tumbuhan obat desa pelawan
TRANSCRIPT
i
TUMBUHAN OBAT DESA PELAWAN
TRY SUSANTI, S.Si., M.Si Dr. DARMA PUTRA, M.PKim
BAYU KURNIAWAN, S.Si., M.Sc
NINING NURAIDA, S.Pd., M.Pd
WULANDARI, S.Pd
PENERBIT CV. PENA PERSADA
TUMBUHAN OBAT DESA PELAWAN
ii
Penulis:
Try Susanti, S.Si., M.Si Dr. Darma Putra, M.PKim
Bayu Kurniawan, S.Si., M.Sc
Nining Nuraida, S.Pd., M.Pd
Wulandari, S.Pd
ISBN : 978-623-315-197-9
Editor:
Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., Ph.D
Design Cover :
Retnani Nur Briliant
Layout :
Eka Safitry
Penerbit CV. Pena Persada
Redaksi :
Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah
Email : [email protected]
Website : penapersada.com Phone : (0281) 7771388
Anggota IKAPI
All right reserved
Cetakan pertama : 2021
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin
penerbit
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, yang telah
menganugrahkan keanekargaman hayati tumbuhan obat ini.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, kami mengucapkan
terimakasih telah terselesainya tulisan ini.
Indonesia berada di wilayah tropis yang memiliki salah satu
hutan terluas dengan biodiversitasnya yang sangat melimpah di
dunia yang terhampar di daratan katulistiwa dari sabang sampai
merauke. Hutan menyimpan kekayaan jenis tumbuhan dan telah di
temukan lebih dari 30.000 jenis tumbuhan dan 400 spesies
diantaraanya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sebanyak
26% telah di manfaatkan dan 74% diantaranya masih belum
dimanfaatkan secara ekonomi. Sebanyak 8000 spesies diketahui
memiliki potensi obat dan 800-1200 spesies digunakan oleh
masyarakat luas sebagai obat tradisional dan kosmetik. Buku ini
menyajikan data mengenai tumbuhan potensi obat dan
pemanfaatannya di Desa Pelawan, Kecamatan Pelawan, Kabupaten
Sarolangun, Provinsi Jambi.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Keanekaragaman Hayati Indonesia .......................................... 1
B. Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional ....................................... 2
BAB II TANAMAN OBAT TRADISIONAL ....................................... 5
A. Tanaman Obat .............................................................................. 5
B. Jenis obat tradisional ................................................................... 6
C. Sumber perolehan obat tradisional ........................................... 7
D. Identifikasi Tumbuhan ............................................................... 9
BAB III JENIS TUMBUHAN POTENSI OBAT ................................. 11
A. Sirih merah ................................................................................ 133
B. Kelor .......................................................................................... 166
C. Jambu biji .................................................................................... 19
D. Jeruk nipis ................................................................................. 233
E. Pepaya ....................................................................................... 277
F. Seledri ........................................................................................ 300
G. Belimbing wuluh ..................................................................... 344
H. Salam ......................................................................................... 377
I. Cocor bebek ................................................................................ 41
J. Kumis kucing ........................................................................... 444
K. Lidah buaya .............................................................................. 477
L. Sirsak ........................................................................................... 50
M. Mengkudu ................................................................................ 533
N. Beluntas ..................................................................................... 566
O. Kayu manis ............................................................................... 599
P. Manggis....................................................................................... 62
Q. Ketepeng Tionghoa ................................................................. 655
R. Jahe ............................................................................................ 688
S. Brotowali ..................................................................................... 71
T. Daun dewa ............................................................................... 744
U. Sambiloto .................................................................................. 777
V. Ceplukan ..................................................................................... 80
W. Kayu putih .................................................................................. 83
v
BAB IV BAGIAN TUMBUHAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL
............................................................................................................... 866
A. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Tradisional .
.................................................................................................... 866
B. Pemanfataan Obat Tradisional Secara Turun Temurun ..... 888
BAB V PENUTUP ................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 93
vi
TUMBUHAN OBAT DESA PELAWAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Keanekaragaman Hayati Indonesia
Indonesia salah satu negara Megabiodiversitas dengan
wilayah didaerah garis katulistiwa yang mempunyai hutan
hujan tropis yang sangat luas. Hal ini berdampak pada
tingginya keaenaragaman flora dan fauna endemik Indonesia.
keanekaragama ini bersumber dari keanearagaman gen,
spesies, dan ekosistem.
Keanekaragaman flora telah tersurah didalam alQur’an
sebagai bukti kebesaran Allah SWT. Hal ini dapat dijadikan
bukti untuk menambah dan meningkatkan keimanan kita
terhadap Allah SWT, dimana telah di firmankan oleh Allah
SWT dalam kitab-Nya Surat Thaha: Ayat 53
نا بهۦ رجأ دا وسلك لكمأ فيها سبل وأنزل من ٱلسماء ماء فأخأ ض مهأ رأ ٱلذى جعل لكم ٱلأ
ن نبات شتى جا م و أزأ
Artinya : “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai
hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu
jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-
tumbuhan yang bermacam-macam”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa tumbuhan sebagai
makhluk yang di ciptakan Allah SWT di bumi dengan berbagai
jenis tumbuhan yang beranekaragam yaitu ada yang hitam dan
putih, berbeda warna, rasa, dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Flora yang di artikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di
suatu habitat tertentu. Apabila istilah flora ini di kaitkan
dengan life-form (bentuk hidup atau habitus) tumbuhan, maka
terbagi menjadi flora pohon (flora berbentuk pohon), flora
semak belukar, flora rumput, dan sebagainya. Apabila istilah
2
flora ini dikaitkan dengan nama tempat, maka akan muncul
istilah-seperti flora jawa, flora Gunung halimun, dan
sebagainya.
B. Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional
Tumbuhan merupakan keanekaragaman hayati yang
selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar atau
yang sudah di budidayakan. Umumnya tumbuhan yang
memiliki khasiat obat yang dapat menyembuhkan penyakit
fisik maupun penyakit dalam mudah di temukan, karena
tumbuh di perkarangan rumah, kebun, dan hutan. Selain itu
juga kita konsumsi sebagai pelengkap nutrisi yakni sayuran
dan buah maupun bahan pelengkap masakan.
Dalam tumbuhan terdapat gudang bahan kimia yang
paling lengkap. Berpuluh-puluh, bahkan mungkin beribu-ribu
komponen kimia terkandung di dalam tanaman, sehingga
banyak tanaman yang digunakan sebagai jamu atau obat
tradisional. Obat tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis
bagian tanaman yang mempunyai khasiat menyembuhkan
berbagai macam penyakit yang sudah di lakukan sejak zaman
dahulu. Obat tradisonal sendiri masih mempunyai beragam
variasi dari senyawa, sehingga obat tradisional mungkin
terjadi dengan adanya interaksi antar senyawa yang
mempunyai pengaruh lebih kuat untuk proses penyembuhan
penyakit.
Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan tanaman
yang menghasilkan satu atau lebih komponen aktif yang
digunakan untuk perawatan kesehatan dan pengobatan atau
seluruh spesies tumbuhan yang di ketahui atau di percaya
mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat tradisional di
Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting terutama
bagi masyarakat di daerah pedesaan yang fasilitas
kesehatannya masih sangat terbatas dan biaya kesehatan yang
cukup mahal.
Tradisi pengobatan suatu masyarakat tidak terlepas dari
kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit,
3
sehat, dan keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai
obat tradisional terbentuk melalui proses sosialisasi yang
secara turun temurun di percayai dan diyakini kebenarannya.
Penggunaan bahan alami di Indonesia, baik sebagai obat
maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan
adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Penggunaan
obat tradisional (obat herbal) banyak di gunakan masyarakat
menengah ke bawah yang di pergunakan sebagai obat
penyakit, kosmetika, dan upaya pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif).
Kondisi masyarakat Desa Pelawan secara umum
dalam perekonomian berada di taraf menengah dalam artian
berkecukupan, yang hanya sebatas untuk keperluan pokok
seperti kebutuhan makan sehari-hari dan tempat tinggal.
Masyarakat Desa Pelawan mata pencariannya rata-rata
bercocok tanam (bersawah, berkebun) dan ibu rumah tangga,
karena sebagian besar masyarakat hidup bergantung dari hasil
bumi dan kondisi alam, kemudian lapangan pekerjaan di Desa
Pelawan sangat minim.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga di
minati oleh masyarakat Desa Pelawan Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun karena telah terbukti bahwa obat yang
berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa
menimbulkan adanya efek samping jika di bandingkan obat-
obatan yang berasal dari bahan kimia, di samping harganya
yang relatif terjangkau tanaman obat ini juga mudah di
temukan di perkarangan atau di perkebunan masyarakat Desa
Pelawan Kecamatan Pelawan.
Koleksi tumbuhan obat ini dilakukan dengan cara
observasi dengan melihat jenis tanaman obat tradisional yang
ada di Desa Pelawan. Kemudian, juga menggunakan metode
wawancara kepada masyarakat Desa Pelawan terpilih
berdasarkan kriteria tertentu yaitu tabib, dukun, para
cendekiawan, dan tokoh adat.
4
Tumbuhan yang sering di gunakan oleh masyarakat
sebagai obat tradisional di Desa Pelawan yaitu tanaman sirsak
(Annona muricata L.), bagian yang di ambil untuk obat
tradisional yaitu daun. Daun sirsak mengandung senyawa
acetogenin, minyak esensial, reticuline, dan higenamine. Daun
sirsak ini dapat membantu mengobati asam urat dan kencing
manis. Cara pengolahannya yaitu dengan cara menyiapkan 10-
15 lembar daun sirsak kemudian cuci bersih daun sirsak
dengan air yang mengalir. Selanjutnya panaskan air sebanyak
2 gelas lalu masukkan daun sirsak dan tunggu hingga
menguap dan tersisa air rebusan sebanyak 1 gelas kemudian
diminum.
Dalam pengobatan tradisional yang menggunakan “tabas-tabas” (mantra) yang diperantararai oleh dukun, pada umumnya dalam pelaksanaanya menggunakan tumbuhan obat sebagai pelengkap pelaksanaan pengobatan, pengetahuan pengobatan tradisional tersebut jika tidak ditulis lama kelamaan akan hilang dan pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat juga akan menghilang secara perlahan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan kajian
mengenai jenis tumbuhan apa saja yang di gunakan untuk
pengobatan di Desa Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun.
5
BAB II TANAMAN OBAT TRADISIONAL
A. Tanaman Obat
Obat tradisional dalam UU No.23 tahun 1992 adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman..
Obat tradisional banyak digunakan oleh masyarakat
adat yang diturunkan secara turun temurun. Pemanfaatan obat
tradisional sebagai upaya preventif dalam upaya menjaga
kesehatan dan sebagai obat penyakit tertentu.
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang mengandung
zat aktif tertentu pada sebagian atau keseluruhan dari bagian
tumbuan yang berupa akar, batang, daun, ataupun buah yang
dapat di manfaatkan secara tradisional oleh masyarakat adat
dengan cara proses perebusan, tumbuk, diperas, parut, dan
atau diperas dari hasil racikan yang dapat dijadikan sebagai
penyembuh penyakit atau obat tertentu. Obat hasil olahan ini
penggunaannya dengan cara diminum, oles, ataupun
digosokkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tumbuhan obat dapat di kaji lebih mendalam melalui bidang
keilmuan farmakologi dan ilmu etnobotani. Farmakologi
mengkaji mengenai kerja obat dalam tubuh seperti mekanisme
obat dan juga interaksi serta khasiat obat pada tubuh.
Farmakognosi merupakan kajian mengenai obat yang berasal
dari tanaman, mineral dan hewan atau biasa di sebut sebagai
ilmu herbal. Sedangkan, etnobotani mengarah kepada sasaran
untuk mengembangkan sistem pengetahuan masyarakat lokal
terhadap tanaman obat sehingga dapat menemukan senyawa
kimia baru yang berguna dalam pembuatan obat-obatan
modern untuk menyembuhkan penyakit-penyakit berbahaya
6
pada manusia. Pada prinsipnya kedua pendekatan tersebut
berperan dalam mengeksplorasi jenis dan pemanfaatan
tumbuhan berkhasiat obat yang di manfaatkan manusia
(etnofarmakologi).
B. Jenis obat tradisional
Menurut Kepala Badan BPOM RI No. HK.00.05.4.2411
tentang ketentuan pokok pengelompokkan dan penandaan
obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dibagi menjadi
beberapa yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1. Jamu (Emprical Based Herbal Medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusu jamu tersebut. Jamu
disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan,
pil, atau cairan. Umumnya, obat tradisional ini dibuat
dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu
jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya antara 5-10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu
tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris. Di samping klaim
khasiat yang dibuktikan secara empiris, jamu juga harus
memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Jamu
yang telah digunakan secara turun menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung
untuk tujuan kesehatan tertentu.
Jamu merupakan produk herbal yang memanfaatkan
tumbuhan asli Indonesia. Konsep jamu hasil kearifan
manusia dan lingkungan alam disekitarnya sehingga
menghasilkan konsep-konsep yang unik dalam kaitannya
dengan pemeliharaan kesehatan dan kecantikan selaras
dengan siklus hidup perkembangan manusia.
2. Obat herbal terstandar (Standarized Based Herbal Medicine)
Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional
yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyaringan bahan
7
alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral.
Dalam proses pembuatannya, dibutuhkan peralatan yang
tidak sederhana dan lebih mahal dari pada jamu. Tenaga
kerjanyapun harus didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan membuat ekstrak. Obat herbal ini umumnya
di tunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian
praklinis. Kajian ini meliputi standardisasi kandungan
senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, satndardisasi
pembuatan ekstrak yang higienis, serta uji toksisitas akut
maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat
disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatannnya
telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji
klinis pada manusia. Karena itu, dalam pembuatannya
diperlukan peralatan bioteknologi modern, tenaga ahli, dan
biaya yang tidak sedikit.
C. Sumber perolehan obat tradisional
1. Obat tradisional buatan sendiri
Adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun
mempunyai kemampuan untuk meracik ramuan obat
tradisional. Hasil pemikiran dan kerarifan lokal masarakat
dalam perkembangan pengetahuan dikembangkan dalam
program taman obat keluarga (toga).
Toga menekankan pada self care untuk menjaga
kesehatan anggota keluarga serta untuk menangani
penyakit ringan sebagai usaha preventif keluarga. Sumber
tanaman toga berasal dari koleksi secara individu, keluarga,
maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat..
2. Obat tradisional dari pembuat jamu (Herbalis)
a. Jamu gendong
Obat tradisional yang paling mudah ditemui
adalah penjual jamu gendong. Penjual obat Jamu
gendong tersebar diseluruh nusantara tidak hanya
8
popular di pulau Jawa.
Obat yang tersedia dari penjual jamu gendong
diantaranya adalah kunyit asam, mengkudu, pahitan,
beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan. Selain itu,
penyediaan jamu gendong dapat dilakukan dengan
pemesanan khusus sesuai dengan kebutuhan misalnya
jamu bersalin dan jamu khusus sesuai pesanan,
misalnya jamu bersalin dan jamu untuk mengobati
keputihan. Dengan adanya industri jamu bersalin dan
jamu, kini penjual jamu gendong sering kali juga
menyediakan jamu berupa serbuk yang dikonsumsi
bersamaan dengan jamu gendong.
b. Peracik jamu
Selain jamu gendong, dipasar-pasar tradisional di
jawa tengah juga masih dijumpai peracik jamu
tradisional. Bentuk jamu menyerupai jamu gendong,
tetapi kegunaannya lebih khusus untuk keluhan
kesehatan tertentu, misalnya untuk kesegaran,
menghilangkan pegal dan linu, serta batuk. Peracik jamu
tradisional seperti ini memang sudah semakin
berkurang. Mungkin karena kalah bersaing dengan
industri besar yang mampu menyediakan jamu dalam
bentuk yang lebih praktis.
c. Obat tradisional dari tabib
Meskipun jumlahnya tidak banyak, tabib masih
bisa dijumpai. Dalam praktik pengobatannya, tabib
menyediakan ramuan yang berasal dari bahan alam
local. Selain memberikan ramuan, para tabib umumnya
juga mengombinasikan dengan teknik lain seperti
metode spiritual atau supranatural. Ilmu ketabiban
umumnya diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar
kepada tabib yang telah lama berpraktik. Di beberapa
kota, telah dijumpai pendidikan atau kursus ketabiban
yang dikelola dan diselenggarakan dengan baik oleh
tabib tertentu.
d. Obat tradisional dari Shines
9
Shinse adalah pengobat dari etnis Tionghoa yang
mengobati pasien dengan menggunakan obat
tradisional. Pengetahuan tentang pengobatan shines
berasal dari Negara asal mereka yaitu Tionghoa.
Umumnya bahan- bahan yang digunakan berasal dari
Tionghoa. Namun, tidak jarang pula yang dicampur
dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang dijumpai
di Tionghoa.
Obat tradisional Tionghoa berkembang baik
diindonesia dan banyak diimpor. Tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan pasien etnis Tionghoa, tetapi obat
tradisional itu juga dikonsumsi oleh masyarakat
pribumi. Obat tradisional Tionghoa mudah diperoleh di
toko-toko obat Tionghoa yang menyediakan sediaan jadi
dan menerima peracikan resep dari shines. Dalam
pengobatannya, shines biasanya mengkombinasikan
ramuan dengan teknik pijatan
D. Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan merupaka pengelompokkan jenis tumbuhan berdasarkan karakter morfologi dengan sifat yang sama antara tumbuhan tersebut yang dalam hal ini menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi binomial nomenklatur. Untuk istilah identifikasi sering juga digunakan istilah deteminasi.
Ada beberapa cara dalam mengidentifiksi diantaranya
sebagai berikut:
1. Ingatan identifikasi dilakukan berdasarkan pengalaman
atau ingatan.
2. Bantuan orang, identifikasi dapat dilakukan dengan
meminta bantuan para ahli botani sistematik.
3. Specimen acuan, identifikasi dilakukan dengan
membandingkan secara langsung menggunakan spesimen
acuan yang bisa diberikan etiket bertulisan nama jenisnya.
Pustaka identifikasi dilakukan dengan membandingkan
dan mencocokkan ciri-ciri tumbuhan yang akan
diidentifikasikan dengan gambar yang ada di pustaka.
10
Pertolaan umumnya bersifat tehnik berupa hasil penelitian
yang di sajikan dalam bentuk, monografi, revisi, flora, buku-
buku pegangan atau bentuk lainnya.
11
BAB III JENIS TUMBUHAN YANG DI GUNAKAN
SEBAGAI OBAT
Berdasarkan wawancara dengan 10 responden yang
terdiri dari dukun yang sering memanfaatkan tumbuhan
sebagai obat tradisional dan masyarakat umum di Desa
Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun yang
menggunakan tumbuhan obat sebagai obat tradisional, di
dapatkan 23 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan
obat-obatan.
Banyaknya jenis tumbuhan obat yang di temukan di
Desa Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun ini
lebih banyak di bandingkan dengan penelitian Sri Hartati,
(2013) yang menemukan sebanyak 22 jenis tumbuhan obat di
Desa Kuamang Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo.
Tumbuhan obat yang penulis temukan antara lain :
Tabel 1 Jenis tumbuhan dan manfaatnya :
No Local name Family Scientific name
1 Sirih merah Piperaceae Piper crocatum Ruiz & Pav
2 Kelor Moringaceae Moringa oliefera Lam.
3 Jambu biji Myrtaceae Psidium guajava L.
4 Jeruk nipis Rutaceae Citrus aurantifolia L.
5 Papaya Cariceae Carica papaya L.
6 Seledri Apiaceae Apium graveolens L.
7 Belimbing
wuluh Oxalidaceae Averhoa bilimbi L.
8 Salam Mytrtaceae Syzygium Polyanthum
(Wight) Walp
9 Cocor bebek
Crassulaceae Kalanchoe pinnata L.
10
Kumis kucing Lamiaceae Orthosiphon staminesis
Benth.
12
No Local name Family Scientific name
11 Lidah buaya
Liliceae Aloe vera (L.) Burm
12 Sirsak Annovaceae Annona muricata L.
13 Mengkudu Rubiaceae Morinda
citrifolia L.
14 Beluntas, kayu
putih Asteraceae Pluchea indica (L) Less.
15 Kayu manis
Lauraceae Cinnamomum burmanii
Nees & T. Nees.
16 Manggis Cluciaceae Garcinia mangostana L.
17 Ketepeng Tionghoa
Fabaceae Cassia alata L.
18 Jahe Zingiberaceae Zingiber officinale
19 Brotowali Menispermaceae Tinospora rhumpii L.
20 Daun dewa Compositae Gynura procumbens (Lour.)
Merr
21 Meniran Euphorbiaceae Andrographis paniculata
(Burm. fil.) Nees.
22 Sambiloto Acanthaceae Physalis minima L.
23 Ceplukan Solonaceae Melaleuca leucadendra L.
13
A. Sirih merah
Gambar 1. Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
(Sumber : Dokumen pribadi )
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav.
2. Deskripsi tumbuhan
Tanaman sirih (Piper, suku: Piperaceae) mrupakan
jenis tanaman yang memiliki nilai estetik dan dapat
dijadikan sebagai tanaman hias, sayuran, rempah-rempah,
ramuan obat, maupun sebagai perlengkapan (uborampe)
dalam upacara-upacara adat.
Karakteristik tanaman ini dapat digolongkan
menjadi tanaman semak, batang bersulur dan beruas, yang
memiliki ruas buku dengan jarak 5-10 cm, dan pada setiap
buku tumbuh bakal akar. Karakter daun bertangkai,
berbentuk ellips, acuminatus, sub acut pada basalnya dengan
bagian atas meruncing, mengkilap, tepi rata atau tidak
berbulu.
Panjang daun sirih berukuran 4-5 cm, daun bagian
atas bewarna hijau tua dengan daerah sekitar tulang
keperakan, dan bagian bawah bewarna ungu, daun
14
berlendir, berasa pahit dengan bau kurang spesifik.
Sistem anatomi pada daun sirih dan daun sirih merah
mirip memiliki perbedaan karakter yaitu pada bagian atas
vascular bundle P. betle dijumpai adanya sel-sel kolenkim
sedangkan pada P. crocatum tidak dijumpai. Pada sayatan
melintang daun kedua spesies ini pada sirih bagian atas
daun teramati adanya saluran yang dihasilkan dari
robekan-robekan sel, yang berfungsi sebagai saluran
minyak, selain itu juga terdapat sel-sel sekretori, sehingga
kedua daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan obat.
3. Habitat dan Sebaran
Tumbuhan mempunyai persebaran yang sangat luas,
khususnya di kawasan tropis dan subtropis, mulai dari Asia
Tenggara, Asia Selatan, Kepulauan Pasifik, Amerika Utara,
dan Amerika Tengah. Indonesia merupakan negara
Megabiodiversitas selain Brazil, Kolombia, Australia,
Meksiko, Madagaskar, Peru dan Cina yang memiliki
keanekaragaman genetic tinggi. Anggota suku Piperaceae
dapat tumbuh mulai dari kawasan pantai sampai dengan
ketinggian hingga 2.000 mdpl. Habitat alami yang ideal
bagi suku Piperaceae kelembaban yang tinggi dan kaya
akan humus.
4. Status Konservasi
Jenis tanaman ini tidak dilindungi karena memiliki
populasi di alam masih cukup melimpah yang tersebar di
berbagai negara dan mudah untuk dilestarikan.
5. Kandungan senyawa kimia
Dalam famili Piperaceae, sekitar 677 senyawa
berbeda telah diisolasi dari 112 spesies pada famili ini.
Mereka ditemukan 190 alkaloid / amida, 49 lignan, 70
neolignan, 97 terpene, 39 fenilpropanoid, 15. steroid, 18
kavapyrones, 17 chalcones / dihydrochalcones, 16 flavones,
6 flavanones, 4 piperolides (cinnamylidone butenolides)
15
dan 146 senyawa lain-lain dari metabolit sekunder.
Kandungan kimia yang terdapat pada daun sirih
mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, tanin-
polifenol, steroid-terpenoid, dan saponin.
6. Manfaat
Tanaman sirih manfaat dalam pengobatan
tradisional, berpotensi dalam menyembuhkan berbagai
jenis penyakit. Ekstrak metanol daun sirih merah memiliki
aktivitas antiproliferatif terhadap sel kanker payudara
(T47D) dengan nilai IC50 sebesar 44,25 bpj. Fraksi ekstrak
etanol daun sirih merah berpotensi sebagai antioksidan
dengan nilai IC50 sebesar 33,44 bpj, dan sebagai antikanker
terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 sebesar 1197,43 bpj.
Pemanfaatan sirih yang digunakan sebagai obat yaitu
pada daunnya dalam pengobatan hipertensi, radang liver
radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kanker
payudara, nyeri sendi, penurun dan pengontrol kadar gula
darah, serta untuk kosmetika.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Ambil 4-5 helai daun sirih merah
b. Cuci bersih dengan air mengalir
c. Kemudian rebus dengan segelas air dan tunggu hingga
mendidih
d. Angkat dan dinginkan lalu diminum
16
B. Kelor
Gambar 2 Kelor (Moringa oleifera Lam.)
(Sumber : Dokumen pribadi )
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan kelor
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam.
2. Deskripsi tumbuhan
Kelor merupakan tumbuhan yang berhabitus pohon yang selalu berdaun (evergreen) yang mencapai tinggi 10-12 m. Batang Moringa oleifera berkayu, permukaan kasar, percabangan sympodial, tumbuh lurus dan memanjang. Kulit batang moringa oleifera bewarna abu-abu yang pucat atau cokelat, halus atau halus berkerut. Daunnya bewarna hijau, merupakan daun majemuk bertangkai panjang yang tersusun.
Tunas muda - keunguan (atau) putih kehijauan.
Bunga - Harum, biseksual dan dikelilingi dengan lima
kelopak bunga putih kekuningan yang tidak seimbang,
tipis tipis. Bunga berukuran sekitar 1,0-1,5 cm (panjang) dan
17
2,0 cm (lebar).
3. Habitat dan Sebaran
Tumbuhan kelor (Moringa oleifera) dapat tumbuh
baik di area kering daerah tropis dan sub tropis pada
ketinggian 0-2000 mdpl. Moringa dapat mentolerir berbagai
macam kondisi tanah, pertumbuhan optimal pada pH 6,3
hingga 7,0 namun juga dapat tumbuh pada pH 5 hingga 9,0.
Moringa oleifera tidak dapat mentolerir kondisi beku atau
basah yang dapat menyebabkan akar menjadi busuk.
Dalam perkembangannya tumbuhan kelor membutuhkan
sedikit air, dapat ditanam dengan menggunakan air hujan.
Kelor sangat cocok untuk daerah kering karena beriklim
panas mencintai tanaman.
4. Kandungan senyawa kimia
Kandungan kimia yang terdapata pada daun kelor
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, fenolat,
steroida, tannin, antarquinon, dan alkaloid. Daun kelor
mengandung protein, β-karoten, vitamin A, B, C dan E,
mineral, steroid, alkaloid, quercetin dan kaempferol.
5. Status Konservasi
Moringa oleifera Lam. dibudidayakan secara luas,
namun tidak ada jumlah pasti dari spesies ini dan tren
populasi saat ini tidak diketahui. Status IUCN adalah Least
Concern (LC).
6. Manfaat tumbuhan
Manfaat dari tanaman kelor (Moringa oleifera L.) yaitu
dapat digunakan sebagai stimulant jantung dan peredaran
darah, menurunkan kolesterol, penurunan tekanan darah
tinggi, dan obat diabetes. Daun kelor dapat digunakan
untuk mengobati demam, flu, penambah stamina, kejang-
kejang, panas dalam, sakit kepala, gizi buruk, kencing
manis, pegal linu dan tipus.
18
Akar : Pengobatan infertilitas, tumpukan, malaria,
tinggi tekanan darah, penderita diabetes. Kulit Batang :
kemandulan, asma, batuk, tumpukan, demam tifoid, maag
dan gigitan ular. Daun : malaria, demam tifoid, tekanan
darah, radang sendi, pembengkaka, luka, hipertensi,
diabetes, serta untuk menimbulkan laktasi dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Daun kelor memiliki beberapa berfungsi sebagai
antioksidan, antikanker, anti aterosklerotis, anti inflamasi,
antitumor, untuk mengatur status tiroid, meningkatkan
kinerja pertumbuhan pada ayam broiler, meningkatkan
sistem imun.
Bunga dan akar memiliki senyawa yang efektif
dalam pengobatan kolera, anti hipertensi, diuretik, penurun
kolesterol, antispasmodik, antiulcer, hepatoprotektif,
antitumor dan antikanker, antibakteri, dan antijamur.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Ambil daun kelor muda.
b. Cuci daun dengan air bersih untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel.
c. Keringkan anginkan daun kelor.
d. Tumbuk atau blender hingga menjadi bubuk halus.
e. Simpan daun kelor yang sudah menjadi bubuk di dalam
wadah khusus. Kemudian harus diletakkan di tempat
yang sejuk agar menghilangkan enzim oksidatif yang
membuat daun kelor bubuk tak bisa disimpan lama.
Daun kelor pun bisa tahan lama meski tanpa bahan
pengawet.
f. Ketika ingin membuat teh, ambil 1 atau 2 sendok makan
daun kelor bubuk, lalu seduh dengan air panas. Anda
bisa menambahkan madu jika menginginkan rasa yang
lebih manis. Konsumsi teh daun kelor dalam keadaan
hangat.
19
C. Jambu biji
Gambar 3 Jambu biji (Psidium guajava L.)
(Sumber : Dokumen pribadi )
1. Klasifikasi ilmiah jambu biji
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosperma
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
2. Deskripsi tumbuhan
Tanaman jambu biji memiliki habitus berupa semak
atau perdu, dengan tinggi pohon dapat mencapai 9 meter,
Tanaman jambu biji memiliki batang muda berbentuk
segiempat, sedangkan batang tua berkayu keras berbentuk
gilig dengan warna cokelat. Permukaan batang licin dengan
lapisan kulit yang tipis dan mudah terkelupas. Arah
tumbuh batang tegak lurus dengan percabangan simpodial.
20
Daun pada tanaman jambu biji memiliki struktur daun
tunggal dan mengeluarkan aroma yang khas jika diremas.
Kedudukan daunnya bersilangan dengan letak daun
berhadapan dan pertulangan daun menyirip. Bentuk daun
yang paling dominan adalah bentuk daun lonjong. Bunga
jambu biji memiliki tipe benang sari polyandrous yang
artinya benang sari saling bebas tidak berlekatan. Benang
sari berwarna putih dengan kepala sari yang berwarna
krem. Putik berwarna putih kehijauan dengan bentuk
kepala putik yang bercuping. Buah jambu biji memiliki tipe
buah tunggal dan termasuk buah berry (buni), yaitu buah
yang daging buahnya dapat dimakan. Buah jambu biji
memiliki kulit buah yang tipis dan permukaannya halus
sampai kasar.
3. Habitat dan Sebaran
P. guajava tumbuh subur di iklim tropis dengan
keadaan lembab dan kering pada ketinggian 0-1500 mdpl
(atau hingga 2100 m di beberapa wilayah). Namun, hasil
optimum terjadi di daerah dengan kisaran suhu rata-rata
20-30 ° C, dan curah hujan tahunan yang seragam antara
1000-2000 mm.
Banyak ahli botani menganggap spesies ini berasal
dari Amerika tropis, mungkin dari Meksiko selatan hingga
Amerika Selatan, tetapi distribusinya telah sangat meluas
melalui budidaya dan sekarang tersebar luas di seluruh
daerah tropis dan subtropis. Asal muasal P. guajava berasal
dari Asia. Pada 1753 Linnaeus pada 1753 mendeskripsikan
spesies ini berdasarkan koleksi Dunia Lama. Namun, P.
guajava dilaporkan dengan nama guayabo oleh Fernandez
de Oviedo pada tahun 1535 karena tersebar luas di Hindia
Barat, baik yang dibudidayakan maupun di alam liar. Ini
hanya beberapa dekade setelah penemuan Dunia Baru dan
oleh karena itu sangat tidak mungkin spesies tersebut
diperkenalkan dan dapat menyebar ke seluruh Hindia
Barat dalam periode waktu yang singkat. Spesies ini diduga
21
masuk ke Hindia Barat melalui migrasi manusia purba dari
Amerika Selatan bagian utara.
Persebaran P. guajava telah menyebar keseluruh
dunia baik melalui introduksi maupun tanaman asli
disuatu negara.
4. Kandungan senyawa kimia
Kandungan senyawa kimia buah jambu biji antara
lain: vitamin, tanin, flavonoid, senyawa fenolik, asam
triterpenoid, minyak esensial dan alkohol seskuiterpen
asam psidiolat, asam ursolat, asam kategonat, asam
oleanolat, asam guajavolat, asam krategolat, guajaverin,
isokuersetin, hiperin, senyawa flavonol, tanin, kasuarinin
dan kuersetin. Daun jambu biji mengandung flavonoid,
tannin (17,4 %), fenolat (575,3 mg/g), polifenol, karoten dan
minyak atsiri.
5. Status konservasi
Psidium guajava L. dibudidayakan secara luas, namun
tidak ada jumlah pasti dari spesies ini dan tren populasi saat
ini tidak diketahui. Status IUCN adalah Least Concern (LC)
6. Manfaat tumbuhan
Buah jambu biji mengandung baik jumlah vitamin A,
vitamin C dan banyak antioksidan seperti karoten dan
likopen yang melindungi kulit melawan kerutan. Unsur
likopen terkait dengan pencegahan gangguan
kardiovaskular karena dari efek konstruktifnya terhadap
dislipidemia. Likopen adalah antioksidan kuat yang
membantu tubuh untuk menyingkirkan radikal bebas
berbahaya, jika tidak radikal ini dapat menyebabkan kanker
besi.
Kandungan antioksidan jambu biji dapat dikaitkan
dengan pengaruh anti kanker pada neoplasma dan
hematologi. Buah jambu biji menjaga tingkat natrium dan
kalium dalam tubuh mengatur tekanan darah pada pasien
22
yang menderita hipertensi. Buahnya mengandung mangan,
yaitu membantu menyerap nutrisi penting lainnya dari
nutrisi. Jambu biji juga menurunkan kadar trigliserida
kolesterol (LDL), yang menyebabkan perkembangan
penyakit jantung. Buah jambu dapat meningkatkan kadar
kolesterol baik (HDL). Ini memiliki beberapa sifat anti-
penuaan selain toner kulit alami. Kandungan zat besi.
Jambu biji (Psidium guajava L) di manfaatkan selain sebagai makanan buah segar maupun olahan yang memiliki zat gizi seperti vitamin A dan vitamin C. Jambu biji juga di manfaatkan sebagai obat tradisional untuk batuk dan diare serta membantu penyembuhan penderita demam berdarah dengue.
Tanaman ini memiliki farmakologi yang tinggi
sebagai anti-diare yang efektif, antimutagenik,
antihipertensi hepatoprotektif, antioksidan, hipo-glikemik
dan antimikroba kegiatan.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaanya
daun jambu biji yaitu:
a. Panaskan air lalu rebus daun jambu biji hingga
mendidih.
b. Jika sudah mendidih, angkat lalu masukkan tepung
beras ke dalamnya.
c. Aduk rata lalu saring dan biarkan hangat atau dingin.
d. Jika ramuan dari daun jambu biji sudah terbuat,
selanjutnya segera minum
23
D. Jeruk nipis
Gambar 4. Jeruk nipis (Citrus Aurantifolia L.)
(Sumber : Dokumen pribadi )
1. Klasifikasi ilmiah Citrus aurantifolia
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Rutales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus Aurantifolia L.
2. Deskripsi tumbuhan Citrus aurantifolia
Tanaman jeruk nipis berbentuk perdu, rindang
(rimbun), dan memiliki banyak percabangan. Cabang dan
ranting berduri. Tinggi tanaman berkisarantara 150 cm – 350
cm. perakaran tanaman kuat, cukup dalam, dan dapat
tumbuh dengan baik pada segala jenis tanah. Daun
berbentuk bulat panjang dan tumpul pada bagian ujung.
Tangkai daun agak bersayap. Permukaan daun bagian atas
bewarna hijau mengilap, sedangkan bagian bawah bewarna
24
hijau muda.
Kedudukan daun pada ranting pada umumnya
mendatar. Bakal buah berbentuk bulat.buah berukuran 3,5
cm – 5,0 cm dengan tebal kulit buah antara 0,2 mm – 0,5 mm.
ujung buah tidak berputing. Buah muda bewarna hijau,
sedangkan buah yang sudah masak bewarna kuning
kehijauan dengan permukaan kulit yang celah halus.
Dagung buah bewarna kuning kehijauan, banyak
mengandung air, berasa sangat asam, dan beraroma sedap
yang khas, serta mengandung asam sitrat yang cukup
tinggi (sekitar 8,7%).
3. Habitat dan sebaran
Citrus Aurantifolia L. Pada umumnya dapat tumbuh
dengan ideal dengan paparan sinar matahari langsung
pada ketinggian 200-1.300 mdpl pada daerah tropis dan
subtropis. Tanaman ini dibudidayakan di seluruh dunia,
terutama di daerah tropis dan daerah subtropis. Negara
penghasil jeruk nipis terbesar di dunia pada tahun 2015
adalah Meksiko (2270), Argentina (1450), Uni Eropa (1286),
Amerika Serikat (784), Turki (668), Selatan Afrika (330), dan
Israel (60) dalam satuan 1000 metrik ton.
4. Kandungan senyawa kimia
C. aurantifolia mengandung zat fitokimia aktif sebagai
berikut: flavonoid termasuk apigenin, hesperetin,
kaempferol, nobiletin, quercetin, dan rutin, flavon, flavanon
dan naringenin, triterpenoid, dan limonoid. Setidaknya 62
senyawa volatil dalam buah tersebut minyak dan 59
minyak daun dari beberapa spesies jeruk nipis. Di buahnya
pada minyak kulit, limonene adalah komponen volatil
utama, diikuti oleh terpinene, pinene, dan sabinene. Untuk
minyak daun, limonene, pinene, dan sabinene adalah
komponen utama, diikuti oleh sitronelal, geranial, linalool,
dan neral. Minyak atsiri buah C. aurantifolia sebagai
limonene (59%), β ‑ pinene (16%), γ ‑ terpinene (9%), dan
25
citral (5%). Selain itu, minyak esensial buah C. aurantifolia
sebagai limonene (54%), γ ‑ terpinene (17%), β ‑ pinene
(13%), terpinolene (1%), α ‑ terpineol (0,5%), dan citral (3%).
C. aurantifolia terdapat adanya senyawa bioaktif
dalam 100 g jeruk terdiri dari alkaloid (0,4 mg), flavonoid
(0,6 mg), fenol (0,4 mg), tanin (0,04 mg), asam askorbat (62
mg), riboflavin (0,1 mg), tiamin (0,2 mg), dan niasin (0,5
mg). Buah jeruk ini juga mengandung protein kasar (18%),
serat kasar (8%), karbohidrat (78%), kelembaban (6%),
lemak kasar (1%), abu (8%), dan Kadar energi pangan (363
g / kal) buah segar. Yang paling penting mineral yang
terdeteksi dalam buah antara lain kalsium (3%), fosfor
(0,4%), kalium (1%), magnesium (0,6%), dan natrium (0,4%).
Zat kimia dari buah jeruk mengandung hesperidin,
flavanon utama (6 mg / g), naringin (2 mg / g), diosmin,
flavon mayor (0,7 mg / g), kaempferol, flavanol mayor (1
mg / g), asam klorogenat, asam fenolik utama (0,1 mg / g),
β ‑ cryptoxanthin, karotenoid utama (7 μg / g), dan β ‑
karoten (4 μg / g), pektin (87 mg / g). kulit buah C.
aurantifolia terdiri dari 44 senyawa volatil, misalnya,
dimethoxycoumarin (16%), cyclopentanedione (9%),
methoxycyclohexane (8%), corylone (7%), asam palmitat
(7%), dimethoxypsoralen (6%), α ‑ terpineol (6%), dan
umbelliferone (5%). Minyak atsiri daun C. aurantifolia
mengandung limonene (45%) dan geranial (38%).
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung unsur-
unsur senyawa kimia yang bermanfaat, seperti asam sitrat,
asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen,
felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linalil
asetat, aktilaldehid, nonildehid), damar (resinae), glikosida,
asam sitrun, lemak (Saturated fat, Monounsaturated fat,
Polyunsaturated fat), kalsium (Calcium), fosfor (Fosforus),
besi (Ferrum), belerang (Sulfur), vitamin B1 dan C.
5. Status Konservasi
Citrus aurantifolia L. dibudidayakan secara luas,
26
namun tidak ada jumlah pasti dari spesies ini dan tren
populasi saat ini tidak diketahui.
6. Manfaat tumbuhan Citrus aurantifolia
Penggunaan tradisional atau sifat fitokimia C.
aurantifolia sebagai antibakteri, antidiabetes, antijamur,
antihipertensi, anti-inflamasi, anti-lipidemia, antioksidan,
anti ‑ parasitic, dan antiplatelet. Jeruk nipis juga digunakan
untuk pengobatan penyakit kardiovaskular, hati,
osteoporosis, dan urolitiasis, sebagai promotor kesuburan.
Jeruk nipis merupakan salah satu buah yang banyak
digemari oleh masyarakat di Indonesia. Jeruk nipis yang
bernama latin Citrus aurantifolia ialah salah satu jenis
tanaman yang banyak tumbuh dan dikembangkan di
Indonesia. Selain itu jeruk nipis juga dapat digunakan
untuk obat batuk, peluruh dahak, influenza, dan obat
jerawat. Jeruk nipis juga sering digunakan masyarakat
Indonesia sebagai campuran pada makanan untuk
memberi rasa asam sehingga menambah rasa segar pada
makanan itu sendiri, salah satunya pada makanan khas
Kalimantan Selatan yaitu Soto Banjar.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaanya
yaitu :
a. Jeruk nipis diperas untuk diambil sarinya
b. kemudian hasil perasannya dicampur dengan 1 sendok
makan kecap dan garam secukupnya.
c. Ramuan yang sudah dibuat, bisa diminum sehari sekali
secara rutin sampai batuk sembuh.
27
E. Pepaya
Gambar 5. Pepaya (Carica papaya L.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2. Deskripsi tumbuhan
Pepaya (Carica papaya L) termasuk tanaman family Caricaceae yang berkeping biji dua (dikotil) serta poligamus. Pepaya adalah tanaman semi-kayu, biasanya berbatang tunggal dan tersebar di daerah tropis dan sub-tropis. Tanaman pepaya merupakan tanaman yang tingginya mencapai 8 m. Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun.
28
3. Habitat dan sebaran
Tanaman ini dapat hidup pada ketinggian tempat 1 -
1.000 mdpl dan pada suhu udara antara 22 hingga 26 °C.
Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik akar,
batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan.
4. Kandungan senyawa kimia
Daun carica pepaya mengandung, saponin, tanin,
flavonoid, alkaloid dan glikosida, daun dan ujung apikal
mengandung Mineral Ca, K, Mg, Zn, Mn, Fe. Buah mentah
mengandung Enzim, Papain, chymopapain. Buah masak
mengandung Karotenoid Β karoten, crytoxanthin, akar
mengandung carposide, Glucosinolates Benzyl
isothiocynate. Pada biji pepaya ditemukan minyak pepaya.
Tunas terdiri flavoniods myricetin, kaemferol, buah-
buahan Monoterpenoid Linalool, 4-terpinol.
Kajian fitokimia pada biji pepaya membuktikan
bahwa biji pepaya kaya akan kandungan polisakarida,
vitamins, mineral, enzim, protein, alkaloid, glycosida,
minyak, lektin, saponin, steroid, alkaloid, carpaine,
glucosides, sitosterol, papain, kolin, karoten, riboflavin,
vitamin C, phenyethyl, glucosides, serta senyawa fenolik
yang dipercaya sebagai antioksidan yang potensial.
5. Status konservasi
Carica papaya (L.). dibudidayakan secara luas, namun
tidak ada jumlah pasti dari spesies ini dan tren populasi saat
ini tidak diketahui secara pasti karena jenis tumbuhan ini
mudah dibudidayakan
6. Manfaat tumbuhan
Semua nutrisi pepaya meningkat fungsi dan kerja
sistem kardiovaskular (dalam kasus penyakit jantung,
serangan jantung), juga digunakan pada kanker usus besar.
Membantu dalam pencegahan penyakit jantung dan
diabetes. Carica papaya (L.) meningkatkan semua jenis
29
pencernaan gangguan perut. Ini adalah obat untuk
dispepsia, hyperacidity, disentri dan sembelit. Pepaya
menurunkan kadar kolesterol tinggi karena merupakan
sumber serat yang baik dan sumber antioksidan vitamin A,
C, E, mineral, magnesium dan kalium, vitamin B asam
pantotenat dan folat dan serat.
a. Akar : akar papaya sering di manfaatkan sebagai obat
cacing, ginjal, kandung kemih, sakit persendian, dan
pegal pegal
b. Daun : daun papaya di gunakan sebagai obat malaria,
kejang perut, sakit panas.
c. Bunga: air rebusan bunga papaya berkhasiat untuk
meningkatkan nafsu makan, membersihkan darah, dan
obat sakit kuning.
d. Buah : buah papaya sering di manfaatkan sebagai proses
pertumbuhan badan, menjaga kesehatan selaput lendir
pada alat-alat pernapsan, menghindari penyakit rabun
ayam, memelihara kekokohan sel tubuh, melawan
infeksi dan mencegah infeksi sariawan.
e. Biji : biji papaya dapat digunakan sebagai obat cacing.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Rebus akar pepaya potong dan bawang putih dengan 2
gelas air.
b. Setelah air menyusut hingga 1 gelas, tunggu hingga
cukup dingin.
c. Tambahkan madu supaya lebih manis bila dikonsumsi
anak-anak.
30
F. Seledri
Gambar 6. Seledri (Apium graveolens L)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan seledri
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
2. Deskripsi tumbuhan
Seledri merupakan tanaman setahun atau dua tahun
yang berbentuk semak atau rumput. Susunan tubuh
tanaman seledri terdiri atas daun, tangkai daun, batang dan
akar. Daun seledri bersifat majemuk, menyirip ganjil
dengan anak daun antara 3-7 helai. Tepi daun pada
31
umumnya beringgit dengan pangkal maupun ujungnya
runcing. Tulang-tulang daun menyirip dengan ukuran
panjang 2-7,5 cm dan lebarnya 2-5 cm. tangkai daun
tumbuh tegak ke atas atau ke pinggir batang, panjangnya
sekitar 5 cm, bewarna hijau atau hijau keputih-putihan.
Batang seledri amat pendek, sehungga seolah-olah tidak
kelihatan. Sistem perakaran menyebar ke semua arah pada
kedalaman 30-40 cm.
3. Habitat dan persebaran
Tanaman ini Berasal dari Eropa Selatan,
dibudidayakan di seluruh dunia didaerah tropis maupun
daerah subtropis. Jenis ini tersebar asli di kawasan
temperata dari Eropa, Afrika, Asia dan Amerika.
Keberadaan jenis ini di kawasan Indonesia berasal dari
penanaman. Dapat tumbuh saat ditanam dari ketinggian 0
hingga 2100 mdpl.
4. Kandungan kimia tumbuhan
Seledri mengandung glikosida apiin (glikosida
flavon), isoquersetin, dan umbelliferon. Juga mengandung
mannite, inosite, asparagine, glutamine, choline,
linamarose, pro vitamin A, vitamin C, dan B. Kandungan
asam-asam dalam minyak atsiri pada biji antara lain : asam-
asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat,
linoleat, dan petroselinat. Senyawa kumarin lain ditemukan
dalam biji, yaitu bergapten, seselin, isomperatorin,
osthenol, dan isopimpinelin. Daun seledri mengandung
vitamin A, B1, B2, B6, C, E, K, P dan mineral lain seperti Fe,
Ca, P, Mg dan Zn. Selain itu, seledri memiliki kandungan
kalori yang rendah dengan nilai gizi yang tinggi.
Tanaman seledri juga banyak mengandung vitamin
A, vitamin C dan zat besi serta zat gizi lainnya yang cukup
tinggi. Dalam 100 g bahan mentah, seledri mengandung 130
IU vitamin A, 0,03 mg vitamin B, 0,9 g protein, 0,1 g lemak,
4 g karbohidrat, 0,9 g serat, 50 mg kalsium, 1 mg besi, 0,005
32
mg riboflavin, 0,003 mg tiamin, 0,4 mg nikotinamid, 15 mg
asam askorbat dan 95 ml air.
Beberapa senyawa metabolit sekunder yang
diidentifikasi dari jenis ini antara lain falcarinol,
falcarinidol, panaksidol, poliasetilen-8-O-metilfalfarindiol,
1-rhamnosa, 1-dodekanol, metil ester, tetradecene-1-ol-
asetat, caffeic acid, asam klorogenat, apiin, apigenin,
rutanin, ocimen, bergapten, isopimpinellin, seslin,
isoimperatorin, osthenol, gravebiosida A dan B,
umbelliferon, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam
linoleat, asam petroselinat, d-limonene, selinene, terpineol,
sedanolida, sedanonik anhidrida dan santolol. Berbagai
bioaktivitas yang ada pada jenis ini antara lain antitumer,
neurogenesis, antioksidan, antivirus, antikanker,
antimikroba, antikolesterol, spasmolitik, antijamur,
neuroprotektif dan antikanker.
5. Status konservasi
Apium graveolens L. dibudidayakan secara luas mulai
dari Eropa, Asia, Afrika dan Amerika. Status IUCN adalah
Least Concern (LC)
6. Manfaat tumbuhan
Tanaman Apium sp. termasuk dalam famili Apiaceae
dan termasuk di antara tumbuhan telah digunakan dalam
pengobatan tradisional selama ribuan tahun di seluruh
dunia, termasuk di Mediterania, serta daerah tropis dan
subtropis di Asia dan Afrika. Manfaat tumbuhan ini dalam
medis termasuk pencegahan penyakit koroner dan
vaskular. Fitokimia terdiri dari bergapten, flavonoid,
glikosida, furanocoumarins, furocoumarin, limonene,
psoralen, xanthotoxin, dan selinene. Beberapa sifat
farmakologisnya termasuk antikanker, Antioksidan,
antimikroba, antijamur, nematosidal, anti rematik,
antiastma, anti bronkitis, hepatoprotektif, hidangan
pembuka, antikonvulsan, antispasmodik, penginduksi ASI,
33
anti-penyakit kuning, antihipertensi, anti dismenore,
pencegahan penyakit kardiovaskular, dan spermatogenesis
Tumbuhan seledri (Apium graveolens L.) merupakan salah
satu tanaman berkhasiat yang banyak digunakan oleh
masyarakat, juga sebagai penyedap dalam makanan Seledri
berkhasiat memacu enzim pencernaan, dan kencing
(diuretik), pereda kejang (antispasmodik), menurunkan
kadar asam urat darah, antirematik, peluruh kencing
(diuretik), peluruh kentut (karminatif), afrodisiak,
penenang (sedatif), dan antihipertensi.
Cara pemanfaatan dan penggunaannya yaitu :
a. Untuk pengolahan makanan : ambil seledri, cuci dengan
air yang bersih dan mengalir, potong seledri kecil-kecil
kemudian tambahkan ke masakan.
b. Untuk pengolahan minuman : seledri yang kamu bikin
bisa ditambah dengan buah pir dan perasan air lemon
juga. Blender semuanya jadi satu dan tambahkan es batu
supaya lebih sehari. Minum jus ini pada pagi hari untuk
mendapatkan khasiatnya sepanjang hari
c. Untuk kesehatan : Cara mengolah daun seledri yang
pertama adalah dengan merebusnya. Cucilah 1 ikat
daun seledri sampai bersih, lalu potong menjadi kecil-
kecil. Rebuslah potongan daun seledri selama 10 menit.
Setelah itu, tuang air rebusan daun seledri ke dalam
botol. Anda dapat menyimpan air rebusan ini di dalam
kulkas dan minum 1 gelas setiap hari. Cara ini diyakini
dapat membersihkan ginjal.
34
G. Belimbing wuluh
Gambar 7 Belimbing wuluh (Averhoa bilimbii L.)
(Sumber : Dokumen pribadi )
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan belimbing wuluh
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Oxalidales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averhoa
Spesies : Averhoa bilimbii L.
2. Deskripsi tumbuhan
Belimbing wuluh atau belimbing sayur dapat hidup pada ketinggian 5- 500 meter di atas permukaan laut, yang kadang tumbuh liar atau ditanam sebagai pohon buah. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10 meter dengan batang utama yang pendek, letak cabang rendah, bergelombang dan diameter batang sekitar 30 cm. Pohon ini tumbuh di tempat yang terkena cahaya matahari langsung dan cukup lembab.
Daun belimbing wuluh majemuk, menyirip ganjil
35
dengan 21 sampai 45 pasang anak daun yang berselang-
seling atau setengah berpasangan dan berbentuk oval.
Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur
sampai jorong, ujung runcing,pangkal membundar, tepi
rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau dan
permukaan bawah warnanya lebih muda. Buah belimbing
wuluh berbentuk elips seperti torpedo dengan panjang 4-10
cm. Buah muda berwarna hijau dengan sisa kelopak bunga
menempel di ujungnya. Sedangkan buah yang masak
berwarna kuning atau kuning pucat, daging buah berair
dan sangat asam.
3. Habitat dan sebaran
Belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L. ) atau dikenal
juga sebagai belimbing sayur berasal dari Indonesia, India,
dan Sri Langka, serta banyak terdapat di daerah Asia
Tenggara, Republik Dominika, Brasil, Peru, Ghana,
Guyana, Tonga, dan Polinesia. Belimbing ditanam secara
komersial di Amerika Serikat, yaitu di Florida Selatan dan
Hawaii. Mempunyai buah yang lonjong berwarna hijau dan
rasa asam yang kuat, mempunyai tinggi bisa mencapai 15
meter. Tumbuhan ini dapat ditemui hingga ketinggian 500
mdpl pada area terbuka dengan curah hujan sedang
4. Kandungan kimia tumbuhan
Buah belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur,
asam format, flavonoid, saponin dan kalium sitrat
sedangkan batangnya mengandung alkaloid dan polifenol.
Daun belimbing selain tanin juga mengandung sulfur, asam
format, kalsium oksalat dan kalium sitrat.
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa
belimbing wuluh mengandung senyawa oksalad, fenol,
flavonoid, dan pektin yang berfungsi sebagai anti bakteri.
Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid,
saponin, triterpenoid dan tanin. Flavanoid merupakan
senyawa yang mudah larut dalam pelarut polar seperti
36
etanol, butanol, dan aseton. Senyawa tanin merupakan
senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan
yang terpisah dari protein dan enzim sitoplasma.
Triterpenoid merupakan komponen tumbuhan yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati
dengan penyulingan sebagai minyak atsiri. Senyawa tanin
merupakan senyawa turunan fenol yang secara umum
mekanisme anti mikrobanya dari senyawa fenol.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
Berdasarkan pemanfaatannya buah dari belimbing
wuluh sering digunakan masyarakat sebagai penyedap
makanan untuk memberi rasa asam. Buahnya yang asam
membuat belimbing wuluh kerap digunakan sebagai bahan
campuran dalam berbagai masakan tradisional. Buah
belimbing wuluh juga memiliki khasiat untuk dijadikan
sebagai obat dalam mengatasi berbagai penyakit seperti;
kolesterol, asam urat, diabetes melitus, batuk, jerawat, dan
sariawan.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Tiga buah belimbing wuluh dicuci dan dipotong-
potong.
b. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas.
c. Setelah dingin lalu disaring dan minum setelah
sarapan.
37
H. Salam
Gambar 8 Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium polyanthum (Wight) Walp.
2. Deskripsi tumbuhan
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. atau yang
dikenal dengan nama daun salam merupakan salah satu
spesies dari famili Myrtaceae. Syzygium polyanthum
berhabitus pohon dengan tinggi mencapai 30 meter, dengan
diameter batang dapat mencapai hingga 60 cm. Memiliki
daun tunggal dengan tata letak berhadapan (opposite),
permukaan daun glabrous. Panjang tangkai daun hingga
mencapai 12 mm, dengan helaian daun berbentuk oblong-
elliptical (memanjang) hingga lanset dengan ukuran 5-16 cm
x 2,5-7 cm.
38
Pembungaan berbentuk penicle dengan panjang 2-8
cm, biasanya muncul di sebelah bawah daun, namun
kadang-kadang muncul diketiak daun (axilaris). Kaliks
berbentuk mangkuk (cup) dengan panjang 4 mm terdiri dari
4 lobus yang persisten, petal 4 yang bersifat bebas dengan
panjang 2,5-3,5 cm bewarna putih. Stamen tersususn dalam
4 kelompok yang berukura sekitar 3 mm yang bewarna
orange-kuning
3. Habitat dan persebaran
Myrtaceae memiliki sekitar 121 genus dan memiliki
lebih dari 3800-5800 species (Stefanello et al., 2011), yang
terdistribusi luas di Australia, South East Asia dan America.
Eugenia dan Syzygium merupakan genus-genus yang
sangat penting dalam perdagangan dan penghasil minyak
atsiri yang masing-masing memiliki sekitar 1000 dan 1050
spesies secara berurutan yang merupakan tumbuhan yang
banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Syzygium,
merupakan genus yang sangat penting dari Myrtaceae dan
banyak terdistribusi di daerah tropis dan subtropis
khusunya di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
Syzygium polyanthum merupakan salah satu spesies dari
genus Syzygium yang dapat tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1800 m diatas permukaan laut dan
tersebar mulai dari Birma sampai Pulau Jawa.
4. Kandungan senyawa kimia
Komponen kimia dalam daun salam antara lain
flavonoid, tanin, minyak atsiri, saponin, alkaloida, dan
polifenol. Kandungan flavonoid, tanin, dan minyak atsiri
memiliki aktivitas antibakteri, sedangkan kandungan
saponin memiliki daya pembersih terhadap lapisan smear
layer dinding saluran akar. Aktivitas antibakteri flavonoid,
tanin, dan minyak atsiri yaitu dengan cara
mengkoagulasikan protein yang akhirnya dapat
39
mengganggu permeabilitas membran sel dan menyebabkan
inaktivasi fungsi materi genetik bakteri. Daun salam juga
mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid, dan
minyak atsiri 0,05% yang terdiri dari eugenol dan sitral.
Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang
mempunyai efek antiinflamasi dan antimikroba, sedangkan
minyak atsiri mempunyai efek analgesic. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
5. Manfaat tumbuhan
Daun salam sebagai tanaman obat asli Indonesia
banyak digunakan oleh masyarakat untuk menurunkan
kolesterol, kencing manis, hipertensi, gastritis, dan diare.
Daun salam apabila di remas – remas akan dapat
menghasilkan minyak atsiri yang memiliki aroma harum.
Kulit, batang, akar dan daun dapat digunakan sebagai obat
gatal – gatal. Kayunya untuk bahan bangunan. sedangkan
buah salam dapat digunakan sebagai antioksidan karena
mengandung antosianin. Selain itu, daun salam juga
sebagai obat diare, hipertensi, gangguan lambung,
kolestrol, dan diabetes.
Tumbuhan ini biasanya dimanfaatkan sebagai salah
satu bumbu dapur atau rempah yaitu penyedap karena
memiliki aroma khas yang bisa menambah kelezatan
masakan. Manfaat daunsecara tradisional, daun salam
digunakan sebagai obat sakit perut. Daun salam juga dapat
digunakan untuk menghentikan buang air besar yang
berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk
mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan
peredaran darah, radang lambung, gatal - gatal, dan
kencing manis.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
40
a. Ambil 10 helai daun salam
b. Cuci dengan air bersih dan air mengalir
c. Rebus 3 gelas air
d. Tambahkan 10 helai daun salam tadi sehingga menjadi
1 gelas air
e. Kemudian minum secara rutin
41
I. Cocor bebek
Gambar 9 Cocor bebek (Kalanchoe pinnata L.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan cocor bebek
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Saxifragales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata L.
2. Deskripsi tumbuhan
Tanaman ini merupakan family Crassulaceae.
tanaman ini tersebar didaerah tropis, ditanam di halaman
rumah sebagai tanaman hias yang berguna atau tumbuh
liar disemak, tepi jalan, dan tempat-tempat lain yang
tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering. Cocor
bebek (Kalanchoe pinnata L.) merupakan tanaman dengan
ciri-ciri yaitu daunnya yang tebal dan berair. bunga yang
berwarna hijau muda kekuningan, dan dapat tumbuh
42
hingga 1-2 m. Habitat dan sebaran Tanaman ini tumbuh di
daerah tropis seperti Vietnam, Filipina, dan Indonesia
3. Habitat dan sebaran
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) Tanaman ini
termasuk tanaman sukulen (mengandung air) yang berasal
dari Madagaskar. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis
seperti Vietnam, Filipina, dan Indonesia.
4. Kandungan senyawa kimia
Beberapa kandungan senyawa terdapat pada
tanaman cocor bebek yaitu senyawa flavonoid, senyawa
bufadienolides, dan senyawa saponin. Flavonoid
merupakan senyawa polar karena memiliki gugus hidroksil
atau gula, sehingga dapat larut dalam pelrut polar seperti
etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dan air.
Senyawa kimia lainnya yang terkandung didalamnya
seperti: alkaloid, fenol, flavonoid, tanin, antosianin,
glikosida, bufadienolida, saponin, kumarin, sitosterol,
kuinin, dan lektin.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
K. pinnata (khususnya bagian daun) sering dijadikan
sebagai obat tradisional karena memiliki Berbagai macam
khasiat seperti: antikanker, antidiabetes, antifungal,
antimikroba, antiinflamasi dan analgesik, antiulser,
antiasma, antioksidan, dan aktivitas sedatif dari sistem
saraf. Kalanchoe pinnata diketahui memiliki berbagai macam
aktivitas farmakologi antara lain penyembuh luka, anti-
diabetes, anti-inflamasi dan analgesik yang baik, bahkan
43
secara empiris efektif sebagai antipiretik. Senyawa
flavonoid yang terkandung dalam Kalanchoe pinnata dapat
berguna dalam menyembuhkan penyakit diabetes mellitus,
keseleo.
Cara pemanfaatan dan penggunaanya yaitu :
a. Ambilah 10 helai daun cocor bebek
b. Lalu lumatkan dan tempelkan pada badan
c. Diamkan selama 30 menit
44
J. Kumis kucing
Gambar 10. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan kumis kucing
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon stamineus Benth.
2. Deskripsi tumbuhan
Daunnya berwarna hijau, merupakan daun tunggal,
bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula yang belah
ketupat memanjang seperti lidah tombak, Keadaan daun
agak rapuh, panjang 4cm-12cm, lebar 5cm-8cm, Tepi-
tepinya bergerigi kasar tidak beraturan, ujung daun dan
pangkalnya meruncing, Tepi daun dan tulang daun
berbulu, warna tulang daun ini hijau, tetapi ada pula yang
keunguan. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting
dan cabang, kelopak berlekatan, akar tunggang, biji Kecil,
masih muda hijau setelah tua hitam.
45
3. Habitat dan sebaran
Secara etnobotani tanaman kumis kucing
(Orthosiphon stamineus) berasal dari Afrika yang
kemudian tersebar secara luas di Asia Selatan, Tenggara,
Tiongkok, dan sampai ke Indonesia. Salah satu upaya untuk
meningkat potensi tanaman kumis kucing adalah melalui
identifikasi koleksi ex situ kumis kucing yang tumbuh di
berbagai kondisi agroekosistem. Sentra penanaman kumis
kucing di Indonesia banyak terdapat di pulau Jawa. Daerah
produksi kumis kucing di Indonesia adalah Jawa Barat
(Bogor dan Sukabumi), Aceh, Sumatera Barat, Sumatera
Timur, dan Sulawesi Utara.
4. Kandungan senyawa kimia
Tumbuhan kumis kucing mengandung metabolit
sekunder diantaranya seperti saponin, tannin, flavonoid,
steroid, terpenoid, polifenol, flavonoid, sterol dan
minyak esensial.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi.
6. Manfaat tumbuhan
Secara tradisional kumis kucing telah banyak
digunakan sebagai diuretik, menyembuhkan beragam
penyakit seperti diabetes, hepatitis, epilepsi, batu empedu,
tonsillitis, kencing nanah, rematik, sakit perut,
pembengkakan ginjal dan kandung kemih, edema,
influenza.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya :
a. Ambil 4-5 helai daun kumis kucing
b. Cuci dengan air bersih dan air mengalir
c. Rebus dengan segelas air tunggu sampai mendidih
46
d. Air rebusan daun kumis kucing bisa diminum 3 kali
sehari
47
K. Lidah buaya
Gambar 11 Lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Family : Aloacea
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera (L.) Burm
2. Deskripsi tumbuhan
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli
Afrika, tepatnya Ethiopia, tanaman ini termasuk kedalam
golongan Liliceae. Ciri fisik dari tanaman ini adalah
daunnya berdaging tebal, panjang, mengecil kebagian
ujungnya, berwarna hijau serta berlendir.
. Lebar daunnya berkisar 6-13 cm. Memiliki lapisan
lilin yang tebal pada daunnya serta terdapat duri di bagian
pinggir daun. Tinggi bunganya berkisar 25-30 mm dengan
tinggi tangkai bunga berkisar 60-100 cm.
3. Habitat dan sebaran
Aloe vera atau yang lebih dikenal sebagai lidah
48
buaya merupakan tanaman asli dari Afrika Selatan,
Madagascar dan Arabia tersebar luas dan berkembang di
iklim kering subtropis dan tropis. Tanaman lidah buaya
sudah banyak dikembangkan dan dibudidayakan di
Indonesia, tetapi yang dikenal sebagai sentra lidah buaya
adalah Kalimantan Barat.
4. Kandungan kimia tumbuhan
Kandungan zat aktif lidah buaya yang sudah
teridentifikasi antara lain Saponin, Sterol, Acemannan,
Antrakuinon. Aloe vera mengandung golongan senyawa
metabolit sekunder, seperti lignin, tanin, saponin, sterol,
flavonoid.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
Tanaman ini telah lama dikenal karena kegunaannya
sebagai tanaman obat untuk anti imflamasi, antivirus,
antitumor, antipenuaan dini, anti diabetes, penyembuh
luka, antibakteri, dan efek antiseptik, pengobatan luka
bakar, edema, nyeri, sariawan, dan bengkak. Tanaman ini
semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas
yakni sebagai bahan baku untuk aneka produk industri
makanan, minuman, farmasi dan kosmetik. Lidah buaya
juga dapat menghaluskan dan melembabkan kulit serta bisa
digunakan untu masker wajah.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaanya
yaitu :
a. Ambil beberapa lidah buaya
b. Cuci dengan air bersih dan air mengalir
c. potong daun dan tekan hingga gel keluar
49
d. oleskan pada wajah seperti pakai masker setiap malam
sebelum tidur
e. diamkan selama 20 menit kemudian cuci dengan air
50
L. Sirsak
Gambar 12 Sirsak (Annona muricata L)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
2. Deskripsi tumbuhan
Daun berbentuk bulat telur terbalik, bewarna hijau
muda sampai hijau tua, dengan tipe pertulangan
brochododrome, ujung daun meruncing, pinggiran rata
dan permukaan daun mengkilap, bunga tunggal dalam
satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan
bunga berpistil majemuk. Buah sejati berganda, buah
memiliki duri halus, apabila tua daging buah bewarna
putih, biji bewarna coklat agak kehitaman dan keras.
Ketinggian pohon mencapai 8-10 meter.
51
3. Habitat dan sebaran
Annona muricata memiliki persebaran asli didaerah
Bolivia, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Meksiko, Panama,
Peru, Suriname, dan Venezuela. A.mucirata telah menyebar
ke berbagai negara. Tumbuhan ini dapat hidup pada
dataran rendah hingga mencapai ketinggian 1000 mdpl.
Persebaran di Indonesia tersebar luas di seluruh Indonesia
4. Kandungan senyawa kimia
Daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung
banyak senyawa kimia seperti acetogenin, retikulin,
loreksimin, koklaurin, annomurin, higenamin, dan
beberapa minyak esensial lainnya. Komponen fitokimia
yang ditemukan pada ekstrak etanol daun sirsak adalah
terpenoid, steroid, flavonoid, glikosida kardia, tannin,
fenol, alkaloid, dan gula reduksi.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi. Status IUCN dalam kategori Least Concern.
6. Manfaat tumbuhan
Buah sirsak dapat digunakan untuk penyembuhan
luka, anti mikroba, antiovarian, antioksidan, kemo-
preventif, alelopati, efek pada ginjal, efek pada hati, evolusi
toksikologi. Disisi yang lain juga dilaporkan daun sirsak
dapat digunakan sebagai obat wasir, sakit kantung air seni,
diare bayi, disentri, dan sebagai sumber vitamin C, peluruh
keringat, anti kejang dan mempercepat masaknya bisul.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Ambil 4-5 helai daun sirsak
b. Cuci daun sirsak dengan air bersih dan air mengalir
c. Kemudian rebus 3 gelas air masukkan helaian daun
52
d. Tunggu sampai air mendidih dan menjadi 1 gelas
e. Minum secara rutin setiap hari
53
M. Mengkudu
Gambar 13. Mengkudu ( Morinda citrifolia L.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan mengkudu
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
2. Deskripsi tumbuhan
Tanaman mengkudu memiliki struktur perakaran
tunggang yang menembus tanah cukup dalam. Akar
cabang dan bulu akar tumbuh ke segala arah. Batang
berbentuk bulat panjang, pada umumnya bengkok, berkulit
kasar, dan bewarna coklat tua, coklat abu-abu, atau cokelat
kekuning- kuningan. Secara ilmiah tinggi tanaman dapat
mencapai ± 6 m. daun mengkudu tumbuh berpasangan
pada tiap buku cabang atau ranting. Daun bewarna hijau
tua, tidak berbulu dan berbentuk oval dengan urat
menyirip. Daun berukuran sangat besar di bandingkan
dengan ukuran cabangnya. Bunga berukuran kecil.
54
Tumbuh di antara dua daun, serta tersusun dalam tandan
(bunga majemuk).
3. Habitat dan sebaran
M. citrifolia berasal dari daerah tropis dan subtropis
Asia dan Australia di antara garis lintang 19 ° N dan S.
Distribusi Indo-Pasifik termasuk Polinesia Timur (mis.
Hawaii, Kepulauan Line, Marquesas, Melanesia (misalnya
Fiji, Vanuatu, New Guinea, dan Kepulauan Solomon),
Indonesia, Australia dan Asia Tenggara. Spesies ini juga
telah dinaturalisasi di pantai terbuka Amerika Tengah dan
Selatan (dari Meksiko hingga Panama, Venezuela, dan
Suriname) dan di banyak pulau di Hindia Barat, Bahama,
dan sebagian Afrika.
Tumbuhan ini dapat ditemukan pada bergaai jenis
habitat seperti daerah kering maupun basah, hutan pesisir,
daerah pesisir, hutan tropis, hutan gugur, padang rumput,
dan di daerah perkebunan
4. Kandungan senyawa kimia
Senyawa aktif yang terdapat pada tanaman
mengkudu berupa senyawa golongan flavonoid, asam
fenolik, terpenoid, dan lain-lain dalam berbagai ekstrak
tanaman mengkudu. Senyawa fenolik buah mengkudu
mempunyai aktivitas yang beragam seperti aktivitas
antibakteri, antiseptik, dan antioksidan serta memiliki
banyak manfaat untuk kesehatan.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
Semua bagian tanaman memiliki kegunaan
55
tradisional. Akar dan kulit kayunya digunakan untuk
pewarna dan obat-obatan; batangnya digunakan untuk
kayu bakar dan peralatan; daunnya digunakan sebagai
sayuran dan untuk membungkus makanan, obat-obatan
dan tapal; dan buahnya digunakan sebagai makanan, jus
dan obat topikal dan internal. Kulit akar menghasilkan
pewarna merah (morindin). Pewarna yang dihasilkan
digunakan pada kain batik dengan menghasilkan karya
berkualitas tinggi.
Sejak dahulu buah mengkudu banyak digunakan untuk pengobatan herbal. Diantaranya untuk mengobati penyakit arthritis, diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit kepala, penyakit jantung, ulkus lambung, arteriosklerosis, dan masalah pembuluh darah.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Siapkan buah mengkudu, madu dan juga air matang
b. Cuci dengan air bersih dan mengalir
c. Kemudian blender buah mengkudu, dan juga air
matang
d. Setelah semuanya halus, saring dan tuang ke dalam
gelas
e. Untuk menambahkan cita rasa manis, tambahkan
madu secukupnya lalu aduk dengan rata.
f. Kemudian jus menkudu bisa diminum
56
N. Beluntas
Gambar 14 Beluntas (Pluchea indica (L) Less.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Pluchea
Spesies : Pluchea indica (L) Less.
2. Deskripsi tumbuhan
Tanaman beluntas merupakan tanaman perdu tegak
yang sering bercabang banyak dan memiliki ketinggian 0,5
- 2 m. Daun tanaman beluntas berambut, dan berwarna
hijau muda. Helaian daun beluntas berbentuk oval elips
atau bulat telur terbalik dengan pangkal daun runcing dan
tepi daunnya bergigi. Bunga tanaman beluntas merupakan
bunga majemuk dengan bentuk bongkol kecil, Bunga
beluntas memiliki tabung kepala sari berwarna ungu, dan
tangkai putik dengan 2 cabang ungu yang menjulang jauh.
Buah tanaman beluntas berbentuk gangsing, keras dan
57
berwarna cokelat. Ukuran buah beluntas sangat kecil
dengan panjang 1 mm. Buah beluntas memiliki biji kecil dan
berwarna cokelat keputih-putihan.
3. Habitat dan sebaran
P. indica berasal dari Asia, dari India ke timur hingga
Cina dan Filipina, dan ke utara Australia. P. indica telah
diperkenalkan di banyak pulau dan menjadi invasif.
P. indica hidup di zona riparian dataran rendah, lahan
basah, rawa payau pantai dan daerah garam lainnya, hutan
bakau dan dataran pasang surut. Kadang-kadang
ditemukan di pedalaman di daerah hutan tetapi spesies ini
tidak tahan terhadap naungan yang lebat.
4. Kandungan senyawa kimia
Beluntas mengantung senyawa kimia seperti
flavonoid, tannin, alkaloid, jenis eudesmane,
sesquiterpenoid, monoterpen, glikosida lignan dan
triterpenoid.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
Manfaat beluntas sudah banyak digunakan
masyarakat untuk gangguan pencernaan pada anak,
menghilangkan bau badan, penurun panas, rematik, dan
nyeri persendian.
P. indica dapat digunakan sebagai obat pada disentri,
demam, gangren, pinggang, obesitas, keputihan, miosis,
cacar, luka dan luka; dan sebagai astringent, yg
mengeluarkan keringat atau tonik. P. indica dikenal dengan
aktivitas anti-inflamasi, anti-ulkus, anti-piretik,
58
hipoglikemik, diuretik dan anti-mikroba selain banyak
aktivitas farmakologis lainnya. Senyawa dengan aktivitas
melawan Entamoeba histolytica telah dikonfirmasi. P. indica
sebagai terapi alternatif dalam pengobatan infeksi saluran
kemih.
Di Indonesia, tepung daun P. indica yang
ditambahkan ke dalam ransum ayam pada tingkat 2%
secara nyata meningkatkan bobot badan akhir,
pertambahan bobot badan, asupan pakan dan air, serta
menurunkan rasio konversi pakan dan juga mampu
menurunkan kadar kolesterol. daging broiler hingga 8%
dan Tingkat stres berkurang 10% pada ayam broiler
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya :
a. Ambil 10-15 helain daun beluntas
b. Cuci bersih dengan air mengalir
c. Lalu rebus atau seduh seperti minum teh
d. Kemudian di minum
e. Lakukan secara rutin 1 gelas sehari.
59
O. Kayu manis
Gambar 15. Kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan kayu manis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanii (Nees & T. Nees)
2. Deskripsi tumbuhan
Tanaman kayu manis tumbuh secara menjulang ke
atas dengan tinggi berkisar 5-15 meter. Kulit batang kayu
manis memiliki bau khas aromatik rasa agak manis, agak
pedas, dan kelat. Pada pengamatan secara makroskopik,
potongan kulit berbentuk gelondong, agak
menggulung membujur,agak pipih, atau berupa berkas
yang terdiri tumpukan beberapa potong kulit yang
tergulung membujur panjang sampai 1m, tebal kulit 1nm
sampai 3nm atau lebih.
60
3. Habitat dan sebaran
C. burmanni dapat ditemukan dan hidup pada iklim
tropis atau subtropis hingga pada lahan basah mulai dari
Asia, Asia bagian selatan dan tengah, Amerika, Autralia,
tetapi satu catatan dari Hawaii menunjukkan bahwa C.
burmanni juga dapat tumbuh di hutan kering. Tanaman ini
biasanya ditanam sebagai pohon kehutanan.
4. Kandungan senyawa kimia
Kandungan senyawa kimia pada tumbuhan ini
meliputi : terpene, fenilpropanoid, lignan, flavonoid,
aromatik kumarin, alkaloid, steroid, minyak atsiri, eugenol,
safrole, sinamaldehid, tanin, kalsium oksalat, damar dan zat
penyamak, dimana sinamaldehid merupakan komponen
yang terbesar yaitu sekitar 70 %.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
Kulit batang, daun dan akar kayu manis dapat di
manfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit antara lain
Mengobati sakit perut dingin, sakit perut, diare, anoreksia,
sakit pinggang dan tungkai, lebam dan cedera, trauma dan
perdarahan. Selain itu, manfaat dari tumbuhan ini sebagai
antimikroba, antitumor, antioksidan, anti-diabetes, anti-
inflamasi, analgesik, muntah-muntah gangguan
pencernaan, pilek, batuk dan infeksi mikroba.dan
hipertensi.
Cinnamomum sp. Kayunya digunakan untuk
dekorasi, furnitur, lemari dan pembuatan kayu lapis. Selain
itu juga dimanfaatkan dalam menyiapkan coklat, minuman,
permen pedas, minuman keras, sebagai bumbu dan
61
penyedap makanan minyak kayu manis suling juga
digunakan untuk membumbui makanan dan minuman.
Diare dan malaria dapat disembuhkan dengan kulit batang.
Kulit kayu manis juga dapat disedu dengan minuman
panas untuk memberi kekuatan dan melegakan otot rasa
sakit.
Getah digunakan dalam pembuatan obat nyamuk
bakar, wangi dupa dan formika. Kayu manis juga memiliki
antijamur, antibakteri, antitermit, larvasida, nematisida,
dan insektisida yang kuat.
Cara sederhana pemanfaatan dan penggunaannya
yaitu :
a. Rebus 1 ibu jari kayu manis serta 4 lembare daun cocor
bebek
b. Rebus dengan 600 ml air
c. Tunggu sampai air rebusan menjadi 300 ml air
d. Lalu diminum sekaligus satu sekali sehari.
62
P. Manggis
Gambar 16. Manggis (Garcinia mangostana L)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan manggis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Cluciaceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
2. Deskripsi tumbuhan
Manggis aatau Ratu Buah merupakan salah satu
buah teropis yang terbaik berwarna ungu tua atau
kemerahan, dengan rasa asam dan manis. Manggis
memiliki pohon dengan tinggi 6-25 m, batang berkayu,
bulat, tegak, percabangan simpodial, hijau kotor. Daun
tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm, lebar 6-9 cm,
tebal, tangkai silindris, hijau, bunga tunggal, berkelamin
dua, di ketiak daun, tangkai silindris panjang 1-2 cm,
63
benang sari kuning, putik satu putih, kuning, buah buni,
bulat, diameter 6-8 cm, coklat keunguan. Biji bulat diameter
+ 2 cm, dalam satu buah terdapat 5-7 biji, akar tunggang,
putih kecoklatan.
3. Habitat dan sebaran
Distribusi tanaman manggis tersebar di India,
Myanmar, Malaysia, Filipina, Sri Lanka, Indonesia, dan
Thailand, Autralia, Afrika, dan Amerika
4. Kandungan senyawa kimia
Akar, kulit batang dan kulit buah Garcinia mangostana
L. mengandung saponin, di samping itu akar dan kulit
batangnya juga mengandung flavonoida dan polifenal
serta kulit buahnya juga mengandung tanin. Kulit
buah mengandung xanthone dalam jumlah tinggi
termasuk β-mangostin, 1-isomangostin, 3-
isomangostin, 9-hydroxycalabaxanthone, 8-
deoxygartanin, demethylcalabaxanthone, garcinone
B, garcinone D, garcinone E, gartanin, mangostanol,
mangostanin dan mangostinone
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi
6. Manfaat tumbuhan
Orang – orang zaman dahulu sering menggunakan
daun manggis sebagai obat alternatif untuk mengobati
diare, inflamasi, kanker hati, paru – paru, kolera, disentri,
infeksi kulit, dan usus. Kulit buah manggis dapat di
gunakan sebagai obat tradisional dalam mengobati
penyakit seperti trauma, infeksi kulit, sakit perut, disentri,
64
anti-inflamasi, anti tumor, kardioprotektif, antidiabetes,
antibakteri, antijamur, antiparasit, antioksidan dan anti-
obesitas dan luka.
Di India, Thailand, Cina dan bagian lain dari kulit
buah kering dan bubuk Asia adalah digunakan sebagai
agen antimikroba dan untuk antiparasit, pengobatan
disentri, nanah dan bisul. Daun dan kulit manggis dikenal
memiliki sifat antiinflamasi yang kuat.
Dalam pengobatan tradisional Thailand, kulit
buahnya keras G. mangostana telah digunakan untuk
pengobatan infeksi kulit, luka dan untuk menghilangkan
diare.
Di Filipina dan Malaya teh dibuat dari kulit buah dan
rebusan daun dan kulit batang digunakan sebagai obat
penurun panas serta pengobatan diare, disentri dan
gangguan kemih yang berbeda. Akar rebusan diberikan
oleh wanita dengan menstruasi gangguan. Selain itu,
ekstrak kulit kayu yang disebut 'amibiasine' telah
digunakan untuk pengobatan disentri amuba. Di
Venezuela, infeksi kulit akibat parasit diobati dengan tapal
kulit buah.
Cara sederhana pemanfaatannya yaitu :
a. Ambil kulit manggis segar dari buah yang sudah benar
– benar matang
b. Kemudian cuci dengan air mengalir hingga bersih
c. Potong – potong kulit manggis, kemudian rebus di
dalam 250 ml air hingga mendidih
d. Sesudah mendidih, angkat dan saring air rebusan.
Tunggu sampai hangat, kemudian tambahkan madu
atau gula sebagai pemanis
65
Q. Ketepeng Tionghoa
Gambar 17 Ketepeng Tionghoa (Cassia alata L.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Cassia
Spesies : Cassia alata L.
2. Deskripsi tumbuhan
Cassia alata L. memiliki batang berkayu, bulat, percabangan simpodial, coklat kotor. Habitut Cassia alata L perdu memiliki tinggi ± 5 m. daun majemuk, menyirip genap, anak daun delapan sampai dua puluh empat pasang, bentuk bulat panjang, ujung tumpul, tepi rata, pangkal membulat, panjang 3,5 – 15 cm, lebar 2,5 – 9 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek, hijau. Memiliki bunga majemuk bentuk tandan, kelopak berbagi lima, benang sari tiga, daun pelindung pendek. Buah polong, panjang, bersegi empat, panjang ± 18 cm, lebar ± 2,5 cm, masih muda hijau setelah tua hitam kecoklatan. Bijinya segitiga lancip, pipih masih muda hijau setelah tua hitam dan akarnya tunggang, bercabang, bulat, kehitaman.
66
3. Habitat dan sebaran
Cassia alata merupakan tumbuhan yang berasal dari
Argentina. Tanaman ini telah menyebar di wilayah Eropa,
Asia, Afrika, dan Australia. Biasanya disebut sebagai
Candle brush, Candlestick, Senna alata dan lain-lain. Di
Indonesia C. alata disebut sebagai “ketepeng cina”
4. Kandungan senyawa kimia
Senyawa metabolit sekunder dalam C. Alata
termasuk alkaloid, saponin, steroid, flavonoid dan
terpenoid asam krisofanat, tanin.
Biji C. alata dilaporkan memiliki banyak senyawa
bioaktif senyawa glikosida flavonoid yaitu 26 chrysoeriol-
7-O- (200-O-β-D-manno pyranosyl) -β-D-allopyranoside
dan 27 rhamnetin-3-O- (200-O-βD-mannopyranosyl) -β-D-
allopyranoside, sebanyak 28 (asam n-heksadekanoat), 29
(Asam 15-tetracosenoic), 30 (asam oleat), 31 (asam
oktadekanoat), 32 (2-metil-1-oktanol, asam pentanoat), dan
33 (2-etil-1-desanol)., 34 α-D-galactopyranosyl
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi. Status IUCN yaitu Least Concern (LC)
6. Manfaat tumbuhan
Akar C. alata dapat digunakan untuk mengobati
rematik. Biji dan daunnya berpotensi tinggi sebagai
fungisida dan obat eksim di India. C. alata dapat digunakan
untuk mengurangi sakit perut saat hamil, sakit kepala dan
kelumpuhan. Ekstrak C. alata digunakan dalam praktek
pengobatan herbal tradisional untuk menyembuhkan kulit
penyakit di beberapa negara.
67
Di Thailand, daun C. alata digunakan obati sembelit.
Ini bisa dilakukan dengan ditumbuk dengan daun segar air,
bawang putih, kapur merah dan balsem lalu dioleskan pada
kulit yang terinfeksi kurap. Selain itu rebusan pucuk dan
daun C. alata dapat dimanfaatkan membersihkan luka dan
bertindak sebagai agen anti inflamasi. Di Indonesia
(Khususnya di Sulawesi Selatan), daun C. alata telah
dimanfaatkan secara tradisional untuk menghilangkan
jamur pada kulit yang dapat menyebabkan gatal-gatal
dengan cara menggosok langsung pada kulit.
Beberapa penelitian telah melaporkan aktivitas
biologis C. alata. Ekstrak kasar daun C. alata memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Ekstrak daun
memiliki potensi anti-inflamasi dengan secara signifikan
mengurangi pembengkakan lutut. Ekstrak daun C. alata
dilaporkan memiliki antijamur yang baik aktivitas
melawan Trichophyton verrucosum dan Epidermophyton
floccosum serta mikroba lainnya.
Manfaat dari tumbuhan ketepeng Tionghoa yaitu
untuk proses penyembuhan penyakit panu merupakan
penyakit infeksi kulit yang di sebabkan oleh beberapa jenis
jamur, di antaranya adalah jamur Trichophyton sp. Jamur
Trichophyton sp. dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti panu, kadan dan kurap.
Cara sederhana pemanfaatan yaitu :
a. Segenggam daun ketepeng Tionghoa di rebus dengan
air secukupnya.
b. Tambahkan 1 sendok makan kapur sirih
c. Setelah itu daun ketepeng Tionghoa yang sudah di rebus
di lumatkan hingga halus.
d. Kemudian gosokkan pada bagian kulit tubuh yang sakit
e. Lakukan 2 kali setiap hari sampai penyakit kulit hilang.
68
R. Jahe
Gambar 18 Jahe (Zingiber officinale)
(Sumber : Dokumen pribadi )
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale
2. Deskripsi tumbuhan
Jahe memiliki batang tegak dan daun kerap kali jelas
dua baris dengan pelepah yang memeluk batang dan lidah
diantara batas pelepah dan helaian daun. Bunga zygomorph
berkelamin dua. Dan memiliki kelopak berbentuk tabung,
dengan ujung bertaju, kerap kali terbelah serupah pelepah.
Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang
pendek, bentuk bulat, pada setiap ujung cabang terdapat
parut melekuk kedalam. Potongan bagian luar berwarna
coklat kekuningan, beralur memangang,kadang ada serat
bebas.
3. Habitat dan sebaran
Tanaman ini berasal dari Cina Selatan dan akhirnya
69
menyebar ke Kepulauan Rempah-rempah, bagian lain Asia,
dan selanjutnya ke Afrika Barat. Saat ini telah
didistribusikan secara luas di seluruh daerah tropis dan
belahan dunia subtropis.
Jahe tumbuh di daerah tropis mulai dari 10 - 1500
mdpl, tetapi banyak ditemukan di dataran rendah.
Tanaman lebih tumbuh ideal pada kondisi hangat dan
cerah. Curah hujan optimal 2.500-3.000 mm, tersebar
dengan baik sepanjang tahun.
Tanah yang ideal adalah tanah lempung sedang
dengan pasokan bahan organik yang memadai dengan pH
6,0-7,0..
4. Kandungan senyawa kimia
Jahe mengandung beberapa senyawa di antaranya
campuran zingerone, shogaols, gingerol dan minyak atsiri
bertanggung jawab atas bau dan rasa khasnya. Konstituen
lainnya termasuk, capsaicin, gingediol, galanolactone,
gingesulfonic acid, galactosylglycerols, gingerglycolipids,
diarylheptanoids, neral, monoacyldi-vitamin, dan fitosterol
Minyak astiri (bisabolene, cineol, phellandrene, citral, borneol, citronellol, geranial, linalool, limonene, zingiberol, zingiberence, camphene), oleoresin (gingerol, shogeol), fenol (gingreol, zingeron), enzim Proteolitik (zingibain), vit B6, vit C, Kalsium, magnesium, fosfor, kalium, asam linoleat, gingreol (gol alcohol pada oleoresin), mengandung minyak astiri 1-3% diantaranya bisabolen, zingiberen dan zingiberol.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi. Status IUCN yaitu Data Deficient (DD).
6. Manfaat tumbuhan
Jahe sering di pergunakan untuk bumbu dalam
70
membuat berbagai bahan masakan. Jahe sangat berperan
dalam ramuan obat secara tradisional dan banyak
digunakan sebagai ramuan untuk membuat jamu. Tanaman
ini banyak digunakan sebagai obat rumahan jika terjadi
dispepsia, perut kembung, ketidaknyamanan perut, sakit
perut, diare, sakit gigi, radang gusi, bronkitis, hipertensi,
demensia, helminthiasis, sembelit, dan asma gangguan
pernapasan, flu biasa, demam, sakit tenggorokan, nyeri,
rematik, bronkitis, sebagai perangsang karminatif dan
nafsu makan, antipiretik, untuk pencernaan masalah,
gangguan pencernaan, mual dan muntah yang
berhubungan dengan mabuk perjalanan dan kehamilan,
kehilangan nafsu makan, demam, antispasmodik,
ekspektoran, perifer stimulan peredaran darah, dan
astringent.
Cara sederhana pemanfaatan yaitu :
a. Parut 1,5 sendok teh jahe segar
b. Rebus 4 gelas air
c. Tambahkan jahe ke dalam air
d. Biarkan jahe meresap selama sekitar 5 - 10 menit
e. Saring airnya untuk memisahkan parutan jahe
f. Air jahe dapat di minum baik panas maupun dingin.
71
S. Brotowali
Gambar 19 Brotowali (Tinospora rhumpii L.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora rhumpii L.
2. Deskripsi tumbuhan
Tinospora rhumpii L. memiliki batang berukuran kecil
rata – rata sebesar jari kelingking panjangnya bisa mencapai
2,5 meter bahkan lebih, batang ini banyak mengandung air.
Daun brotowali sangat unik bentuknya seperti jantung,
agak membundar dan berujung lancip. Daun nya bewarna
hijau muda yang memiliki lebar antara 6 hingga 12 cm,
daun brotowali juga termasuk jenis daun tunggal. Bunga
brotowali bunga yang tidak sempurna karena tidak
72
memiliki bagian – bagian bunga yang lengkap. Bunga
brotowali berukuran berukuran kecil bewarna hijau muda
memiliki mahkota enam. Bunga ini juga merupakan tunas,
warnanya kemudian berubah menjadi merah putih. Buah
pada tanaman brotowali berada di batang dan berkumpul,
buah ini berwarna merah muda.
3. Habitat dan sebaran
Tanaman/tumbuhan ini berasal dari Cina. Tanaman
tersebar di seluruh wilayah tropis hingga India 1.200 m di
atas permukaan laut dari kumaon ke Assam, di utara
membentang melalui Benggala Barat, Bihar, Deccan,
Kankan, Karnataka dan Kerala, India, Myanmar, Sri Lanka,
Thailand, Filipina, Indonesia, Malaysia, Kalimantan,
Vietnam, Bangladesh, Afrika Utara, dan Afrika Selatan.
4. Kandungan kimia tumbuhan
Tanaman brotowali terkandung berbagai senyawa
kimia, antara lain alkaloid, damar lunak, pati, glikosida,
pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid,
berberin, palmatin, kolumbin, dan kaokulin atau
pikrotosin.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi.
6. Manfaat tumbuhan
Manfaat dari batang brotowali banyak di pakai untuk
mengobati sakit perut, demam, dan sakit kuning. Di
samping itu pipisan dan tumbukan daunnya banyak di
gunakan sebagai obat gosok untuk mengobat sakit
punggung dan pinggang. Dalam bentuk bubuk, ini
diresepkan untuk demam, efektif obat untuk rematik, perut
73
kembung anak, dan penyakit kuning, sedangkan rebusan
batangnya terkenal sebagai yang terbaik obat untuk gatal-
gatal dan luka kanker, serta sebagai antimalaria. Air
rebusan batang brotowali banyak digunakan untuk
menyembuhkan gatal – gatal, koreng.
Cara sederhana pemanfaatan brotowali :
a. Ambil dan bersihkan 1 jari batang brotowali segar
b. Setelah bersih potong – potong batang menjadi beberapa
bagian saja
c. Rebus air sampai air rebusan tersisa 1,5 gelas aja
d. Minum ramuan alami ini tiga kali sehari, aturan
minum ½ gelas perminum.
74
T. Daun dewa
Gambar 20 Daun dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Gynura
Spesies : Gynura procumbens (Lour.) Merr.
2. Deskripsi tumbuhan
Merupakan tumbuhan merambat atau menjalar, tinggi sampai 2 m. helai daun berbentuk poval, bulat telur memnjang atau lanset panjang dengan pangkal berangsur menyempit panjang atau seringkali dengan pangkal berangsur menyempit dan ujung meruncing. Tepi daun berlekuk tajam atau tumpul dan berigi kasar, kadang- kadang terpilih menyerupai kail. Permukaan berambut halus dengab panjang daun bervariasi dari 3,5-12,5 cm dan panjang daun 0,5-3,5 cm. bunga berbentuk bonggol, yang bergantung 2-7 bonggol membentuk perbungaan malai rata atau malai cawan. Dalam satu bonggol terdapat 20-30 bunga, panjang bonggol 1,5-2 cm dan lebar 5-6 mm, panjang tangkai bonggol 0,5-7 cm dan berambut halus.
75
Bunga berbau menusuk dengan mahkota berwarna
jingga lemah atau kuning-jingga, sering menjadi coklat
kemerahan. Batang berkotak-kotak atau beralur, lunak,
berbintik-bintik ungu dan berambut halus.
3. Habitat dan sebaran
Berasal dari daerah Afrika yang beriklim tropis.
Tumbuhan ini biasa ditemukan di negara Asia tropis seperti
Cina, Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan
Srilangka,. Tumbuh liar di pekarangan, ladang atau
ditanam orang untuk obat-obatan. Tumbuh sampai
ketinggian 500 m di atas permukaan laut.
4. Kandungan kimia
Daun mengandung 4 senyawa flavonoid, tanin galat,
sapoin dan steroid/triterpenoid, metabolit yang terdapat
dalam eksrak yang larut dalam etanol 95% anatara lain
asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p-
kumarat, asam p-hidroksi benzoate. Sterol, glikosida sterol,
nonadekana, fitil valearat.
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi.
6. Manfaat tumbuhan
Daun dewa merupakan salah satu jenis tanaman
terna yang berfungsi sebagai tanaman obat dapat di
konsumsi sebagai sayur dalam bentuk lalapan. Daun dewa
dan umbi tanaman daun dewa juga memiliki khasiat
sebagai obat untuk anti tumor atau kanker, obat kulit,
rematik, kencing manis, mencairkan darah yang membeku
pada luka sekaligus menghentikan pendarahan dan
pembengkakan payudara, membersihkan racun, mengatasi
76
peradangan pada jaringan tubuh, seperti radang pancreas
pada penderita diabetes mellitus dan infeksi herves.
Cara sederhana pemanfaatannya yaitu :
a. Ambil 5 lembar daun dewa, pilihlah daun dari tanaman yang kira – kira sudah berusia 8 bulan lebih kemudian cuci bersih dengan air mengalir.
b. Rebuslah daun dewa ini dengan 3 gelas air c. Biarkan hingga beberapa saat sehingga air rebusan
tinggal segelas d. Tuang ke dalam gelas dan air rebusan ini siap untuk
diminum.
77
U. Sambiloto
Gambar 21 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. fil.)
Nees.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi ilmiah tumbuhan sambiloto
Kingdom : Plantae Divisi : Angiospremae Kelas : Dycotiledonae Ordo : Personales Family : Acanthaceae Sub family : Acanthoidae Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata (Burm. fil.)
Nees.
2. Deskripsi tumbuhan
Andrographis paniculata memiliki batang tidak
berambut tebal 2-6 mm, persegi empat, batang bagian atas
seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang
berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset
sampai bentuk lidah tombak, rapuh, tipis, tidak berambut,
pangkal daun beruncing, ujung meruncing, tepi daun rata,
permukaan atas bewarna hijau tua atau hijau kecokelatan,
permukaan bawah bewarna hijau pusat. Tangkai daun
pendek, buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam,
kadang – kadang pecah secara membujur. Permukaan luar
78
kulit buah bewarna hijau tua hingga hijau kecokelatan,
permukaan dalam bewarna putih, biji agak keras,
permukaan luar bewarna cokelat muda dengan tonjolan.
3. Habitat dan sebaran
Distribusinya tercatat di India, Sri Lanka,
Semenanjung Malaya, Cina, Indonesia dan Thailand. Di
India itu terjadi di seluruh dataran dan juga di hutan
sebagai semak belukar. Tanaman ini sebagai pengusir ular.
Spesies ini didistribusikan secara global di Indo-Malesia. Di
India, terutama ditemukan di dataran di seluruh India dari
Himachal Pradesh hingga Assam dan Mizoram, dan di
seluruh Semenanjung India.
4. Kandungan kimia tumbuhan
Hasil skrining fitokimia dari ekstrak tumbuhan
menunjukkan keberadaannya dari diterpen seperti
andrographolide, neoandrographolide, bis-
andrographolide, 14-deoxy-11, 12-
didehydroandrographolide, andrograpanin, 14-
deoxyandrographolide dan flavonoid seperti 5- hydroxyl-7,
8-dimethoxyflavone, 5-hidroksil-7, 8-dimetoksiflavanon,.
5. Status konservas
Populasi tumbuhan ini masih cukup banyak di alam
dan mudah untuk dibudidayakan secara luas dan
merupakan jenis tumbuhan yang tidak termasuk jenis yang
dilindungi.
6. Manfaat tumbuhan
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. fil.) Nees)
Ekstrak tumbuhan menunjukkan anti-mikroba, anti jamur,
anti bakteri, anti protozoa, hepatoprotektif, anti-oksidan,
anti-inflamasi, imunostimulan, anti malaria, anti diabetes,
gastroprotektif, insektisida, anti maag dan anti bisa ular.
Selain itu, tanaman ini juga efektif dalam pengobatan
79
penyakit kuning. Andrographolide meningkatkan sistem
kekebalan dengan meningkatkan jumlah sel darah putih.
Selain itu, dapat meningkatkan aktivitas sistem limfatik
menunjukkan sifat anti-virus. Andrographolide
menunjukkan aktivitas anti kanker dan secara signifikan
menghambat perkembangbiakan sel kanker usus besar.
Andrographolide melindungi jaringan paru-paru dari luka
akibat asap yang disebabkan oleh oksidatif menekankan.
Selanjutnya, senyawa tersebut juga menunjukkan
perlindungan terhadap fragmentasi DNA yang dimediasi
superoksida yang diinduksi nikotin dalam limfosit
Cara sederhana pemanfaatannya yaitu :
a. Ambil 3-4 lembar daun sambiloto segar
b. Cuci dengan air bersih yang mengalir
c. Setelah itu tumbuk
d. Masukkan ke dalam air setengah gelas
e. Lalu saring ampasnya dan bisa meminum ramuan daun
sambiloto di tambah dengan sebanyak 3 kali sehari
80
V. Ceplukan
Gambar 22 Ceplukan (Physalis minima L.)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Solonales
Family : Solonaceae
Genus : Physalis
Spesies : Physalis minima L.
2. Deskripsi tumbuhan
Ceplukan (Physalis minima L.) adalah tanaman
semusim berupa herba dari famili Solanacea. Akar tanaman
ceplukan berbentuk bulat, tumbuh memanjang, dan
bewarna putih, akar tanaman ini berasa agak pahit. Batang
bawah bulat bewarna cokelat muda, berongga, sedangkan
batang bagian atas serta cabangnya bersegi tajam dan
bewarna hijau. Helain daun berbentuk lebih bulat dengan
ukurannya rata – rata lebih besar, daun tipis, lemas, berbulu
lebat, dan cepat menjadi layu setelah di petik, panjang
tangkai daun berkisar antara 2 cm – 3 cm, bersegi, dan
81
bewarna hijau. Daun setelah tua menguning kemudian
berubah menjadi cokelat dan akhirnya gugur. Bunga
ceplukan berbentuk tunggal dan biasanya muncul pertama
kali dari ketiak daun. Setelah terjadi persarian pada bunga
betina, bakal buah yang terdapat di dalam kelopak akan
tumbuh menjadi buah. Daun mahkota mengerut, kemudian
menguncup, mongering dan akhirnya gugur.
3. Habitat dan sebaran
Physalis spp. merupakan tumbuhan liar, berupa
herba tahunan dengan tinggi kurang lebih 0.5–1.0 meter.
Physalis minima adalah tumbuhan dari Amerika yang
tersebar luas ke daerah tropis lainnya. tumbuhan bisa
tumbuh di dataran tinggi, sehingga mudah untuk ditanam.
Tumbuhan ini tumbuh subur di dataran rendah sampai
ketinggian 1.550 meter diatas permukaan laut, tersebar di
tanah tegalan, sawah-sawah kering, serta dapat ditemukan
di hutan-hutan jati
4. Kandungan senyawa kimia
Tanaman Physalis minima banyak mengandung sekunder senyawa tersebut antara lain flavonoid, steroid alkaloid, senyawa fenolik sebagai asam ellagic, katekol, asam galat dan katekin, asam amino, asetamid, siklopentana, palmitat asam, asam stearat, asam oktadekanoat dan linoleat. Physalis minima memiliki berbagai farmakologis efek, termasuk antidiuretik, anti-inflamasi, analgesik, antioksidan, antidiabetes, antimikroba, dan antibakteri.. Buah tanaman ini kaya vitamin A dan vitamin C
5. Status konservasi
Populasi tumbuhan ini masih dalam keadaan sedang
menghadapi resiko kepunahan dialam liar pada waktu
yang akan datang meskipun merupakan jenis tumbuhan
yang tidak termasuk jenis yang dilindungi. Status IUCN
yaitu Vulnerable (VU) atau Rentan.
82
6. Manfaat tumbuhan
Physalis minima L. mempunyai khasiat yaitu saponin
yang terkandung dalam daun Physalis spp. memberikan
rasa pahit dan sifat menyejukkan serta berkhasiat sebagai
antitumor dan menghambat pertumbuhan kanker,
terutama kanker usus besar. Kandungan flavonoid dan
polifenol berkhasiat sebagai antioksidan. Penelitian di
Jepang menemukan bahwa daun Physalis spp. Berperan
dalam pengobatan herpes simpleks I, campak, HIV1, polio
virus 1, dan hepatitis B. tanaman ini sebagai anti imflamasi,
tinggi antioksidan, antimikroba, antidiabetus
pada akar untuk di gunakan untuk mengobati
hepatitis, daun di gunakan sebagai obat asma, malaria,
atiinflamasi dan disinfektan, sedangkan buah ciplukan di
gunakan untuk pengobatan scabies. Secara spesifiknya
glukosida flavonoid dalam ciplukan berkhasiat sebagai
obat diabetes mellitus karena dapat memperbaiki regulasi
dalam darah dan menghilangkan efek samping
(komplikasi) diabetes mellitus.
Cara sederhana pemanfaatannya yaitu :
a. Siapkan daun ceplukan secukupnya
b. Bersihkan dengan air bersih yang mengalir
c. Kemudian rebus dengan air 2 gelas dan biarkan sampai
tersisa 1 gelas
d. Setelah itu minum air rebusan tersebut
e. Konsumsilah secara rutin dan teratur.
83
W. Kayu putih
Gambar 23 Kayu putih (Melaleuca leucadendra L)
(Sumber : Dokumen pribadi)
1. Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendra L.
2. Deskripsi tumbuhan
Kayu putih memiliki pohon tinggi 10 – 25 m. batang
berkayu dan kulit batang mudah mengelupas, batang
bercabang banyak, penampang bulat, warna batang putih
abu – abu. Daun tunggal, berbentuk jorong atau lanset,
ujung runcing dan pangkal runcing atau bulat, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 10-22 cm, lebar 3 – 9 cm,
panjang tangkai 3 – 4 cm, warna hijau keputih – putihan.
Daun dan kulit bila berambut berbau kayu putih. Bunga
kayu putih majemuk, tumbuh di ketiak daun atau di ujung.
Buah berbentuk lonceng ukurannya 2,5 – 7 mm, lebar 3 – 4
mm, biji kecil – kecil bulat bewarna cokelat.
84
3. Habitat dan sebaran
M. cajuputi hampir menyebar seluruh wilayah
Indonesia. Berdasarkan itu sebaran alami ada tiga
subspesies M. cajuputi di Indonesia. M. cajuputi subsp.
Cajuputi Powell tumbuh di timur Indonesia (Maluku
Pulau), M. cajuputi subsp. cumingiana Barlow tumbuh di
Indonesia bagian barat (Sumatera, Barat Barat, dan
Kalimantan Selatan), dan M. cajuputi subsp. platyphylla
Barlow tumbuh di Irian Jaya Selatan, Aru Pulau, dan Pulau
Tanimbar. M. Cajuputi tumbuh dalam variasi yang luas dari
jangkauan geografis menyebabkan variasi genetik di antara
mereka.
4. Kandungan kimia tumbuhan
Kandungan utama adalah minya esensial yaitu (E)-
nerolidol, caryophyllene, viridiflorol, farnesene, dan
humulune.
Daun dan ranting kecil proses penyulingan kayu
putih menghasilkan minyak atsiri dengan bahan kimia
utama (cineole) (50-65%), Eucalyptol (1, 3, 3-trimethyl-2-
oxabicyclo) diklasifikasikan sebagai gugus hidrokarbon
monoterpen teroksigenasi. Senyawa ini berperan penting
dalam aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Gram
positif dan Gram negatif. Aktivitas biologis juga dilaporkan
terhadap jamur dan serangga yang mungkin disebabkan
oleh salah satu senyawa kayu putih utama yang memiliki
struktur kimia seperti 1, 8-cineole.
5. Manfaat tumbuhan
Tanaman kayu putih banyak di jadikan minyak kayu
putih yang memiliki peran penting dalam obat – obat
tradisional sebagai obat sakit kepala, meredakan masalah
pernapasan, perut kembung, mual, masuk angin, gatal
sebagai aromaterapi dan mangurangi gejala demam.
85
limbah kayu putih padat hasil proses penyulingan
dapat digunakan sebagai arang aktif. Limbah tersebut
dapat diolah lebih lanjut sebagai biopellet dan arang briket.
Nilai kalori arang briket kayu putih jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan arang briket biasa yang bisa
mencapai hingga 1,5 kali lipat. Limbah padat ini juga
mengandung gas yang mudah menguap dengan kuantitas
mencapai 47–68%. Limbah ini juga dimanfaatkan sebagai
bahan bakar seperti di steam boiler dan sebagai makanan
pengganti sapi potong di peternakan. Limbah kayu putih
dapat diolah sebagai pupuk organik tanah.
Cara sederhana pemanfaatan tumbuhan :
a. Daun kayu putih di petik terlebih dahulu dari pohonnya
kemudian baru dilakukan penyulingan secara
sederhana
b. Setelah itu daun minyak kayu putih dimasukkan diatas
rak dalam ketel tempat perebusan dan pada dasar ketel
diisi air yang di bakar menggunakan tungku, ketel di
tutup rapat agar uapnya tidak keluar. Di sebelah ketel
tersebut ada bak penampung air yang merupakan salah
satu tahap penyulingan.
c. Uap dari daun yang di rebusn didinginkan hingga
menjadi minyak air putih yang keluar dari pipa
penyulingan dengan sendirinya. Penyulingan
berlangsung kurang lebih 20 menit.
d. Minyak kayu putih di saring terlebih dahulu dengan
kapas kemudian baru dimasukkan dalam botol.
86
BAB IV BAGIAN TUMBUHAN SEBAGAI OBAT
TRADISIONAL
A. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat
Tradisional
Berdasarkan hasil observasi peneliti, bagian tumbuhan
yang digunakan sebagai obat tradisional yaitu daun, kulit
buah, rimpang, akar, dan herba. Bagian tumbuhan yang paling
banyak digunakan sebagai obat adalah daun.
Tabel 2 Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Tradisional di Desa Pelawan.
No
Nama lokal
Bagian Yang
Digunakan
Da
un
Bu
ah
Ku
lit
bu
ah
Rim
pan
g
Ak
ar
Ba
tan
g
1. Sirih √
2. Kelor √
3. Jambu biji √ √
4. Jeruk nipis √ √
5. Papaya √ √ √
6. Seledri √
7. Belimbing wuluh √
8. Salam √
9. Cocor bebek √
10. Kumis kucing √
11. Lidah buaya √
12. Sirsak √ √
13. Mengkudu √
14. Beluntas √
87
15. Kayu manis √ √
16. Manggis √ √ √
17. Ketepeng Tionghoa √
18. Jahe √
19. Brotowali √
20. Daun dewa √
21. Sambiloto √
22. Ceplukan √ √
23. Kayu putih √
Berdasarkan table 2. Bagian tumbuhan yang digunakan
sebagai obat tradisional adalah daun sebanyak 19, buah 8, kulit
buah 1, rimpang 1, akar 1, batang 2. Persentase dari bagian
tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional di Desa
Pelawan dapat dilihat di bawah ini
60%25%
3%3%3%
6%
BAGIAN TUMBUHAN YANG
DIGUNAKAN
daun buah kulit buah rimpang akar batang
88
B. Pemanfataan Obat Tradisional Secara Turun
Temurun
Keberadaan dan kehidupan manusia tidak lepas dari
keanekaragaman makhluk hidup (flora dan fauna) sebagai
berkat Allah Sang Pencipta Alam Semesta dan Alam Bahasa.
Tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional merupakan
tumbuhan yang diketahui dan di percaya masyarakat, yang
mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan
baku obat tradisional. Masyarakat tradisional dan modern
hingga saat ini masih banyak menggunakan obat tradisional
yang bersumber dari alam dan sebagian dari tumbuhan obat
potensial yang diduga mengandung senyawa bioaktif
berkhasiat obat.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh (Dewantari
et al., 2018) tentang “Jenis tumbuhan yang digunakan sebagai
obat tradisional di daerah Eks-Karesidenan Surakarta” dengan
kajian ini memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mengetahui
jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat dan
mengklasifikasikan jenis – jenis tumbuhan tersebut
berdasarkan bagian yang digunakan, cara pengolahan, dan
kegunaannya. Jenis tanaman yang di dapat oleh (Dewantari et
al., 2018) juga di dapatkan oleh kajian ini contohnya pepaya
(Carica Papaya L), manggis (Garcinia mangostana L), kelor
(Moringa oleifera L.), sirsak (Annona muricata L.), brotowali
(Tinospora rhumpii L.), kayu manis (Cinnamomum burmanii
(Nees & T. Nees)), sirih ( Piper bitle), beluntas (Pluchea indica L.),
jahe (Zingiber officinale), mengkudu (Morinda citrifolia L.), yang
bisa digunakan untuk pembuatan jamu dan bermanfaat untuk
kesehatan tubuh, kemudian cara pengolahan juga dapat di
rebus, di tumbuk dan dioleskan.
Masyarakat Desa Pelawan adalah komunitas
masyarakat yang secara turun temurun mempunyai konsep
kearifan tradisional yang memanfaatkan sumber daya alam
secara turun temurun dari nenek moyang. Desa pelawan
memiliki adat istiadat dan budaya yang sangat beragam,
terutama dari segi bahasa dan kebiasaan. Seperti halnya
89
masyarakat Desa Pelawan juga memiliki pengetahuan tentang
pengelolaan keanekaragaman sumber daya alam dan
lingkungan sekitarnya. Salah satuny adalah pemanfaatan
tumbuhan sebagai bahan obat tradisional yang dapat
digunakan sehari- hari dan dipercaya untuk menyembuhkan
penyakit atau dapat memberikan pengaruh lebih baik
terhadap kesehatan.
Masyarakat Desa Pelawan umumnya memiliki
pengetahuan tentang pemanfataan tumbuhan obat tradisional
secara turun temurun di lingkungan keluarga maupun dari
pengalamannya sendiri. Sebagian diantaranya bahkan
memiliki pengetahuan tentang kegunaan atau khasiat
tumbuhan obat dalam kaitannya dengan nilai-nilai riligius.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukaan pada
masyarakat Desa Pelawan, diketahui terdapat 23 spesies dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tumbuhan obat
tersebut diperoleh masyarakat dari berbagai sumber seperti
dari spesies tumbuhan liar da nada yang di peroleh secara
budidaya atau tanam sendiri. Tumbuhan yang di peroleh
secara liar atau alami tersebut dapat di jumpai di sekitar kebun
hutan, semak belukar,, sekitar sungai dan sawah. Sedangkan
yang dibudidayakan masyarakat Desa Pelawan menanam
sendiri tumbuhan obat di sekitar perkaranagan rumah, di
kebun dan pematang sawah.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang terdapat di Desa
Pelawan yaitu Sirih (Piper crocatum Ruiz & Pav.) untuk
mengobati hipertensi, kelor (Moringa oleifera Lam.) untuk
mengobati stimulant jantung dan peredaran darah, jambu biji
(Psidium guajava L.) untuk mengobati batu dan diare, jeruk
nipis (Citrus aurantifolia L.) untuk mengobati batuk, dan obat
jerawat, papaya (Carica papaya L.) untuk obat cacing, seledri
(Apium graveolens L.) sebagai penyedap dalam makanan,
belimbing wuluh (Averhoa bilimbi L.) sebagai penyedap
makanan, daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.
untuk menurunkan kolesterol, cocor bebek (Kalanchoe pinnata
L.) untuk proses penyembuh luka, kumis kucing (Orthosiphon
90
Aristatus) untuk penyakit hepatitis, lidah buaya (Aloe vera L.)
digunakan untuk bahan kosmetik, sirsak (Annona muricata L.)
digunakan sebagai obat wasir, mengkudu (Morinda citrifolia L.)
untuk mengobati penyakit diabetes, beluntas (Pluchea indica (L)
Less.) digunakan untuk gangguan pencernaan pada anak,
kayu manis (Cinnamomum verum Nees & T. Nees. untuk
mengobati penyakit asam urat, manggis (Garcinia mangostana
L.) untuk mengobati diare, ketepeng Tionghoa (Cassia alata L.)
untuk proses penyembuhan panu, jahe (Zingiber officinale)
digunakan untuk bumbu masakan, brotowali (Tinospora
rhumpii L) untuk mengobati sakit perut, daun dewa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) digunakan untuk lalapan, Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm. fil.) Nees.) untuk mengobati
demam, ceplukan (Physalis minima L) untuk mengobati
hepatitis, kayu putih (Melaleuca leucadendron L) untuk
mengobati sakit kepala dan sistem pernapasan.
Jika dibandingkan dengan daerah lain yang ada di
Kabupaten Sarolangun Desa pelawan merupakan salah satu
Desa yang cukup meiliki potensial dengan pemanfaatan
tumbuhan obat (sebanyak 23 spesies dari 21 famili). Pemakaian
atau cara pengobatan yang dilakukan masyarakat Desa
Pelawan cenderung seperti diseduh air panas, ditumbuk atau
di kunyah, di oles dan lain sebagainya.
91
BAB V PENUTUP
Dari hasil pembahasan tentang keanekaragaman
tumbuhan obat yang di gunakan sebagai obat tradisional oleh
masyarakat Desa Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun, dapat diketahui jenis tumbuhan yang digunakan
sebagai obat tradisional di Desa Pelawan Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun berjumlah 23 jenis tumbuhan. Yang
termasuk ke dalam 21 famili. Jenis tumbuhan tersebut adalah
Sirih (Piper crocatum Ruiz & Pav) untuk mengobati hipertensi,
kelor (Moringa oleifera Lam.) untuk mengobati stimulant
jantung dan peredaran darah, jambu biji (Psidium guajava L.)
untuk mengobati batu dan diare, jeruk nipis (Citrus
aurantifolia L) untuk mengobati batuk, dan obat jerawat,
papaya (Carica papaya L.)untuk obat cacing, seledri (Apium
graveolens L) sebagai penyedap dalam makanan, belimbing
wuluh (Averhoa bilimbi L) sebagai penyedap makanan, daun
salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) untuk
menurunkan kolesterol, cocor bebek (Kalanchoe pinnata L)
untuk proses penyembuh luka, kumis kucing (Orthosiphon
staminesis) untuk penyakit hepatitis, lidah buaya (Aloe vera (L.)
Burm) digunakan untuk bahan kosmetik, sirsak (Annona
muricata L) digunakan sebagai obat wasir, mengkudu (Morinda
citrifolia L) untuk mengobati penyakit diabetes, beluntas
(Pluchea indica (L) Less.) digunakan untuk gangguan
pencernaan pada anak, kayu manis (Cinnamomum burmanii
Nees & T. Nees.) untuk mengobati penyakit asam urat,
manggis (Garcinia mangostana L) untuk mengobati diare,
ketepeng Tionghoa (Cassia alata L) untuk proses penyembuhan
panu, jahe (Zingiber officinale) digunakan untuk bumbu
masakan, brotowali (Tinospora rhumpii L) untuk mengobati
sakit perut, daun dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr)
digunakan untuk lalapan, Sambiloto (Andrographis paniculata
92
(Burm. fil.) Nees.) untuk mengobati demam, ceplukan
(Physalis minima L) untuk mengobati hepatitis, kayu putih
(Melaleuca leucadendron L) untuk mengobati sakit kepala dan
sistem pernapasanBerbagai macam pemanfaatan bagian
tumbuhan yang digunakan sebagai obat di Desa Pelawan
Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun di antaranya :
1. Bagian – bagian tumbuhan yang di manfaatkan sebagai
obat adalah daun, buah, kulit buah, rimpang, herba dan
akar. Bagian tumbuhan – tumbuhan yang paling banyak
digunakan sebagai obat adalah daun.
2. Proses pengolahan tumbuhan yang digunakan sebagai obat
tradisional berbeda – beda, penggunaan daun sebagai obat
ada yang di rebus dan ada pula yang di tumbuk.
Penggunaan buah ada yang di tumbuk atau di blender
kemudian di peras airnya. Penggunaan kulit buah di rebus
dengan takaran air yang sudah ditentukan. Penggunaan
kulit batang di rebus dengan air secukupnya. Penggunaan
rimpang ada yang di parut kemudian di peras untuk
mengambil patinya, Penggunaan akar ada yang di rebus
dengan air secukupnya dan ada pula yang di rebus dengan
air dan ada pula yang di rebus dengan air yang takarannya
airnya sudah di tentukan. Penggunaan herba dengan air
secukupnya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., Mustikaningtyas, D., & Widiatningrum, T. (2010).
Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan
Hujan Dataran Rendah Desa Nyamplung Pulau
Karimunjawa. Biosaintifi ka Vol. 2 No.2, September 2010
https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v2i2.1153
Adindaputri, Z., Purwanti, N., & Wahyudi, I.A. (2013). Pengaruh
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle)
Konsentrasi 10% Terhadap Aktivitas Enzim
Glukosiltransferase Streptococcus mutans. Maj Ked Gi.
Desember 2013; 20(2):126-131. https://doi.org/10.22146/
majkedgiind.6803
Afkar, & Aldyza, N. (2017). Tumbuhan Obat Yang Terdapat di
Desa Kuta Tengah Kecamatan Lawe Sigala-Gala, Aceh
Tenggara Sebagai Media Pembelajaran Biologi. JESBIO Vol.
VI No. 2, November 2017
Anwar, F. and Bhanger, M.I. 2003. Analytical characterization of
Moringa oleifera seed oil grown in temperate regions of
Pakistan. Journal of Agricultural and Food Chemistry 51:
6558–6563.
Arham, S., Khumaidi, A., & Pitopang, R. (2016). “Keanekaragaman
jenis tumbuhan obat tradisional dan pemanfaatannya pada
suku kulawi di desa mataue kawasan taman nasional lore
lindu.” Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016.
Kadek, A.N., Gede, D.I.B., & Ketut, S.S. (2013). Daya Hambat
Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus ATCC
25923DAN Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi, 16(1),
1–1. https://doi.org/10.24843/jbiounud
Fitri, A., Toharmat, T., Astuti, D.A., Tamura, H. 2015. The Potential
Use of Secondary Metabolites in Moringa oleifera as an
Antioxidant Source. Media Peternakan, December 2015,
38(3):169-175
94
Sawitri, P. A., Dewi, W.C.S., Amalia, A.R., Sudayasa, I.P., Agastia,
G. (2019). COBEK ANTIK : Pengaruh Ekstrak Daun Cocor
Bebek (Kalanchoe pinnata) Terhadap Kadar Gula Darah Tikus
Model Diabetik. Medula, Volume 6, Suplemen Juli 2019.
Popoola, J.O & Obembe, O.O. (2013). Local knowledge, use pattern
and geographical distribution of Moringa oleifera Lam.
(Moringaceae) in Nigeria. Journal of Ethnopharmacology 150
(2013) 682–691. . http://dx.doi.org/10.1016/j.jep.2013.09.043
Fatmawati, S., Yuliana, Purnomo, A.S., & Bakar, M.F.A. 2020.
Chemical constituents, usage and pharmacological activity of
Cassia alata. Heliyon 6 (2020) e04396
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04396
Roland, C. 2020. Moringa oleifera. The IUCN Red List of Threatened
Species 2020: e.T61890232A61890241.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-
3.RLTS.T61890232A61890241.en
Azis, A., Prayitno, T.A., Hadikusumo, S.A., Santoso, M. (2013). Uji
Ekstrak Etanol Kumis Kucing (Orthosiphon sp.) sebagai
Pengawet Alami Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan Volume VII
No. 1 - Januari - Maret 2013, https://doi.org/10.22146/jik.6137
Rahman, N., Bahriul, P., & Diah, A.W.M. (2014). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum)
Dengan Menggunakan 1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil. J.
Akademika Kim. 3(3): 368-374, August 2014
Dewantari, R., Lintang, M.L., & Nurmiyati. (2018). Jenis Tumbuhan
yang Digunakan sebagai Obat Tradisional di Daerah Eks-
Karesidenan Surakarta Types. BIOEDUKASI Volume 11,
Nomor 2. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20961/
bioedukasi-uns.v11i2.19672
Putri, A., Purwadianto, A., Akib, H.R.T., Almatsier, M., Pancaputra,
A.N., Pranata, H., Munim, A., Sherly. (2011). Formularium
Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Sutrisna, EM. (2016). Herbal Medicine : Suatu tinjauan Farmakologis.
Surakarta: Muhammadiah University Press.
Dwiyanti, R. D., & Nailah, H. (2018). Efektivitas Air Perasan Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan
95
Escherichia coli. Jurnal Skala Kesehatan, Vol.9, No.2, Juli2018
DOI: https://doi.org/10.31964/jsk.v9i2.161
Fachrul, F. M. (2012). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Munawaroh, E & Yuzammi. (2017). Keanekaragaman Piper
(Piperaceae) Dan Konservasinya Di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan, Provinsi Lampung. Media Konservasi Vol. 22
No. 2 Agustus 2017: 118-128
Emrizal, Fernando, A., Yuliandari, R., Rullah, K., Indrayani, N.R.,
Susanty, A., Yerti,R., Ahmad, F., Sirat, H.M., Arbain, D.
(2014). Cytotoxic Activities of Fractions and Two Isolated
Compounds from Sirih Merah (Indonesian red betel), Piper
crocatum Ruiz& Pav. Procedia Chemistry 13 ( 2014 ) 79 – 84
Fadhilah, A., Susanti, S., & Gultom, T. (2018). Karakterisasi
Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Desa Namoriam
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Prosiding Seminar Nasional Biologi Dan Pembelajarannya.
Fauziah, L., & Wakidah. (2019). Extraction of papaya leaves (Carica
papaya) using ultrasonic cleaner. Eksakta: Jurnal Ilmu-Ilmu
MIPA, 19(1), 35–45. doi: 10.20885/eksakta.vol19.iss1.art4
Hakim, R.F., Fakhrurrazi, F., & Ferisa, W. (2016). Pengaruh Air
Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) Terhadap
Pertumbuhan Enterococcus faecalis. Journal Of Syiah Kuala
Dentistry Society, 1(1), 21–28.
Fitriansyah, M. I. (2018). Profil Fitokimia Dan Aktivitas Farmakologi
Baluntas (Pluchea indica L.). Farmaka, 16(2), 337– 346.
Gusviputri, A., Meliana, N.P.S., Aylianawati., & Indraswati, N.
(2013). Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe vera)
sebagai Antisepti Alami. Widya Teknik, 12(1), 11–21. DOI:
https://doi.org/10.33508/wt.v12i1.1439
Suharmiati, & Handayani, L. (2006). Cara Benar Meracik Obat
Tradisional. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Harismah, K., & Chusniatun. (2016). Pemanfaatan Daun Salam
(Eugenia polyantha) Sebagai Obat Herbal Dan Rempah
96
Penyedap Makanan. WARTA LPM, Vol .19, No. 2, September
2016: 110-118.
Ibrahim, M.Y., Hashim, N.M., Mariod, A.A., Mohan, S., Abdulla,
M.A., Abdelwaba, S.I., Arbab, I.A. 2016. α-Mangostin from
Garcinia mangostana Linn: An updated review of its
pharmacological properties. Arabian Journal of Chemistry
Volume 9, Issue 3, May 2016, Pages 317-329.
https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2014.02.011
Hasri., Maryono, & Sari, T. (2018). the Analysis Total Phenolic
Extract Noni Fruit (Morinda citrifolia L.) As Inhibiting Activity
of Bacteria. Analit: Analytical and Environmental Chemistry,
3(01), 22–29. https://doi.org/10.23960/ aec.v3.i1.2018.p22-29
Insan, R. R., Farida, A., Yulastri, A., Holinesti, R. (2019). Using
Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L.) as a Functional Food
Processing Product. Jurnal Pendidikan Tata Boga Dan Teknologi,
1(1), 47–55. https://doi.org/10.2403/80sr7.00
Pitojo, S. (2006). Ceplukan Herba Berkhasiat Obat. Yogyakarta:
Kanisius.
Jumiarni, W. O., & Komalasari, O. (2017). Eksplorasi Jenis Dan
Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna
Di Permukiman Kota Wuna. Traditional Medicine Journal,
22(1), 45–56.
Novita, M., Rivai, H., & Misfadhila, S. 2020. Review of
Phytochemical and Pharmacological Activities of Physalis
Minima. International Journal of Pharmaceutical Research
and Applications. DOI: 10.35629/7781-05015156
Kardinan, A. & Kusuma, F.R. (2004). Meniran: Penambah Daya Tahan
Tubuh Alami. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Kartasapoetra, G. (1992). Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat:
meningkatkan apotik hidup & pendapatan para keluarga
petani & PKK. Jakarta: Rineka Cipta.
Kresnady, B. (2003). Khasiat dan Manfaat Brotowali : Si pahit yang
menyembuhkan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Dewi, E.K.M., Walanda, D.K., & Sabang, S.M. (2016). Pengaruh
Ekstrak Seledri (Apium Graveolens L.) Terhadap Kelarutan
Kalsium Dalam Batu Ginjal. U J. Akademika Kim. 5(3): 127-132
97
August 2016.
Kusmana, C., & Hikmat, A. (2015). The Biodiversity of Flora in
Indonesia. Journal of Natural Resources and Environmental
Management, 5(2), 187–198. https://doi.org/10.19081/
jpsl.5.2.187
Yati, S.J., Sumpono, & Candra, I, N. 2018. Potensi Aktivitas
Antioksidan Metabolit Sekunder Dari Bakteri Endofit Pada
Daun Moringa Oleifera Lpotensi Aktivitas Antioksidan
Metabolit Sekunder Dari Bakteri Endofit Pada Daun Moringa
oleifera L. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):82-87
Kusmarwiyah, R. (2011). Pengaruh Media Tumbuh Dan Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Seledri (Apium Graveolens L.). Jurnal Crop Agro, 4 No.2(2), 7–
12.
Martínez, M. & Vargas-Ponce, O. 2017. Physalis minimaculata. The
IUCN Red List of Threatened Species 2017:
e.T105909037A109271062.https://dx.doi.org/10.2305/IUCN
.UK.2017-3.RLTS.T105909037A109271062.en
Kusuma, F & Zaky, M. (2005). Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Lestari, R. K., Amalia, E., & Yuwono. (2018). Efektivitas jeruk nipis
(citrus aurantifolia swingle) sebagai zat antiseptik pada cuci
tangan. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan . 5(2), 55–65.
https://doi.org/10.32539/jkk.v5i2.6126
Lestari, S. (2010). Pengaruh Berat Dan Waktu Kontak Untuk
Adsorpsi Timbal (II) Oleh Adsorben Dari Kulit Batang Jambu
Biji (Psidium guajava L.) Jurnal Kimia Mulawarman, 8(1), 7–10.
Liantari, D. S. (2014). Effect Of Wuluh Starfruit Leaf Extract For
Streptococcus Mutans Growth. J Majority, 3(7), 27–33.
Lies, S. (2005a). Aneka Olahan Mengkudu Berkhasiat Obat.
Yogyakarta: kanisius.
Lies, S. (2005b). Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal.
Yogyakarta: Kanisius.
Maisyaroh, W. (2014). Pemanfaatan Tumbuhan Liar Dalam
Pengendalian Hayati. Malang: Universitas Briwijaya Press.
98
Tasia, W.R.N & Widyaningsih, T.D. (2014). Potensi Cincau Hitam
(Mesona palustris Bl.), Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius)
Dan Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Sebagai Bahan
Baku Minuman Herbal Fungsional. Jurnal Pangan Dan
Agroindustri, 10(4), 43–49.
Pangesti, T., &Fitriani, I.N., Ekaputra, F., Herawan, A. (2013).
“Sweet Papaya Seed Candy” Antibacterial Escherichia Coli
Candywith Papaya Seed (Carica Papaya L.). Pelita - Jurnal
Penelitian Mahasiswa UNY, 8(2), 156–163.
Prahesti, N. R., & Suzery, M., & Cahyono, B. (2015). the Antioxidant
Activities, Phenolic Total and Cytotoxicity of Extract and
Fractions of Aloe vera Linn). Jurnal Sains Dan Matematika, 23(2),
50–54.
Prasetyorini, Moerfiah, Wardatun, S., & Affandi. (2014). Aktifitas
Berbagai Sediaan Buah Sirsak (Annona muricata Linn) Dalam
Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Putih Sprague-Dawley.
Ekologia, Vol. 14 No.2,Oktober 2014: 25-33 DOI:
10.33751/ekol.v14i2.215
Putra, I.W.D.P., Dharmayudha, A.A.G.O & Sudimartini, L.M.
(2017). Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun
Kelor (Moringa oleifera L) di Bali. Indonesia Medicus Veterinus,
5(5), 464–473.
Ashraf, K. 2019. An Updated Phytochemical And Pharmacological
Review On Gynura procumbens. Asian J Pharm Clin Res, Vol
12, Issue 4, 2019, 9-14. DOI:
http://dx.doi.org/10.22159/ajpcr.2019.v12i4.28996
Purba, E. C. (2020). Kelor (Moringa oleifera Lam.): Pemanfaatan Dan
Bioaktivitas. Pro-Life, 7(1), 1–12. https://doi.org/10.33541/
jpvol6iss2pp102
Purwandari, R., Subagiyo,S., & Wibowo, T. (2018). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji. Walisongo Journal of
Chemistry, 1(2), 67–72.
Rafi, M., Purwakusumah, E. D., Ridwan, T., Barus, B., Sutandi, A.,
& Darusman, L. K. (2015). Geographical Classification of Java
Tea (Orthosiphon stamineus) From Java Island By Ftir
Spectroscopy Combined With Canonical Variate Analysis.
99
Jurnal Sains Dan Matematika, 23(1), 25–31.
Ramadhia, M., Kumalaningsih, S., & Santoso, I. (2012). The Making
of Aloe vera Powder ( Aloe vera L .) with Foam-mat Drying
Method. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus
2012] 125-137
Rizki, M. I., Chabib, L., Nabil, A., & Yusuf. (2015). Tanaman dengan
Aktivitas Anti-Asma. Jurnal Pharmascience, Vol 2, No. 1,
Februari 2015, hal: 1 – 9
Sembiring, B.S., Winarti, C. & Baringbing. B. (2003). Identifikasi
Komponen Kimia Minyak Daun Salam (Eugenia polyantha)
dari Sukabumi dan Bogor. Buletin Tanaman Rempah dan
Obat 12(2) : 9- 15.
Stefanello, M.E.A. & Pascoal, A.C.R.F. & Salvador, M.J. (2011).
Essential Oils From Neotropical Myrtaceae: Chemical
Diversity And Biological Properties. Chem Biodivers 8: 73-94.
Lucas, E.J., Matsumoto, K., Stephen, A. Harris, Eimear, M.
Lughadha N., Benardini B., & Chase, M.W. (2011).
Phylogenetics, Morphology, and Evolution of The Large
Genus Myrcia S.L. (Myrtaceae). International Journal of Plant
Sciences, 172(7): 915-934.
Neeraja, C., Krishna, P.H., Reddy, C.S., Giri, C.C., Rao, K.V., Reddy,
V.D. 2014. Distribution of Andrographis species in Different
Districts of Andhra Pradesh. Proc. Natl. Acad. Sci., India,
Sect. B Biol. Sci. DOI 10.1007/s40011-014-0364-1
Heng, H.C., Zulfakar, M.H., Ng, P.Y. 2018. Pharmaceutical
Applications of Aloe vera. Indonesian J. Pharm. Vol. 29 No. 3 :
101 – 116. DOI: 10.14499/indonesianjpharm29iss3pp101
Romas, A. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Terhadap Bakteri
Escherichia coli ATCC 11229 dan Staphylococcus aureus ATCC
6538 Secara In Vitro. University Research Colloquium 2015,
ISSN 2407-, 127–132.
Rukmana, R. (1995). Bertanam seledri. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana, R. (2003). Jeruk nipis : Prospek Agribisnis, Budidaya dan
pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
100
Sada, J. T., & Tanjung, R.H.R. (2010). Keragaman Tumbuhan Obat
Tradisional di Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara ,
Kabupaten Supiori – Papua. Jurnal Biologi Papua, 2(2), 39–46.
DOI: https://doi.org/10.31957/jbp.560
Saputra, O., & Anggraini, N. (2016). Khasiat Belimbing Wuluh (
Averrhoa bilimbi L .) terhadap Penyembuhan Acne Vulgaris.
Majority, 5(1), 76–80.
Sari, C. Y. (2015). Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. J Majority, 4(3),
34–40.
Obolskiy, D., Pischel, I., Siriwatanametanon, N., & Heinrich, M.
2009. REVIEW ARTICLE Garcinia mangostana L.: A
Phytochemical and Pharmacological Review. Phytother. Res.
23, 1047–1065 (2009). DOI: 10.1002/ptr.2730
Raja,, R.R., Sreenivasula, M., Vaishnavi, S., Navyasri, D.M.,
Samatha., Geethalakshmi, S. 2016. Moringa oleifera-An
Overview. RAJAR Volume 2 Issue 09 Sept 2016
Silalahi, M. (2017). Syzygium polyanthum (Wight) Walp.(Botani,
Metabolit Sekunder dan Pemanfaatan). Jurnal Dinamika
Pendidikan, 10(1), 187–202.
Silalahi, M. (2019). Pemanfaatan Beluntas (Pluchea indica (L.) Less)
dan Bioaktivitasnya (Kajian Lanjutan Pemanfaatan
Tumbuhan dari Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa
Sindang Jaya, Kabupaten Cianjur). VIVABIO: Jurnal
Pengabdian Multidisiplin, 1(1), 8–18. https://doi.org/
10.35799/vivabio.1.1.2019.24744
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Lau, S.H.A. (2019). Formulasi Dan Evaluasi Kestabilan Fisik Sediaan
Gel Topikal Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulata
L.) Dengan Variasi Konsentrasi Karbopol 940 Serta Pengujian
Hedoniknya. Farmasi Sandi Karsa, 5(2), 127–132. DOI:
https://doi.org/10.26060/
Suliswinarni. (2020). Budidaya dan Khasiat Brotowali. Semarang:
Alprin.
Surya, M. I. (2017). Keanekaragaman dan potensi tumbuhan di
101
kawasan Hutan Lindung Gunung Pesagi, Lampung Barat.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 3, 211–215.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m030208
Ariani, S.R.D., Susilowati, E., Susanti, E.VH., & Setiyani. (2008).
Activity Test Of Guava ( Psidium guajava L .) Leaf Methanol Extract
As Contraception Antifertility To White Mice ( Rattus
norvegicus ). Indo. J. Chem, 8(2), 264–270
https://doi.org/10.22146/ijc.21632
Syahidah, F. M., & Sulistyaningsih, Rr. (2018). Potensi Seledri
(Apium graveolens) Untuk Pengobatan. Farmaka, 16(1), 55–62.
DOI : https://doi.org/10.24198/jf.v16i1.17339
Thayyarah, N. (2013). Buku Pintar Sains dalam Al-Quran. Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka.
Tudjuka, K., Ningsih, S., Toknok, B. (2014). Keanekaragaman jenis
tumbuhan obat pada kawasan hutan lindung di Desa
Tindoli Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Poso. Warta
Rimba, 2(1), 120–128.
Widyastuti, D. A., & Dkk. (2019). Mini Review: Ekstrak Sirsak
(Annona muricata Linn.) untuk Terapi Kanker. Jurnal Ilmu
Pangan Dan Hasil Pertanian, 2(2), 155. https://doi.org/
10.26877/jiphp.v2i2.3211
Parfati, N. & Windono, T. (2016). Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav.) Kajian Pustaka Aspek Botani, Kandungan Kimia, dan
Aktivitas Farmakologi. Media Pharinaceutica lndonesiana. DOI:
https://doi.org/10.24123/mpi.v1i2.193
Wulansari, D. D., Basori, A., & Suhartati. (2017). Effect of Papaya
Seed Extract (Carica papaya Linn.) on Glucose Transporter 4
(GLUT 4) Expression of Skeletal Muscle Tissue in Diabetic
Mice Induced by High Fructose Diet. Majalah Obat Tradisional,
22(2), 131. https://doi.org/10.22146/ tradmedj.27926
Al-Snafi, A.E. 2015. The Pharmacological Importance Of Aloe vera-
A Review. Vol 6 | Issue 1| 2015 | 28-33.
Kumar, S., Kumari, R., Mishra, S. 2019. Pharmacological properties
and their medicinal uses of Cinnamomum: a review. y,
Journal of Pharmacy and Pharmacology, 71 (2019), pp. 1735–
1761. doi: 10.1111/jphp.13173
102
Yuniati, E., & Alwi, M. (2010). Etnobotani keanekaragaman jenis
tumbuhan obat tradisional dari hutan di desa Pakuli
kecamatan Gumbasa kabupaten Donggala , Sulawesi
Tengah. Jurnal Biocelebes, Vol. 4 No. 1, Juni 2010, ISSN: 1978-
6417.