tugas tpl aliefiya aulia 2310030006

25
TUGAS : TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH Cradle To The Grafe INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012 Nama : Aliefiya Aulia NRP : 2310.030.006 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Upload: atiqa-rahmawati

Post on 02-Aug-2015

123 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

TUGAS : TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

Cradle To The Grafe

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA

2012

Nama : Aliefiya AuliaNRP : 2310.030.006

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA

2012

Pengolahan Limbah dengan Konsep Cradle To The Grave

Page 2: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

PT.Phapros,tbk Semarang

PT Phapros Tbk. telah melayani masyarakat dengan memproduksi obat-obatan bermutu selama lebih dari empat dasawarsa melalui pabriknya di Simongan 131, Semarang. Cikal bakal perusahaan ini adalah NV Pharmaceutical Processing Industry – disingkat menjadi Phapros – yang didirikan pada 21 Juni 1954 sebagai bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat pertama Indonesia yang menguasai bisnis gula dan agroindustri.

Dalam perjalanan bisnisnya, Phapros diambil-alih oleh pemerintah ketika pada tahun 1961 seluruh kekayaan OTHC dinasionalisasi dan diubah menjadi sebuah perusahaan holding yang sekarang dikenal sebagai PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Pada tahun 2003, RNI menguasai 53% saham Phapros dan selebihnya berada di tangan publik.

Berorientasi pada kualitas, Phapros termasuk salah satu dari lima perusahaan yang pertama kali mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada tahun 1990. Komitmen tinggi Phapros terhadap standar kualitas dibuktikan lagi dengan memperoleh Sertifikat ISO 9001 pada tahun 1999 – yang, pada tahun 2002, kemudian ditingkatkan menjadi Sertifikat ISO 9001 versi 2000 - dan Sertifikat ISO 14001 pada tahun 2000.

Untuk meletakkan fondasi bisnis yang kuat, manajemen terus menerapkan Good Corporate Governance. Dan, yang tidak kalah penting manajemen akan terus membangun kompetensi personel melalui program pengembangan SDM yang terarah sehingga mampu membawa Phapros memasuki era perdagangan bebas sebagai perusahaan farmasi terkemuka di kawasan.

PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)

Page 3: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Phapros secara bertahap dan konsisten menyisihkan dana dari laba usahanya untuk melakukan PKBL yang dahulu disebut dengan Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK). Sampai dengan 31 Desember 2004, dana PKBL telah disalurkan ke 124 Mitra Binaan dalam bentuk pinjaman sebesar Rp 1,86 miliar dan hibah sebesar Rp 83 juta.Social Services

Kegiatan sosial yang dilakukan Phapros adalah Bina Lingkungan. Secara rutin, Phapros memberikan bea siswa kepada putra putri karyawan kurang mampu. Selain itu, Phapros juga melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan, yaitu Pengobatan Massal, Sunatan Massal dan Donor Darah.PROPER

Setelah pada tahun 2011 sempat mendapatkan Proper Merah PT Phapros Tbk akhirnya mendapat PROPER Biru kembali. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 85 tahun 2012 tanggal 15 Mei 2012 Tentang Perubahan kedua atas Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0. 259 tahun 2011 tentang hasil Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER tahun 2010 - 2011).

Landasan Hukum dan Konsep Pengelolaan Limbah Padat B3 PT.Phapros,tbk Semarang

Berdasar Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang perubahan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 yang berisi tentang Pengelolaan Limbah B3, maka pada industri farmasi terdapat limbah B3 dari sumber spesifik. Sumber pencemaran berasal dari seluruh proses produksi serta produk obat-obatan yang dihasilkan baik yang masih berada dalam kondisi baik maupun yang telah rusak. (Anonim, 2007).

Penanganan limbah B3 yang ada di PT. Phapros Tbk. Semarang menganut pada peraturan nasional di Indonesia yang telah diatur oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui kebijakan yang tertuang pada Peraturan Pemerintah no. 74 tahun 2001 dan PP no.18 tahun 1999 jo. PP. nomor 85 tahun 1999. Peraturan ini mengatur tentang tata cara pengelolaan limbah B3 yang diperlukan bagi penghasil limbah B3 atau para pelaku pengelola limbah B3 seperti pengumpul, pengolah, pemanfaat, pengangkut dan penimbun limbah B3. Konsep Pengelolaan limbah padat B3 yang dilaksanakan di PT.Phapros Tbk. Semarang adalah masih konsep Cradle to Grave dengan pemusnahan atau landfill sebagai jalan akhir dari siklus dari produksi atau limbah, seperti yang secara umum diterapkan oleh berbagai industri di Indonesia.

Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Limbah Padat B3 PT.Phapros,tbk SemarangBerdasarkan sasaran mutu lingkungan PT.Phapros,Tbk, produksi limbah padat B3

dari unit produksi ( beta laktam dan non bekta laktam ) per tahun tidak lebih dari 2.000,00 kg atau 7,5 kg/hari. Sedangkan produksi limbah padat B3 dari unit-unit nonproduksi pertahun berdasarkan sasaran mutu lingkungan PT.Phapros,Tbk ( lampiran A-3), kurang lebih adalah 80.000,00 kg atau 303 kg/hari, nilai ini adalah 5% dari nilai produksi per harinya.

Reduksi Limbah Padat B3 PT.Phapros,tbk Semarang

Page 4: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Pemilahan dilakukan di tempat terbuka atau berventilasi baik atau di ruang yang terlindung dari udara panas yang ditunjuk secara khusus oleh pihak berwenang setempat (gudang penyimpanan sementara limbah B3). Pemilahan dilakukan sedekat mungkin dengan area penyimpanan, semua bahan yang akan dipilah diberi label dengan jelas dan dipisahkan sesuai dengan kategorinya. Petugas menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, sepatu bot, pakaian kerja, masker debu, dll) dan bekerja di bawah pengawasan langsung seorang ahli farmasi serta telah mendapat pelatihan mengenai kriteria pemilahan dan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan yang dapat timbul saat menangani bahan-bahan tersebut. Setelah dipilah obat-obatan dimasukkan secara hati-hati ke dalam tong besi atau wadah seperti kotak dari kardus yang keras dan pada bagian luar wadah ditulis secara jelas mengenai isinya. Bahan-bahan tersebut kemudian disimpan di tempat yang kering dan aman, yaitu di gudang yang terpisah agar tidak tertukar dengan obatobatan yang masih dapat dipergunakan hingga pembuangan dilaksanakan.

Pewadahan dan Pengumpulan Limbah B3Pewadahan dan Pengumpulan limbah padat B3 di PT.Phapros, tbk Semarang

adalah pegumpulan yang bersifat intern pabrik, artinya limbah B3 yang dihasilkan masing masing unit produksi diangkut untuk kemudian dikumpulkan ke penampungan sementara limbah B3.

Penyimpanan SementaraTata cara tersebut berpedoman pada Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata

Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

Pelabelan dan SimbolPelabelan dan simbol limbah B3 di PT.Phapros,tbk Semarang telah memenuhi

regulasi yang berlaku berdasarkan Kep. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

PengangkutanPengangkutan limbah padat B3 PT. Phapros,tbk Semarang meliputi pengangkutan

dari masing-masing unit produksi ke tempat penyimpanan sementara. (intern) dan pengangkutan limbah ke pihak ke-3 sebagai pengolah limbah B3 yang telah mendapat ijin dari KLH untuk kemudian limbah diolah secara off-site.a) Pengangkutan ke tempat penampungan sementara (intern)1. Dokumen

Dalam memonitor keberadaan limbah B3 maka dibuat 7 lembar dokumen perjalanan limbah untuk tiap pihak yang melakukan pengelolaan limbah B3 PT. Phapros,tbk Semarang. Mekanisme dokumen perjalanan limbah tersebut adalah: PT. Phapros,tbk Semarang sebagai penghasil/generator limbah mengisi dokumen

7 rangkap dan lembar 1 untuk PT. Phapros,tbk Semarang. Lembar 6 dikirim ke badan institusi kontrol (BAPEDAL), dan memberikan lembar

yang lain ke pengumpul/pengangkut (pihak ke-3)

Page 5: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Pengumpul/pengangkut (pihak ke-3) menyimpan lembar 2 dan memberikan lembar lainnya ke pendaur, pengolah, pemusnah (pihak ke-3)

Pendaur, pengolah, pemusnah (pihak ke-3) menyimpan lembar 3, memberikan lembar 4 ke PT. Phapros,tbk Semarang (penghasil), lembar 5 ke badan institusi control (BAPEDAL), dan lembar 7 ke walikota/bupati.Dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan dari unit produksi ke tempat

penampungan sementara adalah dokumen identifikasi jenis, dokumen jumlah dan sumber limbah B3, dokumen pemberitahuan limbah B3 dan dokumen berita acara serah terima limbah B3.

2. OperatorOperator adalah karyawan PT. Phapros, tbk Semarang yang berpengalaman di

lapangan, mempunyai kualifikasi sebagai pengemudi alat angkut yang akan dipakai, mempunyai surat ijin kerja, telah mengikuti pelatihan keselamatan kerja.

b) Pengangkutan dari PT. Phapros, tbk Semarang ke pihak ke-3 (offsite)Pada pengangkutan limbah B3 untuk diolah secara ex-situ atau offsite ke pihak

ke-3, PT. Phapros, tbk Semarang telah memenuhi standar yang ada dan memenuhi konsep Cradle To Grave. Hal ini terbukti dengan berjalannya program pengiriman limbah B3 ke PPLI pada tahun 2005 yang memenuhi persyaratan yang ada dengan dilengkapi manifest .

PemanfaatanPT. Phapros, tbk Semarang dalam kegiatan produksinya menghasilkan limbah

yang salah satunya merupakan sisa-sisa kemasan oli, logistik dan lain-lain yang berupa drum-drum yang dalam kondisi masih bagus. Drum-drum tersebut bila disimpan di gudang penyimpanan akan membuat timbunan besi dan logam yang terkumpul menjadi lebih banyak dan membutuhkan lahan yang luas, oleh PT. Phapros, tbk Semarang limbah yang berupa drum-drum bekas itu kemudian dimanfaatkan lagi dengan tetap menaati regulasi yang ada. Limbah drum dicuci dengan kompresor dan steam. Setelah benar-benar bersih dan dinyatakan tidak berbahaya maka sisa-sisa drum tersebut dihibahkan kepada Koperasi. Menjangan Enam sebagai koperasi kesejahteraan pegawai, dengan disertai dokumen serah terima. Oleh Koperasi Menjangan Enam kemudian drum-drum bekas tersebut dijual melalui pihak ke-3 dan hasilnya dibagi 50-50 antara Koperasi Menjangan Enam dan PT.Phapros,tbk. Limbah B3 yang dihasilkan dari produk rejected seperti vial atau botol gelas yang berisi bubuk maupun cairan, isinya dikumpulkan dan disimpan di gudang B3 kemudian botol dicuci sampai bersih dan botol diserahkan kepada Koperasi untuk dijual.

PengolahanUntuk pengolahan limbah B3 secara umum PT. Phapros, tbk Semarang selama ini

masih dilakukan secara offsite atau exsitu. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah ( PP ) nomor 18 tahun 1999 jo. PP. nomor 85 tahun 1999 yang selama ini mengharuskan penghasil limbah yang bila tidak memenuhi syarat sebagai pengolah dan penimbun maka harus diserahkan pada pihak lain yang telah diakui oleh pemerintah. PT. Phapros, tbk Semarang dalam hal

Page 6: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

pengolahan limbah B3 selama ini melakukan kesepakatan dengan pihak ke-3. Sehingga limbah B3 dari PT. Phapros, tbk Semarang harus diangkut ke pihak ke-3 untuk diolah sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Pembuangan dan PemusnahanPT. Phapros, tbk Semarang merupakan generator atau penghasil limbah padat

B3. Sebagai penghasil limbah B3, PT. Phapros, tbk Semarang dalam sistem pengelolaan limbah B3 belum memenuhi kualifikasi secara umum sebagai pengolah dan pemusnah limbah B3 ( insitu ). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 18 tahun 1999 jo. PP. nomor 85 tahun 1999 bahwa bila suatu badan usaha penghasil limbah B3 belum mampu dan memenuhi klasifikasi sebagai pengolah limbah B3, maka harus diserahkan pada pihak lain yang telah bersertifikasi oleh pemerintah sebagai pengolah dan pemusnah limbah B3. Untuk menaati regulasi dari Pemerintah dan mengatasi dampak negatif daripermasalahan lingkungan yang bisa muncul, maka PT. Phapros, tbk Semarang sebagai perusahaan yang memegang sertifikat ISO- 14001 untuk pengelolaan limbah pada tahun 2004 menunjuk PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) Cileungsi, Bogor sebagai pihak pengolah dan juga pemusnah limbah B3 (exsitu).

Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3a) Perizinan

Sebagaimana tercantum dalam PP no.74 tahun 2001 disebutkan bahwa setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah wajib memiliki ijin dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Perijinan adalah sebagai alat kontrol dalam ketaatan kepada peraturan lingkungan hidup yang ada. Sebelum dimulainya kegiatan pengelolaan limbah di lapangan, PT. Phapros, tbk Semarang telah memproses permohonan perijinan kepada KLH yang kemudian ditembuskan kepada aparat daerah tentang pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah tersebut yang mencakup ijin lokasi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan limbah B3. Selain itu PT. Phapros, tbk Semarang sebagai pengelola limbah B3 juga telah mempunyai dokumen AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pihak ke-3 yang menawarkan jasa untuk mengolah limbah B3 harus mempunyai surat sebagai mitra kerja PT.Phapros, tbk Semarang dan telah memenuhi syarat secara teknis dan ekonomis sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia. Jika sudah mendapatkan surat penunjukan sebagai mitra kerja, maka pihak ke-3 dapat memproses permohonan ijin kepada KLH dengan dilengkapi surat kuasa dari pihak PT. Phapros, tbk Semarang.

Gambar 1 Mekanisme Perijinan dalam Pengelolaan Limbah B3 PT. Phapros, tbk Semarang. Sumber: Data Wakil Manajemen Lingkungan, 2005

Page 7: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

b) PengawasanPelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 PT. Phapros,tbk Semarang

dilakukan oleh 2 pihak, yaitu intern perusahaan yang dilakukan manajemen lingkungan dan pihak pemerintah yaitu kementrian lingkungan hidup.

Gambar 2 Pengawasan Pengelolaan Limbah B3di PT. Phapros, tbk Semarang

Sumber: Analisa Penulis, 2005Pengawasan di lingkungan intern dilakukan oleh Bagian Umum yang membawahi

pengelolaan limbah PT. Phapros, tbk Semarang yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah B3 serta dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia. Untuk pengawasan pengelolaan limbah B3 seperti tercantum dalam PP no 74 tahun 2001 dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup yang pelaksanaannya diserahkan pada instansi yang bertanggung jawab. Pengawasan terhadap pengelolaan limbah dilakukan dengan cara pemantauan terhadap penataan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif terhadap upaya pengelolaan limbah B3 PT.Phapros, tbk Semarang Pengawasan yang dilakukan instansi terkait selama ini adalah dengan adanya evaluasi kinerja pengelolaan terhadap aspek lingkungan yaitu dengan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ( PROPER ) yang dilakukan setiap 6 bulan sekali dan mencakup semua aspek yang ada dalam pengelolaan lingkungan di perusahaan dan hasil dari penilaian ini disajikan dalam informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat menurut tingkat ketaatan perusahaan terhadap perundangundangan lingkungan hidup yang ada di Indonesia.

Aspek PembiayaanDalam pengelolaan limbah B3 setiap tahun atau pada periode tertentu kegiatan

operasi PT. Phapros, tbk Semarang setelah diinventarisasi dan dilakukan perencanaan pengelolaan limbah secara tepat, maka setelah itu dilakukan pembahasan dalam Program Kerja ( PROKER ) yang kemudian diajukan untuk penyiapan anggaran pengelolaan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan ( RKAP ). Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembuangan limbah B3 ke pihak ketiga ( PPLI ) adalah US $ 30 per 100 liter limbah. Dengan tingkat produksi limbah B3 per harinya adalah kurang lebih 310 kg, maka tiap harinya biaya yang dikeluarkan PT.Phapros mencapai US $ 2083,2 .

Page 8: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Pengelolaan Limbah Pasir Berminyak, Lumpur Bor Dan Tanah Terkontaminasi Minyak Pada Proses Eksploitasi Minyak Bumi

(PT Chevron Pacific Indonesia)

PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan adalah minyak mentah yang akan dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut. PT CPI Duri memiliki luas 14052 ha.

Limbah yang dihasilkan berupa limbah gas, padat, dan cair dengan bentuk penanganannya masing – masing. Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah terbakar, beracun, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya yang dapat membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya (Katz dan Dawston, 1997).

Limbah hasil eksplorasi dan produksi minyak ini termasuk dalam kategori limbah B3 sumber spesifik dalam lampiran I PP no. 85 Tahun 1999 dengan kode D220. Berdasarkan uji data hasil uji Toxicity Characterization Leaching Procedures (TCLP) yang telah dilakukan oleh PT CPI maka lumpur pengeboran, fluida berminyak dan tanah terkontaminasi minyak merupakan salah satu limbah yang tergolong B3. Oleh karena itu, limbah tersebut harus ditangani sesuai dengan PP no. 85 Tahun 1999, Permen ESDM No. 45 Tahun 2006 tentang pengelolaan lumpur bor pada kegiatan pengeboran minyak dan gas bumi, Permen LH No 13 Tahun 2007 tentang injeksi limbah hasil kegiatan eksplorasi minyak bumi, dan Permen LH no 128 Tahun 2003 tentang penanganan tanah terkontaminasi minyak secara biologis.

Pengolahan limbah B3, ini adalah upaya dalam menghilangkan sifat limbah B3 yang ada di dalam limbah dengan menggunakan alat atau proses yang telah direncanakan. Yang termasuk dalam sub variable ini adalah 1) Proses pengangkutan, yaitu mekanisme transportasi dari sumber limbah hingga ke tempat pengolahan limbah. Parameter : sesuai dengan mekanisme peraturan yang berlaku. 2) Proses pengolahan, yaitu proses dan alat yang digunakan dalam pengolahan limbah B3 Parameter : Sesuai dengan Permen LH no. 13 Tahun 2007. 3) Kapasitas pengolahan, yaitu daya tampung dari alat atau proses pengolahan limbah B3 yang ada. Parameter : sesuai dengan jumlah timbulan limbah B3 yang ada pada PT CPI 4) Perlengkapan petugas, yaitu pakaian pengaman atau pakaian kerja untuk petugas pengolah limbah B3 Parameter : sarung tangan, masker, safety shoes,helm safety, pakaian kerja 5) Pencemaran lingkungan, yaitu akibat yang ditimbulkan dari proses pengolahan yang berupa pengotor lingkungan

Page 9: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Parameter : fasilitas dan alat pengendali pencemaran. b. Saat proses injeksi limbah pasir berminyak, perlakuan terhadap hasil pengolahan limbah B3 yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. 1) Tempat penginjeksian, yaitu tempat untuk hasil pengolahan pasir berminyak Parameter : tersedia tempat khusus untuk hasil pengolahan yang tidak dapat dimanfaatkan 2) Cara penginjeksian, yaitu perlakuan yang dilakukan untuk memusnahkan hasil pengolahan limbah B3 yang tidak dapat dimanfaatkan lagi Parameter : terdapat zona target injeksi khusus sesuai Permen LH 13 tahun 2007.

Identifikasi Karakterisasi Lumpur BorBentuk fisik lumpur bor berwarna abu – abu keruh, kental, dan berbau. Hasil uji kadar polutan pada lumpur bor dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pH berada di antara 8,7 – 8,9 dan sudah memenuhi baku mutu. Kadar TDS mencapai 19190 mg/L disebabkan karena kandungan khlorida, sodium serta ion-in toksik seperti arsen, kadmium, nitrat yang terlarut di dalam air (Susanto, 2011). Warna abu – abu keruh pada lumpur bor karena memiliki kandungan TSS yang tinggi yaitu 7556,67 mg/L, padahal berdasarkan baku mutu kadar TSS yang diperbolehkan hanya <200 mg/L. Bau menyengat yang timbul disekitar lokasi penampungan sementara limbah dikarenakan kadar amonia pada lumpur bor ini cukup tinggi yaitu 18,9 mg/L. Kandungan minyak dan lemak mencapai 89,33 mg/L, karena pada dasarnya lumpur bor ini memang digunakan untuk membantu mengeluarkan minyak mentah dari sumbernya.

Berdasarkan hasil uji kadar polutan pada lumpur bor, maka dapat dilakukan identifikasi terhadap limbah lumpur bor sebagai berikut : 1. Limbah lumpur bor termasuk dalam limbah B3 sumber spesifik dalam Lampiran I PP No. 85 tahun 1999 dengan kode limbah D220. 2. Berdasarkan acuan dari USEPA, lumpur bor termasuk limbah exemption (dikecualikan) dari ketentuan peraturan PP 85/1999. Namun limbah ini tetap harus dikelola dengan baik agar tidak membahayakan manusia dan lingkungan.

Page 10: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Berdasarkan identifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa limbah hasil pengeboran merupakan limbah B3 Selanjutnya dilakukan pengolahan fisik dan kimia dengan skema proses pengolahan pada Gambar 2. Hasil yang diperoleh dari proses CMTF berupa air buangan yang dihasilkan dari reverse osmosis serta padatan atau sludge cake yang dihasilkan dari belt filter press. Air buangan ini apabila sudah memenuhi baku mutu maka akan di alirkan ke kanal lingkungan sekitar. Sedangkan sludge akan disolidifikasi menjadi paving block.

Penurunan Kadar Air Buangan Setelah proses pengolahan limbah lumpur bor pada Gambar 2 selesai, diperoleh hasil uji kadar air buangan sebelum dibuang ke kanal. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 2.

Nilai pH masih tetap berada dalam range baku mutu yaitu siekitar 7,5. TSS menurun dengan sangat baik sekitar 99% hal tersebut dikarenakan proses multimedia filter. Multimedia filter mampu mereduksi TSS secara maksimal karena sifat dari media penyaring yang berupa karbon aktif. Karbon aktif yang digunakan berupa Powdered Activated Carbon (PAC) atau bubuk yang memiliki ukuran partikel sangat halus. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorbsi, tingkat adsorbsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel (Rahmasari, 2009).

Sedangkan proses reverse osmosis ini mampu memisahkan berbagai partikel, ion, garam terlarut, substansi organik, substansi koloid dan bakteri dari molekul air, sehingga diperoleh hasil olahan yang berkualitas tinggi (Alaerts, 1987). Tekanan yang digunakan pada reverse osmosis ini sebesar 8 kg/cm2. Semakin besar tekanan yang diberikan pada reverse osmosis maka semakin baik hasil akhir yang diperoleh rata – rata tekana yang biasa digunakan adalah 2-10 kg/cm2. Membran reverse osmosis yang digunakan adalah tubular module yang dimasukkan kedalam tabung rangkaian reverse osmosis. Membran ini dbuat dari berbagai bahan seperti selulosa asetat (CA), poliamida (PA), poliamida aromatik, polieteramida, polieteramina, polieterurea, polifelilene oksida, polifenilen bibenzimidazol. Membran ini bekerja maksimal untuk menurunkan kandungan TDS hingga mencapai 95% (Metcalf dan Eddy, 2004).

Sedangkan kadar COD yang turun hingga 98% disebabkan karena proses aerasi yang mensupply oksigen hingga terjadi kontak mikroorganisme yang dapat mendegradasi kadar polutan pada limbah lumpur bor.

Page 11: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Hasil olahan tersebut sudah dapat digunakan sebagai air proses, akan tetapi untuk menjadi air minum belum dapat memenuhi persyaratan karena warnanya belum sejernih yang dipersyaratkan sebagai air minum.

Hasil Karakterisasi Sludge Cake Sludge cake yang dihasilkan dari proses belt filter press memiliki bentuk

selayaknya lumpur berwarna coklat tua dan masih terdapat kandungan air sekitar 0.2 %. Berdasarkan hasil uji laboratorium, sludge cake memiliki kandungan TPH 0.6 %, kandungan ini tergolong sangat kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk mengetahui kandungan logam berat pada sludge cake dilakukan uji TCLP. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil uji TCLP yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil pengolahan lumpur bor masih mengandung beberapa unsur logam berat seperti boron (B), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), selenium (Se), perak (Ag), serta seng (Zn) dengan konsentrasi-konsentrasi tersebut berada dalam kadar yang sangat rendah bahkan dibawah detection limit dari alat tersebut. Sedangkan untuk kadar arsen (As) dan barium (Ba) terdeteksi sangat sangat jauh di bawah baku mutu yaitu 0.01 mg/L dan 0.34 mg/L.

Oleh karena itu proses yang terjadi pada CMTF hingga dihasilkan sludge cake cukup baik untuk mereduksi logam berat yang terdapat dalam lumpur bor. Hal yang utama menyebabkan penurunan kadar logam berat tersebut adalah pada proses filtrasi hingga reverse osmosis.Tahap selanjutnya adalah melakukan solidifikasi sludge cake menjadi paving block. Namun sebelum dilakukan solidifikasi, sludge cake terlebih dahulu dijemur sekitar 2 – 3

Page 12: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

hari di tempat penampungan sementara. Apabila sudah agak kering maka dilakukan pencampuran dengan pasir dan semen untuk dibuat paving block. Perbandingan pencampuran semen, sludge cake dan pasir adalah 2 : 1 : 1, misalnya 2 kg semen dicampur dengan 1 kg sludge cake dan 1 kg pasir. Proses solidifikasi sludge cake dilakukan oleh PT CPI sebagai upaya pemanfaatan limbah agar tidak membuang ke lingkungan. Paving block yang dibuat berbentuk tiga segi enam.

Paving block digunakan oleh internal PT CPI untuk menghias taman maupun sebagai trotoar di perkantoran. Berdasarkan Kep – 03 / Bapedal /09 / 1995 bahwa persyaratan terhadap hasil olahan solidifikasi dan stabilisasi limbah B3 harus dilakukan uji TCLP, uji kuat tekan (compressive strength), dan uji paint filter. Adapun hasil pengujian adalah sebagai berikut : a. Uji Toxicity Characteristik Leaching Prosedure (TCLP) Untuk hasil uji TCLP selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Apabila Tabel 5 dibandingkan dengan Tabel 4, diketahui bahwa solidifikasi sludge cake menggunakan pasir dan semen mampu mengikat kandungan logam berat (Trihadiningrum, 2000). Sebagai contoh yaitu kadar arsen pada sludge cake adalah 0.01 mg/L, setelah dilakukan solidifikasi maka hasilnya menurun menjadi 0.0034 mg/L. Kemudian kandungan barium pada sludge cake adalah 0.34 mg/L, setelah dilakukan solidifikasi maka hasilnya menurun menjadi 0.1433 mg/L. Penurunan konsentrasi arsen dan barium pada paving block adalah sebesar 66 % dan 58%. Sehingga solidifikasi sludge cake dengan pasir dan semen cukup baik dilakukan untuk mereduksi kandungan logam berat.

Berdasarkan uji kandungan logam berat pada sludge cake, diketahui bahwa terdapat kandungan B3 yang sangat kecil. Dengan hal tersebut maka ada beberapa hal positif yang dapat diambil. Hal tersebut adalah teknik penimbunan atau pembuangan tidak perlu seketat tata cara B3, sehingga biaya untuk penimbunan bisa diminimisasi, maka nilai ekonomis bagi perusahaan dapat bertambah. Oleh karena itu, penting untuk dikaji kembali mengenai Peraturan Menteri ESDM No 45 Tahun 2006 dalam pengolahan limbah lumpur bor yang sudah memiliki kandungan logam berat yang sangat rendah.

Page 13: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

b. Uji Kuat Tekan (Compressive Strenghth)

Sampel yang diuji kuat tekannya adalah paving block yg akan dipakai pada internal PT CPI yaitu dengan komposisi pasir : sludge cake : semen adalah 2 : 1 : 1.

Berdasarkan Kep – 03 / Bapedal / 09 / 1995 bahwa hasil stabilisasi harus mempunyai nilai tekanan minimum sebesar 10 ton/m2. Oleh karena itu berdasarkan hasil uji pada Tabel 6 menunjukkan bahwa paving block yang dihasilkan pada proses solidifikasi pada CMTF ini sudah memiliki kuat tekan yang cukup baik yaitu >14.35 ton/m2, sehingga kandungan minyak sebesar 0.6% yang ada pada sludge cake tidak mempengaruhi kualitas dari paving block tersebut.

Berdasarkan uji TCLP, uji kuat tekan, dan uji paint filter yang sudah dilakukan dan memiliki hasil yang sesuai dengan ketentuan Kep – 03 / Bapedal / 09 / 1995 maka dapat disimpulkan bahwa solidifikasi / stabilisasi limbah lumpur bor dinyatakan layak digunakan sebagai hiasan pada taman – taman maupun trotoar untuk halaman perkantoran di internal PT CPI. Serta proses CMTF hingga solidifikasi limbah ini sudah memenuhi standar pengolahan sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 45 Tahun 2006 yaitu melakukan pengolahan limbah lumpur bor hingga dilakukan pemisahan yang menghasilkan sludge dan air buangan. Untuk sludge dilakukan pemanfaatan berupa solidifikasi menjadi paving block. Sedangkan untuk air buangan akan dibuang ke lingkungan setelah memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.

Pengukuran tersebut dilakukan pada cell yang secara kasat mata telah terlihat matang. Waktu rata-rata yang dibutuhkan sekitar 2 bulan untuk mencapai baku mutu syaratkan yaitu kadar TPH dibawah 5%. Dibutuhkan waktu 2 bulan karena pada proses ini tidak menggunakan bakteri khusus seperti bioremediasi, melainkan hanya mengkontakkan hidrokarbon dengan udara hingga menghasilkan CO2 dan bakteri pada tanah yang terbentuk dengan sendirinya mendegradasi polutan yang terdapat pada tanah. Kemudian kandungan logam berat tereduksi seiring terbentuknya lindi akibat proses remediasi tanah.

Page 14: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Maka berdasarkan hasil uji pada Tabel 8 kandungan tanah yang berada pada mixing cells sudah memenuhi permit yang diizinkan oleh KLH no B-8790/Dep.IV–4/LH/12/2009 . Berdasarkan hasil uji yang menyatakan bahwa kadar TPH sudah mencapai 1,8%. Oleh karena itu tujuan dari pencampuran dengan tanah stock pile agar porositas tanah yang terkontaminasi minyak berat menjadi lebih besar sudah tercapai. Porositas yang lebih besar mempermudah udara (oksigen) bersirkulasi di antara pori-pori tanah tersebut. Hal ini akan membantu proses oksidasi hidrokarbon ke udara untuk membentuk CO2. Pencampuran tersebut didukung dengan proses pembalikkan/pengadukan dengan bulldozer agar pengeringan lebih merata. Semakin banyak dan cepat CO2 yang teroksidasi ke udara maka proses akan lebih cepat, begitu juga sebaliknya. Kemudian diuji juga kandungan logam berat pada soil yang sudah memiliki kadar TPH 1,8 % tersebut. Hasil uji TCLP dapat dilihat pada Tabel 9.

Dapat dilihat pada hasil uji TCLP ini bahwa kandungan logam berat yang ada pada minyak berat sudah tereduksi melalui penguapan hidrokarbon dan logam berat secara alami dengan pembalikan atau pengadukan tanah yang kontinyu dilakukan selama kurang lebih 2 bulan. Untuk itu tanah hasil dari mixing cells yang akan dimasukkan ke stock pile sudah tidak tergolong limbah B3, namun untuk memaksimalkan hasil tanah tersebut maka perlu dilakukan penjemuran pada stock pile. Tanah ini nantinya bisa digunakan sebagai tanah urug.

Untuk mengetahui apakah mixing cells telah sesuai dengan perudangan yang berlaku maka perlu dilakukan analisis teknis. Dalam hal pengolahan tanah terkontaminasi minyak menggunakan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 Tentang Tatacara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak bumi dan Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara Biologis.

2) Analisis Teknis Stock Pile Menjadi Landfill Kategori III Stock pile adalah istilah yang diberikan untuk metode penyimpanan bagi tanah

hasil olahan pada mixing cells. Dan akan direncanakan untuk menampung sludge cake

Page 15: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

pada proses CMTF untuk limbah lumpur bor yang telah dinyatakan memenuhi terhadap baku mutu yang ada. Konsep dasar disini seperti landfill untuk menimbun tanah hasil olahan dengan membuat saluran drainase di sekeliling timbunan. Guna drainase tersebut adalah untuk mengalirkan leachete dari stockpile, sehingga bisa terus dimonitor apakah masih ada parameter yang mungkin tanpa sengaja masih tertinggal (belum terolah).

Luas area stockpile adalah 80.910 m2 dan perbedaan ketinggian 20 m (minimum) dan 32 m (maksimum). Di bawah stockpile struktur tanah ketebalan natural impermeable clay-nya adalah 15 m atau lebih, dengan tingkat permeabilitas 5.3x10-7 hingga 2.0x10-8 cm/detik. Dalam hal ini karakteristik tanah di Duri field sebagai lapisan dasar landfill kategori III sudah memenuhi. Karena syarat yang diperbolehkan adalah memiliki permeabilitas minimum 1 x 10-7 cm/detik, dan minimum tebal clay sebagai lapisan adalah 15-20 cm.

Pada kriteria desain harus dilakukan kompaksi atau pemadatan menggunakan alat berat berupa compactor saat limbah dimasukkan ke landfill, hal ini sudah dilakukan pada stock pile seperti yang terlihat pada dengan tujuan untuk menambah kuat tekan dari landfill dan mempercepat proses stabilisasi pada landfill. Apabila tidak dilakukan kompaksi mungkin akan menimbulkan debu karena dengan mudah tanah tersebut terbang apabila terhembus oleh angin.

Sistem drainase sudah cukup baik karena sudah mempertimbangkan kondisi curah hujan yang memiliki rata – rata 200 mm/hari. Drainase ini dibuat untuk mengalirkan air hujan berdasarkan gravitasi sesuai kondisi geologisnya. Untuk memperkecil kadar polutan limbah pada tempat akhir untuk pentaatan maka saluran dibuat agak panjang sekitar 321 m, dan terbukti efektif untuk mengurangi kadar polutan yang tergabung pada air limbah.

Pipa vacuum yang ada pada saluran drainase berguna untuk menghambat minyak yang akan mengalir ke lingkungan yang kemudian minyak yang sudah mengambang di sedot dengan vacuum truck.

Sistem pengumpulan lindi yang berfungsi untuk mengumpulkan lindi yang terbentuk dan mencegah agar lindi tidak menerobos liner untuk masuk ke lapisan tanah dibawahnya. Pada Stock Pile belum terdapat pipa pengumpulan lindi yang mengalirkan ke bak penampung lindi, bak ini di desain sesuai dengan gravitasi. Bak yang ada memiliki p x l = 80 cm x 80 cm, dengan kedalaman 60 cm. Bak penampung lindi sebanyak 4 buah. Untuk segi kedalaman pengumpul lindi sudah memenuhi persyaratan yang dimiliki oleh EPA yaitu 30 – 60 cm. Pipa penyalur lindi tersebut dibutuhkan untuk mengontrol pergerakan lindi dan agar terfokus dalam memonitornya.

Pada Stock Pile ini belum terdapat sistem pendeteksi kebocoran berupa geonet HDPE atau berupa tanah setebal 30 cm dengan konduktivitas hidrauliknya sebesar 1 x 10-2 cm/detik. Sistem pendeteksi kebocoran ini perlu dirancang dengan kemiringan tertentu adar aliran lindi saat menuju ke bak penampung lindi mengalir melalui pipa yang dipasang pada lapisan geonet. Kondisi yang ada pada saat ini stock pile mengalirkan lindinya dengan menggunakan gravitasi sesuai dengan kondisi geologis area disekitar stock pile.

Berdasarkan ijin yang diberikan oleh Kementrian Lingkungan hidup B- 8748/Dep.IV/LH/12/2006, persyaratan tanah yang boleh masuk kedalam stock pile

Page 16: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

adalah tanah terkontaminasi dengan kadar TPH dibawah 5%, dengan volume maksimum yang diijinkan adalah sebesar 1.515.000 m3. Hingga saat ini telah terisi 1.200.000 m3. Untuk penggunaan stock pile ini yang lahannya semakin terbatas maka dapat diperkirakan umurnya, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut : Tanah yang masuk ke stock pile dari mixing cells = 1600 m3/bulan Lahan sisa pada stock pile = 315000 m3 Maka, sisa waktu penggunaan lahan = 315000 m3 : 1600 m3/bulan =196.875 bulan = 197 bulan = 16.4 tahun

Namun apabila rencana awal dengan memasukkan hasil pengolahan lumpur bor yang sudah memenuhi uji TCLP maka sisa waktu penggunaan lahan akan berkulang dengan bertambahnya volume limbah yang masuk, yaitu : Tanah yang masuk ke stock pile dari CMTF = 5423 m3/bulan Total tanah yang masuk: = 1600 m3/bulan + 5423 m3/bulan = 7023 m3/bulan Maka, sisa waktu penggunaan lahan = 315000 m3 : 7023 m3/bulan =44.85 bulan = 45 bulan = 3.7 tahun

Berdasarkan sisa umur yang ada, apabila stock pile akan diubah menjadi landfill kategori III dan tanah yang masuk tidak hanya dari mixing cells melainkan juga dari CMTF maka lebih baik untuk melakukan redesain dilahan yang baru. Lahan yang diperlukan untuk periode penggunaal lahan 10 tahun adalah : = 7023 m3/bulan x 120 bulan(10 tahun)= 842760 m3 Untuk ketinggian topografi rata – rata = 12 m Maka luas lahan yang diperlukan : = 842760 m3 : 12 m = 70230 m2 = 7 hektar

Limbah Pasir Berminyak Limbah pasir berminyak diolah pada fasilitas SMF (Sand Management Facility).

Limbah yang masuk ke dalam SMF adalah padatan dan cairan berminyak yang berasal dari CGS (Central Gathering Station). Apabila terjadi tumpahan di area berpasir juga akan ditangani di unit pengolahan ini. Adapun sumber limbah lain yaitu limbah yang bersifat tidak terencana seperti terjadinya tumpahan minyak atau oil sludge hasil proses pembersihan tank yang telah diekstrak minyaknya. Limbah produk samping operasi lapangan minyak Duri yang dibuang melalui fasilitas SMF sebagai berikut: 1. Pasir berminyak, yang dihasilkan fasilitas sand plant di CGS merupakan limbah utama yang akan ditempatkan pada formasi batuan terpilih. 2. Cairan kental berminyak (Oily Viscous Fluid) merupakan minyak yang gagal diproduksi sehingga menjadi limbah. Kemudian ditempatkan pada kolam di CGS sebagai pembantu untuk mendapatkan viskositas slurry yang optimum untuk meningkatkan efisiensi

Page 17: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

penginjeksian. Namun, cairan kental berminyak ini tidak selalu diinjeksikan secara rutin seperti halnya limbah pasir berminyak, sebab hanya digunakan sebagai cadangan limbah saja apabila debit limbah yang akan diinjeksikan ≤ 700 m3. 3. Campuran pasir berminyak dan OVF dengan viskositas dan komposisi yang bervariasi dari fasilitas di Duri Field dan Green Hole (tempat pencucian truk dan alat – alat yang berkaitan dengan limbah.

Sumber : Waste Management Team PT CPI, 2011 Jumlah limbah yang masuk pada proses SMF ini sebesar 13956 m3 per bulan atau sekitar 465 m3 per hari. Adapun klasifikasi limbah yang masuk ke Kolam SMF hingga limbah yang diinjeksikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Analisis Teknis Analisis teknis mengacu pada Permen LH No 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan Limbah Bagi Usaha Minyak, Gas dan Panas Bumi dengan Cara Injeksi. Oleh karena itu hal – hal yang perlu diperhatikan untuk kesesuaian dengan peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut: a. Zona Target Injeksi

Pada operasi penginjeksian limbah pasir berminyak pada SMF, zona target yang ditentukan sebagai tempat limbah diinjeksikan yaitu pada Zona Manggala dengan kedalaman 450 – hingga 480 m dapat dilihat pada Gambar 5. Dalam hal ini, zona tersebut dipilih karena lapisannya memiliki permeabilitas tinggi agar tidak mencemari daerah muka air tanah Selain itu, lapisan tersebut juga merupakan lapisan yang jauh dari lapisan minyak, sehingga tidak mempengaruhi proses produksi dan kualitas minyak yang dieksplorasi.Lapisan Manggala juga memiliki volume yang lebih besar dibanding lapisan Pematang, meskipun Pematang berada lebih bawah dibanding lapisan Menggala. Namun dari segi

Page 18: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

efisiensi dan perijinan akan lebih mudah bila limbah pasir berminyak tersebut diinjeksikan ke lapisan Manggala. Zona target juga memenuhi kriteria-kriteria untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa kriteria zona target yang harus dipenuhi adalah :

Formasi pada zona target adalah pasir yang tebal sehingga tidak mudah terkonsolidasi

Memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi sehingga limbah mudah untuk memasuki celah-celah pasir.

Sementara itu Zona Pematang tidak cocok dijadikan zona target, karena meskipun lebih dalam namun tidak memenuhi kriteria di atas. Sifatnya yang lebih impermeable akan memberikan tekanan balik vertikal yang akan terjadi apabila dipaksakan.

Maka, dalam hal zona target injeksi, Zona Manggala merupaka zona yang paling tepat untuk membuang limbah dengan karakter sesuai dengan Permen LH no 13 Tahun 2007.

b. Monitoring Pemantauan debit injeksi harus dilakukan paling sedikit 1 kali dalam 2 minggu,

namun pada SMF ini dilakukan setiap hari. Debit injeksi setiap harinya minimal harus 500 m3 sesuai dengan perijinan. Untuk memantau pergerakan limbah secara kontinyu agar tidak bergerak secara vertical menggunakan oxygen Activation (OA) Logs. Pemantauan ini dilakukan 1 kali 3 bulan.

Page 19: Tugas TPL Aliefiya Aulia 2310030006

Kualitas air tanah selalu dipantau melalui sistem monitoring air tanah, baik oleh pihak PT CPI maupun pihak ketiga (ALS Laboratory). Hal tersebut dilakukan untuk memantau kondisi air tanah pada daerah disekitar proses injeksi dilakukan. Sampai saat ini, sistem pengelolaan limbah pasir berminyak yang diinjeksikan ke lapisan bumi masih aman untuk dioperasikan.Frekuensi pemantauan dilakukan 1 minggu sekali.

Hal – hal yang dilakukan pada kondisi lapangan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2007. Maka proses pembuangan limbah pasir berminyak ini sangat layak untuk dilakukan. Metode lain yang dianggap tepat hingga saat ini adalah menggunakan deep well injection atau teknik sumur dalam. Hal ini mengingat limbah yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak dan mengandung logam berat yang besar.