POHON PISANG JANUR KUNING

Oleh

Tri Buana Ratna Sari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

POHON PISANG JANUR KUNING Pada masyarakat jawa pada umumnya pada waktu mempunyai acara hajatan seperti : pernikahan dan khitanan khususnya pada masyarakat jawa banyuwangi. Pohon pisang sangat berguna khusunya pada upacara pernikahan karena pada acara tersebut menggunakan adat-istiadat jawa asli karena pohon pisang dan janur kuning tersebut di gunakan untuk pertemuan antara pengantin laki-laki dan perempuan yang dimana janur kuning tersebut di bawakan oleh kembar mayang dari pengantin laki-laki dan perempuan. Acara lamaran pun jua bisa menggunakan pohon pisang ataupun janur kuning sebagai hiasan makanan ataupun hiasan seserahan yang nantinya akan diserahkan pada calon pengantin perempuan. Pada waktu acara pernikahan terdapat sepasang kembar mayang baik dari pengantin laki-laki dan perempuan Kembar mayang ini di lakukan kepada pasangan yang belum pernah menikah pada sebelumnya kembar mayang menukarkan janur kuning yang sudah di bentuk untuk di tukarkan kepada kembar mayang laki-laki.

Pohon pisang sangat berguna apalagi waktu digunakan waktu acara resepsi di situ pohon pisang dan janur kuning tersebut banyak di gunakan untuk hiasan-hiasan di daerah sekitar tempat duduk atau juga bisa diletakan disamping kursi pelaminan sebelah kiri dan kanan pengantin laki-laki dan perempuan sebagai dekorasi, dan juga janur kuning di tempatkan di atas pintu atau pagar rumah calon pengantin perempaun sebelum mengadakan acara akad nikah.

Dua pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, dan janur kuning tersebut di bentuk seperti bulan sabit dan di tancapakan di pohon pisang dan kemudian di tambah dengan hiasan-hiasan lainnya dan itu memiliki arti karena pohon pisang dan janur kuning tersebut melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh di manapun). Janur kuning pun pada waktu acara pernikahan anak perempuan terakhir atau anak terakhir sangat berguna karena janur kuning tersebut digunakan untuk sebagai penyangga kue-kue khas jawa khususnya di Banyuwangi. Tidak hanya untuk acaranya pernikahan saja pohon pisang dan janur kuning di gunakan pada masyarakat Alasmalang Rogojampi, Banyuwangi pohon pisang dan janur kuning sangat dibutuhkan dan digunakan pada saat masyarakat Alasmalang mengadakan tradisi kebo-keboan. Sepanjang jalan menuju area kebo-keboan di pinggir jalan di depan rumah warga terdapat pohon pisang dan janur kuning dan disitu dibentuk seperti bulan sabit dan juga diberi hiasan pohon dan buah hasil panen dari masyarakat Alasmalang Rogojampi, Banyuwangi tersebut. Pohon pisang juga dapat digunakan sebagai arak-arakan telur untuk memperingati hari Maulid Nabi atau sering disebut dengan hari mulutan.

Pohon pisang tersebut diberi hiasan untuk tempat diletakkannya telur sebelum di arak di jalan raya tidak hanya pohon pisang saja janur kuning juga bisa digunakan sebagai hiasan yang diletkkan di dekat telur ataupun sebagai pengganti pohon pisang tersebut dan pohon pisang juga bisa dibuat untuk tumpeng oleh masayrakat Banyuwangi. untuk mengikuti tradisi Maulid Nabi tidak hanya telur saja tetapi tumpengpun juga bisa dan tumpeng tersebut nantinya akan diserahkan di masjid terdekat.Janur kuning juga bisa dipergunakan untuk membuat ketupat pada waktu hari Raya Idul Fitri. Ketupat pengganti nasi di saat memasuki hari Raya Idul Fitri dapat dibuat dari pohon pisang dan juga janur kuning untuk berbagai macam kue seperti : lemper,lepet dan lain-lain yang merupakan makanan atau kue khas Banyuwangi yang di sajikan dengan janur kuning. Pelepah dari pohon pisang banyak dikalangan anak kecil yang dipergunakan untuk main disungai sebagai pengganti perahu dan juga janur kuning yang bayak dikalangan ibu rumah tangga bisa dibuat dan dibentuk seperti : bunga, burung dan lain-lain.