tumor colon zona
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
1/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar (kolon) atau rectum
relative umum. Adenokarsinoma dari usus besar dan rektum adalah termasuk dalam tiga
keganasan yang paling umum dijumpai sebagai kanker baru dan penyebab kematian baik
pada pria (setelah prostat dan paru-paru / bronkus) dan wanita ( setelah payudara dan paru-
paru / bronkus) di Amerika Serikat.1 Diperkirakan bahwa pada tahun 2007, ada 112.340
kasus baru kanker usus besar (55.290 pria dan 57.050 wanita) dan 41.420 kasus baru kanker
rektal (23.840 pria dan 17.580 wanita) didiagnosis. Pada tahun 2007, 52.180 orang Amerika
(26.000 pria dan 26.180 wanita) diperkirakan meninggal akibat kanker kolorektal. Di
Amerika Serikat menempati urutan kedua untuk kanker organ visceral dan 20% dari kematian
karena penyakit kanker adalah akibat kanker kolorektal.1,2
Karsinoma kolorektal banyak terdapat di Eropa Barat, Amerika Utara. Di Asia, banyak
terdapat di Jepang, diduga karena perbedaan pola hidup dan makanan. Beberapa faktor antara
lain lingkungan, genetik dan immunologi merupakan faktor predisposisi tumbuhnya kanker
kolon, di samping bahan karsinogen, bakteri dan virus. Menurut Petrek, lokasi keganasan
kolorektal terbanyak pada rektum (22%), rekto sigmoid (8%), sigmoid (20%), kolon
desenden (12%), flexura lienalis (8%), kolon tranversum (6%), flexura hepatika (4%), kolonasenden (6%), cecum (12%),appendix (2%).2 Gejala klinik karsinoma kolorektal tergantung
dari lokasi tumor. Kanker cecum dan kolon asenden biasanya tidak memberikan gejala
obstruksi, sedangkan kanker rekto sigmoid dapat menyumbat lumen atau berdarah. Lebih dari
156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal
setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan
diagnosis dini dan tindakan segera.1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 1
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
2/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
BAB II
ANATOMI, FISIOLOGI, HISTOLOGI KOLON
II. 1 Anatomi
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih
besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
diameternya makin kecil.2
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum, descendens, dan sigmoid.
Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas
berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai
setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah
membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon
sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang
dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani adalah
5,9 inci.2
Gambar 1: Usus besar
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 2
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
3/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior. Arteri
mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari sekum sampai dua
pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika superior mempunyai tiga cabang
utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri
mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon
transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga
cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea.
Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria
hemorroidalis inferior dan media.2,3
Gambar 2 : Vaskularisasi colon
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 3
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
4/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior
dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang
mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena
hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid.2,3
Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada
pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna
kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis
sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjarlimfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran
pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi
limfatisi iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum
mengaikuti aliran limfe inguinalis superfisialis.2,3
Gambar 3: Aliran limfe kolon
Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter eksternus
yang diatur secara voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian
tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral mensuplai
bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars torasika dan lumbalis medula spinalis
melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 4
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
5/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
yang mengikuti aliran arteri utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan
submukosa (Meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan
kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis mempunyai efek
yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah aktivitas refleks lokal yang
diperantarai oleh pleksus nervosus intramural (Meissner dan Aurbach) dan interkoneksinya.3
II. 2 Histologi
Sekilas tentang anatomi mikroskopis kolon, kolon secara mikroskopis terdiri dari
beberapa lapisan, yaitu:2
1. Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih banyak dibanding usus
halus) tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia
terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak
terdapat sel paneth tapi terdapat sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis
mukosa.2,4
2. Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf
pleksus meissner
3. Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot
sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
4.Tunika Serosa/Adventisia
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi
pembuluh darah dan sel-sel lemak. Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh
melalui mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian kolon ini.
Sedangkan adventisia membungkus kolon ascendens dan descendens Karena ketaknya
peritoneal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 5
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
6/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 4: Histologi kolon
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 6
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
7/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
II.3 Fisiologi
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit, yang sudahhampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoar yang
menampung massa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. 3 Tugas
penting utama kolon adalah penyerapan kembali air dan elektrolit yang telah memasuki usus
bersama getah pencernaan. Mukosa usus besar terdiri dari kriptus dan tidak terdapat vilus.
Epitel kriptus terdiri dari hampir seluruhnya ( paling banyak pada permukaannya ) atas sel
sel goblet yang menghasilkan mukus pelumas. Epitel epitel lain mempunyai batas silia dari
mikrovilus yang merupakan gambaran faal penyerapan air yang besar. 3
Kolon mengabsorbsi sekitar 800 ml air per hari, bandingkan dengan usus halus yang
mengabsorbsi sekitar 8000 ml. Namun, kapasitas absorbsi usus besar adalah sekitar 1500
200 ml /hari. Bila jumlah ini dilampaui ( misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari
ileum ) akan mengakibatkan diare. Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200
gram, dan 80 90 % diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak
terabsorbsi, bakteri, sel epitel yang terlepas, dan mineral yang tidak terabsorbsi. 3 Sejumlah
kecil pencernaan dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan bukan oleh kerjaenzim. Usus besar mensekresi mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini
bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa. 3,4
Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh
bakteri dari sisa protein menjadi asam amino dan zat yang lebih sederhana seperit peptida,
indol, skatol, fenol dan asam lemak. Bila asam lemak dan HCl dinetralisasi oleh bikarbonat,
akan dihasilkan karbondioksida (CO2 ). Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2,
H2S, dan CH4 membantu pembentukan gas ( flatus ) dalam kolon. Beberapa substansi ini
dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lain diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk diubah
menjadi senyawa yang kurang toksik dan dieksresikan melalui urin. 3 Fermentasi bakteri pada
sisa karbohidrat juga melepaskan CO2, H2, dan CH4 yang juga berperan dalam pembentukan
flatus dalam kolon. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1000 ml flatus, kelebihan
gas dapat terjadi pada aerofagia ( menelan udara secara berlebihan ) dan dari peningkatan gas
dalam lumen usus ( yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan ). Makanan
yang mudah membentuk gas seperti kacang kacangan mengandung banyak karbohidrat
yang tidak dapat dicerna. 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 7
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
8/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas
adalah gerakan pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregand dan dari waktu ke
waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif,
tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak balik dan meremas remas sehingga memberi
cukup waktu untuk terjadinya absorbsi.3 Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : 1. kontraksi
lambat, tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat
beberapa haustra, 2. peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon.
Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul 2 3 kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan,
terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu. 3 Propulsi feses ke dalam
rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.
Defekasi dipercepat dengan tekanan intra abdomen yang meningkat akibat kontraksi volunter
otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus menerus
( manuver atau peregangan Valsava ). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi otot volunter
sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi rileks dan
keinginan defekasi menghilang. 3,4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 8
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
9/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
BAB III
TUMOR KOLON
Neoplasma adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi
atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker. Jika menyerang kolon,
maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila
mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.4,5
III.1 Tumor Jinak
Tumor jinak pada kolon atau bisa disebut polip adalah petumbuhan jaringan yang
menonjol ke dalam lumen traktus gastrointestinal. Secara umum ,terdapat 2 tipe polip jinak
yaitu polip non-neoplastik dan polip neoplastik. Polip non-neoplastik terdiri dari
hamartoma, polip hyperplastik dan polip inflamasi. Polip neoplastik terdiri dari berbagaimacam polip adenomatous dan poliposis coli herediter.(6)
1.1 Polip
1. Polip non-neoplastik
a. Hamartoma
Hamartoma dikarakteristikkan dengan pertumbuhan yang berlebihan dari
komponen colon normal seperti epitel dan jaringan penghubung. Hamartoma tidak
mempunyai potensi keganasan dan kurang atipik atau invasi. Polip Juvenil, Sindroma
Cronkhite-Canada, Sindroma Peutz-Jeghers mempunyai karakteristik hamartoma.6
Polip Juvenil
Terdapat pada anak-anak, kadang-kadang pada dewasa, dan ditemukan pada
seluruh colon. Biasanya tumor mengalami regresi spontan dan tidak bersifat ganas.
Gejala klinis utama adalah perdarahan spontan, kadang disertai lendir; karena selalu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 9
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
10/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
bertangkai, dapat menonjol keluar dari anus pada saat defekasi; nyeri abdomen
karena autoamputasi polip atau intussussepsi. Karena bisa mengalami regresi
spontan, terapinya tidak perlu agresif.6
Sindroma Cronkhite-Canada
Dikarakteristikan dengan poliposis gastrointestinal yang menyeluruh,
hiperpigmentasi kulit, alopecia, dan distrofi kuku. Kelainan ini tidak diturunkan
secara genetik. Onset rata-rata pada umur 60 tahun. Predileksi polip yang paling
sering di gaster dan colon, jarang pada oesophagus dan usus halus. Gejala klinisnya
adalah nyeri abdomen, diare, perdarahan, anorexia sehingga terjadi penurunan berat
badan, malabsorbsi, dan anemia. Remisi terjadi spontan atau setelah pemberian
terapi medikamentosa atau gastrectomy parsial. Penatalaksanaan denganpolipectomy untuk diagnosis dan terapi suportif.6
Sindroma Peutz-Jeghers
Dikarakteristikan dengan poliposis gastrointestinal yang menyeluruh dan area
pigmentasi pada mukokutan. Sindroma ini diturunkan melalui gen autosomal
dominan. Seluruh traktus gastrointestinal dapat terkena, namun paling sering di usus
halus. Onsetnya pada usia muda, antara 10-30 tahun. Gejala klinik berupa muntah,
perdarahan, nyeri abdomen. Pembedahan merupakan terapi konservatif untukmengatasi gejala sekunder akibat ulserasi polip, obstruksi atau intussussepsi.
Progresifitas ke arah keganasan jarang terjadi. Beberapa pasien mempunyai
kecenderungan timbulnya keganasan pada organ lain seperti pankreas, payudara, dan
ovarium.5,6
b. Polip hiperplastik
Merupakan polip kecil yang berdiameter kurang dari 5 mm yang berasal dari epitel
mukosa yang hiperplastik. Dikenal juga sebagai polip metaplastik. Tipe ini merupakan
polip colon yang paling sering. Polip hiperplastik sendiri adalah non-neoplastik, namun
sering ditemukan pada pasien carcinoma colon. Etiologinya belum jelas, diduga karena
infeksi virus. Umumnya polip ini tidak bergejala, tetapi disarankan dilakukan
polypectomy dan dibiopsi untuk diagnosis histologik.6
c. Polip inflamasi
Tipe polip ini dapat singel atau multipel. Bila multipel, biasanya terdapat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 10
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
11/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
inflammatory bowel disease. Polip sebaiknya dibuang dan diperiksa secara patologis.
Jika terdapat colitis ulseratif aktif maka harus diterapi.5,6
2. Polip neoplasik
a. Polip adenomatous
Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi maligna
dan berdasarkan WHO diklasifikasikan sebagai tubular adenoma, tubulovillous
adenoma dan villous adenoma. Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous,
dimana 75%-85% tubular adenoma, 10%-25% tubulovillous adenoma dan villous
adenoma dibawah 5%.6
Adenoma Tubular
Adenoma tubular pada umumnya pedunculated tetapi dapat pula tumbuh flat.
Mikroskopis berupa proliferasi kripti yang dilapisi epitel kolumner yang displastik.
Pada perjalanannya bentuk tubular dapat dapat membentuk cabang-cabang. Lamina
propria bersebukan pada limfosit, sel plasma dan eosinofil.6
Gambar 5 Adenoma Tubular
Adenoma Villosum
Berupa proliferasi kelenjar yang membentuk pola seperti jari-jari atau berupa
papilla-papilla runcing.Papilla dilapisi sel epitel yang displastik.6
Gambar 6 Adenoma Villosum
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 11
http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image017.jpghttp://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image017.jpg -
7/29/2019 Tumor Colon Zona
12/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Adenoma Tubulovillosum
Merupakan bentuk campuran bentuk tubular dan villi, dapat juga berupa
struktur adenoma villosum yang mengandung struktur tubuler.Pada adenoma tipe
ini struktur villi berkisar antara 35-75 %.6
Gambar 7 Adenoma Tubulovillosum
Patofisiologi adenoma dikarakteristikan sebagai proliferasi berlebihan dengan
maturasi sel yang lambat. Normalnya sel epitel mukosa colon diganti setiap 4 sampai
8 hari, dengan keseimbangan antara pembentukan dan kematian sel, dan migrasi dari
2/3 basal kripta colon. Pada adenoma, proliferasi juga terjadi pada bagian atas kripta
dengan akumulasi sel pada permukaan luminar.5
Kebanyakan pasien dengan polip adenoma adalah asimptomatik, namun dapat
juga terdapat hematochezia, obstruksi, nyeri, mucus discharge, atau diare.
Kebanyakan polip ini ditemukan secara kebetulan.6
Dewasa ini, hipotesis yang diterima adalah bahwa kebanyakan carcinoma
colon berasal dari adenoma benign sebelumnya. Predileksi tersering pada adenoma
dan carcinoma adalah di colon distal dan caecum. Carcinoma timbul dari adenoma
yang tak diterapi. Adenoma yang lebih dari 15 tahun akan berisiko menjadi
carcinoma. Sering terdapat koeksistensi antara bekas adenoma dengan carcinoma
colon. Deteksi dini dan pembuangan polip adenoma diharapkan dapat menurunkan
insidensi carcinoma colon.5
1.2 Inherited Colorectal Carcinoma (6,7)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 12
http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image017.jpg -
7/29/2019 Tumor Colon Zona
13/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
a. Familial adenomatous poliposis (FAP)
Merupakan kelainan herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.
Gambaran utamanya adalah polip adenoma difus pada seluruh traktus gastrointestinal
bagian bawah. Biasanya timbul pada dekade kedua, namun dapat juga timbul lebih
awal. Kelainan ini berpotensi menjadi keganasan, dimana jika tidak diterapi, maka
insidensi perubahan keganasan adalah 100%. Usia rata-rata diagnosis carcinoma
adalah 40 tahun, namun dapat juga didiagnosis pada awal dekade pertama. Perjalanan
penyakit dihambat dengan pembuangan colon yang terkait secepat dan seagresif
mungkin sebelum onset keganasan. Proctocolectomy total dengan anastomosis ileal
pouch-anal dapat mencegah carcinoma colorectal dan menyediakan jalur untuk
defekasi. Alternatif lainnya adalah colectomy subtotal dengan ileoproctostomy, jika
tidak ada polip pada rectum. Keluarga pasien perlu diperiksa dengan proctoscopy
setiap tahunnya mulai dari usia 10 tahun, sehingga diagnosis dan terapi yang cepat
dapat mencegah carcinoma colorectal.6,7
b. Sindroma Gardners
Adalah kelainan yang di turunkan secara dominan, yang di tandai oleh trias
adenoma kolon, tumor tulang (oseoma) dan tumor jaringan lunak (lipoma, kista
sebaea, fibroma, fibrosarkoma). Gambaran penyerta lain mencangkup fibrosis
retroperineum, gigi tambahan serta kecenderungan ke arah perkembangan karsinoma
tiroidea, glandula adrenal dan duodenum dalam daerah ampula vater.6
c. Sindroma Turcots
Sindroma Turcot menunjukan hubungan yang jarang antara adenoma kolon
dengan berbagai tumor di sistem saraf pusat. Polip mempunyai frekuensi trasformasi
keganasan yang tinggi. Lesi sistem saraf pusat mencangkup medulablastoma,
ependimoma dan ganglioblastoma. Cara penularan dianggap autosom resesif
walaupun hal ini belum jelas.7
Penatalaksanaan4, 6
Polip berpedunkulasi ukuran apapun dan polip sesil kurang dari 2 cm biasanya
dapat di buang menggunakan jerat kauter dengan kolonoskopi. Walaupun polip sesil
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 13
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
14/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
yang lebih besar dapat di eksisi secara segmental melalui kolonoskop, namun
pendekatan ini mungkin tidak ideal karna banyak yang bersifat kanker dan resiko
komplikasi selama pembuangan meningkat secara bermakna. Karena juga ada resiko
yang terlibat dalam laparatomi dan eksisi, maka tiap pasien harus di pertimbangkan
secara sendiri-sendiri. Setelah polipektomi endoskopi, pasien harus diperiksa secara
periodik. Biasanya kolonoskopi ulang di lakukan 1 tahun kemudian dan 3 tahun setelah
itu untuk mencari lesi baru atau tambahan. Jika pasien menderita adenoma majemuk
maka kolonoskopi di lakukan setiap tahun. Jika laparatomi diperlukan untuk eksisi,
setelah memaparkan kolon, polip di palpso dan dinding kolon di insisi pada tempat
polip. Kemudian polip di buang dan kolotomi di tutup. Kolektomi segmental jarang di
perlukan dan bahkan jika ditemukan perubahan ganas di ujung polip, jika polip tidak
menembus lamina muskularis mukosa, maka tidak perlu di lakukan tindakan lebih lanjut.
Jika kanker telah menembus lamina muskularis mukosa dan invasi pemuluh limfe telah
terlihat, jika kanker berdifrensiasi buruk atau jika telah meluas ketepi eksisi pada
kolonoskopi maka laparatomi tindak lanjut dengan reseksi segmental seperti rutin di
gunakan untuk adenokarsinoma kolon adalah tepat.
III.2 Tumor Ganas Colon
2.1 Definisi
Karsinoma kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Karsinoma kolon
adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi
jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan
dari masa abnormal/ neoplasma yang muncul dari jaringan ephitalialdari kolon (Brooker,
2001 :72 )7
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karsinoma kolon
adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 14
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
15/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
sehat disekitar kolon (usus besar). Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila
menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut
kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.7
2.2 Epidemiologi
8
Di dunia kanker kolon menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden dan
mortalitas. Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker kolon dengan tingkat
mortalitas lebih dari 50%. 9,5% pria penderita kanker terkena kanker kolon, sedangkan
pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker. Angka insiden
tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan Selandia baru, sedangkan angka
insiden terendah terdapat pada India, Amerika Selatan dan Arab Israel. Didapatkan suatu
hubungan yaitu 1) terdapat perbedaan insiden pada pria dan wanita yang berusia lanjut,
yang meningkat seiring dengan usia 2) meningkatnya insiden kanker kolon seiring dengan
kepadatan penduduk 3) rendahnya insiden pada pria yang belum pernah menikah.7,8
Kanker kolon merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada
pria maupun wanita. Di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus kanker kolon, data di
Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak tahun 1994-2003,
terdapat 372 keganasan kolorektal yang datang berobat ke RS Kanker Dharmais (RSKD).
Berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan catatan lengkap,
terdiri dari 203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun.5,7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 15
http://id.wikipedia.org/wiki/Organhttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolonhttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolonhttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organhttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolon -
7/29/2019 Tumor Colon Zona
16/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 8 Insiden Kanker di Indonesia
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko8
1. Kelainan di kolon
a.Polip
Polip telah diketahui potensial untuk menjadi kanker kolorektal. Evolusi dari kanker
itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai dari
hiperplasia sel mukosa, pembentukan adenoma, perkembangan dari displasia menujutransformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi tumor supresi gen,
dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi adenoma,
perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma.8
Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi maligna; dan
berdasarkan WHO diklasifikasikan sebagai tubular adenoma, tubulovillous adenoma dan
villous adenoma. Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous, dimana 75%-85%
tubular adenoma, 10%-25% tubulovillous adenoma dan villous adenoma dibawah 5%.8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 16
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
17/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 9: Adenomatous Polip
Displasia dapat dikategorikan menjadi low atau high grade. Enam persen dari
adenomatous polip berupa high grade displasia dan 5% didalamnya berupa invasif
karsinoma pada saat terdiagnosa. Potensi malignansi dari adenoma berkorelasi dengan
besarnya polip, tingkat displasia, dan umur. Polip yang diameternya lebih besar dari 1
cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong sebagai villous adenoma
dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal. Polip yang
berukuran kecil (
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
18/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien
dengan crohns disease.9
2. Faktor Genetik
a. Riwayat Keluarga
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker
kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang
mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker
kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak
memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.8
b. Herediter Kanker Kolorektal
Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari normal menuju
mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan
adenokarsinoma yang besar berhubungan dengan mutasi. Langkah yang paling
penting dalam menegakkan diagnosa dari sindrom kanker herediter yaitu riwayat
kanker pada keluarga. Mutasi sangat jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil
dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p ditunjukkan pada dari seluruh kanker kolon,
dan deletion dari 5q ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma
yang besar. Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama dari sindrom
ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali karakternya. Dua sindrom ini,dimana mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki mekanisme yang
berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary non polyposis
colorectal cancer (HNPCC).8,9
3. Diet
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan
penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya
hubungan antara serat dan kanker kolorektal.
Ada dua hipotesis yang menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan
resiko kanker kolorektal. Teori pertama adalah pengakumulasian bukti epidemiologi
untuk asosiasi antara resistensi insulin dengan adenoma dan kanker kolorektal.
Mekanismenya adalah menkonsumsi diet yang berenergi tinggi mengakibatkan
perkembangan resistensi insulin diikuti dengan peningkatan level insulin, trigliserida
dan asam lemak tak jenuh pada sirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel
kolon untuk menstimulus proliferasi dan juga memperlihatkan interaksi oksigen
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 18
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
19/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
reaktif. Pemaparan jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan
kanker kolorektal. Hipotesis kedua adalah identifikasi berkelanjutan dari agen yang
secara signifikan menghambat karsinogenesis kolon secara experimental. Dari
pengamatan tersebut dapat disimpulkan mekanismenya, yaitu hilangnya fungsi
pertahanan lokal epitel disebabkan kegagalan diferensiasi dari daerah yang lemah
akibat terpapar toksin yang tak dapat dikenali dan adanya respon inflamasi fokal,
karakteristik ini didapat dari bukti teraktifasinya enzim COX-2 dan stres oksidatif
dengan lepasnya mediator oksigen reaktif. Hasil dari proliferasi fokal dan
mutagenesis dapat meningkatkan resiko terjadinya adenoma dan aberrant crypt foci.
Proses ini dapat dihambat dengan (a) demulsi yang dapat memperbaiki permukaan
lumen kolon; (b) agen anti-inflamasi; atau (c) anti-oksidan. Kedua mekanisme
tersebut, misalnya resistensi insulin yang berperan melalui tubuh dan kegagalan
pertahanan fokal epitel yang berperan secara lokal, dapat menjelaskan hubungan
antara diet dan resiko kanker kolorektal.7,8
4. Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali
untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan
merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk
menderita adenoma yang berukuran besar. Pemakaian alkohol juga menunjukkanhubungan dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal.7
Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas, obesitas
dan asupan energi dengan kanker kolorektal. Pada percobaan terhadap hewan,
pembatasan asupan energi telah menurunkan perkembangan dari kanker. Interaksi
antara obesitas dan aktifitas fisik menunjukkan penekanan pada aktifitas
prostaglandin intestinal, yang berhubungan dengan risiko kanker kolorektal. The
Nurses Health Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas
fisik dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik
akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma.8
5. Usia
Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut ( 65 thn) pria dan wanita
adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir 7 kali (2158
per 100.000 orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut sekitar 4 kali (1192 per
100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda
(30-64 thn). Peningkatan resiko kanker kolorektal meningkat sesuai dengan usia.9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 19
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
20/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Menurut WHO, faktor resiko kanker kolorektal :
1. Berusia > 50 tahun
2. Sindroma adenomatous popilposis ( familial, hamartomatous poliposis dan Peutz
jagers sindrom)
3. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga
4. Inflamatory bowel disease
5. Riwayat menderita kanker kolorektal
6. Riwayat menderita polip kolrektal
2.4 Letak
Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid.2,8
Letak ` Persentase
Caecum dan colon ascendens 25
Colon transversum 10
Colon descendens 15
Rectosigmoid 50
Tabel 1. carcinoma colon
2.5 Klasifikasi 8
Sistem Dukes
Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum berdasarkan gambaran
histologik dibagi menurut klasifikasi Dukes. Klasifikasi Dukes dibagi berdasarkan
dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding usus.6,8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 20
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
21/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Tabel 2. Sistem Dukes
Stadium O menunjukkan cancer in situ. Sel kanker hanya terdapat di dalam
mukosa kolon. Pada umumnya kanker kolon pada tahap ini dapat ditangani dengan
polypectomy (menghilangkan massa jaringan yang berkembang di dalam dinding).6
Gambar 10 Kanker stadium 0
Pada kanker stadium I, kanker telah tumbuh melewati mukosa dan menginvasi
lapisan otot kolon dan rectum. Kanker belum menyebar ke jaringan sekitar atau
limfonodi (T1 atau T2, N0, M0).8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 21
Dukes Dalamnya infiltrasi Prognosis hidup setelah 5
tahun
A
B
C
C1
C2
D
Terbatas di dinding usus
Menembus lapisan muskularis mukosa
Metastasis kelenjar limfe
Beberapa kelenjar limfe dekat tumor
primer
Dalam kelenjar limfe jauh
Metastasis jauh
97%
80%
65%
35%
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
22/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 11 Kanker stadium I
Pada kanker stadium IIa, sel kanker telah menyebar melewati dinding kolon dan
rektum dan mungkin telah menyebar ke jaringan sekitar. Kanker belum menyebar ke
limfonodi terdekat (T3, N0, M0). Pada stadium IIb, sel kanker telah menyebar
melewati kolon atau rektum. Kanker belum menyebar ke limfpnodi terdekat (T4, N0,
M0).6
Gambar 12. Kanker stadium IIa dan b
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 22
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
23/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Pada stadium IIIa, sel kanker telah tumbuh melewati batas dalam atau masuk ke
lapisan otot saluran cerna dan satu sampai tiga limfonodi, tetapi belum menyebar ke
bagian tubuh yang lain (T1 atau T2, N1, M0).5
Gambar 13 Kanker stadium IIIa
Pada stadium IIIb, sel kanker telah tumbuh melewati dinding saluran cerna atau
organ sekitar dan terdapat pada satu sampai tiga limfonodi, tetapi belum menyebar ke
bagian tubuh yang lain (T3 atau T4, N1, M0).6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 23
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
24/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 14 Kanker stadium IIIb
Pada stadium IIIc, sel kanker (semua ukuran) telah menyebar pada empat atau
lebih limfonodi, tetapi tidak pada organ distal tubuh. (semua T, N2, M0).6
Gambar 15 Kanker stadium IIIc
Pada stadium IV, sel kanker telah metastasis ke bagian distal tubuh, seperti hati dan
paru-paru (semua T, semua N, M1)7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 24
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
25/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 16 Kanker stadium IV
Sistem TNM
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) dan the International Union Against
Cancer (IUAC) mengklasifikasikan karsinoma kolon dan rektum menggunakan sistemTNM. Klasifikasi TNM untuk kanker kolon dan rektum (AJCC):8
Tumor primer (T)
- TX : Tumor primer sulit dinilai atau kedalaman penetrasi tidak spesifik
- T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer
- Tis : Carcinoma in situ (mukosal); intraepithelial atau invasio pada lamina
propria
- T1 : Tumor menginvasi submukosa
- T2 : Tumor menginvasi muscularis propria
- T3 : Tumor menginvasi melalui muscularis propria ke dalamsubserosa atau ke dalam
perikolik nonperitonial atau jaringan perirektal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 25
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
26/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
- T4 : Tumor secara langsung menginvasi organ lain atau struktur dan atau
perforasi peritoneum viseral.
Limfonodi regional (N)
- NX : Limfonodi regional tidak dapat dinilai
- N0 : Tidak ada metastasis limfonodi regional
- N1 : Metastasis pada 1-3 limfonodi perikolik atau perirektal
- N2 : Metastasis pada 4 atau lebih limfonodi perikolik atau perirektal
- N3 : Metastasis pada semua limfonodi yang ada dalam tubuh
Metastasis jauh (M)
- MX : Adanya metastasis tidak dapat dinilai
- M0 : Tidak ada metastasis jauh
- M1 : Metastasis jauh
Perbandingan Klasifikasi TNM Staging System dengan klasifikasi Dukes
Stadium T N M Dukes StadiumI Tis N0 M0 A
T1 N0 M0
T2 N0 M0
II T3 N0 M0 B
T4 N0 M0
III Any T N1 M0 C
Any T N2, N3 M0
IV Any T Any N M1
Tabel 3. Perbandingan TNM & Dukes
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 26
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
27/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
2.6 Patologi
Secara makroskopis terdapat 3 tipe carcinoma colorectal. Tipe polipoid atau vegetatif
tumbuh menonjol ke dalam lumen usus., berbentuk bunga kol dan terutama ditemukan di
caecum dan colon ascendens. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadistenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di colon descendens, sigmoid dan
rectum. Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral, terdapat di rectum. Pada
tahap lebih lanjut, sebagian besar carcinoma colon dapat mengalami ulserasi dan menjadi
ulcus maligna.2,8
2.7 Patofisiologi 6,10
Secara umumnya dinyatakan bahwa untuk perkembangan karsinoma kolonmerupakan interaksi anatara faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan multiple
beraksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi
karsinoma kolon. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap,
dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma formation, perkembangan dari
displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi
tumor supresi gen, dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi
adenoma, perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma.6
Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel yaitu
proto-onkogen, gen penekan tumor (Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper.
Proto-onkogen menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel. TSG
menghambat pertumbuhan sel atau menginduksi apoptosis (kematian sel yang terprogram).
Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen, karena berfungsi melakukan kontrol
negatif (penekanan) pada pertumbuhan sel. Gen p53 merupakan salah satu dari TSG yang
menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa. Gen p53 juga berfungsi mendeteksi
kerusakan DNA, menginduksi reparasi DNA. Gen gatekeeperberfungsi mempertahankan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 27
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
28/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
integritas genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan memperbaikinya. Mutasi
pada gen-gen ini karena berbagai faktor membuka peluang terbentuknya kanker.6,10
Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan melalui
siklus sel normal yang dikendalikan secara terpadu oleh fungsi proto-onkogen, TSG, dan
gengatekeepersecara seimbang. Jika terjadi ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau
salah satu tidak berfungsi dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan
penyimpangan siklus sel. Pertumbuhan sel tidak normal pada proses terbentuknya kanker
dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu perpendekan waktu siklus sel, sehingga akan
menghasilkan lebih banyak sel dalam satuan waktu, penurunan jumlah kematian sel akibat
gangguan proses apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak aktif
berproliferasi ke dalam siklus proliferasi. Gabungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini
akan menyebabkan kelainan siklus sel, yang sering terjadi adalah mutasi gen yang berperan
dalam mekanisme kontrol sehingga tidak berfungsi baik, akibatnya sel akan berkembang
tanpa kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen p53). Akhirnya akan
terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali dan karsinogenesis dimulai.10
Gambar 17: Adenoma Carcinoma Sequences
2.8 Manifestasi Klinis 8,9
Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan
utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor.
Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan. Karsinoma kolon kiri
sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan gejala obstruksi dan stenosis,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 28
http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image011.jpg -
7/29/2019 Tumor Colon Zona
29/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
terlebih karna feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi
stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada factor obstruksi.8
Kolon kanan memiliki kaliber yang besar, tipis dan dinding distensi serta isi fecal
ialah air. Karena fitur anatomisnya, karsinoma kolon kanan dapat tumbuh besar sebelum
terdiagnosa. Pasien sering mengeluh lemah karena anemia. Darah makroskopis sering tidak
tampak pada feses tetapi dapat mendeteksi tes darah samar. Pasien dapat mengeluh
ketidaknyamanan pada kuadran kanan perut setelah makan dan sering salah diagnosa
dengan penyakit gastrointestinal dan kandung empedu. Jarang sekali terjadi obstruksi dan
gangguan berkemih.8
Tumor dari kolon kiri dan rectum dapat secara gradual mengoklusi lumen yang
menyebabkan gangguan pola defekasi yaitu konstipasi atau defekasi dengan tenesmi.
Kolon kiri memiliki lumen yang lebih kecil dari yang kanan dan konsistensi feses ialah
semisolid. Makin ke distal letak tumor feses makin menitips atau seperti kotoran kambing
atau lebih cair di sertai darah dan lendir. Tenesmi merupakan gejala yang biasa di dapatkan
pada karsinoma rectum. Selain itu Pada kanker rektum, gejala utama yang terjadi ialah
hematokezia. Perdarahan seringkali terjadi persisten. Darah dapat tercampur dengan feses
atau mukus. Pada pasien dengan perdarahan rektal pada usia pertengahan atau tua,
walaupun ada hemoroid, kanker tetap harus dipikirkan.8
Gambaran klinis tumor saecum dan kolon ascendens tidak khas. Dyspepsia,
kelemahan umum, penurunana berat badan dan anemia merupakan gejala yang umum. Oleh
karena itu penderita sering datang dengan keadaan yang menyedihkan. Gejala akut dari
pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga jika ditemukan pasien usia lanjut
dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kanker. Obstruksi
total muncul pada < 10% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah sebuah keadaan
darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan penanganan bedah.
Pasien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa flatus atau buang air besar,
kram perut dan perut yang menegang. Jika obstruksi tersebut tidak mendapat terapi maka
akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan menyebabkan
peritonitis dan sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat
disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada vesika urinaria
atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan fecaluria. Metastasis ke
hepar dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini
biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon.9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 29
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
30/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Secara garis besar gejala pada tumor colon terbagi menjadi tiga, yaitu gejala local,
gejala sistemik, dan gejala peyebaran (metastasis):8,9
1. Gejala lokal
a. Perubahan kebiasaan buang air
- Perubahan frekuensi buang air, konstipasi atau diare
- Sensasi seperti belum selasai buang air besar (masih ingin tapi tidak bisa
keluar)
- Feses bercampur darah atau keluar darah pada saat BAB, feses bercampur
lender, feses berwarna kehitaman
- Nyeri pada saat BAB
- Mual dan muntah
- Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh pasien
2. Gejala umum
- Penurunan berat badan
- Hilangnya nafsu makan
- Sering merasa lelah, pucat
3. Gejala metastase
- Pasien tampak kuning, jika terdapat metastase ke hepar
- Nyeri pada perut
KOLON KANAN KOLON KIRI REKTUM
ASPEK KLINIS Kolitis Obstruksi Proktitis
NYERI Karena penyusupan Obstruksi Obstruksi
DEFEKASI Diare/diare berkala Konstipasi progresif Tenesmi terus
menerus
OBSTRUKSI Jarang Hampir selalu Hampir selalu
DARAH PADA Samar Samar/makroskopik Makroskopik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 30
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
31/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
FESES
FESES Normal/diare berkala Normal Perubahan bentuk
DISPEPSIA Sering Jarang Jarang
ANEMIA Hampir selalu Lambat Lambat
MEMBURUKNYA
KEADAAN UMUM
Hampir selalu Lambat Lambat
Tabel 4 Gambaran klinis karsinoma kolorektal
2.9 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang cermat sering dapat menentukan diagnosis. Gejala dan tanda yang
sering ditemukan pada kelainan kolon adalah dyspepsia, hematokezia, anemia, bemjolan,
dan obstruksi. Yang perlu ditanyakan adalah perubahan pola defekasi, frekuensi dan
konsitensi tinja.9
Pemeriksaan Fisik9
Rectal toucheruntuk menilai :
a. Tonus sfingter ani : kuat atau lemah.
b. Ampula rektum : kolaps, kembung atau terisi feses
c. Mukosa : kasar,berbenjol benjol, kaku
d. Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat ditembus
jari, mudah berdarah atau tidak, batas atas dan jaringan sekitarnya, jarak dari
garis anorektal sampai tumor.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 31
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
32/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 18: Pemeriksaan colok dubur pada Ca Rekti
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta
spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis
intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi
anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui
bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination
merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja
diabaikan.9,10
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah samar pada faeces
Digunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik, pada
individu dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes serial karena kebanyakan
carcinoma colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini merupakan tes nonspesifik
untuk peroxidase yang terkandung dalam haemoglobin. Perdarahan traktus
gastrointestinal akan memberikan hasil positif. Beberapa makanan (daging, beberapa
buah dan sayuran, dan viamin C) dapat memberikan false positif, sehingga pasien
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 32
http://lh3.ggpht.com/_I0UHlGxoP6A/SWAiPiP0-UI/AAAAAAAAAX0/2VMIN8xkmPs/clip_image0063.jpg -
7/29/2019 Tumor Colon Zona
33/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes. Tes ini dapat ditingkatkan spesifik dan
sensitivitasnya dengan menggunakan immunochemical. Hasil positif pada tes ini
sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.9
b. Pemeriksaan DNA feces
Pemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang berkembang untuk skrining
karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan karsinoma menhasilkan marker DNA
yang tidak terdegradasi selama proses pencernaan dan tetap stabil di dalam feces. Hasil
penelitian pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 71-91%.9
c. Tumor marker
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk pasien
carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling umum digunakan,
sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-
90% pasien dengan carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining
yang efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga pada
pasien dengan carcinoma selain carcinoma colorectal. Pemeriksaan antigen
karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik
mungkin bukan indicator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon
karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA
dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang
meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal
selanjutnya menunjukkan kekambuhan.10
d. Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT, dan LDH
dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.
2. Endoskopi
a. Rectosigmoidoskopi
Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 33
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
34/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
sigmoideum bagian distal.9
b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi
Sigmoidoskop dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau fiberoptik dapat
memperlihatkan gambaran colon dan rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi
dan colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode
yang paling akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi
dan dapat untuk melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran
untuk lewatnya alat-alat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai jalan
untuk melakukan penghisapan dan irigasi. Colonoskop untuk terapetik mempunyai 2
saluran yang dapat digunakan secara simultan untuk irigasi / penghisapan dan untuk
lewatnya alat-alat.10
Gambar 19: Metode pemeriksaan kolonoskopi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 34
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
35/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 20. Kolonoskopi dan sigmoidoskopi
3. Pencitraan
a. X-ray foto polos dan colon in loop
X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam mengevaluasi
pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos abdomen (supine, tegak,
dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus yang menunjukkan adanya
obstruksi. Colon in loop berguna untuk mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop
dengan double contrast sensitif untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar
dari 1 cm. Deteksi massa yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai
untuk mengevaluasi massa colon yang nonobstruksi.10
b. CT scan
Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma colorectal,
karena kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 35
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
36/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 21 : CT scan pelvis menunjukkan adanya tumor kolon yang sudah
metastasis pada hepar dan daerah intraperitoneal
c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)
Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi untuk
mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan kesensitivitasan maka
dilakukan persiapan usus per oral, pemberian kontras per oral dan rectal, pendistensian
colon. Alat ini sensitif untuk melihat carcinoma colorectal yang berukuran lebih dari 1cm. colonoskopi tetap dibutuhkan jika terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan
pada obstruksi colon proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat
faeces, penyakit divertikula, lipatan haustrae, artefak, dan ketidakmampuan mendeteksi
adenoma yang datar.10
d. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif daripada CT scan dalam
mendeteksi keterlibatan tulang atau dinding pelvis akibat perluasan carcinoma
colorectal. Penggunaan endorectal coil akan menambah sensitivitas.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 36
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
37/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
Gambar 22: MRI dari karsinoma kolon
e. PET
Positron Emmision Tomography (PET) digunakan untuk pencitraan jaringan
dengan kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada tumor ganas. PET digunakan
sebagai tambahan pemeriksaan CT scan dalam staging carcinoma colorectal dan dapat
digunakan untuk membedakan kanker rekuren dengan fibrosis.9
f. Endorectal ultrasound
Endorectal ultrasound digunakan untuk mengevaluasi kedalaman invasi
carcinoma recti. Dinding rectum yang normal terdiri atas 5 lapisan. Ultrasound dapat
membedakan tumor jinak dari tumor invasif berdasarkan integritas lapiasan submukosa.
Ultrasound dapat membedakan tumor superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam
T3-T4. Keakurasian ultrasound dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural
berkisar antara 81-94%. Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus
limfatikus perirectal, yang menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus, dimana
keakurasiannnya adalah 58-83%. Ultrasound juga dapat digunakan untuk mendeteksi
rekurensi lokal setelah pembedahan.10
4. Biopsi
Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat
mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering didapat pada
carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma (95%).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 37
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
38/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
2.10 Penatalaksanaan
A. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai
penanganan kuratif untuk kanker kolon. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan
batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan
fungsi dari kolon sebisanya. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kiri dapat
ditangani dengan dekompresi. Tumor yang menyebabkan perforasi membutuhkan eksisi
dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan reanastomosis dan closure dari
kolostomi.10
B. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi
tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu
dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung
pada tipe dan stadium dari kanker.
Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi
tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk
membunuh sel kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan
yang sehat disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya
berlangsung beberapa menit. 9
Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang
diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan
radiasi disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant
langsung pada tumor. Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan
waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa
penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh.9
C. Kemoterapi
Kemoterapi sangat efektif digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi
dari sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai
sebagai single agen atau dengan kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU +
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 38
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
39/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
levamisole, 5FU + leucovorin. Pemakaian secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut
berhubungan dengan peningkatan survival ketika diberikan post operatif kepada pasien
tanpa penyakit penyerta. Terapi 5FU + levamisole menurunkan rekurensi dari kanker
hingga 39%, menurunkan kematian akibat kanker hingga 32%.10
2. 11 Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu k1asifikasi tumor dan
tingkat keganasan sel tumor. Berikut merupakan pembagian prognosis dari karsinoma
kolorektal berdasarkan klasifikasi dari Dukes :6,8
Klasifikasi Dukes
Dukes A Terbatas pada mukosa Tidak ada Angka harapan hidup 5 tahun >90%
Dukes B1 Sampai stratum muscularis propia Tidak didapatkan invasi limfonodi
Angka harapan hidup 5 tahun 70-85%
Dukes B2 Menembus stratum muscularis propia Tidak didapatkan invasi limfonodi
Angka harapan hidup 5 tahun 55-65%
Dukes C1 Sampai stratum muscularis propia Terdapat invasi pada limfonodi terdekat
Angka harapan hidup 5 tahun 45-55%
Dukes C2 Menembus stratum muscularis propia Terdapat invasi pada limfonodi jauh
Angka harapan hidup 5 tahun 20-30%
Dukes D Metastase jauh Tidak dapat dipakai Angka harapan hidup 5 tahun
Prognosis hidup setelah 5 tahun dengan klasifikasi TNM
Stadium I, 72%
Stadium II, 54%
Stadium III, 39%
Stadium IV, 7%
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 39
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
40/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
BAB IV
KESIMPULAN
Tumor kolon merupakan sekelompok sel abnormal yang tumbuh tidak terkendali yang
terletak pada kolon. Tumor kolon dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.Yang membedakan dari kedua jenis tumor ini adalah sifatnya. Tumor ganas mempunyai sifat
invasif atau merusak jaringan sekitar sedangkan tumor jinak tidak.
Tumor jinak kolon atau disebut polip adalah petumbuhan jaringan yang menonjol ke
dalam lumen traktus gastrointestinal. Secara umum ,terdapat 2 tipe polip jinak yaitu polip
non-neoplastik dan polip neoplastik. Polip non-neoplastik terdiri dari hamartoma, polip
hyperplastik dan polip inflamasi. Polip neoplastik terdiri dari berbagai macam polip
adenomatous dan poliposis coli herediter. Sedangkan tumor ganas kolon adalah suatu
pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar
kolon (bersifat invasif).
Penatalaksanaan untuk tumor jinak atau polip adalah dengan jerat kauter dengan
kolonoskopi sampai dengan eksisi segmental. Untuk tumor ganas ditambah dengan terapi
radiasi dengan atau tanpa kemoterapi. Pada prinsipnya, semakin dini diagnosis karsinoma /
tumor kolon, semakin baik prognosisnya karena penanganannya dapat dengan pembedahan
kuratif.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 40
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
41/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Jemal A, Siegel R, Ward E, et al: Cancer statistics, 2007. CA Cancer J Clin 2007. In
Sabiston Textbook of Surgery, 18th edition. Saunders. 2007.
2. Irving MH, Catchpole B: ABC of colorectal diseases: Anatomy and physiology of the
colon, rectum, and anus. InCurrent Surgical Diagnosis & Treatment, 12th Edition. USA
: McGraw-Hill. 2006
3. Anatomy Of The Colon, Rectum, And Pelvic Floor. In Sabiston Textbook of Surgery,
18th edition. Saunders. 2007.
4. Physiology Of The Colon. In Sabiston Textbook of Surgery, 18th edition. Saunders. 2007.
5. Sherwood L. Sistem Pencernaan. Dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi ke 2.
Jakarta : EGC. Hal 582-4.
6. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. Colon, Rectum and Anus In
Schwartzs Principles of Surgery, 9th ed. 2010. USA : McGraw-Hill. P 1996-2012
7. Cuschieri, Grace, Darzi, Borley, Rowley. Disorders of the Colon and Rectum. In Clinical
Surgery, 2nd ed. 2003.USA : Blackwell Publishing. P 416-20.
8. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam
Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 658-64
9. Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. 2004. Colon and rectum. In Sabistons Textbook
of Surgery. 17th edition. 2004. Philadelphia: Elsevier Saunders. P 1443-65.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 41
-
7/29/2019 Tumor Colon Zona
42/42
TUMOR COLONTUMOR COLON
10.Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Tumors of the colon. In Maingotss Abdominal operation.
10th edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P 1281-1300