tukem 1
TRANSCRIPT
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II. 1 Anak Usia Sekolah
II.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dibedakan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan
(Soetjiningsih, 1995). Whaley dan wong dalam Supartini (2004)
mengemukakan pertumbuhan sebagai peningkatan jumlah dan ukuran,
sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi
secar bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi
dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang menurut Soetjiningsih (1995), secara
umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak yaitu:
a. Faktor genetik: faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui maturasi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas
dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai denagn intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik
antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis
kelamin, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan: lingkungan merupakan faktor yang menentukan
tercapainya atau tidakanya potensi bawaan.
10
-
II.2 Ciri- ciri tumbuh kembang anak usia sekolah usia 6 tahun sampai 12 tahun:
a. Karkteristik Fisik
1) Usia 6 tahun
Penambahan berat badan dan pertumbuhan berlanjut dengan
lambat. Berat badan : 16 sampai 23,6 kg; tinggi 106,6 sampai 123,5 cm.
pemunculan gigi incisor mandibular tengah. Kehilangan gigi pertama,
peningkatan bertahap dalam ketangkasan usia aktivitas; aktivitas kontan
sering kembali menggigit jari lebih menyadari tangan sebagai alat suka
menggambar, menulis dan mewarnai penglihatan mencapai maturitas.
2) Usia 7 tahun
Mulai bertumbuh sedikitnya 5 cm setahun, berat badan : 17,7
ssampai 30 kg; tinggi badan 111,8 sampai 129,7 cm. Gigi insisi maksilar
dan insisi mandibular lateral muncul, lebih waspada pada pendekatan
penampilan baru, mengulangi kinerja untuk memahirkan, rahang mulai
lebar untuk mengakomodasi gigi permanen.
3) Usia 8-9 tahun
Melanjutkan pertumbuhan 5 cm dalam 1 tahun. Berat badan : 19,6
kg ; tinggi badan 117-141,8 cm. Gigi insisi lateral (maksilar) dan kaninus
mandibular muncul, aliran gerak : sering, lemah lembut dan tenang. Selalu
terburu-buru ; melompat, lari, meloncat, peningkatan kehalusan dan
kecepatan dalam control motorik halus ; menggunakan tulisan sambung,
berpakain lengkap sendiri, suka melakukan sesuatu secara berlebihan;
sukar diam setelah istirahat, lebih lentur; tulang tumbuh lebih cepat dari
pada ligament.
4) Usia 10-12 tahun
Anak laki-laki : tumbuh lambat dalam tinggi dan penambahan
berat badan ; dapat menjadi kegemukan dalam periode ini. Berat badan :
24,3 sampai 58 kg; tinggi badan 127,5 sampai 162,3 cm. Postur lebih
serupa dengan orang dewasa ; akan mengalami lordosis. Anak perempuan
: perubahan daerah pubis, mulai tampak; garis tubuh menghalus dan
-
menonjol. Sisa gigi akan muncul dan kecenderungan kearah
perkembangan penuh (kecuali gigi geraham).
b. Mental
1) Usia 6 tahun :
Mengembangkan konsep angka, menghitung 13 uang logam,
mengetahui pagi atau siang, mendefinisikan objek umum seperti garpu
dan kursi dalam istilah penggunaannya, mematuhi tiga macam
perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri, mengatakan
bagaimana yang cantik dan mana yang jelek dari segi gambar wajah,
menggambarkan objek dalam gambar daripada menyebutkan satu
persatu, masuk kelas satu.
2) Usia 7 tahun :
Memperhatikan bahwa bagian tertentu hilang dari gambar dapat
meniru gambar permata. Mengulangi tiga angka dari belakang,
mengulang konsep waktu; membaca jam biasa atau jam tangan dengan
benar sampai seperempat jam terdekat; menggunakan jam untuk tujuan
praktis. Masuk kelas dua lebih mekanis dalam membaca serign tidak
berhenti pada akhir kalimat, meloncati kata seperti ia, sebuah.
3) Usia 8-9 tahun :
Memberi kemiripan dan perbedaan antara dua hal dari memori.
Menghitung mundur dari 20 sampai 1, memahami konsep kebalikan.
Mengulang hari dalam seminggu dan bulan berurutan, mengetahui
tanggal. Menggambarkan objek umum dengan mendetail, tidak
semata-mata penggunaannya. Membuat perubahan lebih dari
seperempatnya. Masuk kelas 3 dan 4. Lebih banyak membaca;
berencana untuk mudah terbangun hanya untuk membaca. Membaca
buku klasik, tetapi juga menyukai komik. Lebih menyadari waktu;
dapat dipercaya untuk pergi ke sekolah tepat waktu. Dapat menangkap
konsep ruang, penyebab dan efek, menggabungkan (puzzle).
Konservasi (massa dan volume permanen). Mengklasifikasikan objek
-
lebih dari satu kualitas; mempunyai koleksi, menghasilkan gambar
atau lukisan sederhana.
4) Usia 10-12 tahun :
Menulis cerita singkat, masuk kelas 5-6. Menuliskan surat pendek
biasa kepada teman atau saudara dengan inisiatif sendiri.
Menggunakan telepon untuk tujuan praktis. Berespon terhadap
majalah, radio, atau iklan lain. Membaca untuk mendapatkan
informasi praktis atau kenikmatan sendiri, buku cerita atau buku
perpustakaan tentang petualangan atau romantika atau cerita binatang.
c. Adaptif
1) Usia 6 tahun :
Anak usia 6 tahun biasanya menggunakan pisau untuk mengoleskan
mentega atau selai diatas roti, pada saat bermain, memotong, melipat,
memotong mainan kertas, menjahit dengan kasar bila diberi jarum.
Mandi tanpa pengawasan, melakukan sendiri aktivitas tidur, membaca
dari ingatan ; menikmati permainan mengeja, menyukai permainan di
meja; permainan kartu sederhana, banyak tertawa terkikik-kikik,
kadang mencuri uang atau barang yang menarik, mengalami kesulitan
mengakui kelakuannya yang buruk, mencoba kemampuan diri.
2) Usia 7 tahun :
Menggunakan pisau meja untuk memotong daging; memerlukan
bantuan dengan belajar atau bagian sulit. Menyikat dan menyisir
rambut dengan pantas tanpa bantuan. Mungkin mencuri, menyukai
menbantu dan membuat pilihan, penolakan berkurang dan keras
kepala.
3) Usia 8-9 tahun
Menggunakan alat-alat umum sepeti palu, jarum atau skrup.
Menggunakan alat rumah tangga dan alat menjahit. Membantu tugas
rumah tangga rutin seperti mengelap, menyapu. Menjalankan
tanggung jawab untuk berbagi tugas-tugas rumah tangga. Mencari
-
semua kebutuhan sendiri saat di meja. Membeli artikel yang
bermanfaat malatih beberapa pilihan dalam membuat pembelian.
Melakukan pesan yang bermanfaat, menyukai majalah bergambar.
Menyukai sekolah ingin menjawab semua pertanyaan, takut tidak naik
kelas dipermalukan karena bodoh. Lebih kritis tentang diri sendiri,
mengambil pelajaran music dan olahraga.
4) Usia 10-12 tahun :
Membuat artikel bermanfaat atau melakukan pekerjaan perbaikan yang
mudah. Memasak atau menjahit dalam cara sederhana, memelihara
binatang peliharaan. Mencuci dan mengeringkan rambutnya sendiri,
bertanggung jawab untuk pekerjaan membersihkan rambut tetapi
memerlukan pengingatan untuk melakukannya. Terkadang tinggal
sendiri di rumah selama sejam atau lebih, berhasil dalam memelihara
kebutuhan sendiri atau kebutuhan anak lain yang ada dalam
perhatiannya.
d. Personal-sosial
1) Usia 6 tahun :
Anak usia 6 tahun biasanya dapat berbagi dan bekerjasama dengan
lebih baik. Mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk anak-anak
usianya. Akan curang untuk menang, sering masuk dalam permainan
kasar, sering cemburu terhadap adik. Melakukan apa yang orang
dewasa lakukan. Kadang mengalami tempertantum, bermulut besar,
lebih mandiri, kemungkinan pengaruh sekolah.. mempunyai cara
sendiri untuk melakukan sesuatu dan meningkatkan sosialisasi.
2) Usia 7 tahun :
Menjadi anggota sejati dari kelompok keluarga. Mengambil bagian
dalam kelompok bermain. Anak laki-laki dan perempuan bermain
dengan anak perempuan. Banyak menghabiskan waktu sendiri tidak
memerlukan banyak teman.
3) Usia 8-9 tahun :
-
Anak usia 8-9 tahun biasanya lebih senang berada di rumah. Menyukai
system penghargaan, mendramatisir. Lebih cepat bersosialisasi, lebih
sopan, tertarik pada hubungan laki-laki dan perempuan terapi tidak
terikat. Pergi ke rumah dan masyarakat dengan bebas, sendiri, atau
denga teman. Menyukai kompetisi dan permainan. Menunjukan
kesukaan dalam pertemanan dan berkelompok. Bermain paling banyak
dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai
bercampur. Mengembangkan kerendahan hati, membandingkan diri
sendiri dengan orang lain. Menikmati kelompok olahraga.
4) Usia 10-12 tahun :
Menyukai teman-teman, memilih teman dengan lebih selektif dapat
mempunyai sahabat. Menyukai permainan mengembangkan minat
awal terhadap lawan jenis, lebih diplomatic, menyukai ibu dan ingin
menyenangkannya dengan berbagai cara menunjukkan kasih sayang,
juga menyukai ayah (dicintai dan diidolakan) menghormati orang tua,
mencintai teman bicara tentang mereka secara terus menerus.
e. Mendidik Anak Usia Sekolah
Adapun kiat-kiat yang dapat diterapkan dalam mendidik anak usia
Sekolah Dasar ialah :
1) Orang tua harus semakin tanggap dan jeli dalam perkembangan anak
2) Anak harus semakin sering dibiasakan memelihara, menyimpan,
menggunakan sarana belajarnya dengan tertib. Mematuhi kapan dia harus
belajar, bermain, tidur siang dan tidur malam, serta bangun pagi.
3) Orang tua mualai membiasakan anak untuk melakukan aktivitas seperti
menyapu halaman, menyiram bungan, member makan peliharaan,
merapikan tumpukan Koran.
4) Mulai menyuruh ank untuk melaksanakan perintah agama dan menjauhi
larangannya, dan menjelaskan pentingnya dan manfaat beragama.
5) Ajari anak agar selalu jujur dalam berkata dan berprilaku baik. Anak
harus diberi penjelasan, jika anak memasuki kamar orang tua harus
member isyarat terlebih dahulu.
-
6) Orang tua membiasakan diri untuk bertanya kepada anak tentang hal-hal
yang bisa meningkatkan pengetahuan anak.
7) Membiasakan anak untuk menonton yang berhubungan dengan berita-
berita yang ada kaitannya dengan pendidikan anak dan jika ingin
menonton film, maka hendaknya memilih film yang sesuai keberadaan
anak dan yang memiliki nilai pendidikan tinggi.
8) Memilihkan anak dengan teman-taman yang baik
9) Membiasakan anak di majelis-majelis orang dewasa.
10) Membiasakan anak mengerjakan anak tugas keluarga
11) Membiasakan anak mengatasi ketegangan. Misalnya, buku cerita tentang
keberhasilan anak pelaut, anak transmigrasi, anak korban bencana alam,
anak cacat.
12) Beri kesempatan pada anak untuk mendemontrasikan kemandirian :
ikutilah mereka untuk memilih buku-buku dan berbagai pengalaman.
Berilah buku-buku yang bertema kemandirian
13) Berilah penguatan untuk bertanggung jawab, berorganisasi, dan
mengambil keputusan.
14) Sediakanlah buku yang melukiskan perkembangan internalisasi control
diri. Berikan bacaan mengenai atlet berlatih keras atau biography orang
sukses (Sutikno, 2007).
f. Umur
Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, dalam arti
semakin meningkat umur seseorang akam meningkat pula kedewasaan secara
teknik maupun psikologis, serta semakin mampu melaksanakan tugasnya
(Badudu-Zain, 1994, hal 1586).
g. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan atas laki-laki dan perempuan. Peran
jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita
-
dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran social percaya bahwa masyarakat
mempengaruhi prilaku wanita dan pria dan merupakan sumber utama feminitas
dan maskulinitas (Potter & Perry, 2005).
h. Uang saku
Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan
perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan
anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk
membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah.
Penting untuk memperhatikan jumlah uang saku anak-anak, karena sebagian
besar jajanan yang dijual bebas di sekitar sekolah adalah makanan dan
minuman yang tidak layak untuk dikonsumsi. Jajanan tersebut biasanya
mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak nantinya
(Elly, 2009, Perlukah Anak Diberi Uang Saku, 2,
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1925953-perlukah-anak-
diberi-uang-saku/, diperolah tanggal 17 Mei 2010).
II.3 Penyakit Diare
II.3.1 Definisi
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang
abnormal (lebih dari 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari
200g/hari) dan konsistensi (feses cair).(Brunner & Suddarth, 2001, hlm
1093).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang
melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan
oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Donna L.
Wong, 2009).
Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-
mencret. Penderita buang air berkali-kali, tinjanya encer dan kadang-
-
kadang muntah. Diare disebut juga muntaber (muntah berak), muntah
mencret atau muntah bocor. Kadang-kadang tinjanya juga mengandung
darah atau lendir. (http://dranak.blogspot.com)
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya 3 kali
atau lebih dalam 1 hari. (http://www.infeksi.com)
II.3.2 Penyebab Diare
1. Enteropatogen bakteri
Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan
nonradang., dan enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu
manifestasi klinis. Umumnya diare radang akibat Aeromonas spp,
Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, E. Coli enteroinvasif, E. Coli
enterohemoragik, Plesiomonas shigelloides, Salmonella spp, Shigella spp,
Vibrio parahaemolyticus, dan Yersinia enterocolitica. Diare non radang
dapat disebabakan oleh E. coli enteropatogen, E coli enterotoksik, dan
Vibrio Cholerae. Infeksi Yarsinea dan Salmonella paling sering dijumpai
pada anak berusia 1 bulan hingga 3 tahun. Sementara infeksi Shigella dan
Campylobacter paling sering dijumpai pada anak usia 1-5 tahun.
2. Enteropatogen parasit
Giardia lamblia adalah penyebab penyakit diare yang paling sering
di Amerika Serikat. Pathogen lain adalah Cryptosporidium, Entamoeba
histolytica, Strongyloides stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon
bieneusi.
3. Enteropatogen virus
Empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus, adenovirus
enteric, astovirus dan kalsivirus. Rotavirus terutama dijumpai pada anak
usia 4 bulan hingga 3 tahun.
-
4. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat
anak sedang dalam pengobatan antibiotika.
5. Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum
susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang
terbuat dari susu sapi
6. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun
bahan kimia
7. Immunodefisiensi.
8. Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.
II.3.3 Penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air
minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan
langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk
menyuap makanan. Diare dapat ditularkan melalui tinja yang
mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh
orang sakit atau pembawa kuman yang berak di sembarang tempat. Tinja
tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang
sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari
dan kemudian menderita diare. Penularan dapat terjadi
melalui : makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor,
bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan
sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.
II.3.4 Manifestasi Klinis
-
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit diare
disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut merupakan tanda dan gejala
terjadi :
Tabel 2.1 : Penyebab Diare
Penyebab Karakteristik
Agen viral
Rotavirus (periode inkubasi 1-3 hari)
Organisme Norwalklike (periode inkubasi 1-3
hari)
Awitan tiba-tiba, demam 38o C atau lebih,mual /
muntah, nyeri abomen, berhubungan dengan infeksi
saluran nafas atas, diare dapat menetap selama lebih
dari 1 minggu.
Demam, kehilangan nafsu, mual/muntah, nyeri
abdomen, diare, malaise.
Sumber infeksi : air minum, air di tempat rekreasi
(kolam renang, dll), makanan (termasuk kerang-
kerangan).
Agen bacterial
Eschericia coli patogenik (periode inkubasi sangat
bervariasi, bergantung pada strain)
Awal bertahap atau tiba-tiba, manifestasi klinis
bervariasi, kebanyakan - diare hijau, cair dengan
darah dan mukus, menjadi eksplosif, muntah dapat
terjadi pada awitan, distensi abdomen, diare, demam,
tampak toksik.
Sumber infeksi : biasanya penularan antar individu
-
Kelompok Salmonella (nontifoid) garam negatif
tanpa kapsul, tanpa spora (periode inkubasi 6-72
jam untuk gastroenteritis biasanya kurang dari 24;
3-60 hari untuk demam enteric biasanya 7-14)
S. typhi
Kelompol Shigella gram negative, basil anaerob
non motil. (periode inkubasi 1-7 hari, biasanya 2-4
hari)
tetapi dapat pula ditularkan lewat benda mati dan
daging yang kurang matang, khususnya daging sapi
yang di potong-potong.
Awitan cepat, gejala bervariasi (ringan sampai berat),
mual, muntah dan nyeri abdomen kolik diikuti diare,
kadang-kadang disertai darah dan mucus, demam,
peristaltic hiperaktif dan nyeri tekan yang ringan pada
abdomen, gejala biasanya berkurang dalam 5 hari,
dapat mengalami sakit kepala dan manifestasi serebral
(mis : mengantuk, konfusi, meningismus, atau
kejang), bayi mungkin afebris dan non toksik, dapat
mengakibatkan septikimia dan meningitis yang
mengancam kehidupan.
Sumber infeksi : penularan lewat makanan dan
minuman yang terkontaminasi--sebagian besar berasal
dari sumber binatang, termasuk burung, mamalia,
reftilia serta insekta. Sumber yang paling sering
adalah daging unggas dan telur.
Bervariasi pada bayi, pada anak yang lebih besar
demam tidak teratur, sakit kepala, malaise, letargi,
diare terjadi pada 50 % tahap awal, umumnya terjadi
batuk, dalam beberapa hari demam meningkat dan
menetap, terjadi keletihan batuk, nyeri abdomen,
anoreksia, dan penurunan berat badan.
-
Yarsinia enterocolitica (periode inkubasi
tergantung dosis 1-3 minggu)
Campylobacter jejuni (periode inkubasi 1-7 hari
atau lebih lama)
Kelompok Vibrio cholera (periode inkubasi
biasanya 2-3 hari rentang dari beberapa jam
sampai 5 jam)
Awitan bervariasi tetapi biasanya tiba- tiba, demam
dan nyeri kram abdomen terjadi di awal, demam dapat
mencapai 40,50 C, konvulsi pada kira-kira 10 %
biasanya dikaitkan dengan demam, pasien tampak
sakit, sakit kepala, kaku kuduk, delirium, diare cair
dengan mucus dan pus mulai kira-kira 12-48 jam
setelah awitan, defikasi didahului kram abdomen,
tenesmus dan aliran mengejan, gejala biasanya
berkurang dalam 5-10 hari.
Diare mungkin berdarah, demam lebih dari 38C,
nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah, muntah.
Demam, nyeri abdomen sering hebat, kram,
pereumbilikasi, diare cair, banyak, bau menyengat
disertai darah, muntah.
Awitan tiba-tiba dari diare encer yang banyak, tanpa
disertai kram, tenesmus atau iritasi anal, meskipun
anak mengeluh kram ; pada awalnya terjadi defikasi
intermiten, kemudian hampir kontinu; defikasi
berdarah dengan mucus; diare dengan darah dalam
feses.
-
Keracunan makanan
Staphilococcus (periode inkubasi 4-6 jam)
Clostridium perfungens (periode inkubasi 8-24
jam, biasanya 8-12 jam)
Clostridium botulinum (periode inkubasi 12-26
jam, rentang 6- sampai 8 hari)
Mual, muntah; kram abdomen hebat; diare hebat;
syok dapat terjadi pada kasus-kasus berat; mungkin
demam ringan.
Sumber infeksi : makanan yang kurang matang atau
yang disimpan di lemari es (mis, puding, mayones,
makanan pencuci mulut yang berlapis krim).
Kram sedang sampai berat, nyeri midepigastrik.
Sumber infeksi : penularan lewat produk makanan
komersial; yang paling sering adalah daging dan
unggas.
Mual, muntah; diare; gejala system saraf pusat dengan
efek seperti curare; mulut kering, disfagia.
Sumber infeksi : ditularkan lewat produk yang
terkontaminasi.
II.3.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
-
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
-
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
II.3.6 Derajat Hidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
-
b. Skor Mavrice King
Tabel 2.2 Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat 40
Keterangan
a) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
b) Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
c) Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
II.B.7 Gejala klinis
Tabel 2.3 : Gejala Klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
-
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
Baik (CM)
+
N (120)
Biasa
Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Gelisah
++
Cepat
Agak cepat
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Apatis-koma
+++
Cepat sekali
Kusz maull
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis
II.3.8 Pengobatan
Yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk
menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus.
Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa
yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk
saluran tersebut.
Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh,
akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari (1 -14 hari) dimana
diare makin berisi dari air (watery) mulai berampas, berkurang
frekwensinya dan sembuh. Yang terpenting pada diare adalah mencegah
dan mengatasi gejala dehidrasi. Kebanyakan pasien dengan rehidrasi
ringan sampai sedang dapat direhidrasi dengan larutan rehidrasi oral yang
mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan-larutan ini mengandung
natrium sebanyak 75-90mEq/l., sedangkan larutan rumatan mengandug
natrium 40-60mEq/l. Rehidrasi dengan larutan rehidrasi oral sebaiknya
-
dilakukan lebih dari 4-6 jam. Cairan rumatan peroral dapat diberikan
setelah rehidrasi, tetapi makanan sebaiknya diberikan kembali dalam
waktu 24 jam. Makanan awal sebaiknya berupa ASI, susu formula atau
susu murni, nasi, pisang, kentang, biskuit, roti panggang, dan serial kering.
Karena sel-sel usus yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk
pembentukan kembali. Pemberian makanan seperti biasanya akan
memperpendek masa waktu gejala dari diare.
II.3.9 Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terutama pada jenis tinja.
Awitan diare mendadak dengan buang air besar lebih dari 4 kali / hari
dan tidak ada muntah sebelum diare meningkatkan kemungkinan adanya
enteris bacterial. Diare berdarah dan demam paling sering dijumpai pada
enteritis bacterial, walaupun infeksi Cryptosporidium juga sebaiknya
dipertimbangkan pada anak- anak yang berada ditempat penitipan anak.
Tinja pada infeksi rotavirus biasanya berwarna hijau , berair, dan tidak
berdarah. Tinja pada infeksi Salmonella biasanya berwarna hijau,
berlendir dan berbau telur busuk. Tinja pada infeksi Shigella khas berair,
berdarah, dan tidak berbau.
II.3.10 Pencegahan
1) Menggunakan air bersih yang cukup
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan
terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme dalam
tubuh manusia bisa berlangsung dengan lancar. Air yang harus diminum
adalah air yang sehat. Ini bisa dilihat dari aspek fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau,
dan tidak berasa. Lebih detail lagi, air bisa diminum dengan berbagai
syarat secara kimia dan mikrobiologi. Secara kimia, air sehat adalah yang
kadar pH-nya netral dan kandungan mineral-mineral tertentu ada
batasannya. (http://www.keluargasehat.com)
-
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fekal-oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam
mulut, cairan atau benda tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-
jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air
tercemar.
2) Mencuci tangan
Kebiasan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan/jajan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.
Untuk mencuci tangan dengan baik dan benar harus memiliki
syarat tertentu seperti menggunakan sabun. Pentingnya membudayakan
cuci tangan memakai sabun secara baik dan benar didukung oleh data
Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang menunjukkan, setiap tahun rata-rata
100.000 anak di Indonesia meninggal dunia karena diare. Sementara itu,
data Subdit Diare Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan sekitar
300 orang di antara 1.000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang
tahun. Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan
sehat di masyarakat. Salah satunya karena pemahaman mengenai cara
mencuci tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air
bersih mengalir. Adapun, berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai
sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%. Staf Divisi Kedokteran
Anak Alfred I duPont Hospital for Children Wilmington Mary L Gavin
MD mengatakan bahwa kuman-kuman seperti bakteri dan virus dapat
berpindah dengan beberapa cara, terutama saat menyentuh tangan yang
kotor atau ketika mengganti popok bayi.
(http://www.infeksi.com/newsdetail)
3) Menggunakan jamban
-
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja
(feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.
Pembuangan kotoran manusia ini dimaksudkan hanya pembuangan tinja
dan urine, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus)
Pencegahan penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan
melalui air hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih,
penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat rumah
tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah
makanan serta menyimpan makanan dalam keadaan tertutup.
(http://www.depkes.go.id)
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi
tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus
disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut
sehat untuk sekolah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.
d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya.
e) Tidak menimbulkan bau.
f) Mudah digunakan dan dipelihara.
g) Sederhana desainnya.
h) Murah.
i) Dapat diterima oleh pemakainya.
-
Penggunaan dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
terhadap resiko penyakit diare. Sekolah yang tidak mempunyai jamban
harus membuat dan siswa/siswi harus buang air besar di jamban.
II.4.1 Jajan
Jajan atau panganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang
didapat dari hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Kegiatan
jajan bagi anak merupakan pengalaman yang menyenangkan. Jajan pada
anak terkadang suatu bentuk perlawanan pada orang tua, atau sebagai
lambang pergaulan bersama teman-teman sebayanya, atau untuk
membeli pertemanan. Kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh
terhadap gizi buruk (Kompas, 2009).
Jajanan yaitu membeli suatu yang tersedia di kantin, restoran,
warung atau penjaja/penjual keliling berupa makanan atau minuman jadi
tanpa memasaknya kembali dan langsung dimakan. (Hartono dalam
Widiasari, 2001).
II.4.2 Makanan Jajanan
Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang
banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk,
warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang
untuk membelinya.
Makanan jajanan (street food) didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan
dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau
dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan (Iswarawanti, 2001 dalam
Winarsho, 2009). Jajanan dengan berbagai bentuk dan warna dikemas
secara menarik yang disajikan para pedagang kepada anak-anak di
lingkungan sekolah maupun perkampungan setiap hari. Masyarakat
kurang memahami kandungan gizi atau bahkan jajanan itu berbahaya bagi
kesehatan anak.
-
Makanan jajanan adalah makanan yang tidak diolah dalam rumah
tangga melainkan diperoleh malalui cara membeli sebagai makanan jadi
yaitu dari berbagai sumber, seperti pedagang keliling, rumah tangga, toko
atau kedai makanan (Aprilia, 2009, Penyuluhan Anak Sekolah Dasar, 1,
http://dania-aprilia.blogspot.com/2009/05/proposal-penyuluhan-anak-
sekolah -dasar.html diakses 05 April 2011).
II.4.3 Jenis makanan jajanan
Jenis makanan jajanan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam dan
sebagainya.
2) Snack atau panganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng,
dan sebagainya.
3) Golongan minunan seperti cendol, es krim, es teller, es buah, es
the, es sirup dan sebagainya.
4) Buah-buahan segar.
Gambar 2.1 Jenis Jajanan
Penjual dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi
tiga golongan, yaitu :
a) Penjaja diam, yaitu makanan yang dijual sepanjang hari pada warung-
warung yang lokasinya tetap di satu tempat.
-
b) Penjaja setengan diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap
di satu tempat pada waktu-waktu tertentu.
c) Penjaja keliling, yaitu mereka yang jualan keliling dan tidak
mempunyai tempat mangkal tertentu.
Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2
disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung
atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak
dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai
dengan penyajian.
Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan
penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :
a) Tidak menderita penyakit yang mudah menular misal, batuk, filek,
influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.
b) Menutup luka (pada luka berbentuk bisul atau luka lainnya).
c) Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
d) Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
e) Memakai celemek dan penutup kepala.
f) Manjamah makanan harus memakai alat atau dengan alas tangan.
g) Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung,
rambut,mulut atau bagian lainnya).
h) Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan
dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.
Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang
dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus
yang digunakan dan atau penutup makanan harus dalam keadaan bersih
dan tidak mencemari makanan.
II.4.4 Ciri-ciri Makanan Jajanan yang sehat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas
pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya
-
adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
Aman yang dimaksud di sini mencakup bebas dari cemaran
biologis, mikrobiologis, kimia, logam berat, dan cemaran lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Salah
satu makanan yang sering dikonsumsi dalam hal ini yaitu makanana
jajanan yang sering dijajakan di sekolah-sekolah dasar.
Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun
disisi lain makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh
karena itu menurut Anonim (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan
yang sehat, yaitu makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari
cemaran bahan kimia dan fisik.
(a) Cirri-ciri Makanan Jajanan yang Sehat
Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang
diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan baru siap dimasak
(masih panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak
berlendir, tidak berbau asam, tidak berjamur, dan rasanya masih wajar
(normal).
Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar
dan tidak keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau
makanan dalam botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya
masih utuh, tututpnya masih disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak
kembung, serta tanggal penggunaannya masih berlaku atau belum
kadaluarsa (Anonim, 2002).
(b) Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih
Makanan yang sehat selain keadaanya segar juga harus bersih,
tidak dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor
lainnya.
Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri :
1) Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang
menempel.
-
2) Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan
yang tidak berdebu.
3) Tidak terdapat rambut atau streples
4) Disajikan dalam keadaan tertutup atau dibungkus dengan plastic,
kertas tidak bertinta, daun pisang atau daun lainnya.
5) Makanan dimasak, disimpan atau disajikan ke tempat yang jauh dari
tempat pembuangan sampah, got, dan tepi jalan yang banyak dilalui
kendaraan.
6) Makanan dimasak dengan peralatan yang bersih dengan menggunakan
air bersih, tidak berbau atau keruh (Anonim, 2002).
II.4.5 Gangguan pada Makanan Jajanan
Masalah keracunan makanan sudah menjadi masalah sosial di
Indonesia. Seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber
pada pengolahan makanan yang tidak higienis. Ironisnya makanan tidak
higienis ini banyak dijual di kantin sekolah. Makanan jajanan anak
sekolah yang diproduksi secara tradisional dalam bentuk industry
makanan berteknologi tinggi, belum tentu terjamin keamanannya.
Keamanan pangan jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian, konsisten dan disikapi.
Berdasarkan SK Mentri Kesehatan RI No. 235/ Menkes/ Per/ VI/ 79 dan
direvisi melalui SK Mentri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88
mengenai Bahan Tambahan Makanan (BTM), penyalahgunaan pamakaian
zat pengawet, zat pewarna dan zat pemanis masih sering digunakan.
Salah satu penyebab wabah diare ini adalah kontaminasi makanan
atau minuman oleh mikroorganisme patogen tertentu. Ada beberapa
mikroorganisme patogen umum yang menyebabkan diare atau muntah.
a) Vibrio cholerae. bakteri berbentuk batang bengkok yang dapat bergerak
dan tidak membentuk spora. Bakteri ini menyebabkan angka kematian
tertinggi. Diare disertai muntah dan kejang perut, dapat datang tiba-
tiba (mual). Transmisi melalui makanan dan minuman yang
-
terkontaminasi oleh bakteri yang ditemukan pada muntahan atau
kotoran pasien.
b) Shigella sp. Penyebab utama disentri basiler, yang merupakan penyakit
dengan gejala disentri dengan sakit perut parah, sering buang air besar,
dan sakit dengan volume tinja sedikit disertai lendir dan darah.
c) Escherichia coli. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, fakultatif
anaerob, dan tidak mampu membentuk spora. Seperti kita ketahui
bakteri Escherichia coli merupakan organisme yang normal ditemukan
dalam usus manusia sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah.
Namun, beberapa strain tertentu dari bakteri ini dapat menyebabkan
penyakit seperti diare atau muntah.
d) Amuba. Beberapa jenis organisme bersel satu kemungkinan berperan
dalam terjadinya wabah diare atau bahkan muntah. Manusia dapat
terinfeksi dengan memakan kista yang berada dalam makanan atau
minuman. Kista bahkan berasal dari lalat dan kecoak dan mencemari
makanan atau minuman. Gejalah awal yang terjadi adalah sering
buang air besar, tinja dengan sedikit darah dan lendir dan disertai
demam dan sakit perut. Dalam situasi akut bisa disertai sakit kepala,
mual, kram perut dan kadang-kadang muntah.
e) Virus. Mikroorganisme penyebab infeksi terkecil ini dapat
mempengaruhi saluran pencernaan, terutama pada bayi. Gejala khas
yang dapat ditemukan adalah diare, demam, sakit perut, muntah, yang
menyebabkan dehidrasi dan kekurangan cairan dalam tubuh sikecil.
Pada bayi dan anak-anak, kekurangan cairan dan elektrolit dapat
mematikan jika tidak mendapatkan penanganan kesehatan secepat
mungkin.
f) Keracunan. Baik oleh bakteri atau bahan kimia dari makanan yang kita
makan. Pada awalnya bakteri ini menyebabkan gejala gangguan
pencernaan akut, mual, muntah, diare, demam, pusing dan mulut
kering. Gejala akan terus berlangsung sehingga akan menyebabkan
-
kaburnya penglihatan dan kelumpuhan otot.
http://ihramsulthan.com/ragam-faktor-penyebab-terjadinya-diare.html.
II.4.6 Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan
Beberapa kelebihan dari makanan jajanan yaitu :
1) Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energy karena
aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apabila bagi anak yang tidak
sarapan pagi).
2) Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan
penganekaragaman pangan sejak kecil. Sesekali tawari anak untuk
jajan makanan ringan dari berbagai daerah di Indonesia.
3) Perhatikan kandungan gizi, kebersihan, serta keamanan pengawet,
pewarna, penambah rasa, dan sebagainya. Upaya ini akan ikut
memperkaya wawasan anak tentang ragam menu makanan.
4) Mengasah kemampuan berkomuniksi dan bersosialisasi. Saat anak
menanyakan harga, rasa, atau apapun seputar jajanan pada si
penjual, secara tak langsung itu mengasah kemampuan
berkomunikasinya.
5) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di
sekolah.
Adapun kekurangan dari makanan jajanan yaitu :
1) Sulit makan
Jajan yang terlalu sering dapat menurunkan nafsu makan makanan
utama karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan. Anak
menjadi sulit makan terutama jika pola makanannya belum
terbentuk. Jika pola makannya sudah baik, efek ini bisa
diminimalkan.
2) Jadi konsumtif atau boros
-
Anak menghabiskan uang sakunya hanya untuk membeli makanan
yang sebenarnya tidak diperlukan. Kebiasaan ini dapat memicunya
meminta uang pada orang lain demi untuk memenuhi hasrat jajan
(Hilman, Hilmansyah, 2000, Bila Si Kecil Doyan Jajaj 8,
http://wwwtabloidnakita.com/artikel.php3?edisi=07350&rubrik=pr
asekolah, diakses 30 Maret 2011).
II.4.7 Mencegah Anak untuk Jajan
Mencegah kebiasaan jajan anak harus dimulai dari pola
keluarga. Upaya preventif anak harus dikenalkan pada pola makan
sehat dan orang tua harus dapat dijadikan contoh atau panutan. Upaya
kuratif orang tua harus dapat menata kegiatan makan, membuat
panganan bersama dengan anakdan memperkenalkan anak pada
berbagai jenis makanan. Orang tua harus berani tegas untuk melarang
anak yang suka jajan, karena kebiasaan ini bisa berpengaruh pada
pola makan anak.
Mencegah anak suka jajan makanan kurang sehat (kurang
higienis, mengandung pengawet dan pewarna) di sekolah, orang tua
harus membiasakan anak untuk sarapan pagi. Sarapan pagi penting
karena merupakan persiapan asupan energy untuk beraktivitas dan
untuk menyerap pelajaran di sekolah (Meyke, 2000 dalam Winrsho,
2009).
II.4.8 Penelitian Terkait
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait mengenai jajanan
anak sekolah , adalah :
1) Dame Melfa Br Damanik, tahun 2009 yang berjudul Tindakan
Murid dan Penjual Makanan Jajanan tentang Higiene Sanitasi
Makanan di SDN di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan
Medan Tuntungan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dan
populasi dalam penelitian ini murid SD kelas IV,V dan VI
-
dengan jumlah sampel 80 anak, sedangkan jumlah sampel untuk
penjual makanan jajanan berjumlah 8 orang. Hasil penelitian
diketahui bahwa tindakan murid SD tentang hygiene individu
dalam mengkonsumsi makanan jajanan berada pada kategori
baik sebesar 11,25 %, sedangkan tindakan penjual makanan
jajanan tentang hygiene sanitasi makanan jajanan yang berada
pada kategori baik sebanyak 12,50 %.
2) Andriyana Ruchiyat, tahun 2007 yang berjudul hubungan antara
higiene perorangan frekuensi konsumsi dan sumber makanan
jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN.
Babakan Sentral Kota Bandung. Jenis penelitian ini adalah
observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.
Pengambilan data dilakukan bulan Juli-Agustus 2006. Jumlah
responden yang diambil sebanyak 84 responden secara
Proporsional Sistematik Random Sampling. Uji statistik yang
digunakan untuk menganalisis hubungan adalah uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95% apabila pada perhitungan Chi-
Square ditemukan frekuensi harapan < 5 sebanyak 20% jumlah
sel maka dilakukan perhitungan dengan uji Fisher Exact. Hasil
Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dari 84 responden
terdapat 31 siswa (36,9%) dengan higiene perorangan kurang,
dan 53 siswa (63,1%) dengan hygiene perorangan baik,
sedangkan untuk frekuensi konsumsi makanan jajanan terdapat
40 siswa (47,6%) dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan
jarang, dan 44 siswa (52,4%) dengan frekuensi konsumsi
makanan sering. Sebagian besar responden (88,1%) sering
membeli makanan jajanan dari pedagang di luar sekolah. Uji
statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai p=0,027 pada frekuensi konsumsi makanan
jajanan hubungannya dengan kejadian diare. Simpulan: Ada
hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan
-
kejadian diare, dan tidak ada hubungan antara higiene
perorangan dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare.
3) Eni Kusumawati, 2009, yang berjudul Gambaran Konsumsi
Makanan Jajanan dan Morbiditas Diare di SD Banmati 03
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
4) Tri Puji Lestari, 2008, yang berjudul Hubungan Pola Konsumsi
Jajanan dengan Morbiditas dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar
di Wilayah Kartasura.
-
II.4.9 Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Karakteristik Responden :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kelas
d. Uang saku
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare :
a. Salmonella (nontifoid), contoh makanannya baklor, sosis ayam
b. Organisme norwalkklike,vibrio cholera, E. collicontohnya air minum/es
Diare
Kebiasaan cuci tangan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II. 1 Anak Usia Sekolah
II.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dibedakan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995). Whaley dan wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhan sebagai peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secar bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Soetjiningsih (1995), secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:
a. Faktor genetik: faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui maturasi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai denagn intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan: lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapainya atau tidakanya potensi bawaan.
II.2 Ciri- ciri tumbuh kembang anak usia sekolah usia 6 tahun sampai 12 tahun:
a. Karkteristik Fisik
1) Usia 6 tahun
Penambahan berat badan dan pertumbuhan berlanjut dengan lambat. Berat badan : 16 sampai 23,6 kg; tinggi 106,6 sampai 123,5 cm. pemunculan gigi incisor mandibular tengah. Kehilangan gigi pertama, peningkatan bertahap dalam ketangkasan usia aktivitas; aktivitas kontan sering kembali menggigit jari lebih menyadari tangan sebagai alat suka menggambar, menulis dan mewarnai penglihatan mencapai maturitas.
2) Usia 7 tahun
Mulai bertumbuh sedikitnya 5 cm setahun, berat badan : 17,7 ssampai 30 kg; tinggi badan 111,8 sampai 129,7 cm. Gigi insisi maksilar dan insisi mandibular lateral muncul, lebih waspada pada pendekatan penampilan baru, mengulangi kinerja untuk memahirkan, rahang mulai lebar untuk mengakomodasi gigi permanen.
3) Usia 8-9 tahun
Melanjutkan pertumbuhan 5 cm dalam 1 tahun. Berat badan : 19,6 kg ; tinggi badan 117-141,8 cm. Gigi insisi lateral (maksilar) dan kaninus mandibular muncul, aliran gerak : sering, lemah lembut dan tenang. Selalu terburu-buru ; melompat, lari, meloncat, peningkatan kehalusan dan kecepatan dalam control motorik halus ; menggunakan tulisan sambung, berpakain lengkap sendiri, suka melakukan sesuatu secara berlebihan; sukar diam setelah istirahat, lebih lentur; tulang tumbuh lebih cepat dari pada ligament.
4) Usia 10-12 tahun
Anak laki-laki : tumbuh lambat dalam tinggi dan penambahan berat badan ; dapat menjadi kegemukan dalam periode ini. Berat badan : 24,3 sampai 58 kg; tinggi badan 127,5 sampai 162,3 cm. Postur lebih serupa dengan orang dewasa ; akan mengalami lordosis. Anak perempuan : perubahan daerah pubis, mulai tampak; garis tubuh menghalus dan menonjol. Sisa gigi akan muncul dan kecenderungan kearah perkembangan penuh (kecuali gigi geraham).
b. Mental
1) Usia 6 tahun :
Mengembangkan konsep angka, menghitung 13 uang logam, mengetahui pagi atau siang, mendefinisikan objek umum seperti garpu dan kursi dalam istilah penggunaannya, mematuhi tiga macam perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri, mengatakan bagaimana yang cantik dan mana yang jelek dari segi gambar wajah, menggambarkan objek dalam gambar daripada menyebutkan satu persatu, masuk kelas satu.
2) Usia 7 tahun :
Memperhatikan bahwa bagian tertentu hilang dari gambar dapat meniru gambar permata. Mengulangi tiga angka dari belakang, mengulang konsep waktu; membaca jam biasa atau jam tangan dengan benar sampai seperempat jam terdekat; menggunakan jam untuk tujuan praktis. Masuk kelas dua lebih mekanis dalam membaca serign tidak berhenti pada akhir kalimat, meloncati kata seperti ia, sebuah.
3) Usia 8-9 tahun :
Memberi kemiripan dan perbedaan antara dua hal dari memori. Menghitung mundur dari 20 sampai 1, memahami konsep kebalikan. Mengulang hari dalam seminggu dan bulan berurutan, mengetahui tanggal. Menggambarkan objek umum dengan mendetail, tidak semata-mata penggunaannya. Membuat perubahan lebih dari seperempatnya. Masuk kelas 3 dan 4. Lebih banyak membaca; berencana untuk mudah terbangun hanya untuk membaca. Membaca buku klasik, tetapi juga menyukai komik. Lebih menyadari waktu; dapat dipercaya untuk pergi ke sekolah tepat waktu. Dapat menangkap konsep ruang, penyebab dan efek, menggabungkan (puzzle). Konservasi (massa dan volume permanen). Mengklasifikasikan objek lebih dari satu kualitas; mempunyai koleksi, menghasilkan gambar atau lukisan sederhana.
4) Usia 10-12 tahun :
Menulis cerita singkat, masuk kelas 5-6. Menuliskan surat pendek biasa kepada teman atau saudara dengan inisiatif sendiri. Menggunakan telepon untuk tujuan praktis. Berespon terhadap majalah, radio, atau iklan lain. Membaca untuk mendapatkan informasi praktis atau kenikmatan sendiri, buku cerita atau buku perpustakaan tentang petualangan atau romantika atau cerita binatang.
c. Adaptif
1) Usia 6 tahun :
Anak usia 6 tahun biasanya menggunakan pisau untuk mengoleskan mentega atau selai diatas roti, pada saat bermain, memotong, melipat, memotong mainan kertas, menjahit dengan kasar bila diberi jarum. Mandi tanpa pengawasan, melakukan sendiri aktivitas tidur, membaca dari ingatan ; menikmati permainan mengeja, menyukai permainan di meja; permainan kartu sederhana, banyak tertawa terkikik-kikik, kadang mencuri uang atau barang yang menarik, mengalami kesulitan mengakui kelakuannya yang buruk, mencoba kemampuan diri.
2) Usia 7 tahun :
Menggunakan pisau meja untuk memotong daging; memerlukan bantuan dengan belajar atau bagian sulit. Menyikat dan menyisir rambut dengan pantas tanpa bantuan. Mungkin mencuri, menyukai menbantu dan membuat pilihan, penolakan berkurang dan keras kepala.
3) Usia 8-9 tahun
Menggunakan alat-alat umum sepeti palu, jarum atau skrup. Menggunakan alat rumah tangga dan alat menjahit. Membantu tugas rumah tangga rutin seperti mengelap, menyapu. Menjalankan tanggung jawab untuk berbagi tugas-tugas rumah tangga. Mencari semua kebutuhan sendiri saat di meja. Membeli artikel yang bermanfaat malatih beberapa pilihan dalam membuat pembelian. Melakukan pesan yang bermanfaat, menyukai majalah bergambar. Menyukai sekolah ingin menjawab semua pertanyaan, takut tidak naik kelas dipermalukan karena bodoh. Lebih kritis tentang diri sendiri, mengambil pelajaran music dan olahraga.
4) Usia 10-12 tahun :
Membuat artikel bermanfaat atau melakukan pekerjaan perbaikan yang mudah. Memasak atau menjahit dalam cara sederhana, memelihara binatang peliharaan. Mencuci dan mengeringkan rambutnya sendiri, bertanggung jawab untuk pekerjaan membersihkan rambut tetapi memerlukan pengingatan untuk melakukannya. Terkadang tinggal sendiri di rumah selama sejam atau lebih, berhasil dalam memelihara kebutuhan sendiri atau kebutuhan anak lain yang ada dalam perhatiannya.
d. Personal-sosial
1) Usia 6 tahun :
Anak usia 6 tahun biasanya dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik. Mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk anak-anak usianya. Akan curang untuk menang, sering masuk dalam permainan kasar, sering cemburu terhadap adik. Melakukan apa yang orang dewasa lakukan. Kadang mengalami tempertantum, bermulut besar, lebih mandiri, kemungkinan pengaruh sekolah.. mempunyai cara sendiri untuk melakukan sesuatu dan meningkatkan sosialisasi.
2) Usia 7 tahun :
Menjadi anggota sejati dari kelompok keluarga. Mengambil bagian dalam kelompok bermain. Anak laki-laki dan perempuan bermain dengan anak perempuan. Banyak menghabiskan waktu sendiri tidak memerlukan banyak teman.
3) Usia 8-9 tahun :
Anak usia 8-9 tahun biasanya lebih senang berada di rumah. Menyukai system penghargaan, mendramatisir. Lebih cepat bersosialisasi, lebih sopan, tertarik pada hubungan laki-laki dan perempuan terapi tidak terikat. Pergi ke rumah dan masyarakat dengan bebas, sendiri, atau denga teman. Menyukai kompetisi dan permainan. Menunjukan kesukaan dalam pertemanan dan berkelompok. Bermain paling banyak dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur. Mengembangkan kerendahan hati, membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Menikmati kelompok olahraga.
4) Usia 10-12 tahun :
Menyukai teman-teman, memilih teman dengan lebih selektif dapat mempunyai sahabat. Menyukai permainan mengembangkan minat awal terhadap lawan jenis, lebih diplomatic, menyukai ibu dan ingin menyenangkannya dengan berbagai cara menunjukkan kasih sayang, juga menyukai ayah (dicintai dan diidolakan) menghormati orang tua, mencintai teman bicara tentang mereka secara terus menerus.
e. Mendidik Anak Usia Sekolah
Adapun kiat-kiat yang dapat diterapkan dalam mendidik anak usia Sekolah Dasar ialah :
1) Orang tua harus semakin tanggap dan jeli dalam perkembangan anak
2) Anak harus semakin sering dibiasakan memelihara, menyimpan, menggunakan sarana belajarnya dengan tertib. Mematuhi kapan dia harus belajar, bermain, tidur siang dan tidur malam, serta bangun pagi.
3) Orang tua mualai membiasakan anak untuk melakukan aktivitas seperti menyapu halaman, menyiram bungan, member makan peliharaan, merapikan tumpukan Koran.
4) Mulai menyuruh ank untuk melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangannya, dan menjelaskan pentingnya dan manfaat beragama.
5) Ajari anak agar selalu jujur dalam berkata dan berprilaku baik. Anak harus diberi penjelasan, jika anak memasuki kamar orang tua harus member isyarat terlebih dahulu.
6) Orang tua membiasakan diri untuk bertanya kepada anak tentang hal-hal yang bisa meningkatkan pengetahuan anak.
7) Membiasakan anak untuk menonton yang berhubungan dengan berita-berita yang ada kaitannya dengan pendidikan anak dan jika ingin menonton film, maka hendaknya memilih film yang sesuai keberadaan anak dan yang memiliki nilai pendidikan tinggi.
8) Memilihkan anak dengan teman-taman yang baik
9) Membiasakan anak di majelis-majelis orang dewasa.
10) Membiasakan anak mengerjakan anak tugas keluarga
11) Membiasakan anak mengatasi ketegangan. Misalnya, buku cerita tentang keberhasilan anak pelaut, anak transmigrasi, anak korban bencana alam, anak cacat.
12) Beri kesempatan pada anak untuk mendemontrasikan kemandirian : ikutilah mereka untuk memilih buku-buku dan berbagai pengalaman. Berilah buku-buku yang bertema kemandirian
13) Berilah penguatan untuk bertanggung jawab, berorganisasi, dan mengambil keputusan.
14) Sediakanlah buku yang melukiskan perkembangan internalisasi control diri. Berikan bacaan mengenai atlet berlatih keras atau biography orang sukses (Sutikno, 2007).
f. Umur
Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, dalam arti semakin meningkat umur seseorang akam meningkat pula kedewasaan secara teknik maupun psikologis, serta semakin mampu melaksanakan tugasnya (Badudu-Zain, 1994, hal 1586).
g. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan atas laki-laki dan perempuan. Peran jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran social percaya bahwa masyarakat mempengaruhi prilaku wanita dan pria dan merupakan sumber utama feminitas dan maskulinitas (Potter & Perry, 2005).
h. Uang saku
Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah. Penting untuk memperhatikan jumlah uang saku anak-anak, karena sebagian besar jajanan yang dijual bebas di sekitar sekolah adalah makanan dan minuman yang tidak layak untuk dikonsumsi. Jajanan tersebut biasanya mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak nantinya (Elly, 2009, Perlukah Anak Diberi Uang Saku, 2, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1925953-perlukah-anak-diberi-uang-saku/, diperolah tanggal 17 Mei 2010).
II.3 Penyakit Diare
II.3.1 Definisi
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi (feses cair).(Brunner & Suddarth, 2001, hlm 1093).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Donna L. Wong, 2009).
Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret. Penderita buang air berkali-kali, tinjanya encer dan kadang-kadang muntah. Diare disebut juga muntaber (muntah berak), muntah mencret atau muntah bocor. Kadang-kadang tinjanya juga mengandung darah atau lendir. (http://dranak.blogspot.com)
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya 3 kali atau lebih dalam 1 hari. (http://www.infeksi.com)
II.3.2 Penyebab Diare
1. Enteropatogen bakteri
Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan nonradang., dan enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu manifestasi klinis. Umumnya diare radang akibat Aeromonas spp, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, E. Coli enteroinvasif, E. Coli enterohemoragik, Plesiomonas shigelloides, Salmonella spp, Shigella spp, Vibrio parahaemolyticus, dan Yersinia enterocolitica. Diare non radang dapat disebabakan oleh E. coli enteropatogen, E coli enterotoksik, dan Vibrio Cholerae. Infeksi Yarsinea dan Salmonella paling sering dijumpai pada anak berusia 1 bulan hingga 3 tahun. Sementara infeksi Shigella dan Campylobacter paling sering dijumpai pada anak usia 1-5 tahun.
2. Enteropatogen parasit
Giardia lamblia adalah penyebab penyakit diare yang paling sering di Amerika Serikat. Pathogen lain adalah Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, Strongyloides stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon bieneusi.
3. Enteropatogen virus
Empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus, adenovirus enteric, astovirus dan kalsivirus. Rotavirus terutama dijumpai pada anak usia 4 bulan hingga 3 tahun.
4. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika.
5. Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi
6. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
7. Immunodefisiensi.
8. Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.
II.3.3 Penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang berak di sembarang tempat. Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari dan kemudian menderita diare. Penularan dapat terjadi melalui:makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
II.3.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit diare disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut merupakan tanda dan gejala terjadi :
Tabel 2.1 : Penyebab Diare
Penyebab
Karakteristik
Agen viral
Rotavirus (periode inkubasi 1-3 hari)
Organisme Norwalklike (periode inkubasi 1-3 hari)
Awitan tiba-tiba, demam 38o C atau lebih,mual / muntah, nyeri abomen, berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas, diare dapat menetap selama lebih dari 1 minggu.
Demam, kehilangan nafsu, mual/muntah, nyeri abdomen, diare, malaise.
Sumber infeksi : air minum, air di tempat rekreasi (kolam renang, dll), makanan (termasuk kerang-kerangan).
Agen bacterial
Eschericia coli patogenik (periode inkubasi sangat bervariasi, bergantung pada strain)
Kelompok Salmonella (nontifoid) garam negatif tanpa kapsul, tanpa spora (periode inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis biasanya kurang dari 24; 3-60 hari untuk demam enteric biasanya 7-14)
S. typhi
Kelompol Shigella gram negative, basil anaerob non motil. (periode inkubasi 1-7 hari, biasanya 2-4 hari)
Yarsinia enterocolitica (periode inkubasi tergantung dosis 1-3 minggu)
Campylobacter jejuni (periode inkubasi 1-7 hari atau lebih lama)
Kelompok Vibrio cholera (periode inkubasi biasanya 2-3 hari rentang dari beberapa jam sampai 5 jam)
Awal bertahap atau tiba-tiba, manifestasi klinis bervariasi, kebanyakan - diare hijau, cair dengan darah dan mukus, menjadi eksplosif, muntah dapat terjadi pada awitan, distensi abdomen, diare, demam, tampak toksik.
Sumber infeksi : biasanya penularan antar individu tetapi dapat pula ditularkan lewat benda mati dan daging yang kurang matang, khususnya daging sapi yang di potong-potong.
Awitan cepat, gejala bervariasi (ringan sampai berat), mual, muntah dan nyeri abdomen kolik diikuti diare, kadang-kadang disertai darah dan mucus, demam, peristaltic hiperaktif dan nyeri tekan yang ringan pada abdomen, gejala biasanya berkurang dalam 5 hari, dapat mengalami sakit kepala dan manifestasi serebral (mis : mengantuk, konfusi, meningismus, atau kejang), bayi mungkin afebris dan non toksik, dapat mengakibatkan septikimia dan meningitis yang mengancam kehidupan.
Sumber infeksi : penularan lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi--sebagian besar berasal dari sumber binatang, termasuk burung, mamalia, reftilia serta insekta. Sumber yang paling sering adalah daging unggas dan telur.
Bervariasi pada bayi, pada anak yang lebih besar demam tidak teratur, sakit kepala, malaise, letargi, diare terjadi pada 50 % tahap awal, umumnya terjadi batuk, dalam beberapa hari demam meningkat dan menetap, terjadi keletihan batuk, nyeri abdomen, anoreksia, dan penurunan berat badan.
Awitan bervariasi tetapi biasanya tiba- tiba, demam dan nyeri kram abdomen terjadi di awal, demam dapat mencapai 40,50 C, konvulsi pada kira-kira 10 % biasanya dikaitkan dengan demam, pasien tampak sakit, sakit kepala, kaku kuduk, delirium, diare cair dengan mucus dan pus mulai kira-kira 12-48 jam setelah awitan, defikasi didahului kram abdomen, tenesmus dan aliran mengejan, gejala biasanya berkurang dalam 5-10 hari.
Diare mungkin berdarah, demam lebih dari 38C, nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah, muntah.
Demam, nyeri abdomen sering hebat, kram, pereumbilikasi, diare cair, banyak, bau menyengat disertai darah, muntah.
Awitan tiba-tiba dari diare encer yang banyak, tanpa disertai kram, tenesmus atau iritasi anal, meskipun anak mengeluh kram ; pada awalnya terjadi defikasi intermiten, kemudian hampir kontinu; defikasi berdarah dengan mucus; diare dengan darah dalam feses.
Keracunan makanan
Staphilococcus (periode inkubasi 4-6 jam)
Clostridium perfungens (periode inkubasi 8-24 jam, biasanya 8-12 jam)
Clostridium botulinum (periode inkubasi 12-26 jam, rentang 6- sampai 8 hari)
Mual, muntah; kram abdomen hebat; diare hebat; syok dapat terjadi pada kasus-kasus berat; mungkin demam ringan.
Sumber infeksi : makanan yang kurang matang atau yang disimpan di lemari es (mis, puding, mayones, makanan pencuci mulut yang berlapis krim).
Kram sedang sampai berat, nyeri midepigastrik.
Sumber infeksi : penularan lewat produk makanan komersial; yang paling sering adalah daging dan unggas.
Mual, muntah; diare; gejala system saraf pusat dengan efek seperti curare; mulut kering, disfagia.
Sumber infeksi : ditularkan lewat produk yang terkontaminasi.
II.3.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
II.3.6 Derajat Hidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
b. Skor Mavrice King
Tabel 2.2 Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0
1
2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat 40
Keterangan
a) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
b) Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
c) Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
II.B.7 Gejala klinis
Tabel 2.3 : Gejala Klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
Baik (CM)
+
N (120)
Biasa
Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Gelisah
++
Cepat
Agak cepat
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Apatis-koma
+++
Cepat sekali
Kusz maull
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis
II.3.8 Pengobatan
Yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut.
Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh, akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari (1 -14 hari) dimana diare makin berisi dari air (watery) mulai berampas,berkurang frekwensinya dan sembuh. Yang terpenting pada diare adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasi. Kebanyakan pasien dengan rehidrasi ringan sampai sedang dapat direhidrasi dengan larutan rehidrasi oral yang mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan-larutan ini mengandung natrium sebanyak 75-90mEq/l., sedangkan larutan rumatan mengandug natrium 40-60mEq/l. Rehidrasi dengan larutan rehidrasi oral sebaiknya dilakukan lebih dari 4-6 jam. Cairan rumatan peroral dapat diberikan setelah rehidrasi, tetapi makanan sebaiknya diberikan kembali dalam waktu 24 jam. Makanan awal sebaiknya berupa ASI, susu formula atau susu murni, nasi, pisang, kentang, biskuit, roti panggang, dan serial kering. Karena sel-sel usus yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali. Pemberian makanan seperti biasanya akan memperpendek masa waktu gejala dari diare.
II.3.9 Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terutama pada jenis tinja. Awitan diare mendadak dengan buang air besar lebih dari 4 kali / hari dan tidak ada muntah sebelum diare meningkatkan kemungkinan adanya enteris bacterial. Diare berdarah dan demam paling sering dijumpai pada enteritis bacterial, walaupun infeksi Cryptosporidium juga sebaiknya dipertimbangkan pada anak- anak yang berada ditempat penitipan anak. Tinja pada infeksi rotavirus biasanya berwarna hijau , berair, dan tidak berdarah. Tinja pada infeksi Salmonella biasanya berwarna hijau, berlendir dan berbau telur busuk. Tinja pada infeksi Shigella khas berair, berdarah, dan tidak berbau.
II.3.10 Pencegahan
1) Menggunakan air bersih yang cukup
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme dalam tubuh manusia bisa berlangsung dengan lancar. Air yang harus diminum adalah air yang sehat. Ini bisa dilihat dari aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi. Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Lebih detail lagi, air bisa diminum dengan berbagai syarat secara kimia dan mikrobiologi. Secara kimia, air sehat adalah yang kadar pH-nya netral dan kandungan mineral-mineral tertentu ada batasannya. (http://www.keluargasehat.com)
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan atau benda tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
2) Mencuci tangan
Kebiasan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan/jajan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
Untuk mencuci tangan dengan baik dan benar harus memiliki syarat tertentu seperti menggunakan sabun. Pentingnya membudayakan cuci tangan memakai sabun secara baik dan benar didukung oleh data Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang menunjukkan, setiap tahun rata-rata 100.000 anak di Indonesia meninggal dunia karena diare. Sementara itu, data Subdit Diare Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan sekitar 300 orang di antara 1.000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun. Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Salah satunya karena pemahaman mengenai cara mencuci tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih mengalir. Adapun, berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%. Staf Divisi Kedokteran Anak Alfred I duPont Hospital for Children Wilmington Mary L Gavin MD mengatakan bahwa kuman-kuman seperti bakteri dan virus dapat berpindah dengan beberapa cara, terutama saat menyentuh tangan yang kotor atau ketika mengganti popok bayi.
(http://www.infeksi.com/newsdetail)
3) Menggunakan jamban
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia ini dimaksudkan hanya pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus)
Pencegahan penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih, penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat rumah tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah makanan serta menyimpan makanan dalam keadaan tertutup.
(http://www.depkes.go.id)
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk sekolah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.
d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya.
e) Tidak menimbulkan bau.
f) Mudah digunakan dan dipelihara.
g) Sederhana desainnya.
h) Murah.
i) Dapat diterima oleh pemakainya.
Penggunaan dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan terhadap resiko penyakit diare. Sekolah yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan siswa/siswi harus buang air besar di jamban.
II.4.1 Jajan
Jajan atau panganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang didapat dari hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Kegiatan jajan bagi anak merupakan pengalaman yang menyenangkan. Jajan pada anak terkadang suatu bentuk perlawanan pada orang tua, atau sebagai lambang pergaulan bersama teman-teman sebayanya, atau untuk membeli pertemanan. Kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh terhadap gizi buruk (Kompas, 2009).
Jajanan yaitu membeli suatu yang tersedia di kantin, restoran, warung atau penjaja/penjual keliling berupa makanan atau minuman jadi tanpa memasaknya kembali dan langsung dimakan. (Hartono dalam Widiasari, 2001).
II.4.2 Makanan Jajanan
Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.
Makanan jajanan (street food) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan (Iswarawanti, 2001 dalam Winarsho, 2009). Jajanan dengan berbagai bentuk dan warna dikemas secara menarik yang disajikan para pedagang kepada anak-anak di lingkungan sekolah maupun perkampungan setiap hari. Masyarakat kurang memahami kandungan gizi atau bahkan jajanan itu berbahaya bagi kesehatan anak.
Makanan jajanan adalah makanan yang tidak diolah dalam rumah tangga melainkan diperoleh malalui cara membeli sebagai makanan jadi yaitu dari berbagai sumber, seperti pedagang keliling, rumah tangga, toko atau kedai makanan (Aprilia, 2009, Penyuluhan Anak Sekolah Dasar, 1, http://dania-aprilia.blogspot.com/2009/05/proposal-penyuluhan-anak-sekolah -dasar.html diakses 05 April 2011).
II.4.3 Jenis makanan jajanan
Jenis makanan jajanan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam dan sebagainya.
2) Snack atau panganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.
3) Golongan minunan seperti cendol, es krim, es teller, es buah, es the, es sirup dan sebagainya.
4) Buah-buahan segar.
Gambar 2.1 Jenis Jajanan
Penjual dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
a) Penjaja diam, yaitu makanan yang dijual sepanjang hari pada warung-warung yang lokasinya tetap di satu tempat.
b) Penjaja setengan diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu tempat pada waktu-waktu tertentu.
c) Penjaja keliling, yaitu mereka yang jualan keliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu.
Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.
Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :
a) Tidak menderita penyakit yang mudah menular misal, batuk, filek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.
b) Menutup luka (pada luka berbentuk bisul atau luka lainnya).
c) Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
d) Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
e) Memakai celemek dan penutup kepala.
f) Manjamah makanan harus memakai alat atau dengan alas tangan.
g) Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, rambut,mulut atau bagian lainnya).
h) Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.
Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau penutup makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
II.4.4 Ciri-ciri Makanan Jajanan yang sehat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Aman yang dimaksud di sini mencakup bebas dari cemaran biologis, mikrobiologis, kimia, logam berat, dan cemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu makanan yang sering dikonsumsi dalam hal ini yaitu makanana jajanan yang sering dijajakan di sekolah-sekolah dasar.
Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun disisi lain makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh karena itu menurut Anonim (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik.
(a) Cirri-ciri Makanan Jajanan yang Sehat
Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan baru siap dimasak (masih panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak berlendir, tidak berbau asam, tidak berjamur, dan rasanya masih wajar (normal).
Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar dan tidak keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan dalam botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tututpnya masih disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung, serta tanggal penggunaannya masih berlaku atau belum kadaluarsa (Anonim, 2002).
(b) Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih