udang

117
ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT GITA HANUM PURNAMASARI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: andi-setiawan

Post on 11-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Udang

ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU,

JAWA BARAT

GITA HANUM PURNAMASARI

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: Udang

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT. adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, Agustus 2008 Gita Hanum Purnamasari C 44104029

Page 3: Udang

ABSTRAK

GITA HANUM PURNAMASARI. Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan ACHMAD FAHRUDIN. Benur yang banyak digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yaitu benur oslah. Permintaan benur oslah merupakan permintaan turunan dari udang windu. Perubahan permintaan benur oslah akan berdampak pada perubahan nilai total penjualan dan keuntungan bersih pengusaha benur oslah dan pembudidaya udang windu. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji karakteristik responden, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah dan mengkaji elastisitas permintaan benur oslah. Pembudiaya yang dijadikan responden sebanyak 60 orang terdiri dari 30 orang pembudidaya monokultur dan 30 orang pembudidaya polikultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk golongan umur yang produktif dengan pengalaman usaha antara 8-22 tahun dan tingkat pendidikan rendah (SD). Luas lahan tambak responden sebagian besar berkisar antara 1-2 ha dengan padat penebaran benur oslah antara 5.000-67.142 ekor/tahun. Harga udang windu responden sebagian besar berkisar antara Rp 37.142,00-Rp 42.855,00 per kg. Produksi terbesar responden monokultur lebih besar dibandingkan responden polikultur sedangkan rata-rata pendapatan responden monokultur lebih kecil dibandingkan responden polikultur. Berdasarkan hasil analisis regresi model terbaik (linier) dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan benur oslah yaitu luas lahan dan produksi. Pendapatan, harga udang windu, dan sistem budidaya berdasarkan komoditas (monokultur dan polikultur) tidak mempengaruhi secara nyata permintaan benur oslah. Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,48, elastisitas produksi sebesar 0,30, elastisitas pendapatan sebesar 0,19, dan elastisitas harga udang windu sebesar 0,66. Secara keseluruhan nilai elastisitas permintaan benur oslah kurang dari satu (inelastis). Hal ini berarti bahwa perubahan permintaan benur oslah lebih kecil dari pada perubahan luas lahan, produksi, pendapatan, dan harga udang windu. Kata Kunci : Analisis Permintaan, Benur, Udang Windu

Page 4: Udang

© Hak cipta milik Gita Hanum Purnamasari, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

mikrofilm, dan sebagainya

Page 5: Udang

ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU,

JAWA BARAT

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GITA HANUM PURNAMASARI C44104029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 6: Udang

SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Nama Mahasiswa : Gita Hanum Purnamasari

Nomor Pokok : C44104029

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan – Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Wawan Oktariza, M. Si Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M. Si NIP : 131.963.528 NIP : 131.841.723

Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131.578.799

Tanggal Lulus : 1 Agustus 2008

Page 7: Udang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Gita Hanum Purnamasari. Penulis lahir di Kota

Indramayu pada tanggal 24 April 1986 dari pasangan Dede Dasuri dan Icih

Waningsih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dengan adik

bernama Reka Gustamala.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah SD Negeri II

Cangkring lulus pada tahun 1998, SMP Negeri 5 Sindang lulus pada tahun 2001

dan SMU Negeri 1 Indramayu lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis

diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama

masa perkuliahan penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Indramayu

(2004-2008), Forum Keluarga Muslim Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKM-C)

(tahun 2004-2006), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Perikanan dan Ilmu Kelautan

(BEM-C) (tahun 2006-2007).

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Permintaan Benur

Udang Windu di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan

Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.

Page 8: Udang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Salawat serta salam semoga selalu terlimpah

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta

pengikutnya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1). Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si selaku komisi

pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat

berarti selama penyelesaian skripsi ini.

2). Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. dan Ir. Anna Fatchiya, M.Si yang telah

bersedia menjadi dosen penguji tamu.

3). Kepala Cabang Dinas (KCD) Perikanan Kecamatan Pasekan.

4). Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dede Dasuri dan Ibunda Icih Waningsih

yang telah memberikan curahan kasih sayang, doa, semangat, dan

pengorbanan yang begitu besar dalam membesarkan dan mendidik penulis,

serta Adiku tersayang, Reka Gustamala atas kasih sayangnya.

5). Teman-teman seperjuangan di Program Studi Manajemen Bisnis dan

Ekonomi Perikanan-Kelautan, Teman-teman Astri Indramayu dan seorang

sahabat yang baik hati yang telah memberikan motivasi dan doa, serta semua

pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

Page 9: Udang

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8 2.1. Taksonomi dan Morfologi Udang Windu (Paneus monodon) ...... 8 2.2. Benih Windu (Benur) .................................................................... 9 2.3. Budidaya Udang Windu (Paneus monodon) ................................. 10 2.3.1. Pengelolaan Tambak ............................................................ 10 2.3.2. Teknologi Budidaya Tambak ............................................... 11 2.4. Definisi Permintaan ....................................................................... 13 2.4.1. Permintaan Input ................................................................... 13 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan .......................... 14 2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Input .......... 16 2.6. Elastisitas Permintaan ................................................................... 17 2.7. Model Ekonometrika ..................................................................... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 24

IV. METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 26 4.1. Metode Penelitian ......................................................................... 26 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 26 4.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 26 4.4. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 28 4.5. Metode Analisis ............................................................................ 28 4.5.1. Analisis Tabulasi Deskriptif ................................................. 28 4.5.2. Spesifikasi Model ................................................................. 28 4.5.2.1. Identifikasi Variabel ................................................. 29 4.5.2.2. Pendugaan Model ..................................................... 29 4.5.3. Evaluasi Model Pendugaan .................................................. 30 4.5.3.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi ....................................... 30 4.5.3.2. Evaluasi Kriteria Statistik ........................................ 31 4.5.3.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrik ................................. 32 4.5.4. Elastisitas Permintaan .......................................................... 34 4.6. Batasan dan Pengukuran ............................................................... 35 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................ 37 5.1. Letak Geografis dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........... 37

Page 10: Udang

Halaman

5.2. Kependudukan .............................................................................. 37 5.3. Budidaya Tambak Udang Windu .................................................. 38 5.3.1. Sistem Budidaya .................................................................. 38 5.3.2. Pengelolaan Tambak ............................................................ 39 5.3.2.1. Pengelolaan Tambak Monokultur ............................. 39 5.3.2.2. Pengelolaan Tambak Polikultur ................................ 42

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 45 6.1. Karakteristik Responden ............................................................... 45 6.1.1. Umur Responden .................................................................. 45 6.1.2. Pengalaman Usaha ............................................................... 45 6.1.2. Tingkat Pendidikan .............................................................. 46 6.2. Keadaan Umum Usaha Budidaya Responden .............................. 47 6.2.1. Luas Lahan ............................................................................ 47 6.2.2. Padat Penebaran .................................................................... 48 6.2.3. Produksi ............................................................................... 49 6.2.4. Harga Udang Windu ............................................................ 49 6.2.5. Pendapatan ........................................................................... 50 6.3. Analisis Permintaan Benur Oslah .................................................. 52 6.3.1. Model Dugaan Permintaan Benur Oslah ............................. 52 6.3.2. Evaluasi Model ..................................................................... 53 6.3.1.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi ....................................... 53 6.3.1.2. Evaluasi Kriteria Statistik ........................................ 54 6.3.1.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrik ................................. 56 6.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benur Oslah .................................................................................... 58 6.4.4. Analisis Elastisitas ................................................................ 62

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 64

7.1. Kesimpulan .................................................................................... 64 7.2. Saran............................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66

LAMPIRAN .............................................................................................. 68

Page 11: Udang

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Produksi Perikanan Budidaya dan Perairan Umum Per jenis Usaha di Indramayu Tahun 2004-2007 ................................................................. 2

2. Luas Lahan Tambak Berdasarkan Komoditasnya dan Jumlah RTP di Indramayu Tahun 2007 ....................................................................... 3

3. Luas Tambak dan Produksi Tambak Di Indramayu per Kecamatan Tahun 2007 ............................................................................................ 4

4. Ukuran Benur, Kepadatan dan Lama Pengangkutan ............................. 10

5. Nilai Elastisitas Harga (Ep) .................................................................... 18

6. Sumber data berdasarkan cara pengambilannya .................................... 27

7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................................. 37

8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok ........................... 38

9. Pengelolaan Tambak Polikultur (Udang dan Bandeng) ......................... 44

10. Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur .................................... 45

11. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Usaha ................................. 46

12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................................ 46

13. Jumlah Responden Menurut Luas Lahan ............................................. 47

14. Jumlah Responden Menurut Padat Penebaran ...................................... 48

15. Jumlah Responden Menurut Hasil Panen (Produksi) ............................ 49

16. Jumlah Responden Menurut Harga Udang Windu .............................. 50

17. Penerimaan, Biaya, Pendapatan, dan Nilai Revenue cost ratio (R/C) ............................................................................................................... 51

18. Analisis Variabel Bebas pada Model Dugaan .................. .................... 53

19. Nilai t hitung pada Model Dugaan ....................................................... 55

20. Nilai Collinearity Statistics pada Model Linier ............... .................... 58

21. Nilai Elastisitas Permintaan ................................................................. 62

Page 12: Udang

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Udang Windu (Penaeus monodon) ........................................................ 8

2. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan .............................................. 15

3. Pergeseran Seluruh Kurva Permintaan ................................................... 16

4. Kerangka Pemikiran Studi ..................................................................... 25

5. grafik normal probability plot................................................................. 57

6. Scater plot .............................................................................................. 58

Page 13: Udang

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Daerah Penelitian ........................................................................... 69

2. Data Karakteristik Responden ................................................................ 70

3. Data Variabel Permintaan Benur Oslah di Kecamatan Pasekan ………. 72

4. Total Penerimaan, Biaya Tetap dan Biaya Variabel Budidaya Monokultur ............................................................................................. 74

5. Pendapatan Pembudidaya Responden Monokultur ................................ 79

6. Total Penerimaan, Biaya Tetap dan Biaya Variabel Budidaya Polikultur ................................................................................................ 80

7. Pendapatan Pembudidaya Responden Polikultur ................................... 85

8. Hasil Analisis Regresi Linier Permintaan Benur Oslah.......................... 86

9. Hasil Analisis Regresi Dobel log Permintaan Benur Oslah ................... 90

10. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln Y) Permintaan Benur Oslah ....... 94

11. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln X) Permintaan Benur Oslah ........ 98

12. Perhitungan Elastisitas Permintaan Benur Oslah pada Model Linier…. 102

13. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 103

Page 14: Udang

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia

memiliki potensi sumber daya laut dan pantai yang sangat besar dengan jumlah

pulau sebanyak 13.667 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km

(Murtidjo dan Mujiman 1989).

Perikanan merupakan salah satu sektor yang memberikan konstribusi

cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia memiliki garis pantai

terpanjang kedua dunia, sehingga mengandung potensi budidaya yang tinggi,

terutama untuk pengembangan budidaya air payau (tambak). Produksi perikanan

budidaya Indonesia pada periode 2003 sampai 2007 mengalami kenaikan yang

signifikan dari 1.224.192 ton pada tahun 2003 menjadi 3.088.800 ton pada tahun

2007 (http://www.antara.co.id). Oleh karena itu, usaha budidaya memiliki

peluang yang lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan, terutama protein

ikan penduduk Indonesia serta dunia hari ini dan masa depan.

Usaha budidaya air payau komersial umumnya mengutamakan udang

windu dan udang vannamei karena kedua jenis udang ini dapat mencapai ukuran

besar dan mempunyai pasaran yang baik untuk ekspor. Diantara kedua jenis

udang tersebut, udang windu yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Udang

vannamei memiliki keterbatasan benih karena benih udang vannamei masih

diproduksi secara terbatas akibat induk yang berasal dari impor.

Udang windu merupakan andalan utama penggaet devisa negara karena

Indonesia memiliki luas lahan budidaya yang potensial untuk udang, yaitu

mencapai 1,2 juta ha, sementara sampai tahun 2005 luas tambak yang dibangun

baru mencapai 350 ribu ha dengan produktivitas rata-rata 0,6 ton per hektare per

tahun (http//.www.freelist.org). Hal ini berarti tingkat pemanfaatannya lahan

tambak udang Indonesia baru 29,17 % sehingga andalan utama penggaet devisa

negara yaitu udang hasil budidaya di tambak.

Lokasi paling potensial untuk budidaya udang windu yaitu di sepanjang

pantai, diantaranya Pesisir Timur Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Riau

dan Lampung), Pesisir Utara Pulau Jawa (Pantura), Pesisir Kalimantan, Bali dan

Page 15: Udang

2

Nusa Tenggara, Sulawesi Serta Papua (Amri, 2003). Indramayu merupakan salah

satu Kabupaten yang terletak di Pesisir Pantai Utara Jawa Barat yang menjadi

salah satu sentra pertambakan Jawa Barat. Kabupaten Indramayu memiliki garis

pantai terpanjang di Jawa Barat, yaitu sebesar 114,1 Km, sehingga mengandung

potensi perikanan yang sangat tinggi, terutama untuk pengembangan budidaya air

payau (tambak).

Kegiatan budidaya di Indramayu berdasarkan jenis usahanya terdiri dari

usaha budidaya tambak, kolam, mina padi, dan laut. Pada tahun 2004-2007, usaha

budidaya tambak dan kolam merupakan usaha yang menghasilkan produksi paling

besar dan selalu meningkat setiap tahunnya. Produksi hasil budidaya tambak

merupakan yang paling tinggi diantara produksi hasil budidaya kolam, mina padi,

dan laut. Pada tahun 2007 produksi hasil budidaya tambak sebesar 29.201,590

ton. Sedangkan produksi hasil budidaya kolam, mina padi dan laut masing-masing

sebesar12.331,11 ton , 5,50 ton, dan 45,69 ton (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Per Jenis Usaha di Indramayu Tahun 2004-2007 (dalam ton)

Jenis usaha 2004 2005 2006 2007

Tambak 19.791,00 20.090,50 25.542,40 29.201,59

Kolam 4.282,40 9.408,10 9.940,22 12.331,11

Mina padi 0,03 0 0 5,50

Laut 0 0 0 45,69

Total 24.073,43 29.498,60 35.482,62 41.583,89

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2007

Lahan tambak di Indramayu sebagian besar digunakan untuk usaha

budidaya udang windu, vannamei, dan bandeng. Luas lahan tambak berdasarkan

komoditas dan jumlah RTP di Indramayu pada tahun 2007 secara lengkap

disajikan pada Tabel 2.

Page 16: Udang

3

Tabel 2. Luas Lahan Tambak Berdasarkan Komoditas dan Jumlah RTP di Indramayu Tahun 2007

Jenis usaha Luas tambak (Ha) Persentase Jumlah RTP (orang)

udang windu 12.784,18 56,73 7.343

Vannamei 157,85 0,70 68

Bandeng 9.593,00 42,57 3.159

Total 22.535,03 100,00 10.570

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2007

Luas total lahan tambak yang berproduksi di Indramayu sebesar

22.535,03 Ha. Sebagian besar lahan tambak digunakan untuk budidaya udang

windu, yaitu sebesar 12.784,18 Ha (56,73%) dengan jumlah RTP sebanyak 7.343

orang. Sedangkan luas tambak dengan jenis usaha budidaya vannamei sebesar

157,85 (0,70%) dengan jumlah RTP sebanyak 68 orang dan luas tambak dengan

jenis usaha budidaya bandeng sebesar 9.593,00 (42,57%) dengan jumlah RTP

sebanyak 3.159 orang.

Indramayu memiliki 14 kecamatan yang menghasilkan produksi perikanan

hasil tambak. Kecamatan Pasekan merupakan satu dari 14 kecamatan tersebut

yang memiliki luas tambak dan hasil produksi tambak terbesar. Kecamatan

Pasekan memiliki luas tambak sebesar 4.414,00 Ha dengan produksi sebesar

9.279,06 (Tabel 3). Sebagian besar tambak di Kecamatan Pasekan digunakan

untuk budidaya udang windu yaitu sebesar 2.230 ha dan sisanya digunakan untuk

budidaya udang vannamei sebesar 50 ha dan ikan bandeng sebesar 2.134 ha

(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2007). Data luas tambak

dan produksi tambak di Indramayu per Kecamatan Tahun 2007 (sampai bulan

November 2007) dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 17: Udang

4

Tabel 3. Luas Tambak dan Produksi Tambak di Indramayu per Kecamatan Tahun 2007 (sampai bulan November 2007)

No. Kecamatan Luas Tambak (Ha) Produksi (Ton)

1 Kerangkeng 1.266,50 757,20

2 Karangampel 12,00 11,45

3 Juntinyuat 31,00 18,70

4 Balongan 190,36 243,49

5 Indramayu 1.219,45 2.332,12

6 Sindang 1.128,00 3.386,95

7 Pasekan 4.414,00 9.279,06

8 Lohbener 223,40 389,50

9 Arahan 918,45 112,62

10 Cantigi 7.042,37 6.378,36

11 Kandahnghaur 751,00 811,61

12 Patrol 74,00 440,27

13 Sukra 49,00 252,25

14 Losarang 5.215,50 3.349,20

Total 22.535,03 28.762,74

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2007

Kegiatan budidaya tambak udang windu akan berjalan dengan baik apabila

tersedia faktor-faktor produksi (input). Benih udang (benur) merupakan salah satu

faktor produksi yang sangat menentukan dalam kegiatan budidaya tambak udang

windu. Pada tahun 2007 Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mematok

target produksi udang sebesar 410 ribu ton. Untuk bisa menghasilkan udang

sebanyak itu, DKP mengestimasi jumlah benur yang dibutuhkan sebanyak 40.465

juta ekor (http//.www.trobos.com). Kebutuhan benur tersebut tidak mungkin dapat

dipenuhi dengan jalan pengambilan benur secara alami dari laut. Benur windu

alami yang dapat tertangkap rata-rata mencapai 600 juta ekor per tahun. Benur

yang ditangkap biasanya campuran berbagai jenis udang, ada udang putih, windu,

dan kerosok. Bahkan bercampur pula dengan berbagai benih ikan. Menurut

penelitian di Indonesia pada umumnya campuran benur alam kebanyakan terdiri

Page 18: Udang

5

dari udang putih 90-96%, benur windu hanya sebesar 4-6%, sedangkan sisanya

terdiri dari jenis udang lainnya (Suyanto dan Mujiman, 2005).

Kegiatan intensifikasi tambak menuntut kebutuhan benur jenis windu yang

jauh melebihi dari potensi benur alami, sehingga sekarang telah dikembangkan

usaha memproduksi benur windu secara buatan pada balai pembibitan atau

hatchery. Untuk memproduksi udang di tambak sebesar 1 ton, diperlukan benur

sebanyak 50.000 ekor. Pada intensifikasi tambak di Indonesia banyak yang dapat

mentargetkan produksi sebesar 7-8 ton/ha/musim tanam, berarti diperlukan benur

sebanyak 350.000 ekor/ha/musim sampai dengan 400.000 ekor/ha/musim tanam

(Suyanto dan Mujiman, 2005).

Pembudidaya yang ingin segera melakukan pembesaran udang windu akan

membeli benur dari pembenih kedua yang khusus membesarkan benur dari

hatchery. Pada umumnya, hatchery melepaskan benur dengan ukuran Pl-12-15

dan kemudian para pembenih kedua melakukan pengipukan selama 5-7 hari

hingga benur berukuran Pl-20-22 (Syahid, et al, 2006).

Penebaran benur dalam tambak harus disesuaikan dengan luas lahan. Padat

penebaran benur dalam tambak yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan akan

menjadi pemicu pada kegagalan budidaya udang windu. Budidaya tambak dengan

luas lahan terbatas dan kepadatan benur tinggi merupakan penyimpangan terhadap

keseimbangan lingkungan. Lingkungan yang tidak seimbang akan cenderung

mengalami penurunan kualitas. Menurunnya kualitas lingkungan tambak memicu

penyebaran wabah penyakit (Rukyani, 2000 dalam Amri, 2003).

Pada satu hektar lahan tambak biasanya diperlukan penebaran benur antara

1.000 ekor/ha/musim tanam sampai 600.000 ekor/ha/musim tanam tergantung

pada teknik budidaya apakah tradisional, semi intensif atau intensif. Padat

penebaran benur dalam tambak harus benar-benar diperhitungkan karena akan

berpengaruh pada poduksi dan akhirnya berpengaruh juga pada pendapatan.

Permintaan benur oslah merupakan permintaan turunan dari udang windu.

Adanya permintaan benur oslah oleh pembudidaya udang windu dikarenakan

adanya permintaan udang windu konsumsi oleh konsumen. Perubahan permintaan

benur oslah akan berdampak pada perubahan nilai total penjualan dan keuntungan

bersih bagi pengusaha benur oslah maupun bagi pembudidaya udang windu. Oleh

Page 19: Udang

6

karena itu, pengusaha benur oslah dan pembudidaya udang windu harus

memperhatikan perubahan permintaan benur oslah terhadap faktor-faktor yang

mempengarhinya agar diperoleh nilai total penjualan dan keuntungan maksimum.

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu hal yang sangat menentukan dalam usaha budidaya udang

windu di tambak yaitu tersedianya benih udang windu (benur) untuk dibesarkan di

tambak menjadi ukuran konsumsi. Budidaya udang windu yang baik menuntut

penyediaan benur yang jumlahnya cukup tinggi antara 60.000 sampai 600.000

ekor/hektar/musim tanam (semi-intensif dan intensif). Luas tambak udang windu

di Kecamatan Pasekan sebesar 2.230 ha, sehingga kebutuhan benur di Kecamatan

Pasekan berkisar antara 133.800.000 sampai 1.338.000.000 ekor/musim tanam.

Teknik budidaya di Kecamatan Pasekan berdasarkan komoditasnya terbagi

menjadi dua, yaitu monokultur dan polikultur. Teknik budidaya monokultur

dilakukan dengan cara memelihara hanya udang windu saja dalam satu petakan

tambak sehingga benih yang dibutuhkan hanya benur saja. Teknik budidaya

polikultur dilakukan dengan cara memelihara udang windu dan ikan bandeng pada

saat yang bersamaan dalam satu petakan tambak sehingga benih yang dibutuhkan

yaitu benur dan nener (benih bandeng). Berdasarkan hal tersebut, maka kebutuhan

benur setiap pembudidaya akan berbeda setiap hektar lahannya tergantung pada

komoditas yang digunakan. Perbedaan tersebut juga akan menyebabkan

perbedaan produksi yang akan berimplikasi pada perbedaan pendapatan yang

diperoleh pembudidaya udang windu.

Benur yang banyak digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan yaitu

benur oslah. Benur oslah merupakan benur hasil pendederan dari pembenih kedua

yang khusus membesarkan benur dari hatchery. Benur oslah memiliki ukuran dan

umur yang sudah cukup kuat dibandingkan dengan benur hatchery, sehingga bisa

langsung ditebar ke dalam tambak pembesaran. Pada umumnya, hatchery

melepaskan benur ukuran Pl-12 sampai Pl-15 kemudian para pembenih kedua

melakukan pengipukan selama 5 sampai 15 hari. Benur oslah yang ditebar

responden berukuran Pl-19 sampai Pl-21 dengan harga Rp 25,00 per ekor. Hal

tersebut menunjukkan bahwa permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan

Page 20: Udang

7

sangat tinggi karena harga benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual

dengan harga sama.

Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan diteliti adalah

sebagai berikut:

1). Bagaimana karakteristik dan keadaan umum usaha pembudidaya udang windu

di Kecamatan Pasekan, Indramayu?

2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan benur oslah?

3). Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Mengkaji karakteristik dan keadaan umum usaha budidaya tambak udang

windu responden

2). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah

3). Mengkaji elastisitas permintaan benur oslah

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada Program Studi

Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

2). Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dan yang membutuhkan,

misalnya Dinas Perikanan dan Kelautan cabang Kecamatan Pasekan dan

peneliti selanjutnya.

3). Sebagai bahan latihan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan

mahasiswa dalam mengamati, mempelajari, menganalisis, dan melaporkan

suatu permasalahan dalam bentuk tulisan karya ilmiah.

Page 21: Udang

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi dan Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon)

Secara Internasional udang windu dikenal sebagai black tiger, tiger

shrimp, atau tiger prawn. Istilah tiger ini muncul karena corak tubuhnya berupa

garis-garis loreng mirip harimau, tetapi warnanya hijau kebiruan. Udang windu

dalam bahasa daerah dinamakan juga sebagai udang pancet, udang bago, lotong,

udang liling, udang baratan, udang palaspas, udang tepus, dan udang userwedi

(Suyanto dan Mujiman, 2005).

Klasifikasi udang windu menurut Amri (2003) yaitu sabagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Famili : Penaidae

Genus : Panaeus

Spesies : Penaeus monodon

Gambar 1. Udang Windu (Penaeus monodon) Sumber: www.geocities.com/cwsmdn/udang.JPG

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin disebut

exoskeleton, kecuali sambungan antar ruas sehingga udang tetap mudah bergerak

dan membungkuk. Tubuh udang windu dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

cephalotorax yang terdiri dari kepala dan dada, serta bagian abdomen yang terdiri

dari perut dan ekor ( Murtidjo dan Mujiman, 1989).

Page 22: Udang

9

2.2. Benih Udang (Benur)

Benih udang, sekarang lebih populer disebut benur, singkatan dari kata

benih dan urang (Bahasa Jawa yang artinya udang). Benur menurut Suyanto dan

Mujiman (2005) bisa didapat dari alam atau dari tempat pembenihan (hatchery).

Benur dari alam terdapat banyak di pantai-pantai atau laut bagian tepi yang airnya

dangkal dan sedikit payau, sehingga dapat dengan mudah ditangkap dengan

menggunakan seser. Benur yang ditangkap biasanya campuran berbagai jenis

udang, ada udang putih, windu, dan kerosok. Bahkan bercampur pula dengan

berbagai benih ikan. Penangkap benur harus bersusah payah memisahkan benur

jenis khusus (benur windu) diantara sampah-sampah dan benur-benur lain.

Benur alam dapat dibedakan berdasarkan ukurannya (Suyanto dan

Mujiman, 2005), yaitu benur yang masih halus (post larva) dan benur kasar

(juvenil). Benur halus biasanya terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya masih

bersifat pelagis dengan warna coklat kemerahan. Panjangnya antara 9-15 mm.

Cucuk kepalanya lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S. Bentuk seperti

huruf S ini dinamakan sigmoid. Bentuk keseluruhan seperti jet. Ekor membentang

seperti kipas. Bentuknya mirip potongan lidi kecil yang bersungut lurus, besar dan

berumbai dibagian depannya. Sedangkan benur kasar biasanya lebih memasuki

muara-muara sungai ataupun terusan-terusan. Hidupnya bersifat benthis, yaitu

suka berdiam di dekat dasar perairan. Sungutnya berbelang-belang selang-seling

coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna biru kehijauan

atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renangnya berbelang-belang

kuning biru.

Sejak dilaksanakan intensifikasi tambak udang, maka kebutuhan benur

untuk penebaran di tambak tidak lagi dapat dipenuhi dari benur penangkapan di

alam. Seiring dengan kemajuan teknologi, udang windu dapat dibenihkan dengan

bantuan tangan manusia, yaitu di panti benih atau hatchery. Berbeda dengan benur

alam, benur hasil hatchery dapat diseragamkan ukurannya. Selain itu, kesehatan

dan penampilan fisiknya pun terjaga (Syahid, et al, 2006).

Bagi petambak yang ingin segera melakukan pembesaran langsung

membeli benih dari pembenih kedua hingga berukuran oslah. Umumnya, hatchery

melepaskan benur dengan ukuran Pl-12 sampai Pl-15. Para pembenih kedua ini

Page 23: Udang

10

kemudian melakukan pengipukan selama 5-7 hari hingga benur berukuran Pl-20

sampai Pl-22. Benur berukuran lebih dari Pl-20 tersebut disebut juga dengan

istilah oslah (Syahid, et al, 2006).

Pengemasan, pengangkutan, dan jarak dari lokasi pembenihan ke lokasi

tambak sering kali menimbulkan masalah serius, terutama banyaknya benur yang

mati selama pengangkutan. Faktor utama yang dievaluasi selama pengangkutan

yaitu air sebagai media benur selama pengangkutan. Kondisi air diusahakan dalam

keadaan normal, baik temperatur, salinitas, derajat keasaman (Ph), dan

kandungan oksigen (Murtidjo, 2007). Benur sangat sensitif terhadap perubahan

temperatur. Jika temperaturnya tidak cocok, benur akan rentan dan mengalami

stres. Salinitas air selama pengangkutan diusahakan sama dengan salinitas air di

lokasi pembenihan. Kandungan oksigen terlarut sangat erat kaitannya dengan

kepadatan serta lama pengangkutan. Jika oksigen sedikit, maka jumlah benur yang

dapat ditampung juga sedikit, dengan waktu dan pengangkutan tidak lama.

Tingkat kepadatan benur dan lama pengangkutan agar resiko dapat dihindari dapat

dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Ukuran Benur, Kepadatan Benur dan Lama Pengangkutannya Kepadatan benur dan lama pengangkutan Ukuran

(mm) 12 jam 6 jam 2 jam

PL

5-8 500 600 1000 PL10

18-20 300 400 1000 PL15

21-30 200 300 500 PL20-PL30

31-35 100 200 300 PL31-PL40

>35 50 100 100 PL40

Sumber : Murtidjo (2007)

2.3. Budidaya Udang Windu (Panaeus monodon)

2.3.1. Pengelolaan Tambak

Pengelolaan tambak udang windu harus dilaksanakan secara simultan dan

berurutan mulai dari persiapan tambak sampai kegiatan panen. Kegiatan pokok

dalam pengelolaan tambak udang windu menurut Suyanto dan Mujiman (2005)

adalah sebagai berikut:

Page 24: Udang

11

1. Mempersiapkan petak tambak. Kegiatan ini meliputi perbaikan saluran pintu

air, pemasangan saringan, meratakan dasar petakan tambak dan memperbaiki

tanggul, memberantas hama dengan cara pemberian kapur pada dasar tambak,

pemupukan (hanya untuk tambak semi-intensif), dan pengisian air ke dalam

tambak.

2. Aklimatisasi dan penebaran benur. Aklimatisasi artinya penyesuaian terhadap

keadaan lingkungan yang berbeda. Kegiatan ini berguna untuk mencegah

terjadinya shok pada suatu organisme apabila organisme itu dipindahkan dari

satu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya. Penebaran

benur sangat baik apabila dilakukan pada pagi hari atau sore hari ketika udara

tidak terlalu panas.

3. Pemberian pakan dan pengaturannya. Pada tambak semi-intensif, benur dapat

memperoleh pakan alami selama satu bulan sampai dua bulan, tergantung

pada kesuburan tambak dan keberhasilan teknik pemupukan.

4. Pemasangan kincir. Kincir biasanya dipasang setelah masa pemeliharaan 1,5-2

bulan, karena pada masa itu udang sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.

Pemasangan kincir pada tambak berguna untuk menambah daya kelarutan

oksigen dalam air.

5. Mengadakan pemantauan terhadap pertumbuhan, derajat kehidupan udang,

kualitas air, adanya hama yang mungkin masuk, dan pergantian air sehari-hari.

6. Panen dan memasarkannya. Kegiatan panen biasanya dilakukan setelah masa

pemeliharaan selama 4-5 bulan.

2.3.2. Teknologi Budidaya Tambak

Teknologi budidaya udang windu menurut Amri (2003) terbagi menjadi

tiga tingkatan, yaitu teknologi sederhana atau budidaya ekstensif (tradisional),

teknologi madya atau budidaya semi-intensif, dan teknologi maju atau budidaya

intensif.

1. Teknologi Sederhana atau Budidaya Ekstensif (Tradisional)

Budidaya udang windu dengan sistem ini pada mulanya hanya

mengandalkan faktor alam sehingga produksinya relatif rendah. Namun, seiring

dengan berkembangnya budidaya diareal tambak, produksinya bisa ditingkatkan.

Page 25: Udang

12

Peningkatan produksi ini bisa dilakukan dengan menambah perlakuan tertentu,

seperti penebaran benih (tidak mengandalkan sepenuhnya dari alam), pengapuran,

pemupukan, pemberian pakan tambahan, dan pengaturan air dengan bantuan

pompa. Jumlah benur yang ditebar pada budidaya teknologi sederhana atau

budidaya ekstensif yaitu di bawah 60.000 ekor/ha/musim. Makanan yang

diberikan berasal dari pakan alami yang tumbuh dari hasil pemupukan. Selain itu

udang windu juga mendapat pakan tambahan seadanya. Pemanenan dilakukan

setelah 4 sampai 5 bulan pemeliharaan. Jika jumlah benur yang ditebar sekitar

20.000 ekor/ha/musim maka hasil yang diperoleh sekitar 400 kg.

2. Teknologi Madya atau Budidaya Semi-intensif

Budidaya Udang windu dengan teknologi madya biasa juga disebut

dengan budidaya semi-intensif. Jumlah benur yang ditebar di tambak semi-

intensif sebanyak 60.000 sampai 150.000 ekor/ha/musim. Disamping pemberian

pakan tambahan, budidaya udang windu semi-intensif masih melakukan

pemupukan dasar. Penggantian air yang teratur dengan volume yang cukup tinggi

sangat diperlukan. Dalam satu tahun dapat dilakukan dua kali penanaman dengan

hasil antara 1200 kg/ha/musim sampai dengan 3000 kg/ha/musim

3. Teknologi Maju atau Budidaya Intensif

Budidaya udang windu dengan teknologi maju juga sering disebut dengan

budidaya intensif. Pada sistem budidaya ini tidak dilakukan pemupukan atau

pemupukan hanya dilakukan ketika penebaran benur. Pakan yang disediakan

sepenuhnya menggunakan pakan buatan yang bentuk, ukuran, dan dosisnya

disesuaikan dengan ukuran dan stadium udang. Penggantian air yang teratur

dengan volume yang memadai mutlak diperlukan dalam budidaya sistem intensif.

Sehingga pompa air mutlak diperlukan. Sementara itu, untuk meningkatkan

kandungan oksigen terlarut dalam air tambak perlu digunakan aerator, misalnya

kincir air (paddle wheel). Padat penebarannya antara 150.000 ekor/ha/musim

sampai dengan 300.000 ekor/ha/musim atau lebih. Masa pemeliharaan benur

selama 4 bulan. Dari 200.000 ekor benur menghasilkan produksi sekitar 4.000

kg/ha/musim.

Page 26: Udang

13

2.4. Definisi Permintaan

Permintaan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) adalah jumlah suatu

barang yang akan dibeli oleh konsumen pada kondisi, waktu, dan harga tertentu.

Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan dan jumlah komoditas yang diminta

(Sugiarto et al, 2002). Permintaan menurut Rahardja dan Manurung (2002) adalah

keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama

periode waktu tertentu. Istilah permintaan mengacu pada keseluruhan hubungan

antara harga dan kuantitas yang diminta. Ada tiga hal penting yang perlu

diperhatikan dalam makna jumlah yang diminta. Pertama, jumlah yang diminta

merupakan kuantitas yang diinginkan. Kedua, apa yang diinginkan tidak

merupakan harapan kosong, tatapi merupakan permintaan efektif. Ketiga,

kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian kontinyu yang harus

dinyatakan dalam banyaknya persatuan waktu (Lipsey,et al, 1995).

Hubungan antara harga suatu barang dan kuantitas yang akan diminta

adalah berhubungan secara negatif, dengan faktor lain dianggap sama. Hubungan

ini dikenal sebagai hukum permintaan. Hukum permintaan menurut Lipsey, et al

(1995) adalah hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga dinyatakan

dalam bentuk grafik oleh sebuah kurva permintaan yang menunjukkan berapa

banyak jumlah yang akan diminta pada tiap tingkat harga pasar, dengan faktor lain

tetap sama.

2.4.1. Permintaan Input

Permintaan input merupakan permintaan turunan (derived demand).

Permintaan turunan (derived demand) merupakan permintaan akan suatu produk

yang akan dipergunakan sebagai input dalam produksi barang atau jasa oleh

perusahaan lain (Komara, 2008). Permintaan turunan menurut Hanafiah dan

Saefuddin (1983) adalah permintaan tidak langsung, misalnya permintaan yang

terdapat di pasar grosir, di pasar pengolahan, dan permintaan di berbagai tingkat

pedagang perantara, semua jenis permintaan tersebut berasal dari permintaan

konsumen di tingkat eceran. Dalam hal ini, permintaan benur udang windu oleh

pembudidaya merupakan permintaan turunan dari permintaan udang windu

konsumsi.

Page 27: Udang

14

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Berdasarkan hukum permintaan, harga barang yang dimaksud merupakan

variabel atau faktor yang mempengaruhi permintaan, cateris paribus. Adanya

asumsi yang menganggap faktor lain tetap sama tentu sangat berbeda dalam

kenyataan sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan analisis bagaimana faktor

penting lainnya akan mempengaruhi permintaan.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kuantitas yang diminta menurut

Bilas (1989) yaitu harga barang tersebut, harga barang-barang lain, pendapatan,

selera, dan kemakmuran. Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu

komoditas ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu harga komoditi itu

sendiri, harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut,

pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi

pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan

ramalan mengenai keadaan di masa mendatang (Sugiarto et al, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas yang diminta menurut

Nicholson (2002) yaitu harga, pendapatan, dan preferensi, cateris paribus.

Secara matematis kuantitas yang diminta dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dapat ditulis dalam bentuk fungsi permintaan sebagai berikut:

Qdx = f (Px, Py, I, preferensi) cateris paribus

Fungsi permintaan di atas bisa diartikan bahwa kuantitas permintaan barang X

dipengaruhi oleh harga barang X (Px), Harga barang Y(Py), pendapatan (I), dan

preferensi. Namun bukan berarti faktor-faktor lain tidak berpengaruh, untuk

menyederhanakan maka digunakan asumsi cateris paribus seperti yang tertulis di

belakang fungsi tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang menurut

Rahardja dan Manurung (2002) adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain

yang terkait, tingkat pendapatan per kapita, selera atau kebiasaan, jumlah

penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan dan usaha-

usaha produsen meningkatkan penjualan. Hubungan antara faktor-faktor tersebut

dengan jumlah permintaan secara matematis ditulis sebagai berikut:

Qdx = [(Px, Py, Y/kap, sel, Pen, Pp, Ydist, Adv)]

- +/- + + + + + +

Page 28: Udang

15

Dimana : Qdx = permintaan barang x

Px = harga barang x

Py = harga barang Y (substitusi atau komplementer)

Y/kap = pendapatan per kapita

sel = selera

Pen = jumlah penduduk

Pp = perkiraan harga barang X periode mendatang

Ydist = distribusi pendapatan

Adv = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)

Variabel penting yang mempengaruhi banyaknya komoditi yang akan

dibeli semua rumah tangga pada periode waktu tertentu menurut Lipsey, et al

(1995) yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga

komoditi lain, selera, distribusi pendapatan di antara rumah tangga, dan besarnya

populasi.

Perubahan permintaan yang disebabkan oleh faktor-faktor di atas dapat

dibedakan dalam dua pengertian yaitu pergerakan sepanjang kurva permintaan

atau movement along a demand curve (increase or decrease in quantity demand)

(Gambar 2) dan pergeseran seluruh kurva permintaan atau shift/change in demand

(increase or decrease in demand) (Gambar 3). Kurva permintaan akan mengalami

pergerakan sepanjang kurva permintaan apabila harga barang yang diminta

berubah dan akan mengalami pergeseran seluruh kurva apabila faktor selain

harga yang diminta berubah.

P

(harga)

P1

P0

P2 D

Q (kuantitas)

Q1 Q0 Q2

Gambar 2. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan Sumber : Lipsey et al (1995)

Page 29: Udang

16

P

D1 D0 D2

Q (kuantitas)

Gambar 3. Pergeseran seluruh kurva Permintaan Sumber : Lipsey et al (1995)

Perubahan harga komoditi lain yang berkaitan terhadap kuantitas barang

yang diminta terlebih dahulu harus di lihat keterkaitan atau hubungan antar barang

tersebut, barang itu merupakan barang komplemen atau barang substitusi. Dua

barang brsifat komplemen jika kenaikan harga satu barang akan menurunkan

kuantitas permintaan barang lainnya. Misalkan, harga barang Y meningkat maka

kurva permintaan barang X akan bergesar ke kiri. Sebaliknya barang substitusi

adalah sifat dua barang yang jika harga salah satunya meningkat maka kuantitas

barang lainnya yang diminta akan meningkat, sehingga kurva permintaan barang

X akan bergeser ke kanan jika harga barang Y meningkat.

Perubahan pendapatan akan menggeser seluruh kurva permintaan.

Kenaikan pendapatan dengan asumsi faktor lain tetap sama, akan mengakibatkan

kuantitas yang diminta juga bertambah untuk barang normal sehingga kurva

permintaan akan bergeser ke kanan. Kenaikan pendapatan akan mengurangi

kuantitas yang diminta untuk barang inferior, sehingga akan terlihat dari

pergeseran kurva permintaan ke kiri.

2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Input

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan input menurut Komara

(2008) yaitu sebagai berikut:

1). Harga Input. Jika harga input naik maka akan terjadi pergerakan ke kiri atas di

sepanjang kurva permintaan inputnya. Hal ini menyebabkan jumlah input

yang diminta akan semakin berkurang.

2). Harga Output. Harga output disini dibedakan menjadi dua yaitu harga output

itu sendiri dan harga output lain. Jika harga output itu sendiri meningkat maka

akan menyebabkan permintaan input meningkat. Sedangkan harga output lain

Page 30: Udang

17

diklasifikasikan menjadi harga output substitusi dan harga output

komplementer. Harga output substitusi mempunyai hubungan negatif dengan

jumlah input yang diminta sedangkan harga output komplementer mempunya

hubungan positif dengan jumlah input yang diminta.

2.6. Elastisitas Permintaan

Elastisitas menurut Nicolson (2002) adalah ukuran persentase perubahan

suatu variabel yang disebabkan oleh satu persen perubahan variabel lainnya.

Elastisitas permintaan menurut Sugiarto, et al (2002) adalah ukuran kuantitatif

yang menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga maupun faktor

lainnya terhadap perubahan permintaan dari suatu komoditas. Elastisitas

dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana respon terhadap perubahan kuantitas

yang diminta akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Koefisien

elastisitas itu sendiri dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam

variabel yang tak bebas (dependent variable) dibagi dengan persentase perubahan

dalam variabel bebas (independent variable).

Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

elastisitas harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan (Sugiarto et al,

2002)

a. Elastisitas Harga

Elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan jumlah

komoditas yang diminta terhadap perubahan harga tersebut dengan asumsi cateris

paribus (Sugiarto, et al, 2002). Nilai elastistas permintaan terhadap harga

merupakan hasil bagi antara persentase perubahan jumlah komoditas yang diminta

dengan persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan

suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah

komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga. Secara

numerik, elastisitas permintaan terhadap harga dapat dirumuskan sebagai berikut:

(Sugiarto, et al, 2002)

Ep = Persentase perubahan jumlah yang diminta Persentase perubahan harga

Elastisitas harga dapat diperoleh dengan cara perhitungan busur dan perhitungan

titik. Melalui cara perhitungan busur, elastisitas harga diperoleh dengan

Page 31: Udang

18

membandingkan dua titik keseimbangan (equilibrium). Cara ini biasanya

digunakan apabila persamaan kurva permintaan (fungsi permintaan) tidak

diketahui. Apabila fungsi permintaan diketahui, maka elastisitas harga diperoleh

dengan cara perhitungan titik ( Rahardja dan Mandala, 2002 ). Misalnya fungsi

permintaan Q =f(P), maka;

Ep = dQ x P dP Q

dimana : dQ = turunan pertama dari fungsi permintaan dP

P = harga pada titik keseimbangan yang diamati

Q = jumlah pada titik keseimbangan yang diamati

Angka elastisitas dapat bervariasi mulai dari nol sampai tak terhingga.

Elastisitas sama dengan nol jika perubahan harga tidak menyebabkan perubahan

jumlah yang diminta, Artinya jumlah yang diminta tidak peka terhadap adanya

perubahan harga. Semakin besar elastisitas harga, maka semakin besar persentase

perubahan jumlah ynag diminta untuk suatu persentase perubahan harga tertentu

(semakin peka jumlah yang diminta terhadap perubahan harga).

Tabel 5. Nilai Elastisitas Harga Nilai Elastisitas Harga Keterangan

Inelastis ( Ep < 1) Perubahan (dalam persentase) permintaan

lebih kecil daripada perubahan harga

Elastis (Ep > 1) Perubahan permintaan lebih besar daripada

perubahan harga

Elastisitas unitari (Ep = 1) Perubahan permintaan sama dengan

perubahan harga

Elastisitas sempurna (Ep = 0) Perubahan harga tidak menyebabkan

perubahan jumlah yang diminta

Elastis tak terhingga (Ep = ∞ ) Perubahan haraga sedikit saja menyebabkan

perubahan permintaan tak terbilang besarnya

Sumber : Rahardja dan Manurung (2002)

Page 32: Udang

19

Besarnya elastisitas harga suatu komoditas tertentu dipengaruhi oleh

sejumlah faktor. Faktor-faktor yang menentukan elastisitas harga menurut

Rahardja dan Manurung (2002) adalah sebagai berikut:

(a). Tingkat substitusi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang, maka

permintaan semakin inelastis.

(b). Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, maka permintaan akan

suatu barang semakin inelastis.

(c). Proporsi kenaikkan harga terhadap pendapatan konsumen. Semakin besar

proporsi kenaikkan harga terhadap pendapatan konsumen, maka permintaan

cenderung lebih elastis.

(d). Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang mempunyai

pengaruh terhadap elastisitas harga. Namun, hal ini tergantung pada apakah

barangnya durabel atau non-durabel. Barang-barang yang habis dipakai dalam

waktu kurang dari satu tahun (barang tidak tahan lama atau non-durable

goods) memiliki elastisitas harga lebih besar dalam jangka panjang

dibandingkan dalam jangka pendek. Barang-barang yang masa konsumsinya

lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods), permintaannya

lebih elastis dalam jangka pendek dibanding jangka panjang.

b. Elastisitas Silang

Elastisitas permintaan silang merupakan koefisien yang menunjukkan

besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan

komoditas lain (Sugiarto, et al, 2002). Elastisitas silang dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Ec = Persentase perubahan jumlah yang diminta untuk sebuah barang (X) Persentase perubahan harga untuk barang lain (Y)

Koefisien elastisitas permintaan silang sering digunakan untuk mengukur

kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai komoditas.

Tanda koefisien dari elastisitas silang akan tergantung kepada apakah komoditas

yang terkait merupakan komoditas pelengkap (komplementer) atau komoditas

pengganti (substitusi). Apabila komoditi X dan komoditi Y adalah barang

substitusi, maka elastisitas silangnya bernilai positif (Ec > 0) karena peningkatan

harga komoditi Y akan membuat jumlah komoditi X yang diminta juga

meningkat. Bila komoditi X dan komoditi Y adalah barang komplemen, maka

Page 33: Udang

20

elastisitas silangnya bernilai negatif (Ec<0) karena peningkatan harga Y akan

membuat jumlah komoditi X yang diminta menurun.

c. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya

perubahan permintaan atas suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan

pendapatan konsumen (Sugiarto, et al, 2002). Elastisitas pendapatan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Ei = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan

Nilai elastisitas pendapatan dapat digunakan untuk membedakan kategori

komoditas apakah termasuk kategori komoditas mewah, normal, inferior, atau

kebutuhan pokok. Komoditas normal dan mewah memiliki nilai elastisitas

pendapatan positif (Ei>0). Bila nilai elastisitas pendapatan antara nol sampai

dengan satu (0<Ei<1), maka komoditi tersebut merupakan barang-barang pokok

(esential goods). Pada sebagian komoditi, kenaikan pendapatan justru mengurangi

permintaannya, sehingga elastisitas permintaannya negatif (Ei<0). Komoditi-

komoditi ini dalam istilah ekonomi disebut barang inferior (inferior goods).

Permintaan akan produk yang berbeda mempunyai elastisitas yang

berbeda pula. Faktor-faktor yang berpengaruh pada elastisitas permintaan menurut

Hanafiah dan Saefuddin (1983) adalah sebagai berikut:

(a). Kemungkinan tentang barang pengganti. Produk dengan sedikit barang

penggantinya mempunyai permintaan lebih inelastis.

(b). Jumlah kemungkinan penggunaan. Semakin besar kemungkinan penggunaan

dari suatu produk semakin besar pula elastisitas permintaannya.

(c). Arti pengeluaran untuk suatu barang dibandingkan dengan pendapatan. Jika

harga (pengeluaran untuk barang) merupakan bagian kecil dari pendapatan,

seperti garam, maka permintaan akan barang itu menjadi tidak elastis.

(d). Tradisi. Jika penggunaan dari satu barang semakin manjadi tradisi atau

kebiasaan yang tetap, maka permintaan barang tersebut menjadi tidak elastis.

(e). Keharusan untuk keperluan hidup. Barang-barang yang sudah menjadi

keharusan untuk hidup, misalnya garam, mempunyai permintaan yang relatif

tidak elastis.

(f). Tingkat pendapatan. Konsumen dengan pendapatan tinggi mempunyai

Page 34: Udang

21

permintaan lebih inelastis daripada konsumen dengan pendapatan rendah.

Perubahan harga tidak atau memberi respon kecil sekali dikalangan konsumen

tinggi.

(g). Mutu barang. Barang-barang bermutu baik mempunyai permintaan yang lebih

elastis daripada barang bermutu rendah.

(h). Lokasi daerah produksi terhadap pasar. Permintaan barang di daerah produksi

kekurangan dan dekat pasar relatif lebih elastis daripaada di daerah produksi

berlebihan dan berjauhan dari pasar. Keadaan yang serupa bahwa permintaan

barang di pasar eceran lebih elastis daripada di daerah produksi.

2.7. Model Ekonometrika

Model ekonometrika adalah suatu model aljabar khas yang bersifat

stokhastik yang terkandung di dalamnya satu atau beberapa variabel acak. Jika

model teoritis hanya menyatakan pola hubungan umum, maka model

ekonometrika telah menyatakan pola hubungan dari variabel-variabel tertentu.

Pola hubungan tersebut dapat bersifat linier ataupun non-linier (Yuwono, 2005).

Model ekonomi merupakan penjelasan dari keseluruhan atau sebagian fenomena

ekonomi, dengan mengabaikan sebagian aspek yang dianggap kurang penting.

Suatu model dikatakan baik bila memenuhi kriteria ekonomi, matematika dan

ekonometrika (Koutsoyiannis, 1988)

Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan

simultan (Gujarati, 1997). Persamaan tunggal adalah persamaan dimana variabel

tak bebas dinyatakan sebagai variabel fungsi dari satu atau lebih variabel bebas,

sehingga hubungan antara variabel tak bebas dan variabel bebas merupakan

hubungan satu arah. Sedangkan persamaan simultan adalah persamaan yang

menggambarkan ketergantungan di antara berbagai variabel dalam persamaan-

persamaan tersebut.

Metodologi ekonometrika yang masih mendominasi penelitian-penelitian

empiris dibidang ekonomi dan bidang-bidang yang terkait, yaitu metodologi

tradisional atau metodologi klasik (Sarwoko, 2005). Langkah-langkah metodologi

tersebut yaitu sebagai berikut:

Page 35: Udang

22

1. Pernyataan teori atau hipotesis

2. Spesifikasi model matematika dari teori

3. Spesifikasi model ekonometrika dari teori

4. Pengumpulan data

5. Estimasi parameter-parameter model ekonometrika

6. Pengujian hipotesis

7. Peramalan atau prediksi

8. Menggunakan model untuk pengendalian dan tujuan kebijakan

Prosedur atau tahapan ekonometri berdasarkan hubungan-hubungan pada

teori ekonomi menurut Sumodiningrat (1994) yaitu sebagai berikut:

(1). Merumuskan persamaan matematis yang menggambarkan hubungan antara

berbagai variabel ekonomi, seperti yang diterangkan oleh teori ekonomi

(Spesifikasi)

(2). Merancang metode dan prosedur berdasarkan teori statistik, untuk

mendapatkan sampel yang mewakili dunia nyata.

(3). Menyusun metode penaksiran (estimasi) parameter hubungan-hubungan yang

dilukiskan pada langkah pertama (penaksiran)

(4). Menyusun metode (statistik) untuk keperluan pengujian validitas teori,

dengan menggunakan parameter-parameter yang telah didapat pada langkah

ketiga (verifikasi).

(5). Mengembangkan metode peramalan ekonomi ataupun implikasi kebijakan

berdasarkan parameter-parameter yang telah ditaksir (aplikasi/penerapan).

Spesifikasi model mengandung dua arti, yaitu pemilihan variabel-variabel

bebas yang tepat dan pemilihan bentuk fungsi yang tepat (Sarwoko, 2005).

Pertimbangan utama untuk menentukan sebuah variabel bebas dalam persamaan

regresi yaitu variabel tersebut merupakan variabel penting yang dijelaskan dalam

teori. Teknik dasar pemilihan suatu bentuk fungsi yaitu memilih bentuk fungsi

yang memberikan contoh terbaik sesuai dengan harapan teori ekonomi ataupun

prinsip-prinsip bisnis dan kemudian menggunakan bentuk matematika untuk

membangun model tersebut.

Analisis regresi digunakan dalam mengestimasi parameter-parameter

model ekonometrika. Analisis regresi terdiri dari dua, yaitu analisis regresi

Page 36: Udang

23

sederhana yang hanya terdiri dari satu variabel tak bebas (dependent variable) dan

satu variabel bebas (independent variable), serta analisis regresi berganda dimana

sebuah variabel tak bebas (dependent variable) dipengaruhi oleh lebih dari satu

variabel variabel bebas (independent variable) (Gujarati, 1997).

Page 37: Udang

III. KERANGKA PEMIKIRAN STUDI

Upaya pengembangan usaha budidaya udang di tambak terus dilakukan

melalui program perluasan wilayah tambak dan intensifikasi tambak.

Keberhasilan program tersebut harus ditunjang oleh penyediaan benih udang

(benur) secara kontinu, baik yang berasal dari alam atau dari hatchery. Permintaan

benur dari hatchery semakin meningkat karena benur dari alam hanya mencukupi

sekitar 4-6 % dari total benur yang dibutuhkan dan sisanya berarti dipenuhi dari

hasil hatchery. Bagi pembudidaya tambak udang windu yang ingin segera

melakukan pembesaran akan langsung membeli benur dari pembenih kedua

hingga berukuran oslah.

Benur yang digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan adalah benur

oslah. Benur oslah memiliki ukuran dan umur yang sudah cukup kuat

dibandingkan dengan benur hatchery, sehingga bisa langsung ditebar ke dalam

tambak pembesaran. Para pembudidaya udang windu harus memilih benur yang

benar-benar berkualitas. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi pembelian benur. Faktor-faktor paling umum yang

mempengaruhi pembelian benur yaitu luas lahan, produksi, pendapatan

pembudidaya, harga udang windu, dan sistem budidaya berdasarkan

komoditasnya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan benur oslah yaitu analisis regresi. Analisis elastisitas

dilakukan untuk mengetahui respon permintaan benur terhadap perubahan faktor-

faktor tersebut. Analisis Deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik

pembudidaya udang windu di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Alur

kerangka pemikiran studi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 38: Udang

25

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Studi Keterangan : Batas penelitian

Pembudidaya udang windu

Sistem budidaya - Polikultur - monokultur

Karakteristik pembudidaya

Analisis deskriptif

non benur: - Lahan - Kapur - Pakan - Obat-obatan - Tenaga kerja

Permintaan Benur

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan :

- Luas lahan - Produksi - Harga udang windu - Pendapatan - Teknik budidaya

Model Ekonometrika Permintaan benur

Perubahan permintaaan benur

Analisis elastisitas

Benur

Faktor produksi (input)

Page 39: Udang

26

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Metode studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang

berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas

(Maxfield, 1930 dalam Nazir, 1988). Tujuan studi kasus adalah untuk

memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta

karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari

sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir, 1988).

Satuan kasus dalam penelitian ini yaitu pembudidaya udang windu dengan sistem

monokultur dan polikultur (udang dan bandeng) yang menggunakan benur oslah

di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April 2008 di

Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

tersebut dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa udang windu merupakan

hasil produksi budidaya tambak terbesar Kabupaten Indramayu dan Kecamatan

Pasekan merupakan penghasil produksi udang windu terbesar di Indramayu.

4.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data menurut sumber pengambilannya dibedakan menjadi dua, yaitu

data primer dan data skunder. Data primer merupakan informasi yang

dikumpulkan melalui wawancara atau dengan pengisian kuisioner dan

pengamatan langsung di lapangan sedangkan data skunder merupakan data yang

diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung

terhadap kegiatan budidaya udang windu, wawancara dengan Kepala Cabang

Dinas Perikanan Kecamatan Pasekan mengenai keadaan umum usaha budidaya

udang windu di Kecamatan Pasekan, dan wawancara dengan bantuan kuisioner

Page 40: Udang

27

kepada pembudidaya udang windu mengenai karakteristik responden, keadaan

umum usaha, dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benur.

Data skunder dalam penelitian ini berupa studi pustaka, yaitu dengan

mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, skripsi, dan literatur lain yang

berkaitan dengan penelitian ini serta data dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Indramayu mengenai produksi ikan per jenis usaha tahun 2004-2007

dan data luas tambak dan jumlah RTP tambak per jenis komoditas Kabupaten

Indramayu Tahun 2007.

Tabel 6. Sumber Data Berdasarkan Cara Pengambilannya No Data Cara pengambilan Sumber

1. Gambaran kegiatan budidaya

udang windu

Observasi Kegiatan budidaya

udang windu

2. Keadaan umum usaha

budidaya udang windu

Kecamatan Pasekan

wawancara Kepala Cabang Dinas

Perikanan Kecamatan

Pasekan

3. Karakteristik responden

(umur, pendidikan terakhir,

pengalaman usaha)

Wawancara

dengan bantuan

kuisioner

Pembudidaya udang

windu

4. Keadaan umum usaha

(modal, sistem budidaya,

luas lahan, padat penebaran,

harga benur, hasil produksi,

harga udang windu,

pendapatan, dan lain-lain)

Wawancara

dengan bantuan

kuisioner

Pembudidaya udang

windu

5. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

benur

Wawancara

dengan bantuan

kuisioner

Pembudidaya udang

windu

6. Data produksi ikan per jenis

usaha tahun 2004-2007

Studi pustaka Dinas Kelautan dan

Perikanan Indramayu

7. Data luas tambak dan jumlah

RTP per jenis komoditas

Studi pustaka Dinas Kelautan dan

Perikanan Indramayu

Page 41: Udang

28

4.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Dalam

metode ini, semua anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih

sebagai sampel karena dalam pelaksanannya digunakan pertimbangan (Nazir,

1995). Pertimbangan atau kriteria yang harus dipenuhi oleh responden adalah

sebagai berikut:

1). Pembudidaya yang melakukan usaha budidaya udang windu dengan jenis

benur oslah.

2). Pembudidaya yaitu pemilik dan penggarap lahannya sendiri.

3). Pembudidaya yang menetap dan memiliki lahan tambak di Kecamatan

Pasekan.

4). Pembudidaya dengan pengalaman usaha minimal satu tahun dan melakukan

budidaya sampai panen minimal satu kali.

Jumlah pembudidaya yang dijadikan responden berjumlah 60 orang terdiri

dari 30 orang pembudidaya monokultur dan 30 orang pembudidaya polikultur.

Pengambilan sampel responden sebanyak 60 orang dilakukan berdasarkan syarat

minimal alat analisis statistika yaitu sebanyak 30 orang (Walpole, 1992). Namun,

untuk mendapatkan data yang lebih beragam maka responden yang diambil

sebanyak 60 orang.

4.5. Metode Analisis Data

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode Tabulasi

deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Pengolahan data menggunakan

program komputer EXCEL for Windows dan SPSS 13.0 for windows.

4.5.1. Analisis Tabulasi Deskriptif

Analisis tabulasi deskriptif dilakukan untuk mendapatkan karakteristik

dan keadaaan umum usaha budidaya responden secara deskriptif.

4.5.2. Spesifikasi Model

Spesifikasi model merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam

penelitian ekonometrika. Spesifikasi model terdiri dari identifikasi variabel dan

pendugaan model.

Page 42: Udang

29

4.5.2.1. Identifikasi Variabel

Peubah-peubah yang dipilih dan diduga dapat memberikan penjelasan

tentang permintaan benur oslah adalah satu peubah tidak bebas (dependent

variable) dan beberapa peubah bebas (independent variable). Peubah tidak bebas

yang digunakan yaitu permintaan benur oslah dengan satuan ekor per hektar.

Sedangkan peubah bebas yang dipilih dan diduga mempengaruhi permintaan

benur oslah yaitu luas lahan, produksi windu, pendapatan, harga udang windu,

dan sistem budidaya berdasarkan komoditasnya.

Dalam bentuk umum fungsi permintaan benur oslah di Kecamatan

Pasekan Kabupaten Indramayu dapat dituliskan sebagai berikut:

Yi = f(X1, X2, X3, X4, D)

Dimana :

Yi = jumlah permintaan benur oslah (ekor/tahun)

X1 = luas lahan (ha)

X2 = pendapatan (Rp/tahun)

X3 = produksi (kg/tahun)

X4 = harga udang windu (Rp/kg)

D = sistem budidaya berdasarkan komoditas

4.5.2.2. Pendugaan Model

Bentuk logis hubungan antara variabel tak bebas dan variabel bebas harus

membandingkan antara berbagai bentuk fungsi, dan yang paling mendekati basis

teori maka fungsi tersebut yang akan dipilih. Berdasarkan teori dan pemilihan

peubah yang diduga maka dirumuskan model berbentuk regresi yang akan diuji

sebanyak empat model, yaitu model linier, model semi-log (Ln X), model semi-

log (Ln Y), dan model dobel-log. Model linier, model semi-log (Ln X), model

semi-log (Ln Y), dan model dobel-log menurut Sarwoko (2005) dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1). Model Linier

Yi = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Di + ui

2). Model Semi-Log (ln X)

Yi = bo + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5 Di + ui

Page 43: Udang

30

3). Model Semi-log (ln Y)

lnYi = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Di + ui

4). Model Dobel-log

lnYi = bo + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5Di + ui

dimana :

Yi = jumlah permintaan benur oslah

bo = intersep

bi = koefisien regresi variabel bebas ke i (i = 1,2,…,6)

X1 = luas lahan (ha)

X2 = produksi (kg/thn)

X3 = pendapatan (Rp/panen)

X4 = harga udang windu (Rp/kg)

Di = Dummy sistem budidaya berdasarkan komoditasnya

D = 0 , monokultur

D = 1, polikultur

ui = faktor kesalahan

4.5.3. Evaluasi Model Pendugaan

Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model

yang diduga terpenuhi secara teori dan statistik. Untuk itu kriteria pemilihan

model terbaik dalam analisis regresi linier berganda harus sesuai dengan kriteria

ekonomi, kriteria statistik dan kriteria ekonometrik.

4.5.3.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi

Penelitian parameter model regresi berdasarkan teori ekonomi yang ada,

kemudian diuji berdasarkan teori ekonomi pula. Berdasarkan teori-teori

permintaan, dikembangkan hipotesis untuk model permintaan benur oslah

sebagai berikut:

b1 > 0 : Semakin besar luas lahan, maka semakin besar kemungkinan untuk

menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya.

b2 > 0 : Semakin tinggi produksi udang windu, maka semakin besar kemungkinan

untuk menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya.

Page 44: Udang

31

b3 > 0 : Semakin tinggi pendapatan, maka semakin besar kemungkinan untuk

menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya.

b4 > 0 : Semakin tinggi harga udang windu, maka semakin besar kemungkinan

untuk menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya..

b5<0 : Semakin ke polikultur semakin sedikit benur yang dibutuhkan.

4.5.3.2. Evaluasi Kriteria Statistik

Pengujian suatu model regresi meliputi uji pengaruh parameter secara

individual (uji-t), uji pengaruh parameter secara keseluruhan (uji F), dan koefisien

determinasi (R2). Uji-t berguna untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap permintaan benur. Uji F digunakan untuk mengetahui

apakah seluruh variabel bebas secara serentak berpengaruh nyata terhadap

permintaan benur. Sedangkan koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai

pengukur tingkat kebaikan model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total

dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas dalam model.

Semakin tinggi keragaman yang dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin

besar koefisien determinasinya.

Model yang dianalisis menunjukkan pengujian terhadap hipotesis-

hipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk

melihat nyata tidaknya pengaruh variabel yang dipilih terhadap variabel yang

diteliti. Pengujian hipotesis baik untuk uji-t maupun uji F yaitu dengan melihat

tingkat signifikan (α). Tingkat signifikan (α) adalah probabilitas kesalahan

menolak hipotesis yang ternyata benar. Jika dikatakan α = 5 persen, berarti resiko

kesalahan mengambil keputusan adalah 5 persen. Semakin kecil nilai α, berarti

semakin rendah resiko kesalahan penelitian (Santoso, 2001).

1. Uji-t

Uji-t digunakan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tak bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0,

Uji-t menurut Sarwoko, 2005 dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 45: Udang

32

),...,3,2,1(;)(

nibiSE

bihitt ==

Dimana : bi = koefisien peubah ke-i

SE(bi) = standar error peubah ke-i

n = jumlah pengamatan

Jika:

a. -ttabel < thit < ttabel maka terima Ho artinya variabel-variabel bebas yang

diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

b. t hit < -ttabel atau t hit > ttabel maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas

yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

2. Uji F

Uji F menurut Gujarati (1997) digunakan untuk menunjukkan kemampuan

peubah-peubah bebas secara bersama-sama menjelaskan variasi dari peubah tak

bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Ho : bi = 0, i = 1,2,3,…,6

H1 : salah satu atau semua bi ≠ 0

F hitung = jumlah kuadrat regresi / (k)

jumlah kuadrat sisa / (n-k)

dimana : n = jumlah sampel

k = jumlah variabel dalam model

Jika:

a. Fhit > Ftabel maka tolak Ho, artinya semua variabel bebas mampu secara

bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.

b. Fhit < Ftabel maka terima Ho, artinya semua variabel bebas tidak mampu

secara baersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.

4.5.3.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrika

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Cara mendeteksi normalitas menurut Santoso

Page 46: Udang

33

(2001) yaitu dengan melihat grafik normal probability plot, yaitu dengan melihat

penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot,

sedangkan untuk histogram dengan melihat kurva yang berbentuk genta

(lonceng). Dasar-dasar pengambilan keputusan berdasarkan grafik normal

probability antara lain :

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Autokorelasi

Autokorelasi menurut Gujarati (1997) adalah korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan

waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Model regresi harusnya

bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih antara data asli

dengan data hasil regresi) bersifat tetap untuk tiap nilai X. Cara mendeteksi

autokorelasi menurut Santoso (2001) yaitu dengan menggunakan uji Durbin-

Watson yang diambil patokannya secara umum adalah sebagai berikut:

Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

Angka D-W diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi

Angka D-W diatas 2 berarti ada autokorelasi negatif

3. Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi diantara

variabel-variabel bebas dalam model regresi (Santoso, 2001). Bila variabel-

variabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut multikolinearitas

sempurna. Multikolinearitas disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya

derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Bila variabel-

variabel bebas berkorelasi secara senpurna maka metode kuadrat terkecil tidak

dapat digunakan.

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation

Factor (VIF). VIF merupakan suatu cara mendeteksi multikolinearitas dengan

melihat sejauh mana sebuah variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua

Page 47: Udang

34

variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. VIF menurut Sarwoko

(2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:

)1(

1)( 2iRbiVIF

−=

Dimana :

VIF (bi) = Variance Inlation Factor untuk masing-masing variabel

R2i = koefisien determinasi

Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak

mengalami multikolinearitas tinggi. Sebaliknya jika nilai VIF peubah bebasnya

lebih besar dari 10 maka menunjukkan persamaan tersebut masih mengalami

multikolinearitas tinggi (Sarwoko, 2005).

4. Heteroskedastisitas

Satu asumsi penting dari model regresi linier yaitu bahwa gangguan

(disturbances) ui yang muncul dalam fungsi regresi populasi harus

homoskedastik, yaitu gangguan tersebut mempunyai varians yang sama.

Pelanggaran dari asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Metode informal dan

formal untuk mendeteksi heteroskedastisitas menurut Gujarati (1997), yaitu sifat

dasar masalah, metode grafik, pengujian park, pengujian Glejser (Glejser test),

dan pengujian rank dari korelasi Spearman.

Pendeteksian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

metode grafik. Untuk melihat ada atau tidaknya pola heteroskedastisitas maka e

dipetakan terhadap Ŷ menggunakan grafik Scater Plot. Jika tidak ada pola yang

sistematis, maka diartikan bahwa varians setiap unsur residual adalah sama.

4.5.4. Elastisitas Permintaan

Analisis elastisitas permintaan bertujuan untuk mengetahui persentase

perubahan jumlah benur yang diminta (Y) terhadap perubahan sebesar satu persen

pada salah satu variabel yang mempengaruhinya (Xi).

1) Model Linier

Nilai elastisitas dihitung dengan mengalikan koefisien variabel bebas )(bi

dengan hasil bagi dari rata-rata variabel bebas )(X terhadap rata-rata variabel tak

Page 48: Udang

35

bebas )(Y . Elastisitas pada model linier menurut Sarwoko (2005) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

)(YiXibi=ε

2). Model Semi-log (ln X)

Nilai elastisitas dihitung dengan membagi koefisien variabel bebas

)(bi dengan rata-rata variabel tak bebas )(Y . Elastisitas pada model Semi-log (ln x)

menurutr Sarwoko (2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:

)1(

Yibi=ε

3). Model Semi-log (ln Y)

Nilai elastisitas dihitung dengan mengalikan koefisien variabel bebas

)(bi dengan rata-rata variabel bebas )(X . Elastisitas pada model Semi-log (ln Y)

menurut Sarwoko (2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:

)( Xibi=ε

3). Model Dobel-log

Nilai elastisitas dapat langsung diketahui dari nilai koefisien variabel

bebasnya )(bi . Elastisitas pada model Dobel-log menurut Sarwoko (2005) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

bi=ε

4.6. BATASAN DAN PENGUKURAN

1. Pembudidaya adalah pelaku usaha budidaya tambak udang windu dengan

sistem monokultur dan polikultur yang menetap di Kecamatan Pasekan.

2. Benur Oslah adalah benur windu hasil pendederan dari benur hatchery.

3. Monokultur adalah sistem budidaya dengan satu komoditas, dimana benih

yang ditebar hanya benur windu saja.

Page 49: Udang

36

4. Polikultur adalah sistem budidaya dengan dua komoditas dalam satu lahan

tambak, dimana benih yang ditebar yaitu benur windu dan benih ikan bandeng

(nener).

5. Umur yaitu umur pembudidaya pada saat diwawancara.

6. Tingkat Pendidikan yaitu pendidikan terakhir yang pernah pembudidaya

tempuh.

7. Pengalaman usaha yaitu pengalaman pembudidaya selama menjalankan

usaha budidaya sendiri.

8. Luas lahan yaitu luas lahan tambak yang pembudidaya miliki dan digunakan

untuk budidaya udang windu baik dengan sistem monokultur maupun

polikultur dengan satuan hektar (ha).

9. Produksi yaitu hasil panen pembudidaya selama satu tahun dengan satuan

kilogram per tahun (kg/tahun).

10. Harga udang windu yaitu harga jual hasil panen pembudidaya pada tingkat

harga yang berlaku pada saat panen berlangsung dengan satuan rupiah per

kilogram (Rp/kg).

11. Pendapatan adalah penerimaan usaha yang diterima pembudidaya dari hasil

produksi tambak udang windu selama satu tahun setelah dikurangi total biaya

usaha selama satu tahun dengan satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).

12. Permintaan benur adalah jumlah kuantitas benur windu yang diminta para

pembudidaya udang windu selama satu tahun produksi.

13. Elastisitas permintaan adalah persentase perubahan permintaan benur windu

yang diminta para pembudidaya akibat dari satu persen perubahan luas lahan,

produksi, pandapatan, dan harga udang windu.

Page 50: Udang

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1. Letak Geografis dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Pasekan merupakan salah satu dari 31 Kecamatan yang berada

di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kecamatan Pasekan

pada tahun 2008 yaitu 6.196,22 Ha. Batas wilayah Kecamatan Pasekan sebagai

berikut:

Sebelah Barat : Kecamatan Cantigi

Sebelah Timur : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kecamatan Sindang dan Kecamatan Indramayu

Sebelah Utara : Laut Jawa

Secara geografis Kecamatan Pasekan berada pada ketinggian ± 2 m di atas

permukaan laut. Curah hujan mencapai 2.000 mm/tahun dan jumlah hari dengan

curah hujan terbanyak mencapai 45 hari. Suhu berkisar antara 21ºC-30ºC.

Tipologi Kecamatan Pasekan pada umumnya merupakan daerah pesisir/pantai

dengan bentuk wilayah datar berombak.

5.2. Kependudukan

Kecamatan Pasekan termasuk salah satu Kecamatan yang baru berdiri,

yaitu sekitar awal tahun 2006. Pembentukan Kecamatan Pasekan berdasarkan

Perda No. 1 Tahun 2005. Kecamatan Pasekan meliputi beberapa desa, yaitu Desa

Karanganyar, Pasekan, Pagirikan, Brondong, Pabean ilir, dan Totoran. Jumlah

penduduk di Kecamatan Pasekan sebanyak 25.092 orang dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 7.459 KK. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 Jenis Kelamin Jumlah (orang)

Perempuan 12.396

Laki-laki 12.696

Total 25.092

Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasekan, 2007

Page 51: Udang

38

Mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk Kecamatan Pasekan

yaitu sebagai buruh tani sebanyak 3.961 orang. Data jumlah penduduk menurut

mata pencaharian pokok secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 Mata Pencaharian Pokok jumlah (orang)

Petani 1.328

Buruh tani 3.961

Buruh/swasta 657

Pegawai Negeri 139

Pengrajin 150

Pedagang 964

Peternak 131

Nelayan 936

Montir 24

Dokter 1

Pensiun PNS 15

POLRI 19

TNI 2

TKI 72

Jasa 61

Bidan desa 1

Pemulung 176

Total 8.637

Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasekan, 2007

5.3. Budidaya Tambak Udang Windu

5.3.1. Sistem Budidaya

Kegiatan budidaya tambak udang windu di Kecamatan Pasekan

berdasarkan komoditasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu monokultur dan

polikultur. Kegiatan budidaya monokultur adalah kegiatan budidaya yang hanya

memelihara satu komoditas saja, yaitu udang windu. Sedangkan budidaya

Page 52: Udang

39

polikultur adalah kegiatan budidaya yang memelihara dua atau lebih komoditas

dalam satu petak tambak dan yang paling banyak diusahakan yaitu budidaya

udang windu dan bandeng. Kegiatan budidaya monokultur di Kecamatan Pasekan

pada umumnya dilakukan dengan sistem budidaya tradisional (ekstensif). Padat

penebaran rata-rata 18.729 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran antara 10.000-

35.000 ekor/ha/musim tanam. Pada masa pemeliharaan, udang windu diberi pakan

tambahan berupa pelet, ikan gesek/rucah, gayas, dan keong. Pemberian pakan

tambahan tersebut dilakukan setelah masa pemeliharaan selama 1 bulan. Hal ini

dikarenakan pada masa pemeliharaan 1 bulan pertama masih tersedia pakan alami

yang pertumbuhannya dibantu dengan pemupukan. Pergantian air tambak bukan

hanya bergantung pada air pasang-surut tetapi juga dibantu dengan menggunakan

pompa air.

Pada budidaya polikultur penebaran benur pada suatu lahan tambak harus

disesuaikan juga dengan padat penebaran nener. Padat penebaran nener pada

tambak polikultur rata-rata sebesar 5.109 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran

penebaran antara 1.333-16.000 ekor/ha/musim tanam sedangkan padat penebaran

benurnya rata-rata sebesar 10.524 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran penebaran

antara 2.500-25.000 ekor/ha/musim tanam. Berdasarkan padat penebaran tersebut

maka sistem budidaya berdasarkan teknologi pada budidaya polikultur termasuk

sistem budidaya tradisional (ekstensif). Sebagian besar pembudidaya polikultur

tidak memberikan pakan tambahan pada udang windu. Pakan udang windu

tergantung pada pakan alami, sisa-sisa pakan bandeng dan kotoran (feses)

bandeng. Pergantian air tambak bukan hanya bergantung pada air pasang-surut

tetapi juga dibantu dengan menggunakan pompa air.

5.3.2. Pengelolaan Tambak

5.3.2.1. Pengelolaan Tambak Monokultur

1). Persiapan petak tambak

Petak tambak dikuras airnya kemudian tanah dasar atau caren diangkat

lumpurnya dan di “teplok” pada sisi-sisi tanggul. Hal ini dilakukan untuk menutup

kemungkinan adanya lubang-lubang perembesan sekaligus untuk memperbaiki

tanggul. Setelah lumpur diangkat, tanah dasar tambak dan pelataran tambak

Page 53: Udang

40

diratakan dan digemburkan dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan

tambak dijemur selama ± 1 minggu. Setelah tanah mengering, pupuk dan obat

saponin ditebarkan ke dalam tambak.Pupuk berfungsi untuk menambahkan pakan

alami sedangkan obat saponin untuk memberantas hama dan pengganggu. Setelah

itu, air dimasukkan ke dalam tambak setinggi ± 40 cm melalui pintu air, paralon,

atau dengan bantuan pompa air. Air yang dimasukkan ke dalam tambak disaring

untuk mencegah masuknya hama dan penggangu. Sebelum benur ditebar, lahan

tambak yang sudah terisi air didiamkan selama 2-5 hari.

2). Penebaran benur

Benur yang banyak digunakan oleh pembudidaya tambak udang windu di

Kecamatan Pasekan yaitu benur oslah. Ukuran benur yang digunakan berkisar

antara Pl-19 sampai Pl-21 dengan panjang rata-rata 20 mm dengan harga Rp.

25,00 per ekor. Pembudidaya biasa membeli benur tersebut dalam kemasan

kantung plastik, dimana dalam satu kantung plastik berisi 1.000 ekor. Sebelum

benur ditebar, air tambak dimasukkan dalam kemasan kantung plastik yang berisi

benur dengan perbandingan 1:1, artinya jika di dalam kantung plastik terdapat 1

ml air maka air tambak yang dimasukkan juga sebanyak 1 ml. Proses ini disebut

aklimatisasi yaitu penyesuaian terhadap keadaan lingkungan berbeda yang

berguna untuk mencegah terjadinya stress pada benur. Selama proses aklimatisasi,

benur di dalam kemasan kantung plastik didiamkan selama 10-15 menit sebelum

akhirnya di tebar ke dalam tambak. Rata-rata penebaran benur oslah oleh

responden yaitu 18.729 ekor/ha/musim.

3). Pemeliharaan

Masa pemeliharaan udang windu rata-rata selama 3-4 bulan. Pemberian

pakan tambahan berupa pelet, ikan, keong dan gayas dilakukan setelah masa

pemeliharaan sekitar 1 bulan, tergantung dari pakan alami yang terdapat di

tambak. Jika pakan alami sudah berkurang bahkan habis maka pemberian pakan

tambahan dilakukan. Tanda dari pakan alami habis yaitu banyaknya benur oslah

yang berenang ke permukaan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak

dua kali sehari (pagi dan sore) dengan jumlah pakan yang diberikan per hari 5%

dari berat badannya. Setelah ± 0,5 bulan dari awal pemberian pakan tambahan,

frekuensi pemberian pakan ditingkatkan yaitu sebanyak tiga kali sehari (pagi,

Page 54: Udang

41

siang, dan sore) dengan jumlah pakan yang diberikan per hari sebesar 4% dari

berat badannya. Kemudian pemberian pakan ditingkatkan sebanyak empat kali

sehari (pagi, siang, sore, dan malam) pada saat satu bulan menjelang panen

dengan jumlah pakan yang diberikan per hari sebesar 3% dari berat badannya.

Pakan yang baik harus memiliki konversi sebesar 1,8-2. Artinya untuk

menghasilkan udang sebanyak 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,8 sampai 2 kg.

Konversi pakan pada responden dapat diketahui dari perbandingan rata-rata

pemberian pakan dan produksi udang windu (Suyanto dan Mujiman, 2005).

Semakin rendah nilai konversi maka pakan udang windu tersebut semakin baik.

Rata-rata pemberian pakan tambahan sebanyak 238,8 kg/ha/musim tanam. Rata-

rata produksi udang windu sebesar 142,34 kg/ha/musim. Sehingga didapat nilai

konversi pakan udang windu sebesar 1,7. Artinya untuk menghasilkan udang

sebanyak 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.

Pemberian obat-obatan selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya

jika memang diperlukan. Obat-obatan yang digunakan biasanya ursal yang

berfungsi sebagai penambah nafsu makan udang dan raja bandeng yang berfungsi

untuk mencerahkan air. Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi

tambak dengan air dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata

setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan bantuan pompa air.

4). Pemanenan

Pemanenan udang windu dilakukan setelah 3-4 bulan. Tetapi terkadang

panen terpaksa harus dilakukan setelah 1,5-2 bulan karena udang terserang

penyakit. Rata-rata kegiatan budidaya monokultur udang windu di Kecamatan

Pasekan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun (November- Februari dan

Maret-Juni) sehingga dalam satu tahun dilakukan dua kali pemanenan. Rata-rata

produksi udang windu sebesar 622,67 kg/tahun dengan rata-rata survival rate

(SR) sebesar 38,41%.

Kegiatan panen dilakukan dengan cara membuang air tambak melalui

paralon dengan bantuan pompa air. Di sekitar paralon di pasang waring/wadong

sehingga udang yang ikut terbawa arus air akan masuk ke dalam waring/wadong

tersebut. Setelah air surut biasanya dilakukan pendorongan ke arah

waring/wadong dengan menggunakan bantuan karung yang berisi rumput. Jika

Page 55: Udang

42

masih ada sisa udang yang tidak terbawa dilakukan mengambilan langsung

dengan tangan. Peralatan panen biasanya disediakan oleh buruh panen.

Kegiatan panen dilakukan oleh buruh dengan jumlah rata-rata sebanyak 8

orang/hektar/penen dengan upah antara Rp 25.000,00-Rp 40.000,00 per orang.

Perbedaan upah tersebut biasanya disesuaikan dengan hasil penen. Semakin besar

hasil panen maka upah akan semakin besar. Upah tersebut belum termasuk biaya

makan. Konsumsi buruh selama kegiatan panen ditanggung oleh pemilik tambak.

5.3.2.2. Pengelolaan Tambak Polikultur

1). Persiapan petak tambak

Pada umumnya persiapan petak tambak pada budidaya polikultur sama

dengan persiapan petak tambak pada budidaya monokultur. Petak tambak dikuras

airnya kemudian tanah dasar atau caren diangkat lumpurnya dan di “teplok” pada

sisi-sisi tanggul. Hal ini dilakukan untuk menutup kemungkinan adanya lubang-

lubang perembesan sekaligus untuk memperbaiki tanggul. Setelah lumpur

diangkat, tanah dasar tambak dan pelataran tambak diratakan dan digemburkan

dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan tambak dijemur selama ± 1

minggu. Setelah tanah mengering, pupuk dan obat sponin ditebarkan ke dalam

tambak. Pupuk berfungsi untuk menambahkan pakan alami sedangkan obat

saponin untuk memberantas hama dan pengganggu. Setelah itu, air dimasukkan ke

dalam tambak setinggi ± 40 cm melalui pintu air, paralon, atau dengan bantuan

pompa air. Air yang dimasukkan ke dalam tambak disaring untuk mencegah

masuknya hama dan penggangu.

2). Penebaran nener dan benur

Pada umumnya persiapan penebaran benur pada budidaya polikultur sama

dengan penebaran benur pada budidaya monokultur, yaitu benur oslah perlu

diaklimatisasi terlebih dahulu. Benur oslah yang digunakan sama dengan benur

oslah yang digunakan pada budidaya monokultur. Penebaran benur dapat

dilakukan bersamaan dengan penebaran nener atau juga bisa dilakukan setelah

nener berumur ± 1 bulan. Penebaran nener bandeng sama dengan penebaran benur

oslah. Nener perlu diaklimatisasi terlebih dahulu agar nener tidak terkejut dan

stres karena adanya perbedaan suhu, pH, dan salinitas antara air dalam kantong

Page 56: Udang

43

dan air dalam tambak. Harga nener yang digunakan yaitu nener dengan harga

antara Rp 60,00-90,00/ekor. Rata-rata penebaran benur oleh responden polikultur

yaitu 10.524 ekor/ha/musim tanam dan penebaran rata-rata nener sebesar 5.109

ekor/ha/musim tanam.

3). Pemeliharaan

Masa pemeliharaan udang windu pada tambak polikultur sama dengan

pada tambak monokultur, yaitu rata-rata selama 3-4 bulan sedangkan masa

pemeliharaan bandeng berkisar antara 4-8 bulan. Pada tambak polikultur, sebagian

besar pembudidaya tidak memberikan pakan tambahan pada udang windu. Pakan

tergantung pada pakan alami, sisa-sisa pakan bandeng dan kotoran bandeng.

Pemberian pakan pada bandeng dilakukan setelah bandeng berumur 1 bulan

dengan frekuensi sebanyak 2 kali sehari (pagi dan sore) dan frekuensi

ditingkatkan pada saat 3 bulan menjelang panen sebanyak 3 kali sehari (pagi,

siang, dan sore).

Pemberian obat-obatan selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya

jika memang diperlukan. Pada umumnya obat-obatan dan vitamin yang diberikan

sama dengan obat-obatan dan vitamin pada budidaya monokultur (ursal dan raja

bandeng). Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi tambak dengan air

dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata setiap 1 minggu sekali

dengan membuka dan menutup pintu air serta jika diperlukan menggunakan

bantuan pompa air. Frekuensi penggantian air ditingkatkan menjadi setiap hari

dengan rata-rata selama 3 jam pada saat bandeng berumur lebih dari 4 bulan.

4). Pemanenan

Kegiatan panen udang windu pada tambak polikultur terjadi dengan dua

kemungkinan, yaitu panen udang dilakukan pada saat masih terdapat bandeng dan

panen udang secara bersamaan dengan panen bandeng. Jika panen udang

dilakukan pada saat bandeng masih dipelihara maka pemanenan dilakukan dengan

menebar obat decis yang dapat melemaskan udang, kemudian udang di ambil

dengan tangan langsung. Sebelumnya air tambak di buang melalui pintu air

dengan bantuan pompa air sampai pelataran kelihatan. Jika pemanenan udang

dilakukan kebetulan bersamaan dengan panen bandeng maka panen dilakukan

secara bersamaan. Bandeng dipanen dengan menggunakan arad kemudian air di

Page 57: Udang

44

tambak dibuang melalui pintu air dengan bantuan pompa air. Setelah air surut

biasanya dilakukan pendorongan ke arah waring/wadong dengan menggunakan

bantuan karung yang berisi rumput. Jika masih ada sisa udang yang tidak terbawa

dilakukan mengambilan langsung dengan tangan. Rata-rata produksi udang windu

sebesar 327,33 kg/tahun dan rata-rata produksi bandeng sebesar 3.442 kg/tahun.

Rata-rata survival rate (SR) udang windu sebesar 28,80%. Peralatan panen

biasanya disediakan oleh buruh panen.

Upah buruh pada saat panen udang (tidak bersamaan dengan panen

bandeng) sama dengan upah tenaga kerja pada panen udang monokultur. Upah

buruh pada saat panen udang bersamaan dengan panen bandeng, ditentukan

berdasarkan hasil panen bandeng. Jika panen bandeng dapat 1 Ton, maka upah

buruh sebesar Rp 200.000,00 atau Rp 200,00 per kilogram bandeng yang

dihasilkan untuk satu kelompok arad. Satu kelompok arad biasanya terdiri dari 6-8

orang. Tetapi jika hasil panen kurang dari 1 Ton, maka upah tenaga kerja antara

Rp 25.000,00-Rp 40.000,00 per orang. Konsumsi buruh selama kegiatan panen

ditanggung oleh pemilik tambak.

Dibawah ini disajikan tabel pengelolaan tambak polikultur (udang dan

bandeng) menurut bulan selama satu periode.

Tabel 9. Pengelolaan Tambak Polikultur (Udang dan Bandeng) Bulan Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persiapan petak tambak

Penebaran - Nener - Benur Pemeliharaan -Nener -Benur Pemanenan -bandeng -udang windu

Sumber : diolah dari data primer (2008) Keterangan : masa pemeliharaan bandeng 8 bulan dan udang 4 bulan

Page 58: Udang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden

6.1.1. Umur Responden

Rata-rata usia responden monokultur yaitu 47 tahun dengan kisaran antara

33 tahun sampai 70 tahun. Rata-rata usia responden polikultur berkisar antara 25

tahun sampai 65 tahun dengan rata-rata usia 44 tahun. Karakteristik responden

berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berada pada kelompok umur 39-45 tahun yaitu sebanyak 11 orang (36,00%) pada

responden monokultur dan 8 orang (26,66%) pada responden polikultur (Tabel

10). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih termasuk

umur yang produktif untuk bekerja. Data jumlah responden menurut kelompok

umur secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Kelompok Umur

(Tahun) orang % orang %

25-31 0 0 5 16,67

32-38 6 20,00 6 20,00

39-45 11 36,00 8 26,66

46-52 6 20,00 3 10,00

53-59 3 10,00 3 10,00

60-66 2 7,00 5 16,67

67-73 2 7,00 0 0,00

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : diolah dari data primer (2008)

6.1.2. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha responden monokultur berkisar antara 5-25 tahun

dengan rata-rata 14,80 tahun sedangkan pengalaman usaha responden polikultur

berkisar antara 3-33 tahun dengan rata-rata 15,60 tahun. Pengalaman usaha

terbesar responden monokultur berada pada selang 8-12 yaitu sebanyak 9 orang

Page 59: Udang

46

(30,00%) sedangkan pengalaman usaha terbesar responden polikultur berada

pada selang 13-17 yaitu sebanyak 9 orang (30,00%). Data jumlah responden

menurut pengalaman usaha secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Usaha Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Pengalaman usaha

(Tahun) orang % orang %

3-7 3 10,00 4 13,33

8-12 9 30,00 6 20,00

13-17 8 26,67 9 30,00

18-22 7 23,33 7 23,33

23-27 3 10,00 2 6,67

28-32 0 0,00 1 3,33

33-37 0 0,00 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : diolah dari data primer (2008)

6.1.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden tergolong masih sangat rendah, hal ini

dapat dilihat dari jumlah responden yang hanya lulusan SD atau sederajat paling

mendominasi yaitu sebanyak 24 orang (80%) pada responden monokultur dan 17

orang (56,70%) pada responden polikultur (Tabel 12).

Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Pendidikan

orang % orang %

SD 24 80,00 17 56,70

SMP 3 10,00 6 20,00

SMA 2 6,70 4 13,30

Diploma 0 0,00 3 10,00

S1 1 3,30 0 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : diolah dari data primer (2008)

Page 60: Udang

47

Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kesadaran

wajib belajar sembilan tahun sebanyak 3 orang (10%) pembudidaya monokultur

dan 6 orang (20%) pembudidaya polikultur, sedangkan responden yang

berpendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 2 orang (6,7%)

pembudidaya monokultur dan 4 orang (13,3%) pembudidaya polikultur. Dari total

60 responden pembudidaya di Kecamatan Pasekan 3 orang yang bergelar Diploma

dan hanya 1 orang yang memperoleh gelar Sarjana.

6.2. Keadaan Umum Usaha Budidaya Responden

6.2.1. Luas Lahan

Luas lahan tambak budidaya monokultur berkisar antara 1-5 ha dengan

rata-rata sebesar 2,15 ha sedangkan luas lahan tambak budidaya polikultur

berkisar antara 1-15 ha dengan rata-rata sebesar 4,10 ha. Sebagian besar luas

lahan tambak responden berada pada selang 1-2 ha sebanyak 21 orang (70,00%)

responden monokultur dan 14 orang (46,67%) responden polikultur. Hal tersebut

tidak berbeda jauh dengan rata-rata luas lahan tambak udang windu di Indramayu

Tahun 2007 yaitu sebesar 1,74 ha/RTP. Data jumlah responden menurut luas

lahan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Luas Lahan Monokultur (n=30) Polikultur (n=30)

Luas lahan (Ha) Jumlah % Jumlah %

1-2 21 70,00 14 46,67

3-4 8 26,67 7 23,33

5-6 1 3,33 4 13,33

7-8 0 0,00 2 6,67

9-10 0 0,00 1 3,33

11-12 0 0,00 0 0,00

>13 0 0,00 2 6,67

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : diolah dari data primer (2008)

Page 61: Udang

48

6.2.2. Padat Penebaran

Rata-rata padat penebaran responden monokultur sebesar 84.567

ekor/tahun dengan kisaran antara 20.000 ekor/tahun sampai 300.000 ekor/tahun.

Sedangkan rata-rata padat penebaran benur responden polikultur sebesar 79.400

ekor/tahun dengan kisaran antara 5.000 ekor/tahun sampai 440.000 ekor/tahun.

Padat penebaran benur oslah dominan berada pada selang 5.000-67.142

ekor/tahun yaitu 15 orang (50,00%) pada responden monokultur dan 18 orang

(60%) pada responden polikultur. Pada responden polikultur terdapat 1 orang

responden yang padat penebarannya mencapai selang 377.858-440.000 ekor/tahun

sedangkan penebaran benur responden monokultur hanya mencapai selang

253.572-315.714 ekor/tahun. Hal ini dikarenakan perbedaan luas lahan yang

dimiliki. Jadi, padat penebaran benur oslah pada lahan tambak baik monokultur

maupun polikultur berbeda-beda setiap luas lahannya. Data jumlah responden

menurut padat penebaran benur oslah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Padat Penebaran Benur Oslah Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Padat penebaran

(ekor/tahun) Jumlah % Jumlah %

5.000-67.142 15 50,00 18 60,00

67.143-129.285 10 33,33 9 30,00

129.286-191.428 3 10,00 0 0,00

191.429-253.571 1 3,33 1 3,33

253.572-315.714 1 3,33 1 3,33

315.715-377.857 0 0,00 0 0,00

377.858-440.000 0 0,00 1 3,33

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : diolah dari data primer (2008)

Pada umumnya, pembenih kedua (pembenih yang khusus membesarkan

benur dari hatchery) melepaskan benur oslah yang berukuran Pl-20-22 (Syahid,et

al, 2006). Akan tetapi pada prakteknya, benur oslah yang ditebar responden

berukuran Pl-19 sampai Pl-21 dengan harga Rp 25,00. Hal tersebut menunjukkan

Page 62: Udang

49

bahwa permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan sangat tinggi karena benur

yang belum mencapai tingkat Pl-20 sudah diminta oleh pembudidaya dan harga

benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual dengan harga sama.

6.2.3. Produksi

Produksi atau hasil panen responden monokultur lebih besar dibandingkan

dengan responden polikultur. Rata-rata produksi udang windu responden

monokultur sebesar 622,67 kg/tahun dengan kisaran anatara 160 kg sampai 2.000

kg/tahun. Rata-rata produksi pembudidaya responden polikultur sebesar 327,33

kg/tahun dengan kisaran antara 60 kg/tahun sampai 1.000 kg/tahun. Kelompok

produksi terbesar responden monokultur berada pada selang 337-613 kg/tahun

sebanyak 12 orang (40%) sedangkan kelompok produksi terbesar responden

polikultur berada pada selang terendah yaitu 60-336 kg/tahun sebanyak 18 orang

(60%). Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan padat penebaran dan

pemberian pakan pada saat pemeliharaan. Data jumlah responden menurut hasil

produksi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Hasil Panen (Produksi) Monokultur (n=30) Polikultur (n=30)

Produksi (kg/tahun) Jumlah % Jumlah % 60-336 10 33,33 18 60,00337-613 12 40,00 8 26,67614-890 1 3,33 4 13,33891-1167 3 10,00 0 0,001168-1444 1 3,33 0 0,001445-1721 0 0,00 0 0,00

>1722 3 3,33 0 0,00Jumlah 30 93,33 30 100,00

Sumber : diolah dari data primer (2008)

6.2.4. Harga Udang Windu

Harga udang windu yaitu harga jual udang windu pada saat panen. Harga

udang windu responden monokultur berkisar antara Rp 35.000,00-Rp 60.000,00

per kg dengan rata-rata sebesar Rp 44.500,00 per kg. Harga udang windu

responden polikultur berkisar antara Rp 20.000,00-Rp 55.000,00 per kg dengan

Page 63: Udang

50

rata-rata sebesar Rp 42.166,67 per kg. Sebagian besar responden menghasilkan

udang windu dengan harga berkisar antara Rp 37.142,00-Rp 42.855,00 per kg

yaitu 10 orang (33,33%) pada responden monokultur dan 9 orang (30,00%) pada

responden polikultur. Data jumlah responden menurut harga udang windu secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Harga Udang Windu Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Harga Udang Windu

(Rp/kg) Jumlah % Jumlah %

20.000-25.713 0 0,00 1 3,33

25.714-31427 0 0,00 1 3,33

31.428-37.141 6 20,00 7 23,33

37.142-42.855 10 33,33 9 30,00

42.856-48.569 3 10,00 2 6,67

48.570-54.283 5 0,00 6 20,00

>54.284 6 0,00 4 13,33

Jumlah 30 63,33 30 100,00

Sumber : diolah dari data primer (2008)

6.2.5. Pendapatan

Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan pada responden

monokultur dan polikultur lebih besar daripada rata-rata biaya. Hal ini

menunjukkan bahwa usaha budidaya monokultur dan polikultur dengan

menggunakan benur oslah menguntungkan. Rata-rata penerimaan responden

polikultur lebih besar dibandingkan dengan rata-rata penerimaan responden

monokultur. Perbedaan tersebut dikarenakan pada tambak polikultur, penerimaan

diperoleh dari hasil jual udang windu dan bandeng. Nilai R/C untuk kedua usaha

tersebut lebih besar dari 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut layak.

Nilai R/C pada budidaya monokultur sebesar 1,83, artinya dari setiap biaya

produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000,00 akan diperoleh penerimaan

sebesar Rp 1.830,00. Nilai R/C pada budidaya polikultur sebesar 1,81, artinya dari

Page 64: Udang

51

setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000,00 akan diperoleh

penerimaan sebesar Rp 1.810,00.

Tabel 17. Penerimaan, Biaya, Pendapatan, dan Nilai Revenue cost ratio (R/C) Monokultur (n=30) Polikultur (n=30)

Keterangan Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran

Penerimaan

(Rp/tahun) 26.211.666,67

6.400.000-

80.000.000 43.206.333,33

7.750.000-

152.000.000

Biaya

(Rp/tahun) 14.337.954,67

3.797.000-

47.449.000 23.893.406,67

3.943.000-

88.746.500

Pendapatan

(Rp/tahun) 11.873.712

1.810.875-

36.850.000 19.312.926,67

2.769.000-

63.253.500

Revenue cost

ratio (R/C) 1,83 1,81

Sumber : diolah dari data primer (2008)

Rata-rata pendapatan responden polikultur lebih besar dibandingkan

dengan pendapatan responden monokultur. Perbedaan tersebut dikarenakan pada

tambak polikultur, penerimaan diperoleh dari hasil jual udang windu dan bandeng.

Rata-rata pendapatan responden monokultur sebesar Rp 11.873.712,00 per tahun

dengan pendapatan minimal Rp 1.810.875,00 per tahun dan pendapatan maksimal

Rp 36.850.000,00 per tahun. Pendapatan rata-rata responden polikultur sebesar Rp

19.312.926,67 per tahun dengan pendapatan minimal sebesar Rp 2.769.000,00

dan pendapatan maksimal sebesar Rp 63.253.500,00 (Tabel 17). Pendapatan

responden bernilai positif, hal ini berarti kegiatan budidaya udang windu dengan

menggunakan benur oslah dapat memberikan keuntungan bagi responden.

Rata-rata survival rate (SR) udang windu pada budidaya tersebut relatif

rendah yaitu 38,41% pada budidaya monokultur dan 28,80% pada budidaya

polikultur tetapi karena harga jual udang windu relatif tinggi maka hasil yang

diperoleh yaitu penerimaan lebih besar daripada biaya sehingga usaha budidaya

udang windu tersebut menguntungkan.

Page 65: Udang

52

6.3. Analisis Permintaan Benur Oslah

Model atau bentuk persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan terbagi

menjadi empat model yaitu model linier, model semi log (ln y), model semi log

(ln x), dan model dobel log. Dari keempat model tersebut akan dipilih satu model

yang terbaik yaitu yang sesuai dengan kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrik.

Peubah-peubah yang dipilih dan diduga dapat memberikan penjelasan

tentang permintaan benur oslah adalah satu peubah tidak bebas (dependent

variable) dan beberapa peubah bebas (independent variable). Peubah tidak bebas

yang digunakan yaitu permintaan benur oslah dengan satuan ekor per tahun.

Sedangkan peubah bebas yang dipilih dan diduga mempengaruhi permintaan

benur oslah yaitu luas lahan dengan satuan hektar, produksi dengan satuan

kilogram per tahun, pendapatan dengan satuan rupiah per tahun, harga udang

windu dengan satuan rupiah per kilogram, dan dummy sistem budidaya

berdasarkan komoditasnya (monokultur dan polikultur).

Variabel harga benur tidak dimasukkan dalam model karena tidak adanya

variasi data atau data tidak berbeda untuk setiap responden. Harga benur oslah

yang harus dibayar pembudidaya responden di Kecamatan Pasekan sama, yaitu

sebesar Rp 25,00 per ekor.

6.3.1. Model Dugaan Permintaan Benur Oslah

Model dugaan permintaan benur oslah diperoleh dari data primer hasil

wawancara dengan pembudidaya udang windu selama penelitian berlangsung.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara analisis regresi kuadrat terkecil

(Ordinary Least Square) dengan menggunakan SPSS 13.0 for Windows.

Model dugaan permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan

menggunakan 5 variabel bebas, yaitu luas lahan (X1), produksi (X2), pendapatan

(X3), harga udang windu (X4), dan Dummy sistem budidaya berdasarkan

komoditas (D). Hasil analisis regresi terhadap variabel-variabel yang diduga

mempengaruhi permintaan benur oslah dengan menggunakan model linier, model

semi-log (ln x), model semi-log (ln-y), dan model dobel log dapat dilihat pada

Tabel 18.

Page 66: Udang

53

Tabel 18. Analisis Variabel Bebas pada Model Dugaan Model Variabel

Linier Semi-log (ln y) Semi-log (ln x) Dobel log

Konstanta -48008,300 9,768 -859417,000 1,466

X1 (Ha) 12861,670** 0,132** 50576,888** 0,642**

X2 (kg/thn) 51,506* 0,001** 27639,636 0,577**

X3 (Rp/thn) 0,001 1,15E-008 12444,369 -0,047

X4 (Rp/kg) 1,257 1,15E-005 50803,824 0,601*

D -22873,700 -0,353* -13872,200 -0,112

R2 0,646 0,602 0,533 0,694

R2 (adj) 0,613 0,566 0,489 0,666

F ratio 19,727 16,362 12,313 24,514

DW 1,873 1,579 1,928 1,545

N 60 60 60 60

Sumber : Diolah dari data primer (2008)

Keterangan : ** signifikan pada selang kepercayan 95%

* signifikan pada selang kepercayaan 90%

6.3.1. Evaluasi Model

6.3.1.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi

Pada evaluasi kriteria ekonomi, setiap variabel akan dilihat tanda

koefisiennya. Jika tanda koefisien tersebut sesuai dengan anggapan a priori maka

peubah tersebut sesuai dengan kriteria ekonomi.

Variabel luas lahan (X1) untuk keempat model memiliki tanda koefisien

yang positif. Hal tersebut sesuai dengan a priori, yang berarti semakin luas lahan

tambak, maka permintaan benur oslah akan semakin meningkat. Variabel

produksi (X2) untuk keempat model memiliki tanda koefisien yang positif. Hal

tersebut sesuai dengan a priori, yang berarti semakin banyak produksi udang

windu yang dihasilkan pada suatu lahan tambak, maka permintaan benur oslah

akan semakin meningkat. Variabel pendapatan (X3) pada model linier, model

semi-log (ln y), dan semi-log (ln x) memiliki tanda koefisien positif, hal ini sesuai

dengan a priori. Artinya, semakin besar pendapatan pembudidaya udang windu

Page 67: Udang

54

maka permintaan benur oslah akan semakin tinggi. Sedangkan pada model dobel-

log, koefisien peubah pendapatan (X3) bertanda negatif, hal ini berarti tidak sesuai

dengan anggapan a priori. Variabel harga udang windu (X4) pada keempat model

memiliki tanda koefisien positif. Hal ini sesuai dengan a priori, yang artinya

semakin tinggi harga udang windu dalam satu kilogram maka permintaan benur

oslah akan semakin meningkat. Variabel Dummy (D) memiliki tanda koefisien

negatif untuk keempat model, hal ini sesuai dengan anggapan a priori. Artinya,

permintaan benur oslah untuk budidaya monokultur lebih banyak dibandingkan

dengan permintaan benur oslah untuk budidaya polikultur.

Berdasarkan evaluasi kriteria ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa

model dobel-log tidak dapat digunakan karena ada satu variabel yang tanda

koefisiennya tidak sesuai dengan anggapan a priori yaitu variabel pendapatan.

Model linier, model semi-log (ln y), dan model semi-log (ln x) dapat digunakan

karena semua peubah memiliki tanda koefisien yang sesuai dengan a priori. Oleh

karena itu, analisis lebih lanjut akan dilakukan untuk model linier, semi-log (ln y),

dan semi-log (ln x).

6.3.1.2. Evaluasi Kriteria Statistik

Model regresi linier, semi-log (ln y), dan semi-log (ln x) akan diuji secara

statistik. Pengujian model secara statistik meliputi uji tingkat kebaikan model

(R2), uji pengaruh parameter secara serantak (uji F) dan uji pengaruh parameter

secara individual (uji t).

Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan

model. Pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) pada

model linier sebesar 0,646. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang

digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan benur sebesar

64,6%, sedangkan sisanya sebesar 35,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain

yang tidak terdapat dalam model. Model semi-log (ln y) memiliki nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,602. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas

yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan benur

sebesar 60,2%, sedangkan sisanya sebesar 39,8% dijelaskan oleh variabel-variabel

lain yang tidak terdapat dalam model. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)

Page 68: Udang

55

pada model semi-log (ln x) sebesar 0,533. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel

bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan

benur sebesar 53,3%, sedangkan sisanya sebesar 46,7% dijelaskan oleh variabel-

variabel lain yang tidak terdapat dalam model.

Uji F pada model linier menunjukkan bahwa nilai F ratio(19,727) lebih

besar dari F tabel (2,45) dan signifikan pada selang kepercayaan 95%, artinya

seluruh variabel bebas dalam model linier secara bersama-sama berpengaruh

terhadap permintaan benur oslah. Uji F pada model semi-log (ln y) menunjukkan

bahwa F ratio (16,362) lebih besar dari nilai F tabel (2,45) dan signifikan pada

selang kepercayaan 95% , hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam

model semi-log (ln y) secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan

benur oslah. Pada model semi-log (ln x) variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh terhadap permintaan benur oslah. Hal ini dapat dilihat dari nilai F

ratio (12,313) pada model semi-log (ln x) lebih besar dari pada nilai F tabel (2,45)

dan signifikan pada selang kepercayaan 95%.

Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel luas

lahan, produksi, pendapatan, harga udang windu, dan dummy terhadap permintaan

benur oslah. Jika dari hasil analisis regresi didapat nilai t hitung lebih besar dari

pada nilai t tabel maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata terhadap

permintaan benur oslah.

Tabel 19. Nilai t hitung pada Model Dugaan

Model

Linier Semi-log (ln y) Semi-log (ln x)

Variabel

t hitung t hitung t hitung

Konstanta -1,151 20,049 -1,901

X1 (Ha) 3,125** 2,737** 3,148**

X2 (kg/thn) 1,869* 2,243** 1,455

X3 (Rp/thn) 1,277 0,859 0,608

X4 (Rp/kg) -1,553 -1,113 -1,519

D -1,295 -1,709* -0,539

Sumber : Diolah dari data primer (2008)

Page 69: Udang

56

Keterangan : ** nyata pada selang 95% (t tabel = 2,021)

* nyata pada selang 90% (t tabel = 1,684)

Uji t pada model linier menunjukkan bahwa terdapat dua variabel bebas

yang berpengaruh nyata terhadap permintaan benur oslah, yaitu variabel luas

lahan (X1) pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (3,125) lebih besar

dari t tabel (2,021) dan variabel produksi (X2) pada selang kepercayaan 90%

dimana nilai t hitung (1,869) lebih besar dari t tabel (1,684). Pada model semi-log

(ln y) terdapat tiga variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan

benur, yaitu variabel luas lahan (X1) pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t

hitung (2,737) lebih besar dari t tabel (2,021), produksi (X2) pada selang

kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (2,243) lebih besar dari t tabel (2,021), dan

Dummy (D) pada selang kepercayaan 90% dimana nilai t hitung (-1,709) lebih

besar dari t tabel (1,684). Pada model semi-log (ln x) terdapat satu variabel bebas

yang berpengaruh nyata terhadap permintaan benur, yaitu variabel luas lahan (X1)

pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (3,148) lebih besar dari t tabel

(2,021).

Berdasarkan evaluasi kriteria statistik maka model terbaik adalah model

linier karena memiliki nilai determinasi (R2) terbesar yaitu sebesar 64,6%. Oleh

karena itu, analisis lebih lanjut akan dilakukan hanya untuk model linier.

6.3.1.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrik

Model regresi linier akan diuji berdasarkan kriteria ekonometrik yang

meliputi uji asumsi normalitas, uji asumsi autokorelasi, uji asumsi

multikolinearitas, dan uji asumsi heteroskedastisitas. Uji asumsi normalitas

dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot , uji asumsi

autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson, uji asumsi multikolinearitas dilihat

dari nilai VIF, dan uji asumsi heteroskedastisitas dilihat dari grafik Scater Plot.

Asumsi normalitas pada suatu model regresi dapat terpenuhi apabila nilai

Y (dependent variable) berdistribusi normal terhadap nilai X (independent

variable). Dengan menggunakan SPSS 13.0 diperoleh grafik Normal Probability

plot, yaitu dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik

Page 70: Udang

57

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted C

umPro

bDependent Variable: Yi

Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual

normal probability plot, seperti yang tersaji pada Gambar 5. Dari grafik tersebut

terlihat bahwa nilai Y (dependent variable) menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis tersebut, sehingga model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

Gambar 5. grafik normal probability plot Sumber : Diolah dari data primer (2008)

Uji asumsi autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan

lainnya pada model regresi. Uji asumsi autokorelasi dapat dideteksi dengan

menggunakan uji Durbin-Watson. Kaidah yang digunakan yaitu jika nilai Durbin-

Watson diantara -2 dan 2 maka tidak terjadi autokorelasi (Santoso, 2001). Nilai

Durbin-Watson pada model linier sebesar 1,873 (Tabel 18), hal ini menunjukkan

bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada

antara -2 sampai 2.

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat

kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas dan dapat dilihat dari

nilai Variance Inlation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel bebas.

Semakin tinggi nilai VIF maka masalah multikolinearitas semakin serius. Kaidah

yang digunakan yaitu jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi

multikolinearitas tinggi (Sarwoko, 2005). Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa

semua variabel bebas mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga tidak

terjadi masalah multikolinearitas yang tinggi.

Page 71: Udang

58

43210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

43210

-1-2-3

Reg

ress

ion

Stud

entiz

edR

esid

ual

Dependent Variable: Yi

Scatterplot

Tabel 20. Nilai Collinearity Statistics pada Model Linier Collinearity Statistics Variabel

Tolerance VIF

Constant

X1 (Ha) 0,307 3,259

X2 (Kg/thn) 0,271 3,687

X3 (Rp/thn) 0,158 6,319

X4 (Rp/kg)) 0,879 1,137

D 0,490 2,040

Sumber : Diolah dari data primer (2008)

Uji asumsi heteroskedastisitas dilihat dari grafik Scater Plot. Pada Gambar

6 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola

tertentu, sehingga pada model regresi linier tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

Gambar 6. Scater plot Sumber : Diolah dari data primer (2008)

Berdasarkan kriteria ekonometrik, model linier terbebas dari masalah

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Oleh karena itu, model

linier dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

6.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benur Oslah

Berdasarkan analisis regresi dari empat model, dapat diketahui bahwa

model linier merupakan model regresi yang terbaik karena sesuai dengan kriteria

ekonomi, statistik dan ekonometrik. Sehingga model persamaan permintaan benur

Page 72: Udang

59

oslah yang digunakan yaitu model linier. Adapun persamaannya adalah sebagai

berikut:

Yi = -48008,3 + 12861,670X1** + 51,506X2* + 0,001X3 + 1,257X4 (41705,818) (4116,382) (27,565) (0.001) (0,809)

-22873,700D + ui (17661,352)

Keterangan : ** nyata pada selang 95%

* nyata pada selang 90%

Yi = jumlah permintaan benur oslah (ekor/tahun)

X1 = luas lahan (ha)

X2 = produksi (kg/thn)

X3 = pendapatan (Rp/tahun)

X4 = harga udang windu (Rp/kg)

Di = Dummy teknik budidaya berdasarkan komoditasnya

D = 0 , monokultur

D = 1, polikultur

ui = faktor kesalahan

Interpretasi:

a). Luas lahan (X1)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas luas lahan

memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 12.861,520. Hal ini berarti apabila

luas lahan tambak bertambah sebesar 1 ha maka permintaan benur oslah akan

meningkat sebesar 12.862 ekor/tahun, cateris paribus. Hal ini menunjukkan

bahwa sistem budidaya tambak udang windu di Kecamatan Pasekan adalah sistem

tradisional. Hal tersebut sesuai dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin

tinggi luas lahan maka permintaan benur oslah semakin tinggi.

Variabel luas lahan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

terhadap permintaan benur oslah. Dalam prakteknya, rata-rata penebaran benur

oslah responden sebesar 26.553 ekor/ha/tahun lebih besar dari pada peningkatan

penebaran benur hasil analisis regresi. Hal tersebut dapat dikarenakan

ketersediaan benur oslah kurang mencukupi. Pada saat musim tebar, tidak sedikit

responden yang harus berebut benur oslah.

Page 73: Udang

60

b). Produksi (X2)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas produksi memiliki

tanda koefisien positif yaitu sebesar 51,506. Hal ini berarti apabila produksi

tambak udang windu meningkat sebesar 1 kg/tahun maka permintaan benur oslah

akan meningkat sebesar 52 ekor/tahun, cateris paribus. Hal tersebut sesuai dengan

a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi produksi maka permintaan benur

oslah semakin tinggi.

Variabel produksi berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 90%

terhadap permintaan benur oslah. Dalam prakteknya, hal ini dapat ditunjukkan

dari nilai rata-rata produksi responden monokultur yang lebih tinggi dari pada

responden polikultur dikarenakan padat penebaran benur oslah responden

monokultur lebih tinggi. Rata-rata produksi responden monokultur sebesar 622,67

kg/tahun dengan rata-rata penebaran benur oslah sebesar 84.567 ekor/tahun

sedangkan rata-rata produksi responden polikultur sebesar 327,33 kg/tahun

dengan rata-rata penebaran benur oslah sebesar 79.400 ekor/tahun.

Rata-rata survival rate (SR) udang windu pada budidaya monokultur dan

polikultur masih sangat rendah yaitu sebesar 38,41% pada budidaya monokultur

dan sebesar 28,80% pada budidaya polikultur. Oleh karena itu, agar hasil produksi

udang windu meningkat maka pembudidaya akan meningkatkan padat penebaran

benur oslah pada tambaknya. Peningkatan padat penebaran benur oslah akan

berimplikasi pada peningkatan hasil produksi udang windu pada tingkat SR yang

tetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi produksi udang windu

maka semakin besar permintaan benur oslah.

c). Pendapatan (X3)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas pendapatan

memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 0,001. Hal ini berarti apabila

pendapatan pembudidaya meningkat sebesar Rp. 10.000,00/tahun maka

permintaan benur oslah akan bertambah sebesar 10 ekor/tahun, cateris paribus.

Hal tersebut sesuai dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi

pendapatan maka permintaan benur oslah semakin tinggi.

Variabel pendapatan merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata

pada selang kepercayaan 95% dan 90% terhadap permintaan benur oslah, hal ini

Page 74: Udang

61

dapat dikarenakan pengeluaran untuk benur oslah merupakan bagian kecil dari

biaya operasional yaitu sebesar 17,52% untuk budidaya monokultur dan 10,03%

untuk budidaya polikultur karena selain benur pembudidaya juga harus

mengalokasikan penerimaannya untuk persiapan lahan, obat-obatan, kapur, dan

pakan. Pendapatan bagi pembudidaya polikultur harus dialokasikan juga untuk

pembelian nener. Pembudidaya juga mengalokasikan pendapatan usahanya untuk

kebutuhan lain, seperti kebutuhan sehari-hari, dan beberapa responden

menggunakan pinjaman untuk modal usahanya. Selain itu, kenaikan pendapatan

tidak diikuti dengan kenaikan luas lahan yang dimiliki sehingga berapapun

pendapatan responden maka permintaan benur oslahnya cenderung tetap.

d). Harga udang windu (X4)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas harga udang windu

memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 1,257. Hal ini berarti apabila harga

udang windu meningkat sebesar Rp. 1.000,00/kg maka permintaan benur oslah

akan meningkat sebesar 1.257 ekor/tahun, cateris paribus. Hal tersebut sesuai

dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga udang windu maka

permintaan benur oslah semakin tinggi.

Variabel harga udang windu (X4) tidak berpengaruh secara nyata pada

selang kepercayaan 95% dan 90% terhadap permintaan benur oslah, hal ini dapat

dikarenakan walaupun harga udang windu tinggi tapi jika tidak diikuti dengan

hasil produksi yang tinggi maka pendapatan yang diperoleh akan rendah sehingga

permintaan benur juga akan rendah.

e). Dummy (D)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas Dummy sistem

budidaya berdasarkan komoditasnya memiliki tanda koefisien negatif yaitu

sebesar -22.873,723. Hal ini berarti jumlah permintaan benur oslah oleh

pembudidaya monokultur lebih tinggi sebesar 22.873,723 ekor/tahun

dibandingkan dengan pembudidaya polikultur, cateris paribus. Hal tersebut sesuai

dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin ke polikultur maka permintaan

benur oslah semakin rendah. Hal ini dapat dikarenakan dalam budidaya polikultur

padat penebaran benur oslah harus disesuaikan dengan padat penebaran nener.

Variabel Dummy (D) tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dan

Page 75: Udang

62

90% terhadap permintaan benur oslah karena dalam prakteknya ternyata ada

pembudidaya monokultur dan polikultur yang padat penebaran benurnya sama

dalam 1 ha luas lahan.

6.3.4. Analisis Elastisitas Permintaan

Analisis permintaan dilakukan untuk mengetahui persentase perubahan

jumlah permintaan benur oslah jika terjadi perubahan kenaikan atau penurunan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tabel 21. Nilai Elastisitas Permintaaan Variabel Nilai Elastisitas Jenis elastisitas

Luas lahan (X1) 0,48 Inelastis

Produksi (X2) 0,30 Inelastis

Pendapatan (X3) 0,19 Inelastis

Harga udang windu (X4) 0,66 Inelastis

Sumber : data mentah diolah (2008)

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai elastisitas luas lahan

bertanda positif sebesar 0,48. Hal ini berarti apabila luas lahan meningkat sebesar

1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar

0,48%, cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap luas

lahan yaitu inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil

daripada perubahan luas lahan. Nilai elastisitas produksi bertanda positif sebesar

0,30. Hal ini berarti apabila produksi meningkat sebesar 1% akan menyebabkan

permintaan benur oslah meningkat sebesar 0,30%, cateris paribus. Jenis elastisitas

permintaan benur oslah terhadap produksi yaitu inelastis, artinya perubahan

permintaan benur oslah lebih kecil daripada perubahan produksi. Nilai elastisitas

pendapatan bertanda positif sebesar 0,19. Hal ini berarti apabila pendapatan

meningkat sebesar 1% akan meningkatkan permintaan benur oslah sebesar 0,19%,

cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap pendapatan yaitu

inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil daripada

perubahan pendapatan. Nilai elastisitas harga udang windu bertanda positif

sebesar 0,66. Hal ini berarti apabila harga udang windu meningkat sebesar 1%

Page 76: Udang

63

akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar 0,66%,

cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap harga udang

windu yaitu inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil

daripada perubahan harga udang windu.

Elastisitas permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan secara

keseluruhan tidak elastis (inelastis). Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor

diantaranya benur oslah merupakan komoditas pokok bagi pembudidaya tambak

udang windu dalam menjalankan usahanya yang ditunjukkan dari nilai elastisitas

pendapatan yang bernilai positif dan kurang dari 1 (Sugiarto, et al, 2002), benur

oslah memiliki sedikit komoditas pengganti terutama bagi pembudidaya

monokultur, Pengeluaran untuk benur oslah merupakan bagian kecil dari

pendapatan karena pembudidaya juga harus mengalokasikan pendapatannya untuk

kebutuhan pokok sehari-hari, permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan

sangat tinggi karena benur yang belum mencapai tingkat Pl-20 sudah diminta oleh

pembudidaya dan harga benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual

dengan harga sama, dan permintaan benur oslah merupakan permintaan barang di

daerah produksi sehingga permintaanny akan tidak elastis jika dibandingkan

dengan permintaan barang di pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).

Page 77: Udang

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1). Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa

sebagian besar responden masih termasuk umur yang produktif untuk bekerja,

yaitu berkisar pada umur 39-45 tahun. Pengalaman usaha responden baik

monokultur maupun polikultur sebagian besar berkisar antara 8 sampai 22

tahun, yaitu 24 orang (80,00%) responden monokultur dan 22 orang (73,33%)

responden polikultur. Tingkat pendidikan responden masih sangat rendah

karena sebagian besar responden hanya lulusan SD atau sederajat. Luas lahan

tambak responden sebagian besar berkisar antara 1-2 ha. Padat penebaran

dominan berkisar antara 5.000-67.142 ekor/tahun. Kelompok produksi

terbesar responden monokultur berada pada selang 337-613 kg/tahun dengan

12 orang (40%) sedangkan kelompok produksi terbesar responden polikultur

berada pada selang terendah yaitu 60-336 kg/tahun sebanyak 18 orang (60%).

Harga udang windu responden sebagian besar berkisar antara Rp. 37.142,00.--

Rp. 42.855,00,-/kg. Rata-rata pendapatan budidaya monokultur sebesar Rp.

11.873.712,- per tahun sedangkan pendapatan rata-rata responden

pembudidaya polikultur sebesar Rp. 19.312.926,67 per tahun. Pendapatan

pembudidaya bernilai posistif, hal ini berarti kegiatan budidaya udang windu

dengan menggunakan benur oslah dapat memberikan keuntungan bagi

pembudidaya.

2). Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan benur oslah dengan

menggunakan model terbaik (model linier) yaitu luas lahan dan produksi.

Nilai koefisien luas lahan sebesar 12.861,52, yang berarti bahwa apabila luas

lahan bertambah 1 ha maka permintaan benur oslah akan meningkat sebesar

12.862 ekor/tahun, cateris paribus,. Nilai koefisien produksi sebesar 51,56,

yang berarti bahwa apabila hasil produksi udang windu meningkat sebesar 1

kg/tahun maka permintaan benur oslah akan meningkat sebesar 52 ekor/tahun,

cateris paribus. Pendapatan, size, dan sistem budidaya berdasarkan

komoditas (monokultur dan polikultur) tidak berpengaruhi secara nyata

terhadap permintaan benur oslah.

Page 78: Udang

65

3). Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,48, yang berarti bahwa apabila luas lahan

meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta

meningkat sebesar 0,48%, cateris paribus. Elastisitas produksi sebesar 0,30,

yang berarti bahwa apabila produksi meningkat sebesar 1% akan

menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar 0,30%,

cateris paribu. Elastisitas pendapatan sebesar 0,19, yang berarti bahwa

apabila pendapatan meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur

oslah yang diminta meningkat sebesar 0,19%, cateris paribus. Elastisitas

harga udang windu sebesar 0,66, yang berarti bahwa apabila harga udang

windu meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang

diminta meningkat sebesar 0,66%, cateris paribus. Secara keseluruhan nilai

elastisitas permintaan benur oslah kurang dari satu (inelastis). Hal ini berarti

bahwa perubahan permintaan benur oslah masing-masing lebih kecil dari pada

perubahan luas lahan, produksi, pendapatan, dan harga udang windu.

7.2. Saran

1). Pembudidaya harus lebih mengintensifkan pengelolaan tambaknya dengan

lebih meningkatkan survival rate (SR) sehingga produksi udang windu akan

meningkat yang akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan.

2). Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan benur oslah dengan menggunakan variabel bebas

lainnya.

3). Perlu dilakukan penelitian mengenai analisis usaha pendederan benur windu

mengingat permintaannya tinggi.

Page 79: Udang

DAFTAR PUSTAKA Amri, Khairul. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agromedia

Pustaka Anonim. 2007. Broodstock Center: Antara Solusi dan Kontroversi. Artikel.

http//.www.trobos.com/show_article.php?rid=13&aid=682 (Diakses : Januari 2008)

______. 2008. Target Produksi Perikanan Budidaya Tak Tercapai. Artikel. http//.www.antara.co.id/arc/2008/2/1/target-produksi-perikanan-

budidaya-taktercapai (diakses : Agustus 2008). Bilas, Richard. 1989. Teori Mikroekonomi Edisi kedua. Hutauruk G. Penerjemah.

Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Microeconomic Theory, 2nd Edition. Dahuri R. 2005. Potensi Ekonomi Kelautan. Artikel.

http//.www.freelist.org/arcives/ppi/12-2005/msg00315.html (diakses : Agustus 2008)

Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Zain S. Penerjemah. Jakarta: Erlangga.

Terjemahan dari Basic Econometrics. Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan . UI Press Komara A. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benih

Ikan Patin di Deddy Fish Farm Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. (Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Koutsoyiannis A. 1977. Theory of Econometrics. New York: Harper and Row

Publishers, INC Lipsey RG, PN Courant, DD Purvis, dan PO Steiner. 1995. Pengantar

Mikroekonomi. Wasana AJ, Kirbrandoko. Penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari Economics 10th Ed.

Murtidjo. 2007. Benih Udang Windu Skala Kecil. Yogyakarta: Kanisius Murtidjo BA dan A Mujiman. 1989. Tambak Air Payau (Budidaya Bandeng dan

Udang). Yogyakarta: Kanisius Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediet dan Aplikasinya. Mahendra IB

dan A Aziz. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Intermediate Microeconomics.

Page 80: Udang

67

Rahardja P dan M Manurung. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Syahid M, A Subhan, dan R Armando. 2006. Budidaya Udang Organik Secara

Polikultur. Jakarta: Penebar Swadaya. Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Yogyakarta : Andi Yogyakartato Sumidiningrat G. 1994. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana. 2002. Ekonomi

Mikro. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Suyanto S. Rachmatun dan A Mujiman. 2005. Budidaya Udang Windu. Jakarta :

Penebar Swadaya Walpole E Ronald. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Sumantri B.

Penerjemah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari Introduction Statistics 3rd Edition.

Yuwono, Prapto. 2004. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta: Andi Yogyakarta http//.www.geocities.com/cwsmdn/udang.JPG (diakses : Juni 2008)

Page 81: Udang

LAMPIRAN

Page 82: Udang

69

Lampiran 1. Peta Daerah Penelitian

Page 83: Udang

69

Lampiran 2. Data Karakteristik Responden

Responden umur (thn) Pendidikan

Pengalaman usaha (thn)

Modal Awal

Sistem Budidaya

1 35 SD 20 Pinjaman Monokultur 2 38 SMA 12 Pinjaman Monokultur 3 70 SD 20 Sendiri Monokultur 4 49 SD 25 Sendiri Monokultur 5 56 SD 20 Sendiri Monokultur 6 65 SD 10 Sendiri Monokultur 7 50 SD 15 Sendiri Monokultur 8 38 SMA 12 Sendiri Monokultur 9 40 SD 25 Sendiri Monokultur

10 43 SD 7 Sendiri Monokultur 11 46 SD 18 Sendiri Monokultur 12 45 SD 15 Sendiri Monokultur 13 33 SD 15 Sendiri Monokultur 14 40 SD 15 Pinjaman Monokultur 15 39 SMP 15 Pinjaman Monokultur 16 55 SD 10 Sendiri Monokultur 17 60 SD 15 Sendiri Monokultur 18 54 SMP 15 Sendiri Monokultur 19 40 SD 25 Pinjaman Monokultur 20 40 SD 5 Pinjaman Monokultur 21 45 SD 20 Pinjaman Monokultur 22 50 SD 20 Pinjaman Monokultur 23 68 SD 9 Pinjaman Monokultur 24 45 SD 10 Pinjaman Monokultur 25 45 SD 15 Pinjaman Monokultur 26 46 S1 20 Sendiri Monokultur 27 35 SMP 10 Pinjaman Monokultur 28 38 SD 9 Pinjaman Monokultur 29 42 SD 7 Pinjaman Monokultur 30 50 SD 10 Pinjaman Monokultur 31 25 SD 4 Pinjaman Polikultur 32 55 SD 15 Pinjaman Polikultur 33 34 SMP 10 Pinjaman Polikultur 34 60 SD 20 Pinjaman Polikultur 35 62 SD 33 Sendiri Polikultur 36 65 SD 18 Pinjaman Polikultur 37 30 SMP 15 Sendiri Polikultur 38 35 SMA 10 Pinjaman Polikultur 39 42 SD 20 Pinjaman Polikultur 40 55 SD 15 Pinjaman Polikultur 41 40 SMA 19 Sendiri Polikultur 42 45 SD 12 Pinjaman Polikultur 43 50 D3 15 Pinjaman Polikultur 44 42 SMA 22 Sendiri Polikultur 45 55 SD 15 Pinjaman Polikultur 46 35 SMA 5 Sendiri Polikultur

Page 84: Udang

70

Lampiran 2. (Lanjutan)

Responden umur (thn) Pendidikan

Pengalaman usaha (thn)

Modal Awal

Sistem Budidaya

47 40 SMP 16 Sendiri Polikultur 48 30 SMP 7 Pinjaman Polikultur 49 32 SD 12 Sendiri Polikultur 50 42 SD 15 Pinjaman Polikultur 51 37 SMP 20 Pinjaman Polikultur 52 50 SD 10 Sendiri Polikultur 53 26 D3 3 Sendiri Polikultur 54 48 SD 30 Pinjaman Polikultur 55 45 SD 25 Sendiri Polikultur 56 60 SD 11 Sendiri Polikultur 57 64 SPG 23 Pinjaman Polikultur 58 35 SMP 14 Pinjaman Polikultur 59 27 SD 15 Pinjaman Polikultur 60 40 SD 20 Pinjaman Polikultur

Page 85: Udang

71

Lampiran 3. Data Peubah-Peubah Permintaan Benur Oslah di Kecamatan Pasekan

Responden Yi (ekor/thn)

X1 (ha)

X2 (kg/thn)

X3 (Rp/thn)

X4 (ekor/kg) D

1 50000 3 250 4148700 40 0 2 20000 1,5 200 6104250 35 0 3 20000 1 400 6895634 45 0 4 100000 3 2000 36850000 55 0 5 300000 3 1800 30183500 50 0 6 50000 1 200 4019750 35 0 7 80000 2 400 12758734 30 0 8 152000 5 800 12746625 40 0 9 200000 3 2000 32551000 50 0

10 40000 2 400 5360150 55 0 11 45000 1 300 4700000 35 0 12 60000 2 1120 32809750 55 0 13 100000 2,5 400 10739900 40 0 14 90000 2 600 6264500 55 0 15 180000 3 900 24144000 40 0 16 20000 1 200 3203000 55 0 17 100000 2 300 4010750 50 0 18 100000 2 300 3887250 45 0 19 80000 3 400 7335750 50 0 20 60000 1 300 6305542 30 0 21 60000 2 450 6047250 45 0 22 30000 1 400 5913250 50 0 23 100000 2 600 12367000 50 0 24 20000 1 200 2734750 35 0 25 80000 4 600 14047500 40 0 26 140000 2 1200 23542700 50 0 27 120000 4 1000 22590250 50 0 28 20000 1 160 1810875 50 0 29 60000 1,5 400 5882500 50 0 30 60000 1 400 6256500 55 0 31 20000 1,25 100 3885500 40 1 32 40000 2 200 11268500 55 1 33 50000 2 200 5398750 50 1 34 50000 6 100 5632500 45 1 35 60000 2 80 6445000 35 1 36 30000 3 300 14765000 35 1 37 10000 1 100 3707750 50 1 38 80000 7 800 48706000 50 1 39 5000 1 60 5758750 40 1 40 20000 1 200 2769000 70 1 41 100000 3 400 27313500 45 1 42 60000 2 200 9239500 55 1 43 120000 5 1000 36048250 55 1 44 44000 4 400 19394300 50 1 45 100000 3 800 27706500 50 1 46 80000 4 400 11791500 40 1

Page 86: Udang

72

Lanjutan Lampiran 3

Responden Yi (ekor/thn)

X1 (ha)

X2 (kg/thn)

X3 (Rp/thn)

X4 (ekor/kg) D

47 200000 15 400 39436000 50 1 48 90000 2,5 600 25681000 60 1 49 100000 10 500 45171000 50 1 50 20000 4 100 12188750 50 1 51 50000 2,5 500 22143500 55 1 52 30000 2 100 7747750 55 1 53 440000 13 800 63253500 35 1 54 80000 5 120 27376000 40 1 55 20000 2 120 6265000 55 1 56 48000 1,5 120 4097000 35 1 57 40000 1 400 16752500 40 1 58 20000 5 200 17247000 55 1 59 75000 3 300 13914500 40 1 60 300000 8 220 38284000 50 1

Keterangan :

Yi = Permintaan benur oslah (ekor/tahun)

X1 = Luas lahan (Ha)

X2 = Produksi (Kg/tahun)

X3 = Pendapatan (Rp/tahun)

X4 = Size (ekor/kg)

D = Dummy sistem budidaya berdasarkan komoditas

D=0, Monokultur

D=1, Polikultur

Page 87: Udang

73

Lampiran 4. Total Penerimaan (Rp/tahun), Biaya Tetap(Rp/tahun), dan Biaya Variabel (Rp/tahun) Budidaya Monokultur.

Keterangan R1 R2 R3 R4 R5 R6 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 250 200 400 2.000 1.800 200 harga (rp/kg) 50.000 55.000 45.000 35.000 40.000 55.000 Total Penerimaan 12.500.000 11.000.000 18.000.000 70.000.000 72.000.000 11.000.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 105.000 60.000 35.000 105.000 120.000 35.000 2. Gaji penjaga 1.200.000 2.400.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 500.000 500.000 250.000 300.000 250.000 b. Mesin pompa 37.500 400.000 250.000 500.000 300.000 300.000 c. Paralon 10.000 31.250 50.000 125.000 100.000 31.250 d. Ember 2.800 4.000 2.000 3.000 3.000 2.000 e. Saringan 2.000 2.000 2.500 4.000 2.000 2.000 f. Anco 10.000 4.000 3.200 10.000 2.000 2.000 g. Senter 50.000 62.500 41.666 75.000 62.500 50.000 Total Biaya Tetap 1.917.300 1.063.750 634.366 3.522.000 839.500 422.250 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 2.500.000 1.000.000 1.000.000 3.960.000 6.000.000 1.800.000 2. Benur 1.250.000 500.000 500.000 2.500.000 7.500.000 1.250.000 3. Pakan a. Ekobes 800.000 1.440.000 16.200.000 1.440.000 b. Manggalindo c. Bintang 6.880.000 d. Gulkoin 18.000.000 e. Gesek f. Gayas g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 500.000 150.000 b.Ursal 84.000 42.000 168.000 252.000 112.000 c.Raja bandeng 300.000 136.000 d.Supersid 20.000 e.Lodan f. Cesan g. Akodan 5. Pupuk a. Urea 150.000 70.000 b. TS 250.000 5.625.000 250.000 c. Bristan 6. Kapur 7. Solar 500.000 250.000 500.000 2.000.000 1.500.000 500.000 8. Upah TK saat panen 300.000 300.000 420.000 2.000.000 1.800.000 400.000 9. Resiko Panen 500.000 300.000 600.000 1.000.000 1.800.000 600.000 Total biaya variabel 6.434.000 3.832.000 10.470.000 29.628.000 40.977.000 6.558.000

Page 88: Udang

74

Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R7 R8 R9 R10 R11 R12 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 400 800 2.000 400 300 1.120 harga (rp/kg) 60.000 50.000 40.000 35.000 55.000 35.000 Total Penerimaan 24.000.000 40.000.000 80.000.000 14.000.000 16.500.000 39.200.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 70.000 175.000 105.000 85.000 35.000 70.000 2. Gaji penjaga 3.200.000 1.200.000 1.500.000 3. Sewa Pompa 600.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 250.000 400.000 250.000 200.000 250.000 375.000 b. Mesin pompa 300.000 600.000 250.000 300.000 300.000 c. Paralon 50.000 46.875 100.000 80.000 200.000 31.250 d. Ember 3.000 2.000 2.000 2.000 3.000 3.000 e. Saringan 1.600 3.000 2.000 1.600 2.500 2.000 f. Anco 5.000 5.000 2.000 6.250 2.000 4.000 g. Senter 41.666 62.500 50.000 65.000 62.500 65.000 Total Biaya Tetap 721.266 4.494.375 1.961.000 1.039.850 2.355.000 850.250 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 800.000 8.000.000 3.000.000 1.000.000 600.000 1.000.000 2. Benur 2.000.000 3.825.000 5.000.000 1.000.000 1.125.000 1.500.000 3. Pakan a. Ekobes 1.920.000 1.600.000 2.400.000 240.000 b. Manggalindo c. Bintang 32.000.000 d. Gulkoin 5.700.000 e. Gesek 3.000.000 1.250.000 f. Gayas g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 500.000 275.000 600.000 b.Ursal 84.000 672.000 c.Raja bandeng 816.000 d.Supersid e.Lodan 45.000 f. Cesan g. Akodan 5. Pupuk a. Urea b. TS 500.000 c. Bristan 6. Kapur 600.000 7. Solar 1.000.000 3.000.000 200.000 1.000.000 500.000 400.000 8. Upah TK saat panen 500.000 4.000.000 1.200.000 700.000 600.000 800.000 9. Resiko Panen 800.000 1.000.000 2.000.000 1.000.000 600.000 1.000.000 Total biaya variabel 10.520.000 22.759.000 45.488.000 7.600.000 9.445.000 5.540.000

Page 89: Udang

75

Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R13 R14 R15 R16 R17 R18 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 400 600 900 200 300 300 harga (rp/kg) 50.000 35.000 50.000 35.000 40.000 45.000 Total Penerimaan 20.000.000 21.000.000 45.000.000 7.000.000 12.000.000 13.500.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 875.000 70.000 350.000 35.000 35.000 70.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 250.000 300.000 250.000 200.000 312.500 b. Mesin pompa 300.000 250.000 300.000 300.000 250.000 300.000 c. Paralon 37.500 25.000 75.000 37.500 50.000 50.000 d. Ember 5.000 2.500 4.000 3.000 2.000 2.000 e. Saringan 1.600 2.500 2.000 2.500 4.000 4.000 f. Anco 5.000 12.500 5.000 2.000 6.250 6.250 g. Senter 50.000 63.000 50.000 42.000 42.000 42.000 Total Biaya Tetap 1.524.100 725.500 1.036.000 422.000 589.250 786.750 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 1.000.000 2.100.000 3.000.000 1.000.000 800.000 600.000 2. Benur 2.500.000 2.250.000 4.500.000 500.000 2.500.000 2.500.000 3. Pakan a. Ekobes 1.920.000 5.760.000 3.840.000 b. Manggalindo 4.500.000 2.100.000 c. Bintang d. Gulkoin e. Gesek 500.000 120.000 f. Gayas 500.000 g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 200.000 b.Ursal 140.000 84.000 c.Raja bandeng 170.000 102.000 d.Supersid e.Lodan 300.000 f. Cesan g. Akodan 260.000 5. Pupuk a. Urea b. TS c. Bristan 6. Kapur 36.000 125.000 7. Solar 700.000 600.000 3.750.000 250.000 1.000.000 500.000 8. Upah TK saat panen 480.000 1.800.000 2.500.000 300.000 600.000 480.000 9. Resiko Panen 400.000 1.500.000 1.000.000 400.000 400.000 600.000 Total biaya variabel 7.736.000 14.010.000 19.820.000 3.375.000 7.400.000 8.826.000

Page 90: Udang

76

Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R19 R20 R21 R22 R23 R24 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 400 300 450 400 600 200 harga (rp/kg) 40.000 60.000 45.000 40.000 40.000 55.000 Total Penerimaan 16.000.000 18.000.000 20.250.000 16.000.000 24.000.000 11.000.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 75.000 35.000 140.000 35.000 50.000 35.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 1.000.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 375.000 200.000 375.000 300.000 250.000 b. Mesin pompa 375.000 250.000 250.000 250.000 250.000 c. Paralon 50.000 46.875 75.000 30.000 62.500 25.000 d. Ember 3.750 3.000 3.750 2.000 3.000 2.000 e. Saringan 2.000 2.500 2.500 2.000 2.000 2.000 f. Anco 5.000 6.250 4.000 6.250 7.500 g. Senter 62.500 43.333 62.500 31.500 50.000 31.250 Total Biaya Tetap 948.250 586.958 912.750 356.750 725.000 1.345.250 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 2.000.000 3.000.000 1.800.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 2. Benur 2.000.000 1.500.000 1.500.000 750.000 2.500.000 500000 3. Pakan a. Ekobes 3.600.000 720.000 4.800.000 1.920.000 b. Manggalindo 5.400.000 c. Bintang d. Gulkoin e. Gesek 187.500 2.500.000 f. Gayas 400.000 g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 200.000 1.000.000 500.000 b.Ursal 168.000 98.000 c.Raja bandeng 136.000 102.000 d.Supersid 240.000 e.Lodan f. Cesan g. Akodan 5. Pupuk a. Urea 600.000 560.000 600.000 b. TS 500.000 c. Bristan 1.200.000 6. Kapur 7. Solar 1.000.000 1.000.000 750.000 1.000.000 1.200.000 1000.000 8. Upah TK saat panen 480.000 720.000 1.500.000 600.000 640.000 600.000 9. Resiko Panen 600.000 900.000 900.000 600.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 7.716.000 11.107.500 13.290.000 9.730.000 10.908.000 6.920.000

Page 91: Udang

77

Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R25 R26 R27 R28 R29 R30 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 600 1200 1.000 160 400 400 harga (rp/kg) 50.000 40.000 40.000 40.000 40.000 35.000 Total Penerimaan 30.000.000 48.000.000 40.000.000 6.400.000 16.000.000 14.000.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 100.000 80.000 160.000 35.000 50.000 35.000 2. Gaji penjaga 3.000.000 6.000.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 400.000 400.000 300.000 600.000 300.000 b. Mesin pompa 1.000.000 1.000.000 300.000 250.000 300.000 400.000 c. Paralon 100.000 100.000 60.000 30.000 30.000 125.000 d. Ember 3.000 2.800 3.750 1.875 3.000 3.500 e. Saringan 5.000 10.000 2.000 1.000 1.250 8.000 f. Anco 2.000 2.000 6.000 2.000 2.000 g. Senter 62.500 62.500 30.000 31.250 31.250 50.000 Total Biaya Tetap 4.672.500 7.657.300 861.750 349.125 1.017.500 923.500 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 2.000.000 1.200.000 2.000.000 400.000 1.000.000 800.000 2. Benur 2.000.000 3.500.000 3.000.000 500.000 1.500.000 1.500.000 3. Pakan a. Ekobes 4.800.000 b. Manggalindo 3.000.000 c. Bintang d. Gulkoin 2.880.000 5.760.000 e. Gesek 1.200.000 1.000.000 4.800.000 f. Gayas g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 100.000 1.000.000 1.500.000 170.000 100.000 b.Ursal 168.000 70.000 c.Raja bandeng d.Supersid e.Lodan f. Cesan 200.000 g. Akodan 5. Pupuk a. Urea 600.000 b. TS 1.120.000 1.120.000 c. Bristan 6. Kapur 100.000 400.000 7. Solar 2.000.000 1.620.000 2.000.000 400.000 500.000 500.000 8. Upah TK saat panen 1.200.000 600.000 960.000 500.000 600.000 420.000 9. Resiko Panen 800.000 400.000 1.000.000 600.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 11.280.000 16.800.000 16.548.000 4.240.000 9.100.000 6.820.000

Page 92: Udang

78

Lampiran 5. Pendapatan Pembudidaya Responden Monokultur

Responden Total Penerimaan (TR) (Rp/Tahun)

Total Biaya (TC) (Rp/Tahun)

Pendapatan (TR-TC) (Rp/Tahun)

1 12.500.000 8.351.300 4.148.700 2 11.000.000 4.895.750 6.104.250 3 18.000.000 11.104.366 6.895.634 4 70.000.000 33.150.000 36.850.000 5 72.000.000 41.816.500 30.183.500 6 11.000.000 6.980.250 4.019.750 7 24.000.000 11.241.266 12.758.734 8 40.000.000 27.253.375 12.746.625 9 80.000.000 47.449.000 32.551.000

10 14.000.000 8.639.850 5.360.150 11 16.500.000 11.800.000 4.700.000 12 39.200.000 6.390.250 32.809.750 13 20.000.000 9.260.100 10.739.900 14 21.000.000 14.735.500 6.264.500 15 45.000.000 20.856.000 24.144.000 16 7.000.000 3.797.000 3.203.000 17 12.000.000 7.989.250 4.010.750 18 13.500.000 9.612.750 3.887.250 19 16.000.000 8.664.250 7.335.750 20 18.000.000 11.694.458 6.305.542 21 20.250.000 14.202.750 6.047.250 22 16.000.000 10.086.750 5.913.250 23 24.000.000 11.633.000 12.367.000 24 11.000.000 8.265.250 2.734.750 25 30.000.000 15.952.500 14.047.500 26 48.000.000 24.457.300 23.542.700 27 40.000.000 17.409.750 22.590.250 28 6.400.000 4.589.125 1.810.875 29 16.000.000 10.117.500 5.882.500 30 14.000.000 7.743.500 6.256.500

Jumlah 786.350.000 430.138.640 356.211.360 Rata-rata 26.211.666,67 14.337.954,67 11.873.712 Min 64.00.000 3.797.000 1.810.875 Max 80.000.000 47.449.000 36.850.000

Page 93: Udang

79

Lampiran 6. Total Penerimaan (Rp/Tahun), Biaya Tetap(Rp/Tahun), dan Biaya Variabel (Rp/Tahun) Budidaya Polikultur

Keterangan R1 R2 R3 R4 R5 R6 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 100 200 200 100 80 300 harga (Rp/kg) 50.000 35.000 40.000 45.000 55.000 55.000 Penerimaan Udang 5.000.000 7.000.000 8.000.000 4.500.000 4.400.000 16.500.000 b. Bandeng (kg) 600 1.600 700 2.000 2.300 600 harga (Rp/kg) 10.000 7.500 9.000 9.000 9.500 9.000 Penerimaan Bandeng 6.000.000 12.000.000 6.300.000 18.000.000 21.850.000 5.400.000 Total Penerimaan 11.000.000 19.000.000 14.300.000 22.500.000 26.250.000 21.900.000 Biaya Tetap 1. PBB 44.000 320.000 50.000 960.000 70.000 90.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 150.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 250.000 312.500 250.000 37.500 312.500 500.000 b. Mesin pompa 250.000 250.000 500.000 500.000 375.000 c. Pintu air 100.000 100.000 200.000 250.000 250.000 125.000 e. Ember 4.000 3.750 3.750 37.500 5.000 5.000 d. Saringan 16.000 10.000 20.000 25.000 12.500 15.000 f. Senter 62.500 31.250 62.500 62.500 65.000 75.000 Total Biaya Tetap 726.500 1.027.500 1.086.250 1.872.500 1.090.000 960.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 500.000 1.500.000 500.000 900.000 2.000.000 1.400.000 2. Benih a. Benur 500.000 1.000.000 1.250.000 1.250.000 1500.000 750.000 b. Nener 240.000 2.080.000 325.000 1.300.000 1.105.000 260.000 3. Pakan Udang a. Ekobes 480.000 b. Gulkoin 240.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 2.820.000 2.520.000 10.200.000 875.000 b. STP 500.000 c. Komped 9.400.000 5. Obat-obatan a.Samponi b.Ursal 98.000 70.000 70.000 168.000 c.Raja bandeng 85.000 170.000 85.000 102.000 d.Supersid e. Akodan 3.000.000 f. Elsan 60.000 g. Akotion 174.000 6. Pupuk a. Urea 75.000 150.000 300.000 b. TS 250.000 7. Solar 250.000 400.000 650.000 750.000 150.000 300.000 8. Upah TK saat panen 770.000 490.000 1.000.000 400.000 460.000 1.120.000 9. Resiko Panen 800.000 500.000 700.000 300000 300.000 1.200.000 Total biaya variabel 6.388.000 6.704.000 7.815.000 14.995.000 18.715.000 6.175.000

Page 94: Udang

80

Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R7 R8 R9 R10 R11 R12 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 100 800 60 200 400 200 harga (Rp/kg) 40.000 40.000 50.000 20.000 45.000 35.000 Penerimaan Udang 4.000.000 32.000.000 3.000.000 4.000.000 18.000.000 7.000.000 b. Bandeng (kg) 800 6.000 2.000 500 5.000 1.500 harga (Rp/kg) 9.000 9.000 8.000 7.500 8.500 9.000 Penerimaan Bandeng 7.200.000 54.000.000 16.000.000 3.750.000 42.500.000 13.500.000 Total Penerimaan 11.200.000 86.000.000 19.000.000 7.750.000 60.500.000 20.500.000 Biaya Tetap 1. PBB 35.000 280.000 40.000 25.000 105.000 70.000 2. Gaji penjaga 1.500.000 3. Sewa Pompa 500.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 300.000 37.500 312.500 250.000 375.000 300.000 b. Mesin pompa 312.500 500.000 250.000 300.000 375.000 c. Pintu air 112.500 250.000 125.000 90.000 375.000 200.000 e. Ember 2.500 6.000 3.750 5.000 7.500 4.000 d. Saringan 12.500 8.000 10.000 10.000 15.000 10.000 e. Anco f. Senter 31.250 62.500 75.000 50.000 75.000 87.500 Total Biaya Tetap 806.250 2.644.000 1.066.250 680.000 1.252.500 1.046.500 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 800.000 3.000.000 850.000 400.000 3.000.000 600.000 2. Benih a. Benur 250.000 2.000.000 125.000 500.000 2.500.000 1.500.000 b. Nener 390.000 1.950.000 900.000 260.000 1.625.000 650.000 3. Pakan Udang a. Ekobes 480.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 18.800.000 b. STP 4.200.000 8.400.000 1.875.000 c. Komped 20.000.000 4.700.000 5. Obat-obatan a.Samponi b.Ursal 56.000 84.000 84.000 c.Raja bandeng 51.000 85.000 d.Supersid e. Akodan f. Elsan g. Akotion 6. Pupuk a. Urea 300.000 750.000 75.000 b. TS 1.250.000 500.000 1.500.000 7. Solar 250.000 2.000.000 500.000 250.000 2.500.000 1.000.000 8. Upah TK saat panen 240.000 2.200.000 400.000 390.000 1.240.000 600.000 9. Resiko Panen 200.000 1.500.000 500.000 500.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 6.686.000 34.650.000 12.175.000 4.301.000 31.934.000 10.214.000

Page 95: Udang

81

Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R13 R14 R15 R16 R17 R18 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 1.000 400 800 400 400 600 harga (Rp/kg) 35.000 40.000 40.000 50.000 40.000 30.000 Penerimaan Udang 35.000.000 16.000.000 32.000.000 20.000.000 16.000.000 18.000.000 b. Bandeng (kg) 5.000 1.500 1.500 1.600 10.000 6.000 harga (Rp/kg) 8.000 9.000 8.500 9.000 8.000 7.500 Penerimaan Bandeng 40.000.000 13.500.000 12.750.000 14.400.000 80.000.000 45.000.000 Total Penerimaan 75.000.000 29.500.000 44.750.000 34.400.000 96.000.000 63.000.000 Biaya Tetap 1. PBB 175.000 160.000 120.000 160.000 2.400.000 120.000 2. Gaji penjaga 1.500.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 37.500 500.000 300.000 300.000 375.000 375.000 b. Mesin pompa 37.500 312.500 400.000 375.000 300.000 600.000 c. Pintu air 450.000 250.000 200.000 250.000 625.000 200.000 e. Ember 6.000 3.200 4.000 6.000 12.500 4.000 d. Saringan 18.750 10.000 16.000 10.000 25.000 10.000 e. Anco 2.000 25.000 f. Senter 50.000 40.000 62.500 62.500 62.500 75.000 Total Biaya Tetap 776.750 1.275.700 1.102.500 1.188.500 5.300.000 1.384.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 1.500.000 810.000 1.500.000 4.000.000 7.000.000 1.600.000 2. Benih a. Benur 3.000.000 2.288.000 2.500.000 2.000.000 5.000.000 2.250.000 b. Nener 3.250.000 780.000 455.000 1.040.000 6.500.000 1.560.000 3. Pakan Udang a. Ekobes 2.400.000 480.000 1.440.000 480.000 b. Ikan gesek 1.500.000 d. Bintang 3.200.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 23.500.000 3.360.000 21.000.000 23.500.000 b. STP 2.500.000 7.050.000 5. Obat-obatan a.Samponi 500.000 500.000 2.500.000 1.500.000 b.Ursal 168.000 56.000 2.800.000 280.000 140.000 c.Raja bandeng 204.000 204.000 170.000 d.Supersid e. Akodan f. Elsan 6. Pupuk a. Urea 1.500.000 150.000 150.000 3.000.000 450.000 b. TS 250.000 250.000 7. Solar 625.000 500.000 1.000.000 1.000.000 2.000.000 625.000 8. Upah TK saat panen 1.400.000 600.000 540.000 620.000 2.800.000 2.640.000 9. Resiko Panen 500.000 500.000 500.000 500.000 1.500.000 1.500.000 Total biaya variabel 38.175.000 8.830.000 15.941.000 21.420.000 51.264.000 35.935.000

Page 96: Udang

82

Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R19 R20 R21 R22 R23 R24 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 500 100 500 100 800 120 harga (Rp/kg) 40.000 40.000 35.000 35.000 55.000 50.000 Penerimaan Udang 200.00.000 4.000.000 17.500.000 3.500.000 44.000.000 6.000.000 b. Bandeng (kg) 10.000 6.000 3.000 1.500 12.000 6.000 harga (Rp/kg) 8.500 8.000 8.500 9.000 9.000 9.500 Penerimaan Bandeng 850.00.000 48.000.000 25.500.000 13.500.000 108.000.000 57.000.000 Total Penerimaan 105.000.000 52.000.000 43.000.000 17.000.000 152.000.000 63.000.000 Biaya Tetap 1. PBB 275.000 140.000 70.000 75.000 455.000 125.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 500.000 250.000 375.000 250.000 375.000 300.000 b. Mesin pompa 625.000 375.000 312.500 312.500 600.000 600.000 c. Pintu air 500.000 180.000 125.000 100.000 625.000 250.000 e. Ember 9.000 3.750 6.000 3.000 12.000 7.500 d. Saringan 25.000 10.000 10.000 6.250 37.500 12.500 e. Anco 12.500 f. Senter 75.000 62.500 62.500 62.500 150.000 75.000 Total Biaya Tetap 2.009.000 1.021.250 973.500 809.250 2.254.500 1.370.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 5.000.000 2.400.000 1.000.000 700.000 5.000.000 2.000.000 2. Benih a. Benur 2.500.000 500.000 1.250.000 750.000 11.000.000 2.000.000 b. Nener 3.000.000 2.990.000 585.000 325.000 7.670.000 3.250.000 3. Pakan Udang a. Ekobes b. Ikan gesek 1.750.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 4.700.000 b. STP 12.600.000 50.400.000 c. Komped 35.250.000 28.200.000 21.000.000 5. Obat-obatan a.Samponi 70.000 b.Ursal 168.000 68.000 168.000 c.Raja bandeng 340.000 204.000 204.000 d.Supersid e. Akodan f. Elsan 6. Pupuk a. Urea 1.500.000 900.000 450.000 300.000 650.000 b. TS 2.500.000 1.000.000 3.000.000 7. Solar 5.000.000 2.000.000 400.000 500.000 5.000.000 1.000.000 8. Upah TK saat panen 2.000.000 1.200.000 840.000 600.000 2.400.000 1.200.000 9. Resiko Panen 1.000.000 600.000 500.000 500.000 3.000.000 600.000 Total biaya variabel 57.820.000 38.790.000 19.883.000 8.443.000 86.492.000 34.254.000

Page 97: Udang

83

Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R25 R26 R27 R28 R29 R30 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 120 120 400 200 300 220 harga (Rp/kg) 35.000 55.000 50.000 35.000 50.000 40.000 Penerimaan Udang 4.200.000 6.600.000 20.000.000 7.000.000 15.000.000 8.800.000 b. Bandeng (kg) 2.000 160 400 3.000 2.000 8.000 harga (Rp/kg) 8.500 9.000 9.000 8.000 9.000 9.500 Penerimaan Bandeng 17.000.000 1.440.000 3.600.000 24.000.000 18.000.000 76.000.000 Total Penerimaan 21.200.000 8.040.000 23.600.000 31.000.000 33.000.000 84.800.000 Biaya Tetap 1. PBB 50.000 52.500 35.000 175.000 120.000 400.000 2. Gaji penjaga 2000.000 1.200.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 312.500 312.500 375.000 300.000 500.000 b. Mesin pompa 250.000 250.000 500.000 250.000 250.000 1.000.000 c. Pintu air 100.000 100.000 125.000 250.000 375.000 400.000 e. Ember 2.000 2.000 3.750 3.000 6.000 6.000 d. Saringan 10.000 5.000 6.250 12.500 12.000 20.000 e. Anco 5.000 f. Senter 62.500 62.500 75.000 62.500 62.500 150.000 Total Biaya Tetap 787.000 472.000 1.062.500 3.128.000 1.125.500 3.676.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 800.000 800.000 960.000 1.000.000 900.000 6.000.000 2. Benih a. Benur 500.000 1.200.000 1.000.000 500.000 3.750.000 7.500.000 b. Nener 780.000 130.000 260.000 975.000 1.950.000 2.340.000 3. Pakan Udang a. Manggalindo 1.200.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 9.400.000 940.000 7.050.000 18.800.000 b. STP c. Komped 7.990.000 5. Obat-obatan a.Samponi 500.000 1.000.000 b.Ursal 168.000 168.000 70.000 c.Raja bandeng 68.000 d.Supersid e. Akodan 65.000 f. Elsan g. Akotion 6. Pupuk a. Urea 1.500.000 b. TS 500.000 2.500.000 7. Solar 1.000.000 500.000 375.000 750.000 1.000.000 8. Upah TK saat panen 400.000 240.000 450.000 600.000 1.450.000 1.600.000 9. Resiko Panen 600.000 300.000 600.000 500.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 14.148.000 3.471.000 5.785.000 10.625.000 17.960.000 42.840.000

Page 98: Udang

84

Lampiran 7. Pendapatan Pembudidaya Responden Polikultur

Responden Total Penerimaan (TR) (Rp/Tahun)

Total Biaya (TC) (Rp/Tahun)

Pendapatan (TR-TC) (Rp/Tahun)

1 11.000.000 7.114.500 3.885.500 2 19.000.000 7.731.500 11.268.500 3 14.300.000 8.901.250 5.398.750 4 22.500.000 16.867.500 5.632.500 5 26.250.000 19.805.000 6.445.000 6 21.900.000 7.135.000 14.765.000 7 11.200.000 7.492.250 3.707.750 8 86.000.000 37.294.000 48.706.000 9 19.000.000 13.241.250 5.758.750

10 7.750.000 4.981.000 2.769.000 11 60.500.000 33.186.500 27.313.500 12 20.500.000 11.260.500 9.239.500 13 75.000.000 38.951.750 36.048.250 14 29.500.000 10.105.700 19.394.300 15 44.750.000 17.043.500 27.706.500 16 34.400.000 22.608.500 11.791.500 17 96.000.000 56.564.000 39.436.000 18 63.000.000 37.319.000 25.681.000 19 105.000.000 59.829.000 45.171.000 20 52.000.000 39.811.250 12.188.750 21 43.000.000 20.856.500 22.143.500 22 17.000.000 9.252.250 7.747.750 23 152.000.000 88.746.500 63.253.500 24 63.000.000 35.624.000 27.376.000 25 21.200.000 14.935.000 6.265.000 26 8.040.000 3.943.000 4.097.000 27 23.600.000 6.847.500 16.752.500 28 31.000.000 13.753.000 17.247.000 29 33.000.000 19.085.500 13.914.500 30 84.800.000 46.516.000 38.284.000

Jumlah 129.6190.000 716.802.200 579.387.800 Rata-rata 43.206.333,33 23.893.406,67 19.312.926,67 Min 7.750.000 3.943.000 2.769.000 Max 152.000.000 88.746.500 63.253.500

Page 99: Udang

85

Correlations

1,000 ,640 ,532 ,714 ,067 -,034,640 1,000 ,146 ,749 -,002 ,358,532 ,146 1,000 ,578 -,198 -,343,714 ,749 ,578 1,000 -,114 ,274,067 -,002 -,198 -,114 1,000 -,143

-,034 ,358 -,343 ,274 -,143 1,000. ,000 ,000 ,000 ,304 ,399

,000 . ,133 ,000 ,494 ,002,000 ,133 . ,000 ,065 ,004,000 ,000 ,000 . ,192 ,017,304 ,494 ,065 ,192 . ,138,399 ,002 ,004 ,017 ,138 .

60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60

YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Yi X1 X2 X3 X4 D

Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Permintaan Benur Oslah Regression

Descriptive Statistics

81983,33 77025,52772 603,0875 2,73429 60

475,0000 434,31419 602E+007 13688173,69 60

43333,33 8216,69789 60,5000 ,50422 60

Yi (ekor/tahun)X1 (Ha)X2 (kg/tahun)X3 (Rp/tahun)X4 (Rp/kg)D

Mean Std. Deviation N

Variables Entered/Removedb

D, X4, X3,X1, X2

a . Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Yib.

Page 100: Udang

86

Model Summaryb

,804a ,646 ,613 47888,41646 ,646 19,727 5 54 ,000 1,873Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change

Change StatisticsDurbin-Watson

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

ANOVAb

2E+011 5 4,524E+010 19,727 ,000a

1E+011 54 22933004314E+011 59

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

Coefficientsa

-48008,3 41705,818 -1,151 ,25512861,670 4116,382 ,457 3,125 ,003 ,640 ,391 ,253 ,307 3,259

51,506 27,565 ,290 1,869 ,067 ,532 ,246 ,151 ,271 3,687,001 ,001 ,260 1,277 ,207 ,714 ,171 ,103 ,158 6,319

1,257 ,809 ,134 1,553 ,126 ,067 ,207 ,126 ,879 1,137-22873,7 17661,352 -,150 -1,295 ,201 -,034 -,174 -,105 ,490 2,040

(Constant)X1X2X3X4D

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 8.

Page 101: Udang

87

Coefficient Correlationsa

1,000 ,287 -,508 ,146 ,651,287 1,000 -,113 -,005 ,269

-,508 -,113 1,000 -,777 -,793,146 -,005 -,777 1,000 ,487,651 ,269 -,793 ,487 1,000

3E+008 4103,816 -10,276 1E+007 317078,44103,816 ,655 ,000 -15,385 5,997

-10,276 ,000 1,31E-006 -3,660 -,0251E+007 -15,385 -3,660 2E+007 55309,684

317078,4 5,997 -,025 55309,684 759,831

DX4X3X1X2DX4X3X1X2

Correlations

Covariances

Model1

D X4 X3 X1 X2

Dependent Variable: Yia.

Collinearity Diagnosticsa

4,632 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,01,663 2,644 ,00 ,00 ,08 ,00 ,00 ,19,452 3,201 ,01 ,07 ,00 ,04 ,02 ,00,199 4,822 ,00 ,25 ,12 ,00 ,01 ,40,041 10,624 ,00 ,64 ,54 ,85 ,06 ,18,013 19,236 ,99 ,03 ,25 ,10 ,91 ,23

Dimension123456

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 8.

Page 102: Udang

88

Residuals Statisticsa

-18538,5 299125,2 81983,33 61919,13262 60-1,623 3,507 ,000 1,000 60

9000,521 32466,176 14453,352 4558,173 60

-27956,5 293586,0 81825,19 62343,32609 60-101835 150415,4 ,00000 45814,33113 60

-2,127 3,141 ,000 ,957 60-2,313 3,579 ,002 1,064 60

-120521 208547,5 158,14178 57108,93861 60-2,415 4,060 ,015 1,134 601,101 26,134 4,917 4,420 60

,000 1,026 ,048 ,152 60,019 ,443 ,083 ,075 60

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Yia.

43210-1-2-3

Regression Standardized Residual

20

15

10

5

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.12E-16Std. Dev. = 0.957N = 60

Dependent Variable: Yi

Histogram

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted

Cum

ProbDependent Variable: Yi

Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual

43210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

43210

-1-2-3

Reg

ress

ion

Stud

entiz

edR

esid

ual

Dependent Variable: Yi

Scatterplot

Lanjutan Lampiran 8.

Page 103: Udang

89

Descriptive Statistics

10,9760 ,84878 60,8722 ,67894 60

5,8324 ,81933 6016,1959 ,87536 6010,6581 ,19855 60

,5000 ,50422 60

YiX1X2X3X4D

Mean Std. Deviation N

Correlations

1,000 ,626 ,693 ,654 ,065 -,148,626 1,000 ,312 ,744 -,009 ,358,693 ,312 1,000 ,626 -,152 -,413,654 ,744 ,626 1,000 -,068 ,276,065 -,009 -,152 -,068 1,000 -,154

-,148 ,358 -,413 ,276 -,154 1,000. ,000 ,000 ,000 ,310 ,129

,000 . ,008 ,000 ,474 ,002,000 ,008 . ,000 ,123 ,001,000 ,000 ,000 . ,302 ,016,310 ,474 ,123 ,302 . ,120,129 ,002 ,001 ,016 ,120 .

60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60

YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Yi X1 X2 X3 X4 D

Variables Entered/Removedb

D, X4, X3,X1, X2

a . Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Yib.

Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi Dobel-log Permintaan Benur Oslah Regression

Page 104: Udang

90

Model Summaryb

,833a ,694 ,666 ,49064 ,694 24,514 5 54 ,000 1,545Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change

Change StatisticsDurbin-Watson

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

ANOVAb

29,506 5 5,901 24,514 ,000a

12,999 54 ,24142,505 59

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

Coefficientsa

1,466 4,031 ,364 ,717,642 ,147 ,513 4,350 ,000 ,626 ,509 ,327 ,407 2,457,577 ,178 ,557 3,247 ,002 ,693 ,404 ,244 ,193 5,194

-,047 ,182 -,049 -,260 ,796 ,654 -,035 -,020 ,161 6,193,601 ,357 ,141 1,686 ,098 ,065 ,224 ,127 ,814 1,228

-,112 ,232 -,067 -,485 ,630 -,148 -,066 -,036 ,299 3,340

(Constant)X1X2X3X4D

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 9.

Page 105: Udang

91

Coefficient Correlationsa

1,000 ,406 -,642 -,022 ,805,406 1,000 -,265 -,030 ,396

-,642 -,265 1,000 -,554 -,797-,022 -,030 -,554 1,000 ,154,805 ,396 -,797 ,154 1,000,054 ,034 -,027 -,001 ,033,034 ,127 -,017 -,002 ,025

-,027 -,017 ,033 -,015 -,026-,001 -,002 -,015 ,022 ,004,033 ,025 -,026 ,004 ,032

DX4X3X1X2DX4X3X1X2

Correlations

Covariances

Model1

D X4 X3 X1 X2

Dependent Variable: Yia.

Collinearity Diagnosticsa

5,258 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00,477 3,320 ,00 ,03 ,00 ,00 ,00 ,22,256 4,530 ,00 ,45 ,00 ,00 ,00 ,11,008 25,834 ,00 ,17 ,31 ,00 ,01 ,19,000 121,859 ,06 ,31 ,63 1,00 ,07 ,40,000 193,777 ,94 ,04 ,06 ,00 ,93 ,08

Dimension123456

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 9.

Page 106: Udang

92

Residuals Statisticsa

9,4845 12,5686 10,9760 ,70718 60-2,109 2,252 ,000 1,000 60

,099 ,291 ,151 ,034 60

9,5320 12,4800 10,9729 ,70779 60-1,04202 1,26691 ,00000 ,46939 60

-2,124 2,582 ,000 ,957 60-2,224 2,828 ,003 1,013 60

-1,16468 1,51966 ,00315 ,52704 60-2,311 3,036 ,003 1,033 601,409 19,831 4,917 3,015 60

,000 ,266 ,021 ,041 60,024 ,336 ,083 ,051 60

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Yia.

3210-1-2-3

Regression Standardized Residual

10

8

6

4

2

0

Freq

uenc

y

Mean = 3.88E-15Std. Dev. =...

Dependent Variable: Yi

Histogram

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted

Cum

Pro

bDependent Variable: Yi

Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual

420-2-4

Regression Standardized Predicted Value

3210

-1-2-3R

egre

ssio

nSt

uden

tized

Res

idua

l

Dependent Variable: Yi

Scatterplot

Lanjutan Lampiran 9.

Page 107: Udang

93

Descriptive Statistics

10,9760 ,84878 603,0875 2,73429 60

475,0000 434,31419 602E+007 13688173,69 60

43333,33 8216,69789 60,5000 ,50422 60

YiX1X2X3X4D

Mean Std. Deviation N

Correlations

1,000 ,541 ,590 ,648 ,037 -,148,541 1,000 ,146 ,749 -,002 ,358,590 ,146 1,000 ,578 -,198 -,343,648 ,749 ,578 1,000 -,114 ,274,037 -,002 -,198 -,114 1,000 -,143

-,148 ,358 -,343 ,274 -,143 1,000. ,000 ,000 ,000 ,390 ,129

,000 . ,133 ,000 ,494 ,002,000 ,133 . ,000 ,065 ,004,000 ,000 ,000 . ,192 ,017,390 ,494 ,065 ,192 . ,138,129 ,002 ,004 ,017 ,138 .

60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60

YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Yi X1 X2 X3 X4 D

Variables Entered/Removedb

D, X4, X3,X1, X2

a . Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Yib.

Lampiran 10. Hasil Regresi Model Semi-log (Ln Y) Permintaan Benur Oslah Regression

Page 108: Udang

94

Model Summaryb

,776a ,602 ,566 ,55944 ,602 16,362 5 54 ,000 1,579Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change

Change StatisticsDurbin-Watson

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

ANOVAb

25,605 5 5,121 16,362 ,000a

16,900 54 ,31342,505 59

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

Coefficientsa

9,768 ,487 20,049 ,000,132 ,048 ,424 2,737 ,008 ,541 ,349 ,235 ,307 3,259,001 ,000 ,370 2,243 ,029 ,590 ,292 ,192 ,271 3,687

1,15E-008 ,000 ,185 ,859 ,394 ,648 ,116 ,074 ,158 6,3191,05E-005 ,000 ,102 1,113 ,271 ,037 ,150 ,096 ,879 1,137

-,353 ,206 -,209 -1,709 ,093 -,148 -,227 -,147 ,490 2,040

(Constant)X1X2X3X4D

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 10.

Page 109: Udang

95

Coefficient Correlationsa

1,000 ,287 -,508 ,146 ,651,287 1,000 -,113 -,005 ,269

-,508 -,113 1,000 -,777 -,793,146 -,005 -,777 1,000 ,487,651 ,269 -,793 ,487 1,000,043 5,60E-007 -1,4E-009 ,001 4,33E-005

5,60E-007 8,93E-011 -1,4E-014 -2,1E-009 8,18E-010-1,4E-009 -1,4E-014 1,79E-016 -5,0E-010 -3,4E-012

,001 -2,1E-009 -5,0E-010 ,002 7,55E-0064,33E-005 8,18E-010 -3,4E-012 7,55E-006 1,04E-007

DX4X3X1X2DX4X3X1X2

Correlations

Covariances

Model1

D X4 X3 X1 X2

Dependent Variable: Yia.

Collinearity Diagnosticsa

4,632 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,01,663 2,644 ,00 ,00 ,08 ,00 ,00 ,19,452 3,201 ,01 ,07 ,00 ,04 ,02 ,00,199 4,822 ,00 ,25 ,12 ,00 ,01 ,40,041 10,624 ,00 ,64 ,54 ,85 ,06 ,18,013 19,236 ,99 ,03 ,25 ,10 ,91 ,23

Dimension123456

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 10.

Page 110: Udang

96

Residuals Statisticsa

9,9336 13,0090 10,9760 ,65877 60-1,582 3,086 ,000 1,000 60

,105 ,379 ,169 ,053 60

9,9410 13,0160 10,9841 ,68403 60-1,66532 1,12394 ,00000 ,53521 60

-2,977 2,009 ,000 ,957 60-3,096 2,178 -,006 1,007 60

-1,80183 1,32138 -,00804 ,59497 60-3,383 2,260 -,012 1,030 601,101 26,134 4,917 4,420 60

,000 ,175 ,019 ,034 60,019 ,443 ,083 ,075 60

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Yia.

3210-1-2-3

Regression Standardized...

14121086420

Freq

uenc

y

Mean =-2.64E-16Std. Dev. ...

Dependent Variable: Yi

Histogram

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted

Cum

Prob

Dependent Variable: Yi

Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual

43210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4

Reg

ress

ion

Stud

entiz

edR

esid

ual

Dependent Variable: Yi

Scatterplot

Lanjutan Lampiran 10.

Page 111: Udang

97

Descriptive Statistics

81983,33 77025,52772 60,8722 ,67894 60

5,8324 ,81933 6016,1959 ,87536 6010,6581 ,19855 60

,5000 ,50422 60

YiX1X2X3X4D

Mean Std. Deviation N

Correlations

1,000 ,609 ,539 ,623 ,087 -,034,609 1,000 ,312 ,744 -,009 ,358,539 ,312 1,000 ,626 -,152 -,413,623 ,744 ,626 1,000 -,068 ,276,087 -,009 -,152 -,068 1,000 -,154

-,034 ,358 -,413 ,276 -,154 1,000. ,000 ,000 ,000 ,255 ,399

,000 . ,008 ,000 ,474 ,002,000 ,008 . ,000 ,123 ,001,000 ,000 ,000 . ,302 ,016,255 ,474 ,123 ,302 . ,120,399 ,002 ,001 ,016 ,120 .

60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60

YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Yi X1 X2 X3 X4 D

Variables Entered/Removedb

D, X4, X3,X1, X2

a . Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Yib.

Lampiran 11. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln x) Permintaan Benur Oslah Regression

Page 112: Udang

98

Model Summaryb

,730a ,533 ,489 55036,29452 ,533 12,313 5 54 ,000 1,928Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change

Change StatisticsDurbin-Watson

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

ANOVAb

2E+011 5 3,730E+010 12,313 ,000a

2E+011 54 30289937154E+011 59

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.

Dependent Variable: Yib.

Coefficientsa

-859417 452135,4 -1,901 ,06350576,888 16541,632 ,446 3,058 ,003 ,609 ,384 ,284 ,407 2,45727639,636 19930,313 ,294 1,387 ,171 ,539 ,185 ,129 ,193 5,19412444,369 20369,519 ,141 ,611 ,544 ,623 ,083 ,057 ,161 6,19350803,824 39995,252 ,131 1,270 ,209 ,087 ,170 ,118 ,814 1,228

-13872,2 25971,816 -,091 -,534 ,595 -,034 -,072 -,050 ,299 3,340

(Constant)X1X2X3X4D

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 11.

Page 113: Udang

99

Coefficient Correlationsa

1,000 ,406 -,642 -,022 ,805,406 1,000 -,265 -,030 ,396

-,642 -,265 1,000 -,554 -,797-,022 -,030 -,554 1,000 ,154,805 ,396 -,797 ,154 1,000

7E+008 4E+008 -3E+008 -9440755 4E+0084E+008 2E+009 -2E+008 -2E+007 3E+008

-3E+008 -2E+008 4E+008 -2E+008 -3E+008-9440755 -2E+007 -2E+008 3E+008 5E+007

4E+008 3E+008 -3E+008 5E+007 4E+008

DX4X3X1X2DX4X3X1X2

Correlations

Covariances

Model1

D X4 X3 X1 X2

Dependent Variable: Yia.

Collinearity Diagnosticsa

5,258 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00,477 3,320 ,00 ,03 ,00 ,00 ,00 ,22,256 4,530 ,00 ,45 ,00 ,00 ,00 ,11,008 25,834 ,00 ,17 ,31 ,00 ,01 ,19,000 121,859 ,06 ,31 ,63 1,00 ,07 ,40,000 193,777 ,94 ,04 ,06 ,00 ,93 ,08

Dimension123456

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions

Dependent Variable: Yia.

Lanjutan Lampiran 11.

Page 114: Udang

100

Residuals Statisticsa

-39111,0 219260,3 81983,33 56219,50363 60-2,154 2,442 ,000 1,000 60

11082,813 32689,004 16975,927 3868,683 60

-71330,8 182517,4 81008,50 56787,57451 60-88520,2 220739,7 ,00000 52652,62892 60

-1,608 4,011 ,000 ,957 60-1,678 4,409 ,008 1,030 60

-96370,7 266687,3 974,83018 61158,31128 60-1,708 5,459 ,033 1,138 601,409 19,831 4,917 3,015 60

,000 ,674 ,029 ,099 60,024 ,336 ,083 ,051 60

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Yia.

543210-1-2

Regression Standardized Residual

20

15

10

5

0

Freq

uenc

y

Mean = 1.14E-15Std. Dev. =...

Dependent Variable: Yi

Histogram

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted

Cum

Prob

Dependent Variable: Yi

Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual

420-2-4

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

Reg

ress

ion

Stud

entiz

edR

esid

ual

Dependent Variable: Yi

Scatterplot

Lanjutan Lampiran 11.

Page 115: Udang

101

Lampiran 12. Perhitungan Elastisitas Permintaan Benur Oslah pada Model

Linier

a). Luas lahan (X1)

)(YiXibi=ε

= 12861,670 (3,088/81983,333)

= 0,48

b). Produksi (X2)

)(YiXibi=ε

= 51,506 (475/81983,333)

= 0,30

c). Pendapatan (X3)

)(YiXibi=ε

= 0,001 (15593319,300/81983,333)

= 0,19

d). Harga udang windu (X4)

)(YiXibi=ε

= 1,257(43333,333/81983,333)

= 0,66

Page 116: Udang

102

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian Benur Oslah Pl-25 Udang windu Tambak udang windu Rumah jaga

Page 117: Udang

99