uas msdm_kebutuhan tenaga kesehatan di rumah sakit
DESCRIPTION
SDM Rumah SakitTRANSCRIPT
PERENCANAAN TENAGA KESEHATANOleh :
Gina Tania (1206320765)
1. Pendahuluan
Menurut Aditama (2004) rumah sakit adalah salah satu organisasi yang
melalui tenaga medis profesional dan terorganisir serta sarana kedokteran
yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien. Rumah sakit mempunyai misi memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh (promotif, kuratif dan rehabilitatif)
yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien adalah
tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi, profesional sesuai
dengan fungsi dan tugas setiap personil. Ketersediaan SDM rumah sakit
disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit berdasarkan tipe rumah sakit dan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Untuk itu ketersediaan SDM di
rumah sakit harus menjadi perhatian pimpinan. Salah satu upaya penting yang
harus dilakukan pimpinan rumah sakit adalah merencanakan kebutuhan SDM
secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi
rumah sakit (Ilyas, 2004).
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset paling penting yang harus
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia adalah orang-
orang yang merancang dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu,
memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta
merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Tanpa orang-orang yang
memiliki keahlian atau kompeten maka mustahil bagi organisasi untuk
mencapai tujuannya (Samsudin, 2006).
Salah satu hambatan bagi terwujudnya profesionalisme SDM dalam
organisasi adalah ketidaksesuaian antara kapasitas staf dengan pekerjaannya.
Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh komposisi keahlian atau keterampilam
staf yang belum proposional ataupun karena pendistribusian staf yang masih
belum mengacu pada kebutuhan nyata atau beban kerja dilapangan.
Menumpuknya staf di satu unit tanpa pekerjaan yang jelas dan kurangnya staf
di unit lain merupakan kenyataan dari permasalahn tersebut. Salah satu solusi
untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menghitung jumlah optimal
kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja nyata (BKN, 2004).
Perencanaan tenaga kerja menurut Barry, John dan Pauline dalam Umar
(2000) dapat di artikan sebagai suatu cara untuk mencoba menetapkan
keperluan tenaga kerja untuk suatu periode tertentu baik secara kuantitas
maupun kualitas dengan cara-cara tertentu.
Workload Indicator Of Staffing Need (WISN) merupakan salah satu
metode perencanaan kebutuhan tenaga. Metode ini merupakan metode
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit
kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah
dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,
komprehensif dan realistis (Depkes, 2004)
Dengan mengetahui jumlah SDM yang tepat di salah satu unit di rumah
sakit diharapkan dapat mengoptimalkan kerja unit dalam memberikan
pelayanan kesehatan serta mendukung kemajuan rumah sakit dalam hal
mengelola SDM.
2. Pembahasan
Untuk mengetahui secara pasti berapa banyak tenaga kesehatan yang
diperlukan, perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan harus dilakukan.
Sehingga mampu menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu
secara dan terdistribusi dengan adil dan merata (Tristanty, 2013).
Dalam PP no. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, perencanaan
tenaga kesehatan adalah pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi
masyarakat. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan
memperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, serta
jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga kesehatan
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam Kepmenkes no. 81/Menkes/SK/I/2004 tahun 2004, perencanaan
kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metode penyusunan yang dapat
digunakan yaitu;
1. Health Need Method
Dalam cara ini di mulai dengan di tetapkannya keperluan (need) menurut
golongan umur, jenis kelamin dan lain –lain. Selanjutnya proyeksi
penduduk untuk tahun sasaran kelompok penduduk yang ditetepkan,
diperhitungkan keperluan upayakesehatan untuk tiap-tiap kelompok
penduduk pada tahun sasaran.
2. Health Service Demand,
Dalam cara ini dimulai dengan ditetapkannya kebutuhan (“demand”)
upaya atau pelayanan kesehatan untuk kelompok-kelompok penduduk
menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan,
lokasi dllnya. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun sasaran
menurut kelompok penduduk yang ditetapkan; diperhitungkan
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk tiap-tiap kelompok penduduk
tersebut pada tahun sasaran. Selanjutnya untuk memperoleh perkiraan
kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tersebut diperoleh dengan
membagi jumlah keseluruhan pelayanan kesehatan pada tahun sasaran
dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan termaksud pada tahun sasaran.
3. Health Service Target Method
Dalam cara ini dimulai dengan menetapkan berbagai sasaran upaya atau
memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan
tertentu diperoleh dengan membagi keseluruhan upaya atau pelayanan
kesehatan tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk
melaksanakan upaya atau pelayanan kesehatan termaksud pada tahun
sasaran.
4. Ratios Method
Pertama-tama ditentukan atau diperkirakan rasio dari tenaga terhadap
suatu nilai tertentu misalnya jumlah penduduk, tempat tidur RS,
Puskesmas dan lainlainnya. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke
dalam sasaran. Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan
tertentu diperoleh dari membagi nilai yang diproyeksikan termasuk
dengan rasio yang ditentukan.
Selain 4 Metode Dasar tersebut, terdapat beberapa metode lainnya
yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari keempat metode dasar
tersebut diatas
yaitu :
• Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan Daftar Susunan Pegawai
(DSP) (“authorized staffing list”).
• Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan WISN (Work Load Indikator
Staf Need / Indikator KebutuhanTenaga Berdasarkan Beban Kerja).
• Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan SKENARIO/PROYEKSI dari
WHO.
• Penyusunan kebutuhan tenaga untuk Bencana.
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi.
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik
dll.nya. pada tingkat ini bisa dihitung dengan menggunakan metode DSP
atau WISN.
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan kebutuhan wilayah (Nasional, Propinsi, atau
Kabupaten/Kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan institusi
dan organisasi. Perencanaan ini berdasarkan kebutuhan wilayah jangka
menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-20 tahun). Perhitungan
yang di pakai adalah metode skenario, proyeksi dari WHO.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan
saat prabencana, terjadi bencana dan post bencana, termasuk
pengelolaan kesehatan pengungsi. Adapun klasifikasi kebutuhan SDM
kesehatan pada kondisi pasca bencana terdiri dari ( bertugas selama 24
jam dalam 3 shift ) :
Dokter 4 orang Asisten Apoteker 1 orang
Kesling 8 orang Teknisi Lab 1 orang
Bidan 8 – 16 orang Ahli gizi 2 orang
Para medis 8 – 16 orang pembantu Umum 5 – 10 orang
Rumah sakit merupakan sebuah institusi, sehingga difokuskan pada
metode DSP dan WISN. Pada kesempatan kali ini akan dibahas lebih rinci
mengenai meode WISN.
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN)
adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM
kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan
metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah
diterapkan, komprehensif dan realistis.
Metoda dikatakan lebih baik karena menghitung berapa banyak staf
(dari berbagai jenis) dibutuhkan di suatu Unit Kerja berdasarkan beban kerja
saat ini. WISN juga memungkinkan untuk meneliti berapa banyak petugas
(dari berbagai jenis) yang akan dibutuhkan apabila beban kerja bertambah
atau berkurang dimasa mendatang. Serta memperlihatkan besarnya
perbedaan tekanan beban kerja diantara para staf yang dialami di berbagai
Unit Kerja.
Perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah,
yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
Rumus perhitungan waktu kerja tersedia:
Waktu Kerja Tersedia = [A-(B+C+D+E)] x F
Keterangan:
• A = Hari Kerja (bisa 5 atau 6 hari)
• B = Cuti Tahunan
• C = Pendidikan dan Pelatihan
• D = Hari Libur Nasional (pertahun/ tergantung kebijakan pmerintah)
• E = Ketidakhadiran kerja (a/i/s)
• F = Waktu Kerja (jam/hari, bisa 7 atau 8 jam, perhatikan juga jam
istirahat)
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
Unit Kerja RS dikelompokkan berdasarkan fungsi utama RS:
– Unit Kerja Fungsional Langsung:
Instalasi Rawat Inap, Intalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi
Farmasi/Apotik, Unit Pelayanan Home Care dll.
– Unit Kerja Fungsional Penunjang:
Instalasi Tata Usaha Rawat Inap/Rawat Jalan, Instalasi
Pemeliharaan Sarana RS, Pelayanan kesehatan
Promotif di dalam dan diluar RS: Unit Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat (PKM-RS).
3. Menyusun standar beban kerja
Rumus perhitungan standar beban kerja :
Waktu Kerja Tersedia
Standar Beban Kerja =
Rata-rata Waktu Peraturan - Kegiatan Pokok
4. Menyusun standar kelonggaran
Rumus perhitungan standar kelonggaran :
Rata-rata Waktu per Faktor Kelonggaran
Standar Kelonggaran =
Waktu Kerja Tersedia
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja
Rumus perhitungan kebutuhan SDM :
Kuantitas Kegiatan Pokok
Kebutuhan SDM = + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja
3. Contoh kasus
Berikut adalah contoh kasus yang dikutip dari skripsi yang ditulis oleh
Yunita Prastyawati pada tahun 2013 yang berjudul Analisis Kebutuuhan
Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Nyata dengan Metode Workload
Indicators of Staffing Need (WISN) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu.
Berikut pembahasannya :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia
Berikut jumlah hari kerja dan hari tidak bekerja sebagai bahan untuk
menentukan waktu kerja tersedia.
Tabel 3.1 Hari-hari kerja dan tidak bekerja
Kode Faktor Jumlah Keterangan
A Hari kerja (6x52 minggu) 288 Hari /tahun
B Cuti tahunan 12 Hari /tahun
C Pendidikan dan pelatihan - Hari /tahun
D Hari Libur nasional 14 Hari /tahun
E Ketidak hadiran kerja 4 Hari /tahun
F Waktu kerja 7 Jam/ hari
Waktu Kerja Tersedia = [A-(B+C+D+E)] x F
= [288-(12+14+4)] x 7
= 258 x 7
= 1806
Tabel 3.2 Penetapan Waktu Kerja tersedia
Hari kerja tersedia 258 Hari /tahun
Waktu kerja tersedia 1806 Jam /tahun
Total menit 108.360 menit/tahun
Total detik 6.501.600 detik/tahun
Dari perhitungan dan tabel di atas, didapatkan hari kerja tersedia
adalah 258 hari/tahun dan waktu tersedia adalah 1806 jam/tahun atau
108.360 menit/tahun atau 6.501.600 detik/ tahun.
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
Klasifikasi SDM yang langsung melayani resep untuk pasien yaitu
Asisten apoteker, juru resep, dan pelaksana administrasi. Berikut tabel
tugas pokok tugas penunjang serta rata-rata waktu yang diperlukan
untuk pelaksanaan.
Tabel 3.3 Daftar tugas pokok
No. Kegiatan pokokRata-rata
waktu/kegiatan (detik)
1. Penerimaan dan penghargaan 89,4
2. Pengambilan obat paten 316,2
3. Pembuatan obat racikan 579
4. Etiket 240
5. Copy resep 22.8
6. Penyerahan obat 97.8
7. Pembelian obat lepas 294
8. Input resep pasien rawat inap 80.4
Tabel 3.4 Daftar tugas penunjang
Kegiatan penunjang Waktu (dtk)
Merapikan alat. Ruang dan dokumen 300
Terima telepon dari poli/dokter/pasien 600
Hitungan dan permintaan stok 2700
Laporan harian 3000
Htung pendapatan resep jaminan 3600
Input harga pasien shift malam 120
Konfirmasi resep jaminan 362
3. Menyusun standar beban kerja
Rumus perhitungan standar beban kerja :
Waktu Kerja Tersedia
Standar Beban Kerja =
Rata-rata Waktu Peraturan - Kegiatan Pokok
Dengan rumus di atas maka telah di hitung standar beban kerja
pada setiap kegiatan pokok pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Standar beban kerja pada setiap kegiatan pokok
No. Kegiatan pokok
Rata-rata
waktu/kegiata
n (detik)
Wamtu
tersedia
(detik)
Standar
beban kerja
1. Penerimaan dan
penghargaan89,4 6501600 72725
2. Pengambilan obat paten 316,2 6501600 20562
3. Pembuatan obat racikan 579 6501600 11229
4. Etiket 240 6501600 27090
5. Copy resep 22.8 6501600 285157
6. Penyerahan obat 97.8 6501600 66478
7. Pembelian obat lepas 294 6501600 22114
8. Input resep pasien rawat
inap80.4 6501600 80866
4. Menyusun standar kelonggaran
Rumus perhitungan standar kelonggaran :
Rata-rata Waktu per Faktor Kelonggaran
Standar Kelonggaran =
Waktu Kerja Tersedia
Dengan rumus di atas maka telah di hitung standar kelonggaran
pada setiap kegiatan penunjang pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 Standar kelonggaran pada setiap kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang
Waktu
(dtk)
Rata-rata
waktu
pertahun
Waktu
kerja
tersedia
Standar
kelonggaran
A B(Ax258) C B:C
Merapikan alat. ruang dan
dokumen300 77400 6501600 0,01
Terima telepon dari
poli/dokter/pasien600 154800 6501600 0,02
Hitungan dan permintaan stok 2700 696600 6501600 0,11Laporan harian 3000 774000 6501600 0,12
Htung pendapatan resep jaminan 3600 928800 6501600 0,14Input harga pasien shift malam 120 30960 6501600 0,00
Konfirmasi resep jaminan 362 93396 6501600 0,01Merapikan dan dokumentasi
resep120 30960 6501600 0,00
Menata/merapikan stok obat 300 77400 6501600 0,01Rapat bulanan 360 92880 6501600 0,01
Jumlah 0,45
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja
Berikut tabel kuantitas yang menunjukan banyaknya kegiatan pada
setiap kegiatan pokok.
Tabel 3.7 Kuantitas aktivitas pokok
No Aktivitas pokok Jumlah (unit)
1 Pelayanan resep 442.259
2 Resep obat racikan (20%) 88.491,8
3 Resep obat paten (80%) 353.967,2
4 Copy resep 14.548
5 Resep pasien rawat jalan 160.103
6 Inap 114.362
7 Non jaminan 49.156
8 Jaminan 65.206
9 Pembelian bebas (0,1%) 442,259
Rumus perhitungan kebutuhan SDM :
Kuantitas Kegiatan Pokok
Kebutuhan SDM = + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja
Dengan rumus di atas maka telah di hitung kebutuhan sumber daya
manusia pada setiap kegiatan pokok pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.8 Kebutuhan sumber daya manusia pada setiap kegiatan
pokok.
No. Kegiatan pokokKuantitas
kegiatan
Standar
beban
kerja
Standar
kelonggara
n
Kebutuhan
SDM
1. Penerimaan dan
penghargaan442.259 72725 0,45 6,5
2. Pengambilan obat paten 88.491,8 20562 0,45 4,83. Pembuatan obat racikan 353.967,2 11229 0,45 32,04. Etiket 14.548 27090 0,45 1,0
5. Copy resep 160.103 285157 0,45 1,06. Penyerahan obat 114.362 66478 0,45 2,2
7. Pembelian obat lepas 49.156 22114 0,45 2,78. Input resep pasien rawat
inap65.206 80866 0,45 1,3
Jumlah kebutuhan SDM 51,4
Dari perhitungan dan tabel di atas didapatkan bahwa instalasi farmasi
Rumah Sakit Tugu Ibu harus memiliki 51 orang tenaga kesehatan, namun
pada kenyataannya hanya ada 19 orang. Jadi instalasi farmasi Rumah
Sakit Tugu Ibu masih memerlukan 32 orang tenaga kesehatan agar
pelayanan kesehatan dapat optimal dan secepat mungkin.
4. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UI Press.
Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit
Ilyas, Yaslis. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit : Teori, metode dan formula.
Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka
Setia
Umar, Husein. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama