tujuan pembelajaran matematika berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik...
TRANSCRIPT
Muh. Alfiansyah (1211041019) 1
KAJIAN LITERATUR
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014
(Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Program Pembelajaran Matematika)
MUH. ALFIANSYAH
1211041019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2015
Muh. Alfiansyah (1211041019) 2
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
1. Memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
Menurut Gagne dalam Ruseffendi (dalam http://faizalnisbah.blogspot.com)
Konsep adalah pengertian (ide) abstrak yang memungkinkan seseorang
menggolongkan objek atau kejadian dan menentukan apakah suatu objek atau
kejadian merupakan contoh atau bukan contoh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Poerwadarminta (dalam
http://faizalnisbah.blogspot.com), dijelaskan bahwa konsep adalah ide atau
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Farrel dan Farmer dalam Musliana (dalam http://faizalnisbah.blogspot.com)
mendefinisikan konsep sebagai suatu klasifikasi dari objek-objek, sifat-sifat objek
atau kejadian-kejadian yang ditentukan dengan cara mengabstraksikannya.
Selanjutnya Gagne dalam Arsat (dalam http://faizalnisbah.blogspot.com)
mengemukakan bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang
meyakinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian
kedalam contoh atau bukan contoh dari suatu objek tertentu. Misalnya siswa telah
memahami konsep luas segitiga, maka siswa tersebut akan dapat membedakan
rumus luas bangun datar yang lain.
Soedjadji (dalam http://faizalnisbah.blogspot.com) mengatakan bahwa
konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari konsep-konsep
sebelumnya. Misalnya konsep pangkat disusun dari konsep perkalian, konsep luas
segitiga disusun dari konsep luas persegi panjang, konsep luas trapesium disusun
dari konsep luas segitiga. Berarti konsep-konsep sebelumnya yang dipahami siswa
sangat dibutuhkan untuk mengkonstruksi suatu konsep baru.
Muh. Alfiansyah (1211041019) 3
Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang
membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi
atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi jelas
apa yang dimaksud konsep tertentu. Konsep trapesium misalnya akan menjadi
lebih jelas maksudnya bila diungkapkan dalam definisi “trapesium adalah
segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar”. Konsep trapesium dapat juga
dikemukakan dengan definisi lain., misalnya “trapesium adalah segi empat yang
terjadi jika sebuah segitiga dipotong oleh sebuah garis yang sejajar salah satu
sisinya” (Nurnajmi, 2006:11).
Contoh ilustrasi hasil belajar lingkup pemahaman konsep sebagai berikut:
Ketika siswa Kelas VII belajar „Menyelesaikan persamaan linear satu variabel‟,
maka ia harus terampil menyelesaikan persamaan linear satu variabel (PLSV).
Agar memiliki kemampuan seperti itu maka siswa harus paham konsep PLSV dan
algoritma menyelesaikan PLSV atau memahami prinsip (dalil) kesetaraan. Bila itu
terwujud maka ia dikatakan mampu menyelesaikan PLSV. Kemampuan itu
lingkupnya adalah pemahaman konsep.
2. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu
membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.
Pola disini dimaksudkan sebagai pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian logic, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat,
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan,
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Ciri utama penalaran dalam matematika adalah deduktif atau dengan
perkataan lain matematika bersifat deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antar konsep atau pernyataan matematika bersifat konsisten.
Muh. Alfiansyah (1211041019) 4
Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif, sifat atau teorema yang
ditemukan secara induktif, selanjutnya harus dibuktikan secara deduktif. Namun
dalam matematika sekolah pola pikir induktif dapat digunakan dengan maksud
menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa (http://syamsysem.
blogspot.com).
Ebbut dan straker (dalam http://syamsysem.blogspot.com) menguraikan
hakikat matematika sekolah, matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan
hubungan; kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan; kegiatan
alat komunikasi. Implikasi dari pandangan bahwa matematika merupakan
kegiatan penelusuran pola dan hubungan adalah memberikan kesempatan siswa
untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk
menentukan hubungan; memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
percobaan dengan berbagai cara, mendorong siswa untuk menemukan adanya
urutan, perbedaan, perbandingan dan pengelompokan; mendorong siswa menarik
kesimpulan umum; dan membatu siswa memahami dan menemukan hubungan
antara pengertian satu dengan yang lainnya.
Matematika adalah kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan. implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika
adalah mendorong inisiatif dan memberi kesempatan berpikir berbeda;
mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan
kemampuan memperkirakan; menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai
hal yang bermanfaat; mendorong siswa menemukan struktur dan desain
matematika; mendorong siswa menghargai penemuan siswa lainnya; mendorong
siswa berfikir refleksif dan tidak menyarangkan penggunaan suatu metode
tertentu (http://syamsysem.blogspot.com).
3. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik
dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam
pemecahan masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika
Muh. Alfiansyah (1211041019) 5
(kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang meliputi kemampuan memahami
masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Ada dua tipe penalaran dalam matematika yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Penalaran deduktif biasanya digunakan dalam pembuktian suatu teorema
atau dalil. Pembuktian suatu teorema pada dasarnya adalah penurunan teorema
tersebut dari definisi, aksioma atau teorema yang telah dibuktikan menurut suatu
penalaran yang logis untuk menurunkan atau membuktikan suatu teorema
dikatakan sebagai penalaran deduktif (http://tohri-1969.blogspot.com).
Meskipun penalaran deduktif merupakan suatu penalaran yang absah dan
sangat penting dalam matematika, tetapi dalam tulisan ini tidak dibicarakan secara
meluas. Berikut contoh-contoh dalam penalaran induktif untuk memperoleh
generalisasi (yang sebenarnya masih perlu dibuktikan secara deduktif)
(http://tohri-1969.blogspot.com).
Matematika dapat dipandang dari suatu segi sebagai suatu bidang study
yang menekankan pada kreatifitas. Sedangkan untuk mengembangkan daya
kreatifitas diperlukan beberapa aspek pemikiran diantaranya adalah penalaran.
Salah satu ciri utama matematika terletak pada penalarannya. Untuk dapat
memahami penalaran perhatikan contoh berikut ini:
Buatlah segitiga lancip dan ukurlah besar setiap sudutnya dengan busur
derajat. Berapa derajatkah besar ketiga sudutnya? Buatlah pula segitiga siku-siku
dan segitiga tumpul. Berapa derajtkah jumlah ketiga sudut dari tiap-tiap segitiga
tersebut?
Apakah anda memperoleh bahwa jumlah besar ketiga sudut dari tiap-tiap
segitiga itu 180 derajat? Jika tidak, ulangi kembali mengukur besar sudut tiap-tiap
segitiga yang anda buat. Apakah yang dapat anda simpulkan dari kejadian-
kejadian itu? Apakah kesimpulan anda sebagai berikut?
Muh. Alfiansyah (1211041019) 6
Jumlah besar ketiga sudut dalam suatu segitiga adalah 180 derajat.
Pada contoh tersebut anda membuat tiga buah segitiga dan mengukur besar
sudut tiap-tiap segitiga dengan busur derajat. Dan anda memperoleh bahwa
jumlah ketiga sudut dalam masing-masing segitiga yang anda buat adalah 180
derajat. Dari tiga contoh segitiga yang anda buat itu ditarik kesimpulah bahwa
jumlah besar ketiga sudut dalam segitiga adalah 180 derajat. Penarikan
kesimpulan dari contoh-contoh seperti ini menggunakan penalaran induktif
(http://tohri-1969.blogspot.com).
4. Mengkomunikasikan gagasan, penalaran, serta mampu menyusun bukti
matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram,
atatu media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Menurut Herdian (http://herdy.07.wordpress.com) kemampuan komunikasi
matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan
sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang
terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan
berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep,
rumus atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam
peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. cara pengalihan
pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.
Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi gagasan
matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan
siswa, dan antara siswa dengan siswa. menurut Hiebert (dalam Herdian
http://herdy.07.wordpress.com) setiap kali kita mengkomunikasikan gagasan-
gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara
tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab bila tidak demikian,
komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus
disesuaikan dengan kemampuan orang yang kita ajak berkomunikasi. Kita harus
Muh. Alfiansyah (1211041019) 7
mampu menyesuaikan dengan sistem representasi yang mampu mereka gunakan.
Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung dari satu arah dan tidak mencapai
sasaran.
Menurut Herdian (http://herdy.07.wordpress.com) kemampuan komunikasi
matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan berikut:
a. Menghubungkan benda nyata, dan diagram kedalam ide matematika.
b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol.
d. Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika.
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematis tertulis.
f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi.
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Suharta (dalam http://consetyadi.blogspot.com) pembelajaran
matematika di Indonesia dewasa ini, “dunia nyata” hanya digunakan untuk
mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Bila dalam
pembelajaran di kelas, pengalaman anak sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan
pengkonstruksian konsep (pematematisasian pengalaman sehari-hari) dan
mengaplikasikan kembali ke “dunia nyata” maka anak akan mengerti konsep dan
dapat melihat manfaat matematika.
Untuk mengembangkan sikap menghargai kegunaan matematika pada siswa
guru atau pendidik dan membrikan contoh penggunaan matematika sebagai alat
Muh. Alfiansyah (1211041019) 8
untuk memcahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja atau
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tentunya harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
matematika di sekolah (http://orgenestonga.blogspot.com).
Siswa diberikan pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk
memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan, atau tabel-tabel dalam model matematika yang merupakan
penyederhaan dari soal cerita atau soal uraian matematika lainnya
(http://orgenestonga.blogspot.com).
6. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika
dan pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi
kesepakatan, toleran, menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi,
ulet, tangguh, kreatif, menghargai kesemestaan (konteks, lingkungan),
kerjasama, adil, jujur, teliti, cermat, bersikap luwes dan terbuka, memiliki
kemauan berbagi rasa dengan orang lain.
Dikutip dari (https://ariaturns.wordpress.com) ternyata, pembelajaran matematika
bisa membantu pembentukan akhlak siswa. mempelajari matematika secara benar
juga bisa berpengaruh pada perkembangan anak di masa depan.
Mendikbud (pada saat itu) M Nuh mengatakan, banyak orang mengajukan
peran matematika dalam pembentukan akhlak seorang siswa. padahal ternyata
efeknya cukup besar.
Nuh mencontohkan sikap yang bisa dibentuk dari pelajaran matematika
yaitu teratur, disiplin dan taat peraturan. “matematika punya konsekuensi untuk
sikap tadi. Misalnya ada hitungan panjang dikali lebar hasinya 20. Itu harus 20
nilainya, itu yang benar. Nanti di kehidupan yang benar harus diterapkan.
Muh. Alfiansyah (1211041019) 9
Salah satu tujuan pendidikan matematika adalah pembentukan sikap siswa.
olehnya itu, sudah sepatutnya dalam proses pembelajaran matematika perlu
diperhatikan sikap siswa terhadap matematika. Hal ini penting mengingat sikap
positif terhadap matematika akan berkolerasi positif dengan prestasi belajar
matematika.
7. Melakukan kegiatan–kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan
matematika
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya perkembangan ini berkembang sejalan dengan
kematangan saraf dan otak anak. Sehingga, setiap gerakan sederhanan apapun
adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Sedemikian sehingga yang dimaksudkan kegiatan-kegiatan motorik yang
menggunakan pengetahuan atematika adalah metode permainan dalam
pembelajaran matematika.
Metode permainan adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana
siswa melakukan permainan untuk memperoleh atau menemukan pengertian atau
konsep tertentu. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara
efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit
atau berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar,
bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Sebagai
metode mengajar metode permainan dapat dilakukan secara individual atau
kelompok.
Metode permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian
yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk
menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah
Muh. Alfiansyah (1211041019) 10
perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai. Jadi, metode permainan itu
merupakan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan pelajaran dengan lebih
menarik untuk menghindari kejenuhan peserta didik.
8. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk
melakukan kegiatan-kegiatan matematika. Kecakapan atau kemampuan-
kemampuan tersebut saling terkait erat, yang satu memperkuat sekaligus
membutuhkan yang lain.
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi
mutu proses kegiatan belajar mengajar. oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-
prinsip penggunaannya.
Sadiman mengatakan media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Sedangkan menurut Djamarah adalah alat bantu pa
saja yang dapat dijadikap sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi, dapat kita simpulkan dari penjelasan diatas bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terensecana
disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan atau menjelaskan bahan
pengajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan
pembelajaran matematika.
Dikutip dari (https://ayufajlia.blogspot.com) pemakaian media pembelajaran
dalam proses pembelajaran matematika dapat membangkitkan keinginan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. dengan memanfaatkan
media yang benar memungkinkan siswa dapat menjalankan pembelajaran dengan
rasa senang, sehingga keinginan untuk belajar matematika tumbuh dari dalam diri
siswa.
Muh. Alfiansyah (1211041019) 11
DAFTAR PUSTAKA
Nurnajmi. 2006. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan
Penguasaan Konsep Matematika Siswa Kelas VIIA SMP Khadijah
Makassar. Skripsi: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar.
http://faizalnisbah.blogspot.com. Diakses 6 April 2015
http://syamsysem.blogspot.com. Diakses 6 April 2015
http://tohri-1969.blogspot.com. Diakses 6 April 2015
http://herdy.07.wordpress.com. Diakses 7 April 2015
https://ariaturns.wordpress.com. Diakses 7 April 2015
http://orgenestonga.blogspot.com. Diakses 7 April 2015
http://consetyadi.blogspot.com. Diakses 7 April 2015
https://ayufajlia.blogspot.com. Diakses 7 April 2015