tugass akustik
DESCRIPTION
kelautanTRANSCRIPT
I.PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Suara adalah gelombang mekanik yang merupakan osilasi dari tekanan
ditularkan melalui padat,cair , ataugas, terdiri dari frekuensi dalam kisaran
pendengaran dan daritingkat yang cukup kuatuntuk didengarkan, atau sensasi
dirangsang pada organ pendengaran oleh getaran tersebut Suara atau bunyi adalah
energi gelombang yang berasal dari sumber bunyi,yaitu benda yang bergetar.
Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yangdapat merambat melalui
medium. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal sehingga mempunyai
sifat-sifat dapat dipantulkan(reflection), dapat dibiaskan(refraction), dapat
dilenturkan(difraction), dan dapat dibiaskan(interferention).
Gelombang bunyi yaitu gelombang yang dihasilkan akibat adanya vibrasi
atau getaran dari suatu bunyi, sedangkan bunyi itu adalah rambatan, usikan elastis
dalam medium konibue ( tiga dimensi ) Gelombang bunyi timbul akibat terjadi
perubahan mekanika pada gas, zat cair atau gas yang merambat kedepan dengan
kecepatan. Gelombang bunyi menjalar secara tranversal atau secara longitudinal.
Secara tranversal arahnya tegak lurus dengan arah getaran sedangkan secara
longitudinal arah rambatnya sejajar dengan arah getaran.
Gelombag bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh
benda. Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak,
cara merambat gelombang bunyi mirip merambatnya gelombang dipermukaan air.
Jadi gelombang bunyi merambat ke segala arah, bunyi hanya dapat merambat
melalui medium perantara misalnya udara, air dan kayu. Tanpa medium perantara
gelombang bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak terdengar. Bunyi tidak
dapat terdengar diruang hampa udara ( vakum ), diangkasa luar dan di bulan.
Mamalia merupakan salah satu kelas hewan yang mendiami lautan. Ciri
khas dari kelas mamalia adalah adanya kelenjar mammae yang digunakan untuk
menyusui anaknya. Anggota dari kelas ini yang hidup di lautan diantaranya
adalah paus dan lumba-lumba (cetacea), sapi laut (sirenia), pinnipedia dan
karnivora. Ordo Sirenia (sapi laut) adalah mamalia laut herbivora berukuran besar.
Salah satu spesies dari ordo sapi laut adalah mamalia. Spesies ini hidup di daerah
perairan pantai tropis, tepatnya di padang lamun. Hal tersebut dikarenakan
makanan dari mamalia adalah lebih dari 90% lamun dan sisanya adalah beberapa
jenis algae (seaweed) (Marsh, 1982 in Azkab, 1998). Menurut Anderson dan
Barclay (1995), Mamalia berkomunikasi dengan mengeluarkan suara berupa
decitan halus. Suara tersebut terkait dengan tingkah laku yang dilakukan oleh
mamalia tersebut. Keterkaitan antara karakteristik suara terhadap tingkah laku
mamalia, dapat dijadikan sebagai acuan informasi dalam tindakan-tindakan yang
terkait dengan konservasi mamalia laut tersebut, baik di ekosistem alami maupun
ekosistem buatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mendeskripsikan tingkat Frekuensi dan
karakteristik suara mamalia pada lingkungan laut
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami dan mendeskripsikan tingkat frekuensi dan
karakteristik suara mamalia pada lingkungan laut
II.PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bio Akustik
Bioakustik berasal dari kata bio dan akustika, bio artinya hidup atau hayat
dan akustika berarti kajian getaran dan bunyi. Sedangkan menurut istilah akustika
berarti bagian pisis pendengaran yang tercakup dalam suatu bidang. Bioakustik
adalah suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat yang
sering menimbulkan gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi
atau getaran molekul – molekul dan saling beradu satu sama lain namun demikian
zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang, jadi Bioakustik yaitu ilmu
yang mempelajari tentang proses penerimaan pendengaran yang timbul oleh
mahluk hidup.
2.2 Bio Akustik pada mamalia laut
Lumba-lumba dan sebagian besar paus bergigi lain mengandalkan sistem
sonar yang disebut ‘ekholokasi’ sebagai sensor utama mereka, karena akustik
merupakan sarana yang paling efektif dan efisien untuk berkomunikasi pada
lingkungan perairan Ekholokasi adalah kemampuan binatang untuk
mentransmisikan suara dan mendeteksi pantulan dari suara tersebut setelah
berbenturan dengan suatu objek (Simmonds et al., 2004). Mereka
mentransmisikan sinyal akustik dari nasal cavity pada bagian kepala dan
menerima pantulannya dari rahang bawah. Pantulan tersebut memungkinkan
mereka untuk mengetahui bentuk, ukuran, tekstur, dan jarak dari objek. Hal ini
sangat berguna sebagai alat navigasi, untuk mencari mangsa dan menghindar dari
predator. Suara dengan durasi, panjang gelombang, amplitudo, frekuensi, interval
dan pola suara yang berbeda ditransmisikan untuk tujuan yang berbeda pula.
Suara yang ditransmisikan oleh lumba-lumba dibagi menjadi tiga kategori; (1)
click untuk ekholokasi, (2) burst sering dideskripsikan sebagai lengkingan atau
gonggongan, (3) whistle biasanya digunakan untuk komunikasi (Caldwell dan
Caldwell, 1990).
2..2.1 Penggunaan suara oleh lumba-lumba
Bioakustik adalah ilmu yang mempelajari suara yang diproduksi oleh
binatang. Banyak sekali biota laut yang dapat memproduksi suara, diantaranya
beberapa spesies Crustacea, ikan dan mamalia laut. Akustik merupakan sarana
yang paling efektif dan efisien untuk berkomunikasi pada lingkungan perairan,
karena kecepatan suara di air adalah 1500 m/s atau 4,5 kali lebih cepat daripada
kecepatan suara di udara. Odontoceti hidup di perairan dimana penglihatan bukan
merupakan indera utama, hal ini disebabkan oleh penetrasi cahaya yang tidak
mencapai kedalaman laut dalam. Pada kedalaman 200 meter penetrasi cahaya
hampir hilang sama sekali. Karena itu, mereka mengandalkan suara sebagai
indera utama untuk komunikasi dan untuk mengetahui kondisi lingkungan sekitar.
Beberapa spesies lumba-lumba hidup di perairan dengan visibilitas yang sangat
rendah, seperti sungai dan estuari atau lautan yang kaya akan plankton. Spesies
tersebut sangat mengandalkan suara sebagai indera utama mereka. Bahkan
lumba-lumba yang hidup di Sungai Indus dan Gangga dapat dikatakan buta,
karena lensa mata mereka kurang dapat bekerja. Namun lumba-lumba yang hidup
di sungai tidak membutuhkan penglihatan untuk melakukan navigasi dan mencari
makanan, karena mereka memiliki sistem sonar yang berkembang dengan sangat
baik sehingga mereka dapat bertahan di perairan yang sangat keruh.
Menurut Caldwell dan Caldwell, 1990 suara lumba-lumba dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) click untuk ekholokasi, (2) burst
sering dideskripsikan sebagai lengkingan atau gonggongan, (3) whistle biasanya
digunakan untuk komunikasi. Tabel 1 menunjukkan kisaran frekuensi yang
dihasilkan oleh beberapa spesies cetacea dari Sub-ordo Odontoceti
Tabel 1. Kisaran frekuensi suara pada beberapa Spesies Odontoceti.
Spesies Jenis suara Kisaran
Frekuensi (khz)
Delphinus delphis (Shortbeaked
common dolphin)
Whistles Click 2-18 -0,2-150
Grampus griseus (Risso’s dolphin) Whistles Click 1,9-23,7 65
Physeter macrocephalus (Sperm whale) 0,1-30
Kogia breviceps (Pygmy sperm whale) Click 60-200
Orcinus orca (Killer whale) Whistles Click 1,5-18 0,1-35
Pseudorca crassidens (False killer
whale)
Whistles Click 1,87-18,1 95-130
Globichepala macrorhyncus (Short-
finned pilot whale)
0,5-20
Stenella coeruleoalba (Striped dolphin) 1,1-24
Stenella longirostris (Spinner dolphin) Whistles 1-65
Stenella attenuata (Spotted dolphin) 3,1-21,4
Tursiops truncatus (Bottlenose dolphin) Whistles 0,8-24
0,2-150
Sumber: Simmonds et al. (2004)
2.2.1. Ekholokasi
Ekholokasi adalah kemampuan dari suatu hewan yang dapat menghasilkan
suara berfrekuensi sedang atau tinggi dan menangkap pantulan suara tersebut
setelah mengenai benda tertentu (Simmonds et al., 2004). Dari pantulan tersebut
dapat diketahui bentuk, ukuran, tekstur dan jarak dari objek.
Ekholokasi menghasilkan informasi secara detil dan akurat mengenai
lingkungan sekitar lumba-lumba dan memungkinkan mereka untuk mendeteksi
benda dengan jarak beberapa centimeter sampai puluhan meter. Mereka bahkan
dapat membedakan komposisi benda yang tampak identik (Kamminga dan Van
der Ree, 1976 in Simmonds et al., 2004). Ekholokasi biasanya dihasilkan pada
frekuensi tinggi. Semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan, semakin tinggi pula
resolusi dari click tersebut dan mampu mendeteksi obyek yang sangat kecil.
Frekuensi dari click lebih tinggi daripada frekuensi yang digunakan untuk
komunikasi. Frekuensi dari click dapat mencapai 150 kHz dan merupakan pulsa
wideband yang pendek dengan durasi 40-70 µs dan dapat mencapai jarak 350
meter dalam air. Walaupun kemampuan ekholokasi baru bisa dibuktikan dengan
eksperimen pada beberapa spesies odontoceti, bukti anatomi (keberadaan melon,
nasal sacs, dan struktur tengkorak yang unik) menunjukkan bahwa semua spesies
odontoceti dapat melakukannya seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Hiss reduction Noise reduction
2.2.2. Komunikasi
Komunikasi adalah produksi dari stimulus atau sinyal yang diterima dari
organisme lain sebagai respon. Lumba-lumba berkomunikasi dengan sesama
spesies atau dengan spesies lain dengan berbagai cara, terutama dalam bentuk
sinyal akustik. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh lumba-lumba, antara lain :
1. Komunikasi dengan lawan jenis;
2. Komunikasi dengan sesama jenis;
3. Komunikasi ibu dengan anak atau sebaliknya;
4. Komunikasi grup;
5. Pengenalan individual;
6. Menghindar dari bahaya.
Jenis suara yang biasa digunakan oleh lumba-lumba untuk berkomunikasi
adalah whistle. Frekuensi dari whistle yang digunakan untuk komunikasi
biasanya tidak lebih dari 25 kHz dan dapat mencapai jarak 1-5 kilometer.
Caldwell dan Caldwell (1990) menyebutkan bahwa durasi dari whistle pada
lumba-lumba hidung botol adalah 0,1-3,6 s dengan kisaran frekuensi dari 4-20
kHz.Penelitian yang dilakukan oleh Caldwell dan Caldwell (1990) pada grup
lumba-lumba hidung botol yang hidup dalam penangkaran menghasilkan hipotesis
signature whistle. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa setiap individu lumba-
lumba dari grup tersebut dapat menghasilkan whistle yang memiliki karakter
akustik yang sangat berbeda satu sama lain. Penelitian yang dilakukan oleh
Hartono (2004) pada suara aerial (permukaan) lumba-lumba hidung botol yang
hidup di penangkaran, menyebutkan bahwa pada tipe suara whistle memiliki
frekuensi dominan pada 4565-5168 Hz dengan PSD maksimum pada 17,82-36,06
dB/Hz seperti pada gambar:
Gambar 2.2 Frekuensi suara yang terekam pada alat
2.2.3. Pulsa suara burst
Lumba-lumba memproduksi tipe suara burst hanya pada saat mereka
sedang mengalami tekanan emosi, seperti marah, ketakutan, atau frustasi . Suara
ini dapat diarahkan langsung menuju manusia, lumba-lumba lain atau suatu objek,
seperti yang pernah dilakukan oleh seekor lumba-lumba yang merusak sebuah alat
penelitian ketika mentransmisikan pulsa suara burst secara intensif. Peneliti juga
menyebutkan bahwa tipe suara inilah yang digunakan lumba-lumba untuk
melumpuhkan mangsanya. tipe suara burst pada lumba-lumba hidung botol yang
hidup di penangkaran memiliki frekuensi dominan pada 2498-2842 Hz dengan
PSD maksimum pada 39,24-48,85 dB/Hz.
2.2.4. Produksi suara oleh lumba-lumba
Penelitian lain yang melibatkan dua peneliti dari dua bidang yang berbeda,
yaitu biologi dan fisiologi, menyebutkan bahwa pulsa suara diproduksi pada
monkey lips (Gambar 7), yang terletak 2-3 cm di atas nasal sacs (Diamond, 1994).
Mereka berhasil menciptakan simulasi proses produksi suara lumba-lumba pada
program komputer, yang memperlihatkan pergetaran pada monkey lips ketika
udara melewatinya, ketika monkey lips bersentuhan, pulsa suara terbentuk.
Setelah suara diproduksi, jaringan lemak yang terdapat di dahi (melon) berfungsi
sebagai lensa yang memfokuskan suara menjadi narrow beam yang langsung
diproyeksikan ke air (Goodson, 1990).
Gambar 2.1. Produksi dan penerimaan suara pada lumba-lumba .
Ketika suara menyentuh suatu objek, sebagian energi dari gelombang
suara dipantulkan kembali ke lumba-lumba. Tulang yang terletak di bagian
bawah rahang menerima pantulan tersebut dan jaringan lemak di belakangny
mentransmisikan pantulan tersebut ke telinga tengah kemudian ke otak (Gambar
2.1). Gigi lumba-lumba dan syaraf mandibular yang terhubung dengan tulang
rahang dapat mentransmisikan informasi tambahan ke otak lumba-lumba
(Goodson, 1990). Segera setelah pantulan diterima, lumba-lumba
mentransmisikan sinyal yang baru. Waktu antar click dan pantulannya
memungkinkan mereka untuk mengetahui jarak dengan objek, variasi kekuatan
suara saat suara tersebut diterima di kedua sisi kepala lumba-lumba,
memungkinkan mereka untuk mengetahui arah dari pantulan tersebut. Dengan
mentransmisikan click secara bertutrut-turut dan menerima pantulannya, lumba-
lumba dapat mendeteksi objek dan mengetahui keadaan sekitar.
III.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bioakustik berasal dari kata bio dan akustika, bio artinya hidup atau hayat
dan akustika berarti kajian getaran dan bunyi. Sedangkan menurut istilah akustika
berarti bagian pisis pendengaran yang tercakup dalam suatu bidang suara lumba-
lumba dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) click untuk ekholokasi,
(2) burst sering dideskripsikan sebagai lengkingan atau gonggongan, (3) whistle
biasanya digunakan untuk komunikasi. durasi dari tiap potongan suara berkisar
antara 150 – 1150 ms, dengan jarak antara satu potongan suara dengan potongan
suara selanjutnya berkisar antara 1-53 detik. Kisaran puncak frekuensi pada nilai
FFT adalah antara 2000 Hz - 20000 Hz, dengan kisaran intensitas antara -17 dB
dan -59 dB. Dari puncak frekuensi tersebut diketahui bahwa kisaran panjang
gelombang antara 7,5-75 cm. Lima potongan suara dari asosiasi Spinner dan
Spotted Dolphin memiliki kisaran frekuensi puncak pada 1720 – 3100 Hz dengan
nilai PSD maksimum antara -0,28 dan -7 dB/Hz. File suara asosiasi False Killer
Whale, Short-finned Pilot Whale, dan Spinner Dolphin memiliki kisaran frekuensi
puncak pada 1900 – 3100 Hz dengan nilai PSD maksimum antara -4,5 dan 3,76
dB/Hz. Sementara enam potongan suara pada asosiasi Short-finned Pilot Whale
dan Bottlenose Dolphin memiliki kisaran frekuensi puncak pada 2076 – 3445 Hz
dengan nilai PSD maksimum antara -12,77 dan -4,26 dB/Hz. kkisaran frekuensi
puncak pada 1900 – 3100 Hz dengan nilai PSD maksimum antara -7,6 dan 4
dB/Hz. Seluruh potongan suara memiliki durasi lebih dari 100 ms dan frekuensi
tidak lebih dari 25 kHz.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Destari. 2007. Studi karakter suara beberapa spesies odontoceti di perairan
laut sawu, nusa tenggara Timur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor hal 20-29
Goodson, A.D. 1990. A proposed echolocation receptor for the Bottlenose
Dolphin (Tursiops truncatus): Modelling the receive directivity from tooth
and lower jaw geometry In J. A. Thomas dan R. A. Kastelein (ed.),
Sensory abilities of cetaceans: Laboratory and field evidence. Plenum
Press. New York
Hartono, C. 2004. Studi bioakustik berdasarkan tipe suara Lumba-lumba Hidung
Botol (Tursiops truncatus) di Gelanggang Samudera, PT. Pembangunan
Jaya Ancol. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
Marsh, H., G. B. Rathbun, T. J. O’Shea, dan A. R. Preen. 1994. Can lumba-
lumbaSurvive in Palau. Elsevier Biological Conservation. (72) : 85 – 89
Wirawanto, S. 2002. Studi bioakustik suara stridulatory pada tingkah laku makan
Lumba-lumba (odontoceti). Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
116 (4): 2002
MAKALAH AKUSTIK KELAUTAN
PENGENALAN BIO AKUSTIK UNTUK MAMALIA LAUT
KELOMPOK 4
1. Moh imron Faqih 120341100018
2. Aditya januar putera 120341100036
3. Syafuddin 120341100056
4. Hendra 120341100040
5. Yordan al hasani 120341100048
6. Abd.Rahmad R 120341100054
7. Moh mahrus 120341100066
8. RB moh miftahor 120341100072
9. Tabita melviana P 120341100086
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014