tugas uts pemasaran sosial
TRANSCRIPT
Madani Education and Training Center (ETC)
“The Enterpreneur Way for a Better Day”
I. Posisi Saat ini
I.1 Kondisi sosial
Jenjang pendidikan di Indonesia sejatinya adalah untuk meningkatkan taraf
hidup setiap warga negara dalam berbagai aspek kehidupannya. Namun,
pola pikir yang terbangun, menjadi terbatas, yaitu hanya untuk memperoleh
pekerjaan yang layak. Layak dalam arti mampu memberikan gaji yang sesuai
untuk memenuhi kebutuhan minimal sehari-hari. Setiap orang tua
berbondong-bondong menyekolahkan anaknya ke lembaga-lembaga
pendidikan terkenal, prestisius, tiada lain tiada bukan adalah agar kelak
dikemudian hari anaknya dapat memperoleh pekerjaan.
Selepas menyelesaikan pendidikan dasar, banyak yang langsung mencari
pekerjaan. Namun, ada juga yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Lagi-lagi
jika ditanya, agar setelah sarjana nanti dapat memperoleh pekerjaan dengan
gaji yang tinggi. Akan tetapi, jika kita melihat kondisi bangsa saat ini,
perbandingan antara para pencari pekerjaan dengan ketersediaan lapangan
pekerjaan sangatlah jauh berbeda.
Pada akhir tahun 2009 yang telah lalu, telah dibuka penerimaan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang dilaksanakan serentak hampir di seluruh
wilayah nusantara, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai
Pulau Rote. Ribuan orang mengantri di kantor pos untuk mengirimkan
lamaran, ribuan orang beramai-ramai mengisi lembaran tes CPNS di masing-
masing daerah. Padahal jika dilihat dari ribuan pendaftar hanya sedikit yang
diterima, lantas sisanya akan kemana?menunggu formasi tahun depankah?
itupun kalau masih akan dibuka kembali oleh pemerintah daerah setempat
atau pemerintah pusat.
1
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
BEKERJA MENGGANGGUR ANGKA KERJA
I.2 Kondisi ekonomi
Target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 adalah 5,5-5,6
persen, untuk meningkatkan satu persen saja harus dapat membuka kurang
lebih 4 ribu lapangan pekerjaan. Sementara saat ini, Indonesia telah
memberlakukan ACFTA yang merupakan kerjasama pemerintah Republik
Indonesia dengan pemerintah China. Dengan diberlakukannya ACFTA,
industri-industri penyokong perekonomian di Indonesia harus bersiap-siap
melakukan efisiensi agar tetap dapat bersaing dengan perusahaan-
perusahaan China yang lebih siap dengan perdagangan bebas. Salah satu
cara untuk melakukan efisiensi adalah dengan mengurangi jumlah pegawai
alias PHK. Berapa ribu lagi yang harus memenuhi daftar pengangguran?
Yang kemarin tidak lolos CPNS saja belum tertampung, ditambah lagi
dengan yang akan di PHK.
JIka melihat data pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,4
persen atau sebanyak 11,1 juta orang (BPS) Setengah pengangguran pada
Februari 2006 sebesar 29,9 juta orang atau 31,4 persen dari jumlah
angkatan kerja sebesar 106,3 juta orang (BPS).Kecenderungan jumlah
penduduk yang meningkat memberikan gambaran bahwa jika ketersediaan
lapangan kerja terbatas, maka jumlah mengangguran akan semakin
meningkat.
Grafik I.1 Grafik perbandingan jumlah penduduk usia kerja Tahun 1980-2005Sumber: BPS
2
Dari sedikit gambaran di atas, masihkah kita berpikir untuk tetap mencari
pekerjaan? bukankah lebih bijak jika kita memikirkan bagaimana kita bekerja,
dan bahkan membuka lapangan pekerjaan baru? Oleh karena itu, perlu
kiranya penulis secara pribadi memikirkan bagaimana kita dapat menjadi
seorang entrepreneur, merubah paradigma masyarakat terutama para
pemuda sebagai subjek pembangunan dan aset masa depan untuk lebih
berfokus menjadi entrepreneur daripada berfokus kepada mencari pekerjaan.
Hal ini terutama bila ditinjau dari komposisi jumlah pemuda di Indonesia yang
berjumlah kurang lebih 81 juta jiwa pada tahun 2005 dan diprediksi akan
bertambah sekitar 6 juta jiwa pada tahun 2015, yang berarti pada saat itu
jumlah permuda di Indonesia menjadi 87 juta jiwa
I.3 Kondisi politik
Pemerintah saat ini, berada pada stabilitas politik yang cukup baik. Baik
dalam artian, gejolak yang ada tidak mempengaruhi stabilitas ekonomi dan
sektor lainnya. Bargaining position antara masyarakat dan pemerintah cukup
baik, sehingga pemerintah saat ini tidak sewengan-wenang dalam membuat
perencanaan dan program. Masayarakat lebih diberi keleluasaan untuk
menentukan program yang dirasa tepat untuk mereka. Hal ini dapat dilihat
melalui penerapan kebijakan otonomi daerah, program PNPM, dsb.
Pemerintah sebagai pemegang otoritas pengelola negara telah menyusun
RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional). Kebijakan
dalam RPJMN banyak yang berfokus kepada peningkatan ekonomi yang
memiliki core entrepreneurship. Dengan kondisi pengangguran yang cukup
tinggi, pemerintah menargetkan 2000 wirausahawan baru muncul pada
tahun 2010 ini.
Selain itu juga pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan agar
merealisasikan corporate sosial responsibility (CSR) bagi kesejahteraan
masyarakat. Dana CSR ini dapat diserap masyarakat untuk meningkatkan
Usaha Kecil Menengah yang memang menjadi salah satu prioritas
pengembangan pemerintah.
3
Bagi daerah-daerah yang masih belum mapan secara pendanaan, meraka
dapat memanfaatkan Dana Alokasi Khusus dan mencantumkan
pengembangan kewirausahaan sebagai salah satu pos anggarannya. Selain
itu juga Dana Alokasi Umum pun dapat dimanfaatkan, karena memang ada
alokasi untuk peningkatan kewirausahaan.
I.4 Pengembangan Potensi Mesjid
Peningkatan ekonomi saat ini juga telah merambah kepada sektor agama
yang dahulu pernah jaya dimasa lahirnya Sarekat Dagang Islam. Hal ini
ditunjukkan dengan telah diluncurkannya Koperasi Masjid oleh DMI (Dewan
Masjid Indonesia). Meski dari sisi sosialisasi masih sangat kurang, namun
koperasi masjid dapat diberdayakan untuk mengembangkan kewirausahaan
dan kesejahteraan masyarakat.
Mesjid merupakan tempat peribadatan umat muslim, di Indonesia kita dapat
temukan hampir diseluruh pelosok daerah, dari kota hingga tingkat RT/RW di
desa. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125
ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara
keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah
masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data
tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan
mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah. ( sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia). Jika potensi ini dioptimalkan
pengelolaanya dengan baik, maka akan dapat mengentas berbagai
permasalahan dari akar rumput, terutama adalah masalah ekonomi.
Paradigma yang kurang tepat sebagai akar dari masalah sosial seperti
penggangguran, menemukan benang merah dengan potensi masjid dan
program-program pemerintah yang ada saat ini. Oleh karena itu perlu ada
sebuah gerakan sosial terintegrasi lintas lembaga, bidang, dan sektor, untuk
mendorong terciptanya kondisi lebih baik. Oleh karena itu penulis
memandang perlu adanya rencana pemasaran sosial ini.
4
Berikut penulis menyajikan analisis SWOT
Tabel I.1 Analisis SWOT Program Pemasaran
Strenght ( S ) Weaknesess ( W )
1. Sumber Daya Manusia
yang kompeten dalam
Bidang Manajemen
Bisnis
2. Menguasai Manajemen
pemasaran
1. Nama organisasi belum
dikenal untuk khalayak
2. Biaya pelatihan Relatif
Mahal
Opportunities ( O) SO Strategies WO Strategies
1. Meningkatkan kulitas
pemateri
2. Mengembangkan
sumber daya
manusia
3. Menambah jaringan
dan partnership
4. meningkatkan kulitas
layanan training
Oreientsi dalam
pengembangan
sumber daya
manusai, baik
pemateri, system,
metode dan materi
yang mutakhir dapat
membangun dan
meningkatkan
jumlah peserta dan
produk pendidikan
dan pelatihan
1. Mengingkatkan
kepuasan layanan
kepada pelanggan atau
peserta
2. Menambah mitra Kerja/
partnership
3. Merevaluasi materi
pelatiahan sepekan
sekali dalam kurun
waktu sebulan
Threats ( T ) ST Strategies WT Strategies
1. Pesaing yang sejenis
2. Layanan Pesaing
yang berpengalaman
3. Harga yang relatif
bersaing dan rendah
1. Membangun pilot
project (pangsa pasar
percontohan) mulai
dari tingkat kampus ,
kota dan wilayah
2. Memperluas jaringan
sampai ketingkat
1. Memfokuskan pada
kulitas layanan,
pemateri, materi dan
metode penyampaian
2. Memperbaiki kulitas
pengembangan sumber
daya Internal dalam
5
daerah, memanfaatkan
organisasi masjid
merespon kebutuhan
peserta dan
masyarakat
Analisis SWOT ini akan digunakan sebagai dasar kebijakan untuk
menentukan strategi program. Selain itu juga inti dari SWOT ini adalah untuk
memberikan gambaran internal dan eksternal. Gambaran internal sebagai
potensi untuk dikembangkan, diperbaiki, ataupun tidak menutup
kemungkinan untuk direduksi. Sedangkan gambaran eksternal merupakan
potensi sinergi dan optimalisasi program. Meskipun tidak dinafikan akan
adanya kompetisi yang akan menghambat keberjalanan program.
II. Tujuan, Sasaran, dan Target Program
II.1 Tujuan
Tujuan utama dari program ini adalah merubah paradigma masyarakat
terutama pemuda. Program ini lebih kepada pengembangan skill dan
knowledge, sehingga diharapkan akan berbuah action berupa perilaku yang
dilandasai sikap entrepreneurship. Secara rinci tujuan dari program yang
akan dilakukan adalah,
1. Mengubah paradigma job seeker menjadi to be entrepreneur
2. Memberikan pemahaman tentang urgensi wirausaha
(entrepreneurship)
3. Menggugah para pemuda Indonesia dalam bidang wirausaha guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Memberikan pembekalan menjadi wirausaha yang sukses
6
5. Memberikan pemahaman wirausaha dalam Islam, sehingga mampu
menjadi pribadi-pribadi wirausaha muslim yang memiliki keislaman
yang baik.
6. Memberikan gambaran mengenai road map atau langkah-langkah
bagaimana membuat atau memulai usaha, termasuk legal formalnya
(membuat bussines plan)
7. Memberikan kesempatan untuk memulai usaha/ bisnis melalui
bussines plan competition
II.2 Sasaran
Adapun sasaran dari program ini adalah para pemuda atau remaja yang aktif
sebagai penggerak kegiatan masjid.di seluruh Indonesia. Sebagai pilot
project, kami mencoba mengembangkan program road to campus. Program
akan dimulai dari kampus Universitas Pendidikan Indonesia yang telah
memiliki program pengembangan kewirausahaan mahasiswa, meski hanya
berupa pemberian bantuan modal usaha saja. Program ini akan di mix-kan
dengan program yang sudah ada tersebut, sebagai program pembinaan bagi
pengusaha pemula.
II.3 Target
100 pemuda dan remaja mesjid memiliki visi entrepreneurship
Pemerintah, baik pusat maupun daerah dan shareholder lainnya (non
pemerintah) menandatangi MoU partnership program sebagai bukti konkret
komitmen bersama.
III. Analisis Khalayak Sasaran
III.1 Kondisi sasaran
7
Mesjid pada awal berdirinya merupakan center of muslim’s activities.
Rasulullah saw sebelum membuka suatu daerah, sebelum mendirikan
sebuah Negara, didahului dengan membangun mesjid. Mesjid dahulu, pada
masa Rasulullah saw, merupakan pusat pendidikan, pusat kebudayaan,
pusat politik, dan pusat kajian pertumbuhan ekonomi, melalui mesjid
terbentuklah para pemimpin, entrepreneur, politisi, guru, dan profesi prestatif
lainnya.
Namun, kondisi masjid saat ini, pada umumnya hanya sebatas pusat ritual
keagamaan masyarakat muslim saja. Penyelenggaraan pendidikan menjadi
terbatas kepada pengajian rutin ibu-ibu, lebih parah lagi asosiasi masjid
sudah tidak lagi sebagai pusat pendidikan Islam, ada guyonan, saat sakit
perut ingin buang hajat, maka yang pertama kali diingat adalah masjid. Meski
tidak salah apabila memiliki pandangan, pemikiran, dan paradigma sempit
seperti itu, tetapi alangkah lebih baik jika kita membangkitkan potensi
terpendam masjid sebagai the center of muslim’s activities, sebagai pusat
pencetak sumber daya manusia yang handal, professional, kontributif, dan
berwawasan global.
Para penggerak masjid, terutama para remaja yang tergabung dalam Ikatan
Remaja Masjid (IRMAS) atau apapun namanya, merupakan potensi
terpendam yang masih harus diberdayakan serta ditingkatkan partisipasinya
dalam pembangunan. Para aktivis masjid ini tersebar hampir diseluruh
pelosok nusantara, termasuk di kampus-kampus, yang mungkin dengan
nama lain seperti DKM (Dewan Kemakmuran Masjid), atau Unit kegiatan
Dakwah mahasiswa.
Pada pundak merekalah masa depan bangsa, Negara, dan agama dititipkan.
Pada diri mereka pula, masih dan sedang dalam performa terbaiknya,
potensi idealisme dan semangat pembaharuan yang begitu dahsyat terpatri
kuat dalam jiwanya. Taufik Abdullah mengungkapkan beberapa potensi yang
ada pada diri pemuda yaitu diantaranya:
a. Kemurnian idealismenya
8
b. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Spontanitas dan pengabdiannya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada
III.2 Kondisi kompetitor
Program pengembangan kewirausahaan telah banyak dilakukan, terutama
oleh lembaga-lembaga training yang sudah mapan. Selain itu juga
perusahaan-perusahaan perbankan nasional giat sekali mengadakan
seminar mengenai kewirausahaan ini. Sehingga perlu ada market place atau
positioning program yaitu focus kepada merubah paradigm. Selain itu juga,
strategi partnership akan diterapkan untuk mengubah persaingan yang ada
menjadi sinergi. Aspek geografis juga turut menjadi perhatian, yaitu daerah
yang memang belum tersentuh oleh program-program lain yang serupa.
Hambatan terpampang nyata didepan mata dari pengembangan atau
pemberdayaan pemuda ini. Gejala westernisasi, budaya barat yang tidak
karuan, belum lagi wabah penggunaan narkoba, free sex, dan bentuk
hambatan lainnya yang menggerogoti para pemuda saat ini. Media –media
hiburan di layar kaca, majalah, internet menyajikan virus hedonisme yang
destruktif. Kecenderungan degradasi moral semakin kentara, terbukti dengan
banyaknya kasus yang terungkap seperti penyalahgunaan obat terlarang,
free sex, perkelahian antar pelajar, dsb. Hal ini merupakan kompetitor nyata
yang dapat menghambat penyelenggaran program. Sehingga perlu ada
penyikapan dan penyesuaian program agar dapat diterima dengan baik.
9
IV. Strategi Pelaksanaan Program
Program ini akan dikemas melalui berbagai metode dan media, diantaranya
adalah:
Melaksanakan training and workshop entrepreneurship (Topsip)
dengan tema To Be Young Entrepreneurs Moslem, Menjadi
Entrepreneurs Muslim yang Mandiri, Kreatif, Inovatif dan
Revolusioner.
Menyelenggarakan Business Plan Competition (Blancon).
Menyerahkan penganugerahan Top Ten Young Entrepreneurs
Moslem tingkat Nasional kepada 10 pengusaha muda muslim.
Membuat iklan layanan masyarakat mari berwirausaha dengan judul
“Hari gini masih cari kerja? Okelah kalau wirausaha!”.
Melakukan kerja sama (partnership) dengan Pemerintah Daerah,
Dinas KUKM, Dinas Koperasi, Departemen Agama, Departemen
Pendidikan Nasional, Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Perusahaan-perusahaan
besar (membidik Corporate Social Responsibility).
Melakukan kerja sama dengan lembaga pengembangan, pendidikan
dan pelatihan yang memiliki core pengembangan kewirausahaan.
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan BKPRMI (Badan
Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia dan DMI (Dewan
Masjid Indonesia).
Mendorong penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding)
sebagai bentuk komitmen antara pihak-pihak yang terlibat dalam
10
partnership program baik lembaga pemerintah maupun non
pemerintah.
Melakukan Market Inteligent. Market intenligent ini termasuk dalam
rangka pengumpulan informasi pemasaran. Pada market interligenti
ini dibantu dengan marketing research untuk senantiasa melakukan
monitoring dan evaluasi ketepan sasaran program.
V. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi program penting dilaksanakan untuk melihat
pencapaian yang telah dilakukan selama program ini berlangsung. Termasuk
didalamnya adalah pencatatan penerima manfaat program dan hasil yang
dicapai setelah pelaksanaan program. Tahap ini juga mengharuskan untuk
melakukan pendampingan kepada pemuda/remaja binaan tersebut untuk
melihat hasil dari program yang diberikan. Monitoring dan evaluasi yang
dilakukan, dibantu dengan beberapa instrumen yaitu:
1. Menggunakan Instrumen indikator pencapaian program
2. Metode Observasi Langsung
3. Wawancara dengan peserta program
Metode atau proses monitoring dan evaluasi program ini bersifat fleksibel
dan harus melalui judgement dari para ahli.
VI. Marketing action plan
Strategi pemasaran ini akan dilakukan dalam beberapa tahap atau
periodisasi. Tahapan-tahapan tersebut yaitu:
1. Tahap pembentukan
11
Wilayah pemasaran melalui program ini, diharapkan dapat
memberikan feed back berupa pembentukan identitas awal yang baik.
Oleh karena itu pada tahap ini akan menggunakan strategi pilot
project programe. Yaitu pelaksanaan program pada wilayah kampus.
Pada tahap ini harus dicapai lingkaran pencapaian yang akan
semakin meluas. Lingkaran pertama adalah para aktivis masjid se-
Jawa Barat yang akan dimulai dari kampus Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung. Kemudian meluas, berekspansi se-pulau jawa.
Lingkaran puncak adalah wilayah se-Indonesia.
2. Tahap pengenalan
Setelah kuat secara identitas dan memiliki track record yang baik.
Ekspansi program akan dilakukan ke tingkat masyarakat umum,
akademisi, dan professional atau perusahaan. Pada tahap ini lebih
mengembangkan partnership dengan seluruh shareholder yang telah
ada sesuai dengna strategi yang telah disusun.
3. Tahap pengembangan
Pada proses pengembangan ini, sejalan dengan partnership yang
telah terbangun. Maka, program akan lebih mendorong peningkatan
kapasitas partner kerja, seperti organisasi-organisasi remaja mesjid
dan dewan kemakmuran mesjid untuk melakukan adopsi program.
Dengan membawa virus entrepreneur ini diharapkan adanya proses
pengembangan dan inovasi social marketing yang lebih efektif dan
efisien disesuaikan dengan situasi, kondisi, pandangan, dan
jangkauan masing masing daerah.
Berikut ini adalah time line dari pelaksanaan dari ketiga tahapan tersebut:
No. Tahapan Periode / waktu (Tahun)
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
12
1. Tahap pembentukan
2. Tahap pengenalan
3. Tahap pengembangan
Dalam lima tahun diharapkan mampu mencapai target minimal 100
wirausaha muslim muda yang sudah berjalan. Dan 10 diantaranya menjadi
yang tersukses. Selain itu juga telah terjadi sinergisasi program, paradigma
mengenai arti pentingnya entrepreneurship ini di kalangan masyarakat.
Sinergirsasi ini lebih kepada kepedulian pemerintah dan nonpemerintah yang
memiliki kekuatan financial untuk mengembangkan masyarakat terutama
pemuda yang memiliki basis mesjid. Bertepuk sebelah tangah jika hanya ada
kepedulian atau dorongan, harapan besar pula adanya sambutan yang
antusias dari para pemuda aktivis mesjid. Kedepannya diharapkan para
pemuda yang visioner ini akan menjadi pioneer atau pelopor dalam
mengembangakan lingkungannya.
Referensi
Alma, Buchari. 2009. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Abdullah, Taufik. 1974. Pemuda dan Perubahan Sosial. LP3S Jakarta.
BAPPENAS. 2010. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor
5 tahun 2010 tentang Rencana pembangunan jangkan menengah nasional
(RPJMN) 2010. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Tersedia : http://bappenas.go.id/get-file-server/node/8939/
13
_.2006.Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga. Tersedia: www.kemenegpora.go.id
14