budidaya udang vaname.doc

40
budidaya udang vaname I. PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity). Berdasarkan hitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut potensi lahan budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta ha. Kegiatan perikanan budidaya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sumber air menyangkut kuaalitas dan kuantitasnya, potensi ketersediaan lahan menyangkut topografi ,tektur dan kesuburannya yang dapat diperkirakan manfaatnya bagi budidaya Sejak awal pengembangan budidaya udang, keberhasilan yang diperoleh petambak terus meningkat. Namun sejak tahun 1996 produksi udang yang diperoleh cenderung semakin menurun. Penurunan produksi terutama disebabkan karena kegagalan budidaya udang ditambak akibat timbulnya berbagai macam penyakit (terutama white spot dan vibriosis. Rukyani dkk. (2001) menyebutkan bahwa

Upload: ubun-ubun

Post on 08-Apr-2016

449 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: budidaya udang vaname.doc

budidaya udang vaname

I. PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia

dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity). Berdasarkan

hitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut potensi lahan budidaya laut

diperkirakan sekitar 24,53 juta ha. Kegiatan perikanan budidaya ditentukan oleh

beberapa faktor antara lain sumber air menyangkut kuaalitas dan kuantitasnya, potensi

ketersediaan lahan menyangkut topografi ,tektur dan kesuburannya yang dapat

diperkirakan manfaatnya bagi budidaya

Sejak awal pengembangan budidaya udang, keberhasilan yang diperoleh

petambak terus meningkat. Namun sejak tahun 1996 produksi udang yang diperoleh

cenderung semakin menurun. Penurunan produksi terutama disebabkan karena

kegagalan budidaya udang ditambak akibat timbulnya berbagai macam penyakit

(terutama white spot dan vibriosis. Rukyani dkk. (2001) menyebutkan bahwa

munculnya berbagai macam penyakit tersebut merupakan indikator telah terjadinya

degradasi lingkungan. Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun

oleh pihak swasta/pelaku pertambakan sendiri dalam mengatasi masalah tersebut.

Udang vaname merupakan udang introduksi yang secara resmi ditetapkan

sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya oleh Menteri DKP pada

tahun 2001, dan sejak itu perkembangan budidayanya sangat cepat. Selain Indonesia,

negara-negara yang telah mengembangkan vaname antara lain China, Taiwan dan

Page 2: budidaya udang vaname.doc

Thailand. Vaname mempunyai ciri-ciri mampu hidup pada kisaran salinitas 5 – 45 ppt

dengan salinitas optimal 10 – 30 ppt; kisaran suhu 240 – 320 C dengan suhu optimal

280 – 300 C; mampu bertahan pada oksigen 0,8 ppm selama 3 – 4 hari tetapi disarankan

DO 4 ppm. PH air 7 – 8,5 ; kebutuhan protein rendah yaitu 32 % dengan FCR < 1,5

serta prosentase daging 66 – 68 %, lebih tinggi jika dibandingkan udang windu yang

hanya 62 %. Kebutuhan pasar cukup tinggi untuk Eropa dan USA. Dengan keunggulan

tersebut banyak petambak tergiur untuk beralih ke vaname termasuk petambak

Situbondo dan Banyuwangi serta Malang Selatan. Keberhasilan petambak Jawa Timur

merangsang petambak lain untuk beralih usaha dari budidaya udang windu ke budidaya

udang vaname, yaitu petambak dari propinsi Bali, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Page 3: budidaya udang vaname.doc

2.2.            PenyebaranUdang vaname dapat ditemukan di perairan / lautan Pacific mulai dari Mexico,

Amerika Tengah dan Selatan dimana temperatur perairan tidak lebih dari 20°C

sepanjang tahun. Populasi udang vaname di daerah tersebut selalu kontinyu dan

terisolasi. Udang vaname relatif mudah dibudidayakan dan bisa dilakukan diseluruh

dunia.

2.3. PertumbuhanSeperti halnya arthropoda lainnya, pertumbuhan udang vaname tergantung dua

faktor yaitu frekuensi molting (waktu antara molting) dan pertumbuhan (berapa

pertumbuhan pada setiap molting baru). Tubuh udang mempunyai carapace yang keras,

sehingga pada setiap kali molting carapace terlepas, terjadi pembagian cuticle antara

carapace dan intercalary sclerite, dimana cephalothorax dan appendic anterior akan

terbentuk. Carapace baru pada awalnya lunak, tetapi jika ukuran udang sudah

proporsional akan mengeras kembali, biasanya antara satu sampai dua hari.

Frekuensi molting erat kaitannya dengan ukuran udang, jika udang tumbuh

frekuensi molting meningkat. Pada stadia larva, molting terjadi setiap 30-40 jam pada

temperatur 28°C. Juvenil udang ukuran 1 – 5 gram akan molting setiap 4-6 hari, tetapi

juvenil udang ukuran 15 gram akan molting dengan interval 2 minggu.

Frekuensi molting dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan dan nutrisi.

Misalnya temperatur lebih tinggi, maka frekuensi molting meningkat. Absorsi oksigen

tidak efisien selama molting dan biasanya akan mati karena hypoxia.

Ketika carapace masih lunak setelah molting, udang akan dimangsa oleh

kawannya. Oleh sebab itu, biasanya udang akan mencari tempat terlindung di detritus

yang lunak. Karena molting sebagai kontrol pertumbuhan dan udang dalam kondisi

riskan, dicoba untuk membuat kondisi budidaya yang nyaman sehingga molting tidak

membuat udang stress.

2.4.            Makan dan Kebiasaan makanUdang penaeid cenderung omnivorus atau detritus feeder. Dari studi yang

dilakukan isi pencernaan terdiri dari carnivor di alam, jasad renik / crustacea kecil,

amphipoda, dan polychaeta. Pada tambak intensif dimana tidak ada jasad renik, udang

akan memangsa makanan yang diberikan atau detritus.

Page 4: budidaya udang vaname.doc

Pada tambak yang alami, alga dan bakteri yang berkembang pada kolom air

adalah sumber nutrisi yang penting bagi udang vaname, dan meningkatkan

pertumbuhan sebesar 50% dibanding tambak yang jernih. Dapat dikatakan bahwa

udang tumbuh optimum pada tambak yang berimbang dengan komunitas mikroba.

Udang vaname tidak makan sepanjang hari tetapi hanya beberapa waktu saja

sepanjang hari. Dengan tingkah laku makan seperti itu, dapat diaplikasikan pada

budidaya bahwa pemberian pakan dapat berupa pellet yang diberikan beberapa kali

dalam satu hari. Dari penelitian membuktikan bahwa pemberian pakan beberapa kali

sehari memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada satu kali sehari.

Udang vaname membutuhkan pakan dengan 35% kandungan protein, lebih

rendah dari pada yang dibutuhkan oleh udang P.monodon dan udang P.japonicus. Jika

digunakan pakan dengan kandungan protein tinggi (45%), pertumbuhan cepat dan

produksi tinggi tetapi biaya mahal, sehingga lebih visibel dengan pakan protein rendah.

Pakan yang mengandung ikan dan cumi-cumi akan memacu pertumbuhan.

2.5.            Siklus hidupSecara alami udang vaname termasuk jenis katadromus, yaitu udang dewasa

hidup di laut terbuka dan udang muda migrasi ke arah pantai. Perkembangan stadia

seperti pada gambar 3. Di habitat aslinya, udang matang gonad (matur), kawin

(mating) dan bertelur (spawning) berada pada perairan dengan kedalaman sekitar 70

meter di Amerika selatan, tengah dan utara, dengan suhu 26 - 28°C dan salinitas sekitar

35 ppt. Telur menetas dan larva berkembang di laut dalam sebagai tempat

berkembangnya zooplankton. Post larva udang vaname bergerak mendekati pantai

dan menetap di dasar estuari /muara. Di estuari, tersedia nutrien, air laut dengan

salinitas dan suhu yang bervariasi dari pada di laut terbuka. Setelah beberapa bulan di

estuari, udang muda kembali ke lingkungan laut menjauhi pantai, dimana aktivitas

matur, mating dan spawning terjadi.

2.6.            Karakteristik budidayaUdang vaname mempunyai karakteristik budidaya yang sangat bagus. Udang

tumbuh dengan cepat sampai ukuran 20 gram, dengan laju pertumbuhan 3 gram per

minggu dalam kepadatan 100 ekor /m2 . Setelah 20 gram, udang tumbuh lambat yaitu 1

gram per minggu dan betina tumbuh lebih cepat dari pada jantan. Udang mempunyai

toleransi salinitas yang cukup lebar yaitu 2 – 40 ppt, tetapi akan tumbuh lebih cepat

Page 5: budidaya udang vaname.doc

pada salinitas rendah, ketika terjadi isoosmotic antara lingkungan dan darah. Pada

salinitas 33 ppt larva udang vaname tumbuh sangat bagus.

Temperatur juga sangat mempengaruhi pertumbuhan. Udang akan mati jika

berada pada suhu dibawah 15°C atau diatas 33°C dalam waktu 24 jam atau lebih. Sub

letal stres terjadi pada 15-22°C dan 30-33°C. Temperatur optimum untuk udang

vaname adalah antara 23 - 30°C. Efek temperatur terhadap pertumbuhan adalah

perkembangan stadia dan ukuran. Sebagai contoh, udang kecil (1 gram) tumbuh cepat

dalam air hangat (30°C), udang medium (12 gram) dan udang besar (18 gram)

pertumbuhan tercepat terjadi pada temperatur 27°C dari pada pada 30°C.

Page 6: budidaya udang vaname.doc

III. PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi usaha budidaya udang dimaksudkan untuk menjamin

keselarasan lingkungan antara lokasi pengembangan usaha budidaya dengan

pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

kelayakan suatu lahan untukkonstruksi tambak dan operasionalnya, mengidentifikasi

kemungkinan dampak negatif dari pengembangan lokasi dan akibat sosial yang

ditimbulkannya, memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak dan

menimalkan timbulnya resiko-resiko yang lain.

Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha budidaya udang vaname akan

menentukan tingkat keberhasilan produksi. Elevasi atau tingkat kemiringan lokasi dan

karakter pasang surut air laut perlu dipertimbangkan Hal ini berkaitan dengan

Pengairan, pergantian air dan pengeringan tambak. Begitu juga dengan jarak area

pertambakan dengan daerah pantai, karena areal tambak yang jauh dari pantai akan

kesulitan dalam penyediaan air laut bahkan membutuhkan dana yang besar untuk

operasional.

Amplitudo pasang surut harus sedang berkisar antara 2 – 3 m karena sangat

baik untuk memanfaatkan arus pasang untuk pengisian air tambak. Lokasi dengan tinggi

pasang surut lebih 4 m tidak cocok karena membutuhkan tanggul yang lebar dan mahal

untuk mencegah air selama pasang. Sebaliknya lokasi dengan pasang surut rendah

yaitu kurang dari 1 m tidak baik karena untuk pengisian dan pergantian air.

3.1. Persyaratan teknisA. Sifat fisik tanah

Sifat fisik tanah harus diketahui sebelum pembangunan areal tambak agar

tambak yang dibangun tidak bocor dan kuat. Sifat fisik tanah dapat diketahui dari

teksturnya yaitu perbandingan kandungan butir-butir pasir, debu dan tanah liat dalam

tambak tersebut.

B. Tekstur tanahUntuk mengetahui tekstur tanah dapat dilakukan uji laboratorium dengan

menghitung besar butiran dan prosentase dari pasir debu dan lempung atau dengan

Page 7: budidaya udang vaname.doc

cara uji raba melalui jari tangan (The feel and ball method). Jenis tanah untuk tambak

vaname sebaiknya liat berpasir (untuk menghindari kebocoran).

C. Parameter kualitas tanahTabel 1. Parameter kualitas tanah

No Parameter Kisaran123456

pHBahan organik ( % )TeksturStrukturPotensi infiltrasi (cm / menit)Soeloem ( meter )

6,0 – 8,0< 90

Liat (60 – 70 % ) dan Pasir ( 30 – 450 % )Kompak

<1> 1

D. Kualitas sumber air

Tersedianya sumber air sepanjang tahun harus memenuhi persyaratan

parameter kualitas air sumber.

Tabel 2. Parameter kualitas air sumber

No Parameter air Kisaran12345678910111213

Salinitas ( ppt )pHAlkalinitas ( ppm )H2S ( mg / lt )Bahan organik ( ppm )Total posphat ( ppm )BOD ( ppm )COD ( ppm )TSS ( ppm )Pb ( ppm )Hg ( ppm )Cu ( ppm )Organo chlorine ( ppm )

5 – 357,0 – 9,0

> 500,001< 55

0,05 - 0,50< 25< 40

25 – 5000,001 – 1,1570,051 – 0,167

< 0,06< 0,02

Keterangan :Untuk tekstur tanah pasir dapat digunakan tambak plastik / biocrete.BOD : Biochemical Oxygen DemandCOD : Chemical Oxygen Demand TSS : Total Suspended Solid

3.2. Persyaratan non teknis Persyaratan non teknis pemilihan lokasi untuk tambak udang vaname :

a        Dekat dengan daerah pantai dengan fluktuasi pasang surut 2 – 3 m

b        Sumber air tawar harus cukup

Page 8: budidaya udang vaname.doc

c        Lokasi tambak harus memiliki green-belt (hutan mangrove) agar terhindar dari besarnya

gelombang yang dapat mengakibatkan abrasi.

d        Dekat dengan jalan raya untuk transportasi penyediaan sarana produksi maupun panen

e        Dekat dengan sumber tenaga kerja

f          Dekat dengan daerah pemasaran termasuk cold storage

g        Jauh dari pabrik maupun daerah pemukiman penduduk yang padat

h        Terdapat sumber listrik dan sarana komunikasi

i           Dekat dengan sumber benih vaname

Gambar 2. Lokasi tambak udang vanamei

Page 9: budidaya udang vaname.doc

IV. SARANA BUDIDAYA

4.1.            Konstruksi tambakPembuatan tambak untuk udang vaname harus diperhatikan segi konstruksi

diantaranya pematang, pintu air, petakan, kedalaman air dan saluran air.

A. Pematang Dalam setiap unit tambak biasanya ada dua pematang yang perlu dibangun yaitu

pematang utama dan sekunder. Pematang utama adalah pematang yang membatasi

suatu areal pertambakan dengan lingkungan luar atau benteng utama areal

pertambakan, bila konstruksinya kurang kuat pengelolaannya akan sulit. Pematang

sekunder adalah pematang pembentuk petakan yang berada di dalam lingkungan

pematang utama.

Gambar.3. Pematang tambak yang kokoh dan kedap air

B. Pintu airSeperti halnya dengan pematang pada suatu unit tambak ada dua pintu air yaitu

pintu utama yang dibangun dibagian pematang utama dan pintu petakan yang dipasang

pada pematang antara setiap petakan dalam unit tambak. Pintu air harus didisain

Page 10: budidaya udang vaname.doc

sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dengan debit yang dikehendaki, selain

itu harus kedap air, mampu menahan tekanan air, tidak mudah rusak, berlandaskan

pondasi kokoh, tidak menghalangi aliran air sewaktu dalam keadaan terbuka, tidak

menyebabkan kebocoran atau rembesan pada pematang yang berbalasan dengannya

dan mudah ditangani. Dasar pintu air harus sama atau lebih rendah dari permukaan air

tambak ketika sedang surut, supaya menghilangkan kebocoran dibawah dasar pintu.

Ukuran pintu utama sebaiknya mempunyai lebar 1 – 1,5 m, tinggi 2 – 3 m dan panjang 5

– 6 m. Pada pintu diberi lubang atau sponing untuk meletakkan papan pintu. Pintu air

petakan pada prinsipnya sama dengan pintu air utama, tetapi ukurannyalebih kecil

danumumnya terbuat dari kayu atau beton. Ukuran pintu petakan sebaiknya lebar 0,6 –

0,8 m, panjang 2 – 3 m dan tinggi pintu 1,5 – 2 m.

C. Petakan Petakan untuk tambak vaname yang ideal berbentuk bujur sangkar, dimana

luasnya tergantung lahan yang tersedia.

Gambar 4. Bentuk petakan tambak

D. Kedalaman air tambak

Kedalaman air

tambak yang baik

untuk budidaya udang

vaname yang baik

150 – 180 cm.

E. Saluran airSaluran di

tambak terdiri dari

saluran pemasukan dan pengeluaran dimana saluran pemasukan (inlet) dan saluran

pembuangan (outlet) harus terpisah., Saluran inlet harus mempunyai kemiringan 5-10

% dan saluran pembuangan harus dibuat sesuai dengan besarnya petakan jangan

sampai terlalu kecil hal ini dimaksudkan agar pada saat pembuangan air dapat mengalir

Page 11: budidaya udang vaname.doc

dengan lancar. Ukuran dari saluran pemasukan dan pengeluaran air dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Q = AV dimana

Q = Volume air yang akan dikeluarkan

A = Penampang melintang dari saluran

V = Percepatan (velosity) aliran air

Besarnya V dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

V = R 2/3 x S ½ x 1/n dimana :

R = Kedalaman air

S = Kemiringan saluran air

N = Koefisien gesekan (0,02)

Lebar saluran kemudian dapat dihitung dengan rumus :

A = R (b + 2R) (Anonymous, 1987a)

Saluran pembuangan tengah (central drainage) berfungsi untuk membuang

lumpur dan kotoran dari dasar tengah tambak. Bisa berbentuk sistem matahari maupun

bentuk T.

4.2. Pompa airPompa air memegang peranan penting dalam operasional usaha pembesaran

udang vaname terutama yang menggunakan sistem semi intensif dan secara intensif, ini

dikarenakan seluruh kebutuhan baik untuk suplly air laut maupun air tawar semua

menggunakan pompa.

4.3. Paddle whell (Kincir Air) dan Aerator Paddle whel dan Aerator pada pemeliharaan udang sistem intensif dan semi intensif

sangat penting, sebagai alat untuk mensuplai oksigen. Pemakaiannya tergantung luasan

petakan, padat penebaran dan sistem pemeliharaan.

Page 12: budidaya udang vaname.doc

Kincir rangkai Aerator (super charge)

Gambar 5. Alat suplai oksigen dalam petakan tambak

4.4. Tenaga listrikTenaga listrik harus ada untuk pembesaran udang vaname srcara intesif maupun

semi intensif. Selain untuk penerangan sumber listrik yang utama adalah untuk

menyalakan paddle whell, sumber listrik ini dapat berasal dari PLN maupun Genset.

4.5. Tata letakTata letak tambak adalah cara peletakan petakan tambak, luas dan bentuk

petakan, sistem pengelolaan air dan komponen tambak lainnya guna mencapai efisiensi

secara optimal sesuai persyaratan tehnik konstruksi tambak. Dalam membuat tata letak

tambak yang harus diperhatikan yaitu : bagian-bagian tambak harus diatur dengan baik

sehingga petakan dapat dikeringkan atau diisi air tanpa mengganggu petakan lainnya,

petakan harus diatur sehingga arah angin sejajar dengan arah pematang terpendek,

saluran pembuang dan pembawa harus diletakkan dengan baik agar tidak terjadi

percampuran antara air yang bersih dengan air yang kotor dan pintu utama harus

terlindung dari gelombang dan arus air laut. Dalam membuat tata letak tambak juga harus diperhatikan aspek-aspek

lingkungan dan keindahan. Lingkungan yang terjaga dengan baik dengan

memperhatikan perbandingan antara jumlah petakan budidaya dengan petakan

treatment air ataupun jalur hijau akan menunjang kontinyuitas produksi udang.

Page 13: budidaya udang vaname.doc

 

Keterangan:1. PK : Petak Karantina (Petak Air Baku Siap Pakai)2. SSA : SAluran Suplai Air (saluran distribusi air ke petak pembesaran)3. PPU : Petak Pembesaran Udang4. SB : Saluran Buang5. PB : Petak Biofilter/Bioscreen Multispesies6. PUPL : Petak Unit Pengolah Limbah (area dumping/endapan lumpur)7. : Tanaman bakau (mangrove) sebagai penyeimbang lingkungan

Gambar 6. Layout tambak

Page 14: budidaya udang vaname.doc

V. METODE PEMELIHARAAN

5.1. Persiapan tambak Persiapan tambak dilakukan dengan pembuangan dasar tambak yang hitam

dengan cara mengeruk dam mengangkat serta membuang keluar dari petakan/diluar

area pertambakan. Hal ini dikarenakan karena dasar tambak yang hitam tersebut

menyebabkan timbulnya senyawa beracun seperti gas H2S dan amonia.

Setelah dilakukan pengangkatan lumpur/ tanah dasar tambak yang hitam maka

dilakukan pengeringan untuk membantu proses oksidasi dan mematikan hama dan

penyakit yang ada dan menetralkan dasar tambak yang asam serta menghilangkan gas

beracun. Lama pengeringan ini sekitar 3 – 4 hari tergantung sinar matahari atau sampai

tanah dasar tambak kering.

Gambar 7. Persiapan tambak

5.2. PemupukanPemupukan berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi udang selama budidaya

udang vaname, dimana dengan pemupukan pakan alami akan tumbuh. Kontribusi

pakan alami 60 -70 % dalam mendukung keberhasilan pertumbuhan benur. Selain

sebagai sumber pakan bagi benur vaname yang baru tebar pakan alami ini juga dapat

berfungsi sebagai sumber nutrisi yang baik yang tidak didapat pada pakan buatan.

Page 15: budidaya udang vaname.doc

Pupuk ada 2 macam yaitu organik pupuk kandang atau kompos dan pupuk anorganik

seperti Urea,TSP dan ZA.

5.3.            Pengapuran Kapur yang dapat digunakan dalam budidaya idang vaname adalah batu kapur

(crushed shell/CaCO3) dosis 100 – 300 kg/ha, kapur mati (slake lime Ca(OH2) 50 – 100

kg/ha, dan dolomit (dolomitic lime, Ca Mg(Co)3) 200 -300 kg/ha. Pemberian kapur ini

dilakukan bila pH tanah kurang dari 7,5.

5.4.            Pemberantasan hama Saponin dapat berfungsi sebagai pupuk dan bahan beracun yang dapat

metaikan hama yang mengganggu udang vaname yang dipelihara. Cara pemakaiannya

bungkil teh terlebih dahulu dihaluskan kemudian direndam 24 jam dan ditebar ke

petakan.

5.5. Benih Besarnya produksi sebagian besar tergantung dari kualitas benih, bagaimana

benih ditebar dan sistem pengelaolaan selanjutnya. Sedangkan padat penebaran

optimum tergantung daya dukung tambak dan sistem budidaya yang diterapkan.

Benih yang akan ditebar harus yang bebas penyakit (Specific pathogen Free atau

SPF dan (Specific Pathogen Resistant atau SPR) karena penggunaan benur unggul

akan memperkecil resiko kegagalan, disarankan untuk dilakukan pengujian PCR di

laboratorium. Benur yang digunakan dapat dari induk yang berasal dari luar negeri

maupun hasil turunan (F1). Kriteria benur vaname yang sehat dapat diketahui secara

visual, mikroskopis dan ketahanan benur.

Secara visual penampakan benih yang baik adalah murni satu jenis, seragam

dalam ukuran dan umur, berwarna bening kecoklatan, tidak cacat fisik, bereaksi

terhadap rangsangan cahaya, bebas dari penyakit, tidak mengalami necrosis dan

pertumbuyhannya normal bila arus diputar dalam suatu wadah maka benih akan

menentang arus, benur yang sehat berenang mendatar dan bergherak aktif. Benur yang

sakit melayang, terbawa arus, berputar tanpa arah dan tubuh melengkung.

Pengujian secara mikroskopis dapat dilihat pada benur yang sehat permukuaan

tubuhnya bersih, dilakukan pengukuran MGR (muscle to gut ratio) yaitu perbandingan

diameter otot pada ekor dengan diameter pencernaan. Hasilnya dinyatakan dalam

Page 16: budidaya udang vaname.doc

presentase MGR 4 : 1. Selain itu dicek necrosis benur yaitu adanya luka pada tubuh

udang.

Pengujian daya tahan dilakukan dengan perendaman dengan formalin dosis

yang digunakan 100 ppm selama 2 jam bila SR 95 % ke atas berarti benur baik. Selain

itu juga dilakukan tes daya tahan benur terhadapperubahan salinitas yaitu pada salinitas

0 ppt SR 50 % ke atas dianggap baik.

Gambar 8. Benih vaname

Benih sebelum ditebar diadaptasi selama 2 jam dengan cara kantong benih

dimasukkan ke petakan yang telah diberi sekat dari kayu agar kantong benih tidak

menyebar ke seluruh petakan. Kemudian kantong benih dibuka dan plastik digulung

sampai permukaan air selanjutnya diisi dengan air tambak sampai gulungan habis, bila

benih telah beradaptasi kantong dimiringkan sehingga benih keluar. Kepadatan

penebaran benur vaname 100 – 125 ekor/m2 . Bila kepadatan ingin ditingkatkan harus

dilihat daya dukung tambak dan sarana pendukung lainnya.

 

Page 17: budidaya udang vaname.doc

Gambar 9. Proses adaptasi benih vaname

5.6. Monitoring kualitas airPengelolaan air untuk budidaya udang sama pentingnya dengan tehnik

budidayanya, karena air merupakan media terpenting bagi kehidupan organisme

didalamnya. Dengan pengelolaan air yang baik maka peningkatan produksi dapat diraih,

untuk itu pengontrolan kualitas air secara kontinyu perlu dilakukan.

Kualitas air tambak yang baik akan mendukung kesehatan dan pertumbuhan

udang vannmei . Parameter kualitas air yamg perlu diamati adalah :

         Salinitas

Salinitas merupakan ukuran bagi jumlah garam yang terlarut dalam suatu volume air.

Salinitas di tambak biasanya dipengaruhi oleh tingkat evaporasi dan curah hujan. Bila

salinitas tinggi proses osmoregulasi akan terganggu dimana perumbuhan udang akan

lambat karena energi lebih banyak untuk proses osmoregulasi dibanding untuk tumbuh

selain itu udang kesulitan untuk ganti kulit karena kulit cenderung keras.

         Suhu

Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu minimum, optimum dan maksimum

untuk hidupnya dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri sampai suhu

tertentu. Jika suhu terlalu tinggi metabolisme akan berlangsung cepat sehingga

kebutuhan oksigen akan meningkat. Pada suhu rendah nafsu makan akan berkurang

pemberian pakan harus dikurangi agar tidak terjadi penumpukan sisa pakan dan bisa

diberikan imunostimulan agar nafsu makan meningkat bisa berupa pemberian Vitamin C

maupun peptidoglikan.

         pH merupakan derajat keasaman suatu perairan, dimana pH yang ideal berkisar 7,5 –

8,5

         Kandungan oksigen

Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang kritis pada budidaya udang

vaname apalagi bila padat penebarannya tinggi. Konsentrasi oksigen terlarut dalam

tambak selalu mengalami perubahan, oleh karena itu pengelolaan tambak harus

memantau perubahan tersebut. Penambahan oksigen dapat dilakukan dengan

penggunaan kincir selain itu dengan adanya kincir akan terjadi arus sehingga dapat

membantu berkumpulnya kotoran ditengah.

Page 18: budidaya udang vaname.doc

         Amonia merupakanhasil sekresi atau pengeluaran kotoran udang yang berbentuk gas,

selain itu dapat berasal dari sisa pakan. Amonia akan mengalami proses nitrifikasi bila

tersedia bakteri nitrobakter berubah menjadi nitrit dan denitrifikasi bila terdapat bakteri

nitrosomonas sehingga menjadi nitrat. Salah satu cara meningkatkan bakteri dapat

menggunakan probiotik yang mengandung bakteri yang dibutuhkan.

         Transparasi

Cahaya yang jatuh kepermukaan air sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi

diteruskan ke dalam air. Cahaya ini akan disebar dan diserap, cahaya yang diserap

akan diubah menjadi panas. Sedangkan cahaya yang disebar akan mennentukan

kecerahan suatu perairan, dimana kecerahan juga tergantung pada banyaknya partikel-

partikel koloid serta jasad renik yang ada dalam air

Tabel 3. Parameter Kualitas Air Pemeliharaan

No Parameter Kisaran123456789

1011

Salinitas ( ppt )Suhu ( 0 C ) pHOksigen ( ppm )Alkalinitas ( ppm )Nitrit ( ppm )NH3 ( ppm )H2S ( ppm PBahan organik ( ppm )Phospat ( ppm )Transparasi

15 – 2528,5 – 31,5

7,5 – 8,53,0 – 7,5120 – 160

0,01 – 0,050,05 - 0,100,01 – 0,05

< 550,10 – 0,25

30 – 40

5.7. Manajemen Efluen Dan Limbah PadatAir buangan tambak mengandung bahan-bahan cemaran yang bersumber dari

sisa-sisa pakan, hasil ekskresi metabolit, detritus, mikroorganisme dan residu berbagai

bahan pengendali lingkungan dan penyakit. Bahan – bahan tersebut pada umumnya

dapat sebagai pencemar air dilingkungan alami tambak. Oleh karena itu setiap kegiatan

budidaya udang harus melakukan perbaikan kualitas air buangan tambak agar dapat

memenuhi Baku Mutu Efluen Tambak yang ditetapkan ( tabel 4 ). Untuk memperbaiki

mutu air buangan, harus memperhatikan hal=hal sebagai berikut

a.      Melakukan upaya-upaya pengendapan bahan tersuspensi melalui tandon.

b.      Menggunakan biofilter untuk pemulihan kualitas air.

c.      Mengangkat bahan-bahan terendapkan dari tandon.

Page 19: budidaya udang vaname.doc

d.      Penanaman mangrove pada areal pembuangan.

e.      Menerapkan sistim resirkulai / pergantia air minimum ( less water exchange ) pada

tambak intensif atau semi intensif, khususnya di kawasan padat tambak dan tercemar.

Tabel 4. Baku Mutu Efluen Tambak Udang

No Parameter Satuan BesaranI Fisika

1. TSS NTU ( nephelometer turbidity unit ) ≤ 2002. Kekeruhan Mg /l ≤ 50II Kimia1. pH Mg /l 6,0 - 9,02. BOD Mg /l ≤ 2003. PO4 Mg /l < 454. H2S Mg /l < 0,1 - < 0,035. NO3 Mg /l < 756. NO2 Mg /l < 2,57. NH3 Mg /l < 0,1III Biologi1. Dinoflagelataa. Gymnodinium Individu / l < 8 x 102

b. Peridinium Individu / l < 8 x 102

2. Bakteri patogen CFU ( colony froming unit ) < 102

5.8. Pakan Kegiatan yang paling penting dalam budidaya udang vaname adalah pemberian

pakan. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan

udang yang dibudidayakan serta harus disesuaikan dengan kebiasaan makan dan

tingkah laku udang itu sendiri. Nutrisi pakan terdiri dari protein, lemak, karbohidrat.

Udang vaname memerlukan formulasi pakan dengan kandungan protein antara 28 – 30

%.

Pakan harus memiliki daya rangsang dan kekompakan dan daya tahan yang

lama dalam air, karena akan membantu penyediaan pakan ditambak lebih lama tidak

cepat terirai sedangkan daya rangsang akan menambah nafsu makan.

Perangsangan/attractant akan keluar dari pellet kemudian ditangkap melalui

Chemoreceptor yang ada pada tubuh udang. Udang mengkonsumsi pakan melalui

penciuman bukan penglihatan. Oleh karena itu warna pakan tidak terlalu penting,

meskipun demikian pakan harus memiliki warna yang seragam karena perbedaan

Page 20: budidaya udang vaname.doc

warna menunjukkan kurang baiknya pencampuran bahan baku (mixing). Pencampuran

yang kurang merata menyebabkan zat gizi dalam pakan tidak merata.

Pakan harus memiliki daya tahan dalam air atau tidak mudah terurai, bila tidak

akan menyebabkan pencemaran air, begitu juga zat perangsang pada pakan akan

terlepas. Bila pakan sudah tidak ada zat perangsang maka udang tidak mau makan

Dosis pemberian pakan dari udang mulai ditebar sampai waktu panen bervariasi

dimana udang muda perbandingan antara jumlah pakan dan berat tubuhnya lebih tinggi

dari udang yang dewasa. Hal ini dikarenakan udang muda metabolismenya lebih tinggi

sehingga membutuhkan pakan yang banyak sebagai sumber energi. Jumlah pakan

yang diberikan selama pemeliharaan di tambak sebagai berikut :

Tabel 5. Program standar pemberian pakan pada budidaya udang di tambak.

UmurUdang(hari)

Ukuran(gr)

BentukPakan

NomorPakan

DosisPakan

(%)

Frek.Pakan/Hari

CekAnco(jam)

1 – 15 PL 10-0,1 Fine crumble 0 75-25 3 -16-30 1,1-2,5 Crumble 1 + 2 25-15 4 -31-45 2,6-5,0 Crumble 2 15-10 5 2,0-3,045-60 5,1-8,0 Pellet 2 + 3 10 - 7 5 2,0-2,561-75 8,1-14,0 Pellet 3 7 - 5 5 1,5-2,076-90 14,1-18,0 Pellet 3 + 4 5 – 3 5 1,5-2,0

91-105 18,1-20,1 Pellet 4 5 – 3 5 1,0-1,5106-120 20,1-22,5 Pellet 4 4 – 2 5 1,0-1,5

Manajemen pakan dalam budidaya udang bertujuan untuk meningkatkan

efesiensi pakan yang digunakan dan meminimalkan limbah pakan dalam tambak.

Langkah-langkah yang harus diterapkan dalam melakukan manajemen pakan adalah

sebagai berikut :

a. Pakan buatan yang digunakan tidak kadaluwarsa dan harus memenuhi standar

nutrisi.

b. Pakan harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering untuk menghindari

penjamuran dan kontamonan lain.

c. Pemberian pakan harus dilakukan dengan tepat untukmenjamin udang

mengkonsumsi pakan secara maksimal dan tidak meninggalkan kelebihan pakan

di tambak.

d. Penggunaan pakan segar harus bermutu baik dan tidak mengandung penyakit.

e. Penumbuhan pakan alami pada tambak ekstensif ( sederhana ) melalui

pemupukan mutlak dilakukan.

Page 21: budidaya udang vaname.doc

Gambar. 10. Pemberian pakan

Page 22: budidaya udang vaname.doc

VI. PANEN

Salah satu rangkaian hasil kegiatan akhir dari usaha pembesaran udang adalah

pemungutan hasil atau panen. Pencapaian hasil panen yang optimal dapat diperoleh

dengan dukungan faktor produksi yang baik misalnya pemilihan lokasi yang tepat, padat

tebar yang optimal, kulitas pakan tinggi, pemberian pakan yang optimal dan pencegahan

serta penanggulangan penyakit yang tepat dan benar.

Pada akhir masa pemeliharaan selama kurang lebih 114 dengan padat

penebaran 62 ekor/m2 udang vaname dapat mencapai rata-rata berat 17,7 gram.

Pemanenan dapat dilakukan secara total maupun selektif. Adapun beberapa hal yang

perlu diperhatikan pada saat panen yaitu :

1. Antara 2 – 3 hari sebelum panen dilakukan perlu diberi kapur 10 - 20 ppm

2. Pada waktu pemanenan pemberian pakan harus dihentikan

3. Tidak melakukan pergantian air 3 – 4 hari sebelum panen

4. Panen dilakukan dengan pemasangan jaring di pintu pengeluaran

5. Pada saat volume diturunkan secara bertahap sembari melakukan panen udang

6. Sebaiknya panen dilakukan pagi atau sore hari untuk menjaga kualitas udang

Adapun langkah pemanenan adalah :

6.1. PersiapanKegiatan ini meliputi penyediaan alat untuk panen diantaranya timbangan,

kranjang bambu/plastik, jaring panen, cold box sedangkan bahan yang digunakan air

tawar dan es

6.2. PelaksanaanJaring panen terlebih dahulu dipasang sehingga pada saat pintu air dibuka air dan

udang keluar bersamaan. Udang yang ada di dalam jaring kemudian dikeluarkan dan

dimasukkan ke dalam keranjang. Keranjang yang telah penuh dibawa ke tempat

penyortiran dengan terlebih dahulu dibersihkan dengan menyemprot air tawar kemudian

ditimbang.

6.3. Penanganan hasil panen

Page 23: budidaya udang vaname.doc

Hasil panen harus mendapat perhatian karena selain mempertahankan kualitas

agar baik juga meningkatkan harga jual. Setelah dipanen hasil panen harus selalu

dalam rantai dingin atau dilakukan pengesan dari saat panen, diangkut sampai ke pabrik

pengolahan (cold storage). Hal ini dikarenakan udang merupakan produk high

perishable food (produk yang cepat mengalami pembusukan). Dengan penanganan

hasil panen pada suhu berkisar 00C diharapkan aktifitas bakteri dan enzim pembusuk

dihambat. Jumlah es yang digunakan tergantung banyaknya hasil panen dan jarak yang

dipergunakan selama transportasi. Es yang digunakan harus potongan kecil-kecil (es

curah) dengan perbandingan 1:1 ditata secara berlapis.

Gambar 11. Kegiatan panen udang

6.4.. Manajemen Pasca PanenManajemen pasca panen dalam budidaya udang dimaksudkan untuk

memberikan jaminan mutu produk dan keamanan pangan. Langkah –langkah yang

harus dilakukan sebagai berikut :

a.      Apabila selama pembudidayaan dipergunakan obat-obatan dan bahan kimia,

pemanenan dilakukan setelah udang tidak mengandung residu.

b.      Peralatan panen harus menggunakan bahan yang tidak merusak fisik, tidak mencemari

produk dan mudah dibersihkan.

c.      Pemanenan dianjurkan dilakukan pada waktu malam atau pagi hari.

d.      Udang hasil panen harus dicuci dengan air bersih dan segera didinginkan dengan es.

Page 24: budidaya udang vaname.doc

VII. HAMA DAN PENYAKIT

Hama dan penyakit pada kegiatan budidaya penting diperhatikan karena adanya

hama maupun penyakit dapat menggagalkan usaha budidaya. Penyakit yang timbul

diakibatkan adanya hasil interaksi yang tidak serasi antara kondisi lingkungan, udang

yang dibudidayakan dan penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres

sehingga mekanisme pertahanan diri lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit.

Manusia memegang peranan untuk mencegah timbulnya penyakit yaitu dengan

memelihara keserasian interaksi antara ketiga komponen tadi, sehingga serangan

penyakit dapat dihindari.

Kondisi yang dapat memicu timbulnya penyakit bisa disebabkan karena :

a.      Stres (misalnya meningkatnya suhu air dapat menyebabkan metabolisme meningkat

yang dapat menyebabkan ikan menjadi tidak mau makan)

b.      Kekurangan gizi (misalnya pakan yang kandungan proteinnya rendah akan

menghambat pertumbuhan dan mudah terserang penyakit)

c.      Pemberian pakan yang berlebihan (pemberian pakan yang berlebihan akan

menimbulkan penumpukan di dasar tambak sehingga dapat mempengaruhi kualitas air

menjadi jelek)

d.      Keracunan (Biasanya yang sering menyebabkan keracunan adalah adanya kandungan

nitrit maupun amonia yang tinggi hal ini dikarenakan dasar tambak yang kotor)

e.      Kualitas air (jumlah maupun kualitas air mempengaruhi dimana air yang tercemar dapat

menyebabkan udang keracunan dan air yang jumlahnya sedikit akan menyebabkan

kedalaman air di tambak rendah sehingga udang akan mengalami stres)

f.        Faktor genetik

g.      Jasad patogen (bakteri, virus dan parasit). Beberapa virus yang menyerang diantaranya

jenis

1. WSSV (White Spot Syndrome Virus) dimana gejalanya muncul bintik-bintik putih pada

bagian eksoskeleton dan epidermis setelah 2 hari serangan virus ini menyerang karapas

dan kemudian menjalar ke seluruh bagian tubuh. Selanjutnya udang akan berenang

dipermukaan dan berkumpul di pinggir biasanya juga disertai dengan rusaknya antena.

Page 25: budidaya udang vaname.doc

2. IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Virus Diseases) dimana gejalanya

berenang tidak beraturan bahkan berputar-putar dan kadang-kadang muncul

dipermukaan.

3. BP (Baculovirus Penaeid)

4. BMN (Baculoviral Midgud gland Necrosis)

5. MBV (Monodon Baculovirus)

6. GPV (Hepatopancreatic Parvo – like Virus)

7. HPVREO (Hepatopancreatic Reo – like Virus)

8. TSV (Taura sundrome virus)

9. IHHNV (Infection hypodermal hematopoetic necrosis virus)

10. IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus) dimana udang yang terserang tubuhnya berwarna

merah seperti terbakar.

Penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit adalah Zoothamniumiosis

yang disebabkan oleh Zoothammnium sp. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri adalah :

a.      Vibriosis disebabkan bakteri Vibrio sp

b.      Penyakit insang hitam disebabkan bakteri benang Leucothrix sp

Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara :

a. Menggunakan air yang bersih tidak tercemar

b. Penggunaan benur yang bebas penyakit

c. Pemberian pakan yang baik (kualitas maupun kuantitas)

d. Pencegahan dengan cara pemberian antibiotik yang aman maupun

menggunakan sistem pemeliharaan yang ramah lingkungan dengan probiotik

maupun sistem pemeliharaan organik.

Page 26: budidaya udang vaname.doc

Gambar 12. Udang Vanamei Terserang IMNV

7.1.           Prinsip Bio Sekuriti Untuk Mencegah Masuknya PatogenDi dalam suatu sitem budidaya, karier pembawa patogen meliputi inang yang

terinfeksi (benih, induk, vektor dan inang perantara), karier inang biologis lainnya

(burung, anjing, serangga dan manusia) serta perantara lain (air, mobil, ember, sepatu,

jaring, pakaian). Karier-karier tersebut dapat masuk ke dalam sistem budidaya melalui

air, udara maupun sarana tranportasi (jalan). Penularan melalui air meliputi air yang

terkontaminasi dari effluen serta inang alami di pweairan. Penularan udara dapat melalui

burung yang bermigrasi, serangga maupun angin. Penularan darat melalui aktivitas

manusia, hewan, mobil dan perlatan lapangan.

Pencegahan masuknya organisme patogen lewat air dapat dilakukan dengan

upaya-upaya sebagai berikut:

a)       Pemilihan lokasi yang tepat untuk menghindari sumber air yang terkontaminasi

b)       Minimalisir penggunaan air

c)       Penggunaan sistem tertutup

d)       Penggunaan fasilitas water treatment

e)       Pemasangan waring (screens) dan filter pada pintu pemasukan air

f)         Penggunaan disinfektant yang diperbolehkan.

g)       Penggunaan sistem tandon (reservoir)

h)       Penggunaan air tanah yang bijaksana

Resiko penyebaran penyakit lewat udara dapat dicegah dengan penempatan lokasi

budidaya yang jauh dari tempat limbah budidaya lainnya, penutupan tambak dengan

jaring, program penghalau burung liar dan kontrol serangga liar. Organisme patogen

yang kemungkinan dapat masuk lewat jalan darat dapat direduksi dengan upaya-upaya

antara lain skrining benih atau induk yang digunakan dalam budidaya, adanya

Page 27: budidaya udang vaname.doc

pembatasan bagi pengunjung, pemagaran lokasi budidaya, penggunaan prosedur

sanitasi yang ketat bagi pengunjung maupun staf (bak perendaman kaki, kebersihan

tangan, penggunaan pakaian kerja pelindung) dan mobil (bak perendaman ban mobil),

pembatasan yang ketat dalam penggunaan peralatan lapangan (jaring, ember, aerator)

antar bagian dan pembatasan yang ketat terhadap perpindahan ikan/udang yang

dibudidaya antar bak atau petakan.

7.2.            Langkah-Langkah Pencegahan Masuknya Organisme PatogenPada budidaya ikan dan udang, organisme patogen khususnya virus dapat

ditemukan pada stadia larva, stadia dewasa, ikan/udang yang sakit atau mati serta pada

hasil panenan. Pada kasus penyakit white spot, WSSV juga seringkali ditemukan pada

spesies krustasea liar, organisme karier lain yang ada di luar maupun di dalam petakan

tambak.

Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan untuk mengurangi masuknya bibit

penyakit ke dalam lokasi tambak antara lain: (1) persiapan tambak untuk mencegah

masuknya organisme patogen; (2) treatment air di tandon; (3) penggunaan filter pada

saluran pemasukan air; (4) pengurangan penggunaan air atau sistem tertutup dan (5)

skrining benih dengan menggunakan PCR.

Seringkali dalam suatu masa budidaya, udang sudah terinfeksi oleh virus

berbahaya seperti WSSV maupun TSV. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya

pencegahan agar virus tersebut tidak menyebar atau meningkat keganasansannya.

Upaya tersebut antara lain pengurangan padat tebar maupun pencegahan kondisi stres

pada udang dengan perbaikan lingkungan seperti pengelolaan kualitas air yang baik,

penggunaan pakan yang berkualitas baik serta penggunaan immunostimulan. Deteksi

awal terhadap udang yang sakit maupun mati merupakan salah satu upaya untuk

mengurangi dampak menyebarnya penyakit. Jika suatu penyakit sudah menyerang satu

petakan maka usahakan petak tersebut dilokalisir agar tidak meyebar ke petakan

lainnya. Selain itu, upaya pencegahan juga perlu dilakukan agar penyakit tidak

menyebar dari suatu lokasi tambak ke tambak yang lain sehingga penyakit tersebut

tidak menyebar dalam suatu kawasan.

Page 28: budidaya udang vaname.doc

VIII. ANALISA USAHA

Untik mengetahui besarnya keuntungan usaha pembesaran udang Vanname

dilakukan perhitungan B/C Ratio yaitu :

B/C Ratio = Jumlah Penerimaan : Total Biaya

Jika hasil perbandingan lebih dari 1 maka usaha pembesaran yang dilakukan adalah

layak untuk dikembangkan begitu pula sebaliknya.

Perhitungan usaha budidaya udang vaname secara semi intensif (mengelola 4 petak dengan luas per petak + 4000 m2)

No Komponen Satuan VolumeHarga satuan(Rp)

Total harga (Rp)

1. Biaya sewa

1.       Lahan (4 petak @ + 4000)

2.       Pompa air

3.       Kincir air

4.       Genset

Sub total

Petak

Unit

Unit

Unit

4

4

16

2

1.500.000

600.000

200.000

5.000.000

6.000.000

2.400.000

3.200.000

5.000.000

20.600.000

2. Biaya operasional produksi

1.       Benih udang vaname

(padat tebar 40 ekor/meter)

2.       Pakan buatan (FCR 1,2)

3.       Kapur (dolomit)

4.       Feed additive

5.       Pupuk an organik

6.       Inokulan plankton

7.       Desinfektan

8.       Probiotik

9.       BBM

Sub total

Ekor

Kg

Kg

Paket

Paket

Paket

Kg

Paket

Paket

720.000

7.680

2.500

4

2

2

75

1

1

25

8.500

500

750.000

500.000

350.000

9.000

750.000

7.500.000

18.000.000

65.280.000

1.250.000

3.000.000

1.000.000

700.000

675.000

750.000

7.500.000

98.155.000

3. Biaya tenaga kerja

       Tenaga kerja teknisi

(1 orang x 4 bulan)OB 4 1.000.000 4.000.000

Page 29: budidaya udang vaname.doc

       Tenaga kerja operator

(2 orang x 4 bulan)

Sub total

OB 8 500.000 4.000.000

8.000.000

4. Biaya lain-lain

Persiapan lahan (4 petak)

Biaya panen

Biaya tak terduga

Sub total

Paket

Paket

paket

4

4

1

500.000

500.000

4.000.000

2.000.000

2.000.000

4.000.000

8.000.000

5. Total biaya No 1 – 4 134.755.000

6. Suku bunga bank

(1,2 % x 4 bulan)

Persen 5 6.737.750 6.737.750

7. Total biaya operasional 141.492.750

8. Penerimaan

SR (70 % x 160.000) : 70

ekor/kg

112.000 ekor : 70 =

1.600 kg x 4 petak

kg 6.400 30.000 192.000.000

9. Keuntungan = penerimaan – pengeluaran

= 192.000.000 – 141.492.750

= Rp. 50.507.250,-

(rata-rata per bulan terima Rp. 12.626.000,-)

10. B/C ratio = 192.000.000 :141.492.750 = 1,36

Page 30: budidaya udang vaname.doc

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K.. 2006. Budidaya Udang Windu Secara Intesif. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonymous, 2004. Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Pembudidayaan. Jakarta.

Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina Adiaksara. Jakarta.

Haliman, R. W., Adijaya, D. S., 2006. Udang vaname. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Hanggono, B., 2006. Peranan Biosekuriti Dalam Budidaya Udang Vaname. Makalah Pelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vaname 6 – 11 Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Lestari, Y. N, Subyakto, S., Triastutik, G., Hanggono, B., Nursanto, D.B., 2006. Waspadai IMNV (Infectious Myonecrosis Virus). Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Santoso, D. 2006. Penerapan GAP (Good Aquaculture Practices) Pada Budidaya Udang di Tambak. Makalah Pelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vaname 6 – 11 Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Suyanto, S.R., Mujiman. A., 2005. Budidaya Udang Windu. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Wyban, J. A dan Sweeney, J. 1991 Intensif Shrimp Production Technology. Honolulu, Hawaii, USA 96825.