udang
TRANSCRIPT
ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU,
JAWA BARAT
GITA HANUM PURNAMASARI
SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT. adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, Agustus 2008 Gita Hanum Purnamasari C 44104029
ABSTRAK
GITA HANUM PURNAMASARI. Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan ACHMAD FAHRUDIN. Benur yang banyak digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yaitu benur oslah. Permintaan benur oslah merupakan permintaan turunan dari udang windu. Perubahan permintaan benur oslah akan berdampak pada perubahan nilai total penjualan dan keuntungan bersih pengusaha benur oslah dan pembudidaya udang windu. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji karakteristik responden, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah dan mengkaji elastisitas permintaan benur oslah. Pembudiaya yang dijadikan responden sebanyak 60 orang terdiri dari 30 orang pembudidaya monokultur dan 30 orang pembudidaya polikultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk golongan umur yang produktif dengan pengalaman usaha antara 8-22 tahun dan tingkat pendidikan rendah (SD). Luas lahan tambak responden sebagian besar berkisar antara 1-2 ha dengan padat penebaran benur oslah antara 5.000-67.142 ekor/tahun. Harga udang windu responden sebagian besar berkisar antara Rp 37.142,00-Rp 42.855,00 per kg. Produksi terbesar responden monokultur lebih besar dibandingkan responden polikultur sedangkan rata-rata pendapatan responden monokultur lebih kecil dibandingkan responden polikultur. Berdasarkan hasil analisis regresi model terbaik (linier) dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan benur oslah yaitu luas lahan dan produksi. Pendapatan, harga udang windu, dan sistem budidaya berdasarkan komoditas (monokultur dan polikultur) tidak mempengaruhi secara nyata permintaan benur oslah. Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,48, elastisitas produksi sebesar 0,30, elastisitas pendapatan sebesar 0,19, dan elastisitas harga udang windu sebesar 0,66. Secara keseluruhan nilai elastisitas permintaan benur oslah kurang dari satu (inelastis). Hal ini berarti bahwa perubahan permintaan benur oslah lebih kecil dari pada perubahan luas lahan, produksi, pendapatan, dan harga udang windu. Kata Kunci : Analisis Permintaan, Benur, Udang Windu
© Hak cipta milik Gita Hanum Purnamasari, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,
mikrofilm, dan sebagainya
ANALISIS PERMINTAAN BENUR UDANG WINDU DI KECAMATAN PASEKAN, KABUPATEN INDRAMAYU,
JAWA BARAT
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
GITA HANUM PURNAMASARI C44104029
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SKRIPSI
Judul Skripsi : Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Nama Mahasiswa : Gita Hanum Purnamasari
Nomor Pokok : C44104029
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan – Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Wawan Oktariza, M. Si Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M. Si NIP : 131.963.528 NIP : 131.841.723
Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131.578.799
Tanggal Lulus : 1 Agustus 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Gita Hanum Purnamasari. Penulis lahir di Kota
Indramayu pada tanggal 24 April 1986 dari pasangan Dede Dasuri dan Icih
Waningsih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dengan adik
bernama Reka Gustamala.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah SD Negeri II
Cangkring lulus pada tahun 1998, SMP Negeri 5 Sindang lulus pada tahun 2001
dan SMU Negeri 1 Indramayu lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis
diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan
melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama
masa perkuliahan penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Indramayu
(2004-2008), Forum Keluarga Muslim Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKM-C)
(tahun 2004-2006), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Perikanan dan Ilmu Kelautan
(BEM-C) (tahun 2006-2007).
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Permintaan Benur
Udang Windu di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan
Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Permintaan Benur Udang Windu di Kecamatan Pasekan,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Salawat serta salam semoga selalu terlimpah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta
pengikutnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1). Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat
berarti selama penyelesaian skripsi ini.
2). Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. dan Ir. Anna Fatchiya, M.Si yang telah
bersedia menjadi dosen penguji tamu.
3). Kepala Cabang Dinas (KCD) Perikanan Kecamatan Pasekan.
4). Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dede Dasuri dan Ibunda Icih Waningsih
yang telah memberikan curahan kasih sayang, doa, semangat, dan
pengorbanan yang begitu besar dalam membesarkan dan mendidik penulis,
serta Adiku tersayang, Reka Gustamala atas kasih sayangnya.
5). Teman-teman seperjuangan di Program Studi Manajemen Bisnis dan
Ekonomi Perikanan-Kelautan, Teman-teman Astri Indramayu dan seorang
sahabat yang baik hati yang telah memberikan motivasi dan doa, serta semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8 2.1. Taksonomi dan Morfologi Udang Windu (Paneus monodon) ...... 8 2.2. Benih Windu (Benur) .................................................................... 9 2.3. Budidaya Udang Windu (Paneus monodon) ................................. 10 2.3.1. Pengelolaan Tambak ............................................................ 10 2.3.2. Teknologi Budidaya Tambak ............................................... 11 2.4. Definisi Permintaan ....................................................................... 13 2.4.1. Permintaan Input ................................................................... 13 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan .......................... 14 2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Input .......... 16 2.6. Elastisitas Permintaan ................................................................... 17 2.7. Model Ekonometrika ..................................................................... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 24
IV. METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 26 4.1. Metode Penelitian ......................................................................... 26 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 26 4.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 26 4.4. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 28 4.5. Metode Analisis ............................................................................ 28 4.5.1. Analisis Tabulasi Deskriptif ................................................. 28 4.5.2. Spesifikasi Model ................................................................. 28 4.5.2.1. Identifikasi Variabel ................................................. 29 4.5.2.2. Pendugaan Model ..................................................... 29 4.5.3. Evaluasi Model Pendugaan .................................................. 30 4.5.3.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi ....................................... 30 4.5.3.2. Evaluasi Kriteria Statistik ........................................ 31 4.5.3.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrik ................................. 32 4.5.4. Elastisitas Permintaan .......................................................... 34 4.6. Batasan dan Pengukuran ............................................................... 35 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................ 37 5.1. Letak Geografis dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........... 37
Halaman
5.2. Kependudukan .............................................................................. 37 5.3. Budidaya Tambak Udang Windu .................................................. 38 5.3.1. Sistem Budidaya .................................................................. 38 5.3.2. Pengelolaan Tambak ............................................................ 39 5.3.2.1. Pengelolaan Tambak Monokultur ............................. 39 5.3.2.2. Pengelolaan Tambak Polikultur ................................ 42
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 45 6.1. Karakteristik Responden ............................................................... 45 6.1.1. Umur Responden .................................................................. 45 6.1.2. Pengalaman Usaha ............................................................... 45 6.1.2. Tingkat Pendidikan .............................................................. 46 6.2. Keadaan Umum Usaha Budidaya Responden .............................. 47 6.2.1. Luas Lahan ............................................................................ 47 6.2.2. Padat Penebaran .................................................................... 48 6.2.3. Produksi ............................................................................... 49 6.2.4. Harga Udang Windu ............................................................ 49 6.2.5. Pendapatan ........................................................................... 50 6.3. Analisis Permintaan Benur Oslah .................................................. 52 6.3.1. Model Dugaan Permintaan Benur Oslah ............................. 52 6.3.2. Evaluasi Model ..................................................................... 53 6.3.1.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi ....................................... 53 6.3.1.2. Evaluasi Kriteria Statistik ........................................ 54 6.3.1.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrik ................................. 56 6.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benur Oslah .................................................................................... 58 6.4.4. Analisis Elastisitas ................................................................ 62
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 64
7.1. Kesimpulan .................................................................................... 64 7.2. Saran............................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66
LAMPIRAN .............................................................................................. 68
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi Perikanan Budidaya dan Perairan Umum Per jenis Usaha di Indramayu Tahun 2004-2007 ................................................................. 2
2. Luas Lahan Tambak Berdasarkan Komoditasnya dan Jumlah RTP di Indramayu Tahun 2007 ....................................................................... 3
3. Luas Tambak dan Produksi Tambak Di Indramayu per Kecamatan Tahun 2007 ............................................................................................ 4
4. Ukuran Benur, Kepadatan dan Lama Pengangkutan ............................. 10
5. Nilai Elastisitas Harga (Ep) .................................................................... 18
6. Sumber data berdasarkan cara pengambilannya .................................... 27
7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................................. 37
8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok ........................... 38
9. Pengelolaan Tambak Polikultur (Udang dan Bandeng) ......................... 44
10. Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur .................................... 45
11. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Usaha ................................. 46
12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................................ 46
13. Jumlah Responden Menurut Luas Lahan ............................................. 47
14. Jumlah Responden Menurut Padat Penebaran ...................................... 48
15. Jumlah Responden Menurut Hasil Panen (Produksi) ............................ 49
16. Jumlah Responden Menurut Harga Udang Windu .............................. 50
17. Penerimaan, Biaya, Pendapatan, dan Nilai Revenue cost ratio (R/C) ............................................................................................................... 51
18. Analisis Variabel Bebas pada Model Dugaan .................. .................... 53
19. Nilai t hitung pada Model Dugaan ....................................................... 55
20. Nilai Collinearity Statistics pada Model Linier ............... .................... 58
21. Nilai Elastisitas Permintaan ................................................................. 62
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Udang Windu (Penaeus monodon) ........................................................ 8
2. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan .............................................. 15
3. Pergeseran Seluruh Kurva Permintaan ................................................... 16
4. Kerangka Pemikiran Studi ..................................................................... 25
5. grafik normal probability plot................................................................. 57
6. Scater plot .............................................................................................. 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Daerah Penelitian ........................................................................... 69
2. Data Karakteristik Responden ................................................................ 70
3. Data Variabel Permintaan Benur Oslah di Kecamatan Pasekan ………. 72
4. Total Penerimaan, Biaya Tetap dan Biaya Variabel Budidaya Monokultur ............................................................................................. 74
5. Pendapatan Pembudidaya Responden Monokultur ................................ 79
6. Total Penerimaan, Biaya Tetap dan Biaya Variabel Budidaya Polikultur ................................................................................................ 80
7. Pendapatan Pembudidaya Responden Polikultur ................................... 85
8. Hasil Analisis Regresi Linier Permintaan Benur Oslah.......................... 86
9. Hasil Analisis Regresi Dobel log Permintaan Benur Oslah ................... 90
10. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln Y) Permintaan Benur Oslah ....... 94
11. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln X) Permintaan Benur Oslah ........ 98
12. Perhitungan Elastisitas Permintaan Benur Oslah pada Model Linier…. 102
13. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 103
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
memiliki potensi sumber daya laut dan pantai yang sangat besar dengan jumlah
pulau sebanyak 13.667 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km
(Murtidjo dan Mujiman 1989).
Perikanan merupakan salah satu sektor yang memberikan konstribusi
cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia memiliki garis pantai
terpanjang kedua dunia, sehingga mengandung potensi budidaya yang tinggi,
terutama untuk pengembangan budidaya air payau (tambak). Produksi perikanan
budidaya Indonesia pada periode 2003 sampai 2007 mengalami kenaikan yang
signifikan dari 1.224.192 ton pada tahun 2003 menjadi 3.088.800 ton pada tahun
2007 (http://www.antara.co.id). Oleh karena itu, usaha budidaya memiliki
peluang yang lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan, terutama protein
ikan penduduk Indonesia serta dunia hari ini dan masa depan.
Usaha budidaya air payau komersial umumnya mengutamakan udang
windu dan udang vannamei karena kedua jenis udang ini dapat mencapai ukuran
besar dan mempunyai pasaran yang baik untuk ekspor. Diantara kedua jenis
udang tersebut, udang windu yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Udang
vannamei memiliki keterbatasan benih karena benih udang vannamei masih
diproduksi secara terbatas akibat induk yang berasal dari impor.
Udang windu merupakan andalan utama penggaet devisa negara karena
Indonesia memiliki luas lahan budidaya yang potensial untuk udang, yaitu
mencapai 1,2 juta ha, sementara sampai tahun 2005 luas tambak yang dibangun
baru mencapai 350 ribu ha dengan produktivitas rata-rata 0,6 ton per hektare per
tahun (http//.www.freelist.org). Hal ini berarti tingkat pemanfaatannya lahan
tambak udang Indonesia baru 29,17 % sehingga andalan utama penggaet devisa
negara yaitu udang hasil budidaya di tambak.
Lokasi paling potensial untuk budidaya udang windu yaitu di sepanjang
pantai, diantaranya Pesisir Timur Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Riau
dan Lampung), Pesisir Utara Pulau Jawa (Pantura), Pesisir Kalimantan, Bali dan
2
Nusa Tenggara, Sulawesi Serta Papua (Amri, 2003). Indramayu merupakan salah
satu Kabupaten yang terletak di Pesisir Pantai Utara Jawa Barat yang menjadi
salah satu sentra pertambakan Jawa Barat. Kabupaten Indramayu memiliki garis
pantai terpanjang di Jawa Barat, yaitu sebesar 114,1 Km, sehingga mengandung
potensi perikanan yang sangat tinggi, terutama untuk pengembangan budidaya air
payau (tambak).
Kegiatan budidaya di Indramayu berdasarkan jenis usahanya terdiri dari
usaha budidaya tambak, kolam, mina padi, dan laut. Pada tahun 2004-2007, usaha
budidaya tambak dan kolam merupakan usaha yang menghasilkan produksi paling
besar dan selalu meningkat setiap tahunnya. Produksi hasil budidaya tambak
merupakan yang paling tinggi diantara produksi hasil budidaya kolam, mina padi,
dan laut. Pada tahun 2007 produksi hasil budidaya tambak sebesar 29.201,590
ton. Sedangkan produksi hasil budidaya kolam, mina padi dan laut masing-masing
sebesar12.331,11 ton , 5,50 ton, dan 45,69 ton (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Per Jenis Usaha di Indramayu Tahun 2004-2007 (dalam ton)
Jenis usaha 2004 2005 2006 2007
Tambak 19.791,00 20.090,50 25.542,40 29.201,59
Kolam 4.282,40 9.408,10 9.940,22 12.331,11
Mina padi 0,03 0 0 5,50
Laut 0 0 0 45,69
Total 24.073,43 29.498,60 35.482,62 41.583,89
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2007
Lahan tambak di Indramayu sebagian besar digunakan untuk usaha
budidaya udang windu, vannamei, dan bandeng. Luas lahan tambak berdasarkan
komoditas dan jumlah RTP di Indramayu pada tahun 2007 secara lengkap
disajikan pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Luas Lahan Tambak Berdasarkan Komoditas dan Jumlah RTP di Indramayu Tahun 2007
Jenis usaha Luas tambak (Ha) Persentase Jumlah RTP (orang)
udang windu 12.784,18 56,73 7.343
Vannamei 157,85 0,70 68
Bandeng 9.593,00 42,57 3.159
Total 22.535,03 100,00 10.570
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu tahun 2007
Luas total lahan tambak yang berproduksi di Indramayu sebesar
22.535,03 Ha. Sebagian besar lahan tambak digunakan untuk budidaya udang
windu, yaitu sebesar 12.784,18 Ha (56,73%) dengan jumlah RTP sebanyak 7.343
orang. Sedangkan luas tambak dengan jenis usaha budidaya vannamei sebesar
157,85 (0,70%) dengan jumlah RTP sebanyak 68 orang dan luas tambak dengan
jenis usaha budidaya bandeng sebesar 9.593,00 (42,57%) dengan jumlah RTP
sebanyak 3.159 orang.
Indramayu memiliki 14 kecamatan yang menghasilkan produksi perikanan
hasil tambak. Kecamatan Pasekan merupakan satu dari 14 kecamatan tersebut
yang memiliki luas tambak dan hasil produksi tambak terbesar. Kecamatan
Pasekan memiliki luas tambak sebesar 4.414,00 Ha dengan produksi sebesar
9.279,06 (Tabel 3). Sebagian besar tambak di Kecamatan Pasekan digunakan
untuk budidaya udang windu yaitu sebesar 2.230 ha dan sisanya digunakan untuk
budidaya udang vannamei sebesar 50 ha dan ikan bandeng sebesar 2.134 ha
(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2007). Data luas tambak
dan produksi tambak di Indramayu per Kecamatan Tahun 2007 (sampai bulan
November 2007) dapat dilihat pada Tabel 3.
4
Tabel 3. Luas Tambak dan Produksi Tambak di Indramayu per Kecamatan Tahun 2007 (sampai bulan November 2007)
No. Kecamatan Luas Tambak (Ha) Produksi (Ton)
1 Kerangkeng 1.266,50 757,20
2 Karangampel 12,00 11,45
3 Juntinyuat 31,00 18,70
4 Balongan 190,36 243,49
5 Indramayu 1.219,45 2.332,12
6 Sindang 1.128,00 3.386,95
7 Pasekan 4.414,00 9.279,06
8 Lohbener 223,40 389,50
9 Arahan 918,45 112,62
10 Cantigi 7.042,37 6.378,36
11 Kandahnghaur 751,00 811,61
12 Patrol 74,00 440,27
13 Sukra 49,00 252,25
14 Losarang 5.215,50 3.349,20
Total 22.535,03 28.762,74
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2007
Kegiatan budidaya tambak udang windu akan berjalan dengan baik apabila
tersedia faktor-faktor produksi (input). Benih udang (benur) merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat menentukan dalam kegiatan budidaya tambak udang
windu. Pada tahun 2007 Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mematok
target produksi udang sebesar 410 ribu ton. Untuk bisa menghasilkan udang
sebanyak itu, DKP mengestimasi jumlah benur yang dibutuhkan sebanyak 40.465
juta ekor (http//.www.trobos.com). Kebutuhan benur tersebut tidak mungkin dapat
dipenuhi dengan jalan pengambilan benur secara alami dari laut. Benur windu
alami yang dapat tertangkap rata-rata mencapai 600 juta ekor per tahun. Benur
yang ditangkap biasanya campuran berbagai jenis udang, ada udang putih, windu,
dan kerosok. Bahkan bercampur pula dengan berbagai benih ikan. Menurut
penelitian di Indonesia pada umumnya campuran benur alam kebanyakan terdiri
5
dari udang putih 90-96%, benur windu hanya sebesar 4-6%, sedangkan sisanya
terdiri dari jenis udang lainnya (Suyanto dan Mujiman, 2005).
Kegiatan intensifikasi tambak menuntut kebutuhan benur jenis windu yang
jauh melebihi dari potensi benur alami, sehingga sekarang telah dikembangkan
usaha memproduksi benur windu secara buatan pada balai pembibitan atau
hatchery. Untuk memproduksi udang di tambak sebesar 1 ton, diperlukan benur
sebanyak 50.000 ekor. Pada intensifikasi tambak di Indonesia banyak yang dapat
mentargetkan produksi sebesar 7-8 ton/ha/musim tanam, berarti diperlukan benur
sebanyak 350.000 ekor/ha/musim sampai dengan 400.000 ekor/ha/musim tanam
(Suyanto dan Mujiman, 2005).
Pembudidaya yang ingin segera melakukan pembesaran udang windu akan
membeli benur dari pembenih kedua yang khusus membesarkan benur dari
hatchery. Pada umumnya, hatchery melepaskan benur dengan ukuran Pl-12-15
dan kemudian para pembenih kedua melakukan pengipukan selama 5-7 hari
hingga benur berukuran Pl-20-22 (Syahid, et al, 2006).
Penebaran benur dalam tambak harus disesuaikan dengan luas lahan. Padat
penebaran benur dalam tambak yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan akan
menjadi pemicu pada kegagalan budidaya udang windu. Budidaya tambak dengan
luas lahan terbatas dan kepadatan benur tinggi merupakan penyimpangan terhadap
keseimbangan lingkungan. Lingkungan yang tidak seimbang akan cenderung
mengalami penurunan kualitas. Menurunnya kualitas lingkungan tambak memicu
penyebaran wabah penyakit (Rukyani, 2000 dalam Amri, 2003).
Pada satu hektar lahan tambak biasanya diperlukan penebaran benur antara
1.000 ekor/ha/musim tanam sampai 600.000 ekor/ha/musim tanam tergantung
pada teknik budidaya apakah tradisional, semi intensif atau intensif. Padat
penebaran benur dalam tambak harus benar-benar diperhitungkan karena akan
berpengaruh pada poduksi dan akhirnya berpengaruh juga pada pendapatan.
Permintaan benur oslah merupakan permintaan turunan dari udang windu.
Adanya permintaan benur oslah oleh pembudidaya udang windu dikarenakan
adanya permintaan udang windu konsumsi oleh konsumen. Perubahan permintaan
benur oslah akan berdampak pada perubahan nilai total penjualan dan keuntungan
bersih bagi pengusaha benur oslah maupun bagi pembudidaya udang windu. Oleh
6
karena itu, pengusaha benur oslah dan pembudidaya udang windu harus
memperhatikan perubahan permintaan benur oslah terhadap faktor-faktor yang
mempengarhinya agar diperoleh nilai total penjualan dan keuntungan maksimum.
1.2. Perumusan Masalah
Salah satu hal yang sangat menentukan dalam usaha budidaya udang
windu di tambak yaitu tersedianya benih udang windu (benur) untuk dibesarkan di
tambak menjadi ukuran konsumsi. Budidaya udang windu yang baik menuntut
penyediaan benur yang jumlahnya cukup tinggi antara 60.000 sampai 600.000
ekor/hektar/musim tanam (semi-intensif dan intensif). Luas tambak udang windu
di Kecamatan Pasekan sebesar 2.230 ha, sehingga kebutuhan benur di Kecamatan
Pasekan berkisar antara 133.800.000 sampai 1.338.000.000 ekor/musim tanam.
Teknik budidaya di Kecamatan Pasekan berdasarkan komoditasnya terbagi
menjadi dua, yaitu monokultur dan polikultur. Teknik budidaya monokultur
dilakukan dengan cara memelihara hanya udang windu saja dalam satu petakan
tambak sehingga benih yang dibutuhkan hanya benur saja. Teknik budidaya
polikultur dilakukan dengan cara memelihara udang windu dan ikan bandeng pada
saat yang bersamaan dalam satu petakan tambak sehingga benih yang dibutuhkan
yaitu benur dan nener (benih bandeng). Berdasarkan hal tersebut, maka kebutuhan
benur setiap pembudidaya akan berbeda setiap hektar lahannya tergantung pada
komoditas yang digunakan. Perbedaan tersebut juga akan menyebabkan
perbedaan produksi yang akan berimplikasi pada perbedaan pendapatan yang
diperoleh pembudidaya udang windu.
Benur yang banyak digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan yaitu
benur oslah. Benur oslah merupakan benur hasil pendederan dari pembenih kedua
yang khusus membesarkan benur dari hatchery. Benur oslah memiliki ukuran dan
umur yang sudah cukup kuat dibandingkan dengan benur hatchery, sehingga bisa
langsung ditebar ke dalam tambak pembesaran. Pada umumnya, hatchery
melepaskan benur ukuran Pl-12 sampai Pl-15 kemudian para pembenih kedua
melakukan pengipukan selama 5 sampai 15 hari. Benur oslah yang ditebar
responden berukuran Pl-19 sampai Pl-21 dengan harga Rp 25,00 per ekor. Hal
tersebut menunjukkan bahwa permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan
7
sangat tinggi karena harga benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual
dengan harga sama.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1). Bagaimana karakteristik dan keadaan umum usaha pembudidaya udang windu
di Kecamatan Pasekan, Indramayu?
2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan benur oslah?
3). Berapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Mengkaji karakteristik dan keadaan umum usaha budidaya tambak udang
windu responden
2). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah
3). Mengkaji elastisitas permintaan benur oslah
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada Program Studi
Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
2). Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dan yang membutuhkan,
misalnya Dinas Perikanan dan Kelautan cabang Kecamatan Pasekan dan
peneliti selanjutnya.
3). Sebagai bahan latihan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa dalam mengamati, mempelajari, menganalisis, dan melaporkan
suatu permasalahan dalam bentuk tulisan karya ilmiah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon)
Secara Internasional udang windu dikenal sebagai black tiger, tiger
shrimp, atau tiger prawn. Istilah tiger ini muncul karena corak tubuhnya berupa
garis-garis loreng mirip harimau, tetapi warnanya hijau kebiruan. Udang windu
dalam bahasa daerah dinamakan juga sebagai udang pancet, udang bago, lotong,
udang liling, udang baratan, udang palaspas, udang tepus, dan udang userwedi
(Suyanto dan Mujiman, 2005).
Klasifikasi udang windu menurut Amri (2003) yaitu sabagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Famili : Penaidae
Genus : Panaeus
Spesies : Penaeus monodon
Gambar 1. Udang Windu (Penaeus monodon) Sumber: www.geocities.com/cwsmdn/udang.JPG
Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin disebut
exoskeleton, kecuali sambungan antar ruas sehingga udang tetap mudah bergerak
dan membungkuk. Tubuh udang windu dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
cephalotorax yang terdiri dari kepala dan dada, serta bagian abdomen yang terdiri
dari perut dan ekor ( Murtidjo dan Mujiman, 1989).
9
2.2. Benih Udang (Benur)
Benih udang, sekarang lebih populer disebut benur, singkatan dari kata
benih dan urang (Bahasa Jawa yang artinya udang). Benur menurut Suyanto dan
Mujiman (2005) bisa didapat dari alam atau dari tempat pembenihan (hatchery).
Benur dari alam terdapat banyak di pantai-pantai atau laut bagian tepi yang airnya
dangkal dan sedikit payau, sehingga dapat dengan mudah ditangkap dengan
menggunakan seser. Benur yang ditangkap biasanya campuran berbagai jenis
udang, ada udang putih, windu, dan kerosok. Bahkan bercampur pula dengan
berbagai benih ikan. Penangkap benur harus bersusah payah memisahkan benur
jenis khusus (benur windu) diantara sampah-sampah dan benur-benur lain.
Benur alam dapat dibedakan berdasarkan ukurannya (Suyanto dan
Mujiman, 2005), yaitu benur yang masih halus (post larva) dan benur kasar
(juvenil). Benur halus biasanya terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya masih
bersifat pelagis dengan warna coklat kemerahan. Panjangnya antara 9-15 mm.
Cucuk kepalanya lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S. Bentuk seperti
huruf S ini dinamakan sigmoid. Bentuk keseluruhan seperti jet. Ekor membentang
seperti kipas. Bentuknya mirip potongan lidi kecil yang bersungut lurus, besar dan
berumbai dibagian depannya. Sedangkan benur kasar biasanya lebih memasuki
muara-muara sungai ataupun terusan-terusan. Hidupnya bersifat benthis, yaitu
suka berdiam di dekat dasar perairan. Sungutnya berbelang-belang selang-seling
coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna biru kehijauan
atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renangnya berbelang-belang
kuning biru.
Sejak dilaksanakan intensifikasi tambak udang, maka kebutuhan benur
untuk penebaran di tambak tidak lagi dapat dipenuhi dari benur penangkapan di
alam. Seiring dengan kemajuan teknologi, udang windu dapat dibenihkan dengan
bantuan tangan manusia, yaitu di panti benih atau hatchery. Berbeda dengan benur
alam, benur hasil hatchery dapat diseragamkan ukurannya. Selain itu, kesehatan
dan penampilan fisiknya pun terjaga (Syahid, et al, 2006).
Bagi petambak yang ingin segera melakukan pembesaran langsung
membeli benih dari pembenih kedua hingga berukuran oslah. Umumnya, hatchery
melepaskan benur dengan ukuran Pl-12 sampai Pl-15. Para pembenih kedua ini
10
kemudian melakukan pengipukan selama 5-7 hari hingga benur berukuran Pl-20
sampai Pl-22. Benur berukuran lebih dari Pl-20 tersebut disebut juga dengan
istilah oslah (Syahid, et al, 2006).
Pengemasan, pengangkutan, dan jarak dari lokasi pembenihan ke lokasi
tambak sering kali menimbulkan masalah serius, terutama banyaknya benur yang
mati selama pengangkutan. Faktor utama yang dievaluasi selama pengangkutan
yaitu air sebagai media benur selama pengangkutan. Kondisi air diusahakan dalam
keadaan normal, baik temperatur, salinitas, derajat keasaman (Ph), dan
kandungan oksigen (Murtidjo, 2007). Benur sangat sensitif terhadap perubahan
temperatur. Jika temperaturnya tidak cocok, benur akan rentan dan mengalami
stres. Salinitas air selama pengangkutan diusahakan sama dengan salinitas air di
lokasi pembenihan. Kandungan oksigen terlarut sangat erat kaitannya dengan
kepadatan serta lama pengangkutan. Jika oksigen sedikit, maka jumlah benur yang
dapat ditampung juga sedikit, dengan waktu dan pengangkutan tidak lama.
Tingkat kepadatan benur dan lama pengangkutan agar resiko dapat dihindari dapat
dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran Benur, Kepadatan Benur dan Lama Pengangkutannya Kepadatan benur dan lama pengangkutan Ukuran
(mm) 12 jam 6 jam 2 jam
PL
5-8 500 600 1000 PL10
18-20 300 400 1000 PL15
21-30 200 300 500 PL20-PL30
31-35 100 200 300 PL31-PL40
>35 50 100 100 PL40
Sumber : Murtidjo (2007)
2.3. Budidaya Udang Windu (Panaeus monodon)
2.3.1. Pengelolaan Tambak
Pengelolaan tambak udang windu harus dilaksanakan secara simultan dan
berurutan mulai dari persiapan tambak sampai kegiatan panen. Kegiatan pokok
dalam pengelolaan tambak udang windu menurut Suyanto dan Mujiman (2005)
adalah sebagai berikut:
11
1. Mempersiapkan petak tambak. Kegiatan ini meliputi perbaikan saluran pintu
air, pemasangan saringan, meratakan dasar petakan tambak dan memperbaiki
tanggul, memberantas hama dengan cara pemberian kapur pada dasar tambak,
pemupukan (hanya untuk tambak semi-intensif), dan pengisian air ke dalam
tambak.
2. Aklimatisasi dan penebaran benur. Aklimatisasi artinya penyesuaian terhadap
keadaan lingkungan yang berbeda. Kegiatan ini berguna untuk mencegah
terjadinya shok pada suatu organisme apabila organisme itu dipindahkan dari
satu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya. Penebaran
benur sangat baik apabila dilakukan pada pagi hari atau sore hari ketika udara
tidak terlalu panas.
3. Pemberian pakan dan pengaturannya. Pada tambak semi-intensif, benur dapat
memperoleh pakan alami selama satu bulan sampai dua bulan, tergantung
pada kesuburan tambak dan keberhasilan teknik pemupukan.
4. Pemasangan kincir. Kincir biasanya dipasang setelah masa pemeliharaan 1,5-2
bulan, karena pada masa itu udang sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.
Pemasangan kincir pada tambak berguna untuk menambah daya kelarutan
oksigen dalam air.
5. Mengadakan pemantauan terhadap pertumbuhan, derajat kehidupan udang,
kualitas air, adanya hama yang mungkin masuk, dan pergantian air sehari-hari.
6. Panen dan memasarkannya. Kegiatan panen biasanya dilakukan setelah masa
pemeliharaan selama 4-5 bulan.
2.3.2. Teknologi Budidaya Tambak
Teknologi budidaya udang windu menurut Amri (2003) terbagi menjadi
tiga tingkatan, yaitu teknologi sederhana atau budidaya ekstensif (tradisional),
teknologi madya atau budidaya semi-intensif, dan teknologi maju atau budidaya
intensif.
1. Teknologi Sederhana atau Budidaya Ekstensif (Tradisional)
Budidaya udang windu dengan sistem ini pada mulanya hanya
mengandalkan faktor alam sehingga produksinya relatif rendah. Namun, seiring
dengan berkembangnya budidaya diareal tambak, produksinya bisa ditingkatkan.
12
Peningkatan produksi ini bisa dilakukan dengan menambah perlakuan tertentu,
seperti penebaran benih (tidak mengandalkan sepenuhnya dari alam), pengapuran,
pemupukan, pemberian pakan tambahan, dan pengaturan air dengan bantuan
pompa. Jumlah benur yang ditebar pada budidaya teknologi sederhana atau
budidaya ekstensif yaitu di bawah 60.000 ekor/ha/musim. Makanan yang
diberikan berasal dari pakan alami yang tumbuh dari hasil pemupukan. Selain itu
udang windu juga mendapat pakan tambahan seadanya. Pemanenan dilakukan
setelah 4 sampai 5 bulan pemeliharaan. Jika jumlah benur yang ditebar sekitar
20.000 ekor/ha/musim maka hasil yang diperoleh sekitar 400 kg.
2. Teknologi Madya atau Budidaya Semi-intensif
Budidaya Udang windu dengan teknologi madya biasa juga disebut
dengan budidaya semi-intensif. Jumlah benur yang ditebar di tambak semi-
intensif sebanyak 60.000 sampai 150.000 ekor/ha/musim. Disamping pemberian
pakan tambahan, budidaya udang windu semi-intensif masih melakukan
pemupukan dasar. Penggantian air yang teratur dengan volume yang cukup tinggi
sangat diperlukan. Dalam satu tahun dapat dilakukan dua kali penanaman dengan
hasil antara 1200 kg/ha/musim sampai dengan 3000 kg/ha/musim
3. Teknologi Maju atau Budidaya Intensif
Budidaya udang windu dengan teknologi maju juga sering disebut dengan
budidaya intensif. Pada sistem budidaya ini tidak dilakukan pemupukan atau
pemupukan hanya dilakukan ketika penebaran benur. Pakan yang disediakan
sepenuhnya menggunakan pakan buatan yang bentuk, ukuran, dan dosisnya
disesuaikan dengan ukuran dan stadium udang. Penggantian air yang teratur
dengan volume yang memadai mutlak diperlukan dalam budidaya sistem intensif.
Sehingga pompa air mutlak diperlukan. Sementara itu, untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dalam air tambak perlu digunakan aerator, misalnya
kincir air (paddle wheel). Padat penebarannya antara 150.000 ekor/ha/musim
sampai dengan 300.000 ekor/ha/musim atau lebih. Masa pemeliharaan benur
selama 4 bulan. Dari 200.000 ekor benur menghasilkan produksi sekitar 4.000
kg/ha/musim.
13
2.4. Definisi Permintaan
Permintaan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) adalah jumlah suatu
barang yang akan dibeli oleh konsumen pada kondisi, waktu, dan harga tertentu.
Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan dan jumlah komoditas yang diminta
(Sugiarto et al, 2002). Permintaan menurut Rahardja dan Manurung (2002) adalah
keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama
periode waktu tertentu. Istilah permintaan mengacu pada keseluruhan hubungan
antara harga dan kuantitas yang diminta. Ada tiga hal penting yang perlu
diperhatikan dalam makna jumlah yang diminta. Pertama, jumlah yang diminta
merupakan kuantitas yang diinginkan. Kedua, apa yang diinginkan tidak
merupakan harapan kosong, tatapi merupakan permintaan efektif. Ketiga,
kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian kontinyu yang harus
dinyatakan dalam banyaknya persatuan waktu (Lipsey,et al, 1995).
Hubungan antara harga suatu barang dan kuantitas yang akan diminta
adalah berhubungan secara negatif, dengan faktor lain dianggap sama. Hubungan
ini dikenal sebagai hukum permintaan. Hukum permintaan menurut Lipsey, et al
(1995) adalah hubungan antara jumlah yang diminta dengan harga dinyatakan
dalam bentuk grafik oleh sebuah kurva permintaan yang menunjukkan berapa
banyak jumlah yang akan diminta pada tiap tingkat harga pasar, dengan faktor lain
tetap sama.
2.4.1. Permintaan Input
Permintaan input merupakan permintaan turunan (derived demand).
Permintaan turunan (derived demand) merupakan permintaan akan suatu produk
yang akan dipergunakan sebagai input dalam produksi barang atau jasa oleh
perusahaan lain (Komara, 2008). Permintaan turunan menurut Hanafiah dan
Saefuddin (1983) adalah permintaan tidak langsung, misalnya permintaan yang
terdapat di pasar grosir, di pasar pengolahan, dan permintaan di berbagai tingkat
pedagang perantara, semua jenis permintaan tersebut berasal dari permintaan
konsumen di tingkat eceran. Dalam hal ini, permintaan benur udang windu oleh
pembudidaya merupakan permintaan turunan dari permintaan udang windu
konsumsi.
14
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Berdasarkan hukum permintaan, harga barang yang dimaksud merupakan
variabel atau faktor yang mempengaruhi permintaan, cateris paribus. Adanya
asumsi yang menganggap faktor lain tetap sama tentu sangat berbeda dalam
kenyataan sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan analisis bagaimana faktor
penting lainnya akan mempengaruhi permintaan.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kuantitas yang diminta menurut
Bilas (1989) yaitu harga barang tersebut, harga barang-barang lain, pendapatan,
selera, dan kemakmuran. Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu
komoditas ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu harga komoditi itu
sendiri, harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut,
pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi
pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan
ramalan mengenai keadaan di masa mendatang (Sugiarto et al, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas yang diminta menurut
Nicholson (2002) yaitu harga, pendapatan, dan preferensi, cateris paribus.
Secara matematis kuantitas yang diminta dan faktor-faktor yang mempengaruhi
dapat ditulis dalam bentuk fungsi permintaan sebagai berikut:
Qdx = f (Px, Py, I, preferensi) cateris paribus
Fungsi permintaan di atas bisa diartikan bahwa kuantitas permintaan barang X
dipengaruhi oleh harga barang X (Px), Harga barang Y(Py), pendapatan (I), dan
preferensi. Namun bukan berarti faktor-faktor lain tidak berpengaruh, untuk
menyederhanakan maka digunakan asumsi cateris paribus seperti yang tertulis di
belakang fungsi tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang menurut
Rahardja dan Manurung (2002) adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain
yang terkait, tingkat pendapatan per kapita, selera atau kebiasaan, jumlah
penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan dan usaha-
usaha produsen meningkatkan penjualan. Hubungan antara faktor-faktor tersebut
dengan jumlah permintaan secara matematis ditulis sebagai berikut:
Qdx = [(Px, Py, Y/kap, sel, Pen, Pp, Ydist, Adv)]
- +/- + + + + + +
15
Dimana : Qdx = permintaan barang x
Px = harga barang x
Py = harga barang Y (substitusi atau komplementer)
Y/kap = pendapatan per kapita
sel = selera
Pen = jumlah penduduk
Pp = perkiraan harga barang X periode mendatang
Ydist = distribusi pendapatan
Adv = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)
Variabel penting yang mempengaruhi banyaknya komoditi yang akan
dibeli semua rumah tangga pada periode waktu tertentu menurut Lipsey, et al
(1995) yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga
komoditi lain, selera, distribusi pendapatan di antara rumah tangga, dan besarnya
populasi.
Perubahan permintaan yang disebabkan oleh faktor-faktor di atas dapat
dibedakan dalam dua pengertian yaitu pergerakan sepanjang kurva permintaan
atau movement along a demand curve (increase or decrease in quantity demand)
(Gambar 2) dan pergeseran seluruh kurva permintaan atau shift/change in demand
(increase or decrease in demand) (Gambar 3). Kurva permintaan akan mengalami
pergerakan sepanjang kurva permintaan apabila harga barang yang diminta
berubah dan akan mengalami pergeseran seluruh kurva apabila faktor selain
harga yang diminta berubah.
P
(harga)
P1
P0
P2 D
Q (kuantitas)
Q1 Q0 Q2
Gambar 2. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan Sumber : Lipsey et al (1995)
16
P
D1 D0 D2
Q (kuantitas)
Gambar 3. Pergeseran seluruh kurva Permintaan Sumber : Lipsey et al (1995)
Perubahan harga komoditi lain yang berkaitan terhadap kuantitas barang
yang diminta terlebih dahulu harus di lihat keterkaitan atau hubungan antar barang
tersebut, barang itu merupakan barang komplemen atau barang substitusi. Dua
barang brsifat komplemen jika kenaikan harga satu barang akan menurunkan
kuantitas permintaan barang lainnya. Misalkan, harga barang Y meningkat maka
kurva permintaan barang X akan bergesar ke kiri. Sebaliknya barang substitusi
adalah sifat dua barang yang jika harga salah satunya meningkat maka kuantitas
barang lainnya yang diminta akan meningkat, sehingga kurva permintaan barang
X akan bergeser ke kanan jika harga barang Y meningkat.
Perubahan pendapatan akan menggeser seluruh kurva permintaan.
Kenaikan pendapatan dengan asumsi faktor lain tetap sama, akan mengakibatkan
kuantitas yang diminta juga bertambah untuk barang normal sehingga kurva
permintaan akan bergeser ke kanan. Kenaikan pendapatan akan mengurangi
kuantitas yang diminta untuk barang inferior, sehingga akan terlihat dari
pergeseran kurva permintaan ke kiri.
2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Input
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan input menurut Komara
(2008) yaitu sebagai berikut:
1). Harga Input. Jika harga input naik maka akan terjadi pergerakan ke kiri atas di
sepanjang kurva permintaan inputnya. Hal ini menyebabkan jumlah input
yang diminta akan semakin berkurang.
2). Harga Output. Harga output disini dibedakan menjadi dua yaitu harga output
itu sendiri dan harga output lain. Jika harga output itu sendiri meningkat maka
akan menyebabkan permintaan input meningkat. Sedangkan harga output lain
17
diklasifikasikan menjadi harga output substitusi dan harga output
komplementer. Harga output substitusi mempunyai hubungan negatif dengan
jumlah input yang diminta sedangkan harga output komplementer mempunya
hubungan positif dengan jumlah input yang diminta.
2.6. Elastisitas Permintaan
Elastisitas menurut Nicolson (2002) adalah ukuran persentase perubahan
suatu variabel yang disebabkan oleh satu persen perubahan variabel lainnya.
Elastisitas permintaan menurut Sugiarto, et al (2002) adalah ukuran kuantitatif
yang menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga maupun faktor
lainnya terhadap perubahan permintaan dari suatu komoditas. Elastisitas
dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana respon terhadap perubahan kuantitas
yang diminta akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Koefisien
elastisitas itu sendiri dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam
variabel yang tak bebas (dependent variable) dibagi dengan persentase perubahan
dalam variabel bebas (independent variable).
Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
elastisitas harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan (Sugiarto et al,
2002)
a. Elastisitas Harga
Elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan jumlah
komoditas yang diminta terhadap perubahan harga tersebut dengan asumsi cateris
paribus (Sugiarto, et al, 2002). Nilai elastistas permintaan terhadap harga
merupakan hasil bagi antara persentase perubahan jumlah komoditas yang diminta
dengan persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan
suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah
komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga. Secara
numerik, elastisitas permintaan terhadap harga dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Sugiarto, et al, 2002)
Ep = Persentase perubahan jumlah yang diminta Persentase perubahan harga
Elastisitas harga dapat diperoleh dengan cara perhitungan busur dan perhitungan
titik. Melalui cara perhitungan busur, elastisitas harga diperoleh dengan
18
membandingkan dua titik keseimbangan (equilibrium). Cara ini biasanya
digunakan apabila persamaan kurva permintaan (fungsi permintaan) tidak
diketahui. Apabila fungsi permintaan diketahui, maka elastisitas harga diperoleh
dengan cara perhitungan titik ( Rahardja dan Mandala, 2002 ). Misalnya fungsi
permintaan Q =f(P), maka;
Ep = dQ x P dP Q
dimana : dQ = turunan pertama dari fungsi permintaan dP
P = harga pada titik keseimbangan yang diamati
Q = jumlah pada titik keseimbangan yang diamati
Angka elastisitas dapat bervariasi mulai dari nol sampai tak terhingga.
Elastisitas sama dengan nol jika perubahan harga tidak menyebabkan perubahan
jumlah yang diminta, Artinya jumlah yang diminta tidak peka terhadap adanya
perubahan harga. Semakin besar elastisitas harga, maka semakin besar persentase
perubahan jumlah ynag diminta untuk suatu persentase perubahan harga tertentu
(semakin peka jumlah yang diminta terhadap perubahan harga).
Tabel 5. Nilai Elastisitas Harga Nilai Elastisitas Harga Keterangan
Inelastis ( Ep < 1) Perubahan (dalam persentase) permintaan
lebih kecil daripada perubahan harga
Elastis (Ep > 1) Perubahan permintaan lebih besar daripada
perubahan harga
Elastisitas unitari (Ep = 1) Perubahan permintaan sama dengan
perubahan harga
Elastisitas sempurna (Ep = 0) Perubahan harga tidak menyebabkan
perubahan jumlah yang diminta
Elastis tak terhingga (Ep = ∞ ) Perubahan haraga sedikit saja menyebabkan
perubahan permintaan tak terbilang besarnya
Sumber : Rahardja dan Manurung (2002)
19
Besarnya elastisitas harga suatu komoditas tertentu dipengaruhi oleh
sejumlah faktor. Faktor-faktor yang menentukan elastisitas harga menurut
Rahardja dan Manurung (2002) adalah sebagai berikut:
(a). Tingkat substitusi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang, maka
permintaan semakin inelastis.
(b). Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, maka permintaan akan
suatu barang semakin inelastis.
(c). Proporsi kenaikkan harga terhadap pendapatan konsumen. Semakin besar
proporsi kenaikkan harga terhadap pendapatan konsumen, maka permintaan
cenderung lebih elastis.
(d). Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang mempunyai
pengaruh terhadap elastisitas harga. Namun, hal ini tergantung pada apakah
barangnya durabel atau non-durabel. Barang-barang yang habis dipakai dalam
waktu kurang dari satu tahun (barang tidak tahan lama atau non-durable
goods) memiliki elastisitas harga lebih besar dalam jangka panjang
dibandingkan dalam jangka pendek. Barang-barang yang masa konsumsinya
lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods), permintaannya
lebih elastis dalam jangka pendek dibanding jangka panjang.
b. Elastisitas Silang
Elastisitas permintaan silang merupakan koefisien yang menunjukkan
besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan
komoditas lain (Sugiarto, et al, 2002). Elastisitas silang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Ec = Persentase perubahan jumlah yang diminta untuk sebuah barang (X) Persentase perubahan harga untuk barang lain (Y)
Koefisien elastisitas permintaan silang sering digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai komoditas.
Tanda koefisien dari elastisitas silang akan tergantung kepada apakah komoditas
yang terkait merupakan komoditas pelengkap (komplementer) atau komoditas
pengganti (substitusi). Apabila komoditi X dan komoditi Y adalah barang
substitusi, maka elastisitas silangnya bernilai positif (Ec > 0) karena peningkatan
harga komoditi Y akan membuat jumlah komoditi X yang diminta juga
meningkat. Bila komoditi X dan komoditi Y adalah barang komplemen, maka
20
elastisitas silangnya bernilai negatif (Ec<0) karena peningkatan harga Y akan
membuat jumlah komoditi X yang diminta menurun.
c. Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya
perubahan permintaan atas suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan
pendapatan konsumen (Sugiarto, et al, 2002). Elastisitas pendapatan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Ei = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan
Nilai elastisitas pendapatan dapat digunakan untuk membedakan kategori
komoditas apakah termasuk kategori komoditas mewah, normal, inferior, atau
kebutuhan pokok. Komoditas normal dan mewah memiliki nilai elastisitas
pendapatan positif (Ei>0). Bila nilai elastisitas pendapatan antara nol sampai
dengan satu (0<Ei<1), maka komoditi tersebut merupakan barang-barang pokok
(esential goods). Pada sebagian komoditi, kenaikan pendapatan justru mengurangi
permintaannya, sehingga elastisitas permintaannya negatif (Ei<0). Komoditi-
komoditi ini dalam istilah ekonomi disebut barang inferior (inferior goods).
Permintaan akan produk yang berbeda mempunyai elastisitas yang
berbeda pula. Faktor-faktor yang berpengaruh pada elastisitas permintaan menurut
Hanafiah dan Saefuddin (1983) adalah sebagai berikut:
(a). Kemungkinan tentang barang pengganti. Produk dengan sedikit barang
penggantinya mempunyai permintaan lebih inelastis.
(b). Jumlah kemungkinan penggunaan. Semakin besar kemungkinan penggunaan
dari suatu produk semakin besar pula elastisitas permintaannya.
(c). Arti pengeluaran untuk suatu barang dibandingkan dengan pendapatan. Jika
harga (pengeluaran untuk barang) merupakan bagian kecil dari pendapatan,
seperti garam, maka permintaan akan barang itu menjadi tidak elastis.
(d). Tradisi. Jika penggunaan dari satu barang semakin manjadi tradisi atau
kebiasaan yang tetap, maka permintaan barang tersebut menjadi tidak elastis.
(e). Keharusan untuk keperluan hidup. Barang-barang yang sudah menjadi
keharusan untuk hidup, misalnya garam, mempunyai permintaan yang relatif
tidak elastis.
(f). Tingkat pendapatan. Konsumen dengan pendapatan tinggi mempunyai
21
permintaan lebih inelastis daripada konsumen dengan pendapatan rendah.
Perubahan harga tidak atau memberi respon kecil sekali dikalangan konsumen
tinggi.
(g). Mutu barang. Barang-barang bermutu baik mempunyai permintaan yang lebih
elastis daripada barang bermutu rendah.
(h). Lokasi daerah produksi terhadap pasar. Permintaan barang di daerah produksi
kekurangan dan dekat pasar relatif lebih elastis daripaada di daerah produksi
berlebihan dan berjauhan dari pasar. Keadaan yang serupa bahwa permintaan
barang di pasar eceran lebih elastis daripada di daerah produksi.
2.7. Model Ekonometrika
Model ekonometrika adalah suatu model aljabar khas yang bersifat
stokhastik yang terkandung di dalamnya satu atau beberapa variabel acak. Jika
model teoritis hanya menyatakan pola hubungan umum, maka model
ekonometrika telah menyatakan pola hubungan dari variabel-variabel tertentu.
Pola hubungan tersebut dapat bersifat linier ataupun non-linier (Yuwono, 2005).
Model ekonomi merupakan penjelasan dari keseluruhan atau sebagian fenomena
ekonomi, dengan mengabaikan sebagian aspek yang dianggap kurang penting.
Suatu model dikatakan baik bila memenuhi kriteria ekonomi, matematika dan
ekonometrika (Koutsoyiannis, 1988)
Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan
simultan (Gujarati, 1997). Persamaan tunggal adalah persamaan dimana variabel
tak bebas dinyatakan sebagai variabel fungsi dari satu atau lebih variabel bebas,
sehingga hubungan antara variabel tak bebas dan variabel bebas merupakan
hubungan satu arah. Sedangkan persamaan simultan adalah persamaan yang
menggambarkan ketergantungan di antara berbagai variabel dalam persamaan-
persamaan tersebut.
Metodologi ekonometrika yang masih mendominasi penelitian-penelitian
empiris dibidang ekonomi dan bidang-bidang yang terkait, yaitu metodologi
tradisional atau metodologi klasik (Sarwoko, 2005). Langkah-langkah metodologi
tersebut yaitu sebagai berikut:
22
1. Pernyataan teori atau hipotesis
2. Spesifikasi model matematika dari teori
3. Spesifikasi model ekonometrika dari teori
4. Pengumpulan data
5. Estimasi parameter-parameter model ekonometrika
6. Pengujian hipotesis
7. Peramalan atau prediksi
8. Menggunakan model untuk pengendalian dan tujuan kebijakan
Prosedur atau tahapan ekonometri berdasarkan hubungan-hubungan pada
teori ekonomi menurut Sumodiningrat (1994) yaitu sebagai berikut:
(1). Merumuskan persamaan matematis yang menggambarkan hubungan antara
berbagai variabel ekonomi, seperti yang diterangkan oleh teori ekonomi
(Spesifikasi)
(2). Merancang metode dan prosedur berdasarkan teori statistik, untuk
mendapatkan sampel yang mewakili dunia nyata.
(3). Menyusun metode penaksiran (estimasi) parameter hubungan-hubungan yang
dilukiskan pada langkah pertama (penaksiran)
(4). Menyusun metode (statistik) untuk keperluan pengujian validitas teori,
dengan menggunakan parameter-parameter yang telah didapat pada langkah
ketiga (verifikasi).
(5). Mengembangkan metode peramalan ekonomi ataupun implikasi kebijakan
berdasarkan parameter-parameter yang telah ditaksir (aplikasi/penerapan).
Spesifikasi model mengandung dua arti, yaitu pemilihan variabel-variabel
bebas yang tepat dan pemilihan bentuk fungsi yang tepat (Sarwoko, 2005).
Pertimbangan utama untuk menentukan sebuah variabel bebas dalam persamaan
regresi yaitu variabel tersebut merupakan variabel penting yang dijelaskan dalam
teori. Teknik dasar pemilihan suatu bentuk fungsi yaitu memilih bentuk fungsi
yang memberikan contoh terbaik sesuai dengan harapan teori ekonomi ataupun
prinsip-prinsip bisnis dan kemudian menggunakan bentuk matematika untuk
membangun model tersebut.
Analisis regresi digunakan dalam mengestimasi parameter-parameter
model ekonometrika. Analisis regresi terdiri dari dua, yaitu analisis regresi
23
sederhana yang hanya terdiri dari satu variabel tak bebas (dependent variable) dan
satu variabel bebas (independent variable), serta analisis regresi berganda dimana
sebuah variabel tak bebas (dependent variable) dipengaruhi oleh lebih dari satu
variabel variabel bebas (independent variable) (Gujarati, 1997).
III. KERANGKA PEMIKIRAN STUDI
Upaya pengembangan usaha budidaya udang di tambak terus dilakukan
melalui program perluasan wilayah tambak dan intensifikasi tambak.
Keberhasilan program tersebut harus ditunjang oleh penyediaan benih udang
(benur) secara kontinu, baik yang berasal dari alam atau dari hatchery. Permintaan
benur dari hatchery semakin meningkat karena benur dari alam hanya mencukupi
sekitar 4-6 % dari total benur yang dibutuhkan dan sisanya berarti dipenuhi dari
hasil hatchery. Bagi pembudidaya tambak udang windu yang ingin segera
melakukan pembesaran akan langsung membeli benur dari pembenih kedua
hingga berukuran oslah.
Benur yang digunakan pembudidaya di Kecamatan Pasekan adalah benur
oslah. Benur oslah memiliki ukuran dan umur yang sudah cukup kuat
dibandingkan dengan benur hatchery, sehingga bisa langsung ditebar ke dalam
tambak pembesaran. Para pembudidaya udang windu harus memilih benur yang
benar-benar berkualitas. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi pembelian benur. Faktor-faktor paling umum yang
mempengaruhi pembelian benur yaitu luas lahan, produksi, pendapatan
pembudidaya, harga udang windu, dan sistem budidaya berdasarkan
komoditasnya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan benur oslah yaitu analisis regresi. Analisis elastisitas
dilakukan untuk mengetahui respon permintaan benur terhadap perubahan faktor-
faktor tersebut. Analisis Deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik
pembudidaya udang windu di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Alur
kerangka pemikiran studi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
25
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Studi Keterangan : Batas penelitian
Pembudidaya udang windu
Sistem budidaya - Polikultur - monokultur
Karakteristik pembudidaya
Analisis deskriptif
non benur: - Lahan - Kapur - Pakan - Obat-obatan - Tenaga kerja
Permintaan Benur
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan :
- Luas lahan - Produksi - Harga udang windu - Pendapatan - Teknik budidaya
Model Ekonometrika Permintaan benur
Perubahan permintaaan benur
Analisis elastisitas
Benur
Faktor produksi (input)
26
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Metode studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang
berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas
(Maxfield, 1930 dalam Nazir, 1988). Tujuan studi kasus adalah untuk
memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta
karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari
sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir, 1988).
Satuan kasus dalam penelitian ini yaitu pembudidaya udang windu dengan sistem
monokultur dan polikultur (udang dan bandeng) yang menggunakan benur oslah
di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April 2008 di
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
tersebut dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa udang windu merupakan
hasil produksi budidaya tambak terbesar Kabupaten Indramayu dan Kecamatan
Pasekan merupakan penghasil produksi udang windu terbesar di Indramayu.
4.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data menurut sumber pengambilannya dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data skunder. Data primer merupakan informasi yang
dikumpulkan melalui wawancara atau dengan pengisian kuisioner dan
pengamatan langsung di lapangan sedangkan data skunder merupakan data yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung
terhadap kegiatan budidaya udang windu, wawancara dengan Kepala Cabang
Dinas Perikanan Kecamatan Pasekan mengenai keadaan umum usaha budidaya
udang windu di Kecamatan Pasekan, dan wawancara dengan bantuan kuisioner
27
kepada pembudidaya udang windu mengenai karakteristik responden, keadaan
umum usaha, dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benur.
Data skunder dalam penelitian ini berupa studi pustaka, yaitu dengan
mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, skripsi, dan literatur lain yang
berkaitan dengan penelitian ini serta data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Indramayu mengenai produksi ikan per jenis usaha tahun 2004-2007
dan data luas tambak dan jumlah RTP tambak per jenis komoditas Kabupaten
Indramayu Tahun 2007.
Tabel 6. Sumber Data Berdasarkan Cara Pengambilannya No Data Cara pengambilan Sumber
1. Gambaran kegiatan budidaya
udang windu
Observasi Kegiatan budidaya
udang windu
2. Keadaan umum usaha
budidaya udang windu
Kecamatan Pasekan
wawancara Kepala Cabang Dinas
Perikanan Kecamatan
Pasekan
3. Karakteristik responden
(umur, pendidikan terakhir,
pengalaman usaha)
Wawancara
dengan bantuan
kuisioner
Pembudidaya udang
windu
4. Keadaan umum usaha
(modal, sistem budidaya,
luas lahan, padat penebaran,
harga benur, hasil produksi,
harga udang windu,
pendapatan, dan lain-lain)
Wawancara
dengan bantuan
kuisioner
Pembudidaya udang
windu
5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan
benur
Wawancara
dengan bantuan
kuisioner
Pembudidaya udang
windu
6. Data produksi ikan per jenis
usaha tahun 2004-2007
Studi pustaka Dinas Kelautan dan
Perikanan Indramayu
7. Data luas tambak dan jumlah
RTP per jenis komoditas
Studi pustaka Dinas Kelautan dan
Perikanan Indramayu
28
4.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Dalam
metode ini, semua anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih
sebagai sampel karena dalam pelaksanannya digunakan pertimbangan (Nazir,
1995). Pertimbangan atau kriteria yang harus dipenuhi oleh responden adalah
sebagai berikut:
1). Pembudidaya yang melakukan usaha budidaya udang windu dengan jenis
benur oslah.
2). Pembudidaya yaitu pemilik dan penggarap lahannya sendiri.
3). Pembudidaya yang menetap dan memiliki lahan tambak di Kecamatan
Pasekan.
4). Pembudidaya dengan pengalaman usaha minimal satu tahun dan melakukan
budidaya sampai panen minimal satu kali.
Jumlah pembudidaya yang dijadikan responden berjumlah 60 orang terdiri
dari 30 orang pembudidaya monokultur dan 30 orang pembudidaya polikultur.
Pengambilan sampel responden sebanyak 60 orang dilakukan berdasarkan syarat
minimal alat analisis statistika yaitu sebanyak 30 orang (Walpole, 1992). Namun,
untuk mendapatkan data yang lebih beragam maka responden yang diambil
sebanyak 60 orang.
4.5. Metode Analisis Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode Tabulasi
deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Pengolahan data menggunakan
program komputer EXCEL for Windows dan SPSS 13.0 for windows.
4.5.1. Analisis Tabulasi Deskriptif
Analisis tabulasi deskriptif dilakukan untuk mendapatkan karakteristik
dan keadaaan umum usaha budidaya responden secara deskriptif.
4.5.2. Spesifikasi Model
Spesifikasi model merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam
penelitian ekonometrika. Spesifikasi model terdiri dari identifikasi variabel dan
pendugaan model.
29
4.5.2.1. Identifikasi Variabel
Peubah-peubah yang dipilih dan diduga dapat memberikan penjelasan
tentang permintaan benur oslah adalah satu peubah tidak bebas (dependent
variable) dan beberapa peubah bebas (independent variable). Peubah tidak bebas
yang digunakan yaitu permintaan benur oslah dengan satuan ekor per hektar.
Sedangkan peubah bebas yang dipilih dan diduga mempengaruhi permintaan
benur oslah yaitu luas lahan, produksi windu, pendapatan, harga udang windu,
dan sistem budidaya berdasarkan komoditasnya.
Dalam bentuk umum fungsi permintaan benur oslah di Kecamatan
Pasekan Kabupaten Indramayu dapat dituliskan sebagai berikut:
Yi = f(X1, X2, X3, X4, D)
Dimana :
Yi = jumlah permintaan benur oslah (ekor/tahun)
X1 = luas lahan (ha)
X2 = pendapatan (Rp/tahun)
X3 = produksi (kg/tahun)
X4 = harga udang windu (Rp/kg)
D = sistem budidaya berdasarkan komoditas
4.5.2.2. Pendugaan Model
Bentuk logis hubungan antara variabel tak bebas dan variabel bebas harus
membandingkan antara berbagai bentuk fungsi, dan yang paling mendekati basis
teori maka fungsi tersebut yang akan dipilih. Berdasarkan teori dan pemilihan
peubah yang diduga maka dirumuskan model berbentuk regresi yang akan diuji
sebanyak empat model, yaitu model linier, model semi-log (Ln X), model semi-
log (Ln Y), dan model dobel-log. Model linier, model semi-log (Ln X), model
semi-log (Ln Y), dan model dobel-log menurut Sarwoko (2005) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1). Model Linier
Yi = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Di + ui
2). Model Semi-Log (ln X)
Yi = bo + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5 Di + ui
30
3). Model Semi-log (ln Y)
lnYi = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Di + ui
4). Model Dobel-log
lnYi = bo + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5Di + ui
dimana :
Yi = jumlah permintaan benur oslah
bo = intersep
bi = koefisien regresi variabel bebas ke i (i = 1,2,…,6)
X1 = luas lahan (ha)
X2 = produksi (kg/thn)
X3 = pendapatan (Rp/panen)
X4 = harga udang windu (Rp/kg)
Di = Dummy sistem budidaya berdasarkan komoditasnya
D = 0 , monokultur
D = 1, polikultur
ui = faktor kesalahan
4.5.3. Evaluasi Model Pendugaan
Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model
yang diduga terpenuhi secara teori dan statistik. Untuk itu kriteria pemilihan
model terbaik dalam analisis regresi linier berganda harus sesuai dengan kriteria
ekonomi, kriteria statistik dan kriteria ekonometrik.
4.5.3.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi
Penelitian parameter model regresi berdasarkan teori ekonomi yang ada,
kemudian diuji berdasarkan teori ekonomi pula. Berdasarkan teori-teori
permintaan, dikembangkan hipotesis untuk model permintaan benur oslah
sebagai berikut:
b1 > 0 : Semakin besar luas lahan, maka semakin besar kemungkinan untuk
menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya.
b2 > 0 : Semakin tinggi produksi udang windu, maka semakin besar kemungkinan
untuk menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya.
31
b3 > 0 : Semakin tinggi pendapatan, maka semakin besar kemungkinan untuk
menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya.
b4 > 0 : Semakin tinggi harga udang windu, maka semakin besar kemungkinan
untuk menaikkan jumlah benur yang diminta pembudidaya..
b5<0 : Semakin ke polikultur semakin sedikit benur yang dibutuhkan.
4.5.3.2. Evaluasi Kriteria Statistik
Pengujian suatu model regresi meliputi uji pengaruh parameter secara
individual (uji-t), uji pengaruh parameter secara keseluruhan (uji F), dan koefisien
determinasi (R2). Uji-t berguna untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap permintaan benur. Uji F digunakan untuk mengetahui
apakah seluruh variabel bebas secara serentak berpengaruh nyata terhadap
permintaan benur. Sedangkan koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai
pengukur tingkat kebaikan model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total
dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas dalam model.
Semakin tinggi keragaman yang dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin
besar koefisien determinasinya.
Model yang dianalisis menunjukkan pengujian terhadap hipotesis-
hipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk
melihat nyata tidaknya pengaruh variabel yang dipilih terhadap variabel yang
diteliti. Pengujian hipotesis baik untuk uji-t maupun uji F yaitu dengan melihat
tingkat signifikan (α). Tingkat signifikan (α) adalah probabilitas kesalahan
menolak hipotesis yang ternyata benar. Jika dikatakan α = 5 persen, berarti resiko
kesalahan mengambil keputusan adalah 5 persen. Semakin kecil nilai α, berarti
semakin rendah resiko kesalahan penelitian (Santoso, 2001).
1. Uji-t
Uji-t digunakan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel tak bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
H0 : bi = 0
H1 : bi ≠ 0,
Uji-t menurut Sarwoko, 2005 dapat dirumuskan sebagai berikut:
32
),...,3,2,1(;)(
nibiSE
bihitt ==
Dimana : bi = koefisien peubah ke-i
SE(bi) = standar error peubah ke-i
n = jumlah pengamatan
Jika:
a. -ttabel < thit < ttabel maka terima Ho artinya variabel-variabel bebas yang
diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
b. t hit < -ttabel atau t hit > ttabel maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas
yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
2. Uji F
Uji F menurut Gujarati (1997) digunakan untuk menunjukkan kemampuan
peubah-peubah bebas secara bersama-sama menjelaskan variasi dari peubah tak
bebas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Ho : bi = 0, i = 1,2,3,…,6
H1 : salah satu atau semua bi ≠ 0
F hitung = jumlah kuadrat regresi / (k)
jumlah kuadrat sisa / (n-k)
dimana : n = jumlah sampel
k = jumlah variabel dalam model
Jika:
a. Fhit > Ftabel maka tolak Ho, artinya semua variabel bebas mampu secara
bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.
b. Fhit < Ftabel maka terima Ho, artinya semua variabel bebas tidak mampu
secara baersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas.
4.5.3.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrika
1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Cara mendeteksi normalitas menurut Santoso
33
(2001) yaitu dengan melihat grafik normal probability plot, yaitu dengan melihat
penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot,
sedangkan untuk histogram dengan melihat kurva yang berbentuk genta
(lonceng). Dasar-dasar pengambilan keputusan berdasarkan grafik normal
probability antara lain :
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Autokorelasi
Autokorelasi menurut Gujarati (1997) adalah korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan
waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Model regresi harusnya
bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih antara data asli
dengan data hasil regresi) bersifat tetap untuk tiap nilai X. Cara mendeteksi
autokorelasi menurut Santoso (2001) yaitu dengan menggunakan uji Durbin-
Watson yang diambil patokannya secara umum adalah sebagai berikut:
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
Angka D-W diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi
Angka D-W diatas 2 berarti ada autokorelasi negatif
3. Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi diantara
variabel-variabel bebas dalam model regresi (Santoso, 2001). Bila variabel-
variabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut multikolinearitas
sempurna. Multikolinearitas disini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya
derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Bila variabel-
variabel bebas berkorelasi secara senpurna maka metode kuadrat terkecil tidak
dapat digunakan.
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF). VIF merupakan suatu cara mendeteksi multikolinearitas dengan
melihat sejauh mana sebuah variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua
34
variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. VIF menurut Sarwoko
(2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:
)1(
1)( 2iRbiVIF
−=
Dimana :
VIF (bi) = Variance Inlation Factor untuk masing-masing variabel
R2i = koefisien determinasi
Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak
mengalami multikolinearitas tinggi. Sebaliknya jika nilai VIF peubah bebasnya
lebih besar dari 10 maka menunjukkan persamaan tersebut masih mengalami
multikolinearitas tinggi (Sarwoko, 2005).
4. Heteroskedastisitas
Satu asumsi penting dari model regresi linier yaitu bahwa gangguan
(disturbances) ui yang muncul dalam fungsi regresi populasi harus
homoskedastik, yaitu gangguan tersebut mempunyai varians yang sama.
Pelanggaran dari asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Metode informal dan
formal untuk mendeteksi heteroskedastisitas menurut Gujarati (1997), yaitu sifat
dasar masalah, metode grafik, pengujian park, pengujian Glejser (Glejser test),
dan pengujian rank dari korelasi Spearman.
Pendeteksian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
metode grafik. Untuk melihat ada atau tidaknya pola heteroskedastisitas maka e
dipetakan terhadap Ŷ menggunakan grafik Scater Plot. Jika tidak ada pola yang
sistematis, maka diartikan bahwa varians setiap unsur residual adalah sama.
4.5.4. Elastisitas Permintaan
Analisis elastisitas permintaan bertujuan untuk mengetahui persentase
perubahan jumlah benur yang diminta (Y) terhadap perubahan sebesar satu persen
pada salah satu variabel yang mempengaruhinya (Xi).
1) Model Linier
Nilai elastisitas dihitung dengan mengalikan koefisien variabel bebas )(bi
dengan hasil bagi dari rata-rata variabel bebas )(X terhadap rata-rata variabel tak
35
bebas )(Y . Elastisitas pada model linier menurut Sarwoko (2005) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
)(YiXibi=ε
2). Model Semi-log (ln X)
Nilai elastisitas dihitung dengan membagi koefisien variabel bebas
)(bi dengan rata-rata variabel tak bebas )(Y . Elastisitas pada model Semi-log (ln x)
menurutr Sarwoko (2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:
)1(
Yibi=ε
3). Model Semi-log (ln Y)
Nilai elastisitas dihitung dengan mengalikan koefisien variabel bebas
)(bi dengan rata-rata variabel bebas )(X . Elastisitas pada model Semi-log (ln Y)
menurut Sarwoko (2005) dapat dirumuskan sebagai berikut:
)( Xibi=ε
3). Model Dobel-log
Nilai elastisitas dapat langsung diketahui dari nilai koefisien variabel
bebasnya )(bi . Elastisitas pada model Dobel-log menurut Sarwoko (2005) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
bi=ε
4.6. BATASAN DAN PENGUKURAN
1. Pembudidaya adalah pelaku usaha budidaya tambak udang windu dengan
sistem monokultur dan polikultur yang menetap di Kecamatan Pasekan.
2. Benur Oslah adalah benur windu hasil pendederan dari benur hatchery.
3. Monokultur adalah sistem budidaya dengan satu komoditas, dimana benih
yang ditebar hanya benur windu saja.
36
4. Polikultur adalah sistem budidaya dengan dua komoditas dalam satu lahan
tambak, dimana benih yang ditebar yaitu benur windu dan benih ikan bandeng
(nener).
5. Umur yaitu umur pembudidaya pada saat diwawancara.
6. Tingkat Pendidikan yaitu pendidikan terakhir yang pernah pembudidaya
tempuh.
7. Pengalaman usaha yaitu pengalaman pembudidaya selama menjalankan
usaha budidaya sendiri.
8. Luas lahan yaitu luas lahan tambak yang pembudidaya miliki dan digunakan
untuk budidaya udang windu baik dengan sistem monokultur maupun
polikultur dengan satuan hektar (ha).
9. Produksi yaitu hasil panen pembudidaya selama satu tahun dengan satuan
kilogram per tahun (kg/tahun).
10. Harga udang windu yaitu harga jual hasil panen pembudidaya pada tingkat
harga yang berlaku pada saat panen berlangsung dengan satuan rupiah per
kilogram (Rp/kg).
11. Pendapatan adalah penerimaan usaha yang diterima pembudidaya dari hasil
produksi tambak udang windu selama satu tahun setelah dikurangi total biaya
usaha selama satu tahun dengan satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
12. Permintaan benur adalah jumlah kuantitas benur windu yang diminta para
pembudidaya udang windu selama satu tahun produksi.
13. Elastisitas permintaan adalah persentase perubahan permintaan benur windu
yang diminta para pembudidaya akibat dari satu persen perubahan luas lahan,
produksi, pandapatan, dan harga udang windu.
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Letak Geografis dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Pasekan merupakan salah satu dari 31 Kecamatan yang berada
di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kecamatan Pasekan
pada tahun 2008 yaitu 6.196,22 Ha. Batas wilayah Kecamatan Pasekan sebagai
berikut:
Sebelah Barat : Kecamatan Cantigi
Sebelah Timur : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kecamatan Sindang dan Kecamatan Indramayu
Sebelah Utara : Laut Jawa
Secara geografis Kecamatan Pasekan berada pada ketinggian ± 2 m di atas
permukaan laut. Curah hujan mencapai 2.000 mm/tahun dan jumlah hari dengan
curah hujan terbanyak mencapai 45 hari. Suhu berkisar antara 21ºC-30ºC.
Tipologi Kecamatan Pasekan pada umumnya merupakan daerah pesisir/pantai
dengan bentuk wilayah datar berombak.
5.2. Kependudukan
Kecamatan Pasekan termasuk salah satu Kecamatan yang baru berdiri,
yaitu sekitar awal tahun 2006. Pembentukan Kecamatan Pasekan berdasarkan
Perda No. 1 Tahun 2005. Kecamatan Pasekan meliputi beberapa desa, yaitu Desa
Karanganyar, Pasekan, Pagirikan, Brondong, Pabean ilir, dan Totoran. Jumlah
penduduk di Kecamatan Pasekan sebanyak 25.092 orang dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 7.459 KK. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 Jenis Kelamin Jumlah (orang)
Perempuan 12.396
Laki-laki 12.696
Total 25.092
Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasekan, 2007
38
Mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk Kecamatan Pasekan
yaitu sebagai buruh tani sebanyak 3.961 orang. Data jumlah penduduk menurut
mata pencaharian pokok secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 Mata Pencaharian Pokok jumlah (orang)
Petani 1.328
Buruh tani 3.961
Buruh/swasta 657
Pegawai Negeri 139
Pengrajin 150
Pedagang 964
Peternak 131
Nelayan 936
Montir 24
Dokter 1
Pensiun PNS 15
POLRI 19
TNI 2
TKI 72
Jasa 61
Bidan desa 1
Pemulung 176
Total 8.637
Sumber: Data Monografi Kecamatan Pasekan, 2007
5.3. Budidaya Tambak Udang Windu
5.3.1. Sistem Budidaya
Kegiatan budidaya tambak udang windu di Kecamatan Pasekan
berdasarkan komoditasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu monokultur dan
polikultur. Kegiatan budidaya monokultur adalah kegiatan budidaya yang hanya
memelihara satu komoditas saja, yaitu udang windu. Sedangkan budidaya
39
polikultur adalah kegiatan budidaya yang memelihara dua atau lebih komoditas
dalam satu petak tambak dan yang paling banyak diusahakan yaitu budidaya
udang windu dan bandeng. Kegiatan budidaya monokultur di Kecamatan Pasekan
pada umumnya dilakukan dengan sistem budidaya tradisional (ekstensif). Padat
penebaran rata-rata 18.729 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran antara 10.000-
35.000 ekor/ha/musim tanam. Pada masa pemeliharaan, udang windu diberi pakan
tambahan berupa pelet, ikan gesek/rucah, gayas, dan keong. Pemberian pakan
tambahan tersebut dilakukan setelah masa pemeliharaan selama 1 bulan. Hal ini
dikarenakan pada masa pemeliharaan 1 bulan pertama masih tersedia pakan alami
yang pertumbuhannya dibantu dengan pemupukan. Pergantian air tambak bukan
hanya bergantung pada air pasang-surut tetapi juga dibantu dengan menggunakan
pompa air.
Pada budidaya polikultur penebaran benur pada suatu lahan tambak harus
disesuaikan juga dengan padat penebaran nener. Padat penebaran nener pada
tambak polikultur rata-rata sebesar 5.109 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran
penebaran antara 1.333-16.000 ekor/ha/musim tanam sedangkan padat penebaran
benurnya rata-rata sebesar 10.524 ekor/ha/musim tanam dengan kisaran penebaran
antara 2.500-25.000 ekor/ha/musim tanam. Berdasarkan padat penebaran tersebut
maka sistem budidaya berdasarkan teknologi pada budidaya polikultur termasuk
sistem budidaya tradisional (ekstensif). Sebagian besar pembudidaya polikultur
tidak memberikan pakan tambahan pada udang windu. Pakan udang windu
tergantung pada pakan alami, sisa-sisa pakan bandeng dan kotoran (feses)
bandeng. Pergantian air tambak bukan hanya bergantung pada air pasang-surut
tetapi juga dibantu dengan menggunakan pompa air.
5.3.2. Pengelolaan Tambak
5.3.2.1. Pengelolaan Tambak Monokultur
1). Persiapan petak tambak
Petak tambak dikuras airnya kemudian tanah dasar atau caren diangkat
lumpurnya dan di “teplok” pada sisi-sisi tanggul. Hal ini dilakukan untuk menutup
kemungkinan adanya lubang-lubang perembesan sekaligus untuk memperbaiki
tanggul. Setelah lumpur diangkat, tanah dasar tambak dan pelataran tambak
40
diratakan dan digemburkan dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan
tambak dijemur selama ± 1 minggu. Setelah tanah mengering, pupuk dan obat
saponin ditebarkan ke dalam tambak.Pupuk berfungsi untuk menambahkan pakan
alami sedangkan obat saponin untuk memberantas hama dan pengganggu. Setelah
itu, air dimasukkan ke dalam tambak setinggi ± 40 cm melalui pintu air, paralon,
atau dengan bantuan pompa air. Air yang dimasukkan ke dalam tambak disaring
untuk mencegah masuknya hama dan penggangu. Sebelum benur ditebar, lahan
tambak yang sudah terisi air didiamkan selama 2-5 hari.
2). Penebaran benur
Benur yang banyak digunakan oleh pembudidaya tambak udang windu di
Kecamatan Pasekan yaitu benur oslah. Ukuran benur yang digunakan berkisar
antara Pl-19 sampai Pl-21 dengan panjang rata-rata 20 mm dengan harga Rp.
25,00 per ekor. Pembudidaya biasa membeli benur tersebut dalam kemasan
kantung plastik, dimana dalam satu kantung plastik berisi 1.000 ekor. Sebelum
benur ditebar, air tambak dimasukkan dalam kemasan kantung plastik yang berisi
benur dengan perbandingan 1:1, artinya jika di dalam kantung plastik terdapat 1
ml air maka air tambak yang dimasukkan juga sebanyak 1 ml. Proses ini disebut
aklimatisasi yaitu penyesuaian terhadap keadaan lingkungan berbeda yang
berguna untuk mencegah terjadinya stress pada benur. Selama proses aklimatisasi,
benur di dalam kemasan kantung plastik didiamkan selama 10-15 menit sebelum
akhirnya di tebar ke dalam tambak. Rata-rata penebaran benur oslah oleh
responden yaitu 18.729 ekor/ha/musim.
3). Pemeliharaan
Masa pemeliharaan udang windu rata-rata selama 3-4 bulan. Pemberian
pakan tambahan berupa pelet, ikan, keong dan gayas dilakukan setelah masa
pemeliharaan sekitar 1 bulan, tergantung dari pakan alami yang terdapat di
tambak. Jika pakan alami sudah berkurang bahkan habis maka pemberian pakan
tambahan dilakukan. Tanda dari pakan alami habis yaitu banyaknya benur oslah
yang berenang ke permukaan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak
dua kali sehari (pagi dan sore) dengan jumlah pakan yang diberikan per hari 5%
dari berat badannya. Setelah ± 0,5 bulan dari awal pemberian pakan tambahan,
frekuensi pemberian pakan ditingkatkan yaitu sebanyak tiga kali sehari (pagi,
41
siang, dan sore) dengan jumlah pakan yang diberikan per hari sebesar 4% dari
berat badannya. Kemudian pemberian pakan ditingkatkan sebanyak empat kali
sehari (pagi, siang, sore, dan malam) pada saat satu bulan menjelang panen
dengan jumlah pakan yang diberikan per hari sebesar 3% dari berat badannya.
Pakan yang baik harus memiliki konversi sebesar 1,8-2. Artinya untuk
menghasilkan udang sebanyak 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,8 sampai 2 kg.
Konversi pakan pada responden dapat diketahui dari perbandingan rata-rata
pemberian pakan dan produksi udang windu (Suyanto dan Mujiman, 2005).
Semakin rendah nilai konversi maka pakan udang windu tersebut semakin baik.
Rata-rata pemberian pakan tambahan sebanyak 238,8 kg/ha/musim tanam. Rata-
rata produksi udang windu sebesar 142,34 kg/ha/musim. Sehingga didapat nilai
konversi pakan udang windu sebesar 1,7. Artinya untuk menghasilkan udang
sebanyak 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.
Pemberian obat-obatan selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya
jika memang diperlukan. Obat-obatan yang digunakan biasanya ursal yang
berfungsi sebagai penambah nafsu makan udang dan raja bandeng yang berfungsi
untuk mencerahkan air. Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi
tambak dengan air dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata
setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan bantuan pompa air.
4). Pemanenan
Pemanenan udang windu dilakukan setelah 3-4 bulan. Tetapi terkadang
panen terpaksa harus dilakukan setelah 1,5-2 bulan karena udang terserang
penyakit. Rata-rata kegiatan budidaya monokultur udang windu di Kecamatan
Pasekan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun (November- Februari dan
Maret-Juni) sehingga dalam satu tahun dilakukan dua kali pemanenan. Rata-rata
produksi udang windu sebesar 622,67 kg/tahun dengan rata-rata survival rate
(SR) sebesar 38,41%.
Kegiatan panen dilakukan dengan cara membuang air tambak melalui
paralon dengan bantuan pompa air. Di sekitar paralon di pasang waring/wadong
sehingga udang yang ikut terbawa arus air akan masuk ke dalam waring/wadong
tersebut. Setelah air surut biasanya dilakukan pendorongan ke arah
waring/wadong dengan menggunakan bantuan karung yang berisi rumput. Jika
42
masih ada sisa udang yang tidak terbawa dilakukan mengambilan langsung
dengan tangan. Peralatan panen biasanya disediakan oleh buruh panen.
Kegiatan panen dilakukan oleh buruh dengan jumlah rata-rata sebanyak 8
orang/hektar/penen dengan upah antara Rp 25.000,00-Rp 40.000,00 per orang.
Perbedaan upah tersebut biasanya disesuaikan dengan hasil penen. Semakin besar
hasil panen maka upah akan semakin besar. Upah tersebut belum termasuk biaya
makan. Konsumsi buruh selama kegiatan panen ditanggung oleh pemilik tambak.
5.3.2.2. Pengelolaan Tambak Polikultur
1). Persiapan petak tambak
Pada umumnya persiapan petak tambak pada budidaya polikultur sama
dengan persiapan petak tambak pada budidaya monokultur. Petak tambak dikuras
airnya kemudian tanah dasar atau caren diangkat lumpurnya dan di “teplok” pada
sisi-sisi tanggul. Hal ini dilakukan untuk menutup kemungkinan adanya lubang-
lubang perembesan sekaligus untuk memperbaiki tanggul. Setelah lumpur
diangkat, tanah dasar tambak dan pelataran tambak diratakan dan digemburkan
dengan menggunakan cangkul. Setelah itu, lahan tambak dijemur selama ± 1
minggu. Setelah tanah mengering, pupuk dan obat sponin ditebarkan ke dalam
tambak. Pupuk berfungsi untuk menambahkan pakan alami sedangkan obat
saponin untuk memberantas hama dan pengganggu. Setelah itu, air dimasukkan ke
dalam tambak setinggi ± 40 cm melalui pintu air, paralon, atau dengan bantuan
pompa air. Air yang dimasukkan ke dalam tambak disaring untuk mencegah
masuknya hama dan penggangu.
2). Penebaran nener dan benur
Pada umumnya persiapan penebaran benur pada budidaya polikultur sama
dengan penebaran benur pada budidaya monokultur, yaitu benur oslah perlu
diaklimatisasi terlebih dahulu. Benur oslah yang digunakan sama dengan benur
oslah yang digunakan pada budidaya monokultur. Penebaran benur dapat
dilakukan bersamaan dengan penebaran nener atau juga bisa dilakukan setelah
nener berumur ± 1 bulan. Penebaran nener bandeng sama dengan penebaran benur
oslah. Nener perlu diaklimatisasi terlebih dahulu agar nener tidak terkejut dan
stres karena adanya perbedaan suhu, pH, dan salinitas antara air dalam kantong
43
dan air dalam tambak. Harga nener yang digunakan yaitu nener dengan harga
antara Rp 60,00-90,00/ekor. Rata-rata penebaran benur oleh responden polikultur
yaitu 10.524 ekor/ha/musim tanam dan penebaran rata-rata nener sebesar 5.109
ekor/ha/musim tanam.
3). Pemeliharaan
Masa pemeliharaan udang windu pada tambak polikultur sama dengan
pada tambak monokultur, yaitu rata-rata selama 3-4 bulan sedangkan masa
pemeliharaan bandeng berkisar antara 4-8 bulan. Pada tambak polikultur, sebagian
besar pembudidaya tidak memberikan pakan tambahan pada udang windu. Pakan
tergantung pada pakan alami, sisa-sisa pakan bandeng dan kotoran bandeng.
Pemberian pakan pada bandeng dilakukan setelah bandeng berumur 1 bulan
dengan frekuensi sebanyak 2 kali sehari (pagi dan sore) dan frekuensi
ditingkatkan pada saat 3 bulan menjelang panen sebanyak 3 kali sehari (pagi,
siang, dan sore).
Pemberian obat-obatan selama pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya
jika memang diperlukan. Pada umumnya obat-obatan dan vitamin yang diberikan
sama dengan obat-obatan dan vitamin pada budidaya monokultur (ursal dan raja
bandeng). Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan mengisi tambak dengan air
dari saluran sekunder. Penggantian air dilakukan rata-rata setiap 1 minggu sekali
dengan membuka dan menutup pintu air serta jika diperlukan menggunakan
bantuan pompa air. Frekuensi penggantian air ditingkatkan menjadi setiap hari
dengan rata-rata selama 3 jam pada saat bandeng berumur lebih dari 4 bulan.
4). Pemanenan
Kegiatan panen udang windu pada tambak polikultur terjadi dengan dua
kemungkinan, yaitu panen udang dilakukan pada saat masih terdapat bandeng dan
panen udang secara bersamaan dengan panen bandeng. Jika panen udang
dilakukan pada saat bandeng masih dipelihara maka pemanenan dilakukan dengan
menebar obat decis yang dapat melemaskan udang, kemudian udang di ambil
dengan tangan langsung. Sebelumnya air tambak di buang melalui pintu air
dengan bantuan pompa air sampai pelataran kelihatan. Jika pemanenan udang
dilakukan kebetulan bersamaan dengan panen bandeng maka panen dilakukan
secara bersamaan. Bandeng dipanen dengan menggunakan arad kemudian air di
44
tambak dibuang melalui pintu air dengan bantuan pompa air. Setelah air surut
biasanya dilakukan pendorongan ke arah waring/wadong dengan menggunakan
bantuan karung yang berisi rumput. Jika masih ada sisa udang yang tidak terbawa
dilakukan mengambilan langsung dengan tangan. Rata-rata produksi udang windu
sebesar 327,33 kg/tahun dan rata-rata produksi bandeng sebesar 3.442 kg/tahun.
Rata-rata survival rate (SR) udang windu sebesar 28,80%. Peralatan panen
biasanya disediakan oleh buruh panen.
Upah buruh pada saat panen udang (tidak bersamaan dengan panen
bandeng) sama dengan upah tenaga kerja pada panen udang monokultur. Upah
buruh pada saat panen udang bersamaan dengan panen bandeng, ditentukan
berdasarkan hasil panen bandeng. Jika panen bandeng dapat 1 Ton, maka upah
buruh sebesar Rp 200.000,00 atau Rp 200,00 per kilogram bandeng yang
dihasilkan untuk satu kelompok arad. Satu kelompok arad biasanya terdiri dari 6-8
orang. Tetapi jika hasil panen kurang dari 1 Ton, maka upah tenaga kerja antara
Rp 25.000,00-Rp 40.000,00 per orang. Konsumsi buruh selama kegiatan panen
ditanggung oleh pemilik tambak.
Dibawah ini disajikan tabel pengelolaan tambak polikultur (udang dan
bandeng) menurut bulan selama satu periode.
Tabel 9. Pengelolaan Tambak Polikultur (Udang dan Bandeng) Bulan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persiapan petak tambak
Penebaran - Nener - Benur Pemeliharaan -Nener -Benur Pemanenan -bandeng -udang windu
Sumber : diolah dari data primer (2008) Keterangan : masa pemeliharaan bandeng 8 bulan dan udang 4 bulan
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Responden
6.1.1. Umur Responden
Rata-rata usia responden monokultur yaitu 47 tahun dengan kisaran antara
33 tahun sampai 70 tahun. Rata-rata usia responden polikultur berkisar antara 25
tahun sampai 65 tahun dengan rata-rata usia 44 tahun. Karakteristik responden
berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berada pada kelompok umur 39-45 tahun yaitu sebanyak 11 orang (36,00%) pada
responden monokultur dan 8 orang (26,66%) pada responden polikultur (Tabel
10). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih termasuk
umur yang produktif untuk bekerja. Data jumlah responden menurut kelompok
umur secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Kelompok Umur
(Tahun) orang % orang %
25-31 0 0 5 16,67
32-38 6 20,00 6 20,00
39-45 11 36,00 8 26,66
46-52 6 20,00 3 10,00
53-59 3 10,00 3 10,00
60-66 2 7,00 5 16,67
67-73 2 7,00 0 0,00
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : diolah dari data primer (2008)
6.1.2. Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha responden monokultur berkisar antara 5-25 tahun
dengan rata-rata 14,80 tahun sedangkan pengalaman usaha responden polikultur
berkisar antara 3-33 tahun dengan rata-rata 15,60 tahun. Pengalaman usaha
terbesar responden monokultur berada pada selang 8-12 yaitu sebanyak 9 orang
46
(30,00%) sedangkan pengalaman usaha terbesar responden polikultur berada
pada selang 13-17 yaitu sebanyak 9 orang (30,00%). Data jumlah responden
menurut pengalaman usaha secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Usaha Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Pengalaman usaha
(Tahun) orang % orang %
3-7 3 10,00 4 13,33
8-12 9 30,00 6 20,00
13-17 8 26,67 9 30,00
18-22 7 23,33 7 23,33
23-27 3 10,00 2 6,67
28-32 0 0,00 1 3,33
33-37 0 0,00 1 3,33
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : diolah dari data primer (2008)
6.1.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden tergolong masih sangat rendah, hal ini
dapat dilihat dari jumlah responden yang hanya lulusan SD atau sederajat paling
mendominasi yaitu sebanyak 24 orang (80%) pada responden monokultur dan 17
orang (56,70%) pada responden polikultur (Tabel 12).
Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Pendidikan
orang % orang %
SD 24 80,00 17 56,70
SMP 3 10,00 6 20,00
SMA 2 6,70 4 13,30
Diploma 0 0,00 3 10,00
S1 1 3,30 0 0,00
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Sumber : diolah dari data primer (2008)
47
Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kesadaran
wajib belajar sembilan tahun sebanyak 3 orang (10%) pembudidaya monokultur
dan 6 orang (20%) pembudidaya polikultur, sedangkan responden yang
berpendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 2 orang (6,7%)
pembudidaya monokultur dan 4 orang (13,3%) pembudidaya polikultur. Dari total
60 responden pembudidaya di Kecamatan Pasekan 3 orang yang bergelar Diploma
dan hanya 1 orang yang memperoleh gelar Sarjana.
6.2. Keadaan Umum Usaha Budidaya Responden
6.2.1. Luas Lahan
Luas lahan tambak budidaya monokultur berkisar antara 1-5 ha dengan
rata-rata sebesar 2,15 ha sedangkan luas lahan tambak budidaya polikultur
berkisar antara 1-15 ha dengan rata-rata sebesar 4,10 ha. Sebagian besar luas
lahan tambak responden berada pada selang 1-2 ha sebanyak 21 orang (70,00%)
responden monokultur dan 14 orang (46,67%) responden polikultur. Hal tersebut
tidak berbeda jauh dengan rata-rata luas lahan tambak udang windu di Indramayu
Tahun 2007 yaitu sebesar 1,74 ha/RTP. Data jumlah responden menurut luas
lahan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Luas Lahan Monokultur (n=30) Polikultur (n=30)
Luas lahan (Ha) Jumlah % Jumlah %
1-2 21 70,00 14 46,67
3-4 8 26,67 7 23,33
5-6 1 3,33 4 13,33
7-8 0 0,00 2 6,67
9-10 0 0,00 1 3,33
11-12 0 0,00 0 0,00
>13 0 0,00 2 6,67
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Sumber : diolah dari data primer (2008)
48
6.2.2. Padat Penebaran
Rata-rata padat penebaran responden monokultur sebesar 84.567
ekor/tahun dengan kisaran antara 20.000 ekor/tahun sampai 300.000 ekor/tahun.
Sedangkan rata-rata padat penebaran benur responden polikultur sebesar 79.400
ekor/tahun dengan kisaran antara 5.000 ekor/tahun sampai 440.000 ekor/tahun.
Padat penebaran benur oslah dominan berada pada selang 5.000-67.142
ekor/tahun yaitu 15 orang (50,00%) pada responden monokultur dan 18 orang
(60%) pada responden polikultur. Pada responden polikultur terdapat 1 orang
responden yang padat penebarannya mencapai selang 377.858-440.000 ekor/tahun
sedangkan penebaran benur responden monokultur hanya mencapai selang
253.572-315.714 ekor/tahun. Hal ini dikarenakan perbedaan luas lahan yang
dimiliki. Jadi, padat penebaran benur oslah pada lahan tambak baik monokultur
maupun polikultur berbeda-beda setiap luas lahannya. Data jumlah responden
menurut padat penebaran benur oslah dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Padat Penebaran Benur Oslah Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Padat penebaran
(ekor/tahun) Jumlah % Jumlah %
5.000-67.142 15 50,00 18 60,00
67.143-129.285 10 33,33 9 30,00
129.286-191.428 3 10,00 0 0,00
191.429-253.571 1 3,33 1 3,33
253.572-315.714 1 3,33 1 3,33
315.715-377.857 0 0,00 0 0,00
377.858-440.000 0 0,00 1 3,33
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Sumber : diolah dari data primer (2008)
Pada umumnya, pembenih kedua (pembenih yang khusus membesarkan
benur dari hatchery) melepaskan benur oslah yang berukuran Pl-20-22 (Syahid,et
al, 2006). Akan tetapi pada prakteknya, benur oslah yang ditebar responden
berukuran Pl-19 sampai Pl-21 dengan harga Rp 25,00. Hal tersebut menunjukkan
49
bahwa permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan sangat tinggi karena benur
yang belum mencapai tingkat Pl-20 sudah diminta oleh pembudidaya dan harga
benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual dengan harga sama.
6.2.3. Produksi
Produksi atau hasil panen responden monokultur lebih besar dibandingkan
dengan responden polikultur. Rata-rata produksi udang windu responden
monokultur sebesar 622,67 kg/tahun dengan kisaran anatara 160 kg sampai 2.000
kg/tahun. Rata-rata produksi pembudidaya responden polikultur sebesar 327,33
kg/tahun dengan kisaran antara 60 kg/tahun sampai 1.000 kg/tahun. Kelompok
produksi terbesar responden monokultur berada pada selang 337-613 kg/tahun
sebanyak 12 orang (40%) sedangkan kelompok produksi terbesar responden
polikultur berada pada selang terendah yaitu 60-336 kg/tahun sebanyak 18 orang
(60%). Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan padat penebaran dan
pemberian pakan pada saat pemeliharaan. Data jumlah responden menurut hasil
produksi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Hasil Panen (Produksi) Monokultur (n=30) Polikultur (n=30)
Produksi (kg/tahun) Jumlah % Jumlah % 60-336 10 33,33 18 60,00337-613 12 40,00 8 26,67614-890 1 3,33 4 13,33891-1167 3 10,00 0 0,001168-1444 1 3,33 0 0,001445-1721 0 0,00 0 0,00
>1722 3 3,33 0 0,00Jumlah 30 93,33 30 100,00
Sumber : diolah dari data primer (2008)
6.2.4. Harga Udang Windu
Harga udang windu yaitu harga jual udang windu pada saat panen. Harga
udang windu responden monokultur berkisar antara Rp 35.000,00-Rp 60.000,00
per kg dengan rata-rata sebesar Rp 44.500,00 per kg. Harga udang windu
responden polikultur berkisar antara Rp 20.000,00-Rp 55.000,00 per kg dengan
50
rata-rata sebesar Rp 42.166,67 per kg. Sebagian besar responden menghasilkan
udang windu dengan harga berkisar antara Rp 37.142,00-Rp 42.855,00 per kg
yaitu 10 orang (33,33%) pada responden monokultur dan 9 orang (30,00%) pada
responden polikultur. Data jumlah responden menurut harga udang windu secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Harga Udang Windu Monokultur (n=30) Polikultur (n=30) Harga Udang Windu
(Rp/kg) Jumlah % Jumlah %
20.000-25.713 0 0,00 1 3,33
25.714-31427 0 0,00 1 3,33
31.428-37.141 6 20,00 7 23,33
37.142-42.855 10 33,33 9 30,00
42.856-48.569 3 10,00 2 6,67
48.570-54.283 5 0,00 6 20,00
>54.284 6 0,00 4 13,33
Jumlah 30 63,33 30 100,00
Sumber : diolah dari data primer (2008)
6.2.5. Pendapatan
Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan pada responden
monokultur dan polikultur lebih besar daripada rata-rata biaya. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha budidaya monokultur dan polikultur dengan
menggunakan benur oslah menguntungkan. Rata-rata penerimaan responden
polikultur lebih besar dibandingkan dengan rata-rata penerimaan responden
monokultur. Perbedaan tersebut dikarenakan pada tambak polikultur, penerimaan
diperoleh dari hasil jual udang windu dan bandeng. Nilai R/C untuk kedua usaha
tersebut lebih besar dari 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut layak.
Nilai R/C pada budidaya monokultur sebesar 1,83, artinya dari setiap biaya
produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000,00 akan diperoleh penerimaan
sebesar Rp 1.830,00. Nilai R/C pada budidaya polikultur sebesar 1,81, artinya dari
51
setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000,00 akan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 1.810,00.
Tabel 17. Penerimaan, Biaya, Pendapatan, dan Nilai Revenue cost ratio (R/C) Monokultur (n=30) Polikultur (n=30)
Keterangan Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran
Penerimaan
(Rp/tahun) 26.211.666,67
6.400.000-
80.000.000 43.206.333,33
7.750.000-
152.000.000
Biaya
(Rp/tahun) 14.337.954,67
3.797.000-
47.449.000 23.893.406,67
3.943.000-
88.746.500
Pendapatan
(Rp/tahun) 11.873.712
1.810.875-
36.850.000 19.312.926,67
2.769.000-
63.253.500
Revenue cost
ratio (R/C) 1,83 1,81
Sumber : diolah dari data primer (2008)
Rata-rata pendapatan responden polikultur lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan responden monokultur. Perbedaan tersebut dikarenakan pada
tambak polikultur, penerimaan diperoleh dari hasil jual udang windu dan bandeng.
Rata-rata pendapatan responden monokultur sebesar Rp 11.873.712,00 per tahun
dengan pendapatan minimal Rp 1.810.875,00 per tahun dan pendapatan maksimal
Rp 36.850.000,00 per tahun. Pendapatan rata-rata responden polikultur sebesar Rp
19.312.926,67 per tahun dengan pendapatan minimal sebesar Rp 2.769.000,00
dan pendapatan maksimal sebesar Rp 63.253.500,00 (Tabel 17). Pendapatan
responden bernilai positif, hal ini berarti kegiatan budidaya udang windu dengan
menggunakan benur oslah dapat memberikan keuntungan bagi responden.
Rata-rata survival rate (SR) udang windu pada budidaya tersebut relatif
rendah yaitu 38,41% pada budidaya monokultur dan 28,80% pada budidaya
polikultur tetapi karena harga jual udang windu relatif tinggi maka hasil yang
diperoleh yaitu penerimaan lebih besar daripada biaya sehingga usaha budidaya
udang windu tersebut menguntungkan.
52
6.3. Analisis Permintaan Benur Oslah
Model atau bentuk persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan terbagi
menjadi empat model yaitu model linier, model semi log (ln y), model semi log
(ln x), dan model dobel log. Dari keempat model tersebut akan dipilih satu model
yang terbaik yaitu yang sesuai dengan kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrik.
Peubah-peubah yang dipilih dan diduga dapat memberikan penjelasan
tentang permintaan benur oslah adalah satu peubah tidak bebas (dependent
variable) dan beberapa peubah bebas (independent variable). Peubah tidak bebas
yang digunakan yaitu permintaan benur oslah dengan satuan ekor per tahun.
Sedangkan peubah bebas yang dipilih dan diduga mempengaruhi permintaan
benur oslah yaitu luas lahan dengan satuan hektar, produksi dengan satuan
kilogram per tahun, pendapatan dengan satuan rupiah per tahun, harga udang
windu dengan satuan rupiah per kilogram, dan dummy sistem budidaya
berdasarkan komoditasnya (monokultur dan polikultur).
Variabel harga benur tidak dimasukkan dalam model karena tidak adanya
variasi data atau data tidak berbeda untuk setiap responden. Harga benur oslah
yang harus dibayar pembudidaya responden di Kecamatan Pasekan sama, yaitu
sebesar Rp 25,00 per ekor.
6.3.1. Model Dugaan Permintaan Benur Oslah
Model dugaan permintaan benur oslah diperoleh dari data primer hasil
wawancara dengan pembudidaya udang windu selama penelitian berlangsung.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara analisis regresi kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square) dengan menggunakan SPSS 13.0 for Windows.
Model dugaan permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan
menggunakan 5 variabel bebas, yaitu luas lahan (X1), produksi (X2), pendapatan
(X3), harga udang windu (X4), dan Dummy sistem budidaya berdasarkan
komoditas (D). Hasil analisis regresi terhadap variabel-variabel yang diduga
mempengaruhi permintaan benur oslah dengan menggunakan model linier, model
semi-log (ln x), model semi-log (ln-y), dan model dobel log dapat dilihat pada
Tabel 18.
53
Tabel 18. Analisis Variabel Bebas pada Model Dugaan Model Variabel
Linier Semi-log (ln y) Semi-log (ln x) Dobel log
Konstanta -48008,300 9,768 -859417,000 1,466
X1 (Ha) 12861,670** 0,132** 50576,888** 0,642**
X2 (kg/thn) 51,506* 0,001** 27639,636 0,577**
X3 (Rp/thn) 0,001 1,15E-008 12444,369 -0,047
X4 (Rp/kg) 1,257 1,15E-005 50803,824 0,601*
D -22873,700 -0,353* -13872,200 -0,112
R2 0,646 0,602 0,533 0,694
R2 (adj) 0,613 0,566 0,489 0,666
F ratio 19,727 16,362 12,313 24,514
DW 1,873 1,579 1,928 1,545
N 60 60 60 60
Sumber : Diolah dari data primer (2008)
Keterangan : ** signifikan pada selang kepercayan 95%
* signifikan pada selang kepercayaan 90%
6.3.1. Evaluasi Model
6.3.1.1. Evaluasi Kriteria Ekonomi
Pada evaluasi kriteria ekonomi, setiap variabel akan dilihat tanda
koefisiennya. Jika tanda koefisien tersebut sesuai dengan anggapan a priori maka
peubah tersebut sesuai dengan kriteria ekonomi.
Variabel luas lahan (X1) untuk keempat model memiliki tanda koefisien
yang positif. Hal tersebut sesuai dengan a priori, yang berarti semakin luas lahan
tambak, maka permintaan benur oslah akan semakin meningkat. Variabel
produksi (X2) untuk keempat model memiliki tanda koefisien yang positif. Hal
tersebut sesuai dengan a priori, yang berarti semakin banyak produksi udang
windu yang dihasilkan pada suatu lahan tambak, maka permintaan benur oslah
akan semakin meningkat. Variabel pendapatan (X3) pada model linier, model
semi-log (ln y), dan semi-log (ln x) memiliki tanda koefisien positif, hal ini sesuai
dengan a priori. Artinya, semakin besar pendapatan pembudidaya udang windu
54
maka permintaan benur oslah akan semakin tinggi. Sedangkan pada model dobel-
log, koefisien peubah pendapatan (X3) bertanda negatif, hal ini berarti tidak sesuai
dengan anggapan a priori. Variabel harga udang windu (X4) pada keempat model
memiliki tanda koefisien positif. Hal ini sesuai dengan a priori, yang artinya
semakin tinggi harga udang windu dalam satu kilogram maka permintaan benur
oslah akan semakin meningkat. Variabel Dummy (D) memiliki tanda koefisien
negatif untuk keempat model, hal ini sesuai dengan anggapan a priori. Artinya,
permintaan benur oslah untuk budidaya monokultur lebih banyak dibandingkan
dengan permintaan benur oslah untuk budidaya polikultur.
Berdasarkan evaluasi kriteria ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa
model dobel-log tidak dapat digunakan karena ada satu variabel yang tanda
koefisiennya tidak sesuai dengan anggapan a priori yaitu variabel pendapatan.
Model linier, model semi-log (ln y), dan model semi-log (ln x) dapat digunakan
karena semua peubah memiliki tanda koefisien yang sesuai dengan a priori. Oleh
karena itu, analisis lebih lanjut akan dilakukan untuk model linier, semi-log (ln y),
dan semi-log (ln x).
6.3.1.2. Evaluasi Kriteria Statistik
Model regresi linier, semi-log (ln y), dan semi-log (ln x) akan diuji secara
statistik. Pengujian model secara statistik meliputi uji tingkat kebaikan model
(R2), uji pengaruh parameter secara serantak (uji F) dan uji pengaruh parameter
secara individual (uji t).
Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan
model. Pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) pada
model linier sebesar 0,646. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan benur sebesar
64,6%, sedangkan sisanya sebesar 35,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak terdapat dalam model. Model semi-log (ln y) memiliki nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,602. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas
yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan benur
sebesar 60,2%, sedangkan sisanya sebesar 39,8% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak terdapat dalam model. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)
55
pada model semi-log (ln x) sebesar 0,533. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel
bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman permintaan
benur sebesar 53,3%, sedangkan sisanya sebesar 46,7% dijelaskan oleh variabel-
variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Uji F pada model linier menunjukkan bahwa nilai F ratio(19,727) lebih
besar dari F tabel (2,45) dan signifikan pada selang kepercayaan 95%, artinya
seluruh variabel bebas dalam model linier secara bersama-sama berpengaruh
terhadap permintaan benur oslah. Uji F pada model semi-log (ln y) menunjukkan
bahwa F ratio (16,362) lebih besar dari nilai F tabel (2,45) dan signifikan pada
selang kepercayaan 95% , hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam
model semi-log (ln y) secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan
benur oslah. Pada model semi-log (ln x) variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh terhadap permintaan benur oslah. Hal ini dapat dilihat dari nilai F
ratio (12,313) pada model semi-log (ln x) lebih besar dari pada nilai F tabel (2,45)
dan signifikan pada selang kepercayaan 95%.
Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel luas
lahan, produksi, pendapatan, harga udang windu, dan dummy terhadap permintaan
benur oslah. Jika dari hasil analisis regresi didapat nilai t hitung lebih besar dari
pada nilai t tabel maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata terhadap
permintaan benur oslah.
Tabel 19. Nilai t hitung pada Model Dugaan
Model
Linier Semi-log (ln y) Semi-log (ln x)
Variabel
t hitung t hitung t hitung
Konstanta -1,151 20,049 -1,901
X1 (Ha) 3,125** 2,737** 3,148**
X2 (kg/thn) 1,869* 2,243** 1,455
X3 (Rp/thn) 1,277 0,859 0,608
X4 (Rp/kg) -1,553 -1,113 -1,519
D -1,295 -1,709* -0,539
Sumber : Diolah dari data primer (2008)
56
Keterangan : ** nyata pada selang 95% (t tabel = 2,021)
* nyata pada selang 90% (t tabel = 1,684)
Uji t pada model linier menunjukkan bahwa terdapat dua variabel bebas
yang berpengaruh nyata terhadap permintaan benur oslah, yaitu variabel luas
lahan (X1) pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (3,125) lebih besar
dari t tabel (2,021) dan variabel produksi (X2) pada selang kepercayaan 90%
dimana nilai t hitung (1,869) lebih besar dari t tabel (1,684). Pada model semi-log
(ln y) terdapat tiga variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan
benur, yaitu variabel luas lahan (X1) pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t
hitung (2,737) lebih besar dari t tabel (2,021), produksi (X2) pada selang
kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (2,243) lebih besar dari t tabel (2,021), dan
Dummy (D) pada selang kepercayaan 90% dimana nilai t hitung (-1,709) lebih
besar dari t tabel (1,684). Pada model semi-log (ln x) terdapat satu variabel bebas
yang berpengaruh nyata terhadap permintaan benur, yaitu variabel luas lahan (X1)
pada selang kepercayaan 95% dimana nilai t hitung (3,148) lebih besar dari t tabel
(2,021).
Berdasarkan evaluasi kriteria statistik maka model terbaik adalah model
linier karena memiliki nilai determinasi (R2) terbesar yaitu sebesar 64,6%. Oleh
karena itu, analisis lebih lanjut akan dilakukan hanya untuk model linier.
6.3.1.3. Evaluasi Kriteria Ekonometrik
Model regresi linier akan diuji berdasarkan kriteria ekonometrik yang
meliputi uji asumsi normalitas, uji asumsi autokorelasi, uji asumsi
multikolinearitas, dan uji asumsi heteroskedastisitas. Uji asumsi normalitas
dilakukan dengan menggunakan grafik normal probability plot , uji asumsi
autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson, uji asumsi multikolinearitas dilihat
dari nilai VIF, dan uji asumsi heteroskedastisitas dilihat dari grafik Scater Plot.
Asumsi normalitas pada suatu model regresi dapat terpenuhi apabila nilai
Y (dependent variable) berdistribusi normal terhadap nilai X (independent
variable). Dengan menggunakan SPSS 13.0 diperoleh grafik Normal Probability
plot, yaitu dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik
57
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted C
umPro
bDependent Variable: Yi
Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual
normal probability plot, seperti yang tersaji pada Gambar 5. Dari grafik tersebut
terlihat bahwa nilai Y (dependent variable) menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis tersebut, sehingga model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Gambar 5. grafik normal probability plot Sumber : Diolah dari data primer (2008)
Uji asumsi autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lainnya pada model regresi. Uji asumsi autokorelasi dapat dideteksi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Kaidah yang digunakan yaitu jika nilai Durbin-
Watson diantara -2 dan 2 maka tidak terjadi autokorelasi (Santoso, 2001). Nilai
Durbin-Watson pada model linier sebesar 1,873 (Tabel 18), hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada
antara -2 sampai 2.
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat
kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas dan dapat dilihat dari
nilai Variance Inlation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel bebas.
Semakin tinggi nilai VIF maka masalah multikolinearitas semakin serius. Kaidah
yang digunakan yaitu jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
multikolinearitas tinggi (Sarwoko, 2005). Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa
semua variabel bebas mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga tidak
terjadi masalah multikolinearitas yang tinggi.
58
43210-1-2
Regression Standardized Predicted Value
43210
-1-2-3
Reg
ress
ion
Stud
entiz
edR
esid
ual
Dependent Variable: Yi
Scatterplot
Tabel 20. Nilai Collinearity Statistics pada Model Linier Collinearity Statistics Variabel
Tolerance VIF
Constant
X1 (Ha) 0,307 3,259
X2 (Kg/thn) 0,271 3,687
X3 (Rp/thn) 0,158 6,319
X4 (Rp/kg)) 0,879 1,137
D 0,490 2,040
Sumber : Diolah dari data primer (2008)
Uji asumsi heteroskedastisitas dilihat dari grafik Scater Plot. Pada Gambar
6 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola
tertentu, sehingga pada model regresi linier tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Gambar 6. Scater plot Sumber : Diolah dari data primer (2008)
Berdasarkan kriteria ekonometrik, model linier terbebas dari masalah
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Oleh karena itu, model
linier dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
6.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benur Oslah
Berdasarkan analisis regresi dari empat model, dapat diketahui bahwa
model linier merupakan model regresi yang terbaik karena sesuai dengan kriteria
ekonomi, statistik dan ekonometrik. Sehingga model persamaan permintaan benur
59
oslah yang digunakan yaitu model linier. Adapun persamaannya adalah sebagai
berikut:
Yi = -48008,3 + 12861,670X1** + 51,506X2* + 0,001X3 + 1,257X4 (41705,818) (4116,382) (27,565) (0.001) (0,809)
-22873,700D + ui (17661,352)
Keterangan : ** nyata pada selang 95%
* nyata pada selang 90%
Yi = jumlah permintaan benur oslah (ekor/tahun)
X1 = luas lahan (ha)
X2 = produksi (kg/thn)
X3 = pendapatan (Rp/tahun)
X4 = harga udang windu (Rp/kg)
Di = Dummy teknik budidaya berdasarkan komoditasnya
D = 0 , monokultur
D = 1, polikultur
ui = faktor kesalahan
Interpretasi:
a). Luas lahan (X1)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas luas lahan
memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 12.861,520. Hal ini berarti apabila
luas lahan tambak bertambah sebesar 1 ha maka permintaan benur oslah akan
meningkat sebesar 12.862 ekor/tahun, cateris paribus. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem budidaya tambak udang windu di Kecamatan Pasekan adalah sistem
tradisional. Hal tersebut sesuai dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin
tinggi luas lahan maka permintaan benur oslah semakin tinggi.
Variabel luas lahan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
terhadap permintaan benur oslah. Dalam prakteknya, rata-rata penebaran benur
oslah responden sebesar 26.553 ekor/ha/tahun lebih besar dari pada peningkatan
penebaran benur hasil analisis regresi. Hal tersebut dapat dikarenakan
ketersediaan benur oslah kurang mencukupi. Pada saat musim tebar, tidak sedikit
responden yang harus berebut benur oslah.
60
b). Produksi (X2)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas produksi memiliki
tanda koefisien positif yaitu sebesar 51,506. Hal ini berarti apabila produksi
tambak udang windu meningkat sebesar 1 kg/tahun maka permintaan benur oslah
akan meningkat sebesar 52 ekor/tahun, cateris paribus. Hal tersebut sesuai dengan
a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi produksi maka permintaan benur
oslah semakin tinggi.
Variabel produksi berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 90%
terhadap permintaan benur oslah. Dalam prakteknya, hal ini dapat ditunjukkan
dari nilai rata-rata produksi responden monokultur yang lebih tinggi dari pada
responden polikultur dikarenakan padat penebaran benur oslah responden
monokultur lebih tinggi. Rata-rata produksi responden monokultur sebesar 622,67
kg/tahun dengan rata-rata penebaran benur oslah sebesar 84.567 ekor/tahun
sedangkan rata-rata produksi responden polikultur sebesar 327,33 kg/tahun
dengan rata-rata penebaran benur oslah sebesar 79.400 ekor/tahun.
Rata-rata survival rate (SR) udang windu pada budidaya monokultur dan
polikultur masih sangat rendah yaitu sebesar 38,41% pada budidaya monokultur
dan sebesar 28,80% pada budidaya polikultur. Oleh karena itu, agar hasil produksi
udang windu meningkat maka pembudidaya akan meningkatkan padat penebaran
benur oslah pada tambaknya. Peningkatan padat penebaran benur oslah akan
berimplikasi pada peningkatan hasil produksi udang windu pada tingkat SR yang
tetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi produksi udang windu
maka semakin besar permintaan benur oslah.
c). Pendapatan (X3)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas pendapatan
memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 0,001. Hal ini berarti apabila
pendapatan pembudidaya meningkat sebesar Rp. 10.000,00/tahun maka
permintaan benur oslah akan bertambah sebesar 10 ekor/tahun, cateris paribus.
Hal tersebut sesuai dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendapatan maka permintaan benur oslah semakin tinggi.
Variabel pendapatan merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata
pada selang kepercayaan 95% dan 90% terhadap permintaan benur oslah, hal ini
61
dapat dikarenakan pengeluaran untuk benur oslah merupakan bagian kecil dari
biaya operasional yaitu sebesar 17,52% untuk budidaya monokultur dan 10,03%
untuk budidaya polikultur karena selain benur pembudidaya juga harus
mengalokasikan penerimaannya untuk persiapan lahan, obat-obatan, kapur, dan
pakan. Pendapatan bagi pembudidaya polikultur harus dialokasikan juga untuk
pembelian nener. Pembudidaya juga mengalokasikan pendapatan usahanya untuk
kebutuhan lain, seperti kebutuhan sehari-hari, dan beberapa responden
menggunakan pinjaman untuk modal usahanya. Selain itu, kenaikan pendapatan
tidak diikuti dengan kenaikan luas lahan yang dimiliki sehingga berapapun
pendapatan responden maka permintaan benur oslahnya cenderung tetap.
d). Harga udang windu (X4)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas harga udang windu
memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 1,257. Hal ini berarti apabila harga
udang windu meningkat sebesar Rp. 1.000,00/kg maka permintaan benur oslah
akan meningkat sebesar 1.257 ekor/tahun, cateris paribus. Hal tersebut sesuai
dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga udang windu maka
permintaan benur oslah semakin tinggi.
Variabel harga udang windu (X4) tidak berpengaruh secara nyata pada
selang kepercayaan 95% dan 90% terhadap permintaan benur oslah, hal ini dapat
dikarenakan walaupun harga udang windu tinggi tapi jika tidak diikuti dengan
hasil produksi yang tinggi maka pendapatan yang diperoleh akan rendah sehingga
permintaan benur juga akan rendah.
e). Dummy (D)
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, variabel bebas Dummy sistem
budidaya berdasarkan komoditasnya memiliki tanda koefisien negatif yaitu
sebesar -22.873,723. Hal ini berarti jumlah permintaan benur oslah oleh
pembudidaya monokultur lebih tinggi sebesar 22.873,723 ekor/tahun
dibandingkan dengan pembudidaya polikultur, cateris paribus. Hal tersebut sesuai
dengan a priori yang menyatakan bahwa semakin ke polikultur maka permintaan
benur oslah semakin rendah. Hal ini dapat dikarenakan dalam budidaya polikultur
padat penebaran benur oslah harus disesuaikan dengan padat penebaran nener.
Variabel Dummy (D) tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dan
62
90% terhadap permintaan benur oslah karena dalam prakteknya ternyata ada
pembudidaya monokultur dan polikultur yang padat penebaran benurnya sama
dalam 1 ha luas lahan.
6.3.4. Analisis Elastisitas Permintaan
Analisis permintaan dilakukan untuk mengetahui persentase perubahan
jumlah permintaan benur oslah jika terjadi perubahan kenaikan atau penurunan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tabel 21. Nilai Elastisitas Permintaaan Variabel Nilai Elastisitas Jenis elastisitas
Luas lahan (X1) 0,48 Inelastis
Produksi (X2) 0,30 Inelastis
Pendapatan (X3) 0,19 Inelastis
Harga udang windu (X4) 0,66 Inelastis
Sumber : data mentah diolah (2008)
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai elastisitas luas lahan
bertanda positif sebesar 0,48. Hal ini berarti apabila luas lahan meningkat sebesar
1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar
0,48%, cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap luas
lahan yaitu inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil
daripada perubahan luas lahan. Nilai elastisitas produksi bertanda positif sebesar
0,30. Hal ini berarti apabila produksi meningkat sebesar 1% akan menyebabkan
permintaan benur oslah meningkat sebesar 0,30%, cateris paribus. Jenis elastisitas
permintaan benur oslah terhadap produksi yaitu inelastis, artinya perubahan
permintaan benur oslah lebih kecil daripada perubahan produksi. Nilai elastisitas
pendapatan bertanda positif sebesar 0,19. Hal ini berarti apabila pendapatan
meningkat sebesar 1% akan meningkatkan permintaan benur oslah sebesar 0,19%,
cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap pendapatan yaitu
inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil daripada
perubahan pendapatan. Nilai elastisitas harga udang windu bertanda positif
sebesar 0,66. Hal ini berarti apabila harga udang windu meningkat sebesar 1%
63
akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar 0,66%,
cateris paribus. Jenis elastisitas permintaan benur oslah terhadap harga udang
windu yaitu inelastis, artinya perubahan permintaan benur oslah lebih kecil
daripada perubahan harga udang windu.
Elastisitas permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan secara
keseluruhan tidak elastis (inelastis). Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor
diantaranya benur oslah merupakan komoditas pokok bagi pembudidaya tambak
udang windu dalam menjalankan usahanya yang ditunjukkan dari nilai elastisitas
pendapatan yang bernilai positif dan kurang dari 1 (Sugiarto, et al, 2002), benur
oslah memiliki sedikit komoditas pengganti terutama bagi pembudidaya
monokultur, Pengeluaran untuk benur oslah merupakan bagian kecil dari
pendapatan karena pembudidaya juga harus mengalokasikan pendapatannya untuk
kebutuhan pokok sehari-hari, permintaan benur oslah di Kecamatan Pasekan
sangat tinggi karena benur yang belum mencapai tingkat Pl-20 sudah diminta oleh
pembudidaya dan harga benur yang seharusnya berbeda setiap tingkat Pl dijual
dengan harga sama, dan permintaan benur oslah merupakan permintaan barang di
daerah produksi sehingga permintaanny akan tidak elastis jika dibandingkan
dengan permintaan barang di pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1). Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa
sebagian besar responden masih termasuk umur yang produktif untuk bekerja,
yaitu berkisar pada umur 39-45 tahun. Pengalaman usaha responden baik
monokultur maupun polikultur sebagian besar berkisar antara 8 sampai 22
tahun, yaitu 24 orang (80,00%) responden monokultur dan 22 orang (73,33%)
responden polikultur. Tingkat pendidikan responden masih sangat rendah
karena sebagian besar responden hanya lulusan SD atau sederajat. Luas lahan
tambak responden sebagian besar berkisar antara 1-2 ha. Padat penebaran
dominan berkisar antara 5.000-67.142 ekor/tahun. Kelompok produksi
terbesar responden monokultur berada pada selang 337-613 kg/tahun dengan
12 orang (40%) sedangkan kelompok produksi terbesar responden polikultur
berada pada selang terendah yaitu 60-336 kg/tahun sebanyak 18 orang (60%).
Harga udang windu responden sebagian besar berkisar antara Rp. 37.142,00.--
Rp. 42.855,00,-/kg. Rata-rata pendapatan budidaya monokultur sebesar Rp.
11.873.712,- per tahun sedangkan pendapatan rata-rata responden
pembudidaya polikultur sebesar Rp. 19.312.926,67 per tahun. Pendapatan
pembudidaya bernilai posistif, hal ini berarti kegiatan budidaya udang windu
dengan menggunakan benur oslah dapat memberikan keuntungan bagi
pembudidaya.
2). Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan benur oslah dengan
menggunakan model terbaik (model linier) yaitu luas lahan dan produksi.
Nilai koefisien luas lahan sebesar 12.861,52, yang berarti bahwa apabila luas
lahan bertambah 1 ha maka permintaan benur oslah akan meningkat sebesar
12.862 ekor/tahun, cateris paribus,. Nilai koefisien produksi sebesar 51,56,
yang berarti bahwa apabila hasil produksi udang windu meningkat sebesar 1
kg/tahun maka permintaan benur oslah akan meningkat sebesar 52 ekor/tahun,
cateris paribus. Pendapatan, size, dan sistem budidaya berdasarkan
komoditas (monokultur dan polikultur) tidak berpengaruhi secara nyata
terhadap permintaan benur oslah.
65
3). Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,48, yang berarti bahwa apabila luas lahan
meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta
meningkat sebesar 0,48%, cateris paribus. Elastisitas produksi sebesar 0,30,
yang berarti bahwa apabila produksi meningkat sebesar 1% akan
menyebabkan jumlah benur oslah yang diminta meningkat sebesar 0,30%,
cateris paribu. Elastisitas pendapatan sebesar 0,19, yang berarti bahwa
apabila pendapatan meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur
oslah yang diminta meningkat sebesar 0,19%, cateris paribus. Elastisitas
harga udang windu sebesar 0,66, yang berarti bahwa apabila harga udang
windu meningkat sebesar 1% akan menyebabkan jumlah benur oslah yang
diminta meningkat sebesar 0,66%, cateris paribus. Secara keseluruhan nilai
elastisitas permintaan benur oslah kurang dari satu (inelastis). Hal ini berarti
bahwa perubahan permintaan benur oslah masing-masing lebih kecil dari pada
perubahan luas lahan, produksi, pendapatan, dan harga udang windu.
7.2. Saran
1). Pembudidaya harus lebih mengintensifkan pengelolaan tambaknya dengan
lebih meningkatkan survival rate (SR) sehingga produksi udang windu akan
meningkat yang akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan.
2). Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan benur oslah dengan menggunakan variabel bebas
lainnya.
3). Perlu dilakukan penelitian mengenai analisis usaha pendederan benur windu
mengingat permintaannya tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Amri, Khairul. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agromedia
Pustaka Anonim. 2007. Broodstock Center: Antara Solusi dan Kontroversi. Artikel.
http//.www.trobos.com/show_article.php?rid=13&aid=682 (Diakses : Januari 2008)
______. 2008. Target Produksi Perikanan Budidaya Tak Tercapai. Artikel. http//.www.antara.co.id/arc/2008/2/1/target-produksi-perikanan-
budidaya-taktercapai (diakses : Agustus 2008). Bilas, Richard. 1989. Teori Mikroekonomi Edisi kedua. Hutauruk G. Penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Microeconomic Theory, 2nd Edition. Dahuri R. 2005. Potensi Ekonomi Kelautan. Artikel.
http//.www.freelist.org/arcives/ppi/12-2005/msg00315.html (diakses : Agustus 2008)
Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Zain S. Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari Basic Econometrics. Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan . UI Press Komara A. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benih
Ikan Patin di Deddy Fish Farm Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. (Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Koutsoyiannis A. 1977. Theory of Econometrics. New York: Harper and Row
Publishers, INC Lipsey RG, PN Courant, DD Purvis, dan PO Steiner. 1995. Pengantar
Mikroekonomi. Wasana AJ, Kirbrandoko. Penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari Economics 10th Ed.
Murtidjo. 2007. Benih Udang Windu Skala Kecil. Yogyakarta: Kanisius Murtidjo BA dan A Mujiman. 1989. Tambak Air Payau (Budidaya Bandeng dan
Udang). Yogyakarta: Kanisius Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediet dan Aplikasinya. Mahendra IB
dan A Aziz. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Intermediate Microeconomics.
67
Rahardja P dan M Manurung. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI
Syahid M, A Subhan, dan R Armando. 2006. Budidaya Udang Organik Secara
Polikultur. Jakarta: Penebar Swadaya. Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Yogyakarta : Andi Yogyakartato Sumidiningrat G. 1994. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana. 2002. Ekonomi
Mikro. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Suyanto S. Rachmatun dan A Mujiman. 2005. Budidaya Udang Windu. Jakarta :
Penebar Swadaya Walpole E Ronald. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Sumantri B.
Penerjemah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari Introduction Statistics 3rd Edition.
Yuwono, Prapto. 2004. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta: Andi Yogyakarta http//.www.geocities.com/cwsmdn/udang.JPG (diakses : Juni 2008)
LAMPIRAN
69
Lampiran 1. Peta Daerah Penelitian
69
Lampiran 2. Data Karakteristik Responden
Responden umur (thn) Pendidikan
Pengalaman usaha (thn)
Modal Awal
Sistem Budidaya
1 35 SD 20 Pinjaman Monokultur 2 38 SMA 12 Pinjaman Monokultur 3 70 SD 20 Sendiri Monokultur 4 49 SD 25 Sendiri Monokultur 5 56 SD 20 Sendiri Monokultur 6 65 SD 10 Sendiri Monokultur 7 50 SD 15 Sendiri Monokultur 8 38 SMA 12 Sendiri Monokultur 9 40 SD 25 Sendiri Monokultur
10 43 SD 7 Sendiri Monokultur 11 46 SD 18 Sendiri Monokultur 12 45 SD 15 Sendiri Monokultur 13 33 SD 15 Sendiri Monokultur 14 40 SD 15 Pinjaman Monokultur 15 39 SMP 15 Pinjaman Monokultur 16 55 SD 10 Sendiri Monokultur 17 60 SD 15 Sendiri Monokultur 18 54 SMP 15 Sendiri Monokultur 19 40 SD 25 Pinjaman Monokultur 20 40 SD 5 Pinjaman Monokultur 21 45 SD 20 Pinjaman Monokultur 22 50 SD 20 Pinjaman Monokultur 23 68 SD 9 Pinjaman Monokultur 24 45 SD 10 Pinjaman Monokultur 25 45 SD 15 Pinjaman Monokultur 26 46 S1 20 Sendiri Monokultur 27 35 SMP 10 Pinjaman Monokultur 28 38 SD 9 Pinjaman Monokultur 29 42 SD 7 Pinjaman Monokultur 30 50 SD 10 Pinjaman Monokultur 31 25 SD 4 Pinjaman Polikultur 32 55 SD 15 Pinjaman Polikultur 33 34 SMP 10 Pinjaman Polikultur 34 60 SD 20 Pinjaman Polikultur 35 62 SD 33 Sendiri Polikultur 36 65 SD 18 Pinjaman Polikultur 37 30 SMP 15 Sendiri Polikultur 38 35 SMA 10 Pinjaman Polikultur 39 42 SD 20 Pinjaman Polikultur 40 55 SD 15 Pinjaman Polikultur 41 40 SMA 19 Sendiri Polikultur 42 45 SD 12 Pinjaman Polikultur 43 50 D3 15 Pinjaman Polikultur 44 42 SMA 22 Sendiri Polikultur 45 55 SD 15 Pinjaman Polikultur 46 35 SMA 5 Sendiri Polikultur
70
Lampiran 2. (Lanjutan)
Responden umur (thn) Pendidikan
Pengalaman usaha (thn)
Modal Awal
Sistem Budidaya
47 40 SMP 16 Sendiri Polikultur 48 30 SMP 7 Pinjaman Polikultur 49 32 SD 12 Sendiri Polikultur 50 42 SD 15 Pinjaman Polikultur 51 37 SMP 20 Pinjaman Polikultur 52 50 SD 10 Sendiri Polikultur 53 26 D3 3 Sendiri Polikultur 54 48 SD 30 Pinjaman Polikultur 55 45 SD 25 Sendiri Polikultur 56 60 SD 11 Sendiri Polikultur 57 64 SPG 23 Pinjaman Polikultur 58 35 SMP 14 Pinjaman Polikultur 59 27 SD 15 Pinjaman Polikultur 60 40 SD 20 Pinjaman Polikultur
71
Lampiran 3. Data Peubah-Peubah Permintaan Benur Oslah di Kecamatan Pasekan
Responden Yi (ekor/thn)
X1 (ha)
X2 (kg/thn)
X3 (Rp/thn)
X4 (ekor/kg) D
1 50000 3 250 4148700 40 0 2 20000 1,5 200 6104250 35 0 3 20000 1 400 6895634 45 0 4 100000 3 2000 36850000 55 0 5 300000 3 1800 30183500 50 0 6 50000 1 200 4019750 35 0 7 80000 2 400 12758734 30 0 8 152000 5 800 12746625 40 0 9 200000 3 2000 32551000 50 0
10 40000 2 400 5360150 55 0 11 45000 1 300 4700000 35 0 12 60000 2 1120 32809750 55 0 13 100000 2,5 400 10739900 40 0 14 90000 2 600 6264500 55 0 15 180000 3 900 24144000 40 0 16 20000 1 200 3203000 55 0 17 100000 2 300 4010750 50 0 18 100000 2 300 3887250 45 0 19 80000 3 400 7335750 50 0 20 60000 1 300 6305542 30 0 21 60000 2 450 6047250 45 0 22 30000 1 400 5913250 50 0 23 100000 2 600 12367000 50 0 24 20000 1 200 2734750 35 0 25 80000 4 600 14047500 40 0 26 140000 2 1200 23542700 50 0 27 120000 4 1000 22590250 50 0 28 20000 1 160 1810875 50 0 29 60000 1,5 400 5882500 50 0 30 60000 1 400 6256500 55 0 31 20000 1,25 100 3885500 40 1 32 40000 2 200 11268500 55 1 33 50000 2 200 5398750 50 1 34 50000 6 100 5632500 45 1 35 60000 2 80 6445000 35 1 36 30000 3 300 14765000 35 1 37 10000 1 100 3707750 50 1 38 80000 7 800 48706000 50 1 39 5000 1 60 5758750 40 1 40 20000 1 200 2769000 70 1 41 100000 3 400 27313500 45 1 42 60000 2 200 9239500 55 1 43 120000 5 1000 36048250 55 1 44 44000 4 400 19394300 50 1 45 100000 3 800 27706500 50 1 46 80000 4 400 11791500 40 1
72
Lanjutan Lampiran 3
Responden Yi (ekor/thn)
X1 (ha)
X2 (kg/thn)
X3 (Rp/thn)
X4 (ekor/kg) D
47 200000 15 400 39436000 50 1 48 90000 2,5 600 25681000 60 1 49 100000 10 500 45171000 50 1 50 20000 4 100 12188750 50 1 51 50000 2,5 500 22143500 55 1 52 30000 2 100 7747750 55 1 53 440000 13 800 63253500 35 1 54 80000 5 120 27376000 40 1 55 20000 2 120 6265000 55 1 56 48000 1,5 120 4097000 35 1 57 40000 1 400 16752500 40 1 58 20000 5 200 17247000 55 1 59 75000 3 300 13914500 40 1 60 300000 8 220 38284000 50 1
Keterangan :
Yi = Permintaan benur oslah (ekor/tahun)
X1 = Luas lahan (Ha)
X2 = Produksi (Kg/tahun)
X3 = Pendapatan (Rp/tahun)
X4 = Size (ekor/kg)
D = Dummy sistem budidaya berdasarkan komoditas
D=0, Monokultur
D=1, Polikultur
73
Lampiran 4. Total Penerimaan (Rp/tahun), Biaya Tetap(Rp/tahun), dan Biaya Variabel (Rp/tahun) Budidaya Monokultur.
Keterangan R1 R2 R3 R4 R5 R6 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 250 200 400 2.000 1.800 200 harga (rp/kg) 50.000 55.000 45.000 35.000 40.000 55.000 Total Penerimaan 12.500.000 11.000.000 18.000.000 70.000.000 72.000.000 11.000.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 105.000 60.000 35.000 105.000 120.000 35.000 2. Gaji penjaga 1.200.000 2.400.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 500.000 500.000 250.000 300.000 250.000 b. Mesin pompa 37.500 400.000 250.000 500.000 300.000 300.000 c. Paralon 10.000 31.250 50.000 125.000 100.000 31.250 d. Ember 2.800 4.000 2.000 3.000 3.000 2.000 e. Saringan 2.000 2.000 2.500 4.000 2.000 2.000 f. Anco 10.000 4.000 3.200 10.000 2.000 2.000 g. Senter 50.000 62.500 41.666 75.000 62.500 50.000 Total Biaya Tetap 1.917.300 1.063.750 634.366 3.522.000 839.500 422.250 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 2.500.000 1.000.000 1.000.000 3.960.000 6.000.000 1.800.000 2. Benur 1.250.000 500.000 500.000 2.500.000 7.500.000 1.250.000 3. Pakan a. Ekobes 800.000 1.440.000 16.200.000 1.440.000 b. Manggalindo c. Bintang 6.880.000 d. Gulkoin 18.000.000 e. Gesek f. Gayas g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 500.000 150.000 b.Ursal 84.000 42.000 168.000 252.000 112.000 c.Raja bandeng 300.000 136.000 d.Supersid 20.000 e.Lodan f. Cesan g. Akodan 5. Pupuk a. Urea 150.000 70.000 b. TS 250.000 5.625.000 250.000 c. Bristan 6. Kapur 7. Solar 500.000 250.000 500.000 2.000.000 1.500.000 500.000 8. Upah TK saat panen 300.000 300.000 420.000 2.000.000 1.800.000 400.000 9. Resiko Panen 500.000 300.000 600.000 1.000.000 1.800.000 600.000 Total biaya variabel 6.434.000 3.832.000 10.470.000 29.628.000 40.977.000 6.558.000
74
Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R7 R8 R9 R10 R11 R12 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 400 800 2.000 400 300 1.120 harga (rp/kg) 60.000 50.000 40.000 35.000 55.000 35.000 Total Penerimaan 24.000.000 40.000.000 80.000.000 14.000.000 16.500.000 39.200.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 70.000 175.000 105.000 85.000 35.000 70.000 2. Gaji penjaga 3.200.000 1.200.000 1.500.000 3. Sewa Pompa 600.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 250.000 400.000 250.000 200.000 250.000 375.000 b. Mesin pompa 300.000 600.000 250.000 300.000 300.000 c. Paralon 50.000 46.875 100.000 80.000 200.000 31.250 d. Ember 3.000 2.000 2.000 2.000 3.000 3.000 e. Saringan 1.600 3.000 2.000 1.600 2.500 2.000 f. Anco 5.000 5.000 2.000 6.250 2.000 4.000 g. Senter 41.666 62.500 50.000 65.000 62.500 65.000 Total Biaya Tetap 721.266 4.494.375 1.961.000 1.039.850 2.355.000 850.250 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 800.000 8.000.000 3.000.000 1.000.000 600.000 1.000.000 2. Benur 2.000.000 3.825.000 5.000.000 1.000.000 1.125.000 1.500.000 3. Pakan a. Ekobes 1.920.000 1.600.000 2.400.000 240.000 b. Manggalindo c. Bintang 32.000.000 d. Gulkoin 5.700.000 e. Gesek 3.000.000 1.250.000 f. Gayas g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 500.000 275.000 600.000 b.Ursal 84.000 672.000 c.Raja bandeng 816.000 d.Supersid e.Lodan 45.000 f. Cesan g. Akodan 5. Pupuk a. Urea b. TS 500.000 c. Bristan 6. Kapur 600.000 7. Solar 1.000.000 3.000.000 200.000 1.000.000 500.000 400.000 8. Upah TK saat panen 500.000 4.000.000 1.200.000 700.000 600.000 800.000 9. Resiko Panen 800.000 1.000.000 2.000.000 1.000.000 600.000 1.000.000 Total biaya variabel 10.520.000 22.759.000 45.488.000 7.600.000 9.445.000 5.540.000
75
Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R13 R14 R15 R16 R17 R18 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 400 600 900 200 300 300 harga (rp/kg) 50.000 35.000 50.000 35.000 40.000 45.000 Total Penerimaan 20.000.000 21.000.000 45.000.000 7.000.000 12.000.000 13.500.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 875.000 70.000 350.000 35.000 35.000 70.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 250.000 300.000 250.000 200.000 312.500 b. Mesin pompa 300.000 250.000 300.000 300.000 250.000 300.000 c. Paralon 37.500 25.000 75.000 37.500 50.000 50.000 d. Ember 5.000 2.500 4.000 3.000 2.000 2.000 e. Saringan 1.600 2.500 2.000 2.500 4.000 4.000 f. Anco 5.000 12.500 5.000 2.000 6.250 6.250 g. Senter 50.000 63.000 50.000 42.000 42.000 42.000 Total Biaya Tetap 1.524.100 725.500 1.036.000 422.000 589.250 786.750 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 1.000.000 2.100.000 3.000.000 1.000.000 800.000 600.000 2. Benur 2.500.000 2.250.000 4.500.000 500.000 2.500.000 2.500.000 3. Pakan a. Ekobes 1.920.000 5.760.000 3.840.000 b. Manggalindo 4.500.000 2.100.000 c. Bintang d. Gulkoin e. Gesek 500.000 120.000 f. Gayas 500.000 g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 200.000 b.Ursal 140.000 84.000 c.Raja bandeng 170.000 102.000 d.Supersid e.Lodan 300.000 f. Cesan g. Akodan 260.000 5. Pupuk a. Urea b. TS c. Bristan 6. Kapur 36.000 125.000 7. Solar 700.000 600.000 3.750.000 250.000 1.000.000 500.000 8. Upah TK saat panen 480.000 1.800.000 2.500.000 300.000 600.000 480.000 9. Resiko Panen 400.000 1.500.000 1.000.000 400.000 400.000 600.000 Total biaya variabel 7.736.000 14.010.000 19.820.000 3.375.000 7.400.000 8.826.000
76
Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R19 R20 R21 R22 R23 R24 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 400 300 450 400 600 200 harga (rp/kg) 40.000 60.000 45.000 40.000 40.000 55.000 Total Penerimaan 16.000.000 18.000.000 20.250.000 16.000.000 24.000.000 11.000.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 75.000 35.000 140.000 35.000 50.000 35.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 1.000.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 375.000 200.000 375.000 300.000 250.000 b. Mesin pompa 375.000 250.000 250.000 250.000 250.000 c. Paralon 50.000 46.875 75.000 30.000 62.500 25.000 d. Ember 3.750 3.000 3.750 2.000 3.000 2.000 e. Saringan 2.000 2.500 2.500 2.000 2.000 2.000 f. Anco 5.000 6.250 4.000 6.250 7.500 g. Senter 62.500 43.333 62.500 31.500 50.000 31.250 Total Biaya Tetap 948.250 586.958 912.750 356.750 725.000 1.345.250 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 2.000.000 3.000.000 1.800.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 2. Benur 2.000.000 1.500.000 1.500.000 750.000 2.500.000 500000 3. Pakan a. Ekobes 3.600.000 720.000 4.800.000 1.920.000 b. Manggalindo 5.400.000 c. Bintang d. Gulkoin e. Gesek 187.500 2.500.000 f. Gayas 400.000 g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 200.000 1.000.000 500.000 b.Ursal 168.000 98.000 c.Raja bandeng 136.000 102.000 d.Supersid 240.000 e.Lodan f. Cesan g. Akodan 5. Pupuk a. Urea 600.000 560.000 600.000 b. TS 500.000 c. Bristan 1.200.000 6. Kapur 7. Solar 1.000.000 1.000.000 750.000 1.000.000 1.200.000 1000.000 8. Upah TK saat panen 480.000 720.000 1.500.000 600.000 640.000 600.000 9. Resiko Panen 600.000 900.000 900.000 600.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 7.716.000 11.107.500 13.290.000 9.730.000 10.908.000 6.920.000
77
Lanjutan Lampiran 4. Keterangan R25 R26 R27 R28 R29 R30 Penerimaan (TR) Udang windu (kg) 600 1200 1.000 160 400 400 harga (rp/kg) 50.000 40.000 40.000 40.000 40.000 35.000 Total Penerimaan 30.000.000 48.000.000 40.000.000 6.400.000 16.000.000 14.000.000 A. Biaya Tetap 1. PBB 100.000 80.000 160.000 35.000 50.000 35.000 2. Gaji penjaga 3.000.000 6.000.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 400.000 400.000 300.000 600.000 300.000 b. Mesin pompa 1.000.000 1.000.000 300.000 250.000 300.000 400.000 c. Paralon 100.000 100.000 60.000 30.000 30.000 125.000 d. Ember 3.000 2.800 3.750 1.875 3.000 3.500 e. Saringan 5.000 10.000 2.000 1.000 1.250 8.000 f. Anco 2.000 2.000 6.000 2.000 2.000 g. Senter 62.500 62.500 30.000 31.250 31.250 50.000 Total Biaya Tetap 4.672.500 7.657.300 861.750 349.125 1.017.500 923.500 B. Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 2.000.000 1.200.000 2.000.000 400.000 1.000.000 800.000 2. Benur 2.000.000 3.500.000 3.000.000 500.000 1.500.000 1.500.000 3. Pakan a. Ekobes 4.800.000 b. Manggalindo 3.000.000 c. Bintang d. Gulkoin 2.880.000 5.760.000 e. Gesek 1.200.000 1.000.000 4.800.000 f. Gayas g. keong 4. Obat-obatan a.Samponi 100.000 1.000.000 1.500.000 170.000 100.000 b.Ursal 168.000 70.000 c.Raja bandeng d.Supersid e.Lodan f. Cesan 200.000 g. Akodan 5. Pupuk a. Urea 600.000 b. TS 1.120.000 1.120.000 c. Bristan 6. Kapur 100.000 400.000 7. Solar 2.000.000 1.620.000 2.000.000 400.000 500.000 500.000 8. Upah TK saat panen 1.200.000 600.000 960.000 500.000 600.000 420.000 9. Resiko Panen 800.000 400.000 1.000.000 600.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 11.280.000 16.800.000 16.548.000 4.240.000 9.100.000 6.820.000
78
Lampiran 5. Pendapatan Pembudidaya Responden Monokultur
Responden Total Penerimaan (TR) (Rp/Tahun)
Total Biaya (TC) (Rp/Tahun)
Pendapatan (TR-TC) (Rp/Tahun)
1 12.500.000 8.351.300 4.148.700 2 11.000.000 4.895.750 6.104.250 3 18.000.000 11.104.366 6.895.634 4 70.000.000 33.150.000 36.850.000 5 72.000.000 41.816.500 30.183.500 6 11.000.000 6.980.250 4.019.750 7 24.000.000 11.241.266 12.758.734 8 40.000.000 27.253.375 12.746.625 9 80.000.000 47.449.000 32.551.000
10 14.000.000 8.639.850 5.360.150 11 16.500.000 11.800.000 4.700.000 12 39.200.000 6.390.250 32.809.750 13 20.000.000 9.260.100 10.739.900 14 21.000.000 14.735.500 6.264.500 15 45.000.000 20.856.000 24.144.000 16 7.000.000 3.797.000 3.203.000 17 12.000.000 7.989.250 4.010.750 18 13.500.000 9.612.750 3.887.250 19 16.000.000 8.664.250 7.335.750 20 18.000.000 11.694.458 6.305.542 21 20.250.000 14.202.750 6.047.250 22 16.000.000 10.086.750 5.913.250 23 24.000.000 11.633.000 12.367.000 24 11.000.000 8.265.250 2.734.750 25 30.000.000 15.952.500 14.047.500 26 48.000.000 24.457.300 23.542.700 27 40.000.000 17.409.750 22.590.250 28 6.400.000 4.589.125 1.810.875 29 16.000.000 10.117.500 5.882.500 30 14.000.000 7.743.500 6.256.500
Jumlah 786.350.000 430.138.640 356.211.360 Rata-rata 26.211.666,67 14.337.954,67 11.873.712 Min 64.00.000 3.797.000 1.810.875 Max 80.000.000 47.449.000 36.850.000
79
Lampiran 6. Total Penerimaan (Rp/Tahun), Biaya Tetap(Rp/Tahun), dan Biaya Variabel (Rp/Tahun) Budidaya Polikultur
Keterangan R1 R2 R3 R4 R5 R6 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 100 200 200 100 80 300 harga (Rp/kg) 50.000 35.000 40.000 45.000 55.000 55.000 Penerimaan Udang 5.000.000 7.000.000 8.000.000 4.500.000 4.400.000 16.500.000 b. Bandeng (kg) 600 1.600 700 2.000 2.300 600 harga (Rp/kg) 10.000 7.500 9.000 9.000 9.500 9.000 Penerimaan Bandeng 6.000.000 12.000.000 6.300.000 18.000.000 21.850.000 5.400.000 Total Penerimaan 11.000.000 19.000.000 14.300.000 22.500.000 26.250.000 21.900.000 Biaya Tetap 1. PBB 44.000 320.000 50.000 960.000 70.000 90.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 150.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 250.000 312.500 250.000 37.500 312.500 500.000 b. Mesin pompa 250.000 250.000 500.000 500.000 375.000 c. Pintu air 100.000 100.000 200.000 250.000 250.000 125.000 e. Ember 4.000 3.750 3.750 37.500 5.000 5.000 d. Saringan 16.000 10.000 20.000 25.000 12.500 15.000 f. Senter 62.500 31.250 62.500 62.500 65.000 75.000 Total Biaya Tetap 726.500 1.027.500 1.086.250 1.872.500 1.090.000 960.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 500.000 1.500.000 500.000 900.000 2.000.000 1.400.000 2. Benih a. Benur 500.000 1.000.000 1.250.000 1.250.000 1500.000 750.000 b. Nener 240.000 2.080.000 325.000 1.300.000 1.105.000 260.000 3. Pakan Udang a. Ekobes 480.000 b. Gulkoin 240.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 2.820.000 2.520.000 10.200.000 875.000 b. STP 500.000 c. Komped 9.400.000 5. Obat-obatan a.Samponi b.Ursal 98.000 70.000 70.000 168.000 c.Raja bandeng 85.000 170.000 85.000 102.000 d.Supersid e. Akodan 3.000.000 f. Elsan 60.000 g. Akotion 174.000 6. Pupuk a. Urea 75.000 150.000 300.000 b. TS 250.000 7. Solar 250.000 400.000 650.000 750.000 150.000 300.000 8. Upah TK saat panen 770.000 490.000 1.000.000 400.000 460.000 1.120.000 9. Resiko Panen 800.000 500.000 700.000 300000 300.000 1.200.000 Total biaya variabel 6.388.000 6.704.000 7.815.000 14.995.000 18.715.000 6.175.000
80
Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R7 R8 R9 R10 R11 R12 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 100 800 60 200 400 200 harga (Rp/kg) 40.000 40.000 50.000 20.000 45.000 35.000 Penerimaan Udang 4.000.000 32.000.000 3.000.000 4.000.000 18.000.000 7.000.000 b. Bandeng (kg) 800 6.000 2.000 500 5.000 1.500 harga (Rp/kg) 9.000 9.000 8.000 7.500 8.500 9.000 Penerimaan Bandeng 7.200.000 54.000.000 16.000.000 3.750.000 42.500.000 13.500.000 Total Penerimaan 11.200.000 86.000.000 19.000.000 7.750.000 60.500.000 20.500.000 Biaya Tetap 1. PBB 35.000 280.000 40.000 25.000 105.000 70.000 2. Gaji penjaga 1.500.000 3. Sewa Pompa 500.000 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 300.000 37.500 312.500 250.000 375.000 300.000 b. Mesin pompa 312.500 500.000 250.000 300.000 375.000 c. Pintu air 112.500 250.000 125.000 90.000 375.000 200.000 e. Ember 2.500 6.000 3.750 5.000 7.500 4.000 d. Saringan 12.500 8.000 10.000 10.000 15.000 10.000 e. Anco f. Senter 31.250 62.500 75.000 50.000 75.000 87.500 Total Biaya Tetap 806.250 2.644.000 1.066.250 680.000 1.252.500 1.046.500 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 800.000 3.000.000 850.000 400.000 3.000.000 600.000 2. Benih a. Benur 250.000 2.000.000 125.000 500.000 2.500.000 1.500.000 b. Nener 390.000 1.950.000 900.000 260.000 1.625.000 650.000 3. Pakan Udang a. Ekobes 480.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 18.800.000 b. STP 4.200.000 8.400.000 1.875.000 c. Komped 20.000.000 4.700.000 5. Obat-obatan a.Samponi b.Ursal 56.000 84.000 84.000 c.Raja bandeng 51.000 85.000 d.Supersid e. Akodan f. Elsan g. Akotion 6. Pupuk a. Urea 300.000 750.000 75.000 b. TS 1.250.000 500.000 1.500.000 7. Solar 250.000 2.000.000 500.000 250.000 2.500.000 1.000.000 8. Upah TK saat panen 240.000 2.200.000 400.000 390.000 1.240.000 600.000 9. Resiko Panen 200.000 1.500.000 500.000 500.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 6.686.000 34.650.000 12.175.000 4.301.000 31.934.000 10.214.000
81
Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R13 R14 R15 R16 R17 R18 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 1.000 400 800 400 400 600 harga (Rp/kg) 35.000 40.000 40.000 50.000 40.000 30.000 Penerimaan Udang 35.000.000 16.000.000 32.000.000 20.000.000 16.000.000 18.000.000 b. Bandeng (kg) 5.000 1.500 1.500 1.600 10.000 6.000 harga (Rp/kg) 8.000 9.000 8.500 9.000 8.000 7.500 Penerimaan Bandeng 40.000.000 13.500.000 12.750.000 14.400.000 80.000.000 45.000.000 Total Penerimaan 75.000.000 29.500.000 44.750.000 34.400.000 96.000.000 63.000.000 Biaya Tetap 1. PBB 175.000 160.000 120.000 160.000 2.400.000 120.000 2. Gaji penjaga 1.500.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 37.500 500.000 300.000 300.000 375.000 375.000 b. Mesin pompa 37.500 312.500 400.000 375.000 300.000 600.000 c. Pintu air 450.000 250.000 200.000 250.000 625.000 200.000 e. Ember 6.000 3.200 4.000 6.000 12.500 4.000 d. Saringan 18.750 10.000 16.000 10.000 25.000 10.000 e. Anco 2.000 25.000 f. Senter 50.000 40.000 62.500 62.500 62.500 75.000 Total Biaya Tetap 776.750 1.275.700 1.102.500 1.188.500 5.300.000 1.384.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 1.500.000 810.000 1.500.000 4.000.000 7.000.000 1.600.000 2. Benih a. Benur 3.000.000 2.288.000 2.500.000 2.000.000 5.000.000 2.250.000 b. Nener 3.250.000 780.000 455.000 1.040.000 6.500.000 1.560.000 3. Pakan Udang a. Ekobes 2.400.000 480.000 1.440.000 480.000 b. Ikan gesek 1.500.000 d. Bintang 3.200.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 23.500.000 3.360.000 21.000.000 23.500.000 b. STP 2.500.000 7.050.000 5. Obat-obatan a.Samponi 500.000 500.000 2.500.000 1.500.000 b.Ursal 168.000 56.000 2.800.000 280.000 140.000 c.Raja bandeng 204.000 204.000 170.000 d.Supersid e. Akodan f. Elsan 6. Pupuk a. Urea 1.500.000 150.000 150.000 3.000.000 450.000 b. TS 250.000 250.000 7. Solar 625.000 500.000 1.000.000 1.000.000 2.000.000 625.000 8. Upah TK saat panen 1.400.000 600.000 540.000 620.000 2.800.000 2.640.000 9. Resiko Panen 500.000 500.000 500.000 500.000 1.500.000 1.500.000 Total biaya variabel 38.175.000 8.830.000 15.941.000 21.420.000 51.264.000 35.935.000
82
Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R19 R20 R21 R22 R23 R24 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 500 100 500 100 800 120 harga (Rp/kg) 40.000 40.000 35.000 35.000 55.000 50.000 Penerimaan Udang 200.00.000 4.000.000 17.500.000 3.500.000 44.000.000 6.000.000 b. Bandeng (kg) 10.000 6.000 3.000 1.500 12.000 6.000 harga (Rp/kg) 8.500 8.000 8.500 9.000 9.000 9.500 Penerimaan Bandeng 850.00.000 48.000.000 25.500.000 13.500.000 108.000.000 57.000.000 Total Penerimaan 105.000.000 52.000.000 43.000.000 17.000.000 152.000.000 63.000.000 Biaya Tetap 1. PBB 275.000 140.000 70.000 75.000 455.000 125.000 2. Gaji penjaga 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 500.000 250.000 375.000 250.000 375.000 300.000 b. Mesin pompa 625.000 375.000 312.500 312.500 600.000 600.000 c. Pintu air 500.000 180.000 125.000 100.000 625.000 250.000 e. Ember 9.000 3.750 6.000 3.000 12.000 7.500 d. Saringan 25.000 10.000 10.000 6.250 37.500 12.500 e. Anco 12.500 f. Senter 75.000 62.500 62.500 62.500 150.000 75.000 Total Biaya Tetap 2.009.000 1.021.250 973.500 809.250 2.254.500 1.370.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 5.000.000 2.400.000 1.000.000 700.000 5.000.000 2.000.000 2. Benih a. Benur 2.500.000 500.000 1.250.000 750.000 11.000.000 2.000.000 b. Nener 3.000.000 2.990.000 585.000 325.000 7.670.000 3.250.000 3. Pakan Udang a. Ekobes b. Ikan gesek 1.750.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 4.700.000 b. STP 12.600.000 50.400.000 c. Komped 35.250.000 28.200.000 21.000.000 5. Obat-obatan a.Samponi 70.000 b.Ursal 168.000 68.000 168.000 c.Raja bandeng 340.000 204.000 204.000 d.Supersid e. Akodan f. Elsan 6. Pupuk a. Urea 1.500.000 900.000 450.000 300.000 650.000 b. TS 2.500.000 1.000.000 3.000.000 7. Solar 5.000.000 2.000.000 400.000 500.000 5.000.000 1.000.000 8. Upah TK saat panen 2.000.000 1.200.000 840.000 600.000 2.400.000 1.200.000 9. Resiko Panen 1.000.000 600.000 500.000 500.000 3.000.000 600.000 Total biaya variabel 57.820.000 38.790.000 19.883.000 8.443.000 86.492.000 34.254.000
83
Lanjutan Lampiran 6. Keterangan R25 R26 R27 R28 R29 R30 Penerimaan (TR) a. Udang windu (kg) 120 120 400 200 300 220 harga (Rp/kg) 35.000 55.000 50.000 35.000 50.000 40.000 Penerimaan Udang 4.200.000 6.600.000 20.000.000 7.000.000 15.000.000 8.800.000 b. Bandeng (kg) 2.000 160 400 3.000 2.000 8.000 harga (Rp/kg) 8.500 9.000 9.000 8.000 9.000 9.500 Penerimaan Bandeng 17.000.000 1.440.000 3.600.000 24.000.000 18.000.000 76.000.000 Total Penerimaan 21.200.000 8.040.000 23.600.000 31.000.000 33.000.000 84.800.000 Biaya Tetap 1. PBB 50.000 52.500 35.000 175.000 120.000 400.000 2. Gaji penjaga 2000.000 1.200.000 3. Sewa Pompa 4. Penyusutan Peralatan a. Rumah jaga 312.500 312.500 375.000 300.000 500.000 b. Mesin pompa 250.000 250.000 500.000 250.000 250.000 1.000.000 c. Pintu air 100.000 100.000 125.000 250.000 375.000 400.000 e. Ember 2.000 2.000 3.750 3.000 6.000 6.000 d. Saringan 10.000 5.000 6.250 12.500 12.000 20.000 e. Anco 5.000 f. Senter 62.500 62.500 75.000 62.500 62.500 150.000 Total Biaya Tetap 787.000 472.000 1.062.500 3.128.000 1.125.500 3.676.000 Biaya Variabel 1. Pemeliharaan lahan 800.000 800.000 960.000 1.000.000 900.000 6.000.000 2. Benih a. Benur 500.000 1.200.000 1.000.000 500.000 3.750.000 7.500.000 b. Nener 780.000 130.000 260.000 975.000 1.950.000 2.340.000 3. Pakan Udang a. Manggalindo 1.200.000 4. Pakan Bandeng a. Grobes 9.400.000 940.000 7.050.000 18.800.000 b. STP c. Komped 7.990.000 5. Obat-obatan a.Samponi 500.000 1.000.000 b.Ursal 168.000 168.000 70.000 c.Raja bandeng 68.000 d.Supersid e. Akodan 65.000 f. Elsan g. Akotion 6. Pupuk a. Urea 1.500.000 b. TS 500.000 2.500.000 7. Solar 1.000.000 500.000 375.000 750.000 1.000.000 8. Upah TK saat panen 400.000 240.000 450.000 600.000 1.450.000 1.600.000 9. Resiko Panen 600.000 300.000 600.000 500.000 600.000 600.000 Total biaya variabel 14.148.000 3.471.000 5.785.000 10.625.000 17.960.000 42.840.000
84
Lampiran 7. Pendapatan Pembudidaya Responden Polikultur
Responden Total Penerimaan (TR) (Rp/Tahun)
Total Biaya (TC) (Rp/Tahun)
Pendapatan (TR-TC) (Rp/Tahun)
1 11.000.000 7.114.500 3.885.500 2 19.000.000 7.731.500 11.268.500 3 14.300.000 8.901.250 5.398.750 4 22.500.000 16.867.500 5.632.500 5 26.250.000 19.805.000 6.445.000 6 21.900.000 7.135.000 14.765.000 7 11.200.000 7.492.250 3.707.750 8 86.000.000 37.294.000 48.706.000 9 19.000.000 13.241.250 5.758.750
10 7.750.000 4.981.000 2.769.000 11 60.500.000 33.186.500 27.313.500 12 20.500.000 11.260.500 9.239.500 13 75.000.000 38.951.750 36.048.250 14 29.500.000 10.105.700 19.394.300 15 44.750.000 17.043.500 27.706.500 16 34.400.000 22.608.500 11.791.500 17 96.000.000 56.564.000 39.436.000 18 63.000.000 37.319.000 25.681.000 19 105.000.000 59.829.000 45.171.000 20 52.000.000 39.811.250 12.188.750 21 43.000.000 20.856.500 22.143.500 22 17.000.000 9.252.250 7.747.750 23 152.000.000 88.746.500 63.253.500 24 63.000.000 35.624.000 27.376.000 25 21.200.000 14.935.000 6.265.000 26 8.040.000 3.943.000 4.097.000 27 23.600.000 6.847.500 16.752.500 28 31.000.000 13.753.000 17.247.000 29 33.000.000 19.085.500 13.914.500 30 84.800.000 46.516.000 38.284.000
Jumlah 129.6190.000 716.802.200 579.387.800 Rata-rata 43.206.333,33 23.893.406,67 19.312.926,67 Min 7.750.000 3.943.000 2.769.000 Max 152.000.000 88.746.500 63.253.500
85
Correlations
1,000 ,640 ,532 ,714 ,067 -,034,640 1,000 ,146 ,749 -,002 ,358,532 ,146 1,000 ,578 -,198 -,343,714 ,749 ,578 1,000 -,114 ,274,067 -,002 -,198 -,114 1,000 -,143
-,034 ,358 -,343 ,274 -,143 1,000. ,000 ,000 ,000 ,304 ,399
,000 . ,133 ,000 ,494 ,002,000 ,133 . ,000 ,065 ,004,000 ,000 ,000 . ,192 ,017,304 ,494 ,065 ,192 . ,138,399 ,002 ,004 ,017 ,138 .
60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60
YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Yi X1 X2 X3 X4 D
Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Permintaan Benur Oslah Regression
Descriptive Statistics
81983,33 77025,52772 603,0875 2,73429 60
475,0000 434,31419 602E+007 13688173,69 60
43333,33 8216,69789 60,5000 ,50422 60
Yi (ekor/tahun)X1 (Ha)X2 (kg/tahun)X3 (Rp/tahun)X4 (Rp/kg)D
Mean Std. Deviation N
Variables Entered/Removedb
D, X4, X3,X1, X2
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Yib.
86
Model Summaryb
,804a ,646 ,613 47888,41646 ,646 19,727 5 54 ,000 1,873Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
ANOVAb
2E+011 5 4,524E+010 19,727 ,000a
1E+011 54 22933004314E+011 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
Coefficientsa
-48008,3 41705,818 -1,151 ,25512861,670 4116,382 ,457 3,125 ,003 ,640 ,391 ,253 ,307 3,259
51,506 27,565 ,290 1,869 ,067 ,532 ,246 ,151 ,271 3,687,001 ,001 ,260 1,277 ,207 ,714 ,171 ,103 ,158 6,319
1,257 ,809 ,134 1,553 ,126 ,067 ,207 ,126 ,879 1,137-22873,7 17661,352 -,150 -1,295 ,201 -,034 -,174 -,105 ,490 2,040
(Constant)X1X2X3X4D
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 8.
87
Coefficient Correlationsa
1,000 ,287 -,508 ,146 ,651,287 1,000 -,113 -,005 ,269
-,508 -,113 1,000 -,777 -,793,146 -,005 -,777 1,000 ,487,651 ,269 -,793 ,487 1,000
3E+008 4103,816 -10,276 1E+007 317078,44103,816 ,655 ,000 -15,385 5,997
-10,276 ,000 1,31E-006 -3,660 -,0251E+007 -15,385 -3,660 2E+007 55309,684
317078,4 5,997 -,025 55309,684 759,831
DX4X3X1X2DX4X3X1X2
Correlations
Covariances
Model1
D X4 X3 X1 X2
Dependent Variable: Yia.
Collinearity Diagnosticsa
4,632 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,01,663 2,644 ,00 ,00 ,08 ,00 ,00 ,19,452 3,201 ,01 ,07 ,00 ,04 ,02 ,00,199 4,822 ,00 ,25 ,12 ,00 ,01 ,40,041 10,624 ,00 ,64 ,54 ,85 ,06 ,18,013 19,236 ,99 ,03 ,25 ,10 ,91 ,23
Dimension123456
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 8.
88
Residuals Statisticsa
-18538,5 299125,2 81983,33 61919,13262 60-1,623 3,507 ,000 1,000 60
9000,521 32466,176 14453,352 4558,173 60
-27956,5 293586,0 81825,19 62343,32609 60-101835 150415,4 ,00000 45814,33113 60
-2,127 3,141 ,000 ,957 60-2,313 3,579 ,002 1,064 60
-120521 208547,5 158,14178 57108,93861 60-2,415 4,060 ,015 1,134 601,101 26,134 4,917 4,420 60
,000 1,026 ,048 ,152 60,019 ,443 ,083 ,075 60
Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Yia.
43210-1-2-3
Regression Standardized Residual
20
15
10
5
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.12E-16Std. Dev. = 0.957N = 60
Dependent Variable: Yi
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
ProbDependent Variable: Yi
Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual
43210-1-2
Regression Standardized Predicted Value
43210
-1-2-3
Reg
ress
ion
Stud
entiz
edR
esid
ual
Dependent Variable: Yi
Scatterplot
Lanjutan Lampiran 8.
89
Descriptive Statistics
10,9760 ,84878 60,8722 ,67894 60
5,8324 ,81933 6016,1959 ,87536 6010,6581 ,19855 60
,5000 ,50422 60
YiX1X2X3X4D
Mean Std. Deviation N
Correlations
1,000 ,626 ,693 ,654 ,065 -,148,626 1,000 ,312 ,744 -,009 ,358,693 ,312 1,000 ,626 -,152 -,413,654 ,744 ,626 1,000 -,068 ,276,065 -,009 -,152 -,068 1,000 -,154
-,148 ,358 -,413 ,276 -,154 1,000. ,000 ,000 ,000 ,310 ,129
,000 . ,008 ,000 ,474 ,002,000 ,008 . ,000 ,123 ,001,000 ,000 ,000 . ,302 ,016,310 ,474 ,123 ,302 . ,120,129 ,002 ,001 ,016 ,120 .
60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60
YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Yi X1 X2 X3 X4 D
Variables Entered/Removedb
D, X4, X3,X1, X2
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Yib.
Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi Dobel-log Permintaan Benur Oslah Regression
90
Model Summaryb
,833a ,694 ,666 ,49064 ,694 24,514 5 54 ,000 1,545Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
ANOVAb
29,506 5 5,901 24,514 ,000a
12,999 54 ,24142,505 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
Coefficientsa
1,466 4,031 ,364 ,717,642 ,147 ,513 4,350 ,000 ,626 ,509 ,327 ,407 2,457,577 ,178 ,557 3,247 ,002 ,693 ,404 ,244 ,193 5,194
-,047 ,182 -,049 -,260 ,796 ,654 -,035 -,020 ,161 6,193,601 ,357 ,141 1,686 ,098 ,065 ,224 ,127 ,814 1,228
-,112 ,232 -,067 -,485 ,630 -,148 -,066 -,036 ,299 3,340
(Constant)X1X2X3X4D
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 9.
91
Coefficient Correlationsa
1,000 ,406 -,642 -,022 ,805,406 1,000 -,265 -,030 ,396
-,642 -,265 1,000 -,554 -,797-,022 -,030 -,554 1,000 ,154,805 ,396 -,797 ,154 1,000,054 ,034 -,027 -,001 ,033,034 ,127 -,017 -,002 ,025
-,027 -,017 ,033 -,015 -,026-,001 -,002 -,015 ,022 ,004,033 ,025 -,026 ,004 ,032
DX4X3X1X2DX4X3X1X2
Correlations
Covariances
Model1
D X4 X3 X1 X2
Dependent Variable: Yia.
Collinearity Diagnosticsa
5,258 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00,477 3,320 ,00 ,03 ,00 ,00 ,00 ,22,256 4,530 ,00 ,45 ,00 ,00 ,00 ,11,008 25,834 ,00 ,17 ,31 ,00 ,01 ,19,000 121,859 ,06 ,31 ,63 1,00 ,07 ,40,000 193,777 ,94 ,04 ,06 ,00 ,93 ,08
Dimension123456
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 9.
92
Residuals Statisticsa
9,4845 12,5686 10,9760 ,70718 60-2,109 2,252 ,000 1,000 60
,099 ,291 ,151 ,034 60
9,5320 12,4800 10,9729 ,70779 60-1,04202 1,26691 ,00000 ,46939 60
-2,124 2,582 ,000 ,957 60-2,224 2,828 ,003 1,013 60
-1,16468 1,51966 ,00315 ,52704 60-2,311 3,036 ,003 1,033 601,409 19,831 4,917 3,015 60
,000 ,266 ,021 ,041 60,024 ,336 ,083 ,051 60
Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Yia.
3210-1-2-3
Regression Standardized Residual
10
8
6
4
2
0
Freq
uenc
y
Mean = 3.88E-15Std. Dev. =...
Dependent Variable: Yi
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
bDependent Variable: Yi
Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual
420-2-4
Regression Standardized Predicted Value
3210
-1-2-3R
egre
ssio
nSt
uden
tized
Res
idua
l
Dependent Variable: Yi
Scatterplot
Lanjutan Lampiran 9.
93
Descriptive Statistics
10,9760 ,84878 603,0875 2,73429 60
475,0000 434,31419 602E+007 13688173,69 60
43333,33 8216,69789 60,5000 ,50422 60
YiX1X2X3X4D
Mean Std. Deviation N
Correlations
1,000 ,541 ,590 ,648 ,037 -,148,541 1,000 ,146 ,749 -,002 ,358,590 ,146 1,000 ,578 -,198 -,343,648 ,749 ,578 1,000 -,114 ,274,037 -,002 -,198 -,114 1,000 -,143
-,148 ,358 -,343 ,274 -,143 1,000. ,000 ,000 ,000 ,390 ,129
,000 . ,133 ,000 ,494 ,002,000 ,133 . ,000 ,065 ,004,000 ,000 ,000 . ,192 ,017,390 ,494 ,065 ,192 . ,138,129 ,002 ,004 ,017 ,138 .
60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60
YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Yi X1 X2 X3 X4 D
Variables Entered/Removedb
D, X4, X3,X1, X2
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Yib.
Lampiran 10. Hasil Regresi Model Semi-log (Ln Y) Permintaan Benur Oslah Regression
94
Model Summaryb
,776a ,602 ,566 ,55944 ,602 16,362 5 54 ,000 1,579Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
ANOVAb
25,605 5 5,121 16,362 ,000a
16,900 54 ,31342,505 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
Coefficientsa
9,768 ,487 20,049 ,000,132 ,048 ,424 2,737 ,008 ,541 ,349 ,235 ,307 3,259,001 ,000 ,370 2,243 ,029 ,590 ,292 ,192 ,271 3,687
1,15E-008 ,000 ,185 ,859 ,394 ,648 ,116 ,074 ,158 6,3191,05E-005 ,000 ,102 1,113 ,271 ,037 ,150 ,096 ,879 1,137
-,353 ,206 -,209 -1,709 ,093 -,148 -,227 -,147 ,490 2,040
(Constant)X1X2X3X4D
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 10.
95
Coefficient Correlationsa
1,000 ,287 -,508 ,146 ,651,287 1,000 -,113 -,005 ,269
-,508 -,113 1,000 -,777 -,793,146 -,005 -,777 1,000 ,487,651 ,269 -,793 ,487 1,000,043 5,60E-007 -1,4E-009 ,001 4,33E-005
5,60E-007 8,93E-011 -1,4E-014 -2,1E-009 8,18E-010-1,4E-009 -1,4E-014 1,79E-016 -5,0E-010 -3,4E-012
,001 -2,1E-009 -5,0E-010 ,002 7,55E-0064,33E-005 8,18E-010 -3,4E-012 7,55E-006 1,04E-007
DX4X3X1X2DX4X3X1X2
Correlations
Covariances
Model1
D X4 X3 X1 X2
Dependent Variable: Yia.
Collinearity Diagnosticsa
4,632 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,01,663 2,644 ,00 ,00 ,08 ,00 ,00 ,19,452 3,201 ,01 ,07 ,00 ,04 ,02 ,00,199 4,822 ,00 ,25 ,12 ,00 ,01 ,40,041 10,624 ,00 ,64 ,54 ,85 ,06 ,18,013 19,236 ,99 ,03 ,25 ,10 ,91 ,23
Dimension123456
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 10.
96
Residuals Statisticsa
9,9336 13,0090 10,9760 ,65877 60-1,582 3,086 ,000 1,000 60
,105 ,379 ,169 ,053 60
9,9410 13,0160 10,9841 ,68403 60-1,66532 1,12394 ,00000 ,53521 60
-2,977 2,009 ,000 ,957 60-3,096 2,178 -,006 1,007 60
-1,80183 1,32138 -,00804 ,59497 60-3,383 2,260 -,012 1,030 601,101 26,134 4,917 4,420 60
,000 ,175 ,019 ,034 60,019 ,443 ,083 ,075 60
Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Yia.
3210-1-2-3
Regression Standardized...
14121086420
Freq
uenc
y
Mean =-2.64E-16Std. Dev. ...
Dependent Variable: Yi
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Prob
Dependent Variable: Yi
Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual
43210-1-2
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
edR
esid
ual
Dependent Variable: Yi
Scatterplot
Lanjutan Lampiran 10.
97
Descriptive Statistics
81983,33 77025,52772 60,8722 ,67894 60
5,8324 ,81933 6016,1959 ,87536 6010,6581 ,19855 60
,5000 ,50422 60
YiX1X2X3X4D
Mean Std. Deviation N
Correlations
1,000 ,609 ,539 ,623 ,087 -,034,609 1,000 ,312 ,744 -,009 ,358,539 ,312 1,000 ,626 -,152 -,413,623 ,744 ,626 1,000 -,068 ,276,087 -,009 -,152 -,068 1,000 -,154
-,034 ,358 -,413 ,276 -,154 1,000. ,000 ,000 ,000 ,255 ,399
,000 . ,008 ,000 ,474 ,002,000 ,008 . ,000 ,123 ,001,000 ,000 ,000 . ,302 ,016,255 ,474 ,123 ,302 . ,120,399 ,002 ,001 ,016 ,120 .
60 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 6060 60 60 60 60 60
YiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4DYiX1X2X3X4D
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Yi X1 X2 X3 X4 D
Variables Entered/Removedb
D, X4, X3,X1, X2
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Yib.
Lampiran 11. Hasil Analisis Regresi Semi-log (Ln x) Permintaan Benur Oslah Regression
98
Model Summaryb
,730a ,533 ,489 55036,29452 ,533 12,313 5 54 ,000 1,928Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
ANOVAb
2E+011 5 3,730E+010 12,313 ,000a
2E+011 54 30289937154E+011 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), D, X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yib.
Coefficientsa
-859417 452135,4 -1,901 ,06350576,888 16541,632 ,446 3,058 ,003 ,609 ,384 ,284 ,407 2,45727639,636 19930,313 ,294 1,387 ,171 ,539 ,185 ,129 ,193 5,19412444,369 20369,519 ,141 ,611 ,544 ,623 ,083 ,057 ,161 6,19350803,824 39995,252 ,131 1,270 ,209 ,087 ,170 ,118 ,814 1,228
-13872,2 25971,816 -,091 -,534 ,595 -,034 -,072 -,050 ,299 3,340
(Constant)X1X2X3X4D
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 11.
99
Coefficient Correlationsa
1,000 ,406 -,642 -,022 ,805,406 1,000 -,265 -,030 ,396
-,642 -,265 1,000 -,554 -,797-,022 -,030 -,554 1,000 ,154,805 ,396 -,797 ,154 1,000
7E+008 4E+008 -3E+008 -9440755 4E+0084E+008 2E+009 -2E+008 -2E+007 3E+008
-3E+008 -2E+008 4E+008 -2E+008 -3E+008-9440755 -2E+007 -2E+008 3E+008 5E+007
4E+008 3E+008 -3E+008 5E+007 4E+008
DX4X3X1X2DX4X3X1X2
Correlations
Covariances
Model1
D X4 X3 X1 X2
Dependent Variable: Yia.
Collinearity Diagnosticsa
5,258 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00,477 3,320 ,00 ,03 ,00 ,00 ,00 ,22,256 4,530 ,00 ,45 ,00 ,00 ,00 ,11,008 25,834 ,00 ,17 ,31 ,00 ,01 ,19,000 121,859 ,06 ,31 ,63 1,00 ,07 ,40,000 193,777 ,94 ,04 ,06 ,00 ,93 ,08
Dimension123456
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) X1 X2 X3 X4 DVariance Proportions
Dependent Variable: Yia.
Lanjutan Lampiran 11.
100
Residuals Statisticsa
-39111,0 219260,3 81983,33 56219,50363 60-2,154 2,442 ,000 1,000 60
11082,813 32689,004 16975,927 3868,683 60
-71330,8 182517,4 81008,50 56787,57451 60-88520,2 220739,7 ,00000 52652,62892 60
-1,608 4,011 ,000 ,957 60-1,678 4,409 ,008 1,030 60
-96370,7 266687,3 974,83018 61158,31128 60-1,708 5,459 ,033 1,138 601,409 19,831 4,917 3,015 60
,000 ,674 ,029 ,099 60,024 ,336 ,083 ,051 60
Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Yia.
543210-1-2
Regression Standardized Residual
20
15
10
5
0
Freq
uenc
y
Mean = 1.14E-15Std. Dev. =...
Dependent Variable: Yi
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Prob
Dependent Variable: Yi
Normal P-P Plot of RegressionStandardized Residual
420-2-4
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
edR
esid
ual
Dependent Variable: Yi
Scatterplot
Lanjutan Lampiran 11.
101
Lampiran 12. Perhitungan Elastisitas Permintaan Benur Oslah pada Model
Linier
a). Luas lahan (X1)
)(YiXibi=ε
= 12861,670 (3,088/81983,333)
= 0,48
b). Produksi (X2)
)(YiXibi=ε
= 51,506 (475/81983,333)
= 0,30
c). Pendapatan (X3)
)(YiXibi=ε
= 0,001 (15593319,300/81983,333)
= 0,19
d). Harga udang windu (X4)
)(YiXibi=ε
= 1,257(43333,333/81983,333)
= 0,66
102
Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian Benur Oslah Pl-25 Udang windu Tambak udang windu Rumah jaga
99