tugas ujian filsafat ilmu pengetahuan

Upload: irfan-hardi

Post on 09-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Filsafat ilmu pengetahuan

TRANSCRIPT

TUGAS UJIAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUANNAMA: IRFAN MEISON HARDINPM: 1406666315PROG. STUDI: ANESTESIOLOGI1. Mengapa anamnesis merupakan proses yang penting secara ontologik dalam hubungan dokter pasien?Ontologi adalah reori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Secara sederhana, ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Anamnesis merupakan suatu proses untuk mendapatkan riwayat penyakit seorang pasien. Anamnesis antara dokter dan pasien merupakan proses komunikasi yang efektif yang dapat menghasilkan 80% dari diagnosis. Dalam hal pandang ontologik, diagnosis merupakan hal yang nyata / realitas yang diderita pasien. Proses komunikasi yang terjalin antara dokter dan pasien untuk mendapatkan / menggambarkan diagnosis baik itu diagnosis sementara ataupun diagnosis pasti, tentulah sangat penting meningnat dalam hal dokter dan orang sakit, hal nyata yang merupakan realitas adalah diagnosis atau penyakit yang diderita pasien tersebut. Proses anamnesis juga bermaksud agar terjalin kepercayaan antara dokter dan pasien agar sang pasien dapat dengan gamblang menceritakan semua keluhan tanpa ada yang ditutup tutupi.

2. Kisahkan sumbangsih aplikasi filsafat ilmu kedokteran terhadap pembelajaran humaniora kesehatan.Filsafat ilmu kedokteran bersifat luas, di atas batas logika ilmu alam yang mendasari ilmu kedokteran. Filsafat berusaha mencari kebenaran mengenai nilai, realitas, benar atau salah, dan menekankan sifat manusia yang berbeda-beda, sehingga pengalaman yang dialaminya lebih abstrak dari yang dapat ditangkap logika. Dengan pemahaman ini, filsafat menjadi dasar berkembangnya humaniora kesehatan, seperti etika kedokteran dan medikolegal. Kedua bidang tersebut berupaya memperluas kedokteran menjadi bidang yang lebih manusiawi, yang memperhatikan kebutuhan pasien, bahkan juga kebutuhan dokter dan komunitas. Filsafat ilmu kedokteran mengembangkan kedokteran ke arah yang lebih adil, serta bergerak memperjelas benar dan salah, yang menjadi dasar medikolegal.

Sebagai contoh, eutanasia merupakan tindakan yang memicu perdebatan di bidang kedokteran. Pihak yang pro berargumen mengenai autonomi dan tindakan manusiawi mengangkat nyeri dan penderitaan. Namun di sisi lain, ada hal yang secara intrinsik salah mengenai membunuh, di samping hal ini juga melanggar sumpah dokter. Dari segi ontologi, keputusan melakukan eutanasia juga dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial dan psikologis. Dengan demikian, apakah autonomi di konteks ini dapat dianggap reliable? Apakah Sumpah Dokter masih relevan, mengingat wacana mengenai penderitaan pada penyakit terminal, yang tidak manusia, belum tercakup di narasi tersebut? Apakah keinginan pasien untuk meninggal layak untuk dijalankan? Filsafat ilmu kedokteran menjadi dasar ilmu humaniora yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

3. Kenapa pasien mampu dan terpelajar lebih sering berobat ke luar negeri, ditinjau dari filsafat kedokteran?Orang yang mampu dan terpelajar, umumnya memiliki pandangan yang lebih luas mengenai konsep pengobatan dan penyembuhan. Tidak hanya hasil pengobatan yang diperhatikan, namun juga proses untuk mendapatkan kesembuhan juga menjadi pandangan kalangan ini jika dibandingkan dengan golongan yang tidak terpelajar atau golongan dengan sosioekonomi rendah. Faktor kepuasan pelayanan, response time dan komunikasi selama proses pengobatan menjadi perhatian khusus untuk golongan yang terpelajar dan mampu. Hal inilah yang masih perlu diperbaiki di indonesia. Umumnya di luar negeri, semua personil medis memiliki integritas dan komunikasi yang baik kepada pasien tanpa membedakan golongan. Hal inilah yang membuat golongan mampu dan terpelajar lebih memilih untuk berobat ke luar negeri dibandingkan dengan berobat di Indonesia karena mereka merasa lebih puas berkomunikasi dengan personil medis tentang proses pengobatan dan hasil yang akan diharapkan dari pengobatan tersebut. Padahal secara harfiah, mutu pengobatan, ahli penyakit dan fasilitas di Indonesia tidak berbeda jauh dengan luar negeri, namun kita masih kurang dalam hal komunikasi. Semoga hal ini dapat lebih baik kedepannya.

4. Resume kuliah humaniora dan aplikasi ilmu filsafatFilsafat dalam ilmu kedokteran berupaya untuk menjawab pertanyaan mengenai kebenaran, realitas, sifat-sifatnya, dan kaitannya dengan sifat manusia sebagai subyek dan pelaku di bidang ilmu kedokteran. Nilai-nilai yang dianut setiap manusia berbeda, dan ini menambah kompleksitas sifat ilmu kedokteran.

Ilmu kedokteran bukanlah murni ilmu eksakta yang bergantung pada logika, Sebagai contoh, pemberian obat A, belum tentu akan membuahkan hasil yang sama ke pasien B, C, dan D. Hasil terapi bisa berbeda-beda walaupun ketiga pasien ini memiliki karakteristik biologis yang sama. Nilai yang dipegang pasien, nilai yang dipegang dokter, dan hubungan interpersonal antara keduanya mempengaruhi judgement, compliance terhadap pengobatan, kepercayaan antara keduanya, dan akhirnya outcome pengobatan. Oleh sebab itu, ilmu kedokteran juga membutuhkan pemahaman di luar ilmu pasti alam, untuk berupaya menjawab kebutuhan manusia sebagai makhluk yang rumit dengan segala kebutuhan sosialnya. Filsafat merupakan jembatan menuju aplikasi ilmu kedokteran yang lebih komprehensif.

Bidang kedokteran melibatkan penyedia kesehatan, konsumen, produk, dan lingkungannya dan suatu hubungan yang saling terkait. Pemberian suatu produk kesehatan dipengaruhi oleh nilai dan konsep pemahaman mengenai realitas keadaan sehat/sakit, baik bagi dokter maupun bagi pasien. Tentunya untuk mengetahui hal ini, penyedia kesehatan harus menanyakan ke konsumennya, tanpa asumsi. Lingkungan juga dapat mempengaruhi realitas bagi dokter dan pasien, selain mempengaruhi nilai yang dipegangnya. Dengan demikian, manusia merupakan makhluk yang kompleks, yang tidak hanya dipengaruhi realitas biologisnya, tetapi juga dipengaruhi oleh hal-hal di atas itu, hal-hal metafisika, yang sulit diukur namun ada, dan senantiasa menjadi kontributor pengambilan keputusan dan penentuan nilai manusia. Pendekatan mengenai nilai dan pemahaman dijelaskan dengan aksiologi.

Ontologi, pendekatan ilmu filsafat yang mempelajari keadaan, mempengaruhi produk kesehatan dan konsumennya. Apakah produk tersebut tepat baginya? Ataukah produk tersebut sebenarnya tidak terlalu tepat, tetapi tepat di dalam pikirannya? Begitu pula sebaliknya. Lebih jauh lagi, pendekatan ini dapat diukur melalui pendekatan epistemologi.

Dalam pelayanan kesehatan, manusia berperan sebagai sosok individual, dan sebagai pemain dalam suatu kelompok sosial. Di bidang ini, terdapat hubungan antara pasien dengan penyedia kesehatan, dan juga dengan pihak lain yang terkait, misalnya dengan pihak asuransi. Dengan demikian, pemahaman ilmu eksakta saja tidak cukup, dan diperlukan pemahaman yang lebih luas dan transenden.

Filsafat di ilmu kedokteran merupakan area yang banyak bermain di hubungan antara penyedia kesehatan, biasanya dokter, dan pasiennya. Baik dokter dan pasien memiliki realitanya masing-masing, pemahamannya masing-masing, nilai yang dianut masing-masing. Sifat penyakit yang dinamis dan berbeda-beda di tiap pasien menekankan pentingnya personalized medicine, bukan hanya dari segi pemilihan obat, tetapi juga dari segi pendekatan ke pasien. Mungkin contoh yang paling baik untuk menggambarkan ini adalah di bidang psikiatri. Penyakit dan usaha eradikasinya sangat kontekstual, kebutuhan tiap pasien berbeda, sehingga ketika seorang dokter berusaha menegakkan suatu keputusan klinis, maka sebenarnya yang dilakukannya adalah membuat keputusan yang sebaik-baiknya, terlepas dari ketidakpastian yang selalu ada.

Sebagai kesimpulan, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang luas dan kompleks. Ilmu ini berdiri pada ilmu dasar biomedik yang pasti dan dapat ditegakkan kebenarannya melalui penelitian, yang kemudian berkembang lebih luas menjadi kedokteran klinis dan kedokteran komunitas, yang keduanya dipengaruhi oleh humaniora, seperti bioetika dan medikolegal. Dengan demikian, benar-salah di ilmu kedokteran bersifat konteksual, dinamis, dan dapat berubah-ubah. Pada akhirnya, pengobatan seorang pasien bersifat sangat individual. Keberhasilan pengobatan tidak hanya bergantung pada logika ilmu dasar, tetapi juga pada pemahaman ilmu sosial yang senantiasa mempengaruhi hidup manusia.