tujuan instruksional a212

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap Negara mempunyai cita-cita tentang warga negaranya akan diarahkan. Cita-cita bangsa Indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya. Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan di sekolahnya bagi pencapaian tujuan itu dan inilah yang dimaksud dengan tujuan umum pendidikan yang secara eksplisit tertera dalam Garis-Garis Haluan Negara. Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai. Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan. Tujuan dari pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Kalau kita melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran secara keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka diberikan pengajaran oleh guru. Dari pemaparan di atas maka dalam makalah ini akan diuraikan lebih jauh tentang tujuan instruksional sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dan cita-cita bangsa dapat tercapai. B. Rumusan Masalah

Upload: waqhyoe-arryee

Post on 27-May-2015

929 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tujuan instruksional a212

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap Negara mempunyai cita-cita tentang warga negaranya akan diarahkan. Cita-cita bangsa Indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya. Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan di sekolahnya bagi pencapaian tujuan itu dan inilah yang dimaksud dengan tujuan umum pendidikan yang secara eksplisit tertera dalam Garis-Garis Haluan Negara.

Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai. Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan. Tujuan dari pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Kalau kita melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran secara keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka diberikan pengajaran oleh guru.

Dari pemaparan di atas maka dalam makalah ini akan diuraikan lebih jauh tentang tujuan instruksional sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dan cita-cita bangsa dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Tujuan Instruksional ?2. Apa yang menjadi dasar pembentukan tujuan pengajaran?3. Apa saja klasifikasi dari Tujuan Intruksional dan Bagaimana cara pembuatan tujuan

intruksional ?4. Apa manfaat dari penyusunan Tujuan Instruksional?

C. Tujuan

1. Mempelajari dan memahami pengertian Tujuan Instruksional.2. Mempelajari dasar pembentukan tujuan pengajaran.3. Mempelajari dan memahami pembagian Tujuan Instruksional dan cara pembuatan

tujuan intruksional.4. Mengetahui manfaat dari penyusunan Tujuan Instruksional.

Page 2: Tujuan instruksional a212

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tujuan Instruksional (Instructional Objectives) 

Materi suatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih

dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses atau kegiatan mempelajari

materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi belajar mengajar atau pengajaran (instruksional).

Dari perkataan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan instruksional

merupakan bagaian dari pembelajaran. Berbagai definisi tujuan instruksional disampaikan oleh

beberapa tokoh diantanya :

Robert F. Mager (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai

atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu, 

Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu

pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang

diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Perilaku ini dapat berupa fakta yang tersamar (covert), 

Fred Percival dan Henry Ellington (1984), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan

yang jelas menunjukkan penampilan atauketerampilan siswa tertentu yang diharapkan

dapat sicapai sebagai hasil belajar.

David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan

spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan

yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Dari beberapa defenisi diatas maka tujuan instruksional adalah tujuan yang

menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh

siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku

(behavior) yang dapat diamati dan diukur.

Page 3: Tujuan instruksional a212

B. Dasar Pembentukan Tujuan Pengajaran (Intruksional)

Adanya tujuan dapat memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam

berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia-sia karena

bekerja secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas. Berkaitan dengan

penentuan tujuan pendidikan perlu dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf:

1. Organisasi makro : sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan

penjabarannya dalam jenjang jenjang dan jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya

harus menuju ke pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam

pendidikan masing masing

2. Organisasi meso : pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri

ciri khas jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu

3. Organisasi mikro : perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu

di dalam kelas yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu. (Winkel W.S, 2004)

Tujuan instruksional ternyata masuk ke dalam organisasi mikro karena mencakup

kesatuan bidang studi tertentu yang menjadi pokok bahasan seperti tercantum pada bagan

hubungan hierarkis antara berbagai tujuan pendidikan sekolah, taraf organisasi

pendidikan sekolah dan taraf pengelolaan pendidikan sekolah dibawah ini:

HIERARKI TUJUAN PENDIDIKAN TARAF ORGANISASI TARAF PENGELOLAAN

Tujuan Pendidikan Nasional MakroKeseluruhan Usaha Pendidikan

Masyarakat Di Negara Indonesia

Tujuan Pendidikan Institusional MesoJenjang Pendidikan Sekolah Tertentu

Dan Jenis Pendidikan

Tujuan Pendidikan Kurikuler MesoKesatuan Kurikulum Tertentu Yang

Mencakup Sejumlah Bidang Studi

Tujuan Instruksional Umum MikroKesatuan Bidang Studi Tertentu Yang

Mencakup Sejumlah Pokok Bahasan

Tujuan Instruksional Khusus MikroSatuan Pokok Bahasan Atau Topik

Pelajaran Tertentu

Page 4: Tujuan instruksional a212

Jadi isi tujuan pendidikan akan berbeda beda tergantung pada taraf organisasi manakah

tujuan itu ditetapkan. Sudah barang tentu isi tujuan pendidikan pada taraf organisasi yang satu

tidak bertentangan dengan yang lain, melainkan tujuan pada taraf yang lebih bawah menjabarkan

dan mengkhususkan tujuan pada taraf organisasi yang lebih tinggi. Maka perumusan tujuan

instruksional akan lebih mengkhususkan tujuan pendidikan. Tujuan instruksional umum

menggariskan hasil hasil di bidang studi tertentu yang seharusnya dicapai siswa, adanya hasil

akan nampak dalam seluruh prestasi belajar yang diberikan oleh siswa. intinya tujuan

instruksional adalah kemampuan yang harus diperoleh atau dicapai oleh siswa yang menjadi

tujuan dari proses belajar mengajar.

C. Klasifikasi dan Cara Pembuatan Tujuan Intruksional

Tujuan pengajaran (Instruksional) dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Tujuan instruksional umum (TIU)

Merupakan tujuan pengajaran yang perubahan perilaku siswa yang belajar

masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur.

Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum  (TIU)

adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum dan

berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional

umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus.

Kegunaan TIU dalam proses belajar mengajar menurut Harjanto (2008)

adalah:

a. Memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta

didik.

b. Memberikan kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari

peserta didik.

c. Memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur

efektifitas pengajaran.

d. Menentukan petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional.

e. Petunjuk bagi peserta didik tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan

dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran.

Page 5: Tujuan instruksional a212

f. Peserta didik akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk

mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.

Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan

umum instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang

diharapkan dan jenis-jenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber

dalam perumusan tujuan insrtruksional umum  (TIU) yaitu harus memperhatikan

hal-hal seperti berikut:

a. Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang

dapat dicapai dalam proses pengajaraan dalam satu waktu tertentu.

b. Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan

yang diatasnya.

c. Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.

d. Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang

tersedia dan fasilitas yang ada.

e. Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku peserta didik.

2. Tujuan instrusional khusus (TIK)

Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan

dalam istilah perubahan tingkah laku khusus, yang mana tingkah laku tersebut

dapat dilihat dan diukur.

Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini,

setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan

titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang

akan dilakukannya, langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan

instruksional. Ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk merumuskan tujuan

instruksional khusus, yaitu:

1) Pertama, usahakan menggunakan kata kata yang menuntut siswa berbuat

sesuatu yang menampakkan hasil belajarnya dan sekaligus menunjukkan jenis

perilaku (behavioral aspect) yang diharapkan, misalnya “siswa akan

Page 6: Tujuan instruksional a212

mengetahui perbedaan antara jenis karya sastra dan sastra puisi”, kurang tepat

karena kata “mengetahui” hanya menunjuk pada kemampuan internal. Lebih

baik kalau siswa akan melakukan sesuatu seperti “ menyebutkan secara

tertulis ciri khas dari jenis karya sastra puisi dan sastra prosa dan memberikan

suatu contoh tentang masing masing karya”. Berdasarkan apa yang ditulis

yang kemudian di baca baru dapat ditentukan apakah siswa mengetahui

perbedaan antara 2 jenis karya itu. Prestasi tertulis ini menampakkan dengan

jelas, apakah hasil yang dituju telah tercapai dan hasil macam apa yang

diperoleh yaitu pengetahuan. Kata “menyebutkan” secara tertulis

menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati

2) Kedua, perlu dijelaskan terhadap hal apa siswa harus melakukan sesuatu (isi).

Ini pun perlu dijelaskan supaya se spesifik mungkin. Misal TIK yang

dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan

nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan

membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut

membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.

3) Ketiga, perlu dijelaskan persyaratan yang berlaku,bila siswa akan melakukan

sesuatu, sesuai dengan tujuan intruksional khusus. Persyaratan itu dapat

menyangkut bentuk hasl belajar seperti secara tertulis atau secara lisan dan

dapat menyangkut informasi yang diberikan.

4) Keempat, perlu ditentukan suatu norma mengenai taraf prestasi minimal yang

diberlakukan. Ini berarti bahwa siswa akan mampu melakukan sesuatu dalam

batas paling sedikit atau paling banyak. Norma yang menentukan taraf

minimal dapat menyangkut lamanya waktu, dapat menyebutkan jumlah atau

jumlah kesalahan yang boelh dibuat dan dapat menyangkut taraf ketelitian

dan keterampilan. Karena tekanan yang diberikan pada prestasi belajar siswa

yang berlangsung nampak dalam perilaku yang dapat di amati, TIK dianggap

sebagai suatu “sasaran tingkah laku nyata”( behavioral objective). Adanya

serangkaian sasaran yang demikian membawa keuntungan sejauh proses

belajar mengajar terarah pada tujuan yang spesifik dan konkret.

Page 7: Tujuan instruksional a212

Untuk melengkapi, menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005)

dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup

unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience,

Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen

perumusan TIK.

a) Audience = A

Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang

dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus

selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa

kelas 6  dan sebagainya.

b) Behavior = B

Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti

pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan

kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari

siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja

operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat,

merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat

larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.

c) Condition = C

Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan

atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan.

Contohnya: “diberikan  sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa

pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita

harus menyediakan data)  atau  “dengan menggunakan rumus ABC, siswa

dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan

tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC.

Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai

tujuan tersebut).

d) Degree = D

Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau

penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat

Page 8: Tujuan instruksional a212

keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu

perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat

menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa

dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu

menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau  “siswa dapat

menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum

menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu

alasan saja).

Masih menurut Harjanto (2008) langkah-langkah dalam merumuskan tujuan

instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional

umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan

instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa

tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.

D. Manfaat Tujuan Instruksional

Dalam pembaharuan system pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru

dituntut untuk mengetahui tujuan pembelajaran dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak

kebutuhan siswa. Oleh karena itu dalam merancang system belajar yang akan dilakukannya,

langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional.

Adapun manfaat tujuan instruksional adalah:

1. Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode)

mangajar, 

2. Siswa mengetahui arah belajarnya, 

3. Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan

sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap)

antar guru, 

4. Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa, 

5. Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker)

mempunyai criteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran,

Page 9: Tujuan instruksional a212

6. Guru dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar,

7. Guru dapat menentukan persyaratan awal instruksional,

8. Guru dapat merancang strategi instruksional,

9. Guru dapat memilih media pembelajaran sesuai dengan tepat guna,

10. Guru dapat menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar,

11. Guru dapat melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

Page 10: Tujuan instruksional a212

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1) Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem

pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang

undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

2) Dasar pembentukan tujuan tujuan intruksional adalah dengan memperhatikan

pengelolaan pendidikan pada taraf organisasi mikro, makro, dan meso serta perlu

mempertimbangkan hubungan hirarki antara tujuan pendidikan sekolah, taraf

organisasi pendidikan sekolah dan taraf pengelolaan pendidikan sekolah.

3) Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU)

dan tujuan instruksional khusus (TIK).

4) Langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah:

(1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang

diharapkan, (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan

instruksional khusus, (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan

kesesuaiannya

5) Manfaat tujuan intruksional adalah Guru mempunyai arah untuk memilih bahan

pelajaran mangajar, Siswa mengetahui arah belajarnya, guru mengetahui batas-batas

tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan

timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar guru, Guru mempunyai

patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa, Guru sebagai

pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker)

mempunyai criteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran,Guru

dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar,Guru dapat menentukan

persyaratan awal instruksional,Guru dapat merancang strategi instruksional,Guru

dapat memilih media pembelajaran sesuai dengan tepat guna,Guru dapat menyusun

instrumen tes sebagai evaluasi belajar, Guru dapat melakukan tindakan perbaikan

pembelajaran.

Page 11: Tujuan instruksional a212

B. SARAN

Sebaiknya setiap guru harus mampu memahami dan menelaah secara sungguh-sungguh

mengenai betapa pentingnya penyusunan tujuan instruksional yang dilakukan sebelum proses

pembelajaran berlangsung, serta seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam rangka

menentukan tujuan yang tepat sasaran sesuai dengan program pembelajaran dan

memperhatikan syarat  dan pokok-pokok yang harus dipahami sehingga proses pengajaran

dapat terarah ketujuan yang ingin dicapai.

Page 12: Tujuan instruksional a212

DAFTAR PUSTAKA

Harjanto. Perencanaan Pengajaran, PT. Asdi Mahasatya, jakarta, 1997

Rochman,N.Psikologi Kepribadian, CV Mutiara, Jakarta, 1979

Winkel, W.S. “Psikologi Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan Ke IX, Tahun 2007

http://harisnst33.blogspot.com/2013/01/tujuan-instruksional-umum-dan-tujuan_7148.html

http://rikaferanita.blogspot.com/2012/05/merumuskan-tujuan-instruksional-khusus.html

Hernawan, Asep. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas

Terbuka.

http://blog.unsri.ac.id/Agung/makalah/perumusan-tujuan pembelajaran/ mrdetail/ 11168 di akses

pada 18 februari 2012