tumor colon zona

Upload: zonadian

Post on 14-Apr-2018

346 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    1/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar (kolon) atau rectum

    relative umum. Adenokarsinoma dari usus besar dan rektum adalah termasuk dalam tiga

    keganasan yang paling umum dijumpai sebagai kanker baru dan penyebab kematian baik

    pada pria (setelah prostat dan paru-paru / bronkus) dan wanita ( setelah payudara dan paru-

    paru / bronkus) di Amerika Serikat.1 Diperkirakan bahwa pada tahun 2007, ada 112.340

    kasus baru kanker usus besar (55.290 pria dan 57.050 wanita) dan 41.420 kasus baru kanker

    rektal (23.840 pria dan 17.580 wanita) didiagnosis. Pada tahun 2007, 52.180 orang Amerika

    (26.000 pria dan 26.180 wanita) diperkirakan meninggal akibat kanker kolorektal. Di

    Amerika Serikat menempati urutan kedua untuk kanker organ visceral dan 20% dari kematian

    karena penyakit kanker adalah akibat kanker kolorektal.1,2

    Karsinoma kolorektal banyak terdapat di Eropa Barat, Amerika Utara. Di Asia, banyak

    terdapat di Jepang, diduga karena perbedaan pola hidup dan makanan. Beberapa faktor antara

    lain lingkungan, genetik dan immunologi merupakan faktor predisposisi tumbuhnya kanker

    kolon, di samping bahan karsinogen, bakteri dan virus. Menurut Petrek, lokasi keganasan

    kolorektal terbanyak pada rektum (22%), rekto sigmoid (8%), sigmoid (20%), kolon

    desenden (12%), flexura lienalis (8%), kolon tranversum (6%), flexura hepatika (4%), kolonasenden (6%), cecum (12%),appendix (2%).2 Gejala klinik karsinoma kolorektal tergantung

    dari lokasi tumor. Kanker cecum dan kolon asenden biasanya tidak memberikan gejala

    obstruksi, sedangkan kanker rekto sigmoid dapat menyumbat lumen atau berdarah. Lebih dari

    156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal

    setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan

    diagnosis dini dan tindakan segera.1

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 1

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    2/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    BAB II

    ANATOMI, FISIOLOGI, HISTOLOGI KOLON

    II. 1 Anatomi

    Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki

    (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih

    besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus

    diameternya makin kecil.2

    Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup

    ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau

    tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke

    sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum, descendens, dan sigmoid.

    Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas

    berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai

    setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah

    membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon

    sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang

    dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani adalah

    5,9 inci.2

    Gambar 1: Usus besar

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 2

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    3/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior. Arteri

    mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari sekum sampai dua

    pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika superior mempunyai tiga cabang

    utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri

    mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon

    transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga

    cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea.

    Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria

    hemorroidalis inferior dan media.2,3

    Gambar 2 : Vaskularisasi colon

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 3

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    4/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior

    dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang

    mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena

    iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena

    hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat

    mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid.2,3

    Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada

    pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna

    kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis

    sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjarlimfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran

    pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi

    limfatisi iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum

    mengaikuti aliran limfe inguinalis superfisialis.2,3

    Gambar 3: Aliran limfe kolon

    Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter eksternus

    yang diatur secara voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian

    tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral mensuplai

    bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars torasika dan lumbalis medula spinalis

    melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 4

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    5/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    yang mengikuti aliran arteri utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan

    submukosa (Meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan

    kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis mempunyai efek

    yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah aktivitas refleks lokal yang

    diperantarai oleh pleksus nervosus intramural (Meissner dan Aurbach) dan interkoneksinya.3

    II. 2 Histologi

    Sekilas tentang anatomi mikroskopis kolon, kolon secara mikroskopis terdiri dari

    beberapa lapisan, yaitu:2

    1. Tunika Mukosa

    Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih banyak dibanding usus

    halus) tapi tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia

    terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak

    terdapat sel paneth tapi terdapat sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis

    mukosa.2,4

    2. Tunika Submukosa

    Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf

    pleksus meissner

    3. Tunika Muskularis

    Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot

    sirkular berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli).

    Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.

    4.Tunika Serosa/Adventisia

    Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi

    pembuluh darah dan sel-sel lemak. Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh

    melalui mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian kolon ini.

    Sedangkan adventisia membungkus kolon ascendens dan descendens Karena ketaknya

    peritoneal.

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 5

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    6/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 4: Histologi kolon

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 6

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    7/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    II.3 Fisiologi

    Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi

    usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit, yang sudahhampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoar yang

    menampung massa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. 3 Tugas

    penting utama kolon adalah penyerapan kembali air dan elektrolit yang telah memasuki usus

    bersama getah pencernaan. Mukosa usus besar terdiri dari kriptus dan tidak terdapat vilus.

    Epitel kriptus terdiri dari hampir seluruhnya ( paling banyak pada permukaannya ) atas sel

    sel goblet yang menghasilkan mukus pelumas. Epitel epitel lain mempunyai batas silia dari

    mikrovilus yang merupakan gambaran faal penyerapan air yang besar. 3

    Kolon mengabsorbsi sekitar 800 ml air per hari, bandingkan dengan usus halus yang

    mengabsorbsi sekitar 8000 ml. Namun, kapasitas absorbsi usus besar adalah sekitar 1500

    200 ml /hari. Bila jumlah ini dilampaui ( misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari

    ileum ) akan mengakibatkan diare. Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200

    gram, dan 80 90 % diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak

    terabsorbsi, bakteri, sel epitel yang terlepas, dan mineral yang tidak terabsorbsi. 3 Sejumlah

    kecil pencernaan dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan bukan oleh kerjaenzim. Usus besar mensekresi mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini

    bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa. 3,4

    Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh

    bakteri dari sisa protein menjadi asam amino dan zat yang lebih sederhana seperit peptida,

    indol, skatol, fenol dan asam lemak. Bila asam lemak dan HCl dinetralisasi oleh bikarbonat,

    akan dihasilkan karbondioksida (CO2 ). Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2,

    H2S, dan CH4 membantu pembentukan gas ( flatus ) dalam kolon. Beberapa substansi ini

    dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lain diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk diubah

    menjadi senyawa yang kurang toksik dan dieksresikan melalui urin. 3 Fermentasi bakteri pada

    sisa karbohidrat juga melepaskan CO2, H2, dan CH4 yang juga berperan dalam pembentukan

    flatus dalam kolon. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1000 ml flatus, kelebihan

    gas dapat terjadi pada aerofagia ( menelan udara secara berlebihan ) dan dari peningkatan gas

    dalam lumen usus ( yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan ). Makanan

    yang mudah membentuk gas seperti kacang kacangan mengandung banyak karbohidrat

    yang tidak dapat dicerna. 3

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 7

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    8/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas

    adalah gerakan pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregand dan dari waktu ke

    waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif,

    tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak balik dan meremas remas sehingga memberi

    cukup waktu untuk terjadinya absorbsi.3 Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : 1. kontraksi

    lambat, tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat

    beberapa haustra, 2. peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon.

    Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.

    Kejadian ini timbul 2 3 kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan,

    terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu. 3 Propulsi feses ke dalam

    rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.

    Defekasi dipercepat dengan tekanan intra abdomen yang meningkat akibat kontraksi volunter

    otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus menerus

    ( manuver atau peregangan Valsava ). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi otot volunter

    sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi rileks dan

    keinginan defekasi menghilang. 3,4

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 8

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    9/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    BAB III

    TUMOR KOLON

    Neoplasma adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat

    proliferasi sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi

    atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker. Jika menyerang kolon,

    maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila

    mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.4,5

    III.1 Tumor Jinak

    Tumor jinak pada kolon atau bisa disebut polip adalah petumbuhan jaringan yang

    menonjol ke dalam lumen traktus gastrointestinal. Secara umum ,terdapat 2 tipe polip jinak

    yaitu polip non-neoplastik dan polip neoplastik. Polip non-neoplastik terdiri dari

    hamartoma, polip hyperplastik dan polip inflamasi. Polip neoplastik terdiri dari berbagaimacam polip adenomatous dan poliposis coli herediter.(6)

    1.1 Polip

    1. Polip non-neoplastik

    a. Hamartoma

    Hamartoma dikarakteristikkan dengan pertumbuhan yang berlebihan dari

    komponen colon normal seperti epitel dan jaringan penghubung. Hamartoma tidak

    mempunyai potensi keganasan dan kurang atipik atau invasi. Polip Juvenil, Sindroma

    Cronkhite-Canada, Sindroma Peutz-Jeghers mempunyai karakteristik hamartoma.6

    Polip Juvenil

    Terdapat pada anak-anak, kadang-kadang pada dewasa, dan ditemukan pada

    seluruh colon. Biasanya tumor mengalami regresi spontan dan tidak bersifat ganas.

    Gejala klinis utama adalah perdarahan spontan, kadang disertai lendir; karena selalu

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 9

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    10/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    bertangkai, dapat menonjol keluar dari anus pada saat defekasi; nyeri abdomen

    karena autoamputasi polip atau intussussepsi. Karena bisa mengalami regresi

    spontan, terapinya tidak perlu agresif.6

    Sindroma Cronkhite-Canada

    Dikarakteristikan dengan poliposis gastrointestinal yang menyeluruh,

    hiperpigmentasi kulit, alopecia, dan distrofi kuku. Kelainan ini tidak diturunkan

    secara genetik. Onset rata-rata pada umur 60 tahun. Predileksi polip yang paling

    sering di gaster dan colon, jarang pada oesophagus dan usus halus. Gejala klinisnya

    adalah nyeri abdomen, diare, perdarahan, anorexia sehingga terjadi penurunan berat

    badan, malabsorbsi, dan anemia. Remisi terjadi spontan atau setelah pemberian

    terapi medikamentosa atau gastrectomy parsial. Penatalaksanaan denganpolipectomy untuk diagnosis dan terapi suportif.6

    Sindroma Peutz-Jeghers

    Dikarakteristikan dengan poliposis gastrointestinal yang menyeluruh dan area

    pigmentasi pada mukokutan. Sindroma ini diturunkan melalui gen autosomal

    dominan. Seluruh traktus gastrointestinal dapat terkena, namun paling sering di usus

    halus. Onsetnya pada usia muda, antara 10-30 tahun. Gejala klinik berupa muntah,

    perdarahan, nyeri abdomen. Pembedahan merupakan terapi konservatif untukmengatasi gejala sekunder akibat ulserasi polip, obstruksi atau intussussepsi.

    Progresifitas ke arah keganasan jarang terjadi. Beberapa pasien mempunyai

    kecenderungan timbulnya keganasan pada organ lain seperti pankreas, payudara, dan

    ovarium.5,6

    b. Polip hiperplastik

    Merupakan polip kecil yang berdiameter kurang dari 5 mm yang berasal dari epitel

    mukosa yang hiperplastik. Dikenal juga sebagai polip metaplastik. Tipe ini merupakan

    polip colon yang paling sering. Polip hiperplastik sendiri adalah non-neoplastik, namun

    sering ditemukan pada pasien carcinoma colon. Etiologinya belum jelas, diduga karena

    infeksi virus. Umumnya polip ini tidak bergejala, tetapi disarankan dilakukan

    polypectomy dan dibiopsi untuk diagnosis histologik.6

    c. Polip inflamasi

    Tipe polip ini dapat singel atau multipel. Bila multipel, biasanya terdapat

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 10

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    11/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    inflammatory bowel disease. Polip sebaiknya dibuang dan diperiksa secara patologis.

    Jika terdapat colitis ulseratif aktif maka harus diterapi.5,6

    2. Polip neoplasik

    a. Polip adenomatous

    Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi maligna

    dan berdasarkan WHO diklasifikasikan sebagai tubular adenoma, tubulovillous

    adenoma dan villous adenoma. Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous,

    dimana 75%-85% tubular adenoma, 10%-25% tubulovillous adenoma dan villous

    adenoma dibawah 5%.6

    Adenoma Tubular

    Adenoma tubular pada umumnya pedunculated tetapi dapat pula tumbuh flat.

    Mikroskopis berupa proliferasi kripti yang dilapisi epitel kolumner yang displastik.

    Pada perjalanannya bentuk tubular dapat dapat membentuk cabang-cabang. Lamina

    propria bersebukan pada limfosit, sel plasma dan eosinofil.6

    Gambar 5 Adenoma Tubular

    Adenoma Villosum

    Berupa proliferasi kelenjar yang membentuk pola seperti jari-jari atau berupa

    papilla-papilla runcing.Papilla dilapisi sel epitel yang displastik.6

    Gambar 6 Adenoma Villosum

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 11

    http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image017.jpghttp://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image017.jpg
  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    12/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Adenoma Tubulovillosum

    Merupakan bentuk campuran bentuk tubular dan villi, dapat juga berupa

    struktur adenoma villosum yang mengandung struktur tubuler.Pada adenoma tipe

    ini struktur villi berkisar antara 35-75 %.6

    Gambar 7 Adenoma Tubulovillosum

    Patofisiologi adenoma dikarakteristikan sebagai proliferasi berlebihan dengan

    maturasi sel yang lambat. Normalnya sel epitel mukosa colon diganti setiap 4 sampai

    8 hari, dengan keseimbangan antara pembentukan dan kematian sel, dan migrasi dari

    2/3 basal kripta colon. Pada adenoma, proliferasi juga terjadi pada bagian atas kripta

    dengan akumulasi sel pada permukaan luminar.5

    Kebanyakan pasien dengan polip adenoma adalah asimptomatik, namun dapat

    juga terdapat hematochezia, obstruksi, nyeri, mucus discharge, atau diare.

    Kebanyakan polip ini ditemukan secara kebetulan.6

    Dewasa ini, hipotesis yang diterima adalah bahwa kebanyakan carcinoma

    colon berasal dari adenoma benign sebelumnya. Predileksi tersering pada adenoma

    dan carcinoma adalah di colon distal dan caecum. Carcinoma timbul dari adenoma

    yang tak diterapi. Adenoma yang lebih dari 15 tahun akan berisiko menjadi

    carcinoma. Sering terdapat koeksistensi antara bekas adenoma dengan carcinoma

    colon. Deteksi dini dan pembuangan polip adenoma diharapkan dapat menurunkan

    insidensi carcinoma colon.5

    1.2 Inherited Colorectal Carcinoma (6,7)

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 12

    http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image017.jpg
  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    13/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    a. Familial adenomatous poliposis (FAP)

    Merupakan kelainan herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.

    Gambaran utamanya adalah polip adenoma difus pada seluruh traktus gastrointestinal

    bagian bawah. Biasanya timbul pada dekade kedua, namun dapat juga timbul lebih

    awal. Kelainan ini berpotensi menjadi keganasan, dimana jika tidak diterapi, maka

    insidensi perubahan keganasan adalah 100%. Usia rata-rata diagnosis carcinoma

    adalah 40 tahun, namun dapat juga didiagnosis pada awal dekade pertama. Perjalanan

    penyakit dihambat dengan pembuangan colon yang terkait secepat dan seagresif

    mungkin sebelum onset keganasan. Proctocolectomy total dengan anastomosis ileal

    pouch-anal dapat mencegah carcinoma colorectal dan menyediakan jalur untuk

    defekasi. Alternatif lainnya adalah colectomy subtotal dengan ileoproctostomy, jika

    tidak ada polip pada rectum. Keluarga pasien perlu diperiksa dengan proctoscopy

    setiap tahunnya mulai dari usia 10 tahun, sehingga diagnosis dan terapi yang cepat

    dapat mencegah carcinoma colorectal.6,7

    b. Sindroma Gardners

    Adalah kelainan yang di turunkan secara dominan, yang di tandai oleh trias

    adenoma kolon, tumor tulang (oseoma) dan tumor jaringan lunak (lipoma, kista

    sebaea, fibroma, fibrosarkoma). Gambaran penyerta lain mencangkup fibrosis

    retroperineum, gigi tambahan serta kecenderungan ke arah perkembangan karsinoma

    tiroidea, glandula adrenal dan duodenum dalam daerah ampula vater.6

    c. Sindroma Turcots

    Sindroma Turcot menunjukan hubungan yang jarang antara adenoma kolon

    dengan berbagai tumor di sistem saraf pusat. Polip mempunyai frekuensi trasformasi

    keganasan yang tinggi. Lesi sistem saraf pusat mencangkup medulablastoma,

    ependimoma dan ganglioblastoma. Cara penularan dianggap autosom resesif

    walaupun hal ini belum jelas.7

    Penatalaksanaan4, 6

    Polip berpedunkulasi ukuran apapun dan polip sesil kurang dari 2 cm biasanya

    dapat di buang menggunakan jerat kauter dengan kolonoskopi. Walaupun polip sesil

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 13

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    14/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    yang lebih besar dapat di eksisi secara segmental melalui kolonoskop, namun

    pendekatan ini mungkin tidak ideal karna banyak yang bersifat kanker dan resiko

    komplikasi selama pembuangan meningkat secara bermakna. Karena juga ada resiko

    yang terlibat dalam laparatomi dan eksisi, maka tiap pasien harus di pertimbangkan

    secara sendiri-sendiri. Setelah polipektomi endoskopi, pasien harus diperiksa secara

    periodik. Biasanya kolonoskopi ulang di lakukan 1 tahun kemudian dan 3 tahun setelah

    itu untuk mencari lesi baru atau tambahan. Jika pasien menderita adenoma majemuk

    maka kolonoskopi di lakukan setiap tahun. Jika laparatomi diperlukan untuk eksisi,

    setelah memaparkan kolon, polip di palpso dan dinding kolon di insisi pada tempat

    polip. Kemudian polip di buang dan kolotomi di tutup. Kolektomi segmental jarang di

    perlukan dan bahkan jika ditemukan perubahan ganas di ujung polip, jika polip tidak

    menembus lamina muskularis mukosa, maka tidak perlu di lakukan tindakan lebih lanjut.

    Jika kanker telah menembus lamina muskularis mukosa dan invasi pemuluh limfe telah

    terlihat, jika kanker berdifrensiasi buruk atau jika telah meluas ketepi eksisi pada

    kolonoskopi maka laparatomi tindak lanjut dengan reseksi segmental seperti rutin di

    gunakan untuk adenokarsinoma kolon adalah tepat.

    III.2 Tumor Ganas Colon

    2.1 Definisi

    Karsinoma kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam

    permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Karsinoma kolon

    adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi

    jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan

    dari masa abnormal/ neoplasma yang muncul dari jaringan ephitalialdari kolon (Brooker,

    2001 :72 )7

    Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karsinoma kolon

    adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 14

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    15/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    sehat disekitar kolon (usus besar). Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila

    menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut

    kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.7

    2.2 Epidemiologi

    8

    Di dunia kanker kolon menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden dan

    mortalitas. Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker kolon dengan tingkat

    mortalitas lebih dari 50%. 9,5% pria penderita kanker terkena kanker kolon, sedangkan

    pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker. Angka insiden

    tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan Selandia baru, sedangkan angka

    insiden terendah terdapat pada India, Amerika Selatan dan Arab Israel. Didapatkan suatu

    hubungan yaitu 1) terdapat perbedaan insiden pada pria dan wanita yang berusia lanjut,

    yang meningkat seiring dengan usia 2) meningkatnya insiden kanker kolon seiring dengan

    kepadatan penduduk 3) rendahnya insiden pada pria yang belum pernah menikah.7,8

    Kanker kolon merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada

    pria maupun wanita. Di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus kanker kolon, data di

    Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak tahun 1994-2003,

    terdapat 372 keganasan kolorektal yang datang berobat ke RS Kanker Dharmais (RSKD).

    Berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan catatan lengkap,

    terdiri dari 203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun.5,7

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 15

    http://id.wikipedia.org/wiki/Organhttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolonhttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolonhttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organhttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://www.scribd.com/doc/80018811/6/Definisi-Karsinoma-Kolon
  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    16/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 8 Insiden Kanker di Indonesia

    2.3 Etiologi dan Faktor Resiko8

    1. Kelainan di kolon

    a.Polip

    Polip telah diketahui potensial untuk menjadi kanker kolorektal. Evolusi dari kanker

    itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai dari

    hiperplasia sel mukosa, pembentukan adenoma, perkembangan dari displasia menujutransformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi tumor supresi gen,

    dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi adenoma,

    perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma.8

    Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi maligna; dan

    berdasarkan WHO diklasifikasikan sebagai tubular adenoma, tubulovillous adenoma dan

    villous adenoma. Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous, dimana 75%-85%

    tubular adenoma, 10%-25% tubulovillous adenoma dan villous adenoma dibawah 5%.8

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 16

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    17/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 9: Adenomatous Polip

    Displasia dapat dikategorikan menjadi low atau high grade. Enam persen dari

    adenomatous polip berupa high grade displasia dan 5% didalamnya berupa invasif

    karsinoma pada saat terdiagnosa. Potensi malignansi dari adenoma berkorelasi dengan

    besarnya polip, tingkat displasia, dan umur. Polip yang diameternya lebih besar dari 1

    cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong sebagai villous adenoma

    dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal. Polip yang

    berukuran kecil (

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    18/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien

    dengan crohns disease.9

    2. Faktor Genetik

    a. Riwayat Keluarga

    Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker

    kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang

    mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker

    kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak

    memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.8

    b. Herediter Kanker Kolorektal

    Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari normal menuju

    mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan

    adenokarsinoma yang besar berhubungan dengan mutasi. Langkah yang paling

    penting dalam menegakkan diagnosa dari sindrom kanker herediter yaitu riwayat

    kanker pada keluarga. Mutasi sangat jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil

    dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p ditunjukkan pada dari seluruh kanker kolon,

    dan deletion dari 5q ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma

    yang besar. Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama dari sindrom

    ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali karakternya. Dua sindrom ini,dimana mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki mekanisme yang

    berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary non polyposis

    colorectal cancer (HNPCC).8,9

    3. Diet

    Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat

    berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan

    penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya

    hubungan antara serat dan kanker kolorektal.

    Ada dua hipotesis yang menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan

    resiko kanker kolorektal. Teori pertama adalah pengakumulasian bukti epidemiologi

    untuk asosiasi antara resistensi insulin dengan adenoma dan kanker kolorektal.

    Mekanismenya adalah menkonsumsi diet yang berenergi tinggi mengakibatkan

    perkembangan resistensi insulin diikuti dengan peningkatan level insulin, trigliserida

    dan asam lemak tak jenuh pada sirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel

    kolon untuk menstimulus proliferasi dan juga memperlihatkan interaksi oksigen

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 18

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    19/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    reaktif. Pemaparan jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan

    kanker kolorektal. Hipotesis kedua adalah identifikasi berkelanjutan dari agen yang

    secara signifikan menghambat karsinogenesis kolon secara experimental. Dari

    pengamatan tersebut dapat disimpulkan mekanismenya, yaitu hilangnya fungsi

    pertahanan lokal epitel disebabkan kegagalan diferensiasi dari daerah yang lemah

    akibat terpapar toksin yang tak dapat dikenali dan adanya respon inflamasi fokal,

    karakteristik ini didapat dari bukti teraktifasinya enzim COX-2 dan stres oksidatif

    dengan lepasnya mediator oksigen reaktif. Hasil dari proliferasi fokal dan

    mutagenesis dapat meningkatkan resiko terjadinya adenoma dan aberrant crypt foci.

    Proses ini dapat dihambat dengan (a) demulsi yang dapat memperbaiki permukaan

    lumen kolon; (b) agen anti-inflamasi; atau (c) anti-oksidan. Kedua mekanisme

    tersebut, misalnya resistensi insulin yang berperan melalui tubuh dan kegagalan

    pertahanan fokal epitel yang berperan secara lokal, dapat menjelaskan hubungan

    antara diet dan resiko kanker kolorektal.7,8

    4. Gaya Hidup

    Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali

    untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan

    merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk

    menderita adenoma yang berukuran besar. Pemakaian alkohol juga menunjukkanhubungan dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal.7

    Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas, obesitas

    dan asupan energi dengan kanker kolorektal. Pada percobaan terhadap hewan,

    pembatasan asupan energi telah menurunkan perkembangan dari kanker. Interaksi

    antara obesitas dan aktifitas fisik menunjukkan penekanan pada aktifitas

    prostaglandin intestinal, yang berhubungan dengan risiko kanker kolorektal. The

    Nurses Health Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas

    fisik dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik

    akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma.8

    5. Usia

    Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut ( 65 thn) pria dan wanita

    adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir 7 kali (2158

    per 100.000 orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut sekitar 4 kali (1192 per

    100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda

    (30-64 thn). Peningkatan resiko kanker kolorektal meningkat sesuai dengan usia.9

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 19

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    20/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Menurut WHO, faktor resiko kanker kolorektal :

    1. Berusia > 50 tahun

    2. Sindroma adenomatous popilposis ( familial, hamartomatous poliposis dan Peutz

    jagers sindrom)

    3. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga

    4. Inflamatory bowel disease

    5. Riwayat menderita kanker kolorektal

    6. Riwayat menderita polip kolrektal

    2.4 Letak

    Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid.2,8

    Letak ` Persentase

    Caecum dan colon ascendens 25

    Colon transversum 10

    Colon descendens 15

    Rectosigmoid 50

    Tabel 1. carcinoma colon

    2.5 Klasifikasi 8

    Sistem Dukes

    Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum berdasarkan gambaran

    histologik dibagi menurut klasifikasi Dukes. Klasifikasi Dukes dibagi berdasarkan

    dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding usus.6,8

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 20

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    21/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Tabel 2. Sistem Dukes

    Stadium O menunjukkan cancer in situ. Sel kanker hanya terdapat di dalam

    mukosa kolon. Pada umumnya kanker kolon pada tahap ini dapat ditangani dengan

    polypectomy (menghilangkan massa jaringan yang berkembang di dalam dinding).6

    Gambar 10 Kanker stadium 0

    Pada kanker stadium I, kanker telah tumbuh melewati mukosa dan menginvasi

    lapisan otot kolon dan rectum. Kanker belum menyebar ke jaringan sekitar atau

    limfonodi (T1 atau T2, N0, M0).8

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 21

    Dukes Dalamnya infiltrasi Prognosis hidup setelah 5

    tahun

    A

    B

    C

    C1

    C2

    D

    Terbatas di dinding usus

    Menembus lapisan muskularis mukosa

    Metastasis kelenjar limfe

    Beberapa kelenjar limfe dekat tumor

    primer

    Dalam kelenjar limfe jauh

    Metastasis jauh

    97%

    80%

    65%

    35%

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    22/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 11 Kanker stadium I

    Pada kanker stadium IIa, sel kanker telah menyebar melewati dinding kolon dan

    rektum dan mungkin telah menyebar ke jaringan sekitar. Kanker belum menyebar ke

    limfonodi terdekat (T3, N0, M0). Pada stadium IIb, sel kanker telah menyebar

    melewati kolon atau rektum. Kanker belum menyebar ke limfpnodi terdekat (T4, N0,

    M0).6

    Gambar 12. Kanker stadium IIa dan b

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 22

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    23/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Pada stadium IIIa, sel kanker telah tumbuh melewati batas dalam atau masuk ke

    lapisan otot saluran cerna dan satu sampai tiga limfonodi, tetapi belum menyebar ke

    bagian tubuh yang lain (T1 atau T2, N1, M0).5

    Gambar 13 Kanker stadium IIIa

    Pada stadium IIIb, sel kanker telah tumbuh melewati dinding saluran cerna atau

    organ sekitar dan terdapat pada satu sampai tiga limfonodi, tetapi belum menyebar ke

    bagian tubuh yang lain (T3 atau T4, N1, M0).6

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 23

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    24/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 14 Kanker stadium IIIb

    Pada stadium IIIc, sel kanker (semua ukuran) telah menyebar pada empat atau

    lebih limfonodi, tetapi tidak pada organ distal tubuh. (semua T, N2, M0).6

    Gambar 15 Kanker stadium IIIc

    Pada stadium IV, sel kanker telah metastasis ke bagian distal tubuh, seperti hati dan

    paru-paru (semua T, semua N, M1)7

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 24

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    25/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 16 Kanker stadium IV

    Sistem TNM

    The American Joint Committee on Cancer (AJCC) dan the International Union Against

    Cancer (IUAC) mengklasifikasikan karsinoma kolon dan rektum menggunakan sistemTNM. Klasifikasi TNM untuk kanker kolon dan rektum (AJCC):8

    Tumor primer (T)

    - TX : Tumor primer sulit dinilai atau kedalaman penetrasi tidak spesifik

    - T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer

    - Tis : Carcinoma in situ (mukosal); intraepithelial atau invasio pada lamina

    propria

    - T1 : Tumor menginvasi submukosa

    - T2 : Tumor menginvasi muscularis propria

    - T3 : Tumor menginvasi melalui muscularis propria ke dalamsubserosa atau ke dalam

    perikolik nonperitonial atau jaringan perirektal

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 25

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    26/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    - T4 : Tumor secara langsung menginvasi organ lain atau struktur dan atau

    perforasi peritoneum viseral.

    Limfonodi regional (N)

    - NX : Limfonodi regional tidak dapat dinilai

    - N0 : Tidak ada metastasis limfonodi regional

    - N1 : Metastasis pada 1-3 limfonodi perikolik atau perirektal

    - N2 : Metastasis pada 4 atau lebih limfonodi perikolik atau perirektal

    - N3 : Metastasis pada semua limfonodi yang ada dalam tubuh

    Metastasis jauh (M)

    - MX : Adanya metastasis tidak dapat dinilai

    - M0 : Tidak ada metastasis jauh

    - M1 : Metastasis jauh

    Perbandingan Klasifikasi TNM Staging System dengan klasifikasi Dukes

    Stadium T N M Dukes StadiumI Tis N0 M0 A

    T1 N0 M0

    T2 N0 M0

    II T3 N0 M0 B

    T4 N0 M0

    III Any T N1 M0 C

    Any T N2, N3 M0

    IV Any T Any N M1

    Tabel 3. Perbandingan TNM & Dukes

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 26

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    27/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    2.6 Patologi

    Secara makroskopis terdapat 3 tipe carcinoma colorectal. Tipe polipoid atau vegetatif

    tumbuh menonjol ke dalam lumen usus., berbentuk bunga kol dan terutama ditemukan di

    caecum dan colon ascendens. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadistenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di colon descendens, sigmoid dan

    rectum. Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral, terdapat di rectum. Pada

    tahap lebih lanjut, sebagian besar carcinoma colon dapat mengalami ulserasi dan menjadi

    ulcus maligna.2,8

    2.7 Patofisiologi 6,10

    Secara umumnya dinyatakan bahwa untuk perkembangan karsinoma kolonmerupakan interaksi anatara faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan multiple

    beraksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi

    karsinoma kolon. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap,

    dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma formation, perkembangan dari

    displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi

    tumor supresi gen, dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi

    adenoma, perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma.6

    Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel yaitu

    proto-onkogen, gen penekan tumor (Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper.

    Proto-onkogen menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel. TSG

    menghambat pertumbuhan sel atau menginduksi apoptosis (kematian sel yang terprogram).

    Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen, karena berfungsi melakukan kontrol

    negatif (penekanan) pada pertumbuhan sel. Gen p53 merupakan salah satu dari TSG yang

    menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa. Gen p53 juga berfungsi mendeteksi

    kerusakan DNA, menginduksi reparasi DNA. Gen gatekeeperberfungsi mempertahankan

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 27

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    28/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    integritas genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan memperbaikinya. Mutasi

    pada gen-gen ini karena berbagai faktor membuka peluang terbentuknya kanker.6,10

    Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan melalui

    siklus sel normal yang dikendalikan secara terpadu oleh fungsi proto-onkogen, TSG, dan

    gengatekeepersecara seimbang. Jika terjadi ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau

    salah satu tidak berfungsi dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan

    penyimpangan siklus sel. Pertumbuhan sel tidak normal pada proses terbentuknya kanker

    dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu perpendekan waktu siklus sel, sehingga akan

    menghasilkan lebih banyak sel dalam satuan waktu, penurunan jumlah kematian sel akibat

    gangguan proses apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak aktif

    berproliferasi ke dalam siklus proliferasi. Gabungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini

    akan menyebabkan kelainan siklus sel, yang sering terjadi adalah mutasi gen yang berperan

    dalam mekanisme kontrol sehingga tidak berfungsi baik, akibatnya sel akan berkembang

    tanpa kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen p53). Akhirnya akan

    terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali dan karsinogenesis dimulai.10

    Gambar 17: Adenoma Carcinoma Sequences

    2.8 Manifestasi Klinis 8,9

    Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan

    utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor.

    Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan. Karsinoma kolon kiri

    sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan gejala obstruksi dan stenosis,

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 28

    http://usebrains.files.wordpress.com/2008/11/clip-image011.jpg
  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    29/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    terlebih karna feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi

    stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada factor obstruksi.8

    Kolon kanan memiliki kaliber yang besar, tipis dan dinding distensi serta isi fecal

    ialah air. Karena fitur anatomisnya, karsinoma kolon kanan dapat tumbuh besar sebelum

    terdiagnosa. Pasien sering mengeluh lemah karena anemia. Darah makroskopis sering tidak

    tampak pada feses tetapi dapat mendeteksi tes darah samar. Pasien dapat mengeluh

    ketidaknyamanan pada kuadran kanan perut setelah makan dan sering salah diagnosa

    dengan penyakit gastrointestinal dan kandung empedu. Jarang sekali terjadi obstruksi dan

    gangguan berkemih.8

    Tumor dari kolon kiri dan rectum dapat secara gradual mengoklusi lumen yang

    menyebabkan gangguan pola defekasi yaitu konstipasi atau defekasi dengan tenesmi.

    Kolon kiri memiliki lumen yang lebih kecil dari yang kanan dan konsistensi feses ialah

    semisolid. Makin ke distal letak tumor feses makin menitips atau seperti kotoran kambing

    atau lebih cair di sertai darah dan lendir. Tenesmi merupakan gejala yang biasa di dapatkan

    pada karsinoma rectum. Selain itu Pada kanker rektum, gejala utama yang terjadi ialah

    hematokezia. Perdarahan seringkali terjadi persisten. Darah dapat tercampur dengan feses

    atau mukus. Pada pasien dengan perdarahan rektal pada usia pertengahan atau tua,

    walaupun ada hemoroid, kanker tetap harus dipikirkan.8

    Gambaran klinis tumor saecum dan kolon ascendens tidak khas. Dyspepsia,

    kelemahan umum, penurunana berat badan dan anemia merupakan gejala yang umum. Oleh

    karena itu penderita sering datang dengan keadaan yang menyedihkan. Gejala akut dari

    pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga jika ditemukan pasien usia lanjut

    dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kanker. Obstruksi

    total muncul pada < 10% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah sebuah keadaan

    darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan penanganan bedah.

    Pasien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa flatus atau buang air besar,

    kram perut dan perut yang menegang. Jika obstruksi tersebut tidak mendapat terapi maka

    akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan menyebabkan

    peritonitis dan sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat

    disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada vesika urinaria

    atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan fecaluria. Metastasis ke

    hepar dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini

    biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon.9

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 29

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    30/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Secara garis besar gejala pada tumor colon terbagi menjadi tiga, yaitu gejala local,

    gejala sistemik, dan gejala peyebaran (metastasis):8,9

    1. Gejala lokal

    a. Perubahan kebiasaan buang air

    - Perubahan frekuensi buang air, konstipasi atau diare

    - Sensasi seperti belum selasai buang air besar (masih ingin tapi tidak bisa

    keluar)

    - Feses bercampur darah atau keluar darah pada saat BAB, feses bercampur

    lender, feses berwarna kehitaman

    - Nyeri pada saat BAB

    - Mual dan muntah

    - Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh pasien

    2. Gejala umum

    - Penurunan berat badan

    - Hilangnya nafsu makan

    - Sering merasa lelah, pucat

    3. Gejala metastase

    - Pasien tampak kuning, jika terdapat metastase ke hepar

    - Nyeri pada perut

    KOLON KANAN KOLON KIRI REKTUM

    ASPEK KLINIS Kolitis Obstruksi Proktitis

    NYERI Karena penyusupan Obstruksi Obstruksi

    DEFEKASI Diare/diare berkala Konstipasi progresif Tenesmi terus

    menerus

    OBSTRUKSI Jarang Hampir selalu Hampir selalu

    DARAH PADA Samar Samar/makroskopik Makroskopik

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 30

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    31/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    FESES

    FESES Normal/diare berkala Normal Perubahan bentuk

    DISPEPSIA Sering Jarang Jarang

    ANEMIA Hampir selalu Lambat Lambat

    MEMBURUKNYA

    KEADAAN UMUM

    Hampir selalu Lambat Lambat

    Tabel 4 Gambaran klinis karsinoma kolorektal

    2.9 Diagnosis

    Anamnesis

    Anamnesis yang cermat sering dapat menentukan diagnosis. Gejala dan tanda yang

    sering ditemukan pada kelainan kolon adalah dyspepsia, hematokezia, anemia, bemjolan,

    dan obstruksi. Yang perlu ditanyakan adalah perubahan pola defekasi, frekuensi dan

    konsitensi tinja.9

    Pemeriksaan Fisik9

    Rectal toucheruntuk menilai :

    a. Tonus sfingter ani : kuat atau lemah.

    b. Ampula rektum : kolaps, kembung atau terisi feses

    c. Mukosa : kasar,berbenjol benjol, kaku

    d. Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat ditembus

    jari, mudah berdarah atau tidak, batas atas dan jaringan sekitarnya, jarak dari

    garis anorektal sampai tumor.

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 31

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    32/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 18: Pemeriksaan colok dubur pada Ca Rekti

    Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta

    spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis

    intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi

    anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm

    merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui

    bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination

    merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja

    diabaikan.9,10

    Pemeriksaan Penunjang

    1. Laboratorium

    a. Pemeriksaan darah samar pada faeces

    Digunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik, pada

    individu dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes serial karena kebanyakan

    carcinoma colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini merupakan tes nonspesifik

    untuk peroxidase yang terkandung dalam haemoglobin. Perdarahan traktus

    gastrointestinal akan memberikan hasil positif. Beberapa makanan (daging, beberapa

    buah dan sayuran, dan viamin C) dapat memberikan false positif, sehingga pasien

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 32

    http://lh3.ggpht.com/_I0UHlGxoP6A/SWAiPiP0-UI/AAAAAAAAAX0/2VMIN8xkmPs/clip_image0063.jpg
  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    33/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes. Tes ini dapat ditingkatkan spesifik dan

    sensitivitasnya dengan menggunakan immunochemical. Hasil positif pada tes ini

    sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.9

    b. Pemeriksaan DNA feces

    Pemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang berkembang untuk skrining

    karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan karsinoma menhasilkan marker DNA

    yang tidak terdegradasi selama proses pencernaan dan tetap stabil di dalam feces. Hasil

    penelitian pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 71-91%.9

    c. Tumor marker

    Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk pasien

    carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling umum digunakan,

    sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-

    90% pasien dengan carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining

    yang efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga pada

    pasien dengan carcinoma selain carcinoma colorectal. Pemeriksaan antigen

    karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik

    mungkin bukan indicator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon

    karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA

    dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang

    meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal

    selanjutnya menunjukkan kekambuhan.10

    d. Tes serum

    Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT, dan LDH

    dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.

    2. Endoskopi

    a. Rectosigmoidoskopi

    Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 33

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    34/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    sigmoideum bagian distal.9

    b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi

    Sigmoidoskop dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau fiberoptik dapat

    memperlihatkan gambaran colon dan rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi

    dan colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode

    yang paling akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi

    dan dapat untuk melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran

    untuk lewatnya alat-alat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai jalan

    untuk melakukan penghisapan dan irigasi. Colonoskop untuk terapetik mempunyai 2

    saluran yang dapat digunakan secara simultan untuk irigasi / penghisapan dan untuk

    lewatnya alat-alat.10

    Gambar 19: Metode pemeriksaan kolonoskopi

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 34

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    35/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 20. Kolonoskopi dan sigmoidoskopi

    3. Pencitraan

    a. X-ray foto polos dan colon in loop

    X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam mengevaluasi

    pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos abdomen (supine, tegak,

    dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus yang menunjukkan adanya

    obstruksi. Colon in loop berguna untuk mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop

    dengan double contrast sensitif untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar

    dari 1 cm. Deteksi massa yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai

    untuk mengevaluasi massa colon yang nonobstruksi.10

    b. CT scan

    Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma colorectal,

    karena kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 35

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    36/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 21 : CT scan pelvis menunjukkan adanya tumor kolon yang sudah

    metastasis pada hepar dan daerah intraperitoneal

    c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)

    Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi untuk

    mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan kesensitivitasan maka

    dilakukan persiapan usus per oral, pemberian kontras per oral dan rectal, pendistensian

    colon. Alat ini sensitif untuk melihat carcinoma colorectal yang berukuran lebih dari 1cm. colonoskopi tetap dibutuhkan jika terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan

    pada obstruksi colon proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat

    faeces, penyakit divertikula, lipatan haustrae, artefak, dan ketidakmampuan mendeteksi

    adenoma yang datar.10

    d. MRI

    Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif daripada CT scan dalam

    mendeteksi keterlibatan tulang atau dinding pelvis akibat perluasan carcinoma

    colorectal. Penggunaan endorectal coil akan menambah sensitivitas.

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 36

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    37/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    Gambar 22: MRI dari karsinoma kolon

    e. PET

    Positron Emmision Tomography (PET) digunakan untuk pencitraan jaringan

    dengan kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada tumor ganas. PET digunakan

    sebagai tambahan pemeriksaan CT scan dalam staging carcinoma colorectal dan dapat

    digunakan untuk membedakan kanker rekuren dengan fibrosis.9

    f. Endorectal ultrasound

    Endorectal ultrasound digunakan untuk mengevaluasi kedalaman invasi

    carcinoma recti. Dinding rectum yang normal terdiri atas 5 lapisan. Ultrasound dapat

    membedakan tumor jinak dari tumor invasif berdasarkan integritas lapiasan submukosa.

    Ultrasound dapat membedakan tumor superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam

    T3-T4. Keakurasian ultrasound dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural

    berkisar antara 81-94%. Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus

    limfatikus perirectal, yang menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus, dimana

    keakurasiannnya adalah 58-83%. Ultrasound juga dapat digunakan untuk mendeteksi

    rekurensi lokal setelah pembedahan.10

    4. Biopsi

    Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat

    mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering didapat pada

    carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma (95%).

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 37

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    38/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    2.10 Penatalaksanaan

    A. Pembedahan

    Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai

    penanganan kuratif untuk kanker kolon. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan

    batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan

    fungsi dari kolon sebisanya. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kiri dapat

    ditangani dengan dekompresi. Tumor yang menyebabkan perforasi membutuhkan eksisi

    dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan reanastomosis dan closure dari

    kolostomi.10

    B. Penyinaran (Radioterapi)

    Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi

    tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu

    dengan eksternal radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung

    pada tipe dan stadium dari kanker.

    Eksternal radiasi (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi

    tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk

    membunuh sel kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan

    yang sehat disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya

    berlangsung beberapa menit. 9

    Internal radiasi (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang

    diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan

    radiasi disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau implant

    langsung pada tumor. Internal radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan

    waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa

    penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh.9

    C. Kemoterapi

    Kemoterapi sangat efektif digunakan ketika kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi

    dari sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak. Obat kemoterapi bisa dipakai

    sebagai single agen atau dengan kombinasi, contoh : 5-fluorouracil (5FU), 5FU +

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 38

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    39/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    levamisole, 5FU + leucovorin. Pemakaian secara kombinasi dari obat kemoterapi tersebut

    berhubungan dengan peningkatan survival ketika diberikan post operatif kepada pasien

    tanpa penyakit penyerta. Terapi 5FU + levamisole menurunkan rekurensi dari kanker

    hingga 39%, menurunkan kematian akibat kanker hingga 32%.10

    2. 11 Prognosis

    Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu k1asifikasi tumor dan

    tingkat keganasan sel tumor. Berikut merupakan pembagian prognosis dari karsinoma

    kolorektal berdasarkan klasifikasi dari Dukes :6,8

    Klasifikasi Dukes

    Dukes A Terbatas pada mukosa Tidak ada Angka harapan hidup 5 tahun >90%

    Dukes B1 Sampai stratum muscularis propia Tidak didapatkan invasi limfonodi

    Angka harapan hidup 5 tahun 70-85%

    Dukes B2 Menembus stratum muscularis propia Tidak didapatkan invasi limfonodi

    Angka harapan hidup 5 tahun 55-65%

    Dukes C1 Sampai stratum muscularis propia Terdapat invasi pada limfonodi terdekat

    Angka harapan hidup 5 tahun 45-55%

    Dukes C2 Menembus stratum muscularis propia Terdapat invasi pada limfonodi jauh

    Angka harapan hidup 5 tahun 20-30%

    Dukes D Metastase jauh Tidak dapat dipakai Angka harapan hidup 5 tahun

    Prognosis hidup setelah 5 tahun dengan klasifikasi TNM

    Stadium I, 72%

    Stadium II, 54%

    Stadium III, 39%

    Stadium IV, 7%

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 39

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    40/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Tumor kolon merupakan sekelompok sel abnormal yang tumbuh tidak terkendali yang

    terletak pada kolon. Tumor kolon dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.Yang membedakan dari kedua jenis tumor ini adalah sifatnya. Tumor ganas mempunyai sifat

    invasif atau merusak jaringan sekitar sedangkan tumor jinak tidak.

    Tumor jinak kolon atau disebut polip adalah petumbuhan jaringan yang menonjol ke

    dalam lumen traktus gastrointestinal. Secara umum ,terdapat 2 tipe polip jinak yaitu polip

    non-neoplastik dan polip neoplastik. Polip non-neoplastik terdiri dari hamartoma, polip

    hyperplastik dan polip inflamasi. Polip neoplastik terdiri dari berbagai macam polip

    adenomatous dan poliposis coli herediter. Sedangkan tumor ganas kolon adalah suatu

    pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar

    kolon (bersifat invasif).

    Penatalaksanaan untuk tumor jinak atau polip adalah dengan jerat kauter dengan

    kolonoskopi sampai dengan eksisi segmental. Untuk tumor ganas ditambah dengan terapi

    radiasi dengan atau tanpa kemoterapi. Pada prinsipnya, semakin dini diagnosis karsinoma /

    tumor kolon, semakin baik prognosisnya karena penanganannya dapat dengan pembedahan

    kuratif.

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 40

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    41/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Jemal A, Siegel R, Ward E, et al: Cancer statistics, 2007. CA Cancer J Clin 2007. In

    Sabiston Textbook of Surgery, 18th edition. Saunders. 2007.

    2. Irving MH, Catchpole B: ABC of colorectal diseases: Anatomy and physiology of the

    colon, rectum, and anus. InCurrent Surgical Diagnosis & Treatment, 12th Edition. USA

    : McGraw-Hill. 2006

    3. Anatomy Of The Colon, Rectum, And Pelvic Floor. In Sabiston Textbook of Surgery,

    18th edition. Saunders. 2007.

    4. Physiology Of The Colon. In Sabiston Textbook of Surgery, 18th edition. Saunders. 2007.

    5. Sherwood L. Sistem Pencernaan. Dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi ke 2.

    Jakarta : EGC. Hal 582-4.

    6. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. Colon, Rectum and Anus In

    Schwartzs Principles of Surgery, 9th ed. 2010. USA : McGraw-Hill. P 1996-2012

    7. Cuschieri, Grace, Darzi, Borley, Rowley. Disorders of the Colon and Rectum. In Clinical

    Surgery, 2nd ed. 2003.USA : Blackwell Publishing. P 416-20.

    8. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam

    Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 658-64

    9. Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. 2004. Colon and rectum. In Sabistons Textbook

    of Surgery. 17th edition. 2004. Philadelphia: Elsevier Saunders. P 1443-65.

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

    FK UNIVERSITAS TRISAKTI 41

  • 7/29/2019 Tumor Colon Zona

    42/42

    TUMOR COLONTUMOR COLON

    10.Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Tumors of the colon. In Maingotss Abdominal operation.

    10th edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P 1281-1300