tugas1

7
PEMANFAATAN BIOMASSA (TONGKANG JAGUNG) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI PLTB PULUBALA, GORONTALO Biomassa merupakan salah satu energi alternatif yang potensial dikembangkan mengingat semakin terbatasnya bahan bakar konvensional di masa depan. Saat ini salah satu daerah yang sudah mengembangkan energi biomassa di Indonesia adalah Propinsi Gorontalo. PT PLN telah resmi mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) dengan memanfaatkan tongkang jagung sebagai bahan dasar energi pembangkit generator. Ide awal untuk pembangunan PLTB di Gorontalo ini terkait dengan tantangan yang diberikan oleh Direktur (Operasi Indonesia Timur) PLN, Vickner Sinaga sekitar 2 tahun lalu kepada PLN Gorontalo untuk memikirkan bagaimana caranya untuk bisa menghasilkan listrik dengan melihat potensi lokal yang banyak tersedia di Gorontalo. Seperti yang diketahui, Gorontalo merupakan salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Indonesia. Dengan produksi jagung tinggi, tentu saja tongkang jagung yang merupakan limbah dari produksi ini pun semakin tinggi. Petugas-petugas PLN Gorontalo memanfaatkan tongkang-tongkang jagung yang dihasilkan sebagai bahan dasar dalam PLTB. PLTB Pulubala terletak di kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo. PLTB yang memakai bahan utama tongkang jagung ini pertama kali diresmikan pada tanggal 21 Juli 2014 sebagai PLTB Tongkang Jagung pertama di Indonesia. PLTB Pulubala ini berkapasitas 500 KW. Untuk menghasilkan listrik 1

Upload: eka-tamara-pebriani

Post on 21-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas1

PEMANFAATAN BIOMASSA (TONGKANG JAGUNG) SEBAGAI SUMBER ENERGI

TERBARUKAN DI PLTB PULUBALA, GORONTALO

Biomassa merupakan salah satu energi alternatif yang potensial dikembangkan

mengingat semakin terbatasnya bahan bakar konvensional di masa depan. Saat ini salah satu

daerah yang sudah mengembangkan energi biomassa di Indonesia adalah Propinsi Gorontalo.

PT PLN telah resmi mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) dengan

memanfaatkan tongkang jagung sebagai bahan dasar energi pembangkit generator. Ide awal

untuk pembangunan PLTB di Gorontalo ini terkait dengan tantangan yang diberikan oleh

Direktur (Operasi Indonesia Timur) PLN, Vickner Sinaga sekitar 2 tahun lalu kepada PLN

Gorontalo untuk memikirkan bagaimana caranya untuk bisa menghasilkan listrik dengan melihat

potensi lokal yang banyak tersedia di Gorontalo. Seperti yang diketahui, Gorontalo merupakan

salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Indonesia. Dengan produksi jagung tinggi, tentu

saja tongkang jagung yang merupakan limbah dari produksi ini pun semakin tinggi. Petugas-

petugas PLN Gorontalo memanfaatkan tongkang-tongkang jagung yang dihasilkan sebagai

bahan dasar dalam PLTB.

PLTB Pulubala terletak di kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, Propinsi

Gorontalo. PLTB yang memakai bahan utama tongkang jagung ini pertama kali diresmikan pada

tanggal 21 Juli 2014 sebagai PLTB Tongkang Jagung pertama di Indonesia. PLTB Pulubala ini

berkapasitas 500 KW. Untuk menghasilkan listrik 1 kWh dibutuhkan 1,5 kg bonggol jagung

sehingga kebutuhan untuk mesin 500 KW sebesar 750 kg/jam.

Belum ditemukan proses terperinci mengenai bagaimana pemanfaatan tongkang jagung

sebagai pembangkit listrik tenaga biomassa di Pulubala. Namun, secara umum ada 3 cara

pemanfaatan biomassa sebagai sumber listrik.

1. Biobriket

Biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur.

Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa di

bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan

limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang

digunakan juga tidak terlalu rumit.

Page 2: Tugas1

2. Pirolisa

Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari

150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan

pirolisa sekunder (gambar 2.2). Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan

baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan

gas/uap hasil pirolisa primer.  Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena

panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi

pembakaran.

Gambar 2.1 Bagan proses pirolisa dengan energi pembakaran gas hasil pirolisa

3. Gasifikasi

Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan

selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar (gambar 2.3). Gas

tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan

generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka

program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu

mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan

kehutanan.  Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi

bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit

pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

Page 3: Tugas1

Gambar 2.2 Skema gasifikasi biomassa dan sistem pembangkit daya

Prinsip kerja Biomas adalah: bonggol kayu yang sudah dikeringkan lalu dibakar, gas

hasil pembakaran ditampung, dimurnikan, kemudian diubah menjadi tenaga listrik. Cara kerja

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) dengn skala mini secara umum dilakukan

dengan fermentasi aneka bahan biomassa yang telah memenuhi syarat ( ukuran halus, C/N ratio

~ 30, PH 6,5- 7,5, memiliki perbandingan tertentu kadar kering terhadap air ) dalam digester atas

segala jenis biomassa ( dhi limbah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, gulma air

eceng gondok dan ganggang maupun sampah organik) akan menghasilkan biogas. Pada

dasarnya, tiap 1 ton biomassa akan hasilkan 40 m3 biometan, dengan kapasitas membangkitkan

besaran daya listrik setara dengan 40 KWH. Ketersediaan bahan baku ( biomassa, sampah,

kotoran ternak) menentukan besaran ukuran digester dan generator. Setelah dilewatkan

pemurnian, biogas akan menjadi biometan ( biogas murni dari kandungan pengotor H2S,

Amoniak, sedikit H2O). Biometan, adalah bahan bakar terbarukan, yang menggantikan secara

sempurna BBM dalam menjalankan generator listrik.

Pertumbuhan kebutuhan listrik setiap tahunnya di Gorontalo mencapai 11,36%. Biaya

Pokok Produksi (BPP) listrik di Gorontalo jika menggunakan BBM adalah Rp. 2.900/kWh

sedangkan jika menggunakan PLTB Tongkol Jagung ini, BPP dapat ditekan menjadi Rp.

1.058/kWh.

Beban listrik di Gorontalo pada tahun 2014 mencapai 78 MW untuk melayani 187 ribu

pelanggan, diantaranya 70 ribu pelanggan di seluruh propinsi Gorontalo telah menggunakan

Page 4: Tugas1

layanan listrik prabayar. Saat ini listrik di Gorontalo telah terhubung dalam sistem interkoneksi

150 kV Sulutgo (Sulawesi Utara – Gorontalo). PLTB Pulubala yang masih berkapasitas 500

kilowatt ini tergolong masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan listrik masyarakatnya. Tapi

hal ini tidak menjadi masalah karena dengan adanya PLTB ini dapat menambah pasokan listrik

di wilayah Gorontalo sekaligus memanfaatkan potensi lokal sebagai sumber energi pembangkit

listriknya. Dengan kapasitas yang masih kecil, direncanakan ke depannya akan dibangun PLTB

lainnya yang berkapasitas 500 kW hingga 1 MW untuk membantu mencukupi kebutuhan listrik

masyarakat Gorontalo.

PRO DAN KONTRA ENERGI BIOMASSA SECARA UMUM

Biomassa menghasilkan jumlah karbon dioksida yang hampir sama dengan bahan bakar

fosil. Namun, pada biomassa, tidak beracun bagi tanaman yang menyerap karbon dioksida, guna

menciptakan keseimbangan karbon di udara, tidak seperti polusi bahan bakar fosil yang

berbahaya bagi lingkungan.

Kekurangannya adalah, bahan bakar biomassa lebih mahal untuk menghasilkan listrik

daripada menggunakan gas alam atau batubara. Oleh karena itu, para ilmuwan terus berusaha

mencari cara untuk menyederhanakan prosesnya sehingga energi biomassa lebih terjangkau.

Jika bahan bakar biomassa dapat dibuat lebih murah, maka seluruh dunia akan menuai

keuntungan karena lahan tempat pembuangan sampah menjadi berkurang dan juga menurunnya

efek rumah kaca. Hal ini merupakan sesuatu hal baik yang akan menyebabkan reaksi berantai

yang positif.

Misalnya, dengan mengurangi pembuangan sampah, ada sedikit peluang bagi polutan

untuk bocor ke tanah dan mencemarinya. Udara lebih bersih karena produksi biomassa akan

berada dalam sistem yang terkendali dan dapat dipastikan jumlah residu yang terkandung di

biomassa. Produksi biomassa juga akan menciptakan lapangan kerja tambahan dan

meningkatkan perekonomian di daerah-daerah tempat produksi listrik tersebut.

Intinya adalah bahwa energi biomassa menjadi alternatif yang lebih menarik sebagai

sumber listrik. Dampak terbesarnya ada di negara-negara berkembang serta orang-orang yang

tinggal di daerah terpencil dan tidak memiliki sumber daya gas alam dan batubara, mereka bisa

menikmati pasokan energi yang lebih memadai. Selain itu, dengan adanya produksi biomassa di

Page 5: Tugas1

negara-negara ini, maka akan terbuka lapangan kerja baru dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat setempat.

Dalam waktu dekat, cadangan sumber daya alam seperti batu bara dan gas alam akan

semakin tipis. Ketika hal itu terjadi, energi biomassa akan menjadi salah satu sumber energi

terbarukan yang layak untuk menghasilkan listrik, keperluan transportasi dan energi di rumah.