127123553 tria thypoid laporan pendahuluan

28
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM THYPOID OLEH: NAMA : SATRIAH MURSIDIN NIM : 70300110091 RUANGAN : MERPATI CI LAHAN CI INSTITUSI PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013 LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID

Upload: nan-nda-pradipta

Post on 29-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

OLEH:

NAMA : SATRIAH MURSIDIN

NIM : 70300110091

RUANGAN : MERPATI

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

LAPORAN PENDAHULUANTHYPOID

A. KONSEP PENYAKIT1. Defenisi

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai

saluran pencernaan.Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi

lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan

kesadaran. (Sudoyo Aru W, 2007)

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Penyakit ini

mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung

3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran

limpa dan erupsi kulit. ( Mansjoer Arif, 2001 )

Demam Typhoid merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus halus

( Kamus Saku Kedokteran Dorland 2000 )

2. EtiologiSalmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh

demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi

antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh,

Hariyono, dan dkk. 2001)

Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi,

S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. Ada dua sumber penularan

salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan

carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus

mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1

tahun.

3. Patofisiologi

Page 3: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Masa

inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60

hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa

inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto,

2002)

Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman

ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa

dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat

dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan

pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui

perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh

orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan

dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella

thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman

masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam

lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai

jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu

masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel

retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah

dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan

kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan

oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan

Page 4: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses

inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi

dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Gambaran klinis

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari.

a. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam

hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia

dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah

yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,

meteorismus, penurunan kesadaran.

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi

dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak

lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu

minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut

pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,

konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.

Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas,

berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut

kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah

tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian

ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001).

Page 5: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

Gambaran klinik tifus abdominalis

a. Keluhan:

Nyeri kepala (frontal) .

Kurang enak di perut.

Nyeri tulang, persendian, dan Otot

Berak-berak

Muntah

b. Gejala:

Demam 

Nyeri tekan perut 

Bronkitis 

Toksik 

Letargik 

Lidah tifus (“kotor”) 

5. Pemeriksaan diagnosticPemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah

pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit.

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia

tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah

leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan

kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau

infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT.

Page 6: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah.

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa

faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium.

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium

yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan

yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat

demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu

kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau.

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.

d. Pengobatan Dengan Obat Anti Mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil

biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal.

Page 7: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

yang disangka menderita typhoid.

Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

6. Komplikasi

1. Pada usus halus:

a) Perdarahan usus

Hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan

benzidin. Jika perdarahan banyak, terjadi melena, dapat disertai nyeri

perut.

b) Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada

bagian distal ileum.

c) Peritonitis

Page 8: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

Biasanya menyertai perforasi. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu

nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.

2. Di luar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinya) yaitu

meningitis, kolesistisis, enselovati, dan lain-lain. (Hendarwanto, 2008 )

7. Penatalaksanaana. Perawatan

1. Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b. Diet

1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

c. Obat-obatan

1. Anti Biotik (Membunuh Kuman)

2. Klorampenicol

3. Amoxicilin

4. Kotrimoxasol

5. Ceftriaxon

6. Cefixim

7. Antipiretik (Menurunkan panas)

8. Paracetamol

8. Pencegahan

Page 9: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

1. Usaha Terhadap Lingkungan hidup.

a. Penyediaan air bersih terpenuhi

b. Pembuangan kotoran manusia baik BAK maupun BAB yang hygiene.

c. Pemberantasan lalat

d. Pengawasan terhadap rumah – rumah penjual makanan

2. Usaha Terhadap Manusia

a. Dengan menjaga kebersihan makanan/minuman dan mencuci tangan

sebelum makan

b. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat. Pilihlah rumah makan dan

tempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan karena

penyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang tercemar

oleh bakteri ini.

c. Vaksinasi demam Thypoid.

d. Pendidikan kesehatan pada masyarakat berupa personal hygiene

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas klien

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama/keyakinan, suku/bangsa, status pernikahan, pekerjaan, diagnosa

medik, No. MR, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No.

Registrasi, rencana therapy.

2) Penaggung jawab

Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien.

b. Keluhan utama

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,

c. Riwayat kesehatan

Page 10: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang.

Keluhan pasien saat dikaji sehingga dapat ditegakkan prioritas

masalah keperawatan yang dapat muncul.

2) Riwayat Kesehatan Sebelumnya.

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga.

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

d. Riwayat Psikososial.

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih).

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

e. Pola Fungsi kesehatan.

1) Pola nutrisi dan metabolisme

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

usus halus.

2) Pola istirahat dan tidur.

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien

merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.

f. Pemeriksaan Fisik.

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien.

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis -

coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

2) Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki.

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari

keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari

kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,

Page 11: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB

untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan

gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan

nutrisi yang dibutuhkan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada mukosa lambung

b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kuman salmonella thypi ke usus

halus

c. Kekurangan volume cairan berhubungan perdarahan

d. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral

e. Gangguan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri

3. Rencana Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada mukosa lambung

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan

kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya

ras nyeri

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keluhan nyeri,

lokasi,lamanya,intensitas (skala

0-10, dimana 10 sangat nyeri)

1. Nyeri tidak selalu ada, tetapi

bila ada harus dibandingkan

dengan gejala nyeri klien

sebelumnya dimana dapat

membantu mendiagnosa

etiologi perdarahan dan

Page 12: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

2. Kaji ulang faktor yang

meningkatkan atau menurunkan

rasa nyeri

3. Catat petunjuk nyeri non-

verbal,contoh gelisah, menolak

bergerak, berhati-hati dengan

abdomen

4. Instruksikan tehnik relaksasi

(napas dalam)

5. Anjurkan kepada pasien untuk

menghindari makanan yang

menimbulkan ketidaknyamanan

6. Beri obat sesuai indikasi

(antikolinergir dan atau

analgesik)

terjadinya komplikasi.

2. Membantu dalam membuat

diagnosa dan kebutuhan terapi

3. Petunjuk non-verbal dapat

berupa fisiologis dan

psikologis dan dapat

digunakan dalam

menghubungkan petunjuk

verbal untuk mengidentifikasi

luas/ beratnya masalah

4. Meminimalisir nyeri

5. Makanan yang menyebabkan

distres dapat memperburuk

penyakit

6. Menghilangkan nyeri akut/

hebat dan menurunkan

aktivitas peristaltik.

Menurunkan motilitas gaster,

menekan produksi asam,

memperlambat pengosongan

gaster dan menghilangkan rasa

nyeri sehubungan dengan

ulkus gaster.

Page 13: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kuman salmonella thypi ke usus

halus

Tujuan : suhu tubuh normal dengan kriteria derajat suhu tubuh

menurun.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji suhu tubuh pasin

2. Ajarkan klien penting

mempertahankan masukan cairan

yang adekuat. Sedikitnya 2000

ml/ hari

3. Kompres hangat pada daerah

kepala dan lipatan tubuh

4. Anjurkan pasien untuk bedrest

total

5. Ganti pakaian klien bila sudah

basah dengan keringat

6. Beri obat antipiretik sesuai

dengan kolaborasi

1. Mengetahui perubahan suhu

tubuh.

2. Mengganti cairan yang keluar

melalui kulit dan mencegah

terjadinya dehidrasi akibat

kenaikan suhu badan.

3. Proses dilatasi yang dapat

meminimalisir suhu tubuh

yang berlebihan

4. Mencegah peningkatan suhu

5. Meningkatkan rasa nyaman

pada pasien

6. Menghilangkan atau

menurunkan demam

c. Kekurangan volume cairan berhubungan perdarahan

Page 14: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil

Membran mukosa lembab, Pengisian kapiler cepat, Turgor

kulit bagus, dan TTV stabil.

INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi tanda vital. Bandingkan

dengan hasil normal sebelumnya.

2. Catat respon fisiologis pasien

terhadap perdarahan, mis.,

perubahan mental,

kelemahan,gelisah, ansietas,

pucat, berkeringat, takipnea,

peningkatan suhu.

3. Pertahankan tirah baring;

mencegah muntah dan tegangan

pada saat defekasi

4. Catat tanda perdarahan baru

setelah berhentinya perdarahan

awal

5. Berikan cairan jernih/ lembut bila

masukan dimulai lagi. Hindari

kafein dan minuman karbonat.

1. Perubahan TD dan nadi

2. Simtomatologi dapat berguna

dalam mengukur berat/

lamanya episode perdarahan.

Memburuknya gejala

menunjukkan berlanjutnya

perdarahan

3. Aktivitas muntah

meningkatkan tekanan intra-

abdomen dan dapat

mencetuskan perdarahan

lanjut.

4. Meningkatnya kepenuhan/

distensi abdominal, mual atau

muntah baru dan diare baru

dapat menunjukkan

peradarahan ulang

5. Kafein dan minuman karbonat

merangsang produksi asam

hidroklorida, kemungkinan

potensial perdarahan ulang.

Page 15: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

d. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria Tidak mual, Porsi

makan dihabiskan, Lidah klien bersih.

INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan pentingnya nutrisi yang

adekuat

2. Pertahankan kebersihan mulut

yang baik

3. Berikan makanan porsi kecil tapi

sering

4. Hindari makan yang dapat

merangsang mual dan muntah

5. Anjurkan kepada klien untuk

makan makanan lunak

1. Membantu memotivasi pasien

untuk penatalaksanaan proses

penyembuhan

2. Mulut yang bersih dapat

meningkatkan rasa makanan

3. Menurunkan insiden kram

abdomen, mual. Memperbaiki

nafsu makan pasien

4. Makanan yang merangsang

kerja gaster dan produksi

haluaran gaster memperburuk

nafsu makan pasien

5. mengurangi proses kerja usus

dalam menghancurkan

makanan

e. Gangguan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri

Tujuan : Istirahat dan tidur terpenuhi

Page 16: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

INTERVENSI RASIONAL

1. Tentukan kebiasaan tidur

biasanya dan perubahan yang

terjadi

2. Instruksikan tindakan relaksasi

3. Hindari mengganggu bila

mungkin (mis., membangunkan

untuk obat atau terapi)

4. Berikan sedatif, hipnotik sesuai

indikasi.

1. Mengkaji perlunya dan

mengidentifikasi intervensi

yang tepat

2. Membantu menginduksi tidur

3. Tidur tanpa gangguan lebih

menimbulkan rasa segar dan

pasien mungkin tidak mampu

kembali tidur bila terbangun

4. Diberikan untuk membantu

pasien tidur/ istirahat selama

periode pole tidur pasien

kembali normal.an insiden

kram mengurangi proses kerja

usus dalam menghancurkan

makanan

Page 17: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

5. Penyimpangan KDM

Salmonella typhosa

Mengkontaminasi makanan & minuman

Masuk ke dalam sal. Pencernaan radang lambung

Berkembangbiak di usus p HCL lambung

Kuman mengeluarkan endotoksin merangsang N. vagal

Proses inflamasi Mual/ muntah

merangsang pengeluaran Menghasilkan mediator kimiawizat pirogen o/ leukosit (histamin, bradikinin, serotonin) anoreksiapd jar. yg meradang

Merangsang ujung saraf ketidakseimbanganmelepaskan prostaglandin Nutrisi

Nyeri pada perabaanmerangsang set point

Nyeri gangguan istirahat/tidurReaksi p suhu tubuh

Diaforesis Hipertermi

Asupan cairan tdk adekuat

Kekurangan vol. cairan

Page 18: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

6. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan

apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,

direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung

respon dalam keefektifan intervensi.

S = Pernyataan atau keluhan dari pasen

O = Data yang diobservasi

A = Kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif

P = Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis

Page 19: 127123553 Tria Thypoid Laporan Pendahuluan

DAFTAR PUTAKA

Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran.

Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama.

Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001..     

Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba

Medika. Jakarta. 2002.

http://id.scribd.com/doc/50927587/demam-thypoid. diakses pada tanggal 18-2-2013

http://id.scribd.com/doc/75612946/ASKEP-TYPOID. diakses pada tanggal 18-2-2013