; Traynor, et al., 2013).

4.2.4 Hasil Pengukuran Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penympanan

Pengukuran diameter globul emulsi MBJH dilakukan dengan

menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100 kali. Hasilnya

dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.3 berikut ini.

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Hari ke- Diameter Globul Rata-Rata Emulsi MBJH (µm)

Emulsi A Emulsi B Rata-rata

0 15,02 15,96 15,49

2 16,75 16,07 16,41

7 17,37 18,45 17,91

14 21,22 21,72 21,47

21 27,24 25,17 26,21

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Diameter Rata-rata Globul Emulsi

MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 dapat dilihat

perbandingan nilai diameter rata-rata globul emulsi MBJH sebelum

dan setelah penyimpanan 21 hari. Dari grafik terlihat bahwa nilai

diameter rata-rata globul emulsi MBJH semakin meningkat dengan

lamanya waktu penyimpanan. Peningkatan nilai diameter rata-rata

globul emulsi MBJH dari hari ke- 0 sampai hari ke- 21 sebesar

10.72 µm. Peningkatan ukuran diameter globul mengindikasikan

bahwa semakin tidak homogen ukuran globul emulsi yang berarti

laju creaming juga semakin membesar dan kestabilan juga semakin

berkurang (Traynor, et al., 2013).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.5 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH

Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan alat uji

sentrifugasi. Hasil uji sentrifugasi emulsi MBJH dapat dilihat pada tabel

4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi MBJH

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat perbandingan kondisi emulsi

MBJH sebelum dan setelah dilakukan uji sentrifugasi. Dari tabel terlihat

bahwa adanya pemisahan pada emulsi MBJH setelah dilakukan uji

sentrifugasi. Uji sentrifugasi ini pada prinsipnya merupakan penggunaan

gaya sentrifugal yang dipercepat untuk memisahkan dua atau lebih

substansi yang memiliki perbedaan densitas seperti antar cairan atau antara

cairan dengan solid, yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi

shelf-life emulsi dengan mengamati pemisahan fase terdispersi

(El-Sayed and Mohammad, 2014).

Sediaan Awal Akhir

Emulsi A

Homogen,

tidak ada

pemisahan

fase

Terjadi pemisahan

fase, terbagi menjadi

2 bagian (atas: fase

minyak; bawah: fase

air)

Emulsi B

Homogen,

tidak ada

pemisahan

fase

Terjadi pemisahan

fase, terbagi menjadi

2 bagian (atas: fase

minyak; bawah: fase

air)

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Hasil Analisis Komponen Kimia MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

4.3.1 Hasil Kondisi Optimasi GCMS MBJH

Optimasi GCMS ini dilakukan dengan pemrograman pada kondisi

gc dan ms. Pada kondisi gc beberapa parameter yang dioptimasi adalah

suhu oven, laju alir gas, rasio split, dan volume sampel yang akan

disuntikkan. Suhu awal oven diprogram 100oC kemudian ditahan selama 3

menit. Setelah itu suhu dinaikkan hingga 260oC dengan laju kenaikan

10oC kemudian ditahan selama 1 menit. Laju alir gas diprogram sebesar 1

ml/menit. Mode split diprogram sebesar 1:50 dengan volume MBJH yang

disuntikkan sebanyak 1 µl.

4.3.2 Hasil Analisis Stabilitas Komponen Kimia MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

1. Preparasi Sampel

A. Hasil Demulsifikasi Emulsi MBJH

Demulsifikasi merupakan suatu proses untuk memecah emulsi.

Dengan pemecahan emulsi maka akan menghasilkan dua fase yang

terpisah yaitu fase minyak dan fase air. Pada penelitian ini

digunakan HCl pekat sebanyak 5 ml untuk memecah emulsi.

B. Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH

Tujuan ekstraksi ini adalah mengambil MBJH setelah emulsi

dipecah. Pengambilan MBJH ini dilakukan dengan menggunakan

pelarut n-heksan. Setelah campuran didapatkan kemudian

dievaporasi sampai pelarut heksannya habis menguap. Tujuan

evaporasi adalah untuk memisahkan minyak dengan pelarut heksan

yang telah bercampur sehingga diperoleh minyak pekat. Minyak

pekat yang telah didapat kemudian ditimbang dan dihitung

rendemennya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 dan gambar 4.4

berikut ini.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.8 Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Hari ke- Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak

Emulsi MBJH (%)

Emulsi A Emulsi B Rata-rata

0 33,65 31,67 32,66

2 25,28 25,11 25,19

7 20,95 18,62 19,78

14 14,11 16,07 15,09

21 10,02 12,55 11,28

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi

MBJH Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.4 dapat dilihat perbandingan

rendemen dari emulsi MBJH sebelum dan setelah penyimpanan. Dari

grafik diperoleh bahwa rendemen hasil ekstraksi minyak emulsi MBJH

sebelum dan setelah penyimpanan mengalami penurunan. Penurunan

rendemen hasil ekstraksi minyak emulsi MBJH dari hari ke- 0 sampai

hari ke- 21 sebesar 21,38%. Penurunan rendemen ini disebabkan

karena semakin lama penyimpanan maka semakin tinggi proses

oksidasi atau proses penguapan minyak yang terjadi sehingga persen

area minyak di dalam sediaan juga semakin berkurang

(Aryanto, 2006).

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Hasil Analisis Komponen Kimia Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan

farmasi merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan. Suatu sediaan

obat yang diformulasi harus cukup stabil ketika penyimpanan, yaitu

obat tidak berubah menjadi zat yang tidak berkhasiat atau bahkan

menjadi zat yang bersifat toksik/racun. Obat mengandung banyak

gugus fungsional. Oleh karena itu mereka bisa mengalami degradasi

melalui berbagai reaksi seperti hidrolisis, oksidasi, isomerisasi,

fotolisis, atau polimerisasi (Fathima, et al., 2011).

Senyawa terpenoid merupakan senyawa yang berasal dari molekul

isoprena CH2=C(CH3)–CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun

oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini. Terpenoid terdiri atas

beberapa macam senyawa, salah satunya yaitu senyawa monoterpena

yang merupakan komponen utama dari minyak atsiri. Senyawa

monoterpen memiliki sifat mudah menguap karena titik uapnya

rendah, tidak stabil terhadap panas, tersusun atas rantai C10

(Harborne, 1987).

Uji stabilitas sediaan emulsi yang telah dibuat dilakukan melalui

evaluasi fisik dan berdasarkan profil dari kromatogram GCMS yang

dihasilkan sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari. Evaluasi

fisik dan dan profil kromatogram dilakukan pada hari ke- 0, 2, 7, 14,

dan 21.

Dari kromatogram (pada lampiran) dapat dilihat puncak dari

senyawa minyak atsiri yang terkandung di dalam MBJH dalam bentuk

minyak murni dan emulsi baik sebelum dan setelah penyimpanan. Dari

puncak tersebut dapat dilihat apakah ada senyawa yang persen areanya

menurun, naik, atau bahkan terbentuk senyawa baru.

Berdasarkan dari berbagai literature yang ada, minyak atsiri biji

jinten hitam mengandung berbagai senyawa yang memiliki aktivitas

sebagai antioksidan. Senyawa-senyawa tersebut diantaranya adalah

thymoquinone, carvacrol, 4-terpineol, α-terpineol, limonene,

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

α-terpinene, carvone, citronella, dan isopulegol (Burits and Bucar,

2000; Jiali, et al., 2013; Sadhana, Gupta, Verma, 2013). Oleh karena

itu senyawa-senyawa tersebut diamati keberadaannya selama masa

penyimpanan 21 hari. Hasilnya dapat dilihat berdasarkan tabel 4.9 dan

grafik 4.5 berikut ini.

Tabel 4.9 Kandungan Kimia Senyawa Antioksidan Di dalam MBJH

No. Nama Formula

Area (%)

Minyak Murni Minyak Emulsi

0 21 0 2 7 14 21

1 Limonene C10H16 0,5 0,46 0,11 - - - -

2 p-Cymene C10H14 - - - - - - 0,97

3 γ-Terpinene C10H16 - - 0,27 - 0,48 0,61 0,54

4 α-Terpinene C10H16 - - - - - 0,14 0,1

5 4-Terpineol C10 H18 O 0,29 0,18 7,22 5,16 2,88 2,17 2,52

6 α-terpineol C10 H18 O - - 1,04 0,72 0,28 0,25 0,18

7 Carvacrol C10H14O - - 0,16 0,19 0,11

0,07

8 Carvone C10H14O 1,6 1,08 3,25 2,53 1,78 1,54 1,55

9 Thymoquinone C10 H12 O2 20,52 14,24 41,45 31,41 25,44 4,53 1,05

10 Citronella C10 H18 O 0,2 0.15 - - - -

11 Isopulegol C10 H18 O 5,81 3,92 2,11 2,59 4,25 - 3,00

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Kandungan Kimia MBJH Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Kandungan Kimia Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.10 Perubahan Komponen Kimia Minyak Atsiri MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

Senyawa Penurunan (%)

Limonene 0,50 menjadi 0,46 (0,04)

4-terpineol 0,29 menjadi 0,18 (0,11)

Carvone 1,60 menjadi 1,08 (0,52)

Thymoquinone 20,52 menjadi 14,24 (6,28)

Citronella 0,20 menjadi 0.15 (0,05)

Isopulegol 5,81 menjadi 3,92 (1,89)

Tabel 4.11 Perubahan Komponen Kimia Minyak Atsiri Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Turun Penurunan

Thymoquinone 41,45 menjadi 1,05 (40,40)

4-terpineol 7,22 menjadi 2,52 (4,7)

Carvone 3,25 menjadi 1,55 (0,52)

Hilang Senyawa Baru Tetap

Limonene p-cymene Isopulegol

Citronella γ-terpinene

α-terpinene

α-terpineol

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa semua

senyawa tersebut mengalami penurunan persen area setelah

penyimpanan. Besarnya penurunan persen area dari masing-masing

senyawa dapat dilihat pada tabel 4.10. Penurunan ini disebabkan

selama penyimpanan di dalam emulsi tejadi berbagai reaksi sehingga

kadar dari minyak atsiri di dalam MBJH semakin berkurang

(Aryanto, 2006).

Sedangkan pada grafik pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa

senyawa-senyawa tersebut ada yang persen area nya mengalami

penurunan, hilang, tetap, serta ada juga senyawa baru yang terdeteksi.

Senyawa yang mengalami penurunan persen area yaitu thymoquinone,

4-terpineol, dan carvone. Sedangkan senyawa yang hilang ketika

penyimpanan yaitu limonene, carvacrol, dan citronella. Senyawa baru

yang terdeteksi yaitu p-cymene, γ-terpinene, α-terpinene, dan α-

terpineol. Senyawa isopulegol cenderung tidak berubah selama

penyimpanan. Besarnya penurunan persen area dapat dilihat pada tabel

4.11. Adanya perubahan ini disebabkan karena ketika MBJH

diformulasi menjadi emulsi dan disimpan selama 21 hari terjadi

banyak reaksi yang mempengaruhi persen area senyawa aktif di

dalamnya. Selain itu kondisi penyimpanan yang tidak sesuai juga bisa

menjadi penyebabnya, seperti suhu penyimpanan, kelembaban, atau

wadah yang digunakan.

MBJH mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa

monoterpenoid. Senyawa monoterpenoid ini merupakan senyawa

termolabil yaitu senyawa yang memiliki titik uap yang rendah yaitu

dibawah suhu 25oC sehingga ketika kondisi suhu berada di atas titik

uapnya maka senyawa-senyawa ini akan mudah menguap dan hilang.

Sedangakan wadah penyimpanannya juga kurang tepat yaitu di dalam

vial bening sehingga bisa terpapar cahaya dan mengakibatkan

degradasi dari senyawa aktif di dalamnya. Selain itu pengaruh pH juga

bisa menyebabkan senyawa mengalami reaksi sehingga berubah

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjadi senyawa lain atau mempercepat terjadinya degradasi senyawa

itu sendiri (Fathima, et al., 2011; Salmani, et al., 2014).

Ketika bentuk minyak murni pada hari ke- 0 dan 21 setelah

disimpan terdeteksi adanya senyawa limonene dengan penurunan

persen area sebesar 0,04%. Kemudian setelah minyak diformulasi

menjadi sediaan emulsi ternyata keberadaan senyawa limonene ini

hanya terdeteksi pada hari ke- 0 yaitu sebanyak 0,11% dan setelah itu

sampai penyimpanan hari ke- 21 senyawa limonene sudah tidak

terdeteksi lagi. Bersamaan dengan hilangnya senyawa limonene

ternyata terbentuk beberapa senyawa baru yaitu p-cymene, γ-terpinene,

α-terpinene, dan α-terpineol. Pembentukan senyawa baru ini

berbanding lurus dengan hilangnya senyawa limonene. Pada

penyimpanan hari ke- 0, 7, 14, dan 21 ternyata terdeteksi senyawa baru

yaitu senyawa γ-terpinene. Kemudian pada hari ke- 14 dan 21

terdeteksi senyawa α-terpinene. Dan pada hari ke- 21 terdeteksi

adanya senyawa p-cymene. Tidak terdeteksinya ketiga senyawa ini

pada hari ke- 2 diduga karena senyawa tidak stabil dimana senyawa

tersebut mudah menguap dan telah habis menguap ketika proses

ekstraksi. Senyawa γ-terpinene dan α-terpinene terbentuk karena

adanya reaksi isomerisasi dari senyawa limonene pada kondisi asam

dan dengan adanya panas. Kemudian terjadi reaksi dehidrogenasi

sehingga membentuk senyawa p-cymene

(Nguyen, Duus, and Le, 2012).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.7 Reaksi Isomerisasi Limonene [sumber: Nguyen, Duus, and Le, 2012, telah diolah kembali]

Sedangkan senyawa α-terpineol terbentuk karena adanya reaksi

hidrolisis pada emulsi. Senyawa limonene mengalami reaksi hidrolisis

sehingga membentuk senyawa α-terpineol.

Gambar 4.8 Reaksi Hidrolisis Limonene Menjadi α-terpineol

[sumber: Nanik, et al., 2011, telah diolah kembali]

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian untuk senyawa carvone terdeteksi pada minyak murni

maupun setelah diformulasi menjadi sediaan emulsi. Senyawa carvone

ini mengalami penurunan persen area selama penyimpanan baik dalam

bentuk minyak murni maupun dalam bentuk emulsi. Pada bentuk

minyak murni terjadi penurunan persen area sebesar 0,52%.

Sedangkan dalam bentuk emulsi sebesar 1,70% hingga penyimpanan

hari ke-21. Untuk senyawa carvacrol, dalam bentuk minyak murni

tidak terdeteksi. Namun setelah minyak diformulasi menjadi emulsi,

senyawa carvacrol ini mulai terdeteksi dan selama penyimpanan

ternyata juga mengalami penurunan persen area sebesar 0,09%.

Penurunan persen area senyawa carvone berbanding lurus dengan

terbentuknya carvacrol. Senyawa carvone yang terdapat di dalam

minyak akan mengalami reaksi isomerisasi karena kondisis sistem

yang bersifat asam sehingga akan terbentuk senyawa carvacrol

(Singh, et al., 2011).

Gambar 4.9 Reaksi Isomerisasi Carvone Menjadi Carvacrol

[Singh, et al., 2011, telah diolah kembali]

Dari hasil kromatogram GCMS diketahui bahwa senyawa utama

pada sampel MBJH adalah thymoquinone. Senyawa thymoquinone

memiliki puncak tertinggi dengan luas area paling besar diantara

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

senyawa volatile lain. Pada bentuk minyak murni diketahui persen area

dari thymoquinone mengalami penurunan sebesar 6,28% setelah

penyimpanan 21 hari. Kemudian setelah diformulasi menjadi sediaan

emulsi dan disimpan selama 21 hari, persen area dari senyawa ini juga

mengalami penurunan sebesar 40,40%. Pada hari ke- 0, 2, dan 7,

persen area dari senyawa ini secara berurutan yaitu 41.45, 31.41, dan

25,44%. Kemudian setelah hari ke- 7 terjadi penurunan persen area

yang drastis yaitu pada hari ke- 14 menjadi 4,53% dan pada hari ke- 21

menjadi 1,05%.

Hal yang sama juga terjadi pada senyawa 4-terpineol. Ketika dalam

bentuk minyak murni terjadi penurunan persen area sebesar 0,11%

setelah penyimpanan 21 hari. Kemudian setelah diformulasi menjadi

emulsi dan disimpan selama 21 hari juga terjadi penurunan persen area

sebesar 4,70%.

Kemudian pada senyawa citronella ketika dalam bentuk minyak

murni terjadi penurunan persen area sebesar 0,05% selama

penyimpanan 21 hari. Kemudian setelah diformulasi menjadi emulsi

senyawa tidak terdeteksi. Sedangkan pada senyawa isopulegol

cenderung tidak berubah selama penyimpanan dalam bentuk emulsi.

Akan tetapi ketika dalam bentuk minyak murni terjadi penurunan

persen area sebesar 1,89% selama penyimpanan 21 hari. Adanya

senyawa isopulegol yang cenderung tetap persen area nya selama

penyimpanan berbanding lurus dengan hilangnya senyawa citronella.

Keberadaan isopulegol selama penyimpanan disebabkan karena

citronella akan mengalami siklisasi ketika kondisi asam sehingga

membentuk senyawa isopulegol (Jacob, et al., 2003).

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

44

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terjadi perubahan fisik pada formulasi emulsi MBJH tipe minyak

dalam air dengan emulgator tragakan 1,5% berupa pemisahan setelah

uji sentrifugasi, penurunan nilai pH, viskositas, dan kenaikan ukuran

globul selama penyimpanan 21 hari. Tetapi tidak terjadi perubahan

fisik dari segi organoleptis bau, warna, dan tidak ada pemisahan

selama penyimpanan 21 hari.

2. Terjadi perubahan komponen penyusun minyak atsiri pada formulasi

emulsi MBJH tipe minyak dalam air dengan emulgator tragakan 1,5%

selama penyimpanan 21 hari.

3. Senyawa thymoquinone tidak stabil dalam formulasi emulsi MBJH.

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kadar dari

thymoquinone pada formulasi emulsi MBJH.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan antioksidan

dalam sediaan emulsi MBJH.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan kombinasi

antara emulgator alam dan sintetik.

4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas antioksidan

pada emulsi MBJH.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

45

DAFTAR PUSTAKA

Achouri, Allaoua, Youness Zamani, and Joyce Irene Boye. 2012. Stability and

physical properties of emulsions prepared with and without soy proteins.

Agriculture and Agri-Food Canada. Vol. 1, No. 1.

ALHaj, Nagi A., Mariana. N. Shamsudin, Norfarrah. M. Alipiah, Hana F. Zamri,

Ahmad Bustamam, Siddig Ibrahim and Rasedee Abdullah.

Characterization of Nigella Sativa L. Essential Oil-Loaded Solid Lipid

Nanoparticles. Department of Medical Microbiology, Faculty of Medicine

and Health Sciences, Sana’a University, Yemen. American Journal of

Pharmacology and Toxicology 5 (1): 52-57, 2010. ISSN 1557-4962.

Amina, Bessedik , Allem Rachida. 2013. Molecular composition and antibacterial

effect of essential oil of Nigella sativa. Laboratory of Local Natural

Bioressources, Algeria. Vol. 12(20): 3007-3010.

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:

Universitas Indonesia Press. Hal : 145-146, 376-381, 389.

Aulton, M. E., Kevin M. G. Taylor. 2001. Pharmaceutics: The Science of Dosage

Form Design Edisi Kedua.

Baby, André Rolim, et al., 2007. Accelerated chemical stability data of O/W fluid

emulsions containing the extract of Trichilia catigua Adr. Juss (and)

Ptychopetalum olacoides Bentham. Department of Pharmacy, School of

Pharmaceutical Sciences, University of São Paulo. Vol. 43.

Bawa, I G. A. Gede. Analisis senyawa antiradikal bebas pada minyak daging biji

kepuh (Stercuria foetida L.). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,

Bukit Jimbaran. Jurnal kimia 4 (1) : 35-42.

Boreel, Aryanto. 2006. Pengaruh metode dan lama penyimpanan daun terhadap

rendemen volume minyak eukaliptus (eucalypt urophylla). Fakultas

Pertanian Unpatti Ambon. Jurnal Agroforestri Vol. I (3).

Burits, M. and F. Bucar. 2000. Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil.

Phytother. Res., 14: 323-328.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dai, Jiali, Liang Zhu, Li Yang, Jun Qiu. 2013. Chemical composition, antioxidant

and antimicrobial activities of essential oil from Wedelia prostrata. South

China University of Technology, China. Vol. 12:479-490 – ISSN 1611-

2156.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid

III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal : 20.

Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability. Departemen Farmasi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok :

Seminar Setengah Hari HIKI.

El-Din Hussein, Kamal, El-Tahir Ph D., Dana M Bakeet. 2006. The black seed

Nigella sativa Linnaeus - a mine for multi cures : a plea for urgent clinical

evaluation of its volatile oil. Department of Pharmacology, College of

Pharmacy, King Saud University Riyadh Saudi Arabia. Hal : 2-3.

El-Sayed, Walaa, Tahany G. M. Mohammad. 2014. Preparation and

characterization of alternative oil-in-water emulsion formulation of

deltamethrin. American Journal of Experimental Agriculture 4(4): 405-

414.

Fathima, Nishath, Tirunagari Mamatha, Husna Kanwal Qureshi, Nandagopal

Anitha and Jangala Venkateswara Rao. 2011. Drug-excipient interaction

and its importance in dosage form development. Journal of Applied

Pharmaceutical Science 01 (06); 66-71.

Farmakope Indonesia Edisi Keempat.

Gharby, S. et al., 2013. Chemical investigation of Nigella sativa L. seed oil

produced in Morocco. Journal of the Saudi Society of Agricultural

Sciences.

Handbook of Analytical Method, hal: 45-46.

Hassan, Sohair A., et al., 2008. The in vitro promising therapeutic activity of

thymoquinone on hepatocellular carcinoma (HepG2) cell line. Department

of Medicinal Chemistry, National Research Centre, Dokki, Giza, Egypt.

Global Veterinaria 2 (5): 233-24.

http://webbook.nist.gov, diakses pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 20.00.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

http://britannica.com/EBchecked/topic/296381/isomerization, diakses pada

tanggal 12 September 2014 pukul 06.53.

I, Al-Khalaf M., Kholoud S. Ramadan. 2013. Antimicrobial and anticancer

activity of Nigella sativa oil-a review. Department of Biochemistry,

Faculty of Girls Science, King Abdulaziz University, Jeddah, Saudi

Arabia. 7(7): 505-514.

Jacob, Raquel G. Gelson Perin, Leticia N. Loi, Claudia S. Pinno and Eder J.

Lenarda O. 2003. Green synthesis of (-)-isopulegol from (+)-citronellal:

application to essential oil of citronella. Departamento de Biologia e Qu.

mica, Laboratorio de Pesquisa, Brazil. Vol. 44 3605–3608.

Kailaku, sari intan, et al., 2012. Pengaruh kondisi homogenisasi terhadap

karakteristik fisik dan mutu santan selama penyimpanan. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jurnal Littri 18(1),

31–39, ISSN 0853-8212.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Kostadinovic, Sanja, Dalibor Jovanov, and Hamed Mirhosseini. 2011.

Comparative investigation of cold pressed essential oils from peel of

different Mandarin varieties. Faculty of agriculture, University Putra

Malaysia. Vol. 3 (2) 7-14.

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri, Edisi Ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal : 1029,

1031-1032, 1040, 1051, 1063,-1068, 1077.

Zhang, Le, Chenjie Shen and Ronghou Liu. 2014. GC-MS and FT-IR analysis of

the bio-oil with addition of ethyl acetate during storage. Biomass Energy

Engineering Research Centre, School of Agriculture and Biology,

Shanghai Jiao Tong University, Shanghai, China. Vol: 2.

Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi Fisik 2, Edisi Ketiga.

Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal : 794-799, 1079-1089, 1132,

1164.

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

M, Blessy, Ruchi D. Patel, Prajesh N. Prajapati, Y.K. Agrawal. 2013.

Development of forced degradation and stability indicating studies of

drugs-a review. Department of Pharmaceutical Analysis, Institute of

Research and Development, Gujarat, India.

Nabiela, Warda. “Formulasi emulsi tipe minyak dalam air minyak biji jinten

hitam (Nigella sativa L.).” Skripsi, Program Studi Farmasi, Jakarta, 2013.

Nguyen, Thao-Tran Thi, Fritz Duus, Thach Ngoc Le. 2012. solvent free

preparation of p-cymene from limonene using vietnamese

montmorillonite. Department of Science, Systems and Models, Roskilde

University, Denmark. Journal of Engineering Technology and Education.

Niazi, Sarfaraz K. 2007. Handbook of Preformulation Chemical, Biological, and

Botanical Drugs. USA: Informa Healthcare. Hal: 263.

Nickavar, B,. Mojaba, F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A. 2003. Chemical

composition of the fixed and volatile oils of Nigella sativa L. from Iran. Z.

Naturforsch 58c. Hal: 629-630.

Nour, Abdurahman H., Mohammed, F.S., Yunus, Rosli M., dan Arman, A. 2009.

Demulsification of Virgin Coconut Oil by Centrifugation Method:

A Feasibility Study. Faculty of Chemical and Natural Resources

Engineering, Unoversity Malaysia, Pahang-UMP, Malaysia. International

Journal of Chemical Technology 1 (2) : 59-64.

Paarakh, Padmaa M., 2010. Nigella sativa Linn. - a comprehensive review.

Departement of Pharmacognosy, The Oxford College of Pharmacy,

Karnataka, India. Vol 1 (4): 409-429.

P., Traynor, M., Burke, R., Frías, J. M., Gaston, E. and Barry-Ryan, C. 2013.

Formation and stability of an oil in water emulsion containing lecithin,

xanthan gum and sunflower oil. International Food Research Journal 20

(5): 2173-2181.

Rajsekhar, Saha, Bhupendar Kuldeep. 2011. Pharmacognosy and pharmacology

of Nigella sativa-a review. India. 2(11), 36-39.

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Raza, Muhamma, Alghasham, Abdullah A., Alorainy, Mohammad S. dan El-

Hadiyah, Tarig M. 2006. Beneficial Interaction of Thymoquinone and

Sodium Valproate in Experimental Models of Epilepsy: Reduction in

Hepatotoxicity of Valproate. Department of Pharmacology and

Therapeutics, Saudi Arabia. Scientia Pharmaceutica (Sci. Pharm.) 74, 159-

173.

Rowey, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. 2006. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Fifth Edition. London : Pharmaceutical Press. Hal : 1-3, 295-

298, 657-658, 662-664, 744-747, 785-787.

Sangi, Sibghatullah, Sree Harsha, Sahibzada Tasleem-ur-Rasool and Afzal Haq

Asif. 2011. Formulation and evaluation of mucoadhesive Nigalla Sativa

and Olive oils for vaginal infections. Department of Pharmacy Practice,

College of Clinical Pharmacy, King Faisal University, Al-Ahsa, Saudi

Arabia. ISSN 0975-5071, 3(2): 39-46.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Silva, H. D., Cerqueira, M. A., Souza, B. W., Ribeiro, C., Avides, M. C., Quintas,

M. A., Coimbra, J.S.R., Carneiro,-da-cunha, M.W., Vicente, A.A. 2011.

Nanoemulsions of β-Carotene using a high-energy emulsification-

evaporation technique. Journal of Food Engineering 102, 130-135.

Singh, Baldev, et al., 2011. Role of acidity for the production of carvacrol from

carvone over sulfated zircona. Indian Journal of Chemical Technology.

Vol. 18, pp. 21-28.

Singh, Sadhana, Ashok Kumar Gupta, and Amita Verma. 2013. Review on-

natural compounds used for antioxidant activity. Research Journal of

Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. ISSN: 0975-8585.

Volume 4 Issue 2 Page No. 936.

Swarbrick, James. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third

Edition Volume . USA: PharmaceuTech, Inc. Hal: 1548.

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tubesha, Zaki, Zuki Abu Bakar, Maznah Ismail. 2013. Characterization and

stability evaluation of thymoquinone nanoemulsions prepared by high-

pressure homogenization. Laboratory of Molecular Biomedicine, Institute

of Bioscience, Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malaysia.

Wijayati, Nanik, Harno Dwi Pranowo, Jumina, and Triyono. 2011. Synthesis of

terpineol from α-pinene catalyzed by tca/y-zeolite. Department of

Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta. Indo.J. Chem., 11 (3), 234 – 237.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

51

Lampiran 1. Kerangka Penelitian

Pembuatan emulsi dengan

kondisi optimasi

Pembuatan

emulsi MBJH

Optimasi

homogenisasi

Evaluasi fisik

emulsi MBJH

Analisis komponen MBJH

sebelum dan setelah

penyimpanan

Organoleptis Uji pH Uji viskositas

Pengukuran diameter

Rata-rata globul Uji sentrifugasi

Optimasi

GCMS

Analisis komponen

senyawa MBJH

sebelum dan setelah

penyimpanan

Preparasi

sampel uji Demulsifikasi Ekstraksi Analisis

komponen

senyawa MBJH

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Perhitungan Penimbangan Bahan

A. Emulsi A

1. Minyak biji jinten hitam

2. Tragakan

3. Sukrosa

4. Na benzoat

5. Aquades

= 500 – (50 + 7,5 + 125 + 0,5) gram

= 317 gram

Mendispersikan Tragakan = 20 x 7,5 = 150 g

Melarutkan Sukrosa = 0,5 x 50 = 62,5 g ~ 63 g

Melarutkan Na benzoat = 1,8 x 0,5 = 0,9 g ~ 1 g

Sisa Aquades = 317 – (150 + 62,5 + 0,9) g

= 103,6 ~ 104 g

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Emulsi B

1. Minyak biji jinten hitam

2. Tragakan

3. Sukrosa

4. Na benzoat

5. Aquades

= 500 – (50 + 7,5 + 125 + 0,5) gram

= 317 gram

Mendispersikan Tragakan = 20 x 7,5 = 150 g

Melarutkan Sukrosa = 0,5 x 50 = 62,5 g ~ 63 g

Melarutkan Na benzoat = 1,8 x 0,5 = 0,9 g ~ 1 g

Sisa Aquades = 317 – (150 + 62,5 + 0,9) g

= 103,6 ~ 104 g

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Pehitungan Diameter Rata-rata Globul Emulsi MBJH Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

A. Diameter Globul Rata-rata Hari ke-0

Emulsi A

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 10 24,5

4,0-6,9 5,45 14 76,3

7,0-9,9 8,45 46 388,7

10,0-12,9 11,45 304 3480,8

13,0-15,9 14,45 82 1184,9

16,0-18,9 17,45 47 820,15

19,0-21,9 20,45 39 797,55

22,0-24,9 23,45 120 2814

25,0-27,9 26,45 15 396,75

28,0-30,9 29,45 8 235,6

31-33,9 32,45 3 97,35

34,0-36,9 35,45 1 35,45

37,0-39,9 38,45 0 0

n = 689 nd = 10352,05

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Emulsi B

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 8 19,6

4,0-6,9 5,45 22 119,9

7,0-9,9 8,45 57 481,65

10,0-12,9 11,45 217 2824,65

13,0-15,9 14,45 101 1459,45

16,0-18,9 17,45 50 872,5

19,0-21,9 20,45 30 613,5

22,0-24,9 23,45 150 3517,5

25,0-27,9 26,45 6 158,7

28,0-30,9 29,45 6 176,7

31-33,9 32,45 5 162,25

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

n = 652 nd = 10406,4

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Diameter Globul Rata-rata Hari ke-2

Emulsi A

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 8 19,6

4,0-6,9 5,45 64 348,8

7,0-9,9 8,45 50 422,5

10,0-12,9 11,45 121 1385,45

13,0-15,9 14,45 129 1864,05

16,0-18,9 17,45 30 523,5

19,0-21,9 20,45 170 3476,5

22,0-24,9 23,45 30 703,5

25,0-27,9 26,45 27 714,15

28,0-30,9 29,45 23 677,35

31-33,9 32,45 15 486,75

34,0-36,9 35,45 3 106,35

37,0-39,9 38,45 2 76,9

n =672 nd = 10805,4

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Emulsi B

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 5 12,25

4,0-6,9 5,45 50 272,5

7,0-9,9 8,45 70 591,5

10,0-12,9 11,45 143 1637,35

13,0-15,9 14,45 130 1878,5

16,0-18,9 17,45 23 401,35

19,0-21,9 20,45 27 552,15

22,0-24,9 23,45 33 773,85

25,0-27,9 26,45 17 449,65

28,0-30,9 29,45 45 1325,5

31-33,9 32,45 65 2109,25

34,0-36,9 35,45 8 283,6

37,0-39,9 38,45 7 269,15

n =630 nd = 10556,35

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Diameter Globul Rata-rata Hari ke-7

Emulsi A

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 27 147,15

7,0-9,9 8,45 71 272,5

10,0-12,9 11,45 163 1866,35

13,0-15,9 14,45 89 1286,05

16,0-18,9 17,45 50 872,5

19,0-21,9 20,45 61 1247,45

22,0-24,9 23,45 21 492,45

25,0-27,9 26,45 10 264,5

28,0-30,9 29,45 80 2356

31-33,9 32,45 40 1298

34,0-36,9 35,45 26 921,7

37,0-39,9 38,45 11 422,95

n = 659 nd = 11447,6

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Emulsi B

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 2 4,9

4,0-6,9 5,45 63 343,35

7,0-9,9 8,45 66 557,7

10,0-12,9 11,45 49 561,05

13,0-15,9 14,45 127 1835,15

16,0-18,9 17,45 53 924,85

19,0-21,9 20,45 44 899,8

22,0-24,9 23,45 60 1407

25,0-27,9 26,45 29 767,05

28,0-30,9 29,45 71 2090,95

31-33,9 32,45 43 1395,35

34,0-36,9 35,45 14 496,3

37,0-39,9 38,45 9 346,05

n = 621 nd = 11457,45

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Diameter Globul Rata-rata Hari ke-14

Emulsi A

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 19 103,55

7,0-9,9 8,45 79 667,55

10,0-12,9 11,45 44 503,8

13,0-15,9 14,45 80 1156

16,0-18,9 17,45 50 827,5

19,0-21,9 20,45 73 1492,85

22,0-24,9 23,45 51 1195,95

25,0-27,9 26,45 40 1058

28,0-30,9 29,45 19 559,55

31-33,9 32,45 36 1168,2

34,0-36,9 35,45 60 2127

37,0-39,9 38,45 46 1768,7

n = 597 nd = 12673,65

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Emulsi B

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 2 10,9

7,0-9,9 8,45 51 430,95

10,0-12,9 11,45 63 721,35

13,0-15,9 14,45 102 1473,9

16,0-18,9 17,45 50 872,5

19,0-21,9 20,45 42 858,9

22,0-24,9 23,45 30 703,5

25,0-27,9 26,45 55 1454,75

28,0-30,9 29,45 73 2149,85

31-33,9 32,45 49 1590,05

34,0-36,9 35,45 17 602,65

37,0-39,9 38,45 41 1576,45

n = 573 nd = 12445,75

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Diameter Globul Rata-rata Hari ke-21

Emulsi A

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 0 0

7,0-9,9 8,45 44 371,8

10,0-12,9 11,45 38 435,1

13,0-15,9 14,45 12 173,4

16,0-18,9 17,45 31 540,95

19,0-21,9 20,45 43 879,35

22,0-24,9 23,45 12 281,4

25,0-27,9 26,45 36 952,2

28,0-30,9 29,45 74 2179,3

31-33,9 32,45 99 3212,55

34,0-36,9 35,45 100 3545

37,0-39,9 38,45 67 2576,15

n = 556 nd = 15147,2

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Emulsi B

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 0 0

7,0-9,9 8,45 0 0

10,0-12,9 11,45 89 1019,05

13,0-15,9 14,45 130 1878,5

16,0-18,9 17,45 0 0

19,0-21,9 20,45 1 20,45

22,0-24,9 23,45 0 0

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 25 736,25

31-33,9 32,45 170 5516,5

34,0-36,9 35,45 34 1205,3

37,0-39,9 38,45 70 2691,5

n = 519 nd = 13067,55

Ukuran Diameter Rata-rata Globul

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Emulsi MBJH

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

A. Rendemen Hari ke- 0

Emulsi A Emulsi B

Emulsi : 20,0398 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 7,4932

Berat vial kosong + Minyak :

8,1663 gram

Minyak yang didapat :

8,1663 - 7,4932 = 0,6731gram

Rendemen Minyak :

Emulsi : 20,0411 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 7,5886

Berat vial kosong + Minyak :

8,2221 gram

Minyak yang didapat :

8,2221- 7,5886 = 0,6335

Rendemen Minyak :

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Rendemen Hari ke- 2

Emulsi A Emulsi B

Emulsi : 20,0339 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 7,3689 gram

Berat vial kosong + Minyak :

7,8746 gram

Minyak yang didapat :

7,8746 - 7,3689 = 0,5057 g

Rendemen Minyak :

Emulsi : 20,0333 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 7,7199

Berat vial kosong + Minyak :

8,2221 gram

Minyak yang didapat :

8,2221 – 7,7199 = 0,5022

Rendemen Minyak :

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Rendemen Hari ke- 7

Emulsi A Emulsi B

Emulsi : 20,0192 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 7,8903 gram

Berat vial kosong + Minyak :

8,3093 gram

Minyak yang didapat :

8,3093 - 7,8903 = 0,419 gram

Rendemen Minyak :

Emulsi : 20,0060 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 8,2046 gram

Berat vial kosong + Minyak :

8,5770 gram

Minyak yang didapat :

8,5770 - 8,2046 = 0,3724 gram

Rendemen Minyak :

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Rendemen Hari ke- 14

Emulsi A Emulsi B

Emulsi : 20,0109 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 8,2741 gram

Berat vial kosong + Minyak :

8,5564 gram

Minyak yang didapat :

8,5564 - 8,2741 = 0,2823

Rendemen Minyak :

Emulsi : 20,0357 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 8,1101 gram

Berat vial kosong + Minyak :

8,4315 gram

Minyak yang didapat :

8,4315 - 8,1101 = 0,3214 gram

Rendemen Minyak :

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Rendemen Hari ke- 21

Emulsi A Emulsi B

Emulsi : 20,0104 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 8,2601 gram

Berat vial kosong + Minyak :

8,4605 gram

Minyak yang didapat :

8,4605 - 8,2601 = 0,2004 gram

Rendemen Minyak :

Emulsi : 20,0126 gram

HCl 36% : 4 ml

Aquades : 8 ml

n-Heksane : 3 x 15 ml

Berat vial kosong : 8,4550 gram

Berat vial kosong + Minyak :

8,7061 gram

Minyak yang didapat :

8,7061 - 8,4550 = 0,2511 gram

Rendemen Minyak :

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan Konsentrasi Minyak Hasil Ekstraksi Emulsi

MBJH

Sejumlah minyak yang telah diekstraksi ditimbang kemudian dilarutkan

dengan pelarut heksan sebanyak 3 ml. Setelah itu divortex dan kemudian sampel

disuntikkan ke GCMS. Perhitungan konsentrasi dari sampel yaitu:

A. Hari ke- 0

Emulsi A

Konsentrasi

Emulsi B

Konsentrasi

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Kromatogram GCMS MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

A. Kromatogram MBJH Hari ke-0

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Kromatogram MBJH Hari ke-21

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 0 (Emulsi A)

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 0 (Emulsi B)

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 2 (Emulsi A)

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

F. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 2 (Emulsi B)

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

G. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 7 (Emulsi A)

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

H. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 7 (Emulsi B)

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

I. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 14 (Emulsi A)

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

J. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 14 (Emulsi B)

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

K. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 21 (Emulsi A)

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

L. Kromatogram MBJH Emulsi Hari ke- 21 (Emulsi B)

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Dokumentasi Alat, Bahan, dan Kegiatan Penelitian

MBJH

Sukrosa

Tragakan

Na benzoat

Emulsi

Stirer Homogenizer

Viskometer

pH Meter

Uji Sentrifugasi

Uji Globul

Ekstraksi Emulsi

Minyak Emulsi

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Sertifikat Analisis Minyak Biji Jinten Hitam

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Sertifikat Analisis Tragakan

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Sertifikat Analisis Natrium Benzoat

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26056/1/DEISY... · Penguraian dan penstabilan bahan obat dalam suatu sediaan farmasi merupakan

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Sertifikat Analisis Sukrosa