uin syarif hidayatullah jakarta uji daya penetrasi...

101
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI SEDIAAN SPRAY GEL ETIL p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) DAN MENTHOL SKRIPSI SHEILA SABRINA 11141020000058 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2018

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI DAYA PENETRASI SEDIAAN SPRAY GEL

ETIL p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG KENCUR

(Kaempferia galanga Linn) DAN MENTHOL

SKRIPSI

SHEILA SABRINA

11141020000058

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2018

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI DAYA PENETRASI SEDIAAN SPRAY GEL

ETIL p-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG KENCUR

(Kaempferia galanga Linn) DAN MENTHOL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SHEILA SABRINA

11141020000058

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2018

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip atau yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Sheila Sabrina

NIM :11141020000058

Tanda tangan :

Tanggal : 13 September 2018

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Sheila Sabrina

NIM : 11141020000058

Program Studi : S-1 Farmasi

Judul : Uji Daya Penetrasi Sediaan Spray Gel Etil p-

Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia

galanga Linn) dan Menthol

Disetujui Oleh

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Nelly Suryani, Ph.D., Apt.

NIP. 196510242005012001

Ismiarni Komala, Ph.D., Apt.

NIP. 197806302006042001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Nurmeilis, M,Si., Apt.

NIP. 197404302005012003

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Sheila Sabrina

NIM : 11141020000058

Program Studi : S-1 Farmasi

Judul : Uji Daya Penetrasi Sediaan Spray Gel Etil p-

Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia

galanga Linn) dan Menthol

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Nelly Suryani, Ph.,D., Apt ( )

Pembimbing II : Ismiarni Komala, Ph.,D.,Apt ( )

Penguji I : Estu Mahanani, M.Si.,Apt ( )

Penguji II : Yardi, Ph.,D.,Apt ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 13 September 2018

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Sheila Sabrina

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Daya Penetrasi Sediaan Spray Gel Etil p-

Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia

galanga Linn) dan Menthol

Etil p-metoksisinamat merupakan senyawa isolat terbesar yang terkandung dalam

rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) yang memiliki aktivitas antiinflamasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya penetrasi sediaan spray gel EPMS

dan menthol menggunakan sel difusi franz serta melihat profil pelepasan EPMS

dalam sediaan spray gel. Pada penelitian ini sediaan spray gel yang digunakan

telah dinyatakan stabil secara fisik dan kimia oleh penelitian sebelumnya. EPMS

diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap rekristalisasi. Kemurnian

kristal hasil isolat diidentifikasi dengan metode KLT, titik leleh, dan Kromatografi

Gas Spektrofotometri Massa (GC-MS). Kristal EPMS hasil isolasi kemudian di

formulasikan menjadi sediaan spray gel serta di evaluasi secara fisik. Pengujian

penetrasi in vitro dilakukan dengan alat sel difusi franz menggunakan membran

difusi berupa kulit tikus galur Sprague Dawley. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa jumlah kumulatif zat aktif per luas area yang tertinggi terjadi

pada jam ke-8 yaitu 174,5172 µg/cm2 dan presentase kumulatif EPMS yang

terpenetrasi per luas area adalah 28,24 %. Kecepatan penetrasi EPMS yang

tertinggi terjadi pada menit ke-10 yaitu 174,7257 µg.cm-2.jam-1. Sehingga

berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan spray gel EPMS

mampu berpenetrasi cepat ke dalam kulit namun sediaan ini memiliki durasi kerja

yang sebentar.

Kata kunci : etil p-metoksisinamat, penetrasi, rimpang kencur, spray gel

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Sheila Sabrina

Study Program : Pharmacy

Title : Penetration Ability Test of Spray Gel Ethyl p-

Methoxycinamate from Kencur Rhizome (Kaempferia

galanga Linn) and Menthol

Ethyl p-methoxycinnamate (EPMC) is the main isolate compound from kencur

rhizome (Kaempferia galanga Linn) that has anti-inflammatory activity. The aim

of this study is to test the penetration ability of spray gel ethyl p-

methoxycinnamate and menthol by using a franz diffusion cell and to observe

penetration profil released of ethyl p-methoxycinnamate from spray gel. In this

study, the spray gel has been stated physically and chemically stable. EPMC was

isolated from n-hexane extract of kencur rhizome through recrystallization. The

purity of isolate EPMC crystals was examined by TLC, melting point, and Gas

Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS) method. The isolate EPMC

crystals was formulated in to spray gel and was evaluated by physical

characteristic. Penetration ability test was examined by in vitro franz cell diffusion

test uses rats Sprague Dawley strain skin as a membrane diffusion. The result of

this research shown that the highest cumulative amount of EPMC penetrated per

area was at the 8th hour of spray gel EPMC was 174,5172 µg/cm2 and the

percentage total cumulative penetration of EPMC was 28,24 %. The highest

EPMC penetration flux was at the 10th minute was 174,7257 µg.cm-2.hour-1.

Based on the result, it can be concluded that spray gel EPMC can quickly

penetrated into the skin but the duration of action was fast.

Keywords : ethyl p-methoxycinamate, kencur rhizome, penetration, spray gel

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Uji Daya Penetrasi Sediaan Spray Gel Etil p-

Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) dan Menthol”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

Rasulullah SAW. Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini

tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis secara khusus

mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Yudi Kusnanto, Ibunda Endang

Pujihartati yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, nasihat,

serta dukungan baik moral maupun materil.

2. Adik tercinta Amanda Amelia yang selalu memberikan semangat,

keceriaan, dukungan dan doa.

3. Mbah Akung Marwoto, Mbah Putri Darinih, serta Alm. Engkung

Kusnaryanto yang telah memberikan doa serta dukungan baik moral

maupun materil yang diberikan.

4. Ibu Nelly Suryani, Ph.D. Apt, dan Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D. Apt,

selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu,

masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

5. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Ofa Suzanthi Betha M,Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing dan menerima keluh kesah selama perkuliahan.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan dan

Fakultas Kedokteran yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada

penulis selama masa perkuliahan.

9. PT. Megasetia Agung Kimia yang telah bersedia memberikan dukungan

berupa bahan yang diperlukan dalam penelitian ini.

10. Para calon mempelai wanita, Seavhira Dianmurdedi, Deani Nurul

Mubarika, Syifa Rizkia, Shoffiya Amaliya dan Annisa Ulfa Mutiara yang

telah menjadi sahabat sejak awal perkuliahan hingga membantu dalam

selesainya penelitian ini.

11. Teman-teman seperjuangan di laboratorium, Deani Nurul Mubarika,

Fauziah, Syifa Rizkia, Annisa Ulfa Mutiara, Seavhira Dianmurdedi, Nada

Nursetiyanti, Puspitasari, Syifa Munika, Ramadhani, Inez latanza,

Novitasari, Ridho dan Amajida yang telah memberikan motivasi dan

bantuan selama penelitian.

12. Kawan-kawan Kos Griya Kurnia Asri, Seavhira Dianmurdedi, Deani

Nurul Mubarika, Shoffiya Amaliya, Nada Nursetiyanti, Nurma Faizah,

Sona Ledinia dan Tasha Azizah yang telah menemani keseharian penulis

selama dikosan, memberikan motivasi, dan doa.

13. Teman-teman Paduan Suara FKIK dan Pharmacy Music Community.

14. Teman-teman program studi Farmasi UIN Jakarta angkatan 2014

(khususnya kelas BD) atas persaudaraan dan kebersamaan yang telah

terjalin dan memotivasi penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun

selama di bangku perkuliahan.

15. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Jakarta atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di

laboratorium.

16. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis dan pembaca. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Ciputat, 2018

Penulis

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sheila Sabrina

NIM : 11141020000058

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi karya ilmiah saya

dengan judul

UJI DAYA PENETRASI SEDIAAN SPRAY GEL ETIL p-

METOKSISINAMAT DARI RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA

GALANGA Linn.) DAN MENTHOL

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademis sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian persutujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 13 September 2018

Yang Menyatakan:

(Sheila Sabrina)

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... ii

Halaman Pernyataan Orisinalitas ..................................................................... iii

Halaman Persetujuan Pembimbing ...................................................................iv

Lembar Pengesahan .............................................................................................. v

Abstrak ..................................................................................................................vi

Abstract ............................................................................................................... vii

Kata Pengantar ................................................................................................. viii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ....................................................xi

Daftar Isi ............................................................................................................. xii

Daftar Tabel ........................................................................................................xvi

Daftar Gambar .................................................................................................. xvii

Daftar Lampiran .............................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) ................................................... 4

2.1.1 Taksonomi Tumbuhan ....................................................................... 4

2.1.2 Habitat Tumbuh ................................................................................. 5

2.1.3 Morfologi Tanaman ........................................................................... 5

2.1.4 Kandungan Kimia dan Aktivitas ........................................................ 6

2.2 Senyawa Etil p-Metoksisinamat (EPMS) ...................................................... 7

2.3 Isolasi Etil p-Metoksisinamat (EPMS) ......................................................... 8

2.4 Simplisia ........................................................................................................ 8

2.5 Ekstraksi dan Ekstrak ................................................................................... 9

2.5.1 Metode Ekstraksi ............................................................................. 10

2.6 Kulit ............................................................................................................ 11

2.6.1 Struktur Kulit ................................................................................... 12

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Penetrasi Obat Melalui Kulit ...................................................................... 14

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Absorbsi Perkutan ......................................... 15

2.9 Gel .............................................................................................................. 17

2.10 Spray Gel ................................................................................................... 18

2.11 Studi Formulasi Sediaan Spray Gel EPMS .............................................. 20

2.11.1 Na CMC ......................................................................................... 20

2.11.2 Kopovidon ..................................................................................... 21

2.11.3 Menthol .......................................................................................... 22

2.11.4 Propilen Glikol .............................................................................. 23

2.11.5 Etanol ............................................................................................. 24

2.11.6 Metil Paraben ................................................................................. 25

2.11.7 Propil Paraben ................................................................................ 26

2.12 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz .... 26

2.13 Spektrofotometri UV-Vis ......................................................................... 27

2.14 Kromatografi Lapis Tipis .......................................................................... 30

2.15 Kromatografi Gas Spektrofotometri Massa (GC-MS) ............................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 33

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 33

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 33

3.2.1 Alat ................................................................................................... 33

3.2.2 Bahan ............................................................................................... 34

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................. 34

3.3.1 Determinasi Tanaman Kencur .......................................................... 34

3.3.2 Penyiapan Simplisia Rimpang Kencur ............................................ 34

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur .............................................. 35

3.3.4 Isolasi EPMS .................................................................................... 35

3.3.5 Identifikasi dan Uji Kemurnian EPMS ............................................ 36

3.3.5.1 Pemeriksaan Organoleptik ................................................ 36

3.3.5.2 Pengukuran Titik Leleh ..................................................... 36

3.3.5.3 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ..................... 36

3.3.5.4 Identifikasi EPMS Menggunakan GCMS ......................... 36

3.3.5.4.1 Pembuatan Larutan Sampel ......................................... 36

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.5.4.2 Identifikasi Senyawa EPMS Menggunakan GCMS .... 37

3.3.6 Pembuatan Sediaan Spray Gel EPMS ............................................... 37

3.3.7 Evaluasi Fisik Sediaan Spray Gel EPMS .......................................... 38

3.3.7.1 Pemeriksaan Organoleptik ................................................. 38

3.3.7.2 Pemeriksaan Homogenitas ................................................. 38

3.3.7.3 Pemeriksaan pH ................................................................. 38

3.3.7.4 Pemeriksaan Viskositas ..................................................... 39

3.3.7.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot Per Semprot 39

3.3.7.6 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat ......................................... 39

3.3.7.7 Pemeriksaan Bobot Penghantaran Sediaan Setiap

Semprotan .......................................................................... 39

3.3.8 Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan ........................................... 40

3.3.8.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Metanol ........... 40

3.3.8.2 Pengukuran Kadar EPMS dalam Sediaan .......................... 41

3.3.9 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro ............................................... 41

3.3.9.1 Penyiapan Membran Difusi ............................................... 41

3.3.9.2 Pembuatan Larutan EDP .................................................... 41

3.3.9.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Larutan

Kompartemen Reseptor ................................................................. 42

3.3.9.4 Uji Penetrasi Sediaan ......................................................... 42

3.3.9.5 Perhitungan Jumlah Kumulatif dan Kecepatan Penetrasi Zat

Aktif ................................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 44

4.1 Isolasi EPMS ............................................................................................... 44

4.1.1 Pembuatan Ekstrak Kencur .............................................................. 44

4.1.2 Isolasi Kristal EPMS dari Ekstrak Kencur ....................................... 45

4.2 Identifikasi dan Uji Kemurnian .................................................................... 45

4.2.1 Pemeriksaan Organoleptik ............................................................... 45

4.2.2 Pengukuran Titik Leleh .................................................................... 46

4.2.3 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................... 46

4.2.4 Identifikasi EPMS Menggunakan GCMS ........................................ 47

4.3 Pembuatan Sediaan Spray Gel EPMS ......................................................... 50

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Evaluasi Fisik Sediaan Spray Gel EPMS ..................................................... 51

4.4.1 Pemeriksaan Organoleptik ............................................................... 51

4.4.2 Pemeriksaan Homogenitas ............................................................... 51

4.4.3 Pemeriksaan pH ................................................................................ 52

4.4.4 Pemeriksaan Viskositas ................................................................... 53

4.4.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot Per Semprot................ 53

4.4.6 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat ........................................................ 54

4.4.7 Pemeriksaan Daya Penghantaran Sediaan Setiap Semprotan ........... 54

4.5 Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan ...................................................... 54

4.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Metanol .......................... 54

4.5.2 Pengukuran Kadar EPMS dalam Sediaan ......................................... 55

4.6 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro ......................................................... 56

4.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Larutan EDP .................. 56

4.6.2 Penyiapan Membran Sel Difusi dari Kulit Tikus .............................. 56

4.6.3 Pengujian Penetrasi EPMS ............................................................... 57

4.6.4 Jumlah Kumulatif Zat Aktif Terpentrasi Per Luas Area ................... 58

4.6.5 Fluks Penetrasi .................................................................................. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 64

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 64

5.2 Saran ............................................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65

LAMPIRAN ........................................................................................................ 75

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.) ....................... 4

Tabel 2.2 Kegunaan Na CMC...................................................................................... 21

Tabel 2.3 Kegunaan Kopovidon ................................................................................. 22

Tabel 2.4 Kegunaan Menthol ....................................................................................... 23

Tabel 2.5 Kegunaan Propilen glikol ........................................................................... 24

Tabel 2.6 Kegunaan Alkohol ....................................................................................... 25

Tabel 3.1 Formulasi Spray Gel EPMS ....................................................................... 37

Tabel 4.1 Data Hasil Uji Titik Leleh .......................................................................... 46

Tabel 4.2 Komposisi Formula Sediaan Spray Gel EPMS ...................................... 48

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Organoleptik ............................................................... 51

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan pH ................................................................................. 52

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Viskositas .................................................................... 53

Tabel 4.6 Jumlah Kumulatif DIfusi EPMS per Luas Area dari Sediaan ............... 59

Tabel 4.7 Presentase Kumulatif Difusi EPMS per Luas Area ................................ 60

Tabel 4.8 Kecepatan Penetrasi (Fluks) EPMS Tiap Satuan Waktu ........................ 62

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.) ...................................... 4

Gambar 2.2 Struktur kimia etil p-metoksisinamat ..................................................... 7

Gambar 2.3 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. ..................................................... 12

Gambar 2.4 Struktur Natrium karboksimetil selulosa (Na CMC) ......................... 20

Gambar 2.5 Struktur Kopovidon ................................................................................ 21

Gambar 2.6 Struktur Menthol ..................................................................................... 22

Gambar 2.7 Struktur Propilen Glikol ......................................................................... 23

Gambar 2.8 Struktur Etanol ........................................................................................ 24

Gambar 2.9 Struktur Metil Paraben ........................................................................... 25

Gambar 2.10 Struktur Propil Paraben ........................................................................ 26

Gambar 2.11 Kompartemen Sel Difusi Franz .......................................................... 27

Gambar 2.12 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis ............................................ 29

Gambar 2.13 Skema Kromatografi Lapis Tipis ....................................................... 31

Gambar 2.14 Prinsip Kerja GCMS ............................................................................ 32

Gambar 4.1 Kristal Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi ......................................... 46

Gambar 4.2 Plat KLT Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi .................................... 47

Gambar 4.3 Kromatogram Standar Etil p-Metoksisinamat .................................... 48

Gambar 4.4 Kromatogram Isolat Etil p-Metoksisinamat ........................................ 49

Gambar 4.5 Grafik pH Sediaan Spray Gel EPMS .................................................. 52

Gambar 4.6 Grafik Viskositas Sediaan Spray Gel EPMS ..................................... 53

Gambar 4.7 Grafik Jumlah Kumulatif EPMS yang Berdifusi per Luas Area ...... 59

Gambar 4.8 Grafik Fluks Penetrasi EPMS Tiap Satuan Waktu ............................. 63

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ........................................................................................ 75

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tumbuhan Rimpang Kencur ................................ 76

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen, Perhitungan Rf, Nilai Luas Puncak dan

Presentase Kadar EPMS ...................................................................... 77

Lampiran 4. Gambar Hasil Pemeriksaan Organoleptik, dan Hasil Pemeriksaan

Homogenitas ........................................................................................... 78

Lampiran 5. Evaluasi Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot, dan Gambar

Pola Penyemprotan Sediaan Spray Gel .............................................. 79

Lampiran 6. Evaluasi Daya Sebar Lekat ................................................................... 80

Lampiran 7. Scanning Panjang Gelombang Maksimum EPMS dalam Metanol,

Data Absorbansi dan Kurva Standar EPMS dalam Metanol .......... 80

Lampiran 8. Data Hasil Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan Spray Gel ....... 81

Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Maksimum EPMS dalam Metanol,

Data Absorbansi dan Kurva Standar EPMS dalam Larutan EDP .. 81

Lampiran 10. Contoh perhitungan Jumlah Kumulatif Zat Aktif Terpenetrasi per

Luas Area ............................................................................................. 82

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Fluks Penetrasi ................................................. 83

Lampiran 12. Sertifikat Analisa Natrium Karboksimetil Selulosa ........................ 84

Lampiran 13. Sertifikat Analisa Kopovidon ............................................................. 85

Lampiran 14. Surat Keterangan Hewan Uji ............................................................. 86

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu

jenis tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan

(Zingiberaceae). Rimpang kencur dikenal sebagai tanaman yang

dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, kencur juga dikenal sebagai tanaman

obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit karena khasiatnya

sebagai ekspetoransia, diuretika, dan stimulansia. Kencur juga dapat

mengobati batuk, radang lambung, bengkak, muntah-muntah, tetanus,

nyeri, sakit kepala, memperlancar haid dan influenza (Santoso, 2008).

Kandungan utama yang terdapat pada kencur adalah Etil p-

metoksisinamat (EPMS). Selain itu juga terdapat senyawa kamfer,

borneol, sineol, penta dekana (Komala, et.al. 2017,2018). Etil sinamat dan

etil p-metoksi sinamat (EPMS) dari minyak atsiri kencur banyak

digunakan di dalam industri kosmetika dan dimanfaatkan dalam bidang

farmasi sebagai obat asma dan antijamur (Tewtrakul, dkk., 2005), selain

itu juga memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka (Tara, 2006), serta

untuk mengobati hipertensi, rematik, dan asma (Sulaiman, dkk., 2007).

Senyawa EPMS juga telah dilaporkan memiliki aktivitas antiinflamasi

dengan menghambat edema tikus yang diinduksi karagenan (Umar, dkk.,

2012) mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis sitokin pro-

inflamasi meliputi TNF-a dan IL-1 secara in vivo dan in vitro (Umar,

2014).

Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa EPMS sudah dibuat

dalam beberapa bentuk sediaan sebagai pengembangan suatu obat

antiinflamasi lokal, yaitu sediaan salep, krim, gel, dan spray gel (Agus,

2015; Wikhdatul, 2017). Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui

bahwa senyawa EPMS paling stabil dalam sediaan gel dan spray gel

(Wikhdatul, 2017). Pembuatan obat antiinflamasi berupa sediaan spray gel

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bertujuan untuk terapi local dengan memberikan efek penghantaran bahan

aktif yang nyaman karena memberikan rasa dingin dikulit, mudah

mengering dan membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci dan

digunakan (Lukman, dkk., 2012). Sediaan spray gel bertujuan memberikan

kepatuhan lebih pada pasien dan mengurangi kemungkinan kontaminasi

atau penyebaran infeksi di lokasi luka (Sulekha, 2016). Tujuan terapi lokal

hanya membutuhkan penetrasi obat melalui kulit pada organ atau jaringan

tertentu tubuh yang mengalami gangguan, dengan harapan hanya sedikit

atau tidak ada obat yang masuk ke dalam sistemik (Ranade et. al, 2004).

Untuk mencapai kerja obat secara maksimal dari sediaan spray gel

adalah dengan cara melihat penetrasi obat melalui lapisan kulit teratas

sehingga efek farmakologinya dapat dirasakan (Iswandana, 2011).

Penetrasi obat melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu profil

pelepasan obat dari pembawanya, afinitas zat aktif terhadap pembawa,

kelarutan zat aktif dalam pembawa dan pH pembawa.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya

mengenai uji penetrasi, dinyatakan bahwa penetrasi EPMS lebih baik pada

sediaan gel dibanding krim dan salep (Agus, 2015). Dalam penelitian lain

(Wikhdatul, 2017) diketahui juga bahwa formulasi EPMS dalam sediaan

spray gel stabil secara fisika dan kimia, modifikasi bentuk sediaan menjadi

spray gel, memerlukan pengujian lanjutan sehingga sediaan dapat

dipertimbangkan untuk penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu,

berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penelitian lanjutan mengenai

uji daya penetrasi sediaan spray gel EPMS dari rimpang kencur

(Kaempferia galangal Linn) dan menthol.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah profil pelepasan EPMS yang terkandung dalam sediaan

spray gel?

2. Berapakah jumlah EPMS yang terpenetrasi dan fluks penetrasi EPMS ke

dalam membran kulit hewan uji?

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya penetrasi sediaan

spray gel EPMS dan menthol menggunakan sel difusi franz serta melihat

profil pelepasan EPMS yang terkandung dalam sediaan spray gel.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

daya penetrasi sediaan spray gel EPMS dan menthol sehingga diketahui

jumlah EPMS yang terpenetrasi dan fluks penetrasi EPMS dari spray gel.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rimpang Kencur

2.1.1 Taksonomi Tumbuhan

Gambar 2.1 Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.)

[Sumber: Koleksi pribadi]

Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.) dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.)

Kingdom Plantae

Sub kingdom Traecheobionta

Super divisi Spermatophyta

Divisi Magnoliophyta

Kelas Liliopsida

Sub kelas Commenlinidae

Ordo Zingiberales

Famili Zingiberaceae

Genus Kaempferia

Spesies Kaempferia galanga Linn.

(Haryono dan Maretta, 2013)

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Habitat Tumbuh

Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh liar di tepi-tepi kebun,

tersebar luas di daerah tropis dan subtropik, namun sudah banyak yang

dibudidayakan secara monokultur. Kencur tumbuh subur di daerah dataran

rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur atau tidak terlalu banyak air.

Kencur tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur, sedikit berpasir, dan subur.

Kencur sudah banyak dibudidayakan di Indonesia terutama di pulau Jawa. Selain

itu juga banyak ditanam di India, Malaysia, Taiwan, dan Cina (Wikhdatul, 2017

telah dimodifikasi).

Kencur dikenal dengan berbagai nama daerah di Indonesia yaitu kencur

(Jawa), cikur (Sunda), ceuko (Aceh), cekuk (Bali), cakue (Minangkabau), cekur

(Lampung), kecewer (Karo), Sukung (Manado), dan Bataka (Ternate, Tidore)

(Haryono dan Maretta, 2013).

2.1.3 Morfologi Tanaman

Kencur (Kaempferia galanga Linn.) merupakan terna yang hampir

menutupi tanah, tidak berbatang, rimpang bercabang-cabang, berdesak-desakan,

akar-akar berbentuk gelondong, kadang-kadang berumbi, panjangnya 1-1,5 cm.

Daun kencur berbentuk jorong lebar sampai hampir bundar, pangkalnya hampir

berbentuk jantung, memiliki ujung yang lancip, bagian atas tidak berambut,

bagian bawah berambut halus, pinggir bergelombang berwarna merah kecoklatan,

bagian tengah berwarna hijau, pinggir helai daun 7-15 cm, lebar 2-8 cm, tangkai

pendek, berukuran 3-10 mm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm,

warna putih (Depkes, 1977).

Kencur terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan ukuran daun dan rimpangnya,

yaitu kencur berdaun lebar dengan ukuran rimpang besar dan kencur berdaun

sempit dengan ukuran rimpang lebih kecil. Perbedaan dari kedua jenis kencur ini

adalah kandungan minyak atsirinya, pada kencur jenis berdaun lebar dengan

rimpang besar kandungan minyak atsirinya lebih rendah bila dibandingkan

dengan kencur jenis berdaun sempit dengan rimpang yang lebih kecil. (Rostiana et

al., 2005. Charinna, 2015 telah dimodifikasi)

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4 Kandungan Kimia dan Aktivitas

Rimpang kencur mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak

atsiri (Depkes, 2001). Menurut Umar, et,al (2012) kandungan kimia dalam ekstrak

kencur adalah asam propionat (4,71%), pentadekan (2,08%), asam tridekanoat

(1,81%), 1,21-docosadiene (1,47%), beta-sitosterol (9,88%), dan komponen

terbesar adalah etil para metoksisinamat (80,05%). Kandungan lain yang terdapat

dalam kencur adalah α-pinen, kamfer, karvon, benzen, eukaliptol, borneol, dan

metil sinamat (Umar, dkk. 2012).

Berdasarkan penelitian Umar, et,al (2012), mekanisme kerja dari EPMS

adalah menghambat induksi edema karagenan pada tikus dengan MIC 100mg/kg

dan menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2 dengan nilai IC50 masing-masing

1,12 µM dan 0,83 µM berdasarkan hasil uji in vitro EPMS secara non-selektif.

Kencur dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai khasiat,

antara lain sebagai obat batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, perut kembung, rasa

mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompres bengkak atau radang, tetanus dan

penambah nafsu makan (Miranti, 2009). Selain itu, ekstrak minyak atsiri dari

kencur juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap gram positif, seperti

Staphylococcus aureus ATCC 25923, Streptococcus faecalis, Bacillus subtilis,

dan terhadap gram negative, seperti Salmonellatyphi, Shigella flexneri, Eschericia

coli ATCC 259, serta memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albicans

(Tewtrakul, et,al. 2005). Berdasarkan penelitian Sulaiman et,al. (2007), ekstrak

air daun kencur diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi dan antinosiseptif yang

diuji pada radang akut yang dinduksi dengan karagenan (Sulaiman, dkk., 2007).

Ekstrak alkohol kencur juga memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka

(Tara,dkk., 2006). Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

kencur memiliki berbagai khasiat. Dalam hal ini, EPMS dianggap sebagai

kandungan dari kencur yang mempengaruhi aktivitasnya sebagai antiinflamasi.

Kencur biasa digunakan sebagai obat tradisional atau jamu untuk obat luar

(topikal) maupun obat dalam (oral). Kencur yang dibuat dalam ramuan tradisional

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau jamu biasanya dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, antimikroba, analgesik

dan antipiretik (Suwito, 2005, dalam Nugraini, 2015).

2.2 Senyawa Etil p-metoksisinamat (EPMS)

Senyawa EPMS berbentuk kristal berwarna putih dengan berat molekul

206,24 g/mol, rumus molekul C12H14O dan memiliki titik lebur 55-560C (Bangun,

2011). EPMS memiliki gugus fungsi yang reaktif yang dapat membuatnya sangat

mudah ditransformasikan menjadi gugus fungsi yang lain dan merupakan ester

alam dimana gugus esternya dapat dihidrolisis menjadi senyawa asam karboksilat

(Mufidah, 2014).

Gambar. 2.2 Struktur kimia etil p-metoksisinamat

[Sumber : Koleksi pribadi]

Pemanfaatan EPMS dulunya digunakan sebagai bahan dasar senyawa tabir

surya atau sebagai pelindung kulit dari sengatan sinar matahari, kemudian

penelitian dilanjutkan oleh Umar, dkk. (2012) melaporkan bahwa senyawa etil p-

metoksisinamat memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi non-selektif menghambat

COX-1 dan COX-2 secara in vitro. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Umar,

dkk. (2014) melaporkan bahwa EPMS mempunyai efek analgesik dan

antiinflamasi dengan mekanisme penghambatan sintesis sitokin pro-inflamasi

meliputi TNF-a dan IL-1 secara in vivo dan in vitro (Wikhdatul, 2017 telah

dimodifikasi).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Isolasi Etil p-metoksisinamat (EPMS)

EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin

benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang

mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat

menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil

asetat, metanol, air, dan heksana. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus

mempunyai kepolaran yang berbeda. Ekstrasi EPMS dari kencur menggunakan

suhu yang kurang dari titik lelehnya yaitu 48–500 C (Eko,2012). Menurut

penelitian Cindy (2009) kandungan EMPS yang optimal dapat diperoleh dengan

mengekstraksi serbuk Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan pelarut N-heksan.

Dari analisis dengan KGSM hasilnya adalah EPMS kemungkinan besar ada pada

ekstrak kencur dengan pelarut N-heksan dan mempunyai kemurnian yang cukup

tinggi yaitu sebesar 96,92 %. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya satu

puncak yang sangat dominan.

Isolasi dan pemurnian EPMS dapat dilakukan dengan menggunakan

metanol secara mudah hingga didapatkan kristal berwarna putih (Barus, 2009).

Taufikkurohmah, dkk. (2008) melaporkan hasil penelitiannya bahwa didapat pada

pemilihan pelarut, heksan pada suhu kamar merupakan pelarut yang paling sesuai

ditandai dengan persen hasil isolasi tertinggi yaitu 2,111 %, kemudian diikuti

dengan etanol yatu 1,434 %, dan etil asetat 0,542% sedangkan dengan aquades

tidak terdapat kristal (Wikhdatul, 2017 telah dimodifikasi).

2.4 Simplisia

Dalam dunia farmasi, bahan mentah untuk obat-obatan biasa disebut

dengan simplisia. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1983)

simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun dan berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia terdiri dari 3 macam yaitu :

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman ( isi sel yang secara spontan keluar dari

tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya ataupun zat-zat

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan

belum berupa zat kimia murni).

2. Simplisia hewani adalah simplisia yang merupakan hewan utuh, sebagian

hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa

zat kimia murni.

3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah dengan cara yang sederhana dan belum

berupa zat kimia murni.

(Ditjen POM, 1995. Mei, 2013)

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal tersebut,

persyaratan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bahan baku simplisia,

proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia,

serta cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

2.5 Ekstraksi dan Ekstrak

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan

tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu

dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang

sama (Mukhriani, 2014).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.1 Metode Ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000) metode ekstraksi terbagi atas:

1. Cara dingin

a. Maserasi, merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan. Pelarut akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, kemudian zat aktif akan larut akibat adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel

maka larutan terpekat keluar.

b. Perkolasi, merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan

pelarut yang selalu baru sampai sempurna dan umumnya dilakukan

pada temperatur ruangan. Perkolasi dilakukan dengan cara serbuk

sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator (wadah

silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).

Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan

menetes perlahan pada bagian bawah.. Metode ekstraksi perkolasi

lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

Aliran pelarut (cairan penyari) menyebabkan adanya

pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang

konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan

derajat perbedaan konsentrasi.

Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk

saluran tempat mengalir pelarut (cairan penyari). Akibat

kecilnya saluran kapiler tersebut, kecepatan pelarut cukup

untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat

meningkatkan perbedaan konsentrasi.

2. Cara Panas

a. Refluks, merupakan ekstraksi dengan cara sampel dimasukkan

bersama pelarut ke dalam labu yang dihubungkan dengan

kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Umumnya dilakukan

pengulangan pada residu pertama sebanyak 3-5 kali sehingga

proses ekstraksinya sempurna.

b. Sokletasi, merupakan ekstraksi dengan menempatkan serbuk

sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring)

dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah

kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan

suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Teknik ekstraksi ini

menggunakan pelarut yang selalu baru dan dilakukan dengan alat

khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut

relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti, merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

d. Infundasi, merupakan proses penyarian yang umumnya dilakukan

untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-

bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90oC selama 15

menit.

e. Dekok, merupakan infus pada waktu yang lebih lama dan

temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-

100oC.

2.6 Kulit

Kulit beserta turunannya, meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar

keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen (Sonny, 2013). Luas kulit

orang dewasa 2m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan, kulit merupakan organ

yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit

juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur,

jenis kelamin, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson,

2009). Fungsi kulit adalah melindungi tubuh dari kehilangan cairan elektrolit,

trauma mekanik dan radiasi ultraviolet sebagai barier dari invasi mikroorganisme

patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan panas karena terdapat

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air yang dapat digunakan

apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat terjadinya metabolisme

vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007). Dalam pemberian obat

dengan rute transdermal, kulit merupakan tempat administrasi bukan sebagai

organ sasaran (Honeywell-Nguyen & Bouwstra, 2005).

2.6.1 Struktur Kulit

Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis

merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa

jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat

selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat

terutama terdiri dari jaringan lemak.

Gambar 2.3 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit memperlihatkan saling

hubung dan lokasi apendiks dermal (folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea).

[Sumber: Mescher AL, 2010]

Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis

gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak

mempunyai pembuluh darah maupun limf, oleh karena itu semua nutrien dan

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada

epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini

secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal yang secara

berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanannya, sel-sel ini

berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam

sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan

(terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20

sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini disebut sitomorfosis dari

sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada tingkat berbeda dalam epitel

memungkinkan pembagian dalam potongan histologik tegak lurus terhadap

permukaan kulit. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum

basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum

korneum.

a. Stratum basal (lapis basal, lapis benih)

Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang

tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di

bawahnya. Sel-selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding

ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya

terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi

epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk

memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini

dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan normal

cepat.

b. Stratum spinosum (lapis taju)

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk

poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan

pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang

berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-

olah menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah

terletak desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan

ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Stratum granulosum (lapis berbutir)

Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak

granula basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan

mikroskop elektron ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran

tetapi dikelilingi ribosom. Mikrofilamen melekat pada permukaan granula.

d. Stratum lusidum (lapis bening)

Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan

agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini.

Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang

sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah yang memisahkan

stratum korneum dari lapisan lain di bawahnya.

e. Stratum korneum (lapis tanduk)

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti

serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling

permukaan merupakan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu

terkelupas (Sonny, 2013).

2.7 Penetrasi Obat Melalui Kulit

Kulit merupakan target masuknya obat dari sediaan transdermal. Kulit

merupakan barrier penghalang yang terdiri dari berbagai lapisan. Mekanisme obat

melintasi stratum korneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua

mekanisme, yaitu: transepidermal yang terdiri dari interselular dan transelular

serta jalur transppendageal.

Pada rute transelular, molekul obat akan melewati kulit secara langsung

melewati membran fosfolipid dan keratinosit. Jalur ini memungkinkan untuk obat

yang bersifat polar dan hidrofilik. Sedangkan rute interselular adalah rute

penetrasi utama untuk banyak molekul yang melewati stratum korneum. Pada

jalur interselular, obat menembus lapisan kulit melalui ruang antar sel dari kulit,

sehingga jalurnya menjadi berliku dan lebih panjang. Untuk jalur ini lebih

cenderung untuk obat yang bersifat lipofilik karena akan larut dalam lemak yang

terdapat di antara filamen (Lund, 1994). Untuk jalur transappendageal molekul

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melewati kelenjar keringat dan melewati folikel rambut yang disebabkan adanya

pori-pori diantaranya yang memungkinkan obat tersebut berpenetrasi. Jalur

appendageal hanya mencakup 0,1% area untuk penyerapan pada kulit, sehingga

jalur ini dianggap kurang potensial dibandingkan jalur transepidermal (Touitou &

Barry, 2007). Penetrasi obat melalui jalur transepidermal lebih baik dibandingkan

dengan jalur transppendageal, karena luas permukaan pada jalur transppendageal

lebih kecil (Anggraeni, 2008).

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Perkutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan adalah sifat-sifat

fisikokimia dari obat, sifat pembawa yang digunakan, dan kondisi fisiologis kulit

(Charinna, 2015). Senyawa obat dapat diberikan secara transdermal karena

pengaruh beberapa faktor, secara umum faktor tersebut meliputi sifat fisikokimia

obat seperti berat molekul, solubilitas, koefisien partisi dan konstanta disosiasi

(pKa), faktor lainnya adalah sifat dari pembawa dan kondisi dari kulit. Di bawah

ini merupakan faktor-faktor yang ditemukan oleh para peneliti pada kulit yang

normal, sedangkan pada kulit yang terluka sistem penghantaran obat transdermal

tidak terjadi karena akan terakses langsung ke jaringan subkutan dan kapiler

(Allen dan Ansel, 2014).

1. Konsentrasi obat merupakan faktor penting, umumnya jumlah obat yang

terabsorbsi secara perkutan per unit luas permukaan setiap periode waktu

bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu

sistem penghantaran obat trasnsdermal.

2. Berat molekul obat, absorbsi berhubungan terbalik dengan berat molekul

dan semakin kecil molekul semakin cepat penetrasinya kedalam kulit

daripada yang berukuran besar. Semakin tinggi berat molekul semakin

rendah tingkat penetrasi kedalam kulit.

3. Lipofilisitas, pengaruh koefisien partisi terhadap difusi molekul telah

dipelajari dengan mengacu pada difusi pasif, peningkatan lipofilisitas obat

menyebabkan berkurangnya permeasi.

4. Formulasi, faktor lain yang mempengaruhi penetrasi senyawa bioaktif

melalui kulit adalah jenis formulasi yang dirancang untuk masuknya obat.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsentrasi obat mempengaruhi penghantaran topikal dan formulasi

memainkan peranan penting dalam pemasukan obat melalui kulit, dengan

korelasi antara konsentrasi dan jumlah obat yang dihantarkan melalui

kulit. Selanjutnya, peningkatan viskositas pada formulasi menurunkan

penetrasi obat ke dalam kulit yang mungkin disebabkan oleh penurunan

difusi.

5. Koefisien Partisi, koefisien partisi merupakan faktor yang penting untuk

permeasi obat melalui stratum korneum untuk pemberian obat pertama

sampai terakhir, obat harus memiliki karakteristik tertentu yang meliputi

massa molekul rendah, kelarutan yang cukup dalam minyak, dan koefisien

partisi yang cukup tinggi. Hal ini diamati bahwa semakin tinggi nilai

koefisien partisi, obat lipofilik tidak mudah masuk ke stratum korneum

(Prakash dan Thiagarajan, 2012).

6. Semakin besar area pengaplikasian, semakin banyak obat yang diabsorbsi.

7. Obat harus memiliki ketertarikan fisikokimia yang lebih besar kepada kulit

dibandingkan dengan pembawa sehingga obat akan meninggalkan

pembawa menuju kulit.

8. Obat dengan berat molekul 100 - 800 dan solubilitasnya cukup pada lipid

dan air dapat mempenetrasi kulit. Berat molekul ideal pada sistem

penghantaran obat transdermal dipercayai 400 atau dibawahnya.

9. Hidrasi pada kulit umumnya menyokong absorbsi perkutan. Sistem

penghantaran obat transdermal berperan sebagai barrier oklusif yang

menghambat keringat untuk lewat sehingga meningkatkan hidrasi kulit.

10. Absorbsi perkutan tampak lebih baik apabila diaplikasikan pada area yang

memiliki lapisan tanduk tipis dibandingkan dengan yang tebal.

11. Secara umum, semakin lama obat yang diaplikasikan berkontak dengan

kulit akan semakin banyak total obat yang diabsorbsi.

12. Enchancer atau peningkat penetrasi adalah bahan yang dapat

meningkatkan permeabilitas kulit. Bahan peningkat penetrasi tidak

memiliki efek terapi, tetapi dapat mentransport obat dari bentuk sediaan ke

dalam kulit.

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9 Gel

Gel adalah sediaan semi padat yang terdiri atas dispersi partikel anorganik

atau organik yang atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan

(Sezer dan Cevher, 2011). Menurut Ansel (1989) gel merupakan sediaan

semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif. Gel merupakan

dispersi koloid, mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling

berikatan pada fase terdispersi. Makromolekul sediaan gel disebarkan ke seluruh

cairan sampai tidak terlihat batas diantaranya, disebut dengan gel fase satu.

Apabila masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda,

maka gel ini dikelompokkan dalam dua fase. Gel dibuat dengan proses peleburan,

atau diperlukan suatu proses khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel

(Lachman, dkk., 1994). Komposisi sediaan gel umumnya terdiri dari komponen

bahan yang mengembang dengan adanya air (gelling agent), humektan dan

pengawet, terkadang diperlukan bahan yang dapat meningkatkan penetrasi bahan

berkhasiat (Charinna, 2015). Berdasarkan Ansel (1989), dasar gel yang umum

digunakan ada 2 yaitu:

1. Dasar gel hidrofobik, umumnya terdiri atas partikel-partikel anorganik dan

bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit interaksi antara

2 fase. Sedangkan bahan hidrofobik, tidak secara spontan menyebar

namun harus dirancang dengan prosedur khusus.

2. Dasar gel hidrofilik, umunya terdiri atas molekul-molekul organic yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase

pendispersi. Umumnya daya tarik-menarik pada pelarut dari bahan yang

bersifat hidrofilik berkebalikan dengan bahan yang bersifat hidrofobik.

Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan

mempunyai stabilitas yang lebih baik (Luhtfia, 2017).

Gel memiliki absorpsi pada kulit yang lebih baik dibandingkan dengan krim.

Selain itu gel juga baik digunakan untuk lesi pada kulit yang memiliki rambut

(Sharma, 2008). Gel memiliki beberapa keistimewaan berdasarkan sifat dan

komposisinya yaitu, gel memiliki kemampuan penetrasi yang lebih jauh kedalam

kulit dibandingkan dengan krim, gel baik digunakan pada area kulit yang

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berambut, serta bentuk gel disukai secara kosmetika (Yanhendri dan Yenny,

2012).

2.10 Spray Gel

Menurut Holland, et al. (2002) spray gel merupakan istilah “gel atau

hidrogel” yang berarti suatu sistem yang memiliki setidaknya 10% sampai 90%

basis fase berair dari bobot sediaan, sedangkan untuk istilah spray adalah

komposisi yang dikabutkan, berupa tetesan cairan dengan ukuran kecil atau

ukuran besar melalui sebuah aplikator, seperti halnya aerosol atau pompa semprot

(Sheilayanti, 2015; Kamishita, et al., 1992).

Sediaan semprot yang biasa digunakan adalah aerosol. Namun, untuk

menyemprotkan zat aktif yang terlarut didalamnya dibutuhkan hidrokarbon

fluorida (seperti Freon) yang bertindak sebagai propelan. Sediaan aerosol yang

menggunakan propelan kurang disenangi karena obat yang dihantarkan ke kulit

tidak maksimal dan terkadang beberapa zat aktif kurang dapat melarut dalam

sediaan aerosol. Suatu sediaan semprot yang tidak mengandung propelan

memiliki beberapa kekurangan antara lain, sifat lekatnya yang berlebihan pada

kulit sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada saat penggunaan apabila

disemprotkan karena larutan yang mengandung zat aktif akan menetes dan tidak

menetap pada tempat yang akan dituju. Oleh sebab itu, perlu dibuatnya suatu

sediaan spray gel yang mengandung bahan untuk meningkatkan viskositas larutan

tanpa harus menggunakan propelan untuk meningkatkan daya sebar dan daya

lekat dari semprotan serta dapat mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh

aerosol (Kamishita, et al., 1992).

Keuntungan sediaan dengan teknik semprot terhadap luka adalah tingkat

kontaminasi mikroba yang rendah, lebih praktis dalam penggunaannya dan waktu

kontak obat yang relatif lebih lama dibanding sedian lainnya. (Jáuregui, et al.,

2009). Selain itu, penghantaran obat dengan teknik semprot dapat meningkatkan

penetrasi polimer ke area luka sehingga memiliki potensi untuk menghantarkan

zat aktif secara efisien (Sheilayanti, 2015; Scales; 1963). Mekanisme

penyemprotan mekanik akan mengakibatkan penurunan viskositas sediaan yang

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan keadaan stress atau dibawah tekanan. Kemudian setelah

penyemprotan sediaan akan kembali ke bentuk awal akibat keadaan yang terbebas

dari keadaan stress (Porzio, dkk., 2008 dalam Nisak, 2016).

Dalam memformulasikan sediaan spray gel hal paling penting yang harus

diperhatikan adalah viskositas sediaan tersebut. Menurut Kamishita, et al. (1992)

nilai viskositas untuk basis spray gel adalah 500-5000 cPs. Sediaan spray gel ini

juga cocok untuk zat aktif yang larut maupun tidak larut dalam air dengan

mendispersikan zat aktif terlebih dahulu dalam pelarut organik atau yang dapat

melarutkan zat aktif namun dapat larut dalam air (water-soluble organic solvent),

contohnya surfaktan, alcohol dengan rumus molekul rendah (etanol, isopropanol),

dan golongan glikol (propilen glikol, 1-2 butilen glikol, serta polietilen glikol

dengan berat molekul 300-500) (Kamishita, et al., 1992). Selain itu, menurut

Shafira, dkk. (2015) pemilihan polimer dan plasticizer juga merupakan faktor

penentu yang penting dalam formulasi sediaan gel semprot agar menghasilkan

film yang kontinu, elastik, mudah kering dan tidak lengket. Umumnya, beberapa

polimer yang digunakan pada sediaan gel semprot yaitu hidroksipropil metil

selulosa, hidroksipropil selulosa, polivinil alkohol, polivinilpirolidon, gelatin,

natrium alginat dan karbopol.

Formulasi gel semprot EPMS (etilp-metoksisinamat) dari kencur ini

berkhasiat digunakan pada sistem penghantaran obat topikal sebagai

antiiinflamasi, sehingga juga berpotensi untuk proses penyembuhan luka

(Wikhdatul, 2017).

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.11 Studi Formulasi Sediaan Spray Gel EPMS

2.11.1 Na CMC

Gambar 2.4 Struktur Natrium karboksimetil selulosa (Na CMC)

[Sumber: http://lib.itenas.ac.id]

Natrium karboksimetil selulosa (Na CMC) merupakan garam natrium dari

karboksimetil eter selulosa. Na CMC diperoleh dengan sintesis melalui reaksi

pengembangan selulosa dengan natrium hidroksida dan reaksi yang dikatalisis

alkali dari selulosa dengan asam klororasetat. Na CMC mempunyai berat molekul

antara 90000- 2000000 dan berat molekul ini dapat mempengaruhi profil reologi

dari Na CMC. (Sheilayanti, 2015. Sudhakar, dkk, 2006 dalam Wikhdatul, 2017)

Na CMC berfungsi sebagai pengabsorpsi eksudat luka atau air

transepidermal dan keringat. Hal ini dikarenakan Na CMC mempunyai kapasitas

yang tinggi untuk mengikat air dan juga mampu mengatur difusi uap air melalui

distribusi pori matriks (Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q., 2009;

Karathanos dan Saravacos G. D., 1993). Na CMC juga digunakan sebagai

pengikat tablet dan disintegran, penstabil emulsi, agen penyalut, agen

pensuspensi, agen pengabsorpsi air, dan agen peningkat viskositas serta agen

pembentuk film. Dengan viskositas sedang Na CMC pada konsentrasi tinggi,

sekitar 3% sampai 6%, dapat digunakan sebagai basis pembentuk gel (Sheilayanti,

2015; Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q., 2009; Vinklarkova et al., 2014).

Penggunaan Na CMC bersama dengan glikol dapat mencegah terjadinya

penguapan (Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q., 2009). Berikut

konsentrasi Na CMC dalam berbagai kegunaan:

Tabel 2.2 Kegunaan Na CMC

Kegunaan Konsentrasi (%)

Zat pengemulsi 0,25-0,1

Agen pembentuk gel 3,0-6,0

Bahan pengikat tablet 1,0-6,0

[Sumber : Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.11.2 Kopovidon

Gambar 2.5 Struktur Kopovidon

[Sumber: https://www.medicinescomplete.com]

Kopovidon adalah kopolimer vinilpirolidon dan vinil asetat (6:4) yang

dihasilkan melalui reaksi polimerisasi radikal bebas. Karena copovidone

merupakan vinil asetat yang tidak larut dalam air, maka sintesisnya dilakukan

dalam pelarut organik, seperti etanol atau isopropanol Kopovidon disebut juga

kollidon VA 64 atau Plasdone S-630 (Buhler, 1998). Kopovidon memiliki bentuk

serbuk amorf yang berwarna putih hingga putih kekuningan, memiliki rasa yang

lemah dan sedikit berbau. Viskositas kopovidon dalam larutan tergantung pada

berat molekul dan konsentrasi. Pada konsentrasi kurang dari 10% viskositasnya

kurang dari 10 cPs (25°C). Kopovidon mempunyai kelarutan yang baik dalam air,

polietilen glikol 400, gliserin ataupun pelarut organik, seperti halnya etanol,

metanol, dan kloroform. Kopovidon mempunyai berat molekul antara 45000-

70000. (Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q., 2009)

Kopovidon berfungsi sebagai agen pengikat tablet, agen pembentuk film,

dan sebagai matriks pada formulasi rilis terkontrol. Kandungan vinil asetat dalam

kopovidon mampu menghasilkan film dengan sifat adhesi yang baik, tingkat

elastisitas yang tinggi, dan dapat berperan sebagai barier pelembab. Pembentukan

film kopovidon dapat terbentuk pada konsentrasi kopovidon yang digunakan 0,5%

sampai 5%.

Kombinasi kopovidon dengan turunan selulosa dapat menurunkan

higroskopisitas film yang dibentuk oleh kopovidone murni (Ashland, 2013).

Penggunaan plasticizer, seperti polietilen glikol juga diperlukan (Sheilayanti,

2015). Berikut konsentrasi Kopovidon dalam berbagai kegunaan:

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.3 Kegunaan Kopovidon

Kegunaan Konsentrasi (%)

Agen pembentuk film 0,5-5,0

Bahan pengikat tablet dengan kompresi 2,0-5,0

Bahan pengikat tablet dengan granulasi basah 2,0-5,0

[Sumber : Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

2.11.3 Menthol

Gambar 2.6 Struktur Menthol

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Menthol merupakan komponen utama dari peppermint dan minyak corn

mint yang diperoleh dari Mentha piperita dan Mentha arvensis. Menthol banyak

digunakan dalam obat-obatan, pangan dan produk perlengkapan mandi sebagai

agen perasa menthol atau enhancer. Mekanisme menthol sebagai peningkat

penetrasi yaitu dengan mengganggu struktur lipid dari stratum corneum,

meningkatkan kemampuan difusi obat atau dengan meningkatkan koefisien partisi

obat. Menthol juga berinteraksi langsung dengan reseptor dingin tubuh sehingga

memberikan sensasi dingin dan menyegarkan yang dimanfaatkan dalam banyak

sediaan topikal. Ketika diterapkan pada kulit, menthol melebarkan pembuluh

darah, menyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesik. Ini mengurangi

gatal dan digunakan dalam krim, lotion, dan salep. Ketika digunakan untuk perasa

tablet, menthol umumnya dilarutkan dalam etanol (95%) dan disemprotkan ke

butiran tablet dan tidak digunakan sebagai eksipien padat. Penggunaan menthol

1% pada formulasi gel Diclofenac dapat meningkatkan penetrasi ke dalam kulit

(Mukesh, 2014). Berikut merupakan konsentrasi menthol dalam berbagai

kegunaan:

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.4 Kegunaan Menthol

Kegunaan Bentuk sediaan Konsentrasi (%)

Produk farmasetik Sirup oral

Topikal

0,005-0,015

0,05-10,0

Produk kosmetik Pasta gigi

Spray oral

0,4

0,3

[Sumber : Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

2.11.4 Propilen Glikol

Gambar 2.7. Struktur Propilen Glikol

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Propilen glikol (C3H8O2) merupakan cairan bening, kental, tidak berwarna,

praktis tidak berbau, dan memiliki rasa manis yang sedikit tajam menyerupai

gliserin (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009). Propilen glikol memiliki berat

molekul sebesar 76. Viskositas propilen glikol sebesar 58,1 cPs. Propilen glikol

dapat larut dalam etanol (95%), aseton, kloroform, gliserin, dan air; dapat larut

pada eter (1:6); tidak dapat larut dengan minyak mineral, tetapi dapat melarutkan

beberapa minyak esensial. Propilen glikol stabil pada suhu dingin, dalam wadah

tertutup rapat terlindung dari cahaya, dan jika dicampur dengan etanol 95%,

gliserin atau air, namun cenderung teroksidasi pada keadaan terbuka.

Propilen glikol telah banyak digunakan dalam berbagai formulasi sediaan

farmasi parenteral dan nonparenteral sebagai pengawet antimikroba, humektan,

desinfektan, plasticizer, pelarut, dan juga zat penstabil . Propilen glikol umumnya

lebih baik dibandingkan dengan gliserin dan dapat melarutkan berbagai macam

bahan, seperti fenol, kortikosteroid, obat sulfat, barbiturat, vitamin A dan D,

akaloid, dan banyak anastesi lokal (Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q.,

2009). Berikut merupakan konsentrasi propilen glikol dalam berbagai kegunaan:

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.5 Kegunaan Propilen glikol

Kegunaan Bentuk sediaan Konsentrasi (%)

Humektan Topikal ≈15

Preservatif Larutan semisolid

Larutan aerosol

15-30

10-30

Solven dan Kosolven Parenteral

Topikal

10-60

5-80

[Sumber : Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

2.11.5 Etanol

Gambar 2.8 Struktur Etanol

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Etanol atau Alkohol (C2H6O) merupakan cairan bening, tidak memiliki

warna, mudah mengalir, sedikit mudah menguap, serta memiliki bau yang khas

dan rasa terbakar. Etanol mempunyai berat molekul sebesar 46,70. Etanol dapat

larut dengan kloroform, eter, gliserin, dan juga air (dengan kenaikan suhu dan

peningkatan volume). Alkohol atau etanol harus disimpan dalam wadah kedap

udara dan ditempat sejuk. Larutan etanol atau alkohol dapat bereaksi dengan

material pengoksidasi pada kondisi asam. Pencampuran alkohol atau etanol

dengan alkali dapat menyebabkan warna menjadi gelap akibat reaksi dengan

sejumlah residu aldehid (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

Etanol banyak digunakan dalam memformulasikan sediaan farmasi dan

kosmetik. Selain berfungsi sebagai pelarut, etanol juga digunakan sebagai

desinfektan dan pengawet antimikroba dalam bentuk larutan. Larutan etanol

topikal digunakan dalam pembuatan sistem penghantaran transdermal sebagai

peningkat permeasi (Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q., 2009). Berikut

merupakan konsentrasi etanol atau alkohol dalam berbagai kegunaan:

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.6 Kegunaan Alkohol Kegunaan Konsentrasi (%)

Preservatif antimikroba ≥ 10

Desinfektan 60-90

Pelarut dalam sediaan topical 60-90

[Sumber : Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

2.11.6 Metil Paraben

Gambar 2.9 Struktur Metil Paraben

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Metil paraben (C8H8O3) memiliki nama lain Nipagin yang merupakan

serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Metil

paraben memiliki berat molekul sebesar 152,15. Metil paraben larut dalam etanol

(1:2), dalam etanol 95% (1:3) dan dalam propilen glikol (1:5) (Rowe, R.C., Paul,

J.S., dan Marian, 2009).

Metil paraben berfungsi sebagai pengawet antimikroba pada kosmetik,

formulasi sediaan farmasi, dan juga produk makanan. metil paraben juga memiliki

aktivitas antimikroba dengan spektrum yang luas, meskipun lebih efektif terhadap

ragi dan jamur. Aktivitas paraben dapat ditingkatkan dengan memperpanjang

rantai alkil, tetapi hal tersebut dapat mempengaruhi penurunan kelarutannya. Oleh

karena hal tersebut, kombinasi paraben sering digunakan untuk meningkatkan

efektivitas pengawet. Penambahan propilen glikol sekitar 2% sampai dengan 5%

atau kombinasi dengan paraben lainnya dapat meningkatkan efikasi pengawet.

Paraben dikatakan efektif sebagai pengawet antimikroba ketika memiliki rentang

pH yang luas, yaitu berkisar antara 4,0-8,0 (Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian,

E. Q., 2009).

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.11.7 Propil Paraben

Gambar 2.10 Struktur Propil Paraben

[Sumber: Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009]

Propil paraben (C10H12O3) memiliki nama lain Nipasol yang merupakan

serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Propil

paraben berfungsi sebagai pengawet antimikroba golongan paraben yang banyak

digunakan dalam formulasi sediaan farmasi, produk makanan, serta produk

kosmetik. Propil paraben dapat digunakan secara tunggal, dikombinasikan dengan

pengawet antimikroba lain, atau dapat pula dikombinasikan dengan paraben

lainnya. Aktivitas paraben dapat ditingkatkan dengan memperpanjang rantai alkil,

tetapi hal tersebut dapat mempengaruhi penurunan kelarutannya. Paraben

dikatakan efektif sebagai pengawet antimikroba ketika memiliki rentang pH yang

luas, yaitu berkisar antara 4,0-8,0. Efikasi paraben akan menurun seiring

peningkatan pH, akibat adanya pembentukan anion fenolat.

Propil paraben (0,02% b/v) biasanya digunakan bersama dengan metil

paraben (0,18% b/v) sebagai bahan pengawet. Aktivitas antimikroba propil

paraben menurun dengan adanya surfaktan nonionik karena terjadinya

pembentukan misel. Paraben juga lebih aktif terhadap gram-positif dibandingkan

terhadap bakteri gram-negatif (Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, 2009).

2.12 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz

Studi penetrasi kulit secara in vitro berfungsi untuk mengukur kecepatan

dan jumlah komponen yang melewati kulit dan jumlah komponen yang tertahan

pada kulit. Salah satu cara untuk mengukur jumlah obat yang terpenetrasi melalui

kulit yaitu dengan menggunakan sel difusi Franz. Sel difusi Franz terbagi atas dua

kompartemen yaitu kompartemen donor dan kompartemen reseptor yang

terpisahkan oleh suatu pelapis atau potongan kulit. Membran yang digunakan

dalam uji penetrasi ini dapat berupa kulit manusia atau kulit hewan. Membran

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diletakkan di antara kedua kompartemen yang dilengkapi o-ring untuk menjaga

letak membran, Selanjutnya kompartemen reseptor diisi dengan larutan penerima

(Witt & Buck, 2003).

Kompartemen reseptor diisi dengan larutan penerima, biasanya digunakan

dapar fosfat. Suhu sel dijaga dengan sirkulasi air menggunakan water jacket

disekeliling kompartemen reseptor. Sediaan yang akan diuji diaplikasikan pada

membran kulit. Pada interval waktu tertentu diambil beberapa ml cairan dari

kompartemen reseptor dan jumlah obat yang terpenetrasi melalui kulit dapat

dianalisis dengan metode yang sesuai. Setiap pengambilan sampel cairan dari

kompartemen reseptor, harus selalu digantikan dengan cairan yang sama sejumlah

volume terambil (Anggraeni, 2008).

Gambar 2.11 Kompartemen Sel Difusi Franz

[Sumber: permegear.com]

2.13 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri merupakan sebuah metode pengukuran yang didasarkan

pada interaksi antara materi dan cahaya. Interaksi tersebut didasarkan pada

kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika

frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut.

Elektron yang terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu

daerah frekuensi, yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak (UV-

Vis) (Henry,Suryadi,Yanuar, 2002). Dalam spektrofotometri peralatan yang

digunakan disebut spektrofotometer. Cahaya yang berinteraksi dengan materi

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diatas dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat

berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi

(Mukti, 2011).

Metode spektrofotometri ultraviolet-visibel digunakan untuk menetapkan

kadar senyawa obat secara kuantitatif maupun kualitatif dengan menggunakan

perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku atau dengan

menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara

konsentrasi baku dengan absorbansinya. Persamaan kurva baku selanjutnya

digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel (Gandjar dan Rohman 2007).

Spektrum absorbsi daerah ini adalah sekitar 220 nm sampai 800 nm dan

dinyatakan sebagai spektrum elektron. Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah

bagian ultraviolet (190-380nm), spektrum Vis (Vis = Visibel) bagian sinar tampak

(380-780 nm) (Henry,Suryadi,Yanuar,2002).

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen

dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen

spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.

1. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk

pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.

2. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan

dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

instrumen melewati spektrum.

3. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber

sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer

berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam

satu kompartemen untuk mengoreksi pembacaan atau spektrum sampel.

Blanko yang paling sering digunakan dalam spektrofotometri adalah

semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi

(Rohman, 2007).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.12 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis

[Sumber: lecture.ub.ac.id]

Penggunaan spektrofotometri UV-Vis untuk analisa kuantitatif didasarkan

pada hukum Lambert-Beers yang menyatakan “jumlah radiasi cahaya tampak

(ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh

suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal

larutan” (Mukti, 2011).

Berikut merupakan persamaan Hukum Lambert-Beer:

Keterangan : A = serapan

Io = intensitas sinar yang datang

It = intensitas sinar yang diteruskan (ditransmisikan)

ε = absorbtivitas molekuler / konstanta ekstingsi (L.mol-1.

Cm-1)

a = daya serap (L.g-1.cm-1)

b = tebal larutan / kuvet (cm)

c = konsentrasi (g.L-1 , mg. mL-1)

(Henry, dkk., 2002).

Dalam analisisnya sampel yang sering dianalisis menggunakan

spektrofotometer UV-Vis yaitu senyawa organik yang memiliki gugus kromofor

dan auksokrom, sehingga dapat memberikan serapan. Gugus kromofor yaitu

gugus tidak jenuh yang memberikan serapan pada daerah UV atau cahaya tampak.

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Contohnya seperti alkena (C=C), C=O, -NO2, benzen dan lain-lain. Sementara

itu, gugus auksokrom yaitu gugus yang memiliki elektron nonbonding dan tidak

mengabsorbsi radiasi pada panjang gelombang diatas 200 nm, namun

mengabsorbsi radiasi UV jauh. Contohnya seperti –OH, -NH2, -X dan lain-lain

(Harmita, 2006).

2.14 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi didefinisikan sebagai teknik pemisahan zat terlarut oleh

suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase

atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah

tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan

adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul

atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat

diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Depkes RI, 1995).

Campuran yang akan dipisah dalam bentuk larutan ditotolkan berupa bercak atau

pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang

berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama

perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna

harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl Egon dalam Khoirrunni’mah, 2013).

Pada kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk

halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastic atau logam secara merata,

umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap

sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang dicapai dapat

didasarkan pada adsorpsi, partisi, atau kombinasi kedua efek, tergantung dari

jenis zat penyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan (Depkes

RI, 1995).

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.13 Skema Kromatografi Lapis Tipis

[Sumber: Mufidah, 2014]

2.15 Kromatografi Gas Spektrofotometri Massa (GC-MS)

Metode analisa menggunakan GC MS (Gas Chromatography - Mass

Spectroscopy) dapat mengukur jenis dan kandungan senyawa dalam suatu sampel

baik secara kualitatif dan kuantitatif. Instrumen ini merupakan perpaduan dari dua

buah instrumen, yaitu Kromatografi Gas yang berfungsi untuk memisahkan

senyawa menjadi senyawa tunggal dan Spektroskopi Massa yang berfungsi

mendeteksi jenis senyawa berdasarkan pola fragmentasinya. Pengukuran

menggunakan GC MS pada umumnya hanya dibatasi untuk senyawa berwujud

gas atau cairan yang mempunyai tekanan uap minimal 10-10 torr (BPPT, 2014).

Kromatografi Gas (GC) merupakan jenis kromatografi di mana fase geraknya

adalah gas pembawa, biasanya gas inert seperti helium, dan fase diamnya adalah

lapisan mikroskopis dari cairan atau polimer pada padatan yang inert di dalam

gelas atau tabung logam yang disebut kolom. Kolom kapiler berisi fase diam yang

berupa padatan baik dilapisi dengan cairan yang mudah menguap atau padatan

sendiri dapat menjadi fase diam. Sampel menyapu kolom dengan aliran gas

helium (Hussain dan Maqbool, 2014 dalam Wikhdatul, 2017).

Komponen dalam sampel terpisah satu sama lain karena beberapa

komponen membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melewati kolom

dibandingkan dengan komponen yang lain. Ketika sampel keluar dari kolom GC,

sampel akan terfragmentasi oleh ionisasi dan fragmen diurutkan berdasarkan

massa untuk membentuk pola fragmentasi. Seperti waktu retensi (RT), pola

fragmentasi untuk komponen tertentu dari sampel berbeda-beda dan khas, hal

tersebut merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi suatu komponen.

Kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) merupakan suatu metode analisis

yang menggabungkan fitur dari kromatografi gas-cair dan spektrometri massa

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk mengidentifikasi zat yang berbeda dalam sampel uji. GC dapat memisahkan

senyawa volatil dan semi-volatil dengan resolusi besar, tetapi tidak dapat

mengidentifikasi senyawa tersebut. MS dapat memberikan informasi struktural

rinci pada kebanyakan senyawa sehingga senyawa tersebut dapat diidentifikasi

dengan tepat, tetapi tidak dapat dengan mudah untuk memisahkannya (Hussain

dan Maqbool, 2014 dalam Wikhdatul, 2017).

Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu

campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom.

Spektrometri massa mendeteksi molekul dengan cara memecah masing-masing

molekul menjadi terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk

mengisi rasio (Rohman dan Gholib, 2007).

Gambar 2.14 Prinsip Kerja GCMS

[Sumber: btbrd.bppt.go.id]

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Penelitian

II, Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal Fakultas Kedokteran dan Ilmu

kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian

dimulai pada Desember 2017 hingga selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Blender (Cosmos), timbangan kilogram, timbangan analitik (AND GH-

202), alummuium foil, plastic wrap, kertas saring, kapas, pisau, botol maserasi,

seperangkat alat vaccumrotary evaporator (N-1000, Eyela, Japan), pH meter (F-

52, Horiba, Japan), viskometer (Brookfield LV), oven (NDO-400, Eyela, Japan),

refrigerator (Sanyo Medicool), lemari pendingin (DW—40 W 100, Haier,

Tiongkok), centrifuge 5417R (Eppendorf), homogenizer (IKA RW 20 digital), dry

vacuum pump/compressor (Welch), apparatus meltingpoint (Stuart, UK),

Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GCMS), spektrofotometer UV-Vis (U-

2900, Hitachi, Amerika), object glass, digital stirring hot plate (Cimarec, USA),

magnetic stirrer (MST Basic, Wiggen Hauser, USA), plat silika gel F254 (Merck

Millipore, Germany), termometer suhu, tip dan mikropipet (Rainin, USA), botol

semprot, pipa kapiler, spidol, penggaris, wadah kaca, plastic mika, kertas berlabel,

kertas perkamen, seperangkat alat uji sel difusi franz dan alat-alat gelas di

laboratorium seperti, gelas piala (Scott Duran, Germany), gelas ukur (Scott Duran,

Germany), labu ukur (Pyrex, USA), Erlenmeyer (Pyrex, USA), mortar, corong,

kaca arloji, spatula, sudip, batang pengaduk, spuit, tabung reaksi, dan pipet tetes.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Kristal EPMS dari

ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang diperoleh dari Ciamis,

Jawa Barat pada bulan Desember 2017, yang selanjutnya dideterminasi di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor, dan bahan eksipien lain seperti

Na CMC, kopovidon, propilenglikol, menthol, trietanolamin, metil paraben,

propil paraben, aquadest, etanol 96% (teknis), serta pelarut dan bahan pembantu

lainnya seperti: n-heksana (yang telah didestilasi), etil asetat, metanol (teknis),

dan metanol pro analisis.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Determinasi Tanaman Kencur

Untuk memastikan kebenaran simplisia yang digunakan dalam penelitian

ini adalah rimpang kencur (Kaempferia galanga L.), maka dilakukan determinasi

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.

3.3.2 Penyiapan Simplisia Rimpang Kencur

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kencur

(Kaempferia galanga L.) yang diperoleh dari Ciamis, Jawa Barat pada bulan

Desember 2017. Sebanyak 4 kg sampel rimpang disortasi basah kemudian dicuci

dengan air mengalir hingga bersih. Selanjutnya sampel dirajang membentuk irisan

tipis-tipis sekitar 2-3 mm, lalu dikering-anginkan dan dihindarkan dari cahaya

matahari langsung selama 5 hari, pengeringan dilakukan sampai benar-benar

kering. Sampel yang telah kering, disortasi kering kemudian direduksi ukuran

partikelnya dengan blender sampai menjadi serbuk (Barus, 2009). Serbuk yang

didapat disimpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruangan dan terhindar

dari cahaya matahari langsung (Wikhdatul, 2017 telah dimodifikasi).

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur

Rimpang kencur diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan

pelarut n-heksan yang telah dimurnikan sebelumnya. Serbuk simplisia

dimasukkan ke dalam botol maserasi dan ditambahkan n-heksan sampai serbuk

simplisia terendam seluruhnya dan terdapat lapisan pelarut setebal 3 cm di atas

serbuk simplisia. Selanjutnya ditutup dan dimaserasi selama 3-5 hari sambil

sesekali diaduk dengan cara wadah digoyang-goyangkan. Maserasi terus

dilakukan hingga pelarut hasil maserasi berwarna bening kekuningan. Ampas

kemudian diremaserasi kembali sekitar 3-4 kali sehingga mendapatkan filtrat yang

jernih (warna kuning bening). Setelah proses ekstraksi selesai, kemudian ekstrak

yang didapat disaring menggunakan kapas dan kertas saring, lalu dipekatkan

dengan vaccum rotary evaporator pada suhu 48-50°C hingga diperoleh ekstrak

kental pekat yang berwarna coklat kekuningan (Wikhdatul, 2017 telah

dimodifikasi). Kemudian ekstrak yang didapatkan ditimbang. Ekstrak kemudian

dihitung persentasi rendemen ekstrak dengan rumus berikut (Annisa, 2017 telah

dimodifikasi):

3.3.4 Isolasi EPMS

Isolasi EPMS dilakukan dengan mengendapkan ekstrak kental pada suhu

kamar sehingga terbentuk kristal. Ekstrak kental rimpang kencur yang disimpan

dalam suhu kamar akan mengkristal hampir 80% nya. Selanjutnya kristal yang

terbentuk pada filtrat dipisahkan dengan penyimpanan. Kristal yang terbentuk

kemudian dimurnikan menggunakan n-heksana dan direkristalisasi dengan cara

melarutkan kristal dalam n-heksana dan beberapa tetes methanol pro analisis,

kemudian dibiarkan pada suhu kamar hingga terbentuk kristal kembali. Kristal

yang terbentuk lalu dipisahkan dengan cara penyaringan. Kristal murni yang telah

diperoleh kemudian dilarutkan dalam etil asetat dan diuji kemurniannya

menggunakan KLT dengan eluen n-heksan : etil asetat perbandingan 9:1 dan

% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 (𝑔)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) 𝑥 100 %

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dihitung rendemennya. Perhitungan rendemen dapat menggunakan rumus berikut

(Wikhdatul, 2017) :

3.3.5 Identifikasi EPMS

3.3.5.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan secara fisik menggunakan panca indera yang meliputi

pemeriksaan bentuk, warna, dan bau (Depkes RI, 2001).

3.3.5.2 Pengukuran Titik Leleh

Kristal yang telah didapat selanjutnya diukur titik lelehnya dengan alat

apparatus melting point. Uji titik leleh dilakukan dengan cara sedikit kristal

dimasukkan ke dalam pipa kapiler lalu dimasukkan ke dalam alat dan diamati

suhu pada saat kristal tersebut meleleh. Rentang titik leleh dimulai dari suhu awal

dimana kristal mulai melebur hingga melebur seluruhnya. Titik leleh etil p-

metoksisinamat adalah 49-50o C (Umar, 2014).

3.3.5.3 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pengujian KLT dilakukan dengan cara membandingkan kemurnian kristal

etil p-metoksisinamat hasil isolasi dengan kristal etil p-metoksisinamat standar.

Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi diaplikasikan pada plat silica F254

dengan eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 9:1. Spot yang

didapatkan kemudian dihitung nilai Rfnya dan dibandingkan dengan standar etil

p-metoksisinamat (Mufidah, 2014 dalam Charinna, 2015).

3.3.5.4 Identifikasi EPMS Menggunakan GC-MS

3.3.5.4.1 Pembuatan Larutan Sampel

Sebanyak 50 mg kristal EPMS dilarutkan dalam 10 mL metanol pro

kromatografi yang digunakan sebagai larutan induk 5000 ppm. Selanjutnya

dilakukan pengenceran menjadi konsentrasi 100 ppm kemudian dilakukan analisis

dengan GC-MS. (Robbani, 2015).

% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 (𝑔)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑛 − ℎ𝑒𝑘𝑠𝑎𝑛 (𝑔) 𝑥 100 %

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.5.4.2 Identifikasi Senyawa EPMS Menggunakan GC-MS

Analisis senyawa EPMS dilakukan dengan cara 1 µL sampel yang telah

disiapkan diinjeksikan ke dalam alat GCMS (Umar, dkk., 2012). Kolom yang

digunakan adalah HP-5MS (30 m x 0,25mm ID x 0,25 µm) dengan suhu awal 70

°C selama 2 menit, kemudian suhu dinaikkan 285 °C. Suhu MSD 285 °C.

Kecepatan aliran 1,2 mL/min dengan split 1:100. Parameter scanning dilakukan

dari massa paling rendah yaitu 35 sampai paling tinggi 550. Waktu retensinya

32,07 menit (Umar et al., 2012).

3.3.6 Pembuatan Sediaan Spray Gel EPMS

Tabel 3.1 Formulasi Spray Gel Etil p-metoksisinamat

Bahan Jumlah (%) Fungsi

Kristal EPMS 1 Zat Aktif

Menthol 0,05 Cooling sensation

Na CMC 1 Gelling agent

Kopovidon 1 Polimer film

Propilen glikol 2,7 Pelarut

Metil Paraben 0,18 Pengawet

Propil Paraben 0,02 Pengawet

Etanol 96% 20,00 Pelarut

Ad Aquadest 100,00 Pelarut

Cara pembuatan:

a. Kopovidon didispersikan dalam etanol 96%, kemudian diaduk dengan

homogenizer ± 200 rpm hingga terdispersi seluruhnya dan

viskositasnya rendah (A).

b. Natrium karboksimetil selulosa didispersikan dalam aquadest 60 °C,

kemudian didiamkan selama 30 menit hingga terdispersi seluruhnya,

diaduk dengan homogenizer ± 200 rpm sehingga membentuk gel yang

bening (B).

c. Campuran A dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran B,

kemudian diaduk dengan homogenizer ± 200 rpm hingga homogen.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Metilparaben dan propilparaben didispersikan dalam etanol 96% dan

dimasukkan kedalam campuran A dan B.

e. Kristal EPMS didispersikan dalam etanol 96% dan ditambahkan

kedalam campuran. Menthol dilarutkan dalam propilen glikol, lalu

ditambahkan kedalam campuran.

f. Tambahkan propilenglikol lalu campuran didispersikan menggunakan

homogenizer hingga terdispersi seluruhnya.

g. Sediaan yang telah homogen, kemudian ditambahkan sisa aquadest

yang sudah ditimbang sediaan hingga mencapai bobot yang sudah

ditentukan sebelumnya.

h. Gel semprot yang dihasilkan kemudian ditempatkan dalam wadah

yang tertutup rapat dan disimpan pada suhu ruang selama 21 hari

untuk evaluasi sifat fisik dan kimia sediaan. (Wikhdatul, 2017 telah

dimodifikasi)

3.3.7 Evaluasi Fisik Sediaan Spray Gel EPMS

3.3.7.1 Pemeriksaan Organoleptik

Pemeriksaan organoleptiknya dilakukan dengan cara diamati tampilan

fisik sediaan, meliputi bentuk, warna, dan bau pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 pada

suhu ruang (Depkes RI, 1995).

3.3.7.2 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas diamati secara visual yaitu dengan mengoleskan

sediaan pada preparat kaca, kemudian diratakan dengan menempelkan preparat

kaca lain dan diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya

partikel yang belum tercampur secara homogen. Pemeriksaan homogenitas

dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Aponno, dkk., 2014;Depkes RI, 1995).

3.3.7.3 Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter yang telah

dikalibrasi. Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Depkes RI,

1995).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.7.4 Pemeriksaan Viskositas

Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer

Brookfield LV. Sediaan disiapkan dalam gelas beker 100 mL, lalu spindel

diturunkan ke dalam sediaan hingga batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan

dengan kecepatan 30 rpm. Pengukuran viskositas dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Kuncari, dkk., 2014; Septiani, dkk.,

2011;Depkes RI, 1995).

3.3.7.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot

Pemeriksaan pola penyemprotan dan bobot per semprot dilakukan dengan

cara disemprotkan sediaan dari botol dengan jarak 3, 5, 10, dan 15 cm pada

selembar plastik mika. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali dan diamati pola

pembentukan semprotan, diameter dari pola semprot yang terbentuk dan bobot per

semprotan (Sukhbir, Kaur, dkk., 201, Sulekha, 2016 telah dimodifikasi).

3.3.7.6 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat

Pemeriksaan daya sebar lekat dilakukan dengan cara disemprotkan

sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari jarak 3 cm. Setelah

disemprotkan, kemudian dihitung selama 10 detik untuk melihat apakah sediaan

menempel atau tetesan dari hasil semprotan menetes ke bawah (Suyudi, 2014).

3.3.7.7 Pengujian Bobot Penghantaran Sediaan Setiap Semprotan

Pengujian bobot penghantaran sediaan setiap semprotan dapat dilakukan

dengan cara ditimbang bobot awal sediaan, kemudian sediaan disemprotkan

sebanyak lima kali, lalu ditimbang bobot sediaan dalam wadah setelah

penyemprotan. Setelah itu, volume penghantaran sediaan setiap semprotan

dihitung menggunakan persamaan:

AL = (Wt - Wo) / Da

Dimana, AL adalah bobot sediaan yang dihantarkan setiap semprotan. Wt

adalah bobot sediaan setelah penyemprotan. Wo adalah bobot awal sediaan

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebelum penyemprotan dan Da adalah jumlah semprotan (Suyudi, 2014, Sulekha,

2016 telah dimodifikasi).

3.3.8 Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan

Penetapan kadar etil p-metoksisinamat dilakukan dengan metode

spektrofotometri UV-Vis terhadap masing-masing formula. Penetapan kadar

dilakukan dengan cara mengekstraksi etil p-metoksisinamat dari sediaan dengan

menggunakan pelarut metanol. Sebanyak 500 mg sediaan dilarutkan dalam

metanol sampai 50 mL kemudian disaring menggunakan kertas saring. Hasil

penyaringan yang merupakan hasil ekstraksi dengan konsentrasi 100 ppm

kemudian dibuat pengenceran dengan konsentrasi 5 ppm untuk masing-masing

formula. Pengenceran hasil ekstraksi tersebut kemudian dibaca serapannya.

Serapan yang didapatkan kemudian dikurangi dengan serapan blanko (basis

sediaan) dan disubstitusikan ke persamaan linear yang diperoleh dari kurva

kalibrasi untuk mendapatkan nilai kadar etil p-metoksisinamat dalam masing-

masing formula. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada titik

pengambilan yang berbeda pada masing-masing formula. (Agus, 2015).

3.3.8.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Metanol

Kristal etil p-metoksisinamat sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 100 mL

metanol untuk dibuat larutan induk 100 ppm. Kemudian larutan induk tersebut

diekstraksi dengan cara di vortex selama 10 menit dan di sentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 10 menit (Reddy, dkk., 2015. Wikhdatul, 2017 telah

dimodifikasi). Larutan induk diencerkan dan dibuat seri konsentrasi 1 ppm, 2

ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm. Sebelum diukur serapan

pada masing-masing seri konsentrasi, terlebih dahulu ditentukan panjang

gelombang maksimum pada satu konsentrasi. Kemudian masing-masing seri

konsentrasi tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang yang telah

didapatkan dan dibuat kurva kalibrasinya. Persamaan regresi linier yang

didapatkan dari kurva kalibrasi kemudian digunakan untuk menghitung

konsentrasi sampel pada penetapan kadar etil p-metoksisinamat dalam sediaan

(Agus, 2015).

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.8.2 Pengukuran Kadar EPMS dalam Sediaan

Sampel hasil pengenceran dari larutan indukhasil ekstraksi masing-masing

formula kemudian diukur serapannya. Serapan yang didapatkan dikurangi dengan

serapan blanko (berisi kosong tanpa zat aktif)kemudian disubstitusikan ke

persamaan regresi linear kurva kalibrasi untuk didapatkan nilai konsentrasinya.

Kemudian kadar etil p-metoksisinamat ditentukan dalam persen dengan cara

membagi hasil konsentrasi sebenarnya dengan konsentrasi teoritis dikalikan

seratus persen (Agus, 2015).

3.3.9 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro

3.3.9.1 Penyiapan Membran Difusi

Membran difusi yang digunakan adalah membran kulit abdomen tikus

putih betina galur Sprague Dawley yang berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat

badan 150-200 gram. Tikus putih yang telah dibius dengan eter hingga mati,

kemudian dicukur bulunya pada bagian abdomen secara hati-hati dan secepat

mungkin. Kulit tersebut kemudian dipotong dan dibersihkan dari lemak subkutan

yang menempel menggunakan air mengalir (Ramadon, 2012). Kulit yang telah

bersih kemudian dipotong sesuai ukuran alat difusi lalu dimasukkan ke dalam

botol yang telah berisi larutan NaCl 0,9% fisiologis. Botol tersebut kemudian

disimpan dalam lemari pendingin bersuhu -20oC (Bartosova,Bajgar, 2012).

3.3.9.2 Pembuatan Larutan Kompartemen Reseptor

Kompartemen reseptor yang digunakan adalah Larutan EDP yang

merupakan kombinasi dapar fosfat pH 7,4 dan etanol 96% . Pembuatan dapar

fosfat pH 7,4 dilakukan dengan cara sebanyak 250 mL larutan kalium dihidrogen

fosfat 0,2 M dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian ditambahkan

kira-kira 195,5 mL larutan natrium hidroksida 0,2 M dan dilakukan pengujian pH

menggunakan pH meter hingga pH 7,4. Selanjutnya ditambahkan air suling

sampai tanda batas, kemudian labu ukur dikocok hingga larutan homogen, setelah

itu larutan dapar fosfat pH 7,4 tersebut disimpan dalam wadah tertutup rapat,

dibungkus dengan aluminium foil (Depkes RI, 1995 dalam Ramadon, 2012).

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Campuran etanol 96% dan dapar fosfat pH 7,4 (1:1) dibuat dengan cara

memasukkan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur 100 mL

kemudian ditambahkan etanol 96% sebanyak 50 mL dan ditambahkan dapar

fosfat pH 7,4 sampai batas garis 100 mL, dikocok hingga homogen (Agus, 2015).

3.3.9.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Larutan Kompartemen

Reseptor (EDP)

Kristal etil p-metoksisinamat sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 100 mL

larutan EDP untuk dibuat larutan induk 100 ppm. Larutan induk diencerkan dan

dibuat seri konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8

ppm. Sebelum diukur serapan pada masing-masing seri konsentrasi, terlebih

dahulu ditentukan panjang gelombang maksimum pada satu konsentrasi.

Kemudian masing-masing seri konsentrasi tersebut diukur serapannya pada

panjang gelombang yang telah didapatkan dan dibuat kurva kalibrasinya.

Persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi kemudian

digunakan untuk menghitung kadar etil p-metoksisinamat yang terpentrasi (Agus,

2015).

3.3.9.4 Uji Penetrasi Sediaan

Sebanyak 1 mL sediaan spray gel ditimbang dan diratakan di atas

membran. Suhu media adalah 37° ± 0,5° C dengan total volume cairan reseptor 21

mL serta diaduk dengan pengaduk magnetik dengan kecepatan 500 rpm. Proses

dilakukan selama 360 menit (Bhadra, 2016 telah dimodifikasi). Cuplikan diambil

dari media kompartemen reseptor pada menit ke 10, 30, 60, 90, 120, 180, 240,

300 dan 360 sebanyak 1 ml dan segera digantikan dengan larutan n-heksan

sejumlah volume yang sama (Anggraeni, 2008 telah dimodifikasi). Cuplikan yang

diperoleh kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang maksimal yang telah didapatkan sebelumnya. Proses

yang sama dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.9.5 Perhitungan Jumlah Kumulatif dan Kecepatan Penetrasi Zat Aktif

Jumlah kumulatif zat aktif yang terpenetrasi per luas area difusi (µg/cm2 )

dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

𝑄 = Jumlah kumulatif yang terpenetrasi per luas area (µg/cm2 )

𝐶𝑛 = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-n

∑ 𝐶𝑛−1𝑖=1 = Jumlah konsentrasi zat pada sampling menit sebelummnya

𝑉 = Volume sel difusi (21ml)

𝑆 = Volume sampling = 1 ml

𝐴 = Luas area membrane = 3,14 cm2

Kemudian dilakukan perhitungan fluks (kecepatan penetrasi tiap satuan

waktu) obat berdasarkan hukum Fick I :

Keterangan:

𝐽 = Fluks (µg cm-2 jam-1 )

𝑀 = Jumlah kumulatif zar yang melalui membran (µg)

𝑠 = Luas area difusi (cm2)

𝑡 = waktu (jam)

Setelah itu dibuat grafik jumlah kumulatif yang terpenetrasi (µg) perluas

area difusi (cm2) terhadap waktu (jam) (Ramadon, 2012; Thakker, 2003).

𝑄 = 𝐶𝑛𝑉 + ∑ 𝐶. 𝑆𝑛−1

𝑖=1

𝐴

𝐽 = 𝑀

𝑠 𝑥 𝑡

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

44

44 UIN Syarif Hidayatullah jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi EPMS

4.1.1 Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur

Rimpang Kencur yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 4 kg yang

diperoleh dari Ciamis, Jawa Barat pada bulan Desember 2017 dan telah

dideterminasi oleh Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.

Determinasi terhadap tanaman yang akan diteliti bertujuan untuk mendapatkan

kebenaran identitas dari tanaman yang akan diteliti, mungkin mengandung

kesalahan dalam pengumpulan bahan utama / tercampurnya tanaman yang akan

diteliti dengan tanaman lain (Caesaria, 2009). Hasil determinasi menunjukkan

bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian merupakan rimpang kencur

(Kaempferia galanga L.). Hasil determinasi dapat dilihat di Lampiran 2.

Sampel rimpang kencur pertama-tama disortasi basah untuk memisahkan

rimpang kencur dari rumput, batang, dan daun, lalu dilakukan pencucian dengan

air mengalir untuk menghilangkan pengotor dan tanah yang menempel pada

sampel. Selanjutnya sampel dirajang membentuk irisan tipis-tipis untuk

mempercepat proses pengeringan. Proses pengeringan dilakukan menghilangkan

kandungan air dalam sampel. Setelah sampel benar-benar kering, selanjutnya

sampel diblender untuk memperkecil ukuran partikelnya sampai menjadi serbuk.

Sampel dalam bentuk serbuk lebih mudah diambil kandungan kimianya. Serbuk

simplisia yang dihasilkan yaitu sebanyak 600 gram dan berwarna kuning

kecoklatan.

Pada penelitian ini metode untuk mengekstraksi rimpang kencur adalah

metode maserasi dengan pelarut n-heksan. Metode maserasi memiliki kelebihan

yaitu mudah dilakukan dan tidak perlu pemanasan, sehingga kecil kemungkinan

bahan alam menjadi rusak atau terurai (Istiqomah, 2013, dalam Susanty, 2016).

Sebanyak 600 g serbuk simplisia yang diperoleh diekstraksi dengan pelarut n-

heksana. N-heksana yang digunakan sebelumnya telah dimurnikan. Pelarut n-

heksan digunakan sebagai pelarut ekstraksi karena kepolaran EPMS lebih

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

45

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

mendekati n-heksan, karena dalam EPMS terdapat dua gugus yang mendukung

sifat non-polar yaitu gugus eter dan lingkar benzene, sedangkan gugus yang

mendukung ke arah polar hanya satu yaitu adanya karbonil dalam gugus eter

(Taufikurohmah, Rusmini, dan Nurhayati, 2008, dalam Robbani, 2015). Maserasi

dilakukan selama 3-5 hari dengan sesekali dilakukan pengadukan dengan cara

wadah digoyang-goyangkan agar pelarut dapat melarutkan sampel dengan

sempurna.

Hasil maserasi kemudian dipekatkan dengan vacuum rotatory evaporator.

Evaporasi ini dilakukan untuk menguapkan pelarut kembali agar didapatkan

ekstrak kental dari rimpang kencur. Ekstrak kental rimpang kencur yang

didapatkan sebanyak 337,162 gram, selanjutnya didiamkan pada suhu ruang agar

terbentuk kristal. Hal ini berdasarkan penelitian Umar, dkk. (2012) yang

melaporkan bahwa hampir 80% dari ekstak kental kencur yang didapatkan akan

mengkristal saat didiamkan pada suhu ruang.

4.1.2 Isolasi Kristal EPMS dari Ekstrak Rimpang Kencur

Kristal hasil ekstraksi kemudian direkristalisasi untuk mendapatkan kristal

EPMS murni dengan cara dilarutkan lagi dengan n-heksana dan beberapa tetes

metanol pro analisis. Penggunaan pelarut n-heksan dan metanol pada tahap ini

bertujuan untuk memisahkan senyawa semi polar yang sulit terpisah dari kristal

EPMS (Mufidah, 2014 dalam Nurmeilis, 2016). Kristal EPMS yang diperoleh

sebanyak 51,56 gram, sehingga presentase rendemen kristal yang didapatkan

adalah 15,29 %. Selanjutnya perlu dilakukan identifikasi dan uji kemurnian untuk

mengetahui kemurnian dari kristal hasil isolasi. Hasil perhitungan rendemen

kristal dapat dilihat di Lampiran 3.

4.2 Identifikasi dan Uji Kemurnian

4.2.1 Pemeriksaan organoleptic

Warna: Putih

Bentuk: Kristal Jarum

Bau: Aromatik khas lemah

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

46

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Gambar 4.1 Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi

[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017]

Hasil pemeriksaan organoleptik menunjukkan bahwa kristal yang

didapatkan memiliki bentuk kristal jarum, berwarna putih serta memiliki aromatik

khas lemah. Pemeriksaan organoleptik bertujuan untuk melihat identitas kristal

etil p-metoksisinamat hasil isolasi.

4.2.2 Pegukuran Titik leleh

Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Uji Titik Leleh

Pengujian ke- Hasil Titik Leleh (oC)

1 49

2 49

3 50

Rata-rata 49,33

Hasil pengukuran titik leleh menggunakan apparatus melting point

sebanyak 3 kali (triplo) menunjukkan bahwa rata-rata titik leleh kristal EPMS

yaitu 49,33ºC. Hasil ini sesuai dengan nilai titik leleh EPMS murni yaitu 49-50 ºC

(Umar,dkk., 2012).

4.2.3 Pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kristal EPMS yang telah didapatkan lalu diidentifikasi kemurniannya

menggunakan KLT dengan eluen n-heksana : etil asetat perbandingan 9 : 1.

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

47

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Gambar 4.2 Plat KLT etil p-metoksisinamat hasil isolasi

[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017]

Hasil Rf yang diperoleh dari uji KLT adalah 0,625 cm. Rf kristal etil p-

metoksisinamat hasil isolasi dan kristal etil p-metoksisinamat standar (telah di

validasi) menunjukkan nilai yang sama dan memiliki spot yang sama, sehingga

kristal etil p-metoksisinamat hasil isolat dapat dikatakan murni. Perhitungan Rf

dapat dilihat pada lampiran 3.

4.2.4 Identifikasi EPMS Menggunakan GCMS

Hasil identifikasi EPMS menggunakan GCMS menunjukkan bahwa kristal

EPMS hasil isolasi muncul pada waktu retensi 9,856 menit, dengan berat molekul

206,0 dan fragmentasi massa 161, 134, 118, 89, 63, dan 44. Sementara itu,

interpretasi GC-MS kristal EPMS standar muncul pada waktu retensi 9,917 menit,

dengan berat molekul 206,1 dan fragmentasi massa 161, 134, 118, 89, 76, 63, dan

50.

Berdasarkan penelitian Umar, dkk. (2012) yang melaporkan bahwa

senyawa EPMS muncul pada waktu retensi 9,9 dengan bobot molekul 206,4 dan

fragmentasi massa pada 161, 134, 118, 89, 77, 63, dan 51. Kristal EPMS hasil

isolasi dikatakan murni ketika waktu retensi, fragmentasi, dan nilai persen area

kristal EPMS hasil isolasi sama dengan waktu retensi, fragmentasi, dan nilai

persen area kristal EPMS standar yaitu 100%. Berikut merupakan hasil

kromatogram kristal EPMS standar dan isolate kristal EPMS:

2.5 cm 4 cm

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

48

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

(a)

(b) Gambar 4.3 Kromatogram etil p-metoksisinamat standar (telah di validasi)

Ket; (a) waktu retensi, (b) fragmentasi massa dan bobot molekul

[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018]

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

49

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

(a)

(b) Gambar 4.4 Kromatogram isolat etil p-metoksisinamat

Ket; (a) waktu retensi, (b) fragmentasi massa dan bobot molekul

[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018]

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

50

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

4.3 Pembuatan Sediaan Spray Gel EPMS

Tabel 4.2 Komposisi Formula Spray Gel Etil p-metoksisinamat

Bahan Banyaknya (%) Fungsi

Kristal EPMS 1 Zat Aktif

Menthol 0,05 Cooling senzation

Na CMC 1 Gelling agent

Kopovidon 1 Polimer film

Propilen glikol 2,7 Pelarut

Metil Paraben 0,18 Pengawet

Propil Paraben 0,02 Pengawet

Etanol 96% 20,00 Pelarut

Ad Aquadest 100,00 Pelarut

Pembuatan sediaan dilakukan berdasarkan formula dan metodologi yang

pernah dilakukan sebelumnya dan telah dievaluasi secara fisika dan kimia pada

penelitian Wikhdatul, 2017. Berdasarkan penelitian tersebut diambil satu formula

sediaan yang dianggap paling stabil secara fisika dan kimia yaitu Formula 2 untuk

dilakukan uji lanjutan yaitu uji penetrasi. Bahan-bahan yang digunakan untuk

membuat sediaan yaitu kristal EPMS sebagai zat aktif, natrium karboksimetil

selulosa (Na CMC) sebagai gelling agent atau pembentuk gel, kopovidon sebagai

polimer film, propilen glikol sebagai plasticizer dan pelarut, menthol sebagai

bahan peningkat penetrasi atau enhancer dan memberikan efek menyejukan saat

diaplikasikan ke kulit, metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet, etanol

96% sebagai pelarut dan agen yang mempercepat penguapan, serta aquadest

sebagai pelarut.

Proses pencampuran Na CMC dan kopovidon menghasilkan gel yang

bening agak sedikit lengket namun mudah disemprotkan. Ketika ditambahkan

menthol sediaan berubah warna menjadi agak putih, kemudian ditambahkan zat

aktif berupa EPMS dari rimpang kencur terjadi perubahan warna menjadi putih

keruh, namun setelah penambahan air sediaan kembali berwarna putih, hal

tersebut menunjukkan bahwa ekstrak telah larut di dalam sediaan spray gel,

namun sediaan berwarna putih karena perbedaan jenis Na CMC yang digunakan

dalam pembuatan sediaan. (Wikhdatul, 2017, telah dimodifikasi).

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

51

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

4.4 Evaluasi Fisik Sediaan Spray Gel

4.4.1 Pemeriksaan organoleptik

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Organoleptik

Hari ke- Warna Bau Bentuk

0 Putih Khas Cairan agak kental dan agak lengket

7 Putih Khas Cairan agak kental dan agak lengket

14 Putih Khas Cairan agak kental dan agak lengket

21 Putih Khas Cairan agak kental dan agak lengket

Hasil pemeriksaan organoleptik pada Tabel 4.3 dan Lampiran 4

menunjukkan bahwa formula menghasilkan sediaan spray gel dengan zat aktif etil

p-metoksisinamat berwarna putih, memiliki bau berupa bau khas alkohol, serta

bentuk sediaan berupa cairan gel agak kental dan agak lengket. Sediaan yang

dihasilkan bersifat stabil secara organoleptik dalam suhu ruang (27º- 28ºC). Hal

tersebut karena sediaan tidak mengalami perubahan bau, warna, bentuk dan

pertumbuhan jamur.

4.4.2 Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan spray gel EPMS pada suhu ruang

(27- 28 ºC) dari hari ke-0, 7, 14, dan 21 menunjukkan bahwa semakin lama

penyimpanan, maka sediaan semakin tidak homogen karena jenis Na CMC yang

digunakan kurang kompatibel dalam formula (Lampiran 4). Dalam sediaan tidak

ditemukan pembentuk gel yang masih menggumpal. Namun dari hasil

penyimpanan pada hari ke-21 diketahui bahwa sediaan mulai mengendap. Hal ini

mungkin terjadi karena pengupan pelarut pada sediaan selama masa penyimpanan.

Pemeriksaan homogenitas bertujuan untuk melihat distribusi partikel dalam

sediaan (Mumtihanah, 2015).

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

52

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

4.4.3 Pemeriksaan pH

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan pH

Hari ke- pH

0 6,620

7 6,410

14 6,341

21 6,285

Gambar 4.5 Grafik pH sediaan Spray Gel EPMS

Hasil pemeriksaan pH dapat dilihat pada tabel 4.4 dan grafik gambar 4.5

yang menunjukkan nilai pH dari sediaan spray gel EPMS selama penyimpanan.

Pengamatan nilai pH dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21. Berdasarkan data

tersebut dapat dilaporkan bahwa nilai pH sediaan mengalami penurunan setiap

minggu, hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu dan

penyimpanan yang kurang baik. Sediaan kulit sebaiknya memiliki pH yang

kurang lebih sama dengan pH kulit sehingga tidak mudah mengiritasi kulit yaitu

antara 5-7 (Swastika dkk., 2013). Pada penelitian ini pH memenuhi pH normal

kulit yaitu 6,28 – 6,62.

66,26,46,66,8

0 7 14 21

pH

Waktu (hari)

pH Spray gel

Spray gel

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

53

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

4.4.4 Pemeriksaan Viskositas

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Viskositas

Hari ke- Viskositas (cps)

0 3.200

7 2.930

14 2.830

21 2.420

Gambar 4.6 Grafik viskositas sediaan Spray Gel EPMS

Hasil pemeriksaan viskositas sediaan spray gel EPMS pada hari ke-0, 7,

14, dan 21 berturut-turut adalah 3.200 cps, 2.930 cps, 2.830 cps, dan 2.420 cps,

viskositas tersebut termasuk ke dalam rentang viskositas sediaan spray gel yaitu

500-5000 cps (Nisak, 2016). Selama penyimpanan 21 hari sediaan mengalami

penurunan viskositas, namun masih termasuk dalam rentang.

Pengukuran viskositas sediaan gel yang telah diformulasi menggunakan

viskometer Brookfield LV spindel no.3 dengan kecepatan 30 rpm. Pemeriksaan

viskositas pada sediaan spray gel bertujuan untuk mengetahui ketahanan sediaan

untuk mengalir melalui aplikator semprot (Wikhdatul, 2017). Sediaan spray gel

memiliki nilai viskositas yang rendah dengan tujuan mempermudah

pengaplikasian dengan cara disemprotkan (Shafira, dkk., 2015).

4.4.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot Per Semprot

Hasil pengujian pola penyemprotan sediaan spray gel pada jarak 3 cm, 5

cm, 10 cm, dan juga 15 cm dapat dilihat pada Lampiran 5. Diameter pola

penyemprotan yang terbentuk setelah diukur menggunakan mistar untuk sediaan

spray gel berbanding lurus dengan jarak penyemprotannya. Semakin jauh jarak

0

1000

2000

3000

4000

0 7 14 21

Vis

kosi

tas

Waktu (hari)

Viskositas Spray gel

Spray gel

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

54

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

semprotnya, maka semakin besar pula diameter pola penyemprotan yang

dihasilkan (Wikhdatul, 2017). Semakin besar diameter yang dihasikan berarti

semakin besar area kontak obat dengan kulit sehingga semakin banyak obat yang

dapat berpenetrasi ke dalam kulit.

4.4.6 Pemeriksaan Daya Sebar lekat

Hasil pemeriksaan daya sebar lekat menunjukkan bahwa sediaan dapat

melekat setelah disemprotkan di kulit lengan bagian atas selama waktu pengujian

10 detik, dan membentuk lapisan yang kuat sehingga dapat menempel pada kulit

dan tidak mengalir. Daya sebar lekat dipengaruhi oleh viskositas sediaan.

Semakin rendah viskositas sediaan maka daya sebar lekat sediaan semakin mudah

mengalir atau tidak terlalu melekat, sedangkan semakin tinggi viskositas sediaan

maka daya sebar lekat semakin mudah melekat (Dwi, 2017).

Berdasarkan penelitian Mappa, dkk., 2013, pemeriksaan daya sebar lekat

bertujuan mengetahui kecepatan penyebaran dan menjamin pemerataan sediaan

saat diaplikasikan pada kulit. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara

obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit dapat berlangsung

cepat (Aryani, 2015). Hasil pemeriksaan daya sebar lekat dapat dilihat pada

Lampiran 6.

4.5 Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan

4.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Metanol

Pembuatan kurva kalibrasi EPMS dalam metanol dilakukan menggunakan

alat spektrofotometri UV-Vis untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang

akan digunakan saat menetapkan kadar EPMS dalam sediaan spray gel. Alasan

penggunaan metanol sebagai pelarut karena EPMS sangat mudah larut dalam

metanol (Agus, 2015). Tahap awal yang harus dilakukan adalah menentukan

panjang gelombang maksimum EPMS dalam metanol. Hasil pengukuran panjang

gelombang yang didapatkan pada puncak serapan yaitu 308,6 nm. Penelitian Agus

(2015) melaporkan bahwa panjang gelombang EPMS dengan pelarut metanol

yaitu 308,2 nm. Berdasarkan literatur tersebut, maka panjang gelombang

maksimum yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk melakukan optimasi

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

55

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

pada pembuatan kurva kalibrasi EPMS dan pengukuran kadar EPMS dalam

sediaan.

Pembuatan kurva kalibrasi EPMS dalam metanol pada panjang gelombang

maksimum 308,6 nm menghasilkan persamaan regresi linier y= 0,1066x + 0,018

dengan nilai koefisien relasi = 0,9953. Data kurva kalibrasi EPMS dalam metanol

dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.5.2 Pengukuran Kadar EPMS dalam Sediaan

Pengukuran kadar EPMS dalam Sediaan dilakukan dengan cara

mengekstraksi EPMS dari sediaan. Ekstraksi tersebut dilakukan dengan cara

melarutkan sediaan di dalam metanol (Agus, 2015). Metanol dipilih sebagai

pelarut pengekstraksi sebab EPMS sangat mudah larut dalam metanol. Larutan

hasil ekstraksi kemudian dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 5 ppm.

Larutan hasil pengenceran kemudian diukur serapannya menggunakan

spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 308,6 nm. Perlakuan ini

diulangi hingga 3 kali pengulangan pada titik pengambilan yang berbeda.

Perlakuan tersebut juga dilakukan terhadap basis sediaan tanpa EPMS.

Kemudian hasil absorbansi sampel yang didapatkan dikurangi dengan absorbansi

basis tanpa EPMS. Data hasil pengukuran kadar EPMS dalam sediaan dapat

dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil penetapan kadar diketahui bahwa

kadar EPMS dalam sediaan spray gel adalah 0,97 %.

Metode Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang cepat,

sederhana dan mudah penanganannya (Henry, dkk. 2002). Metode

spektrofotometri juga sering digunakan sebagai analisa kuantitatif untuk

penetapan kadar suatu senyawa, karena kurva kalibrasi hasil spektrofotometri

dapat digunakan secara berulang-ulang untuk jumlah sampel yang banyak

(Iskandar, 2017).

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

56

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

4.6 Uji Penetrasi Sediaan Secara In Vitro

4.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi EPMS dalam Larutan Kompartemen

Reseptor (EDP)

Pembuatan kurva kalibrasi EPMS untuk uji penetrasi sama halnya dengan

pembuatan kurva kalibrasi untuk penetapan kadar EPMS dalam sediaan.

Perbedaannya terletak pada pelarut yang digunakan untuk melarutkan standar

EPMS. Penelitian Agus (2015) mengatakan bahwa panjang gelombang

maksimum standar EPMS dalam larutan EDP yaitu 310,2 nm. Sementara, hasil

pengukuran panjang gelombang maksimum EPMS dalam larutan EDP adalah

309,6 nm. Persamaan regresi linier hasil pembuatan kurva kalibrasi yaitu y=

0,1068x – 0,0193 dengan nilai koefisien relasi = 0,9966. Kurva kalibrasi EPMS

dalam larutan EDP dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.6.2 Penyiapan Membran Sel Difusi dari Kulit Tikus

Membran sel difusi yang digunakan dalam uji penetrasi secara in vitro

dapat berupa membran biologis hewan atau membran artificial seperti membran

selofan. Pada penelitian ini, membran yang digunakan adalah membran dari kulit

abdomen tikus putih betina galur Sprague dawley yang berumur 2-3 bulan dengan

kisaran berat 150-200 gram. Membran yang digunakan diseleksi dengan ketebalan

0,6 ± 0,1 mm dan luas membran 3,14 cm2 disesuaikan dengan alat uji difusi.

Alasan penggunaan kulit tikus sebagai membran difusi karena mudah didapatkan

dan permeabilitias kulit tikus yang mendekati permeabilitas kulit manusia.

Koefisien permeabilitias kulit manusia sebesar 93 cm/jam x 105, sedangkan kulit

tikus yang telah dicukur bulunya memiliki koefisien permeabilitas sebesar 103

cm/jam 105 (Kielhorn, Kollmuβ, Mangelsdorf, 2006). Kelemahan penggunaan

kulit tikus sebagai membran difusi yaitu kulit tikus memiliki luas penampang

yang kecil. Untuk mengatasinya, kulit diambil pada daerah yang sama sehingga

memperkecil variasi tempat yang akan digunakan untuk uji penetrasi (hadyanti,

2008).

Tikus yang telah dikondisikan dengan lingkungannya terlebih dahulu

dibius dengan eter kemudian dipastikan sudah tidak bernyawa. Setelah itu, bagian

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

57

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

kulit abdomen dipotong dan dibersihkan dari lemak-lemak subkutan yang

mungkin masih menempel, digunting bulu-bulunya dan dicukur menggunakan

pisau pencukur dengan hati-hati sampai kulit tikus bersih dari bulu-bulu.

Pencukuran bulu pada kulit dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi luka

pada kulit yang dapat berpengaruh terhadap laju penetrasi suatu obat (Nisa ,2013).

Lemak subkutan yang masih menempel pada kulit dapat mengganggu penetrasi

EPMS dalam kulit (Romadon, 2012). Setelah itu kulit dicuci dengan air dan

dibilas dengan larutan NaCl 0,9% fisiologis untuk melepaskan sisa jaringan yang

masih melekat. Kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan,

lalu disimpan di dalam botol yang berisi NaCl 0,9% fisiologis pada suhu -20oC.

Penyimpanan kulit segar dapat bertahan selama 1 bulan jika disimpan pada suhu -

20oC dan tidak memiliki efek relevan pada permeabilitas in vitro baik kulit

manusia maupun kulit hewan (Bartosova, Bajgar, 2012).

4.6.3 Pengujian Penetrasi EPMS

Pada penelitian ini dilakukan pengujian penetrasi EPMS secara in vitro

menggunakan sel difusi franz. Uji penetrasi bertujuan untuk mengetahui jumlah

zat aktif yang terpenetrasi melalui kuit selama interval waktu tertentu dari sediaan

yang telah dibuat (Bartosova, bajgar, 2012).

Hal yang perlu diperhatikan pada uji penetrasi secara in vitro adalah

kelarutan zat aktif. Pada pengujian ini EPMS harus larut dalam cairan

kompartemen reseptor yang digunakan. Medium kompartemen resptor yang

digunakan pada pengujian ini adalah larutan EDP, yaitu larutan campuran yang

terdiri dari etanol 96% dan dapar fosfat pH 7,4 dengan perbandingan 1:1. Dapar

fosfat pH 7,4 dipilih untuk medium reseptor sebagai simulasi cairan biologis

tubuh, sementara etanol 96% pada medium reseptor digunakan sebagai bahan

pensolubilisasi. Pemilihan larutan ini berdasarkan struktur EPMS yang bersifat

hidrofobik, sehingga EPMS akan sulit larut dalam medium kompartemen reseptor

jika medium yang digunakan air atau dapar fosfat pH 7,4, maka diperbolehkan

untuk menambahkan bahan pensolubilisasi ke dalam kompartemen reseptor yaitu

etanol 96% (Romadon, 2012 telah dimodifikasi).

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

58

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Sebelum dilakukan uji penetrasi, membran kulit tikus yang disimpan pada

suhu -20oC diambil, kemudian direndam pada medium kompartemen reseptor

selama 10-30 menit. Perendaman ini bertujuan untuk mengkondisikan kulit seperti

sebelum dilakukan penyimpanan (Bartosova, Bajgar, 2012). Sediaan ditimbang

sebanyak 200 mg dan diratakan di atas membran yang telah diletakkan di atas alat

uji difusi. Penentuan bobot sediaan yang diaplikasikan berdasarkan luas membran

dan penyebaran sediaan yang merata. Pengaplikasian sediaan dengan bobot yang

terlalu besar pada luas membran yang kecil akan menyebabkan terjadinya

penumpukan sediaan pada lapisan atas membran. Sehingga zat aktif tidak

sepenuhnya terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal di permukaan membran

kulit uji (Simanjuntak, 2006).

Pengujian dilakukan selama 8 jam, dengan suhu medium kompartemen

reseptor 37 ± 0,5oC disesuaikan dengan suhu tubuh. Total volume cairan reseptor

yaitu 21 mL dengan kecepatan pengadukan 500 rpm. Pencuplikan dilakukan pada

menit ke 10, 30, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360, 420, dan 480 (Anggraeni, 2008).

Pencuplikan sebanyak 1 mL dan digantikan dengan medium kompartemen

reseptor yang baru dengan volume yang sama untuk mempertahankan sink

condition (Lachman et al, 1994). Hasil cuplikan kemudian dilakukan pengenceran

dan diukur serapannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang

gelombang maksimum 309,6 nm (Agus, 2015 telah dimodifikasi).

4.6.4 Jumlah Kumulatif Zat Aktif Terpenetrasi Per Luas Area

Jumlah kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas area dapat dihitung dari

data absorbansi hasil pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Perhitungan jumlah kumulatif zat aktif yang terpenetrasi dapat dilihat pada

Lampiran 10. Data hasil perhitungan jumlah kumulatif difusi EPMS per luas area

dapat dilihat pada Tabel 4.6. Jumlah kumulatif difusi EPMS per luas area dari

sediaan spray gel, sedangkan grafik jumlah kumulatif EPMS per luas area dapat

dilihat pada Gambar 4.7. Sementara Tabel 4.7 menunjukkan data presentase

kumulatif difusi EPMS.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

59

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

0

50

100

150

200

0 2 4 6 8 10Jum

lah

zat

akt

if

terp

en

etr

asi (

µg/

cm2

)

Waktu (Jam)

Jumlah Kumulatif Zat Aktif Terpenerasi

Spray gel

Tabel 4.6 Jumlah Kumulatif Difusi EPMS Per Luas Area dari Sediaan Spray Gel

Gambar 4.7 Grafik jumlah kumulatif EPMS yang berdifusi per luas area

Waktu

(Jam)

Jumlah kumulatif zat aktif

terpenetrasi (µg/cm2)

0 0,00 ± 0,00

0,167 29,17 ± 1,65

0,5 40,33 ± 6,90

1 66,44 ± 6,95

1,5 92,24 ± 28,17

2 104,35 ± 4,39

3 138,03 ± 24,26

4 141,11 ± 9,29

5 146,58 ± 35,10

6 152,41 ± 13,26

7 164,33 ± 17,09

8 174,51 ± 18,22

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

60

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Tabel 4.7. Presentase Kumulatif Difusi EPMS Per luas Area

Waktu

(Jam)

% kumulatif difusi EPMS

Per Luas Area

0 0,00 ± 0,00

0,167 4,72 ± 5,66

0,5 6,52 ± 17,11

1 10,75 ± 10,46

1.5 14,92 ± 30,54

2 16,88 ± 4,21

3 22,34 ± 17,57

4 22,84 ± 6,58

5 23,72 ± 23,95

6 24,66 ± 8,70

7 26,59 ± 10,40

8 28,24 ± 10,44

Dari hasil difusi EPMS selama 8 jam pada tabel 4.6 dan tabel 4.7 dapat

diketahui bahwa jumlah kumulatif zat aktif terpenetrasi per luas area melalui

membran kulit tikus dan nilai presentase kumulatif difusi EPMS per luas area

tertinggi pada jam ke-8 yang dihasilkan oleh sediaan spray gel yaitu 174,51

µg/cm2 dan 28,24 %. Nilai tersebut menunjukkan kadar EPMS yang terdapat di

dalam cairan reseptor. Berdasarkan data Gambar 4.7 menunjukkan bahwa EPMS

yang terpenetrasi ke dalam membran kulit semakian lama semakin banyak dan

terakumulasi di dalam cairan kompartemen reseptor, namun setelah jam ke-3,

jumlah zat aktif yang terpenetrasi kenaikannya semakin sedikit. Faktor yang

dapat mempengaruhi jumlah zat aktif yang terpenetrasi yaitu terjadinya

penguapan pelarut (etanol 96%) saat penyimpanan sediaan ataupun saat preparasi

penetrasi, sehingga kemungkinan zat aktif yang berdifusi sebagian tertinggal

dalam jaringan kulit tikus yang digunakan sebagai membran difusi. Oleh karena

itu jumlah total EPMS yang berdifusi sebenarnya lebih besar dari nilai terukur

dalam cairan reseptor (Anggraeni, 2008; Allen dan Ansel, 2014).

Hal-hal yang dapat mempengaruhi kinetik absorpsi obat topikal, yaitu

lokasi pemberian, kondisi kulit, konsentrasi obat dan luas area pemberian, serta

pemberian obat secara berulang. Selain itu, faktor pH dan konsentrasi obat juga

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

61

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

memengaruhi interaksi antar obat, enhancer dan kulit. Enhancer atau agen

peningkat penetrasi dapat mengubah integritas kulit, sehingga meningkatkan

absorpsi ke dalam kulit (Aliska, 2015).

Agen peningkat penetrasi yang terkandung dalam sediaan spray gel EPMS

yaitu alkohol 96%, dan propilen glikol. Alkohol sebagai enhancer dapat

mengekstrak lipid dan protein pada stratum korneum sehingga kepolaran stratum

korneum meningkat dan senyawa hidrofilik dapat masuk menembus stratum

korneum. Alkohol juga meningkatkan kelarutan zat lipofilik dalam area lipofilik

stratum korneum (Kielhorn, Kollmuβ, Mangelsdorf, 2006). Sedangkan propilen

glikol sebagai enhancer mampu meningkatkan penetrasi senyawa lipofilik.

Propilen glikol sebagai enhancer hanya dapat terjadi pada senyawa yang lebih

larut dalam alkohol daripada air. Hal ini sesuai dengan sifat kelarutan EPMS yang

lebih larut dalam alkohol daripada air (Nuebert, 2006). Selain itu, menthol sebagai

cooling senzation berinteraksi langsung dengan reseptor dingin tubuh sehingga

memberikan sensasi dingin dan menyegarkan, selain itu menthol juga bisa

berperan sebagai enhancer dengan mengganggu struktur lipid dari stratum

korneum, meningkatkan kemampuan difusi obat dengan meningkatkan koefisien

partisi obat. Menthol juga dapat meningkatkan konduktivitas elektrik dari jaringan

sehingga terbentuk pori-pori yang polar dari stratum korneum (Kamatou, 2013).

Selain enhancer, adanya kadar air yang mendominasi dalam sediaan spray

gel juga dapat menghidrasi kulit. Efek hidrasi ini akan meningkatkan kadar air, di

mana air akan membuka struktur lapisan tanduk yang kompak dan juga benang-

benang keratin dari stratum korneum akan mengembang sehingga kulit menjadi

lebih permeabel (Djajadisastra dkk, 2008). Hidrasi stratum korneum merupakan

salah satu faktor utama yang meningkatkan penetrasi zat aktif baik hidrofilik atau

lipofilik melalui membran (Simanjuntak, 2006). Umumnya stratum korneum

mengandung 5-20% air, dan dapat meningkat hingga diatas 50% ketika terjadi

hidrasi. Terjadinya hidrasi kulit maka akan meningkatkan penetrasi obat

(Kielhorn, Kollmuβ, Mangelsdorf, 2006).

Laju pelepasan obat juga dipengaruhi oleh afinitas pembawa obat dan sifat

fisikokimia obat seperti kelarutan obat, partisi antar muka obat dari formulasi

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

62

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

menentukan tingkat laju pelepasan obat. Obat harus mempunyai afinitas yang

lebih besar terhadap kulit daripada pembawa (Sri, 2017). Sediaan spray gel

memiliki afinitas yang kecil, karena kelarutan EPMS dalam pembawa berair yang

rendah sehingga menyebabkan EPMS lebih mudah terlepas dari pembawanya, hal

ini akan memudahkan EPMS berdifusi ke dalam stratum korneum (Simanjuntak,

2006).

4.6.5 Fluks Penetrasi

Fluks penetrasi EPMS dapat dihitung dari data jumlah kumulatif EPMS

terpenetrasi. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.8 Kecepatan Penetrasi (Fluks) EPMS Tiap Satuan Waktu

Waktu

(Menit)

Fluks penetrasi

(µg cm-2 jam-1)

0 0,00 ± 0,00

10 174,72 ± 9,90

30 80,67 ± 13,80

60 66,44 ± 6,95

90 61,49 ± 18,78

120 52,17 ± 2,19

180 46,01 ± 8,08

240 35,27 ± 2,32

300 29,31 ± 7,02

360 25,40 ± 2,21

420 23,47 ± 2,44

480 21,81 ± 2,27

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

63

UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Gambar 4.8 Grafik Fluks Penetrasi EPMS Tiap Satuan Waktu

Berdasarkan data pada tabel 4.8. dapat diketahui bahwa nilai fluks

penetrasi sediaan spray gel meningkat pada menit ke-10 yaitu 174,72 µg cm-2 jam-

1. Grafik fluks penetrasi EPMS tiap satuan waktu dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Kurva menaik menunjukkan bahwa gradien konsentrasi antara kompartemen

donor dan reseptor donor besar, sedangkan kurva menurun disebabkan karena

konsentrasi EPMS di kompartemen donor mulai berkurang. Berdasarkan kurva

tersebut dapat dilihat bahwa titik maksimal pada sediaan spray gel terjadi pada

menit ke-10, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada menit ke-10 terjadi

penetrasi EPMS dalam jumlah terbesar dibandingkan pada waktu yang lainnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan spray gel EPMS memiliki penetrasi yang

cepat pada saat awal pengaplikasian sediaan ke dalam kulit. Menurut Hukum

Ficks I, kecepatan penetrasi senyawa berbanding lurus dengan jumlah kumulatif

zat aktif terpenetrasi per luas area. Oleh karena itu, faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah kumulatif EPMS yang terpenetrasi per luas area turut

mempengaruhi kecepatan penetrasi EPMS melalui membran difusi (Anggraeni,

2008 dalam Agus 2015).

0

100

200

0 100 200 300 400 500 600

Flu

ks p

en

etr

asi (

µg

cm-

2 ja

m-1

)

Waktu (menit)

Fluks Penetrasi

Spray Gel

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel

difusi franz dengan kulit abdomen tikus betina galur Sprague Dawley sebagai

membran difusi didapatkan jumlah kumulatif zat aktif per luas area yang tertinggi

terjadi pada jam ke-8 yaitu 174,51 µg/cm2 dan presentase kumulatif EPMS yang

terpenetrasi per luas area adalah 28,24 %. Sedangkan kecepatan penetrasi EPMS

yang tertinggi terjadi pada menit ke-10 yaitu 174,72 µg.cm-2.jam-1. Berdasarkan

data tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan spray gel EPMS mampu

berpenetrasi dengan cepat saat awal pengaplikasian ke dalam kulit.

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh variasi pemakaian

menthol pada uji penetrasi sediaan spray gel EPMS, karena ternyata menthol

juga bisa digunakan sebagai enhancer.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji penetrasi menggunakan

membran kulit manusia.

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

65 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Aliska, Gestina. 2015. Berbagai faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Obat

Secara Topikal. MDVI. Vol. 42 No. 1. 38-46.

Allen, L. V., & Ansel H. C. 2014. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and

Drug Delivery Systems. Tenth Edition. Philadelpia: Lippincott Williams &

Wilkins. 343-344.

Afriastini. 1990. Daftar Jenis Nama Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agus, Charinna. 2015. Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-metoksisinamat Hasil

Isolasi Dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Pada Sediaan

Salep, Krim, dan Gel. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN

Syarif Hidayatullah.

Annissa, Lulu. 2017. “Formulasi dan Uji Stabilitas Fisika-Kimia Sediaan Gel Etil

p-Metoksisinamat dari Rimpang EKncur *Kempferia galanga L.)”. Jakarta:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anggraeni, C.A. 2008. Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel, dan Salep Terhadap

Penetrasi Aminofilin Sebagai Antiselulit Secara In Vitro Menggunakan Sel

Difusi Franz. Skripsi Sarjana Farmasi :Universitas Indonesia.

Ansel,H.C., 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi.Edisi 4. UI Press. Jakarta.

Aroonrerk N, Kamkaen N. Anti-inflamatory Activity of Querous Infectoria

Glycyrrhiza Uralensis, Kaempferia galanga L. and Coptis chinensis the

Maincomponent of Thai Herbal Remedies for Aphthous Ulcer.Lagos,

Nigeria: Journal of Health Res. 2009. Hal 17-22.

Ashland. 2013. PlasdoneTM S-630 Copovidone: Product Overview. USA:

Ashland Inc.

Bangun, Robijanto. 2011. “Semi Sintesis N,N-Bis(2-Hidroksietil)-3-(4-

Metoksifenil) Akrilamida Dari Etil p-Metoksisinamat Hasil IsolasiRimpang

Kencur (Kaempferia Galanga L) Melalui Amidasi DenganDietanolamin”.

Medan:Universitas Sumetra Utara.

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari

Kencur (Kaempferia galanga Linn.). Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU.

Buhler,Volker.1998.Kollidon®, Polyvinylpyrrolidone for the Pharmaceutical

Industry. BASF Aktiengesell schaft Fine Chemicals.

Caesaria, Cindy. 2009. Isolasi Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga, L.) dan Identifikasinya dengan Kromatografi Gas

Spektroskopi Massa. Purwokerto: Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Materia Medika Indonesia Jilid

I. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV.

Jakarta. 2005. 847 – 854, 999, 1037-9.

Dewi, Nisa Utami. 2016. “Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Spray Gel

Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis Kucing (Ortosiphon stamineus

Benth.)”. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi

Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Depkes RI.

Djajadisastra, J., Sutriyo dan Anggraeni, C, A., 2008, Pengaruh Bentuk Sediaan

Krim, Gel dan Salep Terhadap Penetrasi in vitro Aminofilin sebagai

Antiselulit Menggunakan Sel Difusi Franz, Prosseding Kongres Ilmiah ISFI

XVI, Yogyakarta.

Dwi, Youstiana. 2017. Uji Aktivitas Tabir Surya dan Stabilitas Fisik Formula Gel

Semprot dari Ekstrak Temugiring (Curcuma heyneana Val.) dan Ekstrak

Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Nees.) dengan Kombinasi Karbopol

dan HPMC. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November

2017, hlm 118-240.

Faisal, Muhammad. 2017. “Karakterisasi Sifat Fisik dan Permeabilitas Krim

Gamma-Oryzanol dengan Variasi Natrium Lauril Sulfat”. Jakarta: Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.

Fang, Chao, et.al. 2008. Synergistically Enhanced Transdermal Permeation and

Topical Analgesia of Tetracaine Gel Containing menthol and Ethanol in

Experimental and Clinical Studies. European Journal of Pharmaceutics and

Biopharmaceutics 68 (2008) 735-740.

Fitriani, Nita. 2016. “Uji Aktivitgas Gel Etil p-Metoksisinamat Terhadap

penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus Putih (Ratus norvegicus) Jantan

Galur Sprague Dawley”. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. 2012 . Analisis Obat Secara Spektrofotometridan

Kromatografi.Cetakan I. Yokyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Harmita, APT. 2006.Analisa Fisikokimia.UI Press. Jakarta. 17,144-152.

Haryono, Bambang Sucipto, dan Maretta, Delvi. 2013. Kencur.Trisula Adisakti

:Jakarta.

Henry, Arthur., M.T Suryadi., Yanuar Any. 2002. Analisis Spektrofotometri UV-

vis Pada Obat Influenza Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan

Linier.Jakarta.FMIPA UI.

Holland, Troy, Hassan Chaouk, Bruktawit Aswaf, Stephen Goodrich, Adrian

Hunter dan Vimala Francis. 2002. Spray Hydrogel Wound Dressing. United

State Patent Application Publication.

Honneywell-Nguyen, P. L., & Bouwstra, J. A. (2005). Vesicles as a Tool for

Transdermal and Dermal Delivery. Drug Discovery Today: Technologies.

Vol. 2, No. 1.68-74.

Hussain, Syed Zameer, dan Maqbool, Khushnuma. 2014. GC-MS: Principle,

Technique and its application in Food Science.Review Article. India:Division

of Post Harvest Technology, Sher-e-Kashmir University of Agricultural

Science and Technology of Kashmir.

Inayatullah, M.S. 1997. Standarisasi rimpang kencur dengan parameter etil para

metoksi sinamat. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Erlangga.Surabaya.

Iskandar, Dodi. 2017. Perbandingan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan

Iodimetri dalam Penentuan Asam Askorbat Sebagai Bahan Ajar Kimia

Analitik Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Berbasis Open-ended

Experiment dan Problem Solving. Jurnal Teknologi Technoscientia. ISSN:

1979-8415.

Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi

Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis Retrofracti Fructus).

Skripsi. UIN Jakarta

Iswandana, R; Anwar, E; Mun’im, A. 2011. Uji Penetrasi Secara In Vitro & Uji

Stabilitas Fisik Sediaan Krim, Salep, dan Gel yang mengandung Kurkumin

dari Kunyit (Curcuma Longa L.). Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-

2855 Vol. 7 No. 7, September 2011.

Kamatou, G. P., Vermaak, I., Viljoen, A. M., & Lawrence, B. M. 2013. Menthol:

a simple monoterpene with remarkable biological properties. Phytochemistry,

96, 15-25.

Kamishita, Takuzo, dkk.1992. Spray Gel Base and Spray Gel Preparation Using

Thereof. United State Patent Application Publication.

Khoirunni’mah, Zulfa. 2013. Modifikasi Struktur dan Senyawa Metil Sinamat

Melalui Proses Degradasi Sinamat Serta Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality

Test) Terhadap Senyawa Hasil Modifikasi. Skripsi Sarjana Farmasi; UIN

Syarif Hidayatullah.

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kielhorn, J., S. M. Kollmu. I. Mangelsdorf. 2006. Dermal absorption. Dalam:

Environmental Health Criteria 235. World Health Organization.

Komala, et.al. 2017. Microwave Assisted synthesis of p-Methoxycinnamides and

p-Methoxy-β-nitrostyrenes from Ethyl p-methoxycinnamate and Screening

their Anti-inflammatory Activity. Natural Product Communication. Vol 12,

No.8, 1265-1268.

Lachman L. Lieberman HA, Kanig JL.diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Teori dan

Praktek Farmasi Industri II. Penerbit Universitas Indonesia. Edisi ke-3.

1994.1029-1089

Lukman, A, Susanti, E., & Oktaviana, R., 2012. Formulasi Gel Minyak Kulit

KayuManis (Cinnamomum burmanii BI) Sebagai Sediaan Antinyamuk,

JurnalPenelitian Farmasi Indonesia, 1 (1), 24-29.

Lund, W. 1994. Pharmaceutical Codex, 12th edition. London: The Pharmaceutical

Press.

Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. Farmasi Fisik : Dasar-Dasar Farmasi

Fisik dalam Ilmu Farmasetika. Edisi Ketiga.Jilid 2. Jakarta: UIPress.2008.

1143-1164. Mescher, A.L. 2013. Junquiera’s Basic Histology Test and

Atlas.13th Edition.The Mc Graw Hill Companies.

Miranti, L.2009. Pengaruh Konsentrasi MinyakAtsiri Kencur (Kaempferia

galanga L.)dengan Basis Salep Larut Air terhadap SifatFisik Salep dan Daya

Hambat BakteriStaphylococcus aureus secara In vitro.

Mufidah, Syarifatul. 2014. “Modifikasi Struktur Senyawa Etil pmetoksisinamat

yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galangaLinn.) Melalui Transformasi

Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi”. Jakarta: Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mukhriani.2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Mukti.K.W.2011. Analisis Spektro UV-Vis: Penentuan Konsentrasi Permanganat

(KMnO4). Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mumtihanah, A.M. 2015. Evaluasi Stabilitas Fisik dan Profil DIfusi Sediaan Gel

Minyak Zaitun. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol.4 No.1. Jakarta: Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Neubert, R. H. H:; Trommer, H. Overcoming The Stratum Corneum: The

Modulation Of Skin Penetration. Skin Pharmacol Physiol 2006, 19: 106-121

Nisa, Michrun. 2013. Uji Efektivitas beberapa Senyawa Sebagai Peningkat

Penetrasi Terhadap Laju Difusi Krim Asam Kojat Tipe Minyak dalam Air

Secara In Vitro. Pharmacy, Vol.10 No. 01. ISSN 1693-3591

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nugraini,Indah Nunik.2015. “Modifikasi Struktur Senyawa Etil

pmetoksisinamatyang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galangaLinn.)

MelaluiProses Nitrasi-Esterifikasi dengan1-Butanol Serta Uji Aktivitas

SebagaiAntiinflamasi”. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Perdanakusuma, D.S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka.

Surabaya: Airlangga University School Of Medicine – Dr. Soetomo General

Hospital.

Prakash RT, Thiagarajan. 2012. Synthesis and characterization of silver

nanoparticles using Penicillium sp. isolated from soil. International Journal of

Advanced Scientific and Technical Research 1:137-149.

Rahmah, Rizki, et.al. 2017. Uji Efektivitas Antiinflamasi Salep Ekstrak Rimpang

Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Luka Sayat Pada Tikus Jantan.

Cirebon; STF YPIB Cirebon.

Rajesh, N, et.al. 2010. Formulation and Evaluation of Biopolymer Based

Trasndermal Drug Delivery. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences. VVol 2, suppl 2. ISSN: 0975-1491.

Ranade, V. V. and M. A. Hollinger, 2004, Transdermal Drug Delivery, in: Drug

Delivery Systems, V. V. Ranade and M. A. Hollinger, 2nd ed., CRC Press

LLC, New York, 222-243.

Robbani, Khairunnisa. 2015. “Uji Stabilitas Kimia Etil p-metoksisinamat dari

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Dalam Sediaan Setengah

Padat”. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rostiana, Otih, dkk. 2005. Budidaya Tanaman kencur. Bogor: Balai Penilitian

Tanaman Obat dan Aromatika.

Rowe, C. R., Paul J. Sheskey, dan Marian E. Quinn. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients .6 thEdition. Washington: Pharmeceutical Press.

Ruswanto, Lestari, T. 2013. Sintesi Senyawa 1-Benzoyl-3-Phenyl-Thiourea

Sebagai Kandidat Anti Kanker. Tasikmalaya: Stikes Bakti Tunas Husada.

Santoso HB. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta:Agromedia

Pustaka.

Sezer, Ali Demir, dan Erdal Cevher. 2011. Biopolymers as Wound Healing

Materials: Challenges and New Strategies. Turkey. Rosario Pignatello,ISBN

978-953-307-661-4, Published: November 16, 2011 under CC BY 3.0license.

Shafira, U., Gadri, A., Lestari, F., 2015. Formulasi Sediaan Spray Gel Serbuk

Getah Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida Linn.) dengan Variasi Polimer

Pembentuk Film dan Jenis Plasticizer. Jakarta: Unisba.

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sheilayanti, Anissa Tiana. 2015.” Formulasi Dan Evaluasi Sifat Fisik Gel

Semprot Metronidazole Menggunakan Kombinasi Natrium Karboksimetil

Selulosa Dan Copovidone Sebagai Pembalut Luka”. Jakarta: Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Simanjuntak, M. T. 2005. Biofarmasi Sediaan Yang Diberikan Melalui Kulit.

Universitas Sumatera Utara.

Somchit MN,et al.Antinociceptive and antiinflammatory effects of Centella

Asiatica. Indian Journal Pharmacol. 2004 : 36 (6) ; 377- 380

Sri, Jelian. 2017. Studi Penetrasi Indometasin Melalui Kulit Kelinci dari Basis

Emulgel. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Sulaiman, M. R., Z. A. Akaria, I. A. Daud, F. N. Ng, Y.C. Ng, and M. T. Hidayat.

2007. Antinociceptive and Anti-inflammatory Activities of the Aqueous

Extract of Kaempferia galanga Leaves in Animal Models. J. Nat. Med., 62,

221-227.

Sulekha, Bhadra and Gajera Avin. 2016. Topical Spray of Silver Sulfadiazine for

Wound Healing. Journal of Chemical and pharmaceutical Research, 8(7);

492-498. ISSN 0975-7348.

Susanty. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks Terhadap

Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays, L.). Jakarta: Teknik

Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Swastika, A, Mufrod & Purwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari

Tomat (Solanumlycopersicum L.). Traditional Medicine Journal. 18 (3):132-

140

Tara V., Shanbag; Sharma candrakala; Adiga Sachidananda; Bary

Laximinarayana Kurady; Shenoy Smita; Shenoy Ganesh. 2006. Wound

Healing Activity of Alcoholic Extract of Kaempferia galanga in Wistar Rats.

Indian J.Physiol Pharmacol 50 (4) : 384-390.

Taufikurohmah, T., Rusmini, Nurhayati. 2008. Pemilihan Pelarut Optimasi Suhu

Pada Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) Dari Rimpang

Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik.

Tewtrakul, S. dan S. Subhadirasakul, 2007, Anti-allergic Activity of Some Selected

Plants in The Zingiberaceae Family. Journal of Ethnopharmacology 109,

535-538.

Thakker KD, Chern WH. 2003. Development and Validation of In Vitro Release

Test for Semisolid Dosage Forms-case Study. Dissolution Technologies

2003, 10-15.

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.

Twelfth Edition. Asia: Wiley.

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Touitou, Elka. Barry W. 2007. Enhancement In Drug Delivery. New York: CRC

Press, 220-221, 237, 246.

Umar, Muhammad I.; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Item J. Atangwho 1;

Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2012. Bioactivity-

GuidedIsolation of Ethyl-p-methoxycinnamate, an Antiinflammatory

Constituent,from Kaempferia galanga L. Extracts. Molecules, 17, 8720-8734.

Vinklarkova, Lenka,dkk. 2014. Formulation of Novel Layered Sodium

Carboxymethylcellulose Film Wound Dressings with Ibuprofen for

Alleviating Wound Pain. Hindawi Publishing Corporation, BioMed Research

International, Article ID 892671.

Wardyah, Sri. 2015. “Perbandingan sifat fisik sediaan krim, gel dan salep yang

mengandung etil p-metoksisinamat dari ekstrak rimpang kencur (Kaempferia

galanga Linn)”.Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN

Syarif Hidayatullah.

Wikhdatul, Luthfia. 2017. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisika-Kimia Sediaan

Spray Gel Etil p-metoksisinamat Dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga

Linn.) dan Menthol. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN

Syarif Hidayatullah.

Witt, Krista dan D., Bucs. 2003. Studying In Vitro Skin Penetration and Drug

Release to Optimize Dermatological Formulations. In Pharmaceutical

Technology. USA : Advanstar Communication Inc.

Yerizel, Eti dan Gusti Revilla. 2003. Efek Senyawa P-Metoksi Sinamat Etil Ester

Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Sebagai Antiinflamasi. Padang: Fakultas

Kedokteran UNAND.

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran I. Alur Penelitian

Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.)

Pengukuran Serapan dengan Spektrofotometri UV-Vis

Uji Penetrasi Sediaan Evaluasi Sediaan Spray Gel

EPMS

Pembuatan Sediaan Spray Gel

Identifikasi dan Uji Kemurnian

Kristal Etil p-metoksisinamat

Isolasi Kristal Etil p-metoksisinamat

Perhitungan Kadar

EPMS dalam sediaan

1. Organoleptik

2. Homogenitas

3. pH

4. Viskositas

5. Pola Penyemprotan

dan Bobot Per

Semprot

6. Daya Sebar Lekat

7. Daya Penghantaran

Sediaan Setiap

Semprotan

Penetapan Kadar EPMS

dalam sediaan

Penetapan Kadar EPMS

terpenetrasi

Perbandingan

Presentase Kumulatif

EPMS terpenetrasi per

luas area

Perbandingan Fluks

Penetrasi

1. Organoleptik

2. Titik Leleh

3. Uji KLT

4. Uji GC-MS

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tumbuhan Rimpang Kencur

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen, Perhitungan Rf, Nilai Luas Puncak dan

Presentase Kadar EPMS

% Rendemen ekstrak =337,162 𝑔𝑟𝑎𝑚

600 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100% = 56,19%

% Rendemen kristal =51,5624 𝑔𝑟𝑎𝑚

337,162 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100% = 15,29%

Rf =2,5 𝑐𝑚

4 𝑐𝑚= 0,625 𝑐𝑚

Keterangan: Kristal EPMS Standar

Keterangan: Kristal EPMS hasil isolasi

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Gambar Hasil Pemeriksaan Organoleptik, Hasil Pemeriksaan

Homogenitas

Keterangan:

Warna: Putih

Bau: Khas aromatik

Bentuk: Cairan agak kental dan agak lengket

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Evaluasi Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot, Gambar Pola

Penyemprotan Sediaan Spray Gel

Formula Jarak

(cm)

Diameter hasil

semprot (cm)

Bobot per

semprot (g)

Total Bobot

(g)

Bobot rata-rata

per jarak (g)

Sediaan

Spray

Gel

EPMS

3

0,7 0,0416

0,1307

0,043567 0,8 0,0423

0,8 0,0468

5

0,9 0,0674

0,2032

0,067733 0,9 0,0748

0,8 0,0610

10

1 0,0806

0,2161

0,072033 0,8 0,0627

0,9 0,0728

15

0,9 0,0735

0,2203

0,073433 0,9 0,0710

1 0,0758

Jarak 3 cm Jarak 5 cm Jarak 10 cm Jarak 15 cm

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

y = 0,1066x + 0,018R² = 0,9953

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 5 10

abso

rban

si

ppm

Kalibrasi epms-metanol

Series1

Linear (Series1)

Lampiran 6. Evaluasi Daya Sebar Lekat

Setelah disemprotkan Setelah didiamkan 10 detik

Lampiran 7. Scanning Panjang Gelombang Maksimum EPMS dalam Metanol,

Data Absorbansi dan Kurva Standar EPMS dalam Metanol

Keterangan: Analisa dilakukan pada panjang

gelombang 308,6 nm, nilai r = 0,9953

Konsentrasi

(ppm) Absorbansi

0 0

1 0.104

2 0.280

3 0.338

4 0.443

5 0.552

6 0.659

7 0.755

8 0.867

Panjang Gelombang (nm)

Ab

sorb

ansi

308,6 nm

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

y = 0,1068x - 0,0193R² = 0,9966

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 5 10

abso

rban

si

ppm

Kalibrasi EPMS - EDP

Series1

Linear (Series1)

Lampiran 8. Data Hasil Penetapan Kadar EPMS dalam Sediaan Spray Gel

Sampel Pengujian

ke-

Berat

sampel

(mg)

Abs Kadar EPMS

terukur (mg)

Kadar

(%)

Rata-

rata %

SD

Spray

Gel

EPMS

1 100 0,111 0,872420263 0,87

0,97

0,98 2 100 0,125 1,003752345 1,00

3 100 0,129 1,041275797 1,04

Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Maksimum EPMS dalam Larutan

EDP, Data Absorbansi dan Kurva Standar EPMS dalam Larutan EDP

Keterangan: Analisa dilakukan pada panjang

gelombang 309,6 , nilai r = 0,9966

Konsentrasi

(ppm) Absorbansi

0 0

1 0.093

2 0.185

3 0.288

4 0.381

5 0.51

6 0.635

7 0.754

8 0.826

Panjang Gelombang (nm)

Ab

sorb

ansi

309,6 nm

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Contoh perhitungan Jumlah Kumulatif Zat Aktif Terpenetrasi per

Luas Area

Serapan Menit ke 10 (y10) = 0,446

y = 0,1068x - 0,0193

0,446 = 0,1068x - 0,0193

X10 = 4,362 µg/mL

Konsentrasi Terpenetrasi = X10 x Faktor Pengenceran

= 4,6938202 x 1

= 4,362 µg/mL

Jumlah kumulatif zat aktif yang terpenetrasi per luas area difusi (µg/cm2 ) dapat

dihitung dengan rumus :

Keterangan:

𝑄 = Jumlah kumulatif yang terpenetrasi per luas area (µg/cm2 )

𝐶𝑛 = Konsentrasi terpenetrasi pada menit ke-10 = 4,6938202 µg/mL

∑ 𝐶𝑛−1𝑖=1 = Jumlah konsentrasi zat pada sampling menit sebelummnya = 0 µg/mL

𝑉 = Volume sel difusi (21ml)

𝑆 = Volume sampling = 1 ml

𝐴 = Luas area membrane = 3,14 cm2

Q = {(4,362 µg/mL x 21 mL) + (0 x 1 mL)} / 3,14 cm2

= 29,179 µg/cm2

% Kumulatif = (Q xA x 100) / Kandungan zat aktif dalam sediaan

= (29,179 µg/cm2 x 3,14 cm2 x 100) / (0,97% x 2000 µg)

= 4,72 %

Jadi Jumlah Kumulatif EPMS terpenetrasi per luas area pada menit ke-10 adalah

29,179 µg/cm2 dengan % Kumulatif 4,72 %

𝑄 = 𝐶𝑛𝑉 + ∑ 𝐶. 𝑆𝑛−1

𝑖=1

𝐴

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11 . Contoh perhitungan Fluks Penetrasi

Rumus perhitungan fluks (kecepatan penetrasi tiap satuan waktu) obat

berdasarkan hukum Fick I :

Keterangan:

𝐽 = Fluks (µg cm2jam1)

𝑀 = Jumlah kumulatif zar yang melalui membran (µg)

𝑠 = Luas area difusi (cm2 )

𝑡 = waktu (jam)

Diketahui :

M/S = 29,179 µg cm2

t = 0,167 jam (10 menit)

Maka:

J = 29,179 µg cm2 / 0,167 jam

= 174,7257 µg cm2jam1

Jadi kecepatan penetrasi sediaan spray gel EPMS pada menit ke-10 adalah

174,7257 µg cm2jam1.

𝐽 = 𝑀

𝑠 𝑥 𝑡

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Sertifikat Analisa Natrium Karboksimetil Selulosa

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13 . Sertifikat Analisa Kopovidon

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI DAYA PENETRASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47773/1/SHEILA... · diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14 . Surat Keterangan Hewan Uji