tunneling incentive dan ukuran perusahaan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH TAX MINIMIZATION, MEKANISME BONUS,
TUNNELING INCENTIVE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER PRICING
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Tria Melani
NIM : 1112082000084
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Tria Melani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Mei 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Anak Ke- : 3 dari 3 bersaudara
5. Alamat : Jl. Sumatra, Gg. Damai, RT 02/ RW 06.
Kelurahan Jombang Rawa Lele, Kecamatan
Ciputat, Kota Tangerang Selatan 15414
6. Telepon : 083872422145
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Jombang Tengah 1 Tahun 2000-2006
2. SMPN 6 Kota Tangerang Selatan Tahun 2006-2009
3. SMKN 1 Kota Tangerang Selatan Tahun 2009-2012
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016
III. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Ayah : Paidi
2. Ibu : Saminem
3. Alamat : Jl. Sumatra, Gg. Damai, RT 02/ RW 06. Kelurahan Jombang
Rawa Lele, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan
vii
THE EFFECT OF TAX MINIMIZATION, BONUS SCHEME,
TUNNELING INCENTIVE AND COMPANY SIZE
ON TRANSFER PRICING DECISION
ABSTRACT
This study investigates the influence of tax minimization, bonus scheme,
tunneling incentive and company size on transfer pricing decision. This study used
secondary data by using purposive sampling method. 90 non-financial companies
listed in Indonesia Stock Exchange at 2014 were undertaken as samples. Data
analysis in this study using binary logistic with program SPSS 22 for windows. The
result of this study indicates that tax minimization and company size have a
significant influence in examining the transfer pricing decision.
Keywords : Tax Minimization, Bonus Scheme, Tunneling Incentive, Company Size,
and Transfer Pricing.
viii
PENGARUH TAX MINIMIZATION, MEKANISME BONUS,
TUNNELING INCENTIVE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER PRICING
ABSTRAK
Studi ini meneliti mengenai pengaruh tax minimization, mekanisme bonus,
tunneling incentive, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Studi ini mempergunakan data sekunder dengan menggunakan metode
purposive sampling. 90 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014 diambil sebagai sampel dalam studi ini. Metode analisis data
yang digunakan dalam studi ini adalah binary logistic melalui program SPSS 22
untuk windows.. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa tax minimization dan ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan melakukan transfer
pricing.
Kata Kunci : Tax Minimization, Mekanisme Bonus, Tunneling Incentive, Ukuran
Perusahaan, dan Transfer Pricing.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi
akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga segala
macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak dan Mama serta kakak-kakakku yang telah memberikan kasih sayang,
perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya. Terima kasih atas segalanya
Bapak dan Mama.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hiayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing 1, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tak pernah lelah dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing 2, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang Insha Allah
dapat bermanfaat.
8. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk
kesuksesan penulis. Terima kasih atas semua kasih sayangnya.
9. Sahabat seperjuanganku, Sista Choiriyah, Risma Cahyani, Liska Damiati, Cindy
Reyna A., Fanni Nurfarizah, Rilanda Adzhani, Fadilah Rahmatun S., Fazla
Umama, dan Muslimatul Istiqomah, terimakasih atas semangat, dukungan, doa
serta kasih sayang yang kalian berikan selama ini.
10. Teman-teman terdekatku semenjak SMP, yang telah banyak memberikan
semangat, dukungan serta doa, Febiana Putri R. dan Richa Monita.
11. Teman-teman Akuntansi 2012, terkhusus Akuntansi C 2012, terima kasih untuk
semangat, doa serta kebersamaan yang terjalin selama ini.
12. Temen-teman KKN Lentera, Atikah, Reza, Ayu, Millah, Fitri, Yazid, Fahmi,
Fauzi, Kevin dan Ruhul. Terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian
berikan.
xi
13. Senior-senior Akuntansi yang telah memberikan bantuan, arahan dan nasihat
selama perkuliahan. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerja
samanya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan atau kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis dengan
adanya tugas akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan dan pengetahuan
penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2016
Tria Melani
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .......................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................................ v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. vi
Abstract ................................................................................................................... vii
Abstrak .................................................................................................................... viii
Kata Pengantar ........................................................................................................ ix
Daftar Isi.................................................................................................................. xii
Daftar Tabel ............................................................................................................ xvi
Daftar Gambar ......................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ...................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur.......................................................................... 13
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................... 13
xiii
2. Transfer Pricing ...................................................................... 16
3. Pajak ........................................................................................ 21
4. Mekanisme Bonus ................................................................... 25
5. Tunneling Incentive ................................................................. 27
6. Ukuran Perusahaan.................................................................. 29
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 30
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.................. 36
1. Pengaruh Tax Minimization terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 36
2. Pengaruh Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 38
3. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 40
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 41
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 46
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 46
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 47
D. Metode Analisis Data .................................................................... 47
E. Operasionalisasi Variabel.............................................................. 53
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian ............................................ 57
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian................................................. 58
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................... 58
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................. 62
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model ........................ 62
b. Hasil Uji Koefesien Determinasi ...................................... 63
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ................................. 64
d. Hasil Uji Regresi Logistik ................................................. 64
C. Pembahasan
1. Pengaruh Tax Minimization terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 67
2. Pengaruh Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 69
3. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 70
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing ...................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 73
B. Implikasi ........................................................................................ 74
C. Saran .............................................................................................. 75
xv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 76
LAMPIRAN ............................................................................................................ 80
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal.
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 31
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................. 56
4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria .......................................................... 58
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................................... 59
4.3 Hasil Uji Frekuensi ........................................................................................ 61
4.4 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model ........................................................... 62
4.5 Hasil Uji Koefesien Determinasi ................................................................... 63
4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi .............................................................. 64
4.7 Hasil Uji Koefesien Regresi Logistik ............................................................ 65
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal.
2.1 Skema Kerangka Pemikiran .......................................................................... 41
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal.
1 Daftar Sampel Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Tahun 2014 ... 81
2 Hasil Perhitungan Variabel Tax Minimization .............................................. 84
3 Hasil Perhitungan Variabel Mekanisme Bonus ............................................. 87
4 Hasil Perhitungan Variabel Tunneling Incentive ........................................... 90
5 Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Perusahaan............................................ 93
6 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing ................................................ 96
7 Output Hasil Pengujian Data ......................................................................... 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi menyebabkan perekonomian berkembang secara pesat
tanpa mengenal batas negara. Perusahaan tidak hanya mempunyai pesaing
dari dalam negeri sendiri, namun juga dari seluruh dunia. Dengan adanya
globalisasi ini memungkinkan perusahaan untuk membuka cabang atau
membuat anak perusahaan di negara lain, dengan kata lain perusahaan
tersebut menjadi perusahaan multinasional.
Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai transaksi
internasional antar divisi. Sebagian besar transaksi bisnis tersebut biasanya
terjadi di antara perusahaan yang berelasi atau antar perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa. Penentuan harga atas berbagai transaksi antar
anggota (divisi) tersebut dikenal dengan sebutan transfer pricing/harga
transfer (Mardiasmo, 2008).
Istilah harga transfer berkaitan erat dengan harga transaksi barang, jasa,
atau harta tak berwujud antarperusahaan dalam suatu perusahaan
multinasional. Dampak harga transfer adalah harga yang terlalu tinggi
(overpricing), atau sebaliknya, harga yang terlalu rendah (underpricing). Hal
ini sering terjadi dalam kasus dumpling untuk perdagangan internasional
(Suandy, 2014).
2
Transfer pricing dapat didorong dengan alasan perpajakan atau
manajemen. Beban pajak yang besar mendorong perusahaan multinasional
untuk mengalihkan keuntungannya ke negara dengan tarif pajak yang rendah.
Sedangkan dari sisi manajemen, hal ini didasarkan pada keinginan untuk
memaksimalkan keuntungan pemegang saham.
Di Indonesia, dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, terdapat aturan yang menangani masalah tranfer pricing,
yaitu pada pasal 18. Dalam pasal tersebut ada beberapa hal yang dibahas,
yaitu masalah hubungan istimewa serta perbandingan utang dan modal.
Berdasarkan Undang- Undang No 36 Tahun 2008 Pasal 18 ayat (4), hubungan
istimewa terjadi ketika Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung
atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib
Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah
25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan
di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.
Hubungan istimewa dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya,
atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha. Secara
universal transaksi antarwajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa
tersebut dikenal dengan istilah transfer pricing. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya pengalihan penghasilan, dasar pengenaan pajak (tax base) atau
biaya dari satu wajib pajak kepada wajib pajak lain yang dapat direkayasa
3
untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang atas wajib pajak yang
mempunyai hubungan istimewa tersebut (Yuniasih, et al., 2012).
Perusahaan multinasional dianjurkan untuk menggunakan metode
yang tepat dalam menentukan kebijakan transfer pricing atas transaksi
intercompany. Hal ini sejalan dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-
43/PJ/2010 yang telah dirubah yaitu PER-32/PJ/2011 yang menyatakan
digunakannya The Most Appropriate Method dalam menerapkan Arm’s
Length Principle dalam transaksi hubungan istimewa.
Banyak faktor yang mendasari keputusan melakukan transfer pricing.
Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal bisnis, seperti pajak, mekanisme bonus, tunneling
incentive serta ukuran perusahaan.
Penelitian mengenai motivasi pajak pun telah dilakukan. Diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Affes dan Bouaziz (2012) di Tunisia
menunjukkan hasil bahwa kebijakan transfer pricing yang diterapkan
perusahaan dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam sebuah pusat
tanggungjawab, struktur perusahaan yang diadopsi dan strategi perusahaan.
Sedangkan Klassen, et al., (2013) yang melakukan penelitian di Amerika
Serikat yang mengemukakan bahwa: (1) perusahaan yang melakukan praktik
transfer pricing memberikan dampak yang signifikan terhadap effective tax
rate perusahaan, (2) anggaran pajak yang besar dan pengalaman yang dimiliki
oleh direktur keuangan (dalam hal ini menangani pajak perusahaan) juga
4
mempengaruhi effective tax rate yang rendah, (3) antara praktik transfer
pricing dan peminimalisiran pajak terdapat hubungan yang saling berkaitan,
dalam hal departemen pajak perusahaan, sumber daya, tujuan dan
karakteristik perusahaan lainnya
Di Indonesia, juga terdapat penelitian mengenai motivasi pajak
terhadap keputusan transfer pricing, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Yuniasih, et al., (2012), dengan menggunakan sampel sebanyak 106
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2008-2011, penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa pajak berpengaruh
positif terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Penelitian yang
dilakukan oleh Hartati, et al., (2014) juga menyatakan bahwa pajak
berpengaruh pada keputusan transfer pricing. Dimana penelitian Hartati et al.,
(2014) menggunakan sampel sebanyak 109 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012. Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014), yang juga
menunjukkan hasil bahwa pajak berpengaruh positif terhadap keputusan
transfer pricing, dengan menggunakan sampel sebanyak 24 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
Selain motivasi pajak, keputusan melakukan transfer pricing juga
dipengaruhi oleh mekanisme bonus. Bonus akan diberikan kepada manajemen
ketika perusahaan memperoleh laba, sehingga hal ini memicu manajemen
untuk mengatur laba bersih agar memaksimalkan laba yang mereka terima.
5
Pengaruh kompensasi bonus terhadap transfer pricing telah dilakukan oleh
Hartati et al., baik penelitian yang dilakukan di tahun 2014 maupun 2015
sama-sama menunjukkan hasil bahwa mekanisme bonus berpengaruh positif
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing, dimana penelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 109 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2012. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Wirani (2013), yang menyatakan
bahwa mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.
Keputusan untuk melakukan transfer pricing juga dipengaruhi oleh
tunneling incentive. Tunneling dapat berupa transfer ke perusahaan induk
yang dilakukan melalui transaksi pihak terkait atau pembagian dividen.
Transaksi pihak terkait lebih umum digunakan untuk tujuan tersebut daripada
pembayaran dividen karena perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia harus mendistribusikan dividen kepada perusahaan induk dan
pemegang saham minoritas lainnya. Pemegang saham minoritas perusahaan
yang terdaftar sering dirugikan ketika harga transfer menguntungkan
perusahaan induk atau pemegang saham pengendali (Lo, et al., 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih, et al., (2012), dengan
menggunakan sampel sebanyak 106 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010, menunjukkan hasil bahwa
tunneling incentive berpengaruh positif terhadap keputusan melakukan
transfer pricing. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hartati et al.,
6
(2015) juga menunjukkan hasil bahwa tunneling incentive berpengaruh
terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
Guna melindungi hak pemegang saham minoritas, maka perlu adanya
pengawasan terhadap aktivitas tunneling. Pengawasan akan aktivitas
tunneling dapat dilakukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal.
Pengawasan oleh pihak internal dilakukan oleh dewan komisaris, sedangkan
pengawasan eksternal dilakukan oleh kreditur dan auditor independen.
Penelitian yang dilakukan Brundy dan Siswantaya (2014) menunjukkan hasil
bahwa pengawasan oleh pihak internal, kreditur dan auditor independen
berpengaruh signifikan terhadap aktivitas tunneling.
Penelitian yang dilakukan oleh Izadinia, et al., (2013) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan melakukan
transfer pricing di negara Iran, karena baik transfer pricing maupun effective
tax rate akan menghasilkan beban pajak yang rendah. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014) menunjukkan hasil
dimana ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap keputusan
melakukan transfer pricing. Artinya adalah, semakin besar ukuran perusahaan
maka akan semakin kecil dorongan untuk melakukan transfer pricing, hal ini
karena perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
perusahaan besar akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan laporan yang akurat.
7
Sebenarnya kebijakan transfer pricing digunakan untuk mengevaluasi
kinerja di setiap divisi atau departemen di suatu perusahaan (Suandy, 2014).
Namun kenyataannya, sekarang ini banyak terjadi penyelewengan terhadap
kebijakan transfer pricing, yang salah satunya digunakan untuk menghindari
pajak. Banyak kasus- kasus mengenai penyelewangan kebijakan transfer
pricing yang terungkap, baik di luar negeri ataupun di Indonesia. Kasus yang
terjadi di Indonesia diantaranya yaitu kasus PT Adaro Indonesia yang
terungkap pada tahun 2008.
PT. Adaro Indonesia adalah perusahaan batubara yang memproduksi
batubara berkalori rendah dan ramah lingkungan. Perusahaan tersebut menjual
batubara di bawah harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Singapura
Coaltrade Service International Pte, Ltd pada 2005 dan 2006. Oleh Coaltrade,
batubara tersebut dijual lagi ke pasar sesuai harga pasaran. Hal ini
dimaksudkan guna menghindari pembayaran royalti dan pajak yang harus
dibayarkan ke kas negara Indonesia. Seperti diketahui, Singapura memiliki
tarif pajak yang lebih rendah dibanding Indonesia. Dalam dokumen laporan
keuangan Coaltrade pada tahun 2002-2005, terlihat laba Coaltrade lebih tinggi
dari Adaro. Laporan keuangan tersebut kemudian menimbulkan kecurigaan
karena bagaimana mungkin Adaro yang memiliki tambang kalah dengan
trader (Priyambodo, 2008).
Selain kasus PT. Adaro Indonesia, kasus penyelewengan kebijakan
transfer pricing yang terungkap di Indonesia adalah PT. Toyota Motor
8
Manufacturing Indonesia (TMMIN). Direktorat Jendral Pajak menemukan
kejanggalan pada laporan keuangan TMMIN tahun 2004, dimana meski laba
turun namun omzet produksi dan penjualan mereka meningkat 40% di tahun
tersebut. Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika memeriksa struktur
harga penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama. Disinilah jejak
transfer pricing perseroan ini terungkap. Toyota diduga “memainkan” harga
transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban biaya lewat
pembayaran royalti tak wajar (Tempo, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian mengenai keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Faktor
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tax minimization, mekanisme
bonus, tunneling incentive dan ukuran perusahaan. Berdasarkan hal tersebut,
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tax
Minimization, Mekanisme Bonus, Tunneling Incentive dan Ukuran
Perusahaan terhadap Keputusan Melakukan Transfer Pricing”. Penelitian
ini menggunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai sampel.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Winda Hartati, Desmiyawati, dan Julita (2015).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1) Variabel independen yang digunakan peneliti terdahulu adalah tax
minimization, mekanisme bonus dan tunneling incentive. Sedangkan
9
dalam penelitian ini, peneliti menambah satu variabel independen yaitu
ukuran perusahaan. Variabel ukuran perusahaan yang diteliti oleh Izadinia,
et al., (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap keputusan transfer pricing, karena baik transfer pricing maupun
effective tax rate akan menghasilkan beban pajak yang rendah. Sedangkan
variabel ukuran perusahaan yang diteliti oleh Kiswanto dan Purwaningsih
(2014) berpengaruh negatif terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Artinya semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin kecil
dorongan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2) Proksi untuk mengukur tax minimization pada penelitian sebelumnya
adalah ETR (Effective Tax Rate), sedangkan pada penelitian ini, proksi
untuk mengukur tax minimization adalah CETR (Cash Effective Tax Rate).
3) Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.
Sementara itu, penelitian sebelumnya menjadikan perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sebagai
sampel penelitian.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah tax minimization memiliki pengaruh terhadap keputusan
melakukan transfer pricing?
2) Apakah mekanisme bonus memiliki pengaruh terhadap keputusan
melakukan transfer pricing?
3) Apakah tunneling incentive memiliki pengaruh terhadap keputusan
melakukan transfer pricing?
4) Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan
melakukan transfer pricing?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa mengenai:
a. Pengaruh antara tax minimization terhadap keputusan melakukan
transfer pricing.
b. Pengaruh antara mekanisme bonus terhadap keputusan melakukan
transfer pricing.
c. Pengaruh antara tunneling incentive terhadap keputusan melakukan
transfer pricing.
11
d. Pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap keputusan melakukan
transfer pricing.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan menambah ilmu
pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan
akuntansi, khususnya mengenai tax minimization, mekanisme
bonus, tunneling incentive dan ukuran perusahaan terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti yang akan
melaksanakan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta ilmu
pengetahuan, terutama mengenai tax minimization, mekanisme
bonus, tunneling incentive dan ukuran perusahaan terhadap
keputusan melakukan transfer pricing yang dapat bermanfaat bagi
penulis di masa yang akan datang.
b. Manfaat Praktis
1) Regulator, dalam hal ini adalah Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan
Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
12
empiris mengenai pentingnya pengawasan serta efektivitas
peraturan yang telah dikeluarkan mengenai tax minimization,
mekanisme bonus, tunneling incentive dan ukuran perusahaan
terhadap keputusan melakukan transfer pricing, sehingga dapat
meminimalisir penyelewengan kebijakan transfer pricing di
Indonesia.
2) Manajemen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukkan mengenai tax minimization, mekanisme bonus,
tunneling incentive dan ukuran perusahaan terhadap keputusan
melakukan transfer pricing sehingga membantu mereka dalam
mengambil keputusan dan menyadari pentingnya etika bisnis.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan melibatkan dua pihak yaitu, pihak agent, dimana
dalam hal ini adalah manajer dan pihak principal, yaitu pemilik
perusahaan. Teori keagenan menggambarkan kerangka kerja untuk
menganalisa pelaporan keuangan antara manajer dan pemilik perusahaan
(Belkaoui dan Riahi, 2007). Hubungan keagenan adalah sebagai kontrak,
dimana satu atau beberapa orang (principal) mempekerjakan orang atau
pihak lain (agent) untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan
wewenang untuk mengambil keputusan. Sehingga manajemen
bertanggungjawab atas semua keputusan yang mereka ambil kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders).
Walaupun tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan
pemegang saham, kenyataannya, masalah keagenan (agency problem)
dapat terjadi pada saat tujuan diimplementasikan. Masalah keagenan
(agency problem) terjadi akibat pemisahan tugas manajemen perusahaan
dengan para pemegang saham. Karena adanya pemisahan antara pembuat
keputusan dengan pemilik perusahaan, para manajer bisa saja membuat
keputusan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan memaksimalkan
kekayaan pemegang saham. Manajer mungkin mencoba untuk
14
mendapatkan keuntungan untuk diri mereka saja dan menambah beban
para pemegang saham (Keown, et al., 2008).
Teori keagenan merupakan sebuah cabang dari permainan teori
yang mempelajari desain dari kontrak seorang agen untuk bertindak sesuai
dengan kehendak prinsipal, dimana agen tersebut memiliki kepentingan
yang bertolak belakang dengan kepentingan prinsipal. Sebenarnya, agency
theory mempunyai 2 karakter yaitu, kooperatif dan non-kooperatif.
Menjadi non-kooperatif adalah ketika kedua belah pihak (agen dan
prinsipal) memilih untuk bertindak secara tidak kooperatif, kedua belah
pihak tidak setuju untuk mengambil sebuah langkah pasti (Scott, 2012).
Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya masalah keagenan
(Colgan, 2001 dalam Yuniasih, et al., 2012), yaitu:
a. Moral Hazard
Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas
yang tinggi), dimana seorang manajer melakukan kegiatan yang tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika
atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
b. Penahanan Laba (Earnings Retention)
Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan
investasi yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui
15
peningkatan dan pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar
kekuasaan, prestise, atau penghargaan bagi dirinya, namun dapat
menghancurkan kesejahteraan pemegang saham.
c. Horison Waktu
Konflik ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas,
dengan mana prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa
depan yang kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung
menekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
d. Penghindaran Risiko Manajerial
Masalah ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio
yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang
dicapainya, sehingga manajer akan berusaha meminimalkan risiko
saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan
risikonya. Misalnya manajemen lebih senang dengan pendanaan
ekuitas dan berusaha menghindari peminjaman utang, karena
mengalami kebangkrutan atau kegagalan.
Konflik keagenan dapat merugikan pihak prinsipal (pemilik) karena
pemilik tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga
tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang memadai. Selain
itu, manajemen selaku agen diberikan wewenang untuk mengelola aktiva
perusahaan sehingga mempunyai insentif melakukan transfer pricing
16
dengan tujuan untuk menurunkan pajak yang harus dibayar (Yuniasih, et
al., 2012).
2. Transfer Pricing
a. Definisi
Harga transfer sering disebut juga intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisonal pricing, atau internal pricing.
Pengertian harga transfer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
pengertian yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat peyoratif.
Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni
merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban
pajak. Sedangkan pengertian peyoratif mengasumsikan harga transfer
sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara
lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya lebih rendah
(Suandy, 2014).
Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development), harga transfer (transfer pricing) adalah:
“Price at which a company undertakes any transactions with
associated enterprise. When a company transfer goods, intangible
property or services to a related company, the prices charged is
defined as a transfer price.”
Sedangkan menurut Gunadi, harga transfer adalah suatu
rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud
mengurangi laba artifisial, membuat seolah- olah perusahaan rugi,
17
menghindari pajak atau bea di suatu negara (Suandy, 2014). Dari
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa transfer pricing
adalah penentuan harga atas penyerahan barang, jasa atau intangible
asset kepada perusahaan yang memiliki hubungan intimewa sesuai
dengan prinsip kewajaran.
b. Tujuan Harga Transfer
Harga transfer multinasional berhubungan dengan transaksi
antar divisi dalam satu unit hukum (entitas) atau antar entitas dalam
satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan
negara. Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer adalah sebagai
berikut (Suandy, 2014):
1. Memaksimalkan penghasilan global.
2. Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan
penetrasi pasar.
3. Mengevaluasi kinerja anak/ cabang perusahaan mancanegara.
4. Menghindarkan pengendalian devisa.
5. Mengatrol kredibilitas asosiasi.
6. Mengurangi risiko moneter.
7. Mengatur arus kas anak/ cabang perusahaan yang memadai.
8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat.
9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk.
18
10. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah.
c. Metode Harga Transfer (Transfer Pricing)
Menurut Horngren dan Foster (dalam Mario, 2010) terdapat 6
(enam) metode harga transfer yaitu:
1. Harga transfer berdasarkan pasar (Market-Based)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan
untuk perencanaan bisnit unit usaha, motivasi dan evaluasi kerja.
Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan basis harga
pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar yang berlaku
(current-market place) dengan harga pasar dikurangi diskon
(market-price minus discount). Bentuk ini dijadikan tolak ukur
untuk menilai kemampuan kinerja manajemen unit usaha karena
hal ini menunjukkan kemampuan produk untuk menghasilkan laba
serta merangsang unit usaha untuk bekerja secara bersaing. Bentuk
ini dipakai apabila pasar perantara cukup bersaing dan saling
ketergantungan antar unit usaha. Dengan menggunakan harga
pasar dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan congruence, dukungan
manajemen, evaluasi kinerja unit usaha, dan otonomi unit usaha.
2. Harga transfer berdasarkan biaya (Cost-Method)
Harga yang berdasarkan pada biaya produksinya. Biaya yang
digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya dapat
19
merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang dianggarkan
(budget cost). Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam
konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya karena
informasi biaya tersedia pada setiap tingkat aktivitas.
3. Harga transfer berdasarkan negosiasi
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi secara
memadai menghendaki kemungkinan penentuan harga transfer
berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
kedua unit usaha mempunyai posisi tawar-menawar yang sama,
namun penentuan harga transfer yang demikian akan memakan
waktu, mengulang pemeriksaan serta revisi harga transfer.
4. Full Cost Bases
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan harga
transfer berdasarkan full cost. Untuk menaksir suatu harga
mendekati harga pasarnya, harga transfer berdasarkan biaya
terkadang dibuat pada full cost ditambah dengan suatu margin.
Harga transfer ini terkadang dapat mengarahkan pada keputusan
unit usaha
5. Harga transfer arbitrase
Dalam pendekatan ini, harga transfer ditentukan berdasarkan
interaksi kedua unit usaha dan pada tingkat yang dianggap terbaik
bagi kepentingan perusahaan.
20
6. Harga transfer ganda
Harga transfer ini digunakan untuk memenuhi disparitas
renponsibilitas dari unit usaha perusahaan.
d. Metode Penentuan Harga Pasar Wajar (Arm’s Length Price)
Menurut arm’s length standard, harga- harga transfer
seharusnya ditetapkan supaya dapat mencerminkan harga yang akan
disusun oleh pihak- pihak yang tidak terkait yang bertindak secara
bebas. Arm’s length standard yang paling banyak diterapkan adalah
sebagai berikut (Suandy, 2014) :
1. Comparable uncontrolled pricing method
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan
mengacu pada tingkat harga yang terjadi antara unit yang
independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang
independen. Secara teoritis, metode ini termasuk yang paling baik,
namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, misalnya
perbedaan kuantitas, kualitas, kondisi, waktu penjualan, merek
dagang, pangsa pasar, dan geografis pasar.
2. Resale pricing method
Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota
grup lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer
didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada pihak
21
independen dengan suatu mark-up yang wajar (sebanyak laba dan
biaya si penjual). Kesulitan terjadi dalam menentukan mark-up.
3. Cost plus pricing method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan
menambahkan mark up yang wajar pada harga pokok pihak yang
mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai dalam hal
penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau salah
satu anggota grup sebagai subkontraktor dari yang lainnya.
4. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu
diterapkan, atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang
diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi
tingkat keuntungan yang pantas pada investasi Wajib Pajak.
3. Pajak
a. Definisi
Menurut Undang-Undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007,
yang dimaksud dengan pajak adalah: “Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Rochmat Soemitro, membahas pengertian pajak sebagai
berikut: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (Sukrisno dan
Estralita, 2009)
22
Sedangkan pajak menurut N. J. Feldman adalah: “Prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum” (Resmi, 2009).
Menurut Resmi (2009), beberapa ciri-ciri yang melekat pada
definisi pajak adalah sebagai berikut:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, digunakan
untuk membiayai public investment.
b. Tax Minimization
Tax minimization merupakan strategi untuk meminimalkan
beban pajak terutang, yang dapat dilakukan melalui tindakan transfer
biaya atau transfer pendapatan ke negara lain (Hartati, et al., 2014).
Klassen, et al. (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang fokus pada
tax minimization cenderung memiliki tarif pajak efektif yang rendah.
23
Tax minimization berkaitan dengan strategi penghematan pajak.
Secara umum, penghematan pajak menganut prinsip the least and
latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada
waktu terakhir yang masih diizinkan oleh undang-undang dan
peraturan perpajakan (Suandy, 2014).
Sebagian besar pengusaha dalam dunia bisnis sering
mengidentikkan pajak sebagai biaya, sehingga para pengusaha akan
melakukan usaha-usaha untuk meminimalkan biaya pajaknya agar laba
perusahaan menjadi optimal (Suarningrat dan Setiawan, 2013).
Suandy (2014) menyatakan bahwa usaha meminimalkan jumlah beban
pajak (tax minimization) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful).
c. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber
keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur) (Resmi, 2009).
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber
keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak- banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh
24
dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak
melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dan lain- lain.
2. Fungsi Regularend (Fungsi Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
di luar bidang keuangan.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan
yaitu (Resmi, 2009):
a. Official Assesment System, adalah sistem pemungutan pajak
dimana jumlah pajak yang dilunasi atau terutang oleh wajib pajak
dihitung dan ditetapkan oleh fiskus atau aparat pajak, jadi dalam
sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedangkan fiskus bersifat aktif.
Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan
pajak dan fiskus.
b. Self Assesment System, adalah sistem pernungutan pajak di mana
wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak (fiskus)
25
hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk
mengetahui kepatuhan wajth pajak. Dengan demikian jika
dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka self
assestment system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut
ajaran materiil, artinya utang pajak timbul apabila ada yang
menyebabkan timbulnya utang pajak.
c. With Holding System, adalah sistem pemungutan pajak yang
dimana besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain pemberi
kerja, dan bendaharawan pemerintah
4. Mekanisme Bonus
Menurut Suryatiningsih, et al., (2009) skema bonus direksi adalah
komponen penghitungan besarnya jumlah bonus yang diberikan oleh
pemilik perusahaan atau para pemegang saham melalui RUPS kepada
anggota direksi yang dianggap mempunyai kinerja baik setiap tahun serta
apabila perusahaan memperoleh laba (Hartati, et al., 2014).
Menurut Bonus Plan Hypothesis (Watts and Zimmerman, 1990
dalam Jayengsari dan Soetedjo, 2013), ketika perusahaan memberikan
kompensasi bonus maka manajer akan memilih metode akuntansi tertentu
untuk melakukan praktik manajemen laba sehingga dapat memaksimalkan
bonus yang akan diperoleh. Mengingat bahwa mekanisme bonus
berdasarkan pada besarnya laba, yang merupakan cara paling populer
26
dalam memberikan penghargaan kepada direksi / manajer, maka adalah
logis bila direksi yang remunerasinya didasarkan pada tingkat laba akan
memanipulasi laba tersebut untuk memaksimalkan penerimaan bonus dan
remunerasinya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa mekanisme bonus merupakan
salah satu strategi atau motif perhitungan dalam akuntansi yang tujuannya
adalah untuk memberikan penghargaan kepada direksi atau manajemen
dengan melihat laba perusahaan secara keseluruhan. Karena sebagai akibat
dari adanya praktik transfer pricing maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadi kerugian pada salah satu divisi atau subunit (Hartati, et al.,
2014).
Ada dua sumber pendanaan bonus yang paling umum (Brigham,
2009) yaitu laba SBU (Strategic Business Unit) dan sumber perusahaan
secara keseluruhan yang berdasarkan total laba perusahaan. Dengan
demikian rata-rata pemberian kompensasi bonus di lihat dari kinerja
manajemen perusahaan yang diukur melalui laba bersih perusahaan,
semakin tinggi laba yang dihasilkan maka semakin baik pula kinerja
rnanajemen sebuah perusahaan tersebut sehingga semakin besar pula
bonus yang diberikan kepada manajemen perusahaan khususnya dewan
direksi.
Dalam membayarkan bonus, ada dua cara umum yang sering
dipakai oleh perusahaan yaitu pemberian secara tunai dan pemberian
27
saham yang berupa saham biasa. Secara tunai biasanya diberikan melalui
remunerasi maupun pemberian harta lain seperti fasilitas rumah,
kendaraan, dan lain-lain. Sedangkan apabila tidak secara tunai dapat
diberikan melalui saham bonus, saham biasa, dan lain- lain.
5. Tunneling Incentive
Johnson, et al., (dalam Brundy dan Siswantaya, 2014) menyatakan
bahwa tunneling merupakan pemindahan sumber daya keluar perusahaan
ke pemegang saham pengendali. Sedangkan menurut Klassen, et al.
(2013) menyatakan bahwa tunneling adalah kegiatan pemegang saham
mayoritas yang mengutamakan kepentingan mereka sendiri dan
merugikan pemegang saham minoritas.
Tunneling dapat muncul dalam dua bentuk. Pertama, pemegang
saham pengendali dapat memindahkan sumber daya dari perusahaan ke
dirinya melalui transaksi antara perusahaan dengan pemilik. Transaksi
tersebut dapat dilakukan melalui penjualan aset, kontrak harga transfer,
kompensasi eksekutif yang berlebihan, pemberian pinjaman, dan lainnya.
Kedua, pemegang saham pengendali dapat meningkatkan bagiannya atas
perusahaan tanpa memindahkan aset melalui penerbitan saham dilutif atau
transaksi keuangan lainnya yang mengakibatkan kerugian bagi pemegang
saham non-pengendali (Brundy dan Siswantaya, 2014)
Mutamimah (2009) menyatakan bahwa tunneling yang dilakukan
oleh pemegang saham pengendali terhadap pemegang saham minoritas
28
lebih besar terjadi pada struktur kepemilikan terkonsentrasi tinggi
dibanding pada struktur kepemilikan terkonsentrasi rendah. Hasil ini
menunjukkan kekuatan pemegang saham pengendali untuk melakukan
tunneling lebih besar terjadi pada struktur kepemilikan terkonsentrasi
tinggi dibanding pada struktur kepemilikan terkonsentrasi rendah.
Tunneling pada struktur kepemilikan terkonsentrasi disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama, pemegang saham pengendali mempunyai insentif
dan kemampuan untuk melakukan transaksi-transaksi dengan harga
tertentu. Kedua, lemahnya perlindungan hak-hak pemegang saham
minoritas. Ketiga, pemegang saham pengendali mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi manajemen dalam membuat keputusan-keputusan
yang hanya memaksimumkan kepentingan pemegang saham pengendali
dan merugikan kepentingan pemegang saham minoritas (Marfuah dan
Azizah, 2014).
Brundy dan Siswantaya (2014) menyatakan bahwa sebagai salah
satu upaya untuk mengurangi dan mencegah aktivitas tunneling,
perusahaan seharusnya menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif.
Melalui pengawasan yang dilakukan oleh banyak pihak yang dinilai
independen akan membatasi ruang lingkup yang seringkali digunakan
pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling.
29
6. Ukuran Perusahaan
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah. Peraturan tersebut
menjelaskan 4 (empat) jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari
jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Keempat jenis ukuran perusahaan tersebut antara lain:
a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≤Rp 50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan
memiliki jumlah penjualan ≤Rp 300.000.000,-.
b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan
bersih Rp50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- (tidak termasuk
tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp
300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,-.
c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki
kekayaan bersih Rp 500.000.000,- sampai Rp 10.000.000.000,-
(tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah
penjualan Rp 2.500.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,-.
d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≥Rp 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan)
serta memiliki jumlah penjualan ≥Rp 50.000.000.000,-.
Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian
besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Pada umumnya penelitian di
30
Indonesia menggunakan total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor karena akan
berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan (Pujiningsih, 2011
dalam Kiswanto & Purwaningsih, 2014).
Ukuran perusahaan menunjukkan kestabilan dan kemampuan
perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonominya. Semakin besar ukuran
suatu perusahaan maka semakin menjadi pusat perhatian dari pemerintah
dan akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan
untuk berlaku patuh (compliances) atau agresif (tax avoidance) dalam
perpajakan (Kurniasih dan Sari, 2013).
.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil- hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 di halaman
selanjutnya:
31
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian X1 X2 X3 X4 Y Hasil Penelitian
1. Winda Hartati,
Desmiyawati, dan Julita
(2015)
Tax Minimization,
Tunneling Incentive dan
Mekanisme Bonus
terhadap Keputusan
Transfer Pricing (Studi
Empiris pada Seluruh
Perusahaan yang Listing
di BEI)
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Sekunder
c. Sample : 109 perusahaan
yang terdaftar di BEI tahun 2012
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Regresi
Logistik
f. Variabel Lain : -
g. Lokasi : Indonesia
√ √ √ √ Tax minimization, tunneling
incentive, dan mekanisme bonus
berpengaruh terhadap keputusan
transfer pricing.
2. Winda Hartati,
Desmiyawati, dan Nur
Azlina (2014)
Analisis Pengaruh Pajak
dan Mekanisme Bonus
terhadap Keputusan
Transfer Pricing (Studi
Empiris pada Seluruh
Perusahaan yang Listing
di BEI)
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Sekunder
c. Sample : 109 perusahaan
yang terdaftar di BEI tahun 2012
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Regresi
Logistik
f. Variabel Lain : -
g. Lokasi : Indonesia
√ √ √ Pajak dan mekanisme bonus
berpengaruh terhadap keputusan
transfer pricing.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian X1 X2 X3 X4 Y Hasil Penelitian
3. Nancy Kiswanto dan
Anna Purwaningsih
(2014)
Pengaruh Pajak,
Kepemilikan Asing, dan
Ukuran Perusahaan
Terhadap Transfer
Pricing Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI
Tahun 2010-2013
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Sekunder
c. Sample : 24 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2010-2013
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Regresi
Logistik
f. Variabel Lain : Kepemilikan
Asing
g. Lokasi : Indonesia
√ √ √ Untuk pajak dan kepemilikan
asing memiliki pengaruh positif
terhadap transfer pricing,
sedangkan untuk variabel
ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap transfer
pricing.
4. Kenneth Klassen, Petro
Lisowsky dan Devan
Mescall (2014)
Transfer Pricing :
Strategies, Practices, and
Tax Minimazition
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Primer
c. Sample : 219 responden
yang merupakan direktur pajak
perusahaan
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Multivariate
Regression
f. Variabel Lain : Tax budget dan
tax director
g. Lokasi : Amerika
Serikat
√ √ 1. Keberhasilan perusahaan
melakukan transfer pricing
memberikan dampak
signifikan terhadap effective
tax rate.
2. Anggaran pajak yang besar
dan pengalaman direktur
juga mempengaruhi effective
tax rate yang rendah.
3. Antara praktek transfer
pricing dan peminimalisiran
pajak terdapat hubungan
yang saling berkaitan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian X1 X2 X3 X4 Y Hasil Penelitian
5. Shirley Chen Ye
Ekström, Loris Dall dan
Darja Nikolajeva (2014)
Tax Motivated Transfer
Pricing
a. Jenis : Kualitatif dan
kuantitatif
b. Sumber : Primer dan
sekunder
c. Sample : Untuk data primer
terdapat 50 responden yang
dipilih secara acak, terdiri dari 25
masyarakat umum Swedia dan
25 mahasiswa Universitas Lund.
Sedangkan data sekunder diambil
dari berita terkait tax planning
yang dimuat di 5 surat kabar dan
2 stasiun televisi di Swedia
d. Lokasi : Swedia
√ √ Secara teori, tax avoidance yang
dilakukan oleh perusahaan
multinasional akan
menyebabkan masalah
legitimasi bagi perusahaan
tersebut. Namun, kenyataannya
perilaku tax avoidance tersebut
tidak membahayakan legitimasi
mereka dikarenakan kurangnya
perhatian dari publik, yang
disebabkan oleh kurangnya
ekspos oleh media.
6. Naser Izadinia, Dariush
Foroghi, dan Setare
Soltan Gheis (2013)
The Effect of Size,
Return on Sales,
Leverage, Fixed Assets,
Industry and Ownership
on Effective Tax Rate in
the Listed Companies of
Tehran Stock Exchange
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Primer
c. Sample : 78 perusahaan
yang terdaftar di Tehran Stock
Exchange
d. Analisis Data : Multiple
Regression
e. Variabel Lain : Return on Sales,
Leverage, Fixed Asset, Industry
Type dan Ownership Structure
f. Lokasi : Iran
√ √ Hasil menunjukkan bahwa 4
dari 6 variabel yang diteliti,
yaitu size, financial leverage,
ownership structure dan
industry type memiliki pengaruh
terhadap tax rate.
Bersambung ke halaman selanjutnya
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian X1 X2 X3 X4 Y Hasil Penelitian
7. Nelly Wirani (2013)
Pengaruh Manajemen
Pajak dan Mekanisme
Bonus Terhadap
Keputusan Transfer
Pricing Perusahaan
Manufaktur yang Listing
di Bursa Efek Indonesia
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Sekunder
c. Sample : Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2009-2012
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Regresi
Logistik
f. Variabel Lain : -
g. Lokasi : Indonesia
√ √ √ Adanya pengaruh yang
signifikan dari variabel
manajemen pajak dan
mekanisme bonus terhadap
keputusan transfer pricing pada
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2009-
2012.
8. Rizky Drivina Jayengsari
dan Soegeng Soetedjo
(2013)
Pengaruh Good
Corporate Governance,
Kualitas Audit,
Kompensasi Bonus, dan
Ukuran Perusahaan
terhadap Praktik
Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Sekunder
c. Sample : 30 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2009-2011
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Regresi
Berganda
f. Variabel Lain : Good Corporate
Governance, Kualitas Audit,
Manajemen Laba
g. Lokasi : Indonesia
√ √ Good corporate governance,
kualitas audit, kompensasi
bonus, dan ukuran perusahaan
berpengaruh simultan secara
signifikan terhadap manajemen
laba. Namun secara parsial
hanya variabel kualitas audit
yang memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap
praktik manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2011.
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian X1 X2 X3 X4 Y Hasil Penelitian
9. Ni Wayan Yuniasih, Ni
Ketut Rasmini, dan
Made Gede Wirakusuma
(2012)
Pengaruh Pajak dan
Tunneling Incentive pada
Keputusan Transfer
Pricing Perusahaan
Manufaktur yang Listing
di BEI
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Sekunder
c. Sample : 106 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2008-2010
d. Metode Sampel : Purposive
Sampling
e. Analisis Data : Regresi
Logistik
f. Variabel Lain : -
g. Lokasi : Indonesia
√ √ √ Pajak dan tunneling incentive
berpengaruh positif pada
keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing.
10. Habib Affes dan Zied
Bouaziz (2012)
The Impact of the
Strategy in Determining
Transfer Prices: Case of
the Tunisian Companies
a. Jenis : Kuantitatif
b. Sumber : Primer
c. Sample : 32 perusahaan
d. Analisis Data : Bivariate
Analysis
e. Variabel Lain : Behaviour of the
person in charge dan strategic
direction
f. Lokasi : Tunisia
√ Terdapat pengaruh antara
perilaku seseorang dalam
sebuah pusat tanggungjawab,
struktur perusahaan yang
diasopsi dan strategi perusahaan
dengan kebijakan transfer
pricing yang diterapkan di
perusahaan di Tunisia.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
36
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Tax Minimization terhadap Keputusan Melakukan Transfer
Pricing
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati, et al., (2014) menunjukkan
adanya pengaruh signifikan antara pajak dengan keputusan melakukan
transfer pricing. Hartati menyatakan besarnya keputusan untuk melakukan
praktik transfer pricing akan mengakibatkan pembayaran pajak menjadi
lebih rendah secara global pada umumnya. Hal ini disebabkan karena
perusahaan multinasional yang memperoleh keuntungan akan melakukan
pergeseran pendapatan dari negara- negara dengan tarif pajak tinggi ke
negara- negara dengan tarif pajak rendah. Sehingga semakin tinggi tarif
pajak suatu negara maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan
melakukan praktik transfer pricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih, et al. (2012) menyatakan
bahwa alasan pajak menjadi motivasi melakukan transfer pricing adalah
karena beban pajak yang semakin besar memicu perusahaan untuk dapat
menekan beban tersebut, salah satunya dengan transfer pricing. Transaksi
pihak terkait lebih umum digunakan untuk tujuan transfer kekayaan
daripada pembayaran dividen karena perusahaan yang terdaftar harus
mendistribusikan dividen kepada perusahaan induk dan pemegang saham
minoritas lainnya.
37
Penelitian yang dilakukan oleh Klassen, et al. (2013)
mengungkapkan pajak dan transfer pricing sudah menjadi isu sentral saat
ini yang dialami oleh seluruh dunia yang terkait dalam jaringan
perdagangan global. Banyak perusahaan sering melakukan transfer
pricing guna memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan pajak,
karena pajak dianggap sebagai beban yang mengurangi keuntungan.
Transfer pricing terkait dengan adanya transaksi hubungan
istimewa atau transaksi dengan relasi terkait, dimana terdapat perbedaan
harga jual dengan pihak ketiga. Hunter, et al. (2015) menjelaskan tiga hal
mengapa ada perbedaan harga jual antara transaksi dengan relasi terkait
dan pihak ketiga. Pertama, pembelian yang dilakukan pihak relasi terkait
umumnya berjumlah lebih besar dibanding pihak ketiga, sehingga pihak
relasi ini akan diberi diskon pembelian yang akan mengurangi harga jual.
Kedua, dalam praktiknya, transaksi dengan pihak relasi sering dipisahkan
antara barang berwujud dengan royaltinya. Berbeda dengan transaksi ke
pihak ketiga dimana barang yang dijual ditambahkan dengan beban royalti
sehingga harga jual ke pihak relasi terlihat lebih rendah. Ketiga, biaya dan
risiko penjual biasanya lebih rendah ketika menjualnya ke pihak relasi
dibanding dengan pihak ketiga, sehingga hal ini akan mengurangi harga
jual ke pihak relasi.
38
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartati, et al. (2014),
Yuniasih, et al. (2012) dan Klassens, et al. (2013) maka diduga bahwa tax
minimization berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai
berikut:
H1: Tax minimization berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing
2. Pengaruh Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing
Penelitian yang dilakukan oleh Jayengsari dan Soetedjo (2013)
menunjukan hasil bahwa mekanisme bonus berpengaruh terhadap
manajemen laba. Adanya insentif tertentu berupa kompensasi bonus dari
pemilik ke manajemen menambah ketertarikan manajemen untuk
melakukan manajemen laba. Laba yang sudah dimanipulasi tidak mampu
memberikan informasi yang sebenarnya tentang perusahaan sehingga
dianggap merugikan pihak pengguna laporan keuangan terutama pihak
eksternal. Dari hasil penelitian Jayengsari dan Soetedjo ini, maka terdapat
indikasi bahwa perusahaan akan melakukan beberapa cara atau metode
untuk memanajemen laba yang dapat mendatangkan bonus yang besar,
salah satu caranya yaitu melalui kebijakan transfer pricing.
39
Penelitian yang dilakukan oleh Wirani (2013), menunjukkan bahwa
mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Begitu pula dengan hasil penelitian Hartati, et al. (2014) yang
menunjukkan adanya pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan
melakukan transfer pricing. Hal ini karena dalam memberikan bonus
kepada direksi, pemilik perusahaan tentu akan melihat kinerja para direksi
dalam mengelola perusahaannya. Dalam hal ini, pemilik perusahaan akan
melihat laba perusahaan yang dihasilkan secara keseluruhan sebagai
penilaian untuk kinerja para direksinya. Untuk itu, para direksi tentu akan
berusaha semaksimal mungkin agar laba perusahaan secara keseluruhan
mengalami peningkatan termasuk dengan cara melakukan praktik transfer
pricing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jayengsari dan Soetedjo
(2013), Wirani (2013) dan Hartati, et al. (2014) maka diduga bahwa
mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
H2: Mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan melakukan
transfer pricing
40
3. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing
Perbedaan struktur kepemilikan berpengaruh pada jenis masalah
keagenan yang ditimbulkan. Adanya kepemilikan yang besar pada
pemegang saham mayoritas menimbulkan konflik antara pemegang saham
minoritas dan pemegang saham mayoritas. Dimana yang biasanya terjadi
adalah aktivitas tunneling, yaitu aktivitas pengalihan aset dan laba keluar
perusahaan untuk kepentingan pemegang saham mayoritas atau
pengendali perusahaan tersebut.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan aktivitas
tunneling adalah dengan menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif.
Penelitian yang dilakukan Brundy dan Siswantaya (2014) menunjukkan
hasil bahwa mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh pihak internal
perusahaan, kreditor serta auditor independen berpengaruh signifikan
terhadap aktivitas tunneling. Artinya semakin baik dan terkoordinir
mekanisme pengawasan oleh berbagai pihak maka akan semakin
mengurangi aktivitas tunneling.
Penelitian yang dilakukan oleh Affes dan Bouaziz (2012)
mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan, strategic
direction, dan tax director berpengaruh signifikan terhadap pengambilan
keputusan transfer pricing. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh
41
Yuniasih, et al. (2012) yang menyatakan bahwa tunneling incentive
berpengaruh signifikan terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati, et al. (2015), menunjukkan
bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap keputusan
melakukan transfer pricing. Transaksi pihak terkait lebih umum
digunakan untuk tujuan transfer kekayaan kepada pemegang saham
mayoritas daripada pembayaran dividen, hal tersebut karena perusahaan
harus mendistribusikan dividen kepada perusahaan induk dan pemegang
saham minoritas lainnya. Hasil ini juga konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuniasih, et al. (2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartati, et al. (2015), Affes
dan Bouaziz (2012) serta Yuniasih, et al. (2012) maka diduga bahwa
tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
H3: Tunneling incentive berpengaruh pada keputusan melakukan transfer
pricing
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Melakukan
Transfer Pricing
Ukuran perusahaan menunjukkan kestabilan dan kemampuan
perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonominya. Semakin besar ukuran
42
suatu perusahaan maka semakin menjadi pusat perhatian dari pemerintah
dan akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan
untuk berlaku patuh (compliances) atau agresif (tax avoidance) dalam
perpajakan (Kurniasih dan Sari, 2013).
Penelitian yang dilakukan Izadinia, et al. (2013) menyatakan bahwa
dari empat dari enam variabel yang mereka teliti berpengaruh terhadap
effective tax rate. Keempat variabel tersebut adalah size (ukuran
perusahaan), Return on Sales, leverage (tingkat utang) dan tipe industri.
Hal ini memperjelas adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan
kebijakan transfer pricing. Karena tujuan dari pengambilan keputusan
transfer pricing adalah mencapai tingkat effective tax rate yang rendah
sehingga berdampak pada beban pajak yang rendah. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014) juga
menunjukkan hasil dimana ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
keputusan melakukan transfer pricing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Izadinia, et al. (2013) serta
Kiswanto dan Purwaningsih (2014) maka diduga bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
43
Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai
berikut:
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh pada keputusan melakukan transfer
pricing.
44
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
2.1 dibawah ini:
Bersambung ke halaman selanjutnya
Kepentingan
perusahaan untuk
memperoleh laba
yang diinginkan
UU PPh No. 36 Tahun
2008 yang mengatur
tentang transaksi antar
perusahaan yang
memiliki hubungan
istimewa
Gap
Kemungkinan penyelewengan kebijakan transfer pricing
Pengaruh Tax Minimization, Mekanisme Bonus, Tunneling Incentive
dan Ukuran Perusahaan pada Keputusan Melakukan Transfer Pricing
Basis Teori : Teori Keagenan (Agency Theory)
45
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Variabel Independen:
Variabel Dependen:
Keputusan Melakukan
Transfer Pricing (Y)
(Hartati, et al., 2015)
Model Analisis : Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Tax Minimization (X1)
(Kiswanto & Purwaningsih, 2014)
Mekanisme Bonus (X2)
(Hartati, et al., 2015)
Tunneling Incentive (X3)
(Hartati, et al., 2015)
Ukuran Perusahaan (X4)
(Kiswanto & Purwaningsih, 2014)
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu tax
minimization, mekanisme bonus, tunneling incentive dan ukuran perusahaan
terhadap variabel dependen, yaitu keputusan melakukan transfer pricing.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, dimana peneliti menentukan sampel
sebagai objek penelitian dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2014.
2. Perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan asing dengan persentase
kepemilikian 20% atau lebih. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 15 yang
menyatakan bahwa pemegang saham pengendali adalah pemegang saham
yang bersifat ekuitas sebesar 20% atau lebih.
47
3. Perusahaan yang menyajikan laporan tahunan dengan periode yang
berakhir pada 31 Desember.
4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan.
Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami kerugian tidak memiliki
kewajiban perpajakan di tingkat perusahaan sehingga motivasi pajak tidak
relevan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui
metode dokumentasi. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan annual report, laporan keuangan berserta laporan audit oleh
auditor independen dan data lain yang diperlukan berdasarkan penjelasan
sebelumnya. Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode studi pustaka
dari jurnal- jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan berkaitan
dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
48
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuansi data- data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model logis atau regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan program
IBM Statistic Package for Social Sciences (SPSS). Alasan penggunaan alat
regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi (keputusan
melakukan transfer pricing yang diproksikan dengan keberadaan penjualan
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa). Dalam hal ini dapat
dianalisis dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data
variabel independennya.
1. Tahapan Regresi Logistik
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logitik
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2011):
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dai nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness. Mean
digunakan untuk memperkirakan besar rata- rata populasi yang
diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai
dispersi rata- rata dari sampel. Maksimum dan minimum adalah nilai
paling besar dan paling kecil dari data yang digunakan untuk melihat
49
nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini diperlukan untuk
melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan
dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood
Estimation (MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yang diperhatikan
dalam populasi. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan menggunakan
α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif
didukung.
2) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif
tidak didukung.
c. Menilai Keseluruhan Modal (Overall Model Fit)
Beberapa test statistik diberikan untuk menilai overall model fit.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
50
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis
nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan
pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk
menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -
2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang
lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan
data.
d. Koefesien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Cox dan Snell’s R Square merupakan alat ukur yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)
sehingga sulit diinterprestasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa
nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan
dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai
maksimumnya.
Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterprestasikan seperti nilai R
2
pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
51
variabel independen memberikan hampir semua infomasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.
e. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan
data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari
0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan
antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model
tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih
besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti
model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logictic regression) yaitu dengan melihat pengaruh tax
minimization, mekanisme bonus, tunneling incentive dan ukuran
52
perusahaan terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing
pada perusahaan non keuangan.
Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
TP = α + ß1TAX + ß2BONUS + ß3TNC + ß4SIZE + ε
Keterangan:
TP : Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang melakukan
penjualan ke pihak yang mempunyai hubungan istimewa, 0
untuk perusahaan yang tidak melakukan penjualan ke pihak
yang mempunyai hubungan istimewa
α : Konstanta
β1–β4 : Koefisien variabel independen
TAX : Tax Minimization
BONUS : Mekanisme Bonus
TNC : Tunneling Incentive
SIZE : Ukuran Perusahaan
ε : Koefisien error
53
E. Operasionalisasi Variabel
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing- masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Tax Minimization (X1)
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang
– undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat. Tax minimization dalam penelitian ini diproksikan dengan cash
effective tax rate (CETR) yang merupakan perbandingan cash paid tax
dibagi dengan laba kena pajak (Kiswanto & Purwaningsih, 2014).
2. Mekanisme Bonus (X2)
Mekanisme bonus merupakan komponen penghitungan besarnya
jumlah bonus yang diberikan oleh pemilik perusahaan atau para pemegang
saham melalui RUPS kepada anggota direksi setiap tahun apabila
memperoleh laba (Suryatiningsih, 2009 dalam Hartati, et al., 2014).
Untuk variabel ini akan diukur dengan komponen perhitungan
indeks trend laba bersih. Indeks trend laba bersih (ITRENDLB) di hitung
54
berdasarkan persentase pencapaian laba bersih tahun t terhadap laba bersih
tahun t-1.
3. Tunneling Incentive (X3)
Tunneling incentive diproksikan dengan persentase kepemilikan
saham di atas 20% sebagai pemegang saham pengendali oleh perusahaan
asing. Kriteria struktur kepemilikan terkonsentrasi didasarkan pada PSAK
No. 15 yang menyatakan tentang pengaruh signifikan yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan persentase 20% atau lebih. Variabel tunneling
incentive diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh pihak
asing atau perusahaan asing 20% atau lebih. Pengukuran variabel ini
dilakukan dengan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut (Yuniasih, et
al., 2012):
4. Ukuran Perusahaan (X4)
Ukuran perusahaan menunjukkan kestabilan dan kemampuan
perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonominya. Semakin besar ukuran
suatu perusahaan maka semakin menjadi pusat perhatian dari pemerintah
dan akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan
untuk berlaku patuh (compliances) atau agresif (tax avoidance) dalam
55
perpajakan (Kurniasih dan Sari, 2013). Pengukuran variabel ini dilakukan
dengan menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut
(Kiswanto & Purwaningsih, 2014):
5. Keputusan Melakukan Transfer Pricing (Y)
Transfer Pricing adalah harga yang terkandung pada setiap produk
atau jasa dari satu divisi yang di transfer ke divisi yang lain dalam
perusahaan yang sama atau antar perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa. Transaksi transfer pricing dapat terjadi pada divisi-divisi dalam
satu perusahaan, antar perusahaan lokal, atau perusahaan lokal dengan
perusahaan yang ada di luar negeri. Transfer pricing dihitung dengan
pendekatan dikotomi yaitu dengan melihat keberadaan penjualan kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Perusahaan yang melakukan
penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diberi nilai
1 dan yang tidak diberi nilai 0.
56
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Jenis
Variabel Indikator
Skala
Pengukuran
1. Tax Minimization (X1)
Independen
Rasio
2. Mekanisme Bonus
(X2)
Independen
Rasio
3. Tunneling Incentive
(X3)
Independen
Rasio
4. Ukuran Perusahaan
(X4)
Independen
Rasio
5. Keputusan Melakukan
Transfer Pricing (Y)
Dependen 1 = adanya transaksi penjualan
dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa;
0 = tidak adanya transaksi penjualan
dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Nominal
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2014. Seluruh
perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari
2014 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek
Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat
pengaruh tax minimization, mekanisme bonus, tunneling incentive dan ukuran
perusahaan terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan
sampel adalah metode purposive sampling. Penelitian purposive sampling
mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan representasi dari populasi yang ada, serta sesuai dengan tujuan
dari penelitian. Data yang digunakan yaitu diambil dari laporan keuangan dan
annual report pada tahun 2014 yang diakses melalui website Bursa Efek
Indonesia, www.idx.co.id.
Adapun proses seleksi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
tampak pada tabel 4.1 berikut:
58
Tabel 4.1
Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria
No Kriteria Jumlah
Pengamatan
1 Seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014 435
2 Perusahaan yang tidak memiliki persentase
kepemilikan asing lebih dari 20% (198)
3 Perusahaan yang mengalami kerugian pada tahun 2014 (129)
4 Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan
tahun 2014 (18)
Jumlah perusahaan sampel 90
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa jumlah perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sebanyak 435
perusahaan. Dari 435 perusahaan, terdapat 198 perusahaan yang tidak
memiliki persentase kepemilikan asing lebih dari 20%, 129 perusahaan
mengalami kerugian di tahun 2014 serta 18 perusahaan yang tidak memiliki
laporan keuangan tahun 2014. Sehingga perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini berjumlah 90 perusahaan.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
independen (X) yaitu tax minimization, mekanisme bonus, tunneling
incentive dan ukuran perusahaan serta variabel dependen (Y) yaitu
59
keputusan melakukan transfer pricing. Hasil analisis deksriptif dari
variabel-variabel tersebut dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa data observasi yang
menjadi sampel adalah sebanyak 90 (N). Hasil analisis deskriptif untuk
variabel keputusan melakukan transfer pricing (TP) memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,79. Selanjutnya untuk nilai minimum, nilai maksimum serta
standar deviasi masing-masing sebesar 0, 1, dan 0,410.
Selain itu, dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa variabel tax
minimization (TAX) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,30473. Hal ini
menunjukkan bahwa tarif pajak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI pada tahun 2014 rata-rata sebesar 30,473%. Rentang variasi pajak
dapat dikatakan tidak terlalu besar, ditunjukkan dengan besarnya selisih
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
TAX 90 ,200 ,490 ,30473 ,069940
BONUS 90 ,006 2,962 1,09468 ,619545
TNC 90 ,189 ,991 ,50393 ,225758
SIZE 90 10,707 14,373 12,33570 ,679112
TP 90 0 1 ,79 ,410
Valid N
(listwise) 90
60
antara nilai minimum 0,200 dengan nilai maksimum 0,490. Nilai minimum
sebesar 0,200 berasal dari Darma Henwa Tbk, sedangkan nilai maksimum
sebesar 0,490 berasal dari Indo Kordsa Tbk. Standar deviasi variabel tax
minimization (TAX) adalah sebesar 0,069940.
Variabel mekanisme bonus (BONUS) memiliki nilai rata-rata sebesar
1,09468. Angka tersebut menunjukkan bahwa rata-rata indeks laba bersih
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014. Nilai minimum
sebesar 0,006 berasal dari Darma Henwa Tbk, sedangkan nilai maksimum
sebesar 2,962 berasal dari PT MNC Investama Tbk. Standar deviasi
variabel mekanisme bonus (BONUS) adalah sebesar 0,619545.
Untuk variabel tunneling incentive (TNC) memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,50393. Hal ini menunjukkan bahwa tunneling incentive yang
diproksikan dengan persentase kepemilikan asing, yang dimiliki oleh
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014 rata-rata sebesar 50,393%
saham dimiliki oleh pihak asing. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan
saham perusahan-perusahaan tersebut cenderung terkonsentrasi pada
sebagian kecil pihak. Untuk variabel tunneling incentive (TNC), didapat
nilai minimum sebesar 0,189 yang berasal dari Citatah Tbk, sedangkan
nilai maksimum 0,991 berasal dari Keramika Indonesia Assosiasi Tbk,
serta standar devisasi sebesar 0,225758.
61
Sedangkan variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai rata-rata
sebesar 12,33570. Angka tersebut menunjukkan perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI tahun 2014 yang memiliki log total aset tersebut akan
melakukan transfer pricing. Nilai minimum 10,707 berasal dari Inter Delta
Tbk, sedangkan nilai maksimum 14,373 berasal dari Astra International
Tbk, serta standar deviasi sebesar 0,679112.
Tabel 4.3
Hasil Uji Frekuensi
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan distribusi frekuensi untuk variabel
keputusan melakukan transfer pricing (TP). Hal ini berarti dari 90 sampel
perusahaan, terdapat 19 perusahaan yang tidak melakukan transfer pricing
atau sekitar 21,1%. Sedangkan sisanya sebesar 71 perusahaan melakukan
transfer pricing yang ditunjukkan dengan adanya transaksi penjualan ke
pihak berelasi (related parties) atau sekitar 78,9%. Hasil ini menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) melakukan praktek transfer pricing.
Keputusan Melakukan Transfer Pricing
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 19 21,1 21,1 21,1
1 71 78,9 78,9 100,0
Total 90 100,0 100,0
62
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Variabel dependen yaitu keputusan melakukan transfer pricing (TP)
merupakan bersifat dummy, dengan melihat ada atau tidaknya transaksi
penjualan kepada pihak berelasi, maka pengujian terhadap hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik (regression logistic).
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness Fit Test. Tahapan dalam pengujian dengan
menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali,
2011):
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Berikut ini disajikan data hasil uji kesesuaian keseluruhan
model (overall model fit) berdasarkan pada fungsi likelihood.
Tabel 4.4
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likehood (-2LL) pada
awal (Block Number: 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada
akhir (Block Number: 1). Nilai -2LL awal adalah sebesar 92,777.
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model
Keterangan -2 Log Likehood
Block Number: 0 92,777
Block Number; 1 78,074
63
Setelah keempat variabel independen dimasukkan, maka nilai -2LL
akhir mengalami penurunan menjadi 78,074. Penurunan Likelihood ini
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Hasil Uji Koefesien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Nilai uji koefesien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Berikut ini disajikan data
hasil pengujian koefesien determinasi (Nagelkerke R Square).
Tabel 4.5
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R
Square sebesar 0,234 yang berarti variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 23,4%, sedangkan
76,6% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian,
seperti tax budget dan tax director (Klassen, et al. 2014), serta
leverage (Izadinia, et al. 2013).
Hasil Uji Koefesien Determinasi
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 78,074a ,151 ,234
Sumber: Data sekunder yang diolah
64
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodnes Fit Test. Berikut ini disajikan data hasil
pengujian kelayakan model regresi.
Tabel 4.6
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6, menunjukkan bahwa nilai Chi-Square
sebesar 6,937 dengan signifikansi sebesar 0,543. Berdasarkan hasil
tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model
dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.
d. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel 4.8
di bawah ini:
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6,937 8 ,543
65
Tabel 4.8
Hasil pengujian terhadap koefesien regresi logistik
menghasilkan model berikut:
TP = -14,425 - 0,534TAX – 0,463BNUS – 1,452TNC + 1,436SIZE + ε
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel
independen tax minimization (TAX) memiliki koefesien negatif
sebesar -0,534 dengan tingkat signifikansi 0,015. Karena tingkat
signifikansi lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis pertama (Ha1)
diterima yang artinya tax minimization berpengaruh signifikan
terhadap keputusan melakukan transfer pricing. Nilai beta negatif
yang dihasilkan sebesar -0,534 menunjukkan adanya hubungan negatif
antara tax minimization dengan keputusan melakukan transfer pricing.
Dimana semakin kecil beban pajak yang ingin dibayarkan oleh
perusahaan, maka semakin besar keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing.
Hasil Uji Koefesien Regresi Logistik
Variabel B Wald Sig.
Step 1a Tax Minimization -,534 5,971 ,015
Mekanisme Bonus -,463 1,012 ,314
Tunneling Incentive -1,452 1,324 ,250
Ukuran Perusahaan 1,436 6,967 ,008
Constant -14,425 5,186 ,023
Sumber: Data sekunder yang diolah
66
Variabel independen mekanisme bonus (BONUS) memiliki
koefesien negatif sebesar -0,463 dengan tingkat signifikansi 0,314.
Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis
kedua (Ha2) tidak diterima yang artinya mekanisme bonus tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Nilai beta negatif yang dihasilkan sebesar -0,463 menunjukan
adanya hubungan negatif antara mekanisme bonus dengan keputusan
melakukan transfer pricing, yang berarti bahwa semakin tinggi bonus
yang dihasilkan maka semakin rendah keputusan untuk melakukan
transfer pricing.
Variabel tunneling incentive (TNC) sebagai variabel
independen yang memiliki koefesien negatif sebesar -1,452 dengan
tingkat signifikansi 0,250. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari
α = 5%, maka hipotesis ketiga (Ha3) tidak diterima yang artinya
tunneling incentive tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan melakukan transfer pricing. Adapun nilai beta negatif yang
dihasilkan sebesar -1,452 menunjukkan adanya hubungan negatif
antara tunneling incentive dengan keputusan melakukan transfer
pricing, dimana semakin tinggi tunneling incentive suatu perusahaan
maka semakin rendah keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing.
67
Variabel independen ukuran perusahaan (SIZE) memiliki
koefesien positif sebesar 1,436 dengan tingkat signifikansi 0,08.
Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5%, maka hipotesis
keempat (Ha4) diterima yang artinya ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap keputusan untuk melakukan transfer pricing. Nilai beta
positif yang dihasilkan sebesar 1,436 menunjukkan adanya hubungan
positif antara ukuran perusahaan dengan keputusan melakukan transfer
pricing, dimana semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan
semakin besar pula keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing.
C. Pembahasan
1) Pengaruh antara Tax Minimization (TAX) terhadap Keputusan
Melakukan Transfer Pricing (TP)
Dari hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi variabel tax minimization adalah sebesar 0,015<0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa tax minimization berpengaruh signifikan terhadap
keputusan melakukan transfer pricing.
Menurut Nurhayati (2013), melalui praktik transfer pricing, upaya
meminimalkan beban pajak dilakukan dengan cara mengalihkan
penghasilan serta biaya suatu perusahaan yang mempunyai hubungan
68
istimewa dari suatu negara kepada perusahaan di negara lain yang tarif
pajaknya berbeda. Dengan praktik yang tidak sehat tersebut,
mengakibatkan hilangnya potensi pajak yang seharusnya diterima negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Ekström, et al. (2014) mengungkapkan
bahwa terdapat dua motif mengapa perusahaan melakukan transfer
pricing. Terbagi menjadi motif internal dan motif eksternal. Motif internal
perusahaan melakukan transfer pricing adalah memaksimalkan laba.
Sedangkan motif eksternal adalah pajak, yaitu dengan mengalihkan
penghasilan ke negara lain dengan tarif berbeda, maka perusahaan dapat
mengurangi beban pajak atau bahkan menghindari pembayaran pajak.
Penelitian yang dilakukan Hartati, et al. (2014) mengungkapkan
bahwa semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan praktik
transfer pricing, maka pajak yang dibayarkan akan semakin kecil.
Sehingga mengakibatkan pembayaran pajak menjadi lebih rendah secara
global.
Sedangkan Oktavia, et al. (2012) menyatakan bahwa semakin besar
nilai transaksi hubungan istimewa, maka tarif pajak efektif perusahaan
akan semakin menurun. D i m a n a transfer pricing merupakan
transaksi yang terjadi diantara pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa transaksi hubungan
69
istimewa yang dilakukan perusahaan, berdampak negatif terhadap
penerimaan negara dari sektor pajak.
Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa tax minimization
memberikan pengaruh signifikan terhadap keputusan untuk melakukan
transfer pricing. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hartati, et al. (2014) dan Oktavia, et al. (2012)
2) Pengaruh antara Mekanisme Bonus (BONUS) terhadap Keputusan
Melakukan Transfer Pricing (TP)
Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi variabel mekanisme bonus adalah sebesar 0,314>0,05. Hal ini
menandakan bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap
keputusan untuk melakukan transfer pricing.
Manajemen melakukan transfer pricing guna memaksimalkan laba
perusahaan, laba besar yang dihasilkan akan membuat manajemen terlihat
memiliki kinerja yang baik. Dengan kinerja yang baik, maka manajemen
memiliki kesempatan untuk mendapatkan kompensasi bonus yang besar
dari dewan direksi. Namun, hasil dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan untuk
melakukan transfer pricing.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pemberian kompensasi bonus
tidak mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan transfer
70
pricing. Menurut Jayengsari dan Soetedjo (2013), hal ini terjadi karena
kompensasi bonus yang diberikan manajemen tidak berdasarkan pada laba
perusahaan. Sehingga laba yang besar, tidak serta merta mendatangkan
kompensasi bonus yang besar bagi manajemen. Dallas (2002) dalam
Aryanto, et al. (2013), juga menjelaskan bahwa sistem kompensasi tidak
hanya didasarkan pada kinerja fisik yang dapat diukur dengan satuan
uang, namun juga melihat sisi etika dari individu karyawan.
Hasil dalam penelitian ini berlawanan dengan penyusunan hipotesis
yang telah dijabarkan sebelumnya. Tetapi, penelitian ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jayengsari dan Soetedjo (2013)
serta Aryanto, et al. (2013).
3) Pengaruh antara Tunneling Incentive (TNC) terhadap Keputusan
Melakukan Transfer Pricing (TP)
Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi variabel tunneling incentive adalah sebesar 0,250>0,05. Hal
ini menandakan bahwa tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap
keputusan untuk melakukan transfer pricing. Tunneling incentive yang
diproksikan dengan kepemilikan saham pengendali, mengindikasikan
bahwa adanya pemegang saham pengendali tidak mempengaruhi
manajemen dalam membuat keputusan transfer pricing.
71
Hal tersebut dimungkinkan karena perusahaan berusaha untuk
menstabilkan keuntungan perusahaan dengan transfer pricing tanpa
menimbulkan konflik dalam perusahaan. Menurut Koestaman dan Diyanty
(2013), semakin tinggi ekspropriasi (pengambil alihan sumber daya) yang
dilakukan oleh pemegang saham pengendali, maka akan menyebabkan
dividen kas yang dibayarkan semakin rendah. Sehingga akan
menimbulkan konflik antara pemegang saham pengendali dan pemegang
saham minoritas. Dimana konflik ini berdampak pada kegiatan operasi
dan investasi perusahaan.
Hasil dalam penelitian ini berlawanan dengan penyusunan hipotesis
yang telah dijabarkan sebelumnya. Tetapi, penelitian ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Koestaman dan Diyanty
(2013).
4) Pengaruh antara Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Keputusan
Melakukan Transfer Pricing (TP)
Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 0,008<0,05. Hal
ini menandakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
keputusan melakukan transfer pricing.
Semakin besar ukuran perusahaan akan meningkatkan kompleksitas
dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut. Sehingga biaya-biaya
72
yang ditimbulkan juga meningkat, menyebabkan perusahaan menentukan
kebijakan-kebijakan untuk menekan biaya tersebut.
Izadinia, et al. (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan akan
berdampak pada jumlah beban pajak yang harus dibayar. Pengaturan
beban pajak dilakukan dengan mengalihkan pendapatan ke negara dengan
tarif pajak yang lebih rendah, yang biasanya melalui praktik transfer
pricing.
Sedangkan Jayengsari dan Soetedjo (2013) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memotivasi terjadinya praktik manajemen laba oleh
manajemen karena adanya aturan seperti aturan pajak, hukum anti-
monopoli, peraturan perbankan, dan lain lain. Dengan adanya hukum anti-
trust atau penghindaran pajak, perusahaan dengan ukuran besar cenderung
menurunkan keuntungan mereka. Penurunan keuntungan ini dilakukan
dengan cara mengalihkan pendapatan ke negara lain dengan tarif pajak
yang lebih rendah melalui praktik transfer pricing.
Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa ukuran perusahaan
memberikan pengaruh signifikan terhadap keputusan untuk melakukan
transfer pricing. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Izadinia, et al. (2013) serta Jayengsari dan Soetedjo (2013).
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik dan pembahasan pada
bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tax minimization berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hartati, et al. (2014), dan Oktavia, et al. (2012).
2. Mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan melakukan
transfer pricing. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penyusunan
hipotesis, tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Jayengsari dan Soetedjo (2013) serta Aryanto, et al. (2013).
3. Tunneling incentive tidak berpengaruh terhadap keputusan melakukan
transfer pricing. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penyusunan
hipotesis, tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Koestaman dan Diyanty (2013).
4. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap keputusan melakukan transfer
pricing. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Izadinia, et al. (2013) serta Jayengsari dan Soetedjo (2013).
74
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada bidang pengembangan ilmu akuntansi
manajemen yang khususnya membahas mengenai keputusan melakukan
transfer pricing. Serta diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam melakukan transfer pricing. Implikasi dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Regulator
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta referensi
dalam membuat kebijakan mengenai transfer pricing, khususnya
kebijakan preventif agar perusahaan-perusahaan tidak melakukan
penyimpangan dalam menjalankan praktik transfer pricing.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan mengenai tax
minimization, mekanisme bonus, tunneling incentive dan ukuran
perusahaan terhadap keputusan melakukan transfer pricing sehingga
membantu mereka dalam mengambil keputusan dan menyadari
pentingnya etika bisnis.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide untuk penelitian
selanjutnya dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
75
akuntansi manajemen. Serta diharapkan dapat memberikan wawasan dan
informasi tambahan bagi pembaca mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
C. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas, dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang atau memperluas
periode penelitian sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang lebih akurat yang menggambarkan pengaruh tax
minimization, mekanisme bonus, tunneling incentive, dan ukuran
perusahaan terhadap keputusan melakukan transfer pricing.
2. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah faktor lain dalam
keputusan melakukan transfer pricing, seperti tax budget dan tax director
(Klassen, et al. 2014), serta leverage (Izadinia, et al. 2013).
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk membandingkan dua atau lebih
sektor industri. Hal tersebut untuk mengetahui sektor industri manakah
yang paling banyak melakukan transfer pricing serta untuk mengetahui
faktor apakah yang paling berpengaruh dari tiap sektor industri dalam
melakukan keputusan transfer pricing.
76
DAFTAR PUSTAKA
Affes, Habib dan Zied Bouaziz. 2012. The Impact of the Strategy in Determining
Transfer Prices: Case of the Tunisian Companies. Global Journal of
Management and Business Research Volume 12 Issue 5
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2009. Akuntansi Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat
Anonim. Dirut Adaro Nyatakan “Transfer Pricing”-nya Terbuka. Diterbitkan di
http://antaranews.com/berita/103572/dirut-adaro-nyatakan-transfer-pricing-
nya-terbuka pada Senin, 26 Mei 2008 dan diakses pada Jum’at, 04 Desember
2015
Anonim. Kasus Transfer Pricing Adaro Tetap Panas. Diterbitkan di
http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=1401&q=&hlm=47
dan diakses pada 19 Oktober 2015.
Anonim. Prahara Pajak Raja Otomotif. Diterbitkan di
http://investigasi.tempo.co/toyota/ dan diakses pada Sabtu, 23 Mei 2015
Aryanto, Mohammad Suharyadi, Tri Hesti Utaminingtyas dan Ratna Anggraini Zr.
2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Sistem Kompensasi, dan
Asimetri Informasi dalam Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Simposium
Nasional Akuntansi 16 Manado
Belkoaui dan Ahmad Riahi. 2007. Accounting Theory. Jakarta : Salemba Empat
Brigham, Eugene F, Dan Houston, dan Joul F. 2009. Fundamental of Financial
Management. Jakarta: Salemba Empat
Brundy, Edwin Pratama dan I Gede Siswantaya. 2014. Pengaruh Mekanisme
Pengawasan terhadap Aktivitas Tunneling. Simposium Nasional Akuntansi
17 Universitas Mataram, Lombok
Dewi, Ayu Sri Mahatma dan Ary Wirajaya. 2013. Pengaruh Struktur Modal,
Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Volume 4, Nomor 2
Ekström, Shirley Chen Ye, Loris Dall dan Darja Nikolajeva. 2014. Tax Motivated
Transfer Pricing. Journal Lunds University
77
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hartati, Winda, Desmiyawati, dan Julita. 2015. Tax Minimization, Tunneling
Incentive dan Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing (Studi
Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI). Simposium Nasional
Akuntansi 18 Universitas Sumatera Utara, Medan
Hartati, Winda, Desmiyawati, dan Nur Azlina. 2014. Analisis Pengaruh Pajak dan
Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Transfer Pricing (Studi Empiris
pada Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI). Simposium Nasional
Akuntansi 17 Universitas Mataram, Lombok
Hunter, Constance L., Thomas Herr dan Marcus Heyland. 2015. Transfer Pricing for
the Rest of Us. Business Economics, Vol. 50 No. 2, National Association for
Business Economics.
Izadinia, Naser, Dariush Foroghi dan Setare Soltan Gheis. 2013. The Effect of Size,
Return on Sales, Leverage, Fixed Assets, Industry and Ownership on
Effective Tax Rate in the Listed Companies of Tehran Stock Exchange.
Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business Vol. 5, No.1
Jayengsari, Rizky Drivina dan Soegeng Soetedjo. 2013. Pengaruh Good Corporate
Governance, Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 16
Manado
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott, Jr. 2008.
Manajemen Keuangan. Jakarta : PT. Indeks
Kiswanto, Nancy dan Anna Purwaningsih. 2014. Pengaruh Pajak, Kepemilikan Asing,
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer Pricing Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI Tahun 2010-2013. Jurnal Universitas Atmajaya
Yogyakarta
Klassen, Kenneth, Petro Lisowsky and Devan Mescall. 2013. Transfer Pricing:
Strategies, Practices, and Tax Minimazation. Journal of Tax Excecutive
Institute (TEI). The University of Illionis.
78
Koestaman, Engkos dan Vera Diyanty. 2013. Pengaruh Kepemilikan Pengendali
Akhir terhadap Kebijakan Dividen Kas dengan Kepemilikan Keluarga dan
Mekanisme Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi. Simposium
Nasional Akuntansi 16 Manado
Kurniasih, Tommy dan Maria M. Ratna Sari. 2013. Pengaruh Return On Assets,
Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi
Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi Universitas Udayana,
Volume 18 Nomor 1
Liana Fatni Suarningrat dan Putu Ery Setiawan. 2013. Manajemen Pajak Sebagai
Upaya untuk Efisiensi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 5.2, ISSN: 2302-8556
Mardiasmo. 2008. Advance Pricing Agreement dalam Kaitannya Dengan Upaya
Meminimalisasi Potential Tax Risk. Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 3,
Nomor 1, hal 1-2.
Marfuah dan Andri Puren Noor Azizah. 2014. Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive
dan Exchange Rate Pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Auditing, Volume 18, Nomor 2
Mario, Arthur. 2010. Analisis Kebijakan Transfer Pricing Atas Transaksi
Intercompany dalam Upaya Melakukan Efisiensi Beban Pajak (Studi Kasus
PT. X). Tesis Universitas Indonesia, Jurusan Ilmu Administrasi Perpajakan
Mutamimah. 2009. Tunneling atau Value Added dalam Strategi Merger dan Akuisisi
di Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 2, Nomor 2
Nurhayati, Indah Dewi. 2013. Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap
Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Volume 2, Nomor 1
Oktavia, Septian Bayu Kristanto, Subagyo dan Herni Kurniawati. 2012. Transaksi
Hubungan Istimewa dan Pengaruhnya terhadap Tarif Pajak Efektif
Perusahaan. Jurnal Akuntansi, Volume 12, Nomor 2
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 15 Tahun (Revisi 2013)
tentang Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama.
79
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Scott, William Robert. 2012. Financial Accounting Theory. Toronto: Pearson Canada
Inc.
Suandy, Erly. 2014. Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.
Wirani, Nelly. 2013. Pengaruh Manajemen Pajak dan Mekanisme Bonus Terhadap
Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal UPN Veteran Yogyakarta.
Yuniasih, Wayan Ni, Ni Ketut Rasmini dan Made Gede Wirakusuma. 2012.
Pengaruh Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Universitas Udayana.
80
LAMPIRAN
81
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Tahun 2014
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADES Akasha Wira International Tbk
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
3 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
4 ARNA Arwana Citramulia Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 BATA Sepatu Bata Tbk
7 BAYU Bayu Buana Tbk
8 BHIT PT MNC Investama Tbk
9 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk
10 BISI Bisi International Tbk
11 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk
12 BRAM Indo Kordsa Tbk
13 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
14 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
15 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
16 CENT PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk
17 CLPI Colorpark Indonesia Tbk
18 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
19 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk
20 CTBN Citra Tubindo Tbk
21 CTTH Citatah Tbk
22 DEWA Darma Henwa Tbk
23 DILD Intiland Development Tbk
24 DLTA Delta Djakarta Tbk
25 DMAS PT Puradelta Lestari Tbk
26 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
27 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
28 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
29 GEMS Golden Energy Mines Tbk
30 GGRM Gudang Garam Tbk
Bersambung ke halaman selanjutnya
82
Lampiran 1 (Lanjutan)
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
31 GJTL Gajah Tunggal Tbk
32 GREN Evergreen Invensco Tbk
33 GZCO Gozco Plantations Tbk
34 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
35 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
36 INTD Inter-Delta Tbk
37 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
38 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
39 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
40 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
41 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
42 KBLM Kabelindo Murni Tbk
43 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
44 KICI Kedaung Indah Can Tbk
45 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk
46 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk
47 LEAD PT Logindo Samudramakmur Tbk
48 LINK PT Link Net Tbk
49 LION Lion Metal Works Tbk
50 LMSH Lionmesh Prima Tbk
51 LPPF Matahari Department Store Tbk
52 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk
53 MAIN Malindo Feedmill Tbk
54 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk
55 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk
56 MDRN Modern Internasional Tbk
57 MEDC Medco Energy Internasional Tbk
58 MERK Merck Tbk
59 META Nusantara Infrastructure Tbk
60 MIKA PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
61 MIKA PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
62 MITI Mitra Investindo Tbk
Bersambung ke halaman selanjutnya
83
Lampiran 1 (Lanjutan)
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
63 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
64 MPPA Matahari Putra Prima Tbk
65 MTLA Metropolitan Land Tbk
66 MYOH Samindo Resources Tbk
67 PGLI Pembangunan Graha Lestari Tbk
68 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
69 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk
70 PTIS Indo Straits Tbk
71 PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk
72 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk
73 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
74 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
75 SGRO Sampoerna Agro Tbk
76 SHID Hotel Sahid Jaya Tbk
77 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
78 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk
79 SKBM Sekar Bumi Tbk
80 SKLT Sekar Laut Tbk
81 SONA Sona Topas Tourism Industry Tbk
82 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
83 SRSN Indo Acidatama Tbk
84 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
85 TCID Mandom Indonesia Tbk
86 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
87 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk
88 TRIO Trikomsel Oke Tbk
89 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
90 UNVR Unilever Indonesia Tbk
84
Lampiran 2
Hasil Perhitungan Variabel Tax Minimization
No. Perusahaan Laba Kena Pajak Kas Pembayaran Pajak CETR
1 ADES 48.490.000.000 10.004.000.000 0,206
2 AMFG 564.952.000.000 161.705.000.000 0,286
3 APEX 760.885.250.000 161.855.730.000 0,213
4 ARNA 347.525.406.284 99.606.289.049 0,287
5 ASII 21.113.000.000.000 5.588.000.000.000 0,265
6 BATA 106.556.916.000 34.602.558.000 0,325
7 BAYU 28.609.218.000 9.938.718.755 0,347
8 BHIT 2.995.548.000.000 761.720.000.000 0,254
9 BIPP 2.793.070.367 1.201.020.258 0,430
10 BISI 170.603.000.000 57.498.000.000 0,337
11 BPFI 53.807.094.000 14.182.696.218 0,264
12 BRAM 149.426.500.000 73.171.980.000 0,490
13 BSSR 112.431.670.000 29.702.760.000 0,264
14 BTON 7.739.972.409 2.840.569.874 0,367
15 CEKA 54.685.259.363 19.720.921.926 0,361
16 CENT 2.634.463.998 903.621.151 0,343
17 CLPI 66.723.480.000 17.282.050.000 0,259
18 CMNP 506.816.696.185 108.640.959.578 0,214
19 CSAP 51.722.088.000 11.689.191.888 0,226
20 CTBN 371.918.760.000 176.080.960.000 0,473
21 CTTH 1.410.244.473 407.560.653 0,289
22 DEWA 241.327.560.000 48.363.650.000 0,200
23 DILD 35.908.871.572 10.054.484.040 0,280
24 DLTA 295.480.862.000 101.008.512.000 0,342
25 DMAS 17.964.517.504 60.372.871.491 0,361
26 DOID 54.063.680.000 11.299.309.120 0,209
27 DVLA 114.843.081.000 49.087.301.000 0,427
28 GDYR 72.746.620.000 25.427.020.000 0,350
29 GEMS 262.246.395.376 78.766.026.908 0,300
30 GGRM 6.472.786.000.000 1.651.205.000.000 0,255
Bersambung ke halaman selanjutnya
85
Lampiran 2 – Tax Minimization (Lanjutan)
No. Perusahaan Laba Kena Pajak Kas Pembayaran Pajak CETR
31 GJTL 615.874.000.000 239.713.000.000 0,389
32 GREN 23.086.101.088 7.382.951.603 0,320
33 GZCO 6.281.000.000 2.575.210.000 0,410
34 INDF 10.824.460.000.000 2.398.644.000.000 0,222
35 INRU 37.950.000.000 9.297.750.000 0,245
36 INTD 7.295.486.185 1.827.230.951 0,250
37 INTP 5.956.970.000.000 1.493.614.000.000 0,251
38 IPOL 84.403.480.000 26.709.720.000 0,316
39 ITMG 3.286.600.000.000 1.209.940.000.000 0,368
40 JPFA 439.332.000.000 125.648.952.000 0,286
41 KBLI 132.348.304.443 44.409.283.473 0,336
42 KBLM 28.687.970.000 10.155.721.499 0,354
43 KIAS 87.125.927.000 24.395.259.560 0,280
44 KICI 3.724.958.071 920.064.644 0,247
45 KKGI 178.707.920.000 60.290.810.000 0,337
46 KOIN 32.633.801.367 9.136.017.630 0,280
47 LEAD 23.900.650.000 5.497.149.500 0,230
48 LINK 781.122.000.000 222.619.770.000 0,285
49 LION 59.082.814.646 16.086.486.389 0,272
50 LMSH 10.629.286.710 4.769.701.563 0,449
51 LPPF 2.124.042.000.000 590.483.676.000 0,278
52 LSIP 1.336.299.000.000 391.535.607.000 0,293
53 MAIN 26.983.139.000 10.658.339.905 0,395
54 MBSS 186.873.100.000 53.445.706.600 0,286
55 MDLN 22.584.675.512 7.302.844.164 0,323
56 MDRN 57.777.390.000 12.560.793.227 0,217
57 MEDC 3.169.601.600.000 747.934.360.000 0,236
58 MERK 220.628.826.000 71.967.228.000 0,326
59 META 148.225.202.364 43.285.413.837 0,292
60 MIKA 585.717.051.000 160.109.621.229 0,273
61 MIKA 585.717.051.000 160.109.621.229 0,273
62 MITI 11.005.996.104 4.402.398.442 0,400
Bersambung ke halaman selanjutnya
86
Lampiran 2 – Tax Minimization (Lanjutan)
No. Perusahaan Laba Kena Pajak Kas Pembayaran Pajak CETR
63 MLBI 1.065.928.000.000 339.888.000.000 0,319
64 MPPA 683.264.000.000 189.947.392.000 0,278
65 MTLA 8.871.573.000 1.925.131.341 0,217
66 MYOH 375.537.320.000 94.803.579.000 0,252
67 PGLI 1.613.602.149 .656.736.075 0,407
68 PICO 13.526.147.225 4.034.153.087 0,298
69 PSAB 621.421.800.000 170.269.573.200 0,274
70 PTIS 17.588.420.000 6.608.600.000 0,376
71 PTSP 5.782.096.000 1.433.959.808 0,248
72 PUDP 3.347.311.900 897.079.589 0,268
73 RICY 18.219.600.919 5.247.245.065 0,288
74 ROTI 193.404.227.184 48.104.729.139 0,249
75 SGRO 27.626.436.000 7.486.764.156 0,271
76 SHID 21.662.037.000 9.520.526.288 0,440
77 SIAP 11.909.864.000 5.588.224.000 0,469
78 SIMP 1.064.865.000.000 263.021.655.000 0,247
79 SKBM 73.157.025.053 33.848.984.710 0,463
80 SKLT 22.327.446.450 6.541.475.709 0,293
81 SONA 127.050.029.905 42.060.237.568 0,331
82 SQBB 223.917.028.000 58.786.912.000 0,263
83 SRSN 35.296.441.000 8.157.747.000 0,231
84 TBMS 25.386.680.000 6.905.176.960 0,272
85 TCID 274.028.714.638 66.871.707.437 0,244
86 TOTO 437.578.411.647 99.227.537.491 0,227
87 TPIA 448.860.000.000 128.373.960.000 0,286
88 TRIO 656.377.220.000 27.9276066.374 0,425
89 UNIT 21.713.405.000 6.492.308.095 0,299
90 UNVR 7.488.349.000.000 1.859.089.000.000 0,248
87
Lampiran 3
Hasil Perhitungan Variabel Mekanisme Bonus
No. Perusahaan Laba Bersih 2013 Laba Bersih 2014 BONUS
1 ADES 55.656.000.000 31.021.000.000 0,557
2 AMFG 338.358.000.000 458.635.000.000 1,355
3 APEX -99.564.800.000 -159.195.760.000 1,599
4 ARNA 237.697.913.883 261.651.053.219 1,101
5 ASII 22.297.000.000.000 22.125.000.000.000 0,992
6 BATA 44.373.679.000 70.781.440.000 1,595
7 BAYU 21.104.421.989 38.586.673.501 1,828
8 BHIT 394.987.000.000 1.169.863.000.000 2,962
9 BIPP 109.387.233.278 19.658.721.859 0,180
10 BISI 127.041.000.000 165.279.000.000 1,301
11 BPFI 36.279.199.823 40.733.730.452 1,123
12 BRAM 55.422.700.000 158.863.670.000 2,866
13 BSSR 47.348.910.000 25.338.460.000 0,535
14 BTON 25.882.922.986 7.630.330.090 0,295
15 CEKA 65.068.958.558 41.001.414.954 0,630
16 CENT -31.386.107.369 -43.660.455.227 1,391
17 CLPI 48.262.770.000 19.115.020.000 0,396
18 CMNP 350.188.894.858 411.081.488.443 1,174
19 CSAP 75.880.191.000 114.689.405.000 1,511
20 CTBN 382.635.760.000 254.805.410.000 0,666
21 CTTH 484.079.776 1.014.318.138 2,095
22 DEWA 517.441.840.000 2.986.010.000 0,006
23 DILD 329.608.541.861 432.417.358.803 1,312
24 DLTA 270.498.062.000 288.073.432.000 1,065
25 DMAS 941.450.534.034 964.567.413.049 1,025
26 DOID 154.696.460.000 293.699.730.000 1,899
27 DVLA 125.796.473.000 80.929.476.000 0,643
28 GDYR 46.343.910.000 27.417.560.000 0,592
29 GEMS 228478877.062 133.821.901.227 0,586
30 GGRM 4.383.932.000.000 5.395.293.000.000 1,231
Bersambung ke halaman selanjutnya
88
Lampiran 3 – Mekanisme Bonus (Lanjutan)
No. Perusahaan Laba Bersih 2013 Laba Bersih 2014 BONUS
31 GJTL 120.330.000.000 269.868.000.000 2,243
32 GREN 564.526.922 236.007.274 0,418
33 GZCO 95.845.000.000 51.007.000.000 0,532
34 INDF 3.416.635.000.000 5.146.323.000.000 1,506
35 INRU 37.800.000.000 14.560.000.000 0,385
36 INTD 4.300.057.860 3.598.490.650 0,837
37 INTP 5.012.294.000.000 5.274.009.000.000 1,052
38 IPOL 95.034.440.000 41.098.900.000 0,432
39 ITMG 2.049.810.000.000 2.002.180.000.000 0,977
40 JPFA 640.637.000.000 384.846.000.000 0,601
41 KBLI 73.530.280.777 70.080.135.740 0,953
42 KBLM 7.678.095.359 20.623.713.329 2,686
43 KIAS 75.360.306.268 92.239.403.158 1,224
44 KICI 7.419.500.718 4.703.508.241 0,634
45 KKGI 172.403.500.000 80.022.780.000 0,464
46 KOIN 36.682.541.552 26.480.721.120 0,722
47 LEAD 164.571.780.000 199.803.490.000 1,214
48 LINK 362.169.000.000 557.887.000.000 1,540
49 LION 64.761.350.816 49.001.630.102 0,757
50 LMSH 14.382.899.194 7.403.115.436 0,515
51 LPPF 1.150.160.000.000 1.419.118.000.000 1,234
52 LSIP 768.625.000.000 916.695.000.000 1,193
53 MAIN 241.632.645.000 84.778.033.000 0,351
54 MBSS 394.566.030.000 216.237.490.000 0,548
55 MDLN 2.451.686.470.278 711.211.597.935 0,290
56 MDRN 50.145.687.551 39.621.247.528 0,790
57 MEDC 382.511.270.000 131.866.290.000 0,345
58 MERK 175.444.757.000 181.472.234.000 1,034
59 META 80.654.109.739 152.223.782.539 1,887
60 MIKA 411.840.099.875 534.257.677.882 1,297
61 MIKA 411.840.099.875 534.257.677.882 1,297
62 MITI 22.002.615.533 7.609.223.732 0,346
Bersambung ke halaman selanjutnya
89
Lampiran 3 – Mekanisme Bonus (Lanjutan)
No. Perusahaan Laba Bersih 2013 Laba Bersih 2014 BONUS
63 MLBI 1.171.229.000.000 794.883.000.000 0,679
64 MPPA 444.905.000.000 554.017.000.000 1,245
65 MTLA 240.967.649.000 309.217.292.000 1,283
66 MYOH 173.784.084.000 268.299.625.000 1,544
67 PGLI 27.031.457.804 1.224.208.214 0,045
68 PICO 15.439.372.429 16.153.616.369 1,046
69 PSAB 263.243.610.000 258.777.600.000 0,983
70 PTIS 34.377.840.000 54.711.650.000 1,591
71 PTSP 25.344.007.000 21.491.524.000 0,848
72 PUDP 26.378.888.591 15.051.709.941 0,571
73 RICY 8.720.546.989 15.111.531.641 1,733
74 ROTI 158.015.270.921 188.577.521.074 1,193
75 SGRO 120.380.480.000 350.102.067.000 2,908
76 SHID 14.568.372.522 12.276.859.627 0,843
77 SIAP 5.779.119.000 7.382.322.000 1,277
78 SIMP 635.277.000.000 1.109.361.000.000 1,746
79 SKBM 58.266.986.267 89.115.994.107 1,529
80 SKLT 11.440.014.188 16.480.714.984 1,441
81 SONA 52.869.709.136 108.400.726.471 2,050
82 SQBB 149.521.096.000 164.808.009.000 1,102
83 SRSN 15.994.295.000 14.456.260.000 0,904
84 TBMS 44.458.130.000 43.053.140.000 0,968
85 TCID 160.148.465.833 174.314.394.101 1,088
86 TOTO 236.557.513.162 293.803.908.949 1,242
87 TPIA 110.300.000.000 182.460.000.000 1,654
88 TRIO 499.952.073.330 322.562.447.759 0,645
89 UNIT 831.855.726 396.296.296 0,476
90 UNVR 5.352.625.000.000 5.738.523.000.000 1,072
90
Lampiran 4
Hasil Perhitungan Variabel Tunneling Incentive
No. Perusahaan Kepemilikan Mayoritas Jumlah Saham TNC
1 ADES 542.347.113 589.896.800 0,919
2 AMFG 190.359.000 434.000.000 0,439
3 APEX 2.321.630.318 2.659.850.000 0,873
4 ARNA 1.800.000.000 7.341.430.976 0,245
5 ASII 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501
6 BATA 1.065.269.300 1.300.000.000 0,819
7 BAYU 114.089.552 353.220.780 0,323
8 BHIT 14.079.835.716 38.227.170.307 0,368
9 BIPP 1.225.000.000 3.032.239.245 0,404
10 BISI 692.344.000 3.000.000.000 0,231
11 BPFI 600.556.000 1.360.627.100 0,441
12 BRAM 270.923.182 450.000.000 0,602
13 BSSR 1.677.924.974 2.616.500.000 0,641
14 BTON 143.750.000 180.000.000 0,799
15 CEKA 258.885.500 297.500.000 0,870
16 CENT 3.367.879.000 7.424.634.500 0,454
17 CLPI 156.230.000 306.338.500 0,510
18 CMNP 556.000.000 2.200.000.000 0,253
19 CSAP 608.000.000 2.895.037.800 0,210
20 CTBN 336.029.420 800.371.500 0,420
21 CTTH 232.618.891 1.230.839.821 0,189
22 DEWA 4.722.178.390 21.853.733.792 0,216
23 DILD 2.305.877.364 10.365.854.185 0,222
24 DLTA 9.341.223 16.013.181 0,583
25 DMAS 19.941.004.510 43.378.300.000 0,460
26 DOID 3.264.000.000 8.245.228.732 0,396
27 DVLA 1.037.800.912 1.120.000.000 0,927
28 GDYR 34.850.000 41.000.000 0,850
29 GEMS 1.764.706.000 5.882.353.000 0,300
30 GGRM 1.333.146.800 1.924.088.000 0,693
Bersambung ke halaman selanjutnya
91
Lampiran 4 – Tunneling Incentive (Lanjutan)
No. Perusahaan Kepemilikan Mayoritas Jumlah Saham TNC
31 GJTL 1.724.972.443 3.484.800.000 0,495
32 GREN 2.600.000.000 4.694.111.791 0,554
33 GZCO 1.581.972.000 6.000.000.000 0,264
34 INDF 4.396.103.450 8.780.426.500 0,501
35 INRU 1.244.369.130 1.388.576.166 0,896
36 INTD 88.188.000 118.365.600 0,745
37 INTP 1.877.480.863 3.681.231.699 0,510
38 IPOL 2.642.460.920 6.443.379.509 0,410
39 ITMG 735.092.000 1.129.925.000 0,651
40 JPFA 3.260.566.615 10.660.522.910 0,306
41 KBLI 1.120.258.062 4.007.235.107 0,280
42 KBLM 742.000.000 1.120.000.000 0,663
43 KIAS 14.378.410.753 14.504.100.000 0,991
44 KICI 43.332.000 138.000.000 0,314
45 KKGI 313.689.987 969.024.663 0,324
46 KOIN 892.493.788 980.843.732 0,910
47 LEAD 225.489.800 644.257.143 0,350
48 LINK 1.017.766.198 3.042.649.384 0,334
49 LION 30.012.000 52.016.000 0,577
50 LMSH 2.452.700 9.600.000 0,255
51 LPPF 938.279.631 2.917.918.080 0,322
52 LSIP 4.058.425.010 6.822.863.965 0,595
53 MAIN 1.001.675.000 1.791.000.000 0,559
54 MBSS 449.441.414 1.750.026.639 0,257
55 MDLN 3.609.988.014 12.533.067.322 0,288
56 MDRN 1.240.087.010 4.574.697.999 0,271
57 MEDC 1.689.393.006 3.332.451.450 0,507
58 MERK 16.574.150 22.400.000 0,740
59 META 3.400.000.000 15.235.671.880 0,223
60 MIKA 912.330.000 1.382.320.000 0,660
61 MIKA 912.330.000 1.382.320.000 0,660
62 MITI 689.870.383 1.283.228.000 0,538
Bersambung ke halaman selanjutnya
92
Lampiran 4 – Tunneling Incentive (Lanjutan)
No. Perusahaan Kepemilikan Mayoritas Jumlah Saham TNC
63 MLBI 16.064.390 21.070.000 0,762
64 MPPA 1.402.947.000 5.377.962.800 0,261
65 MTLA 2.842.250.000 7.579.333.000 0,375
66 MYOH 1.304.136.359 2.206.312.500 0,591
67 PGLI 103.250.000 488.000.000 0,212
68 PICO 432.875.000 568.375.000 0,762
69 PSAB 4.900.250.586 5.292.000.000 0,926
70 PTIS 427.657.035 550.165.300 0,777
71 PTSP 104.997.320 220.808.000 0,476
72 PUDP 146.772.841 329.560.000 0,445
73 RICY 125.000.000 641.717.510 0,195
74 ROTI 1.341.377.000 5.061.800.000 0,265
75 SGRO 1.267.217.500 1.890.000.000 0,670
76 SHID 466.526.168 1.119.326.168 0,417
77 SIAP 19.704.799.025 24.000.000.000 0,821
78 SIMP 11.387.745.000 15.501.310.000 0,735
79 SKBM 165.622.443 865.736.394 0,191
80 SKLT 184.980.375 690.740.500 0,268
81 SONA 149.040.000 331.200.000 0,450
82 SQBB 9.268.000 10.240.000 0,905
83 SRSN 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352
84 TBMS 7.791.000 18.367.000 0,424
85 TCID 122.319.485 201.066.667 0,608
86 TOTO 391.154.680 990.720.000 0,395
87 TPIA 1.003.486.969 3.286.962.558 0,305
88 TRIO 2.136.744.500 4.761.500.000 0,449
89 UNIT 27.073.425 75.422.200 0,359
90 UNVR 6.484.877.500 7.630.000.000 0,850
93
Lampiran 5
Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Perusahaan
No. Perusahaan Total Aset SIZE
1 ADES 504.865.000.000 11,703
2 AMFG 3.918.391.000.000 12,593
3 APEX 7.784.635.490.000 12,891
4 ARNA 1.259.175.442.875 12,100
5 ASII 236.029.000.000.000 14,373
6 BATA 774.891.087.000 11,889
7 BAYU 551.383.191.769 11,741
8 BHIT 47.531.672.000.000 13,677
9 BIPP 617.584.221.361 11,791
10 BISI 1.871.043.000.000 12,272
11 BPFI 1.067.432.594.929 12,028
12 BRAM 3.082.980.670.000 12,489
13 BSSR 1.671.903.820.000 12,223
14 BTON 174.157.547.015 11,241
15 CEKA 1.284.150.037.341 12,109
16 CENT 927.142.011.991 11,967
17 CLPI 427.892.940.000 11,631
18 CMNP 5.298.108.569.813 12,724
19 CSAP 3.308.917.601.000 12,520
20 CTBN 2.598.947.370.000 12,415
21 CTTH 366.053.299.896 11,564
22 DEWA 3.558.590.070.000 12,551
23 DILD 9.004.884.010.541 12,954
24 DLTA 991.947.134.000 11,996
25 DMAS 7.602.826.934.708 12,881
26 DOID 9.053.054.070.000 12,957
27 DVLA 1.236.247.525.000 12,092
28 GDYR 1.254.982.490.000 12,099
29 GEMS 3.921.803.353.518 12,593
30 GGRM 58.220.600.000.000 13,765
Bersambung ke halaman selanjutnya
94
Lampiran 5 – Ukuran Perusahaan (Lanjutan)
No. Perusahaan Total Aset SIZE
31 GJTL 16.042.897.000.000 13,205
32 GREN 651.466.871.807 11,814
33 GZCO 3.232.644.000.000 12,510
34 INDF 85.938.885.000.000 13,934
35 INRU 3.302.340.000.000 12,519
36 INTD 50.956.633.269 10,707
37 INTP 28.884.973.000.000 13,461
38 IPOL 2.854.054.930.000 12,455
39 ITMG 13.073.480.000.000 13,116
40 JPFA 15.730.435.000.000 13,197
41 KBLI 1.337.351.473.763 12,126
42 KBLM 647.249.655.440 11,811
43 KIAS 2.352.542.603.065 12,372
44 KICI 96.745.744.221 10,986
45 KKGI 995.686.910.000 11,998
46 KOIN 525.488.407.521 11,721
47 LEAD 2.620.839.940.000 12,418
48 LINK 3.742.005.000.000 12,573
49 LION 600.102.716.315 11,778
50 LMSH 139.915.598.255 11,146
51 LPPF 3.408.372.000.000 12,533
52 LSIP 8.655.146.000.000 12,937
53 MAIN 3.531.219.815.000 12,548
54 MBSS 3.516.166.220.000 12,546
55 MDLN 10.446.907.695.182 13,019
56 MDRN 23.815.53..472.757 12,377
57 MEDC 27.024.468.790.000 13,432
58 MERK 716.599.526.000 11,855
59 META 4.074.896.999.371 12,610
60 MIKA 2.156.666.399.969 12,334
61 MIKA 2.156.666.399.969 12,334
62 MITI 362.678.809.663 11,560
Bersambung ke halaman selanjutnya
95
Lampiran 5 – Ukuran Perusahaan (Lanjutan)
No. Perusahaan Total Aset SIZE
63 MLBI 2.231.051.000.000 12,349
64 MPPA 5.827.294.000.000 12,765
65 MTLA 3.250.717.743.000 12,512
66 MYOH 2.031.097.095.000 12,308
67 PGLI 69.855.302.836 10,844
68 PICO 626.626.507.164 11,797
69 PSAB 8.567.148.990.000 12,933
70 PTIS 676.433.920.000 11,830
71 PTSP 294.177.698.000 11,469
72 PUDP 401.794.311.717 11,604
73 RICY 1.170.752.424.106 12,068
74 ROTI 2.142.894.276.216 12,331
75 SGRO 5.466.874.365.000 12,738
76 SHID 1.434.881.838.925 12,157
77 SIAP 4.979.635.925.000 12,697
78 SIMP 30.966.051.000.000 13,491
79 SKBM 649.534.031.113 11,813
80 SKLT 331.574.891.637 11,521
81 SONA 1.091.574.119.466 12,038
82 SQBB 459.352.720.000 11,662
83 SRSN 463.347.124.000 11,666
84 TBMS 1.755.770.030.000 12,244
85 TCID 1.853.235.343.636 12,268
86 TOTO 2.027.288.693.678 12,307
87 TPIA 19.235.100.000.000 13,284
88 TRIO 9.062.002.619.234 12,957
89 UNIT 440.727.374.151 11,644
90 UNVR 14.280.670.000.000 13,155
96
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing
Bersambung ke halaman selanjutnya
No. Perusahaan Transfer
Pricing No. Perusahaan
Transfer
Pricing No. Perusahaan
Transfer
Pricing
1 ADES 0 21 CTTH 0 41 KBLI 0
2 AMFG 1 22 DEWA 1 42 KBLM 0
3 APEX 0 23 DILD 1 43 KIAS 1
4 ARNA 1 24 DLTA 1 44 KICI 1
5 ASII 1 25 DMAS 1 45 KKGI 1
6 BATA 1 26 DOID 0 46 KOIN 1
7 BAYU 1 27 DVLA 1 47 LEAD 1
8 BHIT 1 28 GDYR 1 48 LINK 1
9 BIPP 0 29 GEMS 1 49 LION 1
10 BISI 1 30 GGRM 1 50 LMSH 1
11 BPFI 1 31 GJTL 1 51 LPPF 1
12 BRAM 1 32 GREN 0 52 LSIP 1
13 BSSR 1 33 GZCO 1 53 MAIN 1
14 BTON 1 34 INDF 1 54 MBSS 1
15 CEKA 1 35 INRU 1 55 MDLN 0
16 CENT 0 36 INTD 0 56 MDRN 1
17 CLPI 1 37 INTP 1 57 MEDC 1
18 CMNP 1 38 IPOL 1 58 MERK 1
19 CSAP 1 39 ITMG 1 59 META 1
20 CTBN 1 40 JPFA 1 60 MIKA 1
97
Lampiran 6 – Transfer Pricing (Lanjutan)
No. Perusahaan Transfer
Pricing No. Perusahaan
Transfer
Pricing No. Perusahaan
Transfer
Pricing
61 MIKA 1 71 PTSP 0 81 SONA 0
62 MITI 0 72 PUDP 0 82 SQBB 1
63 MLBI 1 73 RICY 1 83 SRSN 1
64 MPPA 1 74 ROTI 1 84 TBMS 1
65 MTLA 0 75 SGRO 1 85 TCID 1
66 MYOH 1 76 SHID 1 86 TOTO 1
67 PGLI 1 77 SIAP 1 87 TPIA 1
68 PICO 1 78 SIMP 1 88 TRIO 1
69 PSAB 0 79 SKBM 1 89 UNIT 0
70 PTIS 0 80 SKLT 1 90 UNVR 1
98
Lampiran 7
Output Hasil Pengujian Data
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
TAX 90 ,200 ,490 27,426 ,30473 ,069940
BONUS 90 ,006 2,962 98,521 1,09468 ,619545
TNC 90 ,189 ,991 45,354 ,50393 ,225758
SIZE 90 10,707 14,373 1110,213 12,33570 ,679112
TP 90 0 1 71 ,79 ,410
Valid N (listwise) 90
2. Hasil Uji Frekuensi
TP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 19 21,1 21,1 21,1
1 71 78,9 78,9 100,0
Total 90 100,0 100,0
Bersambung ke halaman selanjutnya
99
Lampiran 7 (Lanjutan)
3. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 93,186 1,156
2 92,777 1,311
3 92,777 1,318
4 92,777 1,318
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 92,777
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less
than ,001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant TAX_CETR BNUS TNC SIZE
Step 1 1 81,662 -6,374 -,352 -,224 -,812 ,686
2 78,324 -11,996 -,480 -,398 -1,274 1,212
3 78,076 -14,198 -,529 -,458 -1,435 1,415
4 78,074 -14,423 -,534 -,463 -1,452 1,436
5 78,074 -14,425 -,534 -,463 -1,452 1,436
6 78,074 -14,425 -,534 -,463 -1,452 1,436
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 92,777
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less
than ,001.
Bersambung ke halaman selanjutnya
100
Lampiran 7 (Lanjutan)
4. Hasil Uji Koefesien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 78,074a ,151 ,234
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than ,001.
5. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6,937 8 ,543
6. Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a TAX -,534 ,219 5,971 1 ,015 ,586
BNUS -,463 ,461 1,012 1 ,287 ,833
TNC -1,452 1,262 1,324 1 ,122 ,157
SIZE 1,436 ,544 6,967 1 ,010 1,678
Constant -14,425 6,334 5,186 1 ,036 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: TAX, BNUS, TNC, SIZE.