tugas ttl proposal

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timah merupakan salah satu bahan galian terbesar yang dimiliki tanah air Indonesia yang tidak dapat diperbaharui keberadaaannya, khususnya di Pulau Bangka, Propinsi Bangka-Belitung. Industri pertambangan timah Indonesia hingga saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia. Belakangan ini harga timah di pasaran dunia mengalami fluktuasi dan cenderung naik, sehingga menjadikan timah merupakan barang jenis logam yang dicari keberadaannya. Sehingga negara-negara penghasil timah berusaha untuk menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan kebutuhannya.

Upload: riki-rinaldo

Post on 12-Feb-2016

90 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

teknik tenaga listrik

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Timah merupakan salah satu bahan galian terbesar yang dimiliki tanah air

Indonesia yang tidak dapat diperbaharui keberadaaannya, khususnya di Pulau

Bangka, Propinsi Bangka-Belitung. Industri pertambangan timah Indonesia

hingga saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan

menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia.

Belakangan ini harga timah di pasaran dunia mengalami fluktuasi dan

cenderung naik, sehingga menjadikan timah merupakan barang jenis logam yang

dicari keberadaannya. Sehingga negara-negara penghasil timah berusaha untuk

menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan kebutuhannya.

Di Indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka

dan Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau. Sedangkan

perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan di daerah tersebut

adalah PT. Timah ( Persero ) Tbk.

Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak

sederhana, mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan

kegiatan pasca penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Timah

( Persero ) Tbk telah menitikberatkan operasi penambangan pada cadangan

timah alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan kapal keruk dan kapal

2

isap pertambangan ( KepMen. PE No. 555 K/26/1995 ), atau lebih dikenal

sebagai kapal isap produksi ( KIP ). Metode penambangan dengan menggunakan

kapal keruk telah ada sejak zaman Pemerintahan Belanda melakukan

penambangan timah di Kepulauan Bangka-Belitung, sedangkan kapal isap

produksi merupakan metode yang baru karena baru diaplikasikan oleh PT.

Timah sekitar tahun 2005. Kapal isap produksi ini direncanakan akan mengganti

tempat kapal keruk yang telah puluhan tahun merupakan bagian dari

penambangan timah lepas pantai.

Kapal isap produksi seperti halnya kapal keruk dapat dikatakan seperti

pabrik terapung karena selain alat penggalian umumnya dilengkapi dengan

mesin-mesin unit pencucian. Dengan memperhatikan besarnya perananan kapal

isap produksi di sektor industri pertambangan timah dewasa ini, maka

perencanaan, kerja dan evaluasi pada kapal isap produksi perlu dilaksanakan

dengan baik dan terukur. Untuk itu, diperlukan optimalisasi proses penggalian

timah lepas pantai menggunakan kapal isap produksi timah 1.

B. Identifikasi Masalah

Dalam pelaksanaan penelitian studi kasus identifikasi masalah bertujuan

untuk mempermudah dalam penyelesain masalah yang akan dibahas, sehinggga

pada tahap penyelesain masalah tersebut dapat terurut dengan baik, dalam studi

kasus ini masalahnya dapat dikelompokkan :

3

1. Perlunya penganalisaan terhadap kinerja dan efisiensi penambangan yang

dipakai, sehingga sistem penambangan dapat lebih optimal.

2. Belum diketahui efektifitas penambangan timah menggunakan kapal isap

produksi dari segi teknis.

3. Perlu adanya sinkronisasi yang sesuai terhadap metode penambangan timah

menggunakan kapal isap produksi.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian studi kasus ini Penulis hanya mengkaji mengenai

optimalisasi penggalian timah lepas pantai menggunakan Kapal Isap Produksi

Timah 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut : Bagaimana ”Mengoptimalkan kinerja proses Penggalian timah

lepas pantai menggunakan Kapal Isap Produksi Timah 1, agar dapat efektif dan

efisien dalam rangka memenuhi target yang telah ditentukan ?

4

E. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisa

optimalisasi penambangan lapisan timah dengan metode penggalian

menggunakan kapal isap produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang harus diperbaiki dalam penggalian lapisan timah menggunakan kapal isap

produksi yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

kegiatan penggalian lapisan timah selanjutnya.

F. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan kajian dan evaluasi terhadap pengalian oleh kapal isap,

diharapkan dapat manfaat baik bagi perusahaan dan bagi penulis sendiri. Adapun

manfaat yang diharapkan adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam pengalian,

yaitu dengan cara melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai saat ini.

2. Mengevaluasi kinerja dari peralatan kapal isap, yang secara langsung maupun

tidak langsung berkaitan dengan proses pengalian.

3. Memberi informasi dan saran terhadap masalah yang sedang terjadi, agar dapat

mencapai sasaran penggalian atau pemindahan tanah yang efektif.

4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis terutama pada proses

penggalian timah lepas pantai menggunakan kapal isap produksi timah 1.

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Kapal isap produksi adalah suatu alat gali atau pemindahan tanah yang

dipergunakan untuk menggali lapisan tanah bawah laut, dimana peralatan

mekanis dan pengolahan materialnya bertumpu pada sebuah ponton.

Selanjutnya material hasil penggalian tersebut dipindahkan ke bagian

pengolahan sementara, yaitu: instalasi pencucian. Bagian pengolahan

sementara ini berfungsi sebagai media pemisah antara material endapan bijih

timah ( Sn ) dengan material pengotor lainnya. Material endapan bijih timah

( Sn ) hasil pencucian ditampung di dalam kampil bijih ( karung tempat bijih

timah ), sedangkan material pengotornya langsung terpisah dan dibuang ke

dalam laut.

Gambar 1. KIP TIMAH 1

15,5 m

66,0 m

30,5 m

6

1. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi

Secara garis besar bagian utama pada Kapal Isap Produksi adalah

sebagai berikut :

a. Alat Apung ( Ponton )

Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau

kompartemen yang membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung

berdiameter 1,8 meter. Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk

menyimpan HSD ( bahan bakar solar ) dan air tawar. Lebih jelas dapat di lihat

pada gambar 2.

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 2. PONTON TAMPAK ATAS

7

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 3. SKEMA KIP

b. Permesinan

Mesin KIP terdiri dari 6 buah mesin ( gambar 3.3 ) yaitu:

1) Mesin 1, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk menggerakan pompa hidrolik

penggerak saringan putar, penggerak pulsator jig primer dan clean

up, pemutar impeller pompa onderwater, serta sumber tenaga listrik

Kapal Isap ( idealnya 350 Hp ).

8

2) Mesin 2, ( 300 HP-1800 rpm ) untuk memutar impeller pompa isap

tanah. Untuk ladder yang lebih panjang dapat ditambahkan turbo

charger untuk menambah daya isap pompa.

3) Mesin 3, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk menggerakkan pompa hidrolik

proveller swing kiri dan kanan, cutter, kawat ladder serta jangkar kiri

dan kanan.

4) Mesin 4, Nisan RD 10 sebagai cadangan.

5) Mesin 5, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk penggerak proveller kemudi

kiri.

6) Mesin 6, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk penggerak proveller kemudi

kanan.

7) Genset yang terletak di bawah ruang komando sebagai sumber tenaga

listrik Kapal Isap ( cadangan ).

Ketika beroperasi menggali tanah, mesin yang dipakai adalah mesin 1,

2 dan 3. Untuk operasi penggalian konsumsi BBM 2400 L/hari. Kapasitas

tangki harian sebesar 10 ton, sedangkan untuk tangki penyimpan BBM yang

ada di ponton no 1 dan 5 kapasitasnya 20 ton.

Kapal isap digerakkan oleh 4 buah proveller. Dua buah proveller

gerak yang hanya berfungsi apabila Kapal Isap melakukan perpindahan

penggalian. Proveller ini masing-masing berkekuatan 380 Hp. Sedangkan

dua buah proveller lagi yaitu proveller swing digunakan sebagai tenaga

9

pendorong Kapal Isap ketika melakukan perputaran sewaktu menggali

lapisan tanah. Proveller ini dapat di putar 90 kearah kiri ataupun kanan.

Selain itu proveller ini juga dapat membantu proveller gerak ketika KI

mengadakan perpindahan lokasi.

c. Alat Gali

Alat gali pada Kapal Isap Produksi dibagi atas:

1. Ladder

Panjang ladder sangat menetukan untuk mencapai kedalaman gali,

dimana KIP yang ada di Bangka sementara saat ini kedalaman gali

maksimum mencapai 32 m.

Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding. Ujung

ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebag ai tumpuan bagi

naik turunnya ladder. Pompa isap tanah diletakkan di ladder dengan jarak

11,5 m dari cutter.

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 4. SKEMA LADDER DAN KAWAT PENGGERAK LADDER

10

2. Penggerak Ladder

Ladder ( gambar 3.4 ) digerakkan turun atau naik menggunakan kawat

ladder yang dibantu oleh empat buah skep penghantar. Kawat ladder yang

dipakai adalah kawat 1” dengan panjang kawat keseluruhan kurang lebih 130

m ( sebenarnya 100 m saja cukup, tetapi untuk mengantisipasi adanya

kerusakan pada kawat ladder yang sering tenggelam di dalam air, kawat

ladder yang digunakan lebih panjang dari 100 m ).

3. Cutter

Cutter yang dipakai mempunyai panjang 90 cm dan berdiameter 170

cm. Cutter terdiri dari 6 buah pisau dan tiap pisau terdiri dari 9 kuku. Bentuk

dan konstruksi cutter dapat dilihat pada gambar 5.

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 5. CUTTER

11

4. Jangkar

Jangkar terdiri dari 2 buah jangkar kodok dengan berat 600 lbs yang

terletak di bagian depan kapal isap. Jangkar dihubungkan dengan ladder

yang digerakkan oleh winch dengan sistem hidrolik.

d. Peralatan Pencucian

Peralatan pencucian terdiri dari:

1. Pompa dan pipa isap.

2. Saringan putar.

3. Jig primer.

4. Jig clean up.

5. Sakan.

6. Bandar Tailing.

e. Alat Plotting dan Mapping ( GPS )

Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang

dapat memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m

setiap saat dan juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik

lokasi yang pernah digali sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang

sudah digali sangat kecil ( gambar 6 ).

12

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 6. GPS

2. Prinsip Kerja Penggalian Kapal Isap

Pada Kapal Isap Produksi ini ada 4 buah gaya yang bekerja ketika KIP

menggali tanah. Gaya-gaya yang bekerja adalah:

a. Gaya putar cutter: dengan kecepatan 6-9 putaran/menit, cutter berfungsi

untuk memberaikan tanah agar mudah diisap oleh pompa isap tanah.

b. Gaya tekan ladder: membantu memberikan gaya tekan ke ujung cutter.

c. Gaya isap pompa tanah: yaitu gaya yang dapat menghisap tanah yang

terberai, gaya ini juga dapat memperlemah talud atau dinding tanah yang

belum digali sehingga dapat runtuh dengan sendirinya atau

mempermudah cutter untuk memberainya.

13

d. Gaya dorong proveller swing: proveller swing yang membuat pergerakan

KI dengan gerakan memutar mempunyai gaya dorong untuk menekan

ujung cutter kearah kiri atau kanan terhadap tanah yang akan digali.

3. Sistem Kerja Penggalian KIP

Sistem kerja penggalaian KIP dilakukan dengan beberapa sistem, menurut

kondisi dan situasi daerah kerja tersebut, antara lain:

a. Cadangan yang digali dengan ketebalan tanah lebih tipis daripada

ketebalan air (1:3) meter, dimana 1 m = ketebalan tanah dan 3 m =

ketebalan air.

b. Cadangan yang digali dengan lapisan tanah lebih tebal daripada

kedalaman air (3:1) meter, dimana 3m = lapisan tanah dan 1 m = lapisan

air.

c. Lokasi kerja dipengaruhi oleh:

- Arus yang kuat.

- Gelombang yang cukup besar.

- Angin yang cukup besar.

1) Penggalian apabila ketebalan tanah lebih tipis daripada kedalaman air

Sistem penggalian apabila ketebalan tanah yang digali lebih tipis

daripada kedalman air, yaitu:

a) Posisikan cutter pada titik lubang bor yang akan digali memakai

alat bantu GPS.

14

b) Ladder diarahkan sehingga menyentuh lapisan tanah ( pada

tengah-tengah lingkaran tersebut ).

c) Lingkari dulu titik bor tersebut dengan memutar kapal, dan

lingkaran tersebut akan kelihatan pada monitor GPS ( setiap

pergerakan KIP ).

d) Penggalian sudah dapat dimulai dengan cara menjalankan cutter

ditambah dengan menekan ladder dan memutar ponton KIP,

pengerjaan tersebut dapat juga dinamakan pengeboran.

e) Hasil dari pengeboran ( tanah yang diisap ) akan dialirkan ke

saringan putar menggunakana pompa isap, dan kelihatan dari

monitor saringan putar ( dapat dilihat dari ruang komando ).

f) Pada penggalian awal ( pengeboran awal ) buatlah lubang sebagai

titik perputaran ( stripeng ) agar posisi cutter tidak mudah keluar

dari lubang tersebut karena pergerakan KIP.

g) Setelah mencapai titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka

kedalaman ladder ( kedalaman penggalian ) dapat ditambah dalam,

dengan memperhatikan volume tanah pada saringan putar.

h) Penekanan ladder sangat tergantung dengan kemampuan isap,

kapasitas saringan putar, kekerasan lapisan tanah dan kemampuan

dari pisau cutter.

15

i) Apabila cutter belum mencapai kong, sedangkan ponton berat

untuk diputar, maka penggalian bisa dialihkan pada penggalaian

awal untuk memperlebar bukaan kolong yang pertama, untuk

memperlebar bukaan pertama, penggalian bisa dilakukan dengan

sistem maju mundur dengan menggunakan proveller bagian

belakang.

j) Makin dalam kaksa yang akan dicapai, pembukaan kolong bagian

atas harus makin luas.

2) Penggalian apabila ketebalan tanah lebih tebal daripada kedalaman air

Penggalian KIP apabila lapisan tanah yang digali lebih tebal daripada

ketinggian air, agak lebih sulit pngerjaannya, karena pada KIP tidak

dilengkapi dengan Bandar yang dapat membuang tanah yang lebih jauh dari

ponton.

Manufer daripada KIP pada saat melakukan penggalian dilakukan

dengan sistem berputar 360o. Dengan tidak membuang tanah lebih jauh akan

terjadi penimbunanan kembali terhadap lubang ( kolong ) yang sudah tergali.

Dampak dari penimbunaan akan terjadi pendangkalan pada lokasi kerja.

Sistem penggalian KIP apabila lapisan tanah jauh lebih tebal daripada

ketinggian air, yaitu:

a) Titik koordinat ( titik lubang bor ) dilingkari dulu dengan kolong yang

digali oleh KIP itu sendiri. Luas daripada kolong disesuaikan dengan

16

ketebalan lapisan tanah sampai dengan kong. Semakin dalam kong

maka semakin luas bukaan pada kolong kerja.

b) Kedalaman pembukaan kolong dilakukan sampai ± 1 meter sebelum

mencapai lapisan kaksa. Pada saat pembukaan kolong kerja dari

lapisan demi lapisan dapat di kontrol dari monitor saring putar atau di

cek manual memakai dulang dan materialnya diambil dari saring

putar. Jika ternyata sudah ada timah, maka kedalaman pembukaan

kolong diakhiri.

c) Penggalian selanjutnya diteruskan dengan penggalian lapisan kaksa

pada daerah yang sudah dibuka kolong kerjanya.

d) Apabila lapisan kaksa pada daerah yang telah dibuka kolong kerjanya

tergali semua, maka penggalian dapat dilanjutkan dengan mencari arah

penyebaran timah daripada lubang bor tersebut. Caranya ladder

diangkat sedikit dan kapal digerakan dengan sistem maju dan

memutar. Apabila penyebaran daripada lubang bor tersebut sudah

habis, maka penggalian selanjutnya dapat dilakukan dengan lubang

bor yang lain dengan sistem yang sama.

3) Penggalian apabila daerah cadangan dipengaruhi oleh keadaan alam

Sistem penggalian KIP apabila daerah cadangan dipengaruhi oleh

keadaaan alam seperti : Arus kuat, gelombang besar, dan angina kuat, yaitu:

17

a) Pada saat penggalian menghadapi arus kuat, maka posisi KIP

diarahkan melawan arus. Penggalian tidak dapat dilakukan dengan

sistem manufer 360o tetapi cukup antar 60o sampai dengan 90o,

untuk tetap mempertahankan KIP melawan arus. Untuk menahan

KIP agar tidak terdorong arus dari arah depan, ponton dibantu

dengan proveller bagian belakang dan penggalian dilakukan dengan

system maju mundur.

b) Apabila penggalian dipengaruhi oleh gelombang besar, maka kapal

diposisikan menyamping daripada gelombang. Manufer KIP

dilakukan dengan memutar kapal 60o sampai dengan 90o, untuk

manufer dibantu proveller dengan mengarahkan kesamping kanan

atau kiri sesuai dengan kebutuhan.

c) Pada saat penggalian menghadapi angin kencang, maka sistem

penggalian disamakan dengan apabila menghadapi arus kuat.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian KIP

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian KIP, antara

lain:

a. Jenis lapisan dan cara penggaliannya

Untuk jenis lapisan tanah yang gampang terberai, KIP tidak akan

menemukan kesulitan yang berarti dalam penggalian, sebab talud atau

dinding tanah yang berada didepan dinding cutter akan sedikit demi sedikit

18

runtuh dan akan dihisap oleh pompa isap. Tetapi bila menggali jenis

lapisan tanah keras yang susah diberai seperti lapisan lempung liat, maka

KIP harus memperlebar lubang penggalian untuk menghindari terjadinya

runtuhan sekaligus dari talud/ dinding tanah yang dapat berpotensi

menimbun ladder. Karena jenis lapisan tersebut liat maka cutter yang akan

memberai tanah harus digerakkan secara perlahan.

b. Kedalaman gali ideal

Dengan panjang ladder 28 m, kedalaman gali ideal KI adalah 23 m

dengan asumsi sudut penunjaman ladder maksimum 60. Untuk mencegah

agar KI tidak kandas akibat penimbunan tanah tailing, maka kedalaman

minimum yang ideal untuk digali 10 m.

c. Sudut putaran KIP

Untuk penggalian lubang awal, KIP terus berputar searah atau

berlawanan dengan arah jarum jam sampai kong ( bedrock ). Untuk

memperlebar lubang, KIP berputar 90 searah jarum jam, kemudian dibalas

berputar ke 90 berlawanan arah jarum jam mengikuti alur penyebaran

timah.

d. Tebal lapisan ideal

Tebal lapisan tanah ideal untuk digali oleh KIP adalah sebesar 0-10

meter. Pada kedalaman itu untuk jenis material lepas kemungkinan terjadi

longsoran yang mengakibatkan ladder tertimbun masih sangat kecil.

19

Apabila tebal lapisan tanah lebih tebal dari 10 meter, kemungkinan ladder

tertimbun tanah runtuhan akan semakin besar, apalagi kalau jenis tanah

yang digali adalah tanah keras yang tidak mudah runtuh, maka kondisi ini

akan sangat berbahaya bagi ladder.

e. Ruang buang tailing

Ruang buang tailing bergantung pada kedalaman ladder. Semakin

dalam ladder atau semakin besar sudut kemiringan ladder, maka jari-jari

ruang buang tailing akan semakin kecil. Berikut ini adalah tabel kedalaman

ladder terhadap ruang buang tailing.

Tabel III-1

KEDALAMAN LADDER VS RUANG BUANG TAILING

20

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 7. SKETSA KEDALAMAN LADDER VS RUANG BUANG TAILING

IDEAL

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

Gambar 8. RUANG BUANG TAILING

21

5. Sistem Kerja Pencucian KIP

Proses pencucian pada KIP adalah sebagai berikut:

a. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah kemudian

lapisan tanah yang terberai dihisap oleh pompa isap tanah.

b. Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya

kedalam saring putar.

c. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah

( sizing ), overflow saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar tailing

sedangkan underflownya dialirkan oleh bandar saring putar ke dua unit jig

primer.

d. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat

jenis mineral. Overflow jig primer keluar sebagai tailing sedangkan

underflow jig primer dari semua kompartemen ( A,B,C ) dialirkan langsung

ke jig clean up.

e. Jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat

jenis. Overflow jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan underflow jig

clean up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A

( Sn = ± 50 % ).

22

f. Konsentrat A diproses di sakan untuk menghasilkan konsentrat akhir

dengan kadar Sn > 72 % yang dikemas dalam karung dan ditimbang

dengan berat ± 50 kg perkarung.

h. Underflow jig clean up kompartemen B dan C ditampung di penampung

konsentrat B dan C kemudian disirkulasi kembali ke kompartemen A jig

clean up.

i. Overflow dari sakan juga ditampung dan disirkulasi kembali ke

kompartemen A jig clean up.

Konsentrat akhir yang dihasilkan harus mempunyai kadar Sn > 72 %.

23

Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk

GAMBAR 9. FLOWSHEET PENCUCIAN KIP

B. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir yang penulis gambarkan untuk

mempermudah dalam proses pemecahan masalah studi kasus ini adalah

sebagai berikut :

24

Mulai

Kajian Teoritis

Data Primer

Data Hasil Pengujian Lapangan :1. Pengaturan Daya isap Pompa2. Kecepatan putaran cutter3. Kecepatan putaran proveller4. Kedalaman penekanan ladder5. Evaluasi Sistem Kerja Jig

terhadap Laju Pemindahan Tanah

Data sekunder

Data Penunjang Untuk Penelitian :1. Peta lokasi kesampain daerah2. Iklim dan Curah Hujan3. Keadaan Topografi dan

Morfologi4. Keadaan Geologi dan Stratigrafi5. Peralatan mesin yang dipakai

Kapal Isap Produksi dalam kerja laju pemindahan tanah

Pengumpulan Data

Evaluasi Hasil

KESIMPULAN

Penggolahan Data

25

BAB IIIMETODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

A. Jadwal Kegiatan

Kegiatan lapangan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan

pengalaman nyata di lapangan tentang teknis perencanaan, pelaksanaan dan

pengelolaan pekerjaan penambangan dalam rangka melengkapi pengetahuan

teori yang didapat di bangku perkuliahan.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

Sumber : Catatan Penulis

B. Jenis Studi Kasus

MingguJenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Orientasi LapanganPengumpulan DataPengolahan Data

26

Penelitian ini merupakan penelitian terapan. Pada penelitian ini

dilakukan analisis teori, pengumpulan data dan kemudian dianalisis dengan

menggunakan rumus berdasarkan kajian pustaka

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Timah (Persero), Tbk. mulai dari

tanggal 4 November 2013 sampai dengan 30 Desember 2013.

D. Metode Pengambilan Data

Dalam melakukan penelitian ini tahapan yang dilakukan oleh penulis

yaitu:

1. Studi Literatur

Tujuan dilakukannya studi literatur adalah sebagai penunjang atau

bahan dasar yang dapat membantu penulis dalam pengolahan data.

2. Penelitian Lapangan

a. Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer atau

data aktual ( 11 November – 23 Desmber 2013 ) yang

dipergunakan dalam pengolahan data seperti :

1) Pengaturan Daya Isap Pompa

2) Pengaturan Kecepatan Putaran Cutter

3) Pengaturan Kecepatan Putaran Proveller

4) Pengaturan Kedalaman Penekanan Ladder

5) Evaluasi Sistem Kerja Jig terhadap Laju Pemindahan Tanah

27

b. Penelitian data sekunder dilakukan untuk penunjang yang

digunakan dalam perhitungan dan pengolahan data. Adapun data

diperoleh dari perusahaan dan literature-literatur terkait yang

meliputi :

1) Peta lokasi kesampaian daerah

2) Iklim dan curah hujan

3) Keadaan Topografi dan Morfologi

4) Keadaan geologi dan stratigrafi

5) Peralatan mesin yang dipakai KIP dalam laju pemindahan

tanah

Data yang dikumpulkan penulis dapat dilihat pada Lampiran.

3. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan-perhitungan teoritis.

Hasil dari pengolahan tersebut didapatkan beberapa alternatif dalam

pemecahan masalah yang berada di lapangan.

E. Metode Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan kemudian diolah. Rumus yang digunakan

yaitu :

1. Pengaturan Daya Isap Pompa

Daya isap pompa adalah faktor yang berpengaruh besar dalam

penggalian lapisan timah ( kaksa ) menggunakan KIP. Pada KIP Timah 1,

28

daya isap pompa dikendalikan di ruang komando dengan pengaturan

kecepatan mesin hydraulic pompa.

a. Kecepatan Mesin Hydraulic Pompa KIP Timah 1

Banyaknya interval kelas ( K )

K = 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 log 30

Panjang Interval Kelas

i =

X max−X minK

b. Distribusi Frekuensi Kecepatan Mesin Hydraulic Pompa

Nilai rata-rata kecepatan mesin hydraulic pompa:

=

∑ fi x Xi

∑ fi

Karena kapasitas penggalian KIP dihitung dari kapasitas pompa,

berbeda dengan Kapal Keruk yang dihitung menggunakan bucket,

maka persentase tanah yang diisap pompa dapat dihitung dengan

perbandingan kinerja mesin pompa terhadap Lpt rata-rata:

Engine pompa rata-rata KIP Timah 1 = RPM

Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam

Lpt ideal = m3/jam

Penyelesaian:

x = Engine pompa ideal

29

Engine pompa rata-rata KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =

xLpt ideal

Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya KIP

Timah 1 menggunakan kecepatan mesin hydraulic pompa sebesar

=RPM.

2. Pengaturan Kecepatan Putaran Cutter

Kecepatan putaran cutter dikendalian di dalam ruang komando dengan

mengatur kecepatan mesin hydraulic cutter.

a. Kecepatan Mesin Hydraulic Cutter KIP Timah 1

Banyaknya interval kelas ( K )

K = 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 log 30

Panjang Interval Kelas

i =

X max−X minK

b. Distribusi Frekuensi Kecepatan Mesin Hydraulic Cutter

Nilai rata-rata kecepatan mesin hydraulic cutter:

=

∑ fi x Xi

∑ fi

30

Jadi kecepatan mesin hydraulic cutter yang dipakai = RPM.

Dengan menggunakan perbandingan kinerja mesin cutter terhadap

Lpt rata-rata, dapat dihitung:

Engine cutter rata-rata KIP Timah 1 = RPM

Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam

Lpt ideal = m3/jam

Penyelesaian:

x = Engine cutter ideal

Engine cutter rata-rata KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =

xLpt ideal

Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya

KIP Timah 1 menggunakan kecepatan mesin hydraulic cutter

sebesar = RPM.

3. Pengaturan Kecepatan Putaran Proveller

Gaya dorong proveller adalah gaya dorong yang membuat KIP

berputar 360o pada saat penggalian. Gaya dorong proveller dikendalikan

di dalam ruang komando dengan mengatur kecepatan mesin hydraulic

proveller.

a. Kecepatan Mesin Hydraulic Proveller KIP Timah 1

Banyaknya interval kelas ( K )

K = 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 log 30

31

Panjang Interval Kelas

i =

X max−X minK

b. Distribusi Frekuensi Kecepatan Mesin Hydraulic Proveller

Nilai rata-rata kecepatan mesin hydraulic proveller:

=

∑ fi x Xi

∑ fi

Jadi kecepatan mesin hydraulic proveller yang dipakai = RPM.

Dengan menggunakan perbandingan kinerja mesin proveller

terhadap Lpt rata-rata, dapat dihitung:

Engine proveller rata-rata KIP Timah 1 = RPM

Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam

Lpt ideal = m3/jam

Penyelesaian:

x = Engine proveller ideal

Engine proveller rata-rata KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =

xLpt ideal

Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya

KIP Timah 1 menggunakan kecepatan mesin hydraulic proveller

sebesar = RPM.

4. Pengaturan Kedalaman Penekanan Ladder

32

Penekanan ladder dikendalikan di dalam ruang komando oleh

operator. Operator akan menggerakkan ladder ( turun/naik ) agar proses

pemberaian material oleh cutter lebih sempurna. Secara sistematis, apabila

dihitung dari selisih kedalaman yang ditunjukkan stand ladder per jam,

maka kedalaman penekanan ladder dapat dihitung sebagai berikut:

a. Kedalaman Penekanan Ladder Per Jam

Banyaknya interval kelas ( K )

K = 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 log 30

Panjang Interval Kelas

i =

X max−X minK

b. Distribusi Frekuensi Kedalaman Penekanan Ladder

Nilai rata-rata Kedalaman Penekanan ladder :

=

∑ fi x Xi

∑ fi

Jadi kedalaman penekanan ladder adalah cm / jam. Dengan

menggunakan perbandingan kedalaman penekanan ladder terhadap

Lpt rata-rata, dapat dihitung:

Kedalaman penekanan ladder rata-rata KIP Timah 1 = cm/jam

33

Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam

Lpt ideal = m3/jam

Penyelesaian:

x = Kedalaman penekanan ladder rata-rata ideal

Kedalaman Penekanan Ladder KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =

xLpt ideal

Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya

kedalaman penekanan ladder KIP Timah 1 adalah sebesar =

cm/jam. Dalam hal ini, ketelitian operator sangat dibutuhkan

dalam merasakan apakah cutter sedang memberai material

lunak/keras sehingga proses penggalian dapat berjalan dengan

baik.

5. Evaluasi Sistem Kerja Jig terhadap Laju Pemindahan Tanah

a. Spesifikasi Jig

1) Jig Primer Type PA Jig

a) Ukuran per kompartemen = meter x meter

b) Panjang pukulan ( stroke = mm)

c) Jumlah pukulan = Rpm

2) Jig Sekunder Type PA Jig

a) Ukuran per kompartemen = meter x meter

b) Panjang pukulan ( stroke = mm)

34

c) Jumlah pukulan = Rpm

3) Kapasitas Pemindah Tanah

= m3/jam

b. Rumus Kapasitas (Debit)

Q = A x V m3/jam pulp

% Solid by volume ± 15 %

Q Solid = 15 % x Q = 15 % x A x V m3/jam

Rumus rumus yang dipergunakan :

S =

60 V2n

x fV =

S x 2 n60 x f

Dimana: S = Slag Jig

V = Kecepatan ( m/jam )

n = Rpm gear box

f = Faktor perbandingan luas diafragma dengan luas membran

Rumus V yang lain adalah :

V = 26,32 √d ( p−p ' )

Slag jig S =

60 V2n

x f

Rumus debit : Q = A x V m3/jam

35

DAFTAR PUSTAKA

Kopa, Raimon, MT.2008, Buku Panduan Pelaksanaan Praktek Lapangan Industri.

Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang, Padang.

Tim Instruktur Teknik Tambang Kapal Keruk. 1995. Teknik Pengerukan. PT.

Tambang Timah Persero, Pangkalpinang.

Tim Penambangan Kapal Keruk. 1996. Teknik Pengerukan. PT. Tambang Timah

Persero, Pangkalpinang.

Tim Tenaga Teknik Pertambangan di PT. tambang Timah. 1999. Peralatan dan

Operasi Tambang Kapal Isap Produksi. PT. Tambang Timah Persero.

Tasli wiguna, Ayas. 2009. ”Optimalisasi Penggalian KIP Timah I di Laut Penganak”.

Palembang: Universitas Sriwijaya.

Tobing, S.L. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian. Bandung.